Gerimis, Hujan, Badai v-3
-
Upload
fatra-maulana-fanfir -
Category
Documents
-
view
88 -
download
0
description
Transcript of Gerimis, Hujan, Badai v-3
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 1
*Gtak-gtak-gtak-gtak*
Bunyi suara gantungan jemuran yang menabrak-nabrak tembok
di luar beranda kamar. Terpaan angin yang kencang membuat tiang
gantungan itu berayun-ayun tak terkendali. Suara itu cukup
mengganggu terdengar dari dalam kamar.
Kakak, bunyi gantungan jemuran di luar itu berisik sekali yah.
Iya, kau benar.
Di dalam kamar, Shuichi dan adiknya sedang bersantai
menghangatkan diri di dalam meja penghangat kotatsu. Mereka
melihat siaran TV sambil mengemil snack kue senbei. Shuichi adalah
kelas 5 SD sedangkan adiknya duduk di kelas 2 SD. Saat ini jarum
pendek sedang menunjuk ke atas menunjukkan waktu tengah siang
hari. Akan tetapi mereka berdua tidak pergi ke sekolah, karena hari ini
sekolah diliburkan.
Bagi sistem sekolah di daerah mereka, meliburkan sekolah
karena alasan badai bukanlah hal yang aneh. Dengan keputusan
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 2
singkat rapat guru. Para guru wali kelas menelpon orang tua murid
satu-persatu untuk memberitahukannya. Dan terciptalah satu hari
libur begitu saja.
Dalam satu kali musim panas, setidaknya ada satu atau dua hari
libur mendadak, terutama pada daerah pesisir tenggara yang
berbatasan langsung dengan samudera dan paling rawan badai taifun.
*Gtak-gtak-gtak-gtak*
Suara itu terus membunyi diiringi suara kencangnya angin
seperti peluit. Bahkan suara TV pun menjadi sulit didengarkan
karenanya.
Apa aku ikat saja gantungan jemuran di luar yah?
Jangan kak. Sedang ada badai.
Shuichi melihat keluar beranda. Awan-awan menutup langit
sehingga siang hari tidak terasa seerti sedang siang. Sebenarnya dia
gemas dengan suara yang tidak berhenti itu. Tetapi hujan angin
dengan kemiringan yang melebihi 45 derajat itu mengurungkan
niatnya.
Hari libur bonus yang datang cuma-cuma. Shuichi biasanya
senang dengan hari libur, tetapi hari ini ia merasa bosan. Sebabnya
adalah karena dia tidak bisa bermain keluar dari rumahnya. Bersantai
menonton TV adalah satu-satunya hal yang terbayang untuk dilakukan.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 3
*Cklek* Ayah pulang!
Suara yang familiar dari arah pintu.
Oh! Ayah sudah pulang? Hwaah, basah kuyup., kata Shuichi
yang mengintip ayahnya yang baru pulang.
Iya nih. Rasanya ayah ingin cepat berendam air hangat. Haha..
Ayah lalu melepas mantelnya dan berjalan memasuki kamar
mandi.
Ayah pulang cepat dari kantor pasti karena akibat dari badai ini.
Begitulah pikir Shuichi sambil mengganti-ganti channel TV. Berita,
acara reality show, drama, komedi lawak, tidak ada satupun acara TV
yang membuatnya tertarik.
Lama-kelamaan Shuichi merasa mengantuk. Suara bising badai
di luar jendela mulai membuatnya nyaman untuk terlelap. Ah, aku
tidak bisa apa-apa kalau badai ini belum berhenti. Begitulah dia bepikir
sebelum akhirnya dia tidur siang.
Tidak terpikirkan olehnya untuk keluar di saat badai taifun
sedang kuat-kuatnya di luar.
Keesokan harinya..
Badai masih bertiup kencang diluar jendela. Berita cuaca di TV
mengatakan bahwa badai tidak akan reda sampai tengah malam. Satu
hari lagi untuk libur dan tidak melakukan apapun di rumah. Siang hari
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 4
saat adik shuichi sedang tidur siang, telepon berdering. Tidak ada
orang di rumah selain mereka berdua.
Shuichi mengangkat telepon.
Halo?
Halo, dengan Shuichi?
Iya, saya Shuichi.
Ini ibunya Kotaro. Apa Kotaro sedang ada di rumahmu?
Eh? Tidak ada kok.
Oh begitu. Kira-kira ada di mana ya dia sekarang? Tante sangat
khawatir karena dia mendadak tidak ada di rumah. Kalau ada kabar
tentangnya hubungi tente ya.
Ah iya.
Kotaro adalah teman sekelasnya. Setelah menutup telepon,
Shuichi berpikir. Tempat yang mungkin Kotaro datangi di tengah badai
begini. Shuichi teringat kalau hari ini adalah piket Kotaro untuk
menyiram tanaman di belakang sekolah.
Hahaha. Mustahil.
Shuichi berpikir dan tertawa dalam hati.
Hahaa... Masa sih?
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 5
Semakin dipikir dia semakin khawatir. Shuichi tidak mengerti
jalan pikiran Kotaro, juga tidak tahu ke mana kira-kira Kotaro pergi.
Tapi satu hal yang dia tahu, Kotaro itu bodoh.
Satu kali nafas panjang dia helakan. Semangat maju dia
bangkitkan dalam hati. Shuichi memutuskan untuk pergi memeriksa
tempat satu-satunya yang terbayang baginya. Taman belakang sekolah.
Shuichi mengenakan jas hujan hijau muda untuk pelindung
badan. Meng-equip sepatu boots kuning miliknya agar dapat
menempuh terrain dengan maksimal. Lalu di tangan kanannya Ia
menggenggam sebuah senjata dari besi, yang orang-orang
menyebutnya dengan sebutan payung. Kini Shuichi siap bertempur.
Sebelum pergi, tidak lupa dia meninggalkan sebuah memo di
atas meja agar adiknya tidak khawatir saat ia terbangun. Secarik kertas
yang bertuliskan, Jangan cari aku. Aku pergi berperang. - Shu-
Dengan begitu Shuichi melangkah keluar dari pintu. Dia turun
ke lantai satu menuju pintu keluar apartemen. Tanpa ragu dia langsung
menerjang keluar.
*Byruuuuu---!*
Hujan angin bertiup dengan kencang membuat tubuh Shuichi
terdorong. Dia sempat kehilangan keseimbangan, namun dia segera
mengembalikannya. Dalam sekejap bajunya langsung basah kuyup,
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 6
sepatu boots yang dia pakai langsung basah luar dan dalam dan mulai
terasa berat.
Shuichi memantapkan posisinya dan mulai berjalan lambat.
Tubuhnya terasa berdiri miring karena kenyataannya dia memang
berdiri miring. Dorongan hembusan angin yang kuat membuat posisi
berdiri yang stabil bukanlah yang tegak namun yang miring.
Memertahankan kemiringan tubuh saja sudah butuh dorongan kaki
yang berat, apalagi ditambah energi untuk mendorong maju.
Karena semangatnya, Shuichi sampai lupa untuk membuka
payung yang dia pegang saat menerjang barusan. Tudung jas hujan
terhembus kebelakang. Suara gemuruh angin terasa menderu di dalam
kuping. Rambut tidak lagi dalam kelas basah. Cucuran air menerpa
wajahnya lebih deras daripada guyuran air shower. Hujan tidak lagi
terasa hujan karena air mengalir dari atas kepala, alis hidung, pipi..
Shuichi menyipitkan matanya agar air tidak mengalir masuk ke dalam
mata.
Harus cepat berlindung! Dengan kedua tangannya Shuichiro
menghunuskan payungnya ke depan. Dia membuka payung dengan
satu tombol otomatis yang dilengkapi dengan sebuh per.
*Baths!!*
Payung terbuka dengan cepat. Dan dengan cepat pula payung
itu terdorong kebelakang. Parabola payung yang seharusnya
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 7
menghadap ke bawah jadi terbalik cekung ke atas. Tidak berhenti di
sana, luas penampang payung yang kira-kira seluas x 40cm ^2
mengakibatkan gaya dorong yang tidak terkirakan oleh Shuichi
sebelumnya. Shuichi setubuh-tubuhnya terseret ke belakang.
Angin agak berturbulensi ke atas, Shuichi terasa melayang dan
tidak dapat berpijak dengan semestinya. Tubuhnya mulai terasa
terangkat dan tanpa pikir panjang Shuichi melepaskan genggamannya.
Tidak peduli dengan payung yang langsung terbang menabrak sesuatu
dan menghilang atau dengan harga payung itu sendiri, dia tidak mau
terbang bersama payung tersebut.
Shuichiro terjatuh ke aspal jalan dan berguling arah
menyamping. Dia menepi menuju tembok dinding terdekat. Di
samping tembok rumah itu akhirnya Shuichi dapat berdiri kembali. Dia
belajar sesuatu, bahwa merapat ke dinding dapat mengurangi
dorongan angin hingga berkali-kali lipat.
Pada saat itulah, untuk pertama kalinya Shuichi mempunyai
kesempatan untuk berpikir dengan tenang semenjak saat dia mulai
menerjang tidak beberapa lama yang lalu.
Jas hujan yang sudah kotor karena berguling sama sekali tidak
masuk pikirannya. Dalam hati Shuichi berteriak sekeras-kerasnya:
HWOOOOO---!!. Adrenalin memuncak. Sebuah pengalaman
menerjang badai Taifun yang tidak semua orang pernah mengalaminya.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 8
Inilah pertempuran nyata!!
Suara teriakannya tidak seberapa dibandingkan dengan suara
badai saat itu.
Shuichi fokus melihat ke depan. Dengan tangannya
menerawang agar air tidak masuk ke dalam matanya sekalipun, dia
tidak dapat melihat ke depan lebih dari 3 meter di depannya. Deras
butiran air menghalangi pandangan seperti kabut putih yang sangat
tebal.
Meyakinkan dirinya kembali untuk mencapai garis finish.
Dengan semangat membara dan taktik-strategi matang di dalam
kepalanya, Shuichi melangkah maju.
Sekian lamanya perjuangan
Rintangan terberat adalah saat Shuichi harus menyebrangi jalan.
Karena di sana angin merajalela menerpa dengan kekuatan maksimum
dan tanpa perlindungan tembok. Berkali-kali dengan modal semangat,
Shuichi melewati itu semua.
Deras hujan dan kecepatan angin naik turun secara fluktuatif
tidak menentu. Kadang mereda dan bisa juga tiba-tiba menerpa
seperti serangan hujan batu. Lalu berlalu, hujan badai pun memasuki
fasa tenang dimana hanya terasa seperti hujan deras biasa.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 9
Agaknya Shuichi merasa lebih tenang. Dia memercepat
langkahnya sebari tetap siaga. Sepanjang perjalanannya, Shuichi tidak
melihat satu orangpun berjalan di luar rumah. Lalu, beberapa blok lagi
sampai SD tempat seklolahnya. Shuichi melihat seseorang berdiri di
tengah lapangan taman bermain.
Seseorang yang Shuichi kenal sedang berdiri sambil memikul
tongkat pemukul baseball di pundaknya.
Kotaro!!, teriak Shuichi dari jauh.
Kotaro pun melihat ke arahnya dan mengayun-ayunkan tongkat
pemukulnya.
Yo! Shu! Ayo kemari!
Shuichi mendekati Kotaro di tengah lapangan. Di sana Kotaro
memakai T-shirt dan celana jeans pendek, sangat kontras dengan
pakaian full armor yang dikenakan oleh Shuichi.
