KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR...

190
MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2017

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

NOVEMBER 2017

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

KATA PENGANTAR

NOVEMBER 2017

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

ridha- November 2017

dapat diterbitkan. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Jawa Barat

terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran,

keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan masyarakat serta mencakup pula prospek

perekonomian ke depan.

Dalam penyusunan buku ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga

bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dinas-dinas

terkait, BPS Jawa Barat, BULOG Divre III, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, PLN, berbagai perusahaan, asosiasi dan akademisi.

Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.

Bandung, 31 November 2017

Kepala Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

Ttd

Wiwiek Sisto Widayat

Direktur Eksekutif

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

ii

KATA PENGANTAR ............... i

ii

DAFTAR TABEL iii

iv

... vii

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARA ........... x

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III 2017 ...... 2

1.1. Sisi Pengeluaran .. . .... 6

1.1.1. Konsumsi .... ...... 8

1.1.2. Investasi ... 14

1.2 1.1.3. Ekspor Impor ..... 18

1.2 Sisi Lapangan Usaha .... 24

1.2.1 Industri Pengolaha .... 26

1.2.2 Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil- .................. 30

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan ... 33

1.2.4 Konstruksi ... 34

Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan IV ....... 36

BOKS 1. Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia......................... 40

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

2.1 2.1. .................................................... 52

2.2. APBD Provinsi 53

54

2.2.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017 .......................................................... 56

2.2.3 Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat ............................................................................................ 60

2.2.4 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017 .................................................................. 61

2.2 2.3. Belanja APBD Kabupaten/Ko ... 64

2.3 2.4. Belanja APBN di Jawa Barat . .. 65

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI

Kondisi Umum

3.1 3.1. Perkembangan Inflasi Periode Triwulan III 2017 71

3.1.1 Inflasi Bulanan (mtm) ..... 71

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

iii

3.1.2 Inflasi Triwulanan (qtq) 74

3.1.3 Inflasi Tahunan (yoy) 76

3.2. Perkembangan Inflasi Menurut Kota 79

3.3. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi ............................. 81

3.4. Perkembangan Inflasi Triwulan IV 2017......................................................................................... 85

3.5. Program Pengendalian Inflasi Daerah 87

89

3.5.2 Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi 91

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1 4.1. Perkembangan Kinerja Bank Umum 93

4.1.1 Aset dan Aktiva Produktif .. 93

4.1.2 Dana Pihak Ketiga

4.1.3 Kredit dan Risiko Kredit

4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut

4.1.4.2 Penyaluran Kredit UMKM Menurut .

4.1.4.3 Program Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. JABAR

4.2.1 Sumber-

4.2.2 Ki

4.3.

4.3.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

4.3.2.

BOKS 2 Festival Ekonomi Daerah Regional Jawa Tahun 2017........................................................

94

95

96

97

98

98

99

99

102

102

103

105

105

105

107

109

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1 5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai .. ... 118

5.2 5.1.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai Melalui SKNBI dan RTGS...................................................

5.1.2 Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

118

119

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

iv

5.1.3

5.1.4 Upaya Pengembangan Layanan Keuangan Non Tunai dan Elektronifikasi

5.2 Pengelolaan Uang Rupiah

5.2.1 Penarikan dan Penyetoran Perbankan

5.2.2 Upaya Penyediaan Uang Layak Edar

5.2.3 Temuan Uang yang Tidak Sesuai Dengan Ciri Keaslian Rupiah

5.2.4 Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu ..

123

124

127

127

128

130

131

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.1 6.1 .... 134

6.2 6.2 139

6.3 6.3 141

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Perekonomian .......................... 144

144

7.1.2 147

7.2. Prospek Perekonomian Provinsi Jawa Barat ......................................................................................... 149

7.2.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ............... ............................................ 149

7.2.2. Prospek Inflasi ............................................................................................................................. 157

160

TIM PENYUSUN ............................................................................................................................................................ 163

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

iii

Tabel 1.1 Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) ............. ................. ............

7

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (% yoy) ... ......... 7

Tabel 1.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (%) . ....... 7

Tabel 1.4 Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) .......... 8

Tabel 1.5 Struktur Komponen Investasi Provinsi Jawa Barat (% yoy) ....... 14

Tabel 1.6 Struktur Ekspor-Impor Provinsi Jawa Barat (%) .............................................. 19

Tabel 1.7 Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) ...............................................................................................................................................

24

Tabel 1.8 ........... 25

Tabel 1.9 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%) .... ........ 26

Tabel 1.10

Tabel 1.11

Pertumbuhan Industri Besar Sedang (yoy) ...... ......

Pertumbuhan Industri Mikro dan .... ...

29

30

Tabel 2.1 Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan II 2017 .. ......... 53

Tabel 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah Perubahan Provinsi Jawa Barat 2016 dan 2017 ....... 55

Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017 ......... 56

Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Perubahan Jawa Barat Tahun 2016 dan 2017 ....... 60

Tabel 2.5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan III 2017 ....... 61

Tabel 2.6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat ....... 66

Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017 .......... 66

Tabel 2.8 Realisasi Komponen Belanja APBN Berdasarkan Fungsi di Provinsi Jawa Barat .......... 67

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%, mtm) .... 71

Tabel 3.2 Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm) ... 72

Tabel 3.3 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi (%, mtm) ....... 73

Tabel 3.4 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, mtm) ....... 74

Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Triwulanan Jawa Barat Serta Andilnya (%, qtq) ......................... 75

Tabel 3.6 Inflasi dan Andil Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) .. ........ 77

Tabel 3.7 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, yoy) ....... 79

Tabel 3.8 Perkembangan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Terhadap IHK Jawa Barat ........ 80

Tabel 3.9 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Adminstered Prices di Jawa Barat Triwulan III 2017

(%,yoy) .........

82

Tabel 3.10 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile Food di Jawa Barat Triwulan III 2017 (%,

.........

83

Tabel 3.11 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Inflation di Jawa Barat Triwulan III 2017 (%,

yoy) . ............

84

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

Tabel 4.1 Pertumbuhan Kredit Untuk Lapangan Usaha Utama di Jawa Barat ............... 96

Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran

/Bulan ..........................

106

Tabel 5.1 Rasio Ketersediaan Layanan Bank Kabupaten/Kota di Jawa Barat ................................... 124

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Juta Orang) ........ 135

Tabel 6.2 Jenjang Pendidikan TPT ................ 136

Tabel 6.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (% ....... ...... 136

Tabel 6.4 .... 137

Tabel 6.5 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (Juta Orang) .. ......... 137

Tabel 6.6 ........... 138

Tabel 6.7 Penduduk Bekerja Menurut Status Kegiatan Pekerja (Juta Orang) ........ 138

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia ..... 144

Tabel 7.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN ..... 148

Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat ....... 150

Tabel 7.4 . ....... 153

Tabel 7.5 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat ... 155

Tabel 7.6 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat- Sisi ...... 156

Tabel 7.7 Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun 2018 ....... 158

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

iv

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi J .......... ..... 3

Grafik 1.2 Pangsa Perekonomian Provinsi di Jawa Terhadap Nasional (Triwulan II 2016 dan Triwulan II

2017.......................................................................................................................................

3

Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Sisi Pengeluaran Triwulan II 2017 ....... 4

Grafik 1.4 Andil Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Sisi Lapangan Usaha Triwulan II

.........................................................................................................................

4

Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyaluran Kredit .... ........... 5

Grafik 1.6

Grafik 1.7

Grafik 1.8

Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan .......... ................ ....

Perkiraan Ke ..........

Indeks Ekspektasi Konsumen .......................... .........

5

6

6

Grafik 1.9 Pertumbuhan Komponen Konsumsi RT .......... ....... ... 9

Grafik 1.10 .......... . ... 9

Grafik 1.11 Indeks K ... .... 9

Grafik 1.12 Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga . .... 10

Grafik 1.13 .................. ... ..... 10

Grafik 1.14 Perkembangan Harga Properti Residensial .... ..... 10

Grafik 1.15 Pertumbuhan Harga Properti Per Tipe ... ... 10

Grafik 1.16 Indeks Perkemba .................................................... ... 11

Grafik 1.17 Perkembangan Permintaan Domestik...................................................................................... 11

Grafik 1.18 Pertumbuhan Pajak dan PAD ............... ...... 11

Grafik 1.19 Perkembangan ................. .... 12

Grafik 1.20 Perkembangan KPR, ........... 12

Grafik 1.21 Perkembangan KPR Berdasarkan Kategori dan Timeline Penerapan LTV .... 12

Grafik 1.22 Perkembangan Suku Bunga Kredit Konsumsi dan Rumah Tangga.............................. ...... 12

Grafik 1.23 Realisasi Belanja Operasional-APBN di ......................................... 13

Grafik 1.24 Realisasi Belanja Operasional-APBD di Jawa Barat ................................................................... 13

Grafik 1.25 Simpanan Pemda di Perbankan .... ... 14

Grafik 1.26 .......................................................... 14

Grafik 1.27 Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat Berdasarkan Laporan Wajib

LKPM......................................................................................................................................

15

Grafik 1.28 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMA ke Sektor Utama di Jawa Barat ................................ 16

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

v

Grafik 1.29 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMDN ke Sektor Utama di Jawa

Barat.......................................................................................................................................

16

Grafik 1.30 Impo ............ ... 16

Grafik 1.31 Perkembangan Proyek Infrastruktur Se Jawa............. .......... ......... 17

Grafik 1.32 Penjualan Semen Jawa Barat ................................................................................................. 17

Grafik 1.33 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha Liaison ...................................................... 18

Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Investasi Jawa Barat . .......... ..................... 18

Grafik 1.35 Perkembangan .... ...... ...... 18

Grafik 1.36 Perkembangan Neraca Perdagang ........ 19

Grafik 1.37 Perkembangan Neraca Perdagangan Antar Daerah Jawa Barat .............................................. 19

Grafik 1.38 Keyakinan Konsumen Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat.... ....... 20

Grafik 1.39 Perkembangan Nilai & Vo ....... 21

Grafik 1.40 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat ..................... ........... .. ... 21

Grafik 1.41 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa Barat ...... ... 21

Grafik 1.42 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama . ........ 22

Grafik 1.43 Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama .. ... .... 22

Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Volume Impor Jawa Barat. ... 23

Grafik 1.45 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD/IDR) ..... ...... 23

Grafik 1.46 Pangsa Komoditas Impor Berdasarkan Jenis Pen ........ 23

Grafik 1.47 Perkembangan Impor Jenis Penggunaan ............................. ... .... 23

Grafik 1.48 Likert Scale Penjualan - Laison ............... 27

Grafik 1.49 PMI Negara Mitra Dagang Utama............................................................................................ 27

Grafik 1.50 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa .................................................................................. 27

Grafik 1.51 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat. ........ ........ .... 27

Grafik 1.52 Konsumsi Listrik Industri ........................................................... 27

Grafik 1.53 Kredit Untuk Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Jawa Barat................................................. 28

Grafik 1.54 Rasio NPL Kredit Industri Pengolahan ............. .... 28

Grafik 1.55 Pertumbuhan Produksi Sub Industri Besar Sedang ............ ........ 28

Grafik 1.56 Indeks Keyakinan Konsumen................... ................................................... 31

Grafik 1.57 Impor Barang konsumsi........................................................................................................... 31

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

vi

Grafik 1.58 Alokasi Pendapatan Rumah Tangga......................... ......... 31

Grafik 1.59 Indeks Konsumsi Durable Goods ...... ....... 31

Grafik 1.60 Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran Rii ............ . .......... 31

Grafik 1.61 SKDU Perdagangan ............................ . .... 32

Grafik 1.62 Likert Scale Penjualan Domestik & Ekspor Perdagangan .. .............. 32

Grafik 1.63 Likert Scale Harga Jual dan Margin Perdagangan..................................................................... 32

Grafik 1.64 Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja dan Tingkat Upah Perdagangan................................... 32

Grafik 1.65 Perkembangan Kredit Perdagangan......................................................................................... 33

Grafik 1.66

Grafik 1.67

Grafik 1.68

Grafik 1.69

Grafik 1.70

Grafik 1.71

Grafik 1.72

Perkembangan Kredit Rumah Tangga......................................................................................

Perkembangan Produksi Padi di Jawa Barat.............................................................................

SKDU Pertanian.......................................................................................................................

Kapasitas Produksi Sub Kelompok Pertanian- SKDU.................................................................

Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor Pertanian.............................................................

Perkembangan Kredit Pertanian .............................................................................................

Perkembangan NPL Kredit Pertanian........................................................................................

33

33

33

34

34

34

34

Grafik 1.73 Penjualan Semen Jawa Barat ............................................................................................ 35

Grafik 1.74 SKDU Konstruksi..................................................................................................................... 35

Grafik 1.75 Perkembangan Kredit Konstruksi............................................................................................. 35

Grafik 1.76 Perkembangan NPL Kredit Pertanian........................................................................................ 35

Grafik 1.77 Perkembangan Penyaluran KPR Per-tipe.................................................................................. 36

Grafik 1.78 Perkembangan NPL KPR.......................................................................................................... 36

Grafik 1.79 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat.......................................................................... 37

Grafik 1.80 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Jawa Barat.................................................................... 37

Grafik 1.81 Perkiraan Investasi Dunia Usaha............................................................................................... 38

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat .............................................................................. 54

Grafik 2.2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat ............................... 54

Grafik 2.3 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat ........................................... 56

Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Pajak Daerah TW III 2017............................................................................... 57

Grafik 2.5 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat........................................................................ 61

Grafik 2.6 Persentase Realisasi Anggaran Belanja Per Triwulan (%).......................................................... 62

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

vii

Grafik 2.7 Perkembangan Belanja Operasi dan Modal.............................................................................. 62

Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%)....................................................................................... 63

Grafik 2.9 Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi................................................................................ 63

Grafik 2.10 Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2017................................................................................ 64

Grafik 2.11 Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2016 dan 2017..................................................................... 64

Grafik 2.12 Perkembangan Realisasi Belanja 24 Kab/kota di Jawa Barat Triwulan III ........................ 65

Grafik 2.13 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat............................................................................ 66

Grafik 2.14 Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat....................................... ...... 66

Grafik 2.15 % Realisasi APBN di Jawa Barat Berdasarkan Jenis ........... 67

Grafik 3.1 Inflasi Jawa Barat dan Nasional .... .... 69

Grafik 3.2 Inflasi Tahunan Provinsi di Kawasan Jawa .......... ..... 69

Grafik 3.3 Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy) ..... ...... 70

Grafik 3.4 Rata-Rata Inflasi Bu .. ...... 71

Grafik 3.5 .. .. ..... 71

Grafik 3.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga ....... 72

Grafik 3.7 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau .... ....... 72

Grafik 3.8 Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Bulanan (mtm) . ......... 73

Grafik 3.9 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan ... ..... 75

Grafik 3.10 Inflasi Triwulanan Subkelompok Bumbu-Bumuan ...... .... 75

Grafik 3.11 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau. ..... 76

Grafik 3.12 Inflasi Triwulanan Subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol .... 76

Grafik 3.13 Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Triwulanan (qtq) .... ........ 76

Grafik 3.14 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau .. 77

Grafik 3.15 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga................................................. 77

Grafik 3.16 Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Tahunan (yoy) ........ 78

Grafik 3.17 Inflasi Kota di Jawa Barat Triwulan III 2017 (yoy) ....... 79

Grafik 3.18 Historis Inflasi Tahunan Kota Perhitungan Inflasi di Jawa Barat .......... 79

Grafik 3.19 Inflasi ................ .. 80

Grafik 3.20 Inflasi Pangan Tahunan Kota Inflasi ...................... 80

Grafik 3.21 ................................ 81

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

viii

Grafik 3.22 ........ 81

Grafik 3.23 ................................ 81

Grafik 3.24 Inflasi Administered prices Kelompok Energi dan Non Energi (yoy) ............................. 81

Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non Traded (yoy) .................................................... 83

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Core Traded .... ........... 83

Grafik 3.27 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial ..... ...... 84

Grafik 3.28 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ....... .... 84

Grafik 3.29 Harga Kom ........ ... 84

Grafik 3.30 Perkembangan Disagregasi Inflasi ...... ..... 85

Grafik 3.31 Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 Bulan ...... ......... 87

Grafik 4.1

Grafik 4.2

Grafik 4.3

Grafik 4.4

Grafik 4.5

Grafik 4.6

Grafik 4.7

Grafik 4.8

Grafik 4.9

Grafik 4.10

Grafik 4.11

Grafik 4.12

Grafik 4.13

Grafik 4.14

Grafik 4.15

Grafik 4.16

Grafik 4.17

Grafik 4.18

Grafik 4.19

Grafik 4.20

Perkembangan Ekspor Jawa Barat .. .......

Pangsa Aset Perbankan Perkelompok Bank .. ............... .......

Pertumbuhan DPK Perbankan ..................... ....... ....

Proporsi DPK Jawa Barat ............................................................................ ...

Proporsi DPK Nasional ...................... .. ........................................... ...

Perbandingan Pangsa DPK Perbankan terhadap Nasional .... ..........

Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan Lokasi proyek di Jawa Barat...........................

Perkembangan Kredit Perjenis Penggunaan .... .......

Proporsi Kredit Menurut Jenis Penggunaan .......... .....

Perkembangan Loan To Deposite Ratio (LDR)....... .................

Ratio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ........................

Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha Utama.........................

Perkembangan Kredit Kota/kabupaten Tw III 2017..................................................................

Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten Tw III 2017...... ......

Perkembangan Kredit UMKM.............................................................................. ..

NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw III 2017 . .....................

Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha .. ..........

Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw III 2017 ......

NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw II 2017. ............................

Perkembangan Ekspor Jawa Barat ....................................

94

94

94

94

95

95

95

95

95

96

97

97

97

97

98

98

98

99

99

103

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

ix

Grafik 4.21

Grafik 4.22

Grafik 4.23

Grafik 4.24

Grafik 4.25

Grafik 4.26

Grafik 4.27

Grafik 4.28

Grafik 4.29

Grafik 4.30

Grafik 4.31

Grafik 4.32

Grafik 4.33

Grafik 4.34

Grafik 4.35

Grafik 4.36

Grafik 5.1

Grafik 5.2

Grafik 5.3

Grafik 5.4

Grafik 5.5

Grafik 5.6

Grafik 5.7

Grafik 5.8

PMI Negara Mitra Dagang Utama ................................

Realisasi Kegiatan Usaha - SKDU ........................................

Realisasi Kegiatan Usaha Industri Pengolahan -SKDU .........................................

Realisasi Kegiatan usaha Perdagangan-SKDU ......

Realisasi Kegiatan Usaha Konstruksi-SKDU .......

Likert Scale Permintaan Domestik ........................................................

Perkembangan Kredit Korporasi ............................

Kredit Korporasi Lapangan Usaha Utama .......................................

NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan ...............

NPL Kredit Korporasi Lapangan Usaha Utama ................

Tingkat Optimisme Konsumen Jawa Barat-Survei Konsumen .......

Presentase Penggunaan Penghasilan-Survei Konsumen............................................................

Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ............................................................ ....................

Kredit Kendaraan Bermotor ...............

Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah .......

Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga ........

Perkembangangan SKNBI Nominal................. ...........

Perkembangan SKNBI Nominal........................ ........

Perkembagan RTGS Jawa Barat ........

Total Transaksi Pembelian KUPVA BB Berizin...........................................................................

Total Transaksi Penjualan KUPVA BB Berizin .......

Sebaran KUPVA Berizin.................. ...

........ ...

Nominal Transfer Dana Outgoin ... .....

103

104

104

104

104

104

105

105

105

105

106

106

107

107

108

108

118

118

118

119

119

120

121

121

Grafik 5.9 Volume Transfer Dana Incoming ... .... 122

Grafik 5.10 ... 122

Grafik 5.11 Volume Transfer Dana Domestik ........ ... 122

Grafik 5.12 ....... .... 122

Grafik 5.13 Volume Transfer Dana PTD-BB ......... ..... 123

Grafik 5.14 Nominal Transfer Dana PTD-BB .... ..... 123

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

x

Grafik 5.15 Penetrasi Non Tunai di Ruas Tol Purbaleunyi .................. ..... 125

Grafik 5.16

Grafik 5.17

Grafik 5.18

Grafik 5.19

Grafik 5.20

Perkembangan Penyaluran Bansos di Jawa Barat (dalam Rp) .........

Perkembangan Jumlah Penerima Bansos di Jawa Barat (orang)................................................

Perkembangan Inflow, Outflow, dan Netflow Jawa Barat........................................................

Pemusnahan UTLE...................................................................................................................

Temuan Uang Palsu.................................................................................................................

126

126

127

127

131

Grafik 6.1 Indeks Penggunaan Tenaga Kerja- SKDU ................ 134

Grafik 6.2 Indeks Penggunaan Tenaga Kerja (Prakiraan)- SKDU .............. 134

Grafik 6.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Pe ...... 139

Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi Ketenagakerjaan dan penghasilan Saat Ini ...... ...... 139

Grafik 6.5 NTP Jawa Barat dan Komponen .............................. 140

Grafik 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Barat .......... 140

Grafik 6.7 Indeks yang Diterima Petani Jawa Barat ...... 140

Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar Petani Jawa Barat ...... 140

Grafik 6.9 Nilai Tukar Usaha p ..... 141

Grafik 6.10 Perkembangan Indikator Ke ...... 142

Grafik 6.11 Pertumbuhan Sektor Primer, Sek ... ..... 142

Grafik 6.12 Struktur Perekonomian Berda ..... 142

Grafik 7.1 .... 146

Grafik 7.2 Indeks Ekspektasi Ko ... ..... 150

Grafik 7.3 .. 150

Grafik 7.4 Perkembangan Impor Barang Konsumsi Jawa ..... ...... 151

Grafik 7.5 Plotting Pertumbuhan Ekspor LN Jawa Barat dan Harga Minyak Global .......... ...... 154

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

RINGKASAN EKSEKUTIF

vii

1 Pada triwulan III 2017, BPS Jawa Barat telah merevisi angka laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat triwulan II

2017 dari sebelumnya 5,28% menjadi 5,35%.

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat pada triwulan III 2017

tercatat sebesar 5,19%

(yoy), melambat

dibandingkan triwulan II

2017 yang tumbuh sebesar

5,35% (yoy)

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I II 2017 tumbuh melambat

dibanding triwulan II 2017. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat

melambat dari 5,35%1 (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,19% (yoy)

pada triwulan III 2017. Namun demikian, realisasi ini lebih rendah dibanding

rata-rata LPE triwulan II pada kurun waktu 2014-2016 yang tercatat sebesar

5,37%. Perlambatan ini juga dipengaruhi base effect, dimana di triwulan III

2016 terdapat pelaksanakaan PON XIX di Jawa Barat.

Dari sisi pengeluaran, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

pada triwulan III 2017 disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumah

tangga dan perubahan inventori. Konsumsi rumah tangga melambat dari

triwulan II 2017 sebesar 4,80% menjadi 3,79% pada triwulan III 2017.

Penurunan ini antara lain disebabkan oleh tidak adanya pengaruh momen hari

raya idul fitri seperti pada triwulan II 2017. Selain itu, dilihat dari Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) yang dikeluarkan oleh BPS juga menyebutkan bahwa terdapat

penurunan optimisme terhadap konsumsi masyarakat, yaitu dari 118,59 pada

triwulan II menjadi 110,19 pada triwulan III. Selain konsumsi rumah tangga,

perlambatan juga terjadi pada perubahan inventori yang melambat dari -6,73%

pada triwulan II 2017 menjadi -11,74% pada triwulan III 2017. Namun

demikian, perlambatan tertahan oleh meningkatnya laju pertumbuhan

komponen konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor luar negeri.

Dari sisi lapangan usaha (LU), laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan pada LU utama seperti industri

pengolahan dan konstruksi serta beberapa jenis LU berbasis jasa, meskipun

tertahan dengan menurunnya kontribusi dari LU lainnya sehingga secara

keseluruhan mengalami perlambatan. Kontribusi industri pengolahan sebagai

LU utama Jawa Barat tercatat meningkat sejalan dengan peningkatan kinerjanya

yang didorong oleh ekspor baik luar negeri maupun antar provinsi. Percepatan

pembangunan infrastruktur strategis seperti Tol Cisumdawu, LRT Terintegrasi

Jabodebek, Bandara Internasional Kertajati, jalan Tol Jakarta-Cikampek II

(Elevated) sepanjang 36,8 km yang membentang mulai dari KM 9+500 sampai

dengan KM 47 (Karawang Barat mendorong peningkatan kinerja LU konstruksi.

Di sisi lain, terdapat beberapa LU utama yang mengalami perlambatan dan

menahan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Melambatnya

konsumsi rumah tangga Jawa Barat dan LU pertanian, kehutanan dan perikanan

pada triwulan III 2017 diperkirakan menjadi faktor yang mendorong

perlambatan kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor yang merupakan LU kedua dengan pangsa terbesar. Sementara

itu, penurunan produksi padi, jagung dan kacang tanah kemudian mendorong

perlambatan pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan.

Perlambatan pada LU pertanian dan perdagangan tersebut kemudian

mendorong perlambatan pada LU transportasi dan pergudangan.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan akan meningkat pada

triwulan IV 2017. Ekspektasi pelaku usaha yang lebih baik terhadap kondisi

triwulan IV 2017 serta optimisme konsumen yang masih terjaga dan tercermin

dari Indeks Ekspektasi Konsumen yang tetap berada di atas level 100

memberikan sinyal peningkatan tersebut. Membaiknya perkiraan laju

pertumbuhan konsumsi rumah tangga, meningkatnya konsumsi pemerintah

dengan berkurangnya shortfall pajak serta meningkatnya ekspor antar provinsi

seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional menjadi

faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan triwulan IV 2017.

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

RINGKASAN EKSEKUTIF

viii

Sementara itu dari lapangan usaha, proyeksi meningkatnya LPE Jawa Barat

pada triwulan IV 2017 diperkirakan didorong oleh meningkatnya kinerja

berbagai LU utama antara lain industri pengolahan, perdagangan,

konstruksi, dan transportasi. Meningkatnya kinerja LU industri pengolahan

diperkirakan didorong oleh meningkatnya perkiraan konsumsi rumah tangga

Jawa Barat maupun nasional. Peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional

tersebut kemudian akan mendorong peningkatan ekspor dari Jawa Barat ke luar

daerah termasuk produk manufaktur. Sementera itu, percepatan pembangunan

infrastruktur strategis seperti Bandara Kertajati yang akan diresmikan pada

triwulan I 2018, pembangunan jalan tol di berbagai tempat seperti Cisumdawu

dan tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) maupun pembangunan properti untuk

komersial dan residensial diperkirakan dapat mendorong laju peningkatan

konstruksi triwulan IV 2017. Di sisi lain, kinerja LU pertanian diperkirakan

kembali melambat seiring dengan masuknya musim tanam padi pada awal atau

tengah triwulan IV 2017.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Jawa Barat pada

triwulan III 2017

mencatatkan penurunan

dibandingkan triwulan

sebelumnya. Berdasarkan

disagregasi kelompok,

peningkatan inflasi tahunan

dibanding triwulan lalu

terjadi pada kelompok core

dan administered pricess,

sementara kelompok volatile

food mengalami penurunan

Inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2017 mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya dan tercatat sebesar 3,87% (yoy),

mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 4,31% (yoy).

Pada triwulan III 2017, jika dilihat dari disagregasi kelompok, peningkatan

inflasi tahunan dibanding triwulan lalu terjadi pada kelompok core dan

administered pricess, sementara kelompok volatile food mengalami

penurunan. Jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya, baik realisasi inflasi

IHK, core dan volatile food lebih rendah dibanding historis, sedangkan kelompok

administered pricess tercatat lebih tinggi dibanding historisnya.

Perkembangan tekanan inflasi kelompok administered pricess pada akhir

triwulan III 2017 tercatat mengalami peningkatan dibanding triwulan II

2017. Inflasi AP energi mengalami peningkatan dari -6,36% (yoy) pada triwulan

I 2017 menjadi 14,32% (yoy) pada triwulan II 2017. Tekanan inflasi volatile

food pada triwulan III 2017 tercatat relatif menurun dari triwulan

sebelumnya, yakni dari 7,72% (yoy) menjadi 0,17%. Realisasi ini juga masih

lebih rendah dibanding rata-rata historis 5 (lima) tahun terakhir sebesar 8,22%

(yoy). Inflasi core pada triwulan III 2017 meningkat, yakni dari 2,12% (yoy)

menjadi 3,05% (yoy).

Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada

pada rentang 3,6% - 4,2% (yoy), menurun dibanding realisasi inflasi

triwulan III 2017 sebesar 3,84% (yoy). Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa

Barat tercatat mengalami deflasi sebesar -0,01% (mtm) di bulan Oktober .

Realisasi inflasi tersebut mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya

sebesar 0,18% (mtm) serta lebih rendah dibanding rata-rata historis inflasi bulan

Oktober selama 5 tahun terakhir.

Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia memperkirakan

tekanan harga akan mengalami peningkatan pada triwulan III 2017. Hal ini

ditunjukkan melalui Indeks Ekspektasi Harga (IEH) rata-rata triwulan III 2017

sebesar 184,44 atau meningkat dibanding rata-rata triwulan II 2017 sebesar

178,83

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

RINGKASAN EKSEKUTIF

ix

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES

KEUANGAN DAN UMKM

Intermediasi perbankan

terpantau membaik di

mana terjadi peningkatan

pada penghimpunan dana

dan penyaluran kredit yang

diiringi dengan perbaikan

kualitas kredit.

Kondisi stabilitas keuangan Jawa Barat pada triwulan II I 2017 masih terjaga dengan meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dana maupun

penyaluran kredit dengan kualitas kredit yang membaik. Namun demikian,

Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum yang berlokasi di Jawa Barat terpantau

sedikit menurun. Dari sisi korporasi, kinerja penyaluran kredit kepada korporasi

terpantau meningkat yang diikuti dengan perbaikan risiko repayment capacity

dengan kecenderungan NPL menurun. Sementara itu dari sisi rumah tangga,

penyaluran kredit juga cenderung meningkat di mana repayment capacity masih

terjaga dengan rasio NPL di bawah batas aman 5%.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

Jawa Barat mengalami

peningkatan transaksi non

tunai dan net inflow pada

triwulan III 2017, seiring

dengan berlalunya momen

hari raya pada triwulan II.

Sementara itu, pada sistem pembayaran tunai, perputaran uang di Jawa

Barat pada triwulan III 2017 terlihat mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari nilai transaksi SKNBI dan RTGS di

Jawa Barat. Sementara itu, pada triwulan III 2017 Jawa Barat mengalami net

inflow setelah berlalunya momen hari raya pada triwulan II 2017, sehingga

masyarakat cenderung menahan konsumsinya. Dalam rangka meningkatkan

kelancaran sistem pembayaran dan PUR, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Jawa Barat melakukan berbagai upaya, seperti penindakan KUPVA BB

tidak berizin, hingga berbagai upaya yang bersifat preventif dan represif dalam

menangani permasalahan uang palsu.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Meskipun Kinerja

perekonomian Jawa Barat

pada triwulan III 2017

mengalami perlambatan.

namun tingkat kemiskinan

dan tingkat pengangguran

di Jawa Barat mengalami

penurunan dibandingkan

tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017 mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan II 2017, memberikan dampak pada

pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Meskipun pertumbuhan

perekonomian Jawa Barat mengalami perlambatan, namun tingkat kemiskinan

dan tingkat pengangguran di Jawa Barat mengalami penurunan dibandingkan

tahun sebelumnya. Sampai dengan bulan Maret 2017, tingkat kemiskinan

mencapai 8,71% dari total penduduk yaitu sebanyak 4,16 juta jiwa. Sementara

itu, untuk wilayah Jawa Barat terdapat 22,39 juta angkatan kerja yang terdiri

dari 20,55 juta orang penduduk bekerja dan 1,84 juta orang penganggur.

Dibandingkan Agustus 2016, jumlah penduduk bekerja naik sebesar 1,35 juta

orang dan jumlah penganggur turun sebesar 34,43 ribu orang, sehingga jumlah

angkatan kerja naik sebanyak 1,32 juta orang selain itu tingkat pengangguran

mengalami penurunan menjadi 8,22%.

PRAKIRAAN PEREKONOMIAN KE DEPAN

Pada triwulan I 2018,

perekonomian Jawa Barat

diperkirakan melambat

dibanding triwulan IV 2017

seiring berlalunya

momentum libur akhir

tahun. Namun untuk

keseluruhan tahun 2018,

LPE Jawa Barat diperkirakan

meningkat dibanding tahun

2017 ditopang oleh

berlangsungnya sejumlah

event besar seperti Pilkada

Pada triwulan I 2018, perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh

melambat dibanding triwulan IV 2017 yakni pada kisaran 5,1% - 5,5%

(yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan terutama terjadi pada kinerja investasi

dan ekspor luar negeri. Melambatnya investasi diperkirakan terutama karena

pihak swasta masih menahan kegiatan investasinya di awal tahun serta adanya

kecenderungan wait and see menjelang berlangsungnya Pilgub dan Pilkada di

triwulan II 2018. Perlambatan ekspor luar negeri diperkirakan sejalan dengan

proyeksi kenaikan harga komoditas global di tahun 2018 yang berlangsung lebih

perlahan dibandingkan awal tahun 2017. Selain itu, perkirakan stagnannya

pertumbuhan volume perdagangan luar negeri juga turut mempengaruhi

terbatasnya permintaan ekspor luar negeri di awal tahun.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Jawa

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

RINGKASAN EKSEKUTIF

x

dan Asian Games. Barat diperkirakan meningkat dibanding tahun 2016 pada kisaran 5,2% -

5,6% (yoy). Meningkatnya LPE Jawa Barat di tahun 2018 terutama ditopang

oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect

baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat. Beberapa event

dimaksud meliputi : (1) Pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pilkada di 16

Kab/Kota di Jawa Barat pada Juni 2018 dan (2) Asian Games 2018 yang akan

dilaksanakan pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi

venue pelaksanaan pertandingan 7 (tujuh) cabang olahraga. Selain itu, prospek

berlanjutnya perbaikan ekonomi global turut menopang prospek peningkatan

kinerja ekspor Jawa Barat.

Di sisi lain, tekanan inflasi tahun 2018 diperkirakan menurun dibanding

tahun 2017 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar

3,5%±1%. Perkiraan menurunnya tekanan inflasi ini terutama didorong oleh

minimnya rencana Pemerintah menaikkan tarif administered prices (BBM, listrik,

dan elpiji). Faktor iklim yang diperkirakan kembali normal setelah berlalunya

fenomena El Nino dan La Nina di tahun 2015-2017 juga turut mendorong

prospek terkendalinya inflasi komoditas pangan. Bank Indonesia bersama-sama

Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen untuk menjaga inflasi berada

dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%.

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

x

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ( r) Angka Revisi)

Ket : Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2012.

Ir ) IIr ) III IV I II III

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 5.04 5.20 6.06 5.97 5.45 5.67 5.28 5.35 5.19

Berdasarkan Permintaan/Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga 5.07 5.78 5.92 5.90 4.81 5.60 4.85 4.80 3.79

Konsumsi LNPRT -8.13 7.90 5.61 6.11 2.48 5.48 2.07 3.26 3.35

Konsumsi Pemerintah 8.10 2.81 10.57 -7.82 9.19 3.76 4.95 -6.42 1.60

PMTB 4.16 0.79 5.33 4.02 7.98 4.59 3.97 3.30 7.97

Perubahan Inventori -16.51 -8.98 -14.00 23.34 26.84 3.99 1.79 -6.73 -11.74

Ekspor 5.46 0.66 0.46 1.98 9.80 3.34 18.59 9.78 15.66

Impor 2.20 -4.11 -3.10 -0.95 12.92 1.66 18.04 3.76 13.85

Berdasarkan Penawaran/Lapangan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.16 -1.51 5.21 11.10 9.39 5.80 7.01 4.91 2.64

Pertambangan dan Penggalian 0.41 -0.39 -6.84 0.42 3.04 -0.97 0.95 0.58 -7.16

Industri Pengolahan 4.39 5.14 5.29 4.64 4.03 4.77 4.65 4.89 5.27

Pengadaan Listrik, Gas -6.80 4.86 -1.79 5.38 4.93 3.37 6.40 -18.53 -10.66

Pengadaan Air 5.88 2.46 5.62 9.43 7.65 6.33 7.84 8.48 6.15

Konstruksi 6.43 6.27 7.06 2.70 4.35 5.02 4.08 5.35 8.58

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.71 2.48 4.18 5.52 5.42 4.44 5.44 4.68 4.20

Transportasi dan Pergudangan 8.90 7.74 6.46 13.18 7.79 8.84 4.78 6.32 1.54

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.10 9.39 6.59 9.66 11.56 9.31 9.42 8.84 9.00

Informasi dan Komunikasi 16.31 16.71 14.43 13.66 12.50 14.27 10.37 11.84 10.16

Jasa Keuangan 7.36 10.13 18.40 10.25 9.34 11.89 2.50 4.52 2.65

Real Estate 5.46 8.15 7.06 6.60 4.29 6.51 4.50 8.46 9.85

Jasa Perusahaan 8.15 7.71 6.61 9.67 8.58 8.16 7.80 7.70 7.10

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 5.53 3.57 17.20 -7.68 0.51 2.98 0.84 0.73 8.53

Jasa Pendidikan 10.17 10.69 9.12 5.85 5.18 7.61 8.03 9.97 9.83

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 14.14 11.86 7.33 9.52 9.25 9.48 7.73 9.06 8.02

Jasa lainnya 8.96 10.88 7.81 9.75 6.67 8.73 8.96 9.92 10.43

Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) 24,791 5,891 6,500 5,992 6,545 24,927 6,866 6,538 7,748

Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 6,661 1,622 1,669 1,568 2,028 6,887 1,660 1,628 1,905

Impor Nilai Impor Non Migas (USD juta) 10,928 2,735 2,924 2,587 2,823 11,068 2,646 2,455 2,836

Volume Impor Non Migas (ribu ton) 1,961 521 591 499 525 2,136 568 534 588

Indeks Harga Konsumen (IHK)Jawa Barat 121.03 121.77 122.49 123.13 124.36 124.36 125.87 127.77 127.90

Kota Bandung 121.71 122.42 123.23 123.67 125.28 125.28 126.35 128.34 128.21

Kota Bekasi 121.20 120.68 121.13 121.86 123.07 123.07 124.55 126.11 126.13

Kota Depok 120.15 121.94 122.89 123.64 124.35 124.35 126.19 128.34 128.56

Kota Bogor 121.69 122.98 123.58 124.37 126.07 126.07 128.32 129.95 130.43

Kota Sukabumi 121.96 122.62 123.03 123.99 125.09 125.09 126.87 129.26 129.13

Kota Cirebon 118.94 119.28 120.10 120.61 121.16 121.16 122.55 124.79 125.44

Kota Tasikmalaya 121.10 122.01 123.07 123.44 124.43 124.43 125.73 127.89 128.54

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)Jawa Barat 2.73 3.78 3.22 2.54 2.75 2.73 3.37 4.31 3.87

Kota Bandung 3.93 4.34 3.54 2.54 2.93 3.93 3.21 4.15 3.67

Kota Bekasi 2.22 3.33 2.75 2.09 2.47 2.22 3.21 4.11 3.50

Kota Depok 1.87 3.51 3.49 2.90 2.60 1.87 3.49 4.43 3.98

Kota Bogor 2.70 4.14 3.02 2.53 3.60 2.70 4.34 5.15 4.87

Kota Sukabumi 2.20 2.96 2.70 2.52 2.57 2.20 3.47 5.06 4.15

Kota Cirebon 1.56 2.83 2.12 1.95 1.87 1.56 2.74 3.91 4.00

Kota Tasikmalaya 3.53 4.51 4.14 3.62 2.75 3.53 3.05 3.92 4.13

2016INDIKATOR 20152016 2017

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

xi

I II III IV I II III

Bank Umum KonvensionalTotal Aset 472.30 478.61 496.02 500.71 517.14 517.14 522.21 537.26 552.42

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor* 343.94 346.71 358.29 360.02 370.65 370.65 373.56 385.12 391.95

Kredit - Lokasi Bank Pelapor 306.13 308.24 322.24 325.53 335.19 335.19 335.91 347.83 353.40

Kredit - Lokasi Proyek 489.93 486.83 506.80 510.52 521.54 521.54 522.92 537.46 548.85

Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 89.01 88.91 89.94 90.42 90.44 90.44 89.92 90.32 90.16

Bank Umum SyariahTotal Aset 36.78 36.90 38.32 39.27 41.84 41.84 42.11 43.46 44.31

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 26.40 26.14 27.37 28.32 29.56 29.56 29.86 31.23 32.75

Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 28.40 28.38 28.76 29.53 30.30 30.30 30.76 31.80 32.18

Pembiayaan - Lokasi Proyek 36.38 36.17 39.39 40.49 42.09 42.09 44.03 45.66 47.56

Financing to Deposit Ratio (FDR) 107.60 108.57 105.08 104.27 102.48 102.48 103.00 101.81 98.26

Total Bank UmumTotal Aset 509.07 515.52 534.34 539.98 558.98 558.98 564.32 580.71 596.73

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 370.33 372.85 385.66 388.35 400.21 400.21 403.42 416.35 424.70

Giro 64.17 74.77 72.83 76.43 71.50 71.50 74.42 79.77 81.15

Tabungan 155.41 148.82 162.59 161.42 174.21 174.21 168.12 179.02 178.82

Deposito 150.75 149.26 150.24 150.50 154.50 154.50 160.88 157.55 164.72

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 334.54 336.62 351.00 355.06 365.49 365.49 366.67 379.63 385.57

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Proyek** 526.31 523.01 546.19 551.01 563.63 563.63 566.94 583.12 596.41

Modal Kerja 213.97 206.52 215.90 215.91 219.90 219.90 216.61 227.29 235.58

Investasi 107.18 106.56 111.69 110.22 110.67 110.67 111.79 108.18 109.10

Konsumsi 205.15 209.93 218.59 224.87 233.06 233.06 238.55 247.66 251.73

Kredit UMKM - Lokasi Proyek 100.54 100.50 107.86 109.88 113.12 113.12 123.93 116.92 119.46

Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 90.33 90.28 91.01 91.43 91.33 91.33 90.89 91.18 90.79

Rasio Non Performing Loan (NPL) Gross 2.45 2.81 3.51 3.57 3.24 3.24 3.26 3.61 3.38

INDIKATOR

(dalam Rp Triliun kecuali dinyatakan lain)2015 2016

2016 2017

I II III IV I II III

Transaksi TunaiInflow (Rp Triliun) 81.30 22.30 17.36 29.46 18.92 88.04 21.53 14.56 30.51

Outflow (Rp Triliun) 47.06 7.00 21.57 8.47 12.36 49.40 8.34 23.32 7.65

Netflow (Rp Triliun) 34.24 15.30 -4.22 20.99 6.56 38.63 13.19 -8.76 22.86

Transaksi Non Tunai (Kliring)Kliring Penyerahan (Rp Triliun) 207.01 89.51 97.22 76.36 78.11 341.19 71.68 61.73 65.31

Volume e Kliring (juta lembar) 5.77 2.15 2.30 2.01 2.18 8.64 2.02 1.80 1.83

INDIKATOR 2015 20162016 2017

II. PERBANKAN

Sumber: Bank Indonesia

* Lokasi bank pelapor : pencatatan berdasarkan transaksi perbankan (baik penghimpunan dana maupun penyaluran

kredit) yang dilakukan oleh bank-bank yang berkantor di Jawa Barat

* Lokasi proyek : pencatatan berdasarkan realisasi kredit yang disalurkan di wilayah Jawa Barat (tidak terbatas

kepada penyaluran oleh bank yang berkantor di Jawa Barat

III. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sumber: Bank Indonesia

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

BAB I

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

2

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III 2017

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017 mengalami perlambatan dibanding triwulan

II 2017. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat melambat dari 5,35%1 (yoy) pada triwulan II 2017

menjadi 5,19% (yoy) pada triwulan III 2017. Realisasi ini juga lebih rendah dibanding rata-rata LPE triwulan

III pada kurun waktu 2014-2016 yang tercatat sebesar 5,37%. Perlambatan ini juga dipengaruhi base

effect, dimana di triwulan III 2016 terdapat pelaksanakaan PON XIX di Jawa Barat.

Sementara itu, secara umum kawasan Jawa masih mengalami peningkatan pertumbuhan pada

triwulan III 2017 dari 5,41% (yoy) menjadi sebesar 5,51% (yoy). Selain dialami oleh Jawa Barat, tren

perlambatan pada triwulan III 2017 juga dialami oleh Provinsi Jawa Tengah (dari 5,15% pada triwulan II

2017 menjadi 5,13% dari triwulan III 2017), sedangkan provinsi lain mengalami peningkatan (Gambar 1.1).

Perlambatan LPE Pulau Jawa pada triwulan III 2017 disebabkan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga.

Sumber : BPS Indonesia dan BPS Provinsi se-Jawa

Gambar 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa (%, yoy)

Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017 masih tetap lebih

tinggi dibandingkan perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,06% (Grafik 1.1). Pada triwulan

III 2017, Jawa Barat masih menjadi salah satu penopang utama perekonomian nasional dengan pangsanya

yang mencapai 13,41%, tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta (16,23%) dan Jawa Timur (14,91%) (Grafik

1.2). Adapun sumbangan PDRB Jawa Barat terhadap nasional ini stabil dibandingkan triwulan III 2016.

Secara umum, relatif besarnya kontribusi Jawa Barat terhadap perekonomian nasional disebabkan karena

1 Pada triwulan III 2017, BPS Jawa Barat merevisi angka laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat triwulan II 2017

dari sebelumnya 5,28% (yoy) menjadi 5,35% (yoy).

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

3

NOVEMBER 2017

Jawa Barat merupakan kontributor sektor industri pengolahan terbesar terhadap nasional dengan pangsa

mencapai 27,4%.

Sumber: BPS, Tahun Dasar 2010 (diolah)

Sumber: BPS, Tahun Dasar 2010 (diolah)

Dari sisi pengeluaran, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017

disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumah tangga dan perubahan inventori. Konsumsi rumah

tangga melambat dari triwulan II 2017 sebesar 4,80% menjadi 3,79% pada triwulan III 2017. Perlambatan

ini antara lain disebabkan oleh berakhirnya pengaruh momen hari raya Idul Fitri serta adanya

kecenderungan masyarakat menahan belanjanya untuk keperluan kesehatan dan pendidikan. Selain itu,

dilihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dikeluarkan oleh BPS juga menyebutkan bahwa terdapat

penurunan optimisme terhadap konsumsi masyarakat, yaitu dari 118,59 pada triwulan II menjadi 110,19

pada triwulan III. Selain konsumsi rumah tangga, perlambatan juga terjadi pada perubahan inventori yang

menurun cukup dalam dari -6,73% pada triwulan II 2017 menjadi -11,74% pada triwulan III 2017.

Namun demikian, perlambatan tertahan oleh meningkatnya laju pertumbuhan komponen konsumsi

pemerintah, investasi dan ekspor luar negeri. Konsumsi pemerintah meningkat cukup besar dari -6,42%

pada triwulan II menjadi 1,60% pada triwulan III. Hal ini didorong oleh realisasi belanja bantuan sosial yang

mengalami peningkatan dibanding triwulan II. Investasi juga mengalami peningkatan, yaitu dari 3,30%

pada triwulan II menjadi 7,97% pada triwulan III. Peningkatan investasi terutama didorong oleh investasi

pemerintah khususnya percepatan penyelesaian proyek infrastruktur yang tercermin dari penjualan semen

dan beton yang masih cukup tinggi pada triwulan III. Peningkatan juga terjadi pada ekspor luar negeri yang

meningkat dari 9,78% pada triwulan II menjadi 15,66% pada triwulan III. Proporsi komponen bahan baku

dan barang modal pada impor yang tinggi kemudian mendorong peningkatan impor seiring dengan

peningkatan ekspor.

Dari sisi lapangan usaha (LU), laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan III 2017 didorong oleh

peningkatan pada LU utama seperti industri pengolahan dan konstruksi serta beberapa jenis LU

berbasis jasa, meskipun tertahan dengan menurunnya kontribusi dari LU lainnya sehingga secara

keseluruhan mengalami perlambatan. Kontribusi industri pengolahan sebagai LU utama Jawa Barat

tercatat meningkat sejalan dengan peningkatan kinerjanya yang didorong oleh ekspor baik luar negeri

maupun antar provinsi. Percepatan pembangunan infrastruktur strategis seperti Tol Cisumdawu, LRT

Terintegrasi Jabodebek, Bandara Internasional Kertajati, jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) sepanjang

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional

Grafik 1.2 Pangsa Perekonomian Provinsi di Jawa Terhadap

Nasional (Triwulan II 2016 & Triwulan II 2017)

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

4

36,8 km yang membentang mulai dari KM 9+500 sampai dengan KM 47 (Karawang Barat) mendorong

peningkatan kinerja LU konstruksi. Di sisi lain, terdapat beberapa LU utama yang mengalami perlambatan

dan menahan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Melambatnya konsumsi rumah tangga Jawa

Barat dan LU pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan III 2017 diperkirakan menjadi faktor yang

mendorong perlambatan kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang

merupakan LU kedua dengan pangsa terbesar. Sementara itu, penurunan produksi padi, jagung dan

kacang tanah kemudian mendorong perlambatan pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan

perikanan. Perlambatan pada LU pertanian dan perdagangan tersebut kemudian mendorong perlambatan

pada LU transportasi dan pergudangan.

Meskpun melambat, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat pada triwulan III 2017 dengan andil sebesar 3,19% (Grafik 1.3). Seiring dengan

perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga andil komponen ini menurun dari triwulan sebelumnya

yang mencapai 3,31%. Selanjutnya, PMTB memberikan andil kedua terbesar yakni mencapai 1,28% seiring

dengan peningkatan pada investasi bangunan karena adanya pembangunan proyek infrastruktur

multiyears, antara lain Tol Soroja, Tol Cisumdawu, LRT Jabodebek, Pelabuhan Patimban dan Bandara

Internasional Kertajati, Kereta Cepat Jakarta Bandung. Net Ekspor Luar Negeri memberikan andil terbesar

ketiga (0,58%) dimana pangsanya pada triwulan III ini meningkat dibanding triwulan II sebesar 0,49%.

Peningkatan ini dipengaruhi oleh permintaan global terhadap ekspor Jawa Barat masih cukup kuat.

Sejalan dengan sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari sisi lapangan usaha juga

masih ditopang lapangan usaha utama yakni industri pengolahan yang memberikan andil mencapai

2,20% (Grafik 1.4). Andil LU industri pengolahan ini menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

2,29%. Selanjutnya, lapangan usaha (LU) perdagangan yang merupakan LU terbesar kedua di Jawa Barat

juga memberikan andil pertumbuhan terbesar kedua (0,81%). Andil LU perdagangan tumbuh stabil

dibanding triwulan sebelumnya sebesar. Selanjutnya, LU konstruksi memberikan andil terbesar ketiga

(0,43%) dan LU pertanian memberikan andil terbesar keempat (0,43%).

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Dari aspek intermediasi perbankan, meningkatnya laju pertumbuhan kredit terindikasi belum dapat

mendorong peningkatan laju perekonomian pada triwulan III 2017. Pertumbuhan kredit yang

disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat pada triwulan III 2017 sebesar 8,24% (yoy) yang meningkat

Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Sisi

Pengeluaran Triwulan II 2017

Grafik 1.4 Andil Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Sisi

Lapangan Usaha TriwulanII 2017

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

5

NOVEMBER 2017

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,76% (yoy) (Grafik 1.5). Meningkatnya laju pertumbuhan

kredit ini terutama terjadi pada kredit modal kerja dari sebesar 5,27% (yoy) menjadi 9,11% (yoy) (Grafik

1.6). Meningkatnya laju pertumbuhan kredit ini juga sejalan dengan kualitas kredit yang semakin membaik

dengan rasio Non Performing Loan (NPL) yang menurun menjadi 3,38% dari sebelumnya sebesar 3,61%.

Berdasarkan lapangan usaha (LU), peningkatan laju pertumbuhan kredit terpantau terjadi pada LU

pertanian, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, jasa dunia usaha dan jasa sosial. Sementara itu, kredit

untuk industri pengolahan meskipun masih tumbuh negatif sebesar -0,86% (yoy) namun tetap membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -3,18% (yoy). Namun, meningkatnya

pertumbuhan penyaluran kredit tersebut, belum terlihat memberikan dorongan yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang secara keseluruhan melambat pada level 5,19% (yoy). (Grafik 1.6).

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan akan meningkat pada triwulan IV 2017. Ekspektasi

pelaku usaha yang lebih baik terhadap kondisi triwulan IV 2017 serta optimisme konsumen yang masih

terjaga (Grafik 1.7) dan tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (Grafik 1.8) yang tetap berada di atas

level 100 memberikan sinyal peningkatan tersebut. Membaiknya perkiraan laju pertumbuhan konsumsi

rumah tangga, meningkatnya konsumsi pemerintah dengan berkurangnya shortfall pajak serta

meningkatnya ekspor antar provinsi seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional

menjadi faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan triwulan IV 2017. Sementara itu dari sisi sektoral,

meningkatnya perkiraan kinerja berbagai lapangan usaha utama antara lain industri pengolahan seiring

dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor antar provinsi, LU perdagangan serta konstruksi

diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang lebih tinggi.

Dari sisi pengeluaran, perkiraan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017

terutama ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.

Meningkatnya konsumsi rumah tangga didorong oleh peningkatan permintaan karena faktor seasonal

menjelang libur akhir tahun dan hari natal. Hal ini terlihat dari Likert Scale (LS) hasil liaison pada permintaan

domestik ke para pelaku usaha di Jawa Barat yang menunjukkan adanya peningkatan permintaan domestik

hingga pertengahan triwulan IV yaitu dari 0,59 menjadi 1,29. Adapun konsumsi pemerintah diperkirakan

akan mengalami peningkatan yang didorong oleh penyelesaian pembangunan sejumlah proyek

infrastruktur strategis di Jawa Barat, antara lain meliputi Tol Soreang Pasir Koja (Soroja), Tol Cileunyi

Sumedang Dawuan (Cisumdawu), Tol Cimanggis Cibitung, Bogor Outer Ring Road, Tol Bogor Ciawi

Sukabumi (Bocimi), Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR), Kereta Cepat Jakarta-Bandung, LRT Terintegrasi

9,11

-1,02

11,94

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

% (yoy)Kredit Modal Kerja Kredit Investasi

Kredit Konsumsi

Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyaluran Kredit

Grafik 1.6 Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

6

Jabodebek, Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated), serta Bandara Internasional Kertajati. Selain itu, pelaksanaan

Pilkada di Jawa Barat yang akan dilaksanakan pada bulan Juni 2018 juga menjadi salah satu pendorong

peningkatan konsumsi pemerintah, dimana tahapan persiapan Pilkada ini telah dilakukan sejak

pertengahan triwulan IV 2017.

Dari sisi lapangan usaha, proyeksi meningkatnya LPE Jawa Barat pada triwulan IV 2017 diperkirakan

didorong oleh meningkatnya kinerja berbagai LU utama antara lain industri pengolahan,

perdagangan, konstruksi, dan transportasi. Meningkatnya kinerja LU industri pengolahan diperkirakan

didorong oleh meningkatnya perkiraan konsumsi rumah tangga Jawa Barat maupun nasional. Peningkatan

pertumbuhan ekonomi nasional tersebut kemudian akan mendorong peningkatan ekspor dari Jawa Barat

ke luar daerah termasuk produk manufaktur. Sementara itu, percepatan pembangunan infrastruktur

strategis seperti Bandara Kertajati yang akan diresmikan pada triwulan I 2018, pembangunan jalan tol di

berbagai tempat seperti Cisumdawu dan tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) maupun pembangunan properti

untuk komersial dan residensial diperkirakan dapat mendorong laju peningkatan konstruksi triwulan IV

2017. Di sisi lain, kinerja LU pertanian diperkirakan kembali melambat seiring dengan masuknya musim

tanam padi pada awal atau tengah triwulan IV 2017.

1.1. Sisi Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017

dibanding triwulan sebelumnya disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan

perubahan inventori. Melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh berakhirnya

momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada triwulan II, sehingga pada triwulan III konsumsi masyarakat

cenderung kembali ke tingkat normal. Selain itu, masyarakat juga cenderung menahan konsumsinya karena

adanya kebutuhan untuk biaya sekolah pada tahun ajaran baru. Sama halya dengan konsumsi rumah

tangga yang melambat, inventori juga mengalami penurunan yang diperkirakan dipengaruhi oleh

meningkatnya kinerja industri pengolahan yang mengindikasikan peningkatan permintaan terhadap

produk manufaktur khususnya dari luar Jawa Barat seiring dengan peningkatan perekonomian nasional.

Grafik 1.7 Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha SKDU

Grafik 1.8 Indeks Ekspektasi Konsumen Survei Konsumen

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

7

NOVEMBER 2017

Tabel 1.1 Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Pada struktur perekonomian Jawa Barat, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama

perekonomian Jawa Barat, dengan pangsa mencapai 64,71% terhadap PDRB Jawa Barat pada triwulan III

2017 (Tabel 1.1). Adapun pangsa konsumsi rumah tangga pada triwulan ini menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya akibat melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Pada posisi kedua, PMTB

atau investasi memberikan pangsa sebesar 24,96%, meningkat dibandingkan pangsa pada triwulan

sebelumnya yang didorong oleh terus meningkatnya investasi bangunan akibat pembangunan proyek

infrastruktur yang diinisiasi Pemerintah. Dilihat dari net ekspor, triwulan III ini menunjukkan adanya

penurunan dari 1,02% pada triwulan II menjadi 0,36% pada triwulan III. Hal ini terutama didorong oleh

menurunnya pangsa net ekspor antar daerah yakni dari -9,54% menjadi -12,19% sementara pangsa net

ekspor luar negeri mengalami peningkatan (dari 10,56 menjadi 12,56). Hal ini mencerminkan masih cukup

kuatnya permintaan global yang didorong adanya peningkatan harga komoditas.

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Tabel 1.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr)

Ir)

IIr)

IIIr)

Konsumsi Rumah Tangga 66,16 64,66 64,94 66,51 65,56 66,67 64,90 64,71

Konsumsi LNPRT 0,59 0,57 0,57 0,58 0,58 0,58 0,57 0,57

Konsumsi Pemerintah 4,81 6,21 5,96 8,52 6,40 4,84 5,48 5,71

PMTB 24,09 24,77 24,49 26,39 24,95 23,87 24,20 24,96

Perubahan Inventori 4,96 4,15 4,06 4,38 4,38 4,07 3,84 3,68

Ekspor 35,11 34,54 36,64 41,06 36,88 40,60 37,17 40,36

Impor 35,73 34,90 36,66 47,44 38,74 40,64 36,15 39,99

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

2016Komponen Penggunaan

2016 2017

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr)

Ir)

IIr)

IIIr)

Konsumsi Rumah Tangga 5,78 5,92 5,90 4,81 5,60 4,85 4,80 3,79

Konsumsi LNPRT 7,90 5,61 6,11 2,48 5,48 2,07 3,26 3,35

Konsumsi Pemerintah 2,81 10,57 -7,82 9,19 3,76 4,95 -6,42 1,60

PMTB 0,79 5,33 4,02 7,98 4,59 3,97 3,30 7,97

Perubahan Inventori -8,98 -14,00 23,34 26,84 3,99 1,79 -6,73 -11,74

Ekspor 0,66 0,46 1,98 9,80 3,34 18,59 9,78 15,66

Impor -4,11 -3,10 -0,95 12,92 1,66 18,04 3,76 13,85

PDRB 5,20 6,06 5,97 5,45 5,67 5,28 5,35 5,19

201720162016Komponen Penggunaan

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr)

Ir)

IIr)

IIIr)

Konsumsi Rumah Tangga 3,66 3,69 3,68 3,07 3,52 3,09 2,99 2,36

Konsumsi LNPRT 0,05 0,03 0,04 0,01 0,03 0,01 0,02 0,02

Konsumsi Pemerintah 0,12 0,52 -0,45 0,63 0,21 0,21 -0,33 0,08

PMTB 0,20 1,31 0,99 2,02 1,14 0,94 0,81 1,92

Perubahan Inventori -0,35 -0,61 0,73 0,77 0,14 0,06 -0,24 -0,43

Ekspor 0,23 0,16 0,69 3,55 1,17 6,14 3,17 5,28

Dikurangi Impor -1,30 -0,96 -0,30 4,59 0,54 5,18 1,06 4,04

PDRB 5,20 6,06 5,97 5,45 5,67 5,28 5,35 5,19

201720162016Komponen Penggunaan

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

8

Di tengah melambatnya laju pertumbuhan net ekspor antar daerah, konsumsi rumah tangga dan

perubahan inventori, pertumbuhan komponen pengeluaran lainnya yakni konsumsi LNPRT, konsumsi

pemerintah, serta PMTB tercatat mengalami peningkatan terbatas (Tabel 1.2). Di tengah melambatnya laju

pertumbuhan konsumsi rumah tangga, hampir seluruh sub komponen konsumsi mengalami peningkatan

dibanding triwulan sebelumnya, kecuali konsumsi perumahan dan perlengakapan perumahan.

Menurunnya konsumsi bersifat leisure yakni restoran & hotel sejalan dengan periode long weekend yang

tidak banyak berlangsung di triwulan III dibandingnkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, sub

komponen konsumsi untuk jenis barang yang bersifat primer seperti makanan & minuman serta pakaian &

alas kaki mengalami perlambatan, di mana masyarakat diperkirakan menahan ekspansi belanja primernya

karena adanya pengeluaran pendidikan pada tahun ajaran baru di triwulan III. Seiring dengan melambatnya

laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga, andil pertumbuhan tahunannya juga melambat dari 2,99%

menjadi 2,36% (Tabel 1.3). Selain dari konsumsi rumah tangga, perubahan inventori juga mengalam

penurunan dari -0,24% pada triwulan II menjadi -0,43% pada triwulan III.

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga

Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,79% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,80% (yoy). Berdasarkan

struktur komponen penyusunnya, konsumsi rumah tangga di Jawa Barat didominasi oleh konsumsi

makanan dan minuman selain restoran dengan pangsa sebesar 41,55% dan diikuti oleh transportasi dan

komunikasi (25,82%) serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga (11,89%) (Tabel 1.4). Khususnya

pangsa konsumsi makanan dan minuman kembali tercatat menurun dibanding triwulan sebelumnya (dari

41,78% menjadi 41,55%), diimbangi dengan meningkatnya pangsa konsumsi kelompok perumahan dan

perlengkapan rumah tangga (dari 11,72% menjadi 11,89%).

Tabel 1.4. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Melambatnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama disebabkan oleh melambatnya

pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman (dari 6,18% menjadi 5,47%); pakaian dan alas kaki (dari

3,47% menjadi 2,71%); kesehatan dan pendidikan (dari 5,11% menjadi 4,15%); transportasi & komunikasi

(dari 4,26% menjadi 2,49%); serta restoran dan hotel (dari 5,80% menjadi 4,64%) (Grafik 1.9). Namun

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr)

Ir)

IIr)

IIIr)

Makanan dan Minuman, Selain Restoran 40,51 41,24 41,52 42,01 41,33 41,81 41,78 41,55

Pakaian dan Alas Kaki 4,10 4,14 4,11 4,08 4,11 4,05 4,03 4,05

Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga 12,11 11,77 11,61 11,49 11,74 11,56 11,72 11,89

Kesehatan dan Pendidikan 5,66 5,56 5,59 5,54 5,59 5,58 5,55 5,64

Transportasi dan Komunikasi 26,33 26,19 26,09 25,83 26,11 25,94 25,87 25,82

Restoran dan Hotel 5,86 5,73 5,72 5,67 5,74 5,70 5,67 5,70

Lainnya 5,43 5,36 5,35 5,38 5,38 5,38 5,38 5,34

Konsumsi Rumah Tangga 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

201720162016Komponen Konsumsi Rumah Tangga

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

9

NOVEMBER 2017

demikian, terjadi peningkatan pada pertumbuhan konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga

(dari 1,70% menjadi 1,71%).

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Menurunnya konsumsi hotel tercermin dari rata-rata tingkat okupansi hotel di Jawa Barat pada triwulan III

2017 sebesar 49,96%, lebih rendah dibanding triwulan II 2017 (50,39%) dan triwulan III 2016 (52,65%).

Namun demikian, di tengah melambatnya laju konsumsi rumah tangga, keyakinan konsumen pada triwulan

III 2017 masih bergerak dalam tren meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei

Konsumen (SK) Bank Indonesia, meningkatnya optimisme konsumen tercermin dari peningkatan Indeks

Keyakinan Konsumen (127,0 pada triwulan II 2017 menjadi 128,6 pada triwulan III 2017) serta Indeks

Kondisi Ekonomi Saat Ini (dari 112,3 menjadi 112,9) (Grafik 1.10). Adapun peningkatan keyakinan

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat terutama didorong oleh peningkatan indeks ketersediaan

lapangan kerja (Grafik 1.11). Meningkatnya indeks ketersediaan lapangan kerja sejalan dengan

berlangsungnya sejumlah kegiatan pembangunan infrastruktur di Jawa Barat termasuk proyek Jakarta-

Cikampek II (Elevated) yang dimulai pada triwulan II.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Dengan demikian, hal ini menjadi indikasi bahwa optimisme konsumsi di Jawa Barat secara umum masih

terjaga. Namun melambatnya konsumsi lebih karena disebabkan oleh kembali normalnya permintaan

masyarakat setelah berakhirnya momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada triwulan II.

Meskipun terdapat perlambatan pada konsumsi rumah tangga, optimisme konsumsi masih terjaga yang

terkonfirmasi dari Survei Konsumen yang menunjukkan adanya peningkatan pada pangsa pengeluaran

untuk konsumsi dari total pendapatan masyarakat (Marginal Propensity to Consume) dari 64,28% pada

triwulan II 2017 menjadi 67,35% pada triwulan III 2017 (Grafik 1.12). Peningkatan tendensi konsumsi ini

Grafik 1.10 Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.11 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik Error! No text of specified style in document. 1.

Grafik 1.9 Pertumbuhan Komponen Konsumsi RT

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

10

diiringi dengan menurunnya pangsa pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan (Marginal Propensity

to Saving) yakni dari 18,14% menjadi 17,41%. Hal ini disebabkan oleh adanya kebutuhan masyarakat

dalam belanja untuk persiapan tahun ajaran baru. Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia pada

triwulan III 2017 juga menunjukkan adanya penurunan pada pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR)

gabungan yakni dari -1,89% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -9,83% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik

1.13). Penurunan penjualan eceran terutama terjadi pada kelompok makanan & minuman; peralatan dan

komunikasi; serta perlengkapan rumah tangga lainnya.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia

Optimisme konsumsi rumah tangga terhadap barang tahan lama masih menunjukkan adanya peningkatan.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan indeks harga properti yang bergerak dalam tren meingkat pada triwulan

III 2017. Baik secara triwulanan maupun tahunan, indeks harga properti residensial di Kota Bandung

tumbuh dalam tren meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.14). Secara tahunan, IHPR

tumbuh melambat yakni dari 3,77% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,20% (yoy) pada triwulan III

2017. Berdasarkan tipe rumahnya, peningkatan pertumbuhan IHPR secara tahunan terutama terjadi pada

rumah kecil (dari 4,41% menjadi 6,01%) dan rumah tipe besar (dari 2,24% menjadi 3,81%) (Grafik 1.15).

Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Penurunan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

Bank Indonesia yang menunjukkan adanya penurunan pada indeks kegiatan dunia usaha. Indeks

kegiatan dunia usaha menurun dari 18,31% SBT menjadi 13,02% SBT pada triwulan III 2017 (Grafik 1.16).

Menurunnya kegiatan dunia usaha ini pada akhirnya berkorelasi dengan pendapatan masyarakat.

Grafik 1.14 Perkembangan Harga Properti Residensial Grafik 1.15 Pertumbuhan Harga Properti Per Tipe

Grafik 1.12 Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga Grafik 1.13 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Riil

(IPR)

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

11

NOVEMBER 2017

Berdasarkan lapangan usaha, penurunan kegiatan usaha khususnya terjadi pada lapangan usaha

perdagangan (dari 5,12% SBT menjadi -1,54% SBT) dan industri pengolahan (dari 5,21% SBT menjadi

4,91% SBT). Sejalan dengan hal tersebut, wawancara liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI

Provinsi Jawa Barat kepada 46 (empat puluh enam) perusahaan di Jawa Barat secara umum menyampaikan

bahwa penjualan domestik tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari likert

scale permintaan domestik yang menurun dari 0,71 pada triwulan II 2017 menjadi 0,59 pada triwulan III

2017 (Grafik 1.17). Sedangkan lapangan usaha pertanian menunjukkan adanya peningkatan kegiatan

usaha (LS meningkat dari 0,51% SBT menjadi 6,85% SBT). Peningkatan ini didorong oleh puncak panen

raya yang berlangsung pada triwulan III.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Sumber: Liaison Bank Indonesia

Perlambatan juga terjadi pada pertumbuhan

penerimaan pajak serta penerimaan asli daerah

(PAD) Provinsi Jawa Barat dimana

pertumbuhannya menurun dari -0,93% menjadi -

41,59%. Sumber dari PAD ini adalah konsumsi

(pajak kendaraan bermotor, BBNKB I dan II, pajak

bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air

permukaan, dan pajak rokok). (Grafik 1.18).

Dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit konsumsi secara umum mengalami perlambatan

namun pertumbuhan kredit dengan debitur rumah tangga masih tumbuh stabil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit konsumsi melambat dari 13,3% (yoy) pada triwulan II 2017

menjadi 11,9% pada triwulan III 2017 (Grafik 1.19). Dari kelompok kredit rumah tangga, Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) masih memegang pangsa terbesar yakni mencapai 55,85%, diikuti kredit multiguna (29,74%)

dan kredit kendaraan bermotor/KKB (14,41%). Dari segmen kredit rumah tangga, terjadi peningkatan pada

pertumbuhan terbatas kredit multiguna (dari 10,08% menjadi 10,09%) dan KPR (dari 13,12% menjadi

15,14%), sementara KKB tumbuh melambat (dari 8,86% menjadi 3,53%) (Grafik 1.20). Perlambatan kredit

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Jawa Barat, diolah

Grafik 1.16 Indeks Perkembangan Dunia Usaha Grafik 1.17 Perkembangan Permintaan Domestik

Grafik 1.18 Pertumbuhan Pajak dan PAD Prov. Jawa Barat

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

12

KKB ini sejalan dengan didorong oleh pola konsumsi kendaraan bermotor yang berkurang setelah perayaan

hari raya Idul Fitri di triwulan II.

Jika dianalisa secara lebih spesifik, pemberlakuan pengetatan LTV (LTV I) pada September 2013 telah

berhasil memperlambat pertumbuhan KPR (Grafik 1.21). Adapun pelonggaran KPR yang mulai diterapkan

pada akhir Agustus 2016 telah meningkatkan pertumbuhan penyaluran KPR secara terbatas dari 14,22%

(yoy) pada triwulan III menjadi 14,90% pada akhir triwulan I 2017, namun melambat cukup dalam pada

triwulan II menjadi 13,12% atau di bawah tingkat pertumbuhan sebelum pelonggaran.Namun, pada

triwulan III, pertumbuhan penyaluran KPR kembali meningkat menjadi 15,14%. Berdasarkan tipe

rumahnya, peningkatan pertumbuhan KPR khususnya terlihat pada rumah tipe besar (dari 4,84% menjadi

7,08%) dan tipe menengah (dari 17,514% menjadi 19,54%), sedangkan untuk tipe kecil mengalami

perlambatan (dari -7,22% menjadi -8,25%). Secara umum, penurunan suku bunga kebijakan oleh Bank

Indonesia sejak Januari 2016 hingga Maret 2017 sebesar 150 bps juga telah diikuti oleh penurunan suku

bunga kredit perbankan khususnya pada suku bunga kredit multiguna dan kendaraan bermotor (Grafik

1.22). Adapun suku bunga kredit konsumsi mengalami sedikit penurunan dari 13,00% pada triwulan II

2017 menjadi 12,78% pada triwulan III 2017.

Konsumsi Pemerintah

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017 meningkat dibanding triwulan

sebelumnya, antara lain didorong oleh pencairan gaji ke-13 untuk PNS pada triwulan III 2017.

Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017 tercatat tumbuh sebesar 1,60% (yoy), meningkat dibanding

Grafik 1.22 Perkembangan Suku Bunga Kredit Konsumsi

dan Rumah Tangga

Grafik 1.21 Perkembangan KPR Berdasarkan Kategori

dan Timeline Penerapan LTV

Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.20 Perkembangan KPR, KKB, dan Multiguna

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

13

NOVEMBER 2017

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -6,42% (yoy). Selain karena peningkatan karena adanya

pencairan gaji ke-13, hal ini juga dipengaruhi mulainya persiapan PILKADA tahun 2018 yang persiapannya

telah dimulai sejak triwulan III 2017.

Pada triwulan III 2017 realisasi belanja operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat yang terdiri dari belanja

pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial melalui APBN tercatat sebesar Rp24,96 Triliun, lebih

tinggi dibanding realisasi pada triwulan III 2016 sebesar Rp24,06 Triliun. Dengan demikian, realisasi belanja

operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat pada triwulan III 2017 tumbuh 2,21% (yoy), melambat

dibanding triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 39,97% (yoy) (Grafik 1.23). Perlambatan ini terjadi pada

seluruh pertumbuhan belanja APBN di Jawa Barat. Namun demikian, seluruh komponen belanja APBN di

Jawa Barat tetap tumbuh positif. Secara umum, persentase realisasi belanja operasional APBN di Jawa Barat

pada triwulan III 2017 sebesar 64,60%, menurun dibanding triwulan III 2016 sebesar 66,55% terhadap

pagu.

Sumber: Kanwil Dirjen Perbendaharaan Jawa Barat

Sumber: Biro Keuangan Pemprov Jawa Barat

Sejalan dengan perkembangan realisasi belanja APBN yang melambat namun tetap tumbuh positif, realisasi

belanja operasi pemerintah daerah melalui APBD Provinsi Jawa Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar

Rp15,28 Triliun, meningkat dibanding triwulan II 2017 sebesar Rp10,07 Triliun. Dengan demikian,

pertumbuhan belanja operasi APBD Provinsi hingga triwulan III 2017 sebesar 23,94% (yoy), melambat

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 34,31% (Grafik 1.24). Berdasarkan komponennya,

perlambatan belanja operasional didorong oleh perlambatan belanja hibah & bantuan yang tumbuh dari

11,04% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -1,88% (yoy) pada triwulan III 2017. Di sisi lain, komponen

belanja operasional lain tercatat tumbuh meningkat, yakni belanja pegawai (dari 107,86% menjadi

155,26%). Meningkatnya pertumbuhan belanja pegawai APBD Provinsi antara lain disebabkan oleh

pencairan gaji ke-13 untuk PNS pada triwulan III 2017. Hal ini memberi pengaruh yang cukup besar sebagai

implikasi dari pengalihan wewenang dari Pemerintah Kab/Kota ke Provinsi yang mencapai 28.000 PNS.

Secara umum, persentase realisasi belanja operasi pada APBD Pemerintah Provinsi terhadap pagunya pada

triwulan III 2017 sebesar 64,55%, lebih rendah dibanding triwulan III 2016 sebesar 66,19%.

Grafik 1.23 Realisasi Belanja Operasional APBN di Jawa

Barat

Grafik 1.24 Realisasi Belanja Operasional APBD

Provinsi Jawa Barat

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

14

Realisasi belanja pemerintah yang relatif menurun

pada triwulan III tercermin dari simpanan

pemerintah pada perbankan di daerah yang

terpantau meningkat, yakni dari Rp46,94 Triliun

pada triwulan II 2017 menjadi Rp52,88 Triliun pada

triwulan III 2017 (Grafik 1.25). Pertumbuhan

deposito Pemerintah terpantau meningkat yakni

dari -11,06% (yoy) menjadi 12,30% (yoy) pada

triwulan III 2017. Meningkatnya pertumbuhan

deposito diperkirakan terjadi akibat adanya switch dari simpanan yang berifat lebih likuid tercermin dari

pertumbuhan giro yang melambat dari -1,48% (yoy) menjadi -2,51% (yoy) pada triwulan III 2017. Adapun

simpanan berupa giro ini digunakan untuk pembayaran belanja-belanja rutin seperti belanja pegawai, THR,

belanja barang, dan lain-lain.

1.1.2. Investasi

Pertumbuhan investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 3,30% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 7,97%

(yoy) pada triwulan III 2017. Berdasarkan komponennya, peningkatan terjadi baik pada investasi non-

bangunan maupun investasi bangunan. Meningkatnya investasi non-bangunan yang mayoritas oleh pihak

swasta ini diperkirakan karena persiapan menjelang akhir tahun dimana permintaan akan meningkat.

Namun, Iinvestasi di Jawa Barat masih didominasi oleh investasi bangunan dengan pangsa sebesar 75,46%

(Tabel 1.5). Peningkatan laju pertumbuhan investasi pada triwulan III 2017 disebabkan oleh peningkatan

laju pertumbuhan investasi bangunan (dari 5,35% menjadi 8,58%) dan investasi non bangunan (dari -

3,00% menjadi 6,03%) (Grafik 1.26). .

Tabel 1.5. Struktur Komponen Investasi Provinsi Jawa Barat (% yoy)

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr)

Ir)

IIr)

IIIr)

Investasi Bangunan 74,98 74,38 74,79 74,37 74,62 74,38 75,73 75,46

Investasi Non Bangunan 25,02 25,62 25,21 25,63 25,38 25,62 24,27 24,54

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

20162016

Struktur

Komponen Investasi2017

Grafik 1.26 Pertumbuhan Komponen Investasi

Grafik 1.25 Simpanan Pemda di Perbankan

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

15

NOVEMBER 2017

Meningkatnya laju pertumbuhan investasi tersebut juga terkonfirmasi oleh data Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) RI yang menunjukkan bahwa pada triwulan III 2017 terjadi peningkatan baik

pada pertumbuhan realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat. Nilai realisasi PMA pada triwulan III 2017 sebesar

USD1.543,6 juta atau tumbuh sebesar -0,83% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

tercatat tumbuh sebesar -19,38% (yoy) (Grafik 1.27).

Secara umum, Jawa Barat masih menjadi provinsi

tujuan PMA utama secara nasional, sejalan

dengan banyaknya industri dan kawasan industri

yang berkembang di Jawa Barat. Pada triwulan III

2017, Jawa Barat menempati posisi kedua sebagai

tujuan PMA (setelah DKI Jakarta) dengan pangsa

terhadap nasional mencapai 11,83%, diikuti

Sulawesi Tengah dengan pangsa sebesar 8,59%.

Dukungan implementasi Paket Kebijakan

Ekonomi khususnya dalam mempermudah

kegiatan investasi dan pengurusan perizinan juga menjadi salah satu faktor penarik PMA ke Jawa Barat.

Terkait kemudahan pengurusan perizinan 3 jam, beberapa jenis perizinan yang dapat diakomodasi oleh

Pemerintah Provinsi antara lain meliputi : (1) IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing); (2) API (Angka

Pengenal Impor); (3) SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan); (4) SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan); (5) Izin Kartu

Pengawasan untuk sektor perhubungan (perpanjangan izin trayek); (6) Izin prinsip penanaman modal; serta

(7) Perpanjangan IMTA. Terkait implementasi salah satu Paket Kebijakan yakni pendirian KLIK (Kemudahan

Investasi Langsung Konstruksi) di kawasan industri, dari semula terdapat 5 KLIK di Jawa Barat, kini telah

ditambah menjadi total berjumlah 11 KLIK yang tersebar di 11 kawasan industri di Jawa Barat. Dengan

demikian, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah KLIK terbanyak secara nasional.

Sementara itu, realisasi PMDN di Jawa Barat pada triwulan III 2017 mencapai Rp8,11 Triliun atau tumbuh

sebesar 10,12% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,91% (yoy).

Meskipun melambat, secara nasional PMDN ke Jawa Barat masih menempati posisi tertinggi kedua (setelah

Jawa Timur) dengan pangsa sebesar 19,34% terhadap total PMDN nasional, diikuti oleh DKI Jakarta dan

Kalimantan Timur.

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Grafik 1.27 Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di

Jawa Barat Berdasarkan Laporan Wajib LKPM

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

16

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Secara sektoral, peningkatan PMA ke Jawa Barat disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan PMA ke

beberapa jenis utama lapangan usaha seperti real estate, industri elektronik dan industri makanan. Hal ini

tercermin dari peningkatan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada real

estate (dari -13,4% menjadi -2,2%), industri elektronik (dari 4,1% menjadi 7,82%) dan industri makanan

(dari -8,0% menjadi -5,4%) (Grafik 1.28). Sementara itu, pertumbuhan PMA ke sektor utama lainnya

seperti industri otomotif serta industri karet & plastik masih melambat. Meningkatnya pertumbuhan PMA

khususnya ke lapangan usaha real estate diperkirakan karena investor masih permintaan properti residensial

yang hingga triwulan III 2017 bergerak dalam tren meningkat baik dari segi penjualan maupun harganya.

Di sisi lain, meskipun terjadi peningkatan PMA pada lapangan usaha real estate dan industri makanan,

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ke lapangan-lapangan usaha tersebut terpantau melambat. Hal

ini tercermin dari penurunan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada

industri makanan (dari 4,2% menjadi 1,4%), real estate (dari 12,2% menjadi -6,0%), dan industri kertas

(dari 32,4% menjadi 9,6%) (Grafik 1.29). Namun demikian, perlambatan yang lebih dalam ditahan oleh

masih meningkatnya laju pertumbuhan PMDN ke sektor konstruksi, industri elektronik dan industri kimia.

Grafik 1. 30 Impor Barang Modal Jawa Barat

Grafik 1.28 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMA ke

Sektor Utama di Jawa Barat

Grafik 1.29 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMDN

ke Sektor Utama di Jawa Barat

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

17

NOVEMBER 2017

Sejalan dengan laju pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di Jawa Barat pada triwulan III

2017 yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan pada investasi non-bangunan, hal ini terkonfirmasi

oleh pertumbuhan impor barang modal di Jawa Barat. Pertumbuhan impor barang modal Jawa Barat

membaik dari -48,1% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -9,9% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 1.30).

Secara spesifik, peningkatan terjadi pada impor barang modal untuk transport equipment yakni dari -

21,16% (yoy) menjadi 28,40% (yoy) pada triwulan III 2017. Sebelumnya, impor barang modal untuk

transport equipment industri telah tumbuh signifikan sejak triwulan II 2016 dan mulai mengalami

perlambatan pada triwulan II 2017. Meningkatnya laju pertumbuhan impor barang modal pada industri

alat angkutan ini didorong salah satunya didorong oleh telah beroperasinya pabrik otomotif baru di Jawa

Barat pada triwulan II 2017. Selain itu, pertumbuhan impor barang modal untuk non-transport equipment

juga meningkat dari -48,175% (yoy) menjadi -10,00% (yoy) pada triwulan III 2017.

Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan dari

5,35% (yoy) menjadi 8,58%. Peningkatan ini diperkirakan terutama didorong dari sisi pemerintah seiring

dengan cukup banyaknya proyek-proyek infrastruktur yang sedang berjalan. Hal ini terlihat dari proyek

infrastruktur strategis di Pulau Jawa yang nilai investasinya meningkat dari RP392,17 triliun menjadi

Rp399,09 triliun pada triwulan III 2017 (Grafik

1.31). Untuk Jawa Barat, hingga triwulan III 2017

terdapat 26 proyek infrastruktur strategi dari 57

proyek yang ada di Jawa dengan nilai investasi

Rp219,55 triliun. Adapun beberapa proyek

infrastruktur strategis bersifat multiyear yang

sedang berjalan di Jawa Barat antara lain meliputi

Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Tol

Soreang-Pasir Koja (Soroja), Tol Cimanggis

Cibitung, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Bandara

Internasional Kertajati, Pelabuhan Patimban dan LRT Terintegrasi Jabodebek. Selain proyek-proyek

multiyear tersebut, sejak triwulan II 2017 Pemerintah juga telah memulai pembangunan proyek

infrastruktur baru yakni Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (evelated).

Dari sisi swasta, salah satu proyek pembangunan

yang turut mendorong investasi bangunan di Jawa

Barat adalah pembangunan kawasan kota baru di

Cikarang yang dimulai sejak bulan Mei 2017.

Proyek pembangunan kota dengan konsep modern

ini mencakup pembangunan apartemen,

perumahan, serta sejumlah fasilitas seperti rumah

sakit, sekolah, perpustakaan, dan lain-lain.

Peningkatan investasi bangunan ini juga tercermin

Grafik 1. 32 Penjualan Semen Jawa Barat

Grafik 1.31 Perkembangan Proyek Infrastruktur Se-Jawa

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

18

dari penjualan semen yang meningkat dari -4,9% pada trwilan II menjadi 32,5% pada triwulan III. 2017

(Grafik 1.32).

Di sisi lain, meningkatnya kegiatan investasi pada

triwulan III 2017 terkonfirmasi oleh hasil

wawancara liaison yang menunjukkan peningkatan

pada likert scale investasi pelaku usaha dari 0,58

pada triwulan II 2017 menjadi 0,84 pada triwulan III

2017 (Grafik 1.33). Secara sektoral, peningkatan

investasi didorong peningkatan investasi pada

lapangan usaha perdagangan, konstruksi dan

pertanian.

Pada sisi kredit, peningkatan pertumbuhan investasi juga diikuti dengan penyaluran kredit investasi

di Jawa Barat yang tumbuh meningkat pada triwulan III 2017. Kredit investasi untuk lokasi proyek di

Jawa Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp109,10 triliun atau tumbuh -1,02% (yoy), membaik

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -3,14% (Grafik 1.34). Peningkatan pertumbuhan

kredit investasi dipengaruhi oleh transmisi kebijakan suku bunga moneter yanga komodatif, suku bunga

kredit investasi kembali menurun dari 10,02% menjadi 9,82% pada triwulan III 2017. Suku bunga kredit

investasi tercatat masih lebih rendah dibanding suku bunga gabungan bank secara umum (Grafik 1.35).

1.1.3. Ekspor Impor

Neraca perdagangan Jawa Barat pada triwulan III 2017 masih mencatatkan surplus (ADHB) setelah

sebelumnya sejak triwulan IV 2014 hingga triwulan I 2017 konsisten mencatatkan defisit. Meskipun

demikian surplus neraca perdagangan gabungan (luar negeri dan antar daerah) Jawa Barat pada triwulan

III 2017 tercatat sebesar Rp1,68 Triliun, tercatat menurun dibandingkan triwulan II 2017 yang mengalami

surplus sebesar Rp4,56 triliun. Surplusnya neraca perdagangan Jawa Barat terutama disebabkan oleh

meningkatnya surplus pada transaksi perdagangan luar negeri. Hal ini didorong oleh harga komoditas

global yang membaik pada triwulan III 2017, sehingga ekspor luar negeri turut membaik.

Grafik 1. 34 Perkembangan Kredit Investasi Jawa Barat Grafik 1. 35 Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi

Grafik 1. 33 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha -

Liaison

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

19

NOVEMBER 2017

Neraca perdagangan luar negeri Jawa Barat sesuai dengan karakteristiknya masih konsisten mencatatkan

surplus, di mana surplus neraca perdagangan luar negeri meningkat dari Rp47,24 Triliun pada triwulan II

2017 menjadi Rp57,66 Triliun pada triwulan III 2017. Adapun struktur neraca ekspor Jawa Barat pada

triwulan III 2017 didominasi oleh ekspor luar negeri (57,20%). Di sisi lain, neraca impor Jawa Barat

didominasi oleh impor antar provinsi (73,68%) (Tabel 1.6).

Tabel 1.6. Struktur Ekspor-Impor Provinsi Jawa Barat (%)

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan net ekspor total meningkat dari 15,67% (yoy) menjadi 52,93%. Hal

ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan net ekspor luar negeri di tengah melambatnya pertumbuhan

net ekspor antar daerah. Melambatnya pertumbuhan net ekspor antar daerah disebabkan oleh

menurunnya kinerja ekspor antar daerah yang diiringi dengan meningkatnya impor antar daerah (Grafik

1.36). Menurunnya ekspor antar daerah ini diperkirakan sebagai respon dari berakhirnya bulan Ramadhan

dan Idul Fitri yang berlangsung pada triwulan II 2017.

Pertumbuhan net ekspor luar negeri Jawa Barat tercatat meningkat dari 2,92% (yoy) pada triwulan II 2017

menjadi 47,74% (yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan

baik ekspor luar negeri (dari -7,9% menjadi 22,4%) maupun impor luar negeri (dari -16,3% menjadi 3,9%)

(Grafik 1.37). Hal ini didorong oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama khususnya

Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang pada triwulan III 2017.

Ekspor-Impor Antar Daerah

Ir)

IIr)

IIIr)

IVr)

Ir)

IIr)

IIIr)

Ekspor

Ekspor Luar Negeri 59,91 63,15 52,37 53,32 56,88 54,66 53,78 57,20

Ekspor Antar Provinsi 40,09 36,85 47,63 46,68 43,12 45,34 46,22 42,80

Impor

Impor Luar Negeri 31,98 33,19 28,39 23,62 28,78 27,64 26,08 26,32

Impor Antar Provinsi 68,02 66,81 71,61 76,38 71,22 72,36 73,92 73,68

201720162016Komponen

Grafik 1. 36 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar

Negeri Jawa Barat

Grafik 1. 37 Perkembangan Neraca Perdagangan Antar

Daerah Jawa Barat

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

20

Pertumbuhan ekspor antar daerah pada triwulan III

2017 sebesar 7,22% (yoy) melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

44,31%. Perlambatan ini diperkirakan terjadi

sebagai respon dari berakhirnya bulan Ramadhan

dan Idul Fitri. Berdasarkan Survei Konsumen Bank

Indonesia, perlambatan keyakinan konsumen

terjadi di sejumlah daerah yang menjadi mitra

dagang utama Jawa Barat, antara lain DKI Jakarta

(dari 131,46 menjadi 124,10); Sumatera Utara (dari

121,97 menjadi 120,90), serta Sumatera Selatan (dari 126,20 menjadi 123,10) (Grafik 1.38). Menurunnya

permintaan ekspor antar daerah ini diperkirakan khususnya ditujukan untuk produk-produk industri tesktil

dan produk tekstil (TPT) serta makanan dan minuman yang dipengaruhi oleh berakhirnya efek seasonal

Ramadhan dan Lebaran.

Ekspor-Impor Luar Negeri

Ekspor Luar Negeri

Pertumbuhan ekspor luar negeri Jawa Barat mengalami peningkatan setelah sebelumnya mengalami

perlambatan pada triwulan II. Total ekspor luar negeri (barang dan jasa) tumbuh meningkat yakni

dari -7,89% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 22,44% (yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan

terjadi baik pada ekspor luar negeri barang maupun jasa. Sejalan dengan hal tersebut, nilai ekspor barang

FOB (freight on board) pada triwulan ini juga tumbuh meningkat dari 0,6% (yoy) pada triwulan II 2017

menjadi 29,3 % (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 1.39). Total nilai ekspor FOB Jawa Barat pada triwulan

III 2017 mencapai USD7.748 juta, meningkat dibanding triwulan II 2017 sebesar USD6.537 juta.

Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya (PMI) sejumlah negara mitra

dagang.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 38 Keyakinan Konsumen Provinsi Mitra Dagang

Jawa Barat

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

21

NOVEMBER 2017

Berdasarkan jenis barangnya, pangsa ekspor terbesar dari Jawa Barat pada triwulan III 2017 masih

disumbang oleh subkelompok Tekstil dan Produk Tekstil (19,6%), diikuti oleh Elektronik (18,7%),

Kendaraan (17,4%), dan Kimia serta Karte dan Plastik (6,7%) (Grafik 1.40). Walaupun memberikan pangsa

terbesar, namun pangsa ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terus mengalami penurunan, di mana pada

tahun 2000 pangsa ekspor tekstil terhadap total ekspor Jawa Barat mencapai 25,44%. Menurunnya

kontribusi ekspor TPT ini diiringi dengan terus meningkatnya pangsa ekspor kendaraan yang pada tahun

2000 hanya sebesar 0,86%. Peralihan ini antara lain mengindikasikan berkembangnya basis manufaktur

Jawa Barat dari yang sangat bersifat labor intensive menjadi mulai bersifat capital intensive dan industri

yang bersifat medium to high technology.

Peningkatan laju pertumbuhan ekspor barang luar negeri Jawa Barat disebabkan oleh meningkatnya ekspor

sebagian besar komoditas utama di triwulan III 2017 (Grafik 1.41). Peningkatan terbesar terjadi pada ekspor

kendaraan dari tumbuh sebesar 106,51% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 149,77% (yoy) pada triwulan

III 2017. Berikutnya peningkatan juga terjadi pada ekspor elektronik yakni dari 10,03% (yoy) pada triwulan

II 2017 menjadi 45,51% (yoy) pada triwulan III 2017. Disusul ekspor TPT dengan pertumbuhan dari -

13,53% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 20,46% (yoy) pada triwulan III 2017.

Grafik 1. 40 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat Grafik 1.41 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa Barat

Grafik 1.39 Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Jawa

Barat

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

22

Sementara itu dari sisi negara tujuan, meningkatnya pertumbuhan ekspor luar negeri terjadi ke semua

negara mitra dagang utama dengan peningkatan terbesar pada ekspor ke Eropa (Grafik 1.42). Nilai

ekspor barang FOB dari Jawa Barat ke ASEAN, Amerika Serikat, dan Eropa tercatat masing-masing sebesar

USD1.956 juta, USD1.379 juta dan USD1.044 juta. Pertumbuhan ekspor ke Eropa meningkat dari -11,86%

(yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 20,99% (yoy) pada triwulan III 2017. Adapun pertumbuhan ekspor ke

Amerika Serikat juga meningkat dari -14,64% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 12,35% (yoy) pada

triwulan III 2017. Begitupun pertumbuhan ekspor ke ASEAN turut meningkat yaitu dari 27,44% (yoy) pada

triwulan II 2017 menjadi 50,07% (yoy) pada triwulan III 2017. Meningkatnya ekspor ke beberapa negara

mitra dagang tersebut, selain disebabkan oleh berakhirnya efek seasonal Hari Raya, juga adanya

peningkatan permintaan khususnya dari sisi manufaktur yang tercermin melalui penurunan Purchasing

Manager Index (PMI) (Grafik 1.43). Adapun PMI Amerika Serikat meningkat dari 52,50 pada triwulan II

2017 menjadi 53,07 pada triwulan III 2017, demikian juga halnya dengan China (dari 51,37 menjadi 51,83)

dan Eropa (dari 57,03 menjadi 57,37). Sementara itu, PMI Jepang terpantau menurun dari 52,73 menjadi

52,40.

Impor Luar Negeri

Pertumbuhan impor luar negeri Jawa Barat juga mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan

ekspor namun dengan selisih yang lebih kecil. Impor luar negeri Jawa Barat tumbuh meningkat dari -

16,32% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 3,95% (yoy) pada triwulan III 2017. Berdasarkan

komponennya, peningkatan terutama disumbang oleh impor barang luar negeri yang meningkat dari -

18,52% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 3,88% (yoy) pada triwulan III 2017.

Adapun pertumbuhan impor barang CIF (Cost, Insurance, and Freight) juga mengalami peningkatan yakni

dari -16,02% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 9,66% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 1.44). Di sisi

lain, pergerakan nilai tukar Rupiah relatif stabil sepanjang triwulan III 2017 dengan apresiasi sebesar 0,28%

pada Juni 2017 sebesar 25 bps (Grafik 1.45). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan laju pertumbuhan

impor khususnya barang pada triwulan II 2017 disebabkan oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah.

Grafik 1. 42 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan

Utama

Grafik 1. 43 Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang

Utama

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

23

NOVEMBER 2017

Berdasarkan jenis penggunaannya, impor ke Jawa Barat didominasi oleh impor bahan baku (80,57%),

sedangkan impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing memiliki pangsa 12,8% dan 6,7%

(Grafik 1.46). Dari ketiga komponen impor ini seluruh komponen mengalami peningkatan, dengan

peningkatan tertinggi yaitu komponen barang modal dari -48,12% menjadi -9,93% (Grafik 1.47).

Meningkatnya impor barang modal sejalan dengan peningkatan investasi non bangunan yang dilakukan

oleh pihak swasta, yaitu salah satunya adalah karena beroperasinya pabrik otomotif baru di Jawa Barat.

Seiring dengan beroperasinya pabrik otomotif tersebut, perusahaan diperkirakan melakukan ekspansi

untuk memenuhi kebutuhan menjelang akhir tahun. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada pertumbuhan

impor barang konsumsi (dari -14,10% menjadi 11,87%) dan impor bahan baku (dari -10,60% menjadi

13,38%).

Grafik 1. 46 Pangsa Komoditas Impor Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Grafik 1. 47 Perkembangan Impor Jenis Penggunaan

Grafik 1. 44 Perkembangan Nilai Volume Impor Jawa Barat Grafik 1. 45 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD/IDR)

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

24

1.2 Sisi Lapangan Usaha

Belum terdapat perubahan yang signifikan terhadap struktur perekonomian Jawa Barat, yang

sebagian besar masih ditopang oleh lima Lapangan Usaha (LU) utama. Perekonomian Jawa Barat sekitar

80% masih ditopang oleh beberapa LU utama seperti industri pengolahan (41,28%); perdagangan besar

dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor (15,26%); pertanian, kehutanan dan perikanan (9,55%);

konstruksi (8,21%) dan LU transportasi dan pergudangan (6,04%). Perubahan kinerja pada LU tersebut

akan memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi secara umum. Namun, terlihat

peningkatan secara gradual pada LU informasi dan komunikasi serta jasa-jasa sejak beberapa tahun

terakhir.

Tabel 1.7 Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Dari sisi lapangan usaha, perlambatan kinerja terpantau terjadi pada banyak jenis Lapangan Usaha

(LU), termasuk diantaranya LU utama seperti perdagangan dan pertanian. Perlambatan terpantau

terjadi pada delapan lapangan usaha di antaranya pertanian, kehutanan dan perikanan dan satu lapangan

usaha yaitu pertambangan dan penggalian menunjukkan penurunan dengan pertumbuhan negatif.

Melambatnya lapangan usaha pertanian dipengaruhi oleh menurunnya produksi padi, jagung dan kedelai

yang tidak setinggi tahun sebelumnya, serta menurunnya produksi teh dan karet. Sementara itu,

melambatnya konsumsi rumah tangga diperkirakan mendorong perlambatan lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Berakhirnya momen Idul Fitri dan libur lebaran menjadi

faktor yang mempengaruhi perlambatan tersebut, begitu pula dengan adanya kecenderungan masyarakat

menahan belanja yang tercermin dari peningkatan DPK khususnya deposito. Perlambatan juga terlihat

terjadi pada LU transportasi dan pergudangan. Sebagai lapangan usaha pendukung kegiatan ekonomi

lainnya, melambatnya kinerja perdagangan besar dan eceran serta pertanian diperkirakan mempengaruhi

kinerja lapangan usaha ini, meskipun tertahan oleh peningkatan kinerja industri pengolahan yang

mendorong kebutuhan transportasi dan pergudangan.

I II III IV I IIr) III

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8,69 9,26 9,95 9,64 6,78 8,90 9,14 9,88 9,55

Pertambangan dan Penggalian 1,71 1,43 1,47 1,60 1,62 1,53 1,54 1,40 1,32

Industri Pengolahan 43,03 43,03 42,39 41,65 42,91 42,49 42,61 41,84 41,28

Pengadaan Listrik, Gas 0,75 0,71 0,66 0,72 0,79 0,72 0,75 0,51 0,61

Pengadaan Air 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09 0,08 0,09 0,09 0,09

Konstruksi 8,26 7,87 8,03 7,98 8,56 8,12 7,74 7,99 8,21

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor15,24 14,76 14,81 15,30 15,69 15,15 14,93 14,87 15,26

Transportasi dan Pergudangan 5,50 5,62 5,40 6,10 5,76 5,72 5,59 5,73 6,04

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,50 2,58 2,53 2,59 2,70 2,60 2,70 2,64 2,72

Informasi dan Komunikasi 2,60 2,81 2,70 2,68 2,82 2,75 2,94 2,85 2,78

Jasa Keuangan 2,61 2,78 2,74 2,77 2,88 2,79 2,78 2,78 2,75

Real Estate 1,02 1,06 1,01 1,00 1,00 1,02 1,04 1,03 1,03

Jasa Perusahaan 0,40 0,40 0,39 0,40 0,41 0,40 0,41 0,40 0,41

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib2,41 2,17 2,59 2,19 2,40 2,34 2,09 2,46 2,31

Jasa Pendidikan 2,66 2,71 2,65 2,65 2,81 2,70 2,81 2,81 2,85

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,70 0,75 0,69 0,72 0,77 0,73 0,77 0,72 0,74

Jasa lainnya 1,85 1,97 1,89 1,92 2,02 1,95 2,07 1,99 2,04

20172016**2016**Lapangan Usaha 2015*

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

25

NOVEMBER 2017

Di sisi lain, terdapat 9 lapangan usaha yang mengalami peningkatan pertumbuhan termasuk di

antaranya yaitu industri pengolahan dan konstruksi dan beberapa lapangan usaha berbasis jasa (Tabel

1.8). Peningkatan ekspor barang-barang manufaktur pada triwulan III 2017 menjadi salah satu pendorong

peningkatan kinerja industri pengolahan, begitu pula dengan ekspor ke luar Jawa Barat seiring dengan

peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional dan Jawa secara keseluruhan. Sementara itu, peningkatan LU

konstruksi terjadi seiring dengan tingginya kegiatan pembangunan proyek-proyek strategis pemerintah

baik jalan tol, bandara maupun bangunan lainnya, serta pembangunan oleh pihak swasta seiring dengan

meningkatnya kinerja real estate dan peningkatan kredit kepemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) pada

triwulan III 2017. Pada kegiatan usaha berbasis jasa, peningkatan terjadi pada administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial wajib seiring dengan peningkatan konsumsi pemerintah serta jasa lainnya.

Tabel 1.8 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Berdasarkan sumber pertumbuhan, lapangan usaha industri pengolahan masih menjadi penyumbang

pertumbuhan terbesar yakni 2,23% dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 1.9). Hal

ini sejalan dengan pertumbuhan laju pertumbuhan industri pengolahan yang juga meningkat dibanding

triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar berikutnya adalah dari LU konstruksi sebesar 0,69% yang

meningkat tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,43%. Di posisi ketiga, LU perdagangan

besar & eceran dan reparasi kendaraan memberikan andil pertumbuhan terbesar kedua yang mencapai

0,66%, menurun dibanding triwulan sebelumnya (0,72%) akibat melambatnya laju pertumbuhan LU ini

pada triwulan III 2017. Dengan demikian berdasarkan sumber pertumbuhannya, kontribusi dari LU

konstruksi menggeser LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang

berdasarkan struktur PDRB memberikan pangsa terbesar kedua. Secara umum, sebagian besar lapangan

usaha memberikan andil pertumbuhan positif, kecuali pertambangan dan penggalian serta pengadaan

listrik dan gas yang mengalami kontraksi.

I II III IV I IIr) III

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,16 -1,51 5,21 11,10 9,39 5,80 7,01 4,91 2,64

Pertambangan dan Penggalian 0,41 -0,39 -6,84 0,42 3,04 -0,97 0,95 0,58 -7,16

Industri Pengolahan 4,39 5,14 5,29 4,64 4,03 4,77 4,65 4,89 5,27

Pengadaan Listrik, Gas -6,80 4,86 -1,79 5,38 4,93 3,37 6,40 -18,53 -10,66

Pengadaan Air 5,88 2,46 5,62 9,43 7,65 6,33 7,84 8,48 6,15

Konstruksi 6,43 6,27 7,06 2,70 4,35 5,02 4,08 5,35 8,58

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor3,71 2,48 4,18 5,52 5,42 4,44 5,44 4,68 4,20

Transportasi dan Pergudangan 8,90 7,74 6,46 13,18 7,79 8,84 4,78 6,32 1,54

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,10 9,39 6,59 9,66 7,79 9,31 9,42 8,84 9,00

Informasi dan Komunikasi 16,31 16,71 14,43 13,66 7,79 14,27 10,37 11,84 10,16

Jasa Keuangan 7,36 10,13 18,40 10,25 7,79 11,89 2,50 4,52 2,65

Real Estate 5,46 8,15 7,06 6,60 7,79 6,51 4,50 8,46 9,85

Jasa Perusahaan 8,15 7,71 6,61 9,67 7,79 8,16 7,80 7,70 7,10

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5,53 3,57 17,20 -7,68 7,79 2,98 0,84 0,73 8,53

Jasa Pendidikan 10,17 10,69 9,12 5,85 7,79 7,61 8,03 9,97 9,83

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 14,14 11,86 7,33 9,52 7,79 9,48 7,73 9,06 8,02

Jasa lainnya 8,96 10,88 7,81 9,75 7,79 8,73 8,96 9,92 10,43

PDRB 5,04 5,20 6,06 5,97 7,79 5,67 5,28 5,35 5,19

2017Lapangan Usaha 2015*

2016**2016**

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

26

Tabel 1.9 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

1.2.1. Industri Pengolahan

Industri pengolahan merupakan salah satu lapangan usaha yang mengalami peningkatan

pertumbuhan pada triwulan III 2017 sebesar 5,27% (yoy) dari sebelumnya sebesar 4,89% (yoy) dan

menjaga pertumbuhan ekonomi Jawa Barat (5,19%, yoy) tetap berada di atas level nasional (5,06%,

yoy). Kinerja industri pengolahan mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya 4,89% (yoy) menjadi

5,27% (yoy) pada triwulan III 2017. Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak triwulan III

2016. Peningkatan kinerja industri pengolahan ini terutama untuk mengakomodasi peningkatan

permintaan ekspor dan domestik yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional seiring

dengan peningkatan harga komoditas dan tercermin melalui peningkatan ekspor antar daerah maupun

luar negeri.

Kembali meningkatnya pertumbuhan LU industri pengolahan antara lain didorong oleh kembali normalnya

jumlah hari kerja efektif setelah pada triwulan II 2017 mengalami beberapa kali periode libur serta respon

terhadap potensi meningkatnya permintaan ekspor. Berdasarkan hasil liaison, penjualan domestik dan

ekspor mengalami peningkatan di triwulan III ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal

ini tergambar dari likert scale penjualan domestik yang meningkat dari sebesar 0,27 menjadi sebesar 0,40

(Grafik 1.48), begitu pula dengan penjualan ekspor yang juga meningkat dari 0,84 menjadi

Purchasing Manager Index (PMI) terhadap negara mitra dagang yang meningkat mencerminkan

peningkatan terhadap volume perdagangan ke negara-negara tersebut (Grafik 1.49). Ekspor komoditas

manufaktur utama di Jawa Barat, seperti TPT, elektronik, kendaraan, karet dan plastik, juga mengalami

peningkatan pertumbuhan (grafik 1.50). Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan berbagai

daerah/provinsi mitra dagang Jawa Barat pada triwulan III 2017 seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan mendorong peningkatan ekspor antar daerah termasuk dari

Ir)

IIr)

IIIr) IV I II II

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,01 -0,13 0,45 0,89 0,54 0,45 0,55 0,42 0,22

Pertambangan dan Penggalian 0,01 -0,01 -0,16 0,01 0,07 -0,02 0,02 0,01 -0,16

Industri Pengolahan 1,92 2,24 2,29 1,99 1,78 2,07 2,02 2,10 2,23

Pengadaan Listrik, Gas -0,04 0,02 -0,01 0,03 0,03 0,02 0,03 -0,08 -0,05

Pengadaan Air 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00

Konstruksi 0,52 0,49 0,56 0,22 0,38 0,41 0,32 0,43 0,69

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor0,59 0,39 0,65 0,87 0,87 0,70 0,83 0,72 0,66

Transportasi dan Pergudangan 0,40 0,36 0,30 0,62 0,36 0,41 0,23 0,29 0,08

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,19 0,23 0,16 0,24 0,29 0,23 0,24 0,22 0,23

Informasi dan Komunikasi 0,51 0,57 0,49 0,47 0,45 0,50 0,39 0,44 0,37

Jasa Keuangan 0,18 0,25 0,42 0,25 0,24 0,29 0,07 0,12 0,07

Real Estate 0,06 0,09 0,08 0,07 0,05 0,07 0,05 0,10 0,11

Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib0,11 0,07 0,34 -0,17 0,01 0,06 0,02 0,02 0,16

Jasa Pendidikan 0,26 0,28 0,24 0,16 0,15 0,20 0,22 0,27 0,26

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,10 0,09 0,05 0,07 0,07 0,07 0,06 0,07 0,06

Jasa lainnya 0,17 0,22 0,15 0,19 0,14 0,17 0,19 0,20 0,21

PDRB 5,04 5,20 6,06 5,97 5,45 5,67 5,28 5,35 5,19

2016**2016**

2017Lapangan Usaha 2015*

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

27

NOVEMBER 2017

hasil produksi manufaktur (Grafik 1.51). Salah satu indikator lain yang menunjukkan peningkatan kinerja

sektoral adalah konsumsi listrik, setelah mengalami penurunan yang cukup dalam pada triwulan II 2017,

konsumsi listrik industri meningkat pesat pada triwulan III 2017 yang juga didorong oleh peningkatan

jumlah pelanggan industri (Grafik 1.52). Hal ini menjadi indikasi yang baik bahwa kinerja sektor industri

Jawa Barat terus tumbuh, meskipun pangsanya semakin tergerus oleh sektor tersier seperti informasi dan

komunikasi serta jasa-jasa.

Sejalan dengan hal tersebut penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan juga kembali meningkat

secara gradual hingga akhir triwulan III 2017. Setelah sebelumnya melambat cukup dalam sepanjang

tahun 2016, kredit untuk sektor industri pengolahan berangsur meningkat hingga triwulan III 2017

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% (yoy) Manufaktur TPT Elektronik

Kimia Kendaraan

-5,11

10,73

4,10

4,47

2

4

6

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2014 2015 2016 2017

% (YOY)% (YOY) Pemakaian Listrik Industri Jumlah Pelanggan-kanan

Grafik 1.48 Likert Scale Penjualan Liaison Grafik 1.49 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Grafik 1.50 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa

Barat

Grafik 1.51 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Mitra Dagang

Jawa Barat

Grafik 1.52 Konsumsi Listrik Industri

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

28

meskipun masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif sebesar -0,8% (yoy) (Grafik 1.53) dengan

kualitas kredit yang meningkat dicerminkan oleh penurunan NPL sebesar 5,14% pada triwulan III 2017

(Grafik 1.54). Kebutuhan pembiayaan ini terutama untuk memenuhi kewajiban modal kerja industri.

Di sisi lain, berdasarkan survei produksi yang dilakukan oleh BPS Jawa Barat, tercatat adanya sedikit

penurunan pertumbuhan produksi tahunan pada industri besar sedang (dari 1,40% menjadi 1,39%)

namun terjadi peningkatan pertumbuhan produksi tahunan untuk kategori mikro dan kecil. Namun jika

didalami berdasarkan sub industrinya, terdapat beberapa sub industri besar sedang yang tetap mencatatkan

pertumbuhan produksi tahunan pada triwulan II 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.55).

Sub industri yang mencatatkan peningkatan produksi tersebut adalah industri minuman, industri kertas dan

barang dari kertas, industri mesin dan perlengkapan, industri logam dasar dan industri furnitur.

Perkembangan selengkapnya dari industri besar dan sedang dapat dilihat pada Tabel 1.10.

Sumber: BPS, diolah oleh staf BI

Grafik 1.55 Pertumbuhan Produksi Sub Industri Besar

Sedang

Grafik 1.53 Kredit untuk Industri Pengolahan Lokasi

Proyek di Jawa Barat

Grafik 1.54 Rasio NPL Kredit Industri Pengolahan

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

29

NOVEMBER 2017

Tabel 1.10 Pertumbuhan Industri Besar Sedang (yoy)

Sumber: BPS Jawa Barat, diolah oleh Staf BI

Peningkatan kinerja industri pengolahan terilhat terjadi terutama pada kategori mikro dan kecil dengan

pertumbuhan meningkat menjadi sebesar 5,34% (yoy). Pada industri mikro dan kecil, beberapa sub industri

yang mengalami peningkatan produksi adalah industri alat angkutan lainnya, industri pengolahan

tembakau, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri percetakan dan reproduksi media rekaman,

industri makanan dan industri tekstil. Peningkatan produksi Industri Mikro dan Kecil Alat Angkut ini

mengindikasikan bahwa linkage antara industri hilir otomotif mulai terbangun dengan industri hulu

berskala UMK (Usaha Mikro dan Kecil). Secara lengkap, ringkasan perkembangan pertumbuhan produksi

industri besar sedang dan mikro kecil Jawa Barat disajikan pada Tabel 1.11.

Jenis Industri Tw II'17 Tw III'17 ∆Industri Peralatan Listrik -4,49 -1,30 3,19

Industri Logam Dasar 3,23 5,92 2,69

Industri Furnitur -0,44 2,06 2,50

Industri Mesin dan Perlengkapan -4,38 -2,02 2,36

Industri Barang Galian Bukan Logam 0,31 2,35 2,04

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 0,43 2,13 1,70

Industri Minuman 1,73 3,42 1,69

Industri Kertas dan Barang dari Kertas -2,24 -0,70 1,54

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan

dan Sejenisnya-3,94 -2,43 1,51

Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 0,43 0,40 -0,03

Industri Alat Angkutan Lainnya 2,27 1,18 -1,09

Industri Tekstil 3,04 1,74 -1,30

Industri Makanan 5,36 3,69 -1,67

Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik 0,45 -1,83 -2,28

Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 0,76 -2,19 -2,95

Total 1,40 1,39 -0,01

Pertumbuhan Industri Manuf. Besar & Sedang (%, yoy)

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

30

Tabel 1.11 Pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil (yoy)

Sumber: BPS Jawa Barat, diolah oleh Staf BI

1.2.2. Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Motor

Lapangan usaha perdagangan besar-eceran dan reparasi dengan pangsa terbesar kedua (15,26%)

kembali tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari tumbuh sebesar 4,68% menjadi

4,20% (yoy). Di tengah melambatnya pertumbuhan lapangan usaha perdagangan, survei yang dilakukan

Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada dasarnya keyakinan serta optimisme konsumen masih terjaga

dengan baik. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

meningkat dari 127,0 pada triwulan II 2017 menjadi 128,6 pada triwulan III 2017 yang menunjukkan

tingkat optimisme yang meningkat (Grafik 1.56). Impor barang konsumsi juga meningkat tajam pada

triwulan III 2017 dari sebelumnya -14,0% (yoy) menjadi 23,0% (yoy) (Grafik 1.57). Persentase penggunaan

pendapatan untuk konsumsi (Marginal Propensity to Consume) berdasarkan hasil Survei Konsumen juga

masih menunjukkan kondisi yang meningkat dari 64,28% menjadi 67,3% pada triwulan III 2017 (Grafik

1.57). Namun, melambatnya pertumbuhan lapangan usaha perdagangan diperkirakan karena masyarakat

menahan belanja untuk kebutuhan yang bersifat durable dan menyisihkan sebagian porsi konsumsinya

untuk belanja pendidikan (Grafik 1.58). Hal ini tercermin dari penurunan Indeks Penjualan Eceran Riil dari

Survei Penjualan Eceran. Pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) gabungan terlihat menurun dari 8,06%

(yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -1,89% (yoy) pada triwulan III 2017 (Graif 1.60). Penurunan penjualan

Komoditas (HS 2 Digit) Tw II'17 Tw III'17 ∆Industri Alat Angkutan Lainnya -31,90 8,08 39,98

Industri Pengolahan Tembakau -17,78 11,03 28,81

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik -18,61 6,52 25,13

Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 4,02 26,23 22,21

Industri Makanan 13,51 16,90 3,39

Industri Tekstil -27,63 -26,38 1,25

Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan -0,05 -1,06 -1,01

Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat

Tradisional34,77 33,21 -1,56

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 4,64 1,46 -3,18

Industri Pengolahan Lainnya 8,81 2,45 -6,36

Industri Minuman 7,38 0,71 -6,67

Industri Furnitur 16,33 9,37 -6,96

Industri Peralatan Listrik 46,42 35,58 -10,84

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang

Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya1,66 -10,57 -12,23

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya -0,10 -13,00 -12,90

Industri Pakaian Jadi 4,29 -8,66 -12,95

Industri Barang Galian Bukan Logam 9,34 -4,48 -13,82

Industri Kertas dan Barang dari Kertas 3,41 -10,96 -14,37

Industri Logam Dasar -1,34 -24,19 -22,85

Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 18,41 -24,33 -42,74

Total -3,38 5,34 8,72

Pertumbuhan Industri Manuf. Mikro & Kecil (%, yoy)

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

31

NOVEMBER 2017

eceran terjadi pada seluruh jenis kelompok barang. Berakhirnya momen hari raya Idul Fitri dan jumlah libur

panjang yang lebih sedikit pada triwulan III 2017 diperkirakan juga menjadi faktor lain yang mempengaruhi

laju konsumsi dan pada akhirnya berimbas kepada LU Perdagangan besar eceran, reparasi mobil dan motor.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank Indonesia juga menunjukkan adanya penurunan kegiatan

usaha, penurunan harga jual dan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.61). Namun,

tercatat terdapat peningkatan investasi untuk lapangan usaha ini pada triwulan III 2017. Diharapkan hal ini

dapat mendorong peningkatan LU perdagangan pada triwulan berikutnya. Hasil wawancara liaison juga

mengkonfirmasi adanya penurunan likert scale penjualan domestik LU perdagangan, sejalan dengan

perlambatan pertumbuhan LU perdagangan (Grafik 1.62). Likert scale penjualan domestik perdagangan

Grafik 1.58 Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Grafik 1.59 Indeks Konsumsi Durable Goods

Grafik 1.60 Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran Rii

Grafik 1.56 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.57 Impor Barang Konsumsi

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

32

menurun dari 0,13 pada triwulan II 2017 menjadi 0,09 pada triwulan III 2017, begitu pula dengan margin

per unit output yang menunjukkan penurunan (Grafik 1.63). Di sisi lain, terpantau adanya peningkatan

penggunaan tenaga kerja pada lapangan usaha ini (Grafik 1.64).

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Dari sisi perbankan, pembiayaan perbankan pada lapangan usaha perdagangan melalui kredit mengalami

peningkatan dari 6,04% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 7,54% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik

1.65). Di sisi lain terdapat peningkatan risiko kredit perdagangan yang tercermin dari peningkatan NPL yang

dari 4,21% menjadi 4,24% pada triwulan III 2017 meskipun masih di bawah batas aman 5%. Sementara

itu dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit rumah tangga tercatat meningkat khususnya pada jenis kredit

pemilikan rumah, apartemen dan multiguna. Di sisi lain, kredit kendaraan bermotor mengalami

perlambatan (Grafik 1.66).

Grafik 1.61 SKDU Perdagangan Grafik 1.62 Likert Scale Penjualan Domestik & Ekspor

Perdagangan

Grafik 1.63 Likert Scale Harga Jual dan Margin

Perdagangan

Grafik 1.64 Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja dan

Tingkat Upah Perdagangan

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

33

NOVEMBER 2017

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar

2,64% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy). Pada

sub lapangan usaha pertanian khususnya padi, produksi padi pada triwulan III 2017 yang tidak setinggi

tahun sebelumnya menjadi salah satu faktor yang mendorong perlambatan (Grafik 1.67). Produksi padi

sepanjang Juli Agustus 2016 tercatat mencapai 2,47 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), sementara pada

Juli Agustus 2017 hanya sebesar 2,25 juta ton GKG. Selain itu, berdasarkan informasi terjadi pula

penurunan produksi teh dan karet pada triwulan III 2017. Melambatnya kinerja pertanian juga terpantau

dari Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia. Realisasi kegiatan usaha LU pertanian tercatat menurun

pada triwulan III 2017 (Grafik 1.68). Namun, meskipun tumbuh melambat kinerja pertanian berdasarkan

perspektif pelaku usaha masih terpantau relatif baik dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Nilai Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) realisasi LU pertanian Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia menunjukkan

peningkatan dari 0,51 menjadi 6,85 pada triwulan III 2017 (Grafik 1.68). Begitu pula dengan penggunaan

tenaga kerja dan perkembangan investasi menunjukkan adanya peningkatan. Kapasitas produksi pertanian

berdasarkan hasil SKDU pun menunjukkan kinerja yang meningkat dari 78,55 menjadi 79,56 pada triwulan

III 2017, dengan peningkatan terutama pada peternakan dan hasil-hasilnya serta perikanan (Grafik 1.69).

Meskipun demikian, terpantau adanya informasi penurunan ekspor produk pertanian berdasarkan hasil

liaison Bank Indonesia kepada pelaku usaha pertanian (Grafik 1.70).

Sumber: Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Jabar

*Data s.d. Agustus 2017

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Grafik 1.67 Perkembangan Produksi Padi di Jawa Barat Grafik 1.68 SKDU Pertanian

Grafik 1.65 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.66 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

34

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Sumber: Wawancara Liaison BI

Pertumbuhan kredit atau pembiayaan dari perbankan pada lapangan usaha pertanian, kehutanan,

dan perikanan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit

perbankan pada lapangan usaha pertanian meningkat dari 0,10% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi

10,14% pada triwulan III 2017 (Grafik 1.71). Masuknya masa panen diperkirakan juga mendorong

penurunan risiko kredit lapangan usaha pertanian dengan NPL yang masih terjaga pada batas aman dan

menurun sebesar 3,19% (Grafik 1.72).

1.2.4. Konstruksi

Lapangan usaha konstruksi tumbuh sebesar 8,58% pada triwulan III 2017, meningkat dibandingkan

triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 5,35%. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan investasi di

Jawa Barat, pertumbuhan LU konstruksi juga meningkat. Beberapa proyek konstruksi yang sedang berjalan

di triwulan III 2017 antara lain meliputi proyek infrastruktur Pemerintah : Tol Soroja, Tol Cisumdawu, LRT

Jabodebek, Pelabuhan Patimban, Bandara Internasional Kertajati, Kereta Cepat Jakarta Bandung. Proyek

terbaru yang dimulai sejak triwulan II 2017 adalah tol Jakarta-Cikampek II (elevated). Selain itu salah satu

proyek hunian swasta terintegrasi di Cikarang juga telah dimulai sejak Mei 2017 dengan total nilai investasi

mencapai Rp278 triliun. Sejalan dengan masifnya pembangunan infrastruktur, pertumbuhan penjualan

semen di Jawa Barat triwulan III 2017 juga meningkat signifikan yang mengindikasikan tingginya kegiatan

Grafik 1.71 Perkembangan Kredit Pertanian Grafik 1.72 Perkembangan NPL Kredit Pertanian

Grafik 1.69 Kapasitas Produksi Sub Kelompok Pertanian -

SKDU

Grafik 1.70 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor

Pertanian

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

35

NOVEMBER 2017

konstruksi (Grafik 1.73). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga menunjukkan adanya peningkatan

tenaga kerja dan investasi pada lapangan usaha konstruksi (Grafik 1.74).

Pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk lapangan usaha konstruksi juga meningkat selaras dengan

pertumbuhan kinerja lapangan usaha tersebut. Kredit konstruksi yang disalurkan untuk lokasi proyek di

Jawa Barat tercatat tumbuh meningkat dari sebesar 23,85% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar

20,64% (yoy) (Grafik 1.75). Menurunnya tren tingkat suku bunga kredit terpantau mendorong

pertumbuhan kredit, termasuk kredit konstruksi. Meningkatnya kinerja lapangan usaha konstruksi

kemudian mempengaruhi peningkatan kualitas kredit yang ditunjukkan oleh menurunnya rasio NPL sebesar

3,70% yang merupakan level terendah sejak tahun 2014 (Grafik 1.76).

Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) juga meningkat dari

13,11% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 15,14% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 1.77). Berdasarkan

tipe rumah, peningkatan didorong oleh KPR tipe menengah (22 s.d. 70 m2) dari 17,51% (yoy) menjadi

19,54% (yoy) pada triwulan III 2017 serta tipe besar (di atas 70) dari 4,82% (yoy) menjadi 7,03% (yoy).

Peningkatan penyaluran KPR ini sejalan dengan NPL-nya yang juga menurun dari 2,85% menjadi 2,77%

(Grafik 1.78).

Grafik 1.73 Penjualan Semen Jawa Barat Grafik 1.74 SKDU Konstruksi

Grafik 1.75 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.76 Perkembangan NPL Kredit Pertanian

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

36

Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan IV 2017

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan

triwulan III 2017, dengan perkiraan pertumbuhan pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy). Dari sisi

pengeluaran, peningkatan diperkirakan terjadi pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan

ekspor anatar daerah yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan IV 2017.

Sementara dari sisi lapangan usaha, peningkatan laju pertumbuhan diperkirakan terjadi pada lapangan

usaha utama Jawa Barat terutama industri pengolahan. Perkiraan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat pada triwulan IV 2017 didorong oleh beberapa faktor antara lain :

1. Konsumsi Pemerintah diperkirakan meningkat karena adanya persiapan pelaksanaan Pilgub Jawa Barat

dan Pilkada 16 kabupate/kota di Jawa Barat.

2. Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat karena adanya peningkatan permintaan menjelang

akhir tahun

3. Lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan meningkat karena masih terus berlangsungnya

pembangunan infrastruktur strategis Pemerintah, serta pembangunan swasta yang juga masih terus

berlangsung yaitu proyek swasta pembangunan Meikarta di Cikarang.

4. Terus membaiknya kinerja ekonomi negara mitra dagang utama, di mana pertumbuhan ekonomi Eropa

dan China diperkirakan meningkat hingga akhir tahun 2017.

5. Lapangan usaha perdagangan dan industri pengolahan diperkirakan meningkat yang didorong oleh

momentum libur hari raya natal dan libur akhir tahun.

Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang berpotensi menahan peningkatan pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat pada triwulan IV 2017, yakni :

1. Lapangan usaha pertanian diperkirakan melambat akibat kondisi curah hujan yang tinggi pada triwulan

IV 2017 diperkirakan akan berdampak pada banyaknya serangan hama penyakit, seperti penggerek

batang dan penyakit blast yang masing-masing menyebabkan gangguan panen pada beberapa daerah.

2. Diperkirakan terdapat satu kali lagi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) pada akhir tahun 2017 yang akan

memicu capital outflow dan potensi depresiasi rupiah.

Grafik 1.77 Perkembangan Penyaluran KPR Per Tipe Grafik 1.78 Perkembangan NPL KPR

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

37

NOVEMBER 2017

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017 - Sisi Pengeluaran

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber : BPS Jawa Barat, diolah

Perkiraan meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017 diperkirakan

terjadi seiring momentum perayaan hari natal dan libur akhir tahun. Perkiraan ini juga sejalan dengan

optimisme ekspektasi konsumen berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia. Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat pada triwulan IV 2017 sebesar 142,1 menurun dibanding triwulan

sebelumnya sebesar 144,3 (Grafik 1.79). Namun demikian, Indeks tersebut masih menunjukkan angka di

atas 100, sehingga optimisme masyarakat untuk melakukan konsumsi masih ada, meskipun menurun dari

triwulan sebelumnya. Adapun komponen IEK yang mengalami penurunan terutama adalah Indeks

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha. Sejalan dengan hal ini,

survei BPS juga memperkirakan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV 2017 sebesar 103,87

menurun dibanding realisasi ITK triwulan III 2017 sebesar 110,19 (Grafik 1.80).

Pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan IV 2017, sejalan dengan

pola spending pemerintah yang terus meningkat hingga akhir tahun. Terus berlangsungnya

penyelesaian proyek infrastruktur multiyears diperkirakan menjadi pendorong peningkatan konsumsi

pemerintah pada triwulan IV 2017. Selain itu, persiapan pelaksanaan Pilgub Jawa Barat dan Pilkada 16

kabupate/kota di Jawa Barat juga mendorong konsumsi pemerintah yang lebih tinggi. Hal ini antara lain

tercermin dari realisasi belanja Pemerintah baik Provinsi maupun kab/kota (sumber : situs TEPRA) yang pada

Oktober 2017 tumbuh meningkat dibanding triwulan III 2017 dengan rincian sebagai berikut:

1. Total serapan belanja APBD gabungan 26 kab/kota pada Oktober 2017 sebesar Rp45,63 Triliun atau

56,0%, membaik dibanding triwulan III 2017 total serapannya sebesar 49,6%.

2. Hingga Oktober 2017, pertumbuhan belanja APBD Provinsi Jawa Barat menurun dari 16,56% (yoy) pada

triwulan III 2017 menjadi 14,28% (yoy) di Oktober 2017. Namun dilihat dari serapannya, belanja APBD

provinsi masih mengalami kenaikan, dari 59,0% menjadi 65,4% di Oktober 2017. Hal ini didorong oleh

tahap pelaksaan Pilkada Jawa Barat yang sudah dimulai sejak akhir triwulan III 2017.

Pertumbuhan investasi diperkirakan mengalami perlambatan yang terbatas pada triwulan IV 2017

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini didorong oleh adanya perkiraan peningkatan FFR pada bulan

Desember 2017 yang akan menyebabkan akan menyebabkan investasi di AS akan menarik, sehingga

investasi yang ditanamkan di negara emerging kemungkinan akan kembali ke AS. Namun demikian,

Grafik 1. 79 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat Grafik 1. 80 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Jawa

Barat

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

38

akselerasi investasi masih berlangsung terutama oleh investasi bangunan, di mana dengan jumlah hari kerja

efektif lebih banyak dibanding triwulan II dapat mendorong progress pekerjaan lebih baik.Terdapat

beberapa proyek infrastruktur strategis pemerintah baik yang mengandalkan APBD maupun APBN dan

bersifat multiyears, a.l.: Tol Soroja, Tol Cisumdawu, LRT Jabodebek, Pelabuhan Patimban, Bandara

Internasional Kertajati, Kereta Cepat Jkt-Bandung, dll. Adapun proyek dengan deadline penyelesaian

terdekat adalah Bandara Internasional Kertajati yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2018. Selain

proyek tersebut, sejak triwulan II 2017 lalu telah dimulai pembangunan proyek baru yakni tol Jakarta-

Cikampek II (elevated). Dari sisi swasta, proyek pembangunan yang vital adalah kawasan kota baru Meikarta

di Cikarang yang digarap oleh grup Lippo dengan total nilai investasi mencapai Rp278 triliun. Adapun

pembangunan telah dilakukan sejak Mei 2017, lebih cepat dibandingkan jadwal semula setelah Lebaran.

Hingga pertengahan triwulan IV 2017, hasil SKDU

Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan

terbatas Saldo Bersih tertimbang (SBT) perkiraan

investasi pelaku usaha dari 7,20 menjadi 7,49.

Peningkatan kegiatan investasi ini terutama terjadi

pada contact liaison yang bergerak di sektor

perdagangan dan konstruksi. Sejalan dengan

masifnya pembangunan infrastruktur dan

peningkatan permintaan menjelang libur hari raya

natal dan akhir tahun.

Pertumbuhan ekspor luar negeri diperkirakan melambat pada triwulan IV 2017. Perkiraan perlambatan

ini seiring dengan menurunnya jumlah hari kerja efektif setelah pada triwulan IV diisi oleh beberapa kali

long weekend karena adanya libur akhir tahun dan hari natal. Selain dari sisi suplai, permintaan global

diperkirakan melambat terbatas tercermin dari pertumbuhan pada Amerika Serikat dan Jepang yang

cenderung melambat hingga akhir tahun 2017.

Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekspor, pertumbuhan impor juga diperkirakan melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkiraan melambatnya kinerja ekspor luar negeri turut mendorong

perlambatan perkiraan impor luar negeri, mengingat sebagian besar bahan baku industri untuk menghasil

produk yang akan diekspor diperoleh melalui impor. Hingga pertengahan triwulan IV 2017, pertumbuhan

harga sejumlah komoditas global mengalami penurunan setelah pada triwulan III mengalami peningkatan.

Beberapa komoditas yang mulai mengalami penurunan harga adalah minyak, batu bara, dan tembaga.

Selain itu, nilai tukar rupiah hingga pertengahan triwulan IV 2017 masih relatif stabil dengan adanya sedikit

tekanan depresiasi. Rupiah terdepresiasi sebesar 1,49% (qtq) hingga pertengahan triwulan IV, sehingga

terdapat kecenderungan penurunan impor. Potensi kembali dinaikkannya FFR seiring dengan perbaikan

kondisi ekonomi US juga diperkirakan akan berdampak kepada pelemahan nilai tukar Rupiah yang

selanjutnya akan meningkatkan beban impor. Perlambatan impor juga didosorng oleh aktifnya pemerintah

mendorong pemanfaatan bahan baku dalam negeri melalui insentif TKDN. Pada industri otomotif,

diketahui bahwa kini kandungan bahan baku dalam negerinya sudah mencapai sekitar 80%

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Grafik 1.81 Perkiraan Investasi Dunia Usaha

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

39

NOVEMBER 2017

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2017 - Sisi Lapangan Usaha

Dari sisi lapangan usaha (LU), peningkatan perkiraan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2017

diperkirakan didorong oleh peningkatan LU utama Jawa Barat salah satunya industri pengolahan.

Prospek perekonomian dunia yang meningkat tahun 2017 diperkirakan akan mendorong volume

perdagangan dunia serta permintaan terhadap produk manufaktur ekspor termasuk dari Jawa Barat. Selain

itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV 2017 yang lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya juga diperkirakan akan mendorong komponen ekspor antar provinsi. Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Bank Indonesia, menunjukkan perkiraan kegiatan usaha industri pengolahan pada triwulan

IV 2017 sebesar 10,37 SBT atau meningkat dibanding realisasi triwulan III 2017 sebesar 4,91 SBT.

Setelah melambat pada triwulan III 2017, kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran;

reparasi mobil dan sepeda motor diperkirakan meningkat. Meningkatnya proyeksi pertumbuhan

tahunan konsumsi rumah tangga serta ekspor antar daerah diperkirakan akan mendorong kinerja sektor

perdagangan. Momentum libur hari raya natal dan tahun baru diperkirakan juga akan meningkatkan

permintaan masyarakat dan kinerja LU tersebut. SKDU menunjukkan perkiraan kegiatan usaha

perdagangan pada triwulan IV 2017 sebesar 8,33 SBT atau meningkat dibanding realisasi triwulan III 2017

sebesar -1,54 SBT.

Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi juga diperkirakan meningkat seiring dengan percepatan

pembangunan infrastruktur yang masih berlanjut. SKDU menunjukkan perkiraan kegiatan usaha

konstruksi pada triwulan IV 2017 sebesar 0,35 SBT atau meningkat dibanding realisasi triwulan III 2017

sebesar 0,00 SBT. Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur strategis yang akan diselesaikan antara lain

Bandara Internasional Kertajati (launch tahun 2018), Tol Cisumdawu, Tol BIUTR, LRT Terintegrasi

Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Di sisi lain, pertumbuhan lapangan usaha pertanian diperkirakan melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Seiring dengan masuknya musim tanam pada awal atau pertengahan triwulan IV 2017dan

berakhirnya masa panen pada triwulan III 2017, pertumbuhan LU pertanian khususnya sub lapangan usaha

tanaman pangan akan melambat. Sementara itu pada sub LU hortikultura, kondisi curah hujan yang tinggi

pada triwulan IV 2017 diperkirakan akan berdampak pada banyaknya serangan hama penyakit, seperti

penggerek batang dan penyakit blast yang masing-masing menyebabkan gangguan panen pada beberapa

daerah. Selain itu, serangan hama tikus turut menjadi penyebab penurunan kinerja pada sektor pertanian.

Pada komoditas daging ayam, Sementara itu, untuk komoditas daging ayam, kapasitas produksi sejumlah

Poultry Shop besar di Priangan Timur pada awal triwulan IV 2017 cenderung stabil, namun, tingkat

kematian ayam mengalami peningkatan akibat curah hujan yang tinggi dan membuat serangan penyakit

pada ayam semakin besar, hingga mencapai 10% kematian ayam, lebih tinggi dibandingkan kondisi normal

yang hanya sebesar 3-5%. Hal tersebut membuat tingkat penjualan Poultry Shop relatif menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

40

Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (Rakorpusda) dan Bank Indonesia yang diinisiasi

bersama oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, telah

diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat pada Rabu, 27 September 2017. Rakorpusda tersebut

Indonesia, Menteri Perindustrian, serta pejabat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat; Kementerian Perhubungan; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi; Kementerian Pariwisata; dan Kementerian Pertanian. Rapat juga dihadiri oleh Gubernur

Jawa Barat, serta sejumlah Bupati dan Walikota di Jawa Barat.

BOKS 1

RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH

DAN BANK INDONESIA (RAKORPUSDA)

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

41

NOVEMBER 2017

Rakorpusda menghasilkan kesimpulan bahwa stabilitas makroekonomi perlu didukung oleh

pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal tersebut,

diperlukan dua kebijakan penting yakni, pertama, pemenuhan berbagai faktor pendukung (enablers) bagi

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja khususnya percepatan pembangunan infrastruktur

baik fisik maupun lunak; dan kedua, pengembangan sektor-sektor ekonomi potensial yang berdaya saing

tinggi dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, informasi digital, dan e-commerce. Kombinasi

kebijakan tersebut disertai dukungan partisipasi swasta secara aktif diyakini dapat mengatasi berbagai

permasalahan dalam perekonomian Indonesia seperti kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan

sosial-ekonomi.

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

42

Rapat Koordinasi juga mencermati bahwa kesenjangan ekonomi masih menjadi tantangan yang

perlu menjadi perhatian seluruh pemangku kebijakan. Dalam konteks perekonomian Jawa Barat,

terdapat tantangan berupa ketimpangan ekonomi secara spasial antara Jawa Barat bagian Utara dan

Selatan, dan kesenjangan ekonomi yang tinggi di daerah perkotaan. Upaya mengatasi kesenjangan dan

meningkatkan kesejahteraan memerlukan peran aktif seluruh unsur masyarakat, termasuk pesantren.

Berkaitan dengan hal tersebut, peserta Rapat Koordinasi juga melakukan diskusi dengan delapan

pimpinan pesantren terbesar di Jawa Barat. Pertemuan membahas mengenai upaya mewujudkan

pesantren sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif guna mengatasi ketimpangan di

Jawa Barat.

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

43

NOVEMBER 2017

Rapat Koordinasi menyepakati lima hal penting yang akan diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang

konsisten dan bersinergi, sebagai berikut:

1. Mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di Jawa Barat yang akan mendukung tumbuhnya

sektor-sektor ekonomi potensial. Proyek infrastruktur yang perlu menjadi prioritas antara lain:

a. Konektivitas jalan darat yang menghubungkan Utara-Selatan dan Timur-Barat wilayah Jawa Barat

antara lain Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi),

Jalan Tol Cileunyi-Garut-Tasikmalaya (Cigatas), dan Jalur Lintas Pantai Selatan (Pansela), akses

jalan kawasan-kawasan industri di Jawa Barat bagian Utara, jalan tol dari Cipali ke Patimban,

serta pembangunan Bandung Intra Urban Toll Road.

b. Jalur kereta api double track Bogor-Sukabumi.

c. Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati sebagai pusat logistik.

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

44

d. Pelabuhan Patimban.

e. Bandungan/Waduk: Jatigede, Leuwikeris, Kuningan, Karian, dan Sindangheula.

f. Ketersediaan air baku untuk air bersih dan air minum melalui optimalisasi pemanfaatan sungai

Citarum.

g. Listrik/Energi: PLTU Lontar, PLTU Suralaya, disertai dukungan pengembangan Transmisi High

Voltage Direct Current.

Upaya pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor ekonomi potensial juga memerlukan

adanya keselarasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan peningkatan peran proaktif dari

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk memperbaiki infrastruktur di daerah. Hal tersebut

dilakukan melalui: (i) peningkatan kualitas dan kuantitas jalan kabupaten/kota; (ii) optimalisasi

pemanfaatan dana desa untuk pembangunan infrastruktur dan sarana desa; (iii) pengembangan dan

pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES); dan (iv) perbaikan infrastruktur kunci lain yang

menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

2. Mendorong berkembangnya sektor ekonomi potensial daerah sebagai sumber pertumbuhan baru

yang disesuaikan dengan karakteristik daerah. Khusus untuk Jawa Barat bagian Utara perlu difokuskan

pada sektor industri yang berdaya saing tinggi, padat karya, dan berorientasi ekspor (antara lain

industri otomotif dan alat transportasi, industri makanan-minuman, industri elektronik dan

telematika, serta industri tekstil dan produk tekstil). Sementara itu, pengembangan sektor ekonomi

potensial di Jawa Barat bagian Selatan difokuskan pada optimalisasi pengolahan hasil pertanian yang

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

45

NOVEMBER 2017

berdaya saing tinggi melalui industri berbasis pertanian, serta pengembangan sektor pariwisata,

termasuk sektor maritim, sebagai quick wins untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi Jawa Barat

bagian Selatan.

3. Untuk mendorong berkembangnya sektor industri berdaya saing tinggi, selain pengembangan

infrastruktur fisik juga akan dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Meningkatkan kapasitas SDM melalui pendidikan vokasi, antara lain melalui pembangunan dan

penyelenggaraan Politektik/Akademi di Kawasan Industri dan Wilayah Pusat Pertumbuhan

Industri (WPPI), dan kerjasama antar SMK dengan industri.

b. Meningkatkan skala ekonomi dan kapasitas Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Jawa Barat dan

produknya melalui pendampingan yang memastikan adanya jaminan produk, keamanan, dan

standar. Selain itu, diperlukan optimalisasi penggunaan teknologi dan integrasi Industri Kecil dan

Menengah (IKM) ke perekonomian digital melalui pengembangan e-smart IKM dengan

sentra di seluruh Indonesia, termasuk di Jawa Barat, terutama untuk industri fashion, industri

kreatif, kerajinan, furniture, kosmetik, herbal, perhiasan, logam dan makanan-minuman. Lebih

lanjut, promosi IKM akan dioptimalkan melalui penggunaan e-commerce dan didukung pusat

logistik serta infrastruktur konektivitas.

4. Pengembangan sektor pertanian difokuskan pada upaya untuk meningkatkan nilai tambah hasil

produk pertanian yakni:

a. Memperkuat kelembagaan petani melalui pengembangan corporate/ cooperative farming sehingga

memacu berkembangnya agroindustri-agrobisnis, termasuk pertanian organik yang lebih bernilai

tambah.

b. Meningkatkan akses pembiayaan usaha pertanian antara lain melalui penyaluran KUR pada sektor

primer yang didukung oleh asuransi pertanian dan peternakan, serta mempercepat program

Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) bagi petani.

c. Melakukan intensifikasi pertanian, serta meningkatkan efisiensi distribusi logisitik, dan perbaikan

tata niaga pangan.

5. Pengembangan sektor pariwisata dengan strategi penguatan atraksi, akses, dan amenitas (3A)

sebagai quick wins melalui pengembangan destinasi unggulan pariwisata tematik yakni wisata bahari,

wisata sejarah, religi, dan tradisi-seni budaya, serta desa wisata. Prioritas destinasi wisata yang dapat

dikembangkan antara lain Pelabuhan Ratu dan Tanjung Lesung. Di samping itu akan dilakukan

penguatan branding dan promosi pariwisata yang terintegrasi dengan mengoptimalkan penggunaan

teknologi dan e-commerce. Pengembangan sektor pariwisata di selatan Jawa Barat dan Banten akan

disertai percepatan pembangunan infrastruktur konektivitas, yaitu Tol Ciawi-Sukabumi.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

46

Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan instansi peserta Rakorpusda telah disusun sebuah longlist

tindak lanjut, sebagai berikut:

POIN TINDAK LANJUT LIST TINDAK LANJUT AREA WEWENANG

HARD INFRASTRUCTURE

1. Tol Cileunyi-Sumedang-

Dawuan (Cisumdawu)

1. Percepatan proses pembebasan lahan a.l

lahan seksi I & II, lahan milik pemerintah

yang terimbas pembangunan.

2. Proses perizinan terkait dengan

perubahan penetapan lokasi untuk seksi

III, IV, V dan IV karena hambatan

geografis.

3. Pelaksanaan konstruksi pada porsi

pemerintah (seksi I dan II)

Penetapan lokasi

perubahan lokasi oleh

Pemprov

2. Tol Bogor-Ciawi-

Sukabumi (Bocimi)

1. Percepatan proses pembebasan lahan a.l

lahan yang telah dikonsinyasi di

pengadilan, sejumlah tanah wakaf,

administrasi pembebasan tanah

tambahan.

2. Percepatan perizinan terkait relokasi

utilitas milik perusahaan daerah, izin

persinggungan dengan fasilitas milik

negara (jalan, rel) dan persilangan dengan

wilayah sungai.

1. Penetapan oleh PN,

rekomendasi tanah

wakaf oleh

Kemenag,

penyelesaian peta

bidang lahan

tambahan oleh

BPN.

2. Perizinan relokasi

pipa PDAM,

perizinan

perlintasan KAI, izin

perlintasan jalan

nasional oleh DItjen

Binamarga, wilayah

sungai oleh KLH (9

sungai & 27 anak

sungai).

Palabuhanratu-Cikidang-Cibadak-Jakarta

Bandung-Pangalengan-Rancabuaya

Pangandaran-Ciamis-Cikijing-Cirebon

i

LINTAS SELATAN JABAR

Bandung

Cirebon

Jakarta

Pangandaran

Rancabuaya

Palabuhanratu

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

47

NOVEMBER 2017

POIN TINDAK LANJUT LIST TINDAK LANJUT AREA WEWENANG

3. Jalur Lintas Pantai Selatan

(Pansela)

Peningkatan kualitas Jalur Lintas Selatan (JLS)

mencakup kondisi jalan dan fasilitas

pendukungnya a.l penerangan

Perbaikan kualitas jalan

yang tidak dalam

kondisi mantap serta

penambahan fasilitas

umum untuk

mendukung

operasional jalan (a.l

lampu jalan, petunjuk

arah & marka jalan)

4. Akses jalan kawasan-

kawasan industri di Jawa

Barat bagian Utara

Perbaikan akses jalan di kawasan industri Perbaikan jalan provinsi

maupun kabupaten

yang merupakan akses

dari/menuju kawasan

industri (Pemda).

5. Akses jalan dari Cipali-

Patimban

1. Percepatan pembebasan lahan akses jalan

akses tahap I (sepanjang 8,1 km).

2. Percepatan perencanaan pembanginan

jalan akses tahap II (Patimban-Cipali

sepanjang 40 km).

Proses pembebasan

lahan oleh BPN pasca

penyerahan dokumen

penetapan lokasi oleh

Kemenhub

6. Bandara Kertajati 1. Pembebasan lahan bagi konektivitas jalan

menuju/dari bandara baik jalan tol maupun

non tol

2. Kendala pembiayaan pembangunan akses

darat

3. Kebijakan terkait pengelolaan bandara

(kesiapan operator, aktivitas Bandara

Husein Sastranegara) untuk menimalisir

ketidakpastian investasi.

4. Rencana perpanjangan runway sepanjang

3.500 m untuk mendukung rencana

penerbangan haji di 2018

1. Penetapan izin

lokasi jalan tol

menuju bandara

oleh Pemprov Jabar.

2. Kebijakan

pengoperasian

Bandara Kertajati

oleh Kemenhub &

KemenBUMN.

3. Penetapan

dukungan APBD-P

2017 untuk

perpanjangan

runway oleh DPRD

Prov. Jabar

7. Pelabuhan Patimban 1. Percepatan proses perizinan AMDAL

2. Penetapan skema pembiayaan

1. Proses perizinan

telah diajukan

kepada KLH

2. Penetapan

pembiayaan oleh

Kementerian

8. Jalur kereta api double

track Bogor-Sukabumi

Meningkatkan efisiensi waktu tempuh melalui

perbaikan jalur existing (penuh tikungan)

9. Waduk Jatigede Optimalisasi fungsi waduk jatigede dalam hal

pengairan, pembangkitan listrik dan

dukungan bagi penyediaan air minum

10. Bendungan Leuwikeris Percepatan proses pembebasan lahan Penyelesaian sengketa

lahan HGU

11. Bendungan Kuningan 1. Percepatan proses pembebasan lahan

2. Percepatan amandemen kontrak multiyear

Penetapan kesepakatan

Harga ganti rugi

dengan masyarakat,

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

NOVEMBER 2017

48

POIN TINDAK LANJUT LIST TINDAK LANJUT AREA WEWENANG

persiapan ganti rugi

tegakan kawasan

hutan, penyelesaian

luasa kawasan hutan

yang dizinkan untuk

dibangun.

12. Bendungan Karian Percepatan relokasi aset perusahaan negara Relokasi SUTT yang

berada di wilayah

pembangunan

13. Bendungan

Sindangheula

1. Penyelesaian kajian desain sebagai dasar

pembebasan lahan.

2. Percepatan proses pembebasan lahan,

khususnya terkait pembayaran ganti rugi

lahan yang telah diverifikasi BPN

Pembebasan lahan

merupakan wewenang

Pemerintah Provinsi

14. Optimalisasi

pemanfaatan sungai

Citarum

Langkah konservasi daerah aliran sungai

citarum untuk mendukung kesinambungan

pasokan air bersih

15. Pembangunan PLTU

Lontar unit 4

Penyelesaian sesuai tenggat

16. Pembangunan PLTU

Suralaya

Penyelesaian sesuai tenggat

SOFT INFRASTRUCTURE

1. Peningkatan Kapasitas

SDM untuk mendukung

pengembangan industry

1. Penyelenggaraan pendidikan vokasi yang

terintegrasi dengan industri.

2. Peningkatan kerjasama antara SMK dan

industry.

2. Peningkatan skala

ekonomi & kapasitas IKM

a. Peningkatan

standarisasi &

keamanan produk.

b. Optimalisasi

penggunaan

teknologi dan

integrasi IKM dalam

perekonomian

digital a.l e-

smartIKM,

ecommerce

1. Penyelenggaran workshop terpadu bagi

IKM.

2. Pendampingan bagi IKM potensial.

3. Pengembangan sektor

pertanian :

a. Memperkuat

kelembagaan petani

melalui

pengembangan cor

porate/

cooperative farming.

b. Meningkatkan akses

pembiayaan usaha

pertanian antara lain

melalui penyaluran

1. Perumusan dan pengembangan format

corporate/ cooperative farming.

2. Upaya pendampingan kepada

petani/kelompok petani untuk mengakses

pembiayaan perbankan dan asuransi

pertanian/peternakan.

3. Implementasi inovasi dan teknologi untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas

produk pertanian.

4. Perbaikan efisiensi tata niaga produk

pertanian.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

49

NOVEMBER 2017

POIN TINDAK LANJUT LIST TINDAK LANJUT AREA WEWENANG

KUR pada sektor

primer yang

didukung oleh

asuransi pertanian

dan peternakan

c. Melakukan

intensifikasi

pertanian, serta

meningkatkan

efisiensi distribusi

logisitik, dan

perbaikan tata niaga

pangan.

4. Pengembangan sektor

pariwisata : Tanjung

Lesung

a. Percepatan pembebasan lahan seluas 70

ha.

b. Percepatan penyelesaian pembangunan

infrastruktur pendukung : akses jalan,

listrik, air bersih.

5. Pengembangan sektor

pariwisata : Pelabuhan

Ratu

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

51

BAB II BAB II

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

52

2.1. Gambaran Umum

Total anggaran belanja fiskal Jawa Barat untuk tahun 2017 mencapai Rp156,83 Triliun, meliputi belanja

APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp32,43 Triliun (pangsa 20,68%), belanja APBD kabupaten/kota di Jawa

Barat1 sebesar Rp83,92 Triliun (pangsa 53,51%) dan belanja APBN sebesar Rp40,48 Triliun (pangsa

25,81%). Dibandingkan tahun 2016, terjadi peningkatan belanja fiskal Jawa Barat sebesar 2,12% (yoy), di

mana peningkatan terbesar terjadi pada belanja Provinsi sebesar 9,95% (yoy) dan APBN sebesar 6,02%

(yoy). Di sisi lain, total belanja fiskal kabupaten/kota pada tahun 2017 mengalami penurunan dengan

tumbuh sebesar -2,31% (yoy). Hal ini terutama disebabkan oleh adanya perubahan nomenklatur pada

tahun anggaran 2017 sehingga beberapa urusan atau wewenang Pemerintah Kab/Kota dialihkan ke

Pemerintah Provinsi. Secara spasial, anggaran belanja APBD kabupaten/kota tertinggi dimiliki oleh Kota

Bandung yang mencapai Rp7,36 Triliun (pangsa 8,1%) dan terendah adalah Kota Banjar sebesar Rp711,16

Miliar (pangsa 0,85%).

Pada triwulan III 2017, realisasi belanja fiskal gabungan di Jawa Barat mencapai Rp86,58 Triliun yang terdiri

dari belanja Pemerintah 27 Kab/Kota (42,43%), belanja APBN di Jawa Barat (24,96%), dan belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Barat (19,19%). Persentase realisasi belanja terhadap pagu pada triwulan III 2017

yang lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 hanya terjadi pada belanja Pemerintah Provinsi, sementara

belanja APBN dan Pemerintah Kab/Kota tercatat lebih rendah. Persentase realisasi anggaran belanja APBD

Provinsi Jawa Barat pada triwulan III 2017 sebesar 59,19% (triwulan III 2016 sebesar 57,38%) (Tabel 2.1).

Di sisi lain, belanja APBN terealisasi sebesar 61,66% terhadap pagu (triwulan III 2016 sebesar 63,02%) dan

belanja Pemerintah Kab/Kota terealisasi sebesar 50,56% (triwulan III 2016 sebesar 52,65%). Dengan

demikian, gabungan belanja fiskal di Jawa Barat (APBN, Provinsi, dan Kab/Kota) terealisasi sebesar 55,21%

terhadap pagu pada triwulan III 2017, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III 2016 sebesar 55,80%

terhadap pagu.

Dari sisi pertumbuhan, total belanja fiskal di Jawa Barat pada triwulan III 2017 tumbuh 1,03% (yoy),

melambat dibanding triwulan II 2017 yang tumbuh 7,95% (yoy). Secara spesifik, perlambatan laju

pertumbuhan belanja dibanding triwulan sebelumnya terjadi pada belanja APBN (dari 41,01% menjadi

3,72%) dan belanja APBD Provinsi (dari 27,44% menjadi 16,94%). Di sisi lain, pertumbuhan belanja APBD

gabungan Kab/Kota membaik dari -11,56% pada triwulan II 2017 menjadi -6,18% pada triwulan III 2017.

Secara spasial, persentase realisasi belanja terhadap pagu tertinggi terjadi di Kab. Garut (66,4% dari pagu)

dan terendah di Kab. Majalengka (18,9% dari pagu). Sementara itu, pertumbuhan belanja tertinggi pada

triwulan III 2017 dialami oleh Kab. Pangandaran (29,11%, yoy) dan terendah di Kab. Majalengka (-

66,92%, yoy).

1 Data APBD Kab/Kota mencakup 27 kab/kota yang ada di Jawa Barat, diambil dari situs Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi

Anggaran (TEPRA) : monev.lkpp.go.id

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

53

Dari sisi pendapatan, realisasi penerimaan APBD Provinsi Jawa Barat pada triwulan III 2017 sebesar Rp24,06

Triliun atau 78,80% dari target. Persentase realisasi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016 sebesar

74,92% dari target. Tingginya realisasi pendapatan pada APBD Provinsi ini terutama didorong oleh realisasi

Pendapatan Asli Daerah mencapai 79,40% dari target (triwulan III 2016 sebesar 75,44% dari target) dan

Dana Perimbangan yang mencapai 78,06% (triwulan III 2016 sebesar 74,17%).

Tabel 2.1. Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I II 2017

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Barat, diolah

2.2. APBD Provinsi Jawa Barat

Dukungan fiskal Provinsi Jawa Barat untuk tahun 2017 (APBD) mencapai Rp30,54 Triliun untuk anggaran

pendapatan dan Rp32,43 Triliun untuk anggaran belanja dan transfer (Grafik 2.1). Anggaran pendapatan

meningkat 15,29% (yoy) dibanding tahun 2016 sebesar Rp26,81Triliun. Peningkatan target ini seiring

dengan berlanjutnya prospek perbaikan ekonomi di tahun 2017 serta kenaikan sejumlah tarif maupun

pajak yang menjadi sumber pendapatan daerah (contoh : biaya STNK, harga BBM, dll). Di sisi lain, anggaran

belanja tahun 2017 meningkat sebesar 9,95% (yoy) dibanding tahun 2016 sebesar Rp28,60 Triliun.

Peningkatan pada anggaran belanja ini terutama didorong oleh peningkatan yang signifikan pada pos

belanja pegawai (140,1%, yoy) sehubungan dengan mulai diterapkannya UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yang berimplikasi pada beralihnya beberapa kewenangan kota-kabupaten ke provinsi,

provinsi ke nasional, maupun sebaliknya. Beberapa kewenangan yang beralih dari sebelumnya di

kota/kabupaten ke provinsi adalah pendidikan menengah, ketenagakerjaan, ESDM, perhubungan dan

kehutanan yang berdampak kepada dialihkannya PNS kota/kabupaten ke provinsi sebanyak 28 ribu orang,

dengan proporsi terbesar adalah tenaga guru termasuk honorer. Sebaliknya, PNS provinsi yang dialihkan

ke kabupaten/kota maupun nasional hanya sebesar 162 orang. Adapun pengalihan wewenang yang cukup

besar ke Pemerintah Provinsi tersebut tidak dibarengi dengan pengalihan/penambahan DAU/DAK. Hal ini

berdampak pada proporsi anggaran Pemerintah Provinsi di tahun 2017, di mana beberapa dinas/SKPD

mengalami pengurangan anggaran untuk mengkompensasi peningkatan biaya gaji pada tahun 2017.

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD P

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD P

I Pendapatan 26.807 20.083 74,92 30.541 24.065 78,80

1 Pendapatan Asli Daerah 16.180 12.206 75,44 16.524 13.120 79,40

2 Dana Perimbangan 10.595 7.858 74,17 13.987 10.919 78,06

3 Lain-lain Pendapatan 32 19 59,93 30 26 87,83

II Belanja 28.603 16.414 57,38 32.429 19.193 59,19

1 Belanja Operasi 18.623 12.327 66,19 23.668 15.278 64,55

2 Belanja Modal 3.546 979 27,61 2.292 789 34,42

3 Belanja Tidak terduga 50 - - 61 0,03 0,04

4 Belanja Transfer 6.385 3.107 48,67 6.409 3.126 48,79

Surplus/ (Defisit) (1.796) 3.670 (204,27) (1.888) 4.872 (258,03)

APBD 2017

(Rp Miliar)

S.d. Triwulan III 2017S.d. Triwulan III 2016APBD 2016 P

(Rp Miliar)No. Uraian

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

54

Secara ringkas, persentase realisasi baik pada anggaran belanja maupun pendapatan Pemerintah Provinsi

Jawa Barat pada triwulan III 2017 lebih tinggi dibanding triwulan III 2016. Persentase realisasi belanja pada

triwulan III 2017 mencapai 59,19% dari pagu, lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 sebesar 57,38%.

Sejalan dengan hal tersebut, realisasi pendapatan juga menunjukkan pencapaian yang lebih baik, yakni

mencapai 78,80% dari target pada triwulan III 2017, lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 sebesar

74,92%.

Namun demikian, pertumbuhan belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat melambat dari 27,44% (yoy) pada

triwulan II 2017 menjadi 16,94% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 2.2). Secara spesifik, perlambatan

pertumbuhan belanja ini disebabkan oleh melambatnya belanja modal (dari 5,64% menjadi -19,45%),

belanja barang (dari 79,89% menjadi 51,55%), dan belanja bantuan keuangan (dari 245,61% menjadi

8,64%). Hal ini diperkirakan terutama dipengaruhi oleh base effect di mana pada triwulan III 2016

berlangsung penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-19 di Jawa Barat dengan sebagian besar

dana penyelenggaraan bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat, khususnya dari pos belanja bantuan

keuangan.

Di sisi lain, pendapatan Pemerintah Provinsi pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 19,83% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 19,09% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

pendapatan khususnya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah yang tumbuh dari 0,60% (yoy) menjadi

7,49% (yoy) pada triwulan III 2017, ditopang peningkatan penerimaan Pajak Daerah.

Berdasarkan perkembangan-perkembangan di atas, pada triwulan III 2017 neraca APBD Provinsi Jawa Barat

meraih surplus anggaran sebesar Rp4,87 Triliun, lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 yang mengalami

surplus anggaran sebesar Rp3,67 Triliun.

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

2.2.1. Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat

Pada tahun 2017, kenaikan anggaran pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat terutama ditopang oleh

kenaikan pada anggaran transfer dana perimbangan yang naik cukup signifikan hingga 37,19% (yoy),

khususnya didorong oleh peningkatan pada pagu Dana Alokasi Umum (DAU) yang meningkat dari Rp1,02

Triliun pada tahun 2016 menjadi Rp2,99 Triliun pada tahun 2017 atau tumbuh 192,98% (yoy) (Tabel 2.2).

Peningkatan transfer DAU ke Pemerintah Provinsi antara lain merupakan implikasi dari pengalihan urusan

Grafik 2.1. Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.2. Perkembangan Pendapatan dan Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

55

pendidikan SMA/SMK dan urusan lainnya dari Pemerintah Kab/Kota ke Provinsi. Sejalan dengan hal

tersebut, pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) juga mengalami peningkatan sebesar 19,19% (yoy).

Peningkatan ini khususnya terjadi pada pagu DAK Non Fisik seiring dengan adanya penambahan jenis DAK

Non Fisik yakni : (1) dana pelayanan administrasi kependudukan dan (2) tunjangan khusus guru pegawai

negeri sipil daerah (PNSD) di desa sangat tertinggal. Anggaran pendapatan asli daerah (PAD) yang menjadi

penopang utama pendapatan daerah tumbuh terbatas, yakni sebesar 1,58% (yoy) pada tahun 2017,

terutama didorong oleh peningkatan target pendapatan pajak daerah tahun 2017 sebesar 1,50% (yoy).

Tabel 2.2. Anggaran Pendapatan Daerah Perubahan Provinsi Jawa Barat 2016 dan 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Rasio derajat otonomi fiskal (DOF) Provinsi Jawa Barat masih dalam kategori baik, tercermin dari 54,10%

anggaran pendapatan pada tahun 2017 bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun demikian,

DOF ini mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2016 sebesar 61,40% seiring dengan meningkatnya

pangsa dana perimbangan. Pajak daerah masih menjadi komponen terbesar PAD dengan pangsa mencapai

92,2%, relatif tidak berubah dibanding tahun 2016 (Grafik 2.3). Pertumbuhan target penerimaan pajak

daerah tahun 2017 sebesar 1,50% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan target penerimaan pajak

tahun 2016 sebesar 5,16% (yoy). Secara spesifik, penurunan pada tahun 2017 terjadi pada target Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor/PBBKB yang terkontraksi sebesar -2,71% (yoy) serta target Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB yang terkontraksi sebesar -2,79% (yoy). Adanya penurunan pada target

BBNKB diperkirakan salah satunya sebagai dampak dari kenaikan biaya STNK. Sementara itu, penurunan

target PBBKB diperkirakan memperhitungkan kebijakan Pemerintah yang kembali tidak menaikkan harga

BBM subsidi khususnya sepanjang semester I 2017.

I PAD 16.267 16.524 1,58

a. Pajak Daerah 15.013 15.238 1,50

b. Retribusi Daerah 70 58 (16,73)

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 335 323 (3,35)

d. Lain-lain PAD 849 904 6,49

II Dana Perimbangan 10.196 13.987 37,19

a. Bagi Hasil Pajak 1.396 1.724 23,49

b. Dana Alokasi Umum 1.021 2.992 192,98

c. Dana Alokasi Khusus 7.779 9.271 19,19

III Lain-lain Pendapatan 29 30 3,57

a. Bantuan Keuangan (Hibah) 24 22 (6,24)

b. Lain-lain Penerimaan 0 0 0,00

c. Dana Penyesuaian dan Otsus 5 8 50,00

26.491 30.541 15,29Total Pendapatan

No. UraianAPBD 2017 (Rp

Miliar)

APBD 2016 P (Rp

Miliar)

% Perubahan

(yoy)

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

56

2.2.2. Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017

Pada triwulan III 2017, realisasi pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp24,06 Triliun atau 78,80%

terhadap target, lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 sebesar Rp20,08 Triliun atau 74,92% terhadap

target (Tabel 2.3). Adapun komponen pendapatan dengan persentase realisasi tertinggi pada triwulan III

2017 adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 79,40%. Ditinjau dari sisi pertumbuhan

tahunan, maka komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Dana Perimbangan yang

mencapai 38,95% (yoy), walau masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan realisasinya pada triwulan

II 2017 (48,27%). Hal ini didorong oleh transfer Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat yang

berlangsung tepat waktu serta adanya pengalihan wewenang dari Pemerintah Kab/Kota ke Pemerintah

Provinsi yang turut mengalihkan sebagian alokasi DAK-nya ke Provinsi.

Tabel 2.3. Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

I PAD 16.180 12.206 75,44 16.524 13.120 79,40

a. Pajak Daerah 14.931 11.263 75,44 15.238 11.769 77,23

b. Retribusi Daerah 66 55 83,64 58 46 78,28

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 310 320 103,20 323 338 104,43

d. Lain-lain PAD 873 568 65,02 904 968 107,04

II Dana Perimbangan 10.595 7.858 74,17 13.987 10.919 78,06

a. Bagi Hasil Pajak 1.600 1.284 80,25 1.724 1.590 92,23

b. Dana Alokasi Umum 1.247 927 74,37 2.992 2.443 81,66

c. Dana Alokasi Khusus 7.747 5.646 72,88 9.271 6.886 74,27

III Lain-lain Pendapatan 32 19 59,93 30 26,08 87,83

a. Bantuan Keuangan (Hibah) 27 14 52,44 22 15 65,99

b. Lain-lain Penerimaan 0 0 - 0 4 0,00

c. Dana Penyesuaian dan Otsus 5 5 100,00 8 8 100,00

26.807 20.083 74,92 30.541 24.065 78,80Total Pendapatan

S.d Tw III 2017S.d Tw III 2016APBD 2017

(Rp Miliar)

APBD 2016

(Rp Miliar)No. Uraian

Grafik 2.3. Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

57

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pada triwulan III 2017, realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat mencapai

Rp24,06 Triliun atau tumbuh sebesar 7,49% (yoy),

meningkat dibanding triwulan II 2017 yang tumbuh

sebesar 0,60% (yoy). Peningkatan laju

pertumbuhan PAD dibandingkan triwulan

sebelumnya terjadi pada mayoritas komponen PAD

(kecuali hasil pengelolaan kekayaan daerah).

Adapun komponen pajak daerah sebagai

komponen dengan pangsa terbesar (89,70%)

tercatat tumbuh sebesar 4,50% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar -

0,62% (yoy).

Penerimaan pajak daerah ini terutama bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor/PKB (40,5%), Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB (32,3%), dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor/ PBBKB (14,6%)

(Grafik 2.4). Tingginya pangsa penerimaan dari PKB sejalan dengan karakteristik Jawa Barat dengan jumlah

penduduk terbanyak serta menjadi penyangga ibukota di mana banyak masyarakat di wilayah suburban

yang bekerja di Jakarta dan memanfaatkan kendaraan bermotor. Selain itu, hal ini juga tidak terlepas dari

upaya pemerintah meningkatkan partisipasi wajib pajak melalui pembebasan BBNKB dan denda BBNKB

dari luar provinsi Jawa Barat yang melakukan mutasi masuk ke Provinsi Jawa Barat pada semester II 2016

lalu.

Berdasarkan laju pertumbuhan tahunannya, peningkatan terbesar terjadi pada pertumbuhan Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB yakni dari -5,16% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 1,57% (yoy) pada

triwulan III 2017, diikuti Pajak Kendaraan Bermotor/PKB (dari 1,19% menjadi 6,46%) dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor/ PBBKB (dari 1,93% menjadi 4,87%). Secara umum, meningkatnya penerimaan

daerah di triwulan III 2017 mayoritas ditopang oleh penjualan terkait kendaraan bermotor. Masyarakat

ditengarai mengalihkan pembelian kendaraan bermotornya ke triwulan III 2017, setelah pada triwulan II

2017 pembelian relatif ditahan karena terutama mengalokasikan dananya untuk biaya pendidikan

memasuki Tahun Ajaran baru.

Dana Perimbangan

Pada triwulan III 2017, realisasi transfer dana perimbangan mencapai Rp10,92 Triliun atau 78,06%

terhadap pagu anggaran, lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 yang terealisasi sebesar Rp7,86 Triliun

atau 74,17% terhadap pagu anggaran. Peningkatan baik secara nominal maupun persentase realisasi

terhadap pagu ini terjadi pada ketiga komponen dana perimbangan. Adapun persentase realisasi tertinggi

adalah pada transfer dana bagi hasil yang mencapai 92,23% terhadap pagu, lebih tinggi dibanding triwulan

III 2016 sebesar 80,25% terhadap pagu.

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

Grafik 2.4. Pangsa Realisasi Pajak Daerah Tw III 2017

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

58

Dana Alokasi Umum (DAU) ke Jawa Barat pada triwulan III 2017 terealisasi sebesar Rp2,44 Triliun atau

81,66% terhadap pagu anggaran, lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 yang terealisasi sebesar Rp927

Miliar atau 74,37% terhadap pagu anggaran. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi transfer Dana Alokasi

Khusus (DAK) ke Jawa Barat pada triwulan III 2017 sebesar Rp6,89 Triliun atau 74,27% terhadap pagu juga

lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 sebesar Rp5,65 Triliun atau 72,88% terhadap pagu.

Dilihat dari sumbernya, komponen Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi terbesar pada

triwulan III 2017 yakni mencapai 63,06%, disusul oleh Dana Alokasi Umum (22,38%) dan Dana Bagi Hasil

(14,56%). Sebagian dana dari DAK ini ditujukan bagi alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Dana Alokasi Umum (DAU) sangat penting bagi daerah karena dana yang bersumber dari APBN ini

merupakan bagian dari perwujudan desentralisasi dan dialokasikan untuk pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah (horizontal) dalam rangka mendanai kebutuhan daerah. Pengalokasian DAU

tersebut didasarkan atas fiscal gap2 dan alokasi dasar

3. Dana Bagi Hasil (DBH) ditujukan untuk mengatasi

ketimpangan fiskal vertical (antara pemerintah pusat dan daerah), dengan fokus alokasi kepada daerah

penghasil. Dana Alokasi Khusus (DAK) ditujukan untuk mengatasi ketimpangan penyediaan infrastruktur

layanan publik (DAK fisik) serta mendukung operasional penyelenggaraan layanan publik (DAK non fisik).

Berdasarkan data Dirjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat, realisasi penyaluran DAK Fisik di Jawa Barat

hingga Oktober 2017 telah mencapai Rp2,36 Triliun atau 73,23% dari pagu tahun 2017. Sementara itu,

realisasi penyerapan baru mencapai Rp1,66 Triliun. Untuk penyaluran DAK Fisik Reguler telah tersalurkan

Rp1,21 riliun dengan penyerapan Rp887 miliar. Penyaluran terendah pada Kabupaten Subang (57,38%)

dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (57,39%). Sementara itu, untuk DAK Fisik Penugasan telah tersalurkan

71,93% dari pagu yakni sebesar Rp1,59 triliun dan penyerapannya Rp773 miliar. Penyaluran terendah

terdapat pada kota Bandung (30%) dengan tingkat penyerapan 0%. Berdasarkan evaluasi Dirjen

Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat, masih ada permasalahan bersifat substantif dan teknis yang dihadapi

pemerintah kabupaten/kota dalam merealisasikan DAK. Permasalahan yang dihadapi antara lain tidak

memenuhi daftar kontrak dan minimal penyerapan, sudah melakukan kontrak namun tidak di upload dan

gagal upload laporan sampai batas waktu yang ditetapkan. Sebagaimana diketahui, DAK dari pusat

ditujukan untuk membantu mendanai kegiatan khusus di daerah sesuai prioritas nasional dan berkaitan

dengan infrastruktur sehingga berhubungan dengan kontrak.

Khususnya terkait Dana Desa, terdapat 12 Kantor Pelayanan Perbendaharaan negara (KPPN) di Jawa Barat

selaku Bendahara Umum Negara (BUN) yang berperan dalam menyalurkan Dana Desa kepada 5009 desa

dari 5310 target desa penerima di Jawa Barat. Berdasarkan informasi dari Dirjen Perbendaharaan Kanwil

Jawa Barat, masih terdapat 301 desa yang belum tuntas memenuhi 4 persyaratan penyaluran yang

dikoordinasi oleh Pemerintah Kabupaten setempat, sehingga belum menerima dana desa pada Rekening

Kas Desa (RKD) masing-masing. KPPN sebagai Kuasa BUN yang menjalankan sebagian fungsi BUN,

2 Fiscal gap adalah kebutuhan fiskal (meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, PDRB

per kapita, dan indeks pembangunan manusia (IPM)) dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah (terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

3 Alokasi dasar dihitung berdasarkan atas jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

59

menyalurkan dana desa kepada Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dengan mekanisme yang cepat,

sederhana dan tanpa biaya setelah menerima 4 (empat) dokumen persyaratan penyaluran berupa : Perda

APBD tahun berjalan, Peraturan Bupati/Walikota mengenai Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian

Dana Desa setiap desa, Laporan Realisasi Penyaluran Dana Desa TA sebelumnya dan Laporan Konsolidasi

Realisasi Penyerapan dan Capaian Output Dana Desa TA sebelumnya. Sampai dengan tanggal 31 Juli 2017

penyaluran Dana Desa dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke RKUD telah mencapai angka sebesar

Rp. 2,727 miliar lebih, dan dari RKUD ke RKD telah tersalur sebesar Rp2,599 miliar lebih. Untuk 19

kabupaten/kota penerima Dana Desa di Provinsi Jawa Barat, beberapa telah berhasil menyalurkan kepada

seluruh desa di wilayahnya sedang selebihnya masih dibawah 100 %. Adapun 9 (Sembilan) kabupaten/kota

dengan penyaluran 100 % ke desa target terdiri dari Kab. Garut, Kab. Bandung Barat, Kab. Bekasi, Kota

Banjar, Kab. Pangandaran, Kab. Tasikmalaya, Kab. Purwakarta, Kab. Kuningan, dan Kab. Bandung.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa ke daerah, Pemerintah telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mereformasi dan memperbaiki mekanisme TKDD.

Melalui PMK No. 50/PMK.07/2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang

ditandatangani tanggal 4 April 2017 tersebut, Pemerintah mengakomodasi beberapa kebijakan strategis,

antara lain :

1. pengalokasian DAU bersifat dinamis atau tidak final, sehingga DAU per daerah dan realisasi

penyalurannya akan mengikuti dinamisasi perkembangan PDN net;

2. penyaluran TKDD didasarkan padan kinerja penyerapan dan capaian atas penggunaan TKDD yang

disalurkan pada tahun sebelumnya;

3. penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa, yang sebelumnya dilakukan oleh Ditjen Perimbangan Keuangan,

sekarang dilakukan oleh KPPN di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan

Kementerian Keuangan kepada pemerintah daerah;

4. penguatan peran Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dalam memberikan

rekomendasi atas usulan kegiatan DAK fisik dari kabupaten/kota, dan pelaksanaan sinkronisasi, serta

harmonisasi rencana kegiatan DAK fisik antar daerah, antar bidang, dan antar DAK dengan pendanaan

lainnya;

5. penyempurnaan kriteria dalam pengalokasian Dana Insentif Daerah (DID) berdasarkan beberapa

indikator tertentu; dan

6. peningkatan kualitas belanja infrastruktur daerah untuk meningkatkan pelayanan dasar publik, yaitu

dengan menganggarkan presentase tertentu dari dana transfer ke daerah yang bersifat umum.

Dengan adanya peraturan ini, Pemerintah Daerah didorong menjadi semakin tertib, tepat waktu, dan tepat

sasaran dalam penggunaan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Namun sejalan dengan proses

implementasinya, mempertimbangkan masih adanya kendala khususnya terkait penyampaian dokumen

DAK Fisik, Pemerintah mengeluarkan PMK No. 112/PMK.07/2017 pada 3 Agustus 2017 yang pada intinya

memperpanjang batas waktu penyampaian dokumen DAK Fisik serta termin waktu penyalurannya. Selain

itu, penyaluran DAK Fisik triwulan II dan/atau triwulan III dapat disalurkan sekaligus pada triwulan IV.

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

60

Lain-lain Pendapatan

Pada komponen lain-lain pendapatan, realisasi pada triwulan III 2017 adalah sebesar Rp26 Miliar atau

87,83% terhadap pagu anggaran. Realisasi ini meningkat dibanding triwulan III 2016 sebesar Rp19 Miliar

atau 59,93% terhadap pagu anggaran. Berdasarkan komponennya, realisasi ini terdiri dari bantuan

keuangan (hibah) sebesar Rp15 Miliar atau 65,99% terhadap pagu dan Dana Penyesuaian & Otsus sebesar

Rp 8 Miliar atau 100% terhadap pagu.

2.2.3. Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

Anggaran belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari anggaran belanja dan transfer pada APBD

2017 mencapai Rp32,43 Triliun atau meningkat sebesar 9,95% (yoy) dibanding tahun 2016 (Tabel 2.4).

Peningkatan terbesar terjadi pada anggaran belanja yang naik dari Rp22,92 Triliun pada tahun 2016

menjadi Rp26,02 Triliun pada tahun 2017 (13,52%, yoy). Di sisi lain, anggaran transfer menurun dari

Rp6,57 Triliun pada tahun 2016 menjadi Rp6,41 Triliun pada tahun 2017 (-2,49%, yoy). Penurunan

anggaran transfer yakni bagi hasil pajak salah satunya mempertimbangkan kenaikan beban belanja

Pemerintah Provinsi akibat pengalihan wewenang yang cukup besar dari Kab/Kota ke Provinsi.

Secara nominal, komponen belanja yang mengalami peningkatan terbesar adalah belanja operasi yakni dari

Rp19,57 Triliun pada 2016 menjadi Rp23,67 Triliun pada 2017 (20,97%, yoy). Secara spesifik, komponen

belanja operasi yang meningkat signifikan adalah belanja pegawai yakni dari Rp2,22 Triliun pada 2016

menjadi Rp5,34 Triliun pada 2017 (140,1%, yoy). Berdasarkan strukturnya, komponen belanja operasi

masih mendominasi alokasi belanja APDB Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan pangsa yang mencapai

91,0% (Grafik 2.5).

Tabel 2.4. Anggaran Belanja Daerah Provinsi Perubahan Jawa Barat Tahun 2016 dan 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

1 Belanja Operasi 19.566 23.668 20,97

a. Belanja Pegawai 2.225 5.342 140,10

b. Belanja Barang 3.097 3.641 17,55

c. Belanja Bunga 0 0 0,00

d. Belanja Subsidi 15 15 0,00

e. Belanja Hibah 10.181 10.382 1,98

f. Belanja Bantuan Sosial 18 38 109,35

g. Belanja Bantuan Keuangan 4.029 4.249 5,46

2 Belanja Modal 3.328 2.292 (31,14)

3 Belanja Tidak Terduga 27 61 125,14

4 Belanja Transfer 6.572 6.409 (2,49)

a. Bagi hasil pajak 6.572 6.409 (2,49)

b. Bagi hasil retribusi 0 0 0,00

29.493 32.429 9,95Total Belanja

No. UraianAPBD 2017

(Rp Miliar)

APBD 2016 P

(Rp Miliar)

% Perubahan

(yoy)

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

61

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Peningkatan belanja operasi ini diimbangi dengan penurunan pada anggaran belanja modal sebesar Rp1,04

Triliun (-31,14%, yoy). Sama halnya dengan belanja transfer, penurunan pada anggaran belanja modal

pada tahun 2017 merupakan bentuk kompensasi terhadap meningkatnya komponen belanja pegawai

pada belanja operasi seiring dengan pengalihan 28.000 PNS dari wewenang Kab/Kota ke Provinsi.

2.2.4. Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017

Pada triwulan III 2017, realisasi belanja dan transfer APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp19,19 Triliun atau

59,19% terhadap target, lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 sebesar Rp16,41 Triliun atau 57,38%

terhadap target (Tabel 2.5). Adapun komponen belanja dengan persentase realisasi tertinggi pada triwulan

III 2017 adalah Belanja Operasi yang mencapai 64,55% terhadap pagu. Ditinjau dari sisi pertumbuhan

tahunan, maka komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi juga adalah Belanja Operasi yang

mencapai 23,94% (yoy), walau masih lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 (34,31%).

Tabel 2.5. Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan III 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

1 Belanja Operasi 18.623 12.327 66,19 23.668 15.278 64,55

a. Belanja Pegawai 2.376 1.443 60,73 5.342 3.684 68,95

b. Belanja Barang 3.030 1.646 54,34 3.641 2.495 68,53

c. Belanja bunga 0 0 0 0 0 0

d. Belanja Subsidi 15 0 0,00 15 15 98

e. Belanja Hibah 9.659 7.327 75,86 10.382 6.990 67,33

f. Belanja Bantuan Sosial 19 10 50,34 38 30 77,96

g. Belanja Bantuan Keuangan 3.523 1.901 53,94 4.249 2.065 48,59

2 Belanja Modal 3.546 979 27,61 2.292 789 34,42

3 Belanja Tidak Terduga 50 0 0 61 0 0

4 Belanja Transfer 6.385 3.107 48,67 6.409 3.126 48,79

a. Bagi hasil pajak 6.385 3.107 48,67 6.409 3.126 48,79

b. Bagi hasil retribusi 0 0 0 0 0 0

28.603 16.414 57,38 32.429 19.193 59,19

No. Uraian

s.d Tw III 2017s.d Tw III 2016APBD 2017

(Rp Miliar)

APBD 2016

(Rp Miliar)

Total Belanja

Grafik 2.5. Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

62

Jika mengevaluasi pola realisasi anggaran

Pemerintah Provinsi yang memiliki

kecenderungan backloading, setelah

mengalami sedikit perbaikan pola pada triwulan

II 2017, pada triwulan III 2017 pola serapan

anggaran kembali terhambat sebagaimana

yang terjadi pada tahun 2014-2015 (Grafik 2.6).

Pada triwulan III 2017, realisasi belanja (tidak

kumulatif) terhadap pagu sebesar 22,15% atau

menurun dibanding triwulan III 2016 (24,43%)

dan juga lebih rendah dibanding rata-rata serapan triwulan III periode 2013-2015 sebesar 22,98%. Hal ini

antara lain diperkirakan karena Pemerintah mengantisipasi kemungkinan dilakukannya penghematan

anggaran oleh Pemerintah Pusat sehingga realisasi belanja sedikit ditahan sebagai bentuk tindakan berjaga-

jaga.

Peningkatan persentase serapan (kumulatif) belanja pada triwulan III 2017 dibanding triwulan III 2016

terutama disebabkan oleh belanja modal yang terealisasi sebesar 34,42% terhadap pagu, meningkat

dibanding triwulan III 2016 (27,61%). Di sisi lain, persentase serapan kumulatif belanja operasi pada

triwulan III 2017 sebesar 64,55% lebih rendah dibanding triwulan III 2016 (66,19%). Hal ini disebabkan

antara lain oleh base effect di mana pada triwulan III 2016 terdapat penyelenggaraan event Pekan Olahraga

Nasional (PON) yang mendorong realisasi belanja operasi APBD Provinsi.

Di tengah meningkatnya persentase realisasi

serapan terhadap pagu, pertumbuhan realisasi

belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat melambat

setelah sebelum sempat membaik di triwulan II

2017. Pertumbuhan belanja APBD Provinsi Jawa

Barat melambat dari 27,44% (yoy) pada triwulan

II 2017 menjadi 16,94% (yoy) pada triwulan III

2017. Hal ini didorong oleh melambatnya

pertumbuhan baik pada belanja operasi (dari

34,31% menjadi 23,94%) maupun belanja modal (dari 5,64% menjadi -19,45%) (Grafik 2.7).

Belanja Operasi

Realisasi belanja operasi pada triwulan III 2017 mencapai Rp15,28 Triliun atau sebesar 64,55% terhadap

pagu anggaran serta tumbuh sebesar 23,94% (yoy). Realisasi pertumbuhan belanja operasi ini kembali

melambat setelah sempat membaik pada triwulan II 2017 (34,31%). Kontributor utama dari realisasi

belanja operasi tersebut masih didominasi oleh komponen belanja hibah dengan pangsa mencapai 45,8%,

diikuti oleh belanja pegawai (24,1%) dan belanja barang (16,3%) (Grafik 2.8). Secara spesifik,

melambatnya laju pertumbuhan belanja operasi dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh

Grafik 2.6. Persentase Realisasi Anggaran Belanja Per

Triwulan (%)

Grafik 2.7. Perkembangan Belanja Operasi dan Modal

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

63

belanja bantuan keuangan yang tumbuh dari 245,61% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 8,64% (yoy)

pada triwulan III 2017 dan belanja barang (dari 79,89% menjadi 51,55%) (Grafik 2.9). Hal ini terutama

disebabkan oleh base effect pelaksanaan PON ke-19 di Jawa Barat pada triwulan III 2016 di mana mayoritas

anggaran penyelenggaraannya bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat yakni dari pos belanja bantuan

keuangan. Selain itu, Pemerintah Daerah juga diduga menahan belanjanya sebagai bentuk antisipasi

terhadap kemungkinan dilakukan penundaan transfer dana perimbangan akibat penghematan anggaran

Pemerintah Pusat sebagaimana yang terjadi pada triwulan III 2016.

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat

Di tengah melambatnya pertumbuhan belanja bantuan keuangan dan belanja barang, belanja pegawai

tercatat tumbuh meningkat dari 107,86% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 155,26% (yoy) pada triwulan

III 2017. Hal ini antara lain didorong oleh adanya penyaluran gaji ke-13 yang pencairannya digeser ke

triwulan III 2017 sementara pada tahun 2016 dicairkan pada triwulan II 2016. Selain itu, upaya mendorong

serapan anggaran juga ditempuh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang pada Juli 2017 lalu mengirimkan

surat edaran ke masing-masing OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan kepada seluruh

Kepala Daerah untuk mendorong percepatan penyerapan anggaran mengingat dana mengendap hingga

akhir triwulan II 2017 masih cukup besar.

Belanja Modal

Realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan III 2017 sebesar Rp789 Miliar atau

34,42% terhadap pagu. Realisasi ini lebih rendah dibanding triwulan III 2016 sebesar Rp979 Miliar atau

tumbuh sebesar -19,45% (yoy). Pola backloading masih terlihat pada pos belanja modal, di mana puncak

serapan anggaran yang didorong oleh pembayaran proyek-proyek diperkirakan terakumulasi akhir tahun.

Terkait proyek pembangunan infrastruktur, proyek Tol Soroja sudah dituntaskan penyelesaiannya pada

triwulan III 2017 dan rencana akan dilakukan uji kelayakan pada triwulan IV 2017. Selain itu, Pemerintah

juga tengah mengerjakan proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek Elevated yang telah dimulai sejak triwulan II

2017. Pemerintah Provinsi juga tengah fokus melakukan penyelesaian proyek Bandara Internasional

Kertajati yang rencananya akan di-launching pada pertengahan tahun 2018. Selain ketiga proyek ini,

terdapat beberapa proyek infrastruktur strategis yang sedang berlangsung di Jawa Barat, antara lain

pembangunan Tol Cisumdawu, Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi, LRT terintegrasi Jabodebek, dan kereta cepat

Grafik 2.8. Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%)

Grafik 2.9. Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

64

Jakarta-Bandung. Pembebasan lahan masih menjadi kendala yang kerap muncul dan juga berpotensi untuk

menghambat realisasi penyerapan belanja modal dari pembangunan fisiknya.

2.3. Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Anggaran belanja untuk 27 kabupaten/kota4 pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp83,92 Trilun atau

menurun sebesar -2,31% (yoy) dibanding gabungan anggaran belanja tahun 2016 sebesar Rp85,90 Triliun.

Penurunan anggaran belanja ini salah satunya merupakan implikasi dari pengalihan sebagian wewenang

dari pemerintah kab/kota ke provinsi. Secara spasial, anggaran belanja untuk 5 kab/kota besar di Jawa Barat

memiliki pangsa mencapai 34,43% terhadap total anggaran belanja kab/kota di Jawa Barat. Adapun

anggaran belanja tertinggi dimiliki oleh Kota Bandung dengan pangsa mencapai 8,2%, diikuti oleh Kab.

Bogor (7,8%), Kota Bekasi (6,3%), Kab. Bekasi (6,2%), dan Kab. Bandung (5,9%) (Grafik 2.10). Di sisi lain,

kab/kota dengan pangsa belanja terendah adalah Kota Cirebon (1,62%), Kab. Pangandaran (1,59%), Kota

Sukabumi (1,37%), dan Kota Banjar (0,85%).

Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja kab/kota masih didominasi oleh belanja pegawai (45,0%),

kemudian diikuti oleh belanja barang/jasa (22,2%), belanja modal (19,1%), dan belanja hibah & bantuan

(13,7%) (Grafik 2.11).

Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id)

4 Data bersumber dari situs TEPRA, menggunakan Anggaran Perubahan

Grafik 2.11. Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2016 dan 2017

Grafik 2.10. Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2017 (%)

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

65

Pada triwulan III 2017, realisasi belanja APBD gabungan dari 27 kab/kota yang ada di Jawa Barat mencapai

Rp42,43 Triliun atau 50,6% terhadap pagu anggaran. Persentase realisasi terendah terjadi di Kab.

Majalengka (18,87%) sementara realisasi tertinggi terjadi di Kabupaten Garut (66,40%). Rendahnya

serapan anggaran di Kab. Majalengka dan beberapa daerah serapan rendah lainnya terutama disebabkan

karena masih berjalannya pembangunan sejumlah proyek di mana pembayarannya mayoritas dilakukan

pada akhir tahun. Secara nominal, realisasi belanja terendah pada triwulan III 2017 terjadi di Kota Banjar

yakni sebesar Rp439 Miliar sementara nilai realisasi tertinggi dialami oleh Kab. Bogor sebesar Rp3,41 Triliun

(Grafik 2.12).

Sumber : Situs TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Realisasi APBD gabungan 27 kab/kota ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan III 2016

yang mencapai Rp45,22 Triliun atau 52,6% terhadap pagu anggaran. Menurunnya kinerja realisasi belanja

belanja APBD Kab/Kota ini terutama disebabkan oleh berkurangnya beban anggaran khususnya untuk

belanja pegawai dari PNS yang kewenangannya dialihkan ke Provinsi (termasuk guru SMA dan SMK).

2.4. Belanja APBN di Jawa Barat

Dalam rangka membiayai belanja serta programnya di daerah, pemerintah pusat mengalokasikan sejumlah

anggaran APBD untuk direalisasikan di Jawa Barat. Anggaran penerimaan APBN tersebut hanya berasal dari

penerimaan dalam negeri yang bersumber dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta hibah.

Selain alokasi ini, belanja APBN juga disalurkan dalam bentuk Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke

Daerah melalui Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Belanja pemerintah pusat

melalui APBN tersebut antara lain digunakan untuk membiayai gaji pegawai Kementerian atau instansi

pemerintah pusat yang berada di Jawa Barat, seperti Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara dan Kantor

Wilayah Pajak. Selain itu, anggaran ini juga digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur

strategis yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Berdasarkan strukturnya, belanja APBN di Jawa Barat

terutama dialokasikan untuk belanja pegawai (45,54%) dan belanja barang (37,28%) (Tabel 2.6).

Grafik 2.12. Perkembangan Realisasi Belanja 24 Kab/Kota di Jawa Barat Triwulan II 7

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

66

Tabel 2.6. Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

Pada triwulan III 2017, realisasi belanja APBN di Jawa Barat adalah sebesar Rp24,96 Triliun atau 61,66%

terhadap pagu anggaran. Berdasarkan nominalnya, realisasi ini meningkat dibanding triwulan III 2016 yang

terealisasi sebesar Rp24,06 Triliun atau tumbuh 3,72% (yoy) (Tabel 2.7). Namun demikian, persentase

serapannya masih lebih rendah dibanding triwulan III 2016 yang mencapai 63,02% terhadap pagu 2016.

Pertumbuhan belanja APBN pada triwulan ini tercatat melambat dibandingkan triwulan II 2017 yang

mampu tumbuh mencapai 41,01% (yoy). Adapun komponen belanja APBN dengan pangsa realisasi

terbesar pada triwulan III 2017 adalah belanja pegawai (50,7%), diikuti belanja barang (36,7%), dan

belanja modal (12,3%) (Grafik 2.13).

Tabel 2.7. Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan III 2017

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

Perlambatan laju pertumbuhan belanja APBN di Jawa Barat pada triwulan III 2017 dibanding triwulan

sebelumnya terjadi pada seluruh komponen, yakni belanja pegawai (dari 47,34% ke 0,13%), belanja

barang (dari 30,15% ke 4,77%), dan belanja modal (dari 48,75% ke 16,02%) (Grafik 2.14).

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Pagu

(Rp Miliar)

Pangsa

(%)

Pagu

(Rp Miliar)

Pangsa

(%)

1 Belanja Pegawai 16,980 44.47 17,464 45.54 2.85

2 Belanja Barang 14,986 39.25 14,295 37.28 -4.62

3 Belanja Modal 6,000 15.71 6,369 16.61 6.16

4 Belanja Bantuan Sosial 216 0.57 219 0.57 1.35

38,182 100.00 38,347 100.00 0.43

No. Jenis Belanja

Total Belanja

TA 2016 TA 2017% Perubahan

(yoy)

Realisasi

(Rp Miliar)% Realisasi

Realisasi

(Rp Miliar)% Realisasi

1 Belanja Pegawai 12.627 74,36 12.644 67,93 0,13

2 Belanja Barang 8.742 58,33 9.160 60,84 4,77

3 Belanja Modal 2.645 44,09 3.069 46,52 16,02

4 Belanja Bantuan Sosial 49 22,79 88 40,08 78,14

24.063 63,02 24.959 61,66 3,72Total Belanja

No. Jenis Belanja

%

Pertumbuhan

(yoy)

Tw III 2016 Tw III 2017

Grafik 2.13. Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat Grafik 2.14. Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

67

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Alokasi belanja APBN di Jawa Barat pada triwulan III 2017 ini tertinggi ditujukan untuk merealisasikan fungsi

ekonomi (pangsa 78,73%), diikuti fungsi pendidikan (pangsa 8,97%) dan perumahan & fasilitas umum

(pangsa 3,46%) (Tabel 2.8). Persentase realisasi tertinggi terhadap pagu diraih oleh belanja untuk fungsi

perlindungan sosial (99,11%), diikuti oleh fungsi perumahan dan fasilitas umum (61,50%), dan fungsi

pendidikan (48,53%).

Tabel 2.8. Realisasi Komponen Belanja APBN Berdasarkan Fungsi di Provinsi Jawa Barat

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thdp pagu

Realisasi

(Rp Miliar)

% Realisasi

thdp pagu

1 Pelayanan Umum 158 62 39,44 193 58 28,12 -7,66

2 Pertahanan 53 11 20,83 73 18 25,53 64,99

3 Ketertiban dan Keamanan 276 41 14,90 83 54 40,42 30,19

4 Ekonomi 3973 1973 49,65 4860 2416 48,45 22,47

5 Lingkungan Hidup 91 29 31,95 57 28 47,87 -3,53

6

Perumahan dan Fasilitas

Umum 375 151 40,37 191 106 61,50 -29,77

7 Kesehatan 510 116 22,64 269 80 26,26 -31,02

8 Agama 79 13 15,92 71 28 30,63 125,81

9 Pendidikan 683 239 34,92 565 275 48,53 15,31

10 Perlindungan Sosial 17 11 62,46 5 6 99,11 -45,79

6216 2645 42,55 6369 3069 46,52 16,02TOTAL BELANJA MODAL

Pagu 2017

(Rp Miliar)

s.d. Tw III 2017

No FungsiPagu 2016

(Rp Miliar)

s.d. Tw III 2016% Grow th

Tw III (yoy)

Grafik 2.15. % Realisasi APBN di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Belanja Per Triwulan

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

BAB III

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

69

KONDISI UMUM

Inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya

dan tercatat sebesar 3,87% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 4,31%

(yoy). Jika dilihat secara historis realisasi ini lebih rendah dibanding rata-rata historis inflasi selama 5 tahun

terakhir yaitu sebesar 4,34% (yoy).

Perkembangan inflasi Jawa Barat pada triwulan ini mencatatkan realisasi yang lebih tinggi dibanding inflasi

nasional sebesar 3,72% (yoy), hal yang sama pernah terjadi pada tahun 2012, 2013 dan 2014 (Grafik 3.1).

Realisasi inflasi pada triwulan III 2017, jika dilihat secara spasial di Kawasan Jawa, Jawa Barat menempati

posisi tertinggi kedua setelah Banten (4,17%, YoY). Peningkatan inflasi ini terutama disebabkan oleh andil

biaya pendidikan karena adanya tahun ajaran baru masih ada di bulan September. Realisasi inflasi triwulan

III tahun 2017 dari provinsi-provinsi di Kawasan Jawa tercatat tertinggi kedua setelah Banten. Namun jika

dibandingkan dengan tahun 2016 maka tekanan inflasi mengalami peningkatan(Grafik 3.2).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Secara triwulanan, inflasi IHK Jawa Barat mengalami penurunan yakni dari 0,52% (qtq) pada triwulan II

2017 menjadi sebesar 1,51% (qtq) pada triwulan III 2016, namun lebih tinggi dibanding triwulan III 2016

yang tercatat sebesar 0,52% (qtq). Penurunan inflasi triwulanan ini khususnya terjadi pada kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Secara historis, realisasi inflasi triwulanan Jawa Barat pada

triwulan III 2017 ini lebih tinggi dibanding rata-rata historis 5 tahun terakhir sebesar 0,83% (qtq).

Grafik 3. 1. Inflasi Jawa Barat dan Nasional Grafik 3. 2. Inflasi Tahunan Provinsi di Kawasan Jawa

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

70

Berdasarkan disagregasi kelompok, penurunan tekanan inflasi tahunan dibanding triwulan

sebelumnya ini disebabkan oleh kelompok volatile food dan administered price. Namun demikian,

kelompok core inflation menjadi faktor penahan inflasi. Berdasarkan besar andilnya, tekanan inflasi

pada triwulan III 2017 disumbang oleh kelompok volatile food dan administered price dengan andil masing-

masing sebesar 0,17% (yoy) dan 9,16% (yoy). Sementara itu, kelompok volatile food memberikan andil

inflasi yakni 3,22% (yoy).

Peningkatan inflasi core dari 2,92% (yoy) menjadi 3,22% (yoy) pada triwulan III 2017 disebabkan oleh

Kenaikan pada kelompok core terutam didorong oleh biaya pendidikan dan kenaikan harga pada

komoditas emas perhiasan. (Grafik 3.3). Dengan demikian, inflasi core tercatat meningkat lebih tinggi

dibanding triwulan II 2017. Sejalan dengan hal tersebut, inflasi kelompok administered pricess mengalami

penurunan dari 10,71% (yoy) menjadi 9,16% pada triwulan III 2017. Penurunan ini khususnya terjadi pada

subkelompok energi, penurunan inflasi terjadi karena dampak kenaikan tarip listrik telah berlalu, sehingga

andil inflasi pada komoditas tarip lisrik menjadi sangat kecil. Dari subkelompok non energi, penurunan

permintaan terhadap beberapa jenis angkutan menyebabkan deflasi pada kelompok AP.. Di sisi lain, inflasi

volatile food juga tercatat mengalami penurunan yakni dari 2,06% (yoy) menjadi 0,17% (yoy) pada triwulan

III 2017. Hal ini disebabkan oleh masa panen komoditas hortikultura yang terjadi mulai bulan Agustus

sampai September sehingga pasokannya tinggi.

Grafik 3.3. Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy)

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

71

3.1. Perkembangan Inflasi Periode Triwulan III 2017

3.1.1. Inflasi Bulanan (mtm)

Pada triwulan III 2017, rata-rata inflasi bulanan Jawa Barat sebesar 0,18% (mtm), mengalami penurunan

dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan II 2017 sebesar 0,22% (mtm). Realisasi ini juga

menunjukkan inflasi yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata historis inflasi bulanan di triwulan II

(periode 2012-2016) sebesar 0,28%.

Selama triwulan III 2017, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan September 2017 terutama disebabkan

oleh andil biaya pendidikan karena adanya tahun ajaran baru masih ada di bulan September. Inflasi bulanan

pada September 2017 meskipun tercatat paling tinggi di triwulan III, namun dibanding rata-rata historis 5

(lima) tahun terakhir masih berada dibawah rata-ratanya (Grafik 3.4). Pada bulan Juli 2017 (0,01%) terjadi

inflasi sementara pada bulan agustus terjadi deflasi sebesar (-0,09%). Penurunan inflasi pada bulan Agustus

ini terutama disebabkan oleh berakhirnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang menyebabkan permintaan

masyarakat kembali normal.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di kawasan Jawa, rata-rata inflasi bulanan Jawa Barat pada

triwulan III 2017 merupakan yang terendah kedua setelah Jogja. Hal ini terutama didorong oleh realisasi

deflasi pada periode Agustus 2017. Secara historis, inflasi provinsi di kawasan Jawa pada triwulan III terus

mengalami penurunan, mulai dari triwulan III 2015 hingga triwulan III 2017 (Grafik 3.5).

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Apr Mei Jun Apr Mei Jun Apr Mei Jun Jul Ags Sept

-0,06 0,20 0,69 0,28 0,78 0,36 0,08 0,40 0,17 0,45 0,88 0,50 0,01 -0,09 0,18 0,03

1 Bahan Makanan -1,09 0,10 1,84 0,28 0,07 -0,21 -0,14 -0,10 -0,80 1,24 0,83 0,42 -0,30 -1,06 -0,64 -0,66

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau 0,42 0,43 0,37 0,41 0,40 0,70 0,06 0,39 0,38 0,25 0,60 0,41 0,71 0,26 0,54 0,51

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar 0,25 0,26 0,21 0,24 1,12 0,68 0,30 0,70 0,73 0,36 0,63 0,57 0,10 0,07 0,04 0,07

4 Sandang -0,06 0,05 0,26 0,08 0,27 0,32 0,11 0,23 0,36 0,42 1,50 0,76 0,25 0,40 0,65 0,43

5 Kesehatan 0,23 0,17 0,13 0,18 0,16 0,47 0,13 0,25 0,27 0,09 0,82 0,40 0,06 0,32 0,22 0,20

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga 0,03 0,13 -0,01 0,05 0,10 0,19 0,14 0,14 0,03 0,19 0,06 0,09 0,45 1,03 1,95 1,14

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan 0,09 0,12 0,97 0,40 2,04 0,33 -0,01 0,79 0,27 0,16 1,80 0,74 -0,69 -0,19 0,08 -0,27

Rata-

rata

Umum

Rata-

rata

Tw II 2017 Rata-

rata

Tw III 2017No Kelompok

Tw II (2012-2016)Rata-rata

Tw I 2017

Grafik 3. 4. Rata-rata Inflasi Bulanan 5 Tahun Terakhir Grafik 3. 5. Inflasi Bulanan Provinsi di Kawasan Jawa

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

72

Tabel 3.2. Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Berdasarkan kelompok barangnya, tekanan inflasi rata-rata bulanan terutama disumbang oleh

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air,listrik dan bahan bakar;

sandang; kesehatan dan pendidikan, rekreasi dan olahraga serta Transportas i, komunikasi dan jasa

keuangan (Tabel 3.1). Rata-rata inflasi bulanan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tercatat

meningkat dari 0,01% (mtm) pada triwulan II 2017 menjadi 0,09%(mtm) pada triwulan III 2017. Dilihat

dari rata-rata andil inflasi bulanannya pada triwulan III 2017 sebesar -0,14% (mtm) mengalami penurunan

dari triwulan II 2017 sebesar 0,08% (mtm). Meskipun begitu, beberapa kelompok barang memberikan

kontribusi atas penekanan inflasi antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Meskipun rata-rata inflasi bulanan semua kelompok memberikan andil untuk meningkatkan inflasi,

namun untuk kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat memberikan rata-rata

andil penurunan inflasi yaitu -0,05%(mtm). Jika dilihat dari rata-rata andil inflasi bulanannya pada

triwulan III 2017 sebesar -0,14% (mtm) memiliki arah yang sama dengan inflasi pada triwulan I 2017.

Secara spesifik, inflasi rata-rata bulanan terbesar selama triwulan II terjadi pada sub kelompok makanan

jadi, minuman, rokok dan tembakau, yaitu sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Sementara

untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, kenaikan tertinggi berada pada subkelompok

pendidikan (2,26%), rekreasi (2,05%) dan kursus kursus pendidikan (1,36%).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept

1 Bahan Makanan 0,01 -0,05 -0,02 -0,02 -0,18 0,26 0,18 0,08 -0,05 -0,22 -0,14 -0,14

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau0,06 0,12 0,01 0,06 0,07 0,04 0,11 0,07 0,12 0,04 0,10 0,09

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar0,29 0,18 0,08 0,19 0,19 0,10 0,17 0,15 0,02 0,02 0,01 0,02

4 Sandang 0,01 0,02 0,00 0,01 0,02 0,02 0,07 0,03 0,01 0,02 0,03 0,02

5 Kesehatan 0,01 0,02 0,00 0,01 0,01 0,00 0,03 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 0,01 0,03 0,08 0,15 0,09

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan0,37 0,06 0,00 0,14 0,05 0,03 0,34 0,14 -0,13 -0,03 0,01 -0,05

Rata-

rataNo Kelompok

Tw I 2017Rata-rata

Tw II 2017 Tw III 2017 Rata-

rata

Grafik 3. 6. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan,

Rekreasi dan Olah Raga

Grafik 3.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

73

Berdasarkan disagregasi kelompok, tekanan inflasi bulanan untuk seluruh kelompok mengalami

peningkatan. Untuk kelompok volatile food mengalami peningkatan dari -1,39% menjadi -0,90% (mtm),

sementara kelompok administered price mengalami peningkatan dari -0,08% menjadi 0,15%(mtm), untuk

kelompok core inflation juga mengalami peningkatan dari 0,29% menjadi 0,48%(mtm) (Grafik 3.8).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Inflasi kelompok administered pricess mengalami penurunan dari rata-rata 2,51% (mtm) pada

triwulan II 2017 menjadi 0,15% (mtm) pada triwulan II 2017. Menurunnya inflasi pada kelompok AP

terjadi seiring telah berakhirnya momen mudik Lebaran sehingga permintaan terhadap beberapa jenis

angkutan telah kembali normal. Selain itu dampak dari kenaikan TTL tahap III pelanggan golongan 900 VA

untuk rumah tangga mampu non subsidi juga telah berakhir pada bulan Juni khususnya untuk pelanggan

pascabayar.

Di sisi lain, kelompok core tercatat mengalami peningkatan rata-rata inflasi bulanan dari 0,36%

(mtm) pada triwulan II 2017 menjadi 0,48% (mtm) pada triwulan III 2017. Kenaikan tekanan inflasi

terjadi baik pada sub kelompok core trade maupun non trade. Kenaikan pada kelompok core terutam

didorong oleh biaya pendidikan dan kenaikan harga pada komoditas emas perhiasan. Pada kelompok core

traded, terdapat tekanan inflasi terutama disebabkan oleh komoditas food related sebesar 0,52% (mtm),

antara lain komoditas bubur. Hal ini seiring dengan kenaikan harga beras akibat pasokan yang berkurang.

Peningkatan inflasi juga terjadi pada kelompok core non traded sebesar 0,63% (mtm). Peningkatan tekanan

inflasi pada kelompok tersebut tersebut didorong oleh pembayaran biaya sekolah SD, SMP dan SMA.

Sumbangan inflasi terutama komoditas bubur, biaya sekolah (SD, SMP, SMA) dan rekreasi, masing masing

sebesar 0,04%, 0,03% dan 0,03%.

Tabel 3.3. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi (%, mtm)

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9Headline 0,47 -0,17 0,22 0,09 0,55 0,36 0,77 0,36 0,08 0,17 0,45 0,88 0,01 -0,09 0,18

Core 0,14 0,30 0,31 0,09 0,22 0,24 0,40 0,42 0,08 0,17 0,14 0,36 0,26 0,29 0,48

Core Traded 0,15 0,19 0,19 0,14 0,20 0,20 0,21 0,42 0,12 0,22 0,20 0,48 0,40 0,22 0,39

Core Non Traded 0,13 0,48 0,51 0,01 0,26 0,31 0,71 0,42 0,03 0,10 0,05 0,18 0,04 0,41 0,63

Administered Prices 1,43 -0,97 0,52 0,47 0,22 0,66 2,57 0,80 0,34 1,15 0,55 2,51 -0,52 -0,08 0,15

Energi 0,61 0,64 0,30 0,67 0,25 0,48 4,27 1,56 0,67 2,30 1,20 1,96 0,23 0,00 -0,05

Non Energi 2,01 -2,08 0,67 0,33 0,21 0,79 1,36 0,25 0,10 0,30 0,06 2,94 -1,08 -0,15 0,31

Volatile Food 0,57 -0,94 -0,36 -0,42 2,09 0,39 0,04 -0,33 -0,19 -1,04 1,36 0,91 -0,30 -1,39 -0,90

Inflasi (mtm)2016 2017

Grafik 3. 8. Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Bulanan (mtm)

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

74

Secara umum, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi bulanan utama selama triwulan III 2017 adalah

kopi manis (0,05%), telur ayam ras (0,03%), beras (0,09%) dan bubur (0,04%) (Tabel 3.4). Di sisi lain,

komoditas yang menjadi penyumbang deflasi bulanan utama selama triwulan III 2017 meliputi bawang

merah (-0,10%), bawang putih (-0,05%), angkutan antar kota (-0,06%) dan bayam serta tarip kereta api

(-0,04%).

Tabel 3.4. Sumbangan Inflasi & Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

3.1.2. Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi triwulan III 2017 sebesar 1,35% (qtq) tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar

1,51% (qtq) (Tabel 3.5). Realisasi ini tercatat lebih tinggi jika dibandingkan triwulan III 2016 (0,52%, qtq)

maupun historis 5 tahun terakhir sebesar 0,83% (qtq).

Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan Komoditas Sumbangan

Kopi Manis 0,05 Telur Ayam Ras 0,03 Beras 0,09Telur Ayam Ras 0,03 Rekreasi 0,03 Bubur 0,04Bahan Bakar Rumah Tangga 0,02 Garam 0,02 Sekolah Menengah Atas 0,03Minyak Goreng 0,02 Bayam 0,02 Sekolah Dasar 0,03

Gado-gado 0,02 Akademi/Perguruan Tinggi 0,02 Sekolah Menengah Pertama 0,03

Bayam 0,01 Gado-gado 0,02 Rekreasi 0,03Pepaya 0,01 Semangka 0,02 Pisang 0,02

Cumi-cumi 0,01 Bimbingan Belajar 0,01 Pepaya 0,02

Buku Pelajaran SD 0,01 Upah Pembantu RT 0,01 Emas Perhiasan 0,02

Air Kemasan 0,01 Beras 0,01 Rokok Kretek Filter 0,02

Komoditas Sumbangan Komoditas Sumbangan Komoditas Sumbangan

Bawang Putih -0,07 Bawang Merah -0,10 Bawang Putih -0,05

Angkutan Antar Kota -0,06 Bawang Putih -0,05 Bayam -0,04

Tarip Kereta Api -0,04 Cabai Merah -0,03 Daging Ayam Ras -0,04

Daging Ayam Ras -0,03 Tomat Sayur -0,03 Telur Ayam Ras -0,04

Jengkol -0,03 Cabai Rawit -0,03 Semangka -0,02

Bawang Merah -0,03 Jengkol -0,02 Cabai Rawit -0,02

Beras -0,03 Angkutan Antar Kota -0,02 Semen -0,02

Angkutan Udara -0,03 Minyak Goreng -0,02 Bawang Merah -0,01

Cabai Rawit -0,02 Ketimun -0,02 Cumi-cumi -0,01

Kentang -0,01 Angkutan Udara -0,01 Minyak Goreng -0,01

Komoditas Penyumbang Deflasi Bulanan Utama (%)

Juli 2017 Agustus 2017 September 2017

Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Utama (%)

Juli 2017 Agustus 2017 September 2017

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

75

Tabel 3.5. Perkembangan Inflasi Triwulanan Jawa Barat Serta Andilnya (%, qtq)

Peningkatan inflasi triwulanan ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan (dari 0,26% menjadi

0,37%) dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (dari 0,21% menjadi 0,37%). Hal ini juga selaras

dengan andil inflasi di triwulan III 2017 yang ikut mengalami penurunan dari triwulan II 2017.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Mencermati perkembangan yang terjadi pada triwulan III 2017, berikut analisis lebih lanjut terhadap dua

kelompok yang memiliki peningkatan andil inflasi terbesar. Seluruh subkelompok di kelompok bahan

makanan mengalami peningkatan inflasi, kecuali subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta lemak

dan minyak. Inflasi subkelompok bumbu-bumbuan merupakan sukelompok yang meningkat paling

besar dibanding sukelompok lainnya yaitu meningkat dari -3,45% (qtq) menjadi 3,71% (qtq) (Grafik

3.9). Pendorong inflasi pada subkelompok ini adalah komoditas bumbu masak jadi (Grafik 3.10).

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

0,52 1,00 1,21 1,51 1,35 0,52 1,00 1,21 1,51 1,35

1 Bahan Makanan -0,58 1,95 -0,29 1,26 1,78 -0,12 0,41 -0,06 0,26 0,37

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau1,13 0,94 1,17 1,23

1,570,19 0,16 0,20 0,21 0,27

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar0,68 0,67 2,12 1,73

1,090,18 0,18 0,58 0,47 0,30

4 Sandang 0,42 -0,54 0,70 2,29 2,18 0,02 -0,02 0,03 0,10 0,10

5 Kesehatan 1,51 1,59 0,76 1,19 0,97 0,06 0,06 0,03 0,05 0,04

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga1,94 0,05 0,42 0,28

0,700,15 0,00 0,03 0,02 0,06

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan0,10 1,13 2,37 2,24

1,250,02 0,20 0,43 0,41 0,23

Kelompok 2016

Inflasi Triwulanan (%)

2017

Andil Inflasi Triwulanan (%)

2016 2017No

Umum

Grafik 3. 9. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Grafik 3.10. Inflasi Triwulanan Subkelompok Bumbu -

Bumbuan

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

76

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, peningkatan inflasi triwulanan

terbesar adalah pada sub kelompok yakni tembakau dan minuman beralkohol (0,90% (qtq) menjadi

1,20% (qtq)) (Grafik 3.11). Berdasarkan disagregasi triwulanan (qtq), menurunnya tekanan inflasi

didorong oleh penurunan seluruh kelompok, untuk kelompok volatile food (dari 1,21% menjadi -0,90%),

kelompok administered pricess (dari 4,26% menjadi 0,15%) dan untuk kelompok core inflation dari 0,67%

menjadi 0,48% (Grafik 3.13). Penurunan kelompok administered prices ini seiring telah berakhirnya momen

mudik Lebaran sehingga permintaan terhadap beberapa jenis angkutan telah kembali normal. Selain itu

dampak dari kenaikan TTL tahap III pelanggan golongan 900 VA untuk rumah tangga mampu non subsidi

juga telah berakhir pada bulan Juni khususnya untuk pelanggan pascabayar. Sedangkan kelompok volatile

food lebih didorong oleh banyaknya pasokan bahan makanan terutama pasca panen raya.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

3.1.3. Inflasi Tahunan (yoy)

Pada triwulan III 2017, Jawa Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 3,84% (yoy) atau berada di atas

tingkat inflasi nasional (3,72%). Tingkat inflasi tahunan ini menurun dibanding triwulan II 2017 sebesar

4,31% (yoy). Berdasarkan andilnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan Transpor,

Komunikasi, dan Jasa Keuangan menjadi penyumbang terbesar untuk peningkatan inflasi. Untuk kelompok

Grafik 3. 13. Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Triwulanan (qtq)

Grafik 3. 11. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau

Grafik 3.12. Inflasi Triwulanan Subkelompok Tembakau

dan Minuman Beralkohol

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

77

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencapai 0,85% (yoy). Selanjutnya, andil inflasi Pendidikan,

rekreasi dan olahraga memberikan sumbangan sebesar 0,32%(yoy) (Tabel 3.6).

Tabel 3.6. Inflasi & Andil Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok

Barang & Jasa (%, yoy)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau, tekanan inflasi tahunan terjadi pada semua

sub kelompok yaitu, subkelompok makanan jadi, minuman tidak beralkohol dan tembakau dan minuman

beralkohol. (Grafik 3.14). Pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol memberikan andil

terbesar yaitu 6,70% (yoy) meskipun mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang semula 7,31%

(yoy). Pada kelompok Pendidikan, rekreasi dan olahraga seluruh sub kelompok memberikan andil yang

tinggi bagi inflasi. Tertinggi pertama adalah kursus-kursus pelatihan sebesar 12,21%(yoy), selanjutnya

adalah perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 7,35%(yoy) dan rekreasi di angka 4,86%(yoy) (Grafik

3.15).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Berdasarkan disagregasinya, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan I II 2017 didorong oleh

kenaikan inflasi core dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.16). Sementara untuk kelompok

volatile food dan Administered prices yang memberikan andil penahan inflasi Jawa Barat. Pada triwulan III

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2,54 2,75 3,37 4,31 3,87 2,54 2,75 3,37 4,31 3,84

1 Bahan Makanan 6,95 6,92 3,70 2,34 0,89 1,41 1,42 0,78 0,49 0,19

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau5,14 4,63 4,45 4,54 4,95 0,86 0,78 0,76 0,78 0,85

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar0,95 1,29 3,51 5,29 4,80 0,26 0,35 0,95 1,44 1,27

4 Sandang 1,99 1,74 1,85 2,89 3,80 0,09 0,08 0,08 0,13 0,17

5 Kesehatan 3,87 4,06 4,15 5,13 4,19 0,15 0,16 0,16 0,20 0,15

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga1,98 1,96 2,22 2,72 4,25 0,16 0,16 0,18 0,21 0,32

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan-2,28 -1,26 2,48 5,94 4,99 -0,43 -0,24 0,46 1,09 0,90

Inflasi Triwulanan (%)

2017

Andil Inflasi Triwulanan (%)

20172016

Umum

No Kelompok 2016

Grafik 3. 14. Inflasi Tahunan Makanan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau

Grafik 3. 15. Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan,

rekreasi dan olahraga

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

78

2017, kelompok volatile food mengalami penurunan dari 2,06%(yoy) menjadi 0,17%(yoy), penurunan ini

terjadi secara konsisten sejak triwulan IV 2016 hingga triwulan III 2017. Untuk kelompok Administered

prices mengalami penurunan inflasi tahunan dari 10,71%(yoy) pada triwulan II menjadi 9,16%(yoy) pada

triwulan III. Dari subkelompok energi, penurunan inflasi terjadi karena dampak kenaikan tarip listrik telah

berlalu, sehingga andil inflasi pada komoditas tarip lisrik menjadi sangat kecil serta Penurunan permintaan

terhadap beberapa jenis angkutan menyebabkan deflasi pada kelompok AP.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Berkebalikan dengan kedua kelompok tersebut, core inflation juga mengalami peningkatan dari

2,92%(yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 3,22%(yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan ini disebabkan

oleh peningkatan permintaan fundamental dari banyak munculnya hari libur selama triwulan II 2017.

Kenaikan pada kelompok core terutama didorong oleh biaya pendidikan dan kenaikan harga pada

komoditas emas perhiasan.

Berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi pada triwulan III 2017 terutama masih disumbang oleh

komoditas tarif listrik, tarif pulsa ponsel, angkutan antar kota dan bensin (Tabel 3.7). Tekanan inflasi

yang tinggi pada tarif listrik yang merupakan dampak dari kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif listrik

pelanggan golongan 900VA bertahap sebanyak tiga tahap, dimana masing-masing penigkatan adalah

sebesar 30% pada bulan Januari, Maret dan Mei 2017. Tarif pulsa ponsel dan bensin yang meningkat

adalah akibat dari beberapa long weekend yang terjadi pada triwulan III 2017, sehingga banyak masyarakat

yang melakukan liburan, sehingga permintaan kedua komoditas tersebut meningkat. Untuk komoditas

lainnya adalah beras dan bubur yang turut menyumbang inflasi masing-masing 0,09% dan 0,04%.

Sementara komoditas yang menahan inflasi antara lain adalah komoditas semen sebesar -0,10%, cabai

merah dan telur ayam ras (-0,06%), bawang putih dan bayam sebesar (-0,04%)

Volatile Food

Administered Prices

Core Inflation

Grafik 3. 16. Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Tahunan (yoy)

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

79

Tabel 3.7. Sumbangan Inflasi & Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, yoy)

3.2. Perkembangan Inflasi Menurut Kota

Pada triwulan III 2017, lima kota mengalami mengalami inflasi tahunan di atas tingkat inflasi Jawa Barat

yaitu Bogor (4,87%), Sukabumi (4,15%) dan Depok (3,98%), Tasikmalaya (4,13%) dan Cirebon (4,00%)

(Grafik 3.17). Sementara itu, Bekasi menjadi kota dengan inflasi terendah di Jawa Barat pada triwulan III

2017 dengan realisasi inflasi sebesar 3,50% (yoy). Secara umum, tingkat inflasi tahunan dari seluruh kota

perhitungan pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dibanding triwulan II 2017 (Grafik 3.18).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI) Sumber : BPS , Perhitungan Staf BI

Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Tarif Listrik 0,57 Tarip Listrik 1,04 Beras 0,09

Tarif Pulsa Ponsel 0,24 Tarip Pulsa Ponsel 0,25 Bubur 0,04

Cabai Rawit 0,19 Angkutan Antar Kota 0,23 Sekolah Menengah Atas 0,03

Biaya Perpanjangan STNK 0,17 Bensin 0,20 Sekolah Dasar 0,03

Rokok Kretek filter 0,15 Biaya Perpanjangan STNK 0,17 Sekolah Menengah Pertama 0,03

Kentang 0,10 Rokok Kretek Filter 0,14 Rekreasi 0,02

Rokok Kretek 0,08 Bawang Putih 0,09 Pisang 0,01

Bayam 0,08 Kentang 0,09 Pepaya 0,01

Minyak Goreng 0,07 Rokok Kretek 0,08 Emas Perhiasan 0,01

Nasi dengan Lauk 0,07 Tarip Kereta Api 0,08 Rokok Kretek Filter 0,01

Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Semen -0,09 Semen -0,10 Bawang Putih -0,04

Cabai Merah -0,06 Telur Ayam Ras -0,06 Bayam -0,04

Tomat Sayur -0,05 Wortel -0,06 Daging Ayam Ras -0,04

Telur Ayam Ras -0,06 Tomat Sayur -0,04 Telur Ayam Ras -0,03

Daging Ayam Ras -0,02 Daun Bawang -0,04 Semangka -0,01

Bensin -0,07 Gula Pasir -0,03 Cabai Rawit -0,01

Solar -0,03 Anggur -0,02 Semen -0,01

Angkutan Dalam Kota -0,02 Bawang Merah -0,02 Bawang Merah -0,01

Laptop/Notebook -0,02 Jeruk -0,02 Cumi-cumi -0,01

Tarif Taksi -0,01 Tomat Buah -0,02 Minyak Goreng -0,01

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Utama (%)

Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III 2017

Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III 2017

Komoditas Penyumbang Deflasi Tahunan Utama (%)

Grafik 3.17. Inflasi Kota di Jawa Barat Triwulan III 2017

(yoy)

Grafik 3.18. Historis Inflasi Tahunan Kota Perhitungan

Inflasi di Jawa Barat

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

80

Terdapat risiko yang perlu diwaspadai khususnya pada kota-kota dengan bobot inflasi yang besar terhadap

Jawa Barat. Jika dilakukan pemetaan dengan menggunakan variabel bobot kota dan tingkat inflasi, dapat

dilihat bahwa kota dengan bobot inflasi tertinggi (Bandung, Bekasi, dan Depok) tidak selalu mengalami

inflasi yang tinggi (Grafik 3.19). Meskipun demikian, pada triwulan II 2017 ini menunjukkan pemetaan

dengan menggunakan data inflasi pangan memperlihatkan bahwa seluruh kota masih dibawah rata-rata

inflasinya (Grafik 3.20).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, : Perhitungan Staf BI

Jika dievaluasi berdasarkan capaian inflasi di kota-kota inflasi dibandingkan dengan inflasi Jawa Barat, kota

Bogor, Sukabumi dan Depok, Tasikmalaya dan Cirebon memiliki tingkat inflasi yang lebih tinggi dibanding

Jawa barat (Tabel 3.8). Sedangkan kota Tasikmalaya yang konsisten dari triwulan IV 2015 selalu mengalami

inflasi di atas Jawa Barat, pada triwulan I dan II 2017 inflasinya berada di bawah Jawa Barat. Sementara itu

berdasarkan andilnya, Kota Depok menjadi pemberi andil inflasi tahunan terbesar di Jawa Barat (0,76%)

dan disusul oleh Kota Bogor (0,66%) dan Kota Bandung (0,62%).

Tabel 3.8. Perkembangan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Terhadap Inflasi IHK

Jawa Barat (%, yoy)

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Tw III Tw IV TW I TW II TWIII Tw III Tw IV TW I TW II TWIII

2,54 2,75 3,36 4,31 3,84 2,54 2,75 3,36 4,31 3,84

1 Kota Bandung 2,54 2,93 3,21 4,15 3,67 0,43 0,50 0,55 0,71 0,62

2 Kota Bekasi 2,09 2,47 3,21 4,11 3,50 0,36 0,43 0,55 0,70 0,60

3 Kota Depok 2,90 2,60 3,49 4,43 3,98 0,55 0,50 0,66 0,85 0,76

4 Kota Bogor 2,53 3,60 4,34 5,15 4,87 0,34 0,49 0,59 0,70 0,66

5 Kota Sukabumi 2,52 2,57 3,47 5,06 4,14 0,29 0,30 0,40 0,59 0,48

6 Kota Cirebon 1,95 1,87 2,74 3,91 4,01 0,21 0,20 0,29 0,42 0,43

7 Kota Tasikmalaya 3,62 2,75 3,05 3,92 4,13 0,39 0,30 0,33 0,43 0,45

2016 2017

Jawa Barat

Inflasi Tahunan (%)

No Kelompok 2016 2017

Andil Terhadap Inflasi Tahunan Jabar

Grafik 3.19. Inflasi Tahunan Kota Inflasi Grafik 3.20. Inflasi Pangan Tahunan Kota Inflasi

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

81

3.3. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi

Pada triwulan III 2017, jika dilihat dari disagregasi kelompok, peningkatan inflasi tahunan dibanding

triwulan lalu terjadi pada kelompok core dan administered pricess, sementara kelompok volatile food

mengalami penurunan (Grafik 3.21). Jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya, baik realisasi inflasi

IHK, core dan volatile food lebih rendah dibanding historis, sedangkan kelompok administered pricess

tercatat lebih tinggi dibanding historisnya (Grafik 3.22). Tren inflasi yang rendah ini khususnya untuk

kelompok volatile food terutama disebabkan oleh masih tingginya pasokan beberapa komoditas terutama

hortikultura. Namun untuk kelompok AP dan CI, tekanan inflasi pada triwulan III 2017 masih cukup besar,

hal ini karena Pemerintah sudah menetapkan tidak ada kenaikan BBM maupun LPG. Kenaikan harga emas

dunia juga memberikan andil untuk meningkatkan inflasi serta adanya kebijakan transmisi kenaikan cukai

rokok.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Administered pricess

Perkembangan tekanan inflasi kelompok administered pricess pada akhir triwulan III 2017 tercatat

mengalami peningkatan dibanding triwulan II 2017. Inflasi AP energi mengalami peningkatan dari -6,36%

(yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 14,32% (yoy) pada triwulan II 2017. Sepanjang triwulan III 2017,

pemerintah menetapkan tidak adanya kenaikan pada BBM dan gas Elpiji.

Sumber : PT. PLN , Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Grafik 3.22. Perbandingan Inflasi Dengan Historisnya Grafik 3.21. Disagregrasi Inflasi Jawa Barat

Grafik 3.23. Perkembangan Tarif Listrik Berdasarkan

Kelompok Pelanggan

Grafik 3.24. Inflasi Administered Prices Kelompok Energi

dan Non Energi (yoy)

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

82

Sejalan dengan AP energi, tingkat inflasi tahunan dari kelompok administered pricess non energi juga

meningkat dari 3,85% (yoy) menjadi 5,51% (yoy) pada triwulan III 2017. Kenaikan tekanan inflasi berasal

dari subkelompok AP energi dan non energi. Andil inflasi tertinggi disumbangkan oleh komoditas Tarip

Listrik 0,92%, Bensin 0,20% dan Angkutan Antar Kota 0,18%, sementara dari kelompok AP non energi

yang menyumbang inflasi tertinggi adalah Biaya Perpanjangan STNK sebesar 0,17%.

Tabel 3.9. Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Adminstered Prices di Jawa Barat

Triwulan III 2017 (%, yoy)

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

Volatile Food

Tekanan inflasi volatile food pada triwulan III 2017 tercatat relatif menurun dari triwulan sebelumnya, yakni

dari 7,72% (yoy) menjadi 0,17%. Realisasi ini juga masih lebih rendah dibanding rata-rata historis 5 (lima)

tahun terakhir sebesar 8,22% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi volatile food pada triwulan III 2017

dibanding triwulan sebelumnya disebabkan oleh Panen raya yang terjadi pada produk hortikultura

menyebabkan pasokan meningkat sehingga terjadi penurunan harga. Selain itu, pemerintah melakukan

berbagai upaya untuk menjaga stabilitas harga di pasar dengan memastikan kecukupan pasokan pangan

antara lain dengan melakukan impor dan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beberapa

komoditas seperti beras.

Beberapa komoditas pangan utama yang tercatat menyumbang inflasi pada triwulan berjalan, yang paling

tinggi sumbangan inflasinya adalah komoditas beras sebesar 0,13%(yoy) diikuti oleh komoditas pepaya

sebesar 0,10%(yoy) dan telur ayam ras sebesar 0,04%(yoy). Di sisi lain, penurunan yang lebih dalam ditahan

oleh perkembangan beberapa komoditas seperti bawang merah, cabai merah dan daging ayam ras masing-

masing sebesar -0,22%, -0,10% dan -0,08%(yoy). Hal ini terjadi karena pasokan dari produk hortikultura

yang masih terjaga pasca panen raya.

Inflasi Andil Deflasi Andil

Tarip Listrik 29,72 0,92 Angkutan Udara -23,74 -0,01

Bensin 6,49 0,20

Angkutan Antar Kota 15,65 0,18

Biaya Perpanjangan STNK 107,44 0,17

Rokok Kretek Filter 6,37 0,12

Rokok Kretek 7,34 0,08

Bahan Bakar Rumah Tangga 2,37 0,03

Tarip Kereta Api 9,68 0,03

Rokok Putih 6,93 0,02

Tarip Jalan Tol 5,14 0,01

KomoditasInflasi (%, yoy)

KomoditasDeflasi (%, yoy)

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

83

Tabel 3.10. Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile food

di Jawa Barat Triwulan III 2017 (%, yoy)

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

Inflasi Core

Inflasi core pada triwulan III 2017 meningkat, yakni dari 2,12% (yoy) menjadi 3,05% (yoy). Tekanan inflasi

kelompok core terutama disumbang oleh beberapa komoditas seperti bubur, biaya sekolah dan rekreasi.

Jika dianalisis secara lebih dalam, peningkatan ini didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi baik pada

kelompok core traded maupun kelompok non traded (Grafik 3.25). Adapun kelompok core traded yang

terpantau mengalami sedikit penurunan adalah construction (Grafik 3.26).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Permintaan terhadap properti baik jual maupun sewa secara umum terpantau mengalami penurunan. Hal

ini tercermin dari inflasi tahunan dari jasa sewa properti khususnya sewa rumah yang mengalami penurunan

dimana pada triwulan II sebesar 3,77%(yoy) menjadi 3,23%(yoy) triwulan III 2017. Indeks Harga Properti

Residensial (IHPR) juga terpantau mengalami penurunan untuk tipe kecil dan tipe menengah, namun terjadi

peningkatan pada tipe rumah besar (Grafik 3.27). Hal ini mencerminkan permintaan masyarakat terhadap

properti baik jual maupun sewa untuk kalangan menengah kebawah mengalami penurunan.

Inflasi Andil Deflasi Andil

Beras 3,65 0,13 Bawang Merah -27,22% -0,22

Pepaya 45,38 0,10 Cabai Merah -23,79% -0,10

Telur Ayam Ras 6,34 0,04 Daging Ayam Ras -6,33% -0,08

Mie Kering Instant 10,08 0,03 Bawang Putih -19,00% -0,06

Cumi-cumi 24,53 0,03 Cabai Rawit -14,27% -0,02

Tahu Mentah 4,94 0,02 Petai -22,29% -0,02

Pisang 9,02 0,02 Jengkol -20,57% -0,02

Kelapa 18,44 0,02 Mas -3,96% -0,02

Jagung Manis 15,8 0,02 Daun Bawang -13,49% -0,01

Bayam 8,82 0,01 Daging Sapi -1,31% -0,01

KomoditasInflasi (%, yoy)

KomoditasDeflasi (%, yoy)

Grafik 3.26. Disagregasi Inflasi Core Traded (yoy) Grafik 3.25. Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non

Traded (yoy)

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

84

Sumber : Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Terkait faktor eksternal, Rupiah menguat pada triwulan III 2017 (Grafik 3.28). Hal ini turut berkontribusi

kepada turunnya tekanan inflasi beberapa komoditas pada kelompok core traded. Di sisi lain, harga emas

global terpantau mengalami peningkatan pada triwulan III 2017 (Grafik 3.29). Inflasi pada komoditas emas

perhiasan domestik juga tercatat mengalami peningkatan yakni dari 1,91% (yoy) pada triwulan II 2017

menjadi 3,31% (yoy) pada triwulan III 2017.

Sumber : Bloomberg, Perhitungan Staf BI Sumber : Bloomberg, Perhitungan Staf BI

Dari sisi sumbangan inflasi core, sumbangan inflasi terbesar pada triwulan ini adalah tarif pulsa ponsel dan

kopi manis. Di sisi lain, beberapa komoditas yang terpantau mengalami deflasi yakni semen, gula pasir, dan

cat tembok.

Tabel 3.11. Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Inflation

di Jawa Barat Triwulan III 2017 (%, yoy)

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

Inflasi Andil Deflasi Andil

Tarip Pulsa Ponsel 11,22 0,22 Semen -8,34% -0,11

Kopi Manis 20,33 0,09 Gula Pasir -10,82% -0,04

Rekreasi 18,49 0,07 Cat Tembok -1,80% -0,01

Upah Pembantu RT 4,52 0,06 Telepon Seluler -1,05% -0,01

Gado-gado 19,49 0,06

Sewa Rumah 1,34 0,06

Kue Kering Berminyak 9,53 0,05

Ketupat/Lontong Sayur 15,51 0,05

Nasi dengan Lauk 2,37 0,54

Kontrak Rumah 1,26 0,05

KomoditasInflasi (%, yoy)

KomoditasDeflasi (%, yoy)

Grafik 3.28. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.29. Harga Komoditas Emas Global

Grafik 3.27. Perkembangan Indeks Harga Properti

Residensial

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

85

3.4. Perkembangan Inflasi Triwulan IV 2017

Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada pada rentang 3,6% - 4,2% (yoy),

menurun dibanding realisasi inflasi triwulan III 2017 sebesar 3,84% (yoy). Selain karena pemerintah telah

menetapkan tidak ada kenaikan BBM dan listrik hingga akhir triwulan III 2017, kebijakan lainnya adalah

pembangunan infrastruktur dan peningkatan produktivitas ekonomi untuk mendorong peningkatan

kapasitas produksi, mendukung kelancaran arus penyaluran barang dan jasa dan menekan biaya logistik

dan distribusi sehingga mendukung tercapainya stabilitas harga serta komitmen melanjutkan program

alokasi subsidi pangan dan dana cadangan pemerintah untuk stabilisasi harga pangan dalam rangka

menjaga daya beli masyarakat, terutama pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN).

Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Barat tercatat

mengalami deflasi sebesar -0,01% (mtm) di bulan

Oktober . Realisasi inflasi tersebut mengalami

penurunan dibanding bulan sebelumnya sebesar

0,18% (mtm) serta lebih rendah dibanding rata-rata

historis inflasi bulan Oktober selama 5 tahun

terakhir (periode 2012-2016 exc. 2013) sebesar

0,06%. Inflasi bulanan Jawa Barat juga tercatat

lebih rendah dibanding nasional sebesar 0,01%.

Terjadinya deflasi ini terutama disebabkan oleh andil

kelompok bahan makanan dan kelompok transpor di bulan Oktober. Berdasarkan disagregasinya, tekanan

inflasi bulanan disumbang oleh kelompok core yang memberi andil sebesar 0,08%, disusul oleh kelompok

administered prices dengan andil sebesar 0,00%, sementara kelompok volatile food memberi andil deflasi

bulanan sebesar -0,09%. Secara tahunan, inflasi bulan Oktober 2017 terutama disumbang oleh kelompok

core dengan andil sebesar 2,02%, disusul oleh kelompok administered prices dan volatile food yang

masing-masing memberi andil sebesar 1,72% dan 0,03%.

Kelompok core mengalami inflasi sebesar 0,12% (mtm), mengalami penurunan dibanding bulan

sebelumnya sebesar 0,48%. Realisasi ini juga lebih tinggi dibanding rata-rata historis selama 5 tahun

terakhir (201-2016 exc. 2013) sebesar 0,06% (mtm). Kenaikan tekanan inflasi terjadi baik pada sub

kelompok core trade maupun non trade. Kenaikan pada kelompok core terutama didorong oleh kenaikan

harga pada komoditas makanan jadi yaitu mie dan bakso. Secara tahunan, inflasi core pada September

2017 tercatat sebesar 2,77% (yoy), mengalami penurunan dibanding September 2017 (3,22%), namun

masih lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya (2,68%). Pada kelompok core traded, terdapat penurunan

tekanan inflasi terutama disebabkan oleh komoditas food related sebesar 0,21% (mtm), antara lain

komoditas gula pasir. Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok core non traded sebesar 0,05%

(mtm). Pada periode ini andil inflasi kelompok core berasal dari makanan jadi yaitu Mie, Bakso, Garam

dengan nilai andil yang sama sebesar 0,01%. Sumbangan deflasi terutama disebabkan oleh komoditas gula

pasir sebesar -0,01%.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 3.30. Perkembangan Disagregasi Inflasi

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

86

Kelompok volatile food (VF) mengalami deflasi sebesar -0,51% (mtm), meningkat dibanding bulan

sebelumnya sebesar -0,90%. Secara tahunan, kelompok ini menurun dari 0,71% (yoy) pada bulan

September menjadi 0,08% (yoy) pada Oktober. Komoditas yang menjadi penyumbang deflasi adalah

daging ayam ras, bawang merah dan bawang putih. Hal ini disebabkan oleh pasokan komoditas

hortikultura yang masih tinggi semenjak bulan Agustus sampai Oktober. Namun, deflasi yang lebih dalam

tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami inflasi yaitu beras, melon dan cabai merah. Panen raya

yang terjadi pada produk hortikultura menyebabkan pasokan tetap terjaga sampai dengan bulan Oktober

sehingga terjadi penurunan harga. Hal ini tercermin dari sumbangan deflasi bulanan dari beberapa

komoditas seperti daging ayam ras (-0,06%), bawang merah (-0,03%), bawang putih (-0,03%), daging

sapi (-0,01%) dan telur ayam ras (-0,01%). Namun tekanan inflasi pada kelompok ini masih terjadi

khususnya pada beberapa komoditas seperti beras, melon, cabai merah, dan mas dengan andil inflasi

bulanan masing-masing sebesar 0,03%, 0,02%, 0,02% dan 0,01%. Hal ini didorong dengan kenaikan

harga gabah medium di tingkat petani meningkat.

Kelompok administered prices (AP) pada bulan Oktober tercatat mengalami inflasi sebesar 0,00% (mtm),

mengalami penurunan dibanding September sebesar 0,15% (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok AP

pada Oktober 2017 sebesar 8,65% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi kelompok AP disebabkan oleh

kelompok energi yaitu Tarif Air Pam pada Oktober 2017 sebesar 1,71%. Berdasarkan sub kelompoknya,

penurunan tekanan inflasi bulanan kelompok administered prices terjadi pada subkelompok AP non energi

(dari 0,31% menjadi -0,02%, mtm) sedangkan subkelompok AP energi mengalami peningkatan dari -

0,05% (mtm) menjadi 0,03% (mtm) pada Oktober 2017 (Tabel 7). Adapun secara tahunan, inflasi

kelompok AP mengalami penurunan dari 9,16% (yoy) pada September menjadi 8,65% (yoy) pada Oktober

2017. Penurunan tekanan inflasi pada bulan Oktober berasal dari subkelompok AP non energi. Andil paling

tinggi disumbangkan oleh komoditas Tiket Kereta Api sebesar -0,01%. Hal ini seiring dengan penurunan

permintaan akan tiket kereta api di bulan berjalan. Dari subkelompok energi, penurunan inflasi terjadi

karena komoditas tarip air pam dengan kontribusi sebesar 0,01%.

Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia memperkirakan tekanan harga akan mengalami

peningkatan pada triwulan III 2017. Hal ini ditunjukkan melalui Indeks Ekspektasi Harga (IEH) rata-rata

triwulan III 2017 sebesar 184,44 atau meningkat dibanding rata-rata triwulan II 2017 sebesar 178,83 (Grafik

3.31).

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

87

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Secara ringkas, beberapa upward risk yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi pada triwulan IV 2017

meliputi :

Sebagian besar komoditas pada volatile food mengalami penurunan pasokan terutama untuk

komoditas hortikultura seperti bawang dan cabai sementara permintaan akan semakin meningkat

menjelang hari raya dan libur akhir tahun.

Kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) menyebabkan pasokan beras premium mengalami penurunan,

sedangkan permintaan meningkat sehingga harga cenderung terdorong keatas.

Transmisi kebijakan kenaikan cukai rokok masih berlangsung secara bertahap sehingga akan

memberikan pengaruh terhadap harga rokok.

Hari Raya Natal dan menjelang tahun baru dapat meningkatkan risiko inflasi terutama untuk angkutan

udara dan angkutan darat seperti kereta api serta peningkatan permintaan untuk komoditas bensin.

Meningkatnya permintaan akan makanan jadi pada akhir tahun akibat seasonal pada akhir tahun akan

menyebabkan kenaikan harga pada beberapa komoditas makanan jadi.

Permintaan akan rekreasi dan sejenisnya juga diperkirakan akan mengalami peningkatan.

Kebijakan untuk menyederhanakan golongan pelanggan dapat memberikan efek pada daya beli kelas

menengah. PLN tidak menetapkan abodemen dan tidak menaikkan tarif dasar listrik per kWh, tetapi

menerapkan pemakaian minimal

3.5. Program Pengendalian Inflasi Daerah

Sepanjang tahun 2009 s.d 2016, FKPI Jawa Barat telah melakukan banyak upaya baik dalam hal penguatan

kelembagaan maupun dalam upaya pengendalian inflasi di Jawa Barat. Secara ringkas identifikasi masalah

dan kebijakan yang diambil oleh FKPI Jawa Barat setiap tahunnya adalah sebagai berikut:

Grafik 3.31 Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 Bulan

Mendatang

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

88

Pada tahun 2017, komoditas pangan masih merupakan penyumbang utama tingkat inflasi. Kondisi

ketersediaan pangan dan alur distribusinya masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi fluktuasi

harga kelompok volatile foods. Melanjutkan fokus pengendalian inflasi tahun 2016, FKPI Provinsi Jawa

Barat pada tahun 2017 mencanangkan pendekatan upaya pengendalian inflasi yang dikemas dalam tajuk

.

1. Peningkatan produksi komoditas penyumbang inflasi;

2. Antisipasi lonjakan permintaan menjelang peak season;

3. Revitalisasi pasar;

4. Penyusunan kajian pendukung pengendalian inflasi dan peningkatan kompetensi sumber daya

pendukung;

5. Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung (irigasi, perbaikan jalan, jembatan) serta penguatan

sistem logistik bahan pangan strategis;

6. Peningkatan jaringan konektivitas, koordinasi dan kerjasama; serta

7. Usaha Tani Mandiri, yaitu penguatan/pemberdayaan petani melalui sinergi dengan pihak terkait.

TAHUN IDENTIFIKASI MASALAH KEBIJAKAN

Kurangnya awareness anggota Edukasi peningkatan awareness pentingnya pengendalian inflasi

Kenaikan harga gula pasir

Jangka pendek: Pasar Murah dan Operasi Pasar;

Jangka panjang: Revitalisasi merin dan pabrik gula, Ekspansi lahan

tebu dan pabrik gula

2010 Potensi kenaikan harga beras

High Level Meeting, percepatan launching raskin, mendorong

pemkab/kota agar mempercepat penyaluran raskin dan pelaksanaan

OP, mengarahkan ekspektasi masyarakat yang diantaranya melalui

kunjungan ke gudang BULOG.

2011 Gangguan produksi bahan pangan

10 langkah strategis pengendalian inflasi.

Contoh: meningkatkan produktivitas padi, memberikan bantuan bibit

ikan dan kapal tangkap, mendorong pembentukan TPID Kota Bekasi,

Depok, Sukabumi serta meningkatkan awareness masyarakat terhadap

inflasi melalui media massa.

2012Kebijakan Pemerintah dan gangguan

produksi bahan pangan

5 Plus 1 Paket Kebijakan Inflasi,

diantaranya mengedukasi masyarakat melalui media massa secara

intensif.

2013Kebijakan Pemerintah Pusat terkait

harga/tarif

3 Plus 1,

Memperkuat upaya stabilisasi melalui peningkatan produksi dan stok,

akses informasi dan kelancaran distribusi serta mengoptimalkan

kerjasama perdagangan antar daerah.

2014 Penguatan infrastruktur 5 Plus 1,

Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung

2015

Kebijakan pemerintah mengenai energi,

selain gangguan terhadap produksi

bahan pangan yang dilatari pengaruh

iklim atau cuaca

Paket 5 Plus 1,

Upaya peningkatan produksi komoditas penyumbang inflasi, upaya

menjaga kecukupan stok komoditas pangan strategis saat lonjakan

permintaan, revitalisasi pasar dan kajian yang berhubungan dengan

pengendalian tingkat inflasi serta usaha peningkatan infrastruktur dan

mekanisme kerja sama dan koordinasi antar instansi berwenang

2016 Ketersediaan dan distribusi pangan

PROPER KAHIJI UTAMA,

Upaya pengendalian inflasi dengan fokus pada peningkatan produksi,

antisipasi lonjakan permintaan, penyusunan kajian pendukung,

peningkatan kualitas infrastruktur serta peningkatan jaringan

konektivitas, koordinasi dan kerjasama dan mendorong

pemberdayaan petani

2009

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

89

3.5.1. Pelaksanaan Kegiatan FKPI Jawa Barat

Sepanjang triwulan III 2017, berbagai upaya pengendalian inflasi telah dilakukan oleh FKPI Jawa Barat, baik

dari sisi koordinasi, seperti penyelenggaraan pertemuan-pertemuan meliputi Rapat Teknis, High Level

Meeting, Rapat Koordinasi TPID 7 (Tujuh) Kota maupun dari sisi strategis melalui pengembangan Priangan

(Portal Informasi Harga Pangan Strategis) dan sosialisasi e-Priangan. Upaya pengendalian inflasi tersebut

dilakukan melalui Program Kerja FKPI baik Program Rutin dan Program Strategis.

A. Program Rutin FKPI

Program Rutin Tanggal Keterangan

Rapat Koordinasi 11 September 2017

KPw BI Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan rapat

koordinasi dengan dinas/instansi 7 kota sampel IHK di Jawa

Barat yang berwenang melakukan pengkinian data harga

harian di situs PRIANGAN. Rapat korodinasi ini dilaksanakan

dalam rangka menekankan kembali pentingnya pengkinian

data dilakukan secara rutin.

Rutin

Rapat Teknis

Rapat HLM

Rakor se-Jawa Barat

Rakor Antar Provinsi/Rakornas

Capacity Building

Kunjungan ke TPID Terbaik

Strategis

Revitalisasi Sistem Resi Gudang

Revitalisasi Priangan

Penyusunan Model Kerjasama

Antar Daerah

Gambar 2.1. Upaya Pengendalian Inflasi Jawa Barat Tahun 2017 (PROPER KAHIJI UTAMA JILID II)

Gambar 2.2. Program Kerja Rutin dan Strategis FKPI Provinsi Jawa Barat

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

90

8 September 2017 Pada tanggal 8 September 2017 telah diadakan Rakor TPID

Se-Provinsi Jawa Barat dan Sosialisasi KEPPRES RI

No.23/2017 Tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional.

Rakor dilaksanakan dengan tujuan agar TPID Provinsi

maupun Kabupaten/Kota dapat mensinergikan program-

program pengendalian inflasinya khususnya dalam

menghadapi triwulan IV-2017. Selain itu TPID juga

diharapkan segera melakukan perubahan struktur

kepengurusan sesuai dengan Keppres yang baru.

Sosialisasi

29-30 Agustus 2017

Dalam rangka mengoptimalkan market monitoring

komoditas pangan strategis sebagaimana diperhitungkan

oleh Badan Pusat Statisik di 7 (tujuh) kota IHK, terutama

terkait dengan pengkinian data harian pada Portal Informasi

Harga Pangan (PRIANGAN) yang diharapkan mampu

melibatkan kota penghitung inflasi IHK (Tasikmalaya,

Cirebon, Bekasi, Depok, Bogor, Sukabumi, dan Bandung).

KPwBI Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan kegiatan

KEAKURATAN DATA HARGA HARIAN SEBAGAI UPAYA

PENGENDALI .

Focus Group

Discussion

11 Agustus 2017

6-7 September

2017

FGD SRG di Kabupaten Bogor mengenai evaluasi dan

monitoring perkembangan SRG Cariu, Kab. Bogor. Dari FGD

sebelumnya teridentifikasi masalahnya diantaranya adalah

tidak adanya prasarana gudang (MRU, alat angkut), KA lebih

dari 14%, pemahaman poktan/gapoktan thd SRG, dan uji

mutu.

KPw BI Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu anggota FKPI

concern terhadap gejolak harga komoditas strategis, yang

salah satunya dapat dikendalikan melalui optimalisasi SRG.

Maka pada tanggal 6-7 September 2017 diadakan FGD dan

kunjungan lapangan ke SRG yang berlokasi di Indramayu

dan Cirebon.

High Level Meeting 7 Agustus 2017

18 September 2017

19 September 2017

HLM TPID Kota Sukabumi yang dilaksanakan sebagai salah

satu upaya pengendalian inflasi. Dalam HLM tersebut

dibahas mengenai perkembangan inflasi Kota Sukabumi

yang berdasarkan data historis bersumber dari kelompok

volatile food yang terindikasi disebabkan oleh adanya

gangguan dalam pemenuhan pasokan sehingga diperlukan

pendalaman informasi mengenai kendala yang dialamai

terkait pemenuhan pasokan dan solusi untuk mengatasi

kendala tersebut.

HLM TPID Kota Depok yang dipimpin oleh Walikota Depok

dimana KPwBI Provinsi Jawa Barat memberikan penjelasan

mengenai perkembangan inflasi Jawa Barat dan Kota

Depok, komoditas penyumbang inflasi, risiko inflasi ke

depan, serta menekankan pentingnya melakukan update

data harga harian Kota Depok pada website PRIANGAN.

HLM TPID Kota Bogor yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah

Kota Bogor dan KPw BI Provinsi Jawa Barat yang

memberikan penjelasan mengenai perkembangan inflasi

Jawa Barat dan Kota Bogor, komoditas penyumbang inflasi,

risiko inflasi ke depan, serta menekankan pentingnya

melakukan update data harga harian Kota Bogor pada

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

91

website PRIANGAN. Rapat yang diikuti oleh anggota TPID

Kota Bogor tersebut juga membahas strategi pengendalian

inflasi Kota Bogor hingga akhir tahun 2017.

B. Program Strategis FKPI

Program Strategis Tanggal Keterangan

Optimalisasi Portal

Infomasi Harga Pangan

(Priangan)

15 September 2017 Optimalisasi PRIANGAN dilaksanakan melalui beberapa

langkah yaitu:

Updating data harga secara harian oleh 7 Kota

penghitungan inflasi di Jawa Barat.

Optimalisasi Early Warning System (EWS) jika terjadi

lonjakan harga.

Pengembangan e-PRIANGAN versi mobile apps.

Perluasan cakupan layanan e-commerce agar meliputi

wilayah Bandung Raya.

3.5.2. Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi Daerah

Secara umum, tantangan atau kendala dalam rangka pengendalian inflasi di Jawa Barat masih

bersumber dari faktor cuaca, momen tahunan seperti hari besar keagamaan dan faktor kebijakan

pemerintah pusat terkait harga komponen administered prices. Namun demikian, selain tantangan atau

kendala sebagaimana dijelaskan sebelumnya yang cukup krusial dalam pengendalian inflasi yaitu mengenai

distribusi komoditas pangan strategis yang belum efisien. Selama ini, distribusi komoditas pangan

strategis, contohnya saja cabai merah dan beras, yang sebagian besar dipasok ke luar Jawa Barat.

Penguatan kerjasama antar daerah untuk menjaga kecukupan stok pangan di dalam Jawa Barat itu sendiri

menjadi tantangan yang terus diupayakan melalui sinergi dengan stakeholder.

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

IV

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

BAB IV

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

93

Stabilitas keuangan Jawa Barat yang tercermin salah satunya dengan kinerja perbankan semakin baik.

Kinerja perbankan pada triwulan III 2017 terlihat meningkat dengan meningkatnya pertumbuhan

penghimpunan dana maupun penyaluran kredit dengan kualitas kredit yang membaik (Gambar 4.1).

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat menjadi 9,36%

(yoy), sementara pertumbuhan kredit meningkat sebesar 8,24% (yoy) semakin mendukung target kredit

perbankan pada kisaran 7% - 9% tahun 2017. Kredit yang disalurkan bank umum yang berlokasi di Jawa

Barat juga meningkat sebesar 8,59% (yoy), meskipun tidak sebesar pertumbuhan DPK, sehingga Loan to

Deposit Ratio (LDR) meskipun tetap tinggi sebesar 90,79%, namun sedikit menurun dibandingkan 91,18%

pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kualitas kredit secara umum terlihat meningkat, dengan rasio Non

Performing Loan (NPL) lokasi proyek menurun menjadi sebesar 4,90%. Pada aspek risiko korporasi,

penyaluran kredit untuk korporasi yang berlokasi di Jawa Barat meningkat sebesar 2,26% (yoy). Di sisi lain,

penghimpunan DPK korporasi sedikit menurun sebesar 19,63% (yoy). Kualitas kredit korporasi juga membaik

dengan menurunnya rasio NPL di bawah 5% setelah pada triwulan sebelumnya berada pada level 5,44%.

Pada aspek risiko rumah tangga, baik kredit maupun DPK meningkat, masing-masing sebesar 12,63% (yoy)

dan 7,26% (yoy). Kualitas kredit juga stabil dengan rasio NPL sebesar 2,2%.

Gambar 4.1 Ringkasan Asesmen Kinerja Perbankan

4.1. Perkembangan Kinerja Bank Umum

4.1.1. Aset dan Aktiva Produktif

Total aset bank umum pada triwulan III 2017 tercatat tumbuh sebesar 10,51% (yoy) dengan nominal

sebesar Rp596,73 triliun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar

8,68% (yoy). Setelah mengalami tren perlambatan sejak tahun 2013 hingga triwulan III 2016, total aset

mulai menunjukkan peningkatan sejak triwulan IV 2016 hingga mencapai pertumbuhan sebesar 10,51%

(yoy) pada triwulan III 2017 yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak awal 2016 (Grafik 4.1).

Meningkatnya aset bank umum tersebut dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit maupun DPK pada

triwulan laporan. Sementara itu, belum terjadi perubahan struktural yang signifikan dari proporsi kepemilikan

aset. Proporsi aset bank umum di Jawa Barat masih didominasi terutama oleh bank pemerintah (42,09%)

dan bank swasta (39,53%) (Grafik 4.2).

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

94

Grafik 4.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Grafik 4.2 Pangsa Aset Perbankan per Kelompok Bank

4.1.2. Dana Pihak Ketiga

Meskipun tren suku bunga menurun, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tercatat

meningkat sebesar 9,36% (yoy) dengan nominal Rp424,7 triliun. Total DPK Jawa Barat pada triwulan III

2017 sebesar Rp424,7 triliun dengan pertumbuhan 9,36% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar

7,96% (yoy) (Grafik 4.3). Pertumbuhan DPK tercatat meningkat khususnya pada nasabah rumah tangga,

meskipun tren suku bunga mengalami penurunan. Akselerasi pertumbuhan terbesar terjadi khususnya pada

jenis deposito dari 4,87% (yoy) menjadi 9,45% (yoy). Pesatnya pertumbuhan deposito mendorong

peningkatan share deposito dari 37,84% menjadi 38,79% pada triwulan III 2017 (Grafik 4.4). Namun,

pertumbuhan tertinggi masih di jenis tabungan sebesar 10,78% (yoy). Sementara itu pada cakupan nasional,

deposito masih memegang peringkat terbesar dengan pangsa 46,06% pada triwulan laporan (Grafik 4.5).

Pertumbuhan DPK di Jawa Barat masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional sebesar

11,69% (yoy) pada triwulan III 2017. Proporsi DPK Jawa Barat secara rata-rata sejak 2015 hingga triwulan III

2017 mencapai 8,61% atau tertinggi ketiga dibandingkan provinsi lainnya di Jawa setelah DKI Jakarta dan

Jawa Timur (Grafik 4.6).

Grafik 4.3 Pertumbuhan DPK Perbankan Grafik 4.4 Proporsi DPK Jawa Barat

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

95

Grafik 4.5 Proporsi DPK Nasional Grafik 4.6 Perbandingan Pangsa DPK Perbankan terhadap Nasional

4.1.3. Kredit dan Risiko Kredit

Indikator intermediasi perbankan lainnya yaitu kredit juga menunjukkan peningkatan 2017 menjadi

sebesar 8,24% (yoy) pada triwulan III 2017 dari sebesar 6,76% (yoy) pada triwulan II dengan

peningkatan pada jenis modal kerja dan investasi. Sejalan dengan tren penurunan suku bunga (Grafik

4.7), kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat terpantau menunjukkan peningkatan, total

kredit Jawa Barat triwulan III 2017 adalah sebesar Rp596,41 triliun, tumbuh 8,24% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,76% (yoy) (Grafik 4.8). Peningkatan terjadi pada kredit modal

kerja dan investasi, sementara kredit konsumsi mengalami perlambatan. Dari sisi komposisi, pangsa terbesar

kredit adalah untuk kredit konsumsi sebesar 42,21% pada triwulan laporan (Grafik 4.9).

Grafik 4.7 Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan

Lokasi Proyek di Jawa Barat

Grafik 4.8 Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 4.9 Proporsi Kredit menurut Jenis Penggunaan

11,4211,19

10,6210,39

10,029,82

12,77

12,54

9,00

9,50

10,00

10,50

11,00

11,50

12,00

12,50

13,00

13,50

14,00

Tw I Tw II Tw III TwIV

Tw I Tw II Tw III TwIV

Tw I Tw II Tw III TwIV

Tw I Tw II Tw III TwIV

Tw I Tw II Tw III

2013 2014 2015 2016 2017

Total Kredit KMK KI KK%

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

96

4.1.3.1 Penyaluran Kredit Di Sektor Utama Penopang Perekonomian Jawa Barat

Pada sisi sektoral, kredit untuk lapangan usaha utama seperti industri pengolahan, perdagangan besar

dan eceran, konstruksi serta angkutan dan komunikasi menunjukkan tren yang meningkat .

Meningkatnya pertumbuhan kredit untuk lapangan usaha industri pengolahan serta konstruksi pada triwulan

laporan terlihat mampu mendorong pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lapangan usaha

tersebut pada triwulan III 2017. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit untuk lapangan usaha konstruksi

sebesar 23,85% (yoy) dibandingkan kredit untuk seluruh lapangan usaha lainnya (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Pertumbuhan Kredit untuk Lapangan Usaha Utama di Jawa Barat

Relatif terjaganya kinerja intermediasi perbankan tercermin dari rasio LDR bank umum di Jawa Barat

yang masih berada pada level 90,79%. Kinerja intermediasi bank umum yang berkantor di Jawa Barat

terpantau baik dengan Loan to Deposit Ratio sebesar 90,79% pada triwulan III 2017 (Grafik 4.10).

Pertumbuhan penghimpunan DPK yang lebih tinggi daripada penyaluran kredit mendorong rasio LDR sedikit

menurun pada triwulan laporan.

Grafik 4.10 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Risiko kredit juga menunjukkan penurunan yang ditunjukkan oleh menurunnya rasio Non Performing

Loan (NPL) baik berdasarkan lokasi bank sebesar 3,91% maupun lokasi proyek sebesar 3,38% pada

triwulan laporan. Risiko kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat sedikit menurun yang

tercermin dari penurunan rasio NPL menjadi 3,38% dari sebelumnya pada triwulan II 2017 sebesar 3,61%

(Grafik 4.11). Penurunan risiko kredit juga terjadi untuk kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Barat

menjadi sebesar 3,91% pada triwulan laporan dari sebesar 3,97% pada triwulan sebelumnya. Penurunan

Page 121: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

97

NPL untuk kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek di Jawa Barat terutama terjadi pada jenis kredit

modal kerja dan investasi. Sementara itu meskipun sedikit meningkat, NPL terendah masih berada pada jenis

kredit konsumsi. Dari sisi lapangan usaha, terpantau penurunan NPL pada hampir seluruh jenis lapangan

usaha dengan NPL secara total rendah sebesar 3,38% (Grafik 4.12).

Grafik 4.11 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan

Jenis Penggunaan

Grafik 4.12 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan

Lapangan Usaha Utama

4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat

Secara spasial penyaluran kredit bank umum masih terkonsentrasi di 5 (lima) kabupaten/kota di Jawa Barat

yang mencapai pangsa 60,20% dari total kredit yang disalurkan di Jawa Barat, yaitu meliputi Kabupaten

Bekasi (18,48%), Kota Bandung (17,07%), Kabupaten Bandung (9,10%), Kabupaten Bogor (9,09%), dan

Kabupaten Karawang (6,54%) (Gradik 4.13). Penyaluran kredit di Jawa Barat masih terkonsentrasi di

kota/kabupaten lokasi kantor atau pabrik industri pengolahan dan perdagangan. Dari sisi risiko kredit, kelima

daerah tersebut kecuali Kabupaten Bandung memiliki rasio NPL yang terjaga di bawah 5%, sementara NPL

Kabupaten Bandung pada triwulan III 2017 mencapai 6,26% (Grafik 4.14). Selain Kabupaten Bandung,

Kabupaten Garut memiliki rasio NPL di atas ambang yaitu mencapai 8,31% dengan kualitas kredit terendah

pada triwulan III 2017 di lapangan usaha real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan.

Grafik 4.13 Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Tw III 2017 Grafik 4.14 Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten Tw III 2017

101,8

54,3 54,2

39,0 37,929,0

18,712,8 12,6 12,3 12,3 11,6 10,5 10,1 9,0 8,8 7,8 7,3 7,1 6,7 5,8 5,7 4,9 4,1 1,9

0

20

40

60

80

100

120

Ko

ta B

and

un

g

Kab

. Ban

du

ng

Kab

. Bo

gor

Kab

. Kar

awan

g

Ko

ta B

ekas

i

Ko

ta D

epo

k

Ko

ta B

ogo

r

Kab

. Cir

ebo

n

Kab

. In

dra

may

u

Kab

. Su

ban

g

Kab

. Su

kab

um

i

Kab

. Pu

rwak

arta

Kab

. Gar

ut

Kab

. Cia

nju

r

Ko

ta C

ireb

on

Ko

ta T

asik

mal

aya

Kab

. Su

med

ang

Kab

. Cia

mis

Ko

ta C

imah

i

Kab

. Tas

ikm

alay

a

Kab

. Ku

nin

gan

Kab

. Maj

alen

gka

Kab

. Ban

du

ng

Bar

at

Ko

ta S

uka

bu

mi

Ko

ta B

anja

r

Rp Triliun

Page 122: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

98

4.1.4. Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

4.1.4.1. Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Barat

Penyaluran kredit UMKM terpantau melambat pada triwulan III 2017 dengan pertumbuhan 8,72%

(yoy). Total kredit UMKM pada periode tersebut adalah sebesar Rp119,46 triliun dengan pertumbuhan

8,72% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,79% (yoy) (Gragik 4.15). Namun, rasio

kredit UMKM terhadap total kredit masih relatif stabil sebesar 20,03% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 20,05%. Menurunnya rasio NPL kredit secara umum juga terjadi pada kredit UMKM yaitu sebesar

4,33% pada triwulan III 2017 (Grafik 4.16).

Grafik 4.15 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 4.16 NPL Kredit UMKM

Penyaluran kredit UMKM mayoritas ditujukan untuk tiga sektor utama yakni Sektor Perdagangan

(55,52%), lndustri Pengolahan (16,24%), dan Konstruksi (8,47%) (Grafik 4.17). Bank Indonesia terus

mendorong penyaluran kredit UMKM dengan menetapkan target proporsi kredit UMKM pada perbankan

berdasarkan milestone tertentu. Pada tahun 2015, target yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 5%, tahun

2016 sebesar 10%, tahun 2017 sebesar 15% dan minimal 20% di tahun 2018 (Peraturan Bank lndonesia

No.14/12/PBl/2012). Selain itu, Bank Indonesia berupaya mendorong peningkatan kinerja kredit UMKM

melalui penerbitan kebijakan insentif memperlonggar batas LFR (Loan to Funding Ratio) menjadi 94% per 1

Agustus 2015 bagi bank yang sudah memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas kredit

yang baik sesuai Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBl/2015.

Grafik 4.17 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha

Page 123: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

99

4.1.4.2. Penyaluran Kredit UMKM Menurut Kabupaten/Kota

Secara spasial 54,25% penyaluran kredit UMKM di Jawa Barat terkonsentrasi di 6 daerah, meliputi Kota

Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi dan Kabupaten Karawang

(Grafik 4.18). Dari sisi kualitas kredit, mayoritas daerah utama penyaluran kredit UMKM tersebut memiliki

rasio rasio NPL kredit UMKM di bawah 5% pada triwulan III 2017 (Grafik 4.19).

Grafik 4.18 Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw III 2017

Grafik 4.19 NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw III 2017

4.1.4.3. Program Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI)

Provinsi Jawa Barat

UMKM memiliki peran strategis di Indonesia baik dari sisi jumlah unit usaha, sumbangan terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan investasi. Pada tahun 2013, jumlah

unit usaha UMKM mencapai 99,99% unit usaha di Indonesia yang menyerap 96,99% angkatan kerja,

menghasilkan nilai tambah sebesar 57,56% Produk Domestik Bruto (PDB) serta 15,68% ekspor non migas.

Mempertimbangkan peran strategis UMKM ini, upaya pengembangan UMKM berpotensi semakin

meningkatkan kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan.

Mempertimbangkan peran penting UMKM dalam perekonomian Indonesia, Bank Indonesia (BI)

melaksanakan pengembangan UMKM untuk mendorong pencapaian tugas Bank Indonesia. Peran

pengembangan UMKM tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung perwujudan stabilitas moneter

melalui pengendalian inflasi dari sisi supply, stabilitas sistem keuangan melalui terlaksananya fungsi

intermediasi perbankan yang lebih seimbang serta kehandalan sistem pembayaran melalui dukungan

terhadap penggunaan rupiah dan pemanfaatan elektronifikasi pembayaran. Hal tersebut dilaksanakan

melalui peningkatan akses keuangan dan pengembangan UMKM khususnya dalam rangka meningkatkan

kredit UMKM, yang dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:

1. Perluasan dan pendalaman infrastruktur keuangan

2. Peningkatan kapasitas UMKM

3. Minimalisir kesenjangan informasi

4. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan stakeholders

19,82

13,12

10,06

7,92 7,426,47

4,793,85 3,62 3,60 3,45 3,44 3,42 3,36 3,33 3,28

2,54 2,39 2,28 2,17 2,16 1,87 1,74 1,51 1,19 0,63

0

5

10

15

20

25

Ko

ta B

and

un

g

Kab

. Be

kasi

Kab

. Bo

gor

Kab

. Ban

du

ng

Ko

ta B

eka

si

Kab

. Kar

awan

g

Ko

ta D

ep

ok

Ko

ta B

ogo

r

Kab

. Cir

eb

on

Kab

. Su

kab

um

i

Kab

. Su

ban

g

Kab

. Gar

ut

Kab

. Cia

mis

Ko

ta T

asik

mal

aya

Kab

. In

dra

may

u

Kab

. Cia

nju

r

Kab

. Tas

ikm

alay

a

Kab

. Su

med

ang

Kab

. Pu

rwak

arta

Kab

. Ku

nin

gan

Kab

. Maj

ale

ngk

a

Ko

ta C

ireb

on

Kab

. Ban

du

ng

Bar

at

Ko

ta C

imah

i

Ko

ta S

uka

bu

mi

Ko

ta B

anja

r

Rp Triliun

2,212,64 2,78

3,12 3,24 3,44 3,57 3,67 3,69 3,87 3,98 4,01 4,034,34 4,36 4,53

4,88 4,98 4,99 5,15 5,16 5,17 5,3 5,32

6,18

7,94

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kab

. Ban

du

ng

Bar

at

Ko

ta C

imah

i

Kab

. Kar

awan

g

Ko

ta B

ogo

r

Kab

. Tas

ikm

alay

a

Kab

. Pu

rwak

arta

Ko

ta C

ireb

on

Kab

. Cia

mis

Ko

ta B

eka

si

Kab

. Be

kasi

Kab

. Ban

du

ng

Kab

. Ku

nin

gan

Ko

ta B

anja

r

Ko

ta B

and

un

g

Kab

. Su

med

ang

Kab

. Gar

ut

Kab

. Maj

ale

ngk

a

Ko

ta D

ep

ok

Kab

. Bo

gor

Ko

ta T

asik

mal

aya

Ko

ta S

uka

bu

mi

Kab

. Cir

eb

on

Kab

. Cia

nju

r

Kab

. In

dra

may

u

Kab

. Su

ban

g

Kab

. Su

kab

um

i

%

Page 124: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

100

Perluasan dan pendalaman infrastruktur keuangan dilaksanakan antara lain melalui fasilitasi Perusahaan

Penjaminan Kredit Daerah (PPKD), sosialisasi program pencatatan transaksi keuangan, dsb. Sementara itu,

program yang dilakukan untuk strategi peningkatan kapasitas UMKM yang dilaksanakan BI antara lain

meliputi program pengembangan klaster ketahanan pangan untuk mendukung pengendalian inflasi melalui

pasokan volatile foods. BI juga melaksanakan program pengembangan wirausaha BI dalam rangka

mendukung ketahanan pangan dan struktur neraca perdagangan.

Upaya pengembangan UMKM yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Jawa Barat diantaranya melalui

perluasan akses pasar Produk UMKM Binaan Bank Indonesia. Salah satunya yaitu melalui E-Commerce.

Sebanyak ± 30 UMKM binaan KPwBI Provinsi Jawa Barat telah diikutsertakan dalam pelatihan e-commerce

dengan salah satu marketplace terbesar di Indonesia. Market place adalah salah satu media yang digunakan

untuk memasarkan sebuah produk. Media tersebut digunakan membangun sebuah toko online, sedangkan

electronic commerce (e-commerce) merupakan konsep yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli

barang pada internet atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan

informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung,200 dalam M. Suyanto 2003;11). Pengembangan

UMKM melalui pelatihan perluasan pasar melalui e-commerce yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Jawa Barat

ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui perluasan akses pasar melalui media online,

mengingat peluang pasar saat ini cukup besar khususnya terkait pengguna media online, diantaranya adalah:

1. Jumlah penduduk yang Indonesia yang besar merupakan pangsa pasar yang cukup tinggi.

2. Kondisi geografis yang sangat mendukung berkembangnya e-commerce, dengan begitu banyaknya

pulau-pulau yang tersebar diseluruh nusantara, e-commerce merupakan salah satu jalan terbaik

untuk meningkatkan bisnis antar pulau.

3. Banyaknya bahan alam yang dapat diolah menjadi produk-produk bernilai tinggi.

4. Banyaknya adat-istiadat dan budaya yang ada, merupakan sumber inspirasi bagi perkembangan

usaha kerajinan yang dapat menjadi sumber perdagangan dan komoditi pariwisata jika dikelola

dengan baik.

Peluang di atas pun didukung pula melalui hasil riset yang dilakukan oleh We Are Social, yang menyebutkan

bahwa pengguna internet di Indonesia pada awal tahun 2017 sudah mencapai 132,7 juta orang atau naik

sebesar 51% dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya mencapai 88,1 juta orang. Pertumbuhan jumlah

pengguna internet ini turut diiringi dengan meningkatnya jumlah pengguna layanan media sosial. Dari

jumlah 79 juta orang pada tahun 2016, angka tersebut kini telah meningkat menjadi 106 juta pengguna.

Para pengguna yang secara aktif menggunakan media sosial di perangkat mobile pun naik dari 66 juta orang

pada tahun 2016 menjadi 92 juta orang pada tahun 2017.

Page 125: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

101

Gambar 4.2 Tren Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2017

Selain pengguna internet, berdasarkan hasil riset We Are Social pun mencantumkan data terkait

perkembangan e-commerce di Indonesia, diantaranya jumlah pengguna internet yang berbelanja secara

online di tanah air disebut-sebut telah mencapai 24,74 juta orang. Selama tahun 2016, para pengguna

tersebut menghabiskan uang sebesar Rp74,6 triliun untuk berbelanja di berbagai e-commerce. Dari data

tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengguna e-commerce di Indonesia membelanjakan sebesar

Rp3 juta per tahun.

Gambar 4.3 Pengguna E-commerce di Indonesia Tahun 2016

Namun demikian, dari peluang usaha yang cukup tinggi bagi para UMKM dalam bisnis e commerse

ini, masih memiliki beberapa permasalahan, diantaranya sebagai berikut.

1. Dukungan pemerintah yang masih belum jelas ditambah dengan belum adanya kebijakan-kebijakan

yang mendukung perkembangan dari e-commerce ini dikeluarkan, belum jelasnya deregulasi dari

sistem teknologi informasi khususnya internet yang merupakan salah satu dasar dari perkembangan

e-commerce, perbaikan sistem deregulasi dalam ekspor impor barang.

Page 126: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

102

2. Perkembangan infrastruktur yang lambat. Salah satu hambatan utama adalah masih kurangnya

insfrastrukur yang ada dan belum merata ke pelosok Indonesia. Dibutuhkan keseriusan pemerintah

untuk secara bertahap membangun infrastrukur yang baik dan terprogram sehingga secara

bertahap, rakyat Indonesia mulai dapat dikenalkan dengan internet sebagai salah satu hasil dari

perkembangan teknologi informasi dengan biaya yang murah dan terjangkau.

3. Kurangnya sumber daya manusia. Kurangnya SDM Indonesia yang benar-benar menguasai sistem e-

commerce ini secara menyeluruh, yang tidak saja menguasai secara teknis juga non-teknis seperti

sistem perbankan, lalu lintas perdagangan hingga sistem hukum yang berlaku. Salah satu alasan

yang cukup utama yaitu masih kurangnya ketersediaan informasi, mulai dari buku-buku referensi,

jurnal, majalah/tabloid yang membahas tentang e-commerce juga sarana pendidikan, seminar,

workshop hingga pusat-pusat pengembangan yang dibangun antara pemerintah, pusat-pusat

pendidikan dan tenaga ahli di bidang e-commerce.

4. Perbaikan sistem perdagangan yang ada. Adanya keseriusan dari pemerintah dalam hal deregulasi

kepabeanan dan pajak yang mendukung sistem e-commerce ini.

Untuk itu Bank Indonesia dalam mendorong perluasan pasar melalui e-commerce bagi wirausaha binaannya

ini tidak sembarang melakukan kerjasama dengan market place melainkan memilih market place yang juga

memberikan kemudahan akses keuangan terhadap perbankan. Dengan market place yang memiliki fasilitas

lengkap bagi penjual tentunya membantu penjual untuk melakukan monitoring terhadap akses pasar

maupun akses keuangan.

4.2. Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1 Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Perkembangan kinerja korporasi pada triwulan III 2017 terpantau membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya seiring dengan membaiknya ekspor, meskipun terdapat tekanan dari perlambatan

konsumsi rumah tangga yang masih terus berlangsung. Ekspor Jawa Barat tercatat meningkat pada

triwulan III 2017 sebesar 15,66% (yoy) setelah pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 9,78% (yoy) (Grafik

4.20). Meningkatnya PMI negara mitra dagang utama seperti US dan Tiongkok mempengaruhi permintaan

terhadap produk ekspor dari berbagai negara termasuk Indonesia, yang juga ditunjukkan oleh meningkatnya

harga komoditas global (Grafik 4.21). Hingga Juli 2017, harga beberapa komoditas utama tercatat mulai

meningkat setelah pada triwulan II mengalami penurunan.

Page 127: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

103

Grafik 4.20 Perkembangan Ekspor Jawa Barat

Grafik 4.21 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Permintaan domestik yang meningkat yang ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional

juga menjadi pendorong kinerja korporasi di Jawa Barat, meskipun terdapat tekanan dari melambatnya

konsumsi rumah tangga di Jawa Barat. Di triwulan III 2017 ini, konsumsi rumah tangga tercatat melambat

yang diperkirakan dipengaruhi oleh adanya indikasi masyarakat menahan belanjanya untuk keperluan

pendidikan dan berakhirnya momen Idul Fitri. Terkait dengan permintaan domestik, meningkatnya

pertumbuhan ekspor antar daerah menjadi faktor yang menjaga kinerja korporasi Jawa Barat pada triwulan

laporan.

4.2.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Risiko korporasi terpantau menurun dengan membaiknya kualitas kredit korporasi secara umum dan

meningkatnya pertumbuhan beberapa lapangan usaha utama Jawa Barat seperti indust ri pengolahan.

Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, pertumbuhan Lapangan Usaha industri

pengolahan dan konstruksi pada triwulan III 2017 meningkat masing-masing sebesar 5,27% (yoy) dan

8,58% (yoy) (Grafik 4.22). Kredit perbankan untuk lapangan usaha ini adalah yang terbesar mencapai sekitar

22% dari total kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di Jawa Barat. Kinerja industri pengolahan

berdasarkan realisasi saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan III 2017 menurun secara

triwulanan (qtq) sesuai pola historisnya, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi SBT industri

pengolahan triwulan III 2016 sebesar 1,22 (Grafik 4.23). Meningkatnya ekspor luar negeri dengan

meningkatnya volume perdagangan dunia dan ekspor antar daerah yang didorong oleh peningkatan

perekonomian nasional mendorong kinerja industri pengolahan meningkat, di tengah melambatnya

konsumsi rumah tangga Jawa Barat.

Page 128: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

104

Grafik 4.22 Realisasi Kegiatan Usaha - SKDU

Grafik 4.23 Realisasi Kegiatan Usaha Industri Pengolahan SKDU

Grafik 4.24 Realisasi Kegiatan Usaha Perdagangan SKDU

Grafik 4.25 Realisasi Kegiatan Usaha Konstruksi SKDU

Sementara itu, dari hasil liaison oleh Bank Indonesia kepada perusahaan-perusahaan di Jawa Barat secara

umum menyampaikan bahwa laju pertumbuhan penjualan domestik pada triwulan III 2017 cenderung

menurun dibanding triwulan sebelumnya. Likert scale permintaan domestik yang diperoleh melalui

wawancara liaison terpantau menurun dibanding triwulan II 2017 yakni dari 0,71 menjadi 0,59 pada triwulan

III 2017 (4.26).

Grafik 4.26 Likert scale Permintaan Domestik

Page 129: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

105

4.2.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi

Sejalan dengan meningkatnya kredit secara umum, kredit korporasi sedikit meningkat pada triwulan III

2017 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit korporasi tumbuh meningkat dari sebesar 1,71%

(yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 2,26% (yoy) pada triwulan III 2017 dengan nominal sebesar Rp210,34

triliun (Grafik 4.27). Peningkatan terjadi pada lapangan usaha pertanian, listrik, gas dan air serta angkutan

dan komunikasi (Grafik 4.28). Sementara dari jenisnya, peningkatan terjadi khususnya pada jenis kredit

modal kerja dari sebesar 2,43% (yoy) menjadi sebesar 4,26% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 4.29). Dari

sisi risiko kredit terlihat adanya penurunan dengan menurunnya rasio NPL dari 5,44% menjadi 4,90% pada

triwulan III 2017 (Grafik 4.30).

Grafik 4.27 Perkembangan Kredit Korporasi

Grafik 4.28 Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

Grafik 4.29 NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Grafik 4.30 NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

4.3. Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.3.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Melambatnya kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan III 2017 didorong oleh melambatnya

konsumsi rumah tangga pada level 3,79% (yoy). Berakhirnya momen Ramadhan dan hari raya Idul Fitri

serta periode libur panjang yang tidak sebanyak pada triwulan sebelumnya diperkirakan menjadi faktor yang

Page 130: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

106

mempengaruhi perlambatan tersebut. Selain itu, terdapat indikasi bahwa masyarakat cenderung menahan

laju konsumsinya untuk kebutuhan pembayaran biaya-biaya pendidikan yang ditunjukkan oleh adanya

peningkatan laju kenaikan harga pada kelompok pendidikan triwulan III 2017. Di sisi lain, optimisme

konsumen yang dicerminkan oleh indeks keyakinan konsumen sejatinya masih cukup baik dan bahkan

meningkat dengan porsi penggunaan pendapatan untuk konsumsi yang meningkat (Grafik 4.31).

Grafik 4.31. Tingkat Optimisme Konsumen Jawa

Barat Survei Konsumen

Grafik 4.32. Persentase Penggunaan Penghasilan Survei Konsumen

Sementara itu jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat penurunan risiko dari sisi kredit karena secara

agregat terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari 30%

pendapatannya (DSR>30%). Pada triwulan III 2017, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% turun sebesar

3,77% dibanding triwulan sebelumnya atau sebesar -19,40%(qtq). Penurunan ini terutama disebabkan oleh

menurunnya rasio DSR pada kelompok rumah tangga pada hampir seluruh golongan pengeluaran kecuali

pengeluaran lebih dari Rp5juta per bulan. Institusi keuangan menilai bahwa rumah tangga dengan

DSR>30% memiliki risiko yang tinggi dan berpotensi menjadi penyebab NPL (non performing loan) (Tabel

4.2).

Tabel 4.2. Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat

Pengeluaran per Bulan

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30%

Rp 1 - 2 jt 2,32% 2,90% 2,03% 3,48% 9,57%

Rp 2,1 - 3 jt 4,49% 3,91% 5,36% 3,62% 9,71%

Rp 3,1 - 4 jt 2,32% 3,04% 3,62% 3,77% 5,36%

Rp 4,1 - 5 jt 1,74% 2,75% 1,74% 3,33% 4,20%

> Rp 5 jt 2,90% 3,33% 3,91% 5,22% 5,36%

Total 13,77% 15,94% 16,67% 19,42% 34,20%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Triwulan II 2017

Debt Service Ratio (DSR)

TMP

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30%

Rp 1 - 2 jt 2,90% 1,59% 1,59% 1,88% 13,62%

Rp 2,1 - 3 jt 5,22% 3,62% 2,61% 2,90% 12,90%

Rp 3,1 - 4 jt 2,90% 3,77% 2,90% 2,90% 6,38%

Rp 4,1 - 5 jt 2,03% 1,59% 2,17% 1,59% 3,19%

> Rp 5 jt 2,32% 2,32% 5,22% 6,38% 5,51%

Total 15,36% 12,90% 14,49% 15,65% 41,59%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Triwulan III 2017

Debt Service Ratio (DSR)

TMP

Page 131: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

107

Keterangan: TMP : Tidak memiliki pinjaman; *Perubahan triwulan III 2017 dibanding triwulan II 2017

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat, diolah

4.3.2 Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga

Kredit rumah tangga menunjukkan pertumbuhan yang sedikit meningkat pada level 12,63% (yoy) ,

didorong oleh peningkatan kredit untuk pemilikan rumah dan apartemen, meskipun tertahan dengan

perlambatan kredit kendaraan bermotor. Kredit rumah tangga pada triwulan III 2017 sebesar Rp200,18

triliun, tumbuh sebesar 12,63% (yoy) meningkat daripada triwulan sebelumnya sebesar 12,08% (yoy) (Grafik

4.33). Peningkatan kredit rumah tangga terjadi pada jenis kredit pemilikan rumah dan apartemen. Di sisi lain,

terjadi perlambatan kredit kendaraan bermotor, dari sebesar 8,87% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi

sebesar 3,51% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 4.34). Kualitas kredit rumah tangga juga menunjukkan

kondisi yang stabil dan terjaga dengan NPL sebesar 2,2%, meskipun terlihat ada peningkatan kredit

kendaraan bermotor, multiguna dan pemilikan peralatan rumah tangga (Grafik 4.35). Secara umum, kinerja

kredit rumah tangga masih menunjukkan keyakinan konsumen dan repayment capacity yang terjaga (Grafik

4.36).

Grafik 4.33 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.34 Kredit Kendaraan Bermotor

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30% TMP

Rp 1 - 2 jt 0,58% -1,30% -0,43% -1,59% 4,06%

Rp 2,1 - 3 jt 0,72% -0,29% -2,75% -0,72% 3,19%

Rp 3,1 - 4 jt 0,58% 0,72% -0,72% -0,87% 1,01%

Rp 4,1 - 5 jt 0,29% -1,16% 0,43% -1,74% -1,01%

> Rp 5 jt -0,58% -1,01% 1,30% 1,16% 0,14%

Total 1,59% -3,04% -2,17% -3,77% 7,39%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Perubahan DSR*

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30% TMP

Rp 1 - 2 jt 25,00% -45,00% -21,43% -45,83% 42,42%

Rp 2,1 - 3 jt 16,13% -7,41% -51,35% -20,00% 32,84%

Rp 3,1 - 4 jt 25,00% 23,81% -20,00% -23,08% 18,92%

Rp 4,1 - 5 jt 16,67% -42,11% 25,00% -52,17% -24,14%

> Rp 5 jt -20,00% -30,43% 33,33% 22,22% 2,70%

Total 11,58% -19,09% -13,04% -19,40% 21,61%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Perubahan DSR* (qtq)

Page 132: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

108

Grafik 4.35 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah

Grafik 4.36 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

Page 133: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

109

Perekonomian syariah memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional.

Konsep ekonomi dan keuangan yang berlandaskan pada nilai dan prinsip syariah merupakan konsep

yang inklusif dengan melibatkan seluruh lapisan mayarakat yang diharapkan dapat menggerakkan roda

perekonomian nasional. Melalui prinsip dasar keadilan, perekonomian syariah yang tumbuh dan

berkembang pesat diharapkan menjadi salah satu solusi bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat

Indonesia secara umum. Di tengah pertumbuhan kinerja ekonomi dan keuangan syariah dunia yang

pesat, Indonesia perlu meningkatkan perannya dalam ekonomi dan keuangan syariah dunia tidak hanya

sebagai pasar namun juga sebagai key player dalam berbagai sektor industri halal termasuk industri

keuangan syariah. Dalam upaya tersebut diperlukan sinergi dari berbagai institusi pusat maupun

daerah, termasuk Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral.

Dalam upaya mendorong ekonomi syariah, Bank Indonesia telah secara rutin menghelat Indonesia

Shari'a Economic Forum (ISEF) di Surabaya sejak tahun 2014. Dalam rangka Road to ISEF ke-4 pada

November 2017 di Surabaya, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat bersama

dengan KPw Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan diberi kepercayaan untuk

menyelenggarakan kegiatan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) di regional masing-masing dengan tema

Regional Jawa 2017 diselenggarakan di Gedung Pusat Dakwah Islam (PUSDAI) Provinsi Jawa Barat pada

13-15 September 2017 / 22-24 Dzulhijjah 1438 H.

BOKS 2

FESTIVAL EKONOMI SYARIAH REGIONAL JAWA TAHUN 2017

Bandung, 13-15 September 2017/ 22-24 Dzulhijjah 1438 H

Page 134: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

110

Tujuan utama dari kegiatan FESyar adalah agar pengembangan ekonomi syariah dapat dilakukan secara

serentak di seluruh Indonesia yang dilakukan melalui edukasi dan sosialisasi produk-produk keuangan

syariah bagi masyarakat. Adapun tujuan lain dari kegiatan dimaksud adalah mempromosikan dan

mendekatkan produk dan jasa UMKM industri kreatif dan ketahanan pangan berbasis syariah kepada

masyarakat. Berbagai area yang berpotensi untuk dikembangkan meliputi penguatan halal supply chain

yang utamanya terkait sektor industri makanan halal, industri fashion Islami, industri pariwisata syariah

dan sektor energi terbarukan. Upaya pengembangan juga meliputi optimalisasi sektor keuangan sosial

yang mencakup dana zakat, infaq, sadaqah dan wakaf (ZISWAF) yang potensinya dalam mendukung

perekonomian yang inklusif; pemberdayaan ekonomi pesantren yang mendukung kewirausahaan dan

kemandirian; serta berbagai upaya penguatan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan literasi

masyarakat di bidang ekonomi dan keuangan syariah.

Salah satu kegiatan dari rangkaian kegiatan FESyar dimaksud, dalam upaya mengenalkan dan

ar dan workshop), yaitu:

Seminar Model Pemberdayaan Pesantren, Seminar Industri Halal, Seminar Blueprint Pengembangan

Ekonomi dan Keuangan Syariah, Seminar Potensi Zakat dan Wakaf Regional melalui Integrasi Keuangan

Komersial & Sosial Islam, dan Workshop Kurikulum Modul Ekonomi Syariah. Selain seminar, FESyar

berupa Pameran Ekonomi & Keuangan Syariah, Talkshow serta lomba-lomba, seperti lomba Kaligrafi,

seminar selama tiga hari berturutan.

Dalam rangka pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, Bank Indonesia telah berkolaborasi

dengan Majelis Ulama Indonesia, dan Bappenas dalam Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) telah

bersama-sama merumuskan tiga pilar yang menjadi strategi utama pengembangan ekonomi dan

keuangan syariah. Ketiga pilar tersebut adalah: Pemberdayaan ekonomi syariah; Pendalaman pasar

keuangan syariah; dan Penguatan riset, asesmen, dan edukasi termasuk sosialisasi dan komunikasi.

Page 135: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

111

Pertama, Pilar Pemberdayaan Ekonomi Syariah, pilar ini menitikberatkan pada pengembangan sektoral

usaha syariah, melalui penguatan seluruh kelompok pelaku usaha baik besar, menengah, kecil, mikro,

serta kalangan lembaga pendidikan Islam seperti pesantren dan lainnya. Program kerja utama pilar ini

mencakup pengembangan halal supply chain, serta kelembagaan dan infrastruktur pendukungnya.

Bank Indonesia dalam hal ini telah melakukan kerjasama Program Kemandirian Ekonomi Pesantren

terhadap 62 pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang meliputi pemetaan jenis usaha,

studi kelayakan dan program pembinaan dalam pengembangan berbagai model bisnis di pesantren.

Melalui program tersebut diharapkan dapat tercipta model-model bisnis berdasarkan kemitraan yang

sustainable dan berdaya saing sehingga dapat menjadi referensi bagi pondok pesantren lainnya. Untuk

itu, Festival Ekonomi Syariah kiranya dapat menjadi sarana untuk showcasing dan sebagai forum

knowledge sharing program kemandirian ekonomi antar pesantren. Untuk di pulau Jawa, kerjasama

dilakukan terhadap 26 pesantren untuk jenis usaha pertanian, pengolahan daur ulang sampah atau

biogas, manajemen koperasi dan pengolahan air minum.

Selain model bisnis pesantren, Bank Indonesia juga tengah melakukan pemetaan terhadap model bisnis

yang dikembangkan oleh UMKM binaan Bank Indonesia untuk dapat diintegrasikan dengan model

bisnis pengembangan ekonomi pesantren. Pada FESyar Regional Jawa kesatu juga dilakukan upaya

mendorong sertifikasi halal untuk memberikan nilai tambah dari produk dan jasa di dalam halal supply

chain melalui penyelenggaraan Seminar Halal Industri dan talkshow Gerakan Sertifikasi Halal.

Selain itu, pada Festival Ekonomi Syariah Regional Jawa telah terlaksana pula kegiatan business

matching untuk mendorong pengembangan UMKM & Klaster serta memperluas akses pasar sekaligus

untuk meningkatkan motivasi dari pelaku usaha. Adapun business matching tersebut, antara lain : (1)

penjajakan Kerjasama Pemda Kep. Seribu, DKI Jakarta terkait kegiatan promosi WUBI Jabar, (2)

penjajakan kerjasama PT. PPI dengan pihak klaster binaan KPw BI Jabar dalam melakukan ekspor produk

agribisnis ke Rusia, (3) penjajakan Bank Syariah untuk memberikan pendanaan untuk WUBI industri

kreatif di Kab. Indramayu dan Kab. Bandung, (4) penjajakan kerjasama antara WUBI KPw BI Tegal

dengan WUBI KPw BI Jabar dalam pembelian produk-produk hijab serta pelatihan kewirausahaan, (5)

penyelenggaraan foodstation untuk klaster beras, (6) penjajakan kerjasama hotel dengan klaster

hortikultura untuk memperoleh bahan-bahan berkualitas & (7) penjajakan program pemberdayaan

antara BAZNAS DIY dengan UMKM Binaan KPw BI DIY melalui program pengembangan zakat

produktif.

Kedua, Pilar Pendalaman Pasar Keuangan Syariah. Pilar ini merefleksikan upaya peningkatan manajemen

likuiditas serta pembiayaan syariah, guna mendukung pengembangan usaha syariah. Cakupan pilar ini

tidak terbatas pada keuangan komersial, namun juga pada sektor ZISWAF dan upaya integrasi

keduanya.

Pada festival ini, Bank Indonesia menekankan kembali pentingnya optimalisasi sektor ZISWAF sebagai

mesin penggerak baru bagi pembangunan bangsa ini. Potensi ZISWAF yang diperkirakan sangat besar

ini apabila dikelola dengan tepat dapat berperan aktif dalam mewujudkan distribusi pendapatan dan

Page 136: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

112

kesempatan, serta pemberdayaan masyarakat secara inklusif. Upaya tersebut dilakukan oleh Bank

Indonesia antara lain melalui kerjasama dengan IDB, BAZNAS dan BWI dalam pengembangan kerangka

governance sektor keuangan sosial syariah melalui penyusunan Zakat Core Principles dan penyusunan

standar wakaf dunia untuk menjadi rujukan global, serta kerjasama dengan Kementerian Agama dalam

membangun sistem informasi zakat dan wakaf.

Ketiga, Pilar Penguatan Riset, Asesmen dan Edukasi termasuk sosialisasi dan komunikasi. Pilar ini

ditujukan sebagai landasan bagi tersedianya sumber daya insani yang handal, professional, dan berdaya

saing internasional. Berbagai bentuk program edukasi dan sosialisasi akan dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh manfaat dari

pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Festival Ekonomi Syariah Regional Jawa merupakan salah satu bentuk program edukasi dan sosialisasi

untuk meningkatkan pemahaman masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh manfaat

dari pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Di samping itu, Bank Indonesia juga bekerjasama

dengan pihak akademisi dan KemenRistek-Dikti telah melaksanakan program pengembangan kurikulum

ekonomi dan keuangan syariah. Adapun Workshop Kurikulum Modul Ekonomi Syariah yang

diselenggarakan pagi tadi merupakan salah satu upaya sosialisasi dan edukasi peningkatan kompetensi,

khususnya untuk setingkat pendidikan tinggi. Bank Indonesia juga pada Festival Ekonomi Syariah kali ini

berupaya untuk mencari bibit-bibit wirausaha muda berbasis syariah yang memiliki produk dan model

bisnis inspiratif yang nantinya diharapkan dapat difasilitasi oleh perbankan untuk akses pembiayaan,

serta praktisi dan akademisi untuk diberikan pelatihan.

Ketiga pilar strategi utama tadi secara terintegrasi akan didukung oleh kebijakan ekonomi dan

keuangan syariah internasional maupun daerah, ketersediaan dan kesiapan sumber daya insani, data

dan informasi (termasuk financial technology) serta koordinasi dan kerjasama untuk memastikan

implementasi yang berkelanjutan.

Jawa Barat memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.

Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak secara nasional yakni 46,5 juta orang dan 98%

penduduknya beragama Islam, Jawa Barat memiliki jumlah faktor sumber daya manusia yang sangat

potensial untuk dikembangkan dan diarahkan menjadi sumber daya insani penggerak utama

pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Namun demikian, penetrasi pemanfaatan layanan jasa

keuangan syariah di Jawa Barat masih perlu ditingkatkan. Hal ini tercermin dari pangsa pemanfaatan

layanan jasa pembiayaan perbankan syariah di Jawa Barat terhadap total kredit perbankan di Jawa Barat

masih relatif kecil, yaitu 8,4%, meski sudah lebih baik dibandingkan dengan pangsa pemanfaatan

layanan jasa pembiayaan perbankan syariah nasional terhadap total kredit perbankan nasional yang

baru mencapai 5,9%.

Adapun kondisi perkembangan keuangan syariah di Jawa Barat pada triwulan III 2017 mengalami

perlambatan. Pertumbuhan pembiayaan syariah di Jabar sebesar 9,0% (yoy) melambat dari triwulan II

2017 sebesar 10,6% (yoy). Adapun pangsa Pembiayaan Syariah Jabar terhadap total Pembiayaan

Page 137: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

113

Syariah Nasional sebesar 11,8%. Namun demikian, berdasarkan distribusi jenis kegiatannya, pembiayaan

syariah di Jabar masih didominasi untuk kegiatan konsumsi sebesar 48%. Sementara itu, pemanfaatan

pembiayaan syariah untuk pembentukan modal kerja usaha sebesar 32% dan untuk keperluan kegiatan

investasi baru 20%.

Sementara itu, DPK perbankan umum syariah di Jawa Barat pada Triwulan III 2017 tumbuh meningkat

sebesar 15,6% (yoy) dibanding triwulan II 2017 sebesar 14,2% (yoy). Adapun pangsa DPK Perbankan

Syariah Jabar terhadap Total DPK Perbankan Syariah Nasional sebesar 10,3%. Adapun untuk aset

perbankan umum syariah di Jawa Barat pada Triwulan III 2017 tumbuh 12,8% (yoy) melambat

dibanding triwulan II 2017 sebesar 13,5% (yoy). Adapun pangsa Aset Perbankan Syariah Jabar terhadap

Total Aset Perbankan Syariah Nasional sebesar 9,3%.

Dalam rangka mendorong peningkatan pangsa keuangan syariah di Jawa Barat, pada rangkaian

kegiatan FESyar Regional Jawa, Bank Indonesia juga bekerjasama dengan Kantor Regional 2 Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) Jawa Barat dan berbagai lembaga keuangan syariah bank dan non bank di Jawa

Barat. Misi Bank Indonesia dalam perkembangan ekonomi syariah yaitu :

a. Mendorong mengalirnya produksi (harta, tenaga kerja, inovasi, teknologi), untuk kegiatan

produktif/investasi bagi bertumbuhnya perekonomian Indonesia yang adil dan merata;

b. Mengintegrasikan sektor keuangan dan sektor riil secara langsung yang seimbang berdasarkan

kerjasama yang mengedepankan prinsip bagi hasil;

c. Memberdayakan dana sosial syariah (ZISWAF) untuk meningkatkan pemerataan dan keseimbangan

kesempatan usaha dan pendapatan; serta

d. Mengembangkan kebijakan untuk mendorong terkelolanya kesinambungan aktivitas ekonomi dan

keuangan sesuai nilai-nilai syariah.

32,2

10,6

9,0

-

20

40

60

80

100

120

-

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoyRp TriliunPembiayaan - Lokasi Bank (Rp T)

Pembiayaan (% yoy)

MODAL KERJA 32%

INVESTASI 20%

KONSUMSI48%

32,7

14,2 15,6

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

-

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoyRp TriliunDPK (Rp T) DPK (% yoy)

44,3

13,5

12,8

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

yoy (%)Triliun RpAset (Rp T)

Aset (% yoy)

Page 138: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

114

Guna mewujudkan misi tersebut, Bank Indonesia menginisiasi program dan kegiatan yang dapat

meningkatkan nilai tambah dan kapasitas dari setiap pihak guna mendukung perkembangan ekonomi

syariah di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Barat dan regional Jawa pada umumnya. Terkait dengan

Pilar Pertama Pemberdayaan Ekonomi Syariah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

bersama-sama dengan para stakeholders telah rutin melaksanakan Program PUSPA (Pendampingan

UMKM Syariah oleh Praktisi dan Akademisi) sejak tahun 2015. Program PUSPA bertujuan untuk

melakukan pendampingan usaha mikro berlandaskan prinsip-prinsip syariah dengan pendamping para

mahasiswa yang sudah terlebih dahulu dibina oleh para akademisi dan praktisi ekonomi dan keuangan

syariah. Adapun sasaran utama dari program PUSPA, antara lain :

a. Menanamkan pemahaman kepada pelaku usaha mengenai karakteristik UMKM Syariah dan etika

bisnis dalam Islam menjadi core values dari usahanya.

b. Membimbing, mengarahkan dan memperbaiki teknik produksi, manajemen pemasaran,

penatausahaan bisnis UMKM dengan memperkenalkan pembukuan keuangan, SOP, business plan,

dan perancangan strategi bisnis yang sistematis.

c. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman mengenai produk dan jasa pembiayaan syariah

untuk pengembangan usaha.

d. Mengadvokasi pengajuan pembiayaan syariah kepada Lembaga Keuangan Syariah.

e. Mengadvokasi pengurusan perizinan usaha seperti : Izin Sertifikasi P-IRT (Pangan-Industri Rumah

Tangga), Izin Sertifikasi Label Halal, Izin Pendaftaran Hak Merk Dagang, dll.

f. Memotivasi para pelaku usaha agar memiliki semangat dan visi dalam pengembangan usaha.

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, maka pertumbuhan ekonomi yang baik

adalah yang dapat diimbangi dengan inflasi yang rendah, tingkat kemiskinan dan pengangguran yang

menurun dengan pemerataan ekonomi yang lebih baik. Oleh karena itu, program PUSPA diharapkan

dapat menjadi sarana sinergi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tersebut.

Terkait dengan Pilar Ketiga Penguatan Riset, Asesmen dan Edukasi termasuk sosialisasi dan komunikasi,

salah satu potensi yang dapat dikembangkan antara lain melalui saluran komunitas-komunitas yang ada

di masyarakat, salah satu yang potensial untuk dikembangkan adalah pesantren. Jawa Barat merupakan

provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia. Dimana total jumlah pesantren di Indonesia

sebanyak 28.961 pesantren dan 32% atau 9.167 pesantren dari total tersebut berlokasi di Jawa Barat

(sumber: Kemenag RI, 2016).

Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang telah berdiri sejak lama. Namun, seiring

dengan perkembangan zaman, pesantren sekarang diharapkan tidak hanya menjalankan fungsi

-ilmu Islam, pemeliharaan tradisi Islam, re

tetapi juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi

masyarakat pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup, dan lebih

penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sekitarnya (Azra, 1997).

Beberapa pesantren telah melakukan usaha pemberdayaan ekonomi dengan berbagai pola, diantaranya:

(i) usaha ekonomi yang berpusat pada kyai sebagai orang yang paling bertanggung jawab

Page 139: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

115

mengembangkan pesantren, (ii) usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya operasional

pesantren, dan (iii) usaha ekonomi untuk santri dengan memberi ketrampilan dan kemampuan bagi

santri agar kelak ketrampilan itu dapat dimanfaatkan selepas keluar dari pesantren (Nadzir, 2015).

Hasil penelitian BI Jabar bersama Center for Islamic Economic Studies (CIES) terhadap 51 pesantren di

Jabar yang memiliki jumlah santri di atas 500 orang menunjukkan bahwa pesantren di Jabar memiliki

potensi yang dapat dijadikan sebagai lembaga ekonomi alternatif dalam pemberdayaan masyarakat

pesantren berbasis ekonomi syariah. Mempertimbangkan kedua potensi sebagai provinsi dengan jumlah

penduduk muslim dan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia, BI Jabar memiliki concern untuk dapat

meningkatkan peran pondok pesantren sebagai mitra strategis dalam pengembangan ekonomi keuangan

syariah di Jabar.

Adapun temuan utama dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa pesantren dapat mengoptimalkan

berbagai potensi yang dimiliki untuk menjadi lembaga alternatif pengembangan ekonomi masyarakat

berbasis syariah melalui (1) sinergi dan kolaborasi dengan para stakeholders (pemerintah, pelaku bisnis,

akademisi, komunitas, dll), (2) pengembangan manajemen pengelolaan pesantren secara lebih

profesional, transparan dan akuntabel dan (3) pembaruan sistem kurikulum pendidikan pesantren dalam

rangka penguatan bidang ilmu ekonomi keuangan syariah secara teoritis dan implementatif. Hasil

penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam bentuk buku dan diharapkan dapat menjadi salah satu

referensi bagi kita kedepannya dalam membangun dan memperkuat sinergi serta kolaborasi bersama

dengan pondok pesantren dalam rangka memajukan ekonomi keuangan syariah di Jawa Barat.

Selain itu, Bank Indonesia telah bekerjasama dengan Kementerian Agama dalam Program

Pengembangan Kemandirian Ekonomi Pesantren yang mencakup 65 pesantren di 31 wilayah kerja,

termasuk 16 pesantren di wilayah Indonesia Timur. Dalam rangka pelaksanaan program pilar pertama di

Kawasan Timur Indonesia (KTI), kami telah melakukan mapping terhadap 50 pondok pesantren sebagai

sampling responden yang tersebar di 11 wilayah KTI. Dari hasil pemetaan tersebut, secara umum

operasional pesantren di KTI masih dibantu oleh pemerintah (19%), dana sosial ZISWAF (13%), dana

milik yayasan (12%) dan pendanaan yang berasal dari kyai/pemilik pesantren (7%). Berdasarkan sektor

usaha yang digeluti pesantren, mayoritas pesantren di KTI memiliki unit usaha yang bergerak pada unit

usaha perdagangan sebanyak 29 pesantren (20%), diikuti dengan unit usaha peternakan sebanyak 22

pesantren (15%), unit usaha perkebunan sebanyak 20 pesantren (14%), dan sisanya tersebar pada unit

usaha lainnya. Peta kondisi pesantren ini akan digunakan dalam penyusunan strategi pemberdayaan agar

dapat berjalan secara efektif dan memiliki dampak ekonomi yang luas.

BI Jabar juga telah bekerjasama dengan Pondok Pesantren Alquran Al Falah serta Hasbuna telah

menyelenggarakan rangkaian kegiatan, antara lain sosialisasi peran ekonomi syariah kepada ulama dan

masyarakat pesantren, Workshop Calon Penggerak Pengembangan Usaha pada 100 Pontren se-Kab.

Bandung, Seminar dan Kegiatan Usaha Ekonomi Pondok Pesantren di Kab. Bandung Edukasi Gerakan

Nasional Non Tunai & Uang Rupiah Tahun Emisi 2016. BI Jabar juga menginisiasi Program BI Corner di

Pondok Pesantren Al Falah, Cicalengka, Kab Bandung sebagai program BI Corner pertama di lingkungan

Pondok Pesantren. Untuk meningkatkan kemandirian Pesantren, telah dikembangkan antara lain

Page 140: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

116

budidaya pertanian dengan mekanisme hidpronik (urban farming) di Ponpes Al Falah. Program ini

berkolaborasi dengan program Kampung Peduli Inflasi yang dilanjutkan dengan proses pelatihan kepada

pihak pondok pesantren (pengurus dan santri) perihal budidaya pertanian dengan mekanisme

hidroponik. Selanjutnya diharapkan hasil produksi dari budidaya pertanian dapat secara rutin dijual

kepada masyarakat sehingga dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi pondok pesantren.

Melalui kegiatan Festival Ekonomi Syariah Pertama tahun 2017 diharapkan dapat menjadi fondasi yang

kokoh dalam mengembangkan ekonomi syariah di Jawa Barat dan Regional Jawa sehingga berkontribusi

dalam mewujudkan Jawa sebagai Poros Pemberdayaan Ekonomi Syariah Nasional.

Page 141: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

V

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan

Uang Rupiah

BAB V

Page 142: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

118

5.1. Sistem Pembayaran Non Tunai

5.1.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai Melalui SKNBI dan RTGS

Pada triwulan III 2017, transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami

peningkatan, baik secara nominal maupun volume. Transaksi SKNBI di Jawa Barat yang secara total

mencapai Rp65,31 triliun tumbuh sebesar -11,28% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh -33,94% (yoy) (Grafik 5.1). Meskipun transaksi kliring SKNBI pada triwulan III

meningkat, namun pertumbuhannya masih negatif. Hal ini didorong oleh adanya pemberlakuan ketentuan

baru atas caping transaksi kliring menjadi Rp100 juta sejak 1 Juli 2016 di mana pada triwulan IV 2015 sempat

berlaku caping sebesar Rp500 juta atau lebih besar. Namun demikian, peningkatan pertumbuhan pada

triwulan III ini menunjukkan bahwa transaksi kliring SKNBI mulai membaik dengan kembali ke nilai normalnya.

Sama halnya dengan nominal, volume transaksi SKNBI tercatat meningkat dari 19,06% (yoy) menjadi -5,72%

(yoy) pada triwulan III 2017 atau dari 1,80 juta transaksi menjadi 1,83 juta transaksi (Grafik 5.2).

Sementara itu, transaksi menggunakan sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) menunjukkan

peningkatan pada triwulan III 2017. Sejak implementasi BI-RTGS Generasi 2, transaksi mengalami

peningkatan, yaitu dari Rp31,5 triliun menjadi Rp32,5 triliun pada triwulan III 2017. Selain karena membaiknya

kualitas layanan, juga karena perubahan kebijakan terkait penetapan batas bawah sebesar Rp100 juta pada

Juli 2016.

Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Jawa Barat

Grafik 5.1. Perkembangan SKNBI Nominal Grafik 5.2. Perkembangan SKNBI Nominal

Page 143: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

119

5.1.2 Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

a. RTGS & SKNBI

Dalam rangka menjaga kelancaran Penyelenggaraan Sistem Pembayaran di Jawa Barat, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat senantiasa melakukan pemantauan kepada Bank Peserta Kliring guna

mengoptimalkan infrastruktur mesin pemrosesan warkat debet yang baru. Selain itu, memastikan bahwa

pelaksanaan pertukaran warkat debet telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran

(SE) Bank Indonesia No. 18/7/DPSP tanggal 2 Mei 2016 sebagaimana diubah oleh SE No.18/40/DPSP

tanggal 30 Desember 2017 Perihal Perubahan atas Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No. 18/7/DPSP

tanggal 2 Mei 2016 Perihal Penyelenggaran Transfer Dana dan Kliring Berjadwal Oleh Bank Indonesia.

KPw BI Provinsi Jawa Barat juga melakukan update kepesertaan dalam hal terdapat perubahan data

kepesertaan maupun terjadi merger Bank Peserta.

Sementara itu, untuk menanggulangi terjadi keadaan darurat di Koordinator Pertukaran Warkat Debet

(KPWD) dilaksanakan kegiatan Business Continuity Plan (BCP) SKNBI di lokasi Back Up dan melakukan

pemantauan kegiatan BCP ke KPWD selain Bank Indonesia di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Jawa Barat.

Terkait dengan kelancaran transaksi RTGS Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

berkoordinasi dengan Kantor Pusat Bank Indonesia dan Bank Peserta antara lain melakukan sosialisasi

penggunaan fasilitas Guestbank serta berkoordinasi dengan FLS TI dalam pemeliharaan infrastruktur. Hal-

hal lain yang dilakukan adalah memberi kesempatan kepada stakeholder intern maupun ekstern untuk

memahami proses pertukaran warkat debet dengan melakukan sharing serta menerima kunjungan ke

ruang mesin reader sorter.

b. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) BB Berizin

Total transaksi pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing (UKA) pada triwulan III 2017 pada KUPVA BB

berizin di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp2,06 triliun

dengan nominal pembelian sebesar Rp1,08 triliun dan penjualan sebesar Rp980,1 miliar. Transaksi

pembelian maupun penjualan menunjukkan tren perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan

pertumbuhan secara total sebesar -0,22% (qtq). Perlambatan ini dikarenakan pembelian UKA yang

menurun tajam, yaitu dari Rp1,69 triliun menjadi Rp1,08 triliun pada triwulan III 2017.

Grafik 5.4 Total Transaksi Pembelian KUPVA BB Berizin Grafik 5.5 Total Transaksi Penjualan KUPVA BB Berizin

Page 144: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

120

Bersama Dinas Perdagangan/Perindustrian serta Kepolisian Resort di kota/kabupaten, telah dilakukan

penanganan KUPVA BB tidak berizin. Kegiatan yang dilakukan dengan pelepasan atribut sebagai KUPVA BB

tidak berizin. Penanganan dan penertiban KUPVA BB tidak berizin akan terus berlanjut pada daerah di tingkat

kecamatan baik yang berasal dari daerah wisata, juga kantong-kantong Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Selain

itu dalam rangka melakukan market intelligence KUPVA BB juga dilakukan kerjasama yang baik dengan KUPVA

BB berizin yang tersebar hampir diseluruh kota/kabupaten di wilayah kerja pengawasan KPwBI Provinsi Jawa

Barat.

Grafik 5.6 Sebaran KUPVA Berizin

c. Penyelenggara Transfer Dana (PTD)

1. Jumlah PTD

Jumlah penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) berizin yang berkantor pusat di wilayah kerja KPw

BI Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 5 (lima) penyelenggara atau sebesar 4,5% dari total PTD BB nasional

yang berjumlah 111 (seratus sebelas) penyelenggara. Jumlah PTD BB di wilayah KPw BI Provinsi Jawa Barat

tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Gambar 5.1. Sebaran PTD Berizin

Page 145: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

121

2. Perkembangan Transaksi PTD

Berdasarkan data transaksi dari 5 penyelenggara di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat pada triwulan II I

tahun 2017, total volume transaksi Transfer Dana (TD) sebesar 2.434.427 transaksi dengan nominal Rp5.692

triliun. Volume transfer dana PTD BB pada triwulan III tahun 2017 ini mengalami sedikit penurunan

dibandingkan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2.959.398 transaksi. Hal ini disebabkan oleh

meningkatnya pertumbuhan volume transaksi TD khususnya TD incoming yang memiliki share sebesar 33.9%

dari total keseluruhan volume transaksi TD.

Nominal transfer dana PTD BB pada triwulan III tahun 2017 tumbuh melambat sebesar 12% jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya nominal transaksi TD domestik sebesar

6.8% dari Rp. 3.262 Triliun pada triwulan II tahun 2017 menjadi Rp. 2.021 Triliun pada triwulan III tahun 2017

dimana transaksi domestik ini memiliki share sebesar 35.51% dari total keseluruhan nominal TD pada triwulan

III tahun 2017. Penurunan nominal TD domestik paling besar pada triwulan III tahun 2017 terjadi pada PT Pos

Indonesia dan PT Telkom Indonesia.

3. Kontribusi Transaksi Transfer Dana

Volume dan nominal transaksi outgoing (dari Indonesia ke LN) pada triwulan III tahun 2017 mengalami

peningkatan dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Adapun volume transaksi outgoing meningkat sebesar

4,5% (qtq) dari 24.169 transaksi pada triwulan II 2017 menjadi 25.301 transaksi pada triwulan III tahun 2017.

Untuk nominal transaksi meningkat sebesar 7,3% (qtq) dari Rp223,6 miliar di triwulan II tahun 2017 menjadi

Rp241,2 miliar pada triwulan III tahun 2017.

Grafik 5.7 Volume Transfer Dana Outgoing Grafik 5.8 Nominal Transfer Dana Outgoing

Volume transaksi dan nominal TD incoming (dari LN ke Indonesia) tercatat menurun dari triwulan sebelumnya.

Volume transaksi menurun sebesar 23% (qtq) dari 1.032.879 transaksi menjadi 827.400 transaksi sedangkan

nominal TD incoming menurun sebesar 20% (qtq) dari Rp4,11 triliun menjadi Rp3,43 triliun. Namun, jika dilihat

secara tahunan baik volume maupun nominal TD incoming mengalami penurunan sebesar 14% (yoy).

Penurunan volume dan nominal dari transaksi Incoming pada triwulan III 2017 antara lain dipengaruhi adanya

kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penempatan TKI formal dan didukung adanya faktor

pertumbuhan ekonomi regional dan global yang mengalami kelesuan atau stagnan sehingga permintaan

Page 146: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

122

tenaga kerja asing formal sedikit menurun. Sejalan dengan data BNP2TKI1 yang menyebutkan adanya

penurunan jumlah penempatan TKI Provinsi Jawa Barat periode 2016 dan 2017 (s.d September 2017)

sebanyak 2.555 TKI. Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang cukup besar terhadap aliran transfer

dana ke Jawa Barat.

Grafik 5.9 Volume Transfer Dana Incoming Grafik 5.10 Nominal Transfer Dana Incoming

Volume transaksi maupun nominal TD domestik (dalam wilayah Indonesia) mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat volume domestik pada triwulan II 2017 sebanyak 1.902.350

transaksi menjadi 1.581.761 transaksi atau menurun sebesar 20% (qtq). Adapun total nominal TD pada

triwulan III tahun 2017 juga menurun dari Rp3,36 triliun di triwulan II 2017 menjadi 2,02 triliun atau menurun

sebesar 6,1% (qtq).

Grafik 5.11 Volume Transfer Dana Domestik Grafik 5.12 Nominal Transfer Dana Domestik

Secara umum, volume dan nominal transaksi TD domestik mengalami penurunan jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh penurunan transaksi TD PT Pos

Indonesia disebabkan karena kecenderungan para TKI masih menggunkan jasa bank untuk transfer dana

karena nominal transaksi yang besar, sehingga mereka memilih faktor keamanan. Sebaliknya kecenderungan

menggunakan jasa non bank karena transaksi yang relatif lebih kecil atau sedikit.

1 Data Penempatan TKI tahun 2017 (Periode bulan September 2017) - BNP2TKI

Page 147: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

123

Dari 5 PTD di wilayah kerja KPw BI Provinsi Jawa Barat, pada triwulan III 2017 total volume transaksi TD adalah

sebesar 2.434.427 transaksi dengan nominal sebesar Rp5.692 Triliun. Volume transaski ini menurun sebesar

0,22% (qtq) dibandingkan triwulan II 2017 yang volumenya mencapai 2.959.398 transaksi. Sedangkan

nominal transaksi menurun sebesar 12% (qtq).

Grafik 5.13 Volume Transfer Dana PTD-BB Grafik 5.14 Nominal Transfer Dana PTD-BB

5.1.3 Perkembangan Inklusi Keuangan Jawa Barat

Sebagai otoritas sistem pembayaran di Indonesia, salah satu peran Bank Indonesia adalah sebagai fasilitator

pengembangan sistem pembayaran oleh industri. Pelaksanaan peran ini menjadi sangat strategis dalam rangka

mendukung upaya pemerintah, Bank Indonesia maupun otoritas terkait lainnya dalam rangka peningkatan

inklusi keuangan. Terkait inklusi keuangan, hal tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika setiap

anggota masyarakat memiliki akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat

waktu, lancar, aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 148: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

124

Tabel 5.1. Rasio Ketersediaan Layanan Bank Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Sumber: OJK KR 2 dan BPS Jawa Barat, diolah (Ket: *) mencakup ATM/ADM, Payment Point dan layanan kas keliling

Selanjutnya, dari Tabel 5.1, terlihat bahwa ketersediaan layanan bank di masing-masing kabupaten/kota di

Jawa Barat pun relatif masih beragam dan masih relatif terpusat di perkotaan. Dari keseluruhan

kabupaten/kota, rasio ketersediaan layanan perbankan di Kota Cirebon menempati peringkat paling tinggi

diikuti oleh Kota Bandung dan Kota Bogor. Di sisi lain, peningkatan aspek ini perlu mendapat perhatian

pemangku kebijakan dan pelaku industri keuangan terutama di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor,

Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Dalam rangka meningkatkan jangkauan bank tersebut,

peningkatan program Layanan Keuangan Digital (LKD) dan Laku Pandai dapat menjadi alternatif solusi.

5.1.4 Upaya Pengembangan Layanan Keuangan Non Tunai dan Elektronifikasi

Berdasarkan data World Bank tahun 2013, hanya 36% penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki

rekening di lembaga keuangan, untuk itu diperlukan inovasi dan teknologi yang akan berperan penting dalam

menjangkau penduduk yang tidak terakses kepada perbankan. Diperkuat oleh data yang dirilis Mc. Kinsey

2013, dimana penggunaan uang tunai dalam traksaksi retail masih cukup besar yaitu sebesar 99,4%. Untuk

itu, Bank Indonesia sejak tahun 2014 telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) guna

mendorong penetrasi transaksi sistem pembayaran non tunai di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut,

berbagai upaya peningkatan penetrasi penggunaan non tunai terus dilakukan di berbagai bidang di provinsi

Jawa Barat, antara lain melalui program elektronifikasi jalan tol, penyaluran bantuan sosial non tunai,

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) non tunai, implementasi transaksi pemasukan dan

Kab/Kota

Rasio Jml Kantor

Bank/100.000

Penduduk Dewasa

Rasio Jml Kegiatan

Layanan

Kas/100.000

Penduduk Dewasa*)

Kab. Bogor 8.52 34.86

Kab. Sukabumi 9.92 18.11

Kab. Cianjur 9.73 21.54

Kab. Bandung 15.21 26.93

Kab. Garut 11.16 16.73

Kab. Tasikmalaya 11.71 16.14

Kab. Ciamis 15.18 14.00

Kab. Kuningan 14.14 21.15

Kab. Cirebon 10.42 18.72

Kab. Majalengka 13.26 20.68

Kab. Sumedang 16.10 26.29

Kab. Indramayu 13.05 22.61

Kab. Subang 13.92 27.75

Kab. Purwakarta 15.38 49.46

Kab. Karawang 15.21 53.91

Kab. Bekasi 14.75 66.91

Kab. Bandung Barat 2.83 5.50

Kota Bogor 35.21 153.02

Kota Sukabumi 36.73 125.56

Kota Bandung 47.92 173.64

Kota Cirebon 59.61 208.41

Kota Bekasi 21.28 136.31

Kota Depok 17.99 94.57

Kota Cimahi 26.54 78.26

Kota Tasikmalaya 20.35 57.32

Kota Banjar 25.00 78.69

Jawa Barat 16.35 53.01

Page 149: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

125

pengeluaran non tunai pemerintah daerah, perluasan model bisnis Bandung Smart Card, perluasan Layanan

Keuangan Digital (LKD) di pondok pensantren dan rencana integrasi sistem pembayaran elektronik bidang

transportasi di Jawa Barat.

Sebagai wujud program elektronifikasi jalan tol, per tanggal 30 Oktober 2017 seluruh gerbang tol

ruas tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi) yang dikelola oleh Jasa Marga telah menerapkan 100%

transaksi non tunai di 13 (tiga belas) gerbang tol yang dimilikinya. sebagai rangkaian kampanye nasional untuk

elektronifikasi jalan tol, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat telah melakukan berbagai upaya

edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat antara lain aktif melakukan talkshow radio dan televisi, pemsangan

spanduk di setiap gerbang tol, sosialisasi elektronifikasi jalan tol di Car Free Day Dago pada tanggal 24

September 2017 dan West Java GNNT Fun Rally

terlaksana dengan meriah dan semakin memantapkan implementasi transaksi non tunai pada pembayaran

jalan tol. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat menggandeng Jasa Marga Purbaleunyi dan

perbankan penerbit uang elektronik di provinsi Jawa Barat, yaitu Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, BCA dan BJB

untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Tujuan kegiatan kampanye dan

sosialisasi elektronifikasi jalan tol ini yaitu untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai Gerakan

Nasional Non Tunai dan kesiapan masyarakat dalam menyongsong implementasi kebijakan 100% Transaksi

Non Tunai di seluruh gerbang tol.

Selain itu, dalam rangka mendukung kesuksesan uji coba implementasi penyaluran bansos non tunai,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat juga telah melakukan survei monitoring penyaluran

bantuan soisal non tunai untuk Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Bantuan Pangan Non Tunai

(BPNT) di 6 (enam) kota yang menjadi pilot project yaitu : Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Bogor, Kota Bekasi,

Kota Depok, dan Kota Sukabumi. Metode yang dilakukan adalah wawancara langsung dengan responden

survei yang meliputi : penerima bansos, pendamping, agen LKD, agen e-warong, bank penyelenggara, serta

Dinas Sosial setempat. Pergeseran kebudayaan masyarakat dari tunai menjadi non tunai merupakan suatu

tantangan yang besar, namun dengan kerjasama antar pihak, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat,

pergeseran tersebut dapat dilakukan dengan baik tercermin dari perilaku masyarakat saat ini yang mulai

terbiasa dengan transaksi menggunakan kartu secara non tunai. Bahkan sebagian besar responden

menyatakan bahwa penyaluran secara non tunai dirasa lebih menguntungkan bagi Keluarga Penerima Manfaat

Grafik 5.15 Penetrasi Non Tunai di Ruas Tol Purbaleunyi

Page 150: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

126

(KPM) karena penggunaan kartu yang mudah, agen bank yang terjangkau, serta waktu pencairan yang

fleksibel dan cepat sehingga tidak menghabiskan sumber daya dari para KPM tersebut.

Sumber : data bank penyalur, diolah

Sementara terkait dengan bantuan pemerintah secara non tunai pada sektor pendidikan melalui dana

BOS, telah dilakukan monitoring terhadap beberapa sekolah yang menjadi pilot project di Kota Bogor dan Kota

Bandung. Penerapan penggunaan aplikasi si-BOS untuk transaksi operasional sekolah cukup mendukung

efektifitas, efisiensi dan transparansi penggunaan dana bantuan pendidikan untuk sekolah. Pelaksanaan

kebijakan non tunai dalam operasional sekolah tetap mempertimbangkan kesiapan infrastruktur perbankan

dan satuan pendidikan, serta merujuk pada ketentuan pengadaan dan pertanggungjawaban yang ada.

Penerapan uji coba dilakukan secara bertahap, dan masih dimungkinkan sistem pembayaran tunai dalam batas

tertentu. Monitoring dilakukan menggunakan metode diskusi dan wawancara kepada responden yang menjadi

sampel, yaitu pihak sekolah, merchant dan bank penyalur. Untuk mendukung kelancaran proses penerapan

penggunaan BOS non tunai, pelaksanaan penerapan penggunaan dana BOS secara non tunai di sekolah-

sekolah yang menjadi pilot project mendapatkan pendampingan langsung dari bank penyalur, yaitu PT BPD

Jabar dan Banten, Tbk (BJB), sehingga apabila terjadi permasalahan atau kendala pada pelaksanaan uji coba

penggunaan dana BOS non tunai, pihak sekolah dapat berkoordinasi langsung dengan BJB.

Di sisi lain, terkait pengembangan dan perluasan elektronifikasi di KPwDN khususnya di KpwBI Jawa

Barat pada tahun 2017 antara lain mendorong perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah, dalam hal ini

transaksi penerimaan pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung.

Elektronifikasi pada transaksi penerimaan Dishub Kota Bandung yaitu melalui penerimaan pada Terminal Parkir

Elektronik (TPE).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat juga berperan melakukan upaya mendukung

pengembangan Integrasi Sistem Pembayaran Elektronik Bidang Transportasi di Jawa Barat melalui pelaksanaan

Focus Group Discusion (FGD) bersama beberapa pihak terkait pada sektor transportasi, sejalan dengan telah

ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Gubernur Bank Indonesia dengan Menteri Perhubungan sebagai

bentuk komitmen antara kedua belah pihak terkait elektronifikasi transportasi.

Untuk mendorong pelaksanaan integrasi oleh seluruh pihak terkait, KPw BI Prov. Jabar menjajaki

potensi implementasi hal tersebut dan rencana penyusunan MoU di tingkat Provinsi Jawa Barat. FGD tersebut

Grafik 5.16 Perkembangan Penyaluran Bansos di Jawa

Barat (dalam Rp)

Grafik 5.17 Perkembangan Jumlah Penerima Bansos di

Jawa Barat (orang)

Page 151: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

127

dihadiri oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat serta para pelaku usaha moda transportasi di Jawa Barat.

Hal-hal yang dibahas meliputi pemetaan potensi moda transportasi di Jawa Barat, rencana kebijakan moda

transportasi di Jawa Barat, potensi implementasi elektronifikasi dan pengembangan integrasi antar moda

transportasi di Jawa Barat, penjajagan rencana penandatanganan Kesepakatan Bersama dan atau Perjanjian

Kerja Sama integrasi antar moda transportasi di Provinsi Jawa Barat. Dari kegiatan tersebut diperoleh koordinasi

dan komitmen dari masing-masing pihak atas partisipasi untuk mendukung kelangsungan elektronifikasi pada

sektor transportasi. Sampai dengan saat ini sedang dilakukan proses penyusunan konsep kesepakatan bersama

dan atau perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung dan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat terkait Pengembangan Integrasi Sistem Pembayaran Elektronik

Bidang Transportasi di Jawa Barat.

Selain berbagai hal di atas, program Layanan Keuangan Digital di pondok pesantren sebagai bentuk sinergi

tiga yang dibungkus dalam satu program inovasi dengan nama Tata Surya (Integrasi terpadu upaya

pengendalian inflasi, inklusi keuangan, dan pemberdayaan ekonomi syariah). Selanjutnya, dalam mendorong

pengetahuan masyarakat terhadap manfaat penggunaan transaksi non tunai, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Jawa Barat juga aktif melakukan berbagai kegiatan edukasi. Pada triwulan laporan, telah

dilaksanakan edukasi non tunai kepada komunitas pesantren, komunitas pelaku usaha, pelajar dan mahasiswa.

5.2. Pengelolaan Uang Rupiah

5.2.1 Penarikan dan Penyetoran Perbankan Pada triwulan III 2017, Jawa Barat mengalami net-inflow sebesar Rp22,9 triliun seiring dengan menurunnya

konsumsi masyarakat, karena telah berlalunya momen bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri (Grafik 5.6).

Total inflow yang lebih tinggi daripada outflow setoran bank, kemudian mendorong pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar (UTLE) pada triwulan III 2017 menjadi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 5.18 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow

Jawa Barat

Grafik 519. Pemusnahan UTLE

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Provinsi Jawa Barat (Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Jawa Barat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon)

senantiasa memastikan ketersediaan uang layak edar bagi masyarakat di wilayah kerja baik melalui kerjasama

Page 152: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

128

dengan perbankan maupun penyelenggaraan layanan kas keliling. Pada triwulan III tahun 2017, jumlah

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) mengalami peningkatan dari Rp 7,57 triliun, menjadi Rp 970 triliun.

Peningkatan pemusnahan UTLE sejalan dengan meningkatnya net inflow pada triwulan III 2017 serta komitmen

Bank Indonesia dalam menjaga kelayakan uang beredar.

5.2.2 Upaya Penyediaan Uang Layak Edar

Dalam upaya penyediaan uang layak edar terlebih dahulu perlu diketahui kualitas uang layak edar yang

berada di masyarakat di wilayah kerja KPw BI Provinsi Jawa Barat, sehingga beberapa upaya yang dilakukan

antara lain :

1. Melakukan survei dan analisa terhadap kualitas uang di ATM Perbankan

2. Melakukan survei dan analisa terhadap kualitas uang di Masyarakat

3. Melakukan analisa terhadap hasil sortasi uang setoran bank

Dari hasil analisa tersebut segera dapat diketahui kualitas uang yang beredar, sehingga beberapa

upaya yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Jawa Barat dalam rangka penyediaan uang layak edar di masyarakat,

adalah sebagai berikut:

1. Efektifitas Distribusi Uang

Melakukan monitoring kecukupan stock uang layak edar secara harian dan bulanan terhadap posisi

kas di masing-masing KPw BI di Depo Kas Bandung dengan mengacu pada posisi Kas Minimum yang

telah ditetapkan DPU.

Melakukan koordinasi dengan Kantor Pusat (DPU) dan KPw BI lainnya di wilayah koordinasi (Depo

Kas Bandung) dan di luar wilayah koordinasi dalam rangka pemenuhan stock uang layak edar.

Merealisasikan Estimasi Kecukupan Uang (EKU) sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh

Departemen Pengelolaan Uang (DPU) termasuk memantau realisasi EKU terhadap KPw BI dibawah

koordinasi.

2. Efektifitas Layanan Kas

Upaya yang telah dilakukan terkait efektifitas kegiatan layanan kas dalam rangka meningkatkan kualitas

uang beredar di masyarakat, antara lain :

a. Layanan Penarikan

Melakukan pembayaran uang ke perbankan dalam kondisi layak edar dengan cara

mengutamakan pembayaran uang HCS dan Uang Layak Edar (ULE) eks peredaran hasil sortasi

termasuk uang NKRI dan meminimalkan pembayaran menggunakan setoran bank ULE kecuali

dalam keadaan mendesak.

Menghimbau perbankan agar dalam melakukan pembayaran kepada nasabahnya dengan

menggunakan ULE, termasuk dalam pengisian uang pada mesin ATM.

b. Layanan Penyetoran

Mengoptimalkan layanan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) sebelum melaksanakan

penyetoran uang ke Bank Indonesia dan kepada perbankan yang memiliki Uang Tidak Layak Edar

(UTLE) agar segera disetorkan ke Bank Indonesia.

Page 153: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

129

Menghimbau perbankan agar menerima uang setoran maupun penukaran Uang Tidak Layak Edar

(UTLE), uang rusak, uang ditarik/dicabut dari peredaran baik uang kertas (UK) maupun uang

logam (UL) tidak hanya kepada nasabahnya namun kepada non nasabahnya juga wajib dilayani.

Melakukan edukasi ke nasabahnya terkait dengan kualitas uang antara ULE dan UTLE dan

bagaimana memperlakukan uang dengan baik sehingga uang yang didapat tetap terjaga

kualitasnya.

Memberikan panduan visual uang berupa album kualitas uang beredar (soil level) seluruh pecahan

kepada seluruh perbankan di wilayah Jawa Barat sebagai panduan dalam melakukan sortasi uang.

c. Layanan Penukaran

Melakukan perpanjangan kerjasama penukaran dengan seluruh Perbankan di wilayah kerja KPw.

BI Prov. Jabar (69 bank umum melalui jaringannya sebanyak 1.232 kantor cabang dan 99 kantor

BPR). Sehingga masyarakat memperoleh uang dengan mudah baik dalam jumlah yang cukup,

pecahan yang sesuai dan tentunya kondisi uang yang layak edar. Selain itu dengan adanya

perpanjangan kerjasama ini masyarakat yang ada di pelosok Jawa Barat juga mudah

mendapatkan ULE serta untuk UTLE lebih cepat terserap untuk segera dimusnahkan.

Melayani penukaran uang rusak, uang cacat, uang terbakar, dan uang yang telah ditarik di loket

Kantor KPw Bank Indonesia Jawa Barat baik kepada perbankan maupun masyarakat.

Melakukan kerjasama dengan perbankan yang mempunyai mobil layanan kas untuk

mendistribusikan uang Hasil Cetak Sempurna (HCS) kepada masyarakat.

Menghimbau kepada perbankan untuk menerima Uang Kertas (UK) dan Uang Logam (UL) tidak

layak edar dari masyarakat dan menghimbau masyarakat untuk menggunakan transaksi uang

elektronik.

d. Layanan Kas Keliling

Meningkatkan frekuensi dan jangkauan layanan kas keliling ke daerah-daerah yang masih banyak

beredar uang yang lusuh, terutama ke pasar-pasar tradisional baik di dalam kota, luar kota maupun

daerah remote area (daerah terpencil). Efektifitas pelaksanaan kegiatan kas keliling, diantaranya

dilakukan dengan dengan :

Membuat jadwal kegiatan kas keliling dan diinformasikan kepada media dan masyarakat,

Menarik uang tidak layak edar di perbankan dengan kas keliling wholesale,

Bekerjasama dengan PD. Pasar Bandung Bermartabat, Perbankan dan Mitra Kerja SP dalam

melakukan kas keliling di pasar-pasar.

Bekerjasama dengan Aprindo mengenai penukaran kepada minimarket diantaranya Alfamart,

Indomart, Circle K, Yomart dan minimarket lainnya.

e. Layanan Kas Titipan

Dalam rangka mengoptimalkan layanan kas dan clean money policy, maka pada November 2016

telah dilakukan pembukaan kas titipan di wilayah Sukabumi dan bulan Mei 2017 sudah terbentuk

lagi Kas Titipan di wilayah Subang. Upaya dalam menyediakan uang layak edar di wilayah tersebut

adalah dengan melakukan penarikan UTLE dan mendropping ULE pada Kas Titipan Sukabumi dan

Page 154: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

130

Subang, sehingga perbankan dan masyarakat di wilayah tersebut kualitas uang beredarnya selalu

terjaga dengan baik.

f. Kegiatan Lainnya

Meningkatkan frekuensi edukasi dan sosialisasi kepada stakeholders TNI, Polri, Ponpes,

Akademisi, Civitas Akademika, Perbankan dan instansi lainnya) serta seluruh lapisan masyarakat

terkait ciri keaslian uang Rupiah dan cara memperlakukan uang serta kualitas uang beredar (soil

level).

Optimalisasi dalam penyebaran informasi Layanan Bank Indonesia melalui media cetak dan

elektronik serta iklan layanan masyarakat.

Membuat inovasi dalam bidang sistem informasi terkait identifikasi penggantian uang rusak,

lokasi penukaran uang terdekat dan ciri keaslian uang Rupiah melalui Mobile Application berbasis

android yang dinamakan BI-INFRARED sehingga masyarakat dengan mudah mengetahui apakah

uangnya bisa diganti dan memberikan informasi lokasi penukaran uang yang terdekat serta

menginformasikan ciri keaslian uang Rupiah.

Melakukan survei kebutuhan uang beredar di masyarakat secara berkala dan melakukan

pendampingan survei kualitas uang beredar (soil level).

3. Efektifitas Pengolahan Uang

a. Meningkatkan kualitas uang dengan tetap memperhatikan soil level yang telah ditetapkan oleh DPU.

b. Memantau jadwal service mesin secara berkala dan melaporkan segera kepada DPU jika mengalami

kerusakan mesin.

c. Melakukan pembinaan secara berkala kepada perbankan yang kualitas setorannya kurang baik.

d. Melakukan pemusnahan uang sesuai dengan plafon yang telah ditetapkan DPU dan apabila melebihi

dari plafon maka dilakukan koordinasi dengan DPU.

e. Melakukan kerja lembur pada hari kerja selama 3 hari dalam seminggu dalam upaya penurunan

backlog dan hasil sortasinya sebagai persediaan uang KPw BI di wilayah koordinasi , juga telah

berkoordinasi dengan KPBI Jakarta dan KPw. Lain diwilayah koordinasi (Tasimalaya & Cirebon) dan

melakukan pengolahan di KPw BI Banten

5.2.3 Temuan Uang yang Tidak Sesuai Dengan Ciri Keaslian Rupiah

Sejalan dengan intensifikasi edukasi CIKUR (Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah) dan koordinasi dengan pihak yang

berwenang, maka uang yang diragukan keasliannya masih banyak ditemukan di masyarakat baik oleh pihak

Kepolisian, perbankan maupun masyarakat. Jumlah uang yang diragukan keasliannya di Jawa Barat yang

dilaporkan kepada Bank Indonesia pada triwulan III 2017 sebesar 2.362 lembar (per September 2017),

penemuan ini lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 3.704 lembar. Menurunnya temuan

uang yang diragukan keasliannya tidak terlepas dari edukasi masyarakat terkait ciri-ciri keaslian uang rupiah

dan juga didukung oleh penguatan koordinasi dengan perbankan dan pihak berwajib mengenai penanganan

laporan masyarakat terkait uang yang diragukan keasliannya. Sehingga, diharapkan tindak kriminal pembuatan

uang palsu dapat terus menurun.

Page 155: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

131

5.2.4. Upaya Menekan peredaran uang palsu

Dalam rangka menekan dan menanggulangi peredaran uang rupiah Palsu di wilayah kerja KPw BI

Provinsi Jawa Barat telah dilakukan beberapa upaya, antara lain :

1. Upaya Preventif antara lain dilakukan dengan cara :

Meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah dengan cara edukasi kepada

seluruh stakeholder baik kalangan profesional maupun masyarakat umum di seluruh wilayah kerja KPw

Bank Indonesia Jawa Barat.

Mengintensifka Dilihat, Diraba dan Diterawang) dan

dan Kusimpan) yang berguna mempermudah masyarakat dalam mengenali ciri keaslian uang Rupiah

dan memperlakukannya dengan baik.

Edukasi dimaksud dilakukan baik secara langsung yaitu bertatap muka) maupun melalui sarana media

misalnya talkshow di radio, televisi, pembagian brosur, leaflet dan pemasangan baligo serta iklan layanan

masyarakat.

Melaksanakan pelatihan secara berjenjang & berkelanjutan kepada seluruh petugas kasir perbankan

sampai ke level supervisor dan pimpinan bank serta meningkatkan kompetensi petugas kasir BI pasca

penemuan uang palsu dan berkoordinasi dengan DHk untuk melakukan pembekalan hukum, sehingga

petugas kasir mampu menjelaskan fungsinya sebagai fisrt line of defence.

2. Upaya Represif, antara lain :

Bekerjasama dengan Kepolisian dalam mempercepat proses klarifikasi uang palsu maupun penyerahan

bukti uang palsu sehingga dapat mempercepat proses sampai ke pengadilan.

Menyediakan Saksi Ahli Uang Rupiah untuk proses di Kepolisian dan Pengadilan.

Meningkatkan kerjasama dengan aparat Penegak Hukum (Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan) untuk

mendorong pengenaan sangkaan pasal dengan sanksi yang maksimal untuk memberikan efek jera bagi

pelaku pemalsu uang Rupiah.

3. Upaya lainnya

Melaporkan kasus pemalsuan uang kepada Anggota Dewan Gubernur yang membidangi.

Grafik 5.20. Temuan Uang Palsu

Page 156: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

132

KPw BI Prov. Jabar telah melakukan pemetaan terhadap kasus uang rupiah palsu yang dilaporkan pihak

kepolisian mulai dari bahan uang, tehnik cetak dan nomor seri dan data uang palsu tersebut telah kami

petakan berdasarkan Kota/Kabupaten di Jawa Barat.

Melakukan penginputan data ke dalam aplikasi BI-CAC (Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center) yang

dapat membantu KPBI cq. Departemen Pengelolaan Uang (DPU) untuk melakukan analisis lebih lanjut.

Melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan terhadap

data temuan uang palsu dan kasus-kasus yang terjadi di Jawa Barat mulai dari pelaku, kronologi kejadian,

persidangan sampai dengan putusan pengadilan.

Menyelenggarakan workshop kepada penyidik polri, jaksa dan hakim terkait tindak pidana pemalsuan uang

Rupiah.

Menyelenggarakan kegiatan Forum Koordinasi Tingkat Daerah (FKTD) di Bidang SP dan Pengelolaan Uang

Rupiah sebagai bentuk pelaksanaan Pokok-Pokok Kesepahaman antara KPw Bank Indonesia Provinsi Jawa

Barat dengan Kepolisian Daerah Jawa Barat.

Page 157: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

. BAB VI BAB VI

Page 158: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

134

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017 yang melambat dibandingkan triwulan II 2017

terpantau belum memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Meskipun

pertumbuhan perekonomian Jawa Barat mengalami perlambatan, namun tingkat kemiskinan dan tingkat

pengangguran di Jawa Barat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan bulan

Maret 2017, tingkat kemiskinan mencapai 8,71% dari total penduduk yaitu sebanyak 4,16 juta jiwa.

Sementara itu, untuk wilayah Jawa Barat terdapat 22,39 juta angkatan kerja yang terdiri dari 20,55 juta

orang penduduk bekerja dan 1,84 juta orang penganggur. Dibandingkan Agustus 2016, jumlah penduduk

bekerja naik sebesar 1,35 juta orang dan jumlah pengangguran turun sebesar 34,43 ribu orang, sehingga

jumlah angkatan kerja naik sebanyak 1,32 juta orang selain itu tingkat pengangguran mengalami penurunan

menjadi 8,22%.

6.1. KETENAGAKERJAAN

Pada triwulan III 2017, perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat menunjukkan kondisi

perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Jika dilihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, pada indeks

perkembangan penggunaan tenaga kerja yang merepresentasikan kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2016. Pada triwulan III

2017, persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 4,72 meningkat dari SBT pada triwulan III 2016 yang

sebesar -2,03 (Grafik 6.1). Indeks perkembangan penggunaan tenaga kerja pada triwulan III 2017

memperlihatkan penggunaan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi dan PHR

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara sektor pertanian mengalami

penurunan. Jika dilihat dari seasonal pada tahun 2017, sektor pertanian mengalami penurunan karena

musim tanam dan musim panen yang telah berakhir, sehingga hal ini memungkinkan beralihnya tenaga kerja

ke sektor lainnya. Untuk kondisi penggunaan tenaga kerja pada triwulan IV 2017 diperkirakan akan

mengalami peningkatan sesuai dengan indeks prakiraan perkembangan penggunaan tenaga kerja SKDU

(Grafik 6.2).

Grafik 6. 1. Indeks Penggunaan Tenaga Kerja - SKDU Grafik 6. 2. Indeks Penggunaan Tenaga Kerja (Prakiraan) -

SKDU

Page 159: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

135

Pada triwulan III 2017 total penduduk berumur 15 tahun ke atas mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya yaitu pada Agustus 2017 sejumlah 35,35 juta yang mengalami peningkatan sebesar

1,72% dibandingkan Agustus 2016 sejumlah 34,74 juta orang (Tabel 6.1). Hal tersebut mengakibatkan

jumlah penduduk usia produktif meningkat, sehingga jumlah angkatan kerja juga mengalami peningkatan

pada triwulan lII 2017 menjadi 22,39 juta orang, atau tumbuh 0,9% dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya sebanyak 22,18 juta orang.

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Juta Orang)

Jumlah pengangguran Jawa Barat pada bulan Agustus 2017 menunjukkan penurunan dibandingkan

dengan periode yang sama pada tahun 2016. Pada Agustus 2017, dari 22,39 juta angkatan kerja, 1,84

juta diantaranya masih dalam posisi mencari pekerjaan atau menganggur yang masih belum dapat diserap

oleh pasar kerja. Angka pengangguran mengalami penurunan sebanyak 0,03% dibandingkan bulan

Agustus 2016 yang semula 1,9 juta orang menjadi 1,84 juta orang pada Agustus 2017. Jumlah angkatan

kerja bertambah sekitar 210 ribu orang, jumlah penduduk bekerja bertambah sekitar 270 ribu orang dan

jumlah penganggur mengalami penuruan sekitar 60 ribu orang.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2017 mengalami peningkatan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu. TPAK menunjukkan persentase penduduk usia kerja yang aktif

secara ekonomi, dimana pada periode ini mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Berdasarkan hasil Sakernas bulan Agustus 2017, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di

Provinsi Jawa Barat diperkirakan sebesar 63,34%. Jika dibandingkan dengan Agustus 2016 yang sebesar

60,65%, jika dilihat dari persentasenya TPAK pada periode berjalan mengalami peningkatan sebesar

2,69%. Jika dilihat semenjak tahun 2015 jumlah TPAK selalu mengalami peningkatan, sementara untuk

TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) memberikan persentase yang bervariasi. Namun pada bulan Agustus

2017 TPT mengalami penurunan sebesar 0,67% dari 8,89% menjadi 8,22%. TPT pada Agustus 2017

mengindikasikan bahwa dari 100 orang angkatan kerja, sekitar 8 orang diantaranya tidak bekerja atau

sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha. Pada Agustus 2017 juga memberikan

informasi terkait jumlah TPAK berdasarkan jenis kelamin, yaitu TPAK laki laki sebesar 82,40% sementara

TPAK perempuan sebesar 43,89%. Angka TPAK tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun

sebelumnya, yaitu TPAK laki- laki sebesar 1,78% dan TPAK Perempuan sebesar 3,59%. Pada bulan

2015 2016 2017

Agustus Agustus Agustus

Bekerja 18.790.000 20.280.000 20.550.000

Pengangguran 1.800.000 1.900.000 1.840.000

Angkatan Kerja 20.590.000 22.180.000 22.390.000

Sekolah 3.088.337 2.926.237 3.020.000

Mengurus Rumah Tangga 7.078.136 7.876.529 8.530.000

Lainnya 1.299.813 1.442.569 1.410.000

Bukan Angkatan Kerja 13.530.000 12.240.000 12.960.000

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8,72 8,89 8,22

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 60,34 60,65 63,34

Total Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas 34.120.000 34.740.000 35.350.000

Jenis Kegiatan

Page 160: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

136

Agustus 2017, pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 16,8%

yang merupakan TPT tertinggi. Sementara posisi selanjutnya adalah Sekolah Menengah Atas sebesar

10,03%. Jika dilihat dari keseluruhan pendidikan tertinggi yang ditamatkan TPT terendah merupakan

lulusan SD kebawah (Tabel 6.2).

Tabel 6.2 Jenjang Pendidikan TPT

Masih sama dengan kondisi pada bulan Februari 2017, pada hasil Sakernas bulan Agustus 2017 latar

belakang pendidikan penduduk yang bekerja di Jawa Barat masih didominasi oleh jenjang pendidikan rendah

(SMP kebawah). Namun pada bulan Agustus 2017, terdapat perbaikan kualitas pendidikan dimana terdapat

penurunan penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMP kebawah. Sebaliknya, penduduk berpendidikan

menengah yaitu SMK dan SMA mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja pada bulan Agustus

2017 tercatat sebesar 2,72 juta orang memiliki tingkat pendidikan tinggi, untuk pendidikan menengah

sebanyak 6,43 juta orang, sementara untuk tingkat pendidikan yang rendah sebanyak 13,23 juta orang yang

bekerja (Gambar 6.1).

Tabel 6.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (%)

Gambar 6.1 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Agustus 2017

2015

Agustus Februari Agustus Februari Agustus

SD Kebawah 4,91 6,05 8,57 7,69 4,3

Sekolah Menengah Pertama 10,87 10,3 10,52 8,76 9,68

Sekolah Menengah Atas 12,21 8,91 11,4 8,48 10,03

Sekolah Menengah Kejuruan 16,80 14,3 16,51 13,57 16,8

Diploma I/II/III 7,59 8,33 8,26 5,28 9,51

Universitas 5,38 8,39 4,63 4,9 5,5

Total 8,72 8,57 8,89 8,49 8,22

20172016Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

TPT (%)

Rendah Menengah Tinggi

Ags'2015 61,73 26,80 11,47

Feb'2016 61,18 28,15 10,67

Ags'2016 59,20 27,60 13,20

Feb'2017 57,84 29,16 13,00

Ags'2017 59,13 28,72 12,15

Tahun

Pendidikan (%)

Page 161: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

137

Jumlah pekerja penuh waktu Jawa Barat sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu, yaitu dari 15,44 juta orang pada tahun 2016 menjadi 16,11 juta orang pada tahun 2017.

Hal ini menunjukkan kondisi yang sedikit berbeda dimana kinerja ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017

mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2016. Penyerapan tenaga kerja

Jawa Barat pada periode laporan sebesar 75,48% merupakan pekerja berwaktu penuh (full time worker),

yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Sementara untuk jumlah pekerja

berwaktu tidak penuh mengalami peningkatan dari 3,76 juta pada bulan Agustus 2016 menjadi 4,44 juta

orang pada bulan Agustus 2017 (Tabel 6.4).

Tabel 6.4 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Juta Orang)

Selanjutnya jika dilihat dari struktur lapangan pekerjaan untuk sektor Perdagangan masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat sementara yang terendah disumbang oleh

sektor Pertambangan dan Penggalian. Pada Agustus 2017, lapangan usaha sektor perdagangan menyerap

tenaga kerja sebesar 5,94 juta orang atau 28,9% dari total penduduk yang bekerja di Jawa Barat, lebih tinggi

dari tahun sebelumnya sebesar 5,34 juta orang (Tabel 6.5). Secara keseluruhan jumlah pekerja di setiap

sektor jika dibandingkan dengan periode sebelumnya mengalami peningkatan kecuali di sektor pertanian

yang turun sebanyak 80 ribu orang. Peningkatan tertinggi berada di sektor perdagangan yang mengalami

peningkatan sebanyak 600 ribu orang dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Tabel 6.5 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (Juta Orang)

Jika melihat dari aspek ketenagakerjaan, sebaran penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2017 sejalan

dengan distribusi pada PDRB berdasarkan lapangan usaha, pada bulan berjalan pangsa PDRB Jawa Barat

terpusat di lapangan usaha industri pengolahan sebesar 43,54%, diikuti oleh lapangan usaha perdagangan,

hotel dan restoran sebesar 16,10%, dan lapangan usaha pertanian 10,07%. Meskipun begitu, terdapat

ketidakmerataan distribusi penyerapan tenaga kerja dengan lapangan usahanya, salah satunya dapat terlihat

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pekerja tidak penuh 4,35 23,15 4,80 23,68 3,76 19,58 5,08 24,52 4,44 21,61

Setengah penganggur 1,56 8,30 1,72 8,69 1,19 6,20 1,54 7,43 1,29 6,28

Pekerja paruh waktu 2,79 14,85 3,08 15,2 2,57 13,39 3,54 17,1 3,15 15,33

Pekerja penuh 14,44 76,85 15,48 76,32 15,44 80,42 15,64 75,48 16,11 78,39

Total 18,79 100,00 20,28 100,00 19,2 100,00 20,72 100,00 20,55 100,00

2017

Agustus Februari AgustusFebruariAgustusPenduduk yang Bekerja

2015 2016

2015 2016 2017

Agustus Agustus Agustus

Pertanian 3,10 3,16 3,08

Pertambangan dan Penggalian 0,14 0,11 0,14

Industri 3,94 3,89 4,19

Listrik, Gas dan Air Minum 0,07 0,06 0,08

Konstruksi 1,69 1,42 1,54

Perdagangan 5,10 5,34 5,94

Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi1,04 1,11 1,24

Keuangan 0,67 0,81 0,84

Jasa Kemasyarakatan 3,04 3,30 3,50

TOTAL 18,79 19,20 20,55

Lapangan Pekerjaan Utama

(dalam juta orang)

Page 162: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

138

pada sektor industri pengolahan dengan pangsa PDRB terbesar hanya menyerap 20,39% tenaga kerja, lebih

sedikit dibandingkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan pangsa PDRB lebih rendah dapat

menyerap tenaga kerja sebesar 28,91%. Kemudian lapangan usaha pertanian yang merupakan pangsa PDRB

lapangan usaha terbesar ketiga hanya menyerap 14,99% tenaga kerja (Tabel 6.6).

Tabel 6.6 Perbandingan Kinerja lapangan Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerjanya

Pada Agustus 2017 jenis pekerjaan yang dominan adalah kelompok orang yang bekerja sebagai

buruh/karyawan/pegawai sebesar 9,59 juta orang atau sebesar 46,47%. Selanjutnya yang berstatus usaha

sendiri sebanyak 4,05 juta orang atau sebesar 19,72%, sementara sisanya adalah pekerja bebas, buruh tidak

tetap, pekerja keluarga yang masing masing sebesar 2,69 juta orang, 2,02 juta orang dan 1,47 juta orang.

Secara agregat penduduk bekerja di Jawa Barat yang bekerja di sektor informal dan formal relatif berimbang.

Data pada bulan Agustus 2017 mencatat jumlah pekerja sektor formal Jawa Barat sebanyak 10,32 juta orang

atau 50,22% sedangkan pekerja di sektor informal sebesar 10,23 juta atau 49,78% (Tabel 6.7).

Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah pekerja baik di sektor formal maupun informal

mengalami penurunan, dengan penurunan yang lebih besar pada pekerja formal.

Tabel 6.7 Penduduk Bekerja Menurut Status Kegiatan Pekerja (Juta Orang)

Pada triwulan III 2017, hasil survei konsumen di Jawa Barat yang menunjukkan bahwa tingkat keyakinan

konsumen Jawa Barat terhadap kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terhadap ketersediaan lapangan kerja pada

triwulan III 2017 meningkat dari 101,91 menjadi 106,19. Peningkatan tersebut sejalan dengan perbaikan

yang dilaksanakan oleh pemerintah Jawa Barat untuk menurunkan jumlah pengangguran di Jawa Barat.

Jumlah Pangsa (%) Nominal (T) Pangsa (%)

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3.080.000 14,99 43,84 10,07

Pertambagan dan Penggalian 140.000 0,68 6,06 1,39

Industri Pengolahan 4.190.000 20,39 189,51 43,54

Penyediaan Listrik, Gas dan Air 80.000 0,39 2,78 0,64

Konstruksi 1.540.000 7,49 37,70 8,66

Perdagangan, Hotel dan Restoran 5.940.000 28,91 70,07 16,10

Transportasi, Pergudangan dan Informasi 1.240.000 6,03 27,75 6,38

Keuangan, Real Estate, Usaha 840.000 4,09 19,25 4,42

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Lainnya 3.500.000 17,03 38,32 8,80

TOTAL 20.550.000 100,00 435,28 100,00

Lapangan Perkerjaan UtamaPDRB ADHB Tw III 2017Tenaga Kerja

Jumlah % Jumlah %

Formal 11,76 51,36 10,32 50,22

Informal 11,13 48,64 10,23 49,78

Kegiatan Pekerjaan

Utama

Agu-16 Agu-17

Page 163: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

139

Pada triwulan III 2017, konsumen memandang bahwa akan terdapat peningkatan kondisi ketersediaan

lapangan pekerjaan dan kondisi ketenagakerjaan tersebut dinilai masih dalam level optimis. Berdasarkan hasil

survei konsumen di Jawa Barat, pandangan konsumen melihat kondisi lapangan kerja yang akan datang

meningkat yang terlihat dari indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja yang meningkat dari 120,47

menjadi 129,21. Hal tersebut sejalan dengan banyaknya proyek pemerintah di bidang infrastruktur untuk

wilayah Jawa Barat yang menyebabkan meningkatnya permintaan atas tenaga kerja.

6.2 NILAI TUKAR PETANI

Pada triwulan III 2017 Pertumbuhan tahunan Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan II 2017. NTP pada beberapa subsektor mengalami peningkatan antara lain subsektor tanaman

pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan kecuali subsektor perikanan. Namun,

pertumbuhan lapangan usaha pada seluruh sektor tersebut masih meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Lapangan usaha yang

mengalami kenaikan NTP tertinggi adalah sektor tanaman perkebunan rakyat yang dengan peningkatan

sebesar 0,16% menjadi 5,80%. Sementara itu NTP gabungan pada triwulan III 2017 tercatat sebesar

105,37% atau meningkat 0,89% (yoy) dibandingkan NTP triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,01% (yoy)

(Grafik 6.5). Peningkatan pertumbuhan NTP ini merupakan indikasi kesejahteraan petani mengalami

peningkatan akibat meningkatnya daya beli petani di pedesaan. Hal ini tercermin dari indeks yang diterima

petani meningkat tipis dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani. Peningkatan NTP tersebut antara

lain dipengaruhi oleh masa panen beberapa produk pertanian dan hortikultura pada periode laporan

sehingga pasokan dari produk tersebut dapat memenuhi permintaan pasar.

Peningkatan NTP Jawa Barat pada triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan NTP terutama pada sub

lapangan usaha tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat dan peternakan. Sedangkan NTP sub

lapangan usaha perikanan dan hortikultura melambat pada triwulan III 2017. Sub lapangan usaha yang

mengalami peningkatan NTP paling besar adalah sub lapangan usaha tanaman perkebunan rakyat yang

meningkat dari 5,60% menjadi 5,80%, sedangkan peningkatan NTP tanaman pangan meningkat dari -

3,01% menjadi -1,36% selanjutnya sub lapangan usaha peternakan meningkat dari 1,39% menjadi 1,55%.

Grafik 6. 3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan

Penghasilan Saat ini

Grafik 6. 4. Indeks Ekspektasi Ketenagakerjaan dan

Penghasilan Saat ini

Page 164: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

140

NTP sub lapangan usaha perikanan mengalami penurunan dari 3,22% menjadi 3,15% (yoy) dan hortikultura

mengalami penurunan dari 2,40% menjadi 1,88% (Grafik 6.6).

Indeks yang diterima petani (IT) pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 4,73%, meningkat dibandingkan

triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 4,16% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan pertumbuhan indeks yang diterima untuk sub lapangan usaha tanaman perkebunan rakyat dan

perikanan. Indeks yang diterima untuk sub lapangan usaha tanaman perkebunan rakyat pada triwulan III

2017 tercatat sebesar 9,12%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

8,26%. Kemudian IT sub lapangan usaha perikanan juga meningkat dari 6,44% menjadi 6,49% (yoy), sub

lapangan usaha hortikultura juga mengalami peningkatan dari 5,44% menjadi 5,65%, selanjutnya sub

lapangan usaha peternakan mengalami peningkatan dari 2,42% menjadi 3,77%. Pada sub lapangan usaha

tanaman pangan meningkat 2,81% dari menjadi 3,37% (Grafik 6.7).

Sementara itu Indeks yang dibayar petani (IB) tercatat mengalami penurunan. Indeks yang dibayar petani

pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 3,52%, menurut dibanding triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar

3,63% (Grafik 6.8). Penurunan indeks ini terjadi pada seluruh sub lapangan usaha. Dengan kondisi indeks

yang diterima petani meningkat dan indeks yang dibayar petani menurun, maka Nilai Tukar Petani (NTP)

tercatat meningkat untuk seluruh sub lapangan usaha, kecuali sub lapangan usaha tanaman pangan. Hal ini

mengindikasikan kesejahteraan petani pada triwulan III 2017 secara umum mengalami peningkatan.

Grafik 6. 5. NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya Grafik 6. 6. NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Barat

Grafik 6. 7. Indeks yang Diterima Petani Jawa Barat Grafik 6. 8. Indeks yang Dibayar Petani Jawa Barat

Page 165: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

141

Kemampuan produksi petani pada periode laporan tercatat mengalami peningkatan. Kemampuan produksi

petani yang tercermin dari Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada triwulan III 2017 tumbuh

sebesar 2,33%. NTUP pada triwulan berjalan meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II 2017

sebesar 1,66% (yoy) atau dengan nilai indeks sebesar 115,54% (Grafik 6.9). Peningkatan NTUP pada

triwulan laporan terjadi pada sub lapangan semua sub lapangan dengan peningkatan paling tinggi pada

NTUP peternakan.

6.3 KESEJAHTERAAN

Tingkat kemiskinan Jawa Barat per Maret 2017 tercatat sebanyak 4.168 ribu jiwa atau 8,71% dari jumlah

penduduk Jawa Barat, menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berjumlah 4.224 ribu jiwa

atau 8,95% dari jumlah penduduk. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terutama didorong oleh

penurunan jumlah penduduk miskin yang berada di pedesaan, dari 1.727 ribu jiwa pada Maret 2016 menjadi

1.580 ribu pada Maret 2017. Di sisi lain, jumlah penduduk miskin yang ada di perkotaan mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dari 2.498 ribu jiwa pada Maret 2016

menjadi 2.589 ribu pada Maret 2017.

Tingkat kemiskinan Jawa Barat cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun jumlah

penduduk miskin masih relatif besar. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Agustus 2017 mencapai

63,34%, meningkat 2,69% dibandingkan Agustus 2016. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat

juga mengalami penurunan, pada Agustus 2017 tercatat 8,22%, lebih rendah 0,67% dibandingkan TPT

Agustus 2016. Jumlah setengah penganggur (orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu) masih

relatif tinggi, Agustus 2017 mencapai 1,29 juta orang. Semakin turunnya tingkat pengangguran sejalan

dengan penurunan tingkat kemiskinan akan memberikan dampak pada menurunnya ketimpangan

pendapatan (Grafik 6.10).

Grafik 6. 9. Nilai Tukar Usaha Petani Jawa Barat

Page 166: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

142

Kinerja perekonomian Jawa Barat periode 2010 2015 menunjukkan tren perlambatan, namun pada tahun

2016 menunjukkan adanya perbaikan, sedangkan di 2017 menunjukkan perlambatan kembali. Pertumbuhan

ekonomi sektor perdagangan dan jasa selalu lebih tinggi dibandingkan sektor riil, kecuali tahun 2013 (Grafik

6.11), pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan dan jasa pada triwulan III 2017 tercatat mengalami

peningkatan dari 7,25% menjadi 7,73% sementara pertumbuhan ekonomi pada sektor riil mengalami

penurunan dari 4,71% menjadi 4,23% pada triwulan berjalan. Komponen pengeluaran konsumsi rumah

tangga masih merupakan komponen utama yang mendorong struktur ekonomi Jawa Barat sebesar 70,08%

sedangkan komponen investasi (PMTB) memiliki share terhadap PDRB yang masih relatif rendah (Grafik

6.12).

Dalam satu tahun terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat 5,98% dari Rp324.992

perkapita/bulan pada Maret 2016 menjadi 344 ribu per kapita/bulan pada Maret 2017. Peningkatan tersebut

terutama didorong oleh peningkatan garis kemiskinan perkotaan. Berdasarkan pembagian kelompok

kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam periode yang sama tercatat

mengalami peningkatan tahunan sebesar 6,19% dari 325 ribu per kapita/bulan menjadi 345 ribu per

kapita/bulan. Sementara itu, garis kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 5,15%, dari

324 ribu per kapita/bulan menjadi 341 ribu per kapita/bulan.

Grafik 6. 10. Perkembangan Indikator Kesejahteraan Jawa Barat

Grafik 6. 11. Pertumbuhan Sektor Primer, Sekunder dan

Tersier

Grafik 6. 12. Struktur Perekonomian Berdasarkan

Penggunaan

Page 167: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

BAB VII BAB VII

Page 168: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

143

Setelah diperkirakan mengalami perlambatan di tahun 2017 (dibanding tahun 2016) dengan tumbuh

pada rentang 5,1% - 5,5% (yoy), laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat di tahun 2018 diperkirakan

meningkat dengan tumbuh pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy). Meningkatnya LPE Jawa Barat di tahun

2018 terutama ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat memberikan multiplier effect

baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat. Beberapa event dimaksud meliputi : (1)

Pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pilkada di 16 Kab/Kota di Jawa Barat pada Juni 2018 dan (2) Asian

Games 2018 yang akan dilaksanakan pada Agustus 2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi

venue pelaksanaan pertandingan 7 (tujuh) cabang olahraga. Momentum Pilkada maupun Asian Games

secara langsung akan mendorong konsumsi Pemerintah sebagai sumber anggaran utamanya. Selain itu,

komponen konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan juga ikut terdorong sebagai multiplier

effect dari kedua event besar ini.

Selain itu, berlanjutnya pembangunan sejumlah proyek infrastruktur strategis Pemerintah di tahun 2018

turut menjadi pendorong, antara lain proyek Jalan Tol Cisumdawu yang merupakan bagian dari proyek

Tol Trans Jawa, LRT Terintegrasi Jabodebek, Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi), kereta cepat Jakarta-

Bandung, dan lain-lain. Bandara Internasional Kertajati ditargetkan launching pada Juni 2018 dan akan

digunakan untuk melayani pemberangkatan Haji Jawa Barat tahun 2018 sehingga diharapkan juga turut

menjadi pendorong kegiatan ekonomi pada 2018. Adapun proyek infrastruktur strategis yang akan mulai

dibangun tahun 2018 adalah Pelabuhan Patimban. Selain proyek pembangunan Pemerintah, sejumlah

pihak swasta juga diketahui memiliki rencana untuk melakukan investasi berupa pembangunan pabrik

pada tahun 2018. Berlanjutnya perbaikan ekonomi global serta harga komoditas global diperkirakan juga

mendorong kinerja ekspor luar negeri di tahun 2018.

Khususnya pada triwulan I 2018, LPE Jawa Barat diperkirakan melambat dibandingkan triwulan IV 2017

seiring dengan berlalunya momentum libur akhir tahun. Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 2018

diperkirakan tumbuh pada rentang 5,1% - 5,5% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan IV 2017

yang diperkirakan tumbuh pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan terutama

terjadi pada kinerja investasi dan ekspor luar negeri. Melambatnya investasi diperkirakan terutama karena

pihak swasta masih menahan kegiatan investasinya di awal tahun serta adanya kecenderungan wait and

see menjelang berlangsungnya Pilgub dan Pilkada di triwulan II 2018. Perlambatan ekspor luar negeri

diperkirakan sejalan dengan proyeksi kenaikan harga komoditas global di tahun 2018 yang berlangsung

lebih perlahan dibandingkan awal tahun 2017 di mana harga komoditas meningkat cukup signifikan.

Selain itu, perkiraan stagnannya pertumbuhan volume perdagangan luar negeri juga turut mempengaruhi

terbatasnya permintaan ekspor luar negeri di awal tahun. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan

khususnya terjadi pada kinerja lapangan usaha industri pengolahan, real estate, penyediaan akomodasi

dan makan minum serta informasi dan komunikasi seiring dengan berlalunya momentum libur akhir

tahun yang mengembalikan permintaan domestik ke pola normalnya.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh tekanan inflasi tahun 2018 yang diperkirakan

menurun dibanding tahun 2017. Perkiraan menurunnya tekanan inflasi ini terutama didorong oleh

Page 169: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

144

minimnya rencana Pemerintah menaikkan tarif administered prices jika dibandingkan dengan tahun 2017

di mana terdapat penyesuaian pada tarif listrik serta kenaikan biaya STNK. Selain itu, mengacu kepada

pagu subsidi energi pada APBN 2018, telah diproyeksikan tidak adanya penyesuaian harga bahan bakar

minyak (BBM), tarif listrik, dan elpiji pada tahun 2018. Faktor iklim yang diperkirakan kembali normal juga

turut mendorong prospek terkendalinya inflasi komoditas pangan. Namun demikian, terdapat beberapa

risiko yang perlu diwaspadai khususnya tekanan inflasi pada kelompok core seiring dengan prospek

meningkatnya kegiatan ekonomi, daya beli dan permintaan domestik di tahun 2018. Bank Indonesia

bersama-sama Pemerintah dalam forum TPI/TPID berkomitmen untuk menjaga inflasi berada dalam

kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%.

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL

7.1.1. Prospek Perekonomian Global

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2018 diperkirakan meningkat terbatas dibandingkan

tahun 2017. Proyeksi pertumbuhan yang dirilis oleh IMF melalui World Economic Outlook (WEO)

Oktober 2017 turut mendukung perkiraan meningkatnya pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2018

dibanding tahun 2017 (Tabel 7.1). IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 sebesar

3,7% atau sedikit meningkat dibanding tahun 2017 sebesar 3,6%. Berlanjutnya perbaikan ekonomi

global ini terutama ditopang oleh peningkatan kinerja ekonomi negara berkembang, sementara negara

maju diperkirakan relatif stagnan atau sedikit melambat dibandingkan tahun 2017.

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber : WEO IMF, Consesus Forecast, Bank Indonesia

Perekonomian negara berkembang diperkirakan tumbuh 4,6% pada 2017 dan 4,9% pada 2018

(WEO IMF Oktober 2017), membaik dibandingkan tahun 2016 sebesar 4,3%. Berbeda dengan

prospek negara maju, pertumbuhan negara berkembang di 2018 diperkirakan lebih tinggi dibanding

2017 atau dengan kata lain terus mengalami akselerasi. Peningkatan ini didorong oleh beberapa faktor

antara lain pemulihan kondisi ekonomi sejumlah negara eksportir komoditas (didorong perbaikan harga

komoditas global), pertumbuhan yang semakin kuat di India pasca reformasi struktural, serta perlambatan

ekonomi China selama rebalancing agenda yang berlangsung lebih gradual atau perlahan dibandingkan

2017 2018 2017 2018 2017 2018

Dunia 3,2 3,6 3,7 3,8 3,8 3,5 3,6

Negara Maju 1,7 2,2 2,0 2,1 2,0 1,9 1,9

Amerika Serikat 1,5 2,2 2,3 2,2 2,4 2,2 2,1

Kawasan Eropa 1,8 2,1 1,9 2,2 1,8 1,8 1,7

Jepang 1,0 1,5 0,7 1,5 1,2 1,2 0,6

Negara Berkembang 4,3 4,6 4,9 5,2 5,3 4,6 4,8

Negara Berkembang Asia 6,4 6,5 6,5

Tiongkok 6,7 6,8 6,5 6,8 6,3 6,7 6,5

India 7,1 6,7 7,4 6,5 7,6 6,9 7,2

Volume Perdagangan Dunia (barang & jasa) (%, yoy) 1,4 4,2 4,0 2,9 2,5

Minyak (Minas & ICP, Dolar AS per barel) 41,0 50,3 50,2 50,0 52,0

Bank Indonesia

(Okt'17)2016

WEO IMF

(Okt'17)

Consesus

Forecast (Sept'17)

Page 170: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

145

sebelumnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan pada outlook kinerja ekonomi negara

berkembang, antara lain tingkat utang yang tinggi di sejumlah negara, prospek pertumbuhan jangka

menengah yang terbatas di negara-negara maju, adanya perselisihan atau gejolak domestik & politik,

serta ketegangan geopolitik di sejumlah negara. Akselerasi pertumbuhan kelompok negara berkembang

masih disumbang oleh negara ekonomi utama yakni China dan India (dengan kontribusi mencapai 40%

terhadap total PDB negara berkembang), sementara negara-negara dengan skala ekonomi kecil (populasi

kurang dari 500.000 orang) dan eksportir minyak pertumbuhannya diperkirakan melemah.

Pada 2018, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan masih solid sejalan dengan ekspektasi

bahwa Pemerintah China akan menjaga bauran kebijakan ekspansioner yang memadai (terutama

melalui investasi Pemerintah yang tinggi) untuk mencapai target Pemerintah melipatgandakan PDB riil

antara 2010 dan 2020. Adapun di India, setelah diperkirakan tumbuh melambat ke level 6,7% pada

tahun 2017, pertumbuhan ekonomi India pada tahun 2018 diproyeksikan meningkat ke level 7,4%.

Peningkatan ini diperkirakan terjadi seiring dengan berlalunya dampak negatif dari inisiatif currency

exchange yang diterapkan sejak November 2016, serta telah meredanya cost akibat transisi ke kebijakan

Goods & Services Tax nasional yang di-launching pada Juli 2017.

Perekonomian negara maju diperkirakan tumbuh sebesar 2,0% pada tahun 2018, sed ikit melambat

dibandingkan tahun 2017 yang diperkirakan tumbuh 2,2% (WEO IMF, Oktober 2017). Consensus

forecast pada September 2017 juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara maju pada tahun

2018 melambat dibanding tahun 2017, yakni dari 2,1% menjadi 2,0%. Secara spesifik, perlambatan laju

pertumbuhan diperkirakan terjadi pada kawasan Eropa dan Jepang, sementara pertumbuhan ekonomi

Amerika Serikat diperkirakan tetap meningkat pada 2018. Perlambatan ini diperkirakan terjadi seiring

dengan telah tercapainya pertumbuhan potensial dan mengecilnya output gap di kalangan negara maju.

Namun demikian, pertumbuhan potensial di negara maju akan sedikit ditahan oleh pertumbuhan yang

terbatas pada angkatan kerja akibat aging population dan meningkatnya persentase orang yang

memasuki masa pensiun.

Perekonomian Amerika Serikat pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh 2,3%, meningkat

dibandingkan tahun 2017 yang diperkirakan tumbuh 2,2%. Prospek jangka pendek yang semakin

positif ini mencerminkan keberlanjutan momentum perbaikan yang telah berlangsung sejak paruh kedua

2016, didorong oleh pemulihan pada akumulasi inventori, pertumbuhan konsumsi yang solid, dan asumsi

kebijakan fiskal yang ekspansif. Di tengah antisipasi arah kebijakan Pemerintahan baru yang diselimuti

ketidakpastian, perbaikan masih ditopang oleh menguatnya keyakinan pada kondisi bisnis dan pasar

keuangan.

Setelah mengalami akselerasi di tahun 2017 dengan tumbuh sebesar 2,1%, pertumbuhan ekonomi

kawasan Eropa pada tahun 2018 diperkirakan sedikit melambat dengan tumbuh 1,9%. Perlambatan

ini diperkirakan terjadi di mayoritas negara kawasan Eropa, kecuali Perancis yang peningkatan laju

pertumbuhan tahun 2017 diperkirakan berlanjut ke 2018. Outlook jangka menengah kawasan Eropa

masih belum stabil karena pertumbuhan potensialnya ditahan oleh produktivitas yang lemah,

memburuknya kondisi demografis (aging populations) di beberapa negara, serta masih tingginya utang

Page 171: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

146

Pemerintah dan swasta. Di antara sejumlah negara utama di Kawasan Eropa, peningkatan pertumbuhan

ekonomi Perancis diperkirakan lebih besar dibandingkan negara lainnya yang berlangsung lebih moderat

(Jerman, Italia, dan Spanyol).

Laju pertumbuhan ekonomi Inggris diperkirakan sebesar 1,5% pada tahun 2018, kembali melambat

dibandingkan tahun 2017 yang diperkirakan tumbuh sebesar 1,7%. Dengan demikian, pertumbuhan

ekonomi Inggris secara berturut-turut diperkirakan melambat sejak diputuskannya Brexit pada tahun

2016. Perlambatan ini didorong oleh pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih rendah akibat depresiasi

poundsterling yang menurunkan pendapatan riil rumah tangga. Prospek pertumbuhan Inggris pada tahun

2018 masih diwarnai ketidakpastian dan bergantung kepada mekanisme hubungan ekonomi baru

dengan Uni Eropa termasuk potensi meningkatnya hambatan perdagangan, migrasi, dan aktivitas

keuangan cross-border.

Hal serupa juga terjadi dengan Jepang, di mana pertumbuhan tahun 2018 diperkirakan sebesar

0,7% atau melambat dibanding perkiraan pertumbuhan tahun 2017 sebesar 1,5%. Perlambatan ini

diperkirakan terjadi seiring dengan berakhirnya kebijakan fiskal ekspansif di tahun 2018 sebagaiman yang

telah dijadwalkan, konsumsi swasta tumbuh moderat, dorongan dari Tokyo Olympics tahun 2020

terhadap investasi swasta di-offset oleh impor yang lebih tinggi dan perkiraan melambatnya permintaan

luar negeri.

Volume perdagangan global pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh 4,0% (yoy) atau melambat

dibandingkan tahun 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,2%. Pertumbuhan yang cukup tinggi di tahun

2017 terutama dipengaruhi oleh momentum perbaikan ekonomi global yang cukup signifikan dibanding

tahun 2016 yang terlihat dari membaiknya produksi manufaktur global. Seiring dengan semakin stabilnya

perekonomian global, pertumbuhan volume perdagangan global juga diperkirakan lebih stabil. Selain itu,

momentum perbaikan harga komoditas global yang terjadi di tahun 2017 diperkirakan berlanjut ke tahun

2018 dengan perkiraan harga minyak global tahun 2018 sebesar USD 52/barrel atau lebih tinggi

dibandingkan tahun 2017 sebesar USD 50/barrel.

Di tengah berlanjutnya momentum perbaikan

ekonomi global secara terbatas tersebut,

terdapat beberapa risiko yang perlu

diwaspadai. Risiko pertama adalah kenaikan

suku bunga kebijakan Amerika Serikat atau

diperkirakan berlangsung

3-4 kali pada tahun 2018. Sebagaimana

diketahui, Federal Reserve telah menaikkan FFR

sebanyak dua kali yakni pada Maret dan Juni

2017 masing-masing sebesar 25 bps sejalan

dengan kondisi perekonomian AS yang membaik, serapan tenaga kerja yang solid, dan inflasi yang masih

terkendali. Federal Reserve diperkirakan masih akan menaikkan kembali FFR di akhir tahun 2017.

Kebijakan menaikkan FFR ini diperkirakan terus berlanjut ke tahun 2018 terutama dilatarbelakangi oleh

Source : Bloomberg

Grafik 7.1

Page 172: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

147

prospek perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan berlanjut ke tahun 2018. Di tahun 2018,

kenaikan FFR diperkirakan terjadi terutama di bulan Januari 2018 dengan probabilitas 75% dan

selanjutnya di bulan Maret atau Mei dengan probabilitas antara 50% - 52% (Grafik 7.1). Secara ringkas,

beberapa faktor risiko maupun potensi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global di tahun

2018 adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Potensi dan Risiko Perekonomian Global 2018

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional

Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun

2017. Dalam asumsi dasar makro APBN 2018, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 diasumsikan sebesar

5,4% (yoy) (Tabel 7.2), meningkat dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun

2017 sebesar 5,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan

ekonomi tahun 2018 pada rentang 5,1% - 5,5% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017 yang

diperkirakan pada rentang 5,0% - 5,4% (yoy). Momentum pemulihan ekonomi diperkirakan terus

berlanjut, ditopang oleh konsumsi swasta yang diperkirakan masih tumbuh kuat; peningkatan konsumsi

pemerintah serta perbaikan investasi, baik swasta maupun pemerintah; serta peningkatan ekspor sejalan

dengan prospek perbaikan ekonomi global. Selain itu, pemanfaatan berbagai potensi seperti keyakinan

pelaku ekonomi terhadap pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya, munculnya potensi sumber

pembiayaan ekonomi setelah berakhirnya program pengampunan pajak (tax amnesty) pada 2017 serta

berkembangnya sharing economy dan digital economy akan mempengaruhi keyakinan dan gairah swasta

untuk beraktivitas.

Page 173: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

148

Tabel 7.2. Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN

Sumber : Kementerian Keuangan RI

Belanja Pemerintah dalam APBN 2018 adalah sebesar Rp2.220,7 Triliun atau meningkat 0,74%

dibandingkan belanja APBN 2017 sebesar Rp2.204,4 Triliun. Beberapa highlight dari kebijakan fiskal

Pemerintah Pusat yang tercermin dari APBN 2018 ini antara lain meliputi :

a. Kenaikan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan

rendah (a.l: PKH, Program Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik Misi,

dan Dana Desa) adalah sebesar 3,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kenaikan anggaran untuk

infrastruktur yakni sebesar 2,39% (yoy). Peningkatan belanja bantuan sosial ini diharapkan dapat

mendorong peningkatan daya beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018.

b. Anggaran subsidi energi tahun 2018 mencapai Rp103,37 Triliun atau meningkat 15,03%

dibandingkan tahun 2017. Anggaran subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM)

dan elpiji 3 kilogram (kg) sebesar Rp 51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar Rp 52,23 triliun untuk

pelanggan 450 VA dan 900 VA. Dengan demikian, Pemerintah diperkirakan tidak akan menaikkan

harga BBM, tarif listrik, maupun harga elpiji pada tahun 2018

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak dua kali

sepanjang tahun 2017 yakni pada Agustus dan September 2017 masing-masing sebesar 25 bps.

Mempertimbangkan dampak kebijakan moneter yang membutuhkan waktu dalam proses transmisinya,

diharapkan pelonggaran suku bunga kebijakan ini akan berperan dalam mendorong meningkatnya

pembiayaan dan kegiatan ekonomi domestik pada tahun 2018.

Perkiraan peningkatan investasi salah satunya didorong oleh belanja modal Pemerintah dalam rangka

percepatan penyelesaian pembangunan proyek infrastruktur. Sebagaimana diketahui, terdapat banyak

proyek infrastruktur strategis bersifat multiyear yang akan berlanjut di tahun 2018. Adapun investasi

swasta yang bersifat non bangunan diperkirakan mulai meningkat pada semester kedua sejalan dengan

berakhirnya konsolidasi yang dilakukan oleh korporasi yang kemudian dilanjutkan ke fase ekspansi.

Pertumbuhan ekspor diperkirakan meningkat khususnya sejalan dengan prospek berlanjutnya perbaikan

ekonomi global serta harga komoditas global pada tahun 2018. Berdasarkan negara tujuannya,

peningkatan ekspor diperkirakan terutama terjadi ke Amerika Serikat seiring dengan proyeksi

meningkatnya pertumbuhan AS dibanding tahun 2017. Selain itu, ekspor ke negara berkembang Asia

Asumsi Makro APBN 2017 2018

Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,10 5,40

Inflasi (%, yoy) 4,00 3,50

Nilai Tukar (Rp/USD) 13.300 13.400

Tingkat Bunga SPN 3 bulan rata-rata (%) 5,30 5,20

Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/barel) 45 48

Lifting Minyak Bumi (ribu/barel/hari) 815 800

Lifting Gas Bumi (ribu/barel/hari) 1.150 1.200

Page 174: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

149

khususnya ASEAN juga diperkirakan menjadi salah satu faktor utama pendorong kinerja ekspor pada

tahun 2018 mempertimbangkan prospek ASEAN yang masih terus membaik.

Dari aspek intermediasi perbankan, mengingat konsolidasi perbankan telah berlangsung sejak tahun

2016 hingga pertengahan 2017, diharapkan perbankan siap untuk melakukan ekspansi pembiayaan pada

tahun 2018. Hal ini juga antara lain didukung oleh suku bunga kebijakan yang semakin akomodatif serta

terus didorongnya efisiensi perbankan.

Adapun inflasi nasional pada tahun 2018 diperkirakan berada pada kisaran sasaran sebesar 3,5%±1%,

lebih rendah dibanding tahun 2017 yang berada pada kisaran sasaran 4%±1%. Hal ini didukung oleh

semakin kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengatasi sejumlah risiko.

Selain itu, rencana Pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan elpiji serta tarif listrik seiring

dengan meningkatnya belanja subsidi dalam APBN 2018 juga menjadi faktor yang menjaga tekanan

inflasi lebih rendah dibanding tahun 2017.

Di tengah berbagai faktor yang mendorong perbaikan kondisi ekonomi nasional di atas, Bank Indonesia

tetap mewaspadai sejumlah risiko pada tahun 2018, antara lain arah kebijakan perdagangan Amerika

Serikat, risiko pelemahan nilai tukar Rupiah antara lain akibat kenaikan FFR, serta masih terbukanya

peluang risiko shortfall pajak.

7.2. PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA BARAT

7.2.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran

5,1% - 5,5% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan triwulan IV 2017. Dari sisi pengeluaran,

perlambatan diperkirakan terjadi pada komponen investasi dan ekspor luar negeri. Melambatnya investasi

diperkirakan terutama karena pihak swasta masih menahan kegiatan investasinya di awal tahun serta

adanya kecenderungan wait and see menjelang berlangsungnya Pilgub dan Pilkada di triwulan II 2018.

Perlambatan ekspor luar negeri diperkirakan sejalan dengan proyeksi kenaikan harga komoditas global di

tahun 2018 yang berlangsung lebih perlahan dibandingkan awal tahun 2017 di mana harga komoditas

meningkat cukup signifikan. Selain itu, perkiraan stagnannya pertumbuhan volume perdagangan luar

negeri juga turut mempengaruhi terbatasnya permintaan ekspor luar negeri di awal tahun. Dari sisi

lapangan usaha, perlambatan khususnya terjadi pada kinerja lapangan usaha industri pengolahan, real

estate, penyediaan akomodasi dan makan minum serta informasi dan komunikasi seiring dengan

berlalunya momentum libur akhir tahun yang mengembalikan permintaan domestik ke pola normalnya.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan

berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy) atau meningkat dibanding tahun 2017. Meningkatnya LPE

Jawa Barat di tahun 2018 terutama ditopang oleh berlangsungnya sejumlah event yang dapat

memberikan multiplier effect baik pada kegiatan ekonomi maupun pendapatan masyarakat, yakni Pilgub

Jabar & Pilkada di 16 Kab/Kota di Jabar serta Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan pada Agustus

Page 175: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

150

2018 di mana Jawa Barat menjadi salah satu lokasi venue pelaksanaan pertandingan 7 (tujuh) cabang

olahraga.

Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Permintaan

[ALL1]

a. Konsumsi Rumah Tangga

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada

kiasaran 4,5% - 4,9% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2017. Perkiraan meningkatnya

konsumsi rumah tangga ini terutama dipengaruhi oleh base effect di mana pada triwulan I 2017

Pemerintah menaikkan sejumlah tarif di awal tahun seperti tarif listrik rumah tangga pelanggan 900 VA

dan biaya STNK. Kebijakan tersebut cukup berdampak kepada tertahannya ekspansi daya beli masyarakat

di awal tahun 2017. Dengan tidak adanya kebijakan demikian pada awal tahun 2018, diharapkan daya

beli masyarakat lebih baik dibandingkan awal tahun 2017. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Survei

Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, di mana Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 6 bulan

mendatang di Jawa Barat meningkat dari rata-rata 141,63 pada triwulan IV 2017 menjadi 144,30 pada

triwulan I 2018. Peningkatan terjadi pada ketiga komponen pembentuk indeks, terutama komponen

indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja (dari 125,69 menjadi 129,21) dan indeks ekspektasi

kegiatan usaha (dari 145,48 menjadi 147,84) (Grafik 7.2). Selain itu, indeks pengeluaran 3 bulan

mendatang juga mencatatkan peningkatan dari 150,93 pada triwulan IV 2017 menjadi 154,51 pada

triwulan I 2018.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

IP IIP IIIP IVP Total-p

PDRB (%, yoy) 5,67 5,1 - 5,5 5,1 - 5,5 5,4 - 5,8 5,3 - 5,7 5,2 - 5,6 5,2 - 5,6

Konsumsi Rumah Tangga 5,60 4,1 - 4,5 4,5 - 4,9 4,8 - 5,2 4,7 - 5,1 4,6 - 5,0 4,7 - 5,1

Konsumsi LNPRT 5,48 2,7 - 3,1 13,2 - 13,6 15,8 - 16,2 9,5 - 9,9 7,3 - 7,7 11,4 - 11,8

Konsumsi Pemerintah 3,76 0,2 - 0,6 7,1 - 7,5 14,0 - 14,4 9,8 - 10,2 6,6 - 7,0 9,1 - 9,5

Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,59 5,6 - 6,0 5,6 - 6,0 6,2 - 6,6 7,5 - 7,9 7,0 - 7,4 6,6 - 7,0

Perubahan Inventori 3,99 (-6,8) - (-6,4) 3,2 - 3,6 (-3,0) - (-2,6) (-2,7) - (-2,3) (-3,5) - (-3,1) (-1,5) - (-1,1)

Ekspor LN -3,28 7,2 - 7,6 6,2 - 6,6 18,1 - 18,5 11,1 - 11,5 6,9 - 7,3 10,4 - 10,8

Impor LN 1,42 (-2,8) - (-2,4) 0,7 - 1,1 23,1 - 23,5 8,8 - 9,2 6,6 - 7,0 9,3 - 9,7

Net Ekspor Antar Daerah -19,69 7,5 - 7,9 15,3 - 15,7 29,2 - 29,6 24,5 - 24,9 7,0 - 7,4 15,8 - 16,2

2017P2018

2016

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen Jawa Barat Grafik 7.3. Indeks Pengeluaran 3 Bulan Mendatang

Page 176: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

151

Konsumsi rumah tangga pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy),

meningkat dibandingkan tahun 2017. Kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun

2018 dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain meliputi :

1. Meningkatnya daya beli masyarakat akibat peningkatan kegiatan ekonomi seiring dengan

berlangsungnya 2 (dua) event besar pada tahun 2018 yakni Pilgub & Pilkada Jawa Barat serta

beberapa cabang olahraga Asian Games di Jawa Barat. Event besar seperti ini umumnya

meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja informal pendukung acara serta meningkatkan

penjualan ritel baik dari kelompok makanan & minuman maupun pakaian

2. Kebijakan Pemerintah Pusat yang meningkatkan alokasi anggaran untuk program

penanggulangan kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan rendah (seperti PKH,

Program Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik Misi, dan Dana

Desa) pada APBN 2018 diharapkan juga turut berkontribusi kepada peningkatan kesejahteraan

dan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah

3. Percepatan pembangunan infrastruktur berlanjut ke tahun 2018 diperkirakan juga memberikan

multiplier effect kepada pendapatan masyarakat

4. Inflasi tahun 2018 diperkirakan dapat dikendalikan lebih rendah dibandingkan tahun 2017

sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap terjaganya daya beli dan pada akhirnya

tingkat konsumsi masyarakat

5. Dari sisi moneter, pelonggaran suku bunga kebijakan yang dilakukan tahun 2017 (total sebesar

50 bps) diperkirakan akan terus ditransmisikan kepada penurunan suku bunga kredit di tahun

2018

Di sisi lain, perkiraan pelemahan (depresiasi)

terbatas nilai tukar Rupiah sebagaimana

dicantumkan dalam asumsi dasar ekonomi makro

yaitu dari Rp13.300/USD pada APBN-P 2017

menjadi Rp13.400/USD pada APBN 2018

diperkirakan berpotensi menahan kegiatan

konsumsi masyarakat karena meningkatkan beban

peroleh barang konsumsi yang diimpor. Pada Grafik

7.4 terlihat bahwa apresiasi nilai tukar rupiah

sepanjang tahun 2016 serta paruh kedua 2017 diikuti oleh peningkatan laju pertumbuhan impor barang

konsumsi. Sebaliknya, pelemahan nilai tukar pada awal tahun 2017 diikuti oleh penurunan pertumbuhan

impor barang konsumsi di Jawa Barat. Hal ini tidak terlepas dari posisi Jawa Barat sebagai provinsi dengan

jumlah penduduk terbanyak serta semakin meningkatnya porsi masyarakat kelas menengah di Jawa Barat

dengan kualitas jenis barang yang diminta juga turut meningkat dan umumnya berbasis impor.

Selain itu, kebijakan Pemerintah untuk kembali tidak menaikkan gaji pokok Aparatur Sipil Negara (ASN) di

tahun 2018 juga diperkirakan berdampak kepada menahan ekspansi daya beli masyarakat.

Grafik 7.4 Perkembangan Impor Barang Konsumsi Jawa

Barat dan Nilai Tukar

Page 177: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

152

b. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / Investasi

Investasi pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,6% - 6,0% (yoy) atau sedikit

melambat dibandingkan triwulan IV 2017. Perkiraan melambatnya kegiatan investasi tersebut terutama

disebabkan karena masih terbatasnya ekspansi belanja modal Pemerintah di awal tahun seiring dengan

masih berlangsungnya proses lelang proyek-proyek pengadaan. Adapun dari sisi swasta, kegiatan

investasi baik bangunan maupun non bangunan di awal tahun juga diperkirakan masih terbatas karena

ada kecenderungan wait and see menghadapi uncertainty menjelang Pilgub dan Pilkada serentak di 16

kab/kota di Jawa Barat. Selain itu, terdapat faktor base effect di mana pada triwulan I 2017 terjadi

peningkatan kinerja ekspor serta harga komoditas yang cukup tinggi yang kemudian direspon oleh

pelaku usaha dengan meningkatkan investasinya untuk mengantisipasi potensi peningkatan permintaan

luar negeri ke depan, sementara pada awal tahun 2018 peningkatan permintaan luar negeri maupun

harga komoditas diperkirakan lebih terbatas.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2018 investasi diperkirakan mampu tumbuh pada rentang

6,6% - 7,0% (yoy) atau meningkat dibandingkan tahun 2017. Berdasarkan komponen penyusunnya,

peningkatan investasi tahun 2018 diperkirakan terutama masih ditopang oleh investasi bangunan.

Investasi bangunan memberikan pangsa sekitar 70% terhadap total investasi di Jawa Barat sehingga

peningkatannya memberikan daya dorong yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada tahun

2018, diketahui beberapa perusahaan berencana melakukan investasi ekspansif berupa pembangunan

pabrik baru, khususnya pelaku usaha yang bergerak di industri tekstil & produk tekstil (TPT) dan industri

makanan & minuman.

Dorongan investasi bangunan terbesar bersumber dari penyelesaian berbagai proyek infrastruktur

strategis Pemerintah yang ada di Jawa Barat. Penyelesaian proyek infrastruktur strategis dilakukan

percepatan menjelang selesainya era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Khususnya pada tahun 2018,

Bandara Internasional Kertajati ditargetkan rampung dan dapat di-launching pada Juni 2018 serta

digunakan untuk pemberangkatan rombongan haji Jawa Barat tahun 2018. Selain itu, terdapat beberapa

proyek strategis lainnya yang bersifat multiyear meliputi Tol Cisumdawu sebagai bagian dari Tol Trans

Jawa, Tol BIUTR, LRT Terintegrasi Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Tol Bogor Ciawi Sukabumi

(Bocimi), LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi, dan lain-lain (Tabel 7.4). Selain itu, terhitung sejak awal tahun

2018 Pemerintah diperkirakan akan memulai proses konstruksi Pelabuhan Patimban sebagai pelabuhan

internasional pertama di Jawa Barat. Namun demikian, perlu diwaspadai tantangan pada kapasitas fiskal

khususnya Pemerintah Pusat, mengingat mayoritas proyek strategis ini merupakan wewenang nasional

dan menggunakan anggaran K/L.

Selain proyek infrastruktur tersebut, investasi juga didorong dari revitalisasi venue dan infrastruktur

pendukung untuk pelaksanaan 7 (tujuh) cabang olahraga Asian Games di 13 venue yang tersebar di 10

kabupaten/kota di Jawa Barat.

Page 178: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

153

Tabel 7.4. Daftar Proyek Infrastruktur Strategis di Jawa Barat

Sumber : Pemerintah Provinsi Jawa Barat & Informasi Anekdotal

c. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Ekspor luar negeri pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan IV 2017. Sejalan dengan hal tersebut, impor luar negeri

diperkirakan tumbuh pada kisaran 0,7% - 1,1% (yoy), juga melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh base effect di mana permintaan ekspor luar

negeri pada triwulan I 2017 meningkat cukup signifikan seiring dengan meningkatnya harga komoditas

dan produksi manufaktur global. Adapun pada triwulan I 2018, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi

global maupun harga komoditas diperkirakan tidak sebesar triwulan I 2017.

Sementara itu, ekspor luar negeri Jawa Barat pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran

10,4% - 10,8% (yoy), sedangkan impor luar negeri diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,3% - 9,7%

(yoy). Baik perkiraan pertumbuhan ekspor maupun impor luar negeri ini meningkat dibandingkan

tahun 2017. Dari sisi eksternal, diperkirakan perekonomian global akan mengalami peningkatan pada

tahun 2018. Hal ini ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi AS serta solidnya pertumbuhan

ekonomi dari sejumlah negara berkembang utama di kawasan Asia. IMF memperkirakan pertumbuhan

ekonomi global tahun 2018 sebesar 3,7% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun 2017 yang

diperkirakan sebesar 3,6% (yoy).

Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama Jawa Barat dengan pangsa pada tahun 2017

(kumulatif sampai dengan triwulan III) mencapai 20,66%, sedikit meningkat dibanding tahun 2016

sebesar 20,07%. Di tengah prospek melambatnya pertumbuhan ekonomi negara maju pada tahun 2018

dibanding 2017, Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang masih mencatatkan akselerasi

pertumbuhan ekonomi (dari 2,2% menjadi 2,3% pada tahun 2018). Jenis barang ekspor utama Jawa

No RuasPanjang

(km)

Target

Penyelesaian

1 Soreang - Pasir Koja 10.57 2018

2 Bandung Intra Urban Toll Road 27.30 2010

3 Cisumdawu 60.10 2019

4 Bogor - Ciaw i - Sukabumi 54.00 2020

5 Cimanggis - Cibitung 25.90 2019

6 Cikarang (Cibitung) - Tj. Priok (Cilincing) 34.02 2018

7 Bogor Ring Road 8.44 2019

8 Depok - Antasari 19.93 2019

9 Sukabumi - Ciranjang 28.00 2021

10 Ciranjang - Padalarang 33.00 2023

11 Cileunyi - Nagreng - Tasikmalaya 70.00 2019

12 Tasikmalaya - Ciamis - Banjar 70.00 2022

13 Banjar - Pangandaran 80.00 2023

1 Bandara Internasional Kertajati - 2018

2 LRT Terintegrasi Jabodebek 181.00 2019

3 Kereta Cepat Jakarta - Bandung 142.00 2019

Keterangan :

: Sedang Dalam Pengerjaan

: Sedang Proses Feasibility Study (FS)

PROYEK JALAN TOL

PROYEK INFRASTRUKTUR LAINNYA

Page 179: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

154

Barat ke Amerika Serikat adalah barang-barang rajutan dengan pangsa sekitar 4,14%, pakaian jadi

bukan rajutan (3,08%), mesin dan peralatan listrik (3,07%), dan alas kaki (1,64%).

Namun, mengacu kepada kondisi ekonomi AS yang semakin pulih ditandai kondisi ketenagakerjaan yang

terus membaik naik 3 kali sepanjang tahun 2018. Hal ini membawa

risiko pelemahan pada nilai tukar rupiah yang berpotensi menahan ekspansi kinerja ekspor dan impor

Jawa Barat di mana khususnya bahan baku ekspor manufaktur masih bergantung kepada pemenuhan

melalui impor.

Pertumbuhan negara berkembang Asia pada tahun 2018 diperkirakan masih tetap solid dan stabil di level

sebesar 6,5% (yoy). Secara gabungan, pangsa ASEAN sebagai negara tujuan ekspor Jawa Barat pada

tahun 2017 (kumulatif sampai dengan triwulan III) mencapai 28,43%, meningkat dibandingkan tahun

2016 dengan pangsa sebesar 21,69%. Seiring dengan masih lemahnya permintaan dari Eropa,

berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Jawa Barat, diketahui bahwa kini sebagian pelaku usaha mulai mengalihkan fokus tujuan

ekspornya ke negara-negara berkembang di kawasan Asia. Sebagai contoh, perusahaan tekstil kini mulai

meningkatkan penetrasi pasarnya ke India, khususnya untuk produk kelas premium. Demikian juga

perusahaan-perusahaan otomotif semakin meningkatkan transaksi perdagangannya dengan negara-

negara di kawasan ASEAN seperti Thailand dan Filipina. Prospek yang positif pada pertumbuhan negara

berkembang Asia ini diperkirakan turut menjadi motor pendorong pertumbuhan Jawa Barat pada tahun

2017.

Berdasarkan asumsi makro APBN 2017 dan

2018, harga minyak dunia diasumsikan

meningkat yakni dari USD 45/barrel pada tahun

2017 menjadi USD 48/barrel pada tahun 2018.

Berdasarkan regresi sederhana, diketahui bahwa

pertumbuhan harga minyak dunia memiliki

korelasi positif yang signifikan dengan

pertumbuhan ekspor luar negeri Jawa Barat

(Grafik 7.5). Peningkatan harga minyak dunia

menjadi salah satu cerminan dari peningkatan

permintaan dan perdagangan global. Selain itu, harga minyak global yang diperkirakan kembali

meningkat pada tahun 2018 dapat menjadi motor pendorong kenaikan harga beberapa produk

manufaktur Jawa Barat, salah satunya produk industri TPT (khususnya polyester). Dengan demikian,

prospek meningkatnya harga minyak dunia diperkirakan juga turut menjadi salah faktor yang menjaga

stabilitas momentum perbaikan ekonomi global serta kinerja ekspor luar negeri Jawa Barat yang telah

membaik sejak tahun 2017.

Di tengah prospek peningkatan ekonomi global, masih terdapat beberapa risiko yang berpotensi

menahan perbaikan ekonomi global, yaitu :

a. Perkiraan melambatnya pertumbuhan volume perdagangan global dibandingkan tahun 2017

Grafik 7.5. Plotting Pertumbuhan Ekspor LN Jawa Barat

dan Harga Minyak Global

Page 180: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

155

b. US policy mix, yakni adanya kebijakan stimulus fiskal (ekspansioner) yang dibarengi dengan

kebijakan moneter yang diperkirakan masih akan ketat (tight)

c. Berlangsungnya tahun politik seiring dengan akan dilangsungkannya Pilgub dan Pilkada serentak di

sejumlah kab/kota diperkirakan berpotensi menahan belanja Pemerintah di daerah terutama di

paruh pertama 2018 (sampai dengan diselenggarakannya Pilkada)

Secara ringkas, beberapa faktor yang berpotensi mendorong maupun menghambat pertumbuhan

ekonomi Jawa Barat tahun 2018 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 7.5. Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jabar tahun 2018

diperkirakan masih ditopang lapangan usaha utama Jawa Barat khususnya Industri Pengolahan dan

Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Kendaraan. Dalam empat tahun terakhir, industri pengolahan

memberikan andil pertumbuhan rata-rata 2,34% sedangkan Perdagangan memberikan andil rata-rata

0,67%.

Lapangan Usaha Industri Pengolahan pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,9%

- 5,3% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurunnya pertumbuhan

industri pengolahan terutama didorong oleh faktor seasonal yakni kembali normalnya permintaan

masyarakat setelah berlalunya momen libur akhir tahun. Selain itu, perkiraan kinerja ekspor luar negeri

yang melemah turut menjadi faktor yang menahan akselerasi industri pengolahan di awal tahun. Namun

demikian, penurunan yang lebih dalam ditahan oleh perkiraan meningkatnya permintaan menjelang

Pilkada serentak di triwulan II 2018 khususnya produk-produk pendukung kampanye seperti pakaian

maupun percetakan.

Variabel Arah Risiko

Berlanjutnya pemulihan ekonomi Amerika Serikat

Implementasi MEA yang dapat semakin mendorong transaksi perdagangan dengan kawasan ASEAN yang

merupakan tujuan ekspor terbesar Jawa Barat, khususnya untuk output sektor manufaktur

Kenaikan harga komoditas global serta volume perdagangan global yang tidak ekspansif jika

dibandingkan tahun 2017

Kecenderungan pelaku usaha melakukan wait and see dan menahan ekspansi investasinya menjelang

masa Pilkada serentak

Investasi

Faktor Risiko

Konsumsi

Ekspor

Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah (jalan tol, bandara, dan pelabuhan) yang

diharapkan memberikan trickle down effect kepada pendapatan masyarakat Jawa Barat

Rencana Pemerintah tidak menaikkan harga BBM dan elpiji serta tarif listrik pada tahun 2018

Kebijakan pemerintah kembali tidak menaikkan gaji pokok PNS pada tahun 2018

Implementasi seluruh Paket Kebijakan Ekonomi secara lebih komprehensif dan merata

Tambahan penerimaan pemerintah melalui Tax Amnesty yang dapat dialokasikan untuk kegiatan-

kegiatan pembangunan

Transmisi pelonggaran suku bunga kebijakan ke penurunan suku bunga kredit investasi

Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur Pemerintah baik yang bersifat multiyear maupun proyek

yang baru akan mulai dibangun pada tahun 2018 seperti Pelabuhan Patimban

Implementasi Pusat Logistik Berikat khususnya melalui gudang kapas di Cikarang yang dapat memangkas

biaya logistik serta meningkatkan daya saing industri tekstil Jawa Barat

Page 181: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

156

Tabel 7.6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Pengeluaran

Untuk keseluruhan tahun 2018, LU Industri Pengolahan diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,2% -

5,6% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017. Prospek pertumbuhan LU Industri Pengolahan

didukung oleh meningkatnya permintaan ekspor luar negeri seiring dengan kembali meningkatnya

pertumbuhan ekonomi global khususnya ekonomi negara mitra dagang utama (Amerika Serikat dan

ASEAN). Sejalan dengan kenaikan permintaan ekspor, permintaan domestik diperkirakan juga meningkat

seiring dengan berlangsungnya sejumlah event besar yang memberikan spillover effect kepada

pendapatan masyarakat, yakni Pilkada serentak dan Asian Games untuk sejumlah cabang olahraga di

Jawa Barat. Telah beroperasinya beberapa perusahaan baru berskala besar di Jawa Barat sejak paruh

kedua 2017 juga diperkirakan turut meningkatkan output industri pengolahan pada tahun 2018.

Lapangan Usaha Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Kendaraan pada triwulan I 2018

diperkirakan tumbuh pada rentang 4,0% - 4,4% (yoy), relatif stabil jika dibandingkan dengan

triwulan IV 2017. Di tengah kembali normalnya permintaan rumah tangga seiring berlalunya momen

libur akhir tahun, meningkatnya belanja LNPRT dalam rangka kampanye menjelang Pilgub dan Pilkada

diperkirakan menjadi faktor yang menahan perlambatan laju pertumbuhan perdagangan pada triwulan I

2018. Inflasi yang terjaga dengan tidak adanya rencana Pemerintah menaikkan tarif energi juga turut

menjadi faktor yang menjaga daya beli masyarakat dan permintaan ke lapangan usaha perdagangan.

Untuk keseluruhan tahun 2018, LU Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi diperkirakan tumbuh

pada kisaran 4,5% - 4,9% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017. Tingginya kegiatan ekspor-

impor baik luar negeri maupun antar provinsi seiring dengan membaiknya kinerja industri pengolahan

IP IIP IIIP IVP Total-p

PDRB (%, yoy) 5,67 5,1 - 5,5 5,1 - 5,5 5,4 - 5,8 5,3 - 5,7 5,2 - 5,6 5,2 - 5,6

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan5,80 3,5 - 3,9 0,4 - 0,8 2,5 - 2,9 2,0 - 2,4 3,4 - 3,8 2,0 - 2,4

Pertambangan & penggalian -0,97 (-3,6) - (-3,2) (-5,3) - (-4,9) (-5,6) - (-5,2) 2,5 - 2,9 (-3,0) - (-2,6) (-2,8) - (-2,4)

Industri pengolahan 4,77 4,9 - 5,3 4,9 - 5,3 5,1 - 5,5 5,5 - 5,9 5,3 - 5,7 5,2 - 5,6

Pengadaan Listrik dan Gas 3,37 (-4,2) - (-3,8) 9,8 - 10,2 15,8 - 16,2 11,2 - 11,6 (-5,0) - (-4,6) 6,9 - 7,3

Pengadaan Air 6,33 7,6 - 8,0 8,1 - 8,5 6,8 - 7,2 8,0 - 8,4 8,8 - 9,2 8,0 - 8,4

Konstruksi 5,02 6,6 - 7,0 9,2 - 9,6 7,9 - 8,3 6,3 - 6,7 5,9 - 6,3 7,2 - 7,6

Perdagangan Besar & Eceran,

Rep. Kendaraan4,44 4,4 - 4,8 4,0 - 4,4 4,9 - 5,3 4,2 - 4,6 4,9 - 5,3 4,5 - 4,9

Transportasi dan Pergudangan 8,84 4,3 - 4,7 5,6 - 6,0 5,8 - 6,2 5,2 - 5,6 7,5 - 7,9 6,0 - 6,4

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum9,31 9,0 - 9,4 8,9 - 9,3 7,3 - 7,7 4,7 - 5,1 3,4 - 3,8 6,0 - 6,4

Informasi dan Komunikasi 14,27 10,5 - 10,9 9,2 - 9,6 9,8 - 10,2 10,4 - 10,8 10,4 - 10,8 9,9 - 10,3

Jasa Keuangan 11,89 2,8 - 3,2 3,2 - 3,6 3,5 - 3,9 4,2 - 4,6 3,9 - 4,3 3,7 - 4,1

Real Estate 6,51 8,0 - 8,4 5,9 - 6,3 5,2 - 5,6 4,9 - 5,3 6,2 - 6,6 5,6 - 6,0

Jasa Perusahaan 8,16 7,5 - 7,9 7,4 - 7,8 7,5 - 7,9 6,2 - 6,6 7,5 - 7,9 7,1 - 7,5

Adm. Pemerintahan, Pertahanan

& Jam. Sosial2,98 3,7 - 4,1 7,4 - 7,8 7,9 - 8,3 2,6 - 3,0 (-3,9) - (-3,5) 3,4 - 3,8

Jasa Pendidikan 7,61 9,0 - 9,4 8,6 - 9,0 5,6 - 6,0 8,9 - 9,3 7,9 - 8,3 7,7 - 8,1

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial9,48 8,5 - 8,9 9,6 - 10,0 9,7 - 10,1 7,0 - 7,4 3,6 - 4,0 7,4 - 7,8

Jasa lainnya 8,73 9,8 - 10,2 8,9 - 9,3 10,9 - 11,3 9,1 - 9,5 9,2 - 9,6 9,5 - 9,9

20182016 2017P

Page 182: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

157

seta meningkatnya proyeksi perekonomian nasional tahun depan menjadi motor bagi aktivitas di sub-

Lapangan Usaha Perdagangan. Di sisi ritel, pelaksanaan PILKADA serentak pada Juni 2018 khususnya

kegiatan pemilihan Gubernur dan beberapa kepala daerah di Jabar menjadi faktor pendorong kenaikan

kinerja lapangan usaha ini. Semakin solidnya konsumsi masyarakat yang dipengaruhi menguatnya

proyeksi nilai tukar dan inflasi yang terjaga diperkirakan juga menjadi pendorong kinerja lapangan usaha

ini.

Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh

pada kisaran 0,4% - 0,8% (yoy), membaik dibanding triwulan IV 2017. Hal ini terutama didorong

karena memasuki masa panen tanaman pangan khususnya padi pada akhir triwulan I 2018 dengan

kondisi iklim yang lebih terkendali dan tidak adanya efek La Nina sebagaimana terjadi di awal tahun

2017. Namun demikian Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada keseluruhan

tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 2,0% - 2,4% (yoy) atau melambat dibandingkan

tahun 2017. Hal ini diperkirakan terjadi seiring dengan terus berlangsungnya alih fungsi lahan yang

menurunkan luas lahan tanam pertanian.

Lapangan Usaha Konstruksi pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,2% - 9,6%

(yoy), meningkat dibanding triwulan IV 2017. Peningkatan pertumbuhan konstruksi didorong oleh

penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah yang bersifat multiyear serta dimulainya proses konstruksi

Pelabuhan Patimban pada Januari 2018. Selain itu, revitalisasi venue serta infrastruktur pendukung dari

sejumlah cabang olahraga yang akan dipertandingan di Jawa Barat turut mendorong akselerasi konstruksi

di awal tahun 2018. Untuk keseluruhan tahun 2018, Lapangan Usaha Konstruksi diperkirakan

tumbuh pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017. Perkembangan

lapangan usaha ini terutama didukung oleh berlanjutnya pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah

baik proyek satu tahun (tahun 2017) maupun proyek multiyears khususnya yang ditargetkan selesai pada

tahun 2018, seperti BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat) serta konstruksi swasta seperti rencana

pembangunan pabrik baru di sejumlah industri.

7.2.2. Prospek Inflasi

Di sisi lain, tekanan inflasi tahun 2018 diperkirakan menurun dibandingkan tahun 2017 yakni

berada pada kisaran sasaran inflasi sebesar 3,5%±1%. Secara umum, penurunan tekanan inflasi ini

terutama disebabkan oleh meningkatnya anggaran subsidi Pemerintah Pusat pada APBN 2018 yang

menguatkan rencana Pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan elpiji serta tarif listrik pada

2018, sebagaimana yang terjadi di tahun 2017.

Faktor iklim yang diperkirakan kembali normal juga turut mendorong prospek terkendalinya inflasi

komoditas pangan. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai khususnya tekanan

inflasi pada kelompok core seiring dengan prospek meningkatnya kegiatan ekonomi, daya beli dan

permintaan domestik di tahun 2018. Bank Indonesia bersama-sama Pemerintah dalam forum TPI/TPID

berkomitmen untuk menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5%±1%.

Page 183: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

158

Tabel 7.7. Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun 2018

Faktor Pendorong (Upside Risk)

Kenaikan cukai rokok tahunan

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar seiring

rencana kenaikan FFR di 2018

Kenaikan tahunan pada harga/sewa rumah serta biaya

pendidikan

Meningkatnya kegiatan ekonomi domestik seiring event

Pilkada mendorong inflasi core

Rencana Pemerintah menyeragamkan golongan daya

listrik rumah tangga menjadi 5.500 VA

Kembali normalnya iklim setelah El Nino dan La Nina

yang berlangsung pada 2015-2017

Implementasi HET bahan pangan pokok (beras, gula

pasir, minyak goreng)

Upaya aktif Pemerintah mengendalikan harga pangan

khususnya menjelang Hari Raya

Tidak adanya kenaikan harga BBM dan elpiji maupun

tarif listrik pada tahun 2018

Faktor Penahan (Downside Risk )

Page 184: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
Page 185: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
Page 186: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
Page 187: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

NOVEMBER 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

161

Daftar Istilah

ADHB Atas Dasar Harga Berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada setiap tahun pada suatu daerah.

ADHK Atas Dasar Harga Konstan, menggambarkan perkembangan produksi riil barang

dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu daerah.

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh

perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak Januari 2014

menggunakan Tahun Dasar 2012 = 100.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini

memiliki skala 1 100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Page 188: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

162

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup

industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan

tahun 2010 sebagai Tahun Dasar.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban

jumlah responden yang memberikan jawaban

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan

usaha/subkategori usaha yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Lapangan usaha

ekonomi dominan

Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga

mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas

Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak

dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 189: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Wiwiek Sisto Widayat, Ismet Isnono

KOORDINATOR PENYUSUN

Suarpika Bimantoro

EDITOR

Darjana, Amanda Lethizya Lestari S.

TIM PENULIS

Rahma Dewi P, Wahyu Putri Pamungkas, Ebrinda Daisy G.

KONTRIBUTOR

Fungsi Data Statistik Ekonomi dan Keuangan

Divisi Sistem Pembayaran, Komunikasi dan Layanan Publik

Divisi Pengembangan Ekonomi Daerah

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

Devy Anggraeni Mulyani

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Jl. Braga No. 108 Bandung, 40111

No. Telp. (022) 4230223 ext. 8290 No. Fax.(022) 4214326

Email : [email protected]

Softcopy dapat diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jabar/

Page 190: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KATA PENGANTAR NOVEMBER 2017 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat