gg kep
description
Transcript of gg kep
Daftar Isi
Daftar isi 1
Bab I Pendahuluan 2
Bab II Gangguan Kepribadian 3
Bab III Gangguan Kepribadian Cluster A 8
3.1 Gangguan Kepribadian Paranoid 8
3.1.1 Epidemiologi 8
3.1.2 Diagnosis 8
3.1.3 Diagnosis Banding 9
3.1.4 Prognosis 9
3.1.5 Terapi 9
3.2 Gangguan Kepribadian Skizoid 10
3.2.1 Epidemiologi 10
3.2.2 Diagnosis 10
3.2.3 Diagnosis Banding 11
3.2.4 Prognosis 11
3.2.5 Terapi 11
3.2 Gangguan Kepribadian Skizotipal 123.2.1 Epidemiologi 12
3.2.2 Diagnosis 12
3.2.3 Diagnosis Banding 13
3.2.4 Prognosis 13
3.1.5 Terapi 13
Bab VI Simpulan
Daftar pustaka
1
BAB I
Pendahuluan
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, dilahirkan dengan ciri khas dan
watak berbeda-beda yang menjadikan seseorang itu unik, mempunyai kekuatan dan kelemahan
sendiri-sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, manusia saling
berinteraksi dan menciptakan suatu kebudayaan yang mempengaruhi tingkah laku kebudayaan
individu, setiap generasi baru memberikan corak kepribadian baru dari generasi sebelumnya
dan bereaksi terhadap lingkungannnya, yang merupakan akibat dari perbedaan kepribadian
dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam usaha penyesuaian diri terhadap kebutuhan manusia
sedapat mungkin tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
kelompoknya. Pengalaman tersebut sangat mempengaruhi kepribadian tiap individu sehingga
menandai terbentuknya suatu individu.
Kepribadian adalah sesuatu yang unik dan menetap yang didapat dari pengalaman diri
yang bermanifestasi menjadi perilaku yang teramati, bersifat konsisten dan sering disebut
sebagai sifat, karakter, dan ciri pembawaan. Kepribadian juga bersifat fleksibel dalam
beradaptasi dengan lingkungannya, dimana fleksibilitas tersebut biasanya hilang jika terjadi
gangguan kepribadian. Yang dimaksud dengan Gangguan Kepribadian adalah bentuk yang
sangat rigid dari suatu ciri kepribadian yang teramati dari perilakunya, yang tampak dari
sikapnya yang ekstrim dan berlangsung lama. Dikatakan terganggu jika menyebabkan hendaya
dalam fungsi sosial dan pekerjaan yang menimbulkan distress bagi individu, yang pada
umumnya individu tersebut tidak menyadari perilaku bermasalahnya. Gangguan kepribadian
secara khas sudah dapat diamati sejak masa remaja atau dewasa muda, dan kurang lebih 9%-
13% seluruh orang dewasa mengalami gangguan kepribadian. Mereka yang memiliki gangguan
kepribadian memiliki beberapa fitur yang berbeda termasuk gangguan psikologis dalam diri,
kemampuan untuk memiliki hubungan interpersonal yang sukses, kesesuaian dari jangkauan
emosi, cara memahami diri mereka sendiri, orang lain dan dunia dan kesulitan memiliki
konbtrol impuls yang tepat. Orang dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang
perilaku maladaptifnya. Karena mereka tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang
dirasakan oleh masyarakat sebagai gejala, mereka sering kali tidak termotivasi untuk
melakukan pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan.
2
BAB II
GANGGUAN KEPRIBADIAN
2.1 Pengertian
Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang timbul pada masa
kanak atau remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Gangguan kepribadian bukan keadaan
sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak, meskipun dapat mendahului dan timbul
bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses
yang didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau berkepanjangan, deprivasi
lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak. Orang
dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan
diri sendiri yang bersifat mendalam, tidak fleksibel serta bersifat maladaptif.
Kaplan dan Sadock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan
perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya,
kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Dalam pengertian sehari-hari kepribadian
adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain.
Kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan
oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya. Sifatnya stabil
dan bisa diramalkan.
Gangguan kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen. Gangguan
tersebut diberi kode pada aksis II dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder
(DSM) IV dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama,
pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspektasi budaya orang yang
bersangkutan dan dapat menggangu dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Beberapa diantaranya
dapat menyebabkan distress emosional. Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian
apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menggangu
fungsi kehidupannya sehari-hari. Gangguan kepribadian cenderung muncul pada akhir masa
kanak atau masa remaja dan berlanjut pada usia dewasa.
3
2.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab gangguan kepribadian belum diketahui dengan pasti. Tetapi,
terdapat beberapa faktor diduga mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan
kepribadian. Faktor-faktor tersebut adalah :
Faktor Genetik
Ternyata saudara kembar satu telur dari penderita gangguan kepribadian juah lebih banyak
yang menderita gangguan kepribadian dibandingkan dengan saudara kembar dua telur.
Faktor biologik (biopsikososial)
- Faktor hormonal: Orang yang menunjukkan sifat impulsif sering kali juga
menunjukkan peningkatan kadar testoteron, 17 estradiol, dan estrone. Pada primata
bukan manusia, androgen meningkatkan kemungkinan agresi dan prilaku seksual;
tetapi peranan testoteron pada agresi manusia adalah tidak jelas. Hasil DST adalah
abnormal pada beberapa pasien gangguan kepribadian ambang dengan gejala depresif.
Monoamin oksidase trombosit. Kadar monoamin oksidase (MAO) trombosit yang
rendah telah dihubungkan dengan aktivitas dan sosioabilitas pada kera. Pelajar
perguruan tinggi dengan MAO trombosit yang rendah melaporkan menggunakan
lebih banyak waktu dalam aktivitas sosial dibandingkan pelajar dengan kadar MAO
trombosit yang tinggi. Kadar MAO trombosit yang rendah juga telah ditemukan pada
beberapa pasien skizotipal.
Gerakan mata mengejar yang halus (smooth pursuit eye movement). Gerakan mata
mengejar yang halus adalah abnormal pada orang dengan sifat introversi, harga diri
rendah, menarik diri dan pada pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal. Geraka
mata pada orang tersebut adalah tidak memiliki penerapan klinis, tetapi menyatakan
peranan penurunan.
- Neurotransmiter. Endorfin memiliki efek yang serupa dengn morfin eksogen,
termasuk analgetik dan supresi rangsangan. Kadar endorfin endogen yang tinggi
mungkin berhubungan dengan orang yang flegmatik-pasif. Penelitian sifat kepribadian
dan sistem dopaminergik dan serotonergik menyatakan suatu fungsi mengaktivasi
kesadaran dari neurotransmiter tersebut. Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA),
suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang berusaha bunuh diri dan
pada pasien yang impulsif dan agresif.
Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetin
(Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karateristik
kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas, dan perenungan pada
4
bnayak orang dan dapat menghasilkan perasaan kesehatan umum. Meningkatnya kadar
dopamin di dalam sistem saraf pusat, dihasilkan oleh psikostimulan tertenu (sebagi
contoh, amfetamin) dapt menginduksi eforia. Efek neurotransmiter pada sifat
kepribadian telah menciptakan minat dan kontroversi tentang apakah sifat kepribadian
dibawa sejak lahir atau didapat.
Didalam bukunya Listening to Prozac,Peter kramer menggambarkan perubahan
keprobadian dramatik (sebagai contoh, penurunan kepekaan terhadap penolakan,
meningkatnya ketegasan, meningkatnya harga diri, membaiknya kemampuan untuk
mentoleransi stres) yang dapat terjadi jika kadar serotonin ditingkatkan oleh fluoxetin.
- Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektoensefalogram (EEG)
telah ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe anti sosial dan ambang, di mana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
Faktor Psikologik
Sigmund Freud menduga ciri kepribadian berhubungan erat dengan fiksasi pada salah satu
fase perkembangan sebelumnya. Misalnya, orang yang pasif dan dependen mempunyai
fiksasi pada fase oral. Selanjutnya, Wilhem Reich mengemukakan bahwa gejala gangguan
kepribadian sangat ditentukan oleh jenis defen mekanisme yang dipergunakannya.
Misalnya, orang dengan gangguan kepribadian paranoid menggunakan defen mekanisme
proyeksi, orang dengan gangguan kepribadian kompulsif menggunakan defen mekanisme
isolasi, dan orang dengan gangguan kepribadian histrionik menggunakan defen
mekanisme disosiasi.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa 5 sampai 10% penduduk dewasa
menderita gangguan kepribadian. Jadi prevalensi gangguan kepribadian ternyata 5 sampai 10
kali lebih tinggi dari prevalensi skizofrenia dan gangguan afektif berat, serta hampir sama
dengan prevalensi gangguan neurotik.
Prevalensi gangguan kepribadian lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang
dipenjarakan dan penduduk dengan sosial ekonomi rendah.
Meramalkan akibat gangguan kepribadian
5
Biasanya gejala gangguan kepribadian akan menetap seumur hidup. Tetapi, sebagian
kecil orang dengan gangguan kepribadian mengalami pengurangan gejala dengan
bertambahnya usia.
Orang dengan gangguan kepribadian mempunyai kemungkinan lebih besar akan
mengalami kesulitan berupa hal, seperti :
Pekerjaan
Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan
dibandingkan populasi umum, mereka mungkin akan sering ganti-ganti pekerjaan.
Penyesuaian diri dalam perkawinan
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dalam perkawinannya.
Hubungan Sosial
Orang dengan gangguan kepribadian sering mengalami kesulitan berhubungan sosial
dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sering bertengkar dengan tetangga, atau teman
sekantor.
Kecenderungan penyalahgunaan zat
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang menyalahgunakan zat, terutama
alkohol
Sering berurusan dengan petugas hukum
Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering berurusan dengan petugas hukum,
seperti polisi.
Gangguan kepribadian ini dibagi menjadi 3 kelompok atau cluster menurut DSM IV
dimana kelompok A ialah Odd/Eccentric cluster yang terdiri dari gangguan kepribadian
paranoid, schizoid dan schizotypal sedangkan kelompok B ialah Dramatic/Erratic cluster
yang terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionic dan narsistik.
Kelompok C ialah anxious/fearful cluster yang terdiri dari gangguan kepribadian avoidant,
dependant dan obsessive kompulsif.
Gangguan kepribadian dibagi menjadi 3 kelompok mengikut DSM –IV-TR dan DSM
V yang terbaru. Kelompok B ialah dramatic/erratic cluster dimana pada kelompok ini terdiri
dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionic, dan narcissistic. Individu dalam
kelompok ini menampilkan perilaku yang dramatik atau berlebih-lebihan, tidak dapat
diramalkan, self centered, emosional dan eratik (tidak menentu atau aneh). Orang-orang
6
dalam kelompok ini memiliki ksulitan dalam membntuk dan membina hubungan.
Penanganan terbaik bagi semua tipe kepribadian pada kelompok ini adalah kombinasi
psikoterapi dan farmakoterapi dan diharapkan dari terapi ini perilaku pasien bisa berubah. Di
referat ini akan dibahas dengan detail mengenai gangguan kepribadian cluster A.
Tabel 1. Prevalensi gangguan kepribadian mengikut cluster di dalam survey yang
dilakukan oleh WHO World Mental Health
BAB III
7
GANGGUAN KEPRIBADIAN CLUSTER A
3.1 Gangguan Kepribadian Paranoid
Kepribadian paranoid ialah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang
menonjol, hipersensitif, banyak curiga, iri hati dan cemburu, merasa diri penting,
kecenderungan selalu menyalahkan orang lain dan mencurigai orang lain bermotivasi buruk
terhadap dirinya. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang yang lain dianggap
sebagai seorang agresor terhadapnya, ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai
pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai
akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Ciri-ciri tersebut menghalangi penderita untuk
mendapatkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Orang fanatik, pengumpul
ketidakadilan, pasangan yang cemburu secara patologis, dan orang yang aneh seringkali
memiliki gangguan kepribadian.
3.1.1 Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5-2,5%. Gangguan lebih sering
pada laki-laki dibandingkan wanita, dan gangguan tampaknya tidak memiliki pola familial.
3.1.2 Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatri, pasien tampak keheranan karena diminta bantuan
psikiatrik. Ketegangan otot, tidak dapat santai, dan kebutuhan untuk mencari petunjuk-
petunjuk di lingkungan mungkin ditemukan. Afek pasien sering tanpa humor dan serius.
Walaupun beberapa alasan argumentasi mereka mungkin salah, pembicaraan mereka
diarahkan oleh tujuan dan logis. Isi pikir mereka menunjukkan bukti-bukti proyeksi, praduga,
dan kadang-kadang gagasan mengenai diri sendiri.
Kriteria diagnostik gangguan paranoid :
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif mereka
dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan,
atau mengkhianati dirinya.
2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja
3. Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu
bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya
8
4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau
kejadian yang biasa
5. Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau
kelalaian
6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang
lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang
7. Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasangan
atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.
3.1.3 Diagnosis banding
1. Skizofrenia paranoid
Dapat dibedakan karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid.
2. Gangguan kepribadian ambang
Paranoid jarang mampu terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan
orang lain seperti pasien ambang.
3.1.4 Prognosis
Pada umumnya, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah
seumur hidupnya dan tinggal bersama orang lain. Masalah pekerjaan dan perkawinan adalah
sering ditemukan
3.1.5 Terapi
a. Psikoterapi. Psikoterapi merupakan perawatan yang paling menjanjikan bagi para
penderita gangguan kepribadian paranoid. Orang-orang yang menderita penyakit ini
memiliki masalah mendasar yang membutuhkan terapi intensif. Hubungan yang baik
antara terapis dengan klien kunci kesembuhan klien. Walau masih sangat sulit untuk
membangun suatu hubungan yang baik dikarenakan suatu keragu-raguan yang timbul
serta kecurigaan dari diri klien terhadap terapis.5 Walau penderita gangguan kepribadian
paranoid biasanya memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan perawatan, namun sering
kali juga mereka sendiri jugalah yang menghentikan proses penyembuhan secara
prematur ditengah jalan. Demikian juga dengan pembangunan rasa saling percaya yang
dilakukan oleh sang terapis terhadap klien, dimana membutuhkan perhatian yang lebih.
9
Kemungkinan jangka panjang pada penderita gangguan kepribadian paranoid bersifat
kurang baik, kebanyakan yang terjadi terhadap penderita dikemudian hari adalah
menetapnya sifat yang sudah ada sepanjang hidup mereka, namun dengan penanganan
yang efektif serta bersifat konsisten maka kesembuhan bagi penderita jelas masih
terbuka.
b. Farmakoterapi. Berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Obat yang digunakan
diantaranya, obat antiansietas (diazepam), antipsikotik (thiorizadine atau haloperidol).
3.2 Gangguan Kepribadian Skizoid
Malu-malu, hypersensitif, menyendiri, menghindarkan hubungan rapat dan kompetitif
dan sering sekali eksentrik. Sering melamun dan tidak dapat menyatakan perasaan marah.
Terhadap pengalaman-pengalaman yang menggangu dirinya biasanya dia beraksi tidak
perduli. Seringkali dipandang oleh orang lain sebagai eksentrik, terisolasi, atau kesepian.
