THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

26
1. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan fikosianin dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Fikosianin Kel Berat biomassa kering (g) Jumlah aquades yang ditambah (ml) Total filtrat yang diperoleh (ml) OD 615 OD 652 KF (mg/ml) Yield (mg/g ) Warna Sebelum Sesudah B1 8 100 50 0.0720 0.0258 0.011 0.069 + + B2 8 100 50 0.0726 0.0256 0.011 0.069 ++ + B3 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ + B4 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ + B5 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 ++ + B6 8 100 50 0.0726 0.0253 0.011 0.069 + + Keterangan : KF = Konsentrasi fikosianin OD 615 = Nilai absorbansi dengan panjang gelombang 615 nm OD 652 = Nilai absorbansi dengan panjang gelombang 652 nm Warna: + : Biru muda ++ : Biru tua 1

description

PRAKTIKUM THL

Transcript of THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

Page 1: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

1. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan fikosianin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Fikosianin

KelBerat

biomassa kering (g)

Jumlah aquades yang ditambah

(ml)

Total filtrat yang diperoleh

(ml)OD 615 OD 652

KF (mg/ml)

Yield (mg/g)

Warna

Sebelum Sesudah

B1 8 100 50 0.0720 0.0258 0.011 0.069 + +B2 8 100 50 0.0726 0.0256 0.011 0.069 ++ +B3 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ +B4 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ +B5 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 ++ +B6 8 100 50 0.0726 0.0253 0.011 0.069 + +

Keterangan :KF = Konsentrasi fikosianinOD 615 = Nilai absorbansi dengan panjang gelombang 615 nm OD 652 = Nilai absorbansi dengan panjang gelombang 652 nm

Warna:+ : Biru muda++ : Biru tua+++ : Biru sangat tua

Pada tabel 1, dapat diketahui bahwa berat biomassa Spirulina yang digunakan untuk pembuatan fikosianin adalah 8 gram, dimana jumlah

akuades yang ditambahkan dalam proses pembuatan fikosianin tersebut adalah 100 ml dengan total filtrat yang diperoleh sebesar 50 ml.

Berdasarkan percobaan ini, nilai absorbansi dari fikosianin diukur dengan menggunakan panjang gelombang sebesar 615 nm dan 652 nm.

1

Page 2: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

2

Nilai absorbansi sama pada panjang gelombang 615 nm adalah pada kelompok B2 sampai B6, yaitu 0,0726. Sedangkan nilai absorbansi

terendah pada panjang gelombang 615 nm dihasilkan oleh kelompok B1, yaitu 0,0720. Di sisi lain, nilai absorbansi dengan panjang

gelombang 652 nm mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai absorbansi dengan panjang gelombang 615 nm. Pada panjang

gelombang 652 nm, dihasilkan nilai absorbansi terbesar oleh kelompok B1, yaitu 0,0258, sedangkan nilai absorbansi terendah dihasilkan

oleh kelompok B6, yaitu 0,0253. Konsentrasi fikosianin yang dihasilkan adalah 0,011 mg/ml untuk semua kelompok, dan yield yang

dihasilkan adalah sebesar 0,069 mg/g. Secara keseluruhan, warna fikosianin yang dihasilkan sesudah dikeringkan adalah berwarna biru

muda.

Page 3: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

2. PEMBAHASAN

Mikroalga laut merupakan salah satu biota laut yang memiliki potensi menghasilkan

berbagai senyawa aktif untuk bidang pangan. Senyawa-senyawa tersebut misalnya

pigmen, asam lemak, klorofil, dan faktor pertumbuhan, serta klrorofil lain. Potensi

tersebut bermafaat untuk berbagai aspek seperti pangan, biodisel, farmasi, kosmetik,

kemasan, dan lain-lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Sutomo (2005). Metting dan

Pyne (1986) mengungkapkan bahwa mikroalga merupakan produsen alami dari

ekosistem perairan yang dapat menghasilkan energi. Selain itu, mikroalga juga dapat

menghasilkan metabolit yang sangat bermanfaat, sehingga keberadaannya sebagai

organisme hidup yang berukuran mikroskopis sudah mulai banyak dikaji. Pemanfaatan

mikroalga pada saat ini sudah cukup berkembang, selain sebagai pakan alami dan

makanan sehat, mikroalga juga memiliki potensi yang dapat menghasilkan komponen

bioaktif untuk bahan farmasi, kedokteran, industri pangan dan sebagainya.

