ILMU KEJIWAAN
-
Upload
abdul-rasyied -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
Transcript of ILMU KEJIWAAN
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
1/33
Senin, 19 Desember 2011
KONSEP GANGGUAN JIWA DALAM PPDGJ - III
KONSEP GANGGUAN JIWA DALAM PPDGJ - III bodymatohIstilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguanmental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mentalillness/mental desease)PPDGJ-III mengelompokkan diagnosis gangguan jiwa ke dalam 100 katagoridiagnosis, mulai dari F 00 sampai dengan F 98.F 99 Gangguan Jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan), yaitu untukmengelompokkan Gangguan Jiwa yang tidak khas.
Konsep Gangguan Jiwa dari PPDGJ II merujuk ke DSM-III, sedang PPDGJ-IIImerujuk pada DSM-IV.
Mental Disorder is conceptualized as clinically significant behavioural orpsychological syndrome or patern that occurs in an individual and that isassociated with present distress (eq., a painfull symptom) or disability (ie.,impairment in one or more important areas of functioning) or with a significantincreased risk of suffering death, pain, disability, or an important loss offreedom.
KONSEP DISABILITYKonsep Disabilitydari The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural
Disorder :Gangguan kinerja (performance)dalam peran sosial dan pekerjaan, tidak
digunakan sebagai komponen esensial untuk diagnosis gangguan jiwa, oleh
karena itu hal ini berkaitan dengan variasi sosial-budaya yang sangat luas.Yang dikatakan sebagai disability adalah keterbatasan/ kekurangan
kemampuan untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan
diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).Dari Konsep tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa didalam KONSEP
GANGGUAN JIWA, di dapatkan butir-butir :1. Adanya Gejala Klinis yang bermakna, berupa :
- Sindrom atau Pola Perilaku- Sindrom atau pola psikologik
http://www.bodymatoh.blogspot.com/http://www.bodymatoh.blogspot.com/http://www.bodymatoh.blogspot.com/ -
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
2/33
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), a.l berupa rasa
nyeri,tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas dalam aktivitas kehidupan,
sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri,
dll)
DIAGNOSIS MULTIAKSIALTujuan dari diagnosis Multiaksial :
1. Mencakup informasi yang komprehensif(Gangguan Jiwa, kondisi fisik umum,masalah Psikososial dan lingkungan, taraf fungsi secara global), sehinggadapat membantu dalam :
Perencanaan terapi
Meramalkan outcome atau prognosis2.Format yang mudah dan sistematik, sehingga dapat membantu dalam :
* Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis* Menangkap kompleksitas situasi klinis
* Menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosis klinis yang sama.3. Memacu penggunaan Model bio-psiko-sosial dalam klinis, pendidikan dan
penelitian
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL TERDIRI DARI 5 AKSIS :Aksis I : * Gangguan klinis
* Kondisi lain yang menjadi FokusPerhatian klinis
Aksis II : * Gangguan kepribadian* Retardasi Mental
Aksis III : * Kondisi Medik Umum
Aksis IV : * Masalah Psikososial dan lingkungan
Aksis V : * Penilaian fungsi secara globalCatatan :
Antara Aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau patogenese Hubungan antara Aksis I-II-III dan Aksis IV dapat timbal balik saling
mempengaruhiAKSIS I
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
3/33
F00 F09 Gangguan Mental Organik & Simtomatik
9 Gangguan Mental & perilaku akibat zat psikoaktif9 Skizofrenia, Gangguan skizotipal& gangguan waham9 Gangguan suasana perasaan (afektif/mood)9 Gangguan neurotik, gangguan somatoform& gangguan terkait stress9 Sindrom perilaku karena gangguan fisiologis/ fisik8 Perubahan Kepribadian karena non organic, gangguan impuls, gangguan seks9 Gangguan Perkembangan Psikologis8 Gangguan perilaku & emotional onsetkanakremaja
Gangguan Jiwa YTT
AKSIS IIF60 Gangguan Kepribadian khasF60.0 Gangguan Kepribadian ParanoidF60.1 Gangguan Kepribadian schizoidF60.2 Gangguan Kepribadian dissosialF60.3 Gangguan Kepribadian emosional tak stabilF60.4 Gangguan Kepribadian histrionikF60.5 Gangguan Kepribadian anankastikF60.6 Gangguan Kepribadian cemas(menghindar)F60.7 Gangguan Kepribadian dependenF60.8 Gangguan Kepribadian khas lainnyaF60.9 Gangguan Kepribadian YTT
Gangguan Kepribadian Campuran dan lainnyaGangguan Kepribadian CampuranPerubahan Kepribadian yang bermasalahGambaran Kepribadian MaladaptifMekanisme Defensi MaladaptifRetardasi Mental
AKSIS IIIA00 B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu
C00D48 NeoplasmaE00 G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolik
G00 G99 Penyakit susunan syarafH00 H59 Penyakit Mata & adneksaH60 H95 Penyakit telinga & Prosesus MastoidI00 I99 Penyakit sistem sirkulasiJ00 J99 Penyakit sistem PernafasanK00 K93 Penyakit sistem PencernakanL00 L99 Penyakit kulit & jaringan subkutanM00 M99 Penyakit sistem musculoskeletal &
Jaringan ikatV N00 N99 Penyakit sistem genito-urinaria
O00 O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa NifasI Q00 Q99 Malformasi congenital, deformasi, Kel.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
4/33
II R00 R99 Gejala, tanda & temuan klinis-lab.X S00 T98 Cedera, keracunan & akibat kausa ekst
V01 V98 Kausa eksternal dari Morb. & mort. Z00 Z99 Faktor status kes. & Pelayanan kes
AKSIS IVMasalah dengan Primary support group (keluarga)Masalah berkaitan dengan lingkungan sosialMasalah PendidikanMasalah PekerjaanMasalah PerumahanMasalah EkonomiMasalah Akses ke pelayanan KesehatanMasalah Berkaitan interaksi dengan hukum/kriminalMasalah Psikososial & Lingkungan lain
AKSIS VGLOBAL ASSESSMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE
0 91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi. 81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang
biasa. 71 Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah dll.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
5/33
61 Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secaraumum masih baik.
