GAMBARAN KELAINAN SPIROMETRI PADA PASIEN BEKAS TB …eprints.ums.ac.id/55767/1/NASKAH PUBLIKASI...
Transcript of GAMBARAN KELAINAN SPIROMETRI PADA PASIEN BEKAS TB …eprints.ums.ac.id/55767/1/NASKAH PUBLIKASI...
GAMBARAN KELAINAN SPIROMETRI PADA PASIEN BEKAS TB
YANG MENGALAMI SESAK NAPAS DI BALAI BESAR KESEHATAN
PARU MASYARAKAT SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I
Pada Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran
Oleh:
MUHAMMAD ALI
J500120063
PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
Gambaran Kelainan Spirometri pada Pasien Bekas TB yang
Mengalami Sesak Napas di BBKPM Surakarta.
Abstrak
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan
oleh Mycobacteriun tuberculosis yang ditandai dengan terbentuknya granuloma
oleh jaringan terinfeksi. Bekas TB adalah kasus TB yang pernah mengalami
infeksi tubekulosis dan dinyatakan sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya gambaran kelainan spirometri pada pasien Bekas TB yang
mengalami Sesak Napas di BBKPM Surakarta. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi yang menjadi
subjek penelitian adalah pasien rawat jalan di Klinik Non TB BBKPM Surakarta
sesuai dengan kriteria. Pengambilan sampel delakukan dengan metode Purposive
Sampling dan didapatkan 50 sampel pasien Bekas TB yang mengalami Sesak
Napas. Data kemudian di olah dengan editing, coding dan tabulasi. Dari hasil
pengelolahan data dengan editing, coding, dan tabulasi yaitu terdapat 27 pesien
mengalami kelainan Obstruksi, 5 pasien mengalami kelainan Restriksi, 17 pasien
mengalami kelainan Campuran (Obtruksi dan Restriksi) dan 2 pasien didapatkan
Normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat Gambaran Kelainan
Spirometri pada pasien Bekas TB yang mengalami Sesak di BBKPM Surakarta.
kata Kunci : Tuberkulosis, Bekas TB, Spirometri, Sesak Napas, Obtruksi,
Restriksi
Abstract
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium
tuberculosis signified by the formation of granuloma by the infected tissue. Old
TB is a case of TB that once suffered from tuberculosis infection and declared as
being cured. This reasearch aims to know the presence of description on
spirometry disorder in the old TB patients who were suffering from dyspnea in
BBKPM Surakarta. Type of this research is a descriptive research using Cross
Sectional approach. Population which becomes the subject of this research is the
outpatient in the Non TB Clinic of BBKPM Surakarta according to the criteria.
Sampling was conducted using the method of Purposive Sampling and it was
obtained 50 samples of old TB patients who were suffering from Dyspnea. Data
were then processed by editing, coding, and tabulation. From the results of the
data processing through editing, coding, and tabulation, there were 27 patients
who were suffering from Obstruction disorder, 5 patients were suffering from
Restriction disorder, 17 patients were suffering from mixed disorder (Obtruction
and Restriction), and 2 patients were Normal. This research concluded who were
suffering from dyspnea, in BBKPM Surakarta.
Keywords: Tuberculosis, Old TB, Spirometry, Dyspnea, Obstruction, Restriction
2
1. PENDAHULUAN
Tuberkulosis saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
banyak negara, terutama di negara berkembang World Health Organization
(WHO) pada tahun 2013 menyatakan bahwa sekitar 9 juta penduduk dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis (WHO, 2013). Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta
penduduk dunia terinfeksi kuman tuberkulosis (WHO, 2015). Pada dekade ini
terjadi 2,9 juta kematian akibat tuberkulosis serta infeksi TB HIV dan sebagian
besar terjadi di negara berkembang (Soetikno et al, 2011).
Berdasarkan Global Tuberculosis Control WHO report 2014 disebutkan,
Indonesia berada diperingkat kedua jumlah kasus tuberkulosis terbesar di dunia 1
juta kasus baru pertahun setelah India. Namun demikian, tentunya permasalahan
dalam pengendalian TB masih sangat besar dan Indonesia masih berkontribusi
sebesar 10% dari kasus TB yang ada di dunia. Dengan masih adanya sekitar
460.000 pasien baru per tahun dan angka insiden 272/100.000 penduduk serta
angka kematian akibat TB sebesar 64.000 per tahun atau 25/100.000 penduduk.
Selain itu, TB terjadi pada lebih dari 75% usia produktif (15-45 tahun) sehingga
kerugian ekonomi yang disebabkan oleh TB cukup besar (Kemenkes RI, 2015).
Ditemukan cakupan semua kasus TB paru di daerah Jawa Tengah mencapai
36.759 kasus, atau 144 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
2014). Penemuan penderita TB paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta mencapai 5.290 kasus baru yang tercatat atau 277 per 100.000
penduduk pada tahun 2015 (Data BBKPM Surakarta, 2015).
Sebuah penelitian menunjukkan penderita bekas TB yang mengalami
gangguan faal paru ditemukan mencapai 37 penderita dari 99 sampel bekas TB
yang diteliti dengan angka kejadian sebesar 37,4%. Dari hasil penelitian bekas
TB yang telah dilakukan uji faal paru menunjukan adanya gangguan faal paru
yang terdiri dari gangguan obstruktif dengan nilai VEP1 menurun sehingga rasio
VEP1/KVP %< 70% ditemukan sebesar (54,1%) dan gangguan faal paru restiktif
dengan nilai VEP1 dan KPV tetap atau naik sehingga VEP1/KVP % ≥ 70 %
ditemukan sebesar (41,9%). Gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu
3
gangguan faal paru dengan kelainan obstruktif yang memiliki gambaran klinis
mirip Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) (Irawati, 2013).
Berdasarkan dari keterangan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam kelompok
sampel, jumlah sampel, karakteristik sampel akan disesuaikan dengan penderita
bekas TB masyarakat surakarta yang mengalami sesak, yaitu dengan data
Modified Medical Research Council Dyspneu Score dan pneumobile. Peneliti
ingin mengetahui adanya gambaran kelainan spirometri pada pasien bekas tb yang
mengalami sesak di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya kelainan spirometri pada
pasien bekas TB yang mengalami sesak.
2. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif pendekatan cross
sectional, yaitu dilakukan secara murni untuk mengandakan deskripsi tanpa
dilakukan analisis yang mendalam (Sopiyudin, 2011). Subjek pada penelitian ini
pasien bekas TB yang mengalami sesak dengan dilakukan test spirometri di
BBKPM Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive
Sampling, yaitu dimana pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat
tertentu yang berkaitan dengan karakteristik subjek yang dimana subjek penelitian
dilakukan pengukuran napas menggunakan alat spirometri. Pengolahan data pada
subjek penelitian disajikan dengan langkah editing, coding, dan tabulasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Kelainan Spirometri Pasien Bekas TB
Kelainan Frekuensi Persentase
Normal 1 2
Obstruksi 27 54
Restriksi 5 10
Campuran 17 34
Total 50 100
Sumber: Data Primer Diolah, Agustus 2016
4
Berdasarkan tabulasi hasil perhitungan spirometri di atas menunjukkan
mayoritas kelainan spirometri pada pasien bekas TB yang mengalami sesak napas
adalah obstruksi sebanyak 27 orang (54%), 17 orang (34%) mengalami kelainan
campuran (obstruksi – restriksi), 5 orang (10%) mengalami kelainan restriksi, dan
1 orang (2%) tidak mengalami kelainan spirometri.
Tabel 2. Distribusi Sampel Grade Sesak Napas Pasien Bekas TB
SesakNapas Frekuensi Persentase
Grade 1 24 48
Grade 2 18 36
Grade 3 7 14
Grade 4 1 2
Total 50 100
Sumber: Data Primer Diolah, Agustus 2016
Berdasarkan tabulasi hasil perhitungan sesak napas di atas menunjukkan
sebagian besar grade sesak napas pada pasien bekas TB adalah grade 1 sebanyak
24 orang (48%), grade 2 sebanyak 18 orang (36%), grade 3 sebanyak 7 orang
(14%) dan grade 4 hanya 1 orang (2%).
Pada penelitian ini didapatkan kelainan obstruksi yang paling banyak di
sebakan oleh tehambat nya arus udara dalam saluran pernapasan akibat terjadinya
perandangn pada jaringan paru. Menurut (PDPI, 2010), kelainan obstruksi yang
menyebabkan penurunan VEP1 disebabkan peradangan dan penyempitan saluran
napas perifer, sementara transfer gas yang menurum terjadi akibat kerusakan
parenkim paru.
Keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh tingkat peradangan, fibrosis, dan
cairan eksudat di lumen saluran napas kecil yang berkolerasi dengan penurunan
VEP1 dan rasio VEP1/KVP. Penurunan VEP1 merupakan gejala khas pada PPOK,
tetapi pada bekas TB dapat terjadi penurunan VEP1dan memilik gejala yang mirip
dengan PPOK. Obstruksi jalan napas perifer ini menyebabkan udara terperangkap
dan mengakibatkan hiperinflasi. Hiperinflasi mengurangi kapasitas inspirasi
5
seperti peningkatan kapasitas residual fungsional, yang terlihat sabagai sesak
napas dan keterbatasan kapasitas latihan. Hiperinflasi berkembang pada awal
penyakit merupakan mekanisme umum timbulnya sesak napas pada aktivitas
(PDPI, 2010).
Pada kelainan restriksi atau gangguan ventilasi restriksi merupakan gangguan
yang ditandai dengan peningkatan kekauan paru, thoraks atau keduanya, akibat
penurunan keregangan dan penurunan semua volume paru, termasuk kapasita vital
(Prince and Wilson, 2005).
Menurut (Raghu et al, 2011) terjadi penurunan KVP dan rasio KVP/KVP%
prediksi disebabkan destruksi parenkim paru yang luas, mengakibatkan paru tidak
bekerja secara maksimal, sehingga terjadi penurunan fungsi paru.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh, (Velada et al, 2013) secara
anatomis, orang yang memiliki postur tubuh tinggi memiliki fungsi ventilasi
parunya lebih besar dari orang yang bertubuh kecil dan pendek.
Pada kelainan spirometri campuran (Rastriksi dan Obstruksi) disebabkan oleh
kombinasi dari kelainan obstuksi dan restriksi. Seingga pada pemriksaan
spirometri didpatkan nilai rasio VEP1/KVP terjadi penurunan. (al-Askhar et al,
2003)
Dalam keadaan normal paru, pada pemeriksaan spirometri tidak terjadi
panurunan nilai dari kapasitas vital dan volume paru (Guyton and Hall, 2012).
Pada pasien bekas TB yang melakukan pemeriksaan spirometri, didapatakan hasil
normal pada nilai kapasitas paru dan volume paru. Menurut (Shetty AJ et al,
2010) pada saat pasien menderita TB telah mendapatkan pengobatan yang tepat,
cepat, dan tuntas, sehingga pasien mendapatkan kesembuhan secara maksimal.
Pada penelitian ini diperoleh grade sesak napas menurut skala Modified
Medical Reasearch Council Dyspneu Scores (MMRCDS) yang dikembangkan
oleh (Fletcher et al, 2009), paling banyak adalah grade 1 yaitu sebesar 27 kejadian
(54%). Keluhan sesak napas banyak diderita karena sering nya terpapar olaeh
polusi udara yang kotor, debu, kebiasaan merokok, dan kurangnya memakai alat
6
pelindung diri, serta infeksi tuberculosis yang menahun sehingga terjadi
penurunan fungsi paru (PDPI, 2010)
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tentang kelainan spirometri pada pasien bekas TB
paru yang mengalami sesak napas di BBKPM Surakarta adalah obstruksi ditandai
dengan penurunan nilai VEP1 % prediksi dalam pemeriksaan spirometri, dan
grade sesak napas pada pasien bekas TB paru ditemukan sebagian besar grade 1.
PERSANTUNAN
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada dr. Riana Sari, Sp.P, dan dr. Sri
Wahyu Basuki, M.Kes yang telah membibing dengan penuh kesabaran serta
memberi perhatian dan motivasi dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan
skripsi ini, serta penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Iin Novita, N.M,
M.Sc. Sp. PD, yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh PSDM dan Diklat BBKPM
Surakarta, dosen, staff dan teman – teman mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah banyak waktu untuk berbagi
ilmu, memberikan bantuan moral dan spritual sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ashkar, F., Mehra, R., Peter, J.M., 2003. Interpreting Pulmonary Function
Tests: Recognize the pattern,and the diagnosis will follow. Cleveland Clinic
Journal of Medicine. 70:10.
Data BBKPM Surakarta (Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta),
2015. Bagian Intalasi Rakam Medis.
Fletcher, A. J., Beers, M. H., Jones, T. V., Porter, R., 2009. The Merck Manual of
Medical In formation. 2 nded. New York
Guyton, A.C., John, E.H., 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
7
Irawati A, 2013., Kejadian Sindroma Obstruksi Pasca Tubekulosi di RSU. DR
Soedarso. Pontianak
Kemenkes (Kementerian Kesehatan), 2015. Strategi Nasional Pengendalian TB
Di Indonesia.
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2010. Tuberkulosis Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Indah Offset Citra Grafika.
Jakarta.
Price, A. dan Wilson, L. 2005. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. Penebit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta, hal :1117-1119
Raghu G et al. 2011., Spirometry Clinical: a rational clinical approach. ;92:148–
154
Shetty, A.J., Tyagi, A. 2010. Development of Post Tubercular, Bronchial Asthma
– A Pilot Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 4: 2360-2362.
Soetikno, A, et al, 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sopiyudin, D., 2011. Membuat Proposal penelitian Bidang Kedokteran dan
kesehatan. Jakarta : Evidence Based Medicine.
Vedala, S., Paul, N., Mane, B.A., 2013. Differences in Pulmonary Function Test
among the Athletic and Sedentary Population. National Journal of
Physiology, Pharmacy and Pharmacology. Vol 3: 2. 118 – 123.
World Health Organization (WHO) 2013. Global Tuberculosis Report.
Switzerland.
World Health Organization (WHO) 2014. Global Tuberculosis Report.
Switzerland.
World Health Organization (WHO) 2015. Global Tuberculosis Report.
Switzerland.
8