Langkah-langkah membangun Jejaring internal · Web viewMATERI INTI 5 PELATIHAN JARAK JAUH UNTUK...

download Langkah-langkah membangun Jejaring internal · Web viewMATERI INTI 5 PELATIHAN JARAK JAUH UNTUK DOKTER PRAKTEK MANDIRI (DPM) JEJARING PROGRAM PENGENDALIAN TB DAFTAR ISI Tentang Materi

If you can't read please download the document

Transcript of Langkah-langkah membangun Jejaring internal · Web viewMATERI INTI 5 PELATIHAN JARAK JAUH UNTUK...

MATERI INTI 5

PELATIHAN JARAK JAUH UNTUK DOKTER PRAKTEK MANDIRI (DPM)

JEJARING PROGRAM PENGENDALIAN TB

DAFTAR ISI

Tentang Materi ini

Kegiatan Belajar 1

Konsep Jejaring P2TB

Tujuan ...

Pokok Materi ...

Uraian Materi ..

1. Pengertian Jejaring P2TB

2. Tujuan Jejaring P2TB

3. Jenis-jenis Jejaring P2TB

Sekarang saya tahu ..

Bahan diskusi ...

Tugas ..

Test ....

Kegiatan Belajar 2

Langkah-langkah membangun Jejaring P2TB

Tujuan .

Pokok Materi .

Uraian Materi .

1. Langkah-langkah membangun Jejaring internal2. Langkah-langkah membangun Jejaring eksternal

Sekarang saya tahu ..

Bahan diskusi .

Tugas

Test ..

Kegiatan Belajar 3

Mekanime Penerapan Jejaring P2TB

Tujuan .

Pokok Materi .

Uraian Materi .

1. Peran Komponen terkait dalam Jejaring

2. Perjanjian Kerja Sama DPM dengan Puskesmas

3. Penerapan Jejaring P2TB

Sekarang saya tahu ..

Bahan diskusi .

Tugas

Test ..

.

SELAMAT!!!!

ANDA SUDAH SAMPAI KE MATERI 5 TENTANG JEJARING P2TB

(Anda baru dapat mempelajari materi ini setelah anda menyelesaikan seluruh penugasan pada materi inti 4 tentang Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada penderita TB !!!)

Sebelum kita lanjut ke materi apa yang anda ketahui tentang jejaring P2TB??

(Jejaring P2TB adalah:. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Mari kita lihat tujuan pembelajaran dari modul ini.Tujuan Pembelajaran Umum:Setelah menyelesaikan kegiatan belajar inipeserta dapat melakukan Jejaring Program P2TB.Tujuan Pembelajaran Khusus:Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta mampu menjelaskan:Konsep Jejaring P2TB2.Langkah-langkah membangun jejaring P2TBPeran para pemangku kepentingan dalam Jejaring P2TBPengisian format Pencatan dan Pelaporan TB09 dan TB10 . . .)

Tentang Materi ini

(Submit)

Tentang Materi ini

Program Pengendalian TB dalam strategi nasional diarahkan menuju akses universal terhadap layanan TB yang berkualitas, yang dapat dicapai dengan melibatkan secara aktif seluruh fasilitas kesehatan.

Public Private Mix (bauran layanan pemerintah-swasta), adalah pelibatan semua fasilitas kesehatan dalam bentuk jejaring layanan pasien TB yang berkesinambungan dengan pendekatan yang komperhensif.

Hasil Riskesdas 2010, Balitbangkes (2011) menyatakan bahwa penduduk yang menjawab diagnosis dilakukan di puskesmas sebesar 36,2 %, RS pemerintah sebesar 33,9%, Balai Pengobatan/Klinik/Praktik Dokter sebesar 18,9%, serta RS swasta sebesar 11%.Namun belum semua faskes dapat melaksanakan tatalaksana penemuan dan pengobatan pasien TB secara tepat sesuai dengan strategi DOTS.

Dokter Praktik Mandiri (DPM) memiliki potensi yang besar dalam penemuan pasien (case finding) TB, namun memiliki keterbatasan dalam pemantauan pengobatan pasien (case holding) karena tidak mempunyai wilayah kerja.

Untuk dapat menatalaksana pasien TB sesuai PNPK Tatalaksana TB , DPM memerlukan jejaring pelayanan TB berupa kerja sama timbal balik secara internal di tempat praktik maupun secara eksternal dengan fasilitas kesehatan lainnya.

(hyperlink ke PNPK Tatalaksana TB)

Materi ini terdiri dari 3 kegiatan belajar yaitu konsep jejaring, langkah-langkah membangun jejaring,serta mekanisme penerapan jejaring P2TB

Mari kita lihat tujuan pembelajaran dari Materi ini.

Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar inipeserta dapat menjelaskan tentang Jejaring Program Pengendalian TB.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah menyelesaikan materi ini peserta mampu menjelaskan:

1. Konsep Jejaring P2TB.

2. Langkah-Langkah Membangun Jejaring P2TB

3. Mekanisme Pengeterapan Jejaring P2TB

Kegiatan Belajar 1.

KONSEP JEJARING P2TB

Dalam menatalaksana pasien TB secara komprehensif diperlukan kerja sama terintegrasi antara semua pemberi pelayanan baik pemerintah maupun swasta dalam bentuk PPM ((Public Private Mix).

PPM atau jejaring pelayanan pasien TB meliputi:

Hubungan kerjasama pemerintah-swasta, seperti: kerjasama program pengendalian TB dengan faskes milik swasta, kerjasama dengan sektor industri/perusahaan/tempat kerja, kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Hubungan kerjasama pemerintah-pemerintah, seperti: kerjasama program pengendalian TB dengan institusi pemerintah Lintas Program/Lintas Sektor, kerjasama dengan faskes milik pemerintah termasuk faskes yang ada di BUMN, TNI, POLRI dan lapas/rutan.

Hubungan kerjasama swasta-swasta, seperti: kerjasama antara organisasi profesi dengan LSM, kerjasama RS swasta dengan DPM, kerjasama DPM dengan laboratorium swasta dan apotik swasta.

TUJUAN PEMBELAJARAN:

Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah menyelesailan kegiatan belajar ini peserta dapat memahami konsep jejaring P2TB

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta dapat menjelaskan:

1. Pengertian jejaring

2. Tujuan jejaring

3. Jenis jejaring P2TB

POKOK MATERI:

1. Pengertian jejaring

2. Tujuan jejaring

3. Jenis jejaring P2TB

URAIAN MATERI

1. Pengertian Jejaring

Jejaring P2TB adalah hubungan kerja timbal balik yang dibangun baik didalam maupun diluar institusi kesehatan dalam Program PengendalianTB.

Jejaring pelayanan TB adalah hubungan kerja sama timbal balik antar faskes serta institusi kesehatan lainnya dalam menatalaksana penderita TB.

Jejaring pelayanan TB bagi DPM adalah jejaring antara DPM dengan faskes lainnya baik FKTP maupun FKRTL serta institusi terkait yang dapat memudahkan DPM dalam menatalaksana pasien TB.

2. Tujuan Jejaring

Tujuan jejaring layanan TB adalah agar setiap pasien TB mendapatkan kemudahan akses pelayanan yang berkualitas sesuai dengan PNPK.

Setiap faskes mempunyai keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien TB sehingga kerja sama didalam jejaring merupakan hal yang mutlak dan sangat penting dalam mencapai tujuan ini.

