DAFTAR ISI -...
Transcript of DAFTAR ISI -...
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
METODE PENELITIAN KUALITATIF I
GEMAMAYA: Generasi Muda Penyelamat Budaya
Studi Tentang Komunitas Pemuda Pemerhati Budaya
KELOMPOK 3
Afnisa Hikmah L 18/430829/SP/28673
Farizka Ayuluqyana P 18/428300/SP/28509
Muhammad Ibnu A 18/428306/SP/18515
Panji Putranto N 18/430846/SP/28690
Rahmah Istiqomah 18/427754/SP/18302
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ....................................................................................................................... 1
Latar Belakang.............................................................................................................................2
Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ......................................................................................................................... 2
Manfaat Penelitian.......................................................................................................................3
BAB II Kajian Pustaka .................................................................................................................. 4
Deskripsi Wilayah....................................................................................................................4
Tindakan Sosial........................................................................................................................5
Solidaritas ................................................................................................................................6
BAB III Metode Penelitian ............................................................................................................ 8
Lokasi..........................................................................................................................................8
Waktu Penelitian .......................................................................................................................... 8
Bentuk Penelitian.........................................................................................................................8
Sumber Data................................................................................................................................8
Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................................8
Validitas Data..............................................................................................................................9
Teknik Analisis Data...................................................................................................................9
BAB IV Hasil dan Pembahasan..................................................................................................10
Latar Belakang Komunitas Gemamaya.................................................................................10
Kegiatan Komunitas Gemamaya............................................................................................12
Struktur Keanggotaan Komunits Gemamaya.........................................................................17
Branding Komunitas..............................................................................................................22
Permasalahan..........................................................................................................................25
BAB V Penutup ............................................................................................................................ 31
Kesimpulan............................................................................................................................30
Saran.......................................................................................................................................30
Limitasi..................................................................................................................................31
Daftar Pustaka................................................................................................................................32
Lampiran........................................................................................................................................33
KATA PENGANTAR
Pelestarian budaya sejatinya merupakan tugas kita bersama sebagai upaya untuk
mengurangi ancaman terhadap kepunahan suatu unsur budaya itu sendiri. Generasi muda
sejatinya butuh wadah untuk mengeskpresikan diri mereka untuk ikut berkontribusi
melestarikan kebudayaannya. Oleh karena itu, dalam era modern ini munculah komunitas-
komunitas anak-anak muda yang tujuannya adalah mengupayakan pelestarian budaya.
Berangkat dari hal tersebut, peneliti tergerak untuk meneliti salah satu komunitas budaya
yang diprakarsai oleh sekelompok budaya yang ingin melestarikan kebudayaan di daerahnya.
Atas terlaksananya penyusunan laporan penelitian ini, kami panjatkan puji syukur kami ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayahnya dan memberi kami
kesempatan dalam menyelesaikan laporan tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode
Penelitian Kualitatif I Tahun Ajaran 2018/2019.
Tak luput kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Tadjuddin Noor
Efendi, Bapak Dr. Suharko, dan Mas Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc. atas bimbingannya
sehingga kami dapat lancar melakukan penelitian dan menyusun laporan ini. Begitu pula
kepada segenap civitas akademika Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan praktikum lapangan ini. Rasa terima kasih juga
kami ucapkan kepada para anggota Komunitas Gemamaya (Generasi Muda Penyelamat
Muda) yang telah bersedia mengizinkan kami untuk melakukan penelitian guna untuk
melengkapi kewajiban kami sebagai mahasiswa.
Tentunya kami menyadari bahwa laporan praktikum lapangan ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan laporan praktikum ini, kami dengan
terbuka menerima kritik dan saran.
Dengan Hormat,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, mengelola suatu bangsa yang luas dan besar
seperti bangsa Indonesia tentu bukan merupakan hal yang mudah.Tantangan
globalisasi menjadi bagian dari tantangan yang bersifat eksternal. Selain dari
tantangan terdapat pula ancaman yang berasal dari keanekaragaman budaya dan suku
bangsa yang bersifat internal.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa permasalahan dalam kegiatan
pelestarian kebudayaan bukan saja dari minimnya perhatian pemerintah, tetapi juga
dari faktor kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengelola kebudayaan yang
dimiliki.Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan kebudayaan
tersebut mengalamikepunahan (Firmansyah, 2016). Saat ini, melibatkan masyarakat
dalam proses konservasi budaya dianggap sebagai kunci utama supaya konservasi
terhadap budaya tersebut mampu diwujudkan. Dalam hal ini, masyarakat harus
dihubungkan langsung dengan kebudayaan mereka, yakni dengan menumbuhkan
kesadaran bahwa mereka adalah elemen integral dari pelestarian warisan kebudayaan
itu.
Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian budaya
adalah munculnya sebuah komunitas budaya.Konsep ‘komunitas’ sangat
kompleks.Definisi paling awal dari konsep komunitas dijelaskan oleh Ferdinand
Tonnies melalui pembahasannya mengenai perbedaan antara Komunitas dan
Masyarakat (Gemeinschaft and Gesellschaft).Tonnies berpendapat bahwa bentuk
kehidupan tradisional dicirikan oleh pembentukan komunitas (Sapu, 2019).
Karena pendapat Tonnies mengenai ‘komunitas’ dianggap sangat luas, muncul
definisi-definisi lain yang menjelaskan secara lebih rinci apa yang dimaksud dengan
‘komunitas’.Disepakati secara umum bahwa komunitas terjadi ketika orang
berkumpul dan membentuk kelompok didasarkan kepentingan pribadi dan
kepentingan kelompok itu sendiri. Jadi, masyarakat tidak perlu berasal dari geografis
atau lingkungan yang sama untuk dapat disebut sebagai komunitas, karena komunitas
dibentuk lebih banyak atas dasar kepentingan bersama dan keinginan untuk mencapai
tujuan yang sama (Peterman, 2000).
Keterlibatan komunitas dalam upaya pelestarian kebudayaan harus terus
dikembangkan melalui promosi baik di media sosial maupun sosialisasi pendidikan.
Promosi berkelanjutan harus dilakukan melalui media massa seperti koran, televisi,
radio, brosur, dan juga internet untuk menciptakan lebih banyak kesadaran diantara
semua lapisan masyarakat.
Keresahan akibat minimnya pengetahuan dan minat masyarakat utamanya
pada generasi muda untuk melakukan pelestarian budaya, memunculkan sebuah
fenomena baru yang berkaitan dengan lahirnya komunitas-komunitas yang memiliki
keinginan melestarikan kebudayaan daerah tempat tinggal.
Salah satu komunitas yang kemudian lahir dari perasaan keresahan akan
punah/hilangnya budaya ialah komunitas Generasi Muda Penyelamat Budaya atau
yang lebih dikenal dengan nama Gemamaya. Komunitas yang bertempat di desa
Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta ini bergerak dalam
misi penyelamatankesenian budaya yang ada di Desa Donokerto. Komunitas ini tidak
hanya memperkenalkan kebudayaan leluhur daerah setempat, tetapi juga ikut serta
mengajak masyarakat utamanya kaum pemuda untuk ikut menjadi aktor dalam
melestarikan kebudayaan.
Berangkat dari realitas kemunculan komunitas pelestari budaya di Desa Donokerto
inilah peneliti mencari tahu bagaimana peran Gemamaya (Generasi Muda Penyelamat
Budaya) dalam melestarikan kebudayaan lokal di daerah setempat.
B. Rumusan Masalah
1. BagaimanaGemamaya di Dusun Donokerto, Kecamatan Turi melestarikan
kebudayaan lokal daerah setempat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar pada latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana peran Gemamaya dalam melestarikan budaya di daerahnya.
2. Mencari tahu bagaimana Gemamaya dalam mengajak atau mencari atensi
masyarakat untuk ikut bergabung ke dalam komunitas.
3. Selain itu penelitian diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pembacanya untuk
turut serta dalam misi kepedulian terhadap kebudayaan tradisional khususnya yang
ada di lingkungan sekitarnya. Sehingga, kebudayaan tradisional yang ada di negara
kita dapat terus berkembang.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi ilmiah pada
kajian tentang komunitas Gemamaya. Dengan begitu, diharapkan penelitian ini
dapat menjadi referensi baru tentang pemberdayaan komunitas
2. Secara praktis, diharapkan dapat menjadi contoh pada pemberdayaan pemuda di
daerah lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Wilayah
Komunitas Gemamaya merupakan salah satu komunitas yang berdiri dan
berkembang di kelurahan Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Yogyakarta. Saat ini
komunitas tersebut memiliki tempat untuk berkumpul yang berada di dekat wilayah
Embung Kaliaji. Embung Kaliaji adalah salah satu embung yang terletak diantara 2
kelurahan, yaitu Kelurahan Donokerto dan Kelurahan Wonokerto. Embung ini
merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Turi.
