PENDIDIKAN DAN PELATIHANhoyinrizmu.com/wp-content/uploads/2020/02/Jejaring... · jejaring sosial...
Transcript of PENDIDIKAN DAN PELATIHANhoyinrizmu.com/wp-content/uploads/2020/02/Jejaring... · jejaring sosial...
i
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEWIDYAISWARAAN JENJANG TINGGI
MATA DIKLAT
JEJARING KERJA LINTAS ORGANISASI
LINGKUP NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Oleh:
Dr. Al Muktabar, M.Sc
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA 2016
ii
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Salah satu aspek yang penting dalam sistem kediklatan adalah tenaga pengajar,
yang dalam hal ini adalah Widyaiswara, karena perannya sebagai ujung tombak
dalam penyelenggaraan Diklatpim. Widyaiswaralah yang langsung berinteraksi
dengan peserta Diklat dalam kelas dengan berbagi informasi, pengetahuan, dan
pengalaman. Lebih dari itu, Widyaiswara juga memberikan motivasi dan juga
menjadi inspirasi bagi peserta Diklat. Dalam pendek kata, peran Widyaiswara
menentukan pemahaman dan kemampuan peserta dalam mengasilkan outcome
Diklat.
Dengan peran strategis tersebut, Widyaiswara dituntut untuk semakin profesional
karena hanya dengan kualifikasi yang mumpuni, Widyaiswara dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik dalam mengelola kelas-kelas dalam Diklat Aparatur Sipil
Negara (ASN). Oleh karena itu untuk menjamin profesionalisme Widyaiswara,
Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah merevisi pengaturan tentang Diklat
Berjenjang Widyaiswara yang diantaranya merubah kurikulum Diklat dan uji
kompetensi Widyaiswara agar dapat memenuhi standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
Untuk mendukung penyelenggaraan Diklat Berjenjang Widyaiswara, diperlukan
adanya modul yang menjadi standar materi dalam Diklat dan mempermudah
peserta dalam memahami maksud pembelajaran materi yang diajarkan. Dengan
demikian, modul ini lebih merupakan pedoman bagi pengajar yang diharapkan
iii
selalu dikembangkan/disempurnakan materinya untuk menjamin kualitas
penyelenggaraan Diklatpim.
Dengan diterbitkannya modul ini, meskipun isinya telah dikembangkan dengan
seoptimal mungkin, namun tak dapat dipungkiri masih terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami selalu mengharapkan saran dan
masukan dari para stakeholders demi peningkatan materi modul dan kualitas Diklat
Berjenjang Widyaiswara. Selanjutnya, kepada para penulis, kami sampaikan
banyak terima kasih dan penghargaan atas kontribusi dan kerjasamanya.
Akhirnya, semoga Tuhan selalu meridhoi usaha kita semua. Amin.
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ..................................................................................... 2
C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta ............................................................ 2
D. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 3
E. Materi Pokok Dan Sub-Materi Pokok ....................................................... 3
F. Petunjuk Belajar ....................................................................................... 4
BAB II Pengertian dan Konsep Jejaring Kerja ................................................. 5
A. Pengertian Jejaring Kerja......................................................................... 5
B. Tujuan Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan) ..................................... 6
C. Prinsip dalam Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan) ......................... 7
Bab III Strategi Membangun Jaringan Kemitraan ............................................ 9
A. Strategi ...................................................................................................... 9
B. Langkah-langkah Membangun Jejaring Kerja/Kemitraan .................... 11
Bab IV Analisa Jejaring Kerja .......................................................................... 16
A. Hakekat Analisis Jaringan Kerja............................................................ 16
B. Teknik-teknik Jaringan Kerja ................................................................. 19
C. Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM ......................................... 20
D. Tujuan Teknik Analisis Jaringan Kerja ................................................. 21
E. Manfaat Analisis Jaringan Kerja ............................................................ 22
F. Menggambar Jaringan Kerja .................................................................. 22
G. Penentuan Waktu ................................................................................... 22
BAB V Jejaring Kerja Lingkup Internasional ................................................. 24
A. Pengertian Globalisasi Secara Umum................................................... 24
B. Faktor-faktor Penyebab Globalisasi ...................................................... 25
C. Dampak Globalisasi................................................................................ 25
v
D. Sekilas Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN ..................................... 27
E. Pengertian dan Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN Pengertian
Masyarakat Ekonomi ASEAN ........................................................................ 27
BAB VI Latihan Kelompok .............................................................................. 44
LATIHAN ............................................................................................................. 45
Daftar Pustaka ................................................................................................... 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Widyaiswara adalah Aparatur Sipil Negara (ASN)/ Pegwai Negeri Sipil (PNS)
yang memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang, untuk mendidik, Mengajar,
Melatih (DIKJARTIH). Dalam spektrum yang lebih luas juga memiliki tugas
untuk melakukan evaluasi dan pengembangan yang didalamnya dapat
mencakup kegiatan meneliti, memberikan konsultansi, memfasilitasi dan
pengabdian kepada masyarakat di bawah kendali Pemerintah dan/ atau
Pemerintah Daerah. Wdyaiswara dalam menjalankan agenda profesinya
pada era globalisasi tentu tidak dapat berdiri sendiri secara mutlak, faktanya
suatu kenyataan bahwa tidak ada satu profesi yang mampu berdiri sendiri
terpisah dari profesi yang lain, untuk ini diperlukan jejaring kerja lintas
organisasi profesi lingkup nasional dan internasional.
Jejaring Kerja adalah salah satu proses kegiatan penting dalam menjalankan
profesi Widyaiswara yang meliputi jejaring kerja lintas organisasi lingkup
nasional dan internasional. Jejaring kerja pada akhirnya juga diperlukan untuk
mempercepat pencapaian tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.
Dengan melakukan jejaring kerja lintas organisasi lingkup nasional dan
internasional akan memudahkan setiap widyaiswara menjalankan profesinya
terutama dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama.
Secara umum profesi widyaiswara memerlukan Jejaring Kerja (networking)
pada kapasitas jejaring kerja lintas organisasi profesi lingkup nasional dan
internasional untuk menjadikan pencapaian tujuan profesi lebih optimal.
Dalam era dengan peristilahan modern, dimana segala sesuatu dapat
dikendalikan dengan tehnologi mutakhir, tetapi kesuksesan lembaga atau
organisasi masih sangat bergantung pada keberhasilan menciptakan Jejaring
Kerja (networking). Bentuk lain berupa hubungan sosial individu dalam jejaring
2
kerja lintas organisasi profesi lingkup nasional dan internasional menjadi
bagian penting dalam segala aktivitas terutama bagi profesi widyaiswara.
B. Deskripsi Singkat
jejaring sosial (Analitic) dan Social Network Analysis Tools, penataan ulang
jejaring kerja strategis. Untuk jejaring kerja organisasi lingkup internasional
meliputi: lingkup bilateral, multilateral, kerjasama teknik dan lain-lain. Materi ini
disajikan secara interaktif melalui metode ceramah interaktif, tanya jawab dan
diskusi, dan praktik terutama dalam penyusunan berbagai rancangan
kerjasama sebagai bagian dari bentuk jejaring kerja. Keberhasilan peserta
dinilai dari kemampuannya memahami, merevew, merancang jejaring kerja
organisasi nasional dan internasional, serta praktek menyususun rancangan
perjanjian internasional untuk sebagai bagian dari upaya membuat dan
menyususun jejaring kerja.
C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta
Disebarluaskan (diseminasikan) kepada peserta lainnya lingkup aparatur
pemerintah dan pemerintah daerah. Jejaring kerja organisasi nasional dan
internasional yang baik akan mendukung kemampuan bekerjasama antar
instansi, antar aparatur, antar individu pada akhirnya akan menjadi karakter
bangsa. Jejaring kerja organisasi nasional dan internasional diharapkan akan
tumbuh dengan baik, hal ini tentunya akan paralel dengan upaya menjadikan
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kuat, kokoh, dan dinamis. Dalam
kerangka ini, maka materi bahan ajar ini dikembangkan dan diintegrasikan
kedalam judul: Jejaring kerja organisasi nasional dan internasional. Pada
akhirnya dharapkan agar para peserta Diklat terutama widyaiswara yang
mempelajari bahan ajar ini mampu memformulasi konsep, kebijakan dan
strategi dirinya untuk terus berkomitmen mengembangkan profesi dan
integritas dirinya yang tentunya harus selaras dengan tujuan organisasi atau
institusinya
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran materi jejaring kerja lintas organisasi
lingkup nasional dan internasional ini peserta dalam hal ini para
widyaiswara diharapkan mampu membangun jejaring kerja secara
nasional dan internasional terutama untuk mendukung tujuan organisasi.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
a. Menjelaskan berbagai konsep jejaring kerja lintas organisasi nasional
dan internasional, rancangan agenda kerja menggunakan jejaring
kerja nasional dan internasional;
b. Dapat melakukan analisis mengungkap dan memetakan jejaring
kerja widyaiswara lintas organisasi nasional dan internasional;
c. Memetakan jejaring kerja antar institusi secara nasional dan
internasional.
E. Materi Pokok Dan Sub-Materi Pokok
Untuk mencapai kompetensi dasar yang dituju, isi materi bahan ajar ini
diuraikan ke dalam beberapa Bab dan sub Bab pembahasan yang satu
dengan lainnya saling terkait dan mendukung. Penguraian ke dalam beberapa
pokok bahasan tersebut merupakan langkah-langkah ilmiah dan bagian dari
proses pengkajian yang dilakukan secara bertahap (gradual) sehingga dapat
lebih membantu dalam proses belajar-mengajar.
1. Materi Pokok
a. Konsep Dasar jejaring kerja lintas organisasi lingkup
nasional dan internasional
b. Konsep jejaring lintas organisasi lingkup nasional dan
internasional dalam skema sosial (Analitic) dan Social Network
Analysis Tools;
c. Revew jejaring kerja organisasi strategis nasional dan internasional.
2. Sub-Materi pokok
a. Teori Jejaring kerja organisasi dan objek vital nasional
b. Teori dan praktek Jejaring kerja organisasi internasional dan
bilateral
c. Analisis lingkungan kerja strategis nasional dan internsional
d. Membangun jejaring kerja baru dan penataan jejaring kerja lama
F. Petunjuk Belajar
Supaya dapat memahami seluruh isi bahan ajar ini dengan baik, peserta Diklat
daharapkan dapat membacanya secara bertahap. Hal tersebut untuk
mengurangi kesenjangan terhadap substansi dalam bahan ajar ini. Peserta
Diklat disarankan melakukan curah pendapat dengan sesama peserta Diklat
karena metode pembelajaran tersebut dapat mempercepat pemahaman
tentang isi bahan ajar.
BAB II
PENGERTIAN DAN KONSEP JEJARING KERJA
Untuk menjelaskan pengertian konsep Jejaring Kerja ini, maka para peserta diajak
berdiskusi tentang kegiatan suatu organisasi dan permasalahannya, terutama
ketika organisasi telah berkembang dan mengalami kompetisi diantara organisasi
yang sejenis di era komunikasi yang sangat cepat ini dan perlu untuk mengadakan
perluasan jejaring kerja organisasi mereka. Widyaswara meminta para peserta
untuk membedakan pengertian masingmasing konsep-kegiatan organisasi
tersebut terutama pengaruh kepemimpinan kepada perilaku berorganisasi, baik
kepada pemimpin maupun anggota organisasi. Untuk ini, peserta dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil agar mereka dapat berdiskusi secara efektif dan efisien,
dan kemudian merumuskan hasilnya dalam bentuk pernyataan yang bisa
disampaikan. Widyaswara kemudian mengarahkan para peserta diklat kepada
pengertian dan pemahaman konsep jejaring kerja.
A. Pengertian Jejaring Kerja
Jejaring kerja (kemitraan) atau sering disebut partnership, secara etimologis
berasal dari akar kata partner. Partner dapat diartikan pasangan, jodoh, sekutu
atau kompanyon. Sedangkan partnership diterjemahkan persekutuan atau
perkongsian. Dengan demikian, kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu
bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan
kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat
memperoleh hasil yang lebih baik. Pendapat senada disampaikan Agung
Sudjatmoko dalam bukunya yang berjudul Cara Cerdas Menjadi
Pengusaha Hebat bahwa ”kemitraan bisnis merupakan kerjasama terpadu
antara dua belah pihak atau lebih, secara serasi, sinergis terpadu, sitematis
dan memiliki tujuan untuk menyatukan potensi bisnis dalam mengahasilkan
keuntungan yang optimal”. Membangun jejaring kerja (kemitraan) pada
hakekatnya adalah sebuah proses membangun komunikasi atau hubungan,
berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling percaya (trust)
dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang bermitra yang
dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan guna
mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. Dari definisi di atas dapat
dijelaskan bahwa membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dapat dilakukan jika
pihak-pihak yang bermitra memenuhi persyaratan berikut:
1. Ada dua pihak atau lebih organisasi/lembaga
2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi/lembaga.
3. Ada kesepakatan/kesepahaman
4. Saling percaya dan membutuhkan
5. Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
B. Tujuan Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam
membangun Jejaring Kerja (kemitraan) yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat; Salah satu tujuan membangun
Jejaring Kerja (kemitraan) adalah membangun kesadaran masyarakat
terhadap eksistensi organiasi tersebut, menumbuhkan minat dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan oranisasi.
Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya pelanggan tetapi
termasuk juga pengguna, dinas atau departemen terkait, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha
dan industry (dudi), tokoh masyarakat dan stake holder lainnya.
2. Peningkatan mutu dan relevansi; dinamika perubahan/perkembangan
masyarakat sangat tinggi. Lembaga kursus jika ingin tetap eksis harus
mampu bersaing dengan kompetitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut
untuk terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program
yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar. Untuk itu, membangun Jejaring
Kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang program yang inovatif,
meningkatkan mutu layanan dan relevansi program dengan kebutuhan
pasar.
C. Prinsip dalam Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)
1. Kesamaan visi-misi;
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi dan
tujuan organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi motivasi dan
perekat pola kemitraan. Dua atau lebih lembaga dapat bersinergi untuk
mencapai tujuan yang sama.
2. Kepercayaan (trust);
Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang tidak
kalah penting adalahadanya rasa saling percaya antar pihak yang
bermitra. Oleh karena itu kepercayaan adalah modal dasar membangun
jejaring dan kemitraan. Untuk dapat dipercaya maka komunikasi yang
dibangun harus dilandasi itikad (niat) yang baik dan menjunjung tinggi
kejujuran.
3. Saling menguntungkan;
Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam
membangun kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang
merasa dirugikan, merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan
menggangu keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang
bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran masing-masing
dan merasa diuntungkan.
4. Efisiensi dan efektivitas;
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang
sama diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan
tanaga. Efisiensi tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan
hasil. Justru sebaliknya dapat meningkatkan kualitas proses dan produk
yang dicapai. Tingkat efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi
jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja. Dengan kemitraan dapat
dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra tentang
siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih
efektif.
5. Komunikasi timbal balik;
Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai satu sama
lain merupakan fondamen dalam membangun kerjasama. Tanpa
komunikasi timbal balik maka akan terjadi dominasi satu terhadap
yang lainnya yang dapat merusak hubungan yang sudah dibangun.
6. Komitmen yang kuat;
Jejaring Kerja sama akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada
komitmen satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang
dibuat bersama.
Bab III
STRATEGI MEMBANGUN JARINGAN KEMITRAAN
A. Strategi
1. Membangun Jejaring Kerja bukan sekedar bertukar kartu nama dan
berkenalan. Jika sebagian besar orang merasa kurang berhasil
membangun Jejaring Kerja (networking) karena mereka hanya
berkenalan atau bertukar kartu nama. Setelah tiba di rumah, kartu nama
itu hanya memenuhi laci meja kerja dan sulit mengingat lagi siapa
mereka. Sedangkan membangun kekuatan networking hanya bisa
dikerjakan dengan cara yang terorganisasi.
2. Menjadi pendengar yang baik; Pada umumnya, orang-orang lebih senang
membicarakan tentang diri mereka sendiri. Mereka akan selalu berpikir,
“Apa yang bisa saya peroleh?” atau “Apa keuntungan percakapan ini
untuk diri saya sendiri?” Bila kita mampu menunjukkan ketertarikan
terhadap apa yang mereka pikirkan ataupun katakan secara tulus, tidak
dibuat buat maka kita akan mendapatkan banyak keuntungan.
Keuntungan menjadi pendengar yang baik adalah:
Pertama: kita akan mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya dalam
kesempatan pertemuan singkat tersebut, misalnya informasi tentang
anak-anak, usaha/pekerjaan mereka dan hobi yang sedang mereka
jalankan saat ini. Informasi lebih banyak tentang diri pribadi mereka
sangat penting guna memberikan perlakuan yang paling tepat, di sisi lain
mereka juga pasti terkesan pada diri kita.
Kedua: ciptakan tujuan. Dengan menjadi pendengar yang baik kita akan
mampu memvisualisasikan siapa saja yang harus kita dekati. Sehingga
tak perlu membuang waktu dengan mengikuti perkumpulan yang tidak
berhubungan dengan target yang ingin kita capai. Karena kekuatan
networking terletak pada kualitas dibandingkan kuantitas atau jumlahnya.
3. Mengupayakan dalam 72 jam kita harus berusaha menjalin komunikasi
dengan calon partner kita agar mereka tidak melupakan kita begitu saja.
Langkah yang bisa kita lakukan adalah mengirimkan kartu pos,
mengirimkan e-mail, surat, menelpon seraya mengungkapkan
kebahagiaan kita mendapatkan kesempatan bertemu mereka atau
menanyakan kabar tentang anak-anak, usaha, maupun hobi yang
sedang mereka kerjakan. Cara lain adalah mengirimkan sesuatu dan
menyampaikan kesan mendalam sekaligus keinginan untuk bertemu
mereka suatu saa tnanti, dan lain sebagainya. Ciptakan berbagai
langkah menciptakan jalinan komunikasi, karena hal itu akan
membuat mereka lebih mengingat kita. Sehingga apabila suatu ketika
kita menghubungi atau bertemu lagi, mereka akan dengan mudah
mengingat dan menjalin keakraban dengan kita.
4. Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif dalam memberi. Memberi bisa
dilakukan dalam berbagai cara entah dalam bentuk pelayanan atau
kontribusi kepada perorangan maupun group. Milikilah nilai tersendiri
bagi orang lain, dengan menciptakan kerjasama yang memberikan
kemudahan dan berbagai nilai yang menguntungkan mereka.
5. Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaikan informasi yang akurat
dan apa adanya. Caranya adalah dengan terus belajar banyak hal setiap
ada kesempatan (banyak membaca, mengikuti seminar, worksop,
kompetisi, expo, dsb) sehingga kita akan lebih dikenal dibandingkan
orang lain karena kelebihan ilmu pengetahuan yang kita miliki.
6. Kesinambungan komunikasi; Kita harus selalu meluangkan waktu untuk
melakukan komunikasi guna mengembangkan dan mempertahankan
hubungan yang sudah terbangun. Salah satu alasannya karena tak ada
jalan pintas dalam mengembangkan dan mempertahankan networking
kecuali kesinambungan komunikasi.. Joe Girald dalam bukunya The
Greatest Salesman In The World, menyatakan bahwa kesinambungan
komunikasi sudah dapat memperluas networking. Ia berpendapat orang
biasapun memiliki sekurang-kurangnya 250 orang yang cukup dekat
dalam kehidupannya. Berdasarkan sebuah penelitian, sebagian besar
orang tidak akan pernah menyadari sedang memerlukan orang lain
sebelum berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan selama 8-10
kali.Jangan pula berkeinginan untuk menunda menjalin komunikasi
dengan orang lain, karena selain tak mendapatkan hubungan baru kita
juga akan kehilangan semangat baru.
7. Menjadi anggota komunitas tertentu seperti forum HIPKI, HISSPI,HIPMI,
Komunitas Entrepreneur dan sebagainya untuk menambah relasi
dan memperlus wawasan
8. Peduli lingkungan; Perlu memiliki rasa tanggung jawab (peduli) terhadap
kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Ada banyak cara untuk
mewujudkannya seperti donor darah, menjaga kebersihan dan
kesehatan leingkungan melalui kerja bakti dan penghijauan, pemberi
beasiswa bagi masyarakat sekitar yang tidak mampu, ikut berpartisipasi
dalam kegiatankegiatan dimasayarakat.
9. Membangun citra diri sebagai wirausaha; Membangun citra diri sebagai
wira usaha dapat dilakukan dengancara meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, komitmen atas prinsip dan janji, professional, peduli
terhadap karyawan serta yang tidak kalah penting adalah menjaga
penampilan.
10. Masuk ke lingkungan organisasi profesi; Masuk menjadi anggota
komunitas organisasi profesi tertentu dapat menambah teman bisnis,
menambah wawasan dan pengalaman. Dalam pengelolaan lembaga
kursus perlu diciptakan jejaring mitra yang fokus dan benar-benar
mendukung efektifitas program.
B. Langkah-langkah Membangun Jejaring Kerja/Kemitraan
1. Pemetaan
Setiap organisasi perlu melakukan pemetaan tentang
lembaga/organisasi yang sekiranya bisa diajak bekerjasama baik di
wilayah sekitarnya maupun jangkauan yang lebih luas. Adapun pemetaan
didasarkan karakteristik dan kebutuhan setiap organisasi. Pemetaan
dilakukan terhadap lembaga atauorganisasi diantaranya yaitu:
a. Lembaga pemerintah (contoh)
1) Departemen atau Dinas pendidikan
2) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3) Dinas Kesehatan
4) TNI dan Kepolisian
5) Depsos (untuk program care giver, baby sitter)
6) UPT P/D PNFI (P2PNFI, BPPNFI, BPKB dan SKB)
7) Dinas Pariwisata dan budaya (untuk kursus bahasa,
perhotelan, pemandu wisata, seni).
8) Dinas perindustrian dan perdagangan
b. Lembaga perbankan/ keuangan dan koperasi yang ada di wilayah
sekitar seperti (1) BRI; (2) BNI; (3). BPD; (4). BKK; (5) BKK; (6). KUD;
(7). Koperasi simpan pinjam (KOSIPA)
c. Organisasi kemasyarakatan dan sosial yang memiliki kesamaan visi,
misi dan tujuan.
d. Badan koordinasi dan Sertifikasi Profesi (BKSP) dan Lembaga
sertifikasi profesi
e. Lembaga sertifikasi kompetensi (LSK) dan Tempat Uji Kompetensi
(TUK)
f. Tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda.
g. Dunia usaha dan industri (DUDI); program yang bisa disinergikan:
h. Lembaga pendidikan seperti lembaga pendidikan tinggi dan sekolah
maupun pondok pesantren.
i. Asosiasi profesi (HIPMI, Komunitas Entrepreneur, HIPKI, HISSPI,
KABOGA, HARPI MELATI, IKABANA), Dll.
2. Menggali dan mengumpulkan informasi
Setelah dilakukan pemetaan maka langkah selanjutnya adalah
menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan
(bidang garapan), visi misi dsb. Informasi ini berguna untuk menjajagi
kemungkinan membangun jaringan dan kemitraan. Pengumpulan
informasi dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan
formal.
3. Menganalisis informasi
Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya kita
menganalisis dan menetapkan mana pihak-pihak yang perlu
ditindaklanjuti untuk penjajagan kerjasama yang relevan dengan
permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi.
4. Penjajagan Kerjasama.
Menindak lanjuti hasil analisis data dan informasi, perlu
dilakukanpenjajagan lebih mendalam dan intens dengan pihak-pihak
yang memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan dapat dilakukan
dengan cara melakukan audiensi atau presentasi tentang profil
perusahaan/organisasi dan penawaran program- program yang bisa
dikerjasamakan baik secara formal maupun non formal
5. Penyusunan rencana kerjasama.
Jika beberapa pihak sepakat untuk bekerjasama maka langkah
selanjutnya dalah penyusunan rencana kerja sama. Dalam perencanaan
harus melibatkan pihak-pihak yang akan bermitra sehingga semua
aspirasi dan kepentingan setiap pihak dapat terwakili.
