LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES DETERMINAN … · penyerta yang ada pada penderita diabetes...
Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES DETERMINAN … · penyerta yang ada pada penderita diabetes...
LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES
DETERMINAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI KOTA BOGOR TAHUN 2018
TIM PELAKSANA :
NIKSON SITORUS, SKM, M.Epid
OSTER SURIANI S., SKM, MKM
INDRI YUNITA SURYA PUTRI, S.Psi, Msi
PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018
1. JUDUL PENELITIAN
DETERMINAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE
2 DI KOTA BOGOR TAHUN 2018
2. SUSUNAN TIM PENELITI
Ketua pelaksanna : Nikson Sitorus, SKM, M.Epid
Anggota Peneliti : 1. Oster Suriani S, SKM, MKM
2. Indri Yunita Surya Putri, S.Psi, MSi
3. SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN
4. KATA PENGANTAR
Penelitian ini adalah penelitian riset pembinaan kesehatan yang bertujuan membina
calon peneliti dan peneliti agar mampu melaksankaan riset yang memenuhi kaidah ilmiah
dan etika penelitian di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kualitas hidup penderita DM
tipe 2 hasil studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular (PTM). Penelitian ini
dilakukan di lima kelurahan yaitu Kel. Kebon Kalapa, Kel. Babakan, Kel. Babakan Pasar,
Kel. Panaragan dan Kel. Ciwaringin Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor yang
merupakan daerah studi kohor faktor risiko PTM Badan Litbangkes Kemenkes RI.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
terhadap semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan penelitian ini. Besar harapan
kami hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi penderita DM tipe 2, dan jajaran kesehataan
dalam menentukan program dan kebijakan kesehatan.
Jakarta, November 2018
Penulis
5. RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada tahun 2014, menurut WHO bahwa terdapat 422 juta orang dewasa yang
berumur > 18 tahun yang hidup dengan diabetes.2 Prevalensi diabetes di Indonesia
cenderung meningkat, yaitu dari 5,7% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2013, dan
meningkat lagi menjadi 8,5%(sesuai konsensus Perkeni 2011 pada penduduk umur ≥ 15
tahun dan 10,9% (sesuai konsensus Perkeni 2015 pada penduduk umur ≥ 15 tahun).
Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dan
konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan
tujuan individu, harapan, standar, dan perhatian. Terdapat beberapa domain kualitas hidup
pasien DM tipe 2 yaitu keterbatasan peran karena kesehatan fisik, kemampuan fisik,
kesehatan umum, kepuasan pengobatan, frekuensi gejala, masalah keuangan, kesehatan
psikologis, dan kepuasan diet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kualitas hidup penderita DM
tipe 2 hasil studi kohor faktor risiko PTM Badan Litbangkes di Kota Bogor Tahun 2018.
Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik sampling sebanyak 144 responden
penderita diabetes melitus tipe 2. Responden dilakukan wawancara di rumah untuk
mengetahui kualitas hidup dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus tersebut. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut :
Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus
Kualitas hidup penderita diabetes melitus di Kota Bogor terdapat 50 % dengan kualitas
hidup yang baik dan 50 % dengan kualitas hidup yang kurang baik.
Umur
Proporsi umur penderita sebagian besar usia dewasa ( 25 – 60 tahun) yaitu 69,4 % dan
Lanjut Usia ada sebesar 30,6 %. Umur sebelum dikelompokkan diketahui umur terendah
adalah 34 tahun dan umur tertua adalah 74 tahun dengan rata-rata umur 55,6 tahun.
Hubungan umur dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada
sebanyak 52 (52%) usia dewasa yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan
diantara yang lanjut usia ada 20 (45,5%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,587 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Jenis Kelamin
Proporsi jenis kelamin penderita terlihat bahwa perempuan jauh lebih besar (79,9%)
dibandingkan dengan laki-laki (20,1%). Hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 18 (62,1%) laki-laki yang
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara perempuan ada 54 (47,0%) yang
memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,212 artinya tidak
ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus.
Pendidikan
Proporsi pendidikan penderita diabetes melitus terlihat bahwa pendidikan yang rendah ( ≤
Tamat SLTP) lebih banyak (62,5%) dibandingkan yang berpendidikan yang tinggi (≥
Tamat SLTA) hanya sebesar 37,5%. Bahkan diketahui sebesar 45,8% hanya
berpendidikan Tidak tamat SD dan Tamat SD. Hubungan pendidikan dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 37 (68,5%) diantara
pendidikan tinggi yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang
pendidikan yang rendah ada 35 (38,9%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Pekerjaan
Proporsi pekerjaan penderita diketahui 66% tidak bekerja ( ibu rumah tangga) dan hanya
34 % penderita yang bekerja dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta (19,4%).
Hubungan pekerjaan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa
ada sebanyak 29 (59,2%) diantara penderita yang bekerja memiliki kualitas hidup yang
baik sedangkan diantara yang tidak bekerja ada 43 (45,3%) yang memiliki kualitas hidup
yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,159 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara pekerjaan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Keberadaan Pasangan
Keberadaan pasangan diketahui bahwa proporsi penderita yang masih memiliki pasangan
hidup lebih banyak (77,8%) dibandingkan dengan yang tidak punya pasangan (belum
menikah/cerai hidup/cerai mati) yaitu sebesar 22,2%. Hubungan keberadaan pasangan
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 62
(55,4%) penderita yang ada pasangan memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan
diantara penderita yang tidak ada pasangan ada 10 (31,2%) yang memiliki kualitas hidup
yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,027 artinya ada hubungan yang signifikan
antara keberadaan pasangan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Lama Menderita
Lama menderita diabetes melitus diketahui bahwa proporsi yang menderita ≤ 3 tahun ada
sebesar 52,8% lebih banyak dibandingkan dengan > 3 tahun sebesar 47,2%. Hubungan
lama menderita dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada
sebanyak 38 (50,0%) dengan lama menderita ≤ 3 tahun yang memiliki kualitas hidup
yang baik sedangkan pada mereka dengan lama menderita > 3 tahun ada 34 (50,0%) yang
memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,00 artinya tidak
ada hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus.
Kecemasan
Proporsi penderita diabetes melitus yang tidak mengalami kecemasan ada sebesar 90,3%
jauh lebih besar daripada yang mengalami kecemasan yang hanya sebesar 9,7%.
Hubungan kecemasan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa
ada sebanyak 72 (55,4%) diantara penderita yang tidak mengalami kecemasan yang
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang mengalami kecemasan tidak
ada (0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,000 artinya ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus.
Penyakit Penyerta.
Proporsi penderita diabetes melitus yang tidak ada penyakit penyerta ada sebesar 78,5%
lebih besar dibandingkan yang ada penyakit penyerta yaitu sebesar 21,5%. Penyakit
penyerta yang ada pada penderita diabetes melitus ini diantaranya katarak/glaukoma : 12
(8,3%), gagal ginjal : 4(2,8%), neuropati :3(2,1%), penyakit jantung : 12 (8,3%), stroke: 9
(6,2%). Hubungan keberadaan penyakit penyerta dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 65 (57,5%) diantara yang tidak ada penyakit
penyerta yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang ada penyakit
penyerta ada hanya 7 (22,6%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara keberadaan penyakit
penyerta dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Hipertensi
Proporsi penderita yang mengalami hipertensi lebih banyak (68,1%) dibandingkan yang
tidak hipertensi (31,9%). Hubungan tekanan darah dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 15 (32,6%) diantara penderita tidak
hipertensi yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang hipertensi
ada 57 (58,2%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
= 0,007 artinya ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus.
Indeks Massa Tubuh
Proporsi penderita diabetes melitus yang memiliki indeks massa tubuh dengan kategori
gemuk/obes lebih besar (56,9%) lebih banyak bila dibandingkan yang normal (43,1%).
Hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus
diketahui bahwa ada sebanyak 29 (46,8%) diantara IMT normal yang memiliki kualitas
hidup yang baik sedangkan diantara yang IMT gemuk/obes ada 43 (52,4%) yang memiliki
kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,614 artinya ada tidak
hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus.
Terapi
Proporsi penderita yang mendapat/melakukan pengobatan (pil/hipoglikemik oral/ insulin)
ada sebanyak 75,7% lebih banyak dari yang tidak mendapat/melakukan pengobatan
sebesar 24,3%. Hubungan terapi dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus
diketahui bahwa ada sebanyak 58 (53,2%) diantara penderita yang mendapat pengobatan
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang tidak mendapat pengobatan
ada 14 (40,0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
= 0,244 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara terapi dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus.
6. ABSTRAK
Prevalensi diabetes di Indonesia cenderung meningkat, yaitu dari 5,7% tahun 2007,
menjadi 6,9% tahun 2013, dan meningkat lagi menjadi 8,5% (sesuai konsensus Perkeni
2011 pada penduduk umur ≥ 15 tahun dan 10,9% (sesuai konsensus Perkeni 2015 pada
penduduk umur ≥ 15 tahun) pada tahun 2018. Penyakit diabetes mellitus ini akan
menyertai seumur hidup penderita sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi pada organ
tubuh yang akan membahayakan jiwa dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan
atau kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kualitas hidup penderita diabetes
melitus tipe 2 di Kota Bogor tahun 2018. Desain penelitian adalah Cross sectional dengan
jumlah sampel sebanyak 144 orang dengan teknik pengambilan sampel secara sistematik
random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung di
rumah responden.
Hasil menemukan Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan (p value = 0,001),
keberadaan pasangan (p value = 0,027), kecemasan (p value = 0,000), keberadaan penyakit
penyerta (p value=0,001) tekanan darah (p value =0,007) dengan kualitas hidup penderita
diabetes mellitus, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p value =0,587),
jenis kelamin (p value = 0,212), pekerjaan (p value = 0,159), lama menderita ( p
value=1,00), indeks massa tubuh (p value = 0,614) dan terapi yang dilakukan (p
value=0,244) dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2 di Kota Bogor.
Penyakit penyerta merupakan variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan
kualitas hidup penderita diabetes dengan OR 4,037 (95% CI 1,433-11.378).
Diharapkan penderita DM untuk selalu mengontrol kadar gula darah secara rutin dan
melakukan pemeriksaan medical check-up berkala untuk memantau kondisi kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit penyerta ataupun komplikasi lebih lanjut dan perlunya
program untuk menjaga kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Diabetes melitus tipe 2, Kualitas hidup, Determinan, Kota Bogor
7. DAFTAR ISI
Hal
1 HALAMAN JUDUL
2 SUSUNAN TIM PENELITI
3 SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN
4 KATA PENGANTAR ............................................................................. i
5 RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................... ii
6 ABSTRAK ............................................................................................... vi
7 DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
8 DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
9 DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
10 ISI LAPORAN PENELITIAN ................................................................
A PENDAHULUAN .................................................................................. 1
B TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................... 3
C HIPOTESIS ............................................................................................ 5
D METODE ............................................................................................... 6
E HASIL ..................................................................................................... 13
F PEMBAHASAN .................................................................................... 25
G KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 34
H UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. 35
I DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................ 35
J Lampiran
8. DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Hal
Tabel 1 Distribusi penderita diabetes melitus yang menjadi responden
berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor
Tahun 2018
13
Tabel 2 Distribusi Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Kecamatan
Bogor Tengah Kota Bogor Tahun 2018
13
Tabel 3 Distribusi Hasil Analisis Deskriptif variabel Determinan Kualitas
Hidup Penderita DM di Kota Bogor Tahun 2018
14
Tabel 4 Hubungan Umur dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di
Kota Bogor Tahun 2018
16
Tabel 5 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
16
Tabel 6 Hubungan Pendidikan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
17
Tabel 7 Hubungan Pekerjaan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
17
Tabel 8 Hubungan Keberadaan Pasangan dengan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
18
Tabel 9 Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
18
Tabel 10 Hubungan Kecemasan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
19
Tabel 11 Hubungan Penyakit Penyerta dengan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
19
Tabel 12 Hubungan Tekanan Darah dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
20
Tabel 13 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
20
Tabel 14 Hubungan Terapi yang dilakukan dengan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
21
Tabel 15 Hasil Seleksi Variabel yang akan masuk ke Analisis Multivariat 22
Tabel 16 Model Awal Multivariat 22
Tabel 17 Proses Analisis Multivariat 23
Tabel 18 Model Akhir Multivariat 24
9. DAFTAR LAMPIRAN
1. Persetujuan Etik dari Komisi Etik Badan Litbangkes
2. Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Bogor
3. Kuesioner Penelitian
4. Output Pengolahan Data
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik
secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
adalah Diabetes Melitus (DM). Di Indonesia DM merupakan ancaman serius bagi
pembangunan kesehatan karena dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes
(gangrene) sehingga harus diamputasi, penyakit jantung dan stroke.1
Diabetes melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3
juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persen meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada
Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia.
Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang
DM (diabetisi) sebanyak 21,3 juta jiwa.1
Pada tahun 2014, menurut WHO bahwa terdapat 422 juta orang dewasa yang
berumur > 18 tahun yang hidup dengan diabetes.2 Prevalensi diabetes di Indonesia
cenderung meningkat, yaitu dari 5,7% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2013, dan
meningkat lagi menjadi 8,5% (sesuai konsensus Perkeni 2011 pada penduduk umur ≥ 15
tahun dan 10,9% (sesuai konsensus Perkeni 2015 pada penduduk umur ≥ 15 tahun) pada
tahun 2018. 4,5,6,20
Penyakit mematikan ini masih menjadi persoalan serius dunia,
termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berada di urutan ke-4 dengan
prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Bahkan
jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data WHO
memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di Indonesia akan
meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang.3
Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 melakukan
wawancara untuk menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke atas.
Definisinya, sebagai diabates, jika pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter
atau belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam sebulan
terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dalam jumlah
banyak dan berat badan turun. Hasilnya, tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat
dibandingkan tahun 2007. Menurut Riskesdas 2007, DM menyumbang 4,2% kematian
pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian
tertinggi ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM juga merupakan penyebab kematian
tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan (14,7%) dan tertinggi ke-6 di
daerah pedesaan (5,8%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di
DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur
(2,3%). Prevalensi Diabetes yang terdiagnosis dokter di Jawa Barat tertinggi di Kota
Cirebon (3,0%) dan Kota Bogor ada prevalensinya (1,0%), sedangkan prevalensi diabetes
menurut terdiagnosa dokter atau gejala tetap tertinggi di Kota Bekasi (3,4%) dan
prevalensi di Kota Bogor (2,1%). 4,5,6
Salah satu sasaran terapi pada diabetes melitus tipe 2 adalah peningkatan kualitas
hidup. Dalam hal ini, kualitas hidup seharusnya menjadi perhatian penting bagi para
profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu
tindakan/intervensi atau terapi. Penyakit diabetes mellitus ini akan menyertai seumur hidup
penderita sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Jika tidak ditangani
dengan baik dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung,
pembuluh darah, dan saraf yang akan membahayakan jiwa dan mempengaruhi kualitas
hidup seseorang. Kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk komplikasi dan dapat
berakhir kecacatan atau kematian. 7
Menurut WHO (2004), kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi
mereka dalam kehidupan dan konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup dan
dalam hubungannya dengan tujuan individu, harapan, standar, dan perhatian. Penelitian
Nagpal, Kumar, Kakar, dan Bhartia (2010) mengemukakan bahwa terdapat delapan
domain kualitas hidup pasien DM tipe 2 yaitu keterbatasan peran karena kesehatan fisik,
kemampuan fisik, kesehatan umum, kepuasan pengobatan, frekuensi gejala, masalah
keuangan, kesehatan psikologis, dan kepuasan diet. Nagpal, dkk. (2010) lebih lanjut
menyebutkan dimensi-dimensi kualitas hidup untuk pasien DM tipe 2 tersebut dapat diukur
menggunakan Quality of Life Instrument for Indian Diabetes Patients (QOLID).8
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Isa dan Baiyewu (2006) terhadap 251
responden, bertujuan untuk mengkaji kualitas hidup pasien DM dan untuk membandingkan
faktor klinis dan sosiodemografi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat 52 pasien (20,7%) dengan skor kualitas hidup yang
rendah. Mereka menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pada umumnya pasien DM
menunjukan kualitas hidup yang cukup baik berdasarkan kuesioner WHO tentang kualitas
hidup.23
Hasil Penelitian Joice Laoh, menemukan bahwa kualitas hidup pasien DM di
Poliklinik endokrin RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou, Manado adalah baik (63,3%) dan yang
kurang baik (36,7%).7
Penelitian Annies menemukan kualitas hidup pasien DM Tipe 2 di
RS Dr.Soebandi Jember menemukan kualitas hidup baik (52,7%) dan dan kualitas hidup
kurang (47,3%).9
dan penelitian di salah satu RS pemerintah di Jawa Barat menemukan
kualitas hidup penderita DM Tipe 2 secara keseluruhan tinggi sebesar 56,18% dan rendah
sebesar 43,82%. 8
Kualitas hidup pasien DM dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor
demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan status pernikahan, dan
pekerjaan kemudian faktor medis yang meliputi dari lama menderita dan komplikasi yang
dialami dan faktor psikologis yang terdiri dari kecemasan. Faktor-faktor tersebut dapat
memberikan dampak negatif dan mempengaruhi kualitas hidup pasien DM. 10
Sejak tahun 2011 sampai sekarang di Kota Bogor telah dilakukan studi kohor Penyakit
Tidak Menular (PTM) oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI. Sampel studi kohor ini
adalah penduduk dari 5 Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah yaitu Kelurahan Kebon
Kalapa, Kelurahan Ciwaringin, Kelurahan Panaragan, Kelurahan Babakan dan Kelurahan
Babakan Pasar baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 25- 65 tahun. Hasil
skrining awal studi kohort menemukan 174 (3,1%) penderita DM yang telah didiagnosis
nakes dari 5680 penduduk, dan selama 4 tahun pengamatan telah terdapat insiden DM
sebanyak 795 orang.11
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa prevalensi penderita DM
setiap tahun meningkat di Indonesia dan belum diketahuinya determinan kualitas hidup
penderita DM tipe 2 di Kota Bogor Tahun 2018
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Bagaimana Kualitas hidup (QoL) penderita DM tipe-2 dan determinan apa saja yang
berhubungan dengan kualitas hidup tersebut di Kota Bogor Tahun 2018
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui determinan kualitas hidup penderita DM tipe-2 di Kota Bogor Tahun 2018
1.3.2. Tujuan khusus :
1.3.2.1. Diketahuinya gambaran Kualitas Hidup (QoL), umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, keberadaan pasangan, lama menderita,, komorbiditas, tekanan darah,
kecemasan, IMT, terapi yang diikuti Penderita DM tipe-2 di Kota Bogor Tahun
2018
1.3.2.2. Diketahuinya hubungan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keberadaan
pasangan, lama menderita, tekanan darah, IMT, komorbiditas, kecemasan, dan
terapi yang diikuti dengan kualitas hidup penderita DM tipe-2 di Kota Bogor
Tahun 2018
1.3.2.3. Diketahuinya faktor dominan yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita
DM tipe-2 di Kota Bogor Tahun 2018
1.3.3. MANFAAT PENELITIAN
1.3.3.1. Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Kementerian Kesehatan
Mendapat informasi mengenai determinan kualitas hidup penderita DM dan dapat
dipakai sebagai masukan dalam membuat kebijakan yang tepat bagi program
pelayanan penderita DM khususnya pemeliharaan kualitas hidup penyakit tersebut
1.3.3.2. Tenaga dan Pelayanan Kesehatan
- Membantu petugas kesehatan untuk mengetahui keadaan kualitas hidup
penderita DM tipe 2, sehingga dapat menjadi arahan atau patokan dalam
menentukan intervensi yang sesuai dengan keadaan penderita serta sebagai
upaya tindakan pencegahan upaya komplikasi pada penderita DM
- Hasil penelitian juga diharapkan mampu memberikan masukan dan dasar bagai
tenaga kesehatan dalam menyusun program pengontrolan DM dengan berfokus
pada faktor-faktor yang dominan yang mempengaruhi kualitas hidup penderita
DM tipe 2
1.3.3.3. Penelitian
- Dapat menambah dan memperkaya khasanah keilmuan kesehatan, serta dapat
digunakan sebagai data dasar pada penelitian selanjutnya terutama penelitian
intervensi yang berkaitan dengan kualitas hidup penderita DM Tipe 2.
- Sarana melatih diri bidang riset dan menerapkan metodologi penelitian
dalam meneliti determinan kualitas hidup penderita DM
1.4. HIPOTESIS
1. Ada hubungan umur dengan kualitas hidup (Quality of Life / QoL) penderita DM
tipe-2 di Kota Bogor Tahun 2018
2. Ada hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup(QoL) penderita DM tipe-2 di
Kota Bogor Tahun 2018
3. Ada hubungan pendidikan dengan kualitas hidup(QoL) penderita DM tipe-2 di
Kota Bogor Tahun 2018
4. Ada hubungan pekerjaan dengan kualitas hidup(QoL) penderita DM tipe-2 di
Kota Bogor Tahun 2018
5. Ada hubungan keberadaan pasangan dengan kualitas hidup(QoL) penderita DM
tipe-2 di Kota Bogor Tahun 2018
6. Ada hubungan lama menderita dengan kualitas hidup (QoL) penderita DM tipe-2
di Kota Bogor Tahun 2018
7. Ada hubungan tekanan darah dengan kualitas hidup (QoL) penderita DM tipe-2
di Kota Bogor Tahun 2018
8. Ada hubungan IMT dengan kualitas hidup(QoL) penderita DM tipe-2 di Kota
Bogor Tahun 2018
9. Ada hubungan keberadaan penyakit penyerta dengan kualitas hidup (QoL)
penderita DM tipe-2 di Kota Bogor Tahun 2018
10. Ada hubungan kecemasan dengan kualitas hidup (QoL) penderita DM tipe-2 di
Kota Bogor Tahun 2018
11. Ada hubungan terapi yang diikuti dengan kualitas hidup(QoL) penderita DM
tipe-2 di Kota Bogor Tahun 2018
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Kerangka Teori
Faktor Risiko: Usia,
genetik, obesitas,
kurang aktivitas, dan
Pola makan Gangguan Metabolisme
Hiperglikemi
Gejala: Polidipsi,
polipagi, poliuri,
penurunan berat
badan, kelemahan
penglihatan,
gangguan kulit
Pemeriksaan
Glukosa Darah:
Gula darah Puasa >
126 mg/dl dan gula
darah sewaktu >
200 mg/dl dan TGOT
> 200mg/dl
DIABETES MELITUS
Komplikasi:
Komplikasi Akut
Dan Komplikasi
Kronik
Manajemen Pengobatan
- Non Farmakologis (Terapi gizi, akitvitas dan latihan, program edukasi, dukungan keluarga)
- Farmakologis : Obat-obatan dan terapi insulin
Respon Psikologik :
Stress, Kecemasan,
depresi
KUALITAS HIDUP
Karakteristik Individu:
Usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan,
lama menderita,
tekanan darah, indeks
massa tubuh
2.2. Kerangka Konsep
2.3. Desain dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah Penelitian observasional analitik dengan desain cross
sectional
2.4. Tempat dan Waktu Penelitian
- Penelitian dilakukan di Kota Bogor dengan mengambil wilayah yang sama dengan
studi kohor PTM yaitu di 5 Kelurahan (Kel. Kebon Kalapa, Kel. Ciwaringin, Kel.
Panaragan, Kel Babakan dan Kel Babakan Pasar) Kec. Bogor Tengah Tahun 2018
- Waktu penelitian dilaksanakan mulai Maret – November tahun 2018, mulai dari
proses perijinan di Kota Bogor, pengumpulan data sampai dengan tahap analisis
dan pelaporan.
2.5. Populasi dan Sampel
2.5.1.. Populasi
Populasi adalah semua penderita DM yang menjadi peserta studi Kohor PTM sejak
tahun 2011 sampai 2017
KUALITAS HIDUP
(QoL) Penderita
Diabetes Melitus tipe-2
- Umur
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Keberadaan Pasangan
- Lama menderita
- Kecemasan
- Penyakit Penyerta
- Tekanan darah
- IMT
- Terapi yang
dilakukan
2.5.2. Sampel dan Besar Sampel
- Sampel adalah sebagian penderita DM yang menjadi peserta studi Kohor PTM sejak
tahun 2011 sampai 2017 . Dengan kriteria inklusi:
1. Penderita DM yang sudah didiagnosa dokter DM Tipe-2 Mulai 2011 sampai 2017
dari hasil studi kohor
2. Berumur > 25 Tahun
3. Bersedia untuk mengikuti Penelitian
Dengan kriteria ekslusi :
1. Penderita DM yang tidak bisa berkomunikasi verbal
2. Wanita yang sedang hamil
3. Penderita sedang rawat inap
- Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan memperhatikan alfa, beta, dan proporsi penderita
Diabetes Melitus . Dalam menghitung jumlah sampel digunakan rumus pengambilan
sampel untuk estimasi beda proporsi pada sampel acak sederhana (Lemeshow, 1997 dalam
Ariawan, 1998).12
sebagai berikut:
Penghitungan sampel
2
22/1
2 )1(
d
PPZn
N = Besar sampel kasus minimal
Α = Derajat Kemaknaan (Kesalahan menolak Ho padahal Ho benar) : 0,05
Zα = Kesalahan Tipe 1 ditetapkan 5% : 1,96
P = Proporsi Penderita DM di Kota Bogor (Hasil Studi Kohor) : 9,4%
Dari hasil penghitungan sampel minimum didapat jumlah sampel sebesar 131. Untuk
mengantisipasi drop out maka jumlah sampel digenapkan menjadi 144 orang penderita
DM.
2.5.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan Systematic Random Sampling. Teknik ini dilakukan
setelah mengetahui jumlah penderita DM Tipe 2 hasil studi kohor PTM sejak tahun 2011,
untuk membuat kerangka sampling dibuat daftar hasil studi kohor tahun 2017 yang
terdapat data pengobatan yaitu sebanyak 336 kemudian dibuat daftar urutan penderita
menurut umur dari yang termuda sampai yang tertua. Dari daftar yang dibuat diambil
secara random sebagai sampel pertama, kemudian mencari interval dengan membagi
jumlah seluruh penderita dengan jumlah sampel yang akan diambil, selanjutnya
mengambil sampel sampai 144 sesuai dengan interval.
2.6. Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Cara
Pengumpulan
Data
Alat Ukur Kriteria
Pengukuran
Skala
1 Kualitas Hidup
(QoL)
Persepsi atau
pandangan
subjektif pasien
diabetes mellitus
terhadap
kepuasan yang
dirasakan, baik
terhadap
kemampuan fisik
(aktivitas sehari-
hari, istirahat dan
tidur), psikologis
(Gambaran diri
body image dan
penampilan),
hubungan sosial
(dukungan sosial
dan aktivitas
seksual), dan
lingkungan
(lingkungan
kesehatan,
kesempatan untuk
mendapatkan
informasi dan
ketrampilan,
kesempatan
rekreasi dan
waktu luang)
Wawancara Kuesioner
Kualitas
Hidup DM
Kuesioner
yang
digunakan
modifikasi
DM
Quality of
Life terdiri
30
pertanyaan
dengan
Skala
Likert
(Tyas,200
8)
Rentang skor 30 -
150
Cut of point = nilai
median (skor
114,5)
0 = Baik ( ≥ 114,5)
1 = Kurang Baik ( <
114,5)
Ordinal
2 Umur
Usia responden
sampai dengan
ulang tahun
terakhir pada saat
wawancara
Wawancara Kuesioner 0= dewasa muda
dan Madya (25 -
60 tahun)
1 = Lansia (> 60
tahun)
Ordinal
3 Jenis Kelamin Jenis Kelamin
responden
berdasarkan
pengakuan
responden
Wawancara Kuesioner 0=Laki-laki
1=Perempuan
Nominal
4 Pendidikan
Tingkat
pendidikan formal
yang berhasil
ditamatkan.
Wawancara Kuesioner 0=Tinggi (≥
SMA)
1= rendah ( ≤
SMP)
Ordinal
5 Status
Perkawinan
Keadaan
perkawinan
responden yang
didapatkan
berdasarkan
pengakuan
responden
Wawancara Kuesioner 0= Belum Menikah
1=Menikah
2=Cerai hidup
3=.Janda/Duda
Untuk analisis
status perkawinan
dibagi menjadi 2
kategori yaitu 0:
ada pasangan
(menikah)
1: tidak ada
pasangan(belum
menikah, cerai
hidup,
janda/duda)
Nominal
6 Status Pekerjaan Kegiatan yang
dilakukan oleh
responden dalam
upaya untuk
mencukupi
Wawancara Kuesioner 0= Bekerja
1= Tidak Bekerja
Ordinal
kebutuhan hidup.
7 Tekanan Darah Keadaan tekanan
darah sistolik dan
diastolik
responden
Observasi
catatan
pasien
Kuesioner 0=Tidak
Hipertensi
1= Hipertensi
Ordinal
8 Lama Menderita Durasi Waktu
sejak penderita
didiagnosa DM
sampai saat
wawancara
berdasarkan
pengakuan
responden
Wawancara Kuesioner 0 ≤ 3 tahun
1 > 3 tahun
Ratio
9 Kecemasan suatu perasaan
yang tidak
nyaman,
khawatir, yang
disertai dengan
gejala-gejala
otonom seperti
sakit kepala,
perspirasi/berkeri
ngat,
palpitasi/jantung
berdebar, rasa
tidak enak perut,
atau kegelisahan
motorik/fisik,
yang dapat
mengganggu
aktivitas sehari
hari.
Wawancara Kuesioner
“MINI”
Cemas
yang terdiri
dari 23 item
pertanyaan
Mengikuti
Kriteria kuesioner
”MINI”
Yaitu
- Pertanyaan no 1
harus Ya
- Pertanyaan no
2-5, minimal 1
pertanyaan :Ya
- Pertanyaan 2-23
, minimal 4
pertanyaan : Ya
Dengan hasil
0 : Tidak Cemas
1 : Cemas
Nominal
10 Komorbiditas Keadaan penyakit
lain yang diderita
penderita diabetes
melitus termasuk
karena komplikasi
dari diabetes
melitus
Wawancara Kuesioner 0 : Tidak ada
penyakit lain
1 : Ada penyakit
lain
Nominal
2.7. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner terstrukur. Instrumen untuk
mengetahui kualitas hidup memakai kuesioner dengan 30 item pertanyaan dengan pilihan
jawaban menggunakan skala likert 1-5. Kuesioner untuk mengetahui kecemasan memakai
kuesioner “MINI” cemas dengan 23 item pertanyaan. Cara pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan atau
enumerator di rumah responden, dan di Posbindu PTM. Enumerator yang mengumpulkan
data terlebih dahulu dilakukan persamaan persepsi bersama dengan peneliti dan pendidikan
D3 Keperawatan. Sebelum pengumpulan data ke lapangan, terlebih dahulu dilakukan uji
coba instrumen terhadap penderita diabetes melitus yang bukan sampel penelitian. Dari
hasil uji coba instrumen terlihat ada beberapa item pertanyaan yang perlu diperbaiki
kalimatnya supaya lebih mudah dimengerti oleh responden dan ada penambahan
pertanyaan berupa pertanyaan penyaring sebelum masuk kepertanyaan inti.
2.8. Manajemen dan Analisis Data
Tahapan manajemen data dimulai dari editing, coding, entry dan cleaning data
sehingga siap untuk dianalisis.
Pada penelitian ini analisa univariat dilakukan pada variabel independen dan variabel
dependen yang dianalisa dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Analisa Bivariat dengan menggunakan uji chi square (X2) dengan derajat kemaknaan α =
0,05. Analisa multivariat dilakukan untuk melihat variabel dominan yang berhubungan
terhadap kualitas hidup penderita DM tipe-2 dengan memakai uji regressi logistik ganda.
Data diolah melalui komputerisasi yaitu dengan menggunakan program statistical product
and service solution (SPSS).
11 IMT Indeks Massa Tubuh
responden yang
dihitung dengan
mengukur tinggi badan
dan berat badan
Observasi
catatan
pasien
Kuesioner 0: Normal
1: Gemuk /
Obesitas
Ordin
al
12 Terapi yang
dilakukan
Terapi farmakologis
yang dilakukan oleh
penderita DM
Wawancara Kuesioner 0:Mendapat
pengobatan
1:Tidak
berobat
Nomi
nal
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1. GAMBARAN UMUM
Penelitian ini dilaksanakan di Lima Kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor
Tengah, Kota Bogor Tahun 2018. Pengumpulan data dilakukan terhadap 144 responden
penderita diabetes melitus tipe 2 hasil studi kohor faktor risiko PTM Badan Litbangkes
yang diambil secara sistematik random sampling. Pengumpulan data dilakukan selama
kurun waktu September sampai November 2018. Berikut sebaran sampel penelitian
berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor
Tabel 3.1. Distribusi penderita diabetes melitus yang menjadi responden berdasarkan
Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor Tahun 2018
Kelurahan n Persentase
Babakan Pasar 19 13.2
Babakan 15 10.4
Panaragan 22 15.3
Kebon Kalapa 60 41.7
Ciwaringin 28 19.4
Total 144 100.0
3.2.. HASIL ANALISIS DESKRIPTIF/ UNIVARIAT
Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan
dan konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungannya
dengan tujuan individu, harapan, standar, dan perhatian. Berikut gambaran kualitas hidup
penderita diabetes melitus tipe 2 di Kota Bogor tahun 2018
Tabel 3.2. Distribusi Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Bogor
Tengah Kota Bogor Tahun 2018
Kualitas Hidup N persentase
Baik 72 50.0
Kurang Baik 72 50.0
Total 144 100.0
Dari tabel 2 terlihat bahwa kualitas hidup penderita diabetes melitus di Kecamatan Bogor
Tengah Kota Bogor memiliki proporsi yang sama antara kualitas hidup yang baik dengan
kualitas hidup yang kurang baik.
Kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2 dipengaruhi oleh banyak faktor
Berikut gambaran faktor –faktor sosio demografis, klinis dan psikologis yang dialami
penderita.
