Dagadu Djokdja : Dari Kaki Lima Menjadi Retail 1994-2004 · PDF fileDesain Sate Djokdja ........
Transcript of Dagadu Djokdja : Dari Kaki Lima Menjadi Retail 1994-2004 · PDF fileDesain Sate Djokdja ........
Dagadu Djokdja : Dari Kaki Lima Menjadi Retail
1994-2004
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sejarah
Oleh :
Rangga Ferry Setiawan
NIM : 104314006
PROGRAM STUDI SEJARAH
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur Skripsi ini kupersembahkan untuk eyang Musidi, kedua
orangtuaku Mulyo Subarry dan M. M Daldini, kedua kakakku mas Andi dan Mbak
Diah, semua dosen-dosen Prodi Sejarah, seluruh rekan kuliah, dan seluruh rekan
kerja di PT. Aseli Dagadu Djokdja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Skripsi itu anak tangga yang SANGAT kecil, jika dibandingkan dengan karir di
masa depan. (Mario Teguh)
Kita harus meluangkan waktu lebih banyak untuk berterimakasih pada Tuhan
atas anugerahnya, sama seperti kita memintanya. (St. Vincent de Paul)
Tak ada orang yang terlalu tua untuk belajar. (Holbrook Jackson)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rangga Ferry Setiawan
NIM : 104314006
Program Studi : Sejarah
Fakultas : Sastra
Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 30 Juli 1992
Alamat : Blunyahan RT 46 Pendowoharjo, Sewon, Bantul.
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Dagadu Djokdja : Dari Kaki
Lima Menjadi Retail 1994-2004 adalah bukan jiplakan dan belum pernah diteliti
serta ditulis oleh orang lain.
Penggunaan pendapat dan ide orang lain dalam skripsi ini dilakukan sesuai etika
ilmiah dengan mencantumkan catatan kaki dan daftar pustaka.
Yogyakarta, 18 Februari 2015
Penulis
Rangga Ferry Setiawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Rangga Ferry Setiawan
Nomor Mahasiswa : 104314006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Uni-
versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
DAGADU DJOKDJA : DARI KAKI LIMA MENJADI RETAIL
1994-2004
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-
berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 18 Februari 2015
Yang menyatakan
( Rangga Ferry Setiawan )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Bagi mahasiswa, menulis skripsi merupakan salah satu tujuan akhir yang
harus ditempuh untuk memperoleh gelar kesarjanaan. Kerja keras selama 7
semester dituangkan dalam wujud penulisan skripsi. Suka duka selama 7 semester
itu pula yang akhirnya mengantar saya pada bagian ujung perkuliahan ini.
Lembar demi lembar, hari demi hari, bulan demi bulan, revisi demi revisi
saya kerjakan demi impian saya. Bahkan tidak jarang cobaan, godaan dan
kesulitan menghampiri saya dalam proses penulisan skripsi ini. Jatuh bangun
menulis skripsi yang dulu dialami kakak angkatan, benar-benar saya alami sendiri.
Namun akhirnya, kerja keras selama 10 bulan terakhir membuahkan hasil yang
menggembirakan. Skripsi ini dapat diselesaikan dan telah diterima oleh Panitia
Penguji pada program Studi Sejarah Universitas Sanata Dharma pada tanggal 25
Februari 2015.
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Keluarga saya bapak Mulya Subarry dan ibu M. M. Daldini, simbah putri,
kedua kakakku mas Andi dan mbak Diah, yang senantiasa mendoakan
saya dalam proses perkuliahan ini.
2. Ibu Dr. Lucia Juningsih, M. Hum selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing skripsi ini
sehingga dinyatakan layak diujikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
3. Bapak Drs. Silverio Raden Lilik Aji Sampurno, M. Hum selaku Dosen
pembimbing akademik mahasiswa Prodi Sejarah angkatan 2010 yang
dengan tulus iklhas dan sabar mendampingi seluruh anak didiknya sampai
ke penghujung perkuliahan.
4. Bapak Dr. F. X. Siswadi, M. A selaku Dekan Fakultas Sastra yang telah
memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian ini.
5. Para Dosen Prodi Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah
membimbing penulis selama 8 semester di bangku kuliah, Dr. H.
Purwanta, M. A, Drs. Ign. Sandiwan Suharso, Drs. Hb. Hery Santoso, M.
Hum, Drs. Manu Joyoatmojo, Dr. Yerry Wirawan, Dr. F. X. Baskara T.
Wardaya, S. J dan Dyah Palupi Normalasari, S. S, M. A. Terimakasih atas
ilmu dan bimbingan yang luar biasa ini.
6. Sekretaris Jurusan Mas Tri, terimakasih atas pelayanan administrasinya
yang selalu cepat dan tanggap melayani kebutuhan mahasiswa.
7. Keluarga Prodi Sejarah angkatan 2010, Magdalena, Adelfina, Daniela,
Hernowo, Stephanie, Erik dan Mbak Dyah terimakasih atas kebersamaan
suka dan duka dalam menjalani perkuliahan di Prodi Sejarah.
8. Teman-teman Prodi Sejarah dari angkatan 2007-2014 yang selalu menjadi
rekan diskusi ketika kuliah dan menulis skripsi.
9. Seluruh rekan kerja di PT. Aseli Dagadu Djokdja: Garda Depan 44,
Frontliner Omus, Oblong Training, tim Akunting, tim IT, tim Marketing,
tim security, tim kasir dan tim Supervisor mas Hans, mas Rho, mas Rikat,
mas Arta, mas Zakky, Tiwi, Reza, Tami, Vendri, Ibnu, Hepy, Dudun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Bian, Alfa, Mirza, dan Cik Au, terimakasih atas pengalaman selama 32
bulan yang luar biasa hebat bersama orang-orang hebat.
10. Seluruh rekan kerja di Humas Universitas Sanata Dharma, Pak Budi,
Mbak Atik, Mas Tjahjo dan rekan staff PMB dan Humas 2013-2014 yang
sudah memberikan kesempatan pada saya untuk ikut dalam promosi
kampus ke berbagai pelosok daerah.
11. Seluruh rekan-rekan penerima beasiswa Dikti angkatan 2010 yang dengan
setia menjadi teman sharing perkuliahan.
12. Seluruh teman-teman, sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
atas sumbangan waktu, pikiran dan tenaga dalam kesempatannya
membantu saya menulis skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terlalu jauh untuk dikatakan
lengkap dan sempurna. Oleh karena itu, penulis tetap membuka diri bagi kritik
dan saran, demi perbaikan dan pengembangan di masa mendatang.
Yogyakarta, 18 Februari 2015
Penulis
Rangga Ferry Setiawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………….... ................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………. ................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………. ................................................. iv
HALAMAN MOTTO……………………….. ................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................... vii
KATA PENGANTAR………………………. ................................................ viii
DAFTAR ISI………………………………… ................................................ xi
DAFTAR TABEL…………………………….. .............................................. xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………… ................................... xiv
ABSTRAK…………………………………………. ...................................... xv
ABSTRACT…………………………………. ................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………… ................................................. 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ...................................... 4
C. Tujuan Penelitian……………………… ............................................. 5
D. Manfaat Penelitian………………….. ................................................. 5
E. Kerangka Berpikir…………………… ................................................ 6
F. Tinjauan Pustaka…………………….. ................................................ 7
G. Metode Penelitian……………………................................................. 10
H. Sistematika Penulisan……………….. ................................................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB II PENDIRIAN DAGADU DJOKDJA
A. Latar Belakang Pendirian…………………… ..................................... 13
B. Proses Pendirian…….……………….. ................................................ 18
BAB III DAGADU DJOKDJA TAHUN 1994 – 2004
A. Perkembangan Awal (1994-1998)…………………… ....................... 24
B. Pemalsuan………….……………….. ................................................. 35
C. Rekruitmen Tenaga Kerja…………………… .................................... 38
D. Upah Tenaga Kerja…….……………….. ........................................... 41
E. Masa Reformasi (1999-2004)…….……………….. ........................... 43
BAB IV PERAN DAGADU DJOKDJA BAGI KOTA YOGYAKARTA
A. Mengikonkan Yogyakarta…………………… .................................... 52
B. Bidang Ekonomi
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)…………………… ..................... 68
2. Bagi Sebagian Masyarakat Kota Yogyakarta….……………….. . 71
C. Bidang Sosial Budaya………………. ................................................. 73
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan……..…………………… ................................................ 77
B. Saran……..……..…………………… ................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA..…….……………….. ................................................ 80
LAMPIRAN.................................................... ................................................ 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Karyawan PT. Aseli Dagadu Djokdja tahun 2000........... 41
Tabel 2. Upah Minimum Regional Provinsi DIY tahun 1998-2004 ................ 42
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik
di Yogyakarta tahun 1994-2004 .......................................................... 68
Tabel 4. Omset Penjualan PT. Aseli Dagadu Djokdja tahun 1994-2000 ......... 71
Tabel 5. Besaran Pajak Penerimaan (PPn) tahun 1998-2000 ........................... 72
Tabel 6. Besaran Komisi yang Diperoleh dari PT. Aseli Dagadu Djokdja ...... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bahasa Walikan ......................................................................................... 22
Gambar 2. Desain Dagadu Djokdja tahun 1994.......................................................... 30
Gambar 3. Desain Ngasem Kawasan Bebas Ngoceh .................................................. 48
Gambar 4. Boneka Mallman ...................................................................................... 49
Gambar 5. Kaos Dagadu Bocah ................................................................................. 50
Gambar 6. Kaos Omus ................................................................................................ 52
Gambar 7. Desain Volitikus ....................................................................................... 53
Gambar 8. Desain Kasongan: Kawasan Pecah Belah ................................................. 55
Gambar 9. Desain Masangin di Alun-alun kidul ........................................................ 56
Gambar 10. Desain United Colours of Keraton .......................................................... 57
Gambar 11. Desain Visit Yogya Every Year, Visit Dagadu Every Day ...................... 58
Gambar 12. Desain Spoor Station Toegoe Kidoel (Stasiun Tugu) .............................. 59
Gambar 13. Desain Pusing Tugu Keliling ! .............................................................. 60
Gambar 14. Desain Andong Yogya ........................................................................... 61
Gambar 15. Desain Malioboro Siang OK!, Malam OK! ............................................ 61
Gambar 16. Desain Bakpia Coffe ................................................................................ 62
Gambar 17. Desain Waiting for Gudeg ....................................................................... 63
Gambar 18. Desain Kopi Joss .................................................................................... 64
Gambar 19. Desain Rondevous ................................................................................... 64
Gambar 20. Desain kipo-kopi ..................................................................................... 65
Gambar 21. Desain Sate Djokdja ............................................................................... 66
Gambar 22. Desain Patangpuluhan (Toponim) ........................................................... 67
Gambar 23. Desain Tamansari (Heritage) ................................................................. 69
Gambar 24. Desain Punokawan ................................................................................. 69
Gambar 25. Desain Djokdjalah Kebersihan! ............................................................. 76
Gambar 26. Desain Jangan Pipis Sembarangan di Sepanjang Malioboro! ................ 76
Gambar 27. Desain Blangkonku Tinggal Empat ....................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
DAGADU DJOKDJA : DARI KAKI LIMA MENJADI RETAIL 1994-2004
Penelitian yang berjudul Dagadu Djokdja : Dari Kaki Lima Menjadi Retail
1994-2004 bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama, bagaimana
proses Dagadu Djokdja didirikan, perkembangan apa saja yang muncul, serta
sejauh mana kontribusi perusahaan bagi pemerintah Kota Yogyakarta dan
masyarakat Kota Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode sejarah yakni pengumpulan sumber, kritik
sumber, analisis dan interpretasi, dan penulisan. Dalam pengumpulan sumber
dilakukan kritik sumber sehingga dapat menghasilkan data yang dipercaya. Data
yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis berdasarkan kerangka berpikir yang
sudah ditentukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendirian perusahaan Dagadu
Djokjda dilatar-belakangi oleh iklim positif pariwisata Kota Yogyakarta serta
perkembangan industri kaos yang cukup pesat di Bandung, Bali, dan Yogyakarta.
Peluang bisnis ini kemudian dimanfaatkan sekelompok mahasiswa Jurusan
Arsitektur Universitas Gadjah Mada untuk ikut mendirikan perusahaan kaos
dengan berbagai kemudahan yang diberikan oleh salah seorang dosennya yakni Ir.
Wondoamiseno.
Dengan konsep dagang kaki lima yang sederhana, perusahaan ini
mengawali operasi perusahaan dengan manajemen yang sederhana. Dalam
perkembangannya, produk kaos Dagadu Djokdja dapat diterima oleh masyarakat
luas sebagai cinderamata yang khas dari Yogyakarta. Hal ini pula yang
mendorong perusahaan untuk mengelolanya lebih serius lagi dalam wujud
Perseroan Terbatas (PT).
Kontribusi perusahaan Dagadu Djokdja bagi pembangunan Kota
Yogyakarta yakni Pendapatan Asli Daerah melalui Pajak Penerimaan (PPn).
Dagadu Djokdja juga memberi kontribusi ekonomi bagi kelompok masyarakat
kecil seperti tukang becak, sopir dan pemandu wisata dengan memberi komisi
setiap kali mengantar tamu berbelanja di gerai Dagadu Djokjda. Selain itu,
Dagadu Djokdja juga memberi kontribusi dalam mempromosikan pariwisata
Yogyakarta melalui ikon-ikon yang ditampilkan dalam desain kaosnya.
Kata Kunci : Perusahaan, Dagadu Djokdja, Yogyakarta, Ikon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
DAGADU DJOKDJA: FROM A STREET VENDOR TO RETAIL
1994-2004
The title of the research is Dagadu Djokdja : From a Street Vendor to
Retail 1994-2004 aims to answer two problem statement. First, why Dagadu
Djokdja established, and what the developments which appear, then how is far the
role of the company, for the government and people of Yogyakarta.
This research is qualitative research. The method that used in the research
is history methodof collecting source, source criticism, analysis and interpretation,
and writing. In the collection of source the research also do criticism source so the
data will be accurate. The data that has been collected will be analyzed based on a
predetermined framework.
The results of this study indicate that the establishment of the company
Dagadu Djokjda was motivated by the positive climate of Yogyakarta tourism,
and industrial development of T-shirts which rapidly develop in Bandung, Bali
and Yogyakarta. Then, this business opportunity utilized by a group of students
from the Architecture Department of Gadjah Mada University, to establish the T-
shirts company with facilities which already provides by one of their lecturer Ir.
Wondoamiseno.
Starting with the concept of a simple street vendor, the company began the
operation with a simple management company. In the development, product of T-
shirts Dagadu Djokdja can accepted by the general public as special souvenirs
from Yogyakarta. This factor which motivates the company to manages more, and
more serious in the shape of a Limited businesses Company (PT).
Company of Dagadu Djokdja contributes for the development of the city
Yogyakarta, It seen through the original local revenue tax (PPN). It’s Not only
contributes in the development of the city, Dagadu Djokdja also contributes in
economy sector to small community groups such as; paddler pedicab, driver and
tour guide with giving commission to them, whenever they escorts guests to the
store of Dagadu Djokjda. Besides, Dagadu Djokdja also has role to promote the
tourism sector in Yogyakarta through the icons which display in the design of T-
shirt Dagadu Djokdja.
Keywords: Company, Dagadu Djokdja, Yogyakarta, Icon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat terelakkan dari
kemajuan teknologi. Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat
telah mempermudah akses manusia untuk saling berhubungan dari satu wilayah
ke wilayah lainnya dalam waktu yang bersamaan. Pentingnya informasi di era
globalisasi kemudian menimbulkan ekonomi informasi yaitu kegiatan ekonomi
yang berbasis pada penyediaan informasi.1
Pada era globalisasi, daya saing merupakan kunci utama untuk dapat
sukses dan bertahan. Daya saing ini muncul tidak hanya dalam jumlah produk
yang banyak namun juga berkualitas. Kualitas produk dapat diperoleh melalui
inovasi produk-produk yang sudah ada. Dalam upaya ini, diperlukan kreativitas
yang tinggi untuk dapat menciptakan produk-produk yang inovatif. Oleh karena
itu, ekonomi kreatif merupakan salah satu peluang untuk menembus persaingan
global yang semakin ketat.
1 Suparwoko, “Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri
Pariwisata”. Artikel, UII, Yogyakarta, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Ekonomi kreatif berbasis industri telah dikembangkan di berbagai daerah
di Indonesia dan menampilkan hasil positif yang signifikan antara lain berupa
penyerapan tenaga kerja, penambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
pencitraan daerah.2 Pencitraan daerah muncul ketika suatu daerah menjadi
terkenal karena produk kreatif yang dihasilkannya. Sebagai contoh, Kota
Bandung yang terkenal karena distro dan factory outlet3 serta Bali yang terkenal
dengan kaos Jogger-nya.
Pada tahun 1994 di Yogyakarta juga didirikan industri kreatif yang
memproduksi kaos oblong yakni perusahaan Dagadu Djokdja. Perusahaan ini
didirikan sekelompok mahasiswa UGM yang bekerja sama dengan Ir.
Wondoamiseno untuk menyalurkan bakat, ide, minat, dan gagasan lewat desain
grafis yang dituangkan dalam kaos oblong. Pertimbangan pemilihan kaos oblong
sebagai produk utama didasarkan pada 3 alasan. Pertama, pengalaman merancang
grafis telah dimiliki para pendiri perusahaan berkat kegiatan mereka yang
tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Arsitektur Universitas Gadjah Mada.
Kedua, Proses produksi kaos oblong cenderung lebih mudah dan murah. Hal ini
2 Ibid., hlm. 2.
3 Distro atau Distribution Store dan factory outlet adalah jenis toko yang menjual
pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian atau diproduksi sendiri.
Produk yang dihasilkan distro tidak diproduksi massal untuk menjaga sifat ekslusif
produknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penting mengingat keterbatasan modal yang ada. Ketiga, kaos oblong merupakan
media yangs sangat fleksibel untuk mengungkapkan gagasan maupun ide.4
Kaos Dagadu Djokdja memiliki berbagai keunikan yang berbeda dengan
produk kaos lainnya. Perbedaannya, desain kaos Dagadu lebih menekankan aspek
desain grafis yang menggabungkan unsur budaya lokal, kedaerahan, humor, dan
plesetan.5 Desain tersebut bercerita mengenai kehidupan sehari-hari, kultur
masyarakat termasuk bahasa yang diwujudkan dalam kata-kata dan gambar.6
Selain desain yang berbeda dengan produk kaos lainnya, konsep berdagang
Dagadu Djokdja berbeda dengan produk kaos lainnya. Jika produk kaos oblong
lainnya hanya dipasarkan di pasar ataupun pinggiran toko, kaos Dagadu Djokdja
berani memasarkan produknya di mall. Hal ini dikarenakan perusahaan dagadu
pada awalnya lebih berorientasi pada ide, minat, dan bakat daripada motif
ekonomi.
Berdasarkan uraian tersebut, dinamika Dagadu Djokdja menarik untuk
diteliti karena berbeda dengan industri kreatif lainnya seperti tempat berjualan,
desain serta konsepnya.
4 Wawancara dengan A.Noor Arif, 21 Februari 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
5 Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Desain Oblong Dagadu Djokdja”, dalam Jurnal
Ilmu Komunikasi, UAJY, volume 3, nomor 1, Juni 2006.
6 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, tahun 2002, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, permasalahan yang
dibahas yakni dinamika Dagadu Djokdja di tengah-tengah industri kreatif yang
semakin berkembang di Yogyakarta. Ada dua pertanyaan yang diajukan dalam
penelitian ini yakni bagaimana proses Dagadu Djokdja didirikan dan apa peran
Dagadu Djokdja bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dan bagi kehidupan sebagian
masyarakat Yogyakarta.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian ini yakni tahun 1994-2004. Tahun 1994, dipilih sebagai
batasan awal karena pada tahun tersebut merupakan tahun pendirian Dagadu
Djokdja sebagai sebuah industri kreatif dengan desain-desain yang masih
sederhana dan tidak bertema khusus. Tahun 2004 dipilih sebagai batas akhir
waktu penelitian karena pada tahun tersebut Dagadu Djokdja mengeluarkan
desain-desain bertemakan pemilu. Hal ini berkaitan dengan diselenggarakannya
pemilihan umum di Indonesia. Sementara itu, Yogyakarta dipilih sebagai batasan
tempat penelitian karena Dagadu Djokdja lahir di Kota Yogyakarta dan hanya ada
di Kota Yogyakarta.
Dengan demikian dalam waktu 10 tahun dapat dilihat perubahan-
perubahan yang terjadi di perusahaan yang ditunjukkan dalam desain dan
manajemennya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki 3 tujuan. Pertama menjelaskan pendirian Dagadu
Djokdja sebagai sebuah industri kreatif. Kedua, menjelaskan peran Dagadu
Djokdja dalam mengikonkan kota Yogyakarta. Ketiga, menjelaskan kontribusi
ekonomi Dagadu Djokdja bagi pemerintah Kota Yogyakarta dan kelompok
masyarakat kecil.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi banyak manfaat. Pertama, bagi Ilmu
Sejarah penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang sejarah
perusahaan. Kedua, bagi Dagadu Djokdja, diharapkan penelitian ini dapat
menjadi company profile bagi perusahaan. Ketiga, bagi Pemerintah Kota
Yogyakarta dan lembaga yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat menggugah
semangat pemerintah untuk lebih memperhatikan dan membina industri kreatif.
Keempat, bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan mendatangkan
wisatawan ke Yogyakarta. Kelima, bagi industri kreatif lainnya, diharapkan
penelitian ini dapat memberi inspirasi untuk mengembangkan industri kreatif
lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Kerangka Berpikir
Menurut Kementerian Perdagangan RI, ekonomi kreatif berasal dari
pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan dan lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya
kreasi dan daya cipta individu. Pemerintah telah mengidentifikasi ada 14 sektor
yang termasuk ekonomi kreatif yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni,
kerajinan, desain, fashion, film, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan,
penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, radio dan
televisi, serta riset dan pengembangan.7
Menurut Dr. Mari Elka Pangestu dalam Konvensi Pengembangan
Ekonomi Kreatif 2009-20158, setidaknya ada 6 hal mengapa Industri Kreatif
perlu dikembangkan di Indonesia, yakni memberikan kontribusi Ekonomi yang
signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas
bangsa, berbasis kepada sumber daya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan
kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa dan memberikan
dampak sosial yang positif
Dagadu Djokdja sebagai sebuah perusahaan yang memproduksi fashion
dan desain juga memenuhi kriteria ekonomi kreatif menurut Kementerian
7 www.kemendag.go.id. Diakses tanggal 29 Januari 2015.
8 Dr. Mari Elka Pangestu, “Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”,
Pidato sambutan dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 yang
diselenggarakan pada Pekan Produk Budaya Indonesia 2008 pada tanggal 4-8 Juni
2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Perdagangan RI. Dagadu Djokdja memanfaatkan kreativitas, ketrampilan dan
bakat yang dimiliki para pendiri perusahaan dalam bidang desain grafis untuk
menciptakan produk cinderamata yakni kaos oblong. Dalam kaos oblong tersebut,
terdapat desain yang lahir dari ide kreatif para desainer yang ditampilkan dalam
berbagai bentuk yakni bahasa plesetan maupun permainan antar bahasa. Dapat
dikatakan dalam proses produksi kaos, perusahaan Dagadu Djokdja banyak
bertumpu pada kualitas sumber daya manusia lewat ide dan gagasannya.
Selain pemanfaatan kreativitas, ketrampilan dan bakat dalam membuat
produk dan desain, keberadaan Dagadu Djokdja juga memenuhi kriteria ekonomi
kreatif Kementerian Perdagangan RI karena mampu menciptakan lapangan
pekerjaan dan memberi kesejahteraan bagi sebagian masyarakat di Kota
Yogyakarta. Dagadu Djokdja mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar baik itu tenaga profesional maupun para mahasiswa yang
sedang belajar di Yogyakarta. Dengan adanya lapangan pekerjaan yang
disediakan Dagadu Djokdja, maka perusahaan berkontribusi menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.
F. Tinjauan Pustaka
Ada sejumlah sejumlah studi yang membahas Dagadu Djokdja, antara lain
Dagadu For Beginners, buku terbitan PT. Aseli Dagadu Djokdja ini berisi
mengenai awal mula pendirian Dagadu Djokdja di Yogyakarta serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
perkembangannya hingga tahun tahun 2000.9 Karya ini memberi kontribusi bagi
penelitian ini untuk menyediakan data-data yang berkaitan dengan perkembangan
perusahaan.
Karya yang lain adalah skripsi Agustiawan berjudul Dinamika PT. Aseli
Dagadu Djokdja dan Perkembangan Busana Kaos 1994-2003.10
Dalam skripsi
ini tersedia data-data yang cukup membantu untuk penelitian ini, seperti catatan
mengenai perkembangan industri kaos dalam periode 1994-2003. Namun yang
membedakan karya Agustiawan dengan penelitian ini adalah pemilihan sudut
pandang yang berbeda. Dalam karya Agustiawan tersebut lebih banyak
membahas mengenai perkembangan Dagadu dan industri kaos lainnya di
Yogyakarta, sementara dalam penelitian ini tidak hanya perkembangannya saja
namun juga perannya bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dan sebagian masyarakat
Kota Yogyakarta. Selain sudut pandang yang berbeda, skripsi Agustiawan juga
bersifat deskriptif dan tidak menggunakan kerangka berpikir. Hal ini berbeda
dengan penelitian ini yang menggunakan kerangka berpikir mengenai konsep
industri kreatif dan menggunakan pendekatan ekonomi melalui aspek-aspek
ekonomi seperti harga, omset penjualan, besaran upah dan besaran pajak.
9 Dagadu For Beginners, (Yogyakarta: PT. Aseli Dagadu Djokdja, 2001)
10
Agustiawan, “Dinamika PT. Aseli Dagadu Djokdja dan Perkembangan Busana
Kaos 1994-2003”. Skripsi, UGM, Yogyakarta, 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Skripsi kedua karya Astuti Dwi Haryani berjudul Museum Trinil : Sejarah
dan Pengaruhnya Dalam Dunia Pariwisata tahun 1980-2000.11
Skripsi ini
membahas tema sejarah institusi negeri yakni Museum Trinil dan dinamikanya
tahun 1980-2000 serta perannya dalam dunia pariwisata. Tema skripsi ini hampir
sama dengan penelitian ini, yakni membahas institusi dan kontribusinya bagi
masyarakat sekitar. Hanya saja fokus permasalahannya lebih menitikberatkan
pada perannya di bidang pariwisata melalui analisa SWOT. Perbedaaan antara
penelitian ini dengan skripsi karangan Astuti Dwi Haryani terletak dari objek
penelitian dan pendekatannya. Bila skripsi membahas sejarah institusi negeri dan
pengaruhnya dalam bidang pariwisata, penelitian ini membahas mengenai sejarah
perusahaan dan kontribusinya bagi pemerintah kota dan sebagian masyarakat
melalui pendekatan ekonomi.
Karya lain yang relevan adalah Wacana Dagadu, Permainan Bahasa dan
Ilmu Bahasa oleh I Dewa Putu Wijana.12
Dalam karyanya ini dijelaskan mengenai
permainan bahasa yang ada dalam Dagadu ini tidak ubahnya seperti plesetan yang
sudah ada dalam masyarakat Yogyakarta. Pada tataran ini gaya plesetan
diwujudkan dalam desain kaos oblong Dagadu Djokdja. Ide dalam desain tersebut
merupakan realitas yang muncul dalam aktivitas sehari-hari yang datang secara
11
Dwi Haryani, Astuti, “Museum Trinil : Sejarah dan Pengaruhnya dalam Dunia
Pariwisata tahun 1980-2000”. Skripsi, USD, Yogyakarta, 2004.
12
I Dewa Putu Wijana, “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa”,
Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya UGM pada tanggal
27 Februari 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tidak sengaja. Penggunaan bahasa selain sebagai sarana berkomunikasi juga dapat
sebagai sarana menciptakan humor yaitu melalui bahasa plesetan dan desain kaos
Dagadu Djokdja yang juga mengkomunikasikan ide dan gagasan dengan gaya
plesetan. Karya ini memberi kontribusi untuk mengupas sejauh mana desain-
desain Dagadu Djokdja mampu mengedukasi masyarakat luas melalui ikon-ikon
dan pesan moral yang ditampilkan dalam kaos.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.
Menurut Kuntowijoyo, penelitian sejarah dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik ekstern dan intern, analisis dan
interpretasi, dan penulisan.13
Penelitian ini menggunakan sumber sejarah primer dan sekunder.14
Sumber primer berupa arsip, booklet, website dan katalog produk yang diterbitkan
oleh PT. Aseli Dagadu Djokdja dan dokumen pemerintah seperti data UMP Kota
Yogyakarta dan data kunjungan wisatawan. Sumber sekunder yakni buku, jurnal,
dan skripsi. Dari sumber tersebut, kemudian dilakukan kritik sumber sehingga
13
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995),
hlm. 81.
14
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah. terjemahan Nugroho Notosusanto,
(Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
diperoleh data yang dipercaya. Kritik sumber merupakan seleksi sumber yang
relevan dengan pokok penelitiannya.15
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisia. Analisa yang
digunakan berdasar pada kerangka berpikir yang sudah ditentukan yakni kerangka
berpikir industri kreatif menurut Kementrian Perdagangan RI. Data yang sudah
dianalisis kemudian disusun dalam sebuah cerita bermakna dengan
memperhatikan unsur kronologis, sistematis dan logika.
Selain sumber tertulis digunakan pula sumber lisan yang dilakukan
melalui metode wawancara. Wawancara ini dilakukan terhadap 13 orang yang
mengenal, memahami, terlibat langsung maupun tidak langsung dengan Dagadu
Djokdja diantaranya pendiri, karyawan, konsumen dan masyarakat. Metode
wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka yakni bertatap muka
dengan responden dan bercerita bebas tentang tema wawancara yang sudah
ditentukan.
Selain wawancara, digunakan juga metode pengamatan langsung dengan
mengunjungi perusahaan dan gerai-gerai Dagadu Djokdja. Dengan melakukan
pengamatan langsung, diharapkan dapat secara sungguh-sungguh melihat kondisi
PT. Aseli Dagadu Djokdja dan juga masyarakat yang terlibat didalamnya seperti
tukang becak, sopir dan pemandu wisata.
15
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
H. Sistematika Penulisan
Penulisan ini ditulis dalam lima Bab. Bab I Pendahuluan yang berisi latar
belakang penelitian, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Dalam Bab II dibahas pendirian Dagadu Djokdja sebagai industri kreatif.
Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang pendirian Dagadu Djokdja, tujuan
pendirian serta proses pendirian sebagai perusahaan.
Dalam Bab III dibahas perkembangan Dagadu Djokdja dalam kurun
waktu 1994-2004. Pada Bab ini dibahas perkembangan perusahaan yang dibagi
dalam 2 periode yakni perkembangan awal (1994-1998) dan perkembangan masa
reformasi (1999-2004). Pada Bab ini dibahas pula mengenai proses rekruitmen
tenaga kerja, pengupahan, serta upaya menghadapi pemalsuan produk.
Dalam Bab IV di bahas peran PT. Aseli Dagadu Djokdja bagi Pemerintah
Kota Yogyakarta dan kehidupan masyarakat Kota Yogyakarta. Kontribusi
Dagadu Djokdja bagi pemerintah Kota Yogyakarta antara lain lewat Pendapatan
Asli Daerah, dan mengikonkan Yogyakarta. Sementara itu, peran Dagadu Djokdja
bagi masyarakat Kota Yogyakarta terutama dalam bidang ekonomi adalah
menambah penghasilan bagi kelompok masyarakat kelas bawah seperti tukang
becak, sopir, dan kusir andong. Dalam Bab V berisi simpulan yakni jawaban
terhadap permasalahan yang disampaikan dalam Bab pengantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
PENDIRIAN DAGADU DJOKDJA
A. Latar Belakang Pendirian
Faktor utama yang mendorong pendirian Dagadu Djokdja ialah kota
Yogyakarta sebagai kota pariwisata. Yogyakarta sebagai kota pariwisata memiliki
fasilitas pendukung seperti sarana dan prasarana transportasi yakni Bandara Adi
Sutjipto, Stasiun Kereta Api Tugu, Stasiun Kereta Api Lempuyangan, dan
Terminal Giwangan. Selain sarana dan prasarana itu, Yogyakarta memiliki objek
wisata seperti pantai, pegunungan, kebun binatang, museum, desa wisata, keraton,
candi, dan Jalan Malioboro.
Objek wisata pantai di Yogyakarta diantaranya pantai Congot, Parangtritis,
Glagah, Kukup, Krakal, Baron, Sundak, Samas, Pandansimo, dan Siung. Wisata
alam berupa Gunung Merapi dan sekitarnya yakni Kaliurang dan Kali Kuning.
Selain itu, Kebun Binatang Gembiraloka yang memiliki berbagai macam satwa.
Objek wisata lainnya yakni museum yang jumlahnya 47, diantaranya museum
Sasana Wiratama, museum Kereta Kraton, museum Dharma Wanita, museum
Perjuangan, museum Sono Budoyo, museum Biologi, dan museum Ullen Sentalu.
Selain museum, juga terdapat candi yang ramai dikunjungi yakni candi
Prambanan, candi Ijo, candi Gebang, candi Sambisari, dan candi Kalasan. Ada
pula desa yang menjadi objek wisata yakni desa wisata Kasongan yang terkenal
dengan keramik dan gerabahnya. Desa wisata Kotagede yang terkenal dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kerajinan peraknya, serta desa wisata Krebet yang terkenal dengan kerajinan
wayang kulitnya.
Fasilitas pendukung wisata lainnya adalah ketersediaan hotel di
Yogyakarta, mulai dari hotel kelas melati sampai hotel berbintang. Hotel
berbintang yang ada di Yogyakarta diantaranya hotel Ambarrukmo, hotel Garuda,
hotel Melia Purosani, hotel Ibis, dan hotel Novotel. Sementara itu, hotel kelas
melati antara lain hotel Pantes, hotel Kurnia, hotel Oeyza, hotel Kristina dan
penginapan Pugeran yang banyak dijumpai di daerah Sosrowijayan dan
Prawirotaman.
