EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN … · and after classical guidance service with...
Transcript of EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN … · and after classical guidance service with...
i
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
UNTUK MENINGKATKANKONSEP DIRI (Studi Pra Eksperimen pada Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung
Tahun Ajaran 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Windriati Emban Pertiwi
131114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
Apapun yang orang katakan tentangku, aku tetap pribadi yang berharga.
(Sinurat)
“ketika kau melakukan usaha mendekati cita-citamu, di waktu yang bersamaan
cita-citamu juga mendekatimu. Alam semesta bekerja seperti itu”
(Fiersa Besari)
““Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang disurga
juga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni
orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”
(Matius 6:14-15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan :
Tuhan Yesus yang menjadi teman dalam kesulitan maupun kebahagiaan
sampai hari ini,
Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Kedua orangtuaku tercinta, Albertus Mujiono dan Lidwina Endang Windayu
Kakakku tercinta, Methodius Darmuat Abdi Buana
Adik tercinta Ana Cekly Kristanti
Untuk Panti Asuhan Santa Maria Pasang Surut
Semua orang yang mendukungku baik dalam doa maupun bantuan secara
langsung.
Semua sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan menemani dalam
mengerjakan.
Untuk seseorang yang menjadi teman dekat, yang selalu memberi semangat
dan bantuan dalam pembuatan karya ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI
(Studi Pra Eksperimen pada Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem
Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017)
Windriati Emban Pertiwi
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur: (1) peningkatan konsep diri pada
remaja panti asuhan sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar;
2)signifikansi peningkatan konsep diri remaja panti sebelum dan sesudah
mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning menggunakan media gambar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan pendekatan
One-Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian ini berjumlah 20 remaja
Panti Asuhan Pangrekso Dalem, Temanggung. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan menggunakan Kuesioner Konsep Diri. Reliabilitas Kuesioner
Konsep Diri dihitung menggunakan Alpha Cronbach, nilai reliabilitas senilai
0,939. Teknik Analisis data yang digunakan ialah teknik analisis deskriptif dengan
kategorisasi distribusi normal dan Uji Nonparametrik Wilcoxon.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan; (1) terdapat peningkatan skor
konsep diri sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning menggunakan media gambar, 2)terdapat
peningkatan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan
klasikal.
Kata kunci: konsep diri, bimbingan klasikal, experiential learning, media
gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF CLASSICAL GUIDANCE SEVICE
WITH EXPERENTIAL LEARNING
APPROACH USENG PICTURE MEDIA
FOR SELF-CONCEPT DEVELOPMENT
(Pre-Experiment Study on Adolescents of Pangrekso Dalem Orphanage
in Temanggung Batch 2016/2017)
Windriati Emban Pertiwi
Sanata Dharma Univercity
2017
This research was aimed at measuring: (1) self-concept development of
orphanage adolescents before and after receiving classical guidance service wit
experiential learning approach using pictures media; (2) the significance of
orphanage adolescents before and after receiving classical guidance service with
experiential learning approach using pictures media.
This research was pre-experiment research with One-Group Pretest-
Posttest Design approach. The subject of this research were 20 adolescents of
Pangrekso Dalem orphanage, Temanggung. The data in this research were
collected using Self-Concept Questionaire. Self-Concept qoestionaire reliability
was measured using Alpha Cronbach with reliability value of 0,939. The data
analysiss technique used was descriptive analysis technique with Normal
Distribution categorization and Wilcoxon Nonparametrix Test.
The finding of this research showed: (1) There was a score increase before
and after classical guidance service with experiential learning approach was given
using pictures media, (2) there was a significant increase before and after classical
guidance service was given.
Keyword: Self-Concept, Classical Guidance, Experiental Learning, Pictures
Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat yang telah
dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Proses
penulisan skripsi ini memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis
dalam mempraktekkan penulisan pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari
selama pesnyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan dapat
berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah
mendukung dan mendampingi selama proses penyusunan. Oleh karena itu secara
khusus peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M,Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling dan dosen pembimbing penulis selama penulisan skripsi ini
yang telah mendukung, memberi semangat, dan selalu mengingatkan
untuk bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah membimbing dan telah memberi
pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan hingga
penyusunan skripsi ini.
4. Kedua orangtuaku tercinta yaitu bapakAlbertus MujianadanIbuLidwina
Endang Windayu yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang,
motivasi, doa, dukungan, dan membiayai seluruh kebutuhan demi
terselesainya skripsi ini.
5. Kakak dan adikku tercintaMethodius Darmuat Abdi Buana dan Ana Cekly
Kristanti yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan doa.
6. Sahabat-sahabat terbaikku, Putri, Desi, Umi, Aning yang selalu
mendukung dalam susah maupun senang.
7. Teman-teman BK angkatan 2013 yang telah memberikan semangat, dan
masukan demi terselesaikannya skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTO ............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAILMIAH ......................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. ... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Batasan Masalah........................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
E. Tujuan .......................................................................................................... 7
F. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................................. 8
G. Definisi Istilah .............................................................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 10
A. Konsep Diri ................................................................................................ 10
1. Pengertian Konsep Diri ........................................................................ 10
2. Penggolongan Konsep Diri .................................................................. 11
3. Aspek-aspek Konsep Diri .................................................................... 12
4. Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif ................... 13
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Perkembangan Remaja ............................................................................... 16
1. Pengertian Remaja ............................................................................... 16
2. Ciri-ciri Masa Remaja .......................................................................... 17
3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja........................................... 19
4. Remaja Panti Asuhan ........................................................................... 20
C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal ....................................................... 22
1. Pengertian Bimbingan Klasikal............................................................ 22
2. Manfaat Bimbingan Klasikal ............................................................... 23
3. Tahapan Layanan Bimbingan Klasikal ................................................ 24
D. Pendekatan Experiential Learning ............................................................. 26
1. Pengertian Experiential Learning ........................................................ 26
2. Proses Experiential Learning ............................................................... 27
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran experiential learning ............. 28
4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning ......................................... 28
5. Metodologi Pembelajaran Experiential Learning ................................ 29
E. Visual Art .................................................................................................. 32
1. Pengertian Media Gambar.................................................................... 32
2. Klasifikasi Media Bimbingan dan Konseling ...................................... 32
3. ManfaatMedia Gambar ........................................................................ 35
4. Sifat Media Gambar dan Aktivitasnya ................................................. 36
5. Proses Konseling Art dengan Menggambar ......................................... 37
F. Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 38
G. Kerangkan Berfikir..................................................................................... 38
H. Hipotesis ..................................................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 42
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43
C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 44
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 44
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 44
2. Instrumen Penelitian............................................................................. 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 48
1. Validitas ............................................................................................... 48
2. Reliabilitas Instrumen .......................................................................... 51
F. Uji Normalitas ........................................................................................... 52
G. Prosedur Analisis Data ............................................................................... 53
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 59
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 59
B. Pembahasan ................................................................................................ 65
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 73
A. Kesimpulan ................................................................................................ 73
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 74
C. Saran .......................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN .......................................................................................................... 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Design Penelitian ................................................................................... 43
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Bimbingan Kelompok ................................................ 44
Tabel 3.3 Jumlah Subjek Penelitia ........................................................................ 44
Tabel 3.4 Gradasi Pernyataan Item Skala Likert ................................................... 47
Tabel 3.5 Kisi-kisi Konsep Diri (Sebelum Uji Coba) ........................................... 48
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Konsep Diri (Setelah Uji Coba) ............ 50
Tabel 3.7 Hasil Uji Kuesioner Konsep Diri .......................................................... 51
Tabel 3.8 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford ...................................... 52
Tabel 3.9 Tabel Uji Normalitas Kuesioner Tingkat Konsep Diri ......................... 53
Tabel 3.10Norma Kategorisasi .............................................................................. 56
Tabel 3.11 Norma Kategorisasi ............................................................................. 57
Tabel 4.1 Distribusi Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017
sebelum dan sesudah mendapatkan
Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Media Gambar ............. 59
Tabel 4.2 Capaian Skor Selisih Pretest dan Posttest
Konsep Diri Remaja Panti ................................................................... 61
Tabel 4.3 Uji Sample Berpasangan Pretest dan Posttest
Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung ........................ 62
Tabel 4.4 Test Statistik .......................................................................................... 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Kolb’s Learning Style Model ........................................................... 27
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Konsep Diri ...................................................... 40
Gambar 4.1 Kategorisasi Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017
Sebelum dan Sesudah diberikan Layanan Bimbingan
Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning
Menggunakan Media Gambar ....................................................... 60
Gambar 4.2 Sebaran Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017
Sebelum dan Sesudah mendapatkan Layanan
Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning
Menggunakan Media Gambar ....................................................... 61
Gambar 4.3 Peningkatan Rata-rata Konsep Diri Remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017
Sebelum dan Sesudah diberikan Layanan Bimbingan Klasikal
dengan Pendekatan Experiential Learning
Menggunakan Media Gambar ....................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Kuesioner Konsep Diri ...................................................................... 80
Lampiran 2Hasil Uji Validitas Kuesioner Konsep Diri ....................................... 85
Lampiran 3Tabulasi Data Instrumen Skala Konsep Diri
Remaja Panti (Responden/Subjek) ................................................... 90
Lampiran 4Rekapitulasi Skor Skala Konsep Diri Remaja Panti
Pretest dan Posttest ......................................................................... 94
Lampiran 5Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas
(Topik: Konsentrasi Belajar) ............................................................ 95
Lampiran 6Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas
(Topik: Berani Berbicara) .............................................................. 103
Lampiran 7Foto selama Bimbingan ................................................................... 109
Lampiran 8Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil
penelitian dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Konsep diri merupakan gambaran orang tentang dirinya (Hurlock,
1989). Konsep diri menjadi hal penting bagi setiap orang. Hal tersebut
dikarenakan perkembangan konsep diri sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi seseorang. Konsep diri juga sangat berpengaruh
terhadap relasi dengan orang lain. Konsep diri bukan merupakan bawaan
dari lahir tapi konsep diri terbentuk berdasarkan hasil belajar seseorang.
Proses belajar seseorang bisa didapat dimana pun seseorang tinggal dan
berada. Sehingga pendidikan dilingkungan seseorang tinggal dan berada
sangat berpengaruh bagi terbentuknya konsep diri seseorang seperti
lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah serta
lingkungan pergaulannya.
Lingkungan keluarga merupakan awal bagi seseorang mengenal
dan belajar segala sesuatunya termasuk belajar mengenal diri sendiri
maupun belajar mengenal orang lain. Lingkungan keluarga juga
membentuk seseorang dalam memandang dirinya. Sehingga pendidikan
keluarga menjadi dasar bagi perkembangan seseorang untuk menjadi
pribadi yang utuh. Meskipun orang tua merupakan salah satu orang yang
berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kenyataannya banyak anak yang tidak bisa hidup satu atap dengan orang
tuanya dengan berbagai alasan. Seperti anak-anak yang tinggal di Panti
Asuhan, mereka tidak bisa tinggal bersama orang tua kandungnya serta
keluarganya. Dengan berbagai alasan seorang anak dititipkan di Panti
Asuhan, seperti masalah ekonomi, kehamilan diluar nikah, perceraian
orang tua, kematian orang tua, penelantaran anak dan masalah-masalah
lainnya. Dikatakan bahwa sikap orang-orang yang signifikan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak.
Sikap seseorang terhadap dirinya sangat dipengaruhi oleh cara
tokoh-tokoh signifikan memperlakukannya, terutama pada masa
anak/mudanya, yaitu pada waktu anak belum mampu menyaring benar
tidaknya, tepat tidaknya yang dikatakan orang lain. Anak cenderung
menganggap benar apa saja yang dikatakan orang lain. Sehingga jika
orang-orang yang signifikan dalam hidupnya seperti orang tua, guru,
teman sebaya dan orang lain yang berpengaruh baginya, merendahkan,
meremehkan, mempermalukannya, menolaknya maka sikap anak terhadap
dirinya pun negatif atau biasanya disebut konsep diri negatif. namun jika
anak diterima, dihargai, dicintai, maka anak akan menerima, menghargai,
dan mencintai dirinya. Sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif.
Sehingga kehadiran orang-orang yang signifikan sangat penting bagi
pembentukan konsep diri seorang anak.
Berdasarkan wawancara dengan seorang mahasiswi yang
sebelumnya pernah PPL di panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dapat ditemukan beberapa permasalahan seperti ada beberapa remaja
kurang percaya diri ketika disuruh untuk berbicara didepan umum, ada
beberapa remaja yang menganggap bahwa sekolahnya kurang bermutu,
ada beberapa anak yang cenderung menutup diri, ada beberapa anak yang
belum bisa menerima kekurangannya. Serta tidak adanya bimbingan
kelompok terjadwal yang ada dipanti asuhan tersebut. Jika hal seperti ini
dibiarkan maka kemungkinan besar akan membentuk konsep diri anak
panti kearah negatif (konsep diri negatif) yang terjadi ketika hal tersebut
dibiarkan yakni anak menjadi minder, tidak berani mengungkapkan
pendapat karna takut, merasa dirinya tidak berharga sebagai anak panti dan
kemungkinan prestasinya bisa memburuk.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi yang
mengakibatkan banyak anak yang harus tinggal di Panti asuhan, maka
salah satu usaha pemerintah yaitu dengan menyediakan lembaga-lembaga
yang menampung dan merawat anak-anak dengan permasalahan tertentu.
Salah satu lembaga tersebut ialah panti asuhan. Panti Asuhan merupakan
lembaga yang bertugas merawat anak-anak yatim piatu maupun anak-anak
dengan permasalahan lain. Panti asuhan merupakan tempat
berkembangnya seorang anak yang tinggal di panti tersebut. Tempat untuk
anak mengekspresikan diri seperti yang seharusnya mereka terima dalam
keluarga.
Mentri sosial Khofifah (Gresnews.com) mengatakan bahwa
setidaknya 4,1 juta anak terlantar, diantaranya 5.900 mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
penelantaran, 3.600 bermasalah dengan hukum, 1,2 balita terlantar, dan
anak jalanan sebanyak 34 ribu. Data tersebut yang menjadi salah satu
alasan pemerintah bahwa perlu adanya lembaga-lembaga yang mampu
menolong anak-anak dengan permasalahan diatas. agar anak mendapatkan
kesempatan yang sama seperti anak-anak lain yang bisa hidup didalam
keluarga. Di Panti ini anak-anak juga bisa merasakan kasih sayang melalui
pengasuh-pengasuh yang sudah seperti orang tua mereka.
Berdasarkan persoalan-persoalan di atas hal ini menggerakan
peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan Bimbingan
Kelompok berbasis exsperiential learning menggunakan media gambar.
Bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik dalam memberikan
bantuan kepada anak dalam menyelesaikan permasalahannya. Melalui
bimbingan kelompok diharapkan, remaja panti dapat melihat hal positif
dalam diri sebagai potensi dalam dirinya yang dapat dibanggakan.
Sehingga remaja panti dapat semakin berkembang kepribadiannya sesuai
dengan tahap perkembangan yang mereka jalani saat ini. Bimbingan yang
akan diberikan beberapa kali diharapkan bisa memberi dampak yang lebih
baik lagi untuk perkembangan kepribadian remaja panti khususnya
pembentukan konsep diri positif. Peran pembimbing dan pengasuh dalam
mendampingi dengan penuh kasih sayang dan ketulusan menjadi faktor
penting untuk anak mendapatkan kenyamanan saat proses bimbingan.
Untuk memberikan layanan bimbingan peneliti merasa bahwa
perlu adanya metode yang tidak membuat remaja bosan saat mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bimbingan untuk itu peneliti memilih metode experiential learning.
Bimbingan kelompok berbasis Experiential Learning merupakan metode
belajar yang menekankan pengalaman. Dengan experiential learning
diharapkan remaja panti bisa belajar dengan pengalaman selama proses
bimbingan berlangsung baik pengalaman dirinya maupun pengalaman
orang lain. Hal ini menjadi nilai positif karena remaja terlibat dalam proses
sehingga remaja akan termotivasi dari pengalaman orang lain yang
dilihatnya selama proses bimbingan. Metode experiential learning ini
diharapkan mampu memberi dampak positif bagi remaja panti. Mengingat
bahwa di Panti tersebut tidak ada layanan bimbingan terjadwal bagi anak-
anak.
Penggunaan media dalam pemberian layanan bimbingan menjadi
faktor pendukung dalam mencapai keberhasilan terhadap topik yang ingin
dituju. Salah satunya penggunaan media gambar. Media gambar
merupakan sarana dalam membantu anak untuk mengekspresikan
perasaannya. Penggunaan media gambar diharapkan semakin menambah
pengalaman untuk semakin belajar mengenali diri sendiri dan mampu
meningkatkan konsep diri remaja panti. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Hidayah (2015) pada 21 anak dengan kriteria tertentu dengan
menyamakan sebanyak mungkin kondisi homogenitas penggunaan media
gambar mampu meningkatkan konsep diri positif secara signifikan senilai
Sig. (2 tailed) (0,00). Sehingga media gambar tepat digunakan sebagai
media untuk meningkatkan konsep diri anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Berkaitan dengan hal ini peneliti tertarik untuk meneliti disalah
satu Panti yang diduga ada permasalahan mengenai konsep diri untuk
ditingkatkan ke arah yang semakin positif. Metode yang digunakan
melalui bimbingan kelompok dengan media gambar. Judul penelitian ini
yaitu “Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan
Experiential Learning Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan
Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun
ajaran 2016/2017”.
B. Identifikasi masalah
Berangkat dari latar belakang tersebut terkait dengan konsep diri
remaja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung diidentifikasikan
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kepercayaan diri remaja panti untuk berbicara didepan
umum.
2. Kurangnya pemahaman remaja panti mengenai pentingnya sekolah
untuk masa depan.
3. Kurang adanya pemahaman beberapa remaja mengenai penerimaan diri.
4. Belum adanya layanan bimbingan terjadwal di Panti tersebut.
5. Belum adanya penggunaan media dalam pemberian layanan bimbingan.
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, fokus kajian diarahkan untuk menjawab
masalah yang teridentifikasi khususnya penerimaan diri dan pemahaman
pentingnya sekolah. Maka fokus judul yang digunakan yaitu Efektivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan Experiential Learning
Menggunakan Media Visual Art untuk Konsep Diri Remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2017/2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah dan identifikasi masalah maka
rumusan masalah peneliti yaitu adalah
1. Seberapa tinggi konsep diri remaja panti Asuhan Pangrekso Dalem
Temangggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah
mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar?
2. Apakah terdapat peningkatan signifikan konsep diri remaja Panti
Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung tahun ajaran 2016/2017
sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok
dengan pendekatan experiential learning menggunakan media
gambar?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah
1. Mengukur peningkatan konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso
Dalem Temangggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah
mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar.
2. Mengukur signifikansi konsep diri remaja panti Asuhan Pangrekso
Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
ilmu pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling, khususnya
dalam kaitannya antara konsep diri remaja yang tinggal di panti.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi remaja panti
Membantu remaja agar semakin berkembang terutama
kepribadiannya kearah yang lebih positif.Membantu remaja untuk
lebih peka terhadap dirinya dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi dengan segera agar tidak berkembang menjadi hal
negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri.Membantu remaja
untuk semakin mengenali kekurangan dan kelebihan yang ada
dalam diri.
b. Bagi pengasuh
Memberikan informasi kepada pengasuh tentang pentingnya
konsep diri bagi remaja panti sehingga dapat menjadi
pertimbangan dalam memberikan pengasuhan didalam panti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
c. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan dalam memberikan
pendampingan terhadap anak dan Mengimplementasikan ilmu
yang sudah didapat selama dibangku kuliah didalam proses
bimbingan nyata dilapangan.
G. Definisi istilah
1. Konsep diri adalah gambaran orang tentang dirinya yang dipengaruhi
oleh sikap orang-orang yang signifikan dalam hidupnya dalam
memperlakukannya seperti guru, orang tua, teman sebaya dan orang-
orang lain dalam hidupnya.
2. Panti asuhan adalah lembaga yang bertugas membantu dan merawat
anak dengan permasalahan-permasalahan tertentu.
3. Bimbingan kelompok adalah salah satu bentuk usaha pemberian
bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana
kelompok menjadi wahan untuk masing-masing anggota kelompok
tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi,
tanggapan kepentingan dirinya dengan masalahnya.
4. Experiential Learning merupakan pembelajaran dengan penekanan
pada individu-individu yang memiliki pengalaman langsung atas
bahan pembelajaran dan tidak terbatas pada pendidikan formal.
5. Media gambar adalah media visual berupa gambar yang dihasilkan
melalui proses menggambar dan menggunakanmedia berupa gambar
yang digunakan dalam proses bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini di paparkan secara singkat mengenai konsep diri, perkembangan
remaja, remaja panti asuhan, bimbingan kelompok, experiential learning, media
gambar, penelitian yang relevan, kerangka berfikir, hipotesis. Masing-masing
pokok bahasan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep diri
Menurut Rahmat (2003) konsep diri merupakan cara individu
memandang atau melakukan penilaian mengenai dirinya sendiri. konsep
diri merupakan hal penting yang akan menentukan bagaimana seseorang
memandang dirinya. Menurut Burns (1993) konsep diri adalah satu
gambaran dari apa yang kita pikirkan tentang apa yang orang lain
pikirkan mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
Agustiani (2006) mengatakan konsep diri merupakan gambaran
yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan. Konsep diri bukan merupakan bawaan lahir merlainkan
berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi.
Fitts (Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri adalah
aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri menjadi kerangka
acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Hartinah (2009)
konsep diri adalah gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
psikologis yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam halnya
penyesuaian diri.
Dari definisi beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa konsep diri
merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman dari interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Konsep diri juga menjadi aspek penting dalam
diri seseorang terutama karna konsep diri menjadi kerangka acuan
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan luar. Sehingga pengaruh
dari orang-orang sekitarnya terutama tempat dimana seseorang tinggal
terlibat dalam membentuk konsep diri seseorang.
2. Penggolongan Konsep Diri
Menurut Burns (1993), konsep diri digolongkan menjadi dua yaitu
konsep diri tinggi atau konsep diri positif dan konsep diri rendah atau
konsep diri negatif.
a. Konsep diri tinggi
Konsep diri tinggi sebagai sinonim dari konsep diri positif. Burns
(1993), mengatakan bahwa konsep diri yang tinggi menunjukan
adanya penghargaan diri yang tinggi, evaluasi diri yang tinggi,
perasaan harga diri yang positif, dan evaluasi diri yang positif. orang
yang memiliki konsep diri tinggi umumnya akan menerima keadaan
diri mereka sendiri.
b. Konsep diri rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Konsep diri rendah sebagai sinonim dari konsep diri negatif. konsep
diri rendah menunjukan adanya evaluasi diri yang negatif, membenci
diri, perasaan rendah diri dan tiadanya perasaan menghargai pribadi
dan penerimaan diri.
3. Aspek-aspek Konsep Diri
Agustiani (2006) membagi konsep diri ke dalam beberapa aspek
seperti berikut ini:
a. Aspek fisik
Aspek fisik disini meliputi bagaimana persepsi seseorang
terhadap keadaan fisiknya seperti penampilan dirinya (cantik, ganteng,
jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya seperti tinggi,
pendek, gemuk, kurus. Sehingga membentuk persepsi masing-masing
orang yang jika persepsinya negatif maka seseorang memandang
dirinya menjadi hal yang buruk, dan begitu juga sebaliknya.
b. Aspek psikologis
Aspek ini meliputi penilaian mengenai psikisnya seperti
perasaannya atau persepsinya tentang keadaan pribadinya. Hal ini
dipengaruhi oleh sebagaimana puas seseorang puas terhadap
pribadinya. Termasuk label-label yang dikenakan pada dirinya bukan
hanya menggambarkan tentang dirinya, tapi juga dengan nilai-nilainya
seperti harga diri dan kepercayaan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c. Aspek sosial
Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Aspek
tersebut seperti perasaan diterima dan dihargai dalam berinteraksi
dengan orang lain. Seseorang tidak dapat mengatakan dirinya memiliki
pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain yang
menunjukan bahwa ia memang memiliki pribadi baik.
d. Aspek moral
Aspek ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya
dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Bagaimana
seseorang memandang dirinya berdasarkan nilai-nilai yang ada
dimasyarakat dan etika yang seharusnya. Aspek tersebut menyangkut
hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupannya dan
nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan
buruk.
4. Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif
Konsep diri seseorang bergerak kearah negatif dan positif (Burns,
1993). Dengan respon yang didapat dari orang lain mengenai dirinya
terutama orang tua. Respon yang dimaksud adalah persepsi dari orang tua
dan orang terdekatnya dalam merespon seseorang. Jika seseorang
diperlakukan baik, maka orang tersebut akan meniru untuk melakukan
baik pula. Namun jika selama masa perkembangannya seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
diperlakukan buruk, maka seseorang tersebut akan melakukan hal yang
sama terhadap orang lain.
Menurut Burns (1993) seseorang yang memiliki konsep diri
positif yaitu seseorang yang mampu memodifikasi nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang sebelumnya dipegang dengan teguh dan dipandang dari
sudut pengalaman baru, tidak adanya kekawatiran terhadap masa lalu dan
masa yang akan datang, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan
permasalahannya seperti kegagalan-kegagalan yang sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari, mampu menerima diri sebagai seorang pribadi
yang sama berharganya dengan orang lain meskipun adanya perbedaan
dari setiap pribadi.
Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Susana (Tim Familya,
2006), apabila seseorang memiliki konsep diri positif, maka akan
memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, segala
perilakunya tertuju pada keberhasilan. Seseorang yang memiliki konsep
diri yang positif ia akan berjuang dan tidak mudah putus asa untuk selalu
mewujudkan konsep dirinya seperti anak merasa pandai, maka ia akan
membuktikan keyakinannya tersebut. Menurut Arini (Tim Familya,
2006), seseorang yang memiliki konsep diri positif yakni ketika
menghadapi kegagalan akan bersikap lebih positif, menerima diri apa
adanya, bersikap optimis, realistis, dan menilai kelebihan dan
kekurangannya secara positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
karakteristik remaja yang memiliki konsep diri positif yaitu:
a. Cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri,
sebagaimana sikap mereka terhadap oran lain.
b. Memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi untuk menyelesaikan
permasalahannya bahkan ketika menghadapi kegagalan.
c. Mampu menerima diri dan memandang sekitarnya sebagai tempat
yang menyenankan. Mereka memiliki kemampuan memodifikasi nilai
dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dan tidak memiliki
kekawatiran terhadap masa lalu dan masa depan.
d. Mampu menilai kekurangan dan kelebihannya secara positif.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
a. Orang lain
Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana penilaian
orang lain tentang dirinya. Biasanya hal tersebut dipengaruhi oleh
orang-orang yang sangat penting bagi dirinya seperti orang tua dan
saudaranya. Orang-orang tersebut biasanya disebut significant
others.Significant others adalah orang tua dan saudaranya.Dari orang-
orang tersebutlah seseorang membentuk konsep dirinya khususnya
waktu masih anak-anak. Jika sudah dewasa, individu yang
bersangkutan akan menghimpun semua penilaian orang-orang yang
pernah berhubungan dengannya. Konsep ini disebut generalized
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
others, yakni pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan
pandangan orang lain terhadap dirinya.
b. Kelompok Acuan
Setiap orang adalah anggota masyarakat dan setiap kelompok
memiliki norma-norma sendiri. Diantaranya kelompok acuan, yang
membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan
nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok inilah yang
memengaruhi konsep diri seseorang.
c. Penyikapan Diri
Devito (Hutagalung, 2007) mendefinisikan self disclosure
sebagai bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri sendiri yang
biasanya disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan pada orang
lain. Penyikapan ini terjadi bila individu secara sukarela
mencerminkan mengenai dirinya pada orang lain, sehingga orang
tersebut menjadi senang karena mendapat informasi langsung dari
yang bersangkutan. Devito juga membedakan penyikapan diri atas
lima dimensi, yaitu: 1) Ukuran penyikapan diri; 2) Valensi penyikapan
diri; 3) Kecermatan dan kejujuran; 4) Tujuan dan maksud; 5)
Keintiman.
B. Perkembangan Remaja
1. Pengertian Remaja
Hartinah (2011), Remaja dalam bahasa aslinya disebut
adolescence, berasal dari bahasa addolescene yang artinya, “tumbuh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Peaget (Hurlock, 1991)
remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi julam masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa berada dibawah tingkat
orang yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah
tidak tergolong anak-anak, tapi belum juga dapat diterima secara penuh
untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan
orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase
mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu
menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun
psikisnya.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (2002), Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu
yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri tersebut
diuraikan dibawah ini:
a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.
semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental
dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan
Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan
ke tahap perkembangan lainnya. Pada masa ini remaja mulai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mencoba-coba hal baru dan berusaha menentukan perilaku, nilai sifat
yang paling sesuai.
c. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah
Pada masa ini remaja menganggap dirinya mampu mandiri dan
tidak mau meminta bantuan orang dewasa. Kadang yang terjadi adalah
orang tua dan anak mengalami perbedaan pendapat hingga yang terjadi
seringkali masalah muncul. Pada masa ini remaja menganggap apa
yang ia putuskan adalah hal yang benar.
d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Jati Diri
Pada masa ini remaja mulai mencari identitas dirinya dengan
cara mencari figur yang dapat dijadikan contoh baginya. Remaja mulai
menginginkan diri yang sesuai dengan dirinya. jika remaja menyadari
segala kelebihan yang dimilikinya dan mampu mengembangkannya
maka konsep dirinya positif.
e. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan
Didalam masyarakat pandangan terhadap remaja cenderung
negatif. remaja seringkali takut tidak mampu mengatasi permasalahan
yang dialaminya tersebut hal ini berpengaruh terhadap konsep dirinya.
f. Masa Remaja Sebagai Masa Yang Tidak Realistik
Pada masa ini remaja kurang mampu bersikap rasional dan
kurang objektif terhadap dirinya dan lingkungannya. Sehingga hal ini
sering menyebabkan remaja mengalami kegagalan dan kekecewaan
yang berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
g. Masa Remaja Sebagai Masa Ambang Masa Dewasa
Pada masa ini merupakan awal dari masa depan remaja tersebut.
Jika pada masa ini remaja mampu membawa diri kearah positif artinya
tidak mudah terpengaruh dengan pergaulan yang negatif maka konsep
dirinya akan positif. Begitu juga dengan sebaliknya.
3. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Hurlock (Hartinah, 2011), tugas perkembangan yang harus dilalui
oleh seorang remaja yaitu:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlain jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
kelua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
4. Remaja Panti Asuhan
Remaja dipanti asuhan adalah semua anak panti yang tergolong
dalam masa remaja. Menurut kementrian sosial panti asuhan adalah
lembaga sosial yang memiliki tugas memberikan bimbingan dan
pelayanan bagi anak yatim, piatu, yatim piatu yang kurang mampu, dan
terlantar agar seseorang tersebut mampu berkembang secara wajar sesuai
tahap perkembangannya. Pada masa remaja ini tugas perkembangan yang
harus dijalani oleh seorang remaja. Hurlock (Hartinah, 2011) menyebutkan
bahwa tugas perkembangan yang harus dilalui oleh remaja diantaranya
mampu menerima keadaan fisik, mampu membina hubungan baik dengan
anggota kelompok yang berlawan jenis, memahami, menginternalisasikan
nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, dan mengembangkan perilaku
tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
Remaja panti asuhan sama halnya dengan remaja pada umumnya
yang juga melalui tahap-tahap perkembangannya. Panti asuhan adalah
lembaga kesejahteraan sosial yang bertugas memberikan kesejahteraan
sosial bagi orang-orang terlantar karena perasalahan tertentu, memberikan
pelayanan sebagai pengganti orang tua yang seharusnya mereka terima
agar anak-anak tersebut mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tahapannya. Sehingga anak-anak tersebut mampu melewati setiap tahap
perkembangan dengan sebaik-baiknya dan nantinya menjadi penerus
bangsa yang berkualitas dan bisa diandalkan. Banyak keluarga yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan mengakibatkan
keterlantaran anak. Beberapa penyebab yaitu:
1) Orang tua meninggal dan tidak ada anggota keluarga lain yang
merawatnya.
2) Orang tua kesulitan dalam masalah ekonomi atau dapat dibilang miskin,
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan anak.
3) Orang tua tidak sanggup menjalankan fungsinya karena menderita sakit
kronis dan alasan lainnya.
Konsep diri yang dikembangkan oleh remaja panti asuhan dapat
merupakan konsep diri positif maupun konsep diri negatif. remaja yang
mengembangkan konsep diri positif akan mampu menghargai diri
sendiri (penerimaan diri tinggi), memiliki perasaan aman dan percaya
diri tinggi, menerima kekurangan dan kelebihan diri secara positif dan
memiliki kemampuan memodifikasi nilai atau biasanya seseorang
mampu menyesuaikan diri dalam situasi apapun. Hal-hal tersebut akan
mengakibatkan terbentuknya penilaian diri yang positif. Dengan
penilaian positif mengenai diri mereka maka akan mengakibatkan
seseorang memiliki harga diri yang tinggi mengenai diri sendiri.
Sedangkan pengembangan konsep diri negatif biasanya ditandai dengan
cenderung sulit menerima pendapat dari orang lain, cenderung
mengasingkan diri (menyendiri), sulit mengakui kesalahannya, dan
kurang mampu mengungkapkan perasaannya. Hal tersebut yang
menjadikan terbentuknya harga diri yang rendah bagi seorang anak. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tersebut dikarenakan kurang adanya perasaan tidak berharga dan tidak
mampu. Sehingga akan menghambat perkembangan seseorang terutama
perkembangan pribadi secara utuh.
Fitts (Agustiani, 2006) mengatakan bahwa konsep diri
berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui
konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan
memahami tingkah laku orang tersebut. pada umumnya tingkah laku
seseorang berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri.
jika seseorang mempersepsi diri sebagai orang yang inferior
dibandingkan orang lain, walaupun itu belum tentu benar, biasanya
tingkah laku yang ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan
yang dipersepsinya secara subjektif.
C. Hakikat Layanan Bimbingan klasikal
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Dalam membantu mengoptimalkan perkembangan pribadi peserta
didik ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan
Konseling. Salah satunya yaitu dengan memberikan layanan bimbingan
klasikal.
Nurihsan (2011:23) menjelaskan bahwa bimbingan klasikal
merupakan pemberian bantuan kepada individu yang dilaksanakan dalam
jumlah yang besar. Sedangkan menurut permendikbud nomor 111 tahun
2014 bimbingan klasikal merupakan layanan yang dilakukan dengan tatap
muka secara rutin, dilakukan dengan setting kelas, dan diberikan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
setiap siswa. Bidang bimbingan yang diberikan yakni pribadi, sosial,
belajar dan karir (Kemendikbud, 2014).
Winkel dan Hastuti (2004) mengatakan bahwa bimbingan klasikal
merupakan istilah yang digunakan dalam institut pendidikan yang merujuk
pada sejumlah siswa yang dikumpulkan untuk melakukan kegiatan
bimbingan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan secara
langsung/tatap muka antara guru BK dan siswa yang membahas topik-
topik mengenai bidang pribadi, sosial, belajar dan karir, yang dilakukan
dalam jumlah siswa banyak.
2. Manfaat Bimbingan Klasikal
Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas (2004) yaitu
sebagai berikut:
a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, potensi,
kebiasaan, sikap, dan sebagainya.
b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi.
c. Siswa semakin tertarik, termotivasi, dan berminat untuk belajar, lebih
giat agar mendapat hasil belajar yang baik.
d. Siswa semakin mampu menyelesaikan permasalahannya dan mampu
mengambil keputusannya sendiri dalam hidupnya, serta mampu
membuat perencanaan kegiatan yang berguna dalam hidupnya.
e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai-nilai dan sikap secara
menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
f. Siswa semakin mampu memahami dan menerima dirinya sendiri.
3. Tahapan Layanan Bimbingan Klasikal
Tahapan-tahapan dalam bimbingan menurut Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMP Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kerja Kependidikan
(2016) dijelaskan sebagai berikut:
a. Prabimbingan
1) Menyusun RPL
2) Pembentukan Kelompok
b. Pelaksanaan
1) Pembukaan
a) Menciptakan suasana saling mengenal, rileks, dan hangat.
b) Menjelaskan tujuan dan manfaat bimbingan.
c) Menjelaskan peran masing-masing anggota dan pembimbing
dalam proses pelaksanaan bimbingan.
d) Menjelaskan aturan-aturan yang ada selama proses bimbingan
berlangsung.
e) Memotivasi anggota untuk saling terbuka satu sama lain.
f) Memotivasi anggota agar mampu mengungkapkan harapan-
harapannya dan mampu merumuskan niat bersama.
2) Transisi
a) Melakukan kegiatan selingan berupa permainan kecil yang
melibatkan semua anggota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b) Mengulang kembali tujuan dan kesepakatan bersama.
c) Memotivasi anggota agar mampu terlibat aktif dalam
pelaksanaan.
d) Mengingatkan anggota bahwa kegiatan akan segera masuk
kegiatan inti.
3) Inti
a) Membantu siswa untuk mampu mengungkapkan topik yang perlu
dibahas.
b) Menetapkan topik untuk diintervensi bersama.
c) Mendorong semua anggota agar mampu terlibat aktif.
d) Mengulas kembali secara singkat hasil yang telah dicapai dari
pertemuan sebelumnya.
4) Penutup
a) Mengungkapkan kesan dan keberhasilan yang dicapai oleh setiap
anggota.
b) Merangkum hasil dari kegiatan.
c) Menyampaikan kegiatan lanjutan
d) Menyampaikan bahwa kegiatan akan segera berakhir.
e) Menyampaikan pesan serta harapan setelah diberikan bimbingan.
c. Pasca Bimbingan
1) Melakukan evaluasi perubahan yang dicapai.
2) Menetapkan tindak lanjut dari kegiatan.
3) Menyusun laporan bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
D. Pendekatan Experiential Learning
1. Pengertian Experiential Learning
Experiential learning adalah suatu pendekatan didalam pemberian
layanan bimbingan kelompok menggunakan dinamika yang efektif bagi
perkembangan individu yang terlibat. Dikatakan efektif ketika mampu
menghadirkan suasana jiwa yang diantara peserta yang terlibat,
meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif, meningkatkan
minat atau gairah untuk semakin terlibat dalam proses, memungkinkan
terjadinya katarsis, dan meningkatkan kemampuan sosialnya (Prayitno,
dkk, 1998:90).
Kolb mengatakan experiential learning: experience as tha source of
learning and development” dalam pernyataan tersebut terdapat makna
bahwa pengalaman nyata peserta didik. Peserta didik berperan aktif selama
dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan tersebut.
Experiential learning adalah suatu proses siswa membangun dan
menyusun ketrampilan dan nilai langsung. Sehingga dapat diartikan bahwa
experiential learning memfokuskan pada pengalaman yang dialami
individu selama kegiatan. Pengalaman individu selama mengikuti kegiatan
tersebut merupakan proses belajar yang mengalami perubahan, agar
mampu meningkatkan efektivitas hasil belajar individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Proses Experiential Learning
Kolb menjelaskan empat tahapan dalam model pembelajaran, siklus
pembelajaran model experiential learning disajikan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model
Lebih lanjut, Kolb juga memaparkan keempat tahapan model
pembelajaran experiential learning yakni:
a. Concrete experience. Pada tahap ini siswa melibatkan diri
sepenuhnya dalam pengalaman barunya.
b. Observations and reflections. Pada tahap ini siswa mengobservasi
dan merefleksikan atau memikirkan pengalamannya dari berbagai
segi.
c. Formation of abstract concepts and generalizations. Pada tahap ini
siswa menciptakan konsep yang mengintegrasikan observasinya
menjadi teori yang sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
d. Testing implications of concepts in new situations. Pada tahap ini
siswa menggunakan teori tersebut untuk memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning.
Kolb (2015) menjelaskan empat tahapan model
pembelajaran, siklus model experiential learning disajikan dalam
Gambar 2.2.
4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning
Menurut Supratiknya (2011) ada beberapa aktivitas dalam
tahap proses experiential antara lain refleksi dan sharing. Refleksi
adalah menghadirkan kembali dalam batin individu aneka pengalaman
yang sudah terjadi, untuk menemukan makna dan nilai-nilai yang
lebih dalam. Sehingga adanya refleksi memiliki tujuan dalam
Concrete experience
Observations and reflections
Formation of abstract concepts and
generalizations
Testing implications of concept in new
situations
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mendidik, yang berarti memiliki peran sebagai sarana penghubung
antara pengalaman pribadi dan pengalaman belajar. Sharng
merupakan membagikan hasil pikiran dan perasaan yang muncul
sebagai hasil refleksi kepada orang lain sebagai hasil dari proses
belajar. Dalam melakukan sharing semua anggota harus
mendengarkan agar mampu menangkap makna dan nilai dari apa yang
disharingkan.
5. Metodologi Pembelajaran Experiential Learning
Abella (Supratiknya, 2011) merumuskan delapan metode khas
pembelajaran experiential learning, metode tersebut yakni:
a. Metode Diskusi Kasus
Metode diskusi kasus ini memanfaatkan studi kasus, yaitu
deskriptif tentang uatu situasi yang disajikan baik secara tertulis,
lewat rekaman audio, tau lewat video, untuk disimak atau
dipelajari oleh peserta dan kemudian mendiskusikannya dengan
panduan pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh fasilitator.
Sebaiknya diskusi difokuskan pada isu-isu yang terdapat di dalam
situasi yang didiskripsikan: seperti tindakan apa yang perlu
dilakukan atau pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik, serta cara
mengatasi atau mencegah agar situasi sejenis tidak terjadi
b. Simulasi dan Games
Games atau permainan adalah aktivitas bermain yang
diformalkan, lazimnya tidak terkait angsung dengan situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kehidupan nyata. Peserta diharapkan mencapai tujuan tertentu
dalam batas-batas yang ditetapkan lewat serangkaian aturan main.
Aturan main ini menentukan jenis aktivitas yang harus dilakukan
dan kapan permainan harus diakhiri. Simulasi mempresentasikan
situasi kehidupan nyata tertentu, tetapi komponen-komponen dan
saling berhubungan antar komponen itu ditampilkan sedemikian
rupa sehingga bisa dimanipulasikan atau dikendalikan oleh peserta
mengikuti kerangka waktu yang ditentukan.
c. Latihan Bermain Peran
Dalam latihan bermain peran, peserta mensimulasikan
sebuah situasi interaktif nyata atau hipotetis. Misal, memainkan
peran siswa yang sering membuli temannya. Simulasi ini lazimnya
dilakukan dengan diskusi dan analisis, untuk mengetahui
bagaimana interaksi itu dirasakan dan dihayati, apa yang terjadi,
dan mengapa demikian. Peserta bisa memperoleh umpan balik
tentang tingkah lakunya selama bermain peran.
d. Diskusi Kelompok
Dalam metode diskusi kelompok ini peserta diberi
kesempatan untuk bertukar pikiran secara bebas, baik dalam kelas
besar maupun kelompok-kelompok kecil. Aturan dalam diskusi ini
disampaikan kepada seluruh pesrta. Fasilitator bertanggung jawab
untuk membuat diskusi kelompok tersebut hidup dan menyatukan
berbagai gagasan serta pendapat, hingga menarik kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
e. Latihan Individual
Dalam latihan individual peserta diminta untuk
mengerjakan sendiri-sendiri, lazimnya berupa tugas mentransfer
atau menerapkan isi atau hasil pelajaran dari program kegiatan
yang baru diikutinya ke dalam situasi kehidupan masing-masing.
Tujuan latihan individual adalah memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menerapkan hasil yang diperoleh dari program,
menguji pemahaman atau memeriksa sejauh mana hasil
pembelajaran bisa diterapkan dalam kehidupan masing-masing.
f. Presentasi/Lekturet
Presentasi/lekturet merupakan bentuk komunikasi atau
penyampaian terstruktur atau yang disiapkan dan bersifat satu arah
dari pihak penyaji atau penceramah kepada peserta. Peserta bisa
mengajukan pertanyaan namun dibatasi. Dalam penyampaian
biasanya menggunakan alat bantu visual yang digunakan untuk
mendukung presentasi.
g. Modelling Perilaku
Dalam modelling perilaku peserta diberi contoh cara bertingkah
laku dalam menghadapi situasi tertentu. Langkah-langkah tersebut
biasanya didemontrasikan melalui rekaman video. Kemudian
peserta diminta berlatih dan diminta untuk menerapkan langkah-
langkah tersebut. sesudah itu peserta diminta umpan balik kepada
peserta ditunjukan dalam hal apa saja yang perlu ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
E. Visual Art
1. Pengertian Media Gambar
Menurut AECT (Nursalim 2013) media adalah sebagai segala bentuk
dan saluran yang dipergunakan untuk memproses penyaluran pesan.
Miarso (Nursalim 2013) media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa media bimbingan dan konseling adalah wadah dari
pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan bimbingan dan
konseling, tujuan yang ingin dicapai ialah perkembangan siswa secara
optimal. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar
kemungkinan bagi siswa/klien tertarik pada layanan bimbingan dan
konseling, serta untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang
dipelajari lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan
ketrampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling.
Seni visual didefinisikan sebagai proses-proses dalam bidang seni
yang berfokuspada penglihatan yang mewakilirealitas simbol. Seni visual
mencakup secara luas dalam bidang media, termasuk lukisan, gambar,
fotografi, dan patung Malchiodi dkk (Glading, 2010).
2. Klasifikasi Media Bimbingan dan Konseling
Nursalim (2013) klasifikasi media bimbingan dan konseling
diuraikan dibawah ini berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
a. Kelompok Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide,
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga
menarik dan diingat siswa. Yang termasuk media grafis yaitu:
1) Grafik, yaitu penyajian data berangka melalui perpaduan antara
angka, garis, dan simbol.
2) Diagram, yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk
memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan
melalui garis-garis simbol.
3) Bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang
merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubungan-
hubungan penting.
4) Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draf kasar yang
melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar.
b. Media Bahan Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya
melalui proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini
menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang
diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang
disajikan. Jenis media bahan cetak ini diantaranya adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
1) Buku teks, yaitu buku yang membahas cara memecahkan masalah
atau cara mengembangkan diri. Dalam bimbingan dan konseling
buku teks biasanya berupa bibliokonseling.
2) Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu dan didesain sedemikian rupa guna memperlancar
pelaksanaan layanan informasi dan bimbingan klasikal.
c. Media Gambar Diam
Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar
yang dihasilkan melalui proses fotografi. Jenis media gambar ini adalah
foto. Media gambar diam ini dapat digunakan untuk berbagai macam
layanan bimbingan dan konseling misalnya untuk menjelaskan entang
macam-macam pelanggaran yang sering dilakukan siswa, menjelaskan
prestasi yang diraih oleh siswa, menjelaskan tentang kegiatan
pengembangan diri siswa, MOS, kegiatan ekstrakurikuer dan
sebagainya.
d. Media Film
Film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan
gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi
pemirsanya. Ada beberapa jenis film, diantaranya film bisu, film
bersuara, dan filmgelang yang ujungnya saling bersambungan dan
proyeksinya tak memerlukan penggelapan ruangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
e. Multimedia
Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan
menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit
atau paket. Contohnya suatu modul belajar yang terdiri dari bahan
cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual.
3. Manfaat Visual Art
Adapun manfaat penggunaan seni visual art yakni sebagai berikut
a. Seni visual art menekankan kesadaran dan membantu individu
mengekspresikan konflik rahasia.
b. Menggunakan seni visual, konseli dapat melambangkan perasaan
dengan cara yang unik, nyata, dan kuat. Seni visual art membantu
orang dalam membayangkan situasi diri mereka sendiri dengan cara
yang konkret.
c. Seni visual membantu dalam mengungkap masalah seseorang yang
kadang-kadang sulit untuk dibicarakan, seperti kekerasan dalam
keluarga dan pelecehan seksual.
d. Kesesuaian penggunaan media gambar dan aktivitas sasaran. Menurut
Geldard, dkk (2016), sasaran yang dapat dicapai dalam penggunaan
media gambar (menggambar) yaitu:
1) Menguasai masalah dan peristiwa
2) Mendapatkan kekuatan untuk ekspresi fisik
3) Mendorong remaja untuk mengekspresikan emosi
4) Membangun konsep diri dan penghargaan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
5) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
6) Mengembangkan wawasan
4. Sifat Media Vsual Art (menggambar) dan aktivitasnya
Masing-masing media dan aktivitas memiliki keunikan dan sifat
yang melekat. Sifat dan aktivitas media dijelaskan dibawah ini:
a. Selalu terbuka dan luas
Aktivitas ini bersifat fleksibel dan dinamis dan sering mengandung
elemen kinestetik. Misalnya, anak-anak dapat menggunakan imajinasi
mereka untuk membuat perubahan yang mereka sukai saat melakukan
perjalanan imajinatif.
b. Familiar dan stabil
Hal ini menawarkan sesuatu yang sederhana, pengulangan, dan kadang
interaksi yang biasa. Hal ini dapat memberikan rasa stabilitas dan
sesuatu yang dapat diduga.
c. Bersifat mendidik
Hal ini menawarkan kesempatan untuk belajar dan menerima
serta menolak aturan. Sifatnya terstruktur, tidak membutuhkan
pemikiran yang rumit dan bersifat progresif sehingga membutuhkan
pekerjaan yang memiliki tujuan. Misalnya, ketika menggunakan kertas
kerja, anak-anak membangun konten kertas kerja dalam pemikiran
mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
5. Proses Konseling Art dengan Teknik Menggambar
Proses menciptakan gambar untuk mewakili pengalaman batin
terinspirasi oleh Jung (Karyanti, 2015), yang menarik, dicat, dan
dipahatrepresentasi dari mimpi dan pengalaman fantasi. Berdasarkan nilai
psikologis ia secara pribadi ditemukan dari menjelajahi gambar, Jung
kemudian mendorong pasien untuk membuat gambar visual mereka
pengalaman batin sendiri. Penggunaan gambar dalam konseling tidak
terbatas pada konselor yang terlatih dalam psikologi Jung. Konselor
dengan berbagai teori orientasi dapat menyediakan konseli dengan
kesepakatan untuk membuat gambar untuk memfasilitasi pelepasan
pengalaman emosional atau mungkin trauma.
France dan Alen (Karyanti, 2015), menggunakan pendekatan
Gestalt untuk menggambar dengan konseli remaja untuk membantu
meningkatkan kesadaran tentang perasaan dan mengintegrasikan kembali
yang bertentangan dalam diri agar perasaan lebih sehat. pendekatan ini
terdiri dari empat langkah. Langkah pertama pemanasan, pada tahap ini
konseli berbicara tentang kekawatiran tertentu atau dilema dan pikiran
konseli dan perasaan konseli tentang keprihatinan konseli. Langkah kedua
pelaksanaan, pada tahap ini konseli diminta untuk membuat gambar untuk
mewakili kekawatiran. Langkah keempat berbagi, pada tahap ini setelah
konseli membuat gambar kemudian berbagi apa yang telah konseli
simpulkan dengan konselor. Selanjutnya langkah dialog, pada tahap ini
setelah konseling berbagi kesimpulan yang didapatnya kemudian konseli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
berdialog dengan konselor. Konselor bisa mengajukan berbagai
pertanyaan yang spesifik untuk membantu konseli mengeksplorasi
kemungkinan terkait dengan gambar.
F. Penelitian yang Relevan
Menurut penelitian yang dilakukan Nursanthi (2011) pada siswa kelas
XI di SMA Negeri Bergas layanan informasi menggunakan media visual
mampu meningkatkan konsep diri siswa sebelum dan sesudah diberikan
layanan. Hasil analisis konsep diri siswa di SMA Negeri Bergas sebelum
diberikan layanan informasi menunjukan kategori sedang dengan persentase
61,07%, setelah diberikan layanan informasi menggunakan media visual
menunjukan kategori sedang dengan persentase 67,99%.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015) pada 21 anak
dengan kriteria tertentu dengan menyamakan sebanyak mungkin kondisi
homogenitas penggunaan media gambar mampu meningkatkan konsep diri
positif secara signifikan senilai Sig. (2 tailed) (0,00) < (0,05).
G. Kerangka Berfikir
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman dari interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh
terhadap konsep diri anak berupa perhatian dan kasih sayang. Namun tidak
semua anak mengalami peristiwa menyenangkan seperti tinggal dan
dibesarkan oleh orang tua maupun keluarga. Kenyataannya banyak anak yang
mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan seperti hilangnya fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
keluarga yang disebabkan karena perceraian orang tua, masalah kemiskinan,
kematian orang tua, dan keluarga broken home. Dengan permasalahan-
permasalahan tersebut sehingga anak harus rela tidak tinggal dan tidak
dibesarkan oleh orang tua maupun anggota keluarga lainnya. Kasih sayang
yang seharusnya diterima anak hilang begitu saja dan anak menjalani
kehidupan yang kadang susah dan keras sendirian tanpa ada keluarga yang
mendampingi. Keadaan seperti inilah yang mengharuskan seseorang untuk
masuk dan tinggal di lembaga sosial yang bernama panti asuhan. hal ini juga
sangat berpengaruh terhadap konsep diri anak. Tempat dimana dan dengan
siapa anak dibesarkan ikut membentuk konsep diri seseorang.
Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut perlu dilakukan
upaya-upaya yang dapat meningkatkan konsep diri remaja, salah satunya
metode gambar (visual art). Menurut Glading (2010), metode gambar (visual
art) penggunaan gambar adalah bahwa klien akan mewakili diri mereka
sendiri dan menggambarkan masalah mereka secara simbolis. Dengan bekerja
secara positif dan melibatkan komponen berbicara untuk melengkapi elemen
visual, konsep diri yang positif muncul pada individu-individu, dan
perubahan perilaku terjadi. Melalui bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning bisa menjadi dasar bagi remaja panti untuk
mengembangkan konsep diri yang positif melalui media gambar.
Remaja yang telah menggambarkan diri dan telah berproses dalam
kelompok diharapkan dapat lebih terbuka mengungkapkan perasaannya, lebih
terbuka menerima pendapat maupun mengungkapkan pendapat mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
permasalahan yang dihadapi misalnya terkait dengan penampilan fisik
sehingga konsep dirinya rendah, remaja dapat bercerita pada remaja lain agar
pikirannya lebih terbuka dan orang lain dapat membantunya.
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir Konsep Diri
Remaja panti merumuskan niat-niatnya
Remaja panti mengaplikasikan niat-
niatnya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Fasilitator memberikan peneguhan
dan motivasi.
Pengantar.
Dinamika kelompok. Masuk dalam kelompok.
Remaja mengikuti dinamika
kelompok gambar digunakan sebagai media.
Fasilitator menjelaskan pada subjek
bagaimana mengikuti dinamika kelompok.
Siswa merefleksikan pengalamannya
dengan masuk dalam kelompokdan
mensharingkan bersama. Fasilitator mengajak remaja panti
untuk mensharingkan pengalaman
setelah mengikuti dinamika
kelompok.
Remaja panti mengumpulkan nilai-
nilai baik yang didapat.
Fasilitator membantu remaja panti
untuk memiliki konsep baru yang
lebih baik.
Concrete experience
Active
axperimen
tation
Abstract
conceptualitation
Reflective
observatio
n
Konsep diri remaja di panti malu berpendapat,
sulit mengakui kekurangannya.
Konsep Diri Pretest
Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan experiential
learning menggunkan media gambar
- Aspek fisik - Aspek
psikologis - Aspek sosial
- Aspek moral
- Orang lain - Kelompok
acuan
- Penyikapan diri
Aspek Faktor
Peningkatan pemahaman, pengalaman konsep diri yang positif sebagai
remaja panti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis tindakan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ho : Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning menggunakan media gambar tidak efektif secara
signifikan meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017.
Hi : Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning menggunakan media gambar efektif secara signifikan
meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem
Temanggung tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek
penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas, reliabilitas, serta
teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental
yangmenggunakan bentuk one group pretest-posttest design. Desain ini
belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap peningkatan konsep diri
(Sugiyono, 2013). Hal tersebut karena tidak adanya kelompok kontrol dan
sampel tidak dipilih secara random. Desain ini digunakan untuk
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah pemberian perlakukan
layanan bimbingan. Sehingga peneliti menggunakan tes awal (pretest), dan
tes akhir (posttest).
Tujuan dari menggunakan design ini adalah untuk mengetahui
peningkatan konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem
Temanggung Tahun Ajaran 2017 sebelum dan sesudah mendapatkan
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
menggunakan media gambar (visual art). Desain penelitian ini dapat
digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 3.1
Design Penelitian
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
Keterangan:
O1 : tes awal sebelum pemberian tindakan
O2 : tes akhir sesudah pemberian tindakan
X : treatment/perlakuan
(Treatment yang diberikan dalam penelitian ini adalah
layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan
pendekatan experiential learning menggunakan media
gambar (visual art)).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan disalah satu panti asuhan swasta yang ada
di Temanggung, yaitu Panti Asuhan Pangrekso Dalem. Penelitian ini
dilakukan pada semester genap tepatnya pada tanggal 8 mei 2017 dan 9
mei 2017. Penelitian dilaksanakan selama 2 hari. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.2. Penelitian dilakukan di ruang les Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung dengan menggunakan waktu setelah anak-
anak pulang sekolah yaitu pukul 16:30-18:00 WIB. Penelitian tidak hanya
dilakukan di Panti Asuhan tetapi juga dilakukan di kampus III paingan
untuk persiapan. Persiapan yang dilakukan di Kampus terkait dengan
penyusunan modul dan kuesioner untuk implementasi ke lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan Bimbingan Kelompok Bimbingan
hari ke
Hari/tanggal Waktu Topik bimbingan Durasi
1 Senin, 8 mei 2017 16.30 – 18.00 Konsentrasi Belajar 2x40 Menit
2 Selasa, 9 mei
2017
16.30 – 18.00 Aku Berani Berbicara 2x40 Menit
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah remaja SMP dan SMA/SMK yang
tinggal di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun ajaran
2016/2017. Jumlah subjek dalam penelitian sebanyak 20 remaja.
Penelitian ini merupakan penelitian sample dengan teknik random.
Menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik tersebut disebut
dengan teknik acak, tidak pandang bulu, sehingga semua populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampling. Rincian subjek
penelitian digambarkan dalam tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3
Jumlah subjek penelitian
Subjek penelitian Laki-laki Perempuan
20 5 15
Jumlah 20 remaja
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013), menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Oleh karena itu, dalam
penelitian diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik non test. Teknik non test
digunakan untuk mengetahui peningkatan dan signifikansi dari
sebelum diberikan layanan bimbingan (Pretest) dan setelah diberikan
layanan bimbingan (Posttest).
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah
a. Tahap Persiapan
1) Membuat item kuesioner
2) Revisi dan konsultasi dengan dosen pembimbing
3) Melakukan uji coba alat
4) Menganalisis data hasil uji coba
5) Menggunakan data hasil coba yang sudah melalui seleksi
item valid dan tidak valid sebagai data pretest
6) Menyusun Rancangan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
(RPBK).
b. Tahap Pelaksanaan
1) Implementasi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2) Pemberian posttest untuk mengetahui Peningkatan Konsep Diri
remaja panti setelah mendapatkan bimbingan.
c. Tahap Akhir
1) Mengumpulkan data yang diperoleh selama penelitian.
2) Mengolah data yang telah diperoleh
3) Menganalisis dan membahas temuan hasil dalam penelitian
yang telah dilakukan
4) Menarik kesimpulan
2. Instrumen Penelitian
Sugiyanto (Hasan, 2002), mengatakan bahwa instrumen adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati.Menurut Sugiyono (2013), kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara memberi pertanyaan atau
pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab. Satu kuesioner
dengan model pertanyaan seperti penjelasan dibawah ini:
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan Skala Penilaian
Konsep Diri Remaja Pantiyang berbentuk pernyataan chechlist (√)
dengan menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial (sugiyono, 2013). Dengan Skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Jawaban setiap item dalam instrumen konsep diriini memiliki
gradasi dari sangat positif sampai pada sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata yang ssangat sesuai (SS), sesuai (S), Tidak Sesuai
(TS), dan Sangat tidak Sesuai (STS). Berikut gradasi pernyataan item
Skala Likert:
Tabel 3.4
Gradasi Pernyataan Item Skala Likert
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat sesuai (SS) = 4 Sangat sesuai (SS) = 1
Sesuai (S) = 3 Sesuai (S) = 2
Tidak sesuai (TS) = 2 Tidak sesuai (TS) = 3
Sangat tidak sesuai (STS) = 1 Sangat Tidak Sesuai (STS) = 4
Selanjutnya kuesioner dibagikan kepada siswa pada awal dan
akhir pemberian layanan. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur
peningkatan konsep diri remaja panti yang menjadi fokus penelitian
ini. berikut kisi-kisi dan gardasi pernyataan item skala likert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 3.5
Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri (Sebelum Uji Coba)
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Menurut Azwar (2011) validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu tes atau instrumen
pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur,
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes
yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran
dikatakan sebagi tes yang memiliki validitas rendah. Validitas yang
NO Aspek Indikator Item Jumlah
1. Aspek Fisik a. Remaja panti mampu memandang
fisiknya sebagai sesuatu yang berharga (patut disyukuri, dirawat).
3,1,17,25, 2,4,32
7
b. Remaja panti memandang penampilan dirinya sebagai salah satu hal penting.
18,29,16
3
2. Aspek
Psikologis
a. Remaja panti mampu mendeskripsikan
perasaan tentang dirinya.
26,6,28, 5
4
b. Remaja panti mampu memberi label kualitas pribadinya.
30,8,20, 7,19,9,27, 33
8
3. Aspek Sosial a. Siswa memandang dirinya mampu
berinteraksi dengan individu lain didalam
kelompok.
10, 34,11
3
b. Remaja panti dapat menilai diri apakah
diterima/ditolak dalam lingkungan sekitar.
24, 21,30
3
c. Remaja panti menilai dirinya sebagai
seorang yang mampu menghargai
pendapat individu lain didalam kelompok.
14, 38,39
3
4. Aspek Moral a. Remaja panti menilai dirinya sebagai
seorang yang mampu membedakan hal
baik dan buruk.
12,40, 13,15,37
5
b. Remaja panti mampu menilai dirinya sebagai seorang yang mengerti mengenai
sopan santun.
22, 23,35,36 4
Jumlah = 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
akan digunakan dalam penelitian melalui professional judgment, yaitu
penilaian oleh ahli. Professional judgment dalam penelitian ini hanya
diperoleh dari dosen pembimbing skripsi. Dosen pembimbing
memberikan penilaian mengenai isi dan struktur kalimat.
Selain penilaian ahli validitas instrumen dilihat dengan
menghitung daya beda instrumen menggunakan rumus product
moment person. Rumus teknik korelasi product moment yaitu:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ] ∑ ∑ ]
Keteranagan
: koefisien korelasi
: skor item
: skor total
: banyaknya subjek
Menurut sugiyono (2012), item dianggap valid jika nilai koefisiennya
sama dengan atau diatas 0,30. Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien
dibawah 0,30 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid.
Untuk menghitung daya beda dilakukan uji coba. Uji coba dilakukan pada
10 remaja Panti Asuhan HAMBA dan 20 orang dari remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung. Proses perhitungan taraf validasi dilakukan
dengan cara memberi skor pada item kuesioner dan mentabulasi data
menggunakan microsoft excel 2007. Data yang telah ditabulasi dimasukan dalam
SPSS (Statistical Program Social Science) versi 16.0 untuk menghitung validitas
setiap item kuesioner. Dari perhitungan pada kuesioner uji coba dari 40 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
ditemukan 3 item yang tidak valid yang nilai koefisiennya <0,30 dan 37 item yang
valid >0,30. Peneliti kemudian berkonsultasi kepada dosen pembimbing mengenai
item yang tidak valid. Kemudian 37 item yang valid digunakan untuk
mendapatkan data dalam penelitian dan 3 item yang tidak valid tidak digunakan.
Item valid dapat dilihat pada lampiran. Berikut kisi-kisi instrumen setelah
dilakukan uji coba:
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Kuesioner Konsep Diri
(Setelah Uji Coba)
NO Aspek Indikator Item Jumlah
1. Aspek
Fisik
c. Remaja panti mampu memandang fisiknya
sebagai sesuatu yang berharga (patut
disyukuri, dirawat).
3,1,17,25,
2,4,32
7
d. Remaja panti memandang penampilan
dirinya sebagai salah satu hal penting.
18,29,16
3
2. Aspek
Psikologis
d. Remaja panti mampu mendeskripsikan
perasaan tentang dirinya.
26,6,28, 5
4
e. Remaja panti mampu memberi label kualitas
pribadinya.
30,8,20,
7,19,9,
33
7
3. Aspek
Sosial
c. Siswa memandang dirinya mampu
berinteraksi dengan individu lain didalam
kelompok.
10, 34,11
3
d. Remaja panti dapat menilai diri apakah
diterima/ditolak dalam lingkungan sekitar.
24, 21,30
3
f. Remaja panti menilai dirinya sebagai seorang
yang mampu menghargai pendapat individu
lain didalam kelompok.
14,39
2
4. Aspek
Moral
c. Remaja panti menilai dirinya sebagai seorang
yang mampu membedakan hal baik dan
buruk.
12,40, 13,15,
4
d. Remaja panti mampu menilai dirinya sebagai
seorang yang mengerti mengenai sopan
santun.
22, 23,35,36 4
Jumlah = 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2. Reliabilitas Instrumen
Arikunto (2013) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena alat tersebut sudah baik.
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Pengukuran
reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kendala instrumen.
Pengujian reliabilitas instrumendihitung dengan menggunakan metode
Alpha. Rumus Alphamenurut Riduwan (2006) adalah sebagai berikut:
]
dan
= varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
= varians skor skala
Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai dengan
1,00. Koefisian reliabilitas yang semakin mendekati 1,00 menandakan
semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk memperoleh hasil
yang akurat peneliti menggunakan komputer program SPSS.16 yang
menghasilkan angka rxx’=0,939. Dengan demikian alat ukur yang
digunakan termasuk reliabel. Berikut tabel uji reliabilitas:
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Konsep Diri
Data perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel, dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini termasuk sangat tinggi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
(0,91-1,00). Kesimpulan sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh
Guilford (Masidjo, 1995:209) seperti yang disajikan pada tabel.
Tabel 3.8
Indeks Korelasi Reliabilitas
Kriteria Guilford
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat Tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat Rendah
Dalam tabel 3.6 dapat dijelaskan bahwa ada 37 item yang valid.
Kemudian, setelah melakukan uji reliabilitas harga rhitung dikonsultasikan
kepada rtabel. Berdasarkan perhitungan SPSS.16 diketahui bahwa nilai
Alpha sebesar 0,939, lalu dibandingkan dengan rtabel, dengan n: 30. Pada
distribusi nilai rtabel signifikansi 5% maka diperoleh nilai r tabel sebesar
0,444. Kesimpulannya alpha 0,939 > r tabel 0,444 artinya item-item dalam
alat tes tingkat konsep diri bisa dikatakan reliabel. Kemudian bila
disimpulkan menggunakan teorinya Guilford, alat/kuesioner ini memiliki
reliabilitas yang sangat tinggi.
F. Uji Normalitas
Menurut Nurgiyantoro dkk (2002:110) uji normalitas merupakan
bagian dari syarat untuk bisa menganalisis data, dalam hal ini sebelum
melakukan analisis data yang sesungguhnya. Data yang akan digunakan
harus diuji terlebih dahulu kenormalan distribusinya. Tujuan dari
dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data yang
digunakan memiliki distribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS dalam nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov data
yang diperoleh peneliti berdistribusi normal. Hasil uji normalitas
divisualisasikan dalam tabel 3.8.
Tabel 3.9
Tabel Uji Normalitas Kuesioner Tingkat Konsep Diri
P
D
Dalam tabel 3.8 hasil uji normalitas menggunakanKolmogorov-
Smirnovmenunjukan bahwa nilai signifikansi 0,200 >0,05 dengan
demikian sampel peneliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Jika ditinjau dari hasil normalitas Shapiro-Wilk menunjukan nilai
signifikansi 0,142 > 0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
G. Prosedur Analisis Data
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest .108 20 .200* .967 20 .701
posttest .145 20 .200
* .928 20 .142
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti membuat kuesioner untuk dijadikan sebagai
alat pengumpulan data. Selanjutnya, kuesioner yang sudah dibuat
dikonsultasikan ke pada dosen pembimbing. Setelah kuesioner sudah
disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti melakukan uji coba alat
tersebut. Uji coba dilakukan kepada 30 remaja panti asuhan. Lalu diseleksi
item yang valid untuk digunakan sebagai pengambilan data pretest. Hal
yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menyusun Rancangan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling (RPBK). Topik-topik RPBK didapat
berdasarkan dua item terendah. Pada penelitian ini dua item terendah yaitu
“saya adalah orang yang mudah berkonsentrasi dalam belajar” dan “saya
adalah orang yang senang bertukar pikiran dengan orang lain mengenai
suatu hal”. Topik yang pertama dengan item “saya adalah orang yang
mudah berkonsentrasi dalam belajar” topik yang diambil “konsentrasi
belajar”. Item kedua “saya adalah orang yang senang bertukar pikiran
dengan orang lain mengenai suatu hal” judul topik yang diambil yaitu Aku
Berani Berbicara”.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning menggunakan visual art. Bimbingan dilaksanakan di
Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung. Bimbingan dilaksanakan dua
kali dalam dua hari. Hari pertama dengan topik “Konsentrasi Belajar”. Pada
bimbingan yang pertama menggunakan media gambar dinamika yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dilakukan yaitu peserta mencari perbedaan dalam gambar yang dibagikan
oleh pembimbing. Rincian kegiatan dapat dilihat pada lampiran 5.
Topik kedua “Aku Berani Berbicara” layanan bimbingan
dilaksanakan pada hari kedua. Pada topik ini peneliti menggunakan media
menggambar. Dinamika yang dilakukan yaitu pembimbing membagikan
kertas kosong kemudian menginstruksikan pada peserta untuk menggambar
didalam kertas tersebut. pembimbing membebaskan peserta untuk
menggambar apapun. Setelah selesai menggambar pembimbing membagi
dalam kelompok dan pembimbing bertanggung jawab agar sharing dalam
kelompok bisa berjalan secara aktif. Rincian kegiatan dapat dilihat pada
lampiran 6.
Pada setiap akhir bimbingan pembimbing membagikan lembar
refleksi untuk diisi oleh peserta. Dan pada akhir topik kedua selesai
bimbingan, peneliti membagikan kuesioner yang akan digunakan sebagai
data posttest.
3. Tahap Akhir
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh
selama penelitian. Data yang diperoleh berupa hasil prettest dan posttest,
refleksi dari peserta dan kejadian selama proses bimbingan. Selanjutnya
peneliti mengolah data-data yang didapatkan dan membahas temuan hasil
dalam penelitian yang telah dilakukan. Kemudian menarik kesimpulan dari
hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik
nonparametrik. Menurut Soyofian (2014:368), statistik nonparametrik adalah
bagian dari statistik yang parameter populasinya atau datanya tidak mengikuti
suatu distribusi tertentu atau memiliki distribusi yang bebas dari persyaratan
dan variannya tidak perlu homogen. Statistik nonparametrik biasanya
digunakan untuk melakukan analisis data berjenis nominal atau ordinal.
Berikut rincian teknik analisis data dalam penelitian ini.
1. Untuk menjawab rumusan masalah pertama Seberapa tinggi peningkatan
Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun
Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan
kelompok dengan pendekatan experiential learning menggunakan media
gambar menggunakan deskriptif dan kategorisasi.
Tabel 3.10
Norma Kategorisasi
Norma/kriteria skor Kategorisasi
+1,8σ < μ Sangat Tinggi
+0,8σ < μ ≤ +1,8σ Tinggi
-0,8σ < μ ≤ 0,8σ Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,8σ Rendah
μ ≤ -1,8σ Sangat Rendah
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek
Penelitian berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek
peneliti menurut perhitungan skala.
Standar deviasi (σ/sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
μ (mean teoritik) : Rata-rata teoritik skor maksimum dan
minimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kategori tersebut digunakan sebagai pengelompokan tinggi
rendahnya konsep diri remaja panti berdasarkan tes tingkat konsep diri
remaja panti asuhan dengan jumlah 37 item. Hasil perhitungan capaian
skor subjek sebagai berikut.
Tes Tingkat Konsep Diri
Skor maksimum teoritik : 4 × 37 = 148
Skor minimum teoritik : 1 × 37 = 37
Luas jarak : 148 – 37 = 111
Standar Deviasi ((σsd) : 111 : 6 = 18,5
µ (Mean teoritik) : (148+37):2 = 92,5
Hasil perhitungan instrumen tingkat konsep diri disajikan dalam
norma kategorisasi tingkat konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso
Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sebagai berikut.
Tabel 3.11
Norma Kategorisasi
Norma/kriteria skor Kategorisasi
+1,8σ < μ >125,8 Sangat Tinggi
+0,8σ < μ ≤ +1,8σ 107,3-125,7 Tinggi
-0,8σ < μ ≤ 0,8σ 77,7-107,2 Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,8σ 59,2-77,6 Rendah
μ ≤ -1,8σ <59,1 Sangat Rendah
2. Untuk menjawab rumusan masalah nomor dua Apakah terdapat peningkatan
signifikan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temangggung
Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan
bimbingan kelompok dengan pendekatan experiential learning
menggunakan media gambar menggunakan perhitungan Uji T
nonparametrik Wilcoxon.
Dalam penelitian ini uji hipotesis signifikansi hasil peningkatan
konsep diri dengan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar pada remaja panti asuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 dilakukan dengan
menggunakan uji t non parametrik Wilcoxon, digunakan untuk menganalisis
perbedaan hasil pretest dan posttest.
⌊
⌋
√
Keterangan:
N : banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda
T : jumlah renking dari nilai yang selisih negatif (apabila banyaknya
selisih yang positif > banyak dari yang negatif) = jumlah renking
dari nilai positif (apabila banyaknya selisih negatif > dari banyaknya
yang positif).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso
Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan
Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan
Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media.
Berdasarkan perolehan data penelitian gambaran tingkat konsep diri
remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung sebelum dan
sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal divisualisasikan
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso
Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah
mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan
Experiential Learning Menggunakan Media Gambar.
Rentang
Skor
Kategorisasi Pre_test Post_test
F % F %
>125,8 Sangat Tinggi 3 15 6 30
107,3-
125,7
Tinggi 10 50 11 55
77,7-107,2 Sedang 7 35 3 15
59,2-77,6 Rendah 0 0 0 0
<59,1 Sangat Rendah 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Data pada tabel divisualisasikan ke dalam grafik batang sebagai berikut:
Grafik Batang 4.1 Kategorisasi Skor Konsep Diri Remaja Panti
Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017
Sebelum dan Sesudah diberikan Layanan Bimbingan Klasikal dengan
Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar. Berdasarkan Grafik Batang 4.1 rata-rata pretest dan posttest
terlihat bahwa tingkat konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso
Dalem Temanggung Tahun ajaran 2016/2017 sebelum diberikan
layanan bimbingan klasikal secara keseluruhan sudah cukup baik.
Sebanyak 3 remaja (15%) berada pada kategori sangat tinggi, 10 (50%)
remaja berada pada kategori tinggi dan 7 (35%) remaja berada pada
kategori sedang.
Sedangkan tingkat konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso
Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sesudah mendapatkan
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
menggunakan media gambar menunjukan bahwa 6 (30%) remaja
berada pada kategori sangat tinggi, 11 (55%) remaja berada pada
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
SANGATTINGGI
TINGGI SEDANG RENDAH SANGATRENDAH
>125,8 107,3-125,7
77,7-107,2
59,2-77,6 <59,1
15%
50%
35%
0% 0%
30%
55%
15%
0% 0%
PRETEST
POSTTEST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kategori sedang dan tidak ada (0%) remaja yang berada pada kategori
rendah dan sangat rendah.
Tabel 4.2 Capaian Skor Selisih Pretest dan Posttest Konsep
Diri Masing-masing Remaja Panti
No Pretest Posttest Selisih
1 102 109 7
2 105 110 5
3 121 132 11
4 128 127 -1
5 100 106 6
6 106 109 3
7 129 128 -1
8 119 123 4
9 89 105 16
10 119 125 6
11 100 103 3
12 111 121 10
13 108 120 12
14 112 115 3
15 94 133 39
16 113 115 2
17 118 124 6
18 119 130 11
19 129 129 0
20 114 124 10
Data pada tabel 4.2 divisualisasikan ke dalam grafik sebagai berikut:
Grafik 4.2 SebaranSkor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum
dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal dengan
Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar.
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920
PRETEST
POSTTEST
Rata-rata Pretest111,80
Rata-rata Posttest119,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berdasarkan Grafik Batang 4.4 rata-rata pretest dan posttest tiap
siswa dapat diketahui dari selih bahwa terdapat 2 siswa yang
mengalami penurunan satu angka. Ada satu orang yang mengalami
stagnan atau tidak berubah nilainya. Dan ada 17 orang yang
mengalami kenalikan.
2. Signifikansi konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem
Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah
Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan
experiential learning Menggunakan Media Gambar.
Efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar untuk meningkatkan
konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun
ajaran 2016/2017 dianalisis menggunakan Uji T nonparametrik. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan nilai rata-rata sebelum
dan sesudah diberikan layanan. Berikut hasil uji-t nonparametrik
Wilcoxon terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Uji Sample Berpasangan Pretest dan Posttest Remaja Panti
Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran
2016/2017
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
pretest 20 1.1180E2 11.34437 89.00 129.00
posttest 20 1.1940E2 9.64856 103.00 133.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Data pada tabel divisualisasikan dalam bentuk grafik batang
berikut ini:
Grafik 4.3 Peningkatan Rata-rata Konsep Diri Remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan
Sesudah diberikan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan
Experiential Learning Menggunakan Media Gambar.
Dari tabel Grup Statistik dan Diagram Batangdiatas, dapat
dianalisis penelitian ini menggunakan sampel berjumlah n1=20
n2=20 orang. Nilai rata-rata sebelum adanya perlakuan
(pretest)nilainya adalah 1,1180 dan sesudah adanya perlakuan
(posttest) nilainya naik menjadi 1,1940. Sehingga, dapat dikatakan
adanya peningkatan bila ditinjau dari selisih rata-rata yakni 7,60.
Kemudian jika dilihat dari standar deviasi terjadi penurunan senilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
1,696. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perubahan konsep diri
remaja panti sebelum dan sesudah pemberian layanan.
Selain menggunakan uji t nonparametrik wilcoxon,
signifikansi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar, untuk
meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem
Temanggung tahun ajaran 2016/2017 dapat dilihat dengan
menggunakan rumus O2-O1= 119,40-111,80=7,6. Angka ini
menunjukan ada selisih antara pretest dan posttest sebesar 7,6
maka dapat disimpulkan ada perubahan konsep diri remaja panti
asuhan sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan.
Tabel 4.4
Test Statisticsb
posttest –
pretest
Z -3.706a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari tabel Test Statistics terlihat bahwa nilai sig. (2-tailed) (0,000)
< (0,05) dan jika dilihat dari nilai z sebersar -3.706 (sig=0,000) dimana
lebih rendah dari batas kritis penelitian 0,05 (0,000<0,05) artinya Hi
diterima. Jadi terdapat skor yang signifikan antara rata-rata skor pretest
dan posttest, karena hasil uji ini menolak Ho dan menerima Hi. Jadi,
Efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan experiential
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
learning menggunakan media gambar secara signifikan meningkatkan
konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun
ajaran 2016/2017.
B. Pembahasan
1. Gambaran Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso
Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan
Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Belompok dengan
Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media.
Hasil penelitian, terlihat bahwa konsep diri remaja panti sebelum
dan sesudah diberi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar dari 20 remaja panti
berada dalam kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hal ini dapat
dikatakan bahwa remaja panti sudah memiliki pemahaman konsep diri
yang baik. Remaja panti yang berada pada kategori tinggi dan sangat
tinggi dapat dikatakan sudah memiliki konsep diri tinggi (positif).
Artinya remaja ketika menghadapi kegagalan mampu bersikap lebih
positif, mampu menerima diri apa adanya, mampu bersikap optimis,
realistis, dan menerima kelebihan dan kekurangannya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Arini (Tim Familya), seseorang yang memiliki konsep
diri positif yakni ketika menghadapi kegagalan akan bersikap lebih
positif, menerima diri apa adanya, bersikap optimis, realistis, dan menilai
kelebihan dan kekurangannya secara positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Faktor orang-orang terdekat tentu sangat mempengaruhi remaja
panti dalam membentuk konsep diri selama ini, terutama dalam
membentuk pengkategorian sedang, tinggi dan sangat tinggi. Mengingat
bahwa remaja panti memiliki latar belakang permasalahan masing-
masing seperti masalah pendidikan, perceraian orang tua, ditelantarkan
tanpa mengetahui siapa orang tua mereka, dan masalah-masalah
lainnya.
Remaja panti yang memiliki konsep diri tinggi artinya remaja
tersebut mampu memodifikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
dipegangnya dipandang dari sudut pandang baru, memiliki sikap
optimis terhadap masa depan, misalnya mengenai cita-citanya remaja
yang memiliki konsep diri tinggi akan terus berjuang untuk meraih itu.
tidak mudah putus asa ketika menghadapi kegagalan, remaja yang
memiliki konsep diri tinggi tidak akan mudah menyerah ketika
menghadapi kegagalan berulang kali, ia akan terus optimis untuk
kembali bangkit. Selanjutnya, seseorang yang memiliki konsep diri
tinggi akan mampu menerima diri sebagai pribadi yang sama
berharganya dengan orang lain meskipun ada perbedaan dari setiap
pribadi. Meskipun remaja panti menyadari bahwa ia berbeda dengan
orang lain, namun remaja tersebut tetap mampu menganggap bahwa
dirinya pribadi yang berharga yang pantas untuk dicintai dan dihargai
oleh orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja panti
dipengaruhi oleh orang-orang terdekatnya yang sering berinteraksi
dengannya. Misalnya, penerimaan dari teman-temannya, keluarganya,
maupun pengasuhnya. Peran pengasuh maupun psikolog didalam
memberikan pendampingan tentu sangat berpengaruh terhadap
perkembangan remaja-remaja ini. Selain itu sekolah dan masyarakat
sekitar pun ikut menentukan pengkategorian tersebut. Sebagian besar
remaja panti berada pada kategori tinggi, mungkin orang-orang terdekat
terutama pengasuh sudah menjalankan perannya sebagai pengganti
orang tua didalam mengasuh. Hal ini sejala dengan pendapat Agustiani
(2006), bahwa konsep diri bukan bawaan lahir melainkan berkembang
dari pengalaman-pengalaman yang terus-menerus.
Remaja panti yang berada pada kategorisasi sedang juga cukup
banyak. Hal ini menunjukan bahwa kemungkinan besar remaja panti
yang berada pada kategori sedang masih belum sepenuhnya mampu
menerima dirinya, mereka masih kurang bisa menerima kekurangan
didalam dirinya, serta masih belum percaya diri dalam berpendapat.
Hasil ini menunjukan bahwa orang-orang terdekat memiliki peran yang
sangat berarti dalam membentuk konsep diri remaja panti. Peran
pengasuh sebagai orang tua bagi remaja panti memiliki pengaruh besar
karna menjadi contoh bagi remaja untuk berprilaku. Seperti yang
dikemukaan Burn (1993), konsep diri seseorang bergerak kearah negatif
dan positif. Jika seseorang pada masa perkembangannya diperlakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
baik, maka orang tersebut akan berprilaku baik pula. Begitu juga
sebaiknya. Seseorang yang diperlakukan tidak baik, maka hal yang
sama juga akan dilakukan terhadap orang lain.
Remaja yang sudah memiliki konsep diri tinggi (positif) dan
konsep dirinya rendah tetap memerlukan pendampingan dari pengasuh
maupun psikolog yang ada di Panti. Remaja yang sudah memiliki
konsep diri tinggi butuh pendampingan untuk mengembangkan dan
memelihara konsep dirinya agar tetap tinggi. Sedangkan remaja yang
masih berada pada kategori sedang tentunya butuh pendampingan lebih
agar remaja tersebut semakin memiliki konsep diri yang positif. Perlu
dilakukan karena konsep diri seseorang mempengaruhi bagaimana ia
bertingkah laku. Hal ini sejalan dengan Fit (Agustiani, 2006), bahwa
konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.
Sehingga sangat perlu untuk mengetahui konsep diri seseorang.
Dengan kita tahu bagaimana konsep diri seseorang, maka akan
lebih mudah untuk meramalkan dan memahami tingkah laku seseorng.
Pada umumnya tingkah laku seseorang berkaitan dengan gagasan-
gagasan tentang dirinya sendiri. Jika seseorang mempersepsi diri
sebagai orang yang inferior dibandingkan orang lain, walaupun itu
belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang ia tampilkan akan
berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya secara subjektif.
Berdasarkan hasil data, dapat dilihat ada 16 remaja yang
mengalami kenaikan dari pretest ke posttest, artinya remaja tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
benar-benar mengikuti dan terlibat aktif dalam setiap tahapan
bimbingan sehingga mereka mendapatkan dampak yang baik seperti
menemukan pandangan baru dari pengalamannya berdinamika.
Kemudian ada 3 remaja yang mengalami penurunan dari pretest ke
posttest, artinya remaja kurang terlibat maupun kurang merespon secara
positif dalam mengikuti proses peningkatan konsep diri. Dugaan lain
dari peneliti yaitu metode experiential learning menggunakan media
gambar kurang membantu siswa dalam menggali/mengekspresikan hal-
hal baru didalam diri remaja, sehingga mereka kesulitan dalam
menemukan pandangan baru dengan menggunakan media gambar.Satu
remaja mengalami stagnan atau tidak ada perubahan baik peningkatan
ataupun penurunan, artinya remaja panti tersebut sudah memiliki
konsep diri positif. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai yang
diperolehnya masuk dalam kategori sangat tinggi.
2. Signifikansi Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem
Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah
Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan
Experiential Learning Menggunakan Media Gambar.
Berdasarkan hasil perhitungan data menunjukan bahwa
pemberian layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning menggunakan media gambar untuk meningkatkan konsep diri
pada remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung terdapat
peningkatan yang signifikan. Topik bimbingan yang digunakan ada dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
topik yaitu, Konsentrasi Belajar dan Aku Berani Berbicara. Masing-
masing topik diberikan bimbingan selama 2x40 menit. Pemberian
bimbingan ini lebih pada pemahaman remaja mengenai topik-topik
yang disampaikan dengan cara berdinamika langsung. Sehingga
layanan bimbingan klasikal berpengaruh terhadap pemahaman siswa
mengenai informasi terkait topik bimbingan yang digunakan.
Tujuan pemberian layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning menggunakan media gambar agar
remaja panti memiliki pandangan baru terkait konsep dirinya yang
didapat dari pengalamannya.Experiential learning memfokuskan
pengalaman yang dialami seseorang selama kegiatan. Pengalaman
individu selama mengikuti kegiatan tersebut merupakan proses belajar
yang mengalami perubahan, agar mampu meningkatkan efektivitas
hasil belajar individu.Metode experiential learning menggunakan
media gambar yang digunakan dalam pemberian layanan dapat
dikatakan efektif karna mampu menghasilkan peningkatan yang
signifikan.
Hasil yang signifikan dikarenakan remaja panti mampu terlibat
aktif didalam proses bimbingan, mampu memunculkan perasaan positif
saat mengikuti proses, serta mampu meningkatkan kemampuan
sosialnya. Experiential learning adalah suatu pendekatan didalam
pemberian layanan bimbingan kelompok menggunakan dinamika yang
efektif bagi perkembangan individu yang terlibat. Dikatakan efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ketika mampu menghadirkan suasana jiwa yang diantara peserta yang
terlibat, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif,
meningkatkan minat atau gairah untuk semakin terlibat dalam proses,
memungkinkan terjadinya katarsis, dan meningkatkan kemampuan
sosialnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Prayitno (Sinaga & Artati,
2017) yang mengatakan bahwa topik yang digunakan dalam dinamika
kelompok mendukung, siswa mampu merasakan pengalaman secara
langsung, mampu merefleksikan pengalamannya, merumuskan niat-niat
yang relevan dalam kehidupannya.
Selain itu, hasil yang efektif dikarenakan proses experiential
learning yang sudah terlaksana semua. Concret experience, dalam
tahap ini siswa sudah mampu melibatkan diri sepenuhnya terhadap
layanan bimbingan yang diikuti. Reflective observation, pada tahap
kedua ini siswa sudah mampu mengobservasi dan merefleksikan
pengalamannya berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama
bimbingan. Abstrac conceptualisation, tahap ini remaja panti mampu
membangun konsep baru yang mengintegrasikan observasinya yang
menghasilkan teori yang sehat. Active experimentation, pada tahap ini
siswa mampu menggunakan teori yang didapat pada tahap abstrac
conceptualisation untuk menggunakan pada pemecahan permasalahan
serta pengampulan keputusan.Efektivitas layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan konsep
diri dipengaruhi beberapa faktor yaitu, kesiapan remaja panti dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mengikuti kegiatan, pengetahuan yang luas terkait dengan topik yang
disampaikan dan keterlibatan remaja panti dalam proses kegiatan
tersebut (Sinaga & Artati, 2017).
Penggunaan media gambar juga berpengaruh dalam terjadinya
peningkatan yang signifikan didalam pemberian layanan. Remaja
menjadi lebih bisa mengekspresikan perasaanya melalui gambar seperti
menceritakan pengalaman terkait gambar yang dilukisnya, dan
melambangkan perasaan dengan cara yang unik. Hal ini sejalan dengan
manfaat visual art yang dikatakan oleh Glading (2010), yang
mengatakan mengatakan bahwa seni visual art menekankan kesadaran
dan membantu individu mengekspresikan konflik rahasia,
menggunakan seni visual seseorang dapat melambangkan perasaan
dengan cara yang unik, nyata, dan kuat, seni visual membantu dalam
mengungkap masalah seseorang yang kadang-kadang sulit untuk
dibicarakan. Dapat disimpulkan bahwa media gambar efektif dalam
meningkatkan konsep diri remja panti. Hal ini sesuai dengan sasaran
yang diungkapkan oleh Geldard, dkk (2016), bahwa salah satu sasaran
yang dapat dicapai melalui media gambar adalah membangun konsep
diri dan penghargaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dan saran hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan berdasarkan dari data hasil penelitian dan
pembahasan:
1. Secara umum konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem
Temanggung, Tahun Ajaran Tahun 2016/2017 berada pada kategori
“tinggi” dan “sangat tinggi”. Artinya remaja tersebut sudah memiliki
konsep diri positif. Namun, masih ada sebagian remaja Panti Asuhan
Pangrekso Dalem Temanggung, Tahun Ajaran 2016/2017 yang berada
pada kategori “sedang”. Artinya, mereka masih memerlukan
pendampingan konsep diri remaja tersebut agar semakin positif.
2. Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
menggunakan media gambar secara signifikan efektif meningkatkan
konsep diri remaja Panti Asuhan. Hal ini dikarenakan topik yang
diberikan mendukung dan siswa sungguh-sungguh terlibat dalam
layanan bimbingan. Hasil penelitian juga menunjukan adanya
peningkatan yang efektif sesudah dilakukan layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media
gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
B. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian efektivitas layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar
pada remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran
2016/2017 dirancang sesuai dengan prosedur penelitian untuk
menghasihkan hasil yang maksimal. Namun dalam penelitian ini masih
memiliki banyak kekurangan yang perlu dijadikan pertimbangan dan
pembenahan oleh peneliti selanjutnya. Kekurangan tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Media Bimbingan
Media bimbingan yang digunakan dalam penelitian belum banyak
digunakan dalam penelitian-penelitian dalam topik yang serupa.
Sehingga peneliti masih perlu banyak pembenahan terutama pemilihan
gambar.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian yang relatif singkat selama dua hari dengan dua topik
bimbingan. Sehingga layanan bimbingan ini kemungkinan hanya
sampai pada pemahaman siswa tentang topik yang artinya baru sampai
pada ranah kognitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
C. Saran
Berikut ini merupakan saran yang dapat peneliti paparkan untuk semakin
memaksimalkan konsep diri remaja panti.
1. Bagi Bapak/Ibu Pengasuh Panti
Bagi bapak/ibu pengasuh perlu memberikan perhatian lebih kepada
remaja-remaja panti dalam membangun serta mengembangkan konsep
diri remaja panti kearah yang positif. Oleh sebab itu sebagai pengasuh
hendaknya mampu menjadi pengganti orang tua bagi remaja-remaja
tersebut dan hendaknya mampu menjadi pengaruh yang baik terhadap
remaja panti yang diasuhnya dengan cara menciptakan suasana yang
menggembirakan dan mendidik. Selanjutnya, pemberian layanan
bimbingan dengan pendekatan experiential learning menggunakan
media mampu membantu untuk semakin meningkatkan konsep diri
remaja panti. Sehingga perlu menyediakan jam bimbingan dengan
metode-metode yang kreatif agar anak semakin termotivasi untuk
terlibat aktif didalamnya.
2. Bagi Remaja Panti
Siswa diharapkan mampu memilih contoh yang baikdalam
kehidupannya, sehingga tidak akan terpengaruh oleh hal-hal buruk
disekitarnya. Oleh karna itu, remaja panti diharapkan menjadi penerus
bangsa yang mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berharga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan bisa semakin mengembangkan penelitian
terutama terkait dengan efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning menggunakan media gambar untuk
meningkatkan konsep diri remaja panti. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan mencari informasi/pengetahuan sebanyak mungkin mengenai
kesesuaian media dengan subjek yang dituju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendrianti. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi
Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja.
Bandung: PT Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Azwar, Saifudin. (2011). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Azwar, Saifudin. (2016). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Burns, R.B. (1993). Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan
Perilaku). Jakarta: Arcan.
Depdiknas. (2004). Bimbingan dan Konseling. Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Gladding, Samuel T. (2010). The Creative Arts In Counseling. American
Counseling Assosiation.
Geldard, Kathryn & Geldard, David. (2008). Konseling Anak-anak (Panduan
Praktis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. (2016). Konseling Anak-anak (Panduan
Praktis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hidayat., dkk. (2012). Penelitian Tindakan Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
PT INDEKS.
Hurlock. E.B. 1989. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hutagalung, Inge. (2007). Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT INDEKS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kemendikbud. (2014). Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 111
Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Karyanti (2015). Konseling Art dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Self
Disclosure Mahasiswa. Anterior Journal, Vol 15 no 1, Desember 2015, 55-
61.
Kolb, David.(1984). Experiential Learning: Experience as the Source of Learning
and Development. New Jersey: Prentice Hall.
Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Nurgiyantoro, Burhan., dkk. (2009). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurihsan, Achmad Juntika. (2014). Bimbingan Konseling Dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.
Prayitno, H. & Erman. (2004). Dasar-dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik Dan Nonparametrik
dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: KENCANA.
Sinaga, Juster Donal & Artati, Kristina Betty. (2017). Experiential learning
theory (ELT)-based classical guidance model to improve responsible
character.Indonesian Journal of School Counseling(2017), 2(1), 14-
32.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: USD.
Tim Familya. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak.
Yogyakarta: Kanisius.
Winkel, WS., Hastuti, Sri. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institut
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Wood, Julia. (2013). Komunikasi Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.
Yusuf, Syamsu & Juntika, Nurihsan. (2010). Landasan Bimbingan Dan
Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/viewFile/3464/162diakses pada
2 desember 2016.
Http://kbbi.web.id/panti. Diunduh pada 1 desember 2016.
Http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p. Diunduh
pada 2 desember 2016.
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p. Diunduh
pada 2 desember 2016.
http://eprints.umk.ac.id/474/1/HALAMAN_DEPAN.pdf. Diunduh pada tanggal
30 november 2016.
http://www.gresnews.com/berita/sosial/255165-penelantaran-anak-indonesia-44-
juta-anak-miskin-4-1-juta-terlantar/0/. Diunduh pada 8 juni 2017.
Hidayah, Rifah. 2014. Pengaruh Terapi Seni Terhadap Konsep Diri Anak.
http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/viewFile/3464/162.Diunduh
pada 2 desember 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 1 Kuesioner Konsep Diri
ANGKET SISWA
Disusun oleh:
WindriatiEmban Pertiwi
131114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Nama : :
Jenis kelamin :
Kelas :
A. Petunjuk Pengisian
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berikan
jawabanmu pada kolom alternatif jawaban dengan cara mencentang (√)
sesuai dengan dirimu yang sebenarnya.
Keterangan:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
B. Pernyataan
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya senang dengan bentuk hidung saya yang
mancung/pesek.
2. Saya malu dengan bentuk badan saya saat ini.
3. Meskipun banyak yang mengatakan saya tidak
cantik/ganteng saya tetap merasa percaya diri.
4. Saya merasa tidak percaya diri dengan bentuk kaki
saya.
5. Saya adalah orang yang mudah merasa senang
dengan hal-hal kecil.
6. Saya adalah orang yang mudah marah ketika
menghadapi situasi sulit.
7. Saya adalah orang yang sangat memperhatikan
kebersihan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
8. Saya adalah orang yang cuek melihat penderitaan
orang lain.
NO PERNYATAAN SS S TS STS
9. Saya adalah orang yang mudah berkonsentrasi
dalam belajar.
10. Saya adalah orang yang pemalu ketika harus
bergabung dalam kelompok karna saya bukan
orang pintar.
11. Saya adalah orang yang senang bertukar pikiran
dengan orang lain mengenai suatu hal.
12. Saya adalah orang yang mampu membedakan
perbuatan baik dan buruk yang saya lakukan.
13. Saya adalah orang yang menjalankan aturan
masyarakat ditempat saya tinggal.
14. Saya adalah orang yang kurang peduli dengan
pendapat teman.
15. Saya adalah orang yang selalu berbuat sesuai
perintah dalam kitab suci agama saya.
16. Saya malu jika menggunakan pakaian yang terlalu
terbuka.
17. Saya tetap merasa menarik meskipun warna kulit
saya hitam.
18. Saya baru akan merasa cantik/ganteng jika
menggunakan pakaian yang harganya mahal.
19. Saya adalah orang yang peduli dengan kesedihan
orang lain.
20. Saya adalah orang yang kurang peduli dengan hasil
belajar (nilai mata pelajaran) yang saya dapatkan.
21. Saya adalah orang yang senang memiliki teman-
teman yang sangat perhatian dengan saya.
22. Saya adalah orang yang cuek dengan perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
buruk saya.
23. Saya adalah orang yang selalu sopan dalam
berbicara.
24. Saya adalah orang yang kurang bisa bergaul
dengan teman-teman sehingga saya memilih untuk
menyendiri.
NO PERNYATAAN SS S TS STS
25. Saya tetap percaya diri dengan ukuran tubuh saya
saat ini (gemuk/kurus).
26. Saya adalah orang yang mudah menangis ketika
menghadapi permasalahan.
27. Saya adalah orang yang mudah kecewa ketika
gagal.
28. Saya merasa lebih nyaman dan menarik jika
menggunakan baju yang sopan.
39. Saya adalah orang yang sering merasa tidak
percaya diri ketika berbicara didepan umum.
30. Saya adalah orang yang punya banyak teman
ditempat sekitar saya tinggal.
31. Saya kurang suka dengan bentuk rambut saya yang
susah diatur.
32. Saya adalah orang yang memiliki cita-cita tinggi.
33. Saya adalah orang yang mudah membaur dengan
orang baru, sehingga saya senang berkumpul
dengan teman-teman.
34. Saya adalah orang yang mampu memilih pakaian
cocok dan sopan untuk dipakai.
35. Saya adalah orang yang mampu berprilaku sopan.
36. Saya adalah orang yang mampu menjadi pendengar
baik ketika teman sedang mengungkapkan
pendapatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
37. Saya adalah orang yang tidak peduli dengan dosa
yang saya terima atas perbuatan buruk saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran ke 2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Konsep Diri
Pearson Corelation
Aspek
Penguasaan Kontrol
Parameter Hasil
Hitung
Keputusan
P1 Pearson Correlation .737**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P2 Pearson Correlation .528**
VALID
Sig. (2-tailed) .003
N 30
P3 Pearson Correlation .741**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P4 Pearson Correlation .490**
VALID
Sig. (2-tailed) .006
N 30
P5 Pearson Correlation .695**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P6 Pearson Correlation .538**
VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 30
P7 Pearson Correlation .683**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P8 Pearson Correlation .683**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
P9 Pearson Correlation .481**
VALID
Sig. (2-tailed) .007
N 30
P10 Pearson Correlation .664**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P11 Pearson Correlation .447* VALID
Sig. (2-tailed) .013
N 30
P12 Pearson Correlation .532**
VALID
Sig. (2-tailed) .002
N 30
P13 Pearson Correlation .477**
VALID
Sig. (2-tailed) .008
N 30
P14 Pearson Correlation .698**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P15 Pearson Correlation .471**
VALID
Sig. (2-tailed) .009
N 30
P16 Pearson Correlation .512**
VALID
Sig. (2-tailed) .004
N 30
P17 Pearson Correlation .572**
VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
P18 Pearson Correlation .642**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P19 Pearson Correlation .692**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P20 Pearson Correlation .729**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P21 Pearson Correlation .404* VALID
Sig. (2-tailed) .027
N 30
P22 Pearson Correlation .478**
VALID
Sig. (2-tailed) .008
N 30
P23 Pearson Correlation .437* VALID
Sig. (2-tailed) .016
N 30
P24 Pearson Correlation .509**
VALID
Sig. (2-tailed) .004
N 30
P25 Pearson Correlation .596**
VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
P26 Pearson Correlation .603**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P27 Pearson Correlation .305 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .101
N 30
P28 Pearson Correlation .731**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P29 Pearson Correlation .525**
VALID
Sig. (2-tailed) .003
N 30
P30 Pearson Correlation .578**
VALID
Sig. (2-tailed) .001
N 30
P31 Pearson Correlation .531**
VALID
Sig. (2-tailed) .003
N 30
P32 Pearson Correlation .437* VALID
Sig. (2-tailed) .016
N 30
P33 Pearson Correlation .620**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
P34 Pearson Correlation .494**
VALID
Sig. (2-tailed) .006
N 30
P35 Pearson Correlation .598**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P36 Pearson Correlation .393* VALID
Sig. (2-tailed) .032
N 30
P37 Pearson Correlation .334 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .071
N 30
P38 Pearson Correlation .305 TIDAK VALID
Sig. (2-tailed) .101
N 30
P39 Pearson Correlation .686**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P40 Pearson Correlation .722**
VALID
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR000
02
Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 3 Tabulasi Data Instrumen Skala Konsep Diri Remaja Panti (Responden/Subjek)
1. Pretest
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 ∑ KATEGORI
1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 4 4 4 4 2 4 1 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 102 Sedang
2 3 3 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4 4 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 105 Sedang
3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 121 Tinggi
4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 128 Sangat Tinggi
5 3 1 3 1 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 100 Sedang
6 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 106 Sedang
7 4 1 4 1 4 1 4 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 129 Sangat Tinggi
8 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 119 Tinggi
9 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 4 1 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 89 Sedang
10 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 119 Tinggi
11 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 3 100 Sedang
12 3 1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 111 Tinggi
13 3 2 3 2 3 2 3 3 1 3 1 4 4 3 2 2 3 3 3 3 4 2 3 1 3 3 4 4 4 2 4 4 2 3 4 4 4 108 Tinggi
14 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 112 Tinggi
15 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 94 Sedang
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 113 Tinggi
17 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 118 Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
18 3 1 3 1 3 1 3 4 2 4 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 4 4 119 Tinggi
19 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 129 Sangat tinggi
20 2 3 2 3 2 3 2 4 2 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 114 Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
2. POSTTEST
NO
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
P27
P28
P29
P30
P31
P32
P33
P34
P35
P36
P37
Jumlah
Kategori
1 4 1 3 2 4 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 4 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 4 3 4 4 4 1 109
T
2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 110
T
3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 1 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 132
ST
4 2 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 4 127
ST
5 4 2 4 1 2 1 4 3 2 3 4 4 2 3 2 3 2 3 2 3 4 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 106
S
6 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 109
T
7 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 128
ST
8 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 123
T
9 4 2 4 4 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 4 2 3 3 4 1 0 2 2 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 105
S
10 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2 3 1 1 3 1 3 3 4 3 4 4 4 4 125
T
11 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 103
S
12 3 3 4 1 4 3 3 3 2 2 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 121
T
13 4 3 4 4 4 1 3 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 1 4 2 3 4 4 4 2 4 4 3 120
T
14 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 115
T
15 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 133
ST
16 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 115
T
17 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 2 3 12 T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
4
18 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 130
ST
19 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 0 3 3 4 4 4 129
ST
20 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 124
T
3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 4. Rekapitulasi Skor Skala Konsep Diri Remaja Panti Pretest dan
Posttest
NO.
RESP
NAMA Jenis
Kelamin Pretest Posttest
Jumlah Kategori Jumlah Kategori
1 KK P 102 Sedang 109 Tinggi
2 DR P 105 Sedang 110 Tinggi
3 SM P
121 Tinggi 132
Sangat
Tinggi
4 BS L
128
Sangat
Tinggi 127
Sangat
Tinggi
5 PY L 100 Sedang 106 Sedang
6 FF P 106 Sedang 109 Tinggi
7 SF P
129
Sangat
Tinggi 128
Sangat
Tinggi
8 DH L 119 Tinggi 123 Tinggi
9 AR L 89 Sedang 105 Sedang
10 DL L 119 Tinggi 125 Tinggi
11 NP L 100 Sedang 103 Sedang
12 EW P 111 Tinggi 121 Tinggi
13 RL P 108 Tinggi 120 Tinggi
14 VA P 112 Tinggi 115 Tinggi
15 NR P
94 Sedang 133
Sangat
Tinggi
16 YA P 113 Tinggi 115 Tinggi
17 YH L 118 Tinggi 124 Tinggi
18 HW P
119 Tinggi 130
Sangat
Tinggi
19 MI P
129
Sangat
tinggi 129
Sangat
Tinggi
20 CL P 114 Tinggi 124 Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 5. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas
(Topik: Konsentrasi Belajar)
A. Rancangan Pelayanan Bimbingan
Konsentrasi Belajar
NO KETERANGAN
1. Topik Konsentrasi Belajar
2. Tugas Perkembangan Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual
yang sangat diperlukan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat.
3. Bidang bimbingan Belajar
4. Jenis layanan Layanan informasi
5 Fungsi Bimbingan Pemahaman, pengembangan, pemeliharaan, dan
pencegahan.
6. Sasaran Remaja Panti Asuhan
7. Standar kompetensi Remaja panti asuhan dapat belajar dengan baik dan
memiliki konsep diri yang positif.
8. Kompetensi Dasar Remaja panti dapat mempraktekan cara-cara belajar
9. Indikator a. Menjelaskan Pengertian konsentrasi.
b. Menyebutkan manfaat konsentrasi belajar.
10. Materi a. Pengertian konsentrasi.
b. Manfaat konsentrasi.
11. Metode Pembahasan/diskusi tentang handout,game, dinamika
kelompok, sharing, refleksi.
12. Waktu 2x40 menit
13. Tempat Aula panti
14. Media Laptop, alat tulis, LCD
15 . Prosedur
16. Penilaian/evaluasi Pernyataan hasil belajar
17. Rencana tindak lanjut
18. Sumber pustaka http://www.referensimakalah.com/2013/06/pengertian-
jenis-dan-tahapan-konsentrasi.html. diunduh pada 18
april 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
B. Skenario
NO KEGIATAN PEMBIMBING SISWA DURASI
1. Pembuka Membuka pertemuan
dengan memberikan salam
dan pengantar materi.
Siswa menjawab
salam dan
mendengarkan
pengantar dari
pembimbing.
5 menit
2. Ice breaking Meminta siswa untuk duduk
melingkar dan pembimbing
mengajak siswa bermain
“konsentrasi”.
Siswa mendengarkan
dan mengikuti
permainan dengan
antusias
15 menit
3. Dinamika
kelompok
a. Pembimbing
membagi kelompok.
Setiap kelompok
terdiri dari 6-8
orang.
b. Pembimbing
membagikan gambar
kepada tiap
kelompok untuk
mencari perbedaan.
c. Pembimbing
menginstruksikan
pada siswa untuk
mencari perbedaan
dalam gambar yang
sudah dibagikan
pembimbing dan
mensharingkan
pengalamannya
mencari perbedaan
dalam gambar pada
teman-temannya.
Siswa masuk dalam
kelompok yang sudah
dibagi untuk
berdiskusi dengan
arahan pembimbing.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
d. Pembimbing
membantu siswa
untuk mengaitkan
pengalaman mencari
gambar perbedaan
dengan
permasalahannya.
e. Pembimbing
membantu siswa
untuk bisa
merumuskan niat-
niatnya untuk
kedepan agar
menjadi semakin
baik.
4. Inti Pembimbing menyampaikan
materi berupa power point
Siswa mendengarkan
aktif
10
5. Penutup a. Memberikan
peneguhan mengenai
materi.
b. Memberikan lembar
refleksi berupa
pernyataan hasil
belajar.
c. Mengambil
kesimpulan dari
materi yang
disampaikan.
a. Siswa
mendengarkan
aktif.
b. Siswa
menjawab
lembar refleksi
yang sudah
dibagikan oleh
pembimbing.
c. Siswa
mendengarkan
aktif.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
C. Hand Out Materi
Konsentrasi Belajar
D. Gambar Perbedaan
Berikut gambar-gambar yang digunakan untuk melatih konsentrasi anak
dengan cara mencari perbedaan pada gambar.
Pengertian Konsentrasi adalah memfokuskan pada satu
subjek atau objek tanpa mengalihkan sedikitpun perhatian
kesuatu yang lain.
Manfaat konsentrasi belajar yaitu:
1. Meningkatkan kepercayaan diri
2. Meningkatkan daya ingat
3. Meningkatkan daya ingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
E. Refleksi
Pernyataan Hasil Belajar
1. Setelah saya mengikuti bimbingan dengan materi “konsentrasi belajar” saya menjadi
tahu bahwa:
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..............................................................................................................................
2. Berdasarkan hal positif yang saya dapatkan dari pengalaman saya mengikuti
bimbingan, saya memiliki niat untuk:
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran6. Rencana Pelayanan Bimbingan
Aku Berani Berbicara
NO KETERANGAN
1. Topik Berani berbicara
2. Tugas Perkembangan Memahami dan mengembangkan perilaku
tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
3. Bidang bimbingan Pribadi
4. Jenis layanan Layanan informasi
5 Fungsi Bimbingan Pemahaman, pengembangan, pemeliharaan, dan
pencegahan.
6. Sasaran Remaja panti asuhan
7. Standar kompetensi Remaja panti mampu berkontribusi didalam
kelompok sehingga memiliki konsep diri yang
positif.
8. Kompetensi Dasar Remaja panti berani berbicara didalam kelompok.
9. Indikator
a. Menjelaskan manfaat berani berbicara.
b. Mampu mengatasi rasa takut berbicara.
c. Bertanya pada orang yang berani
berbicara didepan umum hal-hal apa saja
yang bisa dilakukan agar berani berbicara
didepan umum.
10. Materi a. Manfaat berani berbicara.
b. Cara mengatasi rasa takut berbicara.
11. Metode Pembahasan/diskusi tentang handout,game,
dinamika kelompok, sharing, refleksi.
12. Waktu 2x40 menit
13. Tempat Aula panti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
14. Media Laptop, alat tulis, LCD,lembar kerja.
15 . Prosedur
16. Penilaian/evaluasi Refleksi berupa pernyataan hasil belajar.
17. Rencana tindak lanjut
18. Sumber pustaka http://www.binauralbeats.co.id/Manfaat-Luar-Biasa-
Public-Speaking-Skill.htm. diunduh pada 18 april
2017.
http://www.binauralbeats.co.id/Manfaat-Luar-Biasa-
Public-Speaking-Skill.htm. diunduh pada 17 april
2017.
B. Skenario
NO KEGIATAN PEMBIMBING SISWA DURASI
1. Pembukaan Membuka pertemuan
dengan memberikan
salam dan
memperkenalkan diri.
Menjawab salam dari
pembimbing dengan
bersemangat dan siap
menerima materi yang
disampaikan.
5 menit
2. Ice breaking Meminta siswa untuk
membentuk lingkaran
besar untuk bermai “Ha,
Ka, Zo”
Ice breaking
Ha: satu tangan
membentuk seperti
sedang hormat bendera.
Ka: tangan diletakan
pada posisi diatas dada.
Zo: tangan membentuk
seperti sebuah pistol
dan sambil menembak.
Siswa mengikuti instruksi
dari pembimbing dan
mengikuti games dengan
penuh semangat.
15 menit
3. Penyampaian
materi
Menyampaikan materi
mengenai “berani
berbicara”
Siswa memperhatikan
materi yang disampaikan
oleh pembimbing.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4. Proses dalam
kelompok
f. Pembimbing
membagi
kelompok.
Setiap kelompok
terdiri dari 6-8
orang.
g. Pembimbing
memberi kertas
beserta alat tulis
kepada siswa.
h. Pembimbing
menginstruksika
n pada siswa
untuk
menggambar
bebas lalu
mensharingkan
gambar tersebut
didepan teman-
teman
kelompok.
i. Pembimbing
membantu siswa
merumuskan
hal-hal yang
akan dilakukan
berkaitan
dengan materi.
a. Siswa masuk
dalam kelompok
b. Siswa menerima
kertas.
c. Siswa
menggambar dan
mensharingkan
pada teman
kelompok.
d. Siswa
merumuskan niat
kedepannya agar
semakin berani
berbicara.
35 menit
5. Penutup a. Memberikan
peneguhan
tentang materi
yang
disampaikan.
a. Mendengarkan
pembimbing.
b. Mengisi lembar
refleksi.
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
b. Meminta siswa
mengisi lembar
refleksi.
c. Mengambil
kesimpulan atas
kegiatan yang
dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
c. Handout Materi
Aku Berani Berbica
Pengertian berbicara ialah kemampuan
mengucapkan kata-kata dalam rangka
menyampaikan atau menyatakan maksud, ide,
gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun
dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
penyimak agar apa yang disampaikan dapat
dipahami oleh penyimak.
Manfaat berani berbicara:
a. Memiliki banyak kenalan
b. Meningkatkan rasa percaya diri
c. Meningkatkan kemampuan belajar
Cara mengatasi rasa takut berbicara yaitu
a. Melawan rasa malu
b. Memberanikan diri mengajukan pertanyaan
c. Berbicara dengan gaya sendiri tidak perlu dibuat-buat.
d. Mempersiapkan diri
e. Melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
A. Lembar Refleksi
Lembar refleksi “Aku Berani berbicara”
1. Setelah saya mengikuti sesi “aku berani berbicara”, saya menjadi paham bahwa:
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
2. Hal-hal apa yang akan kamu lakukan agar kamu semakin berani berbicara?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 7. Foto-foto Selama Pelaksanaan Bimbingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI