HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG RS JIWA … · langsung selama 24 jam di rumah sakit (R...

81
HUBUNGAN A PERILAKU A PASIE RS Untuk M PROG ANTARA PERSEPSI PERAWAT T AGRESIF DENGAN SIKAP PERAW EN SKIZOFRENIA DI RUANG AKU S JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawat Oleh : Dedy Ariwidiyanto NIM. ST 130 16 GRAM STUDI S-1 KEPERAWATA STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i TENTANG WAT PADA UT tan AN

Transcript of HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG RS JIWA … · langsung selama 24 jam di rumah sakit (R...

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG

PERILAKU AGRESIF DENGAN SIKAP PERAWAT PADA

PASIEN SKIZOFRENIA DI RUANG AKUT

RS JIWA DAERAH SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Dedy Ariwidiyanto

NIM. ST 130 16

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG

PERILAKU AGRESIF DENGAN SIKAP PERAWAT PADA

PASIEN SKIZOFRENIA DI RUANG AKUT

RS JIWA DAERAH SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Dedy Ariwidiyanto

NIM. ST 130 16

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG

PERILAKU AGRESIF DENGAN SIKAP PERAWAT PADA

PASIEN SKIZOFRENIA DI RUANG AKUT

RS JIWA DAERAH SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Dedy Ariwidiyanto

NIM. ST 130 16

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

i

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dedy Ariwidiyanto

NIM : ST 130 16

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan

gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta

maupun di perguruan tingi lain.

2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan

Tim Penguji.

3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas di

cantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesunguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah di peroleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, Juli 2015

Yang membuat pernyataan,

Dedy Ariwidiyanto

NIM ST 13016

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah s.w.t yang telah melimpahkan karunia, rahmat

dan hidayah, sehingga penulis dapat menyusun penelitian dengan judul

“Hubungan Persepsi Perilaku Agresif dengan Sikap Perawat Pada Pasien

Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”. Karya Tulis Skripsi ini

disusun sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Stikes Kusuma Husada

Program Studi S-1 Keperawatan.

Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis banyak mendapat arahan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Dra. Agnes Suharti,M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta

2. Ns,Wahyu Rima Agustin,S.Kep,M.Kep, selaku Ketua Progam Studi S1

Keperawatan.

3. Siti Rahayu ,SST., Ns .,M.Kes selaku pembimbing pertama yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan

proposal

4. Sri Martatik.,S.Kep., Ns., M.K.es selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan,arahan dan saran dalam penyusunan proposal ini

5. Segenap dosen Prodi S-1 dan Staf pengajar STIKes Kusuma husada yang

telah memberikan ilmu dan bimbingan.

6. Rekan Mahasiswa Prodi S-1 Transfer yang telah memberikan semangat dan

dorongan dalam pembuatan proposal ini

7. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telah memberikan izin penelitian

iv

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih

terdapat kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan sebagai bekal dalam penyempurnaan karya tulis skripsi yang akan

dilaksanakan

Harapan penulis, semoga proposal ini sebagai langkah awal dalam

penyusuan karya tulis skripsi dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan

dan bermanfaat bagi profesi keperawatan.

Surakarta, Juli 2015

Peneliti

Dedy Ariwidiyanto

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

ABSTRAK ....................................................................................................... xiii

ABSTRACT .................................................................................................... xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori.................................................................... 9

2.1.1 Skizofrenia ............................................................... 9

2.1.2 Perilaku Agresif ...................................................... 11

2.1.3 Perawat .................................................................. 16

2.1.4 Sikap ...................................................................... 19

2.1.5 Persepsi ................................................................... 24

vi

2.2 Keaslian Penelitian .......................................................... 27

2.3 Kerangka Teori.................................................................. 28

2.3 Kerangka Konsep.............................................................. 29

2.4 Hipotesis ........................................................................... 30

BAB III

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 31

3.2 Populasi dan Sampel.......................................................... 31

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 32

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran..... 33

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .................... 37

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................ 45

3.7 Etika Penelitian .................................................................. 49

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat...................... ........................................ 52

4.1.1 Karakteristik berdasarkar umur ............................. 52

4.1.2 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ..... 52

4.1.3 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin .............. 52

4.1.4 Karakteristik berdasarkan masa kerja .................. 54

4.1.4 Karakteristik berdasarkan persepsi perawat ....... 54

4.1.4 Karakteristik berdasarkan sikap perawat ............. 55

4.2 Analisa Bivariat ...................... ........................................ 56

vii

BAB V

BAB VI

PEMBAHASAN

5.1 Persepsi perawat tentang perilaku agresif ...................... 57

5.2 Sikap perawat ...................... ........................................... 58

5.3 Pengaruh persepsi perawat tentang perilaku agresif

dengan sikap perawat .................................................... 59

PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................... 63

5.2 Saran ...................... ......................................................... 63

DAFTRA PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ................................................................... 27

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............ 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi .................................................... 38

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Sikap ....................................................... 39

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ...................... 52

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 52

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 52

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa kerja .............. 53

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Data persepsi perawat .................................. 53

Tabel 4.6 Tabel Distribusi Data sikap perawat ...................................... 54

Tabel 4.7 Tabel Distribusi Data persepsi perawat dengan sikap ........... 55

Tabel 4.8 Tabel Hasil Analisis persepsi dan sikap perawat .................... 56

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 4.1

Gambar 4.1

Rentang Respon Marah .......................................................... 14

Managemen Agresif ................................................................ 16

Kerangka Teori ........................................................................ 28

Kerangka Konsep ..................................................................... 29

Rentang Skor Skala Persepsi Perawat ...................................... 54

Rentang Skor Skala sikap Perawat ........................................... 55

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Keterangan

Surat Permohonan Studi Pendahuluan

Surat Balasan Studi Pendahuluan

Surat Permohonan Ijin Uji Validitas

Surat Balasan Ijin Uji Validitas

Surat Keterangan Uji Validitas

Surat Permohonan Ijin Penelitian

Surat Balasan Permohonan Ijin Penelitian

Surat Keterangan Ijin Penelitian

Surat Permohonan Menjadi Responden

Surat Persetujuan Menjadi Responden

Kuesioner Penelitian

Tabulasi Data Uji Coba Peneltitian

Uji Validitas Kuisioner

Uji Realibilitas Kuisioner

Tabulasi Data

Analisa Data

Lembar Konsultasi

xi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Dedy Ariwidiyanto

Hubungan Antara Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif Dengan SikapPerawat Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Akut RSJD Surakarta

Abstrak

Persepsi merupakan proses pemberian makna terhadap stimulus yangditangkap indera. Dalam mempersepsikan perilaku pasien, setiap perawat dapatmemiliki persepsi dan sikap yang berbeda, hal ini disebabkan karena kondisipasien dan lingkungan di Ruang Akut yang cenderung agresif. Seringnya indikasiperilaku agresif yang ditunjukkan oleh pasien di Ruang Akut, maka perawat harusmampu mempersepsikan perilaku agresif dan bersikap dengan benar terhadappasien. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsiperawat tentang perilaku agresif pasien dengan sikap perawat pada pasienskizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta

Desain penelitian yaitu descriptif corelational dengan pendekatan crosssectional pada 32 responden yang berdinas di Ruang Akut. Pengambilan sampeldilakukan dengan total sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang memiliki persepsibenar terhadap perilaku agresif pasien sebanyak 13 perawat (40,62%) sedangkanperawat yang memiliki persepsi salah sebanyak 19 perawat (59,38%) dan perawatyang memiliki sikap positif sebanyak 15 perawat (46,87%) sedangkan perawatyang memiliki sikap negatif sebanyak 17 perawat (53,13%).

Analisis data menggunakan koefisien kontingensi (c) dengan nilai korelasir sebesar 0,446 dan nilai p value 0,005 < alpha 0,05 yang artinya ada hubunganantara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubunganantara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat pada pasienskizofrenia di Ruang Akut RS Jiwa Daerah Surakarta.

Kata Kunci : Persepsi, Sikap, Agresif, PerawatDaftar Pustaka : 28 (2006-2014)

xii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Dedy Ariwidiyanto

Correlation between Nurses’ Perception of Patients’ Aggressive Behaviorand Their Attitude on Schizophrenia Patients at Acute Ward of Local

Psychiatric Hospital of Surakarta

ABSTRACT

Perception is a process of giving meaning to stimulus received by humansenses. In perceiving the patients‟ behavior, each nurse has different perceptionsand attitudes due to the patients‟ conditions and environment at Acute Room inwhich they tend to be aggressive. Due to the aggressiveness frequently shown bythe patients at the room, the nurses shall be able to perceive it and behaveappropriately upon them. The objective of this research is to investigate thecorrelation between the nurses‟ perception of the patients‟ aggressive behaviorand their attitude on the schizophrenia patients at Acute Ward of Local PsychiatricHospital of Surakarta.

This research used the descriptive correlational method with the cross-sectional approach. The samples of research were 32 nurses employed at AcuteRoom of the aforementioned hospital and were taken by using the total samplingtechnique.

The result of research shows that 13 nurses (40.62%) had an appropriateperception of the patients‟ aggressive behavior, and 19 nurses (59.38%) had aninappropriate perception of the patients‟ aggressive behavior. In addition, 15nurses (46.87%) had a positive attitude on the schizophrenia patients, and 17nurses (53.13%) had a negative attitude on the schizophrenia patients.

The result of the analysis with the contingency coefficient (c) shows thatthe value of the correlation (r) was 0.446 and the p-value was 0.005 which wasless than 0.05. Thus, there was a correlation between the nurses‟ perception of thepatients‟ aggressive behavior and their attitude on the schizophrenia patients atAcute Ward of Local Psychiatric Hospital of Surakarta.

Keywords: Perception, attitude, aggressive, nurses

References: 28 (2006-2014)

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang

paling banyak jumlahnya dan paling banyak berinteraksi dengan klien. Perawat

adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan

untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu yang

dimilikinya dalam batas kewenangan yang dimilikinya. Pelayanan keperawatan

menjadi salah satu tolak ukur pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena

perawatlah yang melaksanakan tugas keperawatan terhadap klien secara

langsung selama 24 jam di rumah sakit (Rudyanto,2010).

Merawat pasien dengan gangguan jiwa tentu berbeda dengan merawat

pasien dengan gangguan fisik. Menangani pasien dengan gangguan jiwa

membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi karena karakteristik

pasien penyakit jiwa yang unik, yaitu antara lain sulit diajak berkomunikasi,

menarik diri, atau bahkan cenderung agresif (Nuradi,2005).

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di

seluruh dunia adalah skizofrenia. Gejala skizofrenia dapat berupa gejala positif

dan gejala negatif. Gejala positif yang sering menjadi ketakutan tersendiri bagi

perawat maupun pasien lain. Beberapa penderita skizofrenia sering melakukan

tindakan agresif seperti tindakan kekerasan, bunuh diri, atau membunuh,

merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan

gangguan perilaku. (Kaplan & Sadock, 2007).

1

2

Prevalensi menunjukkan bahwa 1% dari seluruh penduduk dunia

menderita skizofrenia, dan meningkat sekitar 0.01% setiap tahunya.

(WHO,2007), Prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia, menurut

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 berjumlah 11,6% dari

populasi orang dewasa. Bila dihitung menurut jumlah populasi orang dewasa

Indonesia saat ini sebanyak lebih kurang 150.000.000 berarti terdapat

1.740.000 orang yang mengalami gangguan mental emosional (Litbang

Depkes, 2010).

Sebanyak 2.605 pasien, berobat di RSJD Surakarta tahun 2013 dengan

presentasi rawat inap 85,6%. Pasien dengan gangguan jiwa di bulan November

2014 terdapat 224 klien Rawat inap, dengan masalah keperawatan perilaku

kekerasan sebanyak 25%.

Menurut Foster, Bowers & Nijman (2007) masalah perilaku kekerasan

pasien hampir selalu terjadi di ruang perawatan jiwa. Beberapa riset

menunjukkan bahwa perawat jiwa sering mengalami kekerasan dari klien yang

berperilaku agresif. Hal tersebut jelas sangat mengganggu kenyamanan

suasana ruang perawatan termasuk pasien lain dan perawat. Dari hasil

penelitian tersebut diperoleh hasil dari 254 peristiwa agresi yang dicatat,

perawat adalah orang paling sering menjadi target dalam peristiwa perilaku

agresif yaitu sebanyak (57,1%).

Nuradi (2005) menyatakan bahwa perilaku pasien gangguan jiwa yang

sulit diprediksi dan berbahaya menuntut perawat untuk lebih hati-hati dan

waspada dalam memberikan asuhan keperawatan. Kondisi mental serta sikap

3

pasien penyakit jiwa yang labil juga memaksa perawat pasien penyakit jiwa

untuk bersikap sabar dalam melakukan berbagai macam peranan untuk

mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien penyakit jiwa.

Perilaku agresif tersebut merupakan satu ancaman bagi kesehatan fisik

dan psikologis perawat. Perawat cenderung menjadi korban dalam kejadian

perilaku kekerasan klien. Perawat harus menghadapi kekerasan baik

secaralisan maupun fisik yang terjadi hampir setiap hari. Untuk mengantisipasi

hal tersebut, maka diperlukan keterampilan profesional dalam mengelola klien

perilaku kekerasan (As'ad & Soetjipto, 2010).

Azwar (2009) mengemukakan bahwa terdapat tiga komponen yang

membentuk sikap, yaitu komponen kognitif (perceptual), komponen afektif

(emosional), serta komponen konatif (kecenderungan perilaku). Komponen

afektif mempunyai dua sifat, yaitu positif dan negatif. Individu yang

mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis cenderung akan

menyukai dan mempunyai sikap yang menyenangkan terhadap objek itu,

sedangkan individu yang mempunyai sikap yang negatif terhadap suatu objek

psikologis dikatakan mempunyai sikap yang tidak menyenangkan terhadap

objek tersebut.

Wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2014 terhadap

seorang perawat di RSJD Surakarta memang sering terjadi indikasi perilaku

agresif yang ditunjukkan oleh sebagian pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa.

Kekerasan yang dilakukan tersebut meliputi kekerasan fisik dan kekerasan

verbal, membentak, dan memukul. Kejadian yang di dapat peneliti pada

4

tanggal 2 Oktober 2014 perawat meminta kepada pasien untuk meminum obat

sebelum makan sore, tetapi pasien dengan nada dan suara yang keras

menolaknya, sehingga perawat menangkap bahwa itu adalah tantangan dan

menganggap pasien tersebut dalam kondisi marah, perawat membalas dengan

nada yang keras dan sikap negatif, sehingga muncul perselisihan diantara

mereka dan akhirnya pasien di fiksasi, mengapa hal tersebut terjadi, karena

kedua pihak memiliki sudut pandang yang berbeda, setelah di kaji kembali

maksud dari pasien menolak minum obat sebelum makan karena di rumah

terbiasa dengan minum obat setelah makan.

