HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

82
HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYOR DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TESIS OLEH: dr. ADE HARIZA HARAHAP NIM : 137041180 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

Page 1: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN

FOSFOR PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYOR DI

RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

OLEH:

dr. ADE HARIZA HARAHAP

NIM : 137041180

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

SPESIALIS PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN

FOSFOR PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYOR

DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang

Patologi Klinik/M.Ked (ClinPath) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

dr. ADE HARIZA HARAHAP

NIM : 137041180

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

SPESIALIS PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

Universitas Sumatera Utara

Page 5: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta atas ridha-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Hubungan Kadar Vitamin D

dengan Kalsium dan Fosfor Pada Pasien Talasemia Beta Mayor di RSUP. H.

Adam Malik Medan”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Patologi Klinik /

M.Ked (ClinPath) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis mengikuti pendidikan dan proses penyelesaian penelitian

untuk karya tulis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan

dan pengarahan serta dorongan baik moril dan material dari berbagai pihak

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan serta kritikan yang membangun

sehingga tesis ini bisa bermanfaat dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan

penghormatan dan ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Yth, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Program Magister

Kedokteran Klinik Konsentrasi Bidang Patologi Klinik.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

iv

2. Yth, Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku

Ketua Program Studi Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Program Magister

Kedokteran Klinik Konsentrasi Bidang Patologi Klinik.

3. Yth, Prof. dr. Herman Hariman, Ph.D, Sp.PK-KH, sebagai Pembimbing

I saya yang telah bersusah payah dan bersedia meluangkan waktu dan

pikirannya setiap saat dalam memberikan banyak bimbingan, petunjuk,

pengarahan dan bantuan mulai dari penyusunan proposal, selama

dilaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini. Saya memohon doa

semoga semua kebaikan beliau dibalas oleh Allah SWT.

4. Yth, Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, Sp.A(K), sebagai pembimbing II dari

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP. H. Adam Malik

Medan, yang sudah bersedia menyediakan waktu dan memberikan banyak

bimbingan, petunjuk, pengarahan dan bantuan mulai dari penyusunan

proposal, selama dilaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini.

5. Yth, dr. Ricke Loesnihari, M. Ked (Clin-Path), Sp.PK(K), sebagai Ketua

Departemen Patologi Klinik FK USU, dimana beliau telah banyak

memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan kepada saya selama

mengikuti pendidikan dan dalam melaksanakan penelitian ini sampai

selesai.

6. Yth, Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH, FISH, sebagai Kepala

Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Page 7: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

v

Universitas Sumatera Utara, yang memberikan kesempatan kepada saya

sebagai peserta Program Magister dan Pendidikan Dokter Spesialis Patologi

Klinik serta beliau juga telah banyak membimbing, mengarahkan dan

memotivasi saya sejak awal pendidikan sampai selesai.

7. Yth, dr. Malayana Rahmita Nasution, M. Ked (ClinPath), Sp.PK,

sebagai Sekretaris Departemen Patologi Klinik FK USU yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya mengikuti

pendidikan.

8. Yth, dr. Jelita Siregar, M. Ked (ClinPath), Sp.PK, sebagai Sekretaris

Program Studi di Departemen Patologi Klinik FK USU, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, masukan dan memotivasi selama saya

mengikuti pendidikan.

9. Yth, Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp.PK-KH, yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan masukan selama saya mengikuti pendidikan dan

didalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Yth, Prof. dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK-KN, KGEH, yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya

mengikuti pendidikan.

11. Yth, dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK-K, dr. Muzahar, DMM, Sp.PK-K,

dr. Tapisari Tambunan, Sp.PK-K, dr. Nelly Elfrida Samosir,

Sp.PK(K), dr. Ida Adhayanti, Sp.PK, dr. Ranti Permatasari, Sp.PK(K),

dr. Nindia Sugih Arto, M. Ked (ClinPath), Sp.PK, dr. Dewi Indah Sari

Siregar, M. Ked (ClinPath), Sp.PK, dan semua guru-guru saya yang telah

Universitas Sumatera Utara

Page 8: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

vi

banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, dan dukungan selama saya

mengikuti pendidikan.

12. Yth, Rektor Universitas Sumatera Utara, Direktur Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan

dan menerima saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik di bidang Patologi Klinik dan Program Pendidikan

Dokter Spesialis Patologi Klinik.

13. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada seluruh teman-teman sejawat

Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik FK USU, para analis

dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas bantuan

dan kerjasama yang diberikan kepada saya, selama proses pendidikan

terutama teman seperjuangan saya dr. Fauzan, dr. Dahlan, dr. Syahni, dr.

Hairiah, dr. Derry, dr. Rina, dr. Kamelia, dr. Vinisia dan dr. Vera

14. Terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada kedua orang tua

saya, Ayahanda (Alm) H. Abdul Kadir Harahap dan Ibunda Hj. Irma

Fatimah Nasution atas cinta, pengorbanan dan kesabaran mereka yang

telah membesarkan, mendidik, mendorong dan memberikan dukungan

moril maupun materil serta selalu tanpa bosan-bosannya mendoakan saya

sehingga dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini. Kiranya Allah

SWT membalas semua budi baik dan kasih sayangnya. Begitu juga kepada

mertua saya Bapak Ir. Indra Mulia Lubis dan Ibu Hj. Lisdawati

Dalimunthe yang juga telah banyak memberikan bantuan moril maupun

materil kepada saya dan keluarga. Juga kepada Kakak saya dan suami Hj.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

vii

Anna Farida Harahap / Ir. H. Kamaluddin Siregar; Mailisni Harahap,

A.Md.Keb; Masyitoh Harahap, SE / Paisal Hamdani Ritonga, SH.

M.Si; Maulidina Harahap, A.Md.Keb, SKM / Khairuddin Pohan, S.Ag;

adik saya dan istri/suami: Rahmatsyah Panda Potan Harahap / Mariani

Nasution; Doli Ibrahim Gani Harahap, SH / Syarifah Anggia Ayu

Siregar, A.M.Keb; dr. Khairunnisa Harahap / Arie Nurwanto, SH;

Putri Ananda Fatimah Harahap, A.M.Keb / Sinto Prayetno, SH; dan

keponakan saya yang tidak henti-hentinya memberikan semangat selama

saya mengikuti pendidikan. Semoga Allah SWT selalu menyertai mereka.

15. Akhirnya terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada Suami

saya tercinta Dian Aulia Lubis, SH., M.Si, yang telah mendampingi saya

dengan penuh pengertian, perhatian, memberikan dorongan dan

pengorbanan selama saya mengikuti pendidikan sampai saya dapat

menyelesaikan pendidikan ini. Akhir kata sebagai manusia biasa tentunya

tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, pada kesempatan ini penulis

mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sudikiranya tesis ini bermanfaat bagi

kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan

Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, Agustus 2018

Penulis,

dr. Ade Hariza Harahap

Universitas Sumatera Utara

Page 10: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ............................................................... i

LEMBAR PENETAPAN PANITIAN UJIAN ............................................. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv

ABSTRAK ...................................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 3

1.3. Hipotesa Penelitian................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.4.1. Tujuan Umum .............................................................. 4

1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................. 4

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................... 4

1.5.1. Bidang Ilmu Pengetahuan ............................................ 4

1.5.2. Peneliti ......................................................................... 5

1.5.3. Masyarakat ................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

2.1. Talasemia Beta Mayor ............................................................. 6

2.1.1. Definisi ........................................................................ 6

2.1.2. Epidemiologi ............................................................... 7

Universitas Sumatera Utara

Page 11: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

ix

2.1.3. Klasifikasi ................................................................... 8

2.2. Patofisiologi ............................................................................. 9

2.3. Metabolisme Tulang pada Talasemia Beta Mayor .................. 10

2.3.1. Faktor Hormonal .......................................................... 11

2.3.2. Aktivitas Osteoblas dan Osteoklas ............................... 13

2.3.3. Faktor Genetik .............................................................. 14

2.3.4. Kelebihan Besi dan Terapi Kelasi Besi ........................ 14

2.3.5. Vitamin D ..................................................................... 15

2.3.6. Faktor Klinis ............................................................... 18

2.4. Kerangka Konsep ..................................................................... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 21

3.1. Desain Penelitian .................................................................... 21

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 21

3.3. Populasi dan Subjek Penelitian .............................................. 21

3.4. Kriteria Penelitian .................................................................. 22

3.4.1. Kriteria Inklusi ........................................................... 22

3.4.2. Kriteria Eksklusi ......................................................... 22

3.5. Identifikasi Variabel ............................................................... 22

3.6. Ethical Clearance dan Informed Consent ............................... 23

3..7. Definisi Operasional............................................................... 23

3.8. Bahab dan Cara Kerja ............................................................ 25

3.8.1. Bahan yang diperlukan ............................................... 25

3.8.2. Cara Kerja .................................................................. 25

3.8.3. Pengambilan dan Pengolahan Sampel ........................ 25

3.8.4. Pemeriksaan Sampel .................................................. 26

3.8.4.1. Pemeriksaan Kadar Vitamin D ...................... 26

Universitas Sumatera Utara

Page 12: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

x

3.8.4.2. Pemeriksaan Kalsium .................................... 29

3.8.4.3. Pemeriksaan Fosfor ....................................... 29

3.9. Pemantapan Kualitas .............................................................. 30

3.10. Analisis Data .......................................................................... 32

3.11. Kerangka Kerja ...................................................................... 33

3.12. Perkiraan Biaya Penelitian .................................................... 34

3.13. Jadwal Penelitian ................................................................... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................... 35

BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................... 39

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 45

6.1. Simpulan ................................................................................ 45

6.2. Saran ....................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47

LAMPIRAN .................................................................................................... 54

Universitas Sumatera Utara

Page 13: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gmabar 2.1. Patofisiologi Beta Talasemia .................................................... 10

Gambar 2.2. Metabolisme Vitamin D ........................................................... 17

Gambar 2.3. Sintesa dan Metabolisme Vitamin D, Kalsium

dan Fosfor ................................................................................. 18

Gambar 2.4. Kerangka Konsep .................................................................... 20

Gambar 3.1. Grafik Kalibrasi Vitamin D ..................................................... 30

Gambar 3.2. Grafik Quality Control (QC) Kalsium .................................... 31

Gambar 3.3. Grafik Quality Control (QC) Fosfor ........................................ 32

Gambar 3.4. Kerangka Operasional ............................................................. 33

Universitas Sumatera Utara

Page 14: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Genotif dan Fenotip β-talasemia .............................................. 8

Tabel 2.2. Nilai rujukan vitamin D ............................................................ 17

Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................ 23

Tabel 3.2. Jadwal Penelitian ..................................................................... 34

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian .................................... 35

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Pasien Talasemia Beta Mayor

dan Kontrol .............................................................................. 36

Tabel 4.3. Mean ± S.D. Vitamin D, Kalsium dan Fosfor pada Pasien

Talasemia Beta Mayor dengan Kontrol .................................... 37

Tabel 4.4. Uji Korelasi antara Vitamin D dengan Kalsium dan Fosfor

pada Pasien Talasemia Beta Mayor dan Kontrol .................... 38

Tabel 5.1. Rekomendasi untuk penilaian vitamin D dan terapi pada

pasien talasemia mayor ............................................................ 43

Universitas Sumatera Utara

Page 15: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3. Lembar Pengumpulan Data

Lampiran 4. Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan

FK-USU

Lampiran 5. Surat Izin dari Instansi Penelitian dan Pengembangan

RSUP. H. Adam Malik

Lampiran 6. Data Penelitian

Lampiran 7. Data Output

Universitas Sumatera Utara

Page 16: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

xiv

DAFTAR SINGKATAN

ALP : Alkaline Phosphatase

BM : Bone Marrow

BMD : Bone Mineral Density

CLSI : The Clinical and Laboratory Standars Institute

DNA : Deoxyribonucleic acid

D2 : Ergokalsiferol

D3 : Kholekalsiferol

EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetid Acid

ELTA : Enzyme – Linked Flourescent Assay

GH : Growth Hormone

Hb : Hemoglobin

IGF-1 : Insulin like Growth Factor -1

IM : Intra Muscular

IOM : Institute of Medicine

IU : International Unit

MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin

MCV : Mean Corpuscular Volume

nm : nano meter

PTH : Parathyroid Hormone

RBC : Red Blood Cell

RDW : Red Blood Cell Distribution Width

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

Universitas Sumatera Utara

Page 17: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

xv

SPR : Solid Phase Respectable

VITD : Vitamin D

WHO : World Health Organization

α : alfa

β : beta

ɣ : gamma

δ : delta

1,25(OH)D3 : 1,25-Dihidroksi vitamin D

Universitas Sumatera Utara

Page 18: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

xvi

HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN

FOSFOR PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYOR

DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Ade Hariza Harahap1, Bidasari Lubis2, Herman Hariman1

1Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /

RSUP. H. Adam Malik Medan 2Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Pendahuluan: Telah banyak dilaporkan bahwa pasien-pasien dengan talasemia

beta mayor memiliki masalah dengan pertumbuhan tulang yang sering

menyebabkan kelainan pada perkembangan tulang, patah tulang patologis,

penipisan tulang sebagai akibat dari ekspansi sumsum tulang karena peningkatan

eritropoiesis yang tidak efektif, gangguan metabolisme kalsium dan fosfor, tingkat

hormon paratiroid rendah, vitamin D rendah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan vitamin D dengan kalsium dan fosfor pada pasien talasemia

beta mayor di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Metode: penelitian ini bersifat cross sectional. Penelitian dilakukan pada 35 pasien

talasemia beta mayor dan 10 pasien normal sebagai kontrol, dari bulan Januari -

April 2018 di RSUP. H. Adam Malik Medan. Pada penelitian ini dilakukan

pemeriksaan kadar serum vitamin D, kalsium dan fosfor. Pemeriksaan vitamin D,

dengan menggunakan ELFA, kalsium dengan Arsenazo III dan fosfor dengan

Inorganik fosfat.

Hasil dan Pembahasan: analisis statistik dengan student t-test (unpaired t-test),

mean±SD vitamin D 21,28±6,36 ng/ml; 34,85±3,50 ng/ml (p<0,05); kalsium

8,58±0,68 mg/dl; 9,22±0,35 mg/dl (p<0,05); dan fosfor 3,98±0,53 mg/dl; 3,89±0,49

mg/dl (p>0,1). Pada uji korelasi antara vitamin D dengan kalsium dan vitamin D

dengan fosfor tidak terdapat hubungan (r=0,13; p>0,05), dan (r=0,17; p>0,05).

Simpulan dan Saran: Dijumpai penurunan bermakna dari vitamin D dan kalsium

pada pasien talasemia beta mayor, tetapi tidak dijumpai korelasi antara vitamin D

dengan kalsium tersebut. Dibutuhkan suplemen vitamin D dan kalsium agar

mencegah terjadinya kelainan tulang. Oleh karena itu, untuk penelitian lebih lanjut

yang lebih spesifik (vitamin D3, ion kalsium) pada pasien talasemia beta mayor.

Kata Kunci: Vitamin D, Kalsium, Fosfor, Talasemia Beta Mayor

Universitas Sumatera Utara

Page 19: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

xvii

RELATIONSHIP BETWEEN VITAMIN D LEVELS WITH CALCIUM

AND PHOSPHORUS IN PATIENTS WITH BETA THALASSEMIA

MAJOR IN RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Ade Hariza Harahap1, Bidasari Lubis2, Herman Hariman1

1Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, University of North

Sumatera / Haj. Adam Malik Hospital Medan, Indonesia 2Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, University of North Sumatera /

Haj. Adam Malik Hospital Medan, Indonesia

ABSTRACT

Background: It has been widely reported that patients with beta major thalassemia

have problems with bone growth which often cause abnormalities in bone

development, pathological fractures, bone thinning as a result of bone marrow

expansion due to ineffective erythropoiesis, calcium and phosphorus metabolic

disorders, levels Low parathyroid hormone, low vitamin D. This study aims to

determine the relationship of vitamin D with calcium and phosphorus in patients

with beta thalassemia major in RSUP. Haj Adam Malik Medan.

Method: This study was cross sectional, condicted from January to April 2018.

Examination of vitamin D, calcium and phosphorus levels was carried out. Vitamin

D using ELFA, calcium using Arsenazo III and phosphorus using inorganik

phosphate.

Result and Discussion: . 35 patients participated in this study, which obtained 17

(48.6%) men and 18 (51.4%) women. Statistical analysis with student t-test

(unpaired t-test), mean ± SD vitamin D 21.28±6.36 ng/ml; 34,85±3,50 ng/ml (p

<0.05); calcium 8.58±0.68 mg/dl; 9,22±0,35 mg/dl (p <0.05), and phosphorus

3.98±0.53 mg/dl; 3,89±0,49 mg/dl (p> 0.1). There was no significant correlation

between vitamin D and calcium (r = 0.13, p> 0.05) and also vitamin D and

phosphorus (r = 0.17, p> 0.05).

Conclusions and Suggesstions: There was a significant decrease in vitamin D and

calcium in patients with beta major thalassemia, but there was no correlation

between vitamin D and calcium, vitamin D and phosphorus.. Therefore, for more

specific further research (vitamin D3, calcium ion) in patients with beta thalassemia

major.

Key words: Vitamin D, Calcium, Phosphourus, Thalassemia Beta Major

Universitas Sumatera Utara

Page 20: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Talasemia beta adalah kelainan hemoglobin bawaan akibat mutasi genetik

yang menyebabkan penurunan atau tidak ada sintesis rantai globin β. Sintesis yang

tidak seimbang antara rantai α dan β dapat menimbulkan penurunan produksi

hemoglobin total, eritropoiesis tidak efektif dan proses hemolitik kronik. (Taher, et

al., 2013)

Pasien talasemia akan mengalami gangguan yang paling umum pada tulang.

Hal ini ditandai dengan massa tulang berkurang, gangguan arsitektur tulang,

meningkatkan risiko kerapuhan tulang dan patah tulang, penipisan tulang sebagai

akibat dari ekspansi sumsum tulang karena peningkatan eritopoiesis yang tidak

efektif, gangguan metabolisme kalsium dan fosfor, tingkat PTH rendah, tingkat

1,25(OH)2 vitamimn D3 rendah, kekurangan hormon pertumbuhan (GH/IGF-1),

pubertas tertunda, hipogonadisme, hipotiroid, diabetes melitus, peningkatan fungsi

osteoklas dan penurunan fungsi osteoblas, kelebihan zat besi, efek racun dari terapi

kelasi desferioksamin. Kalsium dan kekurangan vitamin D terlibat memiliki

dampak serius dengan terganggunya metabolisme tulang. Defisiensi vitamin D

semakin diidentifikasi di antara pasien talasemia beta mayor. (Elhoseiny, et al.,

2015)

Universitas Sumatera Utara

Page 21: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

2

Kelangsungan hidup pasien talasemia mayor semakin meningkat dengan

kemajuan dalam terapi. Namun osteoporosis dan disfungsi jantung tetap sering

terjadi. Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang dan mengurangi risiko

patah tulang. Kekurangan vitamin D dilaporkan tinggi pada pasien talasemia di

beberapa negara meskipun kehadiran sinar matahari merupakan resep rutin vitamin

D dalam talasemia dan hubungannya dengan penyakit tulang termasuk

osteoporosis, rakhitis, scoliosis, kelainan bentuk tulang belakang dan patah tulang

serta disfungsi jantung. (Soliman, et al., 2013)

Osteopenia dan osteoporosis berat merupakan penyebab utama morbiditas

pada pasien talasemia beta mayor. Karena kerapuhan tulang, patah tulang panjang

terutama yang melibatkan tulang paha ditandai dengan pembengkakan dan nyeri

jaringan lunak biasanya terlokalisasi pada persendian pergelangan kaki. Kelainan

tulang lainnya yang relatif umum pada pasien talasemia beta mayor mencakup

perbedaan tulang panjang anggota badan bagian atas karena perpaduan prematur

garis epifisis, penyimpangan aksial tungkai, osteokhondrosis dan perawakan

pendek. Keterlibatan tulang belakang sering terjadi dan dapat bermanifestasi

sebagai kelainan tulang belakang (seperti skoliosis, kyphosis), kerapuhan vertebra,

kompresi tali pusat atau degenerasi diskus intervertebralis. (Perisano, et al., 2012)

Pada penelitian di Iran menunjukkan bahwa penderita talasemia mayor

mengalami 50,6% osteopoenia dan 27,3% osteoporosis di regio lumbal. Data lain

menyebutkan bahwa 42,09% osteopenia dan 24,7% osteoporosis di regio leher dan

femur. Selain itu, penderita talasemia mengalami hipokalsemia, hiperfosfatemia,

defisiensi hingga insufisiensi vitamin D. (Poggiali, et al., 2012). Dalam penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 22: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

3

lain, prevalensi keseluruhan deformitas adalah 12,1% dengan distribusi yang

hampir sama pada laki-laki (12,7%) dan wanita (11,5%). Deformitas terjadi lebih

sering pada talasemia mayor (16,6%) dan talasemia intermedia (12,2%),

dibandingkan dengan talasemia alfa (2,3%). (Wong, P., 2016)

Pasien talasemia mayor baik yang tidak diobati, frekuensi osteoporosis

adalah sekitar 40 - 50% dan osteopenia 45%. Dalam sebuah penelitian anak-anak

talasemia mayor di Cina, BMD defisit terdeteksi 62% di tulang belakang dan 35%

di pinggul. Puncak massa tulang juga terpengaruh; sebagai hasilnya, massa tulang

yang rendah dapat dilihat pada pasien dengan talasemia mayor, bahkan mereka

lebih muda dari usia 12 tahun. (Ozkan, et al., 2016)

Dengan demikian, pasien talasemia akan mengalami banyak kelainan tulang

termasuk nyeri tulang, kelainan tulang, pertumbuhan tulang tertunda, retardasi

pertumbuhan, penyakit rakhitis, skoliosis, kelainan tulang belakang, patah tulang

patologis, osteopenia dan osteoporosis. (Neshelli, et al., 2016)

1.1. Perumusan Masalah

Oleh karena hal tersebut diatas, maka kami menganggap pada pasien

talasemia beta mayor terdapat hubungan antara kadar vitamin D dengan

kalsium dan fosfor

1.2. Hipotesa Penelitian

Terjadi suatu hubungan antara kadar vitamin D dengan kalsium dan fosfor

pada pasien talasemia beta mayor.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

4

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bahwa terjadi suatu hubungan dari kadar vitamin D

dengan kalsium dan fosfor pada pasien talasemia beta mayor.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mempelajari proses terjadinya kekurangan kadar vitamin D, kalsium

dan fosfor pada pasien talasemia beta mayor.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan manfaatnya sebagai berikut:

1.4.1. Dibidang Ilmu Pengetahuan

A. Membuktikan terjadinya hubungan kadar vitamin D dengan kalsium dan

fosfor pada pasien talasemia beta mayor.

B. Bagi klinisi, apakah pemberian suplemen dapat mencegah terjadinya

kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfor pada pasien talasemia beta

mayor.

C. Dapat memberikan wawasan dan sumbangan untuk kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya tentang pemahaman pemeriksaan laboratorium

pada pasien talasemia beta major.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

5

1.4.2. Untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai sarana untuk melatih cara

berpikir dan membuat suatu penelitian berdasarkan metodologi yang baik

dan benar dalam proses pendidikan.

1.4.3. Untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ke masyarakat

mengenai pentingnya vitamin D, kalsium dan fosfor pada pasien talasemia

mayor agar dapat mencegah timbulnya defisiensi, kerapuhan tulang dan

mengurangi risiko patah tulang.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Talasemia Beta Mayor

2.1.1. Definisi

Talasemia adalah kelainan darah autosomal resesif dari sintesis hemoglobin

karena mutasi gen globin, yang menyebabkan berbagai tingkat defisiensi kuantitatif

dalam produksi globin dan sintesis yang berkurang atau tidak adanya satu atau lebih

rantai globin, yang mengakibatkan eritropoiesis dan anemia yang tidak efektif.

Keparahan klinis bervariasi secara luas, mulai dari bentuk asimptomatik yang parah

atau bahkan lebih fatal. (Modi., 2012 dan Agrawal., 2016)

Talasemia beta adalah sekelompok gangguan autosomal bawaan yang

ditandai oleh globin mutasi rantai di tetramer hemoglobin dan tidak adanya sintesis

hemoglobin sehingga menyebabkan anemia berat, ekspansi sumsum tulang,

deformitas tulang dan meningkatnya penyerapan zat besi pada gatrointestinal.

Talasemia mayor adalah bentuk parah dari penyakit dan gejala klinis muncul

diantara 6 bulan sampai 2 tahun. Dimana pasien membutuhkan transfusi darah

secara teratur dan terapi zat besi sepanjang hidup, dimulai pada anak usia dini.

Baru-baru ini, pendekatan terapi telah meningkatkan harapan hidup dan kualitas

pada pasien talasemia.(Ozkan., et al. 2016)

Universitas Sumatera Utara

Page 26: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

7

2.1.2. Epidemiologi

Umumnya, talasemia mempengaruhi semua ras, terutama orang-orang asal

Mediterania, Arab dan Asia dengan kejadian bervariasi. Dimana tingkat tertinggi

dilaporkan di Maladewa (tingkat pembawa 18%), diikuti oleh keturunan dari negara

Amerika latin dan Mediterania. Sementara tingkat kejadian yang yang sangat

rendah di Eropa Utara (0.1%0 dan Afrika (0.9%). (Ghada Y, et al., 2015).

Sedangkan Prevalensi karier β-talasemia di Indonesia mencapai 3 – 10 %. Dengan

angka kelahiran 23 per 1000 dari 240 juta penduduk Indonesia, diperkirakan ada

sekitar 5.520.000 bayi penderita Talasemia yang lahir tiap tahunnya. (Wahidayat.,

2012)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas, 2007), menunjukkan prevalensi

nasional talasemia di Indonesia adalah 0,1%. Terdapat 6 provinsi yang

menunjukkan talasemia lebih tinggi daripada prevalensi nasional. Beberapa dari 6

provinsi itu antara lain adalah Aceh 13,4%, Jakarta 12,3%, Sumatera Selatan 5,4%,

Sumatera Utara 3,71%, Gorontalo 3,1% dan Kepulauan Riau 3%.

Dari data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan pasien talasemia

yang berobat jalan maupun rawat inap dari bulan Juni sampai Desember 2017

sekitar 375 orang. (Rekam Medis RSUP. HAM., 2017). Sedangkan berdasarkan

data dari RSCM, sampai bulan Oktober 2016 terdapat 9.131 pasien talasemia yang

terdaftar di seluruh Indonesia. (Depkes., 2018).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

8

2.1.3. Klasifikasi

Berdasarkan pada tingkat keparahan anemia, dengan melihat defek genetik

yaitu: talasemia-β+ (β+-talasemia terdapat pengurangan (10 – 50%) daripada

produksi rantai globin β), talasemia-β0 (β0-talasemia tidak dibentuk rantai globin

sama sekali), serta jumlah gen (homozigot atau heterozigot). (Hoffbrand, A.V. &

Moss, P.A.H., 2011)

Tabel 2.1. Genotif dan fenotip β-talasemia (Taher., 2013, Mussalam., 2014 &

Ghada., 2015)

Fenotip Genotip Gejala

Silent

carrier Silent β/β

Asimptomatik

Tidak ada kelainan

hematologi

Trait /

minor β0/β, β+/β, atau β+/ β

Anemia simptomatik

Mikrositosis dan

hipokrom

Inter-

media

β0/mild β+, β+/mild β+ atau mild β+/mild

β+

β0/silent β, β+/silent β, mild β+/silent β

atau silent β/silent β

β0/β0, β+/β+ atau β0/β+ dan delesi atau

tidak delesi α-thalassemia

β0/β0, β+/β+ atau β0/β+ dan peningkatan

kapasitas dari sintesis ɣ-chain

delesi dari δβ-thalassemia dan HPFH

β0/β, atau β+/β dan duplikat ααα atau

αααα

dominan β-thalassemia (inclusion body)

Presentasi lambat

Mild-moderate anemia

Transfusi-independent

Tingkat keparahan klinis

bervariasi antara minor

sampai mayor

Universitas Sumatera Utara

Page 28: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

9

Mayor β 0/β0, β+/β+ (homozigot) atau β0/β+

(heterozigot)

Presentasi awal

Anemia berat

Transfusi-dependent

2.2. Patofisiologi

Tidak ada atau berkurangnya jumlah rantai beta globin menyebabkan

peningkatan relatif rantai globin alpa yang disimpan dalam prekusor eritroid dalam

sumsum tulang sehingga terjadi eritropoiesis yang tidak efektif. Akibat eritropoiesis

yang tidak efektif menyebabkan anemia dan anemia meningkat dengan

penghancuran eritrosit di limpa. Eritropoietin menyebabkan hiperplasia

normoblastik dan meningkatkan hematopoiesis 25 sampai 30 kali dengan normal

dan perluasan hematopoietk. Hal ini meningkatkan deformitas tulang, serta anemia

jangka panjang dan berat, dan juga peningkatan prekursor eritroid yang mengarah

ke hepatosplenomegali dan ekstra medula. (Tari, et al., 2018)

Prekursor eritroid meningkat 5 sampai 6 kali pada pasien talasemia

dibandingkan dengan individu sehat. Eritropoiesis yang tidak efektif didefinisikan

oleh produksi eritosit yang tidak optimal dari sel-sel yang belum matang. Muncul

melalui percepatan diferesiasi eritroid, menghambat pematangan dalam tahap

polikromatofilik dan kematian tahap progenitor eritroid. Peningkatan apoptosis dari

eritropoiesis yang tidak efektif sehingga pada talasemia mayor terlihat peningkatan

apoptosis progenitor eritroid pada sumsum tulang. (Tari, et al., 2018)

Eritropoiesis pada individu dengan talasemia beta mencerminkan

konsekuensi dari kelebihan globin. Ketidakseimbangan dalam ratio biosintetik α-

Universitas Sumatera Utara

Page 29: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

10

globin dengan ɣ-globin merupakan determinasi utama keparahan penyakit daripada

produksi hemoglobin. Pada sifat talasemia beta terdapat kelebihan dalam sintesis

α-globin, yang konsisten dengan hematopoiesis sehingga terjadi hipokrom

mikrositik ringan. (Nienhuis A.W and Nathan D.G., 2018).

Gambar 2.1. Patofisiologi Beta Talasemia. (Nienhuis, A.W, and Nathan, G., 2018

2.3. Metabolisme Tulang pada Talasemia Beta Mayor

Penyakit tulang yang berhubungan dengan talasemia telah pertama kali

dijelaskan oleh Cooley et al, sebagai “perubahan tulang yang aneh” yang terdiri

kranial, wajah dan anggota tubuh yang ditandai cacat karena ekspansi sumsum

tulang. Pengenalan terapi transfusi pada tahun 1960 telah mengakibatkan perbaikan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

11

dari deformitas tulang tersebut. Saat ini, penyakit tulang yang ditandai dengan

BMD rendah dapat mengakibatkan peningkatan risiko patah tulang dan nyeri

tulang. Sebagian besar patah tulang terjadi di ekstremitas dan tulang belakang

lumbal. (Adamidou, et al., 2016).

Faktor beragam yang berkontribusi pada penyakit tulang termasuk

perluasan medula, akumulasi zat besi, keseimbangan kalsium fosfor, pergantian

tulang yang tinggi, insufisiensi hormonal dan hipoksia dapat mempengaruhi

komplikasi skeletal. (Sultan., et al. 2015). Mekanisme yang terlibat dalam

patogenesis kelainan tulang pada β-talasemia mayor adalah sebagai berikut:

2.3.1. Faktor Hormonal

Hormon paratiroid (PTH) merupakan hormon polipeptida rantai tunggal

yang sebagian kecil disimpan dalam kelenjar paratiroid dan sebagian besar

disekresikan dalam sirkulasi. Fungsi utama PTH adalah mengatur kadar kalsium

pada ekstrasel. Kadar kalsium darah berasal dari kalsium yang ditransfer melalui

tulang, filtrasi glomerulus dan traktus gastrointestinal. (El-Nashar, M., et al., 2016).

PTH merangsang reabsorpsi kalsium melalui filtrasi glomerulus,

meningkatkan reasorpsi tulang dan mempengaruhi absorpsi kalsium dari traktus

gastrointestinal secara sekunder melalui metabolit aktif vitamin D yaitu 1,25

dihidroksikolekalsiferol (1,25 (OH)2 D) disebut kalsitriol. Organ target utama kerja

PTH adalah ginjal dan tulang. Fungsi utama aksis dari vitamin D dan PTH adalah

untuk mempertahankan kadar kalsium dan fosfat ekstrasel yang sesuai bagi

mineralisasi. Hormon lain yang mengatur pertumbuhan dan mineralisasi yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 31: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

12

growth hormone (GH), Insulin like growth factor-1 (IGF-1), hormon tiroid, insulin,

leptin, androgen dan estrogen.(Mithal, A., et al., 2009).

Mekanisme PTH terhadap kadar fosfat pada ekstrasel melalui penurunan

kadar fosfat serum secara langsung akibat pengaruh PTH pada ginjal dengan

fosfaturia dan peningkatan kadar fosfat serum akibat induksi PTH terhadap tulang

yang akan mempengaruhi reasorpsi fosfat dan mineral lain dari tulang. (Chesney,

R.W., 2007 & Mithal, A., et al., 2009)

Kelainan hormonal, termasuk diabetes, disfungsi tiroid / paratiroid dan

hipigonandisme diyakini mendasari perputaran tulang yang berubah pada β-

talasemia mayor. Pada β-talasemia mayor wanita, kadar estrogen dan progesteron

yang rendah meningkatkan aktivitas osteoklas dan mengurangi pembentukan

tulang, sementara pada pria, kadar testosteron rendah menghasilkan penurunan efek

stimulasi pada proliferasi dan diferensiasi osteoblas. Selain itu, ketidakcukupan

sumbu GH – IGF-1 menyebabkan proliferasi osteoblas terganggu dan

pembentukkan matriks tulang, sekaligus meningkatkan aktivasi osteoklas.

(Perisano, C., et al., 2012 & Schottker, B., et al. 2013 )

Insulin like growth factor-1 merangsang pembentukan tulang. Pada

lempeng pertumbuhan 1,25 (OH)2 D3 akan memperkuat sintesis IGF-1 pada

kondrosit sehingga merangsang proliferasi, diferensiasi sel dan meningkatkan

aktivitas ALP. Selama vitamin D menurun dan diproduksi secara lokal IGF-1 pada

anak-anak sebagai proses adaptasi untuk menghambat pertumbuhan linear pada

lempeng pertumbuhan dan pertambahan mineral tulang pada diafise. Proses ini

Universitas Sumatera Utara

Page 32: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

13

akan menghemat mineral tulang dan protein untuk mempertahankan kadar kalsium

normal dan memperlambat kerusakan tulang. (Olivieri NF, 2006)

2.3.2. Aktivitas Osteoblas dan Osteoklas

Selain gangguan aktivitas osteoblas, yang dianggap sebagai penyebab

utama osteopenia / osteoporosis pada β-talasemia mayor. Peningkatan aktivasi

osteoklas disebut sebagai faktor pendukung. Ini memberikan alasan untuk

penggunaan bifosfonat yang merupakan penghambat potensial fungsi osteoklas,

untuk pengelolaan osteoporosis yang diinduksi oleh β-talasemia mayor. (Perisano,

C., et al., 2012).