Selain hal itu, Yogyakarta menyediakan berbagai cinderamata yang dapat
diperoleh diberbagai tempat seperti Malioboro. Malioboro adalah pusat kota
Yogyakarta yang sekaligus menjadi pusat perekonomian. Di sepanjang trotoar
Jalan Malioboro banyak para pedagang kaki lima1 yang menjual cinderamata khas
Yogyakarta seperti tas, sepatu, dompet, gambar tempel, gantungan kunci, gerabah,
wayang kulit, batik dan kaos oblong.
Pada tahun 1990-an kaos oblong sebagai cinderamata merupakan hal baru
jika dibandingkan dengan gerabah, wayang maupun keramik. Selain itu, kaos
oblong menjadi sarana untuk membawa pesan yang dapat dibaca dan
diinterpretasikan oleh para pembacanya. Kaos dapat mengkomunikasikan
berbagai lokasi diantaranya kaos yang menunjukkan tempat wisata seperti
1Pedagang kaki lima ialah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang
melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan (DMJ) yang diperuntukkan bagi
pejalan kaki. Penyebutan kaki lima adalah mereka yang yang berjualan dengan
menggunakan gerobak sehingga jumlah kaki pedagangnya lima. Lihat:
http://arsip.ugm.ac.id. Diakses tanggal 23 Maret 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Borobudur, Prambanan, Bali dan Yogyakarta. Kaos yang mengkomunikasikan
bisnis seperti desain dengan gambar dan tulisan produk Coca-Cola, Pepsi,
Yamaha, Suzuki, dan Honda. Kaos yang menunjukan institusi seperti UGM,
USD, UAJY, UAD dan UMY. Kaos yang mengkomunikasikan kelompok seperti
Slemania (pendukung klub sepakbola PSS Sleman) dan Brajamusti (pendukung
klub sepakbola PSIM Yogyakarta).
Selain faktor utama tersebut, pendirian Dagadu Djokdja juga tidak lepas
dari pertumbuhan industri kaos yang berkembang di Bali dan Bandung. Pada
tahun 1990-an di daerah-daerah tersebut berdiri perusahaan kaos C59 dan Joger.2
Selain di 2 tempat tersebut, pada tahun 1992 di Yogyakarta berdiri perusahaan
kaos Jaran Ethnic yang didirikan sejumlah mahasiswa UGM di Condong Catur,
Depok, Sleman. Pada awalnya, usaha ini didirikan dengan tujuan untuk mencari
uang tambahan kuliah. Desain utama yang dijual adalah desain yang
menggambarkan etnik, klasik dan lama. Dari desain tersebut, industri ini berhasil
berkembang menjadi sebuah industri kaos yang tidak hanya sekedar mencari uang
tambahan kuliah, melainkan sebuah usaha yang berorientasi pada keuntungan.
Berdirinya perusahaan kaos Jaran Ethnic mendorong pertumbuhan perusahaan
kaos lain di Yogyakarta. Pertumbuhan ini ditandai dengan berdirinya perusahaan
kaos lain di Yogyakarta yakni Sarapan, Gojek, Megatruh, WTO, Galang,
Malioboroblong, Jangkrik, Waton T-Shirt, Iwak Bandeng, Dadung, dan Dagadu
Djokdja.
2 “Kaus Cerdas, Kaus Khas” www.indomedia.com/intisari. Diakses tanggal 12
Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada tahun 1994, 25 mahasiswa dari Fakultas Teknik jurusan Teknik
Arsitektur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan 1985-1989 mendirikan
perusahaan kaos yakni Dagadu Djokdja. Mahasiswa tersebut yakni Adi Hutomo
Atmoko, Ahmad Noor Arief, Albertus Ari Basuki, Arya Aditya Wardhana, Djaka
Dwiandi Purwaningtyas, Edy Prayitno Hirsam, Evi Ailina, Hanif Budiman,
Hardilan M Arifin, Heri Ponco Nugroho, Hernowo Muliawan, Hetty Herawati,
Erwin Anindita, Muhammad Arif Arba’I, Nugroho Budhiharto, Ririn Choirina
Anggraini, Riza Arif Widani, Wiwik Sri Suhartati, Lapdo Pranowo, Edy Setijono,
Nowo Yuliarto, Agung Sekar Galih, Gigih Budi Abadi, Nur Aina dan Endi Nur
Endar Satria.3 Ke 25 mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa yang tergabung
dalam proyek penelitian Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kaltim dan
proyek Bali Tourism and Development Center di Nusa Dua yang dipimpin oleh
dosen mereka yakni Ibu Wiendu Nuryanti. Dalam menjalankan proyek penelitian,
para mahasiswa tersebut menempati studio yang berada di Jalan Suroto, Kotabaru,
Yogyakarta.4
Sekelompok mahasiswa ini memiliki kesamaan minat dalam
kepariwisataan, perkotaan dan desain grafis. Berbekal kesamaan minat dan ilmu
yang diperoleh dari kuliah, mendorong sekelompok mahasiswa tersebut
mendirikan sebuah perusahaan yang memproduksi dan memasarkan cinderamata
3 Wawancara dengan A.Noor Arif, 21 Februari 2014, di Kantor PT. AselDagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
4 Wawancara dengan Wiwik S. Suhartati, 14 Maret 2015, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
alternatif dari Yogyakarta berupa kaos oblong, gantungan kunci, dan gambar
tempel.
Selain faktor perkembangan industri kaos di berbagai daerah, terdapat dua
faktor yang mendorong kelompok ini untuk melakukan wirausaha ini, yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Ada lima faktor internal yang mendorong
didirikannya perusahaan ini. Pertama, keinginan untuk mempublikasikan berbagai
gagasan artefak, peristiwa, bahasa, maupun budaya yang sesuai dengan citra kota
Yogyakarta. Kedua, keinginan untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan
tersebut melalui tampilan grafis yang menarik dan menggugah. Ketiga, keinginan
untuk ikut serta memberikan kontribusi dalam khasanah cinderamata di
Yogyakarta. Keempat, mempromosikan Yogyakarta sebagai kota pariwisata
melalui ikon-ikonnya. Kelima, ikut memberi kritik dan saran untuk Kota
Yogyakarta.
Faktor eksternal yang mendorong didirikannya perusahaan ini yakni
kemudahan untuk melakukan kegiatan usaha di Malioboro Mall yang diberikan
oleh Ir. Wondoamiseno5 berupa kapling berikut etalase seluas 8 x 5 m
2.
Kemudahan ini menekan biaya negosiasi dan kontruksi sarana fisik ruang jual.
Kemudahan yang lain yakni pihak Malioboro Mall memberi ongkos sewa yang
relatif kecil yakni besaran sewa dihitung berdasarkan persentase penjualan.
Dengan orientasi awal pada penyaluran minat dan idealisme daripada perolehan
laba, kelompok mahasiswa ini memulai kegiatan wirausahanya dengan
5 Selain sebagai Dosen di Jurusan Arsitektur UGM, Ir. Wondoamiseno juga
menjabat sebagai staff ahli di studio penelitian Wiendu Nuryanti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menciptakan produk kaos dengan ide yang mereka dapat dibanding sisi
permintaan pasar. Kecenderungan ini dapat dilihat dari empat faktor. Pertama,
tidak ada sasaran pasar yang dirumuskan terlebih dahulu secara jelas dan spesifik.
Kedua, tidak ada analisis dan pencermatan terhadap kekuatan pasar yang sudah
ada. Ketiga, belum adanya target perolehan laba. Keempat, tidak adanya
perencanaan dalam jangka menengah dan jangka panjang dalam bidang produksi,
pemasaran, maupun pengelolaan administrasi dan keuangan.6
B. Proses Pendirian
Pada akhir Desember 1993, 25 mahasiswa yang tergabung dalam
penelitian Wiendu Nuryanti mendapat tawaran konsep berdagang kaki lima7 dari
Ir. Wondoamiseno di pusat perbelanjaan Malioboro Mall. Penawaran dari Ir.
Wondoamiseno ditanggapi secara beragam oleh para mahasiswa. Lebih dari
separuh mahasiswa tersebut menganggap bahwa konsep berdagang kaki lima di
Malioboro Mall membutuhkan modal yang besar. Selain itu, mereka juga
memprediksi bahwa berdagang di mall kalah bersaing dengan merek terkenal
seperti Polo Ralph House dan Nevada. Ir. Wondoamiseno terus memberi
semangat kepada para mahasiswa tersebut, sampai akhirnya mereka dapat
menerima konsep berdagang kaki lima di Malioboro Mall.8
6 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, hlm. 3.
7 Konsep berdagang kaki lima yang dimaksud Ir. Wondoamiseno ialah kegiatan
usaha dagang seperti para pedagang kaki lima yang memanfaatkan fasilitas umum seperti
trotoar dan badan jalan sebagai tempat berjualan. Namun yang membedakan konsep
berdagang kaki lima Ir. Wondoamiseno ialah tempat berjualannya di Mall Malioboro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Setelah sepakat menerima konsep berdagang kaki lima, para mahasiswa
ini berdiskusi mengenai barang apa yang dijual kepada masyarakat. Dalam diskusi
itu, Ahmad Noor Arief mengusulkan agar barang yang diproduksi adalah pernak-
pernik seperti kaos, gantungan kunci, dan gambar tempel. Usulan ini mendapat
tanggapan beragam dari 24 mahasiswa lainnya. Para mahasiswa tersebut merasa
pesimis dengan prospek wirausaha ini. Mereka menganggap usaha produksi kaos
sudah terlalu banyak di Yogyakarta, sehingga jika membuat produk yang sama,
maka dapat kalah bersaing dengan perusahaan kaos yang sudah lebih dulu berdiri.
Salah satu pendiri yakni Ahmad Noor Arief meyakinkan, dengan bekal
kesamaan minat dan ilmu dalam bidang grafis, membuat usaha ini berbeda dengan
perusahaan kaos lain. Perbedaan tersebut terletak pada desain yang dicetak pada
kaos yang menggunakan bahasa plesetan. Pada awal 1990-an plesetan dinilai
sebagai bahasa subversive yaitu bahasa pecundang, pembangkang, penyabot,
revolusioner, pengkhianat, penghasut, dan tidak loyal.9 Pada awalnya, plesetan ini
hanya digunakan dalam pertunjukan dagelan dan ketoprak. Plesetan dalam bahasa
Jawa berarti kata terpeleset dari makna aslinya. Misalnya plesetan kata senar
(senar gitar) menjadi semar (tokoh pewayangan). Selain itu, ada pula plesetan
berdasarkan pada permainan kata-kata dan akronim, seperti sepur asepe soko
duwur (kereta api, asapnya dari atas), sepeda asepe ora ono (asapnya tidak ada),
8 Wawancara dengan A.Noor Arif, 21 Februari 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
9 Budi Susanto, S.J. Imajinasi Penguasa dan Identitas Postkolonial. (Yogyakarta
: Kanisius, 2000), hlm. 127.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
becak asepe soko telak (asapnya dari tenggorokan), uwong asepe soko bokong
(orang, asapnya dari pantat).10
Selain itu, ada juga plesetan untuk menyindir situasi politik dan ekonomi.
Seperti dalam pertunjukan ketoprak, pemain menanyakan perbedaan konglomerat
dan petani. Pemain lainnya menjawab bahwa konglomerat adalah montore
mengkilat (motornya mengkilat) sedangkan petani gegere yang mengkilat
(punggungnya yang mengkilat).11
Sebagai tindak lanjut dari forum diskusi yang pertama, mereka kembali
berkumpul pada awal Januari 1994 untuk brainstorming mengenai nama usaha.
Mereka memilih nama Dagadu Djokdja sebagai merek dagang perusahaan. Nama
Dagadu Djokdja muncul secara tidak sengaja dan spontan, menjelang hari
pertama penjualan dan hanya sekedar didorong oleh kepentingan praktis sekaligus
labelisasi produk.12
Kata Dagadu secara tidak sengaja diucapkan Gigih Budi Abadi pada
waktu brainstorming. Pada waktu itu, ia mengumpat dengan kata Dagadu, yang
berarti matamu.13
Masyarakat Yogyakarta mengenal jenis plesetan ini dengan
membalik empat baris huruf Jawa atau yang biasa disebut bahasa walikan.
Permainan sandi dalam bahasa walikan ini dilakukan dengan cara menjadikan
baris pertama berpasangan dengan baris ketiga, baris kedua dengan baris keempat
10Dagadu For Beginners, (Yogyakarta: PT. Aseli Dagadu Djokdja, 2001), hlm.
21.
11
Ibid., hlm. 128.
12 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, loc. cit. hlm. 7.
13 Dagadu For Beginners, op. cit., hlm. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dan begitu pula sebaliknya baris ketiga berpasangan dengan baris pertama dan
baris keempat berpasangan dengan baris kedua. Kata dalam bahasa Indonesia
tinggal dipenggal-penggal berdasarkan suku katanya kemudian dipasangkan
berdasarkan urutan baris huruf Jawa tersebut, tanpa perlu mengubah huruf
vokalnya. Kata DA-GA-DU menjadi mudah dipahami yaitu DA pada baris kedua
dibaca MA yang ada di baris keempat, GA pada baris keempat dibaca TA di baris
kedua, dan DU (dari DA) berpasangan dengan MA(dari MU) sehingga Dagadu
berarti Matamu (Gambar 1).14
Gambar 1.
Bahasa walikan Dagadu
Sumber : www.dagadu.co.id
Kata matamu dalam bahasa Jawa bisa berarti umpatan yang kasar jika
diucapkan dengan nada marah dan intonasi tinggi. Akan tetapi dapat menjadi
ungkapan keakraban jika dituturkan dengan nada canda terutama di kalangan anak
muda.15
Bahasa walikan sering digunakan untuk membicarakan sesuatu hal yang
khusus untuk kalangan anak muda, sehingga orang lain di luar dari kalangan itu
14 www.Dagadu.co.id diakses tanggal 13 April 2014.
15 “Kaus Cerdas, Kaus Khas” www.indomedia.com/intisari. Diakses tanggal 12
Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tidak mengetahuinya. Bahasa walikan ini tidak bisa dipisahkan dari anak muda
yang mengerti bahasa Jawa, yang sering berkumpul di pos ronda, angkringan
maupun sudut-sudut gang. Jika seseorang marah dengan orang lain, maka
umpatan-umpatan dengan menggunakan bahasa walikan seperti dagadu, kesan
yang muncul justru tidak kasar. Orang yang diumpat pun tidak meresponnya
dengan emosi dan cenderung menanggapinya dengan canda dan humor. Suasana
ini justru menumbuhkan rasa keakraban, dan yang paling menakjubkan lagi
mereka mengutarakannya dengan tanpa banyak pikir dan persiapan.16
Kata Dagadu kemudian ditambah dengan kata Djokdja yang ditulis dalam
ejaan lama sehingga menjadi Dagadu Djokdja. Penekanan kata Djokdja
menunjukkan lokalitas produk kaos, sedangkan penggunaan ejaan lama
menujukkan sisi historis kota Yogyakarta.17
Kata Dagadu yang berarti matamu
kemudian direpresentasikan dalam sebuah logo yang bergambar mata. Mata pada
hakekatnya adalah indera, yakni alat untuk melihat dunia luar yang begitu indah.
Dalam bahasa Jawa mata atau mripat identik dengan kata ma’rifat yakni melihat
dengan pikiran dan mata hati. Sehingga dapat dikatakan mata adalah wujud
representatif dari sebuah kreatifitas.18
Setelah 25 mahasiswa menyepakati konsep dan merek dagang perusahaan,
mereka mulai mengumpulkan modal dengan cara patungan untuk membuka
16 I Dewa Putu Wijana, “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa”,
Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya UGM pada tanggal
27 Februari 2003.
17Dagadu For Beginners, op. cit., hlm. 5.
18 Ibid,. hlm. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
usaha. Sebagai modal awal, terkumpul uang sebesar Rp 4.200.000,00. Modal itu
digunakan untuk menyewa tempat di lower ground Malioboro Mall seluas 8 x 5
m2 dengan harga Rp 1.000.000,00 per bulan, sisanya Rp 3.000.000,00 digunakan
untuk memproduksi cinderamata berupa kaos oblong, gantungan kunci, dan
gambar tempel.19
Secara resmi pada Minggu Pon 9 Januari 1994 perusahaan ini didirikan di
rumah salah satu pendirinya yaitu Agung Sekar Galih di Jetis, Yogyakarta. Pada
waktu bersamaan, dibuka gerai pertama di lower ground Malioboro Mall yang
diberi nama Posyandu (Pos Pelayanan Dagadu). Selanjutnya dalam Bab III
dijelaskan mengenai perkembangan Dagadu Djokdja tahun 1994-2004 yang
meliputi desain, harga, rekruitmen tenaga kerja, upah tenaga kerja serta upaya
dalam menghadapi pemalsuan.
19Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, op. cit., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
DAGADU DJOKDJA TAHUN 1994-2004
A. Perkembangan Awal (1994-1998)
Pada awal pendirian perusahaan Dagadu, kaos dijual dengan harga Rp
15.000,00 per kaos. Sementara itu, harga beras tertinggi pada saat itu adalah Rp
650,00 per kilonya.1 Dapat dikatakan harga kaos Dagadu cukup mahal. Walaupun
demikian masyarakat masih mampu membelinya. Hal ini dapat dilihat dari animo
masyarakat terhadap kaos yang cukup besar. Dalam waktu lima hari kaos sudah
habis terjual. Bahkan ketika persediaan kaos habis, permintaan pesanan dari
konsumen masih tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan masyarakat karena kekurangan tenaga kerja.
Pada tahun pertama, rata-rata penjualan mencapai 150 kaos per hari.2
Jumlah penjualan terus meningkat dari hari ke hari, karena meningkatnya
permintaan dari konsumen. Tidak jarang konsumen bersedia antri untuk
memperoleh kaos di gerai, karena ada pembatasan penjualan kaos oleh pihak
perusahaan. Hal ini mengakibatkan suasana kurang nyaman, dan pihak
perusahaan mendapat peringatan dari pengelola Malioboro Mall agar menertibkan
1 www.bappenas.go.id. Diakses tanggal 19 Oktober 2014.
2 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
konsumennya. Bahkan pihak pengelola tidak segan-segan untuk mencabut izin
usahanya apabila hal tersebut tidak segera direspon.3
Lokasi penjualan yang berada di Malioboro Mall juga mengangkat
popularitas produk Dagadu Djokdja. Bagi masyarakat Yogyakarta, mall adalah
tempat baru yang sebelum tahun 1990-an hanya dapat dijumpai di kota besar
seperti Jakarta. Akan tetapi pada tahun 1994, dengan didirikannya Malioboro
Mall banyak masyarakat yang antusias untuk berkunjung atau sekedar mengetahui
barang-barang yang dijual di dalam mall.
Barang yang diperdagangkan di dalam mall harganya lebih tinggi daripada
barang-barang yang dijual di pinggiran toko maupun pasar tradisional, walaupun
barang yang dijual memiliki kualitas sama. Harga barang di mall lebih mahal,
karena pajak sewa yang tinggi serta biaya untuk menggaji karyawan sesuai upah
minimum provinsi. Akan tetapi berbelanja di mall dinilai lebih bergengsi daripada
berbelanja di pasar tradisional, karena ada pandangan bahwa orang belanja di mall
adalah orang modern dan memiliki status sosial menengah ke atas. Dengan
demikian Dagadu Djokdja yang dijual di mall dipandang memiliki nilai yang
tinggi seperti produk lain, walaupun kaos merupakan produk massal yang
dianggap sebagai pakaian kelas dua atau low fashion.
Besarnya minat wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta mendorong
perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan berinovasi menciptakan produk
yang baru, agar dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilihat dengan
3 Wawancara dengan A. Noor Arif, 21 Februari 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
meningkatnya penjualan kaos dari 150 kaos menjadi 200 kaos per hari dengan
rata-rata penjualan Rp 3.000.000,00 per hari pada tahun 1994. Dengan adanya
peningkatan penjualan, perusahaan memerlukan tambahan studio produksi. Dalam
upaya itu, pada tahun 1995 Dagadu Djokdja mengontrak sebuah rumah di Jalan
Jetis Pasiraman dengan harga Rp 15.000.000,00 per tahun.4
Proses produksi berada dalam tanggung jawab penuh divisi produksi,
dibantu divisi-divisi lainnya seperti marketing, creative manager, desainer, dan
copy writer. Divisi produksi bertanggungjawab dalam merencanakan, mengawasi,
dan melaksanakan proses produksi seusai permintaan pasar yang dianalisis oleh
tim marketing.5 Tahap awal proses produksi kaos ialah pembuatan desain yang
dilakukan oleh tim desainer. Tim ini terdiri dari 25 orang mahasiswa pendiri
perusahaan. Desain sangat penting karena produk yang dijual ialah produk
bergambar yang menonjolkan unsur lokalitas dan humor, yang diharapkan
menjadi daya tarik utama produk ini.
Smart, smile, dan Djokdja adalah slogan utama dalam pembuatan desain.
Setiap membuat desain baru, Dagadu Djokdja selalu mengeksplorasi semangat
dan khasanah lokal Yogyakarta.6 Citra smart, smile, dan Djokdja harus
terkandung kuat dalam setiap desain kaos. Kebanyakan desain menggunakan kata-
kata plesetan yang telah dikenal masyarakat Yogyakarta, terutama di kalangan
4 Wawancara dengan A. Noor Arif, 21 Februari 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
5 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, op.cit., hlm. 7.
6 Ibid., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
anak muda. Kata-kata tersebut dikemas secara menarik dan lucu dalam sebuah
plesetan yang didalamnya terkandung kritik sosial terhadap perilaku masayarakat.
Menurut Prof. I Dewa Putu Wijana terdapat 7 macam jenis plesetan yang
dipilih Dagadu Djokdja. Pertama berbentuk permainan kata (play on words)
adalah penyimpangan penggunaan bahasa yang paling umum ditemukan dalam
plesetan Dagadu Djokdja. Penyimpangan ini bersangkutan dengan penggunaan
ketaksaan yakni kata-kata yang memiliki bentuk sama, tetapi makna yang berbeda
(homonim), atau kata-kata yang karena perluasan konteksnya memiliki makna
yang bermacam-macam (polisemi). Contoh plesetan permainan kata Dagadu
Djokdja adalah Bali wae neng Djokdja dan UGD (Unit Gawat Dagadu).
Kedua, permainan antar bahasa (interlangual pun) adalah pemanfaatan
kehomoniman aksidental kata-kata yang berasal dari leksikon bahasa yang
berbeda. Misalnya permainan kata seperti pada iklan rokok Wismilak yang
memadukan nama produknya dengan frase bahasa Inggris wish me luck yang
artinya doakan saya mendapat keberuntungan.
Ketiga, malapropisme adalah penggunaan kata yang aneh di tengah-tengah
formula tertentu yang telah mapan berdasarkan kesamaan ucapan sehingga efek
formula yang semula dihancurkan. Contoh plesetan malapropisme kaos Dagadu
Djokdja : Alon-alon waton on time, United Colours for Keraton, dan Rest in
Djokdja (RID).
Keempat, silap lidah adalah urutan kata, frase, kalimat, wacana yang
terbentuk dari atau dengan melibatkan bentuk-bentuk yang mirip bunyinya
sehingga bila teks itu dibaca dengan tempo yang cepat akan menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kekacauan karena bunyi-bunyi yang menyusunnya mudah tertukar. Jadi, hanya
dengan membaca secara pelan-pelan dan hati-hati, seseorang dapat membacanya
dengan benar. Contoh plesetan silap lidah Dagadu Djokdja ialah: blong, oblong,
bolong dan bola bali bal-balan).
Kelima, slang adalah bahasa khusus yang diciptakan kelompok
masyarakat tertentu misalnya : remaja atau kelompok profesi. Bahasa slang
digunakan untuk berkomunikasi antar sesama anggota komunitas. Hal ini
bertujuan untuk memperjelas identitas komunitas itu serta untuk membingungkan
lawan bicara yang bukan dalam satu komunitas. Contoh plesetan Dagadu Djokdja
yang menggunakan bahasa slang ialah Escape from Gembiraloka zoo. Bebas Dab
!.
Keenam, adalah wacana indah. Wacana indah Dagadu Djokdja diciptakan
dengan formula-formula yang memiliki kesamaan bunyi atau persajakan akhir.
Contoh plesetan wacana indah Dagadu Djokdja ialah pecel lele lupa lalap, udad-
udud, leda-lede, ida-idu, dan muda foya-foya, tua kaya, mati masuk surga.
Ketujuh ialah kreasi dan translasi wacana. Plesetan jenis ini adalah
menerjemahkan sedemikian rupa wacana bahasa Inggris. Akan tetapi,
penerjemahannya tidak secara ketat mengikuti kaidah bahasa sasaran namun
sedikit santai. Contoh plesetan kreasi dan translasi wacana Dagadu Djokdja ialah
T Shirt diterjemahkan menjadi baju T (seharusnya kaos oblong).7
7 I Dewa Putu Wijana, “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa”,
Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya UGM pada tanggal
27 Februari 2003, hlm. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Pada awal berdirinya sampai tahun 1997, para desainer Dagadu lebih
memilih desain bertema bebas tergantung dari ide yang didapat. Salah satu contoh
desain tahun 1994 adalah desain dengan bentuk permainan kata antar bahasa.
Frase As you wish (seperti yang anda kehendaki) diplesetkan menjadi frase bahasa
Jawa As yow wis (Ah, ya sudah) yang berarti mencerminkan sikap kepasrahan,
keputusasaan, dan menerima.8 (Gambar 2)
Gambar 2.
Desain Dagadu tahun 1994
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Rancangan tema desain tersebut, bisa muncul dari berbagai pihak misalnya saja
masyarakat, konsumen, pemerhati, karyawan, dan termasuk desainer itu sendiri.
Ide awal didiskusikan untuk rancangan desain alternatif oleh tim kreatif di studio.
Forum diskusi ini terbuka bagi seluruh karyawan. Forum ini mengundang kritikus
tamu seperti seniman, budayawan, peneliti dan pakar marketing untuk membaca
peluang pasar.
Desain awal yang didiskusikan dalam forum tersebut diuji kelayakannya
apakah desain tersebut layak diproduksi ataupun tidak. Jika tidak layak
8 Ibid., hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
diproduksi, maka desain tersebut disimpan dalam arsip tim kreatif. Desain yang
disimpan ini, tidak begitu saja dimusnahkan namun dapat diajukan kembali dalam
forum diskusi yang sama dengan memberi sentuhan lain sesuai permintaan pasar.9
Desain awal yang lolos uji kelayakan selanjutnya dicetak dan diproduksi.
Setelah dinyatakan layak untuk dicetak, desain awal kemudian dibuat
proof (contoh cetak sablon) dan disempurnakan tanpa mengubah makna desain
dan tujuan awal desain. Setelah itu, dimasukkan dalam proses produksi untuk
diperbanyak. Proses produksi kaos dijalankan oleh perusahaan yang sudah
menjadi mitra kerja, seperti Jaran Ethnic T-Shirt, WTO dan Megatruh. Hal ini
karena perusahaan tidak memproduksi kaos tetapi hanya membuat ide atau
gagasan. Perusahaan hanya memasarkan dan menjual barang-barang produksi
tersebut. Dalam pengadaan bahan baku, perusahaan juga bekerja sama dengan
produsen kain di wilayah Yogyakarta. Produsen kain yang menjalin kerjasama
dengan perusahaan Dagadu Djokdja, terlebih dahulu harus melaksanakan pakta
perjanjian untuk tidak menjual kain yang diproduksinya kepada perusahaan lain.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas kain agar tidak sama dengan perusahaan
lain.
Kain kaos tersebut kemudian dikirim ke bagian produksi untuk dijahit dan
disablon. Kerja sama perusahaan dengan beberapa mitra kerja itu bertujuan, agar
proses produksi dapat berjalan tepat waktu dan sesuai target produksi yang
ditetapkan tim marketing. Setelah semua selesai diproduksi oleh mitra kerja, kaos
9 Wawancara dengan Marsudi, pada tanggal 24 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dikirim kembali ke perusahaan untuk diberi label Dagadu Djokdja lengkap dengan
hologram laser penanda produk asli, size label, dan care label. Setelah proses
pelabelan selesai, kemudian dilakukan quality control untuk melihat kualitas
produk tersebut apakah layak atau tidak layak dijual. Kaos yang tidak lolos
quality control (disebut barang reject) dimasukan ke gudang untuk dijual dengan
harga khusus pada karyawan. Sementara itu, kaos yang lolos quality control
kemudian di pack (dibungkus), didistribusikan, dan dijual ke gerai resmi Dagadu
Djokdja.
Dalam setiap produksi kaos setiap macam desain tidak langsung
diproduksi dalam jumlah ribuan melainkan maksimal 500 ratus potong kaos
saja.10
Kemudian dievaluasi apakah kaos dengan desain tersebut diminati
masyarakat atau tidak. Jumlah barang yang terjual apabila tidak berbanding lurus
dengan waktu penjualan maka segera dievaluasi produksinya. Jika dalam waktu
tertentu dan sesuai target tertentu, misalnya dalam waktu satu bulan kaos dapat
terjual habis maka kaos dengan jenis desain tersebut diproduksi lagi.11
Untuk
setiap desain jumlah produksi ulang hanya dibatasi sampai 2 kali meskipun masih
banyak permintaan. Produksi ulang kaos dilakukan pada saat-saat tertentu saja
misalnya ulang tahun perusahaan dan bulan program nostalgia seperti Idul Fitri,
Natal dan Tahun Baru. Pembatasan produksi kaos yang hanya 2 kali ini
dimaksudkan untuk membuat kaos yang limited edition. Pembatasan proses
10 Wawancara dengan Marsudi, pada tanggal 28 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
11Wawancara dengan Maya, pada tanggal 28 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja , Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
produksi kaos yang laku di pasaran ini, mengakibatkan konsumen menungu-
nunggu produksi ulang kaos tersebut.
Warna awal kaos yakni putih, abu-abu, hitam, merah, dan biru.
Perkembangannya, warna kaos dikombinasikan dengan perpaduan warna lain
misalnya warna kaos putih dipadu dengan lengan warna biru muda, kuning,
orange dan merah. Ada pula perpaduan warna kaos seperti penggunaan warna lain
di luar warna dominan pada lingkar leher, tepian leher, dan tepian bawah kaos.
Pemilihan warna ini mempertimbangkan aspek corak (hue), nilai warna (value),
dan kekuatan warna (intensify). Corak warna merupakan penentu nama dari warna
tersebut sedangkan nilai warna merupakan terang atau gelapnya warna, sedangkan
kekuatan warna merupakan ukuran bercahayanya atau suramnya corak warna.12
Pemilihan warna gambar atau tulisan pada kaos cukup beragam. Pemilihan warna
terang lebih mendominasi dalam desain kaos, seperti warna merah, kuning, biru,
putih, hijau muda, dan warna terang lainnya.
Warna-warna yang digunakan dalam desain kaos Dagadu Djokdja tidak
monoton seperti warna kraton yang serba hijau atau kuning, melainkan warna-
warna yang digunakan merupakan pengembangan dari warna-warna pokok seperti
biru, hijau, merah, dan coklat menjadi biru royal, biru turkish, hijau army, merah
muda, merah bata, coklat tua, dan coklat kaki. Warna-warna tersebut dipadukan
sesuai permintaan pasar supaya diterima oleh semua kalangan masyarakat.13
12Wawancara dengan Marsudi, pada tanggal 28 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
13Seno Aji Gumira, “Djokdja Tertawa Desain Kaos Oblong Dagadu”, dalam buku
Dagadu For Beginners. (Yogyakarta : PT. Aseli Dagadu Djokdja, 2001), hlm. 48.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pemilihan warna ini merupakan hasil kerjasama kolektif, antara desainer dan
marketing yang telah beradu pendapat dengan para komentator yang berasal dari
para seniman yang banyak menguasai teknik pewarnaan. Dengan adanya kritik
dari berbagai pihak tersebut, tim desainer tidak serta merta dapat menentukkan
warna begitu saja, melainkan melalui proses diskusi yang panjang.
Kaos dengan kualitas baik adalah kaos yang nyaman dipakai yakni tidak
panas dan menyerap keringat. Disamping itu, kekuatan serat kain yang baik
menjadikan kaos tersebut awet, tidak kusut, tidak mudah berubah bentuk, dan
mudah disetrika. Serat kain tersebut terdiri dari serat asli dan serat buatan. Serat
asli terbuat dari tumbuhan seperti kapas, linen, henep, sisal, dan ada yang terbuat
dari binatang diantaranya wol, sutera, kulit dan bulu. Untuk serat buatan atau
synthetis diantaranya cellulose yang menghasilkan rayon dan acetate, protein
yang menghasilkan fibrolane dan lanital, syntetis kimia, polyamide yang
menghasilkan nylon dan tynex, dan polyester yang menghaslikan dacron, lanon,
trivera, terylene, dan teteron jersey (tenun untuk kaos). Kaos Dagadu Djokdja
menggunakan komposisi jenis bahan yang terdiri 70% katun dan 30% polyester.
Dengan komposisi ini menjadikan kaos Dagadu Djokdja nyaman dipakai.
Pada tahun 1996, studio produiksi Dagadu Djokdja diperluas. Studio
produksi ini menempati rumah di Jalan Pakuningratan no. 17. Perluasan studio
dimaksudkan untuk peningkatan jumlah produksi kaos, sehingga penjualan kaos
Dagadu Djokdja diharapkan meningkat pula. Perluasan studio produksi ini,
berimbas pada pendapatan perusahaan yang meningkat. Pendapatan perusahaan
mengalami kenaikan menjadi rata-rata sebesar Rp 5.000.000,00 per hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kenaikan omset ini mendorong dibentuknya divisi pemasaran yang dikepalai
marketing manager (manajer pemasaran) yang membawahi bagian sales
(penjualan), promosi dan Public Relation atau humas, pengawas desain (studio
desain), dan brand manager. Tugas pokok dari divisi pemasaran ialah
merencanakan, mengawasi, melaksanakan program promo dan strategi penjualan
guna meningkatkan pendapatan perusahaan.
Setelah dibentuk, divisi pemasaran mengontrak rumah no. 15 di Jalan
Pakuningratan Yogyakarta dengan harga Rp 22.500.000,00. Rumah di Jalan
Pakuningratan no 17 difungsikan sebagai gerai UGD plesetan dari Unit Gawat
Dagadu sebagai ruang jual, sedangkan rumah no 15 sebagai studio produksi dan
kantor utama perusahaan Dagadu Djokdja. Penambahan gerai UGD tersebut
masih belum mampu menangani permintaan konsumen yang semakin meningkat.
Oleh karena itu, pada tahun 1997 dibentuk ULC (Unit Layanan Cepat) yang
mengadopsi akronim URC (Unit Reaksi Cepat) dari kepolisian. Konsumen dapat
memesan kaos lewat ULC, kemudian dengan mobil VW Combi tua membawa
pesanan kaos ke tempat konsumen.
Layanan ULC ini dikhususkan bagi konsumen yang berkelompok ataupun
rombongan wisatawan, yang tidak dapat mampir langsung ke gerai resmi Dagadu
Djokdja. Selain melalui ULC, konsumen dipermudah memperoleh kaos melalui
media pesanan lewat kawat (Pesawat) yakni website www.dagadu.co.id. Lewat
media ini, konsumen dari luar daerah bahkan luar negeri tidak perlu datang ke
Yogyakarta. Bagi para konsumen yang hendak membeli kaos lewat website cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengirimkan biodata lengkap lewat email. Dalam beberapa hari pesanan itu
dikirim ke konsumen.14
Dalam proses pengiriman barang, perusahaan bekerja sama dengan Elang
Express. Setiap barang yang dibeli dikenakan biaya pengiriman sesuai dengan
berat barang serta lokasi pengirimannya. Pelayanan kepada konsumen luar kota
semakin dipermudah, dengan cara membuat kerja sama dengan hotel-hotel dan
Dinas Pariwisata Yogyakarta. Setiap ada rombongan wisatawan yang datang ke
Yogyakarta diantar guidge ke gerai resmi. Para guidge wisatawan ini
mendapatkan 2 keuntungan uang yakni dari wisatawan dan bonus dari
perusahaan, yang besarnya sesuai dengan nilai barang belanjaan konsumen.
Besarnya komisi yang diberikan sangat variatif yakni 5 % untuk pembelanjaan Rp
100.000,00 – Rp 499.000,00 , 7% untuk pembelanjaan Rp 500.000,00 – Rp
1.499.000,00 dan 10% untuk pembelanjaan diatas Rp 1.500.000.00.15
Pemberian
komisi penjualan ini dimaksudkan untuk memerangi pemalsuan produk kaos
Dagadu Djokdja.
B. Pemalsuan
Produk kaos Dagadu banyak dipalsukan oleh pedagang kaki lima yang
menjual kaosnya di pinggiran toko. Hal ini dapat dilihat dengan adanya usaha
konveksi yang memakai Dagadu Djokdja sebagai merek dagangnya, bahkan tak
14 www.dagadu.co.id. Diakses tanggal 1 Agustus 2014.
15 Wawancara dengan Muhammad Kristopha, pada tanggal 27 Desember 2014 di
Kantor PT. Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
segan juga memasang baliho di depan usaha mereka seperti tampak di daerah
Kauman, Ngasem, dan di sepanjang trotoar Jalan Malioboro.
Penjual Dagadu palsu ini, menjual kaos secara terbuka bahkan tidak segan
menyebut kaos mereka sebagai kaos Dagadu Djokdja yang asli. Dengan semakin
menjamurnya kaos palsu tersebut, kaos Dagadu Djokdja menjadi kaos yang tidak
eksklusif lagi mengingat banyak dijumpai kaos Dagadu palsu di sudut-sudut kota
Yogyakarta. Kaos Dagadu palsu ini dibanderol dengan harga Rp 10.000,00
sampai dengan Rp 20.000,00 lebih murah daripada kaos Dagadu asli yang dijual
dengan harga Rp 40.000,00
Pemalsuan ini menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan dalam
bentuk materil maupun non materil. Dampak non materil yang paling
mengkhawatirkan ialah jatuhnya citra perusahaan yang berdampak pada citra
pariwisata Yogyakarta dan mengakibatkan persaingan bisnis yang tidak sehat.
Dampak materil yang dirasakan perusahaan memang tidak begitu besar karena
kualitas kaos Dagadu palsu yang rendah. Selain itu kaos Dagadu palsu jika
dipakai panas, tidak menyerap keringat, dan sablon mudah mengelupas.
Selain memiliki dampak negatif, di sisi lain pemalsuan ini juga memberi
dampak positif bagi perusahaan dan bagi sebagian kelompok masyarakat. Dampak
positif bagi perusahaan dengan adanya pemalsuan ini, dapat dikatakan bahwa
produk Dagadu Djokdja diterima oleh masyarakat. Pemalsuan produk Dagadu
juga semakin mengangkat produk Dagadu menjadi lebih terkenal.16
Selain bagi
16 Wawancara dengan Marsudi, pada tanggal 24 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
perusahaan, dampak positif pemalsuan produk Dagadu ini menginspirasi sebagian
kelompok masyarakat untuk ikut membuat produk kaos dengan merek Dagadu
ataupun dengan merek mereka sendiri.
Untuk menanggulangi pemalsuan, perusahaan mendaftarkan merek
dagang Dagadu Djokdja kepada kantor urusan merek dengan nomor register
432142.17
Selain mendaftarkan hak paten merek dagang, perusahaan juga
melakukan langkah bertahap dalam menangani pemalsuan ini mulai dari
himbauan, somasi hingga menyerahkan kasus ini kepada pihak yang berwajib.
Dalam upaya itu, perusahaan juga melakukan beberapa strategi untuk
menanggulangi pemalsuan dengan beberapa cara antara lain warning strategy
(peringatan dan himbauan), withdrawal strategy (pembatasan jumlah gerai PT.
Aseli Dagadu Djodjka), prosecution strategy (pelibatan pihak-pihak hukum),
modification strategy (pemberian hologram laser pada kaos), dan consultation
(konsultasi hukum dengan budayawan, sosiolog, pemerintah Kota Yogyakarta,
ahli komunikasi dan jurnalis).18
Pada tahun 1997, menyikapi maraknya pemalsuan kaos Dagadu, para
pendiri yang masih aktif mengelola perusahaan semakin serius dalam mengelola
perusahaan. Keseriusan untuk mengembangkan bisnis ini ditunjukkan dengan
mendirikan sebuah Perseroan terbatas (PT) pada tanggal 11 November 1997
dengan nama PT. Aseli Dagadu Djokdja. Pejabat notaris yang mengesahkan
17 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, op. cit., hlm. 7.
18Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja. Marketing Comunication Strategy .hlm.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
adalah Muchammad Agus Hanafi, S. H, yang berkantor di Jalan Atmosukarto no
11 Kotabaru, Yogyakarta.19
Pendirian Perseroan Terbatas ini didasari dengan kesadaran bahwa usaha
yang dilakukan Dagadu Djokdja dipandang telah telanjur tumbuh dengan
melibatkan SDM yang tidak kecil lagi, perlunya status legal/ formal ke dalam
suatu badan hukum yang dilindungi oleh peraturan hukum di Indonesia, dan perlu
adanya suatu konsep usaha yang dirumuskan secara jelas dalam visi dan tujuan
perusahaan.20
Visi PT. Aseli Dagadu Djokdja ialah menjadi perusahaan kreatif
terkemuka di Indonesia yang berorientasi pada konsumen, lingkungan, mitra, nilai
investasi, organisasi dan produktivitas. Dengan didirikan perseroan terbatas ini,
arah haluan perusahaan sudah berubah, pada awalnya Dagadu sebagai kegiatan
penyaluran ide dan bakat, menjadi sebuah perusahaan mandiri yang berorientasi
pada keuntungan.
C. Rekrutmen Tenaga Kerja
Perseroan yang baru terbentuk ini menempatkan para pendiri sebagai
pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini. Setiap tahunnya para pemegang
saham ini berkumpul untuk silaturahmi serta bertukar ide dan gagasan guna
mengembangkan perusahaan dalam forum yang disebut Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Dalam setiap RUPS tersebut para pemegang saham membuat
gambaran perencanaan program perusahaan dalam tahun selanjutnya.
Dibentuknya perusahaan PT. Aseli Dagadu Djokdja tersebut juga membuka
19 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja bagian HRD. hlm. 3.
20 Ibid.,hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
peluang rekruitmen tenaga kerja setelah selama 3 tahun dikelola sendiri oleh para
pendiri.
Proses rekruitmen tenaga kerja yang awalnya ekslusif untuk mahasiswa
UGM saja menjadi terbuka untuk umum. Dalam proses rekruitmen ini, dapat
diikuti masyarakat umum yang berminat menjadi karyawan PT. Aseli Dagadu
Djokdja. Pada tahun pertama, PT. Aseli Dagadu Djokdja memiliki 85 orang
karyawan yang terdiri dari 30 orang karyawan tetap, 55 karyawan kontrak dan
freelance.21
Secara umum karyawan yang ada terdiri atas 2 kelompok yaitu
karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap ialah karyawan yang
menempati divisi pokok dan telah melewati proses sebagai karyawan kontrak
dalam 1 kali masa periode kontrak yakni 1 tahun. Sementara karyawan kontrak
ialah karyawan yang dikontrak dalam 1 kali periode kontrak selama 1 tahun.
Setelah periode kontrak itu, mereka di evaluasi apakah layak menjadi karyawan
tetap atau tidak akan diperpanjang lagi masa kontraknya.
Jadwal kerja karyawan yakni dari Senin sampai Jumat, dari jam 08.00
WIB sampai 17.00 WIB, istirahat selama 1 jam mulai pukul 12.00 WIB – 13.00
WIB. Pada hari Sabtu dan Minggu seluruh karyawan diliburkan. Jadwal kerja ini
berlaku bagi seluruh karyawan tetap maupun kontrak. Sementara itu jadwal kerja
karyaw an di gerai yang berlaku bagi supervisor, kasir, dan gardep (garda depan)
terdiri dari shift 1 mulai pukul 08.30 WIB – 15.00 WIB dan shift 2 mulai pukul
15.00 WIB – 21.30 WIB ,lama kerja 6,5 jam. Sementara itu, bagi gardep lama
kerja selama 4,5 jam, yang terdiri dari 3 shift per hari meliputi shift 1 pukul 08.30
21 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja bagian HRD, op. cit., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
WIB – 13.00 WIB, shift 2 mulai pukul 13.00 WIB – 17.30 WIB, dan shift 3 mulai
pukul 17.30 WIB – 21.30 WIB. Mengingat supervisor, kasir dan gardep
merupakan mahasiswa aktif, dalam menentukan jadwal kerja setiap bulan masing-
masing divisi bermusyawarah agar agenda akademik seperti ujian, praktek kerja
lapangan maupun praktek di kampus tidak terganggu.
Untuk menjadi karyawan di PT. Aseli Dagadu Djokdja baik sebagai
karyawan tetap maupun karyawan kontrak diperlukan tes seleksi yang ketat.
Untuk meniti karir ketika masih menjadi mahasiswa, biasanya dimulai dari posisi
gardep yang perekrutannya diadakan 4 bulan sekali untuk kontrak kerja gardep
selama 8 bulan dan tidak dapat diperpanjang, agar terjadi rotasi yang baik yang
diisi oleh mahasiswa baru di Yogyakarta. Setiap 4 bulan sekali PT. Aseli Dagadu
Djokdja menyelenggarakan 3 kali seleksi gardep.
Rata-rata jumlah pendaftar mencapai 500 hingga 750 setiap periodenya.22
Syarat menjadi seorang gardep ialah masih berstatus mahasiswa aktif semester 3 –
semester 8, memiliki IPK minimal 2,75, belum menikah, berpenampilan menarik,
dan mampu berkomunikasi dengan baik.23
Disamping syarat-syarat tersebut untuk
menjadi gardep harus melewati berbagai tahapan seleksi yang terbagi dalam 7
tahap yakni Front Interview, tes tertulis, Focus Group Discussion, User Interview,
Indoor Training, Outdoor Training, dan magang.
22 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja bagian HRD, op. cit., hlm. 8.
23 www.dagadu.co.id. Diakses tanggal 1 Agustus 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
D. Upah Tenaga Kerja
Setelah menjadi Perseroan Terbatas pada tahun 1997, karyawan PT. Aseli
Dagadu Djokdja digolongkan menjadi 3 yakni karyawan tetap, karyawan kontrak,
dan karyawan honorer.24
Jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini sampai
dengan tahun 2000 berjumlah 76 orang (Tabel 1).
Tabel 1.
Komposisi Karyawan PT. Aseli Dagadu Djokdja tahun 2000
Status Jabatan Jumlah
Karyawan tetap
1. Desainer
2. Pemasaran
3. Keuangan
4. Produksi
5. Umum dan
administrasi
3
10
1
6
6
Karyawan Kontrak 1. Desainer
2. Pemasaran
3. Keuangan
4. Produksi
5. Umum dan
Administrasi
6. Garda Depan
7. Penyelia
(Supervisor)
8. Kasir
9. Keamanan
3
4
1
3
24
3
3
4
Karyawan honorer 1. Pelipat
2. Tukang potong
kain
1
4
Jumlah 76
Sumber : Divisi Litbang PT. Aseli Dagadu Djokdja
Besarnya upah karyawan berdasarkan pada status dan posisi dalam
struktur perusahaan. Karyawan tetap mendapat fasilitas gaji pokok beserta
tunjangan-tunjangan lain yakni tunjangan kehadiran, tunjangan transport,
24 Arsip Divisi Litbang PT. Aseli Dagadu Djokdja, hlm. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tunjangan kesehatan, tunjangan makan, dan bonus penjualan yang diberikan
sesuai dengan tercapai tidaknya target minimal perusahaan. Sementara itu bagi
karyawan kontrak dan karyawan honorer tidak menerima tunjangan kesehatan dan
tunjangan transport. Rata-rata upah yang diterima seluruh karyawan sesuai dengan
besaran Upah Minimum Regional Yogyakarta (Tabel 2).25
Tabel 2. Upah Minimum Regional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
tahun 1998-2004
Tahun
Besaran UMP per Bulan
(Rp.)
Kebutuhan Hidup
Minimum per Bulan
(Rp.)
1998 122.500 172.767
1999 130.000 250.120
2000 194.500 -
2001 237.500 -
2002 321.750 257.035
2003 360.000 321.756
2004 365.000 355.000
Sumber: Disnakertrans Provinsi DIY
Berdasarkan Tabel 2, upah minimum yang diterima karyawan PT. Aseli
Dagadu Djokdja dari tahun 1998-2004 terus mengalami kenaikan walaupun tidak
signifikan. Akan tetapi, pada tahun 1998-1999 kenaikan upah karyawan tidak
sesuai dengan besaran kebutuhan hidup minimum per bulan yang ditetapkan
pemerintah. Hal ini dikarenakan perusahaan sedang mengalami masa peralihan
menjadi sebuah Perseroan Terbatas, sehingga perusahaan belum mampu
membayar upah sesuai angka kebutuhan hidup minimum.26
Mulai tahun 2002,
perusahaan telah memberikan upah yang sesuai dengan angka kebutuhan hidup
25 Wawancara dengan Permaditha Kurniawati, 4 Desember 2014, di Kantor PT.
Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
26 Wawancara dengan A.Noor Arif, 21 Februari 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
minimum yang ditetapkan pemerintah DIY. Sehingga dapat dikatakan bahwa
mulai tahun 2002, seluruh karyawan di PT. Aseli Dagadu Djokdja sudah
mendapat upah minimum yang layak.
Selain upah yang diterima, perusahaan juga memberi tunjangan hari raya
sesuai agamanya, dan dana sosial bagi karyawan ataupun keluarganya yang
sedang sakit. Disamping itu setiap bulannya seluruh karyawan diberi kaos sebagai
jatah bulanan yang dipakai setiap hari Sabtu dan Minggu bagi karyawan di
gerai.27
E. Masa Reformasi (1998-2004)
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara di Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Krisis ekonomi di Indonesia diawali dengan menurunnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis ekonomi juga berdampak pada
banyaknya perusahaan yang ditutup, sehingga membuat angka pengangguran
meningkat. Keadaan ini memicu kelompok masyarakat kampus yang terdiri dari
mahasiswa, dosen dan rektor menyuarakan pendapatnya melalui berbagai media
seperti seminar, mimbar bebas hingga aksi demonstrasi. Mereka menganggap
bahwa krisis yang terjadi, merupakan kesalahan Presiden Soeharto dalam
mengurus pemerintahannya.
Di Yogyakarta, aksi demonstrasi juga terjadi untuk melawan pemerintah
Soeharto. Pada tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu masyarakat Yogyakarta
berkumpul di alun-alun utara untuk mendengarkan maklumat dari Sri Sultan
27 Wawancara dengan Auditia Setiobudi, pada tanggal 30 Juli 2014, di Pos
Layanan Dagadu, lower ground Malioboro Mall.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII. Inti dari maklumat tersebut ialah
menganjurkan kepada masyarakat untuk menggalang persatuan dan kesatuan
bangsa.
Dampak krisis ekonomi Indonesia juga mulai melanda perusahaan Dagadu
Djokdja. Hal ini dapat ditunjukkan dari omset penjualan perusahaan tahun 1997
yang mengalami penurunan sebesar Rp 106.600.000,00 atau setara 5%.28
Penurunan omset ini disebabkan dengan adanya kenaikan harga sembako dan
terjadi PHK besar-besaran yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.
Akibatnya perusahaan harus membuat suatu kebijakan agar omsetnya tidak terus
menurun.
Dalam upaya itu, pada tahun 1998 perusahaan membuat suatu kebijakan
untuk memperbanyak produksi pernak-pernik meliputi stationery, household, dan
aksesori yang memiliki harga Rp 5.000,00 -Rp 10.000,00 lebih rendah daripada
harga kaos yang mencapai Rp 35.000,00. Sementara itu harga beras tertinggi
mencapai Rp 3.100,00 per kilo29
, sehingga jika dibandingkan dengan harga pernik
Rp 5.000,00, harga tersebut masih terjangkau masyarakat. Dapat dikatakan
dengan strategi ini, mampu menaikkan omset perusahaan walaupun tidak
signifikan yakni sebesar 0,98%.30
Selain memproduksi pernak pernik yang memiliki harga lebih murah,
perusahaan juga melakukan inovasi-inovasi dalam membuat desain. Pada awal
28 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, Bagian Keuangan.
29Syaikhu Usman, “Gejolak Harga Beras Agustus-September 1998: Penelusuran
Sebab dan Akibat”. Laporan Konsultan World Bank, 1998.
30 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, loc. cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
berdirinya sampai tahun 1997, para desainer Dagadu lebih mengutamakan kritik
terhadap kondisi sosial dan kultural yang berkembang di masyarakat seperti
kebersihan kota, sikap budaya yang sudah saatnya dirubah, keamanan lingkungan
dan berbagai kondisi yang merugikan masyarakat. Melalui pesan yang dituangkan
dalam desain tersebut, perusahaan diharapkan dapat ikut berperan dalam
pembangunan kota Yogyakarta. Akan tetapi kritik tersebut hanya terbatas pada isu
lokal di Yogyakarta, mengingat kebebasan berpendapat pada masa Presiden
Soeharto sangat dibatasi.31
Pasca pergantian presiden, pemerintah mengeluarkan UU No. 40 tahun
1999 tentang pers. UU ini menjadi hadiah istimewa bagi masyarakat khususnya
pelaku dunia pers seperti wartawan dan jurnalis karena selama 30 tahun
kebebasan berpendapat dan berpolitik merupakan komoditi yang mahal di
Indonesia.32
UU pers ini juga berpengaruh bagi perusahaan Dagadu Djokdja
dalam membuat desain-desainnya.
Menjelang tahun 1998, tim desainer Dagadu membuat satu desain pada
cangkir yang mengandung sebuah ajakan bernuansa politik. Desain tersebut
bertuliskan “Aku tidak mau kuning lagi” dengan gambar menunjuk pada gigi
yang kuning. Secara tersirat, desain tersebut mengajak masyarakat untuk
menghentikan laju partai Golkar yang sudah berkuasa selama 30 tahun di
31 Wawancara dengan Marsudi, 24 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli Dagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
32 Wawancara dengan Marsudi, 6 Januari 2015, di Kantor PT. Aseli Dagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Indonesia.33
Hanya dalam tempo satu minggu, produksi 400 cangkir dengan
desain tersebut sudah habis dibeli masyarakat.
Setelah mengeluarkan desain tersebut dan mendapat tanggapan yang
positif dari masyarakat, tim desainer Dagadu tampil lebih berani lagi dalam
membuat desain-desain yang bernuansa politis dan kritikan terhadap pemerintah.
Pada tahun 1998, perusahaan membuat desain “Ngasem Kawasan Bebas Ngoceh”
(Gambar 3). Dalam desain tersebut, secara tersirat tim desainer ingin mengajak
masyarakat untuk aktif dalam mengkritik dan memantau kinerja pemerintah.34
Desain ini sekaligus sebagai perwujudan ungkapan syukur atas dimulainya era
demokrasi di Indonesia.
Gambar 3.
Desain Ngasem Kawasan Bebas Ngoceh
Sumber : Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
33 Setelah habis dijual pada masyarakat, desain “Aku tidak mau kuning lagi”
sudah tidak diproduksi ulang lagi, bahkan arsip desain tersebut juga sudah dimusnahkan
demi keamanan perusahaan. Wawancara dengan Marsudi, 24 Juni 2014, di Kantor PT.
Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
34 Wawancara dengan Marsudi, 24 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli Dagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada tahun 1998, perusahaan juga membuat satu produk baru maskot
Dagadu. Maskot berupa boneka Mallman (Malioboro Man) hasil karya desainer
Dagadu Djokdja yakni Gigih Budi Abadi berupa kreasi boneka anak-anak yang
didesain menggunakan blangkon, berkacamata, dan tampil layaknya Superman
(Gambar 4). Dalam maskot tersebut, makna yang disampaikan adalah perwujudan
orang Yogyakarta yang modern tanpa meninggalkan kekhasannya sebagai orang
Yogyakarta yang memakai blangkon. Pembuatan maskot dengan desain Mallman
ini dimaksudkan agar anak-anak tidak terlalu berkiblat pada tokoh-tokoh barat
seperti Superman ataupun Superboy, tetapi meneladani tokoh-tokoh dan hasil
karya anak bangsa Indonesia sendiri yang ditunjukkan dengan anak Yogyakarta
yang memakai blangkon dan kacamata yang tampil sebagai sosok pemberani
layaknya Superman.35
Pembuatan maskot ini juga merupakan salah satu strategi
agar perusahaan dapat bertahan dari ancaman krisis ekonomi yang melanda
Indonesia.
Gambar 4.
Boneka Mallman
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
35 Wawancara dengan Marsudi, pada tanggal 24 Juni 2014 di Kantor PT.Aseli
Dagadu Djokdja , jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Selain memproduksi maskot dan kaos untuk orang dewasa, pada tahun
1998 perusahaan juga memproduksi kaos untuk anak-anak. Jenis yang diproduksi
adalah kaos oblong yang diberi nama Dagadu Bocah (Gambar 5). Produk awal
Dagadu Bocah terdiri dari kaos oblong, dan kaos oblong krah selain itu diproduksi
pula sweater, dan topi yang dibordir yang semuanya juga bergambar dan
menggunakan teknologi screen printing. Produk Dagadu Bocah merupakan hasil
masukan dari berbagai pihak yang menginginkan adanya kaos Dagadu Djokdja
untuk anak-anak sehingga satu keluarga dapat memakai kaos yang seragam.
Gambar 5.
Kaos Dagadu Bocah
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Salah satu keunikan dari kaos oblong Dagadu Bocah adalah pada lengan
kanannya yang diberi warna beda dibanding dengan lengan kirinya misalnya
perpaduan merah – kuning, hitam – kuning, hijau muda – hijau tua dan merah -
hitam. Pembedaan pada warna lengan ini dimaksudkan untuk mengenalkan lebih
dini kepada anak-anak bahwa fungsi tangan kanan dan tangan kiri berbeda. Hal ini
sekaligus ingin memberikan pembelajaran pada anak-anak agar lebih terbiasa
menggunakan tangan kanan saat melakukan aktivitasnya misalnya makan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
berjabat tangan ataupun menerima sesuatu.36
Bagi orang Indonesia secara
umumnya tangan kanan merupakan simbol kebaikan untuk segala aktivitas yang
baik pula sementara tangan kiri simbol hal yang kurang baik.
Pada tahun 2000 untuk meningkatkan penjualan yang sedang lesu setelah
krisis ekonomi, perusahaan mengeluarkan produk baru sebagai sister brand
(saudara) Dagadu Djokdja yaitu kaos Afterhour. Afterhour merupakan bagian
usaha baru dari divisi pemasaran di PT. Aseli Dagadu Djokdja. Afterhour
mempunyai target konsumen yang berbeda dengan Dagadu Djokdja yaitu
masyarakat yang lebih mementingkan gaya fashion dan model pakaian. Tempat
penjualan Afterhour ada di lantai I Galeria Mall yang terletak di Jalan Jenderal
Soedirman Yogyakarta. Produk Afterhour dijual seharga Rp 85.000,00 lebih
mahal dari produk Dagadu Djokdja yang dijual seharga Rp 45.000,00. Berbeda
dengan Dagadu Djokdja, Afterhour menerapkan strategi distribusi multi outlet
dengan menggunakan jarungan distribusi seperti department store dan pusat-pusat
perbelanjaan .
Seiring dengan perkembangan kebutuhan pasar dan persaingan yang
semakin ketat, pada tahun 2002 PT. Aseli Dagadu Djokdja melebarkan pangsa
pasarnya dengan memproduksi kaos Omus (Oblong Muslim Stylish). Pembuatan
kaos ini untuk mengakomodir para dagaduers37
yang mengenakan jilbab, sehingga
di buat dengan model lengan panjang (Gambar 6). Dalam gambar desainnya, kaos
Omus tidak menggunakan bahasa plesetan seperti kaos Dagadu tetapi
36 Wawancara dengan Dyah Retna Utami, pada tanggal 24 Desember 2014 di
Kantor PT.Aseli Dagadu Djokdja , jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
37Sebutan bagi penggemar kaos Dagadu Djokdja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menggunakan bahasa-bahasa spirit dan motivasi seperti: keep smile, let’s smile be
energy, start the day with smile, dan may the smile be with you. Pembuatan kaos
Omus ini berhasil mendongkrak penjualan kaos Dagadu Djokdja dengan rata-rata
penjualan 50 kaos per hari.
Gambar 6.
Kaos Omus
Sumber: https://www.facebook.com/Omusphere
Pada tahun 2004, selain memproduksi kaos untuk di jual di gerai,
perusahaan juga membentuk tim Daya Gagas Dunia yang bertugas menerima
pesanan kaos dari instansi-instansi ataupun mitra kerja. Tim ini bertugas untuk
menyiapkan desain khusus sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Tidak
hanya melayani pemesanan kaos, tim Daya Gagas Dunia juga menerima pesanan
merchandise seperti gantungan kunci, sticker, sweater, stationery (pembatas buku,
block notes, sticker, scot light, dan kartu remi), household (cangkir, tatakan
cangkir, magnet kulkas dan bantal), dan aksesori (pin, bandana, tas kain, dompet,
dan tempat pensil).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada tahun 2004 juga bertepatan dengan diselenggarakanya pemilu di
Indonesia, Dalam upaya itu, perusahaan memanfaatkan event tersebut dengan
membuat desain plesetan yang juga bernuansa politis. Contoh desain yang
bernuansa politis ialah desain Volitikus plesetan dari politikus (Gambar 7). Desain
ini digambarkan dalam gambar 2 tikus yang sedang memperebutkan uang, desain
ini dibuat untuk menyindir banyaknya pejabat publik yang melakukan tindakan
korupsi.
Gambar 7.
Desain Volitikus
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Pada Bab IV dibahas mengenai peran Dagadu Djokdja bagi Kota
Yogyakarta. Peran tersebut dibagi menjadi tiga yakni peran mengikonkan Kota
Yogyakarta, peran ekonomi bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dan sebagian
masyarakat Kota Yogyakarta serta peran dalam bidang sosial dan budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
PERAN DAGADU DJOKDJA BAGI KOTA
YOGYAKARTA
A. Mengikonkan Yogyakarta
Peran Dagadu Djokdja bagi kota Yogyakarta salah satunya adalah
mengikonkan Yogyakarta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikon adalah
suatu tanda, simbol, gambaran atau lukisan yang menggambarkan situasi yang
diharapkan mirip dengan kondisi objek yang dijadikan tanda itu. Dalam kaitannya
dengan peran mengikonkan Yogyakarta, Dagadu Djokdja mengambil simbol-
simbol tentang Yogyakarta dalam setiap desainnya.
Ikon-ikon Yogyakarta kemudian dituangkan dalam desain yang ada dalam
media kaos. Melalui kaos tersebut, Dagadu menggambarkan objek-objek yang
identik dengan Yogyakarta lewat desain-desain yang dikreasikan dengan gambar
dan aneka bahasa plesetan untuk menciptakan humor.1 Desain-desain tersebut
menampilkan ikon-ikon Yogyakarta yang sudah terkenal seperti Kasongan,
Masangin, Prajurit Keraton, Stasiun Tugu, Tugu Yogyakarta, Malioboro, dan
Tamansari.
Kasongan merupakan nama sebuah desa yang terletak di wilayah
kabupaten Bantul, yang terkenal dengan kerajinan gerabahnya (Gambar 8).
1I Dewa Putu Wijana, “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa dan Ilmu Bahasa‟,
dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar FIB UGM pada tanggal 27 Februari 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gerabah merupakan benda berbahan dasar tanah liat dan dibakar secara sengaja
dibawah suhu kurang dari 1000° C. Bahan baku berupa tanah liat memiliki sifat
lentur dan mudah dibentuk sesuai yang dikehendaki.2
Gambar 8.
Desain Kasongan : Kawasan Pecah Belah
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Seorang perajin bernama Jembuk (1860-1942) adalah perajiin pertama
yang memulai membuat gerabah untuk peralatan rumah tangga di Kasongan.
Berkat ketrampilannya mengolah tanah liat, Jembuk dipercaya untuk mendesain
pot tanaman pada taman di kraton Yogyakarta semasa pemerintahan Sri Sultan
Hamengku Buwana VIII sampai IX. Dengan berkendara pedati, Jembuk mengirim
pesanan pot ke kraton. Kedekatan Jembuk terhadap Kraton dan berkat
kreatifitasannya membuat gerabah, membuat Jembuk diangkat menjadi abdi
dalem. Berkat kegigihan Jembuk banyak warga di desa Kasongan belajar padanya
untuk membuat kerajinan dari tanah liat.
2 Timbul Raharjo, “Kreativitas Keramik Kasongan: Proses Inovasi dan
Perubahan.” Artikel. ISI Yogyakarta, hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Perkembangan Kasongan menjadi sebuah desa wisata tidak lepas dari
peran para pengajar Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) serta tokoh pecinta
gerabah yang berasal dari luar Kasongan seperti Larasati Soeliantoro Soelaiman,
Sapto Hudojo, Widayat, Narno. S, S. P. Gustami, M. Soehadji, Ponimin, dan A.
Zainuri.3
Yogyakarta sebagai sebuah daerah kerajaan yang memiliki kraton,
memiliki dua buah alun-alun yang terletak di utara kraton (alun-alun lor) dan
selatan kraton (alun-alun kidul). Masing-masing alun-alun memiliki dua buah
pohon beringin ditengahnya.
Gambar 9.
Desain Masangin di Alun-alun Kidul
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Di alun-alun selatan terdapat sebuah permainan yang bernama masangin
(Gambar 9). Permainan ini dilakukan dengan cara berjalan melintas pohon
beringin dengan mata tertutup menggunakan kain. Banyak mitos yang
berkembang dalam masyarakat Yogyakarta, jika seseorang dapat berjalan tepat di
tengah-tengah pohon beringin kembar dan mampu melewati dengan posisi lurus
3 Ibid., hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tanpa menabrak atau berbalik arah, maka orang tersebut akan mendapat berkah.4
Salah satu keunikan dan kekhasan masangin ini adalah permainan ini tidak dapat
ditemukan di alun-alun daerah lain, bahkan juga di alun-alun utara Yogyakarta.
Kraton Yogyakarta juga memiliki beragam jenis prajurit yang bertugas
untuk menjaga kraton. Prajurit-prajurit tersebut antara lain lombok abang,
patangpuluh, bugis, surakarsa, nyutra, prawirotomo, dan jogokaryo. Masing-
masing prajurit memiliki seragam dan keunikannya sendiri-sendiri. Misalnya
prajurit lombok abang yang khas dengan seragam merah dan topi merahnya serta
prajurit patangpuluh dengan seragam luriknya
Gambar 10.
Desain United Colours of Keraton
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Dalam desain united colors of keraton ini (Gambar 10), Dagadu
bermaksud menggambarkan keberagaman prajurit kraton. Keberagaman tersebut
ditunjukkan dengan gambar tiga orang prajurit yang mengenakan seragam yang
berbeda-beda.
4 Wawancara dengan Sigit, pada tanggal 5 Januari 2015, di alun-alun selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dalam desain visit Yogya every year, visit Dagadu every day, Dagadu
Djokdja menggabungkan ikon-ikon kota Yogyakarta dalam satu desain kaos
tersebut (Gambar 11). Monjali, parangtritis, kraton, tugu dan malioboro dipilih
sebagai ikon-ikon yang dianggap merepresentasikan kota Yogyakarta dalam dunia
pariwisata. Logo mata Dagadu juga diletakkan dalam desain tersebut, dengan
maksud bahwa mulai tahun 1994 terdapat lagi satu ikon kota Yogyakarta, yakni
Dagadu Djokdja.5
Gambar 11.
Desain Visit Yogya Every Year, Visit Dagadu Every Day !
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Stasiun Tugu Yogyakarta terletak di pusat kota Yogyakarta dan berada di
sebelah utara kraton Yogyakarta. Pembangunan stasiun kereta api ini tidak lepas
dari peran badan usaha milik Belanda yakni SS (De Staatsspoor en Tramwegen)
5 Wawancara dengan Marsudi, 6 Januari 2015, di Kantor PT. Aseli Dagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
yang bergerak di bidang kereta api.6 Stasiun Tugu memiliki peran penting bagi
Yogyakarta yakni pengubung dengan kota-kota lain di pulau Jawa. Oleh karena
itu, Dagadu membuat desain Stasiun Tugu dengan bertulisakan Spoor SS 1887.
Maksud dari tulisan tersebut adalah Stasiun Tugu dibangun oleh SS pada tahun
1887 (Gambar 12).
Gambar 12.
Desain Spoor Station Toegoe Kidoel (Stasiun Tugu)
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Tugu Yogyakarta atau tugu golong-gilig7 merupakan ikon yang melekat
pada kota Yogyakarta. Tugu Yogyakarta dibangun pada tahun 1755 oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono I bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Tugu Yogyakarta memiliki nilai simbolis dan
merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton
Yogyakarta dan gunung Merapi. Tugu ini menggambarkan Manunggaling
Kawula Gusti yang berarti semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk
6 Deaz Prabowo, Recharduz, “Sejarah dan Perkembangan Stasiun Kereta Api
Tugu di Yogyakarta 1887-1930”. Skripsi, USD, Yogyakarta, 2013. Hlm. 49.
7 Sebelum dinamakan Tugu Yogyakarta, tugu ini diberi nama tugu golong-gilig.
Golong berarti berbentuk bulat, sementara gilig berbentuk tabung/ silinder sehingga
dinamakan tugu golong-gilig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
melawan penjajah.8 Dalam „pusing tugu keliling‟ merupakan plesetan dari kalimat
„pusing tujuh keliling‟. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan Tugu Yogyakarta
sebagai ikon kota Yogyakarta dengan bahasa plesetan yang sederhana (Gambar
13).
Gambar 13.
Desain Pusing Tugu Keliling
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Andong merupakan salah satu transportasi tradisional yang memanfaatkan
tenaga kuda sebagai penggeraknya. Karena kekhasannya tersebut andong tetap
dipertahankan untuk beroperasi di kota Yogyakarta khususnya di kawasan
Malioboro. Selain menampilkan andong dalam gambar desainnya, Dagadu juga
menyelipkan pesan yakni „antri dong‟. Dalam pesan tersebut menggambarkan
bahwa untuk menaiki andong harus antri terlebih dahulu mengingat jumlah
andong yang terbatas (Gambar 14).
8 www.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 6 Januari 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 14.
Desain Andong Yogya
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Malioboro merupakan ikon wisata belanja Yogyakarta. Pada siang hari di
sepanjang jalan ini berjejer para pedagang kaki lima yang menjajakan
dagangannya mulai dari pernak-pernik sampai makanan oleh-oleh khas
Yogyakarta. Sementara itu, ketika malam hari para pedagang kaki lima lebih
banyak didominasi oleh penjual makanan seperti ayam goreng, pecel lele dan
gudeg. Oleh karena aktivitas perekonomiannya dari pagi sampai malam hari,
maka Dagadu mengikonkan malioboro dalam sebuah desain yang
menggambarkan malioboro siang ok, malam ok (Gambar 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 15.
Desain Malioboro siang ok! malam ok!
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Bakpia merupakan salah satu makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari
campuran kacang hijau dengan gula yang dibungkus dengan tepung lalu
dipanggang. Sentra pembuatan bakpia dapat ditemui kawasan di Jalan Aipda K. S.
Tubun yang ada di kawasan Pathuk, Ngampilan. Bakpia Pathuk menjadi ikon bagi
kota Yogyakarta karena di sepanjang jalan ini dapat dengan mudah ditemui sentra
pembuatan bakpia (Gambar 16).
Gambar 16.
Desain Bakpia Coffee
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Selain bakpia Pathuk, salah satu ikon makanan khas Yogyakarta lainnya
adalah Gudeg. Gudeg terbuat dari buah nangka muda yang dimasak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
santan. Gudeg Yogyakarta yang terkenal banyak terdapat di daerah Wijilan dan
Mbarek.
Dalam desain waiting for gudeg tersebut, Dagadu menggambarkan
seorang yang mengenakan surjan dan blangkon sedang menyantap gudeg
(Gambar 17). Melalui desain ini, Dagadu Djokdja ingin menggambarkan lokalitas
orang Jawa yang mengenakan surjan dan blangkon. Gambar tersebut ditambah
dengan tulisan waiting for gudeg yang dimaksudkan untuk memberi himbauan
agar sabar dalam mendapatkan gudeg, karena biasanya butuh waktu untuk
mendapatkannya.9
Gambar 17.
Desain Waiting for Gudeg
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagdu Djokdja
Selain ikon yang sudah terkenal, Dagadu Djokdja juga membantu
mempromosikan ikon-ikon yang belum terkenal yang tergabung dalam desain
bertema kuliner seperti kopi joss, wedang ronde, kipo-kopi, dan sate Imogiri.
Desain bertema kuliner ini bermaksud untuk mempromosikan makanan-makanan
yang belum popular, kemudian divisualisasikan dalam sebuah desain kaos.
9 Wawancara dengan Marsudi, 6 Januari 2015, di Kantor PT. Aseli Dagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kopi joss merupakan salah satu ikon baru bagi Yogyakarta. Kopi joss
merupakan minuman kopi hitam yang dicampur dengan arang yang masih
menyala. Kopi ini banyak dijual di sebelah utara Stasiun Tugu. Kekhasan dari
kopi inilah yang mengundang banyak wisatawan untuk datang dan mencoba kopi
ini (Gambar 18).
Gambar 18.
Desain Kopi Joss
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Desain rondevous merupakan visualisasi dari wedang ronde yang banyak
ditemui di sekitaran alun-alun selatan maupun di jalanan Kota Yogyakarta. Dalam
desain rondevous digambarkan semangkuk wedang ronde dengan dua bola-bola
ketan (Gambar 19). Selain bola ketan, wedang ronde juga berisi potongan roti
tawar, kolang-kaling, potongan agar-agar, dan kacang tanah. Walaupun tidak khas
dari Yogyakarta, tetapi minuman ini sudah menjadi juga menjadi ikon baru bagi
masyarakat Kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 19.
Desain Rondevous
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Salah satu desain bertema kuliner yang lain adalah desain kipo-kopi
(Gambar 20). Desain ini menggambarkan salah satu makanan khas dari Kotagede
yakni kipo. Kipo merupakan makanan berbahan dasar adonan tepung beras ketan
yang diberi warna hijau yang berisi daun pandan. Sementara untuk isinya ialah
parutan kelapa dan adonan gula jawa. Sajian kipo sangat cocok jika disantap
sambil minum kopi.
Gambar 20.
Desain Kipo-kopi
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dalam desain Sate Djokdja, digambarkan urutan seseorang memakan sate
(Gambar 21). Di Yogyakarta banyak ditemui penjual sate ayam, sate kambing,
dan sate klathak. Sate kambing dan sate klathak merupakan salah satu makanan
yang mudah ditemui di sepanjang Jalan Imogiri. Oleh karena itu, Dagadu Djokdja
memvisualisasikan Sate Djokdja dengan mengikonkan Jalan Imogiri sebagai
sentra industri sate.
Gambar 21.
Desain Sate Djokdja
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja.
Berdasar desain-desain tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan
Dagadu konsisten untuk mengikonkan Yogyakarta dalam setiap desainnya. Selain
desain-desain yang sudah diuraikan diatas, Dagadu Djokdja juga memproduksi
kaos Oblong Pedia (Oped) yang khusus yang menggambarkan heritage (tempat
bersejarah), toponim (nama-nama jalan dan kampung di Yogyakarta), dan
pewayangan. Kaos Oped di desain hanya dalam dua warna yakni hitam dan putih,
hal ini bertujuan agar unsur historis dari kaos tersebut lebih nyata.10
Dalam setiap
10 Wawancara dengan Marsudi, 24 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli Dagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
desain Oped, disertai deskripsi dari gambar desain kaos yang melibatkan seorang
copywriter dalam menulis deskripsi obyek desain tersebut. Dalam penulisan
deskripsi tersebut, copywriter melakukan riset atas objek yang hendak ditulisnya.
Riset dilakukan dengan membaca buku sejarah, pencarian sumber di internet, dan
wawancara dengan abdi dalem kraton.11
Salah satu desain toponim Oped ialah Patangpuluhan. Patangpuluhan
adalah nama kampung yang letaknya 2 km arah barat kraton. Kampung ini
awalnya merupakan tempat tinggal prajurit patangpuluh. Penamaan prajurit
patangpuluh ini karena jumlah pasukannya sebanyak 40 orang. Jumlah itu
kemudian berkembang menjadi 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat
sersan, 72 prajurit bersenjata bedil (pistol), dan 1 pembawa bendera panji-panji.12
Gambar 22.
Desain Patangpuluhan (Toponim)
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja.
Pada desain patangpuluhan digambarkan seorang prajurit bregada
patangpuluh mengenakan seragam berupa jas dengan baju dalam putih, penutup
11 Wawancara dengan Bima Surya, 7 Januari 2015, di Kantor PT. Aseli Dagadu
Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
12 Arsip copywriter PT. Aseli Dagadu Djokdja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kepala (songkok) dan sepatu laras panjang (Gambar 22). Dalam
perkembangannya, kampung patangpuluhan sudah tidak menjadi tempat tinggal
para prajurit, akan tetapi sudah penuh dengan rumah-rumah penduduk.
Salah satu contoh desain heritage ialah Taman Sari (Gambar 23). Taman
Sari atau water castle merupakan salah satu tempat rekreasi berbentuk kompleks
permandian keluarga kraton yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengku Buwana I. Letak bangunan Taman Sari berada di sebelah selatan
kraton Yogyakarta. Kompleks Taman Sari ini terdiri dari umbul sari (untuk
permandian Sultan, permaisuri, dan selir-selir) serta umbul muncar (untuk
permandian puta-putri dan para sentana). Salah satu bagian yang terkenal ialah
sumur gemuling. Bangunan sumur gemuling ini merupakan bangunan masjid
bawah air yang terdiri dari dua lantai berbentuk melingkar. Bangunan ini berupa
sebuah sumur besar dengan yang dindingnya dibuat berongga dan bertingkat.
Bangunan sumur gemuling ini juga sering dijadikan tempat untuk bersembhayang,
hal ini dibuktikan dengan adanya mihrab untuk imam.13
13Yoki Imam Subhekti, “Perkembangan Taman Sari sebagai Kawasan Konservasi
dan Pariwisata Kota Yogyakarta”. Skripsi, Undip. Yogyakarta, 2005, hlm. 47.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 23.
Desain Taman Sari (Heritage)
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Salah satu contoh desain pewayangan adalah desain Punokawan (Gambar
24). Punokawan merupakan tokoh pewayangan yang tidak ada dalam kisah klasik
Mahabharata dan Ramayana versi asli dari India. Sosok Punokawan yang terdiri
dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong hadir sebagai representasi rakyat kecil,
pelayan, pembantu, atau bawahan yang setia tanpa pamrih dalam mengabdi
kepada majikannya.14
Gambar 24.
Desain Punokawan (pewayangan)
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
14 Arsip copywriter PT. Aseli Dagadu Djokdja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
B. Bidang Ekonomi
1. Pendapatan Asli Daerah
Jumlah kunjungan wisatawan merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan pariwisata di daerah.15
Pada tahun 1994-2004 jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Yogyakarta cenderung mengalami pasang surut (Tabel 3).
Tabel 3.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik di Yogyakarta
tahun 1994-2004.
Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan (%)
1994 963.995
1995 1.181.530 22,56
1996 1.253.117 6,05
1997 916.339 -27,00
1998 387.946 -57,66
1999 514.347 32,58
2000 619.410 20,47
2001 832.219 34,36
2002 979.137 17,65
2003 1.234.690 26,09
2004 1.792.000 45,14
Sumber: Baparda DIY, 2004.
Berdasarkan Tabel 3, kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke
Yogyakarta mengalami pasang surut. Pada tahun 1997-1998 jumlah kunjungan
wisatawan ke Yogyakarta mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan
karena citra pariwisata Indonesia sedang mengalami keterpurukan akibat krisis
ekonomi. Akan tetapi pada tahun 1994-1996 dan 1999-2004 jumlah wisatawan
mengalami peningkatan. Hal ini karena didukung oleh stabilitas politik dan
15 James J. Spillane, Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya. (Yogyakarta
: Kanisius, 1987), hlm. 13-14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
keamanan dalam negeri yang kondusif.16
Peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan ini menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi juga mengalami
kenaikan, karena permintaan produk pariwisata juga mengalami kenaikan.17
Dagadu Djokdja juga diuntungkan dengan adanya kenaikan jumlah wisatawan
yang datang ke Yogyakarta, yang dapat dilihat dari Tabel omset Dagadu Djokdja
(Tabel 4).
Tabel 4.
Omset PT. Aseli Dagadu Djokdja tahun 1994-2000.
Tahun Omset Penjualan (Rp)
1994 1.051.400.00
1995 1.769.100.000
1996 2.020.700.000
1997 1.914.100.000
1998 1.915.300.000
1999 1.896.700.000
2000 2.320.900.000
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djodkdja
Berdasarkan Tabel 4, pada tahun 1994-1996 omset Dagadu Djokjdja
mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan karena kaos bergambar
plesetan ini tergolong produk baru di Yogyakarta.18
sehingga banyak masyarakat
yang ingin membelinya sebagai oleh-oleh. Pada tahun 1997 omset Dagadu
Djokdja mengalami penurunan. Penurunan ini sebagai akibat dari krisis ekonomi
yang melanda Indonesia. Akan tetapi penurunan omset ini tidak begitu signifikan
karena perusahaan mengantisipasinya dengan membuat produk selain kaos yakni
16 Dwi Pangastuti Ujiani, Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya
Dalam Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta. (Bogor: IPB, 2006), hlm. 3.
17 Ibid., hlm. 3.
18 Wawancara dengan A. Noor Arief, 20 Oktober 2014, di Kantor PT. Aseli
Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pernak-pernik yang memiliki harga jual lebih murah di kisaran Rp 5.000,00 – Rp
10.000,00 seperti pembatas buku, tatakan gelas, dan jepit rambut.
Pembuatan pernak-pernik ini bertujuan untuk menyesuaikan penurunan
daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi.19
Strategi ini cukup berhasil untuk
menahan dampak krisis ekonomi, sehingga omset perusahaan sedikit mengalami
kenaikan di tahun 1998. Secara perlahan omset perusahaan terus mengalami
kenaikan. Kenaikan ini disebabkan makin gencarnya usaha promosi serta
optimalisasi penjualan lewat ULC dan pesanan online.
Kenaikan omset ini juga berarti menambah Pendapatan Asli Daerah Kota
Yogyakarta. Sebelum tahun 1997, ketika belum terbentuk badan hukum,
perusahaan tidak wajib membayar pajak pada pemerintah. Sejak menjadi sebuah
Perseroan Terbatas (PT) tahun 1997, perusahaan secara rutin membayar Pajak
Penjualan (PPn) pada pemerintah (Tabel 5). Besarnya pajak yang disetorkan pada
pemerintah ialah flat 10% dari harga barang yang dijual.20
Berdasarkan asumsi
tersebut, dapat diperoleh data PPn PT. Aseli Dagadu Djokdja selama 3 tahun dari
kurun waktu 1998-2000.
19 Wawancara dengan Muhammad Kristopha 20 November 2014, di Kantor PT.
Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
20Wawancara dengan Permaditha Kurniawati, 4 Desember 2014, di Kantor PT.
Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 5.
Besaran Pajak Penerimaan (PPn) tahun 1998-2000
Tahun Besarnya Pajak (Rp)
1998 191.530.000
1999 189.670.000
2000 232.090.000
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Berdasarkan Tabel itu, dapat dilihat bahwa semakin besar omset
perusahaan maka semakin besar pajak yang dibayarkan kepada pemerintah. Oleh
karena itu, PAD yang diserahkan pada pemertintah Kota Yogyakarta juga
mengalami pasang surut sesuai omset penjualannya. Pada tahun 1998-1999 PAD
yang disetorkan perusahaan mengalami penurunan walaupun tidak signifikan. Hal
ini dikarenakan omset penjualan perusahaan mengalami penurunan akibat dampak
krisis ekonomi yang sedang melanda Indonseia. Sementara itu pada tahun 2000,
PAD yang disetorkan perusahaan mengalami peningkatan cukup signifikan
seiring dengan meningkatnya omset penjualan perusahaan. Pembayaran pajak ini
membuktikan bahwa, perusahaan peduli dan turut serta dalam proses
pembangunan di Yogyakarta.
2. Bagi Sebagian Masyarakat Kota Yogyakarta
Selain memberi kontribusi bagi pemerintah Kota Yogyakarta, PT. Aseli
Dagadu Djokdja juga memberi kontribusi bagi kehidupan ekonomi sebagian
kelompok masyarakat Yogyakarta. Tukang becak, sopir, kusir andong, dan
pemandu wisata juga mendapatkan keuntungan apabila mengantar wisatawan
berbelanja di Dagadu Djokdja. Jika mereka mengantar wisatawan ke gerai Dagadu
Djokdja, mereka mendapatkan komisi dari perusahaan. Dalam sekali mengantar
wisatawan, mereka mendapat komisi yang bervariasi antara 5% sampai 10% dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
jumlah pembelian (Tabel 4). Semakin besar jumlah pembelian yang dilakukan
oleh wisatawan, maka semakin besar pula komisi yang diperolehnya.
Bagi tukang becak yang sering mengantar konsumen di gerai Dagadu,
tambahan komisi yang diberikan perusahaan ini cukup menambah penghasilan
mereka sehari-hari. Pada hari kerja rata-rata mereka dapat mengantar 2-4
konsumen ke gerai Dagadu, akan tetapi bila memasuki liburan akhir pekan bisa
mencapai 6-8 konsumen. Dalam satu minggu, tambahan pendapatan yang
diperoleh dari komisi PT. Aseli Dagadu Djokdja mencapai Rp 50.000,00.21
Bagi pemandu wisata jumlah komisi yang diperoleh bisa lebih banyak
daripada yang diperoleh tukang becak. Hal ini dikarenakan para pemandu wisata
tidak hanya mengantar 2 atau 3 konsumen tetapi bisa mencapai 5-10 bus dalam
sekali kunjungan ke gerai Dagadu. Dalam satu minggu, tambahan pendapatan
yang diperoleh dari PT. Aseli Dagadu Djokdja mencapai Rp 150.000,00.22
Selain
mendapatkan komisi berwujud uang tunai, setiap Idul Fitri mengumpulkan para
tukang becak, sopir dan pemandu wisata dalam acara mitra gathering.23
Dalam
acara ini mereka diajak untuk diskusi dan makan bersama para pimpinan
perusahaan.
21 Wawancara dengan Tukijan, 8 Januari 2015, di Pos Pelayanan Dagadu 2, Jalan
Pekapalan 7 kompleks Alun-alun utara.
22 Wawancara dengan Kadarwati, 8 Januari 2015, di Pos Pelayanan Dagadu 2,
Jalan Pekapalan 7 kompleks Alun-alun utara.
23Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja bagian Marketing Comunication Officer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 6.
Besaran Komisi yang Diperoleh dari PT. Aseli Dagadu Djokdja
Jumlah pembelanjaan wisatawan Besarnya komisi
< Rp 100.000,- Rp 5.000,00
Rp 101.000,00 – Rp 499.000,00 Rp 5.050,00 – Rp 24.950,00
Rp 500.000,00 – Rp 1.499.000,00 Rp 35.000,00 – Rp 105.000,00
>Rp 1.500.000,00 > Rp 150.000,00
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
C. Bidang Sosial Budaya
PT. Aseli Dagadu Djokdja sebagai sebuah industri yang berada di tengah
masyarakat Yogyakarta juga turut serta dalam upaya pembangunan lingkungan di
sekitarnya. Bentuk kepedulian terhadap masyarakat diwujudkan dalam berbagai
kegiatan sosial seperti Omami (Obrolan Malam Minggu) yang banyak membahas
tentang permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Forum diskusi tersebut
menghadirkan tamu seperti akademisi, peneliti, dan tokoh agama yang dianggap
relevan dengan topik diskusi mingguan tersebut. Melalui kegiatan ini, diharapkan
dampak negatif dari perkembangan budaya dan gaya hidup dapat diminimalkan
terutama di kalangan anak muda.
Peran penting Dagadu Djokdja juga terlihat dari desain-desain kaos yang
menampilkan budaya dan kondisi masyarakat Yogyakarta. Seperti dalam desain
yang bertuliskan Djokdjalah Kebersihan! (Gambar 25) , didalamnya mengandung
makna agar masyarakat dan semua orang yang ada di Yogyakarta selalu menjaga
kebersihan lingkungannya. Bahasa plesetan tersebut diambil dari slogan “Jagalah
Kebersihan” .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 25.
Desain Djokdjalah Kebersihan!
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Desain Dagadu lainnya yang ikut berperan dalam kritik terhadap kondisi sosial
yang ada adalah desain Jangan Pipis Sembarangan 00.00 – 24.00 di Sepanjang
Malioboro (Gambar 26). Desain ini mengkritik kawasan Malioboro yang sering
berbau tidak sedap. Bau tersebut disebabkan air limbah warung pkl, air kencing
kuda bahkan manusia. Dalam desain itu, memplesetkan slogan Dilarang Parkir!
dengan gambar huruf P ysng dicoret. Melalui desain ini perusahaan ingin
menyampaikan pesan agar masyarakat tidak membuang limbah sembarangan di
Jalan Malioboro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 26.
Desain Jangan Pipis Sembarangan di Sepanjang Malioboro!
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Perusahaan juga aktif dalam mempromosikan kebudayaan Jawa. Salah
satu desain tersebut ialah Blangkonku tinggal empat plesetan dari penggalan lirik
lagu Balonku ada lima (Gambar 27). Dalam desain itu digambarkan seorang anak
yang sedang memegang empat blangkonnya. Melalui desain itu pula, perusahaan
ingin terlibat dalam pengenalan kebudayaan Jawa pada anak-anak.
Gambar 27.
Desain Blangkonku Tinggal Empat
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja.
Keterlibatan PT. Aseli Dagadu Djokdja dalam proses pelestarian budaya
Jawa membuat produknya mendapat penghargaan dari beberapa pihak. Asosiasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pertekstilan Indnesia (API) memberikan penghargaan pada tahun 1999 atas
prestasinya dalam pengembangan industri tekstil yang mengakomodir budaya
Jawa. Pada tahun 2000 PWI Yogyakarta juga memberikan penghargaan pada
Dagadu Djokdja sebagai produk yang konsisten melestarikan kebudayaan Jawa
dalam gambar desainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dagadu Djokdja sebagai perusahaan yang masuk kategori ekonomi kreatif
mengalami perkembangan pesat selama kurun waktu 1994-2004. Perkembangan
yang pesat ini salah satunya disebabkan pada proses pendiriannya tidak
menemukan kendala yang berarti seperti urusan perijinan yang bersifat birokrasi.
Indikator-indikator perkembangan ini dapat dilihat dari meningkatnya omset
penjualan, meningkatnya jumlah produksi dan adanya struktur perusahaan yang
lebih professional dalam berbentuk perseroan terbatas.
Dagadu Djokdja juga tidak membuka gerai di kota-kota lain. Walaupun
demikian kaos Dagadu Djokdja tetap diminati wisatawan yang datang ke
Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya omset penjualan
Dagadu Djokdja ketika musim liburan sekolah. Setiap hari gerai Dagadu Djokdja
selalu ramai dikunjungi wisatawan yang terdiri pelajar dari berbagai daerah.
Selain para pelajar, gerai Dagadu Djokdja juga ramai dikunjungi para pegawai
ataupun karyawan dari berbagai Instansi di Indonesia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kaos Dagadu Djokdja diterima semua kalangan karena
kualitasnya yang baik dan desain-desainnya yang menarik. Hal ini berpengaruh
pada siapapun yang memakai kaos Dagadu Djokdja merasa bangga dan percaya
diri, sehingga produk kaos Dagadu menjadi layak dibeli bahkan dikoleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PT. Aseli Dagadu Djokdja juga mempunyai kontribusi ekonomi yang
cukup signifikan bagi Kota Yogyakarta. Kontribusi tersebut dapat dilihat dari
pembayaran pajak penerimaan (PPn) perusahaan yang diambil dari setiap
transaksi penjualan kaos Dagadu Djokaja. Dengan membayar PPn, perusahaan
ikut menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta. Melalui PAD
Kota Yogyakarta, maka dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung Dagadu
Djokdja memberi kontribusi dalam pembangunan infrastruktur umum di Kota
Yogyakarta.
Pembentukan Perseroan Terbatas dan menjadi perusahaan professional,
PT. Aseli Dagadu Djokdja secara rutin membuka peluang rekruitmen tenaga kerja
bagi mahasiswa. Setiap 4 bulan sekali perusahaan merekrut mahasiswa menjadi
garda depan (gardep). Dengan adanya perekruitan ini, para mahasiswa dibekali
soft skill sebagai seorang costumer service sehingga dapat dijadikan bekal
sekaligus pengalaman sebelum terjun di dunia kerja yang sesungguhnya.
Pemilihan mahasiswa sebagai costumer service ini sekaligus untuk
mempertahankan kualitas pelayanan bagi konsumen. Selain merekrut mahasiswa,
perusahaan juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja di PT.
Aseli Dagadu Djokdja. Dengan adanya kesempatan itu, perusahaan berperan
untuk membantu mengurangi angka pengangguran di Kota Yogyakarta.
PT. Asli Dagadu Djokdja juga berperan dalam mempromosikan pariwisata
Yogyakarta melalui desain-desain yang ditampilkannya. Lewat desain-desain
yang ada di dalam kaos, perusahaan mengikonkan Kota Yogyakarta melalui ikon-
ikon yang sudah ada dan terkenal seperti bakpia, gudeg, Kasongan, Tugu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Keraton, Tamansari, dan Stasiun Tugu. Selain itu, mempromosikan ikon yang
sudah terkenal, Dagadu Djokdja juga berhasil mengangkat dan mengenalkan ikon-
ikon baru Yogyakarta yang belum terkenal seperti kopi joss, wedang ronde, sate
Djokdja, dan kipo.
Dari seluruh kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa Ekonomi kreatif
dan sektor pariwisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat
saling bersinergi apabila dikelola dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari konsep
kegiatan wisata yang dapat didefinisikan melalui tiga faktor yakni something to
see (terkait dengan atraksi di daerah tujuan wisata), something to do (terkait
dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata), dan something to buy (terkait
dengan cinderamata yang dibeli dari daerah wisata sebagai kenang-kenangan).
Dari tiga faktor tersebut, ekonomi kreatif dapat masuk melalui something to buy
dengan menciptakan produk-produk inovatif khas daerah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa PT. Aseli Dagadu
Djokdja memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi masyarakat dan
pemerintah Kota Yogyakarta. Akan tetapi, permasalahan mengenai pemalsuan
produk terus membayangi perusahaan ini. Perlindungan hukum dan pematenan
hak cipta ternyata tidak menjamin perusahaan dapat terhindar dari kasus
pemalsuan. Dalam uapaya ini, diperlukan ketegasan dari manajemen perusahaan
untuk serius menangani problem pemalsuan ini. Jika mengalami kasus pemalsuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sebaiknya langsung melakukan tindakan serius apabila langkah persuasif
diabaikan.
Selain lebih tegas dalam menghadapi pemalsuan, perusahaan juga
diharapkan memberikan edukasi mengenai bahaya pemalsuan. Selain berdampak
pada citra perusahaan dan kota Yogyakarta, pemalsuan produk juga menyebabkan
persaingan bisnis yang tidak sehat. Dalam upaya ini, perusahaan juga harus
melakukan tindakan pencegahan yakni dengan publikasi dan promosi terhadap
masyarakat dan konsumen tentang hak paten merek dagang perusahaan. Dengan
adanya publikasi dan promosi secara berkala ini, diharapkan masyarakat dan
konsumen dapat mengenali keaslian dari produk yang mereka pakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
DAFTAR PUSTAKA
ARSIP
Dagadu For Beginners
Arsip Kepegawaian PT. Aseli Dagadu Djokdja
Arsip Laporan Keuangan PT. Aseli Dagadu Djokdja
Arsip Copywriter PT. Asli Dagadu Djokdja
ARTIKEL dan JURNAL
Mari Elka Pangestu, 2008, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Pidato
sambutan dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 yang
diselenggarakan pada Pekan Produk Budaya Indonesia 2008 pada tanggal 4-8 Juni 2008.
Sumbo Tinarbuko, 2006, Jurnal Semiotika Desain Oblong Dagadu Djokdja. Yogyakarta:
UAJY.
Suparwoko, Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri
Pariwisata. Yogyakarta: UII.
Timbul Raharjo, Kreativitas Keramik Kasongan: Proses Inovasi dan
Perubahan.Yogyakarta: ISI.
Usman Syaikhu, 1998, Gejolak Harga Beras Agustus-September 1998: Penelusuran
Sebab dan Akibat. Laporan Konsultan World Bank.
Wijana, I Dewa Putu, 2003, Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu
Bahasa. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya UGM
pada tanggal 27 Februari 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BUKU
Budi Susanto, 2000, Imajjinasi Penguasa dan Identitas Postkolonial. Yogyakarta:
Kanisius.
Kuntowijoyo, 1994, Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kuntowijoyo, 1995, Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Gottschalk, Louis, 1975, Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sartono Kartodirdjo, 1992, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Spillane, James, 1991, Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya.
Yogyakarta: Kanisius.
SKRIPSI
Agustiawan, 2003, “Dinamika PT. Aseli Dagadu Djokjdja dan Perkembangan
Busana Kaos 1994-2003”, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, unpublished.
Deaz Prabowo, Rechardus, 2013, “Sejarah dan Perkembangan Stasiun Kereta Api
Tugu di Yogyakarta 1887-1930”, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
unpublished.
Dwi Haryani, Astuti, 2004, “Museum Trinil : Sejarah dan Pengaruhnya Dalam
Dunia Pariwisata Tahun 1980-2000”, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
unpublished.
Imam Subhekti, Yoki, 2005, “Perkembangan Taman Sari sebagai Kawasan Konservasi
dan Pariwisata Kota Yogyakarta”, Skripsi, Universitas Diponegoro, unpublished.
Pangastuti Ujiani, Dwi, 2006 “Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya Dalam
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta” Skripsi, IPB, unpublished.
Puspita, P. Arum, 2002, “Pengaruh Promosi Terhadap Volume Penjualan, Studi
Kasus Pada Produk Kaos Oblong PT. Aseli Dagadu Djokdja di Yogyakarta”,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, unpublished.
Kurniawati, Permadhita, 2012, “Evaluasi Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, Studi Kasus: PT. Aseli Dagadu Djokdja”,
Skripsi, Univesitas Sanata Dharma, unpublished.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Wayan Arianto, Andrianus, 2002, “Analisis Dampak Biaya Promosi Terhadap
Penjualan Sebelum dan Selama Krisis Ekonomi, Studi Kasus: PT. Aseli Dagadu
Djokdja”, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, unpublished.
WEBSITE
www.Dagadu.co.id
www.omusphere.co.id
www.indomedia.com/intisari
www.bappenas.go.id
www.kemendagri.go.id
DAFTAR INFORMAN
No Nama L /
P
Usia Pekerjaan Alamat
1 Ahmad Noor Arief L 43 Dirut PT. Aseli Dagadu
Djokdja
Pringgolayan,
Kotagede,
Yogyakarta
2 Anastasia Hapsari P 26 Marketing Officer
Dagadu Djokdja
Terban,
Gondokusuman,
Yogyakarta
3 Auditia Setiobudi P 25 Supervisor Gerai PT.
Aseli Dagadu Djokdja
Perum Kutu
Asem,Sinduadi,
Mlati, Sleman
4 Bima Surya L 28 Desainer PT. Aseli
Dagadu Djokdja
Kemasan,
Kotagede,
Yogyakarta
5 Dyah Retna Utami P 24 Marketing Officer
Dagadu Bocah
Timbulharjo,
Sewon, Bantul
6 Helena Maya P 32 Creative Manager PT.
Aseli Dagadu Djokdja
Bantul
7 Kadarwati P 42 Pemandu wisata Jakarta
8 Sigit L 49 Security PT. Aseli
Dagadu Djokdja
Banguntapan,
Bantul
9 Marsudi L 48 Desainer PT. Aseli
Dagadu Djokdja
Tegalmulyo,
Pakuncen,
Yogyakarta.
10 Kristopha
Muhammad
L 44 Marketing Manager
PT. Aseli Dagadu
Djokdja
Sinduadi, Mlati,
Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
No Nama L /
P
Usia Pekerjaan Alamat
11 Permadhita
Kurniawati
P 25 Accounting PT. Asli
Dagadu Djokdja
Tamansiswa,
Mergangsan,
Umbulharjo
Yogyakarta
12 Tukijan L 53 Tukang becak Suryowijayan,
Gedongkiwo,
Mantrijeron
13 Wiwik S. Suhartati P 45 Direktur Magelang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PT. ASELIDAGADUDJOKDJA STANDARD Kode Dokumen : SH – 0001Tanggal efektif :
DEPARTEMEN HRM-GA STRUKTUR ORGANISASI PT. ASELI DAGADU DJOKDJA TAHUN 2014 Revisi : 0Halaman : Hal 1 dari 1
DIREKTUR
BM DAGADU BM OMUS PPIC MANAGER
SC IT SC FINANCE
DESIGNER MO DAGADU MO OMUS MARCOM CHIEF SPV COOK HR OFFICER IT SUPPORT
COPYWRITER CRO
SPV OMUS SPV GERAI KASIR SECURITY KASIR
`BARISTA EKSPEDISI OPR SABLON
WAITERS OPR. CUTTING
SUPERBOY
PHL JAHIT
DEWAN KOMISARIS
DIREKTUR UTAMA
GM MARKETING
GM OPERASIONAL
CREATIVE MANAGER
HRM - GA MANAGER
CREATIVE DIRECTOR
ACCOUNT COORDINATOR
STORE HEAD
SC GENERAL AFFAIRS
SC PURCHASING
AE DAYA GAGAS DUNIA
MO HIRUK PIKUK
ONLINE SALES
CHIEF SECURITY
COST ACCOUNTING
SPV ADMIN PRODUKSI
SALES ACCOUNTING
FINANCIAL ACCOUNTINGPRODUCT
DEV. SPTMATA
RANTAIFL KEDAI
KOEDAPANOBLONG TRAINING
RUMAH TANGGA
PURCHASE SUPPORT
OPR RAW MATERIAL
OPR SCANNING BARCODE
ADMIN PRODUKSI
FRONTLINER OMUS
GARDA DEPAN
OPERATOR FINISHGOO
D
FRONT OFFICE
OPR QC PRODUKSI
MAINTENANCE
BORONGAN LIPAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI