Musnad Imam Zayd Ibn Ali ibn Hussain ibn Ali ibn abu talib Urdu
Ilmu Imam Ali
-
Upload
irdam-jono -
Category
Documents
-
view
57 -
download
0
Transcript of Ilmu Imam Ali
Ilmu Imam Ali(sa) Sumber Semua Ilmu Pasca Rasulullah saw
Ibnu Abil Hadid dalam Syarah Nahjul Balaghah tentang keutamaan, kesempurnaan, dan keluasan ilmu Imam Ali bin Abi Thalib (sa) membahas dengan pembahasan yang padat dan patut disebutkan di sini.
Dalam menjelaskan ilmu, Abil Hadid menuliskannya demikian: ”Ali bin Abi Thalib adalah sumber dan mata air ilmu. Semua ilmu berujung kepadanya dan dia adalah penghulu ulama.”
Salah satu ilmunya yang paling mulia adalah ilmu Ilahi yang bersumber dari ucapan Imam Ali (sa).
Mazhab Mu’tazilah mengambil ilmunya dari Washil bin Atha’ dan dia adalah murid Abu Hasyim, dan Abu Hasyim adalah murid Muhammad bin Hanafi, dan Muhammad mengambil ilmunya dari ayahnya yang bernama Ali bin Abi Thalib.
Mazhab Asy’ariyah dinisbatkan kepada Ismail bin Abi Baysar Asy’ari murid Abu Ali Jubai. Nama terakhir merupakan salah seorang pemuka Mu’tazilah. Maka, Asy’ariyah akhirnya juga berujung kepada Ali bin Abi Thalib. Adapun penisbatan ilmu Ilahi Mazhab Imamiyah dan Mazhab Zaidiyah kepada Ali bin Abi Thalib adalah suatu perkara yang jelas.
Dalam ilmu fikih, Ali merupakan sumber dan mata air. Semua ahli fikih adalah murid beliau dan menggunakan fikihnya. Para sahabat Abu Hanifah, seperti Yusuf, Muhammad, dan orang-orang lainnya dalam fikih adalah murid Abu Hanifah. Syafi’i juga belajar fikih dari Muhammad bin Hasan. Maka, fikih Syafi’i, pada akhirnya, juga berujung kepada Abu Hanifah. Abu Hanifah dalam fikih juga belajar dari Ja’far bin Muhammad sementara ilmu Imam Ja’far Ash-Shadiq berasal dari ayahnya yang melalui jalur ini berujung kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa).
Malik bin Anas dalam ilmunya adalah murid Rabiah ar-Ra’yu sedangkan Rabiah adalah murid Akramah. Akramah sendiri adalah murid Abdullah bin Abbas sementara Ibnu Abbas adalah murid Ali bin Abi Thalib. Adapun marja’iyah fikih Imam Ali (sa) bagi umat Syiah adalah suatu perkara yang jelas.
Umar bin Khattab dan Abdullah bin Abbas adalah di antara para ahli fikih yang belajar dari ilmu Ali. Ibnu Abbas adalah murid Imam Ali tiada yang meragukan dan tidak lagi memerlukan saksi. Dalam kaitan dengan Umar, semua mengetahui bahwa dalam menyelesaikan problema dan kesulitan, di banyak kesempatan, ia merujuk kepada Ali. Dalam kaitan ini, Umar berkata, “Seandainya tidak ada Ali, Umar pasti celaka.” Ia juga
berkata, “Aku tidak akan dapat tenang jika tidak ada Abul Hasan (Ali).” Ia juga berkata: “Tidak seorang pun memberikan fatwa di masjid sementara Ali berada di situ.” Maka, adalah jelas fikih berujung kepada Imam Ali (sa).
Ammah dan Khassah mengutip dari Rasulullah saw yang berkata, “Aqdhakum Ali,” sementara qadha adalah fiqih. Oleh karena itulah, Imam Ali (sa) merupakan orang yang paling paham tentang fikih dibanding yang lain.
Begitu juga, masyarakat umum dan khusus meriwayatkan bahwa ketika mengutus Ali ke Yaman untuk mengadili suatu urusan, Nabi saw bersabda, “Ya Allah! Berilah petunjuk kepada hatinya dan tetapkanlah lisannya.” Imam Ali berkata, “Setelah itu dan berkat doa itu, aku tidak pernah ragu dalam memberikan keputusan dalam pengadilan.”
Ilmu tafsir juga berujung kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Apabila kita membaca kitab-kitab tafsir, kita akan melihat bahwa sebagian besar persoalan dikutip dari beliau atau dari ibnu Abbas yang merupakan murid beliau. Dikatakan kepada ibnu Abbas, “Bagaimana perbandingan ilmumu dengan ilmu Ali (sa).” Dia berkata, “Perbandingannya adalah ibarat setetes air hujan di hadapan samudra.”
Ilmu tarekat, hakikat, dan irfan juga berujung kepada Ali bin Abi Thalib (sa). Ulama irfan di semua negeri Islam menisbatkan dirinya kepada Imam Ali (sa), seperti Syibli, Junaid, Abu Yazid Basthami, dan Abu Mahfudz yang dikenal dengan nama Karlhi. Mereka menjelaskan sebuah persoalan dengan sanad yang menisbatkan dirinya kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa)
Ilmu nahwu (tata bahasa) dan bahasa Arab juga dinisbatkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Imam Ali-lah yang mengajarkan kaidah-kaidah pokok dan universal ilmu ini kepada Abul Aswad Ad-Duwali. Di antaranya, beliau mengatakan kepada Abul Aswad mengenai kalam (kata) terbagi menjadi tiga: ism (kata benda), fi’il (kata kerja), dan huruf (preposisi). Beliau juga mengatakan mengenai Ism makrifah (definitive) atau nakirah (indefinitif). Selain itu, beliau mengatakan bahwa i’rab ada empat macam: rafa’, nashab, jar, dan jazam.
Ucapan Imam Ali (sa) ini bagaikan mukjizat karena mengklasifikasi ‘kata’ untuk manusia biasa adalah tidak mungkin. (Syarah Nahjul Balaghah, Ibn Abil Hadid, jilid 1, hlm 17-20)
Tentang ketinggian ilmu Imam Ali (sa) secara detail, silahkan membaca kitab Nahjul Balaghah. Menurut kesaksian para cendekiawan, setelah Al-Quran, kitab ini adalah kitab ilmiah yang paling kaya. Kita juga dapat
merujuk kepada ratusan, bahkan ribuan hadis yang ada di berbagai bidang, yang dikutip dari Imam Ali (sa) dan tercatat dalam kitab-kitab hadis.
« Beauty
Belajar dari Sejarah: Perdebatan Ibnu Abbas dengan Khawarij di Harura
Sunday, 25 November, 2012 by haldi
Di tengah rasa suka cita rakyat Gaza dan faksi perjuangan Palestina yang dimotori oleh Hamas dan
Jihad Islam atas kemenangan dan poin-poin perjanjian gencatan senjata yang telah dicapai,
ternyata tidak sedikit yang menyampaikan kritik atas hal tersebut. Di Indonesia, salah satunya
sikap kritis itu dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia dan beberapa tokoh JIL seperti Zuhari
Miswari.
Berita tentang sikap Hizbut Tahrir Indonesia dan beberapa tokoh JIL itu bisa dilihat di sini:
1. http://news.fimadani.com/read/2012/11/23/kader-jil-dan-hti-kritisi-kemenangan-rakyat-gaza/
2. http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/21/menolong-gaza-bukan-dengan-mediasi-dan-delegasi-bela-
sungkawa/
Untuk menjawab sikap yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia dan beberapa tokoh JIL
tersebut, bisa kita lihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh Ibnu Abbas R.A dengan Khawarij
pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib R.A
Selamat membaca
Perdebatan Ibnu Abbas dengan Khawarij di Harura1
Para ulama mendefinisikan Khawarij dengan beberapa pengertian, salah satunya dikemukakan
oleh Abul Hasan Al-Asy’ary bahwa sebutan Khawarij disematkan terhadap kelompok yang
memberontak terhadap Ali bin Abi Thalib R.A, khalifah keempat di antara Khulafaur Rasyidin. Abul
Hasan Al-Asy’ari menjelaskan bahwa keluarnya mereka dari ketaatan pada Ali R.A merupakan
alasan penamaan ini; ia berkata, “Faktor yang menyebabkan orang-orang menyebut
mereka Khawarij adalah keluarnya mereka dari ketaatan pada Ali tatkala ia mengambil
kebijakan At-Tahkim (arbitrase dengan pasukan Muawiyah dalam perang Shiffin)2.
Khawarij melepaskan diri dari pasukan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib R.A dalam jumlah besar,
sekembalinya mereka dari perang Shiffin menuju Kufah. Dalam sebuah riwayat, jumlah mereka
diperkirakan mencapai belasan ribu orang, dan dalam riwayat lain disebutkan dua belas ribu
orang3. Ada juga riwayat yang menyatakan delapan ribu orang4, dan ada pula yang menyatakn
empat belas ribu orang5.
Mereka membelot dari pasukan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib R.A beberapa kilometer
sebelum sampai ke Kufah. Pembelotan ini menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan luar biasa
di kalangan pasukan Amirul Mukminin. Akan tetapi Amirul Mukminin tetap menggerakkan
pasukannya yang masih setia hingga memasuki Kuffah. Amirul Mukminin benar-benar disibukkan
Khawarij, terlebih lagi setelah mengetahui mereka merapatkan barisan dan membangun sistem
politik dengan mengangkat seorang imam shalat dan seorang panglima perang, dan menyatakan
bahwa baiat (sumpah setia) hanyalah kepada Allah serta kewajiban menyuruh orang berbuat baik
dan melarang orang berbuat mungkar. Itu semua mengindikasikan bahwa mereka benar-benar
memisahkan diri dari jamaah kaum Muslimin.
Meskipun demikian, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib R.A senantiasa berupaya agar mereka
kembali pada kebenaran dan bergabung lagi dengan jamaah kaum Muslimin. Untuk itulah, ia
mendelegasikan Ibnu Abbas R.A untuk berdialog dengan mereka dan memberi mereka
pencerahan. Ibnu Abbas R.A mengisahkannya kepada kita:
Aku berangkat untuk berdialog dengan mereka (Khawarij) sambil mengenakan pakaian terbaik dari
Yaman. Turun dari kendaraan, aku berjalan kaki dan menemui mereka pada tengah hari di sebuah
rumah. (Ibnu Abbas R.A. adalah lelaki yang tampan rupawan).
Khawarij: Selamat datang, wahai Ibnu Abbas. Pakaian apa itu?
Ibnu Abbas: Memangnya kenapa? Apakah kalian mencelaku? Aku benar-benar melihat Rasulullah
SAW mengenakan pakaian yang paling bagus. Lagi pula, telah turun firman Allah: Katakanlah,
“Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-
hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?” (Al-A’raf: 32).
Khawarij: Baiklah, angin apa yang membawamu kemari?
Ibnu Abbas: Aku menemui kalian sebagai utusan para Sahabat Rasulullah, baik kaum Muhajirin
maupun Anshar, juga utusan sepupu Rasulullah SAW sekaligus menantunya (Ali R.A). Adalah
kepada mereka Al-Qur’an diturunkan; merekalah yang lebih mengetahui penafsirannya
dibandingkan kalian; tidak seorangpun di antara kalian yang merupakan bagian dari mereka untuk
kusampaikan kepada kalian pendapat mereka, dan kusampaikan kepada mereka pendapat kalian.
Sampai di sini, sekelompok orang di antara mereka cenderung kepadaku.
Ibnu Abbas: Utarakanlah kepadaku alasan kalian membenci para sahabat Rasulullah SAW dan
sepupunya Ali R.A.
Khawarij: Ada tiga alasan. Pertama, ia (Ali R.A) telah menyerahkan keputusan hukum kepada para
tokoh ihwal agama Allah, padahal Allah SWT berfirman, “Menetapkan hukum itu hanya hak
Allah.” (Al-An’am: 57). Apalah wewenang orang-orang itu terhadap keputusan hukum?”
Ibnu Abbas: Baiklah. Itu satu.
Khawarij: Kedua, ia berperang (dalam Perang Jamal) akan tetapi tidak mengambil tawanan perang
ataupun pampasan perang. Kalau mereka itu orang-orang kafir, tentulah mereka boleh dijadikan
tawanan. Kalau mereka itu orang-orang Mukmin, tentulah tidak boleh ditawan ataupun dibunuh.
Ibnu Abbas: Itu baru dua.
Khawarij: Ketiga, ia telah menghapus jabatannya sebagai Amirul Mukminin (dalam dokumen
perdamaian); jika ia bukan Amirul Mukminin, berarti ia Amirul Kafirin (pemimpin orang-orang kafir).
Ibnu Abbas: Apakah ada alasan selain ketiga hal itu?
Khawarij: Cukuplah tiga hal itu bagi kami.
Ibnu Abbas: Menurut kalian, apabila kubacakan dalil dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang
membantah pendapat kalian, apakah kalian mau bertaubat dan kembali pada jalan yang benar?
Khawarij: Ya.
Ibnu Abbas: Berkenaan dengan keputusan hukum ihwal agama Allah yang diserahkan kepada para
tokoh, aku membacakan ayat dari Kitabullah bahwa Allah SWT menyerahkan keputusan hukum-
Nya kepada para tokoh ihwal barang seharga seperempat dirham. Allah SWT memerintahkan
mereka untuk memutuskan hukum dalam hal itu. Tidakkah kalian mengetahui firman Allah: “Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah bunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram.
Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti
dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang
yang adil di antara kamu.” (Al-Ma’idah:95)
Ibnu Abbas: Nah, itu termasuk hukum yang diputuskan para tokoh. Aku bersumpah demi Allah
agar kalian menjawab, bukankah keputusan para tokoh ihwal perdamaian dan perlindungan darah
kaum Muslimin jauh lebuh utama daripada perlindungan darah seekor kelinci?
Khawarij: Betul, itu lebih utama.
Ibnu Abbas: Juga, ihwal istri dan suaminya. Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu khawatirkan ada
persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan.” (An-Nisa’: 35)
Ibnu Abbas: Aku bersumpah demi Allah agar kalian menjawab, bukankah keputusan hukum para
tokoh ihwal perdamaian dan perlindungan darah kaum Muslimin jauh lebih utama daripada
keputusan hukum mereka ihwal talak seorang istri? Apakah aku sudah membantah alasan ini?
Khawarij: Ya.
Ibnu Abbas: Berkenaan dengan berperangnya ia (Ali R.A dalam perang Jamal) tanpa mengambil
tawanan perang ataupun pampasan perang, apakah kalian hendak menjadikan ibunda kalian
Aisyah R.A sebagai tawanan perang, lantas kalian menghalalkan darinya apa yang kalian halalkan
dari orang lain, padahal ia adalah ibunda kalian? Jika kalian menjawab, “Kami menghalalkan
darinya sebagaimana yang kami halalkan dari selainnya”, berarti kalian telah kafir. Jika kalian
menjawab, “Ia bukanlah ibunda kami”, berarti kalian juga telah kafir. Allah berfirman: “Nabi itu
(hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya
adalah ibu-ibu mereka.” Nah, kalian berada di antara dua kesesatan, maka berilah suatu jalan
keluar dari kesesatan itu. Apakah aku sudah membantah alasan ini.
Khawarij: Ya.
Ibnu Abbas: Berkenaan dengan penghapusan jabatannya sebagai Amirul Mukminin (dalam
dokumen perdamaian), kuberikan kalian dalil yang membantah kalian, yaitu ketika Nabi
Muhammad SAW berdamai dengan orang-orang musyrik dalam perjanjian Hudaibiyah, beliau
memerintahkan Ali, “Wahai Ali, tulislah: Inilah perjanjian damai yang disepakati Muhammad
utusan Allah”. Lantas orang-orang musyrik itu menukas, “Kalau kami mengakui engkau sebagai
utusan Allah, tentulah kami tidak memerangimu.” Maka, Rasulullah SAW
memerintahkan, “Hapuslah wahai Ali. Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa aku ini benar-benar
utusan Allah. Hapuslah wahai Ali, dan tulislah: Inilah perjanjian damai yang disepakati Muhammad
putera Abdullah.” Demi Allah, Rasulullah SAW jauh lebih baik dari Ali, tetapi beliau menghapus
dirinya sendiri (kata utusan Allah dalam dokumen perdamaian). Nah, penghapusan yang
dilakukannya itu bukan berarti penghapusan status kenabian. Apakah aku sudah membantah
alasan ini?
Khawarij: Ya.
Setelah dialog tersebut, sebanyak dua ribu orang di antara mereka kembali ke jalan yang benar,
sedangkan yang lain tetap berperang berdasarkan kesesatan mereka. Akhirnya mereka ditumpas
kaum Muhajirin dan Anshar6.
[1] Khawarij dan Syiah Dalam Timbangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-
Shalabi, Pustaka Al-kautsar, 2012.
[2] Maqalat Al-Islamiyyin, 1/207.
[3] Tarikh Baghdad, 1/160.
[4] Al-Bidayah wa An-Nihayah, 7/280/281, dan sanad hadits ini shahih. Lihat Majma’ Az-zawaid,
6/235.
[5] Mushannaf Abdurrazzaq, 10/157 dan 160, dengan sanad hasan.
[6] Khasha’ish Amir Al-Mu’minin Ali bin Abi Thalib R.A, karya An-Nasa’i, tahqiq Ahmad Al-Balusyi,
hlm. 200, dengan sanad hasan.
Tentara Yazid Bantai 10 Ribu Rakyat Madinah
Setelah peristiwa Karbala yang berujung syahadah Imam Husein as dan sahabatnya serta ditawannya
keluarga beliau, sejumlah warga Madinah pergi ke Syam untuk mengenal lebih dekat perilaku Yazid bin
Muawiyah. Sekembalinya mereka di Madinah, mulailah mereka mengungkapkan kefasikan Yazid. Kaki
tangan Yazid seperti Utsman bin Muhammad bin Abi Sufyan dan Marwan bin Hakam serta mereka yang
masih keturunan Bani Umayah diusir dari Madinah. Pasca pengusiran itu, rakyat Madinah berbaiat kepada
Abdullah bin Hanzhalah.
Ketika berita ini sampai ke telinga Yazid bin Muawiyah, ia memerintahkan Muslim bin Uqbah yang terkenal
akan kesadisannya bersama sepasukan tentara menuju Madinah. Bala tentara Syam berada di bebatuan
di luar kota Madinah yang lebih dikenal dengan nama Harrah dan berjarak sekitar satu kilo meter dari
Masjid Nabawi.
Pada 28 Dzulhijjah, pasukan Yazid terlibat perang dengan rakyat Madinah. Setelah banyak yang gugur
syahid dari rakyat Madinah, mereka kemudian melarikan diri ke dalam kota Madinah. Pasukan Yazid tidak
membiarkan rakyat Madinah begitu saja dan mulai mengejar mereka.
Selama tiga hari Muslim bin Uqbah menghalalkan apa saja yang ada di kota Madinah dan terjadilah
kejahatan yang luar biasa. Dalam tiga hari itu banyak perempuan Madinah yang menjadi sasaran
pemerkosaan, bahkan dilakukan di Masjid Nabawi.
Beberapa hari setelah melakukan kejahatan tidak berperikemanusiaan ini, Muslim bin Uqbah menuju
Mekah dan melakukan kejahatan lainnya di sana. Namun serangan brutal pasukan Muslim bin Uqbah di
Madinah telah merenggut nyawa lebih dari 10 ribu warga Madinah dan peristiwa itu akhirnya dikenal
dengan nama Harrah. (IRIB Indonesia)
Di Balik Syahadah Ali
:Persahabatan Tak Membuktikan Kesetiaan
Oleh: Yulian Rama
Persahabatan tidak membuktikan kesetiaan. Ada banyak dalil untuk pernyataan ini, baik pada tataran mafhum
(konseptual), maupun pada tataran mishdaq (realitas). Pada tataran mafhum, banyak ide yang muncul untuk
menjawabnya. Namunbiasanya mishdaq lebih diandalkan untuk membuktikan pernyataan di atas.
Malam ke-21 bulan Ramadhan adalah satu bentuk mishdaq yang menguatkan pernyataan tersebut. Di mana
malam tersebut masyhur sebagai malam syahidnya Ali ibn Abi Thalib kwj oleh tebasan pedang Abdurrahman
ibn Muljam. Mengapa malam ini menjadi mishdaq dari pernyataan tersebut?
Jawabnya adalah karena Ibnu Muljam dikenal sebagai sahabat Ali ibn Abi Thalib kwj yang kemudian
menyimpang dan menjadi khawarij dan pada akhirnya membunuh Ali sendiri.
Az-Zirkuli menulis tentang Ibnu Muljam:
فكان من القراء و أهل الفقه و العبادة. ثم شهد فتح مصر و سكنهافكان فيها فارس بني تدؤل. و كان من شيعة علي بن أبي طالب (رضي…
[i]…الله عنه) و شهد معه صفين. ثم خرج عليه
(Ia adalah qari’ dan ahli fikih dan ibadah. Ia ikut serta pada fathu mishr dan pendudukannya. Pada saat itu ia
adalah ksatria dari Bani Tad`ul di Mesir. Dan ia juga adalah Syi’ah Ali ibn Abi Thalib ra dan ikut bersamanya di
perang Shiffin. Kemudian ia keluar dari Ali [menjadi khawarij])
Tulisan di atas membuktikan bahwa Ibnu Muljam adalah anggota pasukan dua sahabat besar: Umar ibn
Khaththab dan Ali ibn Abi Thalib kwj. Ia ikut berperang bersama pasukan Umar ibn Khaththab pada waktu
menaklukan Mesir[ii].Ia juga ikut berperang bersama pasukan Ali ibn Abi Thalib di Shiffin, lalu kemudian
menentang Ali dan ikut ke dalam kelompok Khawarij.
Sebab pembunuhan Ali ibn Abi Thalib kwj adalah sebagai berikut:
�همبالح �واسمهالحج�اجوعمروبنبكرالتميميالسعدي�،ثالثتهممنالخوارجلحقوامنفل �الصريمي �والبركبنعبداللهالتميمي �عبدالرحمنبنملجمالمرادي وكانسببقتلهأن
جاز،واجتمعوافتذاكروامافيهالناسوعابواالوالةوترح�مواعلىقتلىالنهروان،وقالوا:
�ا،وقااللبرك: مانصنعبالبقاءبعدهمفلوشريناأنفسناوقتلناأئمةالضاللوأرحنامنهمالناس،فقاالبنملجموكانمنمصر: أناأكفيكمعلي
[iii].أناأكفيكممعاوية،وقالعمروبنبكرالتميمي: أناأكفيكمعمروبنالعاص.وتعاهدواأناليرجعأحدعنصاحبهحتىيقتلهأويموت
(Sebab pembunuhannya adalah Abdurrahman ibn Muljam al Muradi, al Barak ibn Abdullah at-Tamimi ash-
Sharimi (al Hajjaj), dan ‘Amru ibn Bakr at-Tamimi as-Sa’di. Mereka adalah anggota kelompok Khawarij yang
setelah kekalahan Khawarij berpindah ke Hijaz. Mereka berkumpul membicarakan keadaan manusia sambil
mencari-cari aib pemerintah dan mendoakan orang-orang yang terbunuh di Nahrawan. Mereka berkata: Apa
yang akan kita lakukan sepeninggal mereka? Bagaimana kalau kita membunuh para pemimpin sesat itu dan
menyelamatkan manusia dari mereka? Ibnu Muljam (yang datang dari Mesir) berkata: “Aku akan
menyelesaikan Ali.” Al Barak berkata: “Muawiyah biar aku.” Amru ibn Bakr at-Tamimi berkata: “Biar aku
yang ,mengurusi Amru ibn Ash.” Mereka kemudian mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari rencana
tersebut kecuali setelah berhasil membunuh atau terbunuh.)
Dapat dikatakan bahwa sebab Ibnu Muljam kehilangan kesetiaannya kepada Ali ibn Abi Thalib kwj adalah
kebodohan dan mengikuti kehendak nafsu. Orang-orang Khawarij keluar dari pasukan Ali karena mereka
menghukumi masalah dengan kehendak akal mereka sendiri, dan mengesampingkan imam ma’shum. Dan
pada akhirnya dengan alasan balas dendam, Ibnu Muljam melakukan pembunuhan tersebut. Ketika
memutuskan untuk keluar dari barisan Ali, Ibnu Muljam mengikuti kebodohannya. Dan kemudian setelah
Perang Nahrawan, ia tergelincir oleh hawa nafsunya untuk membalas dendam kematian teman-temannya.
Hal yang unik terjadi pada saat Ibnu Muljam hendak melaksanakan rencananya. Ibnu Atsir menulis:
فقدمعبدالرحمنبنملجمالكوفة،فلقىأصحابهمنالخوارج،فكاتمهممايريد. وكانيزورهمويزرونه،فزاريومانفرامنبنىتيمالرباب،فرأىامرأةمنهميقاللها: …
قطامبنتشجنةبنعديبنعامربنعوفبنثعلبةبنسعدبنذهلبنتيمالرباب،وكانعلىقتألباهاوأخاهابالنهروان،فأعجبتهفخطبها،فقالت: الأتزو�جكحتىتشتفىلي. فقال:
التسألينىشيئاإالأعطيتك. فقالت: ثالثةآالف،وقتلعلىبنأبىطالب. فقال. واللهماجاءبىإلىهذاالمصرإالقتلعلى،وقدأعطيتكماسألت.
[iv].ولقيابنملجمشبيببنبجرةاألشجعي. فأعلمهمايريد،ودعاهإلىأنيكونمعه،فأجابهإلىذلك
(Ibnu Muljam pergi ke Kufah dan menjumpai sahabatnya dari Khawarij dan merahasiakan rencananya dari
masyarakat. Ia dan masyarakat saling mengunjungi pada saat itu. Suatu hari berkunjung sekelompok orang
dari Bani Tayim, dan ia melihat seorang perempuan di kelompok tersebut yang bernama Qatham binti Syajnah.
Ayah dan saudara Perempuan tersebut terbunuh di Perang Nahrawan. Ibnu Muljam jatuh hati pada perempuan
itu dan meminangnya. Perempuan itu berkata: “Aku tidak akan menikahimu kecuali kau penuhi permintaanku.”
Ibnu Muljam berkata: “Tidaklah kau minta dariku kecuali aku akan memenuhinya.” Perempuan tersebut
berkata: “Tiga Ribu dan kematian Ali ibn Abi Thalib.” Ibnu Muljam berkata: “Demi Allah, aku tidak datang ke sini
kecuali memang untuk membunuh Ali. Aku akan memenuhi permintaanmu.” Kemudian Ibnu Muljam
mendatangi Syabib ibn Bajrah al Asyja’i dan memberitahunya apa yang ia rencanakan, lalu ia mengajak Syabib
dan Syabib menerimanya.)
Dalam perjalanannya membunuh Ali ibn Abi Thalib kwj, Ibnu Muljam bukan hanya diperdaya oleh kebodohan
dan nafsu membalas dendam, akan tetapi juga ditambah nafsu duniawi untuk mendapatkan hati perempuan. Ia
mengkhianati seorang manusia agung hanya karena kecantikan seorang perempuan.
Pengkhianatan sahabat tidak hanya terjadi dalam hidup Ali ibn Abi Thalib kwj, akan tetapi juga dalam hidup
Rasulullah saww. Salah seorang sahabat Rasulullah saww bernama Hurqush ibn Zuhair as-Sa’di (atau dikenal
dengan laqabDzulkhuwaishirah) ikut menjadi anggota pasukan Ali di Shiffin dan kemudian membelot menjadi
Khawarij. Ia kemudian terbunuh pada perang Nahrawan.[v]
Rasulullah saww bukan saja meramalkan adanya pengkhianatan sebagian dari sahabatnya[vi], tetapi juga
meramalkan akan adanya gerakan-gerakan besar berbentuk peperangan sepeninggal beliau. Sehingga beliau
memberikan rambu-rambu tentang siapa yang harus dibela pada saat hal itu terjadi.
Ibnu Katsir meriwayatkan:
�مبقتااللناكثينوالمارقينوالقاسطين �ىاللهعليهوسل [vii].عنعلىقال: أمرنىرسوالللهصل
(Ali berkata: Rasulullah saww memerintahkanku untuk memerangi an-Nakitsin[viii], al Mariqin[ix], dan al
Qasithin[x].)
Tak bisa dipungkiri bahwa memang terjadi peperangan antar kaum muslimin sepeninggal Rasulullah saww.
Akan tetapi beliau sudah memberikan rambu-rambu bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah sahabat yang harus dibela
pada saat itu terjadi. Dalam riwayat lain Ibnu Katsir menulis:
�مبقتااللناكثينوالقاسطينوالمارقينفقلت: يارسواللله! أمرتنابقتالهؤالءفمعمن؟فقال: �ىاللهعليهوسل �قال: »أمرنارسوالللهصل عنأبىسعيدالخدري
[xi].»مععلىبنأبىطالبمعهيقتلعماربنياسر
(Abu Sa’id al Khudri berkata: Rasulullah saww memerintahkan kami untuk memerangi an-Nakitsin, al Qasithin,
dan al Mariqin. Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Engkau telah memerintahkan kami memerangi mereka,
lalu dengan siapa?” Beliau saww bersabda: “Bersama Ali ibn Abi Thalib, dan bersamanya akan terbunuh Ammar
ibn Yasir.”)
Ketika Abu Ayub al Anshari pulang dari perang Shiffin, sekelompok orang mendatanginya dan mempertanyakan
alasan terjadinya perang Shiffin. Berikut riwayat Makhnaf ibn Sulaiman:
�مثمجئتتقاتاللمسلمين؟ �ىاللهعليهوسل مخنفبنسليمان. قال:أتيناأباأيوبفقلنا: قاتلتبسيفكالمشركينمعرسوالللهصل
�مبقتااللناكثينوالمارقينوالقاسطين �ىاللهعليهوسل [xii].فقال:أمرنىرسوالللهصل
(Makhnaf ibn Sulaiman berkata: kami mendatangi Abu Ayub. Dan kami berkata: “Kau telah membunuh kaum
musyrik bersama Rasulullah saww, sekarang kau datang membunuh orang-orang islam?” Ia menjawab:
“Rasulullah saww memerintahkanku memerangi an-Nakitsin, al Mariqin, dan al Qasithin.”)
Dalam riwayat lain Abu Ayub al Anshari menjelaskan secara sharihsiapa saja yang dimaksud dengan ketiga
kelompok tersebut:
فأماالناكثونفقدقاتلناهموهمأهاللجمل،طلحةوالزبير،وأماالقاسطونفهذامنصرفنامنعندهم- يعنىمعاويةوعمرا-
[xiii].وأماالمارقونفهمأهاللطرفاتوأهاللسعيفاتوأهاللنخيالتوأهاللنهروان،واللهماأدرىأينهمولكنالبدمنقتالهمإنشاءالله
(Adapun an-Nakitsun: kami telah memerangi mereka, dan mereka adalah Ahli Jamal, Thalhah dan Zubair. Dan
al Qasithun, mereka adalah orang-orang yang membelot dari kami, yaitu Mu’awiyah dan Amru ibn al Ash.
Sedangkan al Mariqun, mereka adalah Ahli Tharafat, Ahli Sa’ifat, Ahli an-Nakhilat, dan Ahli an-Nahrawan, Demi
Allah aku tidak tahu di mana mereka, tapi kami pasti kami akan memerangi mereka dengan seizin Allah.)
Orang-orang yang disebut Abu Ayub al Anshari telah diperangi dan akan diperangi adalah kaum muslimin.
Sebagian mereka adalah sahabat Rasulullah saww semasa hidup beliau, dan sebagian lain adalah sahabat Ali
ibn Abi Thalib yang membelot dari barisannya.
Apa yang terjadi pada sebagian sahabat Rasullah saww dan Ali ibn Abi Thalib kwj adalah salah satu mishdaq
dari pernyataan “persahabatan tidak membuktikan kesetiaan”. Ada banyak mishdaq lain yang bisa dilihat dari
sejarah atau kenyataan hidup sekarang ini. Yang pasti adalah tolok ukur kesetiaan bukanlah persahabatan.
Boleh jadi seseorang nampak setia di masa-masa awal persahabatan dari bentuk-bentuk pengorbanan yang ia
perlihatkan. Akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu, seseorang mungkin berubah karena desakan-
desakan dari dalam atau dari luar dirinya.
Malam ke-21 bulan Ramadhan tercatat sebagai malam syahidnya Ali ibn Abi Thalib kwj oleh tebasan pedang
Abdurrahman ibn Muljam. Semoga malam ini menjadi momen yang berharga bagi kaum muslimin untuk
berkontemplasi, melakukan perenungan mendalam tentang arti sebuah persahabatan dan bagaimana menjaga
kesetiaan dalam persahabatan. Lebih jauh lagi, menjaga kesetiaan kepada junjungan setiap hati orang-orang
beriman: Rasulullah saww dan pengemban wasiatnya: Ali ibn Abi Thalib kwj. []
Catatan Kaki:
[i]Khairuddin az-Zirkuli, al A’lam; Qamus Tarajim li Asyhar ar-Rijal wa an-Nisa min al ‘Arab wa al Musta’ribin wa
al Mustasyriqin, (Beirut: Dar al ‘Ilm Lilmulayyin, 1989), cet. 1989, jil. 3, hal. 339. Bandingkan dengan
Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad adz-Dzahabi, Tarikh al Islam, Tahqiq Umaryu Abdussalam Tadmiri, (Beirut:
Dar al Kitab al ‘Arabi, 1413), cet. 2, Jil. 3, hal. 653
[ii]Fathu Mishr terjadi pada tahun ke-20 Hijriyah pada masa pemerintahan Umar ibn Khaththab. Pada waktu itu
pasukan Islam dipimpin oleh Amru ibn al ‘Ash. Lihat ‘Izzuddin Abu al Hasan ‘Ali ibn Muhammad Ibn al Atsir, Al
Kamil fi at-Tarikh, (Beirut: Dar Shadir, 1385), Jil. 2, hal. 564
[iii] ‘Abdurrahman ibn Muhammad Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, Tahqiq Khalil Syihadah, (Beirut: Dar al Fikr,
1408), cet.2, Jil. 2, hal. 645
[iv]‘Izzuddin Abu al Hasan ‘Ali ibn Muhammadibn al Atsir, Usd al Ghabah Fi Ma’rifah ash-Shahabah, (Beirut: Dar
al Fikr, 1409), Jil. 3, hal. 616-617
[v]Lihat Khairuddin az-Zirkuli, op. cit., Jil. 2, hal 173. Bukhari meriwayatkan dalam Kitab al Manaqib, Bab
‘Alamat an-Nubuwwah fi al Islam, bahwa dia adalah sahabat yang menuntut Rasul berbuat adil pada saat beliau
sedang melakukan pembagian. Sehingga beliau bersabda: “Jika aku tidak berbuat adil maka siapa yang akan
berbuat adil?” Umar kemudian memukulnya setelah meminta izin terlebih dahulu kepada Rasulullah saww.
LihatMuhammad ibn Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo: al Mathba’ah as-Salafiyah wa Maktabuha, 1403),
Jil. 2 hal. 530
[vi]Rasulullah saww pernah meramalkan bahwa di telaga al Haudh (surga) sebagian sahabatnya keluar dari
barisan kaum muslimin. Kemudian Rasulullah saww memanggil-manggil mereka: “Ya Allah! mereka adalah
sahabatku.” Kemudian dikatakan: “Kau tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalmu.” Shahih Muslim, Kitab al
Fadha`il, Bab Itsbat al Haudh Nabiyyina saww wa Muslim wa Shifatih. Lihat Abu Zakariya ibn Syarf an-Nawawi,
Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi, (Beirut: Dar al Fikr, tt), Jil. 10, hal. 6101
[vii]Abu al Fida` `Isma’il ibn ‘Umar ibn Katsir ad-Dimasyqi, al Bidayah wa an-Nihayah, (Beirut: Dar al Fikr, 1407),
Jil. 7, hal. 305
[viii]orang-orang yang membatalkan baiat
[ix]Orang-orang yang keluar/sesat
[x]Orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
[xi]Ibnu Katsir, log. cit.,
[xii]Ibid., hal 306
[xiii]Ibid.,
Al Quran menyatakan Tidak Semua Sahabat Rasulullah Adalah Adil (3) Posted on Mei 14, 2013 by syiahali
Yg mengatakan sebagian sahabat itu ingkar, lari dari medan perang, meninggalkan rasulullah sedang khutbah
jumat dan mereka keluar mengejar pedagag makanan, sahabat yg mengancam mengawini istri nabi saw. dll. ITU
SEMUA ALLAH YG MENGATAKANNYA. KALO ANTUM TIDAK PERCAYA SILAHKAN SURAT DAN AYAT YG
SAYA KEMUKAKAN ANTUM CEK BENAR APA SALAH.
RATUSAN SAHABAT LARI DARI PERANG UHUD INIKAH BUKTI SAHABAT CINTA PADA ALLAH DAN
RASULNYA ?
PERANG UHUD
Perang uhud adalah perang antara kaum muslimin yg dipimpin oleh Rasulullah sendiri melawan kaum kafir.
Terjadinya perang uhud adalah pertengahan bulan Syawal 3 H pasukan muslimin berjumlah 700 orang dipimpin
oleh Nabi saw VS 3000 org kaum musryikin mekah pimpinan Abu sofyan bin harb( baca: Sirah nabawiyah
HMH.AL-HAMID AL HUSAINI hal.565-569 ).
.
dimana abu sofyan bin harb (pemimpin kaum kafir) dan hindun (keduanya adalah orang tua muawiyah bin abu
sofyan) yg masih kafir ikut serta memerangi nabi saw. perang ini dicatat oleh sejarah. Perang ini yg membuat
nabi saw menangis dan sedih tiada tara karena melihat kondisi paman beliau wafat dimedan perang uhud .
Bukan krn kematian paman nabi saw. (yaitu hamzah bin abdul muthalib) yg membuat hati nabi saw yg mulia itu
begitu sedih tapi karena perlakukan thd jenazah paman beliau saw
.
Perlakuan atas jenazah paman beliau saw yg tidak manusiawi itu yg dilakukan seorang manusia TERKUTUK YG
BERNAMA HINDUN (istri abu sofyan , ibu muawiyah bin abu sofyan dan nenek dari yazid bin muawiyah.)
semoga Allah melaknat hindun yg bersikap DZHOLIM dan MELAMPAUI BATAS KEMANUSIAAN (baca : Allah
tdk akan memberi petunjuk bagi manusia yg DZALIM DAN MELAMPAUI BATAS) yaitu bukan sekedar merobek
perut jenazah yg mulia yaitu hamzah ra. tetapi juga memakan hati dan jantung paman nabi saw seperti
MANUSIA KANIBAL
.
( dari rahim perempuan dzalim inilah lahir seorang anak bernama Muawiyah bin abu sofyan yg melakukan
pemberontakan kpd Ali ra. yg pada saat itu menjadi khalifah yg sah, yg kita kenal dgn perang shiffin, 70 ribu
kaum muslimin gugur akibat ambisi muawiyah yg ingin menjadi khalifah )
.
QS. 3:140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada
perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’[231]. DAN ALLAH TIDAK
MENYUKAI ORANG-ORANG YANG DZALIM
.
Seteleh selasai perang uhud lalu nabi saw melihat jenazah hamzah ra, ketika Rasulullah menyaksikan kondisi
jenazah paman beliau , Rasulullah bersabda “ PAMAN, BELUM PERNAH ADA ORANG MENGALAMI
KEADAAN SEPERTI ANDA. AKUPUN BELUM PERNAH MELIHAT PERISTIWA YG MEMBANGKITKAN
KEMARAHANKU SEPERTI KEJADIAN YG ANDA ALAMI INI “ sambil menahan gejolak hati dan perasaan beliau
berucap “ : Demi Allah pada suatu ketika, bila Allah memenangkan kami dalam peperangan melawan mereka ,
mereka akan menyaksikan sendiri apa yg hendak kami lakukan terhadap mereka . ( baca: Sirah nabawiyah
HMH.AL-HAMID AL HUSAINI hal.575, SIRAH NABAWIYAH IBNU HISYAM JILID 2)
.
setelah itu turunlah ayat An-nahl 126 :
Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu[846]. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-
orang yang sabar
.
Kekalahan peperangan ini diabadikan oleh Al-Quran disurat Ali imran 121-179 ( baca sirah nabawiyah ibnu
hisyam jilid 2 bab 146 “ Ayat-ayat Al-Quran yg diturunkan Allah tentang perang Uhud hal 72-98 ).
untuk meringkas tulisan saya akan pilih point2 penting saja sebagai kronologis kejadian perang uhud hingga
kaum muslimin menderita kekalahan.
1. Pasukan panah ditempatkan Rasulullah diatas bukit selain untuk menyerang musuh juga berfungsi melindungi
pasukan kaum muslimin didataran.
2. Awalnya kaum kafir quraisy banyak terbunuh oleh pasukan pemanah sehingga mereka kucar kacir.
3. kaum quraisy lari dan meninggalkan harta rampasan perang
4. pasukan (sahabat nabi saw) pemanah turun karena tergiur dengan harta rampasan perang. satu riwayat
mereka sudah diingat kembali agar jangan turun sebelum nabi saw memerintahkan tp mereka tidak
menghiraukan seruan tersebut dan tetap turun mengambil harta rampasan perang, mereka tidak taat atas
perintah nabi saw
5. pasukan berkuda khalid bin walid (masih kafir) yg bersembunyi dibalik bukit uhud menyerang balik pasukan
Rasulullah yg lengah.
6. Pasukan Rasulullah (terdiri dari sahabat2 nabi saw) yg tidak siap dengan serangan dadakan dari khalid bin
walid dll menjadi kocar kacir dan sebagian besar melarikan diri.
7. Rasulullah memanggil dan memperingati sahabat2nya yg lari untuk kembali tp sahabat2 tersebut tidak
menghiraukannya n ( mungkin jg mrk tidak dengar). hal ini diabadikan oleh Al-Quran disurat Ali imran ayat 153 :
(INGATLAH) KETIKA KAMU LARI DAN TIDAK MENOLEH KEPADA SESEORANGPUN, SEDANG RASUL
YANG BERADA DI ANTARA KAWAN-KAWANMU YANG LAIN MEMANGGIL KAMU, KARENA ITU ALLAH
MENIMPAKAN ATAS KAMU KESEDIHAN ATAS KESEDIHAN[240], SUPAYA KAMU JANGAN BERSEDIH HATI
TERHADAP APA YANG LUPUT DARI PADA KAMU DAN TERHADAP APA YANG MENIMPA KAMU. ALLAH
MAHA MENGETAHUI APA YANG KAMU KERJAKAN.
[240]. Kesedihan kaum muslimin disebabkan mereka tidak mentaati perintah Rasul yang mengakibatkan
kekalahan bagi mereka.
ada yg orang pandir yang menulis bahwa yg lari dari medan uhud bukan sahabat tapi orang munafik dari
kalangan kaum muslimin.
Hal ini tidak beralasan sama sekali sebab sebelum perang nabi mengumpulkan para sahabatnya untuk
berperang. dan banyak defenisi sahabat yg dikemukakan oleh ulama hampir semuanya menyatakan syarat
sahabat nabi saw adalah yg ikut berperang.
sehingga jelas bahwa sahabat2 tersebut pada lari ketika perang uhud. Hal ini diperjelas lagi dengan ayat Al-
quran tentang kekalahan sahabt2 dalam perang uhud : (Tidak mungkin ayat ini diturunkan kepada orang
munafik.
QS.3:165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata:
“Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu
QS. 3:166. Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah
dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman
QS. 3: 167. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik…..
Ibnu hisyam memberi coment QS 3:167 : “maksudnya agar Allah menampakan apa saja yang ada pada orang-
orang munafik diantara kalian”
.
8. Kekalahan pada perang uhud diderita oleh sahabat-sahabat nabi (kaum muslimin) pada saat itu
QS. 3:140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada
perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’[231]. Dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang DZALIM
PERANG HUNAIN
Perang hunain terjadi tidak lama setelah penaklukan kota mekah tanpa adanya perlawanan. pasukan pada saat
yg dipimpin langsung oleh Rasulullah berjumlah 12 ribu ( 10 ribu dari Madinah dan 2 ribu org yg terdiri dari
penduduk makkah yg baru memeluk islam ) diantara 2 ribu pasukan tersebut ada yg masuk islam secara
sukarela dan ada yg terpaksa. pasukan kaum muslimin berangkat kehunain melawan kaum kafir HAWAZIN yg
dipimpin oleh malik bin auf yg memobilisasi anak suku kabilahnya seperti tsaqif, nashr, jusyam dan sa’ad bin
bakar. semua suku kabilah HAWAZIN turut serta kecuali bani ka’ab dan bani kilab.
.
RINGKAS PERISTIWA
1. Pasukan Rasulullah tiba dihunain menjelang malam dan pada pagi harinya,ketika fajar mulai menyingsing
mereka mulai bergerak menyusuri lembah TIHAMAH tetapi tiba-tiba kaum muslimin diserang dengan hujan
panah oleh pasukan hawazin.
2. Dalam keadaan kalang kabut tersebut mereka mundur dan lari kocar – kacir untuk menyelamatkan diri dari
lembah maut (lari dari medan perang hunain) sehingga sejarah mencatat sangking ketakutannya para sahabat2
tersebut diantara mereka terjadi saling bentur dan tabrakan sesama pasukan kaum muslimin.
3. Dalam keadaan genting tersebut orang-orang yg baru memeluk islam bukannya membantu kaum muslimin
malah senyum tanda puas atas kondisi pasukan kaum muslimin pada saat itu. diantara mereka adalah ABU
SOFYAN BIN HARB, DAN SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH.
ABU SOFYAN BIN HARB dengan gembira dan sambil tersenyum berkata kepada konco2nya : “MEREKA
(sahabat2 nabi yg lari dari medan perang hunain) AKAN TERUS LARI SAMAPAI TERJUN KELAUT”. dan
SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH berkata : SEKARANG INILAH AKU DAPAT ,MENGALAHKAN
MUHAMMAD.
mendengar hal itu khaladah bin hanbal dengan nada mengejek ( kepada abu sofyan dan syaibah) berkata :
TUTUP MULUTMU AKU LEBIH SUKA BERADA DIBAWAH QURAISY DARIPADA DIBAWAH HAWAZIN.
( baca : sirah nabawiyah HMH. Al-hamid al-husaini hal 691)
4. Raulullah ingin terjun sendiri ketengah medan perang tapi dihalangi oleh abu sofyan bin al-harist bin abdul
mutholib. nabi saw bersabda : aku seorang nabi dan aku putra abdulmuthalib…d st (hadist ini diabadikan oleh
bukhari dan muslim) walau pada akhirnya nabi menerima pendapat abu sofyan bin al-harist.
5. Al abbas dikala itu yg dekat dgn Rasulullah berteriak dengan keras memanggil sahabat2 yg lari kocar kacir
agar kembali : HAI KAUM ANSHAR YG BERJANJI DIAQABAH !!! HAI KAUM MUHAJIRIN YG TELAH
MENYATAKAN BAIT DIPOHON!!
6. sahabat yg lari sadar dan kembali berperang bersama Rasulullah menghadapi pasukan hawazin dan akhirnya
menang
Kesimpulan:
1. Pasukan kaum muslimin pada saat itu yg banyak 12 ribu tidak menjamin mereka bisa menang dan terbukti
mereka pada awalnya kalah hal ini terlihat pasukan kaum muslimin yg terdiri 10 ribu sahabat NABI SAW
sebagian dari mereka lari dari medan perang untuk menyelamatkan diri peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT
dalam kalamNYA :
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan HUNAIN, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit
olehmu, kemudian kamu LARI KEBELAKANG DENGAN BERCERAI BERAI. ( QS. At taubah:25)
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah
menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang
yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir ( QS. At taubah:26)
Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang ( QS. At taubah:26)
2. ALLAH menunjukkan kepada kaum muslimin bahwa orang2 yg baru masuk islam sebagian masih memiliki
sifat dengki dan hasut kepada nabi saw seperti yg terlukis dalam kalimat ABU SOFYAN BIN HARB, DAN
SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH. bukannya membantu malah mereka mengejek sahabat2 yg lari dari
perang hunain.
3. APA KIRA-KIRA YG TERJADI JIKA AL-ABBAS TIDAK BERTERIAK MENGINGATKAN PARA SAHABAT YG
LARI TERSEBUT ? BUKANKAH KAUM MUSLIMIN AKAN KALAH.
KESIMPULAN DARI 2 PEPERANGAN KAUM MUSLIMIN YG MELIBATKAN SAHABAT2 NABI PADA SAAT ITU
TERBUKTI BAHWA MEREKA (SEBAGIAN SAHABAT) LARI DARI MEDAN PERANG.
PERTANYAANNYA MENGAPA PARA SAHABAT LARI DARI MEDAN PERANG ? JAWABNYA BANYAK TAPI
CUKUP SATU SAJA SAYA SIMPULKAN MEREKA LARI KARENA INGIN MENYELAMATKAN JIWANYA ATAU
TAKUT MATI
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bahwa beliau SAWW pernah bersabda kepada kaum
Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu
bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak
sabar.“(1)
Ala’ bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: “Aku berjumpa dengan Barra’ bin A’zib ra. Kukatakan
padanya, “berbahagialah Anda karena dapat bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai’atnya di bawah
pohon (bai’ah tahta syajarah). Barra’ menjawab, “wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang
telah kami lakukan sepeninggalnya.”(2)
Jika sahabat utama yang tergolong di antara as-Sabiqin al-Awwalin dan pernah membai’at Nabi di bawah pohon,
serta Allah rela kepada mereka dan Maha Tahu apa yang ada dalam hati mereka sehingga diberinya ganjaran
yang besar; apakah mereka yang menghianati Bai’ah itu tetap diridhoi Allah ? apalagi sahabat-sahabat ini
kemudian bersaksi bahwa dirinya dan para sahabat yang lain telah melakukan “sesuatu yang berbeda (baca
bid’ah)” sepeninggal Nabi, pengakuan mereka ini adalah bukti kebenaran yang disabdakan oleh Nabi SAW
bahwa sebagian dari sahabatnya akan berpaling darinya sepeninggalnya.
Rasululah SAW juga telah bersabda: “Siapa yang mencaci Ali maka dia telah mencaciku; dan siapa yang
mencaciku maka dia telah mencaci Allah; dan siapa yang mencaci Allah maka Allah akan
menjatuhkannya ke dalam api neraka.“(3)
Sangat jelas hukuman bagi orang yang mencaci Imam Ali AS. Lalu apa hukuman bagi mereka yang
melaknatnya dan memeranginya., sementara sejarah mengabarkan bahwa Muawiyah melaknati Imam Ali
AS selama 70 tahun lebih , dan juga beliau AS telah diperangi oleh 3 kelompok dalam 3 Perang Besar.
1. Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135
2. Shahih Bukhari jil.3 hal. 32.
3. Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 121; Khasais an-Nasai hal. 24; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 6 hal. 33; Manaqib
al-Khawarizmi
Syi’ah Mencela Sahabat Nabi ?? Syi’ah Hina Sahabat Nabi ?? Syi’ah Mencaci Sahabat Nabi ?? Syi’ah
mengkafirkan para Sahabat ??
(1) ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT
PERNIAGAAN DAN PERMAINAN
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka
tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan
dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (Al Jumuah : 11)
(2) ADA YANG MENYAKITI NABIT DENGAN MEMBUAT GOSIP MURAHAN
Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang
didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai
orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang
yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (At Taubah : 61)
(3) ADA YANG BERSUMPAH PALSU
Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu).
Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan
mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya),
kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka
bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka
dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak
(pula) penolong di muka bumi. (At Taubah : 74)
(4) ADA YANG KIKIR DAN ENGGANG BERSEDEKAH
Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan
sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang
yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan
karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).(At
Taubah : 75-76)
(5) ADA YANG MENINGGIKAN SUARA DIHADAPAN NABI DAN BERKATA DENGAN SUARA KASAR
(KERAS)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu
berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian
yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al Hujuraat : 2)
(6) ADA YANG MENCAMPUR ADUKKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN
“Dan ada pula yang lain, yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik
dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha
pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. At-Taubah: 102).
(7) ADA YANG BERPRASANGKA SEPERTI PRASANGKA JAHILIYA KEPADA ALLAH – KETIKA
RASULULLAH MENYERUKAN UNTUK BERPERANG
Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi
segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di
tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu;
mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita
tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang
yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat
demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.
Allah Maha Mengetahui isi hati.(Ali Imran : 154)
(8) ADA YANG MENGANGGAP JANJI ALLAH DAN RASULULLAH SEBAGAI TIPU DAYA
“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik DAN orang-orang yang berpenyakit dalam hatinyaberkata:”
Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb ;12)
(9) ADA YANG ENGGAN UNTUK IKUT DALAM BERPERANG
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) secara
berkelompok atau majulah bersama-sama (serentak). Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang
sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah dia berkata, “Sungguh, Allah telah
memberikan nikmat kepadaku, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.” (Qs. An-Nisa’: 71-72).
(10) JIKA MEREKA IKUT PERANG, MALAH MEMBUAT KEKACAUAN DAN MELEMAHKAN”
Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan
membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju kedepan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan
kekacauan (dibarisanmu); sedang diantara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan)
mereka. Allah mengetahui orang-orang yang dzalim.”(Qs. At-Taubah: 47).
(11) LARI DARI MEDAN PERANG
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah
yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit
olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(At Taubah : 25)
(12) TIDAK MEMATUHI PERINTAH NABI, HANYA DEMI BEREBUT RAMPASAN PERANG
(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara
kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas
kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang
menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran : 153)
Mengenai sikap terhadap sahabat, kaum Syi’ah berpegang pada Al-Quran dan Sunnah serta catatan
sejarah. Bahwa diantara para sahabat ada juga yang lalim
Lihat buku-buku sejarah Islam, seperti “Riwayat Hidup Rasulullah SAW” karangan Abul Hasan Ali Al-Hasany an-
Nadwy, terjemahan Bey Arifin dan Yunus Ali Muhdhar, hal. 213 atau Ibnu Hisyam, “Sirah Nabawiyah” jilid II, hal.
213. Atau Mu’awiyah dan para jendralnya yang melakukan pembersihan etnis dengan membunuh kaum Syi’ah
secara berdarah dingin, shabran, menyembelih bayi-bayi Syi’ah, memperbudak para muslimah dan membakar
kebun dan membakar manusia hidup-hidup, mengarak kepala dari kota ke kota, minum arak, berzina dan
sengaja merencanakan dan membuat hadits hadits palsu yang bertentangan dengan hukum syar’i. Mengapa
saudara tidak membaca sejarah dan hadits-hadits kita sendiri?
.
Bila saudara-saudara menganggap cerita-cerita yang membuka ‘aib’ para sahabat sebagai kufur, maka tidak
akan ada lagi ahli sejarah dan ahli hadits yang tidak kafir. Syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan oleh para
sahabat lalim. Mereka heran mengapa kaum Sunnah keberatan bila mereka meriwayatkan hadits-hadits dari
keluarga Rasulullah sebab ayat-ayat Al-Qur’an turun dirumah mereka
.
Dan Rasulullah tinggal serumah dan mengajari mereka? Mengapa mereka harus mencari hadits-hadits Abu
Hurairah misalnya, yang meriwayatkan bahwa Allah menciptakan Adam seperti wajah Allah dengan panjang 60
hasta (sittuna dzira), sedang Al-Qur’an mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang menyerupaiNya, laisa
kamitslihi syai’un, atau Nabi Musa lari telanjang bulat karena bajunya dibawa lari oleh batu, atau sapi berbahasa
Arab, atau hadits yang menyatakan kalu lalat masuk ke dalam kuah, maka seluruh lalat harus dimasukkan
kedalamnya sehingga menimbulkan ‘perang lalat’ di koran-koran Mesir karena dokter-dokter muda menolak
hadits yang ‘berbahaya’ tersebut? Dan Allah yang turun ke langit bumi, sepertiga malam, sehingga Allah tidak
punya kesempatan untuk kembali karena kesiangan?
.
Mengapa mereka harus berpegang pada Abu Hurairah yang oleh sahabat-sahabat besar seperti ummul
mu’minin Aisyah dan Umar bin Khattab dan ulama-ulama besar seperti Ibnu Qutaibah menganggapnya sebagai
pembohong? Bukankah Ibnu Qutaibah disebut sejarawan sebagai nashibi atau pembenci Ahlul Bait dan bukan
Syi’ah? Baca sejarah dan hadits-hadits shahih Bukhari Muslim! Haruslah diakui bahwa pandangan Syi’ah ini
berbeda dengan kaum Sunni yang menganggap semua sahabat itu adil, ‘udul, dan bila mereka membunuh atau
memerangi sesama muslim, mereka akan tetap mendapat pahala. Bila tindakan mereka salah, mereka akan
mendapat satu pahala dan kalau benar mendapat dua pahala.
.
Malah ada ulama Sunni, seperti Ibnu Katsir, Ibnu Hazm dan Ibnu Taymiyyah menganggap ‘Abudrrahman bin
Muljam yang membacok Imam ‘Ali bin Abi Thalib yang sedang shalat shubuh sebagai mujtahid. Demikian pula
pembantai Husain dan keluarganya di Karbala. Pembunuh-pembunuh cucu Rasulullah ini dianggap mendapat
pahala, satu bila salah dan dua bila benar! Suatu hari, saya kedatangan tiga orang Afghanistan. Saya tanyakan,
mengapa kaum muslimin di Afghanistan saling berperang? Mereka menjawab: mereka berperang karena
berijtihad seperti ummul mu’minin ‘Aisyah yang memerangi ‘Ali dalam perang Jamal. Kalau benar dapat dua
pahala dan kalau salah dapat satu.
.
Dan saya dengar, koran-koran Jakarta pun telah memuat keyakinan mereka ini. Kaum Thaliban di Afghanistan,
yang punya pendapat seperti ini, yang mengurung dan tidak membolehkan wanita bekerja atau sekolah
bukanlah Syi’ah, tetapi kaum Wahabi! Sebaliknya kaum Syi’ah juga berpendapat bahwa banyak pula sahabat
yang mulia, yang harus diteladani kaum muslimin. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa diantara para sahabat
ada yang ‘kufur’ dan ‘munafik’. (Termasuk ayat-ayat terakhir bacalah At-Taubah ayat 48, 97)
.
Banyak sekali hadits-hadits seperti hadits Al-Haudh, diantaranya tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
Mereka membenarkan ayat Al-Qur’an tersebut dan menceritakan adanya sekelompok sahabat digiring ke neraka
dan tatkala ditanya Rasul, ada suara yang menjawab “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan
sesudahmu”. Ahli-ahli sejarah kita dengan gamblang menggambarkan ulah beberapa sahabat tersebut. Apakah
pandangan Syi;ah tersebut ‘kufur’ atau ‘sesat’? Apakah mereka harus dikafirkan karena keyakinan mereka itu?
Kita boleh menyesali perbedaan itu, tetapi perbedaan ini menyangkut masalah cabang agama bukan pokok,
bukan ushuluddin
.
Mengenai mencela dan melaknat sahabat, saya belum pernah membaca fatwa ulama yang mengkafirkan
mereka. Misalnya, selama 80 tahun dinasti ‘Umayyah, kecuali di zaman khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis yang
hanya dua setengah tahun
.
Muawiyyah dan para pejabatnya serta para ulamanya melaknat dan mencaci Ali bin Abu Thalib dan keluarga
beserta pengikutnya diatas mimbar diseluruh dunia Islam termasuk di Makkah dan Madinah, kecuali di Sijistan
.
Di Sijistan, sebuah kota yang sekarang terletak antara Afghanistan dan Iran, hanya sekali melakukan pelaknatan
diatas mimbar. Ali dilaknat dan dicaci atas perintah sahabat dan ipar Rasulullah SAWW, Mu’awiyyah, serta
khalifah-khalifah Bani Umayyah lainnya. Pada masa itu, misalnya, Ali tidak dianggap khalifah yang lurus
.
Abdullah bin Umar tidak mau membai’at Ali malahan membai’at Mu’awiyyah, Yazid bin Mu’awiyyah dan gubernur
Hajjaj bin Yusuf yang terkenal sebagai penjahat yang mebunuh 120 ribu kaum muslimin dan muslimat secara
berdarah dingin, shabran. Umar bin Abul Azis mengatakan bahwa Hajjaj pasti akan menjadi juara dunia bila para
penjahat dikumpulkan dan ‘diperlombakan’
.
Ibnu Umar juga mengeluarkan hadits-hadits yang menyingkirkan Ali sebagai salah satu khalifah yang lurus. Kita
tahu, Mu’awiyyah membunuh para sahabat seperti, Hujur bin ‘Adi, Syarik bin Syaddad, Shaifi bin Fasil, Asy-
Syabani, Qabisyah bin Dhabi’ah Al-Abbasi, Mahraz bin Syahhab Al- Munqari, Kadam bin Hayyan Al-Anzi dan
Abdurrahman bin Hassan Al-Anzi hanya karena tidak mau melaknat Ali. Abdurrahman Al-Anzi dikirim kepada
Ziyad bin Abih dan dikuburkan hidup-hidup di Nathif dekat kuffah, ditepi sungai Efrat
.
Beranikah saudara-saudara peserta menganggap Mu’awiyyah dan seluruh pejabat, sahabat Rasulullah SAWW
yang mendukungnya, serta para ulama telah kafir karena bukan saja memerintahkan kaum muslimin, termasuk
para sahabat agar melaknat Ali, tetapi juga membunuh mereka yang menolak untuk melaknat? Pada masa itu
tidak ada yang berani menamakan anaknya Ali. Sampai-sampai pernah seorang ayah melaporkan kepada
penguasa karena merasa terhina oleh istrinya karena memanggilnya Ali!