Penyerapan kalsium hanya 10 sampai 15% dan fosfor sekitar 60% jika

tanpa vitamin D. Bentuk aktif 1,25 (OH)2 D3 meningkatkan efisiensi absorpsi

kalsium. Kadar 25OH D serum secara langsung berhubungan dengan kepadatan

mineral tulang. Kadar serum dibawah 30 ng/ml berhubungan dengan penurunan

penyerapan kalsium. Hormon paratiroid meningkatkan resorpsi tubular terhadap

kalsium dan merangsang ginjal untuk memproduksi 1,25 (OH)2 D3 yang

mengaktifkan osteoblas dan merangsang prosteoklas menjadi osteoklas. Osteoklas

akan melarutkan matriks kolagen mineral tulang sehingga menyebabkan osteopenia

dan osteoporosis sehingga memberikan cukup kalsium untuk mencegah

hipokalsemia. (Olivieri NF, 2006)

Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang yang secara

langsung bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung merangsang kalsium di

Universitas Sumatera Utara

Page 33: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

14

usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah yang mendorong kalsifikasi

tulang. Vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar serum kalsium dengan

meningkatkan penguraian tulang sehingga vitamin D dalam jumlah besar tanpa

diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi

tulang. (Soliman A., 2013).

2.3.3. Faktor Genetik

Faktor genetik juga memainkan peran dalam mineralisasi tulang pada

talasemia. Ekspansi sumsum tulang sekunder mengakibatkan terjadinya

eritropoesis tidak efektif dengan penipisan korteks, hipogonadisme, hipotiroidisme,

hipoparatiroidisme, diabetes melitus, efek toksik langsung dari kelebihan zat besi

dan aktivitas osteoblas, efek buruk dari desferioksamin pada metabolisme tulang

merupakan dampak negatif dari terapi kelasi pada proliferasi fibroblas dan sintesis

kolagen. Hormon paratiroid meningkatkan resorpsi tubular kalsium dan

merangsang ginjal untuk memproduksi 1,25 (OH)2 D3 yang mengaktifkan

osteoblas dan merangsang prosteoklas menjadi osteoklas. Osteoklas akan

melarutkan matriks kolagen mineral tulang sehingga menyebabkan osteopenia dan

osteoporosis. (Rawhia., et al. 2010)

2.3.4. Kelebihan Besi dan Terapi Kelasi Besi

Transfusi darah yang paling banyak digunakan bertujuan untuk

meningkatkan konsentrasi hemoglobin menjadi 13 - 14 g/dl setelah transfusi, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

15

mempertahankannya pada 9 - 10 g/dl setiap saat. Di sisi lain, seringnya transfusi

darah dapat menyebabkan kelebihan zat besi yang dapat menyebabkan

hemosiderosis, yang belakangan mungkin menjadi penyebab hipogonadisme,

diabetes melitus, hipoparatiroidisme dan kelainan endokrin lainnya. (Basha., et al.,

2014, Valizadeh., et al., 2014 & Agrawal, et al., 2016).

Kelebihan zat besi terjadi saat asupan zat besi meningkat selama periode

waktu berkelanjutan, baik akibat transfusi darah atau peningkatan penyerapan zat

besi melalui saluran gastroinstestinal. Ketika pasien talasemia menerima transfusi

darah secara teratur, kelebihan besi tidak bisa dihindari karena tubuh manusia

memiliki mekanisme untuk mengeluarkan kelebihan zat besi. Akumulasi besi yang

banyak di jaringan menyebabkan gagal jantung, sirosis, kanker hati, retardasi

pertumbuhan dan kelainan endokrin multipel. Terapi kelasi bertujuan untuk

menyeimbangkan laju akumulasi besi dari transfusi darah dengan meningkatkan

ekskresi besi dalam urin. (Taher., 2013 & Cappelini et al., 2014)

2.3.5. Vitamin D

Vitamin D termasuk dalam grup sterol. Vitamin D merupakan kelompok

senyawa yang larut dalam lemak dengan kandungan kolesterol dan cincin aromatik.

Ada dua bentuk vitamin D yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan D3

(kholekalsiferol). Vitamin D2 dapat dijumpai pada jamur yang terpapar sinar

matahari. Manusia mensintesis vitamin D3 setelah terpapar dengan sinar ultraviolet,

sehingga hal ini merupakan bentuk alami. Perkursor vitamin D2 adalah ergosterol

Universitas Sumatera Utara

Page 35: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

16

dalam tanaman, dimana D2 dapat disintesis oleh radiasi ultraviolet dari ergosterol

dari ragi. Demikian pula vitamin D3 disintesis dalam tubuh ketika sinar matahari

(ultraviolet B, panjang gelombang 280-315 nm) dan fotoisomerase 7-

dehidroksikolesterol dalam kulit. D3 juga ditemukan dalam makanan hewani,

misalnya lemak ikan, hati, susu, dan telur. Vitamin D2 dan vitamin D3 terlepas dari

sumber secara biologis tidak aktif. Vitamin D2 dan D3 ini berubah menjadi molekul

aktif 1,25-dihidroksivitamin D. Setelah disintesis di kulit atau diserap (dalam

kilomikron) dari saluran gastrointestinal. (Soliman, et al., 2013)

Vitamin D kemudian dikonversi ke bentuk sirkulasi utama, 25-

hydroxyvitamin D (kalsifediol) oleh hati dengan enzim 25-hydroxylase (CYP2R1)

dan kemudian diubah menjadi 1,25-dihydroxyvitamin D atau kalsitriol oleh ginjal

dengan enzim 1-α-hydroxylase (CYP27B1) untuk meningkatkan efisiensi

penyerapan usus terhadap kalsium sebagai fungsi klasik. (Nair., 2012 & Kosaryan.,

2015). Bentuk aktifnya, 1,25(OH)2D3 meningkatkan efisiensi kalsium di usus dan

fosfor di absorpsi. Tingkat serum dari 25-OHD secara langsung berhubungan

dengan kepadatan mineral tulang dengan kepadatan maksimum dicapai ketika

tingkat serum 25-OHD mencapai 40 ng/ml atau lebih. Bila serum kurang dari 30

ng/ml maka berhubungan dengan penurunan yang signifikan pada penyerapan

kalsium di intestinal. (Ganji., 2012 & Soliman, A., et al., 2013)

Tingkat sirkulasi vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang dan

mengurangi risiko patah tulang. Vitamin D sangat penting untuk homeostasis

kalsium dan untuk mineralisasi tulang, terutama selama periode pertumbuhan, yaitu

periode pertumbuhan kekanak-kanakan dan pubertas. (Elhoseiny., 2015 &

Universitas Sumatera Utara

Page 36: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

17

Agrawal., et al., 2016). Kekurangan vitamin D menyebabkan rakhitis (defek

mineralisasi pada epifise dan jaringan tulang) dan osteomalasia (defek mineralisasi

pada jaringan tulang). (Soliman, A., et al., 2013 & Ghazaly, et al., 2015)

Gambar 2.2. Metabolisme vitamin D.

Tabel 2.2. Nilai rujukan kadar 25-(OH) Vitamin D. (Holick, M.F, et al, 2011)

Status 25(OH) Vitamin D

Defisiensi

Insufisiensi

Normal

Toksik

< 20 mg/dL

20 – 29 mg/dL

30 – 100 mg/dL

> 100 mg/dL

Institute of Medicine (IOM) melaporkan risiko terjadinya ricketsia, fraktur,

dan kelainan tulang dengan kadar kalsifediol < 12 ng/ml lebih tinggi pada orang.

Institute of Medicine mengestimasi bahwa kadar kalsifediol sebesar 16 ng/ml

Universitas Sumatera Utara

Page 37: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

18

adalah sasaran yang perlu dicapai untuk anak-anak dan dewasa. Kadar kalsifediol

20 ng/ml digunakan sebagai batasan yang dapat melindungi kesehatan tulang dari

97,5% populasi. (Ganji., 2012).

Gambar 2.3. Sintesa dan Metabolisme Vitamin D, Kalsium dan Fosfor.

(Chesney.,2007)

2.3.6. Faktor Klinis

Kelainan tulang terjadi karena hipertropi (hemopoiesis ekstramedulla) dan

ekspansi sumsum eritroid yang menyebabkan melebar sumsum tulang, menipis

korteks dan osteoporosis. Perubahan tulang yang pertama kali ditemukan terlihat

Universitas Sumatera Utara

Page 38: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

19

pada tulang metatarsal dan metakarpal yang berbentuk rektangular atau konveks

akibat peningkatan eritropoesis yang menyebabkan pelebaran sumsum tulang.

Perubahan tulang yang paling sering terlihat pada tulang tengkorak dan tulang

wajah. Kepala penderita talasemia beta mayor menjadi besar dengan penonjolan

pada tulang frontal dan pembesaran diploe tulang tengkorak hingga beberapa kali

lebih besar dari organ normal.

Osteopenia dan osteoporosis berat merupakan penyebab utama morbiditas

pada pasien β-talasemia mayor. Karena kerapuhan tulang yang tinggi pada β-

talasemia mayor, fraktur tulang panjang terutama yang melibatkan tulang paha

ditandai dengan pembengkakan dan nyeri jaringan lunak biasanya terlokalisasi pada

persendian pergelangan kaki. Kelainan tulang lainnya yang relatif umum pada

pasien β-talasemia mayor mencakup perbedaan panjang anggota badan dan bagian

atas karena perpaduan prematur garis epifisis, penyimpangan aksial tungkai,

osteokhondrosis dan perawakan pendek. Keterlibatan tulang belakang sering terjadi

dan dapat bermanifestasi sebagai kelainan tulang belakang (seperti skoliosis,

kyphosis), kerapuhan vertebra, kompresi tali pusat atau degenerasi diskus

intervertebralis. (Perisano, C., et al., 2012)

Universitas Sumatera Utara

Page 39: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

20

2.4. KERANGKA KONSEP

Talasemia Mayor

Vitamin D

Eritropoesis ineffektif Anemia

Penumpukan

Besi Ekspansi sumsum tulang

Transfusi darah

Deformitas,

Osteopenia,

Osteoporosis

PTH, growth

hormone (GH),

Insulin like growth

factor-1 (IGF-1),

hormon tiroid,

insulin, leptin,

androgen dan

estrogen

Terapi kelasi besi (deferoksamin,

deferiprone, dan deferasirox)

Kelebihan rantai bebas

globin alfa

Kerusakan jantung Kerusakan hati Kerusakan limpa Gangguan kelenjar endokrin Gangguan pertumbuhan

Kelebihan Besi

Peningkatan Eritropoetin Peningkatan

absorpsi besi

Hemolisis

Serum Feritin

Kalsium,

Fosfor

Hemosiderosis

Universitas Sumatera Utara

Page 40: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitin

Penelitian ini dilakukan secara cross sectional. Pada pasien-pasien yang

telah di diagnosa menderita talasemia beta mayor di bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUP. H. Adam Malik Medan. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling,

dimana jumlah sampel dibatasi sampai waktu penelitian yaitu 3 bulan sejak

penelitian dimulai.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK-USU / RSUP.

H.Adam Malik Medan bekerjasama dengan Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK - USU) / RSUP. H. Adam

Malik Medan. Penelitian di mulai dari bulan Januari 2018 sampai April 2018.

3.3. Populasi dan Subjek Penelitian

Kelompok kasus adalah pasien rawat jalan atau rawat inap yang dirawat oleh

dokter spesialis anak di RSUP. H. Adam Malik Medan setelah dikonfirmasi sebagai

talasemia beta mayor yang memenuhi kriteria inklusi. Kelompok kasus dan

kelompok kontrol normal dilakukan pemeriksaan laboratorium 25 (OH) vitamin D,

kalsium, dan fosfor.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

22

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

Usia 2 – 18 tahun

Pasien di diagnosa β-talasemia mayor oleh dokter spesialis anak di

RSUP. H. Adam Malik Medan

Pasien rawat jalan maupun rawat inap

Pasien yang belum menerima suplemen vitamin D, kalsium dan fosfor

Bersedia ikut dalam penelitian

3.4.2. Kriteria Eksklusi

Pasien talasemia minor

Pasien menolak

Pasien yang sebelumnya sudah mendapatkan suplemen vitamin D,

kalsium dan fosfor.

3.5. Identifikasi Variabel

Variabel bebas

1. Vitamin D

2. Kalsium

3. Fosfor

Variabel terikat

1. Talasemia beta mayor

2. Non talasemia beta mayor

Universitas Sumatera Utara

Page 42: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

23

3.6. Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical Clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan NO:303/TGL/KEPK FK

USU-RSUP HAM/2017, tanggal 14 Juli 2017. Serta izin penelitian dari Instalasi

Penelitian dan Pengembangan RSUP. H. Adam Malik Medan, No:

LB.02.031.II.4./1798/2017, tanggal 13 November 2017.

Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian atau diwakili

oleh keluarganya yang menyatakan bersedia ikut dalam penelitian setelah

mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini.

3.7. Definisi Operasional

Talasemia beta mayor

adalah penyakit kelainan darah yang ditandai

dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau

umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120

hari) yang sifatnya diturunkan dari orang tua ke

anak melalui gen. Pasien ini di diagnosa oleh

dokter spesialis anak konsultan hematologi di

RSUP. H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

24

Vitamin D

yang diperiksa adalah 25(OH) Vitamin D total,

dimana sampel yang digunakan adalah serum

manusia. Dengan nilai rujukan kadar 25(OH)

vitamin D yaitu: < 20 ng/mL = defisiensi, 20 – 29

ng/mL = insufisiensi, 30 – 100 ng/mL = sufisiensi,

> 100 ng/mL = toksik. (Holick, et al., 2011).

Kalsium

digunakan untuk menghitung kalsium pada

manusia. Sampel yang digunakan adalah serum.

Mayoritas kalsium dalam tubuh hadir dalam

tulang. Sisa kalsium dalam serum dan memiliki

berbagai fungsi, seperti ion kalsium menurunkan

rangsangan neuromuskular. Nilai normal kalsium:

8.4 – 10.2 mg/dL. (Architech ci 4100).

Fosfor

digunakan untuk kuantisasi fosfor dalam serum

manusia. Mayoritas fosfor dalam tubuh 80 – 85%

di dalam tulang sebagai hidrosiapitit. Sisa fosfat

hadir sebagai ester anorganik fosfor dan fosfat.

Kalsium dan fosfor dalam serum biasanya

menunjukkan hubungan timbal balik. Nilai normal

fosfor berkisar 2.3 – 4.7 mg/dL. (Architech ci

4100)

Universitas Sumatera Utara

Page 44: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

25

3.8. Bahan dan Cara Kerja

3.8.1. Bahan yang diperlukan

Bahan pemeriksaan laboratorium berupa darah tanpa antikoagulan untuk

pemeriksaan kadar serum vitamin D, kalsium dan fosfor.

3.8.2. Cara Kerja

- Subjek penelitian yaitu penderita talasemia mayor yang telah

didiagnosa oleh dokter spesialis anak di RSUP. H. Adam Malik Medan.

- Setelah didiagnosa sebagai talasemia mayor, kemudian ditentukan

apakah memenuhi kriteria inklusi.

- Penderita yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan informed consent

dan mengisi surat persetujuan mengikuti penelitian.

3.8.3. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

1. Sampel darah diambil dari vena punksi dari vene mediana cubiti.

Tempat vena punksi terlebih dahulu dilakukan tindakan aseptik dengan

alkohol 70% dan dibiarkan kering, kemudian dilakukan punksi dengan

menggunakan venoject. Pegambilan darah dilakukan tanpa statis yang

berlebihan. Sampel darah vena diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan

ke tabung vacutainer clot activator.

2. Darah dalam tabung vacutainer clot activator dibiarkan membeku

selama 20 menit pada suhu ruangan, kemudian lakukan sentrifugasi

dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

26

3. Serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung plastik (aliquot) 1

ml untuk pemeriksaan vitamin D, kalsium dan fosfor

3.8.4. Pemeriksaan Sampel

3.8.4.1. Pemeriksaan Kadar Vitamin D

Pemeriksaan kadar vitamin D Total dilakukan dengan menggunakan

alat MINI VIDAS BRAHMS. Prinsip pemeriksaan 25 (OH) vitamin D

Total dengan metode Enzyme-Linked Fluourescent Assay (ELFA)

sesuai rekomendasi The Clinical and Laboratory Standards Institute

(CLSI).

Solid Phase Respectacle (SPR®) berfungsi sebagai fase padat serta

perangkat pipetting untuk pengujian tersebut. Reagen untuk pengujian

telah tersedia siap digunakan dan telah terbagi di setiap strip reagen

yang tersegel. Semua langkah-langkah uji yang dilakukan secara

otomatis oleh instrumen. Media reaksi dengan siklus masuk dan keluar

dari SPR beberapa kali.

Sampel dicampur dengan reagen preparasi untuk memisahkan

vitamin D dari protein pengikat. Sampel preparasi kemudian

dikumpulkan dan dipindahkan ke dalam sumur yang berisi alkaline

phosphatase (ALP) -labeled anti-vitamin D antibody (konjugat).

Vitamin D antigen berada dalam sampel dan vitamin D antigen melapisi

Universitas Sumatera Utara

Page 46: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

27

bagian interior SPR dan bersaing untuk berikatan dengan anti-vitamin

D antibodi-ALP konjugat.

Selama langkah deteksi akhir, substrat (4-Methylumbelliferyl

fosfat) dengan siklus masuk dan keluar dari SPR. Enzim konjugat

mengkatalisis proses hidrolisis substrat ini menjadi produk fluoresensi

(4-Methylumbelliferone), fluoresensi akan diukur pada gelombang 450

nm. Intensitas fluoresensi adalah berbanding terbalik dengan

konsentrasi vitamin D antigen yang terdapat dalam sampel.

Pada akhir tes ini, hasil secara otomatis dihitung oleh instrumen

dengan kurva kalibrasi yang disimpan dalam memori, dan kemudian

dicetak.

Jenis Sampel dan Stabilitas Sampel

Jenis sampel yang digunakan adalah serum atau plasma (Lithium

Heparin). Serum atau plasma dapat disimpan pada tabung biasa pada

suhu 18-25 0C dan stabil hingga 8 jam sebelum pemeriksaan. Dan

dapat juga disimpan juga pada tabung aliquot dengan suhu -20 0C

sampai waktu pemeriksaan yang telah ditentukan (maksimum 6

bulan).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

28

Cara Kerja

1. Keluarkan reagen yang hanya diperlukan dari kulkas. Reagen

dapat digunakan segera.

2. Gunakan satu "VITD" strip dan satu "VITD" SPR® dari kit

untuk setiap sampel, kontrol atau kalibrator yang akan diuji.

Pastikan kantong penyimpanan telah disegel kembali setelah

SPRs yang diperlukan telah diambil.

3. Tes diidentifikasi dengan kode "VITD" pada instrumen.

Kalibrator diidentifikasi dengankode "S1", dan diuji dalam

rangkap dua. Jika yang di test adalah kontrol adala,

diidentifikasi dengan kode "C1".

4. Jika perlu, jernihkan sampel dengan sentrifugasi.

5. Campur kalibrator, kontrol dan sampel menggunakan pusaran

mixer (untuk memisahkan serum atau plasma dari bekuan sel).

6. Sebelum pipetting pastikan bahwa sampel, kalibrator, kontrol

dan pengencer bebas gelembung.

7. Untuk tes ini, kalibrator itu, kontrol, dan bagian uji sampel

adalah 100 mL.

8. Masukkan "VITD" SPRs dan "VITD" strip ke dalam instrumen.

Periksa untuk memastikan label warna dengan kode assay pada

SPRs dan Strips Reagen sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

29

9. Lakukan uji sebagaimana diarahkan dalam Buku Manual.

Semua langkah-langkah uji yang dilakukan secara otomatis oleh

instrumen.

10. Tutup kembali botol dan kembalikan ke penyimpanan suhu 2-

8 ° C setelah pipetting.

11. Tes uji akan selesai dalam waktu kurang lebih 40 menit. Setelah

uji selesai, keluarkan SPRs dan strip dari instrumen.

3.8.4.2. Pemeriksaan Kadar Kalsium

Pemeriksaan kadar Kalsium dilakukan dengan menggunakan alat

ARCHITECT ci 4100. Prinsip pemeriksaan kalsium menggunakan

metode Arsenazo III, dimana Arsenazo III akan bereaksi dengan

kalsium di dalam larutan asam membentuk senyawa berwarna biru

keunguan. Warna yang terbentuk diukur dengan panjang gelombang

660 nm dan hasil yang diperoleh di konversikan menjadi kadar kalsium

dalam sampel.

3.8.4.3. Pemeriksaan Kadar Fosfor

Pemeriksaan kadar fosfor dilakukan dengan menggunakan alat

ARCHITECT ci 4100. Prinsip pemeriksaan phospor menggunakan

metode Phosphomolybdate. Phospat inorganik akan bereaksi dengan

ammonium molybdate akan membentuk heteropolyacid kompleks.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

30

Absorban diukur dengan panjang gelombang 340 nm. Hasil

dikonversikan menjadi kadar phospat inorganik dalam sampel.

Cara Kerja Pemeriksaan Kalsium dan Fosfor:

Pipet 200 µL serum pasien masukkan ke dalam well pada alat. Masukkan

posisi tabung sampel pada program Kalsium dan Fosfor, kemudian klik

running. Baca hasil pemeriksaan.

3.9. Pemantapan Kualitas

a. Pemantapan kualitas pemeriksaan Vitamin D

Kalibrasi untuk pemeriksaan vitamin D dilakukan sesuai petunjuk

tersedia dalam paket reagensia. Kalibrasi dilakukan setiap hendak

dilakukan pemeriksaan sampel.

Gambar 3.1. Grafik Kalibrasi Vitamin D

Universitas Sumatera Utara

Page 50: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

31

b. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Kalsium

Kalibrasi dan kontrol untuk pemeriksaan kalsium dilakukan sesuai

petunjuk dari pabrikan yang tersedia dalam paket reagensia. Kontrol

dilakukan dengan kontrol set setiap hari dan kalibrasi dilakukan dengan

frekuensi 1-60 hari (rata-rata 25 hari) atau setiap pemakaian reagen kit

baru. (Abbot manual, 2015)

Gambar 3.2. Grafik Quality Control (QC) Kalsium

c. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Fosfor

Kalibrasi dan kontrol untuk pemeriksaan fosfor dilakukan sesuai

petunjuk dari pabrikan yang tersedia dalam paket reagensia. Kontrol

dilakukan dengan kontrol set setiap hari dan kalibrasi dilakukan dengan

frekuensi 1-60 hari (rata-rata 25 hari) atau setiap pemakaian reagen kit

baru. (Abbot manual, 2015)

Universitas Sumatera Utara

Page 51: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

32

Gambar 3.3. Grafik Quality Control (QC) Fosfor

3.10. Analisis Data

- Analisis statistik dengan student t-test (unpaired t-test).

- Untuk test korelasi digunakan uji korelasi

- Angka kebermaknaan dicapai jika p<0.05

Universitas Sumatera Utara

Page 52: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

33

3.11. Kerangka Operasional

Pemeriksaan

kadar Kalsium

dalam serum

Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

Thalassemia beta mayor

Kriteria Inklusi

Anamnesa dan

Informed consent

Pemeriksaan

kadar Fosfor

dalam serum

Pemeriksaan

kadar Vitamin D

dalam serum

Nilai Normal Kalsium:

8.4 – 10.2 (Architech ci 4200)

Nilai Normal Fosfor:

2.3 – 4.7 (Architech ci 4200)

Nilai Normal Vitamin D: Defficient < 20 Insufficent 20 – 29 Sufficient 30 – 100 Potential Toxicity > 100 (Holick, 2011)

Analisa Data Statistik

Universitas Sumatera Utara

Page 53: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

34

3.12. Perkiraan Biaya Penelitian

Pengadaan alat tulis Rp 1.000.000,-

Pengadaan reagensia Vitamin D Rp 15.000.000,-

Pemeriksaan Kalsium dan Fosfor Rp 3.000.000,-

Pengadaan alat-alat disposible Rp 500.000,-

Pengurusan Ethical Clearance Rp 750.000,-

Biaya seminar hasil Rp 1.000.000,-

Biaya tak terduga Rp 1.000.000,-

Total Biaya Rp 22.250.000,-

3.13. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Januari

2018

Februari

2018

Maret

2018 April 2018

1. Proposal X

2. Pengumpulan

Data X X X

3. Analisis Data X

4. Seminar Hasil X

Universitas Sumatera Utara

Page 54: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan kadar serum vitamin D

dengan kalsium dan fosfor pada pasien talasemia beta mayor di RSUP. H. Adam

Malik Medan, yang dilaksanakan dari bulan Januari 2018 sampai dengan April

2018. Sampel yang terkumpul pada pasien ini sebanyak 37 pasien yang datang ke

poli anak dan yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan. Yang memenuhi

kriteria inklusi sebanyak 35 orang dan 2 orang yang dieksklusi. Dari tiga puluh lima

pasien talasemia beta mayor, di dapati 17 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.