3. Jenis jejaring P2TB:

a. Jejaring internal adalah jejaring kerja antar semua unit yang terkait dalam suatu faskes dalam menangani pasien TB. Semakin besar faskesnya semakin banyak unit yang terlibat dalam jejaring pelayanan TB di faskes tersebut.

Jejaring internal bagi DPM adalah jejaring antar unit ditempat praktik DPM tersebut. Bagi DPM yang berpraktik di Klinik Pratama maka jejaring internalnya adalah antara DPM tersebut dengan laboratorium dan apotik yang ada didalam klinik tersebut. (Klinik Pratama: Permenkes no.9 tahun 2014 ayat (1) huruf a yaitu klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar maupun khusus ( hyperlink ke PerMenkes NO 9 tahun 2014)

Apabila DPM praktik mandiri murni maka tidak ada jejaring internal.

b. Jejaring eksternal adalah jejaring kerja yang dibangun antara suatu faskes dengan faskes lainnya atau institusi yang terkait dalam pelayanan pasien TB.

Jejaring eksternal bagi DPM meliputi jejaring antara DPM itu sendiri dengan Puskesmas, Rumah Sakit, BKPM, BBKPM, BP4, Laboratorium , Apotek,IDI Cabang, Dinkes Kab/Kota dan institusi terkait lainnya .

Dinas Kesehatan setempat sebagai koordinator dan penanggung jawab dalam pembentukan dan pelaksanaan jejaring eksternal P2TB.

Hubungan DPM dengan Puskesmas merupakan hal yang sangat penting antara lain dalam rujukan pemeriksaan laboratorium (sputum) untuk penegakan diagnosis dan follow up, mendapatkan logistik P2TB baik OAT maupun non formulir pencatatan dan pelaporan, pelacakan pasien mangkir dan hal-hal lain yang dirasa perlu.

Sebaiknya DPM berjejaring dengan Puskesmas dimana lokasi praktiknya berada diwilayah kerja Puskesmas tersebut atau terdekat dengan tempat praktik., diutamakan dengan PRM.(Puskesmas Rujukan Mikroskopis)

Komponen jejaring adalah unit-unit terkait didalam jejaring baik jejaring internal maupun jejaring eksternal.

(Apotik) (Lab)

Anda sudah mengetahui tentang konsep Jejaring P2TB, dapatkah anda menjelaskan apa itu jejaring dan kenapa Jejaring itu penting?

(Jejaring P2TB adalah:. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Mari kita lihat tujuan pembelajaran dari modul ini.Tujuan Pembelajaran Umum:Setelah menyelesaikan kegiatan belajar inipeserta dapat melakukan Jejaring Program P2TB.Tujuan Pembelajaran Khusus:Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta mampu menjelaskan:Konsep Jejaring P2TB2.Langkah-langkah membangun jejaring P2TBPeran para pemangku kepentingan dalam Jejaring P2TBPengisian format Pencatan dan Pelaporan TB09 dan TB10 . . .)

(submit)

SEKARANG SAYA TAHU

BAHAN DISKUSI

TUGAS

TEST

Kegiatan balajar 2:

LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN JEJARING

Jejaring baik secara internal maupun eksternal harus dibangun bersama dengan seluruh komponen yang terlibat dalam pelayanan pada pasien TB.

Perlu komitmen, tanggung jawab dan peran yang jelas dari masing masing komponen yang disepakati bersama, agar dalam pembentukan dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

Penanggung jawab pembentukan jejaring internal adalah pimpinan faskes itu sendiri.Pada Klinik Pratama tentunya adalah pimpinan kliniknya.

Pada jejaring eksternal penanggung jawabnya adalah Kepala Dinas Kesehatan setempat.

TUJUAN PEMBELAJARAN:

Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta dapat memahami langkah-langkah membangun jejaring P2TB

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta dapat menjelaskan

1. Langkah-langkah membangun jejaring internal P2TB

2. Langkah-langkah membangun jejaring eksternal P2TB

POKOK MATERI:

1. Langkah-langkah membangun jejaring internal P2TB

2. Langkah-langkah membangun jejaring eksternal P2TB

URAIAN MATERI

1. Langkah-langkah membangun Jejaring internal.

.Langkah membangun jejaring internal pada Klinik Pratama adalah sebagai berikut:

Penanggung jawab pembentukan jejaring internal pada Kliknik Pratama adalah Pimpinan Klinik tersebut.

a. Mengadakan pertemuan dengan seluruh unit

b. Melakukan sosialisasi tentang program P2TB

c. Membuat kesepakatan dalam penata laksanaan pasien TB termasuk Standar Prosedur Operasional (SPO)

d. Melengkapi logistik OAT maupun formulir pencatatan dan pelaporan melalui kerja sama dengan Puskesmas sesuai kebutuhan

Hal-hal yang disampaikan kepada petugas :

a. Sosialisasi tentang program P2TB

b. Perlunya kesepakatan dalam penata laksanaan pasien TB sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)

c. Cara mendapatkan OAT maupun formulir pencatatan dan pelaporan melalui kerja sama dengan Puskesmas sesuai kebutuhan.

Jejaring internal hanya ada pada DPM yang praktik di Klinik Pratama.

DPM yang praktik perorangan murni tidak mempunyai jejaring internal.

.Langkah membangun jejaring internal pada faskes tingkat lanjut adalah:

a. Inventarisasi semua unit yang terkait serta peran msing-masing dalam penatalaksanaan TB

b. Pertemuan dengan pimpinan unit terkait (tingkat menejemen faskes)

c. Menyampaikan semua permasalahan menyangkut pelayanan pada pasien TB selama ini

d. Sosialisasi tentang program P2TB dan kaitannya dengan pelayanan yang diberikan oleh seluruh unit terkait.

e. Kesepakatan dalam menata pasien TB sesuai PNPK Tatalaksana TB

f. Penunjukan penanggung jawab tiap-tiap unit atau komponen jejaring

g. Pembentukan tim DOTS

Materi yang dibahas meliputi:

a. Kesiapan masing masing unit terkait dalam menerapkan PNPK tata laksana TB

b. Membuat SPO penatalaksanaan TB

c. Alur koordinasi dan komunikasi antar unit pelayanan terkait

d. Penunjukan penanggung jawab jejaring kerja dari masing-masing unit

e. Kebijakan dari pihak manajemen untuk mendukung kelancaran pelayanan, maupun dukungan sarana prasarana guna optimalisasi pelaksanaan jejaring internal.

Banyaknya komponen yang terlibat dalam jejaring internal sangat tergantung dari unit yang tersedia dan terkait dengan pelayanan pasien TB di fasilitas kesehatan tingkat lanjut tersebut.

2. Langkah-langkah membangun Jejaring eksternal untuk DPM

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah koordinator dan penanggung jawab dalam membangun Jejaring eksternal TB di wilayah kerjanya.

Langkah-langkah membangun jejaring eksternal di suatu wilayah sebagai berikut:

a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengadakan pertemuan dengan semua faskes yang akan melayani pasien TB dan seluruh pemangku kepentingan.

b. Membahas materi meliputi:

1) Desiminasi tentang jejaring kerja eksternal TB.

2) Kesiapan masing-masing faskes yang akan melayani pasien TB

3) Alur koordinasi dan komunikasi antar faskes terkait pemeriksaan laboratorium, alur mendapatkan logistik ,alur pasien pindah, pelacakan pasien mangkir serta mekanisme pencatatan dan pelaporan.

