HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI...
Transcript of HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI...
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN KONSEP DIRI ANGGOTA
FLOWERS CITY CASUALS
Studi Korelasional terhadap Anggota Flowers City Casuals
SKRIPSI
Disusun Oleh :
APRI SUCI LESTARI
11080007437
BIDANG KAJIAN MANAJEMEN KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN KONSEP DIRI ANGGOTA FLOWERS CITY CASUALS
Sub Judul : Studi Korelasional terhadap Anggota Flowers City Casuals
Nama : APRI SUCI LESTARI
NPM : 11080007437
Bidang Kajian : MANAJEMEN KOMUNIKASI
Menyetujui, Pembimbing
Anne Maryani, Dra., M.Si.
Mengetahui, Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
Dr. Anne Ratnasari, Dra., M.Si.
i
ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN KONSEP DIRI ANGGOTA FLOWERS CITY CASUALS
Komunikasi sebagai salah satu elemen dari kegiatan kelompok menjadi sangat penting karena memalui komunikasi masing-masing anggota dapat merasa lebih akrab dan dekat satu sama lain dan pada akhirnya menjadikan para individu dalam kelompok tersebut lebih kuat. Dalam keefektifan komunikasi antarpribadi terdapat interaksi antar tiap anggota satu sama lain., interaksi dapat memunculkan konsep diri pada seseorang, dengan komunikasi antarpribadi yang efektif maka konsep diri dari masing-masing anggota akan berubah, konsep diri itu akan semakin positif atau negatif. Komunikasi antarpribadi dengan konsep diri adalah dua hal yang saling mempengaruhi.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah korelasional, pengambilan sampel penelitian didasarkan atas rancangan sampling acak sederhana. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur (kuesioner), penganalisaan dilakukan dalam suatu interpretasi data, teknis analisis data yang digunakan adalah analisis statistika non-parametrik dengan rumus uji korelasional Rank Spearman.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil yang signifikan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, hal ini terlihat dari hasil perhitungan t hitung yang menunjukkan nilai untuk karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri yaitu 4,451 lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 36 orang yaitu 2,042 artinya H1 diterima yang artinya ada hubungan dari pernyataan tersebut. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah cukup efektif, walaupun tidak semua karakteristik komunikasi antarpribadi dilaksanakan secara efektif, namun secara keseluruhan karakteristik komunikasi antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals sudah efektif dan mampu mempersepsi orang lain untuk membentuk konsep diri yang positif.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan tantangan
dan juga kendala, namun berkat dorongan, semangat dan bimbingan serta
petunjuk dari berbagai pihak, semuanya dapat dilalui dan akhirnya penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis
memberikan ucapan terima kasih yang dalam dan penghargaan yang tinggi
kepada:
1. Allah, SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat-Nya.
2. Bapak Drs. H. O. Hasbiansyah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Bandung, Ibu Santi Indra Astuti, Drs., M.Si
selaku Wakil Dekan I, dan Ibu Rini Rinawati, Dra., M.Si selaku Wakil
Dekan II yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal.
3. Ibu Dr. Anne Ratnasari, Dra., M.Si selaku Ketua Bidang Kajian
Manajemen Komunikasi yang telah memberikan kemudahan dalam segala
hal.
iii
4. Ibu Rita Gani, S.Sos., M.Si selaku dosen wali yang memberikan dukungan
kepada penulis.
5. Ibu Anne Maryani, Dra., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya, serta atas segala
bantuan, dukungan, perhatian dan bimbingannya terhadap penulis dalam
menyusun skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
ilmunya beserta sharing pengalamannya melalui kuliah yang telah penulis
ikuti.
7. Seluruh Staf Bagian Akademik dan Staf Bagian Administrasi Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung yang telah membantu
penulis mendapatkan informasi dan melengkapi prosedur selama
perkuliahan.
8. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil, kesabaran, dan selalu mendoakan penulis untuk diberi
kelancaran serta kemudahan dalam menyelesaikan studi.
9. Kakak-kakakku tersayang Apriyanti, S.Ikom, Asep Rohmat, Marita
Meiliyanti, Rasid, dan keponakan tercinta Naufal, Kezia dan Saskia yang
telah memberikan motivasi dan perhatiannya kepada penulis.
10. Mahendra Dwisakti Prasetya S.H selaku orang spesial bagi penulis yang
telah memberikan semangat, dukungan, doa, waktu, kesabaran dalam
proses pembuatan penelitian dan memperkenalkan Flowers City Casuals
kepada penulis.
iv
11. Kawan-kawan Flowers City Casuals yang bersedia membantu
terselesaikannya skripsi ini, khususnya kang Rizky Ardi Maulana yang
sudah meluangkan waktunya untuk memberikan penjelasan mengenai
Flowers City Casuals.
12. Sahabat-sahabatku tersayang, Vorda, Firmansyah, Meike, Ukhti Saima,
Furry, Mirsi, Bona, Willy, Irfan, Jaka, Fitri yang selalu memberikan
dukungan, semangat, doa dan bantuan kepada penulis.
13. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, Auli Aryana, Elis,
Siska, Widya, Gilang, mba Erda, Nadia, yang telah memberikan saran,
informasi dan masukan kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah. SWT membalas semua kebaikan
yang telah diberikan dengan pahala yang jauh lebih baik. Dan semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Amiin.
Bandung, Juli 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
Abstrak ………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………………. ii
Daftar Isi……………………………………………………………………....... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………..……………………... 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………..…..……..………….. 9
1.3 Identifikasi Masalah………………………………………………...…….. 9
1.4 Tujuan Penelitian ……………………………..……….………………... 10
1.5 Pembatasan Masalah …………...…………………………………………. 10
1.6 Kegunaan Penelitian ………………………………………………………. 11
1.6.1 Kegunaan Teoritis …………………………………………………… 11
1.6.2 kegunaan Praktis ……………………………………………………. 11
1.7 Kerangka Hasil Penelitian ………………………………………………… 12
1.8 Kerangka Penelitian ………………………………………………………. 16
1.8.1 Kerangka Konseptual ………………………………………………. 20
1.9 Operasionalisasi Variabel ………………………………………………… 24
1.10 Hipotesis Penelitian ……………………………………………………… 26
1.10.1 Hipotesis Umum …………………………………………………… 26
1.10.2 Sub Hipotesis ………………………………………………………. 26
1.11 Metodologi Penelitian …………………………………………………… 27
1.11.1 Metode Penelitian …………………………………………………. 27
1.11.2 Populasi dan Sampel ………………………………………………. 28
vi
1.11.3 Teknik Uji Hipotesis ………………………………………………. 29
1.11.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi …………….…………………………… 34
2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi …………………………………… 38
2.3 Teori Hubungan Komunikasi Antarpribadi dengan konsep diri …...………. 41
2.3.1 Model Komunikasi Intrapribadi ………………………………………. 41
2.3.2 Teori Hubungan Komunikasi antarpribadi dengan konsep diri ……….. 43
2.4 Tinjauan tentang Konsep Diri ………………………………………………… 48
2.4.1 Definisi Konsep Diri ……………………………………………………. 48
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri …...………………….. 52
2.4.3 Konsep Diri yang Positif ………………..……………………………… 54
2.5 Kaitan Komunikasi Antarpribadi dengan Konsep Diri …………………. 58
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1 Flowers City Casuals ……………….…………………………………….. 61
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Casuals ………………………………… 61
3.1.2 Profil Flowers City Casuals ………………………………………… 65
3.2 Komunikasi Antarpribadi Flowers City Casuals …………………………. 68
3.3 Aktivitas yang dilakukan Flowers City Casuals ………………………….. 71
3.4 Susunan Pengurus Flowers City Casuals …………………………………. 72
3.5 Data Observasi Penelitian …………………………………………………. 73
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif Data Responden …………………………………….. 75
4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian …………………………………… 77
4.3 Analisis Pengujian Hipotesis …………………….……………………… 115
4.3.1 Hubungan antara Keterbukaan dengan Konsep Diri ………… 116
vii
4.3.2 Hubungan antara Empati dengan Konsep di…………………. 117 4.3.3 Hubungan antara Sikap dukungan dengan konsep diri…… 118
4.3.4 Hubungan antara Rasa Positif dengan Konsep Diri …… 119
4.3.5 Hubungan antara Kesetaraan dengan Konsep Diri …………… 120
4.3.6 Hubungan antara Karakteristik KAP dengan konsep diri ……… 121
4.4 Uji Reliabilitas dan Validitas ……………………………………… 122
4.4.1 Uji Reliabilitas ……………………………………………… 122
4.4.2 Uji Validitas ………………………………………………… 124
4.5 Pembahasan ……………………………………………………… 125
4.5.1 Pembahasan sub hipotesis pertama ……………………… 125
4.5.2 Pembahasan sub hipotesis kedua …………………………. 127
4.5.3 Pembahasan sub hipotesis ketiga ………………………… 128
4.5.4 Pembahasan sub hipotesis keempat ……………………… 130
4.5.5 Pembahasan sub hipotesis kelima …………………………. 131
4.5.6 Pembahasan hipotesis utama ……………………………… 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 140
5.2 Saran ……………………………………………………………… 142
5.2.1 Saran Praktis …………………………………………………… 142
5.2.2 Saran Akademis ……………………………………………… 143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suporter sepak bola atau sering disebut dengan “publik sepak bola” dalam
artian umum merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah sistem olah raga
sepak bola. Betapa tidak, olahraga yang paling populer di dunia ini memiliki
antusiasme dan mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari sebagian masyarakat di
seluruh dunia.
Dalam buku Sepak Bola Tanpa Batas karya Hanung handoko, istilah suporter
berasal dari kata ‘support’ yang berarti dukungan. Dalam konteks persepakbolaan,
dukungan ini bentuknya sangat universal dan luas, artinya sebuah negara atau klub
profesional akan terlihat dan diakui eksistensinya jika di dukung oleh organisasi yang
profesional, roda kompetisi yang berjalan dengan baik, dukungan finansial yang
cukup, infrastruktur yang memadai, serta dukungan publik yang ada pada
negara/daerah tempat tim tersebut berdomisili. Dukungan dari suporter erat kaitannya
dengan kesuksesan sebuah klub atau negara, karena dukungan dari suporter dalam
sepakbola bisa dikatakan sebagai pemain ke-12 yang ikut andil dalam memotivasi
perjuangan sebuah klub atau negara dalam mencapai prestasi tertinggi.
2
Menurut sumber yang didapat penulis dari orangestreetboy.blogspot.com,
kelompok suporter di dunia sepak bola khususnya di kancah sepak bola Indonesia
merupakan suatu euforia tersendiri didalam perjalanan sejarah sepak bola nasional.
Kelompok suporter pun merupakan salah satu elemen penting dalam supra struktur
organisasi sepak bola modern, karena kelompok suporter secara “de facto” bisa
dikatakan sebagai bagian dari “stakeholder” (pihak yang berkepentingan) dalam
menyemarakkan sebuah kompetisi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Di Indonesia sendiri terdapat banyak kelompok suporter klub yang tersebar
diseluruh penjuru tanah air, baik itu suporter biasa layaknya masyarakat yang merasa
memiliki ikatan emosional pada sebuah klub, maupun kelompok suporter yang
terorganisir. Khusus untuk kelompok suporter yang terorganisir, biasanya mereka
mengatasnamakan kelompok pendukung setia sebuah klub, disertai dengan penamaan
kelompok dan kelengkapan atribut yang sama dalam memberikan dukungan moril
bagi tim kesayangannya. Dukungan moril, do’a, teriakan, yel-yel bahkan konfigurasi
yang menggambarkan “uniformitas” (keseragaman) di dalam stadion saat
mendukung tim kebanggaannya bertanding, menjadi ciri khas tersendiri yang muncul
dari sebuah kelompok suporter yang terorganisir.
Dalam suporter sepakbola modern, terdapat berbagai macam jenis suporter.
Ada yang disebut dengan ultras, casuals, hooligan, dan suporter biasa. Menurut
sumber yang didapat penulis dari flowerscitycasuals.tumblr.com, Casuals merupakan
3
salah satu bagian dari budaya di dalam sepakbola, yang identik dengan hooliganisme
dan pakaian-pakaian mahal bermerek. Sub kultur ini lahir pada akhir dekade 70-an, di
Britania Raya, dimana kala itu banyak para hooligan klub sepakbola, banyak
menggunakan pakaian-pakaian mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka
tidak lagi mengenakan atribut-atribut beraroma logo-logo klub kesayangan, agar tidak
dikenali, sehingga lebih mudah menyusup kelompok musuh. Asal usul budaya
casuals sendiri dapat dilihat dalam sub kultur mod pada tahun 60-an, para pemuda
penganut sub kultur mod, mulai membawa gaya berpakaiannya ke dalam teras
sepakbola. Ditandai dengan kebangkitan sub kultur mod tahun 70-an, casuals mulai
tumbuh dan dan berubah setelah suporter sepakbola Inggris banyak menggunakan
pakaian merek-merek Eropa dalam stadion pada saat mendukung klub
kesayangannya.
Tiap jenis suporter tersebut mempunyai ciri khas masing-masing misalnya
dalam hal perilaku, cara berpakaian, berinteraksi dalam mendukung tim
kesayangannya dan reaksi terhadap persaingan dengan suporter lawan. Dari jenis-
jenis suporter tersebut diatas penulis tertarik membahas mengenai suporter casuals
khususnya suporter casuals tim sepakbola kota Bandung, Persib Bandung yang
menamakan dirinya Flowers City Casuals (selanjutnya disebut FCC). Para anggota
FCC berinteraksi satu sama lain untuk bertukar informasi, mendiskusikan klub
sepakbola yang mereka dukung, bertukar informasi mengenai sepakbola dunia dan
produk-produk dari merek tertentu yang menjadi ciri khas para casuals.
4
Dengan berinteraksi satu sama lain, para anggota FCC dapat memantapkan
hubungan antarpribadi dengan anggota yang lain karena interaksi sosial adalah
terjadinya suatu hubungan timbal balik diantara kedua belah pihak atau lebih dan
kadang saling berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Dalam kehidupan
bermasyarakat, interaksi sosial memegang peranan yang sangat penting, dimana
setiap manusia tidak bisa hidup dengan tanpa bantuan orang lain. Interaksi sosial
merupakan salah satu cara untuk melekatkan sendi-sendi kelompok dalam rangka
penciptaan kerjasama dan kekompakan diantara anggota yang nantinya sedikit
banyak akan berpengaruh dalam pelaksanaan program yang dibuat.
Kerjasama dan kekompakan itu akan terlihat di stadion pada saat mereka
melihat pertandingan tim kesayangannya secara langsung. Dengan adanya kerjasama
dan kekompakkan akan meminimalisir terjadinya bentrokan antar supporter atau
dengan suporter dari kelompok lain diluar FCC. Menurut sumber supporter-
Indonesia.com hal yang melatar belakangi adanya kriminalitas di dalam stadion
diantaranya adalah fanatisme berlebihan, keputusan wasit, kinerja panitia
pertandingan dan minimnya sarana ekspresi supporter.
Fanatisme dari suporter seringkali sangat berlebihan bahkan di Indonesia
sendiri banyak permasalahan yang muncul di akibatkan oleh ulah suporter pada saat
datang atau menuju ke stadion. Contohnya perusakan sarana dan prasarana yang ada
di stadion, pelemparan baru atau botol ke tengah lapangan pada saat pertandingan
berlangsung, pelemparan batu ke bus yang diisi oleh tim lawan ataupun suporter
5
lawan, ada juga aksi pelemparan ke kereta api. Hal itu tentu saja dapat merugikan
pihak banyak. Hal negatif yang dilakukan suporter seperti ini diakibatkan oleh rasa
memiliki yang berlebihan kepada tim, para suporter ini sangat sensitif dan mudah
tersinggung, sehingga mudah terpancing emosinya, apabila tim kesayanganya kalah,
kinerja wasit yang berat sebelah, kinerja panitia pertandingan yang tidak profesional,
sampai keadaan stadion yang penuh sesak tidak memadai dan tidak dapat
menampung penonton, sehingga mereka saling bersenggolan. Maka ekspresi yang
dikeluarkan oleh suporter fanatik ini biasanya menjurus kearah yang negatif.
Namun, ada pula kelompok suporter yang mempunyai cara yang positif
walaupun masih sangat jarang ada di Indonesia. Kelompok ini dengan kreatifnya
mempersiapkan berbagai macam banner dengan ukuran yang besar, dan dengan tertib
mereka berkoordinasi untuk datang ke tempat berlangsungnya pertandingan sehingga
tidak akan berdesak-desakan dan memicu gesekan dengan kelompok suporter lain.
Apabila diadakan komunikasi yang baik antar suporter sehingga semua terkoordinasi
maka, hal-hal negatif seperti yang disebutkan diatas akan dapat diminimalisir atau
bahkan dihilangkan. Koordinasi ini hanya dapat dilakukan karena adanya interaksi
antar suporter.
Interaksi itu sendiri untuk kelangsungannya memerlukan beberapa syarat,
salah satunya adalah komunikasi. “Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu kontak dan komunikasi”. Kelompok adalah
himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan
6
antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong
(Soekanto, 1990:182)
Di dalam sebuah kelompok terdapat situasi kelompok, dimana kelompok
sosial tempat para anggotanya berinteraksi merupakan suatu keseluruhan, dan
anggota-anggotanya sudah saling berhubungan diantara satu sama lain, hubungan ini
terjadi karena adanya pertemuan berulang kali diantara para anggota. Situasi saling
hubungan tersebut tidak hanya berlangsung pada hari itu saja, ketika mereka
melakukan pertemuan, tapi sudah ada sebelumnya. Saling hubungan ini menjadi
dasar bagi bertemunya pengalaman-pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang
sama.
Komunikasi yang berlangsung dalam anggota FCC merujuk pada bentuk
komunikasi antarpribadi yang bersifat langsung dan tatap muka, selain itu juga
bersifat lebih spontan. Dalam berkomunikasi biasanya individu atau kelompok
menyampaikan pikiran, gagasan, pendapat atau perasaan mereka tanpa malu atau
takut. Hal ini bertujuan untuk mengubah perilaku dan pemahaman individu atau
kelompok lain terhadap kelompok tersebut atau individu itu sendiri. Pada saat itu lah
terjadi komunikasi antarpribadi dalam kelompok, dimana komunikasi yang
berlangsung bersifat informal dan berlangsung dalam situasi yang dialogis.
7
Pada saat itu lah terlihat masing-masing anggota kelompok berusaha
mengekspresikan diri melalui komunikasi. Komunikasi itu sendiri sebagai salah satu
elemen dari kegiatan kelompok menjadi sangat penting karena melalui komunikasi
masing-masing anggota dapat merasa lebih akrab dan dekat satu sama lain dan pada
akhirnya menjadikan para individu dalam kelompok tersebut lebih kuat. “Untuk
menumbuhkan hubungan antar pribadi yang baik bukan terletak pada masalah sering
atau jarangnya komunikasi antarpribadi dilakukan, tapi terletak bagaimana
komunikasi itu dilakukan” (Rakhmat. 2004 :129). Intinya terletak pada kualitas
komunikasi yang dilakukan, bukan intensitasnya. Jadi walaupun anggota terlihat
sering melakukan komunikasi antarpribadi tapi tidak menjamin sifat atau kualitas
komunikasinya menunjukkan pola komunikasi yang efektif, yang dapat
menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik antar anggota.
Perwujudan komunikasi antarpribadi yang efektif memerlukan beberapa
syarat. Devito (2011:285) mengungkapkan berbagai karakteristik pendukung
efektifitas komunikasi antarpribadi, salah satunya adalah perspektif humanistik yang
menekankan pada masalah keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan
kesetaraan.
Dalam keefektifan komunikasi antarpribadi terdapat interaksi antar tiap
anggota satu sama lain. Interaksi dapat memunculkan konsep diri pada seseorang,
sebelumnya perlu diketahui, “diri” menurut Mead (Soeprapto, 2002 : 117) muncul
dalam proses interaksi karena manusia baru menyadari dirinya sendiri di dalam suatu
8
interaksi sosial. Mead menjelaskan konsep diri dengan menyebut bahwa diri dapat
bersifat sebagai obyek maupun subyek secara sekaligus.
Dengan komunikasi antarpribadi yang efektif maka konsep diri dari masing-
masing anggota akan berubah, konsep diri itu akan semakin positif atau negatif,
komunikasi antarpribadi dengan konsep diri adalah dua hal yang saling
mempengaruhi.
Menurut William D. Brooks dan Phillip Emmert (dalam Rakhmat, 2008:100)
konsep diri mempunyai dua komponen yakni komponen kognitif dan afektif,
komponen kognitif disebut citra diri (self image) dan komponen afektif disebut harga
diri (self esteem), keduanya, berpengaruh besar pada pola komunikasi antarpribadi.
Konsep diri yang lebih positif ditandai dengan lima hal (Rakhmat, 2008) yaitu
yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain,
menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari, bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui para anggota FCC dengan
berkomunikasi antarpribadi dengan anggota yang lainnya membuat diri mereka
masing-masing mempunyai konsep diri yang semakin positif atau tidak. Penulis ingin
membuktikan bahwa supporter di Indonesia tidak selalu bertindak anarkis dan rasis.
9
Dengan menjadi salah satu anggota dari kelompok yang positif, dan melakukan
komunikasi dengan anggota yang lain secara positif dan efektif, dalam hal ini
komunikasi antarpribadi, maka konsep diri pada diri anggota kelompok pun menjadi
positif.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut : “Adakah hubungan antara karakteristik
komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals?”
1.3 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, agar memiliki konsistensi dan terarah sesuai dengan data
yang diharapkan, maka penulis mengidentifikasi masalah pada :
1. Adakah hubungan antara keterbukaan komunikasi dengan konsep diri anggota
Flowers City Casuals?
2. Adakah hubungan antara empati dengan konsep diri anggota Flowers City
Casuals?
3. Adakah hubungan antara memberi dukungan dengan konsep diri anggota
Flowers City Casuals?
4. Adakah hubungan antara rasa positif dengan konsep diri anggota Flowers City
Casuals?
10
5. Adakah hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers City
Casuals?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi yang telah dibuat dalam penelitian ini maka ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan komunikasi dengan konsep
diri anggota Flowers City Casuals.
2. Untuk mengetahui hubungan antara empati dengan konsep diri anggota
Flowers City Casuals.
3. Untuk mengetahui hubungan antara memberi rasa dukungan dengan konsep
diri anggota Flowers City Casuals.
4. Untuk mengetahui hubungan antara rasa spositif dengan konsep diri anggota
Flowers City Casuals.
5. Untuk mengetahui hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri anggota
Flowers City Casuals.
1.5 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah pengertian maupun untuk membatasi serta
memperluas masalah yang akan diteliti, maka penulis membatasi masalah sebagai
berikut :
11
1. Objek yang diteliti adalah karakteristik komunikasi antarpribadi yang
dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals.
2. Subjek penelitiannya adalah anggota Flowers City Casuals.
3. Objek penelitian ini sebatas hubungan antara karakteristik komunikasi
antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, yang meliputi:
keterbukaan, kebiasaan, rasa dukungan, rasa positif dan kesetaraan dari
anggota Flowers City Casuals dalam melakukan komunikasi antarpribadi
dengan anggota lainnya.
1.6 Kegunaan Penelitian
1.6.1 Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan
sumbangan bagi ilmu komunikasi yang berkaitan dengan karakteristik
komunikasi antarpribadi dengan konsep diri bagi mahasiswa maupun bagi
pengajar di jurusan manajemen komunikasi. Diharapkan dapat menjadi
bahan referensi atau dasar pijakan penelitian lebih lanjut.
1.6.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan masukan, saran,
referensi yang bermanfaat bagi kepentingan kelompok Flowers City Casuals
mengenai komunikasi antarpribadinya sehingga membuat konsep diri pada
12
masing-masing anggota Flowers City Casuals menjadi lebih positif daripada
sebelumnya.
1.7 Kerangka Hasil Penelitian
Menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya penulis menemukan
hasil penelitian diantaranya :
1. Hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan, yang
diteliti oleh Windy Astuti Ekawati (KXO 050195) tahun 2008, metode yang
digunakan adalah metode korelasional, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja
karyawan di PT. Pos Indonesia, teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori hubungan manusia, dan hasil penelitian ini menunjukkan ada
hubungan antara komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan.
Komunikasi antarpribadi telah dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan,
yag ditunjukkan dengan keberhasilan karyawan dalam menanggulangi segala
kesulitan pekerjaan yang dihadapi.
2. Hubungan keefektifan komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok,
yang diteliti oleh Sri Delly (K1C 050267) tahun 2010, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasonal, menggunakan
teori interaksional, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan keefektifan komunikasi antarpribadi yang meliputi keterbukaan,
13
empati, sikap positif, sikap mendukung dan kesetaraan dengan kohesivitas
kelompok. dan hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara
keefektifan komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok IMSB.
3. Hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas
kelompok pada wanadri, diteliti oleh Farida pari (K1C 043123) tahun 2008
metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteritik
komunikasi antarpribadi yang meliputi keterbukaan, empati, rasa positif, sikap
mendukung dan kesetaraan dengan kohesivitas kelompok. Penelitian ini
menggunakan teori interaksional dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik komunikasi
antarpribadi dengan kohesivitas kelompok Wanadri.
4. Hubungan komunikasi antarpribadi antara pengurus dan anak asuh dengan
motivasi belajar siswa, diteliti oleh Gita Amalia (K1C 040545) tahun 2009,
tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara
komunikasi antarpribadi pengurus dan anak asuh dengan motivasi berprestasi
di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah kota Bandung. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Penelitian ini
menggunakan teori motivasi belajar sosial, dan hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi
pengurus dan anak asuh dengan motivasi belajar siswa.
14
5. Tabel perbedaan
Nama peneliti Judul Tujuan Teori Hasil Windy Astuti Ekawati (KXO 050195) tahun 2008
Hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan
Untuk mengetahui hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan PT.Pos Indonesia
Teori hubungan manusia
Menunjukan ada hubungan antara komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja karyawan. Komunikasi antarpribadi telah dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan, yang ditunjukkan dengan keberhasilan karyawan dalam menanggulangi segala kesulitan pekerjaan yang dihadapi.
Sri Delly (K1C 050267) tahun 2010
Hubungan Keefektifan komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keefektifan komunikasi antarpribadi yang meliputi keterbukaan, empati, sikap positif, sikap mendukung dan kesetaraan
Teori Interaksional Menunjukkan ada hubungan keefektifan komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok IMSB.
Farida pari (K1C 043123) tahun 20080
Hubungan Karakteristik komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok pada wanadri
Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi yang meliputi keterbukaan, empati, rasa positif, sikap mendukung dan kesetaraan dengan kohesivitas kelompok
Teori interaksional Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan kohesivitas kelompok wanadri.
Gita Amalia (K1C 040515) tahun 2009
Hubungan komunikasi antarpribadi
Untuk mengetahui hubungan yang
Teori motivasi belajar sosial
Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi pengurus dan anak asuh dengan motivasi belajar sosial.
15
antara pengurus dan anak asuh dengan motivasi belajar siswa
signifikan antara komunikasi antarpribadi pengurus dan anak asuh dengan motivasi berprestasi di panti sosial asuhan ana Muhammadiyah kota Bandung
Apri Suci Lestari (11080007437) tahun 2011
Hubungan antara Karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals
Teori R.B Burns. Konsep diri timbul dari interaksi seseorang dengan bermacam-macam group pokoknya
Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri.
6.
16
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa
komunikasi antarpribadi mempunyai pengaruh terhadap diri orang lain. Maka dari itu,
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi
dengan konsep diri.
1.8 Kerangka Penelitian
Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana
diungkapkan oleh Devito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan
pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau
sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Effendy dalam buku komunikasi antarpribadi Alo Liliweri (1991:12)
mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi
antar komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling
efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena
sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan.
Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif,
berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikasi
untuk bertanya seluas-luasnya.
17
Pijakan teori pada penelitian ini adalah teori dari R.B Burns (1979) yang
menyatakan konsep diri timbul dari interaksi seseorang dengan bermacam-macam
group pokoknya, group ini bercirikan hubungan tatap muka (face to face association),
ketetapan yang relatif dan keeratan hubungan dengan tingkatan yang tinggi antar
sejumlah kecil anggota yang menghasilkan suatu integrasi dari individualitas dan
kelompok.
Konsep diri merupakan faktor penentu kepribadian seseorang karena setiap
individu akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya (Rakhmat, 1999). Positif atau
negatifnya kualitas konsep diri, salah satunya dipengaruhi oleh komunikasi
antarpribadi. Dari pernyataan tersebut tersurat betapa berartinya komunikasi
antarpribadi.
Dalam penelitian ini peneliti ingin membuktikan teori ini bahwa komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals, dapat menimbulkan
konsep diri pada setiap anggota dan mengembangkannya menjadi konsep diri yang
positif.
Peristiwa komunikasi antarpribadi dalam FCC terjadi dengan tatap muka.
Mereka dalam 1 minggu sekali selalu berkumpul untuk membahas persiapan dalam
memberikan dukungan untuk hari pertandingan tim kesayangannya, Persib Bandung.
Dalam pertemuan tersebut juga selalu bertukar informasi mengenai perkembangan
18
sepakbola terbaru baik nasional maupun internasional dan juga produk-produk
fashion pendukung casuals. Dalam pertemuan antara para anggota FCC komunikasi
yang berlangsung adalah komunikasi antarpribadi dalam kelompok kecil dimana
proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka,
dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
Komunikasi kelompok kecil merupakan bagian dari komunikasi antarpribadi,
karena anggota-anggota yang terlibat dalam suatu proses komunikasi yang
berlangsung secara tatap muka, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong
dimana semua peserta bisa bicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain
tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi, dan sumber begitu juga
penerima sulit diidentifikasi.
Kualitas komunikasi yang bersifat dalam dan meluas artinya, saat sesama
anggota kelompok berkomunikasi satu sama lain, masing-masing anggota
mangungkapkan unsur-unsur kepribadiannya yang paling dalam dengan memakai
berbagai lambang, baik verbal maupun nonverbal. Bersifat personal artinya hubungan
diantara sesama anggota kelompok bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan. Lebih
menekankan aspek hubungan dari pada isi artinya komunikasi itu sendirilah yang
menjadi tujuannya. Informal berarti komunikasi dilakukan antara sesama anggota
tidak memakai bahasa baku dan tidak sistematis.
19
Karakteristik komunikasi antarpribadi menurut Devito (1976) mengandung
ciri-ciri adanya keterbukaan atau keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan
kesetaraan. Komunikasi antar pribadi dalam kelompok dapat mengubah konsep diri
seseorang, kelompok secara emosional dapat mengikat seseorang dan mempengaruhi
pembentukan konsep diri seseorang. Dalam kelompok, orang mengarahkan
perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
Menurut William D. Brooks dan Phillip Emmert (dalam Rakhmat, 2008:100),
terdapat dua komponen konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif.
dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self image), dan
komponen afektif disebut harga diri (self esteem). Kedua komponen ini berpengaruh
besar pada komunikasi antarpribadi.
Konsep diri yang lebih positif ditandai dengan lima hal (dalam Rakhmat,
2008:105) yaitu : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan
orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari, bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubah.
Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain. Kita mengenal diri
kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Namun tidak semua orang lain
20
mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh,
yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita. George Herbert Mead (dalam
Rakhmat, 2008:103) menyebut mereka significant others – orang yang sangat
penting.
Faktor yang kedua adalah kelompok rujukan atau reference group, setiap
kelompok mempunyai norma-norma tertentu, ada kelompok yang secara emosional
mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan
melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya
dengan ciri-ciri kelompoknya.
1.8.1 Kerangka Konseptual
Kerangka utama penelitian ini adalah hubungan karakteristik komunikasi
antar pribadi dengan konsep diri. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama,
yaitu :
1. Variabel X : karakteristik komunikasi antar pribadi
Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam
keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan
sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi
bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi di antara mereka satu dengan yang
lainnya, saling mempengaruhi.
21
Menurut Devito (1976) mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi
mengandung ciri-ciri :
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Dukungan
4. Rasa positif
5. Kesetaraan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada
orang yang diajaknya berinteraksi. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada
kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
Aspek ketiga menyangkut perasaan dan pikiran (Bochner & Kelly, dalam Devito,
2011:286). Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita harus memiliki perasaan
mengenai orang lain, apa yang dirasakan orang lain pada saat kita terlibat komunikasi
mengenai isi dari pesan yang kita sampaikan kepada orang lain, hal ini akan
membawa kita mempunyai rasa empati terhadap orang lain.
Henry Backrack (dalam Devito, 2011:286) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang empati mampu
memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta
22
harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empati ini
akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Dengan
mampu memahami motivasi orang lain maka seseorang akan dengan suka rela
memberi dukungan kepada orang lain yang terlibat komunikasi dengan dirinya.
Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap
saling mendukung, komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung
dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisional
bukan sangat yakin. Bertindak provisional dengan pikiran terbuka, dengan kesadaran
penuh, dan dengan ketersediaan untuk mengubah sikap dan pendapat seseorang,
maka seseorang akan mendorong sikap positif dalam mendukung satu sama lain.
Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dengan dua
cara yaitu, menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang
menjadi teman kita berinteraksi. Dengan kita bersikap positif terhadap orang lain
maka interaksi yang terjadi menjadi lebih menyenangkan, satu sama lain memberi
perasaan yang positif, hal ini menunjukkan bahwa kita memperlakukan lawan bicara
kita setara dengan kita dan tidak ada yang harus patuh kepada yang lainnya.
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara, artinya
ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
23
disumbangkan. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu
saja semua perilaku verbal dan non verbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita
untuk memberikan penghargaan positif tak bersayarat kepada orang lain.
2. Variabel Y : konsep diri
Unsur kedua dalam penelitian ini adalah konsep diri anggota Flowers City
Casuals. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri dipengaruhi oleh orang lain dan kelompok rujukan, kelompok dapat
mengarahkan perilaku dan menyesuaikan diri dengan cirri-ciri kelompoknya, dalam
hal ini adalah kelompok Flowers City Casuals.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
antarpribadi, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan
konsep dirinya. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga
penilaian anggota Flowers City Casuals mengenai dirinya sendiri. Jadi konsep diri
meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan oleh setiap pribadi anggota
Flowers City Casuals. Dengan demikian ada dua komponen konsep diri : komponen
kognitif yang disebut citra diri dan komponen afektif yang disebut harga diri.
Konsep diri yang lebih positif ditandai dengan lima hal yaitu : yakin akan
kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian
tanpa rasa malu, menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
24
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu
memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek aspek kepribadian
yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
1.9 Operasionalisasi Variabel
Variabel X : karakteristik komunikasi antarpribadi
Indikator 1 : keterbukaan
Alat ukur : 1. Terbuka kepada orang yang diajaknya interaksi
2. Bereaksi secara jujur kepada yang diajaknya interaksi
3. Memiliki perasaan dan pikiran terhadap orang yang
diajaknya interaksi
Indikator 2 : empati
Alat ukur : 1. Memahami orang yang diajaknya interaksi
2. Mengenali pengalaman orang yang diajaknya interaksi
3. Merasakan apa yang dirasakan orang yang diajaknya
interaksi
Indikator 3 : sikap mendukung
Alat ukur : 1. tidak menyalahkan atau menyudutkan orang lain
25
2. fleksibilitas dalam sikap dan pendapat
Indikator 4 : rasa positif
Alat ukur : 1. tidak memberikan penilaian negatif terhadap anggota lain
2. memberikan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri
pada anggota yang lain.
Indikator 5 : kesetaraan
Alat ukur : 1. kesamaan antar anggota
2. kesejajaran antar anggota
Variabel Y : konsep diri
Alat ukur : 1. yakin akan kemampuan mengatasi masalah
2. merasa setara dengan orang lain
3. menerima pujian tanpa rasa malu
4. menerima perbedaan
5. mampu memperbaiki diri
1.10 Hipotesis Penelitian
26
Berdasarkan uraian kerangka di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis
secara umum, yaitu :
1.10.1 Hipotesis Umum
Ho : tidak ada hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep
diri anggota Flowers City Casuals
H1 : ada hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
anggota Flowers City Casuals
1.10.2 Sub Hipotesis
1. Ho : tidak ada hubungan antara keterbukaan dengan konsep diri
H1 : ada hubungan antara keterbukaan dengan konsep diri
2. Ho : tidak ada hubungan antara empati dengan konsep diri
H1 : ada hubungan antara empati dengan konsep diri
3. Ho : tidak ada hubungan antara sikap mendukung dengan konsep diri
H1 : ada hubungan antara sikap mendukung dengan konsep diri
4. Ho : tidak ada hubungan antara rasa positif dengan konsep diri
H1 : ada hubungan antara rasa positif dengan konsep diri
27
5. Ho : tidak ada hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri
H1 : ada hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri
1.11 Metodologi Penelitian
1.11.1 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan survey yang menggunakan metode
korelasional. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok. (Singarimbun, 1989:3)
Adapun penelitian korelasional digunakan untuk : (1) mengukur
hubungan di antara beberapa variabel, (2) meramalkan variabel tak bebas dari
pengetahuan kita tentang variabel bebas, dan (3) meratakan jalan untuk
membuat rancangan penelitian eksperimental (Rakhmat, 2001:31). Menurut
Singarimbun (1989:5) metode korelasional digunakan untuk menjelaskan
hubungan kausal antar variabel variabel melalui pengujian hipotesa. Metode
korelasional mencoba meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan
dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat, 2001:27).
Penelitian ini mencari hubungan antara karakteristik komunikasi
antarpribadi dengan konsep diri. Jenis hubungan (pola korelasi) dalam
28
penelitian ini adalah hubungan asimetris yaitu dimana variabel yang satu
mempengaruhi variabel yang lainnya.
1.11.2 Populasi Dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga (Singarimbun, 1995:152). Populasi penelitian ini adalah anggota
Flowers City Casuals sebagai suporter Persib Bandung yang berdomisili di
kota Bandung.
Populasi di atas ditentukan karena:
1. Anggota Flowers City Casuals merupakan suporter Persib Bandung yang
memiliki pandangan dan cara berpikir yang berbeda dari suporter Persib
Bandung yang lain. Anggota ini satu sama lain saling memberikan informasi
dan dukungan, bahkan anggota ini tidak hanya berdiskusi mengenai bola dan
kultur casuals, namun hubungan yang terjadi diantara para anggota bisa lebih
mendalam dari pada itu.
2. Anggota Flowers City Casuals tercatat sebanyak 356 orang di kota Bandung.
Sampel adalah bagian yang akan diamati dan sampel merupakan
bagian dari kumpulan objek penelitian yaitu populasi (Rakhmat, 1984 : 78).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengambilan
sampel acak sederhana (simple random sampling), sampel acak sederhana
29
adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit
penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan
itu berbeda beda, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk
terpilih pun berbeda beda pula. (Singarimbun, 1987 : 155 156).
Penulis mengambil 10% atau 0.10 sebagai pecahan sampling, maka
jumlah sampel sebanyak 36 orang.
1.11.3 Teknik Uji Hipotesis
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri. Dalam matriks
penelitian terlihat bahwa skala pengukuran untuk mengukur hubungan
diantara kedua variabel adalah skala ordinal. Analisis statistik pengujian
hipotesis diajukan untuk mencari koefisien antar variabel bebas dan variabel
terikat untuk kemudian di uji apakah hipotesis-hipotesis termasuk signifikan
pada H0 dan H1. Penelitian ini menggunakan uji statistik Rank Spearman
Rumus :
rs = )1(
61
2
2
−− ∑
nn
di
dimana : R(X) = Ranking nilai X
R(Y) = Ranking nilai Y
30
Rumus koefisien korelasi Rank Spearman :
rs = )1(
61
2
2
−− ∑
nn
di ; …..…..…..(1) . Jika tidak terdapat nilai X dan Y yang
sama.
rs = ∑∑
∑∑∑ −+22
2i
22
yx2
dyx;...(2). Jika terdapat angka yang sama pada
variabel X atau Y.
Dengan:
∑∑ −−= x
32 T
12
NNx dan ∑ ∑
−=
12
)( 3 ttTx
∑∑ −−= y
32 T
12
NNy dan ∑ ∑
−=12
)tt(T
3
y
∑ xT dan ∑ yT merupakan faktor koreksi X dan Y.
Keterangan :
rs : Koefisien korelasi Rank Spearman.
n : Jumlah sampel.
∑Tx : Faktor korelasi X.
∑Ty : Faktor korelasi Y.
di : Selisih rank X dan Y.
31
t : Banyaknya data yang memiliki rank kembar.
Besarnya koefisien korelasi adalah – 1 ≤ r ≤ 1, yang menunjukkan :
a. Apabila rs = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel sangat
kuat dan mempunyai hubungan searah (jika variabel X naik, maka variabel Y
naik).
b. Apabila rs = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat
lemah atau tidak ada pengaruh sama sekali.
c. Apabila rs = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel sangat
kuat dan mempunyai sifat terbalik (jika variabel X naik, maka variabel Y turun
atau sebaliknya).
Kriteria untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima adalah :
1. Terima H0 jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
2. Tolak H0 jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Untuk mengetahui signifikasi atau keterkaitan koefisien korelasi yang telah
dihitung di atas dan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat, maka tingkat
signifikansi ditetapkan (α) = 0,05 pada tes dua sisi.
Dimana statistik uji signifikansi yang digunakan adalah :
� ��√���
√��� derajat bebas = n – 2
32
1. Analisis Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya hubungan antara iklim komunikasi organisasi
dengan sikap kerja karyawan di PT. Pikiran Rakyat, maka digunakan rumus sebagai
berikut :
Kd = r² x 100%
Dimana : Kd = koefisien determinasi
rs = koefisien korelasi
1.11.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan untuk memperoleh data primer, dimana
data data tersebut merupakan informasi yang relevan dengan reliabilitas dan
validitas setinggi mungkin dan bertujuan survey, sebagai data primer pada
penelitian ini. Angket diberikan pada responden, yakni anggota Flowers City
Casuals. Bentuk angket dalam penelitian ini berupa pernyataan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan upaya mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada responden (Singarimbun, 1998 : 192). Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2000 : 135).
Wawancara dapat dilakukan baik langsung maupun tidak langsung (melalui
33
media telepon, email, fax dan lain-lain dengan narasumber atau responden
yang relevan dengan Flowers City Casuals yang akan diteliti. Wawancara
narasumber dilakukan dengan pihak Flowers City Casuals yang diwakili oleh
Rizki Ardi Maulana, selaku pendiri dan ketua dari Flowers City Casuals, dan
beberapa anggota Flowers City Casuals. Adapun informasi yang diperoleh
adalah berkaitan dengan profil Flowers City Casuals, hubungan yang terjadi
pada tiap anggota, fokus diskusi dan informasi yang biasa diperoleh dan
diberikan oleh para anggota Flowers City Casuals. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui alasan untuk jawaban yang mereka berikan pada angket,
dengan begitu, maka dari hasil wawancara kita dapat mengetahui apa alasan
atau motif responden memberikan jawaban itu.
3. Studi kepustakaan
Dilakukan untuk menemukan teori-teori pendukung yang memiliki
keterkaitan dengan masalah penelitian. Menggali pengetahuan dengan cara
mempelajari buku, catatan-catatan yang relevan, internet atau media informasi
lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian ini dan diharapkan akan
didapatkan data yang akurat sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian.
34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan
interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang pesan
secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan lambang-
lambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan di dalam kenyataan kerapkali
disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body language),
seperti senyuman tertawa, dan menggeleng atau menganggukan kepala. Komunikasi
antara pribadi umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung
secara tatap muka (face to face).
2.1 Definisi komunikasi antarpribadi
Joseph A. Devito (1996) dalam karyanya The interpersonal
Communication Book, mengungkapkan berbagai definisi komunikasi antarpribadi
dari para ahli teori komunikasi dan mengklasifikasikannya dalam tiga definisi, yaitu
definisi berdasarkan komponen, hubungan diadik dan pengembangan.
Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi
sebagai penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
35
memberikan umpan balik segera. Kemudian dilihat dari sisi hubungan diadik,
komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antar
dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas, seperti layaknya
hubungan anak dan ayah, pramuniaga dengan pelanggannya dan komunikasi yang
berlangsung dalam suatu wawancara. Sementara itu jika dilihat dari sisi
pengembangan suatu hubungan, komunikasi antarpribadi diartikan sebagai bentuk
ideal terakhir dari perkembangan suatu hubungan komunikasi non antarpribadi
(Devito, 1996:231-232). Secara singkat komunikasi antarpribadi merupakan
pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan
balik yang langsung.
Effendi (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang
komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.
Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan
yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui
tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti
apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif
atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada komunikan untuk bertanya.
36
Sementara itu Dean C. Barnlund (dalam Liliweri, 1991:13) mengemukakan,
komunikasi antarpribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga atau
mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.
Dari pengertian komunikasi antarpribadi di atas maka Reardon (dalam
Liliweri, 1991:13) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai enam
ciri, yaitu komunikasi antarpribadi (1) dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor,
(2) mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja, (3) kerap kali
berbalas-balasan, (4) mengisyaratkan hubungan antarpribadi antara paling sedikit dua
orang, (5) berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh, dan (6)
menggunakan pelbagai lambang yang bermakna.
Ciri komunikasi antarpribadi (dalam Aloliliweri, 1997:13) yaitu adanya (1)
spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka, (2) tidak
mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu, (3) terjadi secara kebetulan di
antara peserta yang identitasnya kurang jelas, (4) mengakibatkan dampak yang
disengaja dan tidak disengaja, (5) kerap kali berbalas-balasan, (6) mempersyaratkan
hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada
keterpengaruhan, (7) harus membuahkan hasil dan (8) menggunakan lambang-
lambang yang bermakna.
Dapat diuraikan ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang telah disebutkan di
atas, komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan, pada saat kita bertemu dengan
37
seseorang di sebuah tempat lalu dengan keadaan memaksa kita harus berkenalan
dengan orang tersebut dan memulai perkenalan dan percakapan berlanjut pada
pembahasan yang lainnya. Hal ini merupakan komunikasi antarpribadi yang terjadi
secara spontan. Komunikasi antarpribadi terjadi tanpa ada tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu, semua mengalir sesuai dengan keadaan pada saat kita
melakukan percakapan. Ciri ketiga dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya kurang jelas,
setelah kita berkenalan secara spontan, saling menyapa, kemudian berpisah, anda
mengetahui informasi sedikit tentang identitas mereka.
Ciri keempat komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antarpribadi
mempunyai akibat yang disengaja dan yang tidak disengaja. Komunikasi antarpribadi
sering mengakibatkan suatu hasil yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan terlebih dahulu. Kemudian komunikasi antarpribadi selalu berlangsung
berbalas balasan, yang perlu diperhatikan adalah jumlah orang yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi selalu dua sampai empat orang. Perhatikan tatkala dua orang
bercakap cakap, apabila percakapan mereka semakin serius maka yang tampak adalah
percakapan yang bersifat dialogis, akan sulit mengetahui siapa yang menjadi
komunikan dan komunikator. Ini merupakan ciri komunikasi antarpribadi yang proses
pengiriman pesan dan umpan balik langsung berbalas balasan, berganti gentian secara
sinambung. Ciri tersebut berbeda dengan peranan komunikator dan komunikan dalam
proses pengiriman dan penerimaan.
38
Pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain,
karena itu tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Faktor
kedekatan bisa menyatakan dua orang yang mempunyai hubungan yang erat.
Kedekatan antarpribadi mengakibatkan seseorang bisa dan mampu menyatakan
pendapat pendapatnya dengan bebas dan terbuka, kebebasan dan keterbukaan akan
mempengaruhi pelbagai variasi pesan baik verbal maupun non verbal. Komunikasi
antarpribadi dikatakan sukses kalau komunikasi itu menghasilkan sesuatu yang
diharapkan, sebagaimana telah diuraikan bahwa komunikasi antarpribadi selalu
melibatkan dua orang yang dengan sengaja atau tidak disengaja secara bebas
bercakap-cakap. Satu ciri komunikasi antarpribadi adalah hasilnya harus nyata, nyata
dalam mengubah wawasan, perasaan, maupun perilaku. Pesan komunikasi tidak
selalu menggunakan kata-kata verbal, kadang-kadang menggunakan lambang-
lambang pesan yang disebut pesan-pesan nonverbal, misalnya dengan mengerutkan
dahi lambang anda kebingungan. Fungsi lambang-lambang nonverbal itu membantu
komunikator untuk menerjemahkan dan memperkaya variasi pesan agar lebih mudah
dimengerti oleh komunikan.
2.2 Karakteristik komunikasi antarpribadi
Devito (1976) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung
lima ciri sebagai berikut: (1) keterbukaan atau openness, (2) empati, (3) dukungan,
(4) perasaan positif, (5) kesamaan.
39
Aspek keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada
orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, menyangkut kepemilikan
perasaan dan pikiran (Bochner & Kelly, dalam Devito, 2011:286). Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah
memang milik kita dan kita bertanggung jawab atasnya.
Henry Backrack (dalam Devito, 2011:286) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.
Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya.
Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang
lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang. Pengertian yang empati ini akan membuat seseorang lebih mampu
menyesuaikan komunikasinya. Langkah pertama dalam mencapai empati (Devito,
20011) adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan
mengkritik. Karena reaksi seperti ini seringkali menghambat pemahaman. Kedua,
makin banyak mengenal keinginan, pengalaman, kemampuan ketakutan seseorang
makin mampu melihat apa yang dilihat orang itu dan merasakan apa yang
dirasakannya. Ketiga, coba merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari
sudut pandangnya.