Sepuluh pasien sebagai kontrol yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 3 orang

laki-laki.

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Karakteristik Satuan Talasemia Beta

Mayor (n = 35) Kontrol ( n = 10 )

Usia 2 – 18 Tahun

Usia 2 – 10

Usia 11 – 18

Jenis Kelamin ( n % )

Laki-laki

Perempuan

Tahun

Tahun

Orang

Orang

19 (54,3%)

16 (45,7%)

17 (48,6%)

18 (51,4%)

7 (7%)

3 (3%)

7 ( 7% )

3 ( 3% )

Universitas Sumatera Utara

Page 55: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

36

Tabel 4.1. diatas menggambarkan karakteristik subjek penelitian. Pada

penelitian ini usia pasien talasemia beta mayor dan kontrol antara 2 sampai 18

tahun. Dari pasien talasemia beta mayor didapatkan 35 sampel yang terdiri dari 17

orang memiliki jenis kelamin laki-laki (48,6%) dan 18 orang memiliki jenis

kelamin perempuan (51,4%). Pasien kontrol sebanyak 10 orang yang terdiri dari 7

orang perempuan (7%) dan 3 orang laki-laki (3%).

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Pasien Talasemia Beta Mayor dan Kontrol

Variabel Talasemia beta

mayor (n = 35)

Kontrol

(n = 10)

Kadar Vitamin D

- Defisiensi ( < 20 m/dL ) 12 ( 34,3% )

- Insufisiensi ( 20 – 29 mg/dL ) 20 ( 57,1% )

- Normal ( 30 – 100 mg/dL ) 3 ( 8,6% ) 10 ( 100% )

Kalsium

- Rendah 11 ( 31,4% )

- Normal ( 8.4 – 10.2 mg/dL ) 24 ( 68,6% ) 10 ( 100% )

Fosfor

- Normal ( 2.3 – 4.7 mg/dL ) 35 ( 100% ) 10 ( 100% )

Universitas Sumatera Utara

Page 56: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

37

Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan hasil pemeriksaan ditemukan kadar

vitamin D pada pasien talasemia beta mayor 12 (34,3%) orang mengalami

defisiensi, 20 (57,1%) orang mengalami insufisiensi dan 3 (8,6%) orang normal.

Pemeriksaan kalsium pada pasien talasemia beta mayor menunjukkan sebanyak 11

orang didapatkan dengan nilai rendah yaitu 31,4%, dan 24 orang didapatkan normal

sekitar 68,6%. Pemeriksaan fosfor pada pasien talasemia beta mayor ditemukan

100% dalam nilai normal. Sedangkan pada 10 orang sebagai kontrol ditemukan

kadar vitamin D, kalsium dan fosfor 100% normal.

Tabel 4.3. Mean ± SD Vitamin D, Kalsium dan Fosfor pada Pasien Talasemia

Beta Mayor dengan Kontrol

Parameter Talasemia beta

mayor (n=35) Kontrol (n=10) p value

Serum vitamin D (ng/mL) 21.28 ± 6.36 34.85 ± 3.50 <0.05

Serum kalsium (mg/dL) 8.58 ± 0.68 9.22 ± 0.35 <0.05

Serum fosfor (mg/dL) 3.98 ± 0.53 3.89 ± 0.49 >0.1

Tabel 4.3 menunjukkan uji statistik menggunakan unpaired T-test terhadap

nilai vitamin D, kalsium dan fosfor. Mean±SD vitamin d, kalsium dan fosfor pasien

talasemia beta mayor terdapat 21.28 ± 6.36 ng/mL, 8.58 ± 0.68 mg/dL dan 3.98 ±

0.35 mg/dL. Sedangkan pada normal 34.85 ± 3.50 ng/mL, 9.22 ± 0.35 mg/dL dan

3.89 ± 0.49 mg/dL. Nilai vitamin D dan kalsium terdapat perbedaan yang bermakna

Universitas Sumatera Utara

Page 57: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

38

dengan p<0.05, sedangkan pada nilai fosfor tidak terdapat perbedaan yang

bermakna dengan p>0.1.

Tabel 4.4. Uji korelasi antara Vitamin D dengan Kalsium dan Fosfor pada

Pasien Talasemia Beta Mayor dan Kontrol

Variabel

Talasemia Mayor

Vitamin D

Kontrol

Vitamin D

p R p R

Kalsium 0.454 0.131 0.528 -0.227

Fosfor 0.233 0.178 0.239 -0.410

Pada tabel 4.4 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kalsium

dengan vitamin D pada pasien talasemia beta mayor serta korelasi positif lemah

dengan nilai p=0.454 dan r=0.131, begitu juga antara fosfor dengan vitamin D ada

korelasi yang signifikan dengan p=0.233, r=0.178. Sementara pada kontrol normal,

kalsium menunjukkan tidak berkorelasi signfikan dengan vitamin D dimana

p=0.528, r=-0.227. Namun fosfor menunjukkan korelasi signifikan dengan p=0.239

serta korelasi negatif lemah (r=-0.410).

Universitas Sumatera Utara

Page 58: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

39

BAB V

PEMBAHASAN

Jumlah pasien yang ikut serta dalam penelitian ini adalah 45 orang, dimana

35 pasien pasien talasemia beta mayor yang terdiri dari 17 orang (48,6%) laki-laki,

18 orang (51,4%) perempuan dan 10 pasien sebagai kontrol yang terdiri dari 7 orang

(7%) perempuan; 3 orang (3%) laki-laki.

Pada penelitian ini diperoleh kadar vitamin D pada pasien talasemia beta

mayor yang mengalami defisiensi dan insufisiensi adalah 34,3% dan 57,1%,

sedangkan 8,6% normal. Penelitian Akhouri, et al., 2017; melaporkan pasien

talasemia beta mayor yang mengalami defisiensi 41%, insufisiensi 46% dan

sufisiensi 13%. Pada penelitian Al Amir, et al., 2017; melaporkan kadar vitamin D

yang defisiensi 26,3%; insufisiensi 5%; sufisiensi 7,5% dan toksik 1,3%.

Penelitian Hamayun et al., 2017; menunjukkan prevalensi yang signifikan

dari defisiensi vitamin D (78,7%) pada pasien talasemia beta mayor. Sebuah

penelitian yang dilakukan di Amerika Utara melaporkan defisiensi vitamin D 82%,

dengan kadar serum vitamin D kurang dari 30 ng/mL. Penelitian Asia

mengungkapkan prevalensi defisiensi vitamin D pasien talasemia berkisar antara

37% hingga 100%. Prevalensi defisiensi vitamin D di Eropa ditemukan bervariasi

mulai dari 36% hingga 87%. Hal ini kemungkinan karena letak geografis, gizi dan

penggunaan sinar matahari yang kurang pada pasien talasemia beta mayor.

Penyebab lain kekurangan vitamin D mungkin dikarenakan kelebihan zat besi,

Universitas Sumatera Utara

Page 59: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

40

faktor hormonal,serta akibat aktivitas osteoblast dan osteoklas. Penelitian Agrawal,

et al., 2016; melaporkan bahwa penyebab kekurangan vitamin D mungkin

disebabkan oleh kelebihan beban zat besi di hati daripada disfungsi jaringan

endokrin.

Kalsium salah satu mineral terpenting dalam tubuh, karena ia memainkan

peranan penting dalam proses fisiologi seperti kontraksi otot, neurotransmisi,

inflamasi, dan lain-lain. Pemeliharaan hemostasis kalsium melibatkan regulasi

hormonal penyerapan usus, proses perombakan tulang dan ekskresi kalsium ginjal.

Absorpsi kalsium berada dibawah kendali hormon kalkiotropik klasik, yaitu

hormon paratiroid (PTH) dan 1,25-dihydroksivitamin D3 [1,25(OH)2D3], serta

beberapa faktor humoral lainnya seperti kalsitonin, prolaktin, hormon

pertumbuhan, estrogen, dan faktor pertumbuhan fibroblast (FGF)-23. Penurunan

penyerapan kalsium selama periode waktu dapat menyebabkan rendahnya tingkat

serum kalsium, dan kemudian kerusakan tulang, yang telah dilaporkan dalam

banyak kondisi dan penyakit termasuk talasemia.(Lertsuwan K., et al., 2018)

Penelitian Meena et al, 2015; kadar kalsium < 8 mg/dL sekitar 31,3% kasus,

sementaran nilai serum < 8 mg/dL tidak ada pada pasien kontrol. Hipokalsemia

dilaporkan 16,6% oleh Dresner et al. Sementara Gulati et al., melaporkan hal itu

menjadi 13,5% dan hiperfosfatemia 60% dari mereka yang yang hipokalsemia.

Hipokalsemia dan hiperfosfatemia terdeteksi di 22% dan 18% masing-masing oleh

Mirrhosseini et al. Di Pakistan hipokalsemia pada pasien talasemia dilaporkan

35,3%. Dalam penelitian Shah S, 2015; kadar kalsium serum rata-rata keluar

menjadi sangat rendah. Alasan untuk ini mungkin keterlambatan dalam memulai

Universitas Sumatera Utara

Page 60: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

41

terapi khelasi dan kepatuhan terapi. Penelitian kami, menunjukkan pada pasien

talasemia beta mayor bahwa 11 pasien didapatkan kadar serum kalsium yang

rendah 31,4% dan 24 pasien didapatkan normal (68,6%).

Penelitian Akhouri et al., 2017; melaporkan kadar fosfor berada dalam

kisaran normal dibandingkan antara pasien talasemia beta mayor dengan kontrol.

Tidak ada perbedaan signifikan antara pasien dengan kontrol. Hal ini sesuai dengan

penelitian ini, dimana pasien talasemia beta mayor dengan kontrol ditemukan 100%

dalam nilai normal.

Rendahnya kadar serum kalsium dan kadar vitamin D dengan peningkatan

kadar serum anorganik fosfor dan alkali fosfatase ditemukan pada pasien talasemia.

Chatterton, et al., melaporkan bahwa kekurangan vitamin D, osteomalasia, dan

rakhitis pada talasemia sebagai akibat dari rusaknya 25-hidroksilasi vitamin D

karena kelebihan zat besi dan disfungsi hati. Mekanisme lain yang mengarah

gangguan homeostasis kalsium, fosfor, dan vitamin D termasuk penurunan asupan,

gangguan penyerapan dan berkurangnya sintesis vitamin D. (Singh, K., 2012).

Penelitian Paul et al., 2017; melaporkan kadar kalsium dan vitamin D antara

pasien talasemia beta mayor dengan kontrol kadarnya menurun secara signifikan

(p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain selain kekurangan vitamin

D juga berperan dalam dalam menyebabkan hipokalsemia pada talasemia myor.

(Meen, et al., 2015). Pada penelitian ini, kadar kalsium dan vitamin D juga

mengalami penurunan signifikan (p<0,05), sedangkan fosfor dalam normal (p>0,1).

Ada perbedaan signifikan nilai kalsium serum antara kasus dengan kontrol. Pada

Universitas Sumatera Utara

Page 61: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

42

penelitian ini, tidak didapatkan hubungan antara vitamin D dengan kalsium dan

vitamin D dengan fosfor antara pasien talasemia dimana p=0,454; r=0,131 dan

p=0,233; r= 0,178. Sedangakn pada pasien kontrol, kalsium tidak berkorelasi

signifikan dengan vitamin D diman p=0,528; r=-0,227, tetapi fosfor dengan vitamin

D menunjukkan korelasi signifikan dimana p=0,239; r=-0,410. Hal ini mungkin

disebabkan oleh jumlah pasien talasemia beta mayor dan kontrol untuk penelitian

ini yang sedikit dan jangka waktu penelitian yang terlalu pendek yaitu 3 bulan, serta

tidak diperiksanya kadar ferritin.

Talasemia beta mayor dilaporkan mempunyai risiko yang tinggi mengalami

endokrinopati, abnormal metabolism kalsium dan hiperkalsiuria. Kelainan vitamin

D juga lebih umum di antara reamaja talasemia beta mayor, karena lebih dari 80%

dari pasien ini kekurangan vitamin D. Asupan kalsium dan vitamin D yang cukup

selama perkembangan tulang dapat meningkatkan massa tulang. Suplemen juga

dapat mencegah osteoporosis dan patah tulang. (Mehdikhani, et al., 2015).

Kekurangan vitamin D pada pasien talasemia paling mungkin terjadi karena

disfungsi hepar yang menyebabkan kesrusakan hidroksilasi vitamin D dan

menurunkan kadar vitamin 25-OHD. Disfungsi hepatik adalah akibat kelebihan zat

besi di hati daripada disfungsi jaringan endokrin. Jadi individu dengan talasemia

memiliki risiko kekurangan vitamin D yang lebih besar dan karena itu, memiliki

kebutuhan suplemen vitamin D yang lebih besar. (Akhouri, et al., 2017).

Tingkat sirkulasi vitamin D yang cukup sangat penting untuk kesehatan

tulang dan mengurangi risiko patah tulang. Kekurangan vitamin D dan insufisiensi

dilaporkan tinggi pada pasien talasemia di banyak negara meskipun kehadiran sinar

Universitas Sumatera Utara

Page 62: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

43

matahari yang baik sekitar 400 – 1.000 IU vitamin D per hari. Kadar vitamin D

(25OHD) harus dipantau setiap 6 bulan pada pasien dengan suplemen dosis tinggi

untuk memastikan kecukupan terapi dan memantau toksisitas. (Soliman, et al.

2013).

Tabel 5.1. Rekomendasi untuk penilaian vitamin D dan terapi pada pasien

talasemia mayor. (Soliman A., 2013)

Penilaian vitamin D dan terapi Frekuensi / dosis

Serum 25OH vitamin D3 status harus

diukur pada semua anak dan orang

dewasa dengan talasemia.

Setiap tahun atau dua kali setahun di terapi

dengan dosis mega pada pasien

Untuk pasien talasemia dengan tingkat

25OH D3 < 20 ng/mL

50.000 IU vitamin D2 oral mingguan

selama 8 minggu atau 2000 IU vitamin D3

oral setiap hari selama 8 minggu atau dosis

mega dari 10.000 IU / Kg (max 600.000

IU) secara oral atau IM

Untuk pasien talasemia dengan

25OHD3 tingkat > 20 ng terapi

pemeliharaan / mL dapat diberikan

terutama di tempat – tempat dengan

paparan sinar matahari yang jelek.

800 – 1000 IU vitamin D2 oral harian atau

50.000 IU vitamin D2 oral perbulan atau

dosis mega vitamin D (10.000 IU / kg,

maksimal 600.000 IU) secara oral atau IM

setiap 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

44

Berdasarkan hal diatas, secara umum asupan harian vitamin D yang

direkomendasi tampaknya tidak bervariasi. Namun, kita harus hati-hati pada pasien

talasemia beta mayor karena sering ditemukan hiperkalseuria. Untuk itu,

diharapkan tingkat vitamin D berada pada kisaran 30 ng/ml dan tidak melebihi dari

itu. (Stefanopoulus, et al., 2018).

Suplemen vitamin D dan kalsium bersamaan dengan transfusi regular terapi

khelasi mungkin dapat mencegah atau menunda komplikasi akhir seperti

perawakan pendek dan osteoporosis pada pasien talasemia. (Shah B, et al., 2017).

Asupan kalsium, harus dilihat patofisiologi dan komorbiditas pada pasien talasemia

beta mayor. Pasien harus didorong untuk menerima jumlah mineral yang cukup

terutama melalui makanan. Jika kalsium harus diberikan dalam bentuk suplemen,

maka lebih baik diberikan dosis rendah atau pemecahan dosis yang tinggi dalam 2

– 3 dosis selama periode 24 jam (Stefanopoulus, et al., 2018).

Nutrisi seimbang, edukasi pasien, konseling diet dan terapi suplemen

kalsium dan vitamin D yang berisiko tinggi pada talasemia beta mayor sangat

dianjurkan. Pemantauan rutin kalsium serum, alkali fosfatase dan fosfor anorganik

juga dianjurkan. (Saboor, et al., 2014)

Universitas Sumatera Utara

Page 64: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

45

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Vitamin D ada 2 bentuk yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3

(kolekalsiferol). Vitamin D2 dan vitamin D3 ini berubah menjadi molekul aktif

1,25-dihidroksivitamin D. Metabolit utama vitamin D yang beredar adalah serum

25-dihidroksivitamin D (25OHD). Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari.

Kalsium dan fosfor adalah mineral yang penting untuk tulang. Dari penelitian ini,

didapatkan hampir seluruh pasien talasemia beta mayor mengalami penurunan

kadar vitamin D dan kalsium kecuali fosfor. Terjadi penurunan yang signifikan

antara vitamin D dengan kalsium (p<0,05). Tidak terdapat hubungan antara vitamin

D dengan kalsium dan fosfor pada pasien talasemia beta mayor. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui terjadinya hubungan dari kekurangan vitamin D

dengan kalsium dan fosfor serta mempelajari proses terjadinya kekurangan vitamin

D, kalsium dan fosfor pada pasien talasemia beta mayor.

6.2. Saran

Asupan kalsium dan suplemen vitamin D sangat penting bagi pasien

talasemia beta mayor karena untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

tulang serta mencegah terjadi osteoporosis, patah tulang dan kelainan tulang

Universitas Sumatera Utara

Page 65: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

46

lainnya. Maka dilakukan pemeriksaan kembali 6 bulan untuk melihat efek dari

terapi tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk pemeriksaan

vitamin D terutama vitamin D3 dan pemeriksaan kalsium terutama ion kalsium,

dibarengi dengan pemeriksaan feritin dan bone mineral density (BMD).

Universitas Sumatera Utara

Page 66: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

47

DAFTAR PUSTAKA

Adamidou, K.L., Tournis, S. & Triantafyllopoulos, I.K., 2016. Atypical Femoral

Fracture in a Beta-Thalassemia Major Patient with Previous Bisphosphonate

use: case report and a review of the literature. J Musculoskelet Neuronal

Interact.

Agrawal, A., Garg, M., Singh, J., Mathur, P., Khan, K., 2016. A Comparative Study

of 25 Hydroxy Vitamin D Levels in Patients of Thalassemia and Healthy

Children. Pediatric Review: International Journal of Pediatric Research.

Akhouri, M.R., and Neha, D., 2017. Assessment of vitamin D status and growth

parameters in thalassemia major patients. International of Dental and

Medical Sciences (IOSR-JDMS).

Al Amir, M.A.B, et al., 2017. Predictors of osteopathy among adult patients with

thalassemia major. Asian Journal of Medicine and Health.

Anju, R. & Shilpa, J., 2017. Study of Serum Calcium and Serum Phosphorus Levels

in Patients of Thalassemia Receiving Repeated Blood Tranfusion.

International Journal of Science and Research (IJSR).

Basha, K.P.N., Beena, S. & Shenoy U.V., 2014. Prevalence of Hypoparathyroism

(HPT) in Beta Thalassemia Major. Journal of Clinical and Diagnostic

Research.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

48

Cappellini, M.D., Cohen, A., Porter, J., Taher, A. & Viprakasit, V., 2014.

Guidelines for The Management of Transfusion Dependent Thalassemia

(TDT). 3rd Edition. Thalassemia International Federation.

Chesney, R.W., 2007. Metabolic bone disease. Dalam: Kliegmen RM, Behrman

RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediarics.

Edisi 18. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Depkes., 2018. Data pasien talasemia di Indonesia. www.depkes.org

Elhoseiny, S.M., et al., 2015. Vitamin D Receptor (VDR) Gene Polymorphism

(Fokl, Bsml) and their Relation to Vitamin D Status in Pediatrics Beta

Thalasesemia Major. Indian Journal Hematology.

El-Nashar, M., et al., 2016. Parathyroid Hormone in Pediatric Patients with β-

Thalassemia Major and Its Realtion to Bone Mineral Density; a case control

study. The Egyptian Journal of Medical Human Genetics.

Ganji, V., Zhang, X., and Tangpricha, V., 2012. Serum 25-hydroxyvitamin D

concentrations and prevalence estimates of hypovitaminosis D in the U.S.

population based on assay-adjusted data. J Nutr.

Ghada, Y.E.K and Khalda, S.A., 2015. Thalasemia – From Genotype to Phenotype.

Chapter 2.

Ghazaly, M.H., et al., 2015. Effect of two vitamin D supplementation regimens and

oral Zinc on bone mineral density and bone-turnover biomarkers in children

with thalassemia major. AJBPAD.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

49

Hamayun, T., Farooq, N., Masood, T., 2017. Assessment of vitamin D and Calcium

levels in multi transfused β-Thalassemia syndrome patients of district

peshawar. Adv Basic Med Sci (ABMS).

Hoffbrand, A.V. & Moss, P.A.H., 2015. Thalassemia. Essential Haemotology. 7th

ed. Chichester: Wiley-Blackwell.

Holick MF, Binkley NC, Bischoff-Ferrari HA, Gordon CM, Hanley DA, Heaney

RP, et al. 2011. Evaluation, treatment, and prevention of vitamin D

deficiency: An endocrine society clinical practice guideline. J Clin

Endocrinol Metab.

Kosaryan, M., Zafari, A.A., Mosawi, M., 2015. Time to Do Something for Vitamin

D Defisiency; A Review. J Pediatr Rev.

Lertsuwan, K., et al., 2018. Intestinal Calcium Transport and Regulation in

Thalassemia: Interaction Between Calcium and Iron Metabolism. The

Journal of physiological Sciences.

Meena, M.C., Hemal, A., Satija, M., Arora, S.K. & Bano, S., 2015. Comparison of

Bone Mineral Density in Thalassemia Major with Healthy Controls. J

Hematol.

Mehdikhani, B., et al., 2015. Knowledge, attitude, and preventive practice of major

thalassemia patients regarding the importace of calcium and vitamin D.

Journal of Applied Hematology.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

50

Mithal, A., and Mughal, Z., 2009. Normal mineral metabolism. Dalam: Desai MP,

Menon PSN, Bhatia V, penyunting. Pediatric Endocrine Disorders. Edisi

kedua. India.

Modi, A.S., Poornima, R.T., Jayaprakash, M.D.S., 2012. Serum Calcium and

Phosphate Levels in Patients with β-Thalassemia Major. Int J Pharm Bio

Sci.

Musallam, K.M., Rivella, S., Vichinsky, E., & Rachmilewitz, E.A., 2013. Non

Transfusion Dependent Thalassemia. Hematologica.

Nair, R., Maseeh, A., 2012. Vitamin D: The “sunshine” vitamin. J Pharmacol

Pharmacother.

Nesheli, H.M., Farahanian, E., 2016. Relation between bone mineral density and

serum ferritin levels in patients with thalassemia major. Caspian Journal of

Pediatrics.

Nienhuis, A.W, and Nathan, D.G., 2018. Pathophysiology and Clinical

Manifestations of the β-Thalassemias. Cold Spring Harbor Perspectives in

Medicine.

Olivieri NF., Weatherall DJ., 2006. Thalassemias. Dalam: Arceci RJ, Hann IM,

Smith OP, penyunting. Pediatric hematology. Edisi ketiga. Australia:

Blackwell Publishing;

Ozkan, E.A., Ozdemir, Z.T. & Akkoca, A.N., 2016. The Evaluation of Bone

Mineral Density in Patients with Thalassemia Major. J Ann Eu Med.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

51

Paul, R., et al., 2017. Association between dyslipidemia, vitamin D deficiency and

calcium metabolism β-thalassemia patients in pubertal and postpubertal

young adult. International of Recent Scientific Research.

Perisano, C., et al., 2012. Physiiopathology of Bone Modifications in β-

Thalassemia. Anemia.

Peter, M., Heijboer, H., Smiers, F., Giordano, P.C., 2012. Diagnosis and

Management of Thalassemia. BMJ.

Poggiali, E., Cassinerio, E., Zanaboni, L., Cappellini, M.D., 2012. An update on

iron chelation therapy. Blood transfusion.

Rachmilewitz, E.A., and Giardina, P.J.. 2011. Prepublished online as Blood First

Edition paper.

Rawhia, H.E.E., Mambrouk, M.G., Osama, M.A.S., and Fathia, M.E.N., 2010.

Bone Mineral Density and Vitamin D Receptor Polymorphism in β-

Thalassemia Major. Pak. J. Pharm. Sci.

Medical record talasemia beta mayor di RSUP. H. Adam Malik Medan., 2018.

Rikesdas., 2007. Laporan Nasional 2007. Badan penelitian dan pengembangan

kesehatan Republik Indonesia.

Saboor, M., et al., 2014. Levels of calcium, corrected calcium, alkaline phosphatase

and inorganic phosphorus in patients’ serum with β-thalassemia major on

Universitas Sumatera Utara

Page 71: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

52

subcutaneous deferoxamine. Journal of Hematology & Thromboembolic

Diseases.

Schottker, B., et al. 2013. Serum 25-hydroxyvitamin D levels and incident diabetes

mellitus type 2: a competing risk analysis in a large population-based cohort

of older adults. Eur J Epidemiol.

Shah, B., Gosai, D., and Shah, H., 2017. Study of vitamin D status and bone age in

children with Thalassemia major. International Journal of Medical Science

and Clinical Inventions.

Shah, S.Dr., 2015. Assessment of Serum Calcium and Phosphorus Levels Among

Transfusion-Dependent Beta Thalassemia Major Patients on Chelation

Therapy. Kabir Medical Collage, Peshawar-Pakistan. JPMI

Soliman, A., Sanctis, V.D. & Yassin, M., 2013. Vitamin D Status in Thalassemia

Major: an Update. Mediterr J Hematol Infect Dis.

Stefanopoulus, D., et al., 2018. A contemporary therapeutic approach to bone

disease in beta - thalassemia - a review. Journal of Frailty, Sarcopenia and

Falls.

Sultan, S., 2015. Assessment of serum calcium and phosphorus levels among

transfusion-dependent beta thalassemia major patients on chelation therapy.

JPMI

Universitas Sumatera Utara

Page 72: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

53

Taher, A., Vichinsky, A., Musallam, K., Cappellini, M.D & Viprakasit, V., 2013.

Guidelines For The Management of Non Transfusion Dependent Thassemia

(NTDT). Thalassemia International Federation.

Tari, K.J., et al., 2018. Thalassemia an update: molecular basis, clinical features and

treatment. International Journal of BioMedicine and Public Health.

Valizadeh, N.M.D., et al., 2014. Bone Density in Transfusion Dependent

Thalassemia Patients in Urmia, Iran. Iranian Journal of Pediatric

Hematology Oncology.

Wahidayat, P.A., Josep, R., Trihono, P.P & Yanuarso, P.B., 2012. Comparison of

cardiac dysfunction in thalasemia major patients using deferoxamine or

deferiprone as an iron chelating agent. Pediatr Indones.

Wong, P., et al., 2016. Deferasirox at therapeutic doses is associated with dose-

dependent hypercalciuria. Journal Bone.

Zoga, J., Refatllari, E., Allkanjari, A., Liika, D., Lushnjari, V. & Cullhaj, B., 2014.

Level of Vitamin D in Patients Affected by Thalassemia Major and Sickle

Cell Disease in the Center of Haemoglobinopathy Lushnja, Albania. The

3rd year of Advanced Research in Scientific Areas.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

54

Lampiran 1

KEMENTERIAN KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

H. ADAM MALIK Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km.12 Kotak Pos 246

Telp. (061) 8364581-8360143-8360051 Fax. 8360255

MEDAN-20136

LEMBARAN PENJELASAN

JUDUL PENELITIAN :

HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR

PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYOR DI RSUP. H. ADAM

MALIK MEDAN

INSTANSI/SMF PELAKSANA :

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK FK-USU / RSUP. H. ADAM MALIK

MEDAN

Bapak/Ibu yang terhormat ,

Pada hari ini, saya dr. Ade Hariza Harahap yang sedang menjalani pendidikan

dokter spesialis Patologi Klinik di FK USU, ingin menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang

penelitian yang akan saya lakukan yaitu tentang ” Hubungan Kadar Vitamin D dengan

Kalsium dan Fosfor pada Pasien Talasemia Beta Mayor di RSUP. H. Adam Malik

Medan ”.

Sebagai informasi, bahwa vitamin D, kalsium dan fosfor sangat penting untuk

pertumbuhan tulang pada penderita thalassemia. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti

apakah ada hubungannya vitamin D, kalsium dan fosfor pada pasien talasemia mayor.

Saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu, nomor rekam medis, nama, umur, jenis

kelamin, pekerjaan dan alamat atau data lain yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan

dengan mengambil darah Bapak/Ibu sebanyak 7 ml, pada venous catheter yang dilakukan

oleh seseorang yang dibidangnya (saya dan dibantu oleh analis), sehingga resiko yang

mungkin timbul saat pengambilan darah akan sangat kecil.

Nama :

Tgl.Lahir:

No. RM :

(Mohon ditempel Label)

RM.2.11/IC.SPenelitian/2018

Universitas Sumatera Utara

Page 74: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

55

Penelitian ini tidak menimbulkan hal-hal yang berbahaya atau efek samping bagi

Bapak/Ibu sekalian. Namun bila terjadi hal-hal yang berbahaya / efek samping selama

penelitian berlangsung, yang disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan selama penelitian

ini, saya akan bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan / biaya / pengobatan /

membantu mengatasi masalah / efek samping tersebut.

Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini adalah sukarela. Bila keterangan

yang saya berikan masih belum jelas atau ada hal-hal yang belum jelas, Bapak /Ibu dapat

langsung bertanya kepada saya.

Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan tetap saya jaga. Setelah Bapak/Ibu memahami

berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu yang telah terpilih

pada penelitian ini dapat mengisi dan menandatangani lembar persetujuan penelitian yang

telah disediakan. Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

(dr. Ade Hariza Harahap)

Universitas Sumatera Utara

Page 75: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

56

Lampiran 2

KEMENTERIAN KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

H. ADAM MALIK Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km.12 Kotak Pos 246

Telp. (061) 8364581-8360143-8360051 Fax. 8360255

MEDAN-20136

LEMBARAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca lembaran penjelasan di atas dan sudah dimengerti, kami

Nama :

Alamat :

Orang Tua/Wali dari :

bersedia untuk turut serta sebagai subyek dalam penelitian atas nama :

…………………………………………………………..

dengan judul penelitian :

Hubungan Kadar Vitamin D dengan Kalsium dan Fosfor pada Pasien

Talasemia Beta Mayor di RSUP. H. Adam Malik Medan

Menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan

tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2018

…………………………….

nama terang

Saksi :

Nama Terang : ……………………………………..

Tanda Tangan : …………………………………….

Nama :

Tgl.Lahir:

No. RM :

(Mohon ditempel Label)

RM.2.11/IC.SPenelitian/2018

Universitas Sumatera Utara

Page 76: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

57

Lampiran 3

LEMBAR PENGUMPULAN DATA

I. DATA PRIBADI PENDERITA

Nama : ............................................................

Umur : .............. tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Alamat : ............................................................

Suku Bangsa : ............................................................

Telepon / Hp : ............................................................

Nomor MR : .............................................................

II. HASIL PEMERIKSAAN

A. Anamnesa

Keluhan Utama : ……………………………..........................

Penyakit Terdahulu : ………………………..................................

Riwayat Transfusi : ..................................................................

Minum suplemen vitamin D / Kalsium / Fosfor : Ya / Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 77: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

58

B. Hasil pemeriksaan Laboratorium :

Tanggal Pemeriksaan : ...................................................

No Pemeriksaan Hasil

1. Kadar Vitamin D ............... ng/mL

2. Kadar Kalsium .............. mg/dL

3. Kadar Fosfor ………... mg/dL

Universitas Sumatera Utara

Page 78: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

59

Lampiran 4. Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK-

USU

Universitas Sumatera Utara

Page 79: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

60

Lampiran 5. Surat Izin dari Instalasi Penelitian dan Pengembangan RSUP.

H. Adam Malik

Universitas Sumatera Utara

Page 80: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : dr. Ade Hariza Harahap

Tempat/Tanggal lahir : Kisaran, 14 Mei 1982

Suku/Bangsa : Mandailing / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ir. Sumantri, Kelurahan Selawan, Kota

Kisaran Timur, Kabupaten Asahan

II. KELUARGA

Suami : Dian Aulia Lubis, SH., M.Si

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 017973 Kisaran, selesai Tahun 1995

2. SMP Negeri 1 Kisaran, selesai Tahun 1998

3. SMU Negeri 1 Kisaran, selesai Tahun 2001

4. Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Lampung:

Tahun 2009

5. Mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP.H.Adam Malik

Medan Mulai : 14 April 2014 s/d Sekarang

IV. RIWAYAT PEKERJAAN/JABATAN

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

V. PERKUMPULAN PROFESI

1. Anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Cabang Medan

2. Anggota Muda PDS PATKLIN (Perkumpulan Dokter Spesialis

Patologi Klinik)

Universitas Sumatera Utara

Page 81: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

62

VI. JURNAL ILMIAH YANG DIPRESENTASIKAN SELAMA

MENJALANI PENDIDIKAN

1. Empty iron stores in children and young adults – the diagnostic

accuracy of MCV, MCH, and MCHC

2. Lack of correlation between in vitro antibiosis and in vivo protection

against enteropathogenic bacteria by probiotic lactobacilli

3. Risk associated with dipstick urinalysis for diagnosting urinary tract

infection

4. Procalcitonin predicts real-time PCR results in blood samples from

patients with suspected sepsis

5. Relapsed acute promyelocytic leukemia lacks “classic” leukemic

promyelocyte morphology and can create diagnostic challenges.

6. Serum level of IL-6 in liver cirrhosis patients.

7. Correlations between VEGF-A expression and prognosis in patients

with gastric adenocarcinoma.

8. Effect of sublingual immunotherapy on platelet activity in children

with allergic rhinitis.

9. Diagnostic value of serum procalcitonin level for detecting infected

diabetic foot ulces

VII. TULISAN ILMIAH YANG DIBUAT SELAMA MENJALANI

PENDIDIKAN

1. Pola Bakteri dan Sensitifitas Antimikroba Pada Kultur Urin di

RSUP. Haji Adam Malik Medan Periode 01 Januari – 31 Desember

2014

2. Siklus Sel

3. Hiperosmolaritas Non-Ketotik Coma (HONK)

4. Asfiksia neonatorum disebabkan oleh Ralstonia Pickettii

5. Chronic Neutrophilic Leukemia (CNL)

6. Sirosis Hepatis

Universitas Sumatera Utara

Page 82: HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN KALSIUM DAN FOSFOR …

63

7. Ulkus Diabetikum

VIII. KEGIATAN ILMIAH YANG PERNAH DIIKUTI SELAMA

PENDIDIKAN

1. Asia Pacific Colloquium on Haematology: Tandem Scientific

Sessions of PHTDI and APBMT, 5 - 6 September 2015.

2. The Metabolic & Endocrine Disesase and Its Analysis-III, 5 - 6

Februari 2016

3. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik V Regional

Sumbagut, 3 - 5 Maret 2016.

4. The 9th Continuing Professional Development on Clinical Pathology

and Laboratory Medicine Joglosemar IX, 15-16 Agustus 2017

5. The 16th Scientific Annual Meeting

Indonesia Association of Clinical Pathologist and Laboratory

Medicine. Palembang, October 25-27 2017.

6. Indonesian Society On Thrombosis – Hemostasis

4th Regional Thrombosis Hemostasis Symphosium. Medan, March

28, 2018.

7. Peranan vitamin D dalam metabolisme. Medan, 18 April 2018

8. Pelatihan anestesi lokal di RSUP. H. Adam Malik Medan. Medan,

20 Agustus 2018.

Universitas Sumatera Utara