ksdjbfkdbfjks

10
 REFLEKSI KASUS TINEA KAPITIS  Nama : Micheline Brigita B  No. Stambuk : N 111 14 012 Pembimbing : dr. Nur Hidayat, S.!! DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2015 S"#"$S P#S%&N

description

dkjfhskdjf

Transcript of ksdjbfkdbfjks

REFLEKSI KASUS

TINEA KAPITIS

Nama

: Micheline Brigita B

No. Stambuk : N 111 14 012

Pembimbing : dr. Nur Hidayat, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2015STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN

1. Nama pasien

: Tn. I

2. Umur

: 35 tahun

3. Alamat

: Donggala4. Jenis kelamin

: Laki-laki

5. Agama

: Islam

6. Pekerjaan

: PNS7. Tanggal pemeriksaan: 13 April 2015

II. ANAMNESIS

1. Keluhan utama :

Gatal pada kulit kepala

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan gatal di kulit bagian tengah kepala sejak tahun 1 tahun yang lalu dan memberat 3 bulan yang lalu. Pada awalnya di area kepala yang gatal muncul tonjolan kecil yang kemudian bertambah banyak sejak 3 bulan yang lalu. Pada area tersebut juga dirasakan nyeri jika pasien menggaruk terlalu keras. Pasien juga merasakan daerah yang gatal mengalami kebotakan. Pasien belum mengobati gatal di kepalanya dengan obat apapun.Pasien tidak mengeluh mengalami demam. Dirumahnya pasien memelihara 2 ekor kucing. 3. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya pada tahun 2010 dan mendapat pengobatan di poli penyakit kulit dan kelamin RSUD Undata. Setelah mendapat pengobatan, pasien tidak merasakan keluhannya lagi. Pasien tidak memiliki riwayat alergi4. Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien. III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status generalis :

Kondisi umum : Sakit ringan

Status gizi: Baik

Kesadaran: Komposmentis2. Tanda vital :

Tekanan darah : 110/70mmHg

Nadi: 72 x/menit

Respirasi: 18 x/menit

Suhu: 37,2C

3. Hygiene : baik

4. Status dermatologis/venerologis :

Kepala: papul-papul berwarna pucat dan bersisikLeher: tidak ada ujud kelainan kulit

Dada: tidak ada ujud kelainan kulit

Perut: tidak ada ujud kelainan kulit

Punggung: tidak ada ujud kelainan kulit

Bokong: tidak ada ujud kelainan kulit

Genitalia: tidak ada ujud kelainan kulitEkstremitas atas

: tidak ada ujud kelainan kulit

Ekstremitas bawah: tidak ada ujud kelainan kulit

Kel. limfe

: tidak ada ujud kelainan kulitIV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak papul-papul dan bersisik pada area yang mengalami kebotakan

Gambar 2. Pemeriksaan lampu Wood menunjukan fluoresensi warna hijau kekuningan

V. RESUME

Pria, 35 tahun, datang ke poli penyakit kulit dan kelamin dengan keluhan berupa gatal di kulit bagian tengah kepala sejak tahun 1 tahun yang lalu dan memberat 3 bulan yang lalu. Pada awalnya, di area kepala yang gatal muncul papul yang kemudian bertambah banyak sejak 3 bulan yang lalu. Pada area tersebut juga dirasakan nyeri jika pasien menggaruk terlalu keras. Pasien juga merasakan daerah yang mengalami gatal mengalami kebotakan. Pasien mengaku memelihara 2 ekor kucing di rumahnya. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya pada tahun 2010 dan mendapat pengobatan di poli penyakit kulit dan kelamin RSUD Undata. Setelah mendapat pengobatan, pasien tidak merasakan keluhannya lagi.

Pasien datang ke poli dalam keadaan komposmentis dan status gizi yang baik. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 37,2C. Status dermatologis/venereologis, pada scalp terdapat papul-papul yang berwarna pucat dan bersisik.VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Tinea Kapitis2. Dermatitis Seboroik3. Psoriasis Scalp4. Alopecia AreataVII. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan KOHVIII. ANJURAN PEMERIKSAAN1. Biakan JamurIX. DIAGNOSIS KERJA

Tinea KapitisX. PENATALAKSANAAN

1. Non medikamentosa

Menghindari pemakaian alat bersama, misalnya topi, pakaian, handuk, alat cukur dan alat-alat rambut seperti sisir Menghindari kontak dengan binatang seperti kucing dan anjing

2. Medikamentosa

Griseofulvin 500 mg secara oral, 1 x sehari selama minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan Shampo selenium sulfida 1% diberikan paling sedikit 3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala paling sedkit 5 menit sebelum dibilas. Cetirizin 10 mg tab 1 x sehariXI. PROGNOSIS

1. Qua ad vitam

: ad bonam

2. Qua ad fungsionam: ad bonam3. Qua ad cosmeticam: dubia ad bonam4. Qua ad sanationam: ad bonamPEMBAHASANPria, 35 tahun, datang ke poli penyakit kulit dan kelamin dengan keluhan berupa gatal di kulit bagian tengah kepala sejak tahun 1 tahun yang lalu dan memberat 3 bulan yang lalu. Pada awalnya, di area kepala yang gatal muncul tonjolan kecil yang kemudian bertambah banyak sejak 3 bulan yang lalu. Pada area tersebut juga dirasakan nyeri jika pasien menggaruk terlalu keras. Pasien juga merasakan daerah yang mengalami gatal mengalami kebotakan. Pasien mengaku memelihara 2 ekor kucing di rumahnya. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya pada tahun 2010 dan mendapat pengobatan di poli penyakit kulit dan kelamin RSUD Undata. Setelah mendapat pengobatan, pasien tidak merasakan keluhannya lagi. Pasien datang ke poli dalam keadaan komposmentis dan status gizi yang baik. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 37,2C. Status dermatologis/venereologis, pada scalp terdapat papul-papul yang berwarna pucat dan bersisik. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dicurigai adanya tinea kapitis pada pasien. Penegakkan diagnosis tinea kapitis berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood serta biakan jamur.1Tinea kapitis adalah infeksi jamur pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies Microsporum sp. dan Tricophyton sp. Umumnya menyebabkan alopesia baik bentuk meradang maupun tidak meradang. Infeksi lebih sering pada anak berusia diatas 6 bulan, walaupun infeksi juga dapat terjadi pada semua umur.1Keluhan penderita tinea kapitis berupa bercak pada kepala, gatal dan sering disertai rontoknya rambut pada lesi tersebut.2 Gejala klinis tinea kapitis bervariasi mulai dari carrier asimtomatik, alopesia tanpa peradangan, alopesia dengan black dot, kerion dengan peradangan serta gambaran mirip dermatitis seboroik.1Terdapat beberapa bentuk klinis tinea yaitu1,3:1) Grey patch ringwormBentuk ini biasanya disebabkan oleh M. audoinii atau M. ferrugineum. Gejala diawali dengan adanya papul merah kecil di sekitar muara rambut yang melebar secara sirkular dan membentuk bercak, kemudian menjadi pucat dan bersisik. Papul dan perkembangannya tersebut bersifat kering dan tidak meradang. Rambut menjadi berwarna abu-abu dan suram, mudah patah, dan mudah dicabut tanpa rasa nyeri sehingga tampak alopesia setempat yang terlihat sebagai grey patch. Pada pemeriksaan lampu Wood dapat dilihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit basanya melampaui grey patch.

2) Black dot ringwormTinea capitis jenis ini disebabkan oleh jamur golongan Trichophyton, terutama T.tonsurans dan T.violaceum. Gejala pada permulaan penyakit menyerupai tinea capitis bentuk grey patch ringworm.Rambut yang terkena infeksi menjadi sangat rapuh dan patah tepat pada muara folikel sehingga meninggalkan ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan gambaran black dot atau seperti titik-titik hitam.Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dibuat preparat langsung dari rambut untuk menemukan adanya hifa atau spora jamur. Namun terkadang ujung rambut yang patah tumbuh masuk ke bawah permukaan kulit sehingga untuk mendapat sediaannya perlu dilakukan irisan kulit.3) KerionKerion merupakan reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya. Pembentukan kerion lebih sering terlihat pada infeksi dermatofita jenis M. canis dan M. gypseum, dan jarang telihat pada infeksi yang disebabkan oleh dermatofita jenis Tricophyton sp. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan dan berakibat alopesia yang menetap.4) Tipe FavusBentuk ini merupakan bentuk yang berat dan kronis disebabkan oleh Tricophyton schoenleinii. Bentuk ini ditandai dengan pembentukan skutula, yaitu krusta yang berbentuk mangkuk berwarna merah kuning dan berkembang menjadi warna kuning kecoklatan. Pada pengangkatan krusta terlihat dasar yang cekung, merah, basah dan berbau seperti tikus (mousy odor). Pada bentuk favus dapat terjadi skar, atrofi dan alopesia permanen.Pada pasien ini terlihat gambaran grey patch ringworm dimana gambaran lesi dimulai dengan papul eritem di sekitar rambut. Papul kemudian melebar dan membentuk bercak yang memucat dan bersisik. Rambut menjadi warna abu-abu, tidak berkilat lagi dan lebih mudah patah (1-3 mm diatas kulit kepala) dibandingkan tercabut. Bila semua rambut di tempat terserang oleh jamur, dapat tebentuk alopesia setempat, dengan keluhan subjektif gatal.1,3Pemeriksaan penunjang lampu Wood sudah dilakukan pada kasus ini dan didapatkan flouresensi hijau kekuningan pada daerah yang dikeluhkan pasien. Pada penderita tinea kapitis dengan gambaran klinis grey patch akan menunjukkan gambaran fluoresensi hijau kekuningan pada pemeriksaan lampu Wood.3 Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan KOH dan biakan jamur tidak dilakukan pada pasien ini.

Pada pemeriksaan KOH bahan diambil dari kerokan kulit kepala dan pencabutan rambut kepala pada daerah lesi kemudian dilakukan pemeriksaan dengan larutan KOH 10-20%. Pada sediaan kulit yang terlihat adalah hifa sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama dan/atau yang sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau spora besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks).1,3Pada pasien dengan tinea kapitis, pengobatan oral adalah yang paling efektif, walaupun saat ini cukup banyak obat topikal dai derivat imidazol yang mempunyai efek fungistatik. Griseofulvin merupakan obat oral yang bersifat fungistatik dan masih menjadi obat pilihan karena aman dan dapat ditoleransi oleh anak. Bila digunakan bentuk ultramicrosize diberikan sebanyak 15 mg/kgBB dengan dosis terbagi, sedangkan microsize 20-25 mg/kgBB. Dosis pada orang dewasa adalah 500-1000mg per hari selama 6-8 minggu sampai 3-4 bulan. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Untuk menambah absorpsi dalam usus, sebaiknyaa obat ini dimakan bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, namun pada beberapa penderita dapat terjadi sakit kepala dan gangguan pencernaan berupa nausea, vomitus dan diare. 1,2,3,4Penggunaan anti jamur yang dapat diberikan pada pasien dan keluarganya sebagai pengobatan preventif berupa sampo selenium sulfida 1% diberikan paling sedikit 3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala sedikitnya 5 menit sebelum dibilas. Pencegahan penularan juga dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian alat bersama seperti topi, pakaian, dan alat-alat rambut seperti sisir.1REFERENSI1. Nasution M, Muis K, Rusmawardiana. Tinea kapitis dalam Buku Dermatomikosis Superfisialis. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 20122. Madani, F. Infeksi Jamur Kulit. In Harahap M. Buku Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. 20153. Budimulja, U. Mikosis. In Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 20114. Budiyanto, A. Tinea kapitis. In Nashar A et al. The Disease: Diagnosis & Terapi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. 2013