Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan...

14
DRAFT PAPER UISI JURNAL Vol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX PEMBERIAN PUPUK YANG OPTIMAL PADA TANAMAN JAGUNG DENGAN METODE TAGUCHI Bagas Kurniawan 1 1 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT Corn is the second substitute for food after rice in Indonesia. Domestic maize needs are estimated at 55% for feed ingredients, while food consumption is only around 30%, and the rest is needed for maize for industry and for seeds. Corn production is influenced by fertilization methods which can reduce the quality and production of corn. Many methods of fertilization that have been done by farmers, it can produce different qualities of corn. In this study using the Taguchi method as an experiment. This study conducted three tests, namely normality test, ANOVA test, and SNR test. The results of the normality test data stated that the weight data of corn had normal distribution data, namely a value of greater value (0,150) than the value of alpha (0,05). The ANOVA test was used to determine the factors that influence the fertilization process, from the results of the test stating that the difference in behavior of factor B (fertilization time) and factor C (fertilizer composition) was significant for the fertilization process. The more effective fertilizing method for corn cultivation after SNR testing is to use 5 kg petroganic fertilizer per bed plus Phonska fertilizer 40.5 grams and Urea 20.2 g per plant when at 20 days and giving 54 grams of Phonska and Urea fertilizer per plant after 20 days after planting. The results of this study are likely to be applied by UISI farmers in the future. Keywords: Fertilization Process, Quality, Taguchi Method ABSTRAK Jagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung dalam negeri diperkirakan 55% untuk bahan pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya kebutuhan jagung juga untuk industri dan untuk bibit. Produksi jagung di pengaruhi oleh metode pemupukan yang dapat menurunkan kualitas dan produksi jagung. Dengan banyaknya metode pemupukan yang telah dilakukan oleh petani dapat menghasilkan kualitas jagung yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini metode pemupukan yang lebih efektif dalam menanam jagung setelah pengujian eksperimen dengan metode taguchi adalah pemberian pupuk dasar petroganik

Transcript of Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan...

Page 1: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

PEMBERIAN PUPUK YANG OPTIMAL PADA TANAMAN JAGUNG

DENGAN METODE TAGUCHIBagas Kurniawan1

1Universitas Internasional Semen Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Corn is the second substitute for food after rice in Indonesia. Domestic maize needs are estimated at 55% for feed ingredients, while food consumption is only around 30%, and the rest is needed for maize for industry and for seeds. Corn production is influenced by fertilization methods which can reduce the quality and production of corn. Many methods of fertilization that have been done by farmers, it can produce different qualities of corn. In this study using the Taguchi method as an experiment. This study conducted three tests, namely normality test, ANOVA test, and SNR test. The results of the normality test data stated that the weight data of corn had normal distribution data, namely a value of greater value (0,150) than the value of alpha (0,05). The ANOVA test was used to determine the factors that influence the fertilization process, from the results of the test stating that the difference in behavior of factor B (fertilization time) and factor C (fertilizer composition) was significant for the fertilization process. The more effective fertilizing method for corn cultivation after SNR testing is to use 5 kg petroganic fertilizer per bed plus Phonska fertilizer 40.5 grams and Urea 20.2 g per plant when at 20 days and giving 54 grams of Phonska and Urea fertilizer per plant after 20 days after planting. The results of this study are likely to be applied by UISI farmers in the future.

Keywords: Fertilization Process, Quality, Taguchi Method

ABSTRAK

Jagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan

jagung dalam negeri diperkirakan 55% untuk bahan pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya

sekitar 30%, dan selebihnya kebutuhan jagung juga untuk industri dan untuk bibit. Produksi jagung

di pengaruhi oleh metode pemupukan yang dapat menurunkan kualitas dan produksi jagung. Dengan

banyaknya metode pemupukan yang telah dilakukan oleh petani dapat menghasilkan kualitas jagung

yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini metode pemupukan yang lebih efektif dalam menanam

jagung setelah pengujian eksperimen dengan metode taguchi adalah pemberian pupuk dasar

petroganik 5kg dan pemberian pupuk Phonska 1,215 kg setelah 14 hari setelah tanam. Faktor yang

berpengaruh nyata terhadap tanaman jagung adalah faktor waktu rentang pemupukan dan jenis

pupuk yang digunkan dalam budidaya jagung. Hasil dari penelitian ini kemungkinan akan diterapkan

oleh petani UISI kedepannya.

