Glaukoma Absolut

15
BAB I PENDAHULUAN Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga akan menyebabkan kerusakan saraf optik. Dapat pula terjadi tekanan bola matanya masih normal tetapi dapat terjadi kerusakan saraf optic yang disebabkan kerusakan saraf optiknya sendiri. 1,3 Galukoma adalah penyakit mata kronis progresif yang mengenai saraf mata dengan neuropati (kelainan saraf) optik disertai kelainan bintik buta (lapang pandang) yang khas. Faktor utamanya adalah tekanan bola mata yang tinggi. 2 Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan berkurangnya lapangan pandang. 2,4 Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokular ini disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan. 1,5 Di Amerika Serikat, kira-kira 2,2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120.000 adalah buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3,3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300.000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih. 6

description

mats

Transcript of Glaukoma Absolut

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada

    beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga akan menyebabkan

    kerusakan saraf optik. Dapat pula terjadi tekanan bola matanya masih normal tetapi

    dapat terjadi kerusakan saraf optic yang disebabkan kerusakan saraf optiknya

    sendiri.1,3

    Galukoma adalah penyakit mata kronis progresif yang mengenai saraf mata

    dengan neuropati (kelainan saraf) optik disertai kelainan bintik buta (lapang pandang)

    yang khas. Faktor utamanya adalah tekanan bola mata yang tinggi.2

    Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,

    yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan

    mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf

    optik, dan berkurangnya lapangan pandang.2,4

    Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokular ini

    disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan

    berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.

    Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat

    lapangan pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi papil

    saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1,5

    Di Amerika Serikat, kira-kira 2,2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih

    tua mengidap glaukoma, sebanyak 120.000 adalah buta disebabkan penyakit ini.

    Banyaknya orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan

    sekitar 3,3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300.000 kasus glaukoma

    yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan. Glaukoma pada orang

    kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit

    putih.6

  • Di Indonesia penyakit glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal

    cukup banyak orang yang menjadi buta karenanya. Pada glaukoma kronik dengan

    sudut bilik mata depan terbuka misalnya, kerusakan pada saraf optik terjadi perlahan-

    lahan hampir tidak ada keluhan objektif. Hal ini menyebabkan penderita dating

    terlambat ke dokter. Biasanya kalau sudah memberikan keluhan, keadaan

    glaukomanya sudah lanjut. Dalam masyarakat yang kesadaran atau pendidikannya

    masih kurang, dokter perlu secara aktif dapat menemukan kasus glaukoma.2

    Survei Departemen Kesehatan RI 1992 menunjukkan, angka kebutaan di

    Indonesia mencapai 1,5 persen dari seluruh penduduk. Glaukoma merupakan

    penyebab kebutaan nomor dua (0,2%) setelah katarak. Berbeda dengan kebutaan

    akibat katarak yang dapat dipulihkan, kebutaan akibat glaukoma bersifat permanen.

    Mengingat fatalnya akibat glaukoma terhadap penglihatan, deteksi dini glaukoma

    untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih lanjut menjadi sangat penting.2

    Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian; glaukoma primer,

    glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut. Sedangkan

    berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular, glaukoma dibagi menjadi

    dua, yaitu glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Dari semua jenis

    glaukoma diatas, glaukoma absolut merupakan hasil atau stadium akhir semua

    glaukoma yang tidak terkontrol, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri.3,4,5

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan ekskavasi

    glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas

    terutama diakibatkan oleh meningkatnya tekanan intraokular. Peningkatan tekanan

    intraokular merupakan faktor resiko signifikan untuk terbentuknya glaukoma (lebih

    dari 20 mmHg). Seseorang mungkin saja mengalami kerusakan saraf pada tekanan

    yang relatif lebih rendah ketika orang lainna dapat memiliki tekanan intraokular

    tinggi dalam jangka waktu lama tanpa mengalami kerusakan saraf. Glaukoma yang

    tidak diterapi dapat menyebabkan kerusakan permanen saraf optik yang akhirnya

    mengarah ke kebutaan.1,3,5

    Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian; glaukoma primer,

    glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut. Sedangkan

    berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular, glaukoma dibagi menjadi

    dua, yaitu glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Dari semua jenis

    glaukoma diatas, glaukoma absolut merupakan hasil atau stadium akhir semua

    glaukoma yang tidak terkontrol, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri.2

