Jurding Tempe & Perda_Ochid

9
June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66] PENGARUH PEMBERIAN FORMULA PREDA DAN TEMPE TERHADAP LAMA PENYAKIT DIARE AKUT PADA ANAK USIA 6-24 BULAN Studi di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara Tahun 2010 SRI YUNIATI HARTININGRUM Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, RSUP dr. Karyadi Semarang Latar Belakang: Kejadian diare masih cukup tinggi, tiap anak dapat menderita diare 2-8 kali pertahun dengan angka kematian 5 per 1000 Balita pertahun. Penderita diare membutuhkan diet yang adekuat. Tempe dapat memperpendek lama penyakit diare. Formula Preda juga dapat digunakan diet penyakit diare. Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti tertarik ingin membandingkan efektifitas penggunanan formula Preda dan tempe untuk penanganan diare. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian formula Preda dan tempe terhadap lama penyakit diare akut anak usia 6-24 bulan di RSU RA Kartini Kabupaten Jepara. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan penelitiannya pre-experiment dengan design Static group comparison design. Populasinya semua penderita penyakit diare pada anak usia 6-24 bulan yang dirawat di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara. Sampel diambil secara accidental dari bulan Januari - Pebruari 2010 sebanyak 25 dengan jenis perlakuan formula Preda dan 25 dengan tempe. Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara meliputi karakteristik subjek dan ibu serta pemberian ASI. BB dan PB. Analisis yang digunakan adalah Independen T-Test, uji Mann-Whitney, uji chi square dan Anakova. Hasil: Tidak terdapat perbedaan pemberian ASI, jenis penyebab diare dan status gizi awal (BB/PB) berdasarkan jenis perlakuan (p1= 0,525, p2= 0,281, p3= 0,132). Terdapat perbedaan jumlah formula yang dikonsumsi berdasarkan jenis perlakuan (p= 0,025*). Lama penyakit diare pada formula Preda dan tempe adalah 5 hari dan 4,2 hari, menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna lama penyakit diare dengan jenis perlakuan (p= 0,010*). Simpulan : Formula tempe dapat dipakai sebagai pengganti formula Preda pada anak dengan penyakit diare akut. Kata Kunci : Formula Preda, tempe , diare akut. ABSTRACTS Backgrounds : The occurrence of diarrea is still high enough, every child which suffer from diarrhea 2-8 time a year with mortality rate of 5 death in every 1000 under-five-years-old children. Patients with diarrhoea needs adequate diet which at present are given Preda formula in RSU RA Kartini. Soybean cake were reparted to reduce the duration of diarrhoea. Purposes: To analyze the different effect of Preda formula and soybean cake formula on the duration of acute diarrhoea in 6-24 monhs old children in RA. Kartini General Hospital, Jepara. Method of Study : The study was an experimental study with Static group comparison design. The population of the study were the entire 6-24 months children with diarrhoea underwent treatment in RA. Kartini Hospital. Sample were collected using accidental method between Januari-February 2010. Consisting of 25 samples for Preda as well as for soybean cake treatment. Data were obtained using quetionnaire and interview, consisting of characteristic of subjects and their mothers breasfeeding, weight and height. Independent t-test, mann- Whitney test, Chi square test and Anacova were used in the data analysis. Results : There were no difference in breastfeeding, type of cause of diarrhoea based on type and nutritional status between both groups (p1= 0,525, p2= 0,281, p3= 0,132). There was difference in the amount of formula consumed (p= 0,025*). The duration of diarrhoea in Preda formula and soybean cake group were 4,95 and 4,21 days respectively, which indicates a significant difference (p= 0,010*) Conclusion : Soybean cake formula could be used as a subtitute for Preda formula in children with acute diarrhea. Keywords : Preda formula, soybean cake and acute diarrhoea PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit diare menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro University RSUP dr. Karyadi, Semarang 1

description

jurding

Transcript of Jurding Tempe & Perda_Ochid

Page 1: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

PENGARUH PEMBERIAN FORMULA PREDA DAN TEMPE TERHADAPLAMA PENYAKIT DIARE AKUT PADA ANAK USIA 6-24 BULAN Studi di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara Tahun 2010

SRI YUNIATI HARTININGRUMBagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, RSUP dr. KaryadiSemarang

Latar Belakang: Kejadian diare masih cukup tinggi, tiap anak dapat menderita diare 2-8 kali pertahun denganangka kematian 5 per 1000 Balita pertahun. Penderita diare membutuhkan diet yang adekuat. Tempe dapatmemperpendek lama penyakit diare. Formula Preda juga dapat digunakan diet penyakit diare. Berdasarkanpermasalahan yang ada peneliti tertarik ingin membandingkan efektifitas penggunanan formula Preda dantempe untuk penanganan diare.Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian formula Preda dan tempe terhadap lama penyakit diareakut anak usia 6-24 bulan di RSU RA Kartini Kabupaten Jepara.Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan penelitiannya pre-experimentdengan design Static group comparison design. Populasinya semua penderita penyakit diare pada anak usia6-24 bulan yang dirawat di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara. Sampel diambil secara accidental dari bulanJanuari - Pebruari 2010 sebanyak 25 dengan jenis perlakuan formula Preda dan 25 dengan tempe. Datadiperoleh melalui kuesioner dan wawancara meliputi karakteristik subjek dan ibu serta pemberian ASI. BB danPB. Analisis yang digunakan adalah Independen T-Test, uji Mann-Whitney, uji chi square dan Anakova.Hasil: Tidak terdapat perbedaan pemberian ASI, jenis penyebab diare dan status gizi awal (BB/PB)berdasarkan jenis perlakuan (p1= 0,525, p2= 0,281, p3= 0,132). Terdapat perbedaan jumlah formula yangdikonsumsi berdasarkan jenis perlakuan (p= 0,025*). Lama penyakit diare pada formula Preda dan tempeadalah 5 hari dan 4,2 hari, menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna lama penyakit diare dengan jenisperlakuan (p= 0,010*).Simpulan : Formula tempe dapat dipakai sebagai pengganti formula Preda pada anak dengan penyakit diareakut.

Kata Kunci : Formula Preda, tempe , diare akut.

ABSTRACTS

Backgrounds : The occurrence of diarrea is still high enough, every child which suffer from diarrhea 2-8 timea year with mortality rate of 5 death in every 1000 under-five-years-old children. Patients with diarrhoea needsadequate diet which at present are given Preda formula in RSU RA Kartini. Soybean cake were reparted toreduce the duration of diarrhoea. Purposes: To analyze the different effect of Preda formula and soybean cake formula on the duration of acutediarrhoea in 6-24 monhs old children in RA. Kartini General Hospital, Jepara.Method of Study : The study was an experimental study with Static group comparison design. The populationof the study were the entire 6-24 months children with diarrhoea underwent treatment in RA. Kartini Hospital.Sample were collected using accidental method between Januari-February 2010. Consisting of 25 samples forPreda as well as for soybean cake treatment. Data were obtained using quetionnaire and interview, consistingof characteristic of subjects and their mothers breasfeeding, weight and height. Independent t-test, mann-Whitney test, Chi square test and Anacova were used in the data analysis.Results : There were no difference in breastfeeding, type of cause of diarrhoea based on type and nutritionalstatus between both groups (p1= 0,525, p2= 0,281, p3= 0,132). There was difference in the amount of formulaconsumed (p= 0,025*). The duration of diarrhoea in Preda formula and soybean cake group were 4,95 and4,21 days respectively, which indicates a significant difference (p= 0,010*)Conclusion : Soybean cake formula could be used as a subtitute for Preda formula in children with acutediarrhea.

Keywords : Preda formula, soybean cake and acute diarrhoeaPENDAHULUAN Di Indonesia penyakit diare menempati

urutan teratas sebagai penyebab kematian

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

1

Page 2: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

terutama pada bayi usia 29 hari-12 bulan danusia 12 bulan – 59 bulan (Riskesdas, 2007).Penderita penyakit diare membutuhkanpemberian diit yang adekuat untukpenyembuhannya. Hasil penelitianmembuktikan bahwa pemberian diit harusmemenuhi ketentuan sebagai makanan bayi,mudah dicerna dan diabsorbsi sertamempunyai energi tinggi, protein dengan kadarmutu yang tinggi, tidak mengandung laktose,asam lemak bebas dan asam lemak tidakjenuh rantai sedang, vitamin B dan glukosaprimer (Mien, 1992).

Penggunaan makanan formula tempedalam tatalaksana diit bayi dan anak balitapenderita penyakit diare kronik cenderunglebih efektif dalam menghentikan penyakitdiare dan memberikan efek positip terhadapmukosa usus (Yulianto, 1995). Selainpenggunaan formula tempe, pada beberapaRumah Sakit ada juga yang menggunakanformula Preda yang berupa bubur denganbahan dasar daging ayam kampung. Predamerupakan bubur penunjang Air Susu Ibu(ASI). Preda juga baik untuk anak yangintoleransi laktosa dan alergi terhadap proteinsusu sapi karena tidak mengandung bahansusu sapi.

Data 10 besar penyakit yangberkunjung ke Puskesmas se WilayahKabupaten Jepara, menunjukkan bahwaselama tahun 2008, penyakit diare mendudukiurutan ke 2 dengan jumlah kasus diare 24.634(60,94 %) (Dinkeskab, 2008), dan penderitapenyakit diare yang dirawat di RSU RA. KartiniKabupaten Jepara, pada tahun yang samatercatat 669 kasus (27,9 %) yang penangananpenderita secara dietetik menggunakanformula Preda dari WHO.

Tempe merupakan salah satu makanantradisional Indonesia yang mempunyai hargaterjangkau oleh masyarakat dan mudahdidapatkan. Selain itu tempe merupakanmakanan dengan tekstur selluler yang mudahdicerna dan mengandung protein cukup tinggiserta diperkirakan mempunyai zat yangbersifat anti bakteri. Hasil penelitian Karyadi(1985) tentang khasiat formula tempe untukpengobatan nutrisi khusus diare kronik,menunjukkan bahwa kelompok yang diberiformula dengan bahan dasar tempe

mengalamai pemendekan waktu episode diaresecara bermakna bila dibandingkan dengankelompok yang diberi formula dengan bahandasar susu. Hal ini disebabkan karena tempemengandung asam amino dan serat yangtinggi selain unsur prebiotik dan probiotik.Sedangkan preda merupakan formula yangdigunakan di RSU RA. Kartini Jepara dalampenanganan diare. Dari uraian di atas penelitiingin membandingkan pengaruh pemberianformula Preda dan tempe terhadap lamapenyakit diare pada anak usia 6-24 bulan diRSU RA. Kartini Jepara. Pada formula Predaprotein berasal dari daging ayam dan tepungberas. Formula tempe akan dibuat sesuaiformula Preda hanya mensubsitusi dagingayam dengan tempe.

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui perbedaan pengaruh pemberianformula Preda dan tempe terhadap lamapenyakit diare pada anak usia 6–24 bulan diRSU RA. Kartini Kabupaten Jepara.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimendengan rancangan penelitiannyapreexperiment dengan design Static groupcomparison design. Populasi penelitian adalahsemua penderita penyakit diare pada anakusia 6 – 24 bulan yang dirawat di RSU RAKartini Kabupaten Jepara. Sampel diambilsecara accidental. Sampel penelitian ini adalahpenderita penyakit diare pada anak usia 6 – 24bulan yang dirawat di RSU RA KartiniKabupaten Jepara pada bulan Januari –Februari 2010, dengan kriteria sebagaiberikut : usia anak 6-24 bulan, menderita diareakut, tidak disertai komplikasi penyakit lain(murni diare), tidak termasuk status gizi buruk,tidak mengkonsumsi makanan selain yangdisajikan dari Rumah Sakit serta lama kejadiandiare sejak dari rumah 1-2 hari. Data yang dikumpulkan dalam penelitian iniadalah karakteristik subjek meliputi : umur danjenis kelamin, karakteristik ibu meliputi :pendidikan, pekerjaan dan kriteria keluargadiperoleh melalui wawancara menggunakankuesioner. Sedangkan untuk menentukanstatus gizi awal melalui pengukuran beratbadan dan panjang badan menggunakan

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

2

Page 3: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

timbangan berat badan digital daninfantometer. Timbangan bahan makanandigital untuk menentukan besarnya porsiformula Preda dan tempe yang diberikan danbesarnya porsi formula yang dikonsumsi.Jumlah subjek penelitian sebanyak 50 subjekterbagi atas 25 subjek dengan jenis perlakuanformula Preda dan 25 subjek dengan jenisperlakuan formula tempe.

HASIL PENELITIAN

Sebagian besar kelompok subjek penelitianberasal dari keluarga kurang mampu karenamenggunakan fasilitas Jamkesmas /jamkesmasda. Distribusi frekuensi karakteristiksubjek dan ibu dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2 memperlihatkan bahwa statusgizi awal subjek penelitian pada jenisperlakuan Preda berturut-turut : kurus ada 3subjek (13,6 %), normal 17 subjek (77,3 %),gemuk 2 subjek (9,1 %) sedangkan pada jenisperlakuan tempe berturut-turut : kurus ada 2subjek (8,3%), normal ada 22 subjek (91.7 %)dan gemuk tidak ada. Sedangkan subjekdalam penelitian ini yang masih diberi Air SusuIbu (ASI) pada jenis perlakuan Preda sebesar14 subjek (63,6%) dan pada jenis perlakuantempe sebanyak 18 subjek (75,0%).

Jenis Penyebab diare yang terbanyakadalah bakteri. Beberapa penyebab diare laindan lama penyakit diare pada kedua jenisperlakuan terlihat pada tabel 3.

Terdapat perbedaan yang bermaknadalam hal lama penyakit diare. Subjek yangmendapat jenis perlakuan tempe lamapenyakit diare lebih pendek daripada jenisperlakuan Preda. Rerata jumlah formula yangdikonsumsi subjek terdapat perbedaan antarayang mendapat formula Preda dan tempe.Subjek yang mendapat formula tempe reratajumlah formula yang dikonsumsi lebih banyak(133,2 gr) daripada yang memperoleh formulaPreda (106,4 gr).

Tabel 4 memperlihatkan bahwa, padajenis perlakuan Preda subjek yang diberi obat(antibiotik) sebanyak 18 subjek (48,6%) danyang tidak diberi sebanyak 4 subjek (44,4%).Sedangkan pada jenis perlakuan tempe,subjek yang diberi obat (antibiotik) sebanyak

19 subjek (51,4%) dan yang tidak diberisebanyak 5 subjek (55,6%).

Uji normalitas Shapiro-Wilk dilakukanuntuk menentukan normal tidaknya data yangdiperoleh. Hasil uji normalitas diperoleh bahwaada satu nilai p < 0,05 (Lama penyakit diare)sedangkan selebihnya p > 0,05 (Jumlahformula yang dikonsumsi dan status gizi awal),data sajian lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.

Analisis Bivariat digunakan untukmengetahui adanya perbedaan bermaknaantara proporsi pemberian ASI berdasarkanjenis perlakuan, proporsi jenis penyebab diareberdasarkan jenis perlakuan, status gizi awalberdasarkan jenis perlakuan, jumlah formulayang dikonsumsi berdasarkan jenis perlakuan,dan lama penyakit diare berdasarkan jenisperlakuan.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi KarakteristikSubjek dan Ibu

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Awaldan Pemberian ASI

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

3

Page 4: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Penyebabdan Lama Penyakit Diare

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pemberian Obatdan Jenis Perlakuan

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas

Tabel 6, 7, dan 8 dapat dilihat bahwapemberian ASI, jenis penyebab diare danstatus gizi awal berdasarkan jenis perlakuanbaik Preda maupun tempe tidak berbedabermakna (p > 0,05). Subjek penelitian yangdiberi Air Susu Ibu (ASI) atau yang tidak diberiASI proporsinya kurang lebih sama antarayang mendapat jenis perlakuan Preda dantempe. Sehingga variabel-variabel tersebuttidak dimasukkan dalam analisis selanjutnya.

Tabel 9 dan 10 menunjukkan bahwarata-rata jumlah formula yang dikonsumsisubjek dan lama penyakit diare terdapatperbedaan antara subjek yang mendapatformula Preda dan tempe. Subjek yangmemperoleh formula tempe, rata-rata jumlahformula yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang memperoleh formula Preda.Dengan demikian hanya variabel jumlahformula yang dikonsumsi awal yang akanmasuk dalam analisis kovariat.

Analisis Multivariat menunjukkanbahwa ternyata hanya jenis perlakuan yangberperan dalam lama penyakit diare. Tersajipada Tabel 11.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pemberian ASIBerdasarkan Jenis Perlakuan

Tabel 7. Distribusai Frekuensi Jenis PenyebabPenyakit Diare Berdasarkan Jenis Perlakuan

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

4

Page 5: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

Tabel 8. Uji Beda Status Gizi AwalBerdasarkan Jenis Perlakuan

Tabel 9. Uji Beda Jumlah Formula yangDikonsumsi Berdasarkan Jenis Perlakuan

Tabel 10 Uji Lama Penyakit Diare berdasarkanJenis Perlakuan

Tabel 11. Analisis Multivariat dengan ujiAnakova

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis bivariat maka tigavariabel yaitu pemberian Air Susu Ibu (ASI),

jenis penyebab penyakit diare dan status giziawal (BB/PB) tidak dimasukkan dalam analisisselanjutnya karena proporsi keduanya kuranglebih sama berdasarkan jenis formula yangdiberikan (jenis perlakuan). Dengan demikianhanya variabel jumlah formula yangdikonsumsi yang akan masuk dalam analisiskovariat. Analisis Multivariat dengan Anakovamenunjukkan bahwa ternyata hanya jenisperlakuan yang berperan dalam lama penyakitdiare. Formula tempe sebagai pengobatannutrisi pada penyakit diare dengan tujuanuntuk memotong siklus malabsorbsi-malnutrisi-infeksi, karena formula tempe mengandungasam amino tinggi dan mudah cerna sertamudah diserap dan tempe merupakan antibakterial (Mien, 1987), sehingga denganmayoritas jenis diarenya disebabkan karenabakteri (87,5%), dan tempe membuktikankemampuannya dalam penyembuhan penyakitdiare dan pengobatan pasca episode diare,hasil ini sejalan dengan hasil penelitianSudigbia (1991). Kemampuan tempe dalammenyembuhkan penyakit diare disebabkanoleh dua hal, yaitu akibat zat anti diare danakibat sifat protein tempe yang mudah diserapwalaupun oleh usus yang terluka (Astawan,2004).

Tempe merupakan pangan tradisionaldengan bahan dasar kedelai melalui prosesfermentasi yang mengandung komponenfungsional probiotik dan prebiotik, serat larut,asam lemak omega 3 polyunsaturated,konjugasi asam linoleat, antioksidan padatanaman, vitamin dan mineral, beberapaprotein, peptida dan asam amino sepertiphospolipid (Grajek et al, 2005) dan menurutToole & Cooney (2008), banyakmikroorganime yang dipertimbangkan sebagaiprobiotik yang digunakan untuk memeliharaproduk pangan tradisional dengan carafermentasi dan keberadaan makanan inibermacam-macam angka mikroorganismayang digunakan bersamaan dengan hasil akhirdari fermentasi produk dan metabolismelainnya (Toole & Cooney, 2008). Prebiotikmerupakan komposisi pangan yang tidakdapat dicerna, meliputi: Inulin, fructo-oligosakarida (FOS), Galactiolisakarida danlaktosa. FOS secara alami terjadi padakarbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

5

Page 6: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

manusia. FOS mendukung pertumbuhanbakteri Bifidobacteria. Secara umum prosespencernaan prebiotik memiliki karakteristikdengan adanya perubahan dari kepadatanpopulasi mikrobia (Caglar et al, 2005).Prebiotik banyak dari karbohidrat yangmemiliki rantai pendek dari monosakarida yangdisebut oligosakarida. Prebiotik oligosakaridaadalah fructooligosakarida (FOS) danmannanoligosakarida (MOS). Selamafermentasi kapang tempe mampumemproduksi senyawa antibiotika yangbermanfaat untuk menghambat ataumemperkecil infeksi.

Selain itu kapang Rhizopus sp yangdigunakan dalam pembuatan tempe dapatmemproduksi enzim lipase, protease danamilase yang masingmasing berguna untukpencernakan lemak, protein dan karbohidrat(Astawan, 2004). Ginna (2007) mengatakanbahwa selama masa fermentasi tempemenghasilkan mutu biologi protein kedelaimeningkat, nilai PER tempe (2,45) mendekatinilai PER kasein (2,5). Pencernaan enzimatikyang terjadi menyebabkan terlepasnyamineral-mineral oleh asam fitat, seperti Fe, Zn,Mn, Ca dan P, sehingga mudah dimanfaatkanoleh tubuh dan sebagai sumber protein sekitar18-20%, yang kualitas proteinnya menyerupaikualitas protein hewani. Tempe mempunyaikandungan riboflavin, niacin, vitamin B6, asampanthetonat, biotin, asam folat, vitamin B12yang lebih tinggi dibandingkan kedelai.Perubahan proses fermentasi tersebutmenjadikan tempe mempunyai sifat mudahdicerna. Perubahan proses fermentasi tersebutmenjadikan tempe mempunyai sifat mudahdicerna.

Probiotik merupakan mikroorganismedengan jumlah yang cukup dan dapatmengubah pertumbuhan bakteri patogendalam usus sehingga menyebabkan saluranpencernakan (usus besar) menjadi higienis(Roberfroid, 2000). Probiotik berasal dari kulturbakteri yang bermanfaat bagi kesehatan usus,bakteri ini juga dapat mencegah bakteriberbahaya penyebab penyakit. Probiotiksecara sederhana digambarkan sebagaimikrobia yang memberikan keuntungankesehatan melalui efeknya dalam saluranintestinal.

Prebiotik merupakan komponen yangtidak dapat dicerna dan memberi keuntunganbagi tubuh sehingga dapat mendorongrangsangan pertumbuhan dan aktivitassejumlah bakteri menguntungkan yang dapatmeningkatkan kesehatan tubuh. Dengan katalain prebiotik sebagai nutrisi bagi bakterimeliputi karbohidrat dan serat pangan yangmelindungi penyerapan dalam usus halusmencapai usus besar ketika sebagian besarbakteri berkembang (Wahqvist, 2002;Schrezenmeir & Vrese, 2001). Karakteristikutama dari prebiotik adalah tahan terhadapenzim pencernaan dalam usus manusia tetapidifermentasikan oleh koloni mikoflora danbifidogenik dan efek dari ph rendah. Denganefek ini prebiotik dapat menghalangi bakteripatogen (Clostridium) dan dapat mencegahterjadinya diare. Keuntungan utama dariprebiotik adalah dapat mengurangi bakteriyang mempunyai potensi berbahaya padausus. Keadaan ini dapat mengurangi resikoterjadinya diare. Pada formula tempe, karenamengandung prebiotik yang merupakannutrien bagi pertumbuhan dan aktifitas bakteri/mikroorganisme yang menguntungkan(Probiotik) sehingga penyerapan makanan dariusus halus mencapai usus besar dapatterlindungi. Dengan demikian maka nutrisi dariformula yang disajikan dapat dicerna denganbaik sehingga daya tahan tubuh semakin baikdan berdampak pada hari kesembuhansemakinpendek. Probiotik diduga dapatmencegah dan mengendalikan diare(Wahlqvist, 2002).

Hasil statistik menunjukkan bahwa R2pada uji Anakova hanya 17,0% yang berartisumbangan formula yang diberikan terhadaplama penyakit diare hanya sebesar 17,0 %,masih ada variabel lain yang berperan danberkontribusi terhadap lama penyakit diare.Hal ini kemungkinan di pengaruhi oleh obatdari dokter yang merawat. Berdasarkanpengamatan selama penelitian, baik pada jenisperlakuan Preda atau tempe disampingmendapat formula, sebagian besar subjekdengan jenis perlakuan Preda (48,6%) dantempe (51,4%) diberi obat (antibiotik).Pemberian antibiotik oleh dokter atas indikasitertentu yaitu apabila terjadi infeksi interal(feses disertai dengan darah). Hal ini sejalan

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

6

Page 7: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

dengan rekomendasi dari WHO yang hanyamenyertakan antibiotik dalam pengobatan jikatedapat darah dalam feses (WHO,2006).Selain obat (antibiotik) subjek juga diberi zinctablet dengan ketentuan : anak umur dibawah6 bln dengan dosis pemberian ½ tablet (10mg) per hari dan di atas 6 bulan dengan dosis1 tablet (20 mg) per hari selama 14 hari.Berdasarkan data tersebut dimungkinkan jugavariabel lain yang berperan dan berkontribusiterhadap lama penyakit diare adalah obat yangdiberikan (antibiotik dan zinc).

Zinc merupakan antioksidan kuat yangmampu mencegah kerusakan sel danmenstabilkan struktur dinding sel. Kekuranganzinc dapat menimbulkan kurangnya nafsumakan disertai penurunan berat badan danmudah terinfeksi. Dalam penatalaksanaanpengobatan diare akut, zinc mampumengurangi durasi episode diare hinggasebesar 25%. Disamping itu beberapapenelitian menunjukkan bahwa pemberian zincmampu menurunkan volume dan frekuensitinja rata-rata sebesar 30%. Zinc jugamenurunkan durasi dan keparahan pada diarepersisten. Bila diberikan secara rutin padaanak-anak baik jangka panjang maupunpendek, zinc mampu menunjukkan efektifitasdalam mencegah diare akut. Sangatdianjurkan pemberian zinc bersamaan denganterapi menggunakan antibiotik pada diareberdarah (Syafri R, 2009).

KESIMPULAN

Penelitian pada 46 subjek yangmenderita penyakit diare akut dengan berbagaisebab serta berbagai status gizi dan di rawat diRSU RA. Kartini Jepara menunjukkan bahwarata-rata lama penyakit diare pada pemberianformula Preda dan tempe berturut-turut adalah4,95 hari dan 4,21 hari, dan tidak terdapatperbedaan proporsi berdasar pemberian AirSusu Ibu (ASI), jenis penyebab diare danstatus gizi awal (BB/PB) pada kedua jeniskelompok perlakuan.

Terdapat perbedaan jumlah formulayang dikonsumsi pada kedua jenis kelompokperlakuan dan perbedaan lama penyakit diareberdasarkan jenis perlakuan baik pada ujiantar kelompok maupun sesudah dikendalikan

dengan jumlah formula yang dikonsumsisebagai variabel pengganggu.

DAFTAR PUSTAKA

1; Abidin Z.M, 1997. Tempe Makanan BergiziDisukai Wisatawan Mancanegara, Jakarta:Majalah Nusa Indah. No.63/XXVII edisiSeptember.

2; Aswin S, 1997. Metodologi PenelitianKedokteran, Yogyakarta: Fakultas Kedokteran– UGM

3; Apriyanto R, 2000. Uji Biokimiawi danParasitologi Anak Usia 1-3 Tahun PenderitaGizi Kurang Penerima Suplementasi FormulaLanjutan, Center for Reasearch anddevelopment of Nutrition and Food,NIHRD

4; Astawan M, 2004. Potensi Tempe Ditinjau DariSegi Gizi dan Medis “Tetap Sehat DenganProduk Makanan Olahan, Solo: Tiga Serangkai

5; Anonim, 2008. Diit Pada Gangguan SaluranPencernaan Pada Anak.(http://drliza.wordpress.com/2008/01/01/gizi-dan-kesehatan/)

6; Anonim, 2008 . Diare Parenteral. Ilmukesehatan Anak / Pediatric.

(http://dokterkecil.wprdpress.com/2008/10/18/diare-parenteral/)

7; Anonim, 2008. Formula Preda untukPencegahan Penyakit Diare.(http://www2.kompas.com/kompascetak/0108/11/daerah/gubel.html/)

8; Anonim, 2004. Family Community Practicesthat Promote Child Survival Growth andDevelopment(http://whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241591501.pdf)

9; Anonim, 2009. Tempe.(http://www.khasiatku.com/tag/khasiat-tempe/)

10; Cahyadi E, 2008. Gastroenteritis,(http://emedicine.com/emerg/topic380.html)

11; Ciesla WP, Guerrant RL, 2003. InfectiousDiarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK,et al editors, Current Diagnosis and TreatmentIn Infectious Diasease, New York : langeMedicak Books: 225-68

12; Darwin K, 1985. Prospek PengembanganTempe Dalam Upaya Peningkatan Status Gizidan Kesehatan Masyarakat,Simposium.

13; Departemen Kesehatan RI, 2000. PedomanTata Laksanan KEP pada Anak di Puskesmas

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

7

Page 8: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

dan di Rumah Tangga: Edisi Revisi, Jakarta:Dirjen Binkesmas.

14; Departemen Kesehatan RI, 2002. GiziSeimbang Menuju Hidup Sehat bagi Ibu hamildan ibu menyusui, Jakarta: Direktorat BinaGizi,Masyarakat.

15; Departemen Kesehatan RI, 2006. Gizi DalamAngka, sampai tahun 2005, Jakarta: DirektoratBina Gizi Masyarakat

16; Departemen Kesehatan RI, 2008. DiagnosaDiare dan Klasifikasi Dehidrasi.(http://www.medicastore.com/med/index.php)

17; Departemen Kesehatan RI, 2008. Preda,Bubur Khusus Untuk Bayi Dengan GangguanPencernaan.(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/11/ daerah/gubel.html/)

18; Departemen Kesehatan RI, 2009. TatalaksanaPenderita Diare(http://www.litbang.depkes.09.id/laporanPKD/Indonesia/laporanNasional.pdf)

19; Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, 2008.Materi Rapat Kerja Kesehatan tahun 2007,Jepara: DKK

20; Grajek W, Olejnik A, & Sip A, 2005.PROBIOTICS, PREBIOTICS andAntioksidants as Fungsional Foods. ActaBiochimica Polonica. Vol. 52. No.3 Pp 655-671

21; Ginna M, 2007. Jalan Mudah Menjadi AwetMuda. Pusat Promosi Kesehatan DepartemenKesehatan RI Jakarta: Majalah Interaksi

22; Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004. DiareAkut Dalam Standar Pelayanan MedisKesehtan Anak, Edisi I: 49-52

23; Ilsakka K, 2003. Nutraceuticals and FunctionalFood Demand Ingridients.(www.biorefeining.com)

24; Kassie, G.A.M.A, Jumaa Y.M.F.A & Jamel Y.J.,2008. Effect of Probiotic (Aspergillus Niger)and Prebiotic (taraxacum Officinale) on BloodPicture and Biochemical Properties of BroilerChicks. Journal International of PoultryScience, 7 (12) Pp. 1182-1184.

25; Kuswoyo, 2007. Diare Pada Anak.(http://fazahilwa.com/kesehatan/diarepadaanak.html)

26; Lung E, 2003, Acute Darrheal Disease, In:Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,editors. Current and Treatment ingastroententerologi. 2nd edition. New York:lange Medical Book: 131-50

27; Lemeshow S, David W.Hosmer Jr, JanelleKlar, 1997. Besar Sampel Dalam PenelitianKesehatan, Terjemahan; Dibyo Pramono,Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Mien K.M,

1992. Peran Pangan Tradisional (Tempe)Dalam Menanggulangi Diare danAtherosklerosis, Makalah Kursus PenyegarIlmu Gizi, Semarang: Persagi.

28; Mutmainah, 2002. Hubungan StatusImmunisasi dan Frekuensi penimbangandengan Status Gizi Balita di Purworejo JawaTengah, Pasca sarjana UGM YogyakartaMuliadi , Riskesdas, 2007. Penanganan Diarepada Bayi dan Anak Balita di Tingkat Rumahtangga (http;//www.infodokterku.com)

29; Noersaid et-al, 1999. Gastroenteritis (Diare)Akut Dalam Gastroenterologi Anak Praktis,Jakarta: Fakultas Kedokteran-UI

30; Notoatmodjo S, 2004. Metodelogi PenelitianKesehatan, Jakarta: Rineka

31; Cipta Persagi, 2000. Daftar Komposisi BahanMakanan. Jakarta : Persagi

32; Pritasari, 1990. Diit Pada Penyakit Infeksi danSaluran Pencernaan, Departemen KesehatanRI, Jakarta: Akademi Gizi

33; Riskesdas, 2007. Laporan Nasional 2007.Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Desember 2008

34; Roberrfroid, M.B., 2000. Prebiotics andProbiotics.(http://www.aboutkidshealth.ca/News/LearningEducation.aspx.)

35; Schrezenmeir, J & Vrese M.D, 2001.Probiotics, Prebiotics and Synbiotics-Approaching a definition1-3 The AmericanJournal Clinical Nutrition 73. Pp. 361S-364S

36; Soetjiningsih, 2003 “Air Susu Ibu” UntukPetugas Kesehatan , cetakan ke II, Jakarta:Buku Kedokteran EGC

37; Shurtleff W. Ayogi A, 1979. The Book OfTempe. Harper & Row. New York, USA.

38; Sibarani S, 1991. Pengaruh Konsumsi PanganTempe Terhadap Ketersediaan Seng dan BesiDari serum Kelinci. IPB GMSK: Jakarta:Majalah Gizi Indonesia,

39; Sudigbia I, 1990. Pengaruh SuplementasiTempe Terhadap Kecepatan Tumbuh PadaDiare Anak Umur 6-24 bulan, Disertasi.Universitas Diponegoro, Semarang.

40; Soewondo ES, 2002. Penatalaksanaan DiareAkut akibat infekasi (infectious Diarrhoea)dalam: Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor.Seri Penyakit Tropik Perkembanangan Terkinidalam Pengelolaan Beberapa Penyakit TropikInfeksi, Surabaya: Airlangga University Press,34-40

41; Sudigbia dan Haritono, 1992. Efek PositipTempe Terhadap Mukosa Usus Anak Penderita

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

8

Page 9: Jurding Tempe & Perda_Ochid

June 2010[MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14 NO.2 : 56-66]

Diare. Bagian ilmu Kesehatan Anak FakultasKedokteran – UNDIP, RSUP KaryadiSemarang. Jakarta: Majalah Gizi Indonesia,Vol. 1-2.

42; Sudigbia I, 1991, Pengantar Diare Akut Anak,Semarang,

43; Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo, 1989,Diare Akut Dalam : Pedoman Pelayanan MedikAnak RSDK/FK UNDIP, Semarang :laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP,

44; Sudigdo dan Sofyan, 2002. Dasat DasarMetodelogi Peneltian Klinis, Edisi ke 2, JakartaCV SAGUNG SETO

45; Suharyono, 1992. Penatalaksanaan DietetikDiare Kronik, Jakarta: Makalah SimposiumNasional Makanan Bayi. Suharyono, 1998,Gastroenterologi Anak Praktis,Jakarta: balaiPenerbit Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia,

46; Sunoto, 1990. Buku Ajar Diare. Jakarta:Departemen Kesehatan RI

47; Suprapti L.M, 2003. Pembuatan Tempe,Teknologi Pengolahan Pangan, Yogyakarta:Kanisius.

48; Susirah S et-al, 1997. Penuntun Diit Anak.Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo danPersatuan Ahli Gizi Indonesia, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

49; Suwarti S,dkk, Pola Penyakit Anak BalitaPenderita Gizi Buruk,(http;//digilib,litbang.depkes.go.id.)

50; Syafri R, 2009. Penggunaan Zink sebagaibagian dari Penatalaksanaan Diare(http://www.who.int/2009/who.pdf)

51; Toole P.W.O & Cooley J.C, 2008. ProbioticsBacteria Influence The composition andFunction of The Intestinal Microbia, ReviewArticle. Ireland.

52; UNICEF, 2009, Diarrhoea - Why children arestill dying and what can be done : UNICEF andWHO launch report on the second greatestkiller of children (http://www.unicef.org/media/media51407.html)

53; Wahlqvist M, 2002, Prebiotics and Probiotics:(http://www.healthyeatingclub.org.)

54; Warouw SP, Hubungan Faktor Lingkungan danSosial Ekonomi dengan Morbiditas (KeluhanISPA dan Diare), (http;//www.digilib.litbang.depkes.go.id.)

55; WHO, 2003. The Treatment of Diarrhea(http://whqlibdoc.who.int/hq/2003/who.fchcah.03.7.pdf)

56; WHO, 2006. Implementing the NewRecommendation on the Clining Managementof Diarrhea (http://whqlibdoc.who int/publications /2006/9241594217 eng.pdf)

57; WHO, 2010, Water- related diseases(http://www.who.int/watersanitationhealth/diseases/diarrhoea/en/)

58; Yulianto, 1995. Tinjauan Tentang PenggunaanFormula Tempe Dalam Pelaksanaan DiitPenderita Diare Akut Anak di Rumah SakitUmum Pusat Kariadi, Semarang: Akademi Gizi

Department of Pediatric | Faculty of Medicine Diponegoro UniversityRSUP dr. Karyadi, Semarang

9