kesehatan masyarakat

19
UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA Terhadap TN. T dalam Menangani Permasalahan Penderita DM TYPE 2 Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat OLEH : 1. ANGGITA RIZKI KUSUMA J500100088 2. LINA ZAENABU J500100013 3. FARUQ MUHAMMAD J500100003 4. ALVIAN YUTA NUGRAHA J500100060

description

kesehatan masyarakat

Transcript of kesehatan masyarakat

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA Terhadap TN. T dalam Menangani Permasalahan Penderita DM TYPE 2

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter UmumFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah SurakartaStase Ilmu Kesehatan Masyarakat

OLEH :1. ANGGITA RIZKI KUSUMA J5001000882. LINA ZAENABU J5001000133. FARUQ MUHAMMAD J5001000034. ALVIAN YUTA NUGRAHA J500100060

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA Terhadap TN. T dalam Menangani Permasalahan Penderita Diabetes Melitus TYPE 2 dan Hipertensi dengan Suspect Retinopati Diabeticum

ANGGITA RIZKI KUSUMA, LINA ZAENABU, ALVIAN YUTA NUGRAHA, FARUQ MUHAMMAD

Tn. T, usia 64 tahun datang ke Puskesmas Bulu mengeluh frekuensi BAK meningkat pada malam hari, nafsu makan meningkat serat berat badan menurun. Pasien mengeluh pandangan mulai kabur dan jari-jari terasa kesemutan. Keluhan dirasakan mulai 7 tahun terakhir, pasien sebelumnya sudah mendapatkan pengobatan DM, tetapi pasien tidak rutin untuk mengontrol. Pada keluarga tidak terdapat penyakit serupa.Pasien tinggal dirumahnya dengan istri dan 1 orang cucu. Pasien memiliki 2 orang anak namun keduanya berkerja di luar kota. Pasien jarang berkomunikasi dengan kedua anakknya. Pasien sehari-hari makan lebih dari 3 kali. Karena pasien terus menerus merasa lapar dan tidak menjaga pola makan dengan baik. Penghasilan pasien tidak menetap. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/90mmHg, fungsi sensorik dan motorik baik, pemeriksaan psikiatri dalam batas normal.

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGAa. Fungsi Fisiologis Keluarga Tn. T merupakan extended family, dimana Tn. T berkedudukan sebagai kepala keluarga, suami, dan kakek, dengan DM Tipe 2. Hubungan keluarga terjalin akrab dan harmonis, terbukti dengan adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Namun, keluarga kurang mendukung terhadap penyakit penderita, karena tidak mengontrol dengan baik asupan makan penderita. Penderita juga aktif berkumpul dan berkomunikasi dengan tetangga sekitar. Penghasilan keluarga kurang cukup mencukupi kebutuhan.Fungsi fisiologis dinilai dengan APGAR Score yakni ditinjau dari sudut Pyang lain. APGAR score keluarga Tn. T adalah 7, menunjukkan fungsi fisiologis keluarga Tn. T cukup.

Tabel 1. APGAR SCORETn. TNy. NAn. I

A222

P222

G222

A222

R222

TOTAL101010

Sumber, Data Primer 18 Maret 2015 Keterangan:A : Adaptation, P : Partnership, G : Growth, A : Affection, R : Resolve

b. Fungsi Patologis Tabel 2. SCREEM Keluarga PenderitaSUMBERPATHOLOGY

SocialTn. T dapat berkumpul dengan keluarga dan tetangga sekitar

CultureKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, masih menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari

ReligiousBeragama islam, namun ketaatan kurang baik

EconomicPenghasilan tidak menentu

EducationalTn. T lulusan SD

MedicalMemiliki asuransi kesehatan

Hubungan antara Tn. T dengan keluarga baik, yang digambarkan pada diagram dibawah ini. Diagram 1. Pola Interaksi Keluarga Tn. T

Penderita DM tipe 2 tidak ditemukan pada anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga juga tidak didapatkan penyakit menular dan penyakit keturunan. Hal ini tampak pada genogram berikut.

Diagram 2. Genogram Keluarga Tn. T

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATANPengetahuan akan kesehatan didalam keluarga ini masih kurang, tampak dari cara keluarga untuk menciptakan kondisi sehat. Jika ada anggota keluarga yang sakit berat dan penyakitnya sudah mengganggu aktivitas sehari-hari keluarga baru memeriksakan dan mencari pengobatan. Pengetahuan yang sedikit dari keluarga terhadap penyakit Tn. T menyebabkan Tn. T memiliki kadar gula darah yang terus meningkat seperti tidak menjaga atau mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi oleh Tn. T sehingga mulai muncul komplikasi dari penyakit yang diderita, walaupun komplikasi yang ditimbulkan belum begitu mengganggu aktivitas pasien. Keluarga ini biasanya menggunakan puskesmas sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.Rumah yang dihuni keluarga ini sebenarnya sudah memenuhi standar kesehatan karena luas bangunan cukup luas, pencahayaan dan ventilasi rumah sudah baik. Namun, untuk MCK kurang memenuhi syarat karena pasien masih menggunakan kali yang terdapat di belakang rumah untuk keperluan MCK dan tidak memiliki kamar mandi khusus untuk mandi dan MCK. Untuk kebutuhan air diperoleh dari sumur. Sedangkan untuk air minum didapat dari sumber air yang disediakan oleh pemerintah setempat.Di keluarga Tn. T dan keluarga Ny. N, tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit gula, ataupun kanker.Diagram 3. Faktor Perilaku dan Faktor Non Perilaku Keluarga Tn. TFaktor PerilakuKeluarga Tn. TSikap: keluarga kurang peduli terhadap penyakit penderitaLingkungan : rumah belum memenuhi syarat kesehatan Tindakan: pasien sendiri rutin ikut kegiatan Prolanis tiap bulan Faktor Non Perilaku Pengetahuan: keluarga kurang memahami penyakit penderitaKeturunan : tidak ada faktor keturunan DM dalam keluargaPelayanan Kesehatan : Jika sakit Tn. T diperiksakan dipuskesmas atau pustu

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang cukup luas berdiri sendiri dalam sebuah lahan dan tidak berdempetan dengan tetangga sekitar. Memiliki pekarangan rumah, dengan pagar pembatas. Tidak terdapat saluran pembuangan limbah. Pembuangan sampah di rumah dilakukan dengan cara dibakar.Dinding rumah terbuat dari batu bata sedangkan lantai rumah terbuat dari tegel. Rumah ini terdiri dari 5 ruangan yaitu ruang tamu sekaligus ruang makan, 2 kamar tidur, ruang keluarga, satu dapur, dan satu gudang. Rumah ini mempunyai Satu pintu utama untuk keluar masuk serta tiga jendela kaca. Keluarga ini tidak mempunyai fasilitas MCK keluarga, keluarga ini mandi di tempat terbuka tepatnya di belakang rumah dan untuk BAB/BAK di sungai yang jaraknya tidak jauh dari rumahd. Penerangan dan ventilasi udara sudah cukup baik.Digram 4. Denah Rumah Tn. T 20m

KAMAR TIDUR 1KAMAR TIDUR 2GUDANG

7m

RUANG KELUARGA

DAPURRUANG TAMU

Tempat mandi/mencuci

MEJA MAKAN

PINTU UTAMA

DAFTAR MASALAH1. MASALAH MEDIS :a. Diabetes Mellitus tipe 22. MASALAH NON MEDIS :a. Kepedulian terhadap penyakit penderita kurang.b. Kurangnya motivasi keluarga terhadap penyakit penderita.c. Keadaan ekonomi kurang.d. Kurangnya untuk mengontrol asupan makanan.e. Rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan.

Diagram 5. Permasalahan Pasien2. Kurangnya motivasi keluarga terhadap penyakit penderita.

3. Keadaan ekonomi kurang

Tn. T , 64 Tahun dengan Diabetes Mellitus tipe 21. Kepedulian terhadap penyakit penderita kurang

4. Kurangnya mengontrol asupan makanan

5.Rendahnya pengetahuan kesehatan

Tabel 3. Matriks Prioritas MasalahNo.Daftar MasalahITRJumlahIxTxR

PSSB

1.Kepedulian terhadap penyakit penderita kurang

54434156(II)

2.Kurangnya motivasi keluarga terhadap penyakit penderita3343454(V)

3.Keadaan ekonomi yang kurang

53434144(III)

4.Kurangnya untuk mengontrol asupan makanan

5443457(IV)

5.Tingkat pengetahuan yang rendah tentang kesehatan55534180(I)

Keterangan :I : ImportancyP : PrevalenceS: SeveritySB : Social BenefitT : Technical AbilityR : Resource AbilityPrioritas masalah yang diambil adalah bagaimana meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga mengenai penyakit yang sedang dialaminya.

HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH DENGAN DM TIPE 2 Tn. TPengetahuan penderita dan keluarga mengenai penyakit DM Tn. T masih sangat kurang. Pola hidup yang kurang baik seperti asupan makanan yang tidak tepat dan tidak teratur akan mengakibatkan terjadinya resistensi insulin di dalam jaringan perifer, sehingga kadar gula dalam darah akan meningkat. Disamping itu, kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan penderita mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi jaringan sehingga gula yang berada dalam darah tidak dapat masuk ke organ target.1Pengobatan DM dilakukan dengan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku. Pilar penatalaksanaan DM meliputi edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.2SIMPULAN (DIAGNOSIS HOLISTIK)Diagnosis Biologis:Diabetes Mellitus tipe 2 Non ObeseDiagnosis Psikologis:pasien pasrah dengan penyakitnya.Diagnosis Sosial:Hubungan dengan keluarga baik

SARAN ( KOMPREHENSIF)1. PromotifMeningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga mengenai penyakit yang sedang dialaminya melalui edukasi terhadap penderita dan keluarga sehingga penderita bisa terdorong untuk memeriksakan penyakitnya secara rutin ke rumah sakit. Memberikan pengertian kepada keluarga untuk selalu mendukung dan mendorong penderita agar bisa mengendalikan penyakitnya. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan penderita dan keluarga, mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri penderita dan keluarga untuk selalu memeriksakan penyakitnya secara rutin. Selain itu juga diharapkan akan terjadi perubahan gaya hidup dari keluarga yang akan membantu penderita dalam mengendalikan penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk.2. PreventifMemeriksa kadar gula darahnya setiap 1 bulan sekali, pola makan yang teratur, mengurangi stressor, olahraga teratur.3. KuratifPengobatan DM digunakan insulin dan kombinasi OAD4. RehabilitatifSenam ringan untuk penderita DM.

LAMPIRAN

Gambar 1. Jalan menuju Rumah Tn. T

Gambar 2. Tampak Depan Rumah Tn. T

Gambar 3. Tampak Dalam Rumah Tn. T

Gambar 4. Dapur

Gambar 5. Rumah Belakang Tn. T (mencuci dan mandi)

DAFTAR PUSTAKA1. PAPDI. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Pp 1864-1865.2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI. Jakarta. Pp 1-49.