handout-291007.doc

download handout-291007.doc

of 45

description

handout-291007.doc

Transcript of handout-291007.doc

iii

HANDOUT K-3OLEH:I GEDE WAHYU ANTARA KURNIAWAN, ST, M.Erg.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI BALI

2007KATA PENGANTAR

Kemajuan teknologi berkembang dengan pesatnya, disatu pihak mempercepat proses produksi dan membantu pekerjaan tetapi di lain pihak juga menimbulkan efek-efek yang membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) adalah salah satu program yang bertujuan untuk melindungi dan menyelamatkan manusia dari adanya resiko akibat dari tuntutan kerja yang dihadapinya, sehingga sedikit tidaknya dapat mencegah terjadinya kecelakaan, timbulnya penyakit ataupun kematian akibat resiko kerja. Sudah sewajarnya program K-3 diajarkan di sekolah/kampus yang mencetak tenaga kerja yang siap kerja (vokasional), karena selain menindak lanjuti kebijakan dari pemerintah juga memberikan pemahaman kepada anak didik bahwa K-3 sangat penting diperhatikan dalam suatu pekerjaan.Buku ini memuat tiga hal pokok penting yang berkaitan dengan K-3 yaitu Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, Higene perusahaan, Ergonomi dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) serta lingkungan hidup. Semua materi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dari program K-3 untuk pemahaman dan penerapan secara holistik dan integral. Indikator dari tercapainya program K-3 adalah terwujudnya suasana kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE). Apabila kondisi ENASE terpenuhi maka misi dari dunia kerja yaitu peningkatan produktivitas secara otomatis akan tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa program K-3 ini sangat penting dan memberikan kontribusi yang signifikan untuk peningkatan produktivitas kerja.Tentu saja buku ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu setiap kritik dan saran yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang hati dan kedua belah tangan terbuka. Mohon maaf seandainya ada yang kurang berkenan dan semoga buku ini bermanfaat .Denpasar, 12 Oktober 2007

Penulis,DAFTAR ISIKata Pengantar

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar LampiranBab I Pendahuluan

Bab II Landasan Hukum Bab III Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan

Bab IV Hiperkes: Higene Perusahaan, Ergonomi dan Kesehatan Kerja

Bab V Masalah K-3 di bidang Kelistrikan

Bab VI Lingkungan Hidup

Bab VII Organisasi K-3 dan Lingkungan HidupDaftar PustakaLampiran

DAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUANKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang

mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).Tabel 1: Jumlah kecelakaan tercatat yang terkait dengan pekerjaan dan jumlah

kompensasi yang dibayarkan selama periode 1995-1999

TahunKasus KecelakaanKompensasi/ ganti rugi

yang dibayarkan

(dalam milyaran rupiah)

TotalFatalCacat

permanenCacat

sementara

199565,94990213,28251,76539

199682,0667848,90772,37550

199795,7591,0897,87786,77371

199888,3361,37511,86078,16376

199980,5421,47611,87167,19583

200098,902----

2001104,774----

2002 (Mid)57,972----

Sumber: The ASEAN OSHNETTingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kematian. Kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya adalah penyebab yang dapat mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke. Praktek-praktek yang kurang Ergonomis mengakibatkan gangguan pada otot, sehingga mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Selain itu, masalah-masalah sosial kejiwaan di tempat kerja seperti stres ada hubungannya dengan masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental.Sejarah K-3Masalah K-3 pada umumnya sama tua dengan kehidupan manusia. Demikian juga, K-3 dimulai sejak manusia bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan dan daripadanya berkembang pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak berkurang. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dalam perindustrian mula-mula terjadi secara besar-besaran pada abad ke 18, ketika kemajuan-kemajuan pesat teknologi mulai diterapkan untuk produksi secara besar-besaran dengan mesin, sedangkan pabrik merupakan suatu kesatuan proses kerja. Keadaan-keadaan sebagai hasil revolusi industri disatu pihak merupakan suatu kemajuan yang gemilang, dipihak lain adalah bertentangan dengan perikemanusian dan memerlukan perbaikan. Gerakan perbaikan tersebut dipimpin oleh orang-orang yang merasa bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral terhadap kesejahteraan kawan-kawan sekerjanya. Pencegahan kecelakaan sejak semula berkembang atas perjuangan pria atau wanita yang berorientasi kepentingan umum dan bertekad melindungi pihak yang lemah. Perjuangan tersebut dilandasi pula oleh pengalaman-pengalaman yang penuh penderitaan. Tujuan mereka pada awal mulanya adalah mempengaruhi pemerintah, agar melindungi buruh-buruh pabrik (terutama anak-anak), yang sering hidup dan bekerja pada keadaan-keadaan sangat buruk, seperti bahaya putus jari atau tangan, penyakit berat dan kerusakan moral.Hasil pertama perbaikan keadaan perburuhan yang buruk adalah diundangkannya suatu peraturan pada tahun 1802 yang melindungi kesehatan dan moral tenaga kerja yang mengikuti latihan dan mereka yang bekerja di pabrik tekstil dan pabrik-pabrik lain. Pengawasannya dilakukan oleh penegak hukum setempat. Undang-undang tersebut diubah pada tahun 1833 dan diciptakanlah inspektorat pengawasan dalam aparat pemerintah. Pada tahun 1844, ditambahkan kepada undang-undang tersebut kewajiban pengawasan mesin, penyediaan pengaman lainnya dan kewajiban lapor kecelakaan.Sejalan dengan sejarah purbakala, maka keselamatan dan kecelakaan juga sama tuanya dengan bangsa Indonesia. Namun pada saat itu, keselamatan baik umum maupun khusus dalam kaitan pekerjaan, lebih bersifat perorangan. Demikian pula pada tingkat sejarah selanjutnya, keselamatan tentara dalam peprangan di jaman kerajaan-kerajaan yang dicipta oleh nenek moyang kita dahulu merupakan segi penting kehidupan. Kemudian belanda datang pada abad ke 17 dimana Indonesia dijadikan penghasil aneka ragam hasil pertanian dan pertambangan yang dikirim khususnya ke negeri Belanda. Otomatis semua kebijakan pada K-3 mengacu kepada kepentingan Belanda, dimana aturan perundang-undangan yang dibuat lebih menguntungkan pihak belanda sampai akhirnya pecah perang dunia II.Setelah Indonesia merdeka, keselamatan kerja berkembang sesuai dengan dinamika bangsa Indonesia. Beberapa tahun setelah proklamasi kemerdekaan, undang-undang kerja dan undang-undang kecelakaan (kompensasi) diundangkan. Kemudian dimasukkan jawatan-jawatan pelaksanaan undang-undang pada tubuh departemen perburuhan antara lain jawatan pengawasan keselamatan kerja. Jawatan ini tetap ada, sekalipun nama organisasinya berubah berkali-kali. Pada tahun 1957, didirikan pula lembaga kesehatan dan keselamatan kerja. Baru pada tahun 1970, undang-undang No. 1 teantang keselamatan kerja diundangkan. Undang-undang ini mengganti Veiligheids Reglement tahun 1910. Pada tahun 1973 berdiri ikatan Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja yang menghimpun juga profesi dalam keselamatan kerja. Sanpai sekarang ini berkembang pula organisasi-organisasi keselamatan kerja mulai dari tingkat perusahaan, lokal, daerah dan nasional.BAB II

LANDASAN HUKUM2.1. Kebijakan, Hukum dan PeraturanDi antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang telah memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif (lengkap) tentang sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3. Selain Indonesia, Sistem Manajemen K3 juga diwajibkan oleh undang-undang di Singapore dan di Daerah Administrasi Khusus Hong Kong, misalnya, di tempat-tempat konstruksi besar, galangan kapal, dan pabrik-pabrik kimia. Sejak tahun 2002, Thailand mewajibkan sistem manajemen K3 di perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik dengan instalasi-instalasi yang mengandung risiko bahaya besar.Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif, Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini meliputi semua tempat kerja dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer.Undang-Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002).Sistem manajemen K3 juga dinyatakan dalam Undang-undang Tenaga Kerja yang baru disahkan (UU No. 13/2003), yaitu pada pasal 86 dan pasal 87. Pada pasal 86, undang-undang tersebut menetapkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan atas moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Pada pasal 87, undang-undang tersebut menyebutkan bahwa setiap perusahaan harus menerapkan sistem manajemen K3, untuk diintegrasikan dalam sistem manajemen umum perusahaan. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksud akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.Direktur Pengawasan Norma K3 dari Depnakertrans mengidentifikasi dua prioritas utama: 1. Pembentukan administrasi K3 nasional yang lebih terpadu, dan

2. Upaya mempromosikan/ memasyarakatkan Sistem Manajemen K3.Berdasarkan Undang-Undang No 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT JAMSOSTEK. Undang-undang tersebut mengatur jaminan yang berkaitan dengan 1. Kecelakaan kerja [JKK], 2. Hari tua [JHT], 3. Kematian [JK], dan 4. Perawatan kesehatan [JPK]. Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan sebesar 1 juta rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas manfaat/ jaminan yang meliputi :

1. Biaya transportasi, 2. Biaya pemeriksaan dan perawatan medis, dan/ atau perawatan di rumah sakit, 3. Biaya rehabilitasi, dan 4. Pembayaran tunai untuk santunan cacat atau santunan kematian.

Kompensasi kecelakaan kerja dianggap merupakan tanggung jawab pengusaha dan karena itu, skema jaminan kecelakaan kerja pada umumnya dibiayai oleh pengusaha. Ada tiga metode untuk menetapkan tingkat iuran/ kontribusi jaminan kecelakaan kerja: 1. Tingkat seragam atau uniform rate yang berlaku bagi semua perusahaan tanpa memandang pengalaman kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan tersebut pada masa lalu atau industri; 2. Tingkat diferensial atau differential rates, yang dihitung menurut risiko kecelakaan kerja atau risiko industri tetapi tidak tergantung pada pengalaman aktual.