Sikap yang asertif untuk meredakan konflik akibat perbedaan persepsi

sangat dibutuhkan. Perbedaan daya tangkap indra mampu membawa makna

stimulus yang berbeda bagi siapapun yang meyakininya. dibutuhkan pemikiran

dan sikap terbuka seorang perawat untuk menjadikan sebuah perbedaan

menjadi alat untuk menyamakan persepsi. Sikap perawat yang cenderung

negatif tersebut tentu bertentangan dengan kode etik keperawatan. Idealnya

seorang perawat jiwa diharapkan mempunyai sikap yang positif dan

mempersepsikan keinginan pasien dengan benar, menerima pasien apa adanya

sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi pasien untuk sembuh

dan berkembang (Wawan & Dewi, 2014)

Hal tersebut senada yang diungkapkan Indriasari (2007) bahwa kondisi

pasien yang labil membuat perawat harus ekstra sabar karena pasien bersikap

negatif, antara lain sulit diajak komunikasi, menarik diri, atau justru agresif.

Seorang perawat pasien penyakit jiwa ketika mempunyai sikap positif terhadap

5

pasien penyakit jiwa, maka ia akan cenderung menyenangi dan peduli dengan

keadaan pasien dengan gangguan jiwa. Sebaliknya, ketika seorang perawat

mempunyai sikap yang negatif terhadap pasien dengan gangguan jiwa, maka ia

cenderung akan membenci dan menjauhinya.

Dampak dari perilaku agresif dari klien adalah dapat melukai dirinya

sendiri, orang lain, merusak lingkunganya serta dapat mengalami kematian.

Klien dengan perilaku agresif yang tidak dapat dihentikan akan dibuat tidak

berdaya oleh perawat untuk mengamankan klien maupun lingkungannya,

kemungkinan akan bisa kehabisan tenaga dan bahkan bisa meninggal karena

cedera (As'ad & Soetjipto,2010).

Dampak yang dirasakan oleh perawat setelah menangani pasien dengan

perilaku agresif dapat berupa dampak negatif. Dampak tersebut juga bisa

terbentuk oleh persepsi yang salah, dampak fisik maupun dampak secara

psikologis. Ketakutan yang ditimbulkan oleh perilaku kekerasan klien akan

menimbulkan sikap negatif dalam memberikan dalam memberikan asuhan

keperawatan selanjutnya, dan dampak psikologis baik pada diri perawat

maupun klien lainnya (As'ad & Soetjipto,2010).

Kesiapan baik fisik maupun psikologis mutlak diperlukan perawat jiwa

dalam menjalankan tugasnya. Seringkali perawat menghadapi situasi yang

tidak menyenangkan di tempat kerjanya dengan perilaku pasien yang mampu

membuat perawat kehilangan konsentrasi dan kesalahan persepsi . Perilaku

kekerasan yang dilakukan pasien akan berakibat fatal baik bagi perawat

maupun pasien.

6

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

“Hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap

perawat pada pasien skizofrenia di Ruang Akut RS Jiwa Daerah Surakarta”,

karena kasus tersebut banyak terjadi di rumah sakit jiwa, sehingga menurut

peneliti dengan adanya penelitian ini akan mampu memberikan masukan

kepada management rumah sakit dalam mengelola Sumber Daya Manusia

(SDM) perawat untuk selalu memiliki sikap yang positif terhadap pasien dan

menjauhkan persepsi yang salah terhadap perilaku agresif pasien, sehingga

pelatihan tentang sikap, penempatan SDM yang sesuai dengan kepribadian

sikap akan sagat di perlukan demi terwujudnya pelayanan prima sesuai dengan

misi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yaitu melayani lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah : “ Apakah ada hubungan antara persepsi perawat tentang

perilaku agresif terhadap sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang Akut

Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.

7

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku

agresif pasien dengan sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang

Akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui karakteristik perawat tentang perilaku agresif

pada pasien skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta.

1.3.2.2. Untuk mengetahui persepsi perawat tentang perilaku agresif di pada

pasien skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta.

1.3.2.3. Untuk mengetahui sikap perawat tentang perilaku agresif pada

pasien skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta

1.3.2.4. Untuk menganalisis hubungan antara persepsi perawat tentang

perilaku agresif pasien dengan sikap perawat di Ruang Akut RSJD

Surakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi mengenai persepsi perawat terhadap

perilaku agresif dan sikap perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan, sehingga rumah sakit dapat mempertimbangkan kebijakan

baru terkait dengan sikap perawat dan meminimalkan persepsi yang

salah terhadap pasien dengan skizofrenia.

8

1.4.2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan kajian terhadap

ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa dan menambah

pengetahuan tentang fenomena yang terjadi dalam keperawatan jiwa.

1.4.3. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian

selanjutnya dengan mengetahui pengaruh persepsi perawat tentang

perilaku agresif dengan sikap perawat terhadap pasien skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Surakarta.

1.4.4. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan perawat dapat bersikap positif

dan mempunyai persepsi yang benar dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan skizofrenia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Skizofrenia

2.1.1.1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia merupakan suatu diagnosis klinis yang

menunjukkan suatu sindrom yang tidak spesifik dengan etiologi

yang heterogen (Tomb,2005). Perihal tersebut senada yang di

ungkapkan Hawari (2007) bahwa skizofrenia adalah sebagai

gangguan jiwa yang tidak mampu menilai Realita Testing Ability

(RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self insight) buruk. Dari

pengertian di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa skizofrenia

merupakan suatu gangguan jiwa dengan ciri ketidaksesuaian antara

pikiran perkataan dan perilaku.

2.1.1.2 Penyebab

Meurut Stuart dan Sundenn (2008), penyebab skizofrenia

adalah :

1. Biologis

Penelitian pencitraan otak menunjukkan bahwa pada

penderita skizofrenia terdapat lesi pada area frontal, temporal dan

limbik yang paling berhubungan dengan perilaku psikotik.

Beberapa kimia otak yan g berkaitan adalah peningkatan dopamin

di neurotransmiter yang berlebihan dan ketidakseimbangan antara

9

10

dopamin dengan neurotransmiter. Interaksi gen yang abnormal

dengan infeksi virus selama kehamilan yang dapat menggangu

perkebangan otak dan janin selama kehamilan.

2. Psikososial

Skizofrenia muncul akibat terjadinya konflik internal pada

seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar baik

pada lingkungan keluarga maupun interpersonal. Individu

mempunya tiga unsur psikologis yaitu id,ego dan superego.

Dengan ego yang lemah makan seseorang dapat berisiko

menderita psikosa.

3. Sosial Budaya

Faktor sosial budaya merupakan keadaan yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga

seseorang beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Jika

seseorang tidak mampu mengendalikan diri dalam beradaptasi

maka akan menimbulkan gangguan jiwa.

2.1.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia

Tanda dan gejala umum skizofrenia menurut Hawari (2007) yaitu :

1. Gejala Positif Skizofrenia

a. Delusi atau waham yaitu keyakinan yang tidak rasional.

b. Halusinasi yaitu adanya pengalaman panca indra tanpa

adanya objek.

11

c.

d.

e.

Kekacauan isi pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraan

Gaduh gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif,

bicara semangat dan berlebihan.

Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba

hebat.

f. Pikiranya penuh dengan kecurigaan dan seakan ada ancaman

pada dirinya.

g. Menyimpan rasa permusuhan.

2. Gejala Negatif Skizofrenia

a. Alam perasaan atau afek tumpul.

b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul dan

kontak dengan orang lain.

c. Sulit dalam berfikir abstrak, pola pikir stereotype.

d. Tidak ada dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.

2.1.2 Perilaku Agresif

2.1.2.1 Pengertian

Perilaku agresif adalah perilaku yang di tunjukkan dengan

kasar atau menggunakan kekuatan atau tenaga yang tidak seimbang

yang cenderung mencederai atau merusak, menyiksa atau menyerang

(Nurjannah, 2008).

Khulsum (2014) perilaku agresif adalah tingkah laku

pelampiasan dan perasaan frustasi untuk mengatasi perlawanan

12

dengan kuat atau menghukum orang lain, yang ditujukan untuk

melukai pihak lain baik secara fisik maupun secara verbal.

Berdasarkan uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

perilaku agresif merupakan segala bentuk perilaku yang bertujuan

merugikan, menyakiti, melukai, menghancurkan orang lain, baik

benda bergerak maupun tidak bergerak, dengan niat terencana atau

disengaja, secara fisik, verbal atau psikologis.

2.1.2.2 Faktor Timbulnya Perilaku Agresif

Menurut Khulsum (2014)

menyebabkan perilaku agresi yaitu :

1. Faktor Biologis

terdapat beberapa faktor yang

Gen berpengaruh terhadap pembentukan sistem neural

otak, seorang laki-laki akan lebih agresif dari pada perempuan.

Sistem otak dan Kimia darah berupa testosteron dan serotonin

dapat berpengaruh pada perilaku agresif. Perilaku agresif pada

wanita dapat menjadi lebih tinggi apabila mereka sedang dalam

kondisi diancam.

2. Faktor Sosial

Agresifitas muncul sebagai akibat hubungan sosial atau

struktur sosial dimana seseorang turut berada. Penyiksaan fisik

dan ejekan verbal dapat menimbulkan tidakan agresif, semakin

banyak seseorang menyaksikan kekerasan maka tingkat

agresifnya semakin besar.

13

3. Faktor Lingkungan

Seseorang yang berada pada lingkungan yang keras,

seperti lingkungan kemiskinan, kota besar maka secara otomatis

orang akan cenderung berusaha untuk beradaptasi dengan

melakukan penyesuaian diri terhadap rangsang. Rangsangan indra

kognitif yang berlebihan bisa membuat lingkungan akan membuat

satu orang dengan yang lain tidak lagi saling mengenal, tiap

individu akan menjadi anonim.seseorang yang merasa anonim

cenderung berprilaku semuaunya sendiri.

4. Faktor Amarah

Marah merupakan emosi yang memiliki ciri aktivitas

sistem syaraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak

suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya

kesalahan.

2.1.2.3. Bentuk agresif ditinjau dari objeknya

Menurut Indiasari (2007), menyebutkan ada 3 bentuk

agresif, yaitu :

1.

2.

3.

Offensive aggression yaitu agresif secara tidak langsung dalam

membalas perilaku orang lain.

Instrumental agresion yaitu agresif yang timbul sebagai cara

karena ada tujuan tertentu.

Angger aggresion yaitu agresif yang melibatkan kondisi emosi

sesaat seperti kemarahan.

14

2.2.2.4 Bentuk Perilaku Agresif

Menurut Foster, Bowers, Nijman. (2007) bentuk perilaku

agresif menjadi 4 kategori. Pertama agresi verbal seperti ancaman,

penghinaan, profokatif dan pasif. Kedua, agresi fisik misalnya

ancaman fisik, kekerasan terhadap lingkungan , kekerasan fisik

yang menyebabkan cedera ringan, kekerasan fisik yang

menyebabkan cedera serius , kekerasan fisik pada diri sendiri yang

menyebabkan cedera rigan , kekerasan fisik pada diri sendiri

menyebabkan cedera serius, percobaan bunuh diri , berhasil bunuh

diri. Ketiga Godaan seksual dan kekerasan seksual.

2.2.2.5 Rentang Respon Kemarahan

Perilaku agresif merupakan respon kemarahan, respon marah

dapat berflukuasi dalam rentang adaptif sampai mal adaptif (Stuart &

Sundeen,2008).

Respon negatif

Agresif Pasif

Respon positif

Asertif

Gambar 2.1 Rentang Respon Marah Menurut Stuart dan Sundeen (2008)

14

2.2.2.4 Bentuk Perilaku Agresif

Menurut Foster, Bowers, Nijman. (2007) bentuk perilaku

agresif menjadi 4 kategori. Pertama agresi verbal seperti ancaman,

penghinaan, profokatif dan pasif. Kedua, agresi fisik misalnya

ancaman fisik, kekerasan terhadap lingkungan , kekerasan fisik

yang menyebabkan cedera ringan, kekerasan fisik yang

menyebabkan cedera serius , kekerasan fisik pada diri sendiri yang

menyebabkan cedera rigan , kekerasan fisik pada diri sendiri

menyebabkan cedera serius, percobaan bunuh diri , berhasil bunuh

diri. Ketiga Godaan seksual dan kekerasan seksual.

2.2.2.5 Rentang Respon Kemarahan

Perilaku agresif merupakan respon kemarahan, respon marah

dapat berflukuasi dalam rentang adaptif sampai mal adaptif (Stuart &

Sundeen,2008).

Respon negatif

Agresif Pasif

Respon positif

Asertif

Gambar 2.1 Rentang Respon Marah Menurut Stuart dan Sundeen (2008)

14

2.2.2.4 Bentuk Perilaku Agresif

Menurut Foster, Bowers, Nijman. (2007) bentuk perilaku

agresif menjadi 4 kategori. Pertama agresi verbal seperti ancaman,

penghinaan, profokatif dan pasif. Kedua, agresi fisik misalnya

ancaman fisik, kekerasan terhadap lingkungan , kekerasan fisik

yang menyebabkan cedera ringan, kekerasan fisik yang

menyebabkan cedera serius , kekerasan fisik pada diri sendiri yang

menyebabkan cedera rigan , kekerasan fisik pada diri sendiri

menyebabkan cedera serius, percobaan bunuh diri , berhasil bunuh

diri. Ketiga Godaan seksual dan kekerasan seksual.

2.2.2.5 Rentang Respon Kemarahan

Perilaku agresif merupakan respon kemarahan, respon marah

dapat berflukuasi dalam rentang adaptif sampai mal adaptif (Stuart &

Sundeen,2008).

Respon negatif

Agresif Pasif

Respon positif

Asertif

Gambar 2.1 Rentang Respon Marah Menurut Stuart dan Sundeen (2008)

15

1) Asertif

Adalah menyampaikan suatu perasaan diri dengan pasti dan merupakan

komunikasi untuk menghormati orang lain. Individu berbicara dengan jelas.

