Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat...
Transcript of Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat...
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
79
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah Barat
Pasca Berdirinya Industri Semen
Oki Oktaviana
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten
Jl. Syeh Nawawi Al Bantani, Palima, Serang, Banten
Telp. : (0254) 267040 Hp: 0812 19639218
e-mail : [email protected]
ABSTRACT
The problem of poverty among the fishermen community will be more severe when they are
not able to compete with industries that have higher capital. In addition to the direct impact
of competition in the utilization of space, another impact is an increase in the price of basic needs due to the entry of labor to the region. This research was carried out in West Bayah
Village, Bayah Sub-district, Lebak District, October - November 2016. The method used
was descriptive research with qualitative approach based on primary and secondary data
obtained through field observation, in-depth interviews with respondents who have
experience and related to problem (purposive sampling). The results showed that although
the existence of the cement industry has not affected the catch of fishermen in the village of
Bayah Barat, but has forced the migration of fishing grounds to more distant places and
cause concerns of fishermen due to barge traffic carrying raw materials and cement plant
products. Although the results are fluctuating, the income that the fishermen of Bayah Barat
villagers obtain from the fishing activities is generally considered sufficient to meet their
basic needs. Viewed from the aspect of the fulfillment of the health needs of fishermen
generally do not have a Health Insurance card and environmental sanitation is not good.
Some fishermen do not get educational assistance in the form of Kartu Indonesia Pintar or
Kartu Lebak Pintar. They are hoping for help to meet the financing needs of their sons and
daughters. The community of Bayah Barat village fishermen do not have an aspiration
channel in the decision making process concerning the fate of fishermen and their
communities. This can be happen because in every process of village development
planning, representatives of fishing groups are excluded.
Keywords: Poverty, Fisherman, Bayah Barat, cement industry
ABSTRAK
Permasalahan kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan akan semakin berat ketika
mereka tidak mampu bersaing dengan industri yang memiliki modal lebih tinggi. Selain
dampak langsung berupa persaingan pemanfaatan ruang, dampak lainnya adalah adanya
peningkatan harga kebutuhan pokok akibat masuknya tenaga kerja ke wilayah tersebut.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di desa Bayah Barat Kecamatan Bayah Kabupaten
Lebak pada bulan Oktober-November 2016. Metode yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif bedasarkan data primer dan sekunder yang di
peroleh melalui observasi lapangan, wawancara mendalam dengan responden yang
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
80
memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling). Hasil
penelitian menunjukan bahwa meski keberadaan industri semen belum berpengaruh
terhadap hasil tangkapan nelayan di desa Bayah Barat, namun telah memaksa berpindahnya
area tempat menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh serta menimbulkan kekhawatiran
nelayan karena lalu lintas kapal tongkang yang membawa bahan baku maupun hasil
produksi pabrik semen. Meski hasilnya fluktuatif, pendapatan yang diperoleh nelayan desa
Bayah Barat dari kegiatan melaut pada umumnya dianggap cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok mereka. Ditinjau dari aspek pemenuhan kebutuhan kesehatan umumnya
nelayan belum memiliki kartu Jaminan Kesehatan dan sanitasi lingkungan yang kurang
baik. Sebagian nelayan tidak mendapatkan bantuan pendidikan dalam bentuk Kartu
Indonesia Pintar atau pun Kartu Lebak Pintar. Mereka sangat mengharapkan adanya
bantuan untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan pendidikan putera-puteri mereka.
Masyarakat nelayan desa Bayah Barat belum memiliki saluran aspirasi dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas. Hal ini disebabkan
karena dalam setiap kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa, perwakilan kelompok nelayan tidak diikutsertakan.
Kata Kunci: Kemiskinan, Nelayan, Bayah Barat, Industri semen
1.1. Latar Belakang
Abidin (2008: 33) menjelaskan hakekat pembangunan adalah pembangunan
manusia, yakni upaya meningkatkan derajat kehidupan secara berkelanjutan untuk mampu
menentukan nasib di tangan sendiri. Selanjutnya beliau menjelaskan pem-bangunan sarana
dan prasarana hanya bersifat penunjang kegiatan manusia dalam pembangunan tersebut.
Karena itu program pembangunan yang berwujud industrialisasi di suatu wilayah
seyogyanya tidak menimbulkan permasalahan baru berupa munculnya kemiskinan dalam
kelompok golongan masyarakat lainnya.
Kebijakan publik yang mengatur sumber daya alam sering gagal untuk mengatasi
konflik kepentingan di antara para penggunanya (Rosyadi dan Ardhi, 2012). Industrialisasi
tidak jarang menimbulkan beban bagi kelompok masyarakat lainnya mengingat munculnya
ekses berupa persaingan ruang maupun sumber daya yang tersedia. Persaingan industri
dengan kelompok masyarakat nelayan jika tidak dikelola dengan baik bukan tidak mungkin
akan memperparah beban hidup nelayan. Industrialisasi yang pada awalnya bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan justru berdampak pada peningkatan kemiskinan pada kelompok
nelayan. Kurniasari dan Reswati (2011) menyebutkan bahwa sekitar 90 persen atau kurang
lebih 14,48 juta nelayan berada di bawah garis kemiskinan. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Ambariyanto dan Denny N.S. (2012), menyebutkan terdapat salah satu
persoalan yang dihadapi wilayah pesisir di Indonesia secara umum adalah tingginya tingkat
kemiskinan masyarakat pesisir, tercatat pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa pesisir
mencapai angka 7 juta jiwa yang terdapat 10.639 desa pesisir.