Tabel 3.3. Distribusi Hasil Analisis Deskriptif variabel Determinan Kualitas Hidup
Penderita DM di Kota Bogor Tahun 2018
Variabel N persentase
Umur
Usia Dewasa ( 25 – 60 tahun) 100 69.4
Lanjut Usia ( > 60 tahun) 44 30.6
Jenis Kelamin
Laki-laki 29 20.1
Perempuan 115 79.9
Pendidikan
>=SLTA (Tinggi) 54 37.5
<= SLTP (Rendah) 90 62.5
Pekerjaan
Bekerja 49 34.0
Tidak Bekerja 95 66.0
Keberadaan Pasangan
Ada pasangan 112 77.8
Tidak ada pasangan 32 22.2
Lama Menderita
<= 3 tahun 76 52.8
> 3 Tahun 68 47.2
Kecemasan
Tidak Cemas 130 90.3
Cemas 14 9.7
Penyakit Penyerta
Tidak ada penyakit penyerta 113 78.5
Ada Penyakit penyerta 31 21.5
Hipertensi
Tidak Hipertensi 46 31.9
Hipertensi 98 68.1
Indeks Massa Tubuh
Normal 62 43.1
Gemuk/Obes 82 56.9
Terapi
Mendapat Pengobatan 109 75.7
Tidak Mendapat Pengobatan 35 24.3
Total 144 100
Dari tabel 3 terlihat gambaran karakteristik penderita diabetes melitus di
Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor yaitu proporsi umur penderita sebagian besar usia
dewasa ( 25 – 60 tahun) yaitu 69,4 % dan Lanjut Usia ada sebesar 30,6 %. Umur sebelum
dikelompokkan diketahui umur terendah adalah 34 tahun dan umur tertua adalah 74 tahun
dengan rata-rata umur 55,6 tahun.
Proporsi jenis kelamin penderita terlihat bahwa perempuan jauh lebih besar
(79,9%) dibandingkan dengan laki-laki (20,1%).
Proporsi pendidikan penderita diabetes melitus terlihat bahwa pendidikan yang
rendah ( ≤ Tamat SLTP) lebih banyak (62,5%) dibandingkan yang berpendidikan yang
tinggi (≥ Tamat SLTA) hanya sebesar 37,5%. Bahkan diketahui sebesar 45,8% hanya
berpendidikan Tidak tamat SD dan Tamat SD.
Proporsi pekerjaan penderita diketahui 66% tidak bekerja ( ibu rumah tangga) dan
hanya 34 % penderita yang bekerja dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta
(19,4%).
Dari keberadaan pasangan diketahui bahwa proporsi penderita yang masih
memiliki pasangan hidup lebih banyak (77,8%) dibandingkan dengan yang tidak punya
pasangan (belum menikah/cerai hidup/cerai mati) yaitu sebesar 22,2%.
Dari lama menderita diabetes melitus diketahui bahwa proporsi yang menderita ≤ 3
tahun ada sebesar 52,8% lebih banyak dibandingkan dengan > 3 tahun sebesar 47,2%.
Proporsi penderita diabetes melitus yang tidak mengalami kecemasan ada sebesar
90,3% jauh lebih besar daripada yang mengalami kecemasan yang hanya sebesar 9,7%.
Proporsi penderita diabetes melitus yang tidak ada penyakit penyerta ada sebesar
78,5% lebih besar dibandingkan yang ada penyakit penyerta yaitu sebesar 21,5%. Penyakit
penyerta yang ada pada penderita diabetes melitus ini diantaranya katarak/glaukoma : 12
(8,3%), gagal ginjal : 4(2,8%), neuropati :3(2,1%), penyakit jantung : 12 (8,3%), stroke: 9
(6,2%)
Proporsi penderita yang mengalami hipertensi lebih banyak (68,1%) dibandingkan
yang tidak hipertensi (31,9%).
Proporsi penderita diabetes melitus yang memiliki indeks massa tubuh dengan
kategori gemuk/obes lebih besar (56,9%) lebih banyak bila dibandingkan yang normal
(43,1%).
Proporsi penderita yang mendapat/melakukan pengobatan (pil/hipoglikemik oral/
insulin) ada sebanyak 75,7% lebih banyak dari yang tidak mendapat/melakukan
pengobatan sebesar 24,3%.
3.3. HASIL ANALISIS BIVARIAT
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, keberadaan pasangan, lama menderita, kecemasan, penyakit lain yang
menyertai, tekanan darah , indeks massa tubuh, dan terapi yang dilakukan.
3.3.1. Hubungan Umur dengan Kualitas Hidup
Dalam analisis hubungan umur dengan kualitas hidup, variabel umur dikelompokan
menjadi umur dewasa yaitu dari umur 25 tahun – 60 tahun dan umur lanjut usia yaitu
diatas 60 tahun.
Tabel.3.4. Hubungan Umur dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Kota
Bogor Tahun 2018
Umur Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Usia Dewasa 52 52,0 48 48,0 100 100 0,587 1,3 ( 0,638-
2,648) Lanjut Usia 20 45,5 24 54,5 44 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan umur dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus
diketahui bahwa ada sebanyak 52 (52%) usia dewasa yang memiliki kualitas hidup yang
baik sedangkan diantara yang lanjut usia ada 20 (45,5%) yang memiliki kualitas hidup
yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,587 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
3.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.5. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di
Kota Bogor Tahun 2018
Jenis Kelamin Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Laki-laki 18 62,1 11 37,9 29 100 0,212 1,85 (0,802-
4,259) Perempuan 54 47,0 61 53,0 115 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 18 (62,1%) laki-laki yang memiliki kualitas hidup
yang baik sedangkan diantara perempuan ada 54 (47,0%) yang memiliki kualitas hidup
yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,212 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
3.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.6. Hubungan Pendidikan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di
Kota Bogor Tahun 2018
Pendidikan Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Tinggi 37 68,5 17 31,5 54 100 0,001 3,42(1,675-
6,982) Rendah 35 38,9 55 61,1 90 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 37 (68,5%) diantara pendidikan tinggi yang
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang pendidikan yang rendah ada
35 (38,9%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,42 artinya
penderita yang berpendidikan tinggi memiliki peluang 3,42 kali memiliki kualitas hidup
yang lebih baik dibandingkan yang berpendidikan rendah.
3.3.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.7. Hubungan Pekerjaan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Kota
Bogor Tahun 2018
Pekerjaan Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Bekerja 29 59,2 20 40,8 49 100 0,159 1,75 (0,872-
3,525) Tidak Bekerja 43 45,3 52 54,7 95 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan pekerjaan dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 29 (59,2%) diantara penderita yang bekerja
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang tidak bekerja ada 43 (45,3%)
yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,159 artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus.
3.3.5. Hubungan Keberadaan Pasangan dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.8. Hubungan Keberadaan Pasangan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
Keberadaan Pasangan Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Ada Pasangan 62 55,4 50 44,6 112 100 0,027 2,73(1,183-
6,289) Tidak Ada Pasangan 10 31,2 22 61,8 32 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan keberadaan pasangan dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 62 (55,4%) penderita yang ada pasangan
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara penderita yang tidak ada pasangan
ada 10 (31,2%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
= 0,027 artinya ada hubungan yang signifikan antara keberadaan pasangan dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,73 artinya
penderita yang ada pasangan hidupnya memiliki peluang 2,73 kali memiliki kualitas hidup
yang lebih baik dibandingkan yang tidak ada pasangan hidupnya.
3.3.6. Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.9. Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus
di Kota Bogor Tahun 2018
Lama Menderita DM Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
≤ 3 tahun 38 50 38 50 76 100 1,00 1,00(0,520-
1,924) >3 tahun 34 50 34 50 68 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan lama menderita dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 38 (50,0%) dengan lama menderita ≤ 3 tahun yang
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan pada mereka dengan lama menderita > 3
tahun ada 34 (50,0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 1,00 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus.
3.3.7. Hubungan Kecemasan dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.10. Hubungan Kecemasan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di
Kota Bogor Tahun 2018
Kecemasan Kualitas Hidup Jumlah P Value
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Tidak Cemas 72 55,4 58 44,6 130 100 0,000
Cemas 0 0 14 100 14 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan kecemasan dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 72 (55,4%) diantara penderita yang tidak
mengalami kecemasan yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang
mengalami kecemasan tidak ada (0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang signifikan antara kecemasan
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
3.3.8. Hubungan Penyakit Penyerta dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.11. Hubungan Penyakit Penyerta dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
Penyakit Penyerta Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Tidak Ada Penyakit
Penyerta
65 57,5 48 42,5 113 100 0,001 4,64 (1,849-
11,66)
Ada Penyakit Penyerta 7 22,6 24 77,4 31 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan keberadaan penyakit penyerta dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 65 (57,5%) diantara yang tidak
ada penyakit penyerta yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang
ada penyakit penyerta ada hanya 7 (22,6%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil
uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara
keberadaan penyakit penyerta dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=4,64 artinya penderita yang tidak ada penyakit penyerta
memiliki peluang 4,64 kali memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan yang ada
penyakit penyerta.
3.3.9. Hubungan Tekanan Darah dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.12. Hubungan Tekanan Darah dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus
di Kota Bogor Tahun 2018
Tekanan Darah Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Tidak Hipertensi 15 32,6 31 67,4 46 100 0,007 0,35 (0,167-
0,726) Hipertensi 57 58,2 41 41,8 98 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan tekanan darah dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 15 (32,6%) diantara penderita tidak hipertensi
yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang hipertensi ada 57
(58,2%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,007 artinya ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,35 artinya
penderita yang tidak hipertensi menjadi faktor protektif untuki memiliki kualitas hidup
yang lebih baik dibandingkan yang hipertensi.
3.3.10. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.13. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
Indeks Massa Tubuh Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Normal 29 46,8 33 53,2 62 100 0,614 0,797(0,412-
1,543) Gemuk/Obes 43 52,4 39 47,6 82 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 29 (46,8%) diantara IMT normal yang
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang IMT gemuk/obes ada 43
(52,4%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,614 artinya ada tidak hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus.
3.3.11. Hubungan Terapi yang dilakukan dengan Kualitas Hidup
Tabel.3.14. Hubungan Terapi yang dilakukan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus di Kota Bogor Tahun 2018
Terapi Kualitas Hidup Jumlah P
Value
OR (95%CI)
Baik Kurang Baik
N % n % N %
Mendapat pengobatan 58 53,2 51 46,8 109 100 0,244 1,71(0,787-
3,699) Tidak mendapat
pengobatan
14 40,0 21 60,0 35 100
Total 72 50,0 72 50,0 144 100
Hasil analisis hubungan terapi dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus
diketahui bahwa ada sebanyak 58 (53,2%) diantara penderita yang mendapat pengobatan
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang tidak mendapat pengobatan
ada 14 (40,0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
= 0,244 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara terapi dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus.
