Jurnal HIV

28
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK BLOK TROPICAL MEDICINE SEMESTER IV NAMA : AIDA NIM : 070100155 KELAS TUTORIAL : A-9 FASILITATOR : dr. Kamajaya, M.Sc, Sp. And FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

description

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Transcript of Jurnal HIV

Page 1: Jurnal HIV

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

BLOK TROPICAL MEDICINE

SEMESTER IV

NAMA : AIDA

NIM : 070100155

KELAS TUTORIAL : A-9

FASILITATOR : dr. Kamajaya, M.Sc, Sp. And

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010

Page 2: Jurnal HIV

2

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

I. Pendahuluan………………………………..………….…………………………………………………………..…………….…….3

II. Pemicu…………………………………………………………………………………………………………………………………...…4

III. Daftar pertanyaan.……………………………………………………………………………………………..…………………….6

IV. Isi………………………………………………………………………………………………………………………………………………7

V. Ulasan……………………………………………………………………………………………………………………………………..42

VI. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………..42

VII. Daftar Pustaka………………………………………………………………………………............................................43

Page 3: Jurnal HIV

PENDAHULUAN

IV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS

dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak

sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan

penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV

baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat

diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang

penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat

meninggal dunia terkena pilek biasa.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan

dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV

membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat

berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan

tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh

Virus HIV.

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS

dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang

mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun

vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

Page 4: Jurnal HIV

4

PEMICU

Pemicu :

A, seorang pria berumur 43 tahun, tinggi badan 170cm. Berat badan 54 kg datang

mengunjungi praktek dokter dengan keluhan batuk-batuk yang dialami dalam 2

bulan terakhir ini. Batuk berdahak tetapi batuk darah tidak dijumpai. Demam dialami

dalam 1 bulan terakhir ini, tidak terlalu tinggi, terutama pada malam hari dan

terkadang disertai dengan keringat banyak tetapi menggigil tidak dijumpai. Nafsu

makan berkurang, berat badan menurun berkisar 8 kg selama 2 bulan terakhir. A

adalah seorang pengusaha yang banyak memiliki proyek di berbagai daerah

sehingga sering mengadakan perjalanan ke luar kota. A memiliki dua orag putra

berumur 4 dan 8 tahun. Empat minggu belakangan ini Tuan A sering mengalami BAB

cair, frekuensi 4-5x sehari.

Apa yang terjadi pada A?

More Info :

Dari anamnesa juga diperoleh bahwa Tuan A sering berganti-ganti pasangan.

Vital Sign: kesadaran: compos mentis, TD: 100/70mmHg, frekuensi napas 26

x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, temperatur 38°C. pancaran wajah lemah, sikap

paksa tidak dijumpai, edema pre tibia dijumpai

Pemeriksaan fisik: Anemia (+), thoraks: simetris paralitik, tidak dijumpai ketinggalan

pernapasan, suara pernapasan bronkial, suara tambahan ronchi basah gelembung

sedang pada lapangan paru atas dan tengah ke 2 paru. Abdomen: hepar/lien/ren

tidak teraba, turgor kulit kurang. Ekstremitas: pitting edema dijumpai

Pemeriksaan laboratorium:

Page 5: Jurnal HIV

Darah rutin: Hb 8,4 gr/dl; leukosit 2400/mm³; trombosit 245.000/mm³;

Hitung jenis: Eosinofil/basofil/neutrofil/limfosit/monosit: 0/0/84/8/8

Malaria darah tepi (-), SGOT/SGPT: 48/54 IU/L

Foto toraks: kesan sesuai dengan gambaran TB aktif pada lapangan atas dan

tengah ke 2 paru.

Rapid Test HIV: (+) dilanjutkan dengan pemeriksaan ELISA 3 metode (+) pada

ketiga pemeriksaan. CD4 count: 50 sel/μl

Apa kesimpulan anda tentang si A?

Page 6: Jurnal HIV

6

DAFTAR PERTANYAAN

TBC

HIV/AIDS

Diare kronis

Keganasan

Page 7: Jurnal HIV

ISI

Tema blok :

Tropical medicine,

Tentang HIV AIDS dengan inf. oportunistik.