40
Hubungan antarpribadi yang efektif (Devito, 2011) adalah hubungan dimana
terdapatnya sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap mendukung dapat
diperlihatkan dengan bersikap deskriptif, bukan evaluatif, spontan, bukan strategik
dan provisional, bukan sangat yakin.
Suasana yang deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya sikap
mendukung. Menurut Toni Brougher dalam A Way with Words (dalam Devito,
2011:286), mengemukakan tiga aturan untuk komunikasi deskriptif (1) jelaskan apa
yang terjadi, (2) jelaskan bagaimana perasaan anda, (3) jelaskan bagaimana hal ini
terkait dengan lawan bicara. Spontanitas membantu menciptakan suasana
mendukung. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka
dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, terus
terang dan terbuka. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran
terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia
mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Provisionalisme seperti itulah, bukan
keyakinan yang tak tergoyahkan, yang membantu menciptakan suasana mendukung
(suportif).
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan
sedikitnya dua cara : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya
dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina
41
jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa
positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang
selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini. Kedua, perasaan positif
untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah dorongan. Dorongan
adalah istilah yang berasal dari kosa kata umum, yang dipandang sangat penting
dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum.
Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas
perilaku yang biasanya kita harapkan, kita nikmati dan kita banggakan.
Dalam suatu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami
perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.
Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak
lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan
penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.
2.3 Teori hubungan komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
2.3.1 Model komunikasi intrapribadi
Berkomunikasi dengan orang lain akan meningkatkan pengetahuan
tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada
42
kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih
terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru,
lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang
diri kita dan orang lain.
Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan
dengan Johari Wndow. Dalam Johari Window diungkapkan tingkat
keterbukaan dan tingkat kecerdasan tentang diri kita.
Terbuka Buta
Tersembunyi Tidak dikenal
Model Johari Window
Daerah terbuka berisikan semua informasi. perilaku, sikap, perasaan,
keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri
dan oleh orang lain. Macam informasi yang termasuk di sini dapat beragam
mulai dari nama, warna kulit, dan jenis kelamin seseorang sampai pada usia,
keyakinan politik dan agama. Daerah terbuka masing-masing orang akan
berbeda-beda besarnya bergantung pada dengan siapa orang ini berkomunikasi.
Daerah buta berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain,
tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa kebiasaan-kebiasaan
kecil. Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat, bila ada
daerah buta, komunikasi menjadi sulit. Daerah gelap adalah bagian dari diri
43
kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini
adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput
dari perhatian. Daerah tertutup mengandung semua hal yang kita ketahui
tentang diri sendiri dan tentang orang lain, tetapi kita simpan hanya untuk diri
kita sendiri, ini adalah tempat kita merahasiakan segala sesuatu tentang diri
sendiri dan tentang orang lain.
Makin luas diri publik kita, makin terbuka kita kepada orang lain,
makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Pengertian yang sama tentang
lambang-lambang, persepsi yang cermat tentang petunjuk-petunjuk verbal dan
nonverbal, pendeknya komunikasi antarpribadi yang efektif, terjadi pada
daerah publik atau daerah yang terbuka. Makin baik anda mengetahui
seseorang, makin akrab hubungan anda dengan dia, makin lebar daerah terbuka
anda. Daerah terbuka akan memperlancar komunikasi antarpribadi, karena
komunikasi antarpribadi lancar maka komunikasi dapat mempengaruhi sikap,
persepsi dari lawan komunikatornya, maka dari itu, akibat dari komunikasi
yang mempengaruhi dan membentuk sikap maka akan dapat mempengaruhi
dan membentuk konsep dirinya.
2.3.2 Teori Hubungan komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
The self adalah diri, sedangkan self concept atau konsep diri adalah
cara kita memandang diri atau menafsirkan sendiri (Devito, 2004: 63) yang
44
terbentuk melalui tiga tahapan. Pertama, kita membayangkan atau membentuk
imajinasi atas penampilan diri kita sendiri di mata orang lain. Kemudian, kita
membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita itu. Terakhir,
kedua hal yang disebutkan sebelumnya membentuk konsep diri, yang pada
gilirannya mempengaruhi cara pikir kita atas diri sendiri. Dari imajinasi kita
itu timbul, misalnya, perasaan bangga atau malu terhadap diri sendiri (Cooley,
1902: 151-153).
Konsep diri dapat berkembang dalam interaksi seseorang dengan
masyarakat. Berdasarkan interaksi sosial seseorang dengan orang lain, manusia
tidak terlahir membawa konsep diri, karena manusia hadir di dunia tidak
memiliki pengetahuan, pengharapan dan penilaian tentang diri sendiri.
Perkembangan konsep diri berawal semenjak seorang bayi secara perlahan
mulai membedakan antara dirinya dan lingkungan serta keluarga yang berada
di sekelilingnya pada tahun pertama kelahirannya.
R.B. Burns (1979) dalam karyanya the self concept theory,
measurement, development and behavior, menyatakan konsep diri timbul dari
interaksi seseorang dengan bermacam-macam group pokoknya, group ini
bercirikan hubungan tatap muka (face to face association), ketetapan yang
relative (relative permanence) dan keeratan hubungan dengan tingkatan yang
tinggi antar sejumlah kecil anggota yang menghasilkan suatu integrasi dari
individualitas dan kelompok. (R.B. Burns, 1979 :18).
45
Dimana diketahui sebelumnya bahwa hubungan tatap muka, keeratan
hubungan dengan tingkatan yang tinggi antar sejumlah kecil anggota terdapat
pada situasi komunikasi antarpribadi. Ciri komunikasi antarpribadi antar lain
adalah adanya kontak secara spontan, yang di tandai dengan adanya hubungan
tatap muka, adanya kedekatan dan keakraban dari para peserta komunikasinya.
Konsep diri menurut Burns (1975) adalah “diri yang lainnya”, atau
bagaimana anda berfikir sebagaimana orang lain memikirkan tentang anda.
Kadar dari diri sebagaimana orang lain melihat anda dan diri sebagaimana anda
meyakini anda sebagaimana adanya. Pembentukan konsep diri dan evaluasi-
evaluasi mereka yang berhubungan dengannya berasal dari penyusunan penilaian
subyektif orang tersebut yang berarti berkenaan dengan perbuatan-perbuatan dan
sifat-sifatnya. Diri dan masyarakat saling merumuskan satu dengan lainnya,
berlaku sebagai titik-titik referensi yang satu bagi yang lainnya, sehingga diri
dan masyarakat merupakan hal yang saling berkaitan. Diri dari setiap individu
berkembang sebagai hasil dari hubungannya dengan proses-proses aktivitas
sosial dan pengalaman dan hubungan dengan individu lainnya di dalam proses
itu.
Konsep diri pada perkembangan awalnya merupakan tema sentral
kajian ilmu psikologi yang cukup lama, salah seorang tokoh ilmu psikologi
ternama yang telah mempelajarinya adalah William James (dalam Rakhmat,
2008:99) dalam karyanya yang monumental the Prnciple of Psycology. Ia
46
mengkategorikan konsep diri secara global dengan membedakannya antara dua
aspek dasar “The I” atau diri sebagai pelaku yang sadar dan aktif, dan “The Me”
yakni diri yang menjadi objek renungan. James kemudian menegaskan bahwa
diri dapat diklasifikasikan kedalam empat komponen yaitu diri spiritual, diri
kebendaan, diri sosial dan diri badaniah.
Dalam perkembangan selanjutnya pengkajian tentang konsep diri
juga menjadi objek studi dalam teori sosiologi yang meneliti tentang hubungan
individu dengan masyarakat. Menurut pendekatan ini tidak ada tempat lain untuk
perkembangan konsep diri kecuali dalam interaksi seseorang dengan masyarakat.
Berdasarkan interaksi sosial seseorang dengan orang lain, manusia
tidak terlahir membawa konsep diri, karena manusia hadir di dunia tidak
memiliki pengetahuan, pengaharapan dan penilaian tentang diri sendiri.
Perkembangan konsep diri berawal semenjak seorang bayi secara perlahan mulai
membedakan antara dirinya dan lingkungan serta keluarga yang berada di
sekelilingnya pada tahun pertama kelahirannya.
Saat usia bayi menginjak enam atau tujuh bulan, seorang bayi mulai
mengenal perbedaan antara dirinya dan lingkungannya. Pada usia sangat dini ini
konsep diri, sebagaimana dikatakan oleh Giudano (1987) dan Harter (1983),
terutama diwarnai dengan temuan-temuan bayi tentang fisiknya dan temuan-
temuannya tentang orang lain. Selanjutnya kemajuan yang paling besar dalam
47
perkembangan konsep diri terjadi pada saat bayi menggunakan bahasa,
khususnya ketika ia belajar berfikir dengan menggunakan kata-kata dan mulai
melihat adanya hubungan antara benda-benda untuk membuat generalisasi
tentang diri sendiri, seperti, “aku dapat berpakaian sendiri,” dsb. (James F.
Calhoun dan Joan Ross Acocella, dalam Burns, 1993:214).
Menurut Wiley (dalam Burns, 1993:203) sampai tahap tertentu bayi
belajar mengembangkan konsep dirinya dari dirinya sendiri, kemudian sumber
pokok informasi bagi bayi dalam mengembangkan konsep dirinya adalah
interaksinya dengan orang lain.
Ilmuwan pertama yang mengatakan bahwa konsep diri berkembang
melalui interaksi sosial adalah sosiolog terkenal Charles Horton Cooley (dalam
Burns, 1993:17), tokoh sosiologi ini memperkenalkan teori “looking glass self”
(diri cermin) dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang sangat dipengaruhi
dengan keyakinannya tentang bagaimana orang-orang berpendapat mengenai
dirinya. Jadi menurut Cooley orang menggunakan orang lain sebagai cermin
untuk menunjukkan jati dirinya dengan membayangkan bagaimana pandangan
dan penilaian orang lain terhadapnya.
George Herbert Mead (dalam Burns, 1993:18) kemudian
mengembangkan pendapat Cooley yang melihat masyarakat sebagai tempat
perkembangan konsep diri seseorang dengan mengatakan bahwa diri
48
berkembang dalam dua tahap: pertama, tahap internalisasi sikap orang lain
kedalam diri sendiri; kedua, internalisasi norma masyarakat ke dalam diri
sendiri.
Mead menyebut orang-orang yang berpengaruh dalam pembentukan
diri seseorang sebagai, significant others yang berarti orang lain yang sangat
penting. Saat seseorang masih kecil, mereka yang termasuk dalam significant
others adalah orang tua dan saudara-saudara yang bertempat tinggal satu rumah,
kemudian dalam perkembangannya mencakup semua orang yang mempengaruhi
perilaku, pikiran dan perasaan seseorang, seperti guru dan teman sebaya.
Berdasarkan interaksi dengan merekalah seseorang membuat penilaian tentang
dirinya dan menurut Mead pandangan diri seseorang tentang keseluruhan
pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri disebut generalized others. Jadi
dalam hal ini seseorang memandang dirinya seperti orang lain memandangnya,
berarti ia menempatkan dirinya sebagai orang lain dalam menilai dirinya sendiri.
(dalam Rakhmat, 1994: 103)
Pembentukan konsep diri yang dipengaruhi oleh interaksi dengan
orang lain juga terdapat pada teori perbandingan sosial, dimana teori
membandingkan apa yang kita lakukan dengan orang lain, terutama yang berada
dalam kelompok yang sama (Devito, 2004:63). Sehubungan dengan ini, Mead
(dalam Rakhmat, 2001) menyebutkan bahwa tiap individu akan melihat konteks
kelompok sosial dalam mana dirinya berada, atau dikenal juga dengan istilah
49
reference group. Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu. Ada
kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita (Rakhmat, 2008:104).
Teori-teori tentang konsep diri menekankan pada interaksi dengan
orang lain sebagai sumber feedback informasi yang membentuk pandangan
seseorang mengenai dirinya sendiri.
2.4 Tinjauan tentang konsep diri
2.4.1 Definisi konsep diri
Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting
dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan
sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan
manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha
menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa
pengertian.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki
dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
50
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia
miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu
memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif
terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang
dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai
suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat
berubah karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993)
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-
orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu,
dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang
diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki
individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari
orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai,
atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
51
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain
tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya
sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain
dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan
menarik, cantik atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian
tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang
dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki
individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis,
sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (dalam Rakhmat, 2005:105).
Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain
tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang
52
meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. 1 Konsep
diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila
individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan
atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika
individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan
bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang
dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi
fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Secara singkat konsep diri didefinisikan oleh Ronald B. Adler,
Lawrence B. Rosenfeld dan Neil Towne (1986) dalam buku karya mereka,
Interplay The Process of Interpersonal Communication, sebagai “a relatively
stable set of perception you hold of your self”. Jadi konsep diri merupakan
sekumpulan persepsi diri seseorang tentang dirinya yang relative stabil.
Definisi menurut William D. Brooks merupakan pandangan dan
perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran
deskriptif, tetapi juga penilaian kita mengenai diri kita sendiri. jadi, konsep diri
meliputi apa yang kita pikirkan dan kita rasakan tentang diri kita sendiri. Karena
1 Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm 17/6/2011 pkl. 19.00
53
itu Anita Taylor mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and feel about
you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”.
Dengan demikian konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif saja,
melainkan mencakup juga penilaian (evaluasi), maka dalam konsep diri terdapat
dua komponen yaitu : komponen kognitif disebut citra diri (self image) dan
komponen afektif disebut harga diri (self esteem), masing-masing berkenaan
dengan psikis, fisik dan sosial kemasyarakatan.
Pandangan atau perasaan terhadap self image atau self esteem itu dapat
berupa persepsi fisik, sosial atau psikologis. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh William D. Brooks, “those physical, social and psychological perceptions
of our selves that we have drived from experience and our interaction with
others.” (dalam Rakhmat, 2008:99). Banyak cara yang digunakan seseorang
dalam menggambarkan siapa dirinya, seperti apa yang menjelaskan apa
pekerjaannya, agamanya, usianya dll. Untuk itu dalam mendefinisikan siapa diri
seseorang, dibutuhkan beberapa konteks acuan yang menjelaskan siapa dirinya,
sehingga dengan demikian akan diperoleh gambaran yang menyeluruh.
2.4.2 faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Menurut filsuf Gabriel Marcel, kita mengenal diri kita dengan
mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai diri saya, akan
membentuk konsep diri kita. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang
54
sama terhadap diri kita, ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang
paling dekat dengan diri kita. George Herbert Mead (dalam Rakhmat, 2008:100)
menyebut mereka significant others, orang lain yang sangat penting. Significant
others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan
kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan
menyentuh kita secara emosional.
Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain
terhadap kita disebut generalized others. konsep ini juga berasal dari George
Herbert Mead. memandang diri kita seperti orang-orang lain memandangnya,
berarti mencoba menempatkan diri kita sebagai orang lain. juga ada yang disebut
reference group (kelompok rujukan), setiap kelompok mempunyai norma-norma
tertentu. ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh
terhadap pembentukan konsep diri kita. dengan melihat kelompok ini, orang
mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompoknya.
Gibb (dalam Burns, 1993:301) meringkaskan studi - studi kelompok
yang berhubungan dengan persepsi diri dan evaluasi diri dan menyimpulkan
bahwa orang-orang memperlihatkan suatu peningkatan di dalam evaluasi diri
mereka sebagai hasil dari pertisipasi dalam kelompok kelompok. Kaye (dalam
Burns, 1993:301) juga memperlihatkan perubahan-perubahan yang positif di
dalam konsep diri sebagai hasil dari interaksi kelompok. Perubahan dalam
55
penilaian diri dimanifestasikan dalam arah-arah yang diperkirakan sebagai hasil
dari persetujuan atau ketidaksetujuan.
Dalam sebuah studi (Haas dan Maehr, dalam Burns, 1993:308)
perubahan-perubahan yang didorongkan seperti ini dalam konsepsi diri tidak
hanya dapat diukur tetapi juga masih bertahan 6 minggu kemudian dengan
perubahan-perubahan yang berlangsung lebih lama atau yang lebih singkat yang
merefleksikan jumlah perlakuan persetujuan atau ketidaksetujuan yang lebih
besar. Salah satu karakteristik yang mempengaruhi konsepsi diri adalah
komunikasi pribadi (Gergen, dalam Burns, 1993:308). Dalam komunikasi pribadi
komunikator terlihat tulus, mempunyai perhatian dan tertarik kepada subyeknya.
Komunikasi yang bersifat tidak pribadi diabaikan karena kelihatannya tidak tulus,
tidak pribadi sifatnya dan mungkin saja didorong oleh alasan alasan yang
tersembunyi. Kekuatan dari penilaian dari orang lain untuk mengakibatkan
perubahan dalam konsep diri si penerima di dalam arah yang positif mungkin
akan sangat berpotensi ketika evaluatornya adalah bersifat pribadi dalam
pendekatannya, dapat dipercayai, konsisten di dalam evaluasinya, memberikan
evaluasi dengan sering dan mengindikasikan hal-hal positif.
2.4.3 Konsep diri yang positif
Konsep diri seseorang dapat bergerak di dalam kesatuan dari positif ke
negatif (Burns, 1979). Hal ini berkaitan langsung dengan respon lingkungan
56
sosial individu, terutama orang-orang penting terdekatnya terhadap diri individu.
Respon di sini adalah persepsi orang tua atau orang-orang terdekat dalam
memandang diri seseorang. Jika seorang anak memperoleh perlakuan yang
positif, maka ia akan mengembangkan konsep diri yang positif pula. Individu
juga tidak akan ragu untuk dapat membuka diri dan menerima masukan dari luar
sehingga konsep dirinya menjadi lebih dekat dengan kenyataan.
Suatu konsep diri yang positif sama dengan penghargaan diri dan
penerimaan diri yang positif Coopersmith (dalam Burns, 1993:209)
mengemukakan karakteristik remaja dengan konsep diri positif mampu
mengaktualisasikan potensinya, dan mampu menyelaraskan diri dengan
lingkungannya.
Pendapat-pendapat tersebut sejalan dengan ungkapan Brooks dan
Emmert (dalam Rakhmat, 1996) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki
konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu yakin akan kemampuan
mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa
malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, serta mampu
memperbaiki diri dengan mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenangi dan berusaha merubahnya.
57
Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif akan
menyukai dirinya sendiri dan cukup mampu menghadapi dunia. Ia mampu
mencapai prestasi tinggi dan menjalini kehidupan secara efektif, baik untuk
keberadaan dirinya maupun orang-orang lain disekitarnya. Sedangkan untuk
konsep diri yang negatif, Coopersith (dalam Burns, 1993:209) mengemukakan
beberapa karakteristik, yaitu mempunyai perasaan tidak aman, kurang menerima
dirinya sendiri, dan biasanya memiliki harga diri yang rendah. Fitts (1971)
menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri rendah adalah tidak
menyukai dan menghormati diri sendiri, memiliki gambaran yang tidak pasti
terhadap dirinya, sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah terpengaruh oleh
bujukan dari luar, tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat membantu
menjaga tingkat harga dirinya, mempunyai banyak persepsi diri yang saling
berkonflik, merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul,
mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami pengalaman negatif
dan tidak dapat manfaat dari pengalaman tersebut. Konsep diri akan turun ke
negatif apabila seseorang tidak dapat melaksanakan perkembangannya dengan
baik.
Bisa dikatakan bahwa konsep diri, baik positif maupun negatif, sangat
penting untuk mengarahkan perilaku individu, karena setiap kali orang hendak
bertingkah laku, sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya (dalam Rakhmat,
1996). Hal sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rogers seperti yang dikutip oleh
58
Sarason (1972) bahwa perilaku individu lebih dipengaruhi oleh dunia
subyektifnya daripada stimulus lingkungan di luar dirinya.
Konsep diri merupakan faktor yang penting dalam berinteraksi. Hal ini
disebabkan individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan
konsep dirinya. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan makhluk lain
adalah lebih mampu menyadari setiap dirinya, mengobservasi diri dalam setiap
tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan
memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan. Dengan demikian
manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat
mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau
identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari
seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap
terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas
konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.
Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas
konsep diri kita, positif atau negatif. Orang yang memiliki konsep diri positif
menurut William D. Brooks dan Phillip Emmert (dalam Rakhmat, 2008:105)
ditandai dengan lima hal :
59
1. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap
kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan objektif yang
dihadapi.
2. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak
dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pemahaman tersebut
menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau
penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa
yang telah dikerjakan sebelumnya. Orang yang memiliki konsep diri yang
negatif (Rakhmat, 2008) akan responsif sekali terhadap pujian, walaupun ia
mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan
antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Untuk orang-orang seperti ini,
segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat
perhatiannya.
4. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya sama. Kemampuan untuk melakukan proses
refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang. Bersamaan
dengan kesenangannya terhadap pujian, mereka pun bersikap hiperkritis
terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apa pun
60
dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan
penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Dari konsep diri positiflah lahir pola perilaku komunikasi interpersonal
yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat, dan
mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita
dengan cermat pula. komunikan yang berkonsep diri positif adalah orang yang
menurut istilah Sidney M. Jourard “tembus pandang”.
2.5 Kaitan komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
Komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui
komunikasi antarpribadi kita bisa mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui
dunia luar dan dapat menjalin hubungan yang lebih bermakna. Melalui komunikasi
antarpribadi kita bisa melepaskan ketegangan, memperoleh hiburan dan menghibur
orang lain. Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan untuk mengubah nilai-nilai
dan sikap seseorang. Singkatnya komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai
macam kegunaan.
Dalam kaitannya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, komunikasi
antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang.
Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan
61
akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep
diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh
orang lain melalui proses komunikasi.
Menurut Anita Taylor (dalam Rakhmat, 2008:109) Komunikasi antarpribadi
dapat mempengaruhi konsep diri seseorang begitupun sebaliknya konsep diri dapat
mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada
pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan
apa yang kita ingat.
Diri pribadi adalah suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang
untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya.
Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan sendiri sebagai manusia ini,
tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang
lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Pengalaman dalam
kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus
menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya.
Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang
ditujukan pada dirinya sendiri yang kemudian kita sebut sebagai konsep diri.
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat,
baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan
stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan
serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini
62
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal.
Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara
bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep
diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. Selain itu konsep diri juga akan
dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk
berbagai stressor (kejadian atau situasi yang dapat menimbulkan stress) yang dilalui
individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri
dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
63
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1 Flowers City Casuals
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Suporter Casuals
Sebelum kita membahas apa itu Flowers City Casuals, ada baiknya
kita mengetahui dulu apa itu budaya Casuals. Casuals merupakan salah satu
bagian dari budaya didalam sepak bola, yang identik dengan hooligansime
dan pakaian-pakaian mahal bermerek. Sub kultur ini lahir pada akhir dekade
70-an, di Britania Raya, dimana ketika itu banyak para hooligan klub-klub
sepak bola, mulai mengenakan pakaian-pakaian mahal untuk menghindari
perhatian polisi. Mereka tidak lagi mengenakan atribut-atribut beraroma logo-
logo klub kesayangan, agar tidak dikenali, sehingga lebih mudah untuk
menyusup kelompok musuh dan untuk masuk ke dalam pub.
Sejak pertengahan dekade 50-an, para pendukung sepak bola di
Inggris sudah mulai terpengaruh dengan gaya berpakaian Teddy Boys, yang
tumbuh pada masa itu. Asal-usul budaya Casuals sendiri dapat dilihat dalam
sub kultur Mod pada awal 60-an. Para pemuda pengikut sub kultur Mod,
mulai membawa gaya berpakaiannya ke dalam teras sepak bola. Kemudian
64
pengikut - pengikut sub kultur lain seperti Skinhead juga membawa gaya
berpakaiannya ke dalam teras sepak bola.
Ditandai dengan kebangkitan sub kultur Mod pada akhir 70-an, Casuals
mulai tumbuh dan berubah setelah pendukung Liverpool, memperkenalkan
merek-merek fashion Eropa yang mereka peroleh saat menemani klub
kesayangan mereka melawan klub Perancis, Saint Etienne. Para pendukung
Liverpool yang menemani klub kesayangan mereka menjalani laga melawan
klub-klub Eropa, pulang ke Inggris dengan membawa pakaian-pakaian
bermerek dari Italia dan Perancis, yang mereka jarah dari toko-toko.
Pada saat itu, para polisi masih fokus para pendukung yang bergaya
Skinhead, dengan sepatu bot khasnya, Dr. Martens, dan tidak memperhatikan
para penggemar yang menggunakan pakaian-pakaian mahal karya desainer-
desainer ternama. Para pendukung Liverpool kemudian membawa lagi merek-
merek pakaian yang tidak pernah dijumpai sebelumnya di Inggris. Dan para
pendukung klub-klub lain pun mulai memburu merek-merek Eropa yang masih
langka di Inggris. Adapun para pendukung Liverpool masih identik dengan
Lacoste Shirt dan Adidas Training hingga saat ini.
