HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL...
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA
PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
MEGA CIPTA WAHYUNINGSIH
F. 100 090 307
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA
PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
MEGA CIPTA WAHYUNINGSIH
F. 100 090 307
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
v
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA
PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA
Mega Cipta Wahyuningsih 1)
Wiwien Dinar Pratisti 2)
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dan
dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi
di kota Surakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi di SMA Negeri
1 Surakarta yang menempuh program akselerasi yang berasal dari kelas XI
akselerasi 1 dan kelas XI akselerasi 2 dengan jumlah subjek 46 orang. studi
populasi, yaitu menggunakan semua anggota populasi yang ada sebagai subjek
penelitian.. Alat ukur yang digunakan adalah skala optimisme, skala dukungan
sosial, skala kesejahteraan subjektif, dan wawancara.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 15.0 dengan teknik
analisis regresi ganda, maka hasil perhitungan diperoleh yaitu nilai koefisien
korelasi (R) sebesar 0,34; p = 0,071 (p > 0,05). Sumbangan efektif variabel
optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan remaja SMA program
akselerasi sebesar 11,5 %. Berdasarkan hasil analisis, diketahui variabel
optimisme mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 83,11 dan rerata hipotetik
(RH) sebesar 67,5 yang berarti sikap optimisme pada subjek tergolong tinggi.
Variabel dukungan sosial diketahui rerata empirik (RE) sebesar 99,72 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 82,5 yang berarti dukungan sosial pada subjek tergolong
tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan
positif antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif
remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta.
Kata kunci : Optimisme, Dukungan Sosial, Kesejahteraan Subjektif.
1) Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
2) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia
sudah mengalami kemajuan yang
begitu pesat. baik dari segi
kurikulum yang ditawarkan maupun
program penunjang yang dirasa
mampu untuk mendukung
peningkatan kualitas pendidikan.
Salah satu program pendidikan yang
saat ini sedang ramai
diperbincangkan adalah tentang
program akselerasi atau program
percepatan belajar untuk pendidikan
dasar dan menengah. Program
akselerasi memberikan kesempatan
bagi para siswa dalam percepatan
belajar dari waktu enam tahun
menjadi lima tahun pada jenjang SD
dan tiga tahun menjadi dua tahun
pada jenjang SMP dan SMA
(Nulhakim, 2008). Tujuan dari
pengadaan program ini adalah untuk
memberikan pelayanan pendidikan
yang maksimal bagi siswa yang
memiliki bakat serta potensi
istimewa. Hal tersebut sesuai dengan
Amanat UU No 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional
pada bab IV bagian kesatu pasal 5
ayat 4 yang berbunyi: warga Negara
yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
Pada kenyataannya,
fenomena yang muncul di kalangan
masyarakat sampai sekarang ini ialah
kontroversi tentang penyelenggaraan
program akselerasi di berbagai
kalangan. Awalnya dengan hadirnya
program akselerasi ini diharapkan
dapat mengakomodasi kemampuan
siswa berbakat sehingga dapat
menghemat waktu studi. Namun bagi
sebagian kalangan yang kontra
mengatakan bahwa hadirnya
2
program akselerasi menimbulkan
permasalahan psikologis bagi siswa.
Evaluasi penyelenggaraan
program akselerasi yang
dilaksanakan oleh Zuhdi tahun 2006
juga menyebutkan bahwa terdapat
beberapa dampak psikologis siswa
setelah beberapa waktu
penyelenggaraan program akselerasi,
diantaranya pada masa transisi tiga
bulan pertama, siswa mengalami
stress karena merasa kaget dengan
pemberian materi yang begitu cepat.
Hal tersebut sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti
yang menyebutkan bahwa mereka
mengalami stress pada saat awal
masuk program akselerasi. Materi
disampaikan secara cepat, tugas
sekolah banyak, dan ulangan
mendadak menyebabkan mereka
merasa tertekan.
Masalah penyesuaian sosial
biasanya siswa akselerasi lebih
mengutamakan prestasi akademik
sehingga mereka cenderung
mengurangi waktu untuk aktivitas
lain sehingga kesempatan untuk
melakukan hubungan sosial dengan
teman sebaya menjadi berkurang.
Siswa akselerasi cenderung kurang
aktif dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dengan alasan capek,
malas, atau ingin tidur di rumah
(Maimunah, 2009).
Kesejahteraan sujektif
merupakan evaluasi seseorang
tentang hidup mereka, termasuk
penilaian kognitif terhadap kepuasan
hidupnya serta evaluasi afektif dari
mood dan emosi (Diener & Lucas,
1999).Istilah kesejahteraan subjektif
merupakan evaluasi individu
terhadap kehidupannya. Penilaian ini
secara kognitif berupa pandangan
3
terhadap kepuasan serta afeksi
seperti perasaan kegembiraan atau
tidak mengalami depresi. Hasil
penelitian Jersild (Darmayanti, 2012)
mengungkapkan bahwa terdapat
keragaman hal-hal yang dapat
menyebabkan seseorang berbahagia
berdasarkan pada tingkat
perkembangan usianya. Bagi remaja
usia 15-18 tahun, hal-hal yang dapat
mendatangkan bahagia adalah: (1)
pergi rekreasi beramai-ramai,
melakukan kegiatan dengan
keluarga; (2) mencapai peningkatan
diri, berhasil di sekolah, dan merasa
penting atau berarti di
lingkungannya; (3) memperoleh
hubungan baik dengan orang lain,
bersahabat karib, dan mendapatkan
teman yang pasti; (4) melakukan
aktifitas pribadi yang
menyenangkan, seperti bermain
(games); dan (5) merasa bermanfaat
bagi orang lain atau bagi
kemanusiaan secara umum .
Peneliti sempat melakukan
wawancara dengan salah satu siswa
akselerasi di kota Surakarta. Dari
hasil wawancara tersebut diperoleh
gambaran bahwa remaja khususnya
remaja SMA program akselerasi di
kota Surakarta bahwa dukungan
sosial khususnya dari orang tua dan
teman memiliki peranan yang sangat
penting ketika sedang mengalami
banyak masalah serta kendala baik
yang berhubungan dengan studi
maupun persoalan remaja lainnya.
Orang tua dan teman sebaya yang
memberikan dukungan penuh berupa
motivasi mampu memberikan efek
positif bagi remaja untuk bangkit dan
kembali bersemangat. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
Conventry, Gilespie, Heath, dan
Martin pada tahun 2004 yang
4
menunjukkan bahwa dukungan sosial
berpengaruh terhadap kesejahteraan
subjektif serta kesehatan yang positif
pada individu. Selain itu, sikap
optimistis juga memiliki peranan
dalam kehidupan seorang remaja
untuk mencapai apa yang diinginkan,
semisal tujuan hidup, masa depan,
atau hanya sebatas keberhasilan
dalam bidang studi tertentu. Ketika
sikap optimistis tersebut muncul
meskipun hanya sedikit dan dalam
kondisi mendesak saja tetapi hal
tersebut memberikan sumbangan
energi positif yang cukup besar
menyangkut keberhasilan seorang
remaja dalam mencapai tujuannya.
Berdasarkan fenomena dan
uarian di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah
ada hubungan antara optimisme dan
dukungan sosial dengan
kesejahteraan subjektif remaja SMA
program akselerasi di kota
Surakarta?”
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Hubungan antara optimisme dan
dukungan sosial dengan
kesejahteraan subjektif remaja
SMA program akselerasi di kota
Surakarta
2. Hubungan antara optimisme
dengan kesejahteraan subjektif
remaja SMA program akselerasi
3. Hubungan dukungan sosial
dengan kesejahteraan subjektif
remaja SMA program akselerasi
4. Tingkat optimisme pada remaja
SMA program akselerasi
5. Tingkat dukungan sosial pada
remaja SMA program akselerasi
6. Tingkat kesejahteraan subjektif
pada remaja SMA program
akselerasi
7. Sumbangan efektif optimisme
dan dukungan sosial terhadap
5
kesejahteraan subjektif remaja
SMA program akselerasi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif
(mixed methods) dengan variabel
bebas yaitu optimisme dan dukungan
sosial, sedangkan variabel
tergantungnya adalah kesejahteraan
subjektif.
Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa program akselerasi di
SMA Negeri 1 Surakarta. Jumlah
sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 24 siswa dari
kelas XI Akselerasi 1 dan 22 siswa
dari kelas XI Akselerasi 2.
Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan skala
kemudian dilanjutkan dengan
pengambilan data secara kualitatif
melalui interview.
Analisis data dalam
penelitian menggunakan dua metode,
yaitu secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data kuantitatif
menggunakan teknik analisis regresi
ganda pada program SPSS 15.0
untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel bebas dengan variabel
tergantung. Sedangkan analisis data
secara kualitatif dengan
menggunakan teknik analisis isi
(content analysis). Analisis isi
(content analysis) adalah suatu
teknik dalam penelitian yang
berguna sebagai petunjuk yang dapat
diulang dan valid dari data yang
sesuai dengan konteks. Dengan
teknik ini, peneliti mencari bentuk,
struktur, dan pola yang beraturan di
dalam tulisan dan kemudian
memberi kesimpulan terhadap apa
yang telah ditemuinya (Moleong,
2011).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil
perhitungan teknik analisis regresi
linier berganda diperoleh nilai
koefisien korelasi R sebesar 0,34; F
regresi = 2,807 dan p = 0,071
(p>0,05). Hasil ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara
variabel optimisme dan dukungan
sosial dengan kesejahteraan subjektif
remaja SMA program akselerasi.
Salah satu faktor penyebabnya
adalah ketidak konsistenan hasil
kategorisasi subjek. Dari 46 subjek
hanya terdapat 13 subjek yang
memiliki kategorisasi skor
optimisme, dukungan sosial, dan
kesejahteraan subjektif yang
konsisten. Sisanya yaitu 33 subjek
memiliki kategorisasi skor tidak
konsisten, bahkan ada subjek yang
sedikit unik, ketika optimisme dan
dukungan sosialnya memiliki
kategorisasi skor tinggi tetapi
kesejahteraannya rendah, sedangkan
ketika optimisme dan dukungan
sosialnya memiliki kategorisasi skor
rendah kesejahteraannya justru
memiliki kategorisasi skor tinggi.
Dari hasil perhitungan secara
kuantitatif menunjukkan bahwa
hipotesis mayor yang diajukan
peneliti ditolak. Hal tersebut
menyebabkan peneliti melakukan
pengambilan data untuk mendukung
hasil tersebut. Pengambilan data
pendukung bisa dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif melalui
analisis statistik maupun pendekatan
kualitatif melalui wawancara. Akan
tetapi, dalam kasus ini peneliti
cenderung memilih untuk melakukan
penggalian data secara kualitatif. Hal
ini disebabkan karena subjek dalam
penelitian ini adalah remaja jadi
lebih cocok apabila dilakukan
7
dengan pendekatan secara individual
yaitu dengan wawancara. secara
kualitatif (pendekatan individual)
dengan metode wawancara. Hasil
penggalian data secara kualitatif
yaitu menggunakan metode
wawancara terhadap 12 (dua belas)
remaja SMA program akselerasi
diperoleh hasil bahwa menurut
pandangan mereka hal-hal yang
menyebabkan siswa akselerasi
merasa sejahtera itu diantaranya
mendapatkan prestasi yang bagus,
contohnya diajar oleh guru yang
kompeten, bisa diterima di SMAN 1
sebagai siswa akselerasi, ketika bisa
mengerjakan tugas dengan baik, pada
saat mendapatkan nilai bagus.
Sedangkan hal lain yang bisa
membuat siswa akselerasi merasa
sejahtera adalah ketika memiliki
banyak teman, mendapat liburan, dan
bisa membahagiakan orang tua.
Akan tetapi, realitanya siswa
akselerasi cenderung dibatasi ruang
geraknya oleh pihak sekolah. Mereka
tidak diperbolehkan mengikuti
kegiatan yang tidak ada sangkut
pautnya dengan pelajaran, misalnya
saja mereka dilarang untuk tidak
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
dan organisasi di sekolah. Hal
tersebut membuat mereka kehilangan
kesempatan berinteraksi dengan
teman-teman sebaya mereka di luar
program akselerasi. Bila dikaitkan
dengan fase perkembangan remaja,
maka kepuasan terhadap hidup yang
dijalani pada masa remaja, mencakup
aspek kepuasan atas aktivitas yang
dilakukan bersama teman, keluarga,
kegiatan di sekolah, maupun
lingkungan di sekitarnya, dan juga
aktivitas yang menyenangkan dirinya
sendiri. Akan tetapi, sebagai seorang
remaja, siswa akselerasi cenderung
8
lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk belajar tanpa
memperhatikan hal-hal lain di
sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan
siswa akselerasi lebih mengutamakan
prestasi akademik. Mereka
cenderung mengurangi waktu untuk
aktivitas lain sehingga kesempatan
untuk melakukan hubungan sosial
dengan teman sebaya menjadi
berkurang, sedangkan hakikat
seorang remaja itu dapat dikatakan
sejahtera, puas, dan bahagia apabila
ia mampu berhubungan baik dengan
lingkungannya serta merasa berarti
dan bermanfaat bagi sekitarnya
(Jersild dalam Mappiare, 1982).
Sedangkan hasil perhitungan
antar variabel diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) variabel
optimisme terhadap kesejahteraan
subjektif sebesar 0,328 dan p = 0,013
dimana p<0,05 . Hasil tersebut
menunjukkan ada hubungan positif
antara optimisme dengan
kesejahteraan subjektif remaja SMA
program akselerasi di kota Surakarta.
Nilai koefisien korelasi (r) variabel
dukungan sosial terhadap
kesejahteraan subjektif sebesar 0,275
dan p = 0,032 dimana p<0,05. Hal
tersebut menunjukkan ada hubungan
positif antara dukungan sosial
dengan kesejahteraan subjektif
remaja SMA program akselerasi di
kota Surakarta. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara variabel bebas satu
dengan variabel tergantung dan
varabel bebas dua dengan variabel
tergantung. Hal ini senada dengan
yang diungkapkan oleh Ho-Cha
(dalam Darmayanti, 2012) bahwa
aspek kepribadian seperti optimisme
berpengaruh terhadap kesejahteraan.
Remaja yang memiliki optimisme
9
dalam hidup dan berorientasi pada
pusat kendali internal akan menjadi
waspada dan responsif terhadap
pengaruh-pengaruh yang
bertentangan dengan harga diri dan
norma lingkungan. Apabila mereka
tidak bisa mengelola sikap
optimisme dengan baik maka akan
timbul masalah underachievement
(Syarifa, A., Mustami’ah, D., &
Sulistiani, D., 2011).
Sedangkan teori bottom up
menjelaskan bahwa kesejahteraan
subjektif dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal, situasional atau
lingkungan (misalnya; kepuasan
terhadap standar hidup, pekerjaan,
keluarga, waktu senggang,
lingkungan, komunitas). Begitu pula
dengan peran orang tua dan teman
sebaya yang memberikan dukungan
penuh kepada remaja SMA program
akselerasi yang berupa motivasi
maupun dukungan positif bagi
mereka untuk bangkit dan kembali
bersemangat atas berbagai tuntutan
dan kewajiban yang harus mereka
jalani.
Variabel optimisme
memiliki rerata empirik (RE) sebesar
83,11 dan rerata hipotetik (RH) 67,5
yang berarti sikap optimisme subjek
tergolong tinggi. Kondisi ini dapat
diinterpretasikan bahwa optimisme
yang tergolong tinggi dikarenakan
subjek memiliki sikap yang
terbentuk dari aspek permanence,
pervasiveness, dan personalitazion.
(Seligman dalam Nurtjahjanti &
Ratnaningsih, 2011)
Sedangkan variabel
dukungan sosial diketahui memiliki
rerata empirik (RE) sebesar 99,72
dan rerata hipotetik (RH) 82,5 yang
berarti dukungan sosial memiliki
peranan yang tinggi dalam
10
kehidupan subjek. Dari hasil
interview terhadap subjek terlihat
bahwa dukungan sosial akan
menimbulkan rasa semangat dan
kepercayaan diri. Selain itu mereka
beranggapan bahwa dukungan sosial
itu memiliki pengaruh terhdap
kesejahteraan karena dengan adanya
dukungan dari sekitar membuat
mereka menjadi lebih bersemangat
dan percaya diri sehingga
memudahkan mereka untuk
menyelesaikan segala sesuatu dengan
maksimal sehingga mereka merasa
sejahtera.
Sumbangan efektif (SE)
variabel optimisme dan dukungan
sosial terhadap kesejahteraan
subjektif remaja SMA program
akselerasi sebesar 11,5% ditunjukkan
oleh koefisien korelasi (0,34)² dikali
100% . Berarti masih terdapat 88,5%
yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif remaja SMA program
akselerasi diluar variabel optimisme
dan dukungan sosial. Menurut
Campbell (Ariati, 2010) faktor-faktor
yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif diantaranya, harga diri
positif, kontrol diri, ekstraversi,
relasi sosial yang positif, memiliki
arti, dan tujuan dalam hidup.
Sedangkan dari hasil wawancara
menyebutkan bahwa ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan subektif remaja SMA
program akselerasi, diantaranya
keberhasilan dalam hal pencapaian
prestasi, misalnya saat mereka
diterima di sekolah dengan predikat
favorit di kotanya, kemudian
berkesempatan menempuh
pendidikan di program akselerasi,
lalu bisa menyelesaikan tugas
sekolah dengan baik serta
mendapatkan nilai yang memuaskan.
11
Hal-hal lain yang dianggap dapat
mempengaruhi kesejahteraan remaja
SMA program akselerasi adalah
mendapatkan liburan di tengah
aktifitas siswa akselerasi yang cukup
padat, kemudian mereka akan merasa
sejahtera ketika memiliki banyak
teman, serta bisa membahagiakan
kedua orang tua itu menjadi tujuan
penting dalam kehidupan mereka.
Tujuh dari dua belas siswa akselerasi
yang telah diwawancara mengatakan
hal yang paling utama yang bisa
membuat mereka merasa sejahtera
adalah ketika mereka mendapatkan
prestasi yang bagus. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
tujuan utama mereka adalah untuk
mencapai hasil terbaik dalam hal
prestasi. Ketika mereka berusaha
dengan maksimal untuk mencapai
prestasi terbaik dan hasilnya pun
memuaskan maka mereka akan
merasa puas dan bahagia. Puas
merupakan komponen kognitif dari
kesejahteraan sedangkan bahagia
merupakan komponen afek positif.
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Tidak ada hubungan positif
antara optimisme dan dukungan
sosial dengan kesejahteraan subjektif
remaja SMA program akselerasi di
kota Surakarta.
2. Ada hubungan positif antara
optimisme dengan kesejahteraan
subjektif remaja SMA program
akselerasi di kota Surakarta. Artinya
semakin tinggi optimisme maka
semakin tinggi pula kesejahteraan
subjektif remaja SMA program
akselerasi
3. Ada hubungan positif antara
dukungan sosial dengan
12
kesejahteraan subjektif remaja SMA
program akselerasi di kota Surakarta.
