Efektifitas Penggunaan Media Pembelajaran Emaze Untuk ... · kemampuan berpikir seperti itu...
Transcript of Efektifitas Penggunaan Media Pembelajaran Emaze Untuk ... · kemampuan berpikir seperti itu...
Efektifitas Penggunaan Media Pembelajaran Emaze Untuk
Melatih Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Pendidikan
Sarjana (S1)
Fakultas Teknologi Informasi
Progdi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Disusun Oleh :
Brigita Apsari Patone
702014014
Universitas Kristen Satya Wacana
Fakultas teknologi Informasi
Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
2018
Efektifitas Penggunaan Media Pembelajaran Emaze Untuk
Melatih Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Brigita Apsari Patone, Yuliana T. B. Tacoh, S.PAK., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
E-mail: 1)[email protected], 2) [email protected]
Abstract
The development of ICT has had an influence on the world of education, especially in the
learning process. The internet began to be used by teachers as learning media so students could
be more interested and motivated to take part in learning. Teachers are required to create a
pleasant classroom atmosphere and direct students to use the internet appropriately so that it
can stimulate students' creative thinking. Emaze is a presentation tool that offers a presentation
slide that is not only easy but interesting. The purpose of this study is to determine the
effectiveness of using emaze in training students' creative thinking skills. The research subjects
were 58 students of Salatiga Middle School 9 students. The research method is conducting a
survey with a quantitative approach. Data collection using questionnaires and observations. The
data obtained were analyzed with quantitative data that focused on creative thinking of students
in SMP Negeri 9 Salatiga towards ICT learning. The results of the analysis show that ICT
learning using Emaze as a learning media, is quite effective in improving students 'creative
thinking skills seen from the results of students' creative thinking questionnaire where 33
students are in the high category and 13 observations from 15 indicators are done by students.
Keywords: Effectiveness, Creative Thinking, Emaze
Abstrak
Perkembangan TIK telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam
proses pembelajaran. Internet mulai dimanfaatkan guru-guru sebagai media pembelajaran agar
siswa dapat lebih tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran. Guru dituntut untuk
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan mengarahkan siswa menggunakan internet
dengan tepat sehingga bisa merangsang kreatifitas berpikir siswa. Emaze merupakan alat
presentasi yang menawarkan sebuah slide presentasi yang tidak hanya mudah saja namun
menarik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan emaze dalam
melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Subjek penelitian yaitu siswa/siswi SMP Negeri 9
Salatiga yang berjumlah 58 siswa. Metode penelitian yaitu melakukan survey dengan pendekatan
kuantitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan observasi. Data yang
diperoleh dianalisis dengan data kuantitatif yang berfokus pada berpikir kreatif siswa di SMP
Negeri 9 Salatiga terhadap pembelajaran TIK. Hasil analisis menunjukkan pembelajaran TIK
menggunakan Emaze sebagai media pembelajaran, cukup efektif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dilihat dari hasil angket berpikir kreatif siswa dimana 33 siswa
berada pada kategori tinggi dan hasil observasi 13 dari 15 indikator dikerjakan oleh siswa.
Kata Kunci : Efektifitas, Berpikir Kreatif, Emaze
1. Pendahuluan
Berpikir kreatif adalah kemampuan yang harus dimiliki dalam menyikapi Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan pesat dari tahun ke
tahun. Perkembangan ini menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi, yaitu
kemampuan untuk memperoleh, memilih dan mengolah informasi. Seseorang yang menguasai
pengolahan informasi tersebut tentu harus memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif,
sistematis dan logis. [1] Ada beberapa program pendidikan yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir seperti itu diantaranya adalah pembelajaran TIK.
Pembelajaran TIK bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menguasai teknologi
informasi dan mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap kritis, kreatif, apresiat if dan
mandiri [2,3]. Namun pada kenyataannya pembelajaran TIK di sekolah menghadapi beberapa
permasalahan untuk dapat mencapai tujuan. Hal ini terlihat dari hasil observasi pada
pembelajaran TIK di SMP N 9 Salatiga. Kemudahan mengakses internet, sebagai akibat dari
kemajuan teknologi informasi, membuat para siswa menganggap pembelajaran TIK tidak perlu
dipelajari di sekolah karena merasa sudah cukup dengan pengetahuan mengakses internet apa
adanya. Selain itu, jika diberikan tugas, mereka menerapkan sistem : “Buat seadanya saja, mau
benar apa salah yang penting kumpul tugas”. Para siswa menjadi malas berpikir karena
menganggap dapat mencari jawaban dengan mudah dan cepat lewat mengakses internet.
Mengakses internet begitu mudah dilakukan dimana saja termasuk oleh para siswa.
Namun kebanyakan dari siswa mengakses internet untuk hal-hal yang kurang produktif seperti
game online, chatting, facebook serta sosial media lainnya. Data berikut ini ternyata juga
memberi gambaran akan hal itu bahwa pada tahun 2017 ada sekitar 132 juta pengguna internet
di Indonesia. Sementara hampir setengahnya adalah penggila media sosial, atau berkisar di angka
40%. [4]. Hal itu membuat kemampuan berpikir kreatif agak lemah karena mereka sudah
terbiasa dengan gaya berpikir praktis saat menggunakan media sosial. Kebiasaan menggunakan
media sosial dan game membuat mereka menjadi malas berpikir. Beberapa penelitian telah
mengemukakan bahwa penggunaan Internet telah mengakibatkan otak manusia menjadi malas,
dan membuat orang malas berpikir. [5]. Kurangnya kreatifitas dan juga aktifitas siswa dapat
dilihat dari siswa yang malas bertanya serta siswa yang hanya duduk diam saja.
Bagaimanakah internet dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran TIK, sekaligus untuk
merangsang dan melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam hal ini guru dapat berperan
dengan mengarahkan anak didik untuk dapat memakai internet dengan tepat, diantaranya adalah
memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Keinginan siswa untuk mengakses internet
lebih diarahkan kepada sesuatu yang bermanfaat dan tentunya menambah wawasan serta melatih
kemampuan berpikir mereka. Sebab, Peningkatan kemampuan berfikir siswa merupakan hal
yang sangat penting dalam dunia pendidikan sesuai tujuan pendidikan Nasional.[6] Peningkatan
itu tentu harus melewati berbagai pembiasaan atau latihan. Terlatihnya pola berfikir siswa yang
kreatif maka akan berdampak pada hasil belajar siswa baik kognitif maupun afektif.
Salah satu media pembelajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan internet
adalah emaze. Dengan fitur-fitur yang lebih kaya dari powerpoint,diharapkan emaze dapat
menjadi alternatif sebagai media pmbelajaran untuk merangsang kemampuan siswa dalam
berpikir kreatif. Penggunaan emaze diharapkan siswa bisa mengembangkan serta merangsang
kreatifitas, bisa berpikir kritis terhadap tugas-tugas yang diberikan dan bisa mengembangkan
minat serta bakatnya.[7]
Penelitian tentang penggunaan media emaze telah dilakukan oleh Novera Alita (2017)
dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Emaze Terhadap Hasil Belajar Mata
1
Pelajaran Instalasi Motor Listrik (Studi eksperimen siswa kelas XI pada SMKN 5 Jakarta).
Penggunaa media pembelajaran emaze pada pelajaran Intalasi motor listrik juga sangat
membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan yang muncul dalam pembelajaran Intalasi
motor listrik, dan memudahkan siswa menjawab pertanyaan dari guru dan siswa lebih rajin
belajar. [7] Pada penelitian tersebut, media pembelajaran Emaze digunakan dalam pelajaran
Instalasi Motor Listrik untuk melihat hasil belajar siswa. Sedangkan pada penelitian kali ini
menggunakan emaze sebagai media dengan tujuan untuk melatih kemampuan berpikir kreatif
siswa.
Pada penelitian tentang berpikir kreatif beberapa diantaranya meneliti pada mata
pelajaran IPA dan Matematika seperti yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono (2004)
dengan judul “Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah (Problem
Posing)” dan Dian Sudiantini [8,1]. Sedangkan pada penelitian kali ini, menggunakan emaze
sebagai media pembelajaran dan berfokus kepada melatih pemikiran siswa untuk bisa
menuangkan kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan media pembelajaran emaze pada
mata pelajaran TIK. Memang pada penelitian Dian Sudiantini telah memperlihatkan pengaruh
media terhadap berpikir kreatif.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini apakah
pembelajaran TIK dengan menggunakan media pembelajaran emaze efektif melatih kemampuan
berpikir kreatif siswa? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas penggunaan
media emaze dalam pembelajaran TIK untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.
