FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR …repository.utu.ac.id › 966 › 1 › I-V.pdfestimasi...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR …repository.utu.ac.id › 966 › 1 › I-V.pdfestimasi...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
IMPOR BERAS DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
Memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Katijah M
Nim : 11C20101143
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2016
ii
iii
iv
LEMBARAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Katijah M
Nim : 11C20101143
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa didalam skripsi adalah hasil karya
saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari skripsi,
tesis, desertasi, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari orang lain tanpa saya
sebutkan sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan.
Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah
karya asli saya sendiri. Apabila ternyata dalam skripsi saya terdapat bagian-bagian
yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan kesediaan untuk
dibatal dibahagian atau seluruh hak gelar kesarjanaan saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Meulaboh, 27 September 2016
Saya yang membuat pernyataan
Katijah M
NIM: 11C20101143
Materai
6.000
M
a
t
e
r
a
i
6
.
0
0
0
v
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Katijah M
NIM : 11C20101143
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir: Suak Palembang, 10 Mei 1991
Agama : Islam
Alamat : Suak Palembang, Kecamatan. Darul Makmur Kabupaten.
Nagan Raya
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nama Orang Tua :
1. Ayah : Muhammad SY
Pekerjaan : Tani
2. Ibu : Siti Aisyah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Formal:
1. SD Negeri Tripa Lulus Tahun 2005
2. MTs Darul Makmur Lulus Tahun 2008
3. SMA Negeri 1 Darul Makmur Lulus Tahun 2011
4. Perguruan Tinggi Universitas Teuku Umar Tahun 2016
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan anugerah kesempatan dan pemikiran, sehingga penulis telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Impor Beras di Indonesia.
Shalawat beriring salam kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing dan menuntun kita menuju jalan yang penuh keutamaan dan
kemuliaan hidup dunia akhirat. Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini
adalah diajukan melengakapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar. Penulis menyadari
dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimaksi kepada :
1. Ayahnda tercinta Muhammad SY dan Ibunda tersayang Siti Aisyah yang telah
membimbing penulis dan membiayai kuliah penulis sehingga penulis sampai
ke tugas akhir ini.
2. Ibu Yayuk EW., SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis.
3. Bapak T.M. Haiqal, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Anggota yang turut
membantu memberikan bimbingannya kepada penulis.
4. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar.
5. Bapak Yasrizal, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
viii
6. Ayah dan Ibunda yang senantiasa memberikan dukungan dan do’anya kepada
penulis.
7. Seluruh keluarga penulis yang turut memberikan semangat dan arahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kawan-kawan seperjaungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurang oleh karena itu kritik dan saran yang sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Meulaboh, September 2016
KATIJAH
ix
ABSTRACT
This study aims to determine the factors that affect the import of rice in Indonesia
in the period 2002-2014. The factors studied were rice production in the country
and population. The analysis model used is multiple linear regression analysis,
the correlation coefficient (r), determinansi coefficient (Adjusted R), t test and F.
Calculations using Software Statistical Product and Service Solutions (SPSS).
Based on estimates obtained constants for -5,967,041, rice production
regression coefficient (X1) is -0.101, and the regression coefficients a population
of 0.046 correlation coefficient (R) of 0.726, while the coefficient of determination
(Adjusted R) of 0.432. This means that imports of rice in Indonesia amounted to
43.2 percent influenced by the production and the number of inhabitants and the
remaining 56.8 percent is explained by other variables outside this research
model. T test results showed that for the production variables obtained by value t
count> t-table, (-3.217> -2.179) at α 0.05, meaning that in partial production of
rice (X1) significantly affect the import of rice in Indonesia. Furthermore, for a
variable number of population values obtained t count> t-table 2.688> 2.179) in
α of 0.05, meaning that a partial number of people significantly affected the
import of rice in Indonesia. Then for the F test values obtained F count> F-table
(5.562> 4.74), which means that the production of rice and the number of people
together (simultaneously) significantly affect the import of rice in Indonesia in the
period 2005-2014.
Keywords: Production, Population and Import Rice
x
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
impor beras di Indonesia dalam kurun waktu 2002-2014. Faktor-faktor yang
diteliti adalah produksi beras dalam negeri dan jumlah penduduk. Model analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, koefisien korelasi (r),
koefisien determinansi (R Adjusted), uji t dan uji F. Perhitungannya menggunakan
Software Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Berdasarkan hasil
estimasi diperoleh konstanta sebesar -5.967.041, koefisien regresi produksi beras
(X1) sebesar -0,101, dan koefisien regresi jumlah penduduk sebesar 0,046
koefisien korelasi (R) sebesar 0,726, sedangkan koefisien determinasi (R
Adjusted) sebesar 0,432. Artinya bahwa impor beras di Indonesia sebesar 43,2
persen di pengaruhi oleh produksi dan jumlah penduduk dan sisanya sebesar 56,8
persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini. Hasil uji t
menunjukkan bahwa untuk variabel produksi diperoleh nilai t-hitung > t-tabel,
(-3,217 > -2,179) pada α 0,05, artinya secara parsial variabel produksi beras (X1)
berpengaruh nyata terhadap impor beras di Indonesia. Selanjutnya untuk variabel
jumlah penduduk diperoleh nilai t-hitung > t-tabel 2,688 > 2,179) pada α 0,05, artinya
secara parsial jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap impor beras di
Indonesia. Kemudian untuk uji F diperoleh nilai F-hitung > F-tabel (5,562 > 4,74),
yang berarti bahwa produksi beras dan jumlah penduduk secara bersama-sama
(serempak) berpengaruh nyata terhadap impor beras di Indonesia dalam kurun
waktu 2005-2014.
Kata Kunci : Produksi, Jumlah Penduduk dan Impor Beras
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN ......................................... iii
LEMBARAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1.5. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6 2.1. Perdagangan Internasional ..................................................................... 6
2.1.1. Pengertian Perdagangan Internasional ....................................... 6
2.1.2. Manfaat Perdagangan Internasional ........................................... 7
2.1.3. Faktor Pendukung Perdagangan Internasional .......................... 9
2.1.4 Jenis-jenis Perdagangan Internasioanl ........................................ 11
2.2. Teori Perdaganan Internasional ............................................................. 11
2.2.1. Pandangan Merkantilisme Mengenai Perdagangan .................. 11
2.2.2. Teori Perdagangan Berdas arkan Keunggulan ........................ 12
2.2.3. Teori Perdagangan Berdasarkan Keunggulan Komparatif ...... 12
2.2.4. Teori Heckscher – Ohlin ............................................................. 14
2.2. Produksi Beras ........................................................................................ 15
2.2.1. Pengertian Produksi Beras .......................................................... 15
2.2.2. Faktor-Faktor Produksi ............................................................... 16
2.2.3. Kebijakan Peningkatan Produksi Beras ..................................... 17
2.3. Pengertian Penduduk ............................................................................ 18
2.3.1. Fertilitas (Kelahiran) ................................................................... 19
2.3.2. Mortalitas (Kematian) ................................................................. 19
2.3.3. Migrasi ........................................................................................ 19
2.4. Impor Beras ............................................................................................. 20
2.4.1. Pengertian Impor Beras .............................................................. 20
2.4.3. Pola Impor di Indonesia .............................................................. 22
xii
2.4.4. Pelaksanaan Impor Beras ............................................................ 23
2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 24
2.6. Perumusan Hipotesis .............................................................................. 25
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 26
3.1. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 26
3.2. Data Penelitian ...................................................................................... 26
3.2.1 Jenis dan Sumber Data............................................................. 26
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 26
3.3. Model Analisis Data.. ........................................................................... 26
3.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ............................................... 27
3.3.2. Analsis Koefisien Korelasi ( r ) .................................................. 27
3.3.4. Uji F (uji secara serempak) ......................................................... 27
3.3.3. Uji Secara Parsial (Uji t) ............................................................ 27
3.5. Definisi Operasional Variabel ......................................... .................. 28
3.6. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 30
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ................................................ 30
4.1.1. Perkembangan Impor Beras di Indonesia .................................. 30
4.1.2. Pekembangan Penduduk di Indonesia ....................................... 31
4.1.3. Perkembangan Impor Beras di Indonesia .................................. 32
4.2. Hasil Regresi linier Berganda .............................................................. 34
4.3. Pengujian Hipotesis ............................................................................... 35
4.3.1. Uji Signifikasi (t) ......................................................................... 35
4.3.2. Uji Simultan (F) .......................................................................... 35
4.3.4. Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi (R2) ........................... 36
4.4. Pembahasan Hasil .................................................................................. 37
4.4.1. Pengaruh Produksi Beras terhadap Impor Beras di Indonesia . 37
4.4.2. Pengaruh jumlah penduduk terhadap Impor Beras di Indonesia 37
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 38
5.1. Simpulan................................................................................................. 38
5.2. Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 40
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Produksi, dan Impor Beras di Indonesia Tahun 2007-2011 .......... 3
2. Produksi dan Tingkat pertumbuhan Beras di Indonesia Tahun 2002-2014. 30
3. Jumlah Penduduk di Indonesia Tahun 2002-2014 ........................................ 31
4. Impor Beras di Indonesia Tahun 2002-2014 ................................................ 32
5. Impor Beras Menurut Negara Asal Tahun 2011-2014 ................................. 33
6. Hasil Regresi linier Berganda ......................................................................... 34
7. Hasil Regresi Uji F .......................................................................................... 35
8. Model Summary .............................................................................................. 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Input Penelitian ....................................................................................... 41
2. Hasil Regresi Linier Berganda........................................................................ 42
3. Tabel uji F ........................................................................................................ 48
4. Tabel Uji t ........................................................................................................ 49
I. PENDAHULUAN
.
