JUMAT 3 MEI 2019 9 ENERGY · 2019. 5. 3. · SPBU, dimana 7 SPBU di empat wilayah di Ja karta dan...

1
JUMAT 3 MEI 2019 9 ENERGY Oleh Retno Ayuningtyas JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mencatat- kan penurunan biaya impor minyak hingga lebih dari Rp 20 triliun selama periode Januari-April lalu. Penurunan impor dipengaruhi oleh penye- rapan minyak mentah dan kondensat produksi domestik bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). SURABAYA – BP dan PT AKR Corporindo Tbk (AKR) resmi mengoperasikan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di Gubeng, Su- rabaya. SPBU itu dioperasikan oleh PT Aneka Petroindo Raya (APR), perusahaan patungan BP dan AKR. Presiden Direktur AKR Haryanto Adikoesoe- mo mengatakan perluasan SPBU akan terus dilakukan terutama untuk Jakarta dan Surabaya. Dengan beroperasinya SPBU di Gubeng ini , SPBU yang dimilikinya sekarang sebanyak 8 SPBU, dimana 7 SPBU di empat wilayah di Ja- karta dan satu di Surabaya. Rencananya, setelah SPBU Gubeng, Surabaya, BP dan AKR dalam kurun waktu 6-7 bulan kede- pan akan membangun 2 SPBU lagi. “Sehingga dalam sepuluh tahun kedepan kita akan memiliki 350 SPBU,” katanya di sela peresmian SPBU Gubeng Surabaya, Kamis (2/5). Haryanto menyatakan, untuk pengembangan selanjutnya BP dan AKR akan menggandeng investor sebagai mitra usaha. “Skema kerja sama tentunya kita tekankan saling menguntungkan,” tandasnya. Vice-President of New Markets BP Downstream Neale Smither mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di kawasan regional. Alasan itu yang mendorong BP memasuki pasar ritel dan menggandeng AKR sebagai mitranya. “Kita ingin menawarkan pilihan bahan bakar berkualitas, serta pelayanan khas BP kepada konsumen kami di Indonesia,” ujarnya. Dia menjelaskan, SPBU ini menawarkan bahan bakar inovatif BP dengan teknologi ACTIVE. Dikembangkan dan diuji oleh para ilmuwan BP di laboratorium kelas dunia, se- mua kadar bensin BP mengandung formula khusus untuk mengatasi kotoran dan dapat melindungi mesin dari penumpukan kotoran dan mempertahankan performa kendaraan. Menyadari pentingnya kendaraan roda dua bagi konsumen Indonesia, kata Neale, BP melaku- kan program penelitian, pengembangan dan pengujian terbesarnya yang ditujukan secara khusus untuk sepeda motor. Setelah pengujian selama lebih dari seribu jam, BP dengan bangga mempersembahkan serangkaian bahan bakar berkualitas yang memberikan manfaat sama bagi sepeda motor dan mobil. “BP juga bermitra dengan sejumlah bisnis lokal terkenal seperti Alfamart, Castrol Bike Point yang dioperasikan oleh SiTepat, dan Martabak Orins untuk menawarkan kenyamanan bagi konsumen di Indonesia. Selain itu, BP juga baru saja bergabung dengan program Ponta, sebuah program loyalitas multi-mitra dimana konsumen dapat memperoleh dan menebus poin di berbagai outlet ritel,” terang Neale.(ros) JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) berhasil mencat- atkan kinerja keuangan yang positif pada periode triwulan I tahun 2019. Pencapaian yang ini berhasil diper- tahankan setelah sepanjang tahun 2018, PGN telah mencatatkan kinerja yang positif, baik dari sisi finansial dan operasional. Sepanjang tiga bu- lan pertama pada 2019 ini, PGN berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 860,5 juta. Pendapatan emiten berkode PGAS ini, terutama diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar US$ 661,5 juta dan penjualan minyak dan gas sebe- sar US$ 92,8 juta. Sedangkan laba operasi interim konsolidasian pada kuartal I-2019 sebesar US$ 162, 5 juta dan laba bersih sebesar US$ 65 juta atau setara Rp 920,2 miliar(dengan rata-rata kurs Rp 14.136 ) dengan EBITDA sebesar US$ 263 juta. “Pencapaian ini diperoleh lanta- ran Perseroan melakukan berbagai upaya optimalisasi sehingga mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian saat ini,” kata Sek- retaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, di Jakarta, belum lama ini. Selama periode Januari-Maret 2019, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 2.904 BBTUD den- gan rinciannya, sepanjang kuartal I-2019 volume gas niaga sebesar 919 BBTUD dan volume transportasi gas bumi sebesar 1.985 BBTUD. PGN yang kini berstatus sebagai Sub Holding Gas dengan mengakui- sisi PT Pertamina Gas (Pertagas) optimistis akan mampu menjaga kinerja positif pada masa mendatang. Menurut Rachmat, hal ini sejalan dengan upaya mendukung visi-misi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, di mana PGN optimistis kinerja perusahaan akan semakin membaik dengan tetap mengembangkan infrastruktur gas bumi untuk memperluas peman- faatan gas bumi bagi masyarakat. Seperti diketahui, PGN mengakui- sisi 51% kepemilikan saham pada Pertagas dari Pertamina tanggal 28 Desember 2018, transaksi akuisisi ini dibukukan dengan mengguna- kan metode penyatuan kepemilikan sesuai dengan PSAK 38 “Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali” ka- rena PGN dan Pertagas merupa- kan entitas sepengendali dibawah Pertamina. “Dengan begitu, PGN sebagai Sub Holding Gas akan jauh lebih optimal serta terjadi penguatan pada rantai bisnis gas bumi,” ungkap Rachmat. Agresif Membangun Dengan sejumlah pencapaian itu, menurut Rachmat, PGN akan semakin agresif membangun in- frastruktur gas bumi nasional untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas nasional. Pada 2018, infrastruktur pipa gas PGN bertambah sepanjang lebih dari 2.456 km dan saat ini mencapai lebih dari 9.909 km atau setara dengan 95%dari jaringan pipa gas bumi hilir nasional. Dari infrastruktur tersebut, PGN telah menyalurkan gas bumi ke 1.739 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik,1.984 pelanggan komersial (hotel, restoran, rumah sakit) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta 177.710 pelanggan rumah tanggayang dibangun dengan investasi PGN. Pelanggan Gas Bumi PGN terse- bar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kaliman- tan Utara dan Sorong, Papua Barat. Saat ini, PGN juga telah men- gelola dan menyalurkan gas bumi untuk sektor transportasi melalui 10 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU). Selain itu, untuk men- unjang penyaluran serta kehandalan jaringan dan pasokan gas ke Pelang- gan, PGN juga mengoperasikan 2 Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yakni di Jawa Barat dan Lampung. Sejumlah proyek infrastruktur se- dang digarap PGN, mulai dari proyek pipa gas transmisi Duri-Dumai sepan- jang 67 km termasuk pipa distribusi gas di Dumai sepanjang 56 km. Se- lain itu, PGN juga sedang menggarap proyek pipa di Purwakarta-Subang dan Jargas Kota di Dumai, Karawang, Purwakarta, Cirebon, Bojonegoro, Lamongan, Pasuruan, Probolinggo, Kutai Kartanegara, Banggai, Aceh Utara, Palembang, Jambi, Depok, Bekasi, Kabupaten Mojokerto, Kota Mijokerto dan Kabupaten Wajo. Selain proyek infrastruktur pipa gas, PGN fokus mengembangkan infrastruktur jaringan gas rumah tangga (jargas), sesuai amanah Pera- turan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendristri- busian Gas Bumi melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil. (es) Vice President Corporate Com- munication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, volume impor minyak mentah dan kondensat Pertamina pada periode Januari hingga April 2019 tercatat sekitar 25 juta barel. Realisasi tersebut turun drastis dibandingkan impor pada periode yang sama tahun lalu sekitar 48 juta barel. “Penurunan ini juga berdampak pada penurunan nilai biaya impor sebesar US$ 1,4 miliar atau ekuiva- len lebih dari Rp 20 triliun,” kata dia dalam keterangan resminya, Kamis (2/5). Dia menjelaskan, penurunan impor sangat signifikan karena sebagian dari kebutuhan minyak mentah untuk kilang-kilang Per- tamina sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri. Adanya penyera- pan minyak mentah domestik ini sangat mendukung kehandalan pasokan minyak untuk kilang- kilang Pertamina sehingga dapat meningkatkan kinerja dan profita- bilitas kilang. Hingga pekan ketiga April 2019, lanjut Fajriyah, Pertamina telah melakukan kesepakatan untuk pembelian minyak dan konden- sat dalam negeri sebanyak 137 ribu barel per hari (bph) yang berasal dari 32 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Pembelian minyak dan kondensat domestik yang paling berpengaruh adalah bagian dari PT Chevron Pacific Indonesia untuk jenis Duri dan Sumatran Light Crude (SLC) yang jumlahnya mencapai 2-3 juta barel per bulan. “Dengan pasokan tersebut, saat ini Pertamina tidak lagi mengimpor minyak mentah jenis heavy dan super heavy, dan hanya mengimpor jenis light and medium crude,” tutur Fajriyah. Pembelian minyak jatah KKKS tersebut tercatat meningkat dibanding akhir tahun lalu. Saat itu, perseroan baru merealisasi- kan pembelian minyak dari 11 KKKS dengan volume sebesar 115 ribu bph. Salah satu KKKS yang menjual minyaknya ke pers- eroan adalah PT Chevron Pacific Indonesia. Seperti diketahui, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 42 Tahun 2018 tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri. Dalam aturan ini dinyatakan, Pertamina dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi wajib mengutamakan pasokan min- yak bumi yang berasal dari dalam negeri. Di sisi lain kontraktor atau afiliasinya wajib menawarkan minyak bumi bagiannya kepada Pertamina dan/atau Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi. JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui anak perusahaannya yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi dan ICT, yaitu PT PGN Telecommunication Nusantara (PGASCOM) menjalin kerjasama dengan PT Semen Batu- raja (Persero) Tbk. (SMBR) yang akan melayani sejumlah kebutuhan jaringan interkoneksi yang dibutuh- kan oleh SMBR. "Layanan sewa jaringan internet dari PGASCOM ini akan berlang- sung selama setahun, sepanjang 2019 ini," kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, di Jakarta, Kamis (2/5). Dalam kerjasama ini, PGASCOM memberikan layanan jaringan inter- net melalui melalui produk Gasnet (PT Telemedia Dinamika Sarana). Sesuai kesepakatan kedua pihak, nantinya PGASCOM di antaranya akan melayani penyewaan bandwith pabrik SMBR di Palembang, Batu- raja, Panjang, dan Kantor Per wakilan di Jakarta. "PGASCOM juga akan melakukan jasa layanan maintenance untuk peralatan jaringan SDW hingga per- angkat yang digunakan oleh SMBR," ujar Rachmat. Produk Gasnet telah melayani kebutuhan internet setidaknya untuk 6 perguruan tinggi, baik negeri mau- pun swasta di Lampung. Tidak hanya itu, Gasnet juga melayani kebutuhan internet untuk korporasi, pemerinta- han, perhotelan, dan lain-lain. Untuk saat ini, menurut Rachmat, PGASCOM masih berfokus untuk memenuhi kebutuhan layanan in- ternet di Pulau Sumatera dan Jawa. Pada tahun 2019 ini, PGASCOM tengah merambah dunia pendidikan mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi. PGASCOM juga melayani penye- diaan dan penyewaan perangkat PC,Wifi, dan berbagai macam per- angkat yang berhubungan dengan perangkat teknologi, berikut dengan pemeliharaan perangkat berdasar- kan kontrak yang ditentukan. Hal ini menjadi salah satu perha- tian PGASCOM, terlebih bagi sejum- lah industri yang ingin menghemat investasi untuk pengadaan perangkat PC dan teknologi mereka. "Seperti yang tengah digarap bersama SMBR ini, layanan kami bisa disewakan dengan jangka waktu yang disepa- kati. Kemudian pelanggan juga bisa mendapatkan pemeliharaan perang- kat sehingga tidak perlu repot lagi,” ujar Rachmat. (es) Dengan adanya Peraturan Men- teri tersebut dan itikad baik KKKS, Pertamina dapat membantu men- gurangi impor dalam negeri se- hingga berdampak pada penguatan cadangan devisa negara. Selama ini perseroan masih harus mengimpor minyak mentah sebesar 342 ribu bph. Sebelumnya, Deputi Pengenda- lian Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Mi- gas) Fatar Yani mengungkapkan, pihaknya telah sepakat dengan Pertamina untuk mengoptimalkan produksi minyak domestik untuk memenuhi kebutuhan kilang. Jika semua minyak domestik masuk ke Pertamina, impor minyak mentah akan terpangkas menjadi 100-150 ribu bph saja, dari dulunya 200-300 ribu bph. “[Impor minyak mentah] sudah di bawah 200 ribu bph, sekitar 180- 190 ribu bph. Karena sekarang kan kebijakan pemerintah, Pertamina harus ambil barang kita (minyak domestik),” tutur Fatar Yani. Penyerapan minyak domestik oleh Pertamina diproyeksikannya akan jadi lebih besar pada semes- ter kedua nanti. Hal ini lantaran beberapa KKKS saat ini masih memiliki kontrak ekspor minyak jangka panjang. Namun targetnya, seluruh minyak ini akan dijual ke Pertamina. “Nanti pelan-pelan akan pindah- kan ke dalam negeri. Kita maksi- malkan kalau bisa 100% masuk ke dalam negeri,” ujar Fatar Yani. RUPST Rukun Raharja Direktur Utama PT Rukun Raharja Tbk Djauhar Maulidi (ketiga kiri) berbincang dengan Komisaris Independen M Senang Sembiring (kiri), Komisaris Independen Rachmad Gobel (kedua dari kiri), Komisaris Utama Boyke Wibowo Mukijat (ketiga dari kanan), Direktur Fahrizi (kanan), dan Direktur Oka Lesmana (kedua dari kanan), saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan perseroan, Jakarta, Kamis (2/5/2019). Emiten produsen jasa gas bumi tersebut memutuskan mengangkat M Senang Sembiring sebagai Komisaris Utama menggantikan Boyke Wibowo Mukijat. Emral

Transcript of JUMAT 3 MEI 2019 9 ENERGY · 2019. 5. 3. · SPBU, dimana 7 SPBU di empat wilayah di Ja karta dan...

Page 1: JUMAT 3 MEI 2019 9 ENERGY · 2019. 5. 3. · SPBU, dimana 7 SPBU di empat wilayah di Ja karta dan satu di Surabaya. Rencananya, setelah SPBU Gubeng, Surabaya, BP dan AKR dalam kurun

JUMAT 3 MEI 2019

9 ENERGY

Oleh Retno Ayuningtyas

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mencatat-kan penurunan biaya impor minyak hingga lebih dari Rp 20 triliun selama periode Januari-April lalu. Penurunan impor dipengaruhi oleh penye-rapan minyak mentah dan kondensat produksi domestik bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

SURABAYA – BP dan PT AKR Corporindo Tbk (AKR) resmi mengoperasikan SPBU (Stasiun Pe ngisian Bahan Bakar Umum) di Gubeng, Su­rabaya. SPBU itu dioperasikan oleh PT Aneka Petroindo Raya (APR), perusahaan patungan BP dan AKR.

Presiden Direktur AKR Haryanto Adikoesoe­mo mengatakan perluasan SPBU akan terus dilakukan terutama untuk Jakarta dan Surabaya. Dengan beroperasinya SPBU di Gubeng ini , SPBU yang dimilikinya sekarang sebanyak 8 SPBU, dimana 7 SPBU di empat wilayah di Ja­karta dan satu di Surabaya.

Rencananya, setelah SPBU Gubeng, Surabaya, BP dan AKR dalam kurun waktu 6­7 bulan kede­pan akan membangun 2 SPBU lagi. “Sehingga dalam sepuluh tahun kedepan kita akan memiliki 350 SPBU,” katanya di sela peresmian SPBU Gubeng Surabaya, Kamis (2/5).

Haryanto menyatakan, untuk pengembangan selanjutnya BP dan AKR akan menggandeng investor sebagai mitra usaha. “Skema kerja sama tentunya kita tekankan saling menguntungkan,” tandasnya.

Vice-President of New Markets BP Downstream Neale Smither mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di kawasan regional. Alasan itu yang mendorong BP memasuki pasar ritel dan menggandeng AKR sebagai mitranya. “Kita ingin menawarkan pilihan bahan bakar berkualitas, serta pelayanan khas BP kepada konsumen kami di Indonesia,” ujarnya.

Dia menjelaskan, SPBU ini menawarkan bahan bakar inovatif BP dengan teknologi ACTIVE. Dikembangkan dan diuji oleh para ilmuwan BP di laboratorium kelas dunia, se­mua kadar bensin BP mengandung formula khusus untuk mengatasi kotoran dan dapat melindungi mesin dari penumpukan kotoran dan mempertahankan performa kendaraan. Menyadari pentingnya kendaraan roda dua bagi konsumen Indonesia, kata Neale, BP melaku­kan program penelitian, pengembangan dan pengujian terbesarnya yang ditujukan secara khusus untuk sepeda motor. Setelah pengujian selama lebih dari seribu jam, BP dengan bangga mempersembahkan serangkaian bahan bakar berkualitas yang memberikan manfaat sama bagi sepeda motor dan mobil.

“BP juga bermitra dengan sejumlah bisnis lokal terkenal seperti Alfamart, Castrol Bike Point yang dioperasikan oleh SiTepat, dan Martabak Orins untuk menawarkan kenyamanan bagi konsumen di Indonesia. Selain itu, BP juga baru saja bergabung dengan program Ponta, sebuah program loyalitas multi­mitra dimana konsumen dapat memperoleh dan menebus poin di berbagai outlet ritel,” terang Neale.(ros)

JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) berhasil mencat­atkan kinerja keuangan yang positif pada periode triwulan I tahun 2019. Pencapaian yang ini berhasil diper­tahankan setelah sepanjang tahun 2018, PGN telah mencatatkan kinerja yang positif, baik dari sisi finansial dan operasional. Sepanjang tiga bu­lan pertama pada 2019 ini, PGN berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 860,5 juta.

Pendapatan emiten berkode PGAS ini, terutama diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar US$ 661,5 juta dan penjualan minyak dan gas sebe­sar US$ 92,8 juta. Sedangkan laba operasi interim konsolidasian pada kuartal I­2019 sebesar US$ 162, 5 juta dan laba bersih sebesar US$ 65 juta atau setara Rp 920,2 miliar(dengan rata­rata kurs Rp 14.136 ) dengan EBITDA sebesar US$ 263 juta.

“Pencapaian ini diperoleh lanta­ran Perseroan melakukan berbagai upaya optimalisasi sehingga mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian saat ini,” kata Sek­retaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, di Jakarta, belum lama ini.

Selama periode Januari­Maret 2019, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 2.904 BBTUD den­gan rinciannya, sepanjang kuartal I­2019 volume gas niaga sebesar 919 BBTUD dan volume transportasi gas bumi sebesar 1.985 BBTUD.

PGN yang kini berstatus sebagai Sub Holding Gas dengan mengakui­sisi PT Pertamina Gas (Pertagas) optimistis akan mampu menjaga kinerja positif pada masa mendatang. Menurut Rachmat, hal ini sejalan dengan upaya mendukung visi­misi

pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, di mana PGN optimistis kinerja perusahaan akan semakin membaik dengan tetap mengembangkan infrastruktur gas bumi untuk memperluas peman­faatan gas bumi bagi masyarakat.

Seperti diketahui, PGN mengakui­sisi 51% kepemilikan saham pada Pertagas dari Pertamina tanggal 28 Desember 2018, transaksi akuisisi ini dibukukan dengan mengguna­kan metode penyatuan kepemilikan sesuai dengan PSAK 38 “Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali” ka­rena PGN dan Pertagas merupa­kan entitas sepengendali dibawah Pertamina.

“Dengan begitu, PGN sebagai Sub Holding Gas akan jauh lebih optimal serta terjadi penguatan pada rantai bisnis gas bumi,” ungkap Rachmat.

Agresif MembangunDengan sejumlah pencapaian

itu, menurut Rachmat, PGN akan semakin agresif membangun in­frastruktur gas bumi nasional untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas nasional.

Pada 2018, infrastruktur pipa gas PGN bertambah sepanjang lebih dari 2.456 km dan saat ini mencapai lebih dari 9.909 km atau setara dengan 95%dari jaringan pipa gas bumi hilir nasional.

Dari infrastruktur tersebut, PGN telah menyalurkan gas bumi ke 1.739 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik,1.984 pelanggan komersial (hotel, restoran, rumah sakit) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta 177.710 pelanggan rumah tanggayang dibangun dengan

investasi PGN.Pelanggan Gas Bumi PGN terse­

bar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kaliman­tan Utara dan Sorong, Papua Barat.

Saat ini, PGN juga telah men­gelola dan menyalurkan gas bumi untuk sektor transportasi melalui 10 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU). Selain itu, untuk men­unjang penyaluran serta kehandalan jaringan dan pasokan gas ke Pelang­gan, PGN juga mengoperasikan 2 Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yakni di Jawa Barat dan Lampung.

Sejumlah proyek infrastruktur se­dang digarap PGN, mulai dari proyek pipa gas transmisi Duri­Dumai sepan­jang 67 km termasuk pipa distribusi gas di Dumai sepanjang 56 km. Se­lain itu, PGN juga sedang menggarap proyek pipa di Purwakarta­Subang dan Jargas Kota di Dumai, Karawang, Purwakarta, Cirebon, Bojonegoro, Lamongan, Pasuruan, Probolinggo, Kutai Kartanegara, Banggai, Aceh Utara, Palembang, Jambi, Depok, Bekasi, Kabupaten Mojokerto, Kota Mijokerto dan Kabupaten Wajo.

Selain proyek infrastruktur pipa gas, PGN fokus mengembangkan infrastruktur jaringan gas rumah tangga (jargas), sesuai amanah Pera­turan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendristri­busian Gas Bumi melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil. (es)

Vice President Corporate Com-munication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, volume impor minyak mentah dan kondensat Pertamina pada periode Januari hingga April 2019 tercatat sekitar 25 juta barel. Realisasi tersebut turun drastis dibandingkan impor pada periode yang sama tahun lalu sekitar 48 juta barel.

“Penurunan ini juga berdampak pada penurunan nilai biaya impor sebesar US$ 1,4 miliar atau ekuiva­len lebih dari Rp 20 triliun,” kata dia dalam keterangan resminya, Kamis (2/5).

Dia menjelaskan, penurunan impor sangat signifikan karena sebagian dari kebutuhan minyak mentah untuk kilang­kilang Per­tamina sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri. Adanya penyera­pan minyak mentah domestik ini sangat mendukung kehandalan pasokan minyak untuk kilang­kilang Pertamina sehingga dapat meningkatkan kinerja dan profita­bilitas kilang.

Hingga pekan ketiga April 2019, lanjut Fajriyah, Pertamina telah melakukan kesepakatan untuk pembelian minyak dan konden­sat dalam negeri sebanyak 137 ribu barel per hari (bph) yang berasal dari 32 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Pembelian minyak dan kondensat domestik yang paling berpengaruh adalah

bagian dari PT Chevron Pacific Indonesia untuk jenis Duri dan Sumatran Light Crude (SLC) yang jumlahnya mencapai 2­3 juta barel per bulan.

“Dengan pasokan tersebut, saat ini Pertamina tidak lagi mengimpor minyak mentah jenis heavy dan super heavy, dan hanya mengimpor jenis light and medium crude,” tutur Fajriyah.

Pembelian minyak jatah KKKS tersebut tercatat meningkat dibanding akhir tahun lalu. Saat itu, perseroan baru merealisasi­kan pembelian minyak dari 11 KKKS dengan volume sebesar 115 ribu bph. Salah satu KKKS yang menjual minyaknya ke pers­eroan adalah PT Chevron Pacific Indonesia.

Seperti diketahui, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 42 Tahun 2018 tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri. Dalam aturan ini dinyatakan, Pertamina dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi wajib mengutamakan pasokan min­yak bumi yang berasal dari dalam negeri. Di sisi lain kontraktor atau afiliasinya wajib menawarkan minyak bumi bagiannya kepada Pertamina dan/atau Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi.

JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui anak perusahaannya yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi dan ICT, yaitu PT PGN Telecommunication Nusantara (PGASCOM) menjalin kerjasama dengan PT Semen Batu­raja (Persero) Tbk. (SMBR) yang akan melayani sejumlah kebutuhan jaringan interkoneksi yang dibutuh­kan oleh SMBR.

"Layanan sewa jaringan internet dari PGASCOM ini akan berlang­sung selama setahun, sepanjang 2019 ini," kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, di Jakarta, Kamis (2/5).

Dalam kerjasama ini, PGASCOM memberikan layanan jaringan inter­net melalui melalui produk Gasnet (PT Telemedia Dinamika Sarana). Sesuai kesepakatan kedua pihak,

nantinya PGASCOM di antaranya akan melayani penyewaan bandwith pabrik SMBR di Palembang, Batu­raja, Panjang, dan Kantor Perwakilan di Jakarta.

"PGASCOM juga akan melakukan jasa layanan maintenance untuk peralatan jaringan SDW hingga per­angkat yang digunakan oleh SMBR," ujar Rachmat.

Produk Gasnet telah melayani kebutuhan internet setidaknya untuk 6 perguruan tinggi, baik negeri mau­pun swasta di Lampung. Tidak hanya itu, Gasnet juga melayani kebutuhan internet untuk korporasi, pemerinta­han, perhotelan, dan lain­lain.

Untuk saat ini, menurut Rachmat, PGASCOM masih berfokus untuk memenuhi kebutuhan layanan in­ternet di Pulau Sumatera dan Jawa. Pada tahun 2019 ini, PGASCOM

tengah merambah dunia pendidikan mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi.

PGASCOM juga melayani penye­diaan dan penyewaan perangkat PC,Wifi, dan berbagai macam per­angkat yang berhubungan dengan perangkat teknologi, berikut dengan pemeliharaan perangkat berdasar­kan kontrak yang ditentukan.

Hal ini menjadi salah satu perha­tian PGASCOM, terlebih bagi sejum­lah industri yang ingin menghemat investasi untuk pengadaan perangkat PC dan teknologi mereka. "Seperti yang tengah digarap bersama SMBR ini, layanan kami bisa disewakan dengan jangka waktu yang disepa­kati. Kemudian pelanggan juga bisa mendapatkan pemeliharaan perang­kat sehingga tidak perlu repot lagi,” ujar Rachmat. (es)

Dengan adanya Peraturan Men­teri tersebut dan itikad baik KKKS, Pertamina dapat membantu men­gurangi impor dalam negeri se­hingga berdampak pada penguatan cadangan devisa negara. Selama ini perseroan masih harus mengimpor minyak mentah sebesar 342 ribu bph.

Sebelumnya, Deputi Pengenda­lian Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Mi­gas) Fatar Yani mengungkapkan,

pihaknya telah sepakat dengan Pertamina untuk mengoptimalkan produksi minyak domestik untuk memenuhi kebutuhan kilang. Jika semua minyak domestik masuk ke Pertamina, impor minyak mentah akan terpangkas menjadi 100­150 ribu bph saja, dari dulunya 200­300 ribu bph.

“[Impor minyak mentah] sudah di bawah 200 ribu bph, sekitar 180­190 ribu bph. Karena sekarang kan kebijakan pemerintah, Pertamina harus ambil barang kita (minyak

domestik),” tutur Fatar Yani. Penyerapan minyak domestik

oleh Pertamina diproyeksikannya akan jadi lebih besar pada semes­ter kedua nanti. Hal ini lantaran beberapa KKKS saat ini masih memiliki kontrak ekspor minyak jangka panjang. Namun targetnya, seluruh minyak ini akan dijual ke Pertamina.

“Nanti pelan­pelan akan pindah­kan ke dalam negeri. Kita maksi­malkan kalau bisa 100% masuk ke dalam negeri,” ujar Fatar Yani.

RUPST Rukun RaharjaDirektur Utama PT Rukun Raharja Tbk Djauhar Maulidi (ketiga kiri) berbincang dengan Komisaris Independen M Senang Sembiring (kiri), Komisaris Independen Rachmad Gobel (kedua dari kiri), Komisaris Utama Boyke Wibowo Mukijat (ketiga dari kanan), Direktur Fahrizi (kanan), dan Direktur Oka Lesmana (kedua dari kanan), saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan perseroan, Jakarta, Kamis (2/5/2019). Emiten produsen jasa gas bumi tersebut memutuskan mengangkat M Senang Sembiring sebagai Komisaris Utama menggantikan Boyke Wibowo Mukijat.

Emral