Komunikasi Antar Sel

24
Komunikasi antar sel merupakan bagian yang penting untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh dan untuk mempertahankan homeostasis. Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel, yaitu: wired system (komunikais melalui saraf atau listrik) dan non wired system (komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intrasel adalah komunikasi yang terjadi didalam sel. Komunikasi intra sel ini merupakan proses pengubahan sinyal didalam sel itu sendiri. Komunikasi listrik merupakan komunikasi yang cepat dengan hitungan mili detik. Informasi yang dihantarkan sepanjang sel saraf berbentuk potensial aksi. Penghantaran informasi dari sel saraf ke sel target berlangsung melalui sinaps, yang dikenal dengan transmisi sinap. Sedangkan komunikasi kimiawi berlangsung lebih lambat namun efeknya dapat berlangsung lebih lama. Komunikasi saraf dan komunikasi kimiawi dapat terjadi secara tumpang tindih. Beberapa zat kimia seperti neurotransmiter, hormon dan neurohormon tidak dapat menembus sel. Informasi yang akan dihantarkan harus diubah dahulu oleh protein membran sel ke sinyal kimia dialam sel, yang dikenal dengan transduksi sinyal. 1

description

komunikasi antara sel mata kuliah biologi sel

Transcript of Komunikasi Antar Sel

Komunikasi antar sel merupakan bagian yang penting untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh dan untuk mempertahankan homeostasis. Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel, yaitu: wired system (komunikais melalui saraf atau listrik) dan non wired system (komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intrasel adalah komunikasi yang terjadi didalam sel. Komunikasi intra sel ini merupakan proses pengubahan sinyal didalam sel itu sendiri.

Komunikasi listrik merupakan komunikasi yang cepat dengan hitungan mili detik. Informasi yang dihantarkan sepanjang sel saraf berbentuk potensial aksi. Penghantaran informasi dari sel saraf ke sel target berlangsung melalui sinaps, yang dikenal dengan transmisi sinap. Sedangkan komunikasi kimiawi berlangsung lebih lambat namun efeknya dapat berlangsung lebih lama.

Komunikasi saraf dan komunikasi kimiawi dapat terjadi secara tumpang tindih. Beberapa zat kimia seperti neurotransmiter, hormon dan neurohormon tidak dapat menembus sel. Informasi yang akan dihantarkan harus diubah dahulu oleh protein membran sel ke sinyal kimia dialam sel, yang dikenal dengan transduksi sinyal.

CARA KOMUNIKASI ANTAR SEL1. Komunikasi Langsung

Komunikasi langsung adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan yang lain. Gap junction, merupakan protein saluran khusus yang dibntuk oleh protein connexin. Enam connexin membentuk separuh saluran yang dikenal dengan connxon. Gabungan dua connexon membentuk kanal atau saluran penghuung antara dua sel yang sangat berdekatan. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang berhubungan.Gap junction tampaknya penting dalam penghantaran sinyal listrik antara dua sel yang berdekatan, seperti pada otot jantung, otot polos, hepar dan beberapa sel saraf. Gap junction juga diduga berperan penting dalam mengontrol pembelahan dan pertumbuhan sel.

Gambar 1. Komunikasi langsung antar sel

2. Komunikasi Lokal

Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan kecairan ekstra sel (intersisial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin). Dengan sinyal parakrin, substansi kimia dilepaskan dari satu sel secara difusi kedalam cairan interstisial akan mengaktifkan sel target yang berdekatan. Contoh sinyal parakrin adalah histamin yang merupakan zat yang dilepaskan oleh sel yang rusak. Jika kulit digoreskan dngan bend tajam, jaringan yang tergores (rusak) akan melepaskan histamin secara difusi ke kapiler disekitar jaringan yang tergores. Histamin yang dilepaskan akan mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas terhadap cair yang akan mengakibatkan cairan dipembuluh darah akan berkumpul diruangan intersisial, yang mengakibatkan kemerahan dan pembengkakan didaerah yang tergores. 3. Komunikasi Jarak Jauh

Komunikasi jarak jauh adalh komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel sara dan atau dengan sinyalkimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.

A. KOMUNIKASI LISTRIK

Daya tahan hidup sel bergantung paa kemampuan untuk mempertahankan komponen yang terdapat didalam sel yang komposisinya berbeda dengan diluar sel. Didalam sel banyak mengandung komponen untuk berbagai proses kehidupan, antara lain berbagai ion dan enzim yang mengendalikan seluruh proses kimia didalam sel. Ion yang utama adalah ion-ion K, Na, Ca, Mg dan Cl.

Komposisi ion didalam dan diluar sel berbeda. Didalam sel banyak terdapat ion K sedang diluar banyak ion Na. Enzim merupakan protein dan jumlahnya sangat banyak didalam sel, serta umumnya bermuatan negatif, sehingga merupakan komponen anion (A) didalam sel. Perbedaan komposisi ion didalam dan diluar sel diprtahankan oleh membran sel. Perbedaan kadar ion-ion tersebut menimbulkan selisih potensial antara intra dan antar sel yang besarnya sekitar -70 mV. Tanda minus menunjukkan bahwa didalam sel lebihnegatif. Karena potensial sebesar itu hanya ada pada saat sel dalam keasaan istirahat, maka potensial itu disebut sebagai potensial membran istirahat (resting membrane potential). Adanya perbedaan potensial menimbulkan adanya polarisasi. Pada membran sel yang terdiri dari lua lapisan lemak (lipid bilayer) banyak protein membran yang berfungsi antara lain sebagai reseptor-reseptor dan kanal-kanal ion.Reseptor

Reseptor merupakan protein yang berfungsi untuk mengikat ligand dan mengubah satu sinyal menjadi sinal yang lain. Reseptor ini terdapat pada intisel, sitoplasma dan protein intgral pada membran sel (reseptor membran). Reseptor membran adalah reseptor yang terletak pada membran sel terdiri dari: Ligand-Gated Channel

Integrin yang Berkaitan dengan sitoskeleton

Reseptor-Enzyme

G Protein Coupled Reseptor

Gambar 2. Reseptor membran

Gambar 3. Ligand-gated channelKanal Ion

Kanal ion berperan untuk mengatur pergerakan keluar masuknya ion-ion menembus membran sel. Pada dasrnya ada tiga tipe kanal ion:

Resting/Passive Ion ChannelsSecara normal terbuka pada sel istirahat. Terdapat diseluruh membran sel saraf.

Chemically Activated/Ligand-gated Ion Channels

Saluran ion ini umumnya dalam keadaan tetuutp dan akan diaktifkan oleh rangsang kimia seperti neurotransmit. Terdapat khususnya pada dendrit dan soma.

Voltage-Activated Ion ChannelKanal ion ini terbuka jika mendapat rangsangan listrik atau bila ada perubahan potensial (voltase). Kanal ion ini bertanggung jawab untuk pembentukan dan penghantaran potnsial aksi. Terdapat pada dendrit, akson dan soma.

Pembentukan Listrik Sel

Pada waktu sel saraf mendapat rangsang, baik rangsang kimia, mekanik, atau rangsang yang lain, kanal ion Na (voltage-gated Na Channels) terbuka yang mengakibatkan ion Na masuk kealam sel dengan membawa muatannya. Muatan positif Na ini akan menetralkan sebagian muatan negatif didalam sel, sehingga sel mengalami depolarisasi. Depolarisasi berarti berkurangnya selisih potensial antara intrasel dengan ekstrasel. Depolarisasi ini terus memicu pembentukan voltage-gated Na Channels yanga akan mengakibatkan makin banyak ion Na masuk kedalam sel, sehingga makin memperbesar depolarisasi. Makin besar depolarisasi akan makin memperbanyak pembukaan voltage-gated Na Channels, dan seterusnya. Hal ini merupakan siklus umpan balik positif yang dikenal dengan siklus Hodgkin.Gambar 4. Siklus Hodgkin