Berdasarkan data Kecamatan Bayah Dalam Angka 2015, penduduk desa Bayah
Barat Kecamatan Bayah yang tercatat bermatapencaharian sebagai nelayan berjumlah 447
orang. Jumlah ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan jumlah nelayan yang
ada di desa lainnya di Kecamatan Bayah. Jumlah tersebut tentu akan mengalami perubahan
ketika arus industrialisasi berupa pembangunan pabrik semen merah Putih mulai di bangun.
Alih profesi yang dilakukan nelayan merupakan dampak ketidakmapuan mereka bersaing
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
81
dalam memanfaatkan sumber daya yang ada atau pun adanya peluang melakukan usaha lain
akibat masuknya pendatang ke daerah mereka.
Permasalahan kemiskinan di desa Bayah Barat juga bisa dilihat dari tingginya
prosentase keluarga Pra Sejahtera dan sejahtera I yang ada di sana. Data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lebak menunjukan bahwa jumlah keluarga pra sejahtera di Desa Bayah
Barat mencapai 58 keluarga sedangkan untuk keluarga Sejahtera I mencapai 318 keluarga.
Hal ini menunjukan bahwa persentase jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga
Sejahtera I di Desa bayah Barat mencapai 20,49 dari total keluarga yang ada di desa
tersebut. Dengan kata lain lebih dari seperlima masyarakat desa Bayah Barat belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, lingkungan, tempat tinggal serta kebutuhan transportasi. Meski tidak semua
keluarga miskin tersebut tergolong dalam masyarakat nelayan namun perlu langkah
antisipatif dari pemerintah daerah agar jumlah tersebut tidak bertambah seiring dengan
masuknya industrialisasi ke wilayah tersebut.
Jumlah Kepala Keluarga Menurut Tahapan Sejahtera
di Kecamatan Bayah Tahun 2014 No Desa Pra KS KS I KS II KS III KS III+ Jumlah
1 Bayah Barat 58 318 686 645 128 1835
2 Darmasari 88 163 249 111 33 744
3 Sawarna 128 275 661 124 19 1207
4 Cidikit 172 296 671 70 18 1226
5 Bayah Timur 149 378 611 364 68 1570
6 Cimancak 116 312 471 87 14 1000
7 Suwakan 131 267 354 177 23 952
8 Pasir Gombong 86 163 313 80 23 665
9 Cisuren 206 275 523 63 11 1078
10 Panumbulan 138 219 320 334 34 1045
11 Sawarna Timur 209 202 125 59 8 603
Kecamatan 1480 2868 5084 2114 379 11925
Sumber: PLKB Kecamatan Bayah dalam Kecamatan Bayah Dalam Angka 2015
Penghitungan angka kemiskinan sebagaimana disajikan dalam tabel di atas
merupakan salah satu metode dari sekian banyak metode penghitungan kemiskinan yang
selama ini dilakukan. Beberapa ahli menetapkan kriteria garis kemiskinan yang berbeda-
beda sehingga akan menghasilkan nilai perhitungan yang berbeda pula. Sayogyo (1977)
dalam Kurnia (2009) menggunakan ukuran pengeluaran per kapita per orang per tahun
ekuivalen beras 320 kilogram dan 480 kilogram per kapita per tahun sebagai garis
kemiskinan untuk masing-masing daerah perdesaan dan daerah kota, Badan Pusat Statistik
mengukur angka kemiskinan berdasarkan kebutuhan gizi minimal (2100 kal), sedangkan
Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan dengan pendekatan pendapatan per kapita
(Bank Dunia).
Selain perbedaan pengukuran tingkat kemiskinan definisi kemiskinan pun cukup
beragam. Menurut Badan Pusat Statistik (2016) kemiskinan secara asal penyebabnya
terbagi menjadi dua macam, pertama kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang
disebabkan oleh adanya faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
82
membelenggu seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap
melekat dengan kemiskinan. kedua, kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap
sistem atau tatanan sosial yang tidak adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang
sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri
mereka sendiri dari perangkap kemiskinan. Secara konseptual, kemiskinan dapat dibedakan
menurut kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut, dimana perbedaannya terletak pada
standar penilaiannya. Standar penilaian kemiskinan relatif merupakan standar kehidupan
yang ditentukan dan ditetapkan secara subyektif oleh masyarakat setempat dan bersifat
lokal serta mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai
miskin secara relatif. Sedangkan standar penilaian kemiskinan secara absolut merupakan
standar kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhaan dasar yang
diperlukan, baik makanan maupun non makanan. Standar kehidupan minimum untuk
memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai garis kemiskinan. Dengan gambaran awal
kondisi masyarakat Desa Bayah Barat dan adanya kegiatan industri semen PT. Cemindo Gemilang selaku produsen semen merah putih, menjadi alasan peneliti untuk mencari lebih
jauh melakukan kajian identifikasi tingkat kemiskinan pada masyarakat nelayan desa Bayah
Barat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya rumusan masalah
dalam penelitian ini yakni:
1. Bagaimanakah kondisi kemiskinan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat pasca
berdirinya industri semen?
2. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam meningkat-kan
kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui kondisi kemiskinan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat pasca
berdirinya industri semen
2. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat
1.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian didasarkan pada konsep identifikasi kemiskinan
berdasarkan pendekatan jumlah pengeluaran per bulan, keadaan tempat tinggal nelayan,
akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, maupun partisipasi dalam
proses perencanaan pembangunan. Selain itu dalam penelitian ini coba digali tentang
persepsi masyarakat atas kondisi kemiskinan itu sendiri. Secara serdehana kerangka
pemikiran penelitian ini disajikan pada gambar berikut ini:
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
83
Gambar Kerangka Pikir Penelitian
METODOLOGI
Metode Penelitian
Kegiatan penelitian akan dilaksanakan di desa Bayah Barat Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak pada bulan Oktober 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif bedasarkan data primer dan
sekunder yang di peroleh berdasarkan observasi lapangan, wawan-cara mendalam (indepth
interview) pada responden yang memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan
(purposive sampling). Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2016. Data-
data yang digali lebih jauh kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan, peran pemerintah
daerah serta perkembangan pembangunan daerah pasca berdirinya pabrik semen Merah
Putih (PT.Cemindo Gemilang).
Menurut Mukhtar dan Erna (2000: 15) yang dimaksud penelitian deskriptif yaitu
jenis penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
variabel atau tema, gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan atau gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam Sugiyono (1999: 6) penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa menghubungkan
atau membandingkan dengan variabel yang lain. Dari pendapat di atas bisa dielaborasi terkait
makna penelitian deskriptif yakni penelitian yang sifatnya mendeskripsikan atau
menggambarkan gejala atau keadaan yang ada berdasarkan data-data di lapangan tanpa
menghubungkan pengaruh gejala yang nampak satu sama lainnya. Jika dihubungkan
dengan tema penelitian ini, penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk melakukan
analisis terhadap kondisi kemis-kinan masyarakat nelayan Desa Bayah Barat Kecamatan
Bayah Kabupaten Lebak pasca berdirinya industri semen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
Secara administratif desa Bayah Barat dibatasi oleh Desa Cimancak dan desa Bayah
Timur (sebelah utara), sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah
barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Panggarangan dan sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Darma Sari. Luas wilayah Desa Bayah Barat adalah sebesar 13.014 Ha. Luas
wilayah yang ada tersebut dibagi dalam beberapa peruntukan, dapat dikelompokan seperti
untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Luas lahan
yang diperuntukan fasilitas umum, seperti jalan, pemukiman, TPU, sekolah, sarana
Keikutsertaan proses perencanaan pembangunan transfortasi
Akses Pendidikan Akses Kesehatan
Nelayan Pengeluaran Per Bulan
Fasilitas Tempat Tinggal
Gambaran Kemiskinan Nelayan Desa Bayah
Barat
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
84
peribadatan dan lain-lain adalah 236 Ha. Sedangkan untuk aktifitas pertanian, terdiri dari
lahan sawah, ladang dan peternakan dan hutan adalah 778 Ha. (Profil desa Bayah Barat
2015).
Sebagai wilayah perdesaan yang berbatasan langsung dengan samudera, sangat
wajar ketika jumlah penduduk desa Bayah Barat tercatat berprofesi sebagai nelayan.
Berdasarkan data Kecamatan Bayah Dalam Angka tercatat 477 penduduk Bayah Barat
berprofesi sebagai nelayan.
Jumlah Penduduk Menurut Mata pencaharian di Desa Bayah Barat Tahun 2014
Mata Pencaharian Jumlah
Petani 284
Buruh tani 43
Nelayan/Perikanan 447
Buruh nelayan 221
Industri 43
Konstruksi 82
Perdagangan 388
Transportasi 146
Pertambangan/galian 96
PNS 293
TNI/POLRI 38
Jasa Lainnya 662
Lain-lain 301
Jumlah 3044 Sumber: Diolah dari Kecamatan Bayah dalam Angka tahun 2015
Berdasarkan data dalam tabel di atas terlihat bahwa jumlah masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari kegiatan menangkap ikan. Jumlah nelayan ditam-bahkan
dengan jumlah buruh nelayan mencapai 21,94 dari total mata pencaharian yang ada di
wilayah desa Barat. Meski demikian, pada saat observasi lapangan, melihat kondisi
dermaga yang dipakai untuk bersandarnya perahu nelayan di Desa Bayah Barat nampaknya
jumlah yang tercantum dalam data Bayah dalam Angka tidak semuanya berstatus sebagai
nelayan aktif. Jumlah perahu yang bersandar di muara sungai cimadur hanya berjumlah
puluhan dan jumlah individu yang terlihat ditempat pelelangan ikan tidaklah terlalu banyak.
Hal ini terkonfirmasi dari hasil wawancara dengan ketua himpunan nelayan Bayah:
“Tidak semua nelayan di desa Bayah Barat semuanya aktif. Rata-rata nelayan
disini menagkap ikan sesuai dengan alat tangkap yang dimilikinya. Misal musim layur,
hanya nelayan dengan yang memiliki jaring 1,1/4 sampai 2 inchi yang melaut, karena alat
tangkap yang dimiliki terbatas. Sangat jarang nelayan memiliki semua jenis alat tangkap”
Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa meskipun secara jumlah nelayan di
Desa Bayah Barat cukup banyak, namun tidak semuanya secara rutin pergi melaut.
Kegiatan menangkap ikan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Bayah Barat disesuaikan
dengan alat tangkap yang dimilikinya.
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
85
Perbedaan data tentang jumlah nelayan di Desa Bayah Barat dijumpai pada saat
melakukan wawancara dengan salah satu staf desa. Berdasarkan data potensi desa yang ada,
jumlah nelayan di desa Bayah Barat hanya 163 orang.
“Jumlah nelayan di desa kami semakin tahun semakin menurun. Adanya industri semen
serta mahalnya peralatan melaut diduga menjadi penyebab menurunnya jumlah
nelayan ini. Berdasarkan data yang ada, kami hitung jumlah nelayan di sini tidak lebih
dari 200 orang”
Perbedaan data jumlah nelayan tersebut dimungkinkan adanya perbedaan persepsi
tentang nelayan. Badan Pusat Statistik menghitung nelayan secara keseluruhan (aktif dan
pasif) sementara pihak desa hanya menghitung jumlah nelayan yang aktif melakukan
kegiatan penangkapan ikan. Jumlah nelayan di Desa Bayah Barat juga diperkuat dengan
data keanggotaan Himpunan Nelayan Bayah (Hinaba) yang penulis dapatkan pada saat
melakukan wawancara dengan kelompok nelayan. Berdasarkan informasi dari ketua
Hinaba, jumlah nelayan Desa Bayah Barat yang tergabung dalam Himpunan Nelayan
Bayah berjumlah dua ratus satu nelayan. Jumlah tersebut tidak termasuk nelayan lainnya yang tergabung dalam organisasi Himpunan Nelayan Cimadur (Himadur) yang menurut
sepengetahuan narasumber kira-kira berjumlah tiga ratusan.
Meski tidak ada data pasti tentang jumlah nelayan aktif di Desa Bayah Barat,
namun bisa dipastikan bahwa aktifitas kegiatan penangkapan ikan di Desa Bayah turut
memegang peranan dalam kegiatan ekonomi. Karena itu tidak heran dalam misi
pembangungan desa Bayah Barat menempatkan nelayan sebagai salah satu saasaran objek
pembangunan desa. Dalam profil desa Bayah barat disebutkan salah satu misi pem-
bangunan desa yakni meningkatkan produktifitas dan pendapatan para petani, nelayan dan
para pengusaha kecil dan menengah, dan meningkatkan pembangunan infrastruktur di
sektor pertumbuhan ekonomi lokal, utamanya di bidang pertanian, dan perikanan dan
kelautan.
Produksi Ikan Nelayan Bayah
Keberadaan industri semen nampaknya belum berpengaruh terhadap hasil
tangkapan nelayan di desa Bayah Barat. Menurut pendapat mereka pengaruh keberadaan
industri semen hanya sebatas berpindahnya area tempat menangkap ikan (fishing area) ke
tempat yang lebih jauh. Pembangunan dermaga di daerah batu masigit sampai pantai karang
teraje membuat nelayan tidak dapat lagi menangkap ikan di daerah ini karena berubahnya
ekologi di daerah tersebut.
“Kalau secara hasil tangkapan memang tidak terlalu berpengaruh, namun tempat batu
masigit sampai karang taraje tidak bisa lagi digunakan untuk menangkap ikan karena
dipakai dermaga, selain itu dilaut kami tidak merasa tenang, karena banyak kapal
tongkang milik industri semen yang lalu lalang”
Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa selain berubahnya ekologi di daerah
batu masigit sampai dengan karang taraje yang berakibat tidak dapat dilaku-kan proses
penangkapan ikan didaerah tersebut, adanya lalu lalang kapal tongkang membuat
masyarakat khawatir dan merasa terganggu. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan zonasi
alur penangkapan ikan dan zonasi kapal tongkang agar tidak terjadi konflik antara nelayan
dengan kapal industri. Diperlukan aksi kolektif antara perusahaan dan kelompok nelayan
serta pemerintah daerah untuk melahirkan kesepakatan ini. Tindakan kolektif dan tawar-
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
86
menawar antara industri dan nelayan tradisional telah mendorong mereka untuk
mengembangkan solusi atas persoalan nelayan di Cilacap dan pabrik semen Holchim.
(Rosyadi dan Ardhi, 2012).
Data Badan Pusat Statistik kabupaten Lebak tahun 2014 menunjukan bahwa hasil
tangkapan ikan di pantai Bayah belum terpengaruh dengan keberadaan industri semen.
Hasil tangkapan ikan tahun 2013 mencapai angka 74,10 ton atau meningkat 7,3 ton
dibandingkan hasil tangkapan tahun 2012. Hasil tangkapan terbesar (18,4 ton) terjadi di
bulan November sedangkan hasil tangkapan terkecil terjadi di bulan Juli (2,2 ton). Secara
lebih lengkap disajikan dalam gambar di bawah ini.
Data Produksi Ikan di Kecamatan Bayah
2,1
7,3
3,12,4
6,2
4,2
7,3
9,8
7,7
10,3
4,3 4,3 4,3
8,2
9,1
6,2
2,2 2,4
4,5
6,9
18,4
3,3
3,62,8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2012
2013
Sumber Statistik Daerah Kecamatan Bayah 2014
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa hasil tangkapan ikan di pantai Bayah tiap
tahunnya cukup fluktuatif. Adanya kegiatan industri semen belum berpengaruh terhadap hasil tangkapan mereka.
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan di Desa Bayah Barat
Identifikasi kemiskinan dalam penelitian ini tidak berdasarkan distribusi pendapatan
dalam kelompok masyarakat melainkan lebih kepada pendekatan ketidakberdayaan
seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem atau tatanan sosial yang
tidak adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak
memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari
perangkap kemiskinan. Standar kehidupan yang mejadi pokok perhatian dalam penelitian
adalah menyangkut pada akses pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, kesehatan,
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
87
pendidikan, serta pemenuhan kebutuhan politik dilihat dari aspek pengakuan kelompok
nelayan sebagai salah satu elemen masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
1. Kemiskinan Dalam Aspek pemenuhan Kebutuhan Hidup Sehari-hari
Hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat maupun nelayan itu sendiri,
mayoritas mereka memiliki penilaian bahwa pendapatan nelayan dari hasil melaut
umumnya dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan maupun
papan. Meski hasil tangkapan dirasakan cukup fluktuatif namun secara rerata informan
menyampaikan hasil yang mereka peroleh cukup untuk keperluan membeli beras, sayur
mayur, lauk pauk serta kebutuhan dapur lainnya. Selain itu informan menyampaikan bahwa
paling tidak dalam setahun mereka mampu membeli dua potong baju baru untuk
keluarganya.