Pada saat berbicara kontak mata langsung tapi tidak mengganggu, intonasi

suara dalam berbicara tidak mengancam. Individu asertif dapat menolak

permintaan yang tidak beralasan dan menyampaikan rasionalnya kepada orang

lain, atau sebaliknya. Seseorang juga dapat menerima dan tidak merasa

bersalah bila permintaanya ditolak oleh orang lain (Stuart & Laraia,2009)

2) Pasif

Seseorang yang pasif sering mengesampingkan haknya dari persepsinya

terhadap orang lain. Ketika seorang yang pasif marah maka dia akan berusaha

menutupi kemarahanya sehingga meningkatkan tekanan pada dirinya. Pola

interaksi seperti ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan (Stuart &

Laraia,2009)

3) Agresif

Seseorang agresif tidak menghargai hak orang lain. Individu merasa

harus bersaing untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, hidupnya selalu

mengarah pada kekerasan fisik dan verbal. Perilaku agresif pada dasarnya

disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri dan menutupi kekurangan.

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol,

sehingga individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan

(Stuart & Laraia,2009)

16

2.1.3 Perawat

2.1.3.1 Pengertian

Pengertian perawat dalam keputusan Menteri Kesehatan No

1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang registrasi dan Praktik Perawat

maka perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan

perawat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sesuai dengan

ketentuan perundang undangan yang berlaku. Jadi seorang perawat

dikatan sebagai perawat dan mempunyai fungsi peran sebagai perawat

apabila dirinya telah tamat menyelesaikan pendidikan keperawatan

dengan dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar sesuai

jenjang pendidikanya.

Menurut Lokakarya Keperawatan Nasonal tahun 2005 bentuk

pelayanan profesional merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan didasarkan kepada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan biopsikososial spiritual yang komprehensif ditujukan kepada

individu keluarga dan masyarakat, baik sehat maupun sakit, mencakup

proses kehidupan manusia.

Antisipasi Prevensi

4. Komunikasi 1.Kesadaran Diri5. Perubahan 2. Penkes

Lingkungan 3. LatihanAsertif

6. Tindakan Perilaku7. Psikofarmaka

Pembatasan Gerak

8. ManajemenKrisis

9. Pengasingan10. Pengekangan

Gambar 2.2 Manajemen Agresif Menurut Stuart dan Laraia (2009)

16

2.1.3 Perawat

2.1.3.1 Pengertian

Pengertian perawat dalam keputusan Menteri Kesehatan No

1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang registrasi dan Praktik Perawat

maka perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan

perawat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sesuai dengan

ketentuan perundang undangan yang berlaku. Jadi seorang perawat

dikatan sebagai perawat dan mempunyai fungsi peran sebagai perawat

apabila dirinya telah tamat menyelesaikan pendidikan keperawatan

dengan dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar sesuai

jenjang pendidikanya.

Menurut Lokakarya Keperawatan Nasonal tahun 2005 bentuk

pelayanan profesional merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan didasarkan kepada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan biopsikososial spiritual yang komprehensif ditujukan kepada

individu keluarga dan masyarakat, baik sehat maupun sakit, mencakup

proses kehidupan manusia.

Antisipasi Prevensi

4. Komunikasi 1.Kesadaran Diri5. Perubahan 2. Penkes

Lingkungan 3. LatihanAsertif

6. Tindakan Perilaku7. Psikofarmaka

Pembatasan Gerak

8. ManajemenKrisis

9. Pengasingan10. Pengekangan

Gambar 2.2 Manajemen Agresif Menurut Stuart dan Laraia (2009)

16

2.1.3 Perawat

2.1.3.1 Pengertian

Pengertian perawat dalam keputusan Menteri Kesehatan No

1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang registrasi dan Praktik Perawat

maka perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan

perawat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sesuai dengan

ketentuan perundang undangan yang berlaku. Jadi seorang perawat

dikatan sebagai perawat dan mempunyai fungsi peran sebagai perawat

apabila dirinya telah tamat menyelesaikan pendidikan keperawatan

dengan dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar sesuai

jenjang pendidikanya.

Menurut Lokakarya Keperawatan Nasonal tahun 2005 bentuk

pelayanan profesional merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan didasarkan kepada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan biopsikososial spiritual yang komprehensif ditujukan kepada

individu keluarga dan masyarakat, baik sehat maupun sakit, mencakup

proses kehidupan manusia.

Antisipasi Prevensi

4. Komunikasi 1.Kesadaran Diri5. Perubahan 2. Penkes

Lingkungan 3. LatihanAsertif

6. Tindakan Perilaku7. Psikofarmaka

Pembatasan Gerak

8. ManajemenKrisis

9. Pengasingan10. Pengekangan

Gambar 2.2 Manajemen Agresif Menurut Stuart dan Laraia (2009)

17

2.1.3.2 Tindakan Keperawatan Management Agresif

Menurut Stuart & Sundeen (2014) rentang tindakan keperawatan

dalam management agresif di bagi menjadi 3 strategi yaitu :

1. Strategi Prevensi

a. Kesadaran Perawat

1 ) Sadar perasaan sendiri.

2) Yakin klien dapat mengungkapkan marah dengan benar.

3) Hangat,tegas,menerima, tetap tenang.

4) Sikap dan suasana hubungan kerja yang akrab.

b. Manajemen perilaku

1) Mengidentifikasi penyebab perilaku agresif.

2) Mengidentifikasi tanda dan gejala.

3) Mendemontrasikan cara lama jika marah.

4) Mendemontrasikan cara baru yang konstruktif.

c. Latihan Asertif

1) Mempertahankan kontak.

2) Mempertahankan posisi tubuh.

3) Berbicara tegas.

4) Nada suara tegas.

5) Ekspresi tubuh penuh dengan penekanan.

18

2. Strategi Antisipasi

a. Tindakan komunikasi

1) Bicara dengan lembut.

2) Nada rendah.

3) Tidak membalas suara keras.

4) Gunakan kalimat pendek dan simpel.

5) Hindari tertawa dan senyum tidak pada tempatnya.

6) Beri kesempatan untuk ventilasi.

7) Sikap rileks dan terapeutik.

8) Jaga jarak 1-3 langkah dengan klien.

b. Tindakan perilaku

Melakukan interaksi dengan kontrak yang

disepakati antara perawat dengan klien, perilaku yang

disepakati dan perilaku yang tidak di sepakati, perilaku yang

di perbolehkan dan perilaku yang tidak di bolehkan.

3. Strategi Pembatasan Gerak

a. Manajemen Krisis

1) Identifikasi leader tim krisis.

2) Menyusun dan mengumpulkan tim krisis.

3) Menyiapkan alat pengekangan.

4) Menyusun strategi dan beri anggota tim.

5) Jelaskan setiap tindakan pada klien.

6) Ikat / mengekang sesuai instruksi leader.

19

7) Memberikan obat psikofarmaka sesuai instruksi.

8) Jaga tetap tenang dan konsisten.

9) Evaluasi tindakan dengan tim.

b. Pengasingan

Klien dibatasi dalam berinteraksi dengan orang lain, area

yang terbatas dan aman, betujuan untuk adaptasi dan nantinya di

tingkatkan secara bertahap. Ruangan yang sepi akan menurunkan

stimulus bagi klien untuk melakukan perilaku agresif.

c. Pengekangan

Mengurangi gerakan fisik klien dan melindungi klien dan orang

lain dari cidera.

4.1.1 Sikap

4.1.1.1. Pengertian sikap

Sikap merupakan respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulasi suatu objek. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktifitas tertapi merupakan presdiposisi tindakan atau perilaku. Sikap

masih merupakan reaksi tertutup bukan reaksi terbuka atau tingkah laku

terbuka ( Notoatmojo,20014).

Menurut walgito (2011) sikap merupakan organisasi pendapat,

keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif, yang

20

disertai dengan perasaan tertentu dan memberikan dasar seseorang untuk

berespon atau berperilkau dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Dari uraian diatas , penulis merumuskan bahwa sikap adalah

kecenderungan bertindak dari individu berupa respons tertutup terhadap

stimulus ataupun objek tertentu.

4.1.1.2 Struktur sikap

Menurut Sunaryo (2005) struktur sikap terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Kognitif (Komponen Persepsi)

Merupakan representasi tentang apa yang di percayai oleh

individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan individu

mempersepsi terhadap objek sikap, dengan apa yang di lihat dan di

ketahui, Pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi,

kebutuhan emosional dan informasi dari orang lain.

2. Afektif (Komponen Emosi)

Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak

senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal positif

sedangkan rasa tidak senang menunjukkan kepada hal negatif .

3 . Komponen Konasi (Komponen Perilaku)

Berkaitan dengan presdisposisi atau kecenderungan bertindak

atau berperilaku tertentuu sesuai dengan sikap yang dimiliki terhadap

objek yang dihadapinya. Berkaitan dengan objek yang dihadapi dan

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

21

4.1.1.3. Tingkatan Sikap

Menurut

tingkatan yakni :

Notoaadmojo (2014) sikap terdiri dari berbagai

1. Menerima (receive)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan ( objek ).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila di tanya dan mengerjakan

tugas yang diberikan. Karena dengan mengerjakan tugas maka

seseorang tersebut telah menerima ide.

3. Menghargai (valuing)

Sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap individu akan bertanggung jawab dan siap

menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang dipilih.

4.1.1.4. Sifat sikap

Menurut Wawan & Dewi (2014) sikap sikap dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Sikap positif tindakan kecenderungan mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu .

2. Sikap negatif adalah kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membeci, tidak menyukai objek tertentu.

22

4.1.1.5. Ciri Sikap

Menurut Walgito (2011) ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dapat dipelajari berdasarkan

pengalaman dan latihan

dengan objek.

sepanjang perkembangan dalam hubungan

2. Sifat dapat berubah dalam situasi yang memenuhi syarat sehingga dapat

dipelajari.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap

4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun tertuju pada banyak objek

5. Sikap dapat berlangsung lama maupun sebentar.

6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga dapat

membedakan dengan pengetahuan.

4.1.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut azwar (2014) faktor yang mempengaruhi sikap terhadap

objek antara lain :

1. Pengalaman pribadi

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

terjadi dalam situasi emosional.

2. Pengaruh orang lain

Individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang di anggap penting.

23

3. Spiritual

Semua agama mengajarkan kebaikan, konsep moral dan ajaran

spiritual kepercayaan tidaklah mengherankan jika konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

4. Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi

sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

4.1.1.7. Sikap Perawat Dalam Merawat Pasien

Menurut Sunaryo (2005) sikap yang perlu dimiliki oleh perawat

dalam merawat pasien agar memberikan pelayanan keperawatan sesuai

dengan harapan pasien aadalah :

1. Perawat harus memiliki sikap yang ramah, menunjukkan rasa kasih

sayang dan menaruh perhatian terhadap semua orang, terlebih terhadap

pasien.

2. Perawat harus memiliki sikap yang memberikan rasa aman pada pasien,

bukan menimbulkan kecemasan, kegelisahan dan takut.

3. Perawat harus dapat menahan diri dalam segala situasi, jangan sampai

menyalahkan, mengkritik, menyudutkan ataupun mempermalukan pasien

maupun keluarga yang dapat memperberat penyakitnya.

4. Perawat harus memiliki sifat kooperatif, mudah diajak bekerja sama

dengan pasien maupun tim kesehatan lain.

24

5.1.1 Persepsi

5.1.1.1 Pengertian

Merupakan proses kognitif yang kompleks, dapat memberikan

gambaran unik tentang dunia yang sangat berbeda menjadi bagian

struktur pembentuk sikap. Respon kognitif terhadap stimulasi dalam

bentuk verbal adalah pernyataan mengenai apa yang di yakini objek,

sedangkan respon kognitif non verbal reaksi perseptual terhadap sikap

objek (Azwar,2014).

Khulsum (2014) mendefinisikan bahwa persepsi adalah suatu

proses pencarian informasi yang menyangkut interprestasi lingkungan

sekitar melalui pengindraan. Dalam mempersepsikan objek beberapa

orang mengalami kekeliruan dalam memberikan refleks sistematisnya

yang berbeda dengan pendapat lainya, hal ini disebut dengan persepsi

bias.

Berdasarkan pengertian persepsi di atas maka dapat di tarik

kesimpulan bahwa persepsi merupakan proses pemberian makna yang

di tangkap oleh indra, karena persepsi merupakan aktifitas yang

terintegrasi, Maka dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi sekalipun

stimulusnya sama, kerangka acuan belum tentu sama, adanya

kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang

lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa

persepsi bersifat individual.

25

5.1.1.2 Proses terjadinya persepsi

Persepsi terbentuk karena adanya objek berupa stimulus yang di

tangkap oleh panca indra (reseptor) melalui saraf sensorik dalam

bentuk pesan kemudian di bawa ke otak, kemudian jawaban terhadap

stimulus berupa kesan di kembalikan ke indra melalui berupa

pengalaman hasil pengolahan otak melalui saraf motorik, dengan

demikian persepsi terbentuk karena adanya asosiasi kontak sesama

indra dengan indra yang lain (Sunaryo,2005).

Dalam Proses persepsi terdapat fenomena penting yang di sebut

atensi atau perhatian. Pengertian perhatian adalah konsep yang

diberikan pada proses perspsi yang menyeleksi input tertentu untuk

diikutsertakan pada pengalaman yang di sadari dalam waktu tertentu

(Khulsum, 2014).

5.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi perspsi

Menurut Khulsum (2014) faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

1. Keadaan stimulus

Kejelasan stimulus akan berpengaruh dalam persepsi,

stimulus yang kurang jelas akan berpengaruh terhadap ketepatan

persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsikan, maka stimulus harus

cukup kuat menimbulkan kesadaran individu.

26

2. Keadaan lingkungan

Bila situasi sosial yang melatar belakanginya berbeda hal

tersebut dapat membawa perbedaan hasil persepsi seseorang. Objek

yang sama dengan situasi sosial yang berbeda akan berpengaruh

terhadap persepsi seseorang.

3. Keadaan individu

Keadaan individu dapat mempengaruhi hasil persepsi,

datang dari luar individu ( eksternal ) , maupun dari dalam individu

(internal ) seperti perasaan, pengalaman, berfikir. Segi jasmani dan

segi psikologis, bila sistem fisiologisnya terganggu maka akan

mempengaruhi persepsi.

27

2.2. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan penulis beluma ada penelitian yang berjudul

hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap

perawat pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta, tetapi ada penelitian

sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini :

MetodeNo Nama Peneliti Judul Penelitian yang

digunakan1 Sumarso Hubungan Antara Metode

(2012) Persepsi Perawat diskriptiftentang kekerasan korelasipasien terhadap Desainkecenderungan perilaku Penelitianagresif perawat di pendekatanruang rawat inap RSJD crosssurakarta secional

TehnikPenelitianAnalisisregresisederhana

2 Jumali (2012) Hubungan Antara Sikap Metodedengan Pengetahuan diskriptifPada Pasien Perilaku korelasiKekerasan di RSJD DesainSurakarta Penelitian

pendekatancrosssecionalTehnikPenelitianKorelasiKendal Tau

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian.