Kata Kunci : Kualitas, Metode Taguchi, Proses Pemupukan

Page 2: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

1. PENDAHULUAN ATAU LATAR BELAKANG Dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi tanaman pangan di Indonesia, jagung merupakan bahan

pangan pengganti yang kedua setelah padi atau beras. Menurut Kementrian Pertanian (2015) perkembangan industri peternakan jagung merupakan komponen utama (60%) dalam bahan pakan. Kebutuhan jagung dalam negeri diperkirakan 55% untuk bahan pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya kebutuhan jagung juga untuk industri dan untuk bibit. Maka dari itu peran jagung sebenarnya lebih banyak dibutuhkan untuk bahan baku industri daripada untuk bahan pangan.Jagung merupakan sumber karbohidrat yang penting di dunia, selain padi dan gandum, di negara Amerika Tengah dan Amerika selatan jagung merupakan makanan pokok. Provinsi utama penghasil jagung di Indonesia adalah Jawa Timur dengan produksi jagung sebesar 35% pada tahun 2005, disusul oleh Jawa Tengah 17%, Lampung 11%, Sumatera Utara 6%, Sulawesi Selatan 6%, dan Nusa Tenggara Timur 5% (Kasryno, dkk 2016).

Dilihat dari kebutuhan jagung yang semakin meningkat sebagai bahan pakan atau bahan pangan maka banyak yang menanam jagung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dari rata-rata luas panen jagung selama dekade terakhir adalah 3.344.748 hektar dengan laju pertumbuhan 3,6% per tahun. Rata-rata total luas panen tersebut Jawa dan Madura menduduki urutan pertama yaitu sebesar 58,05% dengan total rata-rata seluas 1.941.826 hektar per tahun. Pulau Sumatera adalah terbesar kedua yaitu 17,70% atau dengan luas rata-rata 592.210 hektar per tahun. Ketiga adalah pulau Sulawesi dengan 13,05% atau dengan total rata-rata 436.437 hektar dan yang terakhir adalah Bali dan Nusa Tenggara yaitu 9,24% dengan rata-rata total 309.170 hektarper tahun. Kalimantan, Maluku dan Irian Jaya rata-rata kurang dari 2% per tahunnya, yaitu dengan rata-rata luas panen 48.426 hektar dan 16.679 hektar (Sudana, 2016).

Dari presentasi diatas diketahui bahwa Pulau Jawa memiliki kedudukan terbesar produksi jagung. Dari beberapa kota yang ada di Pulau Jawa termasuk Kota Gresik, memiki produksi jagung terbanyak dikarenakan adanya industri yang semakin banyak dan penduduk yang semakin meningkat. Gresik merupakan Kabupaten yang terletak di Jawa Timur di sebelah Barat Kota Surabaya. Kota Gresik tumbuh menjadi kota industri. Menurut (Erdianto, 2018) penduduk yang semakin meningkat dapat berpengaruh pada penyediaan kebutuhan masyarakat, kondisi tersebut berdampak pada perdagangan sehingga dapat meningkatkan ekonomi. Gresik memiliki luas tanam sebesar 59.307 hektar, luas panen 56.342 hektar, dan bisa menghasilkan produksi sebesar 117.021 ton per tahun (Menteri Pertanian, 2017).

