KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …
Transcript of KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …
KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA
PANEN CABAI MERAH DI DESA KALEMANDALLE
KECAMATAN BAJENG BARAT
KABUPATEN GOWA
SUKIRMAN
105 9600 667 10
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA
PANEN CABAI MERAH DI DESA KALEMANDALLE
KECAMATAN BAJENG BARAT
KABUPATEN GOWA
SUKIRMAN
105 9600 667 10
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Proposal : Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen
Cabai Merah di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng
Barat Kabupaten Gowa.
Nama : Sukirman
Nim : 105 960066710
Konsentrasi : Sosial Ekonomi
Program Studi : Agribisnis
Di setujui
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Syafiuddin,M.Si Amruddin, S.Pt,.M.Si.
Diketahui Oleh,
Dekan Ketua Program Studi
Ir.H. Saleh Molla, M.M. Amruddin, S.Pt.,M.Si
ii
ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen
Cabai Merah di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng
Barat Kabupaten Gowa.
Nama : Sukirman
Stambuk/Nim : 105960066710
Konsentrasi : Sosial Ekonomi
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si
Ketua Sidang
2. Amruddin, S.Pt,. M.Si
Sekertaris
3. Ir.H. Saleh Molla, M.M.
Anggota
4. Rahmawati, S.Pi,. M.Si
Anggota
Tanggal Lulus :
iii
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCAPANEN
CABAI MERAH DI DESA KALEMANDALLE KECAMATAN BAJENG
BARAT KABUPATEN GOWA.
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Maret 2015
Sukirman
iv
ii
ABSTRAK
SUKIRMAN. 105960066710. Keterampilan Petani dalam Penanganan
Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh SYAFIUDDIN dan AMRUDDIN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketarampilan petani
dalam penanganan pascapanen cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan
Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
Populasi petani cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng
Barat Kabupaten Gowa terdapat 17 orang, kemudian dari populasi diambil sampel
dengan teknik sensus atau (sampling jenuh) yaitu mengambil semua populasi
untuk dijadikan sampel penelitian, Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif yakni data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan
dideskripsikan secara kualitatif, dengan bantuan tabel silang, proses analisis
dimulai sejak awal penelitian hingga akhir penulisan laporan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah di Desa
Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa adalah 2,18 atau
kategori sedang.
v
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Dalam penyusunan skripsi ini banyak masalah yang ditemukan, namun
berkat petunjuk, bimbingan dan arahan serta motivasi dari dosen pembimbing
prof. Dr. Syafiuddin, M.Si. selaku pembimbing I dan Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku
pembimbing II semuanya dapat teratasi. Ungkapan terima kasih yang sebesarnya
kepada Ayahanda Nasrun Dg Nappa dan Ibunda Kasmawati Dg Kanang, yang
selalu mendo’akan dan mendukung setiap langkah penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini, kemudian terima kasih pula kepada Bapak pembimbing yang tidak
hentinya membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dan
juga terima kasih buat teman-teman yang selalu memberi motivasi dan
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu diharapkan komentar yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi selanjutnya. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan setiap orang yang membacanya amin.
Makassar, Maret 2015
Sukirman
vi
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Panen dan Pascapanen ................................................................ 5
2.1.1 Panen .................................................................................. 5
2.1.2 Pascapanen ......................................................................... 7
2.2. Keterampilan Petani .................................................................... 15
2.2.2 Keterampilan ...................................................................... 15
2.2.3 Petani .................................................................................. 16
2.3 Kerangka Pikir ............................................................................ 17
vii
ii
III . METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 19
3.2 Tehnik Penentuan Sampel ........................................................... 19
3.3 Teknik Pengambilan Data ........................................................... 19
3.4 Analisis Data .............................................................................. 20
3.5 Definisi Operasional ................................................................... 21
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis ....................................................................... 22
4.2 Potensi Sumber Daya Alam ........................................................ 22
4.3 Potensi Sumber Daya Manusia ................................................... 23
4.4 Sarana dan Prasarana .................................................................. 26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden .................................................................... 28
5.2 Keterampilan Petani dalam Penanganan Pasca Panen
Cabe Merah ................................................................................ 33
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 43
6.2 Saran............................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44
LAMPIRAN ................................................................................................. 46
RIWAYAT HIDUP....................................................................................... 53
ii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Kalemandalle,
Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa, 2013, ................................... 22
2. Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Kalemandalle,
Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa 2013,…………...………… 23
3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat,
Kabupaten Gowa 2013…………………….............................................. 24
4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat,
Kabupaten Gowa, 2013……………………............................................. 25
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Penduduk di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa,2013………………………. 26
6. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasaran Tingkat Umur,
di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa 2014………………………………………………….. 28
7. Tingkat Pendidikan Responden petani di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, 2014……………………… 29
8. Luas Lahan Responden Petani di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, 2014……………………… 30
9. Identitas Responden Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa, 2014............................................................................ 31
10. Indentitas responden petani berdasarkan Pengalaman Usaha Tani
di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa, 2014.………………………………………………… 32
11. Identifikasi Responden Keterampilan Petani dalam
Penanganan Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan
Bajeng Barat Kabupaten Gowa…..…………………………………….. 36
viii
ii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Pengetahuan dan Keterampilan Petani dalam
Penanganan Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa…………….……………… 18
2. Foto Wawancara Petani Cabai Merah........................................................ 50
3. Foto Penyortiran Cabai Merah................................................................... 51
4. Foto Pemanenan Cabai Merah……..……………………………………. 52
ix
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kuisioner Penelitian………………………………………………… 46
2. Identitas Responden………………………………………………... 48
3. Identifikasi Keterampilan Petani dalam Penanganan
Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa……………………….. 49
4. Dokumentasi Penelitian……………………….................................. 50
x
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia saat ini, terutama perekononomian rakyat karena harus memenuhi
kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Peningkatan
produksi pangan terutama dimaksudkan untuk menyediakan pangan yang
mempunyai arti penting dalam mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai maksud tersebut, peningkatan
produksi pangan tidak hanya bertumpu pada pangan pokok, tetapi peningkatan
produksi tanaman hortikultura khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan
mendapat perhatian yang sama untuk di kembangkan (Soekartawi, 2000).
Salah satu tugas pokok di dalam pembangunan pertanian adalah menemukan
cara berusaha tani yang dapat dipraktekkan dengan efektif oleh petani yang
mempunyai kemampuan rendah asal saja mereka mau belajar sedikit dan
mengembangkan keterampilan yang baik. Pengetahuan dan keterampilan petani
harus terus meningkat dan berubah agar pembangunan pertanian dapat terlaksana,
petani mengembangkan sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap
alam sekitar dan terhadap diri mereka sendiri. Dengan hal tersebut diharapkan
dapat meningkatkan produksi dan mempertinggi rasa percaya diri
(Rajab dan Taufik, 2008).
2
Penanganan pascapanen cabai merah di Indonesia umumnya masih
sederhana sehingga tingkat kerusakannya sangat tinggi. Hal ini terjadi karena
sektor pertanian memegang penting dalam perekonomian Indonesia, utamanya
perekonomian masyarakat di bidang komoditi pangan hortikultura yang
permintaanya selalu meningkat setiap tahunnya, begitu halnya dengan fasilitas
dan pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen masih terbatas.
Teknologi pascapanen atau pengolahan cabai menjadi andalan dalam
mempertahankan dan meningkatkan nilai jual produk yang dituntut prima oleh
konsumen. Oleh karena itu, petani cabai perlu memiliki pengetahuan tentang
penanganan komoditas yang mudah rusak agar kesegarannya dapat dipertahankan
lebih lama. Beberapa hasil penelitian menunjukkan cabai tergolong sayuran yang
mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Penggunaan cabai tidak
hanya untuk konsumsi segar, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk seperti
saus, sambal, pasta, bubuk, dan obat anestesi (Asgar,2000).
Kegiatan dalam usaha produksi pertanian dibedakan dalam dua tahap yaitu
tahap budidaya dan tahap pascapanen. Batas kedua tahap ditandai dengan kegiatan
panen atau pemungutan hasil. Oleh karena waktu kegiatan yang langsung antara
panen dan pascapanen, seringkali kegiatan panen dimasukkan ke dalam kelompok
pascapanen. Tahap budidaya dimulai dari pengolahan tanah, penyemaian,
penanaman dan perawatan hingga tanaman siap dipanen. Penanganan pascapanen,
yang merupakan tahap selanjutnya, adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sejak produk dipanen sampai siap dikomsumsi (untuk produk segar) atau sampai
siap diolah (sebagai bahan produk olahan) (Anonim, 2000).
3
Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan
baku cabai. Meskipun begitu produksi cabai di Indonesia masih rendah, rata-rata
produksi nasional baru mencapai 3,3 – 3,5 ton/ha, sedangkan produksi yang
optimal setiap 1 hektar berkisar 3 – 6 ton (Santika, 2000).
Keterampilan petani terhadap penanganan pascapanen cabai merah di Desa
Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, perlu diadakan
penelitian dan pengamatan secara lanjut untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah, peneliti juga
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh ketarampilan petani dalam penanganan
pascapanen cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan
penelitian dengan judul ”Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen
Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten
Gowa”.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang maka masalah yang dirumuskan yaitu
bagaimana keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah
di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
4
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui ketarampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah
di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
2. Bagi petani, agar dapat mengetahui dan terampil pada penanganan
pascapanen dalam meningkatkan mutu dan produksi tanaman cabai merah
di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Panen dan Pascapanen
2.1.1 Panen
Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi di lapangan dan faktor
penentu proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan pascapanen pada
tanaman cabai perlu dicermati untuk dapat mempertahankan mutu sehingga dapat
memenuhi spesifikasi yang diminta konsumen. Penanganan yang kurang hati-hati
akan berpengaruh terhadap mutu dan penampilan produk yang berdampak kepada
pemasaran. Panen merupakan kegiatan awal dalam penanganan pascapanen,
pada tahap ini panen tanaman cabai dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat
dan dengan hati-hati untuk menjaga mutu produk (Rajab dan Taufik 2008).
Pemanenan buah cabai di Indonesia umumnya dilakukan dengan tangan,
kemudian panen awal dan lamanya waktu panen tanaman cabai tergantung kepada
jenis dan varietasnya, varietas berumur genjah, sedang atau dalam. Umumnya,
varietas yang sama yang ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi
menunjukkan panen awal yang berbeda. Tanaman cabai yang ditanam di dataran
rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan tanaman cabai yang ditanam di
dataran tinggi (Anonim, 2011).
Frekuensi panen sangat tergantung kepada situasi lapangan. Namun secara
umum pemanenan dilakukan 3 – 4 hari sekali atau paling lambat seminggu sekali.
Masa panen tergantung pada varietas cabai yang ditanam. Secara normal,
frekuensi panen dapat dilakukan 12 – 20 kali sampai tanaman berumur
6
6 - 7 bulan. Selain varietas, masa panen cabai juga sangat tergantung kepada
keadaan pertanaman dan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman. Masa panen
cabai rawit lebih lama dibandingkan dengan varietas cabai lainnya, tetapi tidak
lebih dari 7 bulan. Dalam praktek keseharian, para petani cabai tidak pernah
melakukan penanganan pascapanen yang benar seperti sortasi dan grading.
Kegiatan ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh para pedagang di tingkat
pengumpul (Anonim, 2011)
Dalam pelaksanaan panen cabai hibrida, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai beriku:
1. Panen dilakukan pagi hari setelah ada sinar matahari.
2. Cara pemanenan buah cabai dilakukan dengan mengikut sertakan batang
buahnya dan dijaga supaya tidak merusak ranting dan percabangan
tanaman cabai.
3. Buah yang dipanen adalah yang benar-benar tua, tandanya buah berwarna
merah, hijau kemerahan atau hitam kemerahan.
4. Saat panen langsung dilakukan sortasi, buah yang rusak atau kena hama
langsung dipisahkan
5. Kematangan cabai disesuaikan dengan permintaan, lama penyimpan dan
lamanya transportasi ke pasar
6. Setelah dipanen lakukan sortir awal, buah cabai yang terkena penyakit,
terutama cendawan dikubur dalam lubang atau dibakar supaya tidak menular
ke buah dan tanaman lainnya (Asgar, 2000).
7
2.1.2 Pascapanen
Pascapanen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses panen
terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya
antara lain untuk membuat bahan hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak
dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.
Penanganan pascapanen yang dibahas dalam tulisan ini meliputi pengolahan
primer, yaitu perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar
atau siap diolah, serta pengolahan sekunder, yaitu tindakan yang mengubah hasil
tanaman (dalam hal ini cabai) menjadi bentuk lain agar lebih awet
( Mutiarawati, 2009).
Penanganan pascapanen cabai dikatakan hampir belum sepenuhnya
dilaksanakan para petani karena terbatasnya pengetahuan dan fasilitas. Selain itu,
kejelasan spesifikasi produk yang diinginkan konsumen tidak diketahui secara
jelas oleh petani. Spesifikasi produk hanya diketahui oleh pedagang pengumpul.
Keadaan ini menyebabkan daya tawar petani lebih rendah dari pada daya tawar
pedagang pengumpul (Moekasan, 2005)
Tidak semua buah cabai yang dipanen bisa dijual karena rusak, kerusakan
atau kehilangan hasil pascapanen tanaman cabai bisa disebabkan hama penyakit,
kerusakan secara mekanis dan kerusakan fisik. Kerusakan yang disebabkan hama
penyakit merupakan bawaan dari lapangan. Hama penting yang sering merusak
buah cabai di Indonesia di antaranya lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend) dan
ulat grayak (Spodoptera litura F). Sementara itu, penyakit yang sering menyerang
buah cabai adalah antraknosa, Collectrchum nigrum, dan Phythopthora capsici.
8
Kerusakan secara mekanis, fisiologis dan fisik lebih sering disebabkan oleh
pengelolah yang kurang cermat dan hati-hati dalam penanganan pascapanen,
kerusakan mekanis paling dominan terjadi pada saat pemetikan, pengangkutan
dari lapangan dan pengangkutan ke pasar, penanganan saat bongkar muat, serta
tidak ada packaging atau wadah yang baik dalam pengangkutan dan cenderung
menggunakan karung untuk mengangkutnya. Keruskaan fisiologis terutama
terjadi dalam cabai itu sendiri. Setelah pemetikan buah cabai akan cepat layu
menuju ke arah senesence yaitu meningkatnya temperatur lingkungan akan
memicu laju respirasi sebesar 2 – 3 kali, sehingga proses pembusukan terjadi lebih
cepat. Kerusakan fisik disebabkan adanya tekanan lingkungan, sengatan matahari,
kelembaban tinggi dan temperatur tinggi. Keadaan seperti ini menyebabkan buah
cabai akan lebih cepat membusuk (Anonim, 2011)
Dalam penanganan pascapanen, ada beberapa hal yang harus dilakukan :
1. Sortasi
Buah cabai yang telah dipanen segera disortasi untuk mencegah kerusakan,
penundaan sortasi akan mempercepat pembusukan. Cabai hasil sortasi yang
berkualitas kurang baik masih dapat dipasarkan, meskipun harganya rendah,
sortasi yang dilakukan di petani berbeda yang dilakukan oleh industri dan petani
umumnya mengharapkan semua hasil panen dapat dijual. Cabai yang berkualitas
baik dijual ke pedagang atau pasar swalayan, sedangkan yang kualitasnya kurang
baik dipasarkan ke pedagang pengecer atau pasar tradisional. Demikian pula di
tingkat pedagang, cabai yang berkualitas baik dijual ke industri pengolah dan
9
yang kurang bagus dijual ke pedagang pengecer. Industri pengolahan
menghendaki cabai yang berkualitas baik agar hasil olahannya berkualitas
prima (Asgar, 2000).
Sortasi terhadap warna menjadi hal yang sangat penting bagi konsumen,
karenanya harus ada upaya untuk menstabilkan warna cabai sebelum dikeringkan.
Petani di Indonesia akan menghamparkan buah cabai yang sudah dipetik di tempat
teduh, dengan tujuan untuk mencegah pembusukan sebelum dijual ke pasar,
tindakan seperti ini disebut curing yaitu mengondisikan buah cabai untuk dapat
menyesuaikan dengan keinginan dari pasar. Konsumen terutama pasar swalayan,
restoran dan hotel lebih mengutamakan spesifikasi produk yang mereka inginkan
dan untuk ini mereka berani membayar lebih besar jika dibandingkan dengan
pasar tradisional (wet market). Penampilan produk yang seragam, baik ukuran
panjang, diameter, bentuk, permukaan, warna, maupun kekerasan buah, akan
memberikan penilaian yang lebih baik. Untuk itu diperlukan sortasi dan grading
terhadap buah cabai yang diinginkan konsumen, baik rumah tangga, kelompok
konsumen swalayan, restoran, hotel, industri pangan olahan tradisional maupun
skala industri. Umumnya, sortasi dan grading dilakukan oleh pedagang
pengumpul (Asgar, 2000).
2. Pengeringan
Penyimpanan cabai segar dengan cara biasa waktunya tidak akan lama,
tetapi kalau dikeringkan daya simpannya akan lebih lama. Tahap - tahap
pengeringan cabai antara lain :
10
1. Cabai dipilih yang berkualitas baik, berisi dan segar
2. Tangkai cabai dibuang
3. Buah cabai dicuci bersih
4. Buah cabai dimasukkan ke dalam air panas beberapa menit
5. Buah cabai didinginkan dengan mencelup ke air dingin
6. Buah cabai ditiriskan diatas anyaman bambu atau kawat kasa.
7. Buah cabai yang sudah tiris dijemur pada sinar matahari sampai kering
(kurang lebih 1 minggu).
Pada musim hujan, pengeringan cabai bisa menggunakan pemanas.Sebagai
sumber panas dapat memakai lampu listrik, kompor, tungku arang, gas LPG atau
bahan lainnya. Ruang pemanas ini dapat dibuat dari kayu seperti almari dan
bagian dalamnya diberi lapisan seng. Sumber panas diletakkan dibawah almari
yang telah diberi lubang, ruangan pemanas diberi para-para beberapa lapis untuk
meletakkan cabai, banyaknya para-para tergantung besarnya almari, jarak antar
para-para 15-20 cm, kemudian lapisan cabai jangan terlalu tebal cukup selapis
agar cepat kering, bagian atas almari diberi ventilasi yang penutupnya dapat diatur
besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari, suhu diatur kurang
lebih 60 C, ventilasi dibuka lebar jika suhu melebihi 60oC supaya cabai kering
merata, maka para-para bisa dipindahkan letaknya, misalnya bagian atas pindah
ke bawah dan sebaliknya, kemudian cabai dibalik setiap 3 jam dengan alat
pemanas, cabai akan kering paling lama dua hari, cabai dianggap kering ketika
kadar airnya sekitar 8%, dalam keadaan demikian cabai dapat disimpan lebih
lama. (Duriat, 2000).
11
3. Penyimpanan (Storage)
Pada tahap selanjutnya setelah pengeringan buah cabai yang sudah disortasi
tadi kemudian diproses pada tahap penyimpanan. Untuk penyimpanan buah cabai
tersebut dipisahkan agar tidak terjadi kontaminasi antara buah cabai yang utuh,
tidak berpenyakit, masak normal dan buah cabai yang mengalami kerusakan serta
buah cabai yang berpenyakit. Hai ini maksudkan agar cabai tetap kelihatan segar,
mutu tetap stabil dan bisa diterima konsumen dengan harga yang tinggi, sebaiknya
penyimpanan buah cabai di simpang di ruang tertutup, yaitu bangunan
berventilasi, ruang berpendingin atau ruang tertutup yang konsentrasi gasnya
berbeda dengan atmosfer. Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang umur
dan kesegaran cabai tanpa menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Pendinginan
bertujuan menekan tingkat perkembangan mikroorganisme dan perubahan
biokimia. Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara terbaik untuk
mempertahankan kesegaran cabai. Suhu optimal pendingin bergantung pada
varietas cabai dan tingkat kematangannya. Pendinginan dengan menggunakan
refrigerator umumnya lebih mudah dibandingkan dengan cara lainnya. Dengan
cara ini, aktivitas metabolisme bahan akan berkurang sehingga memperlambat
proses kerusakan dan memperpanjang masa simpan. kemudian penyimpanan
dengan udara terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme
sehingga menunda pematangan dan pembusukan buah. Oleh karena itu, cabai
yang akan disimpan hendaknya sehat, seragam kematangannya, dan dikemas
dengan baik.
12
Adapun beberapa tujuan dari proses penyimpanan adalah antara lain :
1. Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
2. Menampung produk yang melimpah
3. Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
4. Membantu dalam pengaturan pemasaran
5. Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen
6. Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan.
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia pada saat penyimpanan, antara lain:
1. Pemberian insektisida atau fungisida untuk mencegah serangan hama dan
penyakit setelah panen.
2. Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul
selama penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.
3. Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
4. Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas.
5. Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada
dipermukaan buah.
6. Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah
pembusukan.
7. Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik.
(Sudiarto, 2000).
13
3. Pengemasan ( Pack aging )
Pada tahap ini buah cabai dikemas untuk melindungi mutu produk cabai dari
kerusakan mekanis, fisik dan fisiologi pada saat handling, pengangkutan dan
bongkar muat. Kemasan yang ideal harus kuat, memiliki daya lindung yang
tinggi terhadap kerusakan, mudah di-handle, aman dan ekonomis.Wadah kemasan
dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu atau rotan, karung plastik
polietilen dan kardus berventilasi, sebaiknya kemasan yang digunakan pada tahap
ini yang bersifat ideal adalah yang mudah diangkat, aman, ekonomis, dan dapat
menjamin kebersihan produk. Kemasan yang baik dapat menekan benturan,
mempermudah pertukaran udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan
kemasan adalah ekonomis, bahannya tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dapat
melindungi komoditas, berventilasi, dan tidak bau.
Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu
atau rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi. Para petani dan
pedagang cabai untuk pasar tradisional biasanya mengemas cabai dengan karung
plastik berlubang - lubang. Sementara itu, pasar swalayan menghendaki kemasan
dalam kardus. Adapun beberapa tahap yang sangat penting dan perlu di
perhatikan dalam pengemasan antara lain:
1. Melindungi komoditas dari kerusakan.
2. Melindungi dari kerusakan mekanis, seperti gesekan, tekanan, getaran.
3. Melindungi dari pengaruh lingkungan, seperti temperatur,
kelembaban, angin.
4. Sanitasi atau melindungi kotoran.
14
Berikut ini beberapa keuntungan dalam proses pengemasan, anatara lain:
1. Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan
2. Memberikan kesinambungan dalam penanganan
3. Mengacu pada standarisasi wadah / container
4. Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
5. Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)
6. Lebih menarik
7. Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas
8. Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi
produk yang dikemas.
9. Mengurangi / menekan biaya transportasi / biaya tataniaga.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan.
1. Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka,
terjatuh atau kerusakan lain.
2. Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi).
3. Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi.
4. Kontainer atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau
pelindung harus bersih, untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus,
plastik transparan dan lain-lain, harus yang baru.
5. Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang
dikemas dan lama penyimpanan / pengangkutan.
15
6. Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang
di perbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia
setelah panen (Hartuti, 2000).
2.2. Keterampilan Petani
2.2.1 Keterampilan
Keterampilan petani ialah sebagai proses komunikasi pengetahuan untuk
mengubah perilaku petani menjadi cekat, cepat dan tepat melalui pengembangan
kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. perilaku terampil ini
dibutuhkan dalam pengenbangan pertanian dalam hal budidaya dan pengolahan
tanaman hingga pemasaran untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal
(Silvinian, 2005)
Keterampilan adalah yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik,
dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan – kemampuan yang
lebih tinggi. Kemampuan – kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan
telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan
pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai
manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar
mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta
keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam
bentuk kreatifitas (Dimyanti dan Mujiono, 2002).
Keterampilan petani dapat dilihat dari lamanya seorang petani melakukan
usahatani. Semakin lama petani bekerja pada kegiatan tersebut semakin
16
menunjukkan tingkat keterampilan dalam berusahatani. Keterampilan dalam
berusahatani merupakan faktor yang cukup menunjang seseorang dalam
meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam berusahatani.
Disamping itu keterampilan dalam berusahatani juga memberikan dampak
terhadap pembaharuan yang disampaikan oleh agen pembaharu (Anonim, 2000).
2.2.2 Petani
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah
yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan. Tanah
dan dirinya adalah bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang telah
berdiri lama, suatu masyarakat petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga
seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap paksa tanah bila mana
mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka
menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian, mereka
masuk secara intim, akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi
keuntungan (Anonim, 2013).
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman (seperti cabai, bunga, buah), dengan harapan untuk
memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun
menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah
bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol
atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian. Setiap orang bisa menjadi
petani (asalkan punya sebidang tanah atau lebih), walau ia sudah punya pekerjaan
17
bukan sebagai petani, maksud dari kalimat tersebut bukan berarti pemilik tanah
harus mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tetapi bisa bekerjasama
dengan petani tulen untuk bercocok tanam di tanah pertanian miliknya. Apabila
ini diterapkan, berarti pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang
lain walau hasilnya tidak banyak. Apabila bermaksud mengolah sendiri, tentu
harus benar-benar bisa membagi waktu, tetapi kemungkinan akan kesulitan kalau
tanahnya lebih dari satu petak (Syafiuddin, 2010).
2.3. Kerangka Pikir
Pengetahuan dan keterampilan petani harus terus meningkat dan berubah
agar pembangunan pertanian dapat terlaksana, petani mengembangkan sikap baru
yang berbeda terhadap pertanian, terhadap alam sekitar dan terhadap diri mereka
sendiri. Dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi dan
mempertinggi rasa percaya diri.
Selain itu, Pengetahuan dan keterampilan petani terhadap penanganan pasca
panen cabai merah di Desa Kalemandalle kecamatan Bajeng Barat Kabupaten
Gowa, perlu diadakan penelitian dan pengamatan secara lanjut untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam penanganan
pascapanen dalam menjaga kualiatas dan mutu produksi cabai merah. Adapun
kerangka pikir dapat di lihat pada gambar 1.
18
Gambar1. Kerangka Pikir Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen
Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa.
Petani Cabai Merah
Kegiatan Pascapanen
Cabai Merah
₋ Sortasi
₋ Pengeringan
₋ Penyimpanan
₋ Pengemasan
Keterampilan Petani
19
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng
Barat, Kabupaten Gowa pada bulan Juni sampai September 2014. Pemilihan
lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa melihat situasi dan kondisi, merupakan
tempat budidaya cabai merah.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Populasi petani cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa sebanyak 17 orang, dari populasi tersebut diambil sampel
dengan teknik sensus atau (sampling jenuh) yaitu mengambil semua populasi
untuk dijadikan sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2005).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara :
1. Observasi yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan
langsung pada petani di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa.
2. Wawancara yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui interview
langsung dengan setiap petaniyang ada di Desa Kalemandalle Kecamatan
Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Untuk memudahkan dalam proses interview
digunakan kuesioner/daftar pertanyaan yang diberikan kepada setiap petani.
3. Dokumentasi yaitu dengan mengambil gambar atau foto-foto yang terdapat
di tempat penelitian.
20
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder yaitu :
1. Data primer yaitu, data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara
setiap Petani.
2. Data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari kantor Desa dan instansi
terkait. Data sekunder meliputi : Monografi Desa Kalemandalle.
3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan dideskripsikan
secara kualitatif, dengan bantuan tabel silang, proses analisis dimulai sejak awal
penelitian hingga akhir penulisan laporan. Adapun tahap yang ditempuh adalah
menelaah seluruh data yang diperoleh kemudian diklasifikasi berdasarkan
kategorinya kemudian mencari hubungan-hubungan dengan kategori yang lain
agar tergambar pengetahuan dan keterampulan petani dalam penanganan
pascapanen cabai merah yang ada di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng
Barat, Kabupaten Gowa.
Cara penggolongan tingkat pengetahuan dan keterampilan petani secara
keseluruhan dibagi dalam kategori kelas (tinggi, sedang, rendah) dengan nilai
3 , 2 ,1 dan digunakan interval dengan rumus (Sugiyono, 2012).
Kelas kategori ∶nilai tertinggi − nilai terendah
jumlah kelas
21
Jawaban responden masing-masing variable dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Skor untuk kategori Tinggi : 2,34 – 3,00
2. Skor untuk kategori Sedang : 1,67 – 2,33
3. Skor untuk kategori Rendah: 1,00 – 1,66
3.5. Definisi Operasional.
1. Petani adalah orang yang berprofesi sebagai pelaku yang melakukan
kegiatan pascapanen cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng
Barat Kabupaten Gowa.
2. Keterampilan adalah keahlian dan kepandaian petani yang cekat, cepat dan
tepat dalam melakukan pascapanen cabai.
3. Pascapanen yaitu merupakan kegiatan setelah panen cabai seperti, sortasi,
pengeringan, penyimpanan, pengemasan.
4. Sortasi yaitu suatu pemilihan mutu atau kualitas barang untuk mengetahui
layak tidaknya cabai.
5. Penyimpanan adalah suatu kegiatan dilakukan dalam
mempertahankan cabai.
6. Pengemasan adalah suatu kegiatan dalam mempertahankan mutu dan
kualitas cabai.
7. Pengeringan yaitu cabai dikeringkan, bisa menggunakan pemanas sebagai
sumber panas dapat memakai lampu listrik, kompor, tungku arang, gas LPG
atau bahan lainnya, agar daya simpan cabai akan lebih lama.
22
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Secara administratif Desa Kalemandalle mempunyai luas wilayah 298,87
Ha yang terdiri dari lima Dusun yaitu Dusun Ballata’bua, Dusun Mandalle I,
Dusun Mandalle II, Dusun Mattirobaji dan Dusun Bontote’ne. Desa Kalemandalle
mempunyai batas wilayah, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Biringala
Kecamatan Barombong, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Manjalling,
sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Mandalle dan sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
4.2 Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam disetiap daerah berbeda-beda, spesifikasi
pemanfaatan lahan lebih banyak ditentukan oleh tingkat daya dukung lahan,
sangat tergantung pada tingkat pengetahuan manusia, dapat pula disebabkan oleh
orientasi sosial ekonomi masyarakat. Pola penggunaan lahan di Desa
Kalemandalle dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat,
Kabupaten Gowa.
No. Jenis Penggunaa Lahan Luas Lahan Persentase (%)
1
2
3
Sawah Irigasi
Sawah tadah hujan
Pemukiman
232,96
8,50
57,41
77,95
2,84
19,21
Jumlah 298,87 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.
23
Tabel 1 terlihat bahwa penggunaan lahan yang paling dominan adalah
sawah irigasi, tanaman yang dikembangkan pada lahan sawah adalah padi, kacang
hijau, cabai dan sayur-sayuran.
4.2 Potensi Sumber Daya Manusia
Sebagaimana ditunjuk pada Tabel 1 bahwa luas lahan/wilayah di Desa
Kalemandalle 298,87 Ha. Jumlah penduduk 3.269 jiwa yang terdiri dari penduduk
laki-laki sebanyak 1.636 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1633 jiwa
dengan 795 kepala keluarga.
4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Usia dan jenis kelamin seringkali dijadikan patokan untuk
menggambarkan produktivitas. Dan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun
2013, Desa Kalemandalle memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.269 jiwa, yang
tersebar dalam beberapa kelompok umur, dimana penduduk laki-laki berjumlah
1.636 jiwa dan perempuan berjumlah 1.633 jiwa. Penyebaran penduduk di Desa
Kalemandalle dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Kalemandalle, Kecamatan
Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.
No. Kelompok
Umur (tahun)
Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa) Jumlah
Persentase
(%)
1
2
3
0 – 15
16 - 55
55+
540
859
237
518
881
234
1.058
1.740
471
32,37
53,22
14,41
Jumlah 1.636 1.633 3.269 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.
24
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat penyebaran yang paling tinggi
pada kelompok umur 16 – 55 tahun yaitu sebanyak 1.740 jiwa (53,22%),
sedangkan yang paling rendah adalah kelompok umur 55 tahun ke atas yaitu
sebanyak 471 jiwa (14,41%).
4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk di Desa Kalemandalle dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
melaksanakan berbagai jenis pekerjaan.Gambaran penduduk berdasarkan mata
pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kalemandalle,
Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Buruh Tani
Petani
Pedagang
Tukang Kayu
Tukan Batu
Penjahit
PNS
Pensiunan
TNI/Polri
Perangkat Desa
Buruh Industri
242
877
98
10
238
7
37
22
4
10
5
15,61
56,58
6,32
0,65
15,36
0,45
2,39
1,42
0,26
0,65
0,32
Jumlah 1.550 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.
25
Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 bahwa mata pencaharian utama
adalah petani sebanyak 877 orang (56,58%). Jumlah tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk di Desa Kalemandalle menggantungkan hidupnya pada
bidang pertanian. Dengan demikian kebijaksanaan pembangunan desa sepatutnya
dititik beratkan bagi para petani beserta keluarganya. Mata pencaharian terbesar
kedua adalah buruh tani sebanyak 242 orang (15,61%). Selajutnya menyusul
tukang batu, pedagang, PNS, pensiunan, tukang kayu, perangkat desa, penjahit,
buruh industri dan TNI/Polri.
4.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku.
Umumnya orang berpendidikan tinggi lebih arif dan bijaksana, pengambilan
keputusannya senantiasa didasari oleh pertimbangan rasional, respek pada hal-hal
pembaharuan. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa
Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1
2
3
4
5
Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Diploma/Sarjana
1.063
1.173
501
464
68
32,52
35,88
15,33
14,19
2,08
Jumlah 3.269 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2013.
26
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa
Kalemandalle terbesar adalah pada tingkat tamat SD sebanyak 1.173 (35,88%).
Apabila dibandingkan penduduk yang berpendidikan SLTP, SLTA dan
Diploma/Sarjana.
4.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat menentukan aktivitas penduduk, jenis sarana
dan prasarana di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Penduduk di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
No. Uraian Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kantor Desa
Gedung SLTA
Gedung SLTP
Gedung SD
Gedung MI
Gedung TK
Mesjid
Musholla
Pasar Desa
Pustu
Panti PKK
Poskamling
Jembatan
Gedung TPQ
Jalan
Saluran irigasi
SPAS
1
-
-
2
1
2
5
2
-
1
-
15
5
-
7000 M
8000 M
1
Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.
27
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa
Kalemandalle sudah cukup memadai sehingga masyarakat dapat melaksanakan
kegiatannya sehari- hari baik kegiatan sosial budaya, maupun ekonomi hal ini
dapat dilihat dengan tersedianya fasilitas seperti, sarana pendidikan tingkat SD.
28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status
dari responden tersebut. Identitas seseorang responden dapat memberikan
informasi tentang keadaan usaha taninya, terutama pengetahuan dan keterampilan
petani dalam penanganan pasca panen cabai merah di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Informasi-informasi mengenai
identitas responden sangat penting untuk diketahui karena merupakan salah satu
hal yang dapat memperlancar proses penelitian. Berikut ini identitas responden
yang berhasil dikumpulkan di lapangan.
5.1.1. Umur Petani Responden
Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah Petani yang ada di Desa
Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Berikut umur
responden petani dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasaran Tingkat Umur, di
Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa 2015.
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
24-31
32-39
40-47
48-55
56-63
2
5
3
2
5
11,76
29,41
17,64
11,76
29,41
Jumlah 17 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
29
Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa umur responden 24 - 31 tahun
sebanyak 2 orang atau 11,76%, kemudian petani yang berumur 32 - 39 sebanyak
5 orang atau 29,41 %, yang berumur 40 - 47 tahun sebanyak 3 orang atau 17,64%,
sedangkan yang berumur 48 - 55 sebanyak 2 orang atau 11,76 dan terakhir yang
berumur 56 - 63 sebanyak 5 orang atau 29,41 % Jadi persentase yang paling
tertinggi adalah umur 32-39 dan umur 56-63 tahun masing – masing sebanyak 5
orang atau 29,41 % sedangkan persentasi terendah adalah umur 24–31 dan umur
48 - 55 sebanyak 2 orang atau masing-masing 11,76 % . Hal ini menunjukkan
bahwa responden dalam penelitian ini memiliki usia yang berbeda-beda, sehingga
petani dapat menerima pengetahuan dan informasi tentang penanganan
pascapanen cabai merah. Adapun rata-rata umur petani adalah 45,82 atau
46 tahun.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Menyangkut tingkat pendidikan responden, hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan petani responden terbagi atas tiga, yaitu SD, SMP, dan
SMA . Karakteristik tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden Petani di Desa Kalemandalle Kecamatan
Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
No Tingkat Pendidikan Jumlah Reponden
(Orang)
Persentase (%)
1.
2.
3.
SD
SMP
SMA
6
4
7
35,29
23,52
41,17
Jumlah 17 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
30
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa petani responden yang memiliki
pendidikan SD sebanyak 6 orang atau 35,29 %, SMP sebanyak 4 orang atau
23,52 % dan SMA sebanyak 7 orang atau 41,17%. Jadi tingkat pendidikan petani
responden menunjukkan bahwa pendidikan petani responden di anggap mampu
menerima dan menyerap informasi tentang penegetahuan dan keterampilan petani
dalam penanganan pascapanen cabai merah.
5.1.3 Luas Lahan
Luas lahan yang dimiliki petani sangat mempengaruhi tingkat pendapatan
peani. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemilikan lahan rata-rata di Desa
Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebagai berikut:
Tabel 8. Luas Lahan Responden Petani di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng
Barat Kabupaten Gowa.
No Luas Lahan
(Ha)
Jumlah
Responden
(Orang)
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
0,10 – 0,17
0,18 - 0,25
0,26 – 0,33
0,34 - 0,41
0,42 - 0,49
4
7
4
1
1
23,52
41,17
23,52
5,88
5,88
Jumlah 17 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa Petani responden yang memiliki luas
lahan 0,10-0,17 Ha sebanyak 4 Orang atau 23,52 %, dan petani responden yang
memiliki luas lahan 0,18-0,25 Ha sebanyak 7 Orang atau 41,17 %, kemudian yang
memilik luas lahan 0,26-0,33 Ha sebanyak 4 orang atau 23,52% sedangkan petani
31
responden yang memiliki luas lahan 0,34-0,41 sebanyak 1 orang atau 5,88% dan
terakhir petani responden yang memiliki luas lahan 0,42-0,49 sebanyak 1 orang
atau 5,88%. Jadi persentase yang paling tertinggi adalah 0,18-0,25 Ha sebanyak 7
orang atau 41,17%. Rata-rata luas lahan petani cabai yaitu 0,24 Ha/orang.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Penggambaran tentang jumlah anggota keluarga petani bertujuan untuk
melihat seberapa besar tanggungan keluarga tersebut. Keluarga petani terdiri dari
petani itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak dan tanggungan lainnya
yang berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga. Sebahagian besar petani yang
ada di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa,
menggunakan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga sendiri yang secara
tidak langsung merupakan tanggung jawab kepala keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga petani responden dapat disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Identitas Responden Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
No Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
1 – 2
3 - 4
5 – 6
6
10
1
35,29
58,82
5,88
Jumlah 17 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani
responden antara 1-2 sebanyak 6 orang atau 35,29%, kemudian 3-4 sebanyak 10
orang atau 58,82%, dan 5-6 orang sebanyak 1 orang atau 5,88%, jumlah
32
tanggungan keluarga paling banyak adalah 3-4 yaitu 10 orang atau 55,55%.
Rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah 2,82 atau 3 orang setiap
keluarga petani.
5.1.5. Pengalaman Usaha Tani
Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni suatu usaha
tani. Semakin lama petani melakukan usahanya maka semakin besar pengalaman
yang dimiliki. Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu
keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat secara efektif
dan efisien, pengalamam usaha tani responden di Desa Kelemandalle Kecamatan
Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebagai berikut :
Tabel 10. Indentitas Responden Petani berdasarkan Pengalaman Usaha Tani di
Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa..
No Pengalaman Usahatani
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
5-12
13-20
21-28
29-36
37-44
2
7
2
2
4
11,76
41,17
11,76
11,76
23,52
Jumlah 17 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat memperlihatkan bahwa jumlah
pengalaman usahatani petani responden terbagi 5 yaitu, yang pertama jumlah
responden yang memiliki pengalaman usaha tani 5-12 tahun sebanyak 2 orang
atau11,76%, yang kedua yang memiliki pengalaman usaha tani 13-20 tahun
33
sebanyak 7 orang atau 41,17%, yang ketiga pengalaman usaha tani selama 21-28
sebanyak 2 orang atau 11,76%, kemudian yang ke empat pengalaman usaha tani
29 – 36 tahun sebanyak 2 oarang atau11,76%, dan yang ke lima pengalaman
usaha tani 37-44 tahun sebanyak 4 orang atau 23,52%. Pengalaman berusahatani
sangat erat hubungannya dengan keinginan petani mengembangkan usahataninya,
khususnya berhubungan dengan keinginan petani mengetahui informasi yang
lebih banyak mengenai tentang pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan
pascapanen cabai merah dan efisien dan efektif.
5.2 Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen Cabai Merah.
Keterampilan petani ialah sebagai proses komunikasi pengetahuan untuk
mengubah perilaku petani menjadi cekat, cepat dan tepat melalui pengembangan
kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. perilaku terampil ini
dibutuhkan dalam pengenbangan pertanian dalam hal budidaya dan pengolahan
tanaman hingga pemasaran untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
Keterampilan petani dapat dilihat dari lamanya seorang petani melakukan
usahatani. Semakin lama petani bekerja pada kegiatan tersebut semakin
menunjukkan tingkat keterampilan dalam berusahatani. Keterampilan dalam
berusahatani merupakan faktor yang cukup menunjang seseorang dalam
meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam berusahatani.
Disamping itu keterampilan dalam berusahatani juga memberikan dampak
terhadap pembaharuan yang disampaikan oleh agen pembaharu.
Pascapanen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses panen
terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya
34
antara lain untuk membuat bahan hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak
dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.
Penanganan pascapanen yang dibahas dalam tulisan ini meliputi pengolahan
primer, yaitu perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar
atau siap diolah, serta pengolahan sekunder, yaitu tindakan yang mengubah hasil
tanaman (dalam hal ini cabai) menjadi bentuk lain agar lebih awet. Dalam
penanganan pasca panen cabai merah, ada beberapa hal yang harus dilakukan
yaitu sortasi, pengeringan, penyimpanan dan pengemasan. Mengenai proses
penanganan pascapanen cabai merah itu sangat di perlukan oleh petani untuk
meningkatkan produksi dan kualitas dari hasil panen cabai merah mulai dari
setelah panen hingga pada pengangkutan hasil panen.
Desa Kelemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa merupakan
salah satu daerah pengembangan agraris atau tanaman pangan kemudian juga
terlihat bahwa penggunaan lahan yang paling dominan di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa adalah sawah teririgasi, tanaman yang
dikembangkan pada lahan sawah adalah padi, kacang hijau, cabai dan sayur-
sayuran. Melihat potensi lahan yang di Desa tersebut cukup bagus di budidayakan
tanaman cabai khususnya pada cabai merah. Namau pada penelitian ini tidak
membahas tentang proses budidaya tanaman cabai tetapi berfokus atau mengarah
pada keterampilan petani dalam proses penganan pascapanen cabai merah
misalnya dalam menyortir, pengeringan, penyimpanan, pengemasan, pada proses
ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana keterampilan petani responden dalam
penanganan pascapenen tersebut.
35
Keterampilan petani dalam penangan pascapanen cabai merah sangatlah
vital dalam menjaga kualiatas cabai merah di suatu daerah, maka dari itu perlu
ada penelitian untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keterampilan petani dalam
penenganan pascapanen dalam usaha taninya khususnya pascapanen cabai merah.
Dan setalah dilakukannya penelitian bahwa petani yang ada di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa pada kenyataannya keterampilan
petani di Desa tersebut dapat di masukkan dalam kategori sedang, karena
kurangnya partisipasi petani dalam mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh
penyuluh tentang pascapanen cabai merah hal ini dikarnakan petani lebih
mengutamakan pengalamannya sendiri. Dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Identifikasi Responden Keterampilan Petani dalam Penanganan
Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng
Barat Kabupaten Gowa.
No Uraian Nilai ( % ) Kategori
1
2
3
4
Sortir
Pengeringan
Penyimpanan
Pengemasan
2,70
1,29
2,41
2,35
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Jumlah 8,75 -
Rata – rata 2,18 Sedang
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
1. Sortir
Berdasarkan Tabel 11 keterampilan petani dalam penanganan pascapanen
cabai merah dalam hal melakukan penyortiran sudah bisa dikatakan termasuk
katergori tinggi itu di dapatkan dari nilai keterampilan responden pada penyortiran
setelah di olah peroleh 2,70, namun pada nilai keterampilan ini belum mencapai
36
nilai maksimal yakni 3,00, hal ini di sebabkan karna setelah melakukan
wawancara dan pengamatan lansung di lapangan pada petani responden dalam hal
ini petani cabai merah, didapatkan beberapa petani yang terampil dalam
penyortiran yakni terdapat 12 petani responden dan selebihnya kurang
menerapkan keterampilan dalam proses pascapanen yakni didapatkan 5 petani
responden, hal ini disebabkan karena ke lima petani tersebut mengetahui semua
tahap penyortiran yang ditanyakan oleh peneliti namun pada kenyataannya yang
terdapat pada saat dilapangan petani tesebut masih kurang menerapkan
pengetahuannya, seperti dalam hal pemisahan warna, bentuk, ukuran dan
kekerasan buah, petani tersebut masih kurang memperhatikan hal tersebut.
Kemudian sebagian besar petani responden yang terampil dalam beberapa
tahap penyortiran yang di tanyakan oleh peneliti, menyadari betul bahwasanya
tahap penyortiran ini sangatlah penting, misalnya yang pertama penyortiran warna
pada cabai merah itu sangat penting menurut mereka sebab warna merupakan
suatu hal yang perlu di perhatikan pada penyortiran karena apabila pada pada
penyortiran warna tidak merata atau tidak di pisahkan antara yang matang sekali
yang belum matang itu akan berpengaruh pada harga cabai, pada pedagang
pengumpul atau langsung pada komsumen harga cabai akan menurun di
bandingkan dengan harga cabai yang sudah melewati penyortiran yang baik,
seperti pada saat pemanenan petani harus mengetahui waktu panen maksimal
panen dan warna yang tepat sebelum panen. Maka dari itu perlu keterampilan dan
kesabaran dalam penyortiran produk sebab produk yang akan disortir selain
37
jumlahnya yang banyak pengamatan dan ketelitian untuk hasil dan produk
yang baik.
Penampilan yang seragam baik ukuran, bentuk, maupun kekerasan buah
sangatlah penting karna menurut petani responden ketiga hal tersebut juga akan
memberikan penilaian yang baik pada produk cabai merah pada komsumen,
ketiga hal tersebut baik dari penampilan yang seragam, bentuk, dan kekerasan
buah juga akan menjadi daya tarik juga pada komsumen atau pada pelanggang,
sehingga para komsumen atau pelanggang akan percaya dan tetap membeli
produk dari petani. Kemudian pada tahap penyortiran aspek yang memerlukan
keterampilan petani responden, mereka harus mengetahui dan terampil apabilah
cabai sudah di panen dan setelah penyortiran di lakukan maka sebaiknya cabai
merah yang sudah dipanen hamparkan pada terlebih dahulu di tempat yang teduh
dan terhindar dari sinar matahari lansung hal tersebut bertujuan untuk mencegah
pembusukan sebelum dijual kepengumpul atau lansung pada komsumen.
2. Pengeringan
Berdasarkan Tabel 11 keterampilan petani tentang pascapanen cabai merah
dalam hal melakukan proses pengeringan dikatakan termasuk kategori rendah itu
di peroleh dari nilai yang dicapai pada keterampilan petani tentang proses
pengeringan di lapangan yakni 1,29, namun pada nilai ini belum mencapai nilai
maksimal pada kategori rendah yakni 1,66 hal ini disebabkan karna menurut data
yang di peroleh dari 17 orang responden terdapat 12 orang tidak terampil dan 4
orang kurang terampil, dan hanya 1 petani yang terampil dalam pengeringan. Hal
ini disebabkan karna menurut sebagian besar petani responden proses pengeringan
38
pada pascapanen cabai merah tidak terlalu diterapkan dilapangan sebab sebagian
besar dan hampir seluruh petani cabai merah setelah meraka melakukan
pamanenan mereka langsung menjual hasil panennya itu tidak dalam bentuk
mudah dikeringkan, itu dikarenakan menerut petani responden hasil panen yang
dijual tidak kering lebih mahal dan mudah di pasarkan di bandingkan dengan yang
sudah dikeringkan, selain itu produk yang dijual dalam keadaan kering cukup
lama di keringkan sebelum dijual. Hal ini juga berdampak pada keterampilan
petani ini disebabkan petani tidak terbiasa menerapkan atau melakukan proses
pengeringan olehnya itu petani di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa tidak terampil dalam proses pengeringan cabai merah.
Menurut petani pada saat pengeringan terdapat beberapa tahap pengeringan
dan alat yang masih kurang diketahui oleh petani cabai merah, seperti
pengeringan yang menggunakan pemenas sebagai sumber panas dan juga dapat
memakai lampu listrik sebagai pengganti sinar matahari apabila terjadi hujan atau
perubahan cuaca. Hal ini merupakan sesuatu yang belum terlalu diketahui oleh
petani dan menurut mereka hal tersebul cukup memakan biaya yang tinggi
dikarenakan menggunakan tenaga listrik dan alat yang mahal. Kemudian
pengeringan yang menggunakan alat tersebut harus di lakukan pembalikan setiap
tiga jam pada cabai merah dan akan kering paling lama dua hari dan cabai
dianggap karing ketika kadar airnya 8 % dalam keadaan demikian cabai dapat di
simpan lebih lama, hal tersebut tidak diketahui oleh para petani cabai merah.
Demikian juga pada penggunaan alat dan pengukuran kadar air petani belum
39
terampil dan belum pernah menggunakan dan mengetahui tentang penggunaan
dan pengukuran suhu dan kadar air pada produk cabai merah.
3. Penyimpanan
Berdasarkan Tabel 11 keterampilan petani dalam hal melakukan
penyimpanan sudah bisa dikatakan termasuk katergori tinggi itu di dapatkan dari
nilai keterampilan responden pada penyimpanan setelah diolah di peroleh nilai
2,41, dan nilai ini belum mencapai nilai maksimal yakni 3,00, hal tersebut
disebabkan keterampialan petani responden setelah diadakan pengamatan
langsung dalam proses penyimpanan masih terdapat sebagian besar petani
responden masih kurang terampil dalam penyimpanan yakni terdapat 10 orang,
dikarnakan pada saat penyimpanan petani belum sepenuhnya menerapkan
pengetahuan pascapanen dalam beberapa tahap pengeringan yang diketahuinya.
sedangkan yang terampil dalam tahap pengeringan hanya terdapat 7 orang petani
itu dikernakan setelah mengamati atau melihat langsung petani tesebut mereka
menerapkan betul proses penyimpanan yang di ketahuinya seperti hal dalam
pemisahan buah cabai antara utuh dan tidak, tidak berpenyakit, masak normal
dengan buah cabai yang mengalami kerusakan serta buah cabai yang berpenyakit.
Menurut sebagian besar petani di dalam penyimpanan merupakan suatu
tahap yang perlu di perhatikan apabila pada saat penyimpanan dilakukan dengan
baik dan benar produk atau cabai merah yang akan dijual dapat dipertahankan
kesegarannya dan kualitas dan mutu dapat bertahan lebih lama namun pada
kenyataanya setelah diamati dilapangan masih banyak petani yang kurang
terampil. Kamudian pada saat penyimpanan juga yang harus di perhatikan yakni
40
buah cabai dipisahkan antara buah cabai yang utuh, tidak berpenyakit, masak
normal dengan buah cabai yang mengalami kerusakan serta buah cabai yang
berpenyakit dikarenakan cabai yang gabungkan antara yang utuh dan tidak
berpenyakit dengan yang rusak dan berpenyakit maka cabai akan terkontaminasi
antara buah yang sehat dengan yang berpenyakit dan pada tahap ini juga masih
banyak respoden yang kurang terampil dalam tahap ini.
Petani juga berpendapat pada tahap ini yang perlu di perhatikan adalah pada
saat penyimpanan sebaiknya cabai di simpan pada suhu yang rendah guna untuk
menjaga dan mempertahankan kesegaran cabai pada saat penyimpanan dan
pengangkutan di lakukan. Pada proses ini juga di butuhkan tenaga dan
keterampilan untuk menyiapkan dan membuat tempat penyimpanan dengan
merancang sesuai dengan suhu yang di butuhkan dalam penyipanan produk atau
cabai merah sebagian teampil dan menerapkan sebagian pula kurang terampil
dalam proses tersebut.
4. Pengemasan
Penanganan pascapanen petani dalam hal melakukan pengemasan dapat di
kategorikan tinggi ini dilihat dari hasil data peroleh nilai 2,35 namun nilai ini
belum mencapai nilai maksimal yakni 3,00, hal ini disebabkan pada proses
pengemasan ini hanya terdapat 6 orang yang betul-betul menerapkan dan terampil
dalam pengemasan sedangkan sebagian besar petani responden masih kurang
terampil dan menerapkan proses pengemasan terdapat 11 orang, menunjukkan
bahwa dari keterampilan semua petani responden pada pengemasan cabai merah
41
bisa dikatakan tinggi namun sebagian besar petani cabai belum sepenuhnya
menerapkan pengetahuan tentang tahap pengemasan pada saat pengemasan.
Menurut petani keterampilan dalam melakukan hal pengemasan bertujuan
untuk melindungi mutu produk cabai merah pada kerusakan karena dengan
pengemasan yang baik dan kuat produk dapat dipertahankan dari kerusakan pada
saat pengangkutan atau didistribusikan ke daerah – daerah yang cukup jauh.
Pada wadah pengemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang
bambu atau rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi pada
pembuatan wadah atau kerandah yang terbuat dari bambu atau rotan tersebut
diperlukan keahlian dan keterampilan yang khusus sebab dalam pembuatanya
perlu ketelatenan, kesabaran dan tenaga. Menurut petani responden mengenai
wadah yang terbuat dari rotan atau bambu baik digunakan pada pengemasan atau
pengangkutan karna wadah atau kerandah yang terbuat dari bambu dan rotan ini
selain murah cara pembuatannya juga mudah dan menurut kebanyakan petani
responden wadah ini punya keistemewaan tersendiri dari wadah yang lain, karna
wadah tersebut selain terbuat dari bahan yang alami juga memiliki suhu yang baik
untuk menjaga produk bisa bertahan lebih lama, sedangkan dibandingkan dengan
wadah plastik atau kardus wadah tradisional tersebut labih tahan lama dan kuat
digunakan. Namun dilihat dari semua hal tersebut di atas, jumlah petani yang
kurang menerapkan tahap pengemasan masih lebih banyak dibandingkan dengan
yang menerapkan dari tahap - tahap pengemasan yang ditanyakan oleh peneliti.
42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah di Desa
Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa adalah 2,18 atau
kategori sedang hal ini disebabkan karna sebagian petani cabai merah masih lebih
tua sehingga dalam mempraktekkan apa yang dianjurkan oleh kelompok tani
mereka cenderung atau kadang kala melaksanakan keinginan sendiri, karena
kadang kala petani merasa lebih mau mengerjakan jika tidak terlalu didesak, akan
tetapi mereka tetap melaksanakan hasil dari pelatihan yang dilaksankan oleh
kelompok tani karena mereka mengharapkan dan sudah merasakan jika
melaksanakan anjuran yang disampaikan oleh kelompok tani, keterampilan
mereka dalam penanganan cabai merah bisa meningkat atau mengalami
perubahan yang positif.
6.2. Saran
1. Setelah melakukan penelitian dan ikut berinteraksi langsung dengan petani
cabai merah di desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten
Gowa, peneliti dapat menyarankan sebaiknya petani cabai merah labih harus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pascapanen khususnya
pada tahap pengeringan.
43
2. Kepada instansi yang terkait dalam hal ini penyuluh pertanian lapangan
(PPL) harus lebih banyak berinteraksi dengan petani dan memberikan
informasi dan percontohan kepada petani khususnya pada petani cabai merah.
3. Kepada pemerintah agar memberi bantuan sarana dan prasarana dan pelatihan
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.
44
DAFTAR PUSTAKA
Asgar, A. 2000. Teknologi Peningkatan Kualitas Sayuran, BPTP Jawa
Barat, Lembang.
2009. Penanganan Pascapanen Beberapa Jenis Sayuran, Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Lembang.
Anonim, 2000. Guru Keterampilan.Blogspot.com/2013/05. Jakarta, 2008. Buku
cabai, http:// litbang.deptan.go.id, Jateng, 2010. Penanganan-Pasca-
Panen Cabai Merah, Jakarta.
,2011, jurnal,http://jurnal.pdii.lipi.go.id
,2013. Kementerian Pertanian Badan, Pengembangan SDM Pertanian,
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, litbang.deptan.go.id, Jakarta.
Cahyono, B. (2000). Usaha Tani Dan Penanganan Pascapanen, Yogyakarta.
Dimyanti dan Mujiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Duriat, A.S. 2000. Hasil Penelitian Cabai Merah, Badan Litbang Petanian
Puslitbang Hort, Jakarta.
Hartuti, N. dan R.M. Sinaga.2000. Pengaruh Jenis dan Kapasitas Kemasan
Terhadap Mutu Cabai dalam Pengangkutan, Buletin Penelitian
Hortikultura, Yogyakarta.
Kader.A, 2002. Post Harvest Tecnology of Horticultural Crops. California.
Moekasan, 2005. Pascapanen Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mutiarawati, T. 2009. Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian, Departemen
Pertanian, Jakarta.
Rajab, A. dan M. Taufik. 2008. Introduksi Beberapa Jenis Sayuran di Lahan
Iklim Kering, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Selatan, Makassar.
Santika, 2000. Penyuplai-Cabai-Impor-Terbesar-Indonesia. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Soekartawi, 2000, Pembangunan Pertani. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Suriasumantri, 2001. Ilmu dalam Perspektif. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
45
Sumarni, N. 2009. Budidaya Sayuran: Cabai, Terung, Buncis, dan Kacang
Panjang, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif. Bandung.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Administrasi di lengkapi dengan Metode
R&D. PT alfhabet. Bandung.
Sudiarto. F, 2000. Dasar Pengawetan Pangan. Yogyakarta.
Syafiuddin, 2010. Kemampuan Petani. Depdiknas. http://www.geogle.com
Kemampuan-Petani (diakses 4 Februari 2014), Jakarta.
Soekanto. S, 1999. Kamus Sosiologi. CV Rajawali, Jakarta.
Silvinian. 2005. Modul: Bahan Belajar Mandiri Progra, Rineka Cipta, Jakarta.
Zuckerman. 2002. Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan Pertanian, Bina
Aksara, Makassar.
46
LAMPIRAN
Lampiran 1. Koisiuner Penelitian
I. Identifikasi Responden
a) Nama Responden :......................................................
b) Umur :...................................................... (tahun)
c) Pendidikan Akhir :......................................................
d) Pengalaman Usaha Tani :...................................................... (tahun)
e) Jumlah Tanggungan :...................................................... (orang)
f) Luas Lahan :...................................................... (ha)
II. Keterampilan Responden Terhadap Penanganan Pasca Panen cabai
Merah
No Kegiatan dalam
Penanganan Pasca
Panen
Aspek yang Diuji T KT TT
1 Sortir Warna menjadi hal yang sangat
penting bagi konsumen. Karenanya
harus ada upaya untuk
menstabilkan warna cabai sebelum
dikeringkan.
Menghamparkan buah cabe yang sudah dipetik di tempat teduh,
dengan tujuan untuk mencegah
pembusukan sebelum dijual ke
pasar.
Penampilan produk yang seragam, baik ukuran panjang, diameter,
bentuk, permukaan, warna, maupun
kekerasan buah, akan memberikan
penilaian yang lebih baik.
2 Pengeringan Pengeringan cabai bisa menggunakan pemanas. Sebagai
sumber panas dan juga dapat
memakai lampu listrik.
Cabai dibalik setiap 3 jam dengan alat pemanas, cabai akan kering
paling lama dua hari.
Cabai dianggap kering ketika kadar airnya sekitar 8%, dalam keadaan
demikian cabai dapat disimpan
lebih lama.
3 Penyimpanan Penyimpanan dilakukan agar mutu tetap stabil dan bisa diterima
47
konsumen dengan harga yang
tinggi.
Untuk penyimpanan buah cabai
tersebut dipisahkan agar tidak
terjadi kontaminasi antara buah
cabai yang utuh, tidak berpenyakit,
masak normal dan buah cabai yang
mengalami kerusakan serta buah
cabai yang berpenyakit.
Dengan menempatkan buah cabai dalam kemasan tertentu akan
mengurangi gerakan udara di
sekeliling cabai.
4 Pengemasan Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu produk cabai dari
kerusakan
Kemasan yang ideal harus kuat, memiliki daya lindung yang tinggi
terhadap kerusakan
Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu
atau rotan, karung plastik polietilen
dan kardus berventilasi.
Keterangan :
- Terampil ( T )
- Kurang Terampil (KT)
- Tidak Terampil (TT)
48
Lampiran 2. Identitas Responden Petani Cabai Merah di Desa Kalemandalle
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
No Nama Petani Umur
(Tahun)
Tingkat
Pendidikan
Jumlah Tang.
Keluarga
( Orang )
Luas
Lahan (ha)
Pengalaman
usahatani
( Tahun )
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
S.Dg. Raja
Dg. Sese
D.Dg.Bombong
S.Dg Nojeng
Dg.Sikki
J.Dg.Rani
Dg.Tona
Dg.Sarro
S.Dg.Ngemba
S.Dg.Tola
Dg.Sija
N.Dg Siallu
Abd.Latif Taba
N.Dg.Sewang
Dg.Tinri
H.ewa
R.Dg.Ngopa
24
44
39
62
63
41
53
57
36
33
39
45
38
62
27
63
53
SMA
SD
SMP
SMA
SD
SMA
SD
SD
SMP
SMA
SMP
SMA
SMA
SD
SMA
SD
SMP
1
5
4
1
1
4
2
2
4
3
3
3
3
4
2
3
3
0,23
0,25
0,17
0,27
0,28
0,47
0,15
0,20
0,23
0,29
0,17
0,37
0,23
0,28
0,10
0,25
0,22
5
30
15
40
44
20
25
30
15
17
20
25
15
40
10
40
20
Jumlah 779 - 48 4,16 411
Rata-rata 45,82 - 2,82 0,24 24,17
49
Lampiran 3. Identifikasi Keterampilan Petani dalam Penanganan Pasca Panen
Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa, 2014.
No Nama
Responden
Keterampilan Petani dalam Penanganan Pasca Panen Cabai Merah di
Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa
Sortir Pengeringan Penyimpanan Pengemasan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
S. Dg. Raja
Dg. Sese
D.Dg. Bombong
S.Dg. Nojeng
Dg. Sikki
J Dg. Rani
Dg. Tona
B. Dg. Sarro
S. Dg. Ngemba
S. Dg. Tola
Dg. Sija
N Dg. Siallu
Abd.Latif Taba
N. Dg. Sewang
Dg. Tinri
H. Ewa
R. Dg. Ngopa
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
1
1
2
1
3
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
2
2
3
2
3
2
3
2
2
3
2
Jumlah 46 22 41 40
Rata-rata 2,70 1,29 2,41 2,35
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
Keterangan :
Terampil 3
Kurang Terampil 2
Tidak Terampil 1
Kategori :
Tinggi : 2,34 - 3,00
Sedang : 1,67 - 2,33
Rendah : 1,00 - 1,66
50
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar 2. Foto Wawancara Petani Cabai Merah
51
Lampiran 4. (Lanjutan) Dokumentasi Penelitian
Gamabar 3. Foto Pemanenan Cabai Merah
52
Lampiran 4. (Lanjutan) Dokumentasi Penelitian
Gamabar 4. Foto Penyortiran Cabai Merah
53
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pannujuang tanggal 26 September 1992, Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah di SD Inpres Pannujuang
Kabupaten Gowa dan lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjut
kan pendidikan di MTs. Muhammadiyah Mandalle dan lulus tahun 2007. Pada
tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Galesong
Utara dan lulus pada tahun 2010. Satu tahun kemudian, penulis lulus seleksi
masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis Skripsi
yang berjudul “Keterampilan Petani Dalam Penanganan Pascapanen Cabai
Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.”