HasilPenelitian

Sig.uji Fsebesar 0,000(<0.05) adakorelasi

Hasil p valuesebesar 0,002(<0.005) adahubungan

27

2.2. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan penulis beluma ada penelitian yang berjudul

hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap

perawat pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta, tetapi ada penelitian

sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini :

MetodeNo Nama Peneliti Judul Penelitian yang

digunakan1 Sumarso Hubungan Antara Metode

(2012) Persepsi Perawat diskriptiftentang kekerasan korelasipasien terhadap Desainkecenderungan perilaku Penelitianagresif perawat di pendekatanruang rawat inap RSJD crosssurakarta secional

TehnikPenelitianAnalisisregresisederhana

2 Jumali (2012) Hubungan Antara Sikap Metodedengan Pengetahuan diskriptifPada Pasien Perilaku korelasiKekerasan di RSJD DesainSurakarta Penelitian

pendekatancrosssecionalTehnikPenelitianKorelasiKendal Tau

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian.

HasilPenelitian

Sig.uji Fsebesar 0,000(<0.05) adakorelasi

Hasil p valuesebesar 0,002(<0.005) adahubungan

27

2.2. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan penulis beluma ada penelitian yang berjudul

hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap

perawat pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta, tetapi ada penelitian

sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini :

MetodeNo Nama Peneliti Judul Penelitian yang

digunakan1 Sumarso Hubungan Antara Metode

(2012) Persepsi Perawat diskriptiftentang kekerasan korelasipasien terhadap Desainkecenderungan perilaku Penelitianagresif perawat di pendekatanruang rawat inap RSJD crosssurakarta secional

TehnikPenelitianAnalisisregresisederhana

2 Jumali (2012) Hubungan Antara Sikap Metodedengan Pengetahuan diskriptifPada Pasien Perilaku korelasiKekerasan di RSJD DesainSurakarta Penelitian

pendekatancrosssecionalTehnikPenelitianKorelasiKendal Tau

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian.

HasilPenelitian

Sig.uji Fsebesar 0,000(<0.05) adakorelasi

Hasil p valuesebesar 0,002(<0.005) adahubungan

28

2.3. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori, dapat digambarkan sebagai berikut :

PasienSkizofrenia

PERILAKUAGRESIF:

1) fisik2) verbal3) seksual

PerawatFaktor yang

mempengaruhi persepsi1) stimulus2) lingkungan sosial3) individu

Faktor internalmempengaruhi sikap

1) fisiologis2) psikologis3 ) motif

PERSEPSI

Faktor eksternalmempengaruhi sikap1) pengalaman

SIKAP2) situasi3) pendorong3) norma

Perawatan PadaPasien

Skizofrenia

Dikembangkan dari : Azwar,S. (2008), Foster.J.,Bowers.L.,Nijman.H, (2007),Notoatmojo, S.(2014), Stuart,D.W. & Sundenn,S.J.,(2008), Walgito, B. (2011).,

Gambar 2.3 Kerangka Teori.

28

2.3. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori, dapat digambarkan sebagai berikut :

PasienSkizofrenia

PERILAKUAGRESIF:

1) fisik2) verbal3) seksual

PerawatFaktor yang

mempengaruhi persepsi1) stimulus2) lingkungan sosial3) individu

Faktor internalmempengaruhi sikap

1) fisiologis2) psikologis3 ) motif

PERSEPSI

Faktor eksternalmempengaruhi sikap1) pengalaman

SIKAP2) situasi3) pendorong3) norma

Perawatan PadaPasien

Skizofrenia

Dikembangkan dari : Azwar,S. (2008), Foster.J.,Bowers.L.,Nijman.H, (2007),Notoatmojo, S.(2014), Stuart,D.W. & Sundenn,S.J.,(2008), Walgito, B. (2011).,

Gambar 2.3 Kerangka Teori.

28

2.3. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori, dapat digambarkan sebagai berikut :

PasienSkizofrenia

PERILAKUAGRESIF:

1) fisik2) verbal3) seksual

PerawatFaktor yang

mempengaruhi persepsi1) stimulus2) lingkungan sosial3) individu

Faktor internalmempengaruhi sikap

1) fisiologis2) psikologis3 ) motif

PERSEPSI

Faktor eksternalmempengaruhi sikap1) pengalaman

SIKAP2) situasi3) pendorong3) norma

Perawatan PadaPasien

Skizofrenia

Dikembangkan dari : Azwar,S. (2008), Foster.J.,Bowers.L.,Nijman.H, (2007),Notoatmojo, S.(2014), Stuart,D.W. & Sundenn,S.J.,(2008), Walgito, B. (2011).,

Gambar 2.3 Kerangka Teori.

29

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen

Persepsi perawat tentangperilaku agresif :

Variabel Confounding

PengetahuanJenis kelaminUsiaLama bekerja

Variabel Dependen

Sikap perawat pada pasienskizofrenia :

Gambar 2.4 Kerangka Konsep.

29

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen

Persepsi perawat tentangperilaku agresif :

Variabel Confounding

PengetahuanJenis kelaminUsiaLama bekerja

Variabel Dependen

Sikap perawat pada pasienskizofrenia :

Gambar 2.4 Kerangka Konsep.

29

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen

Persepsi perawat tentangperilaku agresif :

Variabel Confounding

PengetahuanJenis kelaminUsiaLama bekerja

Variabel Dependen

Sikap perawat pada pasienskizofrenia :

Gambar 2.4 Kerangka Konsep.

30

2.5. Hipotesis

Menurut Anwar (2011) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap pertanyaan penelitian. Berdasarkan diskripsi teori dan kerangka

konsep sebagaimana telah dirumuskan di atas, maka hipotesis dari penelitian

ini adalah :

2.5.1 Hipotesis Nihil

Hipotesis dibuat untuk menyatakan tidak adanya suatu

hubungan yang bermakna antara kedua kelompok mengenai suatau hal

yang dipermasalahkan (Notoatmodjo,2012). Hipotesis nol untuk

penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku

agresif terhadap sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang

Akut RSJD Surakarta.

2.5.2. Hipotesis Kerja

Dugaan adanya hubungan dari dua veriabel. Hipotesis kerja

dari penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif

terhadap sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang Akut

RSJD Surakarta.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasional,

yaitu peneliti berupaya menggambarkan hubungan antara dua variabel atau

lebih dan menganalisa atau menguji hipotesis yang dirumuskan

(Sugiyono,2010). Penelitian ini menggunakan rancangan survey cross

sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus (Notoadmodjo,2012). Metode yang dipakai adalah metode

penelitian survey yaitu metode penelitian yang dilakukan terhadap

sekumpulan objek, biasanya cukup banyak, tapi hanya mengambil sebagian

dari populasi tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengukur data pokok (Notoadmodjo,2012).

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2010). Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perawat yang berdinas

di Ruang Akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan jumlah 32 orang

(Kepegawaian RSJD Surakarta, 2014)

31

32

3.2.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo,2012) . Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh

perawat yang berdinas RSJD Surakarta yang bekerja di ruang akut putra R.

Punta Dewa 16 orang dan ruang akut putri R. Sumbadra 16 orang.

3.2.3 Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling dalam penelitian ini

adalah total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil

seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono,2009).

Hal ini dilakukan untuk membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan

yang sangat kecil. Hal Senada disampaikan oleh Riwidikdo (2006), bahwa

apabila subjek atau populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua

dengan batas minimal 30, sehingga penelitianya merupakan penelitian

populasi. Berdasarkan teori di atas maka dalam penelitian ini, semua

jumlah populasi perawat yang berdinas di Ruang Akut RSJD Surakarta

dijadikan sampel yaitu sebanyak 32 orang.

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat

Tempat / lokasi penelitian adalah lokasi yang digunakan untuk

pengambilan data selama penelitian berlangsung (Notoatmodjo,2012).

33

Dalam penelitian ini tempat yang digunakan adalah di Ruang Akut Rumah

Sakit Jiwa Daerah Surakarta,

3.3.2 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6-11 Juni 2015

3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala pengukuran

3.4.1 Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

suatu konsep penelitian (Notoatmodjo,2012).

3.4.1.1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor

yang mempengaruhi variabel dependent. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah persepsi perawat tentang perilaku agresif.

3.4.1.2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

sikap perawat.

3.4.1.3 Variabel Perancu (Confouding)

Adalah variabel yang mengganggu terhadap hubungan antara

variabel independent dengan variabel dependen. Variabel

confouding dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, usia,

jenis kelamin, dan lama bekerja.

34

3.4.2 Definisi Operasional & Skala Pengukuran

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan secara cermat terhadap objek

atau fenomena (Notoadmojo,2014).

Tabel 3.1

Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel

Persepsi

perawat

Definisi

Operasional

pemahaman

perawat

mengenai

bentuk

perilaku

agresif yang

dilakukan oleh

pasien

Cara Ukur dan Alat

Ukur

Variabel Independen

Cara Ukur :

Bertanya kepada

perawat

Alat Ukur :

Lembar Kuisioner

Penilaian :

Skala Likert,

untuk pernyataan benar

Sangat setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Untuk pernyataan salah

Sangat setuju =1

Setuju =2

Tidak setuju =3

Sangat tidak setuju = 4

Hasil Ukur

1. Persepsi

benar jika nilai

total > 57

2. Persepsi

salah jika nilai

total 57

Skala

Nominal

34

3.4.2 Definisi Operasional & Skala Pengukuran

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan secara cermat terhadap objek

atau fenomena (Notoadmojo,2014).

Tabel 3.1

Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel

Persepsi

perawat

Definisi

Operasional

pemahaman

perawat

mengenai

bentuk

perilaku

agresif yang

dilakukan oleh

pasien

Cara Ukur dan Alat

Ukur

Variabel Independen

Cara Ukur :

Bertanya kepada

perawat

Alat Ukur :

Lembar Kuisioner

Penilaian :

Skala Likert,

untuk pernyataan benar

Sangat setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Untuk pernyataan salah

Sangat setuju =1

Setuju =2

Tidak setuju =3

Sangat tidak setuju = 4

Hasil Ukur

1. Persepsi

benar jika nilai

total > 57

2. Persepsi

salah jika nilai

total 57

Skala

Nominal

34

3.4.2 Definisi Operasional & Skala Pengukuran

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan secara cermat terhadap objek

atau fenomena (Notoadmojo,2014).

Tabel 3.1

Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel

Persepsi

perawat

Definisi

Operasional

pemahaman

perawat

mengenai

bentuk

perilaku

agresif yang

dilakukan oleh

pasien

Cara Ukur dan Alat

Ukur

Variabel Independen

Cara Ukur :

Bertanya kepada

perawat

Alat Ukur :

Lembar Kuisioner

Penilaian :

Skala Likert,

untuk pernyataan benar

Sangat setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Untuk pernyataan salah

Sangat setuju =1

Setuju =2

Tidak setuju =3

Sangat tidak setuju = 4

Hasil Ukur

1. Persepsi

benar jika nilai

total > 57

2. Persepsi

salah jika nilai

total 57

Skala

Nominal

35

Nilai tertinggi 80

Nilai terendah 20

dikonversikan dalam

0-100 dengan rumus :

x100

B = skore

A = total skore

Variabel Dependen

Sikap

perawat

reaksi perawat Cara Ukur :

terhadap Bertanya kepada

perilaku perawat

agresif yang

dilakukan oleh Alat Ukur :

pasien Lembar Kuisioner

Penilaian :

Menggunakan Skala

Likert, untuk pernyataan

positif (favourable) :

Sangat setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Negatif (unfavourable) :

Sangat setuju =1

Setuju =2

Tidak setuju =3

Sangat tidak setuju = 4

Nilai tertinggi 80

1. Sikap Positif

jika nilai total

> 58

2. Sikap

Negatif jika

nilai total 58

Nominal

35

Nilai tertinggi 80

Nilai terendah 20

dikonversikan dalam

0-100 dengan rumus :

x100

B = skore

A = total skore

Variabel Dependen

Sikap

perawat

reaksi perawat Cara Ukur :

terhadap Bertanya kepada

perilaku perawat

agresif yang

dilakukan oleh Alat Ukur :

pasien Lembar Kuisioner

Penilaian :

Menggunakan Skala

Likert, untuk pernyataan

positif (favourable) :

Sangat setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Negatif (unfavourable) :

Sangat setuju =1

Setuju =2

Tidak setuju =3

Sangat tidak setuju = 4

Nilai tertinggi 80

1. Sikap Positif

jika nilai total

> 58

2. Sikap

Negatif jika

nilai total 58

Nominal

35

Nilai tertinggi 80

Nilai terendah 20

dikonversikan dalam

0-100 dengan rumus :

x100

B = skore

A = total skore

Variabel Dependen

Sikap

perawat

reaksi perawat Cara Ukur :

terhadap Bertanya kepada

perilaku perawat

agresif yang

dilakukan oleh Alat Ukur :

pasien Lembar Kuisioner

Penilaian :

Menggunakan Skala

Likert, untuk pernyataan

positif (favourable) :

Sangat setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Negatif (unfavourable) :

Sangat setuju =1

Setuju =2

Tidak setuju =3

Sangat tidak setuju = 4

Nilai tertinggi 80

1. Sikap Positif

jika nilai total

> 58

2. Sikap

Negatif jika

nilai total 58

Nominal

36

Nilai terendah 20

dikonversikan dalam

rentang

0-100 dengan rumus :

x100

B = skore

A = total skore

Confounding Variabel

tingkat

pendidikan,

usia

jenis

kelamin,

pendidikan Cara Ukur :

formal yang 1 item pada kuisioner

telah tentang tingkat

diselesaikan pendidikan

berdasarkan Alat Ukur :

ijasah terakhir Lembar Kuisioner

Masa hidup Cara Ukur :

rseseorang 1 item pada kuisioner

berdasarkan tentang usia

tingkat Alat Ukur :

perkembangan Lembar Kuisioner

ya

Pembagian Cara Ukur :

jenis seksual 1 item pada kuisioner

yang dilakukan tentang jenis kelamin

secara biologis Alat Ukur :

dan anatomis Lembar Kuisioner

1. D3

2. S1

3. S1 + Ners

1. Muda

18-40 th

2. Madya

41-60 th

1. Laki-laki

2. Perempuan

Ordinal

Nominal

Nominal

36

Nilai terendah 20

dikonversikan dalam

rentang

0-100 dengan rumus :

x100

B = skore

A = total skore

Confounding Variabel

tingkat

pendidikan,

usia

jenis

kelamin,

pendidikan Cara Ukur :

formal yang 1 item pada kuisioner

telah tentang tingkat

diselesaikan pendidikan

berdasarkan Alat Ukur :

ijasah terakhir Lembar Kuisioner

Masa hidup Cara Ukur :

rseseorang 1 item pada kuisioner

berdasarkan tentang usia

tingkat Alat Ukur :

perkembangan Lembar Kuisioner

ya

Pembagian Cara Ukur :

jenis seksual 1 item pada kuisioner

yang dilakukan tentang jenis kelamin

secara biologis Alat Ukur :

dan anatomis Lembar Kuisioner

1. D3

2. S1

3. S1 + Ners

1. Muda

18-40 th

2. Madya

41-60 th

1. Laki-laki

2. Perempuan

Ordinal

Nominal

Nominal

36

Nilai terendah 20

dikonversikan dalam

rentang

0-100 dengan rumus :

x100

B = skore

A = total skore

Confounding Variabel

tingkat

pendidikan,

usia

jenis

kelamin,

pendidikan Cara Ukur :

formal yang 1 item pada kuisioner

telah tentang tingkat

diselesaikan pendidikan

berdasarkan Alat Ukur :

ijasah terakhir Lembar Kuisioner

Masa hidup Cara Ukur :

rseseorang 1 item pada kuisioner

berdasarkan tentang usia

tingkat Alat Ukur :

perkembangan Lembar Kuisioner

ya

Pembagian Cara Ukur :

jenis seksual 1 item pada kuisioner

yang dilakukan tentang jenis kelamin

secara biologis Alat Ukur :

dan anatomis Lembar Kuisioner

1. D3

2. S1

3. S1 + Ners

1. Muda

18-40 th

2. Madya

41-60 th

1. Laki-laki

2. Perempuan

Ordinal

Nominal

Nominal

37

Masa kerja Lamanya 1. Baru 5 th Cara Ukur :

responden 1 item pada kuisioner 2. Sedang

bekerja tentang masa kerja 6-10 th

Alat Ukur : 3. Lama 11th

Lembar Kuisioner

Ordinal

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Menurut Sugiono (2010), instrumen penelitian merupakan alat ukur

dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan metode kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data mengenai

suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum,

dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan yang berupa kuesioner,

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapat

tanggapan,informasi dan jawaban. Penggunaan instrumen kuisioner dengan

pertimbangan dalam waktu singkat dapat diperoleh data yang banyak, hemat

tenaga dan biaya, responden dapat memilih waktu yang senggang untuk

mengisi, secara psikologis responden tidak merasa terpaksa dan responden

dapat menjawab pertanyaan lebih terbuka (Notoatmodjo,2012). Intrumen

dalam penelitian ini yaitu :

3.5.1.1. Kuisioner A (Karakteristik)

Berisi pertanyaan mengenai data karakteristik responden yang terdiri

dari usia, jenis kelamin, lama kerja dan tingkat pendidikan. Kuisioner diisi

oleh responden dengan mencantumkan tanda check list pada pilihan jawaban

yang tersedia

37

Masa kerja Lamanya 1. Baru 5 th Cara Ukur :

responden 1 item pada kuisioner 2. Sedang

bekerja tentang masa kerja 6-10 th

Alat Ukur : 3. Lama 11th

Lembar Kuisioner

Ordinal

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Menurut Sugiono (2010), instrumen penelitian merupakan alat ukur

dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan metode kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data mengenai

suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum,

dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan yang berupa kuesioner,

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapat

tanggapan,informasi dan jawaban. Penggunaan instrumen kuisioner dengan

pertimbangan dalam waktu singkat dapat diperoleh data yang banyak, hemat

tenaga dan biaya, responden dapat memilih waktu yang senggang untuk

mengisi, secara psikologis responden tidak merasa terpaksa dan responden

dapat menjawab pertanyaan lebih terbuka (Notoatmodjo,2012). Intrumen

dalam penelitian ini yaitu :

3.5.1.1. Kuisioner A (Karakteristik)

Berisi pertanyaan mengenai data karakteristik responden yang terdiri

dari usia, jenis kelamin, lama kerja dan tingkat pendidikan. Kuisioner diisi

oleh responden dengan mencantumkan tanda check list pada pilihan jawaban

yang tersedia

37

Masa kerja Lamanya 1. Baru 5 th Cara Ukur :

responden 1 item pada kuisioner 2. Sedang

bekerja tentang masa kerja 6-10 th

Alat Ukur : 3. Lama 11th

Lembar Kuisioner

Ordinal

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Menurut Sugiono (2010), instrumen penelitian merupakan alat ukur

dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan metode kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data mengenai

suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum,

dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan yang berupa kuesioner,

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapat

tanggapan,informasi dan jawaban. Penggunaan instrumen kuisioner dengan

pertimbangan dalam waktu singkat dapat diperoleh data yang banyak, hemat

tenaga dan biaya, responden dapat memilih waktu yang senggang untuk

mengisi, secara psikologis responden tidak merasa terpaksa dan responden

dapat menjawab pertanyaan lebih terbuka (Notoatmodjo,2012). Intrumen

dalam penelitian ini yaitu :

3.5.1.1. Kuisioner A (Karakteristik)

Berisi pertanyaan mengenai data karakteristik responden yang terdiri

dari usia, jenis kelamin, lama kerja dan tingkat pendidikan. Kuisioner diisi

oleh responden dengan mencantumkan tanda check list pada pilihan jawaban

yang tersedia

38

3.5.1.2. Kuisioner B (Persepsi perawat tentang perilaku agresif)

Berisi pertanyaan persepsi perawat tentang perilaku agresif ditekankan

pada pemahaman persepsi perawat mengenai bentuk perilaku agresif yang

dilakukan oleh pasien terhadap stategi tindakan keperawatan management

agresif (Stuart & Sundeen ,2014) dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu strategi

prevensi, strategi antisipasi, stategi pembatasan gerak

Kuesioner dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu kategori persepsi

benar dan kategori persepsi salah . Alat ukur yang digunakan menggunakan

skala likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item berupa pernyataan

persepsi benar sebanyak 10 item dan pernyataan persepsi salah sebanyak 10

item. Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=

tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =

sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner persepsi perawat tentang perilaku agresif

Variabel

Persepsi

Jumlah

Indikator

Strategi Prevensi

Strategi Antisipasi

Strategi Pembatasan

Gerak

Jumlah

Item

6

6

8

20

Persepsi

Benar

1,2,3

7,8,9

13,14,15,16,

10

Persepsi

Salah

4,5,6,

10,11,12,

17,18,19,20

10

Skor

Max

24

24

32

80

38

3.5.1.2. Kuisioner B (Persepsi perawat tentang perilaku agresif)

Berisi pertanyaan persepsi perawat tentang perilaku agresif ditekankan

pada pemahaman persepsi perawat mengenai bentuk perilaku agresif yang

dilakukan oleh pasien terhadap stategi tindakan keperawatan management

agresif (Stuart & Sundeen ,2014) dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu strategi

prevensi, strategi antisipasi, stategi pembatasan gerak

Kuesioner dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu kategori persepsi

benar dan kategori persepsi salah . Alat ukur yang digunakan menggunakan

skala likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item berupa pernyataan

persepsi benar sebanyak 10 item dan pernyataan persepsi salah sebanyak 10

item. Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=

tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =

sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner persepsi perawat tentang perilaku agresif

Variabel

Persepsi

Jumlah

Indikator

Strategi Prevensi

Strategi Antisipasi

Strategi Pembatasan

Gerak

Jumlah

Item

6

6

8

20

Persepsi

Benar

1,2,3

7,8,9

13,14,15,16,

10

Persepsi

Salah

4,5,6,

10,11,12,

17,18,19,20

10

Skor

Max

24

24

32

80

38

3.5.1.2. Kuisioner B (Persepsi perawat tentang perilaku agresif)

Berisi pertanyaan persepsi perawat tentang perilaku agresif ditekankan

pada pemahaman persepsi perawat mengenai bentuk perilaku agresif yang

dilakukan oleh pasien terhadap stategi tindakan keperawatan management

agresif (Stuart & Sundeen ,2014) dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu strategi

prevensi, strategi antisipasi, stategi pembatasan gerak

Kuesioner dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu kategori persepsi

benar dan kategori persepsi salah . Alat ukur yang digunakan menggunakan

skala likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item berupa pernyataan

persepsi benar sebanyak 10 item dan pernyataan persepsi salah sebanyak 10

item. Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=

tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =

sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner persepsi perawat tentang perilaku agresif

Variabel

Persepsi

Jumlah

Indikator

Strategi Prevensi

Strategi Antisipasi

Strategi Pembatasan

Gerak

Jumlah

Item

6

6

8

20

Persepsi

Benar

1,2,3

7,8,9

13,14,15,16,

10

Persepsi

Salah

4,5,6,

10,11,12,

17,18,19,20

10

Skor

Max

24

24

32

80

39

Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :

x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner

ini menjelaskan dua kategori yaitu persepsi benar dan persepsi salah, dikatakan

benar apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 57, dan

dikatakan salah jika nilai total 57

3.5.1.2. Kuisioner C (Sikap perawat)

Parameter yang digunakan untuk mengetahui reaksi perawat terhadap

perilaku agresif yang dilakukan oleh pasien dengan menggunakan klasifikasi

rentang respon marah (Stuart & Laraia, 2005). pertanyaan berupa pertanyaan

tertutup sebanyak 20 item, dibagi dalam tiga kategori yaitu reaksi pasif, reaksi

asertif, reaksi agresif.

Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=

tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =

sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju

Tabel 3.3 Kisi-kisi Sikap perawat

SikapPositif

(reaksi)Reaksi Pasif

Sikap Reaksi Asertif

Reaksi Agresif

Jumlah

Item5

6,7,8,9,10,10

11,12,13,14,15

5

2020

Negatif1,2,3,4,5,

16,17,18,19,20

20

Max20

40

20

80

39

Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :

x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner

ini menjelaskan dua kategori yaitu persepsi benar dan persepsi salah, dikatakan

benar apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 57, dan

dikatakan salah jika nilai total 57

3.5.1.2. Kuisioner C (Sikap perawat)

Parameter yang digunakan untuk mengetahui reaksi perawat terhadap

perilaku agresif yang dilakukan oleh pasien dengan menggunakan klasifikasi

rentang respon marah (Stuart & Laraia, 2005). pertanyaan berupa pertanyaan

tertutup sebanyak 20 item, dibagi dalam tiga kategori yaitu reaksi pasif, reaksi

asertif, reaksi agresif.

Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=

tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =

sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju

Tabel 3.3 Kisi-kisi Sikap perawat

SikapPositif

(reaksi)Reaksi Pasif

Sikap Reaksi Asertif

Reaksi Agresif

Jumlah

Item5

6,7,8,9,10,10

11,12,13,14,15

5

2020

Negatif1,2,3,4,5,

16,17,18,19,20

20

Max20

40

20

80

39

Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :

x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner

ini menjelaskan dua kategori yaitu persepsi benar dan persepsi salah, dikatakan

benar apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 57, dan

dikatakan salah jika nilai total 57

3.5.1.2. Kuisioner C (Sikap perawat)

Parameter yang digunakan untuk mengetahui reaksi perawat terhadap

perilaku agresif yang dilakukan oleh pasien dengan menggunakan klasifikasi

rentang respon marah (Stuart & Laraia, 2005). pertanyaan berupa pertanyaan

tertutup sebanyak 20 item, dibagi dalam tiga kategori yaitu reaksi pasif, reaksi

asertif, reaksi agresif.

Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=

tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =

sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju

Tabel 3.3 Kisi-kisi Sikap perawat

SikapPositif

(reaksi)Reaksi Pasif

Sikap Reaksi Asertif

Reaksi Agresif

Jumlah

Item5

6,7,8,9,10,10

11,12,13,14,15

5

2020

Negatif1,2,3,4,5,

16,17,18,19,20

20

Max20

40

20

80

40

Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :

x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner

ini menjelaskan dua kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif, dikatakan

positif apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 58, dan

dikatakan negatif jika nilai total

3.5.2. Uji Instrumen

3.5.2.1. Uji Validitas

58.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur untuk

mengukur tentang apa yang diukur, mengukur valid tidaknya suatu butir

pertanyaan (Notoatmodjo,2012). Peneliti menggunakan pendekatan

construct validity untuk menguji kevalidan instrumen. Instrumen yang

mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur gejala sesuai yang didefinisikan (Sugiyono,2010).

Uji validitas dilaksanakan di UPIP RSJD Dr. RM Soedjarwadi

Klaten, dengan jumlah responden sebanyak 16 orang, dengan kriteria

perawat hampir sama dengan RSJD Surakarta, sama sama merupakan

Rumah Sakit Jiwa milik Propinsi Jawa Tengah, dimana validitas isi

(content validity), validitas kriteria (criterion related validity) distribusi

usia, tingkat pendidikan, hampir sama dengan RSJD surakarta dan

validitas variabel mengenai persepsi dan sikap perawat di ruang akut

memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukan sejumlah item yang

representatif dan mewakili konsep yang yang hampir sama dengan

40

Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :

x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner

ini menjelaskan dua kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif, dikatakan

positif apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 58, dan

dikatakan negatif jika nilai total

3.5.2. Uji Instrumen

3.5.2.1. Uji Validitas

58.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur untuk

mengukur tentang apa yang diukur, mengukur valid tidaknya suatu butir

pertanyaan (Notoatmodjo,2012). Peneliti menggunakan pendekatan

construct validity untuk menguji kevalidan instrumen. Instrumen yang

mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur gejala sesuai yang didefinisikan (Sugiyono,2010).

Uji validitas dilaksanakan di UPIP RSJD Dr. RM Soedjarwadi

Klaten, dengan jumlah responden sebanyak 16 orang, dengan kriteria

perawat hampir sama dengan RSJD Surakarta, sama sama merupakan

Rumah Sakit Jiwa milik Propinsi Jawa Tengah, dimana validitas isi

(content validity), validitas kriteria (criterion related validity) distribusi

usia, tingkat pendidikan, hampir sama dengan RSJD surakarta dan

validitas variabel mengenai persepsi dan sikap perawat di ruang akut

memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukan sejumlah item yang

representatif dan mewakili konsep yang yang hampir sama dengan

40

Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :

x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner

ini menjelaskan dua kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif, dikatakan

positif apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 58, dan

dikatakan negatif jika nilai total

3.5.2. Uji Instrumen

3.5.2.1. Uji Validitas

58.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur untuk

mengukur tentang apa yang diukur, mengukur valid tidaknya suatu butir

pertanyaan (Notoatmodjo,2012). Peneliti menggunakan pendekatan

construct validity untuk menguji kevalidan instrumen. Instrumen yang

mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur gejala sesuai yang didefinisikan (Sugiyono,2010).

