penetapan tarif premi risiko khusus gempa bumi pada lini usaha
PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER...
Transcript of PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER...
PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN
SKRIPSI
Oleh: INTAN KUSUMAWATI
140321100007
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS 2018
ii
PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Oleh: INTAN KUSUMAWATI
140321100007
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS 2018
iii
SKRIPSI BERJUDUL
PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN
Dipersiapkan dan Disusun Oleh
INTAN KUSUMAWATI
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 18 Juli 2018
Susunan Dewan Penguji
Ketua :
Dr. Isdiana Suprapti, SP., MM NIP. 19790320 200501 2 003
Anggota : 1. Novi Diana Badrut Tamami, SP., MP NIP. 19811128 200604 2 001 2. Dr. Elys Fauziyah, SP., MP NIP. 19720709 200212 2 001
Bangkalan, 18 Juli 2018 Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura
Mengetahui Mengesahkan Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pertanian Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Moh. Fuad Fauzul M, S.TP., M.Si Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si
NIP. 19740215 200604 1 001 NIP. 19631212 200112 1 001
iv
PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN
Oleh: INTAN KUSUMAWATI
140321100007
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Elys Fauziyah, SP., MP NIP. 19720709 200212 2 001
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Intan Kusumawati NPM : 140321100007 Program Studi : Agribisnis Fakultas : Pertanian Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi ini adalah karya asli saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai pemenuhan prasyarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata-1 dari Universitas Trunojoyo Madura maupun perguruan tinggi lainnya.
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah atau skripsi yang berasal dari penulis lain baik yang dipublikasikan maupun tidak telah diberikan penghargaan dengan menuliskan sumber secara benar dan semua isi karya ilmiah atau skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.
Bangkalan, 18 Juli 2018 Penulis Intan Kusumawati 140321100007
Materai
Rp.6000,-
vi
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Intan
Kusumawati yang lahir di Bojonegoro, 03
Februari 1996. Putri kandung dari Bapak
Kusnan dan Ibu Siswati ini merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara. Bertempat tinggal di
Kabupaten Bojonegoro tepatnya di Dusun
Randap Desa Pucangarum Kecamatan
Baureno.
Pendidikan pertama yang di tempuh
penulis yaitu TK Dharma Wanita Pucangarum
tahun (2001-2002). Pendidikan yang di tempuh
selanjutnya Sekolah Dasar di SDN Pucangarum 1, dari tahun 2002-2008.
Kemudian penulis melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di MTs
Miftahul Huda Kadungrejo, Kecamatan Baureno dari tahun 2008-2011.
Kemudian Penulis berlanjut pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1
Baureno, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2011-2014.
Kemudian penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi Universitas Trunojoyo Madura melalui jalur SNMPTN pada
tahun 2014, di Program Studi Agribisnis.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Trunojoyo Madura, penulis
mempunyai prestasi dan aktif dalam organisasi. Berikut prestasi yang diraih dan
organisasi yang pernah diikuti diantaranya :
1. Penerima Beasiswa Bidik Misi periode 2015 – sekarang
2. Pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis periode 2014-2015
3. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Viper Collaboration
periode 2014 - 2015
Foto berwarna
menghadap depan
dengan pakaian resmi
jas almamater
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecil ini untuk
keluarga tercinta, ayahandaku Kusnan,
Ibundaku Siswati, serta saudaraku Yuli
Indah Kuswati dan Indra Kuswanto....
Rencana sederhana yang disusun secara
matang lalu diterapkan, jauh lebih baik
daripada rencana besar yang terus
menerus tertunda. Life Goes On !
viii
Intan Kusumawati. NIM 140321100007. Pengelolaan Risiko Usaha
Peternakan Ayam Broiler Melalui Pola Kemitraan. Dibawah bimbingan Dr.
Elys Fauziyah, SP., MP.
ABSTRAK
Prospek pengembangan ayam broiler memegang peranan strategis di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Namun peranannya terancam karena usaha tersebut mempunyai risiko tinggi. Peternak ayam broiler dapat mengurangi risiko bisnis dengan menjalankan kemitraan. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan pola reduksi sumber risiko peternak ayam broiler dengan perusahaan mitra, mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang tidak tereduksi dalam kegiatan kemitraan, dan mengetahui tingkat peluang, dampak, serta peta risiko yang tidak dapat tereduksi oleh kemitraan. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif, diagram fish bone, z-score dan Value at Risk. Hasil dari penelitian yaitu adanya kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma dapat mereduksi sumber risiko politis, risiko teknis, dan risiko keuangan. Sumber risiko yang tidak tereduksi dengan adanya kemitraan yaitu risiko logistik, serta sosial dan geografis. Sumber risiko logistik meliputi kualitas DOC (Day Old Chick), kualitas air minum, dan kualitas kandang. Sumber risiko sosial dan geografis terdiri dari perubahan cuaca, penyakit, serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang. Risiko logistik memiliki probabilitas dan dampak yang rendah pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno. Risiko sosial dan geografis yang bersumber dari perubahan cuaca dan tingkat penyakit memiliki probabilitas yang besar namun berdampak kecil pada usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno. Sedangkan yang bersumber dari serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang memiliki probabilitas dan dampak risiko kecil. Kata Kunci: Ayam Broiler, Risiko, Kemitraan, Peta Risiko
ix
Intan Kusumawati, NIM 140321100007. Business Risk Management
Poultry Broiler Through Partnership. Supervised by Dr. Elys Fauziyah,
SP., MP.
ABSTRACT
Prospects of development of broiler plays a strategic role in the district of Bojonegoro Baureno. However, its role in danger because the business is high risk. Broiler breeders to reduce business risk by running the partnership. The purpose of this study is to describe the pattern of the source of risk reduction broiler breeders with partner companies, to identify the sources of risk that is not reduced in the partnership activities, and determine the level of opportunities, impact, and risk maps that can not be reduced by the partnership. The method used is descriptive analysis, fish bone diagram, the z-score and Value at Risk. The results of the research that is the partnership between the companies core with plasma farmers can reduce sources of political risk, technical risk, and financial risk. Another source of risk is not reduced by the partnership is the risk of logistics, as well as the social and geographical. Source of logistics risks include quality DOC (Day Old Chick), drinking water quality, and the quality of the cage. Social and geographic sources of risk consists of changes in the weather, diseases, pests, chicken and sapronak stolen, as well as child negligence cage. Logistics risk probability and low impact on broiler chicken farms in the District Baureno. Social and geographical risk derived from changes in weather and illness rates have a large probability but have little impact on broiler chicken business in the District Baureno. While sourced from pests, chicken and stolen livestock production facilities, as well as child negligence enclosure has a small probability and risk impact. Keywords: Broiler, Risk, Partnership, Risk Map
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan petunjuk, rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Risiko Usaha Peternakan
Ayam Broiler Melalui Pola Kemitraan” dengan Lancar. Penyusunan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian pendidikan Strata Satu (S1)
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas segala doa,
bimbingan, nasehat, dan bantuan yang senantiasa mengiringi penulis selama
masa studi hingga penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada:
1. Allah SWT yang telah memudahkan setiap langkahku dalam hidup, studi,
serta penyelesaian skripsi ini.
2. Kedua orang tua (Ibu Siswati dan Bapak Kusnan), Saudara tercinta (Yuli
Indah Kuswati dan Indra Kuswanto) serta Nenek Karni yang selalu
memberikan doa dan dukungan moral maupun material untuk bisa
menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S-1.
3. Keluarga kedua penulis diperantuan Adik Khulaifatur Rosidah Annisa, Ibu
Umi Kulsum, serta Bapak Arifin yang selalu memberikan doa serta dukungan
untuk bisa menyelesaikan karya ini.
4. Dr. Drs. Ec. Muhammad Syarif, M.Si selaku Rektor Universitas Trunojoyo
Madura beserta jajaranya.
5. Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Trunojoyo Madura sekaligus anggota penguji skripsi yang telah memberikan
kritis dan saran dalam mencapai kesempurnaan pada penulisan skripsi ini.
6. Novi Diana Badrut Tamami, SP., MP selaku Ketua Program Studi Agribisnis
sekaligus dosen penguji yang telah menguji dan memberikan masukan serta
saran kepada penulis.
7. Dr. Elys Fauziyah, SP., MP selaku dosen pembimbing utama yang selalu
membantu, memberikan arahan dan motivasi, serta petunjuk dalam
penulisan skripsi dari proposal hingga pelaporan akhir.
xi
8. Dr. Isdiana Suprapti, SP., MM selaku dosen pembimbing seminar yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.
9. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Program Studi Agribisnis yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak dapat dinilai dengan apapun.
10. Sahabat terbaik Cah Kene: Fitria Asariani, Ghonimatun Nafi’ah, Lia Agustina,
dan Rizki Okvian Sari yang membantu saya dalam kondisi apapun.
11. Teman berjuang dari bawah sampai saat ini dan seterusnya Deni Pratama
Ilmy yang selalu memberikan bantuan, semangat serta dukungan selama ini.
12. Saudara seperjuangan Konco Dolan : Yeni, Nunik, Andika, Afif, Assiqin,
Huda, Toni, Aldi, Nashi, Hanum, Fitri, Ghoni, Rizki, Lia, Ali Fikri, Riza, dan
Warbi yang selalu ada saat dibutuhkan dan selalu menghibur hati dengan
leluconya.
13. Teman-teman seperjuangan Agribisnis Angkatan 2014 yang kompak untuk
saling mendoakan.
14. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis telah berusaha menulis dengan sebaik-baiknya, namun penulis
menyadari bahwa karya tulis masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penulisan, tata bahasa dan sistematika penulisanya. Akhir kata penulis berharap
kritis dan saran yang membangun dari semua pihak untuk dapat
menyempurnakan karya tulis ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca
Bangkalan, 18 Juli 2018
Penulis
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. v BIODATA PENULIS .......................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 4 2.1.1 Konsep Risiko ................................................................................... 4 2.1.2 Sumber-Sumber Risiko ..................................................................... 4 2.1.3 Pemetaan Risiko ............................................................................... 5 2.1.4 Strategi Penanganan Risiko............................................................... 6 2.1.5 Konsep Kemitraan Agribisnis ............................................................ 7 2.1.6 Peternakan Ayam Broiler .................................................................. 12
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 16 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 20 3.2 Metode Penentuan Responden .............................................................. 20 3.3 Jenis Data dan Pengumpulan Data ........................................................ 20 3.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 21 3.5 Definisi Operasional ............................................................................... 26
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis ................................................................................... 27 4.2 Kondisi Demografis ................................................................................ 28 4.3 Karakteristik Responden ........................................................................ 29
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 29 4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........................... 29 4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak .......... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Pola Reduksi Sumber Risiko Peternak Ayam Broiler dengan
xiii
Perusahaan Mitra................................................................................... 32 5.2 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko yang Tidak Tereduksi dengan Kemitraan .............................................................................................. 36
5.2.1 Risiko Logistik .................................................................................. 36 5.2.2 Risiko Sosial dan Geografis ............................................................. 41
5.3 Tingkat Peluang, Dampak, dan Peta Risiko yang Tidak Daat Tereduksi oleh Kemitraan ...................................................................................... 48
5.3.1 Analisis Probabilitas Produksi ........................................................... 47 5.3.2 Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian Peternak .. 48 5.3.3 Pemetaan Risiko ............................................................................... 49 5.3.4 Strategi Penanganan ....................................................................... 54
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan ................................................................................................ 58 6.2 Saran ..................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 59 LAMPIRAN ....................................................................................................... 62
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3
Populasi Ayam Broiler Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012-2016 ............................................................................................ Nama Desa yang Berada di Kecamatan Baureno ...................... Penggunaan Lahan di Kecamatan Baureno Tahun 2016 ........... Penduduk Berumur 10 Tahun dan Lebih Menurut Pekerjaan Tahun 2016 ................................................................................. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Baureno Tahun 2018 ............................................... Karakteristik Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Pengalaman Beternak di Kecamatan Baureno Tahun 2018 ............................ Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi pada Usaha Ayam Broiler Kecamatan Baureno ........................................................ Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno ...... Penilalian Peternak terhadap Risiko Berdasarkan Probabilitas dan Dampak Risiko pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro .................................................
2
27 28
28 30
30
47
49
50
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11
Kerangka Pemikiran Pengelolaan Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler .......................................................................... Fish Bone ............................................................................... Peta Risiko ............................................................................. Peta Preventif Risiko .............................................................. Peta Mitigasi Risiko ................................................................ Fishbone Risiko Logistik pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro ........................ Ayam Sakit dan Sulit Tumbuh (Kerdil) ................................... Sumber Air untuk Seldek dan Minum Ayam .......................... Kandang Ayam Broiler ........................................................... Fishbone Risiko Sosial dan Geografis pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.............................................................................. Pemanas dan Pendingin Kandang ........................................ Ayam Terserang Penyakit ...................................................... Lubang pada Kandang Ayam ................................................ Pemetaan Sumber Risiko Logistik pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro .................... Pemetaan Sumber Risiko Sosial dan Geografis pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.............................................................................. Strategi Preventif Risiko pada Usaha Ayam Broiler ..............
19 22 24 25 25 38 39 40 41 42 44 45 45 52 53 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10.
Kuesioner .............................................................................. Data Responden .................................................................... Hasil Produksi Ayam Broiler Tahun 2017 .............................. Perhitungan Kerugian ............................................................ Identifikasi Risiko ................................................................... Batasan-Batasan ................................................................... Perhitungan Probabilitas Risiko Logistik ............................... Perhitungan Probabilitas dan Dampak Risiko Sosial dan Geografis ............................................................................... Analisis Z-Score dan VaR ..................................................... Dokumentasi ..........................................................................
62 72 73 75 79 80 81
82 84 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduk
bekerja sebagai petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
memberikan kontribusi sangat besar dalam perekonomian nasional dan
penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari empat sub
sektor antara lain sub sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, holtikultura,
dan sub sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang potensial untuk
dikembangkan adalah sub sektor peternakan. Hal ini terbukti dari sub sektor
peternakan mampu menyumbang terhadap PDB Indonesia pada tahun 2014
sebesar 1,58% dan PDB atas harga berlaku tahun 2014 Rp. 167,1 triliun (Pusat
Data dan Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian, 2015).
Usaha ternak ayam potong (broiler atau ras pedaging) merupakan ternak
yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan daging nasional, untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Konsumsi daging ayam (ayam
ras pedaging dan ayam buras) pada tahun 2015 mencapai 5,42 kg/kapita/th
(Pusat Data dan Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian,
2016). Populasi ayam ras pedaging (broiler) dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2015, populasi ayam ras pedaging di Indonesia
mencapai 1,53 milyar ekor, meningkat sekitar 5,89% ekor dari populasi tahun
2014. Sedangkan tahun 2016 mencapai 1,60 milyar ekor meningkat 64,34 juta
ekor atau 4,21% dari tahun 2015.
Usaha peternakan ayam broiler di Jawa Timur terus mengalami
peningkatan hal ini dapat dilihat dari berbagai daerah yang terus
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler. Salah satu daerah yang
memiliki jumlah populasi ayam pedaging yang cukup tinggi adalah Kabupaten
Bojonegoro. Hal ini terbukti dari tahun 2012 sampai tahun 2016 populasi ayam
terus mengalami peningkatan (Tabel 1.1) berikut:
2
Tabel 1.1 Populasi Ayam Broiler Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012-2016
No. Tahun Populasi (ekor)
1. 2012 740.980
2. 2013 843.598
3. 2014 906.420
4. 2015 1.040.101
5. 2016 1.450.326
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2017.
Populasi ayam broiler terbesar di Kabupaten Bojonegoro terdapat di Keca
matan Baureno. Pada tahun 2016 populasi ayam broiler sebesar 415.000 ekor y
aitu 28,61% dari jumlah populasi ayam broiler di Kabupaten Bojonegoro (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2017). Peternakan ayam broiler memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan peternakan penghasil daging lainny
a. Keunggulan itu diantaranya adalah siklus produksi yang singkat yaitu dalam w
aktu 4-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot badan 1,5-1,56
kg/ekor dan tidak memerlukan lahan yang luas.
Prospek pengembangan ayam broiler tersebut memegang peranan strategi
s, namun peranannya terancam karena usaha tersebut mempunyai risiko tinggi, t
erutama risiko harga output (pemasaran) dan harga input yang fluktuatif, sehingg
a pendapatan peternak tidak stabil. Kebijakan pemerintah tentang contract farmin
g dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi hal tersebut. Pendekatan co
ntract farming antara perusahaan (inti) yang mempunyai keunggulan dalam peng
uasaan modal dan teknologi dapat meningkatkan skala usaha peternak (plasma),
di samping keunggulan tersebut terdapat pula kelemahan-kelemahan (Bahari et
al, 2012).
Peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno bekerja sama dengan beber
apa perusahaan kemitraan yaitu dengan kemitraan PT Semesta Mitra Sejahtera,
PT Samsung, dan PT Primatama Karya Persada. Kehadiran contract farming dap
at membantu peternak ayam broiler dalam penyediaan input, peningkatan akses
terhadap produksi dan pemasaran, pengaturan penentuan harga yang dapat me
ngurangi ketidakpastian (Murthy dan Madhuri, 2013). Menurut Tamaluddin dalam
Siregar, et al (2016) peternak broiler dapat mengurangi risiko bisnis dengan menj
alankan kemitraan. Skema kemitraan antara perusahaan dan petani berdasarkan
hubungan saling menguntungkan, saling membutuhkan, dan saling memperkuat
antara kedua belah pihak. Sehingga dalam kemitraan ada pembagian risiko dan
3
manfaat yang disepakati oleh kedua belah pihak. Berdasarkan latar belakang ter
sebut maka penting dilakukan penelitian untuk mengetahui pengelolaan risiko us
aha ayam broiler yang dilakukan dengan pola kemitraan di Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi pola reduksi sumber risiko peternak ayam broiler dengan
perusahaan mitra?
2. Apa saja sumber-sumber risiko yang tidak tereduksi dalam kegiatan
kemitraan?
3. Bagaimana tingkat peluang, dampak, dan peta risiko yang tidak dapat
tereduksi oleh kemitraan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pola reduksi sumber risiko peternak ayam broiler dengan
perusahaan mitra di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang tidak tereduksi dalam kegiatan
kemitraan peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno.
3. Mengetahui tingkat peluang, dampak, dan peta risiko yang tidak dapat
tereduksi oleh kemitraan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peternak ayam broiler, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
menangani risiko usaha peternakan ayam broiler agar usaha yang dijalankan
mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko.
2. Bagi penulis, penelitian ini digunakan sebagai pengaplikasian ilmu yang telah
diperoleh di bangku kuliah, melatih kemampuan dalam menganalisis risiko
terkait dengan risiko produksi usaha peternakan ayam broiler.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Risiko
Menurut Darmawi (2014) risiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan dan sifatnya tidak
terduga, dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan
tumbuhnya risiko. Setiap usaha diharapkan dapat memberikan keuntungan yang
besar dengan tingkat risiko sekecil-kecilnya. Menurut Siregar dalam Soekartawi
et al (1993), risiko dalam suatu usaha mencakup kemungkinan kerugian dan
keuntungan dimana tingkat risiko tersebut ditentukan sebelum suatu tindakan
diambil berdasarkan ekspektasi atau perkiraan seorang pengambil keputusan.