3.2.1 Epidemiologi
Mungkin mengenai 7,5% populasi umum. Beberapa penelitian melaporkan rasio laki-
laki terhadap wanita adalah 2 berbanding 1. orang tersebut cenderung mencari pekerjaan
yang melibatkan sedikit/tanpa kontak dengan orang lain.
3.2.2 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk kepribadian skizoid
A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalaman emosi yang
terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan ditemukan
dalam berbagai konteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian
dari keluarga
2. Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian
3. Memiliki sedikit, jika ada, rasa tertarik untuk melakukan pengalamam seksual dengan
orang lain
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktivitas
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas
10
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan Skizofrenia, gangguan, suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan
pervasif, dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
3.2.3 Diagnosis Banding
a. Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal, pasien dengan
gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara dan mereka mungkin memiliki riwayat
pekerjaan yang berhasil, jika terisolasi. Pasien skizofrenia juga berbeda karena
menunjukkan gangguan pikiran atau pikiran waham. Walaupun mereka memiliki banyak
sifat yang sama dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, pasien dengan gangguan
paranaoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial, riwayat perilaku verbal yang agresif
dan kecenderungan yang lebih besar untuk memproyeksikan perasaan mereka kepada
orang lain. Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien gangguan kepribadian skizotipal
dan pasien gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien skizotipal menunjukan
kemiripan yang lebih banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan persepsi,
pikiran, perilaku dan komunikasi.
b. Gangguan kepribadian menghindar. Penderita dengan gangguan ini biasanya terisolasi
tetapi memiliki keinginan kuat untuk berperan serta dalam aktivitas, suatu karakteristik
yang tidak ditemukan pada pasien dengan gangguan kepribadian skizoid.
3.2.4 Prognosis
Berawal dari masa anak-anak. Gangguan ini berlangsung lama, tetapi tidak seumur
hidup. Proporsi untuk pasien ini untuk menjadi skizofrenia tidak diketahui.
3.2.5 Terapi
11
- Psikoterapi : Terapi pasien gangguan kepribadian skizoid adalah mirip dengan terapi
terapi pasien gangguan kepribadian paranoid. Tetapi, kecendrungan pasien skizoid ke
arah introspeksi adalah konsisten dengan harapan ahli psikoterapi dan pasien pasien
skizoid mungkin menjadi pasien yang tekun, jika jauh. Saat kepercayaan berkembang,
pasien skizoid mungkin dengan keragu-raguan yang kuat, mengungkapkan suatu
fantasi yang berlebihan, teman-eman khayalan dan ketakutan. ketergantungan yang
tidak dapat ditanggung walaupun bersama dengan ahli terapi. Dalam lingkungan terapi
kelompok, Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain
mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalannya waktu,
anggota kelompok menjadi penting bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak
sosial satu-satunya dalam keberadaan mereka yang terisolasi.
- Farmakoterapi : Antipsikosis mungkin berguna dalam menghadapi gagasan mengenai
diri sendiri, waham dan gejala lainnya.
3.3 Gangguan Kepribadian Skizotipal
Sering ditemukan pelbagai campuran kecemasan, depresi, dan afek disforik lainnya.
Selama periode stres yang berat dapat timbul gejala psikotik yang sepintas. Karena keanehan
cara pikirnya orang dengan gangguan kepribadian skizotipal cenderung berkeyakinan
eksentrik, seperti keyakinan agama yang aneh-aneh.
3.3.1 Epidemiologi
Terjadi pada ± 3% populasi. Rasio jenis kelamin tidak diketahui. Terdapat hubungan
kasus yang lebih besar antara sanak saudara biologis pasien skizofrenik dibandingkan kontrol
dan insidensi yang lebih besar diantara kembar monozigot dibandingkan kembar dizigotik.
3.3.2 Diagnosis
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Skizotipal
A. Pola pervasif defisit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidaksenangan akut
dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga oleh penyimpangan
kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) kecuali waham yang
menyangkut diri sendiri)
2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak konsisten
dengan norma kultural (misalnya, percaya takhyul [superstitiousness], percaya dapat
12
melihat apa yang akan terjadi [clairvoyance], telepati, atau indera keenam, pada anak-
anak dan remaja khayalan atau preokupasi yang kacau)
3. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh
4. Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar samar, sirkumstansialitas, metaforik,
terlalu berbelit-belit, atau stereotipik)
5. Kecurigaan atau ide paranoid
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal
8. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama
9. Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak menghilang dengan keakraban dan
cenderung disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negatif
tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik lain, atau suatu gangguan perkembangan pervasif.
3.3.3 Diagnosis Banding
1. Skizoid
Dapat dibedakan dengan adanya keanehan dalam perilaku, pikiran, persepsi dan
komunikasi dan kemungkinan adanya riwayat keluarga skizofrenia pada skizotipal.
2. Skizofrenia
dapat dibedakan dengan tidak adanya psikotik pada pasien skizotipal, jika ditemukan
gejala psikotiknya hanya singkat dan terpecah.
3.3.4 Prognosis
Menurut penelitian 10% pasien skizotipal melakukan bunuh diri. Banyak pasien
skizofrenia sebenarnya adalah gangguan kepribadian skizotipal.
3.3.5 Terapi
- Psikoterapi
Gejala pikiran aneh dan ganjil dari pasien gangguan kepribadian skizotipal harus
ditangani dengan berhati-hati.
- Farmakoterapi
Obat-obat antipsikotik seperti haloperidol telah dilaporkan memberikan hasil yang
positif pada gangguan kepribadian skizotipal dan dapat diberikan antidepresan jika
ditemukan suatu komponen depresif dari kepribadian.
13
BAB IV
KESIMPULAN
Kepribadian ialah ekspresi keluar mengenai pengetahuan serta perasaan yang dialami
secara subjektif oleh seseorang dan ekspresi keluar yang dapat diamati ini, menunjuk pada
keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh orang itu dalam
usaha penyesuaian diri yang terus menerus dalam hidupnya sehingga ia dapat dikenal dari
polanya itu.
Gangguan kepribadian adalah kondisi patologik dari ciri kepribadian seseorang yang
menjadi tidak fleksibel dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup, sehingga
menimbulkan hendaya di dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan subjektif bagi
dirinya.
Pematangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor badaniah,
psikologik dan sosial, terutama pada masa kanak-kanak. Gangguan kepribadian menurut
DSM-IV dibagi menjadi tiga cluster, yaitu :
Cluster A:kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal
Cluster B:kepribadian antisosial, ambang, histrionik, narsistik
Cluster C:kepribadian menghindar, tergantung,anankastik dan tidak spesifik
Dalam pengobatan perlu diingat bahwa sifat-sifat gangguan kepribadian termasuk
dalam pola seumur hidup dan penderita tidak mempunyai motivasi dasar untuk berubah.
Terapi dapat memfokus pada aspek kerugian akibat perilaku ini. Selain daripada terapi
individu yang berlangsung lama, ada baiknya bila penderita dimasukkan ke dalam terapi
kelompok sehingga ia dapat belajar cara-cara yang baru mengenai hubungan antara manusia.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangindaan L. Gangguan kepribadian. Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta:
Badan penerbit FKUI; 2013.ms.343-55.
2. American Psychiatry Association, Diagnostic Crtiteria From DSM – IV, American
Psychiatry Association; Washington DC;1994.
3. Sadock BJ & Sadock VA. Personality disorders in Grebb JA, Pataki CS, Sussman N
(eds). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry. 10th edn. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.p.798-99.
4. Huang Y., Kotov R.,Girolamo G., Preti A., Angermeyer M.,Benjet C. et al. DSM-IV
personality disorders in the WHO World Mental Health Surveys. Royal Collage of
Psychiatrists. The British Journal of Psychiatry (2009)195, 46–53. doi:
10.1192/bjp.bp.108.058552.
5. Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta.
15