Dari banyaknya produksi jagung yang semakin meningkat, sehingga terdapat risiko yang mempengaruhi dari kualitas jagung. Menurut (Aldila, 2013) faktor risiko yang dapat mempengaruhi turunnya produksi jagung secara nyata adalah penggunaan pupuk phonska, pupuk TPS, furadan, dan tenaga kerja. Dapat dibuktikan secara nyata bahwa peningkatan pupuk phonska dan furadan dapat mengakibatkan meningkatnya risiko produksi jagung.Menurut (Sutardi,2007) dalam (Nasution dkk, 2012) menyatakan bahwa hasil tanaman dengan hubungan dosis pupuk mengikuti pola kuadratik, yang artinya pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas produksi, apabila dosis yang diberikan berlebihan maka dapat menurunkan hasil dari produksi tanaman.

Proses pemupukan sangat penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Proses pemupukan yang digunakan saat ini masih manggunakan cara lama seperti pengolahan tanah, setelah itu pemberian pupuk dasar berupa pupuk organik, berikutnya adalah pembibitan atau penanaman bibit jagung, ketika jagung mulai tumbuh maka akan dilakukan pemupukan kedua ketika jagung berumur 14 hari atau 20 hari, dan tahapan terakhir menunggu jagung hingga masa panen.

Berbagai cara pemupukan dengan perbedaan komposisi pupuk berpengaruh dari produksi tanaman jagung. Seperti yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu bahwa metode pemupukan atau perbedaan komposisi pemupukan berpengaruh nyata pada kualitas tanaman jagung, hal tersebut

Page 3: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

menjadi permasalahan tentang metode pemupukan, seperti yang terjadi di Gresik antara petani UISI (Universitas Internasional Semen Indonesia) dengan pihak PT. Petro Kimia terdapat perbedaan pendapat tentang metode pemupukan pada tanaman jagung, maka dari itu peneliti ingin membuktian tentang kualitas tanaman jagung menggunakan referensi dari petani UISI dandari pihak PT. Petro Kimia menggunakan metode taguchi, karena metode tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor utama pupuk yang mempengaruhi kualitas dari tanamanjagung. Pengujian yang dilakukan difokuskan tentang proses pemupukan yang berbeda dari kedua metode tersebut.Selain itu faktor yang digunakan dari penelitian ini ada tiga, yakni faktor komposisi pupuk, waktu pemupukan, dan perbedaan pupuk organik (kotoran sapi dan petroganik).Penguji tidak meneliti faktor lainya, seperti kandungan tanah, kandungan air, faktor cahaya, kandungan pupuk yang digunakan, faktor tumbuhan (tinggi jagung, warna jagung, diameter tongkol jagung, banyaknya daun, dll) faktor hama dan jenis tanah yang digunakan, hanya difokuskan pada proses pemupukan. Lokasi untuk penelitian ini sudah di tentukan oleh kedua pihak yaitu di kampus C UISI.

2. DASAR TEORI DAN ATAU METODE PENELITIAN2.1 Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu pangan tanaman dunia yang penting selain gandum dan padi. Menurut (Aryaningrum, 2011) jagung memiliki kadar karbohidrat yang cukup tinggi yakni 63,6% dalam 100 gr jagung. Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbu hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabilitasgenetic terbesar. Di Indonesia jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi.Keunggulan jagung dibandingkan dengan komoditas pangan yang lain adalah kandungan gizi dari jagung lebih tinggi dari beras, sumber budidaya alamini juga sangat mendukung untuk pembudidayaannya, harga jagung yangrelatif murah dan tersedianya teknologibudidaya hingga pengolahan. Selain untuk bahan makanan pokok, jagung juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan industri serta komoditas eksport (Suprapto dkk., 2012).

Selain sebagai bahan pangan pokok, jagung dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak dan bahan baku industri. Seperti tanaman lain, kelangsungan hidup tanaman jagung juga membutuhkan unsur hara. Unsur hara diperoleh dari pelapukan batuan dalam tanah. Akan tetapi, kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal itu disebabkan karena dalam proses pelapukan, jumlah mikro organisme di setiap lapisan tanah berbeda. Salah satu cara untuk menghasilkan unsur hara adalah dengan pemupukan (Iriani dkk., 2011).

2.2 Proses Tanam JagungMenanam atau budidaya jagung (Zea mays L.) adalah jenis tanaman pangan penting dunia

yang menghasilkan karbohidrat selain gandum dan padi. Tanaman jagung merupakan tanaman pagan pokok di sebagain belahan dunia dan bahan pangan olahan seperti minyak jagung dan bahan dasar tepung maizena, bioenergy, bahan kosmetik, selain itu untuk kebutuhan pangan ternak.Tanaman jagung tumbuh didataran rendah sampai tinggi hingga 1200 meter dpl, memerlukan media tanah lempung, lempung berpasir, tanah vulkanik, yang subur, gembur, kaya bahan organic, memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari suhu udara 20-33 derajat celsius, curah hujan sedang, ph tanah 5,5-7 dengan drainase yang baik (BPPP, 2008).

2.3 PupukPupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik

adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis

Page 4: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi (Pondy, 2013).

2.4 Faktor- Faktor yang BerhubunganMenurut (Remedy, 2015) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua

kelompok, antara lain: (1) Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, varietas bibit, pupuk, obatobatan, gulma, dan sebagainya. (2) Faktor-faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, biaya tenaga kerja, tingkat pendapatan, resiko, dan ketidakpastian kelembagaan tersedianya kredit dan sebagainya.Dalam produksi pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Mubyarto, 1994).

Beberapa variabel yang diperkirakan dapat menjelaskan produksi usahatani jagung yaitu luas lahan, modal, bibit, pupuk dan tenaga kerja. Hasil produksi jagung (output) dipengaruhi oleh variabel input produksi, yaitu luas lahan pertanian, modal yang dibutuhkan, jumlah bibit, jumlah pupuk dan jumlah biaya tenaga kerja, modal sebagai variabel (X1), jumlah tenaga kerja variabel (X2), jumlah pupuk sebagai variable (X3), luas lahan pertanian sebagai variabel (X4), jumlah benih sebagai variable (X5) yang mempengaruhi proses produksi jagung sebagai variable (Y).

2.5 Metode PemupukanMetode pemupukan juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat dengan laju pertumbuhan tanaman di mana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk (dapat terjadi melalui proses pencucian, penguapan, dan fiksasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi di dalam tanah. Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara bertahap. Hasil penelitian Tirtoutomo oleh (Gozali, 2011) menyatakan bahwa pemberian N 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada saat 30 HST atau 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada 30 HST, dan 1/3 bagian pada 45 HST relatif lebih baik dari segi hasil maupun efisiensi serapan N, dibanding dengan pemberian seluruhnya pada saat tanam atau 2/3 takaran pada waktu tanam dan 1/3 takaran pada 30 HST.

2.6 Metode TaguchiMetode taguchi pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949 yang

merupakan metode baru untuk memberi perbaikan pada kualitas produk serta dapat meminimalisir biaya. Metode Taguchi merupakan perbaikan kualitas menggunakan metode percobaan “baru” dengan melakukan pendekatan lain namun memberikan tingkat kepercayaan yang sama dengan Statistical Proces Control (SPC). Metode off-line Taguchi efektif dalam peningkatan kualitas serta mengurangi biaya. Tahapan metode taguchi terdiri dari perancangan sistem (System Design), perancangan parameter (Parameter Desgin) dan perancangan toleransi (Tolerance Design). Tiga tahapan tersebut dikenalkan oleh taguchi sebagai metode perancangan yang terintegrasi (Wulandari dkk., 2016).

2.7 Penelitian TerdahuluPenelitian terdahulu dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian yang akan dijalankan.

Pada sub bab ini akan dijelaskan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebagai bahan acuan dan pendukung untuk melakukan penelitian, penelitian terdahulu difokuskan tentang proses pemupukan pada tanaman jagung seperti yang dilakukan oleh (Sitorus dkk, 2015) tentang respon pertumbuhan tanaman jagung dengan pemberian Pupuk Organik Cair (POC) dan pupuk NPK. Variabel yang diteliti adalah tinggi tanaman, diameter jagung, dan produksi per plot menyatakan bahwa perlakuan frekuensi pemupukan POC berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan pupuk NPK dapat meningkatkan

Page 5: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

diameter batang sampai 14% pada umur 60 HST, dan produksi per plot tanaman jagung sebesar 10,6%. Produksi tertinggi (6.93 ton / hektar) diperoleh pada dosis pupuk NPK 300 kg / hektar. Interaksi frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan produksi per plot tanaman jagung.

2.8 Alat dan Bahan Penelitian2.8.1 Alat Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa alat untuk mengolah tanah pada proses penanaman, alat tersebut meliputi cangkul untuk proses menngemburkan tanah, sabit untuk menghilangkan faktor hama rumput yang ada disekitar lahan, timbangan sebagai mengukur komposisi pupuk yang akan digunakan dan baskom yang digunakan untuk mencampur atau mixer dari beberapa jenis pupuk yang akan digunakan.2.8.2 Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk untuk proses penanaman. Pupuk yang digunakan untuk penelitian ada empat macam yakni Pupuk Kandang (kotoran sapi), Petroganik, Phonska dan Urea dan bibit jagung untuk tanaman jagung.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Tahapan EksperimenTahapan eksperimen penelitian ini mengacu pada proses pemupukan yang telah dibuat dengan

Tabel OA. Tahap pertama adalah melakukan pengolahan tanah guna untuk menggemburkan tanah agar pertumbuhan tanaman jagung subur. Tahap kedua dalam penelitian ini adalah pemberian pupuk dasar, pupuk dasar diberikan menggunakan pupuk organik seperti pupuk kompos atau pupuk kandang dan pupuk Petroganik produk dari PT. Petro Kimia. Setelah pemberian pupuk dasar tahap selanjutnya adalah penenaman bibit jagung, penanaman jagung menggunakan bibit jagung manis.

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menunggu tanaman jagung hingga berumur 14 hari setelah tanam untuk pemberian pupuk kimia sesuai tabel OA yang telah dibuat . Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah pemupukan yang ketiga ketika tanaman jagung sudah berumur 20 hari setalah tanam menggunakan pupuk kimia sesuai tabel OA yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini langkah selanjutnya adalah menunggu tanaman jagung hingga berumur 35 hari setelah tanaman untuk pemberian pupuk kimia sesuai tabel OA yang telah ditentukan. Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menunggu hingga masa panen ketika jagung sudah berumur 60 hari setelah tanam. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah menghitung hasil panen per-buah yang sudah dipetik menggunakan timbangan untuk memperoleh data sebagai proses simulasi.3.2 Data Percobaan

Tanaman jagung yang telah dipanen menghasilkan buah sebanyak 180 jagung dengan berat jagung yang berbeda-beda. Berat jagung yang berbeda dihasilkan dari proses pemupukan tanaman jagung yang berbeda sesuai Tabel OA yang telah ditentukan.3.3 Pengolahan Data

Setelah didapatkan data berat dari jagung yang telah di timbang, dilakukan pengolahan data untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas dari tanaman jagung dan metode yang lebih efektif dalam menanam jagung dengan beberapa pengujian.3.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan sebagai pengujian data berat jagung yang sudah didapatkan. Menurut (Sigilipu, 2013) dalam (Arilianti, 2017) uji normalitas bertujuan untuk pengujian data yang

Page 6: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

sudah didapatkan, apakah data tersebut memiliki distribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dalam statistik parametik.

Gambar 1. Uji NormalitasGambar 1. menunjukkan bahwa nilai PValue untuk data berat jagung lebih besar yaitu 0,150

dari nilai alfa (α) 0,05. Dari data yang sudah diperoleh menunjukkan bahwa data berat jagung tersebut memiliki data distribusi normal dan dapat digunakan sebagai statistika paremetik.

3.3.2 Analysis of Variance (ANOVA)Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dari setiap faktor terhadap

proses pemupukan. Untuk melakukan pengujian tersebut diperlukan hipotesa sebagai berikut: H0 : Faktor berpengaruh nyata terhadap proses pemupukan H1 : Faktor tidak berpengaruh nyata terhadap proses pemupukan

Pada hipotesa tersebut, H0 akan ditolak jika nilai Fhitung > Ftabel (∝, df-num, df-den). Nilai yang didapatkan dari analisa ANOVA adalah nilai Fhitung dan nilai Ftabel tentukan dari ∝, df-num dan df-den yang digunakan. Nilai alfa (∝) yang digunakan adalah 0,05 dengan df-num sebagai pembilang dan df-num sebagai penyebut. Nilai df-num = k – 1 ( k = jumlah faktor) sehingga nilai df-num adalah 2. Nilai df-den = T – k ( T = jumlah sampel) sehingga nilai df-den adalah 25. Berdasarkan data tersebut nilai F tabel adalah 3,01. Hasil pengujian ANOVA pada proses pemupukan dengan minitab 14 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Uji ANOVA Faktor AAnalysis of Variance A

Faktor

DF SS MS F P

A 2 975284876

412,4

50

Error 17769325

03917

Total 17979077

8

Hasil pengujian ANOVA pada faktor A ( pemberian pupuk dasar kotoran sapi dan petroganik) mendapatkan Fhitung sebesar 12,45. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai Ftabel (3,01). Dari data tersebut menunjukkan bahwa H0 di tolak pada faktor A, artinya faktor A tidak berpengaruh nyata terhadap proses pemupukan.

Page 7: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

Tabel 2. Uji ANOVA faktor BAnalysis of Variance B

Faktor

DF SS MS F P

B 2 141947097

1,64

0,201

Error177

776583

4387

Total179

790778

Hasil pengujian ANOVA pada faktor B (waktu pemupukan) memperoleh Fhitung sebesar 1,62. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nolai Ftabel (3,01). Dri data tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima pada faktor B yang artinya faktor B berpengaruh nyata pada proses pemupukan.

Tabel 3. Uji ANOVA faktor CAnalysis of Variance C

Faktor

DF SS MS F P

C 2 135286764

1,54

0,217

Error 17777725

04391

Total 17979077

8

Hasil pengujian ANOVA pada faktor C (komposisi pupuk) memperoleh Fhitung sebesar 1,54. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan Ftabel (3,01). Dari data tersbut menunjukkan bahwa H0 diterima pada faktor C, artinya pada faktor C berpengaruh nyata terhadap proses pemupukan.1. Menghitung SNR (Signal Noise to-Rasio)

Pengujian SNR digunakan untuk mengetahui faktor terbaik dari beberapa faktor pengujian. Menurut (Philip, 2016) dalam (Arilianti, 2017) menyatakan bahwa SNR adalah karakteristik performasi, bukan rata-rata data karakteristik tetapi digunakan sebagai perbandingan untuk menunjukkan nilai target. Berikut adalah hasil dari pengujian SNR:

Page 8: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

Gambar 2. Signal Noise to Ratio

Hasil dari Gambar 5. menunjukkan hasil dari simulasi SNR untuk mengetahui nilai paling besar dari setiap level pada masing-masing faktor pengujian. Nilai SNR dapat menunjukkan nilai level terbaik pada proses pemupukan. Faktor A optimum pada level 1 dengan nilai sebesar 13,8. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor pemupukan dasar dalam penelitian ini menggunakan pupuk petroganik. Faktor B optimum pada level 1 dengan nilai sebesar 13,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor waktu pemupukan dalam penelitian ini 14 hari setelah tanam. Faktor C optimum pada level 3 dengan nilai sebesar 13,3, hal tersebut menyatakan bahwa faktor komposisi pupuk dalam penelitian ini menggunakan 1,215 kg pupuk Phonska per tanaman.

Tabel 4. Faktor PengujianLevel

Faktor PengujianA B C

1 Petroganik14 hst

13,7g P + U

2Kotoran sapi

20 hst

1,2g P + 0,5g U

3 035 hst

1,2g P

: Menunjukan nilai SNR tertinggi pada level di setiap faktor pengujian

4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui eksperimen dan simulasi data, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Faktor yang memilki pengaruh nyata terhadap proses pemupukan adalah faktor B (waktu

pemupukan) yaitu 14 HST, 20 HST, 35 HST dan faktor C (komposisi pemupukan) yaitu 0,825kg Phonska & Urea, 1,215kg Phonska, 0,607kg Urea, 1,215kg Urea.

Faktor A ( jenis pupuk dasar) seperti kotoran sapi dan petroganik tidak berpengaruh nyata terhadap proses pemupukan budidaya jagung.

Metode pemupukan yang lebih efektif untuk budidaya tanaman jagung setelah pengujian eksperimen dalam penelitian ini adalah mennggunakan pemupukan dasar dengan petroganik 5kg dan pemberian pupuk Phonska 1,2kg setelah 14 hari setelah tanam.

Page 9: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun] Paper UISI 1... · Web viewJagung merupakan bahan pangan pengganti kedua setelah padi atau beras di Indonesia. Kebutuhan jagung

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

4.2. SaranSaran dalam penelitian ini sabagai pengembangan eksperimen selanjutnya adalah terkait tentang

fisik tanaman jagung ketika uji eksperimen seperti, tinggi tanaman jagung, diameter tongkol jagung dan banyaknya daun pada tanaman jagung. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk menanam tumbuhan jagung pada tanah yang berbeda. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kandungan tanah yang efektif dalam budidaya tanaman jagung.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aldila. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata) di Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.

[2] Fahmi, dkk. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L) Pada Tanah Regosol dan Latosol. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Sulawesi Selatan.

[3] Gozali dan Yakup. 2011. Pengelolaan Hara dan Pemupukan Budidaya Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Cultivation in Upland. Universitas Sriwijaya, Fakultas Pertanian, Palembang.

[4] Masbuchin. 2018. Perancanaan Eksperimen Beton Ringan Geopolimer Sebagai Material Green Building Menggunakan Metode Taguchi. Departemen Manajemen Rekayasa. Universitas Internasional Semen Indonesi, Gresik.

[5] Nasution, dkk. 2012. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Pioneer 23 Terhadap Berbagai Komposisi Vermikompos dan Pupuk Organik.Program Studi Agreoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan.

[6] Remedy. 2015. Analisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang.

[7] Sudana. 2016. Perkembangan Jagung Pada Dekade Terakhir Serta Peluang Pengembangan Kedepan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

[8] Suntoro dan Astuti. 2014. Pengaruh Waktu Pemberian dan Dosis Pupuk NPK Pelangi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis Varietas Sweet Boys (Zea Mays Saccharata Sturt). Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Vol. XIII, No. 2, Samarinda.

[9] Tandisau dan Thamrin. 2014. Kajian Pemupukan N, P, dan K Terhadap Jagung (Zea Mays Linn) Pada Lahan Kering Tanah Typic Ustropets. Balai Pengkajian Teknolohi Pertanian Slawesi Selatan, Makasar.

[10] Wulandari, dkk. 2016. Penerapan Metode Taguchi untuk Kasus MultiresponMenggunakan Pendekatan Grey Relational Analysis dan Principal Component Analysis. Departemen Statistika FSM, Universitas Diponegoro, Vol. 5, No. 4, Semarang.