.

c. Kesepakatan dari setiap faskes dan organisasi terkait dalam mendukung sarana dan prasarana pelaksanaan jejaring eksternal secara optimal.

d. Penunjukan penanggung jawab jejaring eksternal P2 TB dari masing masing faskes

e. Bersama IDI Cabang setempat menyusun dan menanda tangani MOU sebagai payung hukum PKS (Perjanjian Kerja Sama)

f. Menyusun dan memfasilitasi penandatanganan PKS antara DPM terlatih dengan Puskesmas ,

Bagi DPM yang sudah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh IDI setempat dan telah termasuk Pelatihan Jarak Jauh diwajibkan untuk masuk dan menjadi salah satu komponen dalam Jejaring eksternal tersebut diatas melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melapor secara tertulis tentang pelatihan TB yang telah diikuti kepada IDI Cabang dengan tembusan ke Dinkes setempat

b. Berkoordinasi dengan Puskesmas setempat dalam pengeterapan PKS yang sudah disepakati.

c. Membuat jejaring internal apabila DPM ber praktik di Klinik Pratama.

(Agar DPM terpapar dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat maka DPM harus pro aktif melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat)

(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar melibatkan pula DPM dalam acara Monitoring dan Evaluasi (Monev) P2TB setempat)

Gambar Jejaring Eksternal P2TB

(BPJS)

Keterangan :

: Jejaring koordinasi kemitraan

:Jejaring pembinaan dan koordinasi logistik, pencatatan dan pelaporan, laboratorium dan kasus TB

: Jejaring pembinaan teknis medis

Anda sudah mengetahui langkah-langkah membangun jejaring baik internal maupun eksternal.

Dapatkah anda menjelaskan bagaimana langkah-langkah anda dalam membangun jejaring di Klinik Pratama anda

(Langkah-langkah membangun jejaring pada Klinik Pratama:................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................)

SEKARANG SAYA TAHU

BAHAN DISKUSI

TUGAS

TEST

Kegiatan Belajar 3

. MEKANISME PENERAPAN JEJARING P2TB

Untuk memahami mekanisme penerapan jejaring kita harus tahu peran komponen terkait didalam P2TB baik internal maupun eksternal dan Perjanjian Kerja Sama DPM dengan komponen jejaring terutama dengan komponen jejaring eksternal..Setelah itu barulah kita mempelajari penerapan jejaring dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien TB sesuai dengan PNPK.Sehingga dengan demikian dalam Kegiatan Belajar 3 ini akan ada 3 sub pokok bahasan yaitu Peran Komponen terkait dalam P2TB, Perjanjian Kerja Sama antara DPM dengn Puskesmas dan Penerapan Jejaring P2TB..

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta dapat memahami mekanisme pengeterapan jejaring P2TB

Tujuan pembelajaran khusus:

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta dapat menjelaskan:

1.Peran komponen terkait dalam jejaring

2.Perjanjian kerja sama DPM dengan Puskesmas

3.Penerapan Jejaring P2TB

POKOK MATERI:

1.Peran komponen terkait dalam jejaring

2.Perjanjian Kerja Sama antara DPM dengan Puskesmas

3.Penerapan Jejaring P2TB

URAIAN MATERI

1.Peran komponen terkait dalam jejaring

Peran komponen pada Jejaring Internal sesuai dengan tupoksi mereka masing-masing, seperti umpamanya laboratorium untuk pemeriksaan laboraorium (sputum ), unit radiologi sebagai penunjang dalam pemeriksaan radiologi serta instalasi terkait lainnya.

Peran bebrapa komponen dalam jejaring ekstenal P2TB adalah sebagai berikut:

a.Dokter Praktik Mandiri (DPM)

1) Bersama Puskesmas membuat dan menanda tangani Perjanjian Kerja Sama (PKS).

2) Melakukan tatalaksana pasien TB sesuai PNPK Tatalaksana TB mulai dari penemuan terduga TB sampai pengobatan pada pasien TB.

3) Merujuk pasien TB yang tidak dapat ditangani ke faskes rujukan TB (Rumah Sakit/BBKPM/ BKPM )

4) Melaporkan pasien yang mangkir berobat ke puskesmas setempat untuk dilakukan pelacakan dan menginformasikan ke wasor setempat untuk segra membantu menindak lanjuti.

5) Melengkapi form TB 09 bagi pasien yang pindah berobat ke faskes lain serta menginformasikannya kepada wasor setempat

6) Melanjutkan pengobatan pasien pindahan dari faskes lain dan melengkapi serta mengirimkan form TB10 pada akhir pengobatan kepada faskes tersebut .

7) Mempergunakan formulir pencatatan dan pelaporan baku dalam tatalaksana pasien TB.(Formulir TB06, TB05, TB01, TB02,TB09 dan TB10)

8) Untuk pelaporan berkoordinasi dengan PKM secara rutin 3 bulan sekali sesuai PKS yang sudah disepakati.

b.Dinas Kesehatan Kab/Kota

1) Sebagai penanggungjawab dan koordinator jejaring eksternal di wilayahnya.

2) Mengadakan pertemuan pembentukan Jejaring Eksternal diwilayah kerjanya

3) Bersama IDI cabang setempat membuat dan menanda tangani MoU/Kesepakatan Kerjasama sebagai payung Perjanjian Kerja Sama antara DPM dengan Puskesmas setempat.

4) Memfasilitasi pembuatan Perjanjian Kerja Sama dalam pelaksanaan jejaring eksternal dengan organisasi profesi (IDI, IAI, PATELKI, PPNI, IBI)

5) Memfasilitasi agar sistem rujukan antar semua faskes pemberi pelayanan TB di wilayah kerjanya dapat berjalan secara optimal

6) Berkoordinasi dengan faskes di wilayah kerjanya untuk sistem surveilans dan memberikan umpan balik hasil analisis data yang sudah diolah

7) Menjamin ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan non OAT program TB (formulir laporan TB.06, TB.05, TB.04, TB.01, TB.02 TB 09, TB.10 dan TB.03, pot sputum, kaca sediaan, reagen, dll) serta mendistribusikan sesuai dengan kebutuhan faskes.

8) Melibatkan unsur Jejaring Ekstenal dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi, kususnya DPM.

c.Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

1) Secara berjenjang membuat Membuat Memorandum of Understanding (MoU), PB IDI dengan Kemenkes, IDI Wilayah dengan Dinkes Provinsi, IDI Cabang dengan Dinkes Kab/Kota

2) Secara berjenjang mensosialisasikan dan melaksanakan program sertifikasi TB kepada DPM

3) Menginventarisasi DPM yang akan mengikuti pelatihan P2TB

4) Bersama Dinas Kesehatan setempat menyelenggarakan pelatihan P2TB bagi DPM.

5) Bersama Dinas Kesehatan setempat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja DPM dalam pelaksanaan Sertifikasi

6) Memberikan penghargaan (SKP) kepada DPM yang terlibat dalam jejaring program TB sesuai ketentuan yang berlaku.

7) Menyerahkan Sertifikat Sertifikasi bagi DPM yang telah memenuhi syarat.

8) Menyampaikan daftar nama DPM yang telah mendapatkan Sertifikat Sertifikasi TB kepada Dinas Kesehatan setempat.

d.Puskesmas ( PRM, PPM)

1) Bersama DPM membuat dan menanda tangani Perjanjian Kerja Sama

2) Memberikan nomor urut bagi DPM yang telah mengikuti pelatihan TB dan bersedia menatalaksana pasien TB

3) Melakukan pemeriksaan mikroskopis dahak pasien yang dirujuk dan mengirim hasil pemeriksaan ke DPM

4) Menyediakan dan mengirimkan OAT dan formulir pencatatan dan pelaporan bagi DPM sesuai kebutuhan.

5) Mengambil data pasien TB dari DPM diwilayah kerjanya secara rutin 3 bulan sekali

6) Melakukan pelacakan pasien TB mangkir yang berdomisili di wilayahnya sesuai laporan dari DPM`

e.Rumah Sakit,BKPM/BBKPM

1) Membentuk jejaring internal pada institusinya masing-masing

2) Menerima rujukan pemeriksaaan dahak dari DPM dan FKTP lainnya baik untuk diagnois maupun follow up pengobatan.

3) Sebagai Fasilitas Rujukan Tindak Lanjut menerima rujukan dari DPM , Puskesmas dan FKTP lainnya

4) Menata laksana pasien TB sesuai PNPK Tatalaksana TB

5) Menata laksana pasien TB MDR dan HIV sesuai kemampuan

6) Melaporkan pasien mangkir ke Puskesmas untuk dilakukan pelacakan dan menginforamsikan ke Wasor setempat

7) Merujuk pasien TB yang tidak ada penyulit untuk ditatalaksana di DPM atau Puskesmas

8) Melakukan pencatatan dan pelaporan pada formulir baku sesuai peraturan yang berlaku.

f.Laboratorium swasta (yang telah masuk dalam jejaring P2TB):

1) Menerima rujukan pemeriksaaan dahak dari DPM baik untuk diagnois maupun follow up

2) Mengirimkan hasil pemeriksaan dahak kepada DPM yang merujuk

3) Memberikan penyuluhan dan memperagakan kepada pasien tentang cara mengeluarkan dahak yang benar.

4) Melaporkan hasil rekapan pasien TB secara rutin (3 bulan sekali ) ke DinKes kab/Kota

5) Mengusulkan permintaan kebutuhan logistik dan non logistik ke Dinkes setempat

g.Apotek swasta (yang telah masuk dalam jejaring P2TB)

1) Semua apotik agar tidak melayani penjualan OAT bebas .

2) Menyediakan OAT sesuai pedoman nasional program pengendalian TB (OAT program maupun OAT non program).

3) Melayani resep OAT dari semua Faskes dalam program pengendalian TB.

4) Membantu memberikan penyuluhan tentang OAT pada pasien (cara minum, efek samping dan bahaya pengobatan apabila tidak menyelesaikan dengan tuntas).

5) Monitoring pasien TB dalam pengambilan obat di apoteknya

6) Membantu menemukan terduga TB untuk di arahkan memeriksakan diri ke Fasyankes.

Komponen-komponen inilah yang banyak berperan dalam pengeterapan jejaring jejaring P2TB untuk menatalaksana pasien TB di DPM.

2. Perjanjian Kerja Sama DPM dengan Puskesmas

Perjanjian Kerja Sama pada prinsipnya adalah kesepakatan penatalaksanaan pasien TB antara DPM dengan komponen jejaring eksternal lainnya.

Perjanjian Kerja Sama dibuat antara DPM dengan Puskesmas dan dengan komponen jejaring lainnya.PKS dengan Pukesmas mutlak harus dibuat terlebih dahulu mengingat tempat praktik DPM adalah diwilayah kerja Puskesmas dan DPM akan lebih banyak berhubungan dengan Puskesmas.

Pembuatan PKS difasilitasi oleh Dinas Kesehatan setempat dan diketahui oleh IDI cabang.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat Pejanjian Kesra Sama adalah sebagai berikut:

a. PKS dibuat antara masing-masing DPM dengan Puskesmas sesuai domisili tempat praktek.

b. Harus mencantumkan payung hukum dari kerja sama yang dibuat

c. Harus jelas para pihak yang bekerja sama

d. Harus jelas peran dan kewajiban para pihak

e. Harus jelas alur-alur kerja sama

f. Harus dicantumkan waktu berlakunya kerja sama

g. Ditanda tangani oleh para pihak dan sebaiknya diketahui oleh atasan masing-masing

Berikut adalah salah satu contoh Perjanjian Kerja Sama antara DPM dengan Puskesmas:

PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA

PUSKESMAS

DENGAN DOKTER PRAKTIK SWASTA

DALAM TATALAKSANA TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS

Pada hari ini, hari ....tanggal.... bertempat di..... kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Dr................... Kepala Puskesmas............ dalam hal ini bertindak dalam jabatannya, untuk dan atas nama Puskesmas......... yang berkedudukan di Kabupaten/Kota.. .....selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. Dr................... adalah Dokter Praktik Swasta, yang berpraktek diwilayah kerja Puskesmas.................selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Selanjutnya berdasarkan MOU antara Dinas Kesehatan dengan IDI Cabang Kab/Kota.....kedua belah pihak sepakat untuk saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kerja sama untuk memberikan dukungan dan saling membantu dalam hal PENATATALAKSANAAN PASIEN TUBERKULOSIS dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

RUANG LINGKUP PERJANJIAN

Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini adalah dalam rangka penatalaksanaan pasien tuberkulosis sesuai dengan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran tatalaksana TB .

Pasal 2

PERAN DAN KEWAJIBAN

1. PIHAK PERTAMA BERKEWAJIBAN untuk :

a. Memberikan dukungan kepada PIHAK KEDUA untuk melakukan pemeriksaan dahak dalam proses diagnosis maupun follow up pengobatan dan memberikan umpan balik kepada PIHAK KEDUA

b. Mencatat setiap pasienTB yang diobati oleh PIHAK KEDUA di TB 03 UPK (di kolom keterangan ditulis nama PIHAK KEDUA)

c. Menerima pasien TB yang dirujuk pindah dari PIHAK KEDUA untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

d. Melakukan pelacakan pasien mangkir, bila ada permintaan dari PIHAK KEDUA baik secara langsung maupun melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan memberikan umpan balik hasil pelacakan kepada PIHAK KEDUA

e. Memberikan pembinaan teknis menyangkut program kepada PIHAK KEDUA apabila dibutuhkan.

f. Menyediakan Obat Anti Tuberkulosa (OAT) Program serta formulir pencatatan dan pelaporan sesuai kebutuhan PIHAK KEDUA

g. Melakukan monitoring dan evaluasi dan memberikan umpan balik kepada PIHAK KEDUA

h. Mengambil laporan pasien TB yang ditatalaksana oleh PIHAK KEDUA setiap tiga bulan.

i. Memberikan nomor urut kepada PIHAK KEDUA yang akan dipergunakan dalam pemberian nomor identitas sediaan bagi terduga TB yang diperiksa dahaknya.

2. PIHAK KEDUA BERKEWAJIBAN untuk:

Membantu pelaksanaan Program Penanggulangan Tb sebagai berikut:

a. Melakukan proses penemuan terduga TB sesuai dengan pedoman Nasional Penanggulangan TB.

b. Berusaha menjaring terduga TB sebanyak banyaknya

c. Mengirimkan pemeriksaan sputum ke Laboratorium Pihak Pertama atau Lqboratorium lain yang merupakan Jejaring TB

d. Melakukan proses diagnosa sesuai alur diagnosa baku dan menentukan klasifikasi dan tipe terhadap pasien yang terdiagnosa TB

e. Dalam melakukan pengobatan pasien TB akan dilakukan sesuai PNPK Tatalaksana TB

f. Mengutamakan pemakaian OAT program pada setiap pasien TB yang diobati

g. Melaporkan ke PIHAK PERTAMA apabila ada pasien yang pindah atau yang mangkir dalam masa pengobatan baik secara tertulis atau melalui SMS.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penatalaksanaan pasien TB melalui formulir baku sesuai program P2TB (TB06, TB 05. TB 01, TB 02, TB 09, TB 10).

i. Mengajukan permintaan OAT dan formulir pencatatan dan pelaporan kepada PIHAK PERTAMA sesuai kebutuhan.

j. Untuk pelaporan kegiatan berkoordinasi dengan PIHAK PERTAMA setiap 3 bulan.