Uji validitas dilaksanakan di UPIP RSJD Dr. RM Soedjarwadi

Klaten, dengan jumlah responden sebanyak 16 orang, dengan kriteria

perawat hampir sama dengan RSJD Surakarta, sama sama merupakan

Rumah Sakit Jiwa milik Propinsi Jawa Tengah, dimana validitas isi

(content validity), validitas kriteria (criterion related validity) distribusi

usia, tingkat pendidikan, hampir sama dengan RSJD surakarta dan

validitas variabel mengenai persepsi dan sikap perawat di ruang akut

memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukan sejumlah item yang

representatif dan mewakili konsep yang yang hampir sama dengan

41

populasi yang di ukur (Sunyoto,2011). Pengujian validitas setiap

pertanyaan dilakukan dengan menghitung korelasi product moment

antara skor pertanyaan dengan

berikut:

(

(

√,

X = pertanyaan nomor 1

Y = skor total

skor total, yang rumusnya sebagai

) ( )

) -, ( ) -

XY = skor pertanyaan nomor 1 x skor total

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana

data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang

dimaksud. Jikar hitung lebih besar dari r tabel dan memiliki nilai positif,

maka pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid dan dapat digunakan.

Uji instrumen dilakukan pada tanggal 12 Mei 2015 sd 21 Mei

2015 di Ruang Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJD Dr. RM.

Soedarwaji Klaten sebanyak 16 responden. Hasil instrumen persepsi

perawat dan sikap perawat sebanyak 20 pertanyaan. Pertanyaan

dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari pada r tabel pada tingkat

signifikasi 5% nilai r tabel dengan jumlah 16 responden adalah 0,497.

Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar

0,636 hingga tertinggi sebesar 0,971. Tidak terdapat t hitung yang lebih

kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan sikap perawat dinyatakan

valdi sebagai instrumen penelitian.

41

populasi yang di ukur (Sunyoto,2011). Pengujian validitas setiap

pertanyaan dilakukan dengan menghitung korelasi product moment

antara skor pertanyaan dengan

berikut:

(

(

√,

X = pertanyaan nomor 1

Y = skor total

skor total, yang rumusnya sebagai

) ( )

) -, ( ) -

XY = skor pertanyaan nomor 1 x skor total

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana

data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang

dimaksud. Jikar hitung lebih besar dari r tabel dan memiliki nilai positif,

maka pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid dan dapat digunakan.

Uji instrumen dilakukan pada tanggal 12 Mei 2015 sd 21 Mei

2015 di Ruang Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJD Dr. RM.

Soedarwaji Klaten sebanyak 16 responden. Hasil instrumen persepsi

perawat dan sikap perawat sebanyak 20 pertanyaan. Pertanyaan

dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari pada r tabel pada tingkat

signifikasi 5% nilai r tabel dengan jumlah 16 responden adalah 0,497.

Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar

0,636 hingga tertinggi sebesar 0,971. Tidak terdapat t hitung yang lebih

kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan sikap perawat dinyatakan

valdi sebagai instrumen penelitian.

41

populasi yang di ukur (Sunyoto,2011). Pengujian validitas setiap

pertanyaan dilakukan dengan menghitung korelasi product moment

antara skor pertanyaan dengan

berikut:

(

(

√,

X = pertanyaan nomor 1

Y = skor total

skor total, yang rumusnya sebagai

) ( )

) -, ( ) -

XY = skor pertanyaan nomor 1 x skor total

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana

data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang

dimaksud. Jikar hitung lebih besar dari r tabel dan memiliki nilai positif,

maka pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid dan dapat digunakan.

Uji instrumen dilakukan pada tanggal 12 Mei 2015 sd 21 Mei

2015 di Ruang Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJD Dr. RM.

Soedarwaji Klaten sebanyak 16 responden. Hasil instrumen persepsi

perawat dan sikap perawat sebanyak 20 pertanyaan. Pertanyaan

dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari pada r tabel pada tingkat

signifikasi 5% nilai r tabel dengan jumlah 16 responden adalah 0,497.

Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar

0,636 hingga tertinggi sebesar 0,971. Tidak terdapat t hitung yang lebih

kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan sikap perawat dinyatakan

valdi sebagai instrumen penelitian.

42

Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar

0,710 hingga tertinggi sebesar 0,952. Tidak terdapat t hitung yang lebih

kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan persepsi perawat

dinyatakan valid sebagai instrumen penelitian.

3.5.2.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen yang

dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas internal, dimana

nilai yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari suatu pengetesan.

Adapun rumus yang digunakan adalah dengan koefisien cronbach alpha,

yaitu :

r= {

k : banyaknya item

}* +

S

S

: Jumlah varian item

: Varian total

Pengujian reliabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach

0,979 dan nilai reabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach

0,974. Menurut Sugiyono (2010) dimana instrumen dikatakan reliabel

jika nilai alfa > 0,60 sehingga demikian instrumen ini reliabel dan dapat

digunakan sebagai alat ukur.

42

Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar

0,710 hingga tertinggi sebesar 0,952. Tidak terdapat t hitung yang lebih

kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan persepsi perawat

dinyatakan valid sebagai instrumen penelitian.

3.5.2.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen yang

dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas internal, dimana

nilai yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari suatu pengetesan.

Adapun rumus yang digunakan adalah dengan koefisien cronbach alpha,

yaitu :

r= {

k : banyaknya item

}* +

S

S

: Jumlah varian item

: Varian total

Pengujian reliabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach

0,979 dan nilai reabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach

0,974. Menurut Sugiyono (2010) dimana instrumen dikatakan reliabel

jika nilai alfa > 0,60 sehingga demikian instrumen ini reliabel dan dapat

digunakan sebagai alat ukur.

42

Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar

0,710 hingga tertinggi sebesar 0,952. Tidak terdapat t hitung yang lebih

kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan persepsi perawat

dinyatakan valid sebagai instrumen penelitian.

3.5.2.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen yang

dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas internal, dimana

nilai yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari suatu pengetesan.

Adapun rumus yang digunakan adalah dengan koefisien cronbach alpha,

yaitu :

r= {

k : banyaknya item

}* +

S

S

: Jumlah varian item

: Varian total

Pengujian reliabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach

0,979 dan nilai reabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach

0,974. Menurut Sugiyono (2010) dimana instrumen dikatakan reliabel

jika nilai alfa > 0,60 sehingga demikian instrumen ini reliabel dan dapat

digunakan sebagai alat ukur.

43

3.5.3 Cara pengumpulan data

Data dalam penelitian ini adalah

3.5.3.1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari

responden (Riwidikdo,2006). Dalam penelitian ini data primer

didapatkan dari pengisian kuisioner oleh perawat yang berdinas di

RSJ Daerah Surakarta.

3.5.3.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang

lain dan tidak dipersiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi digunakan

untuk tujuan penelitian ( Riwidikdo,2006). Dalam penelitian ini data

sekunder didapatkan dari Data Rekam Medis dan Data Kepegawaian

RSJD Surakarta

3.5.3.3. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian yaitu :

1. Tahap Orientasi

Tahap ini mempersiapkan beberapa materi dan konsep yang

mendukung, mengajukan ijin penelitian, studi pendahuluan dan

penyusunan proposal

2. Tahap Uji Coba Intrumen

Penelitian melakukan uji coba instrumen di UPIP RSJD

Dr. RM Soedjarwadi Klaten

44

3. Tahap pelaksanaan

Tahap pertama, peneliti menentukan objek penelitian, Tahap

kedua, peneliti mengambil sampel penelitian, Tahap ketiga peneliti

melakukan pengambilan data dengan mendatangi secara langsung

perawat sebagai calon responden, memberikan penjelasan kepada

calon responden yang memenuhi syarat inklusi tentang tujuan,

manfaat dan prosedur pengambilan data penelitian, meminta

persetujuan calon responden dengan memberikan lembaran inform

consent , responden menandatangani persetujuan menjadi calon

responden, apabila responden tidak setuju, diperkenankan

mengundurkan diri dan tidak ikut dalam penelitian, apabila responden

setuju, dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan yang telah

disediakan. Kuisioner diberikan secara langsung kepada responden

dengan dijelaskan cara pengisian dan diberikan kesempatan untuk

mengisi kuisioner tersebut. Setelah kuisioner terisi peneliti langsung

menarik untuk dilakukan analisi data.

4. Tahap Akhir

Tahap penulisan laporan, setelah semua data dianalisa melalui

komputerisasi kemudian menyusun konsep laporan, membuat laporan

laporan akhir dan persiapan pendadaran penelitian.

45

3.6. Teknik Pengiolahan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah

pengolahan data, beberapa cara pengolahan data yaitu (Arikunto,2006) :

3.6.1.1. Editing, adalah dengan memeriksa kembali data yang telah

dikumpulkan, semua data harus diteliti kelengkapanya. Apabila ada

kekurangan data maka di tanyakan kembali kepada responden

yang bersangkutan.

3.6.1.2. Coding merupakan pemberian skor pada setiap item jawaban. Data

yang terkumpul berupa angka. Untuk memudahkan dalam

pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari kuesioner yang

telah disebarkan diberi kode sesuai dengan jawaban yang diberikan

responden.

1) Data persepsi tentang perilaku agresif

a) Persepsi benar bila skor nilai > 57 diberi kode 1

b) Persepsi salah bila skor nilai ≤ 57 diberi kode 2

2) Data sikap perawat

a) Sikap positif bila skor nilai > 58 diberi kode 1

b) Sikap negatif apabila skor nilai ≤ 58 diberi kode 2

46

3.6.1.3. Entery data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan

membuat tabel kontingensi. Jawaban dari masing-masing

responden yang dalam bentuk „kode‟ (angka/huruf) dimasukkan ke

dalam program atau „software‟ komputer. Salah satu program

paket yang paling sering digunakan untuk entry data penelitian

adalah paket program komputer SPSS.

3.6.1.4. Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di masukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut

dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukan data kedalam

komputer

3.6.1.5. Tabulating, adalah penyajian data dalam bentuk tabel sehingga

memudahkan para pembaca memahami laporan penelitian dan

merupakan tahap akhir dari proses pengolahan data.

3.6.2. Analisa Univariat

Adalah analisa yang menggambarkan tiap variabel dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dalam analisa Univariat ini data

akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk data

kategorik yaitu persepsi, sikap, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama

kerja. Sedangkan data numerik disajikan dalam varian data yaitu variasi usia

47

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

tiap-tiap variabel ( Notoatmojo,2010)

x 100%

Keterangan :

X

F

N

: hasil presentase

: frekuensi hasil pencapaian

: total seluruh observasi

3.6.3. Analisa Bivariat

Dalam menguji kebenaran hipotesis yang diajukan maka setelah

data hasil penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa

data. Dua variabel berhubungan atau korelatif, dengan skala variabel

persepsi tentang perilaku agresif yaitu skala kategorik nominal dan variabel

kedua yaitu sikap perawat dengan skala kategorik nominal, dan berdistribusi

tidak normal atau non parametrik maka metode statistik yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan uji koefisien kontingensi yaitu uji

analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah

variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara variabel satu

dengan variabel nominal lainya (Dahlan,2014).

47

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

tiap-tiap variabel ( Notoatmojo,2010)

x 100%

Keterangan :

X

F

N

: hasil presentase

: frekuensi hasil pencapaian

: total seluruh observasi

3.6.3. Analisa Bivariat

Dalam menguji kebenaran hipotesis yang diajukan maka setelah

data hasil penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa

data. Dua variabel berhubungan atau korelatif, dengan skala variabel

persepsi tentang perilaku agresif yaitu skala kategorik nominal dan variabel

kedua yaitu sikap perawat dengan skala kategorik nominal, dan berdistribusi

tidak normal atau non parametrik maka metode statistik yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan uji koefisien kontingensi yaitu uji

analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah

variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara variabel satu

dengan variabel nominal lainya (Dahlan,2014).

47

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

tiap-tiap variabel ( Notoatmojo,2010)

x 100%

Keterangan :

X

F

N

: hasil presentase

: frekuensi hasil pencapaian

: total seluruh observasi

3.6.3. Analisa Bivariat

Dalam menguji kebenaran hipotesis yang diajukan maka setelah

data hasil penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa

data. Dua variabel berhubungan atau korelatif, dengan skala variabel

persepsi tentang perilaku agresif yaitu skala kategorik nominal dan variabel

kedua yaitu sikap perawat dengan skala kategorik nominal, dan berdistribusi

tidak normal atau non parametrik maka metode statistik yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan uji koefisien kontingensi yaitu uji

analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah

variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara variabel satu

dengan variabel nominal lainya (Dahlan,2014).

48

Adapun rumus persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sunyoto,2011)

:

(∫[

Dimana :

= nilai chi kuadrat

∫ = frekuensi yang diharapkan

∫ = frekuensi yang diperoleh

Mencari tabel dengan rumus :

∫ )]

dk = (k-1)(b-1)

Keterangan :

k

b

= banyaknya kolom

= banyaknya baris

Untuk mengetahui hubungan atara persepsi perawat tentang perilaku agresif

dengan sikap digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05) :

a. Apabila p 0,05 : Ho ditolak, berarti ada hubungan antara persepsi perawat

tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

b. Apabila p > 0,05 : Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara persepsi

perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

48

Adapun rumus persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sunyoto,2011)

:

(∫[

Dimana :

= nilai chi kuadrat

∫ = frekuensi yang diharapkan

∫ = frekuensi yang diperoleh

Mencari tabel dengan rumus :

∫ )]

dk = (k-1)(b-1)

Keterangan :

k

b

= banyaknya kolom

= banyaknya baris

Untuk mengetahui hubungan atara persepsi perawat tentang perilaku agresif

dengan sikap digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05) :

a. Apabila p 0,05 : Ho ditolak, berarti ada hubungan antara persepsi perawat

tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

b. Apabila p > 0,05 : Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara persepsi

perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

48

Adapun rumus persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sunyoto,2011)

:

(∫[

Dimana :

= nilai chi kuadrat

∫ = frekuensi yang diharapkan

∫ = frekuensi yang diperoleh

Mencari tabel dengan rumus :

∫ )]

dk = (k-1)(b-1)

Keterangan :

k

b

= banyaknya kolom

= banyaknya baris

Untuk mengetahui hubungan atara persepsi perawat tentang perilaku agresif

dengan sikap digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05) :

a. Apabila p 0,05 : Ho ditolak, berarti ada hubungan antara persepsi perawat

tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

b. Apabila p > 0,05 : Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara persepsi

perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

49

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat, maka digunakan coefisien cotingensi ( CC). Formula

untuk koefisien kontingensi menurut Sugiono,2007 adalah :

√c

c = koefisien kontingensi

N = total banyaknya observasi

= Chi-square hasil perhitungan

Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontingensi

yaitu sebagai berikut :

a. 0,00-0,19

b. 0,20-0,39

c. 0,40-0,59

d. 0,60-0,79

e. 0,20-0,39

3.7. Etika Penelitian

= hubungan sangat lemah

= hubungan lemah

= hubungan cukup kuat

= hubungan kuat

= hubungan sangat kuat ( Sugiyono,2007)

Peneliti memnentukan masalah etika penelitian kepada calon

responden dengan menekankan etika yaitu :

3.7.1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan di sampaikan kepada responden dan

dijelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi

selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon responden bersedia

49

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat, maka digunakan coefisien cotingensi ( CC). Formula

untuk koefisien kontingensi menurut Sugiono,2007 adalah :

√c

c = koefisien kontingensi

N = total banyaknya observasi

= Chi-square hasil perhitungan

Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontingensi

yaitu sebagai berikut :

a. 0,00-0,19

b. 0,20-0,39

c. 0,40-0,59

d. 0,60-0,79

e. 0,20-0,39

3.7. Etika Penelitian

= hubungan sangat lemah

= hubungan lemah

= hubungan cukup kuat

= hubungan kuat

= hubungan sangat kuat ( Sugiyono,2007)

Peneliti memnentukan masalah etika penelitian kepada calon

responden dengan menekankan etika yaitu :

3.7.1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan di sampaikan kepada responden dan

dijelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi

selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon responden bersedia

49

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat, maka digunakan coefisien cotingensi ( CC). Formula

untuk koefisien kontingensi menurut Sugiono,2007 adalah :

√c

c = koefisien kontingensi

N = total banyaknya observasi

= Chi-square hasil perhitungan

Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontingensi

yaitu sebagai berikut :

a. 0,00-0,19

b. 0,20-0,39

c. 0,40-0,59

d. 0,60-0,79

e. 0,20-0,39

3.7. Etika Penelitian

= hubungan sangat lemah

= hubungan lemah

= hubungan cukup kuat

= hubungan kuat

= hubungan sangat kuat ( Sugiyono,2007)

Peneliti memnentukan masalah etika penelitian kepada calon

responden dengan menekankan etika yaitu :

3.7.1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan di sampaikan kepada responden dan

dijelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi

selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon responden bersedia

50

untuk diteliti, maka responden dipersilahkan untuk mengisi lembar

persetujuan. Tetapi apabila responden menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak boleh memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak

responden.

3.7.2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjamin kerahasiaan responden, maka dalam lembar

persetujuan maupun lembar kuesioner nama dan identitas responden

tidak di cantumkan. Peneliti hanya mencantmkan tingkat pendidikan dan

umur, serta menggunakan kode tertentu untuk setiap responden, yang

berupa nomor urut pada waktu pengambilan data. Jika di tengah

pengisian kuesioner responden ingin mengundurkan diri,

makadipersilahkan dan kuesioner tidak diikutsertakan dalam pengolahan

data.

3.7.3. Confidentiality ( kerahasiaan )

Informasi yang telah diperoleh dari responden disimpan dan

dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, karena hanya kelompok data tertentu

saja yang disajikan sebagai hasil penelitian

3.7.4 Benefience ( manfaat )

3.7.4.1. Bebas dari penderitaan

Peelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada responden, terutaja jika menggunakan tindakan khusus

51

3.7.4.2. Bebas dari ekspoitasi

Partisipasi responden dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntukngkan. Responden harus diyakinkan

bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah

diberikan tidak dipergunakan dalam hal yang dapat merugikan

responden.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Karakteristik berdasarkan umur responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

UmurDewasa Muda (18- 40th )Dewasa Madya (41- 60th)

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi26632

Presentase81.25%18.75%100%

Tabel 4.1 menunjukkan responden paling banyak adalah kategori

dewasa muda yaitu sebanyak 26 orang (81.25%)

4.1.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan

PendidikanD-3S-1

S-1 Ners

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi179632

Presentase53,1%28,1%18,8%100%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah

lulus D3, yaitu sejumlah 17 orang (53,1%).

4.1.3 Karakteristik respon3en berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden jenis kelamin

Jenis kelaminLaki-LakiPerempuan

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi161632

52

Presentase50%50%100%

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Karakteristik berdasarkan umur responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

UmurDewasa Muda (18- 40th )Dewasa Madya (41- 60th)

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi26632

Presentase81.25%18.75%100%

Tabel 4.1 menunjukkan responden paling banyak adalah kategori

dewasa muda yaitu sebanyak 26 orang (81.25%)

4.1.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan

PendidikanD-3S-1

S-1 Ners

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi179632

Presentase53,1%28,1%18,8%100%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah

lulus D3, yaitu sejumlah 17 orang (53,1%).

4.1.3 Karakteristik respon3en berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden jenis kelamin

Jenis kelaminLaki-LakiPerempuan

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi161632

52

Presentase50%50%100%

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Karakteristik berdasarkan umur responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

UmurDewasa Muda (18- 40th )Dewasa Madya (41- 60th)

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi26632

Presentase81.25%18.75%100%

Tabel 4.1 menunjukkan responden paling banyak adalah kategori

dewasa muda yaitu sebanyak 26 orang (81.25%)

4.1.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan

PendidikanD-3S-1

S-1 Ners

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi179632

Presentase53,1%28,1%18,8%100%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah

lulus D3, yaitu sejumlah 17 orang (53,1%).

4.1.3 Karakteristik respon3en berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden jenis kelamin

Jenis kelaminLaki-LakiPerempuan

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi161632

52

Presentase50%50%100%

53

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden adalah sama yaitu laki-

laki berjumlah 16 responden atau sebesar 50 % dan responden perempuan

sebanyak 16 responden atau sebesar 50 %

4.1.4 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan masa kerja

Masa KerjaBaru ( 5th)

Sedang (6-10th)Lama ( 11)

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi1113832

Presentase34,4%40,6%25,1%100%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa berdasarkan masa kerja responden paling

banyak adalah responden yang telah bekerja selama 5-10 th (kategori

sedang ) sebanyak 13 responden atau sebesar 40,6 %

4.1.5 Karakteristik berdasarkan persepsi perawat tentang perilaku agresif

Data persepsi perawat tentang perilaku agresif diperoleh dengan

kuisioner sebanyak 20 item. Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka

dapat dilihat dalam tabel yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Data Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif

PersepsiBenarSalah

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi131932

Presentase40,62%59,38%100%

53

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden adalah sama yaitu laki-

laki berjumlah 16 responden atau sebesar 50 % dan responden perempuan

sebanyak 16 responden atau sebesar 50 %

4.1.4 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan masa kerja

Masa KerjaBaru ( 5th)

Sedang (6-10th)Lama ( 11)

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi1113832

Presentase34,4%40,6%25,1%100%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa berdasarkan masa kerja responden paling

banyak adalah responden yang telah bekerja selama 5-10 th (kategori

sedang ) sebanyak 13 responden atau sebesar 40,6 %

4.1.5 Karakteristik berdasarkan persepsi perawat tentang perilaku agresif

Data persepsi perawat tentang perilaku agresif diperoleh dengan

kuisioner sebanyak 20 item. Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka

dapat dilihat dalam tabel yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Data Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif

PersepsiBenarSalah

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi131932

Presentase40,62%59,38%100%

53

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden adalah sama yaitu laki-

laki berjumlah 16 responden atau sebesar 50 % dan responden perempuan

sebanyak 16 responden atau sebesar 50 %

4.1.4 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan masa kerja

Masa KerjaBaru ( 5th)

Sedang (6-10th)Lama ( 11)

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi1113832

Presentase34,4%40,6%25,1%100%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa berdasarkan masa kerja responden paling

banyak adalah responden yang telah bekerja selama 5-10 th (kategori

sedang ) sebanyak 13 responden atau sebesar 40,6 %

4.1.5 Karakteristik berdasarkan persepsi perawat tentang perilaku agresif

Data persepsi perawat tentang perilaku agresif diperoleh dengan

kuisioner sebanyak 20 item. Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka

dapat dilihat dalam tabel yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Data Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif

PersepsiBenarSalah

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi131932

Presentase40,62%59,38%100%

54

Tabel 4.5 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat

tentang perilaku agresif paling banyak adalah persepsi salah sebanyak 19

responden atau sekitar 59,38 %, sedangkan persepsi benar sebanyak 13

responden (59,38%)

Gambar 4.1 Rentang skor skala Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif

Salah

34,0 57,19

Benar

73

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori salah yaitu

rentang skor 34-57,19 sebanyak 19 orang

4.1.6 Karakteristik berdasarkan sikap perawat

Data sikap perawat diperoleh dengan kuisioner sebanyak 20 item.

Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka dapat dilihat dalam tabel

yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Data Sikap perawat

SikapPositifNegatif

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi151732

Presentase46,87%53,13%100%

Tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat

tentang perilaku agresif paling banyak dalah sikap negatif yaitu sebanyak

15 responden (46,87 %), sedangkan sikap positif sebanyak 17 responden

(53,13%)

54

Tabel 4.5 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat

tentang perilaku agresif paling banyak adalah persepsi salah sebanyak 19

responden atau sekitar 59,38 %, sedangkan persepsi benar sebanyak 13

responden (59,38%)

Gambar 4.1 Rentang skor skala Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif

Salah

34,0 57,19

Benar

73

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori salah yaitu

rentang skor 34-57,19 sebanyak 19 orang

4.1.6 Karakteristik berdasarkan sikap perawat

Data sikap perawat diperoleh dengan kuisioner sebanyak 20 item.

Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka dapat dilihat dalam tabel

yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Data Sikap perawat

SikapPositifNegatif

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi151732

Presentase46,87%53,13%100%

Tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat

tentang perilaku agresif paling banyak dalah sikap negatif yaitu sebanyak

15 responden (46,87 %), sedangkan sikap positif sebanyak 17 responden

(53,13%)

54

Tabel 4.5 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat

tentang perilaku agresif paling banyak adalah persepsi salah sebanyak 19

responden atau sekitar 59,38 %, sedangkan persepsi benar sebanyak 13

responden (59,38%)

Gambar 4.1 Rentang skor skala Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif

Salah

34,0 57,19

Benar

73

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori salah yaitu

rentang skor 34-57,19 sebanyak 19 orang

4.1.6 Karakteristik berdasarkan sikap perawat

Data sikap perawat diperoleh dengan kuisioner sebanyak 20 item.

Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka dapat dilihat dalam tabel

yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Data Sikap perawat

SikapPositifNegatif

Sumber : Olah Data Primer

Frekuensi151732

Presentase46,87%53,13%100%

Tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat

tentang perilaku agresif paling banyak dalah sikap negatif yaitu sebanyak

15 responden (46,87 %), sedangkan sikap positif sebanyak 17 responden

(53,13%)

55

Gambar 4.2 Rentang sikap perawat

Negatif

46 58,00

Positif

78

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori negatif

yaitu rentang skor 46-57,00 sebanyak 17 orang

4.2 Analisis bivariat

Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah hasil peneitian

dapat membuktikn hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan melakukan analisis data dengan menggunakan uji analisis

keofisien kontingensi yaitu uji analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau

pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara

persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat Hasil analisis uji

koefisien kontingensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi persepsi perawat dengan sikap perawat

SikapPositif Negatif Persepsi

Benar 10 3Salah 5 14

15 17 Total

Total

131932

Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa distribusi frekuensi data responden terbanyak

mempunyai persepsi yang salah terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap

negatif sebanyak 14 orang atau sekitar 43,75 %, sedangkan responden yang

memiliki persepsi benar terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap positif

adalah sebanyak 10 responden atau sekitar 31,25%

55

Gambar 4.2 Rentang sikap perawat

Negatif

46 58,00

Positif

78

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori negatif

yaitu rentang skor 46-57,00 sebanyak 17 orang

4.2 Analisis bivariat

Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah hasil peneitian

dapat membuktikn hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan melakukan analisis data dengan menggunakan uji analisis

keofisien kontingensi yaitu uji analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau

pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara

persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat Hasil analisis uji

koefisien kontingensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi persepsi perawat dengan sikap perawat

SikapPositif Negatif Persepsi

Benar 10 3Salah 5 14

15 17 Total

Total

131932

Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa distribusi frekuensi data responden terbanyak

mempunyai persepsi yang salah terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap

negatif sebanyak 14 orang atau sekitar 43,75 %, sedangkan responden yang

memiliki persepsi benar terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap positif

adalah sebanyak 10 responden atau sekitar 31,25%

55

Gambar 4.2 Rentang sikap perawat

Negatif

46 58,00

Positif

78

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori negatif

yaitu rentang skor 46-57,00 sebanyak 17 orang

4.2 Analisis bivariat

Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah hasil peneitian

dapat membuktikn hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan melakukan analisis data dengan menggunakan uji analisis

keofisien kontingensi yaitu uji analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau

pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara

persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat Hasil analisis uji

koefisien kontingensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi persepsi perawat dengan sikap perawat

SikapPositif Negatif Persepsi

Benar 10 3Salah 5 14

15 17 Total

Total

131932

Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa distribusi frekuensi data responden terbanyak

mempunyai persepsi yang salah terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap

negatif sebanyak 14 orang atau sekitar 43,75 %, sedangkan responden yang

memiliki persepsi benar terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap positif

adalah sebanyak 10 responden atau sekitar 31,25%

56

Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan persepsi perawat dengan sikap perawat

Value (r)0,446 CoefisientConingency (cc)

Approx. Sig. (p)0,005

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan koefisien

kontingensi diperoleh nilai korelasi sebesar 0,446, dengan nilai r berada

diantara 0,40-0,59 artinya hubungan antar variabel dikatakan cukup kuat. Nilai

p sebesar 0,005. Nilai p < alpha 0.05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan

antara persepsi perawat tetang perilaku agresif dengan sikap perawat pada pasien

skizofrenia di RSJD Surakarta.