1.1. Latar Belakang
Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan
perekonomian suatu negara. Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara menjadi
indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya, serta menjadi tolok ukur tingkat
perekonomian negara itu sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan merupakan
urat nadi perekonomian suatu negara.Melalui perdagangan pula suatu negara bisa
menjalin hubungan diplomatik dengan negara tetangga sehingga secara tidak
langsung perdagangan juga berhubungan erat dengan dunia politik. Perdagangan
atau perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari suatu
tempat dan suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan waktu
lainnnya untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan impor yang dilakukan
Indonesia merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang perdagangan
internasional. Terjadinya selisih antara jumlah produksi dengan jumlah kebutuhan
masyarakat merupakan salah satu penyebab diterapkannya kebijakan impor
(Tambunan 2012, 103).
Impor adalah arus masuk sejumlah barang dan jasa ke pasar sebuah
negara, baik untuk keperluan konsumsi atau sebagai barang modal maupun untuk
bahan baku produksi dalam negeri. Negara importee biasanya melakukan kegiatan
impor dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri, menambah
pendapatan negara karena adanya devisa dari pajak barang impor. Selain itu impor
juga dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya kegiatan industri dalam
2
negeri. Kegiatan impor inilah yang nantinya membentuk dasar dari perdagangan
internasional.
Dalam konteks pertanian umum, Indonesia memang memiliki potensi
yang besar. Kelapa sawit, karet, dan coklat produksi Indonesia mulai bergerak
menguasai pasar dunia. Namun, meski menduduki posisi ketiga sebagai negara
penghasil pangan di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu menghadapi
persoalan berulang dengan produksi pangan terutama beras. Akibatnya Indonesia
masih harus mengimpor beras dari Negara penghasil pangan lain seperti Thailand.
Produksi padi Indonesia mengambil pangsa sekitar 9 persen dari total produksi
dunia. Indonesia negara penghasil beras ke tiga terbesar di dunia, setelah China
(30%) dan India (21%). Namun, ke dua negara terakhir adalah net eksportir beras,
berbeda dengan Indonesia yang menjadi negara net importir beras sejak akhir
1980an. Indonesia terus berusaha mendorong peningkatan produksi beras dalam
negeri dan mengelola stok beras nasional untuk tujuan emerjensi dan stabilisasi
harga. Produksi beras/padi dalam negeri amat penting untuk menghindari
tingginya risiko ketidakstabilan harga dan suplai beras dari pasar dunia,
disamping terkait erat dengan usaha pengentasan kemiskinan dan pembangunan
perdesaan (Muhtadi, 2007 h. 241).
Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber
daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang
sangat subur. Negara Indonesia memiliki peran penting sebagai produsen bahan
pangan di mata dunia. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar
8,5% atau 51 juta ton. China dan India sebagai produsen utama beras
berkontribusi 54%. Vietnam dan Thailand yang secara tradisional merupakan
3
negara eksportir beras hanya berkontribusi 5,4% dan 3,9%. Produksi beras
Indonesia yang begitu tinggi belum bisa mencukupi kebutuhan penduduknya,
akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras dari Negara penghasil pangan
lain seperti Thailand (ttps://afdhalrizqi. wordpress.com).
Perkembangan produksi dan impor beras di Indonesia tahun 2007-2014
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jumlah Produksi, dan Impor Beras
di Indonesia Tahun 2007-2014
No Tahun Produksi
(Ton)
Impor
(Ton)
1 2007 35.940.591 1.406.847
2 2008 38.306.962 289.689
3 2009 40.360.221 250.473
4 2010 40.716.871 687.581
5 2011 30.340.000 2.750.476
6 2012 32.000.000 1.810.372
7 2013 50.456.000 472.664
8 2014 50.100.000 844.163 Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah produksi beras di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 35.940.591 ton, jumlah ini meningkat di tahun
2010 menjadi 40.716.871 ton,kemudian kemudian turun pada tahun 2011
menjadi 30.340.000 ton, dan pada tahun 2014 produksi beras di Indonesia sebesar
50.100.000 ton. Sedangkan impor beras pada tahun 2007 sebesar 1.406.847 ton,
kemudian turun drastis menjadi 289.689 ton pada tahun 2008 selanjutnya
peningkatan drastis terjadi pada tahun 2011 yaitu 2.750.476 dan sedikit menurun
di tahun 2012 menjadi 1.810.372 ton, penurun ini terus terjadi hingga tahun 2014
dimana impor beras di Indonesia menjadi 844.163 ton.
4
Salah satu penyebab terjadinya kekurangan stok beras dikarenakan,
produksi dalam daerah semakin barkurang hal ini disebabkan oleh, kekurangan
luas lahan padi sawah akibat terjadinya alih fungsi lahan pertanian untuk
membangun perumahan, perkantoran maupun perusahaan-perusahaan besar.
Disamping itu terjadinya ledakan jumlah penduduk juga merupakan suatu
masalah yang hadapi oleh pemerintah
Pertambahan penduduk merupakan suatu tantangan bagi pemerintah
terutama dalam menjaga ketahan pangan bagi mayarakat. Pertumbuhan penduduk
menyebabkan terjadinya permintaan terhadap barang-barang konsumsi terutama
barang bahan pokok seperti beras oleh karena pemerintah harus berupaya
semaksimal mungkin dalam memenuhi kebutuhan beras masyarakat terutama
melalui perluasan area lahan sawah baru dalam upaya menigkatkan produksi.
Jumlah penduduk mempengaruhi impor karena apabila jumlah penduduk
meningkat maka kemungkinan pemerintah akan mengambil kebijakan untuk
mengimpor. Dari segi penawaran, impor dipengaruhi oleh variabel produksi,
dimana secara logika kecenderungan permintaan beras yang lebih besar
dibandingkan produksi beras menyebabkan terjadinya defisit produksi.
Berdasarkan lata belakang yang telah diuraikan diatas penulis tertarik
melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Impor Beras di Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka
permasalahan dalam penelitian ini apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi
impor beras di Indonesia.
5
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat memberi
kontribusi atau masukan terhadap impor beras di Indonesia serta sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan perkembangan perekonomian dalam
serta berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia.
