KONSEP DIRI MAHASISWA INDEKOS DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Click here to load reader
-
Upload
dion-prayoga -
Category
Documents
-
view
238 -
download
3
Transcript of KONSEP DIRI MAHASISWA INDEKOS DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................... ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. iii
ABSTRAK………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah................................................................................. 1
1.2. Fokus Masalah...................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perspektif/Paradigma Kajian………………………………………… 8
2.2. Kajian Pustaka…………………………………..…………………… 9
2.2.1. Komunikasi……………………………………………………. 9
2.2.1.1. Pengertian Komunikasi……………………………….. 10
2.2.1.2. Proses Komunikasi……………………………………. 11
2.2.1.3. Unsur-Unsur Komunikasi…………………………… 12
2.2.1.4. Fungsi Komunikasi…………………………………... 13
2.2.1.5. Tujuan Komunikasi……………………………........... 13
2.2.2. Komunikasi Antarpribadi…........................................................ 14
2.2.2.1. Defenisi Komunikasi Antarpribadi…........................... 14
2.2.2.2. Fungsi dan Keampuhan Komunikasi Antarpribadi……15
2.2.2.3. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi……………… 16
2.2.2.4 Tahapan Hubungan Komunikasi……………………… 18
2.2.4. Konsep Diri………………………………………………......... 21
2.2.4.1. Pengertian Konsep Diri………………………………..21
2.2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan
Konsep Diri...................................................................23
2.2.4.3. Proses Terbentuknya Konsep Diri……………………24
2.2.4.4. Proses Pengembangan Konsep Diri…………………...25
2.2.4.5. Jenis-Jenis Konsep Diri………………………………..26
2.2.4.6. Pengaruh Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi28
2.2.5. Teori Disonansi Kognitif..............................................................29
2.2.5.1. Pengertian Teori Disonansi Kognitif..............................29
2.2.5.2. Asumsi dari Teori Disonansi Kognitif............................30
2.2.5.3. Disonansi Kognitif dan Persepsi.....................................31
2.2.6. Teori Interaksi Simbolik………………………………………...31
2.2.6.1. Pengertian Teori Interaksi Simbolik…………………...31
2.2.6.2. Prinsip Dasar Teori Interaksi Simbolik………………32
2.2.6.3. Asumsi Teori Interaksi Simbolik……………………..32
2.2.7. Mahasiswa Indekos.....................................................................35
2.2.7.1. Pengertian Mahasiswa Indekos.....................................35
2.2.7.2. Peran dan Fungsi Sebagai Mahasiswa..........................36
2.3 Model Teoritik......................................................................................37
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian………………………………………………........38
3.1.1. Metodologi Kualitatif………………………………………....38
3.1.2. Studi Kasus……………………………………………………40
3.2. Objek Penelitian………………………………………………….......42
3.3. Subjek Penelitian……………………………………………………..42
3.4. Teknik Pengumpulan Data…................................................................44
3.4.1. Penentuan Informan……………………………………………46
3.4.2. Keabsahan Data………………………………………………..46
3.5. Teknik Analisis Data…………………………………………………47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian……………………………………49
4.2. Profil Informan………………………………………………………51
4.2.1. Profil Yustira Sinaga…………………………………………..51
4.2.2. Profil Bonar Jubelmar Silaban………………………………...53
4.2.3. Profil Siti Aisyah……………………………………………...54
4.2.4. Profil Daud Steven Lingga…………………………………..55
4.2.5. Profil Septika Evalina Hutagaol……………………………..56
4.2.6. Tabel Matriks Mengenai Profil Informan……………...........57
4.3. Hasil Pengamatan dan Wawancara Yang Menggambarkan Konsep Diri
Mahasiswa-Mahasiswi Indekos Universitas Sumatera Utara....................58
4.4. Pembahasan…………………………………………………………........77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan…………………………………………….......……………81
5.2. Saran……………………………………………………….......………..81
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Tabel Matriks Mengenai Profil Informan 57
2.1 Klasifikasi Tabel sesuai Tujuan Penelitian 71
3.1 Konsep diri 79
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Bagan Model Teoretik Penelitian Proses Pembentukan
Konsep Diri Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara 37
ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian mengenai konsep diri mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara dalam konteks komunikasi antarpribadi. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian studi kasus dimana meneliti proses pembentukan konsep diri mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara setelah menjadi anak kos. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti bagaimana terbentuknya konsep diri mahasiswa indekos Sumatera Utara yang dipengaruh oleh empat faktor yaitu orangtua, orang lain, budaya, dan evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan. Selain itu, peneliti meneliti karakteristik mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti subjek penelitian yang merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara dimana dikhususkan memilih subjek penelitian yang merupakan anak kos. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti bagaimana faktor-faktor pembentukan konsep diri bisa menjadi penentu dalam pembentukan konsep diri. Penelitian ini meneliti apakah faktor-faktor pembentukan konsep diri tersebut bisa memberikan pengaruh besar bagi mahasiswa indekos. Peneliti ingin meneliti intensitas komunikasi dengan cara berinteraksi yang dijalin. Sesuai fokus masalah yang akan diteliti yaitu “Bagaimana Proses Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara Setelah Menjadi Anak Kos”, dimana dalam penelitian ini peneliti mendapatkan hasil bahwa pada umumnya dari komunikasi yang terjalin tersebut bisa menentukan konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif terbentuk karena adanya komunikasi yang efektif dan sebaliknya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONTEKS MASALAH
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan
dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama
sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia.
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan (sumber, komunikator sendiri) ditujukan kepada penerima pesan
(receiver,komunikan, audience).
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang
dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya
sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang makna yang diberikan itu sangat
jelas dan mudah dipahami orang lain, namun terkadang makna itu buram, tidak
dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan makna sebelumnya.
Komunikasi berfungsi sebagai perekat atau lem dalam masyarakat.
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial akan saling berkomunikasi dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam,
dengan gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari
seluruh interaksi antar manusia. Interaksi manusia baik antara perorangan,
kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun
dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan
anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai perorangan, kelompok maupun
sebagai keluarga itu sendiri.
Menurut Richard L. Weaver, salah satu karakteristik komunikasi
antarpribadi adalah tidak harus bertatap muka (Budyatna,2011:16). Komunikasi
antarpribadi yang sudah terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu.
Misalnya, antara orangtua dan anaknya yang menempuh pendidikan jauh dengan
orangtua dan tidak tinggal serumah dengan orangtua, maka interaksi yang terjalin
melalui telepon, email, chatting, dan sebagainya. Komunikasi antarpribadi sebagai
proses yang merupakan rangkaian sistematis perilaku yang bertujuan yang terjadi
dari waktu ke waktu atau berulang kali. Misalnya, selama dua puluh menit
percakapan telepon seorang anak dengan orangtuanya untuk mendapatkan
informasi keluarga.
Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu faktor yang menentukan
konsep diri seseorang, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin
sesuai dengan konsep dirinya. Suksesnya komunikasi antarpribadi banyak
bergantung pada kualitas konsep diri seseorang (Rakhmat,2008:105). Seseorang
berkomunikasi harus memiliki konsep yang positif, maka komunikasi akan
semakin efektif. Contohnya, bila seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai
orang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur dan mempelajari
materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis
yang baik. Konsep diri memiliki peran penting karena menjadi motivasi utang
yang didukung oleh seluruh elemen lainnya yang terdapat pada sistem kognitif
manusia (Morissan,2009:70).
Konsep diri merupakan faktor yang menentukan dalam komunikasi
antarpribadi, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan
konsep dirinya. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari
interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan,
melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi.
Dasara dari konsep diri individu ditanamkan pada saat dini kehidupan anak yang
menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari
(Agustiani,2009:138).
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi
masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu;
menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku
sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa
menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah
secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah
dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri
menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita,
kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan
baru.
c. Percaya diri (self confidence). Keinginan untuk menutup diri, selain
karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada
kemampuan sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat
mungkin menghindari situasi komunikasi. Ketakutan untuk melakukan
komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang
aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Tentu
tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri; tetapi di
antara berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling menentukan. Untuk
meningkatkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu
seperti yang dikatakan Maxwell Maltz, seorang tokoh Psikosibernetik,
”Believe in yourself and you’ll succeed”.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka
diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan
apa yang kita ingat (ingatan selektif). (Rakhmat, 2005: 104-109).
Konsep diri terbentuk dan berkembang karena adanya empat faktor
(Devito,2009:53-55). Pertama, konsep diri seseorang dibentuk karena adanya
orang-orang yang paling penting dalam hidup seseorang seperti orang tua. Kedua,
perbandingan yang dibuat antara diri sendiri dan orang lain. Ketiga, adanya
budaya yang dianut. Keempat, mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri.
Menurut D.H. Demo menekankan pada maksud bahwa konsep diri
dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi para anggota
keluarga. Mereka itulah yang disebut sebagai significant others.
(Budyatna,2011:169). significant others yang dimaksud merupakan orangtua.
Orangtua adalah faktor utama yang membentuk dan mengembangkan konsep diri
seorang anak. Orangtua mengarahkan tindakan anaknya, membentuk pikiran
anaknya dan menyentuh anaknya secara emosional. Karena orangtua mempunyai
hubungan emosional. Dan merekalah, secara perlahan-lahan yang membentuk
konsep diri anak melalui senyuman, pujian, penghargaan, pelukan, yang
menyebabkan anak tersebut menilai dirinya sendiri secara positif. Ejekan,
cemoohan, dan hardikan, membuat anak tersebut memandang dirinya sencari
secara negatif.
Ketika si anak tumbuh dewasa menjadi seorang mahasiswa dan
mengharuskan si anak berpisah dengan orangtuanya karena menempuh
pendidikan di daerah yang berbeda, mahasiswa tersebut merasa harus
mengembangkan potensi dirinya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan kampus,
organisasi-organisasi, lingkungan tempat tinggal, interaksi dengan orang sekitar.
Melalui ini membuat konsep diri mahasiswa ini berkembang karena disebabkan
oleh orang lain atau lingkungan.. Pandangan ini disebut generalized others
dimana orang lain yang memandanganya.
Komunikasi berkontribusi bagi pembentukan konsep diri dan
pengembangan konsep diri. Selain orangtua dan orang lain yang menjadi faktor
pembentukkan konsep diri, ada budaya yang menjadi latar belakang
pembentukkan konsep diri. Ketika seorang mahasiswa indekos berada di
lingkungan yang berbeda dengan lingkungan ketika bersama dengan orangtuanya.
Mahasiswa tersebut akan berperilaku dari apa yang diajarkan dan didikan
orangtuanya. Ketika seorang mahasiswa di didik dengan etika yang baik dan
dengan dasar didikan agama yang kuat maka mahasiswa tersebut tidak akan
berpengaruh pada lingkungan sekitar. Tetapi ketika, mahasiswa tersebut dilandasi
sikap yang tidak mempunyai etika dan tidak di didik dengan baik, maka
mahasiswa indekos tersebut akan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak
baik. Mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri ada salah satu faktor yang
membentuk konsep diri seorang mahasiswa. Ketika mahasiswa tersebut
berperilaku melalui tindakan, seorang mahasiswa indekos akan mengevaluasi
dirinya sendiri
Komunikasi yang terjalin akan bergantung pada kualitas konsep diri yang
dibentuk. Apakah konsep diri tersebut positif atau negatif (Morissan,2009:70-71).
Semakin efektif komunikasi yang terjalin, makan akan semakin positif konsep diri
yang terbentuk dan sebaliknya.
Teori disonansi kognitif akan membantu untuk mengetahui perasaan
yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapat yang dipegang. Melalui teori ini, akan
mengetahui bagaiman konsep diri yang dibentuk oleh mahasiswa indekos untuk
mengetahu siapa dirinya sebelum dan setelah menjadi anak kos.
Kualitas konsep diri tersebut dibentuk salah satunya karena adanya teori
interaksi simbolik (Morissan,2009:74). Interaksi simbolik merupakan makna suatu
objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang
terisolir satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolik menyatakan bahwa
makna muncul melalui interaksi. Orang-orang terdekat seperti orangtua
memberikan pengaruh besar. Orangtua yang memperkenalkan dengan kata-kata
baru, konsep-konsep untuk membantu membedakan antara diri sendiri dan orang
lain sehingga miliki sense of self. Konsep diri berkembang karena adanya
interaksi dengan orang lain. Apalagi ketika seorang anak berstatus mahasiswa
indekos, konsep diri yang terbentuk tersebut berbeda ketika mahasiswa tersebut
tidak tinggal lagi dengan orangtua. Karena pada awalnya konsep diri yang
dibentuk diawal dengan orangtua akan berkembang melalui interaksi sosial yang
ada di lingkungannya (West,2011:101-102). Lingkungan dimana mahasiswa
indekos tersebut tinggal dan melakukan interaksi dengan oranglain akan
mengubah konsep diri mahasiswa indekos tersebut. Ini disebabkan karena
mahasiswa tersebut perlu mengembangkan potensi dirinya sendiri ketika
mahassiswa tersebut berada di lingkungan yang berbeda dimana tidak tinggal
dengan orangtuanya karena sedang menempuh pendidikan. Latar belakang budaya
dan adanya kesadaran diri untuk mengevalusi perilakunya sendiri merupak faktor
yang membentuk konsep diri mahasiswa indekos tersebut Melalui interaksi ini
mahasiswa tersebut dapat menyelidiki tentang diri.
Subjek penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi yang berstatus aktif dan
tidak tinggal dengan orangtua (anak kos) di Universitas Sumatera Utara.
Pemilihan lokasi penelitian di daerah sekitar Universitas Sumatera Utara
dilakukan mahasiswa indekos di USU ada yang berasal dari luar Medan yang
tidak tinggal dengan orangtuanya. Peneliti ingin mengetahui konsep diri
mahasiswa ketika tinggal dengan orangtuanya dan konsep diri mahasiswa tersebut
berkembang ketika menjadi mahasiswa indekos dimana konsep diri berkembang
karena adanya faktor-faktor lain ketika tidak tinggal bersama dengan orangtuanya.
Bila melihat pada salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk
memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, maka yang menjadi
pertanyaannya adalah bagaimana proses pembentukkan konsep diri mahasiswa
indekos Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan konteks masalah di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti proses pembentukan konsep diri mahasiswa
indekos setelah menjadi anak kos.
1.2. FOKUS MASALAH
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti
merumuskan fokus masalah adalah “ Bagaimana Proses Pembentukan Konsep
Diri Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara Setelah Menjadi Anak Kos”.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik mahasiswa indekos Universitas
Sumatera Utara
2. Untuk menggambarkan proses pembentukan konsep diri mahasiswa
indekos Universitas Sumatera Utara setelah menjadi anak kos.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya komunikasi antarpribadi
yang berkaitan dengan pembentukan konsep diri.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan
FISIP USU, khususnya di bidang ilmu komunikasi.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi
bagi mahasiswa-mahasiswi dan orangtua yang berbeda tempat tinggal
sehingga dapat meningkatkan komunikasi dan kedekatan antara orangtua
dan anak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. PARADIGMA KAJIAN
Paradigma adalah pandangan mendasar mengenai pokok persoalan,
tujuan, dan sifat dasar bahan kajian. Paradigma penelitian kualitatif dilakukan
melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum,
konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi yang dikembangkan berdasarkan
masalah yang terjadi di lokasi penelitian. Paradigma kualitatif mencanangkan
pendekatan humanistik untuk memahami realitas sosial para idealis, yang
memberikan suatu tekanan pada pandangan yang terbuka tentang kehidupan sosial
dan paradigma kualitatif ini memandang kehidupan sosial sebagai kreatifitas
bersama individu-individu. Oleh karena itu, melalui paradigma kualitatif dapat
menghasilkan suatu realitas yang dipandang secara objektif dan dapat diketahui
yang melakukan interaksi sosial (Ghony dan Almanshur, 2012:73).
Menurut Maxwell (1996), kelebihan paradigma adalah pemahaman
makna, dimana makna merujuk pada kognisi, afeksi, intense, dan apa saja yang
berada di bawah paying perspektif partisipan. Peneliti bukan saja tertarik pada
aspek fisik pada kejadian itu, melainkan bagaimana mereka memaknai semua itu,
dan bagaimana makna itu mempengaruhi tingkah laku informan. Fokus pada
makna seperti itu disebut intrepretif (Maxwell dalam Ghony dan
Almanshur,2012:77).
Dalam kegiatan kajian, paradigma kualitatif dijabarkan ke dalam
langkah-langkah (Ghony dan Almanshur,2012:77): (1) penentuan pumpun kajian
(focus of study), yang mencakup kegiatan memilih masalah yang memenuhi syarat
kelayakan dan kebermaknaan, (2) pengembangan kepekaan teoretik dengan
menelaah bahan pustaka yang relevan dan hasil kajian sebelumnya, (3) penentuan
kasus atau bahan kajian, yang meliputi kegiatan memilih dari mana dan dari siapa
data diperoleh, (4) pengembangan protokol pemerolehan dan pengolahan data,
yang mencakup kegiatan menetapkan piranti, langkah dan teknik pemerolehan
dan pengolahan data yang digunakan, (5) pelaksanaan kegiatan pemerolehan data,
yang terdiri atas kegiatan mengumpulkan data lapangan atau melakukan
pembacaan naskah yang dikaji, (6) pengolahan data perolehan, yang meliputi
kegiatan penyandian (coding), pengkategorian (categorizing), pembandingan
(comparing), dan pembahasan (discussing), (7) negosiasi hasil kajian dengan
subjek kajian, dan (8) perumusan simpulan kajian, yang meliputi kegiatan
penafsiran dan penyatu-paduan (interpreting and intergrating) temuan ke dalam
bangunan pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya.
Karena sifat dasar bahan yang dikaji serta tujuan yang ingin dicapai, bisa
saja langkah-langkah tersebut diubah menurut dinamika di lapangan. Fokus
kajian, misalnya mungkin mengalami penajaman dan perumusan ulang setelah
peneliti melakukan penjajakan lapangan. Tentu saja, penajaman ulang perlu
dilakukan berdasarkan ketersediaan data, serta dimaksudkan untuk meningkatkan
kebermaknaan kajian. Setiap kajian berparadigma interpretif harus memenuhi
kriteria: (1) keterpercayaan (credibility), (2) kebergantungan (dependability), dan
(3) kepastian (confirmability), dan (4) keteralihan (transferability) (Ghony dan
Almanshur,2012:77).
Kepercayaan membuktikan bahwa data perolehan dan simpulan kajian
benar-benar dapat dipercaya. Ketergantungan membuktikan bahwa temuan dan
simpulan kajian benar-benar bersandar pada data mentah. Kepastian membuktikan
bahwa kebenaran temuan dan simpulan kajian bisa dilacak berdasarkan data
perolehan. Sedangkan keteralihan membuktikan bahwa temuan dan simpulan
penelitian bisa diberlakukan pada kasus lain yang memiliki ciri-ciri sama dengan
kasus yang dikaji (http://wajburni.wordpress.com/2012/01/17/paradigma-
penelitian-kualitatif/).
2.2 KAJIAN PUSTAKA
2.2.1 KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang
dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak
dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, karena itu harus memberikan perhatian yang seksama terhadap
komunikasi.
2.2.1.1 Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris
communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi,
komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu
sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan
interfensi. Komunikasi juga merupakan transimisi pesan yang bertujuan untuk
memperoleh makna perubahan tertentu. (Liliweri,2011:31).
Berikut ini adalah 6 defenisi komunikasi menurut para ahli (Mulyana, 2007 :
62-66) :
1. Theodore M. Newcomb
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi,
terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
2. Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima.
3. Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
4. Raymond S. Ross
Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan
simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan
makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan
komunikator.
5. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau
lebih.
