KOLESISTITIS BARU
-
Upload
niekend-ach -
Category
Documents
-
view
121 -
download
5
Transcript of KOLESISTITIS BARU
ASUHAN KEPERAWATAN
CHOLESISTITIS
(Untuk memenuhi tugas sistem pencernaan )
Dosen : Heni Purwaningsih ,S.Kep.,Ns
.
Disusun oleh :
Kelompok 2 :
Niken Pratiwi (010111a084 )
Mayadi ( 010111a )
Tika Febriyati (010111a115 )
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul :
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Cholesistitis”
Dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT.
2. Ibu Heni Purwaningsih ,S.Kep.,Ns sebagai dosen mata kuliah keperawatan sistem
pencernaan sekaligus pembimbing makalah ini
3. semua pihak yang telah membantu terhadap kelancaran dan penyelesaian makalah ini.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah dengan
sebaik-baiknya.Namun penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran ilmu keperawatan
khususnya, dan pendidikan pada umumnya.
Ungaran, 20 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Bab II Konsep Dasar Teori
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2.3 Manifestasi klinis
2.4 Patofisiologi
2.5 Komplikasi
2.6 Pengobatan
2.7 Pencegahan
2.8 Pemeriksaan diagnostic
2.9 Penatalaksanaan
Bab III Konsp Dasar asuhan Keperawatan
4.1 Pengkajian
4.2 Diagnosa
4.3 Intervensi
4.4 Implementasi
4.5 Evaluasi
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa kelainan mempengaruhi sistem bilier dan mempengaruhi drainase empedu yang
normal kedalam duodenum. Penyakit kandung empedu merupakan kelainan pada sisitem
bilier, kelainan ini mencakup karsinoma yang menyumbat percabangan bilier. Kolesistitis
adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung empedu
menyebabkan nyeri tekan, dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas yang disertai
dengan gejala mual serta muntah. Colesistitis adalah reaklsi inflamasi dinding kandung
empedu yang disertai dengan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas (Syaifoellah
Noer,1999). Pada kelainan bilier tidak semua kejadian infeksi pada kandung empedu
(kolesistitis) berhubungan dengan batu empedu (kolelitiasis) namun lebih dari 90%
penderita kolesistitis akut menderita batu empedu.
Epidemiologi batu empedu di Amerika Serikat cukup tinggi sekitar 10-20% orang
dewasa (± 20 juta orang). Setiap tahunnya bertambah sekitar 1–3 % kasus baru dan
sekitar 1–3% nya dari penderita kandung empedu menimbulkan komplikasi . Kira – kira
500.000 orang yang menderita simptom batu empedu atau batu empedu dengan
komplikasi dilakukan kolesistektomi. Batu empedu bertanggung jawab pada 10.000
kematian per tahun. Di Amerika Serikat, ditemukan pula sekitar 2000–3000 kematian
disebabkan oleh kanker kandung empedu dan sekitar 80% dari kejadian penyakit batu
empedu disertai dengan kolesistitis kronik. Sedangkan, epidemiologi di Indonesia belum
dapat diketahui. Pada kelainan bilier tidak semua kejadian infeksi pada kandung empedu
(kolesistitis) berhubungan dengan batu empedu (kolelitiasis) namun lebih dari 90%
penderita kolesistitis akut menderita batu empedu. Akan tetapi, kebanyakan diantara 15
juta orang Amerika yang memiliki batu empedu tidak merasa nyeri dan tidak menyadari
adanya batu tersebut. Batu empedu tidak lazim di jumpai pada anak-anak dan dewasa
muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun.
Umumnya kolesistitis sangat berhubungan dengan kolelithiasis. Kolesistitis dapat terjadi
sebagai akibat dari jejas kimiawi oleh sumbatan batu empedu yang menjadi predisposisi
terjadinya infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya ketidakseimbangan komposisi
empedu seperti tingginya kadar garam empedu atau asam empedu, sehingga menginduksi
terjadinya peradangan akibat jejas kimia.
Kolesistektomi adalah tindakan pilihan untuk pasien dengan batu empedu multipel/besar
karena berulangnya pembentukan batu secara simtomatologi akut atau mencegah
berulangnya pembentukan batu. Pendekatan lain yaitu dengan kolesistektomi dini.
Keadaan umum dperbaiki dan sepsis diatasi dengan pemberian antibiotik seperti yang
dilakukan pada pengobatan konservatif, sambil memastikan diagnosis memperbaiki
keadaan umum, dan mengatasi penyakit penyerta seperti pankreatitis. Setelah 24-48 jam,
keadaan penderita umumnya lebih baik dan infeksi telah dapat diatasi. Tindak bedah dini
yang dapat dilakukan dalam 72 jam pertama perawatan ini memberikan keuntungan
karena mempersingkat masa rawat di rumah sakit sampai 5-7 hari, dan mempersingkat
masa sakit sekitar 30 hari. (Sjamsuhidajat Jong, 2003 : 579).
1.2 Tujuan
1 Tujuan umum
Mengidentifikasi konsep kolisistitis dan asuhan keperawatan yang dapat
diterapkan pada kasus kolisistitis
2. Tujuan kusus
1. Menjelaskan tentang anatomi fisiologi kandung empedu
2. Menjelaskan tentang konsep kolisistitis
3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus kolisistitis
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi
akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
panas badan.Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitu kolesistitis akut serta kronik.
(Dr. Suparyanto, M.Kes 2009)
Kolesistitis sering disebabkan cholelithiasis (kehadiran choleliths, atau batu
empedu, di kandung empedu itu), dengan choleliths paling sering memblokir saluran
cystic langsung. Hal ini menyebabkan inspissation (penebalan) dari empedu , empedu
stasis , infeksi sekunder dan organisme usus, terutama E. coli and Bacteroides species.
(Suzanne C. smeltzer dan Brenda G. bare. 2001 : 2004)
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kolesistitis adalah statis cairan empedu, infeksi kuman
dan iskemia dinding kandung empedu. Bagaimana stasis di duktus sistitis dapat
menyebabkan kolesistitis dalam belum jelas. Banyak factor yang berpengaruh seperti
kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak
lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Selain factor-faktor di atas kolesistitis dapat terjadi juga pada pasien yang dirawat
cukup lama dan mendapat nutrisi secara parentesal pada sumbatan karena keganasan
kandung empedu, batu disaluran emepedu atau merupakan salah satu komplikasi
Colesistitits
2.3 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala untuk kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas serta
kenaikan panas tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak / scapula kanan
dan dapat berlangsung selama 60 menit tanpa reda. Pada pemeriksaan fisi teraba masa
kandung empedu, nyeri tekan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
leukosistesis serta kemungkinan peninggalan serum transaminase dan fostatase
alkali.penyakit lain seperti demam tipoid dan IOM (Prof. dr. H.M. Sjaifaoellah Noer).
Sedangkan untuk kolesistitis kronik gambaran klinis mirip keadaan akut, yaitu nyeri
perut kanan atas, kolik bilier, atau hanya rasa tidak enak di epigastrium, terdapat
demam ringan dan hiperbilirubinemia ringan , mual, muntah dan tidak tahan makanan
berlemak (arir Mansjoer,2009).
2.4 Pathofisiologi
Ada 2 tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan
batu yang terutama tersusun dari kolesterol.
Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak
terkontinyugasi dalam emepdi mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi
batu. Batu ini bertanggung jawab atas sepertiga dari pasien-pasien batu empedu di
Amerika Serikat. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien
sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan
harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
Batu kolesterol bertanggung jawab atas sebagian besar kasus yaitu empedu
lainnya di Amerika Serikat. Kolesterol yang merupakan unsure normal pembentuk
empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam
empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita
batu empedu akan terjadi penurunan sintosis asam empedu dan peningkatan sintesis
kolesterol dalam hati : keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh
kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk
batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk
timbulnya batu empedu dan berperan sebagai irisan yang meyebabkan peradangan
dalam kandung empedu.
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu
dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air
dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat katup
Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis
empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu. Jika pengobatan tertunda atau
tidak tersedia, dalam beberapa kasus kandung empedu menjadi sangat terinfeksi dan
bahkan gangren. Hal ini dapat mengakibatkan keracunan darah (septikemia), yang
sangat serius dan dapat mengancam hidup. mungkin komplikasi lain termasuk:
kantong empedu dapat perforasi (pecah), atau fistula (saluran) bisa terbentuk antara
kandung empedu dan usus sebagai akibat dari peradangan lanjutan.
2.5 Komplikasi
1. Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan
usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung
empedu.
2. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke
dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu
empedu atau oleh peradangan.
3. Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin
telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan
batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).
2.6 Pengobatan
Batu empedu yang hadir tanpa gejala biasanya tidak memerlukan intervensi medis.
Dalam kasus tertentu (seperti pembedahan perut untuk kondisi lain), pengangkatan
kandung empedu dapat dipertimbangkan untuk orang yang berisiko tinggi komplikasi
batu empedu. Pengobatan tergantung pada ukuran dan lokasi batu empedu, tetapi
mungkin termasuk:
1. Dietary modifications – Membatasi atau menghilangkan makanan berlemak
seperti produk susu
2. Surgery – untuk menghapus seluruh kandung empedu, atau batu dari saluran
empedu. Sekitar delapan dari 10 kasus menunjukkan gejala batu empedu akan
membutuhkan operasi. Prosedur mencakup ‘lubang kunci’ (laparoskopi) operasi
dan bedah perut (laparotomi), dimana kandung empedu diangkat melalui sayatan
di perut.
3. Lithotripsy – Penggunaan mesin atau alat khusus untuk menghasilkan
soundwaves untuk menghancurkan batu. Pengobatan ini digunakan di pusat-pusat
tertentu saja, untuk minoritas orang dengan batu-batu kecil dan lembut.
4. Medications – Beberapa obat dapat melarutkan batu empedu, tetapi pengobatan
ini hanya jarang diberikan, karena efek samping dan tingkat keberhasilan variable
2.7 Pencegahan
Jika Anda telah memiliki batu empedu, Anda perlu membatasi makanan
berlemak dan memperbanyak makanan berserat, karena serat dapat mencegah
pembentukan batu empedu lebih lanjut.
Bila Anda kelebihan berat badan, menurunkan berat badan secara bertahap
sangat pentinguntuk mencegah dan meminimalkan keluhan batu empedu.
Tidak mengudap sebelum tidur. Makanan kecil sebelum tidur dapat
menaikkan garam empedu dalam kandung empedu.
Membiasakan minum kopi dan makan kacang-kacangan. Selain berbagai
manfaat lainnya, ada beberapa bukti bahwa kopi bisa mengurangi risiko
mengembangkan batu empedu, setidaknya pada orang berusia 40 hingga 75
tahun. Dalam sebuah studi pengamatan yang melacak sekitar 46.000 dokter
laki-laki selama 10 tahun, mereka yang minum dua sampai tiga cangkir kopi
berkafein setiap hari mengurangi risiko pengembangan batu empedu sampai
40%. Dalam studi lain, konsumsi kacang tanah atau kacang-kacangan lainnya
juga berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk kolesistektomi.
(American Journal of Clinical Nutrition vol 80, no. 1, hal 76-81).
2.8 Pemeriksaan diagnostic
1) Laboratorium
Da darah lengkap : lekositosis sedang ( akut), Bilirubin dan amilase serum meningkat,
enzim hati serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak meningkat, alkali fosfat dan
5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi bilier.
Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan
absorbsi vitamin K.
2) USG
Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu dan atau duktus empedu.
3) Kolangiopankreatografi Retrograd Endoscopik
Memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui
doedonum.
4) Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
Pembedaan gambaran dengan fluroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker
pangkreas (bila ikterik ada)
5) Kolesistogram (untuk kolesistitis kronis)
Menyatakan batu pada sistim empedu. Catatan : kontra indikasi [pada kolesistitis karena
pasien lemah untuk menelan zat lewat mulut)
6) CT scan
Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan membedakan
antara ikterik obstruksi/non obstruksi
7) Scan Hati (dengan zat radio aktif)
Menunjukkan obstruksi perrcabangan bilier.
8) Foto abdomen (multiposisi)
Menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikassi dinding atau
pembesaran kandung empedu.
9) Foto Dada :
Menunjukkan pernafasan yang menyebabkan nyeri
2.9 Penatalaksanaan
a. Diet cair rendah lemak, tidak menimbulkan gas
b. Bed rest
c. Hidrasi cairan infus
d. Pengisapan nasogastrik, dekompresi lambung, dan puasa bila terjadi ilius.
e. Analgesik
f. Antibiotiks
g. Farmakoterapi
h. Bila gagal dengan pengobatan konservatif atau terdapat toksemia yang progresif, perlu
dilakukan kolesistektomi. Hal ini perlu untuk mencegah komplikasi. Sebaiknya
kolesistektomi dikerjakan pula pada serangan yang berulang- ulang.
BAB IV
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWAAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Pengkajian meliputi ;
a. Intake nutrisi.
1) Kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak.
2) Mual.
3) Muntah.
4) Dyspepsia.
b. Kenyamanan.
Kaji adanya nyeri pada perut kanan atas dan sering menjalar ke bahu kanan.
c. Intake cairan.
1) Kaji kebiasaan masukan cairan (berapa gelas / hari).
2) Lihat adanya kehilangan cairan lewat muntah.
3) Pembatasan masukan.
d. Pengetahuan pasien tentang penyakit.
1) Pengertian pasien tentang penyakit.
2) Sejauh mana pasien tahu mengenai penyakitnya.
3) Usaha – usaha / pengobatan yang telah dilakuakan.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji keadaan umum pasien
2) Kaji kondisi fisik pasien
3) Kaji adanya nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu
kanan, mual dan muntah, gelisah dan kelelahan. Palpasi pada organ hati, limpa, ginjal,
kandung kencing untuk memeriksa ada atau tidaknya pembesaran pada organ tersebut
4) Integumen : periksa ada tidaknya oedem, sianosis,icterus, pucat, pemerahan
luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan atas.
5) Kaji perubahan gizi-metabolik: penurunan berat badan, anoreksia, intoleransi
lemak, mual dan muntah, dispepsia, menggigil, demam, takikardi, takipnea, terabanya
kandung empedu.
6) Ekstremitas : Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan
f. Pemeriksaan Penunjang
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
1) Nyeri b/d proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia
jaringan/nekrosis
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d dispensi dan hipermortilitas gaster,
gangguan proses pembekuan darah, peningkatan metabolisme
3) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,
muntah, gangguan pencernaan lemak,dispepsi, intake yang tidak adekuat
4.3 Intervensi
1) Nyeri b/d proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia
jaringan/nekrosis
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas
distraksi, skala nyeri mengalami penurunan, tanda vital dalam batas normal.
NO INTERVENSI RASIONAL
Observasi dan catat lokasi,
beratnya (skala1-10) dan
karakteristik nyeri (menetap,
hilang
Membedakan penyebab nyeri dan
memberikan informassi tentang
kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi dan keefektifan intervensi.
NO INTERVENSI RASIONAL
timbul, kolik)
Catat respon terhadap obat dan
laporkan pada dokter bila nyeri
hilang
Nyeri berat yang tidak hilang dengan
tindakan rutin dapat menun jukkan
terjadinya komplikasi/ kebutuhan
terhadap intervensi lebih lanjut
Tingkatkan tirah baring, biarkan
pasien melakukan posisi yang
nyaman
Tirah baring pada posisi fowler rendah
menurunkan tekanan intraabdomen :
namun pasien akan melakukan posisi
yang menghilangkan nyeri secara
alamiah
Dorong penggunaan teknik
relaksasi,contoh
bimbingan imajinasi, visualisasi,
latihan nafas dalam
Meningkatkan istirahat, memusatkan
kembali perhatian dan dapat
meningkatkan koping
Kolaborasi :
Pertahankan status puasa, pasang
NGT dan penghisapan NG sesuai
dengan indikasi
b. Berikan obat sesuai indikasi :
anti biotik, anti kolinergik, sedatif
seperti phenobarbital, narkotik
seperti meperidin hidoklorida.
Siapkan pasien untuk
tindakan/prosedur:
Endoskopi papilotomi
(pengangkatan batu duktus)
Syok gelombang ekstrakorporeal
litotripsi (ESWL)
Membuang sekret gaster yang
merangsang pengeluaran kolesistokinin
dan erangsang kontraksi kandung
empedu
Anti biotik mengobati proses infeksi.
Antikolinergik
menghilangkanspasme/kontraksi otot
halus dan membantu menghilangkan
nyeri. Sedatif meningkatkan istirahat dan
relaksasi otot. Narkotikmenurunkan
nyeri hebat
NO INTERVENSI RASIONAL
Endoscopi sfingterotomi
Intervensi bedah
Penobatan dengan dengan gelombang
syok diindikasikan bila pasien
mengalami gejala ringan atau sedang,
batu kolesterrol pada kandung empedu
0,5 mm atau lebih besar dan tak ada
obstruksi traktus bilier. Tergantung pada
mesin yang digunakan, pasien akan
duduk pada tangki air atau tidur
tengkurap pada tempat yang berisi air.
Pengobatan memerlukan waktu 1-2 jam
dan 75%-95% berhasil
Prosedur dilakukan untuk memperlebar
mulut duktus koledukus dimana bagian
ini mengosongkan duodenum. Prosedur
ini dapat juga termasuk pengambilan
batu manual dari duktus dengan
keranjang kecil atau balon pada akhir
endoscopi. Batu harus lebih kecil dari
15mm.
Kolesistektomi dapat diindikasikan
sehubungan dengan ukuran batu dan
derajat kerusakan jaringan/adanya
nekrosis
b. ) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d dispensi dan hipermortilitas gaster,
gangguan proses pembekuan darah, peningkatan metabolisme
Tujuan : Keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil : Tanda vital dalam batas normal, mukosa membran lembab, turgor kulit
baik, pengisian kapiler baik, produksi urine cukup, tidak ada muntah.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Observasi intake dan output, kaji
menbran mukosa, observasi
tanda-tanda vital
Memberikan informasi tentang status
cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan
penggantian
2 Observasi tanda-tanda
berlanjutnya mual dan miuntah,
kram abdomen, kelemahan,
kejang ringan, tacikardi,
hipoaktif, bising usus lemah atau
tidak ada, depresi pernafasan
Muntah berkepanjangan, aspirasi gaster,
dan pembatasan pemasukan oral dapat
menimbulkan defisit natrium, kalium dan
klorida
3 Ciptakan lingkungan yang bersih
dan nyaman dan tidak berbau
Menurunkan ragsangan pada pusat syaraf
4 Oral hygiene Menurunkan kekeringan membran
mukosa dan menurunkan resiko
perdarahan
5
6
Kaji perdarahan yang tidak
biasanya seperti
perdarahan terus menerus pada
lokasi injeksi, epitaksis,
perdarahan gusi, ptekie,
hematemesis, melena
Kolaborasi :
a. Pasang NGT, hubungkan ke
penghisapan dan pertahankan
patensi sesuai indikasi
b. Antiemetik
Protombim darah menurun dan waktu
koagulasi memanjang bila aliran empedu
terhambat, meningkatkan resiko
perdarahan
Menurunkan sekresi dan motilitas gaster
NO INTERVENSI RASIONAL
c. Kaji ulang pemeriksaan lab
seperti Ht/Hb, elektrolit, FH
d. Berikan cairan IV, elektrolit, dan
vitamin K
Menurunkan mual dan mencegah muntah
Membantu dalam evaluasi volume
sirkulasi, mengidentifikassi defisit dan
mempengaruhi pilihan intervensi atau
penggantian/koreksi
Mempertahankan volume sirkulasi dan
memperbaiki ketidakseimbangan
c. ) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,
muntah, gangguan pencernaan lemak,dispepsi, intake yang tidak adekuat
Tujuan : Masalah nutrisi tidak menjadi aktual
Kriteria hasil : Mual dan muntah hilang, berat badan tidak turun
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji distensi abdomen, sering
bertahak, berhati-hati, menolak
bergerak
Tanda non verbal ketidaknyamanan
berhubungan dengan gangguan
pencernaan, nyeri gas
2 Hitung intake kalori Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
nutrisi
3 Timbang BB Mengawasi keefektifan rencana diet
4 Kaji makanan kesukaan, makanan
yang menyebabkan distres, dan
jadwal makan yang disukai
Melibatkan pasien dalam perencanaan,
memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan
5 Oral hygiene sebelum makan
Ambulasi dan tingkatkan aktifitas
Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan
NO INTERVENSI RASIONAL
6
7
sesuai toleransi
Kolaborasi :
a. Konsultasi dengan ahli gizi sesuai
indikasi
b. Mulai diet cair rendah lemak
setelah NGT dilepas.
c. Tambahkan diet sesuai toleransi
biasanya rendah lemak tinggi
serat, batasi makana yang banyak
mengandung gas
d. Berikan garam empedu seperti
biliron : zanchol : asam
dehidrokolik (decholin) sesuai
indikasi
e. Lab BUN, alb, protein serum,
kadar transverin
Membantu dalam mengeluarkan flatus,
penurunan distensi abdomen,
mempengaruhi penyembuhan dan rasa
sehat dan menurunkan kemungkinan
masalah sekunder sehubungan
imobilisasi seperti pneumonia,
tromboflebitis.
Berguna dalam membuat kebutuhan
nutrisi individu melalui rute yang tepat
Pembatasan lemak menurunkan
rangsangan pada kandung empedu dan
nyeri sehubungan dengan tidak semua
lemak dicerna
Mmenuhi kebutuhan nutrisi dan
meminimalkan rangsangan pada kandung
empedu
Meningkatkan pencernaan dan absorbsi
lemak, vitamin larut lemak, kolesterol.
Bergna pada kolesistitis kronis.
NO INTERVENSI RASIONAL
Memberi informasi kekurangan nutrisi
/keefektifan terapi
4.4 Implementasi
Menurut Doenges (2000) Implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi –
intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen (1998) komponen dalam
tahap implementasi meliputi tindakan keperawatan mandiri, kolaboratif, dokumentasi, dan
respon pasien terhadap asuhan keperawatan
4.5 Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai akhir yang ditetapkan yaitu
meliputi
1) Klien merasa nyaman dan nyeri berkurang
2) Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3) Tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
4) Tidak terjadi komplikasi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kolesistitis adalah radang pada kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi
akut dinding kandung empedu disercal keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri tekan dan
panas badan.
Kolesistitis dapat disebabkan oleh statis cairan empedu infeksi kuman dan iskemia
dinding kandung empedu, penyebab lainnya sepertu kepekatan cairan empedu, kolesterol,
lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu.
5.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari – hari. Dan untuk
para tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education
dalam pencegahan kolesistitis.
DAFTAR PUSTAKA
-Dr. H. Y. Kuncara Aplikasi klinis patofisiologi: Pemeriksaan dan manajeme, edisi 2: 2009;
Buku kedokteran EGC
- Sanders G, Kingsnorth AN ; Batu empedu. BMJ. BMJ. 2007 Aug 11;335(7614):295-9.
2007 Agustus 11; 335 (7614) :295-9.
- Gladden D, Migala A et al. ; Cholecystitis eMPearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
-Smeltzer, Suzanne c, dkk. 2001. Keperawatan medical bedah EGC: Jakarta