1.5. Sistematika Penulisan
Bagian pertama pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bagian kedua tinjauan pustka dalam ini membahas mengenai landasan teori
yang digunakan dan ditutup dengan perumusan hipotesis.
Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari ruang lingkup penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data definisi operasional variabel
model analisis data dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang berisi tentang, perkembangan
produksi beras, perkembangan jumlah penduduk, perkembangan impor beras di
Indonesia, hasil regresi linier berganda, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian.
Bagian kelima simpulan dan saran yang berisi tentang simpulan mengenai
hasil penelitian dan saran yang diajukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perdagangan Internasional
2.1.1. Pengertian Perdagangan Internasional
Internasional Perdagangan berasal dari kata dagang yang menurut kamus
lengkap bahasa Indonesia berarti kegiatan menjual dan membeli. Sehingga,
perdagangan internasional bisa diartikan sebagai kegiatan menjual dan membeli
produk yang terjadi antar negara yang dilakukan individu dengan individu,
individu dengan pemerintah, atau pemerintah dengan pemerintah.
Menurut Waluya (2003, h. 3 ) international business atau perdagangan
internasional dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari
suatu Negara asal (country of destination) yang dilakukan oleh perusahaan
multinational coorparation (MNC) untuk melakukan perpindahan barang dan
jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi
(pabrik) dan perpindahan merek dagang. Robbock membahas “ perdagangan
internasional “ dari sudut pandang manajemen dan memerinci kegiatan –kegiatan
perdagangan sebaga berikut:
1. Perdagangan internasional terjadi melalui perpindahan barang-barang
perpindahan jasa- jasa dari suatu Negara ke Negara lain yang disebut transfer
fo goods and services.
2. Perdagangan internasional juga melewati perpindahan modal yaitu masuknya
investasi asing dari luar negeri yang disebut transfer of capital.
3. Tenaga kerja juga merupakan objek dalam perdagangan internasional. Pada
kenyataannya, tenaga kerja tidak hanya pindah dari desa ke kota.
7
Dalam perdagangan internasional transfer of labour mendorong masuknya
tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari luar negeri.pada kenyataannya,
unskilled labour dapat juga memperoleh perkerjaan diluar negeri. Transfer of
labour memerlukan adanya pengawasan terhadap pekerjaan baik dalam
penetapan upah (wage rate) maupun perlindungannya.
4. Perdagangan internasional dapat dilakukan melalui Transfer of Technology
yaitu dengan cara mendirikan pabrik-pabrik Negara-negara lain.
5. Keberhasilan dari suatu perdagangan internasional tergantung dari Transfer of
data dan informasi terutama dalam penyampaian informasi tentang kepastian
tersedianya bahan baku dan pangsa pasar .
Pada umumnya, negara-negara di dunia melakukan perdagangan
internasional untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, ekspor dan
impor merupakan bentuk kegiatan perdagangan internasional. Perdagangan
internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang
lingkup dan jumlah yang terbatas. Pemenuhan kebutuhan setempat yang tidak
dapat diproduksi sendiri, dilakukan dengan cara barter, yaitu pertukaran barang
dengan barang yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak. Lama kelamaan, atas
dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran dalam
skala luas yang sering disebut perdagangan internasional (Waluya 2003, h. 3-4)
2.1.2. Manfaat Perdagangan Internasional
Kegiatan perdagangan internasional memberi banyak manfaat atau
keuntungan bagi negara yang melakukannya, termasuk bagi Indonesia. Manfaat-
manfaat atau keuntungan tersebut adalah sebagai berikut (Sukirno 2004 h. 44) :
8
1. Sebagai Sumber Devisa
Dengan mengekspor (menjual) bermacam barang dan jasa, negara kita
akan memperoleh devisa. Devisa adalah semua benda yang dapat digunakan
sebagai alat pembayaran internasional. Devisa bisa berbentuk mata uang asing,
emas, wesel, cek, dan surat-surat berharga lainnya. Devisa yang diperoleh suatu
negara dapat digunakan untuk membayar impor dan lain-lain.
2. Menjaga Stabilitas Harga
Harga suatu barang cenderung meningkat bila jumlah barang yang
dimaksud tidak bisa memenuhi permintaan pasar, dengan kata lain jumlah barang
lebih sedikit dibanding permintaan. Agar harga tidak terus naik, pemerintah dapat
mengimpor barang yang sama sehingga harga dapat stabil kembali.
3. Memperluas Lapangan Kerja
Perdagangan internasional dapat memperluas lapangan kerja. Peningkatan
permintaan luar negeri terhadap hasil produksi Indonesia, akan mendorong
pengusaha membangun pabrik baru yang membutuhkan tambahan tenaga kerja.
4. Mendorong Alih Teknologi
Barang-barang impor yang berteknologi tinggi seperti komputer,
handphone, kapal selam dan pesawat tempur, mengharuskan masyarakat
memahami dan mampu mengoperasikan barang-barang tersebut. Hal ini
mendorong terjadinya alih teknologi dari negara pengekspor (negara maju) ke
negara pengimpor (negara berkembang).
5. Memperluas Konsumsi
Dengan perdagangan internasional, hasil produksi suatu negara dapat
dikonsumsi secara lebih luas ke negara lain. Misalnya, buah kiwi dari Selandia
9
Baru dan kurma dari Arab bisa dinikmati di banyak negara. Demikian juga
berbagai hasil produksi pabrik, seperti TV, kulkas, handphone dan komputer bisa
dikonsumsi oleh banyak negara.
6. Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Diproduksi Sendiri
Satelit adalah salah satu contoh barang yang tidak bisa diproduksi oleh
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Indonesia memperoleh satelit
dengan cara membeli dari Amerika. Selain satelit, masih banyak barang lain yang
tidak dapat diproduksi Indonesia dan harus diperoleh melalui perdagangan
internasional.
2.1.4. Faktor Pendukung Perdagangan Internasional
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional
dapat diuraikan sebagai berikut (Sukirno 2004, h. 49) :
1. Perbedaan Sumber Alam
Suatu negara mempunyai kekayaan alam yang berbeda, sehingga hasil
pengolahan alam yang dinikmati juga berbeda. Oleh karena sumber kekayaan
alam yang dimiliki suatu negara sangat terbatas, sehingga diperlukan tukar-
menukar atau perdagangan.
2. Perbedaan Faktor Produksi
Selain faktor produksi alam, suatu negara mempunyai perbedaan
kemampuan tenaga kerja, besarnya modal yang dimiliki, dan keterampilan
seorang pengusaha. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan oleh suatu negara
juga mengalami perbedaan, sehingga dibutuhkan adanya perdagangan.
10
3. Kondisi Ekonomis yang Berbeda
Karena adanya perbedaan faktor produksi yang mengakibatkan perbedaan
biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang, maka bisa jadi dalam
suatu negara memerlukan biaya tinggi untuk memproduksi barang tertentu.
Sehingga negara tersebut bermaksud mengimpor barang dari luar negeri karena
biayanya dianggap lebih murah.
4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang
Karena keterbatasan kemampuan suatu negara, baik kekayaan alam
maupun yang lainnya, maka tidak semua barang yang dibutuhkan oleh suatu
negara mampu untuk diproduksi sendiri, untuk itulah diperlukan tukar-menukar
antarbangsa.
5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selalu terdapat
perbedaan. Adakalanya suatu negara lebih untung melakukan impor daripada
memproduksi sendiri. Namun, adakalanya lebih menguntungkan kalau dapat
memproduksi sendiri barang tersebut, karena biaya produksinya lebih mudah.
Oleh karena itu, negara-negara tersebut akan mencari keuntungan dalam
memperdagangkan barang hasil produksinya.