2.Tinjauan pustaka
Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 2009) pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu
siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data dan memadatkan informasi. [9]
Menurut National Education Association (dalam Sadiman, dkk, 1990)Media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya. [10]
Menurut Latuheru (1988:14) Media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara
guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi
tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari
materi pelajaran. [10]
Usman (2002: 13-14) mengungkapkan bahwa media memungkinkan adanya interaksi
langsung antara siswa dengan lingkungan. Gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi
dengannya. Media menghasilkan keragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat
secara bersama sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrik, dan realistis.
Penggunaan media, seperti; gambar, film, model, grafik, dan lainnya dapat memberikan konsep
dasar yang benar. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan
menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsep-
konsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar
selalu timbul. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk giat belajar. [10]
2
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Adapun tujuan dari
media pembelajaran yaitu: 1) Mempermudah proses belajar dan mengajar, 2) Meningkatkan
efisiensi belajar dan mengajar, 3) Menjaga relevansi dengan tujuan belajar, 4) Membantu
konsentrasi Mahasiswa, 5) Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar,
6) Wahana fisik yang mengandung materi instruksional, 7) Teknologi pembawa informasi atau
pesan instruksional, 8) Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa. [11]
Emaze merupakan Software as Service (SaS) dikembangkan oleh Motti Nisani dan Shai
Schwartz pada tahun 2009. Emaze mengharuskan komputer dalam keadaan online atau berkoneksi
internet terlebih dahulu lalu dapat digunakan. Emaze berfungsi sama seperti microsoft office
powerpoint, tetapi memiliki ciri-ciri yang lebih canggih dan menarik. Perbedaannya dari microsoft
office powerpoint adalah fitur pada Emaze lebih banyak seperti adanya fitur 3D, penggabungan
dengan video youtube dan lain-lain.Emaze adalah Aplikasi yang ditujukan untuk orang-orang
yang ingin membuat presentasi yang singkat dan mudah. Emaze dilengkapi dengan fitur-fitur yang
lebih kaya dari powerpoint dan menawarkan sebuah slide presentasi yang tidak hanya mudah saja
namun menjadi lebih menarik. [7]
Dengan adanya fitur tersebut akan membuat kesan menarik bagi peserta didik. Dengan
begitu proses pembelajaran dikelas akan berjalan dengan lancar dan akan terjadinya suatu interaksi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah guru buat. Selain itu dengan adanya media
presentasi ini akan membuat peserta didik lebih aktif untuk bertanya, sebab posisi guru disini
sebagai fasilitator. Selain itu akan menumbuhkan semangat/motivasi untuk mempelajari mata
pelajarannya. Langkah-langkah membuat emaze antara lain sebagai berikut : a) membuka google
dan masuk ke https://www.emaze.com/b) masuk bisa melalui gmail masing-masing, c) Tampilan
akan menjadi seperti dibawah ini.
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
3
Gambar 1 merupakan tampilan utama emaze, gambar 2 merupakan tahap pembuatan
presentasi dengan menggunakan emaze dan gambar 3 merupakan fitur-fitur yang terdapat di
emaze, antara lain : presentation, website, blog, e-card dan photo album.
Kelebihan emaze: 1) Terdapat alat penerjemah otomatis, 2) Multi device ( dapat
melihat dan mengedit diberbagai device ), 3) Tersedia berbagai template baik 2D dan 3D, 4)
Mudah digunakan. Kekurangan emaze : 1) Untuk menggunakan emaze harus melalui tahap
registrasi, 2) Ada penambahan biaya untuk paket premium, 3) Tidak akan bekerja dengan
lancar pada komputer lama. [7]
Sarief (2008) menjelaskan bahwa pengertian melatih adalah suatu proses kegiatan
untuk membantu orang lain mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahanya
mencapai tujuan tertentu. [12] Dalam penelitian ini diharapkan bisa mengarahkan siswa untuk
memakai internet dengan tepat dan bermanfaat serta melatih kemampuan berpikir kreatif
siswa melalui media pembelajaran emaze.