56

Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan persepsi perawat dengan sikap perawat

Value (r)0,446 CoefisientConingency (cc)

Approx. Sig. (p)0,005

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan koefisien

kontingensi diperoleh nilai korelasi sebesar 0,446, dengan nilai r berada

diantara 0,40-0,59 artinya hubungan antar variabel dikatakan cukup kuat. Nilai

p sebesar 0,005. Nilai p < alpha 0.05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan

antara persepsi perawat tetang perilaku agresif dengan sikap perawat pada pasien

skizofrenia di RSJD Surakarta.

56

Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan persepsi perawat dengan sikap perawat

Value (r)0,446 CoefisientConingency (cc)

Approx. Sig. (p)0,005

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan koefisien

kontingensi diperoleh nilai korelasi sebesar 0,446, dengan nilai r berada

diantara 0,40-0,59 artinya hubungan antar variabel dikatakan cukup kuat. Nilai

p sebesar 0,005. Nilai p < alpha 0.05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan

antara persepsi perawat tetang perilaku agresif dengan sikap perawat pada pasien

skizofrenia di RSJD Surakarta.

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Persepsi perawat tentang perilaku agresif

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 perawat yang berdinas di

ruang akut RSJD Surakarta, sebagian besar mempersepsikan perilaku agresif

dengan persepsi salah, yaitu sebesar 59,38 %. Masalah ini perlu mendapat

perhatian bahwa perawat di Ruang Akut RSJD Surakarta sebagian besar belum

dapat mempersepsikan perilaku agresif dengan benar.

Khulsum (2014) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses

pencarian informasi yang menyangkut interprestasi lingkungan sekitar melalui

pengindraan. Dalam mempersepsikan perilaku agresif beberapa responden

mengalami kekeliruan dalam memberikan refleks. Kekeliruan refleks ini terjadi

karena sebagian besar disebabkan oleh faktor keadaan lingkungan.

Senada yang diungkapkan oleh Khulsum (2014) bahwa situasi lingkungan

yang melatar belakanginya dapat membawa perbedaan tentang hasil persepsi

seseorang. Objek yang sama dengan situasi lingkungan yang berbeda akan

berpengaruh terhadap persepsi seseorang. Dari hasil penelitian Menurut Foster,

Bowers & Nijman (2007) diperoleh hasil dari 254 peristiwa agresi yang dicatat,

perawat adalah orang paling sering menjadi target dalam peristiwa perilaku

agresif yaitu sebanyak (57,1%).

Penelitian ini mendukung penelitian Sumarso (2012), dengan judul

Pengaruh persepsi perawat tentang kekerasan pasien terhadap kecenderungan

perilaku agresif perawat di ruang rawat inap di RSJD Surakarta. Tehnik analisa

57

58

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Hasil

analisis penelitian Sig. Uji F sebesar 0,000 (<0.05) yang artinya ada korelasi

hubungan yang signifikan antara persepsi perawat dengan kekerasan pasien

terhadap kecenderungan perilaku agresif perawat.

Hasil analisa diatas, dampak terhadap pelayanan keperawatan di ruang

akut RSJD Surakarta dapat terhambat dan tidak berjalan sesuai dengan prosedur

tetap, hal ini dapat berimplikasi kepada asuhan keperawatan secara langsung,

sehingga pelayanan keperawatan tidak dapat dilaksanakan secara optimal.

5.2 Sikap Perawat

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 perawat yang berdinas di

ruang akut RSJD Surakarta, sebagaian besar bersikap negatif yaitu sebesar

53,12%, Masalah ini perlu mendapat perhatian bahwa perawat di Ruang Akut

RSJD Surakarta sebagian besar perawat yang berdinas di Ruang Akut RSJD

Surakarta bersikap negatif.

Menurut Sunaryo (2005) struktur sikap diantaranya adalah komponen

persepsi, yang representasi tentang apa yang di percayai oleh individu.

Kepercayaan tersebut berhubungan dengan individu mempersepsi terhadap objek

sikap, dengan apa yang di lihat dan di ketahui, pandangan, keyakinan, pikiran,

pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan informasi dari orang lain.

Dari variabel persepsi didapatkan bahwa komponen persepsi perawat di

ruang akut RSJD Surakarta dalam kondisi persepsi salah dalam menginterprestasi

perilaku agresif pasien. Hal ini terjadi karena faktor yang mempengaruhi sikap

59

terhadap objek lain adalah pengetahuan, pengaruh orang lain dan faktor emosional

(Sunaryo, 2005)

Hal ini medukung penelitian Jumali (2012) dengan judul Hubungan sikap

dan pengetahuan pada pasien prilaku kekerasan di Ruang Akut RSJD Surakarta

Hasil analisis penelitian p value sebesar 0,002 (<0.05) yang artinya ada korelasi

hubungan yang signifikan antara sikap dengan pengetahuan perawat di Ruang

Akut RSJD Surakarta.

Analisis sikap diatas, dapat berdampak terhadap pelayanan keperawatan di

ruang akut RSJD Surakarta sehingga pelayanan keperawatan tidak dapat

dilaksanakan secara optimal. Menurut Sunaryo (2005) sikap yang perlu dimiliki

oleh perawat dalam merawat pasien agar memberikan pelayanan keperawatan

sesuai dengan harapan pasien yaitu perawat harus memiliki sikap yang ramah,

menunjukkan rasa kasih sayang dan menaruh perhatian terhadap semua pasien.

5.3 Hubungan persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat

Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa berdasarkan uji koefisien

kontingensi dari 32 responden dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh p value

sebesar 0,005 dan tingkat keeratan 0,446. Nilai p value < α maka H0 ditolak

artinya ada hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan

sikap perawat dengan keeratan hubungan 44,6%. Hasil penelitian menunjukkan

hubungan cukup kuat antara antara persepsi perawat tentang perilaku agresif

dengan sikap perawat. Analisis data menunjukan bahwa faktor persepsi perawat

memberikan sumbangan terhadap sikap perawat dalam merawat pasien dengan

perilaku agresif, Semakin benar persepsi perawat tentang perilaku agresif

60

diharapkan semakin baik juga sikap perawat dapat merawat pasien dengan

perilaku agresif. Sebaliknya semakin salah persepsi maka diduga akan semakin

negatif dalam merawat pasien dengan perilaku kekerasan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Diana (2007)

yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap adalah

persepsi terhadap sumber agresi, dalam penelitian ini sumber agresi yang

dimaksud adalah pasien dengan skizofrenia. Pasien dapat dikatakan sebagai

sumber agresi karena dalam kesehariannya seorang perawat berhadapan langsung

dengan pasien penyakit jiwa yang mempunyai kondisi emosional yang labil.

Kondisi pasien yang labil membuat perawat harus ekstra sabar karena

karakteristik pasien agresif, antara lain sulit diajak komunikasi, menarik diri, atau

justru agresif. Seorang perawat ketika mempunyai sikap positif terhadap

pasien,maka ia akan cenderung menyenangi dan peduli dengan keadaan pasien.

Sebaliknya, ketika seorang perawat sikap yang negatif terhadap pasien, maka ia

cenderung akan membenci dan menjauhinya (Diana,2007)

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sikap perawat di Ruang Akut

Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah negatif. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Indriasari, (2007) yang meneliti tentang “Hubungan

persepsi kekerasan yang dialami dengan kecenderungan perilaku agresif pada

perawat pasien penyakit jiwa di RSJD Surakarta”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi kekerasan

yang dialami dengan kecenderungan perilaku agresif pada perawat pasien

penyakit jiwa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku

61

agresif perawat pasien penyakit jiwa di RSJD Surakarta adalah sedang. Sikap

negatif ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (1) belum

adanya kesadaran akan tanggung jawab perawat terhadap pasien, (2) faktor jenis

kelamin, dan (3) faktor lama bekerja (Sunaryo,2005)

Pertama, karena belum adanya kesadaran akan tanggung jawab perawat

terhadap. Indriasari (2007) mengemukakan bahwa individu yang sadar akan

tanggung jawabnya cenderung lebih berhati-hati dalam bertindak, termasuk dalam

bersikap. Hal ini dikarenakan adanya perhitungan berat ringannya tanggung jawab

yang harus dipikul apabila ia bersikap negatif. Seorang perawat akan dihadapkan

pada berbagai masalah apabila bersikap negatif terhadap pasien,baik

permasalahan dengan pihak Rumah Sakit maupun dengan pihak keluarga pasien.

Kedua, karena faktor jenis kelamin. Indriasari (2007) laki-laki lebih

bersikap negatif dari pada wanita. Hal ini terjadi akibat kontrol emosional yang

cukup tinggi pada wanita dibandingkan pria. Berdasarkan data subjek penelitian,

data menunjukkan bahwa dari 32 perawat, 16 perawat (50%) adalah laki-laki,

yang bersikap negatif sebanyak 10 responden (62,5%) dan dari 16 perawat

perempuan (50%) yang melakukan sikap negatif sebanyak 7 responden (43,75%).

Selanjutnya, karena faktor lama bekerja. Berdasarkan data subjek

penelitian, terdapat 8 perawat (25,1 %) yang lama bekerjanya lebih dari 10 tahun,

13 perawat (40,6%) yang lama kerjanya 5 sampai 10 tahun, dan 11 perawat

(34,4%) yang lama kerjanya kurang dari 5 tahun. Dari 8 perawat yang bekerja

lebih dari 10 tahun hanya 3 responden (30%) yang memiliki sikap negatif.

Indriasari (2007) mengemukakan bahwa lamanya masa kerja perawat bekerja

62

berhubungan dengan keanekaragaman pengalaman mereka dalam bekerja. yang

mempunyai banyak pengalaman kerja lebih mampu untuk mengontrol emosi dan

mampu menguasai keadaan ketika berinteraksi langsung dengan pasien penyakit

jiwa, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin lama perawat pasien penyakit jiwa

bekerja, maka sikapnya akan semakin positif.

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

5.1.1 Sebagian besar perawat berusia dewasa muda yaitu sebesar 81.25%,

berpendidikan D-3 sebesar 53,1% dan masa kerja sedang sebesar 40,6%.

5.1.2 Sebagian besar perawat memiliki persepsi salah terhadap perilaku agresif

pasien yaitu sebesar 59,38%

5.1.3 Sebagian besar perawat memiliki sikap negatif terhadap pasien yaitu

sebesar 53,13%.

5.1.4 Terdapat hubungan yang cukup kuat antara persepsi perawat tentang

perilaku agresif dengan sikap perawat dengan tingkat keeratan (r) sebesar

0,446 dan ada hubungan antar variabel dengan nilai p sebesar 0.005.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa

saran sebagai berikut :

5.2.1. Bagi Rumah Sakit

1. Diselenggarakan pelatihan mengenai persamaan persepsi tentang perilaku

agresif pasien, sehingga perawat mampu menilai tingkat agresi pasien dan

tindakan yang sesuai dengan prosedur.

63

64

2. Meningkatkan sikap positif perawat dengan cara berfikir positif,

mempelajari lebih lanjut tentang tanda dan gejala pada pasien dengan

perilaku agresif.

3. Memperbarui Standar Prosedur Operasional, menambahkan alat ukur baku,

untuk mengukur pasien agresi, (RUFA, CTRS atau PANSS) sehingga

kriteria untuk mengukur kondisi pasien akut atau sub akut, sebagai

panduan dasar perawat untuk bekerja di ruang akut.

4. Meningkatkan fasilitas, peralatan yang standar dengan pengamanan

ruangan, untuk menciptakan lingkungan perawatan yang aman dan

nyaman bagi pasien dan perawat

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian dalam ilmu

keperawatan sebagai sarana atau metode pengembangan ilmu psikologi

keperawatan atau ilmu keperawatan jiwa

5.2.3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih

lanjut, dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengarui persepsi

perawat akibat pengaruh usia, masa kerja, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan.

5.2. 4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan perawat dapat bersikap positif dan

mempunyai persepsi yang benar dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien dengan skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto(2006), Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

As'ad & Soetjipto.(2010). Agresi pasien dan strategi coping perawat. Jurnal

Psikologi Indonesia, 111.

Anwar, (2011). Metode Penelitian,8, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar,.(2009). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Badan Penelitian dan Pengembangan,(2007) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Diana, R. (2007). Agresivitas siswa SMA dan SMK Yogyakarta. Jurnal Psikologi

Proyeksi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung

Foster,Bowers,Nijman. (2007). Aggressive behaviour on acute psychiatric wards:

prevalence, severity and management .Journal of Advanced

Nursing,58,140-149.

Hawari,D.(2007). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Jakarta :

FKUI.

Ibrahim, N., Desa, A., & Chiew-Tong, N.K. (2011). Illnes Perception and

Depression in Patients. The Social Science, 6 , 221-226.

Indriasari,F.(2007). Hubungan Persepsi Kekerasan yang Dialami dengan

Kecenderungan Perilaku Agresif pada Perawat Jiwa di RSJD Surakarta.

Jurnal Kebidanan dan Keperawatan,3, Yogyakarta.

Jumali,(2012). Hubungan Antara Sikap dengan Pengetahuan Pada Pasien

Perilaku Kekerasan di RSJD Surakarta. Surakarta : Universitas Sahid

Surakarta

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. (2007) Synopsis of Psychiatric:Behavioral Science

Clinical. USA. Philadelphia.

Khulsum,U.(2014). Pengantar Psikologi Sosial, Jakarta : Prestasi Pustaka.

Notoadmojo.,S (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuradi, P.(2005) . Burnout pada Perawat Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Ditinjau

Dari Persepsi Terhadap Gaji. Semarang : Universitas Katolik

Soegijapranata.

Nurjannah,I.(2008), Penanganan klien dengan Masalah Psikiatrik Agresi,

Yogyakarta : Moco Medika.

Riwidikdo,H(2006) Statistik Kesehatan, Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Rudyanto,E. (2010). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan

Spiritual Dengan Prilaku Prososial Pada Perawat, Surakarta :

Universitas Sebelas Maret.

Sugiyono (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Sunaryo.(2005) . Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.

Sunyoto,.D.(2011). Analisis Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Muha Medika.

Stuart,D.W. & Sundenn,S.J.,(2008). Buku Saku Keperawatan Jiwa( terjemahan).

Jakarta: EGC.

Stuart,G.W & Laraia,M.T (2009), Principle and Practice of psychiatric Nursing

7th.St Louis : Mosby.

Tomb, D.A.(2005). Buku Saku Psikiatri .6. Jakarta : EGC.

Walgito, B,. (20011). Pengantar Psikologi Umum. ANDI : Yogyakarta.

Wawan,A. & Dewi,M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan

Perilaku Manusia, Yogyakarta : Mulia Medika. WHO. (2007). Prevention and Promotion in MentalHealth. Geneva Switzerland.