6. Harold Lasswell
Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
dasar :
a. Who (Siapa) : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.
b. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, pernyataan yang didukung oleh
lambang, dapat berupa ide atau gagasan.
c. In Which Channel (Saluran) : Media; sarana atau saluran yang mendukung
pesan bila komunikasn jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
d. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan; orang yang menerima pesan.
e. With What Effect (Dampak) : Efek; dampak sebagai pengaruh dari pesan
atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melaluui media yang menimbulkan efek
tertentu.
2.2.1.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar
“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat
dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).
Wilbur Schramm (Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How
Communication Works”mengatakan the condition of success in communication
diringkaskan sebagai berikut :
e. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
f. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat
dimengerti.
g. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan
menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
h. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Komunikasi yang efektif adalah sejauh mana komunikator mampu
berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan
memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan,
cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh
komunikator (Vardiansyah, 2004:111).
2.2.1.3 Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan
seseorang yang didasari dengan tujuan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan
dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya
menyertakan unsur-unsur berikut (Liliweri,2011:39-43) :
1. Sumber
Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau source, sender, atau
encoder. Pengirim adalah orang yang membuat pesan. Pengirim merupakan
pemrakarsa yang ingin menyajikan pikiran dan pendapat tentang suatu peristiwa
atau objek
2. Pesan
Pesan adalah gagasan, perasaan, atau pemikiran yang telah di-encode
oleh pengirim atau di-decode oleh penerima. Pada umumnya pesan-pesan
berbentuk sinyal, simbol, tanda-tanda atau kombinasi dari semuanya dan
berfungsi sebagai stimulus yang akan direspon oleh penerima. .
3. Media / Saluran Komunikasi
Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai
saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam
bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap
sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar, dan media massa
lainnya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima biasanya terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran,
komunikan, atau audience. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, maka
akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini biasa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebgai
akibat penerimaan pesan.
6. Feedback
Umpan balik adalah respon yang diberikan oleh penerima terhadap pesan
yang dikirimkan oleh pengirim.
Aristoteles (Cangara, 2003:22) mengatakan suatu pesan akan terlaksana
dengan baik hanya cukup dengan tiga unsur saja, yaitu sumber, pesan, dan
penerima. Sedangkan Claude E.Shannon dan Warren Weaver menyatakan bahwa
proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitte, sinyal, penerima dan
tujuan.
2.2.1.4 Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi (Effendy, 2011:8), yaitu : 1. Menyampaikan inform asi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)
2.2.1.5 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi (Effendy, 2011:8), yaitu : 1. Perubahan sikap (attitude change) 2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behavior change) 4. Perubahan sosial (social change)
2.2.2 KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
2.2.2.1 Defenisi Komunikasi Antarpribadi
Para ahli teori komunikasi mendefenisikan komunikasi antarpribadi
secara berbeda-beda. Adapun defenisi komunikasi antarpribadi menurut tiga
ancangan utama (Devito,1997:231-232), yaitu:
1. Defenisi Berdasarkan Komponen
Defenisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi
dengan mengamati komponen-komponen utamanya dan dalam hal ini,
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera.
2. Defenisi Berdasarkan Hubungan Diadik
Defenisi berdasarkan hubungan ini, komunikasi antarpribadi sebagai
komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan
yang mantap dan jelas. Adakalanya defenisi hubungan ini diperluas sehingga
mencakup juga sekelompok kecil orang seperti anggota keluarga atau kelompok-
kelompok yang terdiri dari atas tiga atau empat orang.
3. Defenisi Berdasarkan Pengembangan
Dalam ancangan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai
akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi pada satu
ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.
Perkembangan ini mengisyaratkan atau mendefenisikan pengembangan
komunikasi antarpribadi.
Ada beberapa defenisi komunikasi antar pribadi menurut para ahli, yaitu :
1. Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal
Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di
antara sekelompok kecil orang- orang, dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving
messages between two persons, or among a small group of persons, with
some effect and some immediate feedback).
2. Menurut Effendy, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
komunikator dengan seorang komunikan (Liliweri,1991:12).
3. Menurut Dean C. Barnlund, komunikasi antarpribadi biasanya
dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau
mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak
berstruktur (Liliweri,1991:12).
4. Menurut Tan, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi tatap
muka antara dua atau lebih orang (Liliweri,1991:13).
5. Menurut Rogers, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi dari mulut
ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi
(Liliweri,1991:13).
Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses
sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.
Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat
psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis
antarmanusia yang memiliki suatu pribadi
2.2.2.2 Fungsi dan Keampuhan Komunikasi Antarpribadi
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi
umumnya berlangsung secara tatap muka (face-to-face). Oleh karena itu individu
(komunikator) dengan individu (komunikan) saling bertatap muka, maka
terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator menyentuh
pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik
berlangsung seketika (immediate feedback); komunikator mengetahui pada saat
itu tanggapan komunikan terhadap pesan, ekspresi wajah, dan gaya bicara
komunikator. Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan
menyenangkan komunikator,sehingga komunikator mempertahankan gaya
komunikasinya; sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, komunikator harus
mengubah gaya komunikasinya sampai berhasil.
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan
perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi antarpribadi acapkali
dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif yakni suatu teknik
komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa
ajakan, bujukan atau rayuan. (Effendy, 2003:61)Adapun fungsi komunikasi
antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan (human relations),
menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, serta berbagi pengetahuan
dan pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi, individu
berusaha membina hubungan yang baik dengan individu lainnya, sehingga
menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara individu-individu
tersebut. (Cangara, 2005:56).
2.2.2.3 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
Karakteristik komunikasi antarpribadi yang efektif dilihat dari tiga sudut
pandang (Devito,1997:259-268) :
1. Sudut pandang humanistik
Sudut pandang ini menekankan pada interaksi yang bermakna jujur dan
memuaskan yang menentukan terciptakan hubungan antarmanusia yang superior.
Ada lima kualitas umum dari sudut pandang humanistik, yaitu :
a. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan ini yang pertama mengacu pada komunikator
antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang lain yang diajak
berinteraksi. Yang kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Yang ketiga, menyangkut
“kepemilikkan” perasaan dan pikiran. Terbuka mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang dilontarkan merupakan milik dan tanggung jawab atasnya.
b. Empati
Henry Backrack mendefenisikan empati sebagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain.
Untuk mencapai empati harus bisa menahan godaan untuk
mengevaluasi, menilai, menafsirkan, mengkritik , mencoba mengerti alasan yang
membuat orang itu merasa seperti yang dirasakan dan merasakan apa yang sedang
dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.
c. Sikap Mendukung
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan di mana
terdapat sikap mendukung. Sikap mendukung terlihat dari sikap yang deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisonal bukan sangat yakin.
d. Sikap Positif
Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dinyatakan melalui dua
cara, yaitu yang pertama melalui sikap positif. Orang yang merasa negatif
terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan perasaan kepada orang lain dan
akan mengembangkan perasaan negatif yang sama. Sebaliknya, orang merasa
positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan kepada orang lain, yanng
selanjutnya akan merefleksikan perasaan positif.
Yang kedua, dorongan merupakan hal yang dipandang penting dalam
analisis transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum. Perilajku
mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain.
e. Kesetaraan
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasannya setara.
Artinya, harus ada pengakuan diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
disumbangkan
2. Sudut Pandang Pragmatis
Sudut pandang ini menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi,
dan secara umum, kualitas-kualitas yang menetukan pencapaian tujuan yang
spesifik. Ada lima kualitas efeftivitas, yaitu :
a. Kepercayaan diri
Komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama orang
lain dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya. Komunikator
yang percaya diri bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam bersuara dan gerak
tubuh, terkendali, tidak gugup.
b. Kebersatuan
Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara
dengan pendengar sehingga terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan.
c. Manajemen Interaksi
Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan
kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa
diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting, masing-masing mempunyai
kontribusi dalam berkomunikasi.
d. Daya Ekspresi
Daya ekspresi mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan
keterlibatan tulus dalam interaksi antarpribadi. Daya ekspresi sama dengan
keterbukaan dalama hal penekannya pada keterlibatan.
e. Orientasi Kepada Orang Lain
Orientasi ini mengacu pada kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lawan bicara selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini mencakup
pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara.
3. Sudut Pandang Pergaulan Sosial dan Sudut Pandang Kesetaraan
Sudut pandang ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan
kemitraan di mana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.
2.2.2.4. Sifat-sifat Komunikasi Antar Pribadi
Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua
orang merupakan komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991:31-43):
1. Komunikasi antar pribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal
maupun non verbal.
Dalam pelaksanaan komunikasi antar pribadi setiap hari terbanyak
melibatkan perilaku nonverbal sebagai penguat pesan-pesan verbal yang
diucapkan. Komunikasi antar pribadi dalam memanfaatkan tanda-tanda informasi
verbal maupun nonverbal sebenarnya sangat memperhatikan isi dan hubungannya
dengan suatu pesan . Unsur isi terdiri atas apa ayng dikatakan dan dibuat,
sedangkan unsur hubungan/relasi terdiri atas bagaimana sesuatu itu diktakan dan
dibuat. Jadi, baik perilaku verbal maupun nonverbal masing-masing dapat
menunjukkan seberapa jauh hubungan antara pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya.
2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan
contrived.
Suatu perilaku spontan ditimbulkan karena kekuasaan emosi yang bebas
dari campur tangan kognisi, kita berbuat sesuatu karena tekanan emosi belaka
yang bisa verbal dan nonverbal, meskipun kadang-kadang perilaku ini tidak
masuk dalam pertimbangan akal sehat seseorang. Kemudian perilaku scripted
disebabkan karena suatu hasil belajar seseorang secara terus-menerus sebelumnya.
Dan terakhir perilaku yang contrived karena dikuasai sebagian besarnya oleh
keputusan-keputusan yang rasional.
3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang.
Sifat yang ketiga ini menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi
sebenarnya tidaklah statis, melainkan dinamis. Suatu proses dalam komunikasi
antar pribadi terus berkembang, semakin hidup karena perkenalan telah merasuki
pertambahan kognisi pihak lain, kemudian perasaan afektifnya dan pada
gilirannya akan terlihat dalam perilaku verbal maupun nonverbal. Dengan
demikian jika hubungan bersifat statis maka hubungan di antara mereka tidak
bermutu, tidak maju, karena tidak bertambahnya suatu informasi baru atau yang
lebih bermutu daripada sebelumnya.
4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai
interaksi, dan koherensi.
Suatu komunikasi antar pribadi ditandai dengan adanya umpan balik.
Umpan balik mengacu pada respon verbal dan nonverbal dari seorang komunikan
maupun komunikator secara bergantian. Umpan balik tidak mungkin ada jika
tidak ada interaksi atau kegiatan dan tindakan yang menyertinya. Adanya interaksi
menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi harus menghasilkan suatu
keterpengaruhan tertentu. Tanpa adanya pengaruh sebaliknya interaksi juga tidak
ada manfaatnya. Karena interaksi dalam komunikasi antar pribadi mengandalkan
suatu perubahan dalam sikap, pendapat dan pikiran, perasaan dan minat maupun
tindakan tertentu. Pada tahap inilah suatu kegiatan komunikasi antar pribadi bisa
dirancang, apakah komunikasi hanya mengharapkan perubahan pikiran dan
pendapat saja, atau ditekankan pada minat dan perasaan, ataukah hanya pada
tindakan saja.
5. Komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik dimaksudkan suatu standar dari perilaku yang dikembangkan
oleh seseorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi.
Dengan demikian tata aturan intrinsik biasanya disepakati di antara peserta
komunikasi antar pribadi untuk meneruskan dan menghentikan tema-tema
percakapan, perilaku verbal dan nonverbla selanjutnya. Ekstrinsik yang
dimaksudkan dengan adanya standar atau aturan lain yang ditimbulkan karena
danya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga
komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus dihentikan.
6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.
Sifat keenam dari komunikasi antar pribadi adalah harus adanya sesuatu
yang dibuat oleh mereka yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Jadi kedua
pihak harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sehingga tanda bahwa
mereka memang berkomunikasi. Para ahli melukiskan bahwa yang disebut
komunikasi itu merupakan suatu upaya untuk memulai suatu pesan dari sumber
dan berakhir pada reaksi dari penerimanya. Hal ini berarti komunikasi tidak
memerlukan perhatian hanya pada sebab datangnya suatu pesan kepada akibat
terpaan pesan, namun lebih dari itu harus memperhatikan seluruh proses dari
komunikasi itu.
7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia.
Komunikasi antar pribadi melibatkan usaha yang bersifat persuasif,
karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang psikologis, sosiologis
seseorang. Daripadanya seorang komunikator menyiapkan pesan yang baik
sehingga mampu mengena keadaan, lapangan psikologis dan sosiologis
komunikan. Artinya memanfaatkan pengetahuan, pendapat, perasaan serta
kebiasaan seseorang darimana perasaan itu perlu disesuaikan agar dapat diterima.
Pada saat sekarang para ahli komunikasi menghendaki supaya seorang yang
berkomunikasi harus mampu merubah cara berpikir, perasaan atau perilaku
sesama, hal itu akan tercapai kalau ia juga memberikan kesempatan pada pihak
lain untuk dapat mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan dan perilakunya.
2.2.4. KONSEP DIRI
2.2.4.1 Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman – pengalaman yang diperoleh dari
interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan,
melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi.
Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak
dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari.
Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian
diri kita. Ini disebut konsep diri (Rakhmat,1991:99). Konsep diri merupakan
proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Menurut Symonds
dan Fitts, menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada
saat kelahiran tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya
kemampuan perseptif (Agustiani,2009:18).
Menurut Charles Horton Cooley (Rakhmat,1991:99), kita melakukannya
dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain. Cooley menyebut gejala ini
looking-glass self (diri cermin); seakan-akan kita menaruh cermin di depan kita.
Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita
membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita
mengalami perasaan bangga atau kecewa.
Mead mendefenisikan diri (self) sebagai kemampuan untuk
merefleksikan diri kita sendiri melalui perspektif orang lain. Mead berteori
mengenai diri, ia mengamati bahwa melalui bahsa orang mempunyai kemampuan
untuk menjadi subjek dan objek bagi dirinya sendiri. Mead menyebut subjek, atau
diri yang bertindak, sebagai I , bersifat spontan, implusif dan kreatif, objek, atau
diri yang mengamati, adalah Me¸bersifat lebih reflektif dan peka secara sosial
(West,2011:107).
Terdapat beberapa defenisi konsep diri menurut beberapa para ahli,
diantaranya adalah :
1. Menurut Arndt dalam Theories of Personality, konsep diri adalah
cerminan dari tuntunan significant person terhadap diri individu
(Agustiani,2009:20).
2. Menurut William H. Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan
aspek penting dalam diri seseorang karena konsep diri seseorang
merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts
mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi
terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk
abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri dan
kemampuan terhadap dunia di luar dirinya. Fitts juga mengatakan bahwa
konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang
(Agustiani,2009:138-139).
3. Menurut William D. Brooks (Rakhmat,1991:99) mendefenisikan konsep
diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of
ourselves that we have derived from experiences and our interactions with
others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita.
4. Menurut Anita Taylor (Rakhmat,1991:100) mendefenisikan konsep diri
sebagai “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and
attitudes you hold about yourself”.
5. Menurut Goss dan O’Hair (Sobur,2010:507) mendefenisikan konsep diri
sebagai acuan bagaimana cara Anda menilai diri Anda sendiri, seberapa
besar Anda berpikir bahwa diri Anda berharga sebagai seseorang.
6. Menurut Rogers (Sobur,2010:507), mendefenisikan konsep diri sebagai
bagaian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan,
yaitu “aku” merupakan pusat refrensi setiap pengalaman.
Konsep diri meliputi apa yang Anda pikirkan dan apa yang Anda rasakan
tentang diri Anda. Dengan demikian ada dua komponen konsep diri : Komponen
kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut citra diri (self image)
dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem) (Rakhmat,1991:100).
2.2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukkan Konsep Diri
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukkan konsep diri
(Devito,2009:55-57), yaitu :
1. Others Images
Menurut Charles Horton Cooley, others images merupakan orang yang
mengatakan siapa Anda, melihat citra diri Anda dengan mengungkapkannya
melalui perilaku dan aksi. Konsep diri seseorang dibentuk karena adanya orang-
orang yang paling penting dalam hidup seseorang seperti orang tua. Menurut D.H.
Demo menekankan pada maksud bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara,
diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi para anggota keluarga. Mereka itulah
yang disebut sebagai significant others. (Budyatna,2011:169). significant others
yang dimaksud merupakan orangtua. Orangtua adalah faktor utama yang
membentuk dan mengembangkan konsep diri seorang anak. Dalam
perkembangan, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi
perilaku, pikiran, dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita,
membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.
2. Orang lain
Menurut Gabriel Marcel menulis tentang peranan orang lain dalam
memahami diri kita,”The fact is that we can understand ourselves by starting
from the other, or from others, and only by starting from them.” Kita mengenal
diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Harry Stack Sullivan (1953)
menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati , dan disenangi karena
keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri
kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan
menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.
Ketika kita tumbuh menjadi dewasa, kita mencoba menghimpun
penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Sebagai contoh,
Minah memperoleh informasi tentang dirinya dari kedua orang tuanya dan orang
di sekitarnya bahwa Minah anak yang pintar. Minah berpikir, “Saya pintar.”. Ia
menilai dirinya dari persepsi orang lain.
Richard Dewey dan W.J. Humber menamai orang lain sebagai affective
others, dimana orang lain yang mengenal kita mempunyai ikatan emosional. Dari
merekalah, secara perlahan-lahan membentuk konsep diri kita melalui senyuman,
pujian, penghargaan, pelukan yang menyebabkan kita menilai diri kita secara
positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan, membuat kita memandang diri kita
secara negatif.
Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap
kita disebut generalized others. Konsep ini berasal dari George Herbert Mead.
Memandang diri kita seperti orang lain memandangnya, berarti mencoba
menempatkan diri kita sebagai orang lain. Bila saya seorang ibu, bagaimanakah
ibu memandang saya.
3. Budaya
Melalui orang tua, pendidikan, latar belakang budaya, maka akan
ditanamkan keyakinan, nilai, agama, ras, sifat nasional untuk membentuk konsep
diri seseorang. Contohnya, ketika seseorang mempunyai latar belakang budaya
yang baik dan memiliki etika maka orang tersebut memiliki konsep diri positif.
4. Mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri.
Konsep diri terbentuk karena adanya interpretasi dan evaluasi dari
perilaku diri sendiri berdasarkan apa yang dilakukan, bagaimana perilaku orang
tersebut
2.2.4.3 Proses Terbentuknya Konsep Diri
Konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama, dan pembentukan
ini tidak bisa diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang konsep diri.
Namun reaksi ini muncul kerena orang lain yang memiliki arti (sifnificant other)
yang mungkin berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.
Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan
(Sobur,2010:510-511), yaitu :
1. Konsep diri primer
Konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan,
yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Pengalaman yang berbeda diterima melalui
anggota rumah, dari orangtua, nenek, paman atau saudara kandung.
Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan
antara dirinya dan saudara-saudara lainnya. Adapun konsep bagaimana perannya,
aspirasi-aspirasinya ataupun tanggung jawabnya dalam kehidupan, ditentukan atas
dasar didikan yang datang dari orang tuanya.
2. Konsep diri sekunder
Konsep ini banyak ditentukan oleh konsep diri primernya. Misalnya apabila
konsep diri primer seseorang adalah pendiam, tidak nakal, tidak suka keributan,
maka ia akan memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep diri yang sudah
dimiliknya dan teman-teman baru yang nantinya menunjang terbentuknya konsep
diri sekunder.
Menurut Clara R. Pudjijogyanti (Sobur,2010:511-512), konsep diri
terbentuk atas dua komponen yaitu komponen kognitif merupakan pengetahuan
individu tentang keadaan dirinya. Misalnya, saya bodoh. Komponen kognitif
merupakan penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang
diri saya. Komponen kognitif merupakan data yang data yang bersifat objektif.
Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri. Penilaian
tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri serta penghargaan diri
individu. Komponen afektif merupakan data yang bersifat subjektif.
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-
orang di sekitarnya. Apa yang diperssepsi individu lain mengani diri individu,
tidak terlepas dari struktur, peran, dan status sosial yang disandang seorang
individu (Sobur,2010:512)
2.2.4.4 Proses Pengembangan Konsep Diri
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan
faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan
dengan individu lainnya. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi
individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Dengan demikian, konsep
diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lain.
Pada dasarnya, pengembangan konsep diri merupakan proses yang relatif
pasif. Pada pokoknya, individu akan berperilaku dengan cara tertentu dan
mengamati reaksi orang lain terhadap perilaku (Sobur,2010:514).
Ada dua hal yang mendasari pengembangan konsep diri
(Sobur,2010:515-516), yaitu :
1. Pengalaman Secara Situasional
Pengalaman yang pernah dialami, tidak seluruhnya mempunyai pengaruh
dalam diri seseorang. Jika pengalaman tersebut sesuatu yang konsisten dengan
nilai-nilai dan konsep diri yang ada, secara rasional dapat diterima, dan
sebaliknya.
Apa yang diperlukan dan tidak bisa dipertahankan, akan timbul
keinginan untuk mengubah konsep diri agar bisa disesuaikan dengan pengalaman
mutakhir sepanjang ada kesadaran untuk merespon pengalaman melalui
pancaindera yang dapat dimengerti dan diterima. Penerimaan pengalaman
mutakhir ke dalam konsep diri mungkin akan dapat mengubah sistem nilai yang
kaku, yang dianut sebelumnya. Pengalaman ini, akan menjadi lebih terbuka untuk
mengubah nilai-nilai, dan mengubah konsep diri.
2. Interaksi Dengan Orang Lain
Segala aktivitas dalam masyarakat memunculkan adanya interkasi
seseorang dengan orang lain. Dari interaksi yang muncul, terdapat usaha untuk
mempengaruhi antara seseorang dengan orang lain tersebut. Dalam situasi
tersebut, konsep diri berkembang dalam proses saling memperngaruhi.
Pandangan terhadap diri sendiri adalah dasar konsep diri seseorang untu
memperoleh pengertian mengenai dirinya sendiri melalui interaksi dengan orang
lain yang disertai persepsi dan kesadaran terhadap cara orang lain tersebut.
2.2.4.5 Jenis-Jenis Konsep Diri
Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas
konsep diri (Rakhmat,2008:105-106) yaitu :
1. Konsep Diri Negatif
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada beberapa tanda yang
memiliki konsep diri negatif, yaitu :
a. Peka terhadap kritikan
Orang ini tidak tahan dikritik yang diterimanya, dan mudah marah.
b. Responsif terhadap pujian
Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
c. Sikap Hiperkritis
Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan
atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
d. Pesimis
Menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan
dirinya.
Orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog
yang terbuka , dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai
justifikasi atau logika yang keliru.
2. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif ditandai dengan :
a. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah; b. Ia merasa setara dengan orang lain; c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu; d. Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat; e. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sangguo mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Menurut D.E. Hamachek, ada sebelas karakteristik konsep diri positif, yaitu :
a. Ia menyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.
b. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.
c. Ia tidak menghabiskan waktu untuk mencemaskan apa yang terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu lalu dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.
d. Ia memiliki kenyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan. e. Ia merasa sama dengan orang lain walaupun terdapat perbedaan latar
belakang keluarga, ataupun yang lain. f. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain. g. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima
penghargaan tanpa bersalah. h. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya. i. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan
berbagai dorongan dan keinginan, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.
j. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, pengungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekadae mengisi waktu.
k. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain. Konsep diri positif menghasilkan pola perilaku komunikasi interpersonal
yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat, dan
mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan dengan
cermat pula.
2.2.4.6. Pengaruh Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi
masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu;
menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi antarpribadi (Rakhmat, 2005: 104-109), yaitu:
a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat
mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap
dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara
teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan
sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi,
dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat
pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih
terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c. Percaya diri (self confidence). Keinginan untuk menutup diri, selain karena
konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan
sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin
menghindari situasi komunikasi. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal
sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Tentu tidak semua aprehensi
komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri; tetapi di antara berbagai faktor,
percaya diri adalah yang paling menentukan. Untuk meningkatkan percaya diri,
menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu seperti yang dikatakan
Maxwell Maltz, seorang tokoh Psikosibernetik, ”Believe in yourself and you’ll
succeed”
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena
konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri
(terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa
yang kita ingat (ingatan selektif).
2.2.5. TEORI DISONANSI KOGNITIF
2.2.5.1. Pengertian Teori Disonansi Kognitif
Menurut Leon Festinger (West,2011:137), disonansi kognitif merupakan
perasaan yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau
mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka
pegang. Festinger berpedapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak
nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi
ketidaknyamanan itu.
Menurut Roger Brown (West,2011:137), keadaan disonansi kognitif
dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang
memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi. Browns menyatakan teori
ini memiliki dua elemen untuk memiliki tiga hubungan yang berbedan satu sama
lain yaitu konsonan, disonan, tidak relevan,
Hubungan konsonan ada antar dua elemen yang berada pada posisi
seimbang satu sama lain. Misalnya, jika seseorang yakin bahwa kesehatan itu
penting makan orang tersebut akan rajin berolahraga. Hubungan disonan
mempunyai elemen-elemen yang tidak seimbang satu dengan lainnya. Contohnya,
penganut agama Katolok mendukung hak perempuan untuk memilih melakukan
aborsi. Sementara agama lainnya tidak memperbolehkan melakukan aborsi.
Hubungan tidak relevan ada ketika dua elemen tidak mempunyai makna
hubungan satu sama lain.
2.2.5.2. Asumsi dari Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi kognitif adalah penjelasan mengenai bagaimana
keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Ada empat asumsi dasar dari teori
disonansi kognitif ini (West,2011:139-140), yaitu :
1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap
dan perilakunya
Asumsi ini menekankan pada sebuah model mengenai sifat dasar dari
manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi.
2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis
Asumsi ini berbicara mengenai jenis konsistensi yang paling penting bagi
orang. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sebaliknya
teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara
psikologis.
3. Disonansi adalah perasaaan tidak suka yang mendorong orang untuk
melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
Asumsi ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi
psikologis disonansi yang tercipta menimbulkan perasaan tidak suka. Jadi, orang
tidak senang berada dalam keadaan disonansi, hal ini merupakan suatu keadaan
yang tidak nyaman.
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan
usaha untuk menngurangi disonansi.
Teori ini mengasumsikan bahwa ransangan yang diciptakan oleh
disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan
inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.
2.2.5.3. Disonansi Kognitif dan Persepsi
Teori disonansi kognitif ini memprediksi bahwa orang akan menghindari
informasi yang meningkatkan disonansi. Ada beberapa proses perseptual yang
merupakan dasar dari penghindaran ini (West,2011:142-143), yaitu :
1. Terpaan Selektif, metode ini untuk mengurangi disonansi dengan
mencari informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat
ini.
2. Perhatiaan Selektif, metode ini mengurangi disonansi dengan
memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakinan dan
tindakan yang ada saat ini.
3. Interpretasi Selektif, metode ini untuk mengurangi disonansi dengan
menginterpretasikan informasi yang ambigu sehingga informasi ini menjadi
konsisten dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
4. Retensi Selektif, metode untuk mengurangi disonansi dengan mengingat
informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
2.2.6. TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
2.2.6.1 Pengertian Teori Interaksi Simbolik
Komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah kendaraan
atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta
memberi makna terhadap segala sesuatu (Morissan dan Wardhany,2009:11).
Interaksi simbolik adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran (mind),
diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi
sosiokultural dalam membangun teori komunikasi (Morissan dan
Wardhany,2009:74).
George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi
simbolik ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di
antara manusia, baik secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respon
yang terjadi, maka memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan
karenanya dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu Morissan
dan Wardhany,2009:75).
2.2.6.2 Prinsip Dasar Teori Interaksi Simbolik
Menurut Blumer (Santoso dan Setiansah,2010:22-23) ada tiga prinsip
dasar interaksionisme simbolik yaitu :
1. Meaning
Blumer mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku seseorang
terhadap sebuah obyek atau orang lain ditentukan oleh makna yang dia pahami
tentang obyek atau orang tersebut.
2. Languange
Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui interaksi. Makna
adalah hasil interaksi. Makna tidak melekat pada obyek, melainkan
diinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Bahasa adalah bentuk dari simbol.
3. Thought
Menurut Blumer, “an individual’s interpretation of symbol is modified by
his or her own thought processes”. Interaksi simbolik menjelaskan proses berpikir
sebagai inner conversation. Secara sederhana proses menjelaskan bahwa
seseorang melakukan dialog dengan dirinya sendiri ketika berhadapan dengan
sebuah situasi dan berusaha untuk memaknai situasi tersebut. Untuk bisa berpikir
maka seseorang memerlukan bahasa dan mampu untuk berinteraksi secara
simbolik.
2.2.6.3 Asumsi Teori Interaksi Simbolik
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara
luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini, dalam prosesnya, dan
dijelaskan kerangka asumsi teori ini.
Menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes (West,2011:98) telah
mempelajari teori interaksi simbolik yang berhubungan dengan kajian orang tua
dan memperlihatkan tiga tema besar, yaitu :
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
1. Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia
Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu apakah itu
benda, kualitas, peristiwa, situasi atau keadaan. Bagi Kuhn, penamaan objek
adalah penting guna menyampaikan makna suatu objek (Morissan,2009:75).
Menurut pandangan interaksi simbolik, makna suatu objek sosial serta sikap dan
rencana tindakan tidak merupakan ssesuatu yang terisolir satu sama lain. Seluruh
ide paham interaksi simbolik menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi.
Tujuan dari interaksi menurut interaksi simbolik untuk menciptakan makna yang
sama karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit ,
atau bahkan tidak mungkin (West,2011:99).
Menurut LaRossa dan Reitzes, ada tiga asumsi yang mendukung
pentingnya makna bagi perilaku manusia yang diambil dari karya Herbert Blumer,
(West,2011:99-100)yaitu :
a. Manusia Bertindak Terhadap Manusia Lainnya Berdasarkan Makna yang
Diberikan Orang Lain Kepada Mereka.
Asumsi ini menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkain pemikiran dan
perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons orang
berkaitan dengan rangsangan tersebut. Mereka mencari makna dengan
mempelajari psikologis dan sosiologis mengenai perilaku. Menurut Rogers
Thomas, membuat makna yang sesuai dengan kekuatan sosial yang membentuk
dirinya.
Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari interaksi
sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu
pada simbol tertentu.
b. Makna Diciptakan dalam Interaksi Antarmanusia
Menurut Mead, makna dapat ada hanya ketika orang-orang mempunyai
interpretasi yang sama mengenai simbol yang dipertukarkan dalam interaksi.
Menurut Blumer, ada tiga cara untuk menjelaskan asal sebuah makna, yaitu :
1. Makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari suatu benda
2. Makna terdapat dalam orang bukan benda, makna dijelaskan dengan
mengisolasi elemen-elemen psikologis di dalam seorang individu yang
menghasilkan makna.
3. Melihat makna sebagai sesuatu yang terjadi diantara orang-orang .
Makna adalah “produk sosial” atau “ciptaan yang dibentuk dalam dan
melalui pendefenisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi.
c. Makna Dimodifikasi Melalui Proses Interpretif
Blumer menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah
yaitu yang pertama, menentukan benda-benda yang mempunyai makna. Blumer
berargumen bahwa bagian dari proses ini berbeda ari pendekatan psikologis dan
terdiri atas orang yang terlibat di dalam komunikasi dengan dirinya sendiri. Yag
kedua, melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek, dan melakukan
transformasi makna di dalam konteks di maba mereka berada.
2. Pentingnya Konsep Diri
Konsep diri merupakan seperangkat perspektif yang relatif stabil yang
dipercayai orang mengenai dirinya sendiri. Pertanyaan “siapakah saya?” dapat
membentuk konsep diri. Orang-orang yang mengembangkan konsepndiri, dalam
interaksi simbolik adalah orang – orang yang menggambarkan individu dengan
diri yang aktif, didasarkan pada interaksi sosial. Menurut Ralph LaRossa dan
Donald C. Reitzes (West,2011:101-102), ada dua asumsi mengenai konsep diri,
yaitu :
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan
orang lain.
Asumsi ini menyatakan orang-orang tidak terlahir dengan konsep diri;
mereka belajar melalui kontak dengan orang lain. Seseorang mempunyai perasaan
akan diri merupakan hasil dari kontaknya dengan orangtua, guru, dan lainnya.
Peneliti-peneliti awal mengenai keluarga seperti Edgar Burgess menyatakan
bahwa pentingnya keluarga sebagai sebuah institusi untuk bersosialisasi. Burgess
juga menyatakan bahwa anak dan orangtua berselisih paham mengenai konsep
diri. Konteks sosial dan interaksi adalah suatu yang penting untuk menyelidiki
siapa diri kita.
b. Konsep Diri Memberikan Motif Penting Untuk Perilaku.
Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian
mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting dalam
interaksi simbolik. Meadn berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri,
mereka memiliki mekanisme perilaku dan sikap. Mead melihat diri, sebagai
sebuah proses bukan struktur . Predikasi pemenuhan diri adalah prediksi mengenai
diri sendiri yang menyebabkan diri tersebut berperilaku sedemikian sehingga hal
tersebut benar-benar terjadi.
3. Hubungan Antara Individu dan Masyarakat
Hubungan antara individu dan masyarakat ini merupakan hubungan
kebebasan individu dan batasan sosial. Ada dua asumsi (West,2011:103-104),
yaitu :
a. Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya sosial
Asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku
individu. Budaya secara kuat mempengaruhi perilaku dan sikap yang dianggap
penting dalam konsep diri.
b. Struktur Sosial Dihasilkan Melalui Interaksi Sosial
Interaksi simbolik mempertanyakan pandangan bahwa struktur sosial
tidak berubah serta mengaku bahwa individu dapat memodifikasi situasi sosial.
Interaksi simbolik percaya bahwa manusia adalah pembuat pilihan.
2.2.7. MAHASISWA INDEKOS
2.2.7.1. Pengertian Mahasiswa Indekos
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga
merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan
masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Pengertian Definisi Mahasiswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, indekos merupakan jasa yang
menawarkan sebuah
dalam peraturan pemerintah RI No.30
tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi
tertentu. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara
resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia
sekitar 18-30 tahun.
kamar atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah
pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per
bulan atau per tahun). Jadi, mahasiswa indekos adalah mahasiswa yang tinggal
pada sebuah kamar atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran
tertentu untuk setiap periode tertentu.
2.2.7.2. Peran dan Fungsi Sebagai Mahasiswa
Secara garis besar, setidaknya ada tiga peran dan fungsi yang sangat
penting bagi mahasiwa, yaitu :
1. Peranan moral
Dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan
bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung
jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat menjalankan
kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam
masyarakat.
2. Peranan sosial.
Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan
sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat
untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan
sekitarnya.
3. Peranan intelektual
Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan intelek
haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam
arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu
pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas
yang ia miliki selama menjalani pendidikan.
2.3. Model Teoritik
Bagan Model Teoretik Penelitian Konsep Diri Mahasiswa Indekos di Universitas
Sumatera Utara
1.1. Bagan Model Teoretik Penelitian Proses Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa
Indekos Universitas Sumatera Utara
Tingkat Analisis
Proses terbentuknya konsep diri mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara
Analisis Data Model Miles dan Huberman
- Reduksi data - Penyajian data - Menarik kesimpulan/verifikasi
Konsep diri mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara sebelum dan sesudah menjadi anak kos
Objek Penelitian
Konsep diri mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN
3.1.1 Metodologi Kualitatif
Penelitian mengenai pembentukkan konsep diri mahasiswa dalam
interaksi komunikasi antarpribadi antara orangtua dan mahasiswa yang
berbeda tempat tinggal merupakan studi yang menggunakan metodologi
kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan karena :
1. Metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
ganda
2. Metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antarpeniliti dan informan
3. Metode kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan latar penelitian dan mampu melakukan penajaman pola-pola
nilai yang dihadapi peneliti (Ghony dan Almanshur,2012:34).
Dalam tataran teoritik, ada beberapa asumsi yang menjadi
landasan dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang dikatakan Merriam
(dalam Creswell, 1994:145). Asumsi- asumsi tersebut adalah:
1. Peneliti kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses daripada hasil atau
produk
2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha
memahami kehidupan, pengalaman, dan struktur lingkungan mereka.
3. Peneliti kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan
analisis data. Data diperoleh melalui instrumen manusia daripada melalui
inventarisasi (inventories), kuesioner, atau pun melalui mesin.
4. Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan fieldwork. Artinya, peneliti
secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting), tempat, atau
institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya.
5. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada
proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau
gambar- gambar.
6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun
abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori.
Penelitian kualitatif tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian
kuantitatif. Penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-
ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif yang
menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui
pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya
melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin,2010:6).
Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana mendeskrpsikan
kenyataan secara benar yang dialami oleh subjek penelitian ini (mahasiswa).
Penelitian ini berusaha untuk memberikan deskripsi terhadap bagaimana
komunikasi antarpribadi yang dilakukan orangtua dan mahasiswi yang berbeda
tempat tinggal dalam membentuk konsep diri mahasiswa
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkap situasi sosial tertentu
dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan
teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi
yang alami (Ghony dan Almanshur,2012:26). Penelitian kualitatif lebih menekan
pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.
(Kriyantono, 2009:56).
Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatif
mempunyai ciri-ciri:
1. Intensif, partisipasi periset dalam waktu lama pada setting
lapangan, periset adalah instrumen pokok riset.
2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan
catatan- catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti dokumenter.
3. Analisis data lapangan.
4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-
kutipan) dan komentar-komentar.
5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset mengkreasi realitas
sebagai bagian dari proses risetnya. Realitas dipandang dinamis dan sebagai
produk konstruksi sosial.
6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi periset. Periset
sebagai sarana penggalian interpretasi data.
7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah.
8. Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi
dan individu- individunya.
9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth).
10. Prosedur riset: empiris-rasional dan tidak berstruktur.
11. Hubungan antara teori, konsep, dan data : data memunculkan atau
membentuk teori baru. (Kriyantono, 2009: 57-58)
3.1.2 Studi Kasus
Studi kasus merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan sistem”.
Kesantuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok
individu yang terkait oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu (Ghony dan
Almanshur,2012:61). Studi kasus adalah penelitian yang diarahkan untuk
menghimpun data, mengambil makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus
tersebut. Menurut Stake, ada beberapa bentuk studi kasus, yaitu :
1. Studi Kasus Intrinsik
Studi kasus intrinsik ini memahami secara lebih mendalam tentang
suatu kasus tertentu. Studi kasus ini dilakukan karena alasan peneliti ingin
mengetahui secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan
kasus, bukan ingin mengetahui hakikat kasus tersebut.
2. Studi Kasus Instrumental
Studi kasus instrumental, studi atas kasus untuk alasan ekternal,
bukan karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan
sebagai sarana memahami hal lain di luar kasus.
3. Studi Kasus Kolektif
Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi
atas fenomena atau populasi dari kasus tersebut. Studi koletif ini ingin
membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh
dari setiap kasus yang diteliti (Ghony dan Almanshur,2012:63-64).
Dengan berbagai metode, peneliti memilih untuk mempelajari sebuah
kasus, yakni kasus pembentukkan konsep diri mahasiswa dan interaksi
komunikasi antarpribadi dengan orangtua dimana antara orangtua dan
mahasiswa berbeda tempat tinggal.
Adapun ciri-ciri studi kasus, antara lain: 1.Partikularistik, artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu. 2.Deskriptif. Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti. 3.Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan tujuan dari studi kasus. 4.Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori. (Kriyantono, 2009:66).
Menurut Creswell dalam studi kasus kualitatif, seseorang dapat
menyusun pertanyaan maupun sub pertanyaan melalui isu dalam tema yang
dieksplorasi, juga sub pertanyaan tersebut dapat mencakup langkah-langkah
dalam prosedur pengumpulan data, analisis dan konstruksi format naratif. Sub
pertanyaan yang dapat memandu peneliti dalam melakukan penelitian studi kasus
sebagai berikut :
1. Apa yang terjadi ?
2. Siapa yang terlibat dalam respon terhadap suatu peristiwa tersebut ?
3. Tema respon apa yang muncul selama mengikuti peristiwa ini ?
4. Konstruksi teori apa yang dapat membantu kita memahami respon di kampus ?
5. Konstruksi apa yang unik dalam kasus ini ?
Sedangkan pertanyaan-pertanyaan prosedural adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana suatu kasus dan peristiwa tersebut digambarkan? (deskripsi kasus)
2. Tema apa yang muncul dari pengumpulan informasi tentang kasus? (analisis
materi kasus)
3. Bagaimana peneliti menginterpretasikan tema-tema dalam teori sosial dan
psikologi yang lebih luas? (pelajaran yang dipelajari dari kasus berdasarkan
literatur). (Creswell,1998:105).
Lebih lanjut Creswell menambahkan deskripsi kasus sebagai sebuah
pandangan yang terinci tentang kasus. Dari paparan di atas dapat diuraikan bahwa
“persiapan terbaik” untuk melakukan analisis studi kasus adalah memiliki suatu
strategi analisis. Tanpa strategi yang baik, analisis studi kasus akan berlangsung
sulit karena peneliti “bermain dengan data” yang banyak dan alat pengumpul data
yang banyak pula (Creswell, 1998:63).
Penelitian kualitatif dengan model kasus menggunakan metode
pengumpulan data antara lain wawancara, observasi, materi audivisual, focus
group discussion, dan dokumentasi. Dengan menggunakan studi kasus, faktor
lingkungan sosial apa pun yang diteliti tidak menjadi halangan dan hambatan
peneliti (Ghony dan Almanshur,2012:64).
3.2 OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian pada penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi
sasaran. Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi
secara konkret tergambar dari fokus masalah (Bungin,2010:76). Yang menjadi
objek penelitian pada penelitian ini adalah proses pembentukkan konsep diri
dalam konteks komunikasi antarpribadi.
3.3 SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian atau informan penelitian adalah subjek yang
memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang
memahami objek penelitian. Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu
yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian.
Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang memiliki kasus yang
sama dengan penelitian peneliti. Yang menjadi subjek penelitian infoman adalah
mahasiswa-mahasiswi indekos Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu perguruan tinggi
negeri di Indonesia dan di Sumatera Utara. USU memiliki 14 fakultas yaitu
Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Ilmu Budaya,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Pascasarjana.
Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat
doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah
mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000 di antaranya adalah
mahasiswa asing.
Sejak awal pendiriannya, USU dipersiapkan menjadi pusat pendidikan
tinggi di Kawasan Barat Indonesia. Sewaktu didirikan pada tahun 1952, USU
merupakan sebuah Yayasan, kemudian beralih status menjadi PTN pada tahun
1957, dan selanjutnya berubah menjadi PT-BHMN pada tahun 2003.
Kampus USU berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan
rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas
90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum
mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih
dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar
baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU merupakan salah
satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Padang Bulan juga didukung oleh
infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai
sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran
dan penelitian mahasiswa dan dosen.
USU memiliki visi menjadi University for Industry (UfI), dengan misi:
(1) mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat bermoral
dengan kemampuan akademik dan/atau profesional dan/atau vokasional untuk
menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni;
(2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni
terutama pada kerjasama berbasis industri, dan pengembangan aplikasinya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional;
(3) mendukung pengembangan masyarakat sipil yang demokratis melalui
peran USU sebagai suatu kekuatan moral yang otonom untuk mencapai
kemampuan yang kuat dalam lingkungan kompetisi global melalui pengelolaan
secara profesional sumber daya manusia, memperluas partisipasi dalam
pembelajaran, memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan
memodernisasi cara pembelajaran.
Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status mahasiswa indekos yang
masih aktif kuliah di USU
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data sebagai
suatu metode yang independen terhadap metode analisis data atau bahkan menjadi
alat utama metode dan teknik analasis data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu :
a. Penelitian Lapangan
1. Metode Wawancara
a. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat
dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara
mendalam adalah kehidupannya dalam kehidupan informan (Bungin,2010:108).
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara
sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam wawancara tersebut. Informan
adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Materi
wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan, berkisar antara msalah
atau tujuan penelitian (Bungin,2010:108).
Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara
lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan waancara, peran informan, dan cara
melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara lainnya
(Bungin,2010:108).
2. Observasi
Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan ruang, tempat, pelakum kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan
dan perasaan (Ghonny dan Almanshur,2012:165).
Ada beberapa bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian
kualitatif yaitu :
a. Observasi Partisipasi (Paticipant Observer)
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan
menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Seseorang yang sedang
melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindera mata saja,
tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh
pancaindera lainnya; seperti apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia
cium dari penciumannya, bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan
kulitnya (Bungin,2010:115).
b. Observasi Tidak Berstruktur
Observasi tidak berstruktur dimaksud, observasi dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini, yang terpenting adalah
pengamat harus menguasai “ilmu” tentang objek secara umum dari apa yang
hendak diamati (Bungin,2010:116-117).
c. Observasi Kelompok
Observasi Kelompok ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu
atau beberapa objek sekaligus (Bungin,2010:117).
3. Metode Bahan Visual
Bahan visual bermanfaat untuk mengungkapkan suatu keterkaitan antara
subjek penelitian dengan peristiwa di masa silam atau peristiwa saat ini. Bahan
visual juga memiliki makna secara spesifik terhadap informan penelitian. Walau
bahan visual bisa digunakan dalam penelitian, namun karena bahan visual ini
adalah bahan informasi sekunder, sehingga metode bahan visual ini hanya dapat
digunakan sebagai metode sekunder (Bungin, 2010:123).
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan untuk memperlajari dan mengumpulkan data
literatur dan sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal
ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mencari buku,
majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian.
3.4.1 Penentuan Informan
Informan penelitian merupakan subjek penelitian. Pada penelitian ini,
yang menjadi subjek penelitian ada mahasiswa-mahasiswi Universitas Sumatera
Utara yang berstatus aktif dan merupakan anak kos (berbeda tempat tinggal
dengan orangtua).
Ada beberapa cara memperoleh informan penelitian, yaitu :
a) Purposive sampling atau judgmental sampling Penarikan sampel secara
purposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek
berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.
b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel
berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga
ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga
jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju
(http://contohskripsi-makalah.blogspot.com/2012/09/macam-macam-teknik-
pengambilan-sampel.html).
Pada penelitian ini, cara memperoleh informan dengan menggunakan
snow-ball sampling dimana informan yang diperoleh dari sampel pertama terlebih
dahulu sampai ke sampel berikutnya. Proses ini baru berakhir bila periset merasa
data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru
dari wawancara (Kriyantono, 2009:158-159).
3.4.2 Keabsahan Data
Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan
dengan kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-
masalah tertentu.
Teknis triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang
diinginkan. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil
yang digunakan sudah berjalan dengan baik.
Proses triangulasi data, sebagai berikut :
1. Peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi
untuk mengumpulkan data. Maka, pastikan setiap wawancara telah
terhimpun catatan wawancara dengan informan dan catatan observasi.
2. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap catatan-catatan tersebut untuk
memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan
wawancara dengan catatan observasi. Apabila catatan – catatan tersebut
tidak relevan, peneliti harus mengonfirmasi kembali kepada informan.
3. Hasil konfirmasi perlu diuji kembali dengan informasi sebelumnya
(Bungin,2010:252).
Proses triangulasi dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dana menganalisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan (Bungin,2010:252).
Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak. Kebenaran bukan hanya muncul wacana etnik dari masyarakat yang diteliti (Bungin,2010:253).
3.5 TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan yang
memiliki kriteria sesuai dengan yang ditetapkan peneliti, kemudian peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi data dan
teori, dan proses pengumpulan data tersebut dilakukan terus-menerus hingga
datanya jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data selama di
lapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Peneliti melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan
(Sugiyono, 2005: 92).
2) Melakukan penyajian data. Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks
yang naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja) dan chart
(Sugiyono, 2005: 95).
Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan
yang kredibel (Sugiyono, 2005: 99).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti melakukan
observasi awal di daerah Universitas Sumatera Utara untuk memfokuskan kasus
yang sebenarnya terjadi dalam interaksi komunikasi antarpribadi mahasiswa
indekos dalam pembentukkan konsep diri. Penelitian awal yang peneliti lakukan
dengan terjun langsung ke dalam lingkungan tempat tinggal mahasiswa yang
berbeda tempat tinggal dengan orangtua, yang dimaksud dengan anak kos.
Subjek peneliti diperoleh dengan menggunakan snow-ball sampling
dimana informan yang diperoleh berdasarkan informan pertama dan dari informan
pertama didapatkan informan kedua dan informan selanjutnya. Peneliti melakukan
wawancara kepada beberapa informan. Peneliti melakukan wawancara di bulan
April 2013.
Dalam menganalisis data, peneliti melakukan interaksi dengan
mahasiswa-mahasiswi Universitas Sumatera Utara yang merupakan anak kos.
Kemudian peneliti melakukan observasi dengan mahasiswa-mahasiswi yang
merupakan anak kos dan melakukan wawancara mendalam. Setelah melakukan
wawancara mendalam, peneliti akan menganalisis bagaimana proses
terbentukknya konsep diri mahasiswa indekos setelah menjadi anak kos dan
peneliti akan menganarasikan Dan pada akhirnya peneliti akan menarik
kesimpulan mengenai konsep diri mahasiswa-mahasiswi yang merupakan anak
kos
Peneliti menentukan lima orang subjek penelitian yang merupakan
mahasiswa-mahasiswi Universitas Sumatera Utara. Informan terdiri dari satu
orang stambuk 2008, satu orang stambuk 2009, dua orang stambuk 2011, dan satu
orang stambuk 2012. Informan hanya dibatasin lima orang karena informan ini
dianggap sudah cukup jenuh yang artinya penambahan informan lagi tidak
memberikan informasi baru.
Peneliti memilih mahasiswa-mahasiswi Universitas Sumatera Utara
karena di Universitas Sumatera Utara cukup banyak terdapat anak kos yang
dimana mereka datang dari berbagai daerah dan menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara.
Peneliti mengawali proses wawancara dengan datang ke tempat kos
mahasiswa-mahasiswi yang berada di sekitar Universitas Sumatera Utara.
Selanjutnya dari masing-masing informan peneliti memberikan identitas dirinya.
Setelah satu informan selesai diwawancarai, peneliti kembali mendatangi
informan yang sedang berada di depan kos mereka
Penelitian diawali dengan mencari individu yang sesuai dengan dengan
karakteristik dari subjek penelitian yang telah ditentukan. Peneliti mendapatkan
informan dengan mendatangi informan ke tempat kos informan dan mendatangi
kampus. Seteleh peneliti mendapat informan yang sesuai dengan karakteristik
yang telah ditetapkan, maka peneliti melakukan wawancara secara mendalam
terhadap informan .
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 14 April 2013 pukul 16.00
WIB. Wawancara dilakukan di kos Yustira, yang dimana Yustira adalah informan
pertama. Sewaktu pertama kali diminta untuk menjadi seorang informan dan di
wawancarai, Yustira setuju saja dan menyambut baik peneliti. Yustira memiliki
postur badan yang tidak terlalu tinggi tetapi memiliki wajah yang manis.
Wawancara tidak dilakukan hanya sekali saja, tetapi dua kali dan wawancara
tersebut dilakukan secara tatap muka. Untuk wawancara yang kedua dilakukan di
pada tanggal 18 April 2013 pukul 18.00 WIB di Pendopo USU. Awalnya, peneliti
meminta kesediaan informan untuk dijadikan narasumber dari penelitian tersebut,
kemudian dilakukan wawancara yang mendalam.
Wawancara untuk informan kedua dilakukan dengan mendatangi kos
informan tersebut. Wawancara dilakukan tanggal 16 April 2013 pukul 14.00 WIB.
Informan yang kedua ini didapat ketika informan sedang duduk di depan kosnya.
Informan yang kedua bernama Bonar Jubel Silaban. Bonar memiliki penampilan
yang tidak begitu rapi tetapi memiliki postur badan yang tinggi. Pada saat peneliti
meminta persetujuan Bonar untuk di wawancarai, awalnya Bonar tidak begitu
merespon dengan baik dan bahkan terkesan menolak. Tetapi peneliti menyakinkan
Bonar supaya bisa menjadi informan peneliti dan akhirnya Bonar setuju dan
menyambut baik tujuan dari wawancara tersebut. Wawancara dilakukan di depan
kos yang beralamat di Jalan Hamonika. Wawancara pertama dilakukan dengan
tatap muka dan wawancara selanjutnya dilakukan melalui telepon dimana peneliti
menelepon informan
Wawancara untuk informan ketiga yaitu Siti Aisyah. Peneliti datang ke
kos informan yang ketiga yang beralamat di Jalan Gitar. Siti yang memiliki wajah
yang manis ini, menyambut baik kedatangan peneliti ketika diminta untuk
diwawancara. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 April 2013. Wawancara
selanjutnya untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dilakukan lewat
telepon.
Wawancara untuk informan keempat yaitu Daud Steven Lingga.
Wawancara dilakukan di Perpustakaan USU. Wawancara mendalam dilakukan
pada tanggal 21 April 2013 pukul 11.00 WIB.
Wawancara untuk informan kelima yaitu Septika Hutagaol . Wawancara
dilakukan di daerah kos informan tersebut yang beralamat di Jalan Dr. Mansyur
Gg. Saudara.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan secara mendalam
tetapi apabila data-data yang diminta kurang akurat dan kurang lengkap informan
bersedia di wawancara kembali. Wawancara dilakukan bisa dengan tatap muka
apabila informan tidak ada kegiatan atau dengan cara peneliti menelepon
informan tersebut.
4.2. Profil Informan
4.2.1. Profil Yustira Sinaga
Nama : Yustira Sinaga
Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 28 April 1991
Asal Tempat Tinggal : Laguboti
Anak Ke Berapa : 3 dari 5 bersaudara
Tempat Tinggal Sekarang : Jl. Gitar, Pasar 2 Padang Bulan
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Angkatan : 2009
Yustira Sinaga lahir di Kabanjahe, 28 April 1991. Wanita yang bersuku
batak Toba ini sangat menyukai nasi goreng. Wanita hitam manis ini sering
dipanggil Tira oleh keluarga dan teman-temannya. Anak ke – 3 dari 5 bersaudara
ini mempunyai hobi membaca dan bermain game. Sifatnya yang sedikit pendiam
namun periang dan ramah ini tidak terlalu suka bergaul dengan teman-teman
dikampusnya tetapi setiap teman-teman kampusnya meminta tolong, Tira
berusaha membantu semampunya. Penyuka warna cokelat ini sudah tidak
mempunyai ayah lagi dan hanya ibu yang dia punya. Ayahnya meninggal
disebabkan karena menngidap suatu penyakit. . Wanita yang mengaku sangat
manja dengan ayahnya ini tidak suka dengan orang yang suka berbohong.
Perempuan berkaca mata ini dan mempunyai gigi gingsul ini berasal dari
Laguboti. Tira menghabiskan masa SD sampai SMA di Laguboti. Pada tahun
2009, Tira berhasil menduduki bangku perkuliahan di Universitas Sumatera Utara
dan sudah sah menjadi mahasiswi di Universitas Sumatera Utara. Tira mempunyai
tinggi badan yang tidak terlalu tinggu tetapi memiliki postur badan yang
proporsional. Setelah sah menjadi mahasiswi di Universitas Sumatera Utara, Tira
memutuskan untuk kos. Awalnya Tira kos dengan teman satu SMAnya di Jalan
Berdikari No. 7C. Tetapi karena ada terjadinya perselisihan diantar mereka dan
dikarenakan naiknya uang kos akhirnya Tira memutuskan untuk mencari kos baru
dan sekarang tinggal di Jl. Gitar Pasar 2 Padang Bulan hingga saat ini.
4.2.2. Profil Bonar Jubelmar Silaban
Nama : Bonar Jubelmar Silaban
Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 05 Agustus 1989
Asal Tempat Tinggal : Simpang Minas, Riau
Anak Ke Berapa : 3 dari 4 bersaudara
Tempat Tinggal Sekarang : Jalan Harmonika
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Industri
Angkatan : 2008
Jubel adalah sapaan akrab dari informan kedua ini. Cowok yang memiliki
tinggi sekitar 178 cm ini lahir di Pematang Siantar, 5 Agustus 1989. Lelaki
berkulit hitam ini berasal dari Simpang Minas. Ayahnya berprofesi sebagai
Pendeta sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Anak ke – 3 dari 5
bersaudara ini mempunyai suku Batak Toba. Pada saat diwawancara oleh penliti,
Jubel memiliki logat yang sangat khas yaitu dengan logat bataknya sudah
menyandang gelar sebagai anak kos sejak SMP dikarenakan ayahnya yang sering
berpindah-pindah karena adanya pelayanan dari gereja. Pria bermata seram ini,
menghabiskan masa SD di Panombean dan SMP sampai SMA di Pematang
Siantar. Lelaki yang mengaku sudah mandiri sejak SMP sangat dekat dengan
kakaknya yang pertama daripada dengan orangtuanya. Penyuka nasi goreng ini
tidak menjadi beban pikiran keluarga dan oleh sebab itu lebih memilih kos. Mulai
dari awal perkuliahan di Universitas Sumatera Utara, pria perut buncit ini sudah
sering berpindah-pindah kos. Penyebab pindah kos karena bosan dengan suasana
kos dan dikarenakan pemilik kos yang galak.Mahasiswa jurusan Teknik Sipil ini
mempunyai watak yang keras dan suka bergaul. Sanking seringnya bergaul,
sampai-sampai lupa akan kewajibannya untuk menyelesaikan perkuliahannya.
4.2.3 Profil Siti Aisyah
Nama : Siti Aisyah
Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 12 Juni 1993
Asal Tempat Tinggal : Banda Aceh
Anak Ke Berapa : 5 dari 5 bersaudara
Tempat Tinggal Sekarang : Kampung Susuk
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Sosiologi
Angkatan : 2011
Siti adalah gadis pemalu dan pendiam. Gadis berjilbab ini lahir di Banda
Aceh, 12 Juni 1993. Anak ke – 5 dari 5 bersaudara ini mempunyai keluarga yang
utuh dimana ayah bekerja sebagai pegawai BUMN dan ibunya juga berprofesi
sebagai pegawai BUMN. Siti tergolong cewek yang tertutup. Penyuka mie aceh
ini kuliah ini bersuku Aceh. Diawal perkuliahannya, Siti tinggal dengan kakaknya
yang pertama dan abang iparnya. Tetapi setelah hampir satu tahun tinggal
bersama dengan kakaknya, Siti memutuskan untuk kos. Penyebabnya dikarenakan
adanya perselisihan antara Siti dengan kakaknya. Penyuka warna putih ini
tergolong manja dengan ayahnya tetapi tidak dekat dengan ibunya. Siti sedang
menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Jurusan Sosiologi.