“Hasil ngalaut mah teu bisa dianggeurkeun, kadang panen, kadang paceklik. Tapi paling
heunteu keur keperluan dapur mah teu kakurangan. Mun lebaran paling heunteu bisa
kabeuli dua potong baju keur anak pamajikan. Mun keur panen sok disimpeun keur
kaperluan engke mun keur paceklik” “Hasil dari menangkap ikan memang tidak pasti, kadang dapat banyak, terkadang tidak.
Tapi paling tidak untuk keperluan dapur tidak kekurangan. Kalau lebaran paling tidak bisa
membeli dua buah baju untuk anak dan istri. Kalau hasil tangkapan berlebih disimpan
untuk keperluan nanti di saat paceklik”
Kutipan pendapat informan di atas menunjukan bahwa hasil tangkapan nelayan dirasakan
cukup untuk membeli kebutuhan sandang pangan mereka. Meski tidak berlebih, tapi paling
tidak kebutuhan dasar untuk keperluan dapur serta pakaian mampu mereka penuhi. Hal ini
diperkuat dengan pendapat tokoh masyarakat dan tokoh pemuda yang mengkonfirmasi
bahwa sebetulnya hasil melaut yang diperoleh dari nelayan pada umumnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok mereka, tinggal bagaimana mereka menyesuaikan pola hidup
dengan hasil yang didapatkan-nya.
Hasil penelitian lainnya menujukan bahwa seluruh nelayan yang diwawancara
memiliki kebiasaan merokok. Rata- rata mereka menghabiskan dua bungkus rokok setiap
harinya. Jika Harga rokok rata-rata Rp.15.000 berarti paling sedikit mereka menghabiskan
Rp.30.000 hanya untuk membeli rokok. Selain itu, dengan alasan untuk menghangatkan
badan dan mencegah mabuk laut, beberapa nelayan mengaku selalu selalu meminum
“minuman” sebelum melalut.
“Di laut angin na beda pak. Lamun teu nginum kopi tiis heula (istilah untuk anggur merah)
sok gampang lieur, asup angin. Eta oge tara loba, paling sabotol ku duaan jeung
babaturan. Hargana ngan 35 rebuan”.
“Kondisi di laut anginnya berbeda dengan daratan. Kalau tidak memimum minuman
anggur merah dulu suka gampang pusing, masuk angin. Itu juga tidak banyak, paling
sebotol untuk berdua dengan teman. Harganya Cuma 35.000.”
Kebiasaan lain masyarakat nelayan adalah kegiatan “mengopi” di warung sambil
menunggu ikan hasil tangkapannya laku. Berdasarkan informasi yang diperoleh rata-rata
mereka menghabiskan Rp.10.000-20.000 untuk sekedar membayar kopi dan gorengan pada
saat mereka di warung. Hal ini mereka lakukan untuk sekedar mengisi waktu selama proses
pelelangan hasil tangkapan berlangsung.
Berdasarkan kutipan wawancara dan fakta yang telah disampaikan di atas terlihat
bahwa pola hidup masyarakat nelayan umumnya cukup konsumtif. Selain untuk kebutuhan
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
88
bahan bakar (bensin) dan perbekalan sekitar seratus ribu rupiah mereka juga mengeluarkan
biaya lainnya untuk sekedar membeli rokok, minuman, serta biaya di warung. Temuan ini
sejalan dengan pendapat (Sukirno, 2004) yang menyebutkan bahwa faktor gaya hidup dalam
pemanfaatan waktu luang mempengaruhi kemiskinan suatu masyarakat. Pendapat lainnya
yang menyebutkan kebiasaan nelayan mempunyai pola hidup yang kurang memper-
hitungkan kebutuhan masa depanya (Hamdani, 2013), atau Natalia dan Alie (2014) yang
menyebutkan bahwa kondisi ekonomi yang dapat dikatakan rendah, banyak masyarakat pesisir
yang bersifat konsumtif merokok. Diperlukan langkah antisipatif dari pemerintah daerah untuk
menekan tingkat konsumsi rokok di kalangan masyarakat pesisir khususnya nelayan.
2. Kemiskinan Dalam Aspek pemenuhan Kebutuhan Kesehatan
Kemampuan masyarakat dalam membayar fasilitas kesehatan menjadi salah satu
penilaian pemenuhan indikator non makanan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Hasil
observasi dan wawancara menunjukan bahwa desa Bayah Barat memiliki fasilitas
kesehatan berupa puskesmas dan bidan desa. Berdasarkan penuturan informan keberadaan
puskesmas cukup membantu mereka mendapatkan pelayanan kesehatan. Biaya pengobatan
yang dibebankan kepada masyarakat dirasakan masih dalam kemampuan mereka. Meski
demikian mereka mengeluhkan tentang jauhnya jarak rumah sakit ketika mereka
memerlukan penanganan kesehatan lanjutan. Rumah sakit terdekat (kurang lebih berjarak
40 KM) berada di Kecamatan Malingping dengan fasilitas yang mereka anggap masih
kurang. Karena itu banyak masyarakat yang memilih membawa keluarganya ke Rumah
Sakit di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi untuk mendapat pelayanan kesehatan.