3.4. HASIL ANALISIS MULTIVARIAT
Langkah-langkah pemodelan multivariat yang dilakukan untuk model prediksi adalah :
1. Seleksi bivariat; variabel independen p value < 0,25 atau walaupun > 0,25 boleh
masuk multivariat kalau secara substansi merupakan variabel yang sangat penting
2. Memasukkan secara bersamaan seluruh variabel independen ke model multivariat.
Variabel yang p valuenya besar dikeluarkan dari model multivariat. Ketentuannya :
variabel yang p valuenya < 0,05 yang dapat tetap di model. Variabel yang p valuenya
> 0,05 dikeluarkan dari model satu persatu dimulai dari variabel yang p valuenya
terbesar. Bila variabel yang dikeluarkan tersebut mengakibatkan perubahan besar
koefisien (nilai OR) variabel - variabel yang masih ada (berubah > 10 %), maka
variabel tersebut dimasukkan kembali dalam model. Pemilihan variabel dengan
metode ENTER
3.4.1. Seleksi Variabel
Sebelum dilakukan analisis multivariat maka dilakukan terlebih dahulu seleksi
variabel yang akan diikutkan ke analisis multivariat. Variabel yang akan diikutkan adalah
variabel pada analisis bivariat menghasilkan p value < 0,25. Setelah semua variabel
independen dilakukan analisis bivariat, berikut hasil seleksi variabel yang memiliki p value
< 0,25
Tabel 3.15. Hasil Seleksi Variabel yang akan masuk ke Analisis Multivariat
Variabel P value
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Keberadaan Pasangan
Kecemasan
Penyakit Penyerta
Tekanan Darah
Terapi yang dilakukan
0,212
0,001
0,159
0,027
0,000
0,001
0,007
0,244
3.4.2. Model Awal Multivariat
Pada permodelan awal multivariat ini, dengan memasukkan semua variabel
independen (full model) yang terpilih untuk masuk ke model multivariat. Hasilnya adalah
seperti dalam tabel berikut :
Tabel 3.16. Model Awal Multivariat
Variables in the Equation
Variabel
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Sex -.393 .566 .482 1 .488 .675 .223 2.046
statusdidik 1.203 .437 7.572 1 .006 3.329 1.413 7.839
Kerja .722 .477 2.299 1 .129 2.059 .809 5.240
pasangan .807 .521 2.399 1 .121 2.241 .807 6.222
Cemas 21.247 9.596E3 .000 1 .998 1.688E9 .000 .
komorbid 1.459 .533 7.495 1 .006 4.304 1.514 12.235
Hipertensi -1.327 .457 8.440 1 .004 .265 .108 .649
terapiDM .471 .498 .894 1 .344 1.601 .603 4.248
Constant -.388 1.043 .138 1 .710 .679
a. Variable(s) entered on step 1: Sex, statusdidik, kerja, pasangan, Cemas, komorbid, Hipertensi, terapiDM.
Dari hasil analisis terlihat bahwa ada 5 variabel yang mempunyai p value > 0,05
yaitu cemas, sex, terapi DM, kerja dan keberadaan pasangan. Variabel cemas mempunyai p
value terbesar yaitu 0,998 maka pada langkah selanjutnya dengan mengeluarkan variabel
cemas, selanjutnya mengeluarkan variabel sex, mengeluarkan variabel terapi,
mengeluarkan variabel kerja dan terakhir mengeluarkan variabel pasangan. Berikut proses
sampai terbentuknya model akhir
Tabel 3.17. Proses Analisis Multivariat
Variabel P
value
Model
Full
OR
Full
OR
tanpa
Cemas
(1)
∆
OR
(%)
OR
tanpa
Sex(2)
∆
OR
(%)
OR
tanpa
Terapi(3)
∆ OR
(%)
OR
tanpa
Kerja(4)
∆
OR
(%)
OR
tanpa
Pasanga
n(5)
∆
OR
(%)
Sex .488 .675 0,730 8,14 - - 0,695 2,9 0,939 39 0,823 21,9
statusdidik .006
3.32
9
3,454 3,75 3,284 1,35 3,226 3,09 3,396 2,01 3,387 1,7
kerja .129
2.05
9
1,640 20,3
0
1,835 10,8
8
2,061 0,09 - - 2,091 1,5
pasangan .121
2.24
1
2,444 9,06 2,106 6,02 2,335 4,1 2,364 5,4 - -
Cemas .998
1.68
8E9
- - 1,776E
9
5,21 1,812 7,3 1,479 12,3 2,165 28,2
komorbid .006
4.30
4
4,618 7,2 4,204 9,62 4,037 6,2 3,788 11,9
8
4,319 0,3
Hipertensi .004 .265
0,301 13,5
8
0,275 8,64 0,256 3,39 0,261 1,5 0,280 5,6
terapiDM .344
1.60
1
1,951 21,8
6
1,569 19,5
8
- - - - - -
Keterangan
(1) : Variabel cemas dikeluarkan, dilihat perubahan OR pada variabel lainnya. Terjadi
perubahan OR lebih dari 10 % pada variabel kerja, hipertensi, dan terapiDM, sehingga
variabel cemas merupakan variabel konfounding dan dikembalikan ke dalam model
(2) : Variabel sex dikeluarkan, dilihat perubahan OR pada variabel lainnya. Terjadi
perubahan OR lebih dari 10 % pada variabel kerja dan terapiDM, sehingga variabel sex
merupakan variabel konfounding dan dikembalikan ke dalam model
(3) : Variabel TerapiDM dikeluarkan, dilihat perubahan OR pada variabel lainnya. Tidak
terjadi perubahan OR > 10 % pada variabel lainnya, sehingga variabel TerapiDM
dikeluarkan dari Model
(4) : Variabel kerja dikeluarkan, dilihat perubahan OR pada variabel lainnya. Terjadi
perubahan OR > 10% pada variabel sex, cemas dan komorbid, sehingga variabel kerja
merupakan variabel konfounding dan dikembalikan kedalam model.
(5) : Variabel pasangan dikeluarkan, dilihat perubahan OR pada variabel lainnya. Terjadi
perubahan OR > 10 % pada variabel sex dan cemas, sehingga variabel pasangan
merupakan variabel konfounding dan dikembalikan ke dalam model.
3.4.3. Model Akhir Multivariat
Setelah dilakukan semua langkah-langkah permodelan multivariat, maka ditemukan
model akhir yang fit seperti pada tabel berikut
Tabel 18. Model Akhir Multivariat
Variables in the Equation
Variabel
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Sex -.363 .561 .420 1 .517 .695 .232 2.087
statusdidik 1.171 .433 7.307 1 .007 3.226 1.380 7.544
kerja .723 .475 2.322 1 .128 2.061 .813 5.225
pasangan .848 .513 2.731 1 .098 2.335 .854 6.384
Cemas 21.318 9.596E3 .000 1 .998 1.812E9 .000 .
komorbid 1.396 .529 6.969 1 .008 4.037 1.433 11.378
Hipertensi -1.362 .453 9.026 1 .003 .256 .105 .623
Constant -.293 1.034 .080 1 .777 .746
a. Variable(s) entered on step 1: Sex, statusdidik, kerja, pasangan, Cemas, komorbid, Hipertensi.
Dari hasil akhir analisis multivariat diketahui bahwa variabel Tekanan darah,
pendidikan, dan keberadaan penyakit penyerta berhubungan bermakna terhadap kualitas
hidup penderita diabetes melitus sedangkan variabel jenis kelamin, pekerjaan, keberadaan
pasangan, dan kecemasan merupakan variabel konfounding yang berhubungan dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus di Kota Bogor. Dari hasil analisis juga ditemukan
bahwa variabel komorbid (keberadaan penyakit penyerta) merupakan variabel yang paling
dominan berhubungan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus di Kota Bogor
dengan OR yang terbesar yaitu 4,037 dengan 95% CI 1,433-11.378 setelah dikontrol
variabel jenis kelamin, status pendidikan, pekerjaan, keberadaan pasangan, cemas dan
hipertensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus
Penelitian ini menemukan bahwa kualitas hidup penderita diabetes melitus di
Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor memiliki proporsi yang sama antara kualitas hidup
yang baik dengan kualitas hidup yang kurang baik. Kualitas hidup penderita ini meliputi
aspek kemampuan fisik (aktivitas sehari-hari, istirahat dan tidur), psikologis (Gambaran
diri body image dan penampilan), hubungan sosial (dukungan sosial dan aktivitas seksual),
dan lingkungan (lingkungan kesehatan, kesempatan untuk mendapatkan informasi dan
ketrampilan, kesempatan rekreasi dan waktu luang).
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tyas di
rumah sakit di Kota Blitar yang menemukan proporsi penderita DM tipe 2 yang memiliki
kualitas hidup yang baik ada 52,5% dan yang kurang baik ada 47,5%.
Hasil Penelitian Joice Laoh, menemukan bahwa kualitas hidup pasien DM di
Poliklinik endokrin RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou, Manado adalah baik (63,3%) dan yang
kurang baik (36,7%).7
Penelitian Annies menemukan kualitas hidup pasien DM Tipe 2 di
RS Dr.Soebandi Jember menemukan kualitas hidup baik (52,7%) dan dan kualitas hidup
kurang (47,3%).9
dan penelitian di salah satu RS pemerintah di Jawa Barat menemukan
kualitas hidup penderita DM Tipe 2 secara keseluruhan tinggi sebesar 56,18% dan rendah
sebesar 43,82%. 8
Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke rumah penderita
diabetes melitus tipe 2, sementara pada banyak penelitian tentang kualitas hidup penderita
diabetes melitus tipe 2 banyak dilakukan di rumah sakit ketika penderita sedang dirawat
inap maupun rawat jalan. Dengan melihat langsung ke komunitas atau masyarakat kita
yakini gambaran kualitas hidup penderita ini bisa mewakili gambaran kualitas hidup
penderita di masyarakat.
4.2. Umur
Proporsi umur penderita sebagian besar usia dewasa ( 25 – 60 tahun) yaitu 69,4 %
dan Lanjut Usia ada sebesar 30,6 % sedangkan analisis hubungan umur dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 52 (52%) usia dewasa
yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang lanjut usia ada 20
(45,5%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,587 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tyas di Kota Blitar, Ningtyas di
Kabupaten Pasuruan, Romulus Timar dkk, dan Correa K.,et al, Al Hayek AA. et al yang
menemukan bahwa tidak ada hubungan antara umur penderita dengan kualitas hidup
penderita DM tipe 2 13,16,19,21,22
tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Desni,
Yusra, Rwegerera, V. B. Prajapati yang menemukan ada hubungan antara umur dengan
kualitas hidup penderita DM10,14,15,18
.
Kualitas hidup pada lansia disebabkan oleh individu pada masa usia tua sudah
melewati masa untuk melakukan perubahan dalam hidupnya sehingga mereka cenderung
mengevaluasi hidupnya dengan lebih positif. Dewasa madya merupakan masa puncak
dimana individu telah mencapai kondisi kesejahteraan secara psikologis, kesehatan,
produktivitas, dan keterlibatan dalam masyarakat sangat optimal, oleh karena itu saat krisis
terjadi pada usia dewasa madya, seperti terjangkit penyakit, kehilangan pekerjaan,
kehilangan pasangan, akan membuat suatu kesedihan yang lebih dalam. Kualitas hidup
rendah berada pada kelompok usia dewasa madya. Penurunan kualitas hidup pada usia
dewasa madya tersebut dipengaruhi oleh tingginya tuntutan baik dari diri sendiri maupun
dari lingkungan sekitar mengenai produktivitas dan hubungan sosial masyarakat yang
disebabkan oleh manifetasi klinik DM tipe 2. Tingginya tuntutan mengenai produktivitas
dan hubungan sosial masyarakat yang tidak terpenuhi memungkinkan individu untuk
mempersepsikan kualitas hidup yang rendah.17
4.3 Jenis Kelamin
Proporsi jenis kelamin penderita terlihat bahwa perempuan jauh lebih besar
(79,9%) dibandingkan dengan laki-laki (20,1%). Hasil analisis hubungan jenis kelamin
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 18
(62,1%) laki-laki yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara perempuan
ada 54 (47,0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
= 0,212 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh V. B. Prajapati et al, Yusra,
Ningtyas, Correa K.et al, yang menemukan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan
kualitas hidup penderita DM tipe 218,14,21,19
sementara penelitian yang dilakukan oleh
Rwegerera, Al Hayek AA et al, Tyas menemukan bahwa ada hubungan jenis kelamin
penderita dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2 15,16,13
Rendahnya kualitas hidup perempuan pada penelitian berkaitan dengan jenis
pekerjaan responden. Ada 66 % responden yang tidak bekerja yang sebagian besar sebagai
ibu rumah tangga, hal tersebut terkait dengan masalah finansial untuk memperoleh
pengobatan. Selain itu, tuntutan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang memerlukan
kekuatan fisik terganggu akibat dari manifestasi klinik yang disebabkan oleh DM.
Peningkatan kualitas hidup perempuan dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan
kemampuan fisik. Optimalisasi kemampuan fisik tersebut dapat dicapai dengan cara
melakukan pendidikan kesehatan pada pasien agar dapat mengenali gejala saat terjadinya
hipoglikemik atau hiperglikemik. Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tersebut, pasien
diharapkan mampu menyesuaikan kondisi kesehatan dirinya dengan jenis pekerjaan yang
dilakukakan, serta dapat mengatasi dan mengantisipasi timbulnya gejala klinik dari DM
yang akan mengganggu kekuatan fisik.8
Jenis kelamin tidak berbeda siqnifikan dalam kualitas hidup, bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki kemampuan yang sama dalam menyelesaikan masalah termasuk
masalah penyakit yang sedang dihadapi. Perempuan lebih patuh terhadap pengobatan,
tetapi laki-laki cenderung lebih percaya diri dan lebih mampu mengatasi masalah secara
mandiri.
4.4. Pendidikan.
Proporsi pendidikan penderita diabetes melitus terlihat bahwa pendidikan yang
rendah ( ≤ Tamat SLTP) lebih banyak (62,5%) dibandingkan yang berpendidikan yang
tinggi (≥ Tamat SLTA) hanya sebesar 37,5%. Hasil analisis hubungan pendidikan dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 37 (68,5%)
diantara pendidikan tinggi yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara
yang pendidikan yang rendah ada 35 (38,9%) yang memiliki kualitas hidup yang baik.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus. Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR=3,42 artinya penderita yang berpendidikan tinggi memiliki peluang 3,42 kali
memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan yang berpendidikan rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rwegerera et al,
Ningtyas, Yusra, Tyas yang menyatakan bahwa ada hubungan status pendidikan dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 215,21,14,13
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni,
Nursiswati dan Anna (2014) yang menyatakan bahwa kualitas hidup yang tinggi terbanyak
ada pada pasien diabetes dengan pendidikan perguruan tinggi (78,26%) dan kualitas hidup
terendah ada pada pasien penderita diabetes melitus dengan tingkat pendidikan Sekolah
Dasar (65%).8 Penelitian lain yang mendukung ialah yang dilakukan oleh Didarloo &
Alizadeh pada 352 wanita di Khoy Iran, yaitu wanita penderita diabetes dengan pendidikan
lebih tinggi berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan yang dimiliki
oleh penderita diabetes melitus memungkinkan penderita untuk memperoleh akses
informasi yang lebih baik dan mampu beradaptasi dan mengarahkan hidupnya sesuai
dengan yangdisarankan oleh tenaga kesehatan.28
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Malamtiga, Kandou dan
Asrifuddin (2017) di Tomohon Utara yang memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan
menunjukan tidak ada hubungan dengan kualitas hidup (p=0,632; CI= 95%; α= 0,05) pada
lansiia penderita diabetes.25
Kualitas hidup seseorang akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat
pendidikan yang di dapatkan oleh individu. Pendidikan dan pengetahuan akan berpengaruh
terhadap pengontrolan gula darah, cara mengatasi gejala yang muncul, dan mencegah
terjadinya komplikasi sehingga kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang berpendidikan tinggi
akan terjaga dengan optimal.8
Penelitian ini memberikan gambaran tingginya kualitas hidup pada individu yang
berpendidikan tinggi adalah mereka cenderung mencari tahu lebih banyak tentang penyakit
dari berbagai media informasi seperti dari dokter, puskesmas, klinik, rumah sakit dan
media massa. Pengetahuan yang memadai memungkinkan responden dengan pendidikan
tinggi akan lebih mengenali masalah gejala dan tindakan yang harus dilakukan.
4.5. Pekerjaan
Proporsi pekerjaan penderita diketahui 66% tidak bekerja ( ibu rumah tangga) dan
hanya 34 % penderita yang bekerja. Hasil analisis hubungan pekerjaan dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 29 (59,2%) diantara
penderita yang bekerja memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang tidak
bekerja ada 43 (45,3%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,159 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Pada penelitian ini proporsi penderita yang bekerja dan memiliki kualitas hidup
yang baik lebih besar daripada yang tidak bekerja. Penderita yang masih bisa bekerja
formal akan memiliki penghasilan yang rutin dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan
pribadi dan keluarganya serta akan dimanfaatkan untuk kepentingan pengelolaan diet dan
pengawasan kadar gula darah. Penderita yang tidak bekerja memiliki kualitas hidup yang
baik dimungkinkan karena memiliki lebih banyak waktu untuk istrahat dan aktifitas fisik
dan tidak ada tekanan dari pekerjaan.
4.6. Keberadaan Pasangan
Keberadaan pasangan diketahui bahwa proporsi penderita yang masih memiliki
pasangan hidup lebih banyak (77,8%) dibandingkan dengan yang tidak punya pasangan
(belum menikah/cerai hidup/cerai mati) yaitu sebesar 22,2%. Hasil analisis hubungan
keberadaan pasangan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa
ada sebanyak 62 (55,4%) penderita yang ada pasangan memiliki kualitas hidup yang baik
sedangkan diantara penderita yang tidak ada pasangan ada 10 (31,2%) yang memiliki
kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,027 artinya ada hubungan
yang signifikan antara keberadaan pasangan dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,73 artinya penderita yang ada
pasangan hidupnya memiliki peluang 2,73 kali memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan yang tidak ada pasangan hidupnya.
Penelitian ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Rwegerera et al, dan
Ningtyas yang menemukan bahwa ada keberadaan pasangan dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus tipe 2. 15,21
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wahyuni, Nursiswati dan Anna (2014) yaitu status menikah memiliki kualitus hidup
yang paling tinggi (56,16%) dibandingkan dengan status janda/duda (46,67%). Pada
penelitian lain yang dilakukan oleh Herdianti (2017) pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
RSUD Rajjapange memperlihatkan bahwa determinan yang paling berpengaruh pada
kualitas hidup penderita ialah dukungan keluarga (OR = 6.74).8,26
Dukungan keluarga yang diterima oleh penderita diabetes terutama dukungan yang
berasal dari pasangan akan membuat penderita diabetes merasa nyaman, dihargai serta
memiliki pandangan hidup yang lebih baik. Hal ini akan mencegah penderita diabetes
mengalami kecemasan sehingga kualitas hidupnya akan menjadi lebih baik.
Penderita yang tidak memiliki pasangan dalam hal ini janda ataupun duda yang
telah ditinggal meninggal memiliki kemungkinan untuk depresi lebih besar. Hal ini
disebabkan hilangnya pendamping hidup, sehingga menyebabkan rasa sedih yang lama dan
depresi mendalam. Rasa sedih dan depresi dapat mempengaruhi motivasi pasien untuk
melakukan terapi atau penanggulangan penyakit DM.
Keberadaan pasangan yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan ataupun
bantuan saat pasien mengalami masalah-masalah terkait kondisi kesehatannya, maka pasien
akan merasa lebih optimis dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut akan mempengaruhi
keseluruhan aspek pada kualitas hidupnya. Oleh karena itu, kualitas hidup penderita dengan
status menikah (mempunyai pasangan) lebih baik dari yang tidak memiliki pasangan.
4.7. Lama Menderita
Lama menderita diabetes melitus diketahui bahwa proporsi yang menderita ≤ 3
tahun ada sebesar 52,8% lebih banyak dibandingkan dengan > 3 tahun sebesar 47,2%.
Hasil analisis hubungan lama menderita dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus
diketahui bahwa ada sebanyak 38 (50,0%) dengan lama menderita ≤ 3 tahun yang
memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan pada mereka dengan lama menderita > 3
tahun ada 34 (50,0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 1,00 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Hasil penelitian ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Rwegerera et al,
Al Hayek AA et al, Yusra, Tyas, Correa K.,et al yang menyatakan tidak ada hubungan
antara lama menderita dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2.15,16,14,13,19
tetapi penelitian lain menemukan ada hubungan antara lama menderita dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus tipe 2 seperti penelitian V. B. Prajapati dan Ningtyas.18,21
Lama menderita diabetes melitus biasanya dikaitkan dengan komplikasi yang akan
dialami oleh penderita karena DM ini merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik,
dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang siqnifikan kemungkinan karena
banyak penderita yang masih baru menderita DM dan bagi penderita yang sudah lama
kemungkinan sudah lebih menerima kondisi penyakitnya sehingga tidak terlalu
berpengaruh dengan kualitas hidupnya.
4.8. Kecemasan
Proporsi penderita diabetes melitus yang tidak mengalami kecemasan ada sebesar
90,3% jauh lebih besar daripada yang mengalami kecemasan yang hanya sebesar 9,7%.
Hasil analisis hubungan kecemasan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus
diketahui bahwa ada sebanyak 72 (55,4%) diantara penderita yang tidak mengalami
kecemasan yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang mengalami
kecemasan tidak ada (0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desni di RSUD Arifin
Ahmad Pekan Baru yang mengatakan ada hubungan kecemasan dengan kualitas hidup
pasien diabetes melitus.10
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dos Santos dkk (2014) pada
996 penderita diabetes tipe 2 dan 2145 responden yang tidak menderita diabetes
memperlihatkan bahwa pada penderita diabetes prevalensi kecemasannya lebih tinggi
dibandingkan dengan responden penelitian yang tidak menderita diabetes mellitus, hal ini
berkaitan dengan memburuknya kualitas hidup penderita baik dari segi fisik, sosial,
psikologis serta hubungannya dengan lingkungan penderita berada.27
Penyakit DM dengan dapat mengakibatkan munculnya komplikasi lain selain
komplikasi fisik yaitu komplikasi psikologis yang berupa kecemasan. Kecemasan yang
terjadi disebabkan karena penyakitnya yang bersifat long life diseasses ataupun disebabkan
oleh komplikasi lain. Kecemasan juga biasanya berhubungan dengan lama menderita,
semakin lama menderita biasanya kecemasan meningkat apabila disertai penyakit lain.
4.9. Penyakit Penyerta
Proporsi penderita diabetes melitus yang tidak ada penyakit penyerta ada sebesar
78,5% lebih besar dibandingkan yang ada penyakit penyerta yaitu sebesar 21,5%. Hasil
analisis hubungan keberadaan penyakit penyerta dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus diketahui bahwa ada sebanyak 65 (57,5%) diantara yang tidak ada penyakit
penyerta yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang ada penyakit
penyerta ada hanya 7 (22,6%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara keberadaan penyakit
penyerta dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus. Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR=4,64 artinya penderita yang tidak ada penyakit penyerta memiliki peluang
4,64 kali memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan yang ada penyakit
penyerta.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rwegerera et al, Al
Hayek AA et al, Yusra, Tyas yang menyatakan ada hubungan penyakit penyerta dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2.15,16,14,13
Pasien diabetes lebih rentan terhadap makro atau mikroangiopati komplikasi,
seperti infark miokard, stroke, dan penyakit oklusi arterial perifer dari mereka tanpa DM
tipe 2. Literatur juga menyebutkan ada hubungan antara diabetes komplikasi
mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati, dan neuropati, dan penyakit kardiovaskular. 16
Yusra (2011) menyatakan bahwa komplikasi yang dialami pasien DM tipe II merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas hidup. Komplikasi yang dialami
mengakibatkan keterbatasan baik dari segi fisik, psikologis bahkan sosial. Gangguan
fungsi dan perubahan tersebut akan berdampak terhadap kualitas hidup pasien DM tipe
II.14
Penyakit penyerta yang dialami penderita ini bertahan terus sampai ke analisis
multivariat dan menjadi variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, status
pendidikan, pekerjaan, keberadaan pasangan, kecemasan dan hipertensi.
4.10. Tekanan Darah
Proporsi penderita yang mengalami hipertensi lebih banyak (68,1%) dibandingkan
yang tidak hipertensi (31,9%). Hasil analisis hubungan tekanan darah dengan kualitas
hidup penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 15 (32,6%) diantara
penderita tidak hipertensi yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara
yang hipertensi ada 57 (58,2%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,007 artinya ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR=0,35 artinya penderita yang tidak hipertensi menjadi faktor protektif untuki memiliki
kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan yang hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rwegerera et al, dan BA Issa, O
Baiyewu (2006) yang menemukan ada hubungan tekanan darah dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus.15,23
Tekanan darah bisa sebagai gejala dan bisa juga sebagai komplikasi lain pada
penderita diabetes melitus.
4.11. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Proporsi penderita diabetes melitus yang memiliki indeks massa tubuh dengan
kategori gemuk/obes lebih besar (56,9%) lebih banyak bila dibandingkan yang normal
(43,1%). Hasil analisis hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 29 (46,8%) diantara IMT normal
yang memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang IMT gemuk/obes ada 43
(52,4%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,614 artinya ada tidak hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus
Penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Rwegerera et al, V. B.
Prajapati, Correa K.,et al yang mengatakan tidak ada hubungan indeks massa tubuh dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2.15,18,19
Indeks massa tubuh seseorang biasanya sangat berkaitan dengan asupan makanan
dan aktifitas fisik orang tersebut. Pada penelitian ini lebih banyak responden perempuan,
lebih banyak yang tidak bekerja bisa diasumsikan aktifitas fisik dari penderita kurang
sehingga banyak yang gemuk/obes tetapi memiliki proporsi kualitas hidup yang baik lebih
besar, ini mungkin diakibatkan oleh rasa penerimaan diri yang cukup tentang penyakit dari
responden dan bisa mengatur hidup lebih baik.
4.12. Terapi yang dilakukan
Proporsi penderita yang mendapat/melakukan pengobatan (pil/hipoglikemik oral/
insulin) ada sebanyak 75,7% lebih banyak dari yang tidak mendapat/melakukan
pengobatan sebesar 24,3%. Hasil analisis hubungan terapi dengan kualitas hidup penderita
diabetes melitus diketahui bahwa ada sebanyak 58 (53,2%) diantara penderita yang
mendapat pengobatan memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan diantara yang tidak
mendapat pengobatan ada 14 (40,0%) yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,244 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara terapi
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tyas(2008) di
Kota Blitar yang mengatakan tidak ada hubungan antara terapi yang dilakukan dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2.13
Dalam penelitian ini masih terdapat 24,3% yang tidak melakukan terapi pengobatan
karena mereka masih banyak yang tidak terlalu peduli dengan kondisi diabetesnya
sehingga tidak melakukan pengontrolan kadar gula darahnya. Hal ini bisa berbahaya
karena bisa mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol yang dapat
mempercepat terjadinya komplikasi atau penyakit penyerta lain dan juga dapat
menurunkan kualitas hidupnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kualitas hidup (QoL) penderita diabetes
melitus tipe 2 memiliki proporsi yang sama antara kualitas hidup yang baik dan kualitas
hidup yang kurang baik yaitu masing-masing 50%. Proporsi usia dewasa (25-65 tahun)
ditemukan lebih dari setengahnya, perempuan lebih banyak, pendidikan rendah lebih
banyak, yang memiliki pasangan lebih banyak, lama menderita ≤ 3 tahun lebih banyak,
tidak ada kecemasan lebih banyak, tidak ada penyakit penyerta lebih banyak, hipertensi
lebih banyak, IMT gemuk/obes lebih banyak dan yang mendapat pengobatan lebih banyak.
Setelah dilakukan analisis bivariat maka ditemukan tidak ada hubungan signifikan antara
umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama menderita, indeks massa tubuh dan terapi yang
dilakukan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus di Kota Bogor. Variabel yang
memiliki hubungan yang signiikan adalah pendidikan, keberadaan pasangan, kecemasan,
keberadaan penyakit penyerta, tekanan darah dengan kualitas hidup penderita diabetes
melitus tipe 2. Dari hasil akhir analisis multivariat ditemukan bahwa variabel
komorbid(keberadaan penyakit penyerta) merupakan variabel yang paling dominan
berhubungan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus di Kota Bogor setelah
dikontrol variabel jenis kelamin, status pendidikan, pekerjaan, keberadaan pasangan,
cemas dan hipertensi.
5.2. Saran
1. Kepada penderita diabetes melitus tipe 2
Diharapkan untuk selalu mengontrol kadar gula darah secara rutin dan melakukan
pemeriksaan medical check-up berkala untuk memantau kondisi kesehatan dan mencegah
terjadinya penyakit penyerta ataupun komplikasi lebih lanjut dari diabetes melitus untuk
menjaga kualitas hidup yang lebih baik.
2. Kepada Fasilitas Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan
Memberikan informasi yang lebih melalui brosur, maupun penyuluhan langsung
kepada penderita diabetes melitus tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga
kualitas hidup yang lebih baik seperti melakukan kontrol kadar gula darah, tekanan darah,
menjaga kesehatan fisik dan psikis serta perlunya dukungan pasangan atau keluarga
terhadap penderita.
Membuat program atau kebijakan tentang perlunya skrining penyakit lain dari
penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya penyakit penyerta atau komplikasi
dari penyakit diabetes melitus
3. Kepada Penelitian Kohor PTM
Perlunya melakukan penilaian kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2
dengan melakukan follow up terhadap penderita.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih kepada Kepala Badan Litbang Kemenkes RI, Kapus Litbang Ukesmas,
PPI Puslitbang Ukesmas, Dinkes Kota Bogor, Pembina Risbinkes, Lurah se-kecamatan
Bogor Tengah, Tim sekretariat risbinkes dan masyarakat/penderita diabetes melitus yang
menjadi responden penelitian.
Daftar Kepustakaan
1. Kemenkes. Diabetes Melitus Penyebab Kematian Nomor 6 Di Dunia: Kemenkes
Tawarkan Solusi Cerdik Melalui Posbindu, Di publikasikan 8 September 2013.
http://www.depkes.go.id/article/print/2383/diabetes-melitus-penyebab-kematian-
nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-posbindu.html [13
Oktober 2017]
2. WHO, Global Report on Diabetes. 2016
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204871/9789241565257_eng.pdf;
3. Ibnusiena. Angka Penderita Diabetes di Indonesia Mencengangkan
https://indonesianyouth.org/ibnusie/angka-penderita-diabetes-di-indonesia-
mencengangkan/
4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Jakarta.
5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Jakarta.
6. Kemenkes RI Riskesdas Dalam Angka Provinsi Jawa Barat 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
7. Joice M. Laoh, Debora Tampongangoy. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Mellitus Di Poliklinik Endokrin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, JUIPERDO,
VOL 4, N0. 1 Maret 2015
https://media.neliti.com/media/publications/92587-ID-gambaran-kualitas-hidup-pasien-
diabetes.pdf
8. Yuli Wahyuni, Nursiswati, Anastasia Anna, Kualitas Hidup berdasarkan Karekteristik
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Jurnal Keperawatan Universitas Padjadjaran Volume
2 Nomor 1 April 2014
9. Annies Alfie Azila. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poli
Interna RUD Dr. Soebandi Jember, Skripsi
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/73523/092310101019--
Annies%20Alfie%20Azila-1-54.pdf?sequence=1 [13 Oktober 2017]
10. Desni Tri Utami, Darwin Karim, Agrina,( 2014) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum, JOM PSIK VOL.
1 NO. 2 OKTOBER 2014
11. Pradono J.,dkk Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular dan Tumbuh
Kembang Anak Tahun 2017. Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan
Masyarakat, Laporan Akhir Penelitian. 2017
12. Ariawan I. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan (Bahan ajar). Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan, FKM UI. Depok. 1998
13. Tyas. Hubungan Perawatan Diri dan Persepsi Sakit dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Konteks Asuhan Keperawatan di Kota Blitar, FIK UI,
Thesis. 2008
14. Yusra A. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta, FIK UI, Thesis 2011
15. Rwegerera. G.M, et al . Health-related quality of life and associated factors among
patients with diabetes mellitus in Botswana, Alexandria Journal of Medicine 54 ; 111–
118. . https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S209050681730091X
16. Al Hayek A.A, et al Factors Associated with Health-Related Quality of Life among
Saudi Patients with Type 2 Diabetes Mellitus: A Cross-Sectional Survey, Diabetes & Metabolism Journal, 38; 220-229.
https://pdfs.semanticscholar.org/8313/04e3caffe08af2da6e187dee4fd99e1a0c3e.pdf
17. Rapkin, B. D., & Schwartz, C. E. Toward a theoretical model of quality of life
appraisal: Implications of findings fromstudies of response shift. Health and Quality of
Life Outcomes, 2(1), 14.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC408464/pdf/1477-7525-2-14.pdf
18. V. B. Prajapati, R. Blake, L. D. Acharya, S. Seshadri Assessment of quality of life in
type II diabetic patients using the modified diabetes quality of life (MDQoL)-17
questionnaire. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 53(4):e17144
http://www.scielo.br/pdf/bjps/v53n4/1984-8250-bjps-53-04-e17144.pdf
19. Correa K., et al Quality of life and characteristics of diabetic patients Ciência & Saúde
Coletiva, 22(3):921-930.
http://www.scielo.br/pdf/csc/v22n3/en_1413-8123-csc-22-03-0921.pdf
20. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Jakarta. (Laporan Nasional)
21. Ningtyas D.W. Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD
Bangil Kabupaten Pasuruan, Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, FKM
Universitas Jember
22. Timar et al., Factors influencing the quality of life perception in patients with type 2
diabetes mellitus, Dove Press Journal
23. BA Issa, O Baiyewu Quality of Life of Patients with Diabetes Mellitus in a Nigerian
Teaching Hospital , Hong Kong J Psychiatry 2006;16:27-33
24. Wandell Per E.., Quality of Life of Patiens With Diabetes Mellitus An Overview of
Research In Primary Health Care In The Nordic Countries, Scandinavian Journal of
Primary Health Care
25. Malamtiga, R. D., Kandou, G. D., & Asrifuddin, A. (2017). Hubungan antara diabetes
mellitus dan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup pada lansia di Kelurahan Kinilow
Kecamatan Tomohon Utara. Media Kesehatan, 9(3).
https://ejournalhealth.com/index.php/medkes/article/viewFile/304/296
[20 Desember 2018]
26. Herdianti, H. (2017). Determinan kualitas hidup penderita dm tipe 2 di rsud
ajjappange. Jurnal Endurance, 2(1), 74-80.