    B. Fisiologi Aqueus Humor

    Aqueus humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan

    posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 l, dan kecepatan pembentukannya

    yang bervariasi diurnal adalah 1,5-2 l/men.2,4

    Aqueus humor diproduksi oleh corpus siliar. Setelah memasuki kamera

    posterior, aqueus humor mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan

    trabekular di sudut kamera anterior.2,4

  • Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula

    memperbesar ukuran pori-pori di jalanan tersebut sehingga kecepatan drainase aqueus

    humor juga meningkat.2,4

    Aqueus humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan

    saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis

    Schlemm menyalurkan cairan ke dalam system vena. Sejumlah kecil aqueus humor

    keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sclera (aliran

    uveoskleral).2,4

    Gambar 2.1 Kamera Okuli Anterior dan Aliran Aqueus Humor

    C. Klasifikasi glaukoma

    1. Glaukoma Primer

    a. Glaukoma primer sudut terbuka

    Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering

    dijumpai. Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih 40 tahun dan 32-3 % orang berusia

    lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga

    glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50 %

    penderita, secara genetic penderitanya adalah homozigot. Terdapat faktor resiko pada

  • seseorang untuk mendapatkan glaukoma seperti diabetes mellitus, hipertensi, kulit

    berwarna dan myopia.1,6

    Pada glaukoma primer sudut terbuka tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau

    lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang

    mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh

    penderita. Gangguan saraf optik akan terlihat gangguan fungsinya berupa penciutan

    lapang pandang.1,5

    b. Glaukoma sudut tertutup

    Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 4, yaitu: glaukoma sudut tertutup akut

    primer, glaukoma sudut tertutup subakut, glaukoma sudut tertutup kronik dan iris

    plateau. Hanya glaukoma sudut tertutup akut primer yang akan dibahas karena

    merupakan suatu kedaruratan oftalmologik.2,3

    Pada glaukoma sudut tertutup, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil.

    Hal ini biasanya terjadi pada malam hari, saat tingkat pencahayaan berkurang. Hal

    tersebut juga dapat terjadi pada dilatasi pupil untuk oftalmoskopi.1,4

    Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh munculnya kekaburan

    penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, mual serta muntah. Temuan-temuan

    lain adalah peningkatan mencolok tekanan intraokular, kamera anterior dangkal,

    kornea berkabut, pupil terfiksasi berdilatasi sedang dan injeksi siliar.1

    2. Glaukoma kongenital

    Glaukoma kongenital (jarang) dapat dibagi menjadi (1) glaukoma kongenital

    primer, yang menunjukkan kelainan perkembangan terbatas pada sudut kamera

    anterior;(2) anomali perkembangan segmen anterior-sindrom Axenfeld, anomali

    Peter, dan sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan kornea juga abnormal;(3)

    berbagai kelainan lain, termasuk aniridia, sindrom Sturge-Weber, neurofibromatosis,

    sindrom Lowe dan rubella congenital. Pada keadaan ini, anomali perkembangan pada

    sudut disertai dengan kelainan okular dan ekstraokular lain. Gejala paling dini dan

    paling sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia dan pengurangan kilau kornea.

  • Peningkatan tekanan intraokular adalah tanda cardinal. Pencekungan diskus optikus

    akibat glaukoma merupakan kelainan yang terjadi relatif dini dan terpenting.3

    3. Glaukoma Sekunder

    Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebabnya. Dapat

    disebabkan atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau penyakit yang telah

    diderita sebelumnya atau pada saat itu.3,4,6

    Penyebab yang paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya

    adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan perdarahan

    ke dalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan

    peningkatan tekanan intraokular. 3

    Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari normal karena

    korpus siliar yang meradang kurang berfungsi baik. Namun juga dapat terjadi

    peningkatan tekanan intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Jalinan

    trabekular dapat tersumbat oleh sel-sela radang dari kamera anterior, disertai edema

    sekunder, atau kadang-kadang terlibat dalam proses peradangan yang spesifik

    diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).3,6

    Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan permanen fungsi trabekula,

    sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang neovaskularisasi sudut, yang semuanya

    meningkatkan glaukoma sekunder.2,3

    4. Glaukoma absolut

    Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (terbuka/tertutup)

    dimana sudah terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan

    fungsi lanjut.3

    Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi

    dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dengan rasa sakit. Sering

    dengan mata buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga

    menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan

    rasa sakit sekali akibat timbulnya gaukoma hemoragik.3

  • D. Patofisiologi Glaukoma

    Tingginya tekanan intraokular tergantung pada besarnya produksi aqueus

    humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran aqueus humor

    melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan,

    keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera.

    Tekanan intraokular dianggap normal kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan

    dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga

    disebut hipertensi oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25

    mmHg pasien menderita glaukoma (tonometer Schiotz).2,5

    Mekanisme Utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel

    ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam

    retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi

    atrofi, prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2,3,6

    Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga

    disebabkan oleh: gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi

    berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang

    sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan

    intraokular. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf

    optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.

    Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi

    cekungan pada papil saraf optik.2,3,6

    E. Gejala klinis

    Gejala klinis pada glaukoma absolut adalah terdapat nyeri pada mata yang

    terkena yang menjalar hingga ke kepala, mata merah serta mata tidak dapat melihat

    sama sekali. Gejala-gejala terjadi karena peningkatan tekanan bola mata. Penyakit

    berkembang secara lambat namun pasti. Sering mata dengan kebutaan ini

    mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit

    berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat

  • timbulnya glaukoma hemoragik. Pada pemeriksaan fisik juga kornea terlihat keruh,

    bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa dan mata keras

    seperti batu dengan rasa sakit.1,4

    F. Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan tekanan bola mata

    Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan

    tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan tonometer

    aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat

    disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan

    kelenturan bola mata (ballottement) dilakukan penekanan bergantian dengan kedua

    jari tangan.1,5

    2. Gonioskopi

    Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik sudut

    bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti

    benda asing. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di

    dataran depan kornea setelah diberikan lokal anastesi. Lensa ini dapat digunakan

    untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 3600.1,5

    3. Pemeriksaan lapang pandang

    Pemeriksaan ini penting untuk penegakan diagnosis, meliputi perjalanan

    penyakitnya, dan untuk menentukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu

    diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang

    masih dini, lapamg pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang

    pandangan sentral sudah menunjukkan adanyamacam-macam skotoma. Jika

    glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan kelainan berupa

    penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu

    dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, yaitu

    seolah-olah melihat melauli teropong dan akhirnya menjadi buta.1,5

  • 4. Pemeriksaan oftalmoskopi

    Pada pemeriksaan ini, akan terlihat penggaungan dan atrofi tampak pada papil

    N. II. Ada yang mengatakan, bahwa pada glaukoma sudut terbuka, di dalam saraf

    optik didapatkan kelainan degenerasi yang primer, yang disebabkan oleh insufisiensi

    vaskular. Sebab menurut penelitian kemunduran fungsinya terus berlanjut, meskipun

    tekanan intraokulernya telah dinormalisir dengan obat-obatan ataupun dengan

    operasi. Juga penderita dengan kelainan sistemik seperti DM, arteriosklerosis, lebih

    mudah mendapat kelainan saraf optik, akibat kenaikan tekanan intraokular, dari pada

    yang lain. Kelainan dikatakan bermakna bila ada pembesaran cup-to disc ratio (CDR)

    lebih besar dari 0,5 dan asimetri CDR antara dua mata 0,2 atau lebih.1,5

    5. Tes provokasi

    Tes provokasi yang sering dilakukan adalah uji kopi, uji minum air, uji steroid,

    uji variasi diurnal, dan uji kamar gelap.1,5

    G. Penatalaksanaan

    Pemilihan pengobatan glaukoma dapat dibagi berdasarkan jenis glaukomanya.

    Pengobatan ditujukan pada penyebabnya dan juga terhadap glaukomanya sendiri.

    Walaupun glaukoma absolut merupakan stadium akhir dari glaukoma, tetapi terapi

    medikamentosa masih diperlukan. Terapi medikamentosa pada glaukoma absolut,

    prinsip penatalaksanaannya adalah menurunkan tekanan intraokular, member terapi

    simptomatik, dan mengatasi ketidakmampuan penglihatan pasien.3

    Obat peroral yang dapat diberikan pada pasien dengan glaukoma absolut adalah

    asam mefenamat yang berfungsi sebagai analgetik dan antiinflamasi untuk

    mengurangi nyeri kepala yang dikeluhkan pasien. Untuk dosis dewasa dapat

    diberikan 3x500 mg. selain itu, obat oral lain yang diberikan adalah asetazolamid

    yang berfungsi untuk menekan produksi aqueus humor. Dosis asetazolamid 125-150

    mg sampai 3x sehari per oral atau 1x500 mg. pemberian obat ini dapat menimbulkan

    poliuria. Efek samping asetazolamid antara lain anoreksia, muntah, mengantuk,

    trombositopeni, granulositopeni, kelainan ginjal.2,3,4

  • Obat topical yang diberikan pada pasien antara lain Timolol 0,5 %, yang

    berfungsi untuk menurunkan tekanan intraokular dengan menarik cairan dari dalam

    mata, menekan produksi aqueus humor dan juga mendilatasikan pupil untuk

    mencegah terbentuknya sinekia posterior yang permanen.2,3,4

    Timolol maleate adalah penghambat reseptor beta drenergik non selektif yang

    digunakan untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan tetes mata dengan

    kadar 0,25%, 0,5%, dan 0,68%. Sama seperti Brinzolamide, Timolol maleate

    mengurangi tekanan pada mata akibat glaukoma. Selain itu diberikan pula Cendo

    carpine 2-4%, 3-6 kali satu tetes sehari berfungsi membesarkan pengeluaran cairan

