Etiologi

download Etiologi

of 4

description

87

Transcript of Etiologi

EtiologiVirus rabies termasuk kelompok rhabdovirus. Virus ini termasuk golongan virus RNA. Virus berbentuk peluru ukuran 180 x 75 nm, single stranded RNA, terdiri dari kombinasi nukleo-protein yang benbentuk koil heliks yang tersusun dari fosfoprotein dan polimerasi RNA. Selubung virus terdiri dari lipid, protein matriks dan glikoprotein. Virus rabies inaktif pada pemanasan; pada temperatur 56o C waktu paruh kurang dari 1 menit, dan pada kondisi lembab pada temperatur 37o C dapat bertahan beberapa jam. Virus juga akan mati dengan deterjen, sabun, etanol 45%, solusi jodium.DiagnosisBila penderita mempunyai riwayat telah digigit oleh binatang, parestesia pada tempat luka, dan hidrofobia, maka diagnosis klinis rabies tidak sukar. Setiap penyakit dimana ada ensefalitis kadang-kadang dapat menyebabkan kerancuan, seperti mereka yang disebabkan oleh arbo virus, enterovirus, dan herpes simpleks. Namun jika kita mendapatkan tanda-tanda keterlibatan batang otak pada penderita yang sensorinya normal dan yang tidak mempunyai tanda-tanda lesi yang menempati ruang, diagnosis lain dapat disingkirkan.Diagnosis dapat dipertegas dengan pemeriksaan air liur, untuk biakan virus, dan pemeriksaan patologi otak untuk menemukan badan Negri yang merupakan tanda khas.PenatalaksanaanTidak ada terapi untuk penderita yang sudah menunjukkan gejala rabies. Penanganan hanya berupa tindakan suportif dalam penanganan gagal jantung dan gagal napas. Perawatan intensif hanyalah metode untuk memperpanjang dan bila mungkin menyelamatkan hidup pasien dengan mencegah komplikasi respirasi dan kardiovaskuler yang sering terjadi. Penderita rabies dapat diberikan obat-obat sedatif dan analgesik secara adekuat untuk memulihkan ketakutan dan nyeri yang terjadi.Pada gigitan yang dicurigai rabies, daerah gigitan harus segera dicuci dengan air sabun atau larutan antiseptik lain lalu di debridement. Tindakan ini efektif sampai 12 jam setelah kejadian luka. Pada gigitan yang tergolong berat dan kecurigaan kuat adanya infeksi rabies, dilakukan infiltrasi 5 ml serum antirabies disekitar luka. Setelah digigit hewan, selalu harus dipertimbangkan pemberian vaksinasi. Pemberiannya setiap hari selama beberapa minggu untuk mencegah timbulnya penyakit fatal ini. Jika binatang penggigit dapat ditangkap, binatang diamati apakah menunjukkan gejala penyakit atau tidak. Gejala yang ditunjukkan binatang ini sebenarnya tidak berbeda dari gejala pada manusia yaitu berupa fase rangsangan (eksitasi) yang lama atau fase rangsangan yang sebentar diikuti fase apati. Jika binatang bersangkutan mati, diagnosis dapat dipertegas dengan pemeriksaan air liur, untuk biakan virus, dan pemeriksaan patologi otak untuk menemukan badan Negri yang merupakan tanda khas. Jika binatang tidak tertangkap dapat dipertimbangkan apakah daerah tersebut merupakan daerah wabah atau berinsidens tinggi rabies. Binatang malam liar seperti kelelawar, yang mengigit pada siang hari patut dicurigai. Letak gigitan dan berat/ ringannya luka juga harus menjadi pertimbangan dalam menentukan tindakan. Tetapi harus segera diberikan setelah diambil keputusan dan dihentikan jika setelah 5 hari pengamatan ternyata binatang penggigit tidak sakit. Bila binatang tidak tertangkap atau terbunuh, sebaiknya berikan terapi vaksin. Pemberian serum diikuti vaksin dilakukan bila binatang diduga mengidap rabies, atau setelah binatang didiagnosis rabies secara klinis dan laboratoris.

Keadaan Binatang dan GigitanPengobatan

Tidak ada luka, terjilat, kontakTanpa terapi

Ada luka, terjilat pada luka oleh binatang yang tampak sehatBinatang diobservasi

Dalam pengamatan ternyata binatang mengidap rabiesTerapi vaksin segera dimulai

Binatang dicurigai mengidap rabies atau terdapat tanda rabiesTerapi vaksin dimulai dan binatang diamati

Gigitan tergolong berat: multipel, pada jari, tangan, leher, muka, atau kepalaTerapi serum disertai pemberian vaksin

Pertimbangan terapi

VaksinasiVaksin rabies bermacam-macam, ada yang dibuat dari antigen lemah dari biakan virus rabies dan telur yang dimatikan secara kering dan ada yang dibuat dari otak anak tikus yang diinkubasi rabies (vaksin SMBV, suckling mouse brain vaccine). Serum didapat dari darah kuda sehingga timbulnya syok anafilaksis harus selalu diwaspadai. Serum dibuat dengan cara menyuntik kuda tiap hari selama 2 minggu dengan emulsi 5% jaringan yang terinfeksi. Serum diberikan dengan dosis 40 IU/kgBB yaitu sebanyak 5 ml secara infiltrat disekitar gigitan yang tergolong berat.Vaksin disuntikkan subkutan tiap hari sampai 20-30 kali. Pada penderita yang mendapatkan serum diberikan booster 10-20 hari setelah suntikan terakhir. Vaksin SMBV disuntikkan subkutan tujuh kali 2 ml sebagai dasar, kemudian dua kali 0,25 ml sebagai booster.

KomplikasiBerbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya timbul pada fase koma. Komplikasi neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intra-kranial, kelainan pada hipotalamus berupa diabetes insipidus, sindrom abnormalitas hormon anti diuretik (SAHAD), disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertermia/ hipotermia, aritmia dan henti jantung. Kejang dapat lokal maupun generalisata dan sering bersamaan dengan aritmia dan gangguan respirasi. Pada stadium prodromal sering terjadi komplikasi hiperventilasi dan alkalosis respiratorik, sedangkan hipoventilasi dan depresi pernapasan terjadi pada fase neurologik akut. Hipotensi terjadi karena gagal jantung kongenstif, dehidrasi dan gangguan otonomik.PencegahanUntuk mencegah infeksi virus rabies pada penderita yang terpapar dengan virus rabies melalui kontak ataupun gigitan binatang pengidap atau tersangka rabies harus dilakukan perawatan luka yang adekuat dan pemberian vaksin anti rabies dan imunoglobulin. Vaksinasi rabies perlu pula dilakukan terhadap individu yang beresiko tinggi tertular rabies.