2.2. Konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan K3

Konferensi Perburuhan Internasional(ILO) di tahun 2003 membicarakan standar-standar K-3 sebagai bagian dari pendekatan yang terintegrasi dan mencapai persetujuan mengenai strategi K-3 global yang menghimbau dilakukannya suatu aksi yang jelas dan terpusat untuk mengurangi angka kematian, luka-luka dan penyakit akibat kerja. Strategi-strategi untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja harus diperluas agar mencakup semua pekerja, khususnya pekerja di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah serta di sektor ekonomi informal, juga pekerja-pekerja di kelompok-kelompok rentan termasuk pekerja muda, penyandang cacat dan buruh migran, serta pekerja mandiri. Pekerja yang termasuk kelompok rentan ini harus diberi pertimbangan khusus. Strategi yang dilakukan harus peka terhadap unsur jender untuk melindungi pekerja pria maupun wanita.ILO menghimbau adanya usaha bersama untuk meningkatkan keselamatan para pekerja. Strategi global mengenai K-3 terdiri dari terciptanya budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang kuat di semua perusahaan dan pengenalan akan pendekatan yang sistematis terhadap manajemen K-3. Suatu pendekatan sistematis terhadap manajemen K-3 di tingkat perusahaan telah dikembangkan dalam Panduan ILO mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ILO-OSH-MS- 2001). ILO mendukung terciptanya mekanisme pelatihan K3 untuk mencapai semua pekerja dan wakil-wakilnya serta para pengusaha melalui paket-paket pelatihan seperti Peningkatan Kerja di Perusahaan Kecil (WISE) dan Pelatihan mengenai Aksi Partisipasi (Participatory Action training) untuk Sektor Informal (PATRIS). Hal-hal yang fatal, kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit di tempat kerja dapat dicegah. Peningkatan K-3 dan kondisi-kondisi kerja merupakan prioritas dalam Rencana Aksi Nasional Tripartit bagi Pekerjaan yang Layak untuk Indonesia. Indonesia masih belum meratifikasi Konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan K-3 kecuali Konvensi ILO No 120/1964 tentang Higiene (Komersial dan Perkantoran). Tetapi hingga tahun 2000, Indonesia sudah meratifikasi seluruh Konvensi Dasar ILO tentang Hak Asasi Manusia yang semuanya berjumlah delapan. Bagaimana unsur-unsur ILO di Indonesia menangkap Konvensi-konvensi ILO? Banyaknya standar ketenagakerjaan yang berkaitan dengan K-3 menyebabkan timbulnya kebingungan dalam mengembangkan kebijakan nasional di Indonesia. Sebenarnya yang paling penting bukanlah ratifikasi Konvensi itu sendiri, tetapi pelaksanaan langkah-langkah K-3 sebagaimana seharusnya.Karena Indonesia mayoritas masih merupakan negara agraris dengan sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan pertanian, Konvensi ILO yang terbaru, yaitu Konvensi No. 184/2001 tentang Pertanian dan Rekomendasinya, dianggap merupakan perangkat kebijakan yang bermanfaat. Tetapi secara luas Indonesia dipandang tidak siap untuk meratifikasi Konvensi ini karena rendahnya tingkat kesadaran K-3 di antara pekerja pertanian. Tingkat pendidikan umum pekerja pertanian di Indonesia juga rendah, rata-rata hanya 3 sampai 4 tahun di sekolah dasar. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), DEPNAKERTRANS, Departemen Pertanian, Dewan K-3 Nasional (DK3N) telah membicarakan cara-cara mengajarkan K-3 kepada petani dengan cara yang sederhana dan efektif. Sebelum Indonesia mempertimbangkan untuk meratifikasi Konvensi ILO tentang K-3 di bidang Pertanian, terlebih dahulu perlu dilaksanakan program pendidikan dan pelatihan yang kokoh.2.3. Penegakan Hukum

Di Indonesia, berdasarkan UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Menteri Tenaga Kerja bertanggung jawab menetapkan kebijakan nasional di bidang K-3 untuk menjamin perlaksanaan yang secara seragam dan serasi di seluruh Indonesia. Untuk pelaksanaan sektoral dan tehnis, Menteri Tenaga Kerja dapat mendesentralisir pelaksanaan pengasuransian ini secara meluas. Direktur Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan melakukan pengawasan umum terhadap UU Keselamatan Kerja. Pengaturan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat juga dalam beberapa Undang-Undang yang bersifat sektoral seperti UU Kesehatan, dan beberapa peraturan yang berhubungan dengan pertambangan, tenaga nuklir, minyak dan gas bumi, perindustrian, dll. di bawah yurisdiksi masing-masing departemen yang bersangkutan. Laporan misi penasihat ILO tahun 1995 menyebutkan adanya suatu sistem inspeksi terpadu yang diprakarsai oleh proyek ILO/UNDP pada tahun 1984. Karena tidak mungkin menyatukan inspektur/ pengawas K-3 dan pengawas ketenagakerjaan, maka diambil strategi untuk secara bertahap memperluas konsep pengawas terpadu (integrated inspectors) dengan melatih pengawas-pengawas yang baru direkrut. Laporan ILO tersebut juga menyebutkan bahwa jumlah pengawas yang ada masih terlalu sedikit dan bahwa investasi di bidang-bidang seperti pelatihan, transportasi dan pengupahan masih jarang. Itulah sebabnya mengapa Departemen Pertambangan dan Energi, misalnya, menemui kesulitan dalam meningkatkan pengetahuan inspektoratnya tentang metodologi pertambangan dan upaya-upaya keselamatan kerja yang baru.

Indonesia menghadapi masalah-masalah penegakan K-3 yang juga umum dijumpai di banyak negara lain di Asia dan Pasifik: 1. Jumlah pengawas yang kompeten hanya sedikit, 2. Terbatasnya sumber daya yang ada untuk melakukan inspeksi/ pengawasan dalam jumlah yang memadai, dan 3. Terbatasnya upaya pengawasan untuk menindaklanjuti perkara yang dibawa ke pengadilan atau pelanggaran yang dijumpai. Selain itu, pengawasan umumnya difokuskan di sektor formal; karena itu, K-3 atau peran pemerintah di bidang K-3 di daerah pedesaan sering kali tidak kedengaran.BAB III

KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja baik darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi seperti: pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dll. Keselamatan kerja meliputi segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa, terutama pada penerapan teknologi. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab semua pekerja sehingga keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lain dan masyarakat pada umumnya.Tujuan keselamatan kerja adalah:1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Keselamatan kerja dinilai sebagai sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain mengakibatkan penderitaan pada tenaga kerja juga menyebabkan kerusakan mesin-mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi, kerusakan pada lingkungan kerja dll.

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu: perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja dan perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Hal ini berttujuan agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Jelaslah bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental pekerjaannya harus sejauh mungkin diberantas atau dikendalikan.

Keselamatan kerja erat berhubungan dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan antara hasil kerja (output) dan upaya yang dipergunakan (input). Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar:

1. dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi kecelakaan-kecelakaan yang menjadi penyebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya sehingga pembiayaanyang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin-mesin yang produktif dan efisien yang berhubungan dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.

3. pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi kerja yang tinggi pula.4. Praktek keselamatan tidak bisa dipisah-pisahkan dari ketrampilan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi.

5. keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi

Keselamatan kerja harus ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan bagian dari keselamatan pada umumnya. Masyarakat harus dibina penghayatan keselamatannya ke arah yang jauh lebih tinggi. Proses pembinaan ini tak pernah ada habis-habisnya sepanjang kehidupan manusia.3.1. Kecelakaan Kerja dan Pencegahannya

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan, terjadi pada saat bekerja atau disebabkan oleh suatu pekerjaan. Kecelakaan kerja dapat disebabkan langsung oleh pekerjaannya dan dapat juga terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Kadang-kadang kecelakaan kerja dipeluas lingkupnya hingga pada kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan ke tempat kerja, hal ini berhubungan dengan program-program jaminan keselamatan pekerja pada perusahaan.Kecelakaan kerja dapat menimbulkan 5 kerugian yaitu:

1. Kerusakan

2. Kekacauan organisasi.

3. Keluhan dan kesedihan.

4. Kelainan dan cacat.

5. Kematian

Kecelakaan-kecelakaan besar dengan kerugian-kerugian besar biasanya dilaporkan, sedangkan kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa-peristiwa kecelakaan kecil adalah 10 kali lipat kecelakaan besar. Maka dari itu kecelakaan-kecelakaan kecil menyebabkan kerugian-kerugian yang besar pula, manakala dijumlahkan secara keseluruhan.

Klasifikasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut organisasi perburuhan Internasional (ILO) adalah sebagai berikut:1. Klasifikasi Menurut jenis Kecelakaan:

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk atau kena benda-benda

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi, dll

2. Klasifikasi Menurut Penyebab

a. Mesin

b. Alat angkut dan angkat

c. Peralatan lain

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

e. Lingkungan kerja

f. Hewan, dll

3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan

a. Patah tulangb. Dislokasi/keseleo

c. Regang otot/urat

d. Memar dan luka dalam yang lain.

e. Amputasi

f. Luka-luka lain

g. Luka dipermukaan

h. Gegar dan remuki. Luka bakar

j. Keracunan

k. Akibat cuaca

l. Mati lemas

m. Pengaruh arus listrik

n. Pengaruh radiasi

o. Luka-luka serius

4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka di tubuh

a. Kepala

b. Leher

c. Badan

d. Anggota atas

e. Anggota bawah

f. Banyak tempat

g. Kelainan umum, dll.

Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu:1. Unsafe human act: aktivitas pekerja yang tidak memenuhi keselamatan

2. Unsafe Condition: Keadaan-keadaan atau lingkungan yang tidak aman.

Dari penyelidikan-penyelidikan ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Sehingga diasumsikan bahwa secara langsung maupun tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan oleh faktor manusia. Kecelakaan juga dikarenakan oleh kekhawatiran, kesedihan, keadaan sakit, cepat marah, kecewa, keadaan agresif, keracunan, keadaan fisik dan mental, keadaan-keadaan yang berhubungan dengan keadaan luar dan dalam perusahaan. Juga sangat sering bahwa suatu kecelakaan adalah akibat dari perpaduan keadaan teknologis, fisiologis dan psikologis. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyebab-penyebab kecelakaan paling utama ditemukan tidak pada mesin-mesin yang paling berbahaya atau zat-zat yang beracun tetapi pada kegiatan-kegiatan yang biasa, seperti terantuk, terjatuh, bekerja tidak tepat atau penggunaan perkakas tangan dan tertimpa oleh benda jatuh.Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:

1. Perundang-undangan

Ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, pemeliharaan, pengawasan dan pengujian, cara kerja peralatan di industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.

2. StandarisasiPenetapan standar-standar resmi, setengah resmi syarat-syarat keselamatan pada jenis-jenis peralatan industri, praktek-praktek keselamatan dan higene umum, atau alat-alat perlindungan diri.

3. pengawasan

Pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-uandangan yang diwajibkan.

4. Penelitian Riset teknis yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelahaan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.5. Riset medis

Penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis dari faktor-faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian Psikologis

Penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian Statistik

Untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabnya.

8. Pendidikan

Yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.9. Latihan-latihanLatihan praktek bagi pekerja, khususnya tenaga kerjayang baru dalam keselamatan kerja.

10. Penggairahan

Penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap demi keselamatan.

11. AsuransiInsentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

Hal ini merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Karena pada perusahaanlah kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Jelaslah bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerja sama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik , guru-guru, dan sudah barang tentu pengusaha dan pekerja.Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Statistik kecelakaan dapat dibuat menurut pukul dalam sehari dan menurut hari-hari dalam seminggu. Informasi demikian sangat menarik dan menggambarkan faktor manusiawi, sedangkan faktor teknis dan lingkungan kira-kira tetap sama. Biasanya kecelakaan terjadi pada akhir bagian kerja pagi dan akhir bagian kerja sore, daripada waktu-waktu lainnya (lihat gambar ???)Hal-46Gambar ? Penyebaran persentase kecelakaan menurut waktu dalam sehari

Kecelakaan menurut usia juga sangat menarik perhatian ditinjau dari sudut faktor manusia dalam terjadinya kecelakaan. Dari gambar ? perlindungan terhadap tenaga kerja muda perlu diberikan prioritas. Demikian pula, terjadinya kecelakaan yang relatif banyak pada akhir kerja pagi dan sore perlu mendapat perhatian, tetapi sukar ditetapkan, apa sebabnya secara pasti. Sebab-sebabnya mungkin kelelahan atau kebiasan tenaga kerja untuk tidak bekerja dengan tempo yang sama.Hal-47Gambar ? Penyebaran persentase kecelakaan menurut usia

Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja dan lamanya bekerja di tempat bekerja. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu, mereka sering mementingkan dahulu selesainya sejumlah pekerjaan tertentu yang diberikan kepada mereka, sehingga keselamatan tidak cukup mendapat perhatian. Maka dari itu masalah keselamatan harus dijelaskan kepada merekasebelum mereka melakukan pekerjaan dan bimbingan pada hari-hari permulaan bekerja adalah sangat penting.ALAT PELINDUNG DIRI (Personal Protective Devices)Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (APD). Cara pencegahan kecelakaan yang terbaik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan mesin-mesin atau peralatan lainnya. Namun dalam hal tersebut tidak mungkin perlu diberikan perlindungan diri kepada tenaga kerja dalam bentuk masker, kaca mata, sepatu dan alat proteksi lainnya. Gambar ? Alat-alat Pelindung Diri

Perkembangan sejarah alat pelindung diri sejalan dengan penggunaan pagar pengaman. Pada masa silam, ketika teknologi mulai berkembang, desain APD sama sekali tidak memadai, atau tenaga kerja tidak memakainya sama sekali karena mereka lebih senang tanpa perlindungan dengan akibat mungkin terjadinya kecelakaan pada kepala, mata, kaki dll. Sekarangpun APD masih dianggap oleh tenaga kerja mengganggu pelaksanaan pekerjaan, dan efek perlindungannya kurang apabila dibandingkan dengan pagar pengaman. Desain dan pembuatannya merupakan suatu hambatan besar. Harus diterapkan standar-standar tertentu tentangnya. Selain itu, APD harus diuji terlebih dahulu dalam kemampuan perlindungannya. Aneka alat-alat perlindungan diri adalah sebagai berikut:

1. Kaca mata

Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Jumlah kecelakaan demikian besar. Orang-orang yang tidak biasa dengan kaca mata biasanya tidak memakai perlindungan tersebut dengan alasan mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan mengurangi kenikmatan kerja, sekalipun kaca mata pelindung yang memenuhi persyaratan kian banyak jumlahnya. Memiliki kacamata pelindung tidak cukup; tenaga kerja harus memakainya. Banyak upaya harus diselenggarakan ke arah pembinaan disiplin atau melalui pendidikan dan penggairahan agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang berpandangan bahwa resiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan kemauan sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil, mereka tidak akan mempergunakannya.Kesukaran ini dapat diatasi dengan berbagai cara. Pada beberapa perusahaan, tempat-tempat kerja dengan bahaya kecelakaan mata hanya boleh dimasuki jika kacamata pelindung dipakai. Sebagai akibatnya, pada tempat-tempat tersebut tenaga kerja selalu memakai kacamata pelindung selama jam kerja, dan barang siapa tidak memakainya akan merasa paling tidak terasing dari kelompok yang berkacamata.Kecelakaan mata berbeda-beda dan aneka jenis kacamata pelindung diperlukan, sebagai misalnya pekerjaan dengan kemungkinan adanya resiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kaca mata dengan lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan diperlukan lensa penyaringan sinar las yang tepat.

2. Sepatu Pengaman

Terjatuh pada dataran yang sama (terpeleset dll) adalah bentuk kecelakaan yang paling biasa. Banyak dari padanya dapat dikaitkan dengan pemakian sepatu yang tidak tepat, sekalipun hubungan ini tidak jelas. Pemakain sepatu hak tinggi oleh wanita di pabrik sangat berbahaya oleh besarnya kemungkinan terpeleset oleh kurangnya keseimbangan, termasuk lobang atau terkena lantai yang tidak rata dan mudah terpeleset. Terjatuh juga bisa disebabkan oleh tali sepatu yang longgar, sol yang rusak atau hak yang tinggi.

Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban-beban berat yang menimpa kaki, paku-paku, atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam-asam, dll. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda berat masih perlu sepatu dengan ujung tertutup baja dan lapisan baja di dalam sol-nya. Lapis baja di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan benda-benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan banguanan.Kadang-kadang harus dipakai sepatu pengaman lain, misalnya pekerja-pekerja listrik harus memakai sepatu-sepatu non konduktor, yaitu sepatu tanpa paku-paku logam atau tenaga kerja di tempat yang mungkin menimbulkan ledakan harus memakai sepatu yang tidak menimbulkan loncatan api (juga tanpa paku logam).

3. Sarung Tangan

Sarung tangan harusdiberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain syaratnya adalah bebasnya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung kepada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dll. Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres dan mesin-mesin lain yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan ke mesin adalah berbahaya.4. Topi PengamanTopi pengaman harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda lainnya yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi tetap ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini.

5. SekorSekor sangat baik untuk perlindungan terhadap bahan kimia, kemungkinan terkena panas, keadaan basah atau berminyak, tetapi tidak boleh dipakai di dekat mesin.

6. Perlindungan Telinga

Jika perlu telinga harus dilindungi terhadap loncatan api, percikan logam pijar atau partikel-partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisisngan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.7. Perlindungan Paru-Paru

Paru-paru harus dilindungi manakala udara tercemar atau ada kemungkinan kekurangan oksigen dalam udara. Polutan-polutan mungkin berbentuk gas, uap logam, kabut, debu dll. Kekurangan oksigen mungkin terjadi di tempat-tempat yang pengudaraannya buruk seperti tangki atau gudang di bawah tanah. Pencemar-pencemar yang berbahaya mungkin beracun, korosif atau menjadi sebab rangsangan. Pengaruh lainnya termasuk dalam upaya kesehatan kerja.

Masih terdapat alat-alat perlindungan diri lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga yang mungkin terjatuh. Selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi tenaga kerja dengan segala alat proteksinya, juga pakaian khusus bagi saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Alat-alat tersebut harus memenuhi persyaratan:1. Enak dipakai

2. Tidak mengganggu kerja, dan

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Pakaian Kerja

Pakaian kerja harus dianggap suatu perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran listrik statis. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja sambil berpakaian tua yang sudah usang bagi dipakai sehari-hari. Keadaan ini selain merugikan dilihat dari keselamatan juga menunjukkan suatu mutu kehidupan yang rendah. Dalam menetapkan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu diikuti ketentuan-ketentuan atau petunjuk-petunjuk di bawah:1. Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahaya-bahaya yang mungkin menimpa tenaga kerja dan pakaian kerja harus dipilih menurut kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin.

2. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan kantung, jika ada, harus sedikit mungkin jumlahnya dan sekecil mungkin ukurannya.

3. Baju longgar atau sobek, dasi dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh dipakai di dekat bagian-bagian mesin yang bergerak.

4. Jika kegiatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan atau kebakaran, harus dicegah pemakaian bahan yang terbuat dari seluloid atau bahan-bahan yang dapat terbakar lainnya ketika bekerja.

5. Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang yang digulung lengannya ke atas.

6. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan ekplosif atau cairan-caiaran yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian.

7. Tenaga kerja yang menghadapi debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan dll, yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.