Spirulina merupakan mikroalga yang dapat menghasilkan pigmen fikosianin berwarna

biru yang dapat larut dalam pelarut polar seperti air. Pigmen fikosianin berpotensi

digunakan sebagai pewarna alami dan telah lama dilakukan. Menurut Richmond (1988),

jumlah pigmen fikosianin dalam alga hijau biru dapat mencapai lebih dari 20% berat

kering alga. Pengembangan produk berbahan dasar pigmen fikobiliprotein ini banyak

diaplikasikan pada permen karet, ice sherberts, popsicles, permen, minuman ringan,

dairy product, dan wasabi. Fikosianin termasuk kelompok pigmen yang terikat pada

protein (biliprotein). Selain berpotensi sebagai bahan pewarna alami, fikosianin juga

dapat berperan sebagai anti radang. Fikosianin memiliki sifat seperti pigmen pada

umumnya, yaitu dapat mengalami kerusakan pada suhu tinggi. Larutan fikosianin dapat

mengalami pemudaran warna hingga 30% setelah penyimpanan selama 5 hari dan

menjadi bening setelah 15 hari pada suhu 350C sehingga perlu adanya suatu perlakuan

khusus agar pigmen fikosianin dapat disimpan dalam waktu lama. Sebagai golongan

biliprotein, fikosianin mampu menghambat pembentukan koloni kanker. Hal tersebut

diungkapkan oleh Ó Carra & Ó heocha (1976).

3

Page 4: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

4

Menurut Colla (2005), spirulina platensis juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan

karena memiliki nilai gizi dan dapat juga berfungsi sebagai obat. Spirulina platensis

merupakan salah satu jenis cyanobacterium yang biasanya membentuk populasi besar

dalam air yang kaya akan karbonat dan pH basa hingga 11. Spirulina juga merupakan

sumber dari protein sel tunggal (SPC). Spirulina bernilai gizi tinggi karena mengandung

komponen nutrisi penting seperti provitamin, mineral, protein dan lemak tidak jenuh,

serta asam amino esensial seperti asam gamma-linolenat. Spirulina juga mengandung

senyawa antioksidan fenolat. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Hanaa et al (2004).

Kondisi pertumbuhan spirulina banyak diteliti untuk mengoptimalkan produksi dan

nutrisi yang diinginkan seperti asam gamma-linolenat dan fikosianin. Menurut jurnal

U.K Chauhan 2010, yang berjudul Effect of different conditions on the production of

chlorophyll by Spirulina platensis mengatakan bahwa spirulina platensis memiliki nilai

gizi yang tinggi karena mengandung protein, vitamin, asam amino essensial, dan asam

lemak. Jenis mikroalga ini sebagai sumber alternative protein untuk keperluan makanan.

Dan dapat diketahui dari hasil penelitian bahwa suhu yang sangat optimal bagi spirulina

platentis ini menghasilkan klorofil adalah pada suhu 28oC. Hal ini juga didukung oleh

Luciani M.C. et al 2007, dengan jurnalnya yang berjudul Production of biomass and

nutraceutical compounds by Spirulina platensis under diVerent temperature and

nitrogen regimes mengatakan bahwa suhu sangat berpengaruh penting pada produksi

biomassa, protein lipid dan fenolat untuk spirulina platentis. Yang mana hasil penelitian

menunjukan pada suhu 35oC memiliki efek negative pada produksi bimassa nya namun

memberikan efek positif terhadap produksi protein, fenolat. Spirulina jenis lain menurut

jurnal Jai P.P. 2010, yang berjudul Optimization of Biomass Production of Spirulina

maxima mengatakan bahawa spirulina jenis lain adalah spirulina maxima yang memiliki

gizi yang tak kalah dengan spirulina platentis yaitu bahwa ia memiliki nilai gizi yang

tinggi karena isinya dari berbagai nutrisi penting, seperti provitamin, mineral, protein

dan lemak tak jenuh ganda asam seperti asam gamma-linolenat 3.