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/viewFile/1662/567 [20
Desember 2018]
27. Dos Santos, M. A. B., Ceretta, L. B., Réus, G. Z., Abelaira, H. M., Jornada, L. K.,
Schwalm, M. T., ... & Quevedo, J. (2014). Anxiety disorders are associated with quality of
life impairment in patients with insulin-dependent type 2 diabetes: a case-control
study. Revista Brasileira de Psiquiatria, 36(4), 298-304.
http://www.scielo.br/pdf/rbp/v36n4/1516-4446-rbp-1516-4446-2013-1230.pdf
[20 Desember 2018]
28. Didarloo, A., & Alizadeh, M. (2016). Health-related quality of life and its determinants
among women with diabetes mellitus: A cross-sectional analysis. Nursing and midwifery
studies, 5(1). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4915209/pdf/nms-05-01-
28937.pdf [20 Desember 2018]
29. Faridah, I. N., & Dewintasari, V. (2016). Hubungan Usia dan Penyakit Penyerta
terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kotagede 1
Yogyakarta. Prosiding Rakernas dan Pertemuan ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker
Indonesia 2016. http://ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/prosiding/PFK-
5.pdf [20 Desember 2018]
J. Lampiran (Persetujuan Etik, Ijin Penelitian, Kuesioner)
Kementerian Kesehatan R.I Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Jalan Percetakan Negara 29. Jakarta 10560 STUDI DETERMINAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE -2 DI KOTA BOGOR TAHUN 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
melakukan Studi Determinan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe -2 Di Kota
Bogor Tahun 2018
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui determinan kualitas hidup penderita DM tipe-2 di Kota
Bogor Tahun 2018
Desain studi ini adalah potong lintang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita
diabetes mellitus tipe 2 hasil dari studi kohor PTM mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2018 di Kota Bogor dengan pemilihan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel acak
sistematis. Periode pengumpulan data dimulai bulan Mei – Oktober 2018.
Tahapan penelitian adalah persiapan, pelatihan, sosialisasi, pengumpulan data, analisis
data, dan laporan akhir. Metode pengumpulan data terdiri pengumpulan data kuantitatif dengan
menggunakan kuesioner. Kami akan melakukan wawancara yang membutuhkan waktu sekitar 40
menit per responden. Untuk mengganti waktu yang hilang dalam rangka pengumpulan data
kuantitatif maka setiap responden akan diberikan kompensasi sebesar Rp 40.000,- (Empat puluh
ribu rupah).
Semua data yang diperoleh dari hasil wawancara akan dijaga kerahasiaannya serta
disimpan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Jakarta
dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan nasional.
Apabila Bapak/Ibu/Sdr/Sdri memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai studi ini, dapat
menghubungi:
drg. Agus Suprapto, M.Kes
Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan
Masyarakat
Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta
Pusat 10560
Telpon (021) 4261088 ext 421,
Fax (021) 42872392
Hp 08123195472
Nikson Sitorus, SKM, M.Epid
Ketua Pelaksana Penelitian
Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta Pusat
10560
Telpon (021) 4261088 ext 146,
Fax (021) 4209866
Hp. 081315317892
E-mail : [email protected]
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT untuk Pengambilan Data Kuantitatif)
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama Responden :
Usia :
Jabatan dan Nama Faskes :
Alamat Faskes :
Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang berkaitan
dengan Studi Determinan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe -2 Di Kota Bogor
Tahun 2018 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan R.I. Saya memutuskan setuju/tidak setuju* untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian
ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila saya inginkan, maka saya dapat mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
Saksi Yang menyatakan
Responden Faskes
(........................................) (........................................)
Nama dan tandatangan Nama dan tanda tangan
*) Coret yang tidak perlu
------------------------------------------------------gunting disini----------------------------------------------------
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT untuk Pengambilan Data Kuantitatif)
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama Responden :
Usia :
Jabatan dan Nama Faskes :
Alamat Faskes :
Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang berkaitan
dengan Studi Determinan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe -2 Di Kota Bogor
Tahun 2018 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan R.I. Saya memutuskan setuju/tidak setuju* untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian
ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila saya inginkan, maka saya dapat mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
Saksi Yang menyatakan
Responden Faskes
(........................................) (........................................)
Nama dan tandatangan Nama dan tanda tangan *) Coret yang tidak perlu
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DI KOTA BOGOR TAHUN 2018
I. PENGENALAN TEMPAT
1 Desa/Kelurahan :
2 RT / RW :
II. KETERANGAN PENGUMPUL DATA
1 Nama PengumpulData:
3 Tandatangan Pengumpul Data
2 Tanggal Pengumpulan Data: (tgl-bln-thn) --
III. Data Sosiodemografi
1 Nama
2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
3 Status kawin 1. Belum kawin 2. Kawin 3. Cerai Hidup 4. Janda/duda
4 Umur
5 Status Pendidikan 1. Tidak/belum pernah sekolah
2. Tidak tamat SD/MI 3. Tamat SD/MI 4. TamatSLTP/MTS
5. Tamat SLTA/MA 6. Tamat D1/D2/D3
7. Tamat PT
6 Status Pekerjaan Utama
1. PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD 2.Pegawai swasta
3. Wiraswasta 4. Petani
5. Nelayan 6. Buruh
7. Lainnya 8. Tidak kerja
7 Lama Menderita : ......................... Tahun
8 Penyakit lain yang dialami berdasarkan diagnosa dokter ( Tulis : 1 bila ya ; 2 bila tidak untuk masing-masing pilihan)
1. Retinopati (katarak,glaukoma)
2.Nefropati (gagal ginjal)
3. Neuropati (kesemutan, rasa terbakar atau mati rasa pada kaki
4. Penyakit Jantung
5. Gangguan neurologi (stroke)
6. Lainnya(.............)
12. Tidak ada
9.a Pengobatan DM yang dilakukan
1. Tidak mendapat obat diabet/Tidak berobat
2.Pil/Obat hipoglikemik oral
3. Suntikan insulin 4. Lainnya.....
9.b Apabila jawaban 9.a adalah 2 dan 3, bagaimana dilakukan
1. Rutin, sesuai dengan petunjuk dokter
2. Rutin, tidak berdasarkan petunjuk doktek
3. Kadang-kadang/tidak rutin
10 Tempat Melakukan kontrol Gula darah
1. Posbindu PTM 2.Puskesmas 3.Rumah sakit/Klinik 4. Lainnya....
11 Sumber biaya pengobatan DM
1. JKN/KIS/BPJS 2. Asuransi Swasta 3.Pribadi 4. Tidak berlaku
12 Berat Badan : .............................Kg
RAHASIA
13 Tinggi Badan : ............................. cm
14 Tekanan Darah : Sistole : ..........mm/hg Diastole : ........mm/hg
15
No Telepon/HP Pribadi: -
IV. Kualitas Hidup Pertanyaan No. 1 – 30 adalah pertanyaan tentang Kualitas Hidup Penderita DM
No Pertanyaan tentang Kepuasan. Dalam 1 minggu terakhir Seberapa puas Bapak/Ibu/Saudara/i dengan .....
Sangat tidak memuaskan
Tidak memuaskan
Biasa-biasa saja
Memuaskan
Sangat Memuaskan
1 Lamanya waktu yang digunakan untuk kontrol/berobat ?
1 2 3 4 5
2 Pengobatan diabetes yang ada ? 1 2 3 4 5
3 Diet DM yang Anda lakukan ? 1 2 3 4 5
4 Beban diabetes Anda di dalam keluarga ? 1 2 3 4 5
5 Pengetahuan yang anda miliki tentang diabetes? 1 2 3 4 5
6 Tidur anda? 1 2 3 4 5
7 Hubungan sosial dan persahabatan anda? 1 2 3 4 5
8 Kehidupan Seksual anda? 1 2 3 4 5
9 Aktifitas anda (pekerjaan, dan rumah tangga anda)?
1 2 3 4 5
10 Penampilan tubuh anda? 1 2 3 4 5
11 Waktu yang anda gunakan untuk olah raga? 1 2 3 4 5
12 Waktu santai/senggang anda? 1 2 3 4 5
13 Hidup anda? 1 2 3 4 5
Pertanyaan berikut tentang seberapa sering bapak/ibu/saudara/i mengalami hal-hal berikut dalam 1 minggu
No Seberapa sering bapak/ibu/saudara/i ......... Setiap saat
Sangat Sering
Dalam jumlah sedang
Sedikit
Tidak sama sekali
14 Merasa sakit (nyeri) sehubungan dengan diabetes? 1 2 3 4 5
15 Dipermalukan di depan umum karena diabetes? 1 2 3 4 5
16 Mengalami gula darah rendah? 1 2 3 4 5
17 Tidak bisa tidur di malam hari? 1 2 3 4 5
18 Hubungan sosial dan persahabatan anda dibatasi karena diabetes?
1 2 3 4 5
19 Merasa diri baik? 1 2 3 4 5
20 Merasa dibatasi oleh diet anda? 1 2 3 4 5
21 Merasa dicegah melakukan olah raga karena diabetes?
1 2 3 4 5
22 Meninggalkan aktifitas (pekerjaan atau tugas-tugas rumah tangga) karena diabetes?
1 2 3 4 5
23 Merasa terganggu aktivitas santai anda karena diabetes?
1 2 3 4 5
24 Menceritakan diabetes anda pada orang lain 1 2 3 4 5
25 Merasa pergi ke kamar mandi lebih sering dibandingkan orang lain karena diabetes?
1 2 3 4 5
26 Merasa takut apakah akan kehilangan pekerjaan? 1 2 3 4 5
27 Merasa takut apakah dapat melakukan liburan atau perjalanan?
1 2 3 4 5
28 Merasa takut apakah akan meninggal dunia? 1 2 3 4 5
29 Merasa takut tubuh terlihat berbeda karena diabetes?
1 2 3 4 5
30 Merasa takut mengalami komplikasi karena diabetes?
1 2 3 4 5
V. GANGGUAN CEMAS Pertanyaan No. 1 – 23 adalah pertanyaan tentang gangguan cemas yang dialami penderita DMSelama 6 bulan terakhir:
1 Apakah [NAMA] khawatir berlebihan atau cemas perihal 2 atau lebih masalah hidup sehari-hari yang lebih daripada orang lain? Atau apakah orang mengatakan bahwa [Nama] khawatir berlebihan? Apakah kekhawatiran ini muncul hampir setiap hari?
1. Ya 2. Tidak
2 Merasa denyut jantung tak teratur, cepat atau berdebar keras? 1. Ya 2. Tidak 3 Berkeringat? 1. Ya 2. Tidak 4 Gemetar atau bergetar? 1. Ya 2. Tidak 5 Merasa mulut kering? 1. Ya 2. Tidak 6 Mengalami kesulitan bernafas? 1. Ya 2. Tidak 7 Merasa tercekik? 1. Ya 2. Tidak 8 Merasa nyeri, tertekan atau tidak enak di dada? 1. Ya 2. Tidak 9 Mengalami mual atau gangguan perut? 1. Ya 2. Tidak
10 Kepala pusing, sempoyongan, melayang atau pingsan? 1. Ya 2. Tidak 11 Merasa asing dengan sekeliling [Nama] atau dengan bagian tubuh[NAMA]? 1. Ya 2. Tidak 12 Takut bahwa[NAMA]akan menjadi gila, kehilangan kendali atau pingsan? 1. Ya 2. Tidak 13 Takut bahwa[NAMA]akan mati? 1. Ya 2. Tidak 14 Mengalami rasa panas atau dingin yang menjalar di wajah, leher dan dada? 1. Ya 2. Tidak 15 Merasa kesemutan atau baal pada bagian-bagian tubuh[NAMA]? 1. Ya 2. Tidak 16 Merasa sakit, nyeri atau tegang otot? 1. Ya 2. Tidak 17 Merasa gelisah, tidak bisa santai? 1. Ya 2. Tidak 18 Merasa pikiran tegang? 1. Ya 2. Tidak
19 Merasa sulit menelan, atau kerongkongan tersumbat? 1. Ya 2. Tidak 20 Mudah kaget/terkejut? 1. Ya 2. Tidak 21 Sulit berkonsentrasi, atau merasa pikiran kosong? 1. Ya 2. Tidak 22 Merasa mudah tersinggung? 1. Ya 2. Tidak 23 Sulit tidur karena kekhawatiran? 1. Ya 2. Tidak
CATATAN PEWAWANCARA