Jika pakaian kerja mungkin cepat rusak oleh karena sifat pekerjaan yang berat, keadaan udara lembab dan pekerjaan penuh kotoran, pengusaha harus menyediakan jenis pakaian yang cocok. Bila tidak tenaga kerja harus membeli sendiri pakaian demikian. Pakaian kerja biasa tidak mampu melindungi tenaga kerja terhadap logam panas, asam-asam, bagian-bagian yang melayang dan aneka resiko lainnya. Dalam hal ini, alat pelindung diri harus dipergunakan.Jika digolongkan menurut bagian-bagian tubuh yang dilindungi maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dikatagorikan sebagai berikut:

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan.2. Mata: kaca mata dari berbagai gelas.3. Muka: perisai muka

4. Tangan dan jari-jari: sarung tangan

5. Kaki: Sepatu

6. Alat pernafasan : respirator/masker khusus

7. Telinga: sumbat telinga, tutup telinga

8. Tubuh: pakaian kerja dari berbagai bahan

Untuk memilih alat-alat pelindung diri menurut keperluannya, disajikan pada tabel dibawah ini:

BAB IV

HIPERKES

HIGENE PERUSAHAAN, ERGONOMI DAN KESEHATAN KERJAHigene perusahaan adalah spesialisasi ilmu higene beserta prakteknya yang mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut bila diperlukan tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkannya mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Ergonomi adalah spesialisasi ilmu yang menekankan aspek-aspek kemampuan manusia atau pekerja dengan pekerjaannya, terutama penyesuaian antara kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, baik secara fisik, mental dan spiritual dengan tuntutan tugas yang dihadapinya. Apabila antara kemampuan pekerja tidak sesuai dengan tuntutan tugas atau pekerjaan yang diterima melebihi dari kemampuannya maka akan mengakibatkan gangguan-gangguan pada fungsi faal, tekanan psikis dan berdampak pada kinerja serta produktivitas tenaga kerja.Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan spiritual dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

HIPERKES dijelaskan secara resmi, dan mempunyai landasan hukum yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok-pokok mengenai tenaga kerja (pasal 9 dan 10) yang menjelaskan tentang pemberian lapangan kesehatan kepada pekerja untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja. Dilakukan dengan cara mengatur pemberian pengobatan, perawatan pasien, mengatur persedian tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma higene perusahaan dan kesehatan kerja untuk mencegah penyakit, baik sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi perumahan tenaga kerja.Tujuan daripada pelaksanaan Hiperkes adalah :1. Untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas. Dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.

2. Untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan produktivitas faktor manusia dalam bekerja

Hiperkes berperanan untuk mengadakan pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan melipat-gandakan kegairahanserta kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan, dan perlidungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.Pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang dimaksud meliputi tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penserasian manusia dan mesin, pengekonomisan upaya. Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan pula dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.Biaya dari kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja dan penyakit umum yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-biaya kuratif yang mahal seperti itu meliputi pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan dan cacat yang menetap.

Kondisi-kondisi kesehatan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja adalah sebagai berikut:

1. Penyakit Umum

Penyakit yang paling sering dijumpai adalah: penyakit infeksi, penyakit endemik dan penyakit parasit. Penyakit-penyakit alat pernapasan seperti flu, bronchitis dan ISPA merupakan bagian terbanyak (30-40 % dari seluruh penyakit umum). Penyakit perut meliputi 15-20 % dari seluruh penyakit umum. Angka sakit oleh TBC paru-paru masih tinggi, berkisar di antara 3,5-8 % dari tenaga kerja masih dihinggapi penyakit tersebut.penyakit-penyakit parasit, seperti dikarenakan cacing masih merupakan gangguan yang besar terutama di sektor pertanian dan pertambangan. Selain penyakit-penyakit tersebut, penyakit epidemi-pun masih menghinggapi tenaga kerja, antara lain cacar dan cholera.2. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit seperti Pneumoconioses, Dermatoses akibat kerja, keracunan-keracunan bahan kimia, gangguan-gangguan mental psikologis akibat kerja dll. benar-benar terdapat pada tenaga kerja. Pada penelitian buruh tambang ditemui 0.5% kasus silicosis, selanjutnya penyelidikan pada 20 orang Carders menunjukkan adanya dua kasus Bronchospasme, satu kasus bronchitis berulang dan dua kasus bronchitis cronica. Hanya saja penyakit-penyakit akibat kerja ini jumlahnya masih nampak seolah-olah sedikit oleh karena disebabkan tidak adanya laporan, tidak dibuatnya diagnosa ke arah penyakit tersebut atau dikarenakan labour turnover yang tinggi dan belum cukupnya fullemployment.3. Keadaan Gizi

Keadaan gizi kurang baik dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian tentang gizi, kemampuan pengupahan yang rendah dan beban kerja yang terlalu besar. Suatu pengukuran berat badan pada buruh yang berada pada suasana panas dan berdebu menunjukkan berat badan rata-rata 46,9 Kg. Padahal untuk golongan administrasi dengan tinggi yang sama (sekitar 1,58 meter) berat badannya adalah 52,5 Kg. Terlihat tendensi bahwa beban-beban kerja yang terlalu berat dan menggangu kesehatan menurunkan berat badan. Pada keadaan tersebut produktivitas tenaga kerja sangat rendah.4. Lingkungan Kerja

Keadaan suhu, kelembaban dan gerak udara memberikan suhu efektif diluar kenikmatan kerja. Selain iklim tropis, heat stress disana-sini melebihi indek 1. penerangan yang penting untuk melakukan kerja sering diabaikan, dengan akibat kelelahan mata yang besar dan menurunnya efisiensi. Intensitas bunyi banyak melebihi 85 dBA sehingga bukan saja mengganggu produktivitas tetapi juga mulai pada taraf membahayakan. Lingkungan kerja sering penuh dengan debu, uap, gas dll. yang satu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain.5. Penserasian Manusia dengan Mesin

Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dengan mesin, serta perbaikan cara kerja sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit-diktinya energi tetapi setinggi-tingginya output kerja pada umumnya belum diketahui. Tidak jarang ukuran-ukuran mesin atau peralatan kerja sangat berbeda dengan ukuran-ukuran tenaga kerja. Disatu pihak hal tersebut dikarenakan mesin-mesin dan perkakas-perkakas pada umumnya di-import tetapi di pihak lain dikeranakan sama sekali belum adanya kesadaran, untuk itu perlu adanya pengertian dari pengusaha, buruh dan pihak lainnya tentang perencanaan manusia dengan mesin.6. Mental/Psikis Tenaga Kerja

Ditinjau dari segi mental psikologis tenaga-tenaga kerja baru mengalami goncangan-goncangan hebat sebagai akibat keadaan sosial politik yang lalu seperti G 30 S/PKI dan Krisis moneter. Peristiwa seperti itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi ke arah stabilisasi keadaan (kondusif). Sedangkan psikologis industri dan psikologis kerja hanya dikenal pada perusahaan-perusahaan besar.7. Kesejahteraan Tenaga Kerja

Kesejahteraan tenaga kerja yang sering-sering kurang baik dikarenakan pengupahan yang rendah, diperburuk lagi oleh tidak dikenal dan tidak dipraktekannya usaha keluarga berencana di perusahaan-perusahaan. Dalam hubungan ini, masyarakat perkebunan dan industri sering berdiri sendiri dan terletak jauh dari masyarakat umum, maka usaha keluarga berencana akan berhasil baik, apabila diintegrasikan dengan kegiatan kesehatan perusahaan.

8. Pemahaman tentang Hubungan Kesehatan dan ProduktivitasBaik pengusaha dan buruh atau pihak lainnya sering belum memahami adanya hubungan diantara kondisi kesehatan dan tinggi rendahnya produktivitas. Selalu terdapat anggapan pada mereka, bahwa usaha kesehatan hanyalah usaha kesejahteraan semata dan tidak membantu dalam soal produktivitas. Sedangkan ceramah-ceramah dan penerangan yang diperlukan untuk merubah pandangan sikap demikian sangat terbatas jumlahnya. Perlu diketahui juga bahwa baru akhir-akhir inilah kesehatan kerja dimasukkan dalam pendidikan bagi para pengusaha dan buruh.9. Fasilitas Kesehatan

Demikian pula halnya fasilitas kesehatan yang ada di perusahaan jauh belum memenuhi harapan. Pendekatan usaha kesehatan biasanya terlalu kuratif, belum atau sedikit sekali menyelenggarakan usaha-usaha preventif, lebih-lebih lagi apa yang disebut gerakan kesehatan dalam produktivitas biasanya belum terpikirkan sama sekali. Kesulitan-kesulitan antara lain dikarenakan dokter-dokter perusahaan sering-sering adalah dokter part time sehingga sangat terbatas kesempatan untuk mengembangkan lapangan kesehatan dalam produksi.

10. Landasan HukumTelah cukup banyak perundang-undangan mengenai higene, kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi implementasinya sering mengalami kesulitan oleh karena terbatasnya tenaga untuk pengawasan, masih perlu dibinanya skill untuk pengenalan dan evaluasi gangguan-gangguan pada tempat, cara dan lingkungan kerja, masih perlunya peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan secara terinci dari standar-standar berdasarkan hasil riset.

Untuk mengatasi pengaruh buruk, dari kondisi-kondisi kesehatan kepada pembangunan di tanah air khususnya yang meliputi sektor tenaga kerja atau sektor produktif, maka :1. Perlu dibina keahlian Hiperkes dengan lembaga nasional Hiperkes sebagai nukleus keahlian. Untuk maksud itulah, dalam pelita diadakan proyek pembinaan keahlian Hiperkes yang mendapat bantuan dari WHO, ILO dan UNDP.

2. Perlu dibina keahlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga kesehatan ke dalam sektor produksi. Serta perlu dibina pula para teknisi yang bersangkutan dengan proses produksi dengan memberikan skill tambahan tentang Human Engineering.

3. Perlu diusahakan pendidikan dan training kepada pengusaha dan buruh tentang pentingnya kesehatan produksi dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sebagai sarana ke arah kenikmatan dan kesejahteraan bangsa.4. Perlu dikembangkan applied research yang dapat menemukan karakteristik-karakteristik manusia Indonesia, misal saja tentang waktu kerja dan istirahat, gizi dan produktivitas, daerah-daerah nikmat kerja dan produktivitas kerja optimal dan lain sebagainya. Namun penelitian baru benar-benar berjalan apabila telah dibangun keahlian dan peralatan yang memadai secukupnya.