4.2.4. Profil Daud Steven Lingga
Nama : Daud Steven Lingga
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 23 Desember 1993
Asal Tempat Tinggal : Jakarta
Anak Ke Berapa : 1 dari 1 bersaudara
Tempat Tinggal Sekarang : Kampung Susuk
Fakultas : Ilmu Budaya
Jurusan : Sastra Inggris
Angkatan : 2012
Steven adalah panggilan akrabnya. Lelaki beralis tebal ini lahir di
Medan, 23 Desember 1993. Steven tergolong anak yang mandiri. Ketika
diwawancara , Steven mengaku sudah membantu ibunya mencari uang sejak SD
kelas 6 dengan berjualan kue. Steven masih mempunyai ayah dan ibu tetap
orangtuanya sudah bercerai dan hidup dengan ibunya. Pria berwajah tampan ini
tinggal dengan ibunya di Jakarta. Ayahnya berprofesi sebagai pegawai Bank
swasta sedangkan ibunya seorang wiraswasta. Selama menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara, Steven tinggal di Kampung Susuk. Steven yang
memiliki tinggi badan yang tidak terlalu tinggi ini bersuku Karo. Mahasiswa yang
berada di Jurusan Sastra Inggris ini adalah sosok yang penyayang terutama
dengan ibunya. Penyuka pizza ini merupakan anak tunggal. Selama tinggal
sebagai anak kos, Steven tidak terlalu bergantung dengan uang kiriman
orangtuanya, Steven bekerja sebagai pramusaji di salah satu cafe di Kota Medan.
Steven mengaku dia tidak malu bekerja sebagai apapun itu asalkan pekerjaan itu
halal. Oleh karena kemandiriian dan kegigihannya, ibunya sangat menyayanginya
dan bangga terhadap pria berkulit putih ini.
4.2.5. Septika Evalina Hutagaol
Nama : Septika Evalina Hutagaol
Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 21 September 1993
Asal Tempat Tinggal : Rantau Prapat
Anak Ke Berapa : 1 dari 3 bersaudara
Tempat Tinggal Sekarang : Jl. Dr. Mansyur Gg. Saudara
Fakultas : Kedokeran Gigi
Jurusan : Kedokteran Gigi
Angkatan : 2011
Perempuan berbehel ini mempunyai panggilan akrab yaitu Tika. Lahir di
Rantau Prapat dua puluh tahun yang lalu. Perempuan berwajah manis ini sudah
tidak mempunyai ibu karena ibunya sudah meninggal karena mengidap suatu
penyakit. Ayahnya berprofesi sebagai Guru. Anak pertama dari tiga bersaudara ini
sangat merupakan sosok yang mandiri dan penyayang apalagi dia harus menjadi
sosok yang tegar dan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Perempuan berpipi
tembem ini sangat menyukai sayur-sayuran. Tika hidup sebagai anak kos dan
tinggal di Jalan Dr. Mansyur Gg. Saudara 42. Mahasiswi Jurusan Kedokeran Gigi
merupakan sosok yang sederhana membuat dia sangat disukai oleh teman-
temannya. Ketika Tika berhasil lulus di Universitas Sumatera Utara Fakultas
Kedokteran Gigi, pertama kali dia persembahkan keberhasilannya untuk kedua
orangtuanya terlebih untuk ibunya. Karena keberhasilannya ini, kedua
orangtuanya sangat bangga.
4.2.6. Tabel Matriks Mengenai Profil Informan
No Keterangan Yustira Jubel Siti Steven Septika
1 Tempat tanggal
lahir
Kabanjahe,
28 April 1991
Pematang
Siantar, 05
Agustus
1989`
Banda
Aceh, 12
Juni 1993
Medan, 23
Desember
1993
Rantau
Prapat, 23
September
1993
2 Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
3. Anak Ke
Berapa
Ke 3 dari 5
bersaudara
Ke 3 dari 4
bersaudara
Ke 5 dari 5
bersaudara
Ke 1 dari 1
bersaudara
Ke 1 dari 3
bersaudara
4 Suku Batak Toba Batak Toba Aceh Karo Batak Toba
5 Pekerjaan
orang tua
Ayah:
Almarhum
Ibu:
Wiraswasta
Ayah:
Pendeta
Ibu: Ibu
rumah
tangga
Ayah:
Pegawai
BUMN
Ibu:
Pegawai
BUMN
Ayah:
Pegawai
BANK
Ibu:
Wiraswasta
Ayah : Guru
Ibu :
Almarhumah
6. Asal Tempat
Tinggal
Laguboti Simpang
Minas
Banda
Aceh
Jakarta Rantau
Prapat
7 Alamat Tempat
Kos
Jalan Gitar
Pasar 2,
Padang
Bulan, Medan
Jalan
Harmonika,
Padang
Bulan,
Medan
Jalan
Kampung
Susuk
Medan
Jalan
Kampung
Susuk,
Medan
Jalan Dr.
Mansyur Gg.
Saudara,
Medan
8. Fakultas /
Jurusan
Ekonomi /
Ekonomi
Teknik /
Teknik
Ilmu Sosial
dan Ilmu
Ilmu
Budaya
Kedokteran
Gigi /
Pembangunan Industri Politik /
Sosiologi
Dasar /
Sastra
Inggris
Kedokteran
Gigi
10. Agama Kristen
Protestan
Kristen
Protestan
Islam Kristen
Katolik
Kristen
Protestan
Table 1.1 Tabel Matriks Mengenai Profil Informan
4.3. Hasil Pengamatan dan Wawancara Yang Menggambarkan Konsep
Diri Mahasiswa-Mahasiswi Indekos Universitas Sumatera Utara
Peneliti melakukan wawancara kepada lima mahasiswa-mahasiswi
Universitas Sumatera Utara sebagai informan. Berikut hasil Wawacara dengan
masing-masing informan.
Informan 1
Yustira Sinaga adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara. Tira begitu dia disapa
oleh teman-temannya adalah seorang gadis yang sudah tidak mempunyai sosok
seorang ayah. Ayahnya meninggal sekitar dua tahun lalu dikarenakan sakit. Ayah
adalah tulang punggung keluarganya. Begitu ayah Tira dipanggil Tuhan, praktis
sosok ibu yang menggantikan dan sebagai tulang punggung keluarga.
“Kondisi keluargaku sangat harmonis, walaupun bapak sudah tidak ada tapi aku punya mamak yang luar biasa dan abang-kakakku dan adik-adikku baik-baik saja. Bapak meninggal sejak tahun 2010 karena sakit tapi walaupun begitu kami tetap akrab walaupun kami terpisah-pisah karena kerjaan dan sekolah wi.”
Ibu Tira seorang wiraswasta. Kedai kopi yang dibuka oleh ibunya adalah
usaha yang membantu untuk menopang perekonomian keluarga. Menurut Tira,
sosok ibunya adalah ibu yang kuat yang dapat menggantikan sosok ayahnya yang
telah tiada.
Hubungan Tira dengan kakak, abang dan adikknya tergolong harmonis.
Kedekatan Tira dengan ibunya pun sangat baik. Menurut Tira, Tira yang dahulu
bukanlah Tira yang sekarang. Ketika Tira masih tinggal sama dengan orangtua
dan ayahnya masih ada, Tira menjadi seorang gadis yang manja dan kurang
mandiri dan sangat manja dengan ayahnya.
Ketika berada dengan keluarga, apa saja yang hendak disuruh oleh
orangtuanya, pasti tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh orangtua
ataupun kakak-abangnya.Tira berubah menjadi gadis yang mandiri ketika
“ Dulu sewaktu bapak masih ada, aku sangat manja sama bapak. Aku bisa dikatakan boru hasiannya. Tapi, setelah bapak gak ada, aku jadi sangat dekat dengan mamak. Bahkan mamak sering curhat dengan ku tentang permasalahan di keluarga kami dan aku pun sering sharing dengan mamak tentang perkuliahanku. “
Tira menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara dan berubah
menjadi anak kos. Kehidupan Tira yang manja berubah menjadi kehidupan yang
apa saja yang yang mau dilakukan harus dikerjakan sendiri dan harus mempunyai
tanggung jawab. Sehari-hari, Tira tidak begitu banyak berinteraksi dengan orang
lain.Tira merupakan pribadi yang pendiam dan tertutup. Sehabis pulang kuliah,
Tira langsung pulang ke kos. Tira mengikuti salah satu organisasi kampus yaitu
KMK.
“Sebenarnya aku tidak terlalu suka ikut berorganisasi. Ya, pulang kuliah langsung ke kos. Tapi, ada satu organisasi keagamaan yang ku ikutin yaitu KMK.“
Setelah Tira tidak tinggal dengan bersama dengan orangtua,
hubungannya Tira dengan keluarga semakin dekat. Apalagi, sejak ditinggal oleh
ayah, Tira menjadi sangat dekat dengan ibunya. Kedekatan Tira dengan ibunya,
bagaikan kakak-adik. Ketika Tira berjauhan dengan orangtuanya, komunikasi
dengan keluarga dilakukakan lewat telepon. Komunikasi yang dilakukan minimal
satu kali dalam sehari. Kalau sedang bertelepon, biasanya Tira dengan ibunya,
saling bercerita dan mencerita curahan hati mereka masing. Tidak ada rahasia
diantara Tira dengan ibunya. Biasanya, Tira dan ibunya, saling bercerita
bagaimana kondisi keluarga Tira dikampung dan bagaimana kondisi Tira dengan
keluarganya. Ada dua interaksi timbal-balik, dimana tidak seterusnya ibu Tira
yang menanyakan kabar Tira tetapi Tira juga sering menjalin komunikasi untuk
menanyakan kabar ibu dan keluarganya dikampung.
”So pasti dong. Interaksi kami timbal-balik. Bukan mamak aja yang menghubungi aku. Aku juga sering menghubungi mamak.” “Sering kali aku teleponan atau sms-an sama mamak. Kalau gk aku yang hubungi mamak, ya mamak yang hubungi aku. Banyak lah yang kami bicarakan. Ada tentang kuliah, kondisi keluarga di kampung, usaha kede kopi mamak, perkuliahanku, pergaulanku di lingkungan kampus, bahkan kalau ada cowok yang mendekatiku, aku cerita sama mamak. Mamak itu udah jadi sahabat terbaikku. Gak ada yang kami sembunyikan.”
Kehidupan Tira yang dulu tidak sama dengan kehidupan Tira yang
sekarang. Yang menjadi perbedaan adalah Tira jauh menjadi pribadi yang mandiri
dan tidak manja.
“Aku jauh lebih mandiri. Aku gak bergantung dengan orang lain dan bukan menjadi Tira yang manja.”
Peran sosok ibu sangat penting dalam kehidupan Tira. Selama berjauhan,
arahan dan bimbingan ibunya tidak lepas dari Tira. Ibunya selalu memberikan
nasehat-nasehat sebagai pengontrol dirinya untuk melangkah kegiatan Tira
menempuh pendidikan di Kota Medan.
“Pastilah. Walaupun aku jauh, mamak gak pernah bosan-bosannya menasehatin aku dan mengingatkan aku untuk menjadi peribadi yang takut akan Tuhan.”
“Sangat berperan, mamak sebagai pengontrol aku untuk bertindak melalui nasehat-nasehatnya. Karna itu aku menjadi pribadi yang tangguh dan tidak manja dan bahkan aku menjadi pribadi yang menerima kritikan orang lain.”
Awal-awal memasuki kehidupan menjadi seorang anak kos, Tira kos di
Jalan Berdikari 7C. Namun, hanya satu setengah tahun saja Tira tinggal di kos
tersebut. Ini dikarenakan, kenaikan biaya tempat kos dan adanya perselisihan
diantara Tira dengan penghuni kos lainnya. Sehingga Tira memutusakan untuk
pindah dari kos tersebut ke tempat kos yang lain yang beralamat di Jalan Gitar
Pasar 2 Padang Bulan.
Ditempat kos yang baru ini, Tira merasa lebih nyaman. Ini dikarenakan
Tira hanya sendiri di kamar yang disewanya dan lebih aman. Orang-orang yang
ada disekitarnya pun merupakan orang-orang yang ramah dan naik dan bapak kos
yang baik dan pengertian.
Lingkungan tidak terlalu terpengaruh untuk membentuk dirinya sendiri.
Tira. Menurut Tira, Tira yang dahulu adalah Tira yang pendiam, Tira yang
pendiam, Tira yang tidak bisa menerima kritikan orang lain dan tidak mampu
menghadapi masalahnya sendiri. Ketika menghadapi masalah, Tira lebih banyak
menghindar dari masalah tersebut dan cuek tanpa mau menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapinya.
“Aku yang dulu adalah aku yang manja yang tidak pernah lepas dari ketergantungan terhadap orang lain. Aku lebih banyak menghindar dari masalah dan tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tetapi, aku yang sekarang adalah aku yang mandiri dan mau menerima dan menyelesaikan setiap persoalan yang kuhadapi. Bahkan aku selalu introspeksi diriku dan lebih memperbaiki kualitas diriku sendiri menjadi lebih baik.”
Setelah berjauhan dengan orangtua, Tira menjadi pribadi yang menerima
dirinya ketika dikritik, Tira yang optimis dapat menghadapi masalahnya dan
menyelesaikannya, Tira yang mau memperbaiki dirinya dari kekurangan-
kekurangannya. Ketika Tira diberi pujian atau penghargaan, Tira tetap rendah
hati. Di dunia perkuliahan, Tira tidak pesimis untuk bersaing dengan teman-
temannya yang lain dan tetap percaya diri walaupun Tira seorang gadis yang
berasal dari kampung. Tira tetap optimis dan mandiri.
“Aku trima kritikkannya dan introskpeksi diriku sendiri.”
“Wah, aku gak minder. Aku tetapi menjadi pribadi apa adanya dan tetap berteman dengan mereka walaupun status sosial kami berbeda.” “Tetap rendah hati ketika menerima pujian.”
Tira mengakui banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan
tersebut membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik dan membuat orangtuanya
bangga.
“Aku yang dulu adalah aku yang manja yang tidak pernah lepas dari ketergantungan terhadap orang lain. Aku lebih banyak menghindar dari masalah dan tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tetapi, aku yang sekarang adalah aku yang mandiri dan mau menerima dan menyelesaikan setiap persoalan yang kuhadapi. Bahkan aku selalu introspeksi diriku dan lebih memperbaiki kualitas diriku sendiri menjadi lebih baik.” “Aku menjadi Tira yang lebih mandiri dan kualitas diriku menjadi lebih baik sekarang dan berusaha membuat orangtua bangga.”
Kesimpulan :
1. Tira yang manja berubah menjadi sosok yang mandiri karena ingin
membuat keluarganya bangga terutama perubahan pada dirinya ini untuk
ayahnya.
2. Interaksi Tira dengan Ibunya terjadi dua arah, Tidak hanya Tira yang
menghubungi ibunya tetapi ibunya juga menghubungi Tira. Dan kedekatan
antara ibu dan anak ini sangat dekat dan bahkan sudah dianggap sebagai
sahabat.
3. Di dalam menyelesaikan masalah, Tira pun menjadi sosok yang
bertanggung jawab dan mau menerima setiap kritikan dan menganggap
kritikan itu adalah cerminan dirinya untuk mengintrospeksi dirinya
menjadi individu yang lebih berkualitas.
4. Walaupun suAdah tidak mempunyai ayah dan berasal dari keluarga yang
sederhana, Tira tidak minder dengan keadaan status sosial teman-
temannya yang lebih baik dari keadaan keluarganya. Tira tetap menjadi
pribadi yang optimis dan apa adanya. .
Informan 2
Bonar Jubelamar Silaban dipanggil Jubel oleh teman-temannya. Jubel
adalah salah satu anak kos yang masih mempunyai keluarga yang utuh. Ayah dan
Ibunya masih ada. Jubel merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarganya.
Menurutnya, dia merupakan sosok yang keras dan manja.
Kondisi keluarga Jubel dalam keadaan baik-baik saja. Jubel tidak terlalu
dekat dengan ayah dan ibunya. Jubel dekat dengan kakaknya yang pertama.
Hubungan kedekatannya dengan orangtuanya biasa-biasa saja. Selama tinggal
berjauhan dengan orangtua, Jubel jarang menghubungi orangtuanya. Kalau tidak
dihubungi orangtuanya, Jubel juga tidak menghubungi orangtuanya. Keadaan ini
disebabkan karena mulai dari SMP, Jubel sudah terbiasa hidup sebagai anak
perantauan yang jauh dengan orangtuanya. Kalau pun Jubel menghubungi
orangtuanya hanya untuk meminta uang bulanannya saja.
“Aku gak terlalu dekat sama mami papiku dek. Tapi aku dekat dengan kakakku yang pertama. Mulai dari SMP aku udah jadi anak kos. Tapi kalau kos di Medan ini mulai dari tahun 2008.”
“Ah, sekali-kali aja itupun jarang aku telepon orangtuaku. Paling kalau minta uang bulanan lah dek. Kalau kakakku sering telepon aku.”
Karena tidak ada kedekatan dengan orangtuanya, Jubel jarang sekali
menceritakan permasalahan-permasalahan dalam dirinya. Dia hanya bercerita
dengan kakaknya saja dan pacarnya saja. Tidak banyak perbedaan yang terjadi
dalam dirinya setelah dia berjauhan dengan orangtuanya.
”Yah, cuman sekedar tanya kabar aja. Itu aja. Aku gak pernah menceritakan apa masalahku dek. Gak mau aku buat orangtua ku susah karna tingkahku.”
Komunikasi yang dijalan antara Jubel dengan orangtuanya membuat
peran orangtua tidak berpengaruh membentuk dirinya. Lingkungan adalah
pengaruh besar dalam dirinya. Lingkungan yang membentuk karakter dirinya
sendiri.
“Gak dek, soalnya orangtuaku pun susah dihubungi karna di kampung payah sinyal dan itupun jarang kali kami teleponan dan abang pulang ke kampung pun jarang. Yah, cuman sekedar tanya kabar aja. Itu aja. Aku gak pernah menceritakan apa masalahku dek. Gak mau aku buat orangtua ku susah karna tingkahku.” “Sangat mempengaruhi lah dek. Mulai dari jarang pandang, sifat, tingkah laku, banyak lah pokoknya. Karna dari SMP aku udah kos, jadi pribadi ku terbentuk di lingkungan dimana aku tinggal.”
Jubel sudah tiga kali berganti-ganti tempat kos. Awalnya Jubel tinggal di
Kampung Susuk selama 6 bulan. Tetapi karena dia bosan, dia mencari tempat kos
yang lain dan pindah ke Pasar Baru Padang Bulan dan hanya bertahan satu tahun
saja. Alasan Jubel pindah karena, Ibu kos yang terlalu cerewet dan banyak aturan.
Dan tempat kos yang ketiga berada di Jalan Harmonika dan dia bertahan tinggal di
tempat kos tersebut sampai sekarang.
“Bah, udah 3 kali kurasa aku pindah. Pertama itu aku kos di Kampung Susuk trus karna bosan aku pindah lagi ke Pasar Baru. Nah, disana gak betah aku, cerewet kali ibu kosnya dan terlalu banyak aturan. Sementara aku orangnya tak terlalu suka diatur. Trus pindah lagi ke Harmonika sampai sekarang lah aku disini.”
Jubel mengakui dari dahulu hingga sekarang, Jubel tidak bisa menerima
kritikan dan selalu menghidar dari masalah. Semua permasalahan yang
dihadapinya dianggap gampang dalam menyelesaikannya. Jubel juga kurang bisa
menerima kelebihan orang lain.
