deteksi dini gangguan jiwa

3
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Gangguan Jiwa tidak terbatas pada psikotik atau yang kita kenal sebagai gila. Banyak macam gangguan jiwa ringan yang jika tidak segera diterapi menjadi berat dan mengancam nyawa. Biasanya gangguan itu bermanifestasi sebagai gangguan fisik. Dokter umum perlu memiliki bekal agar mampu mengenali gangguan jiwa yang melatarbelakangi keluhan pasien Hal ini dikemukakan Dan Hidayat, Kepala Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana dan Universitas Kristen Indonesia dalam Simposium “Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Terapi Gangguan Jiwa dalam Praktik Umum” yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Barat, Sabtu (27/10) di Jakarta Hidayat mengungkapkan Laporan The World Health Report 2001, antara lain mengatakan, 25 persen penduduk di dunia pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu masa dalam hidupnya, 40 persen diantaranya didiagnosis secara tidak tepat. Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa Barat (2002) menemukan 36 persen pasien yang berobat ke puskesmas mengalami gangguan Kesehatan jiwa. Hal ini bisa mewakili kondisi masyarakat secara umum. Gangguan yang umum terjadi adalah gangguan afektif atau gangguan mood, yaitu kecemasan, depresi dan mania. Menurut pembicara lain, dokter ahli jiwa Evalina Asnawi Hutagalung, anxiety atau kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan, tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan itu disertai beberapa reaksi tubuh yang khas dan datang berulang, seperti rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala dan rasa ingin buang air kecil ataupun besar. Perasaan ini disertai rasa ingin bergerak dan gelisah. Gejala psikologis yang terasa antara lain berupa ketegangan, kekhawatiran, panik, perasaan tidak nyata, takut mati, takut

description

deteksi dini gangguan jiwa

Transcript of deteksi dini gangguan jiwa

Page 1: deteksi dini gangguan jiwa

Deteksi Dini Gangguan JiwaGangguan Jiwa tidak terbatas pada psikotik atau yang kita kenal sebagai gila. Banyak macam gangguan jiwa ringan yang jika tidak segera diterapi menjadi berat dan mengancam nyawa. Biasanya gangguan itu bermanifestasi sebagai gangguan fisik. Dokter umum perlu memiliki bekal agar mampu mengenali gangguan jiwa yang melatarbelakangi keluhan pasien 

Hal ini dikemukakan Dan Hidayat, Kepala Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana dan Universitas Kristen Indonesia dalam Simposium “Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Terapi Gangguan Jiwa dalam Praktik Umum” yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Barat, Sabtu (27/10) di Jakarta 

Hidayat mengungkapkan Laporan The World Health Report 2001, antara lain mengatakan, 25 persen penduduk di dunia pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu masa dalam hidupnya, 40 persen diantaranya didiagnosis secara tidak tepat. 

Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa Barat (2002) menemukan 36 persen pasien yang berobat ke puskesmas mengalami gangguan Kesehatan jiwa. Hal ini bisa mewakili kondisi masyarakat secara umum. Gangguan yang umum terjadi adalah gangguan afektif atau gangguan mood, yaitu kecemasan, depresi dan mania. 

Menurut pembicara lain, dokter ahli jiwa Evalina Asnawi Hutagalung, anxiety atau kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan, tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan itu disertai beberapa reaksi tubuh yang khas dan datang berulang, seperti rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala dan rasa ingin buang air kecil ataupun besar. Perasaan ini disertai rasa ingin bergerak dan gelisah. 

Gejala psikologis yang terasa antara lain berupa ketegangan, kekhawatiran, panik, perasaan tidak nyata, takut mati, takut gila, dan takut kehilangan kontrol. Jenis gangguan kecemasan

Page 2: deteksi dini gangguan jiwa

adalah gangguan panik, gangguan fobia, gangguan obsesif kompulsif, stres pancatrauma, gangguan stres akut, dan gangguan kecemasan menyeluruh. 

Adapun gejala pokok depresi, menurut R Surya Widya, dokter ahli jiwa dari Rumah Sakit Jiwa Dr. SoehartoHerdjan Jakarta, adalah perasaan sedih dan kehilangan minat terhadap segala sesuatu. Pasien merasa murung, tidak memiliki harapan, terbuang dan tidak berharga. Sekitar 66 persen penderita depresi memikirkan untuk bunuh diri, tetapi hanya 10-15 persen yang melakukan. 

Sementara apa yang disebut dengan mania, menurut Hidayat adalah suasana perasaan yang meningkat disertai peningkatan jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mentaldalam berbagai derajat keparahan. Gejalanya berupa rasa senang berlebihan, energi bertambah, timbul hiperaktif, kebutuhan tidur berkurang, dan psikomotilitas meningkat, seperti banyak bicara dan merasa sangat optimistis (ATK) 

1.  Apakah Anda sering merasa sedih?2.  Apakah Anda sudah tidak dapat menikmati pekerjaan, olah raga dan hoby Anda?3.  Apakah Anda sering merasa lelah?4.  Apakah Anda mengalami kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak?5.  Apakah berat badan Anda meningkat atau menurun?6.  Apakah Anda sering menyalahakan diri sendiri?7.  Apakah Anda mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan atau berkonsentrasi pada pekerjaan Anda?8.  Apakah Anda merasa sepertinya ingin mengamuk atau ingin berdiam diri?9.  Apakah Anda merasa hidup ini tidak menarik dan Anda merasa tidak berharga? Bila anda menjawab "YA"  lima kali atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan di atas, anda dicurigai sedang mengalami depresi. Teknik menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas adalah metode skrining untuk deteksi dini adanya gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah Suatu keadaan dengan gejala klinis  berupa perubahan perilaku, perasaan dan pikiran berakibat dengan distres dan disabilitas / hendaya fungsi kehidupan. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Ni Kadek Duti .A.S.P.L dan Dr. Ratih Widayati pada saat memberikan  edukasi kesehatan kepada masyarakat di Ruang Fasilitas Umum (FASUM) RSUP Dr. Kariadi, Selasa 23 Oktober 2012.

Page 3: deteksi dini gangguan jiwa

 Masyarakat hendaknya semakin waspada terhadap gangguan-gangguan kejiwaan yang tidak disadari dan akhirnya terlambat untuk mendapatkan pengobatan. Selama acara edukasi, pengujung berkesempatan bertanya dan berdiskusi secara langsung dengan dokter pembicara tanpa dipungut biaya. Kegiatan tersebut merupakan agenda rutin RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, yang diadakan dua kali dalam satu minggu, yaitu pukul 10.00 WIB - 11.00 WIB setiap hari selasa dan kamis Di ruang Fasum (pintu pengunjung RSUP Dr. Kariadi). Bagi masyarakat yang ingin mengikuti acara diatas, silahkan hadir di RSUP Dr. Kariadi sesuai jadwal diatas (gratis).