Label pakaian yang terkait dengan Casuals pada tahun 1980 meliputi:
Edinburgh Woollen Mill, Fruit of the Loom, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe,
Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas,
65
CP Company, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle, Burberry
dan Slazenger. Trend berpakaian terus berubah dan subkultur Casuals
mencapai puncaknya pada akhir 1980-an, dengan lahirnya scene musik Acid
House, Rave and Madchester. Dan kekerasan dalam sub kultur Casuals
memudar hingga batas tertentu.
Pertengahan 1990-an, sub kultur Casuals mengalami kebangkitan
besar, tetapi penekanan pada gaya telah sedikit berubah. Banyak para
penggemar sepak bola mengadopsi Casuals tampak sebagai semacam seragam,
mengidentifikasi bahwa mereka berbeda dari pendukung klub biasa. Merek
seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry dan CP Company terlihat di
hampir setiap klub, serta merek-merek klasik favorit seperti Lacoste, Paul &
Shark dan Pharabouth.
Jenis-jenis musik yang disukai oleh para Casuals pada akhir dekade
70-an adalah Oi!, Mod, dan Ska. Tak heran, karena beberapa Casuals itu
merupakan pengikut dari sub kultur skinhead, mod, dan rude boy. Pada era 80-
an, selera musik Casuals bersifat eklektik alias campur-campur. Akhir dekade
80-an dan 90-an awal, mereka cenderung menyukai scene Madchester (co:
OASIS), dan Rave. Di era 90-an saat sub kultur alternatif baru yang bernama
Britpop, yang digunakan untuk melawan arus Grunge, para Casuals ini pun
menjadi penggemar Britpop.
66
Terdapat pengaruh kuat dari budaya Rave terhadap Casuals, Rave
sendiri cenderung menyerukan perdamaian, sehingga banyak dari Casuals ini
yang mengenakan pakaian-pakaian khas mereka, namun justru menjauhkan
diri dari tindak hooliganisme. Kadang-kadang banyak band-band yang bergaya
Casuals saat dipanggung dan dalam sesi pemotretan, seperti yang dilakukan
Damon Albarn dan kawan-kawan di BLUR dalam video “Parklife”. Sejak itu
Brutal pop khas BLUR (kadang disebut juga indie rock) telah menjadi jenis
musik yang paling disukai oleh Casuals.
Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak
menjauh dari merek-merek yang dianggap seragam Casuals, karena polisi
mulai memerhatikan tindak tanduk Casuals. Selain itu beberapa desainer juga
menarik produk-produk mereka setelah tahu bahwa produk-produk mereka
dipakai oleh Casuals.
Meskipun beberapa Casuals terus memakai pakaian Stone Island di
tahun 2000-an, banyak dari mereka yang telah mencopot logo kompas Stone
Island sehingga merek pakaian mereka menjadi tidak ketahuan. Namun,
dengan dua tombol masih menempel, orang yang tahu masih bisa mengenali
pakaian Casuals lainnya. Pada akhir 90-an itu beberapa pasukan polisi
mencoba untuk menghubungkan logo kompas Stone Island dengan neo-Nazi
versi dari salib Celtic.
67
Label pakaian baru mulai memperoleh popularitas di antara Casuals.
Seperti halnya produk-produk pakaian dari merek-merek ternama yang laku
dipasaran, barang palsu yang murah juga mudah didapat. Prada, Façonnable,
Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina
Duck, 6.876, dan Dupe telah mulai mendapatkan popularitas luas.
Casuals fashion telah mengalami peningkatan popularitas di tahun
2000-an, setelah beberapa band-band Inggris seperti The Streets dan The
Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual olahraga dalam video musik
mereka. Budaya Casuals pun telah diangkat ke dalam media visual seperti
film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, The Real Football
Factory dan Green Street Hooligans 1 & 2.
Tahun 2000-an, label pakaian yang terkait dengan pakaian Casuals
termasuk: Stone Island, Adidas Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani,
Three stroke, Lambretta, Pharabouth dan Lacoste. Namun menjelang akhir
dekade 2000-an banyak Casuals yang menggunakan label-label independen
seperti Albam, YMC, APC, Folk, Nudie Jeans, Edwin, Garbstore, Engineered
Garments, Wood Wood dan Superga. Namun merek besar seperti Lacoste,
Ralph Lauren dan CP Company masih popular di kalangan Casuals.
Sejak itu, produk fashion dari desainer terkemuka di Inggris seperti
Burberry, Stone Island, CP Company, Sergio Tacchini, Fila, Trainers Adidas
68
Originals, Ellesse, Scott & Lyle menjadi pilihan alternatif pengganti jersey
dan merchandise klub yang dinilai terlalu berbahaya untuk dipakai, disamping
itu infiltrasi ke kelompok saingan pun semakin mudah dilakukan.
3.1.2. Profil Flowers City Casuals
Flowers City Casuals yang biasa disingkat menjadi FCC, yang
maknanya kurang lebih sebagai Casuals dari Kota Bandung. Flowers City
Casuals pertama kali didirikan pada tanggal 15 Mei tahun 2005 oleh Rizki
Ardi Maulana dan sekumpulan anak muda lainnya yang memiliki kesukaan
akan budaya Inggris, hobi bergaya dengan brand Eropa dan kecintaan pada
Persib Bandung. Yang menjadi dasar didirikannya Flowers City Casuals
adalah adanya wadah di Kota Bandung untuk menyalurkan hobi dan minat
terhadap budaya Casuals dan Persib Bandung, juga sudah jenuhnya melihat
perkembangan suporter sepakbola Persib Bandung yang selalu dipandang
masyarakat sebagai biang rusuh dan onar bila Persib Bandung bermain, baik
sebelum pertandingan maupun sesudah pertandingan berlangsung. Berbeda
dengan grup atau komunitas penggemar Persib Bandung lainnya, Flowers
City Casuals tidak memiliki struktur organisasi dan keanggotaan formal,
namun tetap ada yang mengkoordinir kegiatan kegiatan Flowers City Casuals.
Setelah 5 tahun berlalu, Flowers City Casuals masih tetap eksis hingga
saat ini dan semakin berkembang dari sebelumnya, hal tersebut dapat terlihat
69
dari makin banyaknya jumlah orang yang bergabung bersama Flowers City
Casuals di setiap pertandingan Persib Bandung, dan juga di waktu berkumpul
di luar hari pertandingan untuk acara nonton bareng English Premier League
atau pertandingan sepakbola lainnya. Berawal dari kurang lebih 20 orang pada
saat didirikan, sekarang jumlah anggota Flowers City Casuals mencapai lebih
dari 350 orang. Anggota Flowers City Casuals terdiri dari beragam profesi,
ada yang masih berstatus pelajar, mahasiswa, pegawai swasta, dan juga
wiraswasta.
Flowers City Casuals selalu berada di tribun sisi utara stadion di setiap
laga kandang Persib Bandung, jangan berharap mendapatkan koreografi yang
indah disini seperti kebanyakan grup pendukung Persib Bandung lainnya,
mungkin hanya caci-maki terhadap klub lawan yang akan didapatkan.
Terdapat hal-hal yang sangat dibenci oleh Flowers City Casuals di
stadion, yaitu memakai jersey atau merchandise klub sepakbola yang tidak
ada hubungannya dengan pertandingan saat itu, apalagi ditambah dengan
tidak menggunakan alas kaki karena kami menganggap setiap laga Persib
adalah seremonial suci yang harus sangat dihargai, dan menyanyikan lagu
persahabatan antara dua grup pendukung sepakbola dengan embel-embel
“Satu Hati”.
70
Diluar tribun, Flowers City Casuals bisa ditemui pada waktu-waktu
tertentu, seringkali pada laga bigmatch English Premier League berlangsung,
di kedai seputaran kota Bandung yang menjual bir dengan harga yang tidak
terlalu mahal dan menyiarkan pertandingan langsung English Premier
League, namun bukan berarti semua anggota dari Flowers City Casuals adalah
peminum bir, bahkan beberapa diantara anggota Flowers City Casuals adalah
penganut taat paham Straight Edge.
Bila tidak ada hari pertandingan Persib Bandung, satu (1 minggu
sekali Flowers City Casuals rutin berkumpul untuk mempererat hubungan
antar pribadi anggota anggota Flowers City Casuals. Hal yang menjadi
bahasan atau topik dalam pertemuan tersebut adalah perkembangan Persib
Bandung, persiapan keberangkatan untuk mendukung Persib Bandung di
pertandingan selanjutnya baik kandang maupun tandang, perkembangan
sepakbola nasional dan Liga Liga Eropa, dan juga mengenai informasi
perkembangan fashion pendukung Casuals.
Siapapun bisa menjadi bagian Flowers City Casuals, tentunya
mencintai Persib Bandung dan kultur Casuals. Bersikap Casuals dan
bergabung bersama kami disini, di tribun utara. Pada Flowers City Casuals
tidak diberlakukan keanggotaan, siapa pun dapat bergabung dengan syarat
memiliki ideologi dan minat yang sama. Namun walaupun tidak diberlakukan
sistem keanggotaan, Flowers City Casuals tetap mempunyai orang yang
71
dijadikan ketua atau koordinator. Anggota yang lain memegang peranan
sebagai dokumentasi, seksi ticketing, dan sebagainya. Walaupun Flowers City
Casuals tidak ada sistem keanggotaan secara formal, namun kelompok ini
sangat terorganisir dengan baik, selalu menjaga jaringan komunikasi,
sehingga pada saat mereka datang ke stadion untuk menonton tim Persib
bertanding, terhindar dari kerusuhan, dan menimalisir kerusuhan yang
diakibatkan oleh ulah mereka. Ketua selalu memberikan arahan kepada
anggota yang lain agar selalu menjaga sikap, selalu bersikap positif, dan tidak
melakukan tindak anarkis atau kriminalitas.
3.2 Komunikasi Antarpribadi Flowers City Casuals
Flowers City Casuals mengadakan pertemuan dengan para anggotanya, sekali
dalam seminggu, yaitu setiap hari jumat. Hal ini dilakukan agar setiap anggota saling
mengenal, saling dekat dan membuat hubungan yang erat, sehingga komunikasi yang
terjadi diantara anggota Flowers City Casuals semakin lebih akrab dan bermakna.
Interaksi yang dilakukan oleh Flowers City Casuals bersifat langsung,
spontan, tatap muka, kerap kali berbalas balasan. Hal-hal yang dikomunikasikan
disini tidak jauh mengenai tim sepakbola yang mereka dukung yaitu Persib, Bandung,
dan budaya Casuals. Mereka membicarakan jadwal pertandingan Persib, hal-hal apa
saj a yang harus dipersiapkan untuk datang ke stadion dalam mendukung tim
kesayangannya, seperti spanduk, banner, flare, dan tiket. Para anggota Flowers City
72
Casuals berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat kerusuhan di dalam stadion,
baik itu mengganggu jalannya pertandingan atau bergesekan dengan tim suporter
yang lain. Mereka saling memberi arahan dan peringatan kepada anggota yang lain
agar tidak memancing dan membuat kerusuhan. Mereka menyadari betul, bahwa hal
tersebut akan merugikan tim sepakbola yang mereka dukung.
Pembicaraan mengenai budaya Casuals berada sekitar fashion dan merek
yang menjadi ciri khas para Casuals. Kebutuhan akan informasi mengenai merek
fashion yang menjadi ciri khas Casuals karena para Casuals pada saat datang ke
stadion untuk mendukung tim kesayangannya tidak menggunakan baju yang
memasang atau berdesain tim sepakbola tersebut. Para Casuals tidak pernah
menggunakan atribut dari tim sepakbola tersebut pada saat datang ke stadion, hal itu
merupakan ciri khas para Casuals.
Komunikasi yang berlangsung selama ini di Flowers City Casuals
berlangsung dalam 2 bentuk, yaitu komunikasi formal dan non formal. Komunikasi
formal yaitu setiap jumat malam ketika para anggota Flowers City Casuals
berkumpul untuk membahas suatu masalah yang sedang ramai dibicarakan mengenai
Flowers City Casuals, baik itu masalah internal maupun eksternal. Setelah
memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dimaksud dan memberikan
pandangan terhadap masalah tersebut, Ketua Flowers City Casuals pun memberikan
kesempatan kepada anggota Flowers City Casuals yang lain untuk memberikan ide,
73
pendapat, solusi, atau pun penilaian terhadap masalah tersebut, sehingga
permasalahan tersebut cepat selesai.
Komunikasi formal yang lain adalah ketika malam sebelum pertandingan
Persib Bandung. Ketua Flowers City Casuals memberikan arahan serta evaluasi pada
pertandingan-pertandingan sebelumnya, dan juga mengecek setiap persiapan seluruh
perlengkapan yang dipergunakan untuk mendukung Persib Bandung agar Flowers
City Casuals total dalam memberikan support kepada tim Persib Bandung. Tidak lupa
Ketua Flowers City Casuals kepada anggota yang lainnya untuk selalu saling
mengingatkan agar menjaga sikap dan attitude baik di dalam maupun di luar stadion
ketika mendukung Persib Bandung agar menumbuhkan citra positif terhadap suporter
Persib Bandung pada umumnya, dan juga agar tidak terjadi gesekan dengan
kelompok suporter pendukung Persib Bandung lainnya, serta demi keamanan seluruh
anggota Flowers City Casuals tentunya. Hal ini disebabkan karena Flowers City
Casuals berpandangan bahwa sesama suporter Persib Bandung meskipun berbeda
bendera atau grup pantang untuk bermusuhan dan keberadaan Flowers City Casuals
dapat memberi warna lain terhadap suporter Persib Bandung secara keseluruhan.
Komunikasi non formal yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals
adalah tidak jauh dari topik mengenai barang barang pendukung Casuals seperti
baju, celana, jaket,sepatu dan barang lainnya. Dan juga membicarakan perkembangan
sepakbola terkini mengenai klub sepakbola dan suporter baik dari luar negeri maupun
dalam negeri. Setiap anggota secara pribadi mencari informasi terbaru mengenai
74
perkembangan sepakbola dan juga barang barang pendukung Casuals untuk
kemudian bertukar informasi dan dibahas bila bertemu anggota Flowers City Casuals
lainnya pada jumat malam. Hal yang dibicarakan mengenai merek dari barang
tersebut, tahun pembuatan, model atau seri, dan juga dimana tempat mendapatkan
barang tersebut. Makin lama tahun pembuatan maka barang barang Casuals tersebut
lebih tinggi prestigenya dibandingkan dengan yang lebih baru.
3.3 Aktivitas yang dilakukan Flowers City Casuals
Aktivitas yang dilakukan Flowers City Casuals antara lain mengadakan
nonton bareng pertandingan sepakbola baik dalam negeri maupun luar negeri yang
terbuka untuk umum, berburu barang barang Casuals bersama, olahraga juga
mengadakan awaydays bila Persib Bandung menghadapai pertandingan tandang.
Aktivitas Flowers City Casuals yang berguna bagi masyarakat khususnya bagi
kalangan atau kelompok suporter lainnya adalah kampanye anti rasisme dan fasisme
di sepakbola. Flowers City Casuals selalu membawa pesan dan mengingatkan kepada
kelompok suporter lainnya agar tidak melakukan tindakan tindakan rasis dan fasis
terhadap tim lawan Persib Bandung dan suporternya. Flowers City Casuals ingin
mengedukasi bahwa sepakbola harus jauh dari hal hal tersebut, meskipun tidak jarang
kerap terjadi kesalahpahaman yang berujung gesekan dengan kelompok suporter
Persib Bandung lain mengenai hal tersebut. Namun hal itu tidak menjadi halangan
75
Flowers City Casuals untuk selalu mengampanyekan anti fasisme dan rasisme di
kalangan supporter Persib Bandung pada setiap pertandingan Persib Bandung.
Kampanye yang dilakukan Flowers City Casuals adalah membuat suatu
spanduk dan memberikan news letters pada tiap bagian tribun di stadion, untuk
masyarakat umumnya kampanye ini dilakukan pada saat Flowers City Casuals
mengadakan nonton bersama pertandingan persib Bandung dengan selalu
memberikan pesan dan membuat logo, simbol dan banner yang bertuliskan anti
rasisme dan fasisme sepakbola. Hal yang dilakukan Flowers City Casuals dalam
mengedukasi masyarakat sekitar khususnya pecinta sepakbola untuk tidak melakukan
rasisme berbeda dengan suporter lainnya, edukasi dilakukan dengan cara yang santai,
lebih bersifat pribadi dan akrab namun tidak mengindahkan tujuan utamanya.
3.4 Susunan Pengurus Flowers City Casuals
a) Ketua (Pendiri) : Rizki Ardi Maulana
b) Koor. Divisi Ticketing : Erdi “Ceper” Herdiawan
c) Koor. Divisi Banner : Anton “Puddle” Frantic
d) Koor. Divisi Dokumentasi : Rangga Fajar
e) Koor. Divisi Olahraga : Ari Wicaksana
f) Koor. Divisi Web+Online Media : Yafet Santo Nugroho
g) Koor. Divisi Peralatan Pendukung: Boni
3.5 Data Observasi Penelitian
76
a) Pertemuan Pertama (tanggal 13 Mei 2011):
Pada pukul 20.30 WIB, peneliti bertemu dengan Ketua Flowers City Casuals
(FCC) sebagai permulaan pemenuhan data penelitian. Setelah berkenalan
dengan Ketua Flowers City Casuals, Rizki Ardi Maulana, dan anggota
lainnya, peneliti mengutarakan niat untuk meneliti segala hal mengenai
Flowers City Casuals dan suporter Casuals di Kota Bandung pada umumnya.
b) Pertemuan Kedua (Tanggal 20 Mei 2011):
Pada pukul 20.00 WIB, peneliti bertemu kembali dengan Ketua Flowers City
Casuals untuk meneliti lebih dalam mengenai Flowers City Casuals. Apa yang
menjadi passion dari Flowers City Casuals, sejarah Flowers City Casuals,
kegiatan yang dilakukan, dan segala hal yang berkaitan dengan Flowers City
Casuals yang dirasa perlu untuk memenuhi data penelitian.
c) Pertemuan Ketiga (Tanggal 3 Juni 2011)
Pada pukul 20.30 WIB peneliti datang ke acara kumpul rutin Flowers City
Casuals untuk menyebar angket kuesioner yang harus diisi oleh anggota
Flowers City Casuals.
77
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan data dan menganalisis data yang
diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti. Pada bab ini peneliti
berusaha akan memberikan gambaran dari apa yang telah di jabarkan pada bab-bab
sebelumnya, serta menghubungkannya dengan hasil pengumpulan angket yang
meliputi daftar pertanyaan disertai beberapa alternatif jawaban.
Responden diperbolehkan memilih jawaban yang dianggap benar dan
mewakili apa yang responden rasakan. Dalam bab ini juga mengungkapkan bahwa
adakah hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
anggota Flowers City Casuals.
Agar penelitian ini sistematis maka peneliti mengelompokkan menjadi beberapa sub,
yaitu :
1. Analisis deskriptif data responden
2. Analisis deskriptif data penelitian
3. Analisis pengujian hipotesis
4. Hasil uji validitas dan reliabilitas
78
5. Pembahasan
4.1 Analisis deskriptif data responden
Responden dalam penelitian ini adalah anggota Flowers City Casuals yang
berjumlah 36 orang. Sebelum menganalisis jawaban - jawaban responden dalam
angket penelitian, terlebih dahulu akan dikemukakan identitas responden yang
berkisar tentang identitas pribadi responden yang meliputi usia dan pekerjaan
responden.
Data berikut adalah data yang menunjukkan usia responden yang menjadi anggota
Flowers City Casuals
Tabel 4.1
Usia
No Usia Satuan Persentase
1 16-20 tahun 11 29,7%
2 21-24 tahun 17 45,9%
3 25-30 tahun 9 24,3%
Jumlah 36 100%
Sumber: angket penelitian n= 36
79
Berdasarkan tabel diatas, usia responden yang menjadi anggota Flowers City
Casuals rata – rata berkisar antara 21–24 tahun dengan presentase 45,9% atau
sebanyak 17 orang. Pada tabel diatas terlihat perbedaan usia anggota Flowers City
Casuals tidak terlalu jauh, terlihat dari responden yang berusia 16-20 tahun berjumlah
11 orang atau 29,7% dari jumlah responden, dan yang berumur 25-30 tahun
berjumlah 9 orang atau 24,3%. Berdasarkan hasil angket penelitian, rata – rata
responden berumur 21 – 24 tahun.
Berikut ini adalah data responden anggota Flowers City Casuals mengenai
pekerjaannya :
Tabel 4.2
Pekerjaan
No Pekerjaan Satuan Persentase
1 Pelajar 6 16,7%
2 Mahasiswa 19 52,8%
3 Pekerja swasta 9 25%
4 Pegawai negeri - -
5 Wiraswasta 2 5,6%
80
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data pada tabel mengenai pekerjaan responden dapat diketahui
bahwa rata-rata responden berprofesi sebagai mahasiswa, hal ini terlihat pada hasil
perhitungan angket sebanyak 52,8% atau sebanyak 19 orang dari 36 orang responden.
Responden lain yang berprofesi sebagai pelajar hanya 16,7% atau 6 orang dan
pekerja swasta sebanyak 25% atau sebanyak 9 orang. Menurut pengamatan peneliti,
bahwa anggota Flowers City Casuals ini lebih didominasi oleh mahasiswa, karena
mahasiswa mempunyai idealisme yang tinggi mengenai sesuatu hal,termasuk urusan
sepakbola, terlebih sebagai suporter. Sebagai anggota Flowers City Casuals yang
mempunyai idealisme berbeda dengan suporter yang lain, mahasiswa lebih memiliki
agresifitas yang tinggi dibanding yang lain.
4.2 Analisis deskriptif data penelitian
Setelah memaparkan mengenai identitas responden, selanjutnya akan
dijelaskan mengenai data deskriptif penelitian, hasil dan jawaban responden dalam
mengisi angket yang telah disebarkan oleh penulis.
Data penelitian ini terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu variabel x adalah
karakteristik komunikasi antarpribadi dengan variabel y adalah konsep diri anggota
Flowers City Casuals.
81
Berikut ini adalah data tabel mengenai keterbukaan dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan
respon secara spontan kepada orang yang diajaknya interaksi:
Tabel 4.3
Terbuka kepada siapa pun
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 7 19,4%
2 Setuju 13 36,1%
3 Tidak terlalu 15 41,7%
4 Tidak setuju - -
5 Sangat tidak setuju 1 2,8%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
82
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat keterbukaan dalam berkomunikasi
sesama anggota Flowers City Casuals rata-rata terbuka, namun terdapat
ketidakpastian dalam keterbukaannya, tidak semua mau terbuka secara terang-
terangan kepada orang yang diajaknya interaksi. Hal ini terlihat pada responden yang
menjawab tidak terlalu terbuka kepada siapa pun sebanyak 41,7% atau sebanyak 15
orang dari 36 responden. Responden yang menjawab sangat tidak setuju dalam hal ter
buka kepada siapa pun hanya 2,8% atau hanya 1 orang, dapat diketahui bahwa
responden yang menjawab sangat tidak setuju dengan keterbukaan dalam
berkomunikasi kepada siapa pun orang yang diajaknya interaksi merupakan
responden yang tertutup dan merupakan anggota baru dalam Flowers City Casuals,
dan usia responden masih pelajar atau berada disekitaran umur 16-20 tahun. Dalam
hal ini responden masih memiliki ego yang sangat besar. Namun responden yang
menjawab setuju dalam hal ini terbuka kepada siapa pun sebanyak 36,1% atau
sebanyak 13 orang dari 36 responden, dan responden yang sangat setuju dalam hal
terbuka kepada siapa pun sebanyak 19,4% atau sebanyak 7 orang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mayoritas anggota Flowers City Casuals terbuka dalam
berkomunikasi kepada sesama anggota Flowers City Casuals.
Ketika membahas suatu hal yang lebih pribadi, seperti bila anggota Flowers
City Casuals mengalami permasalahan ketika menonton Persib Bandung di stadion
dikarenakan satu atau lain hal dengan sesama anggota Flowers City Casuals lainnya,
maka anggota tersebut berani untuk mengemukan permasalahan tersebut pada
83
pertemuan rutin jumat malam, namun anggota yang melakukan keterbukaan seperti
ini belum semua, karena terdapat satu orang yang sangat tidak setuju untuk terbuka
kepada siapa pun, hal ini dapat terjadi karena satu orang tersebut merupakan orang
yang tertutup dan tidak mempunyai kesadaran diri yang tinggi, komunikasi yang
terbuka dan kesadaran diri yang tinggi dapat menunjang kelancaran dalam
komunikasi.
Pentingnya keterbukaan karena setiap kita berkomunikasi dengan orang lain
apabila kita tidak terbuka, orang lain hanya akan mengenali kita dari apa yang mereka
lihat, dengan keterbukaan orang lain dapat mengenali sisi lain dari diri kita. Dalam
Johari Window (dalam Rakhmat, 2008:108) diungkapkan, di dalam diri manusia
terdapat empat jendela, setiap bagian mewakili bagian diri yang berbeda, keempat
bagian itu adalah open self, blind self, hidden self dan unknown self seperti yang
sudah penulis jelaskan pada Bab II. Dalam meningkatkan mutu komunikasi maka
open self perlu diperbesar dan blind self perlu diperkecil, karena bagian open self
adalah bagian dari peningkatan kualitas komunikasi, sedangkan blind self merupakan
penurunan kualitas komunikasi.
Berikut adalah data tabel mengenai keterbukaan dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan
respon secara spontan :
Tabel 4.4
84
Memberikan respon secara spontan
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 1 2,8%
2 Setuju 25 69,4%
3 Tidak terlalu 10 27,8%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab setuju dalam hal ini memberikan respon spontan kepada orang yang
diajaknya interaksi sebanyak 69,4% atau sebanyak 25 orang dari 36 responden, dan
responden yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 27,8% atau sebanyak 10
orang, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 2,8% atau hanya 1 orang. Dapat
diketahui bahwa rata-rata responden sudah bereaksi secara jujur terhadap orang yang
berinteraksi dengannya, dalam hal ini dengan memberikan respon secara spontan
kepada orang yang diajaknya interaksi, responden dapat memberikan respon secara
langsung kepada orang yang diajaknya berinteraksi tanpa dipikir atau
dipertimbangkan terlebih dahulu, dalam hal ini berarti responden terbuka pada orang
yang diajaknya interaksi, responden mau mengutarakan pendapatnya secara jujur
kepada orang lain tanpa ada yang ditutup-tutupi dan dipikirkan terlebih apa yang akan
85
dikatakannya untuk menutupi suatu hal, hal ini dapat terjadi karena responden merasa
percaya kepada orang yang diajaknya interaksi.
Hal ini terjadi ketika secara salah satu anggota Flowers City Casuals
melakukan sebuah percakapan dimana salah satu anggota mengutarakan perasaan dan
pendapatnya mengenai masalah yang terjadi di Flowers City Casuals ataupun
pribadinya, maka anggota yang lain memberikan respon secara spontan, sesuai
dengan apa yang dia rasakan, tanpa menutup-nutupi sesuatu, hal ini menandakan
bahwa antara masing-masing anggota tersebut terdapat sebuah hubungan yang dekat,
spontanitas yang terjadi pada kelompok ini karena sesuai dengan data pada tabel
sebelumnya tabel 4.3 bahwa mayoritas anggota terbuka kepada orang yang diajaknya
interaksi, dalam keterbukaan akan ada spontanitas dalam interaksinya.
Berikut adalah data tabel mengenai keterbukaan dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal selalu
memberikan respon kepada siapa pun tanpa terkecuali :
Tabel 4.5
Memberikan respon kepada siapa pun tanpa terkecuali
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 3 8,3%
86
2 Setuju 17 47,2%
3 Tidak terlalu 13 36,1%
4 Tidak setuju 2 5,6%
5 Sangat tidak setuju 1 2,8%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata responden
memnerikan jawaban setuju dalam hal ini memberikan respon kepada siapa pun tanpa
terkecuali, terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebanyak 47,2%
atau sebayak 17 orang dari 36 responden. Sedangkan responden yang menjawab tidak
terlalu setuju sebanyak 13 orang atau 36,1%, respobden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 3 orang atau 8,3% dan responden yang menjawab tiak setuju sebanyak
5,6% atau 2 orang dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau
2,8%. Responden yang menjawab tidak setuju bukan berarti responden tidak terbuka
dalam berkomunikasi dengan orang yang diajaknya interaksi namun responden lebih
memilih siapa orang yang diajaknya interaksi sehingga bisa terbuka dalam
berkomunikasi. Terdapat 2 orang yang tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk
terbuka kepada siapa pun, hal ini dikarenakan responden merasa ada beberapa hal
87
yang tidak perlu diceritakan dan diberitahukan kepada orang lain, informasi
sebaiknya diberikan kepada orang-orang tertentu saja yang dianggapnya penting.
Misalnya salah satu anggota Flowers City Casuals sedang mengalami
permasalahan dengan salah satu anggota lainnya karena sesuatu hal, maka ia hanya
mengutarakan permasalahan tersebut kepada teman terdekatnya dalam Flowers City
Casuals demi menjaga keutuhan Flowers City Casuals, dan menjaga perasaan dengan
anggota lainnya. Pentingnya keterbukaan dalam kelompok kecil sebagai proses yang
akan dijalani bersama, manfaat keterbukaan untuk kelompok kecil adalah untuk
membangun proteksi dan lebih mempercayai satu sama lain, membangun kejujuran,
memberi kita kebebasan, tidak perlu menggunakan topeng, berpura-pura menjadi
yang bukan diri kita sebenarnya. 2
Berikut adalah data tabel mengenai empati dalam komunikasi antarpribadi yang
dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal memahami orang yang
diajaknya interaksi :
Tabel 4.6
Mengetahui apabila teman saya merasa kecewa dan tertekan
No Jawaban Satuan Persentase
2 Andy Febrico Bintoro/www.scribd.com/doc/keterbukaan. Senin, 11/7/2011. pkl:15:30
88
1 Sangat setuju 6 16,7%
2 Setuju 22 61,1%
3 Tidak terlalu 8 22,2%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki empati terhadap sesama anggota Flowers City Casuals, hal ini terlihat dari
responden yang setuju sebanyak 61,1% sebanyak 22 orang dari 36 responden, dan
yang memilih sangat setuju sebanyak 16,7% atau sebanyak 6 orang dan yang memilih
tidak terlalu sebanyak 22,2% atau sebanyak 8 orang, dalam hal memahami orang
yang diajaknya interaksi, responden mengetahui apabila rekannya sesama anggota
merasa kecewa dan tertekan.
Contoh dari hal diatas misalnya ketika hasil pertandingan Persib Bandung
tidak sesuai harapan dari anggota Flowers City Casuals, maka anggota yang satu
dapat melihat dan mengetahui apabila rekannya merasa kecewa dan tertekan dari
komunikasi yang dilakukan, karena dirinya pun merasakan hal tersebut. Empati
menurut Roy Schafer (1959: 345) adalah melibatkan pengalaman batin berbagi dan
memahami keadaan psikologis mometary orang lain.
89
Berikut adalah data tabel mengenai empati dalam komunikasi antarpribadi
yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal mengenali pengalaman
orang yang diajaknya interaksi :
Tabel 4.7
Merasa tidak tenang bila tidak dapat membantu teman
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 8 22,2%
2 Setuju 17 47,2%
3 Tidak terlalu 11 30,6%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata responden
memiliki rasa empati yang tinggi hal ini terlihat dari jawaban responden yang
menjawab setuju dalam hal ini mengenali pengalaman orang yang diajaknya interaksi
sebanyak 47,2% atau sebanyak 17 orang dari 36 orang responden, dan responden
yang sangat setuju sebanyak 22,2% atau sebanyak 8 orang dan yang menjawab tidak
terlalu sebanyak 30,6% atau sebanyak 11 orang. Dapat diketahui bahwa rata-rata
responden memiliki tingkat empati yang tinggi dalam hal ini responden mampu
mengenali pengalaman orang yang diajaknya interaksi.
90
Misalnya salah satu anggota Flowers City Casuals sedang mengalami
musibah atau permasalahan, dan ia utarakan kepada anggota yang lain, dan anggota
Flowers City Casuals lainnya tidak dapat membantu permasalahan tersebut selesai
dengan baik, maka anggota tersebut sangat merasa tidak enak dan merasa tidak
tenang karena tidak bisa membantu menyelesaikan masalah temannya tersebut.
Kemampuan empati tidak hanya sebatas merasakan bagaimana perasaan orang lain,
tetapi juga memerlukan kemampuan mengartikulasikan perasaan tersebut sehingga
orang lain merasa dipahami. (Blatner :2002)
Berikut adalah data tabel mengenai empati dalam komunikasi antarpribadi
yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal merasakan apa yang
dirasakan orang yang diajaknya interaksi :
Tabel 4.8
Memperhatikan dan peduli terhadap teman
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 7 19,4%
2 Setuju 24 66,7%
3 Tidak terlalu 5 13,9%
Jumlah 36 100%
91
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata respoden
setuju dalam hal merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang diajaknya interaksi
dengan jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 66,7% atau sebanyak 24
orang dari 36 orang responden, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 19,4%
atau sebanyak 7 orang dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 13,9% atau
sebanyak 5 orang. Dalam hal ini responden merasakan apa yang dirasakan oleh orang
yang diajaknya interaksi yaitu sesama anggota Flowers City Casuals yang
memperhatikan dan peduli terhadap perasaan atau sesuatu yang sedang temannya
rasakan.
Misalnya ketika salah satu anggota Flowers City Casuals selalu murung atau
menajdi pendiam ketika berkomunikasi satu sama lain dalam pertemuan rutin jumat
malam, maka anggota lain akan menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan
sehingga berperilaku seperti itu, karena empati adalah kapasitas untuk berpikir dan
merasa diri sendiri ke kehidupan batin orang lain (Heinz kohut, 1984 :82). dan juga
menurut Greenson RR empati adalah sarana untuk berbagi untuk mengalami perasaan
orang lain (1960:418)
Berikut adalah data tabel mengenai sikap mendukung dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal tidak
menyalahkan atau menyudutkan orang lain :
92
Tabel 4.9
Memberikan respon yang sesuai dengan harapan teman
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 4 11,1%
2 Setuju 25 69,4%
3 Tidak terlalu 6 16,7%
4 Tidak setuju 1 2,8%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata responden
mempunyai sikap mendukung dalam komunikasi antarpribadinya, hal ini terlihat
banyaknya responden yang menjawab setuju sebanyak 69,4% atau sebanyak 25 orang
dari 36 orang, dan responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 11,1% atau
sebanyak 4 orang, responden yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 16,7%
atau sebanyak 6 orang, kemudian responden yang memilih tidak setuju sebanyak
2,8% atau sebanyak 1 orang. I orang responden yang tidak memberikan respon yang
sesuai terhadap lawan bicaranya karena responden tersebut orang yang tertutup dan
93
cuek, hanya memberikan respon terhadap orang yang dianggap penting saja dan dekat
dengannya.
Misalnya ketika pada pertemuan jumat malam membahas hasil pertandingan
terakhir Persib Bandung, maka para anggota Flowers City Casuals diberikan
kesempatan untuk mengutarakan pandangannya, dan anggota yang lainnya
memberikan respon sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk menjaga
keseimabangan dalam diskusi, sehingga tidak ada satu pihak yang merasa tidak
dihargai dan diterima oleh kelompoknya, dapat dilihat dari dinamika diskusi ini
mengenai sikap mendukung pandangan anggota Flowers City Casuals terhadap
anggota lainnya. Sikap mendukung terdiri dari sikap provisionalisme dimana adanya
kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, bersedia mendengar pandangan
yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan,
provisionalisme inilah yang membantu menciptakan suasana mendukung. (Devito,
2011:289)
Berikut adalah data tabel mengenai sikap mendukung dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal
fleksibilitas dalam sikap dan pendapat :
Tabel 4.10
Selalu memberikan dukungan
94
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 14 38,9%
2 Setuju 21 58,3%
3 Tidak terlalu 1 2,8%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa responden rata-rata
fleksibel dalam sikap dan pendapatnya, hal ini terlihat dari jumlah responden yang
memilih setuju sebanyak 58,3% atau sebanyak 21 orang, dan yang menjawab sangat
setuju sebanyak 38,9% atau sebanyak 14 orang dan yang menjawab tidak terlalu
sebanyak 2,8% atau hanya 1 orang. Secara keseluruhan responden memiliki tingkat
fleksibilitas yang tinggi dalam sikap mendukung pada saat berkomunikasi dengan
sesama anggota Flowers City Casuals. I orang responden yang tidak selalu member
dukungan adalah responden yang pada pertanyaan sebelumnya memberikan jawaban
tidak selalu memberikan respon yang sesuai.
Misalnya ketika pada pertemuan jumat malam membahas hasil pertandingan
terakhir Persib Bandung, maka para anggota Flowers City Casuals diberikan
kesempatan untuk mengutarakan pandangannya, dan anggota yang lain memberikan
respon terhadap pandangannya secara spontan, dapat dilihat dari dinamika diskusi ini
95
mengenai sikap mendukung pandangan anggota Flowers City Casuals terhadap
anggota lainnya. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta
terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama,
terus terang dan terbuka, Gaya spontan menciptakan suasana yang mendukung.
(Devito, 2011:289).
Berikut adalah data tabel mengenai sikap mendukung dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dalam hal merasa
senang dan nyaman berkomunikasi dengan teman sesama anggota Flowers City
Casuals :
Tabel 4.11
Merasa senang berkomunikasi dengan teman dalam kelompok
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 11 30,6%
2 Setuju 23 63,9%
3 Tidak terlalu 2 5,6%
Jumlah 36 100%
Sumber : angket penelitian n=36
96
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden
memiliki sikap mendukung kepada teman yang diajaknya interaksi, hal ini terlihat
dari jumlah responden yang setuju dalam hal rasa senang dan nyaman berkomunikasi
dengan sesama anggota Flowers City Casuals sebanyak 63,9% atau sebanyak 23
orang, dan responden yang memilih sangat setuju sebanyak 30,6% atau sebanyak 11
orang dan yang menjawab tidak terlalu sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang saja.
Dapat terlihat, dengan banyaknya responden yang menjawab setuju dan sangat setuju,
para anggota Flowers City Casuals ini merasa senang dan nyaman satu sama lain
dalam berkomunikasi, hal ini menunjukkan bahwa sesama anggota dapat saling
mendukung.
Para anggota Flowers City Casuals bila melakukan sebuah percakapan
dilakukan dengan senang hati bahkan terkadang sampai lupa waktu karena terlalu
asyik berbincang dan merasa nyaman dengan orang yang diajaknya interaksi, karena
masing-masing merasa tidak ada penilaian atau prasangka yang buruk sehingga para
anggota bisa dengan santai berbincang tanpa harus menjaga perasaan atau berpura-
pura, maka dari itu situasi komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan nyaman,
karena apabila terdapat situasi dimana anggota yang satu menilai anggota yang
lainnya, maka akan ada situasi komunikasi defensif dimana salah satu anggota akan
lebih banyak melindungi diri dari ancaman, situasi seperti ini tidak menciptakan suatu
situasi yang mendukung, situasi yang mendukung ditandai dengan suatu komunikasi
97
yang deskriptif yang artinya penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai
(Rakhmat, 2008:134).
Berikut adalah data tabel mengenai rasa positif dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal tidak
memberikan penilaian negatif terhadap anggota lain :
Tabel 4.12
Tidak segan untuk mencela atau mengkritik
T
Berdasarkan data tabel diatas, responden rata-rata memiliki rasa positif, hal ini
terlihat dari responden yang menjawab tidak setuju dengan sikap mencela temannya
sesama anggota Flowers City Casuals sebanyak 41,7% atau sebanyak 15 orang dari
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 1 2,8%
2 Setuju 3 8,3%
3 Tidak terlalu 14 38,9%
4 Tidak setuju 15 41,7%
5 Sangat tidak setuju 3 8,3%
Jumlah 36 100%
98
36 orang responden, dan yang menjawan tidak terlalu setuju sebanyak 38,9% atau
sebanyak 14 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 8,3% atau
sebanyak 3 orang, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 8,3 orang atau
sebanyak 3 orang, dan yang sangat setuju sebanyak 2,8% atau sebanyak 1 orang.
Misalnya ketika terjadi pembahasan mengenai solusi terhadap masalah yang
dihadapi oleh Flowers City Casuals, ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai cara
penyelesaian masalah tersebut, anggota Flowers City Casuals tidak mencela satu
sama lain terhadap perbedaan pandangan tersebut, namun terdapat beberapa anggota
Flowers City Casuals yang tidak segan untuk mencela dan mengkritik anggota
suporter kelompok lain, hal ini biasanya dilakukan pada saat berada di stadion. Hal
ini berarti anggota tersebut masih merasa negatif terhadap dirinya sendiri, selalu
mengkomunikasikan perasaan negatif ini kepada orang lain, yang selanjutnya akan
mengembangkan perasaan negatif yang sama, sebaliknya orang yang merasa positif
terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya
akan merefleksikan perasaan positif ini. (Devito, 2011:290).
Berikut adalah data tabel mengenai rasa positif dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan
motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri pada anggota lain :
99
Tabel 4.13
Memberikan motivasi dalam mengembangkan minat teman
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 15 41,7%
2 Setuju 19 52,8%
3 Tidak terlalu 2 5,6%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa responden rata-rata
mempunyai rasa positif yang tinggi, berkenaan dengan memberikan motivasi dan
menumbuhkan minat anggota Flowers City Casuals yang lainnya. Hal ini terlihat dari
banyaknya responden yang menjawab setuju yaitu 52,8% atau sebanyak 19 orang,
dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 41,7% atau sebanyak 15 orang, dan yang
menjawab tidak terlalu sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang. Dapat dilihat bahwa
anggota Flowers City Casuals saling memberi motivasi satu sama lain dan
mendukung minat anggota yang lainnya. 2 orang responden yang memberikan
jawaban tidak terlalu karena responden tersebut memberikan respon kepada teman
100
yang dekat dengan dirinya saja, seperti dibahas pada pertanyaan angket di awal,
bahwa masih ada anggota Flowers City Casuals yang masih memilih-milih teman.
Ketika salah satu anggota Flowers City Casuals ingin mengembangkan karir
sebagai musisi, maka anggota yang lain selalu memberikan support secara langsung
dengan membeli cd grup music anggota Flowers City Casuals tersebut dan selalu
datang ke event yang menampilkan band tersebut. Sikap positif dapat dijelaskan
dengan istilah dorongan, perilaku mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya
orang lain, perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan. (Devito, 2011:290)
Berikut adalah data tabel mengenai rasa positif dalam komunikasi
antarpribadi yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal memberikan
pujian dan penghargaan yang positif terhadap pandangan yang diutarakan oleh
anggota Flowers City Casuals :
Tabel 4.14
Memberikan penghargaan yang positif kepada teman
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 5 13,9%
2 Setuju 25 69,4%
3 Tidak terlalu 6 16,7%
101
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat pula anggota Flowers City
Casuals mempunyai rasa positif yang tinggi terhadap sesama anggota, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju berkenaan dengan
memberikan penghargaan dan pujian yang positif kepada anggota yang lainnya
terhadap pandangan yang diutarakannya sebanyak 69,4% atau sebanyak 25 orang dari
36 orang, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 13,9% atau sebanyak 5 orang
dan yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 16,7% atau sebanyak 6 orang.
Sehingga dapat terlihat bahwa anggota Flowers City Casuals mempunyai rasa positif
yang tinggi, mereka saling memberikan penghargaan dan pujian yang positif kepada
anggota yang lainnya.
Ketika salah satu anggota Flowers City Casuals mengutarakan ide agar
Flowers City Casuals setiap minggu mengadakan kegitan olahraga bersama seperti
futsal atau sepakbola, maka anggota yang lain memberikan respon positif dengan cara
memberikan apresiasi yang positif seperti memberikan pujian dan membantu anggota
tersebut dalam pelaksanaan kegiatan agar berlangsung dengan baik. Dorongan positif
umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya
kita harapkan, kita nikmati, kita banggakan, dorongan positif ini mendukung citra
pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. (Devito, 2011:290).
102
Berikut adalah data tabel mengenai kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi
yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal kesamaan antar anggota :
Tabel 4.15
Memperlakukan sama semua teman
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 15 41,7%
2 Setuju 13 36,1%
3 Tidak terlalu 6 16,7%
4 Tidak setuju 2 5,6%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden
merasa setara dengan anggota yang lainnya, hal ini terlihat dari banyaknya responden
yang menjawab sangat setuju dengan perlakuan yang sama sesama anggota Flowers
City Casuals sebanyak 14,7% atau sebanyak 15 orang, dan yang menjawab setuju
sebanyak 36,1% atau sebanyak 13 orang, dan yang menjawab tidak terlalu setuju
sebanyak 16,7% atau sebanyak 6 orang, kemudian yang menjawab tidak setuju
sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang.
103
Misalnya ketika perayaan hari jadi ke–6 Flowers City Casuals, maka semua
anggota Flowers City Casuals dirangkul untuk menjadi panitia tanpa membedakan
anggota yang sudah lama bergabung maupun yang baru bergabung. Artinya, semua
anggota sudah dianggap setara dan diakui secara diam-diam tidak secara verbal
diungkapkan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
(Devito, 2011:290).
Berikut adalah data tabel mengenai kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi
yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal kesejajaran antar anggota :
Tabel 4.16
Menuntut teman untuk menuruti perkataan saya
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju - -
2 Setuju 4 11,1%
3 Tidak terlalu 10 27,8%
4 Tidak setuju 18 50%
5 Sangat tidak setuju 4 11,1%
104
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, rata-rata responden memiliki kesejajaran yang
tinggi diantara para anggota flowers city casuals, hal ini terlihat responden yang
menjawab tidak setuju pada pernyataan yang menuntut anggota lainnya untuk
menuruti perkataan seseorang sebanyak 50% atau sebanyak 18 orang dari 36
responden, lalu 4 orang diantaranya memilih sangat tidak setuju dan 27,8% atau
sebanyak 10 orang menjawab tidak terlalu setuju.
Bila salah satu anggota Flowers City Casuals memiliki pandangan bahwa
Flowers City Casuals harus seperti ini, namun ada anggota yang lain merasa tidak
cocok dengan pandangan tersebut, maka anggota yang tidak cocok tersebut tidak
harus mengikuti pandangan tersebut dan dapat mengutarakan pandangannya sehingga
dalam Flowers City Casuals tidak ada pemaksaan kehendak. Dalam hubungan
antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak sependapatan dan konflik lebih
dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai
kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak
lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain atau menurut istilah Carl Rogers,
kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain. (Devito, 2011:291).
105
Berikut adalah data tabel mengenai kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi
yang dilakukan anggota Flowers City Casuals dalam hal kesejajaran dalam
berpendapat :
Tabel 4.17
Selalu merasa paling benar
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 1 2,8%
2 Setuju 1 2,8%
3 Tidak terlalu 8 22,2%
4 Tidak setuju 15 41,7%
5 Sangat tidak setuju 11 30,6%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa anggota Flowers City
Casuals sangat tinggi kesetaraan diantara sesama anggota, karena terlihat dari
jawaban responden banyak yang memilih tidak setuju terhadap pernyataan yang
menyatakan bahwa dirinya selalu merasa paling benar sebanyak 41,7% atau sebanyak
106
15 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 30,6% atau sebanyak 11
orang, kemudian yang menjawab tidak terlalu sebanyak 22,2% atau sebanyak 8
orang, dan yang menjawab setuju 1 orang dan yang menjawab sangat setuju sebanyak
1 orang. Ada 1 orang responden yang setuju bahwa dirinya selalu merasa paling
benar dan 1 orang responden yang sangat ssetuju bahwa dirinya merasa paling benar,
hal ini dikarenakan sifat bawaannya dari lingkungan responden tersebut, dimana
responden merasa bahwa jalan hidupnya ditentukan oleh dirinya sendiri.
Bila salah satu anggota Flowers City Casuals memiliki pandangan bahwa
Flowers City Casuals harus seperti ini, namun ada anggota yang lain merasa tidak
cocok dengan pandangan tersebut, maka anggota yang tidak cocok tersebut tidak
harus mengikuti pandangan tersebut dan dapat mengutarakan pandangannya sehingga
dalam Flowers City Casuals tidak ada pemaksaan kehendak, tanpa memandang status
bahwa ia anggota lama maupun yang baru bergabung. Sama seperti konsep
kesetaraan pada tabel 4.16 menurut Devito (2011:291) bahwa kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut
istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif
tak bersyarat” kepada orang lain.
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
107
Tabel 4.18
Yakin dengan kemampuan diri
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 12 33,3%
2 Setuju 20 55,6%
3 Tidak terlalu 4 11,1%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden
sudah yakin akan kemampuan yang dimilikinya, hal ini terlihat dari banyaknya
responden yang menjawab setuju sebesar 55,6% atau sebanyak 20 orang dan yang
menjawab sangat setuju sebesar 33,3% atau sebanyak 12 orang, lalu yang menjawab
tidak terlalu sebanyak 11,1% atau 4 orang.
Anggota Flowers City Casuals mempunyai keyakinan bahwa ia mampu dalam
mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi oleh anggota tersebut dengan
kemampuan yang dimilikinya, misalnya pada saat mengalami persoalan dengan
kelompok suporter lain, salah satu anggota berusaha untuk menyelesaikannya tanpa
meminta bantuan pihak ketiga, dan secara jantan mendatangi kelompok suporter lain
108
yang bermasalah, diselesaikan dengan kekerabatan dan menggunakan kepala dingin.
Orang yang yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, orang ini mempunyai
rasa percaya diri sehingga mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi,
tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
(dalam Rakhmat, 2008:106).
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
Tabel 4.19
Tidak minder bila bergaul dengan orang lain
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 1 2,8%
2 Setuju 20 55,6%
3 Tidak terlalu 15 41,7%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata anggota Flowers
City Casuals sudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi, hal ini terlihat dari jumlah
responden yang menjawab setuju sebanyak 20 orang atau sebanyak 55,6% dan yang
109
menjawab sangat setuju hanya sebanyak 1 orang atau sebanyak 2,8%, dan yang
menjawab tidak terlalu sebanyak 15 orang atau sebanyak 41,7%. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa anggota Flowers City Casuals yang menjawab tidak terlalu
setuju dengan pernyataan tidak minder bila bergaul dengan siapa pun, menurut hasil
wawancara penulis dengan sejumlah responden bahwa responden masih merasa
minder bergaul dengan orang-orang tertentu, misal dengan bos mereka atau pun
atasannya, bagi mereka yang sudah bekerja.
Misalnya ketika anggota Flowers City Casuals bertemu dan berinteraksi
dengan kelompok suporter lain ketika di stadion, anggota Flowers City Casuals
merasa percaya diri dan tidak minder walaupun jumlah mereka masih lebih sedikit
dari jumlah suporter kelompok lain, mereka mendatangi dan menerima anggota dari
kelompok suporter lain, hal ini dilakukan agar menghindari gesekan dari kelompok
lain, karena tindakan anarkis dan kriminalitas yang terjadi di stadion bisa jadi berasal
dari gesekan antar suporter itu sendiri. Dalam hal ini terlihat bahwa anggota Flowers
City Casuals tidak merasa minder, hal ini dapat terjadi karena mereka memiliki
kepercayaan diri yang tinggi. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu
yang memampukan diri untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa
individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, rasa
percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari
kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu
110
dan percaya bahwa dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual,
prestasi serta harapan yang realistic terhadap diri sendiri. 3 Hal ini berkaitan dengan
sikap kepercayaan diri pada tabel 4.19 dimana anggota Flowers City Casuals merasa
yakin dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah, begitu juga anggota Flowers
City Casuals mayoritas tidak merasa minder.
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota flo
Flowers City Casuals :
Tabel 4.20
Posisi setara dengan anggota lainnya
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 9 25%
2 Setuju 18 50%
3 Tidak terlalu 9 25%
Jumlah 36 100%
3http://e-psikologi.com/percayadiri. senin, 11/7/2011. pkl.16.00
111
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden
merasa bahwa posisinya setara dengan anggota lainnya dalam hal berkomunikasi, hal
ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebesar 50% atau
sebanyak 18 orang, dan responden yang menjawab sangat setuju sebesar 25% atau
sebanyak 9 orang, dan yang menjawab tidak terlalu sebesar 25% atau sebanyak 9
orang.
Dalam Flowers City Casuals, baik anggota yang sudah lama bergabung
maupun yang baru bergabung, tidak ada perbedaan misalnya dalam hal untuk
mengeluarkan pendapat terhadap suatu masalah yang berhubungan dengan Flowers
City Casuals, semua dapat mengutarakan pendapatnya dan mengusulkan solusi yang
terbaik untuk Flowers City Casuals. Hal ini berarti anggota Flowers City Casuals
sudah memiliki salah satu dari karakteristik konsep diri yang positif, menurut D.E
Hamachek (dalam Rakhmat, 2008:106) dimana ia merasa sama dengan orang lain,
sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam
kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
Tabel 4.21
Mengharapkan pujian dari orang lain
112
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju - -
2 Setuju 18 50%
3 Tidak terlalu 18 50%
4 Tidak setuju - -
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas 50%
responden atau sebanyak 18 orang dari 36 responden masih ragu dalam hal
mengharapkan pujian dari orang lain. Kemudian responden yang tidak terlalu setuju
dengan pernyataan mengharapkan pujian dari orang lain sebanyak 50% atau sebanyak
18 orang. Responden yang tidak terlalu setuju, seringkali dalam situasi tertentu juga
masih mengharapkan pujian dari orang-orang terdekatnya, atas karya atau pekerjaan
dan hal positif lain yang dilakukannya.
Misalnya anggota Flowers City Casuals melakukan kampanye anti rasisme
dan fasisme ketika menonton pertandingan Persib Bandung di stadion, hal ini
dilakukan karena bukan ingin dipuji oleh sesama anggota Flowers City Casuals atau
kelompok suporter lain, namun ini dilakukan karena merasa dirinya sebagai Flowers
113
City Casuals, namun yang menjawab tidak terlalu karena tidak menampik
keberadaannya sebagai kelompok yang positif yang selalu mengkampanyekan anti
rasis dan fasis, ingin dipandang sebagai kelompok yang eksis sebagai kelompok yang
positif berbeda dengan kelompok suporter yang lainnya. Hal ini berarti sudah sesuai
dengan karakteristik konsep diri yang positif menurut D.E Hamachek (dalam
Rakhmat, 2008:106) ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai
kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif,
persahabatan, atau sekadar mengisi waktu.
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
Tabel 4.22
Menerima pujian tanpa rasa malu
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 3 8,3%
2 Setuju 14 38,9%
3 Tidak terlalu 18 50%
4 Tidak setuju 1 2,8%
114
5 Sangat tidak setuju - -
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata responden
sudah dapat menerima pujian tanpa rasa malu, hal ini terlihat dari responden yang
menjawab setuju dapat menerima pujian tanpa rasa malu sebanyak 14 orang dari 36
responden atau sebanyak 38,9%, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang
atau sebanyak 8,3%, dan yang menjawab tidak terlalu setuju sebanyak 18 orang atau
sebanyak 50%, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau
sebanyak 2,8%. Responden yang menjawab tidak setuju, diketahui responden masih
mengharapkan pujian dari orang lain. Menurut William d. Brooks (dalam Rakhmat,
2008:105) seorang yang responsif sekali terhadap pujian, tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Hal ini dikarenakan
responden tersebut belum memiliki konsep diri yang positif.
Misalnya ketika ada anggota Flowers City Casuals mendapatkan apresiasi
yang positif misalkan ketika band musiknya mendapatkan penghargaan atau salah
satu anggota telah menyelesaikan studi kuliahnya, anggota tersebut dapat menerima
pujian dari anggota yang lainnya.
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
115
Tabel 4.23
Ingin orang memiliki pendapat yang sama dengan saya
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 1 2,8%
2 Setuju 17 13,9%
3 Tidak terlalu 18 50%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui 50% atau sebanyak 18 orang dari 36
responden menjawab tidak terlalu setuju dengan sikap menginginkan orang lain
memiliki pendapat yang sama dengan dirinya, sedangkan yang menjawab setuju
sebanyak 47,2% atau sebanyak 17 orang dan yang menjawab sangat setuju sebanyak
2,8% atau sebanyak 1 orang. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas anggota Flowers
City Casuals sudah memiliki sikap dan meyakini bahwa semua orang dapat
mempunyai pendapat yang berbeda dan sikap yang berbeda dengan kita ataupun
dengan anggota yang lainnya.
Ketika Flowers City Casuals akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke-6,
dalam menentukan konsep acara terdapat beberapa perbedaan pendapat antara
116
anggota yang satu dengan yang lainnya, hal ini menunjukkan bahwa di dalam
Flowers City Casuals anggota yang satu tidak harus memiliki pendapat yang sama
dengan anggota yang Flowers City Casuals lainnya, namun untuk hal tertentu dimana
hal tersebut adalah menyangkut prinsip dari kultur casuals tidak bisa untuk tidak
memiliki pendapat yang sama, karena hal itu merupakan prinsip yang tidak bisa
berbeda dengan yang lainnya. Hal ini sudah termasuk karakteristik konsep diri yang
positif menurut D.E Hamachek (dalam Rakhmat, 2008:106) dimana ia mampu
meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia
mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tetapi,
dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila
pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
Tabel 4.24
Mengetahui dan menyadari kelemahan
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 10 27,8%
2 Setuju 21 55,6%
117
3 Tidak terlalu 5 13,9%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden
sudah dapat mengetahui dan menyadari kelemahan yang responden punya, hal ini
terlihat dari banyaknya responden yang menjawab setuju sebanyak 55,6% atau 20
orang dari 36 responden, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 27,8% atau
sebanyak 10 orang dan yang menjawab tidak terlalu atau masih belum yakin
mengetahui dan menyadari kelemahannya sebanyak 113,9% atau sebanyak 5 orang.
Setiap anggota Flowers City Casuals mengakui bahwa dalam hal tertentu
menyadari kelemahan yang ada dalam dirinya, misalkan ketika menonton hari
pertandingan Persib Bandung, masih terdapat beberapa anggota yang terpancing
emosinya ketika diprovokasi oleh pihak lain, padahal hal ini dapat merugikan nama
baik Flowers City Casuals. Kelemahan manusia adalah suatu kondisi keterbatasan
ataupun suatu kekurangan baik itu pada bagian fisik maupun pada bagian kepribadian
kita. Berhadapan dengan kelemahan ataupun keterbatasan diri sering kita cenderung
menolak dan mengingkarinya, menerima dan mengakui segala kelemahan dan
118
keterbatasan diri kita, menyadari kelemahan diri adalah pintu masuk pada penerimaan
diri.4
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
Tabel 4.25
Mengetahui sifat buruk
No Jawaban Satuan Persentase
1 Sangat setuju 12 33,3%
2 Setuju 22 61,1%
3 Tidak terlalu 2 5,6%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, terlihat bahwa responden sudah mengetahui
sifat buruknya, dan hal ini merupakan bagian dari konsep diri yang positif yang
dimiliki oleh anggota Flowers City Casuals, hal ini terlihat dari banyaknya responden
yang menjawab setuju sebanyak 61,1% atau sebanyak 22 orang dan yang menjawab
4 kace ikinresi, http://m.kompasiana.com/menyadari-kelemahan-manusiawi-kita. senin, 11/07/2011.
pkl. 17.00
119
sangat setuju sebanyak 33,3% atau sebanyak 12 orang, dan yang menjawab tidak
terlalu setuju sebanyak 5,6% atau sebanyak 2 orang. Terlihat bahwa responden sangat
mengetahui sifat buruknya, dan hal ini merupakan salah satu ciri dari pribadi yang
mempunyai konsep diri positif, sehingga dapat diketahui bahwa responden secara
keseluruhan memiliki konsep diri yang positif.
Setiap anggota Flowers City Casuals mengetahui bahwa dalam setiap diri
pribadi anggota tersebut mempunyai sifat buruk, namun hal ini sebisa mungkin
diperbaiki sehingga tidak terbawa ke dalam Flowers City Casuals dan anggota
lainnya. Dalam hal ini anggota Flowers City Casuals sudah mempunyai konsep diri
yang positif karena menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:105) orang
yang memiliki konsep diri yang positif salah satunya ditandai dengan ia mampu
memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Berikut adalah data tabel mengenai konsep diri yang positif anggota Flowers
City Casuals :
Tabel 4.26
Berusaha mengubah dan memperbaiki kebiasaan buruk saya
No Jawaban Satuan Persentase
120
1 Sangat setuju 27 75%
2 Setuju 9 25%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa semua respoden mau
berusaha memperbaiki dan mengubah kebiasaan buruk yang dimilikinya, karena
terlihat dari banyaknya responden yang menjawab sangat setuju untuk berusaha
mengubah dan memperbaiki kebiasaan buruk sebanyak 27 orang atau 75% dari 36
responden, dan yang menjawab setuju sebanyak 25% atau sebanyak 9 orang. Mau
berusaha mengubah dan memperbaiki kebiasaan buruk yang dimiliki merupakan
salah satu ciri bahwa seseorang itu mempunyai konsep diri yang positif, karena
dengan terbuka dan atas kesadaran dirinya sendiri, seseorang itu mau mengubah
kebiasaan buruk yang dimilikinya.
Misalnya ketika hari pertandingan Persib Bandung, sebelum bergabung
dengan Flowers City Casuals anggota tersebut masih suka bertidak anarkis atau
melakukan tindakan – tindakan rasis terhadap tim lawan, setelah bergabung dengan
Flowers City Casuals perbuatan tersebut tidak dilakukan lagi. Dasar konsep diri yang
positif adalah penerimaan diri, menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat,
2008:105) jika ia mampu memperbaiki kelemahan dan sifat buruknya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha
121
mengubahnya. Ia mampu untuk mengintropeksi dirinya sendiri sebelum
mengintropeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar
diterima di lingkungannya.
4.3 Analisis pengujian hipotesis
Untuk keperluan hasil perhitungan koefisien korelasi dalam penelitian ini,
akan digunakan pedoman menurut Jean J. Champion dalam bukunya “Basics statistic
for social research” sebagai berikut :
00,00-0,25 = hubungan rendah
0,26-0,50 = hubungan cukup rendah
0,51-0,75 = hubungan cukup tingga
0,76-1,00 = hubungan tinggi
(champion, 1981:302)
Uji hipotesis dalam penelitian ini akan menunjukkan hubungan karakteristik
komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : tidak ada hubungan karakteristik komunikasi antapribadi dengan konsep
diri
H1 : ada hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
anggota Flowers City Casuals.
Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, digunakan rumus
koefisien korelasi tata jenjang (rank order correlation coefficient) oleh Spearman.
122
Hasil perhitungan melalui spss.17 digunakan langkah-langkah statistik
melalui perhitungan cooding sheet, kemudian menggunakan analisis correlate setelah
itu didapat hasil korelasi antara x dan y.
Dengan perhitungan korelasi yang memalui perhitungan statistik yang
menggunakan spss.17 diperoleh hasil sebagai berikut :
4.3.1 hubungan antara keterbukaan dan konsep diri
Tabel 4.27
Keterbukaan
Keterbukaan
Konsep diri
Spearman's rho Keterbukaan
Correlation coefficient
1.000 .221
Sig. (2-tailed) . .196
N 36 36
Konsep diri Correlation coefficient
.221 1.000
Sig. (2-tailed) .196 .
N 36 36
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,221 dengan alfha 0,05. Berdasarkan
ketentuan champion di atas dan hal ini menunujukan terdapat hubungan yang rendah
antara keterbukaan dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City Casuals.
Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 1,321.
Dan hal ini berarti t hitung lebih kecil daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
123
hipotesis pertama H1 ditolak. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,2212 x
100 = 4% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel keterbukaan dengan
konsep diri sebesar 4% dan 96% ditentukan oleh faktor lain.
4.3.2 hubungan antara empati dengan konsep diri
Tabel 4.28
Empati
Empati Konsep diri
Spearman's rho Empati Correlation coefficient
1.000 .382
Sig. (2-tailed) . .051
N 36 36
Konsep diri
Correlation coefficient
.382 1.000
Sig. (2-tailed) .051 .
N 36 36
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,382 dengan alfha 0,05. Berdasarkan
ketentuan champion di atas dan hal ini menunujukan terdapat hubungan yang cukup
rendah antara empati dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City Casuals.
Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 2,410.
Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
124
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,3822 x
100 = 15% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan
dengan konsep diri sebesar 15% dan 85% ditentukan oleh faktor lain.
4.3.3 hubungan antara sikap dukungan dan konsep diri
Tabel 4.29
Sikap dukungan
Sikap dukungan
Konsep diri
Spearman's rho Sikap dukungan
Correlation coefficient
1.000 .513**
Sig. (2-tailed) . .001
N 36 36
Konsep diri
Correlation coefficient
.513** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 36 36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,513 dengan alfha 0,05. Berdasarkan
ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup
tinggi antara sikap dukungan dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City
Casuals.
Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 3,486.
Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
125
hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,5132 x
100 = 26% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan
dengan konsep diri sebesar 26% dan 74% ditentukan oleh faktor lain.
4.3.4 hubungan antara rasa positif dengan konsep diri
Tabel 4.30
Rasa positif
Rasa positif
Konsep diri
Spearman's rho Rasa positif
Correlation coefficient
1.000 .311
Sig. (2-tailed) . .065
N 36 36
Konsep diri
Correlation coefficient
.311 1.000
Sig. (2-tailed) .065 .
N 36 36
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,311 dengan alfha 0,05. Berdasarkan
ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup
rendah antara rasa positif dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City
Casuals.
Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 1,908.
Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
hipotesis pertama H1 ditolak. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
126
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,3112 x
100 = 10% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan
dengan konsep diri sebesar 10% dan 90% ditentukan oleh faktor lain.
4.3.5 Hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri
Tabel 4.31
Kesetaraan
Kesetaraan
Konsep diri
Spearman's rho Kesetaraan
Correlation coefficient
1.000 .460**
Sig. (2-tailed) . .005
N 36 36
Konsep diri
Correlation coefficient
.460** 1.000
Sig. (2-tailed) .005 .
N 36 36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,460 dengan alfha 0,05. Berdasarkan
ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup
rendah antara rasa positif dengan konsep diri yang dimiliki anggota Flowers City
Casuals.
Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 3,023.
Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
127
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,4602 x
100 = 21% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan
dengan konsep diri sebesar 21% dan 79% ditentukan oleh faktor lain.
4.3.6 Hubungan karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
Tabel 4.32
Correlations
Totalx Totally
Spearman's rho Totalx Correlation coefficient
1.000 .607**
Sig. (2-tailed) . .000
N 36 36
Totaly Correlation coefficient
.607** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 36 36
Pada pengujian hipotesis ini didapat hasil rs = 0,607 dengan alfha 0,05. Berdasarkan
ketentuan champion di atas dan hal ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup
tinggi antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri yang dimiliki
anggota flowers city casuals.
Sedangkan dari pengujian tingkat signifikasi dihasilkan t hitung sebesar 4,451.
Dan hal ini berarti t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 2,042. Maka untuk sub
hipotesis pertama H1 diterima. Pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menghitung
128
koefiesen determinasi yaitu mengkuadratkan koefisien yang ditemukan yaitu 0,6072 x
100 = 37% , hal ini berarti hubungan yang terjadi pada variabel sikap dukungan
dengan konsep diri sebesar 37% dan 63% ditentukan oleh faktor lain.
4.4 Uji reliabilitas dan validitas
4.4.1 Uji Validitas
Sebelum melakukan penelitian harus melihat atau menguji validitas dan
reabilitas semua butir dalam instrumen diatas itu valid atau tidak, maka penulis
melakukan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (y), jadi
untuk keperluan ini ada 24 koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila korelasi
dibawah 0.30. Maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak
valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ke 24 butir instrumen
dengan skor total ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 4.33
Hasil pengujian validitas untuk variabel x karakteristik komunikasi antarpribadi
No R hitung R kritis Keputusan
1 0.457 0,30 Valid
2 0.451 0,30 Valid
3 0.476 0,30 Valid
4 0.418 0,30 Valid
5 0.675 0,30 Valid
129
6 0.666 0,30 Valid
7 0.644 0,30 Valid
8 0.674 0,30 Valid
9 0.664 0,30 Valid
10 0.455 0,30 Valid
11 0.568 0,30 Valid
12 0.659 0,30 Valid
13 0.662 0,30 Valid
14 0.511 0,30 Valid
15 0.510 0,30 Valid
Berdasarkan dengan tabel diatas dapat diketahui bahwa korelasi butir
instrumen valid atau layak untuk diajukan sebagai pernyataan pada angket yang
dibagikan kepada responden.
Kedua adalah uji validitas variabel y bisa dilihat dibawah ini :
Tabel 4.34
Hasil pengujian validitas untuk konsep diri anggota Flowers City Casuals
No R hitung R kritis Keputusan
16 0.517 0,30 Valid
17 0.419 0,30 Valid
18 0.362 0,30 Valid
19 0.366 0,30 Valid
20 0.463 0,30 Valid
21 0.377 0,30 Valid
130
22 0.571 0,30 Valid
23 0.385 0,30 Valid
24 0.451 0,30 Valid
Sumber : pengolahan data primer menggunakan spss.17.0
Dari tabel 4.27 juga dapat disimpulkan bahwa, semua item variabel y
(pengetahuan remaja mengenai pendidikan seks) memiliki koefisien validitas besar
dari r kritisnya, yaitu r hitung > r kritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa item- item
tersebut valid. Hal ini berarti item- item yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan remaja mengenai pendidikan seks mampu menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuan penelitian.
4.4.2. Uji reabilitas
Setelah melakukan uji validitas maka item - item tersebut diuji
reabilitasnya (kesamaan) hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Pengujian reabilitas digunakan yaitu internal
consistency dengan teknik belah dua dari spearmean brown (split half).
Tabel 4.35
Hasil pengujian reabilitas karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals
Variabel Koefisien reabilitas
Titik kritis Keterangan
KAP 0.685 0.600 Reabilitas
Konsep diri 0.609 0.600 Reabilitas
131
Sumber : pengolahan data primer menggunakan spss 17.0 for windows
Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa dari semua item
pertanyaan > r kritis sebesar 0.600 maka dapat simpulkan bahwa semua butir
item pertanyaan tersebut realibel dan dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pembahasan sub hipotesis pertama
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis pertama mengenai
keterbukaan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil
bahwa tidak ada hubungan antara keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi
dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals.
Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai
untuk keterbukaan dengan konsep diri yaitu 1,321 lebih kecil dari t tabel untuk
responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya h1 ditolak yang artinya tidak ada
hubungan dari pernyataan tersebut.
Karakteristik komunikasi antarpribadi yang pertama adalah
keterbukaan komunikasi diantara peserta komunikasinya, dalam hubungannya
dengan konsep diri, keterbukaan komunikasi seseorang menurut Johari
Windows (dalam Rakhmat, 2008:108) makin luas diri publik kita, makin
132
terbuka kita pada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain.
Dengan semakin akrab kita pada orang lain, maka orang lain pun akan terbuka
kepada kita, maka dari itu konsep diri yang positif akan terjadi.
Namun pada penelitian ini, keterbukaan yang dilakukan oleh anggota
Flowers City Casuals terbukti tidak ada hubungan dengan konsep diri
anggotanya, dengan kata lain keterbukaan yang dilakukan anggota Flowers City
Casuals tidak terbukti dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri anggota
yang lainnya. Hal ini dikarenakan sifat keterbukaan yang dimiliki setiap orang
berbeda. Sifat keterbukaan yang dimiliki setiap individu memiliki perbedaan-
perbedaan dan proses terjadinya juga berbeda, hal ini tergantung pada sifat-sifat
dasar dari setiap individu dan situasi tertentu. Pada situasi tertentu, sifat
keterbukaan cenderung menimbulkan tingkah laku “terbuka” yang lebih kuat,
bila dibandingkan pada situasi yang lainnya. Hal ini akan terlihat secara teratur
dalam situasi bervariasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa tingkah
laku yang khas merupakan gambaran dari keterbukaan yang berbeda-beda, yang
dimiliki oleh individu yang berbeda-beda pula.
Pada sub hipotesis ini didapat hasil tidak ada hubungan antara
keterbukaan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, hal ini berarti
mayoritas responden tersebut tidak efektif dalam keterbukaan komunikasi
antarpribadi, karena keterbukaan yang dilakukan oleh anggota Flowers City
Casuals masih belum merata, responden masih memilih-milih lawan bicaranya
133
agar ia dapat berbicara secara terbuka, tanpa ada yang ditutup-tutupi, atau
menjaga perasaan, namun responden tersebut mempunyai konsep diri yang
positif. Hal ini dapat terjadi karena Menurut George Herbert Mead (1934)
tidak semua orang lain dapat mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri
kita, ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan
kita yaitu significant others – orang lain yang sangat penting. Ketika masih
kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang
tinggal satu rumah dengan kita.
4.5.2 Pembahasan sub hipotesis kedua
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis kedua mengenai empati
dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil bahwa ada
hubungan antara empati dalam komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
anggota Flowers City Casuals.
Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai
untuk empati dengan konsep diri yaitu 2,410 lebih besar dari t tabel untuk
responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya h1 diterima yang artinya ada
hubungan dari pernyataan tersebut.
Hasil penelitian pada sub hipotesis kedua, terbukti ada hubungan yang
signifikan antara empati dan konsep diri dari anggota Flowers City Casuals,
para anggota Flowers City Casuals sudah mampu melakukan komunikasi
134
antarpribadi khususnya dalam menyampaikan empati kepada anggota lainnya,
sehingga anggota lain dapat merasakan mendapatkan dorongan, pemahaman
dari anggota lainnya, dan membuat anggota lainnya membentuk suatu konsep
diri yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Henry Barrack (dalam Devito
2011:286). Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka
untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang
lebih mampu menyesuaikan komunikasinya.
Dengan berempati berarti para anggota Flowers City Casuals sudah
melakukan komunikasi antarpribadi dengan efektif. Komunikasi antarpribadi
yang efektif mampu mempersepsi orang lain, sehingga dapat mengubah atau
membentuk konsep diri yang positif. Menurut Devito, mengkomunikasikan
empati yang efektif dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal, secara
nonverbal kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan, (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik
yang sesuai, (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang
penuh perhatian, dan kedekatan fisik, serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
135
4.5.3 Pembahasan sub hipotesis ketiga
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis ketiga mengenai sikap
dukungan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil
bahwa ada hubungan antara sikap dukungan dalam komunikasi antarpribadi
dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals.
Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai
untuk sikap dukungan dengan konsep diri yaitu 3,486 lebih besar dari t tabel
untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1 diterima yang artinya
ada hubungan dari pernyataan tersebut.
Dapat diketahui dari sini bahwa sikap mendukung terdapat hubungan dan
saling mempengaruhi dengan konsep diri, sikap mendukung dapat membentuk
suatu konsep diri yang positif kepada anggota lainnya, sikap mendukung ini
dilakukan terjadi dalam suasana yang bersifat deskriptif, dimana anggota
berperan tidak menjadi seseorang yang mengevaluasi anggota lainnya, namun
sebagai tempat mendeskripsikan perasaannya, apa yang sedang dialaminya,
bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Devito (2011:288), bahwa suasana deskriptif bukan suasana yang evaluatif,
akan membantu terciptanya sikap mendukung. Bila anda mempersepsikan
suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai
suatu kejadian tertentu, anda umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman.
136
Para anggota Flowers City Casuals saling mendukung satu sama lain,
hal ini mempengaruhi konsep diri anggota yang lainnya, dimana para anggota
ini merasa diterima oleh kelompok dan hal ini dapat menumbuhkan konsep
diri yang positif. Sesuai dengan teori Cooley “looking glass self” dimana kaca
cermin memantulkan evaluasi - evaluasi yang dibayangkan orang - orang lain
tentang seseorang. Hal ini sesuai dengan keadaan anggota Flowers City
Casuals, merasa mendapat dukungan yang berarti mendapat penerimaan dari
orang lain, hal itu dapat membentuk konsep diri yang positif terhadap anggota
Flowers City Casuals, karena hal ini berarti para anggota dapat menerima
dirinya sendiri secara baik.
4.5.4 Pembahasan sub hipotesis keempat
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis ke empat mengenai rasa
positif dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals di dapat hasil bahwa
tidak ada hubungan antara rasa positif dalam komunikasi antarpribadi dengan
konsep diri anggota Flowers City Casuals.
Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai
untuk rasa positif dengan konsep diri yaitu 1,908 lebih besar dari t tabel untuk
responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1 ditolak yang artinya tidak ada
hubungan dari pernyataan tersebut.
137
Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara sikap positif yang
dilakukan anggota Flowers City Casuals dengan konsep diri. Hal ini bisa
terjadi karena bukan berarti anggota Flowers City Casuals tidak memiliki sikap
yang positif, namun dari hasil penelitian ini ada beberapa bahkan memiliki
angka yang dominan bahwa anggotanya kurang memiliki perasaan yang positif
terhadap sesama anggota, menurut wawancara penulis dengan beberapa
anggota Flowers City Casuals, hal ini dikarenakan pada saat situasi dan kondisi
tertentu, komunikasi disampaikan secara tidak efektif, misalnya pada saat
berada di stadion, atau pun pada saat berkumpul, terdapat hambatan untuk
menciptakan suasana yang tenang dan terarah, sehingga sulit untuk menikmati
interaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
Menurut Devito (2011:290), sikap positif mengacu pada sedikitnya
dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi
terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua,
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif. Hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan antara sikap
positif dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, karena tidak semua
orang memiliki sikap positif, apabila seseorang memiliki pemikiran positif
maka orang tersebut akan mempunyai sikap positif baik pada dirinya sendiri
maupun pada orang lain.
138
4.5.5 Pembahasan sub hipotesis kelima
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis kelima mengenai kesetaraan
dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals didapat hasil bahwa ada
hubungan antara kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
anggota Flowers City Casuals.
Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai
untuk empati dengan konsep diri yaitu 3,023 lebih besar dari t tabel untuk
responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1 diterima yang artinya ada
hubungan dari pernyataan tersebut.
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals, kesetaraan dalam
komunikasi sangat di junjung tinggi oleh para anggota Flowers City Casuals,
para anggota Flowers City Casuals saling bekerja sama dalam bentuk diskusi,
saling bertukar pikiran, pendapat dan solusi untuk memecahkan masalah
tertentu, tidak ada komunikasi yang mengindikasikan adanya komunikasi
superioritas. Hal ini sesuai dengan pendapat Devito (2011:291), kesetaraan
tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku
verbal dan nonverbal pihak lain.
139
4.5.6 Pembahasan hipotesis utama
Manusia dalam kehidupan sehari-hari menghabiskan sebagian besar
waktunya dengan menjalin komunikasi bersama orang lain, mereka
berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai lingkungan pergaulan
berdasarkan persepsi diri mereka masing-masing. Dalam penelitian ini, konsep
diri diartikan sebagai sekumpulan persepsi diri seseorang tentang dirinya yang
relatif stabil.
Dari hasil pengujian statistik sub hipotesis utama mengenai
karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City
Casuals didapat hasil bahwa ada hubungan antara karakteristik komunikasi
antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals.
Hal ini terlihat dari hasil penghitungan t hitung yang menunjukkan nilai
untuk karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri yaitu 4,451
lebih besar dari t tabel untuk responden sebanyak 34 orang 2,042 artinya H1
diterima yang artinya ada hubungan dari pernyataan tersebut.
Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik
komunikasi antarpribadi dengan konsep diri, komunikasi antarpribadi yang
dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah cukup efektif, walaupun
tidak semua karakteristik komunikasi antarpribadi dilaksanakan secara efektif,
namun secara keseluruhan karakteristik komunikasi antarpribadi yang
140
dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah efektif dan mampu
mempersepsi orang lain untuk membentuk konsep diri yang positif.
Komunikasi antarpribadi yang terjadi pada anggota Flowers City
Casuals sudah cukup efektif dan dapat membentuk sebuah konsep diri pada
anggotanya. Dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh para anggota
Flowers City Casuals diantaranya saling memberikan empati baik pada saat
berada di stadion maupun pada saat ada pertemuan rutin para anggota Flowers
City Casuals, empati yang dilakukan untuk sesama anggota Flowers City
Casuals diantaranya memahami sikap anggota lain terhadap suatu persoalan
pribadinya, atau persoalan bersama, dan menyampaikannya secara verbal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Devito (2011:287), bahwa kita dapat
mengkomunikasikan empati secara verbal. Bentuk Verbal dalam komunikasi
empati yang dilakukan apabila sedang mendapat gesekan dari kelompok
supporter lain, para anggota Flowers City Casuals mengatakan bahwa mereka
memahami anggota lain yang merasa kecewa atau kesal tapi tidak berusaha
untuk menilai kesalahannya, namun memberikan pengertian bahwa apa yang
dirasakannya dipahami oleh anggota lainnya, dengan demikian anggota merasa
diterima oleh anggota lain, dan membentuk konsep diri yang positif karena
dengan orang lain menerima dirinya, dia akan dapat menerima dirinya sendiri,
karena dengan kita merasa diterima oleh orang lain maka komunikasi
antarpribadi yang terjadi akan lancar, sesuai dengan pendapat Carl Rogers
141
(dalam Rakhmat, 2008:132) : Saya ingin menyatakan, sebagai hipotesis untuk
dipikirkan, bahwa penghalang utama komunikasi antarpribadi timbal balik
adalah kecenderungan kita yang alamiah untuk menilai, mengevaluasi,
menyetujui atau menolak. Menerima tidaklah berarti menyetujui semua
perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya. Menerima
berarti tidak menilai pribadi orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita
senangi. Betapapun jeleknya perilakunya menurut persepsi kita, kita tetap
berkomunikasi dengan dia sebagai pesona, bukan sebagai objek.
Para anggota Flowers City Casuals juga saling mendukung untuk setiap
kegiatan yang dilakukan, terlihat sikap mendukung ini antara anggota Flowers
City Casuals pada saat anggota Flowers City Casuals mendapat sebuah
masalah karena adanya gesekan dengan kelompok suporter lain, para anggota
yang lainnya tidak langsung menyalahkan apa yang telah dilakukan oleh
anggota lainnya sampai gesekan itu terjadi, namun mereka mengevaluasi
mengapa hal itu sampai terjadi, dan memberi penjelasan secara bijaksana
bahwa ada hal lain yang masih bisa dilakukan agar gesekan itu tidak perlu
terjadi. Penyampaian komunikasi tidak dilakukan dengan cara superioritas,
semua dilakukan atas asas persamaan, dimana dalam komunikasi tersebut tidak
ada pemimpin, komunikasi tersebut dilakukan dalam “forum evaluasi” dalam
bentuk diskusi yang dilakukan rutin oleh anggota Flowers City Casuals setelah
pertandingan yang dihadiri oleh suporter. Komunikasi sikap mendukung
142
tersebut sudah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jack R. Gibb (dalam
Rakhmat, 2008:135) : Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain
secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, anda tidak
mempertegas perbedaan, status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi anda
tidak vertikal, anda tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang
sama. Dengan persamaan, anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa
hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan.
Persamaan dalam komunikasi anggota Flowers City Casuals sangat
dijunjung tinggi, karena dalam kelompok suporter semua setara, tidak hanya
dalam kelompok Flowers City Casuals saja, namun semua suporter dalam
stadion apabila mendukung tim yang sama, semua kedudukannya sama,
karena semua suporter yang ada di stadion sama - sama mendukung satu tim
dalam bendera yang sama. Maka, yang terjadi dalam Flowers City Casuals,
diterapkan terlebih dahulu kepada sesama anggota bahwa semua yang
menjadi anggota kedudukannya adalah sama, sehingga apabila sudah terbiasa
untuk berlaku sama terhadap sesama anggota dalam hal ini dilihat sebagai
suporter, maka pada saat anggota ini berada di stadion, mereka akan
memperlakukan suporter lain dari kelompok lain dengan kedudukan yang
sama dalam komunikasi, dalam anggota Flowers City Casuals tidak ada
leader untuk memberikan dukungan kepada tim.
143
Terlihat dari pembahasan di atas bahwa komunikasi antarpribadi yang
dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals sudah cukup efektif, hal ini
dapat terjadi karena para anggota Flowers City Casuals mayoritas berusia 20-
25 tahun sudah mempunyai penyesuaian diri yang baik karena
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai komunikasi empati, komunikasi yang
mendukung juga kesetaraan komunikasi yang harus dilakukan pada saat
berinteraksi ataupun berkomunikasi antarpribadi dengan yang lain. Hal ini
didukung dengan pernyataan dari Brooks dan Emmert (1976 dalam Rakhmat,
2008:100) yang menyatakan kerangka pengetahuan (komponen kognitif) dan
kerangka pengalaman (komponen afektif) pada hakikatnya akan membentuk
konsep diri, dimana kedua komponen ini sangat berhubungan dengan
komunikasi antarpribadi yang dilakukan seorang individu.
Pernyataan Coleman (1976:90), juga mendukung hasil penelitian ini,
dimana menurutnya pembuatan sejumlah asumsi oleh individu dalam
mempersepsi suatu situasi sebagai fungsi dari sistem diri. Berfungsinya sistem
diri pada diri seorang individu mencakup terbentuknya asumsi-asumsi yang
dibuat oleh individu itu sendiri yang diperolehnya melalui komunikasi
antarpribadi yang dilakukannya. Asumsi-asumsi inilah yang akhirnya
membentuk kerangka rujukan (frame of reference) yang merupakan suatu
pandangan yang menetap pada diri seorang individu dalam berkomunikasi
144
antarpribadi dengan lingkungannya, dan juga yang merupakan hal penting
dalam mengarahkan tingkahlakunya.
Terlihat dari perlakuan yang diterapkan oleh para anggota Flowers City
Casuals dalam kedudukan yang sama dalam komunikasi, hal tersebut dapat
membentuk konsep diri yang positif dimana anggota merasa setara dengan
anggota yang lain, bahkan suporter yang lain. Dimana konsep diri yang positif
ditandai dengan :
1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah
2. Merasa setara dengan orang lain
3. Menerima pujian tanpa rasa malu
4. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat
5. Mampu memperbaiki diri. (Rakhmat, 2008:105)
Hal ini sesuai dengan teori dari Burns (1979) dimana teori ini
menyatakan konsep diri timbul dari interaksi seseorang dengan bermacam-
macam grup pokoknya, grup ini bercirikan hubungan tatap muka (face to face
association), ketetapan yang relatif dan keeratan hubungan dengan tingkatan
yang tinggi antar sejumlah kecil anggota yang menghasilkan suatu integrasi
dari individualitas dan kelompok.
Kita ketahui sebelumnya bahwa keterbukaan komunikasi, komunikasi
empati, komunikasi mendukung, komunikasi rasa positif dan kesetaraan
komunikasi hanya efektif terjadi pada komunikasi antarpribadi, dimana
145
komunikasi tersebut terjadi dalam situasi secara langsung, tatap muka, dan
spontan. Dalam penelitian ini komunikasi antarpribadi tersebut terjadi dalam
sebuah kelompok. Menurut hasil penelitian pada kelompok Flowers City
Casuals komunikasi antarpribadi yang terjadi secara efektif dapat membentuk
konsep diri anggotanya menjadi lebih positif, para anggota Flowers City
Casuals sudah dapat merasa yakin bisa mengatasi masalahnya baik masalah
pribadinya maupun masalah yang menyangkut kelompoknya, hal ini terbukti
pada saat terjadi gesekan dengan kelompok suporter lain, anggota Flowers
City Casuals dapat menyelesaikannya secara langsung tanpa harus berlarut-
larut dan melibatkan banyak pihak.
Para anggota Flowers City Casuals selalu memperlakukan semua
anggota setara dan sama rata, mereka saling menghargai satu sama lain,
karena para anggota Flowers City Casuals merasa bahwa dirinya mempunyai
peranan yang sama dengan yang lain, begitu pun anggota yang lain
mempunyai peranan yang sama dengan dirinya, yaitu sebagai suporter yang
mendukung Persib Bandung.
Para anggota Flowers City Casuals bisa mempunyai sikap seperti itu
karena melihat kepada latar belakang anggota Flowers City Casuals yang
beragam profesi, sehingga terbiasa mempunyai penyesuaian diri yang tinggi
dalam berinteraksi dengan yang lain, para anggota Flowers City Casuals dapat
mempunyai penyesuaian diri yang tinggi karena dirinya merasa diterima oleh
146
anggota yang lainnya dan dirinya mampu menerima dirinya sendiri karena
dianggap penting keberadaannya, salah satunya dengan didengarkan pendapat
atau usulan untuk solusi suatu masalah yang menimpa kelompoknya, dari hal
tersebut terlihat bahwa komunikasi antarpribadi yang biasa terjadi dalam
anggota Flowers City Casuals dapat membantu anggotanya dalam membentuk
konsep diri yang positif.
Menurut hasil penelitian ini para anggota Flowers City Casuals sudah
memiliki konsep diri yang positif, hal ini terlihat dalam realita yang
ditunjukkan kelompok ini sebagai suporter baik pada saat berada di stadion
maupun diluar stadion, kelompok ini menghindari perbuatan-perbuatan
negatif dengan melakukan kampanye anti rasisme dan fasisme.
147
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian dari Bab I sampai dengan Bab IV mengenai “Hubungan
karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri anggota Flowers City
Casuals”, maka penulis mencoba untuk menguraikan Bab Penutup yang dibagi
sebagai berikut:
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat Hubungan Antara keterbukaan komunikasi antarpribadi
dengan konsep diri anggota Flowers City Casuals. Hal ini berarti
mayoritas responden tersebut tidak efektif dalam keterbukaan komunikasi
antarpribadi, karena keterbukaan yang dilakukan oleh anggota Flowers
City Casuals masih belum merata, responden masih memilih-milih lawan
bicaranya agar ia dapat berbicara secara terbuka, tanpa ada yang ditutup-
tutupi, atau menjaga perasaan, namun responden tersebut mempunyai
konsep diri yang positif.
2. Terdapat Hubungan yang cukup rendah antara komunikasi empati dengan
konsep diri anggota Flowers City Casuals. Dengan berempati berarti para
anggota Flowers City Casuals sudah melakukan komunikasi antarpribadi
dengan efektif. Komunikasi antarpribadi yang efektif mampu
148
mempersepsi orang lain, sehingga dapat mengubah atau membentuk
konsep diri yang positif.
3. Terdapat Hubungan yang cukup tinggi antara sikap dukungan dengan
konsep diri anggota Flowers City Casuals. Sikap mendukung dapat
membentuk suatu konsep diri yang positif kepada anggota lainnya, sikap
mendukung ini dilakukan terjadi dalam suasana yang bersifat deskriptif,
dimana anggota berperan tidak menjadi seseorang yang mengevaluasi
anggota lainnya, namun sebagai tempat mendeskripsikan perasaannya, apa
yang sedang dialaminya, bagaimana hal tersebut dapat terjadi.
4. Tidak terdapat hubungan antara rasa positif dengan konsep diri anggota
Flowers City Casuals. hal ini dikarenakan pada saat situasi dan kondisi
tertentu, komunikasi disampaikan secara tidak efektif, misalnya pada saat
berada di stadion, atau pun pada saat berkumpul, terdapat hambatan untuk
menciptakan suasana yang tenang dan terarah, sehingga sulit untuk
menikmati interaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana
interaksi.
5. Terdapat hubungan antara kesetaraan dengan konsep diri anggota Flowers
City Casuals. kesetaraan dalam komunikasi sangat di junjung tinggi oleh
para anggota Flowers City Casuals, para anggota Flowers City Casuals
saling bekerja sama dalam bentuk diskusi, saling bertukar pikiran,
149
pendapat dan solusi untuk memecahkan masalah tertentu, tidak ada
komunikasi yang mengindikasikan adanya komunikasi superioritas.
5.2 Saran
Saran-saran yang dikemukakan penulis setelah meneliti permasalahan
tentang hubungan antara karakteristik komunikasi antarpribadi dengan konsep diri
anggota Flowers City Casuals :
5.2.1. Praktis
Untuk kelompok Flowers City Casuals dalam meningkatkan efektifitas
komunikasi antarpribadinya :
1. Untuk keterbukaan komunikasi yang dilakukan oleh anggota Flowers city casuals
dari hasil penelitian diketahui bahwa anggota Flowers City Casuals untuk
keterbukaan komunikasinya belum cukup efektif sehingga tidak ada hubungannya
dengan konsep diri yang dapat membentuk konsep diri yang positif, sehingga
saran untuk anggota Flowers City Casuals dalam melakukan keterbukaan
komunikasi antarpribadi lebih mengedepankan esensi dan makna dari komunikasi
tersebut, sehingga interaksi dapat berisi hal-hal yang lebih positif, sehingga akan
mempersepsi hal yang positif bahkan membentuk konsep diri yang lebih positif.
2. Untuk komunikasi empati yang dilakukan oleh anggota Flowers City Casuals dari
hasil penelitian ini bahwa empati yang dilakukan oleh anggota ini sudah cukup
150
baik, namun alangkah lebih baiknya bila komunikasi empati secara verbal
maupun nonverbal lebih ditonjolkan, karena penulis melihat di lapangan bahwa
masih ada kecanggungan.
3. Untuk komunikasi sikap dukungan yang dilakukan oleh anggota Flowers City
Casuals, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sikap dukungan yang dilakukan
sudah cukup baik, namun alangkah lebih baiknya untuk lebih berani
mengungkapkan lebih terbuka perasaannya, berupaya bahwa apa yang sedang
dirasakannya adalah sebuah informasi untuk teman-temannya, dan lebih mampu
bersikap fleksibel, dan mampu menempatkan posisinya.
4. Untuk komunikasi sikap positif, komunikasi yang kurang efektif yaitu karena hal
yang tidak konsusif yang terjadi pada saat interaksi yang terjadi pada anggota
Flowers City Casuals, maka dari itu saran dari penulis agar rasa positif dari
masing-masing anggota Flowers City Casuals pada saat berkumpul lebih
mengkondusifkan keadaan, sehingga pada saat berinteraksi situasinya menjadi
lebih mendukung, dan komunikasi yang berjalan lancar, agar pesan dan makna
yang disampaikan dalam berkomunikasi dapat diterima dengan baik oleh yang
lain.
5. Untuk komunikasi kesetaraan, dalam anggota Flowers City Casuals sudah
dilakukan dengan sangat baik, kesetaraan sudah sangat dijunjung tinggi, sehingga
anggotanya sudah dapat memiliki konsep diri yang positif, hal yang perlu
ditambahkan untuk kesetaraan adalah perlu menyadari bahwa setara bukan berarti
151
menerima begitu saja perilaku pihak lain, namun berupaya untuk menyadari
bahwa semua orang berbeda dan kita berusaha untuk memahaminya dan
menerima apa adanya.
5.2.2 Akademis
Suporter merupakan bagian penting dari dunia sepak bola, namun
belum banyak suporter yang positif, di Indonesia masih banyak suporter yang
di cap sebagai suporter yang kriminal, maka dari itu saran dari penulis adalah:
1. Mencari lebih banyak informasi mengenai arti sebenarnya dari suporter
yang sebenarnya.
2. Mencari lebih banyak informasi mengenai arti yang sebenarnya dari
suporter yang positif.
3. Meningkatkan kegiatan yang mencerminkan kelompok suporter positif.
4. Meningkatkan interaksi dengan sesama kelompok suporter agar
tercipta keharmonisan, sehingga dapat menghindari gesekan-gesekan
dengan kelompok suporter lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 1998. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Risngkas. Rajawali Pers.
Jakarta
Burns. R. B. 1993. Konsep Diri. Teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Arcan.
Jakarta
Cangara, hafield. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Devito, Joseph. A . 2011. Komunikasi Antarmanusia. Penerj. Agus Maulana. Karisma
publishing group. Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu komunikasi teori dan praktek. PT. Remaja Rosda
Karya. Bandung
Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-teori komunikasi. Penerj. Soejono Trimo. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Hadi, Sutrisno. 1977. Penelitian Research. Alumni.
Hanafi, Abdillah. 1984. Memahami Komunikasi Antar Manusia. Usaha Nasional.
Surabaya.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi antarpribadi. PT. Citra aditya bakti. Bandung.
Mulyana, Dedi. 2007. Ilmu Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Rakhmat, Jalaludin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya.
Bandung
. 2008. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Lembaga Penelitian, Pendidikan,
dan penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta.
Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionalisme Simbolik. Averroes Press. Malang.
Sumber lain :
Anung Handoko, “sepakbola tanpa batas”, www.google.co.id
Brigade Ultras persija, “sejarah sepak bola”, www.orangestreetboys.blogspot.com
Rizki Ardi Maulana, “what’s football casuals”, www.flowerscitycasuals.tumblr.com
Rini, “konsep diri”, www.e-psikologi.com
Andy Febrico Bintoro, “keterbukaan”, www.scribd.com
ANGKET PENELITIAN
I. Data Responden
1. Usia : a. 16-20 tahun b. 21-24 tahun c. 25-30 tahun d. > 30 tahun
2. Pekerjaan : a. pelajar b. mahasiswa c. pekerja swasta
d. pegawai negeri e. wiraswasta f. lainnya……..
II. Data penelitian
Petunjuk pengisian :
Beri tanda ( ) pada kolom yang disediakan.
SS (sangat setuju), S (setuju), TT (tidak terlalu), TS (tidak setuju),STS (sangat tidak setuju)
No Pernyataan SS S TT TS STS X1 keterbukaan 1 Saya terbuka kepada siapa pun 2 Saya memberikan respon secara spontan 3 Saya selalu memberikan respon kepada siapapun
tanpa terkecuali
X2 empati 4 Saya mengetahui apabila teman saya merasa kecewa
dan tertekan
5 Saya merasa tidak tenang apabila tidak dapat membantu menyelesaikan masalah teman saya
6 Saya memperhatikan dan peduli terhadap perasaan atau sesuatu yang sedang teman saya rasakan
X3 rasa positif 7 Saya memberikan respon sesuai dengan apa yang
teman saya harapkan
8 Saya selalu memberikan dukungan kepada teman saya 9 Saya merasa senang dan nyaman berkomunikasi
dengan teman saya
X4 sikap dukungan 10 Saya tidak segan untuk mencela dan mengkritik teman
saya
11 Saya memberikan motivasi dan mau membantu teman saya dalam mengembangkan minatnya
12 Saya memberikan pujian dan penghargaan yang positif terhadap pandangan yang diutarakan teman saya
X5 kesetaraan 13 Saya selalu memperlakukan sama semua teman saya 14 Saya menuntut teman saya untuk menuruti perkataan
dan kehendak yang saya mau
15 Saya selalu merasa paling benar Y konsep diri 16 Saya yakin dengan kemampuan diri saya 17 Saya minder bila bergaul dengan orang lain 18 Saya merasa bahwa posisi saya setara dengan anggota
lainnya
19 Saya mengharapkan pujian dari orang lain 20 Saya dapat menerima pujian tanpa rasa malu 21 Saya ingin teman saya memiliki pendapat yang sama
dengan saya
22 Saya mengetahui dan menyadari kelemahan saya 23 Saya mengetahui sifat buruk saya 24 Saya berusaha untuk mengubah sifat dan kebiasaan
buruk saya
CODING BOOK No Pertanyaan Kolom Pilihan Jawaban Skor
BAGIAN A. DATA RESPONDEN 1 Nomor Responden 1 2 Usia 2 1) 16-20 tahun
2) 21-24 tahun 3) 25-30 tahun 4) > 30 tahun
1 2 3 4
3 Pekerjaan 3 1) Pelajar 2) Mahasiswa 3) Pekerja swasta 4) Pegawai negeri 5) wiraswasta
1 2 3 4 5
BAGIAN B. DATA PENELITIAN X : KOMUNIKASI ANTARPRIBADI X1 : Keterbukaan
4 Terbuka kepada siapapun 4 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
5 Memberikan respon secara spontan 5 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
6 Memberikan respon secara spontan kepada siapapun tanpa terkecuali
6 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Total X1 7 X2 : Empati
7 Mengetahui apabila teman saya merasa kecewa dan tertekan
8 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
8 Merasa tidak tenang apabila tidak dapat membantu menyelesaikan masalah teman saya
9 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
9 Memperhatikan dan peduli terhadap perasaan atau sesuatu yang sedang teman sara rasakan
10 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Total X2 11 X3 : Sikap dukungan 10 Memberikan respon yang sesuai
dengan apa yang teman saya harapkan
12 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
11 Selalu memberikan dukungan kepada teman saya
13 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
12 Merasa senang dan nyaman berkomunikasi dengan teman saya
14 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Total X3 15 X4 : Rasa positif 13 Segan untuk mencela dan
mengkritik teman saya 16 1) Sangat setuju
2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
14 Memberikan motivasi dan mau membantu teman saya dalam mengembangkan minatnya
17 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
15 Memberikan pujian dan penghargaan yang positif terhadap pandangan yang diutarakan teman saya
18 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Total X4 19 X5 : Kesetaraan 16 Selalu memperlakukan sama semua
teman saya 20 1) Sangat setuju
2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
17 Tidak menuntut teman saya untuk menuruti perkataan dan kehendak yang saya mau
21 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
18 Tidak selalu merasa paling benar 22 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Total X5 23 Total X 24 Y : Konsep diri 19 Yakin dengan kemampuan diri
saya 25 1) Sangat setuju
2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
20 Tidak minder bila bergaul dengan orang lain
26 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
21 Merasa bahwa posisi saya setara dengan anggota lainnya
27 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
22 Mengharapkan pujian dari orang lain
28 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
23 Dapat menerima pujian tanpa rasa malu
29 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuj
5 4 3 2 1
24 Ingin teman saya memiliki pendapat yang sama dengan saya
30 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
25 Mengetahui dan menyadari kelemahan saya
31 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
26 Mengetahui sifat buruk saya 32 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
27 Berusaha untuk mengubah sifat dan kebiasaan buruk saya
33 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak terlalu 4) Tidak setuju 5) Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Total Y 34
noresp
jml jml jml jml jml jml1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 341 1 2 4 4 1 9 5 5 5 15 5 5 4 14 1 5 5 11 4 5 5 14 63 5 5 5 4 4 3 4 5 5 402 3 3 4 4 5 9 5 5 5 15 5 5 4 14 1 5 5 11 4 5 5 14 63 5 5 5 4 4 3 4 5 5 403 3 3 4 4 4 12 4 3 3 10 4 4 4 12 2 4 4 10 5 3 4 12 56 4 4 4 3 3 4 4 4 5 354 2 2 3 4 3 10 3 3 4 10 4 5 5 14 2 5 4 11 5 4 4 13 58 5 3 5 3 3 3 4 5 5 365 1 2 4 4 4 12 4 3 4 11 4 4 4 12 3 5 4 12 5 4 4 13 60 4 4 4 4 2 3 4 4 5 346 1 1 5 4 3 12 4 3 3 10 3 5 4 12 3 4 3 10 5 3 5 13 57 3 4 3 4 3 3 4 4 5 337 2 2 1 4 4 9 4 5 5 14 4 5 5 14 5 5 5 15 5 5 5 15 67 4 4 5 4 4 4 5 5 5 408 2 2 3 3 2 8 4 5 4 13 4 4 3 11 2 3 4 9 4 4 4 12 53 3 4 3 3 4 4 4 4 4 339 2 2 4 4 3 11 4 3 4 11 4 4 4 12 3 4 4 11 4 3 4 11 56 5 4 4 3 4 4 4 4 4 36
10 1 1 3 4 3 10 3 4 3 10 4 5 4 13 3 4 4 11 5 4 4 13 57 4 3 4 4 3 3 4 4 5 3411 1 2 3 3 3 9 4 5 4 13 5 5 4 14 4 5 4 13 5 4 4 13 62 4 3 3 4 4 3 3 5 5 3412 3 3 3 4 4 11 4 4 4 12 4 4 4 12 3 5 4 12 2 4 5 11 58 4 3 4 3 4 3 4 4 5 3413 2 2 5 3 4 12 5 4 4 13 4 5 5 14 1 4 4 9 5 4 3 12 60 5 4 5 3 4 3 5 5 5 3914 3 5 5 5 4 14 3 3 4 10 4 4 5 13 3 5 5 13 5 4 4 13 63 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4215 3 3 4 3 5 12 5 5 5 15 5 5 5 15 2 5 5 12 5 4 5 14 68 5 4 3 4 3 4 5 5 5 3816 2 3 3 4 4 11 4 4 4 12 4 5 5 14 2 5 5 12 5 4 4 13 62 5 3 5 3 5 4 5 5 5 4017 2 2 4 4 4 12 4 4 4 12 4 5 4 13 2 4 4 10 5 4 4 13 60 4 3 4 3 4 4 4 4 5 3518 1 1 4 4 5 13 4 4 5 13 4 5 5 14 2 5 4 11 5 3 3 11 62 5 3 5 3 4 3 4 4 5 3619 2 2 3 4 3 10 3 4 4 11 4 4 4 12 2 4 4 10 4 4 3 11 54 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3220 1 1 5 4 4 13 5 4 5 14 4 5 5 14 2 5 4 11 5 4 3 12 64 5 4 3 4 5 4 4 4 5 3821 3 3 3 4 4 11 5 5 5 15 5 4 4 13 3 5 4 12 4 4 3 11 62 5 4 4 3 3 4 3 4 5 3522 2 2 4 4 4 12 3 4 4 11 3 4 4 11 2 4 4 10 3 4 4 11 55 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3323 3 3 4 3 3 10 4 4 4 12 4 4 4 12 4 4 4 12 4 3 3 10 56 4 3 4 3 3 3 4 4 5 3324 2 2 5 4 4 13 4 4 4 12 4 5 4 13 2 4 4 10 4 3 3 10 58 4 3 4 4 3 3 4 4 5 3425 2 2 5 4 4 13 4 5 4 13 2 4 4 10 2 5 3 10 3 4 5 12 58 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3326 1 3 4 4 3 11 5 4 4 13 3 3 5 11 1 4 3 8 2 4 5 11 54 5 4 3 3 4 3 5 5 4 3627 1 1 4 4 4 12 4 4 4 12 3 5 5 13 2 4 4 10 4 3 5 12 59 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3928 3 5 3 3 2 8 3 4 4 11 4 4 4 12 3 5 4 12 4 4 5 13 56 4 3 4 3 3 4 4 4 5 3429 2 2 3 4 3 10 3 4 4 11 4 4 3 11 3 4 3 10 3 3 4 10 52 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3130 3 3 5 4 4 13 4 3 4 11 4 4 5 13 2 4 4 10 4 3 3 10 57 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3331 2 2 3 3 3 9 4 3 4 11 4 4 4 12 3 4 3 10 3 4 5 12 54 5 4 5 4 3 4 5 5 5 4032 1 1 4 4 3 11 4 4 4 12 4 4 4 12 3 4 4 11 3 4 4 11 57 4 3 5 4 3 4 4 4 5 3633 2 2 3 3 3 9 4 3 3 10 4 4 4 12 3 4 4 11 4 5 4 13 55 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3234 2 2 3 3 3 9 4 3 4 11 4 4 4 12 3 4 4 11 4 5 5 14 57 4 3 4 3 3 4 5 5 5 3635 2 2 3 4 4 11 4 3 3 10 3 4 4 11 2 4 4 10 5 4 4 13 55 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3636 2 2 3 3 4 10 3 4 4 11 4 4 4 12 3 3 3 9 3 3 4 10 52 3 3 3 4 4 3 4 4 5 33
data penelitianCOODING SHEET
X1 X2 X3 X4konsep diri
Yefektifitas komunikasi antarpribadi
X5
dataresponden
Draft Wawancara
Pertanyaan: Sudah berapa lama FCC berdiri dan berapa banyak jumlah anggotanya?
Jawaban : Flowers City Casuals (FCC) berdiri sejak tanggal 19 Mei 2005, ketika
mendeklarasikan diri FCC dihadiri oleh sekitar 15 orang yang mempunyai visi dan
tekad yang sama terhadap Persib Bandung dan kultur yang akan dianut yaitu kultur
casuals. FCC berdiri atas kesamaan hobi mengenakan produk dari fashion merk –
merk terkenal Eropa seperti Burberry, CP Company, Aquacustum, Stone Island,
Lacoste, Fila, Slazenger, Lyle & Scott, dan lain – lain. Seiring berjalannya waktu
dari tahun 2005, jumlah anggota FCC bertambah dengan makin banyaknya orang
yang bergabung. Hal ini disebabkan dari pertemuan langsung di stadion ketika
Persib Bandung bermain dan dari mulut ke mulut anggota FCC.
Pertanyaan : Apakah ada keanggotaan dalam FCC atau syarat dan ketentuannya?
Jawaban : Dalam FCC tidak ada keanggotaan dan struktur organisasi secara formal, seperti
membayar uang pendaftaran, mengisi formulir pendaftaran, dan harus daftar ulang
setiap tahun. Di FCC, keanggotaan bersifat non-formal atau fleksibel, dan
syaratnya harus mencintai Persib Bandung dan menyukai kultur casuals.
Pertanyaan : Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya FCC?
Jawaban : Faktor – faktor yang mempengaruhi berdirinya Flowers City Casuals adalah
kesamaan dalam menyukai budaya inggris baik musik maupun sepakbola, hobi
bergaya dengan produk fashion dari brand – brand Eropa, dan yang utama sama –
sama mencintai Persib Bandung.
Pertanyaan : Apa yang membedakan FCC dengan supporter lainnya?
Jawaban : Yang membedakan FCC dengan kelompok suporter lainnya adalah dari cara
berpakaian dalam mendukung Persib Bandung di stadion, menjauhi sifat kriminal,
dan selalu mengampanyekan anti rasis dan fasis dalam sepakbola.
Pertanyaan : Selama ini masyarakat mengenal supporter Persib Bandung adalah Viking. Apakah
perbedaan nama suporter dalam satu klub yang sama menimbulkan suatu gesekan?
Jawaban : Tidak akan ada gesekan, karena masih sama – sama satu bendera atau klub yang
didukung, yaitu Persib Bandung. Sebelumnya FCC ketika berada di dalam stadion
selalu menginformasikan keberadaan FCC dengan cara menyebarkan news letter
kepada suporter lainnya yang berada di tribun yang berbeda.
Pertanyaan : Apakah setiap pertandingan semua anggota harus ikut hadir?
Jawaban : Tidak diwajibkan atau dipaksakan anggota FCC selalu hadir di stadion, karena
setiap anggota mempunyai kesibukan masing – masing, misal bekerja, kuliah,
sekolah, dan lain – lain. FCC bersifat fleksibel terhadap hal – hal seperti itu.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh FCC?
Jawaban : Menonton Persib Bandung di stadion baik laga kandang maupun tandang, nonton
bareng pertandingan sepakbola internasional baik klub maupun tim nasional,
forum tukar informasi mengenai produk – produk fashion dari brand Eropa.
Pertanyaan : Apakah ada teguran apabila ada anggota FCC yang membandel dalam stadion?
Jawaban : Pasti ada, hal itu dilakukan terhadap anggota FCC yang tidak mengikuti aturan –
aturan yang telah ditentukan bersama oleh sesama anggota FCC lainnya, ini
dilakukan demi mengontrol perilaku agar tidak terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan di dalam stadion seperti gesekan dengan kelompok suporter lainnya.
Dan juga untuk menjaga nama baik dari FCC sendiri.
Pertanyaan : Apakah Kang Rizki selalu mengingatkan pada anggota untuk selalu melakukan hal-
hal yang positif di dalam stadion?
Jawaban : Ya, saya selaku Ketua FCC selalu mengingatkan kepada semua anggota FCC untuk
menjaga nama baik FCC dimana pun mereka berada, menghindari gesekan dengan
suporter lain, selalu membeli tiket bila menonton Persib Bandung di stadion,
memakai pakaian yang layak ketika menonton Persib Bandung, dan menghindari
segala perilaku kriminal.
Kerangka Populasi No Nama Anggota No Nama Anggota 1 Rizki Ardi Maulana 46 Aditya Huri Prasekti 2 Achmad Baehaqi 47 Danni Kurnianto 3 Risman Setyawan 48 Merdyan Gerrincha 4 Arya Syahrial 49 Maulana Ris 5 Odang Somantri 50 Kamsuy Aridiputra 6 Reiza Seeon Pahla 51 Erdi Nerdiwan 7 Rangga Fajar Nugraha 52 Anton Ardi 8 Riobie Thitano 53 Dayat Hidayat 9 Erdi Herdiawan 54 Sandi Sukma 10 Anton Puddle 55 Afrian Hendra S 11 Arlan Siddha 56 Andhika Prasetya 12 Eful Zacharie 57 Erwin Saputra 13 Blair Pastore 58 Dhea Lukman 14 Armored Insurekionist 59 Moh. Akbar 15 Arie Wicaksana 60 Jeff Qodar 16 Mahendra Dwisakti Prasetya 61 Iwan Subrata 17 Abe Hidayat 62 Erwin Tresnawan 18 Ari Firman Rinaldi 63 Yuda Ahmad R 19 Eko Wira Saputra 64 Hamzah Dulqohum 20 Rinaldi Hardiana 65 Roby Ardiansyah 21 Muarif Syahid 66 Robert Lakatua 22 Yafet Santo Nugroho 67 Raden Singgih Ibrahim 23 Ilham Nugraha 68 Helmidian Mirza 24 Joni Peura 69 Tony Kambang 25 Agi Baharudin 70 Herdy Nugraha 26 Hasan Sholeh 71 Jat Saputra 27 Sendythias Pratama 72 Dimas Surya 28 Faris Fakhriansyah 73 M. Indra Nugraha 29 Tubagus Arga 74 Suhara K 30 Andrew Fauzan Rahadian 75 Opha Den Sophia 31 Irfan Muhammad Natadiria 76 Oday Sumpena 32 Sandi Deir Akbar 77 Irfan Nurdin 33 Ghusnul Theiria 78 Bastian Ramadhan 34 Dicky Rahadian 79 Azis A 35 Andri Bayu Nugraha 80 Arvian Pradana Putra 36 Ovik Marshal 81 Aan Suhanda 37 Aries Erdiwan 82 Try Taruna Wibowo 38 Jhen Rizal 83 Romy Imor 39 Boni Wawan 84 Adthya Pratama 40 Irfan Wang 85 Irsan Muharam 41 Adhitya Nurzaman 86 Cecep Soemantri 42 Agung B 87 Ogintiara Pajri 43 Farid S 88 Arif Randy 44 Eyih Sumantoro 89 Erik Firdaus 45 Zulfikar Muhammad 90 Gema Ardhyana
91 Reza Trihadi 137 Julyanto Mamitung 92 Dion Pramadan 138 Rizal Rangga Pratama 93 Mungki Allen 139 Rusli Yunarsyah 94 Fauzi Akbar 140 Ade Novianto 95 Rowdy Dodi 141 Prima Mustata 96 Dicky Ahmad 142 Yogie Arief 97 Very Dirgantara 143 Amri Latief 98 Melastro Arda 144 Harry Yuda P 99 Mahardhika Utama 145 Ari Dwi Purnama 100 Siregar Awaludin 146 Dwi Anugrah Utama 101 Mahatir Alkatiri 147 Wirayuda Panama 102 Yuswan Sholeh 148 Han Harkat Hardiana 103 Moch. Biben Purbatin 149 Nugi Erlangga 104 Johny Smith 150 Yuda Dania 105 Hariz Lasa 151 Ahmad Fauzan Aziz 106 Adam Aprikadi 152 Rizki Rahadian 107 Derry Yansah 153 Haikal Firdaus 108 Yopie Nugraha 154 Bembi Soetama Diridja 109 Nurman Durajat 155 Fajar M. Hidayat 110 Gilang P Kusuma 156 Egi Arga Fahnara 111 Irwan Ahadiat 157 Adrihansyah Riah 112 Shandi Budi Utama 158 Arfi Rodrigo 113 Eka Nugraha S 159 Didit R Mulyana 114 Galang Putra 160 Alfi Hasan 115 Agun Nur Irfan 161 Hilmi Mahmuda 116 Taufiq Rahman 162 Muhammad Badru Jaman 117 Andre Arsani 163 Fahri Abdul 118 Hasan Bubahmin 164 Ihsani Juanda Putra 119 Alikbal Rusyad 165 Dian Maulana 120 Dimas Ahab 166 Doy Yadi Putra 121 Doni El Hikmat 167 Risky Nm 122 Ifan Hielmy 168 Adam Erlangga 123 Ilham Ulrich 169 Hanif Abduh 124 Sigid Wahyu Kurniawan 170 Rommy Imanudin 125 Ferry Rochmat 171 Dika Prayasa 126 Wahid Nurdin 172 Erwin Risky 127 Angga Kusuma 173 Hanafi Akhmad 128 Ihsan Kusuma 174 Toha Manafi 129 Agung Mahardika 175 Imam Akhmad Fajar 130 Alex Abdy Negara 176 Yoro 131 Tessa Rascal 177 Ridwal Kemal 132 Muhammad Zaki S 178 Dedi Kusyanto 133 Tri Ramadhy 179 Anton Dermawan 134 Irvan Narasimat 180 Ibay Wachyu 135 Djatmika Prabowo 181 Ibang Nugraha 136 Aden Hendra 182 Arie Rochman 183 Rio Gilang Ramadhan 229 Budi Rahayu 184 Wira Adinata 230 Zulfikar Muhammad 185 Tito Ramadhan 231 Ramdani Irvan
186 Agustyo Ghalis 232 Andre Ayrus 187 Livar Lidansyah 233 M. Irfan 188 Omen Al Faruq 234 Erda Aufar 189 Zakara Subagja 235 Aska Leonardi 190 Yoga Nugraha 236 Birdy Satria 191 Yaniz Apriyanto 237 Julfi Musyadar 192 Rio Septiano 238 Imam Suharta 193 Aldi Sutara 239 Salman Mamen 194 Dendy Nugraha 240 Andrian Panji 195 Dimas Dinar W 241 Adhitya Winarno 196 Murtono Ari 242 Inuy Hardian 197 Teguh Santosa 243 Nadzir Djarman S 198 Fajar Nursandi 244 Temy Wardhana 199 Andri Ekfaz 245 Teguh Ramadhan 200 Moch. Tresnawan 246 Edwin Aditya 201 Maulana Hamzah 247 Sukma Wilaga 202 Angga Ramadhan 248 Agung Parlindungan 203 Ricky Agasha 249 Yugha Dwi Ramadhan 204 Aganis Tirta P 250 Daniel Silaban 205 Agro Azizi 251 Firman Kuswara 206 Nugroho Faris Sudrajat 252 Gerry Febriansyah 207 Yogie Rianto 253 Pipan Mustafa 208 Sandi Maulana Yusuf 254 Tomi Ferdiansyah 209 Fauzi Akbar 255 Anggoro Putranto 210 Dadan R Suhaery 256 Esya Purnama 211 Aria Lesmana 257 Zulkifli Azmar 212 Titta Hs 258 Arfin Eki 213 Dadan Gandasasmita 259 Moch. Rizki Septian 214 Muhammad Syagib 260 Dwi Anugerah Putra 215 Dwiki Hermulaso 261 Yaguh Santosa 216 Iyan Giggs 262 Satwika Abimanta 217 Thony Adrian 263 Ugi Adriano 218 Indra Nugraha 264 Arief Wiguna 219 Mohammad Firdaus 265 Yudistia Ranchman 220 Herwin Mutaqin 266 Vebby Stigma 221 Zimmy Hijriana 267 Molvi Aufar M 222 Stefano Savora 268 M. Eko Rinaldi 223 Yudi Susandi 269 Daniel Sinuraya 224 Fadil Akhmad 270 Dendi Egon D 225 Daniawan Junara 271 Husen Adhari 226 Jenjen Priatna 272 Heru Radeit 227 Dedi Rukmana 273 Danis Atna 228 Angga Dwi Putra 274 Ipang Nurwanto 275 Romi Arfa 321 Bisri Mustafa 276 Romi Dp 322 Aris Purba 277 Derry Argandhi 323 Iwan Hermawan 278 Sidik Permana W 324 Sanni Susanto 279 Ade Bayu Indra 325 Adi Angga Putra 280 Hary G Budiman 326 Aldi Rakhmat
281 Erik Nugraha 327 Aldi Gibran 282 Adrian Jones 328 Feri Yusuf 283 Meizar Rusli 329 Budi Prasetyo 284 Arsya Irsyad 330 Herlan Fadhilah 285 Wicki Jojon 331 Ari Hermawan 286 Irman Firmansyah 332 Bagja Pardian 287 Wisnu Saputro 333 Wildi Dalton 288 Anton Sukoco 334 Arief Firmansyah 289 Riansyah Ramdani 335 M. Saleh 290 Adi Ripaldi 336 Angga Anggara 291 Tony Jahad 337 Arief Firdaus 292 M. Saeful Ali Sidiq 338 Hazmi Muhammad 293 Kusmadini Suharti 339 Riki Harfani 294 Enden Abdul Haque 340 Rino Asmurizal 295 Faroek Mubarak 341 Irwan Soemantri 296 Dedy Harabi 342 Herlansyah 297 Sandy Al Father 343 Hadi Widjaya 298 Hendra Saputra 344 M. Tomi Farhan 299 Iman Kurniawan 345 Amal Aulia 300 Niki Richandus 346 Husni Adhari 301 Bambang Arifianto 347 Mesya Ramdanie 302 Leo Prima 348 Dani Jaedi 303 Refino Mutchesnar 349 Danil Chaniago 304 Andres Hansen 350 Herman Nugraha 305 Ali Saeful Miklan 351 Deni Irwan Wagianto 306 Yovie Nirbaya 352 Gunawan 307 Yudhi Haryanto 353 Erik Nurcahya 308 Reni Anshari 354 Ari Susanto 309 Lucky Jo 355 Anwar Priatna 310 Dian Dee Permana 356 M. Herdi Faisal 311 Herman Santoso 312 Asep Rakhman Umbara 313 Hilmi Laksono 314 Andri Dharmawan 315 Aki Susanto 316 Arif Rifai 317 Yanyan Sopyan 318 Tendi Rustandi 319 Pratama Yudha 320 Jamil Bobi Al Gazali
Kerangka Sampling
No Nama Anggota 1 Rizki Ardi Maulana 2 Achmad Baehaqi 3 Risman Setyawan 4 Arya Syahrial 5 Odang Somantri 6 Reiza Seeon Pahla 7 Rangga Fajar Nugraha 8 Riobie Thitano 9 Erdi Herdiawan 10 Anton Puddle 11 Arlan Siddha 12 Eful Zacharie 13 Blair Pastore 14 Armored Insurekionist 15 Arie Wicaksana 16 Mahendra Dwisakti Prasetya 17 Abe Hidayat 18 Ari Firman Rinaldi 19 Eko Wira Saputra 20 Rinaldi Hardiana 21 Muarif Syahid 22 Yafet Santo Nugroho 23 Ilham Nugraha 24 Joni Peura 25 Agi Baharudin 26 Hasan Sholeh 27 Sendythias Pratama 28 Faris Fakhriansyah 29 Tubagus Arga 30 Andrew Fauzan Rahadian 31 Irfan Muhammad Natadiria 32 Sandi Deir Akbar 33 Ghusnul Theiria 34 Dicky Rahadian 35 Andri Bayu Nugraha 36 Ovik Marshal
RIWAYAT HIDUP
Nama : Apri Suci Lestari
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 20 April 1989
Alamat : Jl. Tamansari No.49/56, Bandung - 40132
Alamat Orang Tua : Jl. Tamansari No.49/56, Bandung - 40132
No. HP : 085222122200
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal :
1. SD Pelesiran V Bandung, 1994-2000
2. SMP Negeri 19 Bandung, Tahun 2000-2003
3. SMA Negeri 2 Bandung, Tahun 2003-2006
Riwayat Pendidikan Informal :
1. Kursus Bahasa Inggris pada LBBP LIA Bandung, Tahun 2004
Pengalaman Organisasi :
1. Panitia Bazzar SMAN 2 Bandung “Global Beat” sebagai Humas, tahun 2006
2. English Learners Club UNISBA, pada tahun 2008.