Ketidakpastian diartikan sebagai suatu situasi dimana seorang pengambil
keputusan tidak mengetahui hasil dari setiap tindakan yang mungkin dapat
dilakukan saat mengambil keputusan, karena setiap tindakan memiliki lebih dari
satu hasil yang mungkin akan terjadi. Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur
penting dari sesuatu yang dianggap risiko antara lain: (1) merupakan suatu
kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan (bisa terjadi atau
tidak terjadi), (3) jika sampai terjadi maka menimbulkan kerugian.
2.1.2 Sumber-Sumber Risiko
Menurut Darmawi (2014), menentukan sumber risiko adalah penting
karena mempengaruhi cara penanganannya. Adapun klasifikasi dari sumber
risiko tersebut yaitu:
1. Risiko sosial, risiko ini berkaitan dengan masyarakat artinya masyarakat
merupakan orang-orang yang menciptakan terjadinya penyebab
penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian. Contoh dari risiko sosial
adalah pencurian.
2. Risiko fisik, ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya merupakan dari
bencana alam, risiko ini sangat komplek contohnya: (a) kebakaran, (b) cuaca,
iklim seperti hujan terlalu banyak dapat mengakibatkan banjir dan lain
sebagainya, (c) tanah longsor.
5
3. Risiko ekonomi, risiko yang bersifat ekonomi dapat dirasakan oleh manusia
diantara lain seperti inflasi dan fluktuasi harga.
Menurut Gunn (2011), ada enam bidang untuk mengidentifikasi jenis risiko
yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan sebuah usaha ataupun
proyek. Meskipun beberapa risiko tersebut berada diluar pengendalian langsung
dari organisasi namun risiko tersebut harus tetap dikelola. Enam bidang risiko
tersebut yaitu:
1. Risiko teknis, risiko ini berkaitan dengan sumber dan ketersediaan bahan
untuk budidaya ayam broiler.
2. Risiko keuangan, jenis risiko ini merupakan risiko yang bersifat ekonomi yang
dipengaruhi oleh inflasi serta fluktuasi harga.
3. Risiko logistik, risiko ini berkaitan dengan ketersediaan sumber daya seperti
pakan, DOC (Day Old Chick), dan sumber daya manusia.
4. Risiko sosial dan geografis, risiko ini merupakan salah satu jenis risiko yang
tidak dapat dikontrol. Hal tersebut dikarenakan risiko ini merupakan risiko
yang berkaitan dengan alam, seperti cuaca dan iklim yang menyebabkan
angin, hujan, hama penyakit, dan lain-lain.
5. Risiko politis, risiko ini berkaitan dengan hambatan pemasok baik hambatan
dari segi DOC (Day Old Chick) maupun dari pemasok pakan.
6. Risiko pemerkerja, risiko ini merupakan jenis risiko yang berkaitan dengan
keselamatan, keamanan peternak dan peralatan yang digunakan dalam
proses produksi ayam broiler.
2.1.3 Pemetaan Risiko
Salah satu aspek yang penting di dalam manajemen risiko yaitu
penanganan risiko. Sebelum menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu
dilakukan yaitu membuat peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran tentang
posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal
menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.
Cara untuk mengukur probabilitas dan dampak risiko menurut Kountur (2008),
yaitu:
1. Pengukuran kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas)
Pengukuran probabilitas dapat ditentukan dengan data yang sudah ada
sebelumnya, seperti data produksi ayam broiler. Metode untuk mengukur
6
probabilitas tersebut yaitu dengan menggunakan nilai standar (z-score).
Perhitungan dengan z-score dapat diperoleh besarnya kemungkinan suatu
ukuran atau suatu nilai uang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-rata.
Metode z-score merupakan suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh nilai
penyimpangan dari rata-rata pada distribusi normal.
2. Pengukuran dampak risiko
Cara yang dapat digunakan untuk mengitung atau mengetahui besarnya
akibat atau dampak yang ditimbulkan dari risiko, metode yang paling efektif yatu
VaR (Value at Risk). Metode ini dianggap sebagai sebuah metode standar yang
digunakan untuk mengukur risiko penerimaan yang disebabkan karena frekuensi
harga. Setiap kali terjadi risiko, akan memberikan dampak kerugian dan pada
umumnya kerugian dapat dihitung dalam rupiah. Tahapan dalam perhitungan
Value at Risk menurut Kountur (2008) yaitu:
a. Menentukan kejadian yang akan diamati
b. Pengumpulan data historis tentang besarnya kerugian yang dialami selama
waktu tertentu dari kejadian tersebut.
c. Mengitung rata-rata kerugian dan standar deviasi kerugian dari rangkaian
kejadian tersebut
Sehingga dengan hal ini dapat diketahui risiko terbesar yang mungkin
terjadi dalam rentang waktu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan
tertentu. Value at Risk digunakan untuk mengukur besarnya kerugian yang
ditimbulkan jika terjadi risiko. Pengukuran risiko yaitu dengan mengukur kejadian
yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi dan penerimaan sebagai
akibat terjadinya sumber risiko.
2.1.4 Strategi Penanganan Risiko
Pola penanganan untuk menghadapi risiko memiliki dua pilihan umum.
Kedua penanganan tersebut yaitu penghindaran risiko (preventif) dan
mengurangi risiko (mitigasi risiko). Menurut Kountur (2008), yaitu:
1. Penghindaran risiko (preventif)
Strategi yang dilakukan untuk pertama kali jika berhadapan dengan risiko
yaitu strategi menghindar. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong
dalam kemungkinan risiko yang besar. Strategi ini menangani risiko yang berada
pada area kuadran satu dan dua. Strategi preventif dilakukan dengan cara
7
memasukkan setiap faktor risiko kedalam kuadran-kuadran peta risiko. Adanya
strategi preventif, maka risiko yang memiliki peluang kejadian besar akan pindah
pada kuadran risiko dengan peluang kecil. Strategi ini mengakibatkan risiko yang
berada pada kuadran satu bergeser pada kuadran tiga dan risiko yang berada
pada kuadran dua akan bergeser pada kuadran empat. Penghindaran risiko
dilakukan karena:
a. Risiko yang dihadapi terlalu besar kemungkinan terjadinya dan akibat yang
ditimbulkanpun juga besar. Risiko ini berada pada kuadran kanan atas pada
peta risiko dan risiko yang berda pada kuadran ini harus dihindari.
b. Risiko yang ada tidak dapat dikendalikan manajemen dan tidak dapat
ditangani dengan strategi penanganan risiko yang lain.
2. Mengurangi risiko (mitigasi)
Mengurangi risiko atau dikenal dengan strategi mitigasi risiko, dalam hal ini
yang diperlukan yaitu dengan memperkecil kemungkinan terjadinya risiko
kerugian. Tujuan utamanya yaitu bagaimana dampak terjadinya sesuatu risiko
dapat diatur sedemikian kecil. Kegunaan strategi mitigasi yaitu untuk menggeser
kuadran dua atau risiko yang terdapat pada kuadran kanan atas agar bergeser
pada kuadran satu, dan kuadran empat bergeser pada kuadran tiga. Beberapa
mitigasi yang dapat dilakukan yaitu dengan diversifikasi, penggabungan atau
penahanan, pengalihan risiko dan pengendalian risiko.
2.1.5 Konsep Kemitraan Agribisnis
Konsep formal kemitraan telah tercantum dalam Undang-undang nomor 9
tahun 1995 yang berbunyi, “Kerja sama antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan
yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”.
Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1997
yang menerangkan bentuk kemitraan yang ideal yaitu saling memperkuat, saling
menguntungkan, dan saling mengidupi. Tujuan kemitraan yaitu untuk
meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas
sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Sumardjo et al,
2004).
8
Menurut Zakaria (2015) berdasarkan pasal 4 keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor: 940/KTPTS/OT.210/10/97 tentang pedoman
kemitraan usaha pertanian, kemitraan usaha pertanian melaksanakan dengn
pola sebagai berikut:
1. Pola inti plasma, yaitu hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan
perusahaan mitra yang perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok
mitra bertindak sebagai plasma.
2. Pola sub-kontrak, yaitu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan
perusahaan mitra, kelompok mitra tersebut memproduksi komponen yang
diperlukan untuk perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.
3. Pola dagang umum, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra
dengan perusahaan mitra yang perusahaan mitra memasarkan hasil produksi
kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan
perusahaan mitra.
4. Pola keagenan, yaitu hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra
diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan
mitra.
5. Pola kerjasama, yaitu hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra
menyediakan biaya atau sarana untuk mengusahakan suatu komoditas
pertanian.
Pola implementasi di lapangan pola-pola kemitraan tersebut berkembang
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kemitraannya baik pada sektor pertanian,
industri maupun perdagangan. Menurut Hafsah (2000), pola kemitraan usaha
yang dapat di kembangkan di Indonesia yaitu:
1. Pola kemitraan sederhana (pemula), perusahaan atau pengusaha besar
mempunyai tanggung jawab terhadap pengusaha kecil mitranya dalam
memberikan bantuan atau kemudahan memperoleh permodalan untuk
mengembangkan usaha, penyedia sarana produksi yang dibutuhkan, bantuan
teknologi terutama teknologi alat dan mesin untuk meningkatkan produksi
dengan jumlah dan standar mutu yang telah disepakati.
2. Pola kemitraan tahap madya, yaitu pengembangan pola kemitraan sederhana,
usaha kecil telah mampu mengembangkan usaha mua dari perencanaan
usaha sampai pengadaan sarana produksi dan permodalan dalam upaya
menjamin kelangsungan kemitraan yang dijalin dengan usaha besar.
9
3. Pola kemitraan tahap utama, pola ini pihak pengusaha kecil secara bersama-
sama mempunyai potongan atau menanam modal usaha pada usaha besar
mitranya dalam bentuk saham.
Menurut Sumardjo, et al (2004) terdapat lima bentuk kemitraan antara
petani dengan pengusaha besar. Adapun bentuk kemitraan yang dimaksud yaitu
sebagai berikut:
1. Pola Kemitraan Inti-Plasma
Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok
mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan
inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen,
menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu,
kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan
syarat yang telah disepakati.
a. Keunggulan sistem inti-plasma dari sistem yaitu tercipta saling
ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan, tercipta peningkatan
usaha, dan mendorong perkembangan ekonomi.
b. Kelemahan sistem inti-plasma
Beberapa masalah yang masih ditemukan dalam mengembangkan
kemitraan sistem inti-plasma antara lain:
a) Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga
kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar. Keadaan ini
mengakibatkan kerugian di salah satu pihak.
b) Komitmen perusahaan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan
kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.
c) Belum terdapat kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban
komoditas plasma sehingga terkadang pengusaha inti mempermainkan harga
komoditas plasma. Selain itu, belum adanya pihak ketiga yang secara efektif
berfungsi sebagai arbitrator atas penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan kontrak kerja.
c. Solusi
Setelah mengetahui kelemahan dan hambatan yang timbul dalam
pelaksanaan kemitraan pola inti-plasma, solusi yang dapat diterapkan yaitu
pemahaman tingkat ekonomi dan skala usaha, kesepakatan atau perjanjian,
serta kemampuan investasi perusahaan inti. Hubungan kelembagaan antar mitra
10
perlu dikembangkan untuk mengurangi posisi dominan perusahaan inti. Selain
itu, di antara kedua pihak perlu dikembangkan rasa saling percaya sehingga
tumbuh motivasi usaha yang lebih profesional dalam penanganan usaha. Kondisi
tersebut, kedua pihak menjadi kuat sehingga mampu menghadapi mitra usaha
pesaing yang lebih kuat dan mempunyai posisi tawar yang kuat.
2. Pola Kemitraan Subkontrak
Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha
dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan
perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Berikut ini keunggulan,
kelemahan, dan solusi pada kemitraan pola subkontrak.
a. Keunggulan
Pola subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak
bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Terdapat banyak
kasus, pola subkontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih
teknologi, modal, ketrampilan dan produktivitas, serta terjaminnya pemasaran
produk pada kelompok mitra.
b. Kelemahan
Pola subkontrak memiliki kelemahan dan hambatan yang dipicu karena
adanya titik lemah dalam hubungan kedua pihak. Adapun titik lemah hubungan
dalam pelaksanaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi
produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalam
penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran.
b) Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak. Perasaan saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling menghidupi berubah menjadi
penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian produk dengan
harga rendah.
c) Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tidak diimbangi dengan sistem
pembayaran yang tepat. Kondisi ini, pembayaran produk perusahaan inti
sering terlambat bahkan cenderung dilakukan secara konsiyasi. Selain itu,
timbul gejala eksploitasi tenaga kerja untuk mengejar target produksi.
c. Solusi
Beberapa hal berikut ini sebaiknya diketahui sebagai solusi dalam
pengembangan kemitraan pola subkontrak.
11
a) Asosiasi kelompok mitra yang terdiri dari beberapa usaha kecil perlu
dikembangkan, dalam bentuk asosiasi produsen ini diharapkan posisi
tawarnya menjadi lebih baik dibandingkan jika usaha kecil bergerak sendiri-
sendiri. Kesepakatan yang harus diperjelas adalah penetapan harga, mutu
produk, volume, dan waktu. Dalam kondisi ini hubungan kemitraan engan
perusahaan mitra selalu berada pada posisi win-win principle.
b) Komponen-komponen kemitraan, seperti pengembangan sumber daya
manusia, inovasi teknologi, manajemen, dan permodalan harus diperhatikan.
Selain itu, komponen-komponen tersebut harus diarahkan menuju
peningkatan dalam menjaga mutu produk, daya saing, serta pelayanan
terhadap konsumen.
c) Menumbuhkan rasa saling percaya antara perusahaan mitra dengan
kelompok.
3. Pola Kemitraan Dagang Umum
Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam
pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini yaitu pihak
pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh
pihak pemasaran tersebut. Pada kegiatan agribisnis, khususnya hortikultura, pola
ini telah dilakukan. Beberapa petani atau kelompok tani hortikultura bergabung
dalam bentuk koperasi atau badan usaha lainnya, kemudian bermitra dengan
toko swalayan atau mitra usaha lainnya. Koperasi tani tersebut bertugas
memenuhi kebutuhan toko swalayan sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati bersama.
4. Pola Kemitraan Keagenan
Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri pihak
perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak
perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok
mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh
pengusaha besar mitra. Perusahaan besar/menengah bertanggungjawab atas
mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil mitranya
berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Pihak-pihak yang bermitra terdapat
kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya fee atau
komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk. Keuntungan usaha
kecil (kelompok mitra) dari pola kemitraan keagenan ini bersumber dari komisi
12
yang diberikan oleh pengusaha mitra sesuai dengan kesepakatan. Kemitraan
keagenan semacam ini sudah banyak ditemukan dan sudah berkembang sampai
desa-desa, terutama di antara usaha-usaha kecil kelontong usaha kecil eceran
lainnya.
5. Pola Kemitraan Kerja Sama Operasional Agribisnis (KOA)
Pola kemitraan Kerja sama operasional agribisnis merupakan pola
hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra.
Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak
perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaan
sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas
pertanian. Perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar
produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan
pengemasan. Kerja sama operasional agribisnis telah dilakukan pada usaha
perkebunan, seperti perkebunan tebu, tembakau, sayuran, dan perikanan
tambak. Pelaksanaan kerja sama operasional agribisnis terdapat kesepakatan
tentang pembagian hasil dan risiko dalam usaha komoditas pertanian yang
dimitrakan.
2.1.6 Peternakan Ayam Broiler
Jenis hewan yang termasuk kelompok unggas-unggasan adalah ayam, itik,
dan burung. Pada prinsipnya hampir semua unggas dapat digunakan sebagai
sumber daging. Namun karena pertimbangan efisiensi dan ekonomi maka hanya
jenis ayam tertentu saja yang dikembangkan secara intensif. Jenis unggas yang
digunakan sebagai sumber daging adalah ayam dan itik. Jenis ayam yang
potensial sebagai sumber daging dikenal sebagai ayam pedaging. Berdasarkan
aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis klasifikasi ayam penghasil daging, yaitu
ayam ras, ayam kampung, dan ayam cull. Ayam ras (broiler) adalah jenis ayam
yang telah mengalami upaya pemuliaan, sehingga menjadi ayam pedaging yang
unggul serta mempunyai bentuk, ukuran, dan warna yang seragam. Ayam
pedaging di Indonesia dipotong sekitar 6 minggu dengan berat sekitar 1,33 kg
per ekor. Pemilihan pemotongan ayam pedaging pada saat beratnya masih
rendah disebabkan oleh pilihan konsumen yang cenderung membeli karkas utuh
yang tidak terlalu besar, selain itu juga karena dagingnya cukup lunak, lemak
belum banyak serta tulangnya belum begitu keras (Muchtadi, 2011).
13
Menurut Muwarni (2010), ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging
yang dihasilkan dari hasil seleksi sistematis sehingga dapat tumbuh dan
mencapai bobot badan tertentu dalam waktu relatif singkat. Tipe pedaging yang
dimaksud adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk dipanen dan diambil
dagingnya (bukan telurnya) sebagai sumber protein hewani bagi konsumen.
Strain broiler yang ada di Indonesia yaitu Hubbard, Cobb, Ross, Lohman, dan
Hybro. Menurut kecepatan pertumbuhannya, maka periode pemeliharaan broiler
dibagi menjadi dua yaitu periode starter dan finisher. Periode starter dimulai umur
1-21 hari dan periode finisher dimulai umur 22-35 atau sesuai umur dan bobot
potong yang diinginkan. Bobot dan umur potong ini ditentukan oleh berbagai
pertimbangan antara lain ekonomi yaitu biaya produksi dan harga jual,
permintaan pasar (konsumen atau perusahaan inti), dan sebagainya. Umumnya
digunakan dua periode pemeliharaan, namun ada yang membagi periode
pemeliharaan menjadi lebih dari dua, disesuaikan dengan kecepatan
pertumbuhan ayam broiler.
Secara umum teknik budidaya peternakan ayam broiler meliputi
perkandangan, pembersihan dan penyucihamaan kandang, pemilihan bibit, pola
pemberian pakan dan minum, serta pemeliharaan kesehatan.
1. Perkandangan
Menurut Tamalluddin (2016) Kandang berperan memberikan kenyamanan
pada ayam yang dipelihara agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat
memberikan produksi yang optimal. Lebih jauh, kandang memiliki fungsi
melindungi ayam dari sengatan matahari, hujan, angin, atau dari binatang buas,
mempermudah penanganan, dan memperoleh produksi yang efisien. Kandang
yang kurang nyaman membuat performa ayam tidak optimal. Contohnya
kandang yang pengap, panas, atau memiliki sirkulasi udara yang buruk akan
membuat ayam stres sehingga mudah terserang penyakit. Sebelum memutuskan
membangun atau memilih kandang, terlebih dahulu mencaru lokasi yang tepat.
Lokasi yang dipilih untuk peternakan hendaknya strategis dan dekat dengan
akses pemasaran. Selain itu, kandang yang nyaman harus berada di lokasi yang
nyaman pula. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
kandang yaitu terdapat sumber air yang baik dan memadai, dekat dengan
pemasaran, akses jalan mudah, jauh dari lokasi pencemaran dan peternakan
14
lain, jauh dari pemukiman penduduk, kondisi dan struktur tanah, serta
memungkinkan untuk pengembangan.
2. Pembersihan dan penyucihamaan kandang dan peralatan
Pencucian dan penyucihamaan (desinfeksi) kandang berfungsi
menghilangkan atau menetralkan organisme penyakit. Jika bekas pemeliharaan
sebelumnya, tindakan awal yang harus dilakukan adalah membersihkan kotoran,
baik dalam kandang maupun lingkungan sekitar kandang. Caranya dengan
mengeluarkan semua kotoran dan menjauhkannya dari lingkungan kandang.
Kegiatan penyucihamaan dapat dilakukan dengan desinfektan atau antiseptik,
seperti detergen, kapur, formalin, iodin, dan pestisida. Desinfektan berfungsi
membunuh bibit penyakit, baik bakteri maupun virus. Penyemprotan dengan
desinfektan maupun pestisida dapat dilakukan lebih dari satu kali, tergantung
keadaan dan tingkat keganasan penyakit di periode sebelumnya. Peralatan juga
harus dibersihkan dengan disucihamakan. Setelah pembersihan ada masa
istirahat kandang atau kondisi tidak ada aktivitas di dalam kandang. Idealnya 14
hari setelah kandang bersih dan jika dihitung dengan aktivitas pembersihan
kandang, waktu kosong kandang menjadi 21 hari. Mengistirahatkan kandang
sangat penting untuk memutus siklus hidup bibit penyakit di dalam kandang
meskipun periode sebelumnya tidak ada kasus penyakit.
3. Pemilihan bibit ayam
Ketika ayam berumur sehari (Day Old Chick atau disingkat DOC) kegiatan
awal yang harus dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan secara keseluruhan
untuk memilih DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas baik memiliki
ciri-ciri: lincah, aktif mencari makan, bentuk paruh normal, mata normal bulat
bersinar dan tidak cacat, bulu halus, kering lembut, kaki besar seperti berminyak
dan beratnya tidak kurang dari 37 gram. Suhu pada ayam juga harus
diseduaikan, suhu kandang dapat diatur menggunakan pemanas kompor gas,
pengaturan suhu ideal bagi DOC yaitu 30-35 derajat celsius. Biasanya pemanas
digunakan saat ayam broiler berumur 1-20 hari disesuaikan dengan kebutuhan.
Pencahayaan juga penting bagi DOC untuk merangsang makanan dan minuman
serta menstimulasi pertumbuhan hormon dalam tubuh ayam. DOC membutuhkan
pencahayaan 24 jam dengan 12 jam cahaya lampu berkekuatan 12-20 lux dan
cahaya matahari 12 jam (Kanisius, 1986).
15
4. Pemberian Pakan dan Air Minum
Berdasarkan jenisnya pakan ayam broiler dapat dikelompokkan menjadi
empat kelompok yaitu prestarter, starter, grower, dan finisher. Perbedaan dari
keempat pakan tersebut yaitu bentuk dan kandungan nutrisinya. Pakan
prestarter merupakan pakan dengan kandungan protein tinggi mencapai 23-24%.
Penggunaan pakan presarter untuk mendukung pertumbuhan sistem kekebalan
dan sel-sel di dalam saluran pencernaan yang hanya tumbuh optimal 10-12 hari
pertama. Kebutuhannya bukan hanya dalam bentuk crude protein (protein
kasar), tetapi dalam bentuk digestible protein yang bisa langsung dicerna.
Penggunakan pakan presarter diberikan pada umur ayam 0-10 hari. Di lapangan
pakan yang banyak digunakan adalah pakan starter untuk ayam umur 0-21 hari
dan grower untuk ayam umur 22 hari sampai dengan panen. Hal ini karena rata-
rata panen di Indonesia umur 28-35 hari dengan bobot 1,4-2 kilogram.
Kebutuhan air minum dapat dipenuhi dengan jumlah tempat minum yang
cukup dan kondisi yang baik. Ada dua tipe tempat minum, yaitu sistem terbuka
dan tertutup. Tempat minum terbuka terdiri atas tempat minum manual dan
tempat minum otomatis. Sistem tertutup atau nipple yaitu tempat minum otomatis
yang digunakan di kandang closed house, terutama saat breeding. Nipple
berbentuk memanjang seperti pipa yang menjulur ke bawah dan akan keluar air
jika disentuh paruh ayam. Nipple harus disesuaikan dengan tinggi badan ayam.
Disarankan agar tidak lebih dari 12 ekor/nipple (Tamalluddin, 2016).
5. Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan yang baik merupakan bagian pencegahan terhadap penyakit
yang sangat penting. Pemeliharaan yang baik akan mengurangi dan mengatasi
stres pada ternak sehingga sistem kekebalan tubuhnya tidak terganggu. Ayam
broiler merupakan ayam yang mudah stres sehingga sangat rentan terserang
penyakit. Beberapa penyakit yang menyerang ayam broiler yaitu Chronic
Respiratory Disease (CRD), Kolibasilosis, Omphalitis, Infectious coryza (snot),
Flowl Cholera, Gumboro, Tetelo/ND (Newcastle Disease), Afian influenza (AI),
Infectious bronchitis (IB), Koksidiosis (berak darah), Leucocytozoonosis, Cacing,
dan Asites (busung perut). Penanganan penyakit berbeda-beda, tergantung jenis
penyakitnya. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, yaitu usaha
memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak untuk melindungi ternak dari
16
serangan penyakit tertentu. Vaksin merupakan mikroorganisme atau bibit
penyakit yang telah dilemahkan virulensi atau keganasannya sehingga tidak
menimbulkan penyakit, bahkan merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai
dengan jenis vaksinnya jika dimasukkan ke dalam tubuh ternak. Cara pemberian
vaksin dapat melalui tetes mata, tetes hidung, air minum, injeksi intra muscular
(daging), dan subkutan (bawah kulit), tusuk sayap, dan sprayer.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Offayana, et al (2016),
sumber-sumber risiko yang mempengaruhi produksi strowberi di UD Agro
Mandiri yaitu kondisi cuaca, hama dan penyakit, pekerja, pengunjung, dan
kualitas bibit. Tingkat risiko produksi stroberi jika dilihat dari nilai simpangan baku
sebesar 3.411 kg/tahun dan nilai koefisien variasi sebesar 3,3 yang tergolong
dalam tingkat risiko besar, disebabkan sumber-sumber risiko produksi terutama
pengunjung dengan nilai status risiko terbesar.
Penelitian risiko lain pernah dilakukan oleh Vinanda, et al (2016) pada
risiko produksi ayam broiler dan preferensi peternak di Kabupaten Bekasi.
Penelitian ini menggunakan dua pola usaha peternakan ayam broiler, yaitu mitra
dan mandiri. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif
untuk mengetahui pengaruh input terhadap risiko produksi dengan menggunakan
model fungsi Just Pope dan maksimisasi utilitas, untuk menganalisis fungsi
produksi dan fungsi risiko di asumsikan menggunakan model tipe Cobb-Douglas
selanjutnya diregresikan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam
broiler yaitu pakan dan sekam pada peternak mandiri. Sedangkan pada peternak
mitra variabel yang berpengaruh adalah pakan, vaksin, dan kepadatan. Variabel
yang memperbesar risiko produksi pada peternak mandiri yaitu vaksin, tenaga
kerja, dan sekam. Sedangkan pada peternak mitra yaitu tenaga kerja. Variabel
yang dapat memperkecil risiko pada peternak mandiri yaitu pakan, sedangkan
pada peternak mitra yaitu vaksin.
Penelitian Rahma (2015) bertujuan untuk mengetahui gambaran dan
deskripsi pendapatan peternakan ayam ras pedaging pada pola usaha yang
berbeda di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka. Metode yang
digunakan analisis statistik deskriptif yaitu dengan pengelompokan,
17
penyederhanaan, dan penyajian data dalam bentuk tabel biasa dengan
menggunakan rumus pendapatan. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata
pendapatan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Cigambul berbeda-beda
berdasarkan jenis pola usaha disebabkan karena perbedaan sistem pengelolaan
dalam melakukan usaha ternaknya, perbedaan tingkat mortalitas antar jenis pola
usaha, perbedaan pengambilan umur panen ayam ras pedaging, dan semakin
lama ayam ras pedaging dipelihara maka semakin banyak pula biaya operasional
yang harus dikeluarkan peternak sehingga akan berpengaruh terhadap
pendapatan yang akan diterima peternak.
Penelitian yang dilakukan oleh Maulana, et al (2014) juga bertujuan untuk
menganalisis usaha peternakan ayam ras pedaging dengan pola kemitraan.
Metode yang digunakan yaitu analisis kelayakan dengan menggunakan
menghitung, laporan laba rugi, cash flow, payback period, net present value,
internal rate of return dan break event point. Analisis yang kedua dengan
menggunakan risiko-risiko yang muncul. Hasil analisis diperoleh paypack period
selama 7 bulan, net present value sebesar 3.252.725 dan internal rate of return
sebesar 151,8%, artinya usaha peternakan ayam ras pedaging dengan pola
kemitraan di peternakan Bu Lilis Rancamidin Cibodas layak .
Rusdiana dan L. Praharani (2015), melakukan penelitian yang bertujuan
mengetahui peningkatan usaha pemeliharaan ternak domba melalui diversifikasi
usaha dapat mengurangi risiko dan tetap memberikan potensi tingkat
keuntungan terhadap petani. Hasil analisis diperoleh diversifikasi ternak dan
tanaman bahwa pemeliharaan skala 5 ekor domba jantan dapat dicapai pada
nilai penjualan BEP produksi sekitar 4,17 dan BEP harga jual sekitar
Rp.1.1043.625/ekor, keuntungan bersih sekitar Rp.1.121.875/periode, dengan
nilai B/C sekitar 1,19, usaha tanaman ubi kayu varietas mentega dan arsin
dengan luas sekitar 2 ha, keuntungan ubi kayu varietas mentega sekitar
Rp.8.414.085/ha/tahun, keuntungan ubi kayu varietas arsin sekitar
Rp.6.921.705/ha/tahun, nilai B/C ratio sekitar 2,7 dan 2,6 tidak berbeda nyata
hasil yang diperoleh petani.
Selanjutnya penelitian Lastinawati (2016), bertujuan untuk menganalisis
titik impas dan risiko pendapatan usaha ternak itik petelur di Desa Sugih Waras
Kecamatan Belitang Mulya Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Hasil analisis
diperoleh usaha ternak itik petelur mengalami titik impas pada saat produksi telur
18
sebanyak 740 butir per bulan dengan harga Rp 1.111.675,13 per butir. Usaha ini
berpeluang mengalami kerugian yang ditunjukkan oleh nilai koefisien variasi (CV
> 0,5) yaitu sebesar 1,026 dan batas bawah pendapatan (L < 0) yaitu -
1.380.102,9.
Saragih, et al (2015) bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dan
pendapatan budidaya tambak udang rakyat di Kelurahan Labuhan Deli,
Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Hasil analisis diperoleh pendapatan
petambak lebih besar dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan selama
proses budidaya, artinya usaha budidaya tambak udang tersebut
menguntungkan. Risiko produksi yaitu sebesar 0,04 dan dilihat dari nilai CV < 0,5
dan L > 0 maka petambak udang tidak mengalami risiko terhadap produksi yang
diperoleh, begitupun dengan risiko pendapatannya. Hal ini dikarenakan risiko
produksi yang dihadapi kecil dan harga udang Windu tinggi.
Siregar, et al (2016), penelitian tentang risiko pasar dalam kemitraan
broiler, bertujuan untuk mengetahui distribusi risiko pasar yang dilakukan antara
perusahaan dan petani plasma pada kemitraan broiler. Metode yang digunakan
adalah deskriptif kuantitatif, dengan rumus pendapatan = TR – TC dan
pelanggaran persaingan di analisis deskriptif dengan Undang-Undang Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Hasil analisis diperoleh bahwa kerugian perusahaan mencapai
108%, laba petani 8%, dan perusahaan mengalami kerugian total sebesar 100%
ditambah menghabiskan pendapatan petani sebesar 8%. Terdapat pelanggaran
pasal 19 ayat c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, karena perusahaan telah
secara sepihak menentukan arah pasar penjualan broiler selain itu perusahaan
juga menjadi pemasok monopoli tunggal kepada petani.
2.3 Kerangka Pemikiran
Usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno di kategorikan
sebagai usaha yang memiliki risiko. Risiko tersebut dapat bersumber dari
masalah politis, teknis, keuangan, logistik, serta sosial dan geografis. Pola
kemitraan usaha yang dilakukan oleh peternak di Kecamatan Baureno dengan
PT Semesta Mitra Sejahtera, PT Samsung, dan PT Primatama Karya Persada
dapat menekan risiko yang berasal dari masalah politis, teknis, dan keuangan.
Hal ini dilakukan dengan cara penyedia DOC maupun pakan, pendampingan
19
teknis, dan jaminan pasar. Sementara risiko logistik, sosial dan geografis tidak
tereduksi oleh perusahaan kemitraan tersebut. Probabilitas dan dampak risiko
pada produksi dan pendapatan dapat berasal dari sumber risiko tersebut.
Dengan adanya probabilitas dan dampak risiko dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pemetaan risiko sehingga dapat direkomendasikan strategi reduksi
risikonya.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengelolaan Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler
Sumber Risiko
Usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro tergolong pada usaha yang berisiko
Tidak Tereduksi:
1. Risiko Logistik
2. Risiko Sosial dan Geografis
Tereduksi dengan Kemitraan:
1. Risiko Politis
2. Risiko Teknis
3. Risiko Keuangan
Memiliki Peluang dan
Dampak Risiko
Pemetaan Risiko
Rekomendasi Strategi
Reduksi Risiko
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Pe
nentuan lokasi dilakukan dengan cara purposive (dilakukan dengan sengaja) den
gan pertimbangan bahwa di Kecamatan Baureno merupakan kecamatan yang m
emiliki populasi ayam broiler terbanyak di Kabupaten Bojonegoro. Pada tahun 20
16 populasi ayam broiler sebesar 415.000 ekor yaitu 28,61% dari jumlah populas
i ayam broiler di Kabupaten Bojonegoro (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojon
egoro, 2017). Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Maret tahun 2018.
3.2 Metode Penentuan Responden
Penentuan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik sampling
jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Teknik ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari
30 orang (Sugiyono, 2014). Sampel dalam penelitian ini yaitu peternak ayam
broiler yang berjumlah 10 peternak yang bekerja sama dengan perusahaan
mitra, dengan rincian sebagai berikut:
1. Enam peternak bermitra dengan PT Semesta Mitra Sejahtera (PT SMS) yaitu
empat peternak di Desa Pomahan, satu peternak di Desa Pasinan, dan satu
peternak di Desa Ketawang. PT SMS merupakan anak cabang dari PT
Charoen Phopkhand.
2. Dua peternak bermitra dengan PT Samsung yaitu di Desa Pasinan dan
Sraturejo. PT Samsung merupakan anak cabang dari PT Suja.
3. Dua peternak bermitra dengan PT Primatama Karya Persada (PT PKP) yaitu
di Desa Pasinan. PT PKP merupakan anak cabang dari PT Japfa Group.
3.3 Jenis Data dan Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan
pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian, diperoleh dari hasil
wawancara kepada responden dengan panduan kuesioner untuk mengali
informasi mengenai risiko peternakan ayam broiler dan sistem kemitraan yang
dilakukan dengan perusahaan. Data sekunder yang dibutuhkan dari peternak
21
yaitu catatan laporan penggunaan pakan, DOC (Day Old Chick), kematian, dan
hasil panen. Selain itu data sekunder yang digunakan yaitu data penunjang yang
diperoleh melalui studi kepustakaan dari beberapa sumber seperti buku, jurnal,
artikel, laporan hasil penelitian maupun lembaga atau instansi-instansi seperti
Pusat Data dan Informasi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro serta
beberapa sumber terkait lainnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau
bahan-bahan dengan cara tanya jawab langsung kepada responden. Responden
dalam penelitian ini yaitu para peternak ayam broiler yang melakukan kerja sama
dengan perusahaan mitra dan pihak terkait seperti bagian lapang dari
perusahaan kemitraan di Kecamatan Baureno. Kegiatan wawancara peneliti
menggunakan kuesioner sebagai panduan.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan
kuantitatif. Metode analisis data untuk masing-masing tujuan penelitian dijelaskan
sebagai berikut:
1. Metode analisis untuk menjelaskan pola reduksi risiko peternak ayam broiler
dengan perusahaan mitra yaitu menggunakan analisis deskriptif dengan
metode wawancara atau tanya jawab dengan peternak. Analisis deskriptif ini
merupakan analisis untuk mendiskripsikan data yang diteliti melalui data
sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2014).
Tujuannya untuk mengetahui deskripsi pola kemitraan serta cara yang
dilakukan perusahaan untuk menghindari atau meminimalisir adanya risiko
dalam budidaya ayam broiler yang dilakukan antara peternak plasma dengan
perusahaan inti.
2. Metode analisis untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yaitu analisis
deskriptif menggunakan metode diagram fish bone, untuk mengidentifikasi
sumber-sumber risiko usaha yang dihadapi peternak ayam broiler di
Kecamatan Baureno seperti risiko logistik, risiko sosial dan geografis, risiko
ekonomi, risiko politis, serta risiko hasil produksi. Menurut Gunn (2011)
22
diagram fish bone (tulang ikan) dapat mengidentifikasi sebuah risiko, dengan
menyelidiki sebab (atau input) yang mungkin dan nyata sehingga
menghasilkan akibat (atau output) tunggal. Adapun gambar diagram fish bone
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Fish Bone
3. Metode analisis untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko yaitu
dengan menggunakan analisis z-score dan analisis VaR (Value at Risk).
Analisis untuk menghitung besar kecilnya sebuah probabilitas atau
kemungkinan terjadinya risiko ini tergantung pada standar yang ditetapkan
oleh para peternak ayam broiler, dalam penelitian ini yaitu peternak ayam
broiler yang melakukan kerja sama dengan perusahaan kemitraan di
Kecamatan Baureno. Data yang digunakan adalah data time series selama 1
tahun yaitu data produksi ayam broiler selama 2017, sedangkan siklus
produksi ayam broiler selama satu tahun ada 6 siklus produksi. Menurut
Kountur (2008), langkah-langkah untuk melakukan penghitungan probabilitas
atas kemungkinan terjadinya risiko, dampak, dan penanganan risiko yaitu
dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1) Menghitung rata-rata
Rumus untuk menghitung rata-rata yaitu:
x �=∑ xin
i=1
n
Akar permasalahan
Pernyataan
efek/permasalahan
Kategori penyebab
utama
23
Dimana:
x � = Rata-rata produksi selama 6 siklus produksi (1 tahun) n = Jumlah siklus (6) xi = Jumlah produksi selama 6 siklus
2) Menghitung standar deviasi
Rumus untuk menghitung standar deviasi yaitu:
s= √∑ (xi- x )
2ni=1
n-1
Dimana:
s = Standar deviasi
3) Menghitung nilai standar (Z-score) risiko
Rumus menghitung nilai standar Z-score yaitu:
z= x- x
s
Dimana:
x = Batas risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh peternak ayam broiler.
4) Menghitung probabilitas
Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z, dengan pencarian z pada sisi
kiri dan bagian atas, pertemuan antara nilai z pada isi tabel merupakan
probabilitas yang dicari.
5) Menghitung dampak risiko
Cara untuk menghitung dampak risiko yaitu dengan perhitungan VaR
(Value ar Risk) dengan rumus sebagai berikut:
VaR= x +z [s
√n]
Dimana:
VaR = Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko (Rp)
x = Rata-rata kejadian merugikan pada penerimaan usaha ayam broiler (Rp) z = Besarnya z diperoleh dari tabel distribusi normal dengan alfa 5% s = Standar deviasi n = Banyaknya kejadian merugikan yang berisiko (6)
6) Pemetaan risiko
24
Setelah diketahui probabilitas dan dampak risiko selanjutnya dilakukan
pemetaan risiko. Peta risiko merupakan gambaran tentang posisi risiko atau
grafik yang mempunyai sumbu vertikal dan horizontal, vertikal yaitu probabilitas
atau kemungkinan terjadi risiko dan horizontal yaitu dampak, peta risiko dapat
dilihat pada gambar 3.2
Probabilitas (%)
Besar Kuadran I Kuadran II
Kecil Kuadran III Kuadran IV
Kecil Besar Dampak (Rp)
Sumber: Kontur (2008).
Gambar 3.2 Peta Risiko
Keterangan:
Probabilitas = Besarnya ditentukan oleh peternak ayam broiler Dampak = Besarnya ditentukan oleh peternak ayam broiler Kuadran I = Memiliki dampak risiko kecil dan probabilitas besar Kuadran II = Memiliki tingkat probabilitas dan dampak risiko besar Kuadran III = Memiliki dampak risiko kecil dan probabilitas kecil Kuadran IV = Memiliki dampak yang besar namun probabilitas risiko kecil
7) Strategi penanganan
Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui strategi penanganan
risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Strategi yang dapat
dilakukan oleh peternak dalam menangani risiko yaitu dengan penghindaran
risiko (preventif) dan mengurangi risiko (mitigasi).
a. Strategi preventif (Penghindaran risiko)
Strategi preventif dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki tingkat
peluang terjadinya besar. Peta risiko ada pada area kuadran satu dan dua.
Strategi ini membuat risiko-risiko yang berada pada kuadran satu bergeser ke
kuadran tiga dan risiko yang berada di kuadran dua bergeser ke kuadran empat.
Probabilitas (%)
25
Besar Kuadran I Kuadran II
Kecil Kuadran III Kuadran IV
Kecil Besar Dampak (Rp)
Sumber: Kontur (2008).
Gambar 3.3 Peta Preventif Risiko
Keterangan:
= Tindakan preventif Dampak = Ditentukan oleh peternak ayam broiler Probabilitas = Ditentukan oleh peternak ayam broiler
b. Strategi mitigasi (mengurangi risiko)
Strategi mitigasi dilakukan untuk mengurangi, yaitu memperkecil dampak
risiko yang dapat merugikan usaha. Strategi mitigasi bertujuan untuk membuat
risiko yang berada dikuadran dua dan empat bergeser ke kuadran satu dan tiga.
Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan,
dan pengalihan risiko (Kountur, 2008).
Probabilitas (%)
Besar Kuadran I Kuadran II
Kecil Kuadran III Kuadran IV
Kecil Besar Dampak (Rp)
Sumber: Kontur (2008).
Gambar 3.4 Peta Mitigasi Risiko
Keterangan: = Strategi Mitigasi
26
3.5 Definisi Operasional
1. Ayam broiler yaitu jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa
ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi
daging ayam.
2. Peternak ayam broiler merupakan orang yang membudidayakan ayam
pedaging atau broiler, yaitu peternak ayam broiler yang melakukan
kemitraan dengan perusahaan di Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro.
3. Kemitraan yaitu kerjasama antara peternak ayam broiler sebagai plasma
dengan perusahaan mitra, dengan prinsip saling memerlukan, saling
menguntungkan, dan saling memperkuat.
4. Produksi ayam broiler yaitu hasil ayam broiler setiap panen yang diperoleh
peternak ayam broiler dan dinyatakan dalam satuan kilogram.
5. Penerimaan peternak ayam broiler yaitu yang diterima setiap panen dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
6. Risiko yaitu ketidakpastian yang akan dihadapi di masa yang akan datang
dan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh setiap peternak ayam broiler.
7. Probabilitas yaitu kemungkinan terjadinya risiko pada budidaya ayam broiler
dalam artian berapa kali risiko mungkin terjadi, untuk mengukur probabilitas
dengan menggunakan analisis Z-score.
8. Dampak yaitu berupa kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya risiko
biasanya berupa uang (Rp), untuk mengukurnya dengan analisis VaR (Value
at Risk).
9. Peta risiko yaitu suatu grafik yang mempunyai dua sumbu, vertikal
menunjukkan gambaran kemungkinan dan grafik horizontal menunjukkan
gambaran akibat atau dampak.
10. Batas risiko (x) yaitu batas minimal produksi dan penerimaan yang masih
dianggap menguntungkan oleh peternak ayam broiler. Cara mengetahui
batas risiko yaitu dengan menanyakan langsung kepada peternak ayam
broiler.
11. Sapronak merupakan kependekan dari sarana produksi ternak, meliputi
semua hal atau unsur yang dibutuhkan (bahan baku) dalam pengelolaan
produksi ayam broiler.
12. Anak kandang merupakan tenaga kerja dari pemeliharaan ayam broiler.
27
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Kecamatan Baureno merupakan sebuah kecamatan yang berada di
Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan Baureno
merupakan dataran rendah yang berada pada ketinggian 28 m diatas permukaan
laut, terletak pada posisi 112o25’ dan 112o09’ Bujur Timur serta 6o59’ dan 7o37’
Lintang Selatan. Curah hujan di Kecamatan Baureno terbanyak terjadi pada
bulan Februari mencapai 279,41 mm2. Luas Kecamatan Baureno yaitu 66,37 km2
atau 2,88% dari luas wilayah Kabupaten Bojonegoro. Jarak tempuh ke Ibukota
Kabupaten 30 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 55 menit.
Kecamatan Baureno memiliki batas-batas wilayah antara lain:
Bagian utara : Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban
Bagian selatan : Kecamatan Kepohbaru
Bagian Barat : Kecamatan Kanor
Bagian Timur : Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan
Tabel 4.1 Nama Desa yang Berada di Kecamatan Baureno
No. Nama Desa No. Nama Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Banjaranyar Ngemplak Sraturejo Blongsong Baureno Trojalu Tulungaagung Selorejo Tlogoagung Sumuragung Gajah Gunungsari Kalisari
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Tanggungan Lebaksari Bumiayau Kauman Pasinan Banjaran Drajat Sembunglor Pomahan Karangdayu Kadungrejo Pucangarum
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro diolah, 2018.
Secara administratif Kecamatan Baureno memiliki 25 desa dapat dilihat
ada Tabel 4.1. Luas wilayah Kecamatan Baureno berdasarkan penggunaan
tanah pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
28
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Baureno Tahun 2016
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5.
Tanah Sawah Bangunan Tegal Ladang Hutan Negara Lain-lain
4.406 984 919
0 328
66,38 14,83 13,85
0 4,94
Jumlah 6.637 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2018.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar yaitu
tanah sawah seluas 4.406 Ha atau 38,53% dan tanah tegal ladang seluas 919
Ha atau 13,85%. Bagian utara Kecamatan Baureno merupakan daerah aliran
Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif,
sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Baureno
bekerja sebagai petani dan peternak.
4.2 Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kecamatan Baureno yaitu 87.180 dengan rincian 43.263
laki-laki dan 42.705 perempuan, dengan kepadatan penduduk 1.295 jiwa/km2.
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Baureno mayoritas sebagai buruh dan
petani yaitu sebanyak 13.390 dan 11.090 petani, sebagian lainnya bermata
pencaharian sebagai wiraswasta. Tabel 4.3 merupakan keadaan penduduk
dengan berbagai macam pekerjaan atau mata pencaharian tahun 2016.
Tabel 4.3 Penduduk Berumur 10 Tahun dan Lebih Menurut Pekerjaan Tahun 2016
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Petani Buruh Peternak Pedagang PNS/TNI/POLRI Pengusaha Industri RUTA Jasa Perorangan
11.090 13.390 3.322 1.137 1.062
410 174
36,26 43,78 10,86 3,72 3,47 1,34 0,57
Total 30.585 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2018.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Kecamatan Baureno merupakan kecamatan
dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh dan petani, sedangkan yang
bermata pencaharian sebagai peternak merupakan terbanyak ketiga dengan
jumlah 3.322 peternak. Hal tersebut dapat menjadi potensi pengembangan
29
pertanian dan peternakan di kecamatan tersebut. Peternak yang ada di
Kecamatan Baureno terbagi menjadi beberapa ternak yaitu sapi, kambing, ternak
unggas dan ikan.
4.3 Karakteristik Responden
Peneliti menggunakan peternak ayam broiler yang melakukan kemitraan
dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Baureno. Jumlah responden yang
digunakan yaitu sebanyak 10 orang. Pada karakteristik responden dapat
diketahui dengan melihat umur peternak ayam broiler, tingkat pendidikan
peternak ayam broiler, serta pengalaman beternak. Data identitas responden
tersebut diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
responden dengan menggunakan panduan kuisioner.
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi dua kategori yaitu
kategori produktif dan kategori non produktif. Menurut Badan Pusat Statistik
untuk kategori umur non produktif berada pada umur dibawah 15 tahun dan
diatas 65 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui responden yang
berjumlah 10 orang usianya 38-54 tahun sehingga semua peternak termasuk
kategori produktif dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden yaitu peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha ternaknya dan
masih mampu terlibat langsung di kandang.
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap sumberdaya manusia
untuk mengakses pekerjaan pada sektor formal. Karakteristik responden
berdasarkan pendidikan antara lain meliputi tidak tamat Sekolah Dasar (SD).
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), Perguruan Tinggi.
30
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Baureno Tahun
2018
No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak tamat SD SD SMP SMA PT Akademi
- 1 1 3 4 1
- 10 10 30 40 10
Total 10 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2018.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa di daerah penelitian peternak ayam broiler
mayoritas tingkat pendidikannya tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan persentase
terbesar mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi dengan
persentase sebesar 40% dengan jumlah 4 responden. Persentase terendah
tingkat pendidikan didaerah penelitian yaitu 10% terdapat tiga persentase yang
sama yaitu tingkat SD 1 responden, SMP 1 responden, dan Perguruan Tinggi 1
responden. Hal ini dapat mengindikasikan sumber daya manusia yang baik dan
kemampuan peternak dalam menyerap informasi dan teknologi. Kondisi ini akan
berpengaruh dalam proses adopsi inovasi ilmu pengetahuan yang ada, terutama
bidang peternakan karena tingginya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
cara dan pola pikir peternak.
4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak memiliki hubungan dengan tingkat keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki peternak ayam broiler dalam menjalankan usaha
ternaknya. Pengalaman beternak dapat dilihat dari lamanya peternak dalam
menjalani usahanya. Semakin lama beternak maka semakin tinggi pengalaman
usahanya sehingga peternak lebih mudah dalam mengambil keputusan serta
menangani segala permasalahan dalam usahanya.
Tabel 4.5 Karakteristik Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Pengalaman Beternak di
Kecamatan Baureno Tahun 2018
No. Pengalaman Beternak (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 2.
2-10 11-20
7 3
70 30
Total 10 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2018.
31
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengalaman beternak para peternak ayam
broiler tertinggi berada pada tingkat 2-10 tahun yaitu sebanyak 70% sedangkan
yang memiliki pengalaman 11-20 tahun sebanyak 30%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno masih banyak
yang belum berpengalaman dalam menjalankan usaha ternaknya. Walaupun
pengalaman kurang, tetapi didukung dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat
diharapkan berpotensi menjadi peternak yang tangguh.
32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Pola Reduksi Sumber Risiko Peternak Ayam Broiler dengan Perusahaan Mitra
Industri broiler di Indonesia memiliki risiko bisnis yang tinggi dan sulit
berkembang. Faktor yang menyebabkan kejadian ini yaitu kondisi lingkungan
yang tidak terkendali, fluktuasi pasar yang tidak terkendali, ketergantungan
keterampilan tenaga kerja. Selain itu sistem industri broiler di Indonesia
kemungkinan sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan besar, karena
perusahaan besar dapat melakukan semua kegiatan rantai, dari produsen DOC,
pasokan sapronak, dan untuk pengolahan daging. Maka meminimalkan risiko
dengan mengikuti kemitraan merupakan salah satu faktor yang penting
dipertimbangkan oleh peternak plasma (Sumarno et al, 2013).
Kerjasama pola kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang didasarkan
pendekatan agribisnis, sehingga inti memiliki peranan penting dalam mensuplai
sarana produksi dan subsistem sarana tataniaga. Peternak di Kecamatan
Baureno Kabupaten Bojonegoro berperan pada subsistem usaha ternak ayam
broiler yaitu sebagai pengelola. Perusahaan yang bekerja sama dengan peternak
ayam broiler yang ada di Kecamatan Baureno yaitu PT Semesta Mitra Sejahtera
(SMS), PT Samsung, dan PT Primatama Karya Persada (PKP). Pola kerjasama
yang dilakukan yaitu pola inti plasma, ketiga perusahaan tersebut memiliki
kontrak yang relatif sama dalam menjalankan kerja sama dengan peternak
plasma. Persyaratan utama untuk menjadi peternak plasma yaitu jujur, dapat
dipercaya, dapak diajak kerja sama, menyediakan air dan penerangan, lokasi
mudah dijangkau transportasi, kepastian lahan dan lingkungan, serta bersedia
menandatangani surat perjanjian kerja sama.
Peternak merasakan manfaat dari terjalinnya kemitraan dengan
perusahaan inti, sesuai dengan penelitian Bahari et al (2012) keputusan peternak
dalam kemitraan memberikan manfaat yang lebih besar hal ini diindikasikan
beberapa kriteria penting yaitu indeks kinerja usaha ternak ayam broiler peternak
kontrak relatif lebih tinggi dibanding dengan nonkontrak. Menurut Sutawi (2007)
dalam kajian perbandingan kemitraan dengan peternak mandiri bahwa usaha
peternakan ayam pedaging yang dilakukan oleh peternak plasma dengan pola
kemitraan, lebih menguntungkan dibandingkan dengan peternak mandiri. Pada
33
skala pemeliharaan yang sama, peternak plasma memerlukan modal pribadi
yang lebih sedikit daripada peternak mandiri. Berikut beberapa risiko yang
tereduksi dengan adanya kemitraan yang dirasakan peternak ayam broiler di
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro:
a. Risiko Politis
Risiko politis merupakan sumber risiko yang berkaitan dengan hambatan
pemasok baik dari segi DOC maupun pakan. Peternak ayam broiler di
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro yang mengikuti kemitraan tidak
mengalami risiko politis. Hal tersebut karena sarana produksi ternak telah
disediakan oleh perusahaan inti berupa bibit DOC, pakan, OVK (obat, vaksin,
dan bahan kimia). Peternak mengaku selama ini belum pernah mengalami
hambatan pasokan bibit DOC, pakan, OVK, dan juga tidak ada kecurangan
transaksi jika berhubungan dengan perusahaan inti. Sapronak yang dibutuhkan
diantar langsung oleh perusahaan ke lokasi kandang sebelum pengisian DOC
dilakukan, sehingga peternak tidak memikirkan tentang biaya pengiriman.
Setelah panen pihak inti mengambil semua pakan yang tersisa atau
memindahkan ke peternak kemitraan sama yang masih membutuhkan untuk
meghindari kerusakan. Menurut Mulyantono (2003) selain peternak disini
perusahaan inti juga mendapat keuntungan dari penjualan ayam dan
keuntungan dari pembelian sarana produksi ternak, serta omset penjualan dan
permintaan pasar terpenuhi. Adanya perusahaan mitra dapat mereduksi risiko
politis dan hambatan pemasok tidak lagi menjadi masalah bagi peternak ayam
broiler yang bermitra.
b. Risiko Teknis
Risiko ini berkaitan dengan jalannya proses budidaya dari sumber dan
ketersediaan bahan untuk budidaya ayam broiler. Proses budidaya dilakukan
oleh peternak plasma, sedangkan ketersediaan bahan untuk budidaya
ditanggulangi oleh perusahaan. Selain itu perusahaan inti memberikan
pendampingan dan bimbingan teknis, hal tersebut dimaksudkan agar proses
budidaya yang dilakukan peternak plasma sesuai dengan hasil panen yang di
inginkan. Pengawasan saat pemeliharaan ayam dikandang oleh bagian
perusahaan rata-rata dilakukan dua kali dalam seminggu, sehingga apabila
peternak memiliki kesulitan akan dibantu oleh pengawas dari inti. Peternak
34
mengaku setiap ada keluhan tentang kesehatan ayam pihak perusahaan segera
datang untuk menangani. Susilawati dalam Fitriza et al (2012) menyatakan
bahwa pendapatan peternak dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan oleh
peternak itu sendiri serta mendapatkan bimbingan teknis dari inti. Jika peternak
plasma mengalami kerugian, maka kerugian tersebut akan di tanggung oleh
pihak inti sesuai dengan perjanjian dari masing-masing perusahaan inti. Apabila
kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian peternak, maka peternak
masih bisa memperoleh pendapatan dari bonus pemeliharaan. Namun untuk
biaya operasional tidak bisa kembali, perusahaan inti hanya memberikan
kompensasi rata-rata sebesar Rp 2.000.000. Jika peternak mengalami kegagalan
dalam budidaya sebanyak tiga kali berturut-turut, namun apabila terjadi
kegagalan panen yang relatif tidak fatal, perusahaan inti akan tetap memberikan
kesempatan untuk memperpanjang pada periode berikutnya. Adanya kemitraan
antara perusahaan inti dan peternak plasma dapat mereduksi risiko teknis,
dilakukan dengan cara pendampingan dan bimbingan teknis oleh mitra.
c. Risiko Keuangan
Risiko keuangan merupakan risiko yang bersifat ekonomi, dipengaruhi oleh
inflasi dan fluktuasi harga. Sumber risiko ini tidak menjadi masalah bagi peternak
ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro karena adanya
jaminan harga dan pemasaran dari perusahaan mitra. Penetapan sistem harga
sapronak dan pembelian harga ayam hasil panen, inti memperhatikan harga
pasar yang berlaku untuk menghindari terjadinya perbedaan yang cukup jauh
dengan harga pasar. Perusahaan inti menjamin pemasaran ayam hasil panen,
serta memasarkan dan mengolah hasil produksi. Harga sapronak dan pembelian
harga ayam hasil panen telah menjadi kesepakatan diawal dan tertera dalam
surat perjanjian kontrak yang setiap tahun diperbarui. Keuntungan bagi peternak
plasma yaitu apabila harga ayam yang dijual dipasaran lebih rendah, maka
peternak tetap menerima harga sesuai dengan harga yang telah disepakati.
Sedangkan apabila harga jual ayam pada saat panen lebih tinggi dari harga
kontrak peternak plasma mendapat bonus selisih harga.
Perbedaan kontrak penjualan dari kemitraan PT PKP dengan perusahaan
lain yaitu hasil panen ayam, setelah kebutuhan dari perusahaan terpenuhi
diperbolehkan menjual kepada tengkulak sendiri. Kemitraan PT SMS dan PT
35
Samsung tidak memperbolehkan menjual kepada tengkulak lain, artinya hanya
dapat menjual hasil panen ayam kepada perusahaan kemitraan. Sesuai dengan
hasil penelitian Sekarrini et al (2016) risiko pasar yang dialami oleh peternak
yaitu dikarenakan peternak tidak bisa menjual ayam sendiri dengan harga yang
lebih unggul daripada harga kontrak, untuk penjualan ayam broiler tersebut juga
sudah tanggung jawab PT yang bekerjasama dengan peternak. Hal itu
tergantung kebijakan perusahaan terhadap peternak. Sesuai juga dengan hasil
penelitian yang dilakukan Priyono et al (2004) bahwa manfaat yang paling
dirasakan peternak yaitu adanya jaminan pemasaran. Selain itu perusahaan inti
juga memberikan bonus Feed Convertion Ratio (FCR). FCR merupakan
perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam
broiler yang dihasilkan. Jika nilai FCR semakin rendah maka semakin banyak
pula bonus yang diperoleh. Pemberian bonus ditujukan untuk memacu peternak
plasma agar berproduksi lebih baik.
Selain itu perusahaan inti juga membantu permodalan, aspek modal dan
pengadaan sarana produksi ternak dapat menjadi kendala bagi peternak.
Perusahaan inti memberikan kredit dalam bentuk modal sapronak, pembayaran
dilakukan setelah perhitungan hasil panen. Hasil panen kemudian dipotong
dengan jumlah sapronak yang diambil dari perusahaan. Jika peternak mengalami
kendala tentang modal untuk biaya pemeliharaan, perusahaan dapat membantu
mengarahkan untuk memberikan rekomendasi serta perizinan pinjaman dana
dari perbankan. Selain itu perusahaan juga membantu pembuatan persyaratan-
persyaratan yang diajukan oleh pihak perbankan seperti SIUP dan NPWP.
Sumber risiko keuangan ini dapat tereduksi dengan adanya kemitraan.
Adanya perusahaan kemitraan memberikan kepastian usaha bagi
plasma. Menurut Bahari et al (2012) kemitraan dapat berfungsi sebagai sebuah
alat manajemen risiko karena terjadi pembagian risiko antara pelaku yakni
perusahaan inti dan peternak. Peternak mengaku apabila berhubungan dengan
perusahaan inti peternak tidak menerima risiko karena manajemen sudah diatur
oleh kemitraan, sehingga untuk sumber risiko politis, teknis, dan keuangan tidak
lagi menjadi sumber risiko bagi peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro yang mengikuti kemitraan. Terkait risiko pemeliharaan
seperti sumber risiko logistik serta sosial dan geografis masih dihadapi peternak
36
plasma, namun dapat ditanggulangi dengan upaya pencegahan dengan
perusahaan inti memberi bimbingan serta pengontrolan yang lebih serius.
5.2 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko yang Tidak Tereduksi dengan Kemitraan
Setiap menjalankan usaha pasti memiliki risiko, baik risiko yang tinggi
maupun rendah. Begitu juga dengan usaha peternakan ayam broiler. Ayam
broiler tergolong usaha ternak yang memiliki banyak risiko. Pada peternakan
ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, terdapat beberapa
sumber risiko yang dapat menghambat jalannya produksi ayam broiler dan belum
tereduksi dengan adanya kemitraan sehingga diperlukan identifikasi sumber
risiko.
Proses identifikasi risiko dilakukan dengan melihat bagaimana urutan
terjadinya beberapa sumber risiko. Hal ini dilakukan karena sumber risiko
tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain. Identifikasi tersebut dapat
dilakukan dengan Diagram Fishbone (diagram tulang ikan atau cause and
effect). Diagram Fishbone merupakan alat paling efektif untuk mengetahui faktor
penyebab masalah yang dapat mempengaruhi hasil dari suatu usaha. Diagram
tulang ikan mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap
kanan. Diagram ini akan menguraikan sebuah dampak dari permasalahan dan
berbagai penyebabnya. Efek atau akibat ditulis di bagian moncong kepala,
sedangkan bagian tulang ditulis beberapa penyebab permasalahan (Murnawan
dan Mustofa, 2014).
Kegiatan budidaya ayam broiler dihadapkan pada risiko yang relatif tinggi
karena rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca. Hal ini dapat
menyebabkan kematian yang tinggi dan menimbulkan kerugian, sehingga perlu
di identifikasi sumber risikonya. Sumber risiko yang menghambat kegiatan ternak
ayam broiler yang mengikuti kemitraan di Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro dapat berasal dari kegiatan produksi, logistik, serta sosial dan
geografis. Sedangkan risiko ekonomi dan politis tidak ada karena sudah
tereduksi dengan adanya kemitraan.
5.2.1 Risiko Logistik
Risiko logistik merupakan risiko dengan ketersediaan sumber daya untuk
produksi. Ada tiga kategori penyebab utama pada risiko logistik berupa kualitas
37
DOC, kualitas air minum, dan kualitas kandang. Sumber risiko yang ada dengan
penyebab utama saling berkaitan. Adapun gambar Fishbone yang dapat
menggambarkan sebab akibat terjadinya risiko terdapat pada gambar 5.1:
38
Sumber: Data Primer diolah, 2018. Keterangan:
= Pernyataan efek/permasalahan, = Kategori penyebab utama, / =Akar permasalahan
Gambar 5.1
Fishbone Risiko Logistik pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Kualitas Air Minum
Musim kemarau panjang
Bakteri dapat berkembang
Air kurang oksigen
Sumber air langsung dari
bawah Air tidak
ditampung
Kualitas DOC
Kualitas Kandang
Ayam sakit
Ayam sulit tumbuh
Ayam keluar dari tempat
Ayam jatuh dari lubang
Peternak tidak bisa memilih DOC dari perusahaan
Siklus indukan dari perusahaan
Kurang pembatas
Kurang pengawasan anak kandang
Risiko Logistik
39
Gambar 5.1 menjelaskan tentang sebab akibat risiko tersebut terjadi pada
usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Adapun
sumber risiko logistik meliputi kualitas DOC, kualitas air minum, dan kualitas
kandang.
1. Kualitas DOC
DOC yang digunakan oleh peternak berasal dari masing-masing
perusahaan kemitraan, sesuai dengan standar yang ditentukan. Kualitas DOC
teridentifikasi merupakan penyebab kegagalan produksi karena jika DOC yang
diberikan perusahaan inti kurang baik, tingkat kematiannya juga tinggi. Standart
kematian yang masih bisa ditoleransi ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar
3 persen dalam satu siklus. Rata-rata kejadian dalam enam siklus dari sumber
risiko kualitas DOC sebesar 1,4 dengan rata-rata probabilitas sebesar 22
persen. Disini peternak tidak dapat memilih DOC yang disediakan perusahaan
inti. Peternak mengaku sebenarnya DOC yang diberikan perusahaan
kualitasnya sudah bagus, namun jika peternak mendapat DOC dari induk ayam
yang sudah tua atau hampir afkir dirasa kurang bagus, sulit tumbuhnya dan jika
mendapat DOC dari indukan muda ayam cepat besar tetapi rentan terserang
penyakit. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekarrini et al
(2016) salah satu sumber risiko yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
budidaya ayam broiler yaitu pada keadaan DOC. Jika DOC ini memiliki kualitas
yang baik maka angka mortalitas rendah tetapi jika kualitas DOC tidak baik maka
angka mortalitas juga tinggi. Angka mortalitas yang rendah maupun tinggi dapat
menyebabkan terjadinya kerugian dan pengurangan populasi.
Gambar 5.2
Ayam Sakit dan Sulit Tumbuh (Kerdil)
40
2. Kualitas Air Minum
Air yang digunakan peternak untuk minum ayam berasal dari sumur. Saat
musim kemarau panjang air menjadi sedikit sehingga bakteri berkumpul dan
mudah berkembang. Hal itu yang menyebabkan ayam mudah terserang
penyakit. Selain itu air yang langsung dari bawah tanah kurang oksigen sehingga
perlu ditampung terlebih dulu. Air yang digunakan untuk minum minimal harus
jernih dan pH sesuai. Penelitian Khumaini et al (2012) air minum yang layak
dikonsumsi harus memenuhi kriteria seperti derajat keasaman (pH) antara 6,6-
7,2 karena pH air di bawah tersebut dapat menimbulkan mikroorganisme
pathogen. Peternak mengaku bahwa air minum memiliki pengaruh terhadap
kematian ayam, sedangkan untuk pakan tidak menimbulkan masalah karena
pakan dari pabrik sudah higienis. Kejadian risiko untuk kualitas air minum dalam
enam siklus berjumlah 4 dengan rata-rata probabilitas 17 persen. Pencegahan
dilakukan dengan pemberian antibiotik jenis Protek Enro pada air minum pada
umur 1-4 hari. Vitamin diberikan pada minggu awal menggunakan jenis Bromax
kemudian minggu berikutnya menggunakan vitamin jenis Vito yang dicampurkan
ke dalam minuman ayam.
Gambar 5.3
Sumber Air untuk Seldek dan Minum Ayam
3. Kualitas Kandang
Kandang yang digunakan yaitu kandang panggung dan tertutup. Sebelum
DOC masuk kandang, peternak memastikan bahwa semua peralatan kandang
dicuci bersih, disanitasi, dan juga difumigasi hingga streril. Penelitian Sekarrini et
al (2016), secara umum risiko timbul disebabkan oleh keadaan kandang, apabila
keadaan kandang tidak dibersihkan hingga steril maka dalam budidaya ayam
akan terganggu dengan serangan penyakit-penyakit. Menurut Tamalluddin
41
(2016), kandang yang kurang nyaman membuat performa ayam tidak optimal.
Sumber risiko yang menjadi kendala disini kurangnya peralatan kandang, seperti
sekat pembatas yang berfungsi memisahkan ayam sesuai dengan bobotnya saat
seleksi. Sekat juga berfungsi membatasi pergerakan ayam sehingga mengurangi
energi yang terbuang. Apabila produksi ayam banyak peralatan yang digunakan
seharusnya juga ditambah, sehingga tidak mengakibatkan ayam keluar dari
batasan tempatnya maupun jatuh kebawah melalui celah pada kandang dan
mati. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan dari anak kandang.
Kejadian risiko untuk kualitas kandang dalam enam siklus berjumlah 3 dengan
rata-rata probabilitas 17 persen. Pemilihan lokasi kandang peternak ayam broiler
di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro rata-rata sudah
mempertimbangkan tempat yang strategis, seperti jauh dari perkampungan
sehingga bau ayam tidak menganggu lingkungan sekitar, namun tetap mudah
dijangkau.
Gambar 5.4
Kandang Ayam Broiler
5.2.2 Risiko Sosial dan Geografis
Risiko sosial dan geografis merupakan risiko yang berkaitan dengan
sumber daya sosial dan alam yang tidak dapat dikontrol oleh peternak dalam
produksi ayam broiler. Sumber risiko tersebut ada beberapa penyebabnya yaitu
perubahan cuaca, penyakit, serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, dan
kelalaian anak kandang. Adapun Fishbone yang dapat menggambarkan sebab
akibat sumber risiko sosial dan geografis terdapat pada Gambar 5.5:
42
Sumber: Data Primer diolah, 2018. Keterangan:
= Pernyataan efek/permasalahan, = Kategori penyebab utama, / =Akar permasalahan
Gambar 5.5
Fishbone Risiko Sosial dan Geografis pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Ayam dan sapronak
dicuri Penyakit
Perubahan Cuaca
Serangan Hama
Kelalaian Anak
Kandang
Infectious Coryza (Snot), Gumboro, Tetelo, Chronic Respiratory Disease (CRD)
Oksigen dalam kandang kurang
baik
Ayam stres
Dengar suara petir
Sifat tidak bertanggung jawab dari orang sekitar
Tikus, musang, dan kucing
Ayam masih kecil
Terpal dapat dirusak
Ayam Stres
Risiko Sosial dan Geograf
Kurang penjagaan
Kurang pengawasan
Tidak dilaporkan
Bakteri dan amoniak tinggi
Ayam sakit
Suhu kurang sesuai
43
Gambar 5.5 menjelaskan tentang sebab akibat risiko tersebut terjadi pada
usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Adapun
sumber risiko sosial dan geografis meliputi perubahan cuaca, penyakit, serangan
hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang.
1. Perubahan Cuaca
Cuaca merupakan suatu keadaan yang tidak dapat diprediksi, menurut
peternak penyebab kematian ayam tertinggi yaitu perubahan cuaca. Perubahan
cuaca dan iklim yang tidak menentu merupakan salah satu penyebab rentannya
ayam broiler terserang penyakit. Jumlah kejadian dari sumber risiko ini 19 dalam
enam siklus dengan probabilitas 32 persen, semua peternak ayam broiler di
Kecamatan Baureno mengalami risiko ini. Siklus alam yang secara alami
berubah-ubah dari hujan ke panas menjadikan hal tersebut tidak dapat dihindari
dan akan berulang setiap tahunnya, sehingga peternak ayam broiler hanya dapat
berusaha untuk meminimalisir kerugian yang akan ditimbulkan dengan beberapa
upaya.
Kandang tertutup disini diperlukan pengaturan suhu pada ayam, saat
musim hujan ayam membutuhkan penghangat dan saat cuaca panas diperlukan
pendingin. Hasil penelitian Wijayanti et al (2013) ayam broiler akan berproduksi
optimal pada suhu 18-21oC, pada periode starter kebutuhan suhunya mulai 29-
35oC, dan pada periode finisher membutuhkan suhu 20oC. Pada musim hujan
ayam menjadi stres dan berkumpul saat mendengar suara berisik dari petir.
Peternak menggunakan penghangat dengan tabung gas, dan saat musim hujan
biasanya sampai menghabiskan dua kali jumlah tabung gas pada cuaca biasa.
Saat cuaca panas peternak menggunakan seldek untuk pendingin dan blower
untuk sirkulasi keluar masuknya udara. Suhu ayam harus tetap dijaga
perlakuannya sesuai dengan umur ayam, pada periode starter maupun finisher
dengan bimbingan dari perusahaan kemitraan. Adapun gambar pemanas dan
pendingin dapat dilihat pada Gambar 5.6.
44
. Gambar 5.6
Pemanas dan Pendingin Kandang 2. Penyakit
Penyakit merupakan kategori penyebab risiko yang paling sering
megakibatkan kematian. Penyakit pada ayam disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, jamur, dan kekurangan zat-zat makanan. Biasanya ditanggulangi dengan
vaksinasi dan pemberian vitamin sesuai dengan kebutuhan ayam. Sesuai
dengan hail penelitian Syukma (2016) vaksinasi dilakukan agar ayam dapat
terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin akan menyerang pada ayam,
penularan penyakit pada ayam biasanya melalui kotoran. Penyakit yang sering
menyerang pada proses produksi ayam broiler di Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro yaitu penyakit snot (pilek) , gumboro, tetelo, dan Chronic
Respiratory Disease (CRD). Hasil penelitian Wiedosari dan Sutiastuti (2015)
bahwa ayam pedaging sangat peka terhadap penyakit terutama pada umur 11-
20 hari dan kejadian meningkat pada musim penghujan.
Pemberian vaksin pada ayam sudah dilakukan oleh perusahaan inti,
sebagai upaya untuk pencegahan terhadap penyakit dengan cara membuat
ayam mempunyai kekebalan tubuh yang tinggi terhadap satu penyakit tertentu.
Namun saat ayam sudah dikandang masih dapat terkontaminasi oleh lingkungan
kandang, seperti kebersihan kandang, kebersihan peralatan kandang, serta
sirkulasi udara dalam kandang, sehingga masih berkemungkinan untuk terserang
penyakit. Menurut peternak penyakit yang sering menyerang dan setiap
periodenya pasti ada yaitu Infectious coriza (snot) atau pilek ayam, peternak
menyebutnya crek. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis virus, gejalanya seperti
flu dan mengeluarkan lendir dari rongga hidung. Selain itu juga penyakit CRD
yang menyerang pernafasan ayam, disebabkan oleh oksigen dalam kandang
yang kurang baik yang mengandung amoniak. Hampir seluruh peternak
mengalami kejadian risiko ini dengan jumlah 18 kali dalam enam siklus dan
45
probabilitas terjadinya risiko sebesar 30 persen. Biasanya ayam yang terkena
penyakit dipisahkan dari ayam yang sehat. Gambar ayam yang terkena penyakit
dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7
Ayam Terserang Penyakit
3. Serangan Hama
Penutup dinding kandang ayam broiler terbuat dari terpal dan pelat seng.
Serangan hama pada ayam terjadi saat umur DOC masih kecil meskipun
kandang ayam tertutup namun tetap bisa masuk dikarenakan kandang yang
sudah lama terpalnya mudah dilubangi dan sudah banyak lubangnya. Seperti
adanya tikus, musang, dan kucing, dapat masuk melalui lubang tersebut . Lokasi
kandang yang berada dipersawahan mendorong adanya predator menganggu
ayam. Anak kandang perlu lebih waspada apalagi pada malam hari, biasanya
tikus dan musang sering menyerang ayam pada malam hari namun juga ada
yang siang hari. Rata-rata kejadian dalam enam siklus dari sumber risiko
serangan hama yaitu 1,25 dengan probabilitas 21 persen. Kerugian ekonomi
yang ditimbulkan oleh serangan hama memang tidak banyak tetapi jika dibiarkan
risiko ini akan berdampak pada kerugian hasil peternak.
Gambar 5.8
Lubang pada Kandang Ayam
46
4. Ayam dan Sapronak dicuri
Kategori penyebab risiko yang termasuk yaitu sifat tidak bertanggung
jawab dari orang sekitar. Pencurian tersebut terjadi pada malam hari dengan
menggunakan mobil, saat anak kandang sedang tidur. Menurut peternak ayam
boiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro perbuatan tersebut tidak
pernah ditindak lanjuti oleh para peternak hanya saja peternak lebih
memperketat keamanan sekitar kandang. Tindakan ini menyebabkan peternak
mengalami kerugian dan harus membeli pakan lagi. Peternak yang mengalami
hal tersebut tidak lantas melaporkan ke perusahaan inti namun menyelesaikan
masalahnya sendiri karena peternak berpendapat perusahaan pun tidak akan
menganti kerugiannya. Kejadian tersebut hanya dialami oleh dua peternak,
namun dampak kerugian akibat sapronak yang dicuri cukup besar.
5. Kelalaian Anak Kandang
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil
produksi. Banyaknya tenaga kerja tergantung kepada besarnya usaha yang
dijalankan, rata-rata dengan jumlah ayam 8.000 dibutuhkan dua anak kandang.
Kedisiplinan dan ketelitian anak kandang dalam pemeliharaan merupakan salah
satu kunci dalam kegiatan budidaya, karena timbulnya beberapa risiko pada
peternakan ayam broiler kaitannya dengan keberadaan sumberdaya manusia.
SDM menjadi salah satu faktor pendorong timbulnya beberapa sumber risiko
produksi, karena ketidaksiplinan SDM tidak memberikan dampak langsung
terhadap kematian, tetapi memberikan kontribusi atas timbulnya sumber risiko
produksi. Kejadian yang terjadi pada risiko ini berasal dari kurang pengawasan
anak kandang, seperti ayam keluar dari pembatas dan jenset mati. Ayam yang
dapat keluar dari pembatas biasanya ayam yang memiliki bobot rendah atau
lebih kecil dari ayam lain yang umurnya sama.
Selain itu kelalaian yang terjadi ketika jenset mati dengan tiba-tiba dan
ayam pun tidak mendapatkan pencahayaan sehingga ayam menjadi stres dan
mengakibatkan kematian. Pencahayaan juga penting bagi DOC untuk
merangsang makanan dan minuman serta menstimulasi pertumbuhan hormon
dalam tubuh ayam. DOC membutuhkan pencahayaan 24 jam dengan 12 jam
cahaya lampu berkekuatan 12-20 lux dan cahaya matahari 12 jam (Kanisius,
47
1986). Terdapat empat kejadian risiko tersebut dalam enam siklus produksi
dengan probabilitas 22 persen.
5.3 Tingkat Peluang, Dampak, dan Peta Risiko yang Tidak Dapat Tereduksi oleh Kemitraan
5.3.1 Analisis Probabilitas Produksi
Risiko usaha ternak ayam broiler dapat dihitung dengan data produksi
ayam broiler setiap siklus yang sudah dihasilkan. Data produksi yang digunakan
yaitu data produksi tahun 2017 dengan 6 siklus produksi. Jumlah setiap kali
produksi hasilnya berbeda tergantung pada risiko yang ada setiap kali produksi.
Berikut analisis probabilitas produksi ayam broiler.
Tabel 5.1 Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi pada Usaha Ayam Broiler di
Kecamatan Baureno
Analisis Probabilitas Risiko Produksi
Tahun Siklus Jumlah Rata-Rata Produksi (Kg)
2017
1 28.826,42
2 29.917,83
3 31.262.35
4 30.863.55
5 31.543,95
6 32.173,18
Total 184.587,28
Rata-rata 30.764,55
N 6
Standar Deviasi 68791,62
X 18.115
Z -0,183
Nilai Z table 0,429
Probabilitas Risiko 42,90%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Analisis probabilitas risiko pada usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro menunjukkan berapa kemungkinan terjadinya risiko.
Tabel 5.1 menunjukkan total rata-rata produksi ayam broiler pada tahun 2017
mencapai 184.587,28 kilogram, dengan rata-rata 30.764,55 kilogram
persiklusnya. Tingkat probabilitas dipengaruhi oleh batas normal risiko produksi
yang dapat ditoleransi oleh peternak rata-rata sebesar 18.115 kilogram persiklus
produksi. Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan terjadi penyimpangan
hasil produksi, dalam perhitungan dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
48
sebesar 42,9 persen. Besarnya probabilitas diperoleh dari nilai Z-score sebesar
-0,183 sehingga didapat nilai Z tabel sebesar 0,429.
Tingginya probabilitas risiko produksi ayam broiler di Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro sebesar 42,9 persen dapat disebabkan dari sumber risiko
pada kegiatan produksi ayam broiler. Sumber risiko yang mempengaruhi
produksi yaitu risiko sosial dan geografis serta risiko logistik. Risiko sosial dan
geografis merupakan kendala yang lebih dirasakan dampaknya terhadap hasil
produksi seperti ayam terserang penyakit, curah hujan, dan cuaca. Hal tersebut
tidak dapat dihindari oleh peternak ayam broiler, namun dapat ditanggulangi
dengan bantuan dari perusahaan kemitraan seperti pemberian vaksin dan cara
mengatur suhu dalam kandang dengan temperatur yang sesuai untuk umur
ayam broiler.
5.3.2 Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian Peternak
Risiko-risiko yang terjadi pada produksi ayam broiler menimbulkan dampak
yang akan merugikan terhadap penerimaan peternak. Hasil data kematian ayam
broiler dihitung untuk mengetahui seberapa besar dampak risiko tersebut.
Jumlah kematian merupakan selisih antara DOC masuk dengan jumlah ayam
broiler yang dihasilkan saat panen setiap siklusnya. Berdasarkan hal tersebut
maka dihitung kerugian yang dialami peternak dari perkalian antara jumlah ayam
yang mati dengan harga DOC pada siklus tersebut dan ditambahkan perkalian
antara jumlah DOC yang mati dengan biaya pemeliharaan per hari per ekor dari
setiap peternak. Besarnya dampak yang diakibatkan oleh risiko bagi peternak
ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dapat diketahui
dengan menghitung VaR (Value at Risk).
49
Tabel 5.2 Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian pada
Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi
Tahun Siklus Jumlah Kematian (Ekor) Kerugian (Rp)
2017
1 6.128 35.098.982
2 6.911 39.010.280
3 6.217 35.355.648
4 6.684 38.445.525
5 6.683 39.348.524
6 6.791 40.284.086
Total 227.543.045
Rata-rata 37.923.841
Standar Deviasi 84.800.286
Z 1,645
VaR 94.873.036
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Peternak di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro memproduksi
ayam broiler selama satu tahun rata-rata enam siklus. Kematian ayam broiler ini
disebabkan oleh adanya tingkat penyakit yang menyerang ayam broiler, cuaca
yang tidak menentu serta kualitas DOC. Berdasarkan perhitungan VaR pada
tabel 5.2 dapat diketahui besarnya dampak risiko. Nilai distribusi tabel Z diambil
pada tingkat 5 persen dengan taraf kepercayaan 95 persen menunjukkan nilai
1,645. Dampak risiko yang diakibatkan karena kematian ayam yaitu sebesar Rp
94.873.036. Artinya dengan tingkat keyakinan 95 persen kerugian yang di derita
peternak maksimal Rp 94.873.036 namun, ada 5 persen kemungkinan lebih
besar dari Rp 94.873.036. Hal ini bisa dinyatakan VaR Rp 94.873.036 at 5%.
Apabila peternak mengalami kerugian diatas nilai tersebut maka dinyatakan
risiko yang besar dari penerimaan kerugian.
5.3.3 Pemetaan Risiko
Sumber-sumber risiko yang telah dihitung didasarkan pada perhitungan
probabilitas serta dampak risiko. Hasil tersebut akan ditetapkan pada peta risiko
berdasarkan besarnya probabilitas serta dampak yang ditimbulkan oleh risiko
tersebut. Batasan besar atau kecilnya probabilitas serta dampak risiko diperoleh
dari persentase dan kerugian terjadinya risiko yang ditentukan oleh peternak
selanjutnya dicari rata-ratanya. Batasan tersebut merupakan batas yang
dianggap masih menguntungkan bagi peternak ayam broiler di Kecamatan
50
Baureno. Batasan probabilitas risiko yaitu sebesar 23,6 persen, sedangkan
batasan dampak risiko yaitu Rp 21.410.000 (Lampiran 6).
Tingkat probabilitas dan dampak risiko dari sumber risiko yang dialami
peternak di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dapat di klasifikasi pada
empat kuadran. Empat kuadran tersebut berdasarkan penilaian besar atau kecil
probabilitas, probabilitas risiko dapat dikatakan kecil apabila probabilitas risiko
tidak bernilai lebih tinggi atau kurang dari batas probabilitas (<23,6%).
Probabilitas risiko akan dikatakan besar jika probabilitas sumber risiko tersebut
melebihi batas probabilitas risiko (>23,6%). Adapun untuk dampak risiko dapat
dikatakan kecil jika dampak sumber risiko tidak melebihi atau kurang dari batas
dampak risiko yang sudah ditentukan (< Rp 21.410.000). Jika melebihi batas
dampak risiko yang sudah ditentukan artinya dampak dari sumber risiko tersebut
tergolong pada dampak risiko besar. Berikut merupakan tabel penilaian peternak
ayam broiler terhadap risiko berdasarkan probabilitas dan dampak risiko yang
ditimbulkan.
Tabel 5.3 Penilaian Peternak terhadap Risiko Berdasarkan Probabilitas dan Dampak Risiko
pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Penilaian Peternak Ayam Broiler
Sumber-Sumber Risiko
Probabilitas (%) Dampak (Rp)
Besar (>23,6) Kecil(<23,6)
Besar (> Rp 21.410.000)
Kecil (< Rp 21.410.000)
1. Risiko Logistik Kualitas DOC
22
4.600.000
Kualitas Air Minum
17
2.100.000
Kualitas Kandang
17
3.400.000
2. Risiko Sosial dan Geografis
Perubahan Cuaca 32
2.430.000
Tingkat Penyakit 30
3.000.000
Serangan Hama
21
1.025.000 Ayam dan Sapronak dicuri
17
10.250.000
Kelalaian Anak Kandang 22 983.333
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Tabel 5.3 menunjukkan besar dan kecilnya probabilitas serta dampak risiko
dari risiko logistik serta risiko sosial dan geografis. Sumber risiko logistik
51
teridentifikasi terdapat tiga kategori penyebab utama yaitu kualitas DOC, kualitas
air minum, dan kualitas kandang. Kualitas DOC memiliki probabilitas sebesar 22
persen dan dampak risiko Rp 4.600.000, kualitas air minum memiliki probabilitas
sebesar 17 persen dan dampak risiko Rp 2.100.000, dan kualitas kandang
memiliki probabilitas sebesar 17 persen dan dampak risiko Rp 3.400.000. Ketiga
penyebab sumber risiko tersebut memiliki probabilitas dan dampak risiko kecil,
karena lebih kecil dari batas probabilitas risiko 23,6 persen dan batas dampak
risiko Rp 21.410.000. Hal ini terjadi karena peternak ayam broiler di Kecamatan
Baureno Kabupaten Bojonegoro tidak sering bahkan ada peternak yang tidak
pernah mengalami sumber risiko tersebut, sehingga probabilitas dan dampak
terjadinya risiko kecil.
Selanjutnya, sumber risiko sosial dan geografis teridentifikasi terdapat
beberapa kategori penyebab utama yaitu perubahan cuaca, tingkat penyakit,
serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang. Dari
beberapa penyebab sumber risiko tersebut yang memiliki probabilitas tinggi yaitu
perubahan cuaca sebesar 32 persen dan tingkat penyakit 30 persen lebih besar
dari 23,6 persen. Ini menandakan bahwa perubahan cuaca dan tingkat penyakit
kemungkinan terjadi risikonya tinggi. Penyebab tingginya probabilitas perubahan
cuaca dan tingkat penyakit dikarenakan peternak ayam broiler mengaku cukup
sering mengalami kematian ayam karena kejadian tersebut, dikarenakan faktor
alam yang tidak dapat diprediksi oleh peternak meski sudah mengikuti kemitraan.
Sehingga mengakibatkan tingkat probabilitas risiko lebih besar dari batas
probabilitas yang ditentukan. Penyebab sumber risiko serangan hama, ayam dan
sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang memiliki probabilitas kecil karena
21, 17, 22 persen lebih kecil dari batas probabilitas risiko 23,6 persen. Namun
untuk dampak risiko semuanya masih tergolong kecil, dapat dikatakan kecil
karena semua sumber risiko memiliki dampak lebih kecil dari batas dampak risiko
Rp 21.410.000. Hal ini terjadi karena adanya upaya penanggulangan setelah
terjadinya risiko, yang dilakukan dengan bekerja sama antara perusahaan
kemitraan dan peternak sehingga dampak yang diakibatkan oleh sumber risiko
sosial dan geografis dapat diminimalisir.
Sumber-sumber risiko yang sudah diketahui besar nilai probabilitas serta
dampaknya akan dipetakan kedalam pemetaan risiko. Pemetaan risiko ini akan
mengetahui posisi risiko berdasarkan ukuran pada kuadran peta risiko sehingga
52
dapat merumuskan strategi untuk menangani risiko tersebut serta risiko yang
harus ditangani terlebih dahulu. Berikut merupakan peta risiko yang akan
menjelaskan posisi masing-masing sumber risiko logistik:
Probabilitas (%)
Kuadran I Kuadran II
Besar
23,6% Kuadran III Kuadran IV
Kualitas DOC Kualitas Air Minum Kualitas Kandang Kecil
Kecil Rp 21.410.000 Besar
Dampak (Rp)
Gambar 5.9 Pemetaan Sumber Risiko Logistik pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan
Baureno Kabupaten Bojonegoro
Hasil dari pemetaan risiko dapat dilihat posisi dari sumber-sumber risiko
yang dihadapi oleh peternak ayam broiler yang mengikuti kemitraan di
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Sumber risiko logistik teridentifikasi
terdapat beberapa kategori penyebab utama yaitu kualitas DOC, kualitas air
minum, dan kualitas kandang. Ketiga penyebab sumber risiko tersebut berada di
kuadran tiga dapat dilihat pada Gambar 5.9, kuadran tiga merupakan kuadran
yang memiliki probabilitas kecil dan dampak risikonya juga kecil. Probabilitas
yang terjadi pada sumber risiko kualitas DOC yaitu 22 persen lebih kecil dari 23,6
persen dan rata-rata dampak risiko sebesar Rp 4.600.000 lebih kecil dari batas
dampak risiko. Selanjutnya probabilitas yang terjadi pada sumber risiko kualitas
air minum yaitu 17 persen lebih kecil dari 23,6 persen dan rata-rata dampak
risiko sebesar Rp 2.100.000 lebih kecil dari batas dampak risiko. Sumber risiko
kualitas kandang juga memiliki probabilitas 17 persen lebih kecil dari 23,6 persen
dan rata-rata dampak risikonya sebesar 3.400.000. Probabilitas kecil dan
dampak lebih kecil dari batas dampak risiko sehingga ketiga penyebab sumber
risiko tersebut terdapat pada kuadran tiga. Probabilitas dan dampak dari sumber
risiko logistik tergolong kecil dikarenakan peternak ayam broiler di Kecamatan
53
Baureno mengikuti kemitraan dengan perusahaan inti, sehingga peternak juga
dibantu dalam menjalankan budidaya ayam broiler. Inti juga memberikan
bimbingan teknis untuk mengurangi terjadinya risiko-risiko yang masih dialami
peternak plasma. Gambar 5.10 merupakan peta risiko yang akan menjelaskan
posisi masing-masing sumber risiko sosial dan geografis:
Probabilitas (%)
Kuadran I Kuadran II
Besar Perubahan Cuaca Tingkat Penyakit
23,6%
Kuadran III Kuadran IV
Serangan Hama Ayam dan Sapronak dicuri Kecil Kelalaian Anak Kandang
Kecil Rp 21.410.000 Besar Dampak (Rp)
Gambar 5.10 Pemetaan Sumber Risiko Sosial dan Geografis pada Usaha Ayam Broiler di
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Sumber risiko sosial dan geografis teridentifikasi terdapat beberapa
kategori penyebab utama yaitu perubahan cuaca, tingkat penyakit, serangan
hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang. Penyebab
sumber risiko tersebut terbagi menjadi dua kuadran. Perubahan cuaca dan
tingkat penyakit berada di kuadran satu, sedangkan serangan hama, ayam dan
sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang berada di kuadran tiga. Kuadran
satu merupakan kuadran yang memiliki probabilitas besar namun dampak risiko
kecil. Adapun probabilitas dari perubahan cuaca sebesar 32 persen atau lebih
besar dari batas probabilitas 23,6 persen dan dampaknya Rp 2.430.000 lebih
kecil dari batas Rp 21.410.000. Tingkat penyakit memiliki probabilitas sebesar 30
persen lebih besar dari 23,6 persen dan dampaknya Rp 3.000.000 lebih kecil dari
Rp 21.410.000.
54
Kuadran tiga merupakan kuadran dengan probabilitas kecil dan dampak
risiko kecil. Adapun probabilitas dari serangan hama yaitu sebesar 21 persen
lebih kecil dari batas probabilitas, dan dampaknya Rp 1.025.000 lebih kecil dari
batas dampak risiko. Probabilitas dari ayam dan sapronak dicuri sebesar 17
persen lebih kecil dari batas probabilitas serta dampaknya Rp 10.250.000 lebih
kecil dari batas dampak risiko. Probabilitas kelalaian anak kandang yaitu sebesar
22 persen lebih kecil dari batas probabilitas, dan dampaknya sebesar Rp 983.33
lebih kecil dari batas dampak risiko yang ditentukan. Nilai dari probabilitas dan
dampak risiko tersebut lebih kecil dari batas probabilitas dan dampak risiko
sehingga penyebab sumber risiko serangan hama, ayam dan sapronak dicuri,
serta kelalaian anak kandang berada pada kuadran tiga.
5.3.4 Strategi Penanganan
Tahap akhir dari analisis ini yaitu merumuskan strategi yang tepat untuk
mengurangi atau bahkan menghindari risiko tersebut. Alternatif strategi yang
akan digunakan untuk sumber risiko berkaitan dengan pemetaan risiko, yaitu
strategi menghindari risiko (preventif). Strategi preventif dilakukan untuk
kemungkinan terjadinya risiko yang besar menjadi kecil. Strategi ini dibuat untuk
menangani sumber risiko pada kuadran satu dan dua agar dapat bergeser pada
kuadran yang memiliki probabilitas kecil. Sumber risiko yang terdapat pada
kuadran satu yaitu perubahan cuaca dan tingkat penyakit, dengan probabilitas 32
dan 30 persen lebih besar dari batas 23,6 persen. Preventif dilakukan dengan
beberapa cara antara lain yaitu membuat atau memperbaiki sistem serta
prosedur, mengembangkan sumber daya manusia, dan memasang atau
memperbaiki fasilitas fisik (Kountur, 2008). Strategi preventif yang dapat
diterapkan pada usaha budidaya ayam broiler dengan sistem kemitraan di
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro yaitu:
1. Perubahan Cuaca
Terjadinya sumber risiko perubahan cuaca memiliki probabilitas tinggi
dikarenakan faktor alam yang tidak dapat diprediksi, namun dampak dari
perubahan cuaca dapat dicegah. Peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno
semuanya menggunakan kadang tertutup maka pencegahan dapat dilakukan
dengan pengaturan suhu dalam kandang dan pada ayam. Penelitian yang
dilakukan oleh Palupi (2015) salah satu faktor yang mempengaruhi stres pada
55
ayam broiler yaitu sistem pengaturan suhu tubuh ayam serta manajemen
kandangnya, yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut mengatur
manajemen kandang yang baik. Ketika musim hujan ayam membutuhkan
penghangat dan penerangan yang sesuai, biasanya dengan menggunakan
pemanas dari tabung gas. Saat cuaca panas pengaturan suhu dilakukan dengan
menggunakan seldek untuk pendingin dan blower untuk sirkulasi keluar
masuknya udara. Disini kedisiplinan anak kandang sangat berpengaruh saat
pengaturan suhu dalam kandang, sehingga anak kandang perlu mengerti suhu
yang sesuai pada ayam serta lebih memantau perubahan suhu pada kandang
akibat cuaca yang tidak menentu. Penjagaan juga perlu dilakukan saat
pengaturan suhu, anak kandang juga harus mengerti secara teknisnya agar anak
kandang dapat mengetahui prosedur dalam budidaya ayam broiler.
Pendampingan dan bimbingan dari perusahaan mitra disini juga diperlukan.
Adanya pengetahuan bagi anak kandang serta pengawasan diharapkan mampu
menghindari kerugian yang diakibatkan oleh sumber risiko yang masih tinggi
serta dapat meningkatkan produktivitas.
2. Sumber Risiko Tingkat Penyakit
Penyakit yang sering menyerang dan setiap periodenya pasti ada yaitu
Infectious coryza (snot) atau peternak sering menyebutnya crek. Penyakit ini
disebabkan oleh sejenis virus, gejalanya seperti flu dan mengeluarkan lendir dari
rongga hidung. Timbulnya penyakit yang menyerang ayam terjadi karena
beberapa faktor, antara lain lingkungan kandang seperti kebersihan kandang,
kebersihan peralatan produksi, sirkulasi udara dalam kandang, serta kebersihan
air minum. Hal tersebut menjadi pemicu timbulnya bakteri yang menyebabkan
penyakit. Beberapa hal yang dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber
risiko penyakit harus dimulai dari sebelum DOC masuk kandang sampai panen
ayam. Kandang yang menjadi tempat pembudidayaan harus bersih dan
peralatan yang digunakan juga harus dijaga kebersihannya sampai proses
pemberian pakan dan minum.
Strategi preventif yang dapat diterapkan dengan meningkatkan kedisiplinan
anak kandang dalam menjaga kebersihan alat dan lingkungan kandang.
Penanganan penyakit juga dapat dilakukan dengan melakukan kontrol secara
rutin, melaksanakan program sanitasi dan desinfeksi dengan anak kandang
56
melakukan pembersihan secara teratur untuk menciptakan lingkungan kandang
yang bersih sehingga dapat mencegah dari penyakit. Selain itu perlu dilakukan
program vaksinasi secara tepat dan akurat dalam upaya pencegahan penyakit
dengan pengobatan secara rutin. Sesuai dengan penelitian Syukma (2016)
vaksinasi dilakukan agar ayam dapat terhindar dari berbagai penyakit yang
mungkin akan menyerang ayam tersebut. Apabila diantara sekelompok ayam
yang sakit diduga snot ayam, sebaiknya ayam yang sakit segera dipisahkan dari
ayam yang masih sehat. Tempat makanan dan tempat minuman harus
dibersihkan dengan mempergunakan obat pembunuh kuman (Unibang, 1981).
Hal tersebut ditujukan untuk menjaga keamanan dan kesehatan peternak, anak
kandang, dan ayam sehingga dapat mencegah penularan penyakit dari ayam ke
manusia maupun sebaliknya.
Strategi penanganan terhadap sumber risiko ayam broiler di Kecamatan
Baureno Kabupaten Bojonegoro lebih mengutamakan risiko yang berada pada
kuadran satu. Akan tetapi sumber risiko yang berada pada kuadran tiga tidak
dapat diabaikan begitu saja, karena pada dasarnya semua sumber risiko harus
mendapatkan perhatian bagi pihak peternakan untuk keberhasilan usaha yang
dijalankan. Strategi penanganan terhadap risiko yang berada pada kuadran tiga
dilakukan dengan pencegahan terjadinya sumber risiko-risiko tersebut dan dapat
berkonsultasi dengan perusahaan inti serta sesama peternak ayam lainnya.
Demi keberhasilan usaha yang dijalankan dan agar hasil produksi maksimal
diperlukan koordinasi dari seluruh aspek manajemen seperti pihak perusahaan
mitra, peternak, serta anak kandang. Sesuai dengan penelitian Syukma (2016)
bahwa pemeliharaan ayam dengan manajemen yang baik dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan ayam lebih baik dan juga dapat mengurangi risiko
kematian pada ayam. Untuk mendorong semangat kerja dan kedisiplinan anak
kandang sebaiknya diberikan insentif bagi anak kandang yang bekerja dengan
baik dan berprestasi. Strategi preventif yang dilakukan diharapkan dapat
menggeser probabilitas risiko yang besar menjadi kecil yaitu risiko pada kuadran
I bergeser ke kuadran III.
57
Probabilitas (%)
Kuadran I Kuadran II
Besar Perubahan cuaca dan penyakit direduksi dengan:
Manajemen kandang yang baik
Pengaturan suhu yang sesuai
Kedisiplinan anak kandang
Menjaga kebersihan
Vaksinasi rutin 23,6%
Kuadran III Kuadran IV
Kecil
Kecil Rp 21.410.000 Besar Dampak (Rp)
Gambar 5.11 Strategi Preventif Risiko pada Usaha Ayam Broiler
58
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Adanya kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma dapat
mereduksi sumber risiko politis, risiko teknis, dan risiko keuangan.
2. Sumber risiko yang tidak tereduksi dengan adanya kemitraan yaitu risiko
logistik, serta sosial dan geografis. Sumber risiko logistik meliputi kualitas
DOC (Day Old Chick), kualitas air minum, dan kualitas kandang. Sumber
risiko sosial dan geografis terdiri dari perubahan cuaca, penyakit, serangan
hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang.
3. a) Risiko logistik memiliki probabilitas dan dampak yang rendah pada
peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno.
b) Risiko sosial dan geografis yang bersumber dari perubahan cuaca dan
tingkat penyakit memiliki probabilitas yang besar namun berdampak kecil
pada usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno. Sedangkan yang
bersumber dari serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian
anak kandang memiliki probabilitas dan dampak risiko kecil.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk meminimalisir
risiko pada sumber risiko perubahan cuaca dan penyakit dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Memperbaiki sistem manajemen kandang dengan lebih menekankan
kedisiplinan anak kandang dalam pengawasan dan pengaturan suhu yang
sesuai pada ayam
2. Meningkatkan kedisiplinan anak kandang dalam menjaga kebersihan sarana
prasarana serta melakukan program vaksinasi secara rutin.
3. Melakukan pengawasan serta bimbingan yang lebih intensif lagi, agar anak
kandang dapat menjalankan budidaya ayam broiler yang sesuai.
59
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Bojonegoro dalam Angka 2017. https://bojonegorokab.bps.go.id/. Diakses 12 September 2017.
Badan Pusat Statistik. 2016. Bojonegoro dalam Angka 2016.
https://bojonegorokab.bps.go.id/. Diakses 12 September 2017. Bahari, Muslich Mustadjab, Nuhfil Hanani, dan Bambang Ali Nugroho. 2012.
Analisis Contract Farming Usaha Ayam Broiler. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 30, No.2:109-127.
Darmawi, Hermawan. 2014. Manajemen Risiko. Bumi Aksara: Jakarta. Fitriza, Yulien Tika., F. Trisakti Haryadi., dan Suci Paramitasari Syahlani. 2012.
Analisis Pendapatan dan Persepsi Peternak Plasma terhadap Kontrak Perjanjian Pola Kemitraan Ayam Pedaging di Propinsi Lampung. Buletin Peternakan. Vol. 36, No.1: 57-65.
Gun, S.A.B. 2011. Alat dan Teknik Analisis Manajemen. PT. Indeks: Jakarta. Hafsah, M. J. 2000. Kemitraan Usaha Koperasi dan Strategi. Pustaka Sinar
Harapan: Jakarta. Kanisius.1986. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Khumaini, Achmad., Roisu Eni Mudawaroch., dan Hanung D.A. 2012. Pengaruh
Penambahan Sari Kunyit (Curcuma domestica Val) dalam Air Minum terhadap Konsumsi Pakan dan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler. Surya Agritama. Vol. 1, No.2.
Kountur, Ronny. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan.
Penerbit PPM: Jakarta. Lastinawati, Endang. 2016. Analisis Titik Impas dan Resiko Pendapatan Usaha
Ternak Itik Petelur di Desa Sugih Waras Kecamatan Belitang Mulya Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Jurnal Social Economic of Agriculture. Vol.5, No.1.
Maulana, Yusuf., Yusuf Mauludin, dan Erwin Gunadhi. 2014. Analisis Usaha
Peternakan Ayam Ras Pedaging (Broiler) dengan Pola Kemitraan. Jurnal Kalibrasi. Vol.12, No.12.
Muchtadi, Tien., Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2011. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta: Bandung. Mulyantono. 2003. Kemilaunya Broiler Riuhnya Kemitraan. Poultry Indonesia
Edisi Januari. GAPPI.
60
Murnawan, Heri., dan Mustofa. 2014. Perencanaan Produktivitas Kerja dari Hasil Evaluasi Produktivitas dengan Metode Fishbone di Perusahaan Percetakan Kemasan PT.X. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC. Vol.11, No.1.
Murthy, M., dan S.B. Madhuri. 2013. A Case Study On Suguna Poultry
Production Through Contract Farming in Andhra Pradesh. Asia Pacific Journal of Marketing & Management Review. Vol.2, No.5: 58-68.
Muwarni, Retno. 2010. Broiler Modern. Widya Karya: Semarang. Offayana, Gusti M., I Wayan W., dan I Gusti Ayu A.L.A. 2016. Analisis Risiko
Produksi Stroberi pada UD Agro Mandiri di Desa Pancasari Kecamatan Sukadasa Kabupaten Buleleng. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol.5, No.1.
Palupi, Rizki. 2015. Manajemen Mengatasi Heat Stress pada Ayam Broiler yang
Dipelihara Dilahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015. Palembang 8-9 Oktober 2015.
Priyono, Basuki Sigit., Nurhayatin Nufus., dan Dessy K. 2004. Performan
Pelaksanaan Kemitraan PT. Primatama Karya Persada dengan Peternak Ras Pedaging di Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol.6, No.2: 111-115.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian
Pertanian. 2016. Outlook Daging Ayam. epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses 26 September 2017.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian
Pertanian. 2015. Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015. epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses 15 Oktober 2017.
Rahma, Ulfa Indah Laela. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras
Pedaging pada Pola Usaha yang Berbeda di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. Vol.3, No.1.
Rusdiana, S., dan L. Praharani. 2015. Peningkatan Usaha Ternak Domba Melalui
Diversifikasi Tanaman Pangan: Ekonomi Pendapatan Petani. Agriekonomika. Vol.4, No.1.
Saragih, Nani S., Ketut Sukiyono, dan Indra Cahyadinata. 2015. Analisis Resiko
Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Rakyat di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. AGRISEP. Vol.14, No.1: 30-52.
Sekarrini, Rina., Mohamad Harisudin., dan Erlyna Wida Riptanti. 2016.
Manajemen Risiko Budidaya Ayam Broiler di Kabupaten Boyolali. AGRISTA. Vol. 4, No.3: 329-240.
61
Siregar, Ahmad R., Siti N.S., Zainal A., dan Veronica S. 2016. Market Risk Sharing In Partnership Broilers. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). Vol. 27, No.3: 20-25.
Soekartawi, Rusmandi, dan Effi Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian
dalam Agribisnis. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. Sumardjo, Jaka Sulaksana, dan Wahyu Aris D. 2004. Teori dan Praktik
Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya: Jakarta. Sumarno, Budi Hartono, Bambang A.N, dan Hari Dwi U. 2013. Farmers’
Motivation Partnership Farming System of Broiler Industry in GERBANGKERTASUSILA East Java Indonesia. Journal of Economic and Sustainable Development. Vol 4, No.10.
Sutawi. 2007. Agribisnis Peternakan. UMM Press: Malang. Syukma, Yahya Dharma. 2016. Budidaya dan Analisa Ayam Broiler
Menggunakan Vitamin dan Ayam yang Tidak Menggunakan Vitamin (Ayam Herbal). Jurnal Nasional Ecopedon. Vol. 3 No.1: 77-082.
Tamalluddin, Ferry. 2016. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penebar Swadaya:
Jakarta. UNIBANG, 1981. Peternakan Unggas. Bhratara Karya Aksara: Bangkalan. Vinanda, Gita., Harianto, dan Lukytawati A. 2016. Risiko Produksi Ayam Broiler
dan Preferensi Peternak di Kabupaten Bekasi. Jurnal Manajemen & Agribisnis. Vol.13, No.1.
Wiedosari, Ening., dan Sutiastuti Wahyuwardani. 2015. Studi Kasus Penyakit
Ayam Pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 9, No.1.
Wijayanti, Reny Puspa., Woro Busono., dan Rositawati Indrati. 2013. Effect of
House Temperature on Performance of Broiler in Starter Period. Zakaria, Fauzan. 2015. Pola Kemitraan Agribisnis. Ideas Publishing: Gorontalo.
repository.ung.ac.id. Diakses 12 Desember 2017.
62
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN
DI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO
I. Identitas Responden :
Nama : …………………………………………………………
Alamat : ……..........................................................................
Umur : ………………………………………………………...
Jenis kelamin : Laki-laki/ perempuan
Status : Menikah/ belum menikah
Pendidikan terakhir : …………………………………………………………
Berapa lama menggeluti usaha peternakan ayam: ………………………………….
Berapa lama mengikuti kemitraan dengan perusahan: ……………………………..
Perusahaan kemitraan apa yang diikuti saat ini : …………………………………....
II. Pertanyaan Penelitian
Mohon diisi pertanyaan berikut:
A. Risiko Keuangan
1). Sumber modal? (sendiri/ perusahaan kemitraan/ koperasi/ pinjaman bank/ pinjaman………………...…………………..…………………..…………………..)
2). Bagaimana akses untuk mendapatkan modal pinjaman dari bank?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
4). Bagaimana akses untuk mendapatkan modal pinjaman dari pihak informal?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
5). Berapa tingkat bunga untuk modal pinjaman dari bank?
……………………………………………………………………………….....................
6). Berapa tingkat bunga untuk modal pinjaman dari pihak informal?
……………………………………………………………………………………………..
7). Alasan kenapa memilih menggunakan modal sendiri?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….........
8). Alasan kenapa memilih meminjam modal dari perusahaan kemitraan?
63
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
9). Alasan kenapa memilih meminjam modal di bank?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
10). Alasan kenapa memilih meminjam di koperasi? ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
11). Alasan kenapa memilih meminjam ke pihak informal?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
12). Berapa modal yang digunakan setiap sekali produksi? ………..…………(Rp)
13). Penjualan ayam broiler kepada siapa saja? (juragan/ tengkulak/ perusahaan/ rumah makan/ kepasar langsung, dan…………………………………………...)
14). Berapa harga yang diterima jika dijual keperusahaan?……………………(Rp)
15). Berapa harga yang diterima jika dijual ke tengkulak? …….……………….(Rp)
B. Hasil produksi
Data Jumlah Produksi dan Harga
Tahun Siklus Produksi (Kg) Harga (Rp)
2017
1
2
3
4
5
6
Data Kekurangan Produksi (Kematian) dan Harga
Tahun Siklus Kekurangan Produksi (Kg) Harga (Rp)
2017
1
2
3
4
5
6
1). Berapa produksi ayam broiler tertinggi? ..................................................... (kg)
2). Berapa produksi ayam broiler terendah? .................................................... (kg)
3). Berapa batas produksi yang dikatakan rugi per siklus produksi? ............... (kg)
64
4). Berapa batas kerugian yang dapat diterima per siklus produksi? .............. (Rp)
5). Berapa persentase batas kejadian risiko yang masih ditoleransi? .............. (%)
6). Berapa batas dampak risiko yang dapat ditoleransi? …..............................(Rp)
C. Risiko Logistik
1). Apakah ketersediaan sumberdaya manusia sudah terpenuhi sesuai kebutuhan?
............................................................................................................................
2). Apakah ketersediaan pakan sesuai dengan yang dibutuhkan dan dipesan?
……………………………………………………………………………………….
3). Apakah ketersediaan benih sesuai dengan yang dibutuhkan dan dipesan?
…………………………………………………………………………………….....
4). Apakah DOC yang ada sesuai dengan standar kualitas?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5). Apakah pakan yang digunakan sesuai dengan standar kualitas?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6). Apakah kestabilan pakan terkontrol dengan baik?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………...........
7). Apakah kesadaran memeriksa kualitas DOC dilakukan? Kenapa?
…………………………………………………………………………………………
D. Risiko Politis
1). Apakah selama ini ada hambatan bagi pemasok dari perusahaan untuk DOC?
…………………………………………………………………………………………
2). Apakah selama ini ada hambatan bagi pemasok dari perusahaan untuk pakan?
…………………………………………………………………………………………….
3). Apakah ada kecurangan transaksi saat pembelian DOC?
…………………………………………………………………………………………
4). Apakah ada kecurangan transaksi saat pembelian pakan?
………………………………………………………………………………….……
III. Gambaran umum usaha ayam broiler
Kegiatan produksi
65
1). Pengapuran
Tahapan proses:
……………………………………………………………………………….......
2). Pemilihan DOC (Day Old Chick)
Jenis DOC yang digunakan……………………………………………………
Waktu pemasukan DOC………………………………………………………..
Tahapan proses:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3). Pemberian pakan dan air minum
Waktu pemberian pakan dan air minum
Tahapan Proses:
……………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………..
4). Pemeliharaan kesehatan ayam broiler
Sistem pemeliharaan
……………..........................................................................................................................................................................................................................
Vaksinasi yang dilakukan
……………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………..
Menjaga kebersihan kandang
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tahapan proses
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5). Panen
Tahapan proses:
……………………………………………………………………………………..
66
IV. Penilaian peternak ayam broiler terhadap risiko berdasarkan (Probabilitas dan Dampak Risiko)
No Pertanyaan Jawaban
Risiko Logistik
1 a. Apakah kondisi kandang tidak sesuai dengan kualitas yang ditentukan dan apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?
b. Mengapa?
c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
2 a. Apakah pakan dan air minum sesuai dengan standar kualitas, apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?
b. Mengapa?
c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
3 a. Apakah kualitas DOC sangat berpengaruh terhadap produksi dan apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?
b. Mengapa?
67
c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
4 a. Apakah Bapak pernah mengalami kelebihan DOC dan apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?
b. Mengapa?
c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
Risiko Sosial dan Geografis
1 a. Apakah ada pencurian ayam broiler selama menjalankan usaha ternak ayam broiler?
b. Mengapa bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian karena hal tersebut?
68
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
2 a. Apakah bapak pernah mengalami kerugian
akibat kelalaian pekerja?
b. Bagaimana bisa terjadi?
c. Berapa kali bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung
akibat kejadian tersebut?
3
a. Apakah bapak pernah mengalami kerugian akibat ketidaktelitian pekerja?
b. Bagaimana bisa terjadi?
c. Berapa kali bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung
akibat kejadian tersebut?
4 a. Apakah perubahan cuaca yang tidak menentu
dapat mempengaruhi hasil produksi dan menjadi penyebab kegagalan produksi?
b. Bagaimana bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung
akibat kejadian tersebut?
5 a. Apakah Bapak pernah mengalami tingkat kematian ayam broiler tinggi akibat penyakit
b. Mengapa bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
69
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
6 a. Apakah Bapak pernah mengalami kekurangan produksi akibat ayam broiler diserang oleh virus?
b. Bagaimana bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
7 a. Apakah Bapak pernah mengalami serangan
hama seperti tikus, musang, dll?
b. Mengapa bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung
akibat kejadian tersebut?
Risiko Keuangan
1
a. Apakah Bapak pernah mengalami permasalahan selama proses produksi yang diakibatkan oleh naiknya harga DOC?
b. Bagaimana bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
70
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
2 a. Apakah Bapak pernah mengalami
permasalahan selama proses produksi yang diakibatkan oleh naiknya harga pakan?
b. Bagaimana bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
3 a. Apakah modal merupakan kendala pada proses produksi ayam broiler?
b. Mengapa?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
Risiko Politis
1
a. Apakah Bapak pernah mengalami kecurangan transaksi ketika melakukan pesanan DOC?
71
b. Mengapa bisa terjadi?
c. Berapa kali bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
2 a. Apakah Bapak pernah mengalami kerugian yang diakibatkan DOC tidak sesuai dengan pesanan dari pemasok perusahaan kemitraan?
b. Mengapa bisa terjadi?
c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?
d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?
V. Model reduksi risiko yang dilakukan oleh perusahaan kemitraan
1). Perusahaan kemitraan apa yang diikuti saat ini?
…………………………………………………………………………………………
2). Perusahaan kemitraan apa saja yang pernah diikuti selama ini?
…………………………………………………………………………………………
3). Berapa lama mengikuti perusahaan-perusahaan kemitraan tersebut?
…………………………………………………………………………………………
4). Alasan kenapa memilih perusahaan kemitraan yang saat ini diikuti?
…………………………………………………………………………………………
72
5). Apakah terdapat sistem kontrak dari perusahaan kemitraan?
…………………………………………………………………………………………
6). Bagaimana sistem kontrak yang dijalankan?
…………………………………………………………………………………………
7). Bagaimana penanganan dari perusahaan jika terjadi sumber-sumber risiko
tersebut?
a. Risiko Logistik (dijelaskan)
…………………………………………………………………………………………
b. Risiko Sosial dan Geografis (dijelaskan)
…………………………………………………………………………………………
c. Risiko Teknis (dijelaskan)
…………………………………………………………………………………………
d. Risiko Keuangan (dijelaskan)
…………………………………………………………………………………………
e. Risiko Politis (dijelaskan)
…………………………………………………………………………………………
8). Apakah terdapat penyuluhan dari perusahaan kemitraan?
…………………………………………………………………………………………
9). Apakah terdapat sistem pengontrolan dari perusahaan kemitraan?
…………………………………………………………………………………………
10). Bagaimana dan berapa kali dilakukan pengontrolan dalam satu periode?
…………………………………………………………………………………………
73
Lampiran 2. Data Responden
Data Karakteristik Responden Peternak Ayam Broiler
No. Nama
Responden Jenis
Kelamin Umur (th)
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Usaha Tani (th)
1 Umar Laki-laki 54 SD 3
2 H. Amar Yudarto, SE Laki-laki 45 S1 20
3 Sutrisno Laki-laki 45 SLTA 8
4 Drs. Imam Soleh Laki-laki 51 S1 12
5 Hj. Sri Munasih, S.Pd Perempuan 42 S1 8
6 H. Mansur Laki-laki 46 SLTA 10
7 Anshori Laki-laki 38 SLTP 5
8 Sugeng Laki-laki 40 Akademi 11
9 Mashuri, S.Pd Laki-laki 46 S1 7
10 Rohim Laki-laki 49 SLTA 2
74
Lampiran 3. Hasil Produksi Ayam Broiler Tahun 2017
Produksi Ayam Broiler Selama 6 Siklus Tahun 2017
Responden DOC (Ekor) Siklus Produksi (Kg) Hasil Produksi
(Ekor)
1 20.000
1 36.165,50 19.594
2 30.775,50 18.660
3 19.123,00 19.094
4 22.514,50 19.228
5 23.178,00 19.385
6 32.287,00 19.275
2
15.000
1 25.458,00 14.783
2 25.622,50 14.550
3 28.218,50 14.527
16.000
4 23.965,00 15.624
5 24.964,00 15.629
6 23.303,50 15.496
3 11.000
1 16.037,00 10.701
2 16.294,00 10.428
3 16.830,00 10.497
4 17.374,50 10.663
5 17.456,00 10.652
6 16.938,00 10.593
4 22.000
1 31.037,00 21.107
2 35.852,00 21.351
3 35.047,00 21.340
4 36.492,50 21.018
5 35.561,00 21.294
6 30.839,00 21.147
5 15.000
1 23.071,00 14.305
2 21.053,00 14.510
3 21.517,50 14.729
4 22.362,00 14.283
5 21.908,00 14.152
6 21.460,00 14.371
75
Lanjutan
6 15.000
1 24.952,00 14.620
2 23.830,00 14.595
3 23.417,50 14.482
4 22.958,50 14.504
5 21.207,00 14.208
6 23.821,00 14.210
7 20.000
1 32.637,00 18.913
2 32.628,00 19.207
3 35.173,50 18.986
4 36.771,00 19.274
5 37.451,50 19.142
6 35.442,50 19.076
8 16.000
1 26.158,00 15.307
2 25.027,00 15.482
3 26.653,50 15.393
4 26.094,00 15.206
5 25.903,50 15.530
6 27.994,00 15.583
9 14.000
1 18.074,50 13.622
2 17.752,00 13.705
3 17.933,00 13.633
4 18.392,00 13.742
5 18.019,00 13.520
6 17.830,00 13.495
10
39.000 1 54.674,20 37.920
40.000
2 70.344,30 38.601
3 88.710,00 39.102
4 81.711,50 38.774
45.000 5 89.791,50 43.805
6 91.816,80 43.963
Jumlah 288.000
1.845.873,00 Rata-rata
30.764,55
76
Lampiran 4. Perhitungan Kerugian
Responden Kematian
(Ekor/siklus)
Harga DOC (Rp)
Biaya Pemeliharaan/hari/ekor (Rp)
WK I
WK II
WK III
WK IV
Kerugian I
Kerugian II
Kerugian III
Kerugian IV
Jumlah Kerugian
(Rp)
1
406 5.000 62,50 137 105 85 79 744.937,50 616.875,00 536.562,50 533.250,00 2.431.625,00
1340 5.000 62,50 473 384 293 190 2.571.937,50 2.256.000,00 1.849.562,50 1.282.500,00 7.960.000,00
906 5.000 62,50 265 379 136 116 1.440.937,50 2.226.625,00 858.500,00 783.000,00 5.309.062,50
772 5.500 62,50 292 226 161 93 1.733.750,00 1.440.750,00 1.096.812,50 674.250,00 4.945.562,50
615 5.500 62,50 196 149 152 118 1.163.750,00 949.875,00 1.035.500,00 855.500,00 4.004.625,00
725 5.500 62,50 277 193 163 92 1.644.687,50 1.230.375,00 1.110.437,50 667.000,00 4.652.500,00
2
217 5.000 47,62 84 61 35 37 448.000,00 345.666,67 210.000,00 234.333,33 1.238.000,00
450 5.000 47,62 172 153 64 61 917.333,33 867.000,00 384.000,00 386.333,33 2.554.666,67
473 5.000 47,62 204 109 92 68 1.088.000,00 617.666,67 552.000,00 430.666,67 2.688.333,33
376 5.000 55,80 148 81 95 52 797.812,50 468.281,25 586.328,13 341.250,00 2.193.671,88
371 5.500 55,80 162 97 61 51 954.281,25 609.281,25 406.984,38 360.187,50 2.330.734,38
504 5.500 55,80 185 162 93 64 1.089.765,63 1.017.562,50 620.484,38 452.000,00 3.179.812,50
3
299 5.000 64,94 94 70 82 53 512.727,27 413.636,36 521.818,18 361.363,64 1.809.545,45
572 5.000 64,94 226 168 96 82 1.232.727,27 992.727,27 610.909,09 559.090,91 3.395.454,55
503 5.000 64,94 208 127 104 65 1.134.545,45 750.454,55 661.818,18 443.181,82 2.990.000,00
337 5.000 64,94 121 94 63 59 660.000,00 555.454,55 400.909,09 402.272,73 2.018.636,36
77
348 5.500 64,94 135 81 94 38 803.863,64 519.136,36 645.181,82 278.090,91 2.246.272,73
407 5.500 64,94 146 117 91 53 869.363,64 749.863,64 624.590,91 387.863,64 2.631.681,82
4
893 5.000 64,94 339 205 247 102 1.849.090,91 1.211.363,64 1.571.818,18 695.454,55 5.327.727,27
649 5.000 64,94 253 194 118 84 1.380.000,00 1.146.363,64 750.909,09 572.727,27 3.850.000,00
660 5.000 64,94 274 137 152 97 1.494.545,45 809.545,45 967.272,73 661.363,64 3.932.727,27
982 5.000 64,94 351 294 206 131 1.914.545,45 1.737.272,73 1.310.909,09 893.181,82 5.855.909,09
706 5.500 64,94 283 227 104 92 1.685.136,36 1.454.863,64 713.818,18 673.272,73 4.527.090,91
853 5.500 64,94 305 239 173 136 1.816.136,36 1.531.772,73 1.187.409,09 995.272,73 5.530.590,91
5
695 5.000 66,67 277 208 115 95 1.514.266,67 1.234.133,33 736.000,00 652.333,33 4.136.733,33
490 5.000 66,67 142 126 127 95 776.266,67 747.600,00 812.800,00 652.333,33 2.989.000,00
271 5.000 66,67 85 74 55 57 464.666,67 439.066,67 352.000,00 391.400,00 1.647.133,33
717 5.000 66,67 270 202 127 118 1.476.000,00 1.198.533,33 812.800,00 810.266,67 4.297.600,00
848 5.500 66,67 336 148 205 159 2.004.800,00 952.133,33 1.414.500,00 1.171.300,00 5.542.733,33
629 5.500 66,67 220 182 174 51 1.312.666,67 1.170.866,67 1.200.600,00 375.700,00 4.059.833,33
6
380 5.000 59,52 113 94 81 92 612.083,33 548.333,33 506.250,00 613.333,33 2.280.000,00
405 5.000 59,52 175 108 98 24 947.916,67 630.000,00 612.500,00 160.000,00 2.350.416,67
518 5.000 59,52 209 193 95 21 1.132.083,33 1.125.833,33 593.750,00 140.000,00 2.991.666,67
496 5.000 59,52 159 162 87 85 861.250,00 945.000,00 543.750,00 566.666,67 2.916.666,67
792 5.500 59,52 306 288 102 96 1.810.500,00 1.824.000,00 688.500,00 688.000,00 5.011.000,00
790 5.500 59,52 322 274 113 81 1.905.166,67 1.735.333,33 762.750,00 580.500,00 4.983.750,00
78
7
1087 5.750 66,07 419 393 165 110 2.603.037,50 2623275,00 1177687,50 836000,00 7240000,00
793 5.750 66,07 305 152 241 95 1.894.812,50 1014600,00 1720137,50 722000,00 5351550,00
1014 5.750 66,07 458 305 164 87 2.845.325,00 2035875,00 1170550,00 661200,00 6712950,00
726 5.750 66,07 391 118 155 62 2.429.087,50 787650,00 1106312,50 471200,00 4794250,00
858 5.750 66,07 385 231 168 74 2.391.812,50 1541925,00 1199100,00 562400,00 5695237,50
924 5.750 66,07 402 255 172 95 2.497.425,00 1702125,00 1227650,00 722000,00 6149200,00
8
693 5.750 62,50 318 190 103 82 1.967.625,00 1258750,00 727437,50 615000,00 4568812,50
518 5.750 62,50 247 116 94 61 1.528.312,50 768500,00 663875,00 457500,00 3418187,50
607 5.750 62,50 304 124 114 65 1.881.000,00 821500,00 805125,00 487500,00 3995125,00
794 5.750 62,50 385 207 105 97 2.382.187,50 1371375,00 741562,50 727500,00 5222625,00
470 5.750 62,50 277 103 57 33 1.713.937,50 682375,00 402562,50 247500,00 3046375,00
417 5.750 62,50 167 82 63 105 1.033.312,50 543250,00 444937,50 787500,00 2809000,00
9
378 3.272 63,78 152 94 76 53 565.201,14 391496,57 350457,71 268058,86 1575214,29
295 3.272 63,78 107 79 62 47 397.871,86 329023,71 285899,71 237712,57 1250507,86
367 3.272 63,78 119 85 60 52 442.493,00 354012,86 276677,14 263001,14 1336184,14
258 3.272 63,78 62 95 52 49 230.542,57 395661,43 239786,86 247828,00 1113818,86
480 3.272 63,78 247 107 61 65 918.451,86 445639,71 281288,43 328751,43 1974131,43
505 3.272 63,78 263 110 79 53 977.946,71 458134,29 364291,57 268058,86 2068431,43
10 1080 3.272 64,10 448 305 232 95 1.666.881,64 1271677,95 1071411,69 481352,82 4491324,10
1399 3.272 66,96 591 388 246 174 2.210.783,25 1633286,00 1150849,50 895578,00 5890496,75
79
Siklus Jumlah Kematian (ekor) Total Kerugian
1 6.128 35.098.982
2 6.911 39.010.280
3 6.217 35.355.648
4 6.684 38.445.525
5 6.683 39.348.524
6 6.791 40.284.086
Total 39.414 227.543.045
898 3.272 66,96 405 253 145 96 1.515.003,75 1065003,50 678346,25 494112,00 3752465,50
1226 3.272 66,96 611 325 127 163 2.285.598,25 1368087,50 594137,75 838961,00 5086784,50
1195 3.272 63,49 518 307 215 154 1.925.118,22 1277392,89 990146,67 777665,78 4970323,56
1037 3.272 63,49 625 110 194 108 2.322.777,78 457697,78 893434,67 545376,00 4219286,22
80
Lampiran 5. Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko Logistik Menggunakan Fishbone
Efek Kategori
Penyebab Utama
Akar Permasalahan
Risiko Logistik
Kualitas DOC
Ayam sakit Peternak tidak bisa memilih DOC dari perusahaan
Ayam sulit tumbuh
Siklus indukan dari perusahaan
Kualitas Air Minum
Air kurang oksigen
Sumber air langsung dari bawah
Air tidak ditampung
Musim kemarau panjang
Bakteri dengan mudah dapat berkembang
Kualitas Kandang
Ayam keluar dari tempat
Kurang pembatas
Ayam yang kecil dapat melewati batas
Ayam jatuh dari lubang
Kurang pengawasan anak kandang
Identifikasi Risiko Sosial dan Geografis Menggunakan Fishbone
Efek Kategori
Penyebab Utama
Akar Permasalahan
Risiko Sosial dan Geografis
Perubahan Cuaca
Ayam stres Terganggu suara petir
Ayam sakit Suhu kurang sesuai
Penyakit
Difteri,Gumboro, Tetelo, Chronic Respirator Disease (CRD)
Oksigen dalam kandang kurang baik
Bakteri dan amoniak tinggi
Serangan Hama
Tikus, musang, dan kucing
Ayam masih kecil Terpal dapat dirusak
Ayam dan Sapronak dicuri
Sifat tidak bertanggung jawab dari orang sekitar
Kurang penjagaan
Tidak dilaporkan pada pihak perusahaan
Kelalaian Anak Kandang
Ayam keluar dari pembatas
Kurang pengawasan anak kandang
81
Lampiran 6. Batasan-Batasan
Batasan Produksi dan Penerimaan (x)
Responden Batasan Risiko Produksi (x) Batasan Risiko Kerugian (x)
1 19.500 40.000.000
2 15.500 20.000.000
3 10.500 16.500.000
4 20.500 40.000.000
5 14.500 15.500.000
6 13.500 17.000.000
7 18.600 60.000.000
8 15.000 28.000.000
9 13.550 15.000.000
10 40.000 80.000.000
Total 332.000.000
Rata-rata 18.115 33.200.000
Batasan Probabilitas dan Dampak Risiko
Responden Batas Probabilitas (%) Dampak (Rp)
1 35 28.000.000
2 16 15.500.000
3 20 13.500.000
4 20 31.000.000
5 25 10.500.000
6 20 12.000.000
7 20 17.600.000
8 20 26.000.000
9 25 15.000.000
10 35 45.000.000
Total 214.100.000
Rata-rata 23,6 21.410.000
82
Lampiran 7. Perhitungan Probabilitas dan Dampak Risiko Logistik
Penilaian Peternak terhadap Probabilitas dan Dampak Risiko Logistik
Responden
Kualitas DOC Kualitas Air Minum Kualitas Kandang
Kejadian Risiko Probabilitas terjadinya
risiko Kerugian
Kejadian Risiko
Rata-rata/tahun
Kerugian Kejadian
Risiko
Probabilitas terjadinya
risiko
Kerugian
1 1 0,17 4.000.000 1 0,17 3.500.000
2 1 0,17 2.500.000 1 0,17 1.500.000
3 1 0,17 3.500.000
1 0,17 1.000.000
4 2 0,33 7.800.000
5 1 0,17 1.800.000
6 2 0,33 4.900.000 1 0,17 1.200.000
7 1 0,17 3.000.000
8 1 0,17 4.000.000 1 0,17 2.700.000
9 2 0,33 6.500.000
10 2 0,17 8.000.000 1 0,17 3.000.000 1 0,17 2.300.000
Jumlah 14 2,17 46.000.000 4 0,67 8.400.000 3 0,50 6.800.000
Rata-rata 0,22 4.600.000 0,17 2.100.000 1 0,17 3.400.000
Jumlah Total Risiko Logistik
Probabilitas
terjadinya risiko Dampak
Kualitas DOC 0,22 4.600.000 Kualitas Air Minum 0,17 2.100.000 Kualitas Kandang 0,17 3.400.000 Jumlah 0,55 10.100.000
83
Lampiran 8. Perhitungan Probabilitas dan Dampak Risiko Sosial dan Geografis
Penilaian Peternak terhadap Probabilitas dan Dampak Risiko Sosial dan Geografis
Responden
Perubahan Cuaca Tingkat Penyakit Serangan Hama
Kejadian Risiko
Probabilitas terjadinya
risiko Kerugian
Kejadian Risiko
Probabilitas terjadinya
risiko Kerugian
Kejadian Risiko
Probabilitas terjadinya
risiko Kerugian
1 2 0,33 1.800.000 2 0,33 3.600.000
2 1 0,17 1.500.000 1 0,17 3.000.000
3 1 0,17 1.300.000 2 0,33 2.800.000 1 0,17 600.000
4 3 0,50 3.500.000 3 0,50 3.500.000
5 1 0,17 750.000 1 0,17 1.300.000
6 1 0,17 1.250.000 2 0,33 2.000.000 2 0,33 2.200.000
7 2 0,33 2.600.000 1 0,17 1.700.000
8 3 0,50 2.100.000 2 0,33 3.400.000
9 2 0,33 3.500.000 3 0,50 4.200.000 1 0,17 500.000
10 3 0,50 6.000.000 1 0,17 4.500.000 1 0,17 800.000
Jumlah 19 3,17 24.300.000 18 3,00 30.000.000 5 0,83 4.100.000 Rata-rata 1,9 0,32 2.430.000 1,8 0,30 3.000.000 1,25 0,21 1.025.000
Ayam/Sapronak dicuri Kelalaian Anak Kandang
Kejadian Risiko
Probabilitas terjadinya risiko
Kerugian Kejadian
Risiko Probabilitas
terjadinya risiko Kerugian
1 0,17 850.000
1 0,17 14.000.000
2 0,33 1.200.000
1 0,17 6.500.000 1 0,17 900.000
2 0,33 20.500.000 4 0,67 2.950.000
1 0,17 10.250.000 1,33333 0,22 983.333
84
Lanjutan
Jumlah Total Risiko Sosial dan Geografis
Rata-rata probabilitas
terjadinya risiko Dampak
Perubahan Cuaca 0,32 2.430.000
Tingkat Penyakit 0,30 3.000.000
Serangan Hama 0,21 1.025.000
Ayam/Sapronak dicuri 0,17 10.250.000 Kelalaian Anak Kandang 0,22 983.333
Jumlah 1,21 17.688.333
Penilaian Peternak Ayam Broiler
Sumber-Sumber Risiko
Probabilitas (%) Dampak (Rp)
Besar (>23,6) Kecil(<23,6) Besar (> Rp 21.410.000)
Kecil (< Rp 21.410.000)
1. Risiko Logistik Kualitas DOC
22
4.600.000
Kualitas Air Minum
17
2.100.000
Kualitas Kandang
17
3.400.000
2. Risiko Sosial dan Geografis
Perubahan Cuaca 32
2.430.000
Tingkat Penyakit 30
3.000.000
Serangan Hama
21
1.025.000 Ayam dan Sapronak dicuri
17
10.250.000
Kelalaian Anak Kandang 22 983.333
85
Lampiran 9. Analisis Z-Score dan VaR
Analisis Probabilitas Risiko Produksi
Tahun Siklus Jumlah Rata-Rata Produksi (kg)
2017
1 28.826,42
2 29.917,83
3 31.262.35
4 30.863.55
5 31.543,95
6 32.173,18
Total 184.587,28
Rata-rata 30.764,55
N 6
Standar Deviasi 68791,62
X 18.115
Z -0,183882093
Nilai Z table 0,429
Probabilitas Risiko 42,90%
Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi
Tahun Siklus Jumlah Kematian
(Ekor) Kerugian (Rp)
2017
1 6.128 35.098.982
2 6.911 39.010.280
3 6.217 35.355.648
4 6.684 38.445.525
5 6.683 39.348.524
6 6.791 40.284.086
Total 227.543.045
Rata-rata ( x ) 37.923.841
S 84.800.286
Z 1,645
N 6
akar n 2,449489743
s/akar n 34.619.572
z(s/akar n) 56.949.196
( x )+z(s/akar n) 94.873.036
VaR 94.873.036
86
Lampiran 10. Dokumentasi