“Aku lebih banyak cuek kalau ada masalah. Ya, kudiamin aja dek dan menghindar gitu aja. Ya, bagi ku dek, masalah ku itu gampang buat kuselesaikan.” “Bah, cuek aja abang dek. Aku gak terlalu suka kalau ada orang yang mengkritiki aku. Dalam pandanganku, kayak udah lebih baik aja dia dari aku sampai dia kritik aku kayak gitu.”
Karakter Jubel seperti ini terbawa-bawa hingga dia menempuh
pendidikan S-1-nya di Universitas Sumatera Utara. Jadi Jubel sendiri mengakui
bahwa tidak banyak yang berubah dalam dirinya.
“Sama aja dek, gak banyak yang berubah dari aku.”
“Gak ada perbedaan dek. Sama aja. Aku tetap menjadi diriku snediri yang keras.”
Kesimpulan :
Jubel cenderung memiliki konsep diri negatif. Ini dikarenakan Jubel
adalah sosok yang keras. Lingkungan sangat mempengaruhi dirinya karena sejak
SMP sudah menjadi anak kos. Jubel adalah sosok yang keras dan cuek. Ini
terlihat dari dia tidak terlalu bertanggung jawab dengan masalah yang dihadapi
dan tidak suka dikritik. Tidak banyak yang berubah dalam dirinya.
Informan 3
Siti Aisyah adalah sosok perempuan yang pendiam dan pemalu. Ini terlihat
saat peneliti melakukan wawancara, Siti hanya menjawab pertanyaan yang
ditanya dan kemudian diam dan menjawab dengan malu-malu.
Siti masih mempunyai keluarga yang lengkap, dimana Siti masih
mempunyai ayah dan ibu dalam keadaan utuh dan baik. Siti lebih dekat dengan
ayahnya. Siti mengatakan bahwa ayahnya lebih mengerti akan keadaan dirinya
daripada ibunya. Ibunya lebih sayang kepada abang dan kakaknya saja. Ini diakui
karena, setiap ada permasalahan yang meyangkut tentang dirinya, Siti yang selalu
disalahkan tanpa ada pembelaan.
“Aku masih punya keluarga yang lengkap kak. Siti lebih dekat dengan ayah kak, kalau ibu lebih dekat dengan kakak abang kak.” ”Yah, baik-baik aja kak. Tapi Siti lebih dekat dengan ayah. Ayah lebih ngertiin Siti kak.”
Siti adalah sosok yang pendiam, pemalu, dan tidak suka menceritakan
apa yang menjadi permasalahan dalam dirinya. Semua keadaan hanya dipendam
dalam dirinya sendiri. Sifat manjanya pun tidak hilang dalam dirinya. Ini
dikarenakan kondisinya sebagai anak terakhir.
Komunikasi antara Siti dan orangtuanya yang dijalin minimal hanya satu
kali dalam 2 hari. Tidak terlalu sering Siti ataupun orangtua saling bertelepon.
Tetapi Siti lebih sering berkomunikasi dengan ayahnya lewat SMS. Selama
berkomunikasi, tidak banyak yang Siti dan orangtuanya ceritakan.
“Ya, telepon sama ayah-ibu kak tapi gak terlalu sering kak. Paling sekali dua hari lah kak. Kalau gk lebih banyak sms-an sama ayah kak.”
“Paling nanya kabar ayah-ibu kak. Gak banyak diceritakan kak kalau lagi teleponan. Aku orangnya tertutup kak, lebih banyak memendam aja kak. Jarang cerita sama orangtua kak.”
Anggota dari organisasi HMI ini banyak menghabiskan waktunya
dikampus dengan berkumpul dengan teman-teman sesama HMI maupun duduk-
duduk di Mushollah Kampus FISIP. Lingkungan di HMI dan sekitar kampus lebih
banyak membentuk dirinya daripada orangtuanya sendiri. Di lingkungan tempat
kosnya, Siti tidak terlalu suka berinteraksi, dia hanya menghabiskan waktunya di
kamar yang ditempatinya.
“Kegiatan ku kak, kalau ada matakuliahku di kampus aku pulang ke kos. Tapi aku juga sering duduk-duduk di mushollah kak trus aku ikut HMI di kampus. Itu lah kegiatanku sehari-hari kak.”
Awalnya Siti tinggal bersama dengan kakak dan abang iparnya. Tetapi,
ada permasalahan keluarga yang membuatnya harus pindah dari rumah kakaknya
tersebut. Permasalahan ini membuat Siti tidak nyaman tinggal bersama kakaknya
dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah kakaknya dan memilih kos.
Ditempat kosnya ini, Siti merasa nyaman dan sudah setahun lebih dia tinggal di
tempat kosnya ini.
“Sebenarnya dulu aku tinggal sama kakakku dan abang iparku kak. Cuman aku ada masalah sama mereka. Trus ibu pun lebih memihak ke kakakku. Ya, aku memutuskan untuk kos aja jadinya.”
“Enak disini kak, adem, nyaman”
Konsep diri yang terbentuk sebelum dan sesudah Siti berjauhan dengan
orang tua tidak banyak berubah. Yang berubah hanyalah kemandirian Siti yang
sudah terbiasa mengurus segalanya sendiri. Tetapi Siti mengakui, bahwa Siti
sendiri masih tertutup dan tidak suka bercerita tentang dirinya sendiri bahkan
dengan pacarnya sendiri. Siti juga tidak suka dikritik, karena ketika dikritik Siti
akan menjadi emosi.
“Jarang aku cerita sama orang tentang masalah ku kak sekalipun itu ke keluargaku kak. Lebih baik kupendam dan kuselesaikan aja sendiri.”
“Dari dulu sampai sekarang aku gak suka dikritik kak. Pasti aku langsung marah kalau di kritik kak.”
Siti juga kurang mempunyai percaya diri dan pesimis dalam menghadapi
permasalahan baik di kampus maupun dengan teman-temannya. Siti yang dahulu
tidak banyak berubah dengan Siti yang sekarang.
” Kupendam aja kak. Aku lebih baik menyimpan aja kak daripada cerita. Ya, kuselesaikan aja sendiri. Terkadang aku minder kak dan lebih banyak diam dan menjauh kak.”
“Paling lebih mandiri aja kak karna udah jadi anak kos itu.”
Kesimpulan :
1. Informan ini termasuk orang yang tertutup, pendiam dan pemalu
2. Informan ini tergolong individu yang pesimis dalam menghadapai sesuatu
dan cenderung menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidak suka berbagi
dengan orang lain.
3. Konsep diri yang dimiliki informan saat ini cenderung negatif.
Informan 4
Daud Steven Lingga dan lebih akrab di dipanggil Steven merupakan
mahasiswa Ilmu Budaya. Steven tergolong anak yang mandiri karena mulai dari
SD Steven sudah membantu ibunya untuk mencari uang. Steven berasal dari
keluarga broken home dimana ayah dan ibunya sudah bercerai. Walaupun
orangtuanya sudah bercerai, Steven masih menjalin hubungan yang baik dengan
ayahnya dan lebih dekat dengan ibunya karena ibunya yang merawatnya hingga
sampai saat ini.
“Kondisi keluarga ku kak gak utuh lagi. Maksudnya, papa dan mamaku udah cerai kak mulai dari aku SD kelas 6. Aku tinggal sama mamaku kak dan papaku nikah lagi kak. Orangtua ku cerai karna papa ku selingkuh kak. Jadi orangtuaku pisah kak.” “Walaupun papa mama cerai, aku tetap punya hubungan yang baik kok sama mereka. Ya aku lebih dekat dengan mamaku.”
Steven berstatus sebagai anak kos sejak dia diterima di Universitas
Sumatera Utara. Tempat kos Steven sangat nyamana baginya sehingga Steven
tidak pernah pindah tempat kos dan sudah satu tahun lebih Steven menempatin
kosnya tersebut.
“Udah setahun lah kak” “Belum pernah pindah kak.” Sehari-harinya selain Steven bekerja part time di salah satu cafe di Kota
Medan, Steven tidak lupa untuk tetap bergaul dengan teman-temannya sehabis
pulang kuliah hanya untuk sekedar ngumpul-ngumpul dengan teman-teman
kampusnya. Mahasiswa Ilmu Budaya ini merupakan anggota dari organisasi
GMKI dan GMNI.
“Aku suka ngumpul-ngumpul sama teman kak. Jadi setiap pulang kuliah, aku gak langsung pulang ke kos. Aku ikut organisasi GMKI trus GMNI kak.”
Steven merupakan anak tunggal. Walapun informan ini merupakan anak
tunggal tetapi dia sudah mandiri sejak SD dan bahkan saat ini sedang duduk
dibangku perkuliahan pun dia bekerja untuk mendapatkan uang tambahan.
” Gak terlalu kak, mungkin sekarang aku lebih dekat aja sama teman-teman. Tapi, aku tetap mandiri dari dulu kak sejak papa ninggalin kami. Aku dulu udah bisa nyari uang kak dengan bantu-bantu mama jual kue dan sekarang pun aku kerja kak tapi part time jadi pelayan di cafe kak.”
Antara Steven dengan ibunya, mempunyai kedekatan yang erat.
Sedangkan dengan ayahnya, Steven tidak mempunyai kedekatan karena mulai
dari kecil sudah ditinggal oleh ayahnya. Steven dengan ibunya sering telepon-
telepon sedangkan dengan ayahnya jarang sekali. Tidak banyak yang diceritakan
Steven dengan ibunya.
“Kalau sama mama sering kak. Ya teleponan sama mama, bbm-an sama mama. Komunikasi kami intens kok kak tapi sama papa jarang kak hanya sesekali aja kami komunikasian.”
“Paling masalah kuliah, trus kalau pacar-pacar gitu aku jarang cerita ke mama. Karna mama bilang aku gak boleh pacaran dulu.” Menurut Steven, kasih sayang ibunya dan perhatian dari ibu sangat
mempengaruhi untuk membentuk siapa dirinya.
Mungkin kasih sayang mama yang lebih banyak kurasakan kak. Mama lah yang membentuk diriku menjadi tangguh karna mamaku pun tangguh untuk menghadapi persoalan hidup kak. Peran mama itu sangat penting walaupun peran papa ada cuman tak terlalu terpengaruh buatku kak. Kegigihan mama memperjuangkan aku membuatku untuk semangat kuliah dan semangat membuat mama bangga kak dan membuat ku mandiri kak.”
Steven memang tergolong individu yang mandiri dan mau menerima
kritikan siapa aja. Steven tidak pernah marah ketika dikriti, bahkan dia menjadi itu
sebagai motivasi untuk lebih memperbaiki dirinya.
“Bagiku kritikan orang lain itu memacu aku untuk mengintrospeksi diriku menjadi lebih baik kak.”
Steven merasa tidak banyak yang berubah dari dalam dirinya. Steven tetap
menjadi pribadi yang penyayang dimana Steven sangat menyayangi ibunya. Bagi
Steven, ibunya adalah sumber inspirasi dalam dirinya. Steven banyak belajar
tentang kemandirian dari ibunya. Walaupun ayah dan ibunya berpisah, ibu tetap
mandiri dan tidak mau bergantung dengan orang lain. Oleh karena itu anak
tunggal ini menjadi pribadi yang mandiri.
Kesimpulan :
Steven memiliki konsep diri yang positif dimana steven mampu menerima
kritikan orang lain dan mampu menyelesaikan masalahnya dan tergolong optimis.
Informan 5
Tika adalah sapaan akrab untuk perempuan periang ini. Tika merupakan
anak tertua dan sudah ditinggalkan ibunya untuk selama-lamanya.
“Kondisi keluarga sudah tidak lengkap lagi kak. Aku cuman punya bapak kak. Mama udah gak ada lagi. Mama udah meninggal sejak dua tahun yang lalu karna penyakit kanker kak.”
Tika menyadari bahwa dahulu, Tika adalah sosok gadis yang manja dan
sangat dekat dengan kedua orangtuanya. Tetapi sejak menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara dan hidup sebagai anak kos. Tika berubah menjadi
gadis yang mandiri dan menggantikan sosok ibunya bagi adik-adiknya.
“Dulu waktu mama masih ada, aku sangat manja kak dan dengan bapak pun aku dekat kak dan sampai sekarang aku masih dekat sama bapak kak.”
Tika tidak termasuk gadis yang terlalu suka bergaul. Setiap jam
perkuliahan selesai, Tika menghabiskan waktu dengan teman-teman kampusnya
dan kemudian pulang.
Intensitas komunikasi antara Tika dan ayahnya bisa dikatakan sering.
Tika dan ayahnya sering teleponan. Hal-hal yang sering dibicarakan adalah
masalah perkuliahan, keadaan bapak dan adik-adiknya. Untuk masalah percintaan,
Tika masih canggung untuk menceritakannya dengan ayahnya tetapi Tika mau
sesekali menceritakannya dengan ayahnya.
“Lumayan sering aku teleponan sama bapak kak trus sama adik-adikku kak sering juga komunikasi.” “Paling masalah kuliah, keadaan bapak, kerjaan bapak, keadaan rumah dikampung kak, keadaan adik-adik.” “Ke bapak lah kak trus kadang cerita ke pacar juga kak.” Komunikasi yang terjalin tidak hanya satu arah saja tetapi dua arah,
dimana ada komunikasi timbal balik antar Tika dengan ayahnya. Komunikasi
yang dijalin tersebut, menjadi pengontrol dirinya, dimana ayahnya sering
memberikan nasehat-nasehat.
“Orangtua menjadi pengontrol diriku kak dalam melangkah kak.”
Selama menjadi anak kos, Tika berubah menjadi gadis yang mandiri dan
jauh lebih dewasa. Menurutnya di lingkungannya, tidak terlalu mempengaruhi
untuk membentuk dirinya.
Tika tidak pernah berpindah-pindah kos. Dia merasa sangat nyaman di
tempat kosnya tersebut, dimana teman-teman satu kosnya ramah dan tempat
kosnya tersebut sangat bersih.
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi ini tidak pernah minder diantara
teman-temannya. Dimana teman-temannya mempunyai status sosial yang lebih
tinggi dari Tika.
“Kalau di kedokteran ini kak, banyak orang kaya tapi aku gak minder kok kak. Aku tetap berteman baik dengan mereka.”
Selain dilihat status sosial, dalam menghadapi perkuliahan, Tika terlihat
optimis untuk menjalani hari-harinya. Dia yakin, dia mampu untuk menyelesaikan
masalah perkuliahannya
“Optimis dong kak bahkan memacu aku lagi untuk lebih menggali potensi diriku kak.”
Perubahan diri yang dialami oleh Tika sangat mengalami pendewasaan.
Tika jauh lebih mandiri, Tika menjadi pribadi yang optimis dan berusaha untuk
membuat bangga orangtuanya dengan tidak mengecewakan orangtuanya.
“Aku jauh lebih mandiri, optimis dan lebih sabar kak.”
Kesimpulan :
Konsep diri Tika lebih dominan positif dimana Tika mampu
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sikap yang sederhana yang
membuatnya menjadi pribadi yang optimis dengan keadaan lingkungan yang
berbeda dengan lingkungan yang terdahulu. Humble, adalah sikap yang selalu
diajarkan oleh orangtuanya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, untuk mempermudah
menganalisis data yang telah didapat, maka peneliti mengklasifikasikan jawaban-
jawaban-jawaban para informan berdasarkan tujuan penelitian yang telah peneliti
buat sebagai berikut :
Klasifikasi Tabel sesuai Tujuan Penelitian
No. Informan Tujuan Penelitian Hasil
1. Yustira Sinaga
1.Untuk menggambarkan
konsep diri mahasiswa-
mahasiswi indekos
Universitas Sumatera Utara
Konsep Diri
Dominan Positif
2.Untuk menggambarkan
proses terbentuknya konsep
diri mahasiswa indekos
Universitas Sumatera Utara
setelah menjadi anak kos
Orangtua sangat
berperan aktif dalam
membentuk konsep diri
mahasiswi indekos ini.
Lingkungan tidak
terlalu berpengaruh
dalam dirinya untuk
membentuk konsep
dirinya. Budaya atau
kebiasaan yang ada di
dalam dirinya hanya
juga tidak berpengaruh
untuk mengetahui siapa
dirinya setelah menjadi
anak kos. Perilaku yang
dilakukannya tetap ada
evaluasi untuk menjadi
dirinya yang lebih baik.
2. Bonar Jubelmar
Silaban
1.Untuk menggambarkan
konsep diri mahasiswa-
mahasiswi indekos
Universitas Sumatera Utara
Konsep Diri Dominan
Negatif
2.Untuk menggambarkan
proses terbentuknya konsep
diri mahasiswa indekos
Universitas Sumatera Utara
setelah menjadi anak kos
Proses terbentuknya
dipengaruhi oleh empat
faktor. Orangtua tidak
terlalu berpengaruh
dalam membentuk
siapa dirinya. Setelah
menjadi anak kos,
lingkungan banyak
membentuk dirinya
sendiri. Interaksi
dengan lingkungannya
sangat luas. Sehingga
dari lingkungan,
banyak berpengaruh
bagaimana konsep
dirinya terbentuk.
Budaya yang ada dalam
dirinya, hanya dipakai
untuk acuan saja dan
tidak ada
pengevaluasian diri
sehingga konsep diri
yang terbentuk
cenderung negatif
setelah menjadi anak
kos.
3. Siti Aisyah
1.Untuk menggambarkan
konsep diri mahasiswa-
mahasiswi indekos
Universitas Sumatera Utara
Konsep Diri Dominan
Negatif
2.Untuk menggambarkan
proses terbentuknya konsep
diri mahasiswa indekos
Universitas Sumatera Utara
setelah menjadi anak kos
Proses komunikasi
yang terjalin terjadi dua
arah tetapi intensitas
dalam berkomunikasi
sangat kurang. Selain
itu interaksi dengan
lingkungan juga tidak
terlalu intens.
Organisasi yang diikuti
tidak begitu membawa
dampak yang positif
dalam dirinya.
Terhadap dirinya
sendiri juga cenderung
tidak terlalu
mempedulikan dengan
apa yang dilakukanya
karena tidak ada
pengevaluasian dalam
dirinya sendiri.
4. Daud Steven
Lingga
1.Untuk menggambarkan
konsep diri mahasiswa-
mahasiswi Universitas
Sumatera Utara yang
berbeda tempat tinggal
dengan orangtuanya
Konsep Diri Dominan
Positif
2.Untuk menggambarkan
proses terbentuknya konsep
diri mahasiswa indekos
Orangtua sangat
berpengaruh dalam
dirinya untuk
Universitas Sumatera Utara
setelah menjadi anak kos.
mengontrol dirinya
setelah menjadi anak
kos. Interaksinya
dengan lingkungan
juga sangat efekttif.
Kebiasaan-kebiasaanya
yang sudah
membudaya dalam
dirinya melalui didikan
keluarga dipakai
sebagai acuan dalam
membentuk siapa
dirinya melalui
didikan-didikan yang
diajarkan. Walaupun
interaksi dengan
orangtua, lingkungan
dan budaya sangat
baik, tetap ada
pengevaluasian dirinya
sendiri untuk
membentuk siapa
dirinya menjadi lebih
baik. Sehingga
membentuk konsep diri
positif
5. Septika Hutagaol
1.Untuk menggambarkan
konsep diri mahasiswa-
mahasiswi Universitas
Sumatera Utara yang
berbeda tempat tinggal
dengan orangtuanya
Konsep Diri Dominan
Positif
2. Untuk menggambarkan
proses terbentuknya konsep
diri mahasiswa indekos
Universitas Sumatera Utara
setelah menjadi anak kos
Proses komunikasi
yang terjadi sangat
intens dan terjadi
komunikasi dua arah
adanya timbal balik
menyebabkan
komunikasi pesan yang
disampaikan diterima
dengan baik.
