Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun...
Transcript of Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun...
0
DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR AKUNTASI DAGANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 MARTAPURA TAHUN
AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
PERDINI ADMA SARI
A1A308069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama. Tujuan
penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan adalah untuk menghasilkan
lulusan yang siap kerja dan mandiri dengan perbekalan keahlian yang didapat
di sekolah. SMK memiliki beberapa jurusan, salah satunya adalah jurusan
akuntansi produktif. Hasil akhir pada pembelajaran produktif di jurusan
akuntansi adalah untuk melahirkan siswa-siswi yang berkompeten di bidang
akuntansi (menjadi seorang akuntan yang handal).
SMK program keahlian akuntansi mempunyai Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang terdiri dari Dasar Kompetensi Kejuruan (Dasar- Dasar
Akuntansi), Kompetensi Kejuruan Akuntansi, dan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Muatan Lokal/ global yang harus dikuasai siswa. Di dalam
Standar Kompetensi Lulusan terdapat beberapa standar kompetensi yang
terdiri dari beberapa kompetensi dasar, yakni pada SKL Dasar Kompetensi
Kejuruan (Dasar- Dasar Akuntansi) terdapat enam standar kompetensi yaitu
Menerapkan Prinsip Dasar Produksi Dalam Kegiatan Bisnis yang terdiri dari
dua kompetensi dasar, Menentukan Bentuk Badan Usaha dan Memanfaatkan
Lembaga Keuangan yang terdiri dari dua kompetensi dasar, Bekerjasama
dengan Kolega dan Pelanggan yang terdiri dari empat kompetensi dasar,
2
Berkomunikasi Melalui Telepon dan Faximili yang terdiri dari empat
kompetensi dasar, Mengerjakan persamaan dasar akuntansi yang terdiri dari
tiga kompetensi dasar, serta Mengelola Bukti Transaksi yang terdiri dari tiga
kompetensi dasar.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam baik dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan
dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa
dengan siswa lainnya. Seperti yang dipaparkan oleh Ary H. Gunawan (2010:
59) Perkembangan manusia sering dipengaruhi oleh berbagai faktor/aspek,
baik internal maupun eksternal. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh para
pendidik agar pandai-pandai memecahkan atau menggarap masalah
pendidikan melalui analisis sosiologis. Faktor intern meliputi faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan
fisik dan lingkungan sosial (Abu Ahmadi, 2007:27). Setiap individu memang
tidak ada yang sama. Perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku di kalangan anak didik. Ada siswa yang dapat menempuh
kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan,
namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya
mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh
adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya. Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan
menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam akuntansi, maka
3
diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan. Patokan tersebut dapat dilihat
dari tingkat keberhasilan belajar siswa. Tingkat keberhasilan belajar siswa
terhadap proses belajar dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan
tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai
berikut:
a. Istimewa / maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai siswa
b. Baik sekali / optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa
c. Baik / minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%- 75
% dikuasai siswa
d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 60% dikuasai siswa (Djamarah dan Zain, 2006: 107).
Di bawah ini data jumlah siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1
Martapura Tahun Ajaran 2011/2012 dan jumlah siswa yang memperoleh nilai
ulangan umum semester kurang dari 75 mengenai siklus akuntansi jasa dan
dagang.
4
TABEL 2
Daftar Jumlah Siswa kelas X Akuntansi
yang berkesulitan belajar
Kelas Jumlah SiswaJumlah Siswa dengan
Nilai UTS <75
X Akuntansi 1 35 11
X Akuntansi 2 35 14
Jumlah 70 25
(Data SMK Negeri 1 Martapura)
Dari data nilai Ujian Tengah Semester kelas X Akuntansi SMK
Negeri 1 Martapura terdapat 14 siswa atau lebih dari 35 persen siswa kelas X
Akuntansi yang berkriteria minimal dalam proses belajar, yaitu siswa yang
nilai ujian tengah semesternya kurang dari 75.
Kesulitan belajar yang dialami siswa berbeda, sehingga cara
menanganinya juga berbeda sesuai permasalahannya. Dengan demikian siswa
tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari guru. Guru harus berusaha
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan cara mendiagnosa
kesulitan belajar yaitu meneliti dimana letak kesulitan yang dialami siswa
dalam mempelajari materi pelajarannya dan mencari alternatif pemecahan
masalah, dengan diagnostik kesulitan belajar siswa maka usaha perbaikan
terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa dapat dilaksanakan dengan
tepat dan terarah.
5
Pentingnya pemahaman siswa mengenai fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur dalam standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi maka dirasa
perlu untuk dilakukan pengkajian tentang kesulitan belajar siswa dalam
mempelajari siklus akuntansi dagang, khususnya pada standar kompetensi
Mengelola Bukti Transaksi. Hal ini perlu dilakukan agar guru dapat
mengetahui letak kesulitan siswa dalam penguasaan fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur dalam mengelola bukti transaksi sehingga dapat meminimalisir
kesalahan- kesalahan siswa dalam menyelesaikan persoalan siklus akuntansi
dagang. Selain itu guru dapat mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bukti transaksi pada siklus
akuntansi dagang sehingga dapat memberikan remedial kepada siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah:
pertama, SMK progran keahlian akuntansi mempunyai tiga Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang terdiri dari Dasar Kompetensi Kejuruan
(Dasar- Dasar Akuntansi), Kompetensi Kejuruan, dan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal/ global yang harus dikuasai siswa.
Dalam SKL Dasar Kompetensi Kejuruan terdapat Standar Kompetensi
mengelola bukti transaksi yang merupakan salah satu standar kompetensi
yang sangat penting karena merupakan hal yang paling mendasar dalam
mempelajari akuntansi. Kedua, terdapat siswa yang mengalami kesulitan
belajar akuntansi sehingga guru perlu memberikan program remedial. Ketiga,
6
guru belum mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa dalam
mempelajari kompetensi dasar Mengelola Bukti Transaksi.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini hanya
dibatasi pada kajian kesulitan belajar siswa dalam mempelajari siklus
akuntansi dagang khususnya pada standar kompetensi Mengelola Bukti
Transaksi berdasarkan tingkat kognitif pengetahuan, dan pemahaman
mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Kajian kesulitan belajar tersebut dapat ditelaah dengan diagnostik
kesulitan belajar serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
D. PERUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul
permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Identifikasi kesulitan apakah yang dihadapi siswa kelas X Akuntansi SMK
Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan soal akuntansi pada standar
kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat kognitif
pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur?
2. Siapa sajakah siswa yang mengalami kesulitan belajar akuntansi pada
standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat
kognitif pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur?
7
3. Faktor- faktor apa sajakah pada standar kompetensi sebelumnya yang
menyebabkan siswa kesulitan belajar akuntansi pada standar kompetensi
Mengelola Bukti Transaksi?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui identifikasi kesulitan yang dihadapi siswa kelas X
Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan soal akuntansi
pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat
kognitif pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur.
2. Untuk mengetahui siswa-siswa mana yang mengalami kesulitan pada
standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa pada kompetensi dasar sebelumnya
yang menyebabkan siswa kesulitan belajar akuntansi pada standar
kompetensi Mengelola Bukti Transaksi
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Berguna untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi.
2. Berguna untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola
Bukti Transasksi
8
3. Mengetahui siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam
akuntansi.
4. Mempermudah guru yang bersangkutan untuk memberikan program
remedial secara tepat dan terarah.
5. Meminimalisir kesalahan siswa dalam mengerjakan persoalan
akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. AKUNTANSI DAGANG
Perusahaan dagang memiliki karakteristik sebagai berikut:i. Perusahaan dagang menjual produk berupa barang berwujud antara lain
barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku (bahan mentah). Barang dagang tersebut berasal dari hasil pertanian, perkebunan, pertambangan, dan hasil industri.
ii. Perusahaan dagang tidak melakukan pengolahan atas barang dagang. Produk perusahaan dagang merupakan pembelian pihak luar.
iii. Perusahaan dagang memiliki aktivitas pokok sebagai berikut.1. Pembelian Barang.
Kegiatan pembelian dalam perusahaan dagang meliputi pembelian aktiva produksi, pembelian barang dagang serta pembelian barang dan jasa lain untuk kegiatan usaha. Pembelian tersebut dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit dan pada umumnya dilakukan kepada beberapa pihak atau pemasok (supplier).
2. Penyimpanan BarangSetelah melakukan pembelian, maka barang-barang yang tealh dibeli tersebut disimpan untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen. Pada umumnya penyimpanan barang diletakkan pada suatu gudang sebagai persediaan barang dagang perusahaan.
3. Penjualan BarangSumber utama pendapatan bagi perusahaan dagang berasal dari penjualan. Seperti pembelian, penjualan barang dagang juga dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit (Wahyu Adji, 2008: 3- 5).
10
Pemilik atau pengelola dapat memantau kondisi keuangan bisnis yang
dijalankan melalui langkah- langkah dalam akuntansi (Wahyu Adji, 2008: 6).
BAGAN 1
Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang
Dibuat dan diterima, dicatat dalam
Beberapa transaksi jugaDicatat langsung ke
Dibalik menggunakan dipindah ke
Dirangkum dalam di susun dalam
Ditutup menggunakan disesuaikan
menggunakan
Dilaporkan diikhtisarkan dalam
dalam bentuk
(Wahyu Adji, 2008: 7)
Akuntansi merupakan mata pelajaran yang menggunakan pendekatan
prosedural. Pendekatan Prosedural (procedural approach) dipakai bila
standar kompetensi harus dikuasai berupa langkah-langkah secara urut dalam
Bukti Transaksi
Ayat Jurnal Pembalik
Neraca Saldo setelah Tutup Buku
Ayat Jurnal Penutup
Neraca Saldo Setelah Disesuaikan
Kertas Kerja
Buku Besar Pembantu
- Jurnal Umum
- Jurnal Khusus
Buku besar
Neraca Saldo
Ayat Jurnal Penyesuaian
11
mengerjakan suatu tugas pembelajaran (Dependiknas, 2008: 12). Sedangkan
menurut Atmono (2009: 5) model pembelajaran lebih bersifat prosedural,
yaitu berisi tahapan tertentu. Salma (2008: 39) mengemukakan model
prosedural menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran
disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan.
Contoh: Dalam pelajaran akuntansi, agar siswa mampu menghitung laba atau
rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil). Siswa terlebih dahulu harus
mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar
(Penguasaan konsep); setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil
menghitung laba, dan rugi (Penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan
dalil atau prinsip jual beli (Penguasaan Penerapan dalil) (diakses pada tanggal
14 Februari 2012, http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-
langkah-mengurutkan-materi-pembelajaran).
Manfaat model prosedural, yakni:
1. Alur pelaksanaan model dilaksanakan secara jelas, biasanya arah diatur
dengan simbol tanda panah ( ), garis putus-putus untuk umpan balik
( ).
2. Setiap langkah jelas mudah diikuti
3. Dengan keteraturan ini, maka terjadi efektifitas dan efesiensi pelaksanaan
(Salma, 2008: 39).
Menurut Salma (2008: 81) Ilmu atau pengetahuan berdasarkan teori
informasi dapat dipilah dan dikaji karakteristiknya. Analisis pengetahuan
dilaksanakan melalui mengelompokkan jenis ilmu berdasarkan struktur di
12
dalamnya serta jenjang atau tingkat pemahamannya bagi proses belajar
seseorang.
Pada model disain pembelajaran merill (CDT) telah menyinggung
kategori ilmu itu. Ia menyatakan bahwa isi pelajaran terdiri atas fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip (Salma, 2008: 81).
1. Fakta
Bagi Merril (1983), fakta adalah informasi tentang nama, tempat,
kejadian julukan, istilah, simbol. Selain itu fakta juga mengenai
hubungan antar-informasi tersebut (Salma, 2008: 83).
2. Konsep
Konsep adalah kelompok objek atau kebendaan, kejadian, simbol,
yang memiliki kesamaan atau kemiripan karakteristik serta nama atau
julukan (Salma, 2008: 85).
Sedangkan menurut Santrock (2008: 352) yang mengutip pendapat
Zacks & tversky (2001), konsep adalah kategori - kategori yang
mengelompokan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti
umum. Selain itu mengutip pendapat Hann & Ramscar (2001) dan Medin
(2000) yang mengatakan bahwa konsep adalah elemen dari kognisi yang
membantu menyederhanakan dan meringkas informasi.
3. Prosedur
Kemp, dkk merumuskan prosedur adalah tugas atau pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh peserta didik secara bertahap atau berurutan.
Pendapat Merril juga tidak jauh berbeda dari pendapat Kemp,dkk.
Prosedur adalah rangkaian langkah pelaksanaan pekerjaan yang harus
13
dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu, atau untuk
menyelesaikan suatu masalah atau produk (Salma, 2008: 87).
4. Prinsip
Menurut Merril (1983), prinsip berupa penjelasan atau ramalan
atas suatu kejadian di dunia ini. Prinsip menyangkut hukum sebab-akibat
dengan sifat hubungan korelasi untuk menginterpretasikan kejadian
khusus (Salma, 2008: 86). Selain empat ragam pengetahuan menurut
Merril, ada empat aspek kognitif yang dibedakan atas enam jenjang
menurut taksonomi Bloom (1956) yang diurutkan secara hierarki
piramidal (Daryanto, 2008: 101). Sistem klasifikasi Bloom itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
BAGAN 2
Sistem Klasifikasi Bloom
Penilaian (Evaluation)
Sintesis (Syntesis)
Analisis (Analysis)
Penerapan (Application)
Pemahaman (Comprehension)
Pengetahuan (Knowledge)
Keenam aspek ini bersifat kontinu dan overlap (saling tumpang tindih).
Aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.
14
Dengan demikian:
Aspek 2 meliputi juga aspek 1;
Aspek 3 meliputi juga aspek 2 dan 1;
Aspek 4 meliputi juga aspek 3, 2, dan 1;
Aspek 5 meliputi juga aspek 4, 3, 3, dan 1;
Aspek 6 meliputi juga aspek 5, 4, 3, 2, dan 1; (Daryanto, 2008: 102).
Berikut ini penjelasan mengenai tiap aspek sebagaimana diberikan dalam
taksonomi Bloom (1956).
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom.
Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jemjang kemampuan
ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya
konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti
atau dapat menggunakannya (Daryanto, 2008: 103)
2. Pemahaman (Comprehension)
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-
mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain (Daryanto,
2008: 106)
3. Penerapan (Aplication)
Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata
cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi
baru dan konkret (Daryanto, 2008: 109)
15
Sedangkan menurut Sudjana (2009: 25) aplikasi adalah penggunaan
abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut
mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke
dalam situasi baru disebut aplikasi.
Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu persatu dalam rangka menyusun item tentang aplikasi.
1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat menetapkan prinsip yang sesuai.
2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.
3. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi
4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip atau generalisasi.
5. Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab-akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala.
6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif.
7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghdapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan.
8. Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi (Sudjana, 2009: 26-27)
5. Analisis (Analysis)
Menurut Sudjana (2009: 27) analisis adalah usaha memilah suatu
integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas
16
hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang
kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.
Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
atau komponen-komponen pembentuknya (Daryanto, 2008: 110)
6. Sintesis (Syntesis)
Menurut Sudjana (2008: 27) penyatuan unsur-unsur atau bagian-
bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Pada jenjang ini
seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan
jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada (Daryanto, 2008: 112).
Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. Kecakapan sintesis yang pertama adalah kemampuan menenmukan hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti dengan menambahkan satu unsur tertentu, unit-unit yang tak berharga menjadi sangat berharga. Termasuk dalam kecakapan ini adalah kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah dan yang lainnya.
Kecakapan sisntesis yang kedua ialah kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.
Kecakapan sintesis yang ketiga ialah kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lain (Sudjana, 2009: 28).
7. Penilaian (Evaluation)
Menurut Sudjana (2009: 28) evaluasi adalah pemberian keputusan
tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara
bekerja, pemecahan, metode, materill, dll. Dalam jenjang kemampuan ini
seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan,
17
atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Yang penting dalam
evaluasi ialah menciptakan kondisinya sedemikian rupa sehingga siswa
mampu mengembangkan kriteria, standar, atau ukuran untuk
mengevaluasi tertentu (Daryanto, 2008: 113).
B. KESULITAN BELAJAR DAN FAKTOR MEMPENGARUHINYAKesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses
belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai
hasil belajar ( Fakihuddin, 2007: 26).
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyatan manisfestasi gejala kesulitan belajar antara lain:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas dalam belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dan sebagainya.
5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang ajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih, menyesal, dan sebagainya ( Fakihuddin, 2007: 28)
Menurut Sucihatiningsih dan Heny Sulistyowati dalam Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi, banyak hal yang dapat
manghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi
suatu kegagalan. Faktor- faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada
18
pokoknya dapat digolongkan menjadi dua faktor. Faktor Intern, meliputi:
faktor biologis, kesehatan, faktor Psikologis, Intelegensi, perhatian, minat,
bakat, emosi. Sedangkan Faktor Ekstern yang meliputi: Lingkungan, faktor
suasana rumah, faktor ekonomi keluarga, faktor Lingkungan Sekolah, faktor
Lingkungan Masyarakat (diakses pada tanggal 11 Desember 2011,
(http://journal.unnes.ac.id/index.php/DP/article/download/474/431).
Menurut Muhibbin (2003: 182-184) kesulitan belajar juga dialami
oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai harapan.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini.
a. Faktor Intern SiswaFaktor intern siswa meliputi gangguan atau kekuranganmapuan psiko-fisik siswa, yakni
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
b. Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan meliputi:
1. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga
19
2. Lingkungan perkampungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer gruop) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Fakihuddin (2007:34) mengutip pendapat Djamarah (2002), menjelaskan
beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (siswa)
sebagai berikut.
1. Faktor lingkungan
a. Lingkungan Alami
Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah lingkungan
tempat tinggal anak didik, tempat mereka hidup dan berusaha
didalamnya. Lingkungan rumah/ sekolah yang gersang, pengap,
tandus, panas dan lembab sekali tentu membuat anak merasa bosan
dan cenderung gelisah, konsentrasi menurun, dan bisa jadi
membuat anak didik menghindari belajar (Fakihuddin, 2007: 38-
39)
b. Lingkungan sosial budaya
Sistem sosial yang berlaku akan mengikat perilaku mereka untuk
tunduk pada sosial, susila, dan norma hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah, sering
mendatangkan masalah tersendiri bagi kehidupan mereka di
sekolah ( Fakihuddin, 2007: 39)
2. Faktor Instrumen
Berbagai instrumen yang terkait dengan pencapaian tujuan pendidikan,
antara lain kurikulum, program pendidikan, dan guru ( Fakihuddin,
2007: 39).
3. Kondisi Fisiologis
Nasution, dkk (dalam Djamarah, 2007: 155 menjelaskan, pada umumnya
kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
20
seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan
belajarnya daripada orang yang dalam kelelahan ( Fakihuddin, 2007: 42)
4. Kondisi Psikologis
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam diri siswa tentu merupakan hal
utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang. Oleh karena itu,
faktor- faktor psikologis siswa seperti minat, bakat, motivasi, dan
kemampuan kognitif akan mempengaruhi proses dan hasil belajar anak
didik ( Fakihuddin, 2007: 42)
Fakihuddin (2007: 69) memaparkan pada garis besarnya penyebab
kesulitan dapat timbul dari dua hal, yaitu
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu
sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh:
- Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensi, ayau kecakapan/ bakat
khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu; kelemahan fisik;
panca indra, saraf, kecepatan, karena sakit dan sebagainya;
- Gangguan yang bersifat emosional;
- Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran tertentu;
dan
- Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk
memahami bahan lebih lanjut.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan
kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
- Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid aktif
antisipatif (kurang memungkinkannya siswa belajar secara aktif “student
active learning”)
- Sifat kurikulum yang tidak fleksibel; ketidakseragaman pola dan standar
administrasi;
- Beban studi yang terlampau berat;
- Metode mengajar yang kurang memadai
- Sering pindah sekolah
- Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar; dan
21
- Situasi rumah tangga yang kurang mendorong aktivitas belajar
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar
siswa baik dalam diri siswa maupun diluar diri siswa dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:
a). Minat
Tidak adanya minat seorang anak akan menimbulkan kesulitan belajar.
Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak akan sesuai dengan
kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe
khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu,
pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul
kesulitan. Minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak
mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dll (Dalyono, 2009: 235).
b). Motivasi
Menurut Woodworth dan Marques motif adalah suatu tujuan jiwa yang
mendorong individu untuk aktivitas- aktivitas tertentu dan untuk tujuan
tertentu terhadap situasi di sekitarnya ( Mustaqim dan Abdul Wahib, 2010:
72)
c). Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir (Dalyono,
2009: 234). Sehingga seseorang akan mudah mempelajari sesuatu yang sesuai
dengan bakatnya. Seorang anak yang harus mempelajari bahan yang lain yang
tidak sesuai dengan bakatnya akan mudah bosan, mudah putus asa dan
22
cenderung tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak yang tidak
suka mengikuti pelajaran sehingga nilainya rendah.
d). Inteligensi
Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang
dihadapi. Dan anak yang mempunyai IQ kurang yang banyak mengalami
kesulitan belajar (Dalyono, 2009: 233).
2. Faktor Ekstern ( faktor dari luar manusia)
2.1 Faktor Keluarga
• Sarana/Prasarana Kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang
disediakan oleh orang tua dan tidak adanya tempat belajar yang baik akan
menghambat kemajuan belajar anak (Dalyono, 2009: 240-241).
2.2 Faktor Sekolah
a). Guru
Besar kecilnya peranan guru dalam mengantarkan siswa mencapai
keberhasilan belajar sangat tergantung pada tingkat penguasaan materi,
metode, pendekatan, penggunaan media yang tepat ( Fakihuddin, 2007: 41)
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar (Dalyono, 2009: 242) apabila:
i. Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan
atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
ii. Hubungan guru dengan murid kurang baik, karena adanya sikap guru yang
tidak disenangi oleh murid-muridnya.
iii. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
23
iv. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar
siswa. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan
sebagainya.
v. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.
b). Faktor alat
Sarana/ prasarana juga berperan penting dalam pendidikan, khususnya dalam
mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan
Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994: 5) dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan sarana prasaran antara lain buku pelajaran, alat pelajaran,
alat praktik, ruang belajar, laboratorium dan perpustakaan (Fakihuddin,
2007:41).
c). Kondisi Gedung
Ruangan tempat belajar anak harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
i. Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat
masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.
ii. Dinding harus bersih, putih dan tidak kotor.
iii. Lantai tidak becek, licin atau kotor.
iv. Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian, sehingga anak mudah
konsentrasi dalam belajar (Dalyono, 2009: 244- 245).
Apabila beberapa hal diatas tidak terpenuhi, maka situasi belajar kurang baik.
Anak–anak akan selalu gaduh, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat.
C. DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
Dalam menjelaskan pengertian diagnosis ini, Abi Syamsudin mengutip pendapat Torndike dan Hagen (1955: 530- 532) sebagai berikut.
24
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejala (symptoms)
2. Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik artau kesalahan, dan sebagai yang esensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal (Fakihuddin, 2007: 62).
Sedangkan menurut Sudjana (2009: 5) penilaian diagnostik adalah
penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta
faktor penyebabnya. Pendapat ini diperjelas oleh Daryanto (2008: 37) yang
memaparkan tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan- kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan- kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik
juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “ Apakah peserta
didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau
landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” ( Anas Sudijono,
2009: 70).
Santrock (2008: 607) mengemukakan diagnostic testing terdiri dari
evaluasi area pembelajaran spesifik secara relatif dan mendalam. Tujuannya
adalah menentukan kebutuhan pembelajaran spesifik dari murid sehingga
kebutuhan tersebut dapat dpenuhi melalui instrusi reguler dan remedial.
Tahapan-Tahapan diagnosis (the level of diagnosis) menurut Ross
and Stanley and William yang dikutip Fakihuddin (2007: 63- 64) sebagai
berikut.
25
5. How can Errors be prevented
(Bagaimana kelemahan itu terjadi)
4. What remedies are suggest
(Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan)
3. Why do the errors happened
(Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi)
5. Where are the errors located
(Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalosasikan
1. Who are the pupils having problem
(Siapa-siapa saja siswa yang mengalami gangguan)
(Skema : Tahapan –Tahapan Diagnosis)
Dari skema diatas tampak bahwa keempat langkah pertama dari
diagnosis itu merupakan usaha perbaikan (corrective diagnosis) atau
penyembuhan. Sedangkan yang kelima merupakan upaya pencegahan
(preventive) (Fakihuddin, 2007: 64).
26
G. Kerangka Pikir
BAGAN 3
KERANGKA PIKIR
Sekolah Menengah Kejuruan program keahlian akuntansi memiliki tiga
Standar Kompetensi Lulusan yaitu dasar- dasar kompetensi kejuruan, kompetensi
kejuruan dan kompetensi dasar muatan lokal/ global. Siswa terlebih dahulu harus
memahami dasar- dasar kompetensi kejuruan agar dapat menguasai kompetensi
Standar Kompetensi Lulusan
SMK Program Keahlian Akuntansi
Dasar Kompetensi Kejuruan
SK. Mengelola Bukti Transaksi
Kompetensi Kejuruan
SK. Menyelesaikan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa dan dagang
Ketidakmampuan Memahami
Kesulitan Belajar
fakta
konsep
prinsip
prosedur
Diagnostik
Kesulitan Belajar
27
kejuruan. Dari landasan teori, mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran
yang bersifat prosedural yang didalamnya terdapat empat ragam pengetahuan
berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
Mempelajari akuntansi berarti mempelajari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Ketidakmampuan siswa dalam memahami empat ragam jenjang pengetahuan
tersebut berarti siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan siswa dalam
mengelola bukti transaksi mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam
materi pelajaran selanjutnya khususnya dalam menyelesaikan siklus akuntansi.
Adanya kesulitan yang dialami oleh siswa, maka perlu dilakukan diagnostik
kesulitan belajar untuk mengetahui letak kesulitannya serta faktor- faktor
timbulnya kesulitan belajar antara lain: 1) Faktor Intern, yakni hal- hal atau
keadaan yang muncul pada diri siswa sendiri; 2) Faktor Ekstern, yakni hal- hal
atau keadaan yang datang dari luar diri siswa.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN OPERASIONAL
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai
suatu gejala atau fenomena (Bambang Prasetyo, 2008: 42).
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi tentang kesulitan yang
dihadapi siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan
soal akuntansi pada pokok bahasan akuntansi dagang.
B. POPULASI PENELITIAN
Populasi adalah keseluruhan gejala/ satuan yang ingin diteliti. Sementara
itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti (Bambang
Prasetyo, 2008: 119). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura tahun ajaran 2011/2012.
TABEL 3
Jumlah Populasi
KELAS JUMLAH SISWA
XII SOSIAL 1 27 orang
XII SOSIAL 2 27 orang
JUMLAH POPULASI 54 orang
(Sumber : Data SMKN 1 Martapura tahun ajaran 2011/2012)
29
Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik total sampling atau complete enumeration yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Pengambilan sampel secara keseluruhan dimaksudkan agar dapat diperoleh data
yang lebih akurat.
C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian
penelitian. Pada metode analisis faktor variabel tidak dikelompokkan menjadi
variabel bebas dan terikat, namun sebagai penggantinya seluruh set hubungan
interdependen antar-variabel diteliti. Adapun variabel-variabel yang digunakan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Akuntansi
Dagang siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran
2011/2012 adalah:
1. Faktor Intern
1.1 Siswa
1. Minat (X1)
2. Motivasi (X2)
3. Bakat (X3)
4. Intelegensi (X4)
2. Faktor Ekstern
2.1 Faktor Lingkungan Keluarga
5. Sarana dan prasarana belajar yang ada di rumah (X5)
2.2 Faktor Lingkungan Sekolah
30
6. Cara penyajian guru (X6)
7. Hubungan antara guru dengan siswa (X7)
8. Hubungan antara siswa dengan siswa (X8)
9. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah (X9)
10. Kondisi lingkungan sekolah (X10)
11. Kondisi ruang belajar di sekolah (X11)
2.3 Faktor Lingkungan Masyarakat
12. Sikap teman-teman sebaya (X12)
13. Pengaruh teman terhadap semangat belajar (X13)
Variabel ini dapat diketahui dengan cara penyebaran angket dengan
menggunakan skala likert dalam pengukurannya. Pertanyaan yang akan dijawab
oleh responden diungkapkan melalui kata-kata sebagai berikut:
TABEL 4
Pilihan Jawaban Responden
Pernyataan Positif Negatif
Selalu (SL)/ Sangat setuju (SS) 4 1
Sering (S)/ Setuju (S) 3 2
Kadang- kadang (KK)/ Tidak Setuju (TS)
2 3
Tidak Pernah (TP)/ Sangat Tidak Setuju (STJ)
1 4
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Dokumentasi
31
Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah
siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura, daftar nilai Ulangan Umum
semester 1 mata pelajaran akuntansi tahun ajaran 2011/2012 dan standar
kompetensi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Teknik Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berapa tes tertulis dengan
memperhatikan hal berikut:
1. Sesuai dengan tujuan penelitian
2. Soal sesuai kurikulum
3. Butir soal berbentuk essay
Sebelum pelaksanaan tes, terlebih dahulu dilakukan uji coba tes untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas soal yang akan diujikan. Dibawah ini kisi-
kisi soal sesuai taxonomy bloom pengetahuan dan pemahaman berdasarkan ragam
ilmu pengetahuan.
TABEL 5
Kisi- Kisi Soal Tes DIagnostik
KOMPENTENSI DASAR
STANDAR KOMPETENSI
INDIKATOR DALAM RAGAM
JENJANG PENGETAHUAN
INDIKATOR DALAM SOAL
6. Mengelola Bukti Transaksi
6.1 Menyiapkan Bukti Transaksi Keuangan
Fakta
- Siswa dapat menafsirkan definisi bukti transaksi
- Siswa dapat menyebutkan jenis- jenis bukti transaksi
Konsep- Siswa dapat
mengetahui penggunaan bukti
32
transaksi- Siswa dapat
menggambarkan bukti transaksi
Prinsip
Siswa dapat menyebutkan unsur- unsur yang terdapat dalam bukti transaksi
Prosedur
Siswa dapat mengisi bukti transaksi
6.2 Menganalisa Bukti Transaksi
Fakta
Mengetahui perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi yang ada pada bukti transaksi
Konsep
Mengetahui pengaruh penambahan dan pengurangan pada harta, utang, modal, pendapatan, beban
Prinsip
Siswa dapat menentukan debet/ kredit dari akun yang bersangkutan
Prosedur
Siswa dapat menjumlah transaksi yang terdapat pada bukti transaksi, dan menentukan jumlah yang harus di debit atau di kredit
3. Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden) (Daryanto, 2008: 30). Pada penelitian ini kuesioner digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar pada siswa kelas
33
X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura. Dibawah ini kisi- kisi angket faktor-faktor
yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa
TABEL 6
Kisi- Kisi Angket Faktor- Faktor Kesulitan Belajar dalam Mempelajari Akuntansi Dagang
NO FAKTOR ASPEK INDIKATOR ITEM1. FAKTOR INTERN a. Minat - Ketertarikan
terhadap akuntansi- Sikap terhadap
pembelajaran akuntansi
1.1 Siswa b. Motivasi - Perhatian terhadap pembelajaran akuntansi
- Usaha untuk belajar akuntansi dagang
c. Bakat - Pemahaman terhadap akuntansi dagang
- Kemampuan menyelesaikan soal akunsi dagang
d. Intelegensi - Kecakapan dalam menyelesaikan soal akuntansi dagang
2. FAKTOR EKSTERN2.1 Lingkungan Keluarga
a. Sarana/Prasarana - Ruang Belajar- Alat- alat dan Buku
2.2 Lingkungan Sekolah
a. Cara Penyajian Guru
- Penguasaan Materi- Kejelasan menerangkan- Penggunaan metode mengajar
b. Hubungan Guru dan Siswa
- Perhatian guru terhadap siswa dalam belajar
c. Hubungan Siswa dengan Siswa
- Komunikasi siswa dalam pelajaran
34
d. Sarana dan Prasarana di Sekolah
- Fasilitas yang menunjang belajar di sekolah
e. Kondisi Lingkungan Sekolah
- Kondisi Gedung sekolah
- Letak gedung sekolah
f. Kondisi ruang belajar di Sekolah
- Kondisi ruang kelas
2.3 Lingkungan Masyarakat
a. Sikap teman-teman sebaya
- Pergaulan teman sebaya di luar sekolah
b. Pengaruh teman terhadap semangat belajar
- Pergaulan teman sebaya di luar sekolah terhadap keinginan belajar
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Untuk melihat ketepatan dan tingkat kepercayaan data diadakan uji
validitas dan reliabilitas dengan formulasi sebagai berikut:
1. Uji Validitas Angket
Untuk menentukan validitas item angket digunakan korelasi product
moment dengan angka kasar. Rumus lengkapnya adalah sebagai berikut:
r xy=¿¿
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi product moment
N = Jumlah subyek / responden
X = Skor butir angket
Y = Skor total angket (Anas Sudjiono, 2009: 181)
35
Setelah diperoleh harga koefisien korelasi product moment dari hasil
perhitungan, kemudian harga rhitung tersebut dibandingkan dengan harga rtabel
product moment dengan taraf signifikansi 5 %. Jika rhitung>rtabel maka maka
dapat dikatakan valid. Sebaliknya jika rhitung<rtabel maka dapat disimpulkan
bahwa data tidak valid.
2. Uji Reliabilitas Angket
Untuk menentukan reliabilitas suatu angket (butir soal)
menggunakan rumus Alpha, yaitu:
r11 =¿ nn−1
¿[1−∑ S i2
St2 ]
Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1 = Bilangan konstan
∑ S i2 = Jumlah varians skor dari tiap butir item
St2 = Varian total
(Anas Sudjiono, 2009: 208)
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes
(r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
36
1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil
belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan memiliki reliabilitas
yang tinggi (= riliable)
2. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang
diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi
(un- relaible) (Anas Sudjiono, 2009: 209)
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian diolah
sesuai dengan jenis data atau informasi. Teknik yang digunakan adalah teknik
persentase. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan angket dan hasil tes dari responden
b. Membuat tabel distribusi frekuensi dan menghitung persentasenya dengan
rumus yaitu:
P = x 100 %
Keterangan:
P = persentase
F = frekuensi jawaban responden dari item
N = jumlah responden yang memberi jawaban
(Anas Sudijono, 2009: 107).
F
N
37
DAFTAR PUSTAKA
Alim Sumarno, 2011. Langkah- langkah mengurutkan Materi Pembelajaran. (http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-langkah-mengurutkan-materi-pembelajaran, diakses pada tanggal 14 Februari 2012)
Abu Ahmadi, 2007. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Atmono, Dwi. 2009. Strategi Pembelajaran Ekonomi. Universitas Lambung Mangkurat Press. Banjarmasin.
Bambang Prasetyo dan Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dalyono, 2009. Psikologi Pendidikan.PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Daryanto, 2008. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Data Nilai Ulangan Tengah Semester SMK Negeri 1 Martapura.
Data Standar Kompetensi Lulusan SMK.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta.
Dewi Salma Prawiradilaga, 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Fakihuddin, 2007. Remedial dan Pengayaan. Bayumedia Publishing. Malang.
John W. Santrock, 2008. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Kencana. Jakarta.
Muhibbin Syah, 2003. Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mustaqim dan Abdul Wahib, 2010. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Nana Sudjana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
38
Sucihatiningsih dan Heny Sulistyowati, Faktor- faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi. (http://journal.unnes.ac.id/index.php/DP/article/download/474/431, diakses tanggal 11 November 2011)
Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. 2009. Jakarta
Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta..
Wahyu Adji, Suwerti, Suratno. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XII.Erlangga. Jakarta.