Hiv Dalam Kehamilan
Transcript of Hiv Dalam Kehamilan
Laporan Kasus
TATALAKSANA HIV DALAM KEHAMILAN
Disusun Oleh:
ANDI S GURNING
MASRIANA
RUDI WIJAYA
SINTA PUTRI NANDA
TRIO KURNIA PUTRA
VICKY DESMIYANTI
Pembimbing:
dr. Syamsul Bahri, SpOG
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PEKANBARU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Jumlah penderita HIV/AIDS pada anak dan bayi makin lama makin
bertambah, karena jumlah ibu hamil yang menderita penyakit HIV/AIDS juga
bertambah. Sebagian besar anak/bayi yang menderita penyakit HIV mendapat
penularan vertikal dari ibu hamil terinfeksi. Penularan penyakit sangat
dipengaruhi oleh faktor risiko yang terdapat pada ibu. Ada berbagai faktor risiko
pada ibu yang mempermudah penularan vertikal kepada anak/bayi di antaranya
kebiasaan ibu (perokok, peminum, pemakai obat terlarang, hubungan seks bebas
tanpa pelindung dll.), jumlah muatan virus di dalam plasma, infeksi penyakit yang
ditularkan melalui seks, cara persalinan (pervaginam, bedah saesar), trauma pada
proses persalinan per vaginam, dan pemberian ASI kepada bayi.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada bayi dan anak
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius karena jumlah
penderita banyak dan selalu meningkat sebagai akibat jumlah ibu usia subur yang
menderita penyakit HIV bertambah. Sebagian besar (>90%) infeksi HIV-1 pada
bayi ditularkan oleh ibu terinfeksi HIV-1.
Secara global pada tahun 2005 terdapat 700 000 penderita terinfeksi HIV
setiap hari dan 200.000 di antaranya adalah anak yang berusia kurang dari 15
tahun dengan angka kematian terbanyak adalah mereka yang berusia kurang dari 1
tahun. Kebanyakan anak-anak ini mendapat infeksi pada saat perinatal. Di
Amerika Serikat, hampir 6.000 ibu hamil terinfeksi HIV melahirkan setiap tahun.
Sampai tahun 1995, sebanyak 16.000 bayi terinfeksi HIV-1 di Amerika Serikat
mendapat penularan secara vertikal pada saat perinatal dan umumnya anak-anak
ini meninggal pada usia muda karena menderita AIDS.
Dengan majunya ilmu pengetahuan, para ahli berusaha untuk melakukan
pencegahan agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi dengan berbagai
cara yaitu, dengan mencegah infeksi HIV pada wanita, melakukan konseling dan
testing pada seluruh ibu hamil, memberi obat profilaksis antiretrovirus kepada ibu
dan neonatus, memberikan obat antiretrovirus kombinasi kepada ibu, menghindari
1
pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi baru lahir, menghindari prosedur
persalinan invasif, dan melakukan persalinan dengan cara bedah caesar elektif.
Untuk menangani masalah ini diperlukan tim yang terdiri dari dokter anak,
dokter kebidanan, dan dokter yang memiliki kepedulian serta pengetahuan
mengenai infeksi HIV, serta kader di puskesmas yang bekerja sama dalam
menjalankan tata laksana bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV.
Untuk mengurangi penularan vertikal dari ibu terinfeksi HIV/AIDS, maka
program tata laksana pencegahan penularan vertikal dari ibu ke bayi harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya, misalnya dengan menghindari serta
menghilangkan faktor risiko yang terdapat pada ibu, sambil memberikan obat
profilaksis antiretrovirus kepada ibu maupun bayinya.
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas Penderita
Nama : Ny. YM
Umur : 28 tahun
Pendidikan : -
Pekerjaan : IRT
Suku : Minang
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jln. Tuanku tambusai Pekanbaru
Pasien baru masuk via IGD datang ke RSUD AA pada tanggal 28
September 2012 jam 17.15 WIB dengan:
Keluhan Utama
Sakit perut yang menjalar ke ari-ari sejak 6 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
6 jam SMRS pasien merasakan sakit pinggang yang menjalar ke ari-ari.
Keluar air-air yang tidak tertahan (+), keluar lendir bercampur darah dari
kemaluan (+) 1 hari yang lalu. Gerakan anak (+).
1 hari SMRS pasien diantar dengan petugas VCT datang ke IGD RSUD
AA dengan keluhan nyeri perut yang menjalar ke ari-ari. Saat dilakukan
pemeriksaan, tanda-tanda untuk melahirkan belum ada. Pasien disarankan untuk
dirawat dan direncanakan untuk operasi caesar elektif. Namun, pasien menolak
untuk dirawat.
Riwayat PNC
Pasien memeriksakan kehamilan 5x ke dokter spesialis. Dari hasil USG tanggal
__/09/2012 usia kehamilan pasien 34 minggu.
3
Riwayat Haid
Menarche usia 13 tahun.
HPHT: Tidak ingat
Riwayat Perkawinan
Ini merupakan pernikahan pertama, menikah usia 21 tahun. Lama menikah
7 tahun.
Riwayat kehamilan/Persalinan/Abortus/Hidup : 2 / 0/ 1 / 0
Anak 1 abortus, saat usia kehamilan 2 bulan
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Pasien memakai KB suntik
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-)
HT (-)
Asma (-)
Riwayat penyakit jantung(-)
HIV (+) diketahui sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
DM (-)
HT (-)
Asma (-)
Riwayat penyakit jantung(-)
Riwayat Operasi Sebelumnya
Tidak ada
4
Pemeriksaan Fisik
Tgl 28 September 2012
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
TD : 110/80 mmHg HR : 82 x/menit
T : 36,50C RR : 22x/menit
Gizi : Baik
Kepala : Konjungtiva anemis(-), sclera ikterik(-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : Status obstetrik
Genitalia : Status obstetrik
Ekstremitas : edema tungkai(-), akral hangat, CRT < 2”
Status Obstetrik
Muka : Kloasma gravidarum (-)
Mammae : membesar, hiperpigmentasi areola (+), papilla mammae menonjol
Abdomen:
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan, scar (-),
striae gravidarum (+), linea nigra hiperpigmentasi (+)
Palpasi : L1: TFU 3 jari di bawah pusat, teraba massa keras
L2: tahanan terbesar sebelah kanan dan tahanan terkecil
sebelah kiri
L3: teraba massa lunak, sulit digerakkan
L4: Bagian terbawah sudah masuk PAP
HIS: (+) 2x10’30”
Auskultasi : DJJ (-) dengan menggunakan doppler.
Genitalia:
Inspeksi : vulva vagina tenang, perdarahan (-)
5
Pemeriksaan dalam : Portio konsistensi lunak, penipisan 50%, arah
sumbu anterior, pembukaan 1cm, ketuban (-) sisa
jernih, terbawah kepala, penurunan H1
Tes Lakmus (+) biru
Diagnosis : G2P0A1H0 gravid aterm Inpartu Kala I fase Laten + HIV
Janin Hidup Tunggal Letak Memanjang Intra Uterin Presentasi
Kepala
Rencana : SC CITO (konsulen)
Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 28/09/2012)
Pkl18.02 WIB : Hb = 9,9 gr%
Ht = 30,5vol%
Leukosit = 17.800 /mm3
Trombosit = 8.100/ mm3
FOLLOW UP
28-09-2012 17.20 Pasien tiba di VK IGD RSUD AA. Dilakukan pemeriksaan.
Kemudian disiapkan untuk SC cito jam 20.00 WIB.
20-04-2012 12.10 Laporan operasi
Diagnosis pre op: G2P0A1H0 gravid aterm Inpartu Kala I
Fase Laten + HIV Janin Hidup Tunggal Intra Uterin letak
memanjang presentasi kepala
Diagnosis post op: P1A1H1 post SCTPP atas indikasi HIV
Durante operasionum:
Dilakukan spinal anestasi
Dilakukan insisi pada linea media ± 10cm
Insisi SBR
Anak dilahirkan dengan meluksir kepala, lahir
dengan jenis kelamin perempuan, BBL 2600gr
Plasenta lahir cukup lengkap
6
Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Instruksi post op:
Awasi pasien, pasien tidur dengan kepala ditinggikan
Kontrol His, perdarahan pervaginam,
Infus RL: D5% 1:1 20 gtt
Injeksi ceftriaxone1 gram/ 12 jam
Inj. Ketorolac 3x 1 amp
Pronalgess supp bila perlu
29-08-2012 07.00 KU: nyeri luka operasi (+), keluar darah dari kemaluan (+),
ganti pembalut sejak operasi 1x, ASI (-), BAK (+), BAB (-)
PF : TD: 110/80 mmHg
RR: 20 X/i
Nadi : 80x/i
T :36,6ºC
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Abdomen:
Inspeksi: Perut tampak cembung
Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan bekas
operasi
Perkusi: tympani
Auskultasi: BU(+)
Genitalia : lokia rubra (+)
Ekstremitas : edem tungkai(-), akral hangat, CRT <2’
Dx: P1A1H1 post SCTPP Nifas hari I
Th: Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Gentamisin 2 x 80 mg
Inj. Antalgin 1 Amp
30/09/2012 07.00 KU: nyeri luka operasi (+), keluar darah dari kemaluan (+),
ganti pembalut sejak operasi 1x, ASI (-), BAK (+), BAB (-)
PF : TD: 110/80 mmHg
RR: 20 X/i
Nadi : 80x/i
7
T :36,6ºC
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Abdomen:
Inspeksi: Perut tampak cembung
Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan bekas
operasi
Perkusi: tympani
Auskultasi: BU(+)
Genitalia : lokia rubra (+)
Ekstremitas : edem tungkai(-), akral hangat, CRT <2’
Dx: P1A1H1 post SCTPP Nifas hari 2
Th: Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Gentamisin 2 x 80 mg
Inj. Antalgin 1 Amp
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 HIV dalam kehamilan
AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus)
yang merusak sel T, yaitu sel yang membuat zat anti dalam tubuh manusia,
akibatnya tubuh tidak dapat menahan serangan penyakit. AIDS adalah kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat melemahnya daya tahan tubuh yang disebabkan
oleh virus HIV. Seseorang yang terinfeksi HIV dengan mudah akan diserang oleh
berbagai jenis penyakit yang lain karena daya tahan tubuhnya yang sudah
dilemahkan oleh HIV tidak mampu lagi melawan serangan penyakit tersebut.1
HIV dalam kehamilan merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
obstetri. Transmisi heteroseksual dan penyalah gunaan obat intravena meningkat
kejadiannya secara signifikan di antara wanita. Resiko infeksi bayi baru lahir dari
ibu HIV-seropositif diperkirakan 13 hingga 39 %. Kebanyakan anak-anak yang
terinfeksi bertahan hidup hingga usia 5 tahun.3 Pada tahun 1992, the Centers for
Disease Control and Prevention memperkirakan prevalensi HIV-seropositif
diantara wanita usia reproduksi adalah 1 sampai 2 per 1000.2
Penularan infeksi HIV dari ibu ke anak merupakan penyebab utama
infeksi HIV pada anak usia di bawah 15 tahun. Sejak HIV menjadi pandemic di
dunia, diperkirakan 5,1 juta anak di dunia terinfeksi HIV. Hampir sebagian besar
penderita tersebut tertular melalui penularan dari ibu ke anak. Setiap tahun
diperkirakan lebih dari 800.000 bayi menjadi terinfeksi HIV akibat penularan dari
ibu ke anak. Dan diikuti adanya sekitar 610.000 kematian anak karena virus
tersebut.4
Di Indonesia menurut Ditjen PPM dan PL Departemen Kesehatan tercatat
4333 kasus HIV positif dan 5823 kasus AIDS dari 1 Januari 1987 s/d 31 maret
2006, dengan jumlah kematian 1430 kasus.5 Penelitian yang dilakukan Yayasan
Pelita Ilmu dan Bagian kebidanan FKUI/RSCM selama tahun 1999-2001
9
melakukan pemeriksaan pada 558 ibu hamil di daerah miskin di Jakarta,
menunjukkan hasil sebanyak 16 orang (2,86%) mengidap infeksi HIV.4
3.2 Etiologi
Penyebab sindrom imunodefisiensi ini adalah DNA retrovirus yang
dikenal sebagai human immunodeficiency virus, HIV-1 dan HIV-2. Pada tahun
1992 kebanyakan kasus di seluruh dunia disebabkan oleh infeksi HIV-1. Infeksi
HIV-2 endemik di Afrika Barat, namun tidak umum ditemukan di AS.3
HIV adalah virus yang menyerang sistim kekebalan tubuh manusia dan
kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah
putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit
yang disebut ”sel T-4” atau ”sel T-helper”, atau disebut juga ”sel CD-4”.7
Jumlah sel T-4 pada orang sehat secara umum berkisar antara 500-1200
per mikroliter. Jika jumlah sel T-4 menurun di bawah 200, maka ia dapat
dikatakan sudah masuk pada fase AIDS.7,8
3.3 Cara penularan
HIV dapat menular melalui 3 jalur :
Melalui hubungan seksual baik secara heteroseksual dan atau homoseksual
dengan seseorang yang sudah terinfeksi HIV.
