Fikosianin Teodoruswp 12.70.0047 A3 Unikasoegijapranata

download Fikosianin Teodoruswp 12.70.0047 A3 Unikasoegijapranata

of 13

description

Praktikum THL fikosianin

Transcript of Fikosianin Teodoruswp 12.70.0047 A3 Unikasoegijapranata

FIKOSIANIN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh:Nama: Teodorus W.P.NIM: 12.70.0047Kelompok A3

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANGAcara II20141. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan fikosianin dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan fikosianin.KelBerat biomassa kering (gr)Jumlah aquades yang ditambahkan (ml)Total filtrat yang diperoleh (ml)OD615OD652KF (mg/ml)Yield (mg/g)Warna

Sebelum diovenSetelah dioven

A18100500,08940,03660,0130,081+++++++

A28100500,08900,03670,0130,081+++++++

A38100500,08940,03660,0130,081+++++++

A48100500,08860,03660,0130,081+++++++

A58100500,08910,03760,0130,081+++++++

A68100500,08900,03740,0130,081+++++++

12

1

Keterangan :Warna+= biru sangat tua++= biru tua+++= biru muda++++= biru sangat muda

Pada tabel 1. dapat dilihat hasil dari pengamatan yang dilakukan kelompok A1-A6. Berat biomassa kering yang dipakai pada semua kelompok adalah 8 gram dengan penambahan aquades 50 ml dan diperoleh filtrat sebanyak 50 ml. Pada kelompok A1 didapat hasil OD615 0,0894 dan OD652 0,0366, Konsentrasi Fikosianin (KF) 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A2 didapat hasil OD615 0,0890 dan OD652 0,0367, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A3 didapat hasil OD615 0,0894 dan OD652 0,0366, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A4 didapat hasil OD615 0,0886 dan OD652 0,0366, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A5 didapat hasil OD615 0,0891 dan OD652 0,0376, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A6 didapat hasil OD615 0,0890 dan OD652 0,0374, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda.

2. PEMBAHASAN

Menurut Steinkraus (1983), warna adalah satu faktor yang sangat penting dalam suatu produk pangan karena apabila konsumen pertama kali melihat produk makanan, konsumen tidak akan melihat rasa, kesegaran, nilai gizi, kebersihan dan harga dari produk tersebut, namun konsumen akan melihat warna karena warna yang menarik akan menimbulkan ketertarikan bagi konsumen untuk mencoba makanan tersebut. Dewasa ini, industri pangan banyak yang menggunakan zat warna baik yang sintetis maupun alami untuk memperoleh produk pangan dengan warna yang menarik. Penggunaan zat warna sintetis lebih banyak dibandingkan zat warna alami, hal ini disebabkan karena zat warna sintetis lebih murah, stabil, beraneka ragam, mudah didapat, dan tahan lama. Namun, penggunaan zat warna sintetis ini diatur oleh pemerintah karena dapat membahayakan kesehatan konsumen, maka penggunaan zat warna alami sekarang ini mulai dikembangkan karena aman bagi kesehatan dan memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit pada manusia. Zat pewarna alami dapat diperoleh dari organisme-organisme yang terdapat di alam yang mampu menghasilkan pigmen. Contohnya adalah tanaman (kunyit, wortel, pacar cina, coklat, dan sebagainya), hewan dan mikroorganisme. Namun, zat warna alami ini juga memiliki beberapa kelemahan yakni jumlahnya yang terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga warna yang dihasilkan menjadi tidak stabil. Maka dari itu, zat warna alami ini tidak cocok digunakan pada industri pangan yang membutuhkannya dalam jumlah yang banyak dan biaya yang diperlukan pun akan tinggi (Syah et al., 2005). Menurut Spolaore et al. (2006) dalam jurnal berjudul Comercial application of microalgae, penggunaan mikroalga, oleh masyarakat telah terjadi selama berabad-abad. Ganggang biru-hijau contohnya Nostoc, Arthrospira (Spirulina) dan spesies Aphanizomenon telah digunakan untuk makanan selama ribuan tahun. Spirulina adalah salah satu spesies mikroalga yang mampu menghasilkan bahan pewarna (pigmen). Spirulina mampu menghasilkan pigmen fikosianin berwarna biru. Pigmen ini berpotensi digunakan sebagai pewarna alami. Fikosianin dapat larut dalam pelarut polar seperti air.