Berdasarkan teori dari Richmond (1988), spirulina merupakan organisme yang

termasuk kelompok alga hijau biru dan bentuknya berupa multiseluler. Spirulina

memiliki tubuh berupa filament berwarna hijau-biru yang berbentuk silinder dan tidak

bercabang. Ukuran spirulina 100 kali lebih besar dibandingkan dengan sel darah

Page 5: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

5

manusia. Spirulina tumbuh di perairan danau yang bersifat alkali dan suhu hangat atau

kolam dangkal di wilayah tropis. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Tietze (2004). Menurut Richmond (1988), spirulina kaya akan protein, hingga 50-70%

dari berat keringnya. Spirulina mempunyai membran sel yang tipis dan lembut sehingga

mudah dicerna serta tidak membutuhkan proses pengolahan khusus. Spirulina secara

alami memiliki kolesterol, kalori, lemak, dan sodium yang rendah. Spirulina

mengandung sembilan vitamin penting dan empat belas mineral yang terikat dengan

asam amino. Hal tersebut memudahkan dan mempercepat proses asimilasi dengan

tubuh. Spirulina juga mengandung 4-7% lipid atau lemak dan sebagian besar dalam

bentuk asam lemak esensial. Setiap 10 gram Spirulina mengandung 225 mg asam lemak

esensial dalam bentuk linoleat dan gamma linolenic acid (GLA). Hal tersebut sesuai

dengan teori dari Henrikson (2009).

TBT merupakan salah satu senyawa organotin yang digunakan sebagai active biocide

dan stabilizer plastik. Senyawa ini termasuk senyawa kimia berbahaya yang terkandung

di dalam air di daerah pantai dan muara dalam jumlah besar. Senyawa ini sering

dijumpai dalam keadaan terakumulasi pada biota aquatik, termasuk phytoplankton

(mikroalga) yang merupakan produsen utama dan berperan sebagai pendaur ulang

nutrien dalam ekosistem laut. Hal ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan

biomagnifikasi pada ekosistem laut. Mikroalga sangat sensitif terhadap senyawa kimia

beracun, walaupun dalam dosis rendah. Beberapa contoh mikroalga tersebut antara lain

adalah Tetraselmis tetrathele, Nannochloropsis oculata, dan Dunaliella sp., dimana

ketiganya ditekankan pada kandungan klorofil a dan b-nya. Pada penelitian yang

dilakukan, dijelaskan bahwa kandungan klorofil a dan b pada Tetraselmis tetrathele

lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol sampel yang dilakukan. Sedangkan pada

Nannochloropsis oculata dan Dunaliella sp., kandungan klorofil a dan b lebih tinggi

pada konsentrasi TBT yang paling rendah. Semakin tinggi konsentrasi TBT, maka

kandungan klorofilnya semakin rendah. Nannochloropsis oculata memiliki sensitivitas

paling tinggi terhadap TBT. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Rumampuk et al

(2004).

Page 6: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

6

Romay et al (1998) mengatakan bahwa struktur fikosianin mengandung rantai

tetraphyrroles terbuka yang memiliki kemampuan untuk menangkap radikal oksigen.

Fikosianin merupakan salah satu dari tiga pigmen (klorofil dan karotenoid) yang

mampu menangkap radiasi sinar matahari paling efisien. Fikosianin merupakan

kompleks pigmen-protein yang saling berhubungan dan terlibat dalam pemanenan

cahaya dan energi transduksi.

Warna merupakan salah satu indikator mutu yang sangat penting pada produk pangan.

