Infeksi+Pulmonologi
-
Upload
sheila-hikmah-pranacipta -
Category
Documents
-
view
20 -
download
4
description
Transcript of Infeksi+Pulmonologi
DEMAM TIFOID
DEFINISI
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Laboratorium
TERAPI
1. Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan
Demam Tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi
kuman atau
: demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam
menetap(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama
sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare.
: febris, kesadaran berkabut, bradikardi relatif (peningkatan
suhu 1 C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput
(kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali,
splenomegali, nyeri abdomen, roseolae.
: leukopenia, leukositosis, atau leukosit normal, aneosinofilia,
limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi
hati.
Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal >4 kali
lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis.
Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis.
Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai
gambaran klinis khas menyokong diagnosis.
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan Demam Tifoid, yaitu :
.
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Dalam perawatan perlu dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah
Salmonella typhi Salmonella paratyphi.
1.
2.
3.
0
�
�
�
1. Interna-Tropik Infeksi
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
1
dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene perorangan tetap perlu
diperhatikan dan dijaga.
.
Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan
diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur
saring tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran
cerna atau perforasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat bahwa usus harus
diistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makan padat
dini yaitu nasi dengan lauk-pauk rendah selulosa (menghindari sementara
sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
.
- Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan pertama
untuk mengobati demam tifoid.
- Dosis yang diberikan adalah 4x500mg per hari dapat diberikan secara
peroral atau intravena.
- Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.
- Penyuntikan intramuskular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis
ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.
- Dari pengalaman, penggunaan obat ini dapat menurunkan demam
rata-rata 7,2 hari. Penulis lain menyebutkan penurunan demam dapat
terjadi rata-rata setelah hari ke-5.
Dosis dan efektivitas Tiamfenikol hampir sama dengan Kloramfenikol.
Komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia
aplastik lebih rendah dibandingkan dengan Kloramfenikol. Dosis
Tiamfenikol adalah 4x500mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-
5 sampai ke-6.
Efektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan Kloramfenikol.
- Dosis untuk orang dewasa adalah 2x2 tablet (1 tablet mengandung
2. Diet dan terapi penunjang(simptomatik dan suportif), dengan tujuan
mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal
3. Pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah
penyebaran kuman
Kloramfenikol.
Tiamfenikol
-
Kotrimoksazol
-
•
•
•
Tropik InfeksiTropik Infeksi
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
2
sulfametoksazol 400mg dan 80mg trimetoprim) diberikan selama 2
minggu.
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan Kloramfenikol.
- Dosis yang dianjurkan berkisar antara 50-150 mg/kgBB dan digunakan
selama 2 minggu.
- Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ketiga yang terbukti
efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson.
- Dosis yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam dektrosa 100cc
diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3
hingga 5 hari.
Beberapa jenis bahan sediaan dan aturan pemberiannya :
1. Norfloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 14 hari
2. Siprofloksasin dosis 2x500 mg/hari selama 6 hari
3. Ofloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 7 hari
4. Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
5. Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan hanya pada keadaan
tertentu saja, antara lain toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok
septik, yang pernah terbukti ditemukan 2 macam organisme dalam kultur
darah selain kuman .
Penggunaan steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam
tifoid yang mengalami syok septik dengan dosis 3x5 mg.
•
•
•
•
•
Ampisilin dan Amoksisilin
-
Sefalosporin generasi ketiga
Golongan Fluorokuinolon
Kombinasi 2 antimikroba
Kortikosteroid
Salmonella
ReferensiBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006. Tropik Infeksi, FK UI. Jakarta
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
3
DIARE AKUT
DEFINISI
MANIFESTASI KLINIS
pernafasan kusmaul
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair,
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Secara klinis, diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama
koleriform, dengan diare yang terutama terdiri ataas cairan saja. Kedua, disentriform,
pada diare didapatkan lender kental dan kadang-kadang darah.
Berdasarkan kemungkinan penyebabnya:
1. Diare non inflamatori:
Diare dengan banyak air, tanpa darah, kram periumbilikal, perut kembung,
mual dan muntah.
Kemungkinan disebabkan oleh ETEC, S. aureus, Bacillus cereus, C.
perfringens.
Klinis akibat efek toksin bakteri pada usus halus.
2. Diare inflamatori :
Diare dengan darah (disentri) disertai demam, sedikit air, kram pada
abdomen kuadran kiri bawah, tenesmus, terdapat lendir dalam feses.
Kemungkinan disebabkan oleh EHEC, C. difficile, shigellosis, salmonellosis,
Campylobacter, amoebiasis.
Diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai
kejang perut, demam, dan diare. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan
merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
menjadi serak.
Asidosis metabolik akan meyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
( ). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat, maka denyut nadi
cepat (lebih dari 120 kali per menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur,
pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis.
Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria (volume urine <50cc/24 jam), sehingga bila
-
-
-
-
-
Tropik InfeksiTropik Infeksi
4
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
TERAPI
1. Rehidrasi (pemberian cairan)
Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:
Prinsip dalam menentukan jumlah cairan yang akan diberikan adalah sesuai
dengan cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam cara pemberian cairan:
BJ Plasma dengan rumus:�
lx B B ( K g ) x 4 m0 .0 0 1
1 .0 2 5B J p la s m a −
2. Metode Pierce berdasarkan klinis:
a. Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% X Berat Badan (Kg)
b. Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% X Berat Badan (Kg)
c. Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% X Berat Badan (Kg)
3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis antara lain:
Tabel 2. Skor Klinis Daldiyono
kekurangan cairan tidak cepat diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular
akut.
PENYEBAB MANIFESTASI KLINIS
Kolera (inkubas i : 3-6 hari) Diare disertai dengan tinja yang encer/lembek, diikuti oleh
cairan seperti air cucian beras berbau amisDisertai mual dan muntah
Tanda penting: dehidrasi (turgor kulit jelek, mata dan pipi
cekung), jari-jari keriput, asidosis, syok.
Disentri basiler (inkubasi :
beberapa jam sampai 3 hari)
Diare dengan lendir dan darah, tenesmus, demam, sakit
perut, dehidrasi.
Amebiasis (inkubasi :8 hari
(2-4 minggu)
Kolitis ringan sampai berat (diare rekuren dan abdominal
cramp, kadang berubah menjadi konstipasi)Berak darah dan lendir, sakit perut, hiperperistaltik,
meteorismus, nyeri tekan perut bagian bawah
Salmonellosis (inkubasi : 10-14 hari)
Diare atau konstipasi disertai malaise, nyeri kepala, nyeriabdomen, suara serak dan batuk
Tabel 1. Manifestasi klinis dari beberapa etiologi diare akut
KLINIS SKOR
Rasa haus / muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60mmHg 2
Frekuensi Nadi >120X/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, Sopor, atau K oma 2
Frekuensi nafas > 30X/menit 1
Facies Cholerika 2
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
5
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral
(sebanyak mungkin, sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengasn 3
disertai syok diberikan cairan intravena.
Tahapan pemberian cairan terdiri atas 3 tahap, yaitu:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan
menurut rumus BJ plasma atau skor daldiyono diberikan langsung dalam
dua jam ini agar tercapai rehidrasi ooptimal secepat mungkin
b. Satu jam berikutnya (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial
sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor daldiyono kurang dari 3 dapat
diganti cairan per oral
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkankehilangan cairan
melalui tinja dan insensible water loss (IWL)
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien
justru dianjurkan untuk minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas,
makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus
dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transient yang disebabkan virus
atau bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena dapat
meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
Obat jenis ini fdapat mengurangi gejala-gejala.
a. Paling efektif : derivate opioid misal loperamid, difenoksilat-atropin dan
2. Diet
2. Obat anti diare
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer- woman hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
1 L it e rx 1 0 % x K g B B x1 5
s k o rKebutuhan cairan =
Tropik InfeksiTropik Infeksi
6
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
tinktur opium. Loperamid paling banyak disukai karena tidak adiktif dan
memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat
lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena
dapat menimbulkan enselopati bismuth. Obat antimotil itas
penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk
infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama
kesembuhan penyakit.
b. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 X 2 tab/hari, smectite 3 X 1 sachet
diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti
c. Obat anti sekretorik atau anti enkephakinase: Hidrasec 3X 1 tab/hari.
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan,
higiene perorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat
berarti, selain terapi farmakologi yang tertera pada tabel berikut.
3. Terapi definitif
Penyebab Diare Obat Dosis (perhari) Jangka Waktu
Cholera eltor Tetrasiklin 4x500mg
Kotrimoksazol 2x3 tab(awal)
2x2 tab 6 har i
Kloramfenikol 4x500mg 7 hari
E.coli Tak memerlukan terapi
Salmonelosis Ampisillin 4x1 g 10-14hariKotrimoksazol 4x500mg 10-14hari
Siprofloksas in 2x500mg 3-5hari
Shigelosis Ampisillin 4x18 5 hari
Kloramfenikol 4x500mg 5 hari
Amebiasis Metronidazol 4x500mg 3 hari
Tinidazol 1 x2g 3 hari
Secnidazol 1x28 3 hariTetrasiklin 4x500mg 10 hari
Giardiasis Kuinakrin 3x100mg 7 har i
Klorokuin 3x100mg 5 hari
Metronidazol 3x250 mg 7 hari
Kandidosis Mikostatin 3X500.000 unit 10 hari
Virus Simptomatik dan Support
Tabel 3. Daftar obat dan dosis berdasarkan penyebab diare
Komplikasi dan tatalaksananya
Dehidrasi
Salah satu akibat dari diare adalah terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan). Penetuan
derajat dehidrasi dapat berdasarkan:
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
7
1. Keadaan klinis:
a. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang ,
suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh kedalam presyok.
b. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien
jatuh kedalam keadaan presyok atau syok, nadi cepat, nafas cepat dan
dalam.
c. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis
2. Berdasarkan berat jenis plasma:
a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032-1,040
b. Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028-1,032
c. Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025-1,028
3. Pengukuran (CVP)
Bila CVP +4 s/d +11 cmH20: normal
Bila syok atau dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cm H20
1. Rehidrasi
(Lihat dibagian rehidrasi pada Diare akut)
2. Jenis Cairan
Cairan Intravena ada 3 jenis:
Cairan Kristaloid.
Cairan yang mengandung zat dengan BM rendah ( < 8000 Dalton ) dengan
atau tanpa glukosa.
Tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang
ekstraseluler.
Cairan Koloid.
Cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi (> 8000 Dalton ), misal:
protein, Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap
tinggal di ruang intravaskuler.
Cairan Khusus.
Central Venous Pressure
Penanganan
�
�
�
Tropik InfeksiTropik Infeksi
8
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, seperti: NaCI 3%, bic-nat,
mannitol.
Pasien yang terinfeksi virus HIV.
Adanya faktor resiko penularan. Diagnosis HIV : tes ELISA 3 kali reaktif dengan reagen
yang berbeda. Stadium WHO :
Stadium 1 : asimtomatik, limfadenopati generalisata
Stadium 2 :
1. Berat badan turun <10%
2. Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik, prurigo, infeksi jamur
kuku, ulkus oral rekuren, cheilitis angularis)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Infeksi saluran napas rekuren
Stadium 3 :
1. Berat badan turun >10%
2. Diare yang tidak diketahui penyebabnya > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan (intermiten atau konstan ) > 1 bulan
4. Kandidiasis oral
5.
6. Tuberkulosis paru
7. Infeksi bakteri berat (pneumonia, piomiositis)
Stadium 4 :
1.
2. Pneumonia
3. Toksoplasmosis serebral
4. Kriptosporidiosis dengan diare > 1 bulan
Daftar PustakaHalim-Mubin A,2001, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi, EGC, Jakarta.
HIV / AIDS
DEFINISI
DIAGNOSIS
•
•
•
•
Oral hairy leucoplakia
HIV wasting syndrome
Pneumocystis carinii
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
9
5. Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa, atau kelenjar getah bening
(misalnya retinitis CMV)
6. Infeksi herpes simpleks, mukokutan (>1bulan) atau viseral
7.
8. Mikosis endemic diseminata
9. Kandidiasis esofagus, trakhea, dan bronkhus
10. Mikobakteriosis atipik, diseminata atau paru
11. Septikemia salmonella non tifosa
12. Tuberkulosis ekstrapulmoner
13. Limfoma
14. Sarkoma kaposi
15. Ensefalopati HIV
1. Anti-HIV ELISA
2. Anti-HIV Western Blot
3. Antigen p-24
4. Hitung CD4
5. Jumlah virus HIV dengan RNA-PCR
6. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis infeksi oportunistik
1. Konseling
2. Terapi suportif
3. Terapi infeksi oportunistik dan pencegahan infeksi oportunistik
4. Terapi antiretrovirus kombinasi, efek samping dan penanganannya
5. Vaksinasi pada penderita HIV/AIDS
6. Terapi paska paparan HIV (post-exposure prophylaxis)
7. Penatalaksanaan infeksi HIV pada kehamilan
8. Penatalaksanaan koinfeksi HIV dengan hepatitis C dan Hepatitis B
Progressive multifocal leucoencephalopathy
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
Tropik InfeksiTropik Infeksi
10
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
LEPTOSPIROSIS
DEFINISI
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
TERAPI
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta patogen dari famili
a. Anamnesis: demam tinggi. menggigil, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah,
diare
b. Pemeriksaan Fisik: injeksi konjungtiva, ikterik, fotofobia, hepatomegaIi,
splenomegali, penurunan kesadaran
c. Laboratorium: dapat ditemukan leukositosis, peningkatan amilase, lipase, dan
CK (Creatin Kinase), gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal. Serologi
leptospira positif (titer 1 / 100 atau terdapat peningkatan 4 kali pada titer
ulangan)
Hepatitis tifosa, ikterus obstruktif, malaria, kolangitis, hepatitis fulminan
Non farmakologis
Tirah baring, makanan / cairan tergantung pada komplikasi organ yang
terlibat
Farmakologls:
Simtomatis
Antirnikroba:
Pilihan utama: Penisilin G 4 x 1,5 juta unit selama 5-7 hari
Altematif: tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, sefalosporin generasi III,
fluorolokuinolon
leptospiraceae
≥ ≥
�
�
-
-
>
>
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
11
MALARIA
DEFINISI
DIAGNOSIS
Penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
f. Riwayat mendapat transfusi darah
2. Tersangka malaria berat dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Ikterik
f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
g. Nafas cepat dan atau sesak nafas
h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
j. Oligouria atau anuria
k. Telapak tangan sangat pucat
3. Pemeriksaan fisik: demam (t 37,5 C), konjungtiva atau telapak tangan pucat,
splenomegali, hepatomegali.
Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk
mendapat kepastian diagnosis secara mikroskopik dan penanganan
lebih lanjut.
≥0
Tropik InfeksiTropik Infeksi
12
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th
H1 Artesunat ¼ tab ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
H2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
H3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Tabel 4. Pengobatan lini pertama malaria Falsiparum menurut kelompok umur
Catatan :Primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi<1 tahun &penderita defisiensi G6-PD
Komposisi obat:
Artesunat : 50mg/tablet
Amodiakuin : 200mg/tablet 153 mg amodiakuin base/tablet
Semua pasien ( ) diberikan tablet
primakuin (1 tablet berisi :15 mg primakuin basa) dengan dosis 0,75 mg
basa/kgBB/oral, dosis tunggal pada hari 1( hari pertama minum obat).
Dosis pada tabel di atas merupakan perhitungan kasar bila penderita tidak
ditimbang berat badannya. Dosis yang direkomendasi berdasarkan berat
badan adalah:
Artesunat : 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral, diberikan pada hari 1, 2
-
-
-
-
≈
kecuali ibu hamil dan anak usia<1 tahun
�
4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan tetes darah tepi (tetesan darah tebal dan tipis) untuk
menentukan ada tidaknya parasit malaria, spesies dan stadium plasmodium
dan kepadatan parasit.
Rapid Diagnostic Test (RDT), untuk mendiagnosis infeksi P. falciparum dan
non falciparum.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung. Penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum
obat. Penjabaran disini terbatas pada pengobatan malaria tanpa komplikasi:
�
�
TERAPI
A. Pengobatan Malaria Falsiparum
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
13
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H4-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Tabel 5 Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale
Klorokuin difosfat/sulfat : 1 tablet 250 mg garam (150 mg basa)Primakuin : 1 tablet 15 mg
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk dan :
Klorokuin : hari I & II = 10mg/kgBB, hari III = 5mg/kgBB
Primakuin : 0,25mg/kgBB/hari, selama 14 hari
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian
obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4)
dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7.
Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:
a. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
P. vivax P. ovale
�
�
•
•
dan 3 ditambah Amodiakuin : 25-35 mg basa/kgBB selama 3 hari dengan
pembagian dosis: 10 mg basa/kgBB/hari/oral.
Pengobatan efektif apabila sampai hari ke-28 setelah pemberian obat,
ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak
ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7.
Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:
1. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
2. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi)
Pengobatan malaria vivaks dan ovale
A. Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale dan malaria malariae
Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin
�
Tropik InfeksiTropik Infeksi
14
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-2 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
H4-14 Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
Tabel 6.Pengobatan malaria vivaks yang relaps (kambuh)
Hari Jenis obat Jenis tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Tabel 7. Pengobatan malaria malariae
C. Pengobatan terhadap penderita suspek malaria pada fasilitas pelayanan
kesehatan tanpa sarana diagnostik malaria
klorokuin primakuin
Penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan regimen
dan . Pemberian klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari,
dengan dosis total 25 mg basa/kgBB. Primakuin diberikan bersamaan dengan
klorokuin pada hari pertama dengan dosis 0,75 mg/kgBB. Pengobatan juga
dapat diberikan berdasarkan golongan umur penderita seperti pada tabel di
bawah:
b. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali sebelum hari ke 14 (kemungkinan
resisten).
c. Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara
hari ke 15 sampai hari ke 28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi
baru).
Penderita dikatakan kambuh bila dalam kurun waktu 14-28 hari:
Penderita tetap demam atau gejala klinis tidak membaik yang disertai
parasitemia aseksual
Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya, tetapi
ditemukan parasitemia aseksual.
•
-
-
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
15
VARISELA
DEFINISI
DIAGNOSIS
Pemeriksaan lab.
TERAPI
Varisela-zoster atau cacar air adalah suau infeksi yang disebabkan oleh virus varisela
zoster (VVZ) yamg merupakam DNA virus, dicirikan oleh ruam vaskuler,
eksantomatosa. VVZ juga dapat menyebabkan klinis yang berbeda yaitu herpes
zoster atau .
Periode inkubasi 14-21 hari muncul ruam disertai demam dan malaise 3-5 hari ruam
berkembang menjadi makulopapula, krusta, vesikel dalam beberapa jam sampai
harimuncul lesi baru dalam periode 2-4 hari kemudianlesi kulit menghilang dalam 7-14
hari.
Tes Tzanck dari material dalam vesikel untuk mendapatkan .
Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan serologis untuk memeriksa respon pejamu
dengan deteksi antibodi imunofluoresensi terhadap antigen membran VVZ (tes
FAMA dan ELISA).
shingles
multinucleated giant cell
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Tabel 8. Pengobatan terhadap penderita suspek malaria
Bila pengobatan tidak efektif (klinis tidak membaik bahkan memburuk)
penderita harus dirujuk untuk kepastian diagnosis dan mendapat pengobatan
yang adekuat.
Daftar PustakaSoeharyo dkk, 2006, Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia, Gebrak Malaria,
Depkes RI Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Tropik InfeksiTropik Infeksi
16
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
MORBILI
DEFINISI
DIAGNOSIS
Laboratorium
Campak adalah erupsi demam akut yang disebabkan oleh virus morbili dalam
keluarga .
Masa pemajanan 8-12 haritimbul gejala awal malaise,irirtabilitas, suhu s/d
40°C,konjungtivitis dengan lakrimasi berlebihan, edema kelopak mata, fotofobia,
batuk (berlangsung 1-8 hari sebelum munculnya ruam)bercak Koplik (lesi kecil tidak
teratur warna merah dengan inti biru-putih) muncul 1-2 hari sebelum awitan
ruamgejala awal dapat menhilang 1-2 hari setelah timbul ruam atau menetap selama
perjalanan penyakitmuncul ruam makulopapula mula-mula di dahi menyebar ke
wajah, leher, batang tubuh dan kaki pada hari ketigaterjadi penyatuan lesi di dahi,
wajah, punggungmenetap selama 3 hari dan menghilang dengan urutan yang sama,
kira-kira total lama muncul ruam adalah 6 haripewarnaan kecoklatan pada
kulitakhirnya tjd deskuamasi granuler.
Leukopenia pada prodromal dan leukositosis pada superinfeksi bakteri.
Limfopeni ekstrim (<20.000) mengarah ke prognosis yang buruk.
Sel raksasa berinti banyak dapat ditemukan pada sediaan sputum, sekret hidung atau
paramyxovirus
Terapi
varicela
Obat dan Dosis Efek samping Lain-lain
orangnormal
Asiklovir oral 20 mg/kg(max 800 mg),4 x selama
5 hari
Efek samping reaksineurotoksis, disfungsi
renal reversibel,
reaksi lokal
Berefek maksimal biladiberikan 24 jam
setelah timbulnya
ruam
pasien
dengan
respon
imunlemah
Asiklovir IV 500 m setiap 8
jam untuk 5 hari
Atau
Vidarabin iv 10 mg/kgsehari dalam infus 12 jam
selama 5 hari
Efek samping
vidarabin teratogenik,
megaloblastosis,
neurotoksisitas
Efek kedua obat
terhadap varisela
diperkira-kan sama
Catatan : Asiklovir dan vidarabin dapat melalui sawar darah otak sehingga dapat masukke CNS, keduanya diekresikan melalui ginjal.
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Tropik InfeksiTropik Infeksi
17
urin.
Bisanya akan sembuh sendiri, namun dapat disertai pneumonitis, konjungtivitis,
kematian janin pada penderita yang sedang hamil, hepatitis dan ensefalomielitis.
Pewarnaan antibodi fluoresens pada sel epitel yang terinfeksi.
Tidak ada terapi yang spesifik untuk campak. Pemberian gamaglobulin dapat
memperpanjang masa inkubasi dan memperingan periode prodromal.Pemberian
vitamin A 400.000 IU per oral dapat mengurangi angka kebutaan dan kematian pada
daerah dengan campak dan defisiensi gizi berat. Ribavirin aerosol dilaporkan dapat
mengobati pneumonia yang terjadi akibat campak.
atau viral rhinitis merupakan gejala awal dari setiap infeksi saluran
pernafasan atas.Dapat disebabkan oleh golongan rhinovirus,adenovirus,dll.
Berupa sakit kepala, kongesti nasal, , bersin, rasa gatal di tenggorokan,
malaise. Pemeriksaan nasal menunjukkan kemerahan, edema mukosa dan
serous. Bila discharge berubah menjadi purulen, kemungkinan telah terjadi infeksi
bakteri.
Tidak ada terapi kuratif yang dianjurkan untuk . Biasanya diberikan
terapi suportif dekongestan berupa pseudoephedrine 30-60 mg setiap 4-6 jam atau
120 mg 2 x sehari. Penggunaan nasal spray berisi oxymetazolin atau phenylephrine
menimbulkan efek secara cepat, namun bila digunakan berkali-kali dapat memicu
rhinitis medikamentosa yang lebih berat dari .
Komplikasi
TERAPI
DEFINISI
DIAGNOSIS
TERAPI
COMMON COLD
Common cold
rhinorrhea
discharge
common cold
common cold
Tropik InfeksiTropik Infeksi
18
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
TUBERKULOSIS
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (
).
DIAGNOSIS
Batuk terus-menerus, berdahak >3 minggu
Dahak bercampur darah, batuk darah
Sesak nafas dan nyeri dada
Badan lemah, nafsu makan menurun
Berat badan turun, malaise
Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan
Demam meriang lebih dari sebulan.
TB ekstra paru : pembesaran kelenjar, gibbus, osteomielitis, meningitis
Tanda infiltrat : redup, bronkial
Dahak di saluran nafas : ronkhi basah, ronkhi kering
Penyempitan :
Penarikan, pendorongan, kavitas, atelektasis
Efusi, pneumothorax,
Tanda kelainan ekstraparu seperti scrofuloderma, gibbus, osteomyelitis,
menigitis, dll.
Nyeri dada -------------------------------------------------------------> TB pleura
Pembesaran limfonodi superfisial ------------------------> Limfadenitis TB
Pembengkakan tulang belakang---------------------------> Spondilitis TB
M.
tuberculosis
wheezing
schwarte
Gejala – Gejala TB
Pemeriksaan Jasmani
Diagnosis TB Ekstra Paru
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
2. Interna-Pulmonologi
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
19
Gambar 1. Alur diagnosis Tuberculosis
Pulmonologi
20
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
TERAPI
Tipe Penderita
�
�
�
�
�
�
Kasus baru : Belum pernah diobati OAT atau pernah menelan OAT < 1
bulan
Kambuh : Penderita TB yang pernah mendapat pengobatan TB
& telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA (+)
Pindahan : Penderita yang sedang pengobatan di kabupaten lain
kemudian pindah berobat ke kabupaten ini
: Penderita yang kembali berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA (+) setelah putus berobat 2
bulan / lebih
Gagal : Penderita BTA (+) yang masih tetap (+) atau kembali
menjadi (+) akhir bulan ke-5 atau lebih; penderita BTA (-)
Rö (+) yang menjadi BTA (+) akhir bulan ke-2 pengobatan
Lain-lain : Semua penderita yang tidak memenuhi persyaratan tsb
di atas, misalnya kasus kronik (BTA (+) setelah
menyelesaikan pengobatan ulang kategori 2)
Drop out
Obat Sifat Sasaran Kuman Dosis
Isoniazid Bakterisid metabolik aktif 5 mg / kgBB
Rifampisin Bakterisid semi-dormant 10 mg / kgBB
Pirazinamid Bakterisid dalam sel
suasana asam
25 mg / kgBB
Streptomisin Bakterisid 15 mg / kgBB
Etambutol Bakteriostatik 15 mg / kgBB
Tabel 10 .Dosis Obat OAT
Panduan OAT Indonesia
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
*Obat sisipan: HRZE
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
21
Kategori 1 ditujukan untuk :
Penderita baru TB Paru BTA (+)
Penderita TB paru BTA (-) Rö (+) ringan/berat
TB ekstra paru ringan/berat
Kategori 2 ditujukan untuk :
Penderita TB BTA (+) kambuh
Penderita TB BTA (+) gagal
Penderita
Kategori 3 ditujukan untuk :
Penderita TB Paru BTA (-), Rö (+) sakit ringan
Penderita ekstra paru ringan (limfadenitis TB, pleuritis eksudativa unilateral,
TB kulit, TB tulang, sendi, dan kelenjar adrenal)
OAT sisipan ditujukan untuk penderita yang bila pada akhir tahap intensif dari
pengobatan kategori I atau II hasil pemeriksaan BTA tetap (+), diberikan obat
sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
4FDC : 75 mg INH + 150 mg Rifampisin +400 mg Pirazinamid + 275 mg
Etambutol
* untuk pengobatan setiap hari tahap intensif/sisipan
2FDC : 150 mg INH + 150 Rifampisin
untuk pengobatan intermitten 3x seminggu tahap lanjutan.
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
drop-out
FIXED DOSE COMBINATION
*
Berat Badan Tahap Inte nsif
tiap hari selama 2 bulan
Tahap Lanjutan
3x/minggu selama 4 bulan
30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
> 70 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC
Tabel 11. Dosis untuk kategori I
Pulmonologi
22
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Berat
Badan
Tahap Intensif (3 bulan) Tahap Lanjutan
3x seminggu
selama 5 bulan
Tiap hari selama
2 bulan
Tiap hari
selama 1 bulan
30 – 37 kg 2 tab 4FDC +
Streptomisin inj.
2 tab 4FDC 2 tablet 2FDC +
2 tab Etambutol
38 – 54 kg 3 tab 4FDC +
Streptomisin inj.
3 tab 4FDC 3 tablet 2FDC +
3 tab Etambutol
55 – 70 kg 4 tab 4FDC +
Streptomisin inj.
4 tab 4FDC 4 tablet 2FDC +
4 tab Etambutol
> 70 kg 5 tab 4FDC +
Streptomisin inj.
5 tab 4FDC 5 tablet 2FDC +
5 tab Etambutol
Tabel 11. Dosis untuk kategori II
Penyebab Efek samping Penanganan
Rifampisin Tidak ada nafsu makan, mual,
sakit perut
Obat diminum malam sebelum tidur
Rifampisin Warna kemerahan pada ur in Tidak perlu diberi apa-apa kecuali
penjelasan
Pirazinamid Nyeri sendi Beri aspirin
INH Kesemutan s.d. rasa terbakar di
kaki
Beri vitamin B6 100mg/hari
Tabel 12. Efek samping ringan OAT
Penyebab Efek samping Penanganan
Semua OAT Gatal, kemerahan kulit Antihistamin
Semua OAT Ikterus tanpa sebab lain Hentikan OAT sampai
ikterus menghilang
Streptomisin Tuli, vertigo, gangguan
keseimbangan
Hentikan Streptomisin,
ganti Etambutol
Semua obat Bingung & muntah2 Hentikan OAT,
tes fungsi hati
Etambutol Gangguan penglihatan Hentikan Etambutol
Rifampisin Purpura & syok Hentikan Rifampisin
Tabel 13. Efek samping Berat OAT
EVALUASI
Dilakukan dengan px dahak sewaktu dan pagi. Hasil (-) bila ke-2 spesimen (-), hasil (+)
bila salah satu (+)
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
23
Kategori Uraian BTA Tindak Lanjut
Kategori
I
Akhir tahap
intensif
+ Tahap lanjutan dimula
- Lanjut OAT sisipan 1 bulan, jika
setelah sisipan tetap (+) berikan
tahap lanjutan
Sebulan sebelum
atau pada akhir
pengobatan
- - Sembuh
+ Gagal, ganti dengan OAT kategori
II mulai dari awal
Kategori
II
Akhir intensif - Teruskan pengobatan
+ Beri sispan 1 bulan, bila setelah
sisipan tetap (+) teruskan
pengobatan tahap lanjutan. Jika
ada fasilitas, rujuk untuk uji
kepekaan obat
Sebulan sebelum
atau pada akhir
pengobatan
- - Sembuh
+ Belum ada pengobatan, disebut
kasus kronik. Jika mungkin, rujuk
ke unit pelayanan spesialistik. Bila
tidak mungkin, beri INH seumur
hidup
Kategori
III
Akhir intensif - Terus ke tahap lanjutan
+ Ganti kategori 2 mulai dari awal
Tabel 14. Evaluasi pasien TB
Hasil Pengobatan dan Tindak Lanjut
1. Penderita BTA (+) yg menyelesaikan pengobatan lengkap, px ulang
dahak 2x berurutan BTA (-) 1 bulan sebelum dan pada akhir pengobatan.
TATALAKSANA : Penderita diberitahu bila gejala muncul kembali segera
memeriksakan diri dengan mengikuti protap.
2. Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya
secara lengkap tapi tidak ada pemeriksaan dahak ulang.
TATALAKSANA : Penderita diberitahu bila gejala muncul kembali segera
memeriksakan diri dengan mengikuti protap.
3. Penderita yg dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena
sebab apapun.
4. Penderita pindah berobat ke kab./kota lain.
TATALAKSANA : Penderita yang ingin pindah dibuatkan surat pindah, bersama
sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan dikirim kembali ke UPK
Sembuh
Pengobatan Lengkap
Meninggal
Pindah
Pulmonologi
24
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
asal.
5. Penderita tidak ambil obat >2 bulan berturutan sblm masa
pengobatan selesai.
TATALAKSANA : Lacak penderita dan beri penyuluhan pentingnya berobat
secara teratur. Bila penderita melanjutkan pengobatan, lakukan pemeriksan
dahak. Bila (+) mulai pengobatan dengan kategori 2, bila (-) sisa pengobatan
kategori 1 dilanjutkan.
6. Penderita BTA (+) yg hasil px dahak tetap (+) atau kembali menjadi (+)
pada satu bulan sebelum akhir pengobatan / pada akhir pengobatan.
TATALAKSANA : Penderita BTA (+) baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2
mulai dari awal.
Penderita BTA (+) pengobatan ulang dg kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik/
INH seumur hidup.
Penderita BTA (-) yang hasil px dahaknya pada akhir bulan ke-2 menjadi (+).
TATALAKSANA : Berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal.
1.
Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil, kecuali streptomisin karena bersifat
permanent ototoxic dan dapat menembus barrier placenta.
2.
Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pecegahan diberikan kepada bayi
sesuai BB.
3.
Rifampisin bereaksi dengan kontrasepsi hormonal, sehingga dapat menurunkan
efektifitas kontrasepsi. Dianjurkan menggunakan kontrasepsi non-hormonal
atau mengandung esterogen dosis tinggi (50 mcg).
4.
Pengobatan sama efektifnya seperti pada TB lainnya.
5.
Jika SGOT/SGPT >3x OAT harus dihentikan. Bila <3x diteruskan dengan
pengawasan ketat. Tidak boleh digunakan pirazinamid pada penderita kelainan
hati. Panduan : 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
Defaulted / Drop Out
Gagal
Wanita hamil
Ibu menyusui
Wanita pengguna kontrasepsi
Penderita HIV/AIDS
Penderita TB dengan kelainan hati kronis
Pengobatan TB pada keadaan khusus
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
25
6.
Ditunda sampai hepatitis akut sembuh. Jika sangat diperlukan 3SE sampai
hepatitis sembuh 6RH.
7.
Paling aman : 2RHZ/6HR
8.
Rifampisin akan mengurangi efektivitas sulfonilurea sehingga dosis perlu
ditingkatkan. Penggunaan etambutol harus hati-hati (komplikasi ke mata).
9.
Meningitis, TB milier dg/tanpa gejala meningitis, pleuritis eksudativa TB,
Perikarditis konstriktiva prednison 30-40 mg/hari, tap off 5-10mg.
Penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan obstruksi jalan
napas akibat hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
melibatkan sel-sel dan elemen selular terutama mastosit, eosinofil, limfosit T,
makrofag, netrofil, dan epitel.
Faktor-faktor pencetus serangan asma yaitu :
1. Infeksi virus saluran napas : influenza
2. Pemajanan terhadap alergen : tungau, debu rumah, bulu binatang
3. Pemajanan terhadap iritan (polusi udara) : asap rokok, minyak wangi, asap
kendaraan
4. Aktivitas fisik : berlari
5. Ekspresi emosional : takut, marah, frustasi
7. Lingkungan kerja : uap zat kimia
8. Pengawet makanan : sulfit
9. Lain-lain : haid, kehamilan, sinusitis, perubahan cuaca
Penderita TB dengan hepatitis akut
Penderita dengan ganguan ginjal
Penderita DM
Penderita yang perlu tambahan kortikosteroid
Referensi:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006. Pulmonologi, FK-UI, Jakarta
ASMA BRONKIAL
DEFINISI
6. Obat : aspirin, β-blocker, NSAIDs
Pulmonologi
26
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
: adanya keluhan batuk, sesak, mengi atau rasa berat di dada. Gejala
umumnya timbul pada malam hari atau sewaktu beraktivitas fisik, tetapi dapat
pula muncul sembarang waktu (mengacu kepada faktor pencetusnya).
Adakalanya gejala sering terjadi pada musim tertentu. Gambaran klinis asma
klasik berupa serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awal
serangan sering gejala tidak khas, seperti rasa berat di dada, dan pada asma
alergi dapat disertai pilek atau bersin. Meskipun pada awalnya batuk tanpa
disertai sekret, pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan
sekret yang mukoid, putih, dan kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil
pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa disertai mengi (
). Adanya penyakit alergi yang lain pada pasien atau keluarganya
(misalnya rinitis alergika, dermatitis atopik) dapat membantu diagnosis asma.
: Penemuan tanda pada pemeriksaan fisik pasien asma
tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Ekspirasi memanjang, mengi,
hiperinflasi dada, pernapasan cepat, sianosis dapat dijumpai pada pasien asma.
:
Pemeriksaan eosinofil total : sering ditemukan eosinofilia (dapat
membedakan asma bronkial dengan bronkitis kronik), pemeriksaan ini
dapat juga dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya
dosis kortikosteroid yang diperlukan pasien asma.
Pemeriksaan sputum : sputum eosinofil sangat spesifik untuk asma,
sedangkan netrofil sangat dominan pada bronkitis kronik. Selain untuk
melihat adanya eosinofil, kristal , dan Spiral ,
pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya miselium
.
Foto Rontgen thorax : Pemeriksaan foto thorax tidak begitu penting untuk
diagnosis asma. Pemeriksaan ini berguna untuk menyingkirkan penyakit
lain yang mempunyai gejala seperti asma atau komplikasi asma, seperti
pneumothorax, pneumomediastinum, atelektasis, fraktur costae, dll.
Uji kulit ( ) : Tujuan uji kulit untuk menunjukkan adanya
antibodi IgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya mendukung diagnosis
karena uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma,
demikian sebaliknya jika hasil uji negatif tidak dapat menyingkirkan
cough variant
asthma
Charcot-Leyden Curschmann
Aspergillus
fumigatus
Skin Prick Test/SPT
�
�
�
�
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
27
diagnosis asma.
Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum : Pemeriksaan
ini hanya berguna untuk mendukung diagnosis atopi. Pemeriksaan IgE
spesifik lebih bermakna dilakukan bila uji kulit tidak dapat dilakukan atau
hasilnya tidak dapat dipercaya.
Spirometri : Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator hirup (
(Volume Ekspirasi Paksa) atau KVP (Kapasitas
Vital Paksa) sebanyak 20% menunjukkan diagnosis asma. Akan tetapi,
respon yang kurang dari 20% tidak berarti bukan asma (hal ini dapat
dijumpai pada pasien yang sudah normal atau mendekati normal).
Demikian pula respon terhadap bronkodilator tidak dijumpai pada
obstruksi saluran napas yang berat oleh karena obat tunggal bronkodilator
tidak cukup kuat memberikan efek yang diharapkan. Pemeriksaan
spirometri selain penting untuk menegakkan diagnosis, juga penting untuk
menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan. Banyak pasien asma
tanpa keluhan, tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
Uji provokasi bronkus : Jika uji spirometri normal, untuk menunjukkan
adanya hipereaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi bronkus.
Penurunan VEP sebesar 20% atau lebih dianggap bermakna.
Analisis gas darah : Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat.
Pada fase awal serangan terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO < 35
mmHg) kemudian pada stadium yang lebih berat PaCO justru mendekati
normal sampai normo-kapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat
terjadinya hiperkapnia (PaCO 45 mmHg), hipoksemia, dan asidosis
respiratorik.
�
�
�
�
inhaler atau nebulizer) golongan β-
adrenergic. Peningkatan VEP1
1
2
2
2 ≥
KLASIFIKASI SERANGAN ASMA AKUT
Beratnya Serangan Tanda yang Dijumpai
RINGAN � Aktivitas hampir normal.
� Bicara dalam kalimat penuh.
� Denyut nadi < 100/menit
� APE > 60%.
Tabel 15. Klasifikasi Serangan Asma Akut
Pulmonologi
28
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
TERAPI
Menurut berat ringannya gejala, asma dapat dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
1.
Gambaran klinis sebelum pengobatan :
Gejala intermitten ( < 1 kali seminggu )
Serangan singkat (beberapa jam sampai hari)
Gejala asma malam < 2 kali sebulan
Di antara serangan, pasien bebas gejala dan fungsi paru normal
Nilai APE (Arus Puncak Ekspirasi) dan VEP (Volume Ekspirasi Paksa) >
80% dari nilai prediksi, variabilitas < 20%
O
l.
2.
Gambaran klinis sebelum pengobatan :
Gejala > 1 kali seminggu, tetapi < 1 kali per hari
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Serangan asma malam > 2x sebulan
Nilai APE atau VEP > 80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%
Obat yang dipakai : setiap hari
Asma intermitten
Asma persisten ringan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
1
1
bat yang dipakai : agonis β2 inhalasi, jika setelah pengobatan masih
terdapat gejala-gejala yang berat dapat ditambahkan obat lain dalam
bentuk sediaan oral seperti Aminofilin, Teofilin, dan Salbutamol, bila belum
membaik dapat diberikan kortikosteroid ora
obat pencegah, agonis β2 bila perlu(jika
SEDANG � Hanya mampu berjalan jarak dekat.
� Bicara dalam kalimat terputus-putus.
� Denyut nadi 100-120 /menit
� APE 40-60%
BERAT � Sesak pada saat istirahat.
� Bicara dalam kata-kata terputus.
� Denyut nadi > 120 /menit
� APE < 40% atau 100 L/menit .
MENGANCAM JIWA � Kesadaran menurun
� Kelelahan
� Sianosis
� Henti napas
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
29
belum membaik dapat digunakan terapi yang sama seperti pada asma
intermitten)
Setiap hari menggunakan agonis β2 inhalasi
3.
Gambaran klinis sebelum pengobatan :
Gejala setiap hari
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Serangan asma malam > 1 x seminggu
Nilai APE atau VEP antara 60-80% dari nilai prediksi, variabilitas > 30%
Obat yang dipakai : setiap hari obat pencegah (kortikosteroid inhalasi) dan
bronkodilator (Long Acting B2 Agonis /LABA inhalasi).
4.
Gambaran klinis sebelum pengobatan :
Gejala terus-menerus, sering mendapat serangan
Gejala asma malam sering
Aktivitas fisik terbatas karena gejala asma
Nilai APE atau VEP < 60% dari nilai prediksi, variabilitas > 30%
Obat yang dipakai : setiap hari obat-obat pencegah dosis tinggi
(kortikosteroid inhalasi), bronkodilator (LABA inhalasi),
kortikosteroid oral jangka panjang.
Asma persisten sedang
Asma persisten berat
•
•
•
•
•
•
•
•
•
1
1
long acting
long acting
TAHAP OBAT PENCEGAH HARIAN PILIHAN LAIN
Asma intermitten Tidak diperlukan
Asma persiste n
ringan
Kortikosteroid inhalasi
(500μg Beclomethasone
diproprionate atau
ekuivalen)
• Teofilin lepas lambat
• Kromolin
• Anti leukotrien
tabel 16. Pengobatan asma jangka panjang menurut sistem anak tangga
Pulmonologi
30
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Asma persisten
sedang
Kortikosteroid inhalasi (200-
1000 μg Beclomethasone
diproprionate atau
ekuivalen) + long acting β-
agonist
• Kortik osteroid inhalasi (500-
1000 μg Beclomethasone
diproprionate atau ekuivalen) +
teofilin lepas lambat atau
• Kortik osteroid inhalasi (500-
1000 μg Beclomethasone
diproprionate atau ekuivalen) +
oral long acting β-agonist atau
• Kortik osteroid inhalasi dosis
lebih tinggi ( >1000 μg
Beclomethasone diproprionate
atau ekuivalen)
• Kortik osteroid inhalasi dosis
lebih tinggi ( >1000 μg
Beclomethasone diproprionate
atau ekuivalen) + anti leukotrien
Asma persisten
berat
Kort ikosteroid inhalasi ( >
1000 μg Beclomethas one
diproprionate atau
ekuivalen) + long acting β-
agonist inhalasi + satu atau
lebih obat berikut bila
diperlukan :
• Teofilin lepas
lambat
• Anti leukotrien
• long acting β-
agonist oral
• Kortikosteroid oral
• Anti IgE.
Pengobatan Asma akut
Prinsip pengobatan asma akut adalah memelihara saturasi oksigen yang cukup
(Sa O 92%) dengan cara mem
an ipratropium bromida) dan
mengurangi inflamasi serta mencegah kekambuhan dengan memberikan
2 ≥ berikan oksigen, melebarkan saluran napas dengan
pemberian bronkodilator aerosol (agonis β-2 d
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
31
kortikosteroid sistemik. Pemberian oksigen 1-3 liter/menit diusahakan SaO 92%,
sehingga bila pasien telah mempunyai SaO 92% sebenarnya tidak lagi
membutuhkan inhalasi oksigen.
1. Oksigen 1-3 liter/menit.
.
3. Inhalasi antikolinergik (ipratropium bromida) setiap 4-6 jam terutama pada
obstruksi berat (atau dapat diberikan bersama-s .
4. Kortikosteroid oral atau parenteral dengan dosis 40-60 mg/hari setara
prednison.
5. Jika langkah 1-4 tidak berhasil dapat diberikan Aminofilin (bila diberikan, dosis
awal 5-6 mg/kgBB bolus selama 20 menit, diberikan pelan-pelan untuk
menghindari terjadinya kejang dan aritmia, yang dilarutkan dalam Dextrosa 5%
dilanjutkan infus drip Aminofilin 0,5-0,6 mg/kgBB/jam). Sediaan Aminofilin
adalah 240mg (1 ampul) yang dilarutkan dalam Dextrosa 5%.
6. Antibiotik bila ada infeksi sekunder.
7. Pasien diobservasi 1-3 j
k diberikan bila ada indikasi,
perjanjian kontrol berobat. Bila tidak berhasil pasien harus segera diintubasi.
8. Bila setelah observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan atau pasien termasuk
golongan resiko tinggi : pemeriksaan fisik tambah berat, APE (Arus Puncak
Ekspirasi) > 50% dan < 70% dan tidak ada perbaikan hipoksemia (dari hasil analisa
gas darah) pasien harus dirawat.
9. Pasien dirawat di ICU bila tidak berespon terhadap upaya pengobatan di UGD
atau bertambah beratnya serangan/buruknya keadaan setelah perawatan 6-12
jam, adanya penurunan kesadaran atau tanda-tanda henti napas, hasil
pemeriksaan AGD menunjukkan hipoksemia dengan kadar pO < 60 mmHg
dan/atau pCO > 45 mmHg walaupun mendapat pengobatan oksigen yang
adekuat.
10. Pasien harus segera dirujuk bila :
Pasien dengan resiko tinggi untuk kematian karena asma
Serangan asma berat APE < 60% nilai prediksi
2
2
2
2
≥
≥
2. Inhalasi agonis β-2 tiap 20 menit sampai 3 x, selanjutnya tergantung respon
terapi awal
ama dengan agonis β-2)
am kemudian dengan pemberian agonis β-2 tiap 60 menit.
Bila setelah masa observasi terus membaik, pasien dapat dipulangkan dengan
pengobatan (3-5 hari) : inhalasi agonis β-2 diteruskan, steroid oral diteruskan,
penyuluhan dan pengobatan lanjutan, antibioti
�
�
Pulmonologi
32
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
�
�
�
Respon bronkodilator tidak segera, dan bila ada respon hanya bertahan < 3
jam
Tidak ada perbaikan dalam waktu 2-6 jam setelah mendapat pengobatan
kortikosteroid
Gejala asma semakin memburuk
Bronkhitis kronis merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik
berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-
turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Diagnosis bronkhitis kronis ditegakkan berdasarkan :
A. Gambaran klinis
1. Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak putih/mukoid
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
(mulut setengah terkatup atau mencucu)
(diameter antero-posterior dan transversal
sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertrofi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
Referensi
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006. Pulmonologi, FK UI.
BRONKHITIS KRONIS
DEFINISI
KRITERIA DIAGNOSIS
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pursed-lips breathing
Barrel chest
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
33
jugularis di leher dan edema tungkai
Penampilan (penderita gemuk serta sianosis sentral
dan perifer)
b. Palpasi
Fremitus melemah dan sela iga melebar
c. Perkusi
Batas jantung mengecil, letak diafragma rendah dan hepar
terdorong ke bawah
d. Auskultasi
Suara napas vesikuler normal atau melemah
Terdapat ronkhi dan atau mengi pada waktu bernapas biasa
atau pada ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
B. Pemeriksaan penunjang (radiologi)
Pada bronkhitis kronis :
Corakan bronkhovaskuler bertambah
Gambaran yaitu bayangan garis-garis yang paralel
keluar dari hilus menuju apeks paru
a. Istirahat
b. Oksigen 2-3 L/menit
c. Medikamentosa
1. Bronkodilator
a. Golongan anti-kolinergik
b. Golongan agonis beta-2
c. Kombinasi anti-kolinergik dan agonis beta-2
d. Golongan xantin
2. Kortikosteroid
Digunakan dalam bentuk oral bila terjadi eksaserbasi akut untuk
menekan inflamasi yang terjadi. Dipilih golongan metilprednisolon
atau prednison.
3. Antibiotika
Hanya diberikan bila terjadi eksaserbasi akut yang biasanya
-
-
-
-
-
-
blue bloater
tubular shadow
TERAPI
Pulmonologi
34
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
disebabkan oleh infeksi.
4. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup.
5. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkhitis
kronik dengan sputum yang .viscous
Golongan Obat Obat & Kemasan Dosis
Anti-kolinergik Ipratropium bromida*bronkodilatasi onset 30 -60’+ mukolitik, 20 μg / semprot (atrovent ®
inh)
2 – 4 semprot
3 – 4 kali/hari
Agonis beta-2 Fenoterol
100 μg / semprot (berotec® inh)
2 – 4 semprot
3 – 4 kali/hari
Salbutamol
100 μg / semprot (ventolin® inh, venterol® inh)
2 – 4 semprot
3 – 4 kali/hari
Terbutalin
0.5 mg / semprot (bricasma® serbuk inh)
2 – 4 semprot
4 kali/hari
Kombinasi anti-kolinergikdan agonis beta-2
Ipratropium bromide 20 μg + Salbutamol 100 μg / semprot (combivent ®
inh)2 – 4 semprot3 – 4 kali/hari
Xantin Teofilin slow release 300 mg 1 tablet 2 kali/hari
Teofilin / aminofilin 150 mg 1 tablet 3-4 kali/hari
Kortik osteroid oral Prednison 5 mg 20 – 40 mg/hari
Selama 2 mingguMetilprednisolon 4 mg
Antibiotika Ampisilin 500 mg 500 mg/6j, lama 5-7 hari
500 mg/6j, lama 5-7 hari
500 mg/8j, lama 5-7 hari
750 mg/8j, lama 5-7 hari500 mg/12j,lama 5-7 hari
100 mg/12j,lama 5-7 hari
500 mg/24j, lama 3 hari250 mg/24j, lama 5 hari
Eritromisin 500 mgAmoksisilin 500 mg
Co Amoxiclav 750 mg
Cefodroxil 500 mg
Cefixim 100 mg
Azitromisin 500 mg dan 250 mg
Anti-oksidan + mukolitik N-asetil sistein (fluimucil® granula 200 mg, kapsul 200 mg, tablet eff 600
mg)
200 mg/8jam
Mukolitik Karbosiste in (broncholit® sirup 250mg/5ml; muciclar sirup 250mg/5ml,
100mg/5ml, tablet 375mg)
Ambroxol sirup 15mg/5 ml, 30mg/5ml, tablet 30 mg
Bromheksin (bisolvon cairan inj 2mg/ml, eliksir 4mg/5ml, sirup 10mg/5ml,kapsul 8mg)
500-750mg/8jam
30 mg/8jam
8mg/8jam
Tabel 17. Daftar obat dan dosis untuk bronkitis kronis
REFERENSI
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2006. Penyakit Paru Obstruksi Kronis. FK-UI.
Current Medical Diagnosis & Treatment. 2002. Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
McGraw-Hill.
Oxford Handbook of Clinical Medicine. 2007. Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Oxford University Press.
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Pulmonologi
35