Bahan yang digunakan dalam praktikum fikosianin ini adalah spirulina. Menurut Richmond (1988), Spirulina adalah organisme multiseluler yang termasuk kelompok alga hijau biru (blue-green algae). Bentuk Spirulina adalah berupa filamen berwarna hijau-biru berbentuk silinder dan tidak bercabang. Kandungan protein Spirulina bervariasi dari 50%, hingga 70% dari berat keringnya. Hasil analisis asam amino dari Spirulina mexican yang dikeringkan dengan spray dryer ditemukan 18 asam amino. Menurut Tietze (2004), Spirulina secara alami rendah kolesterol, kalori, lemak, dan sodium. Spirulina mengandung sembilan vitamin penting dan empat belas mineral yang terikat dengan asam amino. Hal ini memudahkan dan mempercepat proses asimilasi dengan tubuh. Spirulina juga mengandung 4-7% lipid atau lemak dan sebagian besar dalam bentuk asam lemak esensial. (Henrikson 2009). Spirulina memiliki membran sel yang tipis dan lembut sehingga mudah dicerna (Tietze 2004). Karakteristik ini juga menyebabkan Spirulina tidak membutuhkan proses pengolahan khusus (Richmond 1988 Spirulina berwarna hijau tua di dalam koloni yang besar. Warna hijau tua ini berasal dari klorofil dalam jumlah tinggi. Secara alami, Spirulina mampu tumbuh di perairan danau yang bersifat alkali dan suhu hangat atau kolam dangkal di wilayah tropis. ). Spirulina mempunyai ukuran 100 kali lebih besar dari sel darah merah manusia (Tietze 2004).

Fikosianin adalah pigmen yang paling banyak pada alga hijau biru, dan jumlahnya lebih dari 20% berat kering alga (Richmond 1988). Fikosianin adalah pigmen dominan pada Spirulina (Richmond 1988). Kandungan fikosianin dalam 500 mg tablets Spirulina adalah sebanyak 333,0 mg (Tietze 2004). Fikosianin termasuk golongan biliprotein, artinya fikosianin mampu menghambat pembentukan koloni kanker (Adams 2005). Pigmen fikosianin berwarna biru tua yang dapat memancarkan warna merah tua. Biliprotein atau biasa dikenal dengan fikobiliprotein adalah kelompok pigmen yang ditemukan pada Rhodophyta (alga merah), Cyanophyta (alga hijau-biru) dan Cryptophyta (alga crytomonad). Pigmen ini berfungsi sebagai penyerap cahaya pada sistem fotosintesis. Kelompok pigmen ini diantaranya adalah R-phycoerythrin, C-phycoerythrin B-phycoerythrin, allophycocyanin, R-phycocyanin dan C-phycocyanin ( Carra & hEocha 1976; Henrikson 2009). Fikosianin merupakan salah satu dari tiga pigmen (klorofil dan karotenoid) yang mampu menangkap radiasi sinar matahari paling efisien (Hall & Rao 1999).

Karakteristik pigmen fikosianin merupakan kelompok pigmen fikobiliprotein yang dipisahkan menjadi dua kelompok utama berdasarkan warnanya. Kelompok pertama adalah fikoeritrin, yaitu pigmen berwarna merah bila terkena cahaya dan memancarkan cahaya pendar berwarna kuning-oranye. Kelompok kedua adalah fikosianin, yaitu pigmen berwarna biru dan memancarkan cahaya pendar merah kuat. Pigmen ini di Spirulina berfungsi sebagai pigmen asesoris yang membantu klorofil sebagai penyerap cahaya pada sistem fotosintesis ( Carra & hEocha 1976).

Pada praktikum ini diawali dengan melarutkan spirulina sebanyak 8 gram dengan aquades 100ml (2:25). Lalu dilakukan pengadukan selama kurang lebih 2 jam dengan menggunakan stirrer. Kemudian disetrifugasi maksimal 5000rpm selama 10 menit, hingga diperoleh endapan dan supernatant. Supernatan yang telah diperoleh diukur absorbansinya untuk mengetahui kada fikosianinnya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615nm dan 652nm. Setelah itu supernatan ditambah dengan dekstrin dengan perbandingan 1:1,25 (8ml:10gram). Lalu dicampur rata pada wadah yang akan digunakan alas untuk proses pengeringan. Kemudian dioven semalam pada temperatur 45oC hingga kering dengan kadar air sekitar 7%. Setelah dikeringkan akan terbentuk adonan yang kering gempal dan perlu dihancurkan supaya berbentuk powder.

Tujuan penggunaan aquades sebagai pelarut disebabkan karena mempunyai konstanta dielektrik sebesar 80ml sehingga lebih efektif mengekstrak pigmen fikosianin dibandingkan pelarut yang lain. Kepolaran suatu pelarut sebanding dengan konstanta dielektrik (Perry, 1999), selain itu biomasa sel Spirulina akan jauh lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti pada air dan buffer bila dibandingkan dengan pelarut kurang polar (Candra,2011). Menurut Candra (2011) tujuan dilakukannya sentrifugasi untuk memisahkan fikosianin dari biomasa Spirulina. Kemudian supernatant yang diperoleh dari sentrifugasi diambil dan diukur kadar fikosianinnya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 615 dan 652 nm. Hal tersebut sesuai dengan teori Silviera et al. (2007) bahwa analisa fikosianin dilakukan dengan cara mengukur supernatan hasil ekstraksi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm. Menurut Achmadi et al. (1992), jika pengukuran abosbansi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelarutan fikosianin pada larutan. Penambahan dekstrin pada percobaan dilakukan karena dekstrin menghasilkan rendemen yang tinggi karena dekstrin mampu membentuk suspensi yang baik di dalam larutan sebelum dikeringkan (Candra, 2011).

Kandungan fikosianin pada biomasa sel tergantung dari jumlah suplai nitrogen yang dikonsumsi spirulina. Fikosianin adalah pigemn fotosintesis utama pada spirulina. Fikosianin adalah protein yang larut dalam air yang dapat dibebaskan dengan cara yang mudah dengan melalui penghancuran mekanis dan perlakuan freezeng- thawing (Candra,2011).

Dekstrin memiliki karakteristik berwarna putih hingga kuning, mudah larut air, cepat terdispersi, lebih stabil daripada pati (Reynold, 1982). Fungsi dekstrin adalah mempercepat pengeringan dan mencegah dari kerusakan akibat panas, untuk menjaga kestabilan flavor, meningkatkan total padatan, dan menambah volume (Suparti,2004) Menurut Perry (1999) kenaikan konsentrasi dekstrin dengan range dari 5-15% akan menurunkan kadar air. Konsentrasi dekstrin berpengaruh pada kestabilan warna bubuk.

Pada hasil pengamatan didapatkan hasil pada kelompok A1 didapat hasil OD615 0,0894 dan OD652 0,0366, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A2 didapat hasil OD615 0,0890 dan OD652 0,0367, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A3 didapat hasil OD615 0,0894 dan OD652 0,0366, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A4 didapat hasil OD615 0,0886 dan OD652 0,0366, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A5 didapat hasil OD615 0,0891 dan OD652 0,0376, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda. Pada kelompok A6 didapat hasil OD615 0,0890 dan OD652 0,0374, KF 0,013, yield 0,081, warna sebelum oven biru muda dan warna setelah oven biru sangat muda.

Konsentrasi fikosianin yang diperoleh digunakan untuk menghitung yield fikosianin yakni menggunakan rumus konsentrasi fikosianin= dan Yield = . Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui bahwa nilai KF berbanding lurus dengan nilai yield, sehingga semakin tinggi konsentrasi fikosianinnya maka nilai yield yang didapatkan juga semakin tinggi. Menurut Fox (1991), nilai OD dipengaruhi oleh konsentrasi dan kejernihan larutan. Semakin jernih larutannya maka nilai OD nya semakin rendah.

Pada hasil yield dan kf seluruhnya menunjukan hasil yang sama yaitu yield sebesar 0,081 mg/g dan kf sebesar 0,013mg/ml. Kesamaan ini dapat disebabkan karena hasil spektrofotometri yang tidak terlalu berbeda pada tiap- tiap kelompok sehingga pada perhitungan yang menggunakan pembulatan tiga angka menjadi tidak tampak berbeda.

Pada jurnal C-PHYCOCYANIN EXTRACTION FROM Spirulina platensis WET BIOMASS (Moraes et al,.2011) dijelaskan untuk mengkestraksi fikosianin dari spirulina dapat digunakan berbagai metode yaitu secara kimia baik dengan asam organik dan asam anorganik, secara fisik dengan freezing-thawing, sonikasi, dan homogenasi, dan secara enzimatik. Dalam beberapa tahun terakhir banyak penerbitan yang berkaitan dengan ekstraksi C-fikosianin dari biomasa basah. Dari berbagai artikel tersebut metode freezing-thawing yang terbaik dengan menunjukan hasil C-fikosianin yang tinggi daripada metode lain. Metode ini menguntungkan karena mudah, cepat, dapat diproduksi ulang. Pada saat pembekuan akan terjadi pemebntukan es pada intracellular yang akan menghancurkan sel dan membuat ekstraksi menjadi lebih baik. Tetapi pada hasil akhir metode sonikasi memiliki efisiensi yang lebih tinggi dari metode freezing-thawing yang lebih tinggi 57%.

Pada jurnal Effect of feeding Spirulina platensis on growth and carcass composition of hybrid red tilapia (Oreochromis mossambicus O. niloticus) (Ungsethaphand,2010) dalam jurnal dijelaskan mengenai penggunaan spirulina pada pakan ikan nila sebagai sumber protein. Pada hasil akhir diketahui bahwa 20% spirulina dapat digunakan sebagai pengganti pada makanan ikan untuk ikan nila merah hibrida tanpa efek samping pada pertumbuhan dan komposisi pada carcass. Penggunaan spirulina dapat mengurangi penggunaan sumber protein utama pada berbagai budidaya ikan.

Pada jurnal Changes in the physico-chemical properties of Spirulina platensis from three production sites in Chad (Ngakou et al,.2012), di negara berkembang isu malnutrisi menjadi masalah yang umum, sehingga memerlukan peningkatan produksi pertanian. Kasus kashiorkor terjadi karena kekurangan protein, vitamin dan beberapa elemen lain. Dalam percobaan yang dilakukan adalah untuk mengetahui perbedaan kondisi pertumbuhan spirulina terhadap nilai nutrisi pada spirulina untuk dikembangkan pada negara- negara berkembang dengan lahan pertanian yang sempit dan memerlukan pemenuhan gizi secara cepat dan banyak. Pada metode spirulina ditumbuhkan pada pH 10 dan suhu 30oC yang ditumbuhkan pada danau Chad. Pada hasil akhir menunjukan dengan pH yang basa spirulina masih layak untuk dikonsumsi karena tidak mengandung logam berat, sehingga spirulina dapat diproduksi meskipun pada kondisi yang ber-pH basa.

Dalam jurnal Extraction and Purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis in Conventional and Integrated Aqueous Two-Phase Systems (Antelo,2010), proses integrasi menunjukan hasil dari ekstraksi simultan dan purifikasi primer dari interseluler C-fikosianin dari spirulina platensis dapat diperoleh dari sistem pelarutan dua fase yang sebelumnya belum dieksplorasi. Secara kesluruhan sistem operasi membangun sebuah fasilitas recovery primer dan purifikasi C-fikosianin secara langsung dan cepat dari sel yang telah hancur dengan hasil yang signifikan pada pemurnian dengan mengeliminasi debris sel pada operasi tunggal. Pengenceran dua fase dengan polietilen glikol/ potasium fosfat membuktikan metode purifikasi dapat dilakukan pada C-fikosianin. Polietilen glikol dapat mencapai tingkat kemurnian 0,7 pada studi ini. Integrasi sistem purifikasi dan ekstraksi C-fikosianin mendapat hasil konsentrasi yang lebih besar pada fase puncak dengan nilai 2,67mg/ml dan nilai kemurnian 0,79 yang menunjukan nilai yang layak untuk dikonsumsi yaitu diatas 0,7.

Jurnal Extraction, partial purification, and antibacterial activity of phycocyanin from Spirulina isolated from fresh water body against various human pathogens (Muthulakshmi M et al,. 2012) Berbagai mikroalga digunakan pada bidang farmasi, seperti Spirulina sp. yang mengandung tinggi protein yang tidak hanya menjadi perhatian pada bindang pangan tetapi juga pada bidang industri farmasi. Rasio kemurnian fikosianin pada akhir proses adalah 0,99mg/ml. Yang utamanya digunakan pada makanan karena biaya yang rendah dan high recovery yang dibutuhkan , presipitasi amonium sulfat dapat menjadi alternativ yang ekonomis sebagai reagen yang tidak beracun. Metode sonikasi sangat efektiv untuk menghancurkan dinding sel spirulina. Proses ekstraksi memerlukan pH dan suhu yang dijaga untuk mendapatkan hasil yield yang stabil. Ekstraksi C-fikosianin dapat digunakan untuk mencegah efek samping dari obat jantung yang sama baiknya sebagai pencegah serangan jantung. Fikosianin dari spirulina dapat mencegah patogen dan kanker pada manusia dan binatang. Fikosianin efektiv untuk melawan patogen seperti Streptococcus sp, Staphylococcus sp, E. coli, Bacillus sp, dan Pseudomonas sp.

3. KESIMPULAN

Warna adalah satu faktor yang sangat penting dalam suatu produk pangan. Bahan yang digunakan dalam praktikum fikosianin ini adalah spirulina. Spirulina adalah organisme multiseluler yang termasuk kelompok alga hijau biru (blue-green algae). Spirulina mampu menghasilkan pigmen fikosianin berwarna biru. Pigmen ini berpotensi digunakan sebagai pewarna alami. Fikosianin adalah pigmen dominan pada Spirulina. Bomasa sel Spirulina akan jauh lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti pada air dan buffer bila dibandingkan dengan pelarut kurang polar. Analisa fikosianin dilakukan dengan cara mengukur supernatan hasil ekstraksi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm. Pengukuran abosbansi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelarutan fikosianin pada larutan. Tujuan pengadukan dengan stirrer untuk menghomogenkan pelarut dan biomassa supaya tercampur. Tujuan dilakukannya sentrifugasi untuk memisahkan fikosianin dari biomasa Spirulina. Penambahan dekstrin bertujuan untuk mempercepat waktu pengeringan, mencegah kerusakan akibat panas, melapisi komponen flavor, meningkatkan total padatan dan memperbesar volume.

Semarang, 25September 2014PraktikanAsisten Dosen

Teodorus W.P.Agita Mustikahandini12.70.0047

4. DAFTAR PUSTAKA

Achmadi SS, Jayadi, Tri-Panji.(1992). Produksi pigmen oleh Spirulina platensis yang ditumbuhkan pada media limbah lateks pekat.Hayati.

Adams, M. (2005). Superfood for Optimum Health: Chlorella and Spirulina. New York: Truth Publishing International, Ltd.

Antelo F.S, Anschau A, Costa J.A.V, Kalil S.J. 2010. Extraction and Purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis in Conventional and Integrated Aqueous Two-Phase Systems. Journal Brazilian Chem. Soc., Vol. 21, No. 5, 921-926, 2010.

Candra, Budi Artika. (2011). KARAKTERISTIK PIGMEN FIKOSIANIN DARI Spirulina fusiformis YANG DIKERINGKAN DAN DIAMOBILISASI :1-58

Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.

Hall DO, Rao KK. 1999. Photosynthesis Six edition. Cambridge: ,Cambridge university press.

Henrikson R. 2009. Earth Food Spirulina. Ed Ke-6. Hawai: Ronore Interprise, Inc. Hal 37

Moraes C.C, Sala L, Cerveira G.P, Kalil S.J. 2010. C-PHYCOCYANIN EXTRACTION FROM Spirulina platensis WET BIOMASS. Brazilian Journal of Chemical Engineering. Vol. 28, No. 01, pp. 45 - 49, January - March, 2011.

Muthulakshmi M, Saranya A, Sudha M, Selvakumar G. 2012. Extraction, partial purification, and antibacterial activity of phycocyanin from Spirulina isolated from fresh water body against various human pathogens. Journal of Algal Biomass Utilization. 2012, 3 (3): 7 11.

Ngakou, Wague R, Mbailo M, Fabienne N. 2012. Changes in the physico-chemical properties of Spirulina platensis from three production sites in Chad. Journal of Animal & Plant Sciences, 2012. Vol. 13, Issue 3: 1811-1822.

Carra P, hEocha C.(1976). Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW, editor. 1976. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic press inc. Hal 328-371.

Perry,R. (1999). Perrys Chemical Engineering HandBook, Mc-Graw Hill. Inc.

Reynolds, James E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopolia, Edition Twenty Eigth. The Pharmacentical Press. London.

Richmond A. 1988. Spirulina. Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor. Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.

Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J.(2007). Bioresour.Technol., 98, 1629.Spolaore P, Joanis-Carson C, Duran E, Isambert A. 2006. Comercial application of microalgae. Journal of bioscience and bioenginering 101(2):87-96

Steinkraus, H. (1983). Indigenous Fermented Food. Marcel Dekker. New York.

Suparti, W. (2000). Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis.Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya. Malang.

Syah et al. (2005).Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Tietze HW. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing. Ed ke-4. Australia: Harald W. Tietze Publishing. Hal 8-10

Ungsethaphand T. et al.2010. Effect of feeding Spirulina platensis on growth and carcass composition of hybrid red tilapia (Oreochromis mossambicus O. niloticus). Maejo Int. J. Sci. Technol. 2010, 4(02), 331-336

5. LAMPIRAN

5.1. PerhitunganRumus:

Kelompok A1

Kelompok A2

Kelompok A3

Kelompok A4

Kelompok A5

Kelompok A6

5.2. Foto\Fikosianin A1-A3 sebelum ovenFikosianin A4-A6 sebelum oven

Fikosianin A1-A3(atas) A4-A6 (bawah) setelah oven dan penghalusan5.3. Laporan Sementara