5. Keahlian-keahlian dalam Hiperkes harus selalu dapat dimanfaatkan oleh setiap sektor produksi manakala sewaktu-waktu diperlukan nasehat-nasehat sesuai dengan kebutuhan. Maka dari itu lembaga pusat dan cabangnya di daerah-daerah selalu siap sedia membantu perusahaan-perusahaan dalam planning atau peningkatan kondisi-kondisi di tempat, lingkungan dan cara kerja yang lebih sehat ke arah produktivitas kerja yang lebih baik.6. Pembinaan lapangan kesehatan dalam produksi ini memerlukan kerja sama yang sebaik-baiknya antar departemen pemerintah yang terkait agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Gangguan kesehatan merupakan gangguan efisiensi kerja, adalah proses dinamis dalam hubungan penyebab (sebab dari gangguan), manusia dan lingkungan. Proses tersebut dimulai dari keadaan normal (sebelum dan ketika mulai kerja), kemudian perubahan-perubahan yang belum menampak sebagai gejala, lalu sakit, cacat atau kemudian. Sebab-sebab dari gangguan kesehatan dan efisiensi tersebut adalah jamak, misalnya beban kerja yang berat, tekanan panas tinggi, faktor kimia di udara dll, sedangkan yang terkena adalah bukan hanya perorangan, melainkan masyarakat tenaga kerja. Pencegahan bermaksud memutuskan rantai proses tersebut sedini-dininya, sedangkan epidemiologi mempelajari kualitas reaksi-reaksi kelompok tenaga kerja terhadap sebab-sebab dalam pekerjaan dan lingkungan kerja. Keadaan normal dan sehat serta efisien perlu didekati secara holistik.Pedoman yang dapat digunakan untuk melaksanakan Hiperkes adalah sebagai berikut:

1. Proses evaluasi gangguan kesehatan, jadi juga gangguan efisiensi, pada umumnya dapat diputuskan.

2. Cara memutuskan proses adalah dengan meniadakan atau mengendalikan interaksi di antara tenaga kerja, faktor penyebab dan lingkungan kerja.3. Perlu kemampuan mendeteksi perubahan pada tenaga kerja sedini mungkin.

4. Pemeriksaan kesehatan berkala sangat penting dan lebih kerap pada kasus-kasus dianggap perlu.

5. tindakan-tindakan didasarkan atas hasilnya pada sejumlah terbesar dari masyarakat tenaga kerja, juga dikelompokkan menurut jenis kelamin, umur, pekerjaan dan besarnya pengaruh dari sebab dan lingkungan kerja.

6. Pemeriksaan dan usaha-usaha seperlunya terhadap tenaga kerja yang memperlihatkan keluhan-keluhan.

7. Perlu pendidikan tentang gangguan-gangguan dan cara pencegahannya kepada pengusaha dan tenaga kerja.

8. kebiasaan-kebiasaan dan tradisi tenaga kerja perlu diketahui dan dipelajari.

9. Tindakan dini merupakan pencegahan terhadap perkembangan gangguan yang lebih jauh.

10. Kemampuan menyelenggarakan administrasi yang baik dan menarik partisipasi masyarakat sangat penting.

Ergonomi

Kata Ergonomi berasal dari bahasa Yunani : Ergon ( kerja ) dan Nomos (peraturan/hukum) pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda seperti Arbeitswissenschaft di Jerman. Bioteknologi di negara-negara Scandinavia. Human Engineering, Human Factor Engineering (personel research) di Amerika Utara. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologi tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat daripadanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja.

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti : Antropologi, Geometrika, Faal kerja, higeine perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja,research, cybernika. Namun kekhususan utamanya adalah : perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. Dalam hal ini, diperlukan kerjasama diantara peneliti dan teknisi serta ahli tentang pemakaian alat-alat dengan pengukuran, pencatatan dan pengujiannya. Perbaikan kondisi-kondisi kerja buruk dan tanpa perencanaan biasanaya mahal, maka usaha sebaiknya dimulai dari perencanaan oleh suatu tim Ergonomi yang memungkinkan proses, mesin-mesin dan hasil produksi yang memenuhi persyaratan.

Ergonomi dapat diterapkan pada semua tingkatan dari lokal sampai kepada nasional. Secara lokal dapat dimulai dengan inisiatif dokter perusahaan, kepala personalia,pengusaha dan lain-lain yang mencoba upaya sendiri/dengan mengambil penasehat dari luar. Pelayanan dapat diberikan oleh lembaga-lembaga khusus atau Universitas. Oleh pemerintah, penerapan Ergonomi dapat dibina melalui peraturan-peraturan,standar-standar dan spesifikasi-spesikasi resmi.

Program Ergonomi meliputi penentuan problematik, percobaan untuk pemecahan, penerapan hasil percobaan dan pembuktian efektifitas. Dalam praktek sering pendekatan melalui trial and error. Penentuan problematik dilakukan dengan melihat gejala-gejala seperti absentisme, ganti-ganti kerja dll yang mungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan, organisasi kerja yang tidak baik, kesulitan melakukan latihan kerja sebagai pencerminan buruknya desain peralatan dan cara kerja. Kemudian diadakan analisa pekerjaan, peralatan dan bahan, yang meliputi juga time and motion study, observasi langsung atau telemetris dari parameter fisiologi, analisa bahaya-bahaya, proses produksi, model-model dll. Atas dasar penemuan, diadakan usaha-usaha perbaikan, yang hasilnya tercermin dalam kemajuan-kemajuan yang menguntungkan.Ergonomi mempunyai peranan penting dalam industrialisasi. Mekanisasi dan outomasi tidak saja terjadi pada industri, tetapi juga pada pertanian dan pekerjaan administrasi, maka timbullah permasalahan sebagai berikut:

1. terjadi pengaruh-pengaruh dari pekerjaan baru (pemakaian energi, pada pekerjaan berat berulang).

2. perawatan dan perbaikan peralatan yang disertai sikap kerja dan kondisi-kondisi lingkungan kurang baik.

3. kesehatan fisik dan mental sehubungan dengan pekerjaan yang menyangkut tempo kerja, beban fisik, tegangan syaraf, pengaruh kerja bergilir, perasaan terisolir dan bertambahnya tanggung jawab dll. Juga beban tambahan oleh faktor lingkungan.

4. pindahnya tenaga kerja pertanian ke perindustrian di negara berkembang.

Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis, psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan modefikasi yang sesuai di antara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi dengan itu produktivitas juga ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian terutama perlu diberikan kepada kegiatan fisik, yaitu intensitas, tempo, jam kerja dan waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan (kelembaban, suhu, gerakan udara, kebisingan, penerangan, warna, debu dll.), data biologis (modefikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja oleh karena usia) dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (misalnya getaran mekanis, kerja malam, kerja bergilir). Tambahan pula, perlu diperhatikan keadaan-keadaan setempat seperti iklim dan keadaan gizi, di daerah panas atau pegunungan, di laut, pada ketinggian tinggi atau di bawah tanah. Di negara berkembang, soal iklim dan gizi adalah faktor penting.

Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan, yang berpengaruh kepada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu tentang gerakan dan sikap badan disebut Biomekanika. Seorang tenaga kerja dikatakan sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari sudut biomekanika, apabila sikap tubuhnya baik, tenaga kerja dilatih dalam ketrampilan kerja dengan metode-metode kinetika (gerakan-gerakan), tempat duduk adalah nikmat pegangan-pegangan mesin dan alat mudah dicapai, serta latihan fisik dilaksanakan waktu kerja atau melalui aktivitas olah raga.

Bagian semakin penting dari banyak pekerjaan adalah persepsi dan penafsiran dari tanda-tanda yang memerlukan pengambilan keputusan dan selanjutnya reaksi. Dengan Ergonomi, kecepatan persepsi dan pengambilan keputusan dapat dipermudah: tekanan mental, kelelahan, gangguan kewaspadaan, gangguan-gangguan faal dan kelelahan-kelelahan dapat dicegah sehingga produktivitas dapat dipelihara. Faktor penting dalam pendirian adalah ambang rasa, kewaspadaan, pembedaan dan penafsiran. Hal ini dapat berfungsi secra baik apabila tanda-tanda diatur memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu. Caranya pertama-tama dengan mempelajari bentuk dan penempatan tanda-tanda, penyajian kualitas (skala) dan sifat-sifat dari tanda (optik, akustik atau perabaan). Kedua adalah mempelajari kualitas dan kuantitas dari tanda-tanda dalam hubungan kemampuan tenaga kerja untuk menafsirkan dan mengingat tanda tersebut. Mungkin diperlukan modifikasi pengolahan data secara mekanis atau elektronis agar pekerja lebih mudah melakukan pekerjaannya. Sebagai jawaban terhadap suatu tanda pekerja harus melaksankan gerakan-gerakan yang perlu diatur agar pegangan-pegangan diletakkan secara baik yaitu mudah dicapai dalam arah yang tepat dan sesuai dengan gaya yang diperlukan. Ergonomi dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana kepada mesin.Agar seorang tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja stinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor, yaitu :1. Beban Kerja

2. Beban Tambahan akibat dari Lingkungan Kerja

3. Kapasitas Kerja

1. Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pekerjanya, beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja-pekerja bongkar dan muat barang di pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental atau sosial. Sebaliknya seorang pengusaha, mungkin tanggung jawabnya merupakan beban mental yang relatif jauh lebih besar. Adapun petugas sosial, mereka lebih menghadapi beban-beban sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seseorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Hiperkes membantu mengurangi beban kerja dengan modifikasi cara kerja atau perencanaan mesin serta alat kerja. Contoh sederhana ; beban kerja akibat memikul atau menjinjing suatu barang dapat dikurangi dengan penggunaan kereta dorong. Dalam usaha menentukan beban maksimal. Beban fisik lebih mudah dirumuskan yaitu misalnya 50 Kg, sebagai beban tertinggi diperkenankan (rekomendasi ILO).2. Beban TambahanSebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Terdapat lima faktor penyebab beban tambahan yaitu:

1. Faktor fisik

Meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.

2. Faktor Kimia

Berupa gas, uap, debu, kabut, fume, asap, awan, cairan dan benda padat.

3. Faktor BiologiBaik dari golongan tumbuhan atau hewan.4. Faktor FisiologiKonstruksi mesin, sikap dan cara kerja.5. Faktor PsikologiSuasana kerja, hubungan antara pekerja atau dengan pengusaha, pemeilihan kerja dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu daya kerja seseorang tenaga kerja. Sebagai misalnya yang sederhana adalah:

1. Penerangan yang kurang cukup intensitasnya adalah sebab kelelahan mata.

2. Kebisingan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran dan berakibat kelelahan psikologis.

3. gas-gas dan uap diserap tubuh lewat pernafasan dan mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh dengan akibat penurunan daya kerja.

4. Debu-debu yang dihirup ke paru-paru mengurangi penggunaan optimal alat pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara.5. Parasit-parasit yang masuk tubuh akibat higene di tempat kerja yang buruk menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerjanya.

6. Sifat badan yang salah mengurangi hasil kerja, menyebabkan timbulnya kelelahan atau kurangnya fungsi maksimal alat-alat tertentu.7. Hubungan kerja tidak sesuai adalah sebab bekerja secara lamban atau setengah-setengah.

Sebaliknya apabila faktor-faktor tersebut dicari kemanfaatannya, dapat diciptakan suasana kerja yang lebih serasi, misalnya:

1. Penggunaan musik di tempat kerja

2. Penerangan yang diatur intensitas dan penyebarannya.

3. Dekorasi warna di tempat kerja.

4. Bahan-bahan yang beracun dalam keadaan dikendalikan bahayanya.

5. Penggunaan suhu yang nyaman untuk kerja.

6. Perencanaan manusia dengan mesin yang sebaik-baiknya dll.

3. Kapasitas Kerja

Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung kepada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh. Semakin tinggi ketrampilan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Tidaklah heran, apabila angka sakit dan mangkir kerja sangat kurang pada mereka yang memiliki ketrampilan tinggi, lebih-lebi bila mereka memiliki cukup motivasi dan dedikasi. Kesegaran jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani tidak saja pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya.Tingkat gizi terutama bagi pekerja kasar dan berat adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Makanan bagi kerja berat ibarat bensin untuk kendaraan bermotor. Beban kerja yang terlalu berat sering disertai penurunan berat badan.Laki-laki dan perempuan berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya, dll. Menurut pengalaman ternyata siklus biologi pada wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik, melainkan lebih banyak bersifat sosial dan kultural kecuali pada mereka yang mengalami haid(dysmenorrhoe).Manusia menjadi tua disertai dengan berkurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada alat-alat tubuh, sistem cardio-vasculer, hormonal, dll.Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan bisa dihindarkan, asal saja pekerja dan pimpinan perusahaan ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang-undangan tidak akan ada manfaatnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapan-ketetapan perundang-undangan itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil peranan penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan tersebut. Cara-cara pencegahan gangguan tersebut adalah :1. Substitusi

Mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon-tetraclorida diganti dengan triclhor etilen. Ironshot yang digunakan sebagai pengganti pasir pada pekerjaan sandblasting.

2. Ventilasi Umum

Mengalirkan udara sebanyak, menurut perhitungan ke dalam ruang kerja, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukkan udara ini lebih rendah daripada kadar yang membahayakan, yaitu kadar nilai ambang batas (NAB). NAB adalah kadar yang padanya atau dibawahnya yang apabila pekerja-pekerja menghirupnya delapan jam sehari atau lima hari seminggu tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan.3. Ventilasi Keluar Setempat (Local exhausters)

BAB V

MASALAH K-3 DIBIDANG KELISTRIKAN

UmumKelistrikan statis dalam industri atau tempat-tempat kerja memungkinkan muatan-muatan listrik yang timbul pada bahan-bahan bukan penghantar listrik oleh karena kontak dengan benda-benda lain dengan atau tanpa gesekan. Selain itu, kelistrikan statis yang penting dalam kaitannya keselamatan kerja adalah petir, oleh karena kemungkinan-kemungkinan terjadinya malapetaka terkena petir terhadap bangunan industri. Aspek lain adalah pemasangan penyalur petir isotop yang memerlukan ketentuan-ketentuan khusus, manakala dilihat dari segi keselamatannya.Bagi kehidupan, aspek kelistrikan yang penting adalah pembangkit tenaga listrik, transmisi dan distribusinya. Ketiga kegiatan ini memiliki bagian-bagian keselamatan kerja secara khusus. Adapun penggunaan arus listrik diperusahaan-perusahaan selain merupakan suatu kebutuhan pokok juga selalu disertai resiko kecelakaan. Dalam hal ini, masalah instalasi listrik sangat penting.

Dewasa ini berkembang pula peralatan portable yang memakai listrik sebagai sumber tenaganya. Peralatan demikian kian lama kian luas digunakan, baik oleh masyarakat pada umumnya, maupun oleh tenaga kerja pada pekerjaan masing-masing. Selain itu, industri peralatan listrik dan elektronik menghasilkan jumlah dan keaneka-ragaman yang sangat besar peralatan listrik dan elektronik untuk konsumsi sangat luas pula.Kelistrikan statis

Seperti diuraikan diatas, listrik statis timbul pada bahan-bahan bukan penghantar yang padat seperti lempeng plastik yang dipres oleh dua roda penggiling atau yang cair seperti minyak bahan bakar yang mengalir melalui pipa. Benda lain yang bersentuhan dengan bahan-bahan bukan penghantar tersebut mungkin isolator atau konduktor dan hubungan tanah hanya memberi sedikit perbedaan.Bila muatannya kecil, listrik statis dalam industri tidak menimbulkan bahaya. Bahaya terkena listrik atau kecelakaan terdapat, bila muatan listrik statis besar dan terdapat pada permukaan yang luas seperti lempeng-lempeng, tekstil, dll, atau pada jumlah-jumlah yang besar, seperti bubuk-bubuk dari bahan bakar cair. Bahan-bahan yang benar-benar nonkonduktor sangat sedikit jumlahnya dan listrik statis yang terbentuk segera tersalur ke tempat lain setelah terjadi. Kecepatan penyaluran dan pembentukan inilah yang menentukan besarnya kesulitan yang terjadi. Pada polietelin, listrik statis menetap untuk banyak jam. Pada kapas atau kertas, muatan tersebut akan menghilang dalam beberapa milidetik pada keadaan kelembaban normal. Kecepatan penyaluran lebih meningkat dengan bertambahnya derajat kelembaban. Oleh karena di negara tropis kelembaban pada umumnya berada diantara 60-95 %, maka listrik statis jarang menimbulkan masalah. Namun begitu tidak berarti bahaya tidak ada. Sebaliknya, pada pipa yang dilalui minyak bahan bakar pompaan akan sangat berbahaya, jika dalam pipa terdapat air. Listrik statis bertambah besar mengikuti bertambahnya tekanan penggiling, bertambahnya tekanan dan bertambahnya jumlah yang melalui mesin.Muatan listrik statis yang besar mudah dirasakan dan tidak perlu deteksi. Listrik demikian akan menyebabkan tekanan aliran lsitrik, memberi bunyi gemerik dan menimbulkan loncatan api. Badan manusia adalah penghantar listrik yang baik. Listrik statis yang cukup besar akan dilurkan melalui tubuh dan dirasakan pengaruhnya. Perasaan kaget yang ditimbulkan mungkin berakibat kecelakaan. Loncatan api antara dua benda dapat pula berakibat kebakaran atau peledakan, jika terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar atau meledak. Efek nyala listrik statis terhadap gas atau uap biasanya dinyatakan dalam mJ(miliJoule), dan besarnya 0,2 0,3 mJ untuk uap-uap bahan bakar dan hidrokarbon 0,017 mJ bagi asitelin dll. Jika udara diganti dengan zat asam, segala uap menjadi lebih peka dan memerlukan beberapa mikroJoule untuk terbakar. Paling peka adalah campuran asitelin dan oksigen seperti misalnya dari pekerjaan pengelasan yang dapat menyala pada 0,2 mJ. Angka-angka ini dikaitkan dengan campuran paling mudah terbakar. Suspensi debu di udara memerlukan tenaga lsitrik yang lebih besar yang bervariasi dari 5 sampai beberapa ratus mJ dan tergantung kepada sifat dan besarnya ukuran debu. Sebagai suatu gambaran, tubuh orang yang berpakaian nilon mendapat 5 atau 10 mJ hanya dengan duduk di kursi yang berlandaskan plastik.

Pembentukan listrik statis sukar dicegah. Lebih penting adalah pengendaliannya, yaitu meningkatkan penyalurannya. Cara yang nyata adalah penggunaan bahan-bahan bersifat lebih menghantar listrik. Bahan-bahan demikian adalah karet antistatis yang mengandung karbon grafit, serat-serat poliester atau poliamida yang mengandung kadar tertentu kapas atau rayon, aspal konduktif khusus lantai. Tahanan tertinggi yang diperkenankan adalah 108 Ohm-cm untuk bahan besar atau 1010 Ohm per cm2 untuk barang dalam bentuk lembaran.Uap air, kelembaban dan adanya garam sangat besar dalam mempercepat penyaluran listrik statis dan mengurangi tegangan benda-benda non konduktor. Tekstil akan menurun tegangannya menjadi seperenam kali, jika kelembaban dinaikkan 10%. Listrik statis dapat dikurangi dengan meninggikan kelembaban udara. Oleh karena kelembaban udara di daerah tropis relatif tinggi, maka listrik statis pada umumnya tidak menjadi masalah.Jika bahan yang melalui mesin bermuatan listrik, hubungan ke bumi sering tidak membantu. Dalam hal ini, sering perlu untuk menetralkan listrik statis dengan ionisasi di dekat bahan oleh eleminator listrik atau radioaktif statis. Disebut eleminator listrik statis, apabila dipergunakan sumber listrik tegangan tinggi. Kerugian alat ini adalah bahaya kebakaran, jika terdapat campuran gas yang dapat menyala. Pada keadaan tersebut, perlu dipakai eleminator radioaktif statis, yang bebas dari bahaya kebakaran, tetapi harganya sangat mahal. Sumber-sumber radioaktif yang menyinarkan sinar alpha adalah paling cocok. Bahan-bahan tersebut misalnya, americium-241 atau polonium-210. bahan-bahan radioaktif ini relatif kecil bahaya radioaktifnya, namun perlu dicegah kontaminasi terhadap orang-orang. Penempatan eleminator harus tepat, yaitu di tempat udara dapat bersentuhan dengan permukaan bahan secara bebas.PETIR DAN INSTALASI PENYALUR PETIR

Petir adalah loncatan listrik statis di alam yang mungkin mengenai aneka bangunan, pohon, tonggak dll, di permukaan bumi. Petir sering menimbulkan mala petaka yang membawa kerugian material dan korban jiwa. Telah lama diketahui dan digunakan penangkal petir untuk mencegah dan mengurangi malapetaka akibat dari petir tersebut.

Dewasa ini terdapat dua jenis instalasi penyalur petir:1. Instalasi penyalur petir biasa

Instalasi ini mempergunakan sistem penyalur petir Franklin.

2. Instalasi penyalur petir Isotop

Instalasi ini menggunakan isotop sebagai perlengkapan tambahan pada kepala batang penyalur petir. Upaya keselamatan harus dilengkapi dengan kewaspadaa terhadap unsur radioaktif.

Instalasi penyalur petir sangat diperlukan untuk:

1. Gedung-gedung tinggi atau terpencil dan lebih tinggi dari gedung-gedung lainnya.

2. Gedung-gedung yang memakai atap dari bahan yang mudah terbakar.

3. Gedung-gedung yang dipakai untuk penyimpanan atau pengolahan bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar.

4. Gedung-gedung untuk keperluan umum seperti masjid, gereja, rumah sakit, dll.

Pemasangan instalasi penyalur petir harus disesuaikan dengan keadaa konstruksi bangunan yang bersangkutan. Instalasi penyalur petir melindungi tenaga kerja dari kemungkinan malapetaka sebagai akibat gedung, pabrik dll, terkena petir. Malapetaka tersebut dapat lebih besar lagi tergantung dari keadaan pabrik dengan segala perinciannya. Instalasi penyalur petir khusunya yang memakai isotop memiliki aspek keselamatan tersendiri.PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Pembangkit tenaga listrik berbeda menurut sumber energi yang dipergunakannya seperti tenaga air, tenaga uap, tenaga gas, tenaga nuklir, atau pemakaian bahan-bahan bakar. Generator listrik bervariasi dari kekuatan sangat kecil sampai kepada kekuatan yang besar. Pembangkit tenaga listrik dipakai untuk keperluan keluarga atau perusahaan-perusahaan kecil.

Adapun generator-generator besar digunakan untuk keperluan yang lebih luas lagi. Pada penggunaannya secara luas, listrik tegangan tinggi disalurkan melalui jaringan transmisi yang seterusnya disalurkan ke jaringan distribusi dengan tegangan rendah. Tegangan tinggi dari pembangkit dapat mencapai 100 kVolt atau lebih. Tegangan ini diturunkan melalui transformator menjadi 3-60 kVolt.

Keselamatan yang bertalian dengan pembangkit tenaga listrik meliputi pengaman bahaya-bahaya sebagai akibat pemakaian mesin pembangkit tenaga listrik, bahaya-bahaya dari sumber tenaga, keadaan lingkungan, ditambah dengan bahaya kebakaran, ledakan, faktor lingkungan dan terkena arus listrik. Prinsip-prinsip penecegahan kecelakaan harus diterapkan sebaik-baiknya untuk menjamin tingkat keselamatan tinggi. Perlu diperhatikan secara khusus pula keselamatan yang berhubungan dengan kelistrikan. Pemadaman kebakaran harus memakai ketentuan-ketentuan khusus. Bagi pusat pembangkit tenaga listrik, berlaku ketentuan-ketentuan keselamatan kerja pada umumnya.DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Distribusi listrik dapat dilakukan dengan suatu hubungan listrik langsung (direct feeder) hubungan atau pemberi arus radial tunggal atau rangkap (single atau doble radial fedeer), kabel lingkar utama atau suatu kasa kabel. Pemilihan cara distribusi tergantung kepada faktor-faktor seperti besarnya beban, jarak, jumlah hubungan dll. Untuk keperluan distribusi diperlukan banyak peralatan dan perlengkapan. Kabel-kabel listrik penyalur dipasang terhadap tiang-tiang listrik dari besi, beton atau kayu. Kabel-kabel ini dapat bertegangan tinggi atau rendah. Kadang-kadang kabel ditanam di dalam tanah.Pada kegiatan distribusi listrik, terdapat kemungkinan-kemungkinan kecelakaan seperti terjatuh, kecelakaan pada kegiatan mengangkat dan mengangkut bahan dan perlengkapan distribusi listrik, kecelakaan lalu lintas, selain kemungkinan terkena aliran listrik. Dari statistik kecelakaan yang disajikan pada simposium kecelakaan listrik pada tahun 1962 diketahui data-data sebagai berikut:1. Kecelakaan oleh karena kelistrikan tidak lebih dari 4% dari kecelakaan yang tidak berakibat kematian

2. Kecelakaan-kecelakaan fatal terbagi menjadi 40% pada tegangan tinggi dan 60% pada tegangan rendah.

3. Kebanyakan kecelakaan pada tegangan rendah bersumber pada ketidak sengajaan menyentuh kabel yang ada aliran listriknya.

4. Lebih dari setengahnya dari kecelakaan terjadi pada pemakaian alat-alat listrik.Kecelakaan listrik sering terjadi pada suatu ketinggian dengan akibat terjatuh dan kematian. Pada pekerjaan konstruksi, alat-alat konstruksi besar sering mengenai kabel listrik dengan akibat kecelakaan. Kecelakaan sering terjadi sebagai akibat kontak terhadap kabel yang diperkirakan tidak berarus listrik lagi. Juga mungkin saja terjadi kecelakaan pada kabel yang arusnya sama sekali tidak ada maksud untuk diputuskan. Kontak-kontak biasanya terjadi sebagai akibat kabel-kabel yang sudah rusak. Kekurang waspadaan adalah faktor penting lainnya. Kontak lebih mudah lagi terjadi di tempat-tempat basah atau lembab. Maka dari itu, ketentuan-ketentuan keselamatan kerja perlu sepenuhnya diperhatikan pada pekerjaan pemasangan, perbaikan dan perluasan jaringan distribusi. Ketentuan-ketentuan biasanya meliputi organisasi kerja, latihan, perlengkapan, keselamatan kerja termasuk alat transport, penerangan tentang keselamatan, pengawasan dan pemeriksaan.Kadang-kadang pekerjaan harus dilakukan terhadap jaringan yang ada arusnya. Untuk keperluan ini, diisyaratkan pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan khusus. Pada dasarnya, tenaga kerja harus diisolasi oleh non konduktor, sehingga aliran arus tidak melalui tubuhnya. Sebagai misal, tenaga kerja berdiri diatas bahan non konduktor dan mempergunakan alat-alat yang diisolasi pada ujung dan pegangannya. Cara bekerja tersebut dapat dipakai terhadap tegangan yang tidak lebih dari 20 kV.Keselamatan perlu pula diperhatikan pada jaringan pemakai di rumah-rumah atau banguanan-banguanan. Dalam hal ini, perencanaan dan pemasangan sangat penting. Kelompok-kelompok pembagian arus mesti mudah ditentukan, agar kerusakan cepat diketahui dan diperbaiki. Kabel-kabel harus mudah dicapai, lebih-lebih bila bahaya terjatuh besar. Bagian-bagian jaringan harus mudah ditentukan lokasinya. Sakelar-sakelar harus dipasang secara baik. Sekering yang tepat harus dipasang dan jangan sekali-kali mengganti dengan kawat-kawat untuk memperbesar daya bebannya. Kebakaran-kebakaran sering terjadi akibat penggantian sekring tersebut.Jaringan dapat diuji kekuatannya dengan mengukur tekanan isolasi. Lebih dari itu, jaringan instalasi dapat dilindungi dengan aneka tanda bahaya, jika tegangan atau arus melebihi ukuran yang ditentukan. Kebakaran mungkin tidak banyak terjadi pada jaringan listrik, namun kerusakannya biasanya luas. Sebab-sebab kebakaran adalah panas yang berlebihan pada isolasi penyilangan diantara dua konduktor dan peledakan oleh karena alat tidak berfungsi dengan baik. Pada pemadaman kebakaran akibat listrik, pertama-tama arus mesti diputuskan. Jika arus dapat dijamin putus, pemadam apapun dapat dipakai, sebaliknya, terhadap jaringan hidup hanya boleh dipakai bahan yang bersifat non-konduktor, misalnya karbon dioksida atau gas inert, busa mungkin bersifat korosif.Fisiologi dan Patologi

Oleh karena kebanyakan kecelakaan adalah akibat arus bolak-balik dengan frekwensi 50/60 Hz, uraian fisiologi dan patologi yang disajikan bertalian dengan arus demikian. Maka dari itu, uraian untuk arus searah dan arus denyutan mesti dipelajari khusus. Beratnya shock listrik tergantung dari dua faktor:1. Tahanan listrik dari tubuh.

Tubuh manusia berlaku sebagai suatu konduktor volume dengan aliran arus yang uniform. Tubuh dapat dimisalkan suatu tahanan sederhana tanpa efek kapasitif atau induktif. Tahanan terbesar terletak di kulit, yang nilainya 1000 Ohm bagi kulit basah dan 100.000 Ohm untuk kulit kering dan tebal. Tahanan bagian dalam kira-kira sama sebesar 500 Ohm.

Tabel ? Tahanan tubuh

Bagian badanTahanan (Ohm)

1. Kulit kering2. Kulit basah

3. Bagian dalam

4. Telinga-telinga100.000 600.000

1.000

400 600

400

2. Lintasan arus listrik Sebagai konduktor volume, arus terbesar adalah di antara dua titik kontak masuk dan keluarnya arus. Efeknya dilihat dari letak dua titik ini dan organ-organ yang berada di antara keduanya. Kedua titik ini biasanya di antara dua anggota badan atas atau anggota badan atas dan bawah. Lintasan ini melewati jantung dan otot pernafasan.

Ternyata shock listrik dengan kematian yang melalui kepala hanya meliputi 3%. Secara fisiologis, jaringanjaringan tubuh sangat peka terhadap arus listrik. Dengan rangsangan elektroda, lidah dapat mendeteksi 45 (A. Arus sebesar 100 (A dapat menyebabkan fibrilasi jantung, jika kontak langsung terhadapnya.

Keadaan patologis oleh arus listrik adalah sebagai berikut:

1. Akibat arus yang melintas ditubuh dan kematian oleh asfiksi.

Arus 1mA adalah kekuatan terendah arus yang dapat dirasakan oleh tangan. Peningkatan kekuatan arus tersebut harus disertai dengan perasaan rangsangan panas dan sakit serta pada 10 mA perasaan tidak dapat ditahan lagi. Pada arus 20-40 mA, otot-otot pernapasan kejang dan pernapasan berhenti. Hal ini akan berakibat kematian dengan hipoksial dan asidosis. Tetapi, kalau arus dihentikan 2-3 menit, pernapasan mulai lagi dan penyembuhan tejadi cepat.2. Berhentinya pernapasan secara menetap.Hal ini terjadi, jika lintasan melalui pusat pengendali lintasan, yang terletak dibelakang otak.

3. Fibrilasi ventrikuler.

Otot jantung berkerut tak berketentuan, sehingga fungsi jantung tidak ada lagi,nadi hilang dan peredaran darah berhenti.

4. Terbakar listrik.

Oleh besarnya tahanan kulit, panas terjadi dipermukaan kulit oleh arus listrik. Penyembuhan biasanya lama dan tejadi jaringan parut yang luas.

5. Terbakar loncatan api listrik.

Loncatan api listrik dapat mengakibatkan kebakaran kulit dan pakaian. Selain itu, peristiwa terkena loncatan api listrik selalu disertai resiko terbawa arus listrik pula.Efek-efek sekunder terjadi sesudah shock oleh arus listrik, seperti:

a. Angina elektrika, yang gejalanya seperti angina pektoris dan terjadi pada orang muda.

b. Katarak oleh arus listrik, yang terjadi oleh arus dengan lintasan melalui kepala.

c. Kromoproteinuria, yang sama seperti crush syndrome dengan gangguan ginjal, kejang otot dan bebasnya mioglobin.d. Kelainan-kelainan syaraf, yang ditemukan dalam aneka bentuk.

Kematian mendadak disebabkan oleh :

1. Terhentinya peredaran darah oleh karena fibrilasi ventrikuler.

2. Sekalipun jarang, asfiksia sebagai akibat kejang otot pernafasan.

3. terhentinya pernafasan oleh karena lumpuhnya pusat pengendali pernafasan di otak.

Maka dari itu P3K harus terutama ditujukan kepada sebab-sebab tersebut di atas. Terutama penting adalah pertolongan pertama dengan pernafasan buatan. Cara modern lain untuk pertolongan terhentinya jantung bekerja adalah pemijatan jantung. Cara ini perlu dilakukan dengan hati-hati oleh karena ada bahayanya. Terhadap luka bakar oleh karena listrik, diterapkan cara-cara yang biasa untuk luka pada umumnya. Pada luka bakar oleh arus tegangan tinggi, terapi alkalin terhadap kemungkinan pembebasan kromoprotein perlu segera diberikan.PEDOMAN KESELAMATAN KERJA LISTRIK

Pedoman keselamatan kerja listrik menyangkut tenaga kerja, organisasi dan cara kerja, bahan dan peralatan listrik dan pedoman pertolongan terhadap kecelakaan. Para pekerja listrik harus memiliki jasmani yang baik, rohani yang baik, trampil dan bekerja sesuai dengan cara yang semestinya.

Pakaian kerja bagi para tenaga kerja yang bertalian dengan kelistrikan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Cukup kuat dan tahan gesekan

2. Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada ujung lengan.

3. Celana panjang.

4. Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.

5. Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator.

6. Topi helm terbuat dari plastik, kuat dan memiliki sifat isolator yang sesuai dengan tegangan yang bersangkutan.

7. Sarung tangan panjang, lemas, kuat dan memiliki daya isolator yang sesuai. Sarung tangan untuk bekerja dengan penghantar adalah lemas, kuat dan tahan gesekan terhadap kawat penghantar.

Dalam organisasi kerja dan penting untuk keselamatan kerja, tiap pelaksanaan suatu pekerjaan listrik yang bukan rutin harus didasarkan surat perintah kerja. Surat ini penting pula untuk pencarian orang yang bertanggung-jawab, jika terdapat kesalahan. Adapun pekerjaannya, hal itu dilaksanakan oleh kontraktor. Salah satu syarat menyatakan bahwa perusahaan yang memberikan pekerjaan kepada kontraktor harus memberikan tenaga atau ahli yang tugasnya mendampingi dan mengawasi pekerjaan kontraktor. Ada kalanya perintah pekerjaan harus diberikan melalui telpon atau radio telpon, misalnya oleh karena jarak dll. Perintah demikian harus ada teks-nya, dicek ulang agar keamannanya dapat terjamin. PLN memiliki ketentuan-ketentuan terperinci mengenai cara kerja.Pada keadaan bagaimanapun pesawat-pesawat atau mesin-mesin listrik hanya boleh diberi aliran listrik atau dijalankan oleh ahli listrik dari perusahaan yang bersangkutan atau orang yang diberi wewenang untuk itu.

BAB VI

LINGKUNGAN HIDUP6.1. Lingkungan kerja

Faktor lingkungan di ruangan tempat bekerja juga dapat mempengaruhi beban kerja dan kelelahan, faktor lingkungan tersebut antara lain: suhu ruangan, kelembaban relatif udara, tingkat kebisingan, intensitas penerangan ruangan dan intensitas cahaya monitor.

6.1.1. Suhu dan kelembaban relatif ruangan

Ventilasi umum atau setempat ada pula peranannya dalam keselamatan kerja. Demikian pula dengan pengaturan suhu udara dengan pendinginan. Misalnya, ventilasi setempat merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif, seperti debu aluminium, magnesium, gabus, pati atau tepung dari udara. Uap-uap di udara yang dapat terbakar dapat diturunkan kadarnya sampai kepada batas aman oleh ventilasi umum atau dihilangkan sama sekali oleh ventilasi ke luar setempat. Pengaturan suhu udara dapat mencegah keadaan terlalu dingin atau terlalu panas yang dapat membantu timbulnya kecelakaan. Sistem ventilasi perlu perencanaan yang tepat. Hal ini terutama perlu bagi ventilasi ke luar setempat yang akan memperburuk keadaan, jika perencanaan tidak tepat. Tudung pintu ventilasi keluar setempat harus diletakkan dan diatur sedemikian sehingga tidak ada uap logam atau debu yang memasuki tempat kerja atau langsung dihirup oleh tenaga kerja.Gambar ? Tudung atau pintu ventilasi ke luar setempat

Kedinginan menjadi sebab kurangnya ketrampilan tangan dan hal ini berbahaya bagi pekerjaan dengan mesin. Udara panas adalah sebab kelelahan dan kurangnya konsentrasi. Suhu dan kelembaban relatif ruangan sangat penting diperhatikan agar operator pekerja dapat bekerja dengan nyaman, karena apabila tidak dikendalikan dapat menyebabkan beban kerja tambahan. Manuaba (1997) menyarankan agar mengatur suhu ruangan diantara 22 28oC dengan kelembaban udara 70 80% dan kecepatan udara tidak melebihi 0,2 m/dt.6.1.2. Kebisingan di dalam ruangan

Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat membantu terjadinya kecelakaan. Kebisingan yang lebih dari 85 dBA dapat mempengaruhi daya dengar dan menimbulkan ketulian. Pencegahan terhadap kebisingan harus dimulai sejak perencanaan mesin dan dilanjutkan dengan memasang bahan-bahan yang menyerap kebisingan. Organisasi kerja dapat diatur sedemikian sehingga pekerjaan persiapan tidak dilakukan di ruang yang bising. Alat-alat pelindung diri juga dapat dipergunakan.Tingkat kebisingan di dalam ruangan ditentukan oleh suara-suara yang tidak dapat dihindari pada saat bekerja misalnya suara tut keyboard, suara manusia, musik dll. Kebisingan di dalam ruangan harus dikendalikan agar berada dalam rentangan yang nyaman untuk bekerja, apabila melebihi batas toleransi dapat menyebabkan tekanan darah meningkat, denyut jantung dipercepat, kontriksi pembuluh darah kulit, metabolisme meningkat, menurunnya aktivitas alat pencernaan dan tensi otot bertambah. Klasifikasi bising di dalam ruangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel ? Klasifikasi kebisingan di dalam ruangan

Tingkat kebisisnganKlasifikasi

30 40 dBA

50 60 dBA

> 60 dBA

70 dBASangat tenang

Cukup tenang

Berisik

Sangat berisik

Sumber: Manuaba,1997

Bising yang berasal dari dalam ruangan itu sendiri bisa diatasi dengan cara seperti: mengatur waktu kerja dan istirahat, menempatkan peralatan sebagai sumber bising pada permukaan yang lembut dan melapisi permukaan ruangan kerja untuk meredam kebisingan tersebut (Grandjean,1988).6.1.3. Intensitas penerangan ruangan

Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan ketidak efisienan yang minimal, dan dengan begitu secara tidak langsung membantu mengurangi terjadinya kecelakaan. Dalam hubungan kelelahan sebagai sebab kecelakaan, penerangan yang baik merupakan usaha prevent