Pengaruh berbagai kekuatan rangsang terhadap respon sel atau jaringan saraf

Depolarisasi di berbagai tempat pada sel saraf berbeda-beda. Ada yang bersifat bergradasi dan tidak menjalar. Bergradasi (graded) artinya besar depolarisasi bergantung pada intensitas (kekuatan) rangsang. Semakin kuat rangsangannya, depolarisasi yang terjadi semakin besar dan sebaliknya semakin lemah rangsangannya, depolarisasi yang terjadi juga semakin kecil. Depolarisasi ini merupakan respon lokal terhadap rangsang.

Depolarisasi yang terjadi pada sel saraf biasanya tidak terjadi hanya pada satu tertentu saja, tetapi pada banyak tempat hal ini karena satu sel saraf tidak hanya menerima satu persarafan tetapi banyak. Depolarisasi di berbagai tempat ini akan di egrasikan sehingga terjadi penjumlahan depolarisasi itu. Bila jumlah depolarisasi di pangkal akson mencapai ambang tertentu yang disebut sebagai ambang letup (firing level), maka pada pangkal akson (axon hill) akan terjadi potensial aksi.

Potensial aksi adalah depolarisasi yang berlangsung sangat cepat. Gambaran kurvanya berbentuk khas lancip seperti paku, juga disebut potensial paku (spike potenti). Potensial aksi ini terjadi karena depolarisasi yang mencapai ambang itu memicu pembukaan kanal ion Na yang peka perubahan potensial (voltage-gated Na channel) yang menyebabk an ion Na di luar sel, masuk dalam jumlah besar secar pasif ke dalam sel. Potensial aksi ini terjadinya mengikuti hukum gagal atau tuntas (all none).

Depolarisasi yang sangat cepat ini disusul oleh repolarisasi yaitu mengembalikan kondisi sel ke keadaan istirahat dengan potensial membran sekitar 70 mV. Repolarisasi ini dicapai karena terbukanya voltage gated K channels, yang mengakibatkan ion K yang kadarnya jauh lebih tinggi di dalam sel keluar dari dalam sel, serta dikeluarkannya kembali ion Na dari dalam sel. Proses pengeluaran kembali ion Na dan pemasukan kembali ion K di perankan oleh protein membran yang berfungsi sebagai pompa Na-K. Dalam berfungsinya protein membran itu memecah ATP untuk memperoleh tenaga. Pompa tersebut juga dikenal dengan Na-K ATPase.

Proses penghantaran impuls pada susunan sel saraf

Kegiatan lirik sel diperankan oleh membran sel beserta struktur yang membangunnya. Membran sel memisahkan bagian dalam dengan bagian luar sel. Timbulnya potensial aksi hanya terjadi pada bagian kecil dari membran sel. Potensial aksi ini akan dihantarkan ke satu arah sepanjang akson sampai ujung akson. Hal ini disebabkan karena potensial aksi yang timbul pada daerah tersebut akan meningkatkan permeabilitas membran terhadan ion Na di daerah sebelahnya yang belum teransang.

Kecepatan hantar potensial aksi bergantung dari diameter sel saraf. Semakin besar sel saraf maka semakin cepat hantaran potensial aksi tersebut. Ada tidaknya selubung mielin juga mempengaruhi kecepatan hantar potensial aksi. Semakin lebar selubung mielin kecepatan hantar potensial aksi akan semakin cepat. Potensial aksi di pangkal akson akan menginduksi pembukaan kanal ion di nodus (takik) ranvier yang terdekat, sehingga di takik ranvier itu terjadi potensial aksi. Demikian selanjutnya potensial aksi di takik ranvier pertama akan menginduksi terjadinya potensial aksi di takik ranvier berikutnya, dan seterusnya, sehingga potensial aksi ini menjalar sampai di ujung akson. Dengan demikian potensial aksi itu menjalar secara meloncat-loncat dari satu takik ranvier ke takik ranvier berikutnya (salt ory conducti). Potensial aksi yang menjalar ini di sebut impuls.

Kecepatan hantar potensial aksi pada sel saraf ini dapat di ukur dengan menempatkan elektroda perangsang di salah satu bagian akson dan elektroda perekam pada bagian akson yang lain pada jarak tertentu. Dengan memberikan rangsang yang kaut melalui elektroda perangsang dan respon yang di timbulkannya direkam oleh elektroda perekam, waktu yang diperlukan dari rangsangan sampai dapt direkam dibagi dengan jarak antara elektroda perangsang dengan elektroda perekam adalah kecepatan hantar sel saraf tersebut.

Proses penghantaran impuls di sinaps dan neuromuskular-junction

Sinaps

Pemindahan impuls dari satu sel saraf atau sel yang lain terjadi melalui tempat khusus yang dikenal dengan sinaps. Sinaps terbentuk dari komponen ujung sel saraf sebelum sinaps (sel saraf pre sinaps) denagn bagian tertentu dari sel saraf sesudah sinaps (sel saraf pasca sinaps). Antara sel saraf pre sinaps dengan sel saraf pasca sinaps terdapat celah sinaps (synaptic cleft) yang berisi cairan ekstrasel dan merupakan tempat dilepaskannya neurotransmit dari ujung sel saraf pre sinaps. Penghantaran sinyal melaui sinaps ini dikenal dengan transmisi sinaps (sinaptic transmission).

Secara mikroskopik tampak adanya perbedaan bangunan dalam komponen pre sinaps dengan komponen pasca sinaps. Komponen pre sinaps mengandung banyak mitokondria dan gelembung atau vesikel berisi zat kimia penghantar yang disebut neurotransmit. Komponen pasca sinaps tidak mengandung vesikel neurotransmit namun banyak mengandung reseptor site yang khas untuk menagkap neurotrasmit dari sel saraf.

Transmisi sinaps dapat terjadi secara lirik yang dikenal dengan sinaps lirik (electrical sinapse) dan secara kimia yang dikenal dengan sinaps kimia (chemical sinapse). Secara mikroskopik struktur sinaps sendiri berbeda debgab sinaps kimia. Sinaps lirik tidak mempunyai vesikel neurotransmit pre sinaps maupun reseptor site post sinaps. Celah sinapsnya dapat sangant sempit, disebut gap junction, atau tidak ada, disebut tight junction. Impuls dipindahkan melalui proses lirik searah dari sel saraf pre sinaps ke sel saraf pasca sinaps. Penghantaran lirik ini dimungkinkan karena tahanan lirik membran pasca sinaps lebih rendah dari pre sinaps.Gambar 5. Sinaps

Gambar 6. Electrical sinaps

Gambar 7. Chemical Sinaps

Pemindahan impulas di sinaps kimia terjadi melalui proses kimia. Impulas yang tiba di ujung sel sarafpresinaps menyebabkan peningkatan permeabilitas membrane sel terhadap ion Ca di active zona ujung sel saraf. Perubahan ini menyebabkan banyaknya ion Ca masuk kadalam ujung sel saraf. Ion Ca ini akan menginduksi pemecahan vesikel neurotransmitter ke celah sinaps. Neurotransmiter kemudian ditangkap dan bereaksi dengan reseptor yang spesifik di membran sel saraf pascasinaps. Reaksi ini menyebabkan perubahan tata listrik sel saraf pascasinaps (postsynaptic potential). Perubahan ini dapat secara langsung jika reseptornya merupakan bagian dari kanal ion tertentu. Dapat juga secara tidak langsung melalui pembewa pesen kedua (second messeger) jika reseptornya bukan merupakan bagian dari kanal ion tertentu.Nasib neurotransmiter setelah dilepaskan ke celah sinaps

Neurotransmiter yang dilepaskan ke celah sinaps akan mengalami:

1. ditangkap oleh reseptornya di membran pascasinaps,

2. masuk di pembuluh darah untuk ikut dalam aliran darah,

3. masuk kedalam sel glia disekitar sel presinaps,

4. dipecah oleh enzim yang sesuai,

5. direuptake ke dalam sel presinaps.

Neuromuscular junction

Penghantaran impuls dari sel saraf ke serat otot terjadi melalui proses yang terjadi pada hubungan sel saraf dengan serat otot, yang dikenal dengan neuromuscular junction. Ujung sel saraf yang mempersarafi serat otot akan kehilangan selubun mielinnya dan bercabang-cabang untuk membentuk seperti terminal botton. Komponen presinaps yang melebar disebut end-feet dan komponen pascasinapsnya disebut motor end-plate, yang merupakan penebalan dari membran sel otot dan berlekuk-lekuk.

End-feet mengandung vesikel neurotransmiter dan terletak mengikuti lekuk-lekuk motor end-plate. Bagian motor end-plate yang terletak tepat dibawah end-feet membentuk lipatan-lipatan sejajar yang disebut palisade. Pada tempat ini terdapat reseptor yang spesifik dengan neurotransmiter yang dilepaskan end-feetnya. Satu sel saraf akan membentuk hubungan dengan satu atau lebih serat otot yang disebut motor unit.

Pemindahan impuls melaui neuromuscular junction ini mirip dengan pemindahan impuls di sinaps. Impuls yang tiba di ujung sel saraf akan menyebabkan masuknya ion Ca kedalam sel akibat terbukanya kanal ion Ca oleh rangsang listrik (voltage-gated calcium channels). Ion Ca ini membantu pelepasan neurotransmiter dari vesikel melalui eksositosis. Neurotransmiter yang dilepaskan adalah asetilkolin. Asetilkolin masuk ke dalam celah sinaps dan berikatan serta bereaksi dengan reseptornya pada motor end-plate. Reaksi ini akan mengaktifkan kanal Na dan kanal ion K. Dengan masuknya ion Na dan keluarnya ion K, terjadilah depolarisasi end-plate yang disebut end-plate potential (EPP). Bila EPP cukup basar maka membran sel otot disekitar end-plate akan terdepolarisasi sampai mencapai ambang letup dan timul potensial aksi. Potensial aksi yang terbentuk akan menjalar sepanjang sel otot, yang akan memulai peristiwa kontraksi serat otot.

Eksositosis neurotransmiter dari ujung saraf sel presinaps baik di sinaps maupun hubungan saraf otot tidak hanya disebabkan oleh adanya impuls saraf. Ternyata tanpa impuls saraf neurotransmiter tetap dilepaskan dalam jumlah sedikit. Depolarisasi yang dihasilkan kecil sekali dan disebut miniatur postsinaptc potential pada sinaps atau miniatur end-plate pada hubungan saraf otot.

Pengaturan Panghantaran SinapsPenghantaran sinaps akan mengalami perlambatan karena diperlukan waktu untuk melintasi sinaps. Ini disebabkan oleh proses pengubahan sinyal yang terjadi di sinaps dan membran pascasinaps. Semakin banyak rangkaian sinaps yang terbentuk, akan semakin lambat transmisi sinaps. Hal ini juga berpengaruh pada respon yang akan ditimbulkan.

Hubungan sel saraf presinaps dan sel saraf pascasinaps dapat memungkinkan pengaturan atau modulasi kegiatan sinaps. Hubungan tersebut dapat berbentuk susunan divergen bila akson presinaps bercabang-cabang dan membentuk sinaps dengan beberapa sel saraf pasca sinaps. Susunan konvergen terjadi bila akson dari beberapa sel saraf presinaps membentuk sinaps dengan satu sel saraf pacasinaps.

Susunan hubungan sel saraf ini dapat menimbulkan penjumlahan atau sumasi, dapat sumasi ruang (spatial summation), sumasi waktu (temporal summation) atau dapat juga menimbulkan oklusi. Sumasi ruang terbentuk jika beberapa sel saraf presinaps bersamaan merangsang dan menimbulkan efek yang lebih besar pada sel saraf pascasinaps. Sumasi waktu terjadi jika rangsangan sel saraf presinaps diberikan atau diterima sel saraf pascasinaps secara berurutan sebelum rangsang sebelumnya berakhir. Sedangkan oklusi terjadi bila rangsangan sel saraf presinaps berikutnya pada sel saraf pascasinaps merupakan inhibisi sehingga akan mengakibatkan hiperdepolarisasi sel saraf pacasinaps.

Jika rangsangan dalam bentuk potensial aksi di sel saraf presinaps diberikan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kanal ion Ca terbuka dalam waktu yang lama pula. Keadaan ini akan meningkatkan kegiatan siklik AMP di dalam sel yang akan memfosforilasi salah satu grup kanal K, sehingga kanal ion K tertutup, akibatnya repolarisasi melambat dan potensial aksi memanjang. Peristiwa ini dikenal dengan fasilitasi.

Kegiatan penghantaran sinaps dapat juga diatur oleh penghambatan atau inhibisi presinaps maupun inhibisi pascasinaps. Inhibisi pascasinaps dapat terjadi jika perangsangan presinaps akan menimbulkan hiperpolarisasi di pascasinaps sehingga terjadi hambatan untuk menimbulkan potensial aksi di pascasinaps. Penghambatan ini disebut inhibisi langsung. Penghambatan tak langsung jika penghambatan presinaps terjadi selama hiperpolarisasi ikutan di pascasinaps.

Penghambatan presinaps biasanya terjadi akibat penurunan jumlah neurotransmiter yang dilepaskan karena adanya hambatan dari sel saraf lain yang bersinaps pada sel saraf presinaps atau pelepasan neurotransmiter yang bersifat penghambat. Dengan demikian depolarisasi yang terbentuk di pascasinaps kecil.

Hambatan lain dapat terjadi bila terdapat kolateral pada akson yang bersangkutan. Kolateral akson suatu neuron melalui suatu interneuron penghambat yang dikenal dengan sel Renshaw, akan kembali bersinaps pada soma neuron tersebut. Impuls yang dibentuk neuron tersebut merangsang sel Renshaw yang kemudian menghambat impuls neuron itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penghantaran sinaps dan hubungan saraf-otot dalam

Reseptor di sinaps mempunyai fungsi untuk mengidentifikasi atau mendeteksi neurotransmiter spesifik dan mengaktifkan kegiatan sel efektor. Berdasarkan efek reseptor terhadap kanal ion sel efektor, dapat dibagi menjadi reseptor ionotropik dan metabotropik. Reseptor ionotropik akan langsung mengaktifkan kanal ion. Sedangkan reseptor metabotropik akan mengaktifkan kanal ion secara tidak langsung. Reseptor metabotropik ini dapat dibagi menjadi: G protein-coupled receptors dan reseptor tirosin kinase.

G protein-coupled receptors memerlukan protein lain untuk mengaktifkan efektornya. Efektornya adalah enzim yang menghasilkan second messenger. Second messenger ini akan memicu tahapan proses biokimia dengan mengaktifkan enzim protein kinase tertentu yang akan memfosforilasi berbagai protein dalam sel atau dengan memobilisasi ion Ca intrasel. Yang termasuk dalam reseptor ini adalah asetilkolin muskarin, GABAB, glutamat, serotonin, nuropeptida, odoran dan rodopsin.

Gambar 8. Reseptor ionotropik

Gambar 9. Reseptor MetabotropikReseptor tirosin kinase merupakan enzim yang memfosforilasi protein tirosin sendiri atau protein lain pada residu tirosin. Fosforilasi dari reseptor ini akan berikatan dan mengaktifkan protein lain termasuk kinase yang lain yang akan mengaktifkan kanal ion. Reseptor ini diaktifkan oleh hormone, factor pertumbuhan dan neuropeptida.

B. KOMUNIKASI KIMIA

Komunikasi antar sel dan zat kimia ini dapat berlangsung dengan mensekresi zat kimia tertentu. Ada empat tipe zat kimia yang biasa digunakan sel untuk berkomunikasi dengan sel targetnya, yaitu: autokrin, parakrin, neurotransmitter, hormone atau neurohormon. Zat-zat kimia ini disintesa khusus oleh sel tertentu untuk menjawab rangsangan yang bekerja melalui reseptor tertentu pada sel targetnya. Zat kimia ini juga dikenal dengan ligan.

Autokrin adalah zat kimia yang disekresikan atau dilepaskan oleh sel yang akan mempengaruhi kegiatan sel itu sendiri, dan parakrin jika mempengaruhi sel yang berdekatan. Neurotranmiter adalah zat kimia yang dihasilkan oleh ujung-ujung sel saraf dan dilepaskan kedalam celah hubungan antar sel saraf (sinaps). Jika zat kimia tersebut dihasilkan dari klenjar khusus yang tidak mempunyai saluran tetapi dilepaskan langsung kealam sirkulasi darah dikenal dengan hormon. Jika hormon tersebut disekresikan oleh sel-sel saraf dikenal dengan neurohormon.Berikut beberapa zat kimia penting lain yang berfungsi untuk komunikasi antar sel:

Neuromodulators: dapat sebagai parakrin dan autokrin yang disekresikan oleh sel saraf.

Sitokines

: peptida pengatur yang biasanya bekerja pada sel dekat dengan tempat diekskresikannya.

Eikosanoids

: parakrin golongan lipid, berperan penting pada proses inflamasi dan respon alergi. Terdiri dari prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien.

Tergantung strukturnya, zat kimia tersebut ada yang mudah menembus membran sel dan ada pula yang sukar sehingga harus dibantu oleh protein perantara di membran sel. Zat kimia yang sukar menembus membran akan diikat oleh protein khusus yang dikenal dengan reseptor spesifik yang terdapat dimembran sel, sitoplasma atau nukleus. Ikatan ini akan memicu tahapan perubahan pada sel yang akan mengakibatkan efek fisiologis suatu sel.

Transduksi Sinyal

Pengubahan sinyal didalam sel dapat terjadi sebagai berikut:

1. Sinyal molekul ekstra sel berikatan dan mengaktifkan protein atau glikoprotein membran sel. Molekul protein yang diikat reseptor akan mengaktifkan: protein kinase, enzim penguat yang akan menggiatkan second messengers.2. Mengubah kegiatan enzim, khususnya protein kinase, meningkatkan ion kalsium intra sel, dan menggiatkan kanal ion tertentu.

DAFTAR RUJUKANIssoegianti. 1993. Biologi Sel. Jogjakarta : Gadjah Mada University PressReksoatmodjo,Issoegianti.1993. Biologi Sel . Yogyakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan derektorat jenderal pendidikan tinggi proyek pembinaan dan peningkatan mutu tenaga pendidikan.

Yatim, wildan. 1987. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsito

http://www.Biosel\\DisplayNews.aspx.htmhttp://www. Belajar Biologi Jadi Lebih Asyik! june -5d.htmhttp--pkukmweb_ukm_my-~ahmad-kuliah-kripto-nota-kkriptohttp:// www. Blog Biologi ~ Belajar Biologi Jadi Lebih Asyik! B_ Susunan Kimiawi Sel August 2007.htm

PAGE 9