51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. 41 Gejala berat (serious), disabilitas berat. 31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi. 21 Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampirsemua bidang.
11 Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi &mengurus diri.
01 Seperti diatas => persisten & lebih serius.0 Informasi tidak adekuat.
Klasifikasi dan Urutan Hierarki Blok Diagnosis gangguan Jiwa berdasarkanPPDGJ-III
F.0. Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatikF.00.F. 03. DemensiaF.04- F.07, F. 09 Sindrom Amnestik& Gangguan Mental Organik
F.1. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkhohol dan zat psikoaktif
lainnya.F.10. Gangguan mental dan perilaku akibat
Penggunaan alkhohol
F.11, F.12, F.14. Gangguan mental & perilaku akibat
Penggunaan Opioida /kanabinoida/kokainGangguan mental & perilaku akibat penggunaan
Sedativa atau Hipnotika/stimulansia lain/
HallusinogenikaF.17, F.18, F.19. Gangguan Mental & perilaku akibat penggunaan
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
6/33
Tembakau/pelarut yang mudah menguap/ zat
Multiple & Zat psikoaktif lainnya
F.2. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham.F. 20, F.21, F.23. Skizofrenia, Gangguan skizitipal,
Psikotik akut dan sementaraF.22, F. 24 Gangguan waham menetap, gangguan
Waham terinduksiF. 25. Gangguan SkizoafektifF. 28, F. 29 Gangguan Psikoaktif non-organiklainnya
Atau YTT
F.3. Gangguan suasana perasaan (mood / afektif)F.30, F.31. Episode manik, Gangguan afektif bipolarF. 32-F.39. Episode depressif, Gangguan depressi
Berulang, Gangguan suasana Perasaan
(Mood/afektif)menetap/lainnya/YTT.
F. 4. Gangguan Neurotik, Gangguan somatoform, dan gangguan terkait stressF. 40, F.41. Gangguan anxietas, Fobik atau lainnyaF. 42. Gangguan Obsesif- kompulsif
F. 43, F.45, F.48 Reaksi terhadap stres berat, &
gangguan penyesuaian, gangguan
somatoform,
Gangguan neurotiklainnya.F. 44. Gangguan dissosiatif(konversi)
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
7/33
F. 5. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor
fisikF.50- F.55, F.59 Gangguan makan, gangguan tidur, Disfungsi
Seksual, atau gangguan perilaku lainnya
F. 6. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasaGangguan kepribadian, gangguan kebiasaan danImpuls, gangguan identitas &
preferensi seksual
F. 7. Retardasi Mental
F. 70F.79. Retardasi Mental
F. 8. Gangguan Perkembangan PsikologisF.80- F.89 Gangguan Perkembangan Psikologis
F. 9. Gangguan Perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa anak dan
remaja
Gangguan Hiperkinetik, Gangguan tingkah laku, Gangguan emosional atau
gangguan fungsi sosial Khas, gangguan tic, atau gangguan perilaku &
Emosional lainnya.
TIK DARI PPDGJ III
1. Pedoman diagnostik disusun berdasarkan atas jumlah dan keseimbangangejala-gejala, yang biasanya ditemukan pada kebanyakan kasus untuk dapat
menegakkan suatu diagnosis pasti.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
8/33
2. Apabila syarat-syarat yang tercantum didalam pedoman diagnostik dapatdipenuhi, maka diagnosis dapat dianggap pasti. Namun apabila hanya
sebagian saja terpenuhi, maka diagnosis masih bermanfaat direkam untuk
berbagai tujuan. Keadaan ini sangat tergantung kepada pembuat diagnosis
dan para pemakai lainnya untuk menetapkan apakah akan merekam suatu
diagnosis pasti atau diagnosis dengan tingkat kepastian yang rendah.
3. Deskripsi klinis dari pedoman diagnostik ini tidak mengandung implikasiteoritis, dan bukan merupakan pernyataan yang komprehensif mengenai
tingkat pengetahuan yang mutahir dari gangguan tersebut. Pedoman ini hanya
merupakan suatu kumpulan gejala dan konsep yang telah disetujui oleh
sejumlah besar pakar dan konsultan dari berbagai negara, untuk dijadikan
dasar yang rasional dalam memberikan batasan terhadap kategori-kategori
diagnosis dan diagnosis gangguan jiwa.
4. Disarankan agar para klinisi mengikuti anjuran umum untuk mencatatsebanyak mungkin diagnosis yang mencakup seluruh gambaran klinis.Bila mencantumkan lebih dari satu diagnosis, diagnosis utama diletakkan
paling atas dan selanjutnya diagnosis lain sebagai tambahan. Diagnosis utama
dikaitkan dengan kebutuhan tindakan segera atau tuntutan pelayanan
terhadap kondisi pasien saat ini atau tujuan lainnya. Bila terdapat keraguan
mengenai urutan untuk merekam beberapa diagnosis, atau pembuat diagnosis
tidak yakin tentang tujuan untuk apa informasi itu akan digunakan, agar
mencatat diagnosis menurut urutan numerik dalam klasifikasi.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
9/33
GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia
sedemikian rupa sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk
berfungsi secara normal didalam masyarakat maupun dalam menunaikan
kewajibannya sebagai insan dalam masyarakat itu.
(Dep Kes RI, 1997)Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang
masuk akal, berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala
terhadap individu tersebut atau orang lain . ( Suliswati, 2005)
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWAGangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam diktat kuliah psikiatri,
Dr. dr. Luh Ketut Suryani mengungkapkan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi
karena tiga faktor yang bekerja sama yaitu faktor biologik, psikologik, dan
sosiobudaya.