Gambar 2.1 Lokasi Embung Kaliaji, Kelurahan Donokerto, Kec. Turi, Sleman
Keberadaan Embung Kaliaji menjadi salah satu daya tarik wisata yang ada di
Turi. Karena tidak hanya terdapat embung melainkan juga terdapat tempat-tempat
menarik seperti cafe dan juga desa wisata yang dapat digunakan untuk kegiatan
kemah, pertemuan, dan lain-lain. Dengan tersedianya berbagai tempat tersebut
menjadikan masyarakat baik dari daerah turi maupun daerah lainnya tertarik untuk
datang ke tempat tersebut.
Lokasi basecamp dari komunitas Gemamaya merupakan satu bagian dengan
Wisata Dusun Turi, yaitu suatu tempat yang diperuntukkan untuk mengadakan
kegiatan seperti kemah dan outbound. Sehingga lingkungan yang ada disana
merupakan lingkungan yang asri dan banyak terdapat tumbuhan yang menarik
wisatawan untuk datang kesana. Selain tumbuhan juga terdapat aliran sungai yang
dijadikan sebagai lokasi untuk melakukan aktivitas outbound.
Letak embung Kaliaji yang dekat dengan pusat daerah kecamatan turi
menjadikan tempat tersebut mudah untuk dijangkau oleh semua masyarakat. Jalan
yang mengarah kesana pun sudah diaspal dengan baik sehingga nyaman untuk
digunakan kendaraan.
Kegiatan pertama yang dilakukan oleh komunitas Gemamaya diadakan salah
satunya di Embung Kaliaji. Dengan wilayah embung yang cukup besar dan tempat
yang memadai untuk mengadakan acara, menjadikan embung sebagai lokasi utama
dari kegiatan acara yang bertajub Gendhing Kutub Utara.
Gambar 2.2 Lokasi pemandangan desa wisata Widuri yang terletak di depan
Embung Kaliaji
Selain itu hingga saat ini kegiatan komunitas Gemamaya berfokus di lokasi
tersebut sehingga disana juga terdapat tempat indoor maupun outdoor yang dapat
dijadikan tempat latihan. Selain itu juga terdapat fasilitas yang menunjang untuk
latihan seperti peralatan gamelan dan peralatan pentas lainnya.
B. Tindakan Sosial
Max Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar
hubungan sosial. Tindakan sosial merupakan tindakan individu terhadap oranglain
yang memiliki makna untuk dirinya sendiri dan orang lain (Mukhlis, Alis, &
Nurkholis, 2016) Tindakan sosial berfokus pada tindakan yang penuh arti.
Maksudnya, tindakan ini dilakukan karena ada makna yang hendak dicapai.
Weber melakukan klasifikasi teori tindakan sosial menjadi empat tipe yang
dibedakan dalam konteks motif para pelakunya, yaitu : tindakan tradisional, tindakan
afektif, rasionalitas instrumental, dan rasionalitas nilai(Ritzer, 2010). Dari keempat
tipe tindakan sosial, penelitian mengenai komunitas Gemamaya lebih terfokus dengan
menggunakan tipe tindakan rasionalitas intrumental (Zwerk Rational). Tindakan
rasionalitas instrumental merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang
atas dasar pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan
dilakukannya tindakan itu dan juga ketersediaan alat untuk mencapainya (Ritzer,
2010).
C. Solidaritas
Solidaritas merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh tiap masyarakat maupun
kelompok sosial agar mampu bertahan dan melangsungkan hehidupan bersama-sama.
Istilah solidaritas dalam KBBI disama artikan dengan ‘kesetiakawanan dan perasanan
sepenanggungan’. Sementara itu, oleh Emile Durkheim solidaritas dikatakan sebagai
perasaan saling percaya antara para angora dalam suatu kelompok atau komunitas.
Solidaritas sosial muncul karena adanya rasa saling percaya terhadap tercapainya cita-
cita bersama (Ritzer, 2010)
Melihat perkembangan dari masyarakat yang berubah dari masyarakat
sederhana menuju masyarakat yang kompleks atau modern, Durkheim kemudian
membagi solidaritas ini menjadi dua jenis tipe yakni, solidaritas tipe mekanik dan
solidaritas tipe organik.Solidaritas mekanik ditekanan untuk menjelaskan bentuk
solidaritas pada masyarakat sederhana yang bersatu karena semua orang adalag
generalis (Ritzer, 2010). Ikatan yang muncul dalam masayrakat terjadi karena anggota
dari masyarakat terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan tanggung jawab yang sama.
Sedangkan, untuk menjelaskan solidaritas yang terdapat pada kelompok
masyarakat modern, Durkheim mengklasifikasikannya ke dalam tipe solidaritas
organik. Dimana pembagian kerja secara jelas sudah dilakukan, sehingga tiap individu
atau kelompok punya peran berbeda dari individu atau kelompok lain dalam
masyarakat itu. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organik ini bertahan
bersama justru dengan perbedaan, dan fakta bahwa semua orang/anggota masyarakat
memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda (Ritzer, 2010).
Untuk menjelaskan konsep solidaritas pada komunitas Gemamaya, tipe yang
digunakan ialah tipe solidaritas organik. Komunitas Gemamaya dalam mencapai
tujuan dan guna mempertahankan komunitasnya, ialah dengan membagi peran serinci
mungkin agar tiap anggota memiliki kesempatan untuk berkontribusi mewujudkan
tujuan utama dari komunitas itu sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi
Penelitian mengenai Komunitas Gemamaya ini dilakukan di Desa Donokerto
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Alasan subjektif mengapa memilih lokasi ini
adalah karena anggota dan basecampGemamaya berada di lokasi penelitian. Selain itu
mempertimbangkan efisiensi waktu, tenaga dan biaya dari informan. Sedangkan
secara objektif ialah karena data menunjukan bahwa jumlah pemuda di Kecamatan
Turi lebih banyak daripada di kecamatan lain di Yogyakarta.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu mulai dari tanggal 27 sampai dengan
tanggal 28 April 2019.
C. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Merupakan suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan mendalami data informan (Sebagai subjek
penelitian). Pada penelitian mengenai komunitas Gemamaya ini, peneliti berinteraksi
secara langsung dengan anggota Komunitas Gemamaya.
Dalam menjelasan mengenai komunitas Gemamaya, data dari penelitian ini
bersifat deskriptif. Artinya, berupa narasi cerita, penuturan informasn, dan dokumen-
dokumen seperti foto.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diambil dari hasil wawancara mendalam anggota komunitas Gemamaya yang berada
di Desa Donokerto, Kecamatan Turi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara Mendalam Semi Terstruktur, peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan bantuan interview guide. Interview guide hanya digunakan
untuk landasan pertanyaan agar tetap berada di jalur yang benar atau stay on the
track. Terlepas penggunaan interview guide, peneliti juga melontarkan pertanyaan
spontan untuk menggali lebih dalam informasi dari informan. Sehingga akan
memperkaya hasil penelitian.
2. Dokumentasi, peneliti juga mengumpulkan beberapa data visual berupa gambar
atau foto dan juga rekaman audio saat melakukan wawancara mendalam.
F. Validitas data
Guna menguji valid tidaknya penelitian ini, maka kami menggunakan triangulasi
data. Triangulasi data sendiri diarikan sebagai teknik pemerikasaan keabsahan data
yang menempatkan hal lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data (Tejowibowo & Lestari dalam Sugiyono. 2005). Dalam
menguji kevalidannya, seluruh data yang diperoleh dibandingkan satu sama lain. Baik
hasil wawancara antar informan, dibandingkan dengan studi terdahulu.Tujuan
selanjutnya dari validasi data ialah untuk mengetahui apakah dalam penelitian ini
ditemukandata jenuh, bila iya maka penelitian ini dapat dikatakan valid serta reliabel.
Data jenuh berarti pertanyaan yang diajukan berulang kali akan mendapatkan jawaban
yang sama atau konsisten. Saat itulah peneliti dapat menghentikan proses
pengumpulan data. Selain itu usaha untuk memperkuat data adalah peneliti
semaksimal mungkin bersikap netral atau objektif terhadap data di lapangan.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis milik Miles dan Huberman,
yakni teknik analisis model interaktif. Model ini terdiri dari empat bagian utama,
yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Komunitas Gemamaya
Kecamatan Turi merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten
Sleman. Kecamatan yang terkenal dengan produksi salak pondoh yang melimpah
karena tanah dan lingkungannya yang sangat tepat untuk ditanami perkebunan salak.
Selain terkenal dengan pohon salak di kecamatan Turi tepatnya di kelurahan
Donokerto terdapat komunitas yang bergerak dalam misinya menyelamatkan
kebudayaan di daerah sekitar yang bernama Komunitas Gemamaya. Komunitas
generasi muda penyelamat budaya atau yang lebih dikenal dengan nama Komunitas
Gemamaya ini beranggotakan pemuda di kecamatan Turi yang tertarik dalam misi
komunitas Gemamaya untuk melestarikan dan menyelamatkan kebudayaan yang ada
di lingkungan sekitar, yaitu dengan mengadakan dan juga berpartisipasi dalam
kegiatan kesenian. Komunitas Gemamaya lahir sebagai wadah bagi masyarakat
sekitar khususnya pemuda agar menggunakan waktunya untuk kegiatan
pengembangan potensi diri anggotanya khususnya dibidang kesenian dan juga sebagai
langkah untuk mengembangkan kesenian dengan melibatkan anak muda sebagai
generasi penerus.
Berdirinya komunitas Gemamaya diprakarsai oleh sekelompok pemuda yang
ingin mendirikan suatu komunitas berbasis kesenian di kecamatan Turi. Hal tersebut
dikarenakan mereka merasa potensi yang dimiliki oleh pemuda di kecamatan Turi
cukup banyak, akan tetapi lebih banyak dari mereka yang menggunakan kemampuan
mereka di luar kecamatan Turi karena tidak adanya sarana yang mewadahi mereka
untuk mengembangkan potensi pribadi dan juga berorganisasi. Selain itu berdirinya
komunitas ini juga atas keinginan mereka untuk mengadakan kegiatan seni khususnya
yang ada di kecamatan Turi sebagai langkah untuk penyelamatan budaya lokal. Hal
tersebut dilakukan agar generasi muda dapat terus mengenal dan juga
mengembangkan kesenian daerah agar mampu bertahan dan dinikmati oleh generasi
seterusnya sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat sekitar.
Saat ini komunitas Gemamaya di pimpin oleh Ratmaji yang juga merupakan
salah satu penggagas berdirinya komunitas Gemamaya. Ratmaji adalah seorang
seniman musik yang dalam kegiatannya sehari-hari ia menerapkan ilmunya dengan
melakukan pertunjukan musik dan pendidikan musik yang ia ajarkan, salah satunya
kepada anggota komunitas Gemamaya. Ratmaji pernah mengenyam pendidikan di
bidang kesenian, khusunya yaitu seni musik. Disamping itu selama masa mudanya, Ia
sering mengikuti kegiatan organisasi yang memberikan banyak pengalaman dan juga
pertemanan baru bagi dirinya. Dengan kemampuan seni musik yang ia miliki dan juga
pengalaman organisasi yang pernah Ia geluti, membuatnya bercita-cita untuk dapat
membangun daerahnya dengan membawa pengalaman dan ilmu yang ia miliki untuk
dapat diajarkan dan juga dilaksanakan di daerahnya. Komunitas Gemamaya menjadi
salah satu langkah yang dibuat oleh Ratmaji atas dedikasinya kepada daerah yang
selama ini ia tinggali. Ratmaji dan sepuluh temannya yang juga berasal dari kelurahan
Donokerto adalah orang-orang yang menjadi pemrakarsa berdirinya komunitas ini.
Atas ide dan usaha yang mereka lakukan hingga saat ini akhirnya pemuda khususnya
di daerah Turi memiliki wadah untuk mengembangkan potensi diri khususnya
dibidang kesenian.
Kegiatan pertama yang dilakukan oleh komunitas Gemamaya sebagai misi
dalam penyelamatan budaya yaitu dengan mengadakan kegiatan yang bertajub
Gendhing Kutub Utara, yaitu suatu kegiatan yang menampilkan keragaman budaya
yang ada di daerah kecamatan turi dan ditampilkan oleh warga kecamatan turi.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyajikan kembali kebudayaan kepada masyarakat
sebagai suatu pengingat bahwa kita memiliki kebudayaan dan kekayaan alam yang
begitu beragam dan juga bermanfaat. Hal ini mereka tampilkan dalam bentuk kirab
budaya dan juga penampilan gendhing yang dibawakan oleh masing – masing desa
yang ada di kelurahan Donokerto dengan menyajikan kekayaaan yang ada di desanya.
Kegiatan ini selain menjadi salah satu misi yang ingin dijalankan oleh komunitas
Gemamaya juga menjadi sarana untuk memperkenalkan komunitas Gemamaya
kepada masyarakat.
Hingga saat ini komunitas Gemamaya masih aktif dalam menjalankan misinya
dalam melestarikan kebudayaan. Dengan mengajarkan anggota komunitas Gemamaya
berlatih kesenian gamelan jenis kontemporer, yaitu kesenian gamelan yang
digabungkan dengan alat musik modern. Hal ini bertujuan agar anak muda tidak
menganggap kesenian gamelan merupakan sesuatu yang membosankan dan juga hal
tersebut bertujuan agar kesenian yang mereka jalankan dapat terus berkembang
mengikuti zaman yang semakin modern. Selain kesenian gamelan kontemporer,
komunitas Gemamaya juga memberikan pelatihan kepada anggotanya yaitu kesenian
tari dan juga melukis batik sebagai bagian dari pelestarian kebudayaan tradisional.
B. Kegiatan Komunitas Gemamaya
Gemamaya merupakan sebuah komunitas yang bergerak untuk
menyelamatkan budaya-budaya setempat.Gemamaya merupakan sebuah singkatan
atau akronim dari Generasi Muda Penyelamat Budaya.Tidak heran jika kegiatan yang
dilakukan komunitas ini bertujuan untuk menyelamatkan budaya.Namun tidak hanya
sebatas menyelamatkan budaya saja, kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini juga
menekankan pada upaya memberdayakan sumber daya manusia yang memiliki
potensi, khususnya potensi dalamdiri pemuda di Donokerto.
Menurut Thomason dalam Supraja (2012), kegiatan merupakan sebuah
tindakan atau sebuah perbuatan.Menurut Max Weber, tindakan sosial meliputi empat
tindakan yaitu, tradisional; afektif; rasional instrumental; dan rasionalitas nilai.Turner
dalam Mukhlis (2016) menjelaskan bahwa tindakan tradisional merupakan tindakan
berdasar kebiasaan turun menurun; tindakan afektif merupakan tindakan berdasarkan
emosi aktor; tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang ditujukan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu; dan yang terakhir tindakan rasionalitas nilai yaitu
tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai yang dipercayai. Dalam penelitian ini,
kegiatan yang dilakukan Gemamayadikaitkan dengan klasifikasi tindakan rasional
instrumental. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh Gemamayabertujuan untuk menyelamatkan budaya setempat dan juga
memberdayakan sumber daya manusia, lebih utamanya pemuda desa. Penyelamatan
budaya dan pemberdayaan pemuda yangGemamaya lakukan adalah dengan membuat
kegiatan yang berkaitan dengan budaya dan melibatkan pemuda di dalamnya.
Salah satu kegiatan penyelamatan budaya yang dilakukan Gemamaya adalah
latihan gamelan yang dikompilasikan dengan band modern sehingga menghasilkan
perpaduan musik yang apik.Kombinasi alat musik modern dan tradisional ini mampu
menarik perhatian masyarakat sekitar.Hal tersebut dinilai sangat berbeda dengan
musik-musik yang berkembang di luar.Gemamaya berpendapat bahwa, masyarakat
jaman sekarang khususnya generasi muda sudah tidak mau mendengarkan musik
tradisional.Dari alasan tersebut, Gemamaya menghadirkan kompilasi ini agar mampu
didengar oleh berbagai kalangan.Namun yang menjadi kendala dari latihan ini adalah
keterbatasan alat musik gamelan yang mereka miliki.
Gambar 4.1 Peralatan Gamelan Milik Gemamaya.
Selain memainkan gamelan dan mengkompilasikannya dengan alat musik
modern. Komunitas ini juga memiliki kegiatan lain yaitu latihan menari. Informan
yang kami wawancarai menjelaskan bahwa komunitas ini juga melakukan latihan
menari tarian khas daerah Yogyakarta maupun daerah lain di Indonesia, seperti tari
bali, tari aceh, tari papua, dan tarian daerah lainnya. Hebatnya lagi yaitu Gemamaya
ini sampai mampu menciptakan tarian yang mampu menggambarkan daerah
Turi.Tarian tersebut mereka namai dengan tari suku salak.
“Pakaiane itu hampir-hampir sama kek orang-orang papua tapi ya
ngga terbuka gitu. Kita gunain pakaian dari adat kita, yang ada di
sekitar kita kaya salak, pohon salak gitu kita gunain. Kayak
kenthosnya dipake buat kalung kek gitu, kita namain tari suku
salak.” (Wawancara mendalam, Zainal).
“Kita pernah nampilin lima tarian dari berbagai daerah.Jadi
disitu ada yang nampilin tari suku salak, terus tari aceh, papua,
jawa, sumatera.”( Wawancara mendalam, Verian)
Dari penuturan informan tersebut, dapat diketahui bahwa komunitas ini
memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi.Hal itu tercermin pada penggunaan atribut
tari suku salak yang berasal dari seluruh bagian pohon salak.Pohon salak merupakan
tumbuhan khas daerah Turi yang mana tumbuhan tersebut hanya bisa hidup pada
ketinggian tertentu.Selain menggunakan atribut dari pohon salak, salah seorang
pengurus komunitas ini yang bernama Kenny juga membuat aksesoris pendukung
seperti topeng babi yang dapat menggambarkan hama tanaman salak di daerah Turi.
Menurut penuturan Zainal, ada seorang anggota Gemamaya yang sedang menempuh
pendidikan di bidang seni tari.Komunitas ini memanfaatkan seorang anggota tersebut
untuk menjadi guru menari di sanggar Gemamaya.
Gambar 4.2 Tari Suku Salak
Gambar 4.3Topeng yang Digunakan Gemamaya dalam Tari Suku Salak.
Kegiatan latihan menari dan kompilasi gamelan yang mereka adakan secara
berkala tersebut ditampilkan pada saat Gemamaya menggelar suatu event. Tidak
hanya itu, tarian dan kompilasi gamelan mereka juga sering mendapatkan apresiasi
dari pihak lain. Komunitas ini sering diundang untuk mengisi sebuah acara dengan
menampilkan kebolehannya. Menurut penuturan informan, Gemamaya telah banyak
mengisi sebuah acara, mulai dari acara-acara lokal, acara-acara dinas, bahkan acara
internasional.
“Ngisi acara sih masih banyak di Jogja, Solo, Semarang. Tapi
paling banyak di Jogja, ngisi acara-acara rutin dinas, ulang tahun
pariwisata internasional.”(Wawancara mendalam,Maji).
Gemamaya juga pernah mengadakan atau menggelar sebuah acara besar
tahunan yang mereka namai dengan gendhing kutub utara.Gendhing kutub utara
berisi rangkaian acara mulai dari melukis dan mewarnai bertemakan budaya, hadrah
atau qosidah, penampilan band-band, dan yang menjadi puncak acara adalah
karnaval.Nama Gendhing Kutub Utara mereka ambil karena ketua dari Gemamaya
sering dijuluki sebagai seseorang yang berasal dari kutub utara. Hal itu dikarenakan
daerah Turi merupakan wilayah yang berada di utara kota Yogyakarta.
“Jadi, saya bikin Gendhing Kutub Utara itu adalah karnaval,
lomba lukis gamelan.Hari pertama malem pertunjukannya
kesenian tradisional yang ada di daerah sini, murni
tradisional.Terus hari keduanya temen-temen luar negeri ke
sini.Hari kedua itu udah modern.Tujuannya saya hanya pengen
memotivasi masyarakat bahwa gamelan tu tidak hanya dimainkan
dengan berbalut tradisi.Tapi masyarakat juga harus bisa melihat
bahwa gamelan itu sudah sampai ke 36 negara.Mereka aktif di
negaranya masing-masing memainkan gamelan dengan konsep
yang berbeda-beda.Dan yang lucunya adalah saya punya temen
sinden itu orang Argentina.”(Wawancara mendalam, Maji).
Acara Gendhing Kutub Utara tersebut mampu menarik perhatian dari
masyarakat sekitar.Hal itu tercermin pada saat hari H acara tersebut
dilaksanakan. Ekspektasi awal mereka tidak seperti apa yang menjadi realitanya.
Awalnya komunitas ini hanya meminta perizinan pemakaian jalan
setengahdusun. Namun karena masyarakat banyak yang menonton,
pemblokadean jalan tersebut tidak hanya jalan setengah dusun akan tetapi
sampai tiga dusun. Memang sejak berdirinya Gemamaya, masyarakat sekitar
Donokerto telah menyambut dengan baik.Masyarakat umum khususnya orang
tua beranggapan bahwa hadirnya Gemamaya ini dapat menjadi sarana pengingat
memori pada saat mereka masih muda. Selain itu, hadirnya Gemamaya ini
mampu me-remind budaya-budaya yang dahulunya pernah ada namun terancam
punah karena pergerakan jaman yang terus menuju ke era modern.
Selain menarik atensi dari masyarakat umum, Gendhing Kutub Utara
juga mampu menarik perhatian dari kalangan pejabat atau pemerintah
daerah.Salah seorang informan kami menuturkan bahwa pemerintah desa (lurah)
dan pemerintah daerah (bupati) juga menyambut baik dan memberikan apresiasi
kepada komunitas pelestari budaya ini.Hal tersebut tercermin pada saat acara
pembukaan gendhing kutub utara.Saat pembukaan acara, pemerintah daerah
dalam hal ini Bapak Bupati Kab.Sleman Sri Purnomo turut menghadiri. Selain
itu pemerintah setempat juga memberikan berbagai support, baik support materi
maupun non materi.
“Kalo pemerintah setempatnya sih kaya lurah waktu acara
pertama kita bikin event ya mensupport lah ya, gak cuman support
secara semangat tapi juga materi juga, tapi gak gede tapi ada sih
support materi dari pemerintah setempat. Kalo untuk
pemerintah,pak bupati pas pembukaan juga dateng, pas karnaval
gitu juga dateng disupport bagus.”(Wawancara mendalam,
Zainal).
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kegiatan yang dilakukan oleh
Gemamaya tidak hanya berfokus pada melestarikan budaya, namun juga
memberdayakan pemuda. Salah satu kegiatan yang dilakukan Gemamaya untuk
memberdayakan pemuda adalah melalui outbond. Komunitas ini memiliki sebuah
basecamp yang mereka pergunakan untuk berkumpul, rapat, dan latihan.Basecamp
yang mereka gunakan sehari-hari ini masuk ke dalam sebuah desa wisata, yaitu
WIDURI atau wisata dusun Turi.
Menurut Dewi dalam Suradiva (2018), desa wisata merupakan suatu objek
wisata berbasis masyarakat yang menerapkan pembangunan secara berkelanjutan. Di
dalam desa wisata tersebut terdapat spot-spot outbond yang digunakan para
pengunjung untuk memacu adrenalin atau sekadar melepas penat. Peran dari anggota
komunitas Gemamaya dalam desa wisata tersebut adalah mereka menjadi pemandu
outbond, penjaga barang, dan penata kendaraan disaat terdapat pengunjung yang
datang ke desa wisata tersebut. Kegiatanitudilakukan karena mereka ingin
memberdayakan pemuda di daerah sekitar. Menurut penuturan informan, pemuda
yang bersedia mereka ajak untuk menjadi pemandu outbond atau yang lainnya akan
mendapatkan upah sebagai tanda terima kasih. Secara tidak langsung tindakan yang
mereka lakukan tersebut mampu menambah income pemuda desa.
“Yaaa, karena kan kita pengen nonjol, opo pengen ngangkat dulu
pemuda-pemuda kalo pemandu kan rata-rata yang jaga kan pemuda-
pemuda. Kayak anak sekolah yang masih sekolah terus yang masih
kuliah kan kalo disuruh jaga terus dapet tambahan uang saku kan
mereka seneng gitu lho mas.”(Wawancara mendalam, Zainal).
C. Struktur Keanggotan Komunitas Gemamaya
Organisasi dapat dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, oleh
karenanya organisasi juga bisa disebut sebagai wadah kegiatan bagi sekelompok
orang yang bekerjasama dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang sama. Dalam
menjalankan kegiatannya, anggota dari organisasi harus memiliki tugas, wewenang,
dan tanggung jawab yang jelas (Handayaningrat, 1994)
Story Box
Zainal merupakan pemuda kelahiran Sleman 29 September
1995.Ia merupakan pemuda asli Donokerto yang memiliki
keseharian sebagai freelancer di bidang desain grafis.Tak
heran jika Zainal memilih menjadi pengurus di bidang
desain grafis pada kepengurusaan gemamaya. Zainal bukan
anak satu-satunya di keluarganya, ia memiliki dua adik
yang juga bergabung dengan komunitas ini. Saya sempat
terkejut ketika mengetahui adik dari Zainal ini juga berada
di basecamp pada hari yang sama dan sama-sama menjadi
informan kelompok kami.
Lebih jelas lagi, struktur organisasi ialah sebagai susunan dari berbagai
komponen atau dari beberapa unit kerja pada suatu organisasi. Struktur organisasi
mengarah pada berbagai spesialisasi, pekerjaan, hubungan perintah, dan sebagainya.
Struktur organisasi dibuat agar dapat dipahami oleh semua anggota (komponen)
dengan tujuan mampu menciptakan sistem kerja yang efektif dan efesien. Struktur
organisasi adalah deskripsi yang akan memudahkan suatu organisasi membagi
pekerjaan serta melaksanakan tugas serta pekerjaannya agar bisa mencapai tujuan
bersama. Struktur organisasi pun berguna mengatur siapa saja yang melaksanakan
tugas serta pekerjaan tersebut. Tak hanya membagi dan mengatur tugas atau pekerjaan
yag dibebankan pada organisasi, struktur organisasi ini juga berguna untuk
mempererat hubungan organisasi secara intenal maupun eksternal. (Kusnadi, 2002)
Sebelum menjadi sebuah komunitas yang besar, awalnya komunitas
Gemamaya terdiri dari sebelas pemuda yang berasal dari dusun Donokerto. Penggerak
sekaligus pendiri utamanya adalah seorang lulusan seni musik di salah satu universitas
di Yogyakarta, yang akrab disapa Mas Maji (Ratmaji). Keinginannya mendirikan
sebuah komunitas didukung oleh teman-teman terdekatnya yang tinggal di dukuh
yang sama. Lahirnya komunitas Gemamaya ini didasari dari konsep sederhana, yakni
niat untuk melestarikan budaya setempat.
Dari sebelas orang inilah, masing-masing dari mereka diwajibkan untuk
membawa teman yang lainnya untuk ikut bergabung dalam komunitas Gemamaya.
Disebutkan, pada awalnya memang susah untuk mengumpulkan para pemuda di
Donokerto untuk ikut bergabung karena melihat latar belakang dan kesibukan
penduduk yang berbeda-beda. Namun, melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan selama kurang lebih satu bulan, akhirnya beberapa pemuda mulai tertarik
untuk ikut berkontribusi mewujudkan misi Gemamaya.
Hingga saat ini, komunitas Gemamaya memiliki kurang lebih duaratus
anggota yang secara keseluruhan berasal dari dusun Donokerto. Agar seluruh anggota
dapat ikut berkontribusi secara maksimal, dibuat sebuah struktur keanggotaan yang
membagi para anggota ke dalam divisi-divisi tertentu sesuai bakat dan minatnya.
Gemamaya membuat sebuah struktur keanggotaan agar mempermudah serta
memperjelas peran masing-masing anggota komunitas.
Model struktur organisasi yang diadopsi oleh komunitas Gemamaya
terinspirasi dari pembagian struktur kerja pada sistem acara pertunjukkan. Ketika
diadakan rapat pleno membahas acara Gendhing Kutub Utara, struktur organisasi
sekaligus pembagian divisi resmi dibentuk. Para anggota akan dipilah berdasarkan
bakat, dan keahlian. Berikut beberapa divisi yang ada pada komunitas Gemamaya:
1. Divisi Keuangan (Fundrising), divisi ini mewadahi para pemuda yang memiliki
minat dalam bidang keuangan, dan akuntansi.
2. Divisi Dokumentasi, divisi yang mewadahi bakat pemuda dalam bidang fotografi,
videografi, dan design grafis
3. Divisi Medinfo, divisi yang mewadahi bakat pemuda yang up to date tentang
media sosial, menyukai posting segala sesuatu di media sosial.
4. Divisi Transport, divisi yang bertanggung jawab untuk menyediakan transportasi
selama kegiatan/acara berlangsung (membantu mobilisasi)
5. Divisi Konsumsi, divisi yang bertanggung jawab untuk menyediakan konsumsi
para anggotanya.
6. Divisi Mapping Area, divisi ini mewadahi para pemuda yang bakatnya terjun
langsung ke lapangan. Divisi ini memiliki tanggung jawab untuk survei tempat,
harus memiliki keahlian untuk mengatur kegiatan secara keseluruhan. Seperti
perijinan, butuh perlengkapan, dan lain-lain.
7. Divisi Pertunjukkan, divisi ini khusus mewadahi para anggota yang tertarik dan
memiliki bakat di bidang musik dan tari.
8. Divisi Konser, divisi ini bertugas mengurusi jalannya pertunjukkan. Menyediakan
alat-alat yang digunakans selama pertunjukkan, menyusun rule-rule acara dan
skema jalannya acara.
9. Divisi Marchandise, divisi yang mewadahi para anggota yang memiliki bakat
berjualan. Fokus jualan divisi ini seperti pembuatan souvenir, kaos, dan berbagai
macam pernak pernik khas dari daerah setempat.
Namun dalam hal ini bukan berarti mereka hanya fokus dengan bagian mereka
saja, jika terdapat beberapa anggota lain yang membutuhkan bantuan, mereka juga
membantu teman yang membutuhkan bantuan tersebut. Hal ini mendorong
munculnya sikap gotong royong dalam komunitas, sehingga selain meringan beban
kerja, juga sebagai alat yang mampu menumbuhkan sikap solid dari anggota
komunitas Gemamaya.
Gambar 4.3 Informan Sekaligus Anggota dari Gemamaya
“Jadisayabikinstrukturorganisasi. Itu kayak strukturpertunjukkan.
Jadi, ketikangumpulplenobesaritu, para
pemudangumpulmembawapasukannya, sekitarsampai 200 itu,
sayasampaibingung.Akhirnyaterus, sayabikinstruktur. Saya, e..kurasi.
Saya bikin tim inti. Kamu-seleksi, nanyain di bidangnya.Saya bikinb-
banyakbidang. Misal,ee..Disini yang sukangitung-ngitunguangsiapa?
Yang- adakuliah di ekonomi, keuangan, akutansi,dansebagainya. Oke,
adabeberapasayakumpulkanjadisatu. Di sini yang sukanya,
motret,videoitusiapa? Ada..oke, sayakumpulkan. Yang sukanya,
narsis,selfie dan sebagainya, medsosbangetitusiapa?
Ada..Kumpulkan.Itusayajadikanbanyak divisi. Terus ada yang
sukanyamasaksiapa, sukanemangansopo, ada! Dari hal-
halkecilitumbak, saya tulis, oke. Iniadabeberapa yang -mas aku ra iso
ngopo-ngopo e mas. Dari beberapadesagitu.Wes we iso nyopir ra?
Bisakalaunyopir.Oke, takkumpulinjadisatu.Ada yang sukanulis, ada
yang ini, okejadisatu.Saya bikinstruktur.Ada divisi finnace,
nantidiamengelolakeuangan yang termasuk yang tadi,
diasenengdenganbidangmenghitung–hitunguangtadi. Terus tadiada
yang hobinyafoto,haaitusayajadikan di divisi dokumentasi, terus...ada
juga divisi....e misalkanituada.... Transpot!
Diamengurusiapa..Nantiseluruhkegiatanini yang butuhmobildia yang
ngatur.”(Wawancara mendalam, Ratmaji)
Dalam pembagian struktur organisasi, Komunitas Gemamaya tidak hanya
melibatkan para pemuda saja. Secara resmi, yang menduduki posisi sebagai General
Manager atau Penanggung jawab komunitas adalah pak Lurah yang membawahi para
kepala dukuh desa Donokerto. Lurah dan kepala dukuh bertanggung jawab sebagai
kepala Keamanan yang juga merangkap sebagai penasihat untuk komunitas
Gemamaya. Berdasarkan perannya sendiri, para tokoh desa Donokerto beberapa kali
sempat ikut dalam acara yang dilaksanakan oleh Gemamaya. Namun, berdasarkan
informasi yang didapat, keikutsertaan orang tua hanya bersifat conditional. Apabila
terdapat sebuah festival/acara yang membutuhkan peran orangtua, maka para tokoh
desa ini bersedia untuk membantu.Tujuan utama dibuatnya struktur organisasi ini,
selain untuk memudahkan dalam pembagian kerja, juga sebagai wadah untuk
menumbukan rasa kekeluargaan, bahwa komunitas ini merupakan komunitas milik
bersama, bagi siapapun yang ingin bergabung, dalam bentuk apapun
(menyumbangkan ilmu, tenaga, serta semangat) untuk melestarikan budaya desa
Donokerto.
