Hipertensi dalam kehamilan
-
Upload
dyka-cynthia-felicyta-full -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
description
Transcript of Hipertensi dalam kehamilan
Oleh Dyka cynthia felicyta
Hipertensi yang menimpa ibu hamil akan sangat membahayakan baik kehamilan itu sendiri maupun bagi ibu.
Biasanya terjadi pada usia ibu hamil <20 thn atau >40 thn, dan kehamilan dg bayi kembar.
Hipertensi GestasionalSindrom Preeklamsia dan EklamsiaSindrom Preeklamsia yg bertumpang
tindih pada hipertensi kronisHipertensi Kronis
Diagnosis hipertensi ini pada perempuan yg memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan, tetapi tidak mengalami proteinuria.
Hipertensi gestasional diklasifikasikan ulang sebagai hipertensi transisional jika tidak timbul bukti preeklamsia, dan tekanan darah kembali normal pada 12 mggu pascapartum.
Preeklamsia digambarkan sebagai sindrom khusus kehamilan yang dapat mengenai setiap sisitem organ.
Semakin berat hipertensi atau proteinuria, semakin pasti diagnosis preeklamsia dan semakin mungkin terjadi komplikasi yg merugikan.
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel
Diagnosis preeklamsi ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edem setelah kehamilan 2o minggu
- Hipertensi : sistolik/diastolik >140/90 mmHg
- Proteinuria : > 300mg/24jam - Edema : edem lokal tidak
dimasukkan dalam kriteria preeklamsi kecuali edem pada lengan, muka dan perut, edem generalisata.
Preeklamsi dengan tekanan darah sistolik >160 mHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg disertai proteinuria lebih 5g/ 24jam
Preeklamsi digolongkan berat bila ditemukan satu atau lebih sebagai berikut :
- Tekanan darah sitolik >160mmHg dan tekanan darah diatolik >110 mmHg
- Proteniuria lebih dari 5g/ 24jam- Oliguria yaitu produksi urin kurang dari
500cc/24 jam
- Kenaikan kadar kreatinin plasma- Gangguan visus dan serebral :
penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan abdomen
- Edema paru-paru dan sianosis- Hemolisis mikroangiopatik- Trombositpenia berat <100.000 sel/mm3- Gangguan fungsi hepar - Sindrom HELP
A. Preeklamsi berat tanpa impending eclampsia
B. Preeklamsi berat dengan impending eclampsia :
Bila disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikam progresif tekanan darah.
Eklamsia merupakan kasus akut pada penderita preeklamsi yang disertai kejang menyeluruh dan koma.
Pada penderita preeklamsi yang akan kejang biasanya memberi gejala-gejala prodoma akan terjadinya kejang.
Preeklamsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut impending eclampsi / imminent eclampsia.
Semua penyakit hipertensi kronis apapun penyebabnya meningkatkan resiko timbulnya preeklamsia dan eklamsia.
Pada perempuan yg mempunyai riwayat hipertensi kronis akan mengalami peningkatan tekanan darah pada usia kehamilan 24 mggu, dan cenderung disertai dg retriksi pertumbuhan janin.
Meskipun penyebab preeklamsia masih belum diketahui, bukti manifestasi klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofiologi tersamar yg terakumulasi sepanjang kehamilan dan akhinya menjadi nyata secara klinis.
Sejarah preklamsia.Ibu hamil dengan sejarah keluarga menderita preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena preeklamsia.
Kehamilan pertama.Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.
Usia.bu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 40 thn akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.
Obesitas. Kehamilan kembar. Kehamilan dengan
diabetes.Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan kehamilan.
Beberapa metode untuk mencegah preeklamsia yg telah dievaluasi dalam penelitian teracakManipulasi diet – diet rendah garam, sumplementasi kalsium, suplementasi minyak ikan.Obat-obatan kardiovaskuler – diuretik, obat anti hipertensi.Antioksidan – asam askorbat(vitamin C) , vitamin EObat antitrombotik- aspirin dosis rendah, aspirin / dipiridamol, aspirin + heparin, aspirin + kentaserinDimodifikasikan oleh Sibai dan Cunningham (2009)
Kehamilan yg disertai komplikasi hipertensi gestasional diterapi berdasarkan keparahan , usia gestasi dan adanya preeklamsia.
Preeklamsia tidak selalu dapat didiagnosis secara pasti.
sehingga dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal yg lebih sering, bahkan jika preeklamsia hanya “dicurigai”
Penderita preeklamsi berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
Pemberian obat anti kejang :- MgSO4 Cara pemberian : - 10 cc IV pelan-pelan selama 5menit - 15 cc + 500 CC RD (habis dalam 6jam/20
TPM)DILANJUTKAN
- MgSO4 40 % 25 cc dalam 500 cc RD ( habis dalam 10jam/20TPM)
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah jantung kengestif atau anasarka. Diuretikum yang di pakai ialah Furosemida.
Pemberian anti hipertensi Jenis obat antihipertensi yang di berikan di
indonesia adalah :Nifedipin Dosis awal : 10-20mg, diulangi 30menit bila
perlu. Dosis maksimum 120mg/24 jam.Nifedipin tidak boleh di berikan sublingual
karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral
Terminasi kehamilan dengan trauma seminimal mungkin bagi ibu dan janin
Kelahiran bayi yg dpt bertahan hidup
Pulihnya kesehatan ibu secara sempurna.
Secara tradisional, frekuensi kunjungan antenatal bertambah sering pada trismenster ketiga dan hal ini membantu deteksi dini preeklamsia.
Perempuan tampa hipertensi yg nyata, tetapi diduga mengalami preeklamsia yg berkembang dini saat kunjungan antenatal rutin diminta melakukan kunjungan antenatal yg lebih sering.
Perempuan yg mengalami hipertensi nyata dgn tekanan darah >140/90 mmHg dirawat inap selama 2-3 hari untuk menentukan apakah peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh preeklamsia dan untuk menentukan tingkat keparahannya.
Perempuan dg penyakit berat yg presisten dipantau lebih ketat selama kehamilannya.
Dilakukan evaluasi sistematis yg mencakup hal berikut:
1.Pemeriksaan rinci dilakukan dg pencarian harian untuk menentukan gejala klinis.
2.Berat badan dipantau setiap hari.3.Analisis proteinuria.4.Pengukuran tekanan darah setiap 4
jam
5. Pengukuran kadar kreatinin dan transaminase dalam serum atau plasma dan hitung trombosit.
6. Evaluasi ukuran janin serta volume cairan amnion, baik secara klinis maupun menggunakan sonografi.
Preeklamsia yg disertai komplikasi kejang umum klonik sangat meningkatkan resiko bagi ibu dan janin.
Sebagian besar perempuan mengalami komplikasi berat, yang mencakup sindrom HELLP, gagal ginjal, edema paru, emboli paru dan stroke.
Eklamsia paling sering terjadi pada trismester ketiga dan menjadi semakin sering saat kehamilan mendekati aterm.
Pengendalian kejang menggunakan magnesium sulfat dlm dosis awal yg diberikan secara intravena.
Pemberian obat antihipertensi intermitten untuk menurunkan tekanan darah saat dianggap telalu tinggi shg berbahaya.
Penghindaran penggunaan diuretik kecuali terdapat edema paru yg nyata.
Melahirkan janin untuk “menyembuhkan”
Pada kasus preeklamsia yg lebih berat dan eklamsia. Magnesium sulfat yg diberikan secara parenteral merupakan antikovulsan yg efektif dan tidak menimbulkan penekanan sistem saraf pusat pada ibu maupun janin.
Pada semua penelitian, magnesium sulfat dilaporkan lebih unggul dalam mencegah eklamsia.
Hipertensi yg berbahaya dpt menyebabkan pendarahan serebrovaskular, enselopati hipertensif dan dapat memicu kejang eklamtik pada perempuan dg preeklamsia.
Karena itu National High Blood Presure Education Program Working Group (2000) secara khusus merekomendasikan bahwa tatalaksana mencakup penurunan tekanan darah.
Karena hasil pengamatan tersebut maka diberikan terapi antihipertensi pada perempuan yg memiliki tekanan darah >160/110 mmHg.
Obat antihipertensi seperti Hydralazine, Labetalol, Nifedipine.
Terapi cairan juga diberikan secara rutin pada preeklamsia berat.
Perempuan dg hipertensi yg didiagnosis saat sedang hamil harus dievaluasi dalam beberapa bulan pertama pasca partum untuk mengetahui resiko jangka panjang.
Semakin lama hipertensi yg terdiagnosis dalam kehamilan menetap setelah melahirkan, semakin besar kemungkinan perempuan tersebut memiliki hipertensi kronis.
Perempuan yg pernah mengalami hipertensi gestasional atau preeklamsia lebih berisiko mengalami komplikasi hipertensi dan metabolik pada kehamilan berikutnya.
Umumnya semakin dini preeklamsia didiagnosis pada kehamilan dengan komplikasi tersebut semakin besar kemungkinan berulangnya preeklamsia.