Desa Cimenyan OVOP part 3
-
Upload
gunawan-muhammad -
Category
Documents
-
view
89 -
download
2
description
Transcript of Desa Cimenyan OVOP part 3
8
B. Kebijakan Pelaksanaan Industri Kreatif di Indonesia
Menurut Departemen Perdagangan RI (2008), hingga saat ini terdapat
beberapa inisiatif yang telah diajukan oleh pemerintah untuk menumbuhkan industri
kreatif, diantaranya:
1. UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian, yaitu pada Bab VI pasal 17 yang
menyatakan bahwa desain produk industri mendapat perlindungan hukum
2. UU No. 31 Tahun 2000 tentang desain industri dalam perlindungan ha katas
kekayaan intelektual
3. Keputusan Menteri Perindustriuan dan Perdagangan Nomor 20/MPP/Kep/I/2001
tentang pembentukan Dewan Desain Nasional/Pusat Desain Nasional (PDN)
4. Pusat Desain Nasional (PDN) sejak tahun 2001 s/d 2006, telah memilih 532
desain produk terbaik Indonesia
5. Tahun 2006, Departemen Perdagangan RI memprakarsai peluncuran program
Indonesia Design Power yang beranggotakan Departemen Perdagangan RI,
Departemen Perindustrian RI, Kementerian Koperasi dan UKM serta Kamar
Dagang Indonesia (KADIN)
6. Tahun 2007, diselenggarakan Pameran Pekan Budaya Indonesia, berdasarkan
arahan Presiden, dan diprakarsai oleh Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan
Masyarakat, serta melibatkan lintas departemen antara lain: Departemen
Perindustrian, Perdagangan, Budaya & Pariwisata, dan Kementerian UKM &
Koperasi.
7. Tahun 2007, Departemen Perdagangan RI meluncurkan hasil studi pemetaan
Industri Kreatif Indonesia dan menetapkan 14 subsektor Industri Kreatif
Indonseia berdasarkan studi akademik atas Klasifikasi Baku Usaha Industri
Indonesia (KBLI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik dan sumber data
lainnya (asosiasi, komunitas kreatif, lembaga pendidikan, lembaga penelitian)
yang rilis di media cetak, terkait dengan industri kreatif.
C. Konsep OVOP Sebagai Perwujudan Industri Kreatif di Desa Cimenyan,
Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung
Konsep OVOP pertama kali diperkenalkan dan dimulai oleh masyarakat
perdesaan di Oita Prefecture, Jepang pada tahun 1979. Gerakan masyarakat yang
tumbuh dari diri sendiri ini telah sangat berhasil meningkatkan pendapatan per kapita
Jepang menjadi dua kali lipat dalam dua dekade. Keberhasilan tersebut kemudian
9
menjadi contoh bagi sejumlah negara untuk mengembangkan potensi daerah dengan
pola serupa (Maryanti, 2011:2).
Beberapa negara yang sudah berhasil mengembangkannya adalah Thailand
(One Tambon One Product), Taiwan (One Town One Product), Malaysia (Satu
Distrik Satu Industri), Filipina (One Town One Product), dan Kamboja (One Village
One Product) (Triharini et al., 2012). Di Thailand, One Tambon One Product (OTOP)
yang diperkenalkan pemerintah Thailand sejak tahun 2001 dan dilaksanakan
sepenuhnya tahun 2002 berhasil dilaksanakan karena program OTOP didasarkan atas
keinginan kuat berbagai elemen masyarakat yang bekerja bersama-sama dengan
pemerintah untuk memperoleh manfaat yang lebih baik.
OVOP pada dasarnya adalah suatu konsep atau program untuk menghasilkan
satu jenis komoditas atau produk unggulan yang berada dalam suatu kawasan tertentu.
Pengertian kawasan dalam hal ini bisa meliputi suatu areal wilayah dengan luasan
tertentu seperti wilayah desa (village).
Penerapan OVOP atau Satu Desa Satu Poduk adalah suatu pendekatan
pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas
global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Jadi
pendekatannya adalah kompetensi inti daerah sentra. Disitulah bernaung banyak
industri kecil-industri kecil menengah yang akan dipilih adalah unggulannya, (Dirjen
Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian Indonesia).
Prinsip utama dalam konsep OVOP yang sesungguhnya bisa diterapkan pada
komoditas apapun. Namun yang pasti bahwa konsep OVOP ini justru berbasis kepada
UKM dan koperasi. Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi yaitu : (1)
produk komoditas yang berbasis sumberdaya lokal namun berdaya saing global
(Locally originated but globally competetive), (2) usaha mandiri dengan kreativitas
dan inovasi yang terus menerus, (3) munculnya proses pengembangan sumberdaya
manusia (human resources development), (4) aspek penting dari implementasi konsep
ini adalah adanya usaha untuk menciptakan produk yang memiliki daya saing dan
keunggulan dalam pasar yang luas, meskipun produknya berbasis sumberdaya lokal
(Putra, S.E, 2011)
Kegiatan OVOP dilakukan dalam konteks gerakan masyarakat dalam
pembangunan wilayah (daerah), namun salah satu inti dari gerakan tersebut adalah
menciptakan produk unggulan dan memiliki daya saing yang berasal dari keunggulan
atau keunikan yang dimiliki daerah tersebut. Kegiatan dalam program OVOP melalui
10
tahapan dimana sumber bahan baku mayoritas berasal dari sektor pertanian dan untuk
produk tertentu dikombinasikan dengan bahan baku dari sektor lain. Meskipun
demikian, ciri khas produk dipertahankan dan melibatkan pengusaha kecil dan
menengah yang berasal dari wilayah setempat.