Tutor :

dr. Kamajaya, M.Sc, Sp. And

Data pelaksanaan :

a. Tanggal tutorial : 30 Agustus 2010, dan 2 September 2010

b. Pemicu I, pemicu II, dan pleno pakar

c. Pukul : 10.30-13.00 WIB, 10.30-13.00 WIB dan 07.00-09.00 WIB

d. Ruangan : ruang diskusi tutorial-9

Pemicu :

A, seorang pria berumur 43 tahun, tinggi badan 170cm. Berat badan 54 kg datang

mengunjungi praktek dokter dengan keluhan batuk-batuk yang dialami dalam 2 bulan

terakhir ini. Batuk berdahak tetapi batuk darah tidak dijumpai. Demam dialami dalam 1

bulan terakhir ini, tidak terlalu tinggi, terutama pada malam hari dan terkadang disertai

dengan keringat banyak tetapi menggigil tidak dijumpai. Nafsu makan berkurang, berat

badan menurun berkisar 8 kg selama 2 bulan terakhir. A adalah seorang pengusaha

yang banyak memiliki proyek di berbagai daerah sehingga sering mengadakan

perjalanan ke luar kota. A memiliki dua orag putra berumur 4 dan 8 tahun. Empat

minggu belakangan ini Tuan A sering mengalami BAB cair, frekuensi 4-5x sehari.

Apa yang terjadi pada A?

Page 8: Jurnal HIV

8

More Info :

Dari anamnesa juga diperoleh bahwa Tuan A sering berganti-ganti pasangan.

Vital Sign: kesadaran: compos mentis, TD: 100/70mmHg, frekuensi napas 26 x/menit,

frekuensi nadi 100x/menit, temperatur 38°C. pancaran wajah lemah, sikap paksa tidak

dijumpai, edema pre tibia dijumpai

Pemeriksaan fisik: Anemia (+), thoraks: simetris paralitik, tidak dijumpai ketinggalan

pernapasan, suara pernapasan bronkial, suara tambahan ronchi basah gelembung

sedang pada lapangan paru atas dan tengah ke 2 paru. Abdomen: hepar/lien/ren tidak

teraba, turgor kulit kurang. Ekstremitas: pitting edema dijumpai

Pemeriksaan laboratorium:

Darah rutin: Hb 8,4 gr/dl; leukosit 2400/mm³; trombosit 245.000/mm³; Hitung jenis:

Eosinofil/basofil/neutrofil/limfosit/monosit: 0/0/84/8/8

Malaria darah tepi (-), SGOT/SGPT: 48/54 IU/L

Foto toraks: kesan sesuai dengan gambaran TB aktif pada lapangan atas dan tengah ke

2 paru.

Rapid Test HIV: (+) dilanjutkan dengan pemeriksaan ELISA 3 metode (+) pada ketiga

pemeriksaan. CD4 count: 50 sel/μl

Apa kesimpulan anda tentang si A?

Page 9: Jurnal HIV

Tujuan pembelajaran :

A. Memahami penanganan pasein HIV AIDS

B. Memahami cara pemberian konseling

C. Memahami jalur penularan HIV

D. Memahami orang-orang yang berisiko tinggi HIV

Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat :

TBC

HIV/AIDS

Diare kronis

Keganasan

Page 10: Jurnal HIV

10

JAWABAN ATAS PERTANYAAN

1. PENGERTIAN HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis

dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut

terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada

di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia

menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan

dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem

kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang

dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai

CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai

nol).

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara

material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase

untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan

patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-

masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara

evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak

menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1.

2. PENGERTIAN AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti

kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan

infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari

serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak

sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit

lain.

Page 11: Jurnal HIV

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media

hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi

tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi

baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal

dengan infeksi oportunistik.

3. EPIDEMIOLOGI

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987.

Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah

akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990,

peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat.

Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan

narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian

besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada

akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan.

Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan

6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai

3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki

dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks.

4. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987.

Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah

akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990,

peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat.

Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan

narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian

Page 12: Jurnal HIV

12

besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada

akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan.

Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan

6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai

3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki

dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini

termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik

dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini

mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env.

Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam

patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam

transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen

virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari

infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev

membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef

menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain.

Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD) yang

kemudian membelah menjadi bagian 120-kD(eksternal) dan 41-kD (transmembranosa).

Keduanya merupakan glikosilat, glikoprotein 120 yang berikatan dengan CD4 dan

mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perlekatan virus dangan sel

target.

5. TRANSMISI

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial

mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.

Page 13: Jurnal HIV

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan

darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan

pemberian ASI (Air Susu Ibu).

1. Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua

cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama

laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak

seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko

tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang

terinfeksi HIV.

2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam

tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna

narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur

tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas

kesehatan.

