Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Penunjang Kemajuan Bangsa
Transcript of Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Penunjang Kemajuan Bangsa
1
LAPORAN KARYA TULIS
“PEMANFAATAN TEMPAT BERSEJARAH
UNTUK OBJEK WISATA SEBAGAI
PENUNJANG KEMAJUAN BANGSA”
Bagas Kurniawan XI IS 1 absen 08
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan peninggalan sejarah. Mulai dari
peninggalan masa praaksara sampai peninggalan kolonial Belanda tersebar di seluruh
kota di Indonesia. Pemerintah sadar betapa pentingnya peninggalan sejarah tersebut
dan membentuk lembaga Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman yang
bernaung di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Lembaga ini berfungsi
untuk mendata aset-aset peninggalan sejarah di Indonesia dan mendaftarkannya
menjadi Benda Cagar Budaya. Menurut data Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman terdapat Benda Cagar Budaya (Benda, Struktur, Bangunan, Situs, dan
Kawasan) yang telah terdaftar saat ini 43.405 buah terdiri dari Cagar Budaya Bergerak
34.143 buah dan Cagar Budaya Tidak Bergerak 9.262 buah. Jumlah ini terus
bertambah setiap tahun. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang
kebudayaan, Windu Nuryanti menegaskan bahwa masih ada sekitar 14000 situs belum
tercatat ke dalam inventaris pemerintah.
Dunia pun mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi peninggalan sejarah
yang melimpah. Organisasi PBB yang bergerak di bidang Sosial, Edukasi, dan
Kebudayaan (UNESCO) menetapkan 3 peninggalan purbakala di Indonesia sebagai
Situs Warian Dunia, yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Situs Manusia
Purba di Sangiran. Selain itu sejumlah 26 situs cagar budaya di Indonesia masuk
dalam daftar nominasi warisan dunia yang akan ditetapkan oleh UNESCO. Dari 26
nominasi, 2 diantaranya adalah Candi Trowulan di Jawa Timur dan Candi Muara
Jambi di Jambi.
Peninggalan sejarah yang banyak di Indonesia apabila dikelola dengan
maksimal dapat mendorong Indonesia untuk semakin berkembang dan maju.
Khususnya di bidang ekonomi karena sektor pariwisata merupakan penyumbang
devisa negara terbesar setelah pajak. Sektor pariwisata akan selalu berkembang.
Contohnya Komplek Candi Borobudur yang pengelolaannya senantiasa dibenahi oleh
pemerintah sehingga memiliki objek pendukung yang lengkap. Pada tahun 2013
jumlah wisatawan yang berkunjung di Candi tersebut menurut Wakil Kepala
Operasional I Unit Taman Wisata Candi Borobudur, Aryanto Hendro, adalah sejumlah
3
3.362.061 wisatawan. Jumlah wisatawan naik dari tahun 2012 yang mencapai
3.020.526 wisatawan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata
merupakan sektor yang akan selalu berkembang dan meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan rekreasi.
Sebenarnya dengan memanfaatkan potensi tempat bersejarah secara optimal
pemerintah dan masyarakat dapat meningkatkan perekonomian daerahya. Apabila
setiap daerah di Indonesia mengembangkan sektor pariwisata tempat bersejarah, maka
aka ada banyak keuntungan yang diperoleh. Bagi Bangsa Indonesia meningkatnya
sektor pariwisata akan memperbanyak pendapatan negara sehingga memajukan
perekonomian bangsa. Bagi masyarakat dapat menambah pengetahuan mengenai
tempat bersejarah bangsa yang menjadi bukti dari peristiwa masa lalu dan dapat
mensejahterakan penduduk yang bermukim di sekitar kawasan pariwisata.
Oleh karena itu, pada kajian ini dilakukan pemanfaatan tempat bersejarah
Cagar Budaya sebagai objek wisata strategis yang menguntungkan bagi masyarakat
dan pemerintah bagi kemajuan bangsa dengan melakukan penelitian yang berjudul
“Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Objek Wisata sebagai Penunjang Kemajuan
Bangsa”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana kondisi tempat-tempat bersejarah di Indonesia?
b. Apa yang menyebabkan banyak tempat bersejarah di Indonesia memiliki kondisi
yang memprihatinkan?
c. Bagaimana cara mengoptimalkan tempat bersejarah sebagai tempat pariwisata
yang menguntungkan?
d. Apa dampak dari pemanfaatan tempat bersejarah sebagai tempat wisata bagi
pemerintah dan masyarakat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah:
a. Mengetahui kondisi-kondisi tempat bersejarah yang dijadikan Cagar Budaya oleh
pemerintah di Indonesia.
4
b. Mengetahui penyebab rusaknya tempat bersejarah
c. Mengetahui dampak pemanfaatan tempat cagar budaya sebagai lokasi pariwisata
yang strategis bagi masyarakat.
d. Mengetahui dampak pemanfaatan tempat cagar budaya sebagai lokasi pariwisata
bagi pemerintah yang dapat mendorong kemajuan bangsa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Benda Cagar Budaya
2.1.1. Definisi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya dikenal istilah Cagar Budaya, Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya.
a. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
b. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik
bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-
bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan
sejarah perkembangan manusia.
c. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau
benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau
tidak berdinding, dan beratap.
d. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang
menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan
manusia.
e. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang
mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur
Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
5
f. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs
Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri
tata ruang yang khas.
Menurut UNESCO kawasan Cagar Budaya didefinisikan sebagai
“Group of buildings : Group of separate or connected buildings, which
because of their architecture, their homogeneity ar their place in landscape, are of
outstanding universal value from the point of view of history, art or science”
(UNESCO dalam “Convention Concerning the Protection of the World Cultural and
Natural Heritage” 1987)
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Kawasan
Cagar Budaya dapat berupa suatu situs landskap dengan monumen benda bersejarah
tapi juga dapat berupa sekumpulan bangunan. Sekumpulan bangunan ini dapat berupa
kompleks dengan fungsi beragam atau sejenis. Kawasan pemugaran dapat berupa juga
perumahan maupun kawasan dengan tipologi fungsi lain seperti kawasan perkantoran
dan perdagangan, kawasan pergudangan dan kawasan campuran lainnya.