    mata.2,3,4

    Pengobatan lain untuk glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta

    pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau

    melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan

    memberikan rasa sakit.2,3,4

  • BAB III

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Nn. Fitriyanti

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Usia : 24 tahun

    Alamat : Jalan Utama, Rukoh

    Pekerjaan : -

    ANAMNESIS

    Hari : 07 Mei 2014

    Keluhan Utama : Mata kanan tidak dapat melihat

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang ke poli mata RSUDZA dengan keluhan mata kanan yang tidak

    bisa melihat. Awalnya pasien masih dapat melihat walaupun kabur, namun perlahan-

    lahan mata kanan pasien menjadi tidak dapat melihat sama sekali. Hal ini terjadi sejak

    pasien duduk di bangku sekolah dasar. Pasien merasakan ada semacam rasa

    mengganjal di mata kanannya tersebut. Pasien juga merasa pandangannya gelap dan

    tidak dapat melihat walaupun telah disenteri cahaya. Sedangkan mata kiri pasien

    masih dapat melihat dengan baik. Pasien merasa adanya nyeri pada matanya. Selain

    itu pada mata kanannya terasa gatal dan panas jika terkena sinar matahari. Pasien

    merasa kadang-kadang kepalanya nyeri menyeluruh. Pasien pernah mengalami sakit

    mata, ada riwayat mata merah, gatal dan berair. Tidak ada riwayat trauma

    sebelumnya pada pasien. Pasien awalnya tidak merasakan ini sebagai suatu hal yang

    mengganggu sehingga pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter

    sebelumnya. Dan sekarang, karena mata kanan pasien tidak dapat melihat lagi, sering

    nyeri kepala, dan warna bola mata pasien berubah menjadi putih, maka pasien

    akhirnya memeriksaakan diri ke rumah sakit.

  • Riwayat Penyakit Dahulu:

    Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dengan KGDS terakhir 230 mg/dl.

    Riwayat hipertensi, asma disangkal.

    Riwayat Penggunaan Obat:

    Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan maupun obat tetes mata dan

    penggunaan obat lain dalam jangka panjang.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : Compos Mentis

    Gambar 2.2 Foto klinis pasien

  • Status Lokalis :

    OD Pemeriksaan Mata OS

    0 Visus 5/45

    Tidak Dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

    Dalam batas normal Bulbus Okuli Dalam batas normal

    (-) Paresis/paralisis (-)

    Hiperemi (-), Edema (-) Palpebra Hiperemi (-), Edema (-)

    Hiperemi (-) Konjungtiva Palpebra Hiperemi (-)

    Hiperemi (-) Konjungtiva Bulbi Hiperemi (-)

    Hiperemi (-) Konjungtiva Fornices Hiperemi (-)

    Putih Sklera Putih

    Putih Keruh Kornea Jernih

    Dangkal Kamera Okuli Anterior Dalam

    Kelabu Iris Reguler

    Sulit dievaluasi Pupil Refleks Cahaya (+)

    Keruh Lensa Jernih

    Tidak dilakukan Fundus Refleksi Tidak dilakukan

    Tidak dilakukan Korpus Vitreum Tidak dilakukan

    Tidak dilakukan Tensa Okuli Tidak dilakukan

    30,6 Tonometri 17,3

    Diagnosa Kerja

    Glaukoma Absolut

    Penatalaksanaan

    Timolol 0,5 % ed 4x 1 gtt OD

    Cendo xytrol 3x1 gtt OD

    Glaucon 2x1 tablet

  • BAB IV

    KESIMPULAN

    Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan ekskavasi glaukomatosa,

    neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas terutama

    diakibatkan oleh meningkatnya tekanan intraokular.

    Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (terbuka/tertutup)

    dimana sudah terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan

    fungsi lanjut.3

    Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi

    dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dengan rasa sakit. Sering

    dengan mata buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga

    menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan

    rasa sakit sekali akibat timbulnya gaukoma hemoragik.3

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Shock JP. Lensa. Dalam: Vaughan D, Asbury T. Oftalmologi Umum (General

    Ophtalmology). Alih bahasa: Ilyas S. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000.

    2. Ilyas S, Mailangkay, Taim H, Saman R, Simarmata M et al. Ilmu Penyakit Mata

    Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi ke 2. Jakarta: Sagung

    Seto, 2002.

    3. Ilyas R, Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.

    4. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit

    Erlangga, 2006.

    5. Manjoer Arif, dkk. Ilmu Penyakit Mata dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi

    3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001.

    6. Noecker RJ. Glaucoma, Closed-Angle acute. Emedicine. June 18, 2009. Cited on

    May 10, 2014. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1206956-

    overview.