Hal ini dikarenakan warna akan mempengaruhi penampilan dari produk pangan tersebut

dimana penampilan dari produk merupakan salah satu faktor yang digunakan oleh

konsumen untuk menentukan pembelian sebuah produk pangan disamping faktor-faktor

penting lainnya seperti rasa, kesegaran, nilai gizi, kebersihan dan harga produk tersebut.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan produk dengan penampilan yang menarik, industri

pangan biasanya menggunakan zat pewarna baik alami maupun sintetis untuk

menghasilkan warna produk pangan yang diinginkan. Zat warna sintesis lebih sering

digunakan oleh industri pangan jika dibandingan dengan zat warna alami. Hal tersebut

dikarenakan harganya lebih murah, mudah didapat, beraneka ragam, bersifat stabil dan

tahan lama. Namun, karena dewasa ini keamanan pangan sudah lebih diperhatikan,

maka dari itu keamanan dari penggunaan zat warna sintetis pun juga mulai banyak

dipertanyakan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Steinkraus (1983).

Zat warna alami umumnya dapat didapatkan dari pigmen yang dihasilkan oleh berbagai

tanaman seperti misalnya kunyit, wortel, pacar cina, coklat, berbagai hewan serta

beberapa mikroorganisme. Pembatasan penggunaan pewarna makanan sebenarnya telah

diatur oleh pemerintah, namun banyak produsen produk pangan yang menggunakan

bahan pewarna terlarang dan berbahaya bagi kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan teori

dari Syah et al. (2005).

Spirulina mengandung berbagai komponen yang bermanfaat dalam bidang industri

pangan, salah satunya mengandung pigmen. Metode ekstraksi pigmen secara tradisional

memiliki kelemahan seperti membutuhkan waktu yang lama dan jumlah pelarut yang

besar dengan hasil yang sedikit. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk mendapatkan ekstrak maksimum dengan bantuan ultrasound. Menurut Duangsee

Page 7: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

7

et al (2009), spirulina mempunyai membran tilakoid yang pada bagian dalamnya

terdapat struktur granula yang merupakan fikobilisom yang terdiri dari fikobiliprotein.

Fikobiliprotein ini memiliki fungsi untuk menyerap cahaya sehingga dapat melindungi

pigmen fotosintesis dari oksidasi cahaya dengan intensitas yang tinggi. Cahaya yang

diserap oleh fikosianin tersebut kemudian akan ditransfer kepada allofikosianin untuk

kemudian diteruskan menuju letak pusat reaksi, yaitu klorofil a yang terletak pada

membran tilakoid. Klorofil a merupakan pigmen fotosintesis yang dimiliki oleh

spirulina yang letaknya terdapat pada membran tilakoid pada kromoplas. Hal tersebut

sesuai dengan teori dari Diharmi (2001). Richmond (1988) menambahkan bahwa

pigmen yang dimiliki oleh spirulina digolongkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu

klorofil a sebesar 1,7% dari berat selnya, karotenoid dan xantofil sebesar 0,5% berat

selnya, serta fikobiliprotein yang terdiri dari 20% protein seluler yang notabene

merupakan pigmen dominan pada spirulina. Hal tersebut sesuai dengan teori dari

Richmond (1988).

Spirulina biasanya menghasilkan pigmen fikosianin dengan cepat serta memiliki sistem

pemanenan yang relatif mudah. Spirulina hanya dapat hidup pada lingkungan dengan

suasana yang sangat basa, yaitu sekitar pH 8 hingga 11, serta memiliki kandungan

senyawa karbonat-bikarbonat yang tinggi. Spirulina juga memerlukan cahaya dan CO2

untuk berfotosintesis pada lingkungannya. Hasil fotosintesisnya tetap sama dengan

tumbuhan-tumbuhan lainnya yaitu berupa oksigen yang mengakibatkan

meningkatkannya kandungan oksigen pada medium pertumbuhan spirulina tersebut.

Pada pertumbuhan dan kondisi lingkungan yang sesuai, biomassa kering spirulina yang

dihasilkan dapat mencapai 60 hingga 70 ton/hektar kolam. Hal tersebut sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Tri Panji et al. (1996).

Pada pembuatan fikosianin, mula-mula biomasa Spirulina sebanyak 8 gram dimasukkan

ke dalam erlenmeyer. Setelah itu, dilarutkan dengan aqua destilata dengan perbandingan

2 : 25. Menurut Syah et al. (2005), akuades merupakan pelarut polar yang digunakan

untuk melarutkan fikosianin pada spirulina karena pigmen fikosianin tersebut hanya

dapat larut pada pelarut polar seperti air (aquades). Kemudian, dilakukan pengadukan

dengan menggunakan stirrer selama kurang lebih 2 jam. Proses pengadukan tersebut

Page 8: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

8

bertujuan untuk menghomogenkan spirulina dengan akuades yang ditambahkan

sehingga akan memaksimalkan proses ekstraksi pigmen fikosianin yang sedang terjadi

saat itu juga. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Silveira et al. (2007).

Selanjutnya, disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit hingga

diperoleh endapan dan supernatan (cairan berisi fikosianin). Sentrifugasi itu sendiri

bertujuan untuk memisahkan fikosianin dari spirulina. Silveira et al. (2007) mengatakan

bahwa proses sentrifugasi juga berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan

fikosianin yang terekstrak tersebut sehingga pada proses pengukuran absorbansinya

tidak terganggu dan mendapatkan hasil yang tepat.

Supernatan yang dihasilkan tersebut diukur nilai absorbansinya dengan panjang

gelombang 615 nm dan 652 nm. Menurut Prabuthas et al (2011), kemurnian fikosianin

dievaluasi berdasarkan rasio absorbansi. Jenis fikosianin-c merupakan yang utama

dalam fikobilin-protein pada spirulina. Terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi ekstraksi fikosianin seperti gangguan seluler, metode ekstraksi yang

dilakukan, jenis pelarut yang digunakan dan waktu berlangsungnya proses ekstraksi.

Achmadi et al. (2002) menambahkan bahwa pengukuran absorbansi digunakan untuk

mengetahui seberapa kelarutan fikosianin pada larutan tersebut. Selanjutnya, nilai

konsentrasi fikosianin dan yield-nya dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Setelah itu, supernatan sebanyak 8 ml ditambahkan dengan dekstrin dimana

perbandingan antara supernatan dan dekstrin adalah 1 : 1,25. Penambahan dekstrin

bertujuan untuk meningkatkan rendemen produk akhir. Menurut Ribut &

Kumalaningsih (2004), dekstrin termasuk dalam golongan karbohidrat dengan berat

molekul tinggi yang merupakan modifikasi pati dan asam. Dekstrin mudah larut dalam

air, lebih cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil dari pati. Dekstrin dapat

berperan sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor dan pewarna

karena bersifat mudah larut air dan sebagai bahan pengisi (filler) karena dapat

meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk. Selanjutnya setelah tercampur secara

merata, kemudian dituangkan ke dalam wadah yang dapat digunakan sebagai alas untuk

proses pengeringan. Lalu, dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 45oC hingga kering,

Page 9: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

9

dimana kurang lebih mencapai kadar air sekitar 7%. Hal tersebut sesuai dengan teori

dari Desmorieux & Dacaen (2006) yang mengatakan bahwa apabila suhu pengeringan

fikosianin yang digunakan di atas 60oC, maka hal tersebut akan mengakibatkan

degradasi fikosianin dan munculnya reaksi maillard. Maka dari itu, suhu yang

digunakan pada pengeringan ini adalah 45oC. Proses pengeringan ini bertujuan untuk

mengurangi air bebas yang dapat digunakan oleh bakteri untuk merusak pigmen

fikosianin. Setelah dikeringkan, proses selanjutnya adalah dilakukan penumbukan

hingga berbentuk powder apabila membentuk adonan kering yang gempal.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, nilai absorbansi dari fikosianin diukur dengan

menggunakan panjang gelombang sebesar 615 nm dan 652 nm. Nilai absorbansi sama

pada panjang gelombang 615 nm adalah pada kelompok B2 sampai B6, yaitu 0,0726.

Sedangkan nilai absorbansi terendah pada panjang gelombang 615 nm dihasilkan oleh

kelompok B1, yaitu 0,0720. Di sisi lain, nilai absorbansi dengan panjang gelombang

652 nm mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai absorbansi dengan panjang

gelombang 615 nm. Pada panjang gelombang 652 nm, dihasilkan nilai absorbansi

terbesar oleh kelompok B1, yaitu 0,0258, sedangkan nilai absorbansi terendah

dihasilkan oleh kelompok B6, yaitu 0,0253. Konsentrasi fikosianin yang dihasilkan

adalah 0,011 mg/ml untuk semua kelompok, dan yield yang dihasilkan adalah sebesar

0,069 mg/g. Secara keseluruhan, warna fikosianin yang dihasilkan sesudah dikeringkan

adalah berwarna biru muda. Menurut Fox (1991), nilai OD atau absorbansi dipengaruhi

oleh konsentrasi dan kejernihan larutan. Berdasarkan teori tersebut dapat dilihat bahwa

terdapat korelasi antara turbidity dan OD yang didapat, dimana semakin keruh suatu

larutan maka nilai OD yang didapatkan akan semakin tinggi pula. Selain itu,

berdasarkan percobaan dihasilkan konsentrasi fikosianin sebesar 0,011 mg/ml untuk

semua kelompok, dan yield yang dihasilkan adalah sebesar 0,069 mg/g. Yield yang

dihasilkan dari percobaan ini berbanding lurus dengan konsentrasi fikosianin yang

dihasilkan, dimana semakin tinggi konsentrasi fikosianin yang dihasilkan maka yield

yang dihasilkan juga akan semakin tinggi pula, begitu juga sebaliknya. Secara

keseluruhan, warna fikosianin yang dihasilkan sesudah dikeringkan adalah berwarna

lebih biru muda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mishra et al., (2008) yang

Page 10: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

10

mengatakan warna fikosianin akan memudar sebesar 30% selama penyimpanan dan

kemudian berubah bening setelah 15 hari pada suhu 35oC.

Jurnal K. Masthan et al 2011, yang berjudul BENEFICIAL EFFECTS OF BLUE

GREEN ALGAE SPIRULINA AND YEAST SACCHAROMYCES CEREVISIAE ON

COCOON QUANTITATIVE PARAMETERS OF SILKWORM BOMBYX MORI L

membahas tentang efek dari spirulina dan ragi diaplikasikan bersama-sama pada ulat

larva. Diketemukan bahwa didalam spirulina terdapat vitamin B2, B6, dan C. Penelitian

merekomendasikan konsentrasi spirulina dan ragi sebesar 300ppm sebagai pakan untuk

ulat karena paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan ulat. Namun bila ragi dan

spirulina tersebut dibandingkan maka gangang spirulina lah yang memberikan hasil

yang lebih baik. Jurnal Katarzyna C. (2007), yang berjudul Bioaccumulation of Cr(III)

ions by Blue-Green alga Spirulina sp. Part I. A Comparison with Biosorption

menemukan bahwa spirulina memberikan efek yang signifikan pada penerapan dalam

pengolahan air limbah serta dapat diterapkan pada suplemen pakan biologis mineral

yang baik.

Page 11: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

3. KESIMPULAN

Spirulina merupakan mikroalga yang dapat menghasilkan pigmen fikosianin

berwarna biru yang dapat larut dalam pelarut polar seperti air.

Spirulina secara alami memiliki kolesterol, kalori, lemak, dan sodium yang

rendah.

Spirulina hanya dapat hidup pada lingkungan dengan suasana yang sangat basa,

yaitu sekitar pH 8 hingga 11, serta memiliki kandungan senyawa karbonat-

bikarbonat yang tinggi.