2.1.2. Kriteria Benda Cagar Budaya
Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi
kriteria:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
2.1.3. Pelestarian Benda Cagar Budaya
Menurut Martokusumo (2005), bentuk pelestarian Benda Cagar Budaya yakni :
a. Konservasi
Konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna
kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan
konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan
situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
b. Preservasi
6
Preservasi tindakan atau proses penerapan langkah- langkah dalam mendukung
keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan / struktur. Tindakan ini dapat
disertai dengan menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping
pemeliharaan material bangunan bersejarah tersebut.
c. Rekonstruksi
Rekonstruksi merupakan tindakan suatu proses mereproduksi dengan
membangun baru semua bentuk serta detil secara tepat, sebuah bangunan yang
telah hancur atau hilang, serta tampak pada periode tertentu. Rekonstruksi
merupakan suatu kegiatan penyusunan kembali struktur bangunan yang rusak yang
pada umumnya bahan-bahan bangunan yang asli sudah banyak yang hilang. Dalam
hal ini pemerintah dapat mengganti menggunakan bahan-bahan bangunan yang
baru seperti cat warna atau bahan lainnya yang bentuknya harus disesuaikan
dengan bangunan aslinya.
d. Restorasi
Kegiatan pemugaran yang mengarah pada pekerjaan yang bersifat
membongkar bangunan asli secara menyeluruh, tetapi tidak mengadakan
penggantian bahan bangunan secara menyeluruh.
e. Renovasi/Rehabilitasi
Bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannya hanya memperbaiki bagian-bagian
bangunan yang mengalami kerusakan. Hal ini berlaku pada tingkat kerusakan yang
kecil.
f. Gentrifikasi
Kegiatan menghidupkan-kembali kegiatan di suatu lingkungan yang telah
ditinggalkan penghuninya.
g. Revitalisasi
Kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk
pemakaian baru
2.1.4. Penggolongan Benda Cagar Budaya
Berdasarkan Perda No. 9 Tahun 1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan
Lingkungan dan Cagar Budaya, bangunan cagar budaya dari segi arsitektur maupun
sejarahnya dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
a. Golongan A
1. Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah
7
2. Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak
dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula
sesuai dengan aslinya.
3. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama /
sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail
ornamen bangunan yang telah ada
4. Dalam upaya revitalisasi memungkinkan adanya penyesuaian / perubahan
fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan
aslinya
5. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya memungkinkan adanya
bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan
utama
b. Golongan B
1. Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik
bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan
pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan
aslinya
2. Pemeliharan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola
tampak depan, atap, dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan
ornamen bangunan yang penting.
3. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi memungkinkan adanya perubahan
tata ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan
4. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya
bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan
utama
c. Golongan C
1. Perubahan bangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan pola
tampak muka, arsitektur utama dan bentuk atap bangunan
2. Detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan
disekitarnya dalam keserasian lingkungan
3. Penambahan Bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya dapat dilakukan
di belakang bangunan cagar budaya yang harus sesuai dengan arsitektur
bangunan cagar budaya dalam keserasian lingkungan
8
4. Fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana Kota
2.2. Pariwisata
2.2.1. Definisi Pariwisata
Menurut H.Kodhyat (1983:4) Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke
tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Salah Wahab (1975:55) pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif
lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi
industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan
dan transportasi.
2.2.2. Definisi Tempat Wisata
Tempat wisata atau obyek wisata adalah sebuah tempat rekreasi/tempat
berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam seperti gunung, danau,
sungai, pantai, laut, atau berupa obyek wisata bangunan seperti museum, benteng,
situs peninggalan sejarah, dll.
2.2.3 Sejarah Pariwisata di Indonesia
Bidang jasa pelayanan yang berkaitan dengan pariwisata mungkin sudah
berkembang sejak zaman Indonesia purba, khususnya Jawa kuno abad ke-8; beberapa
panel relief di Borobudur menggambarkan adegan penjual minuman, semacam
warung, kedai, atau rumah makan, serta ada bangunan yang didalamnya ada orang
tengah minum-minum dan bersenang-senang, mungkin menggambarkan rumah
minum atau penginapan. Indonesia memiliki catatan sejarah kebudayaan pariwisata
sejak abad sejak abad ke-14. Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam
Wuruk telah mengelilingi Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur
menggunakan pedati dengan iring-iringan pejabat negara. Catatan Perjalanan
Bujangga Manik, seorang resi pengelana Hindu dari Pakuan Pajajaran yang ditulis
pada abad ke-15 menceritakan perjalanannya keliling pulau Jawa dan Bali. Meskipun
9
perjalannya bersifat ziarah, namun kadang-kadang ia menghabiskan waktu seperti
seorang pelancong zaman modern: duduk, mengipasi badannya dan menikmati
pemandangan di daerah Puncak, khususnya Gunung Gede yang dia sebut sebagai titik
tertinggi dari kawasan Pakuan.
Setelah masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah
Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang
berasal dari Belanda. Gubernur jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan biro
wisata yang disebut Vereeeging Toeristen Verkeer yang gedung kantornya juga
digunakan untuk maskapai penerbangan Koninklijke Nederlansch Indische Luchtfahrt
Maatschapijj (kini disebut dengan KLM). Hotel-hotel mulai bermunculan seperti
Hotel des Indes di Batavia, Hotel Oranje di Surabaya dan Hotel De Boer di Medan.
Tahun 1913, Vereeneging Touristen Verkeer membuat buku panduan mengenai objek
wisata di Indonesia. Sejak saat itu, Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara
dan jumlah kedatangan wisman meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun 1927.
Pada 1 Juli 1947, pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor pariwisata
Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National &
Tourism) yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera mengambil alih hotel -
hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya dinamai Hotel Merdeka.
Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama menjadi NV HORNET.
Tahun 1952 sesuai dengan keputusan presiden RI, dibentuk Panitia
InterDepartemental Urusan Turisme yang bertugas menjajaki kemungkinan
terbukanya kembali Indonesia sebagai tujuan wisata.
Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh
secara perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan jumlah
kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun Kunjungan
Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional hingga 400.000
orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah mencanangkan Dekade Kunjungan
Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai dengan tahun 2000.
Kepercayaan dunia internasional terhadap pariwisata Indonesia mulai
mengalami penurunan pada insiden pengeboman Bali tahun 2002 yang menyebabkan
penurunan wisatawan yang datang ke Bali sebesar 32%. Aksi teror lainnya seperti
Bom JW Marriott 2003, Pengeboman Kedutaan Besar Australia, Bom Bali 2005 dan
Bom Jakarta 2009 juga memengaruhi jumlah kedatangan wisman ke Indonesia. Aksi
10
terorisme di Indonesia ini mengakibatkan dikeluarkannya peringatan perjalanan oleh
beberapa negara seperti Australia dan Britania Raya pada tahun 2006.
Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mengadakan program Tahun
Kunjungan Indonesia 2008 untuk meningkatkan jumlah wisatawan nusantara dan
wisatawan asing ke Indonesia, selain itu program ini sekaligus untuk memperingati
100 tahun kebangkitan nasional Indonesia. Dana yang dikeluarkan untuk program ini
sebesar 15 juta dolar Amerika Serikat yang sebagian besar digunakan untuk program
pengiklanan dalam maupun luar negeri. Hasil dari program ini adalah peningkatan
jumlah wisatawan asing yang mencapai 6,2 juta wisatawan dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 5,5 juta wisatawan.
Sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia,
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program "Tahun
Kunjungan Indonesia" pada tahun 2009 dengan target 6,4 juta wisatawan dan
perolehan devisa sebesar 6,4 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan pergerakan
wisatawan nusantara ditargetkan 229,95 juta perjalanan dengan total pengeluaran lebih
dari 128,77 triliun rupiah. Program ini difokuskan ke "pertemuan, insentif, konvensi
dan pertunjukan serta wisata laut". Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia
mencanangkan kembali "Tahun Kunjungan Indonesia serta Tahun Kunjung Museum
2010". Program ini dilakukan untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap
museum dan meningkatkan jumlah pengunjung museum. Pada tahun 2011,
pemerintah Indonesia menetapkan Wonderful Indonesia sebagai manajemen merek
baru pariwisata Indonesia, sementara untuk tema pariwisata dipilih "Eco, Culture, and
MICE".
11
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penulisan karya kajian ini,
menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
3.1. Waktu
Penelitian dilakukan selama 6 hari yaitu dari tanggal 24 Mei 2014 sampai
dengan tanggal 29 Mei 2014.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam karya tulis ini, penulis
menggunakan metode studi pustaka, berupa pengumpulan data yang dilakukan dengan
mencari informasi yang terdapat pada buku-buku bacaan dan data dari internet yang
berhubungan dengan topik dalam karya tulis ini.
3.3. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, karya tulis berjudul “Pemanfaatan Tempat Bersejarah
untuk Objek Wisata sebagai Penunjang Kemajuan Bangsa” ini disusun dalam
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
manfaat penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian singkat tentang definisi Benda Cagar Budaya, cara pelestarian ,
dan penggolongannya. Selain itu juga berisi uraian singkat tentang pariwisata
di Indonesia dan sejarah perkembangan pariwisata di Indonesia
12
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi uraian mengenai waktu dan tempat penelitian, metode yang digunakan
untuk mengumpuklan data yang dipergunakan dan analisis data yang telah
didapat.
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
Berisi uraian tentang hasil penelitian yang dilakukan beserta pembahasan
tentang pariwisata cagar budaya
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari uraian mengenai dan saran dari penulis.
13
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Tempat Bersejarah di Indonesia
Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) merupakan lembaga resmi
pemerintah yang bertanggung jawab dalam hal merawat, melestarikan, dan melindungi
tempat bersejarah yang menjadi Benda Cagar Budaya di Indonesia. Secara umum dan
menyeluruh ,menurut data yang diperoleh, dari 9262 Benda Cagar Budaya tidak
bergerak yang tersebar di Indonesia hanya 1847 Benda Cagar Budaya yang dipelihara,
sisanya dibiarkan tidak terawat. Tidak semua Benda Cagar Budaya yang dipelihara
tergolong layak untuk dijadikan tempat pariwisata unggulan. Pemerintah belum
mengoptimalkan daerah pendukung lokasi Benda Cagar Budaya tersebut.
1. Berikut ini adalah contoh tempat bersejarah yang sengaja diterlantarkan di
Indonesia
a. Benda Cagar Budaya Rumah Cimanggis , Depok, Jawa Barat
Deskripsi : Rumah ini dibangun antara tahun 1775 dan 1778 oleh David
J.Smith. Rumah Cimanggis memperlihatkan unsur Louis XV yang langka
dalam arsitekurnya.
Kondisi saat ini Rumah Cimanggis tinggal reruntuhan saja. Atapnya
runtuh. Banyak perabotan kayu yang diambil warga.
b. Benda Cagar Budaya Candi ,Magelang , Jawa Tengah
Deskripsi :Candi ini diperkirakan merupakan candi hindu. Berlokasi tidak
jauh dari Candi Selagriya
14
Kondisi : Meskipun sudah terdaftar di BP3, candi tersebut masih dibiarkan
terbengkalai. Artefak-artefak dibiarkan begitu saja tanpa ada penjagaan.
Selain dua contoh Benda Cagar Budaya diatas masih banyak lagi
tempat-tempat bersejarah lain yang dalam kondisi sama seperti diatas. Di
kota Semarang contohnya, disana terdapat 62 Bangunan Cagar Budaya
yang kondisinya tidak terawat. Sama halnya dengan yang terjadi di
Sumatera Barat
2. Selain Bangunan Sejarah yang terbengkalai banyak bangunan sejarah yang
sengaja di hancurkan untuk tujuan ekonomi diantaranya adalah:
a. Kawasan Situs Ibukota Majapahit Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur.
Situs Trowulan seluas 20 kilometer persegi ini banyak dimanfaatkan
warga untuk mencari penghidupan. Warga membuat “growol” atau
semen bata kuno yang bahan bakunya diambil dari batubata kuno yang
dulunya menjadi struktur permukiman warga ibukota Kerajaan
Majapahit. Menurut warga growol sangat laku dipasaran dan selain itu
pembuatannya mudah karena sumber bahan baku yang melimpah.
15
b. Benteng Vastenberg , Solo, Jawa Tengah
Benteng buatan masa Kolonial Belanda tahun 1745 terancam
keberadaannya. Lahan benteng tersebut akan dijadikan hotel bintang
lima. Benteng tersebut terletak di tengah kota Solo, tidak jauh dari
Balaikota.
c. Situs Ketawanggede, Malang, Jawa Timur
Situs di Kawasan Kota Malang ini tergusur bangunan restoran makanan
cepat saji asal Amerika. Pemilik restoran merahasiakan penemuan situs
tersebut dan tidak melaporkannya ke BP3 daerah setempat. Keberadaan
situs tersebut tidak diketahui sampai suatu saat ketika sejarawan dari
Universitas Negeri Malang tidak sengaja melihat banyak benda
purbakala yang disimpan di dalam bangunan di areal parkir restoran
tersebut.
Berdasarkan data yang saya peroleh masih banyak tempat bersejarah terawat di
Indonesia yang menjadi objek wisata. Seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan,
Istana Maimun, dan tempat bersejarah lainnya. Namun, tetap saja jumlahnya jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan tempat bersejarah yang tidak terawat.
4.2. Penyebab Tempat Bersejarah di Indonesia Banyak yang Memiliki Kondisi
Memprihatinkan.
Tempat bersejarah di Indonesia banyak yang mengalami kerusakan. Kerusakan-
kerusakan tersebut disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor alami dan faktor manusia.
Pada pembahasan ini akan diulas satu- persatu penyebab kerusakan tempat bersejarah
di Indonesia
1. Penyebab akibat faktor alam
Faktor alam dapat turut menyumbang terjadinya kerusakan pada tempat bersejarah.
Meskipun begitu, intensitas kerusakan yang timbul masih lebih kecil dibandingkan
intensitas kerusakan yang diakibatkan oleh faktor manusia. Faktor alam meliputi :
a. Faktor iklim
Indonesia terletak di daerah yang beriklim tropis yang mengalami dua musim,
yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Karena letak itulah Indonesia
memiliki kelembaban yang tinggi karena adanya penguapan yang tinggi pula.
Kelembapan yang tinggi apabila mencapai titik maksimum akan dapat
16
menyebabkan bencana alam berupa bencana hidroklimatologi. Bencana
tersebut disebabkan oleh cuaca ekstrim yang melanda Indonesia. Seperti
bencana tanah longsor, banjir, angin ribut, badai, dan sebagainya. Sebagian
kecil tempat bersejarah di Indonesia rusak karena akibat dari bencana tersebut.
b. Pelapukan
Pelapukan adalah proses terkikisnya material oleh angin, air,
organisme,ataupun material kecil seperti abu gunung berapi. Pelapukan tempat
bersejarah di Indonesia paling banyak disebabkan oleh air. Proses pelapukan
akan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Dampak dari pelapukan akan
dirasakan puluhan tahun kemudian.
Salah satu tempat bersejarah yang mengalami pelapukan adalah Candi
Borobudur. Menurut penelitian pelapukan Candi Borobudur disebabkan oleh
Air
Pembentukan air pada celah batuan
Curah hujan disekitar Candi Borobudur cukup tinggi. Air hujan yang
tergenang akan masuk ke celah-celah batuan. Pada malam hari suhu
berubah menjadi sangat rendah sehingga air pada celah batuan berubah
menjadi es, gumpalan es itu menyebabkan struktur batuan Candi
Borobudur merenggang. Hal ini terus menerus berlangsung dan
mengakibatkan penghancuran
Makhluk Hidup
Makhluk hidup sangat berperan dalam proses pelapukan. Makhluk
hidup dapat mempercepet proses pelapukan. Batuan Vulkanik penyusun
Candi Borobudur yang kaya akan minerl-mineral penting merupakan
tempat yang tepat bagi tumbuhnya organism saprofit. Mineral-mineral
batuan tersebut bereaksi dengan bahan-bahan organik dari makhluk hidup
saprofit dan terjadilah pelapukan. Makhluk hidup atau organisme yang
tumbuh pada batuan Candi Borobudur adalah vegetasi-vegetasi perintis
yaitu bakteri, alga dan jamur.
Bakteri
Bakteri merupakan tumbuhan yang sangat kecil, sehingga
disebut jasad renik. Hidupnya kosmopolit atau dapat tumbuh
dimana saja. Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan
yang lembab dan kadar airnya tinggi. Pada sudut-sudut batuan
Candi Borobudur yang terkena cahaya matahari langsung, bakteri
17
berkembang dengan baik. Cahaya matahari (ultraviolet) dapat
memutasikan ADN bakteri sehigga bakteri akan musnah jika
terkena cahaya matahari.
Bakteri yang tumbuh pada batuan Candi Borobudur adalah
bakteri Fotoautotrof yang dapat menyintesis senyawa organuk
dengan menggunakan energy cahaya matahari tidak langsung.
Bakteri tersebut menghasilkan bernagai senyawa asam yang dapat
bereaksi dengan oksida bantuan.
Contoh bakteri yang terdapat pada batuan Candi Borobudur adalah
Amonifiry sp,
Aceutobacteur, dan
Fictobacteur Fixing
Alga
Alga yang dapat hidup pada nbatuan disebut Perifiton. Alga
yang hidup pada batuan Candi Borobudur umumnya adalah alga
dari kelas Cyanophyceae (alga biru) dan Chlorophyceae (Alga
Hijau). Alga biru merupakan vegetasi perintis. Artinya, alga
tersebut merupakan organism yang mampu menghancurkan batuan
sehingga memungkinkan tumbuhan lain dapat hidup di daerah
tersebut. Alasannya, selain dapat berfotosintesis alga ini mampu
hidup pada lingkungan dengan suhu hingga 85o C, sehingga dapat
bertahan lama tumbuh pada batuan Candi Borobudur. Selain itu,
alga ini juga menghasilkan asam yang merupakan senyawa dalam
proses pelapukan batuan.
Spesies alga yang terdapat dalam batuan Candi Borobudur
diantaranya :
Nostoceae,
Gleocapsa,
Chlorophyceae bersel satu.
Fungi(Jamur)
Jamur hidup sebagai saprofit pada batuan Candi Borobudur.
Jamur jenis ini memperoleh makanan secara tidak langsung dari
makhluk hidup lain. Celah-celah batuan Candi Borobudur yang
lembab, kurang cahaya matahari dan banyak mengandung zat-zat
18
organik merupakan daerah yang paling tepat bagi pertumbuhan
jamur.
Beberapa jenis jamur menghasilkan asam yang berpengaruh
terhadap batuan Candi Borobudur. Beberapa jenis lain bisa
menghancurkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada batuan
Candi Borobudur seperti daun-daunan atau sisa-sisa makanan yang
diubah menjadi mineral-mineral yang memberi peluang tumbuhan
lain dapat timbuh.
Beberapa jamur yang tumbuh pada batuan Candi Borobudur adalah:
Aspergilus nigeruan tioghom
Aspergilus tlavus link, dan
Rhyzopus orrhyzus ficher.
c. Geologi
Faktor ini lebih disebabkan oleh letak Indonesia yang terletak tepat
diatas dua lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia.
Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak sepanjang waktu. Pergerakan
lempeng dapat menyebabkan bencan geologi seperti gempabumi dan tsunami.
Selain itu, lokasi Indonesia yang berada di atas lempeng memunculkan banyak
gunung berapi di daratan Indonesia. Gunung Berapi dapat menimbulkan
bencana geologi lain berupa letusan gunung berapi. Sehingga, letak Indonesia
menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana geologi. Bencana geologi
dapat menyebabkan tempat bersejarah rusak. Contohnya adalah rusaknya
Beberapa candi di Komplek Candi Prambanan akibat Gempa Bantul tahun
2006.
2. Penyebab akibat faktor manusia
a. Kurangnya Pengawasan
Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman terdapat 2988 orang yang menjadi Juru Pelihara Benda Cagar
Budaya di Indonesia terdiri dari 1078 orang sebagai PNS dan 1910 orang sebagai
Honor. Jumlah total Benda Cagar Budaya yang dipelihara adalah 1895 buah.
Jika jumlah total Benda Cagar Budaya saat ini yang berjumlah 9262, berarti
terdapat 7367 Benda Cagar Budaya yang tidak terpelihara. Hal ini mengungkapkan
bahwa 80 % Benda Cagar Budaya di Indonesia dalam kondisi yang rentan
terhadap kerusakan. Perncurian benda cagar budaya akan marak terjadi. Apabila
tidak segera di lakukan tindakan, maka bukannya bertambah melainkan Benda
19
Cagar Budaya di Indonesia akan semakin berkurang dan bisa saja suatu saat nanti
Benda Cagar Budaya di Indonesia akan tersisa 20 % saja.
Pengrusakan yang marak terjadi belakangan ini adalah pencurian kayu jati
yang menjadi struktur bangunan masa kolonial belanda di Semarang, Jawa
Tengah. Pengambilan kayu jati dilakukan secara paksa dengan menggunakan alat
berat sehingga merusak bangunan secara keseluruhan.
Selain itu, juga terjadi pencurian benda purbakala candi, berupa pencurian
lingga, kepala patung( budha, siwa,dan sebagainya), arca, dan lain-lain. Benda-
benda ini diambil dari candi untuk dijual ataupun dilelang di luar negeri. Salah satu
peristiwa yang sempat terjadi adalah dilelangnya sebuah patung lembu,
tunggangan dewa siwa ,di Singapura. Patung tersebut sempat ditawar 60 milyar.
Dari hal tersebut kita dapat melihat gambaran bahwa pemerintah mengalami
kerugian triliunan rupiah dari penjualan barang purbakala tersebut.. Ada ribuan
benda peninggalan sejarah yang terlanjur di jual kepada kolektor asing, maupun
dalam negeri.
b. Sumber Pencaharian
Beberapa Masyarakat bermatapencaharian dari merusak benda purbakala.
Bendapurbakala tersebut akan dijual. Contohnya adalah kasus yang terjadi di Situs
Trowula di Mojokerto. Warga sekitar situs banyak yang bermatapencaharian
sebagai pembuat growol atau semen bata kuno. Bahan baku growol adalah batu
bata kuno peninggalan kerajaan Majapahit di Trowulan.
4.3. Cara Mengoptimalkan Tempat Bersejarah sebagai Tempat Pariwisata
Menguntungkan
Di Indonesia terdapat ribuan termpat bersejarah yang berpotensial untuk
dijadikan objek wisata. Namun, sayangnya tempat bersejarah itu belum dimanfaatkan
secara optimal oleh pemerintah. Ekspektasi pemerintah terhadap objek wisata tempat
bersejarah masih rendah sehingga optimalisasi tempat bersejarah sebagai ojek wisata
mengalami hambatan. Ada banyak cara untuk mengoptimalisasi tempat bersejarah
sebagai objek wisata agar objek wisata tersebut menjadi dipadati pengunjung..
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menjadikan Objek Wisata tersebut berstandar Internasional
Standar Internasional akan meningkatkan grade objek wisata tersebut di dunia.
Objek wisata tersebut akan sebanding dengan objek wisata tempat bersejarah di
20
negara lain. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menjadikan suatu
objek wisata memiliki standar internasional
a. Aspek Kenyamanan Pengunjung
Aspek kenyamanan pengunjung dapat diperoleh dengan meningkatkan
dan/atau memperbaiki fasilitas yang tersedia di objek wisata tersebut. Fasilitas
yang tersedia dapat mempengaruhi para wisatawan . Jika fasilitas tidak
memadai maka wisatawan kemungkinan besar tidak akan kembali lagi ke
tempat itu, terlebih lagi wisatawan dari mancanegara. Mereka sangat
memperhatikan ketersediaan fasilitas.
Ketersediaan fasilitas dapat diperoleh dengan memberdayakan daerah
sekitar objek wisata untuk mendirikan fasilitas-fasilitas penunjang yang
kemungkinan akan diperlukan oleh para wisatawan. Fasilitas tersebut antara
lain adalah dengan membangun penginapan, restoran, pertokoan, dan
sebagainya.
Selain fasilitas, untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan dapat
diperoleh dengan meningkatkan keindahan objek wisata tersebut. Seni estetika
diperlukan dalam melakukan tata ruang objek wisata agar wisatawan tidak
bosan dengan pemandangan monoton yang disajikan tempat bersejarah.
Kebersihan juga harus ditingkatkan. Penilaian wisatawan akan lebih
terfokus pada kebersihan objek wisata. Objek wisata yang bersih akan
menandakan bahwa objek wisata tersebut sehat. Sehingga, akan menarik lebih
bayak wisatawan untuk datang ke objek wisata bersejarah tersebut.
b. Aspek Keamanan
Sistem keamanan yang tinggi sangat diperlukan oleh sebuah objek
wisata. Objek wisata harus dapat menjaga keamana setiap wisatawan yang
berkunjung agar terhindar dari ancaman. Cara untuk meningkatkan keamanan
adalah
1. Membuat papan peringatan
Papan peringatan sangat diperlu untuk dipasang di objek wisata
tempat bersejarah. Tempat-tempat bersejarah merupakan bangunan
tua yang kontruksinya tidak sekokoh bangunan modern. Papan
peringatan difungsikan untuk membuat para wisatawan berhati- hati
dalam mengunjungi objek wisata tempat bersejarah.
2. Menambah jumlah petugas keamanan
21
Petugas keamanan sangat diperlukan untuk menjaga keamanan
objek wisata tempat bersejarah dari berbagai ancaman. Petugas
keamanan harus dapat melindungi para wisatawan ataupun tempat
bersejarah. Objek wisata merupakan tempat umum yang rentan
terhadap ancaman baik itu skala kecil seperti pencurian,
penjambretan, dan sebagainya maupun skala besar seperti aksi
terorisme.
Petugas keamanan diperlukan untuk menjaga benda purbakala
yang ada di tempat bersejarah tersebut. Benda-benda purbakala
akan selau menjadi incaran para kolektor benda purbakala. Sistem
keamanan harus berjalan selama 24 jam setiap harinya.
c. Aspek Keterjangkauan
Sebuah objek wisata harus mempunyai akses yang mudah dan jelas untuk
menjangkaunya. Akses berupa jalan yang bagus, tanpa ada kerusakan harus
disediakan. Selain itu lokasi objek wisata juga harus dekat dengan objek
pendukungnya yang mempunyai beragam fasilitas pendukung objekwisata seperti
pertokoan,penginapan, dan restoran. Ketersediaan transportasi yang langsung
menghubungkan objek wisata tempat bersejarah ke tempat-empat seperti bandara,
pusat kota, stasiun kereta api akan mempengaruhi jumlah wisatawan yang
berkunjung ke objek wisata tempat bersejarah tersebut..
d. Aspek Ketersediaan Informasi
Ketersediaan Informasi yang jelas mengenai objek wisata harus disediakan
sejelas mungkin. Informasi mengenai objek wisata harus disebarkan ke berbagai
media seperti internet, ataupun media masa. Informasi mengenai Objek wisata
harus dituliskan semenarik mungkin agar menarik perhatian para wisatawan baik
domestik maupun mancanegara untuk datang ke objek wista tempat bersejarah
tersebut.
2. Objek Wisata harus memiliki koneksi yang luas
Objek wisata akan dipadati oleh para wisatawan apabila memiliki koneksi
yang luas ke berbagai sumber, seperti biro perjalanan, maupun hotel-hotel lain yang
menawarkan kunjungan wisata. Semakin banyak sebuah objek wisata memiliki
koneksi atau jaringan yang luas maka semakin banyak pula orang yang tahu akan
22
objek wisata tersebut. Dengan mencamtumkan nama objek wisata tempat bersejarah
ke dalam biro perjalanan akan membantu untuk meningkatkan promosi objek wisata
tersebut. Objek wisata akan semakin dikenal oleh masyarakat luas.
3. Nilai originalitas Objek wisata
Sebuah objek wisata tempat bersejarah harus mempunyai ciri khas yang
membedakannya dengan objek wisata tempat bersejarah lainnya. Nilai originalitas
objek wisata diperlukan untuk menjaga eksistensi objek wisata tersebut. Ciri khas
objek wisata dapat diperoleh melalui tata ruang objek wisata yang dibuat unik ataupun
dengan mengadakan event-event tertentu yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
Contohnya adalah event Sendratari Ramayanan yang ditampilkan di Candi Prambanan
tidak bisa ditemukan di tempat lain. Semakin sebuah objek wisata memiliki ciri khas
yang berbeda maka objek wisata tersebut akan terlihat menonjol dibandingkan dengan
objek wisata di tempat lain. Para wisatawan akan melirik untuk mengunjungi objek
wisata tersebut. Sehingga, objek wisata tempat bersejarah tersebut menjadi terkenal.
4.4. Dampak Pemanfaatan Tempat Bersejarah sebagai Tempat Wisata
Sebuah daerah apabila dikembangkan menjadi sebuah tempat wisata pasti akan
membuat dampak terhadap daerah tersebut. Dampak tersebut begitu luas dan komplek
sehingga mempengaruhi hampir semua aktifitas masyarakat setempat. Dampak yang
muncul dari pemanfaatan tempat bersejarah sebagai tempat pariwisata dapat berupa
dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak positif yang muncul antara lain :
1. Dampak Ekonomi
Tempat wisata tidak hanya akan membawa dampak kepada tempat
pariwisata itu saja melainkan akan memberi dampak ekonomi terhadap daerah
penunjang yang berada di area sekitar tempat wisata tersebut. Aktifitas
perekonomian masyarakat sekitar daerah pariwisata tempat bersejarah akan
berjalan dan berkembang menjadi lebih baik. Pasalnya, warga sekitar akan
memanfaatkan keberadaan tempat pariwisata tersebut untuk mencari mata
pencaharian, seperti menjual souvenir. Selain itu warga yang lebih bermodal
23
akan mendirikan restoran ataupun penginapa untuk memfasilitasi para
wisatawan yang berkunjung.
Apabila daerah pariwisata itu ramai dan semakin berkembang, maka
daerah tersebut akan menarik para investor untuk mendirikan fasilitas-fasilitas
lain yang lebih lengkap. Fasilitas yang lengkap menyebabkan para wisatawan
menjadi betah ataupun membuat ingin kembali lagi ke tempat pariwisata
tersebut.
Para investor yang berdatangan ke wilayah tersebut akan membuat
tempat tersebut menjadi semakin maju. Harga tanah pun menjadi semakin
mahal. Para warga juga yang akan berprofesi untuk menjalankan usaha yang
dibangun oleh para investor.
Bagi pemerintah, para investor yang semakin banyak akan
mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan karena fasilitas yang semakin
lengkap. Para wisatawan akan membayar karcis, membayar biaya retribusi
lainnya ataupun membeli produk-produk berpajak. Pajak dan biaya retribusi
akan semakin banyak asuk ke kantung pemerintah dalam bentuk devisa.
Devisa yang semakin banyak akan mempengaruhi perekonomian nasional
menjadi semakin baik karena dapat menurunkan terjadinya inflasi sehingga
harga barang akan menjadi lebih murah.
Pihak pemerintah akan mendapat dana puluhan miliar pertahun yang
merupakan hasil dari retribusi dan pajak yang diberikan kepada para
wisatawan. Apabila di Indonesia terdapat 1000 tempat wisata saja yang sistem
pengelolaannya teratur dan tersistem dengan baik sesuai standar internasional
maka negara akan memperoleh uang triliuanan rupiah dari sekor pariwisata
tempat bersejarah.
2. Dampak Pendidikan
Tempat bersejarah merupakan saksi bisu terjadinya peristiwa yang
terjadi di masa lampau. Tempat bersejarah dapat menjadi bukti otentik
mengenai terjadinya suatu peristiwa. Melalui tempat bersejarah kita bisa tahu
tentang kejayaan kerajaan masa lalu. Selain itu tempat bersejarah juga
menyimpan arsip mengenai bentuk kehidupan masa lalu. Objek wisata tempat
bersejarah dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukatif untuk mempelajari
24
sejarah bangsa Indonesia. Tidak hanya membaca dari buku saja, tapi juga bisa
secara nyata menyaksikan bukti-bukti peristiwa masa lampau.
3. Dampak Sosial
Objek wisata tempat bersejarah yang berstandar internasional akan
merupah pola pikir masyarakat yang tinggal dan memiliki matapencaharian
yang berhubungan dengan objek wisata tersebut untuk selalu berpikira maju
dan modern. Tidak berpikiran secara tradisional karena pemikiran inisiatif
ataupun pemikiran yang logis sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan
yang muncul karena keberadaan objek wisata tersebut. Objek wisata yang
semakin terkenal dan ramai pengunjung akan membuat masyarakat untuk tetap
menciptakan kreasi dan ide baru untuk membuat para wisatawan betah dan
akan selau kembali ke tempat itu tanpa merasa bosan.
Dampak negatif yang muncul antara lain :
1. Dampak terhadap lingkungan
Pembangunan yang terjadi secara berkala pada daerah sekitar tempat
pariwisata akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Banyak terjadi
alihfungsi lahan di sekitar tempat pariwisata. Lahan-lahan hijau yang rimbun
akan pepohonan akan berupbah menjadi bangunan beton bertingkat.
Berkurangnya lahan hijau akan menyebabkan kualitas udara menurun.
Kulaitas udara juga dapat menurun karena akibat dari pencemaran
udara. Pencemaran udara di sekitar tempat pariwisata akan meningkat karena
kendaraan yang lalu-lalang menjadi semakin banyak.
Timbunan sampah akan bertambah banyak. Limbah sampah akan
bertambah sejalan dengan semakin banyaknya orang yang ada. Sampah akan
semakin bertambah, apabila tidak ditangani dengan baik akan membawa
dampak buruk seperti sumber penyakit,atau perusak keindahan.
25
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Indonesia kaya akan peninggalan tempat bersejarah, mulai dari masa pra-
aksara hingga masa kolonial belanda. Semua itu tersebar di seluruh kota di Indonesia.
Hingga saat ini tempat bersejarah itu masih bisa kita saksikan. Namun tidak semua
tempat bersejarah masih dalam kondisi yang bagus. 80% tempat bersejarah yang
terdaftar di BP3 terbengkalai dan sengaja dirusak untuk kepentingan golongan.
Tempat bersejarah sudah semestinya dilestarikan. Agar anak cucu kita tetap
dapat melihat saksi perjuangan dan peristiwa di masa lampau. Salah satu cara untuk
melestarikan tempat sejarah yaitu menjadikannya sebagai tempat pariwisata. Tempat
pariwisata tempat sejarah dapat menjadi wahana edukasi bagi masyarakat. Masyarakat
dapat memperoleh manfaat dari situ. Kegiatan ekonomi masyarakat dapat berkembang
dan maju. Pendidikan sejarah juga bisa maju. Tidak hanya untuk masyarakat.
Pemerintah pun bisa memperoleh keuntungan. Total tempat bersejarah yang menjadi
Benda Cagar Budaya di Indonesia mencapai hampir 10.000 bangunan. Apabila
bangunan itu dilestarikan, dirawat dan dijadikan objek pariwisata , maka pemerintah
akan mendapat pendapatan yang berupa devisa yang akan memperbaiki ekonomi
nasional dan memajukan bangsa Indonesia.
5.2. Saran
Kelestarian Benda Cagar Budaya seharusnya tetap dijaga. Bukan oleh
pemerintah saja, tapi juga oleh seluruh masyarakat Indonesia.. Marilah kita bergotong
royong melestarikan tempat bersejarah. Jangan sekali-kali merusaknya. Karena
sebenarnya tempat bersejarah itu dapat mengingatkan kembali tentang masa lalu. Kita
bisa belajar dari sejarah untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Pemerintah seharusnya lebih tegas dan cakap dalam melakukan pengawasan
terhadap Benda Cagar Budaya. Jangan sampai peristiwa dirusaknya dan dicurinya
benda cagar budaya terulang kembali. Marilah kita belajar dari keteledoran di masa
lampau agar peristiwa tersebut tidak bisa terulang kembali. Masyarakat juga
seharusnya berpikiran lebih maju. Jangan merusak tempat bersejarah agar bisa
mendapat uang. Sebenarnya apabila tempat bersejarah itu dijadikan tempat pariwisata,
26
masyarakat juga bisa mendapat profesi. Tentunya profesi yang lebih mulia daripada
sebelumnya.
Ketika tempat bersejarah dijadikan objek pariwisata, perencana tata ruang dan
arsiteknya harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Jangan sampai
lingkungan yang dikorbankan. Karena lingkungan itulah yang menunjang hidup kita.
Tanpa lingkungan kita tidak bisa hidup.
27
DAFTAR PUSTAKA
Asdhiana. Made. “ Pengunjung Borobudur Melebihi Target”. (http://travel.kompas.com/read
. /2013/01/04 /09083369/Pengunjung.Borobudur.Melebihi.Target diakses 25 Mei 2014 )
“Daftar Bangunan dan Struktur Kolonial di Jakarta”.( http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_ba-.
. ngunan_dan_struktur_kolonial_di_Jakarta diakses 25 Mei 2014)
Dan . “ Situs Majapahit Rusak Akibat Pembuatan Batu Bata”. (http://www.merdeka.com /per
. istiwa/situs-majapahit-rusak-akibat-pembuatan-batu-bata.html diakses 27 Mei 2014)
“Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman”.( http://kebudayaan.kemdikbud.go.
. id /ditpcbm/ diakses 28 Mei 2014 )
“Enam Puluh Dua Bangunan Cagar Budaya tak Terawat”. (http://m.jawapos.com/read/2014/ .
. 05/22/1/362184/62-bangunan-cagar-budaya-tak-terawat diakses 25 Mei 2014 )
Firdaus. “Makalah Candi Borobudur”. (http://firdauzzuel.blogspot.com/2012/05/makalah-can
. di-borobudur-mtsn-pasuruan.html diakses 26 Mei 2014 )
“Gedung Kota Tua Jakarta Kumuh Tak Terawat”. (http://nusantara.rmol.co/read/2011/02/02/ .
. /Gedung-Bersejarah-Kota-Tua-Jakarta-Kumuh-Tak-Terawat- diakses 28 Mei 2014 )
Ilham, Hanang . “ Karya Tulis Sejarah” . (http://www.academia.edu/3734559/Karya_ Tulis_ .
. Sejarah diakses 26 Mei 2014)
“Jejak Peninggalan Cagar Budaya”. (http://tarabuwana.blogspot.com/search/label/Magelang .
. diakses tanggal 29 Mei 2014 )
“Kondisi Sejumlah Situs Sejarah Memprihatinkan”. (http://www.panturanews.com/index.php
. /panturanews/baca/7586/18/01/2013/kondisi-sejumlah-situs-sejarah-memprihatinkan di
. akses 26 Mei 2014
Mario. “Cagar Budaya Punah “. (http://handelstraat.wordpress.com/tag/cagar-budaya-punah/ .
. diakses tanggal 29 Mei 2014 )
Rusdi . “ Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta”.( http://history1978.wordpress.com/pengeta
. huan-candi/candi-di-jawa-tengah-dan-yogyakarta/ diakses 24 Mei 2014)
Siahaan, Hana . “26 Cagar Budaya Masuk Nominasi Warisan Dunia”. (http://www.indonesia .
. berprestasi.web.id/dari-redaksi/26-cagar-budaya-masuk-nominasi-warisan-dunia/ diak
. ses tanggal 26 mei 2014 )
Thamrin, Mahandis Y. “ Metropolitan yang Hilang”, National Geographic ( September 2012)
Tts . “ Benteng Vastenberg yang Terancam jadi Hotel Bintang Lima”.( http://www.merdeka. .
. com /peristiwa/benteng-vastenburg-yang-terancam-jadi-hotel-bintang- lima.html diak-
. ses 27 Mei 2014)
28