Pasal 3

KETERSEDIAAN OAT (PROGRAM) DAN FORMAT TB

1. PIHAK KEDUA dapat mengakses OAT paket program dan format TB baku (TB 01, TB 02, TB 05, TB 06 dan TB 09) dari PIHAK PERTAMA

2. Permintaan OAT oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan jumlah pasien dan disiapkan oleh PIHAK PERTAMA sesuai dengan berat badan pasien TB.

3.

.Pasal 4

JANGKA WAKTU KERJASAMA

Perjanjian kerjasama ini berlaku untuk waktu yang tidak terbatas.

Pasal 5

LAIN-LAIN

Apabila ada hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian ini akan ditindaklanjuti kembali oleh kedua belah pihak dengan sepengetahuan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan bila perlu akan dibuatkan suatu addendum yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

Surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing-masing ditanda tangani oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA di atas materai yang cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA

Kepala Puskesmas ..........

Nama.......................................

NIP. ........................................

PIHAK KEDUA

Dokter Praktik Swasta

Nama..........................

NPA IDI. ....................

Mengetahui

Kadikes Kab/Kota.. Ketua IDI Cab.Kab/Kota

Konsep perjanjian kerja sama diatas adalah salah satu contoh kesepakatan dalam menatalaksana pasien TB ditempat praktek.Saudara bisa saja membuat konsep yang lain sesuai kondisi wilayah ditempat praktek saudara.

3.PENERAPAN JEJARING P2TB

a. Penerapan pada Jejaring internal

Penerapan Jejaring pada suatu fasyankes sangat tergantung pada banyaknya unit yang terlibat dalam penatalaksanaan pasien TB di fasyankes tersebut.Pada FKRTL seperti Rumah Sakit tentu penerapannya akan berbeda dengan di FKTP seperti Klinik Pratama.

1) Penerapan pada FKRTL

Berikut ini adalah gambar jejaring internal pada suatu Rumah Sakit yang relatif lengkap.

(UGDPoli UmumUNIT DOTSPatologi Anatomi/Patologi KlinikLaboratoriumRadiologiPKMRSFarmasiRekam Medisfaskes lainRawat InapPasien Umum (Rawat Jalan))

(Poli spesialis)

Penjelasan Alur jejaring internalnya adalah sebagai berikut:

Pada FKRTL terduga atau pasien TB dapat berasal dari Rwat Jalan (Poli Umum, Poli Spesialis), Rawat Inap maupun UGD.

Untuk pemeriksaan sputum atau pemeriksaan penunjang lainnya pasien dikirim ke Laboratorium atau unit penunjang lainnya.

Hasil pemeriksaan disampaikan kepada dokter pengirim di masing2 unit tersebut.

Diagnosa dan klasifikasi ditentukan oleh dokter masing2 unit pengirim atau oleh Unit DOTs.

Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan oleh Unit DOTs pada FKRTL tersebut.

Pasien yang berasal dari Rawat Jalan dan UGD dan memutuskan berobat di luar FKRTL Unit DOTs akan memberikan penjelasan dan merujuk pasien kefasilitas kesehatan yang dituju

Pasien yang memutuskan berobat di FKRTL ini akan ditatalaksana sesuai PNPK Tatalaksana TB dengan mengisi formulir sesuai prosedur program.

Konsultasi klinik kepada dokter dapat dilakukan sesuai kebutuhan.

Pasien rawat inap pengobatan diberikan diruang perawatannya tetapi tetap melalui koordinasi dengan unit DOTs

Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang, Unit DOTs akan memfasilitasi apakah pasien akan meneruskan pengobatan di FKRTL atau ditempat lain sesuai prosedur program

Unit DOTS merupakan pusat dari semua kegiatan pelaksanaan strategi DOTS. Unit ini sebagai pusat informasi mengenai TB, pusat pencatatan dan pelaporan di faskes tersebut. Formulir/buku yang terdapat di unit DOTS terdiri dari TB.06, TB.05, TB.04, TB.01, TB.02, TB 03, TB.09, TB.10.

IGD dapat berperan dalam menemukan terduga maupun menegakkan diagnosis, tetapi IGD tidak melaksanakan tatalaksana TB karena dirujuk ke rawat jalan atau rawat inap.

Instalasi penunjang laboratorium mikrobiologi, menerima rujukan untuk pemeriksaan mikroskopis dahak untuk diagnosis maupun pemantauan hasil pengobatan dengan surat pengantar TB.05, dan mencatatnya di dalam TB.04. Hasil pemeriksaan laboratorium dahak dituliskan pada bagian bawah lembar TB.05 dan dikembalikan ke unit yang mengirim.

Instalasi Patologi Anatomi menerima pemeriksaan PA kususnya TB Ekstra Paru dan mengirimkan hasilnya kepada unit yang mengirim.

Instalasi radiologi berfungsi melakukan pemeriksaan radiologi apabila diperlukan( al. foto toraks). Hasil pembacaan dikembalikan kepada unit yang mengirim.

PKMRS berfungsi memberikan informasi dan edukasi tentang TB

2) Penerapan pada FKTP

Berikut adalah pengeterapan jejaring internal pada Klinik Pratama

(AdminDPMDPMTerlatih TBApotikDPMRadiologiLaboratoriummuriumtorium)

Penjelasan Alur jejaring internalnya adalah sebagai berikut.

Terduga TB yang datang melalui DPM dilakukan pemeriksaaan mikrobiologi dan atau pemeriksaan radiologi.Dicatat pada TB06, dan dibuatkan TB 05.Hasil pemeriksaan dari laboratorium atau radiologi dikirim kembali ke dokter yang mengirim.

Apabila hasilnya positif TB sebaiknya dikirimkan kepada DPM yang telah terlatih TB Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan oleh DPM yang telah terlatih TB dengan mengisi TB 01 dan TB 02

Bagi DPM yang belum dilatih sebetulnya juga dapat melakukan penatalaksanaan pasien TB asal saja dilakukan sesuai PNPK

Jika memakai obat program dipenuhi melalui alur jejaring ekste

b. Penerapan pada Jejaring Eksternal

Berikut adalah beberapa alur penata laksanaan pasien TB dalam jejaring eksternal pada DPM

Alur Rujukan pemeriksanaan Laboratorium

DPM dapat memeriksakan dahak Laboratorium dari faskes yang sudah terlatih strategi DOTS baik Fasilitas Kesehatan Primer Puskesmas (PRM/PPM), Labkesda/BLK, Lab.RS Swasta, BKPM/BBKPM atau Laboratorium lain yang direkomendasikan oleh Dinas Kesahatan.

Bagan 1

Rujukan pemeriksanaan Laboratorium

(Puskesmas (PRM/PPM)

(Labkesda/BLK )

(Lab. TB RSRS Pemerintah DOTS)

(DPM) (Terduga TB(Form TB06 ) ) (Lab. TB RS Swasta DOTS)

(BKPM / BBKPM)

(Laboratorium Lain yang memungkinkan)

Alur mendapatkan logistik program

Logistik program terdiri dari OAT dan non OAT(formulir pencatatan dan pelaporan)

DPM mendapatkn logistik ini dari Puskesmas.

DPM dapat memberikan pengobatan dengan paduan/regimen dan dosis yang sesuai dengan strategi DOTS/PNPK dengan cara menggunakan paket OAT yang disediakan program atau memberikan resep KDT non program.

Pada kondisi tertentu DPM dapat memberikan obat lepas melalui resep luar asal mengikuti prinsip pengobatan sesuai PNPK.

Formulir pencatatan dan pelaporan yang digunakan oleh DPM terdiri dari format TB01, TB02, TB05, TB06,TB09 dan TB10.

Klinik Pratama yang mempunyai laboratorium dan farmasi dibutuhkan juga TB04 dan TB 03.

Bagan 2

Alur Mendapatkan logistik program

( Dinkes Kab/KotaDPMPuskesmasPasien)

Logistikprogram (OAT/Formulir)

Alur pencatatan pelaporan

Sebagaimana telah dipelajari pada Modul Penemuan setiap terduga TB dcatat pada TB 06, dirujuk ke Laboratorium dengan TB 05.Apabila terdiagnosa TB diobati dan dibuatkan TB 01 dan TB 02.Apabila pindah dalam masa pengobatan maka digunakan TB09 dan TB10

Bagan 3.

Alur Pencatatan dan Pelaporan

Alur rujukan pasien.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), penatalaksanaan TB Paru tanpa komplikasi merupakan kompetensi 4A bagi seluruh lulusan dokter.Itu berarti bahwa DPM mampu mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas terhadap semua pasien TB paru tanpa komplikasi dengan tidak merujuk ke faskes lainnya..Penatalaksanaan yang dimaksud adalah penatalaksanaan yang sesuai dengan PNPK.Oleh karena itu semua DPM punya kewenangan menatalaksana pasien TB paru sampai pengobatannya

Namun pada beberapa kondisi tertentu dimungkinkan DPM untuk melakukan pilihan penanganan pasien TB termasuk merujuk sebelum diobati.

Beberapa pilihan penanganan dalam penatalaksanaan pasien TB:

a. P asien dirujuk sebagai terduga

b. Pasien dirujuk setelah terdiagnosis.

c. Pasien diobati di DPM.

Berobat sampai selesai di DP.

Pindah/dirujuk dalam masa pengobata .

Pasien mangkir dalam masa pengobatan

a. Pasien dirujuk sebagai terduga TB

Terduga TB yang ditemukan oleh DPM langsung dirujuk ke faskes lain. Pasien dicatat pada Form TB06 (Buku bantu TB 06) dan dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium menggunakan form TB 05. Peatalaksanaan pasien selanjutnya pada fada faskes rujukan

b.Pasien dirujuk setelah terdiagnosis

Pasien dirujuk setelah terdiagnosa TB menggunakan TB 09 dan dilampiri dengan fotokopi TB 05 yang sudah ada hasil pemeriksaan laboratorium. Penata laksanaan selanjutnya pada faskes rujukan.

Alur rujukannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Bagan 4

Alur rujukan setelah terdiagnosis

a. (Informasi) (informasi) ( Informasi) (Pasien, TB 09, fotokopi TB 05) ( Konfermasi) (Faskes lain) (DPM) (Wasor Dinkes Kab/Kota) c. Pasien diobati di DPM

DPM mengisi TB 01 dan TB 02 sebagaimana telah diuraikan pada Modul 3 tentang Pengobatan.

Dalam proses selanjutnya bisa terjadi pasien pindah/dirujuk pada masa pengobatan atau mangkir berobat.

Pindah/dirujuk pada masa pengobatan.

DPM yang merujuk ::

melengkapi dengan pengisian TB09 (formulir rujukan/pindah pasien), fotokopi TB 01, sisa OAT yang harus diteruskan untuk disampaikan kepada Faskes/DPM yang dituju.

memberikan informasi kepindahan pasien kepada Wasor Kabupaten/Kota untuk konfermasi ke faskes dituju.

akan mendapatkan bagian bawah dari TB 09 dari Faskes/DPM yang dituju sebagai konfermasi bahwa pasien sudah melapor.

akan mendapatkan konfermasi dari Wasor bahwa pasien sudah berobat di Faskes yang dituju

akan mendapatkan TB 10 (formulir hasil akhir pengobatan pasien TB pindahan) dari

Faskes yang dituju.:

Faskes/DPM yang dituju:segra mengisi dan mengirimkan bagian bawah dari TB 09 ke DPM yang merujuk.

melanjutkan pengobatan pasien.

apabila pengobatan sudah selesai mengisi TB 10 dan segra mengirimkan kepada DPM yang merujuk

Alur rujukan pindah dalam masa pengobatan :

Bagan 5

Alur rujukan pindah dalam masa pengobatan

Pasien mangkir dalam pengobatan:

Pasien yang mangkir dalam masa pengobatan harus dilacak agar meneruskan pengobatannya.

Dikatakan mangkir apabila pasien 2 kali berturut-turut tidak datang mengambil obat pada tahap awal atau satu minggu tidak datang dalam tahap lanjutan.Pelacakan pasien mangkir dilaksanakan oleh Puskesmas.

DPM memberikan informasi pasien mangkir kepada Puskesmas

DPM memberikan informasi kepada Wasor setempat

Wasormenyampaikan informasi dari DPM ke Puskesmas

DPM mendapatkan informasi hasil pelacakan dari Puskesmas

DPM mendapatkan konfermasi hasil pelacakan dari Was

Puskesmas setelah melacak pasien memberikan informasi hasil pelacakan ke DPM dan konfermasi ke Wasor.

Wasor menyampaikan konfermasi ke DPM

Bagan 6

(Wasor dinkes Kabupaten/KotaDPMPuskesmasInformasi Hasil pelacakanKonfermasiInformasi pasien TB mangkirInformasiInformasi)Alur pelacakn pasien TB mangkir

Pilihan penanganan pasien tersebut diatas dapat dilihat pada diagram berikut::

Pilihan penanganan pasien ini dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan DPM (sarana dan prasarana yang tersedia), tingkat sosial ekonomi pasien, lokasi tempat tinggal baik jarak maupun keadaan geografis, biaya konsultasi dan transportasi.

Penanganan pasien TB pada DPM

PILIHAN

TERDUGA

DIAGNOSIS

KLASIFIKASI & TIPE

MULAI PENGOBATAN

PENGOBATAN SELANJUTNYA

KONSULTASI KLINIS

PENCATATAN & PELAPORAN

1

2

3

4

5

(Puskesmas/Faskes lain)

DPM

Keterangan Pilihan :

1. Pilihan Pertama : DPM hanya menjaring suspek, penanganan selanjutnya dirujuk ke PKM faskes lain terdekat dengan tempat tinggal pasien

2. Pilihan Kedua: DPM melakukan penjaringan suspek, diagnosa , enentukan klasifikasi dan tipe pasien, sedangkan pengobatan dan pencatatan & pelaporan dilaksanakan oleh puskesmas/faskes lain. Konsultasi klinis dilaksanakan di DPM.

3. Pada pilihan ketiga: DPM melakukan penjaringan suspek, diagnosa, klasifikasi dan tipe kasus, sedangkan pengobatan dan penanganan selanjutnya dirujuk ke puskesmas/faskes lain.

4. Pada pilihan keempat: DPM menjaring suspek, diagnosis, klasifikasi dan tipe serta memulai pengobatan, selanjutnya dirujuk ke faskes lain, pelaporan oleh DPM.

5. Pilihan kelima: seluruh kegiatan penatalaksanaan pasien TB dilakukan oleh DPM

Saudara telah mengetahui peran dari beberapa komponen pada jejaring eksternal, contoh Prjanjian Kerja Sama dengan Puskesmas serta beberapa pengetrapan jejaring dalam menatalaksana pasien TB sesuai PNPK.

Coba jelaskan apa yang akan dilakukan nanti ditempat praktek saudara dalam menatalaksana pasien TB setelah menyelesaikan pelatihan ini.

(.....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................)

Sekarang saya tahu

Bahan diskusi

Tugas

Test

(SELAMAT ANDA TELAH MENYELESAIKAN MATERI INI !!!!)

Lampiran :

-Contoh formulir TB 09 dan TB 10

( TB 09)

Petunjuk Pengisian Formulir TB 09

No.

Variabel

Definisi Operasional

Cara pengisian

1

Nama faskes pengirim

Nama fasilitas kesehatan yang akan merujuk pasien TB untuk melanjutkan pengobatan TB di fasilitas kesehatan lainnya

Tulis nama fasilitas kesehatan tempat pasien TB mendapatkan pengobatan sebelum dirujuk.

2

Telp.

Nomor telepon fasilitas kesehatan yang akan merujuk pasien TB untuk melanjutkan pengobatan TB di fasilitas kesehatan lainnya

Tulis nomor telepon fasilitas kesehatan tempat pasien TB mendapatkan pengobatan sebelum dirujuk.

3

Nama faskes tujuan

Nama fasilitas kesehatan tempat pasien TB dirujuk untuk melanjutkan pengobatan TB

Tulis nama fasilitas kesehatan tempat pasien TB dirujuk untuk melanjutkan pengobatan TB

4

Telp.

Nomor telepon fasilitas kesehatan tempat pasien TB dirujuk untuk melanjutkan pengobatan TB

Tulis nomor telepon fasilitas kesehatan tempat pasien TB dirujuk untuk melanjutkan pengobatan TB

5

Nama pasien

Nama pasien TB yang dirujuk untuk melanjutkan pengobatan TB

Tulis nama pasien sesuai dengan formulir TB.01.

6

NIK

Nomor identitas kependudukan yang terdapat pada KTP, Kartu Keluarga, atau kartu identitas lainnya

Tulis nomor identitas pasien TB yang ada di KTP atau KK

7

Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien TB yang dirujuk untuk melanjutkan pengobatan TB

Beri tanda pada kotak yang sesuai

8

Umur

Usia pada saat ulang tahun terakhir dalam satuan tahun

Tulis umur pasien TB dalam tahun sesuai TB.01

9

Alamat lengkap

Alamat lengkap tempat tinggal pasien saat ini

Tulis alamat lengkap tempat tinggal/ domisili pasien TB

10

No Reg kab/kota

Nomor urut registrasi seluruh kasus TB di Kab/Kota

Tulis sesuai urutan nomor di register TB.03 Kab/Kota.

11

Tanggal mulai berobat

Tanggal pasien memulai menelan obat TB

Tulis tanggal pasien mulai menelan OAT

12

Paduan OAT

Paduan jenis obat TB yang digunakan baik dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) atau kombipak (lepasan)

Paduan paket OAT yang saat ini disediakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis adalah:

Paket KDT OAT Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Paket KDT OAT Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Paket KDT OAT Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR)

Paket Kombipak Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Paket Kombipak Kategori Anak : 2HRZ/4HR

Beri tanda pada kotak yang sesuai

13

Bentuk OAT

Paket Obat Anti Tuberkulosis yang terdiri dari:

1. OAT KDT: paket obat kombinasi dosis tetap terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

2. Kombipak: paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.

Beri tanda pada kotak yang sesuai

14

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Pengelompokkan pasien TB berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

1. Pasien baru: pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan ( dari 28 dosis).

2. Pasien yang pernah diobati TB termasuk pasien kambuh, diobati setelah gagal, diobati setelah putus berobat, lain-lain.

Pasien kambuh: pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).

Pasien yang diobati setelah gagal: pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

Pasien yang diobati setelah putus berobat: pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat /default).

Pasien lain-lain: pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3. Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui

Beri tanda pada kotak yang sesuai

15

Jumlah dosis (obat) yang sudah ditelan

Jumlah takaran obat anti tuberkulosis yang sudah ditelan pasien TB sebelum meneruskan pengobatan ke faskes lain

Tulis jumlah dosis yang sudah ditelan pasien TB sebelum meneruskan pengobatan ke faskes lain

16

Jumlah dosis (obat) yang dibawakan

Jumlah takaran obat anti tuberkulosis yang dibawa pasien TB ke fasilitas kesehatan rujukan

Tulis jumlah dosis yang dibawa pasien TB ke fasilitas kesehatan rujukan

17

Pemeriksaan ulang dahak terakhir- Tanggal

Tanggal pemeriksaan dahak yang terakhir dilakukan sebelum pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya

Tulis tanggal terakhir pasien TB melakukan pemeriksaan ulang dahak.

18

Pemeriksaan ulang dahak terakhir- Hasil

Hasil pemeriksaan dahak yang terakhir dilakukan sebelum pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya

Tulis hasil pemeriksaan ulang dahak terakhir yang dilakukan pasien TB.

19

Status HIV

Status HIV pasien TB sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. Status HIV ini didapatkan dari Klasifikasi Pasien TB berdasarkan status HIV atau dari hasil tes HIV selama pengobatan TB.

Positif: pasien TB dengan hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART atau hasil tes HIV Positif pada saat diagnosis TB.

Negatif: pasien TB dengan hasil tes HIV negatif sebelumnya atau pada saat diagnosis TB.

Tidak diketahui: pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan

Beri tanda pada kotak yang sesuai

20

Tanggal pasien melapor

Tanggal pasien TB pertama kali datang ke fasilitas kesehatan rujukan untuk melanjutkan pengobatan TB

Tulis tanggal pada saat pasien datang pertama kali ke fasilitas kesehatan rujukan untuk melanjutkan pengobatan TB

21

Nama faskes (tempat berobat baru)

Nama fasilitas kesehatan rujukan tempat melanjutkan pengobatan TB

Tulis Nama fasilitas kesehatan rujukan tempat melanjutkan pengobatan TB

(Potongan form ini dikirim kembali ke dokter PERUJUK)

(TB 10)

Petunjuk Pengisian Form TB 10

No.

Variabel

Definisi Operasional

Cara pengisian

1

Nama pasien

Nama pasien TB yang pindahan yang melanjutkan pengobatan TB di fasilitas kesehatan saat ini

Tulis nama lengkap pasien

2

Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien TB yang pindahan yang melanjutkan pengobatan TB di fasilitas kesehatan saat ini

Beri tanda pada kotak yang sesuai

3

Umur

Usia pada saat ulang tahun terakhir dalam satuan tahun pasien TB yang pindahan yang melanjutkan pengobatan TB di fasilitas kesehatan saat ini

Tulis umur pasien TB dalam tahun sesuai TB.01

4

NIK

Nomor identitas kependudukan yang terdapat pada KTP, Kartu Keluarga, atau kartu identitas lainnya

Tulis nomor identitas pasien TB yang ada di KTP atau KK

5

Alamat lengkap

Alamat lengkap tempat tinggal pasien TB pindahan saat ini sesuai dengan TB.09

Tulis alamat lengkap tempat tinggal/ domisili pasien TB sesuai dengan TB.09

6

No Reg Kab/Kota asal pasien

Nomor urut registrasi seluruh kasus TB di Kab/Kota yang berasal dari TB.03 Kab/Kota yang dibuat di fasilitas kesehatan asal sebelum dirujuk sesuai dengan TB.09

Tulis sesuai urutan nomor di register TB.03 Kab/Kota sesuai dengan TB.09

7

Tgl. mulai berobat di tempat asal

Tanggal pasien memulai menelan obat TB di fasilitas kesehatan asal sebelum dirujuk sesuai dengan TB.09

Tulis tanggal pasien mulai menelan OAT sesuai dengan TB.09

8

Hasil Akhir Pengobatan

Status pasien TB sesuai dengan kondisi pada saat pasien menelan OAT yang terakhir.

Tulislah tanggal hasil akhir pengobatan dalam kotak

yang sesuai.

9

Hasil Akhir Pengobatan Pencegahan

Status akhir pengobatan pencegahan TB dengan meminum INH

Tulislah tanggal hasil akhir pengobatan dalam kotak

yang sesuai jika pengobatan pencegahan.

10

Keterangan

Informasi lain yang tidak ada di atas.

Tulis catatan untuk melengkapi informasi yang diperlukan

18

DINKES PROVINSI

KEMENKES

DINKES KABUPATEN/KOTA

RS :-Public-TNI-POLRI-Swasta

PKM

B/BBKPMBLK

IDI CABANG

Klinik:-Asuransi

-NGOTempat Kerja

DPM

Apotik SwastaLab. Swasta

IDI WILAYAH

PB IDI

DINKES PROVINSI

KEMENKES

DINKES KABUPATEN/KOTA

RS :

-Public

-TNI-POLRI

- Swasta

PKM

B/BBKPM

BLK

IDI CABANG

Klinik:

-Asuransi

-NGO

Tempat Kerja

DPM

Apotik Swasta

Lab. Swasta

IDI WILAYAH

PB IDI

Wasor Dinkes Kabupaten/ Kota

DPMFasyankes lainnya

Pasien,OAT, fotokopi

TB 01 dan TB 09

InformasiKonfirmasiInformasiBagian bawah

TB 09 dan TB 10

Wasor Dinkes

Kabupaten/ Kota

DPM

Fasyankes lainnya

Pasien, OAT, fotokopi TB 01 dan TB 09

Informasi

Konfirmasi

Informasi

Bagian bawah

TB 09 dan TB 10

PENANGGULANGAN TB NASIONAL

TB.09

INDONESIA/2015

FORMULIR RUJUKAN / PINDAH PASIEN TB

Nama faskes pengirim : Telp.

Nama faskes tujuan : Telp.

Nama pasien

NIK

Jenis kelamin : L P Umur: tahun

Alamat lengkap :

No Reg TB Kab/Kota :

Tanggal

Bulan

Tahun

Tanggal mulai berobat : - -

Paduan OAT:

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Riwayat

Pengobatan Sebelumnya :

Kategori 1 Pasien baru TB

Kategori 2 Pasien kambuh

Kategori Anak Pasien diobati setelah gagal

Pasien diobati setelah putus berobat (lost to follow up)

Bentuk OAT:

Lain-lain

KDT

Kombipak/ Obat Lepas

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui

Jumlah dosis (obat) yang sudah ditelan:

Jumlah dosis (obat) yang dibawakan:

Tahap awal

Tahap Lanjutan :

dosis

dosis

Tahap Awal

Tahap Lanjutan

dosis

dosis

Pemeriksaan ulang dahak terakhir:

Tgl Bln Tahun

Tanggal: - - Hasil:

Status HIV:

Positif Negatif Tidak diketahui

, Tgl.

( )

HARUS DIISI DAN DIKEMBALIKAN KE FASKES PENGIRIM:

Nama pasien : No Reg TB Kab/Kota:

Jenis kelamin : L P Umur thn

Tgl Bln Tahun

Tgl. pasien melapor : - -

Nama Faskes (tempat berobat baru)

Telp.

,

Tgl.

( )

PENANGGULANGAN TB NASIONAL

TB.09

INDONESIA/2015

FORMULIR RUJUKAN / PINDAH PASIEN TB

Nama faskes pengirim

:

Telp.

Nama faskes tujuan

:

Telp.

Nama pasien

NIK

Jenis kelamin

:

L

P

Umur:

tahun

Alamat lengkap

:

No Reg TB Kab/Kota

:

Tanggal

Bulan

Tahun

Tanggal mulai berobat

:

-

-

Paduan OAT:

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya :

Kategori 1

Pasien baru TB

Kategori 2

Pasien kambuh

Kategori Anak

Pasien diobati setelah gagal

Pasien diobati setelah putus berobat (lost to follow up)

Bentuk OAT:

Lain-lain

KDT

Kombipak/ Obat Lepas

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui

Jumlah dosis (obat) yang sudah ditelan:

Jumlah dosis (obat) yang dibawakan:

Tahap awal

Tahap Lanjutan :

dosis

dosis

Tahap Awal

Tahap Lanjutan

dosis

dosis

Pemeriksaan ulang dahak terakhir:

Tgl

Bln

Tahun

Tanggal:

-

-

Hasil:

Status HIV:

Positif

Negatif

Tidak diketahui

, Tgl.

(

)

HARUS DIISI DAN DIKEMBALIKAN KE FASKES PENGIRIM:

Nama pasien

:

No Reg TB Kab/Kota:

Jenis kelamin

:

L

P

Umur

thn

Tgl

Bln

Tahun

Tgl. pasien melapor :

-

-

Nama Faskes (tempat berobat baru)

Telp.

, Tgl.

(

)

PENANGGULANGAN TB NASIONAL

TB.10

INDONESIA/2015

FORMULIR HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB PINDAHAN

Nama pasien : (sesuai dgn TB.09)

Jenis kelamin : L P Umur Tahun

NIK :

Alamat lengkap :

(sesuai dgn TB.09)

No Reg Kab/Kota asal pasien : (sesuai dgn TB.09)

Tgl Bln Tahun

Tgl. mulai berobat di tempat asal : - - (sesuai dgn TB.09)

Hasil Akhir Pengobatan:

Hasil Akhir Pengobatan Pencegahan:

(kotak diisi dengan tanggal) (kotak diisi dengan tanggal)

Sembuh Lengkap

Pengobatan Lengkap Gagal

Gagal Putus Berobat

Meninggal

Putus Berobat (Lost to follow up)

Keterangan:

,

Tgl.

( )

Kepada Yth.

di

PENANGGULANGAN TB NASIONAL

TB.10

INDONESIA/2015

FORMULIR HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB PINDAHAN

Nama pasien

:

(sesuai dgn TB.09)

Jenis kelamin

:

L

P

Umur

Tahun

NIK

:

Alamat lengkap

:

(sesuai dgn TB.09)

No Reg Kab/Kota asal pasien :

(sesuai dgn TB.09)

Tgl

Bln

Tahun

Tgl. mulai berobat di tempat asal :

-

-

(sesuai dgn TB.09)

Hasil Akhir Pengobatan:

Hasil Akhir Pengobatan Pencegahan:

(kotak diisi dengan tanggal)

(kotak diisi dengan tanggal)

Sembuh

Lengkap

Pengobatan Lengkap

Gagal

Gagal

Putus Berobat

Meninggal

Putus Berobat (Lost to follow up)

Keterangan:

, Tgl.

(

)

Kepada Yth.

di