Artinya semakin tinggi dukungan
sosial maka semakin tinggi pula
kesejahteraan subjektif remaja SMA
program akselerasi.
4. Tingkat optimisme pada
subjek tergolong tinggi. Hal
inditunjukkan oleh rerata empirik
sebesar 83,11 sedangkan rerata
hipotetik sebesar 67,5
5. Tingkat dukungan sosial
subjek tergolong tinggi. Hal ini
ditunjukkan oleh rerata empirik
sebesar 99,72 sedangkan rerata
hipotetik sebesar 82,5.
6. Tingkat kesejahteraan
subjektif subjek tergolong tinggi. Hal
ini ditunjukkan oleh rerata empirik
82,7 sebesar sedangkan rerata
hipotetik sebesar 67,5
7. Sumbangan efektif optimime
dan dukungan sosial terhadap
kesejahteraan subjektif sebesar
11,5%. Hal ini berarti masih terdapat
88,5% variabel lain yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan
subjektif remaja SMA program
akselerasi di luar variabel optimisme
dan dukungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Perbedaan Tingkat
Stres Akademik dan Strategi
Pengelolaannya antara Siswa
Program Akselerasi dengan
Kelas Reguler. Bandung:
Universitas Pendidikan
Indonesia.
Ariati, J. 2010. Subjective Well
Being (Kesejahteraan
Subjektif) dan Kepuasaan
Kerja pada Staf Pengajar
(Dosen) dan Lingkungan
Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro. Jurnal Psikologi
Undip Vol 8 No 2 Hal 117-123
Oktober.
Compton, W.C. 2005 .Introduction
to Positive Psychology. New
York : Thomson Wodsworth.
Coventry W.L., Gillespie, N.A.,
Heath, A.C. & Martin, N.G.
2004. Perceived Social Support
In a Large Community Sample
: Age Changes Through
Adulthood. Social Psichiatry
13
and Psychiatric Epidemiology,
vol 39 (8) 625-636.
Darmayanti, N. 2012. Model
Kesejahteraan Subjektif
Remaja Penyintas Bencana
Tsunami Aceh 2004.
Ringkasan Disertasi.
Yogyakarta: Program Doktor
Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada.
Diener, E., Suh, E., Lucas, R.E. &
Smith, H.L.1999. Subjective
Well Being-Three Decades of
Progress. Psychological
Bulletin, vol.125 (276-302.
Ghufron & Risnawita S. 2011. Teori-
Teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Maimunah, S. 2009. Naskah
Publikasi: Gambaran
Penyesuaian Sosialdan Emosi
Siswa Program Akselerasi.
Malang: Lembaga Penelitian
Universitas Muhammadiyah
Malang.
Mappiare, A. 1982.PsikologiRemaja.
Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, L. J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif (Edisi
Revisi). Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Nulhakim, T. R. 2008. Program
Akselerasi Bagi Siswa
Berbakat Akademik. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan
No 073 tahun ke-14 Juli 2008.
Nurtjahjanti & Ratnaningsih. 2011.
Hubungan Kepribadian
Hardiness dengan Optimisme
pada CTKI Wanita di BLKLN
Disnakertrans Jawa Tengah.
Jurnal Psikologi UNDIP Vol
10 No 2 Oktober.
Syarifa, A., Mustamia’ah, D.,
Sulistiani, W. 2011. Hubungan
Antara Dukungan Sosial Orang
Tua Dengan Komitmen
Terhadap Tugas (Task
Commitment) Pada Siswa
Akselerasi Tingkat SMA. Insan
vol 13 no 1. Surabaya:
Universitas Hang Tuah
Zuhdi, A. 2006. Program Akselerasi
(Masih Mencari Bentuk yang
Ideal Atau Evaluasi Terhadap
Pelaksanannya).
http//:www.ditplb.or.id