KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama...
Transcript of KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama...
•
... •
/
..
• PERBANDINGAN STRUKTUR HIKAYAT MAI.,EM
DAGANG DENGAN HIKAYAT POCUT > •
MUHAMAT
OLEH':
Jm,.an ~euku Ab6ullah
FAKULTAS SASTRA DAN K&~~.o.a:~f""'
UNIVERSITAS GADJAH
DILAKSANAKAN ATAS BIAYA :
PROYBK PBNGBMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGl NOMER : 7/PITt DPPM/485/1981 TANGGAL 14 JULI 1981
'
.,~_-_-___ ,_' .
. .
I·_' .. • ,j~
~--,
~·_I
DIREKTORAT PBMBINAAN PBNBLITIAN DAN PBNGABDIAN PADA Mf\SYA~/;oi'W·~~ DIREKTORAT JBNDERAL PENDIDIKAN TINQGI .. ,. ·. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBQJ».~, .
· -~ *' :<' • {;-- · • t 9 ·a 2 -· • · ~ ..... _. __ · · ·_··w:r:wli_~-; · ·· · ~":~'!IIIII·"'.
··* ,; §$ ·' ,, ;t
, ····,-O;,JO·f:.t"-\·f •·- •·o;·":<•{:~>t··t,'·:··;!'f':\·-:--i \ ;·· ·H···.
. $, .- 4..7 I .
Penelitian terhadap karya hikayat dalam sastra Aceh
belum banyak dilakukan. Peneli tian ini merupakall ·l:angkah.
pertama dalam kerangka penelitian yang lebi.h ael».as dan .- ·;
mendalam, ialah penelitian ge~re hikayat+~a':tam ~si sas-
tra Aceh.
Bertolak dari pendapat Snouck Hurgronje ,ang mengata
kan bahwa pada umumnya karya hikayat dalam sastra Aceh le ...
bih dahulu tercipta secara lisan, dat~cbaru diturunkan
dalam bentuk tulisan setelah ka~ya itu dikenal atau dige
mari oleh masyarakat penikmatnya (Snouck, II, 1.906:66),
di sini dijadikan tolak utama penelitian.
H;i,kyat ~lam Dasang Cselanjutnya disingltat HMD) cJWl •
Hikayat Poeut Muhamat (selanjutnya disingkat BPM), berto-
lak dari pendapat di atas, dapat diduga kemungkinan kedua
nya juga berasal dari tradisi lisan yang kemudian diturun
kan ke dalam naskah tertulis. Penurunannya ke dalam naskah
mungkin-audah mengalami pembetulan-pembetulan, atau peru-...
bahan-perubahan tertentu, tetapi meskipun demikian mesti
nya masih tersimpan juga unsur-unsur puisi lisan di daJam
kedua teks ters:ebut. Penelitian ini mencoba meneliti teks
manakah yang paling dominan memperlihatkan cdri-ciri ke
lisanannya.
Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda
juga akan dapat menunjukkan konvensi yang dibawa ol•h IDa•
sing-masing hikayat yang mungkin menunjuk kepada zaman pen
ciptaannya, sehingga dengan demikian memperlillatkan perbe
<iaannya dengan karya yang lebih kemudian.
Selanjutnya patut dijelaskan di sini, bahwa dalam pe
lakeana.an penelitiaz:,., telah diadakan sedikit perubahan at&el . . .
rencana kerangka pembahasan semul.a. Hal ini terpaksa dili&-
kUkant dengan lllalten&4 un:t'Uk mengurangi jumledt RlaJ'IIall lapor-
--~
1 ~ l
ii
an mev,gingat biaya yang tersedia. Perubahan tersebut tvru
tama berhubungan dengan pembahasan struktur cerita 1 dan
penokohan. Struktur cerita digabung pembahasannya dengan
ringkasan cerita, sedangkan pembahasan penokohan digabung- ~
kan dengan pembahasan amanat. Kerangka pembahasan yang la-
innya tidak mengalami perubahan.
Akhirnya dalam kesempatan ini disampaikan rasa terima
kasih yang dalam terutama kepada Direktorat Pembinaan Pe
nelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jende
ral Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan $erta mengu
sahakan biaya bagi penelitian ini. Kemudian ucapan terima
kasih yang sama juga disampaikan kepada Lembaga Penelitian
Universitas Gadjah Mada yang telah membantu terlakse.nanya
rencana penelitian ini. Selanjutnya ucapan terima kasih
yang sama disampaikan kepada Dekan Fakultas Sastra dan Ke
budayaan Universitas Gadjah Mada yang telah menyediakan
sarana yang memungkinkan penelitian ini dilakukan; Direktur
Museum Pusat Jakarta yang telah membantu kami memperoleh
berbagai bahan yang diperlukan bagi penelitian ini. Begitu
juga rasa terima kasih yang dalam disampaikan kepada
Dra.Siti Sundari Maharto yang telah bersedia mengarahkan
dan membimbing kami, sehingga memungkinkan penelitian ini
terlaksana sebagaimana mestinya, namun demikian segala ke ..
salahan dan kekurangan yang mungkin terdapat di dalam la
poran ini, semuanya teralamat kepada pelakaana penelitian.
Yogyakarta, 30 September 1982
Pelaksana Penetitian,
Imran T. Abdullah
' "
·~ I j
PRAJ<!AT.ft.
DA~AR ISI
( <
DJJTAR ISI
INTISARI PENELITIAN
I. PENDAHT.JLUAN
4l
halaman
i
iii
'V
1
1. La.tar Belakang Persoalan dan Manfaat Penelitian 1
2. Tinjauan Pustaka yang Berkaitan dengan Peneliti-
an
II. CARA PENELITIJLN
1. Cara Pengumpulan Data
2. Bahan dan Ala t yang Dipakai
3. Jalannya Penelitian
4. Cara Menga.nalisis
5. Xutipan dan Catatan Kutipan
6. Ejaan dan Tanda Baca
III. TRADISI HIKAYli.T DALAM SASTRA ACEH
1. Penikmatan Hikayat
2. Jenis Puisi Hikayat
IV • STRUKTUR CERITit. HMD DAN HPM
1. !ingkasan Cerita
2. Struktur Cerita
V • AMANA'!' DALAM HMD DAN HPM
1. Amanat dalam HMD 2. Amana t dalam HPM
~
6
6
6
7 8
11
12
14
14
16
25 25 39
51 51
56
. n. ~IAN KATA GANTI ORANG DALAM HMD DAN HPM 60
1. Bel'ltuk Kata Ganti Orang dan Pemakaiann,.a da.lam 60
B~asa Aceh 2. Gejala Pellakaian Kata Ganti Orang yang Terlihat
dalam HMD
iii
'ij
• "'i~',r~\'~~
iv
VII. ASPEK P.EMBENTUKAN PUIS I DALlt.M HMD \Uf HPM 83 1 • Unsur Formula yang Mengkonvezua~ 83 2. Repetisi dan Paralelisme se~aai Uneur
Formula 109
3. Sinonim dan Gelaran sebagai B.,gian da!'l Unsur Formula
VIII. KESIMPUL.AN
DAFTAR PUSTAKA
., ..
..
,.,f,
121
127
129
INTISARI PENELITIAN
1. Judul Penelitian
2. Nama Ketua Pe1aksana
3. Jangka waktu penelitian
PERBANDINGAN STRUKTUR HIKAYAT
MALEM DAGANG DENGAN HIKAYAT
POCUT MUHAMAT
Imran Teuku Abdullah
a. Menurut surat perjanjian : 30 September 1981
·tember 1982
30 Sep- ·
b. Realisasi pe1aksanaan
4. Bahan yang dite1iti (obyek
pene1itian)
5· Tahun anggaran
6. Faku1tas
?. Bidang Ilmu
INTISARI ................... _ a. Q._a,.r~~eE£adakan 12eneli tian
: 30 September 1981 - 2 Okto
ber 1982
Teks Hikayat Malem Dagang
suntingan H.K.J. Cowan (1937?
dan teks Hikayat Pocut Muhamat
suntingan G.W.J.Drewes (1979).
1981/1982
Sastra dan Kebudayaan UGM.
Sastni
Pene1itian dilakukan dengan dasar tolak memperbandingkan
unsur struktur kedua hikayat. Untuk keper1uan itu, maka
terlebih dahulu dikumpulkan data ~edua hikayat sesuai de
ngan maksud tersebut, menge1ompokkan unsur-unsur atau motif
motif' yang sama, dan menyendirikan unsur-unsur atau motif
motif yang khas. Setelah itu barulah diadaka.n analisis ber
to1ak dari teori yang dipakai.
b. KesimEulan hasil 12enelitian
Memperhatikan struktur cerita, aspek puisi, dan pemakaian
kata ganti orang pada kedua hikayat, memperlihatiJ:>ahwa ciri
cir-i puisi 1isan atau penciptaan secara lisan lebih dominan
di dalam HMD daripada HPM. Memperhatikan cara p_enyair ~embe
berk.an cerita danc.corak pemakaian kata ganti orang, mungkin
.v
vi
sekali HPM diciptakan oleh ptnyair yang dekat dengan ling
kungan istana, sedangkan HMD ,, mungkin lahir di kalangan rak
yat yang jauh dari istana, tetapi mungkin_juga karena per•
bedaan masa kedua karya itu tercipta. Kepahlawanan Malem
Dagang ada dalam rangka melaksanakan misi pengislaman. Ke
pahlawanan Pocut Muhamat ada dalam rangka menegakkan peme
rintahan yang sah, menegakkan wibawa Raja Muda. Sanjak, je
nis ikatan puisi yang dipakai di dalam hikayat, adalah me
rupakan puisi-cerita yang berkembang dari tradisi puisi
masyarakat Aceh sendiri.
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belaka.ng Pe:rsoal!n dan Mafltaat Penelitia,n
HMD dan HPM keduanya merupalcan karya epik yang mengisah•
kan kepahlawanan Malem De.gans dan Poeut Muhamat. Snouck Hur
gronje me-.stikan bahwa HMD ada1ah satu-satunya jenis epik
tertua dalam tradisi sastra Aeeh, d:lperki:rakan be:rasa1 dal-i abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan
dar Muda (1607-1636), sedangkan HPM diduga dieipta dalam pe:r
tengahan abad 18 (Snouck, IIt 1906r88). Teks HMD yang dijadikan obyek penelitian ini berasal da•
ri hasil suntingan H.K.J .cowan (1937), selurUhnya teks ini
memuat 2260 larik. Teke HPM yang dipakai adalah basil sunting*
an G.W .• J .Drewes (1979), eeluruhnya memuat 2765 1arik. Kedua
hikayat ini·memperlihatkan ciri-cirinya yang khas 1 baik dari
segi susunan penoeritaannya maupun dari segi sistem penyusun
an larik-larik puisinya. Bahasa yang dipakai dalam HMD terli
hat lebih khas dibanding dengan HPM. Dalam HPM tidak tereua
simbol-simbol babasa yang asing·, sedangkan dalam HMD terdapat
bebe:rapa simbol bahasa yang tidak dikenal lagi dalam peJialcai
an bahasa Aoeh sekarang ini. Untuk sekeda:r oontoh, dikutip
di s:tni tiga buah ia:rik yang menunjukkan hal dima.k.sud.
( 1 ) Manga t reujang nyan j i t6m bloe , keu boh t;Ujoe !ffii!u:!ifbf Supaya oepat terjual, kepada buah randu pun} kUtawaf'ka#
(2) Hana anco nanggroe k3e, han sieupak a~e di raja g.ta Tidak hancu:r negeriku, tidak seoupak abu dipunyai J-ajalh
(3) timang boh .nanggroe s:l.droe kuge'W1ggam, l.hle al'le 3P iW rtlkin peutua . Lima 'buah nes-ri sendiri kugenggam1 tiga be.at'bu ji.Jstu. hi· tam qarat petua.
Semua larik di atas diucapkan oleh Raja Si Ujut ketika
1a bertengkar dengan Raja Raden. Larik (1) berupa anoa.M_,.t.
bahwa ia akan mensalahk&n Aceh, dan mea3Ul zoakptn7fl •••pi budak ·11U18 hina. Buah randll di s:Lni ,.,..SCia menpakau aiabel
1
2
hinanya rakyat Aceh yang dimaksudkan itu. Larik (2.) mungkin
merupakan simbol untuk menekankall. miskinnya raja Aoeh, se
bagai raja yang makmur mungkin diukur pada banyak sedikitnya
memasak untuk kebutuhan perajuritnya, tetapi kalau abu (da
pur) nya "tidak sampai seoupak" banyaknya, berarti yang ber
sangkutan bukanlah raja.yang besar. Larik (3) lebih asing
lagi simbol yang ditampilkan, sehingga sukar dicari kemung
kinan asosiasi pikiran pada ungkapan ters,bUt. Ketiga ungkap
an di a tas tidak dikenal lagi dalam kehidupan bahasa Aoeh se
karang ini. Corak bahasa dalam HPM lebih dekat dengan pema
kaian yang hidup sekarang, banyak unsur bahasa Melayu 19-ng
terambil di sini, di samping juga terdapat beberapa bait pan
tun .. HMD sangat sedikit unsur bahasa Mel.ayu yang terserap di I
dalamnya, begitu juga unsur pantunnya. Hal ini mungkin me-
nunjuk kepada umurnya yang lebih tua, tetapi di samping itu
HMD juga memperlihatkan ciri-cirinya yang lebih dekat dengan
sifat-sifat puisi lisan.
Menilik kepada sifat dan corak puisi dalam kedua hika
yat ini 1 maka langkah pertama dalam penelitian ini adalah
menjajaki oiri-ciri puisi dalam genre hikayat, selanjutnya
mengungkapkan aspek-aspek penceritaan dan pandangan terhadap
raja. Lewat tiga masalah utama yang hendak diteliti init di•
harapkan dapat diketahui pula perbedaan karya lisan 'dengan
karya tertulis, karya prodUk istana (pujangga istana) dengan
karya yang lahir di tengah-tengah rakya t. Kedua kemungkina.n
terakhir ini, barangkali akan dapat pula diperjelas lewat
aspek pemakaian bahasa, dalam hal ini pemakaian kata ganti
orang. Pemakaian kata ganti orang dalam bahaea Aoeh, dapat
menentukan halus kasar.nya si pembicara.
Penelitian terhadap jenie puisi hikayat dalam sastra
Aceh, sampai sekarang belum pernah dUakukan secara khusus.
Penelitian ke arah itu sangatlah penting dalam rangka men8-"
mukan ~orak umum puiei masing-masing daerah di Indonesia,
agar dapa t memberikan ewnbangan bagi ranoangan penulisan teo-
ri sastra Indonesia·7ang bertolak dari bumi sendifd.t sesJM,'l
dengan konsep wawasan sastra Nusantara :rang sEidaJ.\1 digal.-.\c-• t,l'}
kan dewasa ini.
2. Tinjauan Pustaka yang berkaitan dengan pen!litian
Kebanyakan pembahas sastra Aoeh t'idak membioarakan rna- .
salah puisi yang menjadi oiri-oiri khusus hikayat dalam tra
diei sastra Aceh. Mereka tidak pernah mempertanyakan mengapa
hikayat dalam tradisi sastra Aceh kalau ditulis dalam bentuk
prosa memak~d bahasa Melayu, bukan bahasa Aoeh, seperti hal ...
nya deng~ Hikayat Raja-raja Pase, Hikayat Aceh 1 dan lain
lain. Kebanyakan pen·eli ti lebih tertarik membicarakan isi
hikayat yang diteliti itu, diulaa ·menurut keoenderungan per
hatian mereka masing•masing.
Cowan misalnya, mencoba menjajaki fakta sejarah yang
terungkap dalam HMD. Oleh keoenderungan tersebut, maka teks
yang disuntingnya tidak diusahakan menterjemahkaJ'lllYa secara
interlinier, melainkan diringk8s isinya dalam tiap sepuluh
larik. Damst& meskipun menterjemahkan larik .... larik Hik:a.:a~
Prans Sabi (1928) secara interlinier ke dalam bahaaa Belanda, tetapi maksudnya adalah hendak menjelaskan isinya. Hal ini
didorong oleh rasa ingin tahu, kisah apa yang dikandung je
nis hikayat tersebut, sehingga mampu mengge:r:-akkan semangat
kepahlawanan rakyat Aceh melawan invasi Belanda. Seperti
Cowan, ia juga tidak sampai pada pembahasan se~i-segi sastra
nya. Amshoff yang me~gambil gelar doktor dengan pembahasan
Hika.lat Putroe Gumbak Meuih (1929), mencoba melihat karya
ini dari segi sastra dengan p1enjelaskan pola ceritanya 1 men
cari persamaan-persamaan dengan cerita-cerita rakrat pa4a babgea lain di Timur Tengah dan India, mencari motif-motif
oeri ta, dan juga mencoba menjelaska.n bentuk puiei yang ter
dapat di dalamnya. Tetapi bentuk puisi yang dijelaskan itu
berhenti pada eoal rima saja 1 tidak ada penjelasanlebih men
dalam mengenai cara pembentukan larik, fungsi jumlah suku ka-
ta dalam larik; dan sebagainya. Drew~s dengan baik sekali
telah menterjemahkan HPM seClara interlinier ke dala.m bahasa
Inggris, sehingga dapat diketahui pengertian yang dikandung
masing-masineitersebut yang kebanyakan kata-katanya sudah
klasik, sudah jarang dipakai. Tetapi Drewes juga tidak mem
bicarakan masalah bentuk atau gaya puisi yang terdapat di
dalam HPM, ia berhenti pada pertanggungjawaban oara kerja
dan proses penyuntingan teksnya. Hanya sedikit disinggung
sistem persajakan dan ciri-ciri ·puisi lisan. Llarik Snouck Hurgronje menjelaskan bahwa kedua hikayat yang
diperbandingkan ini berasal dari tradisi lisan, lebih lanjut
ia menjelaskan bahwa HMD lebih tua dari HPM. Dalam membica
rakan ciri-ciri puisi hikayat ia juga berhenti pada penjelas
an bentuk umum saja, tidak mencoba membandingkan perkembang
an bentuk puisi hikayat itu menurut umur naskah yang dibioa
rakannya. Tidak ada penjelasan lanjut tentang oara penyam•
paian hikayat, serta jenis hikayat yang digemari ketika itu.
Hanya James Siegel (1979) sajalah yang mencoba menjelaskan
oara hikayat itu dibawakan di depan penikmat, tetapi penje
lasan-penjelasan Siegel di sini hanyaberupa potret kesewak
tuan saja, maksudnya tidak ada usaha untuk menelusuri tradisi
tersebut, ia hanya menerima seperid apa yang dilihatnya keti
ka itu. Dan kesannya bahwa resitasi hikayat terlalu berhanyut
dengan kata-kata berbunga belaka dengan metafor yang tidak
mendukung pengertian, menunjukkan bahwa ia kurang memahami
hubungan hikayat dengan tradisi lisan yang sudah berlangsung
lama itu. Selanjutnya tentang ciri bentuk puisi hikayat, per
nah dicoba oleh Cowan (1935) mencari pers~annya dengan pui-~·' ..
si yang diucapkan d.alam upacara ri tus di Campa.; O:et.:lpi kesa-j.
maan yang dicoba coookkan itu hanya terbatas pada jumlah ka-
ki (feet) larik be•erta persajakannya. Usahanya ini hall)'e.
terbatas pada satu jenis puisi mantra saja, tidak meliput1
i j
~
5
seluruh tradisi puisi yang ada dalam·khasanah sastra Campa.
D{lri uraian di atas dapat;J.ah diketahui bahwa tinjauantinjauan tersebut dengan sendirinya belum mengungkap masa
lah tradisi hikayat dalam sastra Aceh, beserta seluk-belUk puisi yang terdapat di dalam genre ini.
Cara penaumpulaa data 4apat d.iuraika.n eebagai berikut: .
a. 'l'erlebih dahUlu meapela~ari ob7ek 1ans allan ditelitit ia-. . lab perbandinpn HMJ> dan RPM. Setelah measetahui maaalah · 7alll munpin diaunculkaa untuk 41perbanciSJlgku. 1 llaka di
buatlah keraqka ren~a.na :penelitimh
1h Mencatat data kedua hika7at seauai denpn kerangka. pem
bahaaan tans telah disuaun sehingga memungkinkazl dilaku
kan perbandiftpn utara keduuqa.
c. Membaoa buku ... buku teor!, 1ana 'berhubWJ.gan dengu masalah
tang akan dibahaa, khua'Ua7a menpaai hikqat dan puiai
lisan. Men,atat data 7&218 d1per1Wca.n uatuk me!Q'Okong pem
ba.hasan kedua hika,.at ttaraebut.
d. Melllpelajar! artikel-artl\cel atau peJibahaaan-pembahasan
;yang ada hubunga2U17a BMD ·t&n BPM untuk mengetahui apa
tang telah cU.bicaraka» da~ apa rang belWDe
2. Bahe ·da.Jl .alat .zec diJ?!kai
Bahan dan alat yang dib•tuhkan dalam penelitian HMD dan BPM adalah ee~gai ber!kutt
a. Bahan-bUan c
1 • 'l'eka BMD daD HPM beaerta ~mbahaean 7ans dUakUkan oleh kedua pen7unting.
2. Tuliean-tuliean lain tang \erhubungan dengan hika7at dan
puial pada WIIUDJ& dalaa tradiai sastra Aceh. J)i sampiag
itu diperhatikaD pula peab1caraan meqenai tata 'bahasa Aceh dan bahan kailUa.
'· B'*Mt.teori 7&ng 'berkeiWUl 48ap.n hikqat dan puiai liec. 4. Kel"taa kettle, kertas buraa dan pita aeain tik utuk pall•
CJata tan data dan penu1'-aan 4ratt lapora11.
6
$. Buku tulia de notes untuk membuat catatan-catatan.
6. Foto ¢oil, dibuat untuk artikel-a.rtikel ;yang sulit d1-
peroleh dan untuk keperluan menterjemahkabn;ya ke dalam
bah&$& Indonesia,.begitu juga bab·bab tertentu dari bu
ku-b.uku teori ;yang sulcar diperoleh.
7
7. Kertas HVS dan paper stenai1 (sheet) serta tinta stencil
untuk membuat laporan akhir.
b. Alat-alat
1 • Bak tempat menyimpan kartu sistem
2 • Lemari kec il tempa t menyimpan data
3• Stepler, reverator, alat tulie.
3. Jalannya Penelitian
Jalan!l;ya penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Membaca dan mencatat data kedua teks bikayat yang hendak
diteliti ini dapat dilakukan tanpa mengalami kesukaran
apa-apa 1 setelah kerangka rencana penelitian tersusun.
Kedua teks dapat diperoleh di Yogyakarta, pa.da Fakultas
Sastra dan Kebudayaan WM., sehingga t.idak perlu mencari•
n;ya ke perpusta-,L atau kota yang lain yang membutuhkan
biaya perjalanan. Lkaan
b., Kesukaran dialami dalam usaha mengumpulkan pembahasan
pembahasan mengenai hika;yat dan puisi dalam tradisi sas
tra Aceh, pembahasan yang berkaitan dengan kedua hikayat
ini, serta pembahasan mengenai bahasa Aceh. 'Untuk keper
luan tereebut teJ"paksa diadakan bia;ya perjalanan ke Ja ..
karta 1 terutama ke Mwseum Pusat dan Lembaga Bahasa.
c. Setelah pembabasan-pembahasan tersebut sebagian besar
·berhasil difoto con timbul pula masalah baru, ialah ma
salah penterjemahan, sebab hampir semua pembahasan ter
sebut di tulia dalam bahasa Belanda. Karena ma.halnya bia
;ya untuk keperluan tersebut, sedangkan bia;ya yang terse-
., ;
8
dia untuk poe terje..U.n tidak mencukup1 1 terpakea dipi
lih artikel yang penting•penting saja diterjemahkan.
4. Cara Menganalisis
Setelah selesai data dikumpulkan dan dicatat1 lalu diadakan pengelompokan .. pengelompokan menurut oiri-ciri yang se
rupa di antara unsur-unsur yang diteliti. Masalah-masalah
yang sama, motif-motif yang sama 9 teknik pence-rita.an dan tek
nik pembentukan larik yang sa.ma, di sa.mping .itu juga me.ven
dirika.n hal-hal yang tidak sama 9 yang khwsus.. Kemudian dio:
susunla.h laporan sesuai dengan teori yang menjadi dasa.r, di
susun ke dalaa bab•bab menurut masalahnya. l{emudian diambil
keaimpulan berdasarkan data yang tel.ah terkumpul tersebut.
Khusus mengenai struktur penoeritaan dan struktur puisit
aehubungan dengan penjajakan pada proses penjadia.nnya, di si ..
ni orientasi diletakkan bahwa kedua kar,ra. ini berasal dari
tradisi lisan. Hal ini sesuai pula de.gan pendapat Snouck
Hurgronje bahwa umumnya. karya hikayat dalam tra.disi sastra
· Aceh lebih dulu tercipta secat'a liaan, kemudian be.ru ditu- ·
~ ke dalam bentuk tul;isan ·oleh· penggemar..penggemat"nya
(8nouok, ·II, 1..9()6:66). Untuk meil7oko.ng asumsi bahwa kedua
hika.Jat ini berasal dari tradisi lisant maka di sini dipaka.i
teo:ri fo.rmul.a ;yang· dikemukakan o.leh Albert B.Lord. Su.dah ten
tu teori tersebut tidak sepenuhnya. dapa.t diterapkan pada. pe
nelitian ini, sebab obyek penelitiann,.a. ~berbeda, dan cara
peneli tia!l 7&111 dil.ala:lklu1 juga be:rbeda. Lord mencari · pe11be•
daan cara pen,.ampaia!l sebuah epos dalam berbagai kesempatan,
sedangkan penelitian.ini me~bandingkan dua teks hikayat yang
sudah tertulis untuk membukt1kan yang manakah yang paling
domi!lan ciri-ci:ri puisi lisannya•
Penyail"' lisan mempunyai kaidah-kaidah tertentu dalam
proses· penciptaa.n hik.ayat yang disajikam:tya, yang kelihatan•
nya lahir see:ara spontan, mengalir larik demi larik dari
I
.~ I
9
mulutnya. Kaidah-kaidah ini oleh Milman-Parry disebut seba
gai "formula .. , ialah sekelompok kata yang berulang•ulang di
pakai untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang hendak ditu
angkan penyair dalam eeri tanya. Bagi penyair lisa.n penarnpil
annya juga berarti penieptaan, sebab pada saat itu juga ia
harus m.enggu'b&h oeri ta lewat penoiptaan larik•larik puisi
yang merupakan alat penyampaiannya (Lord, 1976: 14). Sumber dari kelancaran pembentukan larik-larik puisi
nya• sepenuhnya tergantung pada luas tidaknya penguasaan for
mula oleh sang penyair. Ia harus mempelajari berbagai bentuk
formula yang dibutuhkan agar mampu mengungkapkan pikiran-pi
kiran yang hendak dikomunikasikannya kepada penikmat. Bentukbentuk formula yang didengarnya dari penyair lain harus da
pat diserap untuk memperkaya ekspresinya (Ibd.; 22). Sebab problem u\ama bagi penyair lisan adalah dalam usaha membangun
larik yang satu setelah larik yang lain diueapkan, bahkan se
belum kata yang terakhir selesai diueapkan ia harus sudah si ...
ap dengan larik berikutnya, tetapi penya:ir dalam menyampaikan
puisinya juga tidak penuh•penUh t.erikat dengan formula. Tek
nik formula dikembangkan untUk melayaninya sebagai seniman,
tidak untuk memperbudaknya. Hal inilah sesungguhnya yang men
jadikan masing-masing penyair dapat memperlihatkan kekhusus
an gqa dalam penyampaian; sebab dalam pemakaian frasa atau
kelompok kata eiap paka:L yang memili]:ci berbagai variasi pola
dan penyusunannya di dalam larikt membutuhkan tenaga keteram-. .
pilan yang besar.·
Kesulitan pemakaian frasa atau kelompok kata eiap pakai
init ditambah pula oleh keterbatasan jumlah suku kata dalam
larik yang memaksa penyair memperhitungkannya untuk kepenting
an ina.ma, di samping maealah pereajakan• Dalam pereajakan me·
nyangkut pula pola pemakaian kataa sinonim, antonim, epithet,
dan lain-lain. Dikatakan oleh Lord bahwa formula dalam puiei
lisan tidak terbatas hanya pada bagian-bagian keeil oerita sa-
ja, tete.pi sesungguhnya meliputi• seluruh oerita (puisi)
(Ibid.: 47). .
10
Terlihatlah bahwa sebenarnya formula tidak hanya ber
henti pa.da hal pemakaian kelompok kata saja, tetapi juga
akibat dari pemakaian kelompok kata tersebut yang bertalian
dengan masalah r.Lma, persamaan bunyi yang mempengaruhi cara
pemenuhan jumlah suku.kata dalam larik. Dari usaha pemenuh
an larik ini timbullah aspek.;.aepek keui tisan yang .lain se
perti: paralelisme, repetiei, pleonasms {sinonim), dan pe
ra.nan unsur epithet (gelaran, julukan), semua ini dikenal
sebagai ciri-ciri puisi lisan (Ibid.: 32-36). Milman-Parry
menambahkan satU: oiri lagi daripa.da puisi lisan, yang dina
mainya "gaya tambahan" (adding style), ial~ sedikitnya ·unsur enjambemen (Ibid.: 54).
Teori Pa.rry-Lo:r:-d ini telah mendorong para a.hli untuk
mengujinya. lewat berbagai penelitian terhadap karya•karta
klasik yang ternyata banyak memberikan kesesuaian,. sehi~gga
mengantarkan Magnuplpda kesimpulan bahwa pola formula pui
si lisan (o·ral toi"mulaie styl.e) merupakan pangkal tolak da
lam membedakan puisi lisan dengan puisi tertulis (Ruth Fin
negan, 1977:68). Tetapi di samping hal positif tersebut 1
masih terdapat pula beberapa perbedaan pendapat mengenai
teori ini, terutama karena ternyata prosentase unsur formu
la bisa terdapat dalam jumlah yang eama antara puisi lisan
dengan puis :I. tertulis. Hal ini dibuktikan dalam penelitian
puisi klasik Inggris dan puisi-puisi lisan pada ~u bangsa
Xhosa dan Zulu di Afrika Selatan. Penyair-penyair. Af'r-Slta Se
latan ini ternyata dalam men.cipta puie!li tulia pun memperli
hatkan unsur formula yang sama dengan puisi lisannya. Juga
penyair Yugoslavia, cerita yang mereka sajikan tidak semua
nya sungguh-sungguh dieipta secara l.isan, banyak pula yang
mendasarkan eeritanya (baik secara langstmg ataUpun tidak)
pada n.askah tertulis (Ibid.: 69-72). Lebih lanjut Ruth Fin
negan1 dalam uraiannya mengenai ciri-ciri puisi 1isan, juga
.,
11
menolak repetisi (termasUk ke dalamnya paralelisme), sebab
repetiei merupakan ealah satu ciri utama yang membedakan
puisi dengan prosa. Jadi repetisi bUkan ciri-ciri satu ... sa ...
tunya yang hanya dimiliki oleh puisi lisan, ia juga d:i.kenal
oleh puisi tulia. Tetapi di eamping itu Ruth juga mengakui
bahwa repetisi tidak hanya memudahkan penyair dalam menyusun
larik-larik puisinya dengan oepat dan juga memudahkan para pendengar menangkap apa yang dieampaikan penyair (Ibid.:
129-131). Keraguan yang diungkapkan di atae belum berarti teori
formula Parry-Lord gagal. Prinsip bahwa puisi lisan memiliki
.kaidah-kaidah tertentu yang akan membantu penyair menoipta
kan larik-larik puisi secara mudah dan cepat, adalah sesuatu
yang sangat wajar. Bahwa unsur-unsur itu kemudian juga terserap ke dalam penoiptaan puisi tulis bukanlah sesuatu yang
mustahil, seperti repetisi misaln;ya. Mengingat teori formula
ini banyak sekali seluk-belukn;ya, lebih-lebih karena obyek
;yang dibahas berasal dari rumpun bahasa yang berbeda dengan
bahasa•bahasa Nusantara, maka beberapa hal mengenai sintak
sis dan perobahan kata kerja tidak mungkin diterapkan di si
ni. Dan bertolak pada prinsip bahwa unsur formula itu meru
pakan kaidah yang memudahkan pen;yair menggubah puisinya, ma
ka pengertian itu ditafsirkan di sini aecara longgar. Pemba•
hasan ;yang akan dilakukan pun tidak secara mendetail meliputi
seluruh aspek yang mungkin ditemui, tetapi dibatasi han;ya pa
da aspek ;yang dipandang menonjol saja.
5. Kutipan dan Catatan kutipan
Kutipan larik-larik untuk menjelaskan atau melengkapi
uraian yang dimaksud, selalu disertai dengan nomor larik,
maksudnya agar bagi yang berminat bisa memeriksanya lebih
lanjut dalam teks kedua hikayat ;yang diteliti. Kutipan-kutip
an lartk tersebut, ;yang lebih ideal memang sebenarnya harue
. -;,q
•
12
dimasukkan ke dalam lampiran eehingga data maeing-ma.singnra
dapat termuat seoara lebih banyak, tetapi karena kesempitan
waktu dan biaya, hal yang demikian terpaksa tidak dilakukan,..
Catatan kutipan untuk bUku.-buku yang terpakai dalam ·pe ...
nelitian ini, dis•rtakan di dalam teks, mengikuti Ped.oman
Penulisan Lapdran Penelitian yang diterbitkan oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta (1978}.
Daftar pus taka, baik untUk buku-buku dalam tinjauan pus
taka maupun untuk buku sumbe~: kutipan khusus ( referensi) di
masukkan ke dalam satu daftar pustaka, sebab dalam pembahasan,
buku-buku yang ditunjuk dalam daftar tinjauan pustaka masih
terpakai juga sebagai referensi (rujukan) dalam pembahasan ..
6. EJaan dan tanda baca
Ejaan dalam kutipan larik diusahakan menyesuaikannya de
nga.n Ejaan Yang Diperbaharui, meskipun harus dicatat pula ada
dua hal yang berbeda:
( 1) kh da.lam bahasa Aceh tetap merupakan dua tanda bunyi, ke
dudukannya sama dengan: th, ph; lh, dh, dan lain-lain.
Contohnya: tho (•kering), phuy (=ringan), lheueh {=lepas),
dhoe (=dahi) , kha (:::berani).
(2) bunyi i diftong pada suku akhir tetap ditulis dengan y,
maksudnya adalah untuk menghindal"i salah ucap seperti
yang umum terjadi dengan ucapan dalam bahasa Indonesia,
misalnya: petai diueapkan :pete, ramai diucapkan .!!!!,t.
cabai diucapkan .!!!!.• atau menghidupkan bunyi i 1 seperti
yang terdapat dalaa kata: dinamai, dilampa,ui, dan seterus
nya.
Contohnya: · kapay (=kapal), ko'oy, (=kaul), apuy {=api),
meuhey (:::panggil).
Tanda baca pada prinsipnya sa~ deni'Ul s.istem tanda · baca
yang dikemukakan oleh Snouck Hurg:tenje (1900), lloe~ein Djaja-
·I
13
diningrat (1934), Drf)wes (19?9), hanya satu tanda yang ber
beda, karena kesukaran dalam pengetikan, ialah pel"bedaan
antara tanda glotalstop (hamzah) dengan tanda .ain (yang
ditandai dengan satu kama di belakang huruf bersangkutan),
di sini ditandai dengan satu tanda ('), misahya dalam ka•
ta: la'ot, la•&J:L (=lautt lain), dan kata: 'ohnan,, tu•at
(=sampai disitu, pendek)~
Tanda bunyi Bunyi. o, adalah
dimaksud adalah sebagai berikut:
btltlyi o seperti yang terdapat dal~m ·
kata: julo-julo, radio, pidato.
Bunyi ', adala.h bunyi e seperti yang terd.apat dalam kata: onde-onde,·lotre, sate, cabe.
• Bunyi 3, adalah bunyi e seperti yang terdapat dalam k&ta;
bebas, bea, berea, prates.
Bunyi eu, adala.h bunyi yang diucapkan sama dengan kata: hi•
deung (a:hitam), beureum (amerah) dalam bahasa Sunda.
Bunyi a, adalah bunyi yang terletak antara o dengan e, mung
kin dapat disamakan dengan bunyi o yang terdapat dalam baha
sa Jawa Kuno untuk kata: rengo (=mendengar) 1 wcir (=terbang).
Bunyi 3e, adalah btmyi·e yang diucapkan lebih panjang, se
perti dalam kata: lh3e (:;;tiga), k3e (=aku). Bunyi panjang
dengan tambahan e ini terdapa t juga dalam pasangan yan~ la
in, misalnya pasangan oe (dalam kata: putroe (::putri),
nanggroe (=negeri), peutoe (::peti), pasangan eue (dalam ka
ta; keubeue (=kerbau), peue (=aP'-), saweue (=menjenguk, so
wan (Jawa).
Bunyi ot, sering diucapkan seperti yang tertulis, tetapi da
lam beberapa dialek sering pula bunyi i tersebut tidak dibu
nyikan, misal:nya dalam kata: putoih (=putue), trOih (sampai)., t:lkoih (=tikus).
Demikianlah beberapa cara yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini sampai dengan penulisan J.aporan akhir.
•
!II. TRAD IS I HIKA YAT DALAM SAQ TRA. ACEH
1 .. Pe-nikmatan Hikayat
Hikayat dalam tradisi sastra Aoeh selalu berbentuk pui
si, kalau berbentuk prosa disebut ~· ~ biasanya ben
tuknya lebih pendek, umumnya ~erupa cerita dongeng, atau !a
bel yang diceritakan buat anak-anak m~njelang tidur, atau
pengisi waktu senggang·di meunasah (= semaoam surau). Keba
nyakan orang-orang tua, atau orang-orang separoh baya, · sete
lah bekerja seharian di sawah, di ladang atau di kebun, me
reka beristirahat di meunasah. Untuk menghilangkan rasa pe•
gal karena lelah bekerja, bi~sanya mereka memanggil anak
anak untuk beramai-ramai memijatnya dan mengupahi mereka de
ngan beberapa buah haba • . -
Nampak di sini bahwa oara penyampaian ~ tidak sekhu-
sus hikayat, penyampaian hikayat selalu diselenggarakan se
oara khasus dengan penikmat yang khusus datang untuk mende
ngarkan resitasi hikayat. Hal ini mengesankan bahwa bentuk
puisi lebih berperanan sebagai karya sastra tinggi diban
ding dengan bentuk prosa. Hal yang demik.ian barangkali dapat
dibandingkan pula dengan kehidupan s~stra Jawa, bentuk san· oaran (prosa) tidak termasuk ke dalam kesusastraan (Soesatyo
Darnawi, 1964: 9). Dalam masyarakat Aceh hikayat dinikmati seoara bersama
sama, disampaikan oleh seorang reciter, dalam perkembangan
terakhir sering juga disampaikan oleh dua orang reciter se
cara bergantian atau secara bersama.-sama. Reciter ini khusus
dipanggil untuk keperluan tersebut, m~ngkin ia berasal dari
kampung yang lain. !a dipilih mungkin karena kepandaiannya
dalam membawakan hikayat dengan variasi irama yang menarik
dan didukung oleh suaranya yang bagus. Atas kettyataan ini mungkin dapat dipahami bahwa yang penting bagi penikmat di
sini bukanlah menikmati jalan eeritanya 1 .melainkan keteram
pila:ri reciter mengiramakan larik...;larik hikayat dengan suara
tt1a yang memikat.
15
James Siegel merasa heran dengan reciter hikayat ini,
sebab meskipun reciter membuka naskah hikayat di depannya,
tetapi larik-larik puisi yang dibawakannya tidak selalu sa
ma dengan yang tertulis di dalam naskah. Siegel ~alu menge
ritik reciter sebab mengabaikan naskah (Siegel, 1979: 204).
Laporan Siegel ini menunjukkan bahwa sifat iisan daripada
pembawaan hikayat sampai sekarang masih hidup di dalam ma
syarakat Aoeh. Penyair masih merasa punya kebebasan dalam
membawakan hikayat, dan mencipta larik-larik puisinya seca
ra spontan pada saat performance itu berlangsung. Inilah,_l;lal
yang sebenarnya tidak disadari oleh Siegel tentang tradisi
'penikmatan hikayat di dalam masyarakat Aceh. Naskah di sini
mungkin hanya berfungsi sebagai patokan bagi penyair agar
ia tidak salah arah dalam membawakan episode-episode eeri ta·
tersebut.
Perkembangan terakhir p~mbawaan hikayat seoara lisan,
tanpa disertai naskah, terlihat muncul dalam dua bentuk.
Yang pertama dibawakan secara spontan oleh penyairnya sam
bil memetik rebab, di daerah Aceh Utara, dalam tahun 60-an
dikenal seorang penyair yang bernama Syeh Kubandi. Ia sering
dipanggil ke rumah-rumah penduduk untuk menghibur anak-anak
yang baru menjalani sunat Rasul, atau untuk keperluan-keper
luan lainnya. Yang kedua dibawakan dengan diikuti semacam
peragaan. Penyair di sini mengubah-ubah suaranya disesuai
kan dengan tokohnya (mirip dengan dalang di Jawa), di sam
ping itu ia sekaligus juga menukar pakaiannya sesuai dengan
tokoh yang sedang berp~ran. Corak ini muncul dalam tahun
70-an, penyairnya berasal dari pantai Barat, Meulaboh. Di
Banda Aceh pertunjukan ini dikenal dengan nama Pe-em-toh.
Disebut demikian karena penyairnya selalu turun ke Banda
Aceh; untuk keperluan pertunjukannya, dengan menumpang mobil
angkutan penumpang.trayek Meulaboh dari perusahaan PMTOH
(singkatan dari; Persatuan Mobil Transpor Ondernemer Hassan).
16
Gaya resitasi Pe-em-toh ini ternyata juga mempunyai peng-c-
gemarnya, sehingga resitasinya ini dijual dalam bentuk ka•
set. Misalnya resitasi Hikayat Malem Diwa dalam gaya Pe-em
toh, selesai dalam 14 kasett habis terjual dalam waktu sing•
kat di Banda Aoeh. Ini menunjukkan bahwa penikmatan hikayat
dalam tradisi sastra Aceh sampai kini masih mempunyai eksis
tensinya di dalam masyarakat Aoeh.
Dari uraian di atas, barangkali dapat juga dipahami
mengapa hikayat dalam tradisi sastra Aceh berbentuk puisi,
sebab dengan puisi pembawaannya dapat diberi irama dengan
berbagai variasinya, sehingga memberi daya pikat tersendiri
bagi penikmatnya.
2. Jenis Puisi Hikayat
Ikatan putsi dalam sas~ra Aceh, seoara garis besar da
pat dibagi ke dalam tiga janis, ialah: sanjak, pant():! dan
nalam.
Nalam, (Arab: nazm = puisi), men~rut Snouck Hurgronje
bentuk ini sepenuhnya meniru sistem puisi dalam bahasa Arab,
sebagaimana terlihat pada tekanan irama yang meniru struk
tur kata bahasa Arab (Snouck, II, 1906:76-77). Nalam biasa
nya terdiri dari tiga pasang kaki (~) yang masing-masing
nya terjadi dari empat suku .kata. Iramanya berbeda dengan
panton atau san~ak, nalam hanya mempunyai persamaan bunyi
antara suku akhir parch larik.pertama dengan suku akhir pa~
roh larik kedua, atau dengan kata lain suku akhir kaki ke~
tiga bersanjak dengan euku akhir kaki keenam.
Nalam nampaknya digubah untuk maksud pendidikan agama,
sebab hampir eemua gubahan yang berisi pelajaran agama ber
bentuk nalam. Berikut ini diberi sekedar contoh nalam yang
berisi ajaran rukun Islam. Nalam yang membahas rukun Islam,
rukun !man, dan lain-lainnya, sering diaertai dengan kutipan
Hadis atau ayat-ayat Al-Quran yang kemudian diterjemahkan ke
17
dalam bahasa Aceh dalam larik berikutnya. (Dalam contoh
berikut,satu garis miring (I) berarti tanda pemisah kaki
larikt dan dua garis miring <II) berarti tanda persamaan
bunyi).
Wa auwalonl waj,bon ph,nl mukallaphill aiya kula/ bi
k'n mata/ cahadatill - - . , Phon-phon waj'bl ateueh ureueng/ nyang ~seulam/1
nyang ka bal~hl nyang na akayl inang agam/l
Waj'b takheunl dua boh ka-/ limah cahdat/1 makna hal'/
dalam at'/ ingat beuthatll
Wa auwalun wajibun fi'l-mukallafi 9 aiya qula bi kalimatin syahadati Kewajiban pertama bagi orang yang memeluk agama Islam, yang sudah akil balig, yang berakal, laki-laki dan perempuan, (ialah) Wajib mengucapkan dua kalimah syahadat dan jangan lupa menghadirkan (melahirkan) maknanya di dalam hati.
Sampai sekarang di kampung-kampung masih terdengar
irama nalam dihafalkan oleh anak-anak yang belajar agama
dan mengaji Al-Quran di meunasah-meunasah, di bawah bim
bingan guru me~gaji mereka. Nampaknya nalam sudah terhenti
perkembangannya, persentuhannya dengan masyarakat hanya
terbatas pada gubahan yang berisi ajaran agama saja. Di
luar itu, dalam pergaulan sehari-hari, yang sering terde
ngar adalah lontaran sepontan sebait, dua bait ikatan .E!!!:. ton.
Panton (Melayu: pantun) masih hidup dalam masyarakat
Aceh, dalam pengertian, ikatan puisi ini masih diciptakan
terus. Ia tidak hanya dipakai oleh kalangan remaja, tetapi
masih sering juga terdengar dalam nyanyian ninabobok sao
rang ibu, misalnya bait berikut ini:
.U.. hay don jak kudon-don/ I boh sukon/ I sikarang dua/ I Teuageut lon pok-pok jaga lon ayon/1 peue tabri keu
lon/l•oh rayek gata//
18
Ayoh kuayun mari kuayun, buah sukun sekarang dua Lelap kubobokkan, bangun kuayunkan, apa balasanmu kepada ibu kalau engkau sudah besar kelak.
Kepopuleran pantun nampaknya tersebab oleh sifatnya
yang praktis, dapat diciptakan dengan mudah, sebab selesai
dalam satu bai~. Sifat ikatan puisi semacam ini sangat ber
guna bagi kehidupan sastra lisan, seperti halnya dengan
aneuk dhik (penyanyi yang mencipta larik-larik puisi seca
ra spontan) dalam mengiringi tarian seudati atau pho. Di
sini keterampilan pengiringnya menciptakan larik-larik nya
nyian secara sepontan, sangat menentukan keberhasilan tari
an itu sendiri.
Umumnya persajakan dalam pantun, seperti terlihat da
lam contoh di atas, telah disesuaikan dengan pola persajak
an yang dikenal di dalam sanjak, ialah terdapatnya persama
an bunyi antara suku akhir kaki keempat dengan suku akhir
kaki keenam, meskipun pola persajakan a-b-a-b masih tetap
dipertahankan.
Contoh pantun dalam tarian seudati:
Ta'ek u gle tajak koih kayee//
Tinggay peDreudee// teumpat leuek kutru//
Bek taboih-boih rakanteu dilee//
Nyampang talakee// ranub sigapu//
Naik ke gunung memotong kayu, tinggal perdu tempat balam berkukur Jangan lupakan rekan yang dulu, sekurang-kurangnya sebagai tempat meminta sirih sekapur.
Terkadang pantun juga ikut terekam di dalam hikayat,
misalnya terlihat beberapa bait di dalam HPM dalam bagian
pembukaan episode baru. Dalam Hikaya t Put roe Gumbak ~e~~
ikatan pantun ini terlihat lebih banyak lagi, dan pemakaian
nya juga kelihatan lebih khusus, ialah dipakai dalam perte
muan mengajuk hati antara sang perjaka dengan sang putri,
dan sering pula mengandung banyak unsur bahasa Melayu. Kenya-
19
taan ini barangkali dapat juga dijadikan sebagai sale~ satu
ciri, bahwa semakin banyak unsur pantun dan unsur bahasa
Melayu muncul di dalam sebuah teks hikayat, menunjukkan bah
wa teks tersebut lebih muda umurnya, atau mungkin juga pen
ciptaan hikayat teesebut lebih muda. Apa lagi kalau diingat
bahwa lingkungan keraton Aceh juga akrab dengan bahasa Mela
yu, dan dengan demikian, dari segi lain barangkali dapat ju
ga dikaitkan dengan dekat tidaknya karya tersebut dengan
lingkungan keraton.
Sanjak, dianggap oleh Snouck Hurgronje sebagai ikatan
puisi khas Aceh, sebab mempunyai sistem persajakannya yang
khusus. Sanjak, masing-masing lariknya terdiri atas delapan
kaki, masing-masing kaki biasanya terdiri atas dua suku ka
ta. Secara sintaksis larik-larik ini dapat dibagi juga atas
dua parohan yang sama, tiap parohan berisi empat kakio Suku
kata terakhir kaki keempat paroh pertama bersanjak dengan
suku kata terakhir kaki keenam, sedangkan suku kata terakhir
kaki kedelapan bersajak dengan suku kata terakhir dari larik
larik berikutnya. Tiap parohan larik ini jumlah suku katanya
tidak selalu sama, minimal harus memiliki 8 suku kata, mak
simal 10 suku kata. Kurang atau lebih dari itu akan menjadi
kan iramanya sumbang.
Snouck Hurgronje menggolongkan sanjak ke dalam jenis pu
isi iambik yang mendapat tekanan suara pada suku kata terakhir
dari masing-masing kaki (Snouck, II, 1906:74).
Berikut ini diberikan tiga contoh larik yang kurang, lebih dan
cukup jumlah suku katanya, semuanya dikutip dari HMD.
(1) Talhom/ kapay/ u/ la'ot// taseutet/ di likot// Cakr~
Donya// (7+10) Turunkan kapal ke laut, ikuti di buritan Cakra Donya
(2) Tuaaku/ lhee boh/ peunyaket/ taprang Banang// nyang ji-/
meunan// peunyak6t/ raya// (13+9) Tunaku, tiga macam bahaya menyerang Banang, yang namanya bahaya besar
(3) Rakyat/ jid3ng/ sare/ kukoh// jimat/ sip1oh// saboh/
· punca// ( 8+8)
'Oh teuka/ musoh/ jijak prang/ nanggroe// kumat-mat/
keudroe// ku1aw~/ rada// (10+10)
20
Rakyat berdiri sama kukuh, orang sepu1uh tiap satu simpu1 Bila datang musuh menyerang negeri, kuhadapi sendiri, kulawan perang
Ter1ihat di sini, contoh (1) dan (2) sangat su1it di
baca untuk memberikan tekanan irama yang sasuai dengan ke
terangan Snouck di atas tadi. Hanya contoh (3) sajalah yang
dapat diberikan tekanan yang sesuai dengan kebutuhan irama
~anjak.
Pendapat bahwa sanjak merupakan bentuk ikatan puisi
yang khas dan mempunyai akar yang kuat da1am tradisi sastra
Aceh, barangka1i ada benarnya. Sebab ternyata dalam kehidup
an masyarakat masih terdapat 1agi beberapa bentuk puisi yang
pola persajakannya mirip dengan sanjak. Bentuk-hentuk ini
mungkin merupakan bentuk-bentuk yang 1ebih awal, yang kemudi
an mendapat bentuk tetap seperti yang dikena1 dengan ikatan
~n~ak.
Yang pertama, ia1ah bentuk ikatan puisi yang 1ebih sing
kat yang berisi sindiran. Ia se1esai dalam empat kaki. Suku
akhir kaki kedua bersajak dengan suku akhir kaki ketiga. Ter
kadang selesai da1am dua 1arik, tetapi 1arik kedua ini sebe
narnya merupakan penje1asan isi 1arik pertama, mirip dengan
pantun ki1at yang dikena1 dalam sastra Me1ayu k1asik.
Teumpat duek/ meupayeh// teumpat eh// meupaya
Tempat duduk bagai rencah, tempat tidur bagai paya
Maksudnya: Sindiran kepada ibu rumah tangga yang pengo-tor dan membiarkan aega1a sesuatunya beran• takan.
u bek/ beukaih// kuwah// bak 1eumak
Meu1int~e/ bek woe// cucoe// bak na
21
Kelapa tidak dibelah, (tetapi) maunya kuah bersantan Menantu (diharapkan) tidak pulang (ke tempat isterinya), (tetapi mertua) menginginkan cucunya lahir. Maksudnya: Dikatakan pada orang yang terlalu pelit,
tidak mau mengeluarkan biaya sedikit pun, tetapi bernafsu mendapatkan keuntungan yang besar.
Bentuk ikatan ;rang lain ialah pribahasa. Beberapa
termuat dalam HMD dan HPM, dan masih dapat dikenali sampai
sekarang karena masih hidup di dalam masyarakat.
Masa/kutran; kuludah/ reunyeUD// hana/ dua seun// ku-
pandang/ donya// (HMD, larik 9?8),
Keti~a turun kuludaPi tangga. han;ya sekall t~.ku_dil.p..-. hirka.n ke dania i
Maksudnya: Tidak ada yang perlu ditakuti, ajal kapan pun akan tiba.
Han tom/
mata//
gaki/ jisi-/ pak droe// hantom/ jaroe// culok/
(HPM, larik 2484) Tak pernah kaki menyepak diri sendiri, tak pernah jemari mencolok mata
Maksudnya: Sesuatu yang mustahil terjadi, tetapi suatu saat hal yang luar biasa seperti itu bisa juga terjadi (Larik ini diucapkan oleh Jeumaloyalam kepada Pangulee Peunaroe, anak angkatnya sendiri yang tidak memihak kepadanya dalam perang Gampong Jawa).
Selanjutnya masih ada satu ikatan lain, ialah semacam 11lagu dolanan" yang dikenal di Jawa, dinyanyikan oleh kanak
kanak ketika bermain bersama teman-temannya. Bentuk ikatan
ini nampaknya merupakan pelajaran pertama bagi me-
reka untuk mengenal sistem persajakan sanjak. Terlihat di si
ni bahwa mereka tidak berkenalan lebih dulu dengan bentuk
ikatan pantun. Jenis puisi ini biasanya terdiri dari gabung
an.-gabungan frasa atau kelompok kata yang tidak saling mem
bentuk pengertian, yang dipentingkan di sini hanyalah persa
maan bunyi, tetapi mungkin juga di balik ungkapan-ungkapan
itu, dulu tersembunyi suatu simbol yang tidak dikenal lagi
22
sekarang. Di sajikan di sini sebuah di antara lagu-lagu ter
sebut:
~UA;g -ptrteb. ulee/ I meukeulabee/ I mirah rna ta/ I JipoLjeu'oh// jipiyoh// Gampong Jawa L-jeu'oh
Gampong Jawa ~i ka tutong// jak bloe bakong// meukeu
reuja//
Keureuja hana jadeh// panglima preh// ateueh guda//
Guda pika patah// geujak peugah// bak lem raja//
L~m raja pi ka saket// geujak ceupet// dua-dua//
Burung elang berkepala putih, berbulu kelabu, bermata merah Ia terbang jauh, berteduh di Gampong Jawa Gampong Jawa pun terbakar, membeli tembakau untuk perhelatan Perhelatan pun tidak jadi, panglima menanti di punggung kuda Kuda pun patah kaki, dikabarkan kepada Lem R~ Lem Raja pun jatuh sakit, yang memijit dua-dua
Terlihat di sini secara samar-samar nyanyian kanak-ka
nak ini seperti melukiskan suatu tangkaian sebab akibat, te
tapi rangkaian sebab akibat itu tidak dapat diketahui lagi·
latar belakangnya. Misalnya apa hubungannya atau menyimbol
kan apa, burung elang dengan Gampong Jawa. Siapa yang mem
beli tembakau untuk perhelatan dan mengapa justru tembakau
yang disebutkan. Begitu juga siapa yang dimaksud dengan Lem
Raja, apakah Lem Raja ini nama orang atau sebutan untuk raja.
Kalau itu sebutan untuk raja, sudah jelas maksudnya adalah
raja kanak-kanak, sebab tidak mungkin untuk raja dipanggil
dengan lem (lem, kependekan dari dalem = abang).
Hal lain yang menarik dalam nyanyian tersebut adalah
menonjolnya gaya konkatenasi, perulangan kelompok kata dalam
kedua larik pertama, diulang paga awal larik berikutnya. Po
la perulangan serupa itu banyak terdapat di dalam HMD. Apa
kah gejala serupa itu merupakan salah satu ciri dari puisi
lisan? Hal ini tentu membutuhkan pembuktian lebih lanjut,
23
tetapi yang jelas gaya serupa ituLdalam papantunan Sunda
dan tembang Jawa. Untuk HMD barangkali dapat dikatakan se
bagai dekatnya sistem perpuisiannya dengan tradisi nyanyi
an kanak-kanak yang mestinya dihayati juga oleh penyairnya.
Dari beberapa bentuk puisi yang dikemukakan di atas,
memberi kesan bahwa sanjak menduduki lapisan teratas dalam
kehidupan puisi masyarakat Aceh, setelah itu barulah menyu-
sul pantun dan nalam. Lbanyak terdapat
Sanjak merupakan semacam puisi cerita, dapat dibanding
kan dengan syair dalam kehidupan sastra Melayu. Karena itu
ia tidak hanya dipakai di dalam hikayat, tetapi juga dipakai
di dalam gubahan yang lain yang mengandung cerita/kisah.
Seudati dalam babakan pembukaan memakai pantun, tetapi ke
tika memasuki babakan kisah, maka ikatan puisi yang dipakai
nya adalah sanjak. Begitu,juga dalam kisah-kisah kenabian,
tidak dipakai nalam, melainkan sanjak. Dikutip di sini bebe
rapa larik sanjak yang mengisahkan hijrah Nabi Muhammad da
ri Mekkah ke Madinah.
'Ohban sar~ troih pa'ok Madinah, sinan neupiyoh di
Alue Wardi
Makanan pi tan minoman pi han, ureueng nanggroe nyan
sidroe han meuri
Na tujoh uroe Nabi troih keunan, ka geudeungaran ka
datang Nabi
Ureueng Madinah teubiet meuree-ree, geujak peuteunt~e
geujak tueng Nabi
Ureueng nyang tuha tanyang habaran, di mana tuan datang
ke mari
Kukalan rupa ilok peungeuh roe, di mana nanggroe peue
sabab lari
Nabi neujaweueb lon Rasulullah, di nanggroe Makah keu
noe peureugi
Kaum di ulon cit ureueng Makah, nyang meugah-meugah
bangsa Kuraichi
Ureueng lam Makah dum kukoh-kukoh, bandum pi musoh
kcumeung poh Nabi
24
Setelah sampai ke wilayah Madinah, rombongan beristirahat di sungai kering (wadi) Makanan dan minuman sudah habis, penduduk tak satu pun yang dikenal Tujuh hari setelah Nabi di situ, pecahlah kabar akan kedatangan Nabi Penduduk Madinah pun keluar berbondong-bondong, hendak memastikan kabar dan menjemput Nabi Yang tua-tua menanyakan khabar, dari mana tuan datang ke mari Kulihat wajah sangat elok sekali, di manakah negeri dan apa sebab lari Nabi menjawab, saya Rasulullah, dari negeri Mekkah datang ke mari Kaum kami rnernang orang Mekkah, yang terrnasyhur be~gsa Qurais Orang Mekkah yang gagah perkasa, sernua bersekongkol hendak rnernbunuh Nabi
Atas kenyataan ini dapat diketahui, bahwa ikatan puisi
dalarn hikayat adalah sanjak, sernacam puisi cerita, yang te
lah mentradisi di dalam kehidupan sastra Aceh. Ia memang ti
dak merupakan milik sah hikayat, tetapi merupakan ikatan
puisi yang khusus dipakai apabila gubahan itu rnengandung ce
rita atau kisah tentang sesuatu hal.
IV. STRUKTUR CERITA HMD DAN RPM
Sebelum memperbandingkan struktur cerita antara HMD de
ngan HP~t, · di sini terl~bih dahulu akan diperkenali.kan ceri ta
kedua hikayat tersebut, sehingga dengan demikian akan memudah
kan pemahaman uraian mengenai perbedaan aistem penyusunan oe
rita antara keduanya.
1. Ringkasan cerita
a. Hikaxat Malem dag__ang
Setelah basmalah dan kalimat pembuka, cerita melukiskan
kekayaan Sultan Iskandar Muda beaerta kemakmuran kerajaan
Aceh, dengan kapal-kapal dagang berdatangan dari berbagai
negari.
Kemudian diceritakan kedatangan Raja Raden bersama Pu
tri Pahang (Putroe Phang) ke Aceh. Setelah mengetahui asal negeri mereka (Banang)• dan makaud kedatangan keduanya (hen
dak masuk Islam), maka Sultan memperlakukan mereka dengan
baik, Sebagai tanda bakti kepada Sultan, Raja Raden menyerah
kan Putri Pahang menjadi permaisuri Sultan .. Sultan sen!iiri
mernbalas kebaikan itu dengan mengawinkan adiknya dengan Raja
Raden. Diberikan wilayah ternpat ia rnemerintah, diberi istana,
dendayang serta gel'anggang tempat berlatih perang-perangan.
Tidak berapa lama kemudian datanzlah Raja Si Ujut, adik
Raja Raden, dengan tujuh ·buah kapal pengiringnya yang besar
besar. Si Ujut memegang kekuasaan yang luas, 190 raja dan 50 negeri taklukan ada dalam genggamannya. Putri Pahang yang
arif, mengetahui iktikat jelek Si Ujut, karena itu ia menyu
ruh rakyat mengelu-elukannya. Mereka menjemputnya ke pantai
dan mengaraknya ke istan~. Sultan rnenyambutnya dengan membe
rikan pesalinan kemuliaan yang indah-indah, diberi tempat
memerintah di.Ladong dan Krueng Raya (kota pantai), rneskipun
ia masih kafir.
Tiga tahun setelah itu, pada suatu hari Si Ujut menga
jak Raja Raden kembali ke Banang untuk menyiapkan pasukan me
nyerang kerajaan Aceh. Raja Raden.rnenolak dan mengingatkan
25
. ··. <:;S
26
Si Ujut akan Jtebaikan-kebaikan Sultan kepadanya yang selalu
memaafkan seti~p pelanggaran yang dilakukannya. Si Ujut ma
rah atas peringatan Raja Raden itu, mereka lalu bertengkar.
Akhirnya bersama pengiringnya Si Ujut berlayar ke Malaka, . setelah lebih dahulu merampok harta rakyat, membakar Ladong
dan Krueng Raya, menawan 8 perahu pukat beserta 50 orang
nelayan. nUa orang pawang pukat dibunuhnya dan mayatnya di
gantung di pantai.
Keujruen (penguasa kuala/pelabuhan) melaporkan peris
tiwa ini kepada Sultan. Sultan menyuruh Keujruen menghimpun
rakyat, sementara Sultan mendatangi Raja Raden dan menanya
kan Bikapnya. Raja Raden menjelaskan iktikad baiknya kepada
Sultan dan siap membantu mengejar Si Ujut, menyerang Malaka.
Ia menganjurkan pada Sultan agar mengerahkan rakyat memba
ngun kapal. Tujuhbelas bulan lamanya rakyat dikerahkan mema
suki rimba rayat di gunU:ng dan di lembah, untuk mengumpul
kan bahan bangunan kapal. Banyak rakyat yang meninggal kare
na kecelakaan atau penyakit. Akhirnya berhasil dibangun se
ribu buah kapal perang.
Setahun kemudian terdamparlah Batu-.·batang kayu Bebesa!
gunung (rindang) di kuala Aceh. Pohon kayu itu rupanya di
huni oleh jin Islam, mereka menghanyutkan diri dari Guha,
agar dijadikan kapal oleh Sultan untuk mengalahkan Si Ujut.,
raja kafir. Pohon kayu itu kemudian dibuat menjadi kapal
besar, diberi nama Cakra Donya, dilengkapi dengan tiga buah
lonceng besar di dalamnya.
Setelah semuanya siap, Sultan lalu mengabarkan renoana
keberangkatan pada Putri Pahang, meminta petunjuknya, sebab
ia dikenal sebagai orang yang mampu melihat hal-hal yang
akan.terjadi (ahloy hik~). Setelah itu, pada 27 Zulka•
idah, berangkatlah Sultan, diantar oleh seluruh rakyat dalam
iringan taluan bunyi-bunyian. Sultan menempuh jalan darat,
sedangkan iring-iringan Cakra Donya berlayar menyusur pan
tai menuju Pi die, Be jauh sehari semalam perjalanan. D.i Bini
Panglima Pidie beserta anak buahnya dan lima buah kapal pe
rang ikut dalam iringan Cakra Donya• Tiga hari tiga malam
dari Sigli, rombongan sampai ke Meureudu. Di sini Sultan
beristirahat selama tujuh hari karena rakyat Meureudu yang
pencahariannya di gunung dan di hutan, belum juga datang
menghadap. Ketika itu pendud1.1knya masih jarang, tetapi di
sini ada seorang ulama besar yang disebut Ja Pakeh, Ja Madinah atau Ja Ulama. Rakyat Meureudu ikutmemperkuat pasu
kan Iskandar Muda untuk menyerang Malaka dengan Ja Pakeh
sebagai penasehat perang.
Berangkat dari Meureudu, rombongan sampai ke Kacapuri,
maka rakyat beserta panglima wilayah Samalanga pun ikut
_ memperkuat pasukan Sultan dengan lima buah kapal perang.
Rombongan kemudian sampai ke Peudada, meneruskan perjalan
an ke Krueng Geukueh, dan beristirahat di Blang Juli. Be
rangkat dari sini rombongan kemudian sampai ke Peusangan,
melewati beberapa negeri, kemudian sampai ke Lhokseumaw\-1
mampir di Mon Geudong, dan beristirahat di Pusong. Selan
jutnya rombongan berabgkat lagi melewati Meuraksa, terus ke
Kuala. Pase, beristirahat di Jeumahan, kemudian pindah ke
Blang Nibong dan Kuala Keureutoe. Bergerak lagi melalui
c··eureumE:m Gajah, Piadah, Blang Lhok, Ul'ee Nipah, akhirnya
rombongan Sultan dan iring-iringan Cakra Donya berkumpul di
kuala Jambo Ay~.
Sultan bermusyawarah dengan Ja Pakeh tentang calon
panglima perang. Sultan menawarkan Panglima Pidie, tetapi
yang bersangkutan menolak karena merasa tidak oukup syarat,
ialah sedikit sekali ·aanak aaudaranya sebagai pendamping da
lam pertempuran, atau menggantikannya jika ia gugur. Ia me
nyarankan agar diangkat saja Malem Dagang yang besar rumpun
keluarganya dan tidak kurang dari 300 orang saudara-sauda
ranya yang gagah perkasa.
Atas tawaran Sultan, Malem Dagang bermusyawarah dengan
sanak saudaranya. Mereka berteguhan janji mendampinginya da-
..
28
lam k~adaan ap~pun. Ja Pakeh akan membantunya menilik kutii,
ka baik dalam memulai penyerangan. Rakyat bersorak gembira menyambut pengangkatan Malem
Dagang sebagai panglima perang, maka eskader itu pun berla
yarlah menuju Malaka. Tiga hari tiga malam pelayaran mereka
sudah memasuki laut iepas, dan ·tiga hari kemudian mereka
berlabab di teluk Asahan. Ja Pakeh menerangkan pada Sultan
bahwa raja Asahan bernama Raja Muda, menguasai 99 negeri
taklukan dengan 99 putri rampasari. Keterangan Ja Pakeh ini
menggetarkan hati Sultan, dan ingat akan pesan Putroe Phang,
jangan-jangan Asahan menjadi lawan yang betul-betul mengha
langi perjalanan. Meskipun demikian, Sultan ingin juga me
nguji Raja Muda, lalu disuruhnya.Malem Dagang menembakkan
meriam isyarat, ternyata reaksi di daratan bukan main hebat
nya. Tidak lama kemudian, bujang tujuh pun datang membawa
berita dari Raja Muda. Mereka bertolak dengan biduk dan me
;mikkan bendera merah (tanda pertumpahan darah). Meliha:t
gelagat ini, Malem Dagang menaikkan bendera hitam (tanda
permusuhan). Tidak meleset dugaan itu, surat Raja Muda ber
isi ancaman perang. Dengan amarahnya Malem Dagang merobek
surat itu, dilemparnya ke laut, diusirnya bujang tujuh.
Aceh menantang perang.
Raja Muda mengerahkan rakyatnya dan menembaki kapal
kapal Aceh selama tujuh hari tujuh malam. Kehebatan tembak-•
an meriam dari darat mengecutkan hati Sultan Iskandar Muda
sehinggamenluruhMalem Dagang agar berunding saja. Tetapi
Malem Dagang adalah orang yang tidak mengenal istilah mun
dur, ia menolak keras saran Sultan. Dengan bersungut-sungut
Sultan terpaksa mematuhi keputusan Malem Dagang, ialah me
nyingkir ke laut lepas dengan 100 kapal pengiringnya.
Perang babak pertama sudah mereda, Malem Dagang bermusyawarah dengan para panglima kaumnya, mengatur siasat dan
berteguh janji, sedangkan Ja Pakeh menilik gejala alam, men
cari kutika yang tepat untuk memulai penyerangan balasan.
29
Maka ketika kutika cocok, tembakan balasan dari laut pun
bergempita, Raja Raden di sayap kanan, da~ Panglima Pidie
di sayap kiri, bersama-eama maju dengan Malem Dagang di ·
porosnya. Perang pun berlangsung selama tujuh hari tujuh
malam, banyak di~ding bent;eng Raja Muda yang runtuh dan di
tinggalkan prajuritnya. Tetapi Malem Dagang terpaksa meng
hentikan serangan, sebab banyak perajurit yang bergegas
hendak meninggalkan arena pertempuran, karena ngeri melihat
korban yang· berjat,uhan dari pihak mueuh. Malem Dagang ber
seru, me~umpahi mereka yang mungkir pada janji yang telah
diikrarkan, agar menemui ajalnya ditembus peluru atau di
sobek oleh mata keris. Mendengar ancaman serapah Malem Da
gang tersebut, maka mereka pun kembali menempati posisi
masing~masing. Perang babak ketiga berlangsung lebih dah
syat selama tujuh hari tujuh malam, yang akhirnya pasukan
Aceh berhasil mencapai pantai. Satu persatu benteng Raja
Muda jatuh, dan tujuh hari berperang di darat runtuhlah
benteng terakhir yang paling kuat, benteng Raja Muda. Raja
Muda beserta rakyatnya menyelamatkan diri ke gunung, me
ninggalkan hartanya dan 100 orang putri di dalam istana.
Sementara pasukan Aceh mengangkut barang rampasan,
Malem Dagang naik ke istana, membawa permaisuri Keumala
Donya ke kapal, somentara 99 putri lainnya riuh bertangis
an. Sikap Malem Dagang yang lemah lembut, membuat Keumala
Donya merasa aman di kapal Malem Dagang. Iskandar ~uda
yang tergoda oleh kecantikan putri Keumala Donya, meminta
putri tersebut untuknya dan mengajak kembali ke Aceh, tidak
usah melanjutkan pengejaran Si Ujut ke Malaka. Malem Dagang
yang kerae bagai batu karang, sekali lagi membuat Sultan
kesal, ia menolak eemua permintaan Sultan. Ia malah mencela
sikap Sultan yang demikian itu.
Raja Muda yang melihat negerinya tidak dihancurkan oleh
pasukan Aceh dan 99 putri masih tinggal. di istana, lalu me
ngerahkan rakyat turun ke laut membawa persembahan buah-
...)
30
buahan dan makanan buat pasukan Aceh, aementara ia dengan
segudang emas tebusan mei:ljumpai Sultan, meminta perma:isuri
nya. Malen Dagang hanya mau mengembalikan putri Asahan ka
lau naja Muda mau masuk Islam. Maka Raja Muda pun masuk Is
lam, dan selama sebulan penuh diajari oleh Ja Pakeh segala
hukum agama bersama 70 orang raja taklukannya yang lain.
