KEPERAWATAN GERONTIK.docx
-
Upload
pembajak-cinta -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
Transcript of KEPERAWATAN GERONTIK.docx
KEPERAWATAN GERONTIK
A. PENGERTIAN KEPERAWATAN GERONTIK
a. Gerontik adalah Gerontologi + Geriatrik
b. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses
penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut
c. Geriatrik adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang
berusia lanjut. Geriatrik Nursing adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua (Kozier,1987)
d. Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan
kiat atau teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural
yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang
perawatan pada lanjut usia (Kozier,1987).
B. PROSES MENUA
1) Pengertian proses menua
a. Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang
b. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantikan dan
mempertahankan struktur fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury termasuk
adanya infeksi (Paris Constantinides, 1994)
c. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat
tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat
menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada
umur 20-30 tahun.
2) Teori-teori proses menua
1. Teori biologis
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik berarti perubahan berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam
sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan penngaruh lingkungan. Teori biologis dibagi dalam :
a. Teori Genetik Clock : Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic
untuk spesies-spesies tertentu.
b. Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik) : Menua disebabkan kesalahan
yang beruntun dalam jangka waktu yang lama dalam transkripsi dan translasi.
c. Teori Auto Imune : Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat
khusus. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (Godteris &
Brocklehurst, 1989).
d. Teori Radikal Bebas : Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat beregenerasi.
e. Pemakaian dan Rusak : Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (rusak).
f. Teori “imunology slow virus” (imunology slow virus theory) : Sistem imune
menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
g. Teori Stres : Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
h. Teori Rantai Silang : Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekakuan dan hilangnya fungsi.
i. Teori Program : Kemampuan organinisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory) : Menurut Havighusrst dan Albrecht,
1953 berpendapat bahwa sangat penting bagi individu usia lanjut untuk tetap
aktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
b. Kepribadian berkelanjutan (continuity theory) : Teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory) : Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya.
3. Teori psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori
yang ada.
4. Teori kesalahan genetik
dr. Afgel berpendapat bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel
genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri
sebelum pembelahan sel) sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang
berakibat pula dengan terhambatnya kesalahan-kesalahan yang berakibat pula
dengan terhambatnya pembentukan sel berikutnya sehingga mengakibatkan
kematian sel.
5. Rusaknya sistem imun tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk
mengenali dirinya berkurang (self recognition) menurun mengakibatkan kelainan
pada sel, dianggap sel asing sehingga dihancurkan perubahan inilah terjadinya
peristiwa auto imun.
6. Teori menua akibat metabolisme
Pada zaman tempo dulu pendapat tentang tua : botak, mudah bingung, pendengaran
sangat menurun atau menyebut mereka “budeg”, menjadi bungkuk dan sering
dijumpai kesulitan dalam menahan buang air kecil : beseran atau inkontinensia urin.
C. MITOS-MITOS LANJUT USIA DAN REALITANYA
1) Mitos kedamaian dan ketenangan
Pada usia lanjut dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya pada usia muda
serta dewasanya. Badai dan berbagai guncangan kehidupan seakan akan sudah dilewati.
Kenyataan sebaliknya usia lanjut penuh dengan stress karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2) Mitos konservatisme dan kemunduran pandangan
Diusia lanjut pada umumnya adalah: konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi,
berorientasi ke masa silam, ketinggalan jaman, merindukan masa lalu, kembali ke masa
anak-anak, susah berubah, keras kepala dan bawel. Kenyataan tidak semua lansia
bersifat dan berperilaku demikian. Sebagian tetap tegar berpandangan ke depan dan
inovatif serta kreatif.
3) Mitos berpenyakitan
Pada lanjut usia dipandang sebagai masa degeneratif biologis yang disertai oleh
berbagai penderita akibat berbagai proses penyakit.kenyataannya memang proses
menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme sehinnga
rawan terhadap penyakit,tetapi masa sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol
dan diobati.
4) Mitos senilitas
Usia lanjut dipandang sebagai masa dimensia (pikun) yang disebabakan oleh kerusakan
bagian tertentu dari otak. Kenyataannya tidak semua usia lanjut dalam proses penuaan
disertai kerusakan pada otak. Mereka masih tetap sehat dan segar dan banyak cara
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
5) Mitos ketidakproduktifan
Pada usia lanjut dipandang sebagai usia yang tidak produktif. Kenyataan tidak
demikian,masih banyak usia lanjut yang mencapai kematangan dari produktivitas
mental dan materialnya yang tinggi.
D. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA
1) Perubahan kondisi fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin, dan integuman, dan
masalah-masalah fisik sehari-hari yanng sering ditemukan pada lansia adalah sebagai
berikut :
a. Mudah jatuh
b. Mudah lelah
c. Kekacauan mental akut
d. Nyeri pada dada, berdebar-debar
e. Sesak nafas pada saat melakukan aktivitas kerja fisik
f. Pembengkakan pada kaki bawah
g. Nyeri pinggang atau punggung dan sendi pinggul
h. Sulit tidur dan sering pusing-pusing
i. Berat badan menurun
j. Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sukar menahan air kencing
2) Perubahan kondisi mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman atau famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
3) Perubahan psikososial
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa
kurang melakukan kegiatan yang berguna antara lain :
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas maupun
kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktivitas fisik cenderung
menurun dengan bertambahnya usia.
b. Isolasi kesepian
Makin menurunnya kualitas organ indera yang mengakibatka ketulian, penglihatan
yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa
terputus dari hubungan dengan orang-orang lain. Dengan makin lanjutnya usia,
kemampuan mengendalikan perasaan dengan akal melemah dan orang cenderung
kurang dapat mengekang dari dalam perilakunya.
c. Peranan iman
Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah
senjata yanng paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia
lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan
diperkuat.
4) Perubahan kognitif
a. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan
tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
b. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
c. Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila tidak ada
penyakit.
5) Perubahan spiritual
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,1970)
b. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970)
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : Universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
E. PERUBAHAN KOGNITIF PADA MANULA ”SEHAT”
Perubahan intelek, memori dan variable psikologi lainnya sudah banyak diteliti pada
manula yang “normal”. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan didapatkan beberapa
hal :
1) Kinerja intelektual sebagaimana yang diukur dengan tes kemampuan verbal dalam
bidang vokabular (kosa kata), informasi dan komprehensi mencapai puncaknya pada
usia 20-30 tahun dan kemudian menetap sepanjang hidup, setidak-tidaknya sampai
usia pertengahan 80-an tahun, bila tidak ada penyakit.
2) Kemampuan melaksanakan tugas yang diberi batas waktu, yang terkait waktu, yang
membutuhkan kecepatan, misalnya kecepatan mengolah informasi, mencapai
puncaknya pada usia sekitar 20 tahun, kemudian menurun lambat laun sepanjang hidup.
Walaupun sebagaian dari penurunan kecepatan ini diakibatkan oleh perubahan dalam
bidang motorik dan kemampuan persepsi, didapat bukti bahwa kecepatan pemrosesan di
pusat saraf menurun dengan meningkatnya usia. Perubahan ini dialami oleh hamper semua
orang yang mencapai usia 70-an. Namun didapatkan juga penyimpangan, yaitu beberapa
orang usia 70 tahun melaksanakannya lebih baik daripada yang berusia 20 tahun.
Kemunduran terdapat pada performance terutama pada tugas yang membutuhkan
kecepatan dan juga pada tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
F. MEMORI (DAYA INGAT, INGATAN)
Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula. Keluhan ini dianggap
lumrah dan biasa oleh masyarakat disekitarnya. Keluhan ini didasarkan atas fakta. Dari
penelitian “cross-sectional” dan longitudinal didapatkan bahwa kebanyakan-namun tidak
semua-individu mengalami gangguan memori dan belajar dengan melanjutnya usia,
terutama setelah usia 70 tahun.
Namun, kemunduran daripada sub-sistem yang membangun proses memori dan belajar,
tidak serupa tingkat kemundurannya. Memori merupakan proses yang rumit. Memori
menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Banyak jenis memori yang diketahui,
misalnya memori jangka pendek dan jangka panjang, memori verbal dan visuospatial;
memori olfaktoar, auditoar, taktil dan kinestetik.
1) Proses memori
Proses perekaman dan pemanggilan informasi yang diingat dapat disederhanakan
sebagai berikut : Input informasi registrasi enkoding storage (penyimpanan)
pemanggilan (retrieval) output informasi.
2) Encoding
Agar suatu informasi dapat disimpan perlu diperhatikan,di registrasi. Ini merupakan
tingkat pertama. Informasi ini kemudian ditransfer kedalam memori, disebut encoding.
Kondisi encoding ikut mempengaruhi daya atau tingkatan penyimpanan, misalnya :
encoding semantic (menyimpan menurut makna, arti) biasanya memberikan memori
yang lebih mantap daripada encoding fonologis (menyimpan menurut bunyi).
3) Penyimpanan (storage)
“storage” merupakan prosses dimana informasi dipertahankan dalam memori. Ini bukan
merupakan penyimpanan informasi yang statis. Jaringan informasi ini ditata kembali
secar aktif. Informasi akan lebih kuat tersimpan bila digunakan berkali-kali, suatu
proses yang disebut konsodilasi. Penyimpanan berbagai informasi ini berbeda-beda,
misalnya memori semantic, memori episodic, memori deklaratif, memori procedural.
Contoh :
a. Mengetahui apa yang saya makan waktu sarapan pagi, ini adalah memori episodic.
b. Mengetahui arti kata sarapan, yaitu makan pagi, merupakan kemampuan sematik.
Kedua jenis memori ini dapat pula disebut memori deklaratif (memori dari fakta-fakta).
Memori procedural ialah memori suatu skill dan rutin. Misalnya mengetahui bagaimana
menyetir mobil merupaakan memori procedural. Mengetahui bagaimana mesin mobil
bekerja merupakan memori deklaratif.
4) Retrieval (memanggil kembali, recall)
Retrieval merupakan proses dimana informasi dipanggil kembali dari memori. Memori
dapat pula dibagi dari segi waktu, yaitu : memori seketika, jangka pendek, baru dan
jangka panjang. Pada memori seketika (immediate) subyek memanggil kembali
stimulus yang diberikan padanya beberapa menit sebelumnya. Fungsi memori ini
terganggu pada derilium. Memori jangka pendek (short term) mencakup kejadian
selama 30 menit terakhir. Memori ini terganggu pada sindrom amnesia. Memori baru
(recent) mencakup kejadian antara 30 menit sebelumnya sampai beberapa minggu.
Memori ini dapat terganggu pada berbagai keadaan, misalnya delirium, sindrom
amnesia dan demensia. Memori jangka panjang (remote) mencakup kejadian yang lebih
lama dari beberapa minggu lalu.
G. KEMAMPUAN INTELEKTUAL PADA LANSIA
Dari penelitian diketahui bahwa hidup maksimal yang dapat dicapai manusia adalah 116-
120 tahun. Tiap kemunduran intelektual sebelum usia 50 tahun adalah abnormal atau
patologis.
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental
merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun,
kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini
juga berlaku pada seorang lansia.
Dari penelitian diketahui bahwa ada fungsi otak yang sedikit saja mengalami perubahan
atau tidak mengalami perubahan dengan melanjutnya usia, misalnya dalam menyimpan
(storage) informasi. Namun dengan melanjutnya usia didapatkan penurunan yang kontinyu
daripada kecepatan belajar, kecepatan memproses informasi baru dan kecepatan bereaksi
terhadap stimulus sederhana atau kompleks.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun,
kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu.
Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-
tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di
mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk
mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Kemerosotan
intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan,
disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi.
1) Gangguan Intelektual
Gangguan intelektual yang berlangsung progresif disebut demensia, muncul secara
perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Demensia
merupakan kelainan yang paling ditakuti dikalangan lansia, meskipun kelainan ini tidak
tampak keberadaannya. Usia jompo sendiri bukanlah penyebab langsung demensia,
tetapi demensia merupakan gangguan penyerta akibat perubahan-perubahan yang
berlangsung pada system saraf pusat. Selanjutnya gangguan depresi juga merupakan
factor penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering ditemukan, namun sering
kali terabaikan. Kejadian depresi ini terdapat pada 5-10% lansia dalam suatu
komunitas. Timbulnya depresi disebabkan oleh adanya suasana hati yang bersifat
depresi yang berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu yang disertai keluhan-
keluhan vegetative (berupa gangguan tidur, penurunan minat, perasaan bersalah,
merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi hilangnya nafsu makan, gejala psikomotor,
hingga keinginan bunuh diri).
2) Upaya mengatasi kekurangan mental dan memperlambat perburukan pada menua
yang normal
Kita mengetahui bahwa beberapa kemampuan mental menurun dengan melanjutkan
usia, misalnya memori jangka pendek dan kecepatan melakukan tugas-tugas tertentu.
Upaya apakah yang dapat menetralisir keadaan ini. Ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan :
a. Membawa catatan kecil,untuk menulis janji yang harus ditepati, nomer telepon yang
penting dan sebagainya.
b. Menyusun informasi yang akan diingat. Waktu kita di bangku sekolah atau di
fakultas, pelajaran yang kita harus hafal kita buat ringkasannya, kita atur dan susun
agar mudah mengingatnya. Kita ciptakan kaitan-kaitan atau singkatan-singkatan.
Contoh : gejala lumpuh ferifer ialah 3A (Atrofi, Atoni, Arefleksia), di hari tua,
teknik ini dapat digunakan.
c. Memakai imajinasi visual, mengaitkan dengan objek yang sudah di kenal. Bila kita
harus mengingat nama kota madras, kita kaitkan dengan kata madrassah, kita
bayangkan madrasah kemudian kita masukkan ke ingatan kita.
d. Meningkat kan kemampuan konsentrasi dan memusatkan perhatian. Bila kita kurang
konsentrasi dan kurang memusatkan perhatian tentulah apa yang di dengar dan
dilihat lebih mudah terlupakan.
e. Menempatkan benda di tempat tertentu, sehingga mudah di ingat. Misalnya : kita
sering lupa dimana kita menaruh kunci mobil atau kaca mata. Begitu banyak waktu
terbuang untuk mencari nya karena lupa dimana diletakkan. Hal ini dapat diatasi bila
kita membuat kebiasaan untuk menempatkan kunci mobil atau kacamata di satu
tempat.
3) Mengupayakan agar kemampuan memori dan kognitif dapat dipertahan kan dan
tidak merosot
Penelitian mengenai hal ini belum banyak. Namun banyak ahli mendapat kesan bahwa
bila kita latih otak kita, kita sibukkan otak kita, maka kemunduran mental dapat
diperlambat. Kita kenal ungkapan-ungkapan seperti: “train your brain” use it, or you
loose it”!
Manula umumnya masih dapat melakukan lebih bnyak dari pada biasanya diharapkan
dari mereka. Bila mereka ingin memelihara kemampuan nya, kemampuan ini harus
selalu di gunakan. Sering tugas yang dilakukan nya belum menggunakan kemampuan
nya secara optimal. Latihan-latihan dapat membantu keadaan ini. Menua secara normal
bukan lah berarti terjadinya degenerasi kepribadian, namun, inaktifitas dan menganggur
terus menerus mengandung bahaya yang dapat mengakibatkan desintegrasi
kepribadian. Kemampuan memori dapat ditingkatkan melalui latihan misalnya :
a. Konsentrasi
b. Melatih memori jangka pendek
c. Mereproduksi
d. Memformulasi
e. Asosiasi
f. Mengenal
g. Mengisi teka teki silang
h. Megikuti kuis yang ditayangkan di televise
i. Jangan lupa memelihara kesehatan.
H. AKTIVITAS MENTAL
Aktivitas mental juga sama pentingnya dengan aktivitas fisikdalam mencapai penuaan
yang sukses. Banyak aktivitas yang banyak dilakukan oleh lansia akan menolong pikiran
mereka untuk tetap aktif dan membantu merekamengembangkan intelektualnya lebih jauh
lagi. Bahkan, bukti menunjukkan bahwa lansia yang mendapatkan lebih banyak edukasi
dan stimulasi mental memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menderita demensia type
Alzheimer, atau setidaknya perkembangan demensia dapat ditunda.
Lansia yang aktif dan sehat dapat terus belajar dan dapat dimotivasi untuk menyelesaikan
pendidikan tinggi atau memulai pendidikan yang baru. Dengan adanya peningkatan
rentang usia mahasiswa setiap tahun, mahasiswa yang berusia 50-60, atau 70 tahun tidak
akan merasa terasing dari dunia kampus. Beberapa universitas menawarkan pengurangan
biaya kuliah untuk mahasiswa yang berusia 55 tahun keatas. Program untuk lansia pada
pendidikan tinggi dan universitas menawarkan pendidikan selama musim panas dan
kursus singkat dengan biaya minimal untuk lansia yang senang bepergian ke daerah-
daerah lain selama musim panas.
Tren yang lain adalah berbagai karir seumur hidup. Seseorang dapat berhenti dari suatu
karir pada usia 40 tahun setelah bekerja 20 tahun dan pensiun dari karir yang kedua pada
usia 60 tahun setelah 20 tahun bekerja. Orang ini dapat dengan mudah menghabiskan 20
tahun lagi pada karir yang ke-3. Lansia yang lain lebih senang untuk menghabiskan waktu
dengan membaca buku-buku baru, belajar bahasa asing, atau mengambil pelajaran musik.