Apa yang kau lakukan di sini!, tanya Shuichi.
Baseball!, Kotaro menjawab dengan suara keras karena
mereka mengobrol di tengah hujan yang deras.
Apa!?, Shuichi kaget.
Baseball!, Kotaro mengulangi. Yang jelas bukan itu maksud
Shu mengeluarkan kata tanya itu.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 10
Kau gila! Di tengah hujan badai begini kamu mau main
baseball sendirian!?
Justru di saat seperti inilah yang paling cocok kan!?
Hah!?
Bukankan ada banyak lemparan pamungkas yang hanya bisa
dilakukan di saat angin kencang begini? Sesuai dengan arah anginnya
kita bisa melakukan lemparan super curved smasher dan super straight
turbo! Hebat kan! Makanya kita harus melatihnya selagi ada
kesempatan!
Bodoh! Sekalipun kamu bisa melakukannya sekarang tapi di
saat pertandingan asli nanti tidak mungkin ada badai kan!? Jadi tidak
ada gunanya kau latiha sekarang! Lagi pula kalau kamu mau latihan
lemparan, terus buat apa tongkat pemukul yang kamu bawa?
Huh! Kalau baseball bukan baseball namanya kalau tanpa
tongkat pemukul baseball! Iya kan?, kata Kotaro dengan nada bangga
sambil mengacungkan jempolnya.
Saat itu Shuichi semakin yakin kalau pendapatnya tentang level
kebodohan Kotaro itu tidak salah.
Aku bercanda! Haha..!, terus Kotaro. Bukankah menurut TV
saat badai taifun begini ada banyak barang-barang random yang
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 11
berterbangan! Kebetulan sekali! Inilah saat yang tepat untuk latihan
batting!!
Kamu kenapa Shu!?, tanya heran Kotaro melihat wajah
Shuichi.
AYO KITA PULANG!!, bentak Shuichi yang agaknya merasa
menyesal mengkhawatirkan orang macam Kotaro.
Hah? Oke!
Huh! Aku tidak menyangka ada orang bodoh yang mau keluar
dalam badai begini untuk bermain baseball..., gerutu Shuichi.
Dan saat dia mengatakan hal itu, Kotaro mengeluarkan ekspresi
orang kaget campur heran. Shuichi bingung sendiri melihat wajah
Kotaro yang seperti itu. Yang ternyata Kotaro tidak sedang melihat
Shuichi, namun melihat seorang perempuan yang sedang susah payah
menerjang badai berjalan ke arah sekolah.
Shuichi tidak kalah kagetnya ketika dia melihat bahwa
perempuan itu adalah Fumika. Teman sekelas mereka juga.
Apa yang terjadi setelah itu, tanpa sepatah kata sekalipun
Shuichi dan Kotaro langsung sepakat memikirkan hal yang sama.
Sekitar sejam setelahnya...
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 12
Shuichi, Kotaro, dan Fumika dimarahi habis-habisan oleh wali
kelas mereka di dalam ruang guru. Mereka bertiga tertangkap
berkeliaran di tengah badai taifun oleh guru yang berpatroli mencari
mereka. Yang jelas-jelas hal itu sangat berbahaya untuk anak SD.
Ternyata alasan Fumika keluar di tengah badai adalah karena
mengkhawatirkan kondisi tanaman belakang sekolah di tengah badai
begini. Sebuah alasan yang tak Shuichi kira, ada juga orang seperti itu.
Jadi apa yang dilakukan ketiga bocah ini di hari badai ini?
Akhirnya pada sisa hari itu mereka bertiga berteduh di ruang
guru. Mengenakan baju olah raga mereka karena baju sebelumnya
basah kuyup. Dengan masing-masing menggantungkan handuk di leher
mereka. Menyeruput teh hangat yang disuguhkan oleh bu guru
Nishihara. Dan mereka mendengarkan cerita kisah panjang kepala
sekolah, sampai orang tua mereka datang menjemput.
***
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 13
Seorang wanita sedang berjalan ditengah hujan, matanya sendu,
seakan gelapnya awan ikut menutupi hatinya. Wajahnya bagai
menceritakan berbaris-baris puisi sedih yang dikarang oleh seorang
pujangga yang sedang patah hati. Ia kosong, ia merasa kosong, air
hujan yang mengalir melalui rambut berwarna coklat almond dan
melewati sela kelopak matanya menutupi air mata yang mungkin ia
teteskan. Ia berjalan, berjalan pada trotoar tengah kota dengan
menundukkan kepalanya, entah apa yang sebenarnya ia lihat di sana.
Ada yang salah dengannya, mungkin bukan, mungkin baginya tiada
salah dengannya, tapi ada yang salah dengan dunia ini.
Nak, apakah kau tersesat?
Seorang pria setengah baya yang menggunakan coat dan topi
berwarna coklat. Wajahnya yang terlihat ramah mencoba untuk
mengajak bicara anak wanita bertubuh mungil yang baginya seperti
anak yang sedang tersesat.
Tapi anak itu tak menjawab, pria itu terus bertanya kepadanya
dan anak wanita itu tetap tak menjawab. Matanya yang gelap bahkan
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 14
tak sama sekali melihat kearahnya, kepalanya tetap menunduk, dan
matanya kosong seperti melihat sesuatu yang tak terlihat.
Akhirnya pria itupun menyerah dan meninggalkan wanita itu,
sementara wanita itu terus dan terus berjalan tanpa arah.
Wanita itu memakai gaun berwarna putih agak kumal dan lepek
karena tersiram hujan yang sedaritadi terus menghantam tanah.
Semua ini karena dia
Wanita itu berbisik dalam hujan, bibirnya hanya bergerak sedikit
sambil seperti menahan tangisan.
Semua ini takkan terjadi kalau tak ada dia
Ia terus menggerutu tanpa jelas apa yang telah terjadi padanya.
Akhirnya, setelah berjalan lama, ia berhenti, ia berhenti ditengah
hujan, berhenti di tengah warna-warni payung pejalan kaki yang
melintasinya.
Setelah ia berhenti cukup lama dan tetap menggerutu, seorang
pria berseragam SMA berhenti di depannya.
Pria tersebut berhenti di depannya dengan memegang sebuah
payung hitam besar yang ikut melindunginya dari hujan. Punggung pria
itu agak sedikit basah karena ia mendorong sedikit payungnya untuk
menutupi seluruh tubuh wanita itu dari hujan.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 15
Pria itu, tidak seperti orang-orang sebelumnya yang mencoba
perduli kepada wanita itu, hanya terdiam, tak mengatakan sepatah
katapun.
Lima menit berlalu, sepuluh, lima belas, setengah jam berlalu
pria itu masih tak bergerak dari posisinya dan masih terdiam.
Di hati wanita itu sedikit demi sedikit bayangan dunia nyata
mulai muncul dan tanpa disadarinya, ia telah berhenti menggerutu
beberapa menit yang lalu.
Ia mulai menyadari keberadaan pria di hadapannya, redup
cahaya mulai muncul di matanya yang tadinya gelap sama sekali,
namun ia masih menunduk, kepalanya masih terlalu berat untuk
diangkatnya.
Warna-warni payung masih melewati mereka berdua yang
berhenti di tengah trotoar, mata-mata tertuju pada dua orang ini,
tetapi mereka tak bergeming, mereka seakan tak perduli.
Sampai kapan kau akan berdiri di situ?
Pria itu akhirnya berbicara pelan seakan berbisik kepada wanita
itu, wanita itu dapat mendengar kata-katanya dengan jelas.
Tapi ia tak punya jawaban, ia tak ingin atau malah tak bisa
menjawabnya.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 16
Aku akan tetap berdiri di sini, sampai kau mengangkat kepalamu
dan berbicara kepadaku.
Wanita itu masih diam, tapi hatinya merasakan sesuatu yang lain,
ia seperti merasakan ketulusan dari kata-kata pria di depannya ini.
Kau tidak akan bisa mendekatimu, tidak ada yang pernah bisa.
Bibir wanita itu bergerak pelan-pelan seperti mengeja kata demi
kata yang keluar dari mulutnya, kata demi kata yang perlahan datang
secara misterius dan dengan sangat pelan.
Pria itu tidak sedikitpun kaget mendengarnya dan mencoba
mencerna pelan-pelan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh
wanita murung ini.
Aku tak mengerti apa yang kau katakan.
Kau bahkan takkan sempat untuk mengerti.
Aku tak mengerti apa yang ingin kau sampaikan.
Kau hanya perlu menjauh dariku.
Aku menolak.
Mereka berdua berbicara ditengah hujan yang masih mengguyur
deras sehingga pembicaraan mereka tak terdengar sama sekali oleh
orang lain selain mereka, sementara wanita itu belum sama sekali
mengangkat kepalanya, ia masih menunduk.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 17
Wanita itu mengerenyitkan dahinya, ia seakan mengkhawatirkan
sesuatu.
Takdir pahit dapat menimpamu.
Aku tidak percaya sesuatu yang tak terbukti seperti takdir.
Aku sudah memperingatkanmu.
Wanita itu kemudian mengangkat kepalanya sedikit demi sedikit
dan matanya melihat langsung kearah mata pria tersebut.
Sensasi aneh dirasakan oleh pria itu, semacam potongan-
potongan film tertampil di depan matanya.
Ini Kali ini ia benar terkejut, kali ini pria itu terkejut.
Di sana semacam terjadi transfer sesuatu antara mereka berdua,
ya, potongan-potongan film yang tertampil itu adalah potongan
ingatan dari wanita itu.
Potongan ingatan itu berisi kematian, kematian, dan kematian.
Bunuh diri, terbakar, tertusuk, tertabrak, gedung hancur, rumah
yang tiba-tiba tersambar petir, puluhan, atau bahkan ratusan kematian
tertampil di hadapannya.
Aku sudah bilang. Wanita itu berbicara dengan nada yang
kelam.
Apa ini?
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 18
Aku yang menyebabkan semua ini, kematian-kematian itu,
kehancuran itu semua, adalah aku penyebabnya.
Tapi mengapa?
Aku dikutuk, dikutuk untuk menyebarkan kesialan kepada
siapapun orang yang berinteraksi denganku, semua orang disekitarku
akan mendapatkan kesialan, mereka akan bangkrut, keluarganya
hancur, bahkan mati. Telah berkali-kali aku mencoba bunuh diri, tapi
aku selalu selamat, bahkan di kehancuran yang sangat besar di mana
ratusan orang meninggal, hanya aku yang selamat. Itulah kutukanku.
Kutukan?
Iya, kutukan, kau tak percaya kutukan?
Takdir saja aku tak percaya, apalagi kutukan.
Sudah kuduga.
Mereka berdua masih berlindung di bawah payung dari hujan
yang mengguyur tanpa bergerak sedikitpun dari titik tadi.
Sekarang akan kubuktikan bahwa kutukan itu tidak ada.
Bagaimana caranya?
Ikutlah kerumahku, aku tinggal hanya bersama ibuku, ayahku
telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.
Lalu kemudian? Wanita itu masih tak yakin dengannya.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 19
Ya, aku takkan mati, aku akan tunjukkan bahwa itu semua
bukan karena kutukan.
Apa kau gila? Kau tidak lihat apa yang terjadi pada orang-orang
yang dekat denganku tadi.
Ya, aku gila, tapi aku akan lebih gila lagi kalau meninggalkan
seorang wanita sepertimu merunduk murung di tengah hujan tanpa
sedikitpun rasa perduli.
Kau mau mati?
Semua manusia akan mati pada akhirnya bukan?
Kau terlalu optimis, aku benci orang sepertimu.
Banyak orang yang berkata seperti itu tentangku. Jawab pria
itu dengan wajah yang tersenyum.
Senyum tipis muncul dibibir wanita itu setelah mendengar hal
tersebut, iapun kemudian menunduk seakan memberikan tanda
bahwa ia mengaku kalah dan akan mengikuti apa yang dikatakan si pria.
Baiklah.
Kemudian pria itu menggenggam tangan si wanita bertubuh kecil
itu dan menuntunnya untuk berjalan berdua berlindung di bawah
payung hitam tersebut.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 20
Seiring mereka berjalan lewat trotoar kota, hujan perlahan
menjadi semakin pelan, dan akhirnya awan gelap yang menutupi langit
sepenuhnya hilang.
Lihat, bahkan langit takkan selamanya gelap bukan? Pria itu
berbicara sambil tersenyum kepadanya.
Kemudian, hal tersebut terjadi lagi.
Angin berhembus kencang, meniup payung hitam yang
digenggam oleh si pria ini, yang tak sempat wanita itu tanya namanya.
Payung itu belum ditutupnya dan terhempas oleh angin besar
membawa badan si pria ini agak menjadi miring ke jalan.
Saat itu terasa seperti slow-motion bagi wanita dengan rambut
berwarna almond ini, ia telah sering merasakan hal seperti ini, berkali-
kali.
Saat-saat di mana, hal yang ia sayangi, orang yang ia sayangi,
direnggut secara paksa darinya.
Air mata wanita itu berlinang, ia tahu apa yang akan terjadi,
namun pria itu, pria itu masih tersenyum saat memandang ke arah
wanita pada waktu tubuhnya melayang di udara.
Pria itu kemudian terjatuh di tengah jalan bersama payung
hitamnya, tangan wanita kecil itu telah dilepaskannya sejak tadi.
Kemudian sebuah mobil yang melaju cepat, menabraknya.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 21
Matahari bersinar cerah, namun hati wanita itu, kembali ditutupi
awan hitam.
***
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 22
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 23
*zrrrrsssssssssssh*
Suara hujan menjadi terdengar makin keras. Agavi yang ada di
dalam toserba merasa makin kedinginan.
Brrrrmmmm pyur eh...
Fiuuuh makin dingin aja gara-gara hujan ini
Lebih buruan pulang"
Agavi segera mengambil mie instant dan aqua botol 1,5 L 2 botol
beserta sebuah roti dari rak dan segera membawanya ke counter
swalayan.
*Piiiip*
*Piiiip* *Cetek cetek cetek* *Prek*
*Piiiip*
Semuanya Rp13.000,00 mas
Ini pak
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 24
Agavi memberikan 1 lembar uang 10.000 dan 1 lembar uang
5.000.
Makasih mas. Ini kembaliannya Rp.3.000,00
Sang kasir memberikan kembaliannya kepada Agavi.
Agavi mengambil kembalian tersebut dan memasukkan ke
kantong celananya. Lalu ia mengambil barang-barang yang dibelinya
tadi.
Agavi meninggalkan counter dan berjalan menuju pintu. Dia
memegang gagang pintu. Di gagang tersebut tertulish PUSH. Lalu di
dalam pikiran Agavi terbersit kepikiran untuk iseng. Lalu dia menarik
pintu itu untuk membukanya.
Agavi mengambil payungnya yang ia letakkan di dekat pintu.
Untung tadi udah siap-siap bawa payung gara-gara udah
keliatan mau ujan tadi
Agavi membuka payung tersebut
*Jbreeet*
Lalu Agavi berjalan pergi dari swalayan. Namun, setelah itu dia
berhenti sejenak. Dia mengulurkan tangannya ke arah luar payung dan
merasakan rintik-rintik air yang jatuh di atas tangannya.
Keliatannya hujan ini tidak akan berhenti sampai keesokan hari.
Semoga besok cerah soalnya saatnya untuk menjemur cucian
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 25
Agavi melanjutkan kembali perjalanannya kembali ke kamarnya.
Agavi tinggal di sebuah kostan yang ada di dekat toserba tersebut.
*Oeeeeeek oeeeeek oeeeeek*
Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi. Agavi yang penasaran
mencari sumber asal suara tersebut.
Dia melihat sebuah keranjang yang ada di bawah sebuah pohon
dan di atas sebuah kursi. di dalam keranjang tersebut dia melihat
sebuah bayi yang sedang menangis.
Agavi menoleh ke kiri dan kanan, lalu mendekati keranjang
tersebut. Dia melihat bayi tersebut mengenakan sebuah piyama lucu
berwarna merah muda dengan polkadot di sekitarnya. Di dekat bayi
tersebut terdapat sebuah surat.
Agavi membuka surat tersebut dan membacanya. Di dalam surat
tersebut terdapat sebuah tulisan 'Stela'
Bayi siapa ini???
Ngapain bayi gini sendirian di sini malam-malam begini di luar
hujan lagi.
Karena merasa kasihan dengan bayi tersebut mengangkat
keranjang tersebut. Dia menggendongnya dengan hati-hati dan
menaruh bayi tersebut di bawah payungnya.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 26
Agavi berusaha untuk menenangkan bayi tersebut terlebih
dahulu, karena bayi tersebut menangis terus daritadi.
Setelah beberapa saat akhirnya bayi tersebut tenang kembali.
Agavi menggendong dan menimang bayi tersebut dengan perlahan-
lahan berusaha membuat bayi tersebut menjadi nyaman dalam
tangannya.
Agavi segera pergi ke kamarnya. Dia berjalan dengan cepat
namun dia tetap menjaga agar bayi tersebut tidak menangis.
*Ceklek ceklek* *Jbraaak*
Agavi segera membuka pintu kamarnya dan meletakkan bayi
tersebut di atas tempat tidurnya.
*Drap drap drap*
Agavi langsung berlari ke dapur
*Cuuuuurrrr*
*Ctaakk*
Agavi langsung memasak air panas
*Drap drap drap*
*Jbraakk ceklek ceklek*
Setelah itu dengan terburu-buru lari kembali ke toserba.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 27
Dia segera mengambil susu dan popok serta botol untuk bayi dan
segera ke kasir untuk membayar barang-barang tersebut.
Selamat malam
Agavi menyerahkan barang-barang tersebut ke kasir untuk
membayar barang-barang tersebut.
Semuanya...
Agavi langsung menyodorkan uang ke penjaga kasir. Penjaga
kasir yang menerima uang tersebut langsung mengambil kembalian
dan memberikannya kepada Agavi.
Terima kasih
Agavi langsung berlari keluar untuk kembali lagi ke kamarnya
*Ceklek ceklek jbraakk*
Begitu Agavi datang, air yang dimasak olehnya tadi telah matang.
Agavi langsung menyeduh susu tersebut ke dalam botol untuk sang
bayi. Agavi tidak lupa mendinginkan sedikit susu tersebut untuk sang
bayi.
*Oeeeeeek oeeeeek oeeeeeek*
Agavi langsung kaget mendengar suara tangisan bayi tersebut.
Dia langsung menghampiri bayi tersebut dan menggendongnya.
Cup cup cup Stela cup cup cup
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 28
Bayi tersebut masih menangis. Lalu Agavi teringat akan susu yang
dibuatnya tadi.
Agavi segera memberikan susu tersebut ke Stela.
Stela yang melihat susu tersebut segera mengambil botol dari
Agavi dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Akhirnya setelah
menjadi tenang kembali.
Lalu Stela pun meminumnya dengan tenang dan menikmti
susunya yang rasa susu dan tertidur.
Agavi yang melihat Stela tertidur merasa lega. Diapun duduk di
atas kursi yang ada di sekitar situ.
*Krieeek krieeek krieeek*
Agavi terkejut dan melompat. Dia tiba-tiba merasa merinding
karena suara kursi tadi di ketenangan yang hanya dihiasi oleh suara
hujan lebat yang sedang turun dengan lebatnya setelah dia kembali
dari toserba beberapa saat tadi. Hujan mendadak menjadi lebat dan
suaranya sampai masuk di hati sanubari Agavi. Dinginnya temperatur
udara yang diakibatkan oleh air hujan sampai menusuk tulang Agavi,
bahkan bisa menembus Keagavian Agavi*.
Agavi mengambil selimut yang ada di dalam lemari bajunya.
Selimut itu bergelombang-gelombang indah seperti gelombang hujan
yang di luar.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 29
Agavi memakai selimut itu untuk menutupi sekujur tubuhnya.
namun, dia sadar ternyata dia masih kedinginan. Hujan yang dingin
tersebut bertambah dingin dan dingin lama-lama makin dingin.
Agavi melihat sang bayi masih tertidur dengan pulasnya. Dia
berpikir kenapa sang bayi tidak merasa kedinginan, sedangkan dia
menggigil kedinginan seperti ini.
Agavi lalu pergi ke dapur dan memasak air hangat. Lalu dia
menyeduh sebuah susu panas agar dia tidak kedinginan.
Setelah susu telah jadi, Agavi meminum susu tersebut. Namun,
tidak terjadi apapun Agavi masih kedinginan. Pada awal meminum saja
Agavi merasa hangat, lalu dia kedinginan lagi.
Agavi lalu mengintip sang bayi lagi. Dia merasa iri dengan bayi
tersebut yang tidak kedinginan dan dapat tidur dengan pulasnya.
Agavi lalu duduk di kursi. Dia menyelimutkan selimutnya yang
bergelombang lalu berusaha untuk tidur.
Beberapa waktupu berlalu. Lalu Agavi terbangun, Dia melihat
sekitarnya. Namun, Agavi menyadari sesuatu bahwa dia sedang
terduduk di kursi. Lalu, dia berusaha menggerakkan tubuhnya, tetapi
tidak bisa. Lalu, Agavi melihat ke arah kasur.
*Jdaaaaaaarrrrr*
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 30
Agavi merasa makin merinding dengan tubuhnya yang tidak bisa
bergerak. Dia melihat sesuatu yang tidak terduga-duga. Dia melihat
tempat tidurnya yang tadi ditiduri oleh stela tadi.
*Jduaaaarrrrrr*
*Zrrrrrssssshhhhhhh*
*Jdaaaaar*
Dia melihat Stela yang tidur di atas kasurnya telah menghilang
dari atas kasur dia.
*Daaaarrrrrr*
***
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 31
Selangkah demi selangkah Andrew berjalan menyusuri hutan.
Hutan yang cukup lebat, sehingga dia berusaha untuk memilih jalan
yang tidak begitu banyak tumbuhan. Cuaca yang mendung membuat
kondisi sekitar menjadi sedikit gelap. Meskipun begitu dia harus
mencari desa atau kota terdekat.
Sebelumnya dia sudah menemukan sebuah rumah kecil yang
kosong di tengah hutan, dari situ dia menarik kesimpulan bahwa pasti
ada suatu desa atau kota kecil di sekitar. Namun dia sudah mencari
beberapa lama namun belum menemukan jalan ke kota terdekat.
Tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh, diikuti oleh suara
perempuan yang meringis. Andrew mendekati asal suara tersebut.
Kemudian dia melihat seorang perempuan yang tertunduk menghadap
tanah. Perempuan tersebut mengenakan sepotong pakaian kumuh
yang basah karena hujan dan kotor karena lumpur.
Menyadari bahwa ada seseorang di belakangnya perempuan
tersebut langsung berbalik melihat ke belakang dengan pandangan
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 32
yang ketakutan. Dengan masih tertunduk dia merangkak terburu-buru
hingga bersandar kepada sebuah batang pohon.
A-a-pa kamu suruhan mereka!? Tanya perempuan tersebut
dengan suara yang bergetar dan penuh kesan ketakutan.
Mata Andrew membesar ketika mendengar pertanyaan tersebut.
Kemudian dia menjawab
Bukan aku hanya seseorang yang lewat dari sini
Sorot tidak percaya terlihat dari mata perempuan tersebut.
Tenang saja
Andrew melanjutkan kata-katanya
Aku tidak tahu apa yang kamu maksudkan, tapi aku bisa
menjamin kalau aku bukanlah salah satu dari mereka yang kau
maksudkan...
Tegasnya ramah, meyakinkan perempuan tersebut.
Perkataan Andrew diikuti oleh rintik hujan yang mulai
membasahi pepohonan. Menyadari hal tersebut Andrew mengajak
perempuan tersebut ke rumah yang awalnya dia temukan.
Perempuan tersebut masih tetap memandangnya dengan kedua
tangan yang bersentuhan di depan dadanya. Dia masih ragu dengan
apa yang dikatakan Andrew. Namun dia tetap berjalan mengikutinya
sambil menjaga jarak.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 33
Mereka sampai di sebuah rumah kecil. Rumah tua yang memiliki
pintu dan jendela yang sudah rusak. Didalamnya terdapat 2 ruangan,
terdapat sebuah tempat duduk panjang dari kayu dan sebuah meja
yang tua.
Andrew duduk di atas meja dan perempuan tersebut duduk di
kursi panjang.
Mereka berdua hanya duduk dan diam, tanpa berkata apa-apa.
Andrew hanya melihat keluar, menunggu hujan reda. Sedangkan
perempuan tersebut awalnya terus memandangi Andrew, sepertinya
rasa waspada masih ada dalam dirinya.
Namun setelah beberapa saat dia tidak lagi memandanginya
namun hanya melihat ke tanah dengan tatapan kosong.
Tidak beberapa lama kemudian hujan mulai berhenti. Melihat hal
tersebut Andrew bertanya kepada perempuan tersebut.
Sepertinya hujan sudah berhenti
Aku harus pergi ke kota Apa kamu tahu jalan ke sana?
Bahu perempuan itu naik sesaat, dia melihat Andrew, kemudian
berkata dengan pelan.
Lurus saja kearah sana... Kamu akan menemukan sebuah jalan
setapak, ikuti saja
Kata perempuan tersebut sambil menunjuk ke suatu arah.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 34
Terima kasih
Andrew kemudian bergegas ke sana, tapi ketika dia hendak
keluar perempuan tersebut berkata.
A-a-pa... Aku Boleh di sini sebentar?
Andrew diam sejenak memandang perempuan tersebut. Dia
heran kenapa anak perempuan tersebut mesti menanyakan hal
tersebut.
Aku rasa tidak apa-apa
Jawabnya sambil tersenyum.
Andrew kemudian berlari kecil menuju arah yang ditunjukkan
wanita tersebut. Beberapa saat kemudian dia sudah sampai ke kota
kecil.
Andrew berkeliling sambil melihat-lihat sekitar. Terlihat
beberapa orang yang berjalan melewati Andrew. Kota kecil yang cukup
besar, terdapat toko-toko, dan bar serta beberapa ladang yang tertata
dengan rapi.
Setelah berkeliling beberapa lama, Andrew merasa lelah.
Meskipun dia sudah berkeliling dan mencoba mencari perhatian, tidak
ada orang yang sedikitpun menyapa atau memperhatikan dia.
Apa memang dia ya!?
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 35
Andrew sekarang berada di dalam sebuah dunia lain yang berada
di dalam sebuah lukisan. Sekarang dia sedang berusaha mencari cara
keluar dari dunia ini.
Cara keluarnya yaitu dengan menyelesaikan sebuah Permainan.
Umumnya, sama seperti permainan yang sudah diselesaikan
sebelumnya, dia hanya harus mencari sebuah benda khusus yang
nantinya akan menarik perhatiannya dan membawanya ke tempat
awal dimana dia masuk ke lukisan. Benda tersebut biasanya di pegang,
atau berada di sekitar orang yang memperhatikan Andrew.
Di dalam dunia lukisan ini, orang-orang tidak memperhatikan
Andrew, hanya orang-orang yang memegang atau berhubungan
dengan benda khusus yang menyadari keberadaannya.
Namun dia melihat perempuan sebelumnya tidak membawa
apa-apa sehingga Andrew menyimpulkan pasti ada orang lain yang
akan menyadari nya dan memulai pembicaraan dengan dia.
Karena dia tidak menemukan siapa pun yang memulai
pembicaraan dengan dia, Andrew memutuskan untuk kembali ke
rumah di tengah hutan tersebut dengan harapan perempuan tersebut
masih ada di sana tapi sebelumya dia pergi membeli roti untuk mengisi
perutnya.
Andrew akhirnya sampai ke rumah tua tersebut. Dia melihat
perempuan tersebut tertidur meringkuk di kursi panjang tersebut.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 36
Tubuhnya sedikit bergetar, tanda kedinginan. Udara sekitar memang
cukup dingin karena baru selesai hujan, ditambah lagi hari sudah mulai
sore.
Andrew menghela nafasnya, kemudian membuka jaketnya dan
menyelimuti perempuan tersebut. Kemudian dia duduk diatas meja
dan memakan roti yang dibelinya sambil memandangi perempuan
tersebut.
Hari sudah mulai malam, suasana gelap mulai menyelimuti
sekitar. Langit yang mendung sekarang mulai merintikkan hujannya
kembali. Perempuan tersebut kemudian terbangun dan melihat sekitar.
Dia terkejut melihat Andrew di depanya, dan jaketnya di tubuhnya.
Seketika itu juga Andrew menyapanya.
Sudah bangun..!?
Andrew menyodorkan sepotong roti kepadanya.
Nah kamu lapar kan!?
Perempuan tersebut memandanginya sejenak, kemudian dia
menerima roti tersebut.
Te-terima kasih
Ucapnya nada sidikit tersipu.
Dia memakan roti tersebut dengan perlahan, seperti sangat
menghargai roti tersebut. Andrew tetap memandanginya, dia tetap
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 37
berpikir apakah perempuan tersebut memiliki benda yang dia
maksudkan.
Nama ku Andrew Kamu!?
Perempuan tersebut diam sejenak.
Li-Lisa
Mereka berdua kembali hening. Hanya suara rintik hujan yang
terdengar.
Aku kabur dari rumah
Lisa memecah keheningan. Andrew sebenarnya sudah
mengetahui hal tersebut, dilihat dari penampilannya, pasti dia
mendapat perlakuan yang buruk di sana. Sehingga dia memutuskan
untuk kabur. kemudian Lisa mulai menceritakan mengenai apa yang
sudah dilaluinya.
Dugaan Andrew benar, dia adalah seorang pekerja kasar di
sebuah mansion tepat di kota yang dia datangi sebelumnya. Dia dan
beberapa perempuan lainnya dijual kepada seorang saudagar kaya.
Kemudian mereka bekerja sebagai pelayan dan pembantu. Mereka
mendapatkan perlakuan yang kasar dan bahkan sampai tidak
bermartabat.
Kemudian suatu hari Lisa, memutuskan untuk kabur. Ketika dia
mendapat kesempatan untuk kabur, ketika dia di suruh untuk
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 38
membersihkan taman. Dia melompati pagar dan berlari masuk ke
dalam hutan
Aku Tidak mau kembali ke sana
Lisa memeluk lututnya dengan erat.
Andrew hanya diam dan mendengarkan. Dia mengerti perasaan
perempuan tersebut, namun apa yang dapat di diperbuatnya. Dia
hanya orang yang berusaha keluar dari Permainan ini.
Ah... Maaf Aku hanya bercerita sendiri
Kata Lisa dengan nada sedikit malu.
Tidak masalah
. Terima kasih.
Lisa tersenyum, suaranya sangat lembut, menyiratkan rasa
sangat bersyukur seperti baru pertama kali ini ada orang yang mau
mendengarkan dia.
Hey Di sana ada rumah!
Tiba-tiba terdengar suara orang dewasa yang berteriak dari arah
luar. Seketika itu juga wajah Lisa menjadi pucat. Dia langsung berdiri
dan berlari keluar dari rumah. Namun langkahnya terhenti. Di depan
nya berdiri 3 orang dewasa.
Ternyata di sini kau
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 39
Kata salah satu yang berada di tengah sambil menyodorkan
tangan kanannya ke depan, tanda mengajak Lisa untuk ikut bersama
mereka.
Lisa berdiri diam, tidak bergerak ditengah gerimis. Tangan
kanannya tergenggam dengan erat di depan dadanya. Dia mau kabur
dari situasi ini tapi tidak tahu harus berlari ke mana.
Kemudian pria tersebut berjalan mendekati Lisa. Saat pria
tersebut mau memegang Lisa, Andrew langsung menghadang dengan
berdiri tepat di depan Lisa.
Andrew merasa bahwa kalau Lisa ikut dengan mereka maka dia
tidak akan bisa keluar dari lukisan. Kakeknya pasti sudah menunggunya
di dunia luar. Oleh karena itu dia harus mencegah hal tersebut.
Pria tersebut memandang Andrew dengan tajam dan berkata
Ada apa, Bocah Aku tidak punya urusan denganmu...
Andrew hanya bergerak dengan insting, dia tidak tahu apa yang
akan dikatakan di situasi seperti ini.
Ku- kurasa tidak Karena Wanita ini adalah temanku, kamu
pasti salah orang
Ucapnya dengan sedikit terbata. Dia sadar bahwa dia
mengatakan sesuatu yang bodoh.
Hahaha!! Kalau begitu Terima ini
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 40
Pria tersebut mengarahkan sebuah pukulan ke wajahnya.
Andrew menghindarinya dengan menunduk ke bawah.
Kemudian dia melompat dan melakukan tendangan half-turn kick
tepat ke kepala pria tersebut. Sayangnya tendangan tersebut di tahan
dengan mengunakan tangan kirinya. Pria tersebut terdorong beberapa
langkah. Kemudian bediri tegak sembari menyeimbangkan tubuhnya.
Hmph Lumayan juga kau bocah
Kemudian dia melayangkan pukulan berkali-kali. Andrew
berusaha menghindarinya sembari perlahan mundur ke belakang.
Pria tersebut melakukan tendangan dengan memutar tubuhnya,
tendangan tepat ke arah dada Andrew. Andrew menahannya dengan
kedua tangannya, namun karena tenaga yang begitu kuat, Andrew
terpental ke belakang hingga menabrak dinding rumah.
Perlahan pria tersebut melangkah mendekati Andrew yang
terduduk bersandar di dinding. Baru beberapa langkah berjalan, Lisa
langsung berjalan di tengah-tengah mereka.
Cu Cukup
Ucapnya dengan suara tergetar.
A... Aku... Akan ikut Tapi jangan sakiti dia
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 41
Andrew langsung memandang tubuh Lisa yang membelakangi
nya sembari menahan rasa sakit. Perlahan Lisa berjalan mendekati pria
tersebut.
Hey Hey kenapa kau tidak lari saja?
Pikir Andrew sembari berusaha untuk berdiri. Dia heran kenapa
Lisa tidak lari ketika dia mengalihkan perhatian mereka. Kenapa Lisa
masih mau kembali padahal dia tahu akan apa yang akan terjadi
padanya nanti.
Terima kasih
Bisikan lirih keluar dari bibir Lisa, bisikan yang tidak terdengar
oleh pria yang menghadang mereka. Namun terdengar di telinga
Andrew. Nada bisikan yang menyiratkan kepasrahan terhadap apa
yang sudah terjadi, dan menyampaikan pesan bahwa dia tidak mau
menyusahkan orang lain dalam masalah dia.
Di tengah gerimis tersebut Andrew dapat melihat tetesan air
mata Lisa yang keluar sembari dia berjalan mendekati pria tersebut.
Andrew ingin menolong Lisa. Dia tidak mau Lisa mengalami hal buruk,
dia mulai berpikir bahwa Lisa harus bersamanya.
Andrew menggeleng-gelengkan kepalanya, dan menarik nafas
panjang.
Aku... hanya ingin pulang!!!
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 42
Teriaknya dalam hati, kemudian berdiri dan menarik tangan Lisa,
kemudian menariknya dan berlari ke dalam hutan.
Andrew terus berlari sambil memegang tangan Lisa,
menggenggamnya dengan erat seperti tidak akan lepas. Lisa yang
berusaha berlari mengikuti langkahnya heran dan bertanya kenapa dia
melakukan hal ini.
Tanpa menjawab apa-apa , Andrew terus menarik Lisa berlari,
semakin masuk ke dalam hutan. Dia tahu dengan pasti bahwa di
belakang dan siap menangkap bila mereka berhenti.
Lisa terus mendesak Andrew untuk menjawabnya, dia tidak mau
membuat Andrew terjebak bersamanya dan akan mengalami
kesusahan, padahal dia adalah orang yang pertama kali bersikap baik
kepadanya.
Aku
Andrew menghentikan kata-katanya sejenak, Dia bingung harus
mengatakan apa. Kenapa dia mau menolongnya? Apakah demi Lisa !?
Ataukah agar dia bisa kembali ke dunianya?.
Aku hanya merasa harus menolong mu
Mendengar hal tersebut Lisa terdiam. Kemudian membalas
genggaman erat tangan Andrew. Terlihat senyuman tipis di wajahnya
diikuti dengan air mata yang perlahan mengalir turun di pipinya.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 43
Mereka berdua terus berlari di tengah hutan. Menyibak semak
yang menghalangi dan berusaha menghindari pepohonan yang ada.
Andrew melihat bahwa mereka masih di ikuti, dan salah satu dari
pria yang sebelumnya berada sekitar 4 m di belakang mereka.
Mereka akan tertangkap jika seperti ini terus. Lisa tidak akan
sanggup terus berlari seperti ini. Perlahan langkah lari mereka sedikit
melambat dan jarak mereka dengan pengejar hanya tinggal 2 m lagi.
Ketika tangan pengejar akan menggapai bahu Lisa Tiba-tiba
pandangan Andrew berubah, menjadi kabur. Pemandangan
didepannya mulai berputar memasuki satu titik.
Tidak mungkin Kami akan terta...
Ucapnya sembari kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke
tanah.
Brukkkkk
Terdengar suara terjatuh, bunyi benda yang terjatuh di lantai
kayu, dan bukan di tanah. Andrew membuka mata nya. Terlihat langit-
langit dihiasi dengan lampu antik yang sangat dia kenali.
Sekarang dia berada di gudang penyimpanan, tepat di rumah
kakeknya. Sepertinya dia sudah keluar dari dalam lukisan.
Kenapa aku bisa keluar!?
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 44
Saat Andrew masih bingung kenapa dia sudah berada di luar
lukisan, dia merasa bahwa tangannya sedang memegang sesuatu.
Kemudian dia bangun dan melihat sekitar.
Di sebelah kirinya terdapat sebuah lukisan pemandangan hutan
yang sama persis seperti yang dilewatinya barusan, dan terlihat Lisa
yang sedang terbaring di sebelah kanannya tidak sadarkan diri dengan
masih tetap menggenggam tangannya.
Ini
Andrew terkejut dengan apa yang sedang dilihatnya. Lisa yang
harusnya manusia yang berada didalam lukisan sekarang ikut bersama.
Akhirnya Andrew menyadari bahwa sesuatu yang dapat
membuatnya keluar dari dunia lukisan adalah Lisa, Andrew tidak
sengaja berlari ke lokasi yang sama persis dengan lukisan yang ada di
sebelahnya sehingga dia bisa keluar.
Kemudian pintu ruangan tersebut terbuka. Terlihat seorang pria
tua yang berjalan masuk kedalam.
Akhirnya kau kembali
Ucap pria tersebut yang adalah Kakek Andrew dengan nada
senang, Tapi seketika itu juga terdiam ketika melihat Lisa.
Wah-wah... kali ini kamu membawa hal yang diluar dugaan
Kata kakek dengan nada terkejut tapi terkesan puas.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 45
Maaf kek tapi kita masih punya satu ruangan kosong kan?
Ucap Andrew sambil tersenyum kecut dengan tangan mereka
yang masih saling berpegangan. Kemudian Andrew menggendongnya
untuk mengantarnya ke dalam kamar.
Keesokan harinya ketika Lisa sadar, Kakek Andrew menceritakan
kepadanya apa yang sudah terjadi, Lisa awalnya terkejut dengan apa
yang di dengarnya. Namun tidak beberapa lama, dia mengerti dan
malah merasa senang.
Lisa meminta pada Andrew dan kakeknya agar dia dapat
diizinkan tinggal di rumah mereka. Dia berkata bahwa dia akan bekerja
sekalipun agar dia bisa tinggal di sini.
Andrew hanya tersenyum dan berkata.
Tidak masalah, kami sudah siapkan ruangan untuk mu.
***
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 46
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 47
Seorang wanita, mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kain,
panjang sampai mata kaki, menutupi seluruh tubuhnya, dan hanya
menyisakan wajah dan pergelangan tangan-sampai-jari nya sebagai
bagian dari tubuhnya yang masih terlihat oleh mata, sedang berjalan
perlahan. Raut matanya terlihat tak bernyawa, seakan-akan api
kehidupan telah sirna dari raganya. Setiap kali ia melangkah, ujung
kakinya yang tak beralas dan penuh bekas luka dapat terlihat dari balik
jubahnya yang tergerai.
Rintik-rintik air mulai berjatuhan dari atas langit. Sebuah
fenomena yang biasa dikenal sebagai gerimis, pertanda awal dari suatu
kejadian mengenai terjadi turunnya hujan. Anugerah dari Tuhan
kepada para manusia, dan makhluk hidup lainnya yang ada dan merasa
ada. Salah satu proses yang menyokong keberlangsungan dunia ini,
baik secara hidup para makhluknya, maupun secara sistematika
sistemnya. Kejadian yang menjadi permulaan dari suatu kesatuan yang
menyokong kehidupan, itulah gerimis.
oeee...
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 48
oeeeeeee...
Terdengar suara tangisan bayi dari arah tujuan wanita tersebut.
Suara nyaring yang seharusnya seakan mampu mencapai otak manusia
dalam kondisi seribut apapun, selama tidak ada kerusakan atau
kelainan pada sistem pendengaran sang penerima suara. Suara yang
menjadi pertanda bahwa bayi tersebut memiliki kehidupan, meskipun
terlahir di dunia yang fana ini. Teriakan yang ditunggu oleh mereka
yang menantikan, dan menyambutnya dengan bahagia, tanpa pernah
berfikir, bahwa mungkin bayi itu menangis karena dilahirkan di
semesta yang penuh dengan orang-orang kotor, yang egois, oportunis,
defensif, pesimis, munafik, serta bermacam sifat buruk lainnya yang
membuat ia berharap bahwa seharusnya ia tidak pernah dilahirkan.
Akan tetapi, meskipun bayi yang sedang bersama ibunya ini
menangis, suaranya sangat kecil, seakan teredam oleh sesuatu. Bahkan
suara gerimis dengan intensitas sedang pun seakan sanggup
mengaburkan suara sang makhluk kecil yang masih berusaha
beradaptasi dengan lingkungan yang baru ia temui.
Dari tatapan matanya yang berkaca-kaca, ibu yang terlihat
berumur belasan tahunan itu seakan telah tahu, bahwa anak
tercintanya yang baru ia lahirkan memiliki kelainan akibat terlahir
secara prematur. Raut mukanya kini memancarkan perasaan sedih dan
bersalah, entah karena ia simpati tehadap sang bayi, atau karena
seharusnya ia tidak membiarkan sang bayi mencapai dunia yang penuh
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 49
dengan derita dan rintangan yang melintang di setiap persimpangan
hidup yang penuh dengan cabang.
Air mata pun jatuh perlahan dari bola mata sang ibu. Sambil
berlinang air mata, ia menyenandungkan sebuah lagu, dengan nada
yang sama sekali tidak familiar, seakan itu adalah lagu yang tak pernah
terkenal. Namun apa daya, suaranya tertahankan oleh isak tangisnya
sendiri, menyebabkan lagu yang ia lantunkan hanya terdengar
sepotong-sepotong.
... ...
Aku bertanya
Kemana engkau melangkah
... ...
Akan ku lakukan apapun agar kau tetap hidup, gadis kecil ku...
Wanita berjubah hitam itu menatap sang ibu dengan tatapan
sinis, kemudian melanjutkan perjalanannya sembari melewati orang-
orang yang tidak ia kenal dan tidak perlu ia pedulikan.
Brak!
Seseorang menabrak bahu wanita itu, yang membuat wanita itu
berhenti dan mengalihkan konsetrasi pandangannya kepada orang
yang baru saja menabraknya. Sekilas terlihat, orang yang menabrak
wanita berjubah hitam itu juga adalah seorang wanita, dan ia berlari
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 50
sambil menangis, bukan karena kesakitan akibat tabrakan, melainkan
karena ia menyesalkan suatu hal.
Tidak jauh dari tempat wanita yang baru saja ditabrak tersebut
berdiri, terdapat sebuah kotak kecil yang terbuat dari kardus, dan
berbentuk persegi. Dari dalam kotak tersebut terdengar tangisan
seorang bayi yang lebih keras dari suara bayi yang sebelumnya dilewati
oleh wanita itu. Di luar kotak tersebut tertempel sebuah kertas
berwarna putih yang didalamnya tercantum sebuah tulisan yang bisa
dilihat dari tempat wanita tersebut berdiri yang berbunyi :
Tolong jaga Sarah
Wanita berjubah hitam itu terus berjalan, menuju kotak yang
baru saja ia lihat. Hanya saja, kali ini langkahnya sedikit lebih cepat dari
sebelumnya. Ia pun berhenti tak jauh dari kotak tersebut, hanya untuk
menemukan seorang bayi yang sedang menangis dari dalam kotak
tersebut.
Ia menatap bayi tersebut dari tempatnya berada, dengan
tatapan yang menunjukkan rasa simpati dan iba terhadap makhluk
lemah yang sekarang hanya bisa menangis tersebut. Tatapannya
berbentuk pandangan yang menunjukkan rasa sedih, terhadap
manusia yang tidak bisa apa-apa dan membutuhkan perhatian, dimana
ia kedinginan, tanpa kehangatan dan kasih sayang, namun tiada
seorang pun berada disana untuk memberikannya keperluan yang ia
butuhkan. Raut wajah sang wanita seketika berubah menjadi tatapan
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 51
yang seakan menunjukkan rasa benci terhadap manusia yang
membuang sang anak, entah karena ia tidak menginginkan kelahiran
bayi tersebut, atau karena ia tidak sanggup menghidupi bayi tersebut
dan merasa bayi tersebut hanya akan tersiksa dan hidup menyedihkan
jika ada bersama dengannya. Apapun alasannya, tindakan sang orang
tua untuk membuang anak yang merupakan darah dagingnya sendiri
tetap tidak bisa dimaafkan, meski sang anak mungkin akan
memaafkannya, karena bagaimanapun, orang tua kandung tetaplah
orang tua kandung, bukan sekedar ikatan yang bisa diputus
sembarangan hanya karena suatu kesalahan yang dilakukan baik oleh
sang orang tua ataupun sang anak sendiri.
Tanpa disadari oleh sang wanita, tiba-tiba seorang lelaki telah
berada di sampingnya, persis didekat kotak dimana bayi tersebut
berada, seakan mereka berdua tidak saling mengetahui keberadaan
masing-masing. Lelaki itu lalu berlutut seraya mengeluarkan sang bayi
dari dalam kotak, kemudian memeluk bayi tersebut, sambil menangis,
seakan-akan ia ikut merasakan penderitaan makhluk mungil tersebut.
Lelaki berusia 30 tahunan tersebut kemudian berdiri, kemudian
membawa bayi tersebut masuk ke bangunan tua di disekitar tempat
tersebut. Bangunan yang dari luar kelihatan tua tersebut terlihat lebih
besar dibandingkan dengan rumah lain pada umumnya. Di gerbang
depan bangunan itu terdapat tulisan :
PANTI ASUHAN
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 52
Ternyata tempat bayi yang ditinggalkan hampir tanpa identitas
kecuali nama yang diberikan oleh orang tuanya tersebut berdekatan
dengan panti asuhan, tempat para anak-anak yang tidak memiliki
keluarga atau relasi yang jelas bermukim. Meskipun mereka yang
tinggal di sini tidak memiliki orang tua, mereka tetap bisa tersenyum,
karena mereka tidak sendirian, dan punya keluarga yang memiliki
perasaan nasib yang sama.
Beberapa saat kemudian, sepasang suami istri yang terlihat
cukup berada, datang dan memasuki panti asuhan tersebut. Jelas,
urusan mereka datang ketempat adalah mencari anak untuk diadopsi.
Panti asuhan adalah tempat di mana mereka yang dibesarkan di sana
hanya akan keluar dari tempat itu apa bila ada keluarga yang ingin
mengangkat mereka sebagai anaknya, atau mereka sudah cukup umur
dan dianggap mandiri untuk mengurus diri mereka sendiri.
Anak-anak dari panti asuhan tersebut berlarian dengan riang di
sekitar si wanita berjubah hitam, seakan ingin mengajaknya bermain.
Sang wanita hanya tersenyum, kemudian beranjak meninggalkan
termpat tersebut. Ia kembali melanjutkan perjalanannya dibawah
langit berawan hujan tak bermentari yang semakin mendung, pertanda
gerimis akan berubah menjadi hujan.
Wanita itu berjalan terus sambil menyelusuri keramaian yang
terlihat. Semua terlihat sibuk, entah karena gerimis mulai menderas,
dan mulai bertansformasi menjadi hujan, atau karena mereka memang
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 53
punya urusan tertentu yang dianggap sebagai kesibukan oleh mereka
sendiri.
... ...
Aku bertanya
kemana engkau melangkah
... ...
Sesaat langkah kaki si wanita terhenti. Senandung yang baru saja
terdengar terasa cukup familiar. Tepat beberapa langkah didekat ia
berdiri, seorang gadis kecil berumur belasan tahun juga berdiri dengan
mata yang berkaca-kaca. Mereka berdua sedang menghadap ke arah
yang sama, sumber suara dimana senandung tersebut terdengar.
Di hadapan mereka, terdapat seorang wanita kurus yang terlihat
terlantarkan, layaknya orang yang telah lama hidup tanpa asupan gizi
yang layak. Wanita kurus itu mengulang-ulang lagu yang ia nyanyikan,
dengan tersendat-sendat layaknya kaset yang sudah rusak, bahkan
mungkin ia sendiri telah rusak dan tidak lagi memiliki kesadaran
tentang apa yang sedang ia lakukan.
Gadis kecil berambut merah tersebut berlutut dan memeluk
wanita kurus yang rapuh itu dengan bercucuran air mata, diiringin
tangisan nyaring yang mengisyaratkan rasa haru, seakan baru
menemukan harta berharganya yang telah lama hilang.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 54
Ibu...
Wajah wanita lusuh itu terlihat kaget seperti orang yang terkena
serangan jantung, hanya saja mukanya tidak pucat. Tak berapa lama,
wajah wanita itu menunjukkan ekspresi lega, yang di ikuti dengan
senyuman bahagia, dan air mata pun turun membasahi wajahnya.
Wanita tua itu kemudian mulai bernyanyi, lagu yang sama
dengan lagu yang tadi ia nyanyikan, di bawah derasnya gerimis yang
telah menjelma menjadi hujan. Namun, kali ini lagu yang ia lantunkan
tidak lagi terdengar seperti suara kaset rusak. Vokal yang ia keluarkan
sungguh merdu. Sebuah suara yang mampu menembus kalbu seketika,
dalam nuansa penuh hayat, meskipun sedikit banyak tersamarkan oleh
hujan. Kali ini, lagu yang disenandungkan oleh wanita tersebut sedikit
lebih panjang, dan tidak terkesan diulang-ulang, seakan kumpulan
kata-kata yang dinyanyikan kali ini adalah seluruh liriknya yang lengkap
tanpa ada cacat sedikitpun.
Terima kasih telah memanggil ku ibu, Sarah...
Sang penyanyi kemudian menutup matanya, sambil tersenyum
puas, dengan muka penuh rasa bahagia, dan air mata meleleh di pipi
nya. Mulutnya tidak bergerak lagi, begitu pula dengan anggota
tubuhnya yang lain, layaknya orang yang akan tidur panjang, pertanda
jiwanya telah meninggalkan raganya.
Ibu, Ibu!?
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 55
Tangisan si gadis kecil berubah menjadi tangisan memilukan yang
diselimuti dengan perasaan duka, diiringi dengan tarian hujan yang kini
telah cukup deras, sehingga mampu membasahi mereka semua, dan
menyamarkan air mata mereka yang meratap, serta meredam suara ia
yang menangis. Rambut merahnya basah oleh air hujan yang semakin
menderas seakan-akan langit pun ikut menangis.
Kini, dalam gelora hujan, sang wanita berjubah hitam kembali
melanjutkan langkah nya. Tanpa memperdulikan tubuh nya yang basah
oleh air hujan, ia terus berjalan maju ke depan, tanpa ada sedikitpun
rasa ragu di hati nya.
Hujan merupakan fenomena alam yang menyokong segala
kehidupan di dunia ini. Kejadian yang memberikan para tumbuhan
tenaga baru untuk meneruskan hidup, dimana setiap tetes air hujan
akan tersimpan di dalam tanah dan terdistribusi secara sistematis oleh
para tumbuhan yang notabene sebagian besar spesies nya berdaun
hijau.
Suasana mendadak sepi. Kerumunan orang yang tadi ada, tiba-
tiba menghilang tanpa bekas, seperti tenggelam ditelan kesunyian
yang terisi oleh derai hujan yang bertaburan dari langit yang telah
menghitam.
Wanita berjubah hitam kemudian berpapasan dengan sepasang
lelaki dan perempuan yang berada di bawah sebuah payung dan saling
bergandengan tangan. Dari gerak geriknya, dapat disimpulkan mereka
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 56
adalah sepasang kekasih. Wajah sang perempuan memang tidak
terlihat karena tertutup payung, namun senyuman di wajah nya masih
dapat terlihat dan terasa memancarkan aura bahagia yang tak dapat
digantikan dengan kebahagiaan materi seperti apa pun. Mereka
terlihat tenggelam namun bukan oleh hujan, melainkan oleh
keindahan dunia yang terciptakan oleh kolaborasi dan interaksi mereka
berdua, satu sama lain.
... ...
Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa
hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi
meski diterpakan badai, aku kan terus mencari
makna hidup atas mereka yang tak kan kembali
... ...
Sejenak setelah senandung yang indah itu terdengar, perempuan
yang baru saja berpapasan dengan wanita berjubah hitam segera
berlari menuju arah dari mana lagu tersebut bergaung, tanpa
memperdulikan derasnya hujan yang sedang turun, menyebabkan
rambut panjang nya yang indah basah oleh air hujan.
Ia berhenti di sebuah toko, dengan dinding kaca didepannya.
Perempuan itu menatap suatu benda dari luar toko, sebuah kotak yang
memiliki kaca cembung di salah satu sisinya, dan dari kaca tersebut
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 57
terlihat gambar-gambar yang berbentuk seperti manusia, dan
bergerak layaknya makhluk hidup yang memiliki nyawa.
Wajah perempuan itu terlihat kaget. Ia seakan baru saja
menemukan sesuatu hal yang seharusnya tidak pernah ia temui lagi.
Gadis itu terpaku selama sang wanita didalam kotak menyanyikan lagu
tersebut sampai akhir dengan syahdu. Wajah perempuan itu sesaat
berubah menjadi lebih tersentak, ketika pada saat sang penyanyi
diwawancarai setelah bernyanyi, ia mengatakan bahwa lagu itu ia
pelajari ketika sedang belajar gitar kepada kenalannya, seseorang lelaki
sekarang mengembara. Lelaki itu mengatakan padanya, bahwa lagu itu
ia ciptakan dulu, untuk kekasihnya yang terpaksa ia tinggalkan karena
ia ingin mengejar karir nya.
Setelah acara TV tersebut berakhir, Perempuan yang dari tadi
terpaku di depan toko elektronik itu kemudian berbalik. Dengan wajah
berseri yang penuh dengan harapan baru, ia melangkah pergi bersama
kekasihnya yang telah sejak tadi memayunginya dengan payung
berwarna abu-abu, agar ia tidak lebih basah akibat hujan.
Wanita berbaju hitam mempercepat langkahnya, seakan ia
sedang di buru oleh waktu, di mana waktu itu sendiri bukanlah
makhluk hidup nyata yang memiliki kesadaran. Seiring dengan
berjalannya sang waktu, hujan yang turun semakin deras, sampai
kepada tahap dimana angin bertiup agak kencang. Badai akan terjadi.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 58
Badai terjadi akibat terciptanya suatu atmosfer bertekanan
rendah yang dikelilingi oleh sistem atmosfer bertekanan tinggi. Kondisi
yang sama sekali tidak stabil ini merusak sistem, dan menciptakan
kekacauan angin, dan terjadilah badai, atau kurang lebih begitulah
teknis nya berdasarkan pengetahuan yang beredar di khalayak umum.
Wanita berbaju hitam mulai melewati segerombolan orang, yang
mana mereka semua mengenakan baju dengan warna hitam yang
mirip dengan warna jubah yang sedang ia kenakan. Wajah mereka
memancarkan aura yang bermacam-macam, mulai dari muka yang
biasa saja, sampai ke ekspresi yang terlihat sedih. Namun tidak ada
satupun dari mereka yang memiliki aura bahagia.
Hujan yang deras ini semakin menambah aura buruk yang
terpancarkan dari segerombolan tersebut. Tetap bukan aura jahat
yang terpancarkan, melainkan perasaan duka, rasa sedih kehilangan
seseorang yang dekat.
Di kejauhan, terlihat seorang wanita sedang menangis, didalam
pelukan seorang lelaki yang berusaha menenangkannya. Tangisannya
yang memilukan menambah kelamnya hujan yang sedang bergolak.
Sang wanita seakan tidak bisa menerima, kematian keluarga yang telah
membesarkannya sejak ia kecil, ketika ia masih merupakan makhluk
kecil rapuh yang tidak bisa apa-apa.
Wanita berjubah hitam itu kemudian bergegas berlari, tanpa
melihat kebelakang, dan tak memperhatikan keadaan sekitarnya. Ia
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 59
terus berlari, tanpa memperdulikan orang-orang yang ia lewati, dan
tak pernah sekali pun ia menurunkan kecepatannya. Hujan kini telah
berubah menjadi badai yang seakan mampu memporak-porandakan
segala sesuatu yang ia temui.
Ckiiiiit
Sebuah mobil tergelincir dihadapan wanita berbaju hitam, dan
hampir menabraknya. Tanpa memperdulikan kejadian barusan, wanita
yang tidak mengenakan alas kaki itu terus berlari, seakan waktunya
tinggal sedikit lagi.
Dari pintu tempat kursi penumpang mobil yang hampir
menabrak wanita berjubah hitam barusan, seorang wanita berambut
merah keluar sambil memegang kepalanya, seakan jidatnya habis
terbentur oleh sesuatu yang berada di dalam mobil, akibar
pengereman mendadak yang membuat mobil tersebut tergelincir.
Braaaak
Sesaat tetap setelah wanita tersebut keluar dari mobil, sebuah
truk besar menghantam mobil yang baru saja ia tinggalkan, dan
menghancurkan kendaraan yang bisa dibilang mungil apa bila
dibandingkan dengan kendaraan yang menghancurkannya.
Wanita berambut merah itu terlutut, wajahnya terlihat tersentak,
dan kemudian ia menangis meraung-raung, seakan-akan hidupnya
telah berakhir. Ratapan yang ia lakukan bukan karena mobil yang ia
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 60
naiki hancur, melainkan karena di dalam mobil itu, ada sesuatu yang
jauh lebih berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan materi apa
pun yang telah ia temui di dunia yang fana ini, kekasih yang ia cintai.
Akan tetapi, sekeras apapun ia meraung, suaranya tertelan oleh deras
nya badai dasyat yang sedang terjadi.
Nun jauh dari tempat kecelakaan, wanita berjubah hitam masih
terus berlari. Di hadapan nya, ia dapat melihat seseorang yang
mengenakan pakaian yang serupa namun berwarna putih. Pakaian
yang dikenakan oleh orang tersebut tidak menutupi kepalanya,
sehingga dapat diketahui bahwa dia adalah seorang wanita, dan
memiliki rambut panjang tergerai yang berwarna merah.
Setelah agak dekat, dapat terlihat dari kejauhan, sebuah bis
dengan kecepatan tinggi sedang meluncur kearah wanita berambut
merah yang berdiri menghadap kendaran tersebut, seakan ia
menantangnya untuk bertarung.
Wanita berjubah hitam tersebut berlari sekuat tenaga ke arah
wanita itu. Kecepatannya yang cukup tinggi membuat bagian pakaian
yang menutupi kepalanya tersingkap, menunjukkan bahwa ia memiliki
wajah yang sama dengan wanita yang ada didepannya, dan mereka
memiliki rambut merah dengan panjang yang sama.
Sebelum bis itu sempat menabrak wanita berjubah putih, wanita
berjubah hitam telah terlebih dahulu menabrakkan dirinya ke wanita
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 61
berjubah putih, mendorongnya menjauh dari jalur perjalanan bis dan
menyelamatkannya dari kematian.
Wanita berjubah hitam kemudian bergegas bangkit setelah dia
menyadari bahwa tubuhnya menimpa wanita yang baru saja ia
selamatkan. Wanita berjubah putih itu pun berusahan mengangkat
bagian atas tubuhnya.
Wanita berjubah putih : Kenapa? Kenapa kamu selamatkan
aku!? Bukankah kamu yang paling mengetahui, seperti apa
penderitaan yang aku rasakan selama ini? Bukankah kamu yang paling
menginginkan semua penderitaan ini berakhir!? Kenapa kamu malah
memilih untuk menyelamatkan aku!?
Wanita berjubah hitam : Karena kita adalah satu kesatuan. Aku
tidak bisa hidup sendiri tanpa dirimu, layaknya bulan yang tak bisa
bersinar sendiri apabila kehilangan sang matahari. Aku tidak ingin
kehilangan dirimu, sama seperti aku yang takut terhadap kematian.
Wanita berjubah putih : Biarkan aku memilih kematian! Karena
kematian telah memisahkan aku dengan semua orang yang kucintai!
Kehidupan selalu memberiku sesal! Aku juga ingin bahagia layaknya
mereka yang lain!
Wanita berjubah hitam : Apakah dengan kematianmu, kau akan
bahagia? Apakah mereka yang telah meninggalkan kita menginginkan
kematianmu? Mungkin dengan mati, kamu bisa kabur dari segala
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 62
kepahitan kehidupan, tapi, apakah setelah itu kamu bahagia? Tidak
wahai saudariku, tidak ada yang akan bahagia akibat kematian, baik
dirimu sendiri, ataupun mereka yang telah pergi mendahului kita!
Mata wanita yang baru saja diselamatkan dari kematian tersebut
mulai tampak berkaca-kaca, penuh dengan kesedihan dan penyesalan
yang tampak sangat menyiksa batinnya.
Wanita berjubah putih : Masihkah aku bisa terus bertahan
hidup, tanpa adanya harapan yang tersisa di jiwa ini? Tanpa adanya
kasih sayang dari orang yang dicintai? Tanpa ada tempat berpegang
ketika badai menerpa? Tanpa adanya tujuan untuk terus hidup?!
Wanita berjubah hitam : Hiduplah demi impian mu wahai
belahan jiwaku. Tetaplah berpegang pada keyakinanmu ketika badai
menerjang! Karena setelah sang badai reda, kau akan menemukan
pelangi, sebuah keindahan yang hanya bisa ditemukan oleh mereka
yang berjuang sampai akhir, tanpa pernah menyerah kepada
kehidupan!
Air mata jatuh bercucuran dari bola mata wanita berjubah putih,
bukan karena sedih, tetapi karena rasa penyesalan yang semula
menumpuk didalam dirinya, sirna begitu saja, seakan ia baru saja
dibebaskan dari segala penderitaan yang selama ini bersemayam di
dalam jiwanya.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 63
Wanita berjubah putih : Akankah kamu menemaniku, sampai
kematian memisahkan kita?
Wanita berjubah hitam : Kita tidak akan pernah berpisah, wahai
saudariku. Karena begitu kematian membawamu pergi, aku pun akan
ikut bersamamu, karena aku adalah dirimu, yang saling berbagi hidup
di saat suka dan duka.
Wanita berjubah putih kemudian menangis dengan penuh rasa
haru, memecah kesunyian yang ada. Tangisan yang seakan melepaskan
segala beban yang tersisa, untuk menyongsong hidup yang baru.
Wanita berjubah hitam kemudian memeluk tubuh wanita berjubah
putih, sambil ikut meneteskan air mata, air mata bahagia yang penuh
dengan harapan, terhadap perubahan yang akan mereka jalani.
Piiip..., Piiip..., Piiip...
Sebuah osiloskop mengeluarkan bunyi dengan perbedaan waktu
yang cukup konstan, menandakan manusia yang denyut nadinya
sedang dipantau masih memiliki nyawa, meskipun kondisinya tidak
dalam kondisi dimana ia bisa bebas beraktifitas layak manusia lain
yang sedang berada dalam kondisi prima.
Wanita berambut merah yang sedang tertidur di sebuah ranjang
tepat di sebelah osiloskop tersebut berada kemudian membuka
matanya, dan terdiam untuk beberapa saat, seakan ia baru saja
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 64
beristirahat untuk waktu yang cukup lama. Ia kemudian bangun dari
tempat tidurnya, dan duduk di sisi tempat tidur, seraya merenung.
Sarah kemudian menangis tersedu-sedu, entah karena bahagia
bahwa ia masih hidup, dan bisa melanjutkan hidup yang tidak pernah
ada duanya ini, atau menyesal karena ia masih harus bergelut dengan
kemelut hidup yang sangat sulit dan penuh dengan ketidakpastian.
Sambil menangis, ia menyenandungkan sebuah lagu, lagu tua
yang pernah menemaninya ketika ia kecil, remaja, dan dewasa. Lagu
yang diciptakan dan dinyanyikan oleh mereka yang ia sayangi.
Terus terdiam
Meratapi kehidupan
Aku bertanya
Kapankah ku akan mati
Meniti hujan
Di bawah terik mentari
Aku bertanya
Kemana engkau melangkah
Ku percaya suatu hari nanti
Kegelapan mu akan sirna
Diselimuti sang mentari
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 65
Di dunia yang sepi ini
Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa
Hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi
Meski diterpakan badai, aku kan terus mencari
Makna hidup atas mereka yang tak kan kembali
Ku yakini suatu saat nanti
Kita pasti akan bertemu
Meskipun terpisahkan jarak
Di dunia yang sepi ini
Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa
Hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi
Meski diterpakan badai, aku kan terus mencari
Makna hidup atas mereka yang tak kan kembali
Kau yang telah terdiam
Membisu tak bernama
Akan slalu abadi
Hidup dalam hatiku
Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa
Hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 66
Meski diterpakan badai, aku kan terus mencari
Makna hidup atas mereka yang tak kan kembali
Wanita itu berdiri dari tempat tidurnya, membuka pintu ruangan
tempat ia berada. Tanpa ada rasa beban, dengan wajah penuh
semangat serta tatapan yang penuh dengan nyala api yang seakan
mampu membakar dan menghancurkan segala rintangan yang berani
menghadang, Sarah keluar dari ruangan tersebut sambil berkata :
Demi harapan semua orang yang berharga bagiku,
Dan demi mereka yang selalu menyemangatiku,
Aku tidak akan menyerah kepada hidup,
Sampai semua impianku menjadi kenyataan...
***
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 67
Siang itu sangat panas. Terlalu panas sehingga banyak orang yang
memutuskan untuk tidak keluar rumah dan hanya bermalas malasan
sepanjang hari. Hawa yang panas tersebut dirasakan juga oleh seorang
alien perempuan yang bernama Sour Yoghurt. Ia adalah seorang alien
baik hati yang mempunyai rambut warna pink dan memakai baju
berlengan putung berwarna ungu dengan sepatu boots tinggi
berwarna perak. Terlihat seperti gadis modis pada umumnya, minus
tanduk alien pink di atas kepalanya.
Seperti biasa, Sour berjalan jalan mengelilingi dunia menaiki
UFOnya yang berwarna hijau dengan damai. Namun, hari ini panasnya
sudah keterlaluan sehingga membuat perjalanannya tidak sedamai
biasanya. Setelah cuaca yang panas sudah cukup untuk membakar
kesabarannya, ia pun bergegas pergi menuju polisi pengatur cuaca
yang berada di atas langit untuk melakukan protes.
Cuaca diseluruh dunia diatur didalam suatu ruangan berteknologi
modern yang dikendalikan oleh seorang polisi. Di sana, terdapat
tombol berwarna warni dan tuas beraneka rupa yang dapat mengubah
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 68
cuaca diseluruh dunia. Saat Sour tiba disana, ternyata ruangan itu
kosong! Kecewa tidak bisa melakukan protes, Sour pun bersuka cita
untuk menyambut mainan baru di hadapannya.
Ia duduk dikursi pengendali cuaca dan menekan semua tombol
berwarna hijau. Terlihat di monitor besar didepannya, seluruh dunia
sedang dilanda badai kue. Sour pun menjadi terkagum akan prestasi
yang barusan ia lakukan, dan akan kecanggihan alat ini.
Dengan segera, ia bereksperimen untuk menekan beberapa
tombol warna pink, kuning dan coklat, serta beberapa tuas bergerigi.
Lalu, seluruh dunia pun dilanda hujan uang dan semua orang terlihat
bahagia. Sour jadi semakin menyukai alat pengendali cuaca ini. Ia pun
melanjutkan eksperimennya dengan berbagai macam kombinasi
sehingga terciptalah gerimis coklat, angin telur puyuh, dan tornado
badak bercula tiga. Semua terjadi dalam selang waktu beberapa menit
diseluruh dunia.
Namun, polisi pengatur cuaca tiba tiba saja kembali dari istirahat
makan siangnya dan langsung meneriaki Sour.
NYOOO!! APA YANG KAMU LAKUKAN!! Sour yang tersentak
kaget langsung memutar kursinya menghadap sang polisi.
Aku sedang mengendalikan cuaca, tehe~ Dengan polos, Sour
menjawab pertanyaan polisi tersebut.
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 69
Tidak boleh! Turun dari kursi itu dan kembalikan dunia seperti
semula! Polisi tersebut menjadi marah mendengar jawaban Sour.
Eh, tapi kan kalau aku turun dari kursi, bagaimana aku bisa
mengembalikan dunia seperti semula? Sour masih menjawab dengan
nada polosnya.
Benar juga ya.. nyooo tapi pokoknya, kamu harus turun dari
kursi itu sekarang juga!! Polisi itu menyadari kekeliruannya dan terus
menyuruh Sour pergi.
Tidak mau! Aku tidak akan membiarkan dunia diselimuti panas
lagi seperti yang kau lakukan! Merasa mainan barunya akan direbut,
Sour pun menolaknya dengan alasan yang dibuat-buatnya. Namun ia
mengakui bahwa sedikit banyak, ia merasa menjadi seperti pahlawan
bagi para manusia di dunia.
Nyoo!! Aku membuat dunia panas bukan tanpa alasan nyoo!!
Sudah terlalu banyak kejahatan yang manusia lakukan, dan saatnya
mereka mendinginkan kepala di dalam rumah untuk sementara, nyoo!!
Polisi itu pun berdebat dengan alasannya. Memang semenjak cuaca
menjadi panas, tingkat kejahatan berkurang karena para penjahat
menjadi malas melakukan kejahatan.
Kau membuat manusia menjadi tidak produktif, dan itu
faktanya! Lihat, aku bisa membuat mereka semakin sehat karena badai
kue, aku bisa membuat mereka semakin kaya dengan hujan uang!
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 70
Seharusnya aku yang menjadi pengendali cuaca di sini, bukan kamu!
Sour tetap akan pendiriannya mempertahankan posisinya di kursi
tersebut.
ITU BAHKAN APA YANG KAMU LAKUKAN, NYOO!! Cepat turun
dari kursi itu! Polisi itu kaget akan apa yang telah Sour lakukan, dan
semakin bersikeras menyuruh Sour pergi. Namun Sour yang keras
kepala malah meronta ronta.
Tidak mauuuuuuuuuuu!! Sour menggerakan tangannya
menyentuh tombol tombol yang ada di sekitarnya. Polisi itu kontan
saja kaget dan panik karena di sekitar Sour ada satu tombol berwarna
merah dengan lambang tengkorak yang tidak boleh ditekan. Jika
ditekan, maka dunia akan hancur.
Nyoo nyoo nyoo, baiklah baiklah, kamu boleh duduk dikursi itu,
tapi tenang dulu, tenang nyoo Sang polisi memutuskan untuk
menuruti keinginan egois Sour untuk keselamatan dunia, sambil
mencari cara agar Sour bisa lengah dan menjauh dari kursi itu.
Benarkah? Asik~ Sour kembali bermain dengan alat itu kembali.
Polisi pengatur cuaca hanya bisa menghela nafas dan memikirkan
taktik selanjutnya.
Nyoo, kamu bingung akan fungsi tombol itu kan? Mari aku
bantu
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 71
Tidak usah! Aku lebih suka melakukannya sendiri Sour dengan
mentah mentah menolak tawaran polisi itu. Dan tiba tiba dari layar
monitor muncullah gerimis tiang listrik diseluruh dunia. Sang polisi
semakin bertambah khawatir.
Ta-tapi aku bisa mengajarkan kombinasi cuaca rahasia nyoo..
Seperti? Mata Sour sedikit berbinar mendengar kata rahasia
Se-seperti, gerimis sakura? Polisi itu mencoba menawarkan
cuaca yang sekiranya aman untuk dunia dan membuat Sour tertarik.
Ah, terlalu biasa
Hu-hujan pelangi! Sour menjadi sedikit tertarik ketika
membayangkan pelangi di mana-mana. Namun membandingkannya
dengan mainan di hadapanya, ia berpikir bahwa itu tidak sepadan.
Tidak mau! Sour membalikkan badannya dan mulai menekan
tombol tombol cuaca lagi. Di monitor terlihat angin kacamata melanda
dunia. Polisi yang sudah lemas dan pasrah akhirnya mengeluarkan
jurus terakhirnya.
. Badai cheesecake
Dengan serta merta, mata Sour bersinar. Ia turun menuju polisi
dan mengangkatnya ke atas kursi pengendali cuaca. Sour memang
sangat menyukai cheesecake buatan manusia. Membayangkan ia bisa
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 72
memakan cheesecake sepuasnya, merupakan tawaran yang sangat
indah untuk ditukar dengan pengendalian cuaca.
Silahkan tuan polisi.. Sour tersenyum manis kepada sang polisi.
Namun polisi itu hanya bisa memasang wajah kemenangan.
Tapi aku bohong, nyoo! Sekarang kamu tidak bisa
mengendalikan cuaca lagi, nyohahahaha..
Apa?! Merasa kesal sudah dibohongi, Sour pun mengamuk. Ia
menekan semua tombol yang dapat diraihnya. Polisi itu menjadi panik
kembali karena Sour cukup dekat dengan tombol terlarang.
Tunggu tunggu!! Jangan sentuh tombol merah dengan lambang
tengkorak itu!!
Eh? Yang ini? Sour menunjuk ke tombol yang dimaksud oleh
polisi.
Iya jangan!! Polisi semakin panik dan berusaha menghalangi
tangan Sour yang mendekati tombol tersebut.
Baiklah, memang apa yang akan terjadi jika aku menekannya?
Dunia akan hancur nyoo..
Seperti?
Seperti ini Polisi itu dengan polosnya menekan tombol
terlarang. Dan bum! Dengan seketika dunia menjadi hancur.
***
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 73
BADAI TAIFUN
Yeaha, salam kenal Nectarpilair-. Saya menulis cerpen ini
tenggat deadline dan memaksa memasukkannya karena saking
inginnya menulis di afterwords. Haha...
Ok. Kesampingkan hal itu, di dalam cerpen ini saya memasukkan
penuh-penuh rasa nostalgia saya pernah tinggal di Jepang. Tidak
semua orang pernah merasakan suasana seperti ini, karena itu saya
ingin berbagi nuansa-nya. Beranda apartemen, payung melengkung
terbalik, taman bermain, baseball, piket urus tanaman, dan ceramah
guru, banyak-banyak hal yang membuatku teriangat akan masa kecilku
dulu. Bisa di bilang setting dan kejadian di dalam cerpen ini
kebanyakan berbagi pengalaman nyata.
Selain itu, saya mencoba menyiratkan kehangatan, kasih sayang
seorang guru terhadap muridnya di sini. Dan seperti biasa saya
mengambil tema yang ringan untuk diikuti. Semoga cerpen ini bisa
dinikmati.
-Nectarpilair
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 74
EVENTFUL RAIN
Kamu tidak pernah tahu seberapa beruntung kamu ketimbang
orang di sekitarmu. Saya menulis ini dengan membayangkan apa yang
terjadi ketika saya memiliki nasib yang sama dengan wanita di tengah
hujan ini, ketika seluruh dunia memusuhi mu dan kau hanya sendirian.
-Alvin
THE TALES OF AGAVI
Ceritanya pada awalnya terjadi karena saya tertidur dan disuruh
oleh penyihir hitam dari gua hitam untuk membuat sebuah after kata.
Terus jadilah sebuah cerpen ini.
Hati-hatilah pada Agavi.
-Teguh
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 75
NEW RAIN
Aku bingung buat after word mau diapain. Tapi ya sudah lah.,
yang penting ceritanya selesai meskipun sepertinya masih kurang jelas.
Sebenarnya cerita ini merupakan sambungan dari cerpen yang
sebelumnya. Entah kenapa aku jadi memikirkan konsep yang besar dan
sayang untuk tidak di tulis. Jadi buat aja jadi cerita yang terpisah-pisah.
Jadinya seperti itu deh.
Wkowkowkwokwokwokow
Terima kasih buat yang sudah membaca.
Itu saja
Afterword begini kan!?
-Agavi
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 76
WANITA BERJUBAH HITAM
Ah, ada afterwordnya. Pada awalnya aku ingin membuat cerita
yang masih memiliki hubungan dengan cerpen terdahulu, dan karena
karakter utama cerita terdahulu adalah laki-laki, maka aku ingin
karakter utama cerpen ini perempuan. Lalu, aku berusaha membuat
cerita romance, namun pada prosesnya, aku tidak suka dengan cerita
yang ku buat. Lalu aku mencoba merubah ceritanya, dan jadilah begini.
Aku mencoba menyampaikan kisah hidup seorang wanita yang
penuh dengan cobaan, sampai akhirnya ia merasa sangat tertekan dan
mencoba untuk bunuh diri, namun ternyata ia masih selamat, dan ia
menemukan harapan baru untuk hidup.
Terima kasih buat yang telah berkenan membaca. Semoga
setelah membaca cerpen ini, kalian semakin bersemangat untuk terus
hidup, karena setelah mati, tidak ada lagi hal yang bisa kalian lakukan.
-Black Mage
-
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 77
SOUR WEATHER
Awalnya pas pertama kali nulis, saya nggak nyangka ceritanya
bisa jadi kayak gini. But lawak never betrays me. Saya puas dengan
keseluruhan cerita, dan sempat bingung juga mau buat cuaca apa
(hujan bingkai foto, angin kelabu membakar jiwa, dan cuaca absurb
lain). And Anyway, seri Sour Yoghurt kali ini menginspirasi saya untuk
membuat seri lainnya yang penuh lawak, as always. Semoga kalian
terhibur!~
Alien dan Cheesecake, unseparated!
-Chiro