Hamalik (2001) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa
untuk belajar. [13]
Miarso (2004) mengatakan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan salah satu
standart mutu pendidikan dan sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga
diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, ”doing the right things”. [13]
Dari pengertian-pengertian diatas, makaefektifitas yang dimaksud jika menggunakan
emaze untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu sesuai dengan tujuan media
pembelajaran dan sesuai dengan hasil indikator berpikir kreatif. Efektifitas media pembelajaran
emaze untuk melatih kemampuan berpikir kreatif dilihat dari indikator dan hasil observasi
berpikir kreatif dan tujuan pemanfaatan media pembelajaran itu dapat tercapai. .
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses
timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri
aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah
ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari fikiran yang dilatih dengan memperhatikan
intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru. Berfikir
kreatif merupakan hal intrinsik yang perlu digali karena aspek kreatif merupakan salah satu
dari tujuan pendidikan nasional yang dicantumkan didepan, sehingga penting untuk
melakukan berbagai hal terencana dalam peningkatan berpikir kreatif. Definisi lain mengenai
kreatif adalah orang kreatif akan mencari hal-hal yang baru, menemukan dan mengembangkan
hal yang baru. [8]
Malaka (2011) mengemukakan bahwa jangan berpikir bahwa kreatif itu hanya membuat
hal-hal yang baru, hal tersebut salah karena manusia tidak pernah membuat hal baru. Manusia
hanya bias menemukan apa yang belum ditemukan oleh orang lain, manusia hanya bias
mengubah atau menggabungkan hal-hal yang sudah ada, sekali lagi bukan menciptakan hal yang
baru. Maka kreatif hanya melanjutkan hal yang sudah ada bukan menciptakan atau membuat hal
yang benar-benar baru, tetapi sifatnya yang lebih baru dan lebih unggul.[8]
Indikator berpikir kreatif antara lain: 1) Berpikir lancar : a. Mengajukan banyak
pertanyaan, b. Bekerja lebih cepat dari teman. 2) Berpikir Luwes : a. Memberikan pertimbangan
atas diskusi terhadap sesuatu yang bertentangan dengan mayoritas, b. Menerapkan suatu konsep
atau asas yang berbeda beda. 3) Berpikir Orisinal : a. Memikirkan masalah-masalah atau hal
4
yang tak pernah terpikirkan orang lain, b. Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan
masalah. 4) Berpikir Elaboratif : a. Mengembangkan/memperkaya gagasan orang lain, b)
Cenderung memberi jawaban yang luas dan memuaskan. 5) Berpikir evaluatif : a. Memberi
pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri, b) Mempunyai alasan (rasional) yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. [14]
Kemampuan berpikir kreatif itu meliputi kemampuan: a. Memahami informasi masalah,
yaitu menunjukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, b. Menyelesaikan masalah
dengan bermacam-macam jawaban (kefasihan), c. Menyelesaikan masalah dengan satu cara
kemudian dengan cara lain dan siswa memberikan penjelasan tentang berbagai metode
penyelesaian itu (fleksibilitas), d. memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan
kemudian membuat metode baru yang berbeda (kebaruan). [14]
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang revolusioner tersebut menunjukkan
bahwa teknologi komunikasi dan informasi akan berkembang terus dan tidak mungkin dapat
dibendung. Teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dilakukan untuk
meningkatkan efektifitas dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran yang hasilnya dapat
meningkatkan hasil belajar serta kualitas para peserta didik dalam penggunaan teknologi secara
tepat dan bermanfaat. [2] Pentingnya materi tentang TIK di sadari sepenuhya oleh pihak-pihak
yang memiliki fungsi dan tugas dalam mengembangkan kurikulum di Indonesia, seperti
departemen pendidikan nasional dan pusat kurikulum (puskur). Sehingga implikasi dari
kesadaran pentingnya TIK, pada kurikulum Berbasis Kompetensi telah memunculkan satu mata
pelajaran baru yaitu Mata Pelajaran TIK. [2]
Visi Mata Pelajaran TIK yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat TIK secara tepat
dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan
aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif,
mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan
yang baru. [15] Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami teknologi informasi dan
komunikasi, 2) Mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, 3) Mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, 4) Menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi
dan komunikasi. [15]
Di sisi peserta didik atau siswa, peserta didik diminta memiliki kecakapan-kecakapan
(skills) sebagaimana dikemukakan oleh Herman D. Surjono (2010). Berdasarkan pendapat
Wagner (2010) dan ChangeLeadership Group dari Universitas Harvard, kecakapan-kecakapan
yang dimaksud yaitu: 1) Mampu berfikir kritis dan memecahkan masalah, 2) Mampu bekerja
sama, 3) Mampu berubah dengan cepat dan beradaptasi, 4) Mempunyai inisiatif dan berjiwa
enterprenership, 5) Mampu berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun tertulis, 6) Mampu
mengakses dan menganalisis informasi, serta 7) Mempunyai keingintahuan yang tinggi. [15]
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, memakai metode survey dengan pendekatan kuantitatif.
Pengambilan subjek penelitian yaitu siswa kelas IX tahun ajaran 2017/2018 SMP Negeri 9
Salatiga dengan jumlah 58 orang. Waktu penelitian 20 Sebtember 2018 – 4 Oktober 2018.
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IX B berjumlah 30 siswa dan IX G berjumlah 28 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan
kuisioner dan observasi. Pembagian kuisoner dibagikan untuk menganalisa sikap-sikap siswa
5
dalam berpikir kreatif setelah menggunakan pembelajaran yang bermediakan emaze. Observasi
penelitian bertujuan mengamati dan mencatat sistematika kegiatan siswa menurut indikator.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif. Kuisioner terdiri dari
33 pernyataan yang mana skor pada tiap point masing-masing pernyataan dalam kuisioner
berpikir kreatif siswa yaitu untuk pernyataan positif (+) adalah 5 untuk pernyataan sangat
tinggi, 4 untuk pernyataan tinggi, 3 untuk pernyataan sedang, 2 untuk pernyataan rendah dan 1
untuk pernyataan sangat rendah. Sedangkan untuk pernyataan negative (-) adalah 1 untuk
pernyataan sangat tinggi, 2 untuk pernyataan tinggi, 3 untuk pernyataan sedang, 4 untuk
pernyataan rendah dan 5 untuk pernyataan sangat rendah.
Berikut ini tabel kisi-kisi kuisioner berpikir kreatif dari penelitian yang telah dilakukan.
[14]
Tabel I
Kisi – Kisi Kuisioner
Studi Kasus di SMP Negeri 9 Salatiga
No. Aspek Indikator Ju
ml
ah
Nomor
1 Berpikir Lancar
a). mencetuskan banyak jawaban,
gagasan, penyelesaian masalah dan
pertanyaan
b). Memberikan banyak cara atau saran
untuk melakukan berbagai hal
c). Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban
6
2
2
1,2,3,4,31,
32
5,6
9,33
2 Luwes
a). menghasilkan gagasan, jawaban dan
pertanyaan yang bervariasi
b). dapat melihat suatu masalah dengan
arah
c). Mampu mengubah cara pendekatan
atau pemikiran
4
1
3
7,8,10,14
11
12,13,29
3 Orisinil
a). mampu melahirkan ungkapan yang
unik dan baru
b). mampu membuat kombinasi-
kombinasi yang tidak lazim dari
bagianbagian atau unsur-unsur
8
2
15,16,20,21,22,
23,24,25
18,19
4 Elaboratif
mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan
1 28
5 Evaluatif Mampu memperinci detail-detail suatu
objek sehingga menjadi menarik 4 26,27,29,33
Tabel II
Kriteria penilaian berpikir kreatif siswa. [14]
Kategori Rentang Skor
Sangat Tinggi 85-100
6
Tinggi 65 - 84
Sedang 45 - 64
Rendah 25-44
Sangat Rendah 0-24
4. Hasil
Penelitian terhadap sampel dilakukan masing-masing tiga kali pertemuan dengan materi
yang dibahas adalah Emaze.
Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan tentang pengertian emaze, fitur-fitur dalam
emaze, kelebihan dan kekurangan emaze serta langkah-langkah membuat emaze.
Pembelajaran bertujuan untuk memberikan pengenalan kepada siswa dan membuat siswa
mengerti apa yang disampaikan dan guru bertindak sebagai pelaksana kegiatan belajar.
Setelah itu, guru memberikan tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
Pada pertemuan kedua dan ketiga, siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan
tugas mereka di depan kelas dengan menggunakan emaze. Tugas mereka yaitu membuat
sebuah presentasi mengenai apa saja yang berkaitan dengan mata pelajaran TIK antara lain
tentang : Sejarah Perkembangan Internet, Perangkat Keras Komputer, Blog, Jaringan
Internet, Manfaat Blog, Pengenalan Intranet, WIFI, Sistem Jaringan, LAN, ARPANET dan
Peranan TIK, serta memanfaatkan fitur-fitur yang ada di emaze untuk menghasilkan sesuatu
yang kreatif dan maksimal. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan berpikir kreatif
siswa dengan menggunakan emaze yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
Tabel Berikut ini merupakan data tentang hasil observasi dalam pembelajaran di kelas
[14]
Tabel III
Lembar Observasi Kelas XI SMP Negeri 1 Salatiga
No
.
Aspek Indikator Jumlah
IX B
30 orang
IX G
28 orang
1. Berpikir Lancar Langsung membayangkan
apa yang disampaikan guru
18 16
Mengerjakan tugas tepat waktu 29 25
Mengerti apa yang disampaikan guru 20 13
Mengerjakan tugas lebih cepat dari
teman lainnya
18 16
2. Luwes
Bertanya apa yang kurang dipahami 20 10
Menjawab pertanyaan yang diberikan
guru
15 9
Mengutarakan cara berpikir terhadap
sesuatu
11 7
3. Orisinil
Mendesain presentasi dengan emaze 29 25
Mengerjakan tugas baik secara mandiri
maupun berkelompok
29 25
Memberikan sebuah gagasan baru 0 0
4. Elaboratif Aktif di kelas dan tanggap 17 10
7
menyelesaikan tugas yang diberikan
Kritis terhadap tugas yang diberikan 15 10
Mencari tahu sesuatu yang dianggap
lebih baik
0 0
5. Evaluatif
Pertimbangan terhadap tugas-tugas
yang diberikan
21 11
Memberikan masukan secara pribadi 15 12
Dari hasil observasi diatas, terlihat bahwa dari semua 15 indikator, hanya 13 indikator
yang dikerjakan siswa. Dari keseluruhan siswa yang diobservasi, pada aspek Berpikir Lancar,
sebagian besar siswa langsung membayangkan apa yang dipikirkan guru dengan menyimak
dengan teliti dan bisa mengerjakan presentasi. Pada kelas XI B, aktivitas menurut indikator
mengerjakan tugas tepat waktu ada 29 siswa yang melakukan, pada kelas XI G aktivitas di
indikator yang sama ada 25 siswa yang mengerjakan.
Pada aspek luwes, siswa melakukan aktivitas bertanya apa saja yang dianggap masih
kurang dimengerti. Pada saat guru bertanya, siswa juga mampu menjawab dengan mengutarakan
cara berpikir mereka. Pada kelas XI B, sebagian besar siswa melakukan aktivitas di indikator
bertanya apa yang kurang dipahami, dengan jumlah 20 orang, dan pada kelas XI G tidak
sampai setengah dari jumlah dikelas yaitu 10 siswa yang melakukan pada indikator yang sama.
Pada aspek orisinil, siswa mampu mendesain sebuah presentasi dengan menggunakan
berbagai macam tools yang ada pada Emaze baik dikerjakan secara kelompok maupun individu.
Pada kelas XI B, ada 29 siswa yang melakukan aktivitas dua indikator yaitu mendesain
presentasi dengan emaze dan mengerjakan tugas baik secara mandiri maupun berkelompok, ini
merupakan jumlah tertinggi. Pada XI G berjumlah 25 siswa melakukan aktivitas di dua indicator
yang sama.
Pada aspek elaboratif, siswa aktif selama proses pembelajaran dan bisa menyelesaikan
tugas yang diberikan serta berani mengutarakan apa saja yang dipikirkan. Pada kelas XI B di
indikator aktif di kelas ada17 siswa yang melakukan dan indicator kritis terhadap tugas ada 15
siswa yang melakukan. Sedangkan pada kelas XI G, untuk dua indicator yang sama, masing-
masing ada 10 siswa yang melakukan.
Pada aspek Evaluatif, siswa mengutarakan pertimbangan antara lain : memilih materi
yang akan dibuat pada presentasi, penggunaan laptop dan jadwal mempresentasikan hasil sesuai
dengan kesiapan siswa tersebut. Pada kelas XI B, pada indikator pertimbangan terhadap tugas
dan memberikan masukan secara pribadi masing masing ada 21 siswa dan 11 siswa yang
melakukan. Pada kelas XI G untuk dua indicator yang sama masing masing 15 siswa dan 12
siswa yang melakukan.
Dari hasil observasi tersebut, aspek yang paling banyak dilakukan siswa yaitu pada aspek
berpikir lancar yang mana siswa mengerjakan tepat waktu, pada aspek orisinil yang mana siswa
bisa mengerjakan tugas baik secara mandiri maupun berkelompok serta bisa mendesain
presentasi dengan emaze.
Ada juga aspek yang sama sekali tidak dilaksanakan pada pembelajaran ini, yaitu pada
aspek orisinil yang mana indikatornya memberikan sebuah gagasan baru, kemudian pada aspek
elaboratif yang mana indikatornya mencari tahu sesuatu yang dianggap lebih baik. Pada kelas
XI B dan XI G jumlah siswa yang melakukan masing masing nihil.
Berikut ini adalah tabel hasil angket berpikir kreatif menggunakan penskoran Skala Likert. [16]
Tabel IV
Tabel Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa
Kategori Rentang Skor Jumlah Siswa
Sangat Tinggi 85-100 17
Tinggi 65 - 84 33
Sedang 45 - 64 4
Rendah 25-44 2
Sangat Rendah 0-24 2
TOTAL 58
Pada tabel diatas memperlihatkan hasil angket berpikir kreatif siswa. Jumlah keseluruhan
siswa ada 58. Ada 2 siswa pada kategori sangat rendah, dan 2 siswa yang ada pada kategori
rendah. Pada kategori sedang ada 4 siswa. Selanjutnya ada 33 siswa pada kategori tinggi dan
17 siswa pada kategori sangat tinggi dengan rentang skor 85-100. Berdasarkan tabel diatas, ada
sebagian besar siswa berjumlah 33 orang memiliki kemampuan berpikir kretaif pada kategori
tinggi. Hanya 17 siswa saja yang berada kategori sangat tinggi.
5. Pembahasan
Melihat hasil observasi dan hasil angket, pada hasil angket memang sebagian besar siswa
berada pada kategori tinggi dan hanya sebagian kecil siswa yang berada di kategori sangat
tinggi, tetapi hasil observasi memperlihatkan ada kegiatan di aspek orisinal dan elaborative yang
tidak dilakukan sama sekali. Dari hasil tersebut, maka dapat dikatakan, pemanfaatan media
pembelajaran emaze cukup efektif untuk melatih kemampuan berpikir kreatif. Efektivnya media
ini terlihat dari hasil angket yang menunjukkan sebagian besar siswa pada kategori tinggi.
Namun media ini tidak cukup efektif dalam hal membantu siswa untuk melatih memberikan
gagasan baru dalam aspek orisinal dan aspek elaborative pada indicator mencari tahu sesuatu
yang dianggap lebih baik. Sebab pada hasil observasi terlihat bahwa siswa sama sekali tidak
mengerjakan bagian ini.
Pemanfaatan emaze pada sebagian besar kelas IX B terhitung efektif dalam melatih
kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang aktif di kelas, siswa
yang kritis dan bertanya apa saja yang tidak dimengerti, antusias mengerjakan tugas tepat waktu,
mempertimbangkan tugas tugas yang diberikan sesuai dengan kondisi masing-masing siswa,
aktif dan tanggap dalam memberikan masukan, melatih kemampuan berpikir dengan mendesain
presentasi dan mempresentasikan hasil di depan kelas dengan percaya diri serta memicu berpikir
kreatif dengan menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan guru. Hal yang paling disukai
siswa dengan menggunakan emaze yaitu fitur-fitur yang diberikan emaze sangat bervariatif serta
terdapat berbagai animasi baik 2D maupun 3D.
Beberapa materi yang dijelaskan antara lain pengertian emaze, kelebihan dan kekurangan
emaze, fitur-fitur dalam emaze serta cara membuat emaze yang membuat siswa kemudian
menjadi terampil dalam mendesain sebuah presentasi dilihat dari hasil belajar yang
dipresentasikan di depan kelas. Sedangkan di kelas IX G hanya sebagian kecil saja yang
melakukan hal tersebut.
Penelitian ini dikatakan cukup efektif karena hanya sebagian saja tujuan media
pembelajaran dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, antara lain : 1) mempermudah proses
belajar dan mengajar, karena siswa lebih mudah mengerti dan membuat siswa semangat mencari
tahu apa saja fungsi dari tools yang ada di emaze. 2) Meningkatkan efisiensi belajar dan
mengajar, karena siswa lebih tanggap dengan internet, jadi pembelajaran lebih menyenangkan. 3)
8
Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar, karena siswa bisa keluar
dari pembelajaran yang monoton, yang hanya berkutat pada buku-buku pelajaran saja. Siswa
lebih terlihat bersemangat dalam mengakses emaze karena itu sesuatu yang baru buat mereka. 4)
Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional, karena siswa lebih suka segala sesuatu
yang berbau internet, sehingga informasi-informasi cepat diserap oleh mereka.
Berdasarkan uraian dan hasilpengamatan yang sudahdilakukan, dapatdisimpulkan bahwa
penerapanemaze cukup efektif dalam melatih cara berpikir kreatif siswa karena indikator
berpikir kreatif dan tujuan media pembelajaran tercapai tercapai sebagian.
Berdasarkanpenelitianyang sudah dilakukan,pemanfaatan media emazesebagai media
pembelajaran cukup efektif melatih cara berpikir kreatifsiswa.
6. Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk melihat kemampuan lain
seperti berpikir kritis atau media lain agar pembelajaran lebih kreatif,variatif dan inovatif.
7. Daftar Pustaka
[1] Sudiantini, Dian; Shinta, Nurjanah Dewi. Pengaruh Media Pemebelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif dan penalaran Matematis siswa. JPPM Vol 11 No 1.
[2] Evy Nurvitasari, Henie Poerwandar Asmaningrum. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dan Komunikasi Oleh Guru Dalam Pembelajaran Kimia SMA di Distrik
Merauke. Received: 11nd September 2017; Revised: 12th January 2018;
Accepted: 19th January 2018
[3] FX. Eko Budi Kristanto. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) KTSP Untuk SMA/MA
[4] Angriani, Gabrielle. (2017). Communications Manager Tetra Pak Indonesia,
Tetra Pak Index 2017 : “The Connected Customer”
[5] Betsy Sparrow, (2011). Internet Membuat Orang Malas Berpikir.
[6] Hadma Yuliani, Mariati, Resa Yulianti, Cici Herianto. (2017). Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Siswa Sekolah Menengah Di Palangka Raya Menggunakan
Pendekatan Saintifik
[7]Novera, Alita (2017). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Emaze Terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran Instalasi Motor Listrik (Studi Eksperimen Siswa
Kelas XI pada SMKN 5 Jakarta. Sarjana Thesis, Universitas Negeri Jakarta.
[8] Tatag Yuli Eko Siswono. (2004). Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah (Problem Posing) FMIPA Unesa Surabaya.
[9] Azhar Arsyad, (2009). Media Pembelajaran. ( Jakarta : PT Grafindo Persada) [10] Zakky. (2018). Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli dan Secara Umum
[11] Rohmawati, Afifatu. (2015). Efektifitas Pembelajaran. PAUD PPs
Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur
[12] Fitria, Ria. (2014). Perbedaan Mendidik, Mengajar dan Melatih
[13] Santih Anggereni, Khairurradzikin. (2016). Efektifitas Pembelajaran Menggunakan Media
Pembelajaran Macromedia Flash Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep
Fisika Materi Hukum Newton
[14] Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif, Repositori FKIP Universitas Negeri Jambi. [15] Cepi Riyadi. Implementasi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) Di Sekolah
[16] Budiaji, Weksi. (2013). Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likers. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan vol 2 no. 2 hal 127-133
10