Mempelajari ketrampilan-ketrampilan tekhnis ini pada usia 70 tahun mungkin tidak
semudah belajar seperti pada usia 10 tahun, tetapi hal ini mungkin terjadi pada lansia yang
aktif dan memiliki motivasi tinggi.
I. FUNGSI KOGNITIF LEBIH TINGGI
Wawancara harus diawali dengan pertanyaan yang berkenaan dengan kepentingan pasien.
Cara pengawalan seperti ini membantu pewawancara mengetahui kemampuan ingatan
pasien dan menghilangkan ansietas. Pertanyaan-pertanyaan pengenalan yang
mengekspresikan minat terhadap pasien selaku seorang manusia, seperti pertanyaan
mengenai jabatan, anak-anak, cucu, dan hobi, seringkali mendorong timbulnya respons-
respons yang mengindikasikan tingkat fungsi mental dan fungsi sosial pasien saat ini serta
tingkat fungsi terdahulunya. Penampilan menyeluruh dan cara berpakaian, postur, prilaku,
wicara, dan pilihan kata dan memberikan masukan bagi pengamat secara seksama.
Pemeriksa harus selalu sadar akan kemungkinan terjadinya penurunan kemampuan
pendengaran dan penglihatan, yang menandakan terjadinya gangguan kognitif.
Seorang pasien lansia pada saat pertama kali bertemu seorang dokter atau perawat
mungkin akan merasa cemas mengenai hasil pertemuan yang negatif. Pasien mungkin
akan datang untuk diwawancarai dengan rasa enggan atau mungkin malah dipaksa oleh
keluarga atau tetangga. Pasien mungkin kuatir bila nantinya dokter atau perawat akan
menentukan bahwa dia “gila”. Bahkan dalam lingkungan yang bebas ancaman pun,
wawancara tersebut dapat menyebabkan ansietas, mengakibatkan terjadinya kebingungan
yang jelas terekam, ketidakakuratan atau ketidaklengkapan laporan informasi, dan kinerja
yang buruk saat pengujian. Terciptanya rasa takut akan terjadinya kesalahan, dan pasien
mungkin akan enggan untuk melakukan tugas-tugas yang diminta. Gangguan-gangguan
ingatan dan intelegensia yang terjadi selama pemeriksaan mungkin cenderung merupakan
suatu refleksi stres fisik dan depresi dan bukan akibat atau gejala terjadinnya demensia.
Tabel: Fungsi-Fungsi Kognitif Yang Lebih Tinggi
Lokasi Pengkajian
Lobus frontal Acungkan jari setiap kali pemeriksa mengepalkan tangan dan
kepalkan tangan setiap kali pemeriksa mengacungkan jarinya.
Lobus temporal Dominan: Pengetesan standar untuk kasus afasia (wicara
spontan, pengulangan, pengertian menyeluruh, menulis, dan
menyebutkan nama-nama objek yang diperlihatkan).
Nondominan: Menginterpretasikan afek (menyatakan afek yang
terlihat dalam foto-foto wajah atau efek yang terkandung dalam
suara pemeriksa).
Lobus parietal Dominan: Menyebutkan nama masing-masing jari tangan,
mengetahui sebelah kiri dan sebelah kanan, melakukan
penghitungan di atas kertas, atau membaca.
Nondominan: mengkonstruksi ulang gambar-gambar batang-
batang diagram yang dibuat oleh pemeriksa.
Lobus oksipital Mencocokkan warna atau objek bila tidak dapat menyebutkan
nama-namanya.
Pengkajian mengenai kesadaran diri (insight) dan penilaian memiliki implikasi yang
penting untuk pengkajian ketrampilan mengemudi dan kebebasan. Kecelakaan dan luka
bakar lazim terjadi pada orang-orang yang mengalami gangguan kognitif dengan insight
dan penilaian yang buruk. Observasi respons-respons pasien terhadap pengujian status
mental dan juga terhadap percakapan untuk mencatat apakah pernyataan-pernyataan yang
diberikan, salah menandakan adanya kekurangan sampai pada defisit insight.
Pengujian peribahasa dan kemiripan dapat memberikan keterangan berkenaan dengan
kemampuan pasien dalam memberi alasan, keadaan intelegensia, dan pemilaian pasien
terhadap sesuatu. Pemeriksa harus cermat terhadap kenyataan bahwa pasien hanya
mengulang peribahasa, mengandalkan ingatannya dan bukan memberikan suatu alasan
mengenai apa interpretasi abstrak dari peribahasa yang dilontarkan tersebut.
J. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1) Teknik pengkajian pada lansia
1. Pengumpulan data
a. Riwayat Kesehatan
Perawat melakukan pengkajian pada klien dengan cara menanyakan pada klien
tentang riwayat kesehatan yang ada padanya. Tanyakan bagaimana riwayat
kesehatan masa lalu, apakah pernah mengalami sakit, sakit apa, berobat kemana,
apa pernah masuk rumah sakit, dapat obat apa saja, pengobatannya tuntas atau
tidak. Sedangkan untuk riwayat kesehatan saat ini tanyakan bagaimana kondisi
klien saat ini, apa ada yang dikeluhkan, dan bagaimana status kesehatannya
secara umum. Perawat melakukan pengkajian kepada klien, sehingga
memperoleh gambaran tentang apa yang dialami klien pada masa lalu
dibandingkan kondisi saat ini.
b. Aspek Pengkajian
a) Fisik dan biologis : Wawancara riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
b) Psikologis : Dilakukan saat berkomunikasi dengan klien, untuk mengetahui
fungsi kognitif, termasuk daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi
terhadap realitas, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah serta
perubahan-perubahan umum yang terjadi antara lain :
- Penurunan daya ingat
- Proses pikir lambat
- Adanya perasaan sedih
- Merasa kurang perhatian
c) Sosial ekonomi
- Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun
dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi
sosial.
- Penghasilan yang diperoleh
- Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan sosial ekonomi.
d) Spiritual
Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan
tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
e) Kognitif
Mengkaji kondisi kognitif lansia, apa daya ingat lansia mempengaruhi
penurunan, mudah lupa, masih mengingat hal-hal yang terjadi di masa lalu,
dan lain-lain.
f) Status mental
Mengkaji kondisi status mental lansia, apakah lansia mudah tersinggung,
emosi lansia labil/stabil.
2. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dan pemeriksaan
fisik, kemudian dilakukan analisis data. Analisis data adalah kemampuan untuk
mengaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
lansia. Tujuan analisis data diantaranya :
a. Menetapkan kebutuhan lansia
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasikan pola respon lansia
d. Mengidentifikasikan kecenderungan penggunaan layanan kesehatan.
Penentuan masalah atau perumusan masalah : Berdasarkan analisa data, dapat
diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat.
Selanjutnya dengan masalah tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan
keperawatan yang selanjutnya dapat dilakukan intervensi.
2) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada gangguan fungsi kognitif
1. Cara-cara meningkatkan kemampuan mengingat dapat diuraikan berikut ini :
Peningkatan memori (daya ingat) dapat dilakukan dengan cara seperti mencatat
sesuatu pada daftar, kalender, atau buku catatan, serta memakai alarm sebagai
pengingat selain menggunakan cara-cara tradisional seperti senantiasa meletakkan
sesuatu selalu ditempat tertentu.
Terdapat pula cara atau teknik pelatihan yang ditujukan khusus untuk meningkatkan
daya ingat dan aspek kognitif secara umum, yang tergolong ketrampilan khusus.
2. Meningkatkan hubungan personal dan komunikasi
a. Masalah yang sering ditemukan adalah penurunan daya ingat, pikun, depresi,
mudah marah dan tersinggung, serta curiga. Hal ini dapat terjadi karena hubungan
interpersonal yang tidak adekuat.
b. Berikut ini upaya yang dapat dilakukan perawat untuk meningkatkan hubungan
personal dan komunikasi dengan lansia :
- Ada kontak mata ketika berkomunikasi
- Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
- Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
- Memberikan kesempatan kepada lansia untuk mengekspresikan terhadap
respon non verbal lansia
- Menghargai pendapat lansia
- Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal Mubarak. Wahit, SKM. dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :
Penerbit Sagung Seto.
Iqbal Mubarak. Wahit, SKM, Adi Santoso Bambang. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Joseph J. Gallo, dkk. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prof. Dr. dr. SM Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Lansia Pada Usia Lanjut Dan Dimensia.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Stanley. Mickey, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Tamher-Noorkasiani S. 2008. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.