Dalam mewujudkan misinya sebagai penyelamat budaya, komunitas
Gemamaya secara jelas membagi peran tiap anggotanya melalui pembagian kerja
berdasarkan struktur komunitas. Pembagian kerja yang jelas akan mempermudah
hubungan tiap anggota untuk menjalin kerjasama (Kusnadi, 2002). Durkheim
mengkaji masyarakat ideal berdasarkan konsep solidaritas sosial. Solidaritas sosial
merujuk pada suatu hubungan antara individu atau kelompok berdasarkan perasaan
moral dan kepercayaan yang dianut bersama, serta diperkuat dengan pengalaman
emosional bersama. Dari situlah, Durkheim membagi solidaritas sosial menjadi dua
bagian : solidaritas mekanik dan solidaritas organik (Ritzer, 2010).
Bentuk solidaritas yang pertama adalah solidaritas mekanik. Masyarakat yang
ditandai dengan bentuk solidaritas mekanik melibatkan seluruh masyarakat secara
umum untuk memiliki bentuk aktivitas dan tanggung jawab yang sama. Hal tersebut
akan mewujudkan kesadaran kolektif yang meliputi hampir seluruh anggota
masyarakat tersebut. Durkheim berpendapat bahwa masyarakat primitif/kuno
cenderung memiliki bentuk rasa kebersamaan yang lebih kuat, begitu juga dengan
norma dan kepercayaan yang masih dipegang teguh (Ritzer, 2010).
Sedangkan bentuk solidaritas kedua, yakni solidaritas organik, lebih menandai
kehidupan masyarakat modern. Masyarakat modern cenderung bekerja sama
berdasarkan pembagian kerja yang jelas, sehingga masing-masing memiliki pekerjaan
dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dalam masyarakat dengan solidaritas
organik, kesadaran kolektif terbatas pada pembagian kelompok/golongan.
Sistem pembagian kerja yang dimiliki oleh komunitas Gemamaya dapat
dibaca secara jelas sebagai bentuk solidaritas organik. Pembentukan struktur
kepengurusan ini dimaksudkan untuk memperjelas tanggung jawab dan peran tiap
anggota komunitas, sehingga tujuan dan misi dari Gemamaya bisa terwujud secara
maksimal. Lebih lanjut, pembagian kerja yang jelas juga akan mempermudah proses
sosial, dimana proses ini akan membawa ke arah kerjasama di tiap divisi untuk
melaksanakan kewajibannya sebagai bagian dari anggota komunitas.
D. Branding Komunitas
Berawal dari rasa cinta seorang Ratmaji akan kebudayaan, Ratmaji bersama
sejumlah rekannya beinisiatif melestarikan budaya dengan mendirikan sebuah wadah
penyaluran aspirasi hingga lahirlah komunitas bernama Gemamaya, Generasi Muda
Penyelamat Budaya. Satu komunitas yang bercokoldi wilayah Turi, Sleman.Di tahun
2016 sebagai komunitas yang baru menetas, komunitas Gemamaya masih terdengar
asing di telinga sebagian orang, lebih banyak yang tidak mengetahuinya.Merasa perlu
“perkenalan” maka digagaslah satu acara karnaval budaya untuk kali pertama oleh
Gemamaya di daerah asalnya, Turi.
Segala persiapan sudah dilaksanakan sejak jauh-jauh hari, meski dengan
jumlah personil yang bisa dibilang seadanya untuk sebuah acara karnaval, mereka
tetap mengusahakan yang terbaik juga tampil sepenuh hati.Komunitas yang bergerak
bersama pemuda setempat ini dirintis bersama orang terdekat yang berpemikiran sama
lalu masing-masing dari mereka mengajak serta sejumlah orang lain, tak lupa juga
undangan untuk diskusi bersama. Metode pembicaraan mulut ke mulut yang sudah
mendarah daging dengan tradisi sekitar cukup berkontribusi pada peningkatan jumlah
anggota Gemamaya.
Pada hari-H, perempatan Turi ditutup untuk acara ini.Berkat relasi Ratmaji
yang mudanya melanglang buana, media hadir untuk meliput komunitas yang baru
seumur jagung.Dari situ istilah Gemamaya mulai terdengar tak asing lagi di telinga
masyarakat sekitar.Setelahnya Gemamaya menjadi bahan obrolan yang hangat
diperbincangkan.Cara ini dinilai ampuh dalam membentuk brand imageGemamaya
sebagai komunitas pemuda pelestari budaya.
Perlahan tapi pasti beberapa warga tertarik untuk ikut bergabung nguri-uri
budaya bersama Gemamaya.Jenis budaya yang menjadi fokus Gemamaya cenderung
pada seni musik & seni tari, tapi seni rupa juga tak luput dari perhatian.Komunitas ini
juga mengadakan rangkaian latihan rutin, jadi tidak melulu harus ada agenda acara
dulu baru latihan.Latihan rutinnya itu sendiri biasa diadakan empat kali seminggu,
mereka dibebaskan untuk mengikuti bidang yang mereka sukai.Saat latihanpun
mereka dipersilahkan mengajak siapapun hadir, tidak harus menjadi anggota dulu
baru boleh bergabung.Dari yang awalnya hanya berniat menikmati, lama kelamaan
akhirnya jatuh hati & tertarik untuk bergabung menjadi bagian dari Gemamaya.
Dirasa perlu melakukan sesuatu lebih, Gemamaya memutuskan untuk
menggelar acara gelar budaya dengan skala yang lebih besar. Acara yang bertajuk
Gendhing Kutub Utara ini terselenggaratanggal 25-26 Maret 2016 di Embung Kaliaji,
Turi. Acara festival kebudayaan yang dihadiri sederet tokoh penting, Bapak Bupati
Kab. Sleman, Sri Purnomo,salah satunya. Tidak hanya dihadiri warga lokal setempat
saja, rekan Ratmaji dari luar Jogja & luar negeri turut hadir menyaksikan, bahkan
salah satu temannya yang berasal dari Ponorogo hadir & menampilkan budaya
khasnya, Reog Ponorogo.
Gendhing Kutub Utara dilaksanakan dua hari berturut-turut yang menampilkan
beragam kesenian khas dengan caraGemamaya. Lomba menggambar & mewarnai,
karnaval budaya serta penampilan kolaborasi musik tradisional dengan modern
menjadi highlight dari perhelatan Gendhing Kutub Utara tersebut.
Gambar 4.4 Poster Gelar Budaya Gendhing Kutub Utara
Gambardi atas adalah satu bentuk publikasi Gemamaya dalam
mempromosikan Gendhing Kutub Utara kepada khalayak luas.Biarpun belum pernah
terselenggara sebelumnya poster acara Gendhing Kutub Utara hadir meyakinkan
dengan mendatangkan penampil dari berbagai negara luar. Semua ini berkat koneksi
sang ketua yang menjalin banyak relasi dengan siapa saja. Charlotte, sinden asal
Argentina& sederetan teman sesama musisi juga pekerja seni dari belahan negara lain
yang ia kenal sejak beberapa tahun silam. Bermula dari tourguide ketika mereka
mengunjungi Indonesia yang kemudian berlanjut akrab lalu dekat.
“Nge-branding awal.Itu, itu lumayan itu.Kita melibatkan 12
negara.Itu temen-temen musisi saya.Nah.. Saya apa ya, nanemnya-
nanem kenal mereka itu sejak yaa, 2011 lah. Mereka kalau tour ke
indonesia atau apa, saya temui. Saya ajak ngobrol, saya ajak
main.”(Wawancara mendalam, Ratmaji Ketua Gemamaya).
Poster tersebut disebarluaskan melalui berbagai platform media sosial yang
Gemamaya miliki, seperti Facebook, Twitter serta Instagram juga YouTube.Seiring
dengan perubahan zaman serta jumlah pengguna media sosial yang cenderung tinggi
di Instagram juga YouTube, maka Instagram dipilih menjadi sarana utama dalam
publikasiagenda Gemamaya. Sedangkan YouTube Gemamaya yang masih dalam
tahap pengembangan saat ini masih digunakan untuk menayangkan rekap penampilan
Gemamaya diberbagai acara&hasil cover lagu yang diiringi alat musik modern juga
gamelan sebagai ciri khas Gemamaya.
Gambar 4.5 Salah satu sosial media (Instagram) yang dijadikan alat
Gemamaya untuk branding komunitasnya.
Meski lekat dengan tag cinta budaya dalam aksinya Gemamaya tidak sekadar
tampil dengan kesenian tradisional saja. Komunitas ini hampir selalu memasukan
unsur modern dalam setiap karyanya, jadi mereka tidak hanya mempertahankan
budaya yang sudah lama ada tapi juga membuatnya tetap bisa dinikmati oleh generasi
sekarang tanpa menghilangkan the authenticity.Dengan begitu penikmat karyanya
tidak hanya satu generasi saja.Kolaborasi dengan seniman asing juga memberi warna
baru pada dunia permusikan kntemporer, gamelan.
E. Permasalahan
Suatu komunitas tidaklah bisa dilepaskan dari adanya hambatan ataupun
masalah yang beriringan dengan berjalannya kegiatan didalamnya.Alasan mendasar
ialah karena menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunitas merupakan
kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di
dalam daerah, masyarakat, ataupun paguyuban.Keterlibatan individu (orang) di
dalamnya memicu adanya suatu masalah.Masalah menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) merupakan sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan).Melihat
dasar bahwa setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda namun harus berada
dalam satu lingkungan secara bersama dengan mempunyai tujuan dan aturan tertentu
yang mengikat, pastilah ada hal-hal yang tidak sesuai dengan kepribadian tiap
individu.
Gemamaya tidak lepas dari permasalahan yang menyertaisetiap
kegiatannya.Berbagai batu ganjalan telah dipaparkan oleh informan yang merupakan
anggota dari komunitas tersebut.Pada awalnya belum ada suatu komunitas yang
berfokus pada bidang kesenian ataupun budaya pada wilayah Desa Donokerto.Budaya
yang terdapat di wilayah desa tersebut hanya dilakukan oleh kalangan orang tua saja,
sehingga untuk melibatkan pemuda dalam kegiatan budaya dan pemuda dapat ikut
mengikutikegiatan tersebut maka dibentuklah Gemamaya.
“Sebelum ada Gemamaya mungkin biasanya cuman orang tua mbak,
dia suka nggamel ya dia fokus nggamel aja, dia bisa wayang ya dia
cuman fokus wayang aja kalo mungkin nguri-uri apa ee istilahnya
kayak acara-acara budaya yang ini nggak-nggak terlalu berbeda
sama sekarang, kalo sekarang anak-anak Gemamaya kan lebih
merata gitu jadi misalnya acara semuanya dibikin jadi satu kalau
dulu kan engga, engga, belum ada kayak gitu. Semua yang unsurnya
ada budayanya itukan bisa dipadukan gitu lho kalo sekarang anak-
anak bisa kayak gitu. Belum kan belum pernah ada.”(Wawancara
mendalam, Keny)
Akan tetapi, terdapat beberapapemuda yang masih awam terhadap budaya
daerah tersebut yang menjadikannya salah satu alasan mengapa komunitas ini
membutuhkan suatu usaha yang ekstra dalam menjalankan setiap kegiatannya. Selama
proses pembentukan komunitas, Gemamaya berhasil mendapatkan kurang lebih 30-
50 anggota, akan tetapi adanya kesibukan dari masing-masing anggotanya membuat
proses latihan komunitas Gemamaya sedikit terhambat.
“Anggotanya sih e sekitar 30 sampai 50an mas, lebih tepatnya kurang
tau, karena apa ya kadang masuk kadang opo sibuk karena mungkin
nanti udah masuk terus dia dapet kerja di luar.” (Wawancara
mendalam, Zainal)
Hambatan selanjutnya ialah komunitas Gemamaya belum mendapatkan
legalitas nama. Hal ini dikarenakannya pemerintah hanya mendukung pendirian
sanggar bukanlah komunitas. Akibatnya, Gemamaya belum mendapat dukungan dari
pemerintah dan semakin sulit untuk mencari kucuran dana bagi komunitas tersebut.
Menurut Dewi dalam Suradiva (2018) suatu organisasi haruslah ada partisipasi
ataupun interaksi antara masyarakat dengan pemerintah dalam bekerjasama guna
mewujudkan tujuan dan mensukseskan pembangunan yang ingin dicapai. Gemamaya
mengadakan suatu event yang memerlukan dana yang cukup besar, sehingga untuk
mengatasi masalah tersebutbeberapa anggota komunitas mulai menyebarkan proposal
ke masyarakat Desa Girikerto. Anggota Gemamaya tidak asal-asalan dalam
menyebarkan proposalnya.Mereka menemui kepala desa untuk memperoleh informasi
mengenai warga yang dianggap “mampu” atau “berkecukupan”.Selepas mendapatkan
informasi, barulah para anggota mendatangi satu-persatu rumah warga tersebut untuk
menjelaskan maksud dan tujuan.Tidak hanya mendatangi rumah warga, anggota
Gemamaya juga mendatangi area pertokoan dan warung untuk dimintai bantuan.
Sumbangan yang diperoleh dari hasil merapu kisaran Rp.20.000- Rp.500.000. Mas
Rumaji menuturkan bahwa pada akhirnya Kelurahan Donokerto memberikan dana
sejumlah Rp. 14.000.000. Untuk mendapatkan dana hingga Rp. 50.000.0000 Mas
Rumaji juga harus menggadaikan motornya dengan harga Rp. 10.000.000 ditambah
dengan iuran sukarela per anggota.
“Ya pertamanya juga mereka ragu-ragu. Wah iki, ya ngga... Tapi liat
progressnya mereka kelihatannya... Kita kok kelihatan di mata
mereka kok bagus. Nah akhirnya,sedikit demi sedikit ada dana,
support support support. Sebenarnya itu tadi yang saya bilang.
Kesusahan kita di- dana.he'em..Nah, kita sampai koyok ngemis-
ngemis lo mbak, hahaha.Kita data, divisi finnace. Seluruh kelurahan
satu desa donokerto ini, coba per..Saya ngobrol dengan pak
dukuh.Pak, di desa njenengan yang- materinya oke siapa aja pak?
Maksudnya ya, sugeh siapa aja pak hehehe.Kulo nyuwun datane.Ngge
nopo mas? Lha ini saya blak-blakan... Oo iya yaa.. Saya data semua!
Terus wess, saya bikin strategi. Pie yo kita sowani, kita ngobrol. Iya
mbak sampai segitu ke desa-desa.Ya lumayan ngasih 200, 300,
500.Tapi dari banyak, akhirnya ngumpul-ngumpul. Terus kita pinggir-
pinggir toko-toko ini kita masukin proposal, ada yang ngasih 50,20
rb, 30 rb. Akhirnya bisa ngumpul-ngumpul-ngumpul...terus masih
kurang itu, alhamdulillah sama kelurahan donokerto itu dikasih 14
jtan lah.”(Wawancara mendalam, Ratmaji).0.000.000 ditambah
dnela per anggot
Dalam penyelenggaraan event Gemamaya, juga tidak luput dari kendala
perizinan mengenai penggunaan tempat dan pengkondisian jalan yang macet karena
pagelaran Gemamaya memakan banyak tempat. Sebenarnya, pembagian jobdesk atau
divisi sudah dilakukan, namun masih banyak dari anggota Gemamaya yang kurang
memahami dan menjalankan tugas yang diembannya sehingga yang seharusnya
dilakukan oleh seorang anggota harus di back up oleh orang lain dan tidak selesai
tepat waktu.
Saya kira tu tiap tahun. Tapi gak tau mas maji pengennya gimana.
Kan ini ada problem jalan juga to, Jalan padet itu. Ramai lancar.
Jadi kalo bikin event disitu kan auto macet, Ijinnya itu lo yang agak
sulit sama pengkondisian untuk memakai jalan itu. Kalo yang paling
utama itu dulu tetep e apa ya sponsorship itu ya mas ya, itu yang
paling utama. dan perbedaan sih lebihnya kayak e sebenernya jobdesk
a ini udah dikerjain sama kamu di tugaskan untuk jobdesk yang ini.
tapi orang lain itu gak bisa, kamu harus kayak gini, gini, gini lebih
kayak perbedaan pendapat seperti itu, kurang saling percaya kayak
gitu lah” (Wawancara mendalam, Fauzi).
Kesulitan dari diadakannya event Gemamaya ialah persiapan kegiatan yang
sangat mepet.Pagelaran besar yang di selenggarakan oleh Gemamaya merupakan
acara yang besar karena sebanyak 100 orang ikut berpartisipasi dan antusias penonton
yang tinggi. Hal itu mengakibatkan proses persiapan event menggunakan istilah “the
power of kepepet”. Terma ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat
Indonesia.Pengertian dari sebutan ini adalah kepercayan terhadap adanya mukjizat
yang terjadi pada akhir waktu. Biasanya keadaan itu terjadi karena sudah adanya rasa
putus asa atau pesimis untuk menyelesaikan suatu tugas atau deadline (Zain, 2015).
Salah satu event yang diselenggarakan Gemamaya memiliki deadline waktu yang
cukup pendek yaitu 3 bulan, sehingga anggota Gemamaya terpaksa lembur untuk
memenuhi kebutuhan persiapan kegiatan tersebut.Waktu istirahat merekasedikit dan
mengakibatkan beberapa kebutuhan sedikit kurang walaupun sudah memenuhi
deadline waktunya.Menurut informan Zainal dengan waktu yang sedikit tersebut
justru membuat mereka menjadi semangat dalam mengerjakan dan produktif dalam
memanfaatkan waktu.
Aaaa cuma mempunyai waktu tiga bulan itu, dengan event yang
lumayan gede sih gitu lho, lumayan gede kalo dianggep gede ya ga
satu Jogja to.ee opo ukuran gede kan gak gak gak secara gak tau mas
kayak gitu lho. tapi lumayan gede lah, lumayan gede dengan deadline
tiga bulan dengan itu tiga bulan itu kita ngumpulin terus hampir kita
bikin opo bikin opo event tersebut o istilahnya setiap malem lembur
dan sebagainya, kaya gitu. dan ee mungkin karena the power of
kepepet mungkin ya mas ya. (Wawancara mendalam, Zainal).
Dalam menjalankan kegiatannya, Gemamaya mendapatkan berbagai hambatan
yang tidak sedikit.Menurut Yani Tri Wijayanti dkk (2015), dalam sebuah organisasi
ataupun komunitas konflik tidak dapat dihindarkan, namun tugas dari organisasi itu
sendiri juga harus menemukan jalan penyelesaiannya. Sesuai dalam literatur tersebut,
mulai dari awal terbentuk hingga setiap proses kegiatan termasuk dalam mengadakan
event besar, Gemamaya tidak henti-hentinya mendapati permasalahan. Namun, segala
hambatan tersebut dapat diatasi dengan berkaca pada tujuan awal dibentuk komunitas
ini. Saling merangkul dan saling mengerti kesibukan satu sama lain menjadi kunci
terjaganya kekompakan antar anggota Gemamaya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian melalui wawancara yang mendalam terhadap komunitas
Gemamaya, dapat disimpulkan bahwa Gemamaya merupakan komunitas yang
bertujuan dalam menyelamatkan dan melestarikan kebudayaan dan mewujudkannya
dalam bentuk penyelenggaraan festival, menciptakan tarian suku salak, serta latihan
rutin. Keanggotaan dan peran tiap anggota Gemamaya dapat dijelaskan melalui teori
tindakan sosial instrumental, dimana masing-masing anggota memiliki alasan dan
tujuan yang sama bergabung ke komunitas tersebut, yaitu keinginan untuk ikut
melestarikan kebudayaan setempat. Komunitas ini mampu untuk memberikan wadah
bagi pemuda, khusunya di daerah Donokerto untuk berkontribusi dan menyalurkan
bakatnya dengan cara positif. Para pemuda memiliki dorongan secara sadar dalam diri
untuk ikut peduli dengan nasib budaya. Inilah yang kemudian menjadikan komunits
Gemamaya dipandang sebagai komunitas yang positif bagi masyarakat.
Sebagai komunitas yang posisinya belum dilegalkan oleh pemerintah, komunitas
Gemamaya juga tidak terlepas dari kekurangan dan permasalahan terkait kinerja dan
program kerja yang akan ditempuh. Kekurangan anggaran menjadi salah satu masalah
utama kurang maksimalnya kegiatan Gemamaya dalam proses pelestarian
kebudayaan, sehingga mereka tidak dapat memastikan apakah acara festival semacam
Gendhing Kutub Utara dapat diadakan rutin setiap tahun.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai peran komunitas
Gemamaya dalam menyelamatkan budaya terdapat saran yang diharapkan untuk
mewujudkan komunitas dapat menjadi lebihoptimal, adalah sebagai berikut :
a. .Perlunya pembuatan agenda khusus kerja tahunan agar komunitas Gemamaya
memiliki jadwal yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan.
b. Anggota Gemamayadiharapkan mampu menyumbangkan ide-ide acara yang
berbasis kebudayaan agar komunitas ini terus dapat terus bertahan di masyarakat.
C. Limitasi
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan menggunakan prosedur
ilmiah,namun demikian masih memiliki keterbatasan adalah sebagai berikut:
a. Keterbatasan waktu penelitian mengurangi keoptimalan laporan ini dalam
menyajikan data secara lengkap mengenai komunitas Gemamaya
b. Jumlah informan yang diperoleh belum dapat secara maksimal mewakili
informasi anggota komunitas Gemamaya.
Daftar Pustaka
Aslam, d. (2015). Pengaruh Perilaku Kerja, Lingkungan Kerja, dan Interaksi Sosial
Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi ,
168.
Dhanani, & Chowdhury, A. (2008). The Indonesian Labour Market Changes dan
Challenges. London: Routledge.
Fendy Firmansyah, U. F. K., 2016. Improvement of involvement society in context of
smart community for cultural heritage preservation in Singosari.Surabaya,
Procedia Social and Behavioral Sciences
Handayaningrat, S. (1994). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Haji Masagung.
Kusnadi. (2002). Masalah, Kerjasama, Konflik dan Kinerja: Kontemporer & Islam.
Malang: Taroda.
Mukhlis, Alis, & Nurkholis. Analisis Tindakan Sosial Max Weber dalam Tradisi
Pembacaan Kitab Mukhtasahar Al- Bukhari. Jurnal Living Hadis, I (2),
248-249.
Rachman, M., 2012.Konservasi Nilai dan Warisan Budaya.Indonesian Journal of
Conservation, I(1), pp. 30-39.
Ritzer, G. (2010). Sociological Theory, Eighth Edition. New York: McGraw-Hill.
Suradiva. Partisipasi pemuda dalam pengembangan desa wisata guna meningkatkan
ketahanan sosial budaya masyarakat desa (Studi di Desa Wisata Batubulan,
Sukawati, Gianyar, Bali). Jurnal Ketahanan Nasional, XXIV (3), 391.
Tejowibowo, W N & Lestari, P. 2018. Strategi Dalam Membangun Solidaritas Sosial
Pada Komunitas Generasi Muda Penyelamat Budaya (GEMAMAYA).
Yogyakarta. (Memahami Penelitian Kualitatif).
Zain, I. (2015). Kompasiana. Retrieved Juni 11, 2019, from
https://www.kompasiana.com/ikromzzzt/552c775e6ea83432348b456c/the-
power-of-kepepet-sebuah-jurus-andalan
LAMPIRAN
A. Daftar Informan
1. Nama Informan : Zainal
Waktu Wawancara : 27 April 2019
Lokasi Wawancara : BasecampGemamaya
Pewawancara : Panji Putranto Nugrahagung
2. Nama Informan : Kenny
Waktu Wawancara :27 April 2019
Lokasi Wawancara :BasecampGemamaya
Pewawancara : Afnisa Hikmah Latifa
3. Nama Informan : Ratmaji
Waktu Wawancara :27 April 2019
Lokasi Wawancara :BasecampGemamaya
Pewawancara : Rahmah Istiqomah
4. Nama Informan : Ferian
Waktu Wawancara :27 April 2019
Lokasi Wawancara :BasecampGemamaya
Pewawancara : Farizqa A P
5. Nama Informan : Fauzi
Waktu Wawancara :27 April 2019
Lokasi Wawancara :BasecampGemamaya
Pewawancara : M Ibnu Azzulfa
B. Dokumentasi
C. Data Networking
D. Mind Mapping Kelompok
E. Laporan Pekerjaan Tim
Nama Verbatim
Transcript
Indexing Coding Data
Networking
Field Note
Afnisa Hikmah
L√ √ √ √ √
Farizka
Ayuluqyana P√ √ √ √ √
Muhammad
Ibnu Azzulfa√ √ √ √ √
Panji Putranto
N√ √ √ √ √
Rahmah
Istiqomah√ √ √ √ √
F. Laporan Pembuatan Sub Bab Hasil dan Pembahasan
1. Sub Bab Latar Belakang Komunitas Gemamaya : Muhammad Ibnu Azzulfa
2. Sub Bab Kegiatan Komunitas Gemamaya : Panji Putranto N
3. Sub Bab Struktur Keanggotaan Komunitas Gemamaya : Rahmah Istiqomah
4. Sub Bab Branding Komunitas : Farizka Ayuluqyana P
5. Sub Bab Permasalahan : Afnisa Hikmah L