CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

160

Transcript of CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Page 1: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)
Page 2: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO (STUDI PEMIKIRAN TOKOH MUSLIM KALIMANTAN BARAT

TAHUN 1990-2000)

Oleh: Dr. SYARIF MA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK TAHUN 2017

Page 3: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

  

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah ÙCorak Pemikiran Islam Borneo (Studi Pemikiran Ke-Islam-an Tokoh Muslim Kalimantan Barat Tahun 1990-2017)”.Peneitian ini bertujuan untuk memetakan corak pemikiran keislaman yang dipahami, dianut dan diamalkan oleh kaum muslimin di Kalimantan Barat, dengan menghasilkan output laporan akademik dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan outcome berupa publikasi artikel akreditasi nasional.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatann kualitatif. Penelitian dilakukan di 3 (tiga) Kabupaten, dan 2 (dua) kotamadya di Kalimantan Barat dengan karakter wilayah yang berbasis Kerajaan Islam dan Pusat Pendidikan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data mengunakan teknik ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan refrensial. Analisis data kualitatif dengan ada tiga langkah, yaitu reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitan yang diharapkan adalah: 1) secara umum dapat memetakan corak pemikiran Islam yang dominan dipahami, dianut, dan diamalkan di Kalimantann barat. 2) secara khusus dapat menjadi acuan kebijakan akademik oleh IAIN Pontianak dalam rangka mewujud visi dan misinya sebagai wadah kajian Islam dan Budaya Borneo. Adapun besarnya biaya penelitian ini yang diusulkan adalah Rp. 30.000.000,-

CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO (STUDI PEMIKIRAN TOKOH MUSLIM KALIMANTAN BARAT

TAHUN 1990-2000)

Oleh: Dr. SYARIF MA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK TAHUN 2017

Page 4: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 

 

DAFTAR ISI

ABSTRAK

DATA TRANSLITERASI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 01

A. Latar Belakang……………………………………………. 01

B. Perumusan Masalah………………………………………. 04

C. Tujuan Penelitian…………………………………………. 05

D. Signifikansi Penelitian……………………………………. 05

E. Ruang Lingkup Penelitian………………………………... 06

F. Kontribusi Penelitian……………………………………... 07

BAB II REFORMASI CORAK PEMIKIRAN ISLAM…………… 08

A. Corak Pemikiran Klasik………………………………….. 08

B. Corak Pemikiran Islam Abad Pertengahan………………. 11

C. Corak Pemikiran Islam…………………………………… 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………. 28

A. Metode dan Pendekatan………………………………….. 28

B. Data dan Sumber Data……………………………………. 28

C. Teknik Pengumpulan Data……………………………….. 29

D. Teknik Analisis Data……………………………………... 31

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data……………………. 33

BAB IV CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO………………… 35

A. Berkembangnya Pemikiran Islam di Kalimantan Barat: 35

Page 5: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 

 

DAFTAR ISI

ABSTRAK

DATA TRANSLITERASI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 01

A. Latar Belakang……………………………………………. 01

B. Perumusan Masalah………………………………………. 04

C. Tujuan Penelitian…………………………………………. 05

D. Signifikansi Penelitian……………………………………. 05

E. Ruang Lingkup Penelitian………………………………... 06

F. Kontribusi Penelitian……………………………………... 07

BAB II REFORMASI CORAK PEMIKIRAN ISLAM…………… 08

A. Corak Pemikiran Klasik………………………………….. 08

B. Corak Pemikiran Islam Abad Pertengahan………………. 11

C. Corak Pemikiran Islam…………………………………… 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………. 28

A. Metode dan Pendekatan………………………………….. 28

B. Data dan Sumber Data……………………………………. 28

C. Teknik Pengumpulan Data……………………………….. 29

D. Teknik Analisis Data……………………………………... 31

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data……………………. 33

BAB IV CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO………………… 35

A. Berkembangnya Pemikiran Islam di Kalimantan Barat: 35

  

 

Melalui Sarana Dakwah dan Pendidikan………………….

1. Haji Ismail bin Abdul Karim: Tokoh Pemikir Islam di Kubu Raya dan Mufti Kerajaan Kubu Kalimantan Barat……………………………………………………

36

2. H.M. Basyuni Imran: Tokoh Pemikir Islam dari Sambas Kalimantan Barat……………………………...

49

3. Ngah Dolah: Tokoh Pemikir Islam dari Kota Singkawang Kalimantan Barat………………………...

68

4. KH. Fathul Bari: Tokoh Pemikir Islam dari Mempawah, Penyebar Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah Pertama di Kalimantan Barat……………

5. Habib Muksin Alhinduan: Tokoh Pemikir Islam di Singkawang……………………………………………

84

6. KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I: Tokoh Pemikir Islam dari Kubu Raya………………………..

92

BAB V PENUTUP…………………………………………………… 108

A. Kesimpulan………………………………………………. 108

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

1  

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalaha agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT. Karena

agama Islam turun di negeri arab, maka Islam identik dengan agama Arab. Namun

demikian, agama Islam adalah agama yang universal. Tidak hanya untuk orang-orang

arab saja, melainkan untuk manusia di alam semesta. Kemudian, berkembanglah

agama Islam kemana-mana, termasuk ke Negara Indonesia dan khususnya

Kalimantan Barat. Menurut sejarah, masuknya Islam ke Indonesia melalui Gujarat

(pedagang), India dan Persia. Demikian pula berangsur-angsur meluas kearah timur

hingga Semenanjung Malaka. Para pedagang Arab adalah sebagai salah satu sebab

tersebarnya Agama Islam tersebut.

Banyak teori yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-

teori yang sama kuat antara satu dan yang lain dalam mengungkap fakta yang

sebenarnya tentang masuknya Islam ke Indonesia. Macam-macam teori-teori tersebut

di antaranya: pertama, teori gujarat, adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang

pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini

disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat, India dan mulai

masuk sejak abad ke 8 Masehi. Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-wilayah di

anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Seperti diketahui bahwa

Bangsa Indonesia pada masa itu memang telah menjalin hubungan dagang dengan

India melalui saluran Indonesia-Cambay.

Kedua, teori Persia, adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang

dikemukakan oleh Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa

Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran). Islam

diyakini dibawa oleh para perdagang Persia mulai pada abad ke 12. Kemudain yang

ketiga, teori Arabia. Berdasarkan teori Arab, masuknya Islam ke Indonesia diyakini

Page 7: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

1  

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalaha agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT. Karena

agama Islam turun di negeri arab, maka Islam identik dengan agama Arab. Namun

demikian, agama Islam adalah agama yang universal. Tidak hanya untuk orang-orang

arab saja, melainkan untuk manusia di alam semesta. Kemudian, berkembanglah

agama Islam kemana-mana, termasuk ke Negara Indonesia dan khususnya

Kalimantan Barat. Menurut sejarah, masuknya Islam ke Indonesia melalui Gujarat

(pedagang), India dan Persia. Demikian pula berangsur-angsur meluas kearah timur

hingga Semenanjung Malaka. Para pedagang Arab adalah sebagai salah satu sebab

tersebarnya Agama Islam tersebut.

Banyak teori yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-

teori yang sama kuat antara satu dan yang lain dalam mengungkap fakta yang

sebenarnya tentang masuknya Islam ke Indonesia. Macam-macam teori-teori tersebut

di antaranya: pertama, teori gujarat, adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang

pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini

disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat, India dan mulai

masuk sejak abad ke 8 Masehi. Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-wilayah di

anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Seperti diketahui bahwa

Bangsa Indonesia pada masa itu memang telah menjalin hubungan dagang dengan

India melalui saluran Indonesia-Cambay.

Kedua, teori Persia, adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang

dikemukakan oleh Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa

Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran). Islam

diyakini dibawa oleh para perdagang Persia mulai pada abad ke 12. Kemudain yang

ketiga, teori Arabia. Berdasarkan teori Arab, masuknya Islam ke Indonesia diyakini

 2 

berasal dari Arab, yaitu Makkah dan Madinah pada abad perama Hijriah atau abad ke

7 Masehi. Ini seperti yang peneliti kemukakan di atas.

Pendapat ini didasarkan pada adanya bukti perkampungan Islam di Pantai

Barus, Sumatera Barat yang dikenal sebagai Bandar Khalifah. Wilayah ini disebut

dengan wilayah Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan orang-orang China untuk orang

Arab. Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi

yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei. Dia mengatakan adanya

pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa.

Oleh sebab itu, menurut ahli sejarah Amich Alhumami, dalam bukunya

“Gerakan Modernisme Islam di Indonesia: Menimbang Nurcholish Madjid”. Amich

mengatakan Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 7 Masehi yang

disebarkan oleh para pedagang Arab tersebut.1 Faktor Berkembangnya Islam tidak

lepas dari para pedagang Asing yang semakin banyak melewati perairan Nusantara.

Pelayaran di Indonesia semakin ramai sehingga tumbuh bandar-bandar di beberapa

pulau di Indonesia, misalnya di Aceh, Palembang, Cirebon, Jepara, Tuban,

Banjarmasin, Ternate, Sambas dan Tidore. Semakin banyak bandar di Indonesia,

perkembangan Islam di tanah air semakin lancar.2

Kemudian muncullah tokoh yang terkenal dengan penyebaran agama Islam di

tanah Indonesia yang lebih dikenal ‘wali songo’, Sembilan wali. Mereka adalah para

ulama dan tokoh yang berdakwah di indonesia, yang paling di kenal sejarah hingga

sekarang adalah para Wali songo tadi, yang berusaha melakukan islamisasi budaya

nusantara yang pada masa itu masih bercorak Hindu-Budha. Dampak dari penyebaran

Islam itu sampailah ke Kalimantan Barat yang diyakini bermula dari penyebaran

pertama kali dari Sambas hingga menyeluruh ke seluruh penjuru Kalimantan Barat.

Selanjutnya dalam penelitian ini akan membahas bagaimana corak pemikiran Islam

Borneo.                                                             

1Dikutip dari website https://paramadina.wordpress.com/2007/02/01/menimbang-nurcholish-madjid/ pada hari kamis, 08 Januari 2018.

2M. Umer Chapra, Peradaban Muslim Penyebab Keruntuhan dan Perlunya Reformasi, Terj. Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 249.

Page 8: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 3 

Banyaknya kerajaan Islam di Kalimantan Barat semakin mempertegas bahwa

sumbangsih Kalimantan Barat dalam menyebarkan Islam sangat besar. Terlebih lagi

banyak para ulama dan tokoh agama Islam yang bermunculan di Kalimantan Barat.

Para tokoh dan karya-karya mereka semakin memperkuat eksistensi mereka dalam

menyebarkan agama Islam.

Sedikit mengungkap dan memandu terkaan awal corak pemikiran Islam di

Kalimantan Barat, peneliti kemukakan varian umum pemikiran keislamn seperti

eksoteris dan esoteris. Kalau melirik model dakwah untuk Islamisasi nusantara ini

misalnya, di antaranya yang sangat dominan, adalah lewat kanal sufistik sebagai

modelnya. Model ini adalah model yang memandang objek dakwah bukan perilaku

syari’at (eksoteris)nya semata yang diutamakan. Sebab jika modal eksoteris yang

menjadi bidikan utama dan pertama maka akan sangat keras benturannya, mengingat

umat yang didatangi di nusantara ini telah mapan dalam beragama dengan tatanan

ritualnya.3

Variasi teori-teori masuknya Islam ke nusantara yang juga sampai ke

kalimatan Barat seperti dipaparkan di atas, memnacing penulis untuk menambah

terkaan bahwa terdapat varian corak pemikiran Keislaman di Kalimantan Barat. Di

samping itu terdapat fakta bahwa memang telah ada varian corak pemikiran

keislaman di Kalimantan barat. Fakta yang peneliti maksud adalah seperti telah

adanya karya-karya tertulis pemikiran sufistik, fiqh, dan lain. Namun tentu untuk

mengngkap fakta lebih dalam dan lebih luas tentang corak pemikiran tersebut, hemat

peneliti tidak cukup hanya dengan indicator karya-karya tertulis. Tetapi diperlukan

penelitian terhadap para tokoh muslim di mana pengetahuan mereka belum atau tidak

tertulis dalam karya ilmiah. Srvey permulaan yang peneliti lakukan ditemukan

                                                            3Dalam banyak teori kedatangan Islam ke nusantara, Azyumardi Azra menampilkan teori sufi

sebagai teori yang lebih masuk akal dalam melihat perkembanga Islam nuantara. Sambil mengutip A.H. Johns, Azara mengemukakan tentang kemampuan para sufi yang atraktif dalam menyebarkan Islam yaitu di antaranya dengan metode penekanan kesesuaian Islam dengan agama yang telah ada sebelumnya ketimbang perubahan dalam kepercayaan dan peraktek keagamaan lokal. Azyumardi Azra, Jeringan Ualama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, cet. IV, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 34-36.

Page 9: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 3 

Banyaknya kerajaan Islam di Kalimantan Barat semakin mempertegas bahwa

sumbangsih Kalimantan Barat dalam menyebarkan Islam sangat besar. Terlebih lagi

banyak para ulama dan tokoh agama Islam yang bermunculan di Kalimantan Barat.

Para tokoh dan karya-karya mereka semakin memperkuat eksistensi mereka dalam

menyebarkan agama Islam.

Sedikit mengungkap dan memandu terkaan awal corak pemikiran Islam di

Kalimantan Barat, peneliti kemukakan varian umum pemikiran keislamn seperti

eksoteris dan esoteris. Kalau melirik model dakwah untuk Islamisasi nusantara ini

misalnya, di antaranya yang sangat dominan, adalah lewat kanal sufistik sebagai

modelnya. Model ini adalah model yang memandang objek dakwah bukan perilaku

syari’at (eksoteris)nya semata yang diutamakan. Sebab jika modal eksoteris yang

menjadi bidikan utama dan pertama maka akan sangat keras benturannya, mengingat

umat yang didatangi di nusantara ini telah mapan dalam beragama dengan tatanan

ritualnya.3

Variasi teori-teori masuknya Islam ke nusantara yang juga sampai ke

kalimatan Barat seperti dipaparkan di atas, memnacing penulis untuk menambah

terkaan bahwa terdapat varian corak pemikiran Keislaman di Kalimantan Barat. Di

samping itu terdapat fakta bahwa memang telah ada varian corak pemikiran

keislaman di Kalimantan barat. Fakta yang peneliti maksud adalah seperti telah

adanya karya-karya tertulis pemikiran sufistik, fiqh, dan lain. Namun tentu untuk

mengngkap fakta lebih dalam dan lebih luas tentang corak pemikiran tersebut, hemat

peneliti tidak cukup hanya dengan indicator karya-karya tertulis. Tetapi diperlukan

penelitian terhadap para tokoh muslim di mana pengetahuan mereka belum atau tidak

tertulis dalam karya ilmiah. Srvey permulaan yang peneliti lakukan ditemukan

                                                            3Dalam banyak teori kedatangan Islam ke nusantara, Azyumardi Azra menampilkan teori sufi

sebagai teori yang lebih masuk akal dalam melihat perkembanga Islam nuantara. Sambil mengutip A.H. Johns, Azara mengemukakan tentang kemampuan para sufi yang atraktif dalam menyebarkan Islam yaitu di antaranya dengan metode penekanan kesesuaian Islam dengan agama yang telah ada sebelumnya ketimbang perubahan dalam kepercayaan dan peraktek keagamaan lokal. Azyumardi Azra, Jeringan Ualama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, cet. IV, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 34-36.

 4 

pelaku-palaku majlis-majlis keagamaan yang terkait dengan corak pemikiran.

Misalnya ditemukan kelompok-kelompok kajian tauhid, majlis-majlis thariqat, dan

bantuk-bentuk kajian yang lain.

Kemudian Geliat wacana ‘Islam Nusantara’ yang saat ini didengungkan

semakin menumbuhkan semangat peneliti untuk meneliti bentuk atau corak

pemikiran ulama dan tokoh agama Islam yang bermunculan tadi. Megapa? Karena

geliat wacana pemikiran “Islam Nusantara” ini dimunculkan secara massif dan

structural oleh Nahdhatul Ulama, terutama pasca muktamahnya di Jombang tahun

2015. Sedangkan di Kalimantan Barat tokoh-tokoh muslim kebanyakan dari kalangan

nahdhiyyin. Terbukti misalnya di Kalimantan Barat banyak terdapat pesantren, yang

notabeni pengasuh atau ulamanya adalah kalangan Nahdhiyyin.

B. Perumusan Masalah Penelitan ini dipandu oleh pertanyaan penelitian secara umum yaitu “Bagaman

corak pemikiran Islam Borneo”. Membatasi ruang lingkup penelitian, peneliti

mengemukakan batasan wilayah penelitian dan waktu diprilauinya pemikiran

tersebut. Pembatasan ini penulis cantumkan sebagai subtitle judul yaitu (Studi

Pemikiran Tokoh Muslim Kalimantan Barat Tahun 1990-2017). Untuk lebih

memnadu peneliti kepada konkritnya pembatasan dan untuk penajaman kerja

penelitian, maka peneliti rumuskan sub-sub masalah seperti berikut:

1. Corak pemikiran apa saja yang difahami dan dianut oleh tokoh muslim di

Kalimantan Barat.

2. Seperti apa sanad corak pemikiran keislaman tokoh muslim Kalimantan

Barat

3. Dalam bentuk apa saja pewarisan corak pemikiran keislaman tokoh muslim

Kalimantan barat.

4. Apa saja gerakan atau majelis yang digunakan oleh tokoh muslim

Kalimantan Barat untuk mengamalkan corak pemikiran yang dianut.

Page 10: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 5 

C. Tujuan Penelitian Ada dua tujuan yang hendak capai dari penelitian ini, tujuan secara umum dan

secara khusus. Tujuan secara umum ialah untuk:

1. Mepaparkan corak-corak pemikiran yang berkembang dalam kepahaman dan

dianut oleh tokoh muslim di Kalimantan Barat. Tujuan ini dapat digunakan

untuk menggambarkan corak pemikiran keislaman masyarakat Kalimantan

barat.

2. Mengungkap sanat atau asal-usul pemikiran keislam tokoh Muslim di

Kalimantan Barat. Tujuan ini dapat peneliti gunakan untuk menemukan

sumber pemikiran tokoh muslim Kalimantan Barat.

3. Mengungkap cara pewarisan corak pemikiran yang sedang dipahami dan

dianut oleh tokoh muslim Kalimantann Barat, baik pewarisan dari sebelum

tokoh yang diteliti maupun pewarisan dari tokoh yang sedang diteliti kepada

generasi sesudahnya.

4. Menggambarkan kerakan atau majelis apa yang digunakan sebagai

pengamalan pemikiran oleh tokoh muslim Kalimantan barat

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus, ialah untuk:

1. Menemukan corak pemikiran keislaman yang dominan di Kalimantan barat

2. Menemukan relevansi dengan Visi IAIN Pontianak yang menjadi wadah

kajian keislaman dan budaya borneo.

D. Signifikasi penelitian Secara ilmiah corak pemikiran islam di Kalimatan Barat belum terpetakan.

Terutama corak dominan yang dipahami dan dianut oleh kaum muslimin di

Kalimantan Barat. Walaupun secara fakta bisa diperkiran dari kajian-kajian yang

tampak ke permukaan. Dari segi kebutuhan pemetaan corak pemikiran ini, di sinilah

letak signifikansinya penelitian ini. Penelitian ini sangat diperlukan untuk sebuah

ikhtiar pengembangan dan penajaman pemikirian. Dengan dapat dipetakannya corak

pemikiran keislaman di Kalimantan Barat melalui penggalian terhadap tokoh-

Page 11: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 5 

C. Tujuan Penelitian Ada dua tujuan yang hendak capai dari penelitian ini, tujuan secara umum dan

secara khusus. Tujuan secara umum ialah untuk:

1. Mepaparkan corak-corak pemikiran yang berkembang dalam kepahaman dan

dianut oleh tokoh muslim di Kalimantan Barat. Tujuan ini dapat digunakan

untuk menggambarkan corak pemikiran keislaman masyarakat Kalimantan

barat.

2. Mengungkap sanat atau asal-usul pemikiran keislam tokoh Muslim di

Kalimantan Barat. Tujuan ini dapat peneliti gunakan untuk menemukan

sumber pemikiran tokoh muslim Kalimantan Barat.

3. Mengungkap cara pewarisan corak pemikiran yang sedang dipahami dan

dianut oleh tokoh muslim Kalimantann Barat, baik pewarisan dari sebelum

tokoh yang diteliti maupun pewarisan dari tokoh yang sedang diteliti kepada

generasi sesudahnya.

4. Menggambarkan kerakan atau majelis apa yang digunakan sebagai

pengamalan pemikiran oleh tokoh muslim Kalimantan barat

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus, ialah untuk:

1. Menemukan corak pemikiran keislaman yang dominan di Kalimantan barat

2. Menemukan relevansi dengan Visi IAIN Pontianak yang menjadi wadah

kajian keislaman dan budaya borneo.

D. Signifikasi penelitian Secara ilmiah corak pemikiran islam di Kalimatan Barat belum terpetakan.

Terutama corak dominan yang dipahami dan dianut oleh kaum muslimin di

Kalimantan Barat. Walaupun secara fakta bisa diperkiran dari kajian-kajian yang

tampak ke permukaan. Dari segi kebutuhan pemetaan corak pemikiran ini, di sinilah

letak signifikansinya penelitian ini. Penelitian ini sangat diperlukan untuk sebuah

ikhtiar pengembangan dan penajaman pemikirian. Dengan dapat dipetakannya corak

pemikiran keislaman di Kalimantan Barat melalui penggalian terhadap tokoh-

 6 

tokohnya, maka akan dapat meminimalisir hambatan dakwah. Sebab dengan

pemetaan tersebut para pengampu dakwah atau bahkan dunia kampus dapat lebih

menfokuskan kajiannya. Lebih dari itu pera pengamou tersebut dan memoersiapkan

hal-hal terkait dengan kondisi obyek dakwah.

Seignifikasi berikutnya, terutama untuk IAIN Pontianak, penelitian ini akan

dapat menjadi rekomendasi untuk menfokuskan warna atau corak pemikiran

keislamanapa yang harus menjadi warna atau yang harus dikembangkan sebagai

suatau ciri pemikrian khas di IAIN Pontianak.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini penulis gunakan untuk menentukan dan

membatasi: obyek yang akan digali dari subyekk penelitian; wilayah penelitan; dan

waktu kapan tokoh pemikiran Islam Kalimantan Barat hidup. Dari segi obyek yang

akan di gali yaitu tentang corak pemikiran, penelitian ini akan menggambarkan

seputar jenis-jenis corak pemikiran seperti fiqh dan sufistik. Juga seputar sanad yaitu

dari mana, aliran atau madzhab apa. Demikian pula tentang kepada siapa dan melalui

apa corak pemikiran yang dimaksu diterapkan dalam rangka pewarisan.

Dari segi wilayah penelitian, peneliti menggunakan kriterium Kerajaan Islam

dan pusat pendidikan Islam. Daerah dengan basis Kerajaan Islam penulis gunakan

untuk melacak tokoh-tokoh muslim di kalimanatn Barat. Daerah-daerah berbasis

kerajaan yang akan menjadi wilayah penelitian ini adalah Kota Pontianak, Kabupaten

Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Sambas.

Pelacakan tokoh berbasis pusat pendidikan adalah Pesantren Darul Ulum dan

Raudhatul Ulum 1 Meranti (Kab. Kubu Raya), Pesantren Assalam dan IAIN Pontiank

(Kota Pontianak), Pesantren Babus Salam Peniraman dan Darussalam Sengkubang

(Kabupaten Mempawah), Pesantren Ushuluddin (Singkawang),

Kemudian ruanglingkup waktu adanya atau terjadinya pemikiran mengiringi

masa hidup tokoh memikiran Islam di Kalimantan barat, yaitu tahun 1990 s.d. 2017.

Page 12: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 7 

F. Kontribusi Penelitian 1. Untuk menambah literature ilmiah terutama tentang borneo khususnya

Kalimantan barat

2. Untuk sebagai bahan rujukan peneliti dimasa akan datang.

Page 13: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 7 

F. Kontribusi Penelitian 1. Untuk menambah literature ilmiah terutama tentang borneo khususnya

Kalimantan barat

2. Untuk sebagai bahan rujukan peneliti dimasa akan datang.

8  

BAB II REFORMASI CORAK PEMIKIRAN ISLAM

Teori tentang kajian Reformasi Pemikiran Islam dalam penelian ini yang akan

dijadikan patokan untuk menganalisis data penelitan. Penulis kemukakan tentang

corak pemikiran klasik, pertengahan dan modern.

A. Corak Pemikiran Klasik Periodisasi pemikiran islam – Periode klasik1 dapat dibagi ke dalam dua

fase, yaitu fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000); dan fase

disintegrasi (1000-1250). Fase pertama (650-1000) yaitu zaman dimana wilayah

Islam mulai meluas melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat dan di Persia

sampai ke India di Timur. Wilayah itu berada dalam teritorial khalifah yang

pada mulanya berkedudukan di Madinah dan kemudian di Damsyik dan

terakhir di Baghdad. Di masa inilah berkembang dengan pesat ilmu pengetahuan

dan peradaban Islam. Ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang coraknya

bermacam-macam seperti fiqh, filsafat, sufisme dan termasuk teologi.2

Dari periode ini ulama–ulama fiqh yang mucul seperti Imam Malik, Imam

Abu Hanifah, Imam Syafii. Sementara dalam bidang teologi ulama-ulama yang

lahir adalah Imam Al-Asy’ari, Imam Al-Maturidi, Washil Bin Atho’ Abu Huzail,

Al-Nizam dan Al-Jubai. Fase kedua (1000-1250) adalah persatuan dan kesatuan

umat Islam mulai mengalami kemunduran. Konflik politik seringkali melanda

sehingga hancurnya imperium Islam yang menyebabkan Baghdad berhasil

dikuasasi oleh Hulaghu Khan di tahun 1258.3

Terjadinya gelombang ekspansi pertama, semenanjung Arab, Palestina,

Suria, Irak, Persia dan Mesir sudah masuk dalam wilayah kekuasaan Islam. Pada                                                             

1Tulisan periodesasi pemikiran Islam yang didalamnya ditemukan corak pemikiran Islam ini, sebagian atau keseluruhan dikutip dari http://www.rangkumanmakalah.com/ pada kamis 08 Januari 2018.

2Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran dalam Islam, cet. I, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 36.

3Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 36.

Page 14: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 9 

661 M, Mu’awiyah membangun dinasti Bani Umayah dan dimulailah gelombang

ekspansi yang kedua. Perluasan kekuasaan yang sudah dimulai sejak zaman Umar

dilanjutkan kembali setelah beberapa lama banyak mengurusi masalah internal.

Namun konflik internal kembali terjadi di lingkungan dinasti yang menyebabkan

kekuasaan Bani Umayah hanya berlangsung selama kurang lebih 90 tahun (661 M

– 750 M) dan kemudian diambil alih oleh Bani ‘Abbasiyah. Bani Abbasiyah (750

M – 1258 M) diwarisi kekuasaan yang cukup luas, meliputi Spanyol, Afrika Utara,

Suriah, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan

dan sebagian wilayah Asia Tengah. Di beberapa wilayah kekuasaan itu merupakan

pusat kebudayaan besar seperti Yunani, Suryani, Persia dan India. Karenanya

beberapa khalifah pada masa Bani Abbasiyah lebih memusatkan pada

pengembangan pengetahuan.4

Semangat agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, terekspresi pada

masa kekuasaan Bani ‘Abbasiyah, khususnya pada waktu khalifah al-Ma’mun

(berkuasa sejak 813-833 M). Penerjemahan buku-buku non-Arab ke dalam bahasa

Arab terjadi secara besar-besaran dari awal abad kedua hingga akhir abad keempat

hijriyah. Perpustakaan besar Bait al-Hikmah didirikan oleh khalifah al-Ma’mun

(813-833) di Baghdad yang kemudian menjadi pusat penerjemahan dan

intelektual.5

Buku-buku yang diterjemahkan terdiri dari berbagai bahasa, mulai dari bahasa

Yunani, Suryani, Persia, Ibrani, India, Qibti, Nibti dan Latin. Keberagaman

sumber pengetahuan dan kebudayaan inilah yang kemudian membentuk corak

filsafat Islam selanjutnya, khususnya karya-karya klasik Yunani seperti Plato dan

Aristoteles.6

Menurut Fazlur Rahman, yang disebut filsafat Islam dalam hubungannya dengan

filsafat Yunani harus dilihat dalam konteks hubungan “bentuk-materi.” Jadi

                                                            4Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 38. 5Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 38. 6Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 38.

Page 15: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 9 

661 M, Mu’awiyah membangun dinasti Bani Umayah dan dimulailah gelombang

ekspansi yang kedua. Perluasan kekuasaan yang sudah dimulai sejak zaman Umar

dilanjutkan kembali setelah beberapa lama banyak mengurusi masalah internal.

Namun konflik internal kembali terjadi di lingkungan dinasti yang menyebabkan

kekuasaan Bani Umayah hanya berlangsung selama kurang lebih 90 tahun (661 M

– 750 M) dan kemudian diambil alih oleh Bani ‘Abbasiyah. Bani Abbasiyah (750

M – 1258 M) diwarisi kekuasaan yang cukup luas, meliputi Spanyol, Afrika Utara,

Suriah, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan

dan sebagian wilayah Asia Tengah. Di beberapa wilayah kekuasaan itu merupakan

pusat kebudayaan besar seperti Yunani, Suryani, Persia dan India. Karenanya

beberapa khalifah pada masa Bani Abbasiyah lebih memusatkan pada

pengembangan pengetahuan.4

Semangat agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, terekspresi pada

masa kekuasaan Bani ‘Abbasiyah, khususnya pada waktu khalifah al-Ma’mun

(berkuasa sejak 813-833 M). Penerjemahan buku-buku non-Arab ke dalam bahasa

Arab terjadi secara besar-besaran dari awal abad kedua hingga akhir abad keempat

hijriyah. Perpustakaan besar Bait al-Hikmah didirikan oleh khalifah al-Ma’mun

(813-833) di Baghdad yang kemudian menjadi pusat penerjemahan dan

intelektual.5

Buku-buku yang diterjemahkan terdiri dari berbagai bahasa, mulai dari bahasa

Yunani, Suryani, Persia, Ibrani, India, Qibti, Nibti dan Latin. Keberagaman

sumber pengetahuan dan kebudayaan inilah yang kemudian membentuk corak

filsafat Islam selanjutnya, khususnya karya-karya klasik Yunani seperti Plato dan

Aristoteles.6

Menurut Fazlur Rahman, yang disebut filsafat Islam dalam hubungannya dengan

filsafat Yunani harus dilihat dalam konteks hubungan “bentuk-materi.” Jadi

                                                            4Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 38. 5Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 38. 6Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 38.

 10 

filsafat Islam sebenarnya adalah filsafat Yunani secara material namun diaktualkan

dalam bentuk sistem yang bermerk Islam. Sehingga dengan demikian tidaklah

mungkin untuk mengatakan bahwa filsafat Islam hanya merupakan carbon copy

dari filsafat Yunani atau Helenisme. Elaborasi karya klasik dengan dialektika

dogma dan stigma masyarakat, melahirkan karya mutakhir pada zamannya yang

bercorak Islam.7

Pada prinsipnya, motivasi pengembangan sains dan filsafat dalam pemikiran

keislaman, yaitu pertama motivasi kultural (ba’its tsaqafi) yakni adanya kebutuhan

untuk berdebat dengan orang-orang dari agama lain dan membujuk mereka untuk

memeluk Islam, dan kedua karena alasan praktis dalam memperbaiki pola

kehidupan. Ketika terjadi gelombang kebudayaan luar dalam dunia Islam yang

meliputi aqidah kaum Majusi (penyembah api) dan kaum Dahriah, kekhalifahan

‘Abbasiyah menganggap perlu bagi kaum muslim untuk mempelajari ilmu-ilmu

logika serta sistem berpikir rasionalis lainnya untuk menangkal aqidah yang

datang dari luar itu.8

Gairah penggalian terhadap ilmu pengetahuan telah mendorong para ilmuan

Islam untuk dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru seperti; di bidang

kedokteran (Muhammad Ibn Zakariyyah Ar-Razi: Kitab Al-Judari wal Hashbah:

buku tentang cacar dan campak. Abu Ali Al-Husain Ubn Zina: Al-Qahun Fi-ith-

Thiha : Pedoman ilmu Kedokteran), Farmasi (Abdullah bin Ahmad Ibn Baytar:

Jami’ Fi adwiyat al-Mufradah: Bahn lengkap tentang ramuan obat sederhana)

Astronomi ( Abu Rasyihan al-Biruni: Maqolid Ilm Al- Hay’ah : Kunci ilmu

bintang-bintang) Pertanian (Abi Zakariyya Ibn Awwam: Kitab Al Filahah : Biku

Ilmu pertanian) Ilmu Hewan (Syaraf Az-Zaman Al Mawazi: Thabay Al Hayawan :

                                                            7Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 76. 8Fazlur Rahman, Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Traditional, terj.

Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 77.

Page 16: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 11 

Ilmu tentang tabiat binatang. Lahirnya cendekiawan dan ilmuan muslim

mencitrakan Islam menjadi referensi peradaban pada masanya.9

B. Corak Pemikiran Islam Abad Pertengahan Pada periode pertengahan juga di bagi dua.10 Periode pertengahan I (1250-

1500) adalah fase kemunduran. Pada fase ini ‘benih’ perpecahan dan disintegrasi

antara umat Islam mengalami eskalasi. Konflik antara Sunni dan Syai’ah semakin

menajam. Di sisi lain secara geografis dunia Islam mengalami perpecahan menjadi

nation-state kecil akibat kuatnya disintegrasi. Secara umum teritori Islam terbagi

dua yaitu bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Suria, Iraq, Palestina, Mesir dan

Afrika Utara dengan Mesir sebagai pusatnya. Kedua yaitu bagian Persia yang

terdiri dari atas Balkan, Asia Kecil, Persia dan Asia Tengah dengan Iran sebagai

pusat.11

Fase II adalah Fase tiga kerajaan besar (1500-1800) yang dimulai dengan

zaman kemajuan (1500-1700) dan zaman kemunduran (1700-1800). Tiga kerajaan

besar itu adalah kerajaan Turki Utsmani (Ottoman Empire) yang berpusat di Turki,

kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Di masa kemajuan ini

masing-masing kerajaan mempunyai keunggulan masing-masing khususnya di

bidang literatur dan seni arsitektur. Namun, bila dibandingkan dengan kemajuan di

era klasik, kemajuan di era ini sungguh jauh. Karena pada era pertengahan ini

perhatian umat Islam terhadap ilmu pengetahuan masih merosot tajam atau masih

sangat rendah.12

Periode ini biasanya dikenal dengan zaman kebekuan atau kejumudan. Kata

jumud mengandung arti keadaan membeku, statis, tiada perubahan. Keadaan

seperti ini melanda umat Islam sejak akhir abad 13 hingga memasuki abad 18 M.

                                                            9Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2002), hlm. 43. 10Tulisan periodesasi pemikiran Islam yang didalamnya ditemukan corak pemikiran Islam ini,

sebagian atau keseluruhan dikutip dari http://www.rangkumanmakalah.com/ 11Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 43. 12Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 44.

Page 17: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 11 

Ilmu tentang tabiat binatang. Lahirnya cendekiawan dan ilmuan muslim

mencitrakan Islam menjadi referensi peradaban pada masanya.9

B. Corak Pemikiran Islam Abad Pertengahan Pada periode pertengahan juga di bagi dua.10 Periode pertengahan I (1250-

1500) adalah fase kemunduran. Pada fase ini ‘benih’ perpecahan dan disintegrasi

antara umat Islam mengalami eskalasi. Konflik antara Sunni dan Syai’ah semakin

menajam. Di sisi lain secara geografis dunia Islam mengalami perpecahan menjadi

nation-state kecil akibat kuatnya disintegrasi. Secara umum teritori Islam terbagi

dua yaitu bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Suria, Iraq, Palestina, Mesir dan

Afrika Utara dengan Mesir sebagai pusatnya. Kedua yaitu bagian Persia yang

terdiri dari atas Balkan, Asia Kecil, Persia dan Asia Tengah dengan Iran sebagai

pusat.11

Fase II adalah Fase tiga kerajaan besar (1500-1800) yang dimulai dengan

zaman kemajuan (1500-1700) dan zaman kemunduran (1700-1800). Tiga kerajaan

besar itu adalah kerajaan Turki Utsmani (Ottoman Empire) yang berpusat di Turki,

kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Di masa kemajuan ini

masing-masing kerajaan mempunyai keunggulan masing-masing khususnya di

bidang literatur dan seni arsitektur. Namun, bila dibandingkan dengan kemajuan di

era klasik, kemajuan di era ini sungguh jauh. Karena pada era pertengahan ini

perhatian umat Islam terhadap ilmu pengetahuan masih merosot tajam atau masih

sangat rendah.12

Periode ini biasanya dikenal dengan zaman kebekuan atau kejumudan. Kata

jumud mengandung arti keadaan membeku, statis, tiada perubahan. Keadaan

seperti ini melanda umat Islam sejak akhir abad 13 hingga memasuki abad 18 M.

                                                            9Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2002), hlm. 43. 10Tulisan periodesasi pemikiran Islam yang didalamnya ditemukan corak pemikiran Islam ini,

sebagian atau keseluruhan dikutip dari http://www.rangkumanmakalah.com/ 11Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 43. 12Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 44.

 12 

Pemikiran rasional yang dulu mendapat tempat yang proporsional digantikan

dengan pemikiran tradisional. Adanya pengingkaran terhadap potensi manusia.

Kemandekan dan kejumudan pemikiran keagamaan terjadi, banyak

mempersepsikan, sebagai akibat polemik akademik antara ulama rasionalis dan

ulama tradisionalis, yang tampaknya ‘dimenangkan’ oleh ulama tradisionalis.

Banyak referensi mencatat bahwa hal demikian terjadi setelah Al-Ghazali (1058-

1111 M) mengugat dan mempertanyakan kaum filosof dalam bukunya Tahafut al-

Falasifa (Kerancuan atas Para Filosof).13

Ibnu Rusyd membidas balik kritik Al-Ghazali, dan mencoba mensucikan

filsafat. Beliau diakui sebagai murid Aristoteles termurni di antara para filosof

muslim. Kontribusi utamanya Ibnu Rusyd terhadap filsafat Islam adalah, pertama,

tesisnya tentang ragam jalur untuk mencapai kebenaran yang sama. Semua jalur

yang dipakai sama-sama bisa diterima, dan didasarkan pada teori makna (the

theory of meaning) yang sangat rasional dan kaya pemikiran. Kedua, Ibnu Rusyd

berusaha memadukan antara filsafat dan agama setelah Al-Kindi , filosof pertama

yang memadukan keduanya. Bahkan dia berpendapat bahwa agama Islam secara

inherent adalah agama yang filosofis karena agama mewajibkan kita berfilsafat.

Kedua filosof muslim di atas berserta filosof lainnya membalikkan pandangan Al-

Ghazali yang mengatakan bahwa agama dan filsafat bertentangan.14

Pemikiran Islam kritis dan rasional pasca-Ibnu Rusyd terasa mati karena

memang pintu ijtihad dan rasionalisme tidak berkembang sejak abad pertengahan,

dikunci oleh arus deras pemikiran konservatif para ulama. Ketika itu, banyak

pemikiran filsafat yang diharamkan atau bahkan sang pemikirnya dijatuhi

hukuman mati dan fatwa kafir (takfir) karena dianggap filsafat adalah produk

bid’ah yang datang bukan dari Islam.15

                                                            13Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 76. 14H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Pergerakan Pembaharuan dalam

Dunia Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 17. 15H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran…, hlm. 18.

Page 18: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 13 

Hasan Hanafi menyatakan, sebagaimana yang dikutip A. Khudori Soleh,

bahwa penyebab kejumudan dan kebekuan pemikiran keagamaan adalah (1)

Eksklusifisme. Karena adanya pentokohan, bahkan pensakralan individu, sikap

tradisionalistik menggiring terbentuknya sikap-sikap eksklusif yang hanya

menghargai dan mengakui kebenaran kelompoknya sendiri dan menolak

keberadaan fihak lain. (2) Subjektifisme. Sebagai akibat lanjut dari eksklusifisme,

orang-orang kelompok ini menjadi kehilangan sikap objektifitas dalam menilai

sebuah persoalan. Benar dan salah tidak lagi didasarkan atas persoalannya

melainkan lebih pada asalnya, dari dan oleh kelompok mana atau tokoh siapa. (3)

Determinisme. Sebagai akibat lebih lanjut dari dua konsekuensi diatas, dimana

masyarakat telah tersubordinasi dan terkurung dalam satu warna, mereka menjadi

terbiasa menerima “sabda” sang panutan dan menganggapnya sebagai sebuah

keniscayaan tanpa ada keinginan untuk merubah apalagi menolak.16

C. Corak Pemikiran Islam Modern Corak pemikiran Islam di dunia pada masa modern ini setidaknya dapat

dilihat dalam tiga bentuk yaitu Corak Pemikiran Islam Dalam Bidang Teologi,

Filsafat,dan Politik.

1. Corak Modernisasi Pemikiran Islam dalam Aspek Teologis Pemikiran teologi Abduh mempunyai dimensi yang sangat luas apalagi

jika dikaji sampai detail-detail masalah dan dibahas dan argumen-argumen

yang diajukan. Pemikiran Abduh sudah banyak yang ditulis ada yang sifanya

pengenalan, pembahasan secara sederhana dan ada pula yang cukup

mendalam. Istilah yang digunakan oleh Abduh dalam teoliginya adalah ilmu

tauhid yang menurutnya adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud

Allah, sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang jaiz dan yang muhal.

Disamping itu juga membahas para Rasul Allah, bagaimana meyakinkan

                                                            16A Khudori Soleh, Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003), hlm.

Page 19: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 13 

Hasan Hanafi menyatakan, sebagaimana yang dikutip A. Khudori Soleh,

bahwa penyebab kejumudan dan kebekuan pemikiran keagamaan adalah (1)

Eksklusifisme. Karena adanya pentokohan, bahkan pensakralan individu, sikap

tradisionalistik menggiring terbentuknya sikap-sikap eksklusif yang hanya

menghargai dan mengakui kebenaran kelompoknya sendiri dan menolak

keberadaan fihak lain. (2) Subjektifisme. Sebagai akibat lanjut dari eksklusifisme,

orang-orang kelompok ini menjadi kehilangan sikap objektifitas dalam menilai

sebuah persoalan. Benar dan salah tidak lagi didasarkan atas persoalannya

melainkan lebih pada asalnya, dari dan oleh kelompok mana atau tokoh siapa. (3)

Determinisme. Sebagai akibat lebih lanjut dari dua konsekuensi diatas, dimana

masyarakat telah tersubordinasi dan terkurung dalam satu warna, mereka menjadi

terbiasa menerima “sabda” sang panutan dan menganggapnya sebagai sebuah

keniscayaan tanpa ada keinginan untuk merubah apalagi menolak.16

C. Corak Pemikiran Islam Modern Corak pemikiran Islam di dunia pada masa modern ini setidaknya dapat

dilihat dalam tiga bentuk yaitu Corak Pemikiran Islam Dalam Bidang Teologi,

Filsafat,dan Politik.

1. Corak Modernisasi Pemikiran Islam dalam Aspek Teologis Pemikiran teologi Abduh mempunyai dimensi yang sangat luas apalagi

jika dikaji sampai detail-detail masalah dan dibahas dan argumen-argumen

yang diajukan. Pemikiran Abduh sudah banyak yang ditulis ada yang sifanya

pengenalan, pembahasan secara sederhana dan ada pula yang cukup

mendalam. Istilah yang digunakan oleh Abduh dalam teoliginya adalah ilmu

tauhid yang menurutnya adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud

Allah, sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang jaiz dan yang muhal.

Disamping itu juga membahas para Rasul Allah, bagaimana meyakinkan

                                                            16A Khudori Soleh, Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003), hlm.

 14 

kerasulan, meyakinkan apa yang wajib bagi mereka apa yang boleh dan apa

yang terlarang menghubungkannya.

Ilmu kalam ini belum ada pada zaman Rasulullah dan baru muncul pada

periode setelah itu, yaitu sesudah kaum muslimin bersentuhan dengan budaya

dan pemikiran yang datang dari luar. Sebagimana dimaklumi, pemikiran

keagamaan semasa Rasul hidup masih sangat secderhana dan jelas belulm

berkembang. Untuk perekembangan selanjutnya digambarkan oleh Abduh

sebgai berikut: “Selanjutnya sebagian orang yang turut membaiat ‘Ali

(Khalifah keempat) menghianati janji-janji mereka. Karena itulah timbul

huru-hara perang saudara dikalangan kaum muslimin (perang Jamal dan

Shifin), sampai kemudian pemerintah kemudian dipegang oleh Bani

Umayyah. Tetapi pembinaan masyarakat Islam telah hancur berantakan dan

tali kesatuan yang mengikat mereka telah putus. Dalam pada itu timbul gejala

lain yaitu membuat riwayat palsu dan takwil yang macam-macam. Tiap-tiap

golongan sudah menjadi sedemikian fanatiknya yang akhirnya memecah belah

tubuh umat Islam ke dalam kelompok Syi’ah, Khawarij dan Mutadilin

(moderat).”

Kemunculan masalah teologis diangkat pertama kali oleh kaum khawarij.

Semula persoalan teologis ini dimaksudkan sebagai justifikasi terhadap sikap

dan gerakan oposisi mereka. Namun dalam perkembangnnya kemudian justru

masalah-masalah yang dibicarakan kaum khawarij ini mengkristal menjadi

problema pemikiran keagaman.17

Pada perkembangan berikutnya situasi bertambah kompleks setelah

banyak para pengikut agama lain membawa aqidah dan kepercayaan mereka

sebelumnya. Mereka ingin sekali mempertemukan ajaran Islam dengna ajaran

dan praktek-praktek yang biasa mereka lakukan. Muncullah kemudian

problem filosofis tentang perbuatan manusia, apakah ia sebenarnya makhluk

                                                            17Ahmad Amir Aziz, Pembaharuan Teologi (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 28.