Fikosianin dapat mengalami kerusakan pada suhu yang tinggi.

Proses pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan spirulina dengan akuades

yang ditambahkan sehingga akan memaksimalkan proses ekstraksi pigmen

fikosianin.

Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan fikosianin dari spirulina.

Dekstrin dapat berperan sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti

bahan flavor dan pewarna karena bersifat mudah larut air dan sebagai bahan

pengisi (filler) karena dapat meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk.

Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi air bebas yang dapat digunakan

oleh bakteri untuk merusak pigmen fikosianin.

Nilai absorbansi dengan panjang gelombang 652 nm mengalami penurunan

dibandingkan dengan nilai absorbansi dengan panjang gelombang 615 nm.

Nilai OD atau absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi dan kejernihan larutan.

Semakin keruh suatu larutan maka nilai OD yang didapatkan akan semakin

tinggi pula.

Konsentrasi fikosianin yang dihasilkan oleh semua kelompok adalah sebesar

0,011 mg/ml, dan yield yang diperoleh adalah sebesar 0,069 mg/g.

Semakin tinggi konsentrasi fikosianin yang dihasilkan maka yield yang

dihasilkan juga akan semakin tinggi pula, begitu juga sebaliknya.

Secara keseluruhan, warna fikosianin yang dihasilkan sesudah dikeringkan

adalah berwarna lebih biru muda.

11

Page 12: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

12

Semarang, 6 Oktober 2014 Asisten Dosen:- Agita Mustikahandini

Ade Surya Wibowo 12.70.0011

Page 13: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

4. DAFTAR PUSTAKA

Achmadi SS, Jayadi, Tri-Panji.(2002). Produksi pigmen oleh Spirulina platensis yang ditumbuhkan pada media limbah lateks pekat.Hayati. 9(3):80-84.

Colla, L. M et al. (2005). Production of Biomass and Nutraceutical Compounds by Spirulina platensis under Different Temperature and Nitrogen Regimes. Journal of Bioresource Technology. Elsevier. Brazil.

Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of Food Engineering, 77:64-70.

Diharmi A. (2001).Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kandungan Pigmen Bioaktif Mikrolaga Spirulina platensis Strain Lokal (INK). Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Duangsee, Rachen., Natapas Phoopat., & Suwayd Ningsanond. (2009). Phycocyanin Extraction from Spirulina platensis and Extract Stability Under Various pH and Temperature. Asian Journal of Food and Agro-Industry.

Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.

Hanaa H. Abd El-Baky, Farouk K. El Baz And Gamal S. El-Baroty. (2004). Production of Antioxidant by the Green Alga Dunaliella salina. International Journal of Agriculture and Biology.

Henrikson R. 2009. Earth Food Spirulina. Ed Ke-6. Hawai: Ronore Interprise, Inc. Hal 37.

Jai Prakash Pandey, Amit Tiwari,. (2010). Optimization of Biomass Production ofSpirulina maxima. J. Algal Biomass Utln. 2010, 1 (2): 20-32

K. MASTHAN, T. RAJ KUMAR* AND C.V. NARASIMHA MURTHY. (2011). BENEFICIAL EFFECTS OF BLUE GREEN ALGAE SPIRULINA AND YEAST SACCHAROMYCES CEREVISIAE ON COCOON QUANTITATIVEPARAMETERS OF SILKWORM BOMBYX MORI L. Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc. Vol. 13, No. (1) : 2011 : 205-208

Katarzyna Chojnacka. (2007). Bioaccumulation of Cr(III) ions by Blue-Green algaspirulina sp.Part I. A Comparison with Biosorption. American Journal of Agriculturaland Biological Sciences 2 (4): 218-223, 2007

Luciane Maria Colla, Christian Oliveira Reinehr, Carolina Reichert, Jorge Alberto

13

Page 14: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

14

Vieira Costa. (2007). Production of biomass and nutraceutical compounds by Spirulina platensis under diVerent temperature and nitrogen regimes. Laboratory of Biochemical Engineering, Department of Chemistry, Federal University Foundation of Rio Grande (FURG), P.O. Box 474, CEP 96201-900 Rio Grande, RS, Brazil

Metting B dan Pyne JW. (1986). Biologically Active Compounds from Microalgal. Journal of Enzyme Microb. Tech. Vol. 8. Butterworth and Co Publish.

Ó Carra P, Ó hEocha C.(1976). Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW, editor. 1976. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic press inc. Hal 328-371.

Prabuthas, P et al. (2011). Standardization of Rapid and Economical Method for Neutraceuticals Extraction from Algae. Journal of Stored Products and Postharvest Research. India.

Ribut, S. dan S. Kumalaningsih, (2004). Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta. http://www.pustaka-deptan.go.id.

Richmond A. (1988).Spirulina. Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.

Romay C, Armesto J, Remirez D, González R, Ledón N, García I. (1998). Antioxidant and anti-inflammatory properties of c-phycocyanin from blue-green algae.Inflammation Research 47:36-41.

Rumampuk, N. D. C., I. F. M. Rumengan, M. Ohji, T. Arai & N. Miyazaki. (2004). Effects of Tributyltin on The Chlorophyll Contents of Marine Microalga Tetraselmis tetrathele, Nannochloropsis oculata and Dunaliella sp. Coastal Marine Science 29 (1): 40-44.

http://repository.dl.itc.u-tokyo.ac.jp/dspace/bitstream/2261/5580/1.pdf.

Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J.(2007). Bioresour.Technol.,98, 1629.

Steinkraus, H. (1983). Indigenous Fermented Food. Marcel Dekker. New York.

Sutomo. (2005). Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp.dan Chaetoceros gracilis) dan Pemgaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. Gracilis di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No. 37 :43-58. Pusat Penelitian Oseanografi.

Page 15: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

15

Syah et al. (2005).Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Tietze HW. (2004). Spirulina Micro Food Macro Blessing.Ed ke-4. Australia: Haralz W Tietze Publishing.

Tri Panji S, Achmadi, Tjahjadarmawan E. (1996). Produksi asam gammalinolenat dari ganggang mikro Spirulina platensis menggunakan limbah lateks pekat.Menara Perkebunan 64 (1): 34-44.

U.K. Chauhan , Neeraj Pathak,. (2010). Effect of different conditions on the production of chlorophyll by Spirulina platensis. J. Algal Biomass Utln. 2010, 1 (4): 89 – 99

Page 16: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

5. LAMPIRAN

5.1 Perhitungan Perhitungan Fikosianin

Konsentrasi Fikosianin(mg /ml)=OD 615−0,474(OD 652)5,34

Yield(mgg )= KFx volume( total filtrat )

g(berat biomassa)

Kelompok B1

Konsentrasi Fikosianin(mg /ml)=0,0720−0,474 (0,0258)5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg /g)=0,011 x 508

= 0,069 mg/g

Kelompok B2

Konsentrasi Fikosianin(mg /ml)=0,0726−0,474(0,0256)5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg /g)=0,011 x 508

= 0,069 mg/g

Kelompok B3

Konsentrasi Fikosianin(mg /ml)=0,0726−0,474(0,0255)5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg /g)=0,011 x 508

= 0,069 mg/g

16

Page 17: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

17

Kelompok B4

Konsentrasi Fikosianin(mg /ml)=0,0726−0,474(0,0255)5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg /g)=0,011 x 508

= 0,069 mg/g

Kelompok B5

Konsentrasi Fikosianin(mg /ml)=0,0726−0,474(0,0255)5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg /g)=0,011 x 508

= 0,069 mg/g

Kelompok B6

Konsentrasi Fikosianin(mg /ml)=0,0726−0,474(0,0253)5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg /g)=0,011 x 508

= 0,069 mg/g

FOTO

Page 18: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

18

Page 19: THL Ade Surya Wibowo Fikosianin 12.70.0011 B UNIKA SOEGITJAPRANATA

19

5.2 Laporan Sementara