6. Membuat kesepakatan
Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan
tanggungjawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan
bersama yang dituangkan dalam nota kesepahaman atau sering disebut
memorandum of understanding (MOU).
7. Penandatanganan akad kerjasama (MOU)
Nota kesepahaman yang sudah dirumuskan selanjutnya ditandatangani
oleh pihak-pihak yang bermitra yang sering disebut MOU (Memorandum
Of Understanding)
8. Pelaksanaan kegiatan
Tahap ini adalah merupakan tahap implementasi dari rencana kerjasama
yang sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan
peran masing-masing pihak yang bermitra.
9. Monitoring dan evaluasi
Selama pelaksanaan kerjasama perlu dilakukan monitoring danevaluasi.
Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan
kegiatan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi) dari
tujuan yang ingin dicapai. Disamping itu juga segala permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan kegiatan dapat dicarikan solusinya. Hasil
monitoring dapat dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi. Perlu
dilakukan evaluasi bersama antar pihak yang bermitra untuk
mengetahui kegiatan mana yang belum bisa berjalan sesuai rencana
dan mana yang sudah, tujuan mana yang sudah tercapai dan mana yang
belum, masalah/ kelemahan apa yang menghambat pencapaian
tujuan dan penyebabnya.
10. Perbaikan
Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar
dalam melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan
selanjutnya apakah kerjasama akan dilanjutkan pada tahun berikutnya
atau tidak.
11. Perencanaan selanjutnya.
Jika pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan
kerjasama, maka mereka perlu merencanakan kembali kegiatan yang
akan dilaksanakan pada tahu berikutnya. Perencanaan selanjutnya perlu
mempertimbangkan hasil evaluasi dan refleksi sebelumnya. Disamping
itu, mungkin dipandang perlu untuk memperpanjang akad kerjasama
dengan atau tanpa perubahan nota kesepahaman.
Bab IV
ANALISA JEJARING KERJA
Analisa jaringan kerja merupakan suatu perpaduan pemikiran yang logis,
digambarkan dengan suatu jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan
memungkinkan pengolahan secara analitis. Analisa jaringan kerja
memungkinkan suatu perencanaan yang efektif dari suatu rangkaian
yangmempunyai interaktivitas. Metoda manajemen banyak bermanfaat terutama
dalam hal perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan pembangunan proyek,
bermanfaat dalam pengambilan keputusan ("decision making") serta
kegiatankegiatan operasional lainnya. Penerapan metode manajemen disegala
bidang kegiatan pada kenyataannya prosedurnya tidaklah begitu kompleks, hal
mana dapat dianalisa secara sistematis dan sederhana dengan menggunakan
analisa jaringan kerja. Analisa jaringan kerja merupakan suatu istilah umum
yang digunakan untuk semua aspek jaringan kerja dalam perencanaan dan
pengawasan proyek.
A. Hakekat Analisis Jaringan Kerja
Defenisi Analisa jaringan kerja ialah suatu sistem kontrol proyek dengan cara
menguraikan pekerjaan menjadi komponen-komponen yang dinamakan
kegiatan (activity). Selanjutnya kegiatan ini disusun dan diatur sedemikian
rupa sehingga memungkinkan proyek dapat dilaksanakan dan diselesaikan
dengan ekonomis, dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan jumlah
tenaga kerja yang minimum. Analisis jaringan kerja merupakan suatu teknik
manajemen yang bermanfaat dalam mendisain, merencanakan, dan
menganalisis suatu sistem.
Disamping itu analisis jaringan kerja merupakan suatu teknik yang
berguna dalam rancangan sistem karena teknik yang digunakan akan
membantu para ahli analisis dalam mengetahui dan mengidentifikasi
keterkaitan yang terdapat pada sub sistem yang ada. Agar dalam
menganalisis jaringan kerja tersebut dapat berjalan dengan baik dan
terencana sehingga menghasilkan suatu teknik manajemen yang bermanfaat
memerlukan suatu prosedur yang baik untuk dapat melaksanakannya, yaitu
dengan menggunakan pendekatan sistem.
Pendekatan sistem digunakan sebagai pelaksanaan pandangan sistem.
Analisis jaringan kerja memiliki hubungan dengan pendekatan sistem karena
pendekatan sistem menggunakan cara berpikir dengan mempergunakan
konsep sistem, sedangkan sistem itu sendiri adalah sekelompok unit yang
bekerja sama secara keseluruhan berdasarkan suatu tujuan bersaa atau
seperangkat unit yang terorganisir. Pendekatan sistem juga mengembangkan
sistem yang menawarkan suatu struktur pembuatan keputusan dan
seperangkat strategi keputusan sehingga terjadi pengembangan sistem. Bila
hal ini dilakukan maka akan sangat berguna bagi perancang sewaktu
mengoreksi dirinya sendiri, untuk merencakan proses yang logis
mengembangkan dan melaksanakan kesatuan buatan manusia. Sehingga hal
itu akan melengkapi prosedur dimana ada pengkhususan tujuan sistem
sejak semula. Kemudian perancang juga akan dapat menganalisa urutan
untuk menemukan cara yang terbaik untuk mencapainya. Akhirnya sistem
evaluasi yang terus menerus mengamati pelaksanaan tujuan dan melengkapi
dasar untuk merencanakan perubahan dalam penelitian masalah ekonomi
dan penampilan. Pelaksanaan pendekatan sistem untuk mengembangkan
dan memelihara sistem, menyebabkan sistem mempunyai kemungkinan
untuk menjamin gambaran penampilan khusus, yang akan ditemukan bagi
keluaran sistem. Dari penjelasan tentang pendekatan sistem dimana cara
kerjanya yang begitu mendetail setiap hal sangat diperhatikan agar dapat
berjalan sesuai dengan tujuan dan rencana, dan apabila ada suatu masalah
harus segera dilihat kembali tujuan dari pelaksanaan tersebut. Hal inilah
mengapa analisis jaringan kerja menggunakan pendekatan sistem di dalam
melaksanakan program kerjanya. Selain itu pendekatan sistem merupakan
satu proses untuk mencapai yang efektif dan efisien suatu tujuan yang
diharapkan mendasari pada kebutuhan yang sudah tersusun, suatu bentuk
pemecahan masalah yang logis yang berhubungan erat dengan metode yang
ilmiah, suatu proses dimana kebutuhan itu diidentifikasi, atau masalah
yang diseleksi. Dari penjelasan tentang pendekatan sistem tersebut analisis
jaringan kerja memiliki hubungan yang erat dengan pendekatan sistem, yaitu
agar di dalam proses jaringan kerja tersebut mencapai yang efektif dan
efisien dan suatu tujuan yang diharapkan mendasari pada kebutuhan yang
sudah tesusun. Selain itu analisis jaringan kerja juga menggunakan berbagai
metode didalam programnya. Lebih jelasnya lagi untuk mengetahui mengapa
analisis jaringan kerja menggunakan pendekatan sistem yaitu dapat kita lihat
analisis memiliki tujuan yang jelas, memiliki persyaratan di dalam
penerapan analisis jaringan kerja dan memiliki tahapan dalam penerapan
analisis jaringan kerja. Selain itu analisis jaringan kerja juga menggunakan
komputer. Persyaratan yang harus dipenuhi penerapan analisis jaringan kerja
antara lain:
1. Model harus lengkap.
Analisis jaringan kerja merupakan model yang kompleks yaitu mencakup
informasi kegiatan, informasi sumber daya yang dibangun dalam diagram
jaringan kerja (network diagram).
2. Model harus cocok.
Tentunya diagram jaringan kerja proyek pelatihan guru berlaku untuk
proyek itu sendiri, tidak untuk proyek pembangunan jembatan.
3. Asumsi yang dipakai tepat.
Analisis jaringan kerja harus menggunakan asumsi, karena ketepatan
asumsi sangat mempengaruhi keberhasilan analisis jaringan kerja.
4. Sikap pelaksanaan.
Sikap pelaksanaan proyek diharapkan dan tentunya dianggap
menjadi pendukung penyelenggaraan proyek.
Di dalam analisis jaringan kerja juga memiliki tahapan di dalam penerapan
analisis jaringan kerja yaitu:
1. Pembuatan
Dimana tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu
model yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan
proyek. Di dalam pembuatan ini juga masih memiliki tahapan-tahapan lagi
yaitu: inventarisasi kegiatan, hubungan antar kegiatan, menyusun
diagram jaringan kerja, data kegiatan, analisa waktu dan sumber daya,
batasan dan leveling.
2. Pemakaian
Bila pembuatan telah selesai maka model yang telah jadi tersebut dipakai
pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan yang ada
dalam diagram jaringan kerja. Terdapat beberapa alternatif cara
pelaporan berdasarkan kuantitas dalam bentuk satuan
pekerjaan/kegiatan atau dalam bentuk relatif atau persentase; dan
berdasarkan jangka waktunya serta kumulatif atau periodik.
3. Perbaikan
Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada
saat pembuatan. Tahap perbaikan dibatasi pada kegiatan yang tidak
sesuai dengan usaha pencapaian keberhasilan proyek. Dan selanjutnya
pada tahap dilakukan revisi.
B. Teknik-teknik Jaringan Kerja
Salah satu prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan jaringan kerja
untuk mengatasi permasalahan pengelolaan suatu proyek adalah:
1. PERT (Program Evaluation & Review Technigue). Teknik ini adalah
suatu metode yang bertujuan untuk semaksimal mungkin mengurangi
adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun
rintangan dan perbedaan-perbedaan; mengkoordinasikan dan
menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan
dan mempercepat seleksinya proyek-proyek.
2. Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf tertentu dimana waktu
merupakan dasar penting dari PERT dalam penyelesaian
kegiatankegiatan bagi suatu proyek.
3. C.P.M (critical path method) Suatu metode perencanaan dan
pengendalian proyek-proyek yang merupakan sistem yang paling
banyak digunakan diantara semua sistem yang memakai prinsip
pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui
dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan
dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jadi CPM
merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya
total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang
bersangkutan. T. Hari Handoko (1993 hal. : 401) mengemukakan bahwa
: “PERT adalah suatu metode analisis yang dirancang untuk membantu
dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-proyek yang kompleks,
yang menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik
untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga
dapat diselesaikan secara tepat waktu dan biaya, sedangkan CPM adalah
suatu metode yang dirancang untuk mengoptimalkan biaya proyek
dimana dapat ditentukan kapan pertukaran biaya dan waktu harus
dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek dengan biaya
seminimal mungkin” .
C. Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM
1. Persamaan
Digunakan untuk menangani proyek-proyek.
Memerlukan prasyarat di dalam melaksanakan kegiatan.
Melakukan pendataan waktu setiap operasi sehingga dapat
menggunakan waktu semaksimum mungkin dan pembiayaan.
Sama-sama membentuk lintasan dari kegiatan
2. Perbedaan
Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM
adalah sebagai berikut:
a. PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang
belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk
menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah
dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan
telah diketahui oleh evaluator.
b. Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang
tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya
memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang
paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek. .
c. Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan
penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan
pada CPM menekankan tepat biaya.
d. Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan
.presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan.
D. Tujuan Teknik Analisis Jaringan Kerja
1. Untuk mengkoordinir semua unsur (element) proyek kedalam suatu
rencana utama (master plan) dengan menciptakan suatu model kerja
untuk melengkapi proyek sehingga diperoleh data sebagai berikut :
a. Waktu terbaik untuk pelaksanaan kegiatan
b. Pengurangan/penekanan ongkos/biaya
c. Pengurangan resiko.
2. Mempelajari alternatif-alternatif yang terdapat didalam dan diluar proyek.
3. Untuk mendapatkan atau mengembangkan skedul yang optimum.
4. Penggunaan sumber-sumber secara efektif dan efisien.
5. Alat komunikasi antar pimpinan.
6. Pengawasan pembangunan proyek.
7. Memudahkan revisi atau perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi.
‘
E. Manfaat Analisis Jaringan Kerja
1. Untuk melengkapi rancangan, untuk memperbaiki metode
perencanaan dan pengawasan, memperbaiki komunikasi dan
pengambilan keputusan dan secara umum untuk mempertinggi
effektivitas manajemen dalam menyelesaikan proyek.
2. Untuk penghematan biaya, waktu dan mempertinggi daya guna
(effisiensi) kerja, baik manusia maupun peralatan serta menjamin
ketepatan selesainya suatu proyek.
F. Menggambar Jaringan Kerja
Panduan dalam menggambar jaringan kerja :
1. Buatlah anak panah dengan garis penuh dari kiri ke kanan, & garis putus-
putus untuk Dummy.
2. Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah, sedangkan kurun
waktu dibawahnya.
3. Hindarkan sejauh mungkin garis menyilang.
4. Peristiwa/ kejadian dilukiskan sebagai lingkaran, dengan nomor yang
bersangkutan jika mungkin berada didalamnya.
5. Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri.
G. Penentuan Waktu
Setelah jaringan kerja dapat digambarkan, kemudian diestimasikan waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing aktivitas, dan
menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya
masing-masing event. Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan
terdapat satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada
jaringan kerja tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh
proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis (critical path). Jalur kritis adalah
jalur yang memiliki rangkaian komponen kegiatan dengan total jumlah waktu
terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian yang tercepat. Pada
jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan Selain lintasan
kritis, terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih
pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak
kritis ini mempunyai jangka waktu untuk bisa terlambat, yang disebut
float/slack. Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan
elastisitas pada sebuah jaringan kerja, dan ini dipakai pada waktu
penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada waktu
mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja.
Float terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Total float/slack, Jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas
dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian
proyek secara keseluruhan.
2. Free float/slack, Jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat
diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas
yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.
BAB V
JEJARING KERJA LINGKUP INTERNASIONAL
Jejaring kerja lintas organisasi lingkup internasional sudah menjadi kebutuhan
untuk menjadi materi ajar dalam berbagai jenjang kediklatan aparatur. Jejaring
kerja lingkup internasional bagian yang terkait dengan tatanan globalisasi
sebagai bentuk tatahubungan dunia. Peristilahan ini berasal dari bahasa inggris
yaitu Globalization, definisi globalisasi secara umum dari para ahli berbeda-beda,
berikut ini penjelasan pengertian globalisasi, penyebab globalisasi, dan juga
dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi.
A. Pengertian Globalisasi Secara Umum
Definisi Globalisasi adalah suatu proses yang menyeluruh atau mendunia
dimana setiap orang tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah,
artinya setiap individu dapat terhubung dan saling bertukar informasi
dimanapun dan kapanpun melalui media elektronik maupun cetak. Pengertian
globalisasi menurut bahasa yaitu suatu proses yang mendunia. Globalisasi
dapat menjadikan suatu negara lebih kecil karena kemudahan komunikasi
antarnegara dalam berbagai bidang seperti pertukaran informasi dan
perdagangan. Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli atau Pakar:
1. Laurence E. Rothernberg mengatakan globalisasi ialah percepatan dari
intensifikasi interaksi dan integrasi antara orang-orang, perusahaan dan
pemerintah dari negara yang berbeda.
2. Anthony Giddens mengatakan bahwa globalisasi adalah intensifikasi
hubungan sosial secara mendunia sehingga menghubungkan antara
kejadian yang terjadi dilokasi yang satu dengan yang lainnya serta
menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya.
3. Dr. Nayef R.F. Al-Rodhan mengatakan lobalisasi adalah proses yang
meliputi penyebab, kasus, dan konsekuensi dari integrasi transnasional
dan transkultural kegiatan manusia dan non-manusia.
4. Emanuel Ritcher mengatakan globalisasi adalah suatu jaringan kerja
global yang mempersatukan masyarakat secara bersamaan yang
sebelumnya tersebar menjadi terisolasi kedalam saling ketergantungan
dan persatuan dunia.
5. Martin Albrow mengatakan globalisasi adalah seluruh proses penduduk
yang terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal, komunitas global.
6. Malcom Waters mengatakan globalisasi adalah sebuah proses sosial
yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial
budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
7. Selo Soemardjan mengatakan globalisasi merupakan sebuah proses
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di
seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang
sama.
B. Faktor-faktor Penyebab Globalisasi
1. Perkembangan teknologi informasi komunikasi yang berperan untuk
kemudahan dalam transaksi ekonomi antar negara.
2. Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya
kesepakatan-kesepakatan antarnegara yang terjalin dengan erat.
3. Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang
mempermudah dalam jasa transport dan pengiriman barang keluar
negeri.
C. Dampak Globalisasi
1. Dampak Positif Globalisasi
a. Pembangunan semakin banyak
b. Semakin cepat dan mudahnya komunikasi.
c. Peningkatan pada ekonomi menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien
d. Turisme dan pariwisata meningkat
e. Informasi dan ilmu pengetahuan mudah didapatkan.
f. Taraf hidup dari masyarakat meningkat.
g. Memacu meningkatkan kualitas diri.
h. Kemudahan dalam transportasi.
2. Dampak Negatif Globalisasi
a. Sikap solidaritas atau kepedulian, gotong royong, kesetiakawanan
berkurang.
b. Kreativitas menurun karena individu kebanyakan bersikap konsumtif.
c. Budaya atau adat bangsa akan terkikis.
d. Informasi tidak terkendali dan tidak tersaring.
e. Perusahaan dalam negeri akan kalah saing dengan perusahaan
luar negeri, hal ini mengakibatkan perusahaan dalam negeri sulit
berkembang.
f. Perilaku dan sikap buruk banyak bermunculan.
g. Tenaga tani berkurang.
h. Sikap ala kebarat-baratan menjadi gaya hidup dan mudah
terkontaminasi.
i. Munculnya sikap individualisme.
Secara kawasan yang merupakan bagian dari tatanan globalisasi telah
terbentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang merupakan sebuah istilah dan
sering kita dengar akhir-akhir ini, istilah ini seringkali muncul diberbagai
macam media baik cetak maupun elektronik. Mungkin kita lebih dahulu
mengenal istilah Masyarakat Ekonomi Eropa yang telah lahir lebih dari 5
dekade yang lalu. Secara umum keduanya hampir sama yang
membedakannya hanyalah mereka di Eropa sedangkan kita di Asia Tenggara
(ASEAN). Untuk memahami pengertian dan pentingnya Masyarakat Ekonomi
ASEAN, mari kita perhatikan pembahasannya berikut ini.
D. Sekilas Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa disingkat menjadi MEA secara
singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang
artinya semua negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara
(ASEAN) menerapkan sistem perdagangan bebas. Indonesia dan seluruh
negara-negara ASEAN lainnya (9 negara lainnya) telah menyepakati
perjanjian MEA tersebut atau yang dalam bahasa Inggrisnya adalah
ASEAN Economy Community atau AEC. Kurang lebih dua dekade yang lalu
tepatnya Desember
1997 ketika KTT ASEAN yang diselenggarakan di Kota Kuala Lumpur,
Malaysia disepakati adanya ASEAN Vision 2020 yang intinya menitikberatkan
pada pembentukan kawasan ASEAN yang stabil, makmur, dan kompetitif
dengan pertumbuhan ekomoni yang adil dan merata serta dapat
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Beberapa waktu kemudian tepatnya pada bulan Oktober 2003 ketika KTT
ASEAN di Bali, Indonesia menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional dikawasan Asia
Tenggara yang akan diberlakukan pada tahun 2020. Namun demikian
nyatanya kita mengetahui bahwa tahun 2015 ini merupakan awal tahun
diberlakukannya MEA. Hal tersebut sesuai dengan Deklarasi Cebu yang
merupakan salah satu hasil dari KTT ASEAN yang ke-12 pada Januari 2007.
Pada KTT tersebut para pemimpin ASEAN besepakat untuk mengubah
ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas baik barang maupun
jasa, investasi, tenaga kerja profesional, dan juga aliran modal (dana).
E. Pengertian dan Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN Pengertian
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Secara umum, Masyarakat Ekonomi ASEAN diartikan sebagai sebuah
masyarakat yang saling terintegrasi satu sama lain (maksudnya antara negara
yang satu dengan negara yang lain dalam linhgkup ASEAN) dimana adanya
perdagangan bebas diantara negara-negara anggota ASEAN yang telah
disepaki bersama antara pemimpin-pemimpin negara-negara ASEAN untuk
mengubah ASEAN menjadi kawasan yang lebih stabil, makmur dan kompetitif
dalam pembangunan ekonomi.
1. Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN menurut ASEAN.ORG
Halaman resmi organisasi internasional ASEAN menyatakan bahwa
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan tujuan dari integrasi
ekomoni regional kawasan Asia Tenggara yang diberlakukan pada
tahun 2015. Karakteristik MEA sendiri meliputi: (1) berbasisi pada pasar
tunggul dan produksi, (2) kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, (3)
wilayah pembangunan ekonomi yang adil, dan (4) kawasan yang begitu
terintegrasi dalam hal ekonomi global.
2. Pengertian Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN menurut
Wikipedia
Halaman Wikipedia memberikan pengertian Masyarakat Ekonomi
ASEAN sebagai sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi
perdagangan bebas yang berlaku diantara negara-negara anggota
ASEAN. Hal tersebut karena para pemimpin negara ASEAN telah
menyepakati perjanjian ini. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dirancang untuk mewujudkan Vision ASEAN ditahun 2020.
Artikel Berikutnya: Mengenali Nama-nama Ibukota negara ASEAN
Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN
Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak terlepas dari dampak positif
dan manfaat dari diberlakukannya perdagangan bebas diwilayah regional
Asia Tenggara tersebut.Mungkin saat ini dampak positifnya belum begitu
terasa karena MEA baru saja diberlakukan yaitu pada tahun 2015, namun
diharapkan manfaat besarnya akan terasa pada tahun-tahun selanjutnya. Dan
dibawah ini adalah beberapa dampak positif ata manfaat dari Masyarakat
Ekonomi ASEAN itu sendiri.
1. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan mendorong arus investasi dari luar
masuk ke dalam negeri yang akan menciptakan multiplier effect dalam
berbagai sektor khususnya dalam bidang pembangunan ekonomi.
2. Kondisi pasar yang satu (pasar tunggal) membuat kemudahan dalam hal
pembentukan joint venture (kerjasama) antara perusahaan-perusahaan
diwilayah ASEAN sehingga akses terhadap bahan produksi semakin
mudah.
3. Pasar Asia Tenggara merupakan pasar besar yang begitu potensial dan
juga menjanjikan dengan luas wilayah sekitar 4,5 juta kilometer persegi
dan jumlah penduduk yang mencapai 600 juta jiwa.
4. MEA memberikan peluang kepada negara-negara anggota ASEAN
dalam hal meningkatkan kecepatan perpindahan sumber daya manusia
dan modal yang merupakan dua faktor produksi yang sangat penting.
5. Khusus untuk bidang teknologi, diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
ASEAN ini menciptakan adanya transfer teknologi dari negara-negara
maju ke negara-negara berkembang yang ada diwilayah Asia Tenggara.
Itulah lima dampak positif atau manfaat diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang mulai berlangsung pada tahun 2015. Sebelumnya
juga dijelaskan sekilas mengenai MEA dan juga pengertiannya dari berbagai
sumber terpercaya. Semoga tulisan singkat ini bisa memberikan tambahan
wawasan dan ilmu pengetahuan kepada para pembaca sekalin khususnya
seputar ASEAN. Bidang jejaring kerja lingkup internasional setidaknya dapat
di formulasi melalui beberapa skema sebagai berikut:
1. Kerjasama antar negara atau kerjasama bilateral
2. Organisasi lembaga keuangan internasional
3. Organisasi internasional
4. Kerjasama lembaga asing non pemerintah
5. Kerjasama teknik
6. Kerjasama sister.
Kerjasama Sister
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rencana program, pedoman
dan petunjuk teknis, fasilitasi, serta pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan kerjasama sister.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan
Kerjasama Luar Negeri
Peraturan Perundang-undangan:
o Kebijakan;
o Tata cara;
o Kewenangan dan hubungan kelembagaan;
Kemampuan daerah (keuangan, kelembagaan, dan SDM aparatur)
Potensi dan kebijakan pihak mitra asing.
Kerjasama Pemda dgn pihak luar negeri hendaknya dilakukan
berdasarkan kebutuhan nyata Daerah yang berskala prioritas tinggi,
teridentifikasi secara jelas dengan menggunakan indikator masukan,
proses, keluaran, manfaat dan dampaknya serta mempertimbangkan
potensi yang dimiliki oleh pihak luar negeri sehingga dapat dirasakan
manfaatnya secara maksimal oleh masyarakat.
Kerjasama dgn pihak luar negeri akan meningkatkan transfer of
knowledge, transfer of know-how, dan transfer of technology yg dapat
berimplikasi pada peningkatan pelayanan publik oleh Pemda.
Kerjasama internasional merupakan salah satu opsi alternatif
(komplementer) bagi Pemerintah Daerah dalam pembiayaan
pembangunan daerah dan hendaknya tidak dijadikan ketergantungan.
Menciptakan kondisi yang kondusif di daerah bagi pertumbuhan ekonomi
lokal.
Mendorong upaya-upaya mewujudkan kemandirian daerah.
Memiliki kemampuan bersaing secara global.
Di masa mendatang bahkan dapat berperan selaku negara donor.
(Mampu mengirimkan tenaga ahli Indonesia ke luar negeri, mampu
menjadi tujuan tempat belajar, dsb).
Permasalahan Umum
1. Pengusulan program tidak sesuai dengan tupoksi dan kewenangan
2. Pelaksanaan jadual kegiatan tidak sesuai dengan perencanaan
3. Tidak tersedia SDM yang memiliki kemampuan dan kapasitas terkait
pengadaan barang dan jasa
4. Minimnya pemahaman tentang peraturan perundangan terkait
pengelolaan pinjaman/hibah luar negeri
5. Tidak tertib administrasi khususnya terkait proses registrasi dan
penatausahaan hibah
6. Kurangnya komunikasi, koordinasi dan konsultasi
7. Terbatasnya dana pendamping oleh Pemerintah
8. Penyampaian pelaporan kegiatan dan anggaran tidak tepat waktu
Pengertian Kerjasama Sister City & Sister Province
1. Kerjasama Sister City adalah kerjasama kota bersaudara yang
dilaksanakan antara Pemerintah Kota di Indonesia dengan Pemerintah
Kota setingkat di Negara lain.
2. Kerjasama Sister Province adalah kerjasama propinsi bersaudara yang
dilaksanakan antara Pemerintah Propinsi di Indonesia dengan
Pemerintah Propinsi yang setingkat di Negara lain.
Kebijakan Umum
Antara kedua Negara memiliki hubungan diplomatik.
tidak akan mengganggu stabilitas dalam negeri.
berdasarkan pada asas persamaan hak
tidak saling memaksakan kehendak
tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri
Harus dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Harus sejalan dengan program pembangunan nasional
Tanggungjawab pemerintah harus seimbang ditinjau dari segi
posisi/status administrasi
Strategi
Perencanaan kerjasama disesuaikan dengan Program/Kegiatan Nasional
serta waktu efektif kegiatan disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
kegiatan nasional.
Committed dan mendorong One Gate Policy, yaitu dengan mencatatkan
kegiatan kerjasama luar negeri melalui Pusat AKLN Kemdagri.
Mengintensifkan mekanisme korespondensi koordinasi antar lembaga
agar mekanisme dan hasil yang dicapai lebih komprehensif dan integral.
Peningkatan kapasitas dan kompetensi pengelola baik dibidang
pengelolaan kerjasama secara umum maupun pelaksanaan kerjasama
secara substantif.
Partisipasi seluruh stakeholder untuk memperkuat Sense of Ownership.
Manfaat Kerjasama Sister Province/Sister City:
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah;
Memicu pada pemerataan pembangunan;
Mendorong prakarsa dan peran aktif Pemerintah Daerah, masyarakat dan
swasta;
Meningkatkan pendayagunaan potensi daerah;
Mempererat persahabatan Pemerintah dan masyarakat kedua pihak.
Tata Cara/ Prosedur
a. Penjajakan
b. Penyusunan dan penandatanganan ( LoI )
c. Persetujuan DPRD
d. Penyusunan (MoU)
e. Penandatanganan naskah MoU
f. Pelaksanaan Kerjasama
g. Evaluasi pelaksanaan kerjasama
Penyusunan Grand Design Kerjasama Sister City/Sister Province Di
Wilayah Asia Timur Dan Pasifik
1. Jepang
Kerjasama bilateral dalam rangka sister city/province saat ini juga
semakin erkembang. Saat ini terdapat 6 sister city/province arrangements
yang telah dikukuhkan dengan MOU yaitu: Bentuk kerja sama lain yang
turut membantu pengembangan hubungan adalah keberadaan asosiasi-
asosiasi persahabatan Indonesia–Jepang di berbagai prefektur di Jepang
seperti Hiroshima, Kyushu, Okinawa, Ichikawa, maupun Tochigi
2. Korea Utara
Sister City Jakarta – Pyongyang
Pada tanggal 8 November 2007, telah ditandatangani MoU Sister City
Jakarta dan Pyongyang “Memorandum Kesepahaman antara Komite
Rakyat Kota Pyongyang, Republik Rakyat Demokratik Korea dan
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Republik Indonesia
mengenai Kerjasama Antar Kota” oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi
Bowo dan Wakil Walikota Pyongyang, Kim Jok Sik, pada tanggal 8
November 2007, di Jakarta, yang selanjutnya dapat dikembangkan
sebagai payung bagi kerjasama antara pengusaha Indonesia dengan
pengusaha RDRK.
3. Australia
Sister City Darwin - Ambon
Terkait dengan bidang sosial budaya, Northern Territory memiliki
kerjasama ister city Darwin – Ambon. Kerjasama Antar Kota ini diawali
dengan ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) pada tanggal 28 Oktober
1988 di Ambon oleh Walikota Darwin Alec Fong Lim. Selanjutnya
kerjasama ini diperkuat dengan penandatanganan Deklarasi di Darwin
oleh Walikota Ambon J. Dicky Wattimena pada tanggal 21 Juli 1989.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan yaitu Darwin-Ambon Yacht Race
(DAYR) sejak tahun 1976 hingga sekarang.
Sister City Darwin - Ambon
Selain itu, Kantor Walikota Darwin telah mengalokasi dana bagi para guru
dan murid terbaik dari SMA Negeri 5 Kota Ambon untuk dapat mengikuti
studi singkat di Kormilda College – Darwin selama 2 minggu.
Pada kerjasama bidang wisata bahari, tercatat 11 kali penyelenggaraan
lomba kapal layar internasional “Sail Indonesia” sejak tahun 2001, yang
telah menjadi event tahunan di Darwin. Adapun jumlah kapal peserta Sail
Indonesia dari tahun ke tahun meningkat. Darwin-Bali Yacht Race tahun
2001 diikuti oleh 13 buah kapal. Sementara, Sail Indonesia/Wakatobi-
Belitong 2011 diikuti oleh 107 buah kapal.
Kerjasama Antar Kota Kupang – Palmerston
Kerjasama Antar Kota ini diawali dengan ditandatanganinya
Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 9 Juli 1999 di kota
Palmerston, Northern Territory, oleh Walikota Kupang SK. Lerik dan
Walikota Palmerston A. Burke. Sejak penandatanganan MoU ini tidak
terdapat interaksi yang signifikan dan berakibat MoU tersebut tidak
diperpanjang secara sepihak yakni oleh Komite Sister City Kantor
Walikota Palmerston pada tanggal 19 Agustus 2009 disebabkan oleh
kesalahpahaman terkait kerjasama kesehatan.
Sister Temple
Kerjasama pengembangan budaya dan wisata bersama dalam
kerangka Cultural Heritage Tourism Cooperation dan Sister Temple
(inisiatif Presiden RI), yang melibatkan negara-negara yang
memiliki latar belakang historis agama Budha yaitu Indonesia,
Myanmar, Kamboja, Laos, Viet Nam dan Thailand
Dalam konteks pengembangan kerjasama budaya, Kamboja,
Thailand, Laos, dan Viet Nam, telah berpartisipasi dalam
serangkaian kegiatan bertajuk “Cultural Heritage Tourism
Cooperation – Trail of Civilization” yang diselenggarakan pertama kali
di Yogyakarta, Agustus 2006, sebagai upaya realisasi dari
gagasan Presiden RI untuk mengembangkan kerjasama “sister
temple” dengan negara-negara tersebut.
Kegiatan tersebut menghasilkan Borobudur Declaration dan
Borobudur Plan of Actions yang menegaskan komitmen kerjasama
kebudayaan antara lain dalam bidang human resource development,
marketing and promotion, dan private sector cooperation.
Sister Temple & Sister School
Salah satu kesepakatan dalam tindak lanjut Sister Temple Province
dan Action Plan antara Propinsi Jawa Tengah di Indonesia dan
Propinsi Siem Reap di Kamboja adalah menjalin hubungan dan
kerjasama antara Sekolah Menengah Pertama/Atas “Sister School” di
kedua propinsi tersebut.
Kerjasama Teknik
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rencana program,
pedoman dan petunjuk teknis, fasilitasi, serta pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi dan pelaporan kerjasmaa teknik.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan
Kerjasama Luar Negeri
Bantuan tehnik luar negeri adalah bantuan – bantuan yang merupakan
sumbangan dari luar negeri dalam rangka kerjasama di bidang teknik,
ilmu pengetahuan, kebudayaan dan ekonomi, tidak termasuk di
dalamnya kredit-kredit dan penanaman modal asing (pasal 1 ayat 1
keputusan presedium kabinet no. 81/u/ kep/4/ 1967 tahun 1967).
Perubahan paradigma bantuan tehnik luar negeri menjadi kerjasama
teknik luar negeri:
o saling menguntungkan
o pada umumnya ada dana pendamping
o pemberian fasilitas kerjasama tehnik (konsuler, tetenagakerjaan,
perpajakan, bea cukai dll)
o indonesia juga telah memberikan bantuan ke luar negeri (pemda
yang ingin memberi bantuan harus atas nama pemerintah
indonesia)
Tujuan Kerjasama Teknik
o peningkatan kemampuan dan ketrampilan sdm melalui alih
teknologi dan pengetahuan dari pihak asing kepada tenaga/lembaga
indonesia
o mendukung pelaksanaan pembangunan, peningkatan
kesejahteraan dan upaya pengentasan kemiskinan
Batasan
o Program kerjasama dilakukan dengan pihak-pihak di luar negeri
yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Pemerintah Republik
Indonesia.
o Mitra kerjasama luar negeri berperan sebagai donor yang
memberikan bantuan secara hibah
o Program kerjasama harus sejalan dengan kebijakan Program.
o Pembangunan Nasional dan tidak membebani keuangan negara;
o Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia, serta menghargai adat dan norma masyarakat
setempat;
o tidak menimbulkan ketergantungan, dan harus dapat berkelanjutan;
o Tidak melakukan kegiatan pencarian/pengumpulan
dana/penghasilan dari masyarakat, keuntungan ekonomis dan
kegiatan politik di dalam negeri dalam melaksanakan programnya;
o Tidak menjadikan program kerjasama sebagai alat untuk
mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
Prinsip-Prinsip Umum
o Selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan
Panjang, serta rencana kerja Pemerintah, Kementerian dan Pemda.
o Sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Kemendagri dan Pemda.
o Dana bantuan luar neger sebagai pelengkap untuk membiayai
program/kegiatan yang tidak diakomodasi APBN.
o Dana bantuan luar negeri sebagai penunjang pembiayaan kegiatan
prioritas Kemendagri dan Pemda.
o Dana bantuan luar negeri sebagai penunjang peningkatan fungsi
pemerintahan.
o Mengedepankan Prinsip Paris Declaration dan The Jakarta
Commitment.
o Melibatkan instansi terkait dalam perikatan.
o Pengorganisasian kegiatan yang jelas.
o Komitmen para pelaksana kegiatan.
Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Hibah
Perencanaan kerjasama disesuaikan dengan program/kegiatan
nasional serta waktu efektif kegiatan disesuaikan dengan jadwal
pelaksanaan kegiatan nasional.
Meningkatkan kualitas komunikasi dan koordinasi antar lembaga
agar mekanisme dan hasil yang dicapai lebih komprehensif dan
integral.
Meningkatkan dan menjaga konsistensi akuntabilitas secara berkala.
Contoh lembaga pemerintah asing yang bekerjasama dengan
berbagai kementeriandagri dalam kerangka kerjasama teknik
o Jepang: JICA (SCD PROJECT)
o Jerman: GIZ (DeCGG)
o Kanada: CIDA (BASICS)
o Australia: AUSAID (ACCESS II, LOGICA II, AIPD)
o Belanda
Contoh implementasi membangun jejaring kerja internasional dalam
kerangka hubungan antar negara (Bilateral).
BAB VI
LATIHAN KELOMPOK
1. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan minat masing-
masing peserta secara musyawarah dan masing-masing kelompok
menetapkan ketua dan sekretaris kelompok untuk melakukan diskusi
kelompok.
2. Masing-masing kelompok peserta memilih dan menentukan jenis jejaring
kerja secara nasional, internasional atau pola gabungan untuk
mengembangkan kemitraan kerja.
3. Untuk mengembangkan kemitraan kerja secara nasional, internasional
atau gabungan kedua pola tersebut perlu dibuat jejaring kerja antar
institusi/ organisasi baik pemerintah maupun lembaga lain yang terkait
dalam pengembangan kemitraan. Masing-masing kelompok agar membuat
jejaring kerja dengan stakeholders, pola kemitraan/kerjasama, dalam
pokok bahasan: (a) skema jejaring kerja nasional Kelompok Mitra dan
Perusahaan Mitra serta Lembaga/Instansi yang terlibat dalam
pengembangan kemitraan dan uraikan kewajiban atau peran setiap
pelaku tersebut. (b) skema jejaring kerja internasional meliputi Kerjasama
antar negara atau kerjasama bilateral, Organisasi lembaga keuangan
internasional, Organisasi internasional, Kerjasama lembaga asing non
pemerintah, Kerjasama teknik, Kerjasama sister.
LATIHAN
1. Diskusikan cara dan langkah-langkah mengembangkan kemitraan melalui
jejaring kerja nasional, internasional atau gabungan nasional internasional
untuk suatu kegiatan serta program.
2. Buat rancangan agenda kerjasama jejaring kerja nasional, internasional
atau gabungan keduanya dari institusi masing-masing sedapat mungkin
pada unit kerja instansi masing-masing peserta. Bila telah ada jejaring kerja
yang telah dilaksanakan lakukan rancangan monitoring dan evaluasi
dengan menggunakan pola jejaring kerja. Buatkan analisis berdasarkan
data hasil monotoring dan evaluasi.
3. Masing-masing kelompok membuat dan menjelaskan di depan semua
kelompok peserta.
Daftar Pustaka
Aminah, S., dan Husni. (2007). “Kajian Pengembangan Kerangka Kerja Kolaborasi
Evaluasi dengan Pendekatan Collaborative Business Process Management.”
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1712/1493 (diakses 26
Oktober 2011)
Dijk, J.A.G.M.. van (2003). Outline of a Multilevel Theory of the Network Society,
In press.
http://file2shared.wordpress.com/analisa-jaringankerja/
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=3139
http://www.cw.utwente.nl/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/Communicatio%
20and%20Information%20Technology/Network%20Theory%20and%20a
nalysis_also_within_organizations.doc/
Source : https://www.flickr.com/photos/131579772@N08/17286948555