kapita selektra dan infrastruktur lingkungan

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari seperangkat yang bernama kosmetik. Bisa dikatakan, baik kaum wanita maupun laki-laki menggunakan kosmetik umtuk perawatan dari rambut hingga ujung kaki. Keberadaan limbah yang bersumber dari industri kosmetik cukup mengkhawatirkan. Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas- batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu. Industri kosmetik, saat ini lebih terfokus pada upaya untuk melakukan efisiensi seiring makin melambungnya biaya produksi, belanja pegawai hingga ongkos energi. Sehingga mau tak mau akan menomorduakan persoalan pembuangan limbahnya. Apalagi pengolahan limbah memerlukan biaya tinggi. Padahal limbah industri Kapita Selekta Dan InfrastrukturPage 1

description

inovasi dibidang industri kosmetik

Transcript of kapita selektra dan infrastruktur lingkungan

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDi kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari seperangkat yang bernama kosmetik. Bisa dikatakan, baik kaum wanita maupun laki-laki menggunakan kosmetik umtuk perawatan dari rambut hingga ujung kaki. Keberadaan limbah yang bersumber dari industri kosmetik cukup mengkhawatirkan. Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.Industri kosmetik, saat ini lebih terfokus pada upaya untuk melakukan efisiensi seiring makin melambungnya biaya produksi, belanja pegawai hingga ongkos energi. Sehingga mau tak mau akan menomorduakan persoalan pembuangan limbahnya. Apalagi pengolahan limbah memerlukan biaya tinggi. Padahal limbah industri kosmetik sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran. Pada umumnya limbah industri kosmetik mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan karena cepat atau lambat pasti akan membawa dampak yang buruk bagi lingkungan ataupun bagi kesehatan manusia. Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metoda atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:1.2.1 Apa pengertian kosmetik?1.2.2 Penggolongan kosmetik1.2.3 Bahan-bahan aktif yang terkandung dalam kosmetik?1.2.4 Jenis-jenis limbah yang dihasilkan industri kosmetik?1.2.5 Teknologi dalam pengolahan limbah cair kosmetik?1.2.6 Studi Kasus mengenai pengolahan limbah cair kosmetik?1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kosmetik1.3.2 Untuk mengetahui penggolongan kosmetik1.3.3 Untuk mengetahui bahan-bahan aktif yang terkandung dalam kosmetik1.3.4 Untuk mengetahui limbah yang dihasilkan industri kosmetik1.3.5 Untuk mengetahui teknologi dalam pengolahan limbah cair kosmetik1.3.6 Untuk mengetahui studi kasus mengenai pengolahan limbah cair kosmetik

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian KosmetikKosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Iswari, 2007).Beberapa era yang lalu tujuan kosmetik adalah melindungi tubuh dari alam (panas sinar matahari yang dapat menyebabkan kulit terbakar, iritasi, dan menghindari gigitan nyamuk) sedangkan pada era modern tujuan berkosmetik adalah untuk meningkatkan daya tarik (make up), meningkatkan kepercayaan diri dan ketenangan, melindungi kulit rambut dari sinar UV yang merusak, polutan dan faktor lingkungan lain, serta menghindari penuaan. Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, bahan pewangi, pada pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).2.2 Penggolongan KosmetikDalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari seperangkat yang bernama kosmetik baik kaum wanita maupun laki-laki menggunakan kosmetik umtuk perawatan dari rambut hingga ujung kaki. Kosmetik sendiri dalam tujuan pemakaiannya diklasifikasikan menjadi 2 golongan, Penggolongan kosmetik antara lain berdasarkan kegunaan bagi kulit yakni :

2.2.1 Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic). a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner) b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer), misalnya mouisterizer cream, night cream. c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion. d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrup cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver). 2.2.2 Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Iswari, 2007). Pada penggolongan kosmetik, krim wajah termasuk dalam kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) yang mempunyai tujuan untuk melembabkan kulit serta melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Namun tidak untuk diagnosis, pengobatan serta pencegahan penyakit.2.3 Bahan-bahan Aktif yang Terkandung Dalam KosmetikBahan aktif yang sering ditambahkan ke dalam kosmetika antara lain vitamin,hormon ekstrak tumbuh-tumbuhan dan hewan, asam alpha hidroksil (AHA), merkuri, tretinoin, hidrokinon, dan hidrogen peroksida. Manfaat preparat tropikal yang mengandung bahan-bahan aktif adalah bahan aktif tersebut dapat diabsorpsikan oleh kulit, tidak mudah teroksidasi, berkhasiat pada kulit, dan pemberian secara oral atau dengan cara lain tidak mungkin dilakukan.Kosmetika yang digunakan untuk perawatan kulit harus berfungsi untuk memelihara kesehatan kulit, mempertahankan kondisi kulit agar tetap baik dan mampu mencegah timbulnya kelainan pada kulit akibat proses usia, pengaruh lingkungan dan sinar matahari. Kosmetika menurut penggunaannya dibagi menjadi kosmetika untuk memelihara, merawat dan mempertahankan kulit, serta kosmetika untuk mempercantik wajah yang dikenal dengan kosmetika tata rias.Biokosmetika adalah kosmetika yang mengandung zat-zat biologis aktif, yang biasanya berasal dari hewani atau nabati. Zat aktif yang berasal dari hewani yaitu sari placenta, sari embrio, air ketuban lembu, serum lembu, sari jaringan tubuh, dan kolagen.Zat biologis aktif yang berasal dari ekstrak tumbuh-tumbuhan mencakup sari berbagai tumbuh-tumbuhan, minyak-minyak nabati, minyak-minyak atsiri, sari buah dan serbuk sari bunga. Zat biologis aktif ekstrak tumbuhan ini bermanfaat untuk melicinkan dan menghaluskan kulit, mempengaruhi keratinasasi dan hidrasi lapisan epidermis serta dapat membantu dalam proses pemutihan kulit (bleaching skin). 2.3.1 Placenta (lebih dikenal dengan ari-ari) adalah suatu media yang berkembang di dalam rahim selama masa kehamilan yang berfungsi untuk memberikan nutrisi dari induk kepada embrio. Plasenta akan keluar bersamaan dengan lahirnya sang bayi. Sumber placenta bisa berasal dari manusia dan hewan (sapi, kambing, biri-biri, domba maupun babi). Kebanyakan placenta yang digunakan dalam produk kosmetika adalah ekstrak plasenta. Ekstrak plasenta ini didapat dengan cara mencuci bersih placenta yang masih segar. Proses selanjutnya adalah membekukan dan memotong placenta tersebut hingga menjadi bubur placenta. Setelah itu placenta ini melalui proses filtrasi hingga didapatkan ekstrak placenta. Selanjutnya ekstrak placenta dikentalkan dengan cara memanaskannya kemudian dilakukan filtrasi steril. Hasil inilah yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik (sari placenta). Sari placenta merupakan kompleks zat aktif yang sangat baik untuk perawatan kulit yang menua, karena mengandung nukleotida, hormon-hormon steroid, asam lemak, asam amino, vitamin dan unsur-unsur mikro. Mutu sari placenta ditentukan atas dasar kadar enzim fofatase yang dikandungnya. Untuk menjamin khasiat kosmetik sari placenta, kadarnya di dalam kosmetika sekurang-kurangnya harus mencapai 3-5 persen. Sari placenta bermanfaat untuk meningkatkan peredaran darah lokal, merangsang metabolisme kulit, memperbaiki kekenyalan serabut-serabut jaringan ikat, merangsang pernafasan kulit, mampu memperbaiki elastisitas kulit, mengurangi tanda-tanda penuaan dan menjadikan kulit awet muda (anti ageing), mengurangi pigmentasi dan flek-flek hitam pada wajah, memutihkan dan menghaluskan kulit, menjadikannya tampak segar dan lembut.2.3.2 Sari embrio diperoleh dari telur ayam yang sudah dibuahi, air ketuban lembu dan serum lembu yang diperoleh dari lembu hamil. Sari embrio mengandung zat-zat yang dapat merangsang metabolisme sel sehingga sangat baik untuk mengatasi keriput atau untuk mengencangkan kulit2.3.3 Sari jaringan tubuh berasal dari jaringan hewani yang sangat baik untuk mengatasi masalah penuaan kulit 2.3.4 Elastin sangat berpengaruh terhadap sifat elastisitas jaringan ikat yang secara bersama-sama dengan kolagen dapat digunakan untuk produk kosmetik perawatan kulit. Bahan dasar dermis terdiri dari garam, air, dan glikosaminoglikan yang membentuk molekul kompleks.2.3.5 Asam hialuronat termasuk ke dalam kelompok glikosaminoglikan yang terdapat dalam dermis. Manfaat asam hialuronat adalah sebagai pelumas untuk jaringan kolagen, dan mencegah perubahan kolagen yang larut menjadi kolagen yang tidak larut. 2.3.6 Asam alfa hidroksi (AAH atau Alfa Hidroxil Acid/AHA) adalah asam karbosilat yang memiliki gugus hidroksi pada posisi alfa. Secara alamiah zat ini terdapat dalam buah-buahan dan yoghurt, seperti asam glikogat pada gula tebu, asam laktat pada yoghurt, asam tartat pada buah apel, dan asam sitrat pada buah jeruk. Manfaat AAH atau AHA adalah sebagai emolien, yang dapat meningkatkan pergantian sel kulit dan pembentukan sel kulit baru, mengurangi ikatan antar komeosit dan mensintesis kolagen sehingga dapat mengurangi keriput halus, membentuk kulit halus dan sehat serta dapat memperbaiki tekstur kulit. Oleh karena itu emolien ini sangat baik digunakan bagi perawatan kulit kering, perawatan dan peremajaan kulit menua dan kulit yang terdapat parut bekas jerawat (acne scar). AHA hanya cocok digunakan untuk mereka yang berusia antara 30-40 tahun, untuk usia lebih dari 40 tahun sebaiknya memilih asam retinoat. Asam retinoat (retinoic acid) mengandung vitamin A yang mampu menembus ke dalam sel kulit, sedangkan AHA hanya bisa menembus sampai lapisan antar sel. Kulit yang kusam pun menjadi lebih lembab, tebal, merah, dan segar lagi. 2.3.7 Hidrokinon. Bahan aktif lain dalam kosmetika yaitu hidrokinon. Hidrokinon (hydroquinone) adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau menghambat pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang memberikan warna gelap kecokelatan, sehingga muncul semacam bercak atau bintik cokelat atau hitam pada kulit. Banyaknya produksi melanin menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Hidrokinon digunakan untuk mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat bintik, melasma, titik-titik penuaan, dan chloasma. Hidrokinon sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar matahari, kulit yang iritasi, kulit yang luka terbakar, dan kulit pecah. Hindari penggunaan hidrokinon pada mereka yang mengalami masalah hati, ginjal, alergi atau sedang hamil dan menyusui. Sebelum mengoleskan hidrokinon, bersihkan wajah dari kotoran dan make-up, dan keringkan. Dalam pemakaian hidrokinon harus hati-hati jangan sampai terkena mata, bibir, bagian dalam hidung, dan mulut, karena bisa menyebabkan mati rasa. Kandungan hidrokinon dalam kosmetik yang diizinkan tidak lebih dari dua persen. Penggunaan hydroquinone dalam jangka panjang dan dosisi tinggi dapat membuat kulit merah dan terbakar serta kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati.2.3.8 Tretinoin adalah bahan aktif dalam kosmetika, berupa zat kimia yang termasuk vitamin A asam atau retinoic acid, yang berfungsi untuk membentuk struktur atau lapisan kulit baru, mengganti lapisan kulit luar yang rusak. Krim tretinoin yang dioleskan ke kulit menyebabkan daya permeabilitas kulit meningkat. Ini ditandai oleh terbentuknya lapisan tanduk baru. Tretinoin juga meningkatkan pembentukan pembuluh rambut kulit. Akibatnya, aliran darah ke kulit bertambah. Lapisan luar kulit dan kegiatan pembelahan sel pun meningkat. Bertambahnya usia menyebabkan bantalan kolagen kulit menipis dan tidak kenyal lagi. Tretinoin inilah yang mampu membantu pembentukan sel fibrobias di bawah kulit, sehingga bantalan kolagen menebal, kencang, dan kerut memudar. Selain meremajakan, tretinoin mampu mengatasi jerawat, spoerten, bekas luka dangkal, serta memunculkan lapisan di kulit yang sudah lapuk. Tretinoin dosis tertentu menyebabkan kulit mengelupas dan muncul kulit baru, tetapi tidak semua kulit tahan menerimanya, sehingga malah kulit menjadi rusak, kulit jadi kemerah-merahan. Pada kulit sensitif, pemakaian tretinoin harus dimulai dengan dosis paling rendah yakni 0,05 persen dengan pemakaian setiap dua malam sekali. Bila kulit mulai kuat dan tidak timbul reaksi radang, rasa terbakar, secara perlahan, dosisnya dapat ditambah atau ditingkatkan dan pemakaiannya pun dapat dipakai setiap malam. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin tidak boleh dipakai pada siang hari, karena paparan sinar matahari dapat memperkuat efek sampingnya. Pada kulit normal, efek kemerahan karena peradangan, akan mereda setelah pemakaian tretinoin dihentikan. Pada kulit sensitif, efek ini akan menetap, bahkan hingga berbulan-bulan setelah pemakaian dihentikan.2.3.9 Merkuri, air raksa atau hydragyricum (Hg) adalah satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair, tidak berbau, warnanya keperakan, dan mengkilap. Merkuri akan menguap bila dipanaskan sampai mencapai suhu 357 oC. Merkuri dapat dijumpai di alam seperti di air dan tanah, terutama dari deposit alam, limbah industri, dan aktivitas vulkanik. Dalam pertambangan emas, merkuri digunakan dalam proses ekstraksi dan pemurnian. Merkuri juga digunakan dalam industri seperti termometer, tambal gigi, baterai dan soda kaustik. Merkuri dapat bersenyawa dengan khlor, belerang, dan oksigen senyawa untuk membentuk garam merkurium. Ini adalah bahan-bahan yang sering digunakan dalam industri krim pemutih kulit. Karena sifat ionnya mudah berinteraksi dengan air, merkuri mudah masuk ke dalam tubuh melalui kulit, inhalasi (pernapasan), dan makanan. Bila merkuri sudah masuk ke dalam kulit, akan muncul reaksi alergi yang berupa iritasi. Reaksi iritasi ini berlangsung cukup cepat. Mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemarmerkuri, akan menyebabkan kulit segera mengalami iritasi. Merkuri dapat membuat kulit terbakar, menjadi hitam, bahkan dapat berkembang menjadi kanker kulit. Merkuri inorganik dalam krim pemutih, dapat menimbulkan keracunan bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Meski tidak seburuk efek merkuri gugusan yang tertelan, efek buruk tetap saja timbul pada tubuh, atau meski hanya dioleskan ke kulit, merkuri mudah diserap ke dalam darah, kemudian memasuki sistem saraf. Manifestasi gejala keracunan merkuri berupa gangguan sistem saraf seperti tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan jadi abnormal (ataksia), gangguan emosi, dan depresi. Merkuri yang terakumulasi dalam organ tubuh seperti ginjal, hati, dan otak, dapat menyebabkan kematian.2.3.10 Hidrogen peroksida atau hidrogen dioksida (H2O2), terbentuk dari dua atom hidrogen dan dua atom oksigen. Bentuknya menyerupai air (H2O), tetapi pada H2O2 ada kelebihan molekul oksigen, sehingga sangat baik digunakan sebagai oksidiser. Bahan ini tidak berwarna, tidak bebau, dan tidak berasa. Penelitian terbaru menyatakan, bahwa hidrogen peroksida bermanfaat dalam reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh. Dalam memerangi infeksi, vitamin C membuat hidrogen peroksida untuk merangsang produksi prostaglandin. Di kolon dan vagina, lactobacillus juga membuat hidrogen peroksida yang berguna untuk melawan bakteri, virus, dan mencegah infeksi. Hidrogen peroksida juga digunakan untuk bahan pemutih gigi dan pembersih kotoran telinga. Satu topi hidrogen peroksida, ketika dibiarkan dalam mulut selama 10 menit stiap hari, gigi menjadi putih dan dapat mengurangi terjadinya sariawan.2.3.11 Hormon dan vitamin. Pemakaian hormon dan vitamin dalam kosmetika tidak dapat dibenarkan, kecuali apabila dilakukan di bawah pengawasan dokter. Pemakaian hormon dalam jangka waktu lama, dapat mengacaukan keseimbangan hormonal dalam darah dan dapat menimbulkan efek samping sistematik seperti gangguan menstruasi dan gangguan sistem reproduksi. Krim hormon yang mengandung estrogen baik untuk perawatan kulit menua. Vitamin dalam kosmetika harus memperhatikan termobilitas dan kepekaan berbagai vitamin terhadap oksigen serta sinar ultra violet. Vitamin A sangat baik untuk melindungi epitel, merangsang epitelisasi jaringan kulit sebagai ester asetat atau palmitat, dalam kosmetika dipakai untuk kulit yang merah, kasar, kering, dan degeneratif.2.3.12 Kekurangan vitamin A menyebabkan peningkatan keratinisasi secara abnormal (hiperkeratosis), lapisan tanduk menutupi folikel rambut, sehingga sekresi sebum terhambat dan terbentuk komedo (blackhead) yang mudah menjadi inti infeksi. Vitamin A dalam kosmetika, merangsang granulasi dan mencegah keratinisasi berlebihan, sehingga kulit menjadi lebih halus dan licin, sedangkan turgor jaringan jadi meningkat. Vitamin E berhasiat sebagai antioksidan. Kekurangan vitamin E antara lain dapat menyebabkan gangguan metabolisme, regenerasi sel yang lambat, dan gangguan fungsional sistem reproduksi. Penggunaan kosmetika yang mengandung vitamin E dan vitamin A pada kulit wajah bertujuan untuk memperbaiki peredaran darah di kulit dan akhirnya dapat memperbaiki kondisi kulit.2.4 Jenis-jenis Limbah yang Dihasilkan Industri KosmetikLimbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan dan akan meningkatkan penyakit pada manusia dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya. Keberadaan limbah yang bersumber dari industri kosmetik cukup mengkhawatirkan. Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.Padahal limbah industri kosmetik sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran (Kinan,2013).Pada umumnya limbah industri kosmetik mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Menurut PP 18/99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya.Limbah industri dapat berwujud gas, padat, cair, dan lumpur. Berdasarkan beberapa wujud limbah industri tersebut limbah cair merupakan jenis limbah yang perlu mendapatkan perhatian karena berpengaruh penting terhadap kerusakan lingkungan. Limbah cair dari industry kosmetik terutama mengandung bahan organik yang tinggi yang berasal dari produksi shampo (80 /o dari total limbah) (Dhika,2014).Pada umumnya Limbah yang dihasilkan industry kosmetik terbagi menjadi dua bagian, yaitu: (Dhika,2014).2.4.1 LimbahDomestikLimbahdomestik bukan merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi akan tetapi berasal darioffice, kantin, dan lain-lain. Limbah initerdiri atas 2 jenis, yaitu:

a. PadatLimbah iniberupakarton, plastik yang sudah tidak terpakai kemudian limbah tersebut akan dijual ke pihak ke-3. Sedangkansampah sepertikertas,plastik kotor,tissuedan lain-lain akan dibuang dengan cara bekerja sama dengan pihak ketiga.b. CairLimbah ini merupakan limbah yang berasal dari kamar mandi dan airbekas pencuci. Karena limbah cair ini bukan limbah yang berbahaya,maka limbah ini tidak melalui proses pengolahan akan tetapi langsung dibuang ke aliran pembuangan toilet.2.4.1 Limbah B3 Limbah initerbagi atas 2 jenis, yaitu:a. Padat Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi yang kadar airnya kurang dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi cream, powder dan lipstik. Limbah tersebut akan dikumpulkan dalam suatu wadah dan kemudian akan diberikan kepada pihak ke-3 yang mempunyai izin dalam menangani limbah tersebut.b. Cair Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi yang kadar airnya lebih dari 80%, yaitu dari sisa hasil produksi shampo, hair tonic, toner, parfume,dan lain-lain. Limbah tersebut kemudian diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah).

2.5 Teknologi Pengolahan Limbah Cair KosmetikTeknologi pengolahan limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan limbah untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi (Rita, 2010) 2.5.1 Pengolahan Limbah Secara FisikaPada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap (Rita, 2010)

Gambar 2.1: Skema Pengolahan Secara FisikDalam industri kosmetik, limbah cair secara umum diolah secara fisika dengan cara pengendapan purifikasi sehingga dihasilkan air yang terpurifikasi yang dapat direcycle untuk kegiatan yang lain. Namun dalam industri kosmetik terdapat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang biasanya berupa logam-logam berat dan sisa-sisa pelarut yang bersifat toksik. Untuk bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya digunakan proses floatasi. Floatasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran udara ke atas. Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis, untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal (Rita, 2010)2.5.2 Pengolahan Limbah Secara KimiaPengolahan limbah industri kosmetik yang berupa logam berat dan sisa pelarut toksik secara kimia dilakukan dengan pengikatan bahan kimia menggunakan partikel koloid. Penyisihan bahan tersebut dilakukan melalui perubahan sifat bahan tersebut, yaitu tak mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi (Rita, 2010).

Gambar 2.2: Skema Pengolahan Secara Kimia

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat Hasil pengolahan limbah B3 dari industri kosmetik ini harus di buang . Salah satunya dengan metode injection well memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia (Rita,2010)

Gambar 2.3: Deep injection well

Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah struktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Limbah B3 diinjeksikan dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah. Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi. Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa: a. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumberair tanah.b. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.

2.5.3 Pengolahan Limbah Secara Biologi

Gambar 2.4: Skema Pengolahan Secara BiologiSebagai contoh adalah pengolahan etil alkohol. Etil alkohol merupakan pelarut dalam industri kosmetik. Limbah cair ini bersifat mudah terbakar sehingga perlu penanganan khusus dalam proses pengolahan limbahnya. Proses pengolahan limbah etil alkohol dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 2.5: Pengolahan Limbah Etil Alkohol

Residu alkohol yang berasal dari limbah kosmetik dipisahkan lalu difermentasikan. Parameter yang mempengaruhi proses fermentasi ini antara lain adalah suhu, pH, alkalinitas, DO, BOD, dan COD. Setelah difermentasikan, selanjutnya didestilasi untuk dipisahkan etil alkohonya. Parameter proses destilasi antara lain: suhu dan tekanan uap, Etil alcohol murni yang didapatkan selanjutnya dapat digunakan lagi dalam industri kosmetik. Selain etil alkohol dihasilkan pula etanol. Etanol yang dihasilkan dari destilasi ini selanjutnya digunakan sebagai green fuel. Sedangkan residu sisanya dievaporasi. Kondensat hasil evporasi disaring dengan menggunakan trickling filter menghasilkan air yang dapat digunakan dalam proses industri serta untuk menyiram tanaman. Sisa dari proses evaporasi dapat dijadikan pakan konsentrat. Produk limbah cair etil alkohol banyak digunakan untuk menggantikan sumber energi yang tidak dapat diperbarui seperti bahan bakar fosil. Sebagai sumber yang dapat diperbarui, etanol memiliki keuntungan yang berarti bagi lingkungan. Sebagai contoh, ketika digunakan sebagai bahan bakar tambahan dalam automobile, etanol sendiri dapat:a. Mengurangi gas knalpot dan gas greenhouse hingga 10%b. Mengurangi pelepasan karbondioksida dan gas beracun tinggi-hingga 30%c. Menghasilkan reduksi bersih pada lapisan bawah ozon, komponen besar dari asap dan bahaya kesehatan bagi anak-anak dan dewasa untuk masalah pernapasand. Membantu mengurangi ketergantungan negeri kita dalam impor minyak asing.

Selain itu pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan metode lumpur aktif. Pengolahan sistem lumpur aktif adalah metode pemprosesan limbah dengan mempelajari proses dekomposisi secara mikrobiologis yang dikenal dengan biodegradasi oleh mikroorganisme pengurai. Lumpur akan mengandung berbagai jenis mikroorganisme heterotrofik termasuk bakteri yang memiliki peran penting dalam proses pembersihan secara biologis. Bakteri dapat memanfaatkan bahan terlarut maupun yang tersuspensi dalam air sebagai energi. Bakteri tersuspensi dalam lumpur digunakan untuk mengolah limbah secara mikrobiologis dapat dikembangkan dengan pembibitan (seeding) lumpur yang berasal dari ekosistem alam yang terkontaminasi, tercemar, maupun dari ekosistem alami yang memiliki sifat-sifat khas ataupun ekstrim. Salah satu limbah yang dapat diolah dengan metode tersebut adalah limbah deterjen. Deterjen adalah senyawa sintetik yang termasuk surface active agent. Deterjen merupakan salah satu bahan pencuci yang banyak digunakan sebagai zat pencuci untuk keperluan kosmetik karena memiliki sifat sebagai pendispersi, pencuci dan pengemulsi. Penyusun utama deterjen adalah Dodecyl Benzene Sulfonat (DBS). DBS berfungsi untuk menghasilkan busa. Keberadaan busa-busa tersebut dapat membatasi kontak udara-air sehingga organisme air akan kekurangan oksigen (Rita, 2010)2.6 Studi Kasus Mengenai Pengolahan Limbah Cair Kosmetik2.6.1 Studi kasus pengolahan limbah cair kosmetik di PT. P&G INDONESIALimbah cair dari PT P&G terutama mengandung bahan organik yang tinggi yang berasal dari produksi shampo (80 % dari total limbah). Sistem pengolahan limbah cair PT P&G dilakukan secara kombinasi fisik-kimia-biologis. Pengolahan kimia yang digunakan adalah proses koagulasil flokulasi, sedangkan proses biologis yang digunakan adalah proses lumpur aktif (activated sludge).Pengolahan kimia dengan proses koagulasi/flokulasi menggunakan bahan kimia Na2CO3 untuk pengaturan pH, PAC sebagai koagulan, dan polimer anionik sebagai koagulan pembantu. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan dosis optimum koagulan yang digunakan, yaitu Na2CO3 sebesar 600 ppm, PAC sebesar 4000 ppm, dan polimer anionik sebesar 1.5 ppm. Efisiensi yang diperoleh adalah zat padat tersuspensi (SS) tebesar 80,3% dan COD sebesar 80,8%.Pengolahan biologis baik dengan proses lumpur aktif maupun gabungan proses anaerob-aerob dalam reaktor tipe fixed film dilakukan dengan menggunakan tiga variasi waktu tinggal (detention time), yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.Pengolahan limbah cair dengan proses anaerob dan aerob dalam reaktor tipe fixed film (AAFBR) dengan waktu tinggal 24 jam dapat menurunkan COD maksimum sebesar 34,94%, dengan waktu tinggal 48 jam sebesar 75,34%, sedangkan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 81,53%.Sedangkan proses lumpur aktif dengan waktu tinggal 24 jam dapat menurunkan COD maksimum sebesar 52,01%, dengan waktu tinggal 48 jam sebesar 68,29%, dan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 76,22%.Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa persentase penyisihan COD pada proses aerob cenderung menurun dengan bertambahnya waktu tinggal. Sebaliknya dengan proses anaerob, persentase penyisihan COD pada proses aerob semakin meningkat dengan bertambahnya waktu tinggal. Yang perlu diperhatikan bahwa tenyata efisiensi pengolahan Iimbah cair dengan proses koagulasi/flokulasi (proses fisik kimia), proses lumpur aktif dan proses anaerob-aerob (proses fisik-biologi) yang dilakukan secara terpisah belum dapat menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu limbah yang berlaku. Untuk memperoleh efisiensi pengolahan yang dapat menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu maka dilakukan penggabungan terhadap ketiga proses.2.6.1 Studi kasus pengolahan limbah cair kosmetik di perusahaan kosmetik Amerika KMS (Koch Membrane System )Industri kosmetik menghasilkan limbah sebagai akibat dari pembersihan alat-alat pencampuran, pengemas dan lantai. Limbah ini sering mengandung minyak, lemak, padatan tersuspensi dan surfaktan. Konsentrasi dari polutan ini beragam tergantung pada jenis dan ukuran operasional industri kosmetik. Aliran limbah juga berubah-ubah secara signifikan karena siklus operasi dari fasilitas industri. Penting dilakukan sistem pengolahan limbah yang secara efektif dan ekonomis dapat menangani variabilitas limbah tanpa berpengaruh pada kualitas efluen.Metode konvensional untuk menangani kosmetik meliputi penggunaan bahan kimia yang berhubungan dengan penetapan kejernihan air, alat dissolved air flotation, dan rotary drum vacuum filters. Sejak tahun 1980, KMS (Koch Membrane System) telah menggunakan ultrafiltrasi (UF) (Fajar, 2012)Keuntungan ultrafiltrasi adalah sebagai berikut:a. Tidak membutuhkan bahan kimia seperti polimer atau koagulan lainb. Mudah dioperasikan dan hanya butuh sedikit tenaga operatorc. Konsisten dan efluent kualitas tinggi dapat dicapai dengan ultrafiltrasi walaupun komposisi limbah cair mentah sangat beragam.

KMS telah menyediakan lebih dari 20 sistem ultrafiltrasi untuk pengolahan limbah cair industri. Sistem UF menggunakan baik tubular (1" FEG-Plus, salah satunya membran HFM-251 atau HFP-276 ) dan hollow fiber (membran XM atau CM) produk membran. Sistem UF KMS telah berhasil mencapai pengurangan volume 10 -100 kali tergantung komposisi bahan dan membran yang digunakan. Dikarenakan komposisi limbah cair industri kosmetik beragam maka fluks membran hanya dapat ditentukan dengan ploting sebenarnya (Fajar, 2012)Rekomendasi Pretreatment untuk sistem UF meliputi penghilangan minyak free floating dan padatan . Kantung filter 200 mikron direkomendasikan sebagai prefiltrasi untuk membran fiber sementara membran tubular FEG hanya membutuhkan 3000 mikron filter (Fajar, 2012).

BAB III3.1 KESIMPULAN3.1.1 Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.3.1.2 Macam-Macam Kosmetik yaitu kosmetik perawatan kulit dan kosmetik riasan3.1.3 Bahan-bahan aktif yang terkandung didalam kosmetik adalah placenta, sari embrio, sari jaringan tubuh, Elastin, Asam hialuronat, Asam alfa hidroksi, hidrokinon, Tretinoin, Merkuri, Hidrogen peroksida atau hidrogen dioksida, Hormon dan Vitamin3.1.4 Jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh industri kosmetik adalah Limbah domestik dan Limbah B33.1.5 Teknologi Pengolahan limbah cair dapat di temukan pada 3 proses pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi3.1.6 Studi Kasus mengenai pengolahan limbah cair kosmetik terdapat di PT. P&G INDONESIA dan di Perusahaan Amerika3.2 SARANLimbah cair kosmetik merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun jadi sebelum di alirkan ke badan air maka harus dilakukan pengolahan baik secara fisika, kimia maupun biologi karena jika tidak dilakukan suatu proses pengolahan maka dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Sebaiknya dalam pengolahan limbah cair kosmetik ada teknologi khusus yang dapat di gunakan.DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, JakartaAnonim. 2013. http://pharmacystylishbeauty.blogspot.com/2013/04/pengolahan-limbah-industri-kosmetik.htmlAnonim. 2014. http://dhikalatifiani.blogspot.com/2014/11/pt-paragon-technology-and-innovation.htmlBalsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology.Second edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.22, 83, 97, 356Kusumadewi. 2002. Kosmetodologi Tata Kecantikan Kulit Tingkat Dasar edisi II, Jakarta : Meutia Cipta Sarana.

Riata, rita. 2010. Pengolahan limbah cair pada industri. http://ritariata.blogspot.com/2010/01/pengolahan-limbah-cair-pada-industri.htmlSundari, fajar. 2012. Pengolahan limbah kosmetik https://fajarsundari146.wordpress.com/2012/01/12/pengolahan-limbahm kosmetik.htmlTranggono, Retno Iswari. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.Jakarta.: PT. Gramedia Pustaka Utama.Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59, 62-63, 111-112.

NoJudulPenulisPenerbitTahunIntisari

1.Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik Dr. Retno Iswari Tranggono,SpKK Dra. Fatma Latifah, Apt PT.Gramedia Pustaka Utama2007Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

2.Penuntun Ilmu Kosmetik MedikSjarif M. WasitaatmadjaPenerbit Universitas Indonesia.1997Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, bahan pewangi

3Peraturan PemerintahNomor 18 Tahun 1999 TentangPengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun27 Februari 1999limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya.

4Pengolahan-Limbah-Industri-KosmetikSinta Intan KinanPharmacystylish beauty. blogspot.com/2013Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan dan akan meningkatkan penyakit pada manusia dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya

5Pt. Paragon Technology And Innovation (Wardah Cosmetics)Dhika Latifi AniDhikalatifiani .blogspot .com2014Pada umumnya Limbah yang dihasilkan industry kosmetik terbagi menjadi dua bagian, yaitu Limbah domestik dan limbah B3

6

Pengolahan limbah cair pada industri kosmetik

Rita Riata

ritariata.blogspot.com

2010

Pengolahan limbah cair pada industri kosmetik terdapat 3 pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi

7Pengolahan limbah kosmetikFajar Sundarifajarsundari146.wordpress.com2012Studi kasus mengenai pengolahan limbah cair kosmetik di indonesia dan di amerika

Lampiran 1: Matriks ReferensiKapita Selekta Dan InfrastrukturPage 23