Melalui transfusi darah atau alat-alat yang telah tercemar HIV
Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin/bayinya saat intrauterin, partus
dan pasca persalinan.(menyusui).
Meningkatnya infeksi HIV pada anak adalah karena akibat penularan
selama perinatal (periode kehamilan, selama dan setelah persalinan). Lebih dari
90% AIDS pada anak yang dilaporkan tahun 1994 terjadi karena transmisi dari
ibu hamil ke anak.3 Di Indonesia sendiri transmisi perinatal berdasarkan pelaporan
Ditjen PPM & PL Depkes RI dalam triwulan Januari s/d Maret 2006 terdapat 2
kasus baru HIV dan 9 kasus baru AIDS.5
Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa terjadi melalui ASI. Angka kejadian
penularan dari ibu ke anak diperkirakan sekitar 20% - 30%. Penularan HIV dari
ibu ke janin tanpa dilakukan intervensi dilaporkan berkisar antara 15 – 45%.3
10
Resiko penularan di negara berkembang sekitar 21% - 43%, ini lebih
tinggi dibandingkan risiko penularan di negara maju sekitar 14%-26%. Resiko
infeksi penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam
kandungan 6% dan pasca persalinan sebesar 4%.4
Penularan di dalam kandungan didiagnosis jika pemeriksaan virologis
negatif dalam 48 jam pertama setelah kelahiran, selanjutnya tes minggu pertama
menjadi positif dan bayi tidak menyusui Ibu. Selama persalinan bayi dapat
tercemar darah atau cairan servikovaginal ibu yang mengandung HIV melalui
paparan trakeobronkial atau tertelan pada saat janin berada dijalan lahir.4
Peningkatan risiko transmisi telah digambarkan selama persalinan yang
memanjang, pecah ketuban yang lama, perdarahan plasenta dan adanya cairan
amnion yang mengandung darah.5 Risiko transmisi vertikal secara pasti tidak
diketahui tapi telah ditentukan sekitar 25-40% dari bayi yang lahir hidup dari
wanita terinfeksi HIV.1,11 Studi awal menunjukkan angka transmisi bervariasi
dari 13% diEropa sampai 25% di Amerika Serikat dan 40% di Afrika.5 Efek
kehamilan pada perjalanan penyakit HIV yang berhubungan dengan ibu dan efek
infeksi HIV pada hasil kehamilan tetap belum dapat ditentukan dengan baik.
Bukti awal menyarankan bahwa ibu HIV positif berada dalam risiko tinggi untuk
melahirkan anak dengan hasil yang tidak menguntungkan.4,13
3.4 Diagnosis
Pemeriksaan standar yang dapat digunakan untuk mendiagnosis HIV
seperti enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) dan analisa Western
Blot.4,9 Imunoglobulin G (IgG) tidak dapat dipakai untuk mendiagnosis HIV pada
bayi di bawah usia 18 bulan. Hal ini disebabkan karena masih ditemukannya IgG
anti HIV ibu yang melewati plasenta di darah bayi, bahkan kadang hingga usia 24
bulan. Sedangkan IgA dan IgM anti HIV tidak dapat melalui plasenta sehingga
dapat dijadikan konfirmasi diagnosis bila ditemukan pada bayi. Namun sensitifitas
kedua pemeriksaan tersebut masih sangat rendah.4
Pemeriksaan yang bisa dilakukan pada usia di bawah usia 18 bulan adalah
pemeriksaan kultur HIV, tehnik PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk
mendeteksi DNA atau RNA HIV dan deteksi antigen p24. Infeksi HIV pada bayi
11
di bawah 18 bulan dapat ditegakkan bila dua sampel dari dua kali pemeriksaaan
yang berbeda dengan kultur, DNA HIV atau RNA HIV menunjukkan hasil positif.
Infeksi HIV bisa disingkirkan bila 2 macam sampel tes yang berbeda
menunjukkan hasil negatif.4,9
Pemeriksaan dengan PCR atau kultur virus dapat dilakukan sejak lahir dan
usia1 atau 2 bulan. Jika dengan PCR kultur virus positif, maka pemeriksaan harus
diulang segera untuk konfirmasi sebelum diagnosis HIV dibuat. Bila hasil PCR
atau kultur virus dilakukan saat lahir dan usia 1-2 bulan tidak menunjukkan hasil
positif dan bayi tidak menunjukkan gejala maka pemeriksaan diulang pada usia 4
bulan.4
3.5 Pencegahan
WHO dan PBB merekomendasikan empat kerangka strategi jangka
panjang untuk mencegah transmisi HIV dari ibu ke janin. Adapun ke empat
kerangka strategi tersebut adalah : 8,9,10,11
1. Mencegah infeksi primer HIV
2. Mencegah terjadinya kehamilan pada wanita yang terinfeksi HIV
3. Mencegah transmisi HIV dari wanita yang terinfeksi ke bayinya
4. Memberikan perhatian kepada ibu yang terinfeksi HIV, bayi dan
keluarganya.
3.5.1 Mencegah infeksi primer HIV dengan cara8 :.
1.Melakukan intervensi terhadap perubahan pola hidup
2.Memperbaiki penanganan penularan infeksi secara seksual
3.Memastikan keamanan persediaan darah
4.Memperhatikan faktor-faktor konstitusional yang memudahkan seorang
wanita terinfeksi HIV (cth: masalah ekonomi, pendidikan, dll)
Pencegahan HIV pada wanita, terutama pada wanita muda dan
pasangannya adalah jalan yang terbaik untuk menjamin bahwa penularan
sekunder ke bayi tidak terjadi. Mayoritas infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada
penduduk muda yang berusia 10-24 tahun. Diantara kelompok ini anak
perempuan dan wanita muda tercatat paling banyak mendapat infeksi baru dan
12
mayoritas wanita yang memeriksakan kehamilannya pada klinik MCH (Maternal
and child health) berusia 15-24 tahun.8
Cara lain dalam pencegahan primer infeksi HIV adalah intervensi dengan
skala luas terhadap sexual transmitted infection (STI). Seperti diketahui bahwa
STI memiliki hubungan terhadap faktor resiko terjadinya infeksi HIV.8 Di
Thailand prevalensi HIV yang sebelumnya tinggi menjadi berkurang dengan
penanganan STI melalui pengobatan dan promosi pemakaian kondom terhadap
pekerja-pekerja seksual.8
3.5.2 Mencegah terjadinya kehamilan pada wanita yang terinfeksi HIV 8:
Memberikan informasi tentang KB dan konseling untuk membantu dalam
pengambilan keputusan
Mengintegrasikan pelayanan kontrasepsi pada konseling sukarela
Memperkuat hubungan antara FP (Family Planning)dan pelayanan HIV
Menjamin akses FP (Family Planning) ke pilihan yang aman.
Upaya PMTCT (Prevention of mother-to-child transmission) berfokus
hampir semata-mata pada pencegahan transmisi dari wanita hamil yang positif
menderita HIV. Pendekatan ini diambil sebagai akibat tidak berhasilnya
penggunan kontrasepsi dalam hal menurunkan MTCT (Mother-to-child
transmission) dalam mencegah kehamilan pada wanita yang positif terinfeksi
HIV. Karena kehamilan yang tidak diharapkan berjumlah lebih dari 50% pada
semua kelahiran dibeberapa negara, kontrasepsi merupakan hal yang potensial
untuk mencegah ribuan transmisi vertikal HIV.8
3.5.3 Mencegah Transmisi HIV dari wanita yang terinfeksi ke bayinya :8
Melakukan intervensi untuk menurunkan penularan selama kehamilan,
persalinan dan kelahiran.
Melakukan intervensi untuk menurunkan penularan melalui menyusui (tidak
menyusui bayinya).
13
Penelitian dan pengalaman yang telah terbukti aman, dapat dikerjakan
dengan mudah dan efektif untuk menurunkan transmisi HIV dari wanita hamil
yang terinfeksi ke bayi adalah dengan cara 8:
Kemoprofilaksis antiretrovirus
Praktek obstetri yang aman
Konseling pemberian makanan pada bayi.
Meskipun demikian, untuk keberhasilan dari intervensi ini, wanita hamil yang
terinfeksi HIV harus melakukan ANC dan atau pelayanan maternal dan dia harus
memiliki akses konseling dan pelayanan tes HIV.8
Dua pendekatan utama pada konseling dan tes HIV pada ANC yaitu : Opt-in
dan Opt-out.8,10
1. Yang dimaksud dengan optimal-in (Opt-in) yaitu testing HIV yang
ditujukan pada wanita hamil sebagai intervensi terpisah dari pelayanan
ANC rutin dan harus bersedia untuk mendapat tes ini.
2. Sedangkan optimal-out (Opt-out) yaitu testing HIV merupakan bagian
dari pelayanan ANC rutin dan harus dilakukan kecuali wanita tersebut
menolak.
Kemoprofilaksis antiretroviral pada PMTCT
Beberapa penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan keberhasilan
pemberian obat antiretroviral pada wanita selama hamil, persalinan dan kelahiran
dan pada bayi setelah kelahiran secara signifikan menurunkan risiko MTCT.8,10
Obat antiretroviral seperti Zidovudine (ZDV), Lamivudine (3TC) dan Niverapine
(NVP) telah diuji coba dan aman serta efektif saat digunakan tersendiri (ZDV atau
NVP) atau dikombinasikan (ZDV+3TC, ZDV+NVP atau ZDV+3TC+NVP).
Banyak protokol yang aman dan efektif tapi keberhasilannya tergantung dari
kecepatan wanita tersebut ditemukan pada pemeriksaan kehamilannya.8,9,10
Dikenal beberapa protokol pengobatan antiretroviral antara lain :
Protokol 076 dari Pediatric AIDS Clinical Trials Group (PACTG) tahun
1994.
Protokol ini memberikan Zidovudine (ZDV) oral 100 mg 5 kali sehari
pada kehamilan 14-34 minggu dan diteruskan selama kehamilan, pada saat
14
persalinan diberikan ZDV intravena 2 mg/kgBB dalam periode 1 jam
pertama, kemudian dilanjutkan dengan pemberian infus ZDV 1
mg/kgBB/jam sampai melahirkan dan pemberian oral 2 mg/kgBB/6 jam
ZDV pada bayi selama 6 minggu setelah kelahiran, menurunkan MTCT
23%.8,12,13
Di Thailand (RETRO-CI trial) dan Burkina Faso (DITRAME trial)
memberikan oral ZDV 300 mg 2 kali sehari pada 4 minggu terakhir masa
kehamilan tanpa memberikan antiretroviral pada bayi yang dilahirkan.
Hasilnya terjadi transmisi 9% pada 6 minggu, 16,5% setelah 3 bulan.
Beberapa variasi lain protokol ini memberikan ZDV pada bayi selama 1
minggu setelah kelahiran.8,13
Protokol HIVNET 012 yang dipakai di Uganda memberikan 200 mg oral
NVP pada saat persalinan dan 2 mg/kgBB oral pada bayi 48-72 jam
setelah dilahirkan. Regimen ini mengurangi transmisi hampir 50%
dibandingkan pemberian singkat oral ZDV pada wanita saat persalinan
dan pada bayi 1 minggu setelah dilahirkan.8,13
Protokol PETRA-B. Protokol ini memberikan ZDV-3TC pada :8,13
antepartum : ZDV (300 mg 2x/hr) + (3TC (150 mg 2x/hr) pada usia
kehamilan 36 minggu sampai saat melahirkan.
Intrapartum : ZDV (300 mg saat persalinan dan setiap 3 jam sampai
melahirkan) + 3TC (150 mg saat persalinan dan setiap 12 jam sampai
melahirkan)
Postpartum : untuk ibu ZDV (300 mg 2x/hari) + 3TC (150 mg
2x/hari) selama 7 hari, untuk anak ZDV (4 mg /kgBB/2x/hari) +
3TC (2mg/kgBB/2x/hari) selama 7 hari.
Keberhasilannya 42% menurunkan transmisi HIV.
Dukungan dan konseling pemberian makanan pada bayi
Transmisi HIV postnatal melalui ASI pertama kali dilaporkan tahun 1985.
Diperkirakan 15-20% dari MTCT terjadi melalui pemberian ASI, dan akan terus
meningkat sampai 29% jika terjadi infeksi maternal yang baru.8
15
Penghentian pemberian ASI pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi
HIV merupakan satu-satunya jalan untuk mencegah trasmisi HIV postnatal.8
Hasil penelitian di Kenya menyatakan bahwa ibu yang terinfeksi HIV
yang menyusui mengalami mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak
menyusui.8
Praktek obstetri yang aman
Beberapa intervensi obstetrik dipercayai atau terbukti menurunkan MTCT
termasuk diantaranya adalah 8,14 :
Seksio sesarea elektif
Pembilasan vagina dengan larutan chlorhexidine
Memperpendek waktu antara pecahnya ketuban dan persalinan
Menghindari episiotomi yang tidak perlu
Menghindari pemakaian suction dan prosedur invasif lainnya dan
Pengeringan sekresi maternal dan darah pada bayi baru lahir.
Analisis beberapa penelitian pada negara-negara industri menunjukkan
bahwa seksio sesarea elektif menurunkan transmisi HIV, meskipun demikian
manfaat seksio sesarea akan menghilang jika dilakukan setelah persalinan
dimulai. Seksio sesarea tidak memberikan keuntungan tambahan pada ibu dengan
muatan virus (viral loads) < 1000 /ml dan CD4 > 500/μl.8
SKRINING HIV BAGI IBU HAMIL RISIKO TINGGI
16
Ringkasan
Lebih dari 90% dari 2,5 juta anak-anak yang menderita HIV melalui
BAB IV
17
PMSPasangan sex risiko tinggiPasangan sex > 1Pengguna Narkoba
Konseling sebelum & sesudah tes
Ibu Hamil HIV (+)
Pemeriksaan fisisPemeriksaan Laboratorium
Tidak mampu periksa CD4, VLKepatuhan diragukan
VL > 1000/ml
SC elektif pada usia kehamilan 38 mgg
Asuhan Antenatal:
Frekuensi sesuai usia kehamilanKonseling, motivasi, pemberian TAR, evaluasi
status HIV, PMS Inf. OportunistikTAR : ZDV + 3TC + Nevirapine mulai usia
kehamilan 14 minggu.Evaluasi Fungsi hati, CD4, VL setiap 6 bulan
Pemberian ART intrapartum :
ZDV iv 2 mg/kgBB sebagai dosis inisial diberikan selama 1 jam dilanjutkan 1 mg /kgBB/jam sampai
Post partum :
ZDV oral sirup 2 mg/kgBB/dosis setiap 6 jam selama seminggu mulai saat usia 8-12 jam. Dosis ZDV untuk bayi yang tidak toleransi terhadap pemberian oral adalah 1,5 mg/kgBB setiap 6 jam.
Monitoring status HIV, CD4, VL
Usia kehamilan 36 mgg
VL tidak terukur
Persalinan pervaginam
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Diagnosis masuk pasien ini adalah: G2P0A1H0 gravid 35 minggu + HIV+
Janin Hidup Intra Uterin Letak Memanjang Presentasi Kepala.
Diagnosis pada pasien ini belum tepat karena penegakan diagnosis HIV
pada ibu pasien tidak berdasarkan data klinis. Dari anamnesis tidak ditemukan
riwayat yang mengarah pada gejala dan faktor risiko timbulnya HIV.
apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?
Tatalaksana pada kehamilan pasien ini sudah sesuai, berdasarkan Data dari dua
studi kohort prospektif, French Perinatal Cohort dan Swiss Neonatal HIV Study
Group mendemonstrasikan pengurangan kejadian dari transmisi HIV perinatal
antara wanita yang menerima ZDV dan menjalani seksio sesaria elektif.2
Tahun 1999 studi dari Eropa, mendapatkan 3,4% bayi terinfeksi dari
wanita yang melahirkan dengan seksio sesar dibandingkan 15% yang lahir secara
pervaginam.7 Beberapa penelitian tersebut menyarankan bahwa di antara wanita
yang secara optimal diobati dengan antiretrovirus, seksio sesaria dapat memiliki
efek yang penting dalam mengurangi kejadian transmisi HIV dari ibu ke anak,
juga mengindikasikan bahwa dibandingkan cara persalinan lainnya seksio sesaria
yang dilakukan sebelum persalinan dan sebelum pecah ketuban (seksio sesaria
elektif) secara bermakna mengurangi kejadian transmisi HIV perinatal. Wanita
terinfeksi HIV harus disarankan seksio sesaria terjadwal untuk mengurangi
kejadian transmisi jauh dari yang dapat dicapai hanya dengan terapi ZDV saja. 7
18
V. KEPUSTAKAAN
1. Avroy A F, Richard JM. Neonatal-perinatal medicine disesases of the fetus and
infant. 6th
ed. St.Louis Baltimore:Mosby,1996:779-782
2. Cunningham FG, McDonald PC, Gant NF. Williams obstetrics. 20th ed. New
York:Appleton and Lange, 1997:1317-1328
3. Chambliss LR. Obstetric Intensive Care: Human Immunodeficiency Virus
infection and pregnancy.WB Saunders Co, 1995:405-417
4. Avroy AF, Richard JM. Neonatal-perinatal medicine diseases of the fetus and
infant. 6th
ed. St.Louis Baltimore:Mosby,1996:330-333
5. Fernandez AD, McNeeley DF. Management of the infant born to a mother
infected with human immunodeficiency virus type 1(HIV-1): Current concepts.
Am J of Perinatology 200;17:429-435
6. Ahdieh L. Pregnancy and infection with Human Immunodficiency Virus.
Clinicl Obstetrics and Gynecology 2001;44:154-166
7. Minkoff HL. Prevention of mother-to-child transmission of HIV. Clinical
Obstetrics and Gynecology 2001;44:210-225
8. Minkoff HL. The case for routinely offering prenatal testing for human
immunodeficiency virus. Am J Obstet Gynecol 1988;159:793-796
9. Watts DH. Maternal therapy for HIV in pregnancy. Clinical Obstetrics and
Gunecology 2001;44:182-197
10. Tibaldi C etal. Asymptomatic women at high risk of vertical HIV-1
transmission to their fetuses. Br J of Obstetrics and Gynaecology 1993;100:334-
337
19
11. Dinsmoor MJ. HIV infection and pregnancy. Clinics in Perinatology
1994;21:85-94
12. Monforte AA etal. Maternal predictor of HIV vertical transmission. European
J Obstetrics & Gynecology and reproducrove biology 1991;42:131-136
13. Fauci AS. HIV/AIDS vaccine research and development:Strategy and
opportunity. National Institute of Allergy and Infectious Diseases 1996:8-11
14. Anderson DF, Faber JJ. The Placenta. Division of Neonatology, Cedars-Sinai
Medical Center, California 1998:1-10
15. Zeichner SL.The Molecular Biology of HIV: insight into pathogenesis and
targets for therapy. Clinics in Perinatology 1994;21:39-73
16. James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B. High risk pregnancy,management
options. 2
nd ed. London: W.B.Saunders,2000:453-456
17. Mandelbrot L etal. Perinatal HIV-1 transmission. The Journal of the American
Medical Association1998;280:55-60
18. Minkoff HL etal. Serious infections during pregnancy among women with
advanced human immunodeficiency virus infection. Am J Obstet Gynecol
1990;162:30-4
20
DAFTAR PUSTAKA
1. ------, HIV/AIDS. Available from :
http://www.fpnotebook.com/HIV51.htm. Accessed March 18th, 2006
2. Cunningham FG, Gant NF, Lereno KJ, Gilstrap III LC, Hanth JC,
Wenstrom KD. Editors. Infection. In : William obstetric. 21 st ed. New
York: Mc Graw-Hill; 2001.p.1498-1504
3. Beers MH, Berkow R. Human immunodeficiency virus infection. In: The
Merck Manual of Diagnosis and Theraphy. 17 th ed. West Point: Merck and
co;1999. p.1312-23
4. Judarwanto W. HIV Mengancam anak Indonesia. Available from :
Http://www.depkes.com. Accessed March 18th,2006
5. ------, Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia. Available from:
http://www.lp3y.org/content/AIDS/Sti.htm. Accessed Juli 24fh ,2006
6. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI. Jumlah kasus
HIV/AIDS di Sul-Sul. Available from:
http://menkokesra.go.id/content/view/1044/39/. Accessed Juli 24 fh 2006
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia kerjasama dengan The Ford
Foundation dan studio Drya Media. AIDS dan penanganannya.1997.p.17-
25.
8. ------, Preventing mother-to-child transmission of HIV. Available from:
http://www.fhi.org. Accessed March 17th, 2006.
9. ------, Preventing mother-to-child transmission of HIV. Available from:
http://www.who.int/hiv/pub/mtct/en/strategicApproachesE.pdf. Accessed
March 20nd, 2006.
21
10. ------, Reducing HIV Transmission from HIV-positif women to their
infant. Available from: http://www.fhi.org. Accessed March 17th, 2006
11. Best K. Family Planning and the Prevention of mother-to-child
transmission of HIV. Available from: http://www.fhi.org. Accessed March
17 th,2006
12. Peckham C,MD, Gibb D, MD. Mother-to-Child Transmission of the
human immunodeficiency virus. Available from: http://www.nejm.org.
Accessed Juni 21st,2006
13. Peiperl L MD. Antiretroviral Treatment to reduce Mother-to-Child
Transmission of HIV. Available from:
http://www.hivinsite.com/insite.jps?
page=kbr.07.02.03&doe=3098.00098#i. Accessed Juli 24th,2006
14. Hafkin JS, Ferris MG. Prevention of Mother-to-child Transmission of
HIV: Progress and Challenges. Available from:
http://www.medscape.com. Accessed February 2nd 2006
15. Wibowo N. Pencegahan Transmisi HIV Maternal ke janin/Bayi. Dalam
Pertemuan Ilmiah Tahunan Feto-Maternal ke-V, Jakarta, 2004.p.150-154.
22