Program OVOP bagi Indonesia merupakan tantangan untuk mempromosikan
berbagai produk unggulan Indonesia. Waktunya telah tiba untuk membangun kembali
Made in Indonesia dengan semangat baru yang fleksibel sekaligus menyeluruh serta
perencanaan program yang sinergis antara lembaga pemerintah, pengusaha (UKM)
dan kelompok masyarakat, serta NGO. Kesemua pihak ini saling terkait satu sama
lain dan terjalin dalam koordinasi tiga jalur untuk meraih tujuan yang sama, yaitu
menstimulasi dan mendorong perekonomian masyarakat serta mempersiapkan
dampak positif pembangunan daerah untuk mengurangi angka kemiskinan.
Adapun dalam pengembangan OVOP, harus memenuhi beberapa kriteria,
diantaranya:
1. Kesesuaian potensi sumberdaya alam. Konsep ini didukung dengan adanya rasa
kebanggaan dalam menghasilkan produk tersebut dengan menggunakan simbol,
jargon dan bentuk lainnya yang memberikan motivasi kepada penghasilnya
(IKM) untuk terus berinovasi dan berproduksi.
2. Kelompok masyarakat sebagai potensi SDM yang mempunyai keterampilan, etos
kerja dan semangat kerjasama. Strategi lain yang dilancarkan adalah penyediaan
dana konsultasi dan pelatihan untuk pengembangan SDM. Berbagai jenis
pelatihan diberikan secara gratis dan hands-on practice diselenggarakan secara
berkesinambungan baik di instansi bersangkutan maupun di masyarakat.
3. Peluang pasar yang dapat diisi baik potensi pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri (ekspor). Dalam kerangka mendorong usaha UKM, pemerintah mendirikan
Kantor Promosi UKM (OSMEP), Lembaga Pengembangan UKM (ISMED) dan
mengubah institusi Usaha Keuangan Industri Kecil menjadi Bank Pembangunan
UKM Thailand (SMED Bank of Thailand). Keberhasilan OTOP telah mengundang
lembaga lain untuk berperan aktif dan menggalakkan promosi dan pameran, seperti
yang diprakarsai oleh Otoritas Pariwisata Thailand (Tourism Authority of Thailand)
dan Badan Investasi (Board of Investment
4. Dukungan permodalan yang memadai. Pembiayaan ini juga diarahkan kepada
penduduk perkotaan yang kembali membangun desanya, sehingga sekaligus
memecahkan masalah urbanisasi. Penggunaan dana diantaranya untuk membeli
11
bahan baku, peralatan kerja, pendistribusian produk, dan pengembangan operasi
usaha. 5. Dukungan teknologi yang tepat guna yang memungkinkan tercapainya
peningkatan produktivitas. Pada era informasi dan globalisasi sekarang ini,
pemanfaatan sumberdaya teknologi informasi bukan lagi dinilai sebagai barang
mewah yang sulit dipahami. Pemerintah memfasilitasi masyarakat dengan
berbagai piranti teknologi, seperti pembukaan situs website sebagai sumber
informasi elektronik dan untuk keperluan perdagangan (e-commerce). 6. Adanya dukungan dan koordinasi yang solid diantara institusi Pemerintah.
Program OVOP lahir dari kebijakan dan strategi yang diterapkan pemerintah dan
perkembangannya terus dipantau, dievaluasi serta diperbaharui melalui berbagai
instrumen kebijakan untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu.
Disamping unsur-unsur tersebut di atas, beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan OVOP, yaitu:
1. Adanya konsistensi pembangunan secara bertahap yang dimulai sejak
Perencanaan pembangunan tahap pertama telah dilakukan lebih dari empat
dekade yang lalu hingga masa krisis ekonomi dan keuangan pada tahun 1997.
Kondisi ini mendesak pemerintah bekerja lebih keras untuk memulihkan
perekonomian dalam negeri pada dekade berikutnya.
2. Keberpihakan kepada Pengusaha Ekonomi Lemah dan Menengah dimana peran
sektor UKM sangat disadari sebagai tulang punggung perekonomian dalam
negeri sebab terbukti mampu bertahan dalam berbagai fluktuasi dunia
perekonomian. Keberpihakan pemerintah ditonjolkan melalui berbagai program
dan proyek nyata. Konkritisasi diantaranya diwujudkan dalam upaya memerangi
kemiskinan dan pengembangan sektor UKM melalui strategi pembangunan
pedesaan dengan landasan perencanaan matang dengan melibatkan tiga jalur
pembangunan pedesaan yaitu pemerintah, swasta, dan LSM/organisasi lokal
lainnya.
3. Terjalinnya koordinasi yang baik diantara para pelaku pembangunan. Kata kunci
disini adalah koordinasi yang tidak lepas dari atribut kepemimpinan (leadership).
Oleh karena itu, kepemimpinan pemerintah di tingkat pusat dan daerah diuji oleh
berbagai program dalam mata rantai pembangunan.
Pemilihan tomat sebagai komoditas utama di Desa Cimenyan adalah karena
desa ini merupakan salah satu penghasil tomat terbesar di Indonesia bersamaan
12
dengan Kecamatan Pangalengan dan Kecamatan Ciwidey. Selain daripada itu, Tomat
memiliki banyak varietas yang bisa dibudidayan sehingga diversitas produksi akan
tinggi. Buah tomat juga merupakan salah satu komoditas holtikultura yang bernilai
ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal
peningkatan hasilnya. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, tomat yang
dihasilkan di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara
Taiwan, Saudi Arabia dan India (Kartapradja & Djuariah, 1992). Oleh karena itu,
penerapan konsep OVOP di Desa Cimenyan diharapkan dapat membantu
meningkatkan rata-rata produksi tomat di Indonesia.
13
BAB III
DATA KONDISI WILAYAH
A. Keadaan Alam dan Geografis Desa Cimenyan
Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung terletak antara:
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Ciburial
2. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Mekarsaluyu dan Desa Cibeunying
3. Sebelah Timur : berbatasan Dengan Mekar Manik dan Desa Mandala Mekar
4. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kelurahan Padasuka.
Jarak Desa Cimenyan ke ibu kota Kecamatan Cimenyan sebesar 0,5 km
dengan waktu tempuh 15 menit dengan menggunakan ojek. Sementara, jarak ke
ibukota Kabupaten Bandung sebesar 25 km atau sekitar dua jam yang dapat ditempuh
dengan angkutan kota. Desa Cimenyan memiliki topografi yang berbukit-bukit
dengan ketinggian 700-1300 m di atas permukaan laut, curah hujan 2000-3000
mm/tahun dan suhu rata-rata harian 20-30 oC. Luas keseluruhan Desa Cimenyan
adalah 704.897,2 ha. Distribusi penggunaan lahan di Desa Cimenya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 3.1. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Cimenyan Tahun 2007
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Sawah 24 0,33 Tegalan 633.712 89,90 Permukiman 72 0,01 Hutan Lindung 250 0,04 Fasilitas Umum 70.839,2 10,05 Jumlah 704.897,2 100,00
Sumber: Profil Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung 2007 Berdasarkan Tabel 3.1, sebagian besar lahan di Desa Cimenyan digunakan dalam
bentuk tegalan (89,9 persen). Pada tegalan tersebut, petani di Desa Cimenyan
melakukan aktivitas usahatani dengan menanam berbagai macam tanaman dataran
tinggi.
B. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk di Desa Cimenyan tahun 2007 sebesar 11.347 orang Jumlah
penduduk laki-laki (5.832 orang) lebih besar dibandingkan jumlah penduduk
perempuan (5.515 orang). Jumlah kepala keluarga (KK) yang terdapat di Desa
14
Cimenyan sebanyak 3.996 KK. Kepadatan penduduk di Desa Cimenyan adalah 69
orang/km2.
Kualitas sumber daya manusia di Desa Cimenyan masih tergolong rendah.
Sebagian besar penduduk di desa tersebut merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD)
yaitu 5.425 orang atau 68 persen dari jumlah penduduk berusia lebih dari 18 tahun.
Penduduk di Desa Cimenyan yang berhasil menyelesaikan perguruan tinggi sebanyak
51 orang atau sekitar 0,01 persen.
Tabel 3.2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cimenyan Tahun 2006
No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase 1 Petani 1026 31,80 2 Buruh Tani 1610 49,91 3 Buruh/swasta 115 3,56 4 Pegawai negeri sipil 41 1,27 5 Pengrajin 53 1,64 6 Pedagang 110 3,41 7 Peternak 11 0,34 8 Jasa 244 7,56 9 TNI/POLRI 16 0,50
Jumlah 3226 100,00 Sumber: Hasil Analisis dan Rekapitulasi Potensi dan Perkembangan Desa/kelurahan Tahun 2006 Berdasarkan Tabel 3.2., sebagian besar penduduk Desa Cimenyan bekerja di
sektor pertanian (81,7 persen) sedangkan sisanya (18,3 persen) bekerja di luar sektor
pertaian. Mata pencaharian utama penduduk desa yaitu buruh tani (49,91 persen) dan
petani (31,8 persen). Dari sektor non pertanian, penduduk Desa Cimenyan paling
banyak bekerja pada sub sektor jasa, yaitu penarik ojek.
C. Sarana dan Prasarana
Sarana jalan di Desa Cimenyan kurang memadai. Panjang jalan aspal yang baik
sebesar 5 km sedangkan panjang jalan aspal rusak sebesar 10 km. Alat transportasi
yang tersedia di desa umumnya ojek dan beberapa jenis angkutan sayuran. Desa
Cimenyan memiliki balai desa sendiri yang menjadi pusat pemerintahan desa. Selain
itu, tersedia sarana pendidikan hingga jenjang menengah pertama yang terdiri atas 2
Taman Kanak-kanak (TK), 8 Sekolah Dasar (SD), dan 1 Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Cimenyan terdiri dari 31 buah
mesjid dan 6 mushola. Sarana kesehatan yang dimiliki sudah cukup baik.
15
Desa Cimenyan memiliki 1 unit Puskesmas, 1 unit tempat praktek bidan, 1 pos
obat desa, 6 Posyandu pratama, 9 Posyandu madya, 3 Posyandu purnama dan 1 toko
obat. Tenaga kesehatan yang dimiliki pun sudah cukup memadai. Desa Cimenyan
memiliki sarana olahraga berupa 3 lapangan bulu tangkis, 16 lapangan voli, dan 10
lapangan bulu tangkis. Terdapat tiga pasar yang berada cukup dekat dengan Desa
Cimenyan, yaitu Pasar Suci, Pasar Cicaheum, dan Pasar Cicadas.
D. Gambaran Umum Pertanian di Desa Cimenyan
Terdapat berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan di Desa Cimenyan.
Tanaman tersebut diantaranya padi sawah, jagung, ubi kayu, bawang merah, tomat,
kentang, kubis, dan buncis. Tanaman utama yang dibudidayakan hampir seluruh
petani di Desa Cimenyan adalah kentang. Tanaman dengan luas lahan terbesar adalah
padi sawah, yaitu 17 hektar. Sementara, kubis merupakan tanaman yang memiliki
tingkat produksi tertinggi dibandingkan tanaman lainnya.
Pada tahun 2006, terdapat 2.228 Rumah Tangga Petani (RTP) di Desa
Cimenyan. Namun, sebesar 73,25 persen (1.632 RTP) tidak memiliki lahan pertanian.
Sebanyak 483 RTP memiliki lahan pertanian yang tidak diusahakan. Jumlah RTP
yang memiliki lahan pertanian kurang dari 0,5 ha dan mengusahakannya sebesar 60
RTP, 41 RTP memiliki lahan antara 0,5 – 1,0 ha, dan 17 RTP memiliki lahan lebih
dari 1 ha. Dalam satu tahun, petani di Desa Cimenyan mengalami tiga kali masa
tanam. Dalam hal ini, dua kali masa tanam dilakukan pada musim hujan dan satu kali
masa tanam pada musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan pertanian di Desa
Cimenyan memiliki masalah dalam pengairan di musim kemarau. Desa Cimenyan
tidak memiliki saluran irigasi.
16
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS OVOP DI
KECAMATAN CIMENYAN, KABUPATEN BANDUNG
A. Sektor Penerapan OVOP di Desa Cimenyan Sebagai Perwujudan Industri
Kreatif
Pelaksanaan OVOP di Desa Cimenyan terbagi menjadi beberapa sektor yang
diharapkan dapat menarik perhatian masayrakat, diantaranya:
1. Sektor tomat organik. Pada sektor ini, petani menanam tanaman tomat hanya
dengan menggunakan pupuk organik sehingga buah tomat yang dihasilkan tidak
akan tercemar oleh pestisida dan senyawa kimia lain yang merugikan manusia.
Sektor ini menarik bagi masyarakat modern yang mulai melirik hidup sehat serta
memberikan label environmentally friendly karena tidak merusak lingkungan.
Target pelaksana sektor ini adalah petani dan buruh tani yang tidak memiliki
pendidikan tinggi namun bersedia dilatih cara penanaman tanaman organik.
2. Sektor tomat hidroponik. Pada sektor ini, petani menanam tanaman tomat dengan
menggunakan teknik hidroponik. Teknik ini merupakan teknik penanaman
tanaman tanpa menggunakan medium tanah, melainkan menggunakan air sebagai
medium penggantinya.
Penanaman tomat secara hidroponik memerlukan keterampilan serta modal yang
tinggi. Namun, hasil produksinya juga memiliki nilai jual yang cukup tinggi
dengan target pasar ke supermarket-supermarket serta ekspor. Selain buah yang
dihasilkan, teknik penanaman ini juga dapat menarik pengunjung untuk melihat
dan belajar cara penanamannya.
Kontainer penanaman hidroponik yang digunakan juga merupakan material-
material plastik yang di reuse atau recycle, seperti botol bekas minuman, paralon
bekas, ember bekas, tong yang sudah tidak terpakai, dll. Pemerintah desa bisa
menyediakan petugas khusus penyedia barang-barang bekas tersebut atau bisa
bekerja sama dengan desa lain yang memiliki kegiatan dalam reuse dan recycle
barang-barang plastik. Gambar 2.2. menunjukkan contoh penggunaan barang-
barang bekas untuk container hidroponik.
17
Gambar 2.2. Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Kontainer Penanaman Tanaman
Hidroponik12
Target pelaksana sektor ini adalah petani yang memiliki pendidikan yang cukup
tinggi sehingga dapat menguasai teknik penanaman hidroponik serta teori yang
mendasarinya.
3. Sektor pengolahan tomat. Tomat-tomat yang dihasilkan baik secara organik
maupun secara hidroponik, tidak hanya dijual langsung dalam keadaan mentah.
Melainkan ada juga yang diolah menjadi berbagai macam produk, seperti:
berbagai macam saus dan sambal (saus tomat, sambal pedas, sambal terasi, saus
spaghetti, dll), sari tomat, jelly drink tomat, yogurt tomat, sirup tomat, puree
tomat, selai tomat, permen jelly tomat, manisan tomat, torakur (tomat rasa
kurma), serta leather tomat.
Sektor pengolahan ini bertujuan untuk memperbanyak diversifikasi produk serta
memperpanjang umur tomat dikarenakan tomat merupakan salah satu buah yang
mudah mengalami kerusakan setelah dipanen (Winarno, 1986).
Produk-produk olahan tomat yang dihasilkan dikemas menggunakan botol kaca
atau plastik, toples kaca atau plastik, serta kemasan lain yang merupakan hasil
daur ulang. kemasan menggunakan desain khusus yang dibuat oleh masyarakat
Desa Cimenyan sehingga akan menjadi ciri khas produk Desa Cimenyan
walaupun penjualannya telah menyebar secara nasional ataupun internasional.
Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar industri kreatif, yaitu Desain.
Pemerintah Desa dianjurkan untuk tidak menyediakan petugas khusus dalam
pembuatan botol/toples kaca/plastik, namun bekerjasama dengan daerah lain 1 http://thehydrogarden-cebu.blogspot.com/2013/01/how-to-turn-empty-petsoda-bottles-into.html 2 http://www.urbangardensweb.com/2013/04/11/hydroponic-wine-bottle-wall-garden-at-student-bar/ 2 http://www.urbangardensweb.com/2013/04/11/hydroponic-wine-bottle-wall-garden-at-student-bar/
Pemanfaatan botol plastik bekas minuman sebagai kontainer
penanaman tanaman hidroponik1
Pemanfaatan botol kaca bekas minuman sebagai kontainer
penanaman tanaman hidroponik2
18
yang memiliki komoditas utama barang-barang kaca atau plastik yang di daur
ulang.
Target pelaksana sektor ini adalah masyarakat yang tadinya berprofesi sebagai
buruh tani namun telah memiliki atau bersedia dilatih keterampilan mengolah
tomat.
Gambar 2.3. Contoh Botol dan Toples Hasil Daur Ulang3
4. Sektor pengembangan pariwisata. Sektor ini bertujuan untuk membuat Desa
Cimenyan tidak hanya sebagai sentra penghasil tomat dan olahannya, namun juga
sebagai daerah agrowisata perkebunan tomat. Sektor ini terbagi ke dalam
beberapa sub-sektor diantaranya:
a. Desain lansekap perkebunan tomat baik tomat organik maupun tomat
hidroponik. Pada sub-sektor ini, beberapa wilayah penanaman tomat organik
dan tomat hidroponik di-desain menjadi indah sehingga mengundang para
wisatawan untuk mengunjungi perkebunan tomat. Konsep ini sesuai dengan
salah satu pilar ekonomi kreatif, yaitu Arsitektur.
b. Permainan alam terbuka (outbond). Dengan dibuatnya desain lansekap yang
mengundang para wisatawan, masyarakat desa juga bisa memanfatkan
kesempatan dengan membuat permainan alam terbuka seperti flying fox,
permainan-permainan yang menguji kerjasama tim, atau penyediaan camping 3 http://www.greatgreengoods.com/2006/08/09/eco-‐friendly-‐cookie-‐jar-‐from-‐recycled-‐glass/
19
ground di daerah Padasuka yang berdekatan dengan hutan pinus bagi para
wisatawan yang menyukai camping di alam terbuka dengan pemandangan
yang indah. Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar ekonomi kreatif, yaitu
Games.
Gambar 2.4. Contoh Desain Arsitektur dan Desain Lansekap Pada Tempat
Penanaman Sayuran Hidroponik dan Organik yang Dapat Diterapkan Di Desa
Cimenyan4
c. Sektor kerajinan (craft). Pada sektor ini, masyarakat yang memiliki keahlian
dalam membuat kerajinan seperti boneka atau barang-barang hias lainnya
dapat membuat kerajinan bercorakkan tomat untuk menarik perhatian
pengunjung dan sebagai cinderamata sepulang dari lokasi perkebunan.
Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar industri kreatif, yaitu Craft.
5. Sektor pemasaran. Sektor ini bertujuan untuk mempromosikan daerah cimenyan
sebagai sentra penghasil tomat dan produk olahannya serta pariwisata yang bisa
dikunjungi di dalamnya. Pemasaran yang dilakukan berupa situs web (website)
dengan pertimbangan masyarakat Indonesia dan Dunia sudah memasuki era
Internet sebagai sumber informasi utama. Selain dari itu, website tersebut juga
dibantu oleh iklan animasi pendek yang dapat membuat masyarakat lebih sering
mengunjungi website. Iklan animasi pendek tersebut bisa ditayangkan di televisi,
baligo digital, ataupun sebagai iklan baris di situs atau blog lain seperti facebook
atau blogspot. Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar industri kreatif, yaitu
Pemasaran.
Target pelaksana sektor ini adalah penduduk Desa Cimenyan yang memiliki
pendidikan yang cukup tinggi dan memiliki pengalaman di bidang informasi. 4 http://matteroftrust.org/7786/beautifully-‐ingenious-‐greenhouse-‐in-‐vietnam-‐is-‐made-‐from-‐recycled-‐plastic-‐bottles-‐bamboo
Contoh desain arsitektur tempat penanaman hidroponik
Contoh desain lansekap kebun tanaman sayuran yang dapat diterapkan pada sektor
tanaman tomat organik
20
Gambar 2.5. Contoh Website Pemasaran Desa Cimenyan Sebagai Sentra Pertanian
Tomat
6. Sektor Pusat Riset dan Pengembangan Tanaman Tomat. Sektor ini berfokus pada
riset dan pengembangan budidaya tanaman tomat di Desa Cimenyan. Pemerintah
Desa harus bekerjasama dengan Institusi atau Universitas yang bergerak di
bidang holtikultura dan pertanian. Pemerintah desa juga terbuka terhadap
mahasiswa atau peneliti dari berbagai Universitas yang akan melakukan
penelitian seputar budidaya tomat. Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar
ekonomi kreatif, yaitu Research and Development.
Target pelaksaana sektor ini adalah petani atau penduduk desa yang memiliki
pendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan di bidang holtikultura.
B. Analisis SWOT Industri Kreatif Berbasis OVOP di Kecamatan Cimenyan,
Kabupaten Bandung
Analisis SWOT diperlukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman industri kreatif berbasis OVOP. Analisis ini dapat menentukan
kebijakan strategi yang diperlukan oleh industri kreatif berbasis OVOP dalam
pengembangannya. Hasil analisis SWOT terhadap industri kreatif berbasis OVOP
adalah sebagai berikut:
1. Strength (Kekuatan)
kekuatan dari industri kreatif berbasis OVOP ini antara lain:
a. Potensi produksi pertanian khususnya tomat semakin meningkat
21
b. Kualitas produksi tomat semakin meningkat. Hal ini dikarenakan tanaman
tomat yang tadinya ditanam dengan cara biasa dan menggunakan pupuk
anorganik berubah menjadi tanaman organik dan hidroponik, hal ini akan
menambah nilai jual di pasaran.
c. Pertanian tomat yang dilakukan tidak hanya menitik beratkan pada produksi
namun juga memanfaatkan prosesnya. Pelaksanaan agrowisata tomat
membuat proses penanaman tomat menjadi suatu hal yang menarik untuk
dilihat, baik untuk kepentingan rekreasi maupun untuk kepentingan studi.
d. Pemanfaatan limbah plastik dan kaca sebagai kontainer hidroponik, serta
peniadaan penggunaan pupuk anorganik dapat mengurangi pencemaran
lingkungan
e. Penyerapan tenaga keja yang lebih banyak daripada sebelumnya dikarenakan
akan ada banyak sekali lapangan pekerjaan. Hal ini terutama pada sektor
pariwisata serta sektor pengolahan tomat.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan dari industri ini yaitu:
a. lemahnya penguasaan teknologi pendukung industri kreatif yang tentunya
akan mempengaruhi hasil produksi
b. Kualitas SDM di Indonesia sebagai pondasi pendukung pelaksanaan industri
kreatif masih kurang memadai. Hal ini dikarenakan masih rendahnya rata-rata
pendidikan penduduk Indonesia terutama di daerah perdesaan.
c. Tomat hasil produksi memiliki sifat mudah rusak setelah dipanen dan
memiliki potensi merugikan petani jika tidak diolah dan didistribusikan
dengan efektif dan efisien
d. Masih kurangnya lembaga pemerintahan dan swasta yang mau membiayai
industri kreatif sehingga hal ini menjadi kendala bagi pengembangan industri
kreatif
3. Opportunities (Peluang)
Peluang yang dapat diambil dari pengembangan industri kreatif berbasis OVOP
antara lain:
a. Potensi pasar domestik dan pasar Internasional yang besar dikarenakan
konsep industri kreatif berbasis OVOP masih jarang diterapkan di Indonesia
b. Karakter masyarakat Indonesia yang menyukai hal yang baru dan menarik
22
c. Produk olahan tomat seperti saos sambal, sari tomat, dll banyak sekali
dikonsumsi di Indonesia
d. Meningkatnya keperdulian masyarakat terhadap lingkungan akan menambah
daya jual produk tomat organik dan hidroponik yang menggunakan barang-
barang reuse dan recycle
4. Threats (Ancaman)
Ancaman yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan industri kreatif berbasis
OVOP ini antara lain:
a. Kurangnya kesiapan SDM kreatif di Indonesia dan kurangnya pemahaman
mengenai konsep kreatif membuat konsep industri kreatif berbasis OVOP di
Desa Cimenyan kurang diharga oleh beberapa kalangan masyarakat
b. Maraknya kasus pembajakan dan pelanggaran atas HKI yang berpengaruh
terhadap keberlangsungan industri kreatif
c. Kurang komitmen dari masyarakat Desa Cimenyan untuk mengembangkan
industri kreatif berbasis OVOP menimbulkan gagalnya penerapan strategi
yang akan dilakukan
Tabel 4.1. Matriks Analisis SWOT Industri Kreatif Berbasis OVOP
Inte
rnal
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) a. Potensi produksi pertanian
khususnya tomat semakin meningkat
b. Kualitas produksi tomat semakin meningkat
c. Pertanian tomat yang dilakukan tidak hanya menitik beratkan pada produksi namun juga memanfaatkan prosesnya.
d. Dapat mengurangi pencemaran lingkungan
e. Penyerapan tenaga keja yang lebih banyak daripada sebelumnya
a. lemahnya penguasaan teknologi pendukung industri kreatif
b. Kualitas SDM di Indonesia masih kurang memadai
c. Tomat hasil produksi memiliki sifat mudah rusak setelah dipanen
d. Masih kurangnya lembaga pemerintahan dan swasta yang mau membiayai industri kreatif
Ekst
erna
l
Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman) a. Potensi pasar domestik dan pasar
Internasional yang besar b. Karakter masyarakat Indonesia
yang menyukai hal yang baru dan menarik
c. Produk olahan tomat seperti saos sambal, sari tomat, dll banyak sekali dikonsumsi di Indonesia
d. Meningkatnya keperdulian
a. Kurangnya kesiapan SDM kreatif di Indonesia dan kurangnya pemahaman mengenai konsep kreatif membuat konsep industri kreatif berbasis OVOP di Desa Cimenyan kurang diharga oleh beberapa kalangan masyarakat
b. Maraknya kasus pembajakan dan pelanggaran atas HKI
23
masyarakat terhadap lingkungan c. Kurang komitmen dari masyarakat Desa Cimenyan untuk mengembangkan industri kreatif berbasis OVOP menimbulkan gagalnya penerapan strategi yang akan dilakukan
C. Strategi Berdasarkan Analisis SWOT Pada Industri Kreatif Berbasis OVOP
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, strategi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Matriks Strategi Pengembangan Industri Kreatif Berbasis OVOP Berdasarkan Analisis SWOT
Strategi SO (Strength-Opportunities) Strategi WO (Weakness-Opportunities) a. Meningkatkan promosi pasar, baik
dalam media digital amupun cetak b. Membuat inovasi-inovasi dalam
penanaman, pengolahan dan pengemasan tomat serta memperindah wilayah pariwisata dengan lansekap dan arsitektur yang dapat menarik perhatian pengunjung
c. Membuat label environmentally friendly karena penanaman dan pengemasan tomat menggunakan bahan-bahan yang tidak mencemari lingkungan
d. Memperluas area produksi beriringan dengan timbulnya inovasi-inovasi baru dari sektor research and development. Dengan begitu, tenaga kerja yang terserap dapat lebih banyak dan kesejahteraan masyarakat Desa Cimenyan dapat merata
a. Mengadakan pelatihan penerapan teknologi holtikultura kepada masyarakat Desa Cimenyan
b. Meningkatkan dan mengasah keterampilan masyarakat Desa Cimenyan baik dalam penanaman, pengolahan, desain lansekap, pelayanan public, pembuatan kerajinan, dll.
c. Penjualan diutamakan untuk produk olahan untuk memperpanjang umur tomat
d. Sektor research and development bekerjasama dengan berbagai institusi untuk mencari lembaga-lembaga yang bersedia mendanai program penerapan OVOP tomat di Desa Cimenyan
Strategi ST (Strength-Threat) Strategi WT (Weakness-Threat) a. Perlindungan hukum terhadap
produk kreatif yang dihasilkan b. Pemberdayaan tenaga-tenaga kerja
terampil melalui pembinaan rutin yang berorientasi pada peningkatan produktifitas, kualitas dan keunikan produk
c. Pembinaan seluruh lapisan pelaksana program untuk meningkatkan komitmen dalam melaksanakan program sampai sukses dan berkelanjutan
a. Mempersiapkan SDM dengan skills dan kompetensi yang dibutuhkan agar dapat menghadapi perdagangan bebas dan produk yang dihasilkan tidak mudah ditiru
b. Meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga meningkatkan daya saing di pasar
24
BAB V
KESIMPULAN
Industri kreatif berbasis OVOP dapat dijadikan sebagai solusi dalam
mengatasi permasalahan perekonomian masyarakat Desa Cimenyan. Selain daripada
itu, program ini juga dapat meningkatkan produksi tomat yang masih rendah di
Indonesia di bandingkan dengan Negara lain dan meningkatkan kualitas produk dalam
negeri. Rencana penerapan program ini terbagi ke dalam beberapa sektor, antara lain:
(1) sektor tomat organik; (2) sektor tomat hidroponik; (3) sektor pariwisata yang
terbagi lagi menjadi sub-sektor lansekap perkebunan, sub-sektor permainan, dan sub-
sektor kerajinan; (4) sektor pengolahan tomat; (5) sektor pemasaran; dan (6) sektor
research and development. Pengembangan sektor-sektor tersebut menikuti pilar-pilar
industri kreatif yang telah ditetapkan oleh Departemen Perdagangan Republik
Indonesia pada tahun 2008.
Berdasarkan analisis SWOT, terdapat berbagai kekuatan, kelemahan, peluang
dan tantangan dalam pelaksanaan program OVOP tomat di Desa Cimenyan. Strategi
yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT dalam melaksanakan program
OVOP di Desa Cimenyan diantaranya: (1) meningkatkan promosi pasar baik berupa
media digital ataupun cetak; (2) membuat label environmentally friendly terhadap
produk-produk yang dihasilkan; (3) membuat inovasi-inovasi dalam penanaman,
pengolahan, pengemasan dan pelayanan public. hal ini dilakukan beriringan dengan
pengembangan skills masyarakat Desa Cimenyan dengan pelatihan-pelatihan yang
berhubungan dengan proses dan produksi tomat di Cimenyan; (4) membuat
perlindungan hukum terhadap kreativitas yang dihasilkan masyarakat Desa
Cimenyan; dan (5) meningkatkan penjualan untuk produk olahan dibandingkan
produk mentah sebagai upaya memperpanjang umur buah tomat yang dihasilkan.
25
BAHAN BACAAN DAN DAFTAR PUSTAKA
Afif, F. (2012). Pilar-‐Pilar Ekonomi Kreatif. BINUS University. Jakarta: BINUS
University.
Agustina, L. (2008). Analisis Tataniaga dan Keterpaduan Pasar Kubis: Studi Kasus
Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa
Barat. Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumber Daya. Bogor: Repository IPB.
Anugrah, P., Dewi, R., & Pambayu, S. (2010). Strategi pengembangan industri
kreatif berbasis limbah industri perikanan sebagai solusi mengatasi
permasalahan ekonomi dan lingkungan indonesia. Institut Pertanian Bogor,
Manajemen. Bogor: Repository IPB.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Ekonomi
Kreatif Indonesia 2025. Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Jakarta: Departemen Perdagangan RI.
Derwanti, T., Rukmi, W., Nurcholis, M., & Maligan, J. (2010). Aneka Produk Olahan
Tomat dan Cabe. Brawijaya University, Teknologi Hasil Pertanian. Malang:
Brawijaya University.
Kartapradja, R., & Djuariah, D. (1992). Pengaruh Tingkat Kematangan Buah
Tomat Terhadap Daya Kecambah, Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Buletin
Penelitian Hortikultura , XXIV (2).
Maryanti, S. (2011). Gerakan One Village One Product (OVOP): Gerakan satu
Nagari Satu Produk. Jakarta.
Peratutan Menteri Perindustrian Nomor: 78/M-‐IND/PER/9/2007, tentang
peningkatan efektivitas pengembangan IKM melalui pendekatan satu desa
satu produk
Putra, S. (2011). Perancangan Diversifikasi Produk Berbasis Tenun Songket Khas
Nagari Halaban. ITENAS. Kabupaten Limapuluh Kota: Kabupaten
Limapuluh Kota Propinsi Sumatera Barat.
Rifqie, A. S. (2008). Analisis Faktor-‐Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Usahatani Kubis (Studi Kasus di Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan,
Kabupaten Bandung). Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumber Daya. Bogor: Repository IPB.
26
Triharini, Meirina, Larasati, D., & Susanto, R. (2012). endekatran One Village One
Product (OVOP) untuk mengembangkan potensi kerajinan daerah: studi
kasus kerajinan gerabah di kecamatan plered, kabupaten purwakarta. ITB J.
Vis. Art & Des. , 6 (1), 28-‐41.
Winarno, F. (1986). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.