Kerangka Monitoring & Evaluasi (M&E)
Transcript of Kerangka Monitoring & Evaluasi (M&E)
November 2011
Kerangka Monitoring & Evaluasi (M&E)Pengelolaan Batas Wilayah Negara & Kawasan Perbatasan
68336P
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
ed
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan BWN-KP Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
i | D a f t a r I s i
DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................................................. i Daftar Isi ............................................................................................................................................................. ii Daftar Gambar .................................................................................................................................................. iii Daftar Tabel ....................................................................................................................................................... iii Daftar Lampiran ............................................................................................................................................... iii Bab 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ I1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... I‐1 B. Tujuan ..................................................................................................................................... I‐3 C. Hasil Yang Diharapkan .................................................................................................... I‐3 D. Ruang Lingkup .................................................................................................................... I‐3
Bab 2 TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KEBIJAKAN ............................................. II1
A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi .......................................................................... II‐1 B. Kedudukan Monitoring dan Evaluasi ........................................................................ II‐2 C. Peran dan Prinsip Monitoring ...................................................................................... II‐4 D. Indikator Kinerja Pembangunan ................................................................................. II‐4 E. Pengukuran Kinerja .......................................................................................................... II‐7 F. Tinjauan Kebijakan ........................................................................................................... II‐8
Bab 3 KERANGKA KERJA LOGIS M/E ................................................................................. III1
A. Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi ................................................................. III‐1 B. Objek Sasaran Monitoring dan Evaluasi ................................................................... III‐2
Daftar Pustaka .................................................................................................................................................. Lampiran ............................................................................................................................................................
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan BWN-KP Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
ii | D a f t a r I s i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kedudukan M/E dalam Konteks Manajemen Pembangunan .......................... II‐3 Gambar 3.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi ............................................................................ III‐1 DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek, Fokus, dan Indikator Kinerja Kunci ............................................................ II‐10
Tabel 3.1 Gambaran Sistem Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengelola BWN – KP .......................................................................................................... III‐4
Tabel 3.2 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Kawasan Perbatasan Darat ......................................................................... III‐5
Tabel 3.3 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Darat ......................................................................................... III‐8
Tabel 3.4 Matriks Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Perbatasan Laut ............................................................................................... III‐16
Tabel 3.5 Matrik Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Laut ........................................................................................... III‐19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Petunjuk Teknis Penggunaan Indikator Monitoring dan Evaluasi ...............
Lampiran 2 Panduan Survei Kepuasan dari Perspektif Masyarakat ....................................
Lampiran 3 Panduan Kajian Kelembagaan ......................................................................................
Lampiran 4 Data dasar yang Digunakan dalam Indikator Monitoring dan Evaluasi ....
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kawasan perbatasan mempunyai nilai strategis bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia di bidang ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta kedaulatan
negara. Disisi lain pemerintah menyadari begitu banyak permasalahan baik dari sisi
delimitasi-demarkasi batas, pertahanan keamanan, maupun manajemen
pembangunan kawasannya. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: (a) masih
banyaknya segmen batas yang belum tuntas disepakati sehingga dapat mengancam
kedaulatan dan integritas wilayah NKRI; (b) banyaknya aktivitas pelanggaran hukum
seperti pembalakan liar, penyelundupan barang, perdagangan manusia, dsb.; (c) dari
sudut pembangunan kawasan, sebagian besar kawasan perbatasan cenderung
merupakan daerah tertinggal. Hal ini terjadi karena kawasan perbatasan kurang
tersentuh oleh dinamika pembangunan sehingga masyarakat cenderung berorientasi
kepada negara tetangga, terutama dalam hal pelayanan sosial dan perekonomian.
Akibatnya pengelolaan batas negara dan kawasan perbatasan membutuhkan
reorientasi kebijakan melalui peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat,
penegakan hukum, kerjasama antar negara di kawasan perbatasan disamping
pendekatan keamanan secara bersamaan.
Pendekatan ini kemudian direfleksikan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, dimana kawasan perbatasan menjadi
beranda depan negara. Selanjutnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2005 – 2009, ditetapkan bahwa pembangunan kawasan
perbatasan sebagai prioritas nasional seperti yang dilaksanakan oleh negara-negara
tetangga dalam rangka menumbuhkan perdagangan lintas batas antar negara-negara
ASEAN.
Dalam RPJMN 2010-2014 secara khusus, pengelolaan batas negara dan kawasan
perbatasan diarahkan ke dalam 5 fokus prioritas yaitu: i) Penyelesaian penetapan
dan penegasan batas negara; ii) Peningkatan upaya pertahanan, keamanan serta
penegakkan hukum; iii) Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan; iv)
Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan v) Penguatan kapasitas kelembagaan dalam
pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi.
Sejalan dengan reorientasi kebijakan yang baru, pemerintah kemudian menerbitkan
UU No.43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara yang memberi mandat kepada Badan
Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) dan Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah
(BPPD) untuk mengelola kawasan perbatasan; yang kemudian diikuti dengan
terbitnya Perpres No.12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan.
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
I-2
Pada UU No. 43 Tahun 2008 (pasal 15) dinyatakan bahwa tugas Badan Pengelola
adalah:
a. menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan;
b. menetapkan rencana kebutuhan anggaran;
c. mengoordinasikan pelaksanaan; dan
d. melaksanakan evaluasi dan pengawasan.
Untuk mendukung BNPP/BDPP dalam menjalankan tugasnya, maka kelembagaan
tersebut perlu diperkuat, dalam hal:
- pertama, peningkatan kapasitas pengumpulan dan analisis data dalam rangka
penyusunan kebijakan yang relevan;
- kedua, reformulasi kebijakan untuk pengembangan kawasan perbatasan;
- ketiga, sinergitas lembaga-lembaga yang menangani pembangunan kawasan
perbatasan (pusat dan daerah); dan
- keempat, peningkatan kapasitas dalam rangka peningkatan pelayanan instansi-
instansi di kawasan perbatasan perbatasan.
Kegiatan penguatan di atas direfleksikan dalam pelaksanaan kegiatan “Institution
Building for the Accelerated Development of Border Areas” (IBADBA) yang
diselenggarakan oleh Bappenas. Adapun Salah satu output dari kegiatan ini adalah
penyusunan kerangka kerja logis Monitoring dan Evaluasi kinerja pengelolaan batas
wilayah negara dan kawasan perbatasan. Kerangka ini mengacu pada indikator
pencapaian sasaran strategis (baik pada tingkat impact maupun outcome) dalam
Rencana Induk Pengelolaan BWN-KP periode 2010-2014. Sasaran strategis pada
level impact/dampak mengacu pada tujuan yang termaktub di dalam rencana induk.
Adapun level outcome mengacu pada sasaran-sasaran strategis yang dituangkan
dalam agenda program prioritas. Agenda ini meliputi aspek-aspek yang menjadi
fokus prioritas RPJMN, yaitu:
a. Penetapan dan Penegasan batas wilayah negara;
b. Peningkatan pertahanan-keamanan dan penegakan hukum;
c. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan;
d. Peningkatan Pelayanan sosial dasar;
e. Peningkatan kapasitas kelembagaan;
Dengan mengacu pada Kerangka ini, diharapkan pemerintah pusat maupun daerah
melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan secara berkala dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
transparan menuju kesejahteraan masyarakat.
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
I-3
B. TUJUAN
Tujuan penyusunan Kerangka Kerja ini adalah
1. Memperoleh umpan balik (feed back) dalam rangka memberikan dukungan
bagi pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan batas wilayah Negara dan
kawasan perbatasan;
2. Memastikan bahwa pokok-pokok kebijakan strategis telah dilaksanakan secara
konsisten;
3. Untuk memudahkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
menilai dan mengoreksi dampak program dan kegiatan pengelolaan batas
wilayah Negara dan kawasan perbatasan terhadap solusi isu/masalah strategis
kawasan perbatasan.
C. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari penyusunan kerangka ini adalah:
1. Terumuskannya kerangka kerja logis untuk melakukan monitoring dan evaluasi
kinerja pembangunan kawasan perbatasan;
2. Tersedianya baseline data pembangunan kawasan perbatasan di wilayah pilot
proyek dan 12 provinsi untuk mendukung monitoring dan evaluasi kinerja
berdasarkan indikator hasil (outcome);
3. Tersedianya panduan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun
database/sistem informasi yang berkelanjutan untuk mendukung upaya
monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan kawasan perbatasan.
D. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup pembahasan terdiri dari ruang lingkup materi dan ruang
lingkup pengelolaan.
1. Ruang Lingkup Materi:
a. tinjauan terhadap literatur yang terkait kerangka logis monitoring dan
evaluasi;
b. tinjauan terhadap kebijakan pembangunan, khususnya untuk kegiatan
monitoring dan evaluasi;
c. penentuan indikator kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan;
d. perumusan kesimpulan dan saran implementasi kegiatan monitoring dan
evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan.
2. Ruang Lingkup aspek Pengelolaan:
Indikator kinerja yang akan diukur adalah indikator dampak (impact) dan
indikator hasil (outcome) dari implementasi Rencana Induk Pengelolaan Batas
Negara dan Kawasan Perbatasan yang bersifat jangka menengah. Adapun aspek
yang ditinjau adalah:
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
I-4
a. Pengelolaan batas wilayah negara terdiri dari aspek:
- Penegasan dan Penetapan batas negara,
- Peningkatan pertahanan-keamanan dan Penegakan hukum, dan
- Peningkatan kapasitas kelembagaan
b. Pengelolaan kawasan perbatasan terdiri dari aspek:
- Peningkatan pertahanan-keamanan dan Penegakan hukum,
- Pengembangan ekonomi kawasan dan lingkungan hidup,
- Peningkatan pelayanan sosial dasar, dan
- Peningkatan kapasitas kelembagaan
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS dan
TINJAUAN KEBIJAKAN
A. PENGERTIAN MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan M/E merupakan bagian dari siklus manajemen pembangunan (Solihin,
2008) yang terdiri dari perencanaan, penganggaran, implementasi, dan monitoring-
evaluasi. Berbagai definisi mengenai monitoring dan evaluasi telah banyak
dirumuskan oleh para pakar. Diantara definisi-definisi tersebut diuraikan sebagai
berikut:
Menurut Paul J. Gertler ... [et al.]1, monitoring adalah proses yang berkelanjutan yang
menelusuri hal-hal yang terjadi dalam suatu program dengan menggunakan data
yang dikumpulkan untuk menginformasikan implementasi program dan
pengelolaannya. Dengan menggunakan data administratif yang biasa digunakan,
kegiatan monitoring dapat menelusuri kinerja program apakah sesuai dengan hasil
yang diharapkan, membuat perbandingan dengan program lain, dan menganalisis
kecenderungan sepanjang waktu. Biasanya, monitoring meliputi input, proses,
output. Namun, dibutuhkan pula monitoring terhadap outcome, seperti
perkembangan dari tujuan pembangunan nasional.
Adapun evaluasi adalah analisis tujuan yang bersifat periodik dari suatu proyek,
program, ataupun kebijakan yang sudah direncanakan, sedang berjalan, maupun
telah dilaksanakan/telah selesai. Evaluasi digunakan untuk menjawab pertanyaan
spesifik yang berkaitan dengan rancangan, implementasi, dan hasil. Sebaliknya
dengan monitoring yang berkelanjutan, evaluasi berkenaan dengan waktu tertentu
(diskret) dan sering kali mengambil perspektif diluar pakar teknis. Secara
substansial, rancangan, metode, dan biaya evaluasi bervariasi tergantung pada jenis
pertanyaan yang akan dijawab melalui evaluasi. Lebih jauh lagi, evaluasi dapat
menjawab 3 tipe pertanyaan (Imas and Rist 2009 dalam Gertler. Et.al (2011))2:
a. Pertanyaan deskriptif: evaluasi akan diarahkan untuk menentukan apa yang
akan disusun dan menjelaskan proses, kondisi, hubungan organisasi, dan
pandangan pihak-pihak terkait.
b. Pertanyaan normatif: evaluasi membandingkan apa yang telah disusun dan apa
yang seharusnya disusun; hal ini dilakukan untuk menganalisis kegiatan dan
1 Impact evaluation in practice. Paul J. Gertler, Sebastian Martinez, Patrick Premand, Laura B. Rawlings,Christel M. J.
Vermeersch. 2011 The IBRD/ The World Bank 2 Imas, Linda G. M., and Ray C. Rist. 2009. The Road to Results: Designing and
Conducting Eff ective Development Evaluations. Washington, DC: World Bank.
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-2
target apakah telah tercapai atau belum. Pertanyaan normatif dapat diterapkan
pada input, proses, dan output.
c. Pertanyaan sebab-akibat: evaluasi memeriksa outcome/hasil dan berusaha
untuk menganalisis perubahan yang terjadi karena adanya aktivitas outcome.
Scriven (sebagaimana dikutip oleh Mark, et.al., 2000:9) secara awam mencoba
mengidentifikasi enam bidang besar yang dapat dievaluasi -- yang disebut dengan
“Big Six” P’s -- yaitu: program (programs), kebijakan (policies), produk
(products), personil (personnel), kinerja (performance), dan usulan
(proposals). Mengacu pada pendapat Scriven, dapat ditegaskan bahwa hal penting
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan evaluasi adalah “bagaimana seharusnya
evaluasi dilakukan” bukan “apa yang akan dievaluasi”. Hal ini didukung sepenuhnya
oleh Mark, et.al. (2000:9) sebagai berikut: “This leads him (Scriven, pen.) to describe
evaluations as a trans-discipline ..… at a fundamental level, the logic of evaluation is
the same regardless of what being evaluated”.
Dari apa yang dikemukakan diatas menjadi jelas bahwa evaluasi kinerja rencana
induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan pada dasarnya
merupakan evaluasi terhadap hasil suatu kebijakan publik. Dalam kajian ini dari
“Big Six” P’s yang seperti dikemukakan diatas, maka yang akan dievaluasi adalah
kinerja (performance), khususnya kinerja pengelolaan batas wilayah Negara dan
kawasan perbatasan. Namun demikian berbagai kebijakan yang ditetapkan dengan
sendirinya tetap akan menjadi focus bahasan sebelum pedoman evaluasi kinerja
pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan disusun.
B. KEDUDUKAN MONITORING DAN EVALUASI
Sejalan dengan implementasi Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan
Kawasan Perbatasan di lapangan, diperlukan suatu kerangka monitoring dan
evaluasi (M/E) untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan
program dengan perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan
kawasan perbatasan sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Induk.
Kedudukan Monitoring dan Evaluasi dalam konteks manajemen pembangunan
dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah. Di dalam manajemen pembangunan,
dilakukan beberapa tahapan yaitu: (a) Perumusan Strategis, (b) Perencanaan
Strategis, (c) Penyusunan program dan kegiatan, (d) Penganggaran, (e)
Implementasi, dan (f) Laporan.
Di dalam proses perumusan strategis yang akan menghasilkan visi, misi, prinsip/nilai
dasar, dan tujuan diperlukan identifikasi terhadap isu/masalah strategis yang ada.
Isu ini selanjutnya diperkuat dengan data untuk memudahkan analisis sehingga akan
menghasilkan Fakta.
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-3
Dengan mengacu pada Gambar 2.1, terlihat bahwa ukuran keberhasilan atau ukuran
hasil (Outcome Measure atau Lag Indicators) dalam pengelolaan batas wilayah negara
dan kawasan perbatasan kawasan perbatasan adalah kesesuaian antara hasil yang
dicapai dengan rencana.
Gambar 2.1. Kedudukan M & E Dalam Konteks Manajemen Pembangunan
C. PERAN DAN PRINSIP MONITORING
Di dalam memastikan tercapainya sasaran dalam suatu program dan kegiatan, maka
peran monitoring sangat penting karena:
a. Monitoring membantu para pelaku program (masyarakat, aparat pemerintah,
konsultan, dan stakeholders lain) mengetahui kemajuan dan perkembangan yang
telah dicapai oleh program. Temuan-temuan dari kegiatan pemantauan tersebut
sekaligus juga membantu para pelaku program untuk mengecek apakah suatu
kegiatan berhasil diselesaikan sesuai dengan rencana atau tidak.
b. Monitoring adalah alat manajemen yang sangat berguna. Informasi yang digali
dari kegiatan monitoring dapat memberikan masukan kepada pengambil
Perencanaan
Strategis
Penganggaran (Budgeting)
Penyusunan Program dan
Kegiatan
Anggaran
(Jangka Pendek)
Program Dan Kegiatan
(Jangka Panjang)
Arah Kebijakan Sasaran Strategis
Target
Visi Dan Misi,
Prinsip/Nilai Dasar,
Tujuan (Goals)
Perumusan
Strategis
Laporan
Implementasi
Umpan Balik (Feed Back)
Pelaksanaan Program dan
Kegiatan
Analisa
Data
Isu/Masalah
Strategis
Fakta
M
O E
N V
I A
T & L
O U
R A
I S
N I
G
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-4
keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat diambil jika
diperlukan.
c. Monitoring penting karena kegiatan ini mendokumentasikan berbagai
pengalaman yang muncul di dalam pelaksanaan program dan dapat mengambil
pelajaran dari pengalaman yang terjadi. Kegiatan ini juga membuat para pelaku
program dan berbagai pihak lain untuk belajar dari apa yang terjadi di lapangan.
Agar tercapai efektivitas monitoring, terdapat beberapa prinsip-prinsip
monitoring yang harus dipenuhi:
a. Monitoring harus dilihat sebagai alat penting untuk memperbaiki program.
b. Ada 2 (dua) prinsip penting dalam kegiatan M & E, yakni partisipasi dan
transparansi
c. Semua pelaku mempunyai kewajiban untuk melaporkan informasi seakurat
mungkin
D. INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN
Di dalam mengukur keberhasilan pencapaian pembangunan, diperlukan suatu
indikator. Menurut Solihin (2008)3, indikator kinerja adalah uraian ringkas dengan
menggunakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang mengindikasikan pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan.
Indikator kinerja dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja, baik dalam tahap
perencanaan (ex-ante), pelaksanaan (on-going), maupun setelahnya (ex-post). Selain itu
dapat digunakan untuk petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran.
Dalam mengembangkan indikator kinerja, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada penghitungan biaya keluaran
(efisiensi). Tujuan kebijakan dan pendekatan program – juga harus dianalisa
b. Indikator bisa diterapkan untuk: (i) Masukan; (ii) Efisiensi – Keluaran; (iii)
Efektivitas – Hasil; (iv) Kualitas; dan (v) Kepuasan Pelanggan.
c. Bisa dikaitkan dengan kesepakatan kinerja antara Menteri dan Kepala Lembaga
dan para pejabat di bawahnya
d. Indikator memerlukan definisi dan penafsiran yang hati-hati – seringkali
diformulasikan, diimplementasikan dan ditafsirkan dengan buruk
e. Harus dikembangkan untuk masing-masing program/kegiatan – ada yang sulit
misalnya pertahanan – beberapa lebih mudah misalnya penyelenggara jasa.
Selain itu, indikator kinerja yang disusun harus memenuhi syarat:
a. SPESIFIC -jelas, tidak mengundang multi interpretasi
b. MEASUREABLE -dapat diukur (“What gets measured gets managed”)
3 Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas Teknik Penyusunan Kriteria
dan Indikator Kinerja Pembangunan Bintek Perencanaan Penganggaran dan Monev Pembangunan Ikatan Widyaiswara Indonesia Hotel Twin Plaza-Jakarta, 26 Juli 2008
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-5
c. ATTAINABLE -dapat dicapai (reasonable cost using and appropriate collection
method)
d. RELEVANT (information needs of the people who will use the data)
e. TIMELY -tepat waktu (collected and reported at the right time to influence many
manage decision)
Adapun indikator keberhasilan pembangunan menurut Deddy T. Tikson (2005)
adalah sebagai berikut4:
1. Pendapatan perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah
satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini
merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat
menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya
pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa
diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan
pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-
negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan
pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa
ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi
pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan
pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumberdaya
ekonomi.
2. Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan
mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas
sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita,
konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional
akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah
akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti
oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak ,
kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin
menurun.
4 Deddy T Dikson. Keterbelakangan & ketergantungan: teori pembangunan di Indonesia, Malaysia
dan Thailand. 2005
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-6
3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang
bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi
dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama
dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara Eropa
Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus
dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan
semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara
industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di
Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah
pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu
indikator pembangunan.
4. Angka Tabungan
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi
memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama
dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di
Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul
oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi,
modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun
pemerintah.
5. Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Quality of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator
makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan
masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan
nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh
peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1)
angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi,
dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan
kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat
kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan
kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf,
dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai
hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat,
karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan
para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling
baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan,
disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-7
6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indikator
pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah
ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya
memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan
hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam
pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang
bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia.
Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia
akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan
hidup manusia secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor penting dalam kehidupan
manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat
dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap
paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan
pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan
yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengan mengkombinasikan tiga komponen, (1)
rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan
tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan
Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan erat dengan
peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan
knowledge, attitude dan skills, di samping derajat kesehatan seluruh anggota
keluarga dan lingkungannya.
Indikator-indikator tersebut, menjadi dasar pengembangan indikator yang disusun
dalam Rencana Induk pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan.
E. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan sebagai alat manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja
ini mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja itu sendiri (melalui monitoring)
dan evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan
strategis dan akuntabilitas, sedangkan evaluasi kineria merupakan tahap setelah
pengukuran kineria dilakukan melalui perhitungan nilai capaian dari pelaksanaan
kegiatan.
Pengukuran kinerja mensyaratkan bahwa seluruh aktivitas organisasi harus dapat
diukur. Pengukuran ini tidak hanya mencakup input dari program organisasi tetapi
lebih menekankan pada keluaran, proses, manfaat dan dampak dari program organisasi
bagi kesejahteraan rakyat. Pengukuran kinerja suatu instansi maupun organisasi
kemudian didasarkan pada kemampuan instansi maupun organisasi dalam mengelola
sumberdaya (bukan hanya keuangan) yang dikelolanya, untuk mencapai hasil sesuai
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-8
dengan rencana yang telah dituangkan dalam rencana strategis. Dengan demikian
evaluasi kinerja organisasi akan memberikan manfaat dalam:
a) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk
mencapai kinerja.
b) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
c) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya
dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
d) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana
yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e) Menjadi alat komunikasi antarbawahan dan pimpinan daiam rangka upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
f) Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
j) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
Dalam konteks manajemen, pengukuran kinerja suatu organisasi biasanya digunakan
untuk:
a) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitasnya.
b) Menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan sasaran oleh manajemen atas
program-program.
c) Mengelola program secara efisien.
d) Menyediakan data dalam rangka pelaksanaan fungsi pengendalian program.
e) Membuat kebijaksanaan anggaran.
f) Mengelola dan mengukur hasil program, Umpan balik bagi manajemen dalam
rangka meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
g) Mempertanggungjawabkan sumber-sumber daya yang telah dipercaya kepada
manajemen.
F. TINJAUAN KEBIJAKAN
Pada saat ini berbagai peraturan dan perundangan mengamanatkan kepada K/L untuk
melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi. Perundangan tersebut diantaranya:
1. PP No. 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan;
2. PP No. 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah; dan
3. PP No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-9
Berdasarkan penjelasan PP No. 39 tahun 2006, pengendalian dilakukan dengan
maksud untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan
untuk mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan; mengidentifikasi
serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat
diambil tindakan sedini mungkin.
Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang ditempuh
berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk menjamin agar
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan rencana yang telah ditetapkan, seperti
antara lain; melakukan koreksi atas penyimpangan kegiatan, akselerasi atas
keterlambatan pelaksanaan, atau pun klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan
rencana.
Adapun evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti
apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan
rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan
kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan
rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan
akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana,
yang sekurang-kurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan
(iii) indikator hasil/manfaat.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat
dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu;
(i) Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum
ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan
menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara
mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya;
(ii) Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat
pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya, dan
(iii) Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan
setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah
pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah
pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai
efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak
terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu
program.
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-10
Pada PP No. 39 tersebut juga dijelaskan bahwa evaluasi dilakukan terhadap
pelaksanaan RPJM Nasional dan Renstra-KL untuk menilai efisiensi, efektivitas, manfaat,
dampak, dan keberlanjutan dari suatu program.
PP No. 6 tahun 2008 menjelaskan, Sistem Pengukuran Kinerja adalah sistem yang
digunakan untuk mengukur, menilai, dan membandingkan secara sistematis dan
berkesinambungan atas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sedangkan
Indikator Kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif yang
terdiri dari unsur masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang
menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu kegiatan.
Adapun Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah capaian atas
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diukur dari masukan, proses,
keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak. Sedangkan Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah selanjutnya disingkat EPPD adalah suatu proses pengumpulan
dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah, kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan kelengkapan aspek-aspek
penyelenggaraan pemerintahan pada Daerah yang baru dibentuk.
Di dalam Pasal 3, dinyatakan bahwa EPPD harus berlandaskan asas: spesifik, obyektif,
berkesinambungan, terukur, dapat diperbandingkan, dan dapat dipertanggung-
jawabkan. Dukungan sistem informasi juga diperlukan, sebagaimana disuratkan dalam
Pasal 15, sebagai berikut: “Untuk kelancaran pelaksanaan EPPD, Pemerintah dan
pemerintahan daerah mengembangkan sistem informasi”. Beberapa aspek yang diukur
dalam Lampiran PP ini, ditampilkan dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI
HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH
PARAMETER
INDIKATOR
PENINGKATAN KUALITAS
MANUSIA
INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT FOKUS INDIKATOR FORMULA
1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
a. Pertumbuhan PDRB (PDRB (t+1) - PDRB (t)} / PDRB (t) X 100%
Laju Inflasi b. Laju inflasi provinsi (Inf (t +1) - Inf (t)} / Inf (t) X 100%
Pendapatan per
kapita
c. PDRB per kapita PDRB
Penduduk pertengahan
tahun
Ketimpangan
kemakmuran
d. Indeks Gini k
G = l - fpi (Fci + Fci-l )
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-11
FOKUS INDIKATOR FORMULA
I
Dimana:
fpi = frekuensi penduduk pada kelas pendapatan ke i
Fci = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada
pendapatan ke i
k = banyak kelas
Fci - l = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada
kelas pendapatan kelas ke i
Pemerataan
pendapatan
e. Pemerataan
pendapatan versi
Bank Dunia
YD4 = Qi-l -
40 - Pi
X qi Pi – Pi-l
YD4 = Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 %
penduduk lapisan bawah
Qi -l = Persentase kumulatif pendapatan ke i-1
Pi = Persentase kuraulatif penduduk ke i
qi = Persentase pendapatan ke i
Ketimpangan
regional
Indeks ketimpangan
Williamson (Indeks
Ketimpangan
Regional)
IW = (Yi –Y)2 fi l n
Y
Tingkat kabupaten/kota
Yi = PDRB perkapita di kecamatan I
Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota
fi = jumlah penduduk di kecamatan i
n = jumlah penduduk di kab/kota
Tingkat Provinsi
Yi = PDRB perkapita di kab/kota i
Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi
fi = jumlah penduduk di kab/kota i
n = jumlah penduduk di provinsi
2. Kesejahteraan Sosial
Pendidikan
a. Angka melek huruf
b. Angka rata-rata lama
sekolah
c. Angka partisipasi murni
d. Angka partisipasi kasar
e. Angka pendidikan yang
ditamatkan
Penduduk usia 15 th ke atas dapat baca
tulis
Penduduk usia 15 th ke atas
X 100
Kombinasi antara partisipasi sekolah,
jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas
yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan.
Banyaknya murid usia 7-12, 13-15, 16-18 th
Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-
18 th
Banyaknya penduduk usia 7-12, 13 -15,
16 - 18 th
x 100
Banyaknya murid SD, SLTP, SLTA
- Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-
15,16-18 th
x 100
Penduduk tamat (< SD, SD, SLTP, SLTA,
Univ)/Jumlah penduduk x 100
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-12
Kesehatan
f. Angka kelangsungan
hidup bayi
g. Angka usia harapan
hidup
h. Persentase balua gizi
buruk
(1 - angka kematian bayi)
Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk
dengan asumsi tidak ada perubahan pola
mortalitas menurut umur.
Jumlah balita gizi buruk
Jumlah balita x 100
Kemiskinan
i. Persentase
penduduk diatas garis
kemiskinan
(100 -angka kemiskinan )
Kepemilikan tanah j. Persentase
penduduk yang
memiliki iahan
Penduduk memiliki Iahan
Jumlah penduduk x 100
Kesempatan kerja
k. Rasio penduduk yang
bekerja
Penduduk yang bekerja
Angkatan kerja
Kriminalitas
l. Angka kriminalitas yang
tertangani
Jumlah tindak kriminal tertangani
dalam 1 tahun
Jumlah penduduk
x 10000
B. ASPEK PELAYANAN UMUM Pelayanan Dasar
Pendidikan Pendidikan dasar:
a. Angka partisipasi
sekolah
Jumlah murid usia pendidikan dasar
Jumlah penduduk usia pendidikan dasar x 1000
b. Rasio ketersediaan
sekolah/ penduduk
usia sekolah
Jumlah sekolah pendidikan dasar
Penduduk usia pendidikan dasar x 10000
c. Rasio guru/murid Jumlah guru pendidikan dasar
Jumlah murid pendidikan dasar x 1000
d. Rasio guru/murid per
kelas rata-rata
Jumlah guru sekolah pendidikan dasar
per kelas
Jumlah murid pendidikan dasar
x 1000
Pendidikan menengah:
e. Angka partisipasi
sekolah
Jumlah murid usia pendidikan menengah
Jumlah penduduk usia pendidikan
menengah
x 1000
3. Seni Budaya dan Olah Raga
Grup kesenian a. Jumlah grup kesenian Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk
Gedung kesenian b. Jumlah gedung kesenian Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk
Klub olahraga c. Jumlah klub olahraga Jumlah klub olah raga per 10.000 penduduk
Gedung Olah Raga d. Jumlah gedung olah raga Jumlah gedung olah raga per 10.000 penduduk
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-13
f. Rasio ketersediaan
sekolah terhadap
penduduk usia
sekolah
Jumlah sekolah pendidikan menengah
Penduduk usia pendidikan menengah x 10.000
g. Rasio guru terhadap
murid
Jumlah guru pendidikan menengah
Jumlah murid pendidikan menengah x 1000
h. Rasio guru terhadap
murid per kelas rata-
rata
Jumlah guru sekolah pendidikan menengah per
kelas Jumlah murid pendidikan menengah
Kesehatan i. Rasio posyandu per
satuan balita
j. Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
satuan penduduk.
k. Rasio Rumah Sakit
per satuan penduduk
l. Rasio dokter per
satuan penduduk
m. Rasio tenaga medis
per satuan penduduk
Jumlah posyandu
Jumlah balita x 1000
Jumlah puskesmas, poliklinik, pustu
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah rumah sakit
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah dokter
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah tenaga medis
Jumlah penduduk x 1000
Lingkungan hidup n. Persentase
penanganan sampah
o. Persentase penduduk
berakses air minum
p. Persentase luas
permukiman yang
tertata
Volume sampah yang ditangani
Volume produksi sampah x 100
Penduduk berakses air minum
Jumlah penduduk x 100
Luas area permukiman tertata
Luas area permukiman keseluruhan x 100
Sarana dan Prasarana
Umum
q. Proporsi panjang
jaringan jalan dalam
kondisi baik
r. Rasio jaringan irigasi
s. Rasio tempat ibadah
per satuan
penduduk
t. Persentase rumah
tinggal bersanitasi
u. Rasio tempat
pemakaman umum
per satuan
penduduk
v. Rasio tempat
pembuangan
sampah (TPS) per
satuan penduduk
Panjang jalan kondisi baik
Panjang jalan seluruhnya
Panjang saluran irigasi
Luas lahan budidaya pertanian
Jumlah tempat ibadah
Jumlah penduduk
Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi
Jumlah rumah tinggal x 100
Jumlah daya tampung tempat pemakaman
umum
Jumlah penduduk
x 1000
Jumlah daya tampung TPS
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah rumah layak huni
Jumlah penduduk
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-14
w. Rasio rumah layak
huni
x. Rasio permukiman
layak huni
Luas pemukiman layak huni
Luas wilayah permukiman
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-15
Penataan Ruang y. Rasio ruang terbuka
hijau per satuan luas
wilayah ber
HPL/HGB
z. Rasio bangunan ber-
IMB per satuan
bangunan
Luas ruang terbuka hijau
Luas wilayah ber HPL/HGB
Jumlah bangunan ber - IMB
Jumlah bangunan
Perhubungan aa. Jumlah arus
penumpang
angkutan umum
ab. Rasio ijin trayek
ac. Jumlah uji kir
angkutan umum
ad. Jumlah pelabuhan
laut/udara/terminal
bis
Jumlah arus penumpang angkutan umum yang
masuk/keluar daerah
Jumlah ijin trayek yang dikeluarkan
Jumlah penduduk
Jumlah uji kir angkutan umum
Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis
2. Pelayanan Penunjang
Penanaman Modal a. Jumlah investor
berskala nasional
(PMDN/PMA)
b. Jumlah nilai investasi
berskala nasional
(PMDN/PMA)
c. Rasio daya serap
tenaga kerja
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Jumlah nilai investasi berskala nasional
(PMDN/PMA)
Jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan
PMA/PMDN Jumlah seluruh PMA/PMDN
KUKM d. Persentase koperasi
aktif
e. Jumlah UKM non
BPR/LKMUKM
f. Jumlah BPR/LKM
Jumlah koperasi aktif
Jumlah seluruh koperasi x 100
Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM
Jumlah BPR/LKM aktif
Kependudukan dan
catatan sipil
g. Rasio penduduk
berKTP per satuan
penduduk
h. Rasio bayi berakte
kelahiran
i. Rasio pasangan
berakte nikah
Jumlah penduduk usia > 17 yang berKTP
Jumlah penduduk usia > 17 atau telah menikah
Jumlah bayi lahir yang mempunyai akte kelahiran
Jumlah keseluruhan bayi lahir
Jumlah pasangan nikah berakte nikah
Jumlah keseluruhan pasangan nikah
Ketenagakerjaan j Angka partisipasi
angkatan kerja
k. Angka sengketa
pengusaha-pekerja
per tahun
Angkatan kerja 15 tahun ke atas
Jumlah penduduk usia 15 tahun ke
atas
x 100
Jumlah sengketa pengusaha pekerja
Jumlah Perusahaan x 1000
Pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak
l. Persentase partisi-
pasi perempuan di
lembaga pemerintah
Pekerja perempuan di lembaga
pemerintah
Jumlah pekerja perempuan
x 100
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-16
KB dan KS p. Rata-rata jumlah anak
per keluarga
q. Rasio akseptor KB
Jumlah anak
Jumlah keluarga
Jumlah akseptor KB
Jumlah pasangan usia subur x 100
Komunikasi dan
Informatika
r. Jumlah jaringan
komunikasi
s. Rasio wartel/warnet-
terhadap penduduk
t. Jumlah surat kabar
nasional/lokal
u. Jumlah penyiaran
radio/TV lokal
Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner
Jumlah wartel/warnet
Jumlah penduduk x 100
Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk ke
daerah
Jumlah penyiaran radio/TV yang masuk ke
daerah
Pertanahan v. Persentase luas lahan
bersertifikat
Jumlah luas lahan bersertifikat
Jumlah luas wilayah x 100
Pemberdayaan
masyarakat dan desa
w. Rata-rata jumlah
kelompok binaan
lembaga pemberdaya-
an masyarakat (LPM)
x. Rata-rata jumlah
kelompok binaan PKK
y. Jumlah LSM
Jumlah kelompok binaan LPM
Jumlah LPM
Jumlah kelompok binaan PKK
Jumlah PKK
Jumlah LSM yang aktif
Perpustakaan z. Jumlah perpustakaan
aa. Jumlah pengunjung
perpustakaan per
tahun
Jumlah perpustakaan
Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
Penyelenggaraan
Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat
ab. Rasio jumlah Polisi
Pamong Praja per
10.000 penduduk
ac. Jumlah Linmas per
Jumlah 10.000
Penduduk
ad. Rasio Pos Siskamling
per jumlah
desa/kelurahan
Jumlah polisi pamong praja
Jumlah penduduk x 10.000
Jumlah Linmas
Jumlah penduduk x 10.000
Jumlah pos siskamling
Jumlah desa/kelurahan
Pemuda dan olahraga ae. Jumlah organisasi
pemuda
Jumlah organisasi pemuda
Jumlah organisasi olahraga
m. Partisipasi
perempuan di
lembaga swasta
n. Rasio KDRT
o. Persentase jumlah
tenaga kerja dibawah
umur
Pekerja perempuan di lembaga swasta
Jumlah pekerja perempuan x 100
Jumlah KDRT
Jumlah rumah tangga x 100
Pekerja anak usia 5-14 tahun
Jumlah pekerja usia 5 tahun ke atas x 100
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-17
af. Jumlah organisasi
olahraga
ag. Jumlah kegiatan
kepemudaan
ah. Jumlah kegiatan
olahraga
Jumlah kegiatan kepemudaan
Jumlah kegiatan olahraga
C. ASPEK DAYA SAING DAERAH 1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Pengeluaran konsumsi
rumah tangga per
kapita
a. Angka konsumsi RT
per kapita
Total pengeluaran RT
Jumlah anggota RT
Nilai tukar petani
b. Perbandingan faktor
produksi dengan
produk
NTP =
indeks yangditerima petani
(It) indeks yang dibayar
petani (Ib)
x 100
Pengeluaran konsumsi
non pangan perkapita
c. Persentase Konsumsi
RT untuk non pangan
Total pengeluaran RT non - pangan
Total pengeluaran x 100%
Produktivitas total
daerah
d. Dihitung
produktivitas daerah
setiap sektor pada 9
sektor:
1) Pertanian
2) Pertambangan
dan penggalian
3) Industri
pengolahan
4) Listrik
5) Bangunan
6) Perdagangan
7) Pengangkutan
dan komunikasi
8) Keuangan
9) Jasa
nilai tambah seluruh sektor per angkatan kerja
Nilai tambahan sektor ke - i
Jumlah angkatan kerja
dimana i = sektor 1 s/d sektor 9
2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Aksesibilitas daerah a. Rasio panjangjalan
per jumlah
kendaraan
b. Jumlah orang/ barang
yang terangkut
angkutan umum
c. Jumlah orang/barang
melalui dermaga/
bandara/ terminal
per tahun
Panjang Jalan
Jumlah Kendaraan
Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan
umum
Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/
terminal per tahun
Penataan wilayah d. Ketaatan terhadap
RTRW
e. Luas wilayah
produktif
f. Luas wilayah industri
Realisasi peruntukan Rencana Tata Ruang
Wilayah -RTRW/Rencana Peruntukan
Jumlah luas wilayah ke – I
Jumlah luas keseluruhan wil.budidaya x 100
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-18
g. Luas wilayah
kebanjiran
h. Luas wilayah
kekeringan
i. Luas wilayah
perkotaan
i.= wilayah produktif, industri, kebanjiran,
kekeringan dan perkotaan
Fasilitas bank dan non
bank
j. Jenis dan jumlah bank
dan cabang-
cabangnya
k. Jenis dan jumlah
perusahaan asuransi
dan cabang-
cabangnya
Jumlah dan jenis bank dan cabang-cabangnya
Jumlah dan jenis perusahaan asuransi dan cabang-
cabangnya
Ketersediaan air
bersih
1. Persentase Rumah
Tangga (RT) yang
menggunakan air
bersih
Jumlah RT menggunakan air bersih
Jumlah RT x 100
Fasilitas listrik dan
telepon
m. Rasio ketersediaan
daya listrik
n. Persentase rumah
tangga yang
menggunakan listrik
o. Persentase penduduk
yang menggunakan
HP/relepon
Daya listrik terpasang
Jumlah kebutuhan
Jumlah Rumah Tangga menggunakan
listrik
Jumlah Rumah Tangga
x 100
Jumlah penduduk menggunakan
HP/telpon
Jumlah penduduk
x 100
Ketersediaan restoran
p. Jenis, kelas, dan jumlah
restoran
Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas
Ketersediaan
penginapan
q. Jenis, kelas, dan
jumlah penginapan/
hotel
Persentase jumlah penginapan/ hotel menurut jenis
dan kelas
3. Iklim Berinvestasi
Keamanan dan
ketertiban
a. Angka kriminalitas
Jumlah tindak kriminal selama 1 tahun
Jumlah penduduk seluruhnya x 10.000
b. Jumlah demo
Jumlah demo dalam 1 tahun
Kemudahan penjinan
c. Lama proses
perijinan
Rata-rata lama proses perijinan (dalam hari)
Pengenaan pajak
daerah
d. Jumlah dan macam
pajak dan retribusi
daerah
Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
Perda e. Jumlah Perda yang
mendukung iklim
usaha
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
Status desa
f. Persentase desa
berstatus
swasembada
terhadap total desa
Jumlah desa/kelurahan berswasembada
Jumlah desa/kelurahan x 100
4. Sumber Daya Manusia
Kualitas tenaga kerja
a. Rasio lulusan
S1/S2/S3
Jumlah lulusan S1/S2/S3
Jumlah penduduk x 10.000
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-19
Tingkat
ketergantungan
b. Rasio ketergantungan
Penduduk usia < 15 th + usia > 64
Penduduk usia 15-64
x 100
Sementara itu, pada PP No. 8 tahun 2008, Bab VI mengenai Pengendalian dan Evaluasi
menerangkan bahwa, yang dimaksud dengan pengendalian meliputi pengendalian
terhadap: a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah; dan b. pelaksanaan rencana
pembangunan daerah. Dalam pelaksanaannya, pengendalian dilakukan oleh Bappeda
untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk
program dan/atau kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi dan tindak lanjut
penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan
kebijakan pembangunan daerah. Sedangkan Pemantauan pelaksanaan program
dan/atau kegiatan oleh SKPD meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana,
dan kendala yang dihadapi. Hasil pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan
disusun dalam bentuk laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bappeda.
Selanjutnya Kepala Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan supervisi rencana
pembangunan kepada kepala daerah, disertai dengan rekomendasi dan langkah-
langkah yang diperlukan.
Adapun evaluasi, sebagaimana dimaksud dalam PP No. 8 tahun 2008 adalah evaluasi
yang meliputi:
a. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah;
b. Pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan
c. Hasil rencana pembangunan daerah.
Sama halnya dengan kegiatan pengendalian (monitoring), kegiatan evaluasi ini
dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan
oleh Kepala SKPD untuk capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan SKPD
periode sebelumnya. Evaluasi oleh Bappeda meliputi:
a. penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana
pembangunan daerah, dan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
daerah;
b. menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD dalam
rangka pencapaian rencana pembangunan daerah.
Hasil evaluasi ini akan menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah
untuk periode berikutnya. Agar kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dijalankan
dengan baik, diperlukan suatu sistem informasi yang dapat didukung dengan fasilitas
internet (berbasis web) dan smart maps (sistem informasi geografi).
Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
II-20
Namun demikian, monitoring dan evaluasi yang ditekankan dalam pembahasan ini
adalah monitoring dan evaluasi terhadap rencana induk yang bersifat jangka menengah
(2010-2014). Alhasil, pencapaian indikator yang perlu dipantau bukan indikator
output, melainkan indikator yang bersifat outcome (menggambarkan tingkat
pencapaian atas hasil yang menyangkut kepentingan banyak pihak).
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-1
BAB III
KERANGKA LOGIS MONITORING DAN EVALUASI RENCANA INDUK
PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN 2011-2014
A. KERANGKA LOGIS MONITORING DAN EVALUASI
Dengan dilandasi pada Gambar 1.1 (Bab I), maka Kerangka monitoring dan evaluasi
dirumuskan seperti pada Gambar 3.1 berikut:
KERANGKA MONITORING DAN EVALUASI
RENCANA AKSI (TAHUNAN)
RENCANA INDUK PENGELOLAAN PERBATASAN 2011-2014
Tujuan
Visi dan Misi
Strategi dan Program
Kegiatan
Sumberdaya
Indikator Manfaat
Indikator Dampak
Indikator Hasil
Indikator Output
Indikator Input
Benefit/Manfaat
Impact/Dampak
Result/Hasil
Output/Keluaran
Input/Masukan
Struktur Rencana IndikatorLogika Vertikal
ISU DAN PERMASALAHAN STRATEGIS
BASELINE DATA
Gambar 3.1. Kerangka Monitoring dan Evaluasi
Dari Gambar 3.1 diatas, berbagai indikator sebagai ukuran hasil (Outcome Measure
atau Lag Indicators) dari visi dan misi, tujuan (goals) dan strategi/program sebagai
berikut:
a) INPUT, berupa segala sesuatu yang dibutuhkan, baik program dan kegiatan,
sumber dana, sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun berupa teknologi
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-2
dan informasi, agar kegiatan pelaksanaan dapat berjalan dan menghasilkan
keluaran
b) PROSES, upaya yang dilakukan dalam mengolah masukan menjadi keluaran.
Indikator ini umumnya dikaitkan dengan keterlibatan para pemangku
kepentingan (stakeholders) termasuk penerima manfaat, serta dikaitkan dengan
mekanisme pelaksanaannya, termasuk koordinasi dan hubungan kerja antar unit
organisas
c) KELUARAN (OUTPUT), yaitu pencapaian sasaran dari suatu kegiatan, baik
dalam wujud fisik maupun non-fisik.
d) OUTCOME, yaitu menunjukkan telah dicapainya maksud dan tujuan dari
kegiatan-kegiatan yang telah selesai dilaksanakan atau indicator yang
mencerminkan fungsi dan manfaat keluaran kegiatan
e) MANFAAT adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan
kegiatan.
f) DAMPAK adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada
setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
B. OBJEK SASARAN MONITORING DAN EVALUASI
Adapun yang menjadi “objek sasaran” untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi
adalah:
1. Kebijakan (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) Operasional dan Pendanaan
pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan kawasan perbatasan;
2. Perencanaan pada Pengelolaan Batas wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan
(Batas Wilayah Negara, Hankam dan Hukum, Ekonomi Kawasan, Sosial Dasar, dan
Kelembagaan);
3. Pelaksanaan;
4. Kelembagaan Pengelola Perbatasan dan Masyarakat.
Dalam penyusunan kerangka monitoring di sini, “objek sasaran” nya adalah poin 2
yaitu Rencana Induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan
perbatasan (suatu rencana jangka menengah 5-tahunan dimana indikator yang
digunakan adalah indikator hasil (outcome) dan indikator dampak (impact) yang
dianalisis berdasarkan tujuan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan) dengan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara;
2. Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum;
3. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Perbatasan;
4. Pelayanan Sosial Dasar Dan Budaya Kawasan Perbatasan;
5. Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Perbatasan.
Monitoring dan evaluasi terhadap rencana pembangunan ini telah dinyatakan pulan
dalam UU No. 25 tahun 2004, bahwa tahapan perencanaan pembangunan terdiri dari
4 (empat) tahapan, yakni: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3)
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-3
pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan. Dimana kegiatan
pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana
pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul
dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. (PP No. 39
tahun 2006).
Mengacu pada PP No. 39 tahun 2006 dan PP No. 6 tahun 2008, kegiatan monitoring
dan evaluasi telah diimplementasikan oleh K/L dan SKPD. Proses pelaksanaan
Monitoring dan Evaluasi tersebut dapat diterapkan dalam Rencana Induk dan
Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan
sebagaimana digambarkan Tabel 3.1. di bawah.
Berdasarkan berbagai uraian sebelumnya, maka disusun matriks kerangka
monitoring dan evaluasi dengan menampilkan indikator-indikator outcome dan
impact, baseline data, dan sumber datanya (Tabel 3.2. – Tabel 3.5.)
C. PENUTUP
Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini tentunya ada pihak yang berkompeten.
Dalam hal ini, BNPP adalah pihak yang berkompeten untuk melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pengelolaan kawasan perbatasan. Namun demikian, dukungan dan
afirmasi yang positif dari berbagai kementerian dan lembaga maupun pemerintah
daerah sangat dibutuhkan.
Perlu diketahui bersama bahwa instrumen ini bukanlah instrumen untuk mengukur
kinerja pemerintah daerah ataupun K/L tetapi dapat digunakan untuk memantau
pengelolaan kawasan perbatasan sehingga hasilnya dapat menjadi perenungan
bersama, apakah pengelolaan kawasan perbatasan sudah optimal dijalankan.
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-4
Tabel 3.1. Gambaran Sistem Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan BWN-KP
Rencana
Tahun Indikator Yang diukur
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Jan Jan Jan Jan input output outcome impact
Rencana Induk
Monitoring x x x x x x
Evaluasi Midterm x
x
Evaluasi Tematik
x x x
Rencana Aksi
Monitoring x X x x x x x x x x x x x x
Evaluasi: (kinerja dan
tematik)
On Going Evaluation (3
kali setiap tahun) x x x x x
expose evaluation-2010 x x
evaluasi tematik-2010
expose evaluation-2011 X x
evaluasi tematik-2011
expose evaluation-2012 x x
evaluasi tematik-2012
expose evaluation-2013 x x
evaluasi tematik-2013
expose evaluation-2014
evaluasi tematik-2014 x x
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-5
Tabel. 3.2
Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact)
Kawasan Perbatasan Darat
TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET 2014 ASUMSI KETERANGAN
1 Meningkatnya perekonomian
wilayah di kawasan perbatasan
darat
1. Rata-rata PDRB non
migas ADHK
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
darat
Tahun 2008 : Rp. 1.288,1
miliar
Rp. 1.736 miliar
prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
2. Rata-rata laju
pertumbuhan PDRB
non-migas ADHK
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
darat
Tahun 2008 : 7,00 % 7,14 % prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
3. Jumlah
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
darat dengan status
tipologi ekonomi
(klassen typhology)
tidak tertinggal
Tahun 2009 : 9
kabupaten/kota
16 BNPP melakukan
kajian analisis
tipologi ekonomi
wilayah (tipologi
klassen) secara
periodik
Berdasarkan prinsip II pada
Rencana Induk,
“mengukuhkan kapasitas
Indonesia dalam Persaingan
Global”, maka seluruh kab
(16) tidak boleh berstatus
tertinggal lagi.
Sumber Data
a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS
b. Kajian tipologi ekonomi wilayah, BNPP
2 Meningkatnya taraf dan
kualitas hidup masyarakat di
kawasan perbatasan darat
1. Rata-rata IPM
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
darat
Tahun 2009: 66,2 70 prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
2. Rata-rata Lama
Sekolah (RLS)
Kabupaten/Kota di
Tahun 2009: 6,67 tahun 7,25 tahun prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-6
TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET 2014 ASUMSI KETERANGAN
kawasan perbatasan
3. Rata-rata Angka
Melek Huruf (AMH)
darat penduduk usia
15-24 tahun
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
Tahun 2009: 84% 87,88% prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
4. Rata-rata Angka
Harapan Hidup (AHH)
Kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
darat
Tahun 2009: 66,64 tahun 67,93 tahun prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
5. Rata-rata pengeluaran
perkapita disesuaikan
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
Tahun 2009: Rp. 612,25
ribu
Rp. 630 ribu prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
6. Rata-rata APM SD (7-
12 tahun)
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
Tahun 2009: 91,87% Data yang tersedia hanya
tahun 2009, sehingga tidak
dapat diprediksi angka
untuk tahun 2014
7. Rata-rata persentase
APM SMP (13-15
tahun) kabupaten/
kota di kawasan
perbatasan
Tahun 2009: 53,40% Data yang tersedia hanya
tahun 2009, sehingga tidak
dapat diprediksi angka
untuk tahun 2014
8. Rata-rata persentase
APM SMU (15-17
tahun) kabupaten/
kota di kawasan
perbatasan darat
Tahun: 39,38% Data yang tersedia hanya
tahun 2009, sehingga tidak
dapat diprediksi angka
untuk tahun 2014
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-7
TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET 2014 ASUMSI KETERANGAN
9. Rata-rata PDRB per
kapita kabupaten/
kota di kawasan
perbatasan darat
Tahun 2009 : Rp. 6,8 juta
Rp. 8,83 juta prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
10. Rata-rata persentase
kemiskinan
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
darat
Tahun 2009 : 17,63 % 14 % target RPJMN : 8%-10%
Sumber Data
a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS
b. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia, BPS
c. Publikasi Data dan informasi kemiskinan, BPS
3. Meningkatnya kualitas
pelayanan publik di kawasan
perbatasan.
Tingkat kepuasan
masyarakat terhadap
pelayanan publik pada
aspek sosial, ekonomi, dan
keamanan di kawasan
perbatasan
Belum ada baseline secara
nasional.
BNPP dan BPPD
menyelenggarakan
survei tingkat
kepuasan
masyarakat secara
periodik.
Saat ini belum pernah
dilakukan survei tingkat
kepuasan secara nasional,
direkomendasilan perlu
dilakukan penelitian secara
periodik.
Sumber Data
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-8
Tabel. 3.3
Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome)
Perbatasan Darat
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
OUTCOME 1 : ASPEK BATAS WILAYAH
1.1. Terwujudnya
kesepakatan dalam
penegasan batas negara
(demarkasi)
Jumlah pelaksanaan
perundingan terkait
demarkasi batas darat
- 2
4 6 8 Perundingn
setiap
tahun 2 kali
Sumber Data
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Kementerian Luar Negeri
1.2. Terwujudnya peta batas
negara yang
komprehensif
Jumlah NLP peta batas
negara (joint mapping)
koridor perbatasan darat
skala 1:50.000
12 12 24 39 44 Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Target per
tahun
bersifat
akumulatif
Sumber Data
Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal
Jumlah NLP pemetaan
kecamatan kawasan
perbatasan darat skala
1:50.000 serta skala
1:25.000
72 89 - - - Target
berdasarkan
laporan dari
Bakosurtanal
Sumber Data
Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal
1.3. Terpeliharanya
patok/pilar batas
negara
Persentase patok/pilar
batas yang dipelihara dan
diperbaiki
25% 50% 75% 100% Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Jumlah di kalimantan:
437/9685=5%
2.421
4.843
7.264
9.685
perlakuan
semua tipe
pilar sama
menurut
Bakosurtanal
: kalimantan:
19.328 pilar; Jumlah di NTT:
50/145=35%
36
73
109
145
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-9
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
Jumlah di Papua :
(52+1.792 tugu
perapatan)
461
922
1.383
1.844
Papua 14 MM
dan 38 titik
densifikasi
Sumber Data
Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan
altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi
OUTCOME 2 : ASPEK
PERTAHANAN, KEAMANAN,
DAN PENEGAKAN HUKUM
INDIKATOR BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
2.1. Meningkatnya kuantitas
dan kualitas sarana
prasarana Pos
Pengamanan perbatasan
pada Lokasi Prioritas
beserta sarana
pendukungnya
Persentase pos
pengamanan perbatasan
pada Lokasi Prioritas
dengan ketersediaan dan
kualitas sarana-
prasarana penunjang
(jalan, listrik, air bersih,
transportasi, komunikasi)
yang memadai
25% 40% 60% 80% Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
jalan baik: 1 pos dari
total 163 pos=0,6%
41 65 98 130 lap. Dit.
Wilhan tahun
2007
listrik: 16,35% 41 65 98 130 kondisi PJU
di desa
(Podes)
air bersih: 6% 41 65 98 130 Akses PAM
di desa
(Podes)
komunikasi: 47% 41 65 98 130 akses hp di
desa
(Podes)
Sumber Data
Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan
altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi
altf: BPS, Podes
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-10
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
2.2. Meningkatnya
ketersediaan fasillitas
dan kualitas pelayanan
PLB dalam mengawasi
dan memfasilitasi arus
barang dan manusia
antar negara pada
exit/entry point di
Lokasi Prioritas serta
Berkurangnya tumpang
tindih penanganan
pelanggaran lintas batas
oleh instansi terkait di
PLB
Jumlah Exit-Entry Point
(PLB) pada Lokasi
Prioritas dengan
peningkatan
ketersediaaan dan
kualitas sarana-
prasarana penunjang
serta pelayanan lintas
batas secara terpadu
1 (entikong)
10
8
12
16
Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Sumber Data
Laporan Kemenkumham: PPLB ada 80, 130 TPI
altf: Laporan BNPP
OUTCOME 3 : ASPEK
PERTUMBUHAN EKONOMI
WILAYAH, SDA, DAN LH
INDIKATOR BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
3.1. Optimalisasi pengeolaan
potensi SDA di lokasi
prioritas secara
berkelanjutan dengan
pola pengusahaaan yang
didesain khusus dengan
memperhatikan
kearifan lokal bagi
kepentingan masyarakat
di wilayah perbatasan.
Rata-rata produktivitas
komoditi pertanian
kabupaten/kota pada
kawasan perbatasan
darat (Kuintal/ha) :
Data baseline
berasal dari:
a. Padi 31,42 52,36 53,65 54,72 55,98 Target
bdsrkn
Prediksi
Trend data
nasional
16 dari 16
kab
b. Sawit 14,78 35,94 38,23 38,53 39,60 9 dari 16 kab
WKP
c. Kelapa 5,91 12,19 12,35 12,52 12,73 16 dari 16
kab WKP
d. Cengkeh 0,15 2,82 2,82 2,99 3,03 3 dari 16 kab
e. Kopi 2,36 7,62 7,86 7,94 8,13 13 dari 16
kab WKP
f. Lada 2,93 7,51 7,76 7,87 8,03 11 dari 16
kab WKP
g. Karet 3,71 9,43 9,26 9,19 9,29 9 dari 16 kab
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-11
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
WKP
Sumber Data
Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS dan Basis Data Kementan
3.2. Terwujudnya
kemudahan birokrasi
perizinan investasi
Jumlah WKP yang
memiliki Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
(PTSP)
Tahun 2011 : 10
kabupaten/kota
10 12 14 16 Target per
tahun
bersifat
akumulatif
Jumlah WKP yang
memiliki Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTS)
dengan kualifikasi
minimal bintang 1
Tahun 2011 : 0
kabupaten/kota
2 4 6 8 Target per
tahun
bersifat
akumulatif
Sumber Data
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
3.3. Terbangunnya sarana
dan prasarana
perkotaan pada PKSN
sebagai pusat pelayanan
kawasan perbatasan
Jumlah PKSN yang
dikembangkan sarana
dan prasarananya
sebagai pusat pelayanan
kegiatan kawasan
meliputi jaringan jalan,
pelabuhan laut, bandar
udara, telekomunikasi,
listrik, dan air bersih.
Tahun 2010 : 5 PKSN 6
9 10 12 Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Target per
tahun
bersifat
akumulatif
Sumber Data
1. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum
2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Perhubungan
3. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian ESDM
4. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Kominfo
3.4. Meningkatnya kegiatan
usaha produktif yang
dilaksanakan oleh
masyarakat
Rata-rata rasio jumlah
Industri Rumah Tangga
terhadap Jumlah Kepala
Keluarga di Kecamatan
Perbatasan
Tahun 2008 : 2 IRT
dalam 100 KK
2,11 2,23 2,36 2,49 Target
prediksi
dari rata-
rata
pertmbhn
IRT
nasional,
hasilnya
cenderung
tidak
bertambah
Rata-rata
Pertumbhn
IRT nasional
5,63% per
tahun
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-12
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
Sumber Data
Data Potensi Desa, BPS dan Kemenperin
3.5. Meningkatnya sarana
prasarana, pelayanan
transportasi (darat,
sungai, udara) secara
terpadu untuk
membuka keterisolasian
lokasi-lokasi prioritas
Rata-rata persentase
desa di kecamatan
perbatasan yang sebagian
besar permukaan
jalannya berupa jalan
aspal/beton
Tahun 2008: 17,67%
Rata-rata persentase
desa di kecamatan
perbatasan yang dapat
dilalui oleh kendaraan
roda 4 sepanjang tahun
Tahun 2008: 58,15%
Sumber Data
Podes, BPS
3.7. Meningkatnya
infrastruktur jaringan
telekomunikasi dan
informasi untuk
membuka keterisolasian
lokasi-lokasi prioritas
Rata-rata Persentase
desa pada masing-masing
kecamatan perbatasan
yang mampu mengakses
TV nasional tanpa
parabola
Tahun 2008 : 18,49%
40 % 60 % 80 % 100 % Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Rata-rata persentase
desa pada masing-masing
Kecamatan Perbatasan
yang dapat dijangkau
sinyal telepon seluler
Tahun 2008 : 57 % 60 % 75 % 85 % 100 % Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Sumber Data
BPS, Podes
3.8. Terselenggaranya
perdagangan lintas
batas
Persentase exit-etry point
dengan fasilitas
perdagangan lintas batas
Sumber Data
3.9 Meningkatnya
infrastruktur jaringan
listrik di lokasi prioritas
Rata-rata Persentase
desa pada masing-masing
Kecamatan Perbatasan
yang telah memiliki
Tahun 2008: 16,35% 20% 40% 60% 80% Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-13
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
penerangan jalan utama Sumber Data
BPS, Podes
OUTCOME 4 : ASPEK
PELAYANAN SOSIAL DASAR INDIKATOR BASELINE
TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014
Rata-rata persentase KK
pada masing-masing
kecamatan perbatasan
yang mampu mengakses
listrik PLN
PLN: 9,76% 60% 70% 75% 80% Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Non-PLN: 9,70%
Sumber Data
BPS, Podes
4.2. Terpenuhinya sarana,
prasarana, dan
pelayanan kesehatan di
Lokasi Prioritas yang
memadai
Rata-rata persentase
desa pada masing-masing
kecamatan perbatasan
yang memiliki praktek
dokter.
Tahun 2008 : 14,51%
Rata-rata persentase
desa pada masing-masing
kecamatan perbatasan
yang memiliki praktek
bidan.
Tahun 2008 : 18,82%
Rata-rata persentase
desa pada masing-masing
kecamatan perbatasan
yang mudah/sangat
mudah mengakses
puskesmas
Tahun 2008 : 53,78%
Rata-rata Rasio
puskesmas dan pustu per
satuan penduduk di
kecamatan perbatasan
Tahun 2008 : 2.728
orang untuk 1
puskesmas atau pustu
Sumber Data
BPS, Podes
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-14
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
4.5. Terpenuhinya satuan
lingkungan pemukiman
yang memenuhi standar
kesehatan dan tata
ruang di Lokasi Prioritas
Jumlah Lokasi prioritas
yang ditingkatkan
sarana, prasarana
permukimannnya
- Rata-rata prosentase KK
yang tinggal di rumah
kumuh
- Rata-rata prosentase KK
yang memiliki jamban
Tahun 2008: 2,31%
Tahun 2008: 48,73%
Sumber Data
BPS, Podes --> datanya banyak yang kosong
4.6. Terpenuhinya sarana,
prasarana, dan
pelayanan pendidikan di
Lokasi Prioritas
Rata-rata rasio Guru-
murid SD di kecamatan
perbatasan
Tahun 2009: 16,41
Rata-rata rasio Guru-
murid SMP di kecamatan
perbatasan
Tahun 2009: 13,57
Sumber Data
Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS
OUTCOME 5 : ASPEK
KELEMBAGAAN INDIKATOR BASELINE
TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
5.1. Tersusunnya Peraturan
Pemerintah mengenai
pelaksanaan
kewenangan antara
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
dalam pengelolaan
perbatasan
sebagaimana
diamanatkan UU
43/2008 pasal 10 s.d. 13
Persentase kemajuan
penyusunan PP tentang
pelaksanaan kewenangan
pusat-daerah dalam
pengelolaan perbatasan
2011 : Belum
tersedianya PP
Pelaksanaan
kewenangan pusat-
daerah dalam
pengelolaan
perbatasan
Tersusunnya
rancangan PP
Pelaksanaan
kewenangan
pusat-daerah
dalam
pengelolaan
perbatasan
Ditetapkan
nya
rancangan
PP Pelaksa-
naan kewe-
nangan
pusat-
daerah
dalam
pengelola-
an
perbatasan
- - Tahun
2012
masalah PP
sudah ter-
selesaikan
Sumber Data
Laporan Pelaksanaan Kegiatan BNPP
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-15
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
5.2. Tercapainya sinergi
K/L dan Pemda dalam
melaksanakan
pembangunan batas
wilayah negara dan
kawasan perbatasan
dengan mengacu kepada
dokumen grand design,
rencana induk, dan
rencana aksi
Persentase realisasi
alokasi dana K/L
dibandingkan dengan
rencana kebutuhan
anggaran dalam Rencana
Aksi Pengelolaan
Perbatasan setiap tahun.
Tahun 2012 : 15,5 %
- 15,15 % 30 % 50 %
Persentase realisasi
alokasi dana APBD untuk
memenuhi rencana
kebutuhan anggaran
pengelolaan perbatasan
dalam Rencana Aksi
Pengelolaan Perbatasan
setiap tahun.
tidak ada
15 % 30 % 50 %
Sumber Data
Rencana Aksi BNPP
5.3. Terwujdnya
kemandirian daerah di
kawasan perbatasan
dalam pembiayaan
pembangunan
Jumlah WKP dengan
kapasitas Fiskal di atas
kategori sedang (indeks
>0,5)
Tahun 2010: 9
kab/WKP
9 11 13 16 NOMOR
245/PMK.07
/2010
Sumber Data
Statistik Keuangan Pemerintah Kab/Kota, BPS
Kemenkeu
5.4. Terwujudnya satuan
kerja perbatasan di
daerah
Jumlah Kabupaten pada
WKP I dan WKP II di
kawasan perbatasan
darat yang memiliki
satuan kerja dengan
fungsi pengelolaan
perbatasan
3 (Sanggau, Nunukan,
Keroom)
4 8 12 16
Sumber Data
BNPP
5.5. Meningkatnya Kinerja
lembaga Pengelola
Perbatasan
Hasil Evaluasi kinerja
kelembagaan dengan
kategori “Baik”
Belum dilakukan
kajian
Sumber Data
Kajian Evaluasi Kinerja Kelembagaan, BNPP (instrumen terlampir)
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-16
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-17
Tabel. 3.4
Matriks Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact)
Perbatasan Laut
TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET 2014 ASUMSI KETERANGAN
1 Meningkatnya perekonomian
wilayah di kawasan perbatasan
laut
1. Rata-rata PDRB non
migas ADHK
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
laut
Tahun 2009 : Rp. 2.981,1
miliar
Rp. 4.269,7 miliar
prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
2. Rata-rata laju
pertumbuhan PDRB
non-migas ADHK
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
laut
Tahun 2009 : 6,37 % 6,39% prediksi dari trend 5 tahun
terakhir
3. Jumlah
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
darat dengan status
tipologi ekonomi
(klassen typhology)
tidak tertinggal
Tahun 2009 : 10
kabupaten/kota
22 BNPP melakukan
kajian analisis
tipologi ekonomi
wilayah (tipologi
klassen) secara
periodik
Sumber Data
c. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS
d. Kajian tipologi ekonomi wilayah, BNPP
2 Meningkatnya taraf dan
kualitas hidup masyarakat di
kawasan perbatasan laut
1. Rata-rata IPM
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
laut
Tahun 2009: 71,45 73,56 Trend 5 tahun terakhir
2. Rata-rata Lama
Sekolah (RLS)
Kabupaten/Kota di
kawasan perbatasan
Tahun 2009: 7,89 tahun 8,58 tahun Trend 5 tahun terakhir
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-18
TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET 2014 ASUMSI KETERANGAN
3. Rata-rata Angka
Melek Huruf (AMH)
darat penduduk usia
15-24 tahun
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
Tahun 2009 96,11 % 98,83 % Trend 5 tahun terakhir
4. Rata-rata Angka
Harapan Hidup (AHH)
Kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
laut
Tahun 2009: 68,70 tahun 65, 71 tahun Trend 5 tahun terakhir
menurun
5. Rata-rata pengeluaran
perkapita disesuaikan
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
Tahun 2009 Rp. 616,11 ribu 634,59 ribu Trend 5 tahun terakhir
6. Rata-rata APM SD (7-
12 tahun) kabupaten/
kota di kawasan
perbatasan
Tahun 2009: 94,80% 100% Target MDGS
100%
Data yang tersedia hanya
tahun 2009, sehingga tidak
dapat diprediksi angka
untuk tahun 2014
7. Rata-rata persentase
APM SMP (13-15
tahun) kabupaten/
kota di kawasan
perbatasan
Tahun 2009: 65,50% Data yang tersedia hanya
tahun 2009, sehingga tidak
dapat diprediksi angka
untuk tahun 2014
8. Rata-rata persentase
APM SMU (15-17
tahun) kabupaten/
kota di kawasan
perbatasan laut
Tahun 2009: 52,21% Data yang tersedia hanya
tahun 2009, sehingga tidak
dapat diprediksi angka
untuk tahun 2014
9. Rata-rata PDRB per
kapita kabupaten/
kota di kawasan
perbatasan laut
Tahun 2009 : Rp. 8,445
juta
Rp. 11,483 juta Trend 5 tahun terakhir
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-19
TUJUAN/GOALS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET 2014 ASUMSI KETERANGAN
2. Rata-rata persentase
kemiskinan
kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
laut
Tahun 2009 : 14,86 % 10 % target RPJMN : 8%-10%
Sumber Data
a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS
b. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia, BPS
c. Publikasi Data dan informasi kemiskinan, BPS
3 Meningkatnya kualitas
pelayanan publik di kawasan
perbatasan.
Tingkat kepuasan
masyarakat terhadap
pelayanan publik pada
aspek sosial, ekonomi, dan
keamanan di kawasan
perbatasan
Belum ada baseline secara
nasional.
BNPP dan BPPD
menyelenggarakan
survei tingkat
kepuasan
masyarakat secara
periodik.
Saat ini belum pernah
dilakukan survei tingkat
kepuasan secara nasional,
direkomendasilan perlu
dilakukan penelitian secara
periodik.
Sumber Data
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-20
Tabel. 3.5
Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome)
Perbatasan Laut
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
OUTCOME 1 : ASPEK BATAS WILAYAH
1.1 Terwujudnya kesepakatan
antara negara RI dan negara
tetangga pada segmen batas
laut (teritorial dan
yurisdiksi) yang belum
disepakati
Jumlah pelaksanaan
perundingan perbatasan
laut 19 segmen batas 12 24 36 48
Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Sumber Data
Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal
Laporan tahunan Kemenlu
1.2. Terwujudnya kejelasan peta
batas negara di laut yang
komprehensif
Jumlah NLP peta batas
negara di laut
Seluruh Indonesia:
a. 1:250ribu 246 NLP
dari target 306
b. 1:50ribu, 2.363
dari target 3.888 NLP
Sumber Data
Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan
altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi
OUTCOME 2 : ASPEK
PERTAHANAN, KEAMANAN, DAN
PENEGAKAN HUKUM
INDIKATOR BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014
2.1. Meningkatnya kuantitas
dan kualitas sarana
prasarana Pos Pengamanan
perbatasan pada Lokasi
Prioritas beserta sarana
pendukungnya
Persentase pos
pengamanan
perbatasan pada Lokasi
Prioritas dengan
ketersediaan dan
kualitas sarana-
prasarana penunjang
25% 40% 60% 80% Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
jalan baik: 1 pos dari
total 163 pos=0,6%
lap. Dit.
Wilhan
tahun 2007
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-21
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
(jalan, listrik, air bersih,
transportasi,
komunikasi) yang
memadai
listrik: 35,34% kondisi PJU
di desa
(Podes)
air bersih: 10,45% ketersediaan
PAM di desa
(Podes)
komunikasi: 21,44% aksesibilitas
hp di desa
(Podes)
Sumber Data
Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan
altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi
altf: BPS, Podes
2.2. Meningkatnya cakupan
pengawasan dan
pengamanan pada Lokasi
Prioritas
Jumlah PPKT dengan
tingkat pengawasan dan
pengamanan yang
memadai 9 PPKT di 9 kec
Lokpri
27 45 63 63 Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
ada penjaga
TNI dan suar
atau alat lain
serta
merupakan
PPKT
prioritas
Sumber Data
Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan
altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi
2.3. Meningkatnya ketersediaan
fasillitas dan kualitas
pelayanan PLB dalam
mengawasi dan
memfasilitasi arus barang
dan manusia antar negara
pada exit/entry point di
Lokasi Prioritas serta
Berkurangnya tumpang
Jumlah Exit-Entry Point
(PLB) pada Lokasi
Prioritas dengan
peningkatan
ketersediaaan dan
kualitas sarana-
prasarana penunjang
serta pelayanan lintas
batas secara terpadu
1 (batam) 10 8 12 16 Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Sumber Data
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-22
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
tindih penanganan
pelanggaran lintas batas
oleh instansi terkait di PLB
Laporan Kemenkumham: PPLB ada 80, 130 TPI
altf: Laporan BNPP
OUTCOME 3 : ASPEK
PERTUMBUHAN EKONOMI
WILAYAH, SDA, DAN LH
INDIKATOR BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014
3.1. Optimalisasi pengeolaan
potensi SDA di lokasi
prioritas secara
berkelanjutan dengan pola
pengusahaaan yang
didesain khusus dengan
memperhatikan kearifan
lokal bagi kepentingan
masyarakat di wilayah
perbatasan.
Rata-rata produktivitas
komoditi pertanian
kabupaten/kota pada
kawasan perbatasan
darat (ton/ha) :
Tahun 2009:
Data
baseline
diperoleh
dari:
a. Padi 1,844 52,36 53,65 54,72 55,98 Target
berdasarkan
trend data
nasional
13 dari 22
kab
b. Sawit 1,907 35,94 38,23 38,53 39,60 6 dari 22 kab
c. Kelapa 0,593 12,19 12,35 12,52 12,73 19 dari 22
kab
d. Cengkeh 0,079 2,82 2,82 2,99 3,03 7 dari 22 kab
e. Kopi 0,263 7,62 7,86 7,94 8,13 7 dari 22 kab
f. Lada 0 7,51 7,76 7,87 8,03 5 dari 22 kab
g. Karet
0,593 9,43 9,26 9,19 9,29 9 dari 22 kab
Sumber Data
Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS
3.2. Terwujudnya kemudahan
birokrasi perizinan
investasi
Jumlah WKP yang
memiliki Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
(PTSP)
Tahun 2011 : 15
kabupaten/kota
16 18 20 22 Target per
tahun
bersifat
akumulatif
Jumlah WKP yang
memiliki Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
(PTS) dengan kualifikasi
minimal bintang 1
Tahun 2011 : 1
kabupaten/kota
3 6 9 11 Target per
tahun
bersifat
akumulatif
Sumber Data
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
3.3. Terbangunnya sarana dan Jumlah PKSN yang Tahun 2010 : 0 PKSN 3 4 7 8 Target per
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-23
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
prasarana perkotaan pada
PKSN sebagai pusat
pelayanan kawasan
perbatasan
dikembangkan sarana
dan prasarananya
sebagai pusat pelayanan
kegiatan kawasan
meliputi jaringan jalan,
pelabuhan laut, bandar
udara, telekomunikasi,
listrik, dan air bersih.
tahun
bersifat
akumulatif
Sumber Data
5. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum
6. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Perhubungan
7. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian ESDM
8. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Kominfo
3.4. Meningkatnya kegiatan
usaha produktif yang
dilaksanakan oleh
masyarakat
Rata-rata rasio jumlah
Industri Rumah Tangga
terhadap Jumlah Kepala
Keluarga di Kecamatan
Perbatasan
Tahun 2008 : 3 IRT
dalam 100 KK
3,17 3,35 3,54 3,73 Target
prediksi dari
rata-rata
pertmbhn
IRT nasional,
hasilnya
cenderung
tidak
bertambah
Rata-rata
Pertumbhn
IRT nasional
5,63% per
tahun
Sumber Data
Data Potensi Desa, BPS
3.5. Meningkatnya sarana
prasarana, pelayanan
transportasi (darat, sungai,
udara) secara terpadu
untuk membuka
keterisolasian lokasi-lokasi
prioritas
Rata-rata persentase
desa di kecamatan
perbatasan yang
sebagian besar
permukaan jalannya
berupa jalan
aspal/beton
Tahun 2008:
35,35%
Rata-rata persentase
desa di kecamatan
perbatasan yang dapat
dilalui oleh kendaraan
roda 4 sepanjang tahun
Tahun 2008:
60,64%
Sumber Data
Podes, BPS
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-24
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
3.7. Meningkatnya infrastruktur
jaringan telekomunikasi
dan informasi untuk
membuka keterisolasian
lokasi-lokasi prioritas
Rata-rata Persentase
desa pada masing-
masing kecamatan
perbatasan yang
mampu mengakses TV
nasional tanpa parabola
Tahun 2008 : 30,30
%
40 % 60 % 80 % 100 % Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Rata-rata persentase
desa pada masing-
masing Kecamatan
Perbatasan yang dapat
dijangkau sinyal telepon
seluler
Tahun 2008 : 79 % 80 % 90 % 95 % 100 % Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Sumber Data
BPS, Podes
3.8. Terselenggaranya
perdagangan lintas batas
Persentase exit-etry
point yang telah
merealisasikan
perdagangan lintas
batas sesuai dengan
border trade agreement.
Sumber Data
3.9 Meningkatnya infrastruktur
jaringan listrik
Rata-rata Persentase
desa pada masing-
masing Kecamatan
Perbatasan yang telah
memiliki penerangan
jalan utama
Tahun 2008: 35,54% 40% 50% 60% 80% Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Sumber Data
BPS, Podes
OUTCOME 4 : ASPEK
PELAYANAN SOSIAL DASAR INDIKATOR BASELINE
TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014
4.1. Meningkatnya ketersediaan
listrik di lokasi-lokasi
prioritas
Rata-rata persentase KK
pada masing-masing
kecamatan perbatasan
yang mampu mengakses
listrik PLN
Tahun 2008: 26,29% 60% 70% 75% 80% Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
Sumber Data
BPS, Podes
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-25
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
4.2. Terpenuhinya sarana,
prasarana, dan pelayanan
kesehatan di Lokasi
Prioritas yang memadai
Rata-rata persentase
desa pada masing-
masing kecamatan
perbatasan yang
memiliki praktek dokter.
Tahun 2008 :
20,46%
Rata-rata persentase
desa pada masing-
masing kecamatan
perbatasan yang
memiliki praktek bidan.
Tahun 2008 :
28,50%
Rata-rata persentase
desa pada masing-
masing kecamatan
perbatasan yang
mudah/sangat mudah
mengakses puskesmas
Tahun 2008 :
72,51%
Rata-rata Rasio
puskesmas dan pustu
per satuan penduduk di
kecamatan perbatasan
Tahun 2008 : 3.748
orang per satu
puskesmas/pustu
Sumber Data
BPS, Podes
4.5. Terpenuhinya satuan
lingkungan pemukiman
yang memenuhi standar
kesehatan dan tata ruang di
Lokasi Prioritas
Jumlah Lokasi prioritas
yang ditingkatkan
sarana, prasarana
permukimannnya
- Rata-rata prosentase
rumah kumuh terhadap
jumlah KK
- Rata-rata prosentase
rumah memiliki jamban
terhadap jumlah KK
Tahun 2008: 1,62% 10 28 41 68 Target
bdsrkn
Rinduk
BWN-KP
rmh dg jamban:
60,78%
Sumber Data
BPS, Podes --> datanya banyak yang kosong
4.7. Terpenuhinya sarana,
prasarana, dan pelayanan
pendidikan di Lokasi
Rata-rata rasio Guru-
murid SD di kecamatan
perbatasan
Tahun 2009: 13,74
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-26
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
Prioritas Rata-rata rasio Guru-
murid SMP di
kecamatan perbatasan
Tahun 2009: 24
Sumber Data
Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS
OUTCOME 5 : ASPEK
KELEMBAGAAN INDIKATOR BASELINE
TARGET
2011
TARGET
2012
TARGET
2013
TARGET
2014
5.1. Tersusunnya Peraturan
Pemerintah mengenai
pelaksanaan kewenangan
antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah
dalam pengelolaan
perbatasan sebagaimana
diamanatkan UU 43/2008
pasal 10 s.d. 13
Persentase kemajuan
penyusunan PP tentang
pelaksanaan
kewenangan pusat-
daerah dalam
pengelolaan perbatasan
2011 : Belum
tersedianya PP
Pelaksanaan
kewenangan pusat-
daerah dalam
pengelolaan
perbatasan
Tersusunnya
rancangan PP
Pelaksanaan
kewenangan
pusat-daerah
dalam
pengelolaan
perbatasan
Ditetapkannya
rancangan PP
Pelaksanaan
kewenangan
pusat-daerah
dalam
pengelolaan
perbatasan
- - PP ini telah
diselesaikan
pada tahun
2012
Sumber Data
Laporan Pelaksanaan Kegiatan BNPP
5.2. Tercapainya sinergi K/L
dan Pemda dalam
melaksanakan
pembangunan batas
wilayah negara dan
kawasan perbatasan
dengan mengacu kepada
dokumen grand design,
rencana induk, dan rencana
aksi
Persentase realisasi
alokasi dana K/L
dibandingkan dengan
rencana kebutuhan
anggaran dalam
Rencana Aksi
Pengelolaan Perbatasan
setiap tahun.
Tahun 2012 : 15,5 %
- 15,15 % 30 % 50 %
Persentase realisasi
alokasi dana APBD
untuk memenuhi
rencana kebutuhan
anggaran pengelolaan
perbatasan dalam
Rencana Aksi
Pengelolaan Perbatasan
setiap tahun.
tidak ada
15 % 30 % 50 %
Sumber Data
Rencana Aksi BNPP
5.3. Terwujdnya kemandirian Jumlah WKP dengan Tahun 2010: 19 19 20 21 22 NOMOR
Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area
III-27
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
2011 TARGET 2012
TARGET
2013
TARGET
2014 ASUMSI KET.
daerah di kawasan
perbatasan dalam
pembiayaan pembangunan
kapasitas Fiskal di atas
kategori sedang (indeks
>0,5)
245/PMK.07
/2010
Sumber Data
Statistik Keuangan Pemerintah Kab/Kota, BPS
5.4. Terwujudnya satuan kerja
perbatasan di daerah
Jumlah Kabupaten pada
WKP I dan WKP II di
kawasan perbatasan
darat yang memiliki
satuan kerja dengan
fungsi pengelolaan
perbatasan
2 (Bintan, Talaud) 4 12 18 22
Sumber Data
BNPP
5.5. Meningkatnya Kinerja
lembaga Pengelola
Perbatasan
Hasil Evaluasi kinerja
kelembagaan dengan
kategori “Baik”
Belum dilakukan
kajian
Sumber Data
Kajian Evaluasi Kinerja Kelembagaan, BNPP (instrumen terlampir)
Penjelasan teknis mengenai penggunaan indikator dalam kerangka Monitoring dan Evaluasi di atas, terlampir.
DAFTAR PUSTAKA
-----Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, BNPP-2011.
----- Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas Teknik Penyusunan Kriteria dan Indikator Kinerja Pembangunan Bintek Perencanaan Penganggaran dan Monev Pembangunan Ikatan Widyaiswara Indonesia Hotel Twin Plaza-Jakarta, 26 Juli 2008
----- Deddy T Dikson. Keterbelakangan & ketergantungan: teori pembangunan di Indonesia, Malaysia dan Thailand. 2005
----- Syamsiah Badruddin, Maret 2009, Pengertian Pembangunan,
----- Kuncoro Mudrajad, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan, UPPAMPYKPN, Yogyakarta.
----- Simrenas, Sistem Informasi dan Manajemen Perencanaan Pembangunan Nasional- Bappenas.
----- Rajesri Govindaraju, Pengembangan Sistem Informasi-Manajemen Sistem Informasi-ITB.
----- Impact evaluation in practice. Paul J. Gertler, Sebastian Martinez, Patrick Premand, Laura B. Rawlings,Christel M. J. Vermeersch. 2011 The IBRD/ The World Bank
----- Imas, Linda G. M., and Ray C. Rist. 2009. The Road to Results: Designing and
Conducting Eff ective Development Evaluations. Washington, DC: World Bank.
----- Perpres No 12 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan.
----- PP No. 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
----- PP No. 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
----- PP No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Lampiran 1
Penjelasan Teknis Indikator yang Digunakan
I. Indikator Dampak
A. Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan “Meningkatnya
perekonomian wilayah di kawasan perbatasan” meliputi :
(1) Rata-rata PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah produksi yang dihasilkan oleh
suatu masyarakat dalam kurun waktu 1 tahun yang berada di daerah/ regional
tertentu, diukur dalam nilai rupiah. PDRB harga konstan adalah nilai PDRB
yang dihitung dengan harga konstan pada satu tahun dasar tertentu, PDRB
harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan kapasitas dan laju
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan dari tahun ke tahun.
Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, digunakan rata-rata PDRB
non migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/kota di kawasan perbatasan.
Nilai PDRB non-migas digunakan dalam pengukuran indikator ini untuk
memperoleh kapasitas ekonomi “riil” tanpa memperhitungkan peranan sektor
migas. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(2) Rata-rata laju pertumbuhan PDRB non-migas ADHK kabupaten/kota di
kawasan perbatasan
Pertumbuhan PDRB merupakan indikator yang dapat digunakan mengetahui
kondisi perekonomian secara makro yang menunjukkan tingkat pertumbuhan
ekonomi pada suatu daerah, diukur dalam persentase. Untuk mengukur
pencapaian tujuan secara nasional, digunakan indikator rata-rata pertumbuhan
PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/kota di kawasan
perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(3) Jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan status tipologi
ekonomi (klassen typhology) tidak tertinggal dibandingkan dengan rata-
rata provinsinya.
Pendekatan analisis tipologi klassen (Klassen Typology) digunakan untuk
mengetahui gambaran tentang tipologi perkembangan ekonomi tiap-tiap
daerah meliputi : (1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and
high income), (2) daerah maju, tetapi tertekan (high income but low growth),
(3) daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan (4) daerah
relatif tertinggal (lowgrowth and low income). Pendekatan Tipologi Klassen
pada dasarnya membagikabupaten/kota berdasarkan dua indikator
utama,yaitu pertumbuhan ekonomi daerah danpendapatan per kapita daerah.
Di masing-masing kabupaten, kedua variabel ini kemudian dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi, kemudian
digambarkan dalam grafik scattered plot. Pendekatanini akan menghasilkan
empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda,
yang dibagi ke empat kuadran yang manggambarkan tipologi perkembangan
ekonomi tiap-tiap daerah. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional,
dihitung jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan setiap provinsi yang
tidak termasuk tipologi daerah tertinggal (low growth and low income). Jika
jumlah kabupaten/kota yang rekatif tinggal di setiap provinsi semakin
menurun, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
B. Tujuan 2 : Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan
perbatasan
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan “Meningkatnya
taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan” meliputi :
(1) Rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan
IPM merupakan Indikator keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). Ukuran IPM diwakili oleh 3 (tiga) parameter yang terdiri
atas angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan paritas dayabeli. Untuk
mengukur pencapaian tujuan secara nasional, dihitung rata-rata IPM kabupaten/kota
di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh
penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal
yang pernah dijalani. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara
nasional, dihitung rata-rata RLS kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan
rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(3) Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan
Sedangkan Angka rata-rata Melek Huruf adalah rata-rata persentase penduduk usia
15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat
sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Untuk menghitung AMH dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
dimana:
= angka melek huruf ( penduduk usia 15 tahun keatas) pada tahun t
= Jumlah penduduk (usia diatas 15 tahun) yang bisa membaca dan menulis
pada tahun t
= Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
Adapun untuk menghitung Rata-rata indikator ini adalah sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(4) Rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/kota di kawasan
perbatasan
Angka Harapan Hidup (AHH) menggambarkan persentase perkiraan rata-rata
lamanya hidup dengan penduduk (dalam tahun) sejak lahir. Untuk mengukur
pencapaian tujuan secara nasional, dihitung rata-rata AHH kabupaten/kota di
kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(5) Rata-rata pengeluaran perkapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan
Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga
per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan
dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis
makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Sedangkan bukan
makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya.
Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, dihitung rata-
rata pengeluaran per kapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus
sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(6) Rata-rata APM SD (7-12 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan
Angka partisipasi murni sekolah dasar adalah perbandingan antara murid sekolah
dasar (SD) dan sederajat usia 7-12 tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun,
dinyatakan dalam persentase. Kegunaan APM SD adalah menunjukkan partisipasi
sekolah penduduk usia 7-12 tahun di tingkat SD. Untuk mengukur pencapaian tujuan
pembangunan secara nasional, digunakan rata-rata nilai APM SD kabupaten/kota di
kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(7) Rata-rata persentase APM SMP (13-15 tahun) kabupaten/kota di kawasan
perbatasan
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP adalah persentase siswa SMP dan sederajat usia
13-15 tahun dari jumlah penduduk di usia 13-15 tahun, dinyatakan dalam
persentase. Kegunaan APM SMP adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk
usia 13-15 tahun di tingkat SMP. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan
secara nasional, digunakan indikator rata-rata nilai APM SMP kabupaten/kota di
kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(8) Rata-rata persentase APM SMU (15-17 tahun) kabupaten/kota di kawasan
perbatasan
Angka partisipasi murni SMU adalah perbandingan antara murid SMU dan sederajat
usia 15-17 tahun dengan penduduk usia 15-17 tahun, dinyatakan dalam persentase.
Kegunaan APM SMU adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia 15-17
tahun di tingkat SMU. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara
nasional, digunakan rata-rata nilai APM SD kabupaten/kota di kawasan perbatasan.
Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(9) Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan
PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto atas dasar biaya
faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahari tahun. PDRB per kapita
berguna untuk menunjukkan rata-rata tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu
wilayah. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional,
digunakan indikator rata-rata nilai PDRB per kapita di kawasan perbatasan. Rumus
perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(10) Rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan
Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin
terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis
kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap
bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan
dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Untuk mengukur
pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan indikator rata-rata
persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan
indikator ini adalah sebagai berikut :
Semakin menurun nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.
C. Tujuan 3 : Meningkatnya kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan
Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan publik di kawasan
perbatasan adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada
aspek sosial, ekonomi, dan keamanan di kawasan perbatasan. Tingkat kepuasan
masyarakat diukur melalui survei kualitatif dengan menggunakan kuisioner untuk
menilai kepuasan masyarakat terhadap pelayanan infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, dan pelayanan lintas batas di kawasan perbatasan. Gambaran Panduan
Pelaksanaan Survei terlampir.
II. Indikator Hasil (Outcome) Pembangunan Kawasan Perbatasan
A. Aspek Batas Wilayah
Indikator yang digunakan untuk mengukuran sasaran-sasaran hasil pada aspek batas
wilayah negara meliputi :
(1) Jumlah NLP peta batas negara di laut skala 1:50.000
Indikator ini digunakan untuk mengukur ketersediaan peta batas negara di kawasan
perbatasan darat/laut setiap tahun. Kinerja indikator dinilai baik jika seluruh
koridor perbatasan telah dilengkapi oleh peta batas hasil Joint Mapping skala 1:
50.000
(2) Jumlah NLP pemetaan kecamatan kawasan perbatasan skala 1:50.000
serta skala 1:25.000
Indikator ini digunakan untuk mengukur ketersediaan peta kecamatan di kawasan
perbatasan darat setiap tahun. Kinerja indikator dinilai baik jika seluruh koridor
kecamatan perbatasan telah dipetakan dengan skala 1 : 50.000 dan 1:25.000
(3) Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki
Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki adalah proporsi
patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki terhadap jumlah kebutuhan
perbaikan pilar batas setiap tahun. Indikator ini digunakan untuk mengukur
kemajuan perbaikan pilar/patok batas di kawasan perbatasan darat. Semakin
meningkat nilaui indikator ini maka kinerjanya dinilai semakin baik.
(4) Jumlah Pelaksanaan Perundingan Perbatasan
Perundingan untuk menyelesaikan kesepakatan segmen batas ini sangat penting,
mengingat masih banyaknya segmen batas yang harus disepakati. Dalam
penyusunan kerangka monitoring ini, indikator pelaksanaan perundingan digunakan
untuk memantau perkembangan kesepakatan antara negara RI dan negara tetangga
pada segmen batas laut (teritorial dan yurisdiksi) yang belum disepakati.
B. Aspek Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum
Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek
pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum meliputi :
(1) Persentase pos pengamanan perbatasan dengan ketersediaan dan
kualitas sarana- prasarana penunjang yang memadai
Persentase pos pengamanan perbatasan dengan ketersediaan dan kualitas sarana-
prasarana penunjang (yang memadai adalah proporsi jumlah pos pamtas yang telah
dilengkapi oleh fasilitas jalan akses, listrik, air bersih, transportasi, dan dan
perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(2) Jumlah PPKT dengan tingkat pengawasan dan pengamanan yang memadai
Pulau-pulau Kecil Terluar/Terdepan (PPKT) perlu mendapat perhatian. Jumlah PPKT
yang dimiliki negara RI adalah 92 pulau, dimana 12 pulau diantaranya menjadi
prioritas dalam aspek pertahanan dan keamanan. Adapun kondisi ke-12 pulau
prioritas ditampilkan sebagai berikut:
NO NAMA LOKASI KONDISI
1. P. Rondo Prov. NAD (berbatasan dg
India)
Luas 0,25 mil2 dan tdk
berpenghuni.
Tempat penyelundupan senjata
Fungsi : pertahanan negara
2. P. Berhala Prov. Sumut (berbatasan dg Tidak berpenghuni
NO NAMA LOKASI KONDISI
Malaysia) Tempat penyelundupan & rawan
perampokan
Fungsi : pertahanan negara
3. P. Nipa Prov. Riau (berbatasan dg
Singapura)
Luas 10 ha, tdak berpenghuni.
Terjadi perubahan garis pantai
akibata pengambilan pasir.
Fungsi : pertahanan negara
4. P. Sekatung Prov. Riau (berbatasan dg
Vietnam)
Luas 22 km2, tidak berpenghuni
Rawan penyelundupan & imigran
gelap
Fungsi : Pertahanan negara
5. Kep. Anambas Prov. Riau (berbatasan dg
Malaysia
Rawan penyelundupan dan
pendatang ilegal
6. P. Sebatik Prov. Kaltim (berbatasan dg
Malaysia)
Cukup luas, berpenghuni, ada
kegiatan kebun yang tertata &
aktivitas ekonomi lain.
Terbentuk sistem kota-kota, ada
rencana pengembangan kawasan
industri dan dermaga
7. P. Marore Prov. Sulut (berbatasan dg
Philipina)
Luas 168,5 ha, jml penduduk 842
jiwa
Rawan penyelundupan dan
pendatang ilegal
8. P. Miangas Prov. Sulut ( berbatasan dg
Philipina)
Luas 62,2 ha, jml penduduk 631
jiwa
Rawan penyelundupan senjata dan
narkotika serta pendatang ilega
9. P. Fani Prov. Papua (berbatasan dg
Palau)
Rawan subversi, intervensi,
penyelundupan & perompakan
Rawan okupasi oleh negara lain
10. P. Fanildo Prov. Papua (berbatasan dg
Palau)
Jml penduduk 110 jiwa
Rawan subversi & intervensi
negara lain
11. P. Asutubun (Kep.
Tanambar)
Prov. Maluku Tenggara
(berbatasan dg Timor Leste)
Rawan subversi dan interensi pihak
asing
12. P. Batek Prov. NTT (berbatasan dg
Timor Leste)
Luas 400 m2 , tidak berpenghuni
Rawan penyelundupan dan
pendatang ilegal
12. P. Wetar Prov. Maluku tenggara
(beratasan dg Timor Leste)
Rawan penyelundupan dan
pendatang ilegal
Sumber : Dephankam 20031
1 Dalam Diamar, Son (2010) Pembangunan Perkotaan Perbatasan Maritim
(3) Persentase Exit-Entry Point dengan peningkatan ketersediaaan dan
kualitas sarana- prasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara
terpadu
Persentase exit-entry point dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas sarana-
prasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu adalah proporsi
jumlah exit-entry point sesuai kesepakatan Border Crossing Agreement yang telah
dilengkapi oleh fasilitas CIQS. Indikator ini digunakan untuk mengukur dukungan
terhadap aktivitas lintas batas tradisional dan internasional di kecamatan
perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut:
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
C. Aspek Perekonomian Wilayah, Sumberdaya Alam, dan Lingkungan Hidup
Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek
perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup meliputi :
(1) Rata-rata produktivitas komoditi pertanian (padi, sawit, kelapa, cengkeh,
kopi, lada, karet) kabupaten/kota pada kawasan perbatasan
Produktivitas komoditas pertanian adalah rasio jumlah produksi komoditi pertanian
(ton) terhadap luasan lahan (Ha). Indikator ini digunakan untuk mengukur
optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya alam atau komoditi setempat. Untuk
mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah,
sumberdaya alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan indikator rata-
rata produktivitas pertanian kabupaten/kota di kawasan perbatasan meliputi padi,
sawit, kelapa, cengkeh, kopi, lada, dan karet. Rumus perhitungan indikator ini adalah
sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya
dinilai semakin baik.
(2) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Indikator ini digunakan untuk mengukur sejauh mana ketersediaan kebijakan daerah
yang mendukung iklim investasi/berusaha berupa pelayanan perizinan terpadu satu
pintu, yang dihitung dengan mengindentifikasi Kabupaten/Kota di kawasan
perbatasan (WKP) yang telah memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) setiap
tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya
dinilai semakin baik.
(3) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan
kualifikasi minimal bintang 1
Indikator ini digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan perizinan terpadu satu
pintu yang ada di tingkat kabupaten/kota yang dihitung dengan mengidentifikasi
Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang telah memiliki Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan kualifikasi/grade minimal bintang 1 setiap tahun.
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai
semakin baik.
Melalui standar kualifikasi yang ditetapkan, Pemerintah menjadikan PTSP memiliki 4
kategori kualifikasi, yakni Bintang 4, Bintang 3, Bintang 2 dan Bintang 1. Adapun
gambaran kinerja bintang PTSP, sebagai berikut:
PTSP tingkat kabupaten/kota yang berkualifikasi Bintang 4 memiliki kinerja
layanan:
1. Melayani perizinan dan non-perizinan yang sudah menjadi kewenangannya
dengan berbasis SPIPISE;
2. Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintah di bidang
penanaman modal yang lebih luas dari kualifikasi bintang 3 yang merupakan
kewenangan Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak
substitusi;
PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 3 memiliki kinerja
layanan:
1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE;
2. Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintahan di bidang
penanaman modal tertentu yang merupakan kewenangan Pemerintah yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi;
PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 2 memiliki kinerja
layanan:
1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE;
2. Menerima bimbingan pelaksanaan kewenangan pelayanan yang merupakan
kewenangan Pemerintah dari Pemerintah dan/atau pemerintah provinsi;
PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 1 memiliki kinerja
layanan:
1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis
SPIPISE;
(4) Jumlah PKSN yang dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai pusat
pelayanan kegiatan kawasan meliputi jaringan jalan, pelabuhan laut,
bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan air bersih.
Indikator ini digunakan untuk mengukur implementasi pembangunan infrastruktur
perkotaan di kawasan perbatasan yang dihitung dengan mengindentifikasi jumlah
Pusat Kegiatan Strategis Nasional di kawasan perbatasan (WKP) yang menjadi
target bagi pembangunan jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara,
telekomunikasi, listrik, dan atau air bersih oleh Kementerian terkait setiap tahun.
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai
semakin baik.
(5) Rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala
Keluarga di Kecamatan Perbatasan.
Rasio jumlah Industri Rumah Tangga (IRT) terhadap jumlah Kepala Keluarga di
Kecamatan perbatasan adalah perbandingan jumlah IRT di kecamatan perbatasan
terhadap jumlah KK di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur
tingkat kewirausahaan masyarakat di kecamatan perbatasan pada sektor
sekunder/pengolahan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan
perbatasan secara nasional, digunakan rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga
terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan, yang dihitung sebagai
berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya
dinilai semakin baik.
(6) Rata-rata rasio jumlah toko terhadap Jumlah Kepala Keluarga di
Kecamatan Perbatasan
Rasio jumlah toko terhadap jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan perbatasan adalah
perbandingan jumlah toko di kecamatan perbatasan terhadap jumlah KK di
kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kewirausahaan
masyarakat di kecamatan perbatasan pada sektor tersier. Untuk mengukur
pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya
alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan rata-rata rasio jumlah toko
terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan, yang dihitung sebagai
berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai
semakin baik.
(7) Jumlah Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang
dikembangkan sebagai kawasan transmigrasi
Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang dikembangkan sebagai
kawasan transmigrasi adalah kabupaten yang menjadi target bagi pengembangan
UPT tranmigrasi dan Kota Terpadu Mandiri. Indikator ini digunakan untuk mengukur
implementasi kebijakan transmigrasi di kawasan perbatasan, yang dihitung dengan
mengidentifikasi jumlah Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang
menjadi target bagi pengembangan kawasan transmigrasi setiap tahun. Semakin
meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin
baik.
(8) Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar
permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton
Persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya
berupa jalan aspal/beton adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan
yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton terhadap jumlah
total desa. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas
transportasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran
pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan
lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di
kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan
aspal/beton, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai
semakin baik.
(9) Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh
kendaraan roda 4 sepanjang tahun
Persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4
sepanjang tahun adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang dapat
dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun terhadap jumlah total desa di
kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan
aksesibilitas transportasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian
sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan
lingkungan Hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di
kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun,
yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai
semakin baik.
(10) Rata-rata Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan
yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola
Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang mampu
mengakses TV nasional tanpa parabola adalah proporsi jumlah desa di kecamatan
perbatasan yang dapat menerima sinyal telepon seluler terhadap jumlah total desa di
kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan
aksesibilitas informasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian
sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan
lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di
kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola, yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(11) Rata-rata persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan
yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler
Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau
sinyal telepon seluler adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang
dapat menerima sinyal telepon seluler terhadap jumlah total desa di kecamatan
tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas
komunikasi kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran
pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan
lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di
kecamatan perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler, yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai
semakin baik.
(12) Persentase exit-entry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas
Persentase exit-entry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas adalah proporsi
jumlah kecamatan exit-entry point sesuai kesepakatan Border Crossing Agreement
yang telah dilengkapi oleh fasilitas pasar atau marketing point terhadap jumlah total
exit-entry point. Indikator ini digunakan untuk mengukur dukungan terhadap
aktivitas perdagangan lintas batas tradisional di kecamatan perbatasan. Untuk
mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah,
sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-
rata jumlah exit-entry point di kecamatan perbatasan yang dilengkapi dengan
fasilitas perdagangan lintas batas seperti pasar dan marketing outlet, yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(13) Rata-rata Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan
yang telah memiliki penerangan jalan utama
Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki
penerangan jalan utama adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan
dengan peneranagan jalan utama terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut.
Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan listrik untuk kegiatan
pelayanan public di keamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran
pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan
lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa
pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan
utama, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, kinerjanya
dinilai semakin baik.
D. Aspek Pelayanan Sosial Dasar
Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek
pelayanan sosial dasar meliputi :
(1) Rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang
mampu mengakses listrik PLN dan non PLN
Persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses
listrik PLN dan non PLN adalah proporsi KK di kecamatan perbatasan yang mampu
mengakses listrik PLN atau non-PLN terhadap jumlah total KK di kecamatan
tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur aksesibilitas masyarakat
terhadap pelayanan listrik di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian
sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar
secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase KK pada masing-masing
kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN dan non-PLN, yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(2) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan
yang memiliki praktek dokter.
Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek
dokter adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki praktek
dokter terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan
untuk mengukur tingkat pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk
mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek
pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase
desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses praktek
dokter, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(3) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan
yang memiliki praktek bidan.
Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek
bidan adalah proporsi desa di kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan
terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk
mengukur tingkat pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur
pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan
sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada
masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses praktek bidan, yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(4) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan
yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas
Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat
mudah mengakses puskesmas di kecamatan perbatasan adalah proporsi desa di
kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas terhadap
total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur
kemudahan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di kecamatan
perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan
perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator
rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang
mudah/sangat mudah mengakses puskesmas, yang dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(5) Rata-rata Rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan
perbatasan
Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah jumlah puskesmas dan
pustu per 1.000 penduduk. Indikator ini digunakan untuk mengukur aksesibilitas
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk
mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek
pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio
puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasansebagai berikut:
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(6) Rata-rata presentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang
memilki rumah kumuh
Rasio persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki
kawasan rumah kumuh adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang
memiliki kawasan rumah kumuh terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut.
Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat sanitasi di kecamatan perbatasan.
Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam
aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata
presentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki kawasan
rumah kumuh, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Semakin menurun nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya
dinilai semakin baik.
(7) Rata-rata presentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang
memilki jamban
Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki jamban
adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki jamban
terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk
mengukur tingkat sanitasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian
sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar
secara nasional, digunakan indikator rata-rata presentase desa pada masing-masing
kecamatan perbatasan yang memilki jamban, yang dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka
kinerjanya dinilai semakin baik.
(8) Rata-rata rasio Guru-murid SD di kecamatan perbatasan
Rasio guru SD terhadap murid SD adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per
1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan
tenaga pengajar serta untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar
tercapai mutu pengajaran. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan
kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan
indikator rata-rata rasio guru-murid SD di kecamatan perbatasan. Rumus
perhitungan sebagai berikut :
(9) Rata-rata rasio Guru-murid SMP di kecamatan perbatasan
Rasio guru SMP terhadap murid SMP adalah jumlah guru tingkat menengah pertama
per 1.000 jumlah murid pendidikan menengah pertama. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar serta mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru
agar tercapai mutu pengajaran. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan
kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan
indikator rata-rata rasio guru-murid SMP di kecamatan perbatasan. Rumus
perhitungan sebagai berikut:
E. Aspek Kelembagaan
(1) Persentase kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan
pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan sesuai amanat UU 43 pasal 13
Berdasarkan UU 43 2008 pasal 13 tentang Wilayah Negara, perlu disusun Peraturan
Pemerintah tentang pelaksanaan kewenangan Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten sebagai penjelasan rinci tentang pembagian kewenangan
dalampasal 10, 11, dan 12. Kejelasan pelaksanaan kewenangan sangat penting,
karena dalam prakteknya di lapangan, terdapat berbagai persoalan yang terjadi
akibat kaburnya pembagian kewenangan Pemerintah Pusat, provinsi, dan
Kabupaten/Kota. Indikator ini mengukur kemajuan penyusunan PP tentang
pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan sesuai
amanat UU 43 pasal 13, dimana ditargetkan pada tahun 2013 PP ini sudah dapat
diselesaikan.
(2) Persentase rencana alokasi dana K/L di kawasan perbatasan
dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran dalam Rencana Aksi
Pengelolaan Perbatasan setiap tahun.
Rencana Aksi Tahunan memuat rencana kebutuhan pengelolaan batas wilayah dan
kawasan perbatasan yang bersumber dari dana APBN, APBD (Povinsi dan
Kabupaten/Kota), serta kontiribusi swasta. Indikator ini mengukur persentase
rencana alokasi dana K/L di kawasan perbatasan dibandingkan dengan rencana
kebutuhan anggaran yang bersumber dari dana APBN dalam Rencana Aksi
Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Jika nilai indikator ini semakin mendekati 100% maka kinerjanya dinilai baik.
(3) Persentase realisasi alokasi dana APBD untuk memenuhi rencana
kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan dalam Rencana Aksi
Pengelolaan Perbatasan setiap tahun.
Rencana Aksi Tahunan memuat rencana kebutuhan pengelolaan batas wilayah dan
kawasan perbatasan yang bersumber dari dana APBN, APBD (Povinsi dan
Kabupaten/Kota), serta kontiribusi swasta. Indikator ini mengukur persentase
rencana alokasi dana APBD provinsi dan Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan
dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran yang bersumber dari dana APBD
dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rumus yang digunakan
sebagai berikut :
Jika nilai indikator ini semakin mendekati 100 % maka kinerjanya dinilai baik.
(4) Rata-rata rasio kemandirian daerah
Rasio kemandirian adalah proporsi nilai Pendapatan Asli Daerah terhadap Total
Pendapatan Daerah. Semakin tinggi porsi PAD dalam pendapatan daerah maka
kabupaten/kota perbatasan dinilai semakin mandiri. Untuk mengukur pencapaian
sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek kelembagaan secara
nasional, digunakan indikator rata-rata rasio kemandirian daerah, yang dihitung
sebagai berikut :
(5) Jumlah Kabupaten/kota kawasan perbatasan dengan satuan kerja dengan
fungsi pengelolaan perbatasan.
Indikator ini digunakan untuk mengukur kelembagaan dalam pengelolaan
perbatasan sevara terintegrasi yang dihitung dengan mengindentifikasi jumlah
Kabupaten/Kota yang telah memiliki satuan kerja dengan fungsi pengelolaan
perbatasan.
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Tahun ...
Pembangunan Kawasan
Perbatasan Dari
Perspektif Masyarakat Kecamatan ....
Border Data-E
Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat
Tahun ...
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Halaman 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
Pembangunan kawasan perbatasan negara merupakan amanat
yang telah tertulis pada Perpres No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-
2014 Perpres tersebut menetapkan sasaran-sasaran pokok pembangunan
5 (lima) tahun kedepan terkait pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan perbatasan. Adapun sasaran-sasaran pokoknya adalah sebagai
berikut:
a. Terwujudnya kedaulatan wilayah nasional yang ditandai dengan
kejelasan dan ketegasan batas-batas wilayah negara;
b. Menurunnya kegiatan ilegal dan terpeliharanya lingkungan hidup di
kawasan perbatasan;
c. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan
menurunnya jumlah penduduk miskin di kecamatan perbatasan dan
pulau kecil terluar;
d. Berfungsinya Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai
pusat pelayanan kawasan perbatasan; dan
e. Meningkatnya kondisi perekonomian kawasan perbatasan, yang
ditandai dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di 38
kabupaten/kota perbatasan yang diprioritaskan penanganannya,
khususnya pada 27 kabupaten perbatasan yang tergolong daerah
tertinggal.
Berdasarkan sasaran pembangunan jangka menengah di atas,
maka fokus prioritas pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan difokuskan pada: (1) Penyelesaian penetapan dan penegasan
batas wilayah negara; (2) Peningkatan upaya pertahanan, keamanan,
serta penegakan hukum; (3) Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan
Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat
Tahun ...
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Halaman 2
perbatasan; (4) Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan (5) Penguatan
kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan
secara terintegrasi.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap
pembangunan di kawasan perbatasan, maka perlu dilakukan survei
terhadap perspektif masyarakat.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui perspektif masyarakat terhadap pembangunan
kawasan perbatasan yang ditinjau dari dimensi Hankam/Hukum,
Perekonomian, Sosial dasar, dan Kelembagaan. Selain itu, pertanyaan-
pertanyaan terbuka pun diberikan untuk mendapatkan pemahaman
mendalam terhadap perspektif tersebut.
1.3. Keluaran (Output)
Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap responden, output
yang dicapai adalah:
a. Analisis deskriptif mengenai tingkat kepuasan masyarakat dalam
skala likert 1-5.
b. Analisis berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
responden.
II. METODOLOGI
2.1. Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara
dan Kawasan Perbatasan (Perka BNPP No. 2 tahun 2011) telah dimulai
pada tahun 2011. Dalam rangka melihat pencapaian salah satu tujuan dari
Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat
Tahun ...
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Halaman 3
pengelolaan BWN-KP secara jangka menengah, yaitu tingkat kepuasan
masyarakat, maka perlu dilakukan survei.
2.2. Populasi dan Sampel
Penentuan lokasi survey adalah sampel dari lokasi prioritas
(kecamatan) yang telah ditetapkan di Rencana Induk .Alasan pemilihan
sampel adalah—Menghemat biaya dan tenaga; Data yang dikumpulkan
dan dianalisis relatif lebih sedikit dibanding sensus sehingga kualitas data
yang dihasilkan relatif lebih baik.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability
sampling (yakni setiap masyarakat memiliki peluang yang sama besarnya
untuk menjadi responden). Lebih detail lagi, metode sampling yang
digunakan adalah metode simple random sampling. Simple random
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan sampel. Dengan
ini, masyarakat dianggap homogen, meskipun pada kenyataannya
heterogenitas masyarakat tidak dapat dihindarkan dan tetap diperhatikan
(tampak pada hasil survey: table frekuensi responden).Sementara untuk
memperoleh data kualitatif menggunakan non-probability sampling, yang
mana secara detail menggunakan purposive sampling.Merupakan metode
penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria tersebut adalah: 1) Mengetahui isu perbatasan; 2) Dapat
merepresentasikan masyarakat.
2.3. Data Penelitian
Data yang digunakan adalah data primer melalui instrumen yaitu
kuesioner. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif menggunakan
pertanyaan-pertanyaan dalam skala likert. Selain itu, survey ini juga
Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat
Tahun ...
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Halaman 4
menggunakan metode pertanyaan terbuka untuk mendapatkan data
kualitatif.
2.4. Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data dan olah data statistik dilakukan
dengan:
1. Studi literatur mengenai profil Kecamatan
2. Survey lapangan untuk memperoleh data yang relevan dengan
memberikan kuesioner.
3. Wawancara dan diskusi mendalam dengan tokoh masyarakat,
serta masyarakat yang terdiri dari berbagai latarbelakang.
2.5. Metode Analisis
Hasil dari pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan baik
secara desk study, survey lapangan secara internal ataupun eksternal
serta diskusi yang dilakukan dengan masyarakat. Selanjutnya data
dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif.
III. HASIL SURVEY
Hasil survey terdiri dari hasil olah data kuantitatif dan hasil survey
kualitatif dengan wawancara mendalam.
3.1. Data Kuantitatif
TABEL FREKUENSI RESPONDEN
Statistics
Jenis
Kelamin Usia Pekerjaan Pendapatan Lama
domisili
Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat
Tahun ...
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Halaman 5
N Valid
Missing
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Pria
Wanita
Total
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 17-21
21-30
30-45
45-60
34.00
Total
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Pengangguran
Nelayan
Petani
Serabutan
Wiraswasta
Tukang Bangunan
Guru
Pembantu rumah tangga
Pegawai swasta
Tour guide
PNS
Total
Pendapatan
Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat
Tahun ...
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Halaman 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid <1000000
1000000-3000000
3000000-5000000
>5000000
Total
Lama domisili
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid <5 tahun
5-10 tahun
>10 tahun
Total
STATISTIK DESKRIPTIF
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kondisi Pos Pamtas
Kondisi PLB
Kondisi Fasilitas Keimigrasian di PLB
Kondisi Fasilitas Karantina di PLB
Kondisi Fasilitas Kepabeanan di PLB
Penegakan hukum dari pelanggaran
Sarana/ prasarana ekonomi
Aksesibilitas perekonomian
Pemasaran produk lokal
Pemenuhan kebutuhan barang/ jasa
Sarana/ prasarana pendidikan
Sarana/ prasarana pendidikan
Infrasturktur jalan
Air bersih
Air bersih
Alat transportasi
Telekomunikasi
Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat
Tahun ...
S u r v e i K e p u a s a n M a s y a r a k a t
Halaman 7
Pelabuhan darat dan laut
Peran pemerintah dalam pembangunan kaw. perbatasan
Valid N (listwise)
3.2. Data Kualitatif
Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas, perlu dikaji lebih lanjut
dengan wawancara mendalam dengan beberapa responden yang terdiri
dari tokoh masyarakat, dan masyarakat yang memiliki keragaman
latarbelakang. Adapun pertanyaan terbuka yang diajukan adalah sbb:
Pertanyaan Terbuka:
1. Program Pemerintah yang ada dari tahun:
tahun 2005
tahun 2006
tahun 2007
tahun 2008
tahun 2009
tahun 2010
2. Apakah memilih tinggal di NKRI atau negara tetangga?
3. Dimana berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Apakah lebih sering di Indonesia atau negara tetangga?
Dimana yang lebih nyaman/lebih dipilih?
Alasan?
4. Jika pernah tinggal di daerah non-perbatasan:
apa perbedaan yang dirasakan antara tinggal di kawasan perbatasan dengan non-perbatasan?
5. Apa saran Anda untuk pemerintah dalam rangka pembangunan kawasan perbatasan?
KAJIAN EVALUASI KINERJA KELEMBAGAAN
Pengelolaan Batas wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan
Konsep evaluasi sering dianggap sinonim dengan monitoring. Keduanya kendati
berkaitan, sebenarnya dapat dibedakan. Apabila mengikuti alur pikir Suchman (1967),
evaluasi merupakan proses melekatkan sesuatu nilai pada beberapa tujuan tertentu,
dan dari tujuan itulah kemudian ditentukan derajat keberhasilannya dalam mencapai
nilai-nilai yang sudah dilekatkan pada tujuan-tujuan tadi. Konsep evaluasi adakalanya
juga dihubungkan dengan program atau proyek pembangunan tertentu. Casley dan
Kumar (1987) misalnya, merumuskan evaluasi itu sebagai penilaian terhadap kinerja
proyek dan dampaknya pada kelompok sasaran dan daerah tertentu.
Scriven (sebagaimana dikutip oleh Mark, et.al., 2000:9) secara awam mencoba
mengidentifikasi enam bidang besar yang dapat dievaluasi -- yang disebut dengan “Big
Six” P’s -- yaitu: program (programs), kebijakan (policies), produk (products), personil
(personnel), kinerja (performance), dan usulan (proposals). Mengacu pada pendapat
Scriven, dapat ditegaskan bahwa hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
evaluasi adalah “bagaimana seharusnya evaluasi dilakukan” bukan “apa yang akan
dievaluasi”. Hal ini didukung sepenuhnya oleh Mark, et.al. (2000:9) sebagai berikut:
“This leads him (Scriven, pen.) to describe evaluations as a trans-discipline ..… at a
fundamental level, the logic of evaluation is the same regardless of what being
evaluated”.
Dari apa yang dikemukakan diatas menjadi jelas bahwa evaluasi kinerja rencana induk
pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan pada dasarnya merupakan
evaluasi terhadap hasil suatu kebijakan publik. Dalam kajian ini dari “Big Six” P’s yang
seperti dikemukakan diatas, maka yang akan dievaluasi adalah kinerja (performance),
khususnya kinerja pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan. Namun
demikian berbagai kebijakan yang ditetapkan dengan sendirinya tetap akan menjadi
focus bahasan sebelum pedoman evaluasi kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan perbatasan disusun.
Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan sebagai alat manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja ini
mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja itu sendiri (melalui monitoring) dan
evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis
dan akuntabilitas, sedangkan evaluasi kineria merupakan tahap setelah pengukuran
kineria dilakukan melalui perhitungan nilai capaian dari pelaksanaan kegiatan.
Pengukuran kinerja mensyaratkan bahwa seluruh aktivitas organisasi harus dapat
diukur. Pengukuran ini tidak hanya mencakup input dari program organisasi tetapi lebih
menekankan pada keluaran, proses, manfaat dan dampak dari program organisasi bagi
kesejahteraan rakyat. Pengukuran kinerja suatu instansi maupun organisasi kemudian
didasarkan pada kemampuan instansi maupun organisasi dalam mengelola sumberdaya
(bukan hanya keuangan) yang dikelolanya, untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana
yang telah dituangkan dalam rencana strategis. Dengan demikian evaluasi kinerja
organisasi akan memberikan manfaat dalam:
a) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk
mencapai kinerja.
b) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
c) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan
rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
d) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang
diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e) Menjadi alat komunikasi antarbawahan dan pimpinan daiam rangka upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
f) Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
j) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
Dalam konteks manajemen, pengukuran kinerja suatu organisasi biasanya digunakan
untuk:
a) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitasnya.
b) Menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan sasaran oleh manajemen atas
program-program.
c) Mengelola program secara efisien.
d) Menyediakan data dalam rangka pelaksanaan fungsi pengendalian program.
e) Membuat kebijaksanaan anggaran.
f) Mengelola dan mengukur hasil program, Umpan balik bagi manajemen dalam rangka
meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
g) Mempertanggungjawabkan sumber-sumber daya yang telah dipercaya kepada
manajemen.
Dalam pelaksanaannya, evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan meliputi :
A. Tataran Kebijakan
Pada tataran ini, evaluasi kinerja yang dinilai adalah kinerja kelembagaan terkait
dengan peran, fungsi, dan tugasnya. Evaluasi Kinerja Kelembagaan Pengelolaan
Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan secara umum menggunakan
indikator 4K, yakni:
- Konsistensi: menilai (a) ketersediaan mekanisme dan strategi pelaksanaan, (b)
ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan, (c) ketersediaan strategi
pengelolaan pada tingkat operasional dan (d) keterkaitan antara prioritas dan
pelaksanaan;
- Koordinasi: menilai (a) ketersediaan forum koordinasi perencanaan dan
pelaksanaan dan (b) efektivitas forum koordinasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan;
- Konsultasi: menilai (a) ketersediaan fasilitasi stakeholders (termasuk
masyarakat) dan (b) ketersediaan informasi yang akurat bagi stakeholders
(termasuk masyarakat);
- Kapasitas: menilai kapasitas kelembagaan pemerintah (pusat dan daerah) dalam
(a) penyediaan pedoman operasional, (b) penyediaan mekanisme pemantauan,
pengendalian dan pengawasan dan (c) ketersediaan sumber pembiayaan (pusat
dan daerah);
Terkait dengan indikator diatas, sejumlah pertanyaan dapat terlihat pada Tabel 1
dibawah.
Tabel 1
Evaluasi Kinerja Pengelolaan Batas A. PENGELOLAAN BATAS
INDIKATOR
KEBIJAKAN OPERASIONAL
PENDANAAN PENETAPAN DAN
PENEGASAN BATAS
DARAT
PENINGKATAN HANKAM
DAN PENEGAKAN
HUKUM
PENGUATAN
KAPASITAS
KELEMBAGAAN
KONSISTENSI Menilai: (a) Ketersediaan
mekanisme dan strategi pelaksanaan
(b) Ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan
(c) Ketersediaan strategi pengelolaan pada tingkat operasional dan
(d)Keterkaitan antara prioritas dan pelaksanaan
Sejauhmana Arah Kebijakan, Strategi Pengolahan, Target Dan Agenda Program Prioritas serta Lokasi Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Telah Dijadikan Pedoman Dalam Rangka Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Darat oleh K/L dan Daerah
Sejauhmana Arah Kebijakan, Strategi Pengolahan, Target Dan Agenda Program Prioritas serta Lokasi Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Telah Dijadikan Pedoman Dalam Rangka Peningkatan Pertahanan, Keamanan Dan Penegakan Hukum Batas Darat Oleh K/L dan Daerah
Sejauh mana Kelembagaan Yang Permanen Dan Terintegrasi dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan yang telah ditetapkan oleh Pusat telah ditindak-lanjuti di tingkat daerah
Sejauhmana alokasi pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/ Kota serta dari sumber lainnya Yang Sah telah dimanfaatkan sesuai dengan arahan yang ditetapkan dalam Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan
A. PENGELOLAAN BATAS
INDIKATOR
KEBIJAKAN OPERASIONAL
PENDANAAN PENETAPAN DAN
PENEGASAN BATAS
DARAT
PENINGKATAN HANKAM
DAN PENEGAKAN
HUKUM
PENGUATAN
KAPASITAS
KELEMBAGAAN
KOORDINASI Menilai (a) Ketersediaan
forum koordinasi perencanaan dan pelaksanaan dan
(b)Efektivitas forum koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
Sejauh mana Koordinasi telah Dilaksanakan antara Pemerintah (Antar Sektor, Pusat dan Daerah) Dalam Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berkaitan dengan dengan Aspek Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Negara
Sejauh mana Koordinasi telah Dilaksanakan antara Pemerintah (Antar Sektor, Pusat dan Daerah) Dalam Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berkaitan dengan dengan Aspek Peningkatan Pertahanan, Keamanan Dan Penegakan Hukum Batas Darat
Keberadaan Forum Koordinasi Perencanan dan Pelaksanan Sejauhmana peran BNPP dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dengan pemangku kepentingan Lainnya (K/L dan Daerah ) Sejauhmana peran Badan Daerah Pengelola Perbatasan Dalam Melaksanakan Koordinasi dengan Pemangku Kepentingan Lainnya seperti SKKPD
Sejauh mana
koordinasi
penganggaran telah
dilaksanakan oleh
pusat dan daerah
dan antar sector
terkait dalam
penyusunan RAPBN
dan RAPBD yang
diperuntukkan bagi
pelaksanaan
Pengelolaan Batas
Wilayah Negara dan
Kawasan Perbatasan
KONSULTASI Menilai (a) Ketersediaan
fasilitasi stakeholders (termasuk masyarakat, Swasta/ Dunia Usaha)
(b) Ketersediaan informasi yang akurat bagi stakeholders (termasuk masyarakat, Swasta/ Dunia Usaha)
Sejauhmana Mekanisme Sosialisasi Program dan Konsultasi Publik Terkait Dengan Penetapan Dan Penegasan Batas Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Dilaksanakan di Daerah dan Pusat (K/L) Sejuhmana stakeholders (termasuk masyarakat) memperoleh akses thd informasi mengenai kebijakan dan program terkait dengan Penetapan dan Penegasan Batas Darat Yang Terdapat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Negara Dan Kawasan Perbatasan
Sejauhmana Mekanisme Sosialisasi Program dan Konsultasi Publik Terkait Dengan Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum Batas Darat Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Dilaksanakan di Daerah dan Pusat (K/L) Sejuhmana Stakeholders (termasuk Masyarakat, Swasta/Dunia Usaha) telah memperoleh akses thd informasi mengenai kebijakan dan program di bidang Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum Batas Darat Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan
Sejauhmana Kelembagaan yang Dibentuk Secara Khusus Telah Mampu Memberikan Informasi dan Fasilitasi Berkaitan Dengan Rencana Induk Dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Kepada Stakeholders (termasuk masyarakat, swasta/dunia usaha)
Sejauhmana
Musrenbang mulai
dari tingkat desa
hingga propinsi serta
nasional
menyediakan
pendanaan yang
memadai dalam
rangka kebutuhan
Pengelolaaan Batas
Wilayah Negara dan
Kawasan Perbatasan
Sejauhmana Rencana
Induk dan Rencana
Aksi Sebagai
Pedoman
Penyelenggaraan
Musrenbang Telah
Dilaksanakan
Sehingga Pendanaan
Yang Direncanakan
Sesuai dengan
Kebutuhan
Stakeholders
KAPASITAS Kapasitas kelembagaan Pemerintah dalam :
Sejauhmana BNPP telah memberikan arahan mengenai strategi dan prinsip dasar, struktur
Sejauhmana BNPP telah memberikan arahan mengenai strategi dan prinsip dasar, struktur organisasi, langkah
Sejauhmana Sektor (K/L) dan daerah telah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang kebijakan dan
Sejauhmana skema
rencana pendanaan
dan pengalokasian
dana untuk
penetapan dan
A. PENGELOLAAN BATAS
INDIKATOR
KEBIJAKAN OPERASIONAL
PENDANAAN PENETAPAN DAN
PENEGASAN BATAS
DARAT
PENINGKATAN HANKAM
DAN PENEGAKAN
HUKUM
PENGUATAN
KAPASITAS
KELEMBAGAAN
i) Penyediaan Pedoman Operasional ii) Penyediaan Mekanisme pemantauan, pengendalian dan pengawasan
organisasi, langkah pelaksanaan, komponen program, mekanisme pencairan dan penyaluran dana serta rencana penggunaan anggaran sudah disosialisasikan di Pusat dan Daerah Berkaitan Dengan Aspek Penetapan Dan Penegasan Batas Darat
pelaksanaan, komponen program, mekanisme pencairan dan penyaluran dana serta rencana penggunaan anggaran sudah disosialisasikan di Pusat dan Daerah Berkaitan Dengan Aspek Peningkatan Pertahanan, Keamanan Di Batas Darat
strategi serta perlu disusunnya Rencana Induk Dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Dan Kawasan Perbatasan Secara Terintegrasi
penegasan batas
darat, peniongkatan
pertahanan,
keamanan dan
penegakan hukum
batas darat telah
terrealisisr sebagai
dasar untuk
menentukan
pendanaan yang
masih diperlukan.
Dengan dilandasi berbagai pertanyaan pada Tabel 1 diatas, selanjutnya Kriteria Kinerja
Kelembagaan dengan indikator 4K diatas dijabarkan lebih mendetail dengan Sub-
Kriteria sebagai berikut:
a. Proses Pembentukan Kelembagaan Pengelola Perbatasan, dengan indikator :
- Dalam Tahap Proses Pembentukan Kelembagaan
- Tahapan Rancangan SK
- Sudah Ada Surat Keputusan Pembentukan Kelembagaan Pengelolala Kawasan
Perbatasan
b. Agenda Kegiatan Kelembagaan Pengelola Perbatasan, dengan indikator :
- Belum dirumuskan
- Sudah ada perumusan
- Sudah ada ketetapan
c. Jenis Kegiatan yang dilaksanakan, dengan indikator :
- Perijinan
- Kasus penyelesaian masalah
- Membahas tugas pokok organisasi ( koordinasi, sosialisasi, konsultasi dsb )
d. Frekwensi Sidang/Pertemuan, dengan indikator:
- < 3
- 3 – 6 kali
- > 6 kali
e. Efektifitas Kerja Badan Pengelolan Kawasan Perbatasan, dengan indikator :
- Tidak selalu dihadiri oleh anggota Badan
- Hadir, tapi sering diwakili
- Selalu dihadiri anggota Badan
f. Tantangan dan Kendala, dengan indikator:
- Didominasi masalah keuangan
- Didominasi masalah administrasi
- Didominasi masalah teknis
B. Tataran Operasional
Lingkup Penyusunan Instrumen Evaluasi Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan
Kawasan Perbatasan mencakup ruang lingkup Perencanaan, Pemanfaatan dan
Pelaksanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan, dan
Pengawasan Dan Pengendalian terhadap Pelaksanaan dari perencanaan yang telah
dirumuskan, beserta komponennya. Substansi yang harus ada dalam perencanaan
pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Substansi Kriteria-Sub Kriteria dalam Aspek Perencanaan
NO. SUB KRITERIA INDIKATOR
- Kinerja Perencanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan
1. Peran Badan Nasional/ Daerah Pengelola Perbatasan
- Merumuskan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Sendiri
- Merumuskan dan melibatkan instansi lain secara terkoordinatif - Mengikutsertakan masyarakat
2. Kelengkapan Muatan Rencana Induk
- Tingkat kelengkapan dan kedalaman/keabsahan data; - Metode pendekatan dan hasil analisa telah digunakan dengan tepat, tajam,
mendalam dan komprehensif serta ada relevansi antara metode dengan hasil analisa;
- Adanya keterkaitan antara visi, misi, dan tujuan dengan arahan kebijakan, strategi pengelolaan (strategi, sasaran strategis, indikator dan target), dan program pada rencana pengelolaan BWN & KP;
- Kelengkapan Muatan Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan serta terstrukturnya tidaknya penyampaian rencana pengelolaan BWN & KP;
- Muatan Rencana (Induk dan Aksi) meliputi Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Darat dan Kawasan Perbatasan Darat, dan Rencana Induk Pengelolaan Batas Maritim dan Kawasan Perbatasan Maritim.
- Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Darat meliputi: (i) aspek penetapan dan penegasan batas darat ; (ii) aspek pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas darat, (iii) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola batas darat;
- Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Darat yang meliputi : (i) aspek pertahanan, keamanan dan penegakan hukum kawasan perbatasan darat, (ii) aspek peningkatan pertumbuhan kawasan perbatasan darat, (iii) aspek pelayanan sosial dasar dan budaya kawasan perbatasan darat, (iv) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola kawasan perbatasan darat;
- Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Maritim meliputi: (i) aspek penetapan dan penegasan batas laut; (ii) aspek peningkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas laut, (iii) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola batas laut;
- Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Maritim meliputi: (i) aspek peningkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum kawasan perbatasan laut, (ii) aspek peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan laut, (iii) aspek peningkatan pelayanan social dasar dan budaya di kawasan perbatasan laut, (iv) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola kawasan perbatasan laut;
-
3. Pengesahan Rencana Induk
- Rencana Induk Belum Disahkan - Rencana Induk dalam Proses Pengesahan - Rencana Induk Sudah Disahkan
NO. SUB KRITERIA INDIKATOR
- Kinerja Pemanfaatan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan
1. Efektivitas Program yang Termuat dalam Rencana Induk
- < 50 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk
- 50 – 75 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk
- > 75 % ijin yang dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk
2. Penggunaan Rencana Induk Dalam Musrenbang
- Rencana Induk tidak dijadikan sebagai rujukan dalam Musrenbang - Rencana Induk dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam Musrenbang - Rencana Induk telah dijadikan salah satu rujukan utama dalam Musrenbang
- Kinerja Pengawasan dan Pengendalian Pengeloaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan
Kegiatan Pengawasan dan Penertiban
kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan, terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjaminnya pelaksanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan - Belum dilaksanakan - Sudah dilaksanakan tapi tidak teratur dan tidak berkelanjutan - Dilaksanakannya secara tertib/teratur dan berkelanjutan
Penetapan peraturan perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi
aturan perijinan, perangkat insentif dan disinsentif pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: - Belum ada - Masih dalam proses - Sudah ada dalam bentuk perundangan
Pembagian tugas antar instansi
Seluruh kegiatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: - dilaksanakan oleh Badan Nasional/daerah Pengelola Perbatasan - Didominasi oleh Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan - Ada pembagian tugas antar instansi
Dengan didasari uraian pada Tabel 2 diatas, maka dibuat format evaluasi pengelolaan
batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dengan kriteria, sub-kriteria serta
pembobotannya dalam rangka Evaluasi Kinerja Pengelolaan batas Wilayah Negara Dan
Kawasan Perbatasan serta pembobotannya dapat dilihat pada Tabel 3-6.
Tabel 3
Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi
Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan
A. Kriteria: Badan Nasional/ Daerah Pengelola Perbatasan BOBOT
KRITERIA SUB KRITERIA
SUB KRITERIA
INDIKATOR BOBOT
INDIKATOR NILAI
G = D X F
A B C D E F
0,2500
Proses Pembentukan Kelembagaan Pengelola Perbatasan
0,0417
Dalam Tahap Proses Pembentukan Kelembagaan
10
Tahapan Rancangan SK 20
Sudah Ada Surat Keputusan Pembentukan Kelembagaan Pengelolala Kawasan Perbatasan
30
Agenda Kegiatan Kelembagaan Pengelola Perbatasan
0,0417
Belum dirumuskan Agenda Kegiatan
10
Sudah ada Perumusan 20
Sudah Ada Ketetapan 30
BOBOT KRITERIA
SUB KRITERIA SUB
KRITERIA INDIKATOR
BOBOT INDIKATOR
NILAI G = D X F
A B C D E F
Jenis Kegiatan Yang Dilaksanakan
0,0417
Perijinan 10
Kasus penyelesaian masalah 20
Membahas tugas pokok organisasi (koordinasi, sosialisasi, konsultasi dsb)
30
Frekwensi Sidang/ Pertemuan 0,0417
< 3 per tahun 10
3 – 6 kali/Tahun 20
> 6 kali/Tahun 30
Efektifitas Kerja Badan Pengelolan Kawasan Perbatasan
0,0417
Tidak selalu dihadiri oleh anggota Badan
10
Hadir, tapi sering diwakili 20
Selalu dihadiri anggota Badan 30
Tantangan dan Kendala 0,0417
Didominasi masalah keuangan 10
Didominasi masalah administrasi 20
Didominasi masalah teknis 30
Tabel 4
Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi
B. Kriteria: Perencanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan BOBOT
KRITERIA SUB KRITERIA
SUB KRITERIA
INDIKATOR BOBOT
INDIKATOR NILAI
F = C X E
A B C D E F
0,2500
Peran Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan
0,0625
Merumuskan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Sendiri
10
Merumuskan dan melibatkan instansi lain secara terkoordinatif
20
Mengikutsertakan masyarakat 30
Kelengkapan Muatan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan
0,0625
Tidak memenuhi 4 persyaratan: 1) Tingkat kelengkapan dan
kedalaman/keabsahan data 2) Metode pendekatan dan hasil
analisa telah digunakan dengan tepat, tajam mendalam dan komprehensif serta ada relevansi antara metode dengan hasil analisa
3) Adanya keterkaitan antara visi, misi, dan tujuan dengan arahan kebijakan, strategi pengelolaan (strategi, sasaran strategis, indikator dan target), program rencana pengelolaan BWN & KP 4) Kelengkapan Muatan Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan BWN & KP serta terstrukturnya penyampaian rencana pengelolaan BWN & KP
10
Ada diantara 4 persyaratan tidak dipenuhi
20
Memenuhi seluruh persyaratan 30
Pengesahan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan
0,0625
Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP Belum Disahkan
10
Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP dalam Proses Pengesahan
20
Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP Sudah Disahkan
30
BOBOT KRITERIA
SUB KRITERIA SUB
KRITERIA INDIKATOR
BOBOT INDIKATOR
NILAI F = C X E
A B C D E F
Publikasi/ Pemasyarakatan
0,0625
Rencana Induk Disebarkan Di kalangan Terbatas
10
Rencana Telah Dikirim Ke Stakeholders Terkait Secara Meluas
20
Rencana Telah Dipublikasikan ke Radio, Koran, talkshow dan Media Lainnya
30
Tabel 5
Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi
C. Kriteria: Pemanfaatan Rencana Induk BOBOT
KRITERIA SUB KRITERIA
SUB KRITERIA
INDIKATOR BOBOT
INDIKATOR NILAI
F = C X E
A B C D E F
0,2500
Efektivitas Program Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan dan Pembiayaannya
0,1250
< 50 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk pengelolaan BWN & KP
10
50 – 75 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk BWN & KP
20
> 75 % ijin yang dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk BWN & KP
30
Penggunaan Rencana Induk Dalam Musrenbang
0,1250
Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP tidak dijadikan sebagai rujukan dalam Musrenbang
10
Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam Musrenbang
20
Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan telah dijadikan salah satu rujukan utama dalam Musrenbang
30
Tabel 6
Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi
D. Kriteria: Pengawasan dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan BWN dan KP BOBOT
KRITERIA SUB KRITERIA
SUB KRITERIA
INDIKATOR BOBOT
INDIKATOR NILAI
F = C X E
A B C D E F
0,250 Kegiatan Pengawasan dan Penertiban
0,0833
kegiatan pemantauan, evaluasi,dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan pengelolaan BWN & KP untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan, terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjaminnya pelaksanaan pengelolaan BWN & KP:
10
BOBOT KRITERIA
SUB KRITERIA SUB
KRITERIA INDIKATOR
BOBOT INDIKATOR
NILAI F = C X E
A B C D E F
Belum dilaksanakan
Sudah dilaksanakannya, tapi tidak teratur dan tidak berkelanjutan
20
Dilaksanakannya secara tertib/teratur dan berkelanjutan
30
Penetapan peraturan perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi :
0,0833
aturan perijinan, perangkat insentif dan disinsentif pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: Belum ada
10
masih dalam proses 20
Sudah ada yang disahkan dalam bentuk peraturan perundangan
30
Pembagian tugas antar instansi
0,0833
Seluruh kegiatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dilaksanakan oleh: Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan
10
Didominasi oleh Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan
20
Ada pembagian tugas antar instansi 30
Berdasarkan Tabel 3-6 diatas, maka pengelompokan atau kategori hasil evaluasi kinerja Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Range Skor Penentuan Hasil Penilaian Evaluasi
Kinerja Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan
No Range Skor Hasil Penilaian (Kategori)
1 23.34 – 30.01 Amat Baik
2 16.67 – 23.34 Cukup Baik
3 10.00 – 16.67 Kurang Baik
• Dibuat sebagai ilustrasi wilayah kedaulatan dan yurisdiksi untuk menjadi sarana
komunikasi dan pendidikan politik bagi masyarakat tentang bentuk visual wilayah
Nusantara.
• Peta ini menggambarkan pencapaian hasil berbagai perundingan bilateral, trilateral
maupun multilateral sejak Deklarasi Djuanda sampai sekarang.
Perbatasan Darat RI-Malaysia
Panjang Garis batas Indonesia Malaysia 2.004 Km
Garis Perbatasan Darat di Provinsi Kal-Bar. Batas yang memisahkan wilayah NKRI dengan wilayah
Serawak Malaysia: 966 Km
Garis Perbatasan Darat di Provinsi Kalimantan Timur. Batas yang memisahkan wilayah NKRI
dengan Negara bagian Sabah dan Serawak Malaysia: 1.038 Km
Jumlah Pilar terpasang 19.328 Pilar batas
- Adanya kendala teknologi penentuan posisi (astronomi, Doppler dan GPS) diperlukan
CBDRF
- Masih dilaksanakan Joint Mapping ( skala 1: 50.000 , 45 nlp)
Perbatasan Darat RI-PNG
• Perjanjian Tahun 1973 – hasil demarkasi terdapat 14 MM dan densifikasi 38 titik
• Peta Batas Skala 1:50.000 sebanyak 27 lembar
• Masih dilaksanakan pengukuran CBDRF di 14 pilar ( kendala teknologi penentuan posisi)
• Perbatasan darat antara Indonesia dan PNG berjarak: 820 Km
Perbatasan Darat RI-Timor Leste
- Demarkasi & pemeliharaan pilar batas
- Pembuatan peta wilayah kecamatan perbatasan RI-RDTL 45nlp skala 1: 25.000
- pembangunan sistem datum geodesi bersama
- Perbatasan darat RI - Timor Leste berjarak: 268,8 Km
- Perbatasan Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Distrik Covalima dan Distrik
Bobonaro (Timor Leste): 149,1 Km
- Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTU yang berbatasan langsung dengan Distrik Oecussi
yang merupakan wilayah enclave Timor Leste: 119,7 Km
Produk Peta Dasar Rupabumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal tersedia pada :
Skala 1:250.000 ; 1:50.000 ; 1:25.000 diproduksi secara sistematis mencakup seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Cakupan Peta Dasar RBI skala 1:250.000 telah diperluas, status cakupan produksi terakhir
s/d tahun 2002.
Untuk skala 1:50.000, akumulasi setiap tahunnya selalu bertambah, mencakup wilayah
Kalimantan, Maluku, Papua, dan sebagian Sumatera, status cakupan produksi s/d tahun
2010.
Untuk skala 1:25.000, hanya mencakup wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur,
serta sebagian Maluku, termasuk wilayah Pulau Nias - Sumatera Utara dan Memberamo -
Papua, status cakupan produksi s/d tahun 2000
Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) Skala 1:250.000
Skala 1:250.000 tersedia 246 nlp dari 306 nlp
Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) Skala 1:50.000
Skala 1:50.000 tersedia 2363 nlp dari 3888 nlp
Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) Skala 1:25.000
Skala 1:25.000 tersedia 1775 nlp dari 13005 nlp
PETA KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI 12 PROVINSI
BERDASARKAN
DESAIN BESAR PENGELOLAAN BWN-KP (BNPP) DAN
RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (BKPRN)
ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas
(km2)
Sarana
Peta Ilustrasi Letak 92 Pulau Kecil Terluar (PPKT)
Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Iyu Kecil, Karimun
Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, Nongsa
Enggano
Batu Kecil
Sibarubaru, Sinyaunyau,
Mega
Simuk, Wunga
Rondo, Berhala, Salaut Besar, Salaut Kecil, Rusa, Raya, Simeulucut
Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Manterawu, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu
Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, Kakarutan
Liki, Bepondi, Bras, Fanildo, Miossu, Fani, Budd, Jiew
Deli
Manuk, Nusakambangan
Panehan, Sekel, Barung
Sophialouisa
Dana (ada 2), Batek, Alor, Mangudu, Liran Wetar, Kisar,
Leti, Meatimiarang
Masela, Selaru, Batarkusu, Asutubun, Larat, Batu Goyang, Enu, Karang, Kultubai Selatan, Kultubai
Utara, Panambulai, Karaweira, Ararkula, Laag, Kolepon
Berhala
ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas
(km2)
Sarana
1 Sentut Mapur Bintan Pesisir Bintan Kep. Riau 0 0.1 Suar
2 Tokongmalangbiru Kiabu Siantan Natuna Kep.Riau 0 0.2 Suar
3 Damar Mampok Jemaja Natuna Kep.Riau 0 0.25 Suar
4 Mangkai Keramut Jemaja Natuna Kep.Riau penjaga mercusuar 2.27 Suar
5 Tokongnanas Telaga Siantan Natuna Kep.Riau 0 0.1 Suar
6 Tokongbelayar Mubur Palmatak Natuna Kep.Riau 0 0.1 Suar
7 Tokongboro Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau 0 0.02 Suar
8 Semiun Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau 0 1 Suar
9 Sebetul Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau 0 0.2 Suar
10 Sekatung Air Payang Pulau Laut Natuna Kep.Riau 0 0.3 Suar, Radio satelit,
SSB dan jaringan
listrik
11 Senua Sepempang Bunguran Timur Natuna Kep.Riau 0 0.32
12 Subi Kecil Subi Kecil Subi Natuna Kep.Riau ada 7 Suar, bangunan
ibadah, bangunan
sekolah, jalan aspal
13 Kepala Air Nusa Serasan Natuna Kep.Riau 0 0.2 Suar
14 Sebatik Tanjung Karang, Sebatik Nunukan Kal-Tim ada 247.47
15 Gosong makasar Sebelah tenggara sebatik Sebatik Nunukan Kal-Tim 0 0.02 Menara lampu
navigasi.
16 Maratua Bohe silian, Maratua Berau Kal-Tim 2.818 Jiwa (th 2004) 384.36 Suar
17 Sambit Talisayang Berau Kal-Tim 6 0.18 Suar
18 Lingian Ogotua Dampal Utara Toli-toli Sul-Teng ada 200 Suar
19 Salando Kapas Tolitoli Utara Toli-toli Sul-Teng 7 0.3 Suar
20 Dolangan Sentigi Tolitoli Utara Toli-toli Sul-Teng 0 1.2
21 Bangkit Kwangdang Pinogaluman Boolang Mongondaw
Utara
Sulut 0 0.5 Suar
22 Manterawu Tangkasi, Buhias, Tinongko, Bango Wori Minahasa Utara Sulut 4 kampung: tangkasai, buhias, tinongko,
bangu
7
23 Makalehi Makalehi Siau Barat Siau Tagulandang Biaro Sulut 4 desa 6.5
24 Kawalusu Kawalusu Kendahe Sangihe Sulut ada 100
25 Kawio Kawio Kendahe Sangihe Sulut 3 dusun 0.9
26 Marore Marore Tabukan Utara Sangihe Sulut 562 3.12 Suar
27 Batubawaikang Tabukan Utara Sangihe Sulut n/a 0.9 Suar
28 Miangas Miangas Nanusa Kepulauan Talaud Sulut 680 39.95 Suar
29 Marampit Marampit Nanusa Kepulauan Talaud Sulut 1273 12
30 Intanta Kakarutan Nanusa Kepulauan Talaud Sulut ada 0.15
31 Kakarutan Kakarutan Nanusa Kepulauan Talaud Sulut 784 3.15
DAFTAR PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas
(km2)
Sarana
32 Jiew Gemia Patani Utara Halmahera Tengah Malut ada 0.7
33 Budd Dorekar Ayau Raja Ampat Papua Barat 920 0.6
34 Fani Rutum Ayau Raja Ampat Papua Barat prajurit TNI AD 9 Suar
35 Miossu Werur Sausapor Sorong Papua Barat 0 0.84 Suar
36 Fanildo Mapia Supiori Utara Supiori Papua 0 0.1
37 Bras Mapia Supiori Utara Supiori Papua ada 3.375
38 Bepondi Masyai Supiori Utara Supiori Papua ada 2.5
39 Liki Liki (Sobey) Sarmi Sarmi Papua ada 6 Suar
40 Kolepon Kumbis, Batu Merah, Turiram,
Komolom, Tabonji, Iramoro, Yeraha
Kimaam Marauke Papua 13332 11.62
41 Laag Omor Agats Asmat Papua 0 1
42 Ararkula Selmona Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku 0 1
43 Karaweira Mariri Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku 0 2
44 Penambulai Warabal (Rabal) Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku 240 60
45 Kultubai Utara Mesiang/Gomo-Gomo Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku 0 2
46 Kultubai Selatan Longgar/ Apara Aru Tengah Kepulauan Aru Maluku 0 0.6271
47 Karang Longgar/ Apara Aru Selatan Kepulauan Aru Maluku 0 3.827
48 Enu Gomo-gomo Aru Selatan Kepulauan Aru Maluku 0 16.74
49 Batugoyang Petuanan Desa Batu Goyang Aru Selatan Kepulauan Aru Maluku 0 29.6
50 Larat Lamdessar Timur Tanimbar Utara Maluku Tenggara Barat Maluku 19.765 Jiwa 176
51 Asutubun Amdasa dan Olilit (desa terdekat) Tanimbar Selatan Maluku Tenggara Barat Maluku 0 3.6 Suar
52 Selaru Namtabung, Lengat, Werain, Raima,
Kandar, Adaut
Selaru Maluku Tenggara Barat Maluku 11,488 120
53 Batarkusu Selaru Maluku Tenggara Barat Maluku 0 0.03 Suar
54 Masela 8 desa Babar Timur Maluku Tenggara Barat Maluku 2.879 Jiwa 55
55 Meatimiarang 8 desa Mdona Hiera Maluku Tenggara Barat Maluku 0 1.33 Suar
56 Leti Lemola Maluku Tenggara Barat Maluku 10.548 Jiwa 93.5 Suar
57 Kisar 4 desa PP Terselatan Maluku Barat Daya Maluku 7.286 jiwa 90 Suar
58 Wetar 14 desa PP Wetar Maluku Barat Daya Maluku ada 3,624 Suar
59 Liran Ustutun, Manoha, Usbisheira PP Wetar Maluku Barat Daya Maluku 660 34.3 Suar
60 Alor Kalabahi Alor NTT 3769-nelayan 1950 Suar
61 Batek Netemnanu Utara Amfoang Timur Kupang NTT 0 0.1 Suar
62 NDana Oeseli Rote Barat Daya Rote Ndau NTT 0 13 Suar
63 Dana Ledeunu Raijua Kupang NTT 0 2
64 Mangudu Praimadeta Karera Sumba Timur NTT 0 1 Suar
ID Nama Pulau Terluar Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Keberadaan Penduduk Luas
(km2)
Sarana
65 SophiaLouisa Buwun Mas Sekotong Lombok Barat NTB 0 0.01
66 Barung Puger Puger Jember Jawa Timur 0 100
67 Sekel Prigi Watulimo Trenggalek Jawa Timur 0 0.03
68 Panehan Munjungan dan Singgihan Watulimo Trenggalek Jawa Timur 0 0.02
69 Nusakambangan Tambakreja Cilacap Selatan Cilacap Jawa Tengah 12699 210 Ada
70 Manuk Cimanuk Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat 0 0.1
71 Deli Cikiruh Wetan Cikeusik Pandeglang Banten petugas 2 bagian 14.5
72 Batu Kecil Bandardalam Krui Lampung Barat Lampung 0 0.67
73 Enggano Malakoni, Apoho, Meok, Banjarsari,
Kaana, Kahyapu
Enggano Bengkulu Utara Bengkulu ada 402 Ada
74 Mega Banjarsari Enggano Bengkulu Utara Bengkulu 0 5.7 Ada
75 Sibarubaru Limau Sua Pagai Selatan Mentawai Sum-Bar 0 2.05
76 Sinyaunyau Muara Siberut Siberut Selatan Kepulauan Mentawai Sum-Bar ada 0.65 Suar
77 Simuk Gobe, Mauva, Gondia, Silina Pulau-pulau Batu Nias Selatan Sum-Ut 3000 6 Suar
78 Wunga Afulu Nias Sum-Ut 23 KK 9
79 Simeulucut Kampung Air Simeuleu Tengah Simeuleu NAD 55 7.5 Suar
80 Salaut Besar Lewak Alafan Simeuleu NAD 0 2.5 Suar
81 Raya Pulo Raya Sampoiniet Aceh Jaya NAD 312 2 Suar
82 Rusa Saney, Utamong, Kareun Lok Nga Aceh Besar NAD 0 1 Suar
83 Benggala Sukakarya Sabang NAD 0 0.006
84 Rondo Ujung Ba'u Sukakarya Sabang NAD prajurit TNI AL 0.4 Suar
85 Berhala Tanjungberingin Serdang Bedagai Sum-Ut prajurit TNI AL 2.5 Suar
86 Batumandi Pasirlimau Kapuas Rokan Hilir Riau 0 20
87 Iyu Kecil Kei Pongkar Tebing Karimun Kep-Ri pos TNI AL 50 Suar
88 Karimun Kecil Kei Pongkar Tebing Karimun Kep-Ri ada 8
89 Nipah Pomping Belakang Padang Batam Kep-Ri pos TNI AL 3600 Suar
90 Pelampong Pemping Belakang Padang Batam Kep-Ri 0 2
91 Batuberhanti Tanjungsari Sekupang Batam Kep-Ri 0 0.002 Suar
92 Nongsa Nongsa Pantai Nongsa Batam Kep-Ri rmh penjaga 0.004 Suar
NO NAMA LOKASI KONDISI
Luas 0,25 mil2 dan tdk berpenghuni. Tempat penyelundupan senjata Fungsi : pertahanan negara
Tidak berpenghuni Tempat penyelundupan & rawan perampokan Fungsi : pertahanan negara Luas 10 ha, tdak berpenghuni. Terjadi perubahan garis pantai akibat pengambilan pasir. Fungsi : pertahanan negara
Luas 22 km2, tidak berpenghuni
Rawan penyelundupan & imigran gelap Fungsi : Pertahanan negara Cukup luas, berpenghuni, ada kegiatan kebun yang tertata & aktivitas
ekonomi lain.
Terbentuk sistem kota-kota, ada rencana pengembangan kawasan
industri dan dermaga Luas 168,5 ha, jml penduduk 842 jiwa Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal Luas 12 km2, jml penduduk 1.273 jiwa
Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal Luas 62,2 ha, jml penduduk 631 jiwa Rawan penyelundupan senjata dan narkotika serta pendatang ilegal
Rawan subversi, intervensi, penyelundupan & perompakan Rawan okupasi oleh negara lain
Jml penduduk 110 jiwa Rawan subversi & intervensi negara lain Luas 3,375 km2, ada penduduk, tidak ada suar Pencurian dan penangkapan sumberdaya perikanan dan biota laut
oleh kapal asing
Luas 400 m2 , tidak berpenghuni
Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal
Luas 2 km2 , tidak berpenghuni, tidak ada suar Letaknya yang berada di laut lepas dengan gelombang besar
menyebabkan rawan abrasi
P. Fanildo Prov. Papua (berbatasan dengan Palau)
11. P. Batek Prov. NTT (berbatasan dengan Timor Leste)
P. Miangas Prov. Sulut (berbatasan dengan Philipina)
9. P. Fani Prov. Papua (berbatasan dengan Palau)
3. P. Nipa Prov. Riau (berbatasan dengan Singapura)
4. P. Sekatung Prov. Riau (berbatasan dengan Vietnam)
1. P. Rondo Prov. NAD (berbatasan dengan India)
2. P. Berhala Prov. Sumut (berbatasan dengan Malaysia)
Prov. NTT (berbatasan dengan Timor Leste)P. Dana12.
10.
P. Sebatik Prov. Kaltim (berbatasan dengan Malaysia)5.
P. Bras Prov. Maluku (berbatasan dengan Timor Leste)
6. P. Marore Prov. Sulut (berbatasan dengan Philipina)
7. P. Marampit Prov. Sulut (berbatasan dengan Philipina)
8.