Farmakologi

9
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI CARA PENANGANAN HEWAN Tanggal Praktikum : Senin, 16 februari 2015 FARMASI 3A Kelompok 6 : Luki Septiari 31112027 Nisa Arisanti 31112033 Novy Nofyawati 31112034 Nur Fitri Budianti 31112035 Puji Rahayu W 31112036 PROGRAM STUDI FARMASI

description

farmakologi

Transcript of Farmakologi

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

CARA PENANGANAN HEWANTanggal Praktikum : Senin, 16 februari 2015

FARMASI 3AKelompok 6 :Luki Septiari

31112027Nisa Arisanti

31112033

Novy Nofyawati31112034Nur Fitri Budianti31112035Puji Rahayu W31112036PROGRAM STUDI FARMASI

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2014

PERCOBAAN I

Cara Penanganan Hewan PercobaanA. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui cara penganan hewan percobaan B. Dasar Teori

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakan untuk dipakai sebagai hewan model dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi (penurunan) manusia (atau spesies lain) yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Hewan percobaan yang biasa digunakan pada penelitian farmakologi antara lain : Mencit Tikus Kelinci Hamster Kucing Kera AnjingPeranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis. Selain itu berdasarkan deklarasi tersebut, cukup beralasan pula bila penelitian lain misalnya tentang aspek fisiologis, patologis, dan penyakit pada manusia, nutrisi, virus, penelitian perilaku dan sebagainya, dapat dilakukan pada hewan percobaan sebagai modelnya dengan segala persyaratan tertentu.Sifat-sifat khusus setiap jenis hewan percobaan perlu diketahui dan diperhatikan agar tidak menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil percobaan. Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan dan cara pemberiaan obat perlu dipelajari dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam hasil percobaan.

C. Alat dan Bahan

a. Mencit

b. Tikusc. Sarung Tangan

d. Kawat

e. Toplesf. Sonde oral

g. Jarum suntik 1 mlD. Cara Kerja

1. Mencita) Mencit diangkat dengan memegang pada ujung ekornya dengan tangan kanan dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya.b) Dengan tangan kiri kulit tekuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.c) Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang. Pemberian obat kini dapat dimulai.2. TikusTikus dapat diberlakukan seperti mencit hanya harus diperhatikan bahwa sebaiknya bagian ekornya yang dipegang adalah pangkal ekor. Tikus dapat diangkat dengan memegang perutnya ataupun dengan memegang tubuhnya atau ekornya dari bejana kemudian diletakan diatas permukaan kasar. Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju kepala dan ibu jari diselipkan ke depan dan kaki kanan depan dijepit diantara kedua jari tersebut.

3. KelinciKelinci harus diperlakukan dengan halus dan sigap, karena cenderung berontak menangkap atau membalikan kelinci jangan dengan mengangkat pada telinganya. Untuk menangkapnya kulit pada leher kelinci dipegang dengan tangan kiri, pantatnya diangkat dengan tangan kanan kemudian didekap ke dekat tubuh.