Komunikasi yang
efektif yang dijalin
tidak hanya dengan
orangtua, orang lain
atau lingkungan,
budaya dan adanya
evaluasi diri membuat
konsep diri yang
terbentuk semakin
cenderung positif
Table 2.1 Klasifikasi Tabel sesuai Tujuan Penelitian
4.5. Pembahasan
Dari analisis hasil dan pengamatan peneliti, maka peneliti membuat
pembahasan sebagai berikut :
Peneliti memahami bahwa proses pembentukan konsep diri mahasiswa
indekos Sumatera Utara setelah menjadi anak kos tidak serta merta dapat
diterimanya pesan yang disampaikan dengan baik, namun terlebih dahulu akan
melewati proses pengolahan pesan dalam diri individu tersebut.
Dari kelima informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang
dikaitkan dengan tujuan peneliti dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan
konsep diri mahasiswa-mahasiswi indekos Universitas Sumatera Utara dan untuk
menggambarkan proses terbentuknya konsep diri mahasiswa indekos Universitas
Sumatera Utara setelah menjadi anak kos. Berdasarkan hasil analisis, ada tiga
orang informan yang memiliki konsep diri dominan positif. Ketiga informan
tersebut adalah Yustira, Steven dan Septika. Ketiga informan tersebut dapat
disimpulkan memiliki konsep diri yang dominan positif dilihat dari tanda-tanda
konsep diri positif.
Ketiga informan tersebut memiliki konsep diri yang dominan positif
dilihat dari hasil wawancara dimana bertanggung jawab dan optimis dalam
menghadapi masalah. Yustira juga tidak berpengaruh dimana tidak ada sikap
minder terhadap status sosial di lingkungannya yang jauh lebih tinggi darinya.
Selain itu, ketika diberi pujian ataupun penghargaan ketiga informan tersebut tetap
rendah hati dan tidak sombong. Sikap tersebut ditanamkan oleh orangtua ketiga
informan tersebut. Selain itu, tanda-tanda dari konsep diri positif adalah ketika
ketiga informan tersebut dikritik oleh teman-teman atau lingkungan sekitarnya,
ketiga informan tersebut tetap menerima kritikan tersebut dan menjadikan
motivasi bagi informan untuk meperbaiki kualitas diri mereka.
Proses pengembangan konsep diri yang dialami oleh ketiga informan
yaitu Yustira , Stiven dan Septika karena di dasari oleh pengalamannya yang
diterima melalui anggota keluarganya seperti orang tua. Proses pengembangan
konsep diri yang dialami ketiga informan tersebut karena adanya interaksi ketiga
informan antara informan dengan orang tuanya atau lingkungan sekitar. Interaksi
tersebut terjalin karena adanya komunikasi antara ketiga informan tersebut dengan
orang tuanya.
Komunikasi antarpribadi antara informan yang mempunyai konsep diri
dominan positif dan orang tuanya memiliki sikap saling terbuka,empati,saling
mendukung dan mempunyai sikap positif antara. Sehingga sikap ketiga informan
tersebut memiliki kepercayaan diri terhadap lingkungannya.
Dari ketiga informan yang memiliki konsep diri positif tersebut
berdasarkan tujuan penelliti yang kedua adalah untuk mengetahui tahapan
hubungan komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anaknya (mahasiswa-
mahasiswi) yang berbeda tempat tinggal, ketiga informan tersebut memiliki sikap
terbuka terhadap orangtuanya masing-masing selain itu komunikasi yang terjadi
adalah komunikasi timbal-balik dimana komunikasi tersebut terjadi dua arah
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Selain itu,
Intensitas komunikasi yang sering terjadi menyebabkan adanya kedekatan anatara
orangtua dengan anak ataupun anak dengan orangtua menyebabkan anak atau
orangtua merasa dekat walaupun sebenarnya keadaan mereka jauh secara fisik.
Orangtua dapat mengontrol anak lewat media komunikasi seperti telepon, SMS,
BBM ataupun media yang lainnya. Dari keterlibatan orang tua dalam mengontrol
anaknya melalui media komunikasi menyebabkan adanya keakraban antara orang
tua dengan anak sehingga ada perasaan yang jujur dan terbuka pada saat orang tua
ketiga informan tersebut saling berjauhuan karena anaknya menempuh pendidikan
di Universitas Sumatera Utara.
Dari kelima informan, ada dua informan yang tergolong memiliki konsep
diri negatif. Ini terlihat dari tanda-tanda dari konsep diri negatif. Kedua informan
ini memiliki sikap yang marah ketika dikritik oleh teman-teman atau keadaan
lingkungan sekitarnya, selain itu salah satu informan yaitu Siti minder ketika
keadaan lingkungannya atau keadaan status sosialnya jauh lebih tinggi dari status
sosialnya. Salah satu informan yang lain yaitu Jubel tidak terlalu peduli terhadap
lingkungan sekitarnya, status sosial yang ada tidak membuatnya minder ataupun
menerima. Informan ini tergolong cuek.
Dua informan yang memiliki konsep diri negatif ini kurang menjalin
komunikasi yang baik dengan orang tuanya interaksi mereka terjadi hanya satu
arah dimana ketika anak memiliki keperluan yang mendesak baru memhubungi
orang tuanya dan sebaliknya selain itu jarak jauh antara orang tua dan anak
membuat kedua informan ini kurang peduli terhadap orang tua dan sebaliknya
orang tua kurang peduli dengan anak. Sehingga tidak keterbukaan dan kedekatan
orang tua dan anak atau anak dan orang tua. Karena sikap yang tidak peduli
menyebabkan sikap saling mendukung antara orang tua dan anak tidak ada
sehingga kedua informan tersebut mempunyai konsep diri yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya.
Dari kedua informan yang memiliki konsep diri negatif tersebut
berdasarkan tujuan penelliti yang kedua adalah untuk mengetahui tahapan
hubungan komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anaknya (mahasiswa-
mahasiswi) yang berbeda tempat tinggal, kedua informan tersebut memiliki sikap
tertutup terhadap orangtuanya masing-masing selain itu komunikasi yang terjadi
sangat jarang dilakukan. Komunikasi tersebut, hanya terjadi satu arah saja.
Melalui pembahasan setiap informan dapat disimpulkan, yaitu :
NO NAMA FAKULTAS STAMBUK JENIS
KONSEP DIRI
01. Yustira Sinaga Ekonomi 2009 Konsep Diri
Dominan Positif
02. Bonar Jubel Teknik 2008 Konsep Diri
Silaban Dominan
Negatif
03. Siti Aisyah Ilmu Sosial
dan Ilmu
Politik
2011 Konsep Diri
Dominan
Negatif
04. Daud Steven
Lingga
Ilmu Budaya 2012 Konsep Diri
Dominan Positif
05. Septika
Hutagaol
Kedokteran
Gigi
2011 Konsep Diri
Dominan Positif
Tabel 3.1 Konsep diri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap lima orang mahasiswa/i indekos
Universitas Sumatera Utara dimana proses pembentukkan konsep diri maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik informan berbeda-beda. Karena ada perbedaan latar belakang
keluarga, kondisi keluarga, suku, budaya, cara orangtua mendidik anaknya
yang membuat pribadi setiap informan berbeda-beda.
2. Proses pembentukkan konsep diri dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
orang tua, orang lain, budaya dan eveluasi diri. Pada penelitian ini,
semakin efektif komunikasi yang maka semakin positif konsep diri yang
terbentuk dan sebaliknya.
5.2 Saran
Beberapa saran yang ingin diberikan penulis adalah :
1. Saran penelitian,
2. Saran dalam kaitan akademis, agar penelitian selanjutnya dengan kajian
yang sama dapat menggunakan kerangka analisis yang berbeda, misalnya
menggunakan analisis wacana kritis sehingga tercipta keragaman dalam
penelitian. Serta tetap menggunakan daya kritisnya dalam membangun
kesadaran masyarakat bahwa ada upaya-upaya media untuk
melanggengkan ideologinya di masyarakat.
studi kasus merupakan kajian yang membutuhkan
wawasan yang luas untuk bisa mendapatkan kajian yang mendalam. Untuk
itu, disarankan kepada peneliti-peneliti lain lain agar memperbanyak bahan
bacaandan wacana yang berkaitan dengan objek analisisnya demi
tercapainya kedalaman penelitian.
3. Saran dalam kaitan praktis, agar orangtua dan anak yang tidak tinggal
bersama karena anak menempuh pendidikan di Universitas Sumatera
Utara harus menjalin komunikasi sehingga tetap merasa dekat walaupun
sebenarnya jauh dan adanya keterbukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika
Aditama.
Budyatna, Muhammad & Leila Mona Ganiem.Teori Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta : Prenada Media Group.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing
Among Five Traditions. London: SAGE Publications.
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Profesional Books
DeVito, Joseph A. 2009. The Interpersonel Communication Book. London:
Pearson Education
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
Ghonny, Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Ar-Ruzz Media
Gunarsa, Singgih D. & Yulia D. Singgih Gunarsa. 1993. Psikologi Praktis Anak Remaja
dan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Liliweri, Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Citra Aditya
Bakti.
Liliwer, Alo. 1991. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Morissan & Andy Cory. 2009. Teori Komunikasi . Jakarta: Penerbit Ghali
Indonesia.
Rakhmat, Djalaludin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rakhmat, Djalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh OrangTua. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sobur, Alex. 2012. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.
West, Richard&Lynn H. Turner. 2011. Pengantar Teori Komunikasi Analisi dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Sumber lain:
(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:qYAltdCEdZsJ:http://file
.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/SUN
ARSIH/KOMUNIK__KELUARGA.pdf%2Bkomunikasi+keluarga&oe=utf-
8&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&client=firefox-a&hl=en&ct=clnk)
diakses pada tanggal 04 April 2013
(http://wajburni.wordpress.com/2012/01/17/paradigma-penelitian-kualitatif/)
diakses pada tanggal 04 April 2013
http://www.lusa.web.id/unsur-unsur-komunikasi/ diakses pada tanggal 04 April
2013
(http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012/04/definisi-hakikat-ciri-ciri-dan-
tujuan.html) diakses pada tanggal 04 April 2013
(http://contohskripsi-makalah.blogspot.com/2012/09/macam-macam-teknik-
pengambilan-sampel.html) diakses pada tanggal 11 April 2013
DAFTAR LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
INFORMAN 1
1. Bagaimana kondisi keluarga Anda (responden)?
Kondisi keluargaku sangat harmonis, walaupun bapak sudah tidak ada tapi aku
punya mamak yang luar biasa dan abang-kakakku dan adik-adikku baik-baik saja.
Bapak meninggal sejak tahun 2010 karena sakit tapi walaupun begitu kami tetap
akrab walaupun kami terpisah-pisah karena kerjaan dan sekolah wi.
2. Bagaimana hubungan Anda dengan orangtua (ayah dan ibu)?
Dulu sewaktu bapak masih ada, aku sangat manja sama bapak. Aku bisa dikatakan
boru hasiannya. Tapi, setelah bapak gak ada, aku jadi sangat dekat dengan
mamak. Bahkan mamak sering curhat dengan ku tentang permasalahan di
keluarga kami dan aku pun sering sharing dengan mamak tentang perkuliahanku.
3. Sudah berapa lama Anda kos?
Sudah 4 tahun aku menjadi anak kos.
4. Adakah berpindah tempat kos selama Anda menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara?
Aku udah pernah pindah dari tempat kos ku yang lama.
5. Kegiatan sehari-hari Anda apa? Ada ikut organisasi?
Sebenarnya aku tidak terlalu suka ikut berorganisasi. Ya, pulang kuliah langsung
ke kos. Tapi, ada satu organisasi keagamaan yang ku ikutin yaitu KMK.
6. Anda tinggal berjauhan dengan orang tua, dalam arti Anda adalah anak kos.
Bagaimana cara Anda berhubungan dengan orangtua ketika Anda
berjauhan dengan orangtua?
Aku sering teleponan sama mamak. Trus sms-an dengan mamak.
7. Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan orangtua Anda?
Sering kali aku teleponan atau sms-an sama mamak. Kalau gk aku yang hubungi
mamak, ya mamak yang hubungi aku.
8. Biasanya, hal apa saja yang paling sering Anda bicarakan dengan orangtua
Anda? Adakah hal- hal yang tidak sering dibicarakan?
Banyak lah yang kami bicarakan. Ada tentang kuliah, kondisi keluarga di
kampung, usaha kede kopi mamak, perkuliahanku, pergaulanku di lingkungan
kampus, bahkan kalau ada cowok yang mendekatiku, aku cerita sama mamak.
Mamak itu udah jadi sahabat terbaikku. Gak ada yang kami sembunyikan.
9. Apakah yang menjadi perbedaan pada saat Anda tinggal dengan orangtua
dengan Anda tidak tinggal dengan orangtua karena sedang menempuh
pendidikan di Universitas Sumatera Utara?
Aku jauh lebih mandiri. Aku gak bergantung dengan orang lain dan bukan
menjadi Tira yang manja.
10. Bagaimana kedekatan Anda dengan orangtua sesudah Anda berjauhan
dengan orangtua?
Wah, jadi dekat kali pun. Apalagi sejak bapak gak ada, jadi dekat kali aku sama
mamak dn keluarga.
11. Apakah orangtua tetap memberikan bimbingan ketika Anda berjauhan
dengan orangtua Anda?
Pastilah. Walaupun aku jauh, mamak gak pernah bosan-bosannya menasehatin
aku dan mengingatkan aku untuk menjadi peribadi yang takut akan Tuhan.
12. Apakah diantara Anda dengan orangtua Anda ada interaksi hubungan
timbal-balik?
So pasti dong. Interaksi kami timbal-balik. Bukan mamak aja yang menghubungi
aku. Aku juga sering menghubungi mamak.
13. Bagaimana peran orangtua Anda menjadi salah satu pengaruh yang
membentuk diri Anda sendiri ketika Anda pada saat ini berjauhan dengan
orangtua Anda?
Sangat berperan, mamak sebagai pengontrol aku untuk bertindak melalui nasehat-
nasehatnya. Karna itu aku menjadi pribadi yang tangguh dan tidak manja dan
bahkan aku menjadi pribadi yang menerima kritikan orang lain.
14. Apa alasan Anda memilih tempat tinggal sekarang?
Lebih nyaman aja disini.
15. Bagaimana lingkungan Anda pada saat ini mempengaruhi Anda tentang diri
Anda sendiri?
Lingkungan tidak terlalu mempengaruhi pembentukkan siapa aku
16. Bagaimanakah menurut Anda tentang diri Anda (konsep diri) sebelum
berjauhan dengan orangtua dan sesudah berjauhan dengan orangtua?
Apakah ada yang berbeda?
Aku yang dulu adalah aku yang manja yang tidak pernah lepas dari
ketergantungan terhadap orang lain. Aku lebih banyak menghindar dari masalah
dan tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tetapi, aku
yang sekarang adalah aku yang mandiri dan mau menerima dan menyelesaikan
setiap persoalan yang kuhadapi. Bahkan aku selalu introspeksi diriku dan lebih
memperbaiki kualitas diriku sendiri menjadi lebih baik.
17. Menurut Anda, kedekatan Anda dengan orangtua lebih dekat sekarang atau
ketika Anda belum berjauhan dengan orangtua?
Lebih dekat sekarang
18. Kalau Anda mempunyai masalah, Anda cerita ke siapa setelah Anda
berjauhan dengan orangtua?
Tetapi cerita ke orangtua dan keluarga.
19. Ketika Anda mempunyai atau menghadapi suatu masalah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah tersebut?
Ya, saya menghadapinya dan bertanggung jawab menyelesaikannya.
20. Anda di kritik oleh orang-orang disekitar Anda mengenai diri Anda,
bagaimana Anda menyikapinya?
Aku trima kritikkannya dan introskpeksi diriku sendiri.
21. Ketika Anda berada diantara teman-teman Anda yang berbeda status sosial,
apa yang apa rasakan? Sikap apa yang Anda tunjukkan?
Wah, aku gak minder. Aku tetapi menjadi pribadi apa adanya dan tetap berteman
dengan mereka walaupun status sosial kami berbeda.
22. Bagaimana sikap Anda menerima pujian atau penghargaan?
Tetap rendah hati
23. Bagaimana sikap Anda ketika teman perkuliahan Anda mempunyai
kemampuan yang lebih dari Anda, apakah Anda pesimis atau optimis untuk
bersaing dengan teman-teman Anda tersebut?
Aku tetapi optimis.
24. Menurut Anda, pada saat ini bagaimanakah Anda menurut Anda sendiri?
Apakah berbeda dengan Anda dahulu?
Aku menjadi Tira yang lebih mandiri dan kualitas diriku menjadi lebih baik
sekarang dan berusaha membuat orangtua bangga.
INFORMAN 2
PERTANYAAN
1. Bagaimana kondisi keluarga Anda (responden)?
Aman-aman aja kondisi keluargaku dek.
2. Bagaimana hubungan Anda dengan orangtua (ayah dan ibu)?
Aku gak terlalu dekat sama mami papiku dek. Tapi aku dekat dengan kakakku
yang pertama.
3. Sudah berapa lama Anda kos?
Mulai dari SMP aku udah jadi anak kos. Tapi kalau kos di Medan ini mulai dari
tahun 2008.
4. Adakah berpindah tempat kos selama Anda menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara?
Bah, udah 3 kali kurasa aku pindah. Pertama itu aku kos di Kampung Susuk trus
karna bosan aku pindah lagi ke Pasar Baru. Nah, disana gak betah aku, cerewet
kali ibu kosnya dan terlalu banyak aturan. Sementara aku orangnya tak terlalu
suka diatur. Trus pindah lagi ke Harmonika sampai sekarang lah aku disini.
5. Kegiatan sehari-hari Anda apa? Ada ikut organisasi?
Gak ada dek. Gini-gini aja lah aku. Tapi aku sering nongkrong-nongkrong sama
kawan-kawanku.
6. Anda tinggal berjauhan dengan orang tua, dalam arti Anda adalah anak kos.
Bagaimana cara Anda berhubungan dengan orangtua ketika Anda
berjauhan dengan orangtua?
Ah, sekali-kali aja itupun jarang aku telepon orangtuaku. Paling kalau minta uang
bulanan lah dek. Kalau kakakku sering telepon aku.
7. Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan orangtua Anda?
Jarang sekali dek
8. Biasanya, hal apa saja yang paling sering Anda bicarakan dengan orangtua
Anda? Adakah hal- hal yang tidak sering dibicarakan?
Yah, cuman sekedar tanya kabar aja. Itu aja. Aku gak pernah menceritakan apa
masalahku dek. Gak mau aku buat orangtua ku susah karna tingkahku.
9. Apakah yang menjadi perbedaan pada saat Anda tinggal dengan orangtua
dengan Anda tidak tinggal dengan orangtua karena sedang menempuh
pendidikan di Universitas Sumatera Utara?
Gak ada dek, tetap kayak gini. Sama aja aku dari dulu sampai sekarang tetap
keras.
10. Bagaimana kedekatan Anda dengan orangtua sesudah Anda berjauhan
dengan orangtua?
Biasa aja dek.
11. Apakah orangtua tetap memberikan bimbingan ketika Anda berjauhan
dengan orangtua Anda?
Yah, kalau itu pasti lah mereka kasih nasehat ke abang dek.
12. Apakah diantara Anda dengan orangtua Anda ada interaksi hubungan
timbal-balik?
Gak dek, soalnya orangtuaku pun susah dihubungi karna di kampung payah sinyal
dan itupun jarang kali kami teleponan dan abang pulang ke kampung pun jarang.
13. Bagaimana peran orangtua Anda menjadi salah satu pengaruh yang
membentuk diri Anda sendiri ketika Anda pada saat ini berjauhan dengan
orangtua Anda?
Gak, tak ada pengaruhnya. Sama aja kurasa dek.
14. Apa alasan Anda memilih tempat tinggal sekarang?
Lebih bebas disini dek. Lagian banyak teman-teman nongkrongku disini.
15. Bagaimana lingkungan Anda pada saat ini mempengaruhi Anda tentang diri
Anda sendiri?
Sangat mempengaruhi lah dek. Mulai dari jarang pandang, sifat, tingkah laku,
banyak lah pokoknya. Karna dari SMP aku udah kos, jadi pribadi ku terbentuk di
lingkungan dimana aku tinggal.
16. Bagaimanakah menurut Anda tentang diri Anda (konsep diri) sebelum
berjauhan dengan orangtua dan sesudah berjauhan dengan orangtua?
Apakah ada yang berbeda?
Gak ada perbedaan dek. Sama aja. Aku tetap menjadi diriku snediri yang keras.
17. Menurut Anda, kedekatan Anda dengan orangtua lebih dekat sekarang atau
ketika Anda belum berjauhan dengan orangtua?
Dari dulu sampai sekarang gak terlalu dekat abang sama orangtua. Biasa aja dek
18. Kalau Anda mempunyai masalah, Anda cerita ke siapa setelah Anda
berjauhan dengan orangtua?
Gak ke orangtua dek. Paling ke kakakku atau ke pacar ku dek.
19. Ketika Anda mempunyai atau menghadapi suatu masalah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah tersebut?
Aku lebih banyak cuek kalau ada masalah. Ya, kudiamin aja dek dan menghindar
gitu aja. Ya, bagi ku dek, masalah ku itu gampang buat kuselesaikan.
20. Anda di kritik oleh orang-orang disekitar Anda mengenai diri Anda,
bagaimana Anda menyikapinya?
Bah, cuek aja abang dek. Aku gak terlalu suka kalau ada orang yang mengkritiki
aku. Dalam pandanganku, kayak udah lebih baik aja dia dari aku sampai dia kritik
aku kayak gitu.
21. Ketika Anda berada diantara teman-teman Anda yang berbeda status sosial,
apa yang apa rasakan? Sikap apa yang Anda tunjukkan?
Ya, biasa aja abang dek. Aku ya aku. Dia ya dia.
22. Bagaimana sikap Anda menerima pujian atau penghargaan?
Jarang aku dipuji dek.
23. Bagaimana sikap Anda ketika teman perkuliahan Anda mempunyai
kemampuan yang lebih dari Anda, apakah Anda pesimis atau optimis untuk
bersaing dengan teman-teman Anda tersebut?
Bah, gak terpengaruhi aku sama itu.
24. Menurut Anda, pada saat ini bagaimanakah Anda menurut Anda sendiri?
Apakah berbeda dengan Anda dahulu?
Sama aja dek, gak banyak yang berubah dari aku.
INFORMAN 3
PERTANYAAN
1. Bagaimana kondisi keluarga Anda (responden)?
Aku masih punya keluarga yang lengkap kak. Siti lebih dekat dengan ayah kak,
kalau ibu lebih dekat dengan kakak abang kak.
2. Bagaimana hubungan Anda dengan orangtua (ayah dan ibu)?
Yah, baik-baik aja kak. Tapi Siti lebih dekat dengan ayah. Ayah lebih ngertiin Siti
kak.
3. Sudah berapa lama Anda kos?
Udah satu tahun ini kak aku kos kak.
4. Adakah berpindah tempat kos selama Anda menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara?
Sebenarnya dulu aku tinggal sama kakakku dan abang iparku kak. Cuman aku ada
masalah sama mereka. Trus ibu pun lebih memihak ke kakakku. Ya, aku
memutuskan untuk kos aja jadinya.
5. Kegiatan sehari-hari Anda apa? Ada ikut organisasi?
Kegiatan ku kak, kalau ada matakuliahku di kampus aku pulang ke kos. Tapi aku
juga sering duduk-duduk di mushollah kak trus aku ikut HMI di kampus. Itu lah
kegiatanku sehari-hari kak.
6. Anda tinggal berjauhan dengan orang tua, dalam arti Anda adalah anak kos.
Bagaimana cara Anda berhubungan dengan orangtua ketika Anda
berjauhan dengan orangtua?
Ya, telepon sama ayah-ibu kak tapi gak terlalu sering kak. Paling sekali dua hari
lah kak. Kalau gk lebih banyak sms-an sama ayah kak.
7. Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan orangtua Anda?
Sekali dua hari lah kak minimal tapi kalau sms-an sama ayah sering kak
8. Biasanya, hal apa saja yang paling sering Anda bicarakan dengan orangtua
Anda? Adakah hal- hal yang tidak sering dibicarakan?
Paling nanya kabar ayah-ibu kak. Gak banyak diceritakan kak kalau lagi
teleponan. Aku orangnya tertutup kak, lebih banyak memendam aja kak. Jarang
cerita sama orangtua kak.
9. Apakah yang menjadi perbedaan pada saat Anda tinggal dengan orangtua
dengan Anda tidak tinggal dengan orangtua karena sedang menempuh
pendidikan di Universitas Sumatera Utara?
Gak terlalu banyak kak, paling jauh lebih mandiri aja karna gak tinggal sama
orangtua lagi. Ya, gitu lah kak pokoknya.
10. Bagaimana kedekatan Anda dengan orangtua sesudah Anda berjauhan
dengan orangtua?
Biasa aja kak, gak terlalu dekat sama mereka.
11. Apakah orangtua tetap memberikan bimbingan ketika Anda berjauhan
dengan orangtua Anda?
Pasti lah kak, walaupun gak terlalu dekat tapi mereka tetapi kasih wejangan sama
ku kak
12. Apakah diantara Anda dengan orangtua Anda ada interaksi hubungan
timbal-balik?
Lebih banyak keluarga yang menghubungi aku kak.
13. Bagaimana peran orangtua Anda menjadi salah satu pengaruh yang
membentuk diri Anda sendiri ketika Anda pada saat ini berjauhan dengan
orangtua Anda?
Aku rasa si gak terlalu berpengaruh kak justru lingkungan lebih banyak
memperngaruhi pribadikku kak
14. Apa alasan Anda memilih tempat tinggal sekarang?
Enak disini kak, adem, nyaman
15. Bagaimana lingkungan Anda pada saat ini mempengaruhi Anda tentang diri
Anda sendiri?
Ya, lebih banyak lingkungan memperngaruhi aku. Apalagi sejak aku gabung
dengan HMI
16. Bagaimanakah menurut Anda tentang diri Anda (konsep diri) sebelum
berjauhan dengan orangtua dan sesudah berjauhan dengan orangtua?
Apakah ada yang berbeda?
Gak banyak yang berubah kak, biasa aja kok.
17. Menurut Anda, kedekatan Anda dengan orangtua lebih dekat sekarang atau
ketika Anda belum berjauhan dengan orangtua?
Sama aja kak
18. Kalau Anda mempunyai masalah, Anda cerita ke siapa setelah Anda
berjauhan dengan orangtua?
Kupendam aja kak. Aku lebih baik menyimpan aja kak daripada cerita. Ya,
kuselesaikan aja sendiri.
19. Ketika Anda mempunyai atau menghadapi suatu masalah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah tersebut?
Jarang aku cerita sama orang tentang masalah ku kak sekalipun itu ke keluargaku
kak. Lebih baik kupendam dan kuselesaikan aja sendiri.
20. Anda di kritik oleh orang-orang disekitar Anda mengenai diri Anda,
bagaimana Anda menyikapinya?
Dari dulu sampai sekarang aku gak suka dikritik kak. Pasti aku langsung marah
kalau di kritik kak.
21. Ketika Anda berada diantara teman-teman Anda yang berbeda status sosial,
apa yang apa rasakan? Sikap apa yang Anda tunjukkan?
Terkadang aku minder kak dan lebih banyak diam dan menjauh kak.
22. Bagaimana sikap Anda menerima pujian atau penghargaan?
Jarang dipuji kak, jadi biasa aja.
23. Bagaimana sikap Anda ketika teman perkuliahan Anda mempunyai
kemampuan yang lebih dari Anda, apakah Anda pesimis atau optimis untuk
bersaing dengan teman-teman Anda tersebut?
Minder kak, pesimis aku orangnya. Lebih baik aku berteman dengan yang
statusnya sama kayak aku kak.
24. Menurut Anda, pada saat ini bagaimanakah Anda menurut Anda sendiri?
Apakah berbeda dengan Anda dahulu?
Paling lebih mandiri aja kak karna udah jadi anak kos itu.
INFORMAN 4
PERTANYAAN
1. Bagaimana kondisi keluarga Anda (responden)?
Kondisi keluarga ku kak gak utuh lagi. Maksudnya, papa dan mamaku udah cerai
kak mulai dari aku SD kelas 6. Aku tinggal sama mamaku kak dan papaku nikah
lagi kak. Orangtua ku cerai karna papa ku selingkuh kak. Jadi orangtuaku pisah
kak.
2. Bagaimana hubungan Anda dengan orangtua (ayah dan ibu)?
Walaupun papa mama cerai, aku tetap punya hubungan yang baik kok sama
mereka. Ya aku lebih dekat dengan mamaku.
3. Sudah berapa lama Anda kos?
Udah setahun lah kak.
4. Adakah berpindah tempat kos selama Anda menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara?
Belum pernah pindah kak.
5. Kegiatan sehari-hari Anda apa? Ada ikut organisasi?
Aku suka ngumpul-ngumpul sama teman kak. Jadi setiap pulang kuliah, aku gak
langsung pulang ke kos. Aku ikut organisasi GMKI trus GMNI kak.
6. Anda tinggal berjauhan dengan orang tua, dalam arti Anda adalah anak kos.
Bagaimana cara Anda berhubungan dengan orangtua ketika Anda
berjauhan dengan orangtua?
Palingan teleponan kak sama mama, ya sama papa juga teleponan cuman jarang.
7. Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan orangtua Anda?
Kalau sama mama sering kak. Ya teleponan sama mama, bbm-an sama mama.
Komunikasi kami intens kok kak tapi sama papa jarang kak hanya sesekali aja
kami komunikasian.
8. Biasanya, hal apa saja yang paling sering Anda bicarakan dengan orangtua
Anda? Adakah hal- hal yang tidak sering dibicarakan?
Paling masalah kuliah, trus kalau pacar-pacar gitu aku jarang cerita ke mama.
Karna mama bilang aku gak boleh pacaran dulu.
9. Apakah yang menjadi perbedaan pada saat Anda tinggal dengan orangtua
dengan Anda tidak tinggal dengan orangtua karena sedang menempuh
pendidikan di Universitas Sumatera Utara?
Gak terlalu kak, mungkin sekarang aku lebih dekat aja sama teman-teman. Tapi,
aku tetap mandiri dari dulu kak sejak papa ninggalin kami. Aku dulu udah bisa
nyari uang kak dengan bantu-bantu mama jual kue dan sekarang pun aku kerja
kak tapi part time jadi pelayan di cafe kak.
10. Bagaimana kedekatan Anda dengan orangtua sesudah Anda berjauhan
dengan orangtua?
Sama aja kak. Gak ada yang berbeda. Aku tetap dekat sama mama dan papa.
Walaupun lebih dekat dengan mama kak.
11. Apakah orangtua tetap memberikan bimbingan ketika Anda berjauhan
dengan orangtua Anda?
Pasti lah kak. Arahan mereka itu sebagai motivasi buatku kak
12. Apakah diantara Anda dengan orangtua Anda ada interaksi hubungan
timbal-balik?
Iya kak. Aku pun sering hubungan sama mama papa kak.
13. Bagaimana peran orangtua Anda menjadi salah satu pengaruh yang
membentuk diri Anda sendiri ketika Anda pada saat ini berjauhan dengan
orangtua Anda?
Mungkin kasih sayang mama yang lebih banyak kurasakan kak. Mama lah yang
membentuk diriku menjadi tangguh karna mamaku pun tangguh untuk
menghadapi persoalan hidup kak. Peran mama itu sangat penting walaupun peran
papa ada cuman tak terlalu terpengaruh buatku kak. Kegigihan mama
memperjuangkan aku membuatku untuk semangat kuliah dan semangat membuat
mama bangga kak dan membuat ku mandiri kak.
14. Apa alasan Anda memilih tempat tinggal sekarang?
Disini bersih kak, nyaman dan kawan-kawan kos yang lain juga ramah-ramah kak.
15. Bagaimana lingkungan Anda pada saat ini mempengaruhi Anda tentang diri
Anda sendiri?
Tidak terpengaruh kak.
16. Bagaimanakah menurut Anda tentang diri Anda (konsep diri) sebelum
berjauhan dengan orangtua dan sesudah berjauhan dengan orangtua?
Apakah ada yang berbeda?
Gak terlalu banyak berubah kak. Aku tetap mandiri dan pribadi yang optimis
dalam menjalani tantangan hidup kak
17. Menurut Anda, kedekatan Anda dengan orangtua lebih dekat sekarang atau
ketika Anda belum berjauhan dengan orangtua?
Sama aja kak. Dari dulu aku dekat kok sma mama papa kak.
18. Kalau Anda mempunyai masalah, Anda cerita ke siapa setelah Anda
berjauhan dengan orangtua?
Ke mama kak, dan lebih banyak minta pendapat ke mama kak dan mama pun
banyak memberikan arahan kak dan solusi kak sama ku.
19. Ketika Anda mempunyai atau menghadapi suatu masalah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah tersebut?
Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan kak. Aku selalu optimis kak.
20. Anda di kritik oleh orang-orang disekitar Anda mengenai diri Anda,
bagaimana Anda menyikapinya?
Bagiku kritikan orang lain itu memacu aku untuk mengintrospeksi diriku menjadi
lebih baik kak.
21. Ketika Anda berada diantara teman-teman Anda yang berbeda status sosial,
apa yang apa rasakan? Sikap apa yang Anda tunjukkan?
Biasa aja kak. Aku tetap berteman dengan siapa aja kak.
22. Bagaimana sikap Anda menerima pujian atau penghargaan?
Senang kak tapi tetap rendah hati.
23. Bagaimana sikap Anda ketika teman perkuliahan Anda mempunyai
kemampuan yang lebih dari Anda, apakah Anda pesimis atau optimis untuk
bersaing dengan teman-teman Anda tersebut?
Aku optimis kak, aku bukan tipe minderan kak. Bahkan kalau mereka pun
kemampuan lebih, aku juga berusaha untuk mempunyai kemampuan lebih.
24. Menurut Anda, pada saat ini bagaimanakah Anda menurut Anda sendiri?
Apakah berbeda dengan Anda dahulu?
Yang berbeda adalah aku jauh lebih mandiri dan semangat dan selalu optimis
untuk menjalani hari-hariku dan selalu berdoa kepada Tuhan untuk memberiku
kekuatan untuk menjalani hari-hariku.
INFORMAN 5
PERTANYAAN
1. Bagaimana kondisi keluarga Anda (responden)?
Kondisi keluarga sudah tidak lengkap lagi kak. Aku cuman punya bapak kak.
Mama udah gak ada lagi. Mama udah meninggal sejak dua tahun yang lalu karna
penyakit kanker kak.
2. Bagaimana hubungan Anda dengan orangtua (ayah dan ibu)?
Dulu waktu mama masih ada, aku sangat manja kak dan dengan bapak pun aku
dekat kak dan sampai sekarang aku masih dekat sama bapak kak.
3. Sudah berapa lama Anda kos?
Udah dua tahun kak
4. Adakah berpindah tempat kos selama Anda menempuh pendidikan di
Universitas Sumatera Utara?
Belum pernah kak.
5. Kegiatan sehari-hari Anda apa? Ada ikut organisasi?
Paling pulang kampus aku ngumpul-ngumpul sama teman kak trus pulang ke kos
kak
6. Anda tinggal berjauhan dengan orang tua, dalam arti Anda adalah anak kos.
Bagaimana cara Anda berhubungan dengan orangtua ketika Anda
berjauhan dengan orangtua?
Lumayan sering aku teleponan sama bapak kak trus sama adik-adikku kak sering
jug komunikasi
7. Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan orangtua Anda?
Lumayan sering lah kak.
8. Biasanya, hal apa saja yang paling sering Anda bicarakan dengan orangtua
Anda? Adakah hal- hal yang tidak sering dibicarakan?
Paling masalah kuliah, keadaan bapak, kerjaan bapak, keadaan rumah dikampung
kak, keadaan adik-adik
9. Apakah yang menjadi perbedaan pada saat Anda tinggal dengan orangtua
dengan Anda tidak tinggal dengan orangtua karena sedang menempuh
pendidikan di Universitas Sumatera Utara?
Jauh lebih mandiri kak.
10. Bagaimana kedekatan Anda dengan orangtua sesudah Anda berjauhan
dengan orangtua?
Dari dulu udah dekat si kak jadi sekarang pun sama aja.
11. Apakah orangtua tetap memberikan bimbingan ketika Anda berjauhan
dengan orangtua Anda?
Pasti lah kak
12. Apakah diantara Anda dengan orangtua Anda ada interaksi hubungan
timbal-balik?
Iya kak, aku juga sering telepon bapak kak. Aku kasian sama bapak kak karna
udah gak ada mama lagi kak.
13. Bagaimana peran orangtua Anda menjadi salah satu pengaruh yang
membentuk diri Anda sendiri ketika Anda pada saat ini berjauhan dengan
orangtua Anda?
Orangtua menjadi pengontrol diriku kak dalam melangkah kak
14. Apa alasan Anda memilih tempat tinggal sekarang?
Nyaman disini kak.
15. Bagaimana lingkungan Anda pada saat ini mempengaruhi Anda tentang diri
Anda sendiri?
Tidak terlalu mempengaruhi kak.
16. Bagaimanakah menurut Anda tentang diri Anda (konsep diri) sebelum
berjauhan dengan orangtua dan sesudah berjauhan dengan orangtua?
Apakah ada yang berbeda?
Aku jauh lebih mandiri dan lebih optimis untuk membuat keluargaku bangga
dengan ku kak apalagi aku mau buat bangga mama walaupun mama uda gak ada
lagi kak.
17. Menurut Anda, kedekatan Anda dengan orangtua lebih dekat sekarang atau
ketika Anda belum berjauhan dengan orangtua?
Lebih dekat sekarang kak
18. Kalau Anda mempunyai masalah, Anda cerita ke siapa setelah Anda
berjauhan dengan orangtua?
Ke bapak lah kak trus kadang cerita ke pacar juga kak.
19. Ketika Anda mempunyai atau menghadapi suatu masalah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah tersebut?
Aku selalu minta pendapat bapak ketika aku punya masalah dan selalu ingin
bapak memberikan solusi buatku dan aku selalu optimis dapat menyelesaikan
masalah itu kak.
20. Anda di kritik oleh orang-orang disekitar Anda mengenai diri Anda,
bagaimana Anda menyikapinya?
Itu memotivasiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik kak.
21. Ketika Anda berada diantara teman-teman Anda yang berbeda status sosial,
apa yang apa rasakan? Sikap apa yang Anda tunjukkan?
Kalau di kedokteran ini kak, banyak orang kaya tapi aku gak minder kok kak. Aku
tetap berteman baik dengan mereka.
22. Bagaimana sikap Anda menerima pujian atau penghargaan?
Senang dan bangga kak tapi orangtuaku mengajarkan aku untuk tetap rendah hati
kak.
23. Bagaimana sikap Anda ketika teman perkuliahan Anda mempunyai
kemampuan yang lebih dari Anda, apakah Anda pesimis atau optimis untuk
bersaing dengan teman-teman Anda tersebut?
Optimis dong kak bahkan memacu aku lagi untuk lebih menggali potensi diriku
kak.
24. Menurut Anda, pada saat ini bagaimanakah Anda menurut Anda sendiri?
Apakah berbeda dengan Anda dahulu?
Aku jauh lebih mandiri, optimis dan lebih sabar kak..