6. Adanya Persaingan Antar pengusaha dan Antarbangsa
Persaingan ini akan berakibat suatu negara meningkatkan kualitas barang
hasil produksi dengan biaya yang ringan, sehingga dapat bersaing dalam dunia
perdagangan (Sukirno 2004, h. 49)
11
2.1.5 Jenis-jenis Perdagangan Internasioanl
Bilamana dilihat dari kawasan-kawasan atau negara-negara yang terlibat
dalam perdagangan internasional, maka perdagangan internasional dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Perdagangan Bilateral
Perdagangan bilateral adalah perdagangan yang dilakukan antardua negara.
2. Perdagangan Regional
Perdagangan regional adalah perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara
yang berada dalam satu kawasan tertentu, misalnya negara-negara ASEAN.
3. Perdagangan Multilateral
Perdagangan multilateral adalah perdagangan yang dilakukan oleh lebih dari
dua negara yang tidak terbatas pada kawasan tertentu ( Sukirno, 2004, h. 52)
2.2. Teori Perdaganan Internasional
2.2.1. Pandangan Merkantilisme Mengenai Perdagangan
Merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara
untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor
dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan selanjutnya akan
dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas
dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh sebuah negara,
maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Kaum Merkantilisme mengukur
kekayaan sebuah negara dengan stok/ cadangan logam mulia yang dimilikinya.
Sebaliknya, pada saat sekarang ini kita mengukur kekayaan sebuah negara dengan
cadangan sumber daya manusia, hasil produksi manusia, serta kekayaan alam
yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. Semakin besar cadangan ini,
12
semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi keinginan manusia.
Semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi keingi nan manusia,
dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup masyarakat negara
tersebut. Tujuan utama kaum merkantilisme adalah untuk memeroleh sebanyak
mungkin kekuasaan dan kekuatan negara.
2.2.2. Teori Perdagangan Berdasarkan Keunggulan
Menurut Adam Smith, perdagangan antar dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah komoditi, namun kurang
efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang
efisien dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua
negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing mela
kukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi lain yang memiliki kerugian
absolute. Melalui proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan
dalam cara yang paling efisien. Output kedua komoditi yang diproduksipun akan
meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dari
spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan.
2.2.3. Teori Perdagangan Berdasarkan Keunggulan Komparatif
Pemikiran David Ricardo didasarkan pada beberapa asumsi yang
disederhanakan. Salah satunya adalah yang disebut dengan nilai tenaga kerja
(labour theory of value) yang mengatakan bahwa nilai atau harga dari suatu
komoditi adalah sama dengan atau dapat diperoleh dari jumlah tenaga kerja yang
dipakai dalam memproduksi komoditi tersebut. Menurut hukum keunggulan
komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain dalam
13
memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama
harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang
memiliki kerugian absolute lebih kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki
kerugian absolute lebih besar. Namun David Ricardo menjelaskan hukum
keunggulan komparatif berdasarkan teori nilai kerja yang tidak dapat diterima
oleh banyak kalangan ekonom. Karena menurut teori nilai tenaga kerja, nilai atau
harga sebuah komoditi tergantung dari jumlah tenaga kerja yang dipergunakan
untuk membuat komoditi tersebut. Pernyataan ini membawa impilikasi bahwa
setiap tenaga kerja adalah satu-satunya faktor produksi, atau tenaga kerja
digunakan dalam proporsi yang tetap dan sama jumlahnya dalam membuat
semua komoditi, dan tenaga kerja bersifat homogeny (Amalia, 2007, h.17).
Pada kenyataannya tenaga kerja bukanlah satu-satunya faktor produksi.
Penggunaanya juga tidak dilakukan dalam proporsi yang tetap dan dalam jumlah
yang sama pada semua komoditi. Sebagai contoh, diperlukan lebih banyak
peralatan mesin per pekerja dalam memproduksi sebuah komoditi (katakanlah
komoditi baja) di banding dalam memproduksi komoditi lain (contohnya tekstil
atau teh). Selain itu, selalu terdapat kemungkinan dilakukannya substitusi di
antara tenaga kerja, barang-barang modal dan faktor-faktor produksi lainnya
dalam memproduksi berbagai komoditi. Selanjutnya, tenaga kerja tidak bersifat
homogen karena mereka berbeda-beda dalam pendidikan, produktivitas, dan upah
yang diterimanya. Setidaknya kita harus mempertimbangkan perbedaan
produktivitas setiap tenaga kerja (Amalia, 2007, h.17).
14
2.2.4. Teori Heckscher – Ohlin
Teori Perdagangan Internasional modern di mulai ketika ekonom Swedia
yaitu Eli Hecksher (1919) dan Bertil Ohlin ( 1933) mengemukakan penjelasan
mengenai perdagangan internasional yang belum mampu di jelaskan dalam teori
keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan
ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong
munculnya teori H- O. Teori Klasik Comparat iveadvantage menjelaskan
bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam
productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar
Negara (Salvatore, 2004, h. 116).
Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab
perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan
penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori
H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factor) oleh masing-masing
negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang
yang dihasilkan. Oleh karena itu, teori modern H-O ini dikenal sebagai “The
Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor
produksi relative banyak atau murah dalam memproduksikannya akan melakukan
pesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-
masing Negara akan mengimpor barang tertentu jika Negara tersebut memiliki
faktor produksi yang relative angka atau mahal dalam memproduksinya. Model
Heckscher-Ohlin seringkali disebut pula sebagai teori kepemil ikan aktor (factor
endowment theory) atau teori proporsi faktor ( factor propor ti onstheory). Teori
15
tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di
negara itu dalam jumlah banyak dan berharga relative murah, serta mengimpor
komoditi di mana faktor produksi di negara itu relative langka dan mahal
(Salvatore, 2004, h. 116).
2.2. Produksi Beras
2.2.1 Pengertian Produksi Beras
Beras adalah bagian butir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam.
Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi)
dan lemma (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil
panen padi, gabah digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari
isinya. Bagian isi inilah yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan
hitam, yang disebut beras. Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi
nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan
pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk
pula untuk dijadikan tapai. Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi
jamu beras kencur dan param. Dalam bidang industri pangan, beras diolah
menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapisan aleuron), yang memiliki kandungan
gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul (rice bran) (http://id.wikipedia.org
/wiki/Beras)
Menurut Noor (2010, h. 43) produksi merupakan suatu kegiatan yang
mengolah input baik berupa barang dan jasa menjadi output berupa barang dan
jasa yang lebih bernilai atau yang lebih bermanfaat bagi konsumen, untuk
16
menghasilkan produk dengan kriteria tersebut, diperlukan beberapa tahapan dan
faktor produksi yang satu dengan lainnya harus seimbang.
Selanjutnya menurut Soeharno (2009, h. 4) produksi merupakan kegiatan
untuk meningkatkan manfaat suatu barang sesuai dengan asumsi bahwa sumber-
sumber ekonomi (faktor produksi) bersifat jarang maka fakor-faktor produksi
harus dikombinasi secara baik atau secara efisien sehingga dicapai kombinasi
faktor dengan yang paling rendah (least cost combination). Produksi adalah suatu
kegiatan yang mengubah output, kegiatan tersebut dalam ekonomi bisa dinyatakan
dalam fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimal output yang dapat
dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi
tertentu.
Indonesia merupakan negara pengkonsumsi beras terbesar didunia, karena
masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sabagai salah satu makanan pokok
yang diolah menjadi nasi. Masyarakat Indonesia dari Sabang samapai Marouke
hampir sebagian besar mengkonsumsi beras. Walaupun terkadang masyarakat
Indonesia ada yang mengkonsumsi sagu, gandum, jagung dan singkong tapi minat
akan mengkonsumsi beras di Indonesia semakin tinggi (http://www.seputar-
indonesia.com/edisice.).
2.2.2. Faktor-Faktor Produksi
Menurut Sukirno (2006, h. 6) faktor-faktor produksi adalah benda-benda
yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan
untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian dibedakan kepada empat jenis yaitu:
17
a. Tanah dan sumber daya alam
b. Tenaga kerja
c. Modal
d. Keahlian Keusahawan.
Menurut Noor (2007, h. 148) faktor produksi adalah segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi
bahan baku, bahan penolong, teknologi, dan pendapatan produksi, tenaga kerja
(manusia), dan energi.
2.2.3. Kebijakan Peningkatan Produksi Beras
Upaya membangun kemandirian dan ketahanan pangan, atau bahkan untuk
mampu berkontribusi pada pengurangan angka kelaparan dunia, maka pemerintah
seyogyanya lebih mengutamakan untuk mendorong program peningkatan
produksi padi/beras di dalam negeri dari pada harus mengimpor. Peningkatan
produksi beras di dalam negeri selain memberi manfaat pada penghematan devisa
nasional, juga dapat membuka kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan.
Peningkatan produksi beras sebanyak dua juta ton / tahun mempunyai makna
bahwa produksi padi tahun 2007 harus meningkat sebanyak 5,6% terhadap
produksi tahun 2006 yaitu 54,66 juta ton GKG atau setara dengan 33,53 juta ton
beras. Target kenaikan produksi beras sebanyak dua juta ton merupakan target
yang terlalu optimis (sangat tinggi) karena pertumbuhan produksi tertinggi yang
pernah dicapai (1980-1990) hanya sebesar 4,34%. Hal penting yang perlu
digarisbawahi adalah bahwa peningkatan produksi beras seyogyanya memberi
dampak terhadap peningkatan kesejahteraan petani produsen. Selama ini
kesejahteraan petani cenderung menurun sebagaimana diindikasikan dengan
18
penurunan nilai tukar petani. Nilai tukar pada bulan Agustus 2006 turun 0,53%
dari 103,15 dalam bulan Juli 2006 menjadi 102,6 dalam bulan Agustus 2006
(BPS, 2006). Bahkan bila dibandingkan dengan tahun 1995 dan 2001 kondisi
kesejahteraan petani saat ini sangat merosot karena nilai tukar petani tahun 1995
mencapai 120 sedangkan tahun 2001 mencapai 150. Dengan demikian berarti
kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap gabah kering giling
(GKG) (Rp. 2250/kg dan gabah kering panen (GKP) (Rp 1730/kg) masih belum
mampu mengimbangi kenaikan input produksi dan harga barang dan jasa lainnya
(Muhtadi 2007, h. 4)
2.3. Pengertian Penduduk
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2012, h. 73) penduduk adalah
semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama
enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan
tetapi bertujuan menetap.
Menurut Rosyidi (2009, h. 92) Jumlah penduduk yang mendiami usatu
daerah tertentu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu tingkat kelahiran, tingkat
kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk.
2.3.1. Fertilitas (Kelahiran)
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang
nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti yang
sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut
19
peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup
peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
2.3.2. Mortalitas (Kematian)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang
kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta,
yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah
keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Data kematian sangat
diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perancangan pembangunan.
Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasa-jasa
lainnya untuk kepentingan masyarakat.
2.3.3. Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk
ditelaah secara khusus mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi
penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi
orang- orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk
transportasi semakin lancar.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas
administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan
sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
20
Migrasi antar bangsa (migrasi internasional) tidak begitu berpengaruh
dalam menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu negara kecuali di
beberapa negara tertentu yang berkenaan dengan pengungsian, akibat dari
bencana baik alam maupun perang. Pada umumnya orang yang datang dan pergi
antar negara boleh dikatakan berimbang saja jumlahnya. Peraturan-peraturan atau
undang- undang yang dibuat oleh banyak negara umumnya sangat sulit dan ketat
bagi seseorang untuk bisa menjadi warga negara atau menetap secara permanen
di suatu negara lain.
2.4. Impor Beras
2.4.1. Pengertian Impor Beras
Impor merupakan suatu kegiatan memasukkan barang-barang dari luar
negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat
yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing. Impor beras termasuk impor
barang kerena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan pajak
pertambahan nilai (PPN). Selain itu dalam prosedur pemberian fasilitas impor
beras atau barang hasil pertanian tidak menggunakan surat keterangan bebas pajak
pertambahan nilai (SKB PPN), hanya barang modal yang menggunakan SKB
PPN. Tujuan dari pembebasan PPN adalah untuk menjamin tersedianya barang-
barang yang bersifat strategis tersebut.
Pemerintah (sebagai representasi negara) memiliki kewajiban menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, baik dari segi jumlah beras maupun
keterjangkauan harga beras. Dengan kata lain pemerintah harus menjamin bahwa
jumlah beras di pasar cukup memenuhi kebutuhan semua masyarakat dengan
harga terjangkau. Pemenuhan kebutuhan beras, dari segi jumlah, bisa dilakukan
21
melalui dua cara, yaitu menaikkan produksi pertanian dalam negeri, atau cara
kedua dengan melakukan impor beras. Dalam hal ini pemerintah cenderung
memilih melakukan impor daripada harus meningkatkan produksi dalam negeri.
Menaikkan produksi pertanian merupakan kegiatan yang relatif sulit serta
membutuhkan waktu lama. Sulit karena meliputi berbagai kegiatan seperti
penyediaan pupuk murah, peningkatan teknologi pertanian, sarana penyimpanan
yang memadai, saluran distribusi, dan banyak hal lain.
Kompleksitas masalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi
pertanian menjadikan peningkatan produksi sebagai proyek jangka panjang serta
berbiaya tinggi. Peningkatan produksi pangan tidak bisa dicapai dengan cepat,
melainkan secara bertahap. Apalagi sebagai sebuah proyek jangka panjang,
peningkatan produksi pertanian memerlukan ketersambungan (kontinuitas)
kebijakan pemerintahan. Artinya, pemerintah yang akan datang harus rela dan
memiliki komitmen untuk meneruskan kebijakan pemerintah sebelumnya (yang
mencanangkan proyek peningkatan produksi pertanian). Sedangkan jika memilih
jalan impor, permasalahan yang dihadapi pemerintah lebih sederhana. Impor
adalah cara instan karena begitu pemerintah mengeluarkan uang, sejumlah beras
akan diterima pemerintah. Lebih gampang lagi, impor tidak memerlukan
perencanaan lintas sektoral (apalagi lintas generasi) serumit dibandingkan proyek
peningkatan hasil produksi. Dalam kondisi normal, di pasar berlaku hukum
penawaran dan permintaan. Kelangkaan beras serta merta menaikkan harga beras.
Untuk mengontrol harga beras pada level yang diinginkan, pemerintah melakukan
intervensi pasar. Saat harga beras di pasaran mulai merambat naik pemerintah
melakukan operasi pasar, yaitu menjual dalam jumlah besar beras-beras
22
persediaan pemerintah. Setelah harga berangsur turun, pemerintah menghentikan
operasi pasar. Dengan demikian harga beras akan selalu stabil pada level yang
diinginkan pemerintah. Di sini dapat dilihat bahwa ketersediaan (stok) beras
pemerintah sangat menentukan kemampuan intervensi terhadap pasar. Untuk
menjamin ketersediaan stok beras, pemerintah melakukan impor beras dari
Thailand dan Vietnam sebanyak 210.000 ton dengan harga pada kisaran Rp 3.000
(Kurniawan 2013, h. 14).
Harga gabah merosot karena pasar dalam negeri memiliki kelebihan stok
gabah. Produksi gabah petani mencapai 54 juta ton gabah kering giling (GKG).
Jika dijadikan beras akan mencapai jumlah 35 juta ton beras. Sementara
kebutuhan konsumsi hanya 33 juta ton. Kelebihan stok sebanyak 2 juta ton yang
harusnya dicarikan solusi pemasaran, justru diperparah pemerintah dengan
memasukkan 210.000 ton beras impor. Alasan pemerintah mengimpor beras
sebagai antisipasi kebutuhan konsumsi memang bijaksana. Tetapi sebenarnya
Bulog, sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam penyediaan beras, tidak
harus mengimpor dari luar negeri. Lebih bijak jika Bulog membeli surplus beras
petani pada waktu panen. Kongkretnya dengan membeli stok beras petani yang
disebut di muka sebanyak 2 juta ton (Kurniawan 2013, h. 14).
2.4.3. Pola Impor di Indonesia
Jenis dan volume kebutuhan masyarakat berbeda dari waktu ke waktu.
Begitu pula perimbangan kemampuan pasok antara produksi dalam negeri dengan
kemampuan pasok dari luar negeri. Setelah diberlakukannya undang-undang
penanamanan modal di dalam negeri maka pola impor Indonesia berturut-turut
terdiri dari barang konsumsi, bahan baku, dan kemudian disusul dengan barang
23
modal. Perubahan ini antara lain sebagai akibat keberhasilan kebijakan
industrialisasi di Indonesia yang menitikberatkan pada pertumbuhan industri
barang konsumsi atau yang lebih dikenal dengan industri substitusi impor
(Kurniawan 2013, h. 14)
2.4.4. Pelaksanaan Impor Beras
Beras merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan bagi
masyarakat Indonesia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan dan
distribusi beras menjadi sangat penting dalam rangka ketahanan pangan,
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, dalam rangka stabilitas
kepentingan konsumsi masyarakat secara umum. Oleh karena itu, Menperindag
memandang perlu mengatur ketentuan tersebut melalui Surat Keputusan
Menperindag No. 9/MPP/Kep/1/2004, tentang Ketentuan Impor Beras, antara
lain :
1. Perusahaan yang melakukan impor harus memiliki Angka Pengenal Importir
(API).
2. Beras hanya dapat diimpor oleh importir yang telah mendapat pengakuan
sebagai Importir Produsen Beras, selanjutnya disebut IP Beras, dan oleh
importir yang telah mendapat penunjukan sebagai Importir Terdaftar Beras,
selanjutnya disebut sebagai IT Beras.
3. Impor beras dilarang dalam masa 1 (satu) bulan sebelum panen raya, selama
panen raya dan 2 (dua) bulan setelah panen raya.
4. Beras yang diimpor oleh IP Beras hanya boleh dipergunakan sebagai bahan
baku untuk proses produksi industri yang dimilikinya dan dilarang
diperjualbelikan maupun dipindahtangankan.
24
5. Setiap kali importasi beras oleh IT Beras harus mendapat persetujuan impor
terlebih dahulu dari Direktur Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian (BPPHP), mengenai jumlah dan jenis beras, pelabuhan tujuan dan
waktu pengimporan.
6. Pelaksanaan setiap importasi beras oleh IP Beras atau IT Beras wajib terlebih
dahulu dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis di negara muat barang
(http://www.kemenperin.go.id/).
2.5. Penelitian Terdahulu
Edward (2013) melakukan penelitian dengan judul Faktor Yang
Memengaruhi Volume Impor Beras di Indonesia. Medel penelitian yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa produksi beras pada tidak berpengaruh signifikan terhadap
volume impor beras di Indonesia. Hal ini disebabkan karena meskipun produksi
beras meningkat, apabila cadangan beras yang ada dalam negeri tidak mencukupi
untuk kebutuhan cadangan beras minimum maka pemerintah melakukan kegiatan
impor beras.
Konsumsi beras per kapita berpengaruh positif terhadap volume impor
beras di Indonesia dan signifikan. Hal ini berarti ketika konsumsi beras per kapita
di Indonesia meningkat, maka volume impor beras di Indonesia akan semakin
meningkat. Faktor harga beras dunia menunjukkan bahwa harga beras dunia pada
periode tidak berpengaruh signifikan terhadap volume impor beras di Indonesia.
Hal ini berarti ketika harga beras dunia meningkat, volume impor beras ke
Indonesia akan menurun. Hal ini disebabkan pemerintah tidak ingin
menghabiskan devisa negaranya hanya untuk mengimpor beras dari luar negeri.
25
Selanjutnya Dwipayana, dan Kesumajaya (2014) melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh Harga, Cadangan Devisa, dan Jumlah Penduduk terhadap
Impor Beras Indonesia. Model penelitian yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Secara simultan harga,
cadangan devisa, dan penduduk berpengaruh signifikan terhadap impor beras di
Indonesia periode 1997-2012. Secara parsial harga berpengaruh positif, cadangan
devisa yang berpengaruh positif dan signifikan sedangkan jumlah penduduk tidak
berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia periode 1997-2012.
2.6. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka penulis rumuskan
hipotesis dalam penelitian ini adalah di duga faktor produksi beras dalam negeri
dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap impor beras di Indonesia.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi produksi beras dalam negari, jumlah
penduduk dan jumlah impor beras di Indonesia tahun 2002-2014.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder.
Data sekunder data ini di peroleh pada kantor BPS, Perum Bulog maupun instansi
lainnya di Indoneisa yang menyediakan data yang diperlukan.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mendatangi langsung ke kantor-kantor terkait guna memperoleh data yang akurat.
Sebagai pendukung penulis juga menggunakan studi pustaka sebagai metode
pengumpulan datanya dengan cara mempelajari buku-buku referensi, skripsi, serta
browsing website internet yang terkait dengan penelitian ini
3.3. Model Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda, analisis korelasi, koefisien determinasi, uji t. Datanya akan diolah
dengan menggunakan SPSS.
27
3.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap satu variabel terikat yang diformulasikan sebagai berikut (Gujarati,
2007, h. 150).
Y = α + βX1 + βX2 + e.............................................(1)
Keterangan :
Y = Impor Beras
α = Intercept
β = Koefisien regresi
X1 = Produksi beras dalam negeri
X2 = Jumlah penduduk
e = Error Term
3.3.2. Analsis Koefisien Korelasi ( r )
Koefisien korelasi menunjukkan seberapa besar tingkat keeratan
hubungan antara variabel independent dan varibel dependent, atau antara variabel
dependent dengan variabel independent lainnya pada model regresi yang
dinyatakan dengan notasi (r) (Supangat 2007, h. 341).
3.3.3. Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak terikat secara
individual dan menganggap variabel lain konstan (Hasan dan Misbahuddin 2013 :
151).
28
3.3.4. Uji F (uji secara serempak)
Uji F adalah uji statistik koofesien kolerasi berganda di gunakan untuk
menguji signifikan atau tidaknya hubungan lebih dari dua variabel (Hasan dan
Misbahuddin 2013 : 150).
3.4. Definisi Operasional Variabel
a. Impor beras (Y) adalah jumlah beras impor di Indonesia dalam kurun
waktu 2002-2014 yang diukur dalam satuan (ton).
b. Produksi beras (X1) adalah jumlah produksi beras yang dihasilkan oleh
masyarakat di Indonesia dalam kurun waktu 2002-2014 yang diukur dalam
satuan (ton)
c. Jumlah penduduk (X2) adalah seseorang yang bertempat tinggal di di
Indonesia dalam kurun waktu 2002-2014 yang ikur dalam satuan (jiwa).
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0; b = 0, faktor-faktor yang diteliti tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap
impor beras di Indonesia.
H1; b 0, faktor-faktor yang diteliti terdapat pengaruh signifikan terhadap impor
beras di Indonesia.
Kriteria pengujian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Untuk melihat pengaruh variabel X1, dan X2,, terhadap variabel Y secara
parsial digunakan “uji t” dengan kriteria sebagai berikut:
29
a. Apabila th ≥ tt atau tt ≤ -tt maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya faktor-faktor
yang diteliti secara parsial tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap impor
beras di Indonesia
b. Apabila th<tt maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya faktor-faktor yang diteliti
secara parsial terdapat pengaruh signifikan terhadap impor beras di Indonesia
Untuk melihat pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y secara
keseluruhan digunakan “uji F” dengan kriteria sebagai berikut:
a. Apabila Fh < Ft maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya faktor-faktor
yang diteliti secara simultan tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap
impor beras di Indonesia.
b. Apabila Fh > Ft maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya faktor-faktor
yang diteliti secara simultan terdapat pengaruh signifikan terhadap impor
beras di Indonesia.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
4.1.1. Perkembangan Impor Beras di Indonesia
Beras merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan bagi
masyarakat Indonesia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan dan
distribusi beras menjadi sangat penting dalam rangka ketahanan pangan,
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, dalam rangka stabilitas
kepentingan konsumsi masyarakat secara umum. Perkembangan produksi beras di
Indonesia sejak tahun 2002-2014 terlihat meningkat di setiap tahunya hal ini dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Produksi dan Tingkat pertumbuhan Beras di Indonesia Tahun 2002-2014
No Tahun Produksi
(Ton)
Pertumbuhan
(%)
2 2002 30.586.159 -
3 2003 30.892.021 1,00
4 2004 31.200.941 1,00
5 2005 31.669.630 1,50
6 2006 34.306.610 8,33
7 2007 35.940.591 4,76
8 2008 38.306.962 6,58
9 2009 40.360.221 5,36
10 2010 40.716.871 0,88
11 2011 30.340.000 -25,49
12 2012 32.000.000 5,47
13 2013 50.456.000 57,68
14 2014 50.100.000 -0,71 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2015)
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terjadinya penigkatan produksi beras
di Indonesia sejak tahun 2002-2014. Pada tahun 2002 jumlah produksi beras di
31
Indonesia sebesar 30.586.159 ton jumlah ini meningkat sebesar 30.892.021 ton
pada tahun 2003 atau tumbuh 1 persen dari tahun 2002 pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2006 yaitu 8,33 persen. Kemudian tahun 2007 jumlah produksi
beras di Indonesia sebesar 35.940.591 ton. Jumah produksi menurun di tahun
2011 yaitu 30.340.000 ton dan hingga tahun 2014 jumlah produksi beras di
Indonesia tercatat sebesar 50.100.000 ton.
4.1.2. Pekembangan Penduduk di Indonesia
Penduduk adalah orang yang secara hukum berhak tinggal di dalam suatu
daerah. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di
daerah tersebut. Perkembangan jumlah penduduk di Indonseia sejak tahun 2002-
2014 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3
Jumlah Penduduk di Indonesia Tahun 2001-2014
No Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1 2002 211.438.900
2 2003 214.251.300
3 2004 217.067.600
4 2005 219.898.300
5 2006 222.746.900
6 2007 225.642.000
7 2008 228.523.300
8 2009 231.369.500
9 2010 237.641.326
10 2011 244.621.662
11 2012 244.215.983
12 2013 247.424.598
13 2014 245.862.034 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2015)
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan
jumlah penduduk di Indonesia. Pada tahun 2002 jumlah penduduk di Indonesia
32
tercatat sebesar 211.438.900 jiwa. Jumlah ini meningkat menjadi 214.251.300
jiwa pada tahun 2003. Jumlah penduduk ini terus meningkat hingga tahun 2014
dimana jumlah penduduk di Indonesia tercatat sebesar 245.862.034 jiwa.
4.1.3. Perkembangan Impor Beras di Indonesia
Impor beras merupakan proses transportasi dari negara lain ke Negara
Indonesia secara legal. Perkembangan impor beras di Indonesia dapat dilihat pada
tabe 4 berikut :
Tabel 4
Impor Beras di Indonesia Tahun 2002-2014
No Tahun Impor Beras
(Ton)
1 2002 644.733
2 2003 1.805.380
3 2004 1.428.505
4 2005 236.866
5 2006 189.616
6 2007 1.406.847
7 2008 289.689
8 2009 250.473
9 2010 687.581
10 2011 2.750.476
11 2012 1.810.372
12 2013 472.664
13 2014 844.163
Sumber : www.bps.go.id
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa perkembangan impor beras di
Indonesia sejak tahun 2002-2014 mengalami fluktuasi dan cenderung menurun.
Tahun 2002 Indonesia mengimpor beras sebesar 644.733 ton jumlah impor beras
di Indonesia meningkat drastis menjadi 1.805.380 ton pada tahun 2003. Jumlah
impor beras tertingi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 2.750.476 ton.
33
Tingginya impor di Indonesia pada tahun 2011 di sebabkan oleh produksi beras
dalam negeri yang sedang turun yaitu -25,49 persen dari tahun 2010. Kemudian
pada tahun 2014 jumlah impor beras di Indonesia tercatat sebesar 844.163 ton.
Beras impor beras ini di peroleh dari beberapa negara yaitu Vietnam
Thailand, Tiongkok1, India, Pakistan, Amerika Serikat, Taiwan dan Singapura.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5
Impor Beras Menurut Negara Asal Tahun 2011-2014
Negara Asal 2011
(Ton)
2012
(Ton)
2013
(Ton)
2014
(Ton)
Vietnam 1.778.481 1.084.783 171.287 306 418,1
Thailand 938.696 315.353 94.634 366 203,5
Tiongkok1 4.675 3.099 640 1 416,7
India 4.065 259.023 107.538 90 653,8
Pakistan 14.342 133.078 75.813 61 715,0
Amerika Serikat 2.074 2.446 2.790 1 078,6
Taiwan 5.000 - 1.240 840
Singapura 1.507 23 1 -
Lainnya 1.638 12.569 18.723 15 838,0
Jumlah 2.750.476 1.810.372 472.665 844.163,7
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2015)
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa negara pengimpor
beras untuk Indonesia namun jumlah impor tertinggi berasal dari Negara Vietnam
yaitu sebesar 1.778.481 pada tahun 2007 dan 306 418 pada tahun 2014.
Sedangkan yang terendah adalah Negara Singapura yaitu 1.507 ton pada tahun
2011 dan 23 ton pada tahun 2013.
34
4.2. Hasil Regresi linier Berganda
Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6
Hasil Regresi Linier Berganda
No Variabel
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s t-hitung Sig.
B Std. Error Beta
1
2
3
Konstanta
P. Beras
J. Penduduk
-5.967.041
-0,101
0,046
3.371.958
0,004
0,114
-0,313
-0,672
-1,770
3,217
2,688
0,000
0,009
0,023
Sumber : Hasil SPSS (Januari 2016)
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = -5.967.041 - 0,101 X1 + 0,046 X2
Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar -5.967.041 nilai konstanta ini menyatakan bahwa
apabila variabel bebas yakni produksi dan jumlah penduduk sama dengan nol,
maka impor beras di Indonesia menurun sebesar -5.967.041 ton.
2. Koefisien regresi variabel produksi beras (X1) sebesar -0,101 artinya bahwa
setiap kenaikan produksi beras satu ton maka impor beras di Indonesia turun
menjadi 0,101 ton.
3. Koefisien regresi variabel jumlah penduduk (X2) sebesar 0,046 yang berarti
bahwa setiap kenaikan jumlah penduduk 1 jiwa maka impor beras di Indonesia
meningkat menjadi 0,046 ton.
35
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Signifikasi (t)
Berdasarkan Tabel 6 tersebut, variabel produksi beras (X1) diperoleh nilai
t-hitung > t-tabel yakni sebesar -3,217 > -2,228 pada α 0,05 dengan derajat
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,009 < 0,05. Maka H0 ditolak dan H1
diterima, artinya bahwa secara parsial variabel produksi beras (X1) berpengaruh
nyata terhadap impor beras di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah
produksi beras dalam negeri menyebabkan stok beras cukup sehingga tidak perlu
adanya impor.
Kemudian variabel jumlah penduduk diperoleh nilai t-hitung > t-tabel yakni
sebesar 2,688 > 2,228, pada α 0,05 dimana signifikansinya lebih kecil dari 0,05
(0,023 < 0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa secara parsial
variabel jumlah penduduk (X2) berpengaruh nyata terhadap impor beras di di
Indonesia. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif sehingga apabila jumlah
penduduk bertambah menyebabkan terjadinya penambahan impor beras di
Indonesia. Hal ini dikarena bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan
terjadinya pertambahan konsumsi beras sehingga jika produksi dalam negeri tidak
mencukupi kebutuhan beras bagi masyarakat maka pemerintah meningkatkan
impor.
4.3.2. Uji Simultan (F)
Uji F ini digunakan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel
bebas yang dimasukkan kedalam model ini yakni produksi beras dan jumlah
penduduk terhadap impor beras di Indonesia. Hasil analisis nilai F hitung dan F
tabel dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
36
Tabel 7
Hasil Regresi Uji F
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F-hitung F- tabel Sig.
1 Regression
Residual
Total
3,975E+12
3,573E+12
7,548E+12
2
10
12
1,987E+12
3,573E+12
5,562 4,97 0,024a
Sumber : Hasil SPSS (Januari 2016)
Tabel 7 di atas menunjukan bahwa nilai F-hitung 5,562 dan F-tabel 4,97 jadi
F-hitung > F-tabel dimana signifikannya lebih kecil dari 0,05 (0,024 < 0,05),
maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa kedua variabel bebas yang
dimasukkan kedalam model ini yakni produksi beras dan jumlah penduduk secara
bersama-sama (serempak) berpengaruh nyata terhadap impor beras di Indonesia.
4.3.4. Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi ini digunakan dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kerentanan serta arah hubungaan antara produksi beras dan
jumlah penduduk terhadap impor beras di Indonesia. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 8 dibawah ini :
Tabel 8
Model Summary
Model R Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,726a 0,432 597.756
Sumber : Hasil SPSS (Januari 2016)
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,726 yang
artinya bahwa adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas yakni produksi
beras dan jumlah penduduk dengan impor beras di Indonesia sebesar 72,6 persen.
37
Selanjutnya diperoleh nilai koefisien determinasi R Adjusted, sebesar 0,432 hal
ini mengandung arti bahwa impor beras di Indonesia sebesar 43,2 persen
dipengaruhi oleh produksi beras dan jumlah penduduk dan sisanya sebesar 56,8
persen di jelaskan oleh variabel lain diluar model ini.
4.4. Pembahasan Hasil
4.4.1. Pengaruh Produksi Beras terhadap Impor Beras di Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial produksi beras
berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras di Indonesia dalam kurun
waktu 2002-2014. Artinya bahwa apabila produksi beras dalam negeri meningkat
maka impor beras berkurang. Oleh karena itu perintah perlu meningkatkan
produksi beras dalam negari sehingga impor dapat berkurang. Hal ini berdasarkan
hasil uji hipotesis dengan mengunakan uji t dan uji sig, ditemukan sig 0,009 <
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi produksi beras di Indonesia
akan mengurangi impor beras di Indonesia dengan asumsi bahwa variabel lain
konstan.
4.4.2. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Impor Beras di Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial jumlah penduduk
berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras di Indonesia dalam kurun
waktu 2002-2014. Artinya bahwa apabila jumlah penduduk meningkat maka
impor beras ikut meningkat. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
mengunakan uji t dan uji sig, ditemukan sig 0,023 < a (0,05), hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan meningkatkan impor beras di
Indonesia dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan regresi menunjukkan bahwa
perkembangan impor beras di Indonsia sejak tahun 2002-2014 terjadi flukutasi
dan cenderung menurun. Hasil regresi menunjukkan bahwa faktor produksi beras
dan jumlah penduduk secara serampak berpengaruh signifikan terhadap impor
beras di Indonesia. Hal ini ditunjukkan degan nilai F hitung > F tabel
(5,562 > 1,96). Hasil uji t menunjukkan bahwa produksi beras dalam negeri
secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap impor beras di Indonesia,
Hal ini tunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel (-3,217 ≤ -2,228) pada derajat
signifikan 0,009, dan alfa 0,05 persen. Selanjutnya jumlah penduduk secara
parsial berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Artinya
apabila jumlah penduduk meningkat menyebabkan meningkatnya impor beras di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel (2,688 > 2,288) pada
derajat signifikan 0,023 dan alfa 0,05. Sedangkan nilai koefisien determinasi
sebesar 0,432. Artinya bahwa impor beras di Indonesia sebesar 43,2 persen
dipengaruhi oleh produksi beras dalam negeri dan jumlah penduduk dan sisanya
56,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain selain kedua faktor tersebut.
39
5.1. Saran
Berdasarakan uraian kesimpulan yang telah di kemukakan di atas maka
penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Pemerintah perlu meningkatkan produksi beras dalam negeri khususnya beras
lokal dengan memaksimalkan potensi alam Indonesia sehingga dapat
mengimbangi jumlah kebutuhan dalam negeri dan akhirnya mengurangi
jumlah impor.
2. Perlu adanya pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kualitas
suberdaya manusia sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarkat
3. Perlu ditingkatkan produksi dalam negeri agar dapat memberikan kontribusi
terhadap PDB, sehingga peningkatan PDB dapat digunakan untuk membiayai
kebutuhan impor beras di Indonesia.
40
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Internasional. Graha Ilmu. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of
Indonesia. BPS. Jakarta
Dwipayana, I Kadek Agus dan Kesumajaya Wayan Wita 2014. Pengaruh Harga,
Cadangan Devisa, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Impor Beras
Indonesia. E-Jurnal EP Unud, 3 [4] :164-172
Edward Christianto Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Beras di
Indonesia. Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 – 43.
Hasan Iqbal dan Misbahuddin. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Edisi Kedua. Bumi Aksara Jakarta.
Kurniyawan Hengki . 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras di
Indonesia Tahun 1980-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang. Semarang
Muhtadi, Tien R. 2007. Program Peningkatan Produksi Beras 2 Juta Ton Per
Tahun. Komisi Teknis Ketahanan Pangan. Jakarta
Noor, Henry Faisal. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Rosyidi, Suherman. 2009. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. PT. Grafindo Persada. Jakarta
Salvatore, Dominick. 2004. International Economic. USA: John Wiley and sons
inc.
Soeharno. 2009. Teori Mikroekonomi. ANDI. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
-------------------.2006. Mikro Ekonomi “Teori Pengantar”. PT. Raja Grafindo
Persada.
Supangat, Andi. 2005. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensif, dan Non
Parametrik .Kencana Pranada Media Group. Jakarta.
Tambunan, Tulus T.H. 2012. Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris. Gralia Indonesia. Jakarta.
Waluya, Herry. 2003. Ekonomi Internasional. Rineka Cipta.Jakarta
40
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Internasional. Graha Ilmu. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of
Indonesia. BPS. Jakarta
Dwipayana, I Kadek Agus dan Kesumajaya Wayan Wita 2014. Pengaruh Harga,
Cadangan Devisa, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Impor Beras
Indonesia. E-Jurnal EP Unud, 3 [4] :164-172
Edward Christianto Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Beras di
Indonesia. Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 – 43.
Hasan Iqbal dan Misbahuddin. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Edisi Kedua. Bumi Aksara Jakarta.
Kurniyawan Hengki . 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras di
Indonesia Tahun 1980-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang. Semarang
Muhtadi, Tien R. 2007. Program Peningkatan Produksi Beras 2 Juta Ton Per
Tahun. Komisi Teknis Ketahanan Pangan. Jakarta
Noor, Henry Faisal. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Rosyidi, Suherman. 2009. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. PT. Grafindo Persada. Jakarta
Salvatore, Dominick. 2004. International Economic. USA: John Wiley and sons
inc.
Soeharno. 2009. Teori Mikroekonomi. ANDI. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
-------------------.2006. Mikro Ekonomi “Teori Pengantar”. PT. Raja Grafindo
Persada.
Supangat, Andi. 2005. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensif, dan Non
Parametrik .Kencana Pranada Media Group. Jakarta.
Tambunan, Tulus T.H. 2012. Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris. Gralia Indonesia. Jakarta.
Waluya, Herry. 2003. Ekonomi Internasional. Rineka Cipta.Jakarta