Hal lain yang menjadi perhatian dalam aspek kesehatan adalah masih banyaknya
nelayan Bayah Barat yang belum memiliki kartu jaminan kesehatan baik Kartu Lebak Sehat
maupun kartu Indonesia Sehat. Beberapa informan menyebutkan bahwa mereka belum
memiliki kartu dimaksud padahal sudah beberapa kali mengajukan ke pihak desa.
Permasalahan masih adanya warga yang belum memiliki Kartu Jaminan Kesehatan diakui
oleh pihak desa. Dalam profil desa Bayah Barat, pihak desa mengakui bahwa Program
BPJS Kesehatan yang belum merata di masyarakat merupakan salah satu permasalahan
desa di bidang kesehatan.
Hasil wawancara dengan informan juga menunjukan bahwa masyarakat nelayan di
Desa Bayah Barat kurang memahami tentang sanitasi lingkungan. Beberapa responden dari
kalangan nelayan mengaku belum memiliki fasilitas MCK dirumahnya. Selain itu dalam
pengamatan lapangan dijumpai saluran air buangan dari limbah rumah tangga mengalir
secara terbuka diantara pemukiman penduduk. Hal ini diperkuat dengan data profil
kecamatan yang menunjukan bahwa dari 2.256 keluarga rumah tangga yang ada di Desa
Bayah Barat sebanyak 216 keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga. Angka ini
menunjukan bahwa 9,5% belum memiliki fasilitas MCK. Kondisi ini merupakan gambaran
umum pemukiman nelayan seperti yang ungkapkan oleh Triyono (2014) bahwa
pengetahuan masyarakat nelayan kampung Garapan Desa Tanjung Pasir Kabupaten
Tangerang tentang buang air besar sembarangan adalah buruk atau pun penelitian lainnya
yang menyebutkan masyarakat nelayan Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan cukup
mengerti perilaku yang seharusnya mereka lakukan terhadap kebersihan lingkungan pantai,
namun belum dapat menerapkan pada perilaku sehari-harinya (Gunarti, 2008).
Berdasarkan deskripsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam aspek
kesehatan nelayan Desa Bayah Barat masih banyak yang tergolong miskin. Masih banyak
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
89
masyarakat yang belum sepenuhnya menikmati fasilitas kesehatan dikarenakan terbatasnya
layanan kesehatan yang tersedia. Kondisi ini diperparah dengan kondisi sanitasi lingkungan
yang kurang baik sehingga dapat mempercepat penyebaran penyakit di wilayah ini.
3. Kemiskinan Dalam Aspek Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan
Selain kesehatan, pendidikan merupakan faktor lain yang menjadi penilaian tingkat
kemiskinan dengan menggunakan indikator non makanan. Rata-rata nelayan tradisional
memiliki permasalahan dalam tingkat pendidikan dan jelas kondisi itu akan mempersulit
nelayan tradisional memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain menjadi nelayan
(Kusnadi 2002: 30).
Permasalahan yang sama juga dijumpai pada komunitas nelayan di Desa Bayah
Barat. Semua informan dari kalangan masyarakat hanya mengenyam tingkat pendidikan
Sekolah lanjutan Pertama (SMP). Kemampuan menangkap ikan rata-rata diperoleh secara
turun-temurun ataupun karena ikut-ikutan diajak nelayan yang sudah terlebih dahulu
menekuni profesi nelayan. Mereka umumnya mengatakan bahwa tidak ada pelatihan khusus
atau pun diklat-diklat tentang bagaimana penggunaan alat tangkap ikan yang optimal serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan hasil tangkapan mereka.
Meski rata-rata nelayan di Desa Bayah Barat hanya mengenyam pendidikan sampai
dengan SMP, mereka menginginginkan agar anak-anaknya mengenyam pendidikan yang
lebih tinggi dibanding dirinya sebagai bagian dari upaya memperbaiki kualitas sumber daya
manusia keluarganya.
“mun bisa mah anak-anak kami bisa...... bisa sakola luhur ulah siga kami. Sanajan
bapakna ripuh oge keur kaperluan sakola anak mah kudu diusahakeun rek timana oge”.
“Kalau bisa naka-anak kami dapat.... dapat sekolah tinggi jangan seperti saya. Meskipun
dalam segi ekonomi kekurangan, untuk keperluan sekolah anak harus diusahakan dengan
sumber pembiayaannya dari mana saja”
Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa keinginan sebagian besar komunitas
nelayan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan pendidikan orang
tuanya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian nelayan tidak mendapatkan bantuan
pendidikan dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar atau pun Kartu Lebak Pintar. Mereka
sangat mengharapkan jaminan pendidikan untuk membantu pembiayaan putera-puteri
mereka. Meski diakui oleh informan untuk menempuh pendidikan sampai tingkat SMP
tidak dikenakan biaya Sumbangan Pendanaan Pendidikan (SPP) namun mereka
memerlukan biaya tambahan untuk keperluan pembelian buku, biaya transportasi dan uang
jajan. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan sekolah sehari-hari rata-rata
mencapai 10.000 per orang. Biaya yang lebih besar dikeluarkan untuk keluarga nelayan
yang mengenyam pendidikan tingkat SMA, hal ini dikarenakan untuk keperluan biaya
angkutan perkotaan atau pun membeli bensin bagi mereka yang menggunakan motor.
Kodisi ini tentu perlu disikapi pemerintah daerah dengan memberikan bantuan pendidikan
bagi masyarakat nelayan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia keluarga
belayan. Hal ini sangat penting mengingat pendidikan untuk peningkatan kualitas sumber
daya manusia adalah salah satu faktor yang memiliki peran dalam meningkatkan
kesejahteraan nelayan (Natalia dan Alie, 2014; Hamdani, 2014).
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
90
4. Kemiskinan Ditinjau dari Akses Partisipasi Pembangunan
Adiwibowo (2000) dalam Karunia (2009) menyebutkan salah satu jenis kemiskinan
adalah kemiskinan partisipasi yang dicirikan dengan tidak ada akses dan kontrol atas
proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas. Partisipasi ini
ditunjukan dengan keikutsertaan mereka dalam proses perencanaan pembangunan dalam
lingkup pemerintahan desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, hanya satu
informan yang menyebutkan pernah diundang untuk ikut serta dalam kegiatan musrenbang
desa. Meski demikian keikut-sertaan informan dalam proses musrenbang desa tersebut
bukan dalam kapasitas mewakili kelompok nelayan melainkan karana kedudukan beliau
sebagai ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya. Karena itu, isu yang diangkat pada
proses musrenbang desa lebih kepada permasalahan pembangunan di lingkungannya bukan
diarahkan pada perbaikan nasib nelayan.
Gambaran permasalahan sebagaimana disampaikan di atas menunjukan bahwa
komunitas nelayan desa Bayah Barat dalam wadah Himpunan Nelayan Bayah masih belum
diakui eksistensinya oleh pemerintah desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf desa diperoleh informasi bahwa meski hampir seluruh anggota Himpunan Nelayan
Bayah secara administrasi kependudukan tercatat sebagai penduduk desa Bayah Barat
namun organisasi ini tidak mengkhususkan keanggotaan berdasarkan batas administrasi
kependudukan. Keanggotan Himpunan Nelayan Bayah lebih ditujukan berdasarkan batasan
teritori tempat sandar perahu dan tempat pelelangan hasil tangkapan. Hal yang sama juga
terkonfirmasi dari pernyataan ketua Himpunan Nelayan Bayah berikut ini:
“Himpunan Nelayan Bayah dibentuk bukan berdasarkan tempat tinggal nelayan, penduduk
mana saja asal dia menempatkan perahunya di pantai Bayah dan melakukan penjualan
ikan di Tempat Pelelangan Ikan Bayah, mereka boleh masuk sebagai anggota”.
Berdasarkan cuplikan wawancara di atas serta keterangan dari staf desa bayah barat dapat
disimpulkan bahwa Himpunan Nelayan Bayah belum diakui sebagai salah satu organisasi
kemasyarakatan yang ada di desa tersebut. Berdasarkan idikator partisipasi, maka
masyarakat nelayan desa Bayah Barat tergolong sebagai masyarakat miskin partisipasi. Hal
ini sangat disayangkan mengingat hampir seluruh anggota Himpunan Nelayan Bayah
merupakan warga yang berdomisili di Desa Bayah Barat.
Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan
Kehadiran industri semen di Kecamatan Bayah meski belum menunjukan
perubahan terhadap hasil tangkapan nelayan tetapi dirasakan telah membawa perubahan
kondisi sosial ekonomi masyarakat disana. Banyaknya pendatang yang masuk serta
perubahan ekologi karena berdirinya industri semen tentu memerlukan proses adaptasi
melalui perubahan program maupun kegiatan yang selama ini diarahkan kepada kelompok
tersebut. Banyaknya pendatang baru seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat Desa
Bayah Barat khususnya keluarga nelayan untuk melakukan diversifikasi usaha sebagai
bentuk adaptasi terhadap perubahan sosial ekonomi. Perubahan ekologis di kawasan pesisir
Desa Pulau Panjang, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan disikapi nelayan setempat melalui penganekaragaman sumber pendapatan,
memanfaatkan hubungan sosial, memobilisasi anggota rumah tangga, melakukan
penganekaragaman alat tangkap, dan melakukan perubahan daerah penangkapan (Helmi
dan Satria,2012).
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
91
Proses adaptasi sebagaimana yang diungkapkan oleh Helmi dan Satria (2012)
seperti penganekaragaman sumber pendapatan dan mobilisasi anggota keluarga dapat
dilakukan melalui usaha pengolahan hasil perikanan. Pada saat proses Focused Group
Discussion (FGD), umumnya nelayan menginginkan usaha rumahan untuk pengolahan
produk perikanan berupa pembuatan ikan asin, pengolahan abon ikan. Menurut penuturan
mereka, pernah beberapa kali Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Lebak memberikan
sosialisasi tentang bagaimana meningkatkan nilai jual produk perikanan, namun sangat
disayangkan kegiatan ini tidak ditindakjuti dengan bantuan permodalan dan tindak lanjut
agar produk yang dihasilkan secara kontinyu dapat diterima oleh pasar.
Hal lainnya yang harus dilakukan adalah bagaimana memanfaatkan hubungan sosial
yang ada dalam komunitas nelayan yang berdomisili di Desa Bayah untuk turut serta dan
menjadi bagian dalam proses penyusunan rencana pembangunan di desanya. Pemerintah
desa Bayah Barat harus melibatkan Himpunan Nelayan Bayah dalam penyusunan rencana
kerja tahunan atau pun rencana strategis pembangunan desa dalam bentuk kegiatan
musrenbang desa. Hal ini dimaksudkan agar program kerja pemberdayaan masyarakat nelayan desa Bayah Barat menjadi bagian dari kegiatan desa dan lahir dari usulan
masyarakat.
Keikutsertaan perwakilan masyarakat nelayan dalam penyusunan rencana
pembangunan desa juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan permasalahan kolektif
nelayan. Kurangnya akses masyarakat nelayan akan fasilitas pendidikan dan kesehatan
berupa ketiadaan kartu Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar atau pun kartu Lebak Sehat
dan Lebak Pintar harus disampaikan secara kolektif agar memiliki posisi tawar yang lebih
kuat. Adanya saluran aspirasi dan control atas proses pengambilan keputusan yang
menyangkut nasib diri dan komunitas merupakan salah satu upaya meminimalisir
kemiskinan dalam komunitas tertentu (Adiwibowo dalam Karunia, 2009).
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1. Keberadaan industri semen belum berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan di desa
Bayah Barat. Pengaruh keberadaan industri semen hanya menyebabkan berpindahnya
area tempat menangkap ikan (fishing area) ke tempat yang lebih jauh dan kekhawatiran
nelayan karena lalu lintas kapal tongkang yang membawa bahan baku maupun hasil
produksi pabrik semen.
2. Meski hasilnya fluktuatif, pendapatan yang diperoleh nelayan desa Bayah Barat dari
kegiatan melaut pada umumnya dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok
mereka. Meski demikian ditemukan perilaku hidup yang salah seperti merokok minimal
dua bungkus perhari, kebiasaan menghabiskan waktu diwarung kopi serta meminum
minuman dengan tujuan menghilangkan mabuk laut membuat besarnya baiaya hidup
nelayan.
3. Ditinjau dari aspek pemenuhan kesehatan, umumnya nelayan desa Bayah Barat belum
memiliki kartu Jaminan Kesehatan baik Kartu Lebak Sehat maupun kartu Indonesia
Sehat. Selain itu masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat kurang memahami tentang
sanitasi lingkungan.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar nelayan tidak mendapatkan bantuan
pendidikan dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar atau pun Kartu Lebak Pintar. Meski
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
92
diakui oleh informan untuk menempuh pendidikan sampai tingkat SMP tidak dikenakan
biaya Sumbangan Pendanaan Pendidikan (SPP) namun mereka memerlukan biaya
tambahan untuk keperluan pembelian buku, biaya transportasi dan uang jajan.
5. Masyarakat nelayan desa Bayah Barat belum memiliki saluran aspirasi dan control atas
proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas. Hal ini
disebabkan karena dalam setiap kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa,
perwakilan kelompok nelayan tidak pernah diikutsertakan.
Rekomendasi
1. Perlu dilakukan pendekatan persuasif dari tokoh masyarakat dan agama agar nelayan
mau merubah pola hidup kosumtif dan meminimalisir kegiatan yang banyak
menghabiskan uang selain untuk pemenuhan kebutuhan pokok.
2. Pemerintah desa agar membantu fasilitasi pengusulan bantuan jaminan pendidikan dan
kesehatan bagi kelompok nelayan desa Bayah Barat. Selain itu pemerintah desa perlu
mengikutsertakan perwakilan nelayan dalam kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa.
3. Pemerintah daerah perlu memfasilitasi kegiatan pelatihan yang ditujukan untuk
peningkatan nilai tambah produk perikanan dan upaya diversifikasi usaha.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Said Z. 2008. Strategi Kebijakan Dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik. Penerbit
Suara Bebas.
Agus Triyono. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Buang Air Besar
Masyarakat Nelayan Di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir Kabupaten
Tangerang Propinsi Banten. Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014
Fikes – Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Alfian Helmi dan Arif Satria. 2012. Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan
Ekologis. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 16, No. 1, Juli 2012: 68-78.
Alifyani Gunarti. 2008. Perilaku Masyarakat Nelayan Terhadap Kebersihan Lingkungan
Pantai di Daerah Pesisir Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Skripsi (Sarjana),
Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang.
Ambariyanto dan N.S, Denny. 2012. Kajian Pembanguanna Desa Pesisir Tangguh di Kota
Semarang, Jurnal Riptek, Vol. 6, No. II.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. Statistik Daerah Kecamatan Bayah 2014.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. Kecamatan Bayah Dalam Angka 2015.
Desa Bayah Barat. 2015. Profil Desa 2015.
Kusnadi. (2002). Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora
Utama Press.
Haris Hamdani. 2013. Faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan Tradisional. Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Jember (UNEJ).
Mita Natalia dan Muhammad Mukti Alie. 2014. Kajian Kemiskinan Pesisir Di Kota
Semarang (Studi Kasus: Kampung Nelayan Tambak Lorok). Jurnal Teknik PWK
Universitas Dipenogoro. Volume 3 Nomor 1 2014 Online: Http://Ejournal-
S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Pwk.
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....
93
Nendah Kurniasari dan Elly Reswati. 2011. Memaknai Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir. Buletin Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 1, 2011, hal.
1-13.
R.Luki Karunia. 2009. Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor.
Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Slamet Rosyadi dan Erwin Riyanto Ardhi. 2012. Kolaborasi Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Perairan: Kasus Aksi Kolektif Antara Industri Dan Nelayan Tradisional Di
Sungai Donan Cilacap. Prosiding Seminar Nasional ”Pengembangan Sumber Daya
Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II” Purwokerto, 27-28 Nopember 2012.
Sadono Sukirno. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi, Bandung; Alfabeta.
Widodo Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif, Yogyakarta: Avirouz.