4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan

karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan

sepenuhnya sebelum digunakan.

5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV

6. Penularan dari ibu ke anak

Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan

dan sesudah lahir melalui ASI.

7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium.

Page 14: Jurnal HIV

14

Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu pekerja

kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan spesimen/bahan

terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam

Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik

melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan.

Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV.

Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara

lain:

1. Kontak fisik

Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan

udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak

akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening

penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular.

2. Memakai milik penderita

Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan

kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.

Page 15: Jurnal HIV

3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

6. GEJALA KLINIS

Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan

gejala minor (tidak umum terjadi):

Gejala mayor:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

e. Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala minor:

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b. Dermatitis generalisata

c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang

d. Kandidias orofaringeal

e. Herpes simpleks kronis progresif

f. Limfadenopati generalisata

g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala

klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

a. Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi

kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit

tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak

mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang

lain.

Page 16: Jurnal HIV

16

b. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih.

Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh,

penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti

pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat

badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.

c. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,

gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit

yang disebut AIDS.

7. TATALAKSANA

Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita

menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat

disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi

sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari

beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse

transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor

protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak

bisa menghilangkan virus yang telah berkembang.

Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk

mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan

pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi

pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang

terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena

HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak

tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer.

Page 17: Jurnal HIV

8. PENCEGAHAN

Menurut Muninjaya (1998), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS adalah Puasa (P) seks

(abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks, Setia (S) pada

pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak berganti-ganti pasangan

seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan seks yang beresiko

tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Ketiga cara tersebut

sering disingkat dengan PSK.

Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu diberikan

pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu dilengkapi

informasi untuk meningkatkan kewaspadaaan remaja akan berbagai bentuk rangsangan

dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri.

Mencegah lebih baik daripada mengobati karena kita tidak dapat melakukan tindakan

yang langsung kepada si penderita AIDS karena tidak adanya obat-obatan atau vaksin

yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena itu kita perlu melakukan

pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang benar tentang AIDS sangat

dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang salah agar penderita tidak

dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal.

Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga

perilaku individu, masyarakat maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka

menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Kemudian perilaku

kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai

keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.

Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS adalah salah satu

cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya kelompok

masyarakat ini. Namun dalam pelaksanaannya masih belum konsisten.

Page 18: Jurnal HIV

18

Upaya penanggulangan HIV/AIDS lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat

strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok

ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling

mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community).

Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja

berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam

lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan

dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama.

Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks masih merupakan hal yang

tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan

seks. Akibatnya jalur informasi yang benar dan mendidik sulit dikembangkan.

Adanya obat-obatan atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena

itu kita perlu melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang

benar tentang AIDS sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang

salah agar penderita tidak dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal.

Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga

perilaku individu, masyarakat maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka

menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Kemudian perilaku

kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai

keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.

Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS adalah salah satu

cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya kelompok

masyarakat ini. Namun dalam pelaksanaannya masih belum konsisten.

Upaya penanggulangan HIV/AIDS lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat

strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok

Page 19: Jurnal HIV

ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling

mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community).

Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja

berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam

lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan

dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama.

Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks masih merupakan hal yang

tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan

seks. Akibatnya jalur informasi yang benar dan mendidik sulit dikembangkan.

.

Page 20: Jurnal HIV

20

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan, A menderita HIV/AIDS dengan disertai infeksi oportunistik

berupa TB.

.

Page 21: Jurnal HIV

DAFTAR PUSTAKA

1. Brooks, Geo. F., Butel, Janet S., dan Morse, Stephen A., 2005. AIDS dan Lentivirus. Dalam:

Sjabana, Dripa, ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika; 292-300.

2. Davey, Patrick, 2006. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam: Safitri, Amalai, ed. At a Glance

Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 288-289.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. HIV/AIDS Ancaman Serius Bagi

Indonesia. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan.

4. Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo,

Aru. W, dkk., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1803-1807.

5. Fauci, Anthony S., dan Lane, H. Clifford, 2005. Human Immunodeficiency Virus Disease:

AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed. Harrison’s Principles of Internal

Medicin 16th edition. United States of America: Mc Graw Hill;1076, 2372-2390.

6. Mansjoer, Arif, dkk., 2000. AIDS. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2.

Jakarta: Medika Aesculapius;162.

7. Muninjaya, A.A. Gde, 1999. Tiga Cara Untuk Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS di Indonesia:

Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 29-

32.

8. Yatim, Danny Irawan, 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia; 5