Page 20: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 15 

bebas atau terikat. Persoalan ini melhirkan kelompok Qodariyah dan Jabariyah

dalam aliran teologi Islam.

Masih dalam kaitan masalah yang dipersengketakan oleh dua kelompok

diatas, muncullah golongan Mu’tazilah yang dipelopori oleh Washil bin Atha.

Mu’tazilah ini menurut Abduh merupakan aliran yang terlalu

mencampuradukkan agama dengan pengetahuan luar, sehingga dalam sisi

tertentu mereka telah keluar dari kelompok salaf. Jadi kritik Aabduh kiranya

tertuju pada pemikiran keagamaan Mu’tazilah yang terlalu berkembang

bebas.18

Pokok yang mendasari pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh

sangat berkaitan dengan corak teologi yang dianutnya. Para penulis terdahulu

berbeda pendapat dala menlai corak teologi mana yang dianut oleh

Muhammad Abduh. Penilitian terakhir yang dilakukan oleh Harun Nasution,

menunjukkan bahwa teologi Muhammad Abduh bercorak rasional, dekat

dengan teologi Mu’tazilah yang mempercayai hukum alam. Kecenderungan

Muhammad Abduh kepada teologi Mu’tazilah dapat dilihat dalam buku

karangannya yang berjudul Hasyiah ‘Ala Syarh al-Aqaid al-Dawani li al-

Adudiyah yang diterbitkan oleh Al- Matba’ah al-Khairiyah di Kairo tahun

1905.

Dengan teologi rasional itulah ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh

mempunyai ruang gerak yang lebih luas, dibawah sikap rasional dan paham

kebebasan manusia ide pembaharuannya bercorak dinamis, dan mempunyai

arti penting bagi kemajuan umat Islam pada zaman modern. Dengan kata lain,

gagasan utama pembaharuannya berangkat dari asumsi dasar bahwa semangat

rasional harus mewarnahi sikap fikir mayarakat dalam memahami ajaran

                                                            18Ahmad Amir Aziz, Pembaharuan…, hlm. 30.

Page 21: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 15 

bebas atau terikat. Persoalan ini melhirkan kelompok Qodariyah dan Jabariyah

dalam aliran teologi Islam.

Masih dalam kaitan masalah yang dipersengketakan oleh dua kelompok

diatas, muncullah golongan Mu’tazilah yang dipelopori oleh Washil bin Atha.

Mu’tazilah ini menurut Abduh merupakan aliran yang terlalu

mencampuradukkan agama dengan pengetahuan luar, sehingga dalam sisi

tertentu mereka telah keluar dari kelompok salaf. Jadi kritik Aabduh kiranya

tertuju pada pemikiran keagamaan Mu’tazilah yang terlalu berkembang

bebas.18

Pokok yang mendasari pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh

sangat berkaitan dengan corak teologi yang dianutnya. Para penulis terdahulu

berbeda pendapat dala menlai corak teologi mana yang dianut oleh

Muhammad Abduh. Penilitian terakhir yang dilakukan oleh Harun Nasution,

menunjukkan bahwa teologi Muhammad Abduh bercorak rasional, dekat

dengan teologi Mu’tazilah yang mempercayai hukum alam. Kecenderungan

Muhammad Abduh kepada teologi Mu’tazilah dapat dilihat dalam buku

karangannya yang berjudul Hasyiah ‘Ala Syarh al-Aqaid al-Dawani li al-

Adudiyah yang diterbitkan oleh Al- Matba’ah al-Khairiyah di Kairo tahun

1905.

Dengan teologi rasional itulah ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh

mempunyai ruang gerak yang lebih luas, dibawah sikap rasional dan paham

kebebasan manusia ide pembaharuannya bercorak dinamis, dan mempunyai

arti penting bagi kemajuan umat Islam pada zaman modern. Dengan kata lain,

gagasan utama pembaharuannya berangkat dari asumsi dasar bahwa semangat

rasional harus mewarnahi sikap fikir mayarakat dalam memahami ajaran

                                                            18Ahmad Amir Aziz, Pembaharuan…, hlm. 30.

 16 

Islam. Jika semangat ini ditumbuhkan, kecenderngan taklid dan menutup

pintu ijtihad dapat dikikis.19

2. Corak Modernisasi Pemikiran Islam dalam Aspek Filsafat Islam adalah pewaris warisan Filosofikal dari dunia Mediteranian dan

anak benua India. Ia mengalih bentuk warisan ini dalam pandangan dunia

Islam dan sesuai dengan semangat dan simbol tertulis Al-Qur’an, dan

melahirkan serangkaian besar madzhab-madzhab intelektual dan filosofikal.

Tradisi ini melahirkan intelektual-intelektual besar semisal, al-Farabi, Ibn

Sina, Ibn Rusyd, al-Ghazali dan sebagainya yang beberapa diantaranya

dikenal di barat dan beberapa yang lain baru sekarang dikenal di luar dunia

Islam.

Sewaktu dunia Islam untuk pertama kalinya bertemu barat pada abad ke-

19 M di negeri-negrei seperti Mesir, Persia, Turki dan anak benua India,

tradisi intelektual yang ada di setiap kawasan menampakkan reaksi sesuai

dengan kondisi-kondisi lokal tetapi dalam konteks umum tradisi intelektual

universal Islam. Pengaruh filsafat barat disetiap kawasan dunia Islam

bergantung pada bentuk kolonialisme yang kebetulan mondominasi di suatu

kawasan tertentu. Kalangan modernis di anak benua India misalnya

terdominasi oleh filsafat inggris periode Victorian. Sebaliknya kelompok-

kelompok modernis di Iran yang menaruh minat pada bahasa dan kebudayaan

Perancis untuk dapat melepaskan pengaruh-pengaruh Inggris dan Rusia dari

Utara dan Selatan tergila-gila pada Descartes dan selanjutnya filsafat

Cartesian dan juga pada positivism comtian abad ke-19.20

Kekecewaan dengan peradaban Barat modern, ketidaktentuan masa

depan, serta keperluan kembali ke inti agama telah menyebabkan banyak

orang terutama kalangan akademis memeriksa ulang Sufisme lalu menyulut                                                             

19Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 102-103.

20Seyyed Hossen Nasr, Islam Tradisi: Di Tengah Kancah Dunia Moderen (T.tp.:, t.p.,t.t.), hlm. 186-187.

Page 22: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 17 

minat kepada pengajarannya. Akhirnya kekuatan-kekuatan yang sama telah

membimbing banyak orang kepada penemuan kembali filsafat islam sendiri

dan pada gilirannya kebangkitan kembali filsafat itu, terutama di wilayah Iran.

Kebangkitan-kebangkitan kembali pemikiran Islam dalam bermacam-macam

gaya pun teramati disebagian besar di negeri Muslim antara lain: Dunia Arab,

Arab bagian Timur yaitu Mesir dan Syiria adalah dua pusat terbesar aktifitas

cultural dan filosofikal pada abad ke 20. Banyak tokoh-tokoh yang masyhur

sebelum dan sesudah perang dunia ke-2, semisal Abu Halim Mahmud,

Ustman Amin, Ibrahim Madkour, dll. Hampir semua tokoh menaruh minat

pada kebangkitan filsafat Islam serta perjumpaannya dengan pemikiran Barat.

Semenjak perang Dunia ke-2 tujuan membangkitkan kembali pemikiran Islam

telah digabungkan dengan suatu gerakan penting yaitu penerjemahan filsafat

Barat ke dalam bahasa Arab.21

Kebangkitan kembali pemikiran Islam cenderung bernada puritanical

yang mengikuti aliran Wahabi-Salafi periode awal atau dengan sufisme yang

juga menjadi sasaran penting kebangkitan kembali selama beberapa tahun di

Mesir. Di Lebanon, Fokus kegiatan filosofikal yang lebih modern daripada

Syiria dan Mesir. Lebanon berusaha memainkan jembatan antara Barat dan

dunia Islam. Sepanjang dekade terakhir ini ada cendekiawan-cendekiawan

Lebanon baik muslim maupun Kristen seperti Umar Farrukh, Hasan sha’b,

Kamal al-Yaziji, dll, yang berkepedulian dengan pengkajian atas filsafat

Islam. Di Irak, Irak telah menghasilkan aneka sarjana terkenal yang

mengawinkan kedua jenis disiplin itu, yang Islami dan bercorak Eropa.

Sarjana-sarjana ini meliputi: Baqir al- Shadr, Kamil al-Syaybi, Husayn Ali

Mahfuzh, dan terutama Muhsin Mahdi yang telah memberikan konstribusi

yang berharga pada kajian atas al-Farabi dan Ibn Khaldun. Ada pula upaya-

                                                            21Seyyed Hossen Nasr, Islam Tradis…, hlm. 189.

Page 23: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 17 

minat kepada pengajarannya. Akhirnya kekuatan-kekuatan yang sama telah

membimbing banyak orang kepada penemuan kembali filsafat islam sendiri

dan pada gilirannya kebangkitan kembali filsafat itu, terutama di wilayah Iran.

Kebangkitan-kebangkitan kembali pemikiran Islam dalam bermacam-macam

gaya pun teramati disebagian besar di negeri Muslim antara lain: Dunia Arab,

Arab bagian Timur yaitu Mesir dan Syiria adalah dua pusat terbesar aktifitas

cultural dan filosofikal pada abad ke 20. Banyak tokoh-tokoh yang masyhur

sebelum dan sesudah perang dunia ke-2, semisal Abu Halim Mahmud,

Ustman Amin, Ibrahim Madkour, dll. Hampir semua tokoh menaruh minat

pada kebangkitan filsafat Islam serta perjumpaannya dengan pemikiran Barat.

Semenjak perang Dunia ke-2 tujuan membangkitkan kembali pemikiran Islam

telah digabungkan dengan suatu gerakan penting yaitu penerjemahan filsafat

Barat ke dalam bahasa Arab.21

Kebangkitan kembali pemikiran Islam cenderung bernada puritanical

yang mengikuti aliran Wahabi-Salafi periode awal atau dengan sufisme yang

juga menjadi sasaran penting kebangkitan kembali selama beberapa tahun di

Mesir. Di Lebanon, Fokus kegiatan filosofikal yang lebih modern daripada

Syiria dan Mesir. Lebanon berusaha memainkan jembatan antara Barat dan

dunia Islam. Sepanjang dekade terakhir ini ada cendekiawan-cendekiawan

Lebanon baik muslim maupun Kristen seperti Umar Farrukh, Hasan sha’b,

Kamal al-Yaziji, dll, yang berkepedulian dengan pengkajian atas filsafat

Islam. Di Irak, Irak telah menghasilkan aneka sarjana terkenal yang

mengawinkan kedua jenis disiplin itu, yang Islami dan bercorak Eropa.

Sarjana-sarjana ini meliputi: Baqir al- Shadr, Kamil al-Syaybi, Husayn Ali

Mahfuzh, dan terutama Muhsin Mahdi yang telah memberikan konstribusi

yang berharga pada kajian atas al-Farabi dan Ibn Khaldun. Ada pula upaya-

                                                            21Seyyed Hossen Nasr, Islam Tradis…, hlm. 189.

 18 

upaya untuk menelaah filsafat pendidikan Islam terutama oleh Fadzil al-

Jamali.

Di Iran, Filsafat Islam terus berkembang sebagai tradisi yang hidup

sesudah apa yang dikenal dengan Abad Tengah dan terus bertahan sampai

dewasa ini. Semenjak akhir perang Dunia ke-1 filsafat eropa terutama aliran

Prancis yang diidentifikasi dengan tokoh-tokoh seperti Descartes dan lebih

belakangan Bergson, berpengaruh di kalangan kelas-kelas akademis khusunya

di universitas-universitas dan akademi-akademi modern. Diantara tokoh-

tokoh tradisional yang paling aktif dalam kebangkitan kembali filsafat Islam

di Iran, orang dapat menyebut Sayyid Abu al-Hassan Qazwini, Sayyid

Muhammad Khazim ‘Ashshar, dan lain-lain.22

3. Corak Modernisasi Pemikiran Islam dalam Aspek Politik Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 memperlihatkan sosok buram

wajah dunia Islam. Hampir seluruh wilayah Islam berada dalam genggaman

penjajah Barat. Dalam internal umat Islam sendiri, emahaman keagaman

mereka yang tidak antisipatif terhadap berbagai permasalahan membuat merka

semakin jauh tertiggal menghadapi Hegemomi barat. Umat Islam lebih

mengandalkan pemahaman ulama-ulama masa lalu daripada melakukan

terobosan-terobosan baru untuk menjawab permaalahn-permasalahan yang

mereka hadapi.

Dalam politik, dunia Islam mulai bersentuhan dengan gagasan-gagasan

pemikiran barat. Sebelumnya, pada masa klasik dan pertengahan, umat Islam

dapat dikatakan mendominasi percaturan polotik internasional. Dinasti-dinasti

Islam silih berganti naik ke puncak kekuasaan politik. Namun keadaan

berbalik pada masa modern. Kekalahan-kekalahan dari dinasti Bani Usmani

dari Barat membuat rasa percaya diri Barat semakin tinggi. Hal ini di tambah

lagi dengan capaian ilmu pengetahuan dan teknologi Barat dapat menguasahi

                                                            22Seyyed Hossen Nasr, Islam Tradisi…, hlm. 186.

Page 24: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 19 

dunia Islam. Pada masa modern, hampir seluruh dunia Islam mengalam

pejajahan Barat.23

Salah satu pemikir politik Islam masa modern yaitu Muhamma Abduh.

Pada ,masa Abduh dunia Islam menngalami penjajahan dan kolonialisme oleh

negara-negara Barat. Hampir tidak ada wilayah Islam yang terbebas dari

penjajahan Barat. Meir ysng merupakan negara Abduh juga mengalami

penjajahn dari Perancis dan Inggris. Karena itu, Abduh jaga merasa

terpannggil untuk menentang kehadiran kolonialisme Barat di negaranya dan

dunia Islam umumnya.

Abduh sangat membenci kehadiran bnagsa Barat, namun juga

meyesalkan sikap penguaasa-penguasa muslim dan ulama yang memberi

mereka kesempatan pada bangsa-bangsa Barat unutk menguasai mereka.

Menurut Abduh, kehadiran bangsa-bangsa Barat tidak hanya meguasai dunia

Islam, tetapi juga mengembangkan sistem nilai mereka, seperti dalam bidang

sosial, politik, pendididkan, budaya dan hukum, terhadap umat Islam. Dalam

lapangan sosial politik, bangsa Barat berusaha memaksakan kehendak mereka.

Dibidang pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan Barat yang memisahkan

antara pendidikan agama dan umum menjadi fenomena di dunia Islam.24

Kepada penguasa-penguasa muslim yang depotis, Abduh juga

mengarahkan kecaman pedasnya dan memandang mereka sebagai antek-antek

imperealis Barat yang berkonspirasi menindas rakyat. Menurutnya, pemimpin

muslim menyandang gelar tinggi seprti sultan atau pangeran, hidup mewah,

dan berupaya mencari perlindungan dari pemerintahan asing non- muslim

untuk memperkuat dirinya dalam menghadapi rakyatnya sendiri. Pemimpin

seperti ini menjadi penyebab pula bagi kehancuran akhlak di dalam

masyarakat. Mereka menjadi pemimpin yang otoriter.

                                                            23Muhammad Iqbal dkk, Pemikir Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia

Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 56. 24Muhammad Iqbal, dkk, Pemikir Politik Islam…, hlm. 72.

Page 25: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 19 

dunia Islam. Pada masa modern, hampir seluruh dunia Islam mengalam

pejajahan Barat.23

Salah satu pemikir politik Islam masa modern yaitu Muhamma Abduh.

Pada ,masa Abduh dunia Islam menngalami penjajahan dan kolonialisme oleh

negara-negara Barat. Hampir tidak ada wilayah Islam yang terbebas dari

penjajahan Barat. Meir ysng merupakan negara Abduh juga mengalami

penjajahn dari Perancis dan Inggris. Karena itu, Abduh jaga merasa

terpannggil untuk menentang kehadiran kolonialisme Barat di negaranya dan

dunia Islam umumnya.

Abduh sangat membenci kehadiran bnagsa Barat, namun juga

meyesalkan sikap penguaasa-penguasa muslim dan ulama yang memberi

mereka kesempatan pada bangsa-bangsa Barat unutk menguasai mereka.

Menurut Abduh, kehadiran bangsa-bangsa Barat tidak hanya meguasai dunia

Islam, tetapi juga mengembangkan sistem nilai mereka, seperti dalam bidang

sosial, politik, pendididkan, budaya dan hukum, terhadap umat Islam. Dalam

lapangan sosial politik, bangsa Barat berusaha memaksakan kehendak mereka.

Dibidang pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan Barat yang memisahkan

antara pendidikan agama dan umum menjadi fenomena di dunia Islam.24

Kepada penguasa-penguasa muslim yang depotis, Abduh juga

mengarahkan kecaman pedasnya dan memandang mereka sebagai antek-antek

imperealis Barat yang berkonspirasi menindas rakyat. Menurutnya, pemimpin

muslim menyandang gelar tinggi seprti sultan atau pangeran, hidup mewah,

dan berupaya mencari perlindungan dari pemerintahan asing non- muslim

untuk memperkuat dirinya dalam menghadapi rakyatnya sendiri. Pemimpin

seperti ini menjadi penyebab pula bagi kehancuran akhlak di dalam

masyarakat. Mereka menjadi pemimpin yang otoriter.

                                                            23Muhammad Iqbal dkk, Pemikir Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia

Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 56. 24Muhammad Iqbal, dkk, Pemikir Politik Islam…, hlm. 72.

 20 

Kondisi ini diperparah oleh kebodohan ahli fiqih. Mereka tidak

memahami poliltik dan bergantung kepada penguasa, sehingga tidak

memepertanggung jawabkan kekuasaannya. Hal ini disebabkan karena umat

Islam sudah terasuki oleh paham-paham keagamaan yang berasal dari luar

Islam.

Pandangan Abduh terihat moderat. Ia tidak serta merta menolak Barat.

Nilai-nilai demokrasi yang menghendaki adanya kontrol terhadap kekuasaaan

dan diwujudkannya melalui lembaga perwakilan dapat diterimanya. Namun,

Abduh sangat menolak umat Islam yang mencari sistem hukum yang tidak

sejalan dengan tradisi budaya dan masyarakatnya. Menurut Abduh, hukum

yang akan dijalankan untuk masyarakat haruslah yang sesuai dengan

kepribadian masyarakat itu sendiri.25

Sedangkan di Indonesia Corak pemikiran Islam di era modern dapat di

gambar bahwa dapat dipeparkan dari pemahaman modernisasi. Bahwa

Pengertian Islam Modernis Kata modern berasal dari bahasa Inggris

modernistic yang berarti model baru. Selanjutnya kata modern erat pula

kaitannya dengan modernisasi yang berarti pembaruan atau tajdid dalam

bahasa Arabnya. Dalam masyarakat barat modernisasi mengandung arti

pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat-

istiadat dan sebagainya ntuk disesuaikan dengan suasana baru yang

ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Jika

dikaitkan dengan agama, maka modernisme adalah ”religion the tandency of

religius belief to harmonize with modern ideas” (kecendrungan agama yang

muncul dari adanya keyakinan beragama untuk memadukan gagasan-gagasan

modern).26

Dalam Islam, modernisasi berarti upaya yang sungguh-sungguh untuk

melakukan reinterpretasi tetentang terhadap pemahaman dan pemikiran                                                             

25Muhammad Iqbal dkk, Pemikir Politik Islam…., hlm. 74-75. 26Lihat dalam website Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 26: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 21 

terdahulu untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian

yang diperbarui adalah hasil pemahaman terhadap al-Qur’an dan al-Hadits

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut kiranya dapat diperoleh suatu

pemahaman bahwa yang dimaksud dengan Islam modernis adalah paham ke-

Islaman yang didukung oleh sikap yang rasional, ilmiah serta sejalan dengan

hukum-hukum Tuhan baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun dalam

alam raya berupa Sunatullah. 2. Masuk dan Berkembangnya Corak-Corak

Pemikiran Modern Dalam Islam di Indonesia Perkembangan pemikiran Islam

di Indonesia baru dimulai sejak sekitar masa pergerakan nasional. Pemikiran

Islam pada masa itu juga tidak lepas dari gerakan pembaruan Islam yang ada

di Timur Tengah (terutama Mesir). Pemikiran Islam di Indonesia berkembang

cukup pesat di awal abad ke-20. Hal itu ditandai dengan lahirnya gerakan

modernisme. Gerakan modernisme yang bertumpu pada Qur’an dan Sunnah

berupaya untuk mengembalikan kembali umat Islam kepada sumber ajarannya

yang tidak pernah usang ditelan zaman sehingga tidak perlu diperbarui.

Namun, hal ini perlu diangkat lagi ke permukaan masyarakat yang telah

tertutup oleh tradisi dan adat istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran pokok

tersebut (tradisionalisme). Pengusung gerakan modernisme pada saat itu

antara lain adalah H.O.S. Cokroaminoto, KH Ahmad Dahlan, Agus Salim, dan

Mohammad Natsir. Perubahan dari taqlid kepada ijtihad merupakan akar

pemikiran Islam tersebut. Akar pemikiran itu lalu menjalar kepada pemikiran

aplikatif dalam kehidupan modern. Beberapa hal yang sering menjadi bahan

pembicaraan atau bahkan perdebatan adalah mengenai politik dan negara.

Pada tahun 1940-an, terjadi polemik pemikiran politik Islam antara Natsir dan

Soekarno.27

Pembicaraan mengenai hal ini adalah sebuah respon seorang Mohammad

Natsir atas pernyataan pemikiran Soekarno bahwa zaman modern menuntut

                                                            27Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 27: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 21 

terdahulu untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian

yang diperbarui adalah hasil pemahaman terhadap al-Qur’an dan al-Hadits

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut kiranya dapat diperoleh suatu

pemahaman bahwa yang dimaksud dengan Islam modernis adalah paham ke-

Islaman yang didukung oleh sikap yang rasional, ilmiah serta sejalan dengan

hukum-hukum Tuhan baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun dalam

alam raya berupa Sunatullah. 2. Masuk dan Berkembangnya Corak-Corak

Pemikiran Modern Dalam Islam di Indonesia Perkembangan pemikiran Islam

di Indonesia baru dimulai sejak sekitar masa pergerakan nasional. Pemikiran

Islam pada masa itu juga tidak lepas dari gerakan pembaruan Islam yang ada

di Timur Tengah (terutama Mesir). Pemikiran Islam di Indonesia berkembang

cukup pesat di awal abad ke-20. Hal itu ditandai dengan lahirnya gerakan

modernisme. Gerakan modernisme yang bertumpu pada Qur’an dan Sunnah

berupaya untuk mengembalikan kembali umat Islam kepada sumber ajarannya

yang tidak pernah usang ditelan zaman sehingga tidak perlu diperbarui.

Namun, hal ini perlu diangkat lagi ke permukaan masyarakat yang telah

tertutup oleh tradisi dan adat istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran pokok

tersebut (tradisionalisme). Pengusung gerakan modernisme pada saat itu

antara lain adalah H.O.S. Cokroaminoto, KH Ahmad Dahlan, Agus Salim, dan

Mohammad Natsir. Perubahan dari taqlid kepada ijtihad merupakan akar

pemikiran Islam tersebut. Akar pemikiran itu lalu menjalar kepada pemikiran

aplikatif dalam kehidupan modern. Beberapa hal yang sering menjadi bahan

pembicaraan atau bahkan perdebatan adalah mengenai politik dan negara.

Pada tahun 1940-an, terjadi polemik pemikiran politik Islam antara Natsir dan

Soekarno.27

Pembicaraan mengenai hal ini adalah sebuah respon seorang Mohammad

Natsir atas pernyataan pemikiran Soekarno bahwa zaman modern menuntut

                                                            27Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

 22 

pemisahan agama dan negara seperti yang dipraktekkan oleh Musthafa Kemal

“Attaturk” Pasha di Mesir. Pemikiran Soekarno terkait dengan gagasan

pemisahan agama dari negara di Barat (Eropa) yang menyatakan bahwa

agama adalah aturan spiritual (akhirat) dan negara adalah aturan duniawi

(secular). Ditambahkan oleh soekarno bahwa agama adalah urusan spiritual

pribadi, sedangkan masalah negara adalah persoalan dunia dan

kemasyarakatan. Berdasarkan hal tersebut, ia menilai bahwa pelaksanaan

ajaran agama hendaknya menjadi tanggung jawab setiap pribadi muslim dan

bukan negara atau pemerintah. Negara dalam hal ini tidak turut campur untuk

mengatur dan memaksakan ajaran-ajaran agama kepada para warga

negaranya. Tapi menurutnya dengan dipisahkannya agama dengan negara

bukan berarti ajaran Islam dikesampingkan, sebab dalam negara demokrasi,

semua aspirasi termasuk aspirasi keIslaman dapat disalurkan melalui

parlemen. Umat Islam juga jangan terpaku dengan bentuk formal atau luar

ajaran Islam tetapi lebih memperhatikan isi (substansi) atau semangat ajaran

Islam.28

Apabila Indonesia menjadi Negara Islam dan Islam diterima sebagai

dasar negara maka akan terjadi perpecahan di Indonesia karena tidak seluruh

rakyat Indonesia beragama Islam. Menurut pandangan Soekarno, negara

nasional adalah cita-cita rakyat Indonesia. Dalam usaha membangkitkan

semangat cinta tanah air harus ditekankan pentingnya persatuan yang

menurutnya tidak dapat didasarkan pada sukuisme, agama, atau ras. Persatuan

bangsa menurut Soekarno (mengutip Ernest Renan) hanya bisa dibangun oleh

kehendak untuk bersatu (le desire d’etre ensemble) dan rasa pengabdian

kepada tanah air. Persatuan harus mengabaikan kepentingan golongan yang

sempit sekalipun berupa kepentingan Islam. Beberapa poin diatas merupakan

                                                            28Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 28: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 23 

gambaran singkat pemikiran Soekarno mengenai Islam dan Negara.

Sementara itu, Natsir mengemukakan pandangannya tentang negara Islam.29

Salah satu penyebab mengapa orang tidak setuju tentang persatuan

agama dan negara ialah karena gambaran yang keliru mengenai negara Islam.

Gambaran yang disampaikan para Orientalis Barat itu menurutnya telah

menyimpang dari bentuk asli negara Islam dan telah mempengaruhi umat

Islam untuk tidak menyetujui penyatuan Islam dengan Negara. Menurutnya,

kekhalifahan Turki Utsmani terakhir (yang menurut Soekarno dianggap

sebagai Negara Islam) dinilai tidak mencerminkan ciri-ciri Negara Islam.

Natsir juga berpandangan bahwa negara sebagai alat untuk merealisasikan

cita-cita Islam sesuai Al Quran dan Sunnah dan bukan merupakan tujuan akhir

dalam Islam. Dalam Fiqhud Da’wah, Natsir menggambarkan bahwa hidup

duniawi dan ukhrawi pada hakikatnya hanyalah dua fase (tahapan) dari

kehidupan yang satu dan kontinyu; fase yang satu berkesinambungan dengan

yang lain bagaikan bersambungnya siang dan malam. Ajaran Islam

menurutnya tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya tetapi

juga hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam Islam terdapat semua

perangkat aturan di setiap aspek kehidupan tanpa terkecuali.30

Prinsip kenegaraan dalam Islam menekankan kepada bentuk musyawarah

atau syuro. Tapi menurutnya, musyawarah dalam Islam berbeda dengan

demokrasi karena dasar pemerintahan harus bersandar kepada ajaran Islam

yang sudah jelas dan pasti (qath’i). Jadi prinsip pemerintahan negara tidak

boleh ada yang lain walaupun ditentukan melalui proses musyawarah

parlemen atau meminta persetujuan mayoritas warga negara. Dalam hal ini,

Natsir menyatakan bahwa untuk dasar negara hanya mempunyai dua pilihan

yaitu Sekularisme (la-diniyah, atau paham agama (dini). Maka negara yang

dikehendaki Natsir adalah negara yang pada prinsipnya diatur oleh hukum-                                                            

29Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 30Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 29: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 23 

gambaran singkat pemikiran Soekarno mengenai Islam dan Negara.

Sementara itu, Natsir mengemukakan pandangannya tentang negara Islam.29

Salah satu penyebab mengapa orang tidak setuju tentang persatuan

agama dan negara ialah karena gambaran yang keliru mengenai negara Islam.

Gambaran yang disampaikan para Orientalis Barat itu menurutnya telah

menyimpang dari bentuk asli negara Islam dan telah mempengaruhi umat

Islam untuk tidak menyetujui penyatuan Islam dengan Negara. Menurutnya,

kekhalifahan Turki Utsmani terakhir (yang menurut Soekarno dianggap

sebagai Negara Islam) dinilai tidak mencerminkan ciri-ciri Negara Islam.

Natsir juga berpandangan bahwa negara sebagai alat untuk merealisasikan

cita-cita Islam sesuai Al Quran dan Sunnah dan bukan merupakan tujuan akhir

dalam Islam. Dalam Fiqhud Da’wah, Natsir menggambarkan bahwa hidup

duniawi dan ukhrawi pada hakikatnya hanyalah dua fase (tahapan) dari

kehidupan yang satu dan kontinyu; fase yang satu berkesinambungan dengan

yang lain bagaikan bersambungnya siang dan malam. Ajaran Islam

menurutnya tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya tetapi

juga hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam Islam terdapat semua

perangkat aturan di setiap aspek kehidupan tanpa terkecuali.30

Prinsip kenegaraan dalam Islam menekankan kepada bentuk musyawarah

atau syuro. Tapi menurutnya, musyawarah dalam Islam berbeda dengan

demokrasi karena dasar pemerintahan harus bersandar kepada ajaran Islam

yang sudah jelas dan pasti (qath’i). Jadi prinsip pemerintahan negara tidak

boleh ada yang lain walaupun ditentukan melalui proses musyawarah

parlemen atau meminta persetujuan mayoritas warga negara. Dalam hal ini,

Natsir menyatakan bahwa untuk dasar negara hanya mempunyai dua pilihan

yaitu Sekularisme (la-diniyah, atau paham agama (dini). Maka negara yang

dikehendaki Natsir adalah negara yang pada prinsipnya diatur oleh hukum-                                                            

29Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 30Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

 24 

hukum Allah (syariat Islam). Bahan pembicaraan lainnya terkait dengan

pemikiran modernis Islam di Indonesia adalah mengenai pembinaan sosial-

ekonomi masyarakat Indonesia menurut Islam. Pemikiran tentang hal tersebut

diusung oleh Agus Salim dan Tjokroaminoto ketika mereka (pada masanya

masing-masing) berhadapan dengan pihak komunis dan nasionalis.31

Pada umumnya, sampai pada masa konstituante tahun 1956-1959,

pemikiran Islam di Indonesia berkisar pada soal-soal ibadah dan muamalah.

Sering perkembangan-perkembangan Islam dan non-Islam cenderung

berinteraksi dan tumpang tindih satu sama lain, karena pembaruan-pembaruan

Islam sejak waktu paling awal tidak hanya menyentuh bidang keagamaan dan

sosial tetapi juga bidang politik. Kompleksitas-kompleksitas ini ditunjukkan

dengan baik oleh dua organisasi besar –Muhammadiyah dan Sarekat Islam

yang lahir di daerah kerajaan-kerajaan Jawa pada tahun 1912. Meskipun

keduanya telah didahului oleh perserikatan-perserikatan Islam lebih awal dan

lebih kecil, namun era modern dapat dikatakan dimulai dengan kedua

organisasi ini. Berbeda dengan kelompok-kelompok kegamaan yang

berkecendrungan modernis lainnya, kedua organisasi di atas dalam perjalanan

waktu berkembang menjadi gerakan berskala pulau, dan akhirnya berskala

bangsa yang melibatkan ratusan ribu bahkan jutaan orang Indonesia.32

Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan Serikat

Islam yang dikomandoi oleh HOS Cokroamonoto adalah sebagai berikut: 1.

Mengembangkan jiwa dagang. 2. Membantu anggota-anggota yang

mengalami kesulitan dalam bidang usaha. 3. Memajukan pengajaran dan

semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat. 4. Memperbaiki

pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam. 5. Hidup menurut

perintah agama. Walaupun Belanda mencoba menghapuskan hukum Islam

yang menghalangi kepentingan perdagangan meraka, banyak pendukung baru                                                             

31Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 32Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 30: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 25 

bermunculan seperti K.H Hasyim Asy’ari dan K.H Khatib Minangkabau.

Keduanya memajukan studi dan perkembangan wacana hukum Islam di

tengah derasnya tekanan pemerintah kolonial Belanda. Keberadaan institusi

Islam di tengah derasnya tekanan pemerintah kolonial Belanda. Keberadaan

intitusi Islam di pedesaan yag jauh dari cengkraman Belanda di perkotaan

memberikan kesempatan bagi perkembangan komunitas Muslim yang terdidik

yang memilih untuk mematuhi norma-norma Islam daripada hukum buatan

yang datang dari Belanda.33

Kegigihan komunitas Muslim terbayar ketika Belanda pada akhirnya

mengakui kebutuhan untuk mengintegrasikan hukum Islam ke dalam

kerangka kerja administrasi kolonoal. Transisi yang dimulai sejak awal

kedatangan Islam di Nusantara sampai kepada infuse system Islam ke dalam

sistem administrasi kolonial mengalami percepatan pada awal abad ke-20

ketika muncul gerakan modernis (al-tajdid) yang berusa memurnikan kembali

ajaran Islam yang dianggap telah terkontaminasi oleh mistisme di masa-mas

awal interaksi islma dengan budaya lokal. Tulisan-tulisan baru mengenai

‘tauhid’, ‘tafsir’, ‘fiqih’, ‘filsafat isla’ dan aspek lainnya muncul dan

merembes di Indonesia degan dimulainya gerakan Muhammadiyah pada tahun

1912.34

Organisasi ini terbentuk karena masyarakat Islam yang berpandangan

maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi yang mampu menampung

aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat Islam. Keberadaan

tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena

pendidikan serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui

ibadah haji. Salah seorang tokoh tersebut adalah K.H Ahmad Dahlan yang

kemudian mendirikan organisasi ini. Gerakan dakwah Muhammadiyah dapat

dilihat dari dua aspek, normatif dan historis. Berdasarkan tuntunan al-Qur’an                                                             

33Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 34Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 31: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 25 

bermunculan seperti K.H Hasyim Asy’ari dan K.H Khatib Minangkabau.

Keduanya memajukan studi dan perkembangan wacana hukum Islam di

tengah derasnya tekanan pemerintah kolonial Belanda. Keberadaan institusi

Islam di tengah derasnya tekanan pemerintah kolonial Belanda. Keberadaan

intitusi Islam di pedesaan yag jauh dari cengkraman Belanda di perkotaan

memberikan kesempatan bagi perkembangan komunitas Muslim yang terdidik

yang memilih untuk mematuhi norma-norma Islam daripada hukum buatan

yang datang dari Belanda.33

Kegigihan komunitas Muslim terbayar ketika Belanda pada akhirnya

mengakui kebutuhan untuk mengintegrasikan hukum Islam ke dalam

kerangka kerja administrasi kolonoal. Transisi yang dimulai sejak awal

kedatangan Islam di Nusantara sampai kepada infuse system Islam ke dalam

sistem administrasi kolonial mengalami percepatan pada awal abad ke-20

ketika muncul gerakan modernis (al-tajdid) yang berusa memurnikan kembali

ajaran Islam yang dianggap telah terkontaminasi oleh mistisme di masa-mas

awal interaksi islma dengan budaya lokal. Tulisan-tulisan baru mengenai

‘tauhid’, ‘tafsir’, ‘fiqih’, ‘filsafat isla’ dan aspek lainnya muncul dan

merembes di Indonesia degan dimulainya gerakan Muhammadiyah pada tahun

1912.34

Organisasi ini terbentuk karena masyarakat Islam yang berpandangan

maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi yang mampu menampung

aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat Islam. Keberadaan

tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena

pendidikan serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui

ibadah haji. Salah seorang tokoh tersebut adalah K.H Ahmad Dahlan yang

kemudian mendirikan organisasi ini. Gerakan dakwah Muhammadiyah dapat

dilihat dari dua aspek, normatif dan historis. Berdasarkan tuntunan al-Qur’an                                                             

33Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 34Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

 26 

dan al-Sunnah, secara normatif Dakwah Muhammadiyah terkonsentrasi di

dalam gerakan purifikasi teologi (melepaskan agama Islam dari adat

kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasul)dan

secara historis fokus pada gerakan modernisasi sosial ekonomi.35

Sesuai dengan Anggaran Dasar Muhammadiyah, tujuan dari gerakan

Muhammadiyah adalah: 1) Untuk membersihkan Islam dari pengaruh dan

kebiasaan-kebiasaan non-Islam. 2) Mereformulasi doktrin-doktrin Islam

dengan paradigma modern. 3) Mereformasi sistem pendidikan dengan

memberikan pendidikan agama dan umum pada sekolah-sekolah yang

didirikan sendiri. 4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan-

serangan dari luar.36

Berikutnya lahir pula suatu pemikiran modernis Islam, yaitu NU.

Nahdlatul Ulama artinya kebangkitan ulama-ulama. NU lahir pada 31 Januari

1926 dan pengurus besarnya berkedudukan di Surabaya sebagai pembela

terhadap mazhab Syafi’i. Maksud dari Perkumpulan ini adalah memegang

teguh pada salah satu mazhab Imam Empat, yaitu Imam Syafi’I, Imam Abu

Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerjakan apa saja

yang menjadi kemaslahatan agama Islam. Menganut prinsip manhaj ulama

salaf melalui adigium ”al- Muhafadzoh ‘ala al-Qadim al-Shaleh wa al-Akhdzu

bi al-Jadid al- Ashlah” yang artinya melestarikan khazanah lama yang baik

dan mengambil khazanah baru yang lebih baik. Dalam kesadaran nasional,

NU tidak ketinggalan dengan yang lain dalam memperjuangkan kesadaran

kemerdekaan atas tanah airnya.37

Perbaikan-perbaikan dalam bahasa Indonesia dan penggunaannya dalam

muktamar/konggres selalu diusahakan, juga menyokong agar Indonesia

memiliki parlemen. Pembahasan yang dilakukan dalam kongres-kongresnya

                                                            35Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 36Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 37Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 32: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 27 

selain membicarakan tentang hukum-hukum syariat agama, juga tentang tata

masyarakat dan tata Negara. Selain pergerakan modernis yang disebutkan di

atas, masih terdapat gerakan modernis lain, seperti al-Irsyad, PERSIS, dan

yang lainnya. Bersama dengan NU dan Muhammadiyah, al-Irsyad dan

PERSIS termasuk organisasi Islam pembaharu yang paling berpengaruh di

Indonesia. Kiprah mereka sebagai lokomotif perkembangan umat Islam di

Indonesia tidak diragukan dan telah mengakar dan membaur dalam sendi

kehidupan bangsa Indonesia.38

Secara umum, orientasi pemikiran keagamaan pembaruan Islam ditandai

oleh wawasan keagamaan yang menyatakan bahwa Islam merupakan nilai

risalah yang universal yang pasti relevan bagi setiap perkembangan zaman

dan tempat (shalih li-kulli zaman wa makan), mondial (untuk seantero dunia)

dan eternal (sampai akhir zaman) dan karenanya harus diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Bagi mereka, pengamalan ini tidak hanya terbatas pada

persoalan ritual-ubudiyah, tetapi juga meliputi semua aspek kehidupan social

kemasyarakatan dan senantiasa akan berkembang seiring dengan berjalan dan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.39

                                                            

38Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 39Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

Page 33: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 27 

selain membicarakan tentang hukum-hukum syariat agama, juga tentang tata

masyarakat dan tata Negara. Selain pergerakan modernis yang disebutkan di

atas, masih terdapat gerakan modernis lain, seperti al-Irsyad, PERSIS, dan

yang lainnya. Bersama dengan NU dan Muhammadiyah, al-Irsyad dan

PERSIS termasuk organisasi Islam pembaharu yang paling berpengaruh di

Indonesia. Kiprah mereka sebagai lokomotif perkembangan umat Islam di

Indonesia tidak diragukan dan telah mengakar dan membaur dalam sendi

kehidupan bangsa Indonesia.38

Secara umum, orientasi pemikiran keagamaan pembaruan Islam ditandai

oleh wawasan keagamaan yang menyatakan bahwa Islam merupakan nilai

risalah yang universal yang pasti relevan bagi setiap perkembangan zaman

dan tempat (shalih li-kulli zaman wa makan), mondial (untuk seantero dunia)

dan eternal (sampai akhir zaman) dan karenanya harus diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Bagi mereka, pengamalan ini tidak hanya terbatas pada

persoalan ritual-ubudiyah, tetapi juga meliputi semua aspek kehidupan social

kemasyarakatan dan senantiasa akan berkembang seiring dengan berjalan dan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.39

                                                            

38Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap. 39Lihat dalam website, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.

28  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode diskriptif dengan

pendekatan kualitatif, berdasarkan pertanyaan-pertanyaan peneliti yang diajukan

untuk memperoleh data bersifat historis, pemberian informasi dengan

memberikan penjelasan antara lain berupa; pendapat, buah pikir, penilaian dan

penafsiran agar tujuan dapat tercapai dan terarah lagi sistematis.

Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang atau prilaku yang dapat diamati, maka peneliti kali ini

menggunakan penelitian kualitatif disebabkan penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bersifat objektif.1

B. Data dan Sumber Data

1. Subyek Penelitian Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana dikutip oleh Moleong,2

menyatakan bahwa, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-

kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan, seperti arsip, hasil wawancara,

photo. Harun Rasyid,3 mengartikan data sebagai fakta atau informasi yang

diperoleh dari yang didengar, diamati, dirasa dan dipikirkan peneliti dari

aktor, aktivitas dan tempat yang diteliti.

Untuk menjawab fokus masalah yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, diperlukan sejumlah data yang objektif dan memadai dari

                                                            1Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996),

hlm. 112.  2Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…. hlm. 157. 3Harun Rasyid, Metodologi Penelitian Kualitatif (Pontianak: BMT STAIN Pontianak, 2000),

hlm. 36.

Page 34: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 29 

sumber data yang tepat. Sumber data tersebut dinamakan subyek. Adapun

subyek dalam penelitian ini adalah Tokoh Ulama Muslim KALBAR tahun

1990-2017.

Data yang diperoleh dari kedua sumber tersebut, merupakan data

primer atau utama. Untuk melengkapi data utama yang diperoleh, maka

peneliti juga mewawancarai Ahli sejarah, pimpinan majlis dzikir dan para

pimpinan pondok pesantren. Hasil wawancara dengan mereka sebagai data

pelengkap dalam penelitian ini.

2. Setting Penelitian

Alasan peneliti menetapkan lokasi penelitian ini adalah karena

Kalimantan Barat terkenal dengan tokoh tasawuf sampai manca negara.

Kemudian lokasi mereka tidak jauh dari kerajaan sehingga mempengaruhi

pemikiran dan pergerakan muslim sekitar sehingga mempermudah peneliti

untuk melaksanakan penelitian.

Dalam menentukan lokasi penelitian, peneliti terlebih dahulu

mendatangi kyai pondok pesantren Islam, tokoh agama/toriqah dan ahli

sejarah, Setelah itu peneliti melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan

jadual penelitian yang telah ditentukan.

C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpul data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang

sangat penting guna memperoleh data yang sesuai dengan fokus yang akan

diteliti. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik serta alat pengumpulan

data ini sangat berpengaruh pada obyektivitas hasil penelitian. Dengan kata lain

teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan

memungkinkan pemecahan masalah secara valid dan realible.

Page 35: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 29 

sumber data yang tepat. Sumber data tersebut dinamakan subyek. Adapun

subyek dalam penelitian ini adalah Tokoh Ulama Muslim KALBAR tahun

1990-2017.

Data yang diperoleh dari kedua sumber tersebut, merupakan data

primer atau utama. Untuk melengkapi data utama yang diperoleh, maka

peneliti juga mewawancarai Ahli sejarah, pimpinan majlis dzikir dan para

pimpinan pondok pesantren. Hasil wawancara dengan mereka sebagai data

pelengkap dalam penelitian ini.

2. Setting Penelitian

Alasan peneliti menetapkan lokasi penelitian ini adalah karena

Kalimantan Barat terkenal dengan tokoh tasawuf sampai manca negara.

Kemudian lokasi mereka tidak jauh dari kerajaan sehingga mempengaruhi

pemikiran dan pergerakan muslim sekitar sehingga mempermudah peneliti

untuk melaksanakan penelitian.

Dalam menentukan lokasi penelitian, peneliti terlebih dahulu

mendatangi kyai pondok pesantren Islam, tokoh agama/toriqah dan ahli

sejarah, Setelah itu peneliti melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan

jadual penelitian yang telah ditentukan.

C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpul data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang

sangat penting guna memperoleh data yang sesuai dengan fokus yang akan

diteliti. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik serta alat pengumpulan

data ini sangat berpengaruh pada obyektivitas hasil penelitian. Dengan kata lain

teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan

memungkinkan pemecahan masalah secara valid dan realible.

 30 

Karena dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka

peneliti memilih teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi dan dokumentasi.

1. Teknik Wawancara Wawancara menurut Lexy J. Moleong adalah merupakan percakapan

dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian

ini peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan kyai pondok

pesantren Islam, tokoh agama/toriqah dan ahli sejarah.4 Adapun tujuan

wawancara mendalam tersebut adalah agar dapat memperoleh data yang lebih

banyak dan objektif tentang Tokoh Muslim KALBAR tahun 1990-2017..

Sedangkan alatnya adalah pedoman wawancara.

2. Teknik Observasi Hadari Nawawi mengatakan bahwa teknik observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang nampak dari

objek penelitian.5 Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk melihat

langsung profil fisik peninggalan Tokoh Muslim KALBAR tahun 1990-2017.

Adapun alat yang dipergunakan adalah pedoman observasi.

3. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi menurut Hadari Nawawi adalah cara

pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa peninggalan

arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum dan lain-

lain yang bersangkutan dengan fokus penelitian.6 Dengan demikian dalam

teknik dokumentasi sumber informasinya adalah bahan-bahan tertulis.

Sedangkan dalam penelitian ini sumber informasi dari dokumen tidak dijadikan                                                             

4Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian… hlm. 94.   5Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Ilmu Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1995), hlm. 94.   6Hadari Nawawi, Metode Penelitian…, hlm. 94.  

Page 36: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 31 

sumber utama. Tetapi sumber tersebut dijadikan sumber pelengkap dari sumber

data utama. Adapun dokumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah arsip-arsip Tokoh Muslim KALBAR tahun 1990-2017.

Pengumpulan data dalam penelitian ini, instrumennya adalah peneliti

sendiri sebagai pengumpul data utama. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini

bukan hanya sebagai peneliti akan tetapi sekaligus sebagai perencana,

pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir, dan sebagai pelapor dari hasil

penelitian.7 Jadi dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument atau alat

penelitian, karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses

penelitian.

Lexy J. Moleong mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak

ada pihak yang menjadi segalanya dalam proses penelitian kecuali menjadikan

manusia sebagai instrumen, yang berarti peneliti sebagai instrumen kunci.8

D. Teknik Analisis Data

Menurut Patton, yang dimaksud analisis data adalah proses pengaturan

urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar.9 Penelitian kualitatif, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan

setelah pengumpulan data. Adapun teknis analisis data yang peneliti gunakan

adalah teknik analisis kualitatif, yaitu teknis analisis data tanpa menggunakan

rumus-rumus statistik. Menurut Wiles dan Huberman mengatakan bahwa teknik

yang dipergunakan dalam analisis data kualitatif tersebut ada tiga langkah, yaitu:

(1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.10

1. Reduksi Data Data yang diperoleh di lapangan ditulis ke dalam bentuk uraian atau

laporan rinci. Setelah kemudian direduksi dengan cara merangkum, memilih                                                             

7Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 212.  8Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 5.  9Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 103.  10Harun Rasyid, Metodologi Penelitian…., hlm. 69.   

Page 37: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 31 

sumber utama. Tetapi sumber tersebut dijadikan sumber pelengkap dari sumber

data utama. Adapun dokumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah arsip-arsip Tokoh Muslim KALBAR tahun 1990-2017.

Pengumpulan data dalam penelitian ini, instrumennya adalah peneliti

sendiri sebagai pengumpul data utama. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini

bukan hanya sebagai peneliti akan tetapi sekaligus sebagai perencana,

pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir, dan sebagai pelapor dari hasil

penelitian.7 Jadi dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument atau alat

penelitian, karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses

penelitian.

Lexy J. Moleong mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak

ada pihak yang menjadi segalanya dalam proses penelitian kecuali menjadikan

manusia sebagai instrumen, yang berarti peneliti sebagai instrumen kunci.8

D. Teknik Analisis Data

Menurut Patton, yang dimaksud analisis data adalah proses pengaturan

urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar.9 Penelitian kualitatif, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan

setelah pengumpulan data. Adapun teknis analisis data yang peneliti gunakan

adalah teknik analisis kualitatif, yaitu teknis analisis data tanpa menggunakan

rumus-rumus statistik. Menurut Wiles dan Huberman mengatakan bahwa teknik

yang dipergunakan dalam analisis data kualitatif tersebut ada tiga langkah, yaitu:

(1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.10

1. Reduksi Data Data yang diperoleh di lapangan ditulis ke dalam bentuk uraian atau

laporan rinci. Setelah kemudian direduksi dengan cara merangkum, memilih                                                             

7Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 212.  8Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 5.  9Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 103.  10Harun Rasyid, Metodologi Penelitian…., hlm. 69.   

 32 

hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting serta dicari

tema atau polanya bahkan reduksi data sudah tampak, yaitu pada penelitian

ditetapkan kerangka konseptual, wilayah penelitian, permasalahan penelitian

dan pendekatan pengumpulan data yang dipilihnya.11

Laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi,

disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Tujuan reduksi

data adalah untuk memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

penelitian serta dapat membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek

tertentu.

2. Penyajian Data (Display Data) Data display diartikan sebagai seperangkat informasi terorganisir, yang

memungkinkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan, pengambilan

tindakan, dan merupakan bagian sekunder yang harus ada pada suatu

analisis.12

Data yang bertumpuk-tumpuk, laporan tebal sulit untuk dipahami dan

ditangani, maka dengan sendirinya sukar pula untuk melihat gambaran

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Untuk menghindari

dari kesulitan tersebut maka harus diusahakan dengan bermacam-macam

matrik, grafik, network dan chart, sehingga peneliti bias menguasai data.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan Verifikasi dan penarikan kesimpulan didefinisikan sebagai penarikan

arti dari data yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman peneliti.13

Sejak semula dalam melakukan penelitian berusaha untuk mencari makna data

yang dikumpulkan. Untuk perlu dicari pola, tema, hipotesis dan sebagainya.

Sehingga peneliti mengambil kesimpulan dari data yang diperoleh dari lokasi

penelitian.

                                                            11Harun Rasyid, Metodologi Penelitian…., hlm. 70.  12Harun Rasyid, Metodologi Penelitian…., hlm. 70.  13Harun Rasyid, Metodologi Penelitian…., hlm. 124.  

Page 38: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 33 

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan

keabsahan data. Menurut Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa pemeriksaan data

dapat dilakukan dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan,

pengecekan sejawat (member check), triangulasi, kecukupan referensial, kejadian

kasus negative dan pengecekan anggota.14

Dari beberapa pemeriksaan keabsahan data di atas, peneliti dalam

penelitian ini hanya menggunakan tiga teknik saja, yaitu:

1. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud untuk menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan masalah

atau isu yang sedang dicari. Dan kemudian memusatkan kepada hal-hal

tersebut secara rinci. Hal ini berarti bahwa peneliti berusaha mengadakan

pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-

faktor yang menonjol, kemudian menelaah secara rinci sampai kepada suatu

titik pemahaman terhadap data tersebut.

2. Triangulasi Triangulasi adalah bentuk pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh.15 Triangulasi

dalam penelitian ini peneliti melakukan dengan empat cara yaitu:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.

b. Membandingkan hasil antara wawancara yang diperoleh dari ketua

yayasan, kyai dan santri.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

                                                            14Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 175.  15Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 178.  

Page 39: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 33 

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan

keabsahan data. Menurut Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa pemeriksaan data

dapat dilakukan dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan,

pengecekan sejawat (member check), triangulasi, kecukupan referensial, kejadian

kasus negative dan pengecekan anggota.14

Dari beberapa pemeriksaan keabsahan data di atas, peneliti dalam

penelitian ini hanya menggunakan tiga teknik saja, yaitu:

1. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud untuk menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan masalah

atau isu yang sedang dicari. Dan kemudian memusatkan kepada hal-hal

tersebut secara rinci. Hal ini berarti bahwa peneliti berusaha mengadakan

pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-

faktor yang menonjol, kemudian menelaah secara rinci sampai kepada suatu

titik pemahaman terhadap data tersebut.

2. Triangulasi Triangulasi adalah bentuk pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh.15 Triangulasi

dalam penelitian ini peneliti melakukan dengan empat cara yaitu:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.

b. Membandingkan hasil antara wawancara yang diperoleh dari ketua

yayasan, kyai dan santri.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

                                                            14Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 175.  15Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian…., hlm. 178.  

 34 

d. Membandingkan hasil wawancara dari sumber primer dengan sumber data

dari mantan pimpinan dan santri (alumni).

3. Kecukupan Referensial Kecukupan bahan referensial untuk meningkatkan tingkat kepercayaan

dan kebenaran data maka digunakan hasil bahan hasil dokumentasi sebagai

bahan perbandingan terhadap data yang lain. Dengan demikian hasil

perbandingan tersebut akan menjadi patokan peneliti dalam menganalisa dan

menafsirkan data.

Page 40: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

35  

BAB IV CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO

(STUDI PEMIKIRAN TOKOH MUSLIM KALIMANTAN BARAT TAHUN 1990-2017)

A. Berkembangnya Pemikiran Islam di Kalimantan Barat: Melalui Sarana Dakwah dan Pendidikan

Membahas Islam di Indonesia tentunya tidak akan terlepas dari

pembahasan tentang Islam sufi (tasawuf) sebab pertama kali Islam masuk ke

Indonesia, melalui pendekatan tasawuf, melalui pendekatan akhlak dan etika

serta estetika. Banyaknya penduduk Indonesia masuk Islam karena kesamaan

dalam beretika dan bertutur kata. Lembut dan halus. Para penyebar awal

masuknya Islam ke Indonesia, mereka memiliki kemampuan pendekataan

spritual dan emotional yang tinggi. Jika dirunut lebih jauh lagi ke belakang, apa

yang yang terjadi di awal penyebaran islam, tentu kita akan sadar bahwa islam

masuk ke Indonesia dengan damai dan aman. Tidak ada pertumpahan darah.

Islam datang dengan semboyannya, Rahmatan Lil’alamin. Para penyebar Islam

awal di Indonesia (Wali Songo), khususnya dalam konteks ini menjadikan nilai-

nilai tasawuf sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik keseharian dan

keberhasilan dakwahnya. Ajaran tasawuf dirasa cukup mengena pada

masyarakat Indonesia saat itu. Dimana kegoncangan batin yang mereka

rasakan, seakan terobati dengan adanya Islam. Islam diyakini sebagai penerang

kegelapan hidupnya. Karenanya, jika mengkaji tentang sejarah masuknya Islam

dan intelektual Islam Nusantara serasa tidak tepat, bila tidak mengulas tuntas

tentang lembaga-lembaga pengajaran mereka, baik berupa pesantren maupun

lembaga-lembaga pengajian langgaran (kalongan), serta menelusuri perubahan

yang dialaminya dari satu generasi ke generasi, termasuk mengkaji karya-karya

para pengasuhnya.

Jika kita telusuri semua penyebaran Islam di berbagai pelosok di

Indonesia, maka para penyebar agama Islam lebih mengutamakan pendekatan

Page 41: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

35  

BAB IV CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO

(STUDI PEMIKIRAN TOKOH MUSLIM KALIMANTAN BARAT TAHUN 1990-2017)

A. Berkembangnya Pemikiran Islam di Kalimantan Barat: Melalui Sarana Dakwah dan Pendidikan

Membahas Islam di Indonesia tentunya tidak akan terlepas dari

pembahasan tentang Islam sufi (tasawuf) sebab pertama kali Islam masuk ke

Indonesia, melalui pendekatan tasawuf, melalui pendekatan akhlak dan etika

serta estetika. Banyaknya penduduk Indonesia masuk Islam karena kesamaan

dalam beretika dan bertutur kata. Lembut dan halus. Para penyebar awal

masuknya Islam ke Indonesia, mereka memiliki kemampuan pendekataan

spritual dan emotional yang tinggi. Jika dirunut lebih jauh lagi ke belakang, apa

yang yang terjadi di awal penyebaran islam, tentu kita akan sadar bahwa islam

masuk ke Indonesia dengan damai dan aman. Tidak ada pertumpahan darah.

Islam datang dengan semboyannya, Rahmatan Lil’alamin. Para penyebar Islam

awal di Indonesia (Wali Songo), khususnya dalam konteks ini menjadikan nilai-

nilai tasawuf sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik keseharian dan

keberhasilan dakwahnya. Ajaran tasawuf dirasa cukup mengena pada

masyarakat Indonesia saat itu. Dimana kegoncangan batin yang mereka

rasakan, seakan terobati dengan adanya Islam. Islam diyakini sebagai penerang

kegelapan hidupnya. Karenanya, jika mengkaji tentang sejarah masuknya Islam

dan intelektual Islam Nusantara serasa tidak tepat, bila tidak mengulas tuntas

tentang lembaga-lembaga pengajaran mereka, baik berupa pesantren maupun

lembaga-lembaga pengajian langgaran (kalongan), serta menelusuri perubahan

yang dialaminya dari satu generasi ke generasi, termasuk mengkaji karya-karya

para pengasuhnya.

Jika kita telusuri semua penyebaran Islam di berbagai pelosok di

Indonesia, maka para penyebar agama Islam lebih mengutamakan pendekatan

 36 

tasawuf dan akhlak. Oleh sebab itu, karena dirasa sangat memiliki pengaruh

besar penyebaran menggunakan tasawuf, maka mayoritas menggunakan metode

pengdekatan tasawuf. Begitu juga, penyebaran Islam yang dilakukan oleh para

penyebar Islam di Kalimantan Barat, mereka pun konsentrasi menyebarkan

Islam menggunakan pendekatan tasawuf atau sufi. Seperti yang dilakukan oleh

Syekh Khatib as-Sambasi, Raja Imam Baisuni Imron, dan Haji Ismail Mundu.

Kita tahu bahwa di Kalimantan barat, selain memiliki multi etnis, multi

adat, juga multi agama, oleh sebab itu, maka para ulama di atas ketika

menyebarkan agama Islam berusaha dengan semaksimal mungkin untuk bisa

merangkul semua golongan dari berbagai etnis tadi.

Apabila kita meneliti sejarah para Ulama Nusantara yang ada di

Indonesia pada umumnya dan yang ada di propinsi Kalimantan Barat pada

khususnya dan tepatnya di Kubu Raya, maka akan kita temukan nama yang

sampai saat ini masih harum dan terhormat jasanya. Syekh H. Ismail Mundu.

Penghormatan tersebut diperoleh karena mereka memiliki kepribadian yang

mulia dan keilmuan yang tinggi, khususnya di bidang Agama Islam. Dalam

penelitian ini, akan terfokus pada Haji Ismail Mundu, dimana beliau

menyebarkan agama Islam di sekitar Kubu Raya (kerajaan Kubu) dan

pontianak. Beliau tuan guru dari pada tokoh agama yang berpengaruh di sekitar

Kubu Raya dan Pontianak.

1. Haji Ismail bin Abdul Karim: Tokoh Pemikir Islam di Kubu Raya dan

Mufti Kerajaan Kubu Kalimantan Barat

Seorang mufti kerajaan Kubu Kalimantan Barat, ulama yang sangat

terkenal sering disebut-sebut ulama Bugis, beliau salah satu ulama yang

menjadi mufti dikerajaan Kubu yang bukan dari keturunan Syec, menulis

beberapa kitab amalan zikir tauhid salah satu kitabnya yang terkenal adalah

kitab Babun Nikah yang diterbitkan di Singapur, menjadi salah satu kitab

rujukan hukum nikah diIndonesia. Meninggal pada tahun 1957 di makamkan di

Page 42: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 37 

Kecamatan Telok Pakedai Kabupaten Kubu Raya, dikenal dengan makam

mesjid Batu, makamnya sering dikunjungi oleh masyarakat. Pengunjung yang

datang dari kalangan muslim maupun non muslim yang sangat menghormati

beliau.

Boleh dikata, H. Ismail Mundu adalah ulama yang sangat berjasa besar

dalam menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat, utamanya di Kubu Raya

dan Pontianak. Sebab, banyak dari murid-murid beliau yang kemudian

melanjutkan perjuangan beliau dalam berdakwah. H. Ismail Mundu memang

tidak memiliki Pesantren seperti kiayi-kiayi yang ada di Jawa, beliau hanya

memiliki lembaga pengajian saja. Muridnya tidak menginap tetap seperti halnya

pondok pesantren. Beliau adalah ulama yang berasal dari keturunan raja Sawito

di Sulawesi Selatan. Kerajaan pertama yang berdiri di Sulawesi Selatan pada

awal abat ke 14 adalah kerajaan “Luwu” yang mana sebelumnya bernama

kerajaan “Ussu” yang diperintah oleh Dinasti Tamanurung Simpuru Siang. pada

abad ke XVI dapat dikatakan sebagai abad penyebaran Agama Islam.

Haji Ismail mundu sebagai ulama yang tersohor dari keturunan raja

Sawito di Sulawesi Selatan. Beliau lahir pada tahun 1287 H yang bertepatan

pada tahun 1870 M. Ayahnya bernama Daeng Abdul Karim alias Daeng

Talengka bin Daeng Palewo Arunge Lamongkona bin Arunge Kaceneng

Appalewo bin Arunge Betteng Wajo’ Sulawesi Selatan dari keturunan Maduk

Kalleng. Sementara Ibunya bernama Zahra (Wak Soro) berasal dari daerah

Kakap, Kalimantan Barat.

Sebab pada saat itu terkenal salah seorang raja yang giat menyebarkan

agama Islam, beliau adalah Sultan Babullah dari Ternate. Tepatnya pada tahun

1580 beliau berkunjung ke Makassar dan kemudian membuat suatu perjanjian

persahabatan dengan Raja Gowa ke XII yang bernama I Manggorai Daeng

Mameto alias Karaeng Tunijalla. Dalam perjanjian tersebut, Sultan Babullah

menyerahkan pulau Selayar kepada kerajaan Gowa sebagai imbalan adanya

jaminan kebebasan dalam menyiarkan agama Islam.Di Kerajaan Gowa, Islam

Page 43: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 37 

Kecamatan Telok Pakedai Kabupaten Kubu Raya, dikenal dengan makam

mesjid Batu, makamnya sering dikunjungi oleh masyarakat. Pengunjung yang

datang dari kalangan muslim maupun non muslim yang sangat menghormati

beliau.

Boleh dikata, H. Ismail Mundu adalah ulama yang sangat berjasa besar

dalam menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat, utamanya di Kubu Raya

dan Pontianak. Sebab, banyak dari murid-murid beliau yang kemudian

melanjutkan perjuangan beliau dalam berdakwah. H. Ismail Mundu memang

tidak memiliki Pesantren seperti kiayi-kiayi yang ada di Jawa, beliau hanya

memiliki lembaga pengajian saja. Muridnya tidak menginap tetap seperti halnya

pondok pesantren. Beliau adalah ulama yang berasal dari keturunan raja Sawito

di Sulawesi Selatan. Kerajaan pertama yang berdiri di Sulawesi Selatan pada

awal abat ke 14 adalah kerajaan “Luwu” yang mana sebelumnya bernama

kerajaan “Ussu” yang diperintah oleh Dinasti Tamanurung Simpuru Siang. pada

abad ke XVI dapat dikatakan sebagai abad penyebaran Agama Islam.

Haji Ismail mundu sebagai ulama yang tersohor dari keturunan raja

Sawito di Sulawesi Selatan. Beliau lahir pada tahun 1287 H yang bertepatan

pada tahun 1870 M. Ayahnya bernama Daeng Abdul Karim alias Daeng

Talengka bin Daeng Palewo Arunge Lamongkona bin Arunge Kaceneng

Appalewo bin Arunge Betteng Wajo’ Sulawesi Selatan dari keturunan Maduk

Kalleng. Sementara Ibunya bernama Zahra (Wak Soro) berasal dari daerah

Kakap, Kalimantan Barat.

Sebab pada saat itu terkenal salah seorang raja yang giat menyebarkan

agama Islam, beliau adalah Sultan Babullah dari Ternate. Tepatnya pada tahun

1580 beliau berkunjung ke Makassar dan kemudian membuat suatu perjanjian

persahabatan dengan Raja Gowa ke XII yang bernama I Manggorai Daeng

Mameto alias Karaeng Tunijalla. Dalam perjanjian tersebut, Sultan Babullah

menyerahkan pulau Selayar kepada kerajaan Gowa sebagai imbalan adanya

jaminan kebebasan dalam menyiarkan agama Islam.Di Kerajaan Gowa, Islam

 38 

menjadi agama resmi sejak masa pemerintahan I Mangarangi Daeng Manrabia,

yang kemudian bergelar Sultan Alauddin. Sebelumnya, Mangku Bumi

Malingkang Daeng Manyanri juga memeluk agama Islam dengan gelar Sultan

Abdullah Awalul Islam, beliau diangkat sebagai mangku bumi kerajaan Gowa,

sebab ketika dinobatkan sebagai raja Gowa, Sultan Alaudin masih berusia 7

(tujuh) tahun.

a. Riwayat Pendidikan Haji Ismail bin Abdul Karim Pendidikan beliau dimulai sedari masih kecil. Pada masa kecil, H.

Ismail Mundu lebih dikenal dengan nama Mundu. Sejak kecil, pada

kepribadian Mundu telah tanpak sebagai anak yang taat dalam

mengamalkan ajaran Agama Islam. Pada awalnya sekitar umur 7 tahun

beliau belajar kepada pamannya sendiri (adik dari Ibunya) yang bernama

H. Muhammad bin H. Ali, dengan kecerdasannya, dalam jangka waktu

tujuh bulan Mundu berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an dengan sempurna.

Selanjutnya Syekh Abdul Karim (Ayahanda Mundu) mengutus

Mundu untuk belajar ilmu agama kepada seorang ‘Ulama besar di masanya

yang bernama H. Abdullah Ibnu Salam, yang dikenal juga dengan nama H.

Abdullah Bilawa. Beliau memiliki gelar ‘Ulama Batu Penguji yang

berdomisili di Desa Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. Setelah H.

Abdullah Ibnu Salam berpulang ke Rahmatullah, maka Mundu

melanjutkan belajar agama kepada seorang ‘Ulama yang bernama Sayyed

Abdullah Azzawawi. Beliau adalah seorang Mufti di Makkatul

Mukarramah.

Di samping itu, Mundu juga belajar kepada dua orang Guru yang

bernama Tuan Umar Sumbawa dan Makabro alias Puang Lompo. Makabro

adalah salah seorang ‘ulama yang berasal dari suku Bugis, dari beliau Guru

H.Ismail Mundu banyak belajar tentang menghafal kitab-kitab yang

menjelaskan tentang ilmu-ilmu agama Islam.

Page 44: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 39 

Sekitar usia 20 tahun Mundu menunaikan ibadah H. yang pertama

kalinya. Pada saat itu, masih belum menikah, oleh sebab itu beliau

mengakhiri masa lajangnya di Makkah, dengan menikahi seorang wanita

yang berasal dari suku Habsyi yang bernama Ruzlan. Sebagaimana

galibnya, salah satu tujuan diselenggarakannya pernikahan adalah untuk

mendapatkaA keturunan, tetapi dalam kenyataannya keinginan tersebut

tidak selamanya dapat terwujud, sebagaimana yang dialami oleh H.

Mundu. Setelah berselang beberapa waktu hidup bersama membangun

keluar-ga yang Sakinah, ternyata sang istri tercinta telah berpulang ke

Rahmatullah, sebelum dikarunia seorang putra. Oleh sebab itu, tidak lama

kemudian Mundu kembali menikah yang ke dua kalinya dengan seorang

wanita yang berasal dari pulau Sarasan bernama Hj. Aisyah.

Kemudian Mundu kembali ke Indonesia, sejak itulah beliau lebih

dikenal dengan nama H. Ismail Mundu. Seperti halnya pernikahan yang

pertama, Allah Swt menguji kesabaran H. Ismail Mundu, yang mana baru

saja membina keluarga dengan Hj. Aisyah, ternyata istri yang tercinta

segera dipanggil untuk kembali ke Rahmatullah, padahal pada saat itu

beliau belum dikaruniai seorang putra, demikianlah kehendak Allah swt.

b. Wafatnya Haji Ismail bin Abdul Karim Beliau wafat pada tahun 1377 H bertepatan dengan 1957. M di

Teluk Pakedai. Beliau dimakamkan di sekitar Masjid Batu atau masjid

besar Nasrullah. Perjuangan dakwah beliau tidak digantikan oleh

keturunannya, sebab menuruts ustadz Rifa’i Abbas,anak-anak beliau

meninggal saat masih muda. Perjuangan dakwah beliau dilanjutkan oleh

para muridnya, diantaranya adalah tuan guru Husin H. Akhmad, H. Abbas

bin H. Supu’, Muhammad Saleh, H. Ya’kob, Ibrahim bin H. Basir( beliau

adalah satu satu murid yang mendapatkan warisan dawat, tempat tinta),

ustadz H. Rifa’i Abbas, dan H. Ibrahim bin H. Usman alias H. Do-eng.

Page 45: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 39 

Sekitar usia 20 tahun Mundu menunaikan ibadah H. yang pertama

kalinya. Pada saat itu, masih belum menikah, oleh sebab itu beliau

mengakhiri masa lajangnya di Makkah, dengan menikahi seorang wanita

yang berasal dari suku Habsyi yang bernama Ruzlan. Sebagaimana

galibnya, salah satu tujuan diselenggarakannya pernikahan adalah untuk

mendapatkaA keturunan, tetapi dalam kenyataannya keinginan tersebut

tidak selamanya dapat terwujud, sebagaimana yang dialami oleh H.

Mundu. Setelah berselang beberapa waktu hidup bersama membangun

keluar-ga yang Sakinah, ternyata sang istri tercinta telah berpulang ke

Rahmatullah, sebelum dikarunia seorang putra. Oleh sebab itu, tidak lama

kemudian Mundu kembali menikah yang ke dua kalinya dengan seorang

wanita yang berasal dari pulau Sarasan bernama Hj. Aisyah.

Kemudian Mundu kembali ke Indonesia, sejak itulah beliau lebih

dikenal dengan nama H. Ismail Mundu. Seperti halnya pernikahan yang

pertama, Allah Swt menguji kesabaran H. Ismail Mundu, yang mana baru

saja membina keluarga dengan Hj. Aisyah, ternyata istri yang tercinta

segera dipanggil untuk kembali ke Rahmatullah, padahal pada saat itu

beliau belum dikaruniai seorang putra, demikianlah kehendak Allah swt.

b. Wafatnya Haji Ismail bin Abdul Karim Beliau wafat pada tahun 1377 H bertepatan dengan 1957. M di

Teluk Pakedai. Beliau dimakamkan di sekitar Masjid Batu atau masjid

besar Nasrullah. Perjuangan dakwah beliau tidak digantikan oleh

keturunannya, sebab menuruts ustadz Rifa’i Abbas,anak-anak beliau

meninggal saat masih muda. Perjuangan dakwah beliau dilanjutkan oleh

para muridnya, diantaranya adalah tuan guru Husin H. Akhmad, H. Abbas

bin H. Supu’, Muhammad Saleh, H. Ya’kob, Ibrahim bin H. Basir( beliau

adalah satu satu murid yang mendapatkan warisan dawat, tempat tinta),

ustadz H. Rifa’i Abbas, dan H. Ibrahim bin H. Usman alias H. Do-eng.

 40 

Mereka sebagian murid tuan guru haji Ismail Mundu yang

menggantikan dalam menyebarkan, mensyiarkan dan mendakwahkan Islam

di Kalimantan Barat, khususnya daerah Kubu Raya dan Pontianak. Tentu,

walaupun beliau telah tiada, namun dakwah beliau tentunya tidak lekang

oleh zaman, baik untuk mengingat akhirat. Hakikat pemakaman pada

umumnya ada dua yakni menguburkan jenazah dengan hormat dan

membantu orang yang masih hidup untuk mengingat kematian. Ada makna

dakwah dan edukasi di balik sebuah prosesi pemakaman. Ziarah kubur

diharapkan melalui teks dan historis(sejarah dan budaya) begitu juga,

kuburan beliau yang tidak pernah sepi oleh peziarah adalah bagian dari

dakwah beliau yang tak kunjung padam. Kuburan(maisan) memang tidak

bicara, tidak bisa mengajak orang dengan suara lantang, tapi, saat para

peziarah datang untuk mendo’akan beliau, setidaknya mereka akan

mengingat bagaimana napak tilas beliau dalam berdakwah. Denga

sendirinya para peziarah akan teringat mati saat melihat kuburan, yang

tujuan utama ziarah adalah mengingat mati(tadzkirul maut).

Rasulullah saw. menganjurkan kepada umatnya untuk ziarah kubur

bisa membuat peziarah menitikkan air mata agar hati menjadi lembut.

Dengan berziarah kubur diharapkan membuat keluarga yang ditinggalkan

bersikap qonaah atau merasa cukup, serta lebih bersyukur. Selain itu, tentu

saja diharapkan bisa menambah rasa takut kepada Allah. Berziarah kubur

diharapkan bisa mengenang jasa-jasa orang yang sudah dimakamkan.

c. Daftar Karya Produktif Haji Ismail bin Abdul Karim 1) Risalah Jadwal Nikah

Diketahui, padaa saat itu, masyarakat Kalimantan Barat tidak

begitu mementingkan tentang hamil di luar nikah. Banyak dari masyarakat

akan pelaksanaan ke jenjang pernikahan setelah pasangannya sudah hamil.

Dites/atau dirasa dulu baru dinikahi. Walau banyak orang Islam saat itu di

Page 46: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 41 

sekitar teluk Pakedai, hanya saja berbanding lurus dengan kejahatan

kelamin. Melihat kondisi sosial masyarakat dan keagamaan yang terjadi

pada saat itu, membuat beliau menulis sebuah kitab yang berjudul “Jadwal

Nikah” sebagaimana yang dikutip Ust. Baidillah Riyadi dalam bukunya

yang berjudul ‘Guru Haji Ismail Mundu: Ulama legendaris dari Kerajaan

Kubu’, “Maka tatkala adalah tahun seribu tiga ratus lima puluh tujuh

daripada hijrah Nabi. (1357 H/1938 M) bergeraklah hati saya dan

cenderunglah fikiran saya bahawa hendak memungut akan beberapa

masalah soal jawab pada bicara hukum nikah”.

Dalam kitab yang telah ditulis oleh beliau“Risalah Jadwal Nikah”

tuan guru Ismail Mundu membahas tentang tatacara pernikahan dan

jadwalnya(syarat dan rukunnya). Terutamatentang hukum dan tata cara

serta hal-hal berkaitan dengan masalah pernikahan.Tapi perkaranikah

yang paling populerpada saat itu di tengah masyarakat adalah pengetahua

tentang dua jenis perwalian. Pada saat itu, masyarakat mengerti tentang

wali nikah hanya dua macam saja, yaitu wali aqrab (wali ayng paling

dekat) dan wali hakim (penghulu/pak mudin). Dalam buku Risalah Jadwal

Nikah, tuan guru membahas tentang wali tahkim. Beliau membedakan

anatra wali hakim dan wali tahkim. Wali hakim adalah penghulu yang

ditunjuk atau ketua KUA kalau zaman sekarang, sedangkan wali tahkim,

dalam pandangan beliau adalah wali dari pihak perempuan hampir mirip

dengan hakim, hanya saja, dalam penjelasan beliau, beliau menjelaskan

bahwa ber-tahkim ada tiga syarat, pertama, karena ketiadaan wali. Kedua,

ketiadaan hakim di daerah tersebut. Ketiga, seorang laki-laki yang

dijadikan wali tahkim adalah seorang laki-laki yang bisa dijadikan wali

tahkim adalah laki-laki yang adil.

Kitab ini dirasa akan menjadi solusi bagi masyarakat muslim di

kalimantan Barat khusunya di Kubu. Pernikahan adalah awal pertama

membentuk keluarga yang sakinah. Peradaban yang baik suatu bangsa

Page 47: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 41 

sekitar teluk Pakedai, hanya saja berbanding lurus dengan kejahatan

kelamin. Melihat kondisi sosial masyarakat dan keagamaan yang terjadi

pada saat itu, membuat beliau menulis sebuah kitab yang berjudul “Jadwal

Nikah” sebagaimana yang dikutip Ust. Baidillah Riyadi dalam bukunya

yang berjudul ‘Guru Haji Ismail Mundu: Ulama legendaris dari Kerajaan

Kubu’, “Maka tatkala adalah tahun seribu tiga ratus lima puluh tujuh

daripada hijrah Nabi. (1357 H/1938 M) bergeraklah hati saya dan

cenderunglah fikiran saya bahawa hendak memungut akan beberapa

masalah soal jawab pada bicara hukum nikah”.

Dalam kitab yang telah ditulis oleh beliau“Risalah Jadwal Nikah”

tuan guru Ismail Mundu membahas tentang tatacara pernikahan dan

jadwalnya(syarat dan rukunnya). Terutamatentang hukum dan tata cara

serta hal-hal berkaitan dengan masalah pernikahan.Tapi perkaranikah

yang paling populerpada saat itu di tengah masyarakat adalah pengetahua

tentang dua jenis perwalian. Pada saat itu, masyarakat mengerti tentang

wali nikah hanya dua macam saja, yaitu wali aqrab (wali ayng paling

dekat) dan wali hakim (penghulu/pak mudin). Dalam buku Risalah Jadwal

Nikah, tuan guru membahas tentang wali tahkim. Beliau membedakan

anatra wali hakim dan wali tahkim. Wali hakim adalah penghulu yang

ditunjuk atau ketua KUA kalau zaman sekarang, sedangkan wali tahkim,

dalam pandangan beliau adalah wali dari pihak perempuan hampir mirip

dengan hakim, hanya saja, dalam penjelasan beliau, beliau menjelaskan

bahwa ber-tahkim ada tiga syarat, pertama, karena ketiadaan wali. Kedua,

ketiadaan hakim di daerah tersebut. Ketiga, seorang laki-laki yang

dijadikan wali tahkim adalah seorang laki-laki yang bisa dijadikan wali

tahkim adalah laki-laki yang adil.

Kitab ini dirasa akan menjadi solusi bagi masyarakat muslim di

kalimantan Barat khusunya di Kubu. Pernikahan adalah awal pertama

membentuk keluarga yang sakinah. Peradaban yang baik suatu bangsa

 42 

tentu mengacu pada peradaban yang baik pula dalam keluarga, kemudian

peradaban desa, daerah lokasi bahkan negara. Oleh sebab itu, penulisan

buku tentang Risalah Jadwal Nikah diharapkan akan menjadi solusi

terhadap pembangunan peradaban pada saat itu. Apalagi beliau adalah

seorang mufti kerajaan.

2) Kitab Mukhtasarul Manan

Kitab Mukhtashar al-manan diselesaikan di Teluk Pakedai, hari

Jumaat, pukul 17.00 petang, 18 Rajab 1351 H bertepatan dengan tahun

1929 Masehi. Kitab ini membahas tentang sifat wajib 20 bagi Allah SWT

yang merupakan pelajaran ilmu akidah untuk hafalan kanak-kanak.

Biasnaya, sifat-sifat wajib 20 ini dilantunkan di masjid-masjid selepas

adzan dikomandangkan, sambil menunggu waktu iqamah, anak-anak

melantunkannya(menyanyikannya), ada yang menyebut ‘dzikiran’ juga

ada yang menyebut dengan istilah ‘puji-pujian’. Lantunan seperti ini, pada

dasaranya agar anak-anakgampang mengingat apa yang dihapalnya; dan

agar mereka suka untukmengaji dan sholat di asjid.Kepercayaan dan

keyakinan adalah hal terpenting dalam hidup setiap insan. Setiap manusia

pasti akan memiliki kepercayaan, apakah kepercayaannya salah atau

benar. Dalam kehidupan manusia, untuk menggapai kebahagian, maka

iman dan keyakinan menjadi pondasi utama. Oleh sebab itu, dalam hal

keimanan, H. Ismail Mundu menulis sebuah kitab yang berjudul

“Mukhtasarul Manan”. Kitab ini membahas ketauhidan atau keimanan

yang harus dipelajari dan diamalkan oleh seorang muslim baik laki-laki

maupun perempuan.

Kitab ini ditulis untuk menangkal keimanan dan kepercayaan

masyarakat yang saat itu banyak melenceng dari keimanan dan

kepercayaan umat Islam.

3) Tafsir Terjemah Bugis

Page 48: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 43 

Tuan guru H. Ismail Mundu menulis tafsir terjemahan Al-Quran

berbahasa Bugis. Selain karena beliau berasal dari suku Bugis, disebabkan

juga karena banyak muridnya yang berasal dari etnis Bugis. Juga karena

penduduk Teluk Pakedai saat itu didominasi oleh suku Bugis yang berasal

dari Sulawesi. Sehingga dirasa perlu oleh beliau untuk menulis tafsir

terjemah berbahasa Bugis. Watak Bugis yang terkenal keras akan lunak

dengan bahasanya sendiri. Bahasa yang lugas dan mudah difaham akan

gampang membuat orang-orang Bugis mengambil hikmah dari tulisan

sang maha Guru H. Ismail Mundu.

Terjemahan adalah cara mudah untuk memahami suatu ilmu yang

bersumber dari bahasa lain. Sehingga ketika ada suatupenjelasan yang

lupa-lupa ingat bisa kembali kepada kitab yang dijadikan referensi dalam

bentuk terjemahannya.

4) Majmu’ al-Mirats fi Hukmi al-Faraidh

Beliau juga mengarang kitab yang membahas tentang

mawarist(harta warisan). Penulisan tentang kitab hukum mawaris ini

tentu karena beliau menganggap penting diketahui dan dipelajari, apalagi

dalam sebuah hadits Rasul saw mewarning bahwa ilmu mawaris adalah

salah satu ilmu yang pertama kali akan dicabut dari peredarannya.

Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah r.a.

berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

أبي بن عمر بن حفص حدثنا الحزامي المنذر بن إبراهيم حدثنا قال قال هريرة أبي عن الأعرج عن الزداد أبو حدثنا العطاف رسول صلى اللہ الفرائض تعلموا هريرة أبا يا وسلم عليه اللہ

ل وهو ينسى وهو العلم دصف فإده وعلموها من ينزع شيء أوتي أم

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mundzir Al Hizami; telah menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar bin Abu Al 'Ithaf; telah menceritakan kepada kami Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu

Page 49: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 43 

Tuan guru H. Ismail Mundu menulis tafsir terjemahan Al-Quran

berbahasa Bugis. Selain karena beliau berasal dari suku Bugis, disebabkan

juga karena banyak muridnya yang berasal dari etnis Bugis. Juga karena

penduduk Teluk Pakedai saat itu didominasi oleh suku Bugis yang berasal

dari Sulawesi. Sehingga dirasa perlu oleh beliau untuk menulis tafsir

terjemah berbahasa Bugis. Watak Bugis yang terkenal keras akan lunak

dengan bahasanya sendiri. Bahasa yang lugas dan mudah difaham akan

gampang membuat orang-orang Bugis mengambil hikmah dari tulisan

sang maha Guru H. Ismail Mundu.

Terjemahan adalah cara mudah untuk memahami suatu ilmu yang

bersumber dari bahasa lain. Sehingga ketika ada suatupenjelasan yang

lupa-lupa ingat bisa kembali kepada kitab yang dijadikan referensi dalam

bentuk terjemahannya.

4) Majmu’ al-Mirats fi Hukmi al-Faraidh

Beliau juga mengarang kitab yang membahas tentang

mawarist(harta warisan). Penulisan tentang kitab hukum mawaris ini

tentu karena beliau menganggap penting diketahui dan dipelajari, apalagi

dalam sebuah hadits Rasul saw mewarning bahwa ilmu mawaris adalah

salah satu ilmu yang pertama kali akan dicabut dari peredarannya.

Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah r.a.

berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

أبي بن عمر بن حفص حدثنا الحزامي المنذر بن إبراهيم حدثنا قال قال هريرة أبي عن الأعرج عن الزداد أبو حدثنا العطاف رسول صلى اللہ الفرائض تعلموا هريرة أبا يا وسلم عليه اللہ

ل وهو ينسى وهو العلم دصف فإده وعلموها من ينزع شيء أوتي أم

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mundzir Al Hizami; telah menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar bin Abu Al 'Ithaf; telah menceritakan kepada kami Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu

 44 

'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Abu Hurairah, belajarlah faraidl dan ajarkanlah, karena sesungguhnya ia adalah setengah dari ilmu, dan ilmu itu akan dilupakan dan ia adalah yang pertama kali dicabut dari umatku.”1

Begitu juga dengan hadits Rasul saw: Ibnu Mas’ud r.a. berkata

bahwa Nabi SAW bersabda;

بن سليماد له يقال رجل عن عوف حدثنا الهيثم بن عثماد أخبردا رسول لي قال مسعود ابن قال قال هجر أهل من جابر صلى اللہ

الفرائض تعلموا الناس وعلموه العلم تعلموا وسلم عليه اللہ مقبوض امرؤ فإدي الناس وعلموه القرآد تعلموا الناس وعلموه لا فريضة في اثناد يختلف حتى الفتن وتظهر سيقبض والعلم بينهما يفصل أحدا يجداد

Dari ibnu Mas’ud ra. Berkata: telah bersabda Rasululloh Shollallohu ‘alahi wasallam “Pelajarilah al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang-orang. Dan pelajarilah ilmu faraid serta ajarkanlah kepada orang-orang, karena aku adalah orang yang akan direnggut (wafat), sedang ilmu itu akan diangkat dan fitnah akan tampak, sehingga dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan, mereka berdua tidak menemukan seorang pun yang sanggup meleraikan (menyelesaikan perselisihan pembagian hak waris) mereka.”2 Karena pentingnya ilmu faraid, para ulama sangat memperhatikan

ilmu ini, sehingga mereka seringkali menghabiskan sebagian waktu

mereka untuk menelaah, mengajarkan, menuliskan kaidah-kaidah ilmu

faraid, serta mengarang beberapa buku tentang faraid. Mereka melakukan

hal ini karena anjuran Rasulullah saw.

Abu Musa al-Asy’ari ra. berkata, “Perumpamaan orang yang

membaca Al-Qur’an dan tidak cakap (pandai) di dalam ilmu faraid,

adalah seperti mantel yang tidak bertudung kepala.”

                                                            1Lihat dalam, Ibnu Majah, dalam sunannya, Bab: “Anjuran Mempelajari Ilmu Faraidh, vol: 8,

hal: 197, no. hadis. 2710. 2Lihat dalam, Imam al-Darimi, dalam kitab sunannya, pada Bab. “Meneladani Para ‘Ulama”,

no. hadis. 223.  

Page 50: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 45 

Demikianlah beberapa penjelasan tentang keutamaan ilmu faraid

dimana ilmu faraid merupakan pengetahuan dan kajian para sahabat dan

orang-orang shaleh(salafus sholeh) dahulu, sehingga menjadi jelas

bahwasanya ilmu faraid termasuk ilmu yang mulia dan perkara-perkara

yang penting di mana sandaran utama ilmu ini ialah dari Al-Qur’an dan

sunnah Rasul-Nya. Hal ini juga yang menjad pijakan dari tuan guru haji

IsmailMundu untuk mengarang kitab ringkas tentang fiqh waris.

Tentang karya beliau, sebanrnya masih banyak lagi karangan

beliau yang belum dibahas, diantaranya, Usul Tahqiq, Majmu’ul Mirasa,

Konsep Khutbah Bulan Safar dan Konsep Kutbah Bulan Jumadil Akhir,

Kitab dzikir Tauhidiyah, dan Faidah istighfar Rajab yang akan dibahas

selanjutnya.

d. Metode Dakwah Haji Ismail bin Abdul Karim Jika melihat banyaknya karya yang telah ditulis dan dibukukan

oleh beliau, tentu dakwah beliau sangat digemari dan diminati oleh

masyarakat pada saat itu. Apalagi, saat ditawari menjadi seorang mufti

kerajaan, tentu tidaklah mudah bagi seorang ulama sekaliber Ismail

Mundu, hal ini tentu disebabkan karena dakwah beliau diterima dan

dirasakan oleh kalangan masyarakat dan kerajaan pada masa itu. 1) Dakwah dari Mushalla dan Masjid

Tentu dakwah bagi seorang ulama sekelas tuan guru Ismail

Mundu pada saat itu akan menghiasa rumah-rumah warga, musholla-

musholla, dan masjid-masjid. Jika melihat dari karya-karya dan

penuturan dari beberapa muridnya, maka dakwah beliau telah sesuai

metode dakwah yang termaktub dalam al-Quran surat An-Nahl yang

berbunyi :

Page 51: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 45 

Demikianlah beberapa penjelasan tentang keutamaan ilmu faraid

dimana ilmu faraid merupakan pengetahuan dan kajian para sahabat dan

orang-orang shaleh(salafus sholeh) dahulu, sehingga menjadi jelas

bahwasanya ilmu faraid termasuk ilmu yang mulia dan perkara-perkara

yang penting di mana sandaran utama ilmu ini ialah dari Al-Qur’an dan

sunnah Rasul-Nya. Hal ini juga yang menjad pijakan dari tuan guru haji

IsmailMundu untuk mengarang kitab ringkas tentang fiqh waris.

Tentang karya beliau, sebanrnya masih banyak lagi karangan

beliau yang belum dibahas, diantaranya, Usul Tahqiq, Majmu’ul Mirasa,

Konsep Khutbah Bulan Safar dan Konsep Kutbah Bulan Jumadil Akhir,

Kitab dzikir Tauhidiyah, dan Faidah istighfar Rajab yang akan dibahas

selanjutnya.

d. Metode Dakwah Haji Ismail bin Abdul Karim Jika melihat banyaknya karya yang telah ditulis dan dibukukan

oleh beliau, tentu dakwah beliau sangat digemari dan diminati oleh

masyarakat pada saat itu. Apalagi, saat ditawari menjadi seorang mufti

kerajaan, tentu tidaklah mudah bagi seorang ulama sekaliber Ismail

Mundu, hal ini tentu disebabkan karena dakwah beliau diterima dan

dirasakan oleh kalangan masyarakat dan kerajaan pada masa itu. 1) Dakwah dari Mushalla dan Masjid

Tentu dakwah bagi seorang ulama sekelas tuan guru Ismail

Mundu pada saat itu akan menghiasa rumah-rumah warga, musholla-

musholla, dan masjid-masjid. Jika melihat dari karya-karya dan

penuturan dari beberapa muridnya, maka dakwah beliau telah sesuai

metode dakwah yang termaktub dalam al-Quran surat An-Nahl yang

berbunyi :

 46 

äí÷Š $# 4’ n<Î) È≅‹ Î6 y™ y7În/ u‘ Ïπ yϑõ3Ït ø:$$Î/ Ïπ sà Ïãöθyϑø9 $# uρ Ïπ uΖ|¡pt ø:$# ( Οßγ ø9 ω≈ y_uρ

©ÉL©9 $$Î/ }‘ Ïδ ß⎯ |¡ômr& 4 ¨βÎ) y7−/ u‘ uθèδ ÞΟ n=ôãr& ⎯ yϑÎ/ ¨≅ |Ê ⎯ tã ⎯Ï&Î#‹Î6 y™ (

uθèδuρ ÞΟ n=ôãr& t⎦⎪ωtGôγ ßϑø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.3

Dari penjelasan ayat di atas bahwa terdapat tiga metode

dakwah ayang bisa diterapkan oleh para penceramah ataupun

Ustadz/kiayi dalam menyampaikan ajaran Islam, yakni :

a) Berdakwah dengan Hikmah (bil hikmah),maksudnya adalah

berdakwah dengan mengenal strata Maf’ul ( objek/orang yang

didakwahi ) sebagai landasan normative yakni menempatkan

manusia sesuai dengan kadar yang telah ditentukan atau melakukan

kontak dengan seseorang objek, da’i atau penceramah yang baik

harus mempelajari terlebih dahulu data riil tentang komunitas atau

pribadi yang akan didakwahi. Bisa juga diartikan,berdakwah

menggunakan cerita atau kisah yang bisa diambil hikmahnya.

b) Berdakwah dengan nasihat yang baik (bil mau’idhotil hasanati),

metode dakwah dengan dengan nasihat adalah dengan

memberikan peringatan kepada manusia berupa nasehat-nasehat

yang baik serta tidak terkesan mengancam dan membuat gelisah,

sehingga masyarakat yang kita dakwahi dapat tersentuh hatinya

dan kembali mengingat Allah swt. memberikan nasihat merupakan                                                             

3Baca Q.S. al-Nahl [16]: 125.  

Page 52: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 47 

tindakan mengingatkan seseorang dengan baik dan lemah lembut

agar dapat melunakkan hatinya.

c) Berdebat (jadal) dengan jalan atau cara yang baik apabila terjadi

perselisihan(bil mujâdalati hiya ahsan),debat  adalah sebuah

dakwah dengan cara interaksi atau komunikasi yang dilakukan oleh

beberapa kelompok yang membahas suatu ilmu atau pengetahuan

atau yang lazim disebut topik yang bertujuan untuk mencari

kesejalanan atau kesamaan dalam berpikir dan melahirkan suatu

hasil yang disepakati antara keduanya.Berdiskusi atau bisa disebut

juga dengan bermusyawarah juga merupakan sebuah cara untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang diperdebatkan atau

diperselisihkan yang pada akhirnya dengan diskusi itu dilahirkan

sebuah keputusan yang bersifat menengah.

Dakwah tuan guru haji yang begitu simpel, tegas, mudah difahami,

dan jelas ini menarik banyak perhatian masyarakat sekitar, sehingga

banyak berdatangan untukmengaji kepada beliau. Nilai puncak

kesuksesan dakwah beliau adalah pada tahun 1907 M (1326. H) saat

beliau diangkat menjadi seorang mufti(pengeluar fatwa) kerajaan Kubu.

Kerajaan mengapresiasi keberhasilan tuan guru dalammengentas

kebodohan dan kejumudan masyarakat pada saat itu, sehingga perjuangan

dakwah beliau menurut kerajaan telah berhasil dan sukses merubah

masyarakat Kubu.

Sedangkan menurut Ust. Baidillah Riyadi, metode dakwah

tuanguru Ismail Mundu menggunakan dua metode. Pertama, berdakwah

melalui teks. Tuan guru Ismail Mundu tidak hanya mengajar ngaji al-

Quran, tauhid, Fiqh, dan lainnya, melainkan beliau juga berdakwah

melalui teks tulisan. Dakwah tanpa mengeluarkan suara adalah dakwah

melalui tekstual. Dakwah dirasa tidak hanya cukup dengan bicara, bisa

Page 53: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 47 

tindakan mengingatkan seseorang dengan baik dan lemah lembut

agar dapat melunakkan hatinya.

c) Berdebat (jadal) dengan jalan atau cara yang baik apabila terjadi

perselisihan(bil mujâdalati hiya ahsan),debat  adalah sebuah

dakwah dengan cara interaksi atau komunikasi yang dilakukan oleh

beberapa kelompok yang membahas suatu ilmu atau pengetahuan

atau yang lazim disebut topik yang bertujuan untuk mencari

kesejalanan atau kesamaan dalam berpikir dan melahirkan suatu

hasil yang disepakati antara keduanya.Berdiskusi atau bisa disebut

juga dengan bermusyawarah juga merupakan sebuah cara untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang diperdebatkan atau

diperselisihkan yang pada akhirnya dengan diskusi itu dilahirkan

sebuah keputusan yang bersifat menengah.

Dakwah tuan guru haji yang begitu simpel, tegas, mudah difahami,

dan jelas ini menarik banyak perhatian masyarakat sekitar, sehingga

banyak berdatangan untukmengaji kepada beliau. Nilai puncak

kesuksesan dakwah beliau adalah pada tahun 1907 M (1326. H) saat

beliau diangkat menjadi seorang mufti(pengeluar fatwa) kerajaan Kubu.

Kerajaan mengapresiasi keberhasilan tuan guru dalammengentas

kebodohan dan kejumudan masyarakat pada saat itu, sehingga perjuangan

dakwah beliau menurut kerajaan telah berhasil dan sukses merubah

masyarakat Kubu.

Sedangkan menurut Ust. Baidillah Riyadi, metode dakwah

tuanguru Ismail Mundu menggunakan dua metode. Pertama, berdakwah

melalui teks. Tuan guru Ismail Mundu tidak hanya mengajar ngaji al-

Quran, tauhid, Fiqh, dan lainnya, melainkan beliau juga berdakwah

melalui teks tulisan. Dakwah tanpa mengeluarkan suara adalah dakwah

melalui tekstual. Dakwah dirasa tidak hanya cukup dengan bicara, bisa

 48 

ketika penceramah bicara dengan jamaah hanya terekam pada saat itu,

setelahnya tidak tercatat efek yang berkepanjangan. Akan tetapi dengan

tulisan, tentu bisa berpengaruh panjang lebih lama dan jamaah bisa

mengingatnya lagi, jika lupa bisa dilihat lagi. Bisa juga, dakwah dengan

tulisan, perubahan akan menjadi lebih bermakna. Mungkin itulah salah

satu sebab mengapa tua guru haji Ismail Mundu banyak menulis buku.

Bahkan, menurut maqalah imam Syafi’i yang sampai sekarang masih kita

dengar, “Jika kalian ingin hidup abadi, menulislah, karena namamu akan

selalu diingat”.

Kedua, berdakwah melalui konteks. Sejatnya pendirian masjid

besar Batu atau masjid besar Nasrullah yang didirikan oleh tuan guru haji

Ismail Mundu adalah sebagai media dakwah.Walau secara harfiah masjid

dimaknai sebagai tempat yang digunakan untuk bersembahyang atau

sujud.4 Dan, pengertian ini sudah menjadi pemahaman yang biasa

(lumrah) kebanyakan umat Islam. Hal ini berkaca pada masa awal Islam,

Rasulullah membangun masjid selain digunakan untuk menjalankan

ibadah shalat secara berjamaah, masjid juga digunakan sebagai sarana

untuk membangun masyarakat, yakni untuk membangun ukhuwwah

islamiyyah, tempat bermusyawarah untuk memecahkan persoalan

kemasyarakatan, serta sebagai pusat pemerintahan.5Namun demikian,

masjid juga bisa menjadi media dakwah untuk umat Islam dimana diakui

sebagai simbol untk menata interaksi antara seorang hamba dengan Allah,

dan seorang hamba dengan manusia yang lain.

Sedang maksud dari pada berdakwah melalui konteks ini adalah

berdakwah dengan menggunakan ornamen-ornamen simbol keagamaan.

Dalam hal ini, adalah masjid sebagai tempat untukmemuppuk keimanan

                                                            4Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah: Ibadah Ditinjau dari segi Hukum dan Hikmahnya.

(Yogyakarta: BulanBintang, 1987), hlm, 1. 5Moh, E. Ayub, Manajemen Masjid (Jakarta: GemaInsani Press, 1996.), hlm 12.

Page 54: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 49 

dan juga tidak dipungkiri bahwa masjid adalah simbol keislaman. Dimana

ada masjid disitu ada orang muslim. Dalam agam Islam, untuk mendirikan

masjid ada syarat-syarat tertentu, sehingga tidak sembarangan

membangun masjid.

Di tengah kehidupan masyarakat, masjid adalah sebagai simbol

tauhid. Dengan sendirinya, walaupun tanpa bersuara lantang, masjid

menunjukkan bahwa ia adalah tempat seorang hamba untuk mendekatkan

dirinya dengan Sang Khalik. Peran tersebut memberikan pemahaman

bahwa masjid berfungsi sebagai sarana peletak nilai-nilai ketuhanan dan

kemanusiaan, yakni sebagai sarana perjuangan psiko-spiritual, meliputi

tempat pengenalan, introspeksi (muhasabah) diri, disiplin, dan tempat

untuk berbagai bentuk bimbingan, baik yang berhubungan dengan Yang

Maha Kuasa maupun sesama manusia (habl min Allah dan habl min al-

nas).6 Keseimbangan hubungan yang tercipta dengan sarana masjid

tersebut akan menjadi ukuran baik-buruknya sebuah hubungan, baik antar

individu (personal) maupun antarmasyarakat (sosial).

2. H.M. Basyuni Imran: Tokoh Pemikir Islam dari Sambas Kalimantan

Barat Warna Keislaman Kalimantan Barat, khususnya Sambas, lebih dikenal

sebagai Islam dalam warna tarekat di bawah pengaruh kharisma tokoh besar

Ahmad Khatib As-Sambasi (lahir, 1803), seorang pemimpin tarekat Qadiriyah

Naqsabandiyah yang pengaruhnya banyak disebut-sebut meliputi Islam di

wilayah Asean.7 Sebelumnya pengaruh tasawuf di Kalimantan Barat telah

disemaikan oleh Syaikh Abdul Jalil al-Fatani yang dimakamkan di daerah

Lumbang, Sambas.

                                                            6Ruslani (Ed.), Wacana Spiritualitas Timur dan Barat (Yogyakarta: Qalam, 2000), hlm. 6.

7Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), h. 123. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 12, No. 1, 2014: 207 - 234

Page 55: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 49 

dan juga tidak dipungkiri bahwa masjid adalah simbol keislaman. Dimana

ada masjid disitu ada orang muslim. Dalam agam Islam, untuk mendirikan

masjid ada syarat-syarat tertentu, sehingga tidak sembarangan

membangun masjid.

Di tengah kehidupan masyarakat, masjid adalah sebagai simbol

tauhid. Dengan sendirinya, walaupun tanpa bersuara lantang, masjid

menunjukkan bahwa ia adalah tempat seorang hamba untuk mendekatkan

dirinya dengan Sang Khalik. Peran tersebut memberikan pemahaman

bahwa masjid berfungsi sebagai sarana peletak nilai-nilai ketuhanan dan

kemanusiaan, yakni sebagai sarana perjuangan psiko-spiritual, meliputi

tempat pengenalan, introspeksi (muhasabah) diri, disiplin, dan tempat

untuk berbagai bentuk bimbingan, baik yang berhubungan dengan Yang

Maha Kuasa maupun sesama manusia (habl min Allah dan habl min al-

nas).6 Keseimbangan hubungan yang tercipta dengan sarana masjid

tersebut akan menjadi ukuran baik-buruknya sebuah hubungan, baik antar

individu (personal) maupun antarmasyarakat (sosial).

2. H.M. Basyuni Imran: Tokoh Pemikir Islam dari Sambas Kalimantan

Barat Warna Keislaman Kalimantan Barat, khususnya Sambas, lebih dikenal

sebagai Islam dalam warna tarekat di bawah pengaruh kharisma tokoh besar

Ahmad Khatib As-Sambasi (lahir, 1803), seorang pemimpin tarekat Qadiriyah

Naqsabandiyah yang pengaruhnya banyak disebut-sebut meliputi Islam di

wilayah Asean.7 Sebelumnya pengaruh tasawuf di Kalimantan Barat telah

disemaikan oleh Syaikh Abdul Jalil al-Fatani yang dimakamkan di daerah

Lumbang, Sambas.

                                                            6Ruslani (Ed.), Wacana Spiritualitas Timur dan Barat (Yogyakarta: Qalam, 2000), hlm. 6.

7Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), h. 123. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 12, No. 1, 2014: 207 - 234

 50 

Pengaruh kental tasawuf di Kalimantan Barat, di waktu berikutnya

mulai tergeser dengan paham pembaharuan Islam yang justru dipelopori dari

tanah kelahiran Ahmad Khattib, yaitu di Sambas. Gerakan itu diawali oleh

sosok dari Maharaja Imam Masjid Kraton Sambas, yaitu Muhammad Baisuni

Imran. M. Baisuni Imran lahir pada tahun 1885 bertepatan dengan saat

pembangunan Masjid Kraton Sambas yang dilakukan oleh Sultan Shafiudin II.

Baisuni Imran saat muda sempat belajar ke Timur Tengah (1901-1906) dan

berkenalan dengan pemikiran Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh dan

Rashid Ridho. Dia termasuk pengagum dari gagasan mereka. Pada tahun

1909, Baisuni Imran belajar ke Al-Azhar mesir. Menurut Pijper, bahkan

Baisuni Imran sempat diajar oleh Rashid Ridho.

Pada tahun 1913, Baisuni Imran dipanggil pulang ke Sambas, karena

orang tuanya sakit keras. Dalam waktu yang bersamaan, Baisuni Imran

dipangil dan diangkat oleh Sultan sebagai Maharaja Imam Masjid Kraton

Sambas. Pada tanggal 9 Nopember 1913, sehabis sholat Jum’at ia dilantik

oleh Sultan untuk memegang amanah sebagai Maharaja Imam tersebut.8

Semenjak saat itu Baisuni Imran melakukan usaha-usaha pembaharuan

Islam di Sambas. Usaha-usaha itu meliputi ceramah yang dia lakukan, tulisan-

tulisan bahkan melalui lembaga pendidikan “Tarbiatoel Islam”. Khusus di

bidang karya tulis, banyak tulisan yang dia tinggalkan seperti Tarjamah Durμs

at-T±r³kh as-Syar³‘ah, Khul±،ah S³rah al-Mu¥ammadiyah, Durμs at-Tauh³d.

Beberapa pemikiran baru yang dia kenalkan antara lain: bahwa sholat Jum’at

boleh dilakukan oleh jamaah yang kurang dari 40 orang, pembacaan taqlik

talak dalam perkawinan tidak perlu dilakukan dan proses faskh dalam

perkawinan harus diajukan ke lembaga agama, serta penetapan awal bulan

dengan hitungan.

                                                            8Moh Haitami Salim dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat, (Jakarta: Puslitbang

Lektur dan Khazanah Keagamaan RI, 2011), h. 109-132.

Page 56: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 51 

Setelah Baisuni Imran, pembaharuan pemikiran dilakukan oleh

penggantinya sebagai imam Masjid Kraton Sambas, Murtaba M.Chan. Hanya

saja pembaharuan di masa Baisuni Imran menurut pengkaji masih lebih

banyak diwilayah rasio dan pemahaman, sedangkan pada masa Murtaba M

Chan pembaharuan sudah memasuki wilayah praktek seperti meninggalkan

penggunaan bedug sebagai alat pemanggilan sholat lima waktu sebelum

dikumandangkan adzan, adzan satu kali ketika khutbah Jum’at, Tarawih 11

rakaat dan sebagainya. Ada kesan bahwa pembaharuan di masa Murtaba M

Chan terkesan cenderung mengarah kepuritanisme.

Yang diterima masuk madrasah Sulthaniyah ialah murid-murid

tamatan S.R. 5/6 tahun. ketua pengurus madrasah Perguruan Islam ialah H.M.

Basyuni Imran,seorang ulam besar di Sambas dan kepala madrasah ialah

H.Abd. Rahman. Pelajarannya ialah ilmu Agama ditambah dengan

pengetahuan umum seperti: (1) Nahwu, (2) Bahasa Arab (3) Fiqhi, (4)

Berhitung, (5) Ilmu Bumi, (6) al-Qur’an, (7) Sharaf, (8) Tafsir, (9) Ilmu

Bumi, (10) Usul, (11) Kesehatan, (12) Akhlak, (13) Terjemah, (14) Insya’,

(15) Hadist, (16) Tarikh, (17) Ilmu Alam, (18) Ilmu Ukur, (19) Gerak Badan,

dan (20) Ilmu tumbuh-tumbuhan.

Di samping itu perkembangan pengajian ibu-ibu yang berkembang

pesat di Kota Pontianak.Peranan ulama yang begitu besar terhadap

perkembangan pendidikan tidak hanya pada pendidikan formal akan tetapi

pada pendidikan non formal. Ulama yang berpengaruh membentuk

pendidikan di era tahun enam puluhan dan sampai delapan puluhanPontianak

antara lain:

a. Pembaharuan di Bidang Pendidikan H.M. Basyuni Imran Salah satu langkah pembaharuan yang dilakukan oleh Basioeni

Imran adalah melakukan perubahan mendasar pada lembaga pendidikan

bentukan kerajaan Sambas, Madrasah al-Sulthaniyah. Madrasah ini

didirikan secara formal pada tahun 1916 oleh Sulthan Muhammad

Page 57: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 51 

Setelah Baisuni Imran, pembaharuan pemikiran dilakukan oleh

penggantinya sebagai imam Masjid Kraton Sambas, Murtaba M.Chan. Hanya

saja pembaharuan di masa Baisuni Imran menurut pengkaji masih lebih

banyak diwilayah rasio dan pemahaman, sedangkan pada masa Murtaba M

Chan pembaharuan sudah memasuki wilayah praktek seperti meninggalkan

penggunaan bedug sebagai alat pemanggilan sholat lima waktu sebelum

dikumandangkan adzan, adzan satu kali ketika khutbah Jum’at, Tarawih 11

rakaat dan sebagainya. Ada kesan bahwa pembaharuan di masa Murtaba M

Chan terkesan cenderung mengarah kepuritanisme.

Yang diterima masuk madrasah Sulthaniyah ialah murid-murid

tamatan S.R. 5/6 tahun. ketua pengurus madrasah Perguruan Islam ialah H.M.

Basyuni Imran,seorang ulam besar di Sambas dan kepala madrasah ialah

H.Abd. Rahman. Pelajarannya ialah ilmu Agama ditambah dengan

pengetahuan umum seperti: (1) Nahwu, (2) Bahasa Arab (3) Fiqhi, (4)

Berhitung, (5) Ilmu Bumi, (6) al-Qur’an, (7) Sharaf, (8) Tafsir, (9) Ilmu

Bumi, (10) Usul, (11) Kesehatan, (12) Akhlak, (13) Terjemah, (14) Insya’,

(15) Hadist, (16) Tarikh, (17) Ilmu Alam, (18) Ilmu Ukur, (19) Gerak Badan,

dan (20) Ilmu tumbuh-tumbuhan.

Di samping itu perkembangan pengajian ibu-ibu yang berkembang

pesat di Kota Pontianak.Peranan ulama yang begitu besar terhadap

perkembangan pendidikan tidak hanya pada pendidikan formal akan tetapi

pada pendidikan non formal. Ulama yang berpengaruh membentuk

pendidikan di era tahun enam puluhan dan sampai delapan puluhanPontianak

antara lain:

a. Pembaharuan di Bidang Pendidikan H.M. Basyuni Imran Salah satu langkah pembaharuan yang dilakukan oleh Basioeni

Imran adalah melakukan perubahan mendasar pada lembaga pendidikan

bentukan kerajaan Sambas, Madrasah al-Sulthaniyah. Madrasah ini

didirikan secara formal pada tahun 1916 oleh Sulthan Muhammad

 52 

Tsafiuddin II. Pada masa-masa awal berdirinya, kurikulum madrasah al-

Sgulthaniyah terbatas pada muatan pelajaran yang bersifat keagamaan.

Beberapa perubahan mendasar dilakukan oleh Basioeni Imran bersama

Ahmad Fauzi dan Abdurrahman Hamid sepulang menuntut ilmu dari

Makkah dan Mesir.

Beberapa perubahan mendasar yang dilakukan oleh Basioeni Imran

adalah sebagai berikut. Pertama, perubahan di bidang kurikulum. Di

samping mempelajari kitab-kitab standar berbahasa Arab yang ditulis

oleh pakar dari Timur Tengah9 Basioeni Imran mulai memasukkan mata

pelajaran umum seperti berhitung, membaca, dan menulis huruf latin.

Kedua, merubah madrasah yang hanya untuk kelangan kerabat keraton

selanjutnya menjadi lembaga pendidikan yang bisa diakses oleh seluruh

masyarakat, khususnya putra-putri di Sambas. Oleh kaena itu, peran

Madrasah al-Shulthaniyah pun berubah. Jika awalnya hanya berfungsi

sebagai institusi bagi transmisi ilmu, kemudian berkembang sebagai

wadah utama reproduksi ulama. Sampai tahun 1930-an, madrasah ini

menjadi lembaga pemberi otorisasi bagi seseorang untuk menjadi pejabat

agama di wilayah kerajaan sambas.10

Perubahan ketiga, yang lebih mendasar adalah merubah Madrasah

al-Sulthaniyah menjadi sekolah Tarbiatoel Islam sejak tanggal 1 Juli

1936. Bahasa pengantar dalam proses pembelajaran yang semula

menggunakan bahasa Melayu lama dan aksara Arab Jawi mulai

diperbarui. Yaitu dengan memasukkan bahasa Belanda sebagai bahasa

pengantar pada kelas 4-7, sementara kelas 1-3 tetap menggunakan bahasa

Melayu. Perubahan berikutnnya adalah rekruitmen tenaga pendidik yang

                                                            

9Seperti kitab al-Islam: Syariah wa Aqidah (Mahmud Saltut), Fath al-Qarib(Muhammad Ibn Qasim), Jawahir al-Kalamiyah (Husein al-Jisr), Husn al-Hamidiyah (Husein Affandy), Qawaid al-Lugah al-Arabiyah (Hefni Beik), dan kalimat al-Tawid (Husein Wali).

10Moh Haitami Salim, dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat…, hlm.70.

Page 58: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 53 

lebih profesional dengan mendatangkan para guru dari luar daerah seperti

dari Sumatera Barat terutama perguruan al-Tawalib dan perguruan Syafii

di Kayu Tanam. Tenaga pendidik yang datang dari Sumatera dan Jawa ini

dimaksudkan agar dapat memberikan nuansa baru, karena dari dua daerah

ni perkembangan pendidikannya mendahului daerah lain.11

Melanjutkan perubahan kelembagaan, maka perubahan medasar

juga dilakukan pada aspek kurikulum. Pada saat berbentuk Madrasah al-

Sulthaniyah telah dilakukan perubahan dengan memasukkan pelajaran

berhitung dan baca tulis latin. Perubahan kurikulum kemudian berlanjut

saat telah berubah menjadi sekolah Tarbiatoel Islam, yaitu dengan

memasukkan mata pelajaran umum seperti ilmu sejarah, berhitung, ilmu

alam, ilmu tumbuhan, ilmu hewan, ilmu manusia, Bahasa Belanda dan

Bahasa Indonesia, di samping ilmu-ilmu keislaman. Menurut Basioeni

Imran, ilmu pengetahuan umum adalah sarana penting untuk mengejar

kemajuan. Meskipun demikian, penguasaan ilmu-ilmu tersebut tidak

menyebabkan seseorang tercerabut dari akar keagamaannya.12

b. Karya Produktif H.M. Basyuni Imran

Semasa hidupnya Basioeni Imran banyak menulis, baik yang telah

dicetak maupun yang masih hasil ketikan atau tulisan di ukku tulis.

Berikut adalah beberapa karya Basioeni Imran.13

1) Tarjamah Durus al-Tarikh Syariat Kitab ini masih merupakan manuskrip terjemahan ringkas

kitab Durus al-Tarikh karangan Syaikh Muhyiddin al-Khayyath,

seorang ulama Beirut Lebanon. Karya setebal 56 halaman ini tidak

dicetak dan mungkin satu-satunya buku utuh dan tulisannya ketika                                                             

11Moh Haitami Salim dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat…, hlm. 71-73. 12Moh Haitami Salim dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat…, hlm. 73. 13Penjelasan mengenai karya-karya Basoeni Imran ini dikutip dari Moh Haitami Salim dkk.,

Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat…, hlm. 88-99.

Page 59: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 53 

lebih profesional dengan mendatangkan para guru dari luar daerah seperti

dari Sumatera Barat terutama perguruan al-Tawalib dan perguruan Syafii

di Kayu Tanam. Tenaga pendidik yang datang dari Sumatera dan Jawa ini

dimaksudkan agar dapat memberikan nuansa baru, karena dari dua daerah

ni perkembangan pendidikannya mendahului daerah lain.11

Melanjutkan perubahan kelembagaan, maka perubahan medasar

juga dilakukan pada aspek kurikulum. Pada saat berbentuk Madrasah al-

Sulthaniyah telah dilakukan perubahan dengan memasukkan pelajaran

berhitung dan baca tulis latin. Perubahan kurikulum kemudian berlanjut

saat telah berubah menjadi sekolah Tarbiatoel Islam, yaitu dengan

memasukkan mata pelajaran umum seperti ilmu sejarah, berhitung, ilmu

alam, ilmu tumbuhan, ilmu hewan, ilmu manusia, Bahasa Belanda dan

Bahasa Indonesia, di samping ilmu-ilmu keislaman. Menurut Basioeni

Imran, ilmu pengetahuan umum adalah sarana penting untuk mengejar

kemajuan. Meskipun demikian, penguasaan ilmu-ilmu tersebut tidak

menyebabkan seseorang tercerabut dari akar keagamaannya.12

b. Karya Produktif H.M. Basyuni Imran

Semasa hidupnya Basioeni Imran banyak menulis, baik yang telah

dicetak maupun yang masih hasil ketikan atau tulisan di ukku tulis.

Berikut adalah beberapa karya Basioeni Imran.13

1) Tarjamah Durus al-Tarikh Syariat Kitab ini masih merupakan manuskrip terjemahan ringkas

kitab Durus al-Tarikh karangan Syaikh Muhyiddin al-Khayyath,

seorang ulama Beirut Lebanon. Karya setebal 56 halaman ini tidak

dicetak dan mungkin satu-satunya buku utuh dan tulisannya ketika                                                             

11Moh Haitami Salim dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat…, hlm. 71-73. 12Moh Haitami Salim dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat…, hlm. 73. 13Penjelasan mengenai karya-karya Basoeni Imran ini dikutip dari Moh Haitami Salim dkk.,

Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat…, hlm. 88-99.

 54 

maih berada di Mesir. Dalam pendahuluan kitab Tarjamah Durus al-

Tarikh al-Syariah misalnya, Basioeni Imran menyebut latar belakang

penulisan kitab ini. Ia menjelaskan:14

Kemudian daripada itu maka adalah daripada (sebesar-besar)

sebaik-baik amal yaitu amal yang kembali manfaatnya dan faedahnya

kepada kaumnya dan anak-anak, agamanya dan bahasanya. Oleh

karena itu kepinginlah saya akan amal yang seperti itu maka jika tiada

dapat sekaliannya jangan ditinggalkan sekaliannya padahal bukanlah

saya daripada ahli yang demikian dan bukanlah ini masa bagi yang

demikian itu karena adalah saya sekarang sedang menuntut ilmu akan

tetapi oleh karena yang tersebut itu tiadalah menegahkan oleh besar

pekerjaan itu.

Apakala adalah ilmu tarikh itu daripada segala ilmu-ilmu yang

besar faedahnya bagi tiap manusia tetapi ialah ilmu yang wajib atasnya

ia ketahui akan dia istimewanya tarikh Nabi kita salllallahu alaihi

wasallam dan tidak saya dapat sebuah kitab dengan bahasa Melayu

pada tarikh Nabi kita (saw) yang patut bagi anak-anak bangsa kita

Melayu memilihlah saya akan menterjemahkan kitab Durus al-Tarikh

bagi yang alim Syekh Muhyiddin al-Khayyath, daripada ahli Beirut ke

bahasa Melayu. Adapun ini kitab empat bahagian yang pertama pada

tarikh Nabi (saw). Yang kedua pada tarikh al-Khulafaurrasyidin. Yang

ketiga pada tarikh daulah umawiyah, dan yang keempat pada tarikh

daulah Abbasiyah.

Kata pengarangnya itu dua bahagian lagi akan ia keluarkan.

Kama sesungguhnya pengarangnya itu telah izinkan kepada saya

menterjemahkan sekalian bahagian-bahagian kitab itu. Insya Allah

                                                            14Lihat lebih lanjut:Moehammad Basioeni Imran. Tarjamah Durus al-Tarikh Syariah.(1916

manuskrip).

Page 60: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 55 

akan saya terjemahkan akan bahagian pertama itu melainkan di dalam

waktu yang picik dan menyabar daripada waktu bersenang.

2) Bidayah al-Tawhid fi al-Tawhid Kitab ini ditulis pada hari Rabu 13 Jumadil Awwal 1336 H(27

Maret 1918), terdiri dari 59 halaman. Dicetak oleh penerbitan al-

Ahmadiyah Singapura pada tahun yang sama. Kitab berbahasa Melayu

ini mungkin merupakan karya pertama Basioeni Imran yang dicetak di

suatu penerbitan. Kitab setebal 59 halaman ini memuat enam bab yang

ditambah dengan daftar ralat, pengantar penulis, pendahuluan, dan

penutup.

Di dalam kata pengantarnya, Basioeni Imran menjelaskan

bahwa kitab ini merupakan saduran dari beberapaaa kitab, yaitu kitab

al-jawahir al-kalamiyyah, karya al-allamah Syaikh Tahir al-Jawazairi,

kitab Kalimat al-Tawhid karya al-Allamah Syaikh Husein Waaly al-

Mishry, dan kitab kifayat al-awwam. Diakuinya kandungan kitab ini

sepenuhnya mengikuti isi kitab-kitab tersebut, sedangkan susunannya

dan sistematika pembahasannya disesuaikan denganperasaan orang

Melayu.

Dalam kitab Bidayat al-Tawhid fiilm al-Tawhid ini Basioeni

Imran menegaskan bahwa mempelajari pokok-pokok

agama(ushuluddin) secara garis besarnya adalah hukumnya wajib

perorangan (fardhu ain) bagi setiap aqil baligh(muslim dewasa)

sedangkan mempelajarinya secara rinci hukumnya wajib bagi orang

banyak (fardhu kifayah). Kitab ini ditulis tidak saja menjelaskan

pokok-pokok akidah Islam akan tetapi juga untuk memurnikan dan

meluruskan keyakinan dan amal keagamaan yang menyimpang dari

ajaran-ajaran syariat berdasarkan kepada al-Quran serta sunnah yang

shahih dan qathi (bersifat pasti).

3) Risalah Cahaya Suluh

Page 61: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 55 

akan saya terjemahkan akan bahagian pertama itu melainkan di dalam

waktu yang picik dan menyabar daripada waktu bersenang.

2) Bidayah al-Tawhid fi al-Tawhid Kitab ini ditulis pada hari Rabu 13 Jumadil Awwal 1336 H(27

Maret 1918), terdiri dari 59 halaman. Dicetak oleh penerbitan al-

Ahmadiyah Singapura pada tahun yang sama. Kitab berbahasa Melayu

ini mungkin merupakan karya pertama Basioeni Imran yang dicetak di

suatu penerbitan. Kitab setebal 59 halaman ini memuat enam bab yang

ditambah dengan daftar ralat, pengantar penulis, pendahuluan, dan

penutup.

Di dalam kata pengantarnya, Basioeni Imran menjelaskan

bahwa kitab ini merupakan saduran dari beberapaaa kitab, yaitu kitab

al-jawahir al-kalamiyyah, karya al-allamah Syaikh Tahir al-Jawazairi,

kitab Kalimat al-Tawhid karya al-Allamah Syaikh Husein Waaly al-

Mishry, dan kitab kifayat al-awwam. Diakuinya kandungan kitab ini

sepenuhnya mengikuti isi kitab-kitab tersebut, sedangkan susunannya

dan sistematika pembahasannya disesuaikan denganperasaan orang

Melayu.

Dalam kitab Bidayat al-Tawhid fiilm al-Tawhid ini Basioeni

Imran menegaskan bahwa mempelajari pokok-pokok

agama(ushuluddin) secara garis besarnya adalah hukumnya wajib

perorangan (fardhu ain) bagi setiap aqil baligh(muslim dewasa)

sedangkan mempelajarinya secara rinci hukumnya wajib bagi orang

banyak (fardhu kifayah). Kitab ini ditulis tidak saja menjelaskan

pokok-pokok akidah Islam akan tetapi juga untuk memurnikan dan

meluruskan keyakinan dan amal keagamaan yang menyimpang dari

ajaran-ajaran syariat berdasarkan kepada al-Quran serta sunnah yang

shahih dan qathi (bersifat pasti).

3) Risalah Cahaya Suluh

 56 

Risalah Cahaya Suluh, Pada Mendirikan Jumat Kurang

Daripada Empat Puluh selsai ditulis pada waktu magrib malam Jumat

22 Safar 1339 H(14 Oktober 1920 M). dicetak pada tahun yang sama

di percetakan al-ikhwan, singapura.

Risalah Cahaya Suluh juga ditulis dalam edisi bahasa Arab

dengan judul al-Nusus wa al-Baharin ala iqamat al-jumuah bi mad al-

arbain,(beberapa Nash dan argumentasi tentang mendirikan Shalat

Jumat yang kurang dari 40 Orang). Dicetak di percetakan al-Manar

Kairo tahun 1344 H/ 1925 m. Tujuan penulisan Cahaya Suluh 15 ini

dapat dilihat dari penjelasannya kepada Pijper pada tahun 1950.

Basoeni Imran menjelaskan: “Di Kerajaan Sambas orang jarang shalat

Jumat, bahkan masjid agung di ibu kota saja hanya dikunjungi oleh

kurang lebih 500 orang; dan ini sangat sedikit bagi suatu kota besar.

Inilah yang menyebabkan hatinya tergugah untuk memperkenalkan

qawl qadim Syafi’i yang mengizinkan shalat Jumat dengan jamaah

kurang dari empat puluh orang, namun demikian shalatnya tetap sah.

Pendapat ini dilaksanakan di kerajaan Sambas dan tentang ini tidak

pernah timbul pertentangan.”

Dalam pengantarnya Basioeni Imran menjelaskan bahwa naskah

ini ditulis sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan dan permintaan

fatwa kepadanya tentang hukum sah atau tidak shalat Jumat yang

jamaahnya kurang dari empat puluh orang serta bagaimana kedudukan

shalat mua’dah (mengulanginya dengan shalat zuhur) setelah Jumat. Di

samping itu banyak pula fatwa-fatwa liar tentang masalah ini yang

simpang siur dan berkembang di tengah-tengah masyarakat sehingga

                                                            15Lihat lebih lanjut : umad Basoeni Imran. Cahaya Suluh, Pada Mendirikan Jumat Kurang

daripada Empat Puluh. (singapura: matba’ah alikhwah, 1920). Kitab ini merupakan suplemen dari kitab terjemahan Basoeni Imran yang berjudul Khulasah Sirah Muhammadiyah.

Page 62: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 57 

membingungkan mereka. Bahkan kadang-kadang menim,bulkan

perselisihan.

4) Zikr al-Maulid al-Nabawi Kitab Zikr al-Maulid al-Nabawi (Mengingat Kelahiran Nabi)16

adalah karangan Muhammad Rasyid Ridha yang cukup besar. Untuk

itu lebih mudah memahaminya Basioeni Imran menerjemahkannya

secara ringkas.

Pada bagian pengantar kitab Zikr al-Maulid al-Nabawi ini

Basioeni Imran menjelaskan: “maka adalah di dalam beberapa tahun

lalu saya menulis surat ke hadrat al-‘allamah al-muslih al-sayyid

Muhammad Rasyid Ridha Sahib al-Mannar di Mesir mohon akan

ditunjukkan kepada saya satu kitab atau risalah yang patut dan bagus

untuk menunjuki orang-orang muslimin kepada jalan kebenarang dan

kebagusan agama Islam untuk memanggil akan orang-orang asing

kepada agama yang mulia itu, dan saya berjanji dengan dia apabila ada

itu kitab atau risalah maka saya terjemahkan risalahnya (Zikr al-

Maulid al-Nabawi) ringkasan dan perjalanan ceritera Nabi

Muhammad saw, maka saya pun terjemahkan mukhtasar-nya di dalam

bulan Ramadhan tahun 1474 (sekitar 1928) karena hendak

memperingati kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW, yaitu

apakah hukumnya sebagai suatu kegiatan mengada-ada yang baik

(bid’ah hasanah) atau yang tercela (bid’ah sayyi’ah).

5) Tadzkir Judul lengkap kitab ini adalah Tazkir, Sabil al-Najah fi Tarikh

al-Salah (Jalan Kelepasan pada Mengingati Orang yang Meninggalkan

Sembahyang). Kitab ini selesai ditulis di Sambas pada hari Rabu, 9

Rabiul Awwal 1349 H (3 September 1930 M). Kemudian dicetak oleh                                                             

16Naskah yang masih berupa ketikan huruf latin peneliti temukan di museum Tamadun Islam Nagri Sambas (rumah Basoeni Imran).

Page 63: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 57 

membingungkan mereka. Bahkan kadang-kadang menim,bulkan

perselisihan.

4) Zikr al-Maulid al-Nabawi Kitab Zikr al-Maulid al-Nabawi (Mengingat Kelahiran Nabi)16

adalah karangan Muhammad Rasyid Ridha yang cukup besar. Untuk

itu lebih mudah memahaminya Basioeni Imran menerjemahkannya

secara ringkas.

Pada bagian pengantar kitab Zikr al-Maulid al-Nabawi ini

Basioeni Imran menjelaskan: “maka adalah di dalam beberapa tahun

lalu saya menulis surat ke hadrat al-‘allamah al-muslih al-sayyid

Muhammad Rasyid Ridha Sahib al-Mannar di Mesir mohon akan

ditunjukkan kepada saya satu kitab atau risalah yang patut dan bagus

untuk menunjuki orang-orang muslimin kepada jalan kebenarang dan

kebagusan agama Islam untuk memanggil akan orang-orang asing

kepada agama yang mulia itu, dan saya berjanji dengan dia apabila ada

itu kitab atau risalah maka saya terjemahkan risalahnya (Zikr al-

Maulid al-Nabawi) ringkasan dan perjalanan ceritera Nabi

Muhammad saw, maka saya pun terjemahkan mukhtasar-nya di dalam

bulan Ramadhan tahun 1474 (sekitar 1928) karena hendak

memperingati kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW, yaitu

apakah hukumnya sebagai suatu kegiatan mengada-ada yang baik

(bid’ah hasanah) atau yang tercela (bid’ah sayyi’ah).

5) Tadzkir Judul lengkap kitab ini adalah Tazkir, Sabil al-Najah fi Tarikh

al-Salah (Jalan Kelepasan pada Mengingati Orang yang Meninggalkan

Sembahyang). Kitab ini selesai ditulis di Sambas pada hari Rabu, 9

Rabiul Awwal 1349 H (3 September 1930 M). Kemudian dicetak oleh                                                             

16Naskah yang masih berupa ketikan huruf latin peneliti temukan di museum Tamadun Islam Nagri Sambas (rumah Basoeni Imran).

 58 

percetakan al-Ahmadiyah, Singapura, pada 23 Sya’ban 1349 H (12

Januari 1931 M).

Pemikiran Basioeni Imran dalam kitab Tadzkir (poeringatan)17

ini menarik untuk dilihat. Kata Tadzkir (memperingati, mengingatkan

atau peringatan) di awal judul kitab ini merupakan tema pokok

keseluruhan isi kitab. Sasaran kitab ini adalah kepada tiga kelompok

orang Islam. Pertama, menginatkan orang yang tidak mau shalat,

dengan menunjukkan betapa besarnya dosa orang yang tidak mau

shalat. Kedua, mengingatkan orang yang tidak tahu shalat, dengfan

mengemukakan syarat, rukun serta tata cara shalat. Ketiga,

mengingatkan ornag yang belum sempurna shalatnya, dengan

menjelaskan perlunya tertib, khusyu’ dan mengerti serta memahami

bacaan shalat.

Beberapa kitab yang dijadikan rujuklan resmi Basioeni Imran

dalam menulis karya ini adalah :Kitab al-Zawajir karangan Syeikh

Ibnu Hajar al-Haitam, kitab al-Azhar karangan Imam Nawawi, majalah

al-Mannar edisi 31, dan kitab Muhazzab.

6) Khulashah Sirah al-Muhammadiyyah

Kitab Khulashah Sirah al-Muhammadiyyah adalah kitab

sejarah karangan Muhammad Rasyid Ridha. Basioeni Imran

menambahkan kata-kata hakikat Seruan Islam pada judul

terjemahannya. Terjemahan setebal 89 halaman ini selesai ditulis

setelah shalat Isya pada malam Ahad, 29 Sya’ban 1349 H/ 18 Januari

1931 M. Kemudian dicetak oleh percetakan al-Ahmadiyah, Singapura,

tahun 1351 H/ 1931 M. Naskah ketikan juga ditemukan yang

berbahasa Melayu beraksara Latin, namun beberapa halaman hilang.

                                                            17Lihat lebih lanjut Muhammad Basoeni Imran. Tadzkir, Sabil al-Najah fi Tarik al Salah (Jalan

Kelepasan pada Mengingati Orang yang Meninggalkan Sembahyang). Singapura: Matba’ah al-Ahmadiyah, 1931)

Page 64: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 59 

Dalam pengantar kitab Khulashah Sirah al-Muhammadiyyah18

(Ringkasan Sejarah Hidup Muhammad) ini, Basioeni Imran

menyampaikan keterangan tentang penulisan kitab ini: “kemudian

datang surat beliau(Muhammad Rasyid Ridha) itu bertarikh 20 Jumadil

Akhir 1349 bersamaan 11 Nopember 1930 jawab surat saya di dalam

perkara hendak menterjemahkan kitab-kitab ke dalam bahsa Melayu

maka katanya:”Tuan mulailah dengan menterjemahkan risalah kami

(Khulasah Sirah Muhammadiyyah) yang ia pungut dari Zikr al-Maulid

serta tuan Sayyid itu kirim satu naskah kepada saya.”

Kandungan kitab ini memuat petunjuk bagi orang-orang Islam

untuk tetap berada pada jalan kebenaran dan kebaikan, mengajak orang

lain untuk masuk Islam. Di samping dimuat juga tafsir al-Qur’an.

Kitab ini juga berbicara masalah ushul (pokok-pokok akidah Islam). Di

bagian akhir kitab, penulis menambahkan keterangan tentang hukum

maulid, apakah bid’ah yang baik atau yang jelek.

7) Nur al-Siraj fi Qissat al-Isra’ wa al-Mi’raj Kitab ini ditulis oleh Basioeni Imran pada bulan Rajab 1334

H/1916 M yang selesai selama dua hari, kemudian direvisi pada hari

Jumat, 23 Jumadil Akhir 1357 H/19 Agustus 1938 M. Ditulis dengan

huruf “Jawi” (Arab Melayu), seluruhnya berjumlah 26 halaman.

Meskipun terkesan sederhana, harus diakui terdapat beberapa

pemikiran yang disebutnya “hikmah dari Allah”, yang patut dihargai,

yaitu pertama, menyodorkan konsep malaikat mimpi yang

membedakan mimpi dengan ira’ dan mi’raj. Dalam mimpi ruh tidak

pergi kemana-mana, akan tetapi malaikat mimpi yang mendatangkan

berbagai peristiwa yang dialami di dalam mimpi. Kedua, keberanian

                                                            18Lihat lebih lanjut Muhammad Basioeni Imran. Khulasah Sirat al-Muhammadiyyah.

(Singapura: Matba’ah al-Ahmadiyah, 1931).

Page 65: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 59 

Dalam pengantar kitab Khulashah Sirah al-Muhammadiyyah18

(Ringkasan Sejarah Hidup Muhammad) ini, Basioeni Imran

menyampaikan keterangan tentang penulisan kitab ini: “kemudian

datang surat beliau(Muhammad Rasyid Ridha) itu bertarikh 20 Jumadil

Akhir 1349 bersamaan 11 Nopember 1930 jawab surat saya di dalam

perkara hendak menterjemahkan kitab-kitab ke dalam bahsa Melayu

maka katanya:”Tuan mulailah dengan menterjemahkan risalah kami

(Khulasah Sirah Muhammadiyyah) yang ia pungut dari Zikr al-Maulid

serta tuan Sayyid itu kirim satu naskah kepada saya.”

Kandungan kitab ini memuat petunjuk bagi orang-orang Islam

untuk tetap berada pada jalan kebenaran dan kebaikan, mengajak orang

lain untuk masuk Islam. Di samping dimuat juga tafsir al-Qur’an.

Kitab ini juga berbicara masalah ushul (pokok-pokok akidah Islam). Di

bagian akhir kitab, penulis menambahkan keterangan tentang hukum

maulid, apakah bid’ah yang baik atau yang jelek.

7) Nur al-Siraj fi Qissat al-Isra’ wa al-Mi’raj Kitab ini ditulis oleh Basioeni Imran pada bulan Rajab 1334

H/1916 M yang selesai selama dua hari, kemudian direvisi pada hari

Jumat, 23 Jumadil Akhir 1357 H/19 Agustus 1938 M. Ditulis dengan

huruf “Jawi” (Arab Melayu), seluruhnya berjumlah 26 halaman.

Meskipun terkesan sederhana, harus diakui terdapat beberapa

pemikiran yang disebutnya “hikmah dari Allah”, yang patut dihargai,

yaitu pertama, menyodorkan konsep malaikat mimpi yang

membedakan mimpi dengan ira’ dan mi’raj. Dalam mimpi ruh tidak

pergi kemana-mana, akan tetapi malaikat mimpi yang mendatangkan

berbagai peristiwa yang dialami di dalam mimpi. Kedua, keberanian

                                                            18Lihat lebih lanjut Muhammad Basioeni Imran. Khulasah Sirat al-Muhammadiyyah.

(Singapura: Matba’ah al-Ahmadiyah, 1931).

 60 

Basioeni Imran dalam menetapkan bahwa shalat wajib yang

dikehendaki Allah sejak semula adalah lima kali.

8) Al-Janaiz Kitab al-Janaiz (Jenazah) ditulis oleh Basioeni Imran di

Sambas pada masa pemerintahan Jepang. Selesai ditulis di Sambas

pada 15 Rabilul Awwal 1362 H/ 1943M M (kalender Jepang: 21

Sigitsu 2603).

Dalam kitab berikutnya yaitu al-Jana’iz19 (Kitab Jenazah)

dibahas hal-ihwal kematian. Dalam pembahasannya, Basioeni Imran

menggunakan tiga pola. Pertama, bersandar pada keterangan al-

Quran, Sunah Rsulullah SAW, dan pendapat ulama terdahulu terutama

ulama mazhab Syafi’i. Kedua, merujuk kepada pemikiran-pemikiran

kontemporer pada masa itu terutama kepada pemikiran Muhammad

Rasyid Ridha. Ketiga, berijtihad sendiri setelah memperhatikan dan

membandingkan berbagai pendapat yang ada.

9) Irsyad al-Gilman fi Adab Tilawat al-Quran Kitab ini selesai ditulis Basioeni Imran pada tanggal 5 Syawal

1352 (21 Januari 1934) kemudian diterbitkan dan dicetak pada

percetakan Ahmadiyah Singapura.

Kemudian kitab Irsyad al-Gilman fi Adab Tilawat al-Quran20

(Petunjuk Praktis tentang Adab Membaca al-Quran) dalam kata

pengantar bukunya ia menjelaskan: “dan Quran itu untuk beribadah

dengan lafadz-lafadznya yakni dibaca akan dia baik pun di dalam

sembahyang atau di luar sembahyang dan paham akan maknanya atau

tiada semuanya itu diberi pahala atasnya asal dengan betul dan ikhlas

akan tetapi Quran itu diturunkan ialah supaya dibaca akan dia dengan                                                             

19Lihat lebih lanjut : Muhammad Basioeni Imran, kitab al-Janaiz. (Tasikmalaya: percetakaan Galunggung, 1949.

20Lihat lebih lanjut: Muhammad Basioeni Imran. Irsyad al-Ghilman fi Adab Tilawat al-Quran. (Singapura: al-Matba’ah al-Ahmadiyah, 1934).

Page 66: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 61 

betul dan dipahamkan maknanya dan maksudnya karena di dalamnya

hidayah(petunjuk) kepada jalan kebajikan dunia dan akhirat dan

cahaya yang sangat terang bagi segala hati dan akal maka orang yang

membaca al-Quran tiada paham akan maknanya dan maksudnya

seikitlah bahagian daripadanya”.

Sistematika pembahasan kitab ini terdiri dari: Hukum

menyentuh Mushaf; Adab Membaca al-Quran antara lain meliputi:

suci daripada najis dan hadats (yakni tahir) dan suci batin dari sifat

riya’ (keangkuhan) ‘ujub (rasa angkuh) dan sum’ah namun sebaliknya

harus ikhlas, khusyu’ (penuh konsentrasi) tawaddu’ (rendah hati) dan

khasyyah (takut kepada Allah ta’ala); Sunnah-sunnah yang berkaitan

dengan membaca al-Quran dan perihal sujud tilawah.

10) Durus al-Tawhid Kitab ini selesai ditulis Basioeni Imran pada tanggal 20 Rajab

1354 (18 Oktober 1935). Kemudian diterbitkan dan dicetak pada

percetakan al-Ahmadiyah Singapura. Menurut keterangan Basioeni

Imran, karya ini merupakan terjemahan dari kuliah-kuliah Muhammad

Rasyid Ridha.

Dalam pengantar kitab Durus al-Tawhid (Pelajaran-Pelajaran

tentang Tawhid)21 ini Basioeni Imran menjelaskan bahwa karya ini

merupakan terjemahan dari kuliah-kuliah Muhammad Rasyid Ridha,

yaitu: Adapun kemudian daripada itu, maka adalah kira-kira dalam

tahun 1329 atau 1330 (tahun hijriah) saya belajar di Madrasah Daral-

Dakwah wa al-Irsyad di Mesir yang telah didirikan oleh Sayyid M.

Rasyid Rida Sahib al-Mannar. Dan adalah beliau itu mengajarkan al-

Quran dan pelajaran Tauhid (ushuluddin) daripada barang yang

dituliskan sendiri, maka setengah daripada murid-murid                                                             

21Lihat lebih lanjuut: Muhammad Bsioeni Imran, Durus al-Tawhid, (Singapura:al-Matba’ah al-Ahmadiyah, 1935).

Page 67: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 61 

betul dan dipahamkan maknanya dan maksudnya karena di dalamnya

hidayah(petunjuk) kepada jalan kebajikan dunia dan akhirat dan

cahaya yang sangat terang bagi segala hati dan akal maka orang yang

membaca al-Quran tiada paham akan maknanya dan maksudnya

seikitlah bahagian daripadanya”.

Sistematika pembahasan kitab ini terdiri dari: Hukum

menyentuh Mushaf; Adab Membaca al-Quran antara lain meliputi:

suci daripada najis dan hadats (yakni tahir) dan suci batin dari sifat

riya’ (keangkuhan) ‘ujub (rasa angkuh) dan sum’ah namun sebaliknya

harus ikhlas, khusyu’ (penuh konsentrasi) tawaddu’ (rendah hati) dan

khasyyah (takut kepada Allah ta’ala); Sunnah-sunnah yang berkaitan

dengan membaca al-Quran dan perihal sujud tilawah.

10) Durus al-Tawhid Kitab ini selesai ditulis Basioeni Imran pada tanggal 20 Rajab

1354 (18 Oktober 1935). Kemudian diterbitkan dan dicetak pada

percetakan al-Ahmadiyah Singapura. Menurut keterangan Basioeni

Imran, karya ini merupakan terjemahan dari kuliah-kuliah Muhammad

Rasyid Ridha.

Dalam pengantar kitab Durus al-Tawhid (Pelajaran-Pelajaran

tentang Tawhid)21 ini Basioeni Imran menjelaskan bahwa karya ini

merupakan terjemahan dari kuliah-kuliah Muhammad Rasyid Ridha,

yaitu: Adapun kemudian daripada itu, maka adalah kira-kira dalam

tahun 1329 atau 1330 (tahun hijriah) saya belajar di Madrasah Daral-

Dakwah wa al-Irsyad di Mesir yang telah didirikan oleh Sayyid M.

Rasyid Rida Sahib al-Mannar. Dan adalah beliau itu mengajarkan al-

Quran dan pelajaran Tauhid (ushuluddin) daripada barang yang

dituliskan sendiri, maka setengah daripada murid-murid                                                             

21Lihat lebih lanjuut: Muhammad Bsioeni Imran, Durus al-Tawhid, (Singapura:al-Matba’ah al-Ahmadiyah, 1935).

 62 

madrasah(sekolah itu) ada menyalin pelajaran atau pengajian tauhid itu

dan saya dapat satu naskah daripadanya. Maka saya pandang bahwa

pelajaran tauhid yang diajarkan oleh tuan guru itu kepada kami sangat

perlunya disiarkan di antara orang muslimin sekalipun ia pendek

karena ialah akidah atau i’tiqad yang bersetuju dengan kitabullah

lagipun terlalu mudah memahamkannya.

Diadakan Madrasah Dar al- Dakwah wa al-Irsyad maksudnya

ialah akan mengeluarkan murid-murid yang cakap menunjukkan

ornag-orang muslimin kepada agama Islam yang betul lagi bersih

daripada khurafat dan bid’ah-bid’ah maka sekalian pelajarannya

demikian. Dari dan karena itu saya terjemahkan akan dia dengan

bahasa Melayu supaya dicapai faedahnya oleh anak-anak negeri saya

(Sambas Borneo Barat) dan saudara-saudara Islam di mana-mana

negeri yang mengerti Bahasa Melayu. Bertambah-tambah kuat

kehendak saya akan mentrjemahkannya ialah bahwa saya dapat kabar

bahwa tuan guru kami itu Sayyid Muhammad Rasyid Ridha telah

wafat (kembali ke rahmat Allah ta’ala) di Mesir hari Kamis, 23

Jumadil Awwal tahun 1354 ia dapat sakit keras terus meninggal di

dalam otomobil. Ketika ia kembali dari Negeri Swiss mengantarkan

Amir Sa’ud bin Imam Abdul Aziz raja Hijaz dan Nejd hendak berlayar

pulang ke Makkah musyarrafah ialah tiada putus pahala amalnya itu

dan pelajaran ini teratur soal dan jawab. Dan saya namai ini akan

risalah “Durus al-Tawhid al-Sayyid Muhammad Rasyid” dan ada jua

saya tambah-tambah di hisyiyah itu supaya terang. Maka saya harap

akan Allah Ta’ala beri manfaat dengan dia akan orang-orang yang

membacanya dan mempelajarinya dengan ikhlas dan bersih

hati”sesungguhnya Dia maha mendengar doa”.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi

yang mendorong Basioeni Imran menterjemahkan kitab ini adalah

Page 68: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 63 

pertama menurutnya ilmu tauhid merupakan ilmu yang wajib

dipelajari, karena merupakan akidah yang bersumber dari al-Quran dan

hadis. Kedua, kesadaran akan kurangnya kitab-kitab tauhid yang

ditulis dalam bahasa Melayu. Ketiga, adanya keinginan untuk beramal

jariyah di bidang ilmu, agar ilmu dari gurunya tidak terputus.

Selain kitab tersebut, ada juga kitab Khutbah Jumat, Hari Raya

Aidilfitri, Hari Raya Aidiladha dan Gerhana, ditulis dalam bahsa Arab

dan bahasa Melayu (khusus khutbah gerhana) dicetak oleh Mathba’ah

al-Ahmadiah, tanpa tahun. Beberapa kitab berikut ini informasinya

diperoleh dari keterangan Pijper.

11) Daw’ al-Misbah fi Fakh al-Nikah Kitab ini dicetak di Penang tahun 1938 M. Kandungan kitab ini

membahas suatu persoalan yang timbul dalam kehidupan beragama

yaitu fakh nikah. Menurut Pijper, Basioeni Imran memberikan

keterangan padanya bahwa kebiasaan “taqliq”, yaitu talaq yang

dikenakan persyaratan dan diucapkan pada waktu upacara pernikahan

dilangsungkan tidak dikenal di daerah Sambas. Pembatalan pernikahan

biasanya dilaksanakan dengan jalan fakh (menyatakan tidak berlaku

lagi). Tentu saja harus ada alasan yang kuat untuk mengajukan fakh

dan ini harus diajukan kepada Maharaja Imam, beliaulah yang

menangani semua urusan yang berhubungan dengan fakh di seluruh

kerajaan Sambas.

12) Al-Nusus wa al-Barahin ‘ala Iqamat al-Jum’ah bimad al-Arba’in

Karya ini merupakan edisi bahasa Arab dari risalah Cahaya

Suluh. Dicetak oleh percetakan al-Manar Kairo tahun 1344 H/1925 M.

13) Husn al-Jawab ‘an Isbat al-Ahlillah bi al-Hisab Kitab ini diselesaikan pada 6 Ramadan 1352 H/23 Desember 1933

M. Membicarakan hisab anak awal bulan untuk melakukan puasa dan hari

Page 69: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 63 

pertama menurutnya ilmu tauhid merupakan ilmu yang wajib

dipelajari, karena merupakan akidah yang bersumber dari al-Quran dan

hadis. Kedua, kesadaran akan kurangnya kitab-kitab tauhid yang

ditulis dalam bahasa Melayu. Ketiga, adanya keinginan untuk beramal

jariyah di bidang ilmu, agar ilmu dari gurunya tidak terputus.

Selain kitab tersebut, ada juga kitab Khutbah Jumat, Hari Raya

Aidilfitri, Hari Raya Aidiladha dan Gerhana, ditulis dalam bahsa Arab

dan bahasa Melayu (khusus khutbah gerhana) dicetak oleh Mathba’ah

al-Ahmadiah, tanpa tahun. Beberapa kitab berikut ini informasinya

diperoleh dari keterangan Pijper.

11) Daw’ al-Misbah fi Fakh al-Nikah Kitab ini dicetak di Penang tahun 1938 M. Kandungan kitab ini

membahas suatu persoalan yang timbul dalam kehidupan beragama

yaitu fakh nikah. Menurut Pijper, Basioeni Imran memberikan

keterangan padanya bahwa kebiasaan “taqliq”, yaitu talaq yang

dikenakan persyaratan dan diucapkan pada waktu upacara pernikahan

dilangsungkan tidak dikenal di daerah Sambas. Pembatalan pernikahan

biasanya dilaksanakan dengan jalan fakh (menyatakan tidak berlaku

lagi). Tentu saja harus ada alasan yang kuat untuk mengajukan fakh

dan ini harus diajukan kepada Maharaja Imam, beliaulah yang

menangani semua urusan yang berhubungan dengan fakh di seluruh

kerajaan Sambas.

12) Al-Nusus wa al-Barahin ‘ala Iqamat al-Jum’ah bimad al-Arba’in

Karya ini merupakan edisi bahasa Arab dari risalah Cahaya

Suluh. Dicetak oleh percetakan al-Manar Kairo tahun 1344 H/1925 M.

13) Husn al-Jawab ‘an Isbat al-Ahlillah bi al-Hisab Kitab ini diselesaikan pada 6 Ramadan 1352 H/23 Desember 1933

M. Membicarakan hisab anak awal bulan untuk melakukan puasa dan hari

 64 

raya. Dicetak oeh Maktabah al-Zainiyah, Penang, 1938. Diberi Kata

Pengantar oleh Syeikh Tahir Jalaluddin al-Minangkabau.

14) Manhal al-Gharibin fi Iqamat al-Jumu’ah bi dun al-‘Arba’in

Risalah ini ditulis pada 14 Ramadan 1332 H/ 1914 M. Mungkin

tidak diterbitkan karena menurut Basioeni Imran risalah ini masih

berlanjut.

15) Al-Tazkirat Badi’ah fi Ahkam al-Jum’ah

Risalah ini merupakan kelanjutan risalah Manhal, ditulis dalam

bahasa Arab dan selesai ditulis pada 17 Muharram 1339 H/ 1920 M.

Menurut keterangan Basioeni Imran risalah ini juga bersambung dan

mungkin kitab yang menyempurnakannya adalah kitab al-Nusus.

Selain karya-karya Basioeni Imran yang dipublikasi seperti

tersebut di atas, masih terdapat beberapa manuskrip yang belum

sempat diterbitkan antara lain: Tafsir Surat-surat Pendek, Tafsir Ayat

Puasa, Penetapan Awal Bulan, terjemahan al-Umm al-Syafi’i,

beberapa buku harian, dan sejumlah naskah kullijatul muballighin

(1967). Salah satu naskah yang penulis temukan di museum di Sambas

karya Basioeni Imran adalah naskah ketikan berjudul Al-Ibanatoe wal

inshafoe fil masaailiddiniah wa izalati attafarruqi fiha wal ichtilaaf

(Menyatakan dan Menengahi (mengadili) Pada Masalah Agama dan

Menghilangkan Berpetjah Belah dan Bersalah-salahan padanya)

berbahasa Melayu beraksara Latin. Sepengetahuan penulis, naskah ini

belum dipublikasikan dan naskahnya masih utuh. Naskah ini sangat

penting untuk dipahami, khususnya jika ingin memahami pandangan-

pandangan Basioeni Imran sebagai seorang pembaharu. Oleh karena

itu, secara khusus naskah ini akan dijelaskan secara singkat sebagai

berikut.22

                                                            22Penjelasan tentang pemikiran Basioeni Imran dalam naskah al-Ibanah ini dikutip dari Zulkifli

Abdillah, Kepingan-Kepingan Sejarah Umat Islam, (Pontianak: STAIN Press, 2010).

Page 70: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 65 

Naskah al-Ibanah diketik dengan menggunakan aksara latin dan

berbahasa Melayu; kecuali ayat Al-Quran dan Hadis Nabi ditulis

dengan bahasa dan aksara arab. Naskah diketik pada kertas biasa tanpa

cap kertas atau water mark berukuran 22,2 cm X 16 cm diketik pada

kesua sisi bawah naskah sudah dimakan rayap sehingga ada beberapa

tulisan di beberapa halaman yang hilang. Sebagiana disebutkan di atas,

naskah ini tersimpan di Museum Tamadun Islam Nagri Sambas di

Kota Sambas.

Mengikuti pendapat gurunya, Muhammad Rasyid Ridha,

Basieoni Imran dalam naskah ini berupaya menjelaskan bahwa pintu

ijtihad masih tetap terbuka bagi siapa saja. Basieoni Imran terkesan

berupaya agak memperlunak syarat-syarat untuk menjadi seorang

mujtahid. Jelas terlihat bahwa Basioeni Imran tidak setuju dengan

sikap taqlid dan jumud yang menggejala di tubuh umat Islam. Karena

sikap tersebut mengarahkan umat untuk berselisih dan berpecah belah.

Oleh karenanya perlu diupayakan secara konseptual dan praktis untuk

mengeluarkan umat Islam dari perselisihan dan perpecahan. Dan

naskah yang ditulis Basioeni Imran ini mengambil posisi di sini.

Jika ditelaah apa yang ditulis dalam naskah ini, terkesan bahwa

Basioeni Imran cenderung pada mazhab Ahmad bin Hanbal dan

mengukuti pendapat Ibnu Taimiyah. Hal ini dapat dipahami mengingat

ia adalah murid dari Muhammad Rasyid Ridha. Seperti yang

dikemukakan oleh Harun Nasution bahwa Muhammad Rasyid Ridha

masih tertarik pada pendapat-pendapat Ibnu Hanbal dan Ibnu

Taymiyah. Gerakan Muhammad bin Abd al-Wahab karena semazhab

ia sokong dengan kuat.23 Apakah Basioeni Imran juga cenderung

kepada aliran Wahhabi, sebagaimana gurunya, tidak dapat kita                                                             

23 Harun Nasution, op.Cit. Hal. 66-67. Lihat juga Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2002), hal. 99.

Page 71: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 65 

Naskah al-Ibanah diketik dengan menggunakan aksara latin dan

berbahasa Melayu; kecuali ayat Al-Quran dan Hadis Nabi ditulis

dengan bahasa dan aksara arab. Naskah diketik pada kertas biasa tanpa

cap kertas atau water mark berukuran 22,2 cm X 16 cm diketik pada

kesua sisi bawah naskah sudah dimakan rayap sehingga ada beberapa

tulisan di beberapa halaman yang hilang. Sebagiana disebutkan di atas,

naskah ini tersimpan di Museum Tamadun Islam Nagri Sambas di

Kota Sambas.

Mengikuti pendapat gurunya, Muhammad Rasyid Ridha,

Basieoni Imran dalam naskah ini berupaya menjelaskan bahwa pintu

ijtihad masih tetap terbuka bagi siapa saja. Basieoni Imran terkesan

berupaya agak memperlunak syarat-syarat untuk menjadi seorang

mujtahid. Jelas terlihat bahwa Basioeni Imran tidak setuju dengan

sikap taqlid dan jumud yang menggejala di tubuh umat Islam. Karena

sikap tersebut mengarahkan umat untuk berselisih dan berpecah belah.

Oleh karenanya perlu diupayakan secara konseptual dan praktis untuk

mengeluarkan umat Islam dari perselisihan dan perpecahan. Dan

naskah yang ditulis Basioeni Imran ini mengambil posisi di sini.

Jika ditelaah apa yang ditulis dalam naskah ini, terkesan bahwa

Basioeni Imran cenderung pada mazhab Ahmad bin Hanbal dan

mengukuti pendapat Ibnu Taimiyah. Hal ini dapat dipahami mengingat

ia adalah murid dari Muhammad Rasyid Ridha. Seperti yang

dikemukakan oleh Harun Nasution bahwa Muhammad Rasyid Ridha

masih tertarik pada pendapat-pendapat Ibnu Hanbal dan Ibnu

Taymiyah. Gerakan Muhammad bin Abd al-Wahab karena semazhab

ia sokong dengan kuat.23 Apakah Basioeni Imran juga cenderung

kepada aliran Wahhabi, sebagaimana gurunya, tidak dapat kita                                                             

23 Harun Nasution, op.Cit. Hal. 66-67. Lihat juga Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2002), hal. 99.

 66 

nyatakan secara pasti. Yang jelas, di dalam naskah ini Basioeni Imran

tidak senang umat Islam saling mengejek dengan memberi gelar-gelar

yang tidak pantas kepada saudaranya sesama muslim, termasuk

menyebut atau menggelari seseorang sebagai Wahhabi.

Muhammad Basuni Imran (1885-1976) sebagai Maharaja Imam

Sambas, yaitu salah satu tokoh agama yang disegani masyarakatnya pada

kala itu terhadap masyarakat di tanah kelahirannya. Berdasarkan

pemikiran yang diperoleh dari gurunya Rasyid Ridha saat belajar di

Mesir, beliau berpendapat bahwa praktek-praktek keagamaan yang

menyimpang haruslah segera diluruskan sebelum praktek tersebut

semakin mengakar hingga sulit dibedakan dengan ajaran yang betul-betul

datang dari Al-Quran dan Hadis, yang nantinya justru akan berimbas

kepada lemahnya umat Islam itu sendiri. Pada waktu Muhammad Basuni Imran tiba di Sambas setelah

belajar di Mesir, semangat untuk mengadakan pembaruan sangat kuat.

Beliau ingin mencetuskan dan membuat pembaruan seperti yang

dilakukan oleh gurunya Rasyid Ridha. Kiprah tersebut telah berhasil

mewujudkan Sambas sebagai pusat ilmu agama, sehingga digelari

Serambi Mekkah. Selain itu pembaharuan juga dilakukan tidak hanya

dalam bidang ke-Islam-an saja, namun juga dalam bidang pendidikan. Muhammad Basuni Imran menginginkan agar pendidikan bagi

ummat Islam tidak tertinggal (mundur) dibandingkan dengan model

pendidikan Barat. Untuk itu, pengembangan sekolah-sekolah Tarbiatoel

Islam berusaha menerapkan sistem pendidikan Barat, di samping sistem

pendidikan Islam yang telah ada. Tak lepas dari jasa Muhammad Basuni

Imran pulalah jika saat ini umat Islam Sambas dapat merasakan kemajuan

pemikiran-pemikiran baik dalam membentengi akidah mereka dari bid’ah

dan khurafat yang dapat menyesatkan mereka, maupun dari kebodohan

pengetahuan secara umum, dengan bersekolah dan mempelajari ilmu-

ilmu seperti yang dipelajari di dunia Barat.

Page 72: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 67 

Pembaharuan pemikiran yang di mediasi melalui Masjid Kraton

Sambas berlangsung melalui peran para Imam Masjid Kraton. Dari masa

Sultan Sofiudin II hingga sekarang telah menjabat imam masjid secara

berurutan: Muhammad Basuni Imran (1913-1976), Hamidi Abdurahman,

H. Murtaba Akhmad Khan (1960-1996), dan terakhir H. Rosyidi Muhtar

(1996-sekarang). Para imam ini, menjadi agen aktif usaha pembaharuan

pemahaman Islam di Sambas dengan derajat yang berbeda. Pada masa

Basuni Imran pembaharuan Islam lebih di wilayah pemikiran. Hal ini

ditandai dengan usaha aktif yang dilakukan oleh Basuni Imran dalam

mengikuti perkembangan pembaharuan Islam di dunia. Bahkan konon

buku “lima ta’akhara al-muslimun wa taqaddama ghairuhum”, karya

Akib Arselan berasal dari judul surat Imam Masjid Kraton Sambas yang

menulis surat kepada Muhammad Abduh dengan judul tersebut. Usaha

lain yang dilakukan oleh Basuni Imran adalah pendirian lembaga

pendidikan “madrasah.” Ini merupakan salah satu madrasah tertua di

Indonesia. Pada masa H. Murtaba Ahmad Khan telah memasuki wilayah

praktek agama bahkan terkesan pada saat ini mulai mengarah

kepemikiran agama yang puritan. Kesimpulan ini ditandai dengan saat itu

telah diambil kebijakan oleh imam masjid untuk menanggalkan fungsi

bedug sebagai pemanggilan adzan, dan diganti dengan penggunaan

pengeras suara. Pengaruh pembaharuan dan pemurnian agama yang

digerakkan dari Sambas ini, penulis rasakan pengaruhnya di

Kabupatenkabupaten di sebelah utara Kalimantan Barat seperti Sambas

sendiri, dan Singkawang.

3. Ngah Dolah: Tokoh Pemikir Islam dari Kota Singkawang Kalimantan

Barat Dijelaskan oleh Pabali, bahwa pengaruh Islam di Kerajaan

Sambas, mulai meningkat setelah masuknya Raden Sulaiman dalam

struktur pemerintahan Hindu Sambas dan bisa dikatakan sebagai awal

Page 73: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 67 

Pembaharuan pemikiran yang di mediasi melalui Masjid Kraton

Sambas berlangsung melalui peran para Imam Masjid Kraton. Dari masa

Sultan Sofiudin II hingga sekarang telah menjabat imam masjid secara

berurutan: Muhammad Basuni Imran (1913-1976), Hamidi Abdurahman,

H. Murtaba Akhmad Khan (1960-1996), dan terakhir H. Rosyidi Muhtar

(1996-sekarang). Para imam ini, menjadi agen aktif usaha pembaharuan

pemahaman Islam di Sambas dengan derajat yang berbeda. Pada masa

Basuni Imran pembaharuan Islam lebih di wilayah pemikiran. Hal ini

ditandai dengan usaha aktif yang dilakukan oleh Basuni Imran dalam

mengikuti perkembangan pembaharuan Islam di dunia. Bahkan konon

buku “lima ta’akhara al-muslimun wa taqaddama ghairuhum”, karya

Akib Arselan berasal dari judul surat Imam Masjid Kraton Sambas yang

menulis surat kepada Muhammad Abduh dengan judul tersebut. Usaha

lain yang dilakukan oleh Basuni Imran adalah pendirian lembaga

pendidikan “madrasah.” Ini merupakan salah satu madrasah tertua di

Indonesia. Pada masa H. Murtaba Ahmad Khan telah memasuki wilayah

praktek agama bahkan terkesan pada saat ini mulai mengarah

kepemikiran agama yang puritan. Kesimpulan ini ditandai dengan saat itu

telah diambil kebijakan oleh imam masjid untuk menanggalkan fungsi

bedug sebagai pemanggilan adzan, dan diganti dengan penggunaan

pengeras suara. Pengaruh pembaharuan dan pemurnian agama yang

digerakkan dari Sambas ini, penulis rasakan pengaruhnya di

Kabupatenkabupaten di sebelah utara Kalimantan Barat seperti Sambas

sendiri, dan Singkawang.

3. Ngah Dolah: Tokoh Pemikir Islam dari Kota Singkawang Kalimantan

Barat Dijelaskan oleh Pabali, bahwa pengaruh Islam di Kerajaan

Sambas, mulai meningkat setelah masuknya Raden Sulaiman dalam

struktur pemerintahan Hindu Sambas dan bisa dikatakan sebagai awal

 68 

terintegrasinya nilai-nilai Islam ke dalam sistem sosial dan politik yang

memungkinkan perkembangan Islam berlansung semakin efektif dan

pengaruhnya semakin mendalam serta membesar pada tata kehidupan

masyarakat terutama setelah adanya rute yang mempermudah proses

islamisasi pada abad ke-17.24

Kajian ini sebetulnya masih terbatas pada proses islamisasi masa

awal di Sambas, yang kemudian berimbas kepada menyebarnya Agama

Islam ke berbagai daerah kekuasaan kerajaan Sambas, salah satu yang

kena imbas dari penyebaran Islam adalah Singkawang. meskipun

demikian hasil kajian diharapan bisa memberikan gambaran informasi

tentang islamisasi di Singkawang yang belum banyak mendapat perhatian

para sejarawan. Selain itu, kajian sejarah lokal Singkawang dan tokoh

ulama yang selalu menyebarkan dakwah terutama terkait Islamisasi ini,

diharapkan memberikan inspirasi bagi sejarawan lain untuk mengkaji

islamisasi pada periode-periode berikutnya utamanya di Singkawang.

a. Biografi Datok Ngah Dolah Kurang populer masuknya Islam ke Singkawang apalagi

sekedar daerah kekuasaan yang harus tunduk pada membuat ulama-

ulama yang berada di Singkawang pun tidak terliput. Datok Ngah

Dullah atau Ngah Dolah asli keturunan melayu, beliau adalah salah

satu ulama yang berasal dari Singkawang, hanya saja beliau tidak

terkenal, bahkan umat Islam Kalimantan Barat pun banyak yang tidak

mengenal beliau. Datok Ngah Dullah bernama asli Abdullah. Beliau

lahir di daerah Semelagi Kecil Singkawang pada tahun 1901 dan

beliau wafat pada tahun 1964, sehingga beliau wafat tepat pada usia 63

tahun sama seperti umurnya Baginda Rasul SAW. Dalam tradisi

melayu, anak pertama disebut Along, anak kedua Angah, anak ketiga                                                             

24Pabali H Musa, Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat: Kajian Naskah Asal Raja-raja dan Salsilah Raja Sambas, (Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2003)

Page 74: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 69 

Ude, keempat Acik, dan kelima Aning. Datok Ngah Dolah kebetulan

adalah anak yang kedua, sehingga selalu dipanggil Ngah Dolah bhkan

lebih populer dengan sebutan ini.

Bagi masyarakat Muslim Singkawang, terutama daerah

Semelagi sudah tidak asing lagi nama beliau. Beliau adalah guru

agama bagi mereka. Ngah Dolah memiliki empat orang anak, dua

putra dan dua lainnya adalah putri. Tapi sangat disayangkan, saat Ngah

Dolah wafat, anak-anaknya ini masih kecil-kecil semua sehingga tidak

ada yang bisa melanjutkan perjuangan orang tuanya. Hal sebagaimana

dijelaskan oleh cicitnya, Ustadz Ihsan, “Saat Ngah Dolah wafat, anak-

anaknya masih kecil-kecil semua, sehingga tiak dapat melanjutkan

perjuangan dakwah orang tuanya”.25 Bahkan, setelah wafat rumah

yang biasa dijadikan tempat belajar dan mengajar ditinggalkan oleh

ahli warisnya. Sehigga kelanjutan dakwah beliau benar-benar telah

tiada. Menurut Ihsan,”Setelah wafatnya Ngah Dolah, keluarga

meninggalkan daerah tersebut, pindah ke lokasi yang strategis dan

dekat dengan kota. Sehingga rumah tempat Ngah Dolah dulu

mengadakan proses belajar dan mengajar sekarang sudah menjadi

hutan”. Jelasnya.

b. Karir Pendidikan Datok Ngah Dolah Bagi seorang ulama, seorang guru adalah bagian terpenting

dalam hidupnya untuk mendapat ilmu yang bermanfaat dan barakah.

Tanpa seorang guru, maka tidak mungkin seseorang langsug menjadi

hebat dan pintar. Bahkan ada sebuah maqalah “ baranga siapa yang

tidak memiliki guru,maka gurunya adalah syaithan”. Ini menunjukkan

bahwa bimbingan seorang guru akan menentukan nasib anak ajarnya

seperti apa kelak.

                                                            25Wawancara degan cicit Ngah Dolah Ustadz Ihsan Nurmansyah. Pada tanggal 20-11-2017.

Page 75: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 69 

Ude, keempat Acik, dan kelima Aning. Datok Ngah Dolah kebetulan

adalah anak yang kedua, sehingga selalu dipanggil Ngah Dolah bhkan

lebih populer dengan sebutan ini.

Bagi masyarakat Muslim Singkawang, terutama daerah

Semelagi sudah tidak asing lagi nama beliau. Beliau adalah guru

agama bagi mereka. Ngah Dolah memiliki empat orang anak, dua

putra dan dua lainnya adalah putri. Tapi sangat disayangkan, saat Ngah

Dolah wafat, anak-anaknya ini masih kecil-kecil semua sehingga tidak

ada yang bisa melanjutkan perjuangan orang tuanya. Hal sebagaimana

dijelaskan oleh cicitnya, Ustadz Ihsan, “Saat Ngah Dolah wafat, anak-

anaknya masih kecil-kecil semua, sehingga tiak dapat melanjutkan

perjuangan dakwah orang tuanya”.25 Bahkan, setelah wafat rumah

yang biasa dijadikan tempat belajar dan mengajar ditinggalkan oleh

ahli warisnya. Sehigga kelanjutan dakwah beliau benar-benar telah

tiada. Menurut Ihsan,”Setelah wafatnya Ngah Dolah, keluarga

meninggalkan daerah tersebut, pindah ke lokasi yang strategis dan

dekat dengan kota. Sehingga rumah tempat Ngah Dolah dulu

mengadakan proses belajar dan mengajar sekarang sudah menjadi

hutan”. Jelasnya.

b. Karir Pendidikan Datok Ngah Dolah Bagi seorang ulama, seorang guru adalah bagian terpenting

dalam hidupnya untuk mendapat ilmu yang bermanfaat dan barakah.

Tanpa seorang guru, maka tidak mungkin seseorang langsug menjadi

hebat dan pintar. Bahkan ada sebuah maqalah “ baranga siapa yang

tidak memiliki guru,maka gurunya adalah syaithan”. Ini menunjukkan

bahwa bimbingan seorang guru akan menentukan nasib anak ajarnya

seperti apa kelak.

                                                            25Wawancara degan cicit Ngah Dolah Ustadz Ihsan Nurmansyah. Pada tanggal 20-11-2017.

 70 

Seagaimana dijelaskan di atas, bahwa Singkawang adalah

bagian dari Sambas, penyebaran Islam di Sambas akan berpengaruh

terhadap penyebaran agama Islam di Singkawang. Oleh sebab itu,

kerajaan Sambas harus mendatangkan berbagai guru agama ke

Singkawang untuk mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat

Singakwang dan memperdalam bagi yang sudah beragama Islam entah

guru tadi berasal dari rakyat jelata atau berasal dari keturunan kerajaan.

Suatu kehormatan bagi Ngah Dolah karena langsung belajar kepada

Uray26 dari Sambas. Menurutnya anak Datok Ngah Dolah,” Abah itu

belajar agama kepada Uray dari Sambas, cuman saya lupa siapa nama

aslinya”.27

Setelah Uray tadi wafat, Ngah Dolah melanjutkan belajarnya

sama anak dari Uray tadi, yang bernama Uray Bujang. Berbabagai

disilin ilmu beliau pelajari. Sejak dari Uray sampai ke anaknya Uray

Bujang, Ngah Dolah tidak pernah bosan untuk selalu belajar.beliau

sangat tekun dalam belajar. Beliau belajar tidak kepada kedua guru di

atas tadi, tetapi juga mengelana mencari ilmu saat beiau masih muda.

Beliau menjemput bola dalam menuntut ilmu Sehingga wajar, banyak

disiplin ilmu yang beliau kuasai.hal ini terbukti dari hasil karya tulis

beliau yang memasukkan berbagai disiplin ilmu yang telah beliau

pelajari sebelumnya.

Setelah berkelana menuntut ilmu, kemudian Ngah Dolah

kembali ke kampung halamannya Semelagi. Pada saat itu,banyak dari

tetangga dan orang terdekat beliau belajar ilmu agama sama beliau.

Beliau tidak memilikitempat khusus atau sejenis pesantren tempat                                                             

26Uray adalah gelar bangsawan Sambas yang mana merupakan anak-anak Raden, dan para raden sendiri adalah anak-anak dari pangeran, pangeran ratu, atau pangeran Adipati dan Paangeran Muda. Uray dapat kemudian menjadi raden tetapi dengan suatu pengangkatan resmi secara resmi oleh Sultan. Simplenya, Istilah Uray adalah Raden kalau di pulau Jawa.

27Wawancara dengan anak Datok Ngah Dolah, Hj. Mahpujah. Beliau ini satu-satunya anakNgah Dolah yang masih hidup tetapi umurnya sudah cukup tua.

Page 76: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 71 

untuk mengajar. Tempat untuk mengajar belaiu adalah rumah pribadi

beliau. Karena pada saat itu masih belum ada lampu listrik,makapada

saat itu beliau menggunakan lentera sebagai penerang untuk melakukan

aktifitas belajar mengajar di kediamannya. Murid beliau pun masih dari

sekitar Singkawang. Namun menurut Mahpujah, banyak dari murid-

murid Ngah Dolah yang menjadi tokoh agama di daerahnya masing-

masing,”Alhamdulillah,banyak murid abah yang berhasil dan

menjaditokoh agama di daerahnya masing-masing”. Hal ini

menunjukkan bahwa dakwah beliau untuk mengajarkan ilmu agama

dan menyebarluaskannya sangat berhasil. Bahkan menurut ustadz Ihsan

c. Karya Produktif Datok Ngah Dolah Walaupun Ngah Dolah termasuk ulama yang tidak begitu

dikenal, namun nama beliau sangat dikenang disebabkan karena beliau

memiliki karya tulis. Ada dua karya beliau yang disimpan di rumah

kediaman putrinya Hj. Mahpujah Setapuk Besar Hulu, Singkawang

Utara. Dalam perpustakaan pribadinya, ada satu karya tulis Ngah

Dolah, yang tertulis judul buku di kulitnya adalah “Catatan Pribadi

Datok Ngah Dolah”. Di rumah Anaknya ini masih ada tulisan tangan

asli Datok Ngah Dolah dan ada juga yang sudah dicetak.

4. KH. Fathul Bari: Tokoh Pemikir Islam dari Mempawah, Penyebar

Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah Pertama di Kalimantan Barat

Seorang pejuang perintis pendidikan pesantren di kalimantan barat

dan salah seorang mursyid thareqat naqsyabandi mudzhariyah. Beliau

berasal dari sampang madura dan meninggal dunia di kalimantan

dimakamkan di desa Peniraman kecamatan sui pinyuh kabupaten

mempawah. Beliau perintis madrasah dan pondok pesantren Raudhatul

Page 77: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 71 

untuk mengajar. Tempat untuk mengajar belaiu adalah rumah pribadi

beliau. Karena pada saat itu masih belum ada lampu listrik,makapada

saat itu beliau menggunakan lentera sebagai penerang untuk melakukan

aktifitas belajar mengajar di kediamannya. Murid beliau pun masih dari

sekitar Singkawang. Namun menurut Mahpujah, banyak dari murid-

murid Ngah Dolah yang menjadi tokoh agama di daerahnya masing-

masing,”Alhamdulillah,banyak murid abah yang berhasil dan

menjaditokoh agama di daerahnya masing-masing”. Hal ini

menunjukkan bahwa dakwah beliau untuk mengajarkan ilmu agama

dan menyebarluaskannya sangat berhasil. Bahkan menurut ustadz Ihsan

c. Karya Produktif Datok Ngah Dolah Walaupun Ngah Dolah termasuk ulama yang tidak begitu

dikenal, namun nama beliau sangat dikenang disebabkan karena beliau

memiliki karya tulis. Ada dua karya beliau yang disimpan di rumah

kediaman putrinya Hj. Mahpujah Setapuk Besar Hulu, Singkawang

Utara. Dalam perpustakaan pribadinya, ada satu karya tulis Ngah

Dolah, yang tertulis judul buku di kulitnya adalah “Catatan Pribadi

Datok Ngah Dolah”. Di rumah Anaknya ini masih ada tulisan tangan

asli Datok Ngah Dolah dan ada juga yang sudah dicetak.

4. KH. Fathul Bari: Tokoh Pemikir Islam dari Mempawah, Penyebar

Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah Pertama di Kalimantan Barat

Seorang pejuang perintis pendidikan pesantren di kalimantan barat

dan salah seorang mursyid thareqat naqsyabandi mudzhariyah. Beliau

berasal dari sampang madura dan meninggal dunia di kalimantan

dimakamkan di desa Peniraman kecamatan sui pinyuh kabupaten

mempawah. Beliau perintis madrasah dan pondok pesantren Raudhatul

 72 

Ulum yang berpusat di Meranti desa puguk kec sungai Ambawang

bersama H. Abdul karim dan ulama dari malang jawa timur.

Perjuangan pendidikan beliau sekarang diteruskan oleh KHM.

Rusdi Wahid yang juga murid dari KH. Yahya Sabrowi malang, KHM.

Rusdi Wahid sekarang pengasuh pondok pesantren Raudhatul Ulum

meranti, dan perjuangan thariqat diteruskan oleh anaknya KHM. Darwis

mursyid thariqat Naqsabandi mudzhariyah yang masih aktif berdakwah

dikalimantan meneruskan perjuangan ayahnya.

KH. Fathul Bari atau dikenal dengan “guruh tolang”28 dalam

istilah orang Madura, beliau bukanlah penduduk asli Kalimantan Barat.

Beliau dilahirkan di Desa Ombul Kabupaten Sampang Pulau Madura.

Namuan tahun kelahiran beliau belum bisa dipastikan tahun berapa.

“Umur beliau wafat, jika melihat kondisi tubuhnya, beliau sudah

sepuh29”.30 Jelasnya dari Ust. Husein. Lanjutnya, “bagi kalangan orang

Madura, di zaman dulu, hari dan tanggal lahir anaknya jarang dicacat.

Sehingga tidak pas tahun berapa beliau dilahirkan”.

a. Rantai Silsilah KH. Fathul Bari Beliau memiliki banyak keturunan, dari istri pertama, memiliki

lima anak, empat diantaranya perempuan semua; dan satu laki-

laki.Bagi masyarakat, Madura, jika dia seorang tokoh, habaib, lebih-

lebih seorang Kiayi, motto yang selalu terdengar adalah “beristri satu

masih levelnya ustadz”, sehingga kalau di pulau Madura sendiri,

jarang seorang kiayi memiliki hanya satu istri, dikalangan suku

                                                            28Guruh Tolang dalam istilah orang Madura adalah guru batin. Guru yang senantiasa mengajari

muridnya dari nol (awal) untuk menggapai Ridho Allah SWT. Disebut demikian karena memang beliau adalah ulama thariqat pertama yang masuk ke Kalimantan Barat untuk mengajarkan dan berdakwah melalui thariqat(jalan) sufi ini.

29Kata ‘sepuh’ dalam Istilah suku jawa dan Madura berarti tua. Hanya saja, kata ini maknya lebih halus. Biasanya kata ini digunakan untuk orang yang memang lebih tua atau tokoh agama yang sangat disegani atau dihormati.

30Wawancara dengan Ustadz Husein salah satu tokoh agaa di Paniraman. Beliau juga masih termasuk bagian keluarga al-Marhum KH. Fathul Bari.

Page 78: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 73 

Madura, seorang perempuan apabila dinikahi oleh seorang kiayi atau

habaib, walau dijadikan istri yang keberapa, tetap saja mau karena

dalam anggapan mereka, mereka tetap beruntung karena dinikahi oleh

‘orang suci’. Maka memiliki istri banyak itu sudah lumrah. Al-

Marhum KH. Fathul Bari pun tidak hanya memiliki satu istri, sehingga

anak keturunan beliau pun juga banyak, terutama yang di Madura. Dan

salah satu anaknya adalah KH. Ismail Fathul Bari atau lebih dikenal

KH. Darwis Fathul Bari. KH. Ismail Fathul Bari lebih dikenal di

Madura, beliaulah yang melanjutkan thariqat di Madura, sedangkan

yang biasa menjadi Mursyid ke Kalimantan Barat adalah KH. Darwis

Fathul Bari, satu orang tapi memiliki dua nama.31 Beliau juga sebagai

pengasuh pondok pesantren di Ombul.

b. Latar Belakang Pendidikan KH. Fathul Bari Latar belakang pendidikannya KH. Fathul Bari didapat

langsung dari kedua orang tuanya yang memang sudah terkenal

sebagaiulama yang ‘alimdalamilmu agama. Orang tuanya sudah

memiliki banyak santri, bahkan sudah memiliki pondok pesantren.

Baca tulis al-Quran pun KH. Fathul Bari juga didapat dari orang

tuanya.

Dalam tradisi Madura, mahir baca dan tulis a-Quran harus

dimulai sejak dini. Sebelum diberangkat akan kepondok pesantren

biasanya orang tuanya sudah mengajarinya terlebih dahulu sebelum

mengenyam pendidikan pondok pesantren. Hal ini juga berlaku pada

diri Fathul Bari saat itu. Sedari kecil KH. Fathul Bari memang sudah

                                                            31Dalam tradisi Madura, ada istilah nama daging, nama asli yang disematkan oleh kedua orang

tuanya saat lahir. Juga ada nama ganti atau alias. Hal ini biasa dilakukan abgi orang yang pindah(hijrah) terutama bagi mereka yang telah melakukan ibadah haji. Terkadang nama asli (nama daging) tidak lebih terkenal dari nama yang telah disematkan setelah melakukan ibadah haji, terkadang juga, nama asli lebih populer dikalangan masyarakat.

Page 79: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 73 

Madura, seorang perempuan apabila dinikahi oleh seorang kiayi atau

habaib, walau dijadikan istri yang keberapa, tetap saja mau karena

dalam anggapan mereka, mereka tetap beruntung karena dinikahi oleh

‘orang suci’. Maka memiliki istri banyak itu sudah lumrah. Al-

Marhum KH. Fathul Bari pun tidak hanya memiliki satu istri, sehingga

anak keturunan beliau pun juga banyak, terutama yang di Madura. Dan

salah satu anaknya adalah KH. Ismail Fathul Bari atau lebih dikenal

KH. Darwis Fathul Bari. KH. Ismail Fathul Bari lebih dikenal di

Madura, beliaulah yang melanjutkan thariqat di Madura, sedangkan

yang biasa menjadi Mursyid ke Kalimantan Barat adalah KH. Darwis

Fathul Bari, satu orang tapi memiliki dua nama.31 Beliau juga sebagai

pengasuh pondok pesantren di Ombul.

b. Latar Belakang Pendidikan KH. Fathul Bari Latar belakang pendidikannya KH. Fathul Bari didapat

langsung dari kedua orang tuanya yang memang sudah terkenal

sebagaiulama yang ‘alimdalamilmu agama. Orang tuanya sudah

memiliki banyak santri, bahkan sudah memiliki pondok pesantren.

Baca tulis al-Quran pun KH. Fathul Bari juga didapat dari orang

tuanya.

Dalam tradisi Madura, mahir baca dan tulis a-Quran harus

dimulai sejak dini. Sebelum diberangkat akan kepondok pesantren

biasanya orang tuanya sudah mengajarinya terlebih dahulu sebelum

mengenyam pendidikan pondok pesantren. Hal ini juga berlaku pada

diri Fathul Bari saat itu. Sedari kecil KH. Fathul Bari memang sudah

                                                            31Dalam tradisi Madura, ada istilah nama daging, nama asli yang disematkan oleh kedua orang

tuanya saat lahir. Juga ada nama ganti atau alias. Hal ini biasa dilakukan abgi orang yang pindah(hijrah) terutama bagi mereka yang telah melakukan ibadah haji. Terkadang nama asli (nama daging) tidak lebih terkenal dari nama yang telah disematkan setelah melakukan ibadah haji, terkadang juga, nama asli lebih populer dikalangan masyarakat.

 74 

rajin menuntut ilmu. Keluarga besar beliau tersebar dimana-mana di

sekitar pulau jawa bahkan Kalimantan.

Beliau juga hidup semasa dengan salah satu santri KHR. Khalil

Bangkalan, yaitu KH. Samsuddin. Beliau juga salah satu tokoh

Mursyid dimana keturunannya beliau juga banyak berdakwah di

Kalimantan Barat. KH. Fathul Bari adalah ipar beliau. Hanya saja, KH.

Samsuddin lebih banyak berdakwah di pulau Madura.

Thariqat Naqsyabandiah Mudzhariah diperoleh KH Fathul Bari

dari gurunya yang bernama KH. Muhammad Khalil bin KH Abdul

Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram

bin Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman.

Beliau juga mendapat bimbingan thariqat langsung orang tuanya, yaitu

KH. Ismail.

c. Penerus Dakwah KH. Fathul Bari Penerus dakwah KH. Fathul Bari di Kalimanta Barat di

lanjutkan langsung oleh putra beliau KH. Islmail Fathul Bari atau juga

dikenal dengan KH. Darwis Fathul Bari. Walau beliau ini adalah

pengasuh pondok pesantren Rubath Naqsyabandiah di Madura, namun,

hampir tiap tahun bahkan berkali-kalidalam setahun untuk datang ke

Kalimantan Barat untuk berdakwah melalui tahriqat Naqsyabandiah

Mudzhiriyah didirikan oleh orang tuanya. Mungkin inilah salah satu

teori dakwah modelling, terutama dalam dakwah sufi (akhlak)

dibingkai dengan modelling (contoh sosok tokoh panutan). Modelling

dalam dakwah diartikan sebagai model, contoh, panutan. Artinya

dalam menyampaikan ajaran Islam tidak hanya sekedar memberitahu

hal-hal yang sifatnya hanya kognitif semata, tetapi juga dengan cara

memberikan contoh. Islam adalah ajaran nilai yang mana tidak akan

berguna jika hanya digunakan sebatas pada pengetahuan kognitif saja.

Dengan kata lain inti dari pendidikan Islam adalah internalisasi nilai-

Page 80: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 75 

nilai ke-Islaman. Oleh karena itu perlu adanya sebuak objek yang bisa

dijadikan teladan atau panutan. Dalam melanjutkan dakwah orang

tuanya, KH. Darwis Fathul Bari menjadi modelling selanjutnya bagi

para murid-murid abahnya.

d. KH. Fathul Bari Berdakwah Melalui Thariqat Sebelum mengarah kepada dakwah melalui thariqat (makna

secara plural), maka sebaiknya akan peneliti jelaskan terlebih dahulu

mengenai penjelasan mengenai gagasan sentral dalam sufisme Islam

yakni mengenai 3 level perjalanan spiritual yang dikenal dengan

Syari’at, Thariqat, Hakikat yang dalam bahasa Inggris dikenal juga

dengan istilah The Law, The Way, and The truth. Dalam tulisan ini,

peneliti akan menjelaskan satu level tambahan, yaitu level Ma’rifat.

Sebab memang yang terkenal dikalangan masyaraat Muslim

Indonesiakhususnya orang madura, tigngkkatan tasawuf itu ada empat

level yang telah disebutkan di atas. Pertama, syariah. Dalam dunia tasawuf syariat adalah syarat

mutlak bagi salik (penempuh jalan ruhani) menuju Allah. Tanpa adanya

syariat maka batallah apa yang diusahakannya. Berkaitan dengan ini

pemakalah mengambil pandangan Sirhindi mengenai syariat sebagai

landasan tasawuf yang diambil dari buku “Sufism and Shari‘ah” yang

ditulis oleh Muhammad Abdul Haq Ansari.32

Kedua, thariqat. Kata thariqat diturunkan menjadi الطريقة yang

bermakna jalan atau metode. Istilah thariqat ini menunjuk pada metode

penyucian jiwa yang landasannya diambil dari hukum-hukum syariat.

Semua muslim wajib menerapkan syariat, namun ada sebagian muslim

yang hanya berfokus pada kewajiban-kewajiban ibadah dan ada

sebagian lagi yang selain fokus pada kewajiban-kewajiban ibadah juga                                                             

32Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari‘ah: A Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort to Reform Sufism, (The Islamic Foundation:, 1990), hlm 75

Page 81: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 75 

nilai ke-Islaman. Oleh karena itu perlu adanya sebuak objek yang bisa

dijadikan teladan atau panutan. Dalam melanjutkan dakwah orang

tuanya, KH. Darwis Fathul Bari menjadi modelling selanjutnya bagi

para murid-murid abahnya.

d. KH. Fathul Bari Berdakwah Melalui Thariqat Sebelum mengarah kepada dakwah melalui thariqat (makna

secara plural), maka sebaiknya akan peneliti jelaskan terlebih dahulu

mengenai penjelasan mengenai gagasan sentral dalam sufisme Islam

yakni mengenai 3 level perjalanan spiritual yang dikenal dengan

Syari’at, Thariqat, Hakikat yang dalam bahasa Inggris dikenal juga

dengan istilah The Law, The Way, and The truth. Dalam tulisan ini,

peneliti akan menjelaskan satu level tambahan, yaitu level Ma’rifat.

Sebab memang yang terkenal dikalangan masyaraat Muslim

Indonesiakhususnya orang madura, tigngkkatan tasawuf itu ada empat

level yang telah disebutkan di atas. Pertama, syariah. Dalam dunia tasawuf syariat adalah syarat

mutlak bagi salik (penempuh jalan ruhani) menuju Allah. Tanpa adanya

syariat maka batallah apa yang diusahakannya. Berkaitan dengan ini

pemakalah mengambil pandangan Sirhindi mengenai syariat sebagai

landasan tasawuf yang diambil dari buku “Sufism and Shari‘ah” yang

ditulis oleh Muhammad Abdul Haq Ansari.32

Kedua, thariqat. Kata thariqat diturunkan menjadi الطريقة yang

bermakna jalan atau metode. Istilah thariqat ini menunjuk pada metode

penyucian jiwa yang landasannya diambil dari hukum-hukum syariat.

Semua muslim wajib menerapkan syariat, namun ada sebagian muslim

yang hanya berfokus pada kewajiban-kewajiban ibadah dan ada

sebagian lagi yang selain fokus pada kewajiban-kewajiban ibadah juga                                                             

32Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari‘ah: A Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort to Reform Sufism, (The Islamic Foundation:, 1990), hlm 75

 76 

memperhatikan adab, akhlak, dan sisi batin dari syariat itu, yang

sebetulnya semua itu sudah dijelaskan dalam syariat. Pengertian ini

adalah thariqat dalam makna khusus.

Dalam istilah ilmuan barat, thariqat adalah jalan khusus bagi

salik (penempuh jalan ruhani) untuk mencapai kesempurnaan tauhid,

yaitu ma’rifatullah. Jalan yang diambil oleh para sufi berasal dari jalan

utama, syariat, dengan disiplin yang ketat sehingga terasa lebih sulit

dibandingkan mereka yang tidak melakukan disiplin diri.33

Ketiga, hakikat. Secara etimologis, hakikat bermakna nyata,

jelas dan transfaran. Ada juga yang memaknai kata hakikat (Haqiqah)

seakar dengan kata al-Haqq, reality, absolute, yang dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai kebenaran atau kenyataan. Makna hakikat

dalam konteks tasawuf menunjukkan kebenaran esoteris yang

merupakan batas-batas dari transendensi manusia dan teologis. Namun

secara terminologis, bahwa Hakikat adalah kemampuan seseorang

dalam merasakan dan melihat kehadiran Allah di dalam syari’at itu,

sehingga hakikat adalah aspek yang paling penting dalam setiap amal,

inti, dan rahasia dari syari’at yang merupakan tujuan perjalanan salik.

Adapun dalam tingkatan perjalanan spiritual, Hakikat

merupakan unsur ketiga setelah syari’at yang merupakan kenyataan

eksoteris dan thariqat (jalan) sebagai tahapan esoterisme, sementara

hakikat adalah tahapan ketiga yang merupakan kebenaran yang

esensial. Hakikat juga disebut Lubb yang berarti dalam atau sari pati,

mungkin juga dapat diartikan sebagai inti atau esensi.34

Keempat, ma’rifat. Secara bahasa, ma’rifat bermakna

mengetahui dan tahu. Sedangkan secara terminologis, menurut Ahmad                                                             

33Annemarie Schimmel, Mystical Dimensions Of Islam, (USA: The University of North Carolina Press, 1975), hlm. 98

34Ansari, Muhammad Abdul Haq, Sufism and Shari’ah, A study of syakh Ahmad Sirhindi’s Effort to reform Sufism, (Malaysia: The Islamic Foundation, 1990), hlm. 74.

Page 82: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 77 

Sirhindi mengatakan bahwa hakikat dalam literatur sufi berarti persepsi

akan realitas dalam pengalaman mistik; yang berbeda dengan

pengertian realitas secara rasional yang dilakukan oleh para filosof,

pada satu sisi, dan keyakinan/iman pada orang-orang awam, pada sisi

yang lain. Pengertian ini selalu diganti dengan istilah ma’rifat. Tyll

Zybura dalam essaynya menyebutkan bahwa ketika seorang Muslim

telah menguasai syari’at, maka tokoh sufi mengatakan bahwa, ia dapat

mengikuti thariqah dari mistik, dan ‘jalan’ yang mengantarkan pada

pengetahuan yang lebih tinggi dan mungkin pada akhir dari jalan ini

akan menemukan hakikat, kebenaran, atau ma’rifat, genosis.35

Bagi seorag guru mursyid, keempat tingkata tadi telah benar-

benar melekat pada dirinya, sehingga dia layak disebut guru mursyid

dan layak untuk berdakwa. Bagi KH. Fathul Bari tingkatan di atas tadi

tentunya sudah dilalui dan dikusai bahkan melekat dalam dirinya, oleh

sebab itu beliau berdakwah ala sufistik (warisan walisongo) ini.

Metode dakwah yang paling digemari adalah pendekatan akhlak

dan hati (lemah lembut) serta rasa(dzauq dalam istilah sufi). Saat itu

hati ummat manusia mungkin sedang gundah gulana disebabkan

banyak persoalan hidup yang menghimpitnya. Mungkin inilah beberapa

alasan munculnya gerakan tasawuf. Bisa juga kita ringkaskan, pertama,

sebagai reaksi terhadap sikap hidup yang sekuler dan glamour dari

kelompok elit dinasti penguasa diistana (pemerintah). Kedua,

kekerasan pergulatan politik pada masa itu, menyebabkan orang-orang

yang ingin memepertahankan kesalehan dan ketenangan rohaniah,

terpaksa mengambil sikap menjauhi kehidupan masyarakat ramai untuk

menyepi dan sekaligus menghindarkan diri dari keterlibatan langsung

dalam pertentangan politik.                                                             

35Makalah Fitri Zakia, diunduh pada tanggal 15 Desember 2017 dengan alamat web; https://hidrosita.wordpress.com/2013/12/14/syariat-tarekat-hakikat-dan-makrifat/

Page 83: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 77 

Sirhindi mengatakan bahwa hakikat dalam literatur sufi berarti persepsi

akan realitas dalam pengalaman mistik; yang berbeda dengan

pengertian realitas secara rasional yang dilakukan oleh para filosof,

pada satu sisi, dan keyakinan/iman pada orang-orang awam, pada sisi

yang lain. Pengertian ini selalu diganti dengan istilah ma’rifat. Tyll

Zybura dalam essaynya menyebutkan bahwa ketika seorang Muslim

telah menguasai syari’at, maka tokoh sufi mengatakan bahwa, ia dapat

mengikuti thariqah dari mistik, dan ‘jalan’ yang mengantarkan pada

pengetahuan yang lebih tinggi dan mungkin pada akhir dari jalan ini

akan menemukan hakikat, kebenaran, atau ma’rifat, genosis.35

Bagi seorag guru mursyid, keempat tingkata tadi telah benar-

benar melekat pada dirinya, sehingga dia layak disebut guru mursyid

dan layak untuk berdakwa. Bagi KH. Fathul Bari tingkatan di atas tadi

tentunya sudah dilalui dan dikusai bahkan melekat dalam dirinya, oleh

sebab itu beliau berdakwah ala sufistik (warisan walisongo) ini.

Metode dakwah yang paling digemari adalah pendekatan akhlak

dan hati (lemah lembut) serta rasa(dzauq dalam istilah sufi). Saat itu

hati ummat manusia mungkin sedang gundah gulana disebabkan

banyak persoalan hidup yang menghimpitnya. Mungkin inilah beberapa

alasan munculnya gerakan tasawuf. Bisa juga kita ringkaskan, pertama,

sebagai reaksi terhadap sikap hidup yang sekuler dan glamour dari

kelompok elit dinasti penguasa diistana (pemerintah). Kedua,

kekerasan pergulatan politik pada masa itu, menyebabkan orang-orang

yang ingin memepertahankan kesalehan dan ketenangan rohaniah,

terpaksa mengambil sikap menjauhi kehidupan masyarakat ramai untuk

menyepi dan sekaligus menghindarkan diri dari keterlibatan langsung

dalam pertentangan politik.                                                             

35Makalah Fitri Zakia, diunduh pada tanggal 15 Desember 2017 dengan alamat web; https://hidrosita.wordpress.com/2013/12/14/syariat-tarekat-hakikat-dan-makrifat/

 78 

KH. Fathul Bari juga yakin bahwa tasawuf akan sangat mudah

diterima di Kalimantan barat. Karena tasawuf mengajarkan kelembutan

sikap dan tingkah laku. Salah satu kunci sukses besar pada pendakwah

itu adalah metode Islamisasi tanpa paksaan, fleksibel dan menyatu

dengan penduduk asli. Pendekatan yang dikembangkan cenderung

kepada ajaran-ajaran sufistik dan kultural. Hal ini dipertegas oleh

Abdul Hadi WM yang berpendapat, bahwa perkembangan Islam di

Nusantara sebagai ‘perembesan secara damai’. Dalam berhadapan

dengan nilai-nilai budaya masyarakat Islam di Indonesia tidak langsung

berkonfrontasi, melainkan berdialog secara terus-menerus dan penuh

kesabaran.36

Hal ini mungkin karena ketika kita kembali pada tujuan tasawuf

sendiri. Secara umum tujuan terpenting dari sufi adalah agar berada

sedekat mungkin dengan Allah. Pada dekade ini, yang serba modern

seperti sekarang ini, pendidikan mempunyai kedudukan amat penting di

dalamnya. Sebab tanpa pendidikan manusia tidak dapat mencapai

prestasi yang begitu tinggi dalam membangun peradaban terutama saat

membangun perdaban taqwa. Suatu peradaban yang maju dan

berkembang adalah peradaban yang di dalamnya menjunjung tinggi

pendidikan ruhaniyah dan jasmaniyah. Hanya saja, dalam dunia

tasawuf, pendidikan dhahir bukanlah yang utama, tetapi pendidikan

bathin yang diutamakan, sebab ilmu itu akan terasa apabila telah

meresap dan menyatu dalam tubuh seorang hamba.

Dalam hali ini, pendekatan substantif dalam merangkul murid

sangat diperlukan bahkan menjadi acuan yang paling utama.

Pendekatan dakwah subtantif adalah pendekatan yang dalam

pengajarannya lebih mengutamakan materi pokok/inti pokok

                                                            36Abdul Hadi WM, Islam, Cakrawal Estetik dan Budaya..., hlm. 291.

Page 84: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 79 

pengajaran. Dalam Islam ajaran tauhid adalah satu materi pokok yang

disajikan sejak awal belajar. “Karena lebih mengutamakan pendekatan

substantive maka jika terlihat pendekatan para kaum sufi dalam

berdakwah, mereka sering menggunakan elemen-elemen non-Islam (hal

baru), sesungguhnya hal ini adalah means atau a matter of approach,

atau alat untuk mencapai tujuan yang tidak mengurangi substansi dan

signifikansi ajaran yang diberikan. Dengan kata lain, wisdom ‘hikmah’

dan mau`idhah hasanahadalah cara yang dipilih untukmelakukan

dakwah sesuai dengan ajaran Al-Quran yang berbunyi :

äí÷Š $# 4’ n<Î) È≅‹ Î6 y™ y7În/ u‘ Ïπ yϑõ3Ït ø:$$Î/ Ïπ sà Ïãöθyϑø9 $# uρ Ïπ uΖ|¡pt ø:$# ( Οßγ ø9 ω≈ y_uρ

©ÉL©9 $$Î/ }‘ Ïδ ß⎯ |¡ômr& 4 ¨βÎ) y7−/ u‘ uθèδ ÞΟ n=ôãr& ⎯ yϑÎ/ ¨≅ |Ê ⎯ tã ⎯Ï&Î#‹Î6 y™ (

uθèδuρ ÞΟ n=ôãr& t⎦⎪ωtGôγ ßϑø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.37

Oleh sebab itu, pendekatan pendidikan yang substantif melalui

nilai-nilai rohani inilah yang dipilih oleh para penyebar agama Islam

dengan metode berdakwah ala sufistik. Dan dakwa ini pula yang

mengantarkan negara Indonesia menjadi negara paling banyak

penduduk yang beragama Islam sedunia. Metode dakwah ini yang juga

dikembangkan oleh KH. FathulBari di Kalimantan Barat yang sampai

sekarang masih eksis yang dilanjutkan oleh keturunannya.

                                                            37Baca Q.S. al-Nahl [16]: 125.  

Page 85: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 79 

pengajaran. Dalam Islam ajaran tauhid adalah satu materi pokok yang

disajikan sejak awal belajar. “Karena lebih mengutamakan pendekatan

substantive maka jika terlihat pendekatan para kaum sufi dalam

berdakwah, mereka sering menggunakan elemen-elemen non-Islam (hal

baru), sesungguhnya hal ini adalah means atau a matter of approach,

atau alat untuk mencapai tujuan yang tidak mengurangi substansi dan

signifikansi ajaran yang diberikan. Dengan kata lain, wisdom ‘hikmah’

dan mau`idhah hasanahadalah cara yang dipilih untukmelakukan

dakwah sesuai dengan ajaran Al-Quran yang berbunyi :

äí÷Š $# 4’ n<Î) È≅‹ Î6 y™ y7În/ u‘ Ïπ yϑõ3Ït ø:$$Î/ Ïπ sà Ïãöθyϑø9 $# uρ Ïπ uΖ|¡pt ø:$# ( Οßγ ø9 ω≈ y_uρ

©ÉL©9 $$Î/ }‘ Ïδ ß⎯ |¡ômr& 4 ¨βÎ) y7−/ u‘ uθèδ ÞΟ n=ôãr& ⎯ yϑÎ/ ¨≅ |Ê ⎯ tã ⎯Ï&Î#‹Î6 y™ (

uθèδuρ ÞΟ n=ôãr& t⎦⎪ωtGôγ ßϑø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.37

Oleh sebab itu, pendekatan pendidikan yang substantif melalui

nilai-nilai rohani inilah yang dipilih oleh para penyebar agama Islam

dengan metode berdakwah ala sufistik. Dan dakwa ini pula yang

mengantarkan negara Indonesia menjadi negara paling banyak

penduduk yang beragama Islam sedunia. Metode dakwah ini yang juga

dikembangkan oleh KH. FathulBari di Kalimantan Barat yang sampai

sekarang masih eksis yang dilanjutkan oleh keturunannya.

                                                            37Baca Q.S. al-Nahl [16]: 125.  

 80 

Adapun tujuan Tasawuf secara khusus, ialah: (1) pembinaan

aspek moral, (2) ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung, (3)

membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada

Allah. Sedangkan akhir sufisme, ialah: (1) penyerahan diri sepenuhnya

kepada kehendak mutlak Tuhan, (2) penanggalan secara total semua

keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan

dengan kehidupan duniawi (teresterial), (3) peniadaan kesadaran

terhadap “diri sendiri” serta pemusatan diri pada perenungan terhadap

Tuhan semata, tiada yang dicari selain Dia.

Dakwah KH. Fathul Bari nyaris tidak mendapatkan rintangan,

sebab memang di Kalimantan Barat sudah masuk aliran tasawuf, salah

satunya pengaruh penyebaran Syeikh Ahmad Khatib As-Sambasi yang

sudah masuk ke berbagai lapisan, sehingga bagi KH. Fathul Bari tidak

begitu sulit, walau kedua tokoh ini agak sedikit berbeda dalam aliran

thariqatnya, Syeikh Ahmad Khatib As-Sambasi Pelopor penggabungan

thariqat Naqsyabandiah wel Qadariah, sedang KH. Fathul Bari

menggunakan thariqat Naqsyabandiah Mudzahirah.

Makna Thariqat dan kaitannya dengan tasawuf sangat erat

sekali. Keduanya tidak dapat dipisahkan, yaitu: (1) thariqat berasal dari

pengalaman seorang sufi ahli tasawuf dalam mengajarkan ilmu nya

kepada orang lain dan kemudian dikembangkan oleh pengikutnya, (2)

penamaan suatu thariqat diambil dari nama pemimpin kelompok

tersebut, (3) thariqat sebagai metode mendekatkan diri kepada Allah

sistem pembelajaran tasawuf yang melembaga, (4) thariqat sebagai

lembaga: ada seorang mursyid (pembimbing) dan ribath (tempat

belajar), (5) tasawuf adalah seperangkat ilmu mendekatkan diri kepada

Allah, sedangkan thariqat adalah suatu sistem untuk mendekatkan diri

kepada Allah yang salah satu unsur pokoknya adalah ilmu tasawuf, (6)

tahriqat yang cukup luas dikenal masyarakat dan banyak pengikutnya,

Page 86: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 81 

antaralain: Qadiriyah, Nahsabandiyah, Sammaniyah, Khalidiyah,

Rifaiyah, dan Khalwatiyah.

Ladang dakwah utama KH. Fathul Bari memang berpusat di

Paniraman di Masjid Babussalam. Sesuai permintaan H. Hasyim

Yamani yang merupakan pendiri Masjid “Babussalam” yang masih

tegak dan gagah berdiri sampai saat dan H. Hasyim Yamani juga

pendiri Pondok Pesantren pertama di Kalimantan Barat yang juga

diberi nama “Babussalam”. Lokasi tepatnya berada di Kabupaten

Mempawah. Akan tetapi murid beliau banyak dari berbagai daerah

yang berdatangan, sehingga terkadang muridnya mengundang beliau

ke tempatnya dan mengadakan thariqat di daerah tersebut, sehingga

mempengaruhi masyarakat yang didatangi oleh beliau. Semakin

banyaklah para pengikut beliau. Dakwah beliau yang santun dan lemah

lembut ini sangat mudah diterima oleh masyarakat.

Beliau pun berdakwah dari rumah warga ke rumah warga, dari

langgar ke langgar, dari masjid ke masjid sehingga semakin banyak

orang mengenal beliau. Juga pindak-pindah dari satu kabupaten ke

kabupaten lainnya, dari Kab. Pontianak, Sambas, Singkawang, dan

Mempawah sendiri. Bahkan ada murid beliau yang juga berdakwah di

Kalimantan Barat tapi berasal dari Sumenep Madura yaitu Habib

Muhsin al-Hinduan yang kelak menjadi salah satu Mursyid thariqat di

Kalimantan Barat.

Dalam dunia thariqat ada tiga Istilah yang berbeda tapi sama:

Pertama, thariqat. Ritual dalam thariqat hanya bisa dilaksanakan

apabila ada mursyidnya, ada guru yang mengarahkannya ke jalan

menuju Allah. Thariqat biasanya dilakukan beramai-ramai, dan jarang

dilakukan karena menunggu luang waktu dari sang mursyid untuk

melakukan thariqat.

Page 87: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 81 

antaralain: Qadiriyah, Nahsabandiyah, Sammaniyah, Khalidiyah,

Rifaiyah, dan Khalwatiyah.

Ladang dakwah utama KH. Fathul Bari memang berpusat di

Paniraman di Masjid Babussalam. Sesuai permintaan H. Hasyim

Yamani yang merupakan pendiri Masjid “Babussalam” yang masih

tegak dan gagah berdiri sampai saat dan H. Hasyim Yamani juga

pendiri Pondok Pesantren pertama di Kalimantan Barat yang juga

diberi nama “Babussalam”. Lokasi tepatnya berada di Kabupaten

Mempawah. Akan tetapi murid beliau banyak dari berbagai daerah

yang berdatangan, sehingga terkadang muridnya mengundang beliau

ke tempatnya dan mengadakan thariqat di daerah tersebut, sehingga

mempengaruhi masyarakat yang didatangi oleh beliau. Semakin

banyaklah para pengikut beliau. Dakwah beliau yang santun dan lemah

lembut ini sangat mudah diterima oleh masyarakat.

Beliau pun berdakwah dari rumah warga ke rumah warga, dari

langgar ke langgar, dari masjid ke masjid sehingga semakin banyak

orang mengenal beliau. Juga pindak-pindah dari satu kabupaten ke

kabupaten lainnya, dari Kab. Pontianak, Sambas, Singkawang, dan

Mempawah sendiri. Bahkan ada murid beliau yang juga berdakwah di

Kalimantan Barat tapi berasal dari Sumenep Madura yaitu Habib

Muhsin al-Hinduan yang kelak menjadi salah satu Mursyid thariqat di

Kalimantan Barat.

Dalam dunia thariqat ada tiga Istilah yang berbeda tapi sama:

Pertama, thariqat. Ritual dalam thariqat hanya bisa dilaksanakan

apabila ada mursyidnya, ada guru yang mengarahkannya ke jalan

menuju Allah. Thariqat biasanya dilakukan beramai-ramai, dan jarang

dilakukan karena menunggu luang waktu dari sang mursyid untuk

melakukan thariqat.

 82 

Kedua, Tawajjuh. Pembacaan tawajjuh tidak ada bedanya

dengan bacaan yang dibaca saat thariqat, hanya saja yang membedakan

kalau thariqat harus dilakukan oleh mursyid sedangkan tawajjuh bisa

dilakukan oleh orang hanya ditunjuk untk memimpin. Sesiapa saja

yang ditunjuk walau masih baru dibaiat dalam thariqat boleh

memimpinnya.hanya sekedar memimpin. Di lingkunga masyarakat

Madura, ada yang mengenal Tawajjuh ‘tebejju’.

Ketiga, Hayakanan. Sebagian masyarakat juga ada yang

menggunakan istilah ‘hayakanan’. Hanya perbedaan istilah saja

sebenarnya. Hayakanan atau tawajjuh masih berada dibawah tingkatan

thariqat, sebab kalau thariqat memang harus dipimpin oleh mursyid

dan ahlinya.

Acara thariqat akbar yang biasa dilakukan diberbagai masjid

atau musholla, berarti mendatangkan mursyid utamanya, yaitu putra

dari KH. Fathul Bari, yaitu KH. Darwis. Beliau ini yang menggantikan

dakwah abahnya di kalimantan Barat dalam berdakwah melalui

tahriqat. Sehingga tiapa tahun beliau selalu datang ke Kalimantan

Barat. Biasanya beliau datang ke Kalimantan Barat bertepatan dengan

haul almarhum KH. Fathul Bariyang berpusat di Masjid Bubussalam

Paniraman Kab. Mempawah.

Sedangkan tawajjuh atau hayakanan selalu dilakukan oleh

masyarakat Peniraman selepas melaksanakan shalat maghrib. Sambil

menunggu datangnya shalat Isya’, banyak dari masyarakat sekitar

masjid Babussalam yang mengikuti hayakanan. Pemimpinnya hanya

mengambil yang paling tua atau yang memang sudah dianggap layak

memimpin hayakanan.menurut ustadz Husein, “Kalau yang memimpin

hayakanan hanya ustadz sekitar saja, tidak memilikigelar apa-apa”.

Jelasnya.sehingga ranah dakwah hayakanan tetap bisa berlangsung

tanpa dibimbing oleh mursyid, juga tanpa harus mendatangkan

Page 88: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 83 

mursyid atau guru thariqat utama yang memimpinnya. Tetapi, ada juga

yang membedakan antara Tawajjuh dan Hayakanan, kalau tawajjuh

bisa dilakukan oleh mursyid,juga oleh orang yang memang ditunjuk

dan mampu menjadi memimpinnya, sedang hayakanan boleh siapa

saja yang memimpinnya. Penjelasan ini sama persis dengan apa yang

dijelaskan oleh Ustadz Husein, “ Kalau Tawajjuh terkadang dipimpin

mursyid dan orang yang memang layak memimpinnya, sedang

hayakanan bisa dilakukan oleh siapa saja.

Untuk tawajjuhdan hayakanan pelaksanaannya berbeda di tiap

tempat, kalau di Masjid Babussalam Paniraman dilakukan setiap

setelah melaksanakan shalat maghrib berjamaah, sembari menunggu

waktu sholat isya’, akan tetapi di tempat lain, tawajjuh dan hayakanan

biasanya hanya dilaksanakan setiap malam senin dan malam kamis.

Walau berbeda waktu pelaksaannya, tetapi bacaannya tetap sama.

Tujuanya pun sama, mengharap ridho Ilahi Rabbi.

Kesimpulannya, kalau thariqat, harus dipimpin mursyid, kalau

tawajjuh, bisa dipimpin mursyid dan orang yang ditunjuk, sedang

hayakanan bisa dilakukan oleh siapa saja asal bersedia memimpinnya.

e. Wafatnya KH. Fathul Bari Dengan usia yang cukup tua dan rentan terhadap bersarangnya

berbagai penyakit, membuat beliau sering sakit-sakitan. Ketika ajal

sebelum menjelang, beliau sempat menanyakan tentang lokasi

pemakamannya setelah beliau wafat. Beliau menanyakannya kepada

KH. Hasyim Yamani pendiri Pondok Pesantren Babussalam

Peniraman ini. KH. Fathul Bari berkata “Syim, mun engko’ mateh,

ekoburnah dimmah bi’ kakeh”. Dalam bahasa Indonesianya adalah

“Syim, jika saya wafat nanti, akan kamu makamkan dimana?”. KH.

Hasyim Yamani menjawab “ Kiyaeh, makammah sampean esettiing

Masjid”. Dalam bahasa Indonesianya adalah “ Kiyai, makammu

Page 89: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 83 

mursyid atau guru thariqat utama yang memimpinnya. Tetapi, ada juga

yang membedakan antara Tawajjuh dan Hayakanan, kalau tawajjuh

bisa dilakukan oleh mursyid,juga oleh orang yang memang ditunjuk

dan mampu menjadi memimpinnya, sedang hayakanan boleh siapa

saja yang memimpinnya. Penjelasan ini sama persis dengan apa yang

dijelaskan oleh Ustadz Husein, “ Kalau Tawajjuh terkadang dipimpin

mursyid dan orang yang memang layak memimpinnya, sedang

hayakanan bisa dilakukan oleh siapa saja.

Untuk tawajjuhdan hayakanan pelaksanaannya berbeda di tiap

tempat, kalau di Masjid Babussalam Paniraman dilakukan setiap

setelah melaksanakan shalat maghrib berjamaah, sembari menunggu

waktu sholat isya’, akan tetapi di tempat lain, tawajjuh dan hayakanan

biasanya hanya dilaksanakan setiap malam senin dan malam kamis.

Walau berbeda waktu pelaksaannya, tetapi bacaannya tetap sama.

Tujuanya pun sama, mengharap ridho Ilahi Rabbi.

Kesimpulannya, kalau thariqat, harus dipimpin mursyid, kalau

tawajjuh, bisa dipimpin mursyid dan orang yang ditunjuk, sedang

hayakanan bisa dilakukan oleh siapa saja asal bersedia memimpinnya.

e. Wafatnya KH. Fathul Bari Dengan usia yang cukup tua dan rentan terhadap bersarangnya

berbagai penyakit, membuat beliau sering sakit-sakitan. Ketika ajal

sebelum menjelang, beliau sempat menanyakan tentang lokasi

pemakamannya setelah beliau wafat. Beliau menanyakannya kepada

KH. Hasyim Yamani pendiri Pondok Pesantren Babussalam

Peniraman ini. KH. Fathul Bari berkata “Syim, mun engko’ mateh,

ekoburnah dimmah bi’ kakeh”. Dalam bahasa Indonesianya adalah

“Syim, jika saya wafat nanti, akan kamu makamkan dimana?”. KH.

Hasyim Yamani menjawab “ Kiyaeh, makammah sampean esettiing

Masjid”. Dalam bahasa Indonesianya adalah “ Kiyai, makammu

 84 

berada di dekat Masjid”, Kata Subir bin H. Hasan Basri. Cerita ini

dibenarkan oleh keluarga almarhum KH. Fathul Bari bahwa beliau

sebelum meninggal memang mempertanyakan tentang lokasi

pemakamannya. Cerita di atas pun sesuai dengan fakta, bahwa makam

beliau bisa kita temukan di samping kanan masjid Babussalam

Paniraman.

Berita wafatnya guru mursyid ini membuat semua muridnya

kaget dan bersedih merasa kehilangan. Mereka akan kehilangan

seorang guru ruh dan jiwa mereka(bagi pengikut sufistik, guru mursyid

tidak hanya sebagai guru jasmani saja,melainkan yang terpenting

adalah guru ruh dan jiwa). Mereka tidakhanya menuntun raga saja

supaya melakukan yang baik dan benar melainkan yang tidak kalah

penting adalah menuntun jiwa-jiwa yang haus akan ridho-Nya.

Dakwah sufistik lebih menekankan pada pendekatan qalbun (hati) dari

pada jasadun (jasad). Wajar,jika terkadang dalam dunia sufistik,

seorang guru mursyid terkadang terlihat sangat kharismatik dan

sakralbahkan terkadang dikultuskan karena membina lewat rasa dan

hati. Dalam pandangan muridnya, mursid bisa melihat gerak gerik

batinnya, sehingga dianggapnya mengetahui apa kehendak hatinya.

Hal ini berlaku bagi tingkatan mursyid paling tinggi (mukasyafah).

5. Habib Muksin Alhinduan: Tokoh Pemikir Islam di Singkawang

Seorang Mursyid Tharekat Naksabandiyah wafat di Pontianak dan

dimakamkan di Sumenep Madura yang kini diteruskan oleh anaknya yang

bernama Habib Amin Alhinduan, pengasuh pondok pesantren makarim el

akhlaq di Kota Singkawang, mempunyai ribuan murid yang tersebar di

Kalimantan Barat.

Bagi penganut thariqat, tentu nama Habib Muhsin Bin Ali Al-Hinduan

sudah tidak asing lagi di telinga mereka. Beliau adalah tokoh Mursyid (guru

Page 90: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 85 

yang menunjukkan jalan menuju ma’rifatullah) yang di lahirkan di pulau

garam Madura. Sebagaimana kita ketahui dari berbagai pengamat sejarah,

terutama sejarah islam, pulau Madura merupakan tempat banyak melahirkan

guru-guru dan kiayi-kiayi besar. Sebut saja KHR.Khalil Bangkalan dan masih

banyak lainnya. Jika kita cermati, banyak para kiayi yang di pulau jawa masih

berguru sama KHR. Khalil Bangkalan, bahkan banyak kiayi yang dari Madura

hijrah ke pulau jawa kemudian mendirikan sebuah lembaga pondok pesantren

atau sekolah formal dan non formal. Dengan demikian, pulau Madura banyak

memiliki nilai sejarah Isam dan para Tokoh legendaris , khususnya para

Ulama dan Mursyid Thareqat dimana mereka mencetak murid-murid yang

handal yang kelak menjadikan mereka menjadi ulama besar. Seperti KH.

Hasyim ‘Asy’ari, KHR. Samsyul Arifin (pendiri pondok pesantren Salafiyah

Syafi’iiyah Sukorejo), KHR. As’ad Syamsul Arifin, KH. Romli Tamim

(pendiri pesantren Darul ULum Jombang), KH. Bukhari Ismail (pendiri

Yayasan al-Bukhari Malang, KH. Yahya Syabrawi (pendiri pondok pesantren

Raudlatul Ulum Malang) dan masih banyak lagi ulama Madura lainnya.

Begitu juga dengan al-‘Allamah Al-Habib Muhsin bin Ali al-Hinduan,

yang tercatat sebagai salah satu Mursyid Thareqat Naqsyabandiyah

Mudzhariyah di Indonesia. Nama asli beliau Habib Muhsin bin Ali al-

Hinduan dilahirkan pada tahun 1921 Masehi di Kabupaten Sumenep, pulau

Madura provinsi Jawa Timur, dari pasangan Habib Ali bin Salim al-Hinduan

dan Syarifah Zainab binti Muhsin al-Baiti. Jika melihat silsilah keturunannya,

beliau sebenarnya bukanlah asli penduduk keturunan Indonesia, tapi beliau

berasal dari jazirah arab dan masih keturunan dari Baginda Rasul SAW yang

numpang lahir di pulau Madura, dimana sebagian orang meyakini bahwa

beliau adalah keturunan yang suci (silsilah muthahhirah). Tepat pada umur 59

tahun beliau wafat, tepatnya pada tanggal 3 Mei 1980. Meninggalnya beliau

pun pada saat beliau melakukan dakwah religiusnya ke Kalimantan Barat.

Page 91: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 85 

yang menunjukkan jalan menuju ma’rifatullah) yang di lahirkan di pulau

garam Madura. Sebagaimana kita ketahui dari berbagai pengamat sejarah,

terutama sejarah islam, pulau Madura merupakan tempat banyak melahirkan

guru-guru dan kiayi-kiayi besar. Sebut saja KHR.Khalil Bangkalan dan masih

banyak lainnya. Jika kita cermati, banyak para kiayi yang di pulau jawa masih

berguru sama KHR. Khalil Bangkalan, bahkan banyak kiayi yang dari Madura

hijrah ke pulau jawa kemudian mendirikan sebuah lembaga pondok pesantren

atau sekolah formal dan non formal. Dengan demikian, pulau Madura banyak

memiliki nilai sejarah Isam dan para Tokoh legendaris , khususnya para

Ulama dan Mursyid Thareqat dimana mereka mencetak murid-murid yang

handal yang kelak menjadikan mereka menjadi ulama besar. Seperti KH.

Hasyim ‘Asy’ari, KHR. Samsyul Arifin (pendiri pondok pesantren Salafiyah

Syafi’iiyah Sukorejo), KHR. As’ad Syamsul Arifin, KH. Romli Tamim

(pendiri pesantren Darul ULum Jombang), KH. Bukhari Ismail (pendiri

Yayasan al-Bukhari Malang, KH. Yahya Syabrawi (pendiri pondok pesantren

Raudlatul Ulum Malang) dan masih banyak lagi ulama Madura lainnya.

Begitu juga dengan al-‘Allamah Al-Habib Muhsin bin Ali al-Hinduan,

yang tercatat sebagai salah satu Mursyid Thareqat Naqsyabandiyah

Mudzhariyah di Indonesia. Nama asli beliau Habib Muhsin bin Ali al-

Hinduan dilahirkan pada tahun 1921 Masehi di Kabupaten Sumenep, pulau

Madura provinsi Jawa Timur, dari pasangan Habib Ali bin Salim al-Hinduan

dan Syarifah Zainab binti Muhsin al-Baiti. Jika melihat silsilah keturunannya,

beliau sebenarnya bukanlah asli penduduk keturunan Indonesia, tapi beliau

berasal dari jazirah arab dan masih keturunan dari Baginda Rasul SAW yang

numpang lahir di pulau Madura, dimana sebagian orang meyakini bahwa

beliau adalah keturunan yang suci (silsilah muthahhirah). Tepat pada umur 59

tahun beliau wafat, tepatnya pada tanggal 3 Mei 1980. Meninggalnya beliau

pun pada saat beliau melakukan dakwah religiusnya ke Kalimantan Barat.

 86 

Habib Muhsin bin Ali al-Hinduan adalah salah satu tokoh thariqat

yang terkenal di masanya, dimana saat itu telah banyak orang faham tentang

thariqat Naqsyabandiyah yang juga merupakan ajaran atau aliran sufi yang

mu’tabarah (di akui kebenarannya oleh Jumhur Ulama), seperti halnya

thareqat-thareqat yang lainnya yang telah berkembang pesat di Indonesia,

seperti: thariqat Alawiyah, Qadiriyah, Tijaniyah, Sammaniyah, dan

sebagainya. Sebab itulah Thariqat yang di ajarkan Al-Allamah Al-Habib

Muhsin Al-Hinduan hingga kini masih banyak di ikuti oleh masyarakat

Indonesia.

a. Pendidikan Habib Muksin Alhinduan

Habib Muhsinal-Hinduan sangat beruntung sekali sebab memiliki

kedua orang tua yang pintar.Sehingga saat masih anak-anak sudah

menimba ilmu dar kedua orang tuanya yakni Habib Ali al-Hinduan dan

Zainab al-Baiti. Dasar-dasar ilmu agama sudah mateng dari kedua orang

tuanya, terutama dalam bidang kitab suci al-Quran.Saat masih kecilnya itu,

beliau menimba ilmu di madrasah Makarimul Akhlaq di setiap jenjangnya,

Setelah lulus, beliau mengabdikan diri sebagai salah seorang tenaga

pengajar di madrasah tersebut.Bahkan, karena giat dan uletnya dalam

mengajar, mengantarkan beliau ditunjuk sebagai orang yang memimpin

kendali madrasah Makarimul Akhlaq.Jadi, sebelum beliau masuk pada

dunia thariqat , pengusaan beliau di bidang syariat sudah cukup mumpuni.

Kelengkapan penguasaan dalam ilmi syari’at dan thariqat itu menjadi

faktor penting atas terbetuknya ketokohan dalam dirinya secara utuh di

kemudian hari.

Setelah beranjak dewasa, beliau belajar berbagai disiplin ilmu

termasuk ilmu tasawuf dimana di dalamnya ada ilmu thariqat, yang

kemudian nantinya menjadikan beliau salah satu figur yang memiliki

penguasaan baik terhadap syariat, lebih-lebih dalam masalah thariqat.

Page 92: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 87 

Pondasi agama itu terdiri dari tiga unsur,Iman, Islam, dan Ihsan.

Tasawuf dengan thariqatnya masuk pada elemen agama yang nomer tiga

yakni Ihsan dimana pengertian ihsan itu sesuai dengan hadits Rasul saw :

حسان قال تعبد أن الإ   يراك فإنه تراه تكن لم فإن تراه كأنك اللہNabi Muhammad swa. bersabdah: "Engkau menyembah Allah seakan-akan

engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya sesungguhnya

Dia melihatmu.”38

Masa awal kemunculan Islam,aliran thariqathanya terdapat dua

macam saja, yaitu tarekat Nabawiyah dan tarekat salafiyah. Namun setelah

abad ke-2 Hijrah tharikat salafiyah mulai berkembang pesat yang

kemudian bercampur baur dan merusak kemurniannya. Hal tersebut lebih

disebabkan pengaruh barat yang muali masuk ke dunia Islam,salah satunya

adalah ilmufilsafat yang mulai masuk ke alam fikiran manusia yang juga

telah memasuki Negara-negara Arab. Indikatornya adalah banyak praktek-

praktek aliran kebatinan dicampurkan adukkan dengan thariqat.39

Habib Muhsin Alinduan Belajar Thareqat Naqsyabandiyah dari

beberapa guru thariqat, yang paling banyakguru thariqat beliau dari

Madura, diantaranya, KH. Sirajuddin, kemudian KH. Fathul Bari yang

makamnya berada di Desa Paniraman Kabupaten Mempawah, dan

akhirnya kepada KH. Syamsuddin yang masih keluarga KH. Fathul Bari.

Dua guru yang pertama meninggal dunia sebelum Habib Muhsin al-

Hinduan menerima ijazah(serah terima) sebagai khalifah, dan justru dari

gurunya yang ketigalah yang menunjuk Habib Muhsin al-Hinduan menjadi

mursyid. Beliau juga pernah meminta bimbingan ruhani kepada guru

Naqsyabandiyah lain yang namanya sangat terkenal di Madura yaitu KH.

                                                            38Imam Bukhari, Sahih Bukhari, dalam Bab. Firman Allah: Dan Hanya Disisi Allah Tentang

Hari Kiamat.” No. hadis. 4404. 39Fuad Said, H.A. 1999. Hakekat Tarekat Naqsyabandiyah. Jakarta Selatan : Al Husna

Zikra,hlm 9.

Page 93: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 87 

Pondasi agama itu terdiri dari tiga unsur,Iman, Islam, dan Ihsan.

Tasawuf dengan thariqatnya masuk pada elemen agama yang nomer tiga

yakni Ihsan dimana pengertian ihsan itu sesuai dengan hadits Rasul saw :

حسان قال تعبد أن الإ   يراك فإنه تراه تكن لم فإن تراه كأنك اللہNabi Muhammad swa. bersabdah: "Engkau menyembah Allah seakan-akan

engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya sesungguhnya

Dia melihatmu.”38

Masa awal kemunculan Islam,aliran thariqathanya terdapat dua

macam saja, yaitu tarekat Nabawiyah dan tarekat salafiyah. Namun setelah

abad ke-2 Hijrah tharikat salafiyah mulai berkembang pesat yang

kemudian bercampur baur dan merusak kemurniannya. Hal tersebut lebih

disebabkan pengaruh barat yang muali masuk ke dunia Islam,salah satunya

adalah ilmufilsafat yang mulai masuk ke alam fikiran manusia yang juga

telah memasuki Negara-negara Arab. Indikatornya adalah banyak praktek-

praktek aliran kebatinan dicampurkan adukkan dengan thariqat.39

Habib Muhsin Alinduan Belajar Thareqat Naqsyabandiyah dari

beberapa guru thariqat, yang paling banyakguru thariqat beliau dari

Madura, diantaranya, KH. Sirajuddin, kemudian KH. Fathul Bari yang

makamnya berada di Desa Paniraman Kabupaten Mempawah, dan

akhirnya kepada KH. Syamsuddin yang masih keluarga KH. Fathul Bari.

Dua guru yang pertama meninggal dunia sebelum Habib Muhsin al-

Hinduan menerima ijazah(serah terima) sebagai khalifah, dan justru dari

gurunya yang ketigalah yang menunjuk Habib Muhsin al-Hinduan menjadi

mursyid. Beliau juga pernah meminta bimbingan ruhani kepada guru

Naqsyabandiyah lain yang namanya sangat terkenal di Madura yaitu KH.

                                                            38Imam Bukhari, Sahih Bukhari, dalam Bab. Firman Allah: Dan Hanya Disisi Allah Tentang

Hari Kiamat.” No. hadis. 4404. 39Fuad Said, H.A. 1999. Hakekat Tarekat Naqsyabandiyah. Jakarta Selatan : Al Husna

Zikra,hlm 9.

 88 

Ali Wafa dari Ambuten. Beliau juga sempat berguru kepada KH

Mahfudzh, salah satu mursyid dan guru thariqah yang berasal Madura

kabupaten Sampang.

Di sebutkan pula bahwa Habib Muhsin al-Hinduan berkhalwat di

mana secara ruhaniah ia menembus sedalam mungkin rahasia perjalanan

tasawuf di bawah bimbingan syaikh Thareqat Naqsyabandiyah Khalidiyah

yang sangat terkenal saat itu yakni Prof. Dr. Haji Jalaluddin Dari Bukit

tinggi pulau Sumatera. Walau saat itu beliau masih berumur 37 tahun

namun dengan waktu yang sangat singkat Habib Muhsin al-Hinduan dapat

menyerap sengan baik segala didikan dari guru Mursyid Kholidiyah

tersebut.40

Setelah di akui sebagai Guru (Mursyid) Habib Muhsin al-Hinduan

dalam waktu yang sangat singkat jauh mengungguli para guru thariqat

Naqsyabandiah lainnya. Tapi tetap tidak jumawa. Beliau tetap tawadhu’

walau gurunya sudah mulai menghormatinya karena kedalaman ilmunya.

Pada saat itulah beliau diangkat sebagai khalifah dalam dunia thariqat

Naqsyabandiah Mandzuriah, maka sangat wajar bila Allah swt, meangakat

Beliau di mata manusia, sehingga banyak orang yang tunduk danatuh pada

petuah-petuahnya dalam menjalankan roda kehidupan.

b. Habib Muksin Alhinduan Berdakwah Melalui Thariqat

Sebagaimana kita ketahui, bahwa tasawuf masuk ke Indonesia

seiiring masuknya Islampertama kali ke Indonesia. Ada yang mengatakan

bahwa Islam masukkeIndonesia sekitar abad 12, begitu juga halnya dengan

tasawuf,masukke Indonesia pada abad ke 12 juga, sebab Islam yang

masukke Indonesia adalah Islam Sufi (tasawuf). Memang tidakbisa

dipungkiri, di Indonesia terdapat banyak bentuk thariqat. Ada yang bersifat                                                             

40https://satuislam.org/tokoh/al-habib-muhsin-bin-ali-al-hinduan-tokoh-madura-yang-berdakwah-melalui-tarekat/. Diunduh pada tanggal 20-11-2017 pada jam 1.30.

Page 94: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 89 

lokal seperti tarekat Wahidiyah dan Siddiqiyah di Jawa Timur, tarekat

Syahadatain di Jawa Tengah dan sebagainya. Ada yang diterima menurut

syariat berdasarkan al Qur-an dan Sunnah. Namun ada juga yang keluar

dari rel Islam, karena prinsip-prinsip dan praktek yang di ajarkan

syeikhnya sebagian bertentangan dengan Islam.41 Mungkin hal inilah yang

menyebabkan para kiyai dan guru mursyid di Indonesia mendirikan

organisasi Ahlul Thariqat Mu’tabarah yang menentukan bentuk-bentuk

tarekat di Indonesia.

Habib Muhisn Alhinduan pun meneruskan para penyebar agama

Islam di Indonesia yakni menggunakan pendekatan sufistik dalam menarik

pengikut jama’ahnya. Apalagi ketika Habib Muhisn al-Hinduan masuk

pertama kali ke Kalimantan Barat, thariqat sudah menjadi alat untuk

memperbaiki mental manusia saat itu. Hal bisa dilihat betapa banyaknya

guru-guru mursyid yang ada di Kalimantan Barat. Di Kalimantan Barat

sendiri, khususnya di Pontianak, salah satu cabang tarekat Naqsyabandiyah

yaitu tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah tetap berada di kalangan

masyarakatnya. Thariqat ini mulai dikenal di Kalimantan Barat pada masa

penjajahan Belanda tepatnya pada tahun 1919 setelah kembalinya Syeikh

Isma’il Jabal dari Mekah. Kemudian berkembang terus hingga mencapai

perkembangan yang pesat pada tahun 1970 oleh para mursyid thariqat

termasuklah Habib Muhsin Alhinduan. Bahan sampai sekarang ajaran

thariqat beliau diteruskan oleh anaknya yang diangkat menjadi mursyid

yaitu Habib Amin bin Habib Muhsin al-Hinduan. Di kota Pontianak

pengikut thariqat ini tersebar dibeberapa kecamatan. Kegiatan-kegiatannya

                                                            41Alwi Sihab, Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia

(Bandung : Mizan, 2001) hlm 174.

Page 95: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 89 

lokal seperti tarekat Wahidiyah dan Siddiqiyah di Jawa Timur, tarekat

Syahadatain di Jawa Tengah dan sebagainya. Ada yang diterima menurut

syariat berdasarkan al Qur-an dan Sunnah. Namun ada juga yang keluar

dari rel Islam, karena prinsip-prinsip dan praktek yang di ajarkan

syeikhnya sebagian bertentangan dengan Islam.41 Mungkin hal inilah yang

menyebabkan para kiyai dan guru mursyid di Indonesia mendirikan

organisasi Ahlul Thariqat Mu’tabarah yang menentukan bentuk-bentuk

tarekat di Indonesia.

Habib Muhisn Alhinduan pun meneruskan para penyebar agama

Islam di Indonesia yakni menggunakan pendekatan sufistik dalam menarik

pengikut jama’ahnya. Apalagi ketika Habib Muhisn al-Hinduan masuk

pertama kali ke Kalimantan Barat, thariqat sudah menjadi alat untuk

memperbaiki mental manusia saat itu. Hal bisa dilihat betapa banyaknya

guru-guru mursyid yang ada di Kalimantan Barat. Di Kalimantan Barat

sendiri, khususnya di Pontianak, salah satu cabang tarekat Naqsyabandiyah

yaitu tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah tetap berada di kalangan

masyarakatnya. Thariqat ini mulai dikenal di Kalimantan Barat pada masa

penjajahan Belanda tepatnya pada tahun 1919 setelah kembalinya Syeikh

Isma’il Jabal dari Mekah. Kemudian berkembang terus hingga mencapai

perkembangan yang pesat pada tahun 1970 oleh para mursyid thariqat

termasuklah Habib Muhsin Alhinduan. Bahan sampai sekarang ajaran

thariqat beliau diteruskan oleh anaknya yang diangkat menjadi mursyid

yaitu Habib Amin bin Habib Muhsin al-Hinduan. Di kota Pontianak

pengikut thariqat ini tersebar dibeberapa kecamatan. Kegiatan-kegiatannya

                                                            41Alwi Sihab, Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia

(Bandung : Mizan, 2001) hlm 174.

 90 

baik itu pertemuan, tawajuhan, wiridan, khawajakan juga asbal dan

sebagainya di Sungai Jawi dalam Pontianak.42

Salah satu ajaran thariqat Naqsyabandiah Mudzhariyah dikenal

dengan nama asbal, dalam pelaksanaan asbal ini ada yang paling menarik,

yaitu pelaksanaannya diawali dengan lantunan sholawat Nabi Muhammad

Saw, kemudian pujian-pujian dengan diiringi tabuhan tar atau rebana. Para

pengikut thariqat ini diajak lelap dan tenggelam dalam cintanya terhadap

Rasul SAW. Dari dulu hingga saat ini, metode dakwah cinta Rasul saw

dengan berbagai group shalawat yang bermunculan. Tujuannya sama yaitu

syiar agama Islam. Sehingga thariqat seperti apapun yang sejalan dengan

syari’at Islam sebenarnya tujannya sama, untuk menggapai cinta Allah swt.

dan Rasul saw.

Setelah wafat Habib Muhisn Alhinduan, mursyid thariqat

Naqsyabandiah Mudzahiriah digantikan oleh putra-putra beliau, salah

satunya adalah Habib Muhisn Alhinduan, yang memang ditugaskan di

Kalimantan Barat untuk berdakwah. Dalam ceramahnya, beliau yang biasa

disapa Ustad Amin ini, menceritakan tentang ketangguhan ayahnya (Habib

Muhsin) dalam menyebarkan ajarannya hingga ke pelosok-pelosok daerah

di Indonesia. "Habib Muhsin tidak pernah putus asa.Beliau terus berjuang

dan berjuang. Beliau rela meninggalkan keluarganya hanya demi

muridnya. Bahkan, abah saya wafat saat di tengah-tengah muridnya,"

katanya.Ia juga menjelaskan bagaimana Habib Muhsin al-Hinduan

mempunyai kesamaan sifat dengan Baginda Muhammad SAW yakni

Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah. "Tidak salah, jika Habib Muhsin al-

                                                            42Muhammad Rahimi, Journal Khatulistiwa, Asbal Dalam Tarekat Naqsyabandiyah di Kota

Pontianak, Jurnal Khazanah Ritual Sufistik, volume II, 2012.

Page 96: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 91 

Hinduan merupakan ulama hebat dan terkenal penerus ajaran para Nabi,"

pungkasnya.43

Untuk selalu mengenang dakwa Habib Muhsin Alhinduan ini, para

muridnya selalu mengadakan haul yang dikemas dengan pelaksanaan

tahriqat dan lain sebagainya. Pelaksaan haul ini bisa berpindah-pindah

sesuai kesepakatan para muridnya dan keluarga habib Muhsin. Pada tahun

sebelumnya, haul dilaksanakan di pulau Madura kabupaten Sumenep.

Setiap pelaksanaan haul selalu dibaniri oleh para muridnya. Bahkan

menurut Ketua Panitia Haul Akbar, Habib Ali Alhinduan, ada sekitar dua

ribu jamaah thariqat Naqsyabandi Mudzhariyah yang menghadiri acara

tahunan ini. Mereka datang mulai dari daerah Kalimantan Tengah

(Pangkalambun, Sukamara, Kualajelai, Kotawaringin, Manismata, Jorong

dan Air Hitam), Kalimantan Barat (Pontianak, Singkawang, Mempawah

dan Pemangkat), Banjarmasin, Jember, Bondowoso, Situbondo, Jakarta,

Makasar serta empat kabupaten di Madura, yakni Sumenep, Pamekasan,

Sampang dan Bangkalan.44

Dengan demikian, dakwah penyebaran Islam menggunakan ajaran

sufi (tasawuf) di Indonesia sangat manjur dan mujarab. Jalan dakwah

melalui thariqat sufistik ini menjadi gaya dakwah tersendiri untuk

membawa masuk ke dalam Islam sepenuhnya (kaffah).

6. KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I: Tokoh Pemikir Islam dari

Kubu Raya Muhammad Hasyim Dahlan adalah putra pertama dari pasangan H.

Shodiqun dan Hj. Kusminah. Hasyim Dahlan lahir diKota Demak pada                                                             

43Lihad dalam website, http://www.nu.or.id/post/read/32299/ribuan-jamaah-hadiri-haul-akbar-guru-besar-tarekat-naqsyabandi diunduh pada tanggal 20-11-2017 jam 2:59.

44Diunduh dari website, http://www.nu.or.id/post/read/32299/ribuan-jamaah-hadiri-haul-akbar-guru-besar-tarekat-naqsyabandi.

Page 97: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 91 

Hinduan merupakan ulama hebat dan terkenal penerus ajaran para Nabi,"

pungkasnya.43

Untuk selalu mengenang dakwa Habib Muhsin Alhinduan ini, para

muridnya selalu mengadakan haul yang dikemas dengan pelaksanaan

tahriqat dan lain sebagainya. Pelaksaan haul ini bisa berpindah-pindah

sesuai kesepakatan para muridnya dan keluarga habib Muhsin. Pada tahun

sebelumnya, haul dilaksanakan di pulau Madura kabupaten Sumenep.

Setiap pelaksanaan haul selalu dibaniri oleh para muridnya. Bahkan

menurut Ketua Panitia Haul Akbar, Habib Ali Alhinduan, ada sekitar dua

ribu jamaah thariqat Naqsyabandi Mudzhariyah yang menghadiri acara

tahunan ini. Mereka datang mulai dari daerah Kalimantan Tengah

(Pangkalambun, Sukamara, Kualajelai, Kotawaringin, Manismata, Jorong

dan Air Hitam), Kalimantan Barat (Pontianak, Singkawang, Mempawah

dan Pemangkat), Banjarmasin, Jember, Bondowoso, Situbondo, Jakarta,

Makasar serta empat kabupaten di Madura, yakni Sumenep, Pamekasan,

Sampang dan Bangkalan.44

Dengan demikian, dakwah penyebaran Islam menggunakan ajaran

sufi (tasawuf) di Indonesia sangat manjur dan mujarab. Jalan dakwah

melalui thariqat sufistik ini menjadi gaya dakwah tersendiri untuk

membawa masuk ke dalam Islam sepenuhnya (kaffah).

6. KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I: Tokoh Pemikir Islam dari

Kubu Raya Muhammad Hasyim Dahlan adalah putra pertama dari pasangan H.

Shodiqun dan Hj. Kusminah. Hasyim Dahlan lahir diKota Demak pada                                                             

43Lihad dalam website, http://www.nu.or.id/post/read/32299/ribuan-jamaah-hadiri-haul-akbar-guru-besar-tarekat-naqsyabandi diunduh pada tanggal 20-11-2017 jam 2:59.

44Diunduh dari website, http://www.nu.or.id/post/read/32299/ribuan-jamaah-hadiri-haul-akbar-guru-besar-tarekat-naqsyabandi.

 92 

tanggal 14 April tahun 1955. Wafat pada tanggal 16 Januari 2017. Beliau

adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Saat usia perjalanan dakwahnya

di Kalimantan Barat baru berumur satu tahun, oleh Ustadz Habib Ridho

dinikahkan dengan anak dari murid yang bernama H Yusuf Mannek dengan

putrinya yang cantik nan jelita Nor Azizah. Dari pernikahannya ini, beliau

memiliki lima anak,dua anak laki-laki dan tiga putri. Dan beliau memiliki

lima orang cucu.Semenjak masih anak-anak beliau hidup tumbuh besar

bersama kedua orang tuanya. Sedari kecil memang sudah hidup mandiri.

Merantau ke Kalimantan Barat pun sudah menjadi bagian dari hidup

mandirinya yang jauh dari sanak saudara dan orang tua.

a. Pendidikan KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Latar belakang pendidikan beliau sangat banyak sekali, akan

tetapi waktu belajar beliau paling banyak dihabiskan di pondok

pesantren.

1) Didikan Orang Tua

Sentuhan kedua orang tuanya membuat tipikal Hasyim

Dahlan Muda tegas dan lugas, hampir sama persis dengan sifat

orang tuanya. Juga karena sejak kecil beliau sudah belajar ilmu

agama dari guru agama yang ada di kampungnya, terutama beliau

belajar agama dari orang tuanya yang memang sudah ‘alim dalam

ilmu agama. Sejak kecil Hasyim Dahlan memang sudah dikenal

rajin.Tanpa lelah selalu belajar.Bahkan suka sekali menghafal.Hal

ini dipertegas oleh adik kandungnya, “Kang Mas Hasyim itu

orangnya memang ulet dari kecil. Rajin ibadah dan suka

menghafal”.

2) Pondok Pesantren

Untuk semakin memperdalam ilmu agamanya, Hasyim

Dahlan menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren, termasuk di

salah satu pondok pesantren terkenal di Jawa Timur, yaitu pon-pes

Page 98: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 93 

Lirboyo. Di pesantren ini, terkenal dengan penguasaan kitab-kitab

kuning (turast) dan hafalannya, terutama nadzam-nadzam. Di salah

satu pondok terbesar ini, beliau paling lama menuntut ilmu sehingga

beliau terkenal dengan keahlian dalam memahami kitab kuning

secara mendalam terutama yang berkaitan dengan gramatikal

(qawaidnahwu dan shorrof) atau ilmu alat untuk memahami dan

memperdalam pemahaman kitab gundul, bahkan beliau hafal bolak-

balik, nadzam Maqshud, Nadzam Imrithy, Nadzam Juman, bahkan

beliau hafal 1000 bait nadham al-Fiyah karangan Ibu Malik ini

diluar kepala.

Untuk memperkuat daya ingat terhadap hafalannya tersebut,

beliau selalu menjadikan wiridan selepas melaksanakan sholat-

sholat wajib lima waktu. Halini ditegaskan oleh salah satu

santrinyayang mengatakan,”setiap pagi, selepas melaksanakan

sholat subuh,beliau selalu berolahraga pagi sambil menghafal

hafalannya. Biasanya beliau selepas sholat pun langsung menjadikan

hafalannya sebagai wiridin”.45 Di kalangan ulama Kalimantan barat,

kemamppuan beliau dalam hal agama, terutama rujukan terhadap

kitab-kitab klasik sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, saat beliau

masih ada(belumwafat), maka tidak ada para kiayi atau ustadz yang

mau menggantikan posisi beliau sebagai ketua dewan hakim MQK

(muasabaqah qira,atul kutub) baik tingkat regional maupun menuju

nasional.

3) Belajar Secara Otodidak

Kecerdasan dan kepintaran beliau tidak hanya dalam

penguasan kitab kuning(kitab turast) saja, beliau tidak hanya mahir

dalam bahasa arab saja, namun beliau juga banyak menguasai bahasa                                                             

45Salah satu persaksian santri beliau yang bernama Mudassir, yang saat itu sedang kuliah S1 di IAIN Pontianak jurusan Tafsir al-Quran.

Page 99: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 93 

Lirboyo. Di pesantren ini, terkenal dengan penguasaan kitab-kitab

kuning (turast) dan hafalannya, terutama nadzam-nadzam. Di salah

satu pondok terbesar ini, beliau paling lama menuntut ilmu sehingga

beliau terkenal dengan keahlian dalam memahami kitab kuning

secara mendalam terutama yang berkaitan dengan gramatikal

(qawaidnahwu dan shorrof) atau ilmu alat untuk memahami dan

memperdalam pemahaman kitab gundul, bahkan beliau hafal bolak-

balik, nadzam Maqshud, Nadzam Imrithy, Nadzam Juman, bahkan

beliau hafal 1000 bait nadham al-Fiyah karangan Ibu Malik ini

diluar kepala.

Untuk memperkuat daya ingat terhadap hafalannya tersebut,

beliau selalu menjadikan wiridan selepas melaksanakan sholat-

sholat wajib lima waktu. Halini ditegaskan oleh salah satu

santrinyayang mengatakan,”setiap pagi, selepas melaksanakan

sholat subuh,beliau selalu berolahraga pagi sambil menghafal

hafalannya. Biasanya beliau selepas sholat pun langsung menjadikan

hafalannya sebagai wiridin”.45 Di kalangan ulama Kalimantan barat,

kemamppuan beliau dalam hal agama, terutama rujukan terhadap

kitab-kitab klasik sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, saat beliau

masih ada(belumwafat), maka tidak ada para kiayi atau ustadz yang

mau menggantikan posisi beliau sebagai ketua dewan hakim MQK

(muasabaqah qira,atul kutub) baik tingkat regional maupun menuju

nasional.

3) Belajar Secara Otodidak

Kecerdasan dan kepintaran beliau tidak hanya dalam

penguasan kitab kuning(kitab turast) saja, beliau tidak hanya mahir

dalam bahasa arab saja, namun beliau juga banyak menguasai bahasa                                                             

45Salah satu persaksian santri beliau yang bernama Mudassir, yang saat itu sedang kuliah S1 di IAIN Pontianak jurusan Tafsir al-Quran.

 94 

asing. Salah satunya adalah bahasa inggris. Menurut salah satu

muridnya, yang sekarang sudah bekerja di KUA Kota Baru, beliau

mengatakan tentang kehebatan bahasa Inggris KH. Hasyim Dahlan, “

Beberapa kali saye mengikuti pengajian beliau, beliau banyak

mengeluarkan dalil berbahasa arab, kemudian diterjemah ke dalam

bahasa Inggris. Hebat beliau itu”.46 Kenangnya. Hal ini mempertegas

bahwa penguasaan tentang bahasa,beliau tidak hanya pintar dalam

bahasa arab, akan tetapi bahasa Inggris pun beliau pandai.

Kemahirannya dalam bahasa Inggris akhirnya mengantarkan beliau

menjadi salah satu wakil ulama dari Kalimantan Barat yang diutus ke

Bali dalam acar “ 9th International Conggress on AIDS in Asia in the

Pacifie Bic Nusa Dua, Bali” pada tahun 2009 bulan Agustus dari

tanggal 9-13.

Menurut putri kesayangan KH. Hasyim Dahlan, Anny Izza al-

Hafidzah47, bahwa orang tuanya belajar beberapa bahasa asing belajar

otodidak. Belajar sendiri. Ketika bertemu dengan orang asing

kemudian diperaktekkanya. Katanya, “ Abah itu belajar bahasa asing

secara otodidak, tapi kalau uda ketemu dengan orang asig langsung

diperaktekkannya, kecuali bahasa arab memang dari pondok”.

Kenangnya. Masih menurut Anny Izzah, ”Abah banyak menguasai

bahasa asing, diantaranya, bahasa arab, Inggris, Jepang, dan Jerman”.

Sahutnya. Pemaparan putri kesayangan beliau ini terbukti saat peneliti

mengunjungi kediaman almarhum KH. Hasyim Dahlan, dimana

dirumah beliau memang banyak sekali kitab-kitab klasik dan

kontemporer dari berbagai bahasa asing serta ditemukan kamus-kamus                                                             

46Ustadz Mardi, S.Ag, M.Ag, salah satu murid beliau yang sekarang sudah menjadi pegawai negeri sipil yang ditugaskan di kantor urusan Agama (KUA) Kota Baru Kota Pontianak.

47Anny Izzah al-Hasyimy al-Hafidzah adalah putri beliau yang nomor tiga. Dialah salah satu yang diharapkan orang tuanya untuk melanjutkan dakwah dan perjuangan orang tuanya walaupun dia perempuan. Dia menjadi kesayangan orang tuanya karena dia adalah sau-satunya anak almarhum KH. Hasyim Dahlan yang hafal al-Quran 30 juz. Dia kuliah di IAIN Pontianak saat ini.

Page 100: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 95 

yang sudah lusuh, ditandai, digaris-garis dan dicorat-coret sana sini

menandakan bahwa kamus-kaus tersebut selalu dibaca dan dihafal

oleh pemiliknya. Menurut Anny, coretan yang dilakukan abahnya itu

adalah untuk mempermudah mengingat apa yang telah dipelajari dan

dihafalnya.

Saat Ustadz Habib Ridho dan Ustadz Latief berkunjung

kepesantren Lirboyo, beliau saat itu masih mondok, tapi kedua utsdaz

tadi meminta ke pengasuh pondok agar Hasyim Dahlan muda bersedia

diajak berdakwah ke kalimantan barat, kemudian beliau diperintahkan

gurunya untuk berdakwah(ditugas dari pesantrennya) di Kalimanatan

Barat. Beliau hanya datang seorang diri pada saat itu. Tidak bias

dipungkiri bahwa para ustadz dan kiayi yang ada di Kalimantan barat

adalah pendatang, baik dari Sulawesi, Banjar,Sumatera, dan tentunya

jawa dan Madura.

4) Memperoleh Gelar Akademik Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Walaupun umur sudah tidak muda lagi, karena tuntutan profesi

sebagai seorang guru, pengajar, dan pendidik sekaligus penceramah,

beliau masih menyempatkan diri mengikuti perkuliahan jenjang S1.

Umur bukan penghalang bagi beliau untuk selalu menuntut ilmu. Hal

ini terbukti, selama menempuh S1, beliau tidak pernah untuk tidak

masuk perkuliahan, walau dosen yang mengajar banyak dari murid-

murid beliau yang telah sukses dalam dunia akademik. Bagi beliau

pantang kendur untuk mendapatkan ilmu dari siapapun datangnya.

Akhirnya, jenjang strata satu beliau tempuh 4 tahun selesai dan

mendapatkan gelar S.Pd.I di kampus STAISA Darul Ulum cabang

Jakarta.

Page 101: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 95 

yang sudah lusuh, ditandai, digaris-garis dan dicorat-coret sana sini

menandakan bahwa kamus-kaus tersebut selalu dibaca dan dihafal

oleh pemiliknya. Menurut Anny, coretan yang dilakukan abahnya itu

adalah untuk mempermudah mengingat apa yang telah dipelajari dan

dihafalnya.

Saat Ustadz Habib Ridho dan Ustadz Latief berkunjung

kepesantren Lirboyo, beliau saat itu masih mondok, tapi kedua utsdaz

tadi meminta ke pengasuh pondok agar Hasyim Dahlan muda bersedia

diajak berdakwah ke kalimantan barat, kemudian beliau diperintahkan

gurunya untuk berdakwah(ditugas dari pesantrennya) di Kalimanatan

Barat. Beliau hanya datang seorang diri pada saat itu. Tidak bias

dipungkiri bahwa para ustadz dan kiayi yang ada di Kalimantan barat

adalah pendatang, baik dari Sulawesi, Banjar,Sumatera, dan tentunya

jawa dan Madura.

4) Memperoleh Gelar Akademik Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Walaupun umur sudah tidak muda lagi, karena tuntutan profesi

sebagai seorang guru, pengajar, dan pendidik sekaligus penceramah,

beliau masih menyempatkan diri mengikuti perkuliahan jenjang S1.

Umur bukan penghalang bagi beliau untuk selalu menuntut ilmu. Hal

ini terbukti, selama menempuh S1, beliau tidak pernah untuk tidak

masuk perkuliahan, walau dosen yang mengajar banyak dari murid-

murid beliau yang telah sukses dalam dunia akademik. Bagi beliau

pantang kendur untuk mendapatkan ilmu dari siapapun datangnya.

Akhirnya, jenjang strata satu beliau tempuh 4 tahun selesai dan

mendapatkan gelar S.Pd.I di kampus STAISA Darul Ulum cabang

Jakarta.

 96 

b. Guru-guru KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Guru yang paling utama bagi beliau adalah kedua orang tuanya,

sebab yang mengajaripertama kali dan ilmu agama lainnya adalah kedua

orang tuanya. Tentu, guru-guru yang telah membesarkan nama beliau

adalah guru-guru beliau yang dari pesantren terutama Pondok pesantren

Lirboyo. Beliau adalah tipikalorang yang tidakpernah puas untuk

menuntut ilmu, buktinya adalah saat beliau telah diangkat oleh

masyarakat sebagai kiayi pun, beliau masih belajar kepada salah tuan

guru Ibrahim. Tuan Guru Ibrahim adalah salah satu murid TuanGuru

Ismail Mundu sang Mufti kerjaan Kubu (kabupan Kubu Raya-

sekarang).

c. Kiprah Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I

Setiap manusia dikenai kewajiban untuk berdakwah, terutama

berdakwah padanya dirinya sendiri, keluarga, kerabat, tetangga atau

orang lain. Dalam makan sempitnya, dakwah itu adalah mengajak

kepada kebaikan dan meninggalkan keburukan.

1) Dakwah di Pondok Pesantren Assalam

Hasyim Dahlan mulai berdakwah termasuk masih remaja,

beliau berdakwa saat umur beliau berumur sekitar 27 tahun.

Perjalanan dakwah beliau adalah saat beliu mulai menginjakkan

kakinya di bumi Khatulistiwa ini. Sebab beliau memang lama

menuntut ilmu di pesantren. Biasanya, seorang pemuda saat

berumur 27 tahun, tidak fokus untuk berdakwah,biasanya pemuda

mengisinya dengan hura-hura dan pekerjaan yang tidak jelas, tapi

tidak bagi Hasyim Dahlan, beliau justru sangat menggemari

statusnya sebagai seorang pendakwah muda pada saat itu.

Page 102: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 97 

Kepiawaiannya dalam berdakwah sangat disukai oleh para

jamaahnya, sehingga salah seorang murid dariUstadz Habib Ridho,

yang memiliki purti cantikjelita hendak menjodohkan dengan

Hasyim Dahlan muda. Akhirnya, perjodohan itu sama-sama

disetujui oleh kedua pihak, sehingga beliau menikah lah dengan Nor

Azizah putri dari H. Yusuf Mannek. Dari pasangan ini kemudian

dikaruniai 5 anak.

2) Safari Dakwah di Mushalla dan Masjid

Semenjak beliau menginjakkan kakinya pertama kali di

Kalimantan Barat pada tahun 1982, saat itupula beliau mulai

berdakwah. Saat beliau diajak ke pontanak oleh Ustadz Habib

Ridho, sebenarnya beliau masih mondok di Lirboyo.Memang

fokusnya adalah mengajar di Pondok Pesantren Assalam Pal 5,

sebab memang pondok ini dari awal yangmemita beliau

untukmengabdi dan membagikan ilmunya.Namun, dakwah dan

ajaran beliau tidak hanya terfokus padaPonpes Assalam saja, tapi

banyak lokasi dan tempat yang beliau datangi untuk

berdakwah.Dakwah beliau kadang dari mushalla kemusholla, dari

masjid kemasjid bahkan dari satu rumah ke rumah yang lainnya.

Bahkan,perjuangan beliau saat awal sampai di Pontianak, beliau

mengajar menggunakan kendaraan sampan, melintasi sungai,

sehingga saat itu beliau terkenal dengan sebutan da’i seribu sungai,

sebab saat itu tidak ada sepada motor seperti sekaran ini, sehingga

perjuangan dakwah pada saat itu sangat susah, sulit dan terjal. Hujan

deras pun bukan penghalang bagi beliau untuk berhenti atau sekedar

libur ngaji/mengajar. Beliau adalah orang yang paling disiplin dan

tegas.Kedisiplinannya ini beliau peraktekkan, terbukti walaupun

cuaca buruk, hujan dan banjir dan becek saat itu,namun beliau

dengan gigih berdakwah.

Page 103: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 97 

Kepiawaiannya dalam berdakwah sangat disukai oleh para

jamaahnya, sehingga salah seorang murid dariUstadz Habib Ridho,

yang memiliki purti cantikjelita hendak menjodohkan dengan

Hasyim Dahlan muda. Akhirnya, perjodohan itu sama-sama

disetujui oleh kedua pihak, sehingga beliau menikah lah dengan Nor

Azizah putri dari H. Yusuf Mannek. Dari pasangan ini kemudian

dikaruniai 5 anak.

2) Safari Dakwah di Mushalla dan Masjid

Semenjak beliau menginjakkan kakinya pertama kali di

Kalimantan Barat pada tahun 1982, saat itupula beliau mulai

berdakwah. Saat beliau diajak ke pontanak oleh Ustadz Habib

Ridho, sebenarnya beliau masih mondok di Lirboyo.Memang

fokusnya adalah mengajar di Pondok Pesantren Assalam Pal 5,

sebab memang pondok ini dari awal yangmemita beliau

untukmengabdi dan membagikan ilmunya.Namun, dakwah dan

ajaran beliau tidak hanya terfokus padaPonpes Assalam saja, tapi

banyak lokasi dan tempat yang beliau datangi untuk

berdakwah.Dakwah beliau kadang dari mushalla kemusholla, dari

masjid kemasjid bahkan dari satu rumah ke rumah yang lainnya.

Bahkan,perjuangan beliau saat awal sampai di Pontianak, beliau

mengajar menggunakan kendaraan sampan, melintasi sungai,

sehingga saat itu beliau terkenal dengan sebutan da’i seribu sungai,

sebab saat itu tidak ada sepada motor seperti sekaran ini, sehingga

perjuangan dakwah pada saat itu sangat susah, sulit dan terjal. Hujan

deras pun bukan penghalang bagi beliau untuk berhenti atau sekedar

libur ngaji/mengajar. Beliau adalah orang yang paling disiplin dan

tegas.Kedisiplinannya ini beliau peraktekkan, terbukti walaupun

cuaca buruk, hujan dan banjir dan becek saat itu,namun beliau

dengan gigih berdakwah.

 98 

Saat ini, sepeninggal beliau, pengajian kitab-kitab yang

dilakukan di berbagai musholla dan masjid dilanjutkan oleh

muridnya, MisalnyaKH. Abdul Wahab al-Hafidz yang juga sekarang

sudah mendirikan pondok pesantren Tahfidz Mahyajatul Quran.

Juga, pengajian rutin beliau dilanjutkan oleh para koleganya

sewaktu mengajar dan berdakwah di pon-pes Assalam.

3) Dakwah dari Rumah-Perkantoran

Dakwah beliau tidak hanya di pesantren, musholla atau

masjid-masjid saja, melainkan sudah merambah ke rumah-rumah

warga, bahkan perkantoran-perkantoranbaik swasta maupun milik

negara. Ini semakin menunjukkan bahwa dakwah beliau tidakhanya

dinikmati oleh kaum awam saja melainkan kaum politikuspun juga

menggemari isi dakwah beliau.

Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan seorang pelaku

dakwa atau subyek dakwah sangat menentukan keberhasilan

kegiatan dakwah. Dengan bahasa lain, inti dari gerakan dakwah

Islam terletak pada diri pendakwah itu sendiri.48

Dalam agama islam, dakwa itu adalah suatu kewajiban

terlebih bagi mereka yang memiliki ilmu yang mempuni. Setiap

muslim memiliki kewajiban untuk menyampaikan dakwah, sebab

esensi agama Islam adalah agama dakwah. Metode dakwah tidak

hanya melalui hikma, mauidhatulhasanah, serta pendekatan

debat(jadal) aja,melainkan bisa menggunakan atribut dakwah,

tulisan, rekaman atau bahkan pendekatan dakwah melalui

organisasi. Pendekataan dakwah melalui organisasi inilah yang

menjadi salah satu corong dakwah KH. Hasyim Dahlan. Terbukti,

dari beberapa organisasi yang diikutinya adalah bagian dari ladang                                                             

48Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, cet. ke-2 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 216.

Page 104: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 99 

dakwah almarhum. Di bawah ini adalah beberapa organisasi yang

beliau ikuti dan organisasi ini sebagai corong dakwah beliau.

4) Partisipasinya KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Pada

Organisasi Nahdhatul Ulama

Sejak awal berdirinya NU (Nahdlatul Ulama) telah

mengikrarkan diri bahwa organisi ini adalah murni organisasi yang

berbasis agama. Nahdlatul Ulama (NU) artinya kebangkitan ulama,

adalah organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama dari

kalangan dunia pesantren di bawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari,

di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Tokoh sentral pendirian

NU adalah hasil dari inisiasi dari sang maha guru KH. Khalil

Bangkalan kepada murid beliau KH. Hasyim Asy’ari dimana

petunjuk yang berupa tongkat dan tasbih dikirimkan melalui murid

beliau KH. As’ad Syamsul Arifin. Para pendiri ormas NU ini adalah

KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri,

KH. Ma’shum Lasem, KH. As’ad Samsyul Arifin, dan lain-lain.49

Jika demikian, maka tujuan pendrian NU adalah sebagai

media dakwah melalui organisasi, bahkan munculnya organisasi NU

disebabkan karena sudah mulai banyaknya pendakwah-pendakwah

baru yang gampang mengkafirkan dan menyesatkan orang seiman

sehingga NU menjadi penghalau dan melanjutkan dakwah para

penyebar agama Islam pertama, yaitu para walisongo(sembilan

wali).

Bagi KH. Hasyim Dahlan yang memang tumbuh dan besar

didunia pesantren apalagi pondok pesantren Lirboyoyang memang

sudah terkenaldengan lumbung NU, beliau pun mulai merambah

dakwah melalui organisasi keislaman ini. Pada saat itu, beliau masih                                                             

49Samsul Munir Amin, “NU dan Perjuangan Nasional” dalam majalah AULA, Edsisi November 1991, h. 72-76. dikutip oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah..., hlm. 139.

Page 105: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 99 

dakwah almarhum. Di bawah ini adalah beberapa organisasi yang

beliau ikuti dan organisasi ini sebagai corong dakwah beliau.

4) Partisipasinya KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Pada

Organisasi Nahdhatul Ulama

Sejak awal berdirinya NU (Nahdlatul Ulama) telah

mengikrarkan diri bahwa organisi ini adalah murni organisasi yang

berbasis agama. Nahdlatul Ulama (NU) artinya kebangkitan ulama,

adalah organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama dari

kalangan dunia pesantren di bawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari,

di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Tokoh sentral pendirian

NU adalah hasil dari inisiasi dari sang maha guru KH. Khalil

Bangkalan kepada murid beliau KH. Hasyim Asy’ari dimana

petunjuk yang berupa tongkat dan tasbih dikirimkan melalui murid

beliau KH. As’ad Syamsul Arifin. Para pendiri ormas NU ini adalah

KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri,

KH. Ma’shum Lasem, KH. As’ad Samsyul Arifin, dan lain-lain.49

Jika demikian, maka tujuan pendrian NU adalah sebagai

media dakwah melalui organisasi, bahkan munculnya organisasi NU

disebabkan karena sudah mulai banyaknya pendakwah-pendakwah

baru yang gampang mengkafirkan dan menyesatkan orang seiman

sehingga NU menjadi penghalau dan melanjutkan dakwah para

penyebar agama Islam pertama, yaitu para walisongo(sembilan

wali).

Bagi KH. Hasyim Dahlan yang memang tumbuh dan besar

didunia pesantren apalagi pondok pesantren Lirboyoyang memang

sudah terkenaldengan lumbung NU, beliau pun mulai merambah

dakwah melalui organisasi keislaman ini. Pada saat itu, beliau masih                                                             

49Samsul Munir Amin, “NU dan Perjuangan Nasional” dalam majalah AULA, Edsisi November 1991, h. 72-76. dikutip oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah..., hlm. 139.

 100 

dianggaporang baru di tubuh NU saat beliau menginjakkan kakinya

di bumi khatulistiwa, sehingga banyak orang belum mengetahui

kemampuan beliau dalam ilmu agama, saat beliau sudah aktif di

pondek pesantren Assalam(Pal 5), apalagi saat itu beliau dianggkat

menjadi mudir ma’had(pondok) tersebut sekitar tahun 1986-1999,

maka beliau mulai dilirik oleh tokoh-tokoh NU untukmengisi

pengajian-pengajian yang diadakan oleh NU. Saat itu, beliau

diminta untuk mengisi lailatul Ijtima’, dimana beliau diminta untuk

mengajikan(mengajarkan) kitab-kitab mu’tabarah(yang sudah

diakui vaiditasnya) dikalangan warga NU.

Menurut salah satu tokoh senior NU di Kalbar, bapak

Jipridin50, MS.i, beliau menuturkan, “Dulu, saat beliau pertama kali

muncul, teman-teman NU Kalbar tidaktahu keilmuan beliau, tapi

saat pertama kali beliau mengisi lailatul Ijtima’, akhirnya teman-

teman NU mengetahui tentang ketinggian ilmu beliau, akhirnya

kami menjadikan beliau pengisi tetap lailatul ijtima’”. Tuturnya.

Setelah itu, pengurus NU secara resmi meminta kepada KH. Hasyim

Dahlan untuk selalu senantiasa mengisi lailatul Ijtima’(malam

berkumpul untuk mengaji), terutama untuk memperkuat ilmu agaa

tentang ke-Aswaja-an (Ahlu Sunnah wal Jama’ah). Hal ini tentu

disambut baik oleh KH. Hasyim Dahlan, yang memang niatnya ke

Kalimantan Barat adalah untuk berdakwah. Organisasi baginya

adalah bagian dari perantara untuk berdakwah.

Awal mulanya, para pentinggi NU di wilayah kalimantan

Barat tidak mengetahui keilmuan beliau, seperti yang dijelaskan

oleh Bapak Jipridin di atas, seiring berjalannya waktu, mereka sudah

                                                            50Bapak Jipridin,M.Si merupakan sahabat karib KH. Hasyim Dahlan dalam berdakwah terutama

dalam satu bendera organisasi Nahdltul Ulama. Beliau diwawancarai saat beliau berkunjung ke Majid IAIN Pontianak 20 Februari 2017.

Page 106: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 101 

banyak mengetahui tentang keilmuan beliau, tawadh’nya, rendah

hati, dan ikhlasnya berdakwah, sehingga mengantarkan beliau

ditarik untuk menjadi anggota pengurus LDNU di tubuh organisasi

NU Kodya Pontianak 1991-1996. Pada tahun berikutnya, keilmuan

dan kemapaman serta pengetahuannya tentang organisasi yang

meningkat cepat, akhirnya mengantarkan beliau menjadi rois

syuriah PCNU kota pontianak selama dua periode berturut 1996-

2006.

Puncaknya, beliau diangkat menjadi rois syuriah PWNU

Kalimantan Barat pada 2006-2011. Dari sinilah kemudian nama

beliau semakin terkenal kemana-kemana, sehingga banyak orang

dari berbagai daerah datang untuk mengundang beliau untuk

mengisi acara siraman rohani, dakwah kampus, seminar, bahkan

diundang oleh pemerintahan setempat untuk mengisi ceramah

agama. Dakwah beliau semakin diminati oleh masyarakat.

5) Partisipasinya KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Pada Majlis

Ulama Indonesia

KH. Hasyim Dahlan menjadi ketua MUI (Majlis Ulama

Indonesia) Kalimantan barat sampai meninggal dunia. Majlis ulama

Indonesia atau disingkat MUI adalah kumpulan para ulama yang

bersatu dalam satu organisasi yang didirikan oleh pemerintah ini. MUI

didirikan pada tanggal 26 Juli 1975. MUI merupakan organisasi Islam

yang bergerak dalam bidang dakwah Islamiyah di Indonesia yang

didirikan oleh pemerintah Indonesia. Pengurusnya terdiri dari berbagai

tokoh Islam dari berbagai organisasi yang ada.diantara tokoh-tokoh

Islam yang pernah menjadi pengurus MUI antara lain: Prof. Dr.

HAMKA, KH. M. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali

Yafie, dan Dr. KH. MA. Sahal Mahfuz, dan lain-lain.

Page 107: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 101 

banyak mengetahui tentang keilmuan beliau, tawadh’nya, rendah

hati, dan ikhlasnya berdakwah, sehingga mengantarkan beliau

ditarik untuk menjadi anggota pengurus LDNU di tubuh organisasi

NU Kodya Pontianak 1991-1996. Pada tahun berikutnya, keilmuan

dan kemapaman serta pengetahuannya tentang organisasi yang

meningkat cepat, akhirnya mengantarkan beliau menjadi rois

syuriah PCNU kota pontianak selama dua periode berturut 1996-

2006.

Puncaknya, beliau diangkat menjadi rois syuriah PWNU

Kalimantan Barat pada 2006-2011. Dari sinilah kemudian nama

beliau semakin terkenal kemana-kemana, sehingga banyak orang

dari berbagai daerah datang untuk mengundang beliau untuk

mengisi acara siraman rohani, dakwah kampus, seminar, bahkan

diundang oleh pemerintahan setempat untuk mengisi ceramah

agama. Dakwah beliau semakin diminati oleh masyarakat.

5) Partisipasinya KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Pada Majlis

Ulama Indonesia

KH. Hasyim Dahlan menjadi ketua MUI (Majlis Ulama

Indonesia) Kalimantan barat sampai meninggal dunia. Majlis ulama

Indonesia atau disingkat MUI adalah kumpulan para ulama yang

bersatu dalam satu organisasi yang didirikan oleh pemerintah ini. MUI

didirikan pada tanggal 26 Juli 1975. MUI merupakan organisasi Islam

yang bergerak dalam bidang dakwah Islamiyah di Indonesia yang

didirikan oleh pemerintah Indonesia. Pengurusnya terdiri dari berbagai

tokoh Islam dari berbagai organisasi yang ada.diantara tokoh-tokoh

Islam yang pernah menjadi pengurus MUI antara lain: Prof. Dr.

HAMKA, KH. M. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali

Yafie, dan Dr. KH. MA. Sahal Mahfuz, dan lain-lain.

 102 

6) Partisipasinya KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Pada Forum

Organisasi: Forum Kerukunan umat Beragama

Tidak dipungkiri lagi bahwa kalimantana barat, selain multi

etnis juga multi agamis. Perbedaan antara keyakinan sudah pasti ada.

Namun perbedaan tersebut tidak seharusnya menjadi alat pemecah

antara pemeluk agama yang berbeda-beda tersebut. Beliau selalu

berpedoman pada dalil yag berbunyi” Kita bekerjasama dalamperkara

yang disepakati dan saling toleransi dalam perbedaan. Hal ini sesuai

dengan tujuan dibentuknya FKUB (Forum Organisasi Forum

Kerukunan umat Beragama) yang menyadari akan realitas

multikultural yang ada dan belajar dari pengalaman sejarah masa lalu

serta berbagai kejadian di beberapa daerah, maka wadah kerjasama

yang kemudian dikukuhkan berdasarkan Keputusan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006

tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian

Rumah Ibadat, menjadi sangat penting untuk direalisasikan di daerah,

dalam bentuk FKUB.

