Jurnal HIV
description
Transcript of Jurnal HIV
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK
BLOK TROPICAL MEDICINE
SEMESTER IV
NAMA : AIDA
NIM : 070100155
KELAS TUTORIAL : A-9
FASILITATOR : dr. Kamajaya, M.Sc, Sp. And
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010
2
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
I. Pendahuluan………………………………..………….…………………………………………………………..…………….…….3
II. Pemicu…………………………………………………………………………………………………………………………………...…4
III. Daftar pertanyaan.……………………………………………………………………………………………..…………………….6
IV. Isi………………………………………………………………………………………………………………………………………………7
V. Ulasan……………………………………………………………………………………………………………………………………..42
VI. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………..42
VII. Daftar Pustaka………………………………………………………………………………............................................43
PENDAHULUAN
IV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV
baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang
penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia terkena pilek biasa.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan
tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang
mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
4
PEMICU
Pemicu :
A, seorang pria berumur 43 tahun, tinggi badan 170cm. Berat badan 54 kg datang
mengunjungi praktek dokter dengan keluhan batuk-batuk yang dialami dalam 2
bulan terakhir ini. Batuk berdahak tetapi batuk darah tidak dijumpai. Demam dialami
dalam 1 bulan terakhir ini, tidak terlalu tinggi, terutama pada malam hari dan
terkadang disertai dengan keringat banyak tetapi menggigil tidak dijumpai. Nafsu
makan berkurang, berat badan menurun berkisar 8 kg selama 2 bulan terakhir. A
adalah seorang pengusaha yang banyak memiliki proyek di berbagai daerah
sehingga sering mengadakan perjalanan ke luar kota. A memiliki dua orag putra
berumur 4 dan 8 tahun. Empat minggu belakangan ini Tuan A sering mengalami BAB
cair, frekuensi 4-5x sehari.
Apa yang terjadi pada A?
More Info :
Dari anamnesa juga diperoleh bahwa Tuan A sering berganti-ganti pasangan.
Vital Sign: kesadaran: compos mentis, TD: 100/70mmHg, frekuensi napas 26
x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, temperatur 38°C. pancaran wajah lemah, sikap
paksa tidak dijumpai, edema pre tibia dijumpai
Pemeriksaan fisik: Anemia (+), thoraks: simetris paralitik, tidak dijumpai ketinggalan
pernapasan, suara pernapasan bronkial, suara tambahan ronchi basah gelembung
sedang pada lapangan paru atas dan tengah ke 2 paru. Abdomen: hepar/lien/ren
tidak teraba, turgor kulit kurang. Ekstremitas: pitting edema dijumpai
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb 8,4 gr/dl; leukosit 2400/mm³; trombosit 245.000/mm³;
Hitung jenis: Eosinofil/basofil/neutrofil/limfosit/monosit: 0/0/84/8/8
Malaria darah tepi (-), SGOT/SGPT: 48/54 IU/L
Foto toraks: kesan sesuai dengan gambaran TB aktif pada lapangan atas dan
tengah ke 2 paru.
Rapid Test HIV: (+) dilanjutkan dengan pemeriksaan ELISA 3 metode (+) pada
ketiga pemeriksaan. CD4 count: 50 sel/μl
Apa kesimpulan anda tentang si A?
6
DAFTAR PERTANYAAN
TBC
HIV/AIDS
Diare kronis
Keganasan
ISI
Tema blok :
Tropical medicine,
Tentang HIV AIDS dengan inf. oportunistik.
Tutor :
dr. Kamajaya, M.Sc, Sp. And
Data pelaksanaan :
a. Tanggal tutorial : 30 Agustus 2010, dan 2 September 2010
b. Pemicu I, pemicu II, dan pleno pakar
c. Pukul : 10.30-13.00 WIB, 10.30-13.00 WIB dan 07.00-09.00 WIB
d. Ruangan : ruang diskusi tutorial-9
Pemicu :
A, seorang pria berumur 43 tahun, tinggi badan 170cm. Berat badan 54 kg datang
mengunjungi praktek dokter dengan keluhan batuk-batuk yang dialami dalam 2 bulan
terakhir ini. Batuk berdahak tetapi batuk darah tidak dijumpai. Demam dialami dalam 1
bulan terakhir ini, tidak terlalu tinggi, terutama pada malam hari dan terkadang disertai
dengan keringat banyak tetapi menggigil tidak dijumpai. Nafsu makan berkurang, berat
badan menurun berkisar 8 kg selama 2 bulan terakhir. A adalah seorang pengusaha
yang banyak memiliki proyek di berbagai daerah sehingga sering mengadakan
perjalanan ke luar kota. A memiliki dua orag putra berumur 4 dan 8 tahun. Empat
minggu belakangan ini Tuan A sering mengalami BAB cair, frekuensi 4-5x sehari.
Apa yang terjadi pada A?
8
More Info :
Dari anamnesa juga diperoleh bahwa Tuan A sering berganti-ganti pasangan.
Vital Sign: kesadaran: compos mentis, TD: 100/70mmHg, frekuensi napas 26 x/menit,
frekuensi nadi 100x/menit, temperatur 38°C. pancaran wajah lemah, sikap paksa tidak
dijumpai, edema pre tibia dijumpai
Pemeriksaan fisik: Anemia (+), thoraks: simetris paralitik, tidak dijumpai ketinggalan
pernapasan, suara pernapasan bronkial, suara tambahan ronchi basah gelembung
sedang pada lapangan paru atas dan tengah ke 2 paru. Abdomen: hepar/lien/ren tidak
teraba, turgor kulit kurang. Ekstremitas: pitting edema dijumpai
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb 8,4 gr/dl; leukosit 2400/mm³; trombosit 245.000/mm³; Hitung jenis:
Eosinofil/basofil/neutrofil/limfosit/monosit: 0/0/84/8/8
Malaria darah tepi (-), SGOT/SGPT: 48/54 IU/L
Foto toraks: kesan sesuai dengan gambaran TB aktif pada lapangan atas dan tengah ke
2 paru.
Rapid Test HIV: (+) dilanjutkan dengan pemeriksaan ELISA 3 metode (+) pada ketiga
pemeriksaan. CD4 count: 50 sel/μl
Apa kesimpulan anda tentang si A?
Tujuan pembelajaran :
A. Memahami penanganan pasein HIV AIDS
B. Memahami cara pemberian konseling
C. Memahami jalur penularan HIV
D. Memahami orang-orang yang berisiko tinggi HIV
Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat :
TBC
HIV/AIDS
Diare kronis
Keganasan
10
JAWABAN ATAS PERTANYAAN
1. PENGERTIAN HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut
terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada
di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
nol).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara
material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase
untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan
patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-
masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara
evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak
menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1.
2. PENGERTIAN AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak
sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit
lain.
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media
hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi
tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi
baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal
dengan infeksi oportunistik.
3. EPIDEMIOLOGI
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987.
Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah
akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990,
peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat.
Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan
narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian
besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada
akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan.
Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan
6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai
3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki
dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks.
4. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987.
Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah
akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990,
peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat.
Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan
narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian
12
besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada
akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan.
Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan
6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai
3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki
dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini
termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik
dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini
mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env.
Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam
patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam
transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen
virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari
infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev
membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef
menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain.
Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD) yang
kemudian membelah menjadi bagian 120-kD(eksternal) dan 41-kD (transmembranosa).
Keduanya merupakan glikosilat, glikoprotein 120 yang berikatan dengan CD4 dan
mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perlekatan virus dangan sel
target.
5. TRANSMISI
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial
mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan
darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan
pemberian ASI (Air Susu Ibu).
1. Seksual
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua
cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama
laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak
seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko
tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang
terinfeksi HIV.
2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.
3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam
tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna
narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur
tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas
kesehatan.
4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan
karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan
sepenuhnya sebelum digunakan.
5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV
6. Penularan dari ibu ke anak
Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan
dan sesudah lahir melalui ASI.
7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium.
14
Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu pekerja
kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan spesimen/bahan
terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam
Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik
melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan.
Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV.
Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara
lain:
1. Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan
udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak
akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening
penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular.
2. Memakai milik penderita
Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan
kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.
3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.
4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.
6. GEJALA KLINIS
Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan
gejala minor (tidak umum terjadi):
Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala
klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak
mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang
lain.
16
b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih.
Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh,
penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat
badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
c. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit
yang disebut AIDS.
7. TATALAKSANA
Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita
menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat
disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi
sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari
beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse
transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor
protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak
bisa menghilangkan virus yang telah berkembang.
Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi
pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang
terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena
HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak
tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer.
8. PENCEGAHAN
Menurut Muninjaya (1998), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS adalah Puasa (P) seks
(abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks, Setia (S) pada
pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak berganti-ganti pasangan
seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan seks yang beresiko
tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Ketiga cara tersebut
sering disingkat dengan PSK.
Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu diberikan
pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu dilengkapi
informasi untuk meningkatkan kewaspadaaan remaja akan berbagai bentuk rangsangan
dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri.
Mencegah lebih baik daripada mengobati karena kita tidak dapat melakukan tindakan
yang langsung kepada si penderita AIDS karena tidak adanya obat-obatan atau vaksin
yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena itu kita perlu melakukan
pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang benar tentang AIDS sangat
dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang salah agar penderita tidak
dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal.
Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu, masyarakat maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka
menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Kemudian perilaku
kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.
Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS adalah salah satu
cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya kelompok
masyarakat ini. Namun dalam pelaksanaannya masih belum konsisten.
18
Upaya penanggulangan HIV/AIDS lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat
strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok
ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling
mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community).
Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja
berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam
lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan
dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama.
Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks masih merupakan hal yang
tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan
seks. Akibatnya jalur informasi yang benar dan mendidik sulit dikembangkan.
Adanya obat-obatan atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena
itu kita perlu melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang
benar tentang AIDS sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang
salah agar penderita tidak dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal.
Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu, masyarakat maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka
menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Kemudian perilaku
kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.
Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS adalah salah satu
cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya kelompok
masyarakat ini. Namun dalam pelaksanaannya masih belum konsisten.
Upaya penanggulangan HIV/AIDS lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat
strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok
ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling
mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community).
Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja
berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam
lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan
dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama.
Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks masih merupakan hal yang
tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan
seks. Akibatnya jalur informasi yang benar dan mendidik sulit dikembangkan.
.
20
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan, A menderita HIV/AIDS dengan disertai infeksi oportunistik
berupa TB.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks, Geo. F., Butel, Janet S., dan Morse, Stephen A., 2005. AIDS dan Lentivirus. Dalam:
Sjabana, Dripa, ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika; 292-300.
2. Davey, Patrick, 2006. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam: Safitri, Amalai, ed. At a Glance
Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 288-289.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. HIV/AIDS Ancaman Serius Bagi
Indonesia. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan.
4. Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo,
Aru. W, dkk., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1803-1807.
5. Fauci, Anthony S., dan Lane, H. Clifford, 2005. Human Immunodeficiency Virus Disease:
AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed. Harrison’s Principles of Internal
Medicin 16th edition. United States of America: Mc Graw Hill;1076, 2372-2390.
6. Mansjoer, Arif, dkk., 2000. AIDS. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2.
Jakarta: Medika Aesculapius;162.
7. Muninjaya, A.A. Gde, 1999. Tiga Cara Untuk Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS di Indonesia:
Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 29-
32.
8. Yatim, Danny Irawan, 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia; 5