FAKTOR BIOLOGIKUntuk membuktikan bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit seperti
kriteria penyakit dalam ilmu kedokteran, para psikiater mengadakan banyak
penelitian di antaranya mengenai kelainan-kelainan neurotransmitter, biokimia,
anatomi otak, dan faktor genetik yang ada hubungannya dengan gangguan
jiwa.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
10/33
Gangguan mental sebagian besar dihubungkan dengan keadaan
neurotransmitter di otak, misalnya seperti pendapat Brown et al, 1983, yaitu
fungsi sosial yang kompleks seperti agresi dan perilaku seksual sangat
dipengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam hipokampus.Demikian juga dengan pendapat Mackay, 1983, yang mengatakan noradrenalin
yang ke hipotalamus bagian dorsal melayani sistem monoamine di
limbokortikal berfungsi sebagai pemacu proses belajar, proses memusatkan
perhatian pada rangsangan yang datangnya relevan dan reaksi terhadap stres.Pembuktian lainnya yang menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu
penyakit adalah di dalam studi keluarga.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa keluarga penderita gangguan afektif,
lebih banyak menderita gangguan afektif daripada skizofrenia (Kendell danBrockington, 1980), skizofrenia erat hubungannya dengan faktor genetik(Kendler, 1983). Tetapi psikosis paranoid tidak ada hubungannya denganfaktor genetik, demikian pendapat Kender, 1981).
Walaupun beberapa peneliti tidak dapat membuktikan hubungan darah
mendukung etiologi genetik, akan tetapi hal ini merupakan langkah pertama
yang perlu dalam membangun kemungkinan keterangan genetik. Bila salah
satu orangtua mengalami skizofrenia kemungkinan 15 persen anaknya
mengalami skizofrenia.Sementara bila kedua orangtua menderita, maka 35-68 persen anaknya
menderita skizofrenia, kemungkinan skizofrenia meningkat apabila orangtua,
anak dan saudara kandung menderita skizofrenia (Benyamin, 1976). Pendapat
ini didukung Slater, 1966, yang menyatakan angka prevalensi skizofrenia lebih
tinggi pada anggota keluarga yang individunya sakit dibandingkan dengan
angka prevalensi penduduk umumnya.
FAKTOR PSIKOLOGIKHubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental
sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan konstitusi orang itu. Hal
ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres.
Struktur sosial, perubahan sosial dan tigkat sosial yang dicapai sangat
bermakna dalam pengalaman hidup seseorang.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
11/33
Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal
yang berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang
sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi
merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali.Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan
kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan
akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga, lingkungan sekolah
atau dengan masyarakat sekitarnya. Gejala yang diperlihatkan oleh seseorang
merupakan perwujudan dari pengalaman yang lampau yaitu pengalaman masa
bayi sampai dewasa.
FAKTOR SOSIOBUDAYAGangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan
terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu
sosiobudaya tertentu berbeda dengan budaya lainnya. Adanya perbedaan satu
budaya dengan budaya yang lainnya, menurut Zubin, 1969, merupakan salah
satu faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe gangguan jiwa.Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969, mengatakan bahwa alkulturasi dapat
menyebabkan pola kepribadian berubah dan terlihat pada psikopatologinya.
Pendapat ini didukung pernyataan Favazza
(1980) yang menyatakan perubahan budaya yang cepat seperti identifikasi,
kompetisi, alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan jiwa.Selain itu, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa Goodman (1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan
bahwa penderita yang dengan status ekonomi rendah erat hubungannya
dengan prevalensi gangguan afaktif dan alkoholisma. (litbang)http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/3/k4.htm
Konsep penyebab gangguan jiwa yang popular adalah kombinasi bio-psiko-
sosial. Gangguan jiwa disebabkan karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/3/k4.htmhttp://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/3/k4.htmhttp://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/3/k4.htm -
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
12/33
saraf di otak, dapat berupa kekurangan maupun kelebihan neurotransmitter
atau substansi tertentu. Pada sebagian kasus gangguan jiwa terdapat
kerusakan organik yang nyata padas struktur otak misalnya pada demensia.
Jadi tidak benar bila dikatakan semua orang yang menderita gangguan jiwa
berarti ada sesuatu yang rusak di otaknya. Pada kebanyakan kasus malah
faktor perkembangan psikologis dan sosial memegang peranan yang lebih
krusial. Misalnya mereka yang gemar melakukan tindak kriminal dan
membunuh ternyata setelah diselidiki disebabkan karena masa perkembangan
mereka sejak kecil sudah dihiasi kekerasan dalam
rumah tangga yang ditunjukkan oleh bapaknya yang berprofesi dalam militer.
Jadi ilmu jiwa justru merupakan satu-satunya ilmu yang mengenali penyakit
medis secara komplet, yaitu dari segi fisik, pola hidup dan juga riwayat
perkembangan psikologis atau kejiawaan seseorang. Oleh karena itu
pengobatan ilmu kejiwaan juga bersifat menyeluruh, tidak sekedar obat minum
saja, tetapi meliputi terapi psikologis, terapi perilaku dan terapi
kognitif/konsep berpikir.Setiap individu hendaknya mengetahui konsep-konsep tentang gangguan jiwa
dan pencegahannya. Mungkin saat ini cukup banyak masyarakat awam yang
rajin membaca rubrik kesehatan baik lewat tabloid maupun internet, tapi
sayangnya permasalahan gangguan jiwa kurang popular jika dibandingkan
masalah osteoporosis, hipertensi, penyakit jantung, stroke, makanan sehat
maupun kesehatan kulit. Padahal yang perlu diketahui, gangguan jiwa dapat
mengenai siapa saja. Apalagi di tengah kehidupan yang semakin dipenuhi
stressor seperti sekarang ini. Tahukah Anda bahwa profesi yang paling
banyak melakukan bunuh diri di USA itu justru dokter spesialis kejiwaan?Oleh karena itu mempelajari ilmu kejiwaan adalah penting dan lebih penting
lagi untuk dapat mempraktekkan kiat-kita untuk mendapatkan jiwa yang sehat.
Konsep yang perlu Anda pahami adalah ada 3 mekanisme pertahanan utama
jiwa kita untuk menolak terjadinya gangguan jiwa di tengah terpaan badaikehidupan sebagaimanapun. Ketiga benteng jiwa yang sehat itu adalah
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
13/33
personality yang tangguh, persepsi yang positif (positif thinking) dan
kemampuan adaptasi. Kepribadian yang tangguh adalah hasil pembelajaran
selama proses perkembangan sejak kecil, dan tentunya hal ini didapatkan
dengan banyaknya asupan nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga dan
disekolah serta didapatkan dari banyaknya pengalaman langsung. Nilai-nilai
hanya dapat berfungsi jika diterapkan langsung dalam keadaan nyata yaitu
dengan banyak bergaul baik dengan lingkungan benar maupun salah. Apabila
kita berani SAY YESdi lingkungan yang benar dan SAY NOsaat di lingkungan
salah, lama kelamaan kepribadian kita akan tangguh. Mengurung anak dengan
tujuan menghindarinya dari perkenalan dengan narkoba tidak menjamin
bahwa kemudian ia tidak terjebak narkoba, yang benar adalah menanamkan
nilai-nilai yang tangguh kepada si anak serta membiarkannya mengenal
narkoba. Kepribadiannya yang tangguh itu sendiri yang akan membuatnya
berani menolak narkoba seumur hidupnya.Persepsi juga perlu sebagai benteng kejiwaan. Seseorang yang selalu
memandang peristiwa yang menimpanya dengan positif dan memandang hari
depannya dengan optimis maka ia memiliki jiwa
yang sehat. Persepsi positif diperlukan terutama menghadapi kegagalan-demi
kegagalan dalam hidup sehingga tidak membuat diri menjadi frustasi berlebih
maupun menyalahi diri sendiri bahkan bunuh diri.Dan yang tidak kalah penting adalah kemampuan adaptasi karena segala
sesuatu dalam hidup ini potensial untuk berubah. Hari ini bisa hidup mapan,
tapi hari esok siapa tahu. Hari ini bisa bertemu kelompok orang yang asyik,
hari esok siapa yang dapat menjanjikan. Adaptasi akan membuat jiwa kita
meliuk-liuk dalam kehidupan seperti air yang mengalir. Dengan demikian kita
dapat selalu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Setiap
menghadapi bencana maka kita dapat mengubah pemikiran dari mengapa
semua ini harus kualami menjadi setelah semua ini menimpaku, aku harus
melakukan apa?. Dengan demikian kita akan dapat bangkit dan semakin maju
setiap kali terjatuh. Lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya.
Artinya, jadilah seseorang yang flexibledengan keadaan yang ada, NOW and
HERE.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
14/33
Leonardo Paskah Suciadi
http://www.wikimu.com/News/2008.
NEUROSA dan PSIKOSAAngka kejadian/ Insidensi*GANGGUAN JIWA RINGAN( NON-PSIKOTIK)
20 60 PERMIL*GANGGUAN JIWA BERAT (PSIKOTIK)
1 3 PERMIL
A. NEUROSA (PSIKONEUROSA)Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak
dapat diselesaikannya suatu konflik tidak sadar, kecemasan yang timbul
dirasakan secara langsung atau diubaholeh berbagai mekanisme pembelaan
psikologik =>dan muncullah gejala-gejala subyektif yang mengganggu.Neurosa merupakan istilah yang dipakai dalam sejarah penemuan gangguan
ini, dan secara diskriptif digunakan untuk menerangkan gangguan cemas,
histeria, dan obsesi tanpa kelainan fisik penderita.
Neurosa mengandung unsur etiologik dengan hakekat adanya konflik, dan
penderita bereaksi secara menyimpang terhadap beban kehidupan.
Gangguan yang timbul :Ketegangan yang terjadi dari hubungan antar manusia yang mengecewakan
sejak kecil, sehingga mengganggu penyesuaiannya (adaptasi)
Reaksi itu dapat berupa : Gangguan lihat Kelumpuhan Tremor
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
15/33
Rasa takut Cemas
Tanpa ada kerusakan organis.
Neurosa merupakan istilah yang menerangkan sekelompok gangguan jiwa
yang disebabkan oleh faktor psikologik tanpa dasar fisik atau organik yang
ditandai dengan kecemasan sebagai gejala utama serta diikuti oleh tingkah
laku yang tidak wajar.
PATOGENESE DAN DINAMIKA NEUROSA
Semua bentuk sumber kecemasan
Menimbulkan kecemasan
Berakar dalam kepribadian
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
16/33
dianggap sebagai sifat konstitusional
MASALAH YANG TIMBUL PADA GANGGUAN NEUROTIK
Kecemasan yang mengambang bebas, biasanya serangannya mendadakMenyerupai gangguan fisik, mencakup gejala sensorik, motorik atau penyakit
somatikAmnesia, fuque, kepribadian ganda, somnambulisme
Ketakutan irrasional yang disadari oleh kliensif Impuls atau pikiran irasional yang muncul yang disadari oleh klien
Perasaan kesal, putus asa, celaan yang berlebihan terhadap diri sendiriPerasaan lemah, lelah, kurang minat, keluhan badaniah
si Perasaan asing dan tidak wajar terhadap dirinya sendiri, tubuh dan
lingkungannya yang biasanya disadari oleh klien.Perasaan cemas tentang adanya penyakit pada berbagai organ tubuhnya.
B. PSIKOSA
Menurut PPDGJ I Th. 1973Adalah suatu gangguan fungsi kepribadian (mental) seseorang sampai suatu
taraf tertentu, sehingga tidak memungkinkannya lagi melakukan beberapa
tugas secara memuaskan seperti : Daya kemampuan menilai realitas Daya kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan dunia luar Daya kemampuan tanggapan Pancaindera
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
17/33
Daya kemampuan tanggapan perasaan (afektif)
Menurut PPDGJ II Th. 1983Adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality.)Hal ini dapat diketahui dengan terdapatnya
*Gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi)*Gangguan pada proses berfikir*Gangguan pada psikomotorik dan kemauan, sehingga :Semuanya tidak sesuai lagi dengan kenyataan, pasien tidak dapat
dimengerti atau dirasai lagi oleh orang normal.Orang awam sering menyebut GILA, tetapi pasien sendiri merasa tidak
sakit.
Menurut PPDGJ III Th. 1993Istilah Psikotik dipertahankan sebagai suatu istilah diskriptif, khususnya
dalam F.23. Gangguan psikotik akut dan sementara. Penggunaannya tidak
melibatkan asumsi mekanisme psikodinamik, dan hanya menunjukkan adanya
hallusinasi, waham, atasu sejumlah kelainan perilaku tertentu, seperti eksitasi
(kegairahan), dan overactivity (aktivitas yang berlebih), retardasi psikomotor
yang berat dan perilaku katatonik.
Konsep gangguan jiwa menurut PPDGJ-III yang merujuk pada SDM IV adalah : Mental disorder is conceptualized as clinically significant behavioral or
psychological syndrome or pattera that occurs in an individual and that isassociated with present distress (eg. A painfull symtom) or disability (ic,impairment in one or more important areas of functioning) or with a significantincreased ask of suffering death pain, disability, or an important loss offreedom (Maskun Rusdi, 1998)Evaluasi klien psikiatrik terdiri atas dua bagian : informasi subyektif yang
dikaitkan oleh pasien, dan informasi obyektif yang didapat melalui observasi.
Hal ini merupakan dasar dari suatu penilaian psikiatrik. Ini berlaku untuk
individu pasien anak, dewasa, pasangan dan keluarga (Dep Kes RI, 1997).
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
18/33
Pengertian Psikosa
Adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense
of reality) Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada hidup
perasaan (afek dan emosi), proses berfikir, psikomotorik kemauan, sedemikian
rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.Penderita tidak dapat dimengerti dan tidak dapat dirasai lagi oleh orang
normal, karena itu seorang awampun dapat menyatakan bahwa orang itu
gila, bila psikosa itu sudah jelas. Penderita sendiri juga tidak memahami
penyakitnya, ia tidak merasa sakit
( WF Maramis, 2004).Adalah suatu gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab
organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan
kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu,
sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup
sehari-hari sangat terganggu (WF Maramis,2004).Psikosa ditandai dengan perilaku yang regrasif, hidup perasaan yang tidak
sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan
hallusinasi. Istilah psikosa dapat dipakai untuk keadaan seperti yang
disebutkan diatas dengan variasi yang luas mengenai
berat dan lamanya. Menninger menyebutkan lima sindroma klasik yang
menyertai sebagian besar pola psikotik, yaitu :1. Perasaan sedih, rasa bersalah dan rasa tidak mampu yang mendalam
2. Keadaan rangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai
pembicaraan dan motorik yang berlebihan3. Regresi ke otisme ( Autism), Manerisme pembicaraan dan perilaku, isi
pikiran yang berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan sosial4. Pre okupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela
diri atau rasa kebesaran5. Keadaan bingung dan deliriumdengan disorientasidan hallusinasi(WF Maramis, 2004)
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
19/33
Dapat digambarkan secara umum bahwa Psikosa adalah suatu gangguan jiwa
yang serius yang timbul karena penyebab organik ataupun fungsional
(emosional /psikogenik) dan menunjukkan gangguan kemampuan : Berfikir Bereaksi secara emosional Mengingat Berkomunikasi
Menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu.Sehingga tuntutan pemenuhan hidup sehari-hari sangat terganggu, ditandai
dengan adanya : Perilaku yang regressif Alam perasaan yang tidak sesuai Berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls Adanya waham dan hallusinasi
Pada umumnya keluhan atau gejala pasien secara garis besar sbb:a. Adanya gejala psikotikb. Kecemasan yang tidak rasional dan perilaku menghindarc. Gangguan afekd. Perilaku antisosiale. Keluhan fisik dan kecemasan yang tidak rasional tentang penyakit fisikf. Kesulitan belajar dan konsentrasi
Masalah klasik yang timbul sehubungan dengan psikotik berkisar pada hal
hal berikut :1. Gangguan pada alam perasaan, sedih, rasa bersalah dan perasaan tidak
mampu yang mendalam2. Irritabilitas yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, pembicaraan dan
motorik yang berlebihan3. Gangguan komunikasi, regressi ke otisme, manerism pembicaraan dan
perilaku4. Gangguan isi pikiran yang berwaham
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
20/33
5. Acuh tak acuh terhadap masa depan6. Gangguan curiga, kecenderungan membela diri atau rasa kebesaran7. Gangguan bingung dan delirium dengan gangguan orientasi dan hallusinasi.
Skizofrenia (Psikosa Fungsional)Pengertian :Skizofrenia adalah Demensia prekoks, dalam perjalanan penyakitnya
memperlihatkan adanya deteriorasi. Digolongkan katatonik, hebrefrenik dan
keadaan paranoid, dasar gangguan ini adalah terpecahnya fungsi-fungsi
psikologik. Ia memberi nama baru dengan istilah Skizofrenia, deteriorasi
tidak selalu harus ada, isi dan arti dari gejala-gejala psikotik lebih diutamakan(WF Maramis, 2004)
PsikopatologiPenyebab gangguan skizofreniabelum diketahui dengan pasti. Ada beberapa
teori penyebab :1. Teori Somatogenik
(1) Keturunan :diturunkan melalui gen yang resesif:sering timbulnya skizofreniapada waktu pubertas, Kehamilan dan puerperium: Mungkin disebabkan oleh kesalahan metabolisme (inborn error of metabolism)
sat : Diduga ada kelainan susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan
neurotransmitter2. Teori Psikogenik
(1) Adolf Meyer : suatu kondisi mal-adaptasi(2) Sigmund Freud : adanya kelemahan ego
(3) Eugen Bleuler : adanya jiwa yang terpecah belah atau disharmoni
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
21/33
(4) Stres psikologik : adanya persaingan antara saudara kandung,
hubungan yang kurang baik dalam keluarga, pekerjaan dan Masyarakat3. Teori Sosiogenik
(1) Keadaan sosial ekonomi(2) Pengaruh keagamaan(3) Nilai-nilai moral dan lain-lain
4.Akhirnya muncul teori yang menganggap bahwa skizofrenia dapat disebabkan
oleh bermacam-macam sebab, meliputi ketiga teori diatas ( Pandangan
holistik)
(Pedoman Diagnosis dan terapi lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa, 1997).
Gejala-gejala skizofrenia dibagi menjadi 2(dua) kelompok :1. Gejala-gejala primer
(1) Gangguan proses pikiran(2) Gangguan emosi(3) Gangguan kemauan(4) Gangguan otisme
2. Gejala-gejala sekunder(1) Waham(2) Hallusinasi(3) Gejala katatonikatau gangguan psikomotorikyang lain
(WF Maramis, 2004)
Skizofrenia dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut PPDGJ
III tahun 1993, yaitu :F 20. 0 Skizofrenia paranoid
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
22/33
F 20. 1 Skizofrenia hebefrenikF 20. 2 Skizofrenia katatonikF 20. 3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)F 20. 4 Skizofrenia pasca-skizofreniaF 20. 5 Skizofrenia residualF 20. 6 Skizofrenia simpleksF 20. 7 Skizofrenia lainnyaF 20. 8 Skizofrenia YTT
DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDINGMenurut Eugen Bleuler diagnosa skizofrenia sudah boleh dibuat bila
terdapat gejala-gejala primer dan disharmoni (keretakan, perpecahan atau
ketidak seimbangan) pada unsur-unsur kepribadian (proses pikir, afek/emosi,
kemauan dan psikomotorik), diperkuat dengan adanya gejala-gejala sekunder.Kurt Schneider (1939) menyusun gejala rangking pertama (first rank
symtoms) dan berpendapat bahwa diagnosa skizofrenia sudah boleh dibuat
bila terdapat satu gejala dari kelompok A dan satu gejala dari kelompok B,
dengan syarat bahwa kesadaran penderita tidak menurun. (WF Maramis,
2004).
Gejala-gejala rangking pertama menurut Schneider ialah
1. Hallusinasipendengaran(1) Pikirannya dapat didengar sendiri(2) Suara-suara yang sedang bertengkar(3) Suara-suara yang mengkomentari perilaku penderita
2. Gangguan batas ego(1)Tubuh dan gerakan-gerakan penderita dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari
luar
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
23/33
(2) Pikirannya diambil atau disedot keluar(3) Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya dimasukkan kedalam
pikiran orang lain(4) Pikirannya diketahui orang lain atau pikirannya disiarkan keluar secara umum
(5) Perasaannya dibuat oleh orang lain(6) Kemauannya atau tindakannya dipengaruhi oleh orang lain
(7) Dorongannya dikuasai orang lain(8) Persepsi yang dipengaruhi oleh waham
Menurut Prof. Kusumanto Setyonegoro (1967) membuat diagnosa skizofrenia
dengan memperlihatkan gejala-gejala pada tiga buah koordinat, yaitu :
(1) Koordinat pertama (intinya organobiologik)Yaitu :Otisme, gangguan afek dan emosi, gangguan assosiasi(proses berfikir),
ambivalensi (gangguan kemauan), gangguan aktivitas (abulia atau kemauan
yang menurun) dan gangguan konsentrasi.
(2) Koordinat kedua (intinya psikologik)
aitu :gangguan pada cara berfikir yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kepribadian dengan memperhatikan perkembangan ego, sistematik motivasi
dan psikodinamika dalam interaksi dengan lingkungan(WF Maramis, 2004)
PROGNOSADahulu bila diagnosa skizofreniadibuat, maka ini berarti bahwa sudah tidak ada
harapan lagi bagi orang yang bersangkutan, bahwa kepribadiannya selalu
akan menuju kemunduran mental (deteriorasi mental).Dan bila seorang dengan skizofrenia kemudian menjadi sembuh, maka
diagnosanya harus diragukan.
Sekarang dengan pengobatan modern, ternyata bahwa bila penderita itu datang
berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira
sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali ( Full remission atau
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
24/33
recovery), sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun
masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (Social recovery),
sepertiga sisanya biasanya mempunyai prognosa yang jelek, mereka tidak
dapat berfungsi didalam masyarakat dan menuju
kekemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap di Rumah
Sakit Jiwa.
Untuk menetapkan prognosa, kita harus mempertimbangkan semua faktor
dibawah ini :1. Kepribadian Pre-psikotik : bila skizoid dan hubungan antar manusia
memang kurang memuaskan, maka prognosanya lebih jelek. Bila skizofrenia
timbul secara akut, maka prognosa lebih baik dari pada bila penyakit itu mulai
secara pelan-pelan.2. Jenis skizofrenia : jenis katatonik memiliki prognosa paling baik
dari pada semua jenis. Jenis hebefrenia dan simpleksmemiliki prognosa yang
sama jelek.3. Umur : Semakin muda umur permulaannya, semakin
jelek prognosanya4. Pengobatan : Semakin lekas mendapat pengobatan, semakin
baik prognosanya5. Faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila didalam
keluarga terdapat seorang atau lebih yang juga menderita skizofrenia.
(WF Maramis, 2004)
PENGOBATANPengobatan harus secepat mungkin diberikan, karena keadaan psikotik yang
lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju
kekemunduran mental.Terapis jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita yangtidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu makhluk yang aneh dan
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
25/33
inferior. Keluarga atau orang lain dilingkungan penderita diberi penerangan
(manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Macam-macam pengobatan1. Farmako terapi2. Terapi elektro- konvulsi (TEK)3. Terapi koma insulin4. Psikoterapi dan rehabilitasi5. Lobotomi Prefrontal
(WF Maramis, 1998)
FarmakoterapiDari sudut organobiologi sudah diketahui bahwa pada skizofrenia (dan
juga gangguan jiwa lainnya) terdapat gangguan pada fungsi neurotransmitter
sel-sel susunab saraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat dopamin dan serotonin
yang mengakibatkan gangguan proses pikiran, alam perasaan dan perilaku
sebagaimana yang telah diuraikan pada bab III : gejala klinis skizofrenia. Oleh
karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan
fungsi neurotransmitter tadi, sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat
dihilangkan atau dengan kata lain penderita skizofreniadapat diobati
(Dadang Hawari, 2001)
(1) Pemberian Anti psikosis1). Neuroleptika dosis efektif tinggi (diberikan) dalam dosis terbagi 2 3 kali/
sehari- Khlorpromazin : 75 500 mg (per-os)
Injeksi 25 50 mg/kali (im)- Perazin : 50 60 mg (per-os)-Thioridazin : 75 500 mg (per-os)
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
26/33
Diutamakan untuk skizofrenia yang disertai penyakit organik, misalnya
skizofrenia dengan gangguan hepar
(2). Neuroleptika dengan dosis rendah (diberikan dalam dosis terbagi ) 1-2 kali
/ sehari
- Flupenazin HCL : 5 10 mg (per-os)- Flupenazin depo : 25 mg /4 minggu (intra musculer)- Trifluoperazin : 3 20 mg (per-os)- Haloperidol : 5 15 mg(per-os)- Pimozid : 2 8 mg (per-os)
(Pedoman Diagnosis dan terapi lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa, 1994)(3). Terapi elektro-konvulsi (TEK)
Tidak lebih unggul dibandingkan dengan obat-obatan, tetapi bila diberikan
bersama-sama akan lebih mempercepat proses penyembuhan.(Maramis, 2004)
(4). Terapi Koma insulin
Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan
penyakit, hasilnya memuaskan. Prosentase kesembuhan lebih besar bila
dimulai dalam waktu 6 (enam) bulan sesudah penderita jatuh sakit. Terapi
koma insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skizofrenia
paranoid.(WF Maramis, 2004)
(5). Psikoterapi dan Rehabilitasi
Bertujuan untuk memperkuat fungsi ego dengan cara psikoterapi agar pasien
bisa bersosialisasi. Manipulasi lingkungan agar lingkungan dapat memahami
dan menerima keadaan pasien, membimbing dalam kehidupan sehari-hari,
memberi kesibukan atau pekerjaan untuk pasien. Mengawasi minum obat
secara teratur dalam jangka waktu lama dan membawa pasien untuk
pemeriksaan ulang.(Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa,1994)
(6). Lobotomi PrefrontalDapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderitasangat mengganggu lingkungannya.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
27/33
(WF Maramis, 2004)
PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWAMenurut Carpenito (1989), pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien,
keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
(Kelliat, 1991). Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses
terapeutik tersebut yaitu : Proses keperawatan. Penggunaan proses
keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan,
menyelesaikan masalah keperawatan klien dan atau memenuhi kebutuhan
klien secara ilmiah, logis, sistematis dan terorganisasi.Pada dasarnya proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaikan masalah (problem solving). Proses keperawatan bertujuan
untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan
masalah klien dapat diidentifikasi dan diprioritaskan untuk dipenuhi dan
diselesaikan.Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, tidak untuk bagi individu
klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung,
luwes dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien
berubah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung.
Diagnosa keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian
belum ada.Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dan klien
yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien,
namun pada proses sampai akhir diharapkan peran klien lebih besar dari
peran perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien
merawat
diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan atau
masalah teratasi.
KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
28/33
Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana penyakit dapat hilang timbul
sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama ataupun berbeda ( Sullinger, 1988).
Penderita gangguan jiwa diperkirakan akan kambuh 50 % pada tahun pertama
dan sekitar 70 % pada tahun kedua dan 100 % pada tahun kelima setelah
pulang dari Rumah Sakit (Carson & Ross, 1997)Menurut Sullinger penyebab kekambuhan dapat diidentifikasi menjadi 4 antaralain :
Klien (Penderita)Diketahui bahwa klien yang gagal minum obat dengan teratur mempunyai
kecenderungan untuk kambuh. Menurut hasil penelitian menunjukkan 25 %
sampai 50 % klien dari RS Jiwa tidak memakan obat dengan teratur (Appleton,
1982 yang dikuti Sullinger, 1988). Klien kronis sulit memakan obat karena
adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan.
Dokter sebagai pemberi resepMemakan obat dengan teratur dapat menekan terjadinya kekambuhan. Namun
pemakaian neuroleptika yang lama dapat menyebabkan efek samping Tardive
diskeniayang bisa mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak
terkontrol.Perawat sebagai penanggung jawab kasus atau case manager
Setelah klien pulang dari perawatan di Rumah Sakit, maka yang bertanggung
jawab atas program adaptasi klien di rumah adalah perawat Puskesmas.
Penanggung jawab klien mempunyai banyak waktu untuk bertemu klien,
sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakanKeluargaDalam penelitian Snyder (1981) dan Vaugh (1976), memperlihatkan bahwa
keluarga dengan ekspresi emosi Para penderita gangguan jiwa di negara kita
masih menjadi golongan yang tersisih. Kondisi ini disebabkan tingkat
kesadaran masyarakat masih rendah, adanya stigma negatif terhadap para
penderita, ketertutupan pihak keluarga terdekat akibat perasaan malu memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
hingga fasilitas pengobatan dan rehabilitasi yang masih kurang. Ini yang harus
kita perbaiki, jelasnya.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
29/33
Perawatan psikososial yang tinggi diperkirakan terjadi kekambuhan dalam
waktu 9 bulan. Hasilnya 57 % dirawat oleh keluarga dengan ekspresi emosi
yang tinggi dan 17 % dengan keluarga yang mempunyai ekspresi emosi
rendah. Dengan terapi keluarga diharapakan dapat menurunkan ekspresi
emosi yang tinggi. ( Budi Anna Kelliat, 1997).Untuk itu, dr Widya menjelaskan perlu dilakukan perawatan intensif denganpendekatan kekeluargaan (psikososial). Terapi jenis itu, lanjutnya,menekankan peran aktif anggota keluarga dan Iingkungan sekitar dalaminteraksi dengan pasien. Namun untuk mencapai kondisi ini, pasien harusterlebih dulu menjalani terapi lain, seperti pemberian obat yang teratur hinggaterapi kejang listrik (ECT).Dokter Widya meminta agar tidak membiarkan pasien berada sendirian ataudiganggu oleh ejekan lingkungannya. Pasien sebaiknya dilibatkan dalam
pembicaraan yang menarik minatnya, atau berikan keleluasaan untukmenyalurkan bakat dan hobinya.Hal terpenting adalah jangan biarkan faktor penyebab stres menimpa mereka.Kita harus memasukkan perawatan dan rehabilitasi penyakit jiwa ini ke dalamprogram prioritas kesehatan masyarakat. Harus juga diupayakan supayaprogram jaminan sosial kesehatan masyarakat miskin (askeskin) mencakuppelayanan untuk para penderita gangguan jiwa. Hal ini harus kita lakukansebagai bagian dan upaya mencapai derajat kesehatan komprehensif secarafisil, mental, dan sosial, tambah Fachmi. (*/S-4)Sumber : Media Indonesia , Rabu, 31 Oktober 2007http://www.idijakbar.com/?show=detailnews&kode=19&tbl=terkini
GANGGUAN PSIKOTIK
- Hendaya berat dalam daya nilai realitas(+)
- Dasar organik
(-)
http://www.idijakbar.com/?show=detailnews&kode=19&tbl=terkinihttp://www.idijakbar.com/?show=detailnews&kode=19&tbl=terkinihttp://www.idijakbar.com/?show=detailnews&kode=19&tbl=terkini -
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
30/33
GANGGUAN NEUROTIK
- Daya nilai realitas tak terganggu
- Dasar Organik (-)
- Kepribadian tetap utuh
- Perilaku kadang - kadang terganggu tapi dalam batas norma-norma sosial
PERBANDINGAN ANTARA PSIKONEUROSA DAN PSIKOSAAKTOR NEUROSA PSIKOSAerilaku Umum Dekompensasi kepribadian
ringan, kontak dengan realita danfungsi social terganggu
Dekompensasi kepribadian hebat, kontakdengan realita sangat terganggu, tidakdapat berfungsi sosial
ejala gejala Gejala psikologik dan somatikbervariasi luas, tetapi tidakterdapat hallusinasi ataugangguan proses berfikir, emosidan tindakan yang ekstrim
Gejala bervariasi luas dengan waham danhallusinasi, kedangkalan emosi danperilaku hebat
rientasi Penderita jarang kehilanganorientasi terhadap lingkungan Penderita sering kehilangan orientasiterhadap lingkungan
emahaman
nsight)Penderita sering masih
memahami bahwa ia tergangguPenderita jarang sekali memahami bahwa
ia tergangguspek Sosial Perilaku penderita jarangmembahayakan diri sendiri ataumasyarakat
Perilaku penderita sering berbahaya bagidiri sendiri dan atau masyarakat
erawatan danengobatan Jarang diperlukan perawatan diRumah Sakit Biasanya diperlukan perawatan di RumahSakitejala gejalaasik Mengeluh, tetapi orang lainmenganggap tidak apa-apa Tidak merasa sakit, perilaku tidak wajar,orang lain terganggu.
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
31/33
Soal : Multiple Choice1. Menurut konsep Gangguan Jiwa terdapat butirbutir :
1. Adanya Gejala Klinis yang bermakna, berupa Sindrom atau Pola Perilaku2. Adanya Gejala Klinis yang bermakna, berupa Sindrom atau pola psikologik3.Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress),disfungsi organ tubuh
4. No 1 dan 2 saja yang benar
2. Gangguan akibat alkhohol dan obat/zat, termasuk dalam klasifikasi :a. Gangguan Mental organikb. Gangguan Mental Psikotikc. Gangguan Neurotik dan gangguan Kepribadiand. Gangguan masa kanak, remaja, dan perkembangane. Semua diatas benar
3. Istilah tepat tentang Gangguan Jiwa yang digunakan dalam PPDGJ IIIadalaha. Mental Illnessb. Mental Deseasec. Mental Disorderd. Mental Organike. Mental Disstress
4. Menurut Hierarki Blok Diagnosis gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ- III, bahwaSkizofrenia, memiliki dan termasuk pada kode diagnosis :a. F 20 F 29b. F 30 F 39c. F 40 F 49
d. F 50 F 59e. F 60 F 69
5. Didalam Pengelompokan diagnosis Multiaksial diperlukan untuk tujuan :1. Perencanaan terapi2. Meramalkan outcome (prognosis)3. Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis4. Menangkap kompleksitas situasi klinis
6. Angka kejadian pada gangguan psikotik jauh lebih rendah dari gangguan Non-psikotik yaitu :a. 1
3 prosenb. 1 3 permil
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
32/33
c. 1- 30 pernild. 2 6 permile. 2 6 prosen
7. Salah satu pernyataan pada prognosa skizofrenia dibawah ini salah yaitu :a. Kepribadian Prepsikotik : bila skizoid dan hubungan antar manusia
memang kurang memuaskan, maka prognosanya lebih jelek. Bila skizofrenia
timbul secara akut, maka prognosa lebih baik dari pada bila penyakit itu mulai
secara pelan-pelan.b.Jenis Skizofrenia : jenis katatonik memiliki prognosa paling baik dari
pada semua jenis. Jenis hebefrenia dan simpleks memiliki prognosa yang sama
jelek.c.Umur : Semakin muda umur permulaannya, semakin baik
prognosanya.d.Pengobatan : Semakin lekas mendapat pengobatan, semakin baik
prognosanyae. Faktor Keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila didalam keluarga
terdapat seorang atau lebih yang juga menderita skizofrenia.
8. Bermacam macam jenis Neurosa diantaranya adalah Neurosa Obsesif
kompulsif yaitu ditandai dengan :mengambang bebas, biasanya serangannya mendadakguan fisik, mencakup gejala sensorik, motorik atau peny. Fisik.epribadian ganda, somnambulisme
al yang disadari oleh klienn irasional yang muncul yang disadari oleh klien
9.Menurut Sullinger penyebab kekambuhan dapat diidentifikasi menjadi 4 antaralain :
1. Klien (Penderita) sendiri
-
7/29/2019 ILMU KEJIWAAN
33/33
2. Dokter sebagai pemberi resep
3. Perawat sebagai penanggung jawab kasus atau case manager4. Tetangga
10. Jenis terapi yang bertujuan untuk memperkuat ego klien adalah .a. Farmakoterapib. Elektro konvulsi terapic. Psikoterapi Terapi dan rehabilitasid. Lobotomi Prefrontale. Insulin syok terapi