Pemikiran KH. Hasyim Dahlan yang luwes ‘elastis’ dan

moderat sangat gampang diterima oleh siapapun termasuk non

muslim, hal inilah yang mengantarkan beliau menjadi salah satu ulama

yang masuk dalam anggota kepengurusan Forum Kerukanan Umat

beragama (FKUB) Provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2014 sampai

beliau wafat bersama Dr. Wajidi Sayadi. Jalur FKUB menjadi ladang

berdakwah beliau selanjutnya. Di forum tersebut beliau mampu

menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang benar-benar ’rahmatan

lil’alamin’, Agama yang menjadi rahmat atas alam semesta.

Page 108: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 103 

Walaupun beliau adalah ulama besar dan kondang di

Kalimantan Barat,namun hal ini tidak membuat beliau tidak menutup

diri atau menjauh dari agama-agama lain(non muslim), hal ini terbukti

dari photo-photo yang masih tersimpan rapi dikediaman beliau,

dimana beliau sedang berphoto dengan para pastur dan suster yang

sudi dan senantiasa berkunjung ke kediaman beliau saat beliau

berdomisili di Kakap Pal 13 Kab. Kubu Raya. Jarak yang jauh dari

kerumunan kota ini ternyata tidak membuat rumah beliau sepi dari

kunjungan orang-orang yang ingin mengenal sosok beliau yang

moderat ini.

Namun, beliau sangat tegas dan keras ketika berhadapan

dengan aliran dalam Islam yang bertengan dengan kayakinan

mayoritas ummat Islam dan juga memang sudah dilarang oleh MUI.

Ketegasan beliau ini sangat terbukti ketika menolak ideologi faham-

faham yang dianggap akan meruntuhkan persatuan dan kesatuan umat

beragama dan berbangsa, terutama jika akan merusak citra Islamdari

dalam dari sisi akidah. Saat 2016 gencar-gencarnya aliran GAFATAR,

beliau menjadi garda terdepan untuk menolak aliran ini,karena

dalampandangan beliau aliran ini selain meresahkan masyarakat juga

bertentangan dengan ajaran Islam. Dalampandangan beliau,

“GAFATAR ini sudah menyimpang dari ajaran keyakinan Ummat

Islam. Ajaran ini sesat dan menyesatkan”.

Apa yang dilakukan oleh beliau adalah kembali kepada tujuan

pembentukan FKUB yaitu sebagai organisasi kemasyarakatan yang

berbasis pada pemuliaan nilai-nilai agama, FKUB memiliki peran dan

fungsi yang sangat strategis dalam berperan serta membangun daerah

masing-masing ditengah krisis multidimensional yang tengah terjadi.

Disadari bahwa krisiss multidimensional telah membawa dampak

yang bersifat multidimensional pula. Krisis ekonomi, politik dan

Page 109: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 103 

Walaupun beliau adalah ulama besar dan kondang di

Kalimantan Barat,namun hal ini tidak membuat beliau tidak menutup

diri atau menjauh dari agama-agama lain(non muslim), hal ini terbukti

dari photo-photo yang masih tersimpan rapi dikediaman beliau,

dimana beliau sedang berphoto dengan para pastur dan suster yang

sudi dan senantiasa berkunjung ke kediaman beliau saat beliau

berdomisili di Kakap Pal 13 Kab. Kubu Raya. Jarak yang jauh dari

kerumunan kota ini ternyata tidak membuat rumah beliau sepi dari

kunjungan orang-orang yang ingin mengenal sosok beliau yang

moderat ini.

Namun, beliau sangat tegas dan keras ketika berhadapan

dengan aliran dalam Islam yang bertengan dengan kayakinan

mayoritas ummat Islam dan juga memang sudah dilarang oleh MUI.

Ketegasan beliau ini sangat terbukti ketika menolak ideologi faham-

faham yang dianggap akan meruntuhkan persatuan dan kesatuan umat

beragama dan berbangsa, terutama jika akan merusak citra Islamdari

dalam dari sisi akidah. Saat 2016 gencar-gencarnya aliran GAFATAR,

beliau menjadi garda terdepan untuk menolak aliran ini,karena

dalampandangan beliau aliran ini selain meresahkan masyarakat juga

bertentangan dengan ajaran Islam. Dalampandangan beliau,

“GAFATAR ini sudah menyimpang dari ajaran keyakinan Ummat

Islam. Ajaran ini sesat dan menyesatkan”.

Apa yang dilakukan oleh beliau adalah kembali kepada tujuan

pembentukan FKUB yaitu sebagai organisasi kemasyarakatan yang

berbasis pada pemuliaan nilai-nilai agama, FKUB memiliki peran dan

fungsi yang sangat strategis dalam berperan serta membangun daerah

masing-masing ditengah krisis multidimensional yang tengah terjadi.

Disadari bahwa krisiss multidimensional telah membawa dampak

yang bersifat multidimensional pula. Krisis ekonomi, politik dan

 104 

moral, berimplikasi pada ketegangan sosial, stress sosial,

merenggangnya hohesi sosial bahkan prustasi sosial, begitupun

terhadap dekadensi moral. Fonomena ini secara fsikologis dan

sosiologis berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sosial dikalangan

umat beragama. Terjadinya konflik sosial, meningkatnya angka bunuh

diri, merajalelanya korupsi merupakan persoalan serius yang harus

dicarikan solusinya. Peran tokoh agama yang diharapkan dapat

memberikan pencerdasan spiritual menjadi sangat penting.

7) Partisipasinya KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Pada Partai

Politik

Partai politik, pasca reformasi adalah sesuatu yang seksi,

sehingga menarik semua orang dari berbagai kalangan untuk

meliriknya. KH. Hasyim Dahlan pun tertarik untuk masuk pada partai

politik. Hanya saja, masuknya beliau kedunia politik bukanlah tujuan

utamanya, sebab tujuan utama beliau adalah untuk berdakwah.

Sehingga kendaraan politiknya bagianya adalah alat untuk

menyampaikan dakwahnya, terutama bagi para elit politik. Dalam

pandangan beliau, agama dan politik tidak bisa dipisahkan, “Politik

dan agama tidak bisa dipisahkan, kalau agama dan politik dipisahkan,

maka negara ini akan menjadi negara sekuler. Yang memisahkan

antara agama dan politik (pemerintahan)”.51

d. Karya Tulis KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Sebelum beliau wafat, beliau sempat menulis beberapa buku.

Tentu tujuannya adalah walau belau telah tiada,namun ruh dakwahnya

masih terus menggelora melalui tulisan-tulisannya. Menurut Syafi’I,

“seseorang itu akan tetap abadi jika dia memeliki karya, jiwa dan

                                                            51Wawancara ini didapat oleh penulis saat beliau belum wafat. 23 Desember 12016. Dalam

wawancara dengan beliau, dalam agama beliau selalu tegas. Beliau tidak suka kalau agama dipisahkan dengan negara.

Page 110: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 105 

raganya telah mati namun hidup dalam bentuk tulisannya”. Buku yang

ditulis oleh beliau sebenarnya banyak sekali, dalam penelitian ini hanya

akan disebutkan tiga buku, yaitu:

1) Fiqh Ibadah

Salah satu buku beliau judulnya adalah “Fiqh Ibadah”, buku

ini menjelaskan khusus pada ibadah, di dalamnya membahas dan

memperaktekkan tentang tatacara beribadah yang benar.Selain

berbentuk tulisan, agar mempermudah pembacanya, menyertakan

beberapa gambar gerakan shalat dan ibadah lainnya.

Banyak madzhab fiqh yang beliau fahami tidak

mempengarui tulisan beliau dalam buku “Fiqh Ibadah”

tersebut.Dalam buku tersebut, beliau hanya menulis fiqh ibadah

yang bermadzhab Syafi’I saja. Hal ini dilakukan adalah untuk

menghindari talfiq (mencampuradukkan pemahaman untuk

mengambil keringan). Walau beliau banyak mengetahui dan faham

tentang madzhab lain, seperti Madzhab Imam Malik, Madzhab Abu

Hanifah, dan Madzhab Hambali, bahkan madzhab Daud Dhahiri

serta Ibnu Hazm, namun beliau dalam tulisannya tidak menyertakan

pendapat-pendapat mereka ini dalam buku “Fiqh Ibadah”. Hal ini

juga dilakukan supaya mempermudah bagi pembaca untuk

melaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab Imam Syafi’I.apalagi

di Indonesia mayoritas penganut madzhab Syafi’i. KH.M. Hasyim

Dahlan memang terkenal dengan pengikut dan penganut madzhab

setia imam Syafi’i.Beliau tegas dan keras dalam hal bermadzhab,

sehingga dalam perakteknya, beliau selalu mengikuti madzhab

syafi’i.hal ini dilakukan beliau agar tidak ada benturan kecil dalam

perbedaan madzhab terutama bagi masyarakat awam yang baru

belajar fiqh, “ Khawatir ada campur aduk madzhab dalam ibadah

yang nantinya masyarakat akan bingung dan akan menimbulkan

Page 111: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 105 

raganya telah mati namun hidup dalam bentuk tulisannya”. Buku yang

ditulis oleh beliau sebenarnya banyak sekali, dalam penelitian ini hanya

akan disebutkan tiga buku, yaitu:

1) Fiqh Ibadah

Salah satu buku beliau judulnya adalah “Fiqh Ibadah”, buku

ini menjelaskan khusus pada ibadah, di dalamnya membahas dan

memperaktekkan tentang tatacara beribadah yang benar.Selain

berbentuk tulisan, agar mempermudah pembacanya, menyertakan

beberapa gambar gerakan shalat dan ibadah lainnya.

Banyak madzhab fiqh yang beliau fahami tidak

mempengarui tulisan beliau dalam buku “Fiqh Ibadah”

tersebut.Dalam buku tersebut, beliau hanya menulis fiqh ibadah

yang bermadzhab Syafi’I saja. Hal ini dilakukan adalah untuk

menghindari talfiq (mencampuradukkan pemahaman untuk

mengambil keringan). Walau beliau banyak mengetahui dan faham

tentang madzhab lain, seperti Madzhab Imam Malik, Madzhab Abu

Hanifah, dan Madzhab Hambali, bahkan madzhab Daud Dhahiri

serta Ibnu Hazm, namun beliau dalam tulisannya tidak menyertakan

pendapat-pendapat mereka ini dalam buku “Fiqh Ibadah”. Hal ini

juga dilakukan supaya mempermudah bagi pembaca untuk

melaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab Imam Syafi’I.apalagi

di Indonesia mayoritas penganut madzhab Syafi’i. KH.M. Hasyim

Dahlan memang terkenal dengan pengikut dan penganut madzhab

setia imam Syafi’i.Beliau tegas dan keras dalam hal bermadzhab,

sehingga dalam perakteknya, beliau selalu mengikuti madzhab

syafi’i.hal ini dilakukan beliau agar tidak ada benturan kecil dalam

perbedaan madzhab terutama bagi masyarakat awam yang baru

belajar fiqh, “ Khawatir ada campur aduk madzhab dalam ibadah

yang nantinya masyarakat akan bingung dan akan menimbulkan

 106 

pertentangan, sehingga buku ini terfokus pada madzhab Imam

Syafi’I saja”. Jawabnya.

2) Kumpulan doa

Kesibukannya dalam belajar mengajar, tidak membuat beliau

berhenti untuk berkarya, setelah menulis buku “Fiqh Ibadah” beliau

menulis buku yang berisi doa-doa yang kemudian diberi judul

“Kumpulan doa-doa”. Kalau melihat isi dari kumpulan doa-doa

yang beliau tulis adalah doa-doa yang sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat Indonesia sebab doa-doa yang ada dalam buku beliau ini

adalah doa-doa yang sudah masyur di Indonesia,hanya saja banyak

doa yang beliau tambahkan yang disadur dari beberapa kitab kuring

yang beliau pelajari saat di pondok pesantren.

Bahkan, beliau menulis buku doa yang khusus buat orang

hamil. Tujuan penulisan buku ini sebenarnya adalah untuk

mempermudah orang yang hamil agar gampang melahirkan dengan

banyak berdoa, tapi tujuan lainnya adalah agar ibu hamil tadi

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Beliau melihat betapa

banyaknya orang-orang Islam yang mengaku muslimtapi mereka

tidak mengerjakan apa yang diperintahkan oleh agama dan tidak

menjauiapa yang dilarangnya. Oleh sebab itu, cara beliau menulis

buku doa khusus orang hamil ini dianggap sangat bermanfaat.

Banyak orang yang hamil muda dan tua mendatangi beliau untuk

meminta doa-doa dari beliau, tapi dengan cerdiknya beliau, “ Baca

doa-doa dalam buku ini, tapi selepas shalat lima waktu”. Jika dilihat

nasihat beliau ini, sebenarnya tujuan beliau adalah untuk mengajak

pada ibu hamil baik yang hamil muda dan hamil tua agar

mendekatkan diri kepada Allah swt. Memohon pertolongan kepada

Allah semata.Kata beliau, “Jangan sampe meminta pertolongan

kepada selain Allah swt, karena hanya Dia yang Maha Penolong”.

Page 112: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 107 

Banyak dari merekayang pertamanya malas shalat akhirnya

mengerjakan shalat lima waktu. Ada juga yang melakukan tradisi

yang dalam pandangan KH.M. Hasyim Dahlan menyimpang karena

bertetangan dengan agama akhirnya ditggalkan.Memang, proses

melahirkan mereka sangat mudah dan gampang, hal inilah yang

membuat mereka semakin senang terhadap petuah-petuah beliau.

Bahkan, setelah mereka melahirkan anak-anak mereka,

banyak dari mereka yang mendatangi beliau untuk meminta

memberikan nama anak-anak mereka sesuai dengan nama Islam

serta mencari barakah dari seorang guru dan kiayi (tabarrukan)

dengan harapan anaknya menjadi anak shaleh dan shalehah. Ada

juga yang menitipkan anak-anak mereka setelah besar untuk

dipondokkan di pesantren yang beliau asuh yakni pondok pesantren

Assalam pal 5 Sungai Jawi, bahkan ada beberapa anak yang beliau

ambil sebagai anak angkat.

3) Terjemah al-Minhajul al-Qawim

Saat detik-detik akhir hayatnya, beliau masih sempat

menerjemah kitab”al-Minhajul al-Qawim Syarh Muqaddimah al-

Hadramiyah karya ImamIbnu Hajar al-Haitami. Namun seiring sakit

yang selalu menjangkiti beliau, terjemahan kitab ini pun belum

selesai.Menurut anak kesangannya, Anny Izza al-Hasyimy

menuturkan, “Abah menerjemah kitab minhajul Qawim ini belum

selesai, bahkan masih dapat beberapa halaman saja, karena abah saat

itu sakit-sakitan” paparnya. Lanjutnya, “ Beliau ini membaca kitab

tersebut kemudian menerjemahkannya dan saya yang menulisnya”.

Jelasnya.Bahkan, saat peneliti mengunjungi kediaman beliau, kitab

ini masih ada di ruang di atas meja belajar beliau.Ini menunjukkan

bahwa beliau sebenarnya menyelesaikan terjemahan kitab tersebut

namun waktu jua yang menyudahi terjemah tersebut.

Page 113: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 107 

Banyak dari merekayang pertamanya malas shalat akhirnya

mengerjakan shalat lima waktu. Ada juga yang melakukan tradisi

yang dalam pandangan KH.M. Hasyim Dahlan menyimpang karena

bertetangan dengan agama akhirnya ditggalkan.Memang, proses

melahirkan mereka sangat mudah dan gampang, hal inilah yang

membuat mereka semakin senang terhadap petuah-petuah beliau.

Bahkan, setelah mereka melahirkan anak-anak mereka,

banyak dari mereka yang mendatangi beliau untuk meminta

memberikan nama anak-anak mereka sesuai dengan nama Islam

serta mencari barakah dari seorang guru dan kiayi (tabarrukan)

dengan harapan anaknya menjadi anak shaleh dan shalehah. Ada

juga yang menitipkan anak-anak mereka setelah besar untuk

dipondokkan di pesantren yang beliau asuh yakni pondok pesantren

Assalam pal 5 Sungai Jawi, bahkan ada beberapa anak yang beliau

ambil sebagai anak angkat.

3) Terjemah al-Minhajul al-Qawim

Saat detik-detik akhir hayatnya, beliau masih sempat

menerjemah kitab”al-Minhajul al-Qawim Syarh Muqaddimah al-

Hadramiyah karya ImamIbnu Hajar al-Haitami. Namun seiring sakit

yang selalu menjangkiti beliau, terjemahan kitab ini pun belum

selesai.Menurut anak kesangannya, Anny Izza al-Hasyimy

menuturkan, “Abah menerjemah kitab minhajul Qawim ini belum

selesai, bahkan masih dapat beberapa halaman saja, karena abah saat

itu sakit-sakitan” paparnya. Lanjutnya, “ Beliau ini membaca kitab

tersebut kemudian menerjemahkannya dan saya yang menulisnya”.

Jelasnya.Bahkan, saat peneliti mengunjungi kediaman beliau, kitab

ini masih ada di ruang di atas meja belajar beliau.Ini menunjukkan

bahwa beliau sebenarnya menyelesaikan terjemahan kitab tersebut

namun waktu jua yang menyudahi terjemah tersebut.

 108 

Kitab al-Minhajul al-Qawim Syarh Muqaddimah al-

Hadramiyah karya ImamIbnu Hajar al-Haitami adalah kitab fiqh

yang berhaluanmadzhab Imam Syafi’i.Kitab al-Minhajul al-Qawim

bukan kitab yang asing didengar di kalangan pondok pesantren, bagi

santri pondok salaf(menganut ulama-ulama terdahulu atau masih

berpegang paa kitab-kitab turats), kitab ini sudah menjadi makanan

sehari-hari.Bahkan kitab ini menjadi salah satu kitab mu’tabarah

(kitab yang diakui sebagai rujukan) di kalangan ulama Nahdlatul

ULama.Sehingga selalu menjadi rujukan ketika ada permasalahan

dengan fiqh terutama yang bermadzhab Syafi’i.Seperti dijelaskan

diatas bahwa KH.Hasyim Dahlan adalah penganut kuat terhadap

madzhab Syafi’i.Sehingga bacaan dan tulisannya mengarah kepada

Madzhab asy-Safi’i.

e. Wafatnya KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I Wafatnya beliau meninggalkan duka yang mendalam terutama

bagi keluaraganya, para murid dan kolega-kolega dakwah beliau. Beliau

mengalami sakit-sakitan dalam beberapa bulan di tahun 2016. rumah

sakit menjadi langganan beliau, bahkan pernah diobat di rumah sakit

negara tetangga malaysia, tapi hasilnya belum juga maksimal, sembuh

kemudian kambuh lagi. Akhirnya, pada tanggal 16 Januari 2017 beliau

meningal dunia.Seorang pendakwah memang cobaannya adalah

menghadapi orang yang tidak suka dengannya. Walau banyak yang suka

sama dakwah beliau, tentu disana masih ada segelintir orang yang tidak

menyukai dakwah beliau, entah karena iri atau benci.

Page 114: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

110  

BAB I PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan kepada tiga point dengan

beberapa penjelasan butiran-butiran simpulannya, sebagaimana berikut:

1. Corak Pemikiran Tokoh Muslim Kalimantan Barat

a. Corak pemikiran yang dipahami dan dianut oleh tokoh muslim di

Kalimantan Barat ialah mayoritas Sufistik-Falsafi.

b. Corak pemikiran fiqih seperti pembaharuan Rasyidh Ridha yang

dikembangkan oleh Basuni Imran bersama murid-muridnya di Sambas dan

Singkawang

c. Corak pemikiran Sufistik-al-Maturidi, Ahli Sunnah; Abu al-Hasan al-

Asy’ari, seperti berasal dari Salafiyyah-Syafi’iyyah Pondok Pesantren

Lirboyo, Jawa Timur, Pondok Pesantren Naqsabandiyyah Ombul, Kab.

Sampang Madura, Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Malang, Rubath

Naqsabandiyyah di Sumenep dan Darul Lughah wa al-Da’wah, Bangil

Pasuruan.

2. Bentuk Pewaris Corak Pemikiran Ke-Islam-an Tokoh Muslim Kalimantan

Barat

a. Buku Pedoman Hidup, memadukan tiga pilar agama, Iman, Islam dan

Ihsan sehingga menjadi agama yang rahmatan lil alamin (selaras untuk

seluruh alam semesta)

b. Fiqih Ibadah, Kumpulan Doa-doa Mu’tabarah, Terjemah al-Minhaj al-

Qawim, Dala’il al-Khairat, Hizb-hizb.

c. Buku Pedoman Thariqah Naqsabandiyyah Mudzariyyah

d. Kitab Mukhtashar al-Manan, Jadwal Nikah, Tafsir Terjemah Bugis, dan

Majmu’ al-Mirats fi Hukm al-Fara’idh

Page 115: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

110  

BAB I PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan kepada tiga point dengan

beberapa penjelasan butiran-butiran simpulannya, sebagaimana berikut:

1. Corak Pemikiran Tokoh Muslim Kalimantan Barat

a. Corak pemikiran yang dipahami dan dianut oleh tokoh muslim di

Kalimantan Barat ialah mayoritas Sufistik-Falsafi.

b. Corak pemikiran fiqih seperti pembaharuan Rasyidh Ridha yang

dikembangkan oleh Basuni Imran bersama murid-muridnya di Sambas dan

Singkawang

c. Corak pemikiran Sufistik-al-Maturidi, Ahli Sunnah; Abu al-Hasan al-

Asy’ari, seperti berasal dari Salafiyyah-Syafi’iyyah Pondok Pesantren

Lirboyo, Jawa Timur, Pondok Pesantren Naqsabandiyyah Ombul, Kab.

Sampang Madura, Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Malang, Rubath

Naqsabandiyyah di Sumenep dan Darul Lughah wa al-Da’wah, Bangil

Pasuruan.

2. Bentuk Pewaris Corak Pemikiran Ke-Islam-an Tokoh Muslim Kalimantan

Barat

a. Buku Pedoman Hidup, memadukan tiga pilar agama, Iman, Islam dan

Ihsan sehingga menjadi agama yang rahmatan lil alamin (selaras untuk

seluruh alam semesta)

b. Fiqih Ibadah, Kumpulan Doa-doa Mu’tabarah, Terjemah al-Minhaj al-

Qawim, Dala’il al-Khairat, Hizb-hizb.

c. Buku Pedoman Thariqah Naqsabandiyyah Mudzariyyah

d. Kitab Mukhtashar al-Manan, Jadwal Nikah, Tafsir Terjemah Bugis, dan

Majmu’ al-Mirats fi Hukm al-Fara’idh

 111 

e. Pedoman Thariqah Qadariyyah Naqsabandi

f. Kitab Kumpulan Wirid dan Hizb Aslaf al-Sahlih

3. Gerakan atau Majlis yang Digunakan Oleh Tokoh Muslim Kalimantan Barat

untuk Mengamalkan Corak Pemikiran yang Dianut

a. Majlis di rumah guru dan rumah ke rumah murid

b. Pendekatang organisasi, mushalla ke mushalla, masjid dan pesantren

binaan

c. Gerakan dakwah secara teks dan konteks yang nampak dari bangunan

masjid, mushalla dan budaya masyarakat di sekitar.

d. Thariqah Naqsabandiyyah Mudzariyah berasar dari Pondok Pesantren

Naqsabandiyyah, Ombul, Sampang, Madura, dan Pondok Pesantren

Raudhatul Ulum, Meranti, Rubath Naqsabandi di Sumenep yang

dikembangkan oleh Habib Amin Alhinduan di Pondok Pesantren Makarim

al-Ahklak, Singkawang, Kalimantan Barat.

e. Thariqah Alawiyyah dari Tarim Hadramaut, Yaman.

Page 116: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 112 

DAFTAR PUSTAKA A. Halim, dkk., Manajemen Pesantren, Yogyakarta, PT. LKiS Pelangi Aksara, 2005. Abuddin Nata dkk, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga

Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Grasindo, Anggota Ikapi, 2001.  Ali, Yunasril, Perkembangan Pemikiran dalam Islam, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta: Bumi

Aksara, 1991. Amich Alhumami, “Gerakan Modernisme Islam di Indonesia: Menimbang

Nurcholish Madjid”, dalam: Jalaluddin Rakhmat, et.al. Arifin, Imron., Kepemimpinan Kyai, Malang: Kalimasahada Press, 1993. Astaman, Silsilah Raja-raja di Kerajaan Sambas. Sambas: tanpa penerbit, tt. Asmuni, H.M. Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Pergerakan Pembaharuan

dalam Dunia Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995. Azyumardi Azra, , Jeringan Ualama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVII dan XVIII, Bandung, Mizan, cet. IV, 1998. Aziz, Ahmad Amir, Pembaharuan Teologi, Jogjakarta: Teras, 2009. Benda, Harry J., “Islam di Asia Tenggara dalam Abad Ke-20” dalam Perspektif Islam

di Asia Tenggara (Penyunting: Azyumardi Azra), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989.

Bruinessen, Martin van, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam

di Indonesia.Bandung: Mizan, 1999. Bawani, Imam., Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya: Al-Ihsan, 1993. Chapra, M. Umer, Peradaban Muslim Penyebab Keruntuhan dan Perlunya

Reformasi, Terj. Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: AMZAH, 2010. De Graaf, “Islam di Asia Tenggara Abad ke-18” dalam Perspektif Islam di Asia

Tenggara (Penyunting: Azyumardi Azra), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, . 1989.

Page 117: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 112 

DAFTAR PUSTAKA A. Halim, dkk., Manajemen Pesantren, Yogyakarta, PT. LKiS Pelangi Aksara, 2005. Abuddin Nata dkk, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga

Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Grasindo, Anggota Ikapi, 2001.  Ali, Yunasril, Perkembangan Pemikiran dalam Islam, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta: Bumi

Aksara, 1991. Amich Alhumami, “Gerakan Modernisme Islam di Indonesia: Menimbang

Nurcholish Madjid”, dalam: Jalaluddin Rakhmat, et.al. Arifin, Imron., Kepemimpinan Kyai, Malang: Kalimasahada Press, 1993. Astaman, Silsilah Raja-raja di Kerajaan Sambas. Sambas: tanpa penerbit, tt. Asmuni, H.M. Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Pergerakan Pembaharuan

dalam Dunia Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995. Azyumardi Azra, , Jeringan Ualama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVII dan XVIII, Bandung, Mizan, cet. IV, 1998. Aziz, Ahmad Amir, Pembaharuan Teologi, Jogjakarta: Teras, 2009. Benda, Harry J., “Islam di Asia Tenggara dalam Abad Ke-20” dalam Perspektif Islam

di Asia Tenggara (Penyunting: Azyumardi Azra), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989.

Bruinessen, Martin van, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam

di Indonesia.Bandung: Mizan, 1999. Bawani, Imam., Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya: Al-Ihsan, 1993. Chapra, M. Umer, Peradaban Muslim Penyebab Keruntuhan dan Perlunya

Reformasi, Terj. Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: AMZAH, 2010. De Graaf, “Islam di Asia Tenggara Abad ke-18” dalam Perspektif Islam di Asia

Tenggara (Penyunting: Azyumardi Azra), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, . 1989.

 113 

Depag RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 2003.

Depag RI, Dinamika Pondok Pesantren Di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pendidikan

Keagamaan dan Pondok Pesantren Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 2004.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1998. Effendy, Machrus, Riwayat Hidup dan Perjuangan Maharaja Imam Sambas. Jakarta:

Dian Kemilai, . 1995. Harun Rasyid, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pontianak: BMT STAIN Pontianak,

2000. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1995.  Hossen Nasr, Seyyed, Islam Tradisi: Di Tengah Kancah Dunia Moderen, T.tp.:tp.tt. http://www.rangkumanmakalah.com/

Iqbal., Muhammad, dkk, Pemikir Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2010.

Khairawati, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi, STAIN Pontianak Press, 2006.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1996. Muljana, Slamet., Runtuhnya Kerajaan Hindu–Jawa dan Timbulnya Negara-Negara

Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKIS, 2008. Muhammad Ma'shum di 11:32 PM Reaksi: Label: IPTEK Cheap Offers:

http://bit.ly/gadgets_cheap Madjid, Nurcholish, Jejak Pemikiran dari Pembaharu sampai Guru Bangsa,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2010. --------------------, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Para

Madina, 1997.

Page 118: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 114 

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam-Sejarah Pemikiran dan Keagamaan,

Cet. 11, Jakarta: Bulan Bintang: 1996. Nawawi, Hadari., Metode Penelitian Bidang Ilmu Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University-Press, 1995. Rahmatullah, Muhammad. Pemikiran Fikih Maharaja Imam Kerajaan Sambas:

Muhammad Basiuni Imran (1883-1976). Pontianak: Bulan Sabit Pers, 2003.

Rahman, Fazlur, Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Traditional,

terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1985. Rusli, Ris’an., Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Jakarta: Rajawali

Press, 2013. Sambas, Pemda, Sejarah Kesultanan Sambas. Sambas: Dinas Pariwisata, 2001. Salim, Haitami dkk. Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat. Jakarta:

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, 2011. Soleh, A Khudori, Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Jendela,

2003. Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, Jakarta : Pustaka LP3ES, 1999.

Pengurus Masjid, Sejarah Masjid Agung Sambas. Sambas: Tanpa Penerbit. Jurnal

Lektur Keagamaan, Vol. 12, No. 1, 2014. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2004.

WSJ. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: tp., 1986.

Wahid, Marzuki, dkk., Pesantren Masa Depan, Jakarta: Pustaka Hidayat, 1998.

Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Ciputat: Quantum Teaching, PT. Ciputat Press,

2005.

Page 119: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

 114 

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam-Sejarah Pemikiran dan Keagamaan,

Cet. 11, Jakarta: Bulan Bintang: 1996. Nawawi, Hadari., Metode Penelitian Bidang Ilmu Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University-Press, 1995. Rahmatullah, Muhammad. Pemikiran Fikih Maharaja Imam Kerajaan Sambas:

Muhammad Basiuni Imran (1883-1976). Pontianak: Bulan Sabit Pers, 2003.

Rahman, Fazlur, Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Traditional,

terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1985. Rusli, Ris’an., Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Jakarta: Rajawali

Press, 2013. Sambas, Pemda, Sejarah Kesultanan Sambas. Sambas: Dinas Pariwisata, 2001. Salim, Haitami dkk. Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat. Jakarta:

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, 2011. Soleh, A Khudori, Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Jendela,

2003. Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, Jakarta : Pustaka LP3ES, 1999.

Pengurus Masjid, Sejarah Masjid Agung Sambas. Sambas: Tanpa Penerbit. Jurnal

Lektur Keagamaan, Vol. 12, No. 1, 2014. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2004.

WSJ. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: tp., 1986.

Wahid, Marzuki, dkk., Pesantren Masa Depan, Jakarta: Pustaka Hidayat, 1998.

Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Ciputat: Quantum Teaching, PT. Ciputat Press,

2005.

 115 

Yunus, Mahmud., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Hidakarya Agung, 1984.

Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1996.

 

Page 120: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

1  

CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO

(Studi Pemikiran Tokoh Muslim Kalimantan Barat Tahun 1990-2017)

Oleh: Dr. Syarif, MA.1

Abstrak

Judul penelitian ini adalah Corak Pemikiran Islam Borneo (Studi Pemikiran Ke-Islam-an Tokoh Muslim Kalimantan Barat Tahun 1990-2017). Peneitian ini bertujuan untuk memetakan corak pemikiran keislaman yang dianut dan diamalkan oleh kaum muslimin di Kalimantan Barat, Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatann kualitatif. Penelitian dilakukan secara lapangan di tiga Kabupaten dan dua di Kotamadya di Kalimantan Barat dengan karakter wilayah yang berbasis Kerajaan Islam dan Pusat Pendidikan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data mengunakan teknik ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan refrensial. Analisis data kualitatif dengan ada tiga langkah, yaitu: reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan dan verifikasi. Penelitian ini bertujuan: 1) secara umum dapat memetakan corak pemikiran Islam yang dominan dipahami, dianut, dan diamalkan di Kalimantann Barat. 2) secara khusus dapat menjadi acuan kebijakan akademik oleh IAIN Pontianak dalam rangka mewujudkan visi dan misinya sebagai wadah kajian Islam dan Budaya Borneo. Penelitian ini menyimpulkan bahwa corak pemikiran Islam di Kalimantan barat adalah tasawwuf thariqah dan pembaharuan dengan sanad yang jelas berasal dari Arab, Jawa dan Madura peninggalan berupa teks (manuskrip) dan konteks (budaya dan bentuk bangunan tempat ibadah), gerakan mereka dapat ditemukan dalam bentuk majelis dan lembaga pendidikan madrasah dan pesantren.

Kata Kunci: Pemikiran Islam, Studi Pemikiran Tokoh

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak teori yang menjelaskan tentang asal muasal datangnya Islam pertama kali ke

Indonesia. Macam-macam teori-teori tersebut di antaranya: pertama, teori gujarat, adalah teori

masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J.

Pijnapel. Dalam teori ini disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat,

                                                            1Penulis adalah dosen pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, pengampu matakuliah Tafsir dan

Ilmu Tafsir al-Qur’an.  

Page 121: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

1  

CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO

(Studi Pemikiran Tokoh Muslim Kalimantan Barat Tahun 1990-2017)

Oleh: Dr. Syarif, MA.1

Abstrak

Judul penelitian ini adalah Corak Pemikiran Islam Borneo (Studi Pemikiran Ke-Islam-an Tokoh Muslim Kalimantan Barat Tahun 1990-2017). Peneitian ini bertujuan untuk memetakan corak pemikiran keislaman yang dianut dan diamalkan oleh kaum muslimin di Kalimantan Barat, Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatann kualitatif. Penelitian dilakukan secara lapangan di tiga Kabupaten dan dua di Kotamadya di Kalimantan Barat dengan karakter wilayah yang berbasis Kerajaan Islam dan Pusat Pendidikan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data mengunakan teknik ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan refrensial. Analisis data kualitatif dengan ada tiga langkah, yaitu: reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan dan verifikasi. Penelitian ini bertujuan: 1) secara umum dapat memetakan corak pemikiran Islam yang dominan dipahami, dianut, dan diamalkan di Kalimantann Barat. 2) secara khusus dapat menjadi acuan kebijakan akademik oleh IAIN Pontianak dalam rangka mewujudkan visi dan misinya sebagai wadah kajian Islam dan Budaya Borneo. Penelitian ini menyimpulkan bahwa corak pemikiran Islam di Kalimantan barat adalah tasawwuf thariqah dan pembaharuan dengan sanad yang jelas berasal dari Arab, Jawa dan Madura peninggalan berupa teks (manuskrip) dan konteks (budaya dan bentuk bangunan tempat ibadah), gerakan mereka dapat ditemukan dalam bentuk majelis dan lembaga pendidikan madrasah dan pesantren.

Kata Kunci: Pemikiran Islam, Studi Pemikiran Tokoh

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak teori yang menjelaskan tentang asal muasal datangnya Islam pertama kali ke

Indonesia. Macam-macam teori-teori tersebut di antaranya: pertama, teori gujarat, adalah teori

masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J.

Pijnapel. Dalam teori ini disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat,

                                                            1Penulis adalah dosen pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, pengampu matakuliah Tafsir dan

Ilmu Tafsir al-Qur’an.  

2  

India dan mulai masuk sejak abad ke 8 Masehi. Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-

wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Seperti diketahui bahwa

Bangsa Indonesia pada masa itu memang telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui

saluran Indonesia-Cambay.

Kedua, teori Persia, adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang dikemukakan oleh

Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia

adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran). Islam diyakini dibawa oleh para perdagang Persia

mulai pada abad ke 12. Kemudain yang ketiga, teori Arabia. Berdasarkan teori Arab, masuknya

Islam ke Indonesia diyakini berasal dari Arab, yaitu Makkah dan Madinah pada abad perama

Hijriah atau abad ke 7 Masehi. Ini seperti yang peneliti kemukakan di atas.

Pendapat ini didasarkan pada adanya bukti perkampungan Islam di Pantai Barus,

Sumatera Barat yang dikenal sebagai Bandar Khalifah. Wilayah ini disebut dengan wilayah Ta-

Shih. Ta-Shih adalah sebutan orang-orang China untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam

dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan seorang ahli geografi,

Chou Ku-Fei. Dia mengatakan adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari

perjalanan ke Jawa.

Kemudian muncullah tokoh yang terkenal dengan penyebaran agama Islam di tanah

Indonesia yang lebih dikenal ‘wali songo’, Sembilan wali. Mereka adalah para ulama dan tokoh

yang berdakwah di indonesia, yang paling di kenal sejarah hingga sekarang adalah para Wali

songo tadi, yang berusaha melakukan islamisasi budaya nusantara yang pada masa itu masih

bercorak Hindu-Budha. Dampak dari penyebaran Islam itu sampailah ke Kalimantan Barat yang

diyakini bermula dari penyebaran pertama kali dari Sambas hingga menyeluruh ke seluruh

penjuru Kalimantan Barat. Selanjutnya dalam penelitian ini akan membahas bagaimana corak

pemikiran Islam Borneo. Banyaknya kerajaan Islam di Kalimantan Barat semakin mempertegas

bahwa sumbangsih Kalimantan Barat dalam menyebarkan Islam sangat besar. Terlebih lagi

banyak para ulama dan tokoh agama Islam yang bermunculan di Kalimantan Barat. Para tokoh

dan karya-karya mereka semakin memperkuat eksistensi mereka dalam menyebarkan agama

Islam.

Sedikit mengungkap dan memandu terkaan awal corak pemikiran Islam di Kalimantan

Barat, peneliti kemukakan varian umum pemikiran keislamn seperti eksoteris dan esoteris. Kalau

melirik model dakwah untuk Islamisasi nusantara ini misalnya, di antaranya yang sangat

Page 122: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

3  

dominan, adalah lewat kanal sufistik sebagai modelnya. Model ini adalah model yang

memandang objek dakwah bukan perilaku syari’at (eksoteris)-nya semata yang diutamakan.

Sebab jika modal eksoteris yang menjadi bidikan utama dan pertama maka akan sangat keras

benturannya, mengingat umat yang didatangi di nusantara ini telah mapan dalam beragama

dengan tatanan ritualnya.2

Variasi teori-teori masuknya Islam ke nusantara yang juga sampai ke kalimatan Barat

seperti dipaparkan di atas, memnacing penulis untuk menambah terkaan bahwa terdapat varian

corak pemikiran Keislaman di Kalimantan Barat. Di samping itu terdapat fakta bahwa memang

telah ada varian corak pemikiran keislaman di Kalimantan barat. Fakta yang peneliti maksud

adalah seperti telah adanya karya-karya tertulis pemikiran sufistik, fiqh, dan lain. Namun tentu

untuk mengngkap fakta lebih dalam dan lebih luas tentang corak pemikiran tersebut, hemat

peneliti tidak cukup hanya dengan indicator karya-karya tertulis. Tetapi diperlukan penelitian

terhadap para tokoh muslim di mana pengetahuan mereka belum atau tidak tertulis dalam karya

ilmiah. Survey permulaan yang peneliti lakukan ditemukan pelaku-palaku majlis-majlis

keagamaan yang terkait dengan corak pemikiran. Misalnya ditemukan kelompok-kelompok

kajian tauhid, majlis-majlis thariqat, dan bantuk-bentuk kajian yang lain.

Kemudian Geliat wacana ‘Islam Nusantara’ yang saat ini didengungkan semakin

menumbuhkan semangat peneliti untuk meneliti bentuk atau corak pemikiran ulama dan tokoh

agama Islam yang bermunculan tadi. Megapa? Karena geliat wacana pemikiran “Islam

Nusantara” ini dimunculkan secara massif dan structural oleh Nahdhatul Ulama, terutama pasca

muktamahnya di Jombang tahun 2015. Sedangkan di Kalimantan Barat tokoh-tokoh muslim

kebanyakan dari kalangan nahdhiyyin. Terbukti misalnya di Kalimantan Barat banyak terdapat

pesantren, yang notabeni pengasuh atau ulamanya adalah kalangan Nahdhiyyin.

B. CORAK PEMIKIRAN ISLAM 1. Corak Pemikiran Islam Klasik

                                                            2Dalam banyak teori kedatangan Islam ke nusantara, Azyumardi Azra menampilkan teori sufi sebagai teori yang lebih

masuk akal dalam melihat perkembanga Islam nuantara. Sambil mengutip A.H. Johns, Azara mengemukakan tentang kemampuan para sufi yang atraktif dalam menyebarkan Islam yaitu di antaranya dengan metode penekanan kesesuaian Islam dengan agama yang telah ada sebelumnya ketimbang perubahan dalam kepercayaan dan peraktek keagamaan lokal. Azyumardi Azra, Jeringan Ualama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung, Mizan, cet. IV, 1998), hal. 34-36.

Page 123: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

3  

dominan, adalah lewat kanal sufistik sebagai modelnya. Model ini adalah model yang

memandang objek dakwah bukan perilaku syari’at (eksoteris)-nya semata yang diutamakan.

Sebab jika modal eksoteris yang menjadi bidikan utama dan pertama maka akan sangat keras

benturannya, mengingat umat yang didatangi di nusantara ini telah mapan dalam beragama

dengan tatanan ritualnya.2

Variasi teori-teori masuknya Islam ke nusantara yang juga sampai ke kalimatan Barat

seperti dipaparkan di atas, memnacing penulis untuk menambah terkaan bahwa terdapat varian

corak pemikiran Keislaman di Kalimantan Barat. Di samping itu terdapat fakta bahwa memang

telah ada varian corak pemikiran keislaman di Kalimantan barat. Fakta yang peneliti maksud

adalah seperti telah adanya karya-karya tertulis pemikiran sufistik, fiqh, dan lain. Namun tentu

untuk mengngkap fakta lebih dalam dan lebih luas tentang corak pemikiran tersebut, hemat

peneliti tidak cukup hanya dengan indicator karya-karya tertulis. Tetapi diperlukan penelitian

terhadap para tokoh muslim di mana pengetahuan mereka belum atau tidak tertulis dalam karya

ilmiah. Survey permulaan yang peneliti lakukan ditemukan pelaku-palaku majlis-majlis

keagamaan yang terkait dengan corak pemikiran. Misalnya ditemukan kelompok-kelompok

kajian tauhid, majlis-majlis thariqat, dan bantuk-bentuk kajian yang lain.

Kemudian Geliat wacana ‘Islam Nusantara’ yang saat ini didengungkan semakin

menumbuhkan semangat peneliti untuk meneliti bentuk atau corak pemikiran ulama dan tokoh

agama Islam yang bermunculan tadi. Megapa? Karena geliat wacana pemikiran “Islam

Nusantara” ini dimunculkan secara massif dan structural oleh Nahdhatul Ulama, terutama pasca

muktamahnya di Jombang tahun 2015. Sedangkan di Kalimantan Barat tokoh-tokoh muslim

kebanyakan dari kalangan nahdhiyyin. Terbukti misalnya di Kalimantan Barat banyak terdapat

pesantren, yang notabeni pengasuh atau ulamanya adalah kalangan Nahdhiyyin.

B. CORAK PEMIKIRAN ISLAM 1. Corak Pemikiran Islam Klasik

                                                            2Dalam banyak teori kedatangan Islam ke nusantara, Azyumardi Azra menampilkan teori sufi sebagai teori yang lebih

masuk akal dalam melihat perkembanga Islam nuantara. Sambil mengutip A.H. Johns, Azara mengemukakan tentang kemampuan para sufi yang atraktif dalam menyebarkan Islam yaitu di antaranya dengan metode penekanan kesesuaian Islam dengan agama yang telah ada sebelumnya ketimbang perubahan dalam kepercayaan dan peraktek keagamaan lokal. Azyumardi Azra, Jeringan Ualama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung, Mizan, cet. IV, 1998), hal. 34-36.

4  

Periodisasi pemikiran Islam Periode Klasik3 dapat dibagi ke dalam dua fase, yaitu

fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000); dan fase disintegrasi (1000-

1250). Fase pertama (650-1000) yaitu zaman dimana wilayah Islam mulai meluas melalui

Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat dan di Persia sampai ke India di Timur. Wilayah

itu berada dalam teritorial khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah

dan kemudian di Damsyik dan terakhir di Baghdad. Di masa inilah berkembang dengan

pesat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang

coraknya bermacam-macam seperti fiqh, filsafat, sufisme dan termasuk teologi.4

Dari periode ini ulama–ulama fiqh yang mucul seperti Imam Malik, Imam Abu

Hanifah, Imam Syafii. Sementara dalam bidang teologi ulama-ulama yang lahir adalah

Imam Al-Asy’ari, Imam Al-Maturidi, Washil Bin Atho’ Abu Huzail, Al-Nizam dan Al-

Jubai. Fase kedua (1000-1250) adalah persatuan dan kesatuan umat Islam mulai

mengalami kemunduran. Konflik politik seringkali melanda sehingga hancurnya

imperium Islam yang menyebabkan Baghdad berhasil dikuasasi oleh Hulaghu Khan di

tahun 1258.5

Terjadinya gelombang ekspansi pertama, semenanjung Arab, Palestina, Suria, Irak,

Persia dan Mesir sudah masuk dalam wilayah kekuasaan Islam. Pada 661 M, Mu’awiyah

membangun dinasti Bani Umayah dan dimulailah gelombang ekspansi yang kedua.

Perluasan kekuasaan yang sudah dimulai sejak zaman Umar dilanjutkan kembali setelah

beberapa lama banyak mengurusi masalah internal. Namun konflik internal kembali

terjadi di lingkungan dinasti yang menyebabkan kekuasaan Bani Umayah hanya

berlangsung selama kurang lebih 90 tahun (661 M – 750 M) dan kemudian diambil alih

oleh Bani ‘Abbasiyah. Bani Abbasiyah (750 M – 1258 M) diwarisi kekuasaan yang

cukup luas, meliputi Spanyol, Afrika Utara, Suriah, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian

dari Asia Kecil, Persia, Afganistan dan sebagian wilayