KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

68
KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH DI DESA KALEMANDALLE KECAMATAN BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA SUKIRMAN 105 9600 667 10 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Transcript of KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

Page 1: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA

PANEN CABAI MERAH DI DESA KALEMANDALLE

KECAMATAN BAJENG BARAT

KABUPATEN GOWA

SUKIRMAN

105 9600 667 10

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA

PANEN CABAI MERAH DI DESA KALEMANDALLE

KECAMATAN BAJENG BARAT

KABUPATEN GOWA

SUKIRMAN

105 9600 667 10

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

i

Page 3: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen

Cabai Merah di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.

Nama : Sukirman

Nim : 105 960066710

Konsentrasi : Sosial Ekonomi

Program Studi : Agribisnis

Di setujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Syafiuddin,M.Si Amruddin, S.Pt,.M.Si.

Diketahui Oleh,

Dekan Ketua Program Studi

Ir.H. Saleh Molla, M.M. Amruddin, S.Pt.,M.Si

ii

Page 4: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen

Cabai Merah di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.

Nama : Sukirman

Stambuk/Nim : 105960066710

Konsentrasi : Sosial Ekonomi

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

SUSUNAN PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si

Ketua Sidang

2. Amruddin, S.Pt,. M.Si

Sekertaris

3. Ir.H. Saleh Molla, M.M.

Anggota

4. Rahmawati, S.Pi,. M.Si

Anggota

Tanggal Lulus :

iii

Page 5: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCAPANEN

CABAI MERAH DI DESA KALEMANDALLE KECAMATAN BAJENG

BARAT KABUPATEN GOWA.

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, Maret 2015

Sukirman

iv

Page 6: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

ABSTRAK

SUKIRMAN. 105960066710. Keterampilan Petani dalam Penanganan

Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh SYAFIUDDIN dan AMRUDDIN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketarampilan petani

dalam penanganan pascapanen cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Populasi petani cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa terdapat 17 orang, kemudian dari populasi diambil sampel

dengan teknik sensus atau (sampling jenuh) yaitu mengambil semua populasi

untuk dijadikan sampel penelitian, Analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif yakni data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan

dideskripsikan secara kualitatif, dengan bantuan tabel silang, proses analisis

dimulai sejak awal penelitian hingga akhir penulisan laporan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah di Desa

Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa adalah 2,18 atau

kategori sedang.

v

Page 7: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Dalam penyusunan skripsi ini banyak masalah yang ditemukan, namun

berkat petunjuk, bimbingan dan arahan serta motivasi dari dosen pembimbing

prof. Dr. Syafiuddin, M.Si. selaku pembimbing I dan Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku

pembimbing II semuanya dapat teratasi. Ungkapan terima kasih yang sebesarnya

kepada Ayahanda Nasrun Dg Nappa dan Ibunda Kasmawati Dg Kanang, yang

selalu mendo’akan dan mendukung setiap langkah penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini, kemudian terima kasih pula kepada Bapak pembimbing yang tidak

hentinya membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dan

juga terima kasih buat teman-teman yang selalu memberi motivasi dan

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu diharapkan komentar yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi selanjutnya. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan setiap orang yang membacanya amin.

Makassar, Maret 2015

Sukirman

vi

Page 8: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Panen dan Pascapanen ................................................................ 5

2.1.1 Panen .................................................................................. 5

2.1.2 Pascapanen ......................................................................... 7

2.2. Keterampilan Petani .................................................................... 15

2.2.2 Keterampilan ...................................................................... 15

2.2.3 Petani .................................................................................. 16

2.3 Kerangka Pikir ............................................................................ 17

vii

Page 9: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

III . METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 19

3.2 Tehnik Penentuan Sampel ........................................................... 19

3.3 Teknik Pengambilan Data ........................................................... 19

3.4 Analisis Data .............................................................................. 20

3.5 Definisi Operasional ................................................................... 21

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis ....................................................................... 22

4.2 Potensi Sumber Daya Alam ........................................................ 22

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia ................................................... 23

4.4 Sarana dan Prasarana .................................................................. 26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden .................................................................... 28

5.2 Keterampilan Petani dalam Penanganan Pasca Panen

Cabe Merah ................................................................................ 33

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................................................. 43

6.2 Saran............................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44

LAMPIRAN ................................................................................................. 46

RIWAYAT HIDUP....................................................................................... 53

Page 10: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Kalemandalle,

Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa, 2013, ................................... 22

2. Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Kalemandalle,

Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa 2013,…………...………… 23

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat,

Kabupaten Gowa 2013…………………….............................................. 24

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat,

Kabupaten Gowa, 2013……………………............................................. 25

5. Keadaan Sarana dan Prasarana Penduduk di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa,2013………………………. 26

6. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasaran Tingkat Umur,

di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa 2014………………………………………………….. 28

7. Tingkat Pendidikan Responden petani di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, 2014……………………… 29

8. Luas Lahan Responden Petani di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, 2014……………………… 30

9. Identitas Responden Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa, 2014............................................................................ 31

10. Indentitas responden petani berdasarkan Pengalaman Usaha Tani

di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa, 2014.………………………………………………… 32

11. Identifikasi Responden Keterampilan Petani dalam

Penanganan Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa…..…………………………………….. 36

viii

Page 11: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pikir Pengetahuan dan Keterampilan Petani dalam

Penanganan Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa…………….……………… 18

2. Foto Wawancara Petani Cabai Merah........................................................ 50

3. Foto Penyortiran Cabai Merah................................................................... 51

4. Foto Pemanenan Cabai Merah……..……………………………………. 52

ix

Page 12: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kuisioner Penelitian………………………………………………… 46

2. Identitas Responden………………………………………………... 48

3. Identifikasi Keterampilan Petani dalam Penanganan

Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa……………………….. 49

4. Dokumentasi Penelitian……………………….................................. 50

x

Page 13: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …
Page 14: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …
Page 15: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …
Page 16: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian

Indonesia saat ini, terutama perekononomian rakyat karena harus memenuhi

kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Peningkatan

produksi pangan terutama dimaksudkan untuk menyediakan pangan yang

mempunyai arti penting dalam mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan

kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai maksud tersebut, peningkatan

produksi pangan tidak hanya bertumpu pada pangan pokok, tetapi peningkatan

produksi tanaman hortikultura khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan

mendapat perhatian yang sama untuk di kembangkan (Soekartawi, 2000).

Salah satu tugas pokok di dalam pembangunan pertanian adalah menemukan

cara berusaha tani yang dapat dipraktekkan dengan efektif oleh petani yang

mempunyai kemampuan rendah asal saja mereka mau belajar sedikit dan

mengembangkan keterampilan yang baik. Pengetahuan dan keterampilan petani

harus terus meningkat dan berubah agar pembangunan pertanian dapat terlaksana,

petani mengembangkan sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap

alam sekitar dan terhadap diri mereka sendiri. Dengan hal tersebut diharapkan

dapat meningkatkan produksi dan mempertinggi rasa percaya diri

(Rajab dan Taufik, 2008).

Page 17: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

2

Penanganan pascapanen cabai merah di Indonesia umumnya masih

sederhana sehingga tingkat kerusakannya sangat tinggi. Hal ini terjadi karena

sektor pertanian memegang penting dalam perekonomian Indonesia, utamanya

perekonomian masyarakat di bidang komoditi pangan hortikultura yang

permintaanya selalu meningkat setiap tahunnya, begitu halnya dengan fasilitas

dan pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen masih terbatas.

Teknologi pascapanen atau pengolahan cabai menjadi andalan dalam

mempertahankan dan meningkatkan nilai jual produk yang dituntut prima oleh

konsumen. Oleh karena itu, petani cabai perlu memiliki pengetahuan tentang

penanganan komoditas yang mudah rusak agar kesegarannya dapat dipertahankan

lebih lama. Beberapa hasil penelitian menunjukkan cabai tergolong sayuran yang

mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Penggunaan cabai tidak

hanya untuk konsumsi segar, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk seperti

saus, sambal, pasta, bubuk, dan obat anestesi (Asgar,2000).

Kegiatan dalam usaha produksi pertanian dibedakan dalam dua tahap yaitu

tahap budidaya dan tahap pascapanen. Batas kedua tahap ditandai dengan kegiatan

panen atau pemungutan hasil. Oleh karena waktu kegiatan yang langsung antara

panen dan pascapanen, seringkali kegiatan panen dimasukkan ke dalam kelompok

pascapanen. Tahap budidaya dimulai dari pengolahan tanah, penyemaian,

penanaman dan perawatan hingga tanaman siap dipanen. Penanganan pascapanen,

yang merupakan tahap selanjutnya, adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sejak produk dipanen sampai siap dikomsumsi (untuk produk segar) atau sampai

siap diolah (sebagai bahan produk olahan) (Anonim, 2000).

Page 18: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

3

Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan

baku cabai. Meskipun begitu produksi cabai di Indonesia masih rendah, rata-rata

produksi nasional baru mencapai 3,3 – 3,5 ton/ha, sedangkan produksi yang

optimal setiap 1 hektar berkisar 3 – 6 ton (Santika, 2000).

Keterampilan petani terhadap penanganan pascapanen cabai merah di Desa

Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, perlu diadakan

penelitian dan pengamatan secara lanjut untuk mengetahui seberapa jauh tingkat

keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah, peneliti juga

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh ketarampilan petani dalam penanganan

pascapanen cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan

penelitian dengan judul ”Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen

Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa”.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang maka masalah yang dirumuskan yaitu

bagaimana keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah

di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?

Page 19: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

4

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui ketarampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah

di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

2. Bagi petani, agar dapat mengetahui dan terampil pada penanganan

pascapanen dalam meningkatkan mutu dan produksi tanaman cabai merah

di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Page 20: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Panen dan Pascapanen

2.1.1 Panen

Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi di lapangan dan faktor

penentu proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan pascapanen pada

tanaman cabai perlu dicermati untuk dapat mempertahankan mutu sehingga dapat

memenuhi spesifikasi yang diminta konsumen. Penanganan yang kurang hati-hati

akan berpengaruh terhadap mutu dan penampilan produk yang berdampak kepada

pemasaran. Panen merupakan kegiatan awal dalam penanganan pascapanen,

pada tahap ini panen tanaman cabai dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat

dan dengan hati-hati untuk menjaga mutu produk (Rajab dan Taufik 2008).

Pemanenan buah cabai di Indonesia umumnya dilakukan dengan tangan,

kemudian panen awal dan lamanya waktu panen tanaman cabai tergantung kepada

jenis dan varietasnya, varietas berumur genjah, sedang atau dalam. Umumnya,

varietas yang sama yang ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi

menunjukkan panen awal yang berbeda. Tanaman cabai yang ditanam di dataran

rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan tanaman cabai yang ditanam di

dataran tinggi (Anonim, 2011).

Frekuensi panen sangat tergantung kepada situasi lapangan. Namun secara

umum pemanenan dilakukan 3 – 4 hari sekali atau paling lambat seminggu sekali.

Masa panen tergantung pada varietas cabai yang ditanam. Secara normal,

frekuensi panen dapat dilakukan 12 – 20 kali sampai tanaman berumur

Page 21: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

6

6 - 7 bulan. Selain varietas, masa panen cabai juga sangat tergantung kepada

keadaan pertanaman dan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman. Masa panen

cabai rawit lebih lama dibandingkan dengan varietas cabai lainnya, tetapi tidak

lebih dari 7 bulan. Dalam praktek keseharian, para petani cabai tidak pernah

melakukan penanganan pascapanen yang benar seperti sortasi dan grading.

Kegiatan ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh para pedagang di tingkat

pengumpul (Anonim, 2011)

Dalam pelaksanaan panen cabai hibrida, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan sebagai beriku:

1. Panen dilakukan pagi hari setelah ada sinar matahari.

2. Cara pemanenan buah cabai dilakukan dengan mengikut sertakan batang

buahnya dan dijaga supaya tidak merusak ranting dan percabangan

tanaman cabai.

3. Buah yang dipanen adalah yang benar-benar tua, tandanya buah berwarna

merah, hijau kemerahan atau hitam kemerahan.

4. Saat panen langsung dilakukan sortasi, buah yang rusak atau kena hama

langsung dipisahkan

5. Kematangan cabai disesuaikan dengan permintaan, lama penyimpan dan

lamanya transportasi ke pasar

6. Setelah dipanen lakukan sortir awal, buah cabai yang terkena penyakit,

terutama cendawan dikubur dalam lubang atau dibakar supaya tidak menular

ke buah dan tanaman lainnya (Asgar, 2000).

Page 22: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

7

2.1.2 Pascapanen

Pascapanen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses panen

terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya

antara lain untuk membuat bahan hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak

dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.

Penanganan pascapanen yang dibahas dalam tulisan ini meliputi pengolahan

primer, yaitu perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar

atau siap diolah, serta pengolahan sekunder, yaitu tindakan yang mengubah hasil

tanaman (dalam hal ini cabai) menjadi bentuk lain agar lebih awet

( Mutiarawati, 2009).

Penanganan pascapanen cabai dikatakan hampir belum sepenuhnya

dilaksanakan para petani karena terbatasnya pengetahuan dan fasilitas. Selain itu,

kejelasan spesifikasi produk yang diinginkan konsumen tidak diketahui secara

jelas oleh petani. Spesifikasi produk hanya diketahui oleh pedagang pengumpul.

Keadaan ini menyebabkan daya tawar petani lebih rendah dari pada daya tawar

pedagang pengumpul (Moekasan, 2005)

Tidak semua buah cabai yang dipanen bisa dijual karena rusak, kerusakan

atau kehilangan hasil pascapanen tanaman cabai bisa disebabkan hama penyakit,

kerusakan secara mekanis dan kerusakan fisik. Kerusakan yang disebabkan hama

penyakit merupakan bawaan dari lapangan. Hama penting yang sering merusak

buah cabai di Indonesia di antaranya lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend) dan

ulat grayak (Spodoptera litura F). Sementara itu, penyakit yang sering menyerang

buah cabai adalah antraknosa, Collectrchum nigrum, dan Phythopthora capsici.

Page 23: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

8

Kerusakan secara mekanis, fisiologis dan fisik lebih sering disebabkan oleh

pengelolah yang kurang cermat dan hati-hati dalam penanganan pascapanen,

kerusakan mekanis paling dominan terjadi pada saat pemetikan, pengangkutan

dari lapangan dan pengangkutan ke pasar, penanganan saat bongkar muat, serta

tidak ada packaging atau wadah yang baik dalam pengangkutan dan cenderung

menggunakan karung untuk mengangkutnya. Keruskaan fisiologis terutama

terjadi dalam cabai itu sendiri. Setelah pemetikan buah cabai akan cepat layu

menuju ke arah senesence yaitu meningkatnya temperatur lingkungan akan

memicu laju respirasi sebesar 2 – 3 kali, sehingga proses pembusukan terjadi lebih

cepat. Kerusakan fisik disebabkan adanya tekanan lingkungan, sengatan matahari,

kelembaban tinggi dan temperatur tinggi. Keadaan seperti ini menyebabkan buah

cabai akan lebih cepat membusuk (Anonim, 2011)

Dalam penanganan pascapanen, ada beberapa hal yang harus dilakukan :

1. Sortasi

Buah cabai yang telah dipanen segera disortasi untuk mencegah kerusakan,

penundaan sortasi akan mempercepat pembusukan. Cabai hasil sortasi yang

berkualitas kurang baik masih dapat dipasarkan, meskipun harganya rendah,

sortasi yang dilakukan di petani berbeda yang dilakukan oleh industri dan petani

umumnya mengharapkan semua hasil panen dapat dijual. Cabai yang berkualitas

baik dijual ke pedagang atau pasar swalayan, sedangkan yang kualitasnya kurang

baik dipasarkan ke pedagang pengecer atau pasar tradisional. Demikian pula di

tingkat pedagang, cabai yang berkualitas baik dijual ke industri pengolah dan

Page 24: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

9

yang kurang bagus dijual ke pedagang pengecer. Industri pengolahan

menghendaki cabai yang berkualitas baik agar hasil olahannya berkualitas

prima (Asgar, 2000).

Sortasi terhadap warna menjadi hal yang sangat penting bagi konsumen,

karenanya harus ada upaya untuk menstabilkan warna cabai sebelum dikeringkan.

Petani di Indonesia akan menghamparkan buah cabai yang sudah dipetik di tempat

teduh, dengan tujuan untuk mencegah pembusukan sebelum dijual ke pasar,

tindakan seperti ini disebut curing yaitu mengondisikan buah cabai untuk dapat

menyesuaikan dengan keinginan dari pasar. Konsumen terutama pasar swalayan,

restoran dan hotel lebih mengutamakan spesifikasi produk yang mereka inginkan

dan untuk ini mereka berani membayar lebih besar jika dibandingkan dengan

pasar tradisional (wet market). Penampilan produk yang seragam, baik ukuran

panjang, diameter, bentuk, permukaan, warna, maupun kekerasan buah, akan

memberikan penilaian yang lebih baik. Untuk itu diperlukan sortasi dan grading

terhadap buah cabai yang diinginkan konsumen, baik rumah tangga, kelompok

konsumen swalayan, restoran, hotel, industri pangan olahan tradisional maupun

skala industri. Umumnya, sortasi dan grading dilakukan oleh pedagang

pengumpul (Asgar, 2000).

2. Pengeringan

Penyimpanan cabai segar dengan cara biasa waktunya tidak akan lama,

tetapi kalau dikeringkan daya simpannya akan lebih lama. Tahap - tahap

pengeringan cabai antara lain :

Page 25: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

10

1. Cabai dipilih yang berkualitas baik, berisi dan segar

2. Tangkai cabai dibuang

3. Buah cabai dicuci bersih

4. Buah cabai dimasukkan ke dalam air panas beberapa menit

5. Buah cabai didinginkan dengan mencelup ke air dingin

6. Buah cabai ditiriskan diatas anyaman bambu atau kawat kasa.

7. Buah cabai yang sudah tiris dijemur pada sinar matahari sampai kering

(kurang lebih 1 minggu).

Pada musim hujan, pengeringan cabai bisa menggunakan pemanas.Sebagai

sumber panas dapat memakai lampu listrik, kompor, tungku arang, gas LPG atau

bahan lainnya. Ruang pemanas ini dapat dibuat dari kayu seperti almari dan

bagian dalamnya diberi lapisan seng. Sumber panas diletakkan dibawah almari

yang telah diberi lubang, ruangan pemanas diberi para-para beberapa lapis untuk

meletakkan cabai, banyaknya para-para tergantung besarnya almari, jarak antar

para-para 15-20 cm, kemudian lapisan cabai jangan terlalu tebal cukup selapis

agar cepat kering, bagian atas almari diberi ventilasi yang penutupnya dapat diatur

besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari, suhu diatur kurang

lebih 60 C, ventilasi dibuka lebar jika suhu melebihi 60oC supaya cabai kering

merata, maka para-para bisa dipindahkan letaknya, misalnya bagian atas pindah

ke bawah dan sebaliknya, kemudian cabai dibalik setiap 3 jam dengan alat

pemanas, cabai akan kering paling lama dua hari, cabai dianggap kering ketika

kadar airnya sekitar 8%, dalam keadaan demikian cabai dapat disimpan lebih

lama. (Duriat, 2000).

Page 26: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

11

3. Penyimpanan (Storage)

Pada tahap selanjutnya setelah pengeringan buah cabai yang sudah disortasi

tadi kemudian diproses pada tahap penyimpanan. Untuk penyimpanan buah cabai

tersebut dipisahkan agar tidak terjadi kontaminasi antara buah cabai yang utuh,

tidak berpenyakit, masak normal dan buah cabai yang mengalami kerusakan serta

buah cabai yang berpenyakit. Hai ini maksudkan agar cabai tetap kelihatan segar,

mutu tetap stabil dan bisa diterima konsumen dengan harga yang tinggi, sebaiknya

penyimpanan buah cabai di simpang di ruang tertutup, yaitu bangunan

berventilasi, ruang berpendingin atau ruang tertutup yang konsentrasi gasnya

berbeda dengan atmosfer. Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang umur

dan kesegaran cabai tanpa menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Pendinginan

bertujuan menekan tingkat perkembangan mikroorganisme dan perubahan

biokimia. Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara terbaik untuk

mempertahankan kesegaran cabai. Suhu optimal pendingin bergantung pada

varietas cabai dan tingkat kematangannya. Pendinginan dengan menggunakan

refrigerator umumnya lebih mudah dibandingkan dengan cara lainnya. Dengan

cara ini, aktivitas metabolisme bahan akan berkurang sehingga memperlambat

proses kerusakan dan memperpanjang masa simpan. kemudian penyimpanan

dengan udara terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme

sehingga menunda pematangan dan pembusukan buah. Oleh karena itu, cabai

yang akan disimpan hendaknya sehat, seragam kematangannya, dan dikemas

dengan baik.

Page 27: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

12

Adapun beberapa tujuan dari proses penyimpanan adalah antara lain :

1. Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)

2. Menampung produk yang melimpah

3. Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun

4. Membantu dalam pengaturan pemasaran

5. Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen

6. Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan.

Berbagai tujuan pemberian bahan kimia pada saat penyimpanan, antara lain:

1. Pemberian insektisida atau fungisida untuk mencegah serangan hama dan

penyakit setelah panen.

2. Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul

selama penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.

3. Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.

4. Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas.

5. Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada

dipermukaan buah.

6. Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah

pembusukan.

7. Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik.

(Sudiarto, 2000).

Page 28: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

13

3. Pengemasan ( Pack aging )

Pada tahap ini buah cabai dikemas untuk melindungi mutu produk cabai dari

kerusakan mekanis, fisik dan fisiologi pada saat handling, pengangkutan dan

bongkar muat. Kemasan yang ideal harus kuat, memiliki daya lindung yang

tinggi terhadap kerusakan, mudah di-handle, aman dan ekonomis.Wadah kemasan

dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu atau rotan, karung plastik

polietilen dan kardus berventilasi, sebaiknya kemasan yang digunakan pada tahap

ini yang bersifat ideal adalah yang mudah diangkat, aman, ekonomis, dan dapat

menjamin kebersihan produk. Kemasan yang baik dapat menekan benturan,

mempermudah pertukaran udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan

kemasan adalah ekonomis, bahannya tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dapat

melindungi komoditas, berventilasi, dan tidak bau.

Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu

atau rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi. Para petani dan

pedagang cabai untuk pasar tradisional biasanya mengemas cabai dengan karung

plastik berlubang - lubang. Sementara itu, pasar swalayan menghendaki kemasan

dalam kardus. Adapun beberapa tahap yang sangat penting dan perlu di

perhatikan dalam pengemasan antara lain:

1. Melindungi komoditas dari kerusakan.

2. Melindungi dari kerusakan mekanis, seperti gesekan, tekanan, getaran.

3. Melindungi dari pengaruh lingkungan, seperti temperatur,

kelembaban, angin.

4. Sanitasi atau melindungi kotoran.

Page 29: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

14

Berikut ini beberapa keuntungan dalam proses pengemasan, anatara lain:

1. Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan

2. Memberikan kesinambungan dalam penanganan

3. Mengacu pada standarisasi wadah / container

4. Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran

5. Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)

6. Lebih menarik

7. Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas

8. Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi

produk yang dikemas.

9. Mengurangi / menekan biaya transportasi / biaya tataniaga.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan.

1. Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka,

terjatuh atau kerusakan lain.

2. Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi).

3. Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi.

4. Kontainer atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau

pelindung harus bersih, untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus,

plastik transparan dan lain-lain, harus yang baru.

5. Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang

dikemas dan lama penyimpanan / pengangkutan.

Page 30: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

15

6. Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang

di perbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia

setelah panen (Hartuti, 2000).

2.2. Keterampilan Petani

2.2.1 Keterampilan

Keterampilan petani ialah sebagai proses komunikasi pengetahuan untuk

mengubah perilaku petani menjadi cekat, cepat dan tepat melalui pengembangan

kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. perilaku terampil ini

dibutuhkan dalam pengenbangan pertanian dalam hal budidaya dan pengolahan

tanaman hingga pemasaran untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal

(Silvinian, 2005)

Keterampilan adalah yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik,

dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan – kemampuan yang

lebih tinggi. Kemampuan – kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan

telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan

pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai

manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar

mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta

keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam

bentuk kreatifitas (Dimyanti dan Mujiono, 2002).

Keterampilan petani dapat dilihat dari lamanya seorang petani melakukan

usahatani. Semakin lama petani bekerja pada kegiatan tersebut semakin

Page 31: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

16

menunjukkan tingkat keterampilan dalam berusahatani. Keterampilan dalam

berusahatani merupakan faktor yang cukup menunjang seseorang dalam

meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam berusahatani.

Disamping itu keterampilan dalam berusahatani juga memberikan dampak

terhadap pembaharuan yang disampaikan oleh agen pembaharu (Anonim, 2000).

2.2.2 Petani

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah

yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan. Tanah

dan dirinya adalah bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang telah

berdiri lama, suatu masyarakat petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga

seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap paksa tanah bila mana

mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka

menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian, mereka

masuk secara intim, akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi

keuntungan (Anonim, 2013).

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya

dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan

dan memelihara tanaman (seperti cabai, bunga, buah), dengan harapan untuk

memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun

menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah

bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol

atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian. Setiap orang bisa menjadi

petani (asalkan punya sebidang tanah atau lebih), walau ia sudah punya pekerjaan

Page 32: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

17

bukan sebagai petani, maksud dari kalimat tersebut bukan berarti pemilik tanah

harus mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tetapi bisa bekerjasama

dengan petani tulen untuk bercocok tanam di tanah pertanian miliknya. Apabila

ini diterapkan, berarti pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang

lain walau hasilnya tidak banyak. Apabila bermaksud mengolah sendiri, tentu

harus benar-benar bisa membagi waktu, tetapi kemungkinan akan kesulitan kalau

tanahnya lebih dari satu petak (Syafiuddin, 2010).

2.3. Kerangka Pikir

Pengetahuan dan keterampilan petani harus terus meningkat dan berubah

agar pembangunan pertanian dapat terlaksana, petani mengembangkan sikap baru

yang berbeda terhadap pertanian, terhadap alam sekitar dan terhadap diri mereka

sendiri. Dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi dan

mempertinggi rasa percaya diri.

Selain itu, Pengetahuan dan keterampilan petani terhadap penanganan pasca

panen cabai merah di Desa Kalemandalle kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa, perlu diadakan penelitian dan pengamatan secara lanjut untuk mengetahui

seberapa jauh tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam penanganan

pascapanen dalam menjaga kualiatas dan mutu produksi cabai merah. Adapun

kerangka pikir dapat di lihat pada gambar 1.

Page 33: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

18

Gambar1. Kerangka Pikir Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen

Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa.

Petani Cabai Merah

Kegiatan Pascapanen

Cabai Merah

₋ Sortasi

₋ Pengeringan

₋ Penyimpanan

₋ Pengemasan

Keterampilan Petani

Page 34: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

19

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng

Barat, Kabupaten Gowa pada bulan Juni sampai September 2014. Pemilihan

lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa melihat situasi dan kondisi, merupakan

tempat budidaya cabai merah.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Populasi petani cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa sebanyak 17 orang, dari populasi tersebut diambil sampel

dengan teknik sensus atau (sampling jenuh) yaitu mengambil semua populasi

untuk dijadikan sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2005).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara :

1. Observasi yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan

langsung pada petani di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa.

2. Wawancara yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui interview

langsung dengan setiap petaniyang ada di Desa Kalemandalle Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Untuk memudahkan dalam proses interview

digunakan kuesioner/daftar pertanyaan yang diberikan kepada setiap petani.

3. Dokumentasi yaitu dengan mengambil gambar atau foto-foto yang terdapat

di tempat penelitian.

Page 35: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

20

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder yaitu :

1. Data primer yaitu, data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara

setiap Petani.

2. Data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari kantor Desa dan instansi

terkait. Data sekunder meliputi : Monografi Desa Kalemandalle.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan dideskripsikan

secara kualitatif, dengan bantuan tabel silang, proses analisis dimulai sejak awal

penelitian hingga akhir penulisan laporan. Adapun tahap yang ditempuh adalah

menelaah seluruh data yang diperoleh kemudian diklasifikasi berdasarkan

kategorinya kemudian mencari hubungan-hubungan dengan kategori yang lain

agar tergambar pengetahuan dan keterampulan petani dalam penanganan

pascapanen cabai merah yang ada di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng

Barat, Kabupaten Gowa.

Cara penggolongan tingkat pengetahuan dan keterampilan petani secara

keseluruhan dibagi dalam kategori kelas (tinggi, sedang, rendah) dengan nilai

3 , 2 ,1 dan digunakan interval dengan rumus (Sugiyono, 2012).

Kelas kategori ∶nilai tertinggi − nilai terendah

jumlah kelas

Page 36: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

21

Jawaban responden masing-masing variable dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Skor untuk kategori Tinggi : 2,34 – 3,00

2. Skor untuk kategori Sedang : 1,67 – 2,33

3. Skor untuk kategori Rendah: 1,00 – 1,66

3.5. Definisi Operasional.

1. Petani adalah orang yang berprofesi sebagai pelaku yang melakukan

kegiatan pascapanen cabai merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.

2. Keterampilan adalah keahlian dan kepandaian petani yang cekat, cepat dan

tepat dalam melakukan pascapanen cabai.

3. Pascapanen yaitu merupakan kegiatan setelah panen cabai seperti, sortasi,

pengeringan, penyimpanan, pengemasan.

4. Sortasi yaitu suatu pemilihan mutu atau kualitas barang untuk mengetahui

layak tidaknya cabai.

5. Penyimpanan adalah suatu kegiatan dilakukan dalam

mempertahankan cabai.

6. Pengemasan adalah suatu kegiatan dalam mempertahankan mutu dan

kualitas cabai.

7. Pengeringan yaitu cabai dikeringkan, bisa menggunakan pemanas sebagai

sumber panas dapat memakai lampu listrik, kompor, tungku arang, gas LPG

atau bahan lainnya, agar daya simpan cabai akan lebih lama.

Page 37: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

22

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Secara administratif Desa Kalemandalle mempunyai luas wilayah 298,87

Ha yang terdiri dari lima Dusun yaitu Dusun Ballata’bua, Dusun Mandalle I,

Dusun Mandalle II, Dusun Mattirobaji dan Dusun Bontote’ne. Desa Kalemandalle

mempunyai batas wilayah, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Biringala

Kecamatan Barombong, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Manjalling,

sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Mandalle dan sebelah Barat berbatasan

dengan Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

4.2 Potensi Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam disetiap daerah berbeda-beda, spesifikasi

pemanfaatan lahan lebih banyak ditentukan oleh tingkat daya dukung lahan,

sangat tergantung pada tingkat pengetahuan manusia, dapat pula disebabkan oleh

orientasi sosial ekonomi masyarakat. Pola penggunaan lahan di Desa

Kalemandalle dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat,

Kabupaten Gowa.

No. Jenis Penggunaa Lahan Luas Lahan Persentase (%)

1

2

3

Sawah Irigasi

Sawah tadah hujan

Pemukiman

232,96

8,50

57,41

77,95

2,84

19,21

Jumlah 298,87 100,00

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.

Page 38: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

23

Tabel 1 terlihat bahwa penggunaan lahan yang paling dominan adalah

sawah irigasi, tanaman yang dikembangkan pada lahan sawah adalah padi, kacang

hijau, cabai dan sayur-sayuran.

4.2 Potensi Sumber Daya Manusia

Sebagaimana ditunjuk pada Tabel 1 bahwa luas lahan/wilayah di Desa

Kalemandalle 298,87 Ha. Jumlah penduduk 3.269 jiwa yang terdiri dari penduduk

laki-laki sebanyak 1.636 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1633 jiwa

dengan 795 kepala keluarga.

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

Usia dan jenis kelamin seringkali dijadikan patokan untuk

menggambarkan produktivitas. Dan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun

2013, Desa Kalemandalle memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.269 jiwa, yang

tersebar dalam beberapa kelompok umur, dimana penduduk laki-laki berjumlah

1.636 jiwa dan perempuan berjumlah 1.633 jiwa. Penyebaran penduduk di Desa

Kalemandalle dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Kalemandalle, Kecamatan

Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.

No. Kelompok

Umur (tahun)

Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa) Jumlah

Persentase

(%)

1

2

3

0 – 15

16 - 55

55+

540

859

237

518

881

234

1.058

1.740

471

32,37

53,22

14,41

Jumlah 1.636 1.633 3.269 100,00

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.

Page 39: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

24

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat penyebaran yang paling tinggi

pada kelompok umur 16 – 55 tahun yaitu sebanyak 1.740 jiwa (53,22%),

sedangkan yang paling rendah adalah kelompok umur 55 tahun ke atas yaitu

sebanyak 471 jiwa (14,41%).

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk di Desa Kalemandalle dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

melaksanakan berbagai jenis pekerjaan.Gambaran penduduk berdasarkan mata

pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kalemandalle,

Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Buruh Tani

Petani

Pedagang

Tukang Kayu

Tukan Batu

Penjahit

PNS

Pensiunan

TNI/Polri

Perangkat Desa

Buruh Industri

242

877

98

10

238

7

37

22

4

10

5

15,61

56,58

6,32

0,65

15,36

0,45

2,39

1,42

0,26

0,65

0,32

Jumlah 1.550 100,00

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.

Page 40: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

25

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 bahwa mata pencaharian utama

adalah petani sebanyak 877 orang (56,58%). Jumlah tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar penduduk di Desa Kalemandalle menggantungkan hidupnya pada

bidang pertanian. Dengan demikian kebijaksanaan pembangunan desa sepatutnya

dititik beratkan bagi para petani beserta keluarganya. Mata pencaharian terbesar

kedua adalah buruh tani sebanyak 242 orang (15,61%). Selajutnya menyusul

tukang batu, pedagang, PNS, pensiunan, tukang kayu, perangkat desa, penjahit,

buruh industri dan TNI/Polri.

4.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku.

Umumnya orang berpendidikan tinggi lebih arif dan bijaksana, pengambilan

keputusannya senantiasa didasari oleh pertimbangan rasional, respek pada hal-hal

pembaharuan. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1

2

3

4

5

Tidak Tamat SD

SD

SLTP

SLTA

Diploma/Sarjana

1.063

1.173

501

464

68

32,52

35,88

15,33

14,19

2,08

Jumlah 3.269 100,00

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2013.

Page 41: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

26

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa

Kalemandalle terbesar adalah pada tingkat tamat SD sebanyak 1.173 (35,88%).

Apabila dibandingkan penduduk yang berpendidikan SLTP, SLTA dan

Diploma/Sarjana.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat menentukan aktivitas penduduk, jenis sarana

dan prasarana di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Penduduk di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

No. Uraian Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Kantor Desa

Gedung SLTA

Gedung SLTP

Gedung SD

Gedung MI

Gedung TK

Mesjid

Musholla

Pasar Desa

Pustu

Panti PKK

Poskamling

Jembatan

Gedung TPQ

Jalan

Saluran irigasi

SPAS

1

-

-

2

1

2

5

2

-

1

-

15

5

-

7000 M

8000 M

1

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2014.

Page 42: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

27

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa

Kalemandalle sudah cukup memadai sehingga masyarakat dapat melaksanakan

kegiatannya sehari- hari baik kegiatan sosial budaya, maupun ekonomi hal ini

dapat dilihat dengan tersedianya fasilitas seperti, sarana pendidikan tingkat SD.

Page 43: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Identitas responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status

dari responden tersebut. Identitas seseorang responden dapat memberikan

informasi tentang keadaan usaha taninya, terutama pengetahuan dan keterampilan

petani dalam penanganan pasca panen cabai merah di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Informasi-informasi mengenai

identitas responden sangat penting untuk diketahui karena merupakan salah satu

hal yang dapat memperlancar proses penelitian. Berikut ini identitas responden

yang berhasil dikumpulkan di lapangan.

5.1.1. Umur Petani Responden

Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah Petani yang ada di Desa

Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Berikut umur

responden petani dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasaran Tingkat Umur, di

Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa 2015.

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

24-31

32-39

40-47

48-55

56-63

2

5

3

2

5

11,76

29,41

17,64

11,76

29,41

Jumlah 17 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Page 44: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

29

Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa umur responden 24 - 31 tahun

sebanyak 2 orang atau 11,76%, kemudian petani yang berumur 32 - 39 sebanyak

5 orang atau 29,41 %, yang berumur 40 - 47 tahun sebanyak 3 orang atau 17,64%,

sedangkan yang berumur 48 - 55 sebanyak 2 orang atau 11,76 dan terakhir yang

berumur 56 - 63 sebanyak 5 orang atau 29,41 % Jadi persentase yang paling

tertinggi adalah umur 32-39 dan umur 56-63 tahun masing – masing sebanyak 5

orang atau 29,41 % sedangkan persentasi terendah adalah umur 24–31 dan umur

48 - 55 sebanyak 2 orang atau masing-masing 11,76 % . Hal ini menunjukkan

bahwa responden dalam penelitian ini memiliki usia yang berbeda-beda, sehingga

petani dapat menerima pengetahuan dan informasi tentang penanganan

pascapanen cabai merah. Adapun rata-rata umur petani adalah 45,82 atau

46 tahun.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Menyangkut tingkat pendidikan responden, hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan petani responden terbagi atas tiga, yaitu SD, SMP, dan

SMA . Karakteristik tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden Petani di Desa Kalemandalle Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Reponden

(Orang)

Persentase (%)

1.

2.

3.

SD

SMP

SMA

6

4

7

35,29

23,52

41,17

Jumlah 17 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Page 45: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

30

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa petani responden yang memiliki

pendidikan SD sebanyak 6 orang atau 35,29 %, SMP sebanyak 4 orang atau

23,52 % dan SMA sebanyak 7 orang atau 41,17%. Jadi tingkat pendidikan petani

responden menunjukkan bahwa pendidikan petani responden di anggap mampu

menerima dan menyerap informasi tentang penegetahuan dan keterampilan petani

dalam penanganan pascapanen cabai merah.

5.1.3 Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sangat mempengaruhi tingkat pendapatan

peani. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemilikan lahan rata-rata di Desa

Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebagai berikut:

Tabel 8. Luas Lahan Responden Petani di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.

No Luas Lahan

(Ha)

Jumlah

Responden

(Orang)

Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

0,10 – 0,17

0,18 - 0,25

0,26 – 0,33

0,34 - 0,41

0,42 - 0,49

4

7

4

1

1

23,52

41,17

23,52

5,88

5,88

Jumlah 17 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa Petani responden yang memiliki luas

lahan 0,10-0,17 Ha sebanyak 4 Orang atau 23,52 %, dan petani responden yang

memiliki luas lahan 0,18-0,25 Ha sebanyak 7 Orang atau 41,17 %, kemudian yang

memilik luas lahan 0,26-0,33 Ha sebanyak 4 orang atau 23,52% sedangkan petani

Page 46: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

31

responden yang memiliki luas lahan 0,34-0,41 sebanyak 1 orang atau 5,88% dan

terakhir petani responden yang memiliki luas lahan 0,42-0,49 sebanyak 1 orang

atau 5,88%. Jadi persentase yang paling tertinggi adalah 0,18-0,25 Ha sebanyak 7

orang atau 41,17%. Rata-rata luas lahan petani cabai yaitu 0,24 Ha/orang.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Penggambaran tentang jumlah anggota keluarga petani bertujuan untuk

melihat seberapa besar tanggungan keluarga tersebut. Keluarga petani terdiri dari

petani itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak dan tanggungan lainnya

yang berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga. Sebahagian besar petani yang

ada di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa,

menggunakan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga sendiri yang secara

tidak langsung merupakan tanggung jawab kepala keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga petani responden dapat disajikan

pada Tabel 9.

Tabel 9. Identitas Responden Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

No Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

1.

2.

3.

1 – 2

3 - 4

5 – 6

6

10

1

35,29

58,82

5,88

Jumlah 17 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani

responden antara 1-2 sebanyak 6 orang atau 35,29%, kemudian 3-4 sebanyak 10

orang atau 58,82%, dan 5-6 orang sebanyak 1 orang atau 5,88%, jumlah

Page 47: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

32

tanggungan keluarga paling banyak adalah 3-4 yaitu 10 orang atau 55,55%.

Rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah 2,82 atau 3 orang setiap

keluarga petani.

5.1.5. Pengalaman Usaha Tani

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni suatu usaha

tani. Semakin lama petani melakukan usahanya maka semakin besar pengalaman

yang dimiliki. Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu

keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat secara efektif

dan efisien, pengalamam usaha tani responden di Desa Kelemandalle Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebagai berikut :

Tabel 10. Indentitas Responden Petani berdasarkan Pengalaman Usaha Tani di

Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa..

No Pengalaman Usahatani

(Tahun)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

5-12

13-20

21-28

29-36

37-44

2

7

2

2

4

11,76

41,17

11,76

11,76

23,52

Jumlah 17 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat memperlihatkan bahwa jumlah

pengalaman usahatani petani responden terbagi 5 yaitu, yang pertama jumlah

responden yang memiliki pengalaman usaha tani 5-12 tahun sebanyak 2 orang

atau11,76%, yang kedua yang memiliki pengalaman usaha tani 13-20 tahun

Page 48: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

33

sebanyak 7 orang atau 41,17%, yang ketiga pengalaman usaha tani selama 21-28

sebanyak 2 orang atau 11,76%, kemudian yang ke empat pengalaman usaha tani

29 – 36 tahun sebanyak 2 oarang atau11,76%, dan yang ke lima pengalaman

usaha tani 37-44 tahun sebanyak 4 orang atau 23,52%. Pengalaman berusahatani

sangat erat hubungannya dengan keinginan petani mengembangkan usahataninya,

khususnya berhubungan dengan keinginan petani mengetahui informasi yang

lebih banyak mengenai tentang pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan

pascapanen cabai merah dan efisien dan efektif.

5.2 Keterampilan Petani dalam Penanganan Pascapanen Cabai Merah.

Keterampilan petani ialah sebagai proses komunikasi pengetahuan untuk

mengubah perilaku petani menjadi cekat, cepat dan tepat melalui pengembangan

kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. perilaku terampil ini

dibutuhkan dalam pengenbangan pertanian dalam hal budidaya dan pengolahan

tanaman hingga pemasaran untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal.

Keterampilan petani dapat dilihat dari lamanya seorang petani melakukan

usahatani. Semakin lama petani bekerja pada kegiatan tersebut semakin

menunjukkan tingkat keterampilan dalam berusahatani. Keterampilan dalam

berusahatani merupakan faktor yang cukup menunjang seseorang dalam

meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam berusahatani.

Disamping itu keterampilan dalam berusahatani juga memberikan dampak

terhadap pembaharuan yang disampaikan oleh agen pembaharu.

Pascapanen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses panen

terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya

Page 49: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

34

antara lain untuk membuat bahan hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak

dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.

Penanganan pascapanen yang dibahas dalam tulisan ini meliputi pengolahan

primer, yaitu perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar

atau siap diolah, serta pengolahan sekunder, yaitu tindakan yang mengubah hasil

tanaman (dalam hal ini cabai) menjadi bentuk lain agar lebih awet. Dalam

penanganan pasca panen cabai merah, ada beberapa hal yang harus dilakukan

yaitu sortasi, pengeringan, penyimpanan dan pengemasan. Mengenai proses

penanganan pascapanen cabai merah itu sangat di perlukan oleh petani untuk

meningkatkan produksi dan kualitas dari hasil panen cabai merah mulai dari

setelah panen hingga pada pengangkutan hasil panen.

Desa Kelemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa merupakan

salah satu daerah pengembangan agraris atau tanaman pangan kemudian juga

terlihat bahwa penggunaan lahan yang paling dominan di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa adalah sawah teririgasi, tanaman yang

dikembangkan pada lahan sawah adalah padi, kacang hijau, cabai dan sayur-

sayuran. Melihat potensi lahan yang di Desa tersebut cukup bagus di budidayakan

tanaman cabai khususnya pada cabai merah. Namau pada penelitian ini tidak

membahas tentang proses budidaya tanaman cabai tetapi berfokus atau mengarah

pada keterampilan petani dalam proses penganan pascapanen cabai merah

misalnya dalam menyortir, pengeringan, penyimpanan, pengemasan, pada proses

ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana keterampilan petani responden dalam

penanganan pascapenen tersebut.

Page 50: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

35

Keterampilan petani dalam penangan pascapanen cabai merah sangatlah

vital dalam menjaga kualiatas cabai merah di suatu daerah, maka dari itu perlu

ada penelitian untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keterampilan petani dalam

penenganan pascapanen dalam usaha taninya khususnya pascapanen cabai merah.

Dan setalah dilakukannya penelitian bahwa petani yang ada di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa pada kenyataannya keterampilan

petani di Desa tersebut dapat di masukkan dalam kategori sedang, karena

kurangnya partisipasi petani dalam mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh

penyuluh tentang pascapanen cabai merah hal ini dikarnakan petani lebih

mengutamakan pengalamannya sendiri. Dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat

pada Tabel 11.

Tabel 11. Identifikasi Responden Keterampilan Petani dalam Penanganan

Pascapanen Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.

No Uraian Nilai ( % ) Kategori

1

2

3

4

Sortir

Pengeringan

Penyimpanan

Pengemasan

2,70

1,29

2,41

2,35

Tinggi

Rendah

Tinggi

Tinggi

Jumlah 8,75 -

Rata – rata 2,18 Sedang

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

1. Sortir

Berdasarkan Tabel 11 keterampilan petani dalam penanganan pascapanen

cabai merah dalam hal melakukan penyortiran sudah bisa dikatakan termasuk

katergori tinggi itu di dapatkan dari nilai keterampilan responden pada penyortiran

setelah di olah peroleh 2,70, namun pada nilai keterampilan ini belum mencapai

Page 51: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

36

nilai maksimal yakni 3,00, hal ini di sebabkan karna setelah melakukan

wawancara dan pengamatan lansung di lapangan pada petani responden dalam hal

ini petani cabai merah, didapatkan beberapa petani yang terampil dalam

penyortiran yakni terdapat 12 petani responden dan selebihnya kurang

menerapkan keterampilan dalam proses pascapanen yakni didapatkan 5 petani

responden, hal ini disebabkan karena ke lima petani tersebut mengetahui semua

tahap penyortiran yang ditanyakan oleh peneliti namun pada kenyataannya yang

terdapat pada saat dilapangan petani tesebut masih kurang menerapkan

pengetahuannya, seperti dalam hal pemisahan warna, bentuk, ukuran dan

kekerasan buah, petani tersebut masih kurang memperhatikan hal tersebut.

Kemudian sebagian besar petani responden yang terampil dalam beberapa

tahap penyortiran yang di tanyakan oleh peneliti, menyadari betul bahwasanya

tahap penyortiran ini sangatlah penting, misalnya yang pertama penyortiran warna

pada cabai merah itu sangat penting menurut mereka sebab warna merupakan

suatu hal yang perlu di perhatikan pada penyortiran karena apabila pada pada

penyortiran warna tidak merata atau tidak di pisahkan antara yang matang sekali

yang belum matang itu akan berpengaruh pada harga cabai, pada pedagang

pengumpul atau langsung pada komsumen harga cabai akan menurun di

bandingkan dengan harga cabai yang sudah melewati penyortiran yang baik,

seperti pada saat pemanenan petani harus mengetahui waktu panen maksimal

panen dan warna yang tepat sebelum panen. Maka dari itu perlu keterampilan dan

kesabaran dalam penyortiran produk sebab produk yang akan disortir selain

Page 52: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

37

jumlahnya yang banyak pengamatan dan ketelitian untuk hasil dan produk

yang baik.

Penampilan yang seragam baik ukuran, bentuk, maupun kekerasan buah

sangatlah penting karna menurut petani responden ketiga hal tersebut juga akan

memberikan penilaian yang baik pada produk cabai merah pada komsumen,

ketiga hal tersebut baik dari penampilan yang seragam, bentuk, dan kekerasan

buah juga akan menjadi daya tarik juga pada komsumen atau pada pelanggang,

sehingga para komsumen atau pelanggang akan percaya dan tetap membeli

produk dari petani. Kemudian pada tahap penyortiran aspek yang memerlukan

keterampilan petani responden, mereka harus mengetahui dan terampil apabilah

cabai sudah di panen dan setelah penyortiran di lakukan maka sebaiknya cabai

merah yang sudah dipanen hamparkan pada terlebih dahulu di tempat yang teduh

dan terhindar dari sinar matahari lansung hal tersebut bertujuan untuk mencegah

pembusukan sebelum dijual kepengumpul atau lansung pada komsumen.

2. Pengeringan

Berdasarkan Tabel 11 keterampilan petani tentang pascapanen cabai merah

dalam hal melakukan proses pengeringan dikatakan termasuk kategori rendah itu

di peroleh dari nilai yang dicapai pada keterampilan petani tentang proses

pengeringan di lapangan yakni 1,29, namun pada nilai ini belum mencapai nilai

maksimal pada kategori rendah yakni 1,66 hal ini disebabkan karna menurut data

yang di peroleh dari 17 orang responden terdapat 12 orang tidak terampil dan 4

orang kurang terampil, dan hanya 1 petani yang terampil dalam pengeringan. Hal

ini disebabkan karna menurut sebagian besar petani responden proses pengeringan

Page 53: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

38

pada pascapanen cabai merah tidak terlalu diterapkan dilapangan sebab sebagian

besar dan hampir seluruh petani cabai merah setelah meraka melakukan

pamanenan mereka langsung menjual hasil panennya itu tidak dalam bentuk

mudah dikeringkan, itu dikarenakan menerut petani responden hasil panen yang

dijual tidak kering lebih mahal dan mudah di pasarkan di bandingkan dengan yang

sudah dikeringkan, selain itu produk yang dijual dalam keadaan kering cukup

lama di keringkan sebelum dijual. Hal ini juga berdampak pada keterampilan

petani ini disebabkan petani tidak terbiasa menerapkan atau melakukan proses

pengeringan olehnya itu petani di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa tidak terampil dalam proses pengeringan cabai merah.

Menurut petani pada saat pengeringan terdapat beberapa tahap pengeringan

dan alat yang masih kurang diketahui oleh petani cabai merah, seperti

pengeringan yang menggunakan pemenas sebagai sumber panas dan juga dapat

memakai lampu listrik sebagai pengganti sinar matahari apabila terjadi hujan atau

perubahan cuaca. Hal ini merupakan sesuatu yang belum terlalu diketahui oleh

petani dan menurut mereka hal tersebul cukup memakan biaya yang tinggi

dikarenakan menggunakan tenaga listrik dan alat yang mahal. Kemudian

pengeringan yang menggunakan alat tersebut harus di lakukan pembalikan setiap

tiga jam pada cabai merah dan akan kering paling lama dua hari dan cabai

dianggap karing ketika kadar airnya 8 % dalam keadaan demikian cabai dapat di

simpan lebih lama, hal tersebut tidak diketahui oleh para petani cabai merah.

Demikian juga pada penggunaan alat dan pengukuran kadar air petani belum

Page 54: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

39

terampil dan belum pernah menggunakan dan mengetahui tentang penggunaan

dan pengukuran suhu dan kadar air pada produk cabai merah.

3. Penyimpanan

Berdasarkan Tabel 11 keterampilan petani dalam hal melakukan

penyimpanan sudah bisa dikatakan termasuk katergori tinggi itu di dapatkan dari

nilai keterampilan responden pada penyimpanan setelah diolah di peroleh nilai

2,41, dan nilai ini belum mencapai nilai maksimal yakni 3,00, hal tersebut

disebabkan keterampialan petani responden setelah diadakan pengamatan

langsung dalam proses penyimpanan masih terdapat sebagian besar petani

responden masih kurang terampil dalam penyimpanan yakni terdapat 10 orang,

dikarnakan pada saat penyimpanan petani belum sepenuhnya menerapkan

pengetahuan pascapanen dalam beberapa tahap pengeringan yang diketahuinya.

sedangkan yang terampil dalam tahap pengeringan hanya terdapat 7 orang petani

itu dikernakan setelah mengamati atau melihat langsung petani tesebut mereka

menerapkan betul proses penyimpanan yang di ketahuinya seperti hal dalam

pemisahan buah cabai antara utuh dan tidak, tidak berpenyakit, masak normal

dengan buah cabai yang mengalami kerusakan serta buah cabai yang berpenyakit.

Menurut sebagian besar petani di dalam penyimpanan merupakan suatu

tahap yang perlu di perhatikan apabila pada saat penyimpanan dilakukan dengan

baik dan benar produk atau cabai merah yang akan dijual dapat dipertahankan

kesegarannya dan kualitas dan mutu dapat bertahan lebih lama namun pada

kenyataanya setelah diamati dilapangan masih banyak petani yang kurang

terampil. Kamudian pada saat penyimpanan juga yang harus di perhatikan yakni

Page 55: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

40

buah cabai dipisahkan antara buah cabai yang utuh, tidak berpenyakit, masak

normal dengan buah cabai yang mengalami kerusakan serta buah cabai yang

berpenyakit dikarenakan cabai yang gabungkan antara yang utuh dan tidak

berpenyakit dengan yang rusak dan berpenyakit maka cabai akan terkontaminasi

antara buah yang sehat dengan yang berpenyakit dan pada tahap ini juga masih

banyak respoden yang kurang terampil dalam tahap ini.

Petani juga berpendapat pada tahap ini yang perlu di perhatikan adalah pada

saat penyimpanan sebaiknya cabai di simpan pada suhu yang rendah guna untuk

menjaga dan mempertahankan kesegaran cabai pada saat penyimpanan dan

pengangkutan di lakukan. Pada proses ini juga di butuhkan tenaga dan

keterampilan untuk menyiapkan dan membuat tempat penyimpanan dengan

merancang sesuai dengan suhu yang di butuhkan dalam penyipanan produk atau

cabai merah sebagian teampil dan menerapkan sebagian pula kurang terampil

dalam proses tersebut.

4. Pengemasan

Penanganan pascapanen petani dalam hal melakukan pengemasan dapat di

kategorikan tinggi ini dilihat dari hasil data peroleh nilai 2,35 namun nilai ini

belum mencapai nilai maksimal yakni 3,00, hal ini disebabkan pada proses

pengemasan ini hanya terdapat 6 orang yang betul-betul menerapkan dan terampil

dalam pengemasan sedangkan sebagian besar petani responden masih kurang

terampil dan menerapkan proses pengemasan terdapat 11 orang, menunjukkan

bahwa dari keterampilan semua petani responden pada pengemasan cabai merah

Page 56: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

41

bisa dikatakan tinggi namun sebagian besar petani cabai belum sepenuhnya

menerapkan pengetahuan tentang tahap pengemasan pada saat pengemasan.

Menurut petani keterampilan dalam melakukan hal pengemasan bertujuan

untuk melindungi mutu produk cabai merah pada kerusakan karena dengan

pengemasan yang baik dan kuat produk dapat dipertahankan dari kerusakan pada

saat pengangkutan atau didistribusikan ke daerah – daerah yang cukup jauh.

Pada wadah pengemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang

bambu atau rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi pada

pembuatan wadah atau kerandah yang terbuat dari bambu atau rotan tersebut

diperlukan keahlian dan keterampilan yang khusus sebab dalam pembuatanya

perlu ketelatenan, kesabaran dan tenaga. Menurut petani responden mengenai

wadah yang terbuat dari rotan atau bambu baik digunakan pada pengemasan atau

pengangkutan karna wadah atau kerandah yang terbuat dari bambu dan rotan ini

selain murah cara pembuatannya juga mudah dan menurut kebanyakan petani

responden wadah ini punya keistemewaan tersendiri dari wadah yang lain, karna

wadah tersebut selain terbuat dari bahan yang alami juga memiliki suhu yang baik

untuk menjaga produk bisa bertahan lebih lama, sedangkan dibandingkan dengan

wadah plastik atau kardus wadah tradisional tersebut labih tahan lama dan kuat

digunakan. Namun dilihat dari semua hal tersebut di atas, jumlah petani yang

kurang menerapkan tahap pengemasan masih lebih banyak dibandingkan dengan

yang menerapkan dari tahap - tahap pengemasan yang ditanyakan oleh peneliti.

Page 57: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

keterampilan petani dalam penanganan pascapanen cabai merah di Desa

Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa adalah 2,18 atau

kategori sedang hal ini disebabkan karna sebagian petani cabai merah masih lebih

tua sehingga dalam mempraktekkan apa yang dianjurkan oleh kelompok tani

mereka cenderung atau kadang kala melaksanakan keinginan sendiri, karena

kadang kala petani merasa lebih mau mengerjakan jika tidak terlalu didesak, akan

tetapi mereka tetap melaksanakan hasil dari pelatihan yang dilaksankan oleh

kelompok tani karena mereka mengharapkan dan sudah merasakan jika

melaksanakan anjuran yang disampaikan oleh kelompok tani, keterampilan

mereka dalam penanganan cabai merah bisa meningkat atau mengalami

perubahan yang positif.

6.2. Saran

1. Setelah melakukan penelitian dan ikut berinteraksi langsung dengan petani

cabai merah di desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa, peneliti dapat menyarankan sebaiknya petani cabai merah labih harus

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pascapanen khususnya

pada tahap pengeringan.

Page 58: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

43

2. Kepada instansi yang terkait dalam hal ini penyuluh pertanian lapangan

(PPL) harus lebih banyak berinteraksi dengan petani dan memberikan

informasi dan percontohan kepada petani khususnya pada petani cabai merah.

3. Kepada pemerintah agar memberi bantuan sarana dan prasarana dan pelatihan

dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

Page 59: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

44

DAFTAR PUSTAKA

Asgar, A. 2000. Teknologi Peningkatan Kualitas Sayuran, BPTP Jawa

Barat, Lembang.

2009. Penanganan Pascapanen Beberapa Jenis Sayuran, Balai Penelitian

Tanaman Sayuran, Lembang.

Anonim, 2000. Guru Keterampilan.Blogspot.com/2013/05. Jakarta, 2008. Buku

cabai, http:// litbang.deptan.go.id, Jateng, 2010. Penanganan-Pasca-

Panen Cabai Merah, Jakarta.

,2011, jurnal,http://jurnal.pdii.lipi.go.id

,2013. Kementerian Pertanian Badan, Pengembangan SDM Pertanian,

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, litbang.deptan.go.id, Jakarta.

Cahyono, B. (2000). Usaha Tani Dan Penanganan Pascapanen, Yogyakarta.

Dimyanti dan Mujiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

Duriat, A.S. 2000. Hasil Penelitian Cabai Merah, Badan Litbang Petanian

Puslitbang Hort, Jakarta.

Hartuti, N. dan R.M. Sinaga.2000. Pengaruh Jenis dan Kapasitas Kemasan

Terhadap Mutu Cabai dalam Pengangkutan, Buletin Penelitian

Hortikultura, Yogyakarta.

Kader.A, 2002. Post Harvest Tecnology of Horticultural Crops. California.

Moekasan, 2005. Pascapanen Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mutiarawati, T. 2009. Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian, Departemen

Pertanian, Jakarta.

Rajab, A. dan M. Taufik. 2008. Introduksi Beberapa Jenis Sayuran di Lahan

Iklim Kering, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi

Selatan, Makassar.

Santika, 2000. Penyuplai-Cabai-Impor-Terbesar-Indonesia. Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Soekartawi, 2000, Pembangunan Pertani. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Suriasumantri, 2001. Ilmu dalam Perspektif. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Page 60: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

45

Sumarni, N. 2009. Budidaya Sayuran: Cabai, Terung, Buncis, dan Kacang

Panjang, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif. Bandung.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Administrasi di lengkapi dengan Metode

R&D. PT alfhabet. Bandung.

Sudiarto. F, 2000. Dasar Pengawetan Pangan. Yogyakarta.

Syafiuddin, 2010. Kemampuan Petani. Depdiknas. http://www.geogle.com

Kemampuan-Petani (diakses 4 Februari 2014), Jakarta.

Soekanto. S, 1999. Kamus Sosiologi. CV Rajawali, Jakarta.

Silvinian. 2005. Modul: Bahan Belajar Mandiri Progra, Rineka Cipta, Jakarta.

Zuckerman. 2002. Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan Pertanian, Bina

Aksara, Makassar.

Page 61: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

46

LAMPIRAN

Lampiran 1. Koisiuner Penelitian

I. Identifikasi Responden

a) Nama Responden :......................................................

b) Umur :...................................................... (tahun)

c) Pendidikan Akhir :......................................................

d) Pengalaman Usaha Tani :...................................................... (tahun)

e) Jumlah Tanggungan :...................................................... (orang)

f) Luas Lahan :...................................................... (ha)

II. Keterampilan Responden Terhadap Penanganan Pasca Panen cabai

Merah

No Kegiatan dalam

Penanganan Pasca

Panen

Aspek yang Diuji T KT TT

1 Sortir Warna menjadi hal yang sangat

penting bagi konsumen. Karenanya

harus ada upaya untuk

menstabilkan warna cabai sebelum

dikeringkan.

Menghamparkan buah cabe yang sudah dipetik di tempat teduh,

dengan tujuan untuk mencegah

pembusukan sebelum dijual ke

pasar.

Penampilan produk yang seragam, baik ukuran panjang, diameter,

bentuk, permukaan, warna, maupun

kekerasan buah, akan memberikan

penilaian yang lebih baik.

2 Pengeringan Pengeringan cabai bisa menggunakan pemanas. Sebagai

sumber panas dan juga dapat

memakai lampu listrik.

Cabai dibalik setiap 3 jam dengan alat pemanas, cabai akan kering

paling lama dua hari.

Cabai dianggap kering ketika kadar airnya sekitar 8%, dalam keadaan

demikian cabai dapat disimpan

lebih lama.

3 Penyimpanan Penyimpanan dilakukan agar mutu tetap stabil dan bisa diterima

Page 62: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

47

konsumen dengan harga yang

tinggi.

Untuk penyimpanan buah cabai

tersebut dipisahkan agar tidak

terjadi kontaminasi antara buah

cabai yang utuh, tidak berpenyakit,

masak normal dan buah cabai yang

mengalami kerusakan serta buah

cabai yang berpenyakit.

Dengan menempatkan buah cabai dalam kemasan tertentu akan

mengurangi gerakan udara di

sekeliling cabai.

4 Pengemasan Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu produk cabai dari

kerusakan

Kemasan yang ideal harus kuat, memiliki daya lindung yang tinggi

terhadap kerusakan

Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu

atau rotan, karung plastik polietilen

dan kardus berventilasi.

Keterangan :

- Terampil ( T )

- Kurang Terampil (KT)

- Tidak Terampil (TT)

Page 63: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

48

Lampiran 2. Identitas Responden Petani Cabai Merah di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

No Nama Petani Umur

(Tahun)

Tingkat

Pendidikan

Jumlah Tang.

Keluarga

( Orang )

Luas

Lahan (ha)

Pengalaman

usahatani

( Tahun )

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17

S.Dg. Raja

Dg. Sese

D.Dg.Bombong

S.Dg Nojeng

Dg.Sikki

J.Dg.Rani

Dg.Tona

Dg.Sarro

S.Dg.Ngemba

S.Dg.Tola

Dg.Sija

N.Dg Siallu

Abd.Latif Taba

N.Dg.Sewang

Dg.Tinri

H.ewa

R.Dg.Ngopa

24

44

39

62

63

41

53

57

36

33

39

45

38

62

27

63

53

SMA

SD

SMP

SMA

SD

SMA

SD

SD

SMP

SMA

SMP

SMA

SMA

SD

SMA

SD

SMP

1

5

4

1

1

4

2

2

4

3

3

3

3

4

2

3

3

0,23

0,25

0,17

0,27

0,28

0,47

0,15

0,20

0,23

0,29

0,17

0,37

0,23

0,28

0,10

0,25

0,22

5

30

15

40

44

20

25

30

15

17

20

25

15

40

10

40

20

Jumlah 779 - 48 4,16 411

Rata-rata 45,82 - 2,82 0,24 24,17

Page 64: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

49

Lampiran 3. Identifikasi Keterampilan Petani dalam Penanganan Pasca Panen

Cabai Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa, 2014.

No Nama

Responden

Keterampilan Petani dalam Penanganan Pasca Panen Cabai Merah di

Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Sortir Pengeringan Penyimpanan Pengemasan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

S. Dg. Raja

Dg. Sese

D.Dg. Bombong

S.Dg. Nojeng

Dg. Sikki

J Dg. Rani

Dg. Tona

B. Dg. Sarro

S. Dg. Ngemba

S. Dg. Tola

Dg. Sija

N Dg. Siallu

Abd.Latif Taba

N. Dg. Sewang

Dg. Tinri

H. Ewa

R. Dg. Ngopa

3

3

2

3

2

3

2

2

3

2

3

3

3

3

3

3

3

2

1

1

2

1

3

1

1

2

1

1

1

1

1

1

2

1

2

3

2

2

3

3

2

2

2

2

3

3

3

2

2

3

2

2

3

2

2

2

3

2

2

3

2

3

2

3

2

2

3

2

Jumlah 46 22 41 40

Rata-rata 2,70 1,29 2,41 2,35

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Keterangan :

Terampil 3

Kurang Terampil 2

Tidak Terampil 1

Kategori :

Tinggi : 2,34 - 3,00

Sedang : 1,67 - 2,33

Rendah : 1,00 - 1,66

Page 65: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

50

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 2. Foto Wawancara Petani Cabai Merah

Page 66: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

51

Lampiran 4. (Lanjutan) Dokumentasi Penelitian

Gamabar 3. Foto Pemanenan Cabai Merah

Page 67: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

52

Lampiran 4. (Lanjutan) Dokumentasi Penelitian

Gamabar 4. Foto Penyortiran Cabai Merah

Page 68: KETERAMPILAN PETANI DALAM PENANGANAN PASCA PANEN …

53

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pannujuang tanggal 26 September 1992, Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah di SD Inpres Pannujuang

Kabupaten Gowa dan lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjut

kan pendidikan di MTs. Muhammadiyah Mandalle dan lulus tahun 2007. Pada

tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Galesong

Utara dan lulus pada tahun 2010. Satu tahun kemudian, penulis lulus seleksi

masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis Skripsi

yang berjudul “Keterampilan Petani Dalam Penanganan Pascapanen Cabai

Merah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.”