Setelah itu armada Aceh lalu mengangkat sauh menuju
Malaka. Tujuh hari pelayaran sampailah mereka ke laut Ba
nang. Rupanya Si Ujut ketika itu sudah ke Johor Lama. Maka
berlayarlah mereka sela·ma tujuh hari ke Johor Lama, tetapi
Si Ujut rupanya sudah ke Johor Bacli merundingkan renoana
· penyerangan ke Aoeh. Maka Sultan Iskandar. Muda pun menda
ratlah di Johor Lama, membangun benteng di sana, mengatur
meriam untuk menghantam kapal $i Ujut dari darat. Sudah tu
juh bulan mereka di Johor Lama, belum kelihatan juga musuh
datang. Setelah tujuh belas bulan Sultan di Johor Lama, ma
ka Halem Dagang melihat iring-iringan kapal musuh banyak
sekali. Ia bersiap-siap hendak menyerang, tetapi Ja Pakeh
melarangnya karena kutika belum cocok. Ja Pakeh mengirim
bujang ke Jbhor (Lama) mengabarkan pada Sultan bahwa kapal
musuh sudah kelihatan. Sultan dan Raja Raden beserta pasu
kannya meninggalkan Johor menuju ke laut Banang untuk mem
perkuat pasukan Aceh menghadapi musuh.*) Serangan pun di
lancarkan terhadap iring-iringan kapal tersebut. Rupanya
yang diserang mereka adalah armada Raja Modeulikah, mertua
Si Ujut. Raja Modeulikah mengira yang menyerang mereka pa
sukan Banang yaag mengira mereka pasukan musuh, karena itu
mereka tidak membalasnya, takut pada kemarahan Si Ujut nan
ti. Salah duga tersebut membuat mereka menjadi sasaran em
puk pasukan Aceh, .hanya beberapa kapal saja yang berhasil,
menyelamatkan diri ke Guha, sedangkan raja Modeulikah gugur
dalam pertempuran.
Kabar duka pun sampai kepada Si Ujut. Putroe Beureuhut,
isterinya, mendesaknya agar menuntut bela kematian ayahnya.
*) . T1dak terdapat keterangan sebelumnya di dalam cerita
kapan Halem Dagang,Ja Pakeh dan Panglima Pidie,besertapasukan yang dipimpinnya meneruskan pelayaran ke laut Bana.ng,dan untuk apa Sultan dan Raja Raden membangun benteng di Johor Lama. (pen.)
';,·o:i'; -•
Si Ujut terpaksa mengerahkan rakyatnya \J,ntuk berperang, meskipun ia tahu bahwa kutika pada musuh. Si Ujut mengepu~g ~a
sukan Aceh dalam empat penjuru. Melihat ini Sultan keout
hatinya. Ja Pakeh menyuruh Sultan masuk ke bilik, dan mena
sihati Malem Dagang agar memberi semangat kepada perajurit
nya• Bangkitlah Malem Dagang bersama Raja Raden dan Panglima
Pidie mengatur posisi penyerangan menerjang kepungan Si Ujut.
Perang pun berkecamuk, banyak kapal Si Ujut yang tenggelam,
tetapi tak pernahkelihatan berkurang, sebab yang lain ma
sih mengalir terua datang ·membantu. Genap setahun bertempur, ·
Panglima Pidie pun gugur oleh peluru Si Ujut. Peristiwa ini
membangkitkan amarah Malam Dagang, maka beraama Raja Raden ' ia pun mengamuk selama tiga bulan lamanya. Banyak kapai Si
Ujut yang tenggelam atau melarikan diri, sehingga akhirnya
tinggal kapal Si Ujut sendiri di tengah lautan, dikepung \
oleh pasukan Aceh. Raja Raden membantu Malem Dagang merapat
ke kapal Si Ujut. Kedua mereka melompat ke kapal Si Ujut,
perkelahian pun terjadi di geladak kapal. Akhirnya Si Ujut
yang kebal itu berhasil diringkus dan dirantai. Malem Da
gang melapor sukses ini kepada Sultan.
Dalam iringan taluan bunyi-bunyian kemenangan, armada
Aceh mengangkat sauh meninggalkan Banang, menuju Malaka.
Mengetahui kedatangan armada Aceh, maka ayah Si Ujut, raja
Malaka, melarikan diri ke gunung. Tujuh hari di sini, lalu
iring-iringan ini mengangkat sauh menuju Asahan. Tujuh hari
pelayaran, sampailah ke Asahan dan disambut secara besar
besaran oleh Raja Muda. Selama di Asahan Sultan mencoba mem
bujuk Si Ujut agar mau masuk Islam, tetapi ia tetap menolak,
karena itu ia pun dibenamkan ke dalam laut, diikat di halu
an kapal. Sebulan di Asahan, berangkatlah Sultan menuju Aceh.
Tujuh belas bulan pelayaran, sampailah baginda ke Aceh.*)
Si Ujut diangkat dari dalam laut, dibawa ke tempat eksekusi.
*) Berbeda dengan keberangkatan Sultan yang diantar de-
ngan segala upacara kebesaran, taluan bunyi-bunyian,dentuman meriam,rakyat memenuhi tepian kuala,maka kepulangan eskader Aceh yang membawa kemenangan ini. tidak dilukiskan kemeriahan penyambutan rakyat,ataupun gempitanya dentuman.Cerita langsung melukiskan penghukuman Si Ujut. (pen.)
. l
i 1 I
··~ I I l l l
.j
1 1 l
32
Rupanya ia tidak mempan dengan senjata apapun, i~ adalah
raja kafir yang telah mencapai taJa. Akhirnya karena tidak
tahan lagi oleh siksaan rasa sakit, ia lalu membukakan ra
hasia menuju ke kematiannya, ialah dengan jalan menuangkan
timah mendidih ke mulutnya. Maka matilah Si Ujut, Sultan
puas hatinya, rakyat kembali ke rumahnya masing-masing.
Pada suatu malam Pocut Muhamat bermimpi, seolah ia na
ik ke suatu tempat yang tinggi, sehingga darisana bebaa me-. .
mandang keseluruh penjuru negeri. Takbir mimpi ini mengi-
syarat~an kebahagiaan. Ia lalu mengabarkan hal ini pada sau
daranya Pocut Kl,ng. Berdua mereka membahas keadaan negeri
yang sudah tidak menentu gara-gara adanya dua pemerintahan.
Raja Muda (saudara tua Pocut Muhamat) sebagai pemegang ke
kuasaan yang sa~ terjepit kedudukannya, pajak kuala (pela
buhan) sudah tidak mengalir lagi kepadanya sebab sudah di
kuasai oleh Jeumaloyalam yang berkuasa dLGampong Jawa.
Pocut Muhamat adalah yang bungsu di antara empat ber
saudara, yang sulung adalah Raja Muda, berikutnya Pocut / Kleng dan Pocut Sandang. Mereka merencanakan penyerangan
Gampong Jawa dari empat penjuru, lewa: Gampong Phang, Kuala,
Peunayong, dan Pocut Muhamat sendiri langsung menghantam
Gampong Jawa. Selanjutnya mereka bicarakan maaalah biaya
perang, dan bantuan perajurit dari wilayah Pidie. Setelah
perundingan itu, maka Pocut Kleng diutus mereka untuk me
nyampaikan makaud tersebut kepada Raja Muda (Sultan Alaed
din), tetapi ternyata Raja Muda menentang keras maksud me
reka itu, sebab ayah mereka almarhum mewasiatkan kepadanya
agar tidak menyerang Gampong Jawa dan membina tali persau
daraan dengan Jeumaloyalam. Dalam perdebatan dengan Pocut
Muhamat, Raja Muda tidak berhasil menggagalkan niat terse
but, sebab Pocut Muhamat berperang pada prinsip bahwa segala
yang bertentangan dengan hukum akan dilawannya apapun riaiko
yang akan diterima nanti.
.i l
.~ 1
i I
!
'' Raja Muda tetap tidak puaa dengan hasil perdebatan
itu, ia lalu mengutua Muda Sakti untuk melunakkan hati Po
cut Muaamat. Pocut lvluhamat rupanya sudah kenal betul de
ngan watak Huda Sakai yang aulas, ular berkepala dua, ia
selalu bertura-pura baik dengan siapa saja asal menguntung
kan dirinya. Maka Pocut Muhamat pun mengambil pedang hendak
mema~ang Muda Sakti. Muda Sakti dengan takutnya lari kepada
raja, di sana ia hendak melancarkan fitnahan baru mengenai
Pocut Muhamat, tetapi Raja Muda rupanya juga tidak lagi
~empercayainya, maka terpaksa ia kembali ke tempatnya di
Mukim XXII tanpa memperoleh keuntungan suatu apapun.
Pocut Muhamat kemudian memanggil perajurit di Mukim
XXVI dan Mukim XXV, menanyakan pendapat mereka tentang ren
cana penyerangan. i tu, mereka juga menyarankan agar me.minta
bantuan ke Pidie, sebab rakyat di ibukota tak dapat lagi
dipercaya, hatinya. mendua, ·,sebab Jeumaloyalam turunan sayed
yang dipandang keramat. Maka Pocut l.fuhamat pun berlengkap
lah, memilih pengiringnya dua tiga ratus orang lengkap de
ngan alat senjata, menyiapkan perbekalan.dan segala macam
hadiah.
Pada kutika yang baik, berangkatlah mereka melalui
Eumpee Trieng - Gigieng - Krueng Raya - Lam Panah - Langah
- Cureh - Laweueng - Buni, aampai ke Mukim III dan beristi
rahat di Kuala Batee. Rakyat pun datang membawa persembahan,
Pocut Muhamat menyampaikan maksud kedatangannya. Rakyat Hu
kim III siap aedia membatunya. Sebagai rasa terima kasihnya
kepada mereka, Pocut Muhamat kemudian mengajak rakyat memba
ngun irigasi pesawahan Calong dan Pand6e dengan membendung
Lueng Pupot, aehingga dengan demikian pesawahan yang selama
ini tidak dapat ditanami, menjadi hijau aubur dengan padi.
Ketika meninggalkan Mukim III, Pocut Muhamat menghadiahkan
berbagai pesalinan kepada rakyat dan panglima.
Perjalanan diteruskan ke Mukim VII, rombongan beristi
rahat di Padang Tiji. Rakyat pun turun membawa persembahan,
·'''5;~¥!~
":'';~ j l
I
. i
1
'
j j ·j I l l .l
i l 1 l
l 1
I ~ 1 j l .,
dan di sini rakyat juga mendukungn.y&i Perbaikan yang dilaku
kan Pocut Muhamat di Mukim VII ialah meluruskan hukum yang
sesuai dengan ajaran aga.ma, setelah· itu lalu pesalinan pun
dibagikan.
Perjalana~ diteruskan ke Mukim v, satu wilayah bebas
pajak. Petuanya Bentara Reubes beserta rakyat menyambut ke
datangannya, dan bersedia mendampingi Pocut Muhamat menye
rang Gamp8ng Jawa. Maka pesalinan pun dibagikanlah untuk se
luruh lapisan rakyat.
Pocut Muhamat meneruskan perjalanan mele.,.mti Reubee,
Gampong Aree, Klibeuet, lalu bersitirahat di Cot Peukan Tuha•
maka turunlah rakyat dari berbagai penjuru negeri menyambut
nya. Rakyat Mukim XXV dengan petuanya Bimtara Bung'ee, Mukim
XXII dengan petuanya Meuntroe Adan, Bentara Cut dari Glum
pang Payong, Bentara Puteh dari Keumala, dan daerah-daerah
lainnya, semua berkumpul di sana. Yang tidak kelihatan hadir
adalah rakyat Mukim IX dengan petuanya Pangulee Peunaroe yang
sangat disegani di sel~ruh Pidie. Ia adalah anak angkat Jeu
maloyalam. Hengetahui posisinya demikian, maka pendekatan
yang dilakukan oleh Pocut Muhamat ialah mengutus Meugat me
nyampaikan surat kepadanya. Meugat sebagai orang tua yang
berpengalaman, tidak langsung menyerahkan surat itu begitu
bertemu dengan petua tersebut, melainkan diajaknya berbicara
berbagai hal yang lain dan menanyakan pengalamannya di pantai
Barat ketika menumpas pemberontakan Aneuk Rawa, wilayah kekua
saan Jeumaloyalam. Setelah lama kemudian barulah surat Pocut
' Muhamat disampaikan padanya. Reaksi Pangulee Peunaroe sangat
keras, ia menolak surat tersebut. Meugat berusaha membujuknya,
tetapi tidak berhasil, karena itu ia pun pulang dengan rasa
jengkel.
Sepeninggal Meugat, Panguiee Peunaroe mengerahkan rakyat
nya, melaporkan peristiwa yang baru terjadi, salah seorang
panglimanya, Tuan Seuri Reub~e, menasehatinya agar tidak ce
pat-cepat mengambil keputusan. Ia menganjurkan agar meminta
·····:t·r~~ ,.:~
. !
1 l
35
pertimbangan ulama, maka Siah Rambayan pun dipanggil untuk
membahas isi surat Pocut Huhamat tersebut. Ulama ini dengan
bijaksana sekali membaca kalimat-kalimat yang baik-baik sa
ja isinya, dan dengan hati-hati dinasihatinya Pangulee Peu
naroe, sehingga lembutlah hatinya dan mau menerima surat itu~
Maka ia pun mengerahkan rakyatnya mengumpulkan persembahan
untuk dibawa kepada Pocut Huhamat.
Ketika pasukan Pangul'ee Peunaroe sampai ke Cot Peukan
Tuha, pasukan Pocut Muhamat sedang bersiap-siap·hendak me
nyerang ke Mukim IX. Haka yang terjadi kemudian adalah den
tuman bedil bergemuruh ke udara dari kedua belah pihak se
bagai tanda penyambutan. Setelah bersambut salam, Pocut Mu
hamat lalu bersapaan dengan Pangul'ee Peunaroe, lalu mengu
raikan maksud ltedatangannya. Pangul'ee Peunaroe menolak a
jalcan tersebut dengan alasan bahwa ia banyak sekali berutang
budi pada Jeumaloyalam. Karena itu Pocut Muhamat lalu mena
warkan jalan tengah, ialah tidak memihak, dan memperlakukan
sama kedua pihak. Kemudian Pocut Muhamat memberikan hadiah
yang berlimpah-limpah kepada Pangul~e Peunaroe dan seluruh
rakyatnya, pakaian besrJrta kelengkapannya yang sangat mewah
diberikan kepada Pangul~e Peunaroe.
Sikap Pocut Muhamat yang 6angat bersahabat itu, di tam
bah dengan ketampanan, keberanian, suaranya yang menawan
dan lemah-·lembut, telah meluluhkan kekerasan hati Pangulee
Peunaroe dan akhirnya memihak kepada Pocut Huhamat untuk
bersama-sama membantu penyerangan ke Gampong Jawa.
Sebelum melanjutkan perjalanan, Pocut Muhamat mening
galkan 44 orang pengiringnya untuk membantu dan memberi pe
nyuluhan bagi rakyat Pangu:lee Peunaroe bercocok tanam. Rom
bongan kemudian menuju Gigieng, di sini Pocut Muhamat juga
memperbaiki saluran air untuk persawahan. Dari sirii ia mene
ruskan perjalanan ke Meureudu, Samalanga dan berhenti di Keu
kiran. Seluruh rakyat datang menyambut dan memberi dukungan
terhadap rencana Pocut Muhamat. Melewati Keureutoe, perjalan
an diteruskan sampai ke Awe Ceutah. Rakyat Peusangan pun tu-
run membawa berbagai persembahan dan semua mereka mendukung
nya. Di sini Pocut Muhamat me~inta bantuan petua negeri un
tuk menyampaikan berita itu ke pantai Timur, ke Pase, Peu
reulak dan seluruh wilayah kuasa Raja Muda.
Dalam perjalanan kembali ke Aceh, pasukan pengikut Po
cut Muhamat semakin bertambah banyak, sebab di setiap tern
pat yang akan dila·luinya, rakyat sudah menanti, dan bersa
ma-sama mereka menuju ke Aceh.
Pangul'ee Peunaroe yang telah mengikr.arkan janji mendu
kung Pocut Muhamat tak menghiraukan lagi larangan dari ibun
danya, bahkan tanda tak baik yang dialaminya ketika berada
di halaman rumahnya. Pertanda jelek itu ialah sebatang po
hon kelapa tiba-tiba tumbang menimpa bubungan rumahnya. Ia
langsung ke lapangan, menjumpai pasukannya yang telah me
nanti, dan bersama-sama pasukan lainnya, berangkat menuju
Aceh.
Pasukan yang datang dari berbagai penjuru itu, akhir-.
nya berkumpul di Krueng Raya, mereka semua lelah, haus dan
lapar, karena melakukan perjalanan jauh. Akhirnya tak ter
kendalikan lagi, bagai air bah, mereka melanda daerah yang
dilewatinya. Haka segala bahan makanan, segala tumbuh-tum
buhan, ternak, habis diambil mereka untuk dimakan. Rakyat
ribut melapor ke istana, perang belum berlangsung tetapi
negeri sudah hancur. Raja Huda memperingatkan rakyatnya,
bahwa mereka hanya kerugian harta, sedangkan perajurit-pe
rajurit itu menyabung nyawa ke Aceh.
Jeumaloyalam menerima laporan tentang kedatangan pasu
kan bantuan yang dikerahkan oleh Pocut Muhamat diseluruh wi
layah kekuasaan Raja Muda. Malamnya ia bermimpi: negeri di
landa banjir besar bescrta badai, menumbangkan pohon-pohon
besar, menenggelamkan kampung dan menghanyutkan istananya.
Mimpinya ini memberi tanda bahwa Jeumaloyalam akan berakhir
masa kekuasaannya. Ia pun memanggil keempat putranya yang
perkasa ialah: Wandi Kukot, VJandi Kubok, VJandi Cureh dan
37
\'Iandi Nulek, di samping i tu ia juga memanggil panglima-pang
limanya yang tangguh agar berkumpul. Dan memerintahkah Wandi
Mulek untuk memperkuat benteng-bentengnya sejak dari Kuala,
Gampong Phang, Peunayong, Kuta Reuntang, sampai ke Meuraksa.
Sementara itu, Pocut Muhamat mendapat keterangan dari
ahli nujum bahwa kutika untul\: menyerang sudah tiba, maka doa
selamat pun diucapkan. Setelah upacara doa, Pocut Muhamat
menuju ke Dalam, menemui Raj<:- Nuda, mengajaknya ikut dalam
penyerangan nanti. Raja Huda menolak, tetapi ia merestui Po
cut Huhamat. Ketika Pocut Huhamat sibuk mengatur pasukan un
tuk persiapan penyerangan, Raja Muda naik ke anjungan kehor
matan, menyaksikan kegiatan itu dari jauh.
Setelah Pocut Huhamnt siap dengan kelengkapannya, gen
derang perang pun ditalu, tembakan meriam dari benteng-ben
teng Jeumaloyalam bergemuruh. Pasukan Pocut Huhamat terdesak,
sehingga terpaksa mundur, korban banyak berjatuhan. Sikap
mundur ini menyebabkan Pangul'ee Peunaroe marah pada Pocut
Huhamat, sebab memalukan namanya. Serangan kedua pun dilan
carkan, kini mereka berhasil melewati sasaran meriam dan men
capai kaki benteng. Para perajurit sibuk membersihkan ranjau
agar bisa menyerbu ke dalam benteng. Pangufee Peunaroe ber
sama Pocut Huhe,mat meloncat ke dalam benteng. Pocut Muhamat
berhadapan langsung dengan \vandi Lila, keduanya sama-sama ke
bal. Haka kalahlah kuta Peunayong, setelah itu berturut-turut
kalah kuta Gampong Phang, kuta Kuala, kuta Gampong Pande, ke
mudian kuta Neujit. Setelah seluruh kuta reuntang kalah, ba
rulah diserang Gampong Jawa lewat darat dan laut.
Helihat kemajuan yang dicapai pasukan Pocut Muhamat da
lam penyerangan itu, Jeumaloyalam menangis. Ia lalu menanya
kan apakah Pangulee Peunaroe ikut dalam peperangan itu. Pa-' ngulee Peunaroe menjawan bahwa dialah yang pertama sekali
memasuki benteng Peunayong. Jeumaloyalam menyesali tindakan
Pangulee Peunaroe, sebab bagi Jeumaloyalam, ia lebih dari
anaknya sendiri. Jeumaloyalam lalu mengisahkan lagi bagaima-
na dulu ia menyelamatkannya dalam perang Glumpang Payong,
merawat luka-lukanya yang parah, membesarkannya, memberinya
berbagai-bagai kekayaan dan kemewahan. Kini ia merasa padi
yang ditanamnya dulu telah tumbuh menjadi rumput ilalang,
Jeumaloyalam lalu mengambil bedil dan mengarahkan sebuah
tembakan ke dahart pohon ~~umpan~. Bayangan tembakannya menge
nai Pangulee Peunaroe, make. iapun menggelepar jatuh, seluruh
badannya membiru legam, ia kena tulah dari ayah angkatnya.
Pangulee Peunaroe cepat-cepat dinaikkan ke perahu, tetapi
meninggal dalam pelayaran ke Pidie. Riuhlah istana dengan
suara ratap dan tangis, begitu jenazahnya didaratkan dan di
semayamkan di sana.
Sementara itu Pocut Muhamat yang kehilangan seorang
panglimanya yang tangguh, mengatur kembali pasukannya, me
ngangkat panglima yang baru, maka perang babak ketiga pun
berlangsung lebih dahsyat, sebab sudah merupakan perang ter
buka. Meriam dan bedil tidak lagi berfungsi, pedang dan ke
ris serta cokmalah kini yang berperan. Maka suara perajurit
yang luka, gemerincing pedang dan suara perisai beradu de
ngan cokmalah kini yang terdengar. Perang babak ketiga ini
berlangsung singkat, tetapi korbannya sangat besar, sebanyak
tujuh mukim pcrempuan telah menjadi janda, dan selama tujuh
hari mayat perajurit yang gugur dikumpulkan belum habis-habis
juga.
Sementara itu, seorang panglima melapor kepada Jeumalo
yalam bahwa rakyatnya tidak ada lagi yang tinggal, ia memo
han agar tanda perang dihentikan dibunyikan. Maka ketika Jeu
maloyalam menyuruh bunyikan tabuh, gong dan genderang tanda
penghentian perang, pasukan Pocut Muhamat sudah mengepung is
tana dan hendak mendobrak masuk.
Perang pun berakhir, tanpa banyak persoalan Jeumaloyalam
minta izin pada Pocut Muhamat meninggalka.n istananya, sebab
perajurit di dalam benteng istana juga sudah kehabisan makan
nan dan kehausan oleh blokkade yang dilakukan Pocut Muhamat.
., '
" • .. : i',C',i~.~:/"':' ~.·':("''/'f~l~f~£1:'''";,,~:;• < >,;·.·.'/'~;;•;.·.· :· ··.;•· ·-·::~<-',
39
Penganta:r bahan makanan tak dat-t lit~$, taafiJukt begitu juga
aliran sungai yang menuju Gam})3ng Jawa telah dibendung me .. . . . - - ....
reka., sedangkan ke dalam s~ur dilemparkan bangkai. Jeumalo-
yalam berangkat tanpa membawa hartflollya yang berlimpah-limpah
itu, yang dibawa hanyalah keris dan punclok, peclang bertampuk - I' ___ ...... ....__..
dengan kepa.la 'suasa. Ia meninggalkan istana pada waktu .....
·rib menuju Lam Baro, dan perajurit pun memasuki istana mem•
perebutkan harta ralllpasan.
Beberapa hari eetelah Jewaaloyalam meninggalkan Gampong
Jawa, terlih$t tandak•muliaai'l.martabatnya sebagai cucuanbia,
ialah te:rjadi gerhana bulan .n matahari, gempa. terjad.i tu
juh kali dalam sehari beriana-J~ns eelama tujuh hari tujuh ma•
lam.
Perang telah eelesai1 i*l"a perajU:rit pamit kembali ke
tempatnya masing..aaaii1St ra4a pun senang batinya ~ebab tidak &da·lagi huru""hara. St~\dl lc•muciian Pocut Muhammad me•
. langeagkan perkawinann,.a d~nca~· ·seorang gadis dari Lam Bhuk,
ialah lq~~ud.ian yang inemuna'llt cUkai pelabunan dan diparoh dua
de~ Raja Muda.
2. S~rl.l}tii& oe:rita
Pembukaan kedua hikay·a't ini sangat sederhana, dimulai de
ngan l!tfel.!t• kemudian dilu~utka~ denpn larik-larik, pembu
kaaa:o•:rit-.. le!awat .ou ••·• ... -. aikap penJ•i.r yang meren .. c • •
· dunn diri ke»ada pembaca Jill'li 'iaa• ~erupat clal.am · kal'Ja ...
ka~a h:tkayat jenis roman, seperti Hikarat Putroe Gum~
Meuih (1929) atau Ki.kazat Be!ilt (1.980}, tidak dikenal dalam
jenis apik, meskipun karra itu· ditulis kemudian, misaln,-a· ·.!!:: kaz:at · Prg §!bi ( 1928) • M\Ulgld:n pembultaan del'lp.n el:.sordt.lua
se-.am itu dimakauclkan babwa lau7k· teraebut fiktU' sifatnya,
seclanpu jenta..:..jents ·~ik ••~i ka.~a yaas bertc>lak dar:L
per1at1va nyata. b..... bJi • -...rl.-n peaeli tian 7&n1J
lebih ja~ terh~ublJ--~ .... !1111•'*' 7ang ada dale kha ...
aanah eaetra. Ace.
;-.,j',':
40
HMD di buka dengan latik•larik sebagai ber±kut:
Bismillahirrahmanirrahiem
Aja'b subeuhanallah, tanga kukisah raja-raje, Layeue keurajeuen Meukuta Alam, raja ji.meunan ~seukanda Muda
Poteu ad3 amat sangat, peutiang rakyat ban.sigala
donya
Bismillahirrahmanir.rahiem
Ajaib subhanallah, dengar kusahkan raja-raja Masa memerintah Meukuta Alam, raja ber~ama Iskandar Muda Baginda adil amat sangat, mensejahterakan rakyat seantero dunia
HPM dibuka dengan larik-larik sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahiem
Aja6b subeuhanallah, taleunga lonLsaboh calitra
Leunga lon kisah kurangan baro~ teuduek bak pinto meu-
seujid ra;ra · Lkisah
·Mula-mula phOn dum ulcl~ balang, . neultheundak prang Gam- ·
pong Jawa
Bismillahirrahmani:rrahi•• Ajaib subhanallah, dengar saya kisahkan sebuah cerita Dengar saya kisahkan karangan baru• duduk di pintu mesjid raya · Pertama sekali bermufakat, Pocut Mmamat anak raja S\ld4! berhimpun semua h~ubalang, hendak meraerangi Gampong Jawa
Kedua J)embulauin ini dari sesi st~tur ceri ta memperlihatkan perbedaan•perbedaan bila dihubW1gkan denp.n judul
nya. HMD sesuai dengan judulJ11a mestin;ra dibuka dengan mem•
perke.nalkan tokohnya Male.m Dagans, t.eta~i justru di sini
Jang disebut lebih fi$ulu adalah Is~andar Muda. Pembukaan
HPM ti~ •emperlihatkan pertentansan tersebut, di sini to
koh y~ lebih dahulu disebut adalah Poeut Muhaaat, se.sua.i
densan judulnya. Dari sesi pemakaian kata ge.nti juga terli-
i
~ 1 j
I I
1 j ' i l i
hat perbedaan, penyair HMD beraku kepada pendengar, eedang
kan penyair HPM bersaya, ini berarti penyair HPM lebih eo ..
pan bahaeanya.
Penutup HMD berbunyi eebagai berikut:
Woe keu rakyat dum u nangg~oe, mae&ng-mas&ng woe u rumoh tangga
Tamat hikayat Meukuta Alam, raja jimeunan iseukan.da
Muda
Pulanglah rak7at ke kampung masing-masing, kembali ke rumahtanggfU11a Tamat hikayat Meukuta Alam, raja bernama Iskandar Muda.
Larik-larik ini kemudian diakhiri dengan larik-larik yang berisi kolophon, yang menyatakan hari, tanggal, bulan
dan tahun seleeainya hikayat itu disalin. Di sini pun terli ...
hat HMD ditutup dengan menyebutkan tokoh Iskandar Muda.
Penutup HPM berbunyi sebagai berikut:
Teuduelt' ohnoe kakeu leungkap, 'tamat hika7at Raja Muda
Beurayek amp6n nyang keusalahan,keureuna iontuan hana
biasa
Beurayek am,On nibak nyang salah, harap di bawah nyang
maha mulia If lncha Allah kakeu tamat. Pocut Muhamat p~ calitra
Sampai di sini sudahlah lengkap, tamat hika7at Ra~a Muda' Mohon maaf di mana ada kesalahu, karena kami tidak biasa Mohon maaf di mana ada kesalah~, harap di bawah yang maha mulia
· Insya Allah aludahlah tama.t, Pocut Muhamat yang empunya cerita. ·
Dalam penutup HPM terlihat meskipun d.isebut Raja Muda,
tetapi paling akhir masih d.itegaskan lagi bahwa peran utamanya adalah Pocut Muhamat. Di samping itu terdapat perbedaan
' . J'&llS lain uqan HMD, ialah d.i sini tidak dieebutkan hari, ·
tanggal, bulan dan tahun penyalinan, tetapi memaafaatkan pe-
nutup ini untuk memohonkan maaf dari pe;!Uaca sekiranya ter.;.
dapat kesalahan-kesalahan.
Garis besar·kerangka cerita pada kedua, hikayat ini
memperlihatkan kesamaan, ialah dimulai.dengan konflik, di
lanjutkan d.engan usaba mencar;L bantuan tenaga, kemudian ber>
langsung pepe ranaan dan dia.khiri denga:n kemenangan di pihak
raja. Yang berbeda eli sini ialah cara mengisi gari.s besar
keraagka teraebut.
HP~ lang&u:ng membuka cerita dengan konflik itu sendiri,
ialah mimpi Poaut Muhamat yang dilanjutltan denaan musyawa
rah beraalia aaudara-eaudaranya untuk aemera.ngi Gampong ·Jawa ..
Dalam musyawar~b itu baltulah dik&tahui mengapa penguasa Gam
pong ~awa dipandang sebagai ,IJlusuh atau merongrong wibawa pe
merintahan Raja Muda. Sejak kf.lpan dan bagai~a mulanya sam ..
pai Jeumaloyalam menjadi penguasa Ga.mpong Jawa clan dipandang
sebagai pemerintah tanclingan bagi Raja Muda, tidak dijelas
kan di •lam hikayat. HMD dibuka dengan melukiskan kemakmuru
kerajaan Aaeh · di tangan Sultan Iskandar Muda yang terkenal j
adilnya dan mensej.ahterakan kehidupa.n rakyat. Konflik baru
timbul setelah kedatangan Raja Si Ujut yang kafir, membakar . Ladong dan Kru.eag RaJa • merampok rakya t di pa.aar, menan~kap
dan m<bunuh :ie'berapa orang nela,.an seaara kejam. Konflik
yang dihadapi oleh Iskandar Muda di sini · berupa tantangan .
dari luar, seda:ngkan konflik yang dihadapi.oleh Pocut Muha
l'ilat adalah masalah keutuhan wila.yah kekuasaan raja yang sah.
Karena menghadapi tantangan dari luar ~ maka Iskandar Mu
da mempersiapkan armadanya, mengerahkan rakyat menebang kayu
ke gw:umc untuk membangun kapal. Perlawata.rmya sepanjang pan.:.
tai utara le:mpai ke Jamb't) A"t' adalah u;ntuk mendapatkan tambahan kapal perang dan perajuri t, sedangkan perlawatan Pocut
Mullamat ke Pidie dan daerah-daerah lain ha.~iyalah untuk menda
pa.tkan perajurit'rang terpercaya, sebab rakyat cti wilayah ibu
kota (Aaeh) tak dapat lagi dipegang ucapannp, kebanyakan me .. . . - ,.
"ka hatinya ce-nderung ke Gampong Jawa.
Plot HMD mer~pakan plot lurus, ~ristiwa-peristiwa•
berlangsung a tau d.ikisahkan menurut ui-utan waktu, meskipun
ada bagian-bagian peristiwa
yang tidak jelas hubungannya, a tau tidak dijelaskan rang
kaian peristiwanya. Misalnya episode menalgkap ikan di
K.ueng Timu setelah meninggalkan Samalanga, tidak jelas
kedudukannya dalam rangkaian plot cerita, sebab tidak mem
punyai sangkut paut apa-apa dengan keperluan perjalanan
tereebut (larik 634-666). Dalam bagian yang lail?. ialah
terpisa.hnya I.skanC.r Muda -dan Raja Raden-yans mendarat di •
Johor Lama serta membuat benteng di sana- dengan induk
pasultaJulra yang dipimpin oleh Malem Dagang, ikut beserta
nya Panglima Pidie dan Ja Pakeh. 'l'idak terdapat penttelasan
dalam cerita, bahwa ketika Iskandar Muda dan Raja Raden
mendarat di Johor Lama· (larik lt-94-1520), Malem Dagang de
ngan Ja Pakeh dan Panglima Pidie meneruskan pelayaran sam
pai ke laut Banang. Jarak antara laut Banang dengan Johor
Lalla dilukiskan selama tujuh hari pelayaran, dan rupall1&
terpisahnya induk paa'llkan dengan Sultan sudah berlangsung
eelama. tujuh belas bulan. PeDJebutan jarak waktu tujuh~
las bulan tereebut tidak memberi kesan adan7& keterpisa.han
itu, eebab larik penunjuk: maeih be.rpangkal pada Sultan:
1520 'l'ujoh blaih buleuen poteu di Jho, leumah keu mueoh
bale pqgl:tma 1521 Lewaab. k8u musoh bak Malem Dagang, pu1glima prang
that peukaea
'l'ujuh belas bulan baginda di Johor, kelihatan musuh pada panslima Kelihatan ll!lUsuh pada Malem Dagan&, pangliDta peraas yang perkasa ·
Barulah keterpisahan itu meeyata ketika Ja Pakeh me-·1
DJ'i"uh bujang berlayar mensabarkan pada Sultan bahwa kapal
musuh telah kelihatan ban)'ak aekali.
1561 Bujang tabungka keud6h u 'l'imu, u nan~e Jho ta
eeutl't raja ....
'
) ~1 I
·, j 1
l
, 1:562 Jak taseutlt. Jtel;Jkuta Alaa, raja jimeunan Eeeukanda
Muda
••• 1567 Takheun musoh teuka eli la 'ot, tihang seupot sang
bak nala
1568 Kapay j idang dum meurat1j08 , bang!n pulo di la' ot raJa
1574 Bujang jib\Ulgka u nanggroe Timu, 1anja u Jho seu
tat raja
1575 Tujoh uroe peulqaran, peujam daratan saphan•sapha
1561 Bujangl berangkatlah ke Timur, ke negeri Johor men-jemput raja .
1562 Jemputlah Meukuta Alam, raja bernama Iskandar Muda • ••• 1.567 Ka takan musuh. tampak di laut, tiansnta raenyemak ba-
gai batang ~ · 1.568 Kapal berje~d.alam formasi, bagai pul.au di laut
r&J'a ••• 1'1~ ~ujang·b&J'Psht )$et·lleca~ri Tiau, laapang ke Johor
menjemput· .· ra$a 1575 Tu;fuh hari p&lajaran, len7ap. daratan di pandangan
mata
Dalam bagian penutup terl.ihat juga ketidak seimbangan
dengan bagian pembuka keberangkatan Sultan beserta pasukan•
117a me~qusuri pantai utara otUk menghtmpun kekuatan. Ke·be
ra.naJtatan terubut dilepas Cleac.- eegala kebesaran upacara
dan rak7at pu turun berc.:leeaka.a di kuala, tetapi ketika pa•
s.ukan ters&but k&mba.li de~~ memba,wa kemeaaagaa tidak di""
lukiskan lagi ••butan rak7at ataupun taluan b•i•bunyian
7ans disertai dentu~~an meriam ata1l ~ geata.Cakra DO• dibunyikan di kapal" · Kett.-d.ak s·et~ luldaan seJ."Upa it\l
ter1ibat~~-- dalul perla..,at•. S\ll.tiUl ke 'bN~ telltpl;t eli.
npan~ .b.i utara untuk JUcna1ili.11lpun kekataa •. ltetilca
ttinc ..... d·i f'tl8,. ,._..U<hh Saa.J.Mga <ian huapa, .Uud
ke~.-... ,. l't'v. -.a dieebut)taJl, ;y&li tu melliltta bant~ · ..
pasukan dan kapal untuk menyerang J ohor karena Si Ujut te
lah membuat aib di Aceh, tetapi dalam persinggahaJ1!17a di
tempat-tempat yang lain tidak disebutkan lagi maksud kedatangannya itu, padahal Sultan juga lama beristirahat di
· Lhok Seumawe• Tempat-tempat yang lain hanya disebutkan saja
secara sepintas sebagai teDJpat-tempat yang dilewati oleh
rombongan Sultan sampai ke Jambo ~ye, tempat berkumpul pa
sukan yang b~l"jalan. melalui darat dan yang menyusur pantai mengikuti kapal Cakra Donya.
Dalam perlawatan tersebut, hampir semua tempat dilukiskan secara.ringkas saja, hanya episode Meureudu saja yang di
lukiskan agak panjang, ialah pertemuan Sultan dengan Ja. Pa~
keh dalam keadaan yang tegang. Umwtlnya episode-episode yang
dilukiskan dalam HMO agak ringkas, hal yang demikian terlihat juga dalam lukisan perang. Keringkasan pelukisan itu menjadi
kan gerak dan perkembangan ceritanya lebih cepat dan langsung pada masalahn,-a.
Plot HPM jugamerupakan plot lurua,· tetapi di beberapa
bagian ~erlihat cerita berlangsuns !lalam dua tingkatan'waktu,
ialah pelukisan masa kini dan mai!la 1ampau, j•cl~ di sini plot
mengandung unsur tinjau¥balik (Helt•tracliiy). Peristiwa
peristiwa yang berlangsung ata.u dikisaihkan di dalam HPM ter
susun rapi, semuanya ada dalam rangkaian sebab akibat. Unsur
tinjau~balik di dalam plot terutama terlihat pacta dua episode,
ialah episode Meugat bertemu dengan Pangal.le Peunaroe dan epi
sode Pangul3e bertemu clengan Jeumaloyalam. Meugat diutus oleh ,
Pocut Muhamat untuk mengantarkan suratnya kepada Pangulie Peu ..
naroe. Meugat tahu betul bagaimana.kerasnya watak Panguiae
Peunaroe, ana~ angkat JeW..loyalam itu, karena: itu · ia tidak langsung menyerahkan surat tersebut, melainian diajaknya ber• beka .. beka pada· hal-hal yang lain. Di sinilah tinjau .. balik itu
terjadi, ialah ketika Pangulle menceritakan pada Meugat bagai
mana ia dengan pasttkannya dikirim oleh Jeumaloyalam untuk me-
..J
.< ~, y.f" "riL~-~,--;!F.:~.\ /' r--~~~-t~~~~\~~~l~Jt'~rf~~:~~!'~i-:~~~-~ •:;:~:·.:~}~:-.·~ ' . ' 'f - ' ' - ·:•t :.-.
. .. ) ,.,
46
madamkan pemberontakan A'neUk, Rawa di pantai B.arat ~ Tinjau
balik ini mengandung kepentingfl%1 di dalam cerit~a, ialah
hendak melukiE;J~ bagaimana hebatnya kekuatan yang dimililti
oleh Pangulae Peunar,oe dan juga bagaimana eratnya hubungan . . .
Pangti.l~e Peun&I'oe dengan Jeumaloyalam, yang kini justru hen-dak diserang oleh•Poout Muhamat. Dalam pertemuan Pangul3e
Peunaroe dengan Jeumalo:yalamj tliungkapkan lagi masa lalUlJ.Y&
oleh Jeumaloyalamyang ~ebe1unU1ya seoara sepintas telah di-. . .
singgung juga o'leh·ibu ,tirinya ketika Pangul3e pamit hendak
menyertai Poout·Muhamat mel;lyerang Gampong Jawa. Pengungkapa.n
mas~ lalu Pangul~e Peunaroe di sini dimaksudkan unt'Uk lebih
memperjelas ja13a'· Jeumaloyalam kepadanya yang telah memand.angnya sebagai anaknya yang tertua. Penjelasan ini ~ewajarkan
peristiwa yang meny!ISUl setelah itu, ialah kematian Pangul~e
Peunaroe karena durhaka kepada ayah angkatnya, Jeumalo,.-alam
dipandang sebagai orang suci, keturunan Said, cucu anbia •
. Peristiwa-peristiwa .yang dilukiskan di dalam HPM, diu-·'
raikana seoara detail, diungkapkan dalam arus pikiran yang
cUkup tenang, serta menges~ luasnya pengetahlian sang pe ..
nyair dalam berbagai hal, baik dari segi tataoara kerajaan,
paka.ian perang dan alat senjata, · maupun n.a•. c:Uln k~adaan ber
bagai tempat yang dilaiui Pocut M~mat ketika melawat ke
Pidie dan daerah lain untuk menghimpunpasukan. Tempat-tempat
yang disinggahi Pocut Muhamat selalu. dilukiskan situasi dan
masalah yang dihadapi rakyatnya. Ia memang tidak mengunjungi
seluruh wilayah kekuasaan Raj.a Muda, tetap;i. ia mengurus orang
lain untuk mengantaltkan suratnya diQl bingkisan untuk daerah.:
daerah itu. 'rerlihat d.i sini lukisan perlawatan Pocut Muhamst
digambarkan dalam komposisi yang berimbang, tidak terkesan
ada faktor ketergesa-gesaan dari sang penyair. Begitu juga lu•
kisan pertemuan digambarkan secaradetail, sejak dari pakaian
perang Pocut Mubamat t berbagai jimat dan pena~gkal lain.nya yang dipakai, alat senjata yang diPEUce.in¥a, dan yang dipakai
47
oleh pasukan Pidie dan pasukan·Aceh, panji-panji masing paw
sukan, semua dilUkiskan dengan penuh ketelitian. Karena·de
tailnya pelukisan tersebut, memberi kesan gerak cerita lebih
lamban dibanding dengan HMD.
Teknik pembinaan daya tarik cerita atau teknik _!!ls~ns.!
dalam HMD, terutama dengan cara membayangkan apa yang bakal
terjadi, yang kedua dengan care. menyebutkan lebih dulu apa
yang telah t~rjadi, pros~s kejadian baru diulang setelah itu.
Kedatangan Si Ujut ke Aceh yang kemudian membuat>huru-hara,
sebenarnya ~da awal-awal sudah dibayangkan oleh penyair.
Pembayangan itu pertama . sekali disebutkan oleh Raja Raden
ketika ia memperkenalkan diri kepada Sultan. Dikatakannya bahwa saudaranya bernama Raja Si Ujut, yang namanya terkenal
karena wataknya yang jahat. Lalu ketika ia datang ke Aceh,
pembayangan akan gelagat tidak baik itu pertama sekali digam
barkan kapal pengiringnya yang besar sebanyak tujuh kapal,
kemudian kegelisahan Putroe Phang mengetahui kedatangannya,
sehingga dengan segala kebe$aran diaturlah upacara penyambut
annya, di samping itu dijelaskan pula bahwa ia orang kafir •
. Teknik penyebutan lebih dahulu peristiwa yang akan terjadi,
misalnya terlihat dalam episode kematian Panglima Pidie da•
lam perang babak kedua melawan Si Ujut.
1906 Umu sithon Ma1em pangkay prang, hana 1apang kaph'
cilaka
1907 Jipongkay prang that meusak&t, mate peungap6t tuan
panglima
19o8 Masa nyan mate Panglima Pidie, ureueng nyang ghie
nibak raja
1909 Pang1ima Pidie ureueng nasihat, troih peundapat -nyang samporetpta
1910 Nyang goh mat6 sit ka jithEle, umanat gurtle han ji ..
lupa
1911 La1u metltuto Panglima Pidie, ureueng nyang ghie ni
bak raja
'
1906 Selama setahun Malem berperang, be1um berkurang kafir ce1aka
1907 Ia berternpur sungguh sulit, mati pengapit tuan panglima
1908 Ketika itu mati Panglirna Pidie, orang yang intim .depgan raja ·
i909 Panglima Pidie orang yang waskita,·memahami pertanda dengan sempurna
48
1910 Ia mengetahui kematiannya, pengajaran guru tak di-lup~kan .
1911 Lalli berkata Pai'lglima Pidie, orang yang intim dengan raja
Terlihat pernyataan tiga larik pertama mengagetkan pem
baca, sebab secara tiba-tiba disebutkan kematian Pang1ima
Pidie, tetapi tiga 1arik berikutnya menjelaskan proses keja
diannya, sampai kepada kejadian yang sesungguhnya (larik
1989). Sistem pernyataan semacam itu dengan sendirinya juga
menimbu1kan semacam ketegangan pada penikmat, dan mendorong
keingintahuan . proses kejadiannya.
Dalam HPM teknik suspense terlihat teru~ma terujud da
lam dua teknik juga, yang pertama lewat mimpi, dan yang kedua
1ewat penjelasan masa la1u tokoh. Pembukaan HPM dimulai dengan ·~
mimpi Pocut Muhama t, seo1ah-o1ah ia naik ke sua tu tempa t yang.
tinggi, dari sana ia dapat meninjau ke seluruh pe1osok negeri•
Mimpinya itu.merupakan pembayangan awal (foreshadc>Wing) akan
kemenangan yang diperolehnya dalam peperangan nanti. Sebalik
nya mimpi Jeumaloyalam, datangnya air bah dan,badai yang me•
nenggelamkan kampung dan menghanyutkan mahligai, merupakan
pembayangan awa1 akan kekalahannya nanti. Tekniti membina ke
tegangan yang lain ialah menangguhkan.peristiwa; yang ake.n ter
jadi dengan menyisipkan peristiwa-peristiwa yang lain yang
berupa unsur tinjau-ba1ik, misalnya menunda Meugat menyrunpa.i
kan surat secara langsung kepada Pangul~e Peunaroe dengan cara
membawanya bercerita lebih dahu1u pada hal-hal yang lain, be•
gitu juga halnya dengan Jeumaloya1am tidak langsung menyelesai
kan masalahnya dengan PanguUfe Peunaroe, melainkan bercerita
du,J,u mengenai kisah:.·•masa lalu mereka. Semua .ini menimbulkan
49
ketegangan pada penikmat, sebab peristiwa yang dinantikan
tertunda penyampaiannya.
Teknik pembentukan eerita di dalam HMO terkesan mem
punyai pola yang khas sekali, seolah seluruh bagian oe~ita
sudah mempunyai model sendiri-sendiri• yang dengan mudah
dapat dirangkaikan, tanpa mengalami kesukaran. Hal ini ter
lihat dari perulangan-perulangan bagian-bagian peneeritaan
yang dilakukan dengan eara mengulang larik-lariknyahampir
tanpa perubahan. Misalnya terlihat ketika bujang membawa
berita, atau memberikan laporan, di sini larik-larik yang
telah diueapkan sebelumnya diulang ueapkan lagi o1eh bujang
pada orang yabg dituju itu, begitu juga uaeehat Ja Pa:keh
pada·Malem Dagang, selalu diulang dalam larik-larik yang
hampir se1uruhnya sama. Untuk sekedar eontoh dikutip di sini
perulangan yang lain, ialah reaksi Malem Dagang apabila Sul
tan melarangnya berperang, kemudian diikuti dengan penyesal
an Sultan karena telanjur mengangkat Malem Bagang sebagai
panglima perang. Reaksi dan penyesalan itu, larik-lariknya
diulang hampir selalu sama, baik dalam episode Asahan maupun
dalam episode perang Ban~g.
Ketika menghadapi genearnya tembakan meriam Asahan, Sul
tan ketakutan, lalu mengajak Malem Dagang berunding saja, dan
pasUkan kembali ke Aeeh tidak usah diteruskan ke Johor, di
Aeeh nanti ditunggu kedatangan Si Ujut. Rea:ksi Malam Dagang
adalah sebagai berikut:
1029 Malem Dagang nga meunan areutoe, buju jaroe ateueh
jeumala
1030 TUMku, masa taboh panglima prang, takheun tajak
prang nanggroe Meulaka
1031 Adak uroe nyoe han neubri prang, pakan ul.lebalang
meuag ·taka ba
1032 Han g~t meudang tuanku di nanggroe, peue buetmeu keu
noe po meukuta
1033 Masa tabob dielat payong, tapeuer6 gampong tatingsa7
tangga
50
1029 Malem Dagang dengan ucapan demikian, kedua tangan ke jemala
1030 Tuanku, ketika panglima prang dinobatkan, katanya hendak menyerang negeri Malaka
1031 Kalau kini baginda larang berperang, mengapa hulu ... balang tuanku bawa
1032 Kalau kami diajak meninggalkan negeri, buat apa kami kemari, tuanku
1033 Ketika kami dinobatkan, tuanku pisahkan kami dari kampung dan ke1uarga
Larik-larik yang menyatakan penyesalan Sultan adalah
sebagai berikut:
1040 Adak kuth~e meunoe tlingang, Malem Dagang han kuboh
pang lima
1041 Jaka1ae kuboh Panglima Pidie, mangat meusie mita
bicara
1042 Nyoe ka kuboh Malem Daga~g, keureuna biek tungang
rukon mubaka
1040 Kalau kutahu begitu pembangkang, Malem Dagang tak kujaditan pang1ima
1041 Andai kuangkat Pang1ima Pidie, ja1an kompromi gampang bicara
1042 Kini telah kuangkat Malem Dagang, sebab dari keturunan pemberanidan_terhormat
Perulangan-perulangan ini 1ebih lanjut dijelaskan da
lam pembahasan mengenai struktur puisi di bagian belakang.
Pola perulangan serupa itu tidak terdapat di dalam HPM•
perulangan-peru)angan yang ada di sini hanya terbatas pada
hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur konvensi saja,
seperti perulangan lukisan taluan bunyi-b~yian, persembah
an yang.diberikan oleh eakyat, atau pembahagian hadiah yang
diberikan oleh Pocut Muhamat. Kenyataan ini menunjukkan de
katnya HMD dengan tradisi sastra lisan, sebab di sini juga
terujut semacam formula yang memudahkan penyair menyusun
ceritanya.
I 4{... Q..%$ *- A e
V. AHANAT DALAivl HND DAN HPM
Sebenarnya dalam l?embahasan struktur cerita, secara
tidak langsung telah terbayang arah amanatnya, terutama
pada episode-episode· yang lebih panjang lebar diurai.kan
oleh penyair. Penekanan-penekanan yang dikesankan di da
lam episode itu, hampir selalu berkaitan dengan tokohnya.
Tokoh ceritalah sebenarnya yang menjadikan adanya penekan
an dalam episode-episode tertentu, sehingga dapat mendu
kung amanat yang hendak disampaikan. Lewat tokoh amanat
itu· menjelma terutama lewatLyang dibawakan oleh tokoh uta-
manya. Maka setelah memperhatikan strukturkedua h.ikayat
ini, satu persatu kini akan dibicarakan amanatnya setelah
terlebih dahulu dibicarakan tokoh yang mendukung amanat.
fyesan 1. Amanat dalam HMD
Dalam HMD tokoh yang pertama sekali disebut-sebut ada
lah Sultan Iskandar Huda, yang disebut juga dengan gelaran
Heukuta Alam. Iskandar Muda adalah raja yang adil dan me
makmurkan negeri sehingga rakyatnya hidup sejahtera. Keti
ka Si Ujut membuat huru-hara di Aceh, Sultan sangat marah,
tetapi ke'lemahannya mulai disebutkan oleh penyair di sini.
Kelemahan itu diungkapkan pada waktu ia bertemu dengan Raja
Haden, Sultan mengatakan bahwa ia tidakL;jalan ke mana harus
mengejar Si Ujut yang sudah lari ke negerinya itu. Raja Ra
denlah kemudian yang menasihatinya agar mengerahkan rakyat
membangun armada, dan Raja Haden akan bersedia menjadi pang
lima perangnyao Perla~;1atan mengerahkan rakyat membantu P~e
rang ke Johor, dilakukan oleh Sultan sendiri, tetapi sete
lah pengangkatan Malem Dagang di Jambo Aye(Semakin lemah.
Sejakepisode Heureudu, diarigkatnya Ja Pakeh sebagai pena
sehat perang, Sultan selalu bertanya tentang berbagai tern
pat yang dilalui pada Ja Pakeh. Dalam pengangkatan Malem
Dagang, Sultan juga bermusyawarah dengan Ja Pak&h. Dalam.
/Peeannya L tahu
"
52
pelayaran, kelemahanSultan semakin ditonjolkan. Dalam pe
layaran menuju Asahan, Sultan bertanya pada Ja Pakeh, apa
kah arah pelayaran tidak keliru, karena sekelilingnya yang
dilihat air semata. Ketika perang babak pertama berlangsung
dengan Asahan, Sultan ketakutan, lalu menyuruh Malem Dagang
menghentikan perang. Dan ketika perang Asahan selesai, Ma
lem Dagang membawa putri Asahan yang cantik itu ke kapal,
Sultan malah tergoda dan memintanya pada Malem Dagang untuk
ternan Putroe Phang di istana, dan Sultan lalu mengajak Malam
Dagang pulang saja ke Aceh, tidak usah lagi mengejar Si Ujut
ke Johor, ditunggu saja kedatangannya ke Aceh. Dalam perang
di Laut Banang, ketika Sultan baru datang dari Johor, disam
but oleh Malem Dagang dengan memperolok-oloknya, dan ketika
perang dengan Si Ujut berlangsung Sultan memperlihatkan lagi
ketakutannya, sehingga ia disuruh tinggal saja di dalam bi
lik (p~k~~). Dalam pelayaran dan peperangan, kekuasaan nam
paknya berpindah ke tangan Nalem Dagang dan Ja Pakeh. Ja Pa
keh yang menentukan kutika yang baik untuk memulai peperang
an. Halem Dagang meminta izin untuk berperang bukan pada Sul
tan, melainkan pada Ja Madinahq Ketika putri Asahan, Keumala
Donya, ditawan oleh l'i!alem Dagang, ia tidak dibawa ke kapal
Sultan,.melainkan disimpan di kapal Malem Dagang sendiri,
sehingga ketika Raja Asahan datang hendak menebusnya, Sultan
juga menyerahkan urusannya kepada Malem Dagang sendiri.
Malem Dagang sejak diangkat di Jambo Aye menonjol pera
nannya, ia yang mengatur siaaat perang dan melaksanakannya
bersama dengan Raja Raden dan Panglima Pidie. Ajakan-ajakan
Sultan untuk berunding dengan Asahan ditolaknya, malah Sul
tan disuruh menyingkir ke laut bebas. Dalam pelayaran dan
peperangan ini Malem Dagang memegang peranan, dengan menda
pat sokongan nasehat dan penentuan kutika baik dari Ja Pakeh.·
Dalam uraian di atas terlihat ada dua tokoh yang besar
peranannya, ialah Sultan Iskandar Muda dan Malem Dagang. Ju
dul suatu cerita biasanya mencerminkan amanatnya. Judul HMD
. ~;,-
. --.'1 i
1
l .--~
53
menonjolkan Halem Dagang,.panglima perangnya, sedangkan da
lam pembukaan dan penutupan hikayat menonjolkan Sultan Iskandar Hudao Terlihat di sini antara judul dan pembukaan/
penutupan hikayat terdapat pertentangan, tetapi pertentang
an ini mungkin akan dapat diatasi dengan cara mencari unsur
cerita yang berulang kali muncul, sehingga dapat dikenal se
bagai _le!_t~~"t . .i_f, yang terkandung dalam setiap unsur cerita
(Akhadiati Ikram, 1978:13). Dari awal cerita sebenarnya sudah dipertentangkan an
tara Raja Haden yang baik hati, datang ke Aceh dengan tuju
an semata-mata hendak masuk Islam dan sekaligus ingin mem
perhambakan diri kepada Sultan. Hal ini dibuktikan dengan
menyerahkan Putroe Phang kepada Sulta.n. Kebaikannya itu di
balas oleh Sultan dengan mengawinkannya dengan adiknya sen
diri, diberi istaha lengkap dengan dendayang, beserta wila
yah tempat ia memerintah. Oposisinya ialah Raja Si Ujut,
yang sejak datangnya sudah menunjukkan gelagat tidak baik,
angkatan pel1giringnya yang besar, agamanya masih agama ka
fir, namun Sultan menyambutnya dengan baik, diberi pesalin
an yang megah dan diberi tempat ia memerintah di Ladong dan
Krueng Raya. Meski Sultan memperlakukan sama., tetapi pada
hakekatnya tidak sama, sebab tempat memerintah Raja Raden
dekat dengan lingkungan istana, sedangkan tempat memerintah
Si Ujut jauh dari istana, ialah di wilayah pantai.
Sifat oposisi ini dalam perkembangan kemudian semakin
nyata, ketika Si Ujud mem-buat huru-hara di wtlayahnya, ia
meninggalkan Aceh kembali ke Johor. Di sini Raja Raden mem
buat pernyataan bahwa ia tidak memandangnya lagi sebagai sau
daranya. Hal ini juga berhubungan dengan ucapanSi Ujut dalam
pertengkaran sebelumnya dengan Raja Raden._yang menyatakan bah
wa sikap Raja Haden yang telah memeluk agama Islam itu dalam
pandangan Si Ujut. sepeser pun tak ada harganya lagi. Lebih
lanjut dalam persiapan armada untuk menyerang Si Ujut di Jo
hor, datang pula satu batang kayu besar (~ind~~) ke pantai
Aceh yang kemudian dijadikan kapal Cakra Donya untuk menggem-
54
pur Si Ujuto Pohon besar itu sengaja menghanyutkan diri da
ri Guha, agar dijadikan kapal oleh Sultan untuk mengalahkan
Si Ujut. Pohon kayu itu ternyata dihuni oleh jin Islam.
Unsur-unsur yang beroposisi antara Islam dan kafir ini.
dalam episode Neureudu memperlihatkan eksistensinya yang
nyata, yang sekaligus mengarahkan sasaran amanat HMD, dengan
demikian menjelaskan pula mengapa seolah-olah terdapat per
tentangan antara judul dengan pembuka/penutup hikayat. Di
Heureudu ada seorang ulama besar yang bernama Ja Pakeh, di
sebut juga Ja Madinah atau Ja Ulama,
(~, singkatan dari Kuj.::, = kakek, semacam panggilan kehormatan kepada seseorang yang tergolong terkemuka dalam masyarakat dan sudah lanjut usia. Dalam hal ini Ja Pakeh terpandang sebagai seorang ulama besar, pen.).
Ia menerima pengaduan rakyat, mereka takut menghadap Sultan
sebab sudah tujuh hari Sultan berada di Simpang baru sekarang
rakyat 11eureudu yang baru turun dari gunung itu pergi mengha
dap. Maka berkata Ja Pakeh pada mereka:
528 Adak meunan cuco badan, kutron sajan jak udehta ' ' ' ' 529 Bek katakot bek kamalee, bukon na kee si dakwa raja
530 Leubeh di droe nya:n neukrajeuen, di kee keusuka'an
lueng a{l'ama
531 Leubeh di droe nyan neupham adat, hukom Allah that
k'ee kuraja
528 Kalau begitu, cucu, sayang, aku ikut turun, ayoh bersama
529 Jangan takut, jangan malu, ada aku si dakwa raja 530 Kelebihan dia dalam memerintah, aku kesukaan jurusan
agama 531 Kelebihan dia dalam memahami adat (undang-undang ke
rajaan), hukum Allah akulah rajanya.
Sikap Ja Pakeh ini menunjukkan bahwa sasaran yang mer...
dasari HMD adalah misi pengislaman, karena itu dalam perkem
bangan cerita selanjutnya Ja Pakeh sebagai ulama besar, pena
sehat perang, sekaligus juga menjadi tempat bertanya Sultan
tentang segala ac•uatunya. Sultan senantiasa tunduk pada apa
yang diucapkan oleh Ja Pakeh, begitu juga Malem Dagang, se
hubungan dengan unsur..-unsur cerita yang berkemba.ng ini,L · ·
letakkan posisinya di pihak Ja Pakeh (ulama). Hal ini disim-·
bolkan oleh namanya (~~ = alim, orang yang menguasai il
mu agama, dag~~ = perantau, meninggalkan kampung untuk me
nuntut ilmu agama, pen.), yang menunjukkan bahwa ia juga
seorang/kuat agamanya dan banyak pengalaman. Lia di-
Dalam situasi ini, kedua tokoh tersebut baranskali da
pat dipandang sebagai dua sisi mata uang, keduanya menyim
bolkan kekuatan ulama, Ja Pakeh sebagai penilik kutika, pe
nasehat,dan Malem Dagang sebagai pelaksananya, sebagai ujung
tombak para ulama. /Yang Sasaran pengislaman, ternyata tidak hanya ditujukan un
tuk memberantas kafir (Si Ujut), tetapi juga raja kafir yang
lain, di sini ditunjukkan dengan perang Asahan. Pola oposisi
di sini terlihat lagi, raja Asahan yang kafir dikatakan se
bagai raja yang sangat kejam kalau ia menaklukkan sesuatu ne
geri, tetapi ketika pasukan Aceh menaklukkan Asahan, tidak
terjadi kekejaman yang demikian. Negeri tidak dihancurkan,
putri-putri dalam istana yang banyaknya seratus ora.ng tidak
ditawan, yang diambil hanya permaisuri raja saja, ialah Keu
mala Donya. Raja Asahan sekembalinya dari pelariannya, mali
hat negerinya dalam keadaan baik, dan putri-putri tidak di
rampas, membuat dia terheran-heran dan menaruh hormat pada
pasukan Aceh, karena itu ia lalu mengerahkan rakyat untuk
menghadiahkan mereka berbagai buah-buahan dan makanan, sedang
kan Raja Asahan membawa emas tujuh karung untuk menebus per
maisurinya. Tebusan itu tidak diterima oleh Malem Dagang, sya
rat yang diajukan ialah bahwa ia harus masuk Islam, maka Raja
Asahan bersama raja-raja takluknya masuk Islam dan diberi
pengajaran agama oleh Ja Pakeh. Selanjutnya negeri Asahan men
jadi negeri yang bersahabat dengan kerajaan Aceh, bukan seba
gai kerajaan taklukan. Si Ujut yang tidak mau masuk Islam ke
mudian dibunuh di Aceh.
56
Dari tinjauan ini terlihat bahwa Iskandar Muda menda
pat kejayaannya berkat bahtuan pihak ulama, dan karena ia
selalu berkonsultasi dengan ulama. Maka amanat yang tampil
di sini ialah: seorang raja akan mendapatkan kesempurnaan
kebesarannya kalau ia menjunjung tinggi kedudukan ulama.
Orang yang akan menyelamatkan kedudukan seorang raja adalah
ulama, sebab golongan ulama sangat dekat dengan rakyat. De-.
ngan kata lain, raja yang tidak menghiraukan golongan ulama,
akan menjauhkannya dari simpati rakyatnya.
HPH tidak memperlihatkan pertentangan antara judul de
ngan tokoh utama di dalam cerita. Di sini Pocut Muhamat tam
pil dan berperan sejak dari awal sampai pada akhir cerita.
Ialah penggerak cerita yang dimulai lewat mimpinya. Ia ber
musyawarah dengan saudaranya Pocut.Kleng dan Pocut Sandang
untuk menegakkan wibawa pemerintahan saudara tua mereka Raja
Huda (Alaeddin). Oposisi pertama dalam usahanya itu justru
datang dari Raja Muda. Kekerasan Raja Muda hendak mencegah
rencana tersebut dengan mendatanginya secara langsung, jus ..
tru semakin menonjolkan kekukuhan pendirian Pocut Huhamat,
di sini dinyatakan dengan kalahnya Raja Huda berdebat dengan
adiknya. Sikap Pocut Muhamat yang simpati, sopan santun, tu
tur katanya yang lemah-lembut, pemurah, penuh perhatian ter
hadap masalah yang dihadapi rakyat setempat, ditambah dengan
ketampanan wajahnya, suaranya yang bagus, membuat ia omendapat
dukungan penuh dari rakyat dalam perlawatannya untuk menghim
pun kekuatan itu. Oposisi tangguh yang dihadapinya di Pidie,
adalah Pangulee Peunaroe, anak angkat musuhnya, Jeumaloyalam.
Pengulee Peunaroe yang ditakuti di seluruh Pidie karena per
kasanya, juga akhirnya dapat diyakinkan oleh Pocut Muhamat
terutama karena dibantu oleh sikapnya itu.
9%- o _ L,x_ .. $_ ;pa *
S?
Jeuma10,.a1am, peJ'li'Ulaa Ga.,Ona Java, ia dipancla.ng ae
bagai orang auci, keturunan Raaulullah. Ia diaegani oleh
rakyatnya dan juga rakyat yang langnq ada eli bawab kekua ...
aaan Raja Mucla eli Aceh. Baja Muda sendiri pun menahormati
nya, lebih-lebih kare.na peaan clari alDtarhum ayah mereka,
agar mereka mau beraaudara dengannya. Pengpmbaran aaal
keturunan JeumalO,.alam ini mempunyai kepentingauya nanti
dalam peristiwa kematian Pangul'ee Peunaroe. Pangul\e Peu
naroe meninsgal bukan karena ditembak oleh ayah angkatnya
i tu, raelainkan karena terkeDA bayangan saaaran bedil Jeuma
loyalam yang diarahkan ke dahan pohon gluaJ!!I• Ini menje
laskan bahwa Jeumaloyalaa mempunyai tenap-dalam yang luar ·
biasa ampubnya. Tetapi bayangan bahwa Pangulee Peunaroe
akan menerima akibat dari kedurhakaannya telab terungkap
ketika ia pamit pada ibu tirinya, satu-aatu111a «?rang yang
sangat mengasihinya. Ibu tirinya dengan mata yang sebak
berusaba mencegah Pangulee Peunaroe ikut aenyerang Gamping
Java, dan mengingatkannya pada jaaa-jaaa baik Jeumaloyalam
yang telah menyelamatkan nyawanya dalam petang Glumpang Pa-- ' yong. Panaulee Peunaroe rupanya meraaa jengkel pada ibu ti-
rin;ra itu, karena memandangn;ra ~~aaih aebagai anak kecil ju
ga yang aelalu harus dinasihati.· Malta eetelah menyembah
lutut ibunya, sambil turun dari rumah ia berkata, "Han ae
~te,~ -~~l!e..q})~t i!!~~~h._(e.~t._a.~l_~~_J'l..l!':,§_!~U~~ (Tidak pantas dipatuhi ( omongan) orang perempuan, rusak na-ma baik kita), dilanjutkan dengan ceroaan yang lebih ka.sar
lagi yang diarahkan kepada ibu t~rinya itu. Men4ltngar ucap
annya i tu semua dendayang dalam iataDa aenangis semuaDI'a,
maka ketika ia sampai ke halaman istana, alaat jelek itu
pun diungkapkan.
1908 'Ob trOib u leuen neudong si • at, di ainan aapat
lewaah tancla
1909 Neupeuleumah ul' Tuhan, tanda kayaan Allah Ta•ala
1910 Angen pi tan ujeuen pi tan, ba.k u di laman reuba.h
meutiapa 1911 Reubah bak u ka meu1inteueng, patah tu1eueng rueng
rumoh B~ntara
1908 Sesampai di halaman ia berhenti sejenak, di situ ter1ihat tanda pertama
1909 Diper1ihatkan o1eh Tuhan, bukti kayanya Allah Ta•ala 1010 Angin tidak l)ujan pun tidak, pohon kelapa di hala•n
tumbang sendiri 1911 Tumbangnya menimpa rumah, patah ba1ok bubunga.n rumah
B'iltara
Alamat jelek ini 1alu menjadi kenyataan ketika ia berhadapan dengan JeumalO,.alam. Hal· ini juga sekaligus menunjukkan bahwa dengan memihaknya Pangul"ee Peunaroe kepada ~oout Muhamat, berarti secara serta-merta telah mengarahkan
nya pada malapetaka, ialah durhaka kepada ibu tirinya dan
durhaka kepada ayah angkatnya. James Siegel .dalam uraiannya
mengenai a1asan kematian Pangul.e Peunaroe membuat kekeli-' ruan yang sangat beaar. Ia haaya melihat hubungan PaDplee
Peunaroe dengan JeumalO,.alam dalam kaitan perawatan dan hadiah-hadiah yang diberikan, yang aemuanya itu menurut pemahamannya dapat dihitung untuk dibayar kembali. Dengan kata
lain perkaita.n 1'durhaka11 karena sebutan ''ayah angkat" dan
"anal(; angka.t11 , tidak ada relevansinya saa sekali. Siegel
melihat alasan kematian Pangulee Peunaroe, karena sebutan 11anak angkat 11 yang diberikan oleh.JeumalO,.alam, sebagai se
butan yang mengandung unsur magis, sebab Jeuma1oyalam orang suci, cucu anbia. Hal ini dikaitkannya dengan Ja Pakeh da~ lam HMD yang .. lam tafsiran Siegel ulama besar ini juga me
ngeramatko.n nama-nama tempa:t yang diberikannya sepanjang
perlawatannya dengan Iskandar Muda di pantai utara Aceb (Si
egel, 1979:161-165). Keterangan Siegel tentang Ja Pakeh ini pun merupakan kekeliruan yang besar. Dalam perlawatan itu
Ja Pakeb tidak pernab memberikan nama terhadap aeauatu tempat, ia hanya sekedar menjelaskan tempat-teapa.t tersebut ae-
/ .•
.59
hubungan pertanyaan Iskan~r Muda · aaja. Dalam hal ini Si•
gel melepaskan aatu unsur penting yang ditonjolkan di sini
ialah kedurhakaan Pansulee Peunaroe, lea rena orans 7all$ au
dab dipandangnya sebagai ibu dan sebagai ayah sendiri mem~
punyai konaekuensi dalam ajaran agama (Islam) dan dalam
konvenai kemasyarakatan. Banta Amat dalam ~aba Sr~-1!1..-~l!~a.,g atau Malin Kundang dalam legende Si Malin K~da!S di Minangkabau, berubah menjadi batu, karena durhaka kepada ibunya.
Dalam hubungannya dengan amanat RPM, episode Pangul1te Peunaroe sebenarnya mempunyai sambutan yang beaar juga di dalam maayarakat penikmat hikayat, bila dik.aitkan de.ngan kepercayaan agama dan konvensi masyarakatnya. Tetapi bila di._
kaitkan dengan peran Pocut Muhamat, sehubungan dengan ikti
kat hendak mengeabalikan wibawa pemerintahan Raja Muda, se
bagai satu-satunya pemerintahan yang sah, maka episo~e Pa
ngulee Peunaroe merupakan amanat penunjang yang mengukuhkan
kedudukan tokoh Pocut Muhamat.
Dengan demikian amanat utama yang tersirat dalam selu
ruh bagian cerita HPM ialah Pocut Muhamat dengan segala sikapnya yang istimewa, merupakan contoh tokoh idaman yang
mampu mempersatukan seluruh wilayah kerajaan. Sikapnya yang aimpatik, mania tutur katanya, pemurah, penuh perhatian ke
pada masalah yang dihadapi mkyat, tidak memakaakan kehendak
nya (Pangulee Peunaroe inemihak padanya bukan karena dipakaa,,
melainkan karena'aikap Pocut Muhamat), dan tidak.emosional
dalam bertindak atau mengambil sesuatu keputusan, serta ti
dak berdendam. Hal yang terakhir ini terungkap ketika ia ber
hadapan dengan Jeumaloyalam. Ia tetap hormat dan sopan kepacla Jeumaloyalam, k~tika yang terakhir ini meminta_ jalan keluar
hendak meninggalkan istanaaya, menuju lee tempat pengasingan
nya dengan meninggalkan seluruh kekayaan di dalam istana.
Jelas di sini, bahwa Pocut 1-tuhamat teguh dengan p4ndirian se
mula, ialah mengembalikan seluruh wilayah kekuasaan Raja Muda
pada pemerintahan yang ·aah, karena itu ia tidak menaruh dftll•
dam apa--apa terhadap Jeumaloyalam. Bor-.tnya pula Jeumal.O,.
lam sebagai orang auci, tidak sedikit pun berkurans.
'
. ····-~ > '<,_1
-I
VI. PEHAKAIAN KATA GANTI ORANG DALAM HMD DAN HPM
Pembahasan mengaAai pemakaiu kata ganti orang 1ni d:i ..
maksudkan untuk mengeiahui adakah penyimpangu-penyimpangan
dalam pemakaiannya antara kedua hika,-at ini. Kalau ada, manakah yang paling banyak kadar penyimpang&nJ11a" dan penyilmpangan-penyimpangan tersebut barangkali dapat pula menentukan yang mana yang.paling banyak memperlihatkan ciri•ciri tradisi lisan.
l• Bentuk kata santi orapg dan pemakaiannta dalam bahasa Aoeh
Kata ganti orang yang terdapat dalam bahasa Aceh ada.lah sebagai berikut :
(1) Kata ganti orang pertamas
Bentuk tunggal • kae, lon, ulon, ulontuan,- ulonteu,
pat&k• saki, paoay, laman sroepada. · Ben tuk jamak . kamoe geutanyoe
(2) Kata ganti orang kedua :
Bentuk tunggal/ja~k a kah, gata• droeneu
(3) Kata ganti orang ketiga :
Bentuk tunggal/jamak : jiht gobnyan
Beberapa kata ganti orang ini mengalami perubahan ben•
tuk bila berfungsi sebagai awalan atau akhiran kata ganti. ·
Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
Awalan kata ganti (1) Kata ganti orang pertama: kae menjadi ku•
•
lon, ulon, ulontuan, ulonteu menjadi lon• kamoe menjadi meu
geutanyoe menjadi ta-
(2) Kata ganti orang kedua : kah menjadi ka-
gata menjadi tadroeneu menjadi neu-
60
(3) Kata ganti orang ketiga : jih menjadi ji
gobnyan menjadi geu-
Akhiran kata ganti
(1) Kata ganti orang pertama: kle menjadi -ku(h)
kamoe menjadi -meu(h) geutanyoe menjadi -teu(h)
(2) Kata ganti orang kedua : kah menjadi -keu(h)
gata menjadi -teu(h) droeneu menjadi -neu(h)
(~) Kata ganti ora.ng ketiga : jih menjadi -ji(h)
gobnyan menjadi -geu(h)
Kebanyakan peneliti bahasa Aeeh, hanya mencatat saja
•
apa yang terlihat dalam pemakaian kata ganti ini, tanpa ber
usaha memahami fungsi masing-masing dalam pemskaiannya. Ka
rena hanya mencatat itulah, maka Hoesein Djajadiningrat me
masUkkan droeneu ke dalam kelompok kata ganti orang ketiga
tunggal (1934: ix). Sebenarnya. droeneu untuk pengertian orang
ketiga tunggal, dipakai dalam peristiwa yang sangat khusus,
ditujukan untuk menghormati orang yang disebutkan. Rakyat
biasa tidak akan menyebut gobnyan (bentuk kata ganti orang
ketiga yang umum dipakai) terhadap raja, atau orang yang sa•
ngat dihormati, dimuliakan, misalnya: hulubalang, ulama, bah
kan untuk Tuhan. untuk sekedar contoh, dikutip di sini dua
larik dari HMD dan RPM. . .
Padum law't neukeurajeuen, sapeue pi tan na mumara (sudah sekian lama baginda memerintah, tak satu pun mara menimpa} (HMD: larik 22, h.15)
Na nyum .!!!.!' eu gunong nyang manyang, leumah .!!!,!!P8.Ddang sagay donya (serasa beliau melihat gunung yang tinggi,
dari sini beliau bisa memandang seantero dunia)
(HPM: larik 9, h•39}
Barangkali hanya Snouck Hurgronje sajalah yang menooba
menjelaskan pemakaian 9 atau tingkat pemakaian masing-masing
kata ganti tersebut (1900:180-186). Keterangan Snouck tersebut 1ebih·lebih terasa penting, karena pada eaat karangan
itu ditulis, maeyarakat Aceh belum lagi jauh dengan suasana
kerajaan. Sebagian besar keterangan Snouck dalam karange.Jm1a
itu sebagian besar ternyata maeih sesuai dengan pemakaian
yang berlaku sek.arang di dalam kehidupan bahasa Aceh, tentu
saja tidak termasuk kata•kata ganti yang bersangk.ut paut d~'
ngan tata kehormatan kerajaan antara raja atau kalangan iata:na dengan rakyat atau budak.
Snouck menjelaekan bahwa kata ganti orang pertamas k3et -sering terdengar dipakai dalam pergaulan orang-orEUlg reJI.dah•
an, budak, orang-orang yang tidak santun, atau or~res udik yang tidak berpendidikanjj Tentang orang udik t.g diang• ga.p bahaeanya kasar, disebut eebuah ungkapan oleh Snowalc, "Narit ureueng tunong meukah·k~e", omongan orang pede.l.«lflll'lll.:: ·
berengkau-beraku. (1900:182). Konotasi Snouck tentang J!llakaian ili, di sini jelas menunjuk pada suasana masa 1 tu, t.O:•• pi sekarang pun tetap dipandang kasar orang yang menyebut di• rinya dengan .ili• !h,, barangkali dapat diterjemah dengan aku
dalam bahasa Indonesia, atau suwa dalam dialek Jakarta.
Lon, kependekan dari ulon, dipandang lebih sopan 1 biasanya kedudukan teman bicara tidak lebih rendah dari yang ber
bicara. Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan
!!J!!e Keterangan Snouck tentang pemakaian ulontuan dan UlOnteu,
terdapat sedikit pertentangan dengan kenyataan sekarang.
Snouck menjelaskan bahwa ulontuan dipakai oleh pembicara yang
kedudukannya lebih rendah de.ri teman bicaranya 1 sedangkan da•
lam pemakaian ulonteu (terbentuk dari ulon+teu, teu kependek--------an dari sata) kedudukan pembicara 1ebih rendah lagi dari
ulentuan. (l900zl8o).
Kedua kata ganti tersebut sebenarnya pemakaiannya t.idak
lag·i menunjuk pada rendahnya kedudukan pembicara, melainku
lebih menunjuk pada tingkat sopan santun• atau budi bahasa pengucapnya. Mungkin dapat dibandingkan dengan tingkat pema
kaian bahasa dalam masyarakat Jawa yang mengenal tingkatan
ngoko, kromo dan kromo inssil, meskipun dalam bahasa Aceh
hanya terbatas pada kata ganti orang saja. Jadi sehubungan
dengan itu dapatlah dianggap: k~e (ngcko), lon, ulon (kromo),
sedangkan ulontuan, ulonteu (kromo inggil), hal ini terlihat jelas.dalam kedua hikayat yang dibicarakan ini.
194
Contch dalam HMD \ -.. "' Pakon tapeugoe ulonteu sidroe, toh sal&h proe siri sabda
(mengapa adinda bangunkan hamba, apa gerangan keperluan
nya) (Dieupakan oleh Raja Raden kepada permaisurinya)
884 Ul.onteu eu. dalam surat, hana sapat nyang na cidra (Bamba
periksa dalam kitab, tak satu pun yang keliru) (Ucapan
Ja Pakeh pada Sultan Iskandar Muda)
1270 Han ek tuanku ulonteu mubisan, han ek lon pulang payong
suasa (Tak sanggup hamba berbesan dengan tuanku, (sebab)
ta~saya memberikan (buah tangan) payung suasa) (Diucap
kan oleh Malem Dagang kepada Sultan Iskandar Muda)
Contoh dalam RPM Lmampu
260 Meungtan gata ad3k di sinoe, ulonteu nyoe harohara (Kalau tak ada adlk di sini, hamba ini kaoau balau) (Diuoap
kan oleh Raja Muda kepada Pocut Muhamat)
654 Ul.onteu out badan seudang, han tom lam prang diJ.:Ie nyang
ka (Hamba masih sangat muda, belum sekali pun ke arena perang) (Diucapkan oleh Pocut Muhamat pada rakyat Pidie)
l400 Han jeuet Pccut ulonteu ubah, ka leupaih sumpah han jeuet meutuka ( Tak mungkin Pocut hamba ubah, sumpah telah. diu
oapkan) (Piuoapkan oleh Pangulee Peunaroe kepada Poeut
Muhamat)
64
Patlk, ;pacay, (Melay\1: patik, pacal), ~. keti&a kata
ini sering ditambah keterugan "nyang hina" (yang hina), bia
eanya diucapkan oleh budak atau hamba sahaya kepada tuannya.
Tetapi selalu juga terlihat dipakai oleh rakyat biasa bilaL •
terhadap raja. Hal ini kelihatan dalam HMD. Lberbicara
Ampon tuanku meurible amp0n 1 seumah ulon pacay nyang hi
na (Ampon tuanku beribu ampun, sembah hamba budak yang hina)
(Diucapkan oleh Putroe Phang kepada Sultan Iskandar Muda)
Kamoe, di samping mempunyai pengertian orang pertama ja ...
mak, dipakai juga sebagai ungkapan kebesaran untuk orang pertania tunggal, ialah raja. Geutanyoe (kita), orang pertama ja
mak, dalam pemakaian sering juga diucapkan tanyoe.
Kata ganti orang kedua !!h• kedudukannya setingkat de
ngan kl,e. Gats. dan droeneu, dipakai dalam tingkat orang-orang --bersopan san tun. Dalam pemakaian sekarang ,, sa ta hanya dipakai ·
oleh suami kepada ieterinya, atau orang tua kepada anaknta
yang telah dewasa, atau orang dewasa lainnya. Tetapi di da~,
hikayat, gate. dipakai juga untuk menyebut Tuhan. Di dalrun HMD,
terlihat gata tidak hanya diucapkan oleh Sultan Iskandar Muda
kepacja'ieterinya Putroe Phang, tetapi juga eebaliknya. Hal
ya)(g terakhir ini menunjukka:n bahwa mungkin eekali dulu sata
Aflerupakan panggilan/ sebutan untuk "kekasih", mungkin same. de ..
ngan "dikau" dalam bahasa Melayu. Penyebutan sata untuk. Tuhan,
dalam hal ini mungkin dapat dihubungkan dengan 11kekasih". atau
"yang dirindukan" oleh kaum sufi.
Kah, gata, droeneu, dalam penjelasan Snouck untuk pel'lger-.
tian jamak, tidak pernah ditambah dengan kata tunjuk nyoe ( ini) t
tetapi dewasa ini untuk pengertian jamak sering diueapkan .aengan kahxgoe, ga t!N;a.t t droeneunyoe.
Kata ganti orang ketiga jih, kedudukannya setingkat de
ngan pemakai .2!'! atau ~ Teta);li sebagai awalan kata ganti,
J! mempunyai kedudukan yang berbeda dengan yang lain. ·i! berf'ungsi ~uga sebagai awalan pembentuk pasif, sama dengan awalan.
di- dalam bahasa Indonesia. -
Geulayang putoih -an "* .U,baplt 11 angln (Layangan putus i tu sudah ,!!! ~rban·~ ( olell) angin)
Gobnyan diucapkan pada o'*g J&ng kedudukanwa setingkat
dengaJl d:roeneu, tetapi bila ber-ntuk awalan kata santi (,geu .. ) d.apat juga berfungsi sebagai awalan pembentuk pasi:t mesld:Pua maaih menunjuk pada tingkat kedudukan pelakunya.
Baroe lon geudhot 1' yah (Kemarin saya !_imarahi ( oleh)
4f&h)
Di sini geu- (awalan kata ganti untuk ayah) tidak mung
kin diganti dengan ji ... , sebab yang leb.ih muda tidak sopan atau ti4«k beradat kalau mengatakan ~i- (jih) pada orang yang lebih t~ dari si pembicara.
Sehubungan dengan kata gantiorang ketiga jamak, sebanar
nya maeih terdapat satu lagi yang jarang tersua di dalam kaJ7.a,
tulia, tetapi hidup dalam ba:hasa lisan, ialah.!!.!! yang pelfl&•
kaiannra selalu diikuti oleh kata tunjuk nzan (itu) atau nroe
(ini) : awaknzan, awaknyoe (mereka itu, mereka ini), tergu ... tung d$kat tidaknya orang yang diperkatakan.
Demikianlah sedikit uraian mengenai pemakaian kata ganti
orang dalam bahasa Aceh, dan karena dapat juga dibentuk menja
di awalan atau akhiran kata ganti, menjadikan tingkat hormat
pemakaiannya dapat diketahui.
2. Gejala pe~kaian kata ganti yang terlihat d.a};am Jqm· du HPM -Gejala pemakaian kata ganti dalam kedua hikayat ini, akan
kami lakukan pembahasannya bertolak dari dua sudut tinjau. Hal
ini sesuai dengan cara pembeberan cerita yang dilakukan oleh
penyairnya, ialah dengan sudut tinjau ( poMr; t of. vJ..e,.w) orang
pertama dan sudut tinjau orang ketiga., peayair meluld.ekan lans•
sung masalah tokoh cerita (author omnitcienj) (~ne Wellek, 1970:222). Penyair dalam mengomentari tokoh-tokolmya dapat ditilik bagaimana tokoh teraebut bersikap terhadap t~oh Jang
I 0
66
.. lain yang kedudukannya berbeda, dan dapa. t juga di'tilik dart
segi eikap penyairnya eendi:ri terhadap tokoh tersebut.
Kedua aspek t a tau sudut tinjau ini alWl dapa t mengutigkapkan seberapa jauh penyair dapat memp&rtaha:lkan identitae tokoh yang ditampilkannya, dan kedudukah mas:i.ng•masing tokoh
tersebut dalam relaeinya. Tetapi karena s:Lngkatnya waktu dan banyaknya tokoh yang terdapat di dalam kedua hikayat, 'maka da• lam pembahasan ini hanya diambil beberapa tokoh utama saja.
Dalam HMD hanya akan ditinjau tokoh Sultan Iskandar Muda, ·
Malem Dagang, Ja Pakeh dan Putroe Phang. Dalam HPM aka.n dit.in•
jau tokoh Pocut Muhamat, Raja Muda, Pangul.ee Peunaroe dan
Jeumaloyalam.
a. Sikap penyair terhadap tokoh cerita d~ t~rhadap pende
ngar Dalam HMD Penyair beraku kepada pendengarnya, seperti terlihat da
lam larik pembuka hikayat ini.
Ajay&b eubeuhanallah, tang'o l.s!!kisah raja-raja (Ajaib
subhanallah, dengan kukisahkan raja-raja) -Dalam eebuah larik yang menunjukkan pergantian episode
eerita, terlihat lagi, penyair beraku kepad.a pendengarn7a (la
rik 1744).
Teutab ·t ohnan nyang haba nyan, nyoe kurangan la'6n srika
(Cukup sebegini tentang ha'l itu, akan kureka kisah 7ang - .
lain)
Tetapi dalam larik-larik penutup, penyair telah lebih ber
sopan santun, ia sudah memakai lori dan ulon. --2257 Lapan uroe buleuen lon peutamat, uroe meUhat Rabu
nama 2258 Nama buleuen Jumadoy Away, watl'e l'oha lon peuleungka
226o Encha Allah ka keu tamat, ulon harap keu Allah Ta'ala -2257 Delapan hari bulan saya selesaikan,hari paeti Rabu
bernama 2258 Nama bulan Jumadil Awal,waktu l()hOr saya rampungkan 2260 Insya Allah sudahlah tamat,harap saya pada Allah fa'ala
I I
67
Meskipun·penyair beraku untuk dirinya, tetapi kepada l)e•
nonton/pendengar :i.a. tidak berengkau (kah) melainkan beranda -{gata), eeperti teriihat pada larik pembuka "~sbu {anda de-
ngar). Juga dalam larik berikut ini, malah ia memangsU pen•
dengar dengan sebutan ttteun.gku" dan "amponn (teng1£u, panggi
lan sopan buat rakyat biasa, sedangkan·ampon, panggUan buat
orang-orang bangsawan). Larik ini melukiskan angkernya pohon
kayu besar (rindang) yang hanyut dari Gua itu. (larik 302).
- ' Teungku ampon hayut takalon t. meung eumpung tirom han ban
publa (Teungku, ampon, eeram kita memandangnya, sarang
tiram tak terkira)
Sikap penyair terhadap Iskandar Muda dillam banyak hal
cukup sopan, sebab kebanyakan ia memakai droeneu (neu•) ee--·bagai orang ketiga, jadi terkeean eangat menghormati. Tetapi
ia tidak selalu koneekuen dengan sebutan itu, misalnya ter•
lihat ketika Sultan memberikan hadiah buat Raja Si Ujut, pe
nyair menyebutnya dengan gobnl!D (geu-). Apakah ini ada hu•
bungannya dengan rasa estetis, mengingat larik•lariknya di
susun dalam bentuk perulangan.penjajaran. Jawabannya aubgkin
tidak demikian, eebab di bagian lain terlihat juga percampur
an antara ~- dengan geu- , misalnya ketika penyair mengo
mentari Ja Pakeh .• ,
41 'Oh lheueh Eseulam Raja Raden, neupeukaw3n ngon
cMedara
64 Geubri ija that meusanjak, neudong pirak teun~ suasa - . . . - ~ 539 Ja Pakeh yohnyan .a!,_UIIeuhon ampon, jaroe ,!!!!Seu• on
ateueh jeumala
1362 Hab6h geubri buet nyang sihat, geujok peundapat nyang -samporeuna
41 Setelall memeluk agama Islam,Raja Raden, dikawinkan dengan saudaranya
64 Diberi kain yang eangat indah, bersulam perak tenunaA suasa
, ! I
68
539 Ja Pakeh ketika itu memohon ampon, tangan terjunjting
di jemala
1,62 Telah beliau ajarkan perbuatan 1ang berkebajikan, di•
berikan pendapat yang sempurna
Larik 41 dan 64, komentar penyair terhadap Iskandar Mu-..
da ketika menerima Raja Raden dan memberikan pesalinan kemu-
liaan kepada Raja Si Ujut, sedangkanlarik 539 dan 136~ ada
lah komentar penyair terhadap Ja Pakeh ketika menghadtip Sul
tan di Meureudu dan ketika mengajarkan agama Islam kepada
Raja Asahan.
Satu hal lagi yang agak mengejutkan juga tentang Iskan- .
dar Muda, ialah perulangan larik yang menyebut Sultan dengan
Layeue keurajeuen Meukuta Alam, raja ~eunan Eseukanda
Muda
(Semasa memerintah Meukuta Alam, raja bernama Iskandar
Muda)
Kata jimeunan sebenarnya dapat diganti dengan yang J.ebih
halus/baik ialah geupeunan (dinamai, disebut), tetapi seluruh
pola perulangan larik ini tidak sekali pun berganti dengan
geupeunan. Jadi dapat dipastikan bahwa itu bukanlah kekeliru ..
an penyair, melainkan sudah merupakan gayanya. Dan dalam ke ..
seluruhan HMD pemakaian ji(h) memang kelihatan dominan. Di
sini tidak hanya dipakai untuk menyebut rakyat biasa oleh
sang penyair, seperti: Keujruen, Bujang; Kunangan, rakyat,
prajurit. Sementara itu untuk menyebut tukang, sering bercam
pur antara jih dengan gobnyan.
340 Dua ploh uroe jipeug~t 1~ tukang, has6 ngbn tihang
cukop gumtia
341 Geuboh tihang meuseusanjak, ladom J>irak ladon~suasa
34o Dua puluh hari tukang kerjakan, selesailah tiang beserta ruangannya
341 Tiang dipasang sangait indah, ada yaJ?,g perak, ada. yang suasa ·
I ;
69
Selanjutnya penyair menyebut .J.!h untuk Malem Dagang,
Panglima Pidie• dan Raja Raden. Tetapi ini pun tidak selalu
dipertahankan penyebutan t;i:rigkat hormatnya. Raja Raden da
lam peperangan disebut dengan jih, tetapi ketika menghadap
Sultan di istananya, penyair ineriyebutnya c;lroeneu (larik 207,
·211), sebagai kata ganti orang ketiga hormat •. Malem Dagang
umumnya disebut dengan jih oleh penyair, tetapi terdapat
juga dua kali penyebutan dengan droeneu, satu kali .fiobnyan
(l.arik 1450, 1556 dan 865). Sedangkan Ja Pakeh disebut de
ngan droeneu dan 5obnyan.
Sikap penyair terhadap tokohnya itu mengesankan bahwa
lapis bahasa yang sangat dikuasainya adalah lapis bahasa
rakyat, atau lapis bahasa yang kasar. Karena itu kalau ia
mengomentari tokoh kelas atas, raja,.ulama, dan lain-lainnya,
terlihat penyair sering tergelincir ke pemakaian kata ganti
yang kasar. Ini menunjukkan bahwa penyair lebih intim dengan
lapis bahasa rakyat/kasar dari pada lapis bahasa kelas atas.
Dalam HPM
Di sini penyair mempunyai sikap yang lebih cermat. Ia
dapat dikatakan berhasil menunjukkan kelas tokohny~pemakai
an kata ganti. Mereka yang dikomentarinya dengan menyebut
jih dan droeneu atau 5obnyan, terdapat pemisahan yang pasti.
Penyair selalu menyebut jih kepada rakyat/prajurit, huluba
lang, panglima, keuchik/wakil. Sedangkan droeneu, kata ganti
orang ketiga hormat, dipakai untuk Raja Muda, Pocut Muhamat, "' ~ / ... Pocut Kleng, Pocut Sandang, Jeumaloyalam, Bentara Bunge,
' Tuan Seuri, Teungku Pakeh Rambayan, Ibu Tiri Pangulee Peuna-
roe. Kebanyakan kelompok yang terakhir ini hampir tidak per
nab dipanggil dengan gobnyan (geu-) sebagai kata ganti orang
ketiga yang sesungguhnya. Llewat
Di samping kelas tokoh yang memperlihatkan keresmian
panggilan ini, terdapat juga beberapa tokoh lain yang pang
gilannya bercampur an tara jib dengan droeneu (~-) a tau L · antara 5obnyan (fieu-). Tokoh-tokoh itu ialah; Muda Sakti,
L<antara droeneu dengan gobn;ra.A (geu-)
·"'' ·,,.
,., ........ .
70 \ Meugat, Wakil dari pihak Pangulee Peunaroe dan panglima. Di
samping itu terdapat juga beberapa kali panggilan dengan jih ' . . . terhadap Pocut Muhamat dan Pangulee Peuna~oe, dan satu kali
droeneu diucapkan kepada rakyat. \
Yang patut ditinjau di sini adalah tokoh-tokoh yang mem-
perliha tkan variasi panggilan itu, latar belakang apa yang '
menjadikan kekacauan tersebut.
Panggilan jih terhadap Pocut Muhamat terjadi ketika pe
nyair mengisahkan masa kecil Pocut Muhamat. Nampaknya penyair
hendak membedakan antara Pocut Muhamat kini, dalam keadaan
matang, dan Pocut Muhamat dulu ketika ia baru menginjak usia
dua puluhan, tetapi sudah sangat pandai berbicara, wajahnya
tanpan, dan suaranya sangat lemah lembut. Episode itu dimu
lai begiti
407 Ng'O len peugah Poout Muhamat, aneuk out that goh
lom raya
4o8 Sabab utoih lhok seunuban, talc j!prang Gampong '.../
Jawa
409 G~t that jitueng at~ rakan, lhok seunuban Banta
Muda
407 Dengar saya kisahkan Pocut Muhamat, (ketika) masih kanak-kanak belum cukup dewasa
408 Sebab dalam dan jauh pengamatannya, berhasil di· taklukkannya Gampong Jawa
409 Pandai menarik hati teman-temannya, mendalam pe• ngamatan Banta Muda '
' Penyebutan jih terhadap Pangulee Peunaroe terjadi dalam
dua peristiva. Pertama ketika ia dalam keadaan marah dan di-.. bujuk oleh Teungku Pakeh Rambayan agar tidak bermusuhan de-
ngan Pocut Muhamat. Kedua, ketika ia disindir oleh Poout Mu
hamat.
1278 Lom ,llmarit Pangul~e Peunaroe, ka ~ukheun proe
bak peutua
1374 Teuma ~seu'ot Pangul~e Peunaroe, jihkheun meunoe
pantaih sigra
, I
I l
-~-'
71
1278 Berkata lagi Pangulee Peunaroe, mengadu pada petua
1374 Kemudian sahut Pangulee Peunaroe, berkata. begini dengan segera
Pencampuran j!- dan~- dalam kedua larik di atas,
mungkin disengaja oleh penyair, untuk mengungkapkan hebatnya
amarah Pangulee Peunaroe sehingga tak dapat lagi mengontrol
ucapannya, yang halus dan yang kasar keluar begitu saja dari
mulutnya. Tetapi mungkin juga penyair sendiri yang lepas kon
trol, karena lukisan ketegangan yang dibeberkannya, sebab
pencampuran penyebutan serupa itu terdapat juga pada bebera
pa tokoh yang lain. Percampuran penyebutan tersebut mungkin
juga karena tokoh-tokoh ini (Muda Sakti, Meugat dan Wakil)
ada di tengah-tengah, bisa masuk ke dalam kelompok pertama,
tetapi bisa juga masuk ke dalam kelompok kedua.
Secara keseluruhan terlihat bahwa pemakaian kata ganti
sehubungan dengan sikap penyair terhadap tokohnya di sini 1
terasa lebih tertib dibanding dengan HMD. HMD kelihatannya
lebih merakyat, atau lebih tunong dari pada HPM. Dalam HMD
penyair lebih berpangkal pada jih, sedangkan dalam HPM pe
nyair lebih berat berpangkal pada droepeu.
Lebih lanjut hal ini dapat terlihat pada sikap penyair
terhadap pendengarnya. Ia tidak beraku, ia selalu menyebut
dirinya dengan ~,ulan. Kepada pendengar pun ia bersikap
hormat, menyebut ~' teungku_F.ayo~, atau dengan sedikit
humor, menyebut: teumuda (abang/kakak ipar). Secara umum,
terhadap pendengar penyair berpangkal pada gata.
Dalam larik pembuka penyair berkata begini:
Ajayeb subeuhanallah, ~deungo lon peugah saboh cali tra
(Ajaib subhanallah, (anda) dengar saya kisahkan sebuah
cerita)
Dalam salah satu larik pergantian episode penyair ber
kata begini:
72
2005 Ammaba'du h' teungku pa.rong 9 ~leungo lon la1 Sn
calitra
2006 Taleung'O ulon dumna tuan, jeunoe haba prang u - - -Gampong Jawa
2005 Ammaba'du he teungku yang mulia, (ancia) dengar saya bercerita peristiwa yang lain
2006 Dengarkan saya tuan semua, ki~i cerita perang ke Gam pong J awa
Dalam larik penutup penyair malah lebih hormat lagi 9 ia
memakai ulontuan untuk dirinya:
2783 Beurayek ampori nyang keusalahan, kareuna lontuan
hana biasa
Basarlah maaf atas kesalahan, karena hamba tiada. biasa
Untuk menutup sebuah episode, terkadang penyair _menye
garkan suasana dengan sebait pantun, dan menyebut pendengar
dengan teumuda.
403 Putik rambot bungong pad&, sang han'~k 1' lon
meujaga
4o4 Bah lon pioh meung dua jeuem, dudoe lon kheun h'
teu~uda
403 Putik rambutan, bunga padi, serasa tak sanggup lagi saya bergadang
404 Biarlah saya beristirahat barang dua jam, nanti dilanjutkan hai teumuda.
Dari uraian ini terlihat bahwa penyair lebih halus dan
penuh basa basi terhadap pendengarnya, agak berbeda dengan
sikap penyair HMD baik untuk dirinya maupun untuk pendengar
nya.
b. Sikap tokoh sehubungan dengan kedudukannya
Dalam HMD
Seauai dengan misinya, ialah misi pengislaman, maka to
koh-tokohnya berwarna dua, ialah tokoh putih dan tikoh hitam.
Tokoh hitam, sesuai dengan watak yang digambarkan, dilengkapi
73
dengan sikap dan ucapannya yang keras dan kasar_, seperti
terlihat pada. sikap dan ucapan Si Ujut-, begitti,Raja Muda
sebelum memeluk agama Islam. Tetapi dalam hal pemakaian ka
ta ganti orang, kedua kelompok ini sedikit sekali memperli
hatkan perbedaan, sebab keduanya lebih banyak memakai kata
ganti tingkat yang ltasar. Ljuga
Pada semua tokoh hal yang demikian itu terlihat. Iskan
dar Muda menyebut gata pada semua tokoh lain, hanya pada
Raja Pahang ia memakai penyebutan droeneu, mungkinL,bersta
tus sebagai mertuanya, sedangkan untuk dirinya ia menyebut
lon bukan kamoe, sebagaimana layaknya seorang raja, bahkan
kepada tokoh-tokoh yang lain ia selalu beraku. Kepada Si
Ujut sebagai musuh bebuyutan, memang layak berkasar-kasar
dengan menyebut !!h• sebagaimana Raja Raden juga menyebut
~ ketika bertengkar dengan Si Ujut. L,karena
Ucapan-ucapan Iskandar Muda sering pu~a memperlihatkan
pertentangan pemakaian kata ganti di dalam parch larik mi
salnya ucapannya pada Raja Raden ketika menanyakan sikapnya
terhadap perbuatan Si Ujut.
Nyang troih kamoe adoe keunoe, !!deungb keu nyoe
~calitra (lr.216)
Kedatangan kami hai adinda kemari, (anda) denga.rlah kuceriterakan-
Seharusnya, karena dalam parch pertama pembicara merna-•
kai kamoe, maka perubahannya menjadi awalan kata ganti se-
harusnya menjadi meu- dalam parch kedua, bukan ku-, pada - -hal pada lawan bicaranya masih tetap dipanggil dengan sopan
(!!~). Ketidak-cocokan pemasangan kata ganti itu terlihat
juga daiam ucapannya ketika menyuruh Si Ujut masuk Islam.
!,!t'm hay raja buet nasihat, ~peucahdat gata c~edara
(lr.2215)
Maulah kau hai raja mengikuti nasehat, ~jarkari syahadat (anda) saudara
74
Pemasangan ~- dan !.!!- cocok, sama-sama kasar, tetapi
gata seharusnya diganti dengan .!!h• Kesan kasar tersebut le
bih terasa lagi ketika Sultan berbicara dengan Ja Pakeh,
atau Putroe Phang.
Sultan jengkel pada penduduk Meureudu dan Ja Pakeh, ka
rena sudah seminggu berada di simpang, belum ada rakyat me
nyambutnya.
575 Pakri laku gata Meureudu, kamoe beulaku han
j:!peuraja
578 Adak han m~e ~eurajeuen, j:!'euntat lam uteuen
taboih lam rimba
575
578
-Bagaimana laku anda orang-orang Meureudu 1 kami sudah. tidak dipandang raja -Kalau tak layak aku memerintah, (anda) antarlah ke hutan, (anda)~angkan ke rimba.
Pernyataan rasa jengkel Sultan dalam larik pertama ha
nya tertangkap dalam arti kalimat, kata ganti pemasangannya
sesuai. Dalam larik kedua kemarahan itu telah lebih menonjol
sebab pembicara sudah beraku, meskipun pada lawan bicara ma
sih disebut gata. Hal ini mungkin karena yang dihadapi Sul
tan adalah orang yang disegani, ulama yang terkemuka. Tetapi
kalau kalimat tersebut dibandingkan dengan ucapannya kepada
Putroe Phang ketika Sultan pamit hendak berangkat, mengesan
kan bahwa berakunya Sultan di sini tidak dalam keadaan marah.
383 Nyang !.!ameuhey tuan Putroe, meukheundak lakae
droe~ bak gata
438 Adak meunan .tuan putroe, tangb!.!a jeunoe !.!acalitra
383 Yang !]panggil tuan putro, hendak minta diri ~ pada adinda
438 Meski begitu tuan putri, adinda dengarlah kini !.!aceritakan.
Dalam larik pertama terlihat lagi ketidak-cocokan pema
kaian kata ganti ku- dan-meu (kamoe), sedangkan untuk per
maisuri tetap dengan sebutan sopan (gata)~ Terlihat di sini
pemakaian kata ganti k'ee (kasar) dan kamoe oleh Sultan, tidak
75
menunjukkan adanya perbedaan sikap dari pembicara. Dengan
kata lain, antara marah dan pamitan tak ada perbedaan pema
kaiannya, keduanya dicampurkan saja.
Ketidak cocokan itu terlihat juga dalam ucapan Putroe
Phang, sehubungan dengan keberangkatan Sultan hendak menye
rang Si Ujut ke Johor.
432 Adak tuanku, ~beurangkat, ~eubah pat putroe
hina
433 Meunggoh meupat tuanku ~eubah, keureuna Allah
han ~bri bungka
436 Musch jibungka r~t meula'ot, geutueng di likot
putro; geuba
432 Kalau tuanku berangkat, tuanku titipkan kemana putri hina
433 Kalau belum jelas penitipannya, karena Allah kularang tuanku berangkat
436 Musuh datang lewat laut, melarikan putri dari belakang. (Sultan berangkat lewat jalan darat, pen.)
Larik 432 terlihat pemakaian ~- (droeneu) sangat te
pat, permaisuri berbicara kepada Sultan. Tetapi larik 433 dan 436 terdapat lagi percampuran antara halus dan kasar.
Larik 433 bercampur antara droeneu dengan ku- (k~e), dan le---bih-lebih tidak cocok lagi penyebutan geu- (gobnyan) untuk
musuh (larik 436), pada hal dalam parch awal sudah disebut
dengan ji- (jih).
Iskandar Muda dalam hubungannya dengan tokoh-tokoh lain.,
kata ganti yang paling banyak dipakainya adalah gata untuk
lawan bicaranya, dan~- untuk dirinya. Kamoe dan~ jar.ang
sekali dipakai.
Malem Dagang juga memakai gata untuk semua lawan bica
ranya, kecuali untuk raja Pahang ia memakai droeneu, sedang
kan untuk dirinya hampir selalu disebutnya dengan ~-· Ber
bicara dengan Iskandar Muda ia sering mencampurkan antara
gata dengan droeuneu, sedangkan untuk dirinya bercampur anta
ra ku-, lon dan ulonteu. Dalam kutipan berikut terlihat lagi --
-,,,--,,
percampuran antara halus dan kasar pemakaian kata ganti,
dan di sini justru Malem Dagang berbicara dengan Sultan,
sehubungan dengan putri Asahan di kapa1 Ma1em Dagang,
1262 Hana ~keumeung tueng keu judo ulon, tuanku
ampon keu aneUk Jeumpa
1270 Hana tuanku ulonteu mubisan, han ~k len pulang --payong suasa
1262 Bukan hendak~jadikan pasangan ~~ tuanku, buat anak Jeumpa
1270 Hamba takkan berbesan dengan tuanku, tak sanggup saya hadiahkan payung suasa
Terlihat di sini, ketiga tingkatan kata ganti: kee
(~-), (~)lon, dan ulonteu, dicampur saja pemakaiannya.
Ja Pakeh sebagai seorang ulama besar, kalau berbicara
dengan Sultan seperti ada perbedaan antara sikap formil de~
ngan sikap tidak formil. Dalam sikap formil ia memakai
dro~ atau gata untuk Sultan, untuk dirinya: lon atau
k~moe• Dalam keadaan tidak formil, seperti dalam pengangkat
an panglima Malam Dagang di Jambo Ay~, ia beraku kepada Sul
tan.
Nampaknya Ja Pakeh, bila dalam keadaan tenang, ia cukup
sopan dalam menjelaskan pertanyaan-pertanyaan Sultan :
720 Adak neutanyong tuanku bak kamoe, nyang meuranoe
Gampong Raja
740 Meunoe tuanku nyang na lon th~e, ureueng dilee
peuca~itra
720 Kalau tuanku bertanya pada kami, yang diseberang itu Gampong Raja ----
740 Begini tuanku yang saya ketahui, orang tua-tua bercerita
Tetapi dalam perbedaan pengangkatan Malem Dagang, kare
na penuh semangat, Ja Pakeh kembali kepada sikap keseharian-
nya:
.,¥
77
Bak taboh tuanku Ma~em Dagang, cocoku sel.ld.ang goh lom -raya (Lr.807)
(Jangan tuanku angkat MaJ.ein Dagang, cucuku masih terla--lu mud.a)
Sikap keseharian Ja Pakeh itu terlihat bila ia berbica
ra kepada rakyat Meureudu, lingkungan tempat tinggal Ja Pa
keh, sebagai tempat yang jauh dari ibukota kerajaan. Di sini
ia berengkau-beraku, bahasa orang udik yang kasar.
529 Bak katakot bak kamal3e, bukon na k&e sidakwa - - -raja
533 Peue ~takot peue ~ma~3e, meung silayeue!!! ~
peuet boh raja
529 Jangan kau takut jangan kau enggan, kan ada aku si pendakwa raja
S33 Apa yang kutakuti apa yang kueegani, semasa dengan ku saja ada empat orang raja
Terlihat di sini, pemakaian kata ganti yang kasar se
perti dua larik di atae, tidak terdapat percampuran pemakai
an kata ganti.
Dalam dialog keempat tokoh yang dibicarakan di atas,
nampak bahwa HMD lebih banyak bergerak dari tingkatan kata
ganti yang kasar. Percampuran pemakaian kata ganti antara
halus dan kaear pada tokoh-tokoh yang seharusnya berbicara
hormat dan sopan, menunjukkan bahwa penyair tidak cukup in
tim dengan lapis bahasa kalangan atas tersebut. Penyair ~e
bih intim dan lebih hidup dengan bahasa rakyat yang kasar,
sehingga setiap usahanya untul: menyesuaikan cakapan tokoh .
dengan kedudukannya, penyair selalu terge~incir lagi ke da
lam pemakaian kata ganti yang intim dengannya. Hal yang de•
mikian sanga~ wajae terjadi, karena hikayat diciptakan se
cara lisan. Dalam perekaman ke dalam naskah yang dilakukan
kemudian, nampaknya ciri-ciri lisan tersebut diterima begi
tu saja oleh penya~innya.
' ·,
... :* 4 '
78
Dalam RPM
Seoara keseluruhan HPM bahasan~ bersih dan rapi. K~e . -
dan .!!.!! memang' terdapat juga di dalamnya 1 tetapi situasi
peU1akaiannya sangat berbeda. Misalnya dalam oakapan Pocut
Muhamat terdapat beberapa kali kae atau ku•, tetapi tidak - -mengesankan adanya kekacauan. Ketika berbicara dengan sau
daranya Pocut Klang, tentang rencana penyerangan ke Gampong
Jawa, siapa yang akan jadi pang1ima~ penyediaan dana, men
cari tambahan perajurit, .cara mengatasi sikap Raja Muda 1
dan sebagainya, mengeaankan pembicaraan itu sangat intim.
61 Lh3e geutanyoe cok meuna13e, bah taboh kl!e keu pang1ima
75 Sip1oh bak gata, dua p1oh bak k3e, sip1oh talakle bak poteu raja
61 Bertiga kita menebus ma1u (Pocut Muhamat, Pocut K1eng, Pocut Sandang, pen.), biar1ah aku jadi pang1ima
75 Sepu1uh pada anda, dua pu1uh padaku, sepuluh kita minta pada baginda rajao
Di sini pemakaian k3e 1ebih terasa bagi keper1uan pe--
; _,_ -. ~
nyesuaian bunyi, daripada. untuk menyatakan kekasaran. Se1an
jutnya k3e dalam cakapan Poout Muhamat dengan Muda Sakti le--bihbersifat menyindir watak yang bersangkutan seperti "ular
kepal.a dua.", atau dimisa1kan ol.eh Poout Muhamat sebagai
"gergaji", naik atau turun tetap makan.
355 Pak6n gata buet han teunt~e, tapupohkae ngbn
Raja Muda
367 ~atueng akay bak gogajoe, bit that raghoe gata
tuha
355 Mengapa anda .l.aku tak menentu, anda adu akti dengan Raja Muda
367 Anda warisi tabiat gergaji, sungguh pandir anda (sebagai orang) ;rang dituakan.
Ada kesopanan yang tetap dipertahankan ol.eh Poout Muha·
mat, ia1ah tetap menyebut gata kepada Muda Sakti, meskipun
79
ia ~ukup jengkel dengan kelakuannyao Karena itu penyebutan
kae oleh Pocut Muhamat untuk dirinya; mengesankan sindiran
nya pada Muda Sakti, jadi 'bukan suatu kejanggalan atau ke
tidak-cocokan pemakaian kata ganti.
Ada lagi pemakaian ls!!- oleh Pocut Muhamat ketika ber-~ .
bicara dengan Pocut Kleng. Pemakaiannya di sini mirip de-
ngan pemakaian jih oleh penyair ketika mengomentari Pocut
Muhamat .dalam pasal terdahulu.
79 'Oh ka hasl meuih peuet ploh katoe, sjak kheun•
dro jeueb-jeueb raja
97 Bah kumud'k u tunong krueng, bah kujak tueng dum - -· panglima
98 Beuhab6h l£a krah aneuk tunong krueng, bah lon jak tueng Panglima Peureuba
· 79 Kalau sudah terkumpul emas 40 kati, akan kukeluh-kan nasib pada semua raja .
97 Biar kumudik ke pedalaman, menjemput semua pa.nglima 98 Kukerahkan sem11a putra pedalaman, biar saya jemput
panglima Peureuba.
Perbedaan pemakaian kata ganti di sini dimaksudkan pe-I
nyair untuk memisahkan antara penguoapan yang diangan
Pocut Muhamat dengan pembioaraannya sendiri dengan Pocut
Klang. Larik 98 (kata ganti lon) menandakan omongan Pocut
Muhamat telah mengarah lagi pada Pocut Klang.
Ada lagi pemakaian ku- yang kelihatannya ditujukan untuk -kepentingan artikulasi, memudah pengucapan 1 hal ini terlihat
dalam cakapan Pocut Muhamat dengan para panglima~
452 Ulon kujak sinoe di Ao3h, haba lon sarah ubak gata
462 Ud'h jeunoe peungbn kamoe, bah uroe nyoe lon kubung
ka
452 Saya berangkat dari Aoeh, segala masalah saya beber• kan pada anda di sini
~62 Ayoh berangkat menemani kami, l:>iarlah harl. inl. 3uga saya berjalan '
8o
Ulon kujak ••• dan ••• lon kubunska, seharusnya menurut
kecocokannya, berbunyi: Ulon lon~ak ••• dan ••• ·len lon;b.!£lil>!•
Perulangan l2a dua kali serupa itu mungkin dirasakan oleh pe
nyair kurang enak didengar atau diucapkan.
Di samping hal-hal yang menunjukkan hubungannya dengan
unsur estetik serupa itu, memang terdapat juga pemakaian kata
ganti secara kasar, karena hendak mengungkapkan kemarahant
misa1nya ucapan Raja Muda kepada Pocut Kle'ng berikut.
177 Kapajoh peue lot, kamarit peue i;eubiet, han
ka'isib keu kamoe tuha
178 Jakleh ,2dong lhaekeu sapat, stham si Muhamat
lusa raya
181 Jakleh !!d~ng gata ban lhae, bahl6 d~ sidroekeu raja
177 Kau makan apa yang terte1an, kau ngomong apa yang keluar, tak hirau lagi pada kami yang tua
178 Kukuhlah kalian bertiga menghadapiku, kucegah si Muhamat lufla raya
181 Bersekongkollah ka1ian bertiga, biar aku bersendiri memerintah
Terlihat di sini .bahwa kekasaran itu memang sengaja di·
buat untuk ekspresi kemarahan RajaMuda yang meluap. Di sini
terlihat perbedaannya yang sangat menyolok dengan HMD. HPM
karena tokoh-tokohnya berbicara dengan menggunakan kata ganti
yang bersopan santun, ketika diganti dengan yang kasar, maka
suasana kemarahan itu segera tampak. Da1a.m HMD lewat kata.
ganti, suasa.na marah tidak segera kelihatan kala.u tidak di
tambah dengan unsur kata yang menyatakan kemarahan tadi. Hal
serupa itu terlihat juga pada sikap Pangul'ee Peunaroe ketika
menerima surat dari Pocut Muhamat yang diantarkan o1eh Meugat.
Corak pemakaian kata ganti yang agak berbeda, ter1ihat
pada Jeumaloyalam, kelihatannya lebih kasar. Mungkin penyair
hendak menggambarkan, bahwa meskipun Jeumaloyalam berasal da
ri turunan mulia, tetapi ia telah merajakan diri secara tidak
sah yang menyebabkan terpecahnya kesatuan rakyat dalam peme
rintahan yang sah di bawah pimpinan Raja Muda.
I~-
Penjelasan penyerangan Pocut Muhamat ke Gampong Jawa,
diceritak1;1n bahwa Jeumaloyalam sebelumnya eudah.menerima
firasat tidak baik lewat mimpit sehingga hari itu. ia mernarahi dendayangnya.
2026 Peuestupeue di kah dandayang, nanggroe nyoe
prang meugUmpita
2030 ~lumpoe hanyot ngon meuligoe, hab3h jitampoe
ngbn atana
2026 Tahu apa engkau dendayang, perang akan berkecamuk di negeri ini
2030 Da1am mimpi aku hanyut bereama mahligai, terban semua bersama istana.
Kekasaran (ku-, kah) itu terlihat lagi ketika Jeumalo---yalarr~)ada keempat orang putranya, di sini sebenarnya tidalt
da1am keadaan marah. Lberkata
20?8 Nyang jeuet wangg' gam keunoe, keureuna !_amoe
ka geuprang kuta
2123 Aneuk~ peuet ureueng 1akoe, ban peuet sagoe
1!z.Panglima
2078 Sebab kupanggi1 engkau ke mari, karena kami diserang kota
2123 Anakku empat 1a.ki-1aki, di keempat sisi perbatasan ka1ian1ah pang1imanya.
Dal.am petikan pertama Jeuma1oya1am berengkau kepada
dendayangnya, dan beraku kepada dirinya, kekasaran tersebut
dapat di1ihat dari dua sisi. Yang pertama karena Jeumaloya-
1am lagi marah, yang kedua mungkin hendak ditunjukkan oleh
penyair bahwa sikap sehari-hari Jeuma1oyalam memang berbaha
sa kasar, seperti ter1ihat ketika berb:icara kepada anaknya
ia tetap beraku. Tetapi di sini penyair menunjukkan perbeda
an kedudukan juga antara dendayang dengan Jeumaloya1am, di
sini ia tidak dipanggil dengan !!h• me1ainkan dengan sata •.
\
Demikianlah beberapaeegi pemakaian kata ganti yang
terlihat dalam HPM. Umumnya penyair oukup m~nguasai pema
kaian kata gant:i dalam tingkat kesopa.nan yang d.ape.t d.ika.
takan tergolong tinggi. Dengan demikian terlihat pula dengan jelae posisi kedua penyair dalam kedua hikayat yang
dibioarakan ini. Penyair HPM kelihatannya lebih mengenal
pergaulan kalangan 1stana 1 eehingga tidak menyueahkarmya
memvariasikan pemakaian kata ganti eesuai dengan poeisi
tokohnya masing•masing.
82
VII. ASPEK PEMBENTUKAN PUIS I DALAM HMD DAN HPM
Dalam bab ini hendak ditinjau bagaimana penyair memben•· tuk puisi dalam membangun ceritanya. Seberapa jauh unsur for
mula seperti yang dikemukakan oleh Abbert·B.tord terungkap
dalam kedua hikayat ini,dan bagaimana peranannya bagi kelan ..
caran penyajian oerita oleh sang penyairnya.
Ada dua hal pokok yang kiranya penting dikemukakan di
sini, ialah adanya dua ma•am model formula yang kelihataruqa
dikuasai ol'eh sang penyair. Yang pertama penguasaan formula
yang audah mempola, eehingga sudah merupakan semaoam konvensi
dalam genre hikayat, jadi dapat dikatakan di sini konvensi semaoam itu merupakan formula yang sudah menjadi milik beraama, baik penyairnya maupun penikma tnya. Yang kedua ialah formula yang dikuasai oleh sang penyair seeara trampil yang bia-
. . sanya bersifat individual, di eini lebih oenderung pada pe•
nguasaan teknik tertentu yang membantu penyair membangun pui
sinya dengan lancar• Di sinilah peranan formula itu terlihat.
1 • Unsur formula 19 menskonvensi
Konvensi sastra yang terlihat tlalam kedua hikayat pada
prinsipnya sama, tetapi di sana-sini memperlihatkan kekhusus
an coraknya masing ... masing. HPM lebih oende_rung mengikuti kon
vensi yang umum dikenal, sedangkan HMO lebih khas sifatnya• sehingga terkesan bagai mempunyai eistem konvensinya yang
tersendiri •
. Kesamaan .. kesamaan yang terliha t terutama dalam melultis
kan ~berangkatan raja yang biasan1a diiringi dengan taluan
bunyi-bunyian, persembalian yang disampaikan oleh rakyat ba.
nyak terhadap raja yang kemudian diteruskan dengan pemberian
pesalinan oleh raja. Kesamaan yang lain ialah mengenai pakaian perang, senjata yang dipakai, suasana perang dan larik
larik penanda pe.rgantian episode.
,,
84
a. Taluan bunyi-bunyian
Taluan bunyi ... bunyian yang pertama dalam HPM terlihat ®
lam episode keberangkatan Raja Muda dengan hulubal!.ang dan pe
rajuritnya untuk menghalangi maksud Poout Muhamat (adiknya)
menyerang Gampong Jawa.
229 Jitat beude keutam-keutam, beurangkat siseuen poteu raja
230 Jipalu gong deungan geundrang, jipeh canang ngan nugara
231 Teuma meusu ngan meureuyam, tanda Sulotan beurangkat u
lua
232 Lh3e boh alam Jleuba .. sajan, di leuen peukan teujlang
mubanja
233 Ngbn bunyoeyan meuri'We ban, meueu canang prang di Panca Peunawa
234 Aneuk Arab meu'ln tangklh, ngan mubareh aneuk Jawa
229 Senapan ditembakkan berdentum-dentum, tanda keberangkat-an baginda raja
230 Dipalu gong dengan genderang, beserta canang dan nu~~ 231 Mariam pun ditembakkan, tanda Sultan berangkat keluar 232 Tiga buah panji-panji dibawa serta, di depan. pasar ter•
pacak berbanjar · · 2~3 Dengan bunyian beribu macam, berbunyi canang perang di
Panca Penawar 234 Pemuda Arab memperagakan ketangkasan, baris-berbaris
pemuda·Jawa
Kutipan di atas memperl1hatkan berbagai atraksi yang
mengiringi keberangkatan raja, taluan bunyi ... bunyian, suara
tembakan kebesaran, peragaan ketangkasan, di samping itu di ..
lukiskan pula berbagai alat senjata yang dipakai oleh para
perajurit yang mengiringi keberangkatan raja sebanyak tiga
pasukan, di sini ditandai dengan penyebutan tiga panji-panji.
Deskripsi keberangkatan tidak selalu sama gambarannya, terka
dang dilukiskan seoara singkat,·misalnya lukisan keberanglta.tan "' I . ,. Pocut Muhamat ke Pidie dan daer~·daera:h lain untuk mangham-
pun kekuatan, sampai. pada kedatangan pasukan gabungan P<>cUt
Muhamat ke Aceh, diluk.iskan secara singkat saja. Mungkin di
sini dima:ksud.kan untuk membedakan kedudukan kedua orang ter-
. .,
.: I
sebut, karena i t1.1 lukisan tu:Mm.nya pasukan Pangulee Peunaroe
(penguasa daerah Pidie) menghadap Pocut Muhamat dilukiskan
secara mendetail pula. Diluki.skan oleh penya.ir. ·ba.hwa pasukan
ini turun dengan berbagai taluan bunyi-bunyian, alat senjata
dan pakaian perang 1berbaga.i jenis panji-panji, dan bahkan ku
da belang kenaikan Pangulee Peunaroe, ikut dilukiskan. Pelu~
kisan ini juga hendak menunjukkan kekuatan Pangul\e Peunaroe
yang besar, sehingga mewajarkan alasan Pocut Muhamat meminta
bantuan pasukan daripadanya.
Lukisan alat senjata dan paka.ian perang Pocut Muhamat be
serta pasuka.nnya. ketika bersiaP-sia.p hendak maju perang, di
lukiska.n dengan mendetail sekali oleh penyair. Perajurit di
lengkapi dengan ketopong besi, peda.ng; lambing, bedil dan
alat pelempar batu. Pa.kaiannya. juga berbaga.i-bagai 1 ada yang
memakai jaket mera.h, baju kasar yang tebal, ada juga yang me
makai jubah, de star di kepala aneka warna • , keris di pinggang
dan berbagai jenis perisai di tangan ·masing-masing. Pocut
Muhama.t dilukiskan demikia.n:
2250 Phon-phon neusok ba;iee dir,h, sok silap&h bajle teumaga
2251 Neucok tangkulok neuboh bak ulee, ubat meuteunta:.e jusan
dua
2252 Phon-phon neunguy Bahron nabeuet, han lut geupheuet
lam-lam mata ...
2253 Teuma neunguy awe songsang, ka neugeutang teuntang dada
••• 2256 Kakeu neujak Pocut Muhamat, peuris~ neumat meuih suasa
2257 Wie ngon uneun that meusigak, peuris~ pirak ngon teumaga
2250 Yang pertama dipakai pakaian zirah, di atasnya pakaian tembaga
2251 Diambilnya destar dipakaikan di kepala, beserta jimat jusan dua · .
2252 Yang pertama dipaka.inya (jimat) Bahrun Nubuat, menja ... dikan ia kebal, sekalipun ditikam di biji mata
2253 Selanjutnya dipakai rotan sunsang, diikat meJ.intang dada ' •••
86
2256 Berjalanlah Poout Muhamat, perisai di tangan emas suasa
2257 Kiri kanannya sangat serasi, perisai perak dengan tembaga
Dalam persiapan hendak majuperang, di sfni ada due. kali
taluan bunyi-bunyian berlangsungt yang pertama untuk menghim
pun perajurit di arena perang, yang.kedua' ialah sebagai tanda
menyerbu. Nampaknya taluan bunyi ... bunyian sebagai tanda memUlai
perang., dan mengakhiri perang merupakan konvensi yang biasa di
temui di dalam hikayat-hikayat yang lain juga. Dalam HPM tanda
perhentian perang atau tanda menyerah•kalah dilakukan oleh
J,eumallSyalam, ketika pasukan Pocut Muhamat sudah mengepung
benteng istana.
2671 Neuyue p~h tambo gong ngan geundrang, ala~t prang
nyan geupubla
2672 Ban jileunga · sua·ra tambo, rakyat bak pinto teubiet u
lua
~7, Adat kon saba b. geupclh tambo, ka jihanco pinto raya1 2674 Raja neukalan keubit geupagab, Duli Halarat yohnyan
meusabda
2671 Disuruh talu beduk, gong dan genderang, tanda perang diakhiri
2672 Begitu terdengar suara beduk, rakyat di pintu menyingkir keluar
2673 Andai bukan karena beduk ditabuh, sudah diruntuh ger• bang raya
26'74 Raja melihatnya sungguh-sungguh dikepung, ketika itu Duli Baginda bersabda
Taluan bunyi~bunyian yang terakhir di dalam HPM ialah ke
tika rakyat Pidie menyambut kedatangan jenazah Pangulee Peuna
roe. Penyambutan diiringi dengan lukisan kesediaan, tanpa tem
bakan meriam.
Perulangan lukisan taluan bunyi-bunyian di atas, baik da
lam hubungannya dengan keberangkatan raja, atau p6n tanda me.
nyerbu ~an menghen.tikan peperangan, lebih terkesan sebagai
konvensi yang umum dikenal di dalam hikayat. Perulangan larik
87
di dalam perulangan lukisan tersebut sedikit sekali terdapat,
yang banyak tersua, ialah perulangan parohan larik. Perulang
an paroh larik ini, sebenarnya lebih terkesan sebagai peru.
langan kelompok
lam hal lukisan
kata~erbagai-bagai variasinya, misalnya da
taluan bunyi-bunyian berikut ini: Ld · engan
1299
Z2o6
Geupalu gong geupeh geundrang, keupiasan raja-raja
Masa nyan geupah gong ngan geundrans, rakyat meuku-
mang meuribee laksa
2207 Ka geup3h gong ngan oanang prang, rakyat that girang
pang-panglima
2273 Geupeh tambo gong ngan geundrang, peubeudoih prQDg
mula-mula
1299 Dipalu gong ditalu genderang, hiburan bagi raja-raja 2206 Ketika itu ditalu gong dengan genderang~ rakyat ber-.
himpun beribu laksa 2207 Ditalulah gong dan canang perang, prajurit dan pang ...
lima bersuka-ria 2273 Ditalu beduk gong dan genderang, membuka serangan
mula-mula
Dalam HMD perulangan episode dapat dikatakan sedikit se
kali memperlihatkan perbedaan larik. Episode yang diulang lu
ki~n itu seperti dipindah tempat saja, sebab hampir seluruh
lariknya diulang dengan perubahan yang sangat sedikit._ Taluan
bunyi-bunyian dalam HMD meskipun sesungguhnya juga berlatar
belakang konvensi, tetapi tidak sepatuh seperti yang terlihat
dalam HPM• Juga pelukisannya tidak selalu mengandung unsur
yang sama, tergantung pada situasi masing-masing.
Taluan bunyi-bunyian yang pertama dalam HMD adalah arak
aralcan keberangkatan Sultan ke kuala untuk menyaksikan "rindang" yang terdampar ke pantai •. Arak-arakan ini diikuti oleh
hulubalang, b.ujang pengiring dengan dua payung pengapit, dan
tujuh belas orang dendayang jelita. Bunyi-bunyia.n yang dita ...
lu berupa gendenng emas, genderang perak dan nafiri. Sultan
berada . dalam keta yang dipasang di punggung gajah. Arak
arakan ini diramaikan pula oleh dentuman tembakan meriam.
·•
88
Unsur konvensi sangat jelas da.lam arak-arakan ini, ialah gam
baran keberangkatan raja dengan segala·kebesarannya.
Lukisan keberangkatan Sultan daxoi ibukota kerajaan untuk
~enghimpun kekuatan bagi penyerangan ke Malaka,. terlihat sua
sananya lebih berbeda. Alat bunyi-bunyian lebih banyak dise
butkan, ·tetapi tidak disebutkan lagi hal-hal yang luar biasa,
seperti genderang emas dan genderang perak •. Payung pengapit
masih ada, tetapi di sini Sultan menunggang kuda dan yang me
ngelu-elukannya adalah rakyat banyak yang mengantar keberang
katan ters~but. Lukisan keberangkatan Sultan tersebut digam
barkan sebagai berikut:
456 Neubeurangkat han meusak,t, payong ·peungapSi?_g_euba dua
457 Geuseupat gong ngan keudangdek, poteu neu'ek ateueh
guda
458 Geupoh canang nyan ngan geundfang, bukan bubarang meu ...
; seusuka
459 Gong jiseupat deungan geudumbak, rakyat meubulak. poteu
bungka
456 Baginda berangkat tiada sulit, payung pengapit ada dua 457 ltitalu gong dertgan keudangdek, baginda.naik ke punggung·
kuda 458 Dipukul canang dengan genderang, bukan buatan beriang-
r~ --~
459 Gong dipalu.dengan geudumbak, rakyat berdesak baginda mara
Selanjutnya ada beberapa taluan bunyian-bunyian lagi yang
terdapat dalam HMD yang berbeda situasinya, di sini sebagai
tanda keberangkatan dalam pelayaran. Tetapi tidak semua tanda
memulai pelayaran itu diikuti dengan taluan bunyi-bunyian,
terkadang dilukiskan dengan hal-hal yang berkaitan dengan un
sur pelayaran itu sendiri. Misalnya keberangkatan di Jambo AY~t
setelah pengangkatan Malem Dagang sebagai panglima: perang, tan
pa taluan bunyi-bunyian dan tanpa tembakan meriam. Yang ada hanyalah suara kelasi melepaskan·rindunya dalam dendang dan pera~
jurit muda yang memanjatkan doa, tanda keberangkatan di sini
hampir se1alu diiringi dengal.l. lukisan: menarik sauh, menggu•
1ungkan tali, mengembangkan layar atau lukisan lajunya lari
kapal, ditiup angin turutan.
867 Poteu pi neu''k u lam gurabrt that meucake} meuseusuka
868 Layeue ul~e ka jitar~k, ka geupeu1 ak ngan . 1ayeue raya
869 Ka jitar'k ngan ta1oe k1at, gurab pi 1eugat u: la'ot
ray a
870 Ka jibohlayeue teungah, ang~n pi jroh santeut paksa
871 Yoh masa nyan poteu meulayeue, ang~n pi kheue keunan8
paksa
872 Jitran ang~n seupuy-seupuy, meugeugasuy jiplueng b6htra
867 Baginda pun naik ke kapal, dalam kawal hati gembira 868 Layar ha1uan dikembangkan, bersama dengan layar utama. 869 Tali layar dikencangkan, kapa.l pun me1a.nca.r a.rung sa-
mudra 870 Lalu dipasa~g layar tengah, angin hembus baik kutika 871 Maka berlayar1ah ba8inda, angin pun kencang cocok kutika 872 Bertiup angin sepoi-sepoi, bagai dihalau 1aju ba.htera
Lukisan keberangkatan ini lukisannya hampir selalu sama,
larik-larik yang diulang dapat dikatakan hampir selalu sama, '
baik struk~ur ma.upun isinya, jadi di sini perubahan i tu mung-
kin berupa sinonim katat pergantian kata ganti orang atau pe
nambahan satu atau dua larik yang berupa paralelisme. Dala~
lu:kisan keberangkatan Sultan dari Kuala Johor menuju Laut
Banang dan keberangkatan dari Malaka menuju Asahan misalnya
terdapat tambahan larik yang berupa parale1isme sebagai beri
kut:
1615 Jitran angen budueng-budueng, kapay jiplueng meuleu
lumba
1616 Angan jitran seupuy-seupuy, meugeugasuy jiplueng
b~htra
161.5 Bertiup angin buritan, kapal melaju bagai berlomba 1616 Bertiup angin sepoi-sepoi, bagai dihalau lari bahtera
Pelayaran dari Malaka ke Asahan, atau dari Asahan ke Aceh,
terdapat perulangan yang hampir sama:
90
2233Ang~n jipCt seupuy ... seupuy, meugeuga.su,y jiplueng b&ht~a
2234 Jipot ang~n timu barat, b~htra pi leugat u mieng kuala
2233 Bertiup angin sepoi-sepoi, bagai dill.alaulaju bahtera 2234 Bertiup angin barat daya., cepat 'bahtera masuk kuala
Perubahan-perubahan ungkapan larik di sini yang 'berbeda
hanya katanya saja, tetapi isi pikirannya sama.
Setelah Si Ujut 'berhasil ditangkap, lukisan ke'berangkafan
Sultan dari laut Banang, titik berat le!2ih diarahkan pada kegem ..
biraan para perajurit dan hulubalang. Tembakan meriam se'bagai . tanda keberangkatan diganti dengan bunyi lonceng kapal Cakra
Donya yang tiga 'buah itu, di samping sorak gembira dan taluan
bunyi-bunyian yang menggempita. Keberangkatan di Malaka (Wila•
yah kerajaan aJtah Si Ujut) ditandai dengan tembakan meriam,
taluan bunyi-bunyian, gam'baran cuaca baik, tetapi loceng Cakra
Donya tidak dibunyikan. Arak-arakan pelaya.ran terakhir, ialah
bertolak da.ri Asahan ke Aceh, lengkap seluruh unsurnya:
2227 Tacok sa'oh talingkang taloe, ud~h tawoe u Pulo Ruja
2228 Poteu teubiet laju u la'ot, beud' neuyue tot kiam gabra
2229 Jipalu gong nyan ngon geundrang; jip3h ngon oanang ha•
reudom mama
2230 Bukon 'bubarang keusuka'an, arak-arakan 'beurangkat raja
2231 Siseuen geunta leungo jihayak, lh~e uroe jak tango sua-
ra
2232 'Oh sar' troih u teungoh la1 ot, tihang seupot sang bak
nala
2233 Ang~n pi jipot seupuy-seupuy, meugeugasuy jiplueng b&h ...
tra
2234 Jipot angen timu bara.t, b&htra pi leugat u mieng kuala
2227 Ang\itlah sauh gelungkan tali, kita kemba.li ke Pulau Ruja 2228 Beginda berlepa.s ke la.utan, meria.m berdentam riuh suara 2229 Ditalu gong dengan genderang, canang dan terompet s.emua-
nya. 2230 Bykan buatan riang gem'bira, arak-arakan berangkat raja 2231 Sekali genta goyang berdentang, tiga hari perjalanan
terdengar suara
j '; .
91·
2232 Setelah menjauh ke tengah laut 1 tia.ngnya menyemak bagai batang nala
2233.Angin puh bertl'up sepoi-sepoi, bagai dihalau laju bahtera
2234 Bertiup angin barat daya, eepat bahtera men.capai kuala
Perulangan-perulangan episode keberangkatan ini, dengan
perulangan-perulangan larik yang hampir selalu sama, atau di
tambah dalam gaya paralelisme, memberi :petunjuk akan sistem
~onvensi yang terbina dalam HMD ini agak berbeda dengan HPM.
Dalam perulangan episode yang lain hal yang dimaksud akan se
makin menyata.
Dalam hal perulangan kelompok kata mengenai alat bunyi
bunyian, terkesan adanya unsur-unsur :persamaan dengan HPM.
Unsur-unsur kesamaan ini tidak dapat begitu saja dikatakan
bahwa HPM terpengaruh oleh HMD, tetapi yang pasti kesamaan
itu terjadi karena keduanya memungut dari sumber tradisi yang
sama. Penyair tentu mengenal berbagai episode yang disediakan
oleh tradisi Jf2.tock episo'd~J>), ia tinggal menyesuaikannya de
ngan keutuhan cerita, dan membangun la.rik-larik puisinya de
ngan gayanya sendiri. (Ruth Finnegan, 1977:64-65).
Bila dibandingkan dengan HPM, maka kesamaan peristiwa
yang terlihat .. meskipun cara pengungkapannya berbeda -, teru
tama dalam lukisan keberangkatan raja, keberangkatan untuk
menghimpun kekuatan, dan keberangkatan ke medan perang. Kon
vensi taluan bunyi-bunyian ini nampaknya tidak dipatuhi benar
oleh penyair yangmertggubahHMD. Secara menyolok hal ini ter
lihat terutama dalam dua peristiwa panting. Yang pertama, da
lam bagian akhir cerita. Kepulangan pasukan Iskandar Muda yang
membawa kemenaJlgan, diakhiri seoara begitu saja. Hanya dise
butkan penghukuman terhadap Si Ujut dan semua rakyat bergabung
kembali dengan keluarganya masing-masing. Penyelesaian oerita
yang demikian sederhana ini, tidak seimbang dengan lukisan ra
mainya rakyat dan taluan bunyi-bunyian serta dentuman tembakan
mengiringi keberangkatan Sul.tan bersama pasukannya untuk menye
rang Malaka, tetapi ketika pasukan itu pulang membawa kemenangan
J $
92
malah tidak dilukiskan lagi kemeriahan sambutan rakyat ataa
kepulangan mereka itu. Yang kedua, tentang genderang perang.
Dalam HPM genderang perang dibunyikan pada waktu penyerangan
yang pertama sekali dilakukan• Dalam HMD genderang perang
baru ditalu dalam babakan penyerangan yang ketiga. Mungkin
yang hendak ditekankan penyair 4i sini bukan konvensi itu
sendiri, melainkan kedaheyatan perang dalam babak ketiga itu
sebagai klimaksnya. Dala!ll perang di laut Banang melawan raja
Modeulikah yang berlanjut dengan perang melawan Si Ujut, ti
dak ada taluan genderang perang. Ini menunjukkan bahwa penya
ir HMD memanfaatkan konvenei .tidak sepatuh penyair HPM.
Dalam HPM setiap keberangkatan raja selalu dilukiskan
ikutnya pasukan pengiring dengan segala alat senjat~d:i.bawa
nya, seperti keberangkatan paeukan Raja Muda, keberangkatan
Pocut Muhamat dengan pengiringnya. Dan kalau mereka d.alam ke
siagaan menghadapi perang, maka lukisan ini di tam bah denga.n
melukiskan pakaian perang yang dipakai oleh perajurit dan
panglima beserta alat senjatanya secara mendetail. Misalnya \ .
lukisan pasukan Pangulee Peunaroe ketika menghadap Pocut Mu-
hamat, a tau lukisan pasukan. gabungan Pocut Muhamat ketika
bersiap..siap menyerang Gampong Jawa. Episode yang terakhir
ini lukisannya sanga t mendetail, sampai ke jenis paka.ian t
senjata, serta panji-panji yang dibawa oleh masing-masing pasukan. Ljang
HMD mempunyai pola tersendiri dalam melukiskan persi
apan perang Malem Dagang. Di sini yang digambarkan berpakai
an perang hanya Malem Dagang saja. Raja Raden, Panglima Pidie
serta perajurit yang mengiringnya tidak dilukiskan pakaian
perang serta alat senjata yang mereka pakai. Malem Dagang ha
nya disebutkan memegang tunam di tangan, lukiean pera»agaan
jurus silat sebagai tanda ia siap perang. Hal yang tidak di
lukiskan dalam HPM ialah posisi para panglima dalam peperang
an, sedangkan Malem Dagang kalau maju berperang eelalu dii
kuti dengan penyebutan posisi Raja Raden dan Panglima Pidie.
93
Hal lain yang juga kelihatan se.ngat khusus dalam HMD ialah
peranan Ja Pakeh atau disebut juga Ja Madinah sebagai pena
sehat perang. Nasehat Ja Pakeh ini selalu disebutkan oleh
penyair setiap kali perang akandimulai, bahkan ketika meng
angkat Malem Dagang di Jambo Aye Ja Pakeh ~•ga memberi na
sehat. Nasehat·Ja Pakeh ini pada·prinsipnya juga mengulang·
larik-larik yang sama, baik dalam pola yang panjang maupun
dalam pola yang pendek. Begitu juga lukisan Male~ Dagang
bersiap perang, berulang dengan larik-larik yang.dapat di·
katakan seluruhnya sama.
Nasehat Ja Pak.eh; Male·m Dagang bersiap-siap untuk maju
perang, lukisan jurus silat dan posisi Raja Raden dan Pang
lima Pidie dalam perang Asahan babak kedua;
1066 Cuco telmgku Mal'm Dagang, tapeubeudoih prang keu
n~ng kutika
1067 Tabeudoih cuco ulElebalang, tabri gurangsang keu rak
ya.t dumna
1068 BElk katakot bElk kamal3e, na sajan kEle lak3e do'a
1069 'Ohnan jibeudoih Mal6m bangsawan, jio~k peukayan
meunguy panglima
1070 DilEle jisokbajee sukaleuet, bak siseuen jeuet meu
hambo cahya
1071 Di ateueh nyan bajee dir6h, teuma silap'h baj3e teu
maga
1072 Mal'm jidang di ulee kurong, jareueng-jareueng lang
kah tiga
1073 Langkah limang jUhom tujoh, Mal6m jipeuroh langkah
tiga
1074 Langkah tujoh jiboh sikureueng, lag3e jareueng meu
'en panglima
1075 Roh ngan tunam jimat di jaroe, Mal6m samlakoe jadlh
jimeujra
1076 Sajan jit~t beud6 di jaroe, seuen saboh sagae reu
leiih kuta
-G\A ,
1077 Beudoih di uneun Raja Rad6n, ureueng g3t bat3n teu
goh seutia
1078.Jitot beud~ that meusanjak, kuta piPak seun ... seun
sideupa
1079 Beudoih di wie PanglimaPidie, u.reu.eng nyang ghie
nibak raja
1080 Lhae jih santeu.t ngan Ma.l~m Dagang, ban geu.tuang sa ...
boh jangka
1066 Cucuku Malem Dagang, pimpinlah perang, cocok kutika 1067 Bahgkitlah cucu.ku hulu.balang, bangkitkan semangat
prajUri t semu.a · · 1068 Jangan takut jangan segan, beserta aku memohonkan
do a 1069 Maka bangkitlah Malem bangsawan, mengenakan pakaian
kebesaran panglima 1070 Duluan dipakai baju sekelat, yang kemilau bercahaya 1071 Di atasnya baju ziraht selapis lagi baju tembaga 10?2 Malem tegak di haluan kapal, jarang-jarang langkah
tiga 1073 Langkah lima diganti tujuh 1 digabung dengan langkah
tiga 1074 Langkah tujuh diganti sembilan, ragam jarang jurus
panglima 1075 Tunam pu.n ada di tan gall, Mal em rupawan siap menembak 1076 Maka meriam ditembakkan, satu-persatu benteng pun
runtuh · 1077 Bangkit di kanan Raja Raden, yang baik batin teguh.
·setia 1078 Tembakannya mahir berira.ma, dinding kota rusak binasa 1079 Bangkit di kiri Panglima Pidie, yang dekatbrapat de•
ngan raja 1o80 Tiga serangkai dengan Malem Dagang, bagai dituang,
imbang setara
Setiap Malem Dagang bersiap-siap untuk maju berperang,
ada lima hal yang kelihatannya selalu berulang, dan diucap
kan dalam larik yang sama, sehingga merupakan tanda t~rsen
diri untu.k menunjuk:kan bahwa perang akan ber1angsung, ialah:
(1) Malem Dagang bermusyawarah dengan segenap hulubalang,
~ (saudara dari garis turunan ayah) dan karong (saudara
dari garis turunan ibu) yang terdiri dari dua belas induk ke•
luarga (suk~e) itu untu.k men.anyakan kesediaan mereka berpe-
95
rang, (2) Nasehat Ja Pakeh, biasanya terdiri atas unsur ... un
sur: mendorong semangat/keberanian Malem Dagang• keyakinan
akan memperoleh kemenangan, menilik kutikat menganjurkan Ma·
lem Dagang memberahikan perajurit untUk maju ke arena perangt
(3) Malem Dagang mengenakan pakaian perang: baju sekelat, ba
ju zirah dan baju tembaga. (Dalam RPM, Poout Muhamat mengena•
kan pakaian zirah dan baju tembaga saja). (4) Lukisan jurus
ailat dan senjata yang dipakai oleh Malem Dagang, tunam.
(Dalam RPM, Pocut MUhamat memakai alat senjata berupa ren
cong, pedang, pisau, perisai, ditambah dengan jimat-jimat
kebalnya berupa rotan sungsang, jusan dua, dan ~ nu~'!!!). (5) Dalam setiap peperangan selalu dilukiskan posisi Raja Raden dan Panglima Pidie eebagai pan«lima di sayap kanan dan
sayap kiri. Terlihat di sini ada beberapa unsur yang tidak
terdapat dalam RPM, tetapi sebaliknya, unsur-unsur yang ter
dapat di dalam RPM digambarkan sampai mendetailt sedangkan .
dalam HMD semuanya dilukiskan garis besarnya saja.
Hal yang demikian terlihat juga dalam melukiskan jalan
nya peperangan. Antara kedua hikayat ini terdapat juga per
bedaan-perbedaannya yang tersendiri.. Dalam RPM terdapat satu
kali peperangan, prosesnya dilukiskan seoara runtut sekali,
dimulai dengan taluan bunyi .. bunyian untuk menghimpun pasukan
ke lapangan, setelah itu barulah ditalu genderang perang tan~
da menyerbu. Perang di sini bertolak pada ide merebut kota
(benteng) dengan jalan mengatasi berbagai rintangan yang di
pasang musuh. Dalam HMD perang berlangsung kebanyakan di laut,
sasarannya yang utama adalah menenggelamkan kapal musuh. Ha
nya seka1i dilukiskan perang di darat, ialah perang Asahan ba
bak ketiga, ketika pasUkan Aeeh merebut benteng istana Raja
Asahan, dan menawan putri Keumala Donya ..
Unsur yang sama terlihat dalam kedua hik.ayat ini ialah
sama-sama melukiskan perang berlangsung dalam tiga babakan.
Dalam HMD terdapat dua kali peperangan, yang pertama pe:rang
96
dengan Asahan dan yang kedua perang dengan Si Ujut di laut
Banang~
Dalam peperangan dengan Asahan 1 babak pertama ialah
tembakan gencar meriam meriam pantai Asahan, sampai Sultan
ketakutan dan mengajak Halem Dagang menempuh jalan perun-
dingan. Babak kedua, perang dilanjutkan setelah Sultan mun
dur ke laut lepas, tetapi terhenti lagi karena banyak hulu
balang dan perajurit yang hendak meninggalkan arena perang
sebab ngeri melihat banyaknya korban berjatuhan. Babak ke
tiga, perang berlangsung lebih dahsyat. Setelah Malem Da
gang menyumpahi mereka yang akan meninggalkan arena perang,
agar dimakan oleh janji setianya sendiri yang telah diucap
kan di Jambo Aye, ketika pengangkatannya menjadi panglima
perang. Babak ini berakhir sampai dengan penaklukan ben
tang terakhir raja Asahan. Lukisan perang ini meliputi 160
larik, dari larik 1015 sampai dengan larik 1175.
Perang me1awan Si Ujut juga ber1angsung dalam tiga ba
bak, Babal~ pertama menghadapi kepungan dari Si Ujut sampai
Pang1ima Pidie mendapat firasat bahwa ia akan mati. Babak
kedua, Panglima Pidie dengan jubah dan destar putih Ja Pa
keht bersama Malem Dagang kembali membuka penyerangan. Ber
akhir dengan gugurnyu Panglima Pidie. Babak ketiga, amukan
Mal em Dagang bersama Raja Rad.en dan perajuri t, berakhir de
ngan ditawannya Si Ujut. Lukisan perang ini meliputi 191
larik, dari larik 1876 sampai dengan 1arik 2067.
Dalam peperangan Pocut Muhamat dengan Gampong Jawa,
babakan ini agak berbeda sifatnya. Dalam babak pertama di
lukiskan perang jarak jauh, tembakan meriam bergemuruh. Pa
sukan Pocut Huhamat berhasil dihalau oleh pasukan Jeumalo
yalam yang dipimpin oleh empat orang putranya yang tangguh
tangguh. Babak kedua; pasukan Pocut 1'-'luhamat berhasi1 men
dekati kubu pertahanan musuh, sehingga meriam dan bedil su
dah berkurang fungsinya, bahkan Pangulee Peunaroe dan Pocut
Huhamat berhasil memasuki kota (benteng). Babak ini berakhir
9'7
dengan gugurnya Pangul'ee Peunaroe. Babak ke1iga, berlangsung
perang terbuka yang berakhir dengan menyerahnya Jeuma1oyalam,
ditandai dengan dibunyikannya tabuh, gong, dan genderang.
Lukisan perang ini meliputi 398 larik, dari larik 2275 sam
pai dengan larik 2673.
Sesuai dengan sifat perang dalam masing-masing babak
tersebut, maka da1am babak pertama yang dominan dilukiskan
ialah suara meriam, sedangkan da1am babak kedua kesibukan
perajurit menyingkirkan ranjau untuk menyerbu benteng yang
dijaga dari atas dengan siraman damar mendidih. Dalam babak
ketiga, karena sifatnya merupakan perang terbuka, maka yang
terdengar hanya suara pedang, suara cokmar yang mengonai
perisai atau tubuh 1awan.
Dalam HMD pelukisan perang tidak sedetai1 dalam HPM.
Peperangan hanya dilukiskan secara garis besar saja. Da1am
pera.ng dengan Asahan kemajuan perang di1ukiskan runtuhnya
dinding-dinding benteng pihak 1awan oleh tembakan meriam,
sedangkan dalam perang melawan Si Ujut kemajuan perang itu
di1ukiskan dengan banyaknya tengge1am kapal-kapa1 perang Si
Ujut. Lukisan kehebatan titik berat di1etakkan pada kegen
caran tembakan meriam dan ungkapan untuk Malem Dagang yang
terlibat dalam perang besar. Larik-1arik penanda kehebatan
perang ini se1alu diulang dengan 1arik-1arik yang hampir tan~
pa perubahan dalam kedua peran6tersebut. Di sini dikutip 1a-~
rik-larik yang me1ukiskan kehebatan perang Asahan;
1015 Jipeumeuriam nyan u 1a'ot, boh beude srbt han teu
kira
1016 Boh beude u 1a 1 ot sare cham-churn, han tatudurn ban
ujeuen keunong sa
1017 Boh beude di rnanyang sare soseue, meuse geu1anteue
rneunan suara
1018 Boh beude u la 1 ot that klarn-kabot, sang k1eueng meu
lot watee sinja
98
1019 Di la'ot hu meujeureulah, boh beud~ mirah le~mah
cuaca
1015 Sasaran meriam arah ke 1aut, pe1uru berjatuhan tak terkira
1016 Ch~~:chum suara pe1uru jatuh, bagai 1ebatnya hujan ray a
1017 Di angkasa pe1uru bersi1ang siur, bagai guntur gemuruh suara
1018 Pe1uru di 1aut sangaf ka1ang-kabut, suara bersiut bagai pertarungan e1ang waktu senja.
1019 Laut berubah warna kesumba, bara pe1uru memantulkan cahayf_.
Sedangkan tanda ter1ibatnya Malem Dagang da1am perang
yang hebat di1ukiskan dengan 1arik: Bu~~n sa.YangMalem Da
~I!fi' meukumban_tL_Era_ng di la I ot ra_ya ( Aduh kasihan Mal em
Dagang, terlibat perang di laut raya).
Lukisan perang dalam HPM lebih mendetail, tidak ada
perulangan larik, yang ada hanyalah peru1angan kelompok ka
ta, atau parch larik, yang memberi kesan pada kesibukan pe
rajurit menyerbu benteng.
2383 Bit pi dumnan geupeu1heueh beunde, ji 1 e~a~f-~
iL.~ 2384 Tan jitakot keu boh meuriam, 1i'~k t~La_m u da1am
kuta --2385 Han jihiro nyan keu reubah, j_it 6k_j__ig_ag_ah u galf_i
kuta
2383 Heskipun begitu hebat tembakan dilepaskan, tetapi mereka terus saja naik
2384 T~gentar menghadapi peluru meriam, mereka berlomba naik ke dalam kota
2385 Tak perduli pada yang gugur, mereka mendesak naik ke kaki kota.
Demikian1ah mengenai taluan bunyi-bunyian dan lukisan
persiapan perang beserta ja1annya peperangan yang di1ukis
kan da1am kedua hikayat ini. Keduanya memperlihatkan corak
nya sendiri-sendiri.
99
b. Samb.Jrt_~-~~lfl.~n J~.~;_ah ~ ra~
Iskandar Muda dalam perla:watannya menghimpun kekuatan,
· tidak pernah membagikan hadiail (pesalinan) kepada rakyat~
Pada tiap tempat yang disinggahinya penyair melukiskan rak
yat datang berbondong-bondong membawa persembahan tanda ke
muliaan kepada Sultan. Persembahan itu·berupa kelapa muda
dan tebu, terkadang ditambah dengan buah-buahan lainnya.
Larik-larik ini setiap kali diulang penyebutannya hampir
tanpa pe rubahan: Rakza t j i t_;:on meu~!.'!ti.~~~.•--;t:h.~~~-'t.!.l!~);.e !6,bn u riluda (rnkyat turun berihu-ribu, membawa .tebu dan kelapa muda).
Tanda kemuliaan p~nyambutan serupa itu rupanya merupa
kan konvensi dalam HMD, sebab ketika Si Ujut datang ke Aoeh,
ia juga dimuliakan dengan membawa tebu, kelapa muda dan bu
ah-buahan. Tetapi karena ia raja dari negeri lain• maka ke
muliaan yang diberikan naik ke tataoarn kerajaan. Terlihat
di sini persembahan itu ditambah dengan berbagai hidangan
yang cita rasa. Selanjutnya ia dinaikkan ke atas ~ <!!.!!--: ~) dan diarak ke istana. Di sini in disambut oleh Sultan
dan diberikan pesalinan selengkapau po.kaian kebesaran yang
indah-indah.
65 Geubri siluweue nyang meujunggi, bajee di asoe lh'ee
blaih dokma
66 Geubri ija that meusanjak,.neudbng pirak teunun suasa .. 67 Geubri bungkoih tapak cato, deungbn boh ru meuih
bungong gisa 68 Geubri kupiah meuih sinaroe, peuleuma:h budhoe peu ...
neug'et rata
65 Diberi celana bersulam ~euang emas, beserta baju berkancing tiga belas
66 Diberi kain yang sangat indah, bersulam perak tenunan sua sa
67 Diberi kain tempat sirih beragam hias petak catur, keempat sudutnya diberi hiasan emas berupa buah eru dan kuncup bunga .
68 Diberi kupiah. emas murni, tanda kemuliaan, hasil kera~ jinan budaya tinggi. ·
100
Tebu, kelapa muda dan buah-buahan sebagai tanda -kernu
liaan, juga dikenal dalam HPM, seperti yang dipersembahkan
oleh rnkyat Mukim Lh'ee kepada Pocut Muhamat. Persembahan
tersebut tidak selalu sama d:i,lukiskan di sini. Rakyat Mu
kim Tujoh misalnya, memberi persembahan segala macam benda
yang mungkin mereka berikan, di samping kelapa muda, tabu
dan buah-buahan. Begitulah persembahan berdatangan dari
rakyat, si peladang mempersembahkan bawang dan jahe, ·yang
lainnya mempersembahkan pisang, beras sekantong, telur itik atau telur ayam, ada pula yang hanya mampu mempersembahkan
kelapa dan pisang saja. Tetapi yang agak berpangkat memper
sembahkan kambing benggala, sedangkan hulubalang mempersem
bahkan kerbau besar. Rakyat Pangul$e peunaroe, di samping
mempersembahkan kelapa muda 1 ada juga yang membawa berds,
sedangkan para petua membawa kerbau dan sapi. Larik yang
menyatakan persemba}lan kelapa muda dan tebu serta buah
buahan, mirip dengan yang terdapat dalam HMD, hanya di sini
ditambah satu larik yang juga selalu diulang, ialah menyem
bah Sultan.
505 Padum-padum peuseumahan, han sapeue tan keunan geuba
506 Ladom u muda ladom teub'ee, ladom boh kay~e han teuki
ra
507 Geucom bak teu•ot seumah bak gaki, Poeut boh at$ nyoe
ho ka teuka
505 Tak terhitung persembaha.n, segala maeam kesitu dibawa 506 Kelapa muda beserta tebu, da~ buah-buahan tak terkira 507 Cium di lutut sembah di kaki, Pocut buah hati ke sini
tiba
Pi samping itu masih terdapat lagi perulangan larik la
innya., ialah ucapan Pocut Muhamat kepada rakyatnya setiap
selesai membagikan pesalinan kepada semua mereka. Ueapan itu
berupa permohonan bantuan tenaga untuk melancarkan perang ke
Gampong Jawa.
101
?13 Kamoe tuan teuka di Al'eh, jeu 1 ¢h that jad'eh nton 1angkah ba
?14 Adak na gaaeh ngbn ta aayang, tajak bantu prang u Gam
pong Jawa
?13 Kami tuan datang dari Aceh, jauh sungguh mengayunk.an 1a.ngk~h. (.ke mari)
714 Ando.iko.n o.ndo.'L1cnaruh kasih dan aayang, bantulah penyerangan ke Gampong Jawa.
Iskandar Muda ketika melawat ke Sigli, Samalanga dan
Meureudu juga menyampaikan permohonan dalam po1a kalimat yang
mirip dengan ucapan Pocut Muhamat. Tetapi ucapan Iskandar Mu
da di sini disertai dengan alasan mengapa ia hendak menye~tang
Johor, seperti ucapannya pada panglima Samalanga:
629 Sabda talhom kapay u la'ot, taseutet di likot Cakra Donya
6 , ' ~ -30 Beukeuna gasehteu ngon aayang, tapeungon kuprang u Jho
Lama
631 Meung na Allah bri umuku lanjut, keaeut'et Si Ujut meu
nal~e jiba
629 Turunkanlah kapal ke laut, ikut iringan Cakra Donya 630 Andai anda menaruh kasih dan sayang, temani aku me
nyerang Johor Lama 631 Selama hayat masih di badan, kukejar Si Ujut yang te
lah mengaibkan nama
Larik-larik ini.hampir selalu diu1ang, terkadang dengan
tambahan beberapa variaai, menurut tempat yang disinggahi.
Ketika bertemu dengan Ja Pakeh di Meureudu dan bertemu dengan
mertuanya (Raja Pahang) di laut Banang, Sultan menjelaskan
alasan penyerangannya itu dengan menambah satu larilk penjelaa-' - . \ . an: _[eureuna Si_V_j_~_'t di -~~~E~<!J.:l....§.~~J..l- j_,adeh _J!eureu-
bot_raza (Karena Si Ujut di negeri' Aceh, melakukan perampokan
dan membuat huru-hara).
Perumuaan alasan serupa itu nampaknya merupakan suatu po
la yang khusus dalam HMD, yang tidak tersua dalam HPM. Perumus
an yang demikian itu dalam HMD masih terdapat lagi pada bebera-
102
pa hal yang lain, sehingga mengesankan bagai membentuk kon
vensi sendiri,
Perulangan pemberian hadiah yang dilakukan oleh Pocut
Muhamat, tidak semuanya dilukiskan secara mendetail. Hadiah
untuk rakyat Mukim Lh'ee, berupa peaalinan pakaian, kain dan
destar serta baju perang (baj6e aoh dan ?a~~~-keusumba). Hadiah buat rakyat Mukim Tujoh hanya disebutkan saja: !!!.s::,
bri salen dumna rak.x.at, b.l:!;~. n_yan__g_ babat keuchik panglillla
(Dibari pesalinan buat aemua rakyat, keuchik dan panglima
menurut tingkatnya masing-masing). Hadiah buat rakyat Mukim
Lim'bng perinciannya lebih detail, di samping destar, diberi
kan juga kain tenunan benang emaa yang ha1us, baju 1engan
pendek beserta kancing yang terbuat davi emas C~), Se
dangkan hadiah bua t Pangul~e Peunaroe ·1e·bih beragam 1a·gi,
di samping destar dan baju berkanoing emas, diberikan juga
pesalinan kebesaran se1engkapnya, diberikan kain tempat si
rih yang tiap sudutnya diberi hiasan buah eru emas beserta
cerana yang indah-indah ukirannya, dan lain-lainnya.. Demi
kian dilukiakan oleh penyair:
1447 Pocut Muhamat neubri peukayan, aileungkapan dum
anika
1448 Mula phon-phon neubri tangkulok, lheueh nyan neujok ·
bajee meudokma
1449 Neujok bungkoih tapak ca. to, \ boh ru meuih ban ngon
peuet punca
1450 Neujok keurandam nyang krak gantang, pan de ji tuang.
bungong gisa
1451 Neujok ija nyang indah that, seuleupok kasab peu-\
neuget Lam Nga ,/
1.52 Neujok sikin lapan sagoe, neupeujaroe keu Bentara
1453 Neujok reungget peuet boh guni, le that neubri keu
Ben tara
1447 Pocut Muhamat menghadiahkan pakaian, dengan ke1engkapannya yang beraneka
103
1448 Nu1a seka1i diberikan destar, kemudian baju berkancing dokQ'la
1449 Diberikan·kain tempat sirih beragam pet~k catur, dengan hiasan buah eru emas.di keempat sudutnya
1450 Diberikan tempat kapur ragam krak'gantang, dengan hiasan su1ur bunga • •.
1451 Dibari kain.yang indah--indah, :dengan hiasan bunga tunjung dari benang emas, tenU:han Lam Nga
1452 Diberi pisau dengan gagang bersegi de1apan, digenggamkanke tangan Bentara
1453 Diberikan uang empat goni, banyak sekali hadiah buat Bentara.
Terlihat di sini hadiah yang diberikan Pocut Muhamat
kepada Pangul~e Peunaroe adalah pemberian da1am tingkat ke
besaran, tetapi masih 1ebih sederhana pesalinan yang dib'e
rikan oleh Iskandar Muda kepada Raja Si Ujut.
Dalam hal pemberian hadiah ini n.da tiga hal yang sela-
1u berulang disebutkan: {1) hadiah diberikn.n menurut ting
katan kedudukan masing-masing penerima, (2) terdapat peru
langan larik yang mirip dengan HMD, (3) selalu diiringi la
rik yang menyatakan kerendahan hati Pocut Muhamat: Nyoe keu
nyaE~ na_E§.._teun~~_j_;_-_oh, me)lng bek jaroe soh 1on jak _gata
(Cuma ini yang ada hai teungku yang baik, sekedar tidak de
ngan tangan hampa saya mengunjungi anda).
Sampai di sini telah dibicarakan beberapa unsur kon
vensi yang terlihat menonjol dalam kedua hikayat. H~ID dalam
semua episode yang berkaitan dengan konvensi ini menunjuk
kan perbedaannya dengan HPM. HMD selalu.melukiskan episode
episode tersebut secara garis besar saja, sedangkan HPM cen
derung hendak melukiskan semua episode tersebut secara men
detail. Di samping itu terlihat juga HMD tidak selalu patuh
mengikuti konvensi, sedangkan HPM terasa selalu dalam garis
konvensi, sehingga terkesan episode-episode yang berulang
itu seperti dipungut dari tradisi yang tersedia (stock epi
sode).
Perbedaan ini lebih lanjut terlihat juga dalam pemakai
an larik pe:tanda .. pergantian episode a tau sub-episode. Larik-··------ ---<-·----
104
larik ini dalam HMD polanya sangat sederhana, dan sering
antara episode dengan sub-episode larik yang menandai pemi
sahannya tidak mengkhusus. Ketika terjadi peristiwa pembe
rontakan Si Ujut, episode itu ditandai dengan larik:
~~~~~ ?zan teu~~~keudirollah, neupeutrbn sosahkeu 20
meukuta (Kemudian datanglah takdir Allah, menurunkan susah
kepada baginda). Sedangkan pergantian episode perjalanan
Sultan menyusuri pantai Utara melalui jalan darat dan laut,
ditandai dengan larik: Geuc~k sa'oh ka~~y-~a•ot, di d~ rat b~~~~gka~~~~~ (Diangkat sauh kapal di laut, di darat berangkat baginda raja). Larik serupa ini berulang
terus setiap Sultan berpisah dari tempat yang satu ke tam
pat yang lain. Tetapi setelah berlepas ke laut, memulai pe
layaran.jauh, tanda pergantian episode berubah. Di sini ke
berangkatan itu selalu didahului oleh ucapan Malem Dagang,
memanggil anak buahnya dan memerintahkan berlayar.
13?9 Ho ka gata wali ngbn karong, ta•eu jaroe lon ateueh jeumala
1380 Tacok sa 1 oh talingkang taloe, asoe jaroe bungka udehta
13?9 Wahai sekalian ~ dan karong, lihat tanganku di jemala
1380 Angkat sauh gulungkan tali, buah tangan beranakatlah kita
Larik penanda sub-episode yang sering terlihat di da
lam HMD ada dua yang secara bergantian diulang, ialah:
Lawet_law~Z1...<!11doe ni~t:J.~...!!lan, te._l:\_dueK_h_8:_~a_y_a..%!.J...a' e~l_.~~~i!£!. (Syahdan kemudian setelah itu, terhenti dulu kisah itu,
beralih ke masalah yang lain), atau: Teutab 'ohnaD:,_nzan.s
~ba. nz.E!!l .. L}~_oe kuran_g_an la' en -~-qri~ ( Cukup sekian kisan ini, kini kugubah rekaan yang lain).
Dalam RPM, larik-larik penanda pergantian episode de
ngan sub..:.episode sifatnya lebih mengkhusus. Larik-larik pe
nanda tersebut selalu menyebutkan masalah apa yang dihenti-
•
105
kan pengisahannya dan masalah apa yang akan dikisahkan be
rikutnya. Larik penanda pergantian sub-episode biasanya ha
nya terdiri dari satu larik, sedangkan larik.yang menandai
pergantian episode terdiri atas beberapa l.arik 1 dan bias~nya berpola pantun.
Larik penanda pergantian s~b-episode di sini mirip de
ngan HMD, hanya dengan sedikit variasi: Teuduek haba Pocut
~at, meuwoe __ ~~w~yat bak poteu raja. (Terhenti tentang
Poeut Muhamat, riwayat kembali kepada baginda raja). Dal.am
variasi yang lain terdapat juga : Law6t lawan teuma dudoe,
tangb je"lnoe lon cal~. {Lama-kelamaan kemudiannya, de
ngarlah kini saya eeritakan).
Larik penanda pergantian episode dalam HPM terdiri atas
dua macam. Yang pertama bersifat konvenaional, maksudnya la
rik itu dimulai dengan kata: "Ammaba•du ••• ", atau "Aleuki
.!!!! ••• ", sedangkan yang lainnya ditambah dengan pola ikatan
pan tun.
Contoh larik penanda pergantian episode jenis pertama:
2005 Ammaba'du he teungku payongt taleungo lon la•6n ca
litra
2006 Taleung~ ulon dumna tuan, jeunoe haba prang u Gam
pong Jawa
(Ammaba'du wahai teungku tercinta, dengar saya kisahkan lain cerita Dengarkan saya semua tuan, kini kisah perang ke GampOng Jawa)
1720 Al.eukisah Pangul.'8e Peunaroe, leugat neuwoe tuan
B~ntara
1721 Neuwoe u rumoh neu'ek u leupu, neujak bak ibu tuan
Ben tara
(Alkisah Pangulee Peunaroe, langsung pulang tuan Bentara Pulang ke rumah ilaik ke serambi, tuan Bentara menemui ibunya)
Contoh larik penanda pergantian episode jenis kedua:
106
473 Jaunoe l.on kisah la'e'n riwayat , Pocut Muhamat jad'hh
neubungka
474 Rampak•rampak seureuba Yaman, di barOh nyan seureuba rasa
4?5 Jeunce Pocut lon kurangan, leugat jalan deung~n tantra
476 Ammaba'du teuma dudoe, lon kisah jeunoe Pocut· bungka
473 Kini saya kieahkan lain riwayat, Pocut Muhamat jadi berangkat
474 Rampak-rampak pohon delima Yaman; di bawahnya tumbuh pohon nona
475 Kini Pocut eaya kisahkan, l.angsung berjalan dengan bala tentara
476 Ammaba 1 du kemudiannya, kini saya kisahkan Pocut berangkat
Kutipan di atas adalah larik pembuka mengenai keberang
katan Pocut Muhamat melawat ke Pidie dan daerah-daerah lain
nya untuk menghimpun kekuatan menyerang Gampong Jawa.
Demikianlah mengenai larik yang menandai pergantian epi
sode atau sub-episode yang terlihat dalam kedua hikayat ini.
Lebih lan"Qut dalam HMD masih terlihat beberapa unsur konven
si lagi yang tidak terdapat dalam HPM. Unsur-unsur konvensi
tersebut ialah:
(1) Cara penyebutan kepada Sultan terdapat pola larik yang
telah ditetapkan dalam beberapa variasi, yang selalu
berulang, .dan tetap diucapkan secara penuh: Al'l!J?on tuanku
~i alam, seu~h laman_duli _l!.;:oepada (Ampun tuanku Syah
Alam, sembah hamba ke bawah duli baginda), atau : Ampon
tuanku meuribee ampon seumah ulon2acay nyang hina (Ampun
tuanku beribu ampun 1 sembah hamba pacal yang hina),· atau:
R~elat teugayo cahi alamL nyang ~e geunggam alam donya
(Daulat berjaya Syah Alam, yang layak menggenggam seante
ro dunia)
(2) Cara penyebutan masing-masing tokoh cerita, selalu diikuti
dengan penunjukan sifat-sifatnya yang khusus, yang mirip
jul.ukan.
107
raja jimet!n.~n~~ukanda ~ (raja
yang dinamai Iskandar Muda)
Untuk_Raia Raden : ;ureueng get baten~, teugoh _s~utia
Untuk Merkuta Alam ·-·-~-
(orang yang baik batin teguh setia)
Untuk Malem Dagang : Eanglim~~ang suna biasa atau·
panglima prang that peuka~~ (panglima
perang yang sangat perkasa)
Untuk Pang~~ Pidie: !!£~_uJ_n_£ nyang gh:!:,e nibak raja
(orang yang dekat rapat dengan raja)
Untuk Ja Pake~ g_uree nya:qg_ leub"eh, ulama raya (guru
utama, ulama besar) atau kalau di
panggil Ja Madinah, maka lanjutan ge
larnya: ulon Alla~_teug_oh seutia
(hamba Allah yang teguh setia)
Untuk Raja Si Ujut : !!£h$ kuyut tan agama (kafir penge
cut tak beragama)
Untuk Jaromudi nyang na turi barang peue ~~ (yang
memahami berbagai bahasa, jaromudi = juru bahasa, pen.)
(3) Tambakan meriam sebagai isyarat memasuki kuala sesuatu
negeri. Larik yang menyatakan tembakan meriam ini beru
lang setiap kali pasukan Aceh berlabuh di berbagai kuala
dalam pelayarannya ke Johor.
(4) Konvensi jaromudi (juru bahasa) dan cara ia bertanya pa ...
da yang datang, selalu larik-lariknya diulang secara
hampir seluruhnya sama, misalnya juru bahasa dari Pahang
bertanya pada Malem Dagang ketika mereka berlabuh di kua
la Banang :
1422 Lalu meututo jaromudi, nyang na turi barang peue.
basa
1423 Na taleu.ngb po samlakoe, pane nanggroe po ge~ basa
1424 Ku 1 eu tajak that mupadan, ngbn angkatan bala tantra
1422 Lalu berkata jurumudi, yang memahami berbagai bahasa
108
1423 Apakah anda mendengar kami, dari negeri mana tuan mara
1424 Kulihat tuan sangat lengkap, dengan angkatan dan bala tentara.
(5) Cara menghimpun rakyat dengan memukul mong-mong (memukul
gong dan canang besar) yang dibawa oleh bujang berkeli
ling negeri. Dalam HND cara menghimpun rakyat baik di
Aceh, di Asahan atau di negeri Si Ujut, selalu dilukis
kan dengan memukul mong-mong berkeliling negeri oleh bu
jang. Dalam HPN terjadi hanya sekali pemanggilan oleh
Pangul'ee Peunaroe ketika ia menolak surat Pocut Muhamat.
Panggilan itu dilakukan dengan tembakan meriam sebanyak
tujuh kali tujuh tembakan.
(6) Cara menyampaikan sesuatu berita atau laporan, larik
lariknya diulang hampir seluruhnya sama dengan apa yang
telah diucapkan sebelumnya. Misalnya laporan Keujruen
Kuala pada peristiwa perampokan oleh Si Ujut. Laporan
tersebut diulang lagi oleh Sultan ketika menyampaikan
nya kepada Raja Raden. Begitu juga perintah yang diberi
kan Raja Asaha~bujang tujuh menanyakan pasukan Aceh
yang datang, sesampai pada Malem Dagang ucapan Raja
Asahan diulang lagi oleh bujang, selanjutnya kata-kata
yang diucapkan oleh Malem Dagang kepada bujang diulang
ucapkan kepada Raja Asahan sebagai laporannya. Perulang
an-perulangan serupa itu terdapat banyak sekali di dalam
HMD yang hampir berbagai peristiwa, hal yang demikian
hampir tidak terdapat di dalam HPH. Perulangan serupa
itu hanya terjadi.sekali saja dalam HPM, tetapi dalam
konteks yang lain, ialah perulangan pengisahan masa lam
pau Pangul~e Peunaroe, yang pertama dikisahkan sendiri
oleh Pangul~e Peunaroe pada Pocut Muhamat, yang kedua
dikisahkan oleh ibu tirinya ketika Pangul~e Peunaroe hen
dak pamit mengikuti Pocut Muhamat ke Aceh dan yang ketiga
diucapkan sendiri oleh Jeumaloyalam pada Pangul~e Peuna-
109
roe. Tetapi peru1angan-peru1angan pengisahan masa 1ampau
ini tidak dengan peru1angan 1arik-1arik itu seutuhnya
seperti yang terlihat dal.am HMD.
Dari uraian di atas ter1ihat bahwa HtiD di samping meng
ikuti konvensi yang ada, seperti ha1nya HPM, tetapi 1ebih ja
uh ia masih menoiptakan sendiri po1a konvensinya, sehingga
memper1ihatkan oiri-oirinya yang sangat khas. Apakah sistem
peru1angan serupa itu merupakan bawaan zamannya~ mengingat
karya ini lebih tua dari HPM, atau karena karya ini l.ahir di
tengah-tengah rakyat, dan dioiptakan seoara 1isan. Sebab po-
1a-po1a peru1angan serupa itu sangat memudahkan penyair me
nyusun oeritanya seoara 1anoar.
2. Re.E.et_isi -~an _!'ara1e1isme sebagai unsur formula
Parale1isme sebenarnya adalah bagian dari repetisi, te
tapi dalam bentuk ia berbeda. Repetisi meliputi perulangan
1arik, perulangan frasa/paroh 1arik, perulangan kata dan
peru1angan persajakan (persamaan bunyi). Repetisi dan para-
1e1isme dianggap sebagai salah satu oiri sastra lisan. Ba
nyak para ah1i yang setuju dengan pendapat tersebut (Ruth
Finnegan, 1977: 127-128) sebab repetisi dan para1e1isme me
mudahkan penyair menyusun 1arik-1arik puisinya, di samping
juga memudahkan pendengar memahami yang dikatakan penyair.
Dalam pembahasan nanti perulangan larik tidak dibicara
kan lagi, sebab sudah ter1ihat seoara tidak 1angsung da1am
pembahasan konvensi sastra kedua hikayat. Begitu juga menge
nai peru1angan bunyi, karena kesempitan waktu tidak dibicara
kan di sini. Dengan demikian pokok pembahasan dalam pasa1
ini meliputi perulangan frasa/paroh 1arik, peru1angan kata
dan para1elisme.
a. ~an~an paroh 1arik/frasa
Peru1angan paroh larik/frasa, digabungkan demikian ka
rena peru1angan parohan 1arik sering seka1i tidak diulang
110
secara utuh, melainkan divariasi dengan sinonim, pergantian
nama tempat atau epithet (gelaran) atau jenis kata yang la
in, sehingga perulangan parohan larik terkesan bagai peru
langan frasa. Dalam HMD variasi perulangan parohan larik
serupa itu banyak sekali terdapat. Dalam HPM perulangan pa
rohan larik kebanyakan terdapat dalam pelukisan suasana pe
rang, suasana sedih, upacara penyambutan dengan taluan bu
nyi-bunyian dan dalam propaganda perang Pocut Muhamat ter
hadap Gampong Jawa.
Dalam HMD perulangan parohan larik secara utuh biasa
nya terdapat pada paroh pertama, tetapi jenis serupa itu ti
dak banyak, yang banyak terdapat adalah perulangan paroh la
rik dengan variasi. Perulangan paroh larik dengan variasi
ini dapat melahirkan gaya perulangan penjajaran ataupun pa~
ralelisme, meskipun tidak semuanya demikian.
Contoh perulangan paroh larik dengan variasi sinonim:
2073 Nyoe leupeue Si Ujut ka lam rant~, d~elat sambot le
jeunoe sigra
2074 Nyoe leupeue Si Ujut ka lam taloe, udeh tawoe u Pulo
Ruja.
(Inilah Si Ujut sudah dirantai, baginda terimalah kini segera. Inilah Si Ujut sudah di dalam tali, ayohlah kita kernbali ke Pulau Ruja)
Variasi sinonim lainnya kalau bercorak paralelisme mem
perlihatkan kecenderungan hendak menekankan atau menjelaskan
yang diungkapkan di dalamnya, misalnya terlihat dalam ucapan
Sultan ketika ia memarahi Ja Pakeh karena rakyat Meureudu ba
ru datang menyambut setelah tujuh hari Sultan berada di sana.
578 Adak han mee kukevrajeuen, ta•euntat lam uteuen taboih
lam rimba
579 Adak han m~e Kugeunggam nansgroe, taboh geunantoe, Ja, / le gata
(Kalau tak layat aku memerintah, antarlah ke hutan, buanglah ke dalam rimba Kalau tak layak kugenggar.l nescri·, Ja (Pakeh) angkatlah penggantinya).
111
Kedua larik ini sebenarnya isinya suma suja, ialuh me
nekankan pada rasa tidak senang Sultan karena seolah-olah
ia diremehkan, sebab baru pada hari yang ketuj~h Ja Pakeh
dengan rakyat Meureudu datang menyambut kedatangannya. Jadi
kalau mereka tidak mengunggap lagi ia sebagai Sultan buang
kan sajalah ke hutan, atau gantikan sajalah dengan yang la
in.
Jenis variasi perulangan lainnya berupa pergantian na
ma tempat atau nama benda. Hal yang demikian biasanya larik
lariknya disusun dalam gaya perulangan penjajaran.
597 Nyampang-n~ampahg hawaji .EJ.sang_, u Sarah Hancan_! han
soe mita
598 Nyampang-nyampang hawaji boh birah, u ~rah Ga1~~ han
soe jak mita
599 Nyampang-nyampang hawaji ~agong, u Gle Punton~ han
soe jak mitu
(Sewaktu-waktu mereka kepingin pisang, ke Sarah Mancang tidak ada yang mencarinya Sewaktu-waktu mereka kepingin umbi talas, ke Saran Gajah tidak ada yang mencarinya Sewaktu-waktu mereka kepingin jagung, ke Gl~ Puntong tidak ada yang mencarinya).
Ketiga corak variasi perulangan ini sangat banyak ter
dapat di dalam HMD. Terkadang pergantian nama tempat diubah
ke dalam bentuk sinonim pula, seperti terlihat dalam ucapan
Raja Asahan ketika menantang perang dengan pasukan Aceh.
6 \ / . , 93 Bek kabri jijak u nanggroe la'en, sinoe p1 kutem
prang kurila
937 B~k kabri jijak u nanggroe ~!~, u nanggroe Jho u
Meulaka
938 Bek kabri jijak u nanggroe Banang, di Aseuhan pi
troih masa
(Jangan biarkan mereka ke negeri lain, di sini pun kutantang perang, aku rela Jangan biarkan mereka ke negeri Timur, ke negeri Johor, ke Malak.a Jangan biarkan mereka ke negeri Banang, di Asahan pun masanya tiba).
112
Sinonim yang terlihat di sini terjadi karena negeri
yang dimaksud itu tidak langeung disebutkan, lebih dulu di
sebut dengan "negeri lain11, kemudian lebih diperjelas arah
nya, ialah "negeri Timur", baru pada akhir eekali disebut
dengan terang, 11negeri Banang 11 • Di samping itu terdapat
juga sejenis sinonim penunjuk tempat. Pergantian sinonim di
sini lebih bersifat paralel, larik kedua lebih menekankan
maksud larik sebelumnya.
550 'Oh ka kuwoe cuco u gampong, adak geupuntong han ku
seumah raja
551 1 0h ka kuwoe cuco y ?anggroe, adak geugogajoe han ku
seumah raja
(Kalau aku sudah balik ke kampung, dipuntung pun takkan kusembah raja Kalau aku sudah balik ke negeri, digergaji pun takkan kusernbah raja). ·
Terlihat di sini pergantian "kampung" dengan 11negeri"
hanya untuk penyesuaian bunyi saja, ditujukan untuk menekan
kan maksud yang dituju. Larik-larik ini diucapkan oleh Ja Pa
keh yang marah kepada.Sultan karena mendiamkan saja kedatang
an mereka dari pagi sampai siang di panas terik. Karena itu
Ja Pakeh merentak, mengajak rakyat Meureudu pulang semua, dia
yang akan menanggung risikonya. Jadi paralelisme dalam kedua
larik tersebut menekankan pada kemungkinan hukuman sebagai
ancaman bagi Ja Pakeh yang membangkang, tetapi ia tidak gen
tar.
Di samping variasi siuonim dan pergantian nama tempat
atau nama benda, terdapat juga perulang~n paroh larik dengan
variasi gelaran, Jenis ini yang paling banyak terdapat di da
lam HMD setelah variasi perulangan dengan sinonim. Malahan
dalam bentuk perulangan katat variasi dengan gelaran ini ter
dapat lebih banyak daripada variasi perulangan dengan sinonim.
Contoh perulangan dengan variasi gelaran:
1723 Ho jipeurab Halem Daaang, le that lapang kaphe' cilaka
1724 Ho jipeurab Malem samlakoe, kaphe jimoe hablh meuriba
113
(Kemana saja Malem Da.gang mendekat, banyak sekali (kapal) kafir tenggelam Kemana saja mendekat Malam rupawan, kafir menderita kekalahan).
Di tempa.t lain Malem Dagang digelari juga dengan "anak
pedalaman", misalnya dalam larik berikut:
1854 Meung na udeb Malem Dagang, kee panglima prang ngon
raja Cuha
1855 Meung .na udeb aneuk tunonJt._kruen~, bah kutheun rueng
di nab sroepada
(Kalau masih hidup Malem Dagang, aku panglima perang melawan raja Guha Kalau masih hidup anak p_edalaman, punggungkulah perisai bagin(la).
Di samping itu, di dalam HMD banyak juga terdapat pe
rulangan paroh larik secara bersilang, mirip dengan bentuk (l
konkatensi yang banyak terdapat dalam tembang Jawa dan pan-
tun Sunda. Hanya bedanya perulangan paroh larik yang bersi--lang ini sering tidak murni, diselingi satu kata lain, atau
divariasi dengan sinonim, tetapi isinya tetap paralel. Corak
perula.ngan serupa itu tidak banyak terdapat di dalam RPM.
Perulangan paroh larik yang bersilang ini tidak hanya sele
sai dalam dua larik, terkadang sampai beberapa larik terus
berlangsung sistem perulangan tersebut dengan diselingi oleh
jenis perulangan lainnya. Untuk sekedar contoh di sini diku
tip lukisan Malem Dagang ketika mendekat ke istana Raja Asa
han, sementara para perajurit sibuk dengan barang-barang ram
paean.
1193 Jeunoe jitamong Malem samlakoe, u leuen meuligoe
,i_:t_Q..ih pan..!:'!-JJila
1194 Ban sa.jan troih u leuen meu1isoe, jideungo putroe
~im~gha
1195 Jideungb putroe moe meuro-ro, jimuba'e dumji rata
1193 Kini masuk Ma1em rupawan, ke hal.aman mahligai sampai pang1ima
114
1194 Begitu sampai ke halaman mahligai, didengarnya putri menangis duka
~~95 Didengarnya putri menangis ramai, riuh meratap semuanya
Di sini terlihat ada tambahan kata, atau variasi ainonim. Mungkin pola perUlangan serupa ini merupakan bentuk
lain dari enjambement yang tidak mungkin diujudkan dalam
puisi lisan secara murni, sebab ia menuntut adanya kesatu
an sintaksis yang eelesai dalam setiap larik.
Dalam HPM variasi perulangan gelaran tidak
banyak terdapat, meskipun juga mengenal sistem gelaran di
dalam menyebutkan nama-nama tokohnya. Perulangan dengan va
riasi sinonim tidak seberbagai seperti dalam HMD, Perulangan
variasi sinonim HPM, terutama menonjol dalam pelukisan sua
sana berkabung ketika Pangulee Peunaroe gugur, atau ketika
Pangutee Peunaroe pamit pada ibunya.
1864 Adalt mate aneuk, gata di jur'ee, na lon mueng ul'ee , po Bentara
1865 Adak mate aneuk, gata di leupu, lh~e uroe kumeupho
kuleumpaih dada
(Andai engkau, nak, mati di tilam, ada ibu yang memangku kepalamu Bentara Andai engkau, nak, mati di beranda, tiga hari lrulakukan pho, kucurahkan duka) (~o = semacam upacara duka meratapi simati, tradisi yang hidup di beberapa kalangan masyarakat Aceh sebelum masuknya Islam, pen.).
Perulangan paroh kedua larik, banyak terdapat dalam
HPM, tetapi kurang kaya variasi, malah terkesan hanya untuk
memenuhi kaki larik saja. Terlihat misalnya dalam bagian per
temuan Meugat dengan Pangulee Peunaroe.
1024 Nyang jeuet ulon keunoe troih langkah, ~~ meutuah
ubak gata
1025 Seumah saleuem Pocut Muhamat, rinduneu that aneuk keu
gata
115
1026 Jaroe sip1oh di atueh u1~e, sa1euem meurib~e aneuk
keu Pi~~
1027 Manyoh meuchen Pocut Muhamat, ointaan that neumeung
ngieng mata
1028 Nyoe a1amat gejok bak kamoe, neuyue mee keunoe aneuk
l;!_ak gata
1024 Yang menyebabkan saya me1angkah ke mari, kepada engkau, anakku
1025 Sembah salam Pocut Muhamat, rindu sekali ia kepada engkau, anakku
1026 Jari sepuluh di kepala, salam beribu kepada engkau, anakku
1027 Kangen sangat Pocut Muhamat, rindu untuk bertemu muka
1028 Inilah surat diberikan pada kami, disuruh bawa kemari kepada engkau, anakku.
Perulangan-perulangan ini terkesan kurang bervariasi,
tetapi mungkin juga dimaksudkan untuk melukiskan kekakuan
Heugat menghadapi Pangu1~e Peunaroe yang hebat, sehingga ia
sclalu berusaha memakai kata-kata seintim mungkin agar pera
saannya tidak tersinggung. Karena hati-hatinya itu menyebab
kan Meugat tidak 1e1uasa berbicara, akhirnya ia hanya mampu
mengulang-u1ang kata yang itu-itu juga. Perulangan tidak
bervariasi serupa itu terlihat juga ketika pasukan Pocut Mu
hamat menyerang benteng Jeuma1oyalam, tetapi perulangan-pe
rulangan paroh larik ini justru semakin mengintensifkan lu
kisan kesibukan perajurit da1am usaha menerobos benteng Jeu
mal.Oyalam.
Gaya perulangan paroh larik bersilang da1am RPM sangat
sedikit jumlahnya, tetapi juga dikena1 oleh penyair ini.
Biasanya hanya terdiri atas dua larik saja, seperti yang ter-
1ihat dalam ucapan Pocut Muhamat, berikut ini:
650 Kamoe tuan teuka di Aceh, nzang trpiA.~~~ah_lon
b,ak gata
651 &a3_tr~ih 1~-l.!.tt~ah _lo~_j_a_k k~_u_!l:~~' peugah hay droe
ubak gata
(Kami tuan dutang dari Aceh, yang telah dibawakan l2ngkah kepada anda
116
Yang telnh dibawakan langkah kemari, hendak mengadukan nasib kami kepc.da anda)
Demikianlah perulangan paroh 1.:-.rik/frasa yc:mg terli
hat dalam kedua hikayat dengan varici.Si-variasinya. Peru
langan-perulangan ini ternyata meliputi juga bentuk-bentuk
penjajaran, paralelisme dan juga menyungkut masalah sinonim
dan gel2.ran.
Perulangan kata dalam HHD terdapat banyak sekali, baik
yang berulang dalam satu larik maupun dalam beberapa larik
secara bervariasi. Umumnya perulangan kata ini bersifat me
nekankan hal yang disampaikan, di samping ada juga yang ber
sifat menjajarkan atau menciptakan sifat paralel.
Contoh perulangan kata dalam larik:
\ ' .. 265 Jijak keu rakyat dum meuree-ree, -~~~ siribee ~~~
silaksa
266 ~~b-~~eb gunong _j_~b-j_e~ paloh, J_euf!._b ... .;j_e_ue~
grugoh j_eueb_~~eueb data
(Berjalanlah rakyat berbodnong-bondong, perseribu perselaksa Ke semua gunung ke semua lembah, ke semua ceruk ke semua de taran) •
Kedua larik ini melukiskan banyaknya rakyat Aceh yang
dikerahkan oleh Sultan ke rimba raya untuk menebang kayu
membe.ngun kapal untuk menyerang Si Ujut.
Contoh perulangan y~mg bervariasi terlihat juga dalam
lan~tan pengerahan tenaga rakyat tadi, yang melukiskan ben
caria dan penyakit yang menimpa mereka di dalam rimba raya.
281 Ladom teuka peunyaket deumam, ~~ pitam hana reuda
282 Ladom., bahya meurumpok di gle, _!e_~ha~ mate nyang peutua
8 / / uk' 2 3 Le __ tJ'la~_mate aneuk rakyat, E!.~~e __ :l;,.e __ ~l:_l~ han te :tra
. ·~\)\~AN D-4N ,-~~~s GADv -t-~
/ Q. "~ 4-s-<9?
~~ !,.'f:. , $ {! eu~u MIL\~ l> ~ ':'~O.).o> ~ J:.?.j
? . T,t : 117 .1} ~ '
\. PfHPUS\\\...._~~ .
(Ada yang mendapat p~nyakit demam, ada yrmg pitam tiada reda Ada yang mendapat kece1aka<:m di gunung, b2cnyak sekali petua yang meninggal Banyak S<.Jkali rakyat meninggal, b'?.nyak sckali tak terkire).
PeruLcngan katu di sini bervari<l.si dengan perulangan
frasa, pole gabungan seperti ini banyak terdapat di dalam
mm. VarL,si sinonim yang membentuk paralelisme, ter1ihat
dalam contoh berikut:
1116 He.te' di wie mote di uneun, bek takheun-kheun meung
tabasa
1117 R~~~aA di nab ~~u~ah di 1ikot, b~k taseubot bek
tasapa
(N~ti di kiri mati di kanan, diamkan, memberi isyarat pun jongan Rebah di depan rebah di belakang, diamkan, disapa pun jangan).
Kedue larik ini e.dalah ucapan Malem Dc.gang kepada para
perajuri t dalam peperc..ngan Asnhan babak kedua, agar mereka
.raemusatkan perhati.:tn mencapai daratal'l, sete1ah saml:>ai ke sa
na b.,ru yc:~ng gugur diurus.
Dalam HPH peruLmgan kata juga banyak sekali terdapat,
cora.k pemcJwiannyo juga hampir sama, meskipun da1am variasi
masih terlihat lebih kaya H~ID.
Contoh peru1cngan kata dalam larik HPH:
1078 Pat na ta • eu di ~n.a~r~ Pidie, n~~g-~~~ ~-~r£:: na kuta Lnyang
1088 Siri ujon~gampong, siri jurong nyang na kuta Lsisi
(Di mana ada engkau 1ihat di negeri Pidie, di tempat mana yang ada bentengnya Ujung mana kampung mana jurusan mana yang ada ben~ tengnya)
Variasi sinonim ter1ihat da1am bentuk sebagai berikut:
944 ~ E!e.uht_m_pon -~~ rakyat, I~- .!!12..l!SCU?_at ~ panglima
(Sudah berhimpun semua rakyat, sudah berkumpu1 semua panglima).
118
Perul,;ngan kata dengan variasi sinonim lainnya, terli
hat dalam larik berikut, yang perul~ngannya itu membentuk
gaya perulangan penjajaran.
1447 Pocut Muh2.mat neubri peukaynn, sileungkapan dum
anilw
1448 Hula-mula phon ~e:ubri tangkulok,lheueh nyan !leujok
be=: j'ee meudokma
1449 N,eujo~ bungkoih tapak cato, ngon boh ru meuih ban
peuet punca
1447 Pocut Muhamat menghadiahkan pakaian, dan kelengkapannya yang beraneka
llJ-48 l1ula-mula dihadiahkan destar, kemudian diberikan baju berdokma
1449 Diberikan-fain pembungkus sirih ragam petak catur, beserta hiasan buah eru emas pada keempat sudutnya.
Variasi sinonim di sini ialah perubahan kata bri men
jadi jok, perulan~an-perulangan kata dalam larik-larik di
atas berfungsi untuk menjajarkan pemberian yang disampaikan
oleh Pocut Muhamat kepada Pangul~e Peun2roe.
Demikianlah bentuk .. bentuk perulangan kata dengan sega
la variasinya yang banyak terdapat di dal2m kedua hikayat
ini.
Ketika membicarakan bentuk·-bentuk perulangan di atas,
sebenarnya sudah tersinggung juga gaya paralelisme yang
terungkap dalam berbagai variasi perulangan yang telah di
singgung di atas. Mengenai bentuk perulangan itu tidak di
bicarakan lagi di sini. Lebih lanjut yang akan dibicarakan
adalah bentuk-bentuk perulangan pikiran yang terungkap di
dalam larik-larik kedua hikayat, terutama HMD. Gaya parale
lisme terkesan sebagai ruang yang memberi kesempatan ber
pikir begi penyair untuk menyusun jalan kejadian lanjut. Da
lam HHD terlihat misalnya dalam episode kedatangan rind,ang
(pohon kayu besar yang dihempaskan ombak ke pantai) dan epi
sode mengenai rakyat Meureudu. Untuk melukiskan kehebatan
119
_ri,ndanra. penyai~ memakai berbagai-bagai perbandingan dan pen
jelasan sampai tujuh l&rik. Nisalnya dikatakan rindang se
besar bukit, menyilaukan yang memandang, sekujur r~~~ang
penuh dengan sGrang tiram, menyeramkan sebab ditumbuhi lumut
sampai sedepa panja.ngny<"-, !..~~~an..s, seperti memancarkan peso
na. (Larik 300-306). Untuk lebih jelasnya di sini dilcutip
episode pelukisan penduduk Meureudu y&ng sangat melarat hi
dupnya.
488 U reueng Meureudu tc:t n. _c!.i._ _.Z:,~l~~.3E?.!:., -~~ j}._b2_i.h. _d_r_o_e _da
lam rimba
489 Ureueng Meureudu keuluke1l_sah, j__iiak __ c_~~~ah_ je~
~~e~~im1Ja \
490 Hasa nyan goh lorn rame nanggroe, hana sidroe lorn peu-
tua
491 Ureueng Meureudu that _E.a.~~_!; __ ~t.o_~, ~!!K_~lang_ tutong
~~<!.e!_j_i_~ 492 !:!..~~a.!l.Ji._lan! ...... ~.!:?..e_t_-::yek, tu t§n!iJ·-~~?-~ a"~ ha_l!._ teu
J2eun.a..~.e. . 488 Pertdudttk 1'-le·ureudu tidak di tempat, semua. sibuk di da
lam rimba 489 Penduduk Heureudu berkeluh-kesah, membuka ladang di
tiap rimba 490 KetikE4 i tu negeri belum lagi ramai, bel urn ada petua
nya 491 Penduduk Heureudu hidup menderita, bagai cacing kepa
nasan, pedih terasa 492 Semisal cacing dalam panas terik, panas sengatnya tak
terkira
Terlih<1 t di sini, hanya larik 490 saja yang tidak meng
gambarkan kesusahan hidup penduduk Meureudu, dan penggambaran
penderitaan itu pada prinsipnya diolah dari dasar pikiran yang
sama dan tidak diperluaso Unsur-unsur paralelisme dalam larik
le.rik HMD banyak sekali, baik yc;tng berupa perulangan kata mau
pun perulangan frasa, perulangan gelaran ataupun perulangan
yang bervariasi lainnyao Contoh lain paralelisme yang mengung
kapkan kesamaan pikiran serupa itu, misalnya ucapan Si Ujut
120
kepada Haja Haden yang memberikan Putroe Phang yang cantik
buat Sultan, sedangkan ia diberikan adik Sultan yang tidak
sebanding ce.ntiknya menurut Si Ujut.
152 Geutueng di gobnyan Putroe Phang, keu gata geupu1ang
nyang ri meuruwa
153 Geutueng di gobnyan nyang sambinoe, teuma geugantoe
nyang sang waba
(Raja mengambil Putroe Phang, engkau diberi yang mirip bia\.,rak Dia mempersunting y,-:ng je1ita, untuk ki ta yang seperti ~)(~ = wabah, penyakit menu1ar, pen.)
Dalam HPM, larik-larik para1elisme seperti yang ter1i
hat da1am HMD juga terdapat, misa1nya ucapan Pangulee Peu
naroe ketika ia turun dari rumah untuk bergabung dengan pa
sukan Pocut Muhamat, yang dengan penuh penyesalan terpaksa
dilepas oleh ibu tirinya.
1898 llit.E. E!.~e __ tc:_p~t~_h __ u_r_~':l~~g_ bi._~~' teuboih geutanyoe
ny~-:cng meunama
1899 ~~<:1_-.• ~~.J:.~'E.-um~.-~:...sa~, babah ~angk1ak m~~t'o~ ~-net~
1900 Jip~t. _ap._g_'e_E.. __ j_i_b_eud<?._~_£~umbang, b~~boh bla_~ tha1:_
cenca1a ..... -----...---------
1901 Si~i..Jl_:ean:t:..~.n.£ ... ~~[).c<}-c_~~~, _!!Y_0._1~ .• ~J.!..<:':.t. 2._~.E.ci_~i,.~~e-~~
,taJ2a ' ' ~ 1902 Han jipike keu meuna1ee, .!?2.bah_~a.~~f!E!,B ___ i.E._~~ ci1aka
1898 Jangan dengarkan omongan wanita, rusal{ kita yang punya nama
1899 Umpama genangan air da1am sawah se1esai digaru, hanya mulut mania saja yang ada
1900 (Bi1a) angin bertiup alun pun bangkit, se1uruh pesawahan berkilau cahya
1901 Pisau panjang pada mulut, hanya pandai mengupat cerca 1902 Tidak ada rasa ma1u, mulutnya bagai mu1ut anjing, pe
rempuan ce1aka.
Ter1ihat di ·sini, bahwa 1arik-1arik sete1ah 1arik per
tama merupakan penje1asan mengapa tidak bo1eh seorang pah1a-
121
wan mendengarkan omongan, bujukan wanita. Pola-pola para
lelisme dalam HPH dapat dik;:.,takan variasinya sama dengan
HMD, ada yang selesai dalDm dua larik ada juga ya:1g disusun
berupe penjelasan keterangan yan3 telah disebutkan terdahu
lu, seperti contoh di atas. Maka sampai di sini sudah se
lesai pembahasan secara g3ris besar bentuk-bentuk perulang
an yang terdapat dale,m keduo. hikayat.
3. SinC?.~=!--~-~J:?. .. ..£.ela.£aE_,_s._~b-~a.i~.-b.aQC:,!l..__dc'.I'_~-~~ formula
Lord menyebut persamaan k2; ta dalam larik, ( sinonim),
dengan istilah pleonnsme. Sedangkan untuk gelaran nama se
seorang atau tempat, disebut dengan istilah epithet. Isti
l~h yang dipdsangkan pada pas~l ini tentu saja pengertian
nya tidak berbeda jauh dengan yang dikemuk2..kan Lord.
Sejauh yang terlihat pemakaiannya dalam miD dan HPM,
maka sinonim dan gelaran dalam larik, mempunyai dua fungsi.
Yang pertama untuk keperluan persajakan, persamaan bunyi,
dan yang kedua untuk kepentingan larilt,ialah untuk mencu
kupkan jumlah ke.ki larik. Dalam kedua hikayE,t ini, fungsi
pertama lebih banyak terlihat atau lebih menonjol dibanding
dengan fungsi yang kedua, meskipun pemakaiannya agak banyak
juga, terutama. dalam Hl4D.
Contoh variasi sinonim yang terlihco. t dalam HMD:
243 Ladom utoh bak ~~'uke, bungong pi hal~ bak jipeuna
244 Ladom utoh bak ~e~lok, jineh pucok dum lam rika
(Ada yang pintar dalam mengukir, pola bunga-bungaan pun dihadirkannya Ada yang pintar dalam membuat lekukan, beraneka sulur dirance.ngkannya).
Kedua kata tersebut di atas pada prinsipnya tidak ada
perbedaan arti~ tetapi dipakai untuk kepentingan persajakan,
122
agar sesuni dengan bunyi ynng terdapat dalam kald .keenam
yang diperlukan untuk mengembangkan lukisan kegiatan meng
ukir tersebut. Dalam HPM terdapat juga pemakaian sinonim
serupa itu misalnya dalam larik berikut~
81 Nycmg ek .te_~e~~ dum angka tan, nyang ~k la~~ musoh teuk~1
(Yang sanggup mencegah semua pasul;::an, ye,ng sanggup ~elc~:!_.a~ musuh da-tang)-
Variasi pemakaian gel2ran untuk tokoh-tokoh tertentu
juga erat seka.li hubungannya dengan persamaan bunyi. Dalam
kedua hilwyat ini terdapat beratus-ratus larik. Dalam miD, Iskandar Muda disebut dengan beberapa gelaran, seperti:
Meukuta Alam, Poteu Meureuh~m, D~elat tunJtu Cahi Alam,
Amp~n tuanku junj~ngan duli, D~elat teugayo Cahi Alam,
D~elat meukatoe, Amp~n jeunulnng, Ampon meukatoe. Untuk Ma
lem Dagang tcrdapat juga beberapa panggilan, seperti: Ma
lem samlakoe, Malem bangsawan, aneuk tunong krueng, pangu~
lee.
Dalam HPM terdapat juga panggilan yang bervariasi de
milcian i tu, misalnya panggilan untuk Po cut Muhama t: Cut /
leunteng, Banta Muda~ Cut kand~, Pocut intan, Cut bungong, . - ,. ~
Cut so.mlc:koe, Pocut meuhubon, puteh lumat, Pocut boh ate,
Pocut Banta, Banta seudang. Untuk Raja Muda, disebut: Ka
liphah Raja Muda, Poteu raja, Sulotan, Tuanku droe, D~elat
Chah, Cahi Alam, Po junj~ngan.
Di dalam puisi semua panggilan tersebut dimanfaatkan
untuk kepentingan persamaan bunyi, jadi sekaligus mempunyai
fungsi estetis, misalnya dalam larik bcrikut ini.
199 Na teu keunoe t~a_2:~mpon, jak saweue lon pacay nyc111g hina
528 Adak meunan cuco badan, kutrbn sajan jak udehta
1075 Hoh ng'on tunam jimat di ~;:~_::, Malell!_23~~~~~o~ jadeh jimeujra
123
199 Sudah berhndir tuanku ampun, menje:i1guk kami hamba yang hina
528 Heski demikian hai cucunda, aku ikut serta ayoh berja1an
1075 Dengan tunam tergenggam di tangan, Ma1em rupawan siap menembak.
Ter1ihat di sini panggilan.: tuaD.ku ampon, cuco bc.o-.dan,
Jvialem sc:,mlakoe, disesua ike:1n persajakannya da1am paroh 1arik
beril:utnya, atau selalu dipadukan dengan kepentingan persa
jakan, Da1am HPH misalnya ter1ihe,t da1am contoh 1arilc beri
kut:
231 Teuma meusu ngon ~~ya_II!, tanda S~1ot~ beurangka t
u 1ua
301 Yohnyan neujaweueb ~;_nt~-~~t!d.P:.~, b'e~wayang he
Heukuta
358 Hana tuanku jalan ~~~~e~E~t, ngon ~1~2:~ 1on ngo
meudakwa
231 Kemudian berbunyi dentum meriarn, tanda Sultan berangkat ke 1uar
301 He.ka menjawab Banta sedang, jangan bergurau hai Meukuta
358 Bukan tu2nku soal jual beli, dengan Halarat saya dengc:tr bercekcoko
Da1am kutipan di .:"tas terdapat dua sebutan untuk Raja
Huda, yang disesua.ikan dengan persajakan, i:-'1lah Su~~:t_a}! dan
!!._a_~a-~~_!:, sedangkan untuk Pocut ~1uhamat discbut dengan ~~
seud~-~' sebab akan sesuai dengan kata ~~~ay~~~·
Usahe untuk memenuhi kaki 1arik sebenarnya tidak hanya
di1akukan penyair dengan pemakaian sinonim dan ge1aran, te
tapi terkadang dipakai juga kata penunjuk, biasanya dipakai
kate &an (itu). Penambahan kata tunjuk serupa itu terutama
terdapat di dalam HHD, meskipun tidak banyak. Penambahan de
mikian itu membuat bahasa dalam HHD sangat dekat dengan co
rak bahasa 1isan, sebab dalam bahasa 1isan kata tunjuk nyan
124
sering sekali terpakai secara begitu saja.
59 1 Oh sa jan troih P::/.~ geupeurab, m2. geud'eelat dum geu
r~ta
2187 Ji t'Ot beud~ !Ef..a.f!:. di la I Ott Si I uroe SeUpot hana reuda
(Setelah dekat ke te1~1pat dituju, malw sc;muc:..nya memulialwnnya Heriam pun berdentum di laut, sepanjang nari tiada reda).
Kata tunjuk ny:an tidak perlu diterjemahkan, dan dalam
konstruksi tersebut dapat dihilangkan s~ja tanpa mengganggu
arti larilc. Ka ta tunjuk .r::LBE. di sini sema ta-ma ta di tambah
kan untuk mencukupkan kaki larik.
Dalam HPH terdapat juga semacam cara pemenuhan kaki la
rik ialah dengan kata ganti ata~ frasa yang telah diucapkan
sebelumnye di dalam lArik yang lain, atau mengulang frasa
y2ng berupa sinonim. Cara ini seperti telah disinggung da
lam pasal terdahulu, mengesankan kejanggalan.
Usahs pemenuh&n kJki larik dengan sinonim umumnya be
rup~ penggandongan kata atau frasa dalam parohan l~rik. Di
samping itu terdapat juga corak yang mirip dengan paralelis
me d2.lam lurik, ialah paroh larik pertama sebena.rnya isinyE,
tak jauh berbeda dengan p;roh larik kedua.
Contoh sinonim dalam p9roh larik:
31 Teuma seu'ot ureueng dua droe, ~~~l:~~t~~euxeuhaba
447 IJ.'uanku b~l~ _I]._eu tham b~lt. E~r~:..~g....l.. geukheun Pu troe Phang
tan seutia
891 Nasa nyan kapay ka lteu~aroh, £GUlh~ll!...s_a' oh di mieng
kuala
31
447
891
Kemudian menjawab kedua orang itu, mengisahkan menceritakan Jangan tuanku cegah jangan tuanku larang, (nanti) dikatakan orang Putroe Phang tidak setia Ketika i tu k£cpal dilabuhkan, sauh dijatuhkan di kuala.
Dalam contoh di atas terlihat sinonim bisa bergabung da
lam satu paroh larik, atau diulang dalam paroh larik berikut-
125
nya (larik 891). Sinonim paroh larik serupa itu beberapa
terliha t juga dalam HPl!, misa.lnya dalam larilc berikut:
1353 Ka ~id~um~~k sar6 kiam, jisurak ban taga raya
2438 Lalu ~~~~~r~it Pangulee Peunaroe, ~e~tu~2. jeunoe
tuan Bentara
1353 Suara hardikan riuh rendah, sorakan bagai bunyi tagar besar
2438 I.alu bicara Pangul~e Peunaroe, kini berkata tuan Ben tara
Gelaran yang bersifat memenuhi kaki larilc, biasanya
disebutkan secara ganda dalam satu larik, sehingga salah
satunya kalau ditiadakan, iSi pikiran di dalamnya tidak
terganggu.
107 Bit ban j ikheun le Pu tr~~J>.l.!....~~&, Pu tro_e __ ~~~ sam
binoe rupa
(Sungguh seperti yang dikatakan oleh Putroe Phang, Putroe Banang yang· jelita).
Kedua sebutan di atas, kalau dihilangkan salah satunya
tidak mengurangi pengertian larik tersebut. Hal yang demi
kian itu banyak sekali terdapat baik dalam HMD maupun dalam
HPM, misalnya dalam larik berikut:
' £_~j_a___~_elia
(Ketika itu keluarlah Baginda Sultan, Jeumal~yalam raja aulia).
Dala.m larik di atas terlihat sebutan untuk Jeumaloyalam
malah lebih dari dua sebutan, namun semuanya itu mengesankan
keperluan pada pemenuhon kaki larik.
Sampai di sini sudah selesai pembahasan mengenai aspek
aspek formula dari segi-seginya yang menonjol baik dalam HMD
maupun dalam HPM. Ternyata di antara keduanya di samping ter
dapat unsur-unsur persamaan, terdapat juga unsur-unsur yang
berbeda.
126
Hal yang mengesankan ialah bahwa HMD kelihatannya mem
punyai kedudukan yang khas dalam pola penyusunan larik-la
rik puisinya. Ia seperti telah mempunyai kerangka polanya
sendiri, sehingga perulangan-perulangan episode, perulang
an-perulangan kata, frasa ataupun paroh larik seperti disu
sun sedemikian rupa, sehingga memungkinkan tersedianya 11 ruang jeda 11 bagi penyair untuk berpikir, merancang jalan
cerita selanjutnya. Yang dimaksudkan ialah: (1) sistem.per
ulangan episode yang banyak sekali terdapat di dalam HMD,
(2) perulangan penjajaran yang kelibatannya secara teratur
selalu kembali untuk selanjutnya disusul dengan perulangan
epiosde. Kedua hal ini tentu merupakan pola yang sudah cu
kup dikenal dan dikuasai oleh penyair.
Dalam HPM perulangan episode sedikit sekali, kecuali
yang bersifat konvensi. Sedangkan perulangan penjajaran,
tidak terlihat dilakukan secara berenoana, ia banya terjadi
secara wajar saja. Haksudnya perulangan jenis tersebut da
lam Ha1 mu.ncul banya· bila penyair menggambarkan hal yang
banyak dan beruntun, misalnya upacara taluan bunyi-bunyian.
Di samping itu terlihat juga bahwa HPM tidak mengesankan
adanya kerangka pola dalam sistem puisinya, perulangan-peru
langan yang ada lebih terlihat sebagai usaba yang dapat di
katakan melulu bersifat estetis, tidak terselip adanya tak
tis ··di dalam pemakaiannya, seperti yang terkesan pada HMD.
..
..
128
ini menges~kan b~'liW'fMRtJI[ mengua~ai dengan baik pema
kaian kata ganti dari lingkungan pe~kai bahasa yang ber
sopan-santun. Perbedaan ini memberi dugaan pula bahwa ke
mungkinan RMD lahir di kalangan rakyat, sedangkan RPM la
hir dari lingkungan yang masih dekat dengan istana.
5• Sedikitnya unsur bahasa Melayu terpakai dalam HMD, tidak
terdapatnya ikatan pantun, ditambah dengan simbol-simbol
bahasa yang dipakainya tidak dikenal lagi dalam pemakaian
bahasa Aceh dewasa ini, menunjukkan bahwa umur HMD lebih
tua dari HPM. Ketuaannya itu mungkin ·juga telah membawa
serta konvensi-konvensi sastra zamannya yang tidak dikenal
lagi dalam masa penciptaan RPM.
6. Amanat yang dikandung oleh kedua hikayat ini juga menunjuk
kan perbedaan. HMD membawa misi pengislaman, hal ini ter
ungkap lewat pembinaan yang terus-menerus pola beroposisi
antara Islam dan kafir, yang Islam akap memperoleh kejayaan
dan yang kafir akan memperoleh kehancuran. Oleh sasaran ama
nat yang demikian, menjadikan tokoh raja dilemahkan, dan di
tonjolkan tokoh ulama, dengan Malem Dagang sebagai lambang
perwujudan kekuatannya. Amanat yang terumus di sini ialah
bahwa seorang raja tidak akan memperoleh kesempurnaan dan
kejayaannya kalau ia tidak mendapat dukungan dari ulama.
Dengan kata lain, ulama menentukan bagi kejayaan seorang
raja.
HPM mengungkapkan bahwa kepahlawanan seseorang tidak
cukup hanya dengan bermodalkan keberanian, tetapi ia juga
harus teguh pada pendiriannya, mania tutur katanya, pemurah
dan suka menolong. Inilah sikap Pocut Muhamat yang diperten
tangkan dengan Raja Muda dan Pangulee Peunaroe yang keduanya
akhirnya ·tunduk kepadanya. Amanat yang ditonjolkan di sini
adalah berpangkal pada pribadi tokoh Pocut Muhamat sebagai
tokoh idaman yang dapat menyelamatkan wibawa Raja Muda seba
gai penguasa yang sah menurut hukum •
_...,~,,~~*·"•·<~~.:~,~-···s, ·, !itfl..-~1'.' .. ~··- ~; . . ~ ... ~ . . }·
DAF'IAR PUS'rAKA • • t .. ~<--- l:.l.
"'So. -~l!_a.zd Sri;~· suD.t'!S_"r!-~ ~ J.;~; fa~ :s:i~~~w. Penerbit U
1 er-
~' "
/~ . Jldonesia. Jakarta i
·~
aria Catherina H:i.lje. 1929. Gowlkruintje. Een.,~(~.
A.t..iehsc.l!!. Ronsan m.!,'t Vertol:,~ing en ~~1-ic.htims. A. Vf-: ~ ~ Leiden. t
Cowan, H.Jt.J •. 1933. •11He.t Atjehsch Metrum •Sancljak' in Vj.....,
band met een Tjamsch Gedicht." !_tg,, 90.
Cowan, H.K.l. 1937· De Biltajat _ _!!al•JI! Dqa¥9 ,Atj!fsch H .··~ !!a,~, !!!_s.!.__!!! _':['_q,~-!.~tin_g_~ K:ITL V. · Nederland-! •
Damste, H.T. 1928. "De Hikajat Prang Sabi1 11 • :B,K._I. 84
Drewes, G. w. J. 1979. !12:.!aza t Pot ju.t Muhama t. An fkehehnet ...
ERi~. The Hague~artinus Nijhoff. .
Drewes, G. II. J L 'l'wQ Achel!_lJ_eSJ;.J'Qoms. R:l.loo :pt \.nto ."'!4 ll~ ~n_g_ku di Meukek. The :Ague - Martinus Nijho:tt. L li&t
Finnegan,.· Ruth• 1917. Oral Poetr,y. Cambridge University ......
:t.ondon.
· Hoeaein D jajadiningra t, R.A. 1934. A,t jehsch-Ne4erlandsch
denboek. Landrukkerij. Batavia.
Hurgronje. Snouck, 1900. 11Atjehsche Taal Studien". TBC. -
~
' Hurgronje, Snouc~. l9Q6. . . '
The Achehnese. Vo1.II._ E.J.:BJ'i, Lei den.
• :t.ord, Albert B. 19?6. The Siqer ~~. T~••·" A-;l'lenev.m.
Siegel, Jamee. ·1979. S)UiL<low and Soul'Jd. Ttw' 'Historical
o~ a Syat$!-n ~o.21e •. The lJniversity'lOf Chicago Pre . • .. +
Wellek, Rene & Aus·tin Warrtn. 19?0. Pellg\lin Books. New York •
••