Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan
-
Upload
bedjo-ntu-aquw -
Category
Documents
-
view
435 -
download
25
Transcript of Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan
BAHAN AJAR
PENGELOLAAN USAHAPETERNAKAN
KETUA
DR. IR. HJ. ST. ROHANI, M.SI
ANGGOTA
IR. ABD. HAMID HODDI, MS
IR. MARTHA B. ROMBE, MP
MUH. RIDWAN, S.PT, M.SI
SOSIAL EKONOMI PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2011
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISANBUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDINTAHUN 2011
Judul Buku Ajar : Pengelolaan Usaha PeternakanNama Lengkap : Dr. Ir. Hj. St. Rohani, M.SiNIP : 19690822 200801 2 015Pangkat/Golongan : Lektor / IIIcJurusan/Bagian/Program Studi : Sosial Ekonomi PeternakanFakultas/Universitas : Peternakan / Universitas HasanuddinAlamat Email : [email protected] : Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah)
Dibiayai oleh Dana DIPA BLU Universitas HasanuddinTahun 2011 Sesuai SK Rektor UnhasNomor : 20875/H4.2/KU.10/2011 Tanggal 29 November 2011
Makassar, Desember 2011
Dekan Fakultas Peternakan Penulis
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Dr. Ir. Hj. St. Rohani, M.SiNIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19690822 200801 2 015
MengetahuiKetua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.ScNIP. 19630501 198803 1 004
iii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat
dan hidayahNya jualah sehingga dapat menyelesaikan penyusunan bahan ajar ini meskipun
terdapat halangan dan rintangan yang menantang.
Bahan ajar ini disusun sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa sehingga dapat
memperlancar proses pembelajaran terutama untuk mata kuliah Pengelolaan Usaha
Peternakan.
Dalam penyusunan bahan ajar ini, kami banyak mendapat masukan, bimbingan
serta petunjuk dari berbagai pihak. Akhirnya kami sangat menyadari bahwa bahan ajar ini
masih penuh dengan kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu tegur sapa
dan sumbang saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan agar terciptanya
tulisan yang lebih sempurna. Semoga apa yang kami paparkan dapat diterima dan berguna
bagi kita semua. Amin…..
Makassar, Desember 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL iHALAMAN PENGESAHAN iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI ivDAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TIPOLOGI USAHA PETERNAKAN 8
A. Usaha Peternakan Rakyat 9B. Usaha Peternakan Komersial 10
BAB III ASSET USAHA PETERNAKAN 13
A. Pengertian Asset 14B. Pengukuran 15C. Penilaian 16D. Pengakuan 17E. Penyajian 18F. Fixed Asset 18G. Working Asset 19H. Liquid Asset 29
BAB IV SATUAN TERNAK DAN KOEFISIEN TEKNIS 31
A. Pengertian Satuan Ternak 32B. Penggunaan Satuan Ternak 32C. Pengertian Koefisien Teknis 38D. Jenis-jenis Koefisien Teknis 40
BAB V FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI 48
A. Jenis-jenis Faktor Produksi 49B. Alokasi Faktor Produksi 52C. Efisiensi Teknis dan Efisiensi Ekonomis 53
BAB VI APLIKASI FUNGSI PRODUKSI 56
A. Law of Diminising Return 57B. Incrasing Productivity 57C. Decreasing Productivity 58D. Constant Produkctivity 58E. Fungsi Produksi 59
v
BAB VII MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN 76
A. Produksi dan Reproduksi 77B. Kandang dan Peralatan 79C. Pakan Ternak 80
BAB VIII ANALISA PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN 82
A. Biaya 83B. Pendapatan 84C. Analisa Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan 87
BAB IX KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP USAHAPETERNAKAN
110
A. Sinkronisasi Produksi dan Pemasaran 111B. Potensi Usaha Peternakan Sul-Sel dan Globalisasi
Ekonomi 115
DAFTAR PUSTAKA 129
vi
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1 Matriks Hubungan Antara Profil dan Kompetensi Lulusan 2
2 Perkembangan Nilai Mahasiswa Peserta Mata Kuliah PengelolaanUsaha Peternakan pada 3 Semester Terakhir
3
3 Garis Besar Rancangan Pembelajaran (GBRP) Pengelolaan UsahaPeternakan
6
4 Daftar Satuan Ternak 32
5 Daya Dukung Tanaman Pangan 33
6 Jumlah Ternak per Tenaga Kerja 35
7 Net Calf Crop Dan Gugus Nilai Koefisien Teknis 40
8 Umur Awal dan Afkir Ternak Bibit 41
9 Masa Bunting dan Kering Kandang 42
10 Umur Awal, Berat Awal Dan Masa Penggemukan 43
11 Pertambahan Berat Badan Harian (PBH) 44
12 Kelas Babi Ras Unggul Finishing 45
13 Rata-rata Produksi, Masa Laktasi dan Penggunaan Susu Bagi AnakSapi
46
14 Kebutuhan Ransum Beberapa Jenis Ternak 80
15 Pertambahan berat badan setiap hari, tergantung dari banga sapi 87
16 Model Penggemukan Sapi 88
17 Model Proyeksi Populasi Sapi Bibit/Penggemukan (DenganMortalitas) Ranch Sapi
89
18 Model Proyeksi Produksi Broiler 94
19 Model Proyeksi Produksi Telur 100
20 Proyeksi Sapi Perah (Fh) 10 Induk Awal + Ib (Tanpa Pre – Proyek) 103
21 Proyeksi sapi perah (fh) 5 induk awal + 5 induk tambahan + ib(dengan pre – proyek)
105
22 Beberapa Analisis Usaha Peternakan 108
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1 Analisis Kebutuhan Pembelajaran 5
2 Garis linear sederhana 62
3 Garis linear sederhana dengan nilai a = 0 62
4 Fungsi produksi linier dengan satu variabel input 63
5 Fungsi Produksi Kuadratik 64
6 Fungsi produksi kuadratik dengan satu variabel input 65
7 Fungsi produksi cob-douglas dengan satu variable input 66
1
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB IPENDAHULUAN
Pengembangan bidang peternakan akhir-akhir ini semakin menjadi perhatian
penting karena adanya program diversifikasi pangan untuk meningkatkan kualitas gizi
masyarakat, yang mana dalam kaitan ini peternakan merupakan sumber produksi pangan
berkualitas tinggi, disertai dengan permintaan konsumsi masyarakat akan produk
peternakan masih jauh melebihi persediaan yang ada. Usaha ternak di pedesaan mampu
memberikan tambahan pendapatan dan lapangan pekerjaan bagi keluarga petani dan
masyarakat.
Upaya mendayagunakan hewan dengan sebaik-baiknya tidaklah mudah, oleh
karena itu perlu adanya suatu pengetahuan yang mantap dan berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran Fakultas Peternakan sangat besar
untuk memberikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat agar tahu,
mau, dan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengembangan usaha
ternak. Hal ini merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh lulusan Sosial
Ekonomi Peternakan, dimana mereka mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu dan
teknologi di bidang manajemen, sosial dan ekonomi dalam bidang agribisnis peternakan
dengan adaptif dan kreatif dalam pemanfaatan sumber daya lokal yang berjiwa bahari.
Kompetensi Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan yaitu sebagai berikut :
1. Kompetensi Utama :
• Kemampuan menerapkan aspek teknis peternakan, teknologi hasil
peternakan
• kepada masyarakat.
• Kemampuan mengelola usaha agribisnis peternakan.
• Mampu melakukan usaha manidiri (berwirausaha) di bidang peternakan
• Kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah manajemen, sosial dan
ekonomi bidang peternakan.
• Kemampuan membuat dan menganalisis studi kelayakan usaha peternakan.
• Kemampuan membina dan mengembangkan masyarakat dalam menerapkan
inovasi dan teknologi dibidang peternakan
2
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
2. Kompetensi Pendukung :
• Kemampuan menyusun dan menganalisa laporan keuangan perusahaan
peternakan
• Mampu melakukan presentasi dan negosiasi untuk meyakinkan masyarakat
dalam bidang sosial ekonomi peternakan.
• Kemampuan untuk mengolah dan menganalisa serta pengambilan keputusan
berbasis komputer
3. Kompetensi Lainnya (Institusional) :
• Kemampuan mengembagkan diri berdasarkan wawasan budaya bahari.
• Mampu bekerjasama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
• Mampu membuat media dan presentasi multim
Tabel 1. Matriks hubungan antara Profil dan Kompetensi Lulusan
ProfilLulusan
Kompetensi yang seharusnya dimilikiKompetensi Utama Kompetensi Pendukung Kompetensi Lainnya
Inovatif
a. Kemampuan menerapkanaspek teknis peternakan,teknologi hasil peternakankepada masyarakat.
b. Kemampuan mengelolausaha agribisnispeternakan.
c. Mampu melakukan usahamandiri (berwirausaha) dibidang peternakan
a. Mampu membuat mediadan presentasimultimedia
Adaptif
a. Kemampuan membina danmengembangkanmasyarakat dalammenerapkan inovasi danteknologi dibidangpeternakan.
a. Mampu melakukanpresentasi dan negosiasiuntuk meyakinkanmasyarakat dalambidang sosial ekonomipeternakan
a. Kemampuanmengembangkan diriberdasarkan wawasanbudaya bahari
b. Mampu bekerjasamadalam kehidupan sosialkemasyarakatan
Kreatif
a. Kemampuan menganalisisdan memecahkan masalahmanajemen, sosial danekonomi bidangpeternakan.
b. Kemampuan membuat danmenganalisis studikelayakan usahapeternakan.
a. Kemampuan menyusundan menganalisislaporan keuanganperusahaan peternakan
b. Kemampuan untukmengolah danmenganalisis sertapengambilan keputusanberbasis komputer
a. Mampu membuatmedia dan presentasimultimedia
3
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pengembangan usaha peternakan hanya dapat dilakukan jika manusia memiliki
kemampuan dalam pengelolaan usaha peternakan itu sendiri. Pengelolaan usaha menjadi
acuan untuk mengembangkan usaha peternakan. Namun kurangnya sarana dan fasilitas
pembelajaran dan minat mahasiswa untuk mengakses internet mengakibatkan proses
pembelajaran e-learning kurang berkembang. Hal ini juga berdampak pada proses
pembelajaran Mata Kuliah Pengelolaan Usaha Peternakan terbukti dengan pencapaian nilai
yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Nilai Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Pengelolaan UsahaPeternakan pada 3 Semester Terakhir
No. Semester Nilai Hasil Jumlah (Orang) Jumlah (%)1 Akhir 2008/2009 A 6 14.29
A- -B+ -B 19 45.24B- -C+ -C 4 9.52C- -D -E 13 30.95
2 Awal 2009/2010 A -A- -B+ 6 7.89B 12 15.79B- -C+ 9 11.84C 25 32.89C- -D 6 7.89E 18 23.68
3. Akhir 2010/2011 A -A- -B+ 1 3.03B 3 9.09B- 6 18.18C+ 3 9.09C 13 39.39C- -D 3 9.09E 4 12.12
4
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pada Tabel 2, memperlihatkan nilai mahasiswa 3 semester terakhir. Hal ini menjadi
bukti pembelajaran yang kurang efektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa maka perlu dilakukan penyediaan bahan ajar yang berbasis internet. Dengan
adanya bahan ajar ini diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dan
memberikan dukungan pada mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan dengan baik
mengingat sangat pentingnya mata kuliah ini. Pentingnya mata kuliah Pengelolaan Usaha
Peternakan dapat dilihat pada Analisis Kebutuhan Pembelajaran berikut ini :
Mata Kuliah : Pengelolaan Usaha Peternakan
Kompetensi Utama : a. Kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
manajemen, dan ekonomi bidang peternakan.
b. Kemampuan membuat dan menganalisis studi
kelayakan usaha peternakan.
Kompetensi Pendukung : a. Kemampuan menyusun dan menganalisis laporan
keuangan perusahaan Peternakan.
Sasaran Belajar : Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa mampu
mengelola suatu usaha peternakan secara efisien dan
ekonomis.
Analisis kebutuhan pembelajaran tersebut menjadi landasan pelaksanaan
Pengelolaan Usaha Peternakan. Grafik analisis pembelajaran dapat dilihat pada gambar 1.
5
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Gambar 1. Analisis Kebutuhan Pembelajaran
Dengan demikian keberadaan bahan ajar ajar ini akan menjadi tambahan referensi
bagi mahasiswa peserta mata kuliah Pengelolaan Usaha Peternakan yang selama ini masih
kurang. Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada GBRP (Garis Besar Rancangan
Pembelajaran). Susunan GBRP Mata Kuliah Pengelolaan Usaha Peternakan dapat dilihat
pada tabel 3.
Mampu memberikan argumntasi tentangkebijakan pemerintah terhadap usaha
peternakan9
Dapat menjelaskan &menguraikan faktor faktor
produksi4
Mahasiswa mampu mengelola suatu usahapeternakan secara efisien dan ekonomis
Dapat mengklsifikasikanasset usaha peternakan
2
Mampu mengidentifikasitipologi usaha peternakan di
Indonesia1
Dapat menjelaskan tentangSatuan Ternak danKoefisien Teknis
3Mampu membuat pola
manajemen usahapeternakan yang baik
7
Dapat mengukurproduktivitas melalui
aplikasi fungsi produksi6
Mampu menghitung biaya& pendapatan usaha
peternakan8
Dapat menjelaskanpengalokasian faktor-
faktor produksi5
6
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP)
Mata Kuliah : Pengelolaan Usaha PeternakanKompetensi Utama : Kemampuan membuat dan menganalisis studi kelayakan usaha peternakan.Kompetensi Pendukung : Kemampuan menyusun dan menganalisis laporan keuangan perusahaan peternakan.Kompetensi Lainnya : Mampu bekerjasama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.Sasaran Belajar : Mampu mengelola suatu usaha peternakan secara efisien dan ekonomis.
Tabel 3. Garis Besar Rancangan Pembelajaran (GBRP) Pengelolaan Usaha Peternakan
MINGGU KESASARAN
PEMBELAJARANMATERI
PEMBELAJARANSTRATEGI
PEMBELAJARAN KRITERIA PENILAIANBOBOTNILAI
(%)
IDapat mengidentifikasitipologi usaha peternakn diIndonesia
1.Pengertian Ush ptrnkn2.Usaha Ptrnkn Rakyat3.Usaha Ptrnkn Komersial
KULIAH &DISKUSI
- Pemahaman secara sistematik- Referensi jelas
5
IIDapat mengklasifikasikanasset usaha peternakan
1. Fixed Asset2. Working Asset3. Liquid Asset
KULIAH & TUGAS
- Ketepatan menyelesaikantugas
- Kejelasan perbedaan beberapaistilah.
5
IIIDapat menjelaskan tentangsatuan ternak dan koefisienteknik
1. Pengertian satuan ternak2. Analisis satuan Ternak3. Pengertian Koefisien
tehnik4. Jenis-jenis koefisien
tehnik
KULIAH, DISKUSI& TUGAS
- Pemahaman secara sistematik- Referensi jelas- ketepatan menyelesaikantugas
5
IV
Dapat menjelaskan,menguraikan danmengalokasikan faktor-faktor produksi
Jenis-jenis faktor produksi :tanah, modal, tenaga kerja,
manajemenAlokasi Faktor Produksi
Efisiensi teknis &ekonomis
KULIAH, DISKUSI& TUGAS
- Ketepatan menjelaskan jenis-jenis faktor produksi
- Ketepatan menguraikn jenis-jenis faktor produksi
-Keaktifan dlm diskusi klmpk-Kejelasan menguraikan
30
7
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
pengalokasian faktor-faktorproduksi
-Ketepatan menyelesaikantugas
V, VI, VIIDapat mengukurproduktivitas melaluiaplikasi fungsi produksi
1. Law of DiminisingReturn
2. Incrasing Productivity3. Decreasing productivity4. Constant productivity5. Fungsi Linear6. Fungsi Kuadratik7. Fungsi Cobb Douglass
KULIAH, DISKUSIKELOMPOK &
TUGAS
- Ketepatan menguraikantentang produktivitas melaluiaplikasi fungsi produksi
- Ketepatan menentukan faktor-faktor produksi yang optimal
- Keaktifan dlm diskusi klmpk- Ketepatan menyelesaikan
tugas
5
VIII,IX, X
Dapat membuat polamanajemen usahapeternakan
Manajemen Usaha Petrnakn1.Reproduksi dan Produksi2.Kandang & pralatan3.Pakan & Ternak
MID TEST, STUDILAPANG &DISKUSIKELOMPOK
-Ketepatan waktu penyelesaianujian.
-Kedisiplinan dalammengemukakan pendapat danmenghargai pendapat oranglain
10
XI, XII,XIII
Dapat menghitung biaya &pendapatan usahapeternakan
Analsis Biaya &Pendapatan Ternak Potong,unggas & sapi perah.
KULIAH, TUGAS &DISKUSIKELOMPOK
-Kedisiplinan dalammengemukakan pendapat danmenghargai pendapat oranglain
20
XIV, XV,XIV
Dapat memberikanargumentasi tentangkebijakan pemerintahterhadap usaha peternakan
Kebijakan PemerintahTerhadap UsahaPeternakan:1. Sinkronisasi Produksi
dan Pemasaran2. Poteni Ush Ptrnkn Sul-
Sel dan GlobalisasiEkonomi
PRESENTASI &FINAL TEST
- Kesesuaian jawaban denganreferensi yang relevan
- Kedisiplinan dalammengemukakan pendapat danmenghargai pendapat oranglain
- Ketepatan waktu penyelesaianujian.
20
8
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB IITIPOLOGI USAHA PETERNAKAN
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat mengidentifikasi tipologi usaha peternakn di Indonesia
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Kuliah
• Diskusi
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang pengertian usaha peternakan yang meliputi usaha
peternakan rakyat dan usaha peternakan komersial
PENDAHULUAN
Ilmu usaha tani atau farm management berkembang di Amerika dan Eropa sejak
permulaan abad ke XX. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan Ilmu Ekonomi
Produksi. Ilmu usaha tani juga berkembang di negara-negara lain termasuk Australia dan
Taiwan. Ilmu usaha tani di Asia telah mengalami perubahan disesuaikan dengan ukuran
usaha petani-petani di Asia yang pada dasarnya berusaha dalam ukuran yang kecil (small
size). Walaupun petani-petani Asia berukuran skala kecil, mereka telah menerapkan
prinsip-prinsip bisnis pertanian. Pengembangan sub sektor peternakan sebagai bagian dari
ilmu usaha tani dalam era globalisasi ekonomi dihadapkan pada persaingan yang semakin
terbuka, kondisi tersebut seharusnya dijadikan momentum untuk memacu peningkatan
sumberdaya lokal, daya saing serta antisipasi masa depan.
Kegiatan Peternakan saat ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga
saja. Tapi sudah merupakan usaha yang dijadikan sumber penghasilan pokok. Dewasa ini
usaha peternakan juga sudah mencapai level usaha industri yang menyediakan lapangan
kerja bagi orang banyak. Saat ini usaha peternakan yang pengelolaannya masih didominasi
usaha skala kecil dan menengah antara lain ternak kerbau, sapi, domba, kambing, kelinci,
itik dan ayam buras. Sementara ternak sapi potong, sapi perah, ayam ras dan puyuh
dikelolah oleh perusahaan peternakan. Namun demikian, usaha ternak sapi potong, sapi
perah atau puyuh bisa dikelola sendiri dengan skala kecil. Secara umum tipe usaha
peternakan akan dibahas pada bab ini.
9
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
URAIAN MATERI
1. Usaha Peternakan Rakyat
Usaha ini diwakili oleh petani-petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2
ekor ternak, baik ternak ruminansia besar,kecil bahkan ayam kampung. Keluarga petani
yang bergerak dalam usaha ini diperkirakan terdiri atas 37.836.000 rumah tangga dengan
populasi ternak sebesar :
a. ± 7 juta ekor sapi potong
b. ± 3 juta ekor kerbau
c. ± 11 juta ekor kambing dan domba
d. ± 140 ekor ayam kampung
Usaha peternakan nasional hingga saat ini masih didominasi usaha peternakan
rakyat. Jumlahnya mencapai lebih dari 95 persen dari jumlah keseluruhan peternak di
Indonesia. Tipe usaha ini tidak mengalami kemajuan pesat, karena perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh daya dukung wilayah dan terbatasnya modal dan pemakaian
teknologi. Cara ini dapat digambarkan hanya merupakan usaha sambilan, memanfaatkan
by produk pertanian dan sangat berguna untuk saving keluarga. Dari tipe usaha ini tentu
telah ada yang berkembang ke arah usaha semi intensif.
Usaha peternakan rakyat atau small farmers merupakan usaha peternakan yang
melaksanakan biosekuriti secara terbatas, karena masalah biaya sedangkan perkandangan
terbuka, sehingga terjadi hubungan dengan ternak liar. Secara terperinci ciri-ciri system
peternakan rakyat adalah :
a. Manajemen intensif yang rendah
b. Modal yang sangat rendah
c. Produknya adalah pengan dengan ketergantungan pada pasar output dan
input pada jasa pelayanan
Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk menjaga kesinambungan
usaha peternakan rakyat, adalah melalui sentuhan perbaikan sistem pemasaran ternak
potong, yang paling tidak dapat dilakukan 2 pendekatan :
a. Peternak sapi dan kerbau rakyat mendirikan wadah dan bersatu didalamnya untuk
menggalang sumber daya yang dimiliki untuk diarahkan pada keberlangsungan
peternakan rakyat dibidang usaha ternak potong secara agribisnis, dengan
pengertian peternak melalui wadah dimaksud mampu mengendalikan kegiatan-
10
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
kegiatan hulu sampai dengan hilir sub sistem agribisnis usaha ternak potong yang
tentunya pemasaran termasuk didalamnya.
b. Pemerintah atau pengusaha yang peduli terhadap pembangunan peternakan rakyat
mempelopori pendirian usaha pembelian ternak rakyat secara langsung, menjamin
pembelian dengan harga memadai, memiliki cabang-cabang pada sentra
pengembangan ternak potong, tanpa perantara, dan menggunakan cara penentuan
harga per ekor ternak berdasarkan timbangan berat hidup ternak. Selanjutnya jika
yang menjadi pelopor tersebut adalah pemerintah dan usaha dimaksud telah
berjalan lancar dan menguntungkan, dapat dijual ke pihak swasta melalui kebijakan
privatisasi.
Peternak dengan peluang perolehan yang tinggi akan bergairah dalam
pengembangan usahanya dan selanjutnya akan muncul pendatang baru sebagai investor
untuk menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan ternak potong tersebut.
Argumentasi penguat dapat ditinjau dari realitas dan keunggulan usahatani skala
kecil. Pertama, usaha pertanian tidak pernah akan lenyap selama manusia masih perlu
makan. Kedua, kenyataan bahwa kepemilikan faktor produksi (lahan, modal) petani kita
sangat sempit dan terbatas. Ketiga, sebagian besar penduduk masih bergantung pada sektor
pertanian di pedesaan. Keempat, kontribusi pertaniansangat besar dalam menunjang sektor
industry hulu dan hilir serta jasa pertanian, baik dalam kontribusi komoditi pertanian,
pendapatan, pasar maupun penyerapan tenaga kerja. Kelima,program-program dalam skala
kecil lebih memungkinkan adanya partisipasi, lebih mudah disesuaikan, serta lebih peka
menjawab kebutuhan petani. Keenam, program kecil membutuhkan teknologi sederhana
yang disesuaikan dengan kemampuan pelakupelakunya. Terakhir, program-program skala
kecil memberi ruang yang besar bagi partisipasi dan kemandirian demi pencapaian
masyarakat yang bebas, demokratis dan berkeadian sosial.
2. Usaha Peternakan Komersil
Merupakan usaha yang benar-benar telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
antara lain usaha dengan tujuan untuk profit maksimal. Dalam usaha ini profit adalah
motivasinya yang diproyeksikan kepada pasar-pasar yang ada.
Sistem perusahaan Peternakan Komersial (SPPK) memiliki ciri-ciri :
a. Melaksanakan sekuriti relative intensif
b. Modal relative tinggi
11
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
c. Manajemen sekuriti relatuf moderat sampai tinggi
d. Produknys merupakan pangan dengan input tergantung pada Sistem Industri
Peternakan Terintegrasi atau impor
Usaha komersial dalam bidang peternakan dapat bermacam-macam, misalnya :
a. Usaha pembibitan
b. Usaha makanan ternak
c. Usaha penggemukan (feed lot)
d. Usaha ranch, dan lain-lainya
Sebagai gambaran jumlah usaha peternakan yang bergerak dalam tipe komersial
antara lain :
a. 7 usaha peternak pembibitan ayam tipe GPS (Grant Parent Stock)
b. 61 buah usaha peternakan pembibitan type PS (Parent Stock)
c. 97 Buah pabrik makanan ternak dengan kapasitas dari 1 ton/jam sampai 60 ton/jam
d. 3 jumlah feedlot
e. 45 jumlah ranch sapi potong
Usaha peternakan komersial umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki
modal besar serta menerapkan teknologi modern. Disamping itu usaha peternakan
komersial telah melakukan pemeliharaan dalam ruangan tertutup dan menerapkan
biosekuriti secara moderat.
Seperti usaha lainnya, usaha peternakandapat juga dikelola secara industry.
Beberapa jenis ternak yang sudah dikelola secara industi antara lain ayam ras, sapi potong,
dan sapi perah. Usaha ternak secara industry sudah berbadan hukum. Usaha peternakan
skala bear seyogiyanya berbadan hukum karena melibatkan banyak pihak yang terdiri dari
pemilik modal dan pekerja. Beberapa bentuk badan hukum yang dapat dipilih antara lain
yayasan, koperasi, CV, atau perseroan terbatas.
Tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha ini mencapai 100%. Contoh usaha
yang dikelola secara industry adalah adalah peter nakan sapi perah. Namun demikian,
usaha ini dikelola oleh peternak di bawah gabungan Koperasi Susu Indonesia.
12
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
PENUTUP
Soal Latihan
1. Jelaskan perbedaan antara usaha peternakan komersial dan peternakan rakyat !
2. Bagaimana upaya pemerintah untuk mempertahankan kesinambungan usaha
peternakan rakyat ?
Daftar Bacaan
Hasnudi, Iskandar Sembiring, Sayed Umar. 2010. Usaha Peternakan KomersialUmumnya Dilakukan oleh Peternak Yang Memiliki Modal Besar SertaMenerapkan Teknologi Modern. Fakultas Pertanian. Jurusan Peternakan.Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-hasnudi.pdf.
Indro Surono. 1997. Agribisnis Skala Kecil. Wacana No. 8 / Mei - Juni 1997
Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.
Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
13
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB IIIASSET USAHA PETERNAKAN
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat mengklasifikasikan Asset usaha peternakan
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Kuliah
• Tugas
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang :
• Fixed Asset
• Working Asset
• Liquid Asset
PENDAHULUAN
Usaha apapun yang dijalankan pasti membutuhkan sejumlah modal. Modal
merupakan sejumlah barang, jasa dan uang yang dimiliki untuk mengawali sebuah langkah
usaha dibidang peternakan. Modal memegang peranan penting dan merupakan tulang
punggung usaha peternakan. Oleh karena itu, diperlukan manajemen permodalan yang
bertujuan untuk mengelola modal agar pengalokasiannya tepat dan penggunaannya efisien.
Seiring dengan berkembangnya suatu perusahaan maka jumlah aset juga akan terus
bertambah dari tahun ke tahun. Aset adalah barang tidak habis pakai (non consumable)
yang dimiliki perusahaan yang memiliki umur lebih dari 12 bulan. Aset membutuhkan
manajemen yang baik agar lebih mudah untuk dipantau dan ditelusuri. Kebutuhan
informasi mengenai data dan informasi suatu aset sangatlah penting guna untuk
memperbaiki kinerja atau efisiensi di dalam suatu perusahaan.
14
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
URAIAN MATERI
A. Pengertian Asset
FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6,
prg 25):
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular
entity as a result of past transactions or events. (Aset adalah manfaat ekonomik masa
datang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat
transaksi atau kejadian masa lalu.)
Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:
An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and
from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard
Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:
Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting
entity as a result of past transaction or other past events.
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset
dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai
sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis
sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
Berdasar uraian diatas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset, yaitu:
1. Manfaat ekonomik yang datang cukup pasti
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat
ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat
atau potensi jasa karena daya belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas
mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang,
15
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
atau jasa, karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau
karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
2. Dikuasai atau dikendalikan entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan
atau kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini
berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan,
menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain
terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi
mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Pemilikan (ownership)
hanya mempunyai makna yuridis atau legal.
3. Timbul akibat transaksi masa lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus
sebagai kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset
harus timbul akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk
memenuhi definisi. Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian
ekonomik. FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset
karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau
meniadakan (mengurangi) aset. Misalnya perubahan tingkat bunga, punyusutan
atau kecelakaan.
B. Pengukuran
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran (measureability) manfaat
ekonomik yang akan datang. Yang dimaksud pengukuran di sini adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya, yang akan
dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.
Dan jika suatu sumberdaya yang diperoleh suatu perusahaan tidak andal (reliable)
pada elemen pengukurannya, maka sumberdaya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai
aset melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.
16
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
C. Penilaian
Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena
adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna
ekonomik (economic attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya
digunakan dalam akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus
dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk
proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen
keuangan pada saat penyajian.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas
bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan
dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai
berikut:
a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan
kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos* historisnya yaitu jumlah rupiah
kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini
tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau
diamortisasi.
b. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang
atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus
dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang.
c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan
atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi
perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga
17
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai
bukunya.
d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan
pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi
kas atau setaranya.
e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang
sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan
tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan
tersebut.
D. Pengakuan
Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi,
kejadian, atau keadaan yang mempebgaruhi aset. Disamping memenuhi definisi aset,
kriteria keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Menurut Sterling,
Belkaoui (1993) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient)
yang merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui aset tersebut, yaitu:
1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus ada
transaksi yang menandai timbulnya aset
2. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test). Untuk
mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka,
dibutuhkan dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset, kesatuan
usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek
harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui
aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
18
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Yang dikemukakan Belkoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan
kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur untuk
menerapkan empat kriteria pengakuan (recogniton criteria) FASB yaitu definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria
pengakuan sifatnya konseptual atau umum.
E. Penyajian
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
2. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan aset tetap.
3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang.
F. Fixed Asset (Asett Tetap)
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan ekonomi perusahaan. Aset tetap
diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi
entitas tanah, peralatan, gedung bangunan, jalan dan sebagainya. Aset tidak berwujud
adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik. Contoh dari aset ini adalah hak cipta,
paten, merek dagang, rahasia dagang.
Aset tetap (Fixed tetap) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
19
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
Karakteristik aset tetap sebagai berikut:
1. Dimiliki perusahaan untuk digunakan (bukan barang dagangan)
2. Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi
jangka panjang)
3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi
perusahaan (bukan perlengkapan)
4. Memiliki nilai yang relatif tinggi
Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan menjadi
alat utama perusahaan menghasilkan revenue, maka investasi dalam aset tetap (Capital
Budgeting) harus diperhitungkan dengan matang.
Klasifikasi Aset Tetap
Umumnya aset tetap dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.
2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun
perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan
meubel.
Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap
Dari beragam aset tetap berujud, untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokkan sbb:
1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah untuk lokasi perusahaan,
pertanian, dan peternakan.
2. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa
diganti dengan aset yang sejenis, misalnya gedung dan peralatan.
20
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
3. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
tidak dapat diganti dengan aset yang sejenis, seperti sumber-sumber alam misalnya
tambang dan hutan.
Penyusutan atas 3 kelompok aset tetap berujud tsb adalah:
1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas --------- tidak dilakukan penyusutan
terhadap harga perolehannya
2. Aset tetap yang terbatas umurnya --------- dilakukan penyusutan terhadap harga
perolehannya
Aset tetap yang dapat diganti dengan aset sejenis, penyusutannya disebut
depresiasi. Penyusutan sumber alam disebut deplesi, sedangkan penyusutan aset tidak
berwujud disebut amortisasi.
Prinsip Penilaian Aset Tetap Berwujud
aset tetap dinyatakan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aset tetap tersebut
dikurangi dengan akumulasi penyusutannya
Sesudah aset tetap diperoleh dan dalam masa penggunaan, maka:
1. Aset yang umurnya tidak terbatas seperti tanah, dilaporkan dalam neraca
sebesar harga perolehannya
2. Aset yang umurnya terbatas dicantumkankan dalam neraca sebesar nilai
bukunya.
Harga perolehan (acquisition cost) aset tetap meliputi jumlah uang yang dikeluarkan atau
utang yang timbul untuk memperoleh aset tetap tersebut.
Nilai buku aset tetap adalah harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi
depresiasi/deplesi aset tetap tersebut
Cara-Cara Perolehan Aset Tetap
1. Pembelian Tunai
2. Pembelian Angsuran
3. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
4. Ditukar dengan Aset Tetap yang Lain
a) Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis
21
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
b) Pertukaran aset tetap yang sejenis
5. Diperoleh dari Hadiah/Donasi
6. Aset yang Dibuat Sendiri
Aset tetap berwujud, termasuk:
1. Tanah
2. Bangunan/Gedung
3. Mesin dan Alat-alat
4. Alat-alat Kerja
5. Pattern dan Dies/Cetakan
6. Perabot/Mebelair dan Alat-alat Kantor
7. Kendaraan
8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan/Returnable Container
Tanah, harga perolehannya meliputi
a. harga beli tunai tanah
b. biaya balik nama
c. komisi pembelian
d. biaya penelitian tanah
e. pajak, iuran, atau pungutan lain yang harus dibayar pembeli
f. biaya merobohkan bangunan lama
g. biaya perataan tanah, pembersihan, dan pembagian
Bangunan
Jika gedung dibuat sendiri, maka harga perolehan gedung terdiri dari:
a. biaya-biaya pembuatan gedung
b. biaya perencanaan dan desain gambar
c. biaya izin bangunan
d. pajak-pajak selama masa pembangunan gedung
e. bunga selama masa pembuatan gedung
f. asuransi selama masa pembangunan
Perlengkapan gedung (seperti tangga berjalan dan lift) dicatat sendiri dalam
rekening alat-alat gedung dan akan didepresiasi selama umur alat-alat tersebut.
22
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Mesin dan alat-alat, harga perolehannya meliputi:
a. harga beli
b. pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
c. biaya angkut
d. asuransi selama dalam perjalanan
e. biaya pemasangan
f. biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Bila mesin dibuat sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua biaya yang
dikeluarkan untuk membuat mesin.
Mesin yang disewa dari pihak lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi
dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
Alat-alat kerja berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan (seperti drei,
catut, & palu) memiliki harga perolehan yang relatif kecil shg tidak didepresiasi tetapi
diperlakukan sbb:
1. pada waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian pada setiap akhir periode dihitung
fisiknya. Selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode yang bersangkutan dan
rekening alat-alat kerja dikredit; atau
2. dikapitalisasi sebagai aset dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan
normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya.
Pattern dan Dies/Cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode
dicatat dalam rekening aset tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya.
Tetapi jika cetakan hanya dipakai memproduksi pesanan khusus, maka harga
perolehannya dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.
Perabot dan alat-alat kantor, pembelian atau pembuatannya harus dipisah-
pisahkan untuk fungsi produksi, penjualan, dan administrasi karena depresiasinya
dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut.
Harga perolehannya terdiri atas harga beli, biaya angkut, dan pajak yang menjadi
tanggungan pembeli.
23
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Kendaraan, juga dipisahkan berdasarkan fungsi. Harga perolehannya meliputi
harga faktur, bea balik nama, & biaya angkut.
Pajak yang dibayar setiap periode (seperti pajak kendaraan bermotor dan jasa
raharja) dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan.
Returnable Container adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari
produk yang dijual, misalnya drum, tangki, dan botol. Barang tersebut merupakan aset
perusahaan dan disusut selama umur kegunaannya.
Bila tempat barang tersebut dikembalikan, maka harga jual tidak termasuk harga
tempat barang tersebut
Biaya-Biaya Selama Masa Penggunaan Aset Tetap
1. Reparasi dan Pemeliharaan
2. Penggantian
3. Perbaikan/betterment/improvement
4. Penambahan
5. Penyusunan Kembali Aset Tetap/Rearrangement
Reparasi dan pemeliharaan terjadi berulang-ulang dan manfaat biaya tersebut
hanya dalam periode yang bersangkutan, sehingga dicatat sebagai biaya.
Reparasi besar terjadi selang beberapa tahun dan manfaatnya dirasakan dalam
beberapa periode, sehingga biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya
sebagai biaya dilakukan dalam beberapa periode yang menerima manfaatnya.
Dua cara mencatat biaya reparasi besar, yaitu:
1. menambah harga perolehan aset tetap, apabila biaya ini dikeluarkan untuk
menaikkan nilai kegunaan aset dan tidak menambah masa manfaatnya.
2. mengurangi akumulasi depresiasi jika memperpanjang umur ekonomis dan nilai
residu, sehingga nilai buku bertambah besar dan mempengaruhi perhitungan
depresiasi.
Penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aset atau suatu
bagian aset dengan unit yang baru dengan tipe yang sama.
24
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Improvement adalah penggantian suatu aset dengan aset baru untuk memperoleh
kegunaan yang lebih besar. Perbaikan dengan biaya relatif kecil diperlakukan seperti
reparasi biasa. Tetapi perbaikan dengan biaya relatif besar dicatat sebagai aset baru. Aset
lama yang diganti serta akumulasi depresiasinya dihapuskan dari rekening-rekeningnya.
Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aset seperti
penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir, serta penambahan alat pada mesin
pabrik yang dapat meminimalisir pencemaran. Biaya yang timbul dalam penambahan
dikapitalisasi menambah harga perolehan aset dan didepresiasi selam umur ekonomisnya.
Rearrangement Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan kembali atau
perubahan route produksi, atau untuk mengurangi biaya produksi jika jumlahnya cukup
berarti dan manfaatnya akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus
dikapitalisasi. Biaya tersebut dikapitalisasi sebagai biaya dibayar dimuka atau beban yang
ditangguhkan dan akan diamortissi ke periode yang memperoleh manfaat rearrangement.
Pemberhentian Aset Tetap
Aset tetap bisa dihentikan penggunaannya dengan cara:
1. Dijual,
2. Ditukarkan, atau
3. Rusak
Pada saat aset tetap diberhentikan dari pemakaian
1. semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap tersebut dihapuskan
2. apabila aset tetap tersebut dijual, maka selisih harga jual dengan nilai buku atau
residu dicatat sebagai laba atau rugi.
Ilustrasi
Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2002 dengan harga Rp5.700.000,00; pada
tanggal 1 Juli 2006 dijual dengan harga Rp1.200.000,00. Mesin tersebut ditaksir berumur 5
tahun, didepresiasi menggunakan metoda garis lurus, dan taksiran nilai residu
Rp450.000,00. Penjualan pada tanggal 1 Juli 2006 dicatat:
Depresiasi Mesin
Akumulasi Depresiasi Mesin
Rp525.000,00
Rp525.000,00
25
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Depresiasi 6 bulan: 6/12 x 1/5 x (Rp5.700.000,00 – Rp450.000,00) = Rp525.000,00
Kas
Akumulasi Depresiasi Mesin
Mesin
Laba Penjualan Mesin
Rp1.200.000,00
4.637.500,00
Rp5.700.000,00
137.500,00
Perhitungan
Harga jual
Rp1.200.000,00
Nilai buku mesin:
Harga perolehan Rp5.700.000,00
Akumulasi depresiasi:
2002: 11 bulan = Rp962.500,00
2003: 12 bulan = 1.050.000,00
2004: 12 bulan = 1.050.000,00
2005: 12 bulan = 1.050.000,00
2006: 6 bulan = 525.000,00 (4.637.500,00) (1.062.500,00)
Laba penjualan aset tetap
Rp137.500
Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti,
bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan
kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam
perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi
atau penyusutan.
26
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki oleh
perusahaan. Klaim atas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas / equities yang dapat
mendatangkan manfaat di masa depan.
1. Harta Lancar / Aktiva Lancar / Current Assets Harta lancar adalah harta yang
berbentuk uang tunai maupun aktiva lainnya yang dapat ditukarkan dengan uang
tunai dalam jangka satu tahun.
Contoh : piutang dagang, biaya atau beban dibayar di muka, surat berharga, kas,
emas batangan, persediaan barang dagang, pendapatan yang akan diterima, dan lain
sebagainya.
2. Harta Investasi / Aktiva Ivestasi / Investment Assets Harta Investasi adalah harta
yang diinvestasikan pada produk-produk investasi untuk mendapatkan keuntungan.
Contoh : Reksadana, saham, obligasi, dan lain-lain.
3. Harta Tak Berwujud / Intangible Assets Aset tak berwujud adalah harta yang tidak
memiliki bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan. Contoh : Merk dagang, hak paten, hak cipta, hak pengusahaan
hutan / hph, franchise, goodwill, dan lain sebagainya.
4. Harta Tetap / Aktiva Tetap / Fixed Assets Harta tetap adalah harta yang menunjang
kegiatan operasional perusahaan yang sifatnya permanen kepemilikannya.
Contoh : Gedung, mobil, mesin, peralatan dan perlengapan kantor, dan lain-lain.
5. Harta Lainnya / Other Assets Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak
dapat dikategorikan pada harta atau aset di atas baik dalam bentuk aset tetap, aset
investasi, aset tak berwujud dan aset lancar.
Contoh : Mesin rusak, uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan
yang sah, dan lain-lain.
Salah satu ukuran yang menyangkut aset atau aktiva adalah angka rasio
penjualan/total aset, yang dinyatakan sebagai persentase. Asumsinya, semakin besar
penjualan yang diwujudkan, semakin efisien penggunaan aset seluruhnya. Angka penjualan
diambil dari laporan laba-rugi, sedang angka total aset berasal dari neraca. Dalam hal ini
rasio dari tahun terakhir dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
27
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
G. Working Asset
Working asset adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat yang relative
lebih singkat, biasanya hanya digunakan dalam satu periode produksi dalam kegiatan
ekonomi perusahaan. Aset ini berupa bahan yang akan diolah dalam proses produksi,
sehingga sifatnya bergerak.
Asset tidak tetap digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk digunakan dalam proses produksi usaha hanya untuk satu periode. Sehingga selalu
diadakan perbaharuan setiap melakukan proses produksi.
Asset ini merupakan bahan yang diolah menjdai barang adi yang siap untuk dijual
kepada pihak lain sebagai hasil produksi. Karena dari asset ini akan diperoleh keuntungan
dari usaha yang dijalani. Banyaknya asset ini tergantung pada kapasitas produksi yang
dimiliki oleh perusahaan, sehingga cenderung disebut sebagai asset tidak tetap.
Aktiva lancar adalah kas dan asset-aset lainnya yang dapat ditukarkan menjadi kas
(uang) dalam jangka waktu 1 (satu) tahun atau dalam 1 (satu) periode kegiatan normal
perusahaan. Paling tidak ada 5 (lima) jenis aktiva lancar yang dapat dijadikan acuan untuk
menilai sebuah perusahaan, yaitu Kas & Setara Kas, Surat-surat Berharga, Piutang,
Persediaan, dan Biaya dibayar di muka.
Kas dan setara kas.
Yang termasuk di dalam komponen ini adalah asset dalam bentuk kas dan kas
dalam bank. Aset yang termasuk dalam komponen Aktiva Lancar ini merupakan asset yang
paling cair bagi perusahaan karena dapat secara langsung digunakan untuk segala macam
transaksi.
Surat-surat Berharga.
Surat-surat berharga dapat berupa saham, obligasi atau surat-surat berharga lain
yang dimiliki perusahaan yang bertujuan untuk memutarkan kelebihan uang tunai yang
tidak ditujukan untuk investasi jangka panjang.
28
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Piutang
Piutang adalah dana perusahaan pada perorangan atau perusahaan lainnya sebagai
konsekwensi penjualan dalam bentuk kredit/pinjaman. Pada akhir periode yang ditentukan,
dana tersebut kemudian dapat dicairkan dalam bentuk kas (uang). Terkadang piutang naik
lebih cepat dari penjualan, ini mengindikasikan masalah pada penagihan (pembayaran).
Untuk menganalisa piutang dipakai receivable turn over yang menghitung lama
penerimaan pembayaran rata-rata.
Penyisihan piutang ragu-ragu
Penyisihan piutang ragu-ragu adalah sejumlah dana yang disisihkan untuk
mengantisipasi kemungkinan gagal bayar oleh konsumen perusahaan. Jumlah yang
disisihkan tersebut dihitung berdasarkan besarnya piutang yang tak tertagih dalam periode
tertentu.
Persediaan.
Persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual
kembali atau digunakan dalam kegiatan perusahaan. Barang-barang ini dapat merupakan
hasil produksi atau komponen produksi perusahaan. Tidak semua perusahaan memiliki
persediaan, terutama jika perusahaan tersebut bergerak di bidang jasa. Dua hal yang perlu
diperhatikan dari persediaan : pertama; nilai yang dilaporkan sering berbeda dengan nilai
wajarnya karena perbedaan penerapan sistem akuntansi, kedua; nilai persediaan biasanya
besar dan merupakan sumber yang menyerap penggunaan dana. Jika tidak diolah secara
efisien akan menghambat aliran dana. Untuk mengukur persediaan, kita akan bahas dengan
inventory turnover yang menghitung perputaran persediaan selama satu tahun.
Biaya dibayar di muka
Yang terakhir adalah biaya dibayar dimuka. Komponen ini merupakan salah satu
bentuk pengeluaran yang telah dibayar perusahaan kepada pemasok/supplier perusahaan
sebelum perusahaan menerima barang atau jasa tersebut.
29
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
H. Liquid Asset
Aset tidak likuid atau cair adalah aset yang tidak dapat segera diubah menjadi uang
tunai, berbeda dengan aset likuid, aset yang baik dalam bentuk uang tunai, atau dengan
mudah dikonversi menjadi uang tunai. Orang sering mencoba untuk menghindari menjaga
keseimbangan besar aset tidak likuid dalam portofolio mereka, karena aset bisa menjadi
kewajiban serius, terutama jika pasar menjadi tidak stabil. Beberapa contoh dari aset tidak
likuid meliputi: real estat, blok besar saham, barang antik, dan koleksi.
Investasi ini memberikan kemudahan bagi investor untuk mengakses dana jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Jenis aset liquid diantaranya : rekening tabungan, rekening
koran, dan deposito berjangka baik dalam mata uang lokal maupun asing. Khusus produk
aset liquid dalam mata uang asing, investor harus menyadari bahwa produk ini
mengandung resiko mata uang (exchange rate risk).
Ada beberapa alasan mengapa aset dapat menjadi tidak likuid. Salah satu alasan
umum adalah ketidakpastian tentang nilai aset, yang dapat disebabkan oleh instabilitas
keuangan umum, atau masalah khusus untuk aset tersebut. Sebagai contoh, dalam periode
menurunnya nilai properti, rumah merupakan aset tidak likuid, karena nilainya tidak jelas,
dan hal ini dapat membuat pembeli enggan. Demikian juga, saham bisa menjadi tidak
likuid jika perusahaan reorganisasi atau berpindah tangan, sebagai nilai saham akan
terpengaruh oleh perubahan di dalam perusahaan, tetapi tidak ada yang tahu apakah nilai
akan naik atau turun. Demikian pula, penjualan blok saham besar dapat menyebabkan
perubahan nilai, melakukan penjualan seperti sulit untuk ditangani.
Alasan lain untuk aktiva menjadi tidak likuid adalah karena mereka jarang atau
jarang diperdagangkan. Hal-hal seperti karya seni dan barang antik sering tidak likuid
karena mereka unik, dan bisa sulit untuk menemukan pasar untuk barang-barang, dan
untuk menentukan apa nilai wajar item tersebut mungkin. Sebuah lukisan Picasso,
misalnya, sangat sulit untuk nilai karena satu-satunya contoh bahwa lukisan di dunia, dan
pembeli yang memenuhi syarat untuk karya bernilai tinggi yang unik dan seni bisa jadi
sulit untuk menemukan.
Keuntungan dari aset yang tidak likuid, bagi seseorang yang bersedia untuk duduk
di atasnya, adalah bahwa kadang-kadang dapat mencapai nilai yang sangat tinggi. Rumah,
misalnya, memiliki nilai yang dapat berfluktuasi liar, tetapi jika orang bertahan di masa
30
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
jatuh nilai bukan penjualan panik, mereka mungkin dapat bersih keuntungan di masa depan
ketika nilai rumah pulih. Demikian juga, nilai sebuah lukisan Bruegel asli tidak akan
menurun dalam jangka panjang, bahkan jika lukisan sulit untuk menjual dan nilai
berfluktuasi dalam jangka pendek.
Kerugian yang jelas pada jenis-jenis aset adalah bahwa ketika seseorang
membutuhkan uang dalam terburu-buru, aset tidak likuid tidak sampai tugas. Seseorang
mungkin menjual aset tersebut pada diskon tajam putus asa jika tidak ada cara lain untuk
meningkatkan dana yang tersedia, atau seseorang mungkin berjuang untuk menjual aset
tidak likuid pada waktunya untuk memenuhi kewajiban lain atau mengambil keuntungan
dari kesempatan. Masalah ini adalah sebuah gambaran yang sangat baik mengapa sangat
penting untuk diversifikasi investasi dan kepemilikan untuk fleksibilitas maksimum dan
potensi keuntungan.
PENUTUP
Soal Latihan
1. Jelaskan keuntungan dari liquid asset ?
2. Jelaskan perbedaan antara fixed asset dan working asset !
Bahan Bacaan
Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.
Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharno B. 1995. Agribisnis Ayam Ras. Penebar swadaya: Jakarta.
Soeprapto H, dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro mediaPustaka, Jakarta.
http://id.shvoong.com/business-management/investing/2063951-smart-investing-investasi-jangka-panjang/#ixzz1f3cxCEIa
31
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB IVSATUAN TERNAK DAN KOEFISIEN TEKNIS
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat menjelaskan tentang satuan ternak dan koefisien teknis
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Kuliah
• Diskusi
• Tugas
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang :
• Pengertian satuan ternak
• Analisis satuan ternak
• Pengertian koefisien teknis
• Jenis-jenis koefisien teknis
PENDAHULUAN
Dalam memilih usaha yang memberikan keuntungan maksimum diperlukan
perencanaan usaha tani yang tepat. Perencanaan ini merupakan tahapan-tahapan
inventarisasi sumber-sumber produksi yang tersedia, di ikuti dengan mengorganisasi
faktor-faktor tersebut dalam suatu rencana yang sesuai dengan tujuan usaha. Selanjutnya
disusun perkiraan semua ongkos atau biaya atas dasar rencana tersebut dalam bentuk suatu
anggaran. Rencana-rencana usaha tani harus selalu diperbaiki agar sesuai dengan
perkembangan harga, ilmu pengetahuan, teknologi, sumber daya tersedia dan lain-lain.
Dalam tahap perencanaan usaha diperlukan data koefisien tehnik. Koefisien ini
adalah persyaratan teknik yang menggambarkan beberapa input diperlukan dalam
menghasilkan satu unit satuan usaha terkecil. Setiap usaha tani biasanya diukur dalam unit
per ha, sedang ternak per ekor. Jadi koefisien atau indeks untuk usaha satu ekor ternak
bibit misalnya diperlukan 0,5 ha tanaman rumput, 5 jam tenaga kerja, satu juta capital dan
lain-lain. Angka ini sangat dibutuhkan dalam menentukan ukuran usaha baik usaha tunggal
maupun usaha kombinasi. Secara jelas mengenai koefisien tehnik termasuk satuan ternak
akan dijelaskan pada bab ini.
32
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
URAIAN MATERI
1. Pengertian Satuan Ternak
Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat
badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dimakan. Jadi ST memiliki ari ganda,
yaitu ternak itu sndiri atau jumlah makanan ternak yang dimakannya. Mula-mula ST
digunakan pada ternak pemamah iak (rumninansia) untuk mengetahui daya tamping suatu
padang rumput terhadap jumlah ternak yang dapat dipelihara dengan hasil rumput dari
padang rumput tersebut. Namun penggunaan ST kini juga pada jenis ternak lainnya.
Manfaat Satuan Ternak (ST) yaitu :
a. Untuk mengetahui potensi ternak suatu daerah
b. Untuk memproduksi kebutuhan makanan
c. Sebagai standart untuk pertukaran ternak
2. Penggunaan Satuan Ternak
Satuan ternak digunakan disamping untuk menghitung daya tampung makanan
ternak suatu padang rumput atau daya tampung sisa hasil usaha tani suatu areal tanah
pertanian terhadap jumlah ternak, dapat juga digunakan untuk perhitungan berbagai
masukan dan keluaran fisik. Dengan demikian biaya masukan dan penerimaan dapat pula
diperhitungkan. Masukan fisik misalnya, rumput, hijauan dan makanan ternak lainnya, luas
kancang, luas padang rumput, jumlah air minum, obat, perkawinan ternak dan tenaga
buruh. Output fisik misalnya, jumlah pupuk kandang, jumlah berat badan dan tenaga kerja
ternak.
Tabel 4. Daftar Satuan Ternak
Jenis Ternak Kelompok Umur Umur Satuan TernakSapi Dewasa
MudaAnak
Lebih dari 2 tahun1-2 tahun
Kurang dari 1 tahun
1.000.500.25
Kerbau DewasaMudaAnak
Lebih dari 2 tahun1-2 tahun
Kurang dari 1 tahun
1.000.500.25
Kambing/Domba DewasaMudaAnak
Lebih dari 1 tahun½ - 1 tahun
Kurang dari ½ tahun
0.140.07
0.035Babi Dewasa
MudaAnak
Lebih dari 1 tahun½ - 1 tahun
Kurang dari ½ tahun
0.400.200.10
Ayam/Itik Dewasa (100 ekor)Muda (100 ekor)Anak (100 ekor)
Lebih dari ½ tahun1/6 - ½ tahun
Kurang dari 1/6 tahun
1.000.500.25
33
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Padang Rumput
Sebidang padang rumput seluas 5 ha misalkan dapat menghasilkan 51 ton rumput
segar dan dedaunan atau hijauan lain setahun. Oleh karena Satuan Ternak memerlukan 35
kg hijauan sehari, maka setahun dibutuhkan 365 x 35 kg = 12.775 kg. Jadi daya tampung
padang rumput tersebut adalah (52.000) : (12.775) = 4.07 ST per tahun atau 4 ekor sapi
dewasa. Bila orang ingin beternak kerbau, maka daya tampungnya = 4 ekor kerbau dewasa.
Untuk kambing atau domba = 29 ekor ternak dewasa. Bilamana ternak muda yang
dipelihara, maka jumlah makanan ternak yang tersedia adalah untuk dua kali ternak diatas.
Sisa Hasil Usaha Tani
Sisa hasil usaha tanaman pangan adalah makanan ternak yang baik. Per Ha tanaman
pangan dapat mendukung jumlah Satuan Ternak sebagai berikut:
Tabel 5. Daya Dukung Tanaman Pangan
Jenis TanamanDaya Dukung
(ST/Ha)Jenis Makanan
PadiJagungSingkongUbi JalarKacang KedelaiKacang Tanah
1.1364.9860.7671.8741.2691.740
JeramiJeramiDaunDaun
JeramiJerami
Seorang petani yang memiliki ½ Ha dengan pola tanaman setahun :
1. Padi + Jagung + Ubi Jalar, maka daya dukung = 2.7 ST
2. Padi + Ubi Jalar + Kacang Tanah, maka daya dukung = 1.6 ST
Pada pola tanam (1) ia dapat memelihara 5 sapi muda atau 19 domba/kambing.
Sedangkan pada pola tanam (2) ia dapat memelihara 3 sapi muda atau 11 domba/kambing.
Kedua macam pola tanam di atas terdapat berbagai kecamatan di pulau Jawa, terutama
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Luas Kandang
Secara umum satu ST memerlukan luas kandang x 1,5 = 3 m2 .
Berapa luas kandang untuk sapi 5 induk + jantan + 5 dara + 6 jantan muda + 10 anak?
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
34
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
5 induk sapi = 5 ST
1 Jantan = 1 ST
5 dara = 2,5 ST
6 jantan muda = 3 ST
10 anak = 2,5 ST
Jumlah = 14 ST = 14 x 3 m2 = 42 m2
Karena 1 ekor domba/kambing dewasa = 0,14 ST, maka pada luasan kandang 3 m2
= 1 ST, dapat ditampung (1) : (0,14) = 7 ekor kambing atau domba.
Hasil Pupuk Kandang
Satu ST menghasilkan pupuk kandang sebanyak 4 ton setahun. Umumnya
sebagian besar (kl. 90%) pupuk kandang digunakan sendiri.
Bila jumlah ternak adalah 2 induk sapi dan 2 anak, berapakah penerimaan pupuk
kandang setahun? Kalau harga pupuk kandang = Rp. 10/ kg, perhitungan adalah :
2 induk = 2 ST = 2 x 4 = 8 ton
2 anak = ½ ST= ½x 4 = 2 ton
Jumlah = 10 ton
Penjualan 10% = 1 ton = 10.000 = penerimaan dari pupuk
Berapa pupuk bila terdapat 20 domba dewasa?
20 domba = 20 x 0,14 = 2,8 ST = 11,2 ton
10% = 1,12 x Rp 10.000 = Rp 11.200, -
Estimasi Harga Ternak
Tinggi dan rendahnya harga ternak, berhubungan dengan berat badan. Harga
ternak ruminansia dapat diestimasikan sesuai dengan Satua Ternak. Misalnya satu induk
dewasa (1 ST) berharga Rp. 400.000,- maka harga satu betina muda (1 – 2 th = ½ ST)
dapat diestimasikan ½ x 400.000 = Rp. 200.000,- satu pedet = ¼ST = Rp 100.000. Satu
domba dewasa (0,14 ST) di daerah yang sama = 0,14 x Rp 400.000 = Rp 56.000,-.
Mengetahui harga sapi, kemudian mengistimasi harga domba atau kambing di
daerah yang sama, disebut estimasi silang. Estimasi silang tak berlaku antara sapi dengan
babi, karena lingkungan teknis dan pasar berbeda. Namun bila diketahui harga babi dewasa
35
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
misalnya Rp. 100.000, maka dapat diestimasikan harga anak babi yaitu ¼ x 100.000 = Rp
25.000. karena babi dewasa = 0,4 ST dan anak babi 0,1 ST.
Estimasi harga ini penting didalam menyususn arus kas untuk menghitung
keuntungan. Karena sesudah akhir tahun masa proyesi produksi, masih ada sjumlah ternak
sisa disebut “Stock on hand”. Stock on hand ini perlu diestimasikan harganya menjadi
“value on hand” (VOH) atau nilai sisa komponen ternak.
Biaya Pengobatan
Estimasi biaya pengobatan berhubungan dengan besar kecilnya dosis obat. Ternak
dewasa memiliki dosis lebih besar dari ternak muda dan anak. Jadi misalnya suatu jenis
pengobatan pada ternak sapi dewasa (1 ST) bernilai Rp. 5.000,- maka pada ternak sapi
muda (½ ST) dapat diestimasikan ½ x 5.000 = Rp. 2.500,- dan pada anak sapi (¼ ST) =
Rp. 1.250,-. Dengan mengetahui pengobatan yang umumnya ditentukan per ternak dewasa
serta proyeksi kelahiran ternak, dapatlah diprkirakan biaya pengobatan setiap tahun. Untuk
pengobatan sebaiknya dihubungi Dinas Peternakan agar memperoleh keterangan harga
obat yang lebih lengkap.
Tenaga Kerja
Pada system pemeliharaan ternak intensif di pulau Jawa dibutukan 0,7 jam setiap
hari untuk 2ekor sapi dewasa. Pada system ekstensif di Sulawesi Selatan dibutuhkan 0,3
jam untuk 2 ekor sapi dewasa. Dari dua contoh ini dapatlah dihitung kebutuhan tenaga
kerja buruh seperti table berikut :
Tabel 6. Jumlah Ternak per Tenaga Kerja
Jenis TernakUsaha Intensif
(ekor)Usaha Ekstensif
(ekor)Sapi PotogSapi PerahKerbauKambingDombaBabiAyam Ras (Layer)Ayam Ras (Broiler)Itik
292327
16316357
6171088568
675363
381381133
--
1368
36
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Catatan : Pada system pemeliharaan intensif, ternak lebih banyak dikandangkan,
pada system ekstensif, ternak lebih banyak digembala.
1 HK = 8 jam kerja perhari
Biaya Breeding
Biaya breeding diperhitungkan dari jumlah ST induk. Bilamana ada program AI,
maka digunakan ukuran service/conception (S/C) setempat. S/C memperlihatkan berapa
kali inseminasi untuk membuat seekor induk bunting.
Pada umumnya S/C = 2. Maka biaya breeding setiap ST induk = 2 x 2.500 = 5000
(bilamana setiap kali kawin suntik = Rp. 2.500,-).
Ternak Ruminansia
Satu ekor sapi dewasa lebih dari 2 tahun akan mengkonsumsi rumput/
dedaunan/hijauan sebanyak ±35 kg sehari. Seekor ternak muda (umur 1-2 th)
mengkonsumsi setengah dari jumla itu (15-17½ kg). dan seekor pedet (umur kurang dari 1
tahun) akan mengkonsumsi ±seperempatnya (7½-9 kg). oleh karena itu kita sebut satu ekor
Sapi Dewasa = 1 Satuan Ternak (ST). satu ekor sapi muda = ½ ST dan 1 ekor anak sapi =
¼ ST. bila kita hendak memelihara seekor ternak dewasa selama 1 bulan, maka jumlah
makanan ternak yang dikonsumsi adalah 30 ST/hari, yaitu 30 x 35 kg rumput = 1.050 kg.
bila satu tahun, maka dibutuhkan 365x35 kg=12775 kg. kita sebut 12.775 kg rumput = 1
ST/tahun. Misalkan 1 Ha padang rumput menghasilkan 25.550 kg rumput setahun. Maka
daya tampung padang rumput tersebut adalah (25.550) : (12.775) = 2 ST atau sama dengan
2 ekor sapi dewasa. Apa akibatnya bila kita memelihara 4 ekor ternak sapi dewasa?
Marilah kita menghitung imbangan antara umlah ternak dan makanan yang
tersedia.
Terdapat 4 sapi dewasa = 4 ST
Makanan ternak yang tersedia adalah 2 ST.
Jadi ratio makanan ternak/ternak = 2/4 = ½.
Akan terlihat bahwa ternak di tempat ini adalah kurus-kurus, karena makanan
ternak yang tersedia hanya setengah dari kebutuhan.
Penggolongan daerah berdasarkan perbandingan antara makanan ternak yang
tersedia dengan jumlah ternak adalah sebagai berikut :
37
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
(1) < 1 daerah ini kekurangan makanan ternak. Pada musim kemarau kelihatan badan
ternak menjadi kurus-kurus. Ternak muda banyak dijual ke daerah lain sebagai bibit
atau bakalan. Selain itu dapat kelihatan penggundulan padang rumput, terutama selama
musim kemarau.
Umumnya hai ini terjadi pada daerah yang sudah sangat padat ternak.
(2) = 1 daerah ini adalah seimbang antara jumlah makanan dan jumlah ternak. Badan
ternak umumnya kelihatannya sedang (tidak kurus, tidak gemuk). Disini juga terdapat
penjualan ternak muda ke daerah lain. Terutama jantan muda sebagai bakalan bibit.
(3) > 1 daerah ini memiliki kelebihn makanan ternak. Tubuh hewan kelihatan
gemuk-gemuk sepanjang tahun. Kadang-kadang kelewat gemuk). Daerah ini
umumnya memasukkan ternak terutama jantan muda dari daerah lain untuk
digemukkan.
(STm = Satuan Ternak untuk makanan ternak, STt = Satuan Ternak untuk ternak).
Ternak Omnivora
Ternak omnivore yang akan dibicarakan di sini adalah unggas dan babi. Makanan
ternak omnivora yang menentukan adalah konsentrat yaitu biji-bijian, dedak, bungkil,
tepung ikan. Dengan demikian daya dukung suatu daerah terhadap pengembangan unggas
dan babi adalah :
1. Limbah processing hasil usaha tani, yaitu:
Dedak padi
Dedak jagung
Bungkil kelapa
Bungkil kelapa sawit
Bungkil kedelai
Bungkil kacang tanah
2. Biji-bijian hasil usaha tani, yaitu:
Jagung
Kedelai
3. Limbah hasil perikanan dan peternakan, yaitu:
Tepung ikan
Tepung tulang.
38
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Ternak Babi
Seekor induk babi mengkonsumsi makanan konsentrat sehari sebanyak 2.5 kg.
Satu ST babi atau 3 induk mengkonsumsikan makanan konsentrat sebanyak 7.5 kg sehari
atau 225 kg sebulan atau 2.7 ton setahun. Dengan mengetahui populasi babi di suatu
daerah serta golongan umurnya (dewasa, muda, anak), serta produksi makanan konsentrat,
maka dapat diperkirakan apakah ternak babi masih dapat dikembangkan di daerah tersebut.
Penggunaan satuan ternak pada ternak babi terbatas pada estimase potensi
pengembangan teknis di suatu daerah. Berhubungan sifat teknis biologis ternak babi yang
sangat berbeda dengan ternak ruminansia, maka penyusunan biaya dan penerimaan usaha
ternak babi lebih banyak didasarkan pada perhitungan dengan memakai koefisien teknis.
Hal ini akan diuraikan kemudian.
Ternak Unggas
Penggunaan Satuan Ternak pada ternak unggas baik broiler maupun petelur
terbatas pada beberapa unsure masukan, yaitu kandang, tenaga kerja, obatan dan kebutuhan
kecil lain-lainnya. Unsur masukan Dan keluaran lainnya dihitung atas dasar penggunaan
koefisien teknis.
Dari uraian di atas ternyata, bahwa parameter Satuan Ternak tidak dapat digunakan
untuk menghitung semua komponen masukan dan keluaran ternak omnivore, karena ST
berasal mula dari cara menghitung daya tamping makanan ternak di suatu padang
pengembalaan untuk ternak pemakan rumput dan hijauan.
Tapi ST sendiri adalah satu dari sekian banyak koefisien Teknis yang
dikelompokkan secara tersendiri.
Untuk semua perhitungan masukan dan keluaran, biasanya digunakan Satuan
Ternak dan Koefisien Teknis secara bersama-sama.
3. Pengertian Koefisien Teknis
System pengukuran memerlukan patokan-patokan tertentu. Untuk menghitung
suatu besaran yang bersifat linear, luas bidang, besaran volume atau jumlah berat,
diperlukan angka standar, yang mematuhi kaidah-kaidah yang sudah ditentukan, yang
dipilih, disebut koefisien teknis (KT), dan dapat berbentuk persentase (%), ukuran linear
(m, cm), ukuran berat (kg, ton), ukuran volume (1, cc), ukuran luas (m2, Ha), ukuran
39
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
waktu (jam, hari, minggu, bulan, tahun), rasio antara sumber daya (feed-Egg Ratio, Gain-
feed Ratio). Di dalam menghitung produksi, KT sangat diperlukan.
Di dalam bidang peternakan, semua jenis koefisien teknis dapat dikelompokkan ke
dalam lima kelompok, yaitu :
1. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan masukan, misalnya Satuan Ternak dan
tingkat penggunaan sumber daya untuk masukan.
2. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan reproduksi, misalnya angka kelahiran,
service per conception pada kawin suntik.
3. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan produksi, misalnya pertambahan berat
badan harian, produksi susu rata-rata per ekor per hari, produksi telur rata-rata per
ekor perhari.
4. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan rasio sumber daya, misalnya ; sex
ratio, feed –egg ratio, feed-gain, bull-cow ratio.
5. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan sifat teknis non biologis, misalnya
depresiasi tahunan, umur mesin, pemakaian bahan bakar.
Nilai Koefisien Teknis
Angka yang digunakan untuk memproyeksikan produksi atau kelahiran ternak dan
produksi makanan ternak disebut koefisien teknis. Pada dasarnya koefisien teknis
merupakan asumsi berdasarkan pertimbangan factor lingkungan dan teknologi di suatu
lokasi.
Misalkan net calf crop sapi (angka kelahiran sapi setelah dikurangi prosentase
kematian) adalah 100 %, berarti setiap induk sapi akan melahirkan 1 anak setiap tahun, tak
ada kematian dan semua anak sapi ini diharapkan dapat dibesarkan. Namun bilamana tak
ada pejantan atau AI, keadaan makanan ternak tak cukup dan terdapat factor penyakit atau
betina dan jantan majir, maka net calf crop = 0 %. Kita sebut net calf crop 100 % adalah
sangat optimistic dan 0 % = sangat pesimistik sebagai koefisien teknis yang ekstrim. Di
dalam kenyataan sehari-hari koefisien teknis ekstrim jarang ditemukan. Yang ditemukan
adalah antara 0 – 100 % untuk suatu kelompok ternak.
Untuk kepentingan praktis menghitung proyeksi kelahiran bersih dalam
merencanakan arus kas tunai suatu usaha peternakan, maka koefisien teknis dapat dibagi
dalam enam gugus nilai yaitu nilai sangat optimistic, optimistik tinggi, optimistic,
pesimistik tinggi, pesimistik rendah dan sangat pesimistik.
40
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Dalam tabel berikut diberikan contoh tentang berbagai angka net crop ternak bibit
dengan gugus koefisien teknisnya.
Tabel 7. Net Calf Crop Dan Gugus Nilai Koefisien Teknis
Ternak Angkakelahiran bersihrata-rata
Standarddevisa
Sangatoptimistic
Optimistic tinggi
Optimistic
Pesim.Tinggi
Pesim.Rendah
Sangatpesimistik
Sapi Bali (%)Sapi PO (%)Sapi SO (%)Sapi Madura (%)Kerbau (%)Kambing (%)Domba (%)Babi (%)
7055556050
120120
7
201010102020202
9065657070
140409
8060606560
130130
8
7055556050
120120
7
6050505540
110110
6
5045455030
100100
5
201010101020202
Terlihat dalam tabel di atas, bahwa angka rata-rata = Optimistik. Jadi untuk
keperluan praktis, gugus nilai koefisien teknis rata-rata kita jumlahkan atau kurangi dengan
berturut-turut ½ Standar Diviasi. Sebagai pedoman penggunaan koefisien teknis, kita perlu
mengetahui kondisi lingkungan (bibit, makanan, perkawinan, penyakit) yang dinilai dalam
tiga keadaan yaitu : baik, sedang, kurang.
Untuk keadaan baik, digunakan nilai optimistic s/d optimistic tinggi
Untuk keadaan sedang, digunakan nilai pesimistik tinggi s/d optimistic
Untuk keadaan kurang, digunakan nilai pesimistik rendah s/d sangat pesimistik.
Khusus untuk nilai sangat optimistic dapat digunakan pada penterapan teknologi
tinggi pada usaha peternakan yang telah maju.
Disamping untuk Calf Crop terdapat juga jenis koefisien teknis misalnya sex ratio,
umur awal, umur pasar dll.
4. Jenis-jenis Koefisien Teknis
Koefisien Teknis Usaha Ternak Bibit
Untuk menyusun proyeksi kelahiran, penjualan dan sisa ternak diakhir masa
proyeksi ternak bibit, diperlukan koefisien teknis sbb:
1) Umur awal induk dan jantan, untuk menentukan pada tahun berapa diafkir.
41
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
2) Umur pasar betina bibit dan jantan muda/bibit, untuk menentukan penjualan setiap
tahun.
3) Sex ratio, yaitu jumlah anak jantan berbanding jumlah anak betina, untuk
menentukan jumlah jantan dan betina pada setiap kelahiran yang direncanakan.
Pada umumnya secara alamiah peluang jantan dan betina adalah sama.
4) Net Calf Crop, yang ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan pada lokasi yang
direncanakan.
Untuk kambing,: Net Kid Crop, untuk domba : net lamb crop dan untuk babi : net
litter. Dari semua jenis koefisien teknis tersebut yang sangat penting adalah angka
kelahiran bersih ini.
Kemampuan Pejantan
Semakin bertambah umur, semakin tinggi kemampuan pejantan melayani betina.
Kemampuan ini menurun lgi setelah jantan menjadi tua. Seekor jantan dapat melayani 9-
10 ekor betina. Jantan yang sudah diketahui keunggulannya dapat melayani sampai 20 ekor
betina atau lebih.
Syarat Ternak Bibit
Syarat ternak bibit meliputi : umur, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada dan
berat badan. Bagi usaha ternak bibit murni dan unggul, persyaratan sejarah keturunan atau
pedigree juga diharuskan. Umur awal bibit sangat penting ditinjau dari segi pembiayaan.
Karena ternak yang masih di bawah umur harus dipelihara terlebih dahulu sebelum
dikawinkan. Akibatnya akan memperlambat penjualan hasil pertama. Sebaliknya umur
bibit yang terlalu tua pun tidak baik, karena sudah mengurangi jumlah anak secara
keseluruhan, karena lebih cepat diafkir. Ternak bibit yang sudah tua sebaiknya dijual untuk
dipotong, karena kemampuannya telah menurun.
Umur ternak bibit dan umur afkirnya terlihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Umur Awal dan Afkir Ternak Bibit
Jenis ternak Umur awal (tahun) Umur afkir (tahun)SapiKerbauKambingDombaBabi
22 ½
11¾
1010664
42
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Berapa anak yang dapat dihasilkan sebelum seekor induk diafkir karena tua ?
Produksi anak ditentukan oleh
1) Ternak bibitnya
2) Perkawinan yang tepat
3) Makanan yang berkwalitas
4) Penjagaan kesehatan yang baik
Bila keempat factor ini baik. Maka factor pembatas lain adalah.
1) Lamanya masa bunting
2) Lamanya induk kering kandang, yaitu masa antara menyapih anak dikawinkan
lagi.
Pada tebel berikut ini terlihat masa bunting dan kering kandang sebelum induk
dikawinkan lagi.
Tabel 9. Masa Bunting dan Kering Kandang
Jenis ternak Masa bunting (bulan) Masa kering kandang(bulan)
SapiKerbauKambingDombaBabi
91155
3,8
3311½
Dengan demikian sebelum seekor induk diafkir, ia dapat menghasilkan anak sebanyak :
Sapi 8 ekor, kerbau 6 ekor, kambing/domba 15 ekor, babi 80 ekor, dengan catatan
bahwa kambing dan domba, 50 % kelahiran adalah kembar, sedang pada babi setip
kelahiran = 10 anak. Angka- angka ini adalah potensi penghasilan anak yang sangat
optimistic. Di dalam kenyataannya nanti, seorang peternak akan menghadapi rupa-rupa
hambatan, sehingga terjadi kematian anaj. Jadi angka kelahiran bersih sesudah dikurangi
kematian, itulah yang perlu digunakan dan disebut koefisien teknis.
Koefisien Teknis Usaha Penggemukan
Koefisien teknis (KT) yang terpenting adalah : pertambahan berat badan harian
(PBBH). PBBH didapat dari hasil penelitian, oleh karena itu diketahui untuk setiap jenis
ternak. Dengan mengetahu berat awal seekor ternak, serta berat pasar yang diinginkan
konsumen, kita dapat menghitung lamanya waktu penggemukan. Seekor sapi muda dengan
43
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
berat hidup awalnya 175 kg dengan preferensi berat pasar yang diinginkan konsumen 250
kg, memerlukan waktu lebih dari 7 bulan penggemukan, bila KT – PBBH adalah 0,35
kg/hari. Untuk penggemukan ternak ruminansia, dimana di samping tambahan makanan
konsentrat, makanan hijau memegangperanan penting, maka angka konversi ransum ke
dalam berat badan, kurang menarik perhatian, karena harga makanan hijauan relative
murah dibandingkan dengan makanan konsentrat. Tidak demikian halnya pada usaha sapi
perah, unggas dan babi.
Jadi koefisien teknis pada penggemukan ternak sapi, kerbau, domba, kambing dan
babi adalah :
1) Umur awal
2) Berat bada awal
3) Pertambahan berat badan harian
4) Masa penggemukan dan
5) Berat badan yang diinginkan pasar atau berat pasar.
Pada tabel berikut terlihat umur awal, berat bada awal dan masa penggemukan
bakalan ternak potong.
Tabel 10. Umur Awal, Berat Awal Dan Masa Penggemukan
Ternak Umur (bulan) Berat (kg)Waktu
penggemukan(bulan)
SapiKerbauKambingDombaBabi
1818664
150150151530
6 – 86 – 83 – 53 – 53 – 4
1) Catatan : Bangsa ternak sangat mempengaruhi berat bakalan
Pertambahan Berat Badan Harian
Setiap jenis ternak memiliki sifat-sifat pertambahan berat badan harian tersendiri.
Untuk memperoleh pertambahan berat badan yang setinggi mungkin, diperlukan
pemberian makanan yang sesuai, dan penjagaan kesehatan yang baik.
Di bawah ini terlihat pertambahan badan harian setiap jenis ternak potong.
44
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Tabel 11. Pertambahan Berat Badan Harian (PBH)
Ternak P B H (Kg)1 2
Sapi BaliSapi MaduraSapi Peranakan OngoleSapi Sumba OngoleSapi GratiSapi Frisian HolsteinKambing KacangKambing Peranakan EttawahDomba KampungDomba Ekor GemukDomba GarutBabi KampungBabi SilanganBabi RasKerbau MurrahKerbau Lumpur
0.30 – 0.400.30 – 0.400.30 – 0.450.35 – 0.600.35 – 0.500.40 – 0.700.10 – 0.150.15 – 0.250.10 – 0.150.10 – 0.150.15 – 0.250.35 – 0.450.40 – 0.600.40 – 0.700.40 – 0.700.25 – 0.40
Bagaimanakah kita dapat menggunakan angka pertambahan berat badan di atas
untuk memperhitungkan keuntungan dalam satu masa penggemukan suatu jenis ternak ?
Sebagaimana telah disebutkan sebelum ini, koefisien Teknis juga meliputi angka
PBBH. Sehingga penggunaan suatu nilainya diambil dari penyebaran nilai rata-rata dan
standard diviasinya.
Penggemukan Babi
Istilah penggemukan pada ternak babi pada hakekatnya adalah kurang tepat, karena
yang terjadi adalah pembesaran babi muda yang beratnya antara 15 – 30 kg menjadi babi
potong dengan berat 90 – 100 kg. namun karena pembesaran ini dipercepat dengan jenis
ransum khusus, maka masyarakat peternak terlanjut menggunakan penggemukan.
“Finishing” adalah istilah yang lebih tepat digunakan.
KT yang digunakan di sini di samping umur awal, berat badan awal, pertambahan
berat badan harian, masa penggemukan dan berat pasar, sangatlah penting diketahui angka
konversi ransum/berat badan. Hal ini penting karena hamper seluruh ransum babi adalah
konsentrat yang relative mahal. Yang disebut angka konversi ransum ialah jumlah ransum
yang diperlukan untuk memperoleh tambahan berat badan 1 kg.
Angka ini disebut juga efisien ransum atau “ feed Effeiciency”.
45
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pada penggemukan babi ras unggul dengan makanan yang sesuai, berat badan 90
kg dapat dicapai pada waktu 190 hari. Bilamana pada umur 200 hari barulah berat badan
tersebut (90 kg) dicapai, maka babi ras tersebut adalah kurang baik.
Berikut ini terdapat tebel dimana seorang peternak dapat menilai apakah babi yang
digemukkan berasal dari keturunan yang baik atau tidak, dengan melihat umur pada berat
pasar, PBBH dan efisiensi ransum.
Tabel 12. Kelas Babi Ras Unggul Finishing
StandardKlas
1 2 3 KurangUmur sewaktu 90 kg (hari)
Pertambahan berat badan harian (kg)
Efisiensi makanan (kg)
170
0.70
3.2
180
0.65
3.4
190
0.60
3.6
> 190
< 0.60
< 3.6
Kebanyakan efisiensi makanan usaha penggemukan babi masih berada di atas 4
kg. apakah efisien ? secara teknis memang tidak efisien, tp secara ekonomis mungkin
sekali masih menguntungkan, dilihat dari pertbandingan harga ransum per kg dan harga
babi per kg.
Misalkan harga ransum babi adalah Rp 125/kg dan harga babi Rp 100/kg,
memperlihatkan suatu margin sebesar Rp 500, mungkin masih menguntungkan.
Usaha Sapi Perah
Umur bibit awal sapi yang terbaik adalah 1.5 – 2 tahun. Karena Sapi Perah adalah
jenis ternak ruminansia semua Koefisien teknis pada ruminansia berlaku juga bagi sapi
perah.
Ternak betina digunakan untuk bibit dan penghasil susu. Ternak jantan, disamping
untuk bibit, dapat digunakan untuik penggemukan. Bangsa Sapi Frisian Holstein jantan
memperlihatkan pertambahan badan harian yang cukup baik.
Koefisien teknis yang khusus untuk ternak sapi perah adalah yang menyangkut
produksi susu, yaitu :
1) Produksi susu rata-rata per hari
2) Masa laktasi
46
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
3) Penggunaan hasil susu untuk pembesaran anak sapid an perkiraan susu yang rusak
4) Umur induk
Pada tabel berikut terlihat nilai Koefisien Teknis tersebut.
Tabel 13. Rata-rata Produksi, Masa Laktasi dan Penggunaan Susu Bagi Anak Sapi
UraianMasalaktasi(bulan)
Rata-rataproduksi susu per
hari(liter)
Umurakhir
(tahun)
Konsumsi susuAnak jantan
2 bln(liter/ekor)
Anak betina4 bln
(liter/ekor)Sapi perahSilangan local
Sapi perah FH(murni)
9.5
10
6 – 10
11 – 20
7
7
150
150
300
300
Ayam Broiler
Masa pembesaran ayam broiler mulai dari DOC, adalah 1.5 sampai 2 bulan, dimana
ayam broiler telah dapat mencapai 1.5 kg sampai 2 kg berat hidup.
Koefisien teknis terpenting usaha broiler adalah konversi ransum atau Effisiensi
Makanan. Preferensi Konsumen di pasaran adalah broiler dengan dengan berat potong
ringan (1 kg) atau sedang (1.5 kg). oleh karena berat potong (karkas) broiler adalah 75 %
berat hidup, maka untuk memperoleh berat potong 1 atau 1.5 kg, diperlukan berat hidup
berturut-turut 1.34 atau 2 kg berat hidup.
Efisiensi makanan yang baik adalah 2.5 sampai 3 kg. jadi untuk memperoleh
broiler 1.34 kg dan 2 kg berat hidup dibutuhkan ransum masing-masing 3.35 dan 5 kg
ransum (3.335 kg = 1.34 x 2.5 kg dan 5 kg = 2 x 2.5)
Ayam Ras Petelur
Koefisien teknis yang terpenting pada ayam ras petelur adalah konversi ransum.
Istilah yang popular adalah Rasio Ransum Telur atau “Feed – Egg Ratio (FER).
Merupakan angka rata-rata flok dihitung mulai DOC hingga flok itu afkir, umumnya pada
umur 2 tahun.
47
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
FER ini dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu :
1. Rata-rata jumlah ayam yang bertelur setiap harinya (Hen Day Percentage).
Persentase ini sebaiknya di atas 60%.
2. Culling dan replacement rate. Bilamana ayam tya yang sudah menurun produksinya
tetap masih dipertahankan, maka konsumsi ransum bertambah
3. Penyusunan/mortalitas ayam dewasa. Makin besar angka kematian ayam dewasa
dengan produktif, makin tinggi rasio ransum telur, karena jumlah telah terlanjur
dikonsumsi oleh ayam yang mati tanpa produksi telur diperhitungkan.
PENUTUP
Soal Latihan
1. Jelaskan Perbedaan antara satuan ternak dan koefisien teknis
2. Mengapa dalam pengelolaan usaha ternak, dibutuhkan penggunaan koefisien
teknis terutama dalam proses produksi
Bahan Bacaan
Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. UsahaPeternakan, Perencanaan Usaha, Analisis dan Pengelolaan.
Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.
Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.
48
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB VFAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat menjelaskan, menguraikan dan mengalokasikan faktor-faktor produksi
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Kuliah
• Tugas
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang :
• Jenis-jenis faktor produksi
• Alokasi faktor produksi
• Efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis
PENDAHULUAN
Dalam agribinisnis peternakan, produksi diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk
menghasilkan produk peternakan baik berupa barang maupun jasa. Proses produksi usaha
peternakan sangat penting diperhatikan. Untuk itu diperlukan pengelolaan produksi secara
terencana, terstruktur, dan berpola dalam suatu system yang disebut manajemen produksi.
Produksi melibatkan aktivitas memasukkan barang dan jasa yang dinamakan input
untuk memperoleh barang dan jasa lain yang dinamakan output. Input dan output
merupakan barang dan jasa yang belum dinilai dengan satuan harga, jadi masih dalam
wujud satuan fisik seperti apa adanya.
Sumber yang adanya bersifat mutlak untuk menghasilkan produk dinamakan
“Faktor Produksi”. Keadaan jumlah dan kualitas faktor produksi menentukan jumlah dan
kualitas produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Dalam keadaan teknologi tertentu,
hubungan antara faktor produksi dengan produknya tercermin dalam spesifikasi fungsi
produksinya. Dengan mengetahui spesifikasi produksi dari faktor produksi maka lebih
memudahkan dalam mengalokasikan faktor produksi tersebut sehingga penggunaannya
dapat efisien baik secara teknis maupun secara ekonomis.
49
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
URAIAN MATERI
A. Jenis-jenis faktor produksi
Istilah faktor profuksi sering pula disebut dengan korbanan produksi, karna
produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa inggris, faktor
produksi disebut dengan input.
Dalam tahap pertama dari perencanaan usaha tani, jenis faktor produksi sangat
dibutuhkan, yang merupakan titik tolak awal suatu kegiatan. Dari sini akan terlihat sumber-
sumber yang potensial, yang kurang baik, yang terbatas baik secara kuantitas maupun
kualitas. Dalam praktek, faktor produksi yang mempengaruhi produksi ini dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya,
bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.
b. Faktor social-ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,
tersedianya kredit, dan sebagainya.
Faktor produksi yang umumnya digunakan dalam suatu usaha peternakan antara lain:
a. Tanah
Unsur ini harus mula-mula dilihat karena dari sini akan terlihat macam dan
besarnya usaha. Beberapa hal yang perlu dicatat dalam inventaris tanah adalah :
- Luas tanah dan pembagian pemakaian, berapa yang untuk tanaman pangan, pakan
ternak, tanaman keras, dan bangunan dari yang tidak terpakai.
- Tipe lahan termasuk kemiringan, tekstur dan kedalamannya
- Analisa tanah dan tingkat kesuburannya
- Sistem irigasi, sumber air yang tersedia
- Keadaan top dan sub soil, sistem drainase
- Curah hujan pada saat tanam, type pupuk
- Peta tanah dan lain-lain
Lahan dan lingkungan menjadi salah satu bagian sumber daya peternakan. Sampai
saat ini potensi lahan untuk peternakan masih cukup luas, terutama di kawasan timur
50
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Indonesia. Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Papua merupakan sentra-sentra
ternak yang telah dan akan dikembangkan oleh pemerintah. Daerah tersebut, terutama
untuk pengembangan breeding sapi potong. Sementara untuk penggemukan dan
pengembangan sapi perah lebih cocok di Jawa.
Lingkungan diartikan sebagai ketersediaan bahan pakan untuk memenuhi
kebutuhan budidaya ternak. Bahan pakan dari hijauan seperti rumput-rumputan dan produk
sampingan pertanian lainnya tersedia cukup melimpah sehingga merupakan potensi yang
dapat mendukung kegiatan budidaya ternak.
b. Modal
Jumlah untuk investasi, tambahan investasi dan modal kerja. Modal milik sendiri
dan beberapa yang harus dipinjam dengan bunga berapa. Besar kecilnya modal dalam
usaha peternakan tergantung pada : skala usaha, jenis komoditas yang diproduksi,
tersedianya kredit.
Sebagian besar usaha peternakan masih dikelola dengan skala kecil dan menengah.
Penyebabnya antara lain keterbatasan modal yang dimiliki oleh para peternak. Padahal,
salah satu kunci kesuksesan dalam pengembangan usaha peternakan adalah ketersediaan
modal dan kemampuan untuk mengelolanya.
Saat ini peluang mendapatkan modal untuk usaha peternakan terbuka luas. Modal
dapat diperoleh dari para investor yang ingin menanamkan modalnya maupun fasilitas
kredit yang disediakan oleh pemerintah melalui skim kredit.
Ketersediaan modal yang cukup menjadi mutlak dibutuhkan dalam usaha
peternakan. Namun,besarnya modal yang akan digunakan tergantung dari skala usaha.
Sumber modal data berasal dari dana sendiri, pinjaman bank, skim kredit pemerintah, dan
dari investor dalam bentuk kemitraan atau bagi hasil.
Dalam kegiatan proses produksi, maka modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu
modal tidak bergerak (modal tetap) dan modal tidak tetap (modal variable).perbedaan
tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti
tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi.
51
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Peristiwa ini terjadi alam waktu yang relative pendek (short term) dan tidak berlaku untuk
jangka panjang (long term).
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variable merupakan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi. Misalnya
biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang
dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.
c. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari
tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam perlu diperhatikan. Perlu dicatat
baik segi kuantitas maupun kualitas tenaga kerja. Kuantitas dapat diukur dalam hari,
minggu atau tersedia dari tenaga kerja harian, tetap, sewa dan keluarga. Distribusi
pekerjaan perlu diketahui disamping kecakapan tenaga kerja, macam training, pengalaman
dan lain-lain.
Usaha disektor peternakan tidak termasuk dalam jenis usaha yang padat kerja.
Kegiatannyapun bersifat temporer. Pada dasarnya kegiatan pokok dari tenaga kerja dalam
suatu usaha peternakan adalah pemberian pakan dan pembersihan kandang. Kegiatan lain
seperti pengawasan dan pencegahan penyakit hanya merupakan pendukung. Namun, yang
paling penting diperhatikan oleh para pengusaha atau peternakan adalah pengorganisasian
tenaga kerja.
Pengorganisasian tenaga kerja, terutama dilakukan untuk skala usaha menengah
dan besar (industry peternakan). Hal ini untuk menciptakan efisiensi kerja.
Pengorganisasian tenaga kerja berkaitan dengan pembagian tugas kerja kepada masing-
masing tenaga kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan tenaga kerja yaitu : tersedianya
tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman, serta upah tenaga
kerja, dimana besar kecilnya upah dipengaruhi oleh mekanisme pasar,jnis kelamin, kualitas
tenaga kerja, umur tenaga kerja, lama waktu bekerja,serta penggunaan tenaga kerja bukan
manusia (mesin dan ternak)
52
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
d. Managemen
Tingkat manajemen, apakah diatas rata-rata, pengalaman dan kecakapan manager
perlu pula dicatat. Dalam usaha tani modern, peranan manajemen enjdai sangat penting dan
strategis. Manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan, mengorganisasi,
dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena prosesproduksi ini
akan melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan,maka manajemen
berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam
tahapan proses produksi. Dalam praktek, faktor manajemen ini banyak dipengaruhi oleh
berbagai aspek, antara lain.
• Tingkat pendidikan
• Tingkat keterampilan
• Skala usaha
• Besar-kecilnya kredit
• Macam komoditas
B. Alokasi faktor produksi
Produksi optimal dikaitkan dengan penggunaan faktor produksi untuk
memproduksi output tertentu, posisi optimal ini dicapai dimana tidak dimungkinkan untuk
meningkatkan output tanpa mengurangi produksi output yang lain.
Alokasi faktor produksi yang menghasilkan produksi optimal akan dicapai jika :=MRTSx
ij = MRTSyij
Dimana x dan y adalah output yang dihasilkan dan i dan j adalah faktor produksi
yang digunakan.
Alokasi kombinasi faktor-faktor produksi dengan tepat dapat meningkatkan
produktivitas. Penggunaan faktor produksi yang produktif dan efisien diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas peternakan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan peternak. Adanya efisiensi kegiatan produksi dapat meningkatkan hasil
tproduksi yang pada gilirannya pendapatan peternak juga akan meningkat.
53
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Prinsip efisiensi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana
pengalokasian faktor produksi tersebut agar digunakan secara seefisien mungkin. Dalam
terminologi ilmu ekonomi , maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3
macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) serta efisiensi ekonomi
C. Efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis
Ada dua konsep efisiensi dalam penyelenggaraan produksi yaitu efisiensi teknis
dan ekonomis. Efisiensi teknis menyatakan perbandingan output fisik dengan input fisik
telah mencapai maksimum. Efisiensi ekonomis menyatakan kondisi proses produksi telah
mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (bukan berupa hasil produk
fisik).
Dalam proses produksi, dikenal istilah efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.
Efisiensi teknis merupakan syarat keharusan dan efisiensi ekonomis merupakan syarat
kecukupan dalam setiap petimbangan pengambilankeputusan produsen. Efisiensi teknis
tercapai pada saat produk rata-rata berada pada maksimumnya dan efisiensi ekonomis
tercapai pada saat nilai produk marjinal (NPM) sama dengan biaya korbanan marjinalnya
(BKM). Efisiensi ekonomis merupakan kata lain dari “keuntungan maksimum”. Secara
kronologis, setiap tambahan input dari awal sampai akhir akan didapatkan efisiensi taknis
lebih dahulu dan setelah itu baru efisiensi ekonomis.
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis)
kalau faktor produksi dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi
harga atau efisiensi alokatif apabila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor
produksi yang bersangkutan (NPMx = Px) dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha
tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga efisiensi harga.
Model pengukuran efisiensi juga berbeda tergantung dari model yang dipakai.
Umumnya ada dua model yang umum dipakai, yaitu:
a) Model fungsi produksi
b) Model linear programming
Efisiensi ekonomis penggunaan faktor-faktor produksi dirumuskan sebagai
berikut:
54
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Apabila sejumlah faktor produksi digunakan untuk menghasilkan satu produk,
maka efisiensi ekonomis masing-masing faktor produksi dirumuskan sebagai berikut :
Perhitungan rasio produktivitas dapat dilakukan setelah nilai ril dari element output
dan input telah diperoleh. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam perhitungan rasio
produktivitas adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan angka-angka indeks
Angka indek di hitung untuk membandingkan baik element output maupun
input terhadap periode dasar msing-masing, misalnya output periode Februari 2010
terhadap output periode Januari 2010 dan seterusnya. Rumusan untuk menghitung
angka indeks adalah sebagai berikut :
Indeks Output periode ke-t = output period eke-t/output periode dasar atau :
b. Perhitungan rasio produktivitas
Perhitungan rasio produktivitas adalah untuk menghitung besarnya
perbandingan antara output yang dihasilkan dengan masing-masing input yang
digunakan, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
Produktivitas input period eke-t = output periode ke-t/input periode ke-t atau
55
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
PENUTUP
Soal Latihan
1. Mengapa dalam pengelolaan usaha peternakan harus memperhatikan alokasi
penggunaan faktor-faktor produksi ?
2. Jelaskan perbedaan antara efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis !
Bahan Bacaan
Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.
Djoko Sumarjono.2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Program Studi SosialEkonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
Situmorang, Jontor. 2007. Analisis Produktivitas dengan Menggunakan FungsiProduksi Cobb-Douglass dalam Menentukan Return To Scale pada PTPerkebunan Nusantara IV Sawit Langkat. USU Repository.
Soekartawi. 1990.Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.
Sumarjono, D. 1986. Analisis Ekonomi Ayam Pedaging pada Dua Skala UsahaKeluarga di Kelompok Peternak Unggas ’’Tulus Rahayu“ KabupatenPurbalingga Jawa Tengah. Tesis. Fakultas Pascasarjana Unpad.
56
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB VIAPLIKASI FUNGSI PRODUKSI
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat mengukur produktivitas dengan menggunakan aplikasi fungsi produksi
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Kuliah
• Diskusi Kelompok
• Tugas
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang :
• Law of Diminising Return
• Incrasing Productivity
• Decreasing productivity
• Constant productivity
• Fungsi Linear
• Fungsi Kuadratik
• Fungsi Cobb Douglass
PENDAHULUAN
Sumber daya diartikan sebagai input atau pengorbanan untuk menghasilkan output
tertentu. Dalam menghasilkan suatu produk atau input dapat dipengaruhi oleh produk yang
lain. Di dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk dapat dipengaruhi oleh
satu atau beberapa faktor. Secara matematis hubungan input dengan output digambarkan
sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3,.....Xn)
Di dalam proses produksi peternakan, biasanya berupa hubungan yang mula-mula
bersifat increasing yang dilanjutkan dengan hubungan yang bersifat decreasing
productivity setelah variabel yang diberikan relative telah cukup.
Kombinasi ini merupakan fenomena produksi dan dinyatakan dalam hukum
penambahan hasil yang menurun atau law of diminishing return. Hukum ini berlaku untuk
produk penambahan hasil (produk marginal).
57
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
URAIAN MATERI
A. Law of Diminishing Return
Law of diminishing returns adalah sebuah hukum dalam ekonomi yang
menjelaskan tentang proporsi input yang tepat untuk mendapatkan output maksimal. Teori
ini menjelaskan bahwa ketika input yang kita miliki melebihi kapasitas produksi dari input,
maka return (pendapatan) kita akan semakin menurun. Terdapat tiga tingkat dalam teori
ini, yaitu fase increasing return (pendapatan yang meningkat), fase kedua dimana
pendapatan tetap meningkat tapi pada intensitas yang lebih rendah dan fase ketiga adalah
diminishing returns.
Hukum ini menyatakan bahwa setiap penambahan input kepada input yang tetap
akan menghasilkan tambahan output yang semakin lama menjadi semakin kecil
dibandingkan tambahan inputnya.
Bayangkan jika sawah yang oleh 10 orang saja sudah sempit, ditambah lagi dengan
1,2, bahkan tiga orang lagi. Maka sawah akan semakin penuh. Disinilah timbul pendapatan
yang menurun. Petani yang ada disana tidak produktif. Bahkan, pemilik sawah juga harus
membayar lebih dari 10 petani, yang mana sawah itu sendiri hanya bisa menghasilkan
output yang dilakukan oleh 10 petani.
Otomatis, pemilik sawah harus membayar lebih untuk itu, sehingga pendapatan
mereka akan semakin menurun. Sawah juga akan semakin sesak jika diisi oleh lebih dari
10 orang, bisa jadi mereka justru mencangkul kaki dari petani yang lain, karena lahan nya
sudah habis.
Demikianlah mengapa pendapatan bisa justru menurun jika angka buruh pada suatu
pabrik terlalu banyak. Pabrik bisa rugi dan tidak bisa membayar para buruh, sehingga
sampailah pada keputusan untuk melakukan PHK.
B. Incrasing Productivity
Law of Increasing Return merupakan hukum yang menyatakan bahwa setiap
penambahan input kepada input yang tetap, akan menghasilkan tambahan output yang
semakin besar dibanding tambahan inputnya.
Contoh logis adalah misalnya kita mempunyai sawah, dengan input petani. Satu
sawah memiliki kapasitas petani sebanyak 10 orang. Maka, ketika kita menempatkan satu
58
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
orang petani disana, kita akan mendapatkan output (beras). Begitu juga jika ditambah terus
sampai misalnya angka 7. Ketika level petani sudah berada pada angka 7, output akan
stabil dan terus menerus meningkat. Begitu juga jika sampai 8, 9 dan 10, pendapatan terus
meningkat.
Fenomena ini menggambarkan bahwa terjadi penambahan hasil yang menigkat
pada pemberian input tambahan berikutnya
C. Decreasing Productivity
Hukum ini menyatakan bahwa setiap penambahan input kepada input yang tetap
akan menghasilkan penurunan output yang semakin lama menjadi semakin besar
dibandingkan tambahan inputnya.
Contohnya, misalnya kita mempunyai sawah, dengan input petani. Satu sawah
memiliki kapasitas petani sebanyak 10 orang. Maka, pendapatan ketika 7 petani disawah
dengan 10 petani berbeda. Secara logika kita bisa melihat, misalnya saja para petani, ketika
semakin banyak yang terlibat, akan secara psikologis bertambah malas. Atau mereka juga
bisa bertambah susah dalam bekerja, karena sawah yang mereka garap semakin penuh.
Tapi, pendapatan tetap meningkat.
D. Constant productivity
Fenomena ini menggambarkan pada setiap penambahan unit input pada suatu
kegiatan produksi, akan memberikan tambahan hasil yang tetap pada setiap kenaikan input
berikutnya. Karena kenaikan tersebut bersifat tetap, maka bila digambarkan akan berbentuk
garis lurus.
Keadaan ini jarang terjadi dalam dunia usaha pertanian. Salah satu
kemungkinannya adalah apabila input masih relative kecil. Fenomena ini menggambarkan
pada setiap penambahan unit input pada suatu kegiatan produksi, akan memberikan
tambahan hasil yang tetap pada setiap kenaikan input berikutnya. Karena kenaikan tersebut
bersifat tetap, maka bila digambarkan akan berbentuk garis lurus.
Disebut constant productivity apabila tambahan hasil atau produk marjinal selalu
tetap yaitu ΔY/ΔX selalu mempunyai nilai yang sama
59
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
E. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y ) dan
variabel yang menjelaskan (X) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang
dijelaskan biasaanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.
Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminitai dan
dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disesababkan karena
beberapa hal, antara lain :
a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara factor
produksi (input) dan prroduksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut
dapat lebih mudah dimengerti.
b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel
yang dijelaskan (independent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan
(independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel
penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Y = f ( X1, X2, . . . . , Xi, . . . . , X2)
Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas , maka hubungan Y dan X dapat
diketahui dan sekaligus hubungan
X1 . . . . Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.
Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi ciri khusus
berupa suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang
menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi
yang digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah faktor
produksinya sebagai “independent variabel”.
Bentuk hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya yang sering
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Yt = a + bXt + Et Fungsi linier sederhana
2. Yt = a + b1X1t + b2X2t +...... bnXnt + Et Fungsi linier berganda
3. Yt = a + b1X1t + b2X1t2 + Et Fungsi kuadratik
4. Yt = a X1tbi 10Et Fungsi Cobb-Douglas sederhana
5. Yt = a X1tb1 X2tb2 ..... Xntbn 10Et Fungsi Cobb-Douglas berganda
Suatu hal yang harus diperhatikan adalah ada banyak sekali bentuk persamaan
aljabar yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu fungsi produksi. Tidak ada suatu
60
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
bentuk yang dapat dipakai untuk menggambarkan produksi di setiap daerah dan pada suatu
keadaan. Tetapi jika bentuk fungsi produksi telah ditemukan, maka keterangan itu sangat
berguna bagi produsen untuk mengambil keputusan optimasi. Oleh karena itu, penelitilah
yang mempunyai tugas untuk menemukan fungsi produksi di setiap keadaan usaha.
Bentuk persamaan aljabar yang menyatakan fungsi produksi seperti diatas perlu
disempurnakan dengan menentukan konstanta dari a dan b secara statistik dihitung dengan
metode “Least Sguare” dari sekumpulan data produk dan faktor produksinya. Prinsip
“Least Sguare” adalah membuat suatu garis dari sekumpulan titik dalam suatu ruang
dimana letak garis tersebut mempunyai simpangan yang paling kecil dari letak titik-titik
yang ada. Cara yang lebih rinci dapat dipelajari dalam statistika.
Macam fungsi produksi
Berbagai macam fungsi produksi telah dikenal dan dipergunakan oleh berbagai
peneliti, tetapi yang umum dan sering dipakai adalah sebagai berikut :
a. Linear
b. Kuadratik ; dan
c. Eksponensial
Disamping juga fungsi produksi CES (Constant Elasticity Of Substitution),
Transcendental dan Traslog.
Fungsi Produksi Linear
Rumus matematik dari fungsi produksi linear adalah sebagai berikut :
Y = f ( X1, X2, . . . Xi, . . . Xa)
Dimana :
Y = variabel yang dijelaskan (dependent variabel) dan
X = variabel yang menjelaskan (independent variabel)
Fungsi produksi linear biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi produksi
linear sederhana dan linear berganda. Perbedaan ini terletak pada jumlah variabel X yang
dipakai dalam model fungsi produksi linear sederhana ialah bila hanya satu variabel X
yang dipakai dalam model. Secara matematis dapat dituliskan sebagi berikut :
61
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Y = a + bX
Dimana:
a = intersep ( perpotongsn) dan
b = koefisien regresiBila a = 0, maka Y = bX, dan garis ini akan melewati titik origin.
Hal ini dapat dilihat di gambar 1 dan 2
y
∇x ∇y y = a + bx=
0 x
Gambar 2. Garis linear sederhana
Y
∇x ∇y y = bx=
0 x
Gambar 3. Garis linear sederhana dengan nilai a = 0
Terlihat di gambar 1 dan 2 bahwa koefisien regresi. B, sekaligus merupakan
slope (kemiringan) yang garis Y = a + bX (gambar 1 ) dan Y = bX (gambar 2 ). Karena itu,
maka b merupakan produk marginal dari garis Y = a + bX atau Y = Bx dan dapat ditulis
sebagai berikut :
62
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
b = (∇Y / ∇X )
Di dalam praktek, penggunaan garis linear sederhana ini banyak dipakai untuk
menjelaskan fenomena yang berkaitan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Model
sederhana ini sering digunakan karena anlisisnya mudah dilakukan dan hasilnya lebih
mudah dimengerti secara cepat. Sedangkan kelemahannya terletak pada jumlah variabel X
yang hanya satu yang dipakai di dalam model; sehingga dengan tidak memasukkannya
variabel X yang lain, maka peneliti akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak
dimasukkan dalam model tersebut.
Untuk mengatasi hal ini, maka peneliti biasanya menggunakan garis linear
berganda atau garis regresi berganda (multiple regression). Berbeda dengan garis regresi
linear sederhana (simple regression), maka jumlah variabel X yang dipakai dalam garis
regresi berganda ini adalah lebih dari satu.
Secara matematis hal ini dapat ditulis sebagai berikut :
Y = f (X1,X2,...,XI,..Xn); atau
Y = a + b1X1 + b2X2 + ... + biXi + ... + bnXn
Dimana a, b, dan X dan Y telah dijelaskan sebelumnya.
Estimasi garis regresi linear berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan modal
estimasi tertentu sehingga diperoleh garis estimasi atau garis penduga yang baik.
Pada bentuk persamaan yang melibatkan lebih dari dua variabel (satu variabel Y
dan lebih dari satu variabel X), maka hubungan antara faktor produksi dengan hasil
produksinya tidak perlu digambar karena disamping sukar juga menyulitkan tafsirannya.
Tetapi jika hanya melibatkan dua variabel saja, maka sebaliknya hubungan antara faktor
produksi dengan hasil produksinya digambarkan untuk menjadikan jelas dalam tafsiran
maknanya.
Gambar fungsi linier Ŷ = 25 + 0,5X adalah sebagai berikut :
63
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Gambar 4. Fungsi produksi linier dengan satu variabel input.
Keterangan : Fungsi linier itu menyatkan bahwa setiap tambahan satu unit X (=25)
akan mengakibatkan tambhan setengan unit Y (=12,5). Gambar 1 memperlihatkan gerak
yang menaik lurus.
Fungsi Produksi Kuadratik
Rumusan matematik dari fungsi produksi kuadratik biasanya dituliskan sebagai
berikut:
Y = f ( Xi ) : atau dapat ditulikan
Y = a + bX + cX2
Di mana :
Y = variabel yang dijelaskan;
X = variabel yang menjelaskan
a, b, c = parameter yang diduga.
Berbeda dengan garis linear (sederhana dan berganda) yang tidak mempunyai
nilai maksimum, maka fungsi kuadratik justru mempunyai nilai maksimum. Jadi, bila:
Y = a + bX + cX2,
Maka nilai maksimum akan tercapai bila turun pertama dari fungsi tersebut
sama dengan nol. Jadi turunan pertama dari fungsi kuadrat adalah:
∂Y / ∂X = b + 2cX = 0
64
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
X = b / 2c,.
Dalam proses produksi pertanian, dimana berlaku hukum kenaikan hasil yang
semakin berkurang, maka fungsi kuadratik dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a + bX – cX2
Y
Y = a + bX - cXa
c= negatif
0 X
Gambar 5. Fungsi Produksi Kuadratik
Nila parameter c yang negatif menunjukkan kaidah kenaikan hasil yang berkurang
tersebut. Karena ciri seperti inilah maka fungsi kuadratik sering dipakai dalam analisis
percobaan pemupukan. Karena dalam penelitian pemupukan, biasanya yang dicari adalah
berapa dosis pupuk yang dipakai agar hasilnya optimum dan maksimum; dan berapa pula,
dosis pupuk yang dipakai pada titik atau pada kondisi di mana produksi sudah mulai
menurun. Bila benar bahwa nilai parameter c adalah negatif, maka hukum kenaikan hasil
yang semakin berkurang berlaku pada fungsi produksi tersebut. Hal ini dapat digunakan
sebagaimana terlihat pada gambar 6.3.
Fungsi produksi kuadratik juga disebut dengan fungsi produksi polinominal
kuadratik.
Jika persamaan fungsi produksi menjadi sebaliknya yaitu : Y = 100 –0,5X, maka
gerak garis menjadi menurun lurus dari titik awal 100 dan memperlihatkan berlakunya
hukum “Decreasing return”. Gambar fungsi kuadratik Ŷ = 12,5 + X + 0,005X2 adalah
seperti gambar 5 berikut ini.
65
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Ŷ = 12,5 + X + 0,005X2
100
75
50
25
0 25 50 75
Gambar 6. Fungsi produksi kuadratik dengan satu variabel input.
Fungsi Produksi Polinominal Akar Pangkat Dua
Di samping dikenal fungsi produksi dan polinominal kuadratik, dikenal pula fungsi
produksi polinominal yang lain yang sering disebut dengan fungsi produksi polinominal
akar pangkat dua. Secara matematis, persamaan fungsi ini dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a0 + a1X1½ + a11X1.
Bila X pangkat setengah ini diganti dengan inisial Z, maka fungsi produksi tersebut
dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a0 + a1Z + a11Z2
Kalau diperhatikan, maka persamaan ini adalah persamaan kuadratik; sehingga
dengan demikian penyelesaiannya adalah sama dengan penyelesaian fungsi kuadratik
seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Fungsi Produksi Eksponensial
Fungsi produksi eksponensial ini dapat berbeda satu sama lain tergantung pada ciri
data yang ada; tetapi umumnya fungsi produksi eksponensial ini dapat dituliskan sebagai
berikut :
Y = aXb (biasanya disebut fungsi Cobb-Douglas)
Dan Y = abx
66
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Karena di dalam fungsi produksi eksponensial ini ada bilangan berpangkat, maka
penyelesaiannya diperlukan bantuan logaritma. Misalnya
Y = 0,5X0,3
Maka penyelesaian persamaan tersebut adalah
Log Y = log 0,5 + 0,3 log X.
Gambar 7 . Fungsi produksi cob-douglass dengan satu variabel input.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variable, dimana variable yang satu disebut variable dependent
(Y) yang dijelaskan, dan yang lain disebut variable independent (X), atau merupakan salah
satu bentuk fungsi produksi yang dapat dipergunakan dalam analisis produktivitas.
Beberapa alasan praktis dalam menggunakan fungsi produksi cobb-douglas yaitu :
a. bentuk fungsi cob-douglas bersifat sederhana dan mudah penerapannya
b. Fungsi produksi coob-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil
(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
c. Koefisien – koefisien fungsi cob-douglas secara langsung menggambarkan
elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan
untuk dikaji dalam fungsi produksi cob-douglas
d. Koefisien intersep produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi
penggunaan input dalam menghasilkan output dari system produksi yang sedang
dikaji
67
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Bentuk umum dari fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :
Q = ϭ Lα Mβ
Bentuk Transformasi
Ln Qn = konstanta + L ln Ln + M ln Mn
Bentuk Asli
Qn = e Constanta LnL Mn
M
Dimana :
Q = output
L = Input jam kerja efektif (tenaga kerja)
M = Input jam kerja mesin efektif
Ϭ (deltha) = Koefisien intersep ( indeks efisien)
α (alpha) = Elastisitas output dari input L
β (betha) = Elastisitas output dari input M
Koefisien intersep ( indeks efisiensi) yang dilambangkan dengan ϭ ( deltha)
merupakan koefisien yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input
dalam menghasilkan output dari system produksi yang sedang dikaji itu. Berikut ini adalah
tiga ketentuan yang berkenaan dengan koefisien intersep atau indeks efisiensi ϭ yaitu :
1. jika deltha periode ii > deltha periode I, maka system produksi mengalami
kenaikan produktivitas
2. jika deltha periode II < deltha periode I , maka system produksi mengalami
penurunan produktifitas
3. jika deltha periode II = deltha periode I, maka system prosuksi tetap
Koefisien elastisitas output dari input yang dipergunakan adalah koefisien yang
memberikan gambaran elastisitas penggunaan input dalam menghasilkan output yang
terdapat di dalam suatu system produksi.
Terdapat enam ketentuan mengenai elastisitas output, yaitu
1. jika α > β, artinya input jam kerja efektif yang dipergunakan dalam system produksi
jumlahnya lbih besar daripada input jam kerja mesin efektif, dalam hal ini tenaga
kerja lebih berperan dibandingkan mesin.
2. jika α > β, artinya input jam efektif yang dipergunakan dalam system produksi
jumlahnya sama dengan jumlah input jam mesin efektif, dalam hal ini tenaga kerja
dan mesin memilii peran yang seimabang
68
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
3. jika α < β, artinya input jam kerja efektif yang dipergunakan dalam system produksi
jumlahnya lebih kecil daripada jumlah input jam kerja mesin efektif dalam hal ini
mesin lebih berperan dibandingkan tenaga kerja
4. jika α + β > 1, maka system produksi memiliki skala hasil meningkat
5. jika α + β = 1, maka system produksi memiliki skala hasil tetap
6. jika α = β < 1, maka system produksi memiliki skal hasil menurun
Secara umum Model cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Model Cobb-Douglas dapat dibedakan berdasarkan jenis sisaannya :
1. Model Cobb-Douglas tak- linear tak penuh yang mempunyai bentuk umum
Model in terjadi jika sisaannya bersifat multiplikat. Bentuk linearnya dapat dituliskan
sebagai
2. Model Cobb-Douglas tak-linear penuh yang mempunyai bentuk umum :
Mentransformasikan persamaan regresi linier ke dalam fungsi produksi Cobb-
Douglass
Setelah data-data hasil pengamatan selesai diolah dengan spss, maka akan didapat
persamaan regresi Y = a + bXatau Y = In Q dan X = In I, maka persamaan regresi menjadi
In Q = a+ b In I. Selanjutnya persamaan regresi linear tersebut ditransformasikan ke dalam
fungsi produksi Cobb Dougles dengan langkah-langkah sebagi berikut ;
In Q = a + b In I
In Q = a + In Ib
69
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
In Q – In Ib = a
In (Q/Ib) = a
In Q/ Ib = aa
Q = ea Ib
Dengan demikian persamaan fungsi produksi Cobb- Douglas telah didapatkan
dengan ea merupakan indeks efisiensi dari proses transformasi (ϭ) dan b merupakan
elastisitas produksi dari input yang digunakan ( α ).
Adapun Kelebihan dari fungsi Cobb Douglass yaitu :
1. Dapatmenunjukkanefisiensiteknisdalamsistemproduksi
2. Lebihmudahmelihatelastisitas
3. Dapat menunjukkan Return To Scale
Tetapi fungsi cobb douglas ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain :
1. Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi yang
diperoleh negatif atau nilainya terlalu besar atau kecil. Spesifikasi ini akan
menimbulkan terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas
2. Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga
menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau kecil.
3. Bias terhadap variabel manajemen. Faktor manajemen merupakan faktor penting
untuk meningkatkan produksi karena berhubungan langsung dengan variabel terikat
seperti manajemen penggunaan faktor produksi yang akan mendorong besaran
elastisitas tehnik dari fungsi produksi ke arah atas. Manajemen ini berhubungan
dengan pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel input dan kadang
sulit diukur dalam pendugaan fungsi cob douglas
4. Multikolinearitas, dalam fungsi ini sulit dihindarkan meskipun telah diusahakan
agar besaran korelasi antara variabel indipenden tidak terlalu tinggi seperti
memperbaiki spesifikasi variabel yang dipakai
Misalnya adapun Penyelesaian hubungan antara y dan x adalah sebagai berikut :
Persamaan dalam Fungsi produksi Cobb Douglas
Y = axibix2b2eu
Ln Y = ln a + b1ln X1 + b2ln X2 + ln e
Misalnya : Z = lnY
α = ln a
70
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
X11 = ln X1
X22 = ln X2
μ = ln e
Karena penyelesaian fungsi Cobb Douglass harus diubah bentuk fungsinya menjadi
fungsi linier, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan persamaan
tersebut :
1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol adalah suatu
bilangan yang besarnya tidak diketahui
2. Dalam fungsi produksi,perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan tehnologi dalam
setiap pengamatan, ini artinya kalau fungsi produksi yang dipakai dalam
pengamatan memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan tersebut terletak
pada intersep dan bukan pada kemiringan (slope) model tersebut
3. Tiap variabel x adalah perfect competition
4. Perbedaan lokasi seperti iklim adalah tercakup pada faktor kesalahan u
(disturbance term)
Seperti dijelaskan sebelumnya, maka di samping keempat macam fungsi produksi
tersebut, juga sering dipakai fungsi produksi CES, transcendental dan translog. Ketiga
fungsi produksi yang lain, akan mempunyai kelemahan – kelemahan dan keunggulan –
keunggulan. Fungsi produksi tersebut, secara sekilas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Fungsi Produksi CES
Fungsi produksi CES untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Arrow,dkk.,
(1960). Fungsi ini dipakai bila berlaku asumsi atau situasi constant returns to scale. Rumus
matematik dari CES adalah sebagai berikut:
Y = ɣ [δK-p + (1 – δ)L-p]-1/p.
Di mana :
Y = output
ɣ = parameter efisiensi (ɣ > 0),
δ = distribusi parameter (0 < δ < 0),
K = Kapital
L = input tenaga kerja, dan
P = parameter subtitusi (p > -1)
71
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Oleh fletcher (1968), fungsi produksi CES tersebut dimodifikasi dan juga dipakai
oleh soskie (1968). Selanjutnya model CES yang telah dimodifikasi ini dilaporkan oleh
fletcher dan Lu (1969) dengan VES (variable elasticity of substitution).
Rumus matematis VES adalah sebagai berikut:
ɣ = ɣ[Δk-p + (1 – δ) –C(1 + P)L -P]-1/P
di mana :
Persamaan VES ini mempunyai ciri antara lain mempunyai produk marginal yang
positif dan menurun ke bawah dan homogenitas derajat satu. Di samping keunggulan
fungsi ini, maka VES ini mempunyai kelemahan, yaitu jumlah variabel yang dipakai
tersebut hanya dua dan bila dipakai lebih dari dua, maka penyelesaiannya menjadi relatif
sulit.
Fungsi Produksi Transcendental
Rumus umum dari fungsi produksi transcendental adalah sebagai berikut:
b1 c1x1 b2 c2x2
Y = AX1 e x2 e + u,
Di mana :
Y = Output
X = input
A,b,c = parameter yang akan diduga
e = bilangan konstan
u = galat (disturbance term)
Dalam kondisi – kondisi tertentu fungsi produksi teranscendental ini akan menjadi
fungsi cobb-douglas. Fungsi produksi transcendental ini, untuk pertama kalinya,
diperkenalkan oleh Halter, dkk., (1957)dan keunggulan fungsi ini adalah dapat
menggambarkan kondisi di mana produk marginaldapat menaik, menurun dan menurun
dalam “negatif” (negative marginal products). Sebaliknya kelemahan fungsi ini adalah bila
salah satu dari nilai X adalah nol, maka fungsi tersebut tidak dapat diselesaikan, karena
fungsi Y menjadi nol.
72
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Fungsi Produksi Translog
Fungsi produksi translog dapat ditulis sebagai berikut :
Log Y = log A + b1 log X1 + b2 log X2 + b3
(log X1 log X2) + u
di mana :
Y = output
X = input
b1, b2, b3 = parameter yang diduga
A = parameter yang juga berfungsi sebagai intersep
u = galat (disturbance term)
Fungsi produksi translog ini dapat berubah bentuknya menjadi fungsi produksi
Cobb-Douglas apabila parameter b tidak berbeda nyata dengan nol. Fungsi produksi
translog ini juga banyak dimodifikasi oleh berbagai peneliti disesuaikan dengan situasi data
yang dimiliki, antara lain dikembangkan oleh Christensen, dkk. (1973), Ranade dan Herdt
(1978).
Memilih Fungsi Produksi
Memilih fungsi produksi yang sesuai dengan keinginan si peneliti adalah bukan
pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan karena data yang ada belumtentu sesuai dengan
model atau fungsi produksi yang telah disiapkan sebelumnya. Kejadian ini seringkali
ditemui pada analisis yang menggunakan data yang tidak terkontro; misalnya data survei
sosial ekonomi. Bila data yang dipakai adalah data yang terkontrol (misalnya data
percobaan di rumah kaca atau green house), maka model atau fungsi produksi yang
dirancang dapat dengan mudah diaplikasikan; karena datanya dapat dikontrol disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Sebaliknya untuk data sosial-ekonomi, walaupun datanya sudah
disiapkan dengan baik; namun modelnya atau fungsi produksi yang direncanakan sering
dimodifikasi, disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Hal ini disebabkan karena data
sosial-ekonomi sering dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang kadang-kadang di luar
jangkauan ingatan responden. Misalnya, kalau ditanyakan “beberapa produksi ketela pohon
Mukibat yang Bapak peroleh pada masa panen yang lalu ?” Kesulitan untuk menjawab
pertanyaan tersebut, antara lain adalah :
73
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
a. Mungkin petani sudah lupa beberapa produksi ketela pohon Mukibat setahun yang lalu
b. Produksi ketela pohon Mukibat tidak dipanen dalam waktu yang bersamaan sehingga
untuk menjumlahkan semua produksi yang diperoleh adalah agak sulit
c. Produksi ketela pohon Mukibat dapat dihitung dengan produksi kualitas basah atau
kering; dan untuk kualitas kering ini pun juga bervariasi sehingga menyulitkan petani
responden untuk mengingat kembali beberapa produksi yang sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka di dalam memilih bentuk atau model fungsi
produksi maka diperlukan tindakan yang antara lain sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah yang jelas. Variabel apa yang berfungsi sebagai variabel yang
dijelaskan. Y, dan variabel apa yang berfungsi sebagai variabel yang menjelaskan X.
Jadi bentuk persamaan Y = f (X) harus jelas. Perlu pula diperhatikan bahwa dalam
identifikasi model ini dikenal istilah simultaneus equations; di mana variabel yang
semula bertindak sebagai independent variable berubah fungsinya sebagai variabel
dependen. Misalnya,
Y = f (X1, X2)
X1 = f (X1, X2, X3 ) ; dan
X5 = f (X6, X7)
Kasus seperti ini sering ditemui dala data sosial ekonomi; dan dengan bantuan
ekonometrika simultaneous tersebut dapat diselesaikan dengan mudah.
b. Identifikasi masalah tersebut akan berhasil baik kalau dilakukan hal – hal sebagai
berikut :
b.1. Studi Pustaka
Dengan studi pustaka, peneliti meras percaya bahwa identifikasi masalah yang
dilakukan didukung oleh teori yang benar.
b.2. Pengalaman Penelitian Sendiri
Pengalaman peneliti dalam melakukan identifikasi masalah adalah sangat besar
manfaatnya untuk diidentifikasi masalah ini.
b.3. Belajar dari Peneliti Lain
Makin banyak kontak anata peneliti satu dengan peneliti lain bila melakukan
identifikasi masalah adalah besar manfaatnya. Belajar dari peneliti lain, bukan saja
bermanfaat untuk memperbesar wawasan, tetapi juga lebih memudahkan pekerjaan.
Caranya tidak selalu harus berdiskusi langsung tetapi juga membaca hasil-hasil yang
pernah dilakukan oleh orang lain.
74
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
c. Melakukan trial and error (coba-coba)
Melakukan trial and error (TAE) ini penting untuk menguatkan model yang dipakai.
Bila perangkat komputer sudah tersedia, maka TAE ini lebih mudah dilakukan;
misalnya untuk mengecek apakah variabel satu dengan variabel lain ada hubungan
yang kuat, maka perlu di cek dengan tehnik diagram sebaran titik atau membuat scatter
diagram. Dengan cara seperti ini maka peneliti akan lebih mudah menentukan model
pendugaan, apakah modelnya linear, kuadratik, eksponensial atau model lainnya.
Variditas Model Fungsi Produksi
Variditas model adalah suatu pernyataan atau uraian yang menjelaskan dukungan
apakah model atau fungsi produksi yang dipilih sebagai model itu valid (kuat, sah).
Penjelasan dukungan ini harus mampu menunjukkan tentang keunggulan model yang
dipakai berikut asumsi-asumsi yang dipakai.
Uraian yang berisikan dukungan terhadap model yang dipakai, seyogyanya terdiri
dari :
a. Secara teoritis, model yang dipakai itu benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Secara praktis, model yang dipakai itu dapat dilaksanakan atau dapat diduga
dengan baik dan mudah.
c. Secara analisis model yang dipakai itu menghasilkan parameter statistik yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk dapat menghasilkan model yang baik, sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
perlu di dasari oleh wawasan yang luas dalam melakukan pendekatan terhadap fenomena
yang diteliti.
Kelemahan-kelemahan yang sering dijumpai dalam memilih model dan dalam
melakukan analisis, adalah tidak dilakukannya uji variditas model. Hal ini dapat dengan
mudah terlihat dari kurang besarnya alat analisis atau model yang dipakai tetapi terus saja
parameter yang dihasilkan dari pendugaan tersebut diartikan dan dibuat sebagai dasar
membuat kesimpulan. Sebagai contoh model pendugaan fungsi produksi, katakanlah model
Cobb-Douglas, yang menghasilkan koefisien determinasi yang rendah dan dijumpai
adanya multikolinearitas anatrvariabel yang tinggi, hasil analisisnya masih dipakai sebagai
dasar membuat kesimpulan
75
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
PENUTUP
Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
a. Fungsi Produksi
b. Fungsi Produksi Linear
c. Fungsi Produksi Kuadratik
d. Fungsi Produksi Eksponensial
2. Jelaskan bagaimana prosedur pemilihan fungsi produksi sebagai model pendugaan
yang baik.
3. Apa yang anda lakukan jika terjadi fungsi produksi sebagai model yang Anda
pakai menghasilkan hasil estimasi yang jelek.
Daftar Bacaan
Bishop, C. E dan Toussaint, W.D. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.Mutiara. Jakarta.
Djoko Sumarjono.2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Program Studi SosialEkonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
Soekartawi. 1990.Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.
Situmorang, Jontor. 2007. Analisis Produktivitas dengan Menggunakan FungsiProduksi Cobb-Douglass dalam Menentukan Return To Scale pada PTPerkebunan Nusantara IV Sawit Langkat. USU Repository
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2079431-law-diminishing-return/#ixzz1eJEm6scP
76
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB VIIMANAJEMEN USAHA PETERNAKAN
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat membuat pola manajemen usaha peternakan
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Studi Lapang
• Diskusi Kelompok
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang :
• Produksi dan Reprodusi
• Kandang dan Peralatan
• Pakan ternak
PENDAHULUAN
Agribisnis peternakan mulai dikenal dan berkembang di Indonesia sekitar
pertengahan tahun 1980-an. Agribisnis peternakan merupakan sebuah system pengelolaan
ternak secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari pembuatan
(manufacture) dan penyaluran (distribution) sarana produksi ternak (sapronak), kegiatan
usaha produksi(budi daya), penyimpanan dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran
produk peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan
kebijakan pemerintah.
Ini penting dipahami oleh para pelaku usaha peternakan agar pengelolaan usahanya
menjadi efisien. Selain itu, dimaksudkan pula agar pelaku usaha memahami pola atau alur
usaha peternakan secara umum. Dalam agribisnis peternakan, sumber daya manusia
(peternak) menjdai sangat penting karena berperan sebagai pengelola kegiatan usaha.
Dalam agribisnis peternakan, produksi diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk
menghasilkan produk peternakan, baik berupa barang maupun jasa. Proses produksi usaha
peternakan menjadi sangat penting diperhatikan. Untuk itu, diperlukan pengelolaan
produksi secara terencana, terstruktur dan terpola dalam suatu system yang disebut
77
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
manajemen produksi. Manajemen produksi peternakan mencakup kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian proses produksi dalam suatu unit usaha peternakan.
URAIAN MATERI
A. Produksi dan Reprodusi
Perencanaan produksi dan reproduksi dalam agribisnis peternakan dimaksudkan
agar kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai.
Perencanaan produksi dan reproduksi meliputi :
a. Perencanaan Produk
Perencanaan produk berkaitan dengan jenis usaha yang akan dipilih sesuai
dengan permintaan pasar. Dalam usaha produksi ternak, ada tiga jenis produk
utama yang dihasilkan, yaitu daging, telur dan susu.
Perlu dipahami bahwa pada subsistem produksi ternak, selain usaha yang
langsung memproduksi daging, telur, dan susu, terdapat pula usaha yang masih
terkait langsung untuk menghasilkan produk tersebut. Calon peternak ataupun
investor dapat memilih usaha pembibitan saja, seperti pembibitan sapi, pembibitan
ayam atau itik. Dengan demikian posisi usaha ini adalah sebagai penyuplai benih
bagi para peternak atau pengusaha yang bergerak pada usaha pembesaran dan
penggemukan ternak.
Dalam memilih salah satu produk peternakan sebaiknya memperhatikan
beberapa hal seperti berikut ini :
• Prospek pasar produk peternakan. Untuk itu, calon peternak atau pengusaha
sebaiknya mencari informasi tentang volume, kualitas, harga, sistem
pembayaran, dan jalur pasar, baik dalam negeri maupun ekspor
• Modal kerja dan investasi. Hal ini penting juga diketahui oleh calon
pengusaha atau peternak karena akan berhubungan dengan modal grace
priode dan BEP (Break Event Point)
• Kontinuitas produk, produk yang akan dipilih harus mampu menjamin
kontinuitas produksi. Hal ini dimaksudkan agar usaha dapat terus
berlangsung.
78
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
• Risiko usaha, produk yang akan dipilih sebaiknya produk peternakan yang
memiliki tingkat risiko usaha yang kecil agar potensi kerugian yang di
alami dapat ditekan.
b. Lokasi
Pemilihan lokasi berkaitan dengan syarat social ekonomi dan teknis. Syarat
social ekonomi meliputi :
1) lokasi bukan daerah kawasan industry dan pemukiman penduduk;
2) harus memperhatikan lingkungan dan kelestariannya;
3) memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitarnya;
4) lokasi peternakan sebaiknya dekat dengan pasar atau konsumen; dan
5) terdapat prasarana jalan yang baik dan sarana angkutan yang memadai.
Sedangkan syarat teknis berhubungan dengan tata letak lokasi usaha
peternakan. Beberapa syarat yang harus diperhatikan adalah lokasi peternakan
berdekatan dengan sentra produksi peternakan, sesuai dengan wilayah
pengembangan usaha peternakan, wilayah penyebaran industry peternakan, atau
sesuai dengan wilayah pengembangan ekspor produk peternakan.
Dengan memperhatikan syarat tersebut, peternak akan lebih mudah
mengembangkan usahanya. Penentuan lokasi usaha harus didasarkan pada faktor-
faktor yang sanga berpengaruh dalam pengelolaan usaha peternakan seperti
ketersediaan pakan dan sumber air.
c. Skala Usaha
Perencanaan skala usaha menjadi penting diperhatikan karena
berhubungann dengan modal, tenaga kerja, dan jumlah produksi yang akan
dihasilkan. Skala usaha juga berhubungan dengan perizinan. Untuk usaha
peternakan skala kecil (peternakan rakyat) tidak perlu mengurus izin pendirian
usaha pada pemerintah, tetapi cukup dengan melaporkan saja. Namun untuk skala
usaha menengah dan besar memerlukan prosedur perizinan. Berdasarkan SK
Menteri Pertanian.
Usaha peternakan sebaiknya diarahkan menjadi usaha komersial karena sala
satu sifat usahanya adalah semakin besar skala usaha semakin ekonomis. Beberapa
jenis ternak dapat memberikan tingkat keuntungan besar jika dikelola secara
79
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
komersial antara lain usaha peternakan ayam ras pedaging, ayam ras petelur, sapi
potong dan sapi perah.
d. Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja perlu memperhatikan jumlah, sumber dan upah
tenaga kerja yang digunakan. Jumlah tenaga kerja sebaiknya disesuaikan dengan
skala usaha karena akan berdampak pada biaya produksi yang akan dikeluarkan.
Jumlah tenaga kerja harus disesuaikan dengan jenis kegiatan yang ada dalam usaha
peternakan.
Tenaga kerja dalam usaha peternakan dapat berasal dari tenaga kerja sendiri
dan tenaga kerja luar. Tenaga kerja sendiri terdiri dari diri sendiri (peternak) dan
anggota keluarganya. Sedangkan tenaga kerja luar merupakan tenaga kerja yang
sengaja diambul dari luar dengan memberikan kompensasi atau gaji.
B. Kandang dan Peralatan
Kandang, obat-obatan, peralatan vaksin, dan peralatan pelengkap lainnya adalah
sederetan faktor produksi yang harus diperhatikan dalam pengelolaan usaha peternakan.
Dalam usaha peternakan komersial,kandang menjadi salah satu faktor produksi
yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang pada dasarnya berfungsi untuk
mempermudah tatalaksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak.
Model dan konstruksi kandang untuk beberapa jenis ternak seperti itik, ayam,
domba, dan sapi perlu diperhatikan. Untuk ayam model yang ideal adalah ayam postal,
sedangkan kandang baterai lebih ideal untuk ayam petelur. Sementara model kandang
untuk ternak sapi dan domba tidak terlalu penting, tetapi konstruksi kandang harus kuat
dan permanen. Hal ini dimaksudkan agar kandang dapat digunakan untuk periode waktu
lama.
Peralatan usaha disesuaikan dengan kapasitas produksi atau jumlah ternak yang
diusahakan. Peralatan berfungsi untuk melengkapi dan mempermudah kegiatan produksi.
80
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
C. Pakan Ternak
Pakan sangat penting dalam usaha peternakan. Sekitar 60-65% biaya usaha diserap
oleh pakan ternak. Oleh karena itu, calon peternak harus memperhatikan cara penggunaan
dan pemberian pakan pada ternak. Untuk menjamin kelangsungan usaha, ketersediaan
pakan yang cukup dengan kualitas yang baik menjadi sangat penting. Ternak akan
menghasilkan daging atau telur jika pakan yang diberikan cukup dan memiliki nilai gizi
sesuai kebutuhan ternak.
Kebutuhan pakan untuk setiap jenis ternak masing-masing berbeda. Sebagai contoh
kebutuhan pakan ayam ras pedaging berbeda dengan kebutuhan ayam ras petelur. Jumah
pakan yang dibutuhkan ayam ras pedaging relative lebih banyak dibandingkan dengan
ayam ras petelur. Pakan untuk ayam ras petelur biasanya membutuhkan konsentrat buatan
pabrik yang dicampur dengan jagung kuning giling dan bekatul dengan perbandingan
tertentu. Pakan ternak sapi, kebutuhan pakan ternak sapi perah lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah pakan yang dibutuhkan sapi potong.
Pemberian pakan harus dilakukan secara teratur dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan ternak. Kelebihan atau kekurangan pakan akan berdampak kurang baik bagi
ternak. Sapi potong yang mendapatkan porsi pakan yang sedikit dengan kualitas pakan
yang terbatas akan menurunkan berat badannya.
Tabel 14. Kebutuhan Ransum Beberapa Jenis TernakJenis Ternak Kebutuhan RansumAyam Ras Pedaging
• 0-4 minggu
• 4-6 minggu
• > 6 minggu
150 kg/ 100 ekor/hari200 kg/100 ekor/ hari250 kg/100 ekor/hari
Ayam Ras Petelur
• 0-6 minggu
• 6-20 minggu
• > 20 minggu
4 kg/100 ekor/hari4-8 kg/100 ekor/hari8-10 kg/100 ekor/hari
Domba
• 20 kg
• 25 kg
• 30 kg
• 35 kg
• 40 kg
10 kg pakan hijauan/ekor/hari12 kg pakan hijauan/ekor/hari13 kg pakan hijauan/ekor/hari16 kg pakan hijauan/ekor/hari18 kg pakan hijauan/ekor/hari
Kambing 7 kg pakan hijauan/ekor/hari + 0.5-1 kg pakan tambahan/hariSapi Potong (Penggemukan)
• Local (250-350 kg)
• Eropa (350-450 kg)
• 30 ml Bosdext + 3-5kg dedak + 5 lt air + 5-7 kg jerami (untuk satuekor/hari)
• 45 ml Bosdext + 7,5 kg dedak + 7,5 lt air + 7-10 kg jerami (untuksatu ekor/hari)
81
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan, waktu pemberian, dan
konsentrasi pakan yang diberikan pada ternak. Pakan utama ternak sapi, kerbau, domba
atau kambing terdiri dari hijauan dan pakan tambahan berupa konsentrat. Sementara jenis
unggas seperti ayam dan itik pakan utamanya berupa konsentrat dan pakan tambahan
hijauan. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan adalah tercukupinya kebutuhan protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Kebutuhan zat gizi tersebut diperlukan untuk
perkembangbiakan, pertumbuhan, reproduksi dan kebutuhan aktivitas.
PENUTUP
Soal Latihan
1. Mengapa proses produksi usaha peternakan sangat penting untuk diperhatikan ?
2. Susunlah sebuah rencana produksi untuk peternakan unggas dan ruminansia !
Daftar Bacaan
Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. UsahaPeternakan, Perencanaan Usaha, Analisis dan Pengelolaan.
Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.
Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.
82
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB VIIIANALISA PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat menghitung biaya dan pendapatan usaha peternakan
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Kuliah
• Tugas
• Diskusi Kelompok
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang analisa biaya dan pendapatan usaha ternak potong,
ternak unggas dan sapi perah.
PENDAHULUAN
Dalam merencanakan suatu usaha yang baik, segala kegiatan yang dilakukan harus
tersusun dan terarah sehingga kendala dan hambatan dalam pengelolaan usaha dapat
diatasi.
Peternak yang ingin mengusahakan salah satu usaha ternak terlebih dahulu harus
menyusun perencanaan produksi, modal dan pemasaran. Pada aspek produksi, peternak
harus meencanakan jenis ternak yang akan diusahakan, skala produksi yang akan
dihasilkan, dan proses kegiatan produksi.
Pada aspek modal, peternak harus menyusun anggaran modal yang dibutuhkan dalam
mengelola usaha ternak. Sementara aspek terakhir yang perlu diperhatikan adalah
pemasaran. Pemasaran menjadi sangat penting karena produk yang dihasilkan harus terjual
agar usaha dapat berkembang dengan baik. Peternak harus mampu melihat peluang
pemasaran dari produk yang akan dihasilkan.
Namun, bukan hanya mengelola ke tiga aspek tersebut, untuk mencapai
keberhasilan suatu usaha peternakan, maka peternak dituntut memiliki kemampuan untuk
menganalisis biaya dan pendapatan usaha yang dilakukannya. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui layak tidaknya usaha tersebut dikembangkan.
83
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
URAIAN MATERI
Analisis usaha dilakukan setelah gagasan usaha layak untuk dikembangkan, dilihat
dari aspek pemasaran dan produksi. Pembahasan analisi usaha menyangkut perhitungan
biaya investasi dan operasional serta penerimaan dari hasil penjualan produk yang
dihasilkan. Metode analisis usaha yang umum digunakan adalah anggaran aliran kas (cash
flow), analisi laba/rugi, return cost ratio (R/C), benefit cost ratio (B/C), dan break even
point (BEP). Namun terlebih dahulu perlu diketahui analisis biaya dan pendapatan
A. BIAYA
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik
yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Beban (expense) adalah biaya yang dibebankan (matched) dengan pendapatan
(revenue) dalam suatu periode akuntansi.
Obyek Biaya (Cost Object) adalah unit atau aktivitas dimana biaya diakumulasikan
dan diukur. Unit atau aktivitas itu dapat berupa: produk, order, departemen, divisi, proyek
Macam-macam Biaya
Biaya Produksi
• Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang.
• biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya
kesempatan dan penyusutan barang modal.
Biaya jangka pendek
1. Biaya total(total cost) merupakan jumlah dari biaya tetap dengan biaya variable.
2. Biaya tetap(fixed cost) adalah tegantung dari jumlah produksi,misalnya biaya modal,
biaya gaji,sewa gedung dll.
3. Biaya variable(variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung dari tingkat
produksi misalnya biaya bahan baku, upah buruh.
84
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Biaya Peluang
Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari
sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga
mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.
Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah
merupakan biaya peluang dari pilihan pertama.
Biaya Pabrikasi/Manufacturing Cost diklasifikasikan dalam:
1. Bahan Langsung (Direct Material).
2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor).
3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead) yaitu biaya selain bahan langsung dan
tenaga kerja langsung.
Biaya Non-pabrikasi/Commercial Expenses diklasifikasikan:
1. Biaya Pemasaran yaitu biaya yang diperlukan untuk memperoleh pesanan dan
menyediakan produk bagi pelanggan
2. Biaya Administrasi yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi dan
menyediakan dukungan bagi karyawan
Prime Cost (Biaya Utama)
adalah jumlah bahan langsung dan tenaga kerja langsung
Conversion Cost (Biaya Konversi)
adalah jumlah tenaga kerja langsung dan overhead pabrik
Volume Produksi diklasifikasikan dalam:
1. Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah secara proporsional sesuai dengan volume
kegiatan.
2. Biaya Tetap yaitu biaya yang tidak berubah karena perubahan volume kegiatan
dalam rentang yang relevan
3. Biaya Campuran yaitu biaya yang mempunyai komponen variable dan tetap
B. PENDAPATAN
Pengertian Pendapatan
Merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan
semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap
konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan
85
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya
yang dikonsumsi.
Karakteristik Pendapatan, dapat dilihat dari :
• Sumber pendapatan
• Produk dan kegiatan utama perusahaan
• Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
1. Aliran kas
Anggaran aliran kas adalah rencana, realisasi, dan evaluasi terhadap uang masuk
dan uang keluar. Baik uang masuk berupa pinjaman maupun uang keluar berupa
pengembalian pinjaman.
2. Laba/rugi
Keuntungan (laba) atau rugi suatu usaha akan diketahui setelah penerimaan hasil
penjualan produk dikurangi dengan harga pokok, biaya pemasaran, dan biaya umum. Laba
ini masih disebut laba kotor. Laba bersih baru didapat setelah ditambahkan pendapatan di
luar usaha (misalnya penjualan limbah) dikurangi biaya di luar usaha (misalnya sumbangan
ke pemda) dan pajak (PPh 25 dan 29).
3. Return cost ratio (R/C)
R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi hingga biaya – biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila
nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan
diperoleh dari uasaha tersebut.
R/C = total penerimaan penjualan produk
Total biaya
4. Benefit cost ratio (B/C)
B/C adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total
biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memeberikan manfaat apabila
nilai B/C > 0. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh
dari usaha tersebut.
B/C = Tingkat keuntungan
Total biaya
86
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
5. Break Even Point (BEP)
BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat diketahui pada tingkat
produksi dan harga berapa suatu usaha peternakan tidak memberikan keuntungan dan tidak
pula mengalami kerugian.
BEP produksi = total biaya
Harga penjualan
BEP harga = total biaya
Total produksi
Berikut ini disajikan beberapa contoh perhitungan biaya, pendapatan, dan analisi
usaha peternakan. Mengenai sumber data diambil dari beberapa sentra produksi sekitar
pertengahan tahun 2011.
87
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
C. ANALISA BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN
a) Analisa Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Potong
Bakalan
Syarat Bakalan
Sehat, kondisi badan kurus atau sedang, ternak muda.
Umur: 1½ tahun
Berat badan awal 150 – 175 kg
Pertambahan Berat Badan
Tabel 15. Pertambahan berat badan setiap hari, tergantung dari banga sapi, yaitu :
Bangsa SapiPertmabahan Berat Badan
Sehari (kg)
BaliMaduraPeranakan OngolSumba OngolGratiFrisian Holstein
0,30 – 0,550,30 – 0,550,30 – 0,650,35 – 0,700,35 – 0,650,40 – 0,75
Ternak Tua
Induk bibit dan jantan bibit yang tua atau majir yang badannya kurus tapi sehat,
dapat digemukkan sebelum dijual masa penggemukan : 1 – 2 bulan.
Faktor Pengelolaan
Masa penggemukan 4 – 8 bulan
Berat jual tergantung permintaan pasar dan berkisar antara 250 – 400 kg/ekor.
Pengebirian jantan perlu dilakukan untuk mempertinggi pertambahan berat badan dan
memperbaiki struktur lemak daging. Di samping rumput dan hijauan segar, perlu diberikan
konsentrat sebagai makanan. Waktu penggemukan yang paling baik sewaktu hewan
berumur antara 1 tahun - 2½ tahun.
Masukan Fisik
Makanan Ternak
Rumput/hijauan segar = 10% dari berat hidup ehari atau bahan kering 2,5 - berat
hidup. Biji-bijian/konsentrat = 1,8% berat hidup sehari.
Kandang
1 ekor = 3 m2 luas kandang
88
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Oleh karena masa penggemukan rata-rata 6 bulan, maka biaya tetap kandang (penyusutan)
= setengah penyusutan tahunan.
Tenaga Kerja
1 ekor = 6,3 HK
Pengobatan
1 ekor = 1 unit
Lain – lain
1 ekor = 1 unit
Keterangan : masa penggemukan rata – rata 6 bulan
Hasil Fisik
Pertambahan berat badan yang dihasilkan selama masa penggemukan
Pupuk kandang : 1 ekor = 2 ton
Catatan
Berat hidup ternak potong menentukan harga penjualan ternak hidup. Namun harga
daging ditentukan oleh berat karkas (persentase pemotongan = berat daging tanpa kepala,
kulit, kaki dan alat tubuh di rongga dada dan perut, kecuali ginjal).
Persentase karkas terhadapt berat hidup adalaha :
Sapi Bali 57%
Sapi Ongol/PO 45%
Sapi Madura 47%
Sapi FH 57%
Tabel 16. Model Penggemukan Sapi
keteranganTanpa Proyek
(Th 0)Akhir Tahun
1 2 3 4 5Bakalan (1 – 2 th)Satuan Ternak (ST)PemblianBakalanMortalitasBakalanPenjualanSapi PotongKoefisien TeknisBerat Hidup (kg)Berat Pasar (kg)Pertambahan Berat Badan (g/h/ekor)Masa Penggemukan (bl)Daya Tampung (ST)Jumlah ST
--
-
-
-
------
--
-
-
-
------
77
7
-
-
15030040012,51,47
88
8
-
7
15030040012,51,68
88
8
-
8
15030040012,51,68
88
8
-
8
15030040012,51,68
89
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Tabel 17. Model Proyeksi Populasi Sapi Bibit/Penggemukan (Dengan Mortalitas) RanchSapi
KeteranganAkhir Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7-10PejantanInduk & PenggantiAnak SapihanDara (1-2 th)Jantan (1-2 th)Jumlah TernakSatuan Ternak (ST)PembelianPejantanDara (1-2 th)Bakalan (1-2 th)JumlahMortalitasPejantanInduk & PenggantiDara (1-2 th)Bakalan (1-2 th)JumlahPenjualanPejantan Afkir/TuaInduk Afkir/TuaSapihanSapi Kebiri (1-2 th)Sapi Kebiri 1-2 th)Dara (1-2 th)Jumlah JKoefisien TeknisSapihan (%)Mortalitas Dewasa (%)Culling Induk (%)Culling Pejantan (%)Daya Tampung (ST)Luas Perbaikan (ST)
-------
----
-----
-------
------
19---
10(10)
19-
10
-----
-------
6025
201010
1285--
34(29)
-19-
19
-----
-------
6027
203020
1251738
54(39)
--88
-1--1
-2-2--4
652
10204020
1251158
50(36)
----
-----
-35-84
20
702
12204020
1261246
50(35)
1--1
-1--1
136-6-
18
752
12204020
1271248
52(36)
---1
-1--1
-37-8-
16
752
12204020
1271248
52(36)
----
-1--1
-38-8-
19
752
12204020
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisi usaha penggemukan sapi adalah
sebagai berikut.
• Penggemukan per unit kandang berisi 96 ekor sapi dengan pemanenan 12
ekor/minggu.
• Masa penggemukan 100 hari (1 periode)
• Berat awal sapi 250 kg/ekor
• Berat badan satu ekor sapi akan naik 1,1 kg/hari atau 110 kg selama satu periode
90
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
• Harga jual sapi hasil penggemukan Rp. 12.300,00/kg atau Rp 4.478.000.00/ekor.
• Umur ekonomis kandang dan peralatan selama 20 tahun.
1) Biaya investasi
Uraian Jumlah (rp)
Kandang dan peralatannya
Sewa lahan 4.000 m2 per tahun
150.000.000.00
1.000.000.00
Total 151.000.000.00
2) Biaya operasional produksi selama 100 hari
Uraian Jumlah
1. Biaya tetap
- Biaya penyusutan kandang dan peralatannya 2.055.000.00
- Sewa lahan 274.000.00
2. Biaya tidak tetap
- Biaya bibit @rp 3.125.000.00 x 96 300.000.000.00
- Biaya tenaga kerja @rp 2.130,00/hari x 100 x 96 ekor 20.448.000.00
- Biaya pakan sapi rp 5.500/hari x 100 hari x 96 ekor 52.800.000.00
- Biaya obat – obatan 2.880.000.00
- Biaya lain - lain 1.000.000.00
Total biaya 379.457. 000.00
Keterangan:
Penyusutan kandang = total biaya pembangunan kandang
Per periode Umur ekonomis kandang
= Rp 150.000.000.00
(20 ahun/365 hari) X 100 hari
3) Penerimaan
Periode (ekor) Harga (Rp/ekor) Jumlah (Rp)
96 4.478.000.00 429.888.000
4) Analisis usaha
a. Laba/rugi
Laba/rugi = Rp 429.888.000.00 – Rp 379.457.000.00
= Rp 50.431.000.00
91
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Usaha penggemukan sapi untuk 96 ekor sapi menghasilkan keuntungan sebesar Rp
50.431.000.00 per periode produksi (100 hari) atau Rp 552.300.00 per ekor sapi.
b. Return cost ratio (R/C),
R/C = Rp 429.888.000.00= 1.13
Rp 379.457.000.00
Berdasarkan hasil analisi R/C bahwa usaha penggemukan sapi layak diusahakan
dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,13 > 1. Nilai R/C 1.13 artinya bahwa setiap
Rp 1.000.00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp
1.130.00
c. Benefit cost ratio (B/C)
Rp 50.431.000.00B/C = = 0.13
Rp 379.457.000.00
Dari analisi B/C diperoleh nilai 0.13, artinya bahwa setiap rp 1.000.00 biaya
yang dikeluarkan, usaha penggemukan sapi akan menghasilkan manfaat atau
keuntungan sebesar rp 130.00
d. Break even point (BEP)
Rp 379.457.000.00BEP produksi = = 84.7 (dibulatkan 85 ekor)
Rp 4.478.000.00
Rp 379.457.000.00BEP harga = = 3.952.677.10
96 ekor
Usaha penggemukan sapi tidak mengalami kerugian dan tidak memberikan
keuntungan jika jumlah sapi yang diusahakan sebanyak 85 ekor harga sapi hanya Rp
3.952.677.10 per ekor.
92
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
b) Analisa Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Unggas
USAHA TERNAK AYAM BROILER
Satuan Ternak
1 ST – 100 ekor broiler
Syarat Doc
DOC haruslah berasal dari perusahaan yang telah mndapat izin, dan bebas penyakit,
terutama pulorum
Telah diketahui data pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan berat badan
yang dicapai pada waktu mencapai umur untuk dipasarkan. Mortalitas doc, telah diketahui
(maximum 5%). Strain Final Stock yang telah terkenal adalah : Arbor Acre, Cobb
ColorSex, White Rock, Hubbard, Indian River, Peterson, Dekalb, Starbro 15 dan masih
banyak strain yang memiliki nama dagang sendiri.
Faktor Pengelolaan Produksi
Masa pemanasan (brooding) dilakukan sejak doc sampai umur 4 minggu. Masa
pembesaran dari umur 5 minggu sampai 8 minggu. Bila pasaran menginginkan broiler
yang ringan (kecil), umur pembesaran dapat diperpendek menjadi 6 atau 7 minggu.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan program yang teratur sejak umur doc
sampai umur 4 minggu, yaitu terhadap Tetelo dan cacar ayam. Pemberian antibiotika
dalam air minum atau dalam makanan pada umur 3 -5 hari.
Pemberian coccidiostat dalam makanan selama pemeliharaan 0 – 56 hari, untuk
mencegah penakit coccidiosis.
Kebersihan kandang dan kandang perlu diperhatikan setelah suatu flock selesai
dijual. Kotoran ayam ditumpuk disuatu tempat yang disinari matahari agar dapat dijadikan
pupuk.
Makanan dan minuman diberikan ad libitum (sesuka ayam dapat makan /minum).
Namun pengisian tempat makanan tidak boleh penuh, untuk mencegah tumpah kelantai.
Ayam yang kelihatan penyakitan sebaiknya segera diafkir.
Indikator efisiensi usaha adalah :
93
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Feed Gain Ratio (FGR), yaitu perbandingan antara jumlah ransum yang digunakan dari
doc s/d dijual (untuk suatu flock) dengan berat badan yang dicapai.
Misalkan ransum yang digunakan 15450 kg dan berat badan flock yang dicapai 6175 kg.
Jadi FGR = = 2,5
Biaya makan per kg broiler
Pada (1), 1 kg broiler dihasilkan oleh 2,5 kg ransum. Kalau harga ransum = Rp. 200/kg,
maka biaya makanan per kg broiler = 2.5 x Rp. 200 = Rp. 500.
Biaya produksi per kg broiler
Karena diketahui bahwa biaya ransum merupakan 75 % biaya produksi broile, maka dari
(1) dan (2), biaya produksi 1 kg broiler =
x Rp. 500 = Rp. 665.
Masukan fisik
DOC
DOC yang dibeli hendaknya 5 % labih banyak dari jumlah broiler yang direncanakan.
Makanan Ternak
1) Starter ( 0 – 4 minggu) = 1.21 kg/ekor2) Finisher (5 – 8 minggu) = 1.92 kg/ekor
Kandang
1 ST = 100 ekor broiler = 15 m2 luas kandang, yang terdiri dari:
1. Kandang pemanasan doc sampai umur 3 hari = 3 m2
2. kandang pemanasan sampai umur 4 minggu = m2
3. kandang pembesaran sampai 8 minggu = 8 m2
Gudang Makanan = 10 % luas kandang
Freeder : 1 bulan/100 – 250 ekor
Weterer : 1 bulan/ 100 – 250 ekor
Tenaga Kerja
1 ST = 33.6 HK/th atau 5.16 HK/ 8 minggu
154506175
10075
94
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pengobatan
1 ST = 1 unit /½ th
Lain – Lain
1 ST = 1 unit /½
HASIL FISIK
Produksi broiler per 2 bulan atau 5 kali setahun karkas broiler dihitung 75% berat
badan hidup. Produksi pupuk kandang
1 st = 3 ton pupuk kandang 1 th
Tabel 18. Model Proyeksi Produksi Broiler
Keterangan tanpa Dengan proyekProyek ( th 0) Tahun 1 Tahun 2
Komposisi flockBroiler (0 – 8 m)
PembelianDoc (dibeli)Doc (didapat) x)
MortalitasBroiler ( 0 – 8 m)
PenjualanBroiler
Koefisien teknisUmur beli (h)Umur pasar (m)Batch per tahun (ji)Mortalitas (%)
Konsumsi ransum:Starter ( 0 – 5 m ) kg/ekorFiniser ( 0 – 5 m) kg/ekorBerat hidup pada 8 m (kg/ekor)Rasio konversi ransum
4000
2000020400
1020
19380
1855
1.451.801.30
2.5 : 1
8000
3600036720
1836
34884
185/4xx)
5
1.451.801.302.5 : 1
8000
4000040800
2040
38760
1855
1.451.801.302.5 : 1
x) 2 % dari jumlah dibeli bebas biayaxx) 5 batch di kandang lama dan 4 batch di kandang baru pada tahun 1.
Asumsi yang digunakan dalam usaha ini adalah sebagai berikut.
• Skala usaha 100 ekor ayam selama 3 bulan
95
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
• Tingkat mortalitas ayam (DOC) sebesar 10%
• Harga jumlah ayam untuk jantan rp 17.500.00 dan betina rp 20.000.00
• Bunga bank 2%/bulan
1. Biaya investasi
Uraian Jumlah (rp)
Kandang boks
Kandang baterai 50 kotak
80.000.00
500.000.00
Total 580.000.00
2. Biaya operasional produksi selama 100 hari
Uraian Jumlah (rp)
- DOC 100 x rp 3.000 300.000.00
- Biaya pakan 100 x 2.5 kg x 1.700 425.000,00
- Biaya pemeliharaan kandang rp
12.000.00/bulan
36.000.00
- Biaya vaksin 100 x rp 26 x 3 kali 7.800.00
- Jamu ternak 22.800.00
- Mortalitas DOC 10% 30.000.00
- Biaya tenaga kerja 45.000.000
- Listrik rp 4.500.00 x 3 bulan 9.000.000
- Bunga bank 2% bulan x 3 x rp
868.600.00
52.116.00
Total biaya 927.716.00
3) penerimaan
Produksi daging ayam Harga (Rp/ekor) Jumlah (rp)
45 ekor jantan x 0.9 kg
45 ekor betina x 1 kg
17.500.00
20.000.00
708.750.00
900.000.00
Total 1.608.750.00
4) analisis usaha
a. laba/rugi
laba = Rp 1.608.750.00 – Rp 927.716.00
= Rp 681.034.00
96
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Usaha ayam buras pedaging dengan skala usaha 100 ekor selama 3 bulan
menghasilkan keutungan sebesar rp 681.034.00
b. Return Cost Ratio (R/C)
Rp 1.608.750.00
R/C = = 1.73
Rp 927.716.00
Berdasarkan hasil analisi R/C bahwa usaha ayam buras pedaging layak untuk
diusahakan dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1.73 > 1. Nilai R/C 1.73, artinya
bahwa setiap Rp 1.000.00 biaya yang dikeluarkan, akan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp 730.00.
d. Break event point (BEP)
Rp 927.716.00
BEP produksi = = 49.5 (dibulatkan 50 ekor)
Rp 18.750.00
RP 927.716
BEP harga = = 10.307.95
90 ekor
Usaha ayam buras pedaging tidak mengalami kerugian dan tidak memberikan
keuntungan jika jumlah ayam buras yang diusahakan sebanyak 50 ekor atu harga jual ayam
buras rata – rata hanya rp. 10.307.95 ekor.
97
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Usaha Ternak Ayam Petelur
Satuan Ternak (ST)
100 Ayam dewasa ( umur > ½ th ) = 1 ST
200 Ayam muda ( umur 1/6 – ½ th ) = 1 ST
400 Anak ayam ( umur < 1/6 th ) = 1 ST
Syarat Day Old Chick (DOC)
Berasal dari usaha Bibit (Breeding Farm), atau perusahaan bibit yang sudah ada
izin dan bebas penyakit, terutama pulorum. Strain Final stock yang sudah dibeli, sudah
jelas kapasitas produksi telurnya, daya tahan terhadap penyakit, dan masa produksinya.
Strain Final Stock yang terkenal :
Hy-Line, Harco, Rosella, Kimber, Super Harco, Babcock, Hysex, Kimbrown, Star Cross,
Shaver.
Mortalitas DOC telah diketahui (maksimum 10%). DOC yang dibeli sudah
melewati sexing, sehingga harus 100% betina.
Faktor Pengelolaan Produksi
Masa Pemanasan (brooding) berlansung sejak anak ayam umur sehari (DOC)
sampai umur 8 minggu. Masa pembesaran anak ayam mulai dari umur 9 minggu sampai
umur 20 minggu (growing). Masa pemeliharaan ayam petelur mulai dari umur 21 minggu
hingga di afkir (75 minggu). Produksi telur asih berlangsung sesudah umur 75 minggu,
namun penurunan produksi terjadi sebesar 20 – 25 %. Perpanjangan masa afkir hanya
dianjurkan pada waktu harga telur tinggi dan harga ransum rendah.
Lama penyinaran cahaya diperlukan untuk stimulasi produksi layer minimum 14
jam sehari. Stock doc pengganti ayam afkir (replacement stock) diatur pembeliannya setiap
21 minggu sekali.
Lantai kandang system litter, perlu digunakan dengan bahan yang tidak
memproduksi debu, atau bahan yang dapat menyerap air. Kandang ayam diubah menjadi
petek-petek per 500 – 1000 ekor per petek (yang juga disebut flock), untuk memudahkan
evaluasi produksi, konsumsi ransum dan menghindari risiko kematian akibat penyakit.
Ayam layer yang muda memperlihatkan sifat cannibal, perlu digunting 1/3 paruh atas
(debeaking).
98
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Teknik pemberian ransum dan air minum adalah dua kali sehari. Sedangkan
program pencegahan penyakit harus teratur dilakukan untuk Tetelo, cacar ayam dan
Coccidiosis.
Persentasi rata-rata ayam bertelur setiap hri (Hen Day) sebaiknya70 % atau lebih,
tapi hendaknya jangan kurang dari 60%, dhitung mulai berproduksi sampai dengan
diafkirnya suatu kelompok (flock).
Kotoran ayam yang diperoleh setiap kali suatu flock selesai produksi dan diafkir,
ditimbun pada suatu lokasi untuk pupuk.
Indikator efisiensi usaha adalah :
Konversi Ransum
Feed Egg Ratio (FER) = jumlah ransum yang dikonsumsi mulai doc sampai diafkir (dari
suatu flock) dibagi dengan jumlah telur yang dihasilkan.
Misalnya : Konsumsi ransum = 1027 ton, produksi telur = 285 ton,
FER = =3,76
Biaya makanan per kg telur.
Dari FER di atas (1), 1 kg telurdihasilkan oleh 3,76 kg ransum. Kalau 1 kg ransum = Rp.150, -- maka biaya makanan = 3,76 x Rp.150,-- = Rp. 564, --
Biaya Produksi per kg telur.
Diketahui bahwa biaya ransum = 70 % biaya produksi telur. Jadi biaya produksi 1 kg telur
= x Rp.564,- = Rp.806,--
Kaidah Jempol (Rule of Thumb).
Agar suatu usaha layer masih tetap untung, harga telur per kg harus lebih dari 5 kali harga
ransum per kg.
MASUKAN FISIK
DOC :
DOC yang dibeli hendaknya 10 % lebih banyak dari jumlah layer yang direncanakan.
Makanan Ternak
(1) Starter ( 0-8 minggu ) = 2 kg/ekor
1027285
10070
99
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
(2) Grower ( 9-20 minggu ) = 10 kg/ekor
(3) Layer ( 21 – 75 minggu ) = 40 kg/ekor
Kandang ( Sistem Litter )
1 ST = 100 ekor layer = 45 m2 luas kandang, yang terdiri dari :
(1) Kandang pemanasan = 9 m2
(2) Kandang pembesaan (growing) = 18 m2
(3) Kandang petelur (laying) = 18 m2
Untuk kandang system Battery
1 ST = 100 ekor layer = 20 m2 luas kandang, yang terdiri dari :
(1) Kandang pemanasan (brooding) = 5 m2
(2) Kandang pembesaan (growing) = 7 m2
(3) Kandang petelur (laying) = 8 m2
Gudang Makanan
(1) Sistem litter, 10 % luas kandang
(2) Sistem battery, 20 % luas kandang
Alat Pemanas DOC (Brooder)
Per 200 doc = 1 buah brooder kecil
Per 1000 doc = 1 buah brooder besar
Brooder, hanya pada system litter, pada system battery, kotak tempat doc sudah berfungsi
sebagai brooder, tinggal pemanasan saja.
Feeder ( Tempat Makan )
DOC – 4 buah/100 doc
Grower – 4 buah/100 ekor
Layer – 5 buah/100 ekor
Waterer ( Tempat Minum )
(1) DOC : 1 buah a 5 1/100 doc
(2) Grower : 4 buah a 5 1/100 ekor
(3) Layer : 4 buah a 5 1/100 ekor
Tenaga Kerja
1 ST (100 layer) atau
(200 ayam nuda) atau (400 anak ayam) = 59,2 HK/th.
100
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pengobatan
1 ST = 1 unit/th.
Lain-lain
1 ST = 1 unit/th.
HASIL FISIK
Produksi Telur selama 12 – 13 bulan
Ayam afkir,
Pupuk kandang 1 ST = 4 ton/th.
Tabel 19. Model Proyeksi Produksi Telur
KeteranganTanpa Proyek Dengan Proyek
(Th 0) Th 1 Th 2 Th3Komposisi Flock akhir thJumlah PetelursebelumnyaPetelur yang ditambahkanJumlahRata-rata Petelur/thPembelianDocMortalitasAnak Ayam & GrowersPetelurJumlah MortalitasPenjualanPetelur AfkirTelurKoefisien TeknisUmur Beli (h)Masa Bertelur (bl)Umur Pasar (th)Hen day (%)Konsumsi Ransum(Starter 0 – 6 m(kg/ekor)(Grower 6 – 26 m(kg/ekor)(Layer 26 – 104 m(kg/ekor)Mortalitas :Anak ayam & Grower (%)Layer (%) x)
6671.3331.8001.700
1.500
166400566
934372.300
118
260
21040
1123.5
20001.1333.1331.700
3.000
333400733
934372.300
118
260
26040
1123.5
20003400
5.4003.533
4.500
500800
1.300
934773.727
118
260
26040
1122.6xx)
20003400
5.4005.100
4.500
5001.2001.700
2.8001.116.900
118
260
26040
1123.5
x) Termasuk Culling
xx) Pada masa Transisi
101
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
c) Analisa Biaya Dan Pendapatan Usaha Sapi Perah
SATUAN TERNAK (ST)
Sapi dewasa ( > 2 th) = 1 ST
Sapi muda ( 1 – 2 th) = ½ ST
Anak sapi ( < 1 th) = ¼ ST
SYARAT BIBIT
Umur 1 ½ th ( 2 sampai 4 gigi seri berganti) keadaan tak gemuk, berbentuk seperti
gergaji, sempit di depan, lebar di belakang ( untuk betina), sehat tak bercacat. Pd
FH murni, lihat pedigree (silsilah).
PERKEMBANG BIAKAN
Siklus berahi 21 hari, lama berahi 2 – 3 hari
Masa bunting : 9 bulan
Masa kering kandang : 1 – 2 bulan
Pemberian air susu pada anak sapi maksimum selama 4 bulan untuk anak betina, 2
bulan untuk anak jantan, jumlah susu = 10 % dari berat badan.
Umur afkir induk/pejantan : 8 – 10 tahun
Umur jual anak jantan 1 ½ - 2 bulan
Bila dibesarkan, 1 ½ - 2 th.
Sex ratio kelahiran anak jantan/ betina = 1/1
Masa produktif (menghasilkan susu) induk, umur 3 – 10 tahun.
Mortalitas
Ternak Dewasa ( > 2 th) = 1 – 2 %/ th
Ternak Muda ( 1 – 2 th) = 4 %/ th
Anak ( < 1 th) = 5 – 8 %/ th
Calf crop : 60 – 90 %/ th.
102
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
FAKTOR PENGELOLAAN PRODUKSI
Jumlah induk laktasi harus > 80% dari jumlah induk. Masa laktasi 9 – 10 bulan,
sebaiknya 300 hari/th.
Interval beranak : 12 – 13 bulan
Produksi rata-rata sehari :
Sapi Hissar : 3 – 8 1
Sapi Grati/ FH Lokal : 6 – 10 1
Sapi FH Murni :11- 10 1
Tempat usaha FH murni sebaiknya pada daerah 500 m di atas permukaan laut atau
lebih.
Kebersihan kandang, ternak, alat susu dan kesehatan ternak adalah menentukan
kwalitas air susu, di samping ransum yang baik. Berat jenis air susu minimum
1,0280 (Melk Codex).
MASUKAN FISIK
Makanan ternak
1 ST = 35 kg rumput/ hijauan segar/sehari (10 % berat induk) atau 10.5 kg bahan
kering/ sehari (3 % berat badan).
Konsentrat : 1,4 kg/hari (0,4 % berat badan) atau 1 ST ( induk) = 1,4 kg/ hari.
Untuk induk laktasi :
Selain ransum di atas, perlu tambahan konsentrat untuk setiap liter susu = 0,4 kg
konsentrat.
Kandang
1 ST (Sapi local, Grati Hissar) = 3m2 luas kandang
1 ST (Sapi FH Murni) = 5m2 luas kandang
Tenaga Kerja
1 ST = 15,9 HK/ th ( Usaha intensif)
1 ST = 6,9 HK/ th ( Usaha extensive)
103
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pengobatan
1 ST = 1 unit/ th
Breeding
1 ST (induk) = 2 unit/ th
Peralatan susu
1 ST ( induk) = 1/5 unit / th
(Milk can bervolume 10 – 20 liter)
Lain- lain
1 ST = 1 unit/th.
HASIL FISIK
Hasil produksi susu (dikurangi pemberian pada anak sapi, dan rusak ½%)
Anak sapi jantan 2 bulan (Sapi jantan muda 1 ½ - 2 th bila dibesarkan)
Induk tua/ Afkir
Jantan tua/afkir (bila tak memakai A1)
Pupuk kandang 1 ST = 4 ton/th.
Tabel 20. Proyeksi Sapi Perah (Fh) 10 Induk Awal + Ib (Tanpa Pre – Proyek)
Tahun 1 2 3 4 5 6 7IndukAnak betinaAnak jantanDara 1 thDara 2 th
Jumlah ternak
Satuan ternak (ST)
PenjualanAnak jantanSusu (1000 1)Induk tua
Sisa ternak
10 10 10 10 14 14 14- 4 3 4 5 5 5- 3 4 3 5 5 5- - 4 3 4 5 5- - - 4 3 4 5
10 17 21 24 31 33 34
(10) (11.75) (13.75) (15.25) (20) (21)(21.5)
- 3 4 3 5 5 5- 24.7 24.9 24.7 35.8 35.9
35.8- - - - 3 4 3
10 14 17 21 23 24 26
104
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Koefisien Teknis
Umur induk Awal = 1.5 th
Persentasi Induk Laktasi = 90 %
Umur jual anak sapi jantan = 2 bl
Umur Afkir induk = 5 th
Sex rasio anak = 1/1
Net Calf Crop = 70 %/ th (th 1 = 0 %)
Masa laktasi (mulai th 2) = 300 h/th
Rata-rata produksi susu induk = 10 1/hari
Penggunaan susu untuk anak betina = 2.5 1/ hari/ekor/selama 4 bl
Penggunaan susu untuk anak jantan = 2.5 1/ hari/ekor selama 2 bl
Susu yang rusak = 0,5 %/th
Keterangan Calf Crop
Gross Calf Crop = 90 %
Mortalitas Dewasa (2 %) 8 %
“ pre sapihan = 8 %
“ post sapihan = 4 %
Jumlah = 20 %
Net calf Crop = 70 %
105
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Tabel 21. Proyeksi sapi perah (fh) 5 induk awal + 5 induk tambahan + ib (dengan pre –proyek)
Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7IndukAnak betinaAnak jantanDara 1 thDara 2 th
Jumlah ternak
Satuan ternak (ST)
PenjualanAnak jantanSusu (1000 1)Induk tua
Sisa ternak
5 5+5 12 12 13 15 16 195 2 4 4 5 5 5 72 2 4 4 4 5 6 62 2 2 4 4 5 5 5- 2 2 4 4 4 5 5
11 18 24 28 30 34 37 42
(7.75) (13) (16) (18) (19.25) (22) (23.75) (27.25)
2 2 4 4 4 5 6 611 11 30.6 30.8 33.7 36 38.3 50.4
- - 2 3 2 3 2 3
9 16 18 21 24 26 29 33
Koefisien Teknis
Umur induk pre proyek = 3 th
Persentase Induk Laktasi = 90 %
Umur Awal Induk Tambahan = 1.5 th
Umur juan anak sapi jantan = 2 bl
Umur afkir induk = 5 th
Net calf crop = 70 %/ th
(bagi induk tambahan, th 1 = 0 %)
= 300 h / th
Rata-rata produksi susu / induk = 10 / hari
Penggunaan susu untuk anak betina = 2.5 1/ ekor/hari, selama 4 bl
Penggunaan susu untuk anak jantan = 2.5 1/ekor, selama 2 bl
Susu yang rusak = 0.5 %/ th
Setiap usaha peternakan bermaksud untuk memperoleh suatu keuntunga, termasuk
usaha ternak sapi perah.
Untuk bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, setiap peternak harus
berjuang kepada prinsip ekonomi, yakni mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
106
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
dengan biaya yang sekecil mungkin. Maka sabagai seorang peternak yang menginginkan
suatu keuntungan tentu saja harus mengerti harga pokok per liter air susu yang dihasilkan,
sehingga peternak bisa menentukan harga penjualan susu.
Lebih lanjut, di bawah ini akan diberikan contoh perhitungan biaya pokok per liter
susu secara praktis, agar para peminat bisa mudah menghayati dan mempraktekkan.
Misalnya :
1. Harga seekor sapi yang siap diperah Rp 350.000,-2. Biaya kandang seekor sapi Rp 150.000,-3. Seorang karyawan sanggup memelihara 5 ekor
Sapi dengan gaji Rp 25.000,-Jadi ongkos karyawan per ekor/ bulan= Jadi 1/5 x Rp 25.000,- Rp 5.000,-
4. Ongkos perawatan dan alain-lain Rp 2.500,-
5. Produksi rata-rata per hari 10 liter
6. Bahan makan yang disediakan 50 kg rumput
3 kg dedak
2 kg bungkil kelapa
50 kg tepung tulang
50 kg NaCl
Maka perhitungan harga poko per liter air susu adalah sebagai berikut :
1. Makanan per hari/ekor :
50 kg rumput a Rp 5,- Rp 250,-
3 kg dedak a Rp 40,- Rp 120,-
2 kg bungkil kelapa a Rp 110,- Rp 220,-
50 kg tepung tulang a Rp 125,- Rp 6,25,-
50 gr Nacl a Rp 40,- Rp 2,-
Jumlah Rp 598,25,- Rp 598,25
2. Karyawan :
Per hari = Rp 5000,- Rp 166,60
107
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
3. Ongkos perawatan dan lain-lain
Per hari = Rp 2500,- Rp 83,30,-
30
4. Harga per ekor sapi perah Rp 350,000,-Dapat dipakai selama 5 tahunPenyusutan per hari
= 1 x Rp 350.000,- Rp 191,80,-
5 x 365 = 1825
5. Biaya kandang yang bisa dipakai 5 tahunDengan biaya Rp 150.000,- per hari
= 1 x Rp 150.000,-Rp 82,20
5 x 365Jadi biaya untuk memproduksi susu 10 liter adalah= Rp 1.122,15
10 Rp 122,215,-
Denga diketahuinya harga produksi per liter susu, maka peternak tentunya akan
menjual diatas biaya pokok.
Untuk analisi usaha peternakan lainnya, disajikan secara singkat dalam table 22.
108
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Table 22. Beberapa Analisis Usaha Peternakan
Jenisusaha
Total biaya Penerimaan(rp)
Keutungan(rp)
R/C B/C Asumsi
Sapi perah 176.936.800.00 206.493.600.00 32.807.360.00 1.16 0.18 - skala usaha 10 ekor sapi selama 7 tahun- pendapatan diperoleh dari penjualan susu (15 liter/hari),pedet, sapi apkir, dan pupuk kandang
Itikpetelur
32.692.458.00 54.187.500.00 21.495.042.00 1.65 0.65 - skala usaha 500 ekor ayam buras selama 2 tahun-pendapatan diperoleh dari penjualan telur dan itik apkir
Ayam raspedaging
256.893.000.00 321.450.000.00 64.557.000.00 1.25 0.25 -skala usaha 1000 ekor ayam ras selama 30 periode produksi (1 =40 hari)- pendapatan dipeorleh dari penjualan daging dan kotoran ayam
Ayam raspetelur
27.253.164.00 71.968.000.00 44.174.836.00 2.64 1.64 -skala usaha 500 ekor ayam selama 2 tahun-pendapatandiperoleh dari penjualan telur,ayam apkir,dan kotoran ayam
Ayamburaspetelur
11.892.281.00 18.782.955.00 6.890.674.00 1.47 0.58 - skala usaha 100 ekor ayam buras selama 2 tahun-pendapatan diperoleh dari penjualan telur dan ayam apkir
109
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
PENUTUP
SOAL LATIHAN
1. Susunlah aliran cas (Cash Flow) suatu usaha peternakan !2. Mengapa aspek financial sangat penting untuk diketahui dalam mengelola
usaha peternakan ?
DAFTAR BACAAN
Widjaja K. dan Abdullah S., 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras Dan Buras. PenebarSwadaya: Jakarta
Sudaryani T. dan Santosa H., 1995. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Di Kandang Baterai.Penebar Swadaya: Jakarta
Suharno B. 1995. Agribisnis Ayam Ras. Penebar swadaya: Jakarta.
Soeprapto H, dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro mediaPustaka. Jakarta.
Santosa Undang. 2007. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.Jakarta.
Rasyaf, M. 1991. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
AAK. 2006. Sapi Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Produksi Telur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.
110
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
BAB IXKEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP USAHA PETERNAKAN
SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat memberikan argumentasi tentang kebijakan pemerintah terhadap usaha
peternakan
STRATEGI PEMBELAJARAN
• Tugas
• Presentasi
DESKRIPSI MATERI
Materi ini menjelaskan tentang Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Peternakan
yang meliputi :
a. Sinkronisasi produksi dan pemasaran
b. Potensi usaha peternakan Sul-Sel dan Globalisasi Ekonomi
PENDAHULUAN
Bagi para pelaku usaha peternakan, pemerintah diharapkan berperan aktif dalam
memberikan bantuan dan kemudahan menjalankan usaha. Memang diakui bahwa kebijakan
pemerintah di sector peternakan dimaksudkan untuk menciptakan kondisi usaha yang
kondusif agar para investor mau menanamkan modalnya.
Dalam rangka mendukung perkemangan usaha dan investasi di sector peternakan,
pemerintah telah menyusun berbagai langkah kebijakan. Antara lain memacu
pembangunan peternakan dengan meningkatka perannya sebagai penghasil protein hewani
bernilai tinggi melalui peningkatan produksi ternak, pengamanan ternak, penyediaan
kredit, dan penyuluhan. Meningkatkan kesejahteraan peternak melalui peningkatan
pendapatan yang diperoleh dari peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya
masyarakat peternak.
Dengan program pemerintah telah mengeluarkan kebijakan berupa penepatan
sentra-sentra peternakan, terutama di kawasan timur Indonesia seperti Sentra-sentra
produksi bibit dan pakan. Realisasi dari program tersebut yaitu dibangunnya pusat
pembibitan dan budidaya ayam buras serta pabrik pakan di 71 kabupaten pada 18 propinsi.
Sampai dengan tahun 2000 pemerintah telah mampu menjangkau 649 kelompok peternak
dengan melibatkan kurang lebih 16.000 rumah tangga peternak. Pemerintah juga
111
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
memberikan peluang kepada para pelaku peternakan untuk memenfaatkan kredit program
dan nonprogram dalam berbagai pola kemitraan.
Khusus kepada investor yang ingin menenanamkan modalnya dalam pembibitan
ternak potong,pemerintah mengupayakan pemberian fasilitas khusus. Pemberiaan fasilitas
khusus ini, terutama pada peternakan babi, sapi perah, sapi potong, ayam broiler, itik, dan
pakan ternak. Kegiatan investasi di subsector peternakan dapat dilakukan dengan dua
macam, yakni didasarkan pada PMA dan PMDN serta nonfasilitas. Hasil dari program
tersebut diantaranya telah dimlainya ekspor obat hewan, ternak potong, telur tetas, dan itik
ke berbagai Negara. Antara lain telah di ekspor itik ke timur tengah serta daging sapi dan
kambing ke Malaysia, filiphina, dan timur tengah.
Kebijakan lain yang patut diperhitungkan oleh para investor adalah izin mendirikan
usaha.pemerintah telah mengeluarkan ketetapan tentang pemberiaan izin usaha
berdasarkan jenis ternak dan skala usahanya. Ini dimaksudkan agar pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya tidak mengalami kendala dan hambatan.
URAIAN MATERI
A. Sinkronisasi Produksi Dan Pemasaran
a. Pola Pemasaran
Pola pemasaran merupakan jalur distribusi suatu produk dari produsen melalui
beberapa pelaku pemasaran hingga sampai ke konsumen. Secara umum produk peternakan
memiliki tiga pola pemasaran, yaitu pola pemasaran melalui koperasi, kemitraan (PIR),
dan umum
1. Pola Pemasaran Melalui Koperasi
Pola ini menggunakan koperasi sebagai saluran untuk memasarkan produk
peternakan sekaligus sebagai tujuan pemasaran. Pola ini digunakan oleh para peternak
yang menjadi anggota koperasi. Keuntungan dari pola ini adalah peternak tidak perlu lai
mencari tempat untuk memasarkan produknya, karena semua produk peternakan yang
dihasilkan akan ditampung oleh koperasi.
Bagi peternak yang ingin menggunakan pola pemasaran melalui koperasi sebagai
tempat memasarkan produknya terlebih dahulu harus menjadi anggota koperasi. Pola
pemasaran produk peternakan melalui koperasi banyak ditempuh oleh para peternak
sapi perah. Para peternak sapi perah tersebut menggunakan Gabungan Koperasi Susu
112
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Indonesia (GKSI) sebagai tempat pemasaran susu segar yang dihasilkannya.
Selanjutnya, oleh pihak koperasi tersebut diolah menjadi produk olahan berupa susu
siap konsumsi atau susu segar tersebut disalurkan ke industry pengolahan susu pola ini
dapat dikembagkan untuk semua jenis produk peternakan.
2. Pola pemasaran melalui kemiraan/PIR
Dalam pola kemitraan antara peternak dengan industry peternakan, peternak
sebagai plasma memiliki keterikatan dengan perusahaan/ industry sebagai inti. Pihak
peternak harus menjual produknya ke perusahaan inti sesuai dengan perjanjian.
Sebelumnya, pihak inti telah menentukan standar mutu produk yan harus dihasilkan
oleh peternak.
Pola ini telah banyak dilakukan oleh perusahaan peternakan ayam ras pedaging atau
ayam ras petelur. Pihak perusahaan bekerja sama dengan pihak peternak. Biasanya
perusahaan peternakan ayam tidak mampu memenuhi permintaan pasar dengan skala
usahanya sendiri, sehingga harus bekerja sama dengan peternak untuk memenuhi
permintaan tersebut. Dalam pola ini pihak perusahaan biasanya menyediakan DOC dan
pakan untuk dikelola oleh peternak, kemudian hasilnya dijual ke perusahaan.
3. Pola pemasaran umum
Pola ini adalah pola pemasaran yang berlangsung secara alami. Biasanya pola ini
banyak dilakukan oleh peternak yang ingin berusaha sendiri memasarkan produknya.
Peternak dapat menjual langsungke konsumen, pedagang besar, atau ke pasar-pasar
yangtelah ada.
Untuk memperjelas pandangan tentang pola pemasaran produk-produk peternakan,
berikut ini beberapa produk peternakan dengan pola pemasaran masing-masing.
a) Pola pemasaran sapi potong
Pola 1.
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- konsumen
Pola 2.
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- rumah pemotongan
hewan ---------- eksportir/ konsumen
Pola 3.
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- rumah pemotongan
hewan ---------- industry pengalengan daging --------- eksportir/ konsumen.
113
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
b) Pola pemasaran susu sapi
Pola 1.
Peternak/produsen ------------ koperasi ----------- konsumen
Pola 2.
Peternak/produsen ------------ koperasi ----------- industry pengolahan susu -------
--- eksportir/konsumen
Pola 1.
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul ------------- industry
pengolahan susu ---------- eksportir/konsumen
c) Pola pemasaran ayam ras pedaging
Pola 1.
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- konsumen
Pola 2.
Peternak/produsen (industry peternakan ayam ras pedaging) -------- industry
pemotongan hewan ----------- industry pengalengan ------------
eksportir/konsumen
Pola 3.
Peternak/produsen ------------ koperasi ----------- eksportir/konsumen
d) Pola pemasaran ayam ras petelur
Pola 1.
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- pedagang besar -------
---- konsumen
Pola 2.
Peternak/produsen (industry peternakan ayam ras pedaging) --------
eksportir/konsumen
Pola 3.
Peternak/produsen ----------- koperasi ------------ konsumen
e) Pola pemasaran domba/kambing
Pola 1.
Peternak/produsen ----------- konsumen
Pola 2.
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- konsumen
Pola 3.
114
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- rumah pemotongan
hewan ------------- eksportir/konsumen
b. Strategi Pemasaran Produk Peternakan
Prinsip dasar pemasaran produk peternakan adalah menguntungkan produsen dan
konsumen. Untuk itu, diperlikan strategi yang tepat bagi produsen dalam menghasilkan
produk yang berkualitas prima serta aman dikonsumsi dengan memperhatikan standard an
harga sesuai keinginan konsumen
Pada umumnya pemasaran produk peternakan masih dilakukan secara tradisional,
yaitu dijual begitu saja tanpa memperhatikan penanganan seperti seleksi produk dengan
menggunakan standar mutu, kebersihan, dan kontinutas. Dalam system pemasaran
tradisional, kualitas produk belum memegang peranan penting dan control produk
sepenuhnya oleh produsen. Dalam pemasaran dengan menggunakan pola yang lebih
modern, standar kualitas dikontrol sepenuhnya oleh konsumen.
Sebelum memasarkan produk peternakan, ada tiga hal yang harus dikuasai yaitu
memahami struktur pasar, penampilan produk, dan pelaksanaan pemasaran. Struktur pasar
menyangkut berbagai pengetahuan antara lain pertumbuhan pasarnya, teknologi
pemasarannya, jumlah produsen dan konsumen serta peraturan-peraturan yang menyangkut
keluar masuknya komoditas. Semuanya itu sangat menentukan tinggi rendahnya harga dan
jumlah barang yang bisa tersedia setiap kali diperlukan.
Sebagai contoh, daging domba atau kambing mempunyai struktur pasar yang
berbeda dengan daging sapi/ kerbau ataupun ayam. Konsumen daging kambing masih
terbatas sehingga dari segi kuantitasnya juga terbatas. Daging domba selain mendominasi
rumah makan atau warung-warung sate, juga paling banyak dikonsumsi rumah tangga.
Namun, hal ini juga menjadi keuntungan bagi peternak kambing karena dengan
keterbatasan tersebut, harga daging kambing menjadi relative lebih mahal dan stabil dalam
perubahan harga.
Kelemahan produk peternakan Indonesia adalah kurangnya perhatian produsen
dalam bidang pemasaran. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pemasaran seperti
penyimpanan, pengangkutan dan penjualan sering tidak berjalan sejajar. Akibatnya
efisiensi pamasarannya menjadi lemah. Penguasaan informasi pasar juga sangat kurang,
terutama mengenai harga pada saat tersebut. Informasi pasar yang lengkap, akurat, dan
115
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
adanya upaya terus-menerus untuk memantau perkembangannya akan memberikan
manfaat yang sangat besar. Manfaat yang bisa diperoleh antara lain sebagai berikut,
• Dapat digunakan untuk mengatur kegiatan produksi (meningkatkan/
mengurangi produksi)
• Diversifikasi usaha yang masih berkaitan dengan usaha pokok.
• Menciptakan sisitem pengadaan dan penyaluran barang yang lebih efektif
hingga dicapai tingkat harga yang layak.
• Dapat menjamin kesinambungan produksi.
Dalam pemasaran yang paling penting adalah pihak produsen memiliki kekuatan
menentukan harga secara layak.harga jual produk peternakan lebih banyak ditentukan oleh
penanganan produk yang berdampak pada mutu. Semakin baik mutu produk yang
dihasilkan semakin baik pula harga yang akan diterima peternak.
B. Potensi Usaha Peternakan Sul-Sel Dan Globalisasi Ekonomi
1. Potensi Usaha Peternakan Sul-Sel
Sulawesi Selatan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak
sapi karena didukung oleh sumber daya alam (lahan, pakan), sumber daya manusia, serta
peluang pasar yang memadai. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar yang
cerah. Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani-peternak, usaha ternak sapi
juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan antarprovinsi dan
antarpulau, antara lain ke Maluku, Papua, Jawa (Jakarta), dan Kalimantan Timur
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Peternakan telah melakukan
berbagai langkah untuk mengembangkan peternakan di wilayah tersebut. Satu dari
kebijakan tersebut adalah memberikan bantuan ternak sapi maupun modal kepada
kelompok petani-peternak. Dalam upaya mengembangkan kawasan integrasi ternak sapi-
tanaman, misalnya, pemerintah memberikan bantuan dana kepada kelompok melalui
Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi
Sulawesi Selatan).
Di Sulawesi Selatan, sapi dipelihara secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal
dengan sistem integrasi tanaman ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti
(2007), usaha ternak sapi tanaman dapat memberikan dampak budi daya, sosial, dan
ekonomi yang positif. Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman cukup besar
sepanjang tahun sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan dari luar dan
menjamin keberlanjutan usaha ternak (Priyanti 2007).
116
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pola integrasi tanaman-ternak di Sulawesi Selatan yang dijumpai adalah integrasi
sapi-jagung dan integrasi sapi-kelapa. Sistem integrasi merupakan penerapan usaha tani
terpadu melalui pendekatan low external input antara ternak sapi dan tanaman (Priyanti
2007).
Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan
hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain
menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sistem
integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga dengan mengolah kotoran sapi
menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya dapat dijual kepada petani lain atau
masyarakat yang membutuhkannya. Usaha tani integrasi menerapkan pendekatan sistem
dalam satu kesatuan daur produksi (Priyanti 2007).
Dalam penelitiannya,Suwandi (2005) dan Priyanti (2007) mengkaji sistem integrasi
tanaman-ternak sapi potong. Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem integrasi
ternak sapitanaman dapat meningkatkan pendapatan petani (Sariubang et al. 2003;
Suwandi2005; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007).
Di Sulawesi Selatan sapi yang biasa dipelihara dalam sistem integrasi adalah sapi
“dwi fungsi”, yaitu sebagai penghasil daging sekaligus ternak kerja. Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah sistem integrasi sapi-jagung dan sapi-kelapa dapat memberikan
insentif bagi petanipeternak di wilayah tersebut.
Akan tetapi luas lahan padang penggembalaan di Sulawesi Selatan menunjukkan
kecenderungan semakin berkurang. Dengan demikian produktivitas padang
penggembalaan sebagai basis ekologi penyedia hijauan bagi ternak ruminansia juga
mengalami penurunan. Hasil estimasi produksi hijauan padang penggembalaan sebesar
4,905,804 ton, dan dapat menyediakan hijauan untuk ternak ruminansia sebesar 384,016
ST. Jika dibandingkan dengan populasi ternak ruminansia di Sulawesi Selatan sebesar
576.701 ST, maka daya dukung tersebut jauh lebih rendah dibandingkan jumlah populasi
ternak ruminansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan hijauan dari
padang penggembalaan adalah perbaikan padang penggembalaan, pemanfaatan dan
penanaman rumput unggul dan leguminosa pohon, serta optimalisasi pemanfaatan biomas
limbah pertanian dan industri.
117
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
2. Membangun Daya Saing Agrbisnis Peternakan
Agribisnis peternakan pada awal millennium ketiga menghadapi persaingan ganda,
yaitu persaingan antar daerah sebagai konsekuensi pelaksana otonomi daerah,dan
persaingan antar Negara sebagai konsekuensi kesepakatan liberalisasi perdagangan barang
dan jasa internasional. Kata kunci dalam memenangkan persaingan tersebut adalah daya
saing (competitivenes). Pada awalnya, daya saing suatu Negara ditentukan oleh keunggulan
mutlak (absolute advantage) atau keunggulan komparatif (comparative advantage) yang
dimilikinya. Keunggulan mutlak menunjukkan kemampuan suatu Negara menghasilan
barang/jasa yang mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada Negara lain (misalnya
kekayaan alam yang melimpah), sedangkan keunggulan komparatif menunjukkan
kemampuan suatu Negara menghasilkan barang/jasa dengan harga yang relative lebih
rendah dari pada Negara lainnya. Dalam perkembangannya, daya saing lebih ditentukan
oleh keunggulan bersaing (competitive advantage) yang diciptakan suatu Negara, yaitu
kemampuannya menghasilkan barang/jasa sesuai dengan preferensi konsumen
Ada tiga kunci sebagai prime determinant (penentu utama) untuk dapat
meningkatkan daya saing suatu Negara. Pertama, produktifitas yang merupakan nilai
output yang dihasilkan oleh suatu unit sumber daya yang digunakan. Dengan konsep
pemasaran yang benar, maka produkyang dihasilkan dengan produktifitas tinggi akan
menghasilkan return on invesment (tingkat pengembalian investasi)yang tinggi, yang
selanjutnya menarik investor untuk menanamkan modalnya lebih banyak. Kedua, inovasi
(pembaharuan). Dengan inovasi dalam aspek luas akan menghasilkan produk baru, yang
selanjutnya dapat meningkatkan daya saing suatu Negara. Ketiga, segmentasi (focus).
Tidak ada suatu Negara mempunyai daya saing dalam semua industry (no nation can be
competitive in everything). Karena itu, suatu Negara harus berkonsentrasi pada salah satu
industry yang mempunyai core competence (kompetensi inti).
Selain ketiga penentu utama tersebut diatas, suatu Negara akan menunjukkan
keunggulan bersaingnya apabila suatu individu atau unit sistemnya menjadi pendukung
empat lambing keunggulan(advantage attribute) suatu Negara sebagai syarat tejadinya
national advantage (keunggulan nasional). Keempat lambing keunggulan yang oleh
Michail E. Porter (1990) disebut “The diamond of national advantage” adalah (1) kondisi
faktor produksi suatu Negara, (2) kondisi permintaan suatu domestic, (3) adanya industry
pendukung, dan (4) kondisi persaingan domestic dan strategi serta struktur perusahaan.
118
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pengalaman Negara-negara industry baru (new industrial countries) seperti korea
selatan dan Taiwan, dan Negara-negara industry maju (developed industrial countries)
seperti singapura, jepang, jerman, inggris, perancis, dan amerika serikat, yang sebagian
adalah Negara miskin sumber daya alamnya, menunjukkan bahwa kemajuan bangsa
bersumber pada produktifitas ekonomi masyarakat yang didukung oleh SDM yang
berkualitas. Indonesia empnyaikelemahan mendasar pada syarat pertama yaitu faktor
produksi (factor conditions) untuk menjadi negara dengan daya saing tinggi jika hanya
mengandalkan sumber daya alam yang melimpah. Engalaman membuktikan bahwa
meskipun memiliki kekayaan alam melimpah Indonesia adalah importir netto sarana
produksi peternakan baik bibit, bahan pakan maupun teknologinya. Bahkan, akhir-akhir ini
pengusaha dan pemerintah sering mengambil jalan pintas dengan mengimpor hasil
produksi seperti daging, susu, dan telur konsumsi, sehingga tidak saja melemahkan daya
saing tetapi juga tidak enimbulkan semangat bersaing bgi pengusaha peternakan Indonesia.
Untuk menjadi bangsa yang kompetitif, kapasitas dan mutu sumber daya manusia
(SDM) harus menjadi tumpuan.masalahnya, kualitas SDM Indonesia terus merosot
tingkatannya. Data tentang Human Development Indeks (HDI) yang disajikan oleh United
Nations for Development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat kualitas SDM
Indonesia tahun 2000 berada pada urutan 109, tahun 1999 pada urutan 105, tahun 1998
pada urutan 99. Upaya perbaikan yang harus terus dilakukan adalah melalui pendidikan
dan pelatihan untukmenciptakan sumber daya manusia terampil dan memiliki keahlian
khusus (skilled and specialized human resources) melalui basis ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu sumber ekonomi penting yang
tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kemajuan teknologi dan tentu saja kualitas
sumber daya manusia. Manfaat pendidikan dan pelatihan terhadap pertumbuhan ekonomi
berasal dari perbaikan kualitas SDM, pebaikan kualitas manejemen, dan kontribusinya
dalam menciptakan teknologi baru dan memperbaiki teknologi yang ada.
Syarat kedua suatu Negara dapat menjadi kompetitif harus memiliki basis
permintaan (demand conditions), karena dengan itu perusahaan atau industry dapat
mengalahkan pesaingnya. Indonesia mempunyai pasar domestic yang besar karena jumlah
penduduknya yang mencapai 210 juta, meskipun saat ini daya belinya masih rendah. Jika
kondisi ekonomi semakin membaik, maka peningkatan pendapatan masyarakat akan
mendorong permintaan pangan hewani (daging, susu, dan telur) yang semakin meningkat.
Pasar domestic ini telah lama menjadi incaran pemasaran Negara maju, karena itu dengan
119
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
berbagai upaya mereka telah memaksakan pemberlakuan perdagangan bebas internasional
agar mereka dengan mudah memasarkan produknya keseluruh dunia tanpa hambatan. Jika
kondisi pasar domestic yang demikian besar tidak dijaga dan dimanfaattka dengan sebaik-
baiknya, maka Indonesia akan mengalami keterjajahan baru yaitu menjadi obyek dari
hegemoni ekonomi Negara-negara maju.
Syarat ketiga merupakan peneguhan kekuatan bersaing suatu industry yaitu adanya
industry pendukung dan terkait (supporting and related industries) pengalaman Indonesia
selama ini menunjukkan bahwa pengembangan agribisnis peternakan tidak disertai dengan
industry pendukung dan terkait yang kuat ( foot loose industry), seperti pembibitan, bahan
pakan, dan teknologi produksi. Akibatnya, meski memiliki basis permintaan yang besar,
agribisnis peternakan kurang kompetitif dalam bersaing dengan agribisnis peternakan luar
negeri.
Menurut Prof. Bugaran Saragih, pakar ekonomi pertanian yang saat ini menjadi
Menteri Pertanian paradigm pembangunan peternakan yang mampu menciptakan daya
saing global adalah paradigm pembangunan agribisnis berbasis peternakan. Menurut
beliau, system agribisnis berbasis peternakan mencakup empat subsistem, yaitu (1)
subsistem agribisnis hulu (upstream agribusinees) yaitu kegiatan ekonomi yang
menghasilkan produk, (2) subsistem agribisnis budidaya (on-farm agribusiness) yakni
kegiatan yang menggunakan sapronak untuk menghasilakn komoditas peternakan primer,
(3) subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang
mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan, (4) subsistem jasa
penunjang (supporting institution) yaitu kegiatan ekonomi yang menyediakan jasa yang
dibutuhkan ketiga subsistem yang lain. Dengan kekuasaan yang dimiliki saat ini, mudah-
mudahan Mentan Bungaran Saragih mampu mewujudkan paradigm pembangunan
agribisnis peternakan yang berdaya saing seperti yang slama ini selalu diucapkannya.
Syarat keempat yaitu kondisi persaingan domestic, sangat dipemgaruhi oleh
kesiapan SDM karena menyangkut gaya dan praktek manajemen, dan struktur dan
persaingan usaha. Tidak ada satu praktek manajemen, dan struktur usaha yang dapat
berlaku untuk semua Negara. Setiap Negara memiliki keunggulan bersaing sendiri, khas,
dan sesuai dengan struktur usaha dan kemampuan SDM-nya. Amerika ebih mengandalkan
teknologi informasi, Jepang pada teknologi otomotif, Italia pada industry rumah tangga,
Thailand pada industry pertanian, dan sebagainya. Semua keberhasilan tersebut berkat
120
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
system pendidikan yang benar yang menghasilkan SDM berbakat, bertanggung jawab,
tekun, dan bekerja keras. Akibatnya, industry dalam negeri mereka tumbuh dan saling
berkompetisi baik di dalam maupun di luar negeri, persaingan local (local rivalry) akan
mendorong industry kea rah inovasi, efisiensi, perbaikan kualitas, serta selalu mendorong
penciptaan produk dan teknologi baru. Hal inilah yang menjadi modal bersaing ditingkat
global. Untuk mencapai kondisi demikian, persaingan yang bersifat monopoli dan
oligopoly harus diubah menjadi kerjasama kemitraan yang saling membutuhkan,
memperkuat dan menguntungkan.
Untuk menjadi Negara yang mempunyai daya saing di pasar global khususnya
dalam agribisnis peternakan baik ternak unggas, ternak potong, atau ternak perah,
Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan basis sumber daya local seperti tercantum pada
visi pembangunan peternakan yang dicanangkan oleh Ditjen Peternakan sekarang, namun
lebih dari itu harus dapat mengadopsi empat lambing keunggulan “the diamond of national
advantage” tersebut. Tanpa itu semua, maka Indonesia akan bisa menjadi Negara tanpa
kompetitif apapun, atau “A nation that be competitive in nothing”.
3. Agribisnis Peternakan Dalam Perekonomian Global
Proses industrialisasi perekonomian suatu Negara pada mulanya diawali pada
sector pertanian. Penemuan dan perkembangan teknologi pertanian mulai rekayasa
genetika bibit, mekanisme produksi sampai teknologi pengolahannya telah mampu
meningkatkan produksi dan kesejahteraan masyrakat petani. Peningkatan kesejahteraan
petani ini membawa dampak positif lanjutan berupa peningkatan permintaan barang dan
jasa, menstimulasi lapangan kerja dan pendapatan di sector-sektor lain, sehingga
berkembanglah sector industry dan jasa. Disisi lain,, mekanisasi pertanian yang telah ampu
menggantikan sebagian tugas tenaga kerja petani, telah menyebabkan urbanisasi tenaga
kerja pertanian dari pedesaan ke sector industry dan jasa yang terkonsentrasi di perkotaan
dengan segala permsalahannya.
Negara-negara industry maju, yang telah lebih dahulu melampaui tahapan
industrialisasi pertaniannya, menggunakan sector pertaniannya ini sebagai alat politik dan
ekonomi dalam menjajah Negara-negara berkembng melalui tiga tahap. Pertama, melalui
pemasaran sarana produksi, tknologi, dan produksi pertanian ke Negara-negara
berkembang. Negara-negara berkembang yang sebagian besar penduduknya hidup
bergantung pada sector pertanian, pada umumnya masih menghadapi masalah
121
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
pangan.kenyataan ini tidak disia-siakan oleh Negara maju dengan mengekspor sarana
produksi, teknologi, dan produksi pertaniannya ke Negara-negara berkembang. Akibatnya,
perkembangan sector pertanian di Negara-negara berkembang sangat bergantung pada
sarana produksi impor dari Negara-negara industry maju dengan mengalahkan potensi
sumber daya alam local yang dimiliki sendiri. Perkembangan agribisnis peternakan
Indonesia misalnya, juga banyak bergantung pada sarana produksi dan teknologi impor.
Pada agribisnis ayam ras, impor telur dan DOC GPS mencapai 100%, bahan baku pakan
70%, obat dan vaksin 95%, peralatan dan mesin pabriknya memiliki komponen impor
hampir 90%. Dapat dipastkan perkembangan agribisnis ayam ras mendatang tidak dapat
terlepas dari sarana produksi dan teknologi impor. Kondisi ini akan menjadikan pengusaha
peternakan Indonesia sebagai “tukang jahit” atas komponen impor, bukan sebagai
“desainer” atas sumber daya atau kekayaan alam yang dimiliki negaranya sendiri.
Selain menjual produksi dan teknologi, Negara-negara maju juga menyediakan
berbagai pinjaan dan bantuan dalam upaya meningkatkan produksi pertanian dan
pendapatan petani diberbagai Negara berkembang. Bagi Negara donor, pinjaman yang
diberikan bukanlah bermotif social semata, tetapi memiliki muatan ekonomis yang
diperhitungkan secara cermat. Menurut studi Anderson dan Cohen (1998) setiap
peningkatan nilai produksi pertanian satu dolar di Negara berkembang akan mendorong 73
sen dolar impor baru termasuk 24 sen dolar impor produkpertanian, dan setiap satu dolar
pinjaman untuk investasi di sector pertanian, berarti 29 sen dolar peningkatan impor
Negara berkembang termasuk 10 sen dolar impor produk pertanian.
Pengalaman Korea Selatan merupakan contoh nyata hubungan antara bantuan
dengan impor pertanian. Sepanjang tahun 1950-an sampai 1980, Negara ini merupakan
resipien utama bantuan Amerika Serikat, termasuk bantaun pertanian. Sekarang meskipun
Negara ini tidak menerima bantuan AS lagi, tetapi menjadi Negara kelima terbesar pasar
ekspor pertanian AS. Contoh lain, pada tahun 1970-an banyak petani AS menentang
bantuan AS kepada Brasilia yang menjadikan Negara ini sebagai competitor AS di pasar
global. Tetapi, pada than 1997, brasilia mengimpor produk pertanian AS senile 500 juta
USS.
Seiring dengan peningkatan produksi pertanian, Negara-negara berkembang
berusaha memproteksi induntri pertaniannya dengan cara memberlakukan kuota dan tariff
atas produk pertanian impor. Melihat gejala ini, Negara industry maju melancarkan strategi
122
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
kedua yaitu pemaksaan pemberlakuan perdagangan bebas dunia (global free trade).
Bermula pada tahun 1947, 23 negara yang merupakan original members berhasil
merumuskan Havana Charter yang menyetujui artikel awal mengenai GATT (General
Agreement on Tariff and Trade) mengenai konsensi penurunan tariff (bea masuk). Setelah
melalui proses panjang dan melelehkan, pada tanggal 15 April 1994 dalam pertemuan
tingkat Menteri di Maroko sebanyak 117 negara terpaksa menandatangani kesepakatan
GATT, yang kemudian menjelma menjadi WTO (World Trade Organisation) yang
bertugas mengatur lalu lintas perdagangan barang dan jasa di dunia. Mulai saat itu
secarabertahap namun pasti, dimulailah era perdagangan global yang bebas hambatan.
Globalisasi ekonomi yang berbuat wewenang WTO kian besar, seperti
diungkapkan Amaladoss (1999), pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan
seluruh dunia sebagai kesatuan pasar yang dicirikan oleh bebasnya gerakan modal, barang,
dan jasa melalui penurunan tariff, penghapusan hambatan non tarif, enghapusan subsidi,
peningkatan akses pasar, dan prinsip diskriminasi dalam perdagangan internasional. Tujuan
yang hendak dicapai adalah peningkatan tarif hidup masyarakat dunia. Hal ini dapat
tercapai karena dengan perdagangan bebas diharapkan akan mampu mendorong
meningkatnya perdagangan internasional yang lebih efisien. Peningkatan volume
perdagangan tersebut akan mendorong peningkatan produksi dan investasi yang
selanjutnya memperluas lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Namun pada kenyataanya, peran yang dilakukan oleh WTO tidak lain adalah
praktek domonasi dari korperasi lintas Negara (multi national corporations) yang didukun
oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) yang mengatur
hubungan antara Negara kaya dengan miskin seperti hubungan antara penguasa dan
bawahannya. Atas tekanan IMF pula, pemerintah Indonesia terpaksa mengeluarkan
keppres 4/1998 tanggal 2 februari 1998 yang menghapuskan ketentuan tentang tataniaga
susu. Dengan kata lain, menyerahkan sepenuhnya agribisnis persusuan kepada mekanisme
pasar. Selanjutnya disuse dengan keppres 99/1998 tanggal 14 juli 1998 yang diantaranya
membuka semua usaha peternakan untuk penanaman modal baik PMA maupun PMDN,
kecuali ayam buras. Sejalan dengan tuntutan global, dengan dalih apapun misalnya
melindungi usaha peternakan local – pemerintah tidak bisa lagi main larang terhadap
pemilik modal baik PMA maupun PMDN untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
123
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Pemberlakuan perdagangan bebas global dirasakan secara berbeda oleh masyrakat.
Bagi konsumen, penurunan tariff dirasakan sangat menguntungkan karena mereka dapat
membeli produk-produk pertanian impor dengan mudah, harga lebih murah, dan kualitas
lebih baik. Sebaliknya, bagi produsen pertanian utamanya petani dan peternak, penurunan
atau bahkan penghapusan tariff produk pertanian impor adaah sebuah malapetaka karena
produk mereka kalah bersaingdengan produk pertanian impor. Tidak mengherankan jika
petani Indonesia akhir-akhir ini semakin berani berunjuk rasa menentang masuknya beras
impor, gula impor, daging impor, buah-buahan impor, dan produk pertanian impor lain
yang dengan mudah memasuki dan membanjiri pasaran local.
Sebelum Negara-negara berkembang sempat menyesuaikan diri dan menikmati
perluasan pasar produk pertanian mereka di pasar internasional. Negara-negara industry
maju telah mempersiapkan jurus ketiga yaitu persyaratan kualitas (quality instrument) yang
ketat bagi produk pertanian yang akan masuk ke Negara mereka. Berbagai aturan control
kualitas seperti standar sertifikasi ISO, HACCP, (Hazard Analysis and Critical Control
Point), SPS (Sanitary and Phitosanitary), ecolabelling, intellectual property right (HAKI),
human right (HAM), dan sejenisnya merupakan tembok penghalang yang tidak mudah
tembus bagi produk pertanian Negara berkembang untuk memasuki pasar di Negara-negara
industi maju.
Disadari atau tidak, sebuah bentuk klonialisme ekonomi yamg berkedok
perdagangan bebas telah mengancam kehidupan petani dan peternak yang akan terhimpit
dalam pemasaran produksi sekaligus tidak memiliki kebebasan dalam memanfaatkan
potensi sumber daya local yang dimilikinya. Bagi peternak Indonesia, perdagangan bebas
bukan berarti pasar yang semakin luas, melainkan perjuangan hidup yang semakin keras.
4. Kebijaksanaan Pengembangan Industri Kecil Dan Menengah
Mengingat bahwa kebanyakan IKM di Indonesia adalah relatif lemah dan kurang
efisien, maka dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) akan
diusahakan agar produktivitas dan daya saing UKM, termasuk IKM, akan ditingkatkan.
Untuk mencapai tujuan ini maka kebijaksanaan dasar untuk UKM diarahkan pada
penggalakkan ikhtiar pengusaha kecil dan menengah dan peningkatan kemampuan UKM
ini, khususnya melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) UKM ini, serta perbaikan
iklim usaha bagi UKM ini yang dapat mempermudah kegiatan-kegiatan mereka di berbagai
bidang ekonomi. (Iwantono, 1995:2).
124
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Prioritas yang kini diberikan pada perbaikan iklim usaha bagi UKM rupanya
mencerminkan suatu pergeseran yang telah terjadi dalam pemikiran mengenai
pengembangan UKM. Di masa lampau, pandangan umum adalah bahwa UKM
memerlukan bantuan khusus dari pemerintah karena mereka dirugikan oleh mekanisme
pasar yang lebih menguntungkan usaha-usaha besar. Di samping ini pertimbangan untuk
mengurangi kesenjangan antara usaha-usaha besar dan UK (yang kini masih tetap
merupakan sumber keprihatinan) juga diajukan sebagai alasan mengapa UKM memerlukan
bantuan dan fasilitas khusus.
Akan tetapi akhir-akhir ini pandangan ini lambat laun mulai ditinggal_kan oleh
berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu pembuat kebijaksanaan di kebanyakan negara
Asia Timur (termasuk Indonesia) dan badan-badan bantuan inter- nasional, seperti Bank
Dunia dan Bank Pemba- ngunan Asia, dan kebanyakan pakar pembangunan, meskipun di
Indonesia sendiri berbagai pihak masih menganut pandangan bahwa pemerintah perlu
melakukan campur tangan khusus untuk mengembangkan dan membina UKM. Pemikiran
baru mengenai UKM ini sejalan dengan arus deregulasi yang telah dianut di kebanyakan
negara Asia Timur yang lebih mengandalkan diri pada kekuatan pasar sebagai cara terbaik
untuk pertumbuhan ekonomi yang efisien, termasuk pengembangan UKM.
Para penganut pandangan mutakhir ini menunjuk pada berbagai kasus kegagalan
atau kekurang- berhasilan berbagai program pengembangan UKM, seperti program
bantuan kredit yang disubsidi, seperti program KIM/ KMKP, dan bantuan teknis, seperti
program BIPIK, yang ternyata kurang efektif untuk meningkatkan kinerja komersial UKM.
Kebanyakan program campur tangan khusus dan protektif ini ternyata menim- bulkan
bukan saja berbagai distorsi yang menghambat pertumbuhan UKM yang efisien akan tetapi
juga pemborosan dana dan tenaga dan korupsi.
Lagipula, berbagai program UKM ini ternyata kurang efektif karena tiadanya
koordinasi antar instansi yang baik. Dengan kata lain, program-program lama rupanya
gagal karena lebih mengutama- kan pendekatan 'kesejahteraan' atau pemerataan (welfare
approach) daripada peningkatan efisiensi UKM. Karena program bantuan langsung kepada
UKM ini kurang berhasil, maka pemerin- tah Indonesia telah berusaha untuk mendorong
perkembangan UKM melalui cara yang _tidak langsung_, yaitu dengan mengem- bangkan
konsep 'Kemitraan dan Keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha', di mana usaha-usaha
besar, termasuk perusahaan swasta besar dan BUMN, membantu mitra usaha mereka, yaitu
125
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
UKM, dalam berbagai hal, seperti bantuan teknis, pengendalian mutu (quality control),
pembelian bahan baku, manajemen, dan pemasaran.
Akan tetapi hingga kini program kemitraan ini pada umumnya juga belum
memenuhi harapan. (Iwantono, 1995:9). Misalnya, program keterkaitan antara perusahaan-
perusahaan perakit besar dan perusahaan- perusahaan pemasok (yang kebanyakan IKM)
yang di masa lampau hendak digalakkan melalui program penanggalan di industri-industri
barang modal Indonesia, khususnya industri otomotif dan industri elektronik, ternyata
kurang berhasil terutama karena kemampuan dari IKM masih jauh dari memadai, baik
ditinjau dari segi biaya, mutu, maupun ketepatan memenuhi jadwal penyerahan barang
(delivery schedule). (Thee, 1994: 168-169).
Demikian pula program Bapak Angkat hingga kini juga tidak membawa hasil yang
diharapkan oleh karena program-program yang 'dipaksakan' memang tidak akan membawa
hasil-hasil yang diharapkan jika perusahaanperusahaan besar, baik perusahaan swasta
maupun BUMN, sendiri tidak memperoleh manfaat komersial dari program- program ini,
bahkan sering merasa dibebankan oleh berbagai tugas yang tidak termasuk kegiatan bisnis
mereka sendiri.
Berbeda dengan pendekatan 'kesejahteraan' ini, maka pandangan mutakhir lebih
mengutamakan pendekatan efisiensi (eficiency approach) yang meliputi usaha untuk
meningkatkan kemampuan UKM dalam hal manajemen, teknologi, dan pemasaran serta
usaha untuk menghilangkan berbagai kendala yang telah merintangi perkembangan UKM
yang sehat. (Hill, 1995:19).
Di bawah ini akan dikaji lebih lanjut cara apa kiranya yang dapat ditempuh untuk
mengembangkan IKM yang dinamis dan efisien yang dapat menunjang proses
industrialisasi yang pesat dan efisien. Dalam pada itu pengembangan IKM tidak dapat
dilakukan secara seragam, karena jika ditinjau dari hubungannya dengan industri besar,
dapat dibedakan tiga kategori IKM, yaitu:
(1) IKM yang bersaing (kompetitif) dengan industri besar karena menghasilkan
barang yang kurang lebih sama dengan industri besar;
(2) IKM yang komplementer dengan industri besar karena telah menjalin kaitan
vertikal atau horisontal di luar pasar (extramarket direct vertical or horizontal linkages)
dengan industri besar; dan
126
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
(3) IKM yang telah mengadakan spesialisasi (specialized) dalam menghasilkan
barang-barang untuk segmen- segmen pasar khusus yang berada di luar jangkauan industri
besar. (Hill, 1995;4).
Berhubung dengan berbagai ragamnya IKM di Indonesia, maka tulisan ini akan
secara khusus menyoroti kasus IKM yang telah atau dapat menjalin hubungan
komplementer dengan industri-industri besar, khususnya sebagai perusahaan pemasok
komponen bagi industri-industri besar, khususnya industri elektronika.
5. Kebijakan Subsektor Peternakan di Sul-Sel
Peternakan di Sulawesi Selatan umumnya didominasi oleh peternakan rakyat
berskala kecil dan diusahakan secara sambilan. Dalam mengembangkan usaha tersebut,
umumnya petani-peternak menghadapi masalah kekurangan modal. Berkaitan dengan hal
itu, pemerintah telah menggulirkan berbagai paket kredit sebagai sumber pembiayaan bagi
petanipeternak, baik dari sumber keuangan formal maupun nonformal (kredit individu dan
bagi hasil).
Dalam menunjang pembangunan peternakan, pemerintah melakukan berbagai
upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dalam memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Upaya ini dilakukan dengan membuka peluang investasi dan pasar sekaligus
mengembangkan investasi nasional dengan meningkatkan peran swasta dalam
pembangunan peternakan serta memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal
(Direktorat Pengembangan Peternakan 2004). Pemerintah sebagai motivator, akselerator,
regulator, fasilitator, dan promotor sangat berperan dalam pembangunan peternakan.
Pemerintah telah menempuh berbagai cara, namun pembangunan peternakan sangat
terkait dengan sumber daya yang ada sehingga kebijakan pemerintah perlu didasarkan pada
potensi daerah. Program Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi tahun 2005 adalah
meningkatkan ketahanan pangan, nilai tambah dan daya saing komoditas peternakan,
kesejahteraan masyarakat, serta mengembangkan komoditas unggulan daerah. Namun,
berbagai program tersebut belum berjalan sebagaimana yang dicanangkan. Banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut.
Program sebaiknya dibarengi dengan penerapan strategi agresif dan diversifikatif
termasuk dalam pengembangan usaha ternak sapi. Strategi ini diadopsi dari Hoda (2002)
dan dianggap relevan dengan kondisi usaha ternak sapi di Sulawesi Selatan, karena
127
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
penyediaan hijauan pakan bukan hanya bergantung pada limbah pertanian tetapi juga
dengan gerakan menanam hijauan makanan ternak. Berkaitan dengan hal ini pemerintah
perlu memperkenalkan penanaman rumput maupun tanaman leguminosa unggul pada
lahan kosong. Rumput Brachiaria brizanta dan legum Arachis pintoi tahan terhadap
naungan sehingga dapat ditanam di antara pohon kelapa, sedangkan yang tidak tahan
naungan seperti rumput Pennisetum purpureum dan legum Centrosema pubescens ditanam
di lahan terbuka.
Usaha lain adalah memberikan pelatihan kepada petani mengenai teknik budi daya,
pemeliharaan ternak, dan pengawetan tanaman hijauan makanan ternak unggul dengan
membuatnya menjadi silase. Usaha ternak sapi umumnya bersifat ekstensif atau
tradisional. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah memberikan
penyuluhan secara intensif kepada petanipeternak mengenai manajemen pemeliharaan,
kesehatan serta reproduksi ternak. Melalui upaya ini diharapkan usaha ternak berkembang
dari tradisional ke komersial dengan orientasi bisnis atau memperoleh keuntungan.
Dengan pengetahuan yang dimiliki, petani-peternak dapat memecahkan masalah-
masalah dalam berusaha ternak sapi. Penyuluhan yang diikuti dengan praktek akan
memberikan hasil yang optimal. Untuk memudahkan penyuluhan dan pelatihan
peningkatan keterampilan peternak dapat dibentuk kelompok-kelompok petani-peternak.
Berkaitan dengan hal ini, pemerintah telah mencanangkan program pengembangan
kelembagaan kelompok petani-peternak. Kelompok selanjutnya mendapat pembinaan
secara intensif dan kontinu dari pemerintah.
Pemeliharaan ternak sapi masih bersifat tradisional dengan tujuan menyediakan
tenaga kerja untuk mengolah tanah dan mengangkut hasil pertanian. Ternak dibiarkan
berada di lahan pertanian untuk mencari makan. Petani-peternak yang tergabung dalam
kelompok menggunakan bibit sapi lokal yang telah diseleksi. Dalam mengawinkan ternak,
petani telah menggunakaninseminasi buatan (IB) untuk memperoleh bibit unggul. Anak
atau pedet yang lahir divaksinasi sesuai kebutuhan dan diberi obat bila sakit. Masalah yang
dihadapi petani-peternak anggota kelompok adalah keterbatasan modal (Somba 2003).
Masalah ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah, antara lain dengan mencari investor
untuk lebih mendorong pengembangan usaha ternak sapi di Selawesi Selatan.
128
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
PENUTUP
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan Upaya Pemerintah Untuk Menjaga Kondisi Peternakan Dalam
Menghadapi Globalisasi
2. Jelaskan Tujuan Perlunya Sinkronisai Produksi Dan Pemasaran
DAFTAR BACAAN
Femi Hadidjah Elly, Bonar M. Sinaga, Sri Utami Kuntjoro, dan Nunung Kusnadi.Pengembangan Usaha Ternak Sapi Rakyat Melalui Integrasi Sapi-TanamanDi Sulawesi Utara. Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, UniversitasSam Ratulangi
Yusdja dan Ilham. 2005. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa Depan DanStrategi Mewujudkannya. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian, Bogor.
Yusdja dan Ilham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat.. AnalisisKebijakan Pertanian.Volume 4. Nomor 1, Maret 2006 Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
129
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2006. Sapi Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Bishop, C. E dan Toussaint, W.D. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.Mutiara. Jakarta.
Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. UsahaPeternakan, Perencanaan Usaha, Analisis dan Pengelolaan.
Djoko Sumarjono.2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Program Studi SosialEkonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
Femi Hadidjah Elly, Bonar M. Sinaga, Sri Utami Kuntjoro, dan Nunung Kusnadi.Pengembangan usaha ternak sapi rakyat Melalui integrasi sapi-tanaman Disulawesi utara. Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, Universitas SamRatulangi.
Hasnudi, Iskandar Sembiring, Sayed Umar. 2010. Usaha Peternakan KomersialUmumnya Dilakukan oleh Peternak Yang Memiliki Modal Besar SertaMenerapkan Teknologi Modern. Fakultas Pertanian. Jurusan Peternakan.Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-hasnudi.pdf.
Indro Surono. 1997. Agribisnis Skala Kecil. Wacana No. 8 / Mei - Juni 1997
Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.
Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 1991. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Produksi Telur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Santosa Undang. 2007. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.Jakarta.
Soeprapto H, dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro mediaPustaka, Jakarta.
Soekartawi. 1990.Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.
Situmorang, Jontor. 2007. Analisis Produktivitas dengan Menggunakan FungsiProduksi Cobb-Douglass dalam Menentukan Return To Scale pada PTPerkebunan Nusantara IV Sawit Langkat. USU Repository.
Sudaryani T. dan Santosa H., 1995. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Di KandangBaterai. Penebar Swadaya: Jakarta
Suharno B. 1995. Agribisnis Ayam Ras. Penebar swadaya: Jakarta.
130
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan
Sumarjono, D. 1986. Analisis Ekonomi Ayam Pedaging pada Dua Skala UsahaKeluarga di Kelompok Peternak Unggas ’’Tulus Rahayu“ KabupatenPurbalingga Jawa Tengah. Tesis. Fakultas Pascasarjana Unpad.
Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.
Widjaja K. dan Abdullah S., 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras Dan Buras. PenebarSwadaya: Jakarta
Yusdja dan Ilham. 2005. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa Depan DanStrategi Mewujudkannya. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian, Bogor.
Yusdja dan Ilham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat. AnalisisKebijakan Pertanian.Volume 4. Nomor 1, Maret 2006 Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2079431-law-diminishing-return/#ixzz1eJEm6scP