Keterkaitan Kwu Dengan Rasa Manusia,Alam Dan Tuhan
-
Upload
rantidaista-ayunin-walidaini -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Keterkaitan Kwu Dengan Rasa Manusia,Alam Dan Tuhan
MAKALAH KEWIRAUSAHAAN
KETERKAITAN ANTARA KEWIRAUSAHAAN DENGAN RASA MANUSIA,
ALAM, DAN TUHAN
Disusun oleh:
JESICHA MAYANGSARI 21080111130073
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.Kewirausahaan memiliki
arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan
penekanannya.Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur
dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat
melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan
kebenaran dan kebaikan (Yuyun Wirasasmita, 1982).
Wirausaha menurut Heijrachman Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau
individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda benda materi
sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta
pikiran untuk menaklukan cara berpikir yang tidak berubah dan mempunyai kemampuan
untuk bertahan terhadap posisi sosial.
Wirausaha mempunyai peranan untuk mencari kombinasi–kombinasi baru yang
merupakan gabungan dari proses inovasi (menemukan pasar baru, pengenalan barang baru,
metode produksi baru, sumber penyediaan bahan mentah baru dan organisasi industri baru).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan secara umum?
2. Bagaimana keterkaitan antara kewirausahaan dengan rasa manusia, alam, dan
Tuhan?
BAB II
ISI
2.1. Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan
karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya,
mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang
wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang
akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana
seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut
Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam
sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan
mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada
saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen
fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang
melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.Mereka mempunyai motivasi,
panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku
sebagai manusia unggul.
2.1.1 Proses Kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali
dengan adanya inovasi.Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal
dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan
dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas,
keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi
wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang
bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman.
Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model
peran, aktivitas, dan peluang.[Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan
melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri
dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
Percaya diri
Berorientasikan tugas dan hasil
Berani mengambil risiko
Kepemimpinan
Keorisinilan
Berorientasi ke masa depan
Jujur dan tekun
Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan
ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki
inisiatif.
Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka
terhadap saran dan kritik yang membangun.
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan
bisnis yang luas.
Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
2.1.2 Tahap-tahap Wirausaha
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:
Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin
apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan
‘’franchising’’.Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di
bidang pertanian, industri, atau jasa.
Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait
dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan
mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis
perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
Tahap mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami
perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan
yang mungkin diambil.
Keberhasilan dalam bidang bisnis selalu berhubungan dengan hal–hal sebagai berikut:
Sikap dan perilaku disiplin, merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang
didalam berwirausaha.
Komitmen tinggi, artinya seorang wirausaha itu setiap saat pikirannya tidak lepas dari
perusahannya atau bisnisnya.
Jujur, artinya mau dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya.
Kreatif, adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
Inovatif, yaitu merupakan suatu proses mengubah peluang menjadi gagasan dan ide–
ide yang dapat dijual.
Mandiri dan realistis, artinya bahwa kwberhasilan eorang wirausaha datangnya dari
diri sendiri dan ide yang realistis dan bukan dari orang lain.
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan
wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan
mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi
perusahaan.
Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik,
faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur
pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas
menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha.
Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena
kurang efisien.
Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan
mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal
menjadi besar.
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan
menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa
diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan
setiap waktu.
2.1.3 Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal
seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang
lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara
eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para
pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan
oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan
perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional.
Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya
ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.
Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran
wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
Menciptakan lapangan kerja
Mengurangi pengangguran
Meningkatkan pendapatan masyarakat
Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
Meningkatkan produktivitas nasional
2.2. Keterkaitan Antara Kewirausahaan Dengan Rasa Manusia, Alam, Dan Tuhan
2.2.1. Kewirausahaan dan Rasa Manusia
Kewirausahaan sangat berkaitan erat dengan rasa dalam diri manusia. Dengan
aktivitas yang dilakukan manusia seperti berwirausaha, akan tercipta rasa senang,
bangga, sedih, kecewa dan kepuasan tersendiri yang dirasakan wirausahawan. Sedih dan
kecewa merupakan hal biasa yang terjadi ketika berwirausaha, karena hasil akhir dari
wirausaha tidak tetap dan tidak dapat diprediksi. Jadi penghasilan seorang wirausaha
berubah-ubah tergantung penjualan dari produksinya. Jika proses pemasaran sesuai
target, manusia akan merasa senang dan puas atas usahanya mendistribusikan produk
kepada masyarakat.
2.2.2. Kewirausahaan dan Alam
Leluhur bangsa ini telah mewariskan kearifan hidup untuk berbagi kepada sesama,
melayani tanpa pamrih. Bukan hanya manusia, alam pun dijaga dengan penuh kasih.
Setiap apa yang diberikan Tuhan melalui alam yang subur makmur ini, selalu disyukuri
dalam berbagi bentuk ritual penuh makna yang kini telah menjadi budaya. Seperti
contohnya kehidupan masyarakay Dayak. Mereka sangat bergantung dengan alam.
Namun tidak hanya masyarakay Dayak, wirausahawan juga memerlukan alam untuk
proses produksi dan distribusi. Seperti pengusaha kayu jati, dia sangat bergantung
kepada keberlangsungan pohon jati untuk dijadikan furniture rumah seperti meja, kursi,
dipan, dan lain-lain. Oleh karena itu manusia harus bersikap bijak dalam memanfaatkan
alam dan seisinya. Pemanfaatan alam, khususnya hutan tidak dilakukan secara
sembarangan dan serakah. Pemanfaatan hutan dalam rangka untuk pemenuhan
kebutuhan hidup (life and need fulfilment) dan pencadangan bagi generasi selanjutnya,
menjadi mutlak dilakukan. Karena tidak hanya keperluan kehidupan manusia, alam juga
berpengaruh untuk kehidupan perekonomian negara. Negara Indonesia menyimpan
berbagai kekayaan alam yang besar yang dapat dimanfaatkan oleh manusianya untuk
memenuhi kebutuhan hidup warga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
melonjaknya devisa negara.
Dalam kaitannya dengan upaya menumbuhkembangkan kewirausahaan sosial,
konteks kearifan lokal dan pengetahuan lokal menjadi sangat relevan. Adanya
multipliereffects yang dapat kita rasakan manfaatnya. Masyarakat tetap mengusahakan
alam dengan arif dan bijak, sementara di sisi lain mereka mampu meningkatkan kualitas
hidupnya.Jiwa kewirausahaan sosial akan berkembang seiring dengan kearifan lokal
masyarakat demi upaya sebagai bakti bumi dan kelangsungan hidup generasi mendatang.
Oleh karenanya, teknologi modern perlu adanya penyelarasan dengan kearifan dan
pengetahuan lokal, sehingga tidak akan memberikan dampak negatif bagi kelestarian
alam.Pula, diharapkan hal ini menjadi sebuah refleksi bagi kalangan peminat
kewirausahaan, setidaknya sebagai pengetahuan awal bagi para generasi kini yang akan
membaktikan ilmunya. Demi kejayaan dan kemakmuran Bangsa yang kita cita-citakan
bersama.
2.2.3. Kewirausahaan dan Tuhan
Mitchell J. Neubert, profesor dari Baylor University, meneliti sebuah topik yang
unik yaitu hubungan kewirausahaan dengan perilaku relijius atau spiritual seseorang.
Survei dilakukan pada kelompok entrepreneur dan non-entrepreneur di Amerika Serikat.
Hasilnya 34% responden kelompok entrepreneur menyatakan bahwa mereka berdoa
beberapa kali sehari. Sedangkan responden non-entrepreneur yang menyatakan hal
serupa hanya 27%. Intinya, para entrepreneur cenderung lebih taat dalam soal relijius.
Ketika digali lebih lanjut, para responden ini mengaku bahwa mereka amat percaya akan
keberadaan Tuhan yang melihat dan peduli akan situasi yang mereka hadapi. Para
entrepreneur ini juga tergabung dalam institusi keagamaan tertentu serta rajin mengikuti
ibadah rutin mingguan.
Dunia yang dihadapi para wirausaha memiliki tingkat uncertainty yang amat
tinggi. Itulah salah satu alasan mengapa para entrepreneur ini lebih rajin berdoa. Mereka
menemukan bimbingan, naungan, serta kepastian di dalam iman mereka kepada Tuhan
serta kepercayaan akan nilai-nilai agama. Keyakinan itu juga yang mendorong para
entrepreneur menjadi lebih berani dalam mengambil risiko, hal yang tidak terhindarkan
ketika memulai dan menjalankan suatu bisnis.
Walaupun penelitian ini tidak mengungkapkan kaitan relijiusitas dengan
kesuksesan para entrepreneur, penelitian lain yang dilakukan Neubert pada peserta
microfinance di Afrika dan Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai yang dianut peserta
mengenai hubungan dengan Tuhan serta perlakuan mereka terhadap sesama berkorelasi
cukup ketat dengan peningkatan inovasi, pendapatan, serta pengaruh mereka dalam
mengendalikan karyawan dan mendapatkan jaringan bisnis. Berdasarkan data World
Values Survey yang dilakukan Charles North, economist dari Baylor University,
mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan nilai yang signifikan antar agama mengenai
kompetisi dan pengembangan diri.Dengan kata lain, nilai-nilai mengenai pengembangan
diri termasuk kewirausahaan, serta hasil penelitian Neubert, berlaku sama bagi semua
agama.
Hubungan kewirausahaan dan nilai-nilai agama juga bisa menjadi dasar yang kuat
bagi perkembangan social entrepreneurship. Tidak sedikit perusahaan dengan misi sosial
dimulai dari nilai keagamaan atau kepercayaan spiritual tertentu. Beberapa pengusaha
bahkan dengan jelas mengakui bahwa pekerjaan mereka merupakan 'panggilan Tuhan'.
Keberadaan social entrepreneurship dapat membawa dampak positif tidak hanya bagi
perekonomian, tetapi juga kehidupan dan lingkungan secara luas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,
dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif,
peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
Kewirausahaan sangat berkaitan erat denfan rasa manusia, alam dan Tuhanm karena
elemen-elemen tersebutlah yang menyebabkan manusia termotivasi untuk
berwirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan
http://jogjanews.com/kearifan-lokal-dayak-dalam-pengelolaan-sda-dan-kewirausahaan-sosial
http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/06/30/islamic-entrepreneurship-
kewirausahaan-islam-569797.html
http://yea.co.id/kewirausahaanartikel.php?id=1003