E. Pembahasan

Pada praktikum yang telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami cara penanganan hewan percobaan, dimana hewan percobaan yang dipraktikumkan yaitu mencit dan tikus. Seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan dan semakin dibutuhkannya hewan coba.Mencit merupakan hewan pengerat yang banyak kita jumpai disawah. Ciri khas dari hewan ini yaitu kita dapat melihat dari kulit, rambut yang tidak berpigmen sehingga warnanya putih. Mencit ini akan bertahan lama terhadap penyakit dan juga jinak. Semua hewan termasuk mencit dapat tumbuh lebih cepat pada waktu masih muda, sejak terjadinya pembuahan sampai lahir dan sampai mendekati dewasa kecepatan pertumbuhannya akan semakin berkurang dengan bertambahnya umur dan akhirnya pertumbuhannya berhenti. Secara alamiah mencit melakukan aktivitas hidupnya (mencari makan, berlindung, bersarang, dan berkembang biak) didalam rumah. Mencit merupakan hewan yang jinak dan mudan ditangani, takut cahaya dan aktif. Perlu juga diperhatikan temperature untuk pemeliharaan mencit berkisar 20-250 0C dan kelembapan ruangan sekitar 45-50 %. Untuk pemeliharaan mencit dapat dilakukan meliputi pemberian makan dan minum, membersihkan kotoran kandang dan mengganti serutan kayu, dan membersihkan tempat makan dan minum. Cara memperlakukan mencit dengan tangan kanan angkat ekornya biarkan mencit tersebut dapat menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya tarik sedikit ekornya, dengan tangan kiri cubit kulit diantara dua telinga dan tiga jari yang lain memegang kulit punggung kemudian ekornya dijepit antara jari manis dan kelingking. Cara memegang hewan percoabaan adalah berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh sifat hewan tersebut, keadaan fisiknya (besar atau kecil), serta tujuannya. Kesalahan dalam prosedurnya akan menyebabkan kecelakaan atau rasa sakit pada hewan, sehingga menyulitkan dalam penyuntikan. Dengan membandingkan berbagai rute pemberian obat (oral dan intraperitoneal ), sehingga dapat diperoleh onset of action, intensitas, dan duration of action dari suatu obat. Onset of action pada pemberian intraperitonial akan lebih cepat dicapai dibandingkan dengan melalui oral.Tikus merupakan hewan yang apabila diperlakukan kasar atau dalam keadaan difesiensi nutrisi cenderung menjadi galak dan sering menyerang. Dapat hidup sendiri dikandangnya. Cara memperlakukan tikus yaitu terlebih dahulu angkat dengan cara memegang bagian ujung ekor, letakkan pada kawat kandang, tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah dan telunjuk mengunci tengkuknya. Sementara itu ibu jari menjepi kaki depan. Sedangkan untuk perlakuan yang hanya memerlukan ekor, masukan kedalam holder.

Hal yang perlu diperhatikan sebelumnya adalah kita harus melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap hewan uji. Tujuannya agar nantinya mencit ataupun tikus tersebut lebih mudah untuk dipegang. Jangan justru membuat mencit ataupun tikus stres, membuatnya berontak yang bisa melukai diri kita sendiri. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi mencit dan tikus diantaranya adalah kebisingan suara di dalam laboratorium, frekuensi perlakuan terhadap hewan uji tersebut, dan lain-lain. Dalam menangani semua kondisi yang menjadi faktor internal dan eksternal dalam penanganan hewan percobaan harus optimal, untuk menjaga kondisi hewan tersebut tetap dalam keadaan normal. Apabila kondisinya terganggu, maka hewan uji tersebut akan mengalami stress. Kondisi stress yang terjadi pada hewan uji akan mempengaruhi hasil percobaan yang dilakukan.Cara memegang hewan percobaan pun harus sangat diperhatikan serta cara mengetahui jenis kelaminnya. Cara memegang hewan percobaan masing-masing jenis hewan berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat fisiknya. Kesalahan dalam cara memegang hewan akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (hal itu akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah), dan juga bagi orang yang memegangnya. Rute pemberian obat pada mencit dan tikus yaitu pegang mencit atau tikus sesuai dengan cara yang telah dijelaskan sehingga leher dari hewan percobaan dalam keadaan lurus. Kemudian masukan suntikan oral mulut sarupai esophagus (posisi suntikan oral yang dimasukan tegak lurus) kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian.F. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai cara penanganan hewan percobaan yaitu terlebih dahulu kita harus mengetahui sifat fisik dari hewan percobaan tersebut. Cara memegang hewan percobaan pun harus diperhatikan karena dari setiap jenis hewan percobaan akan mempunyai ciri khas yang berbeda-beda pula. Karena kalau kita salah dalam cara penanganan hewan akan berakibat kematian pada hewan percobaan.G. Daftar pustaka

Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Edisi II, Depok: Leskonfi Dirjen POM, (1979),Farmakope IndonesiaEdisi III, Departemen kesehatan RI: Jakarta Anief, M., 1993, Farmasetika, Yogyakarta : Gadjah mada University Press Malole, M.M.B, Pramono, C.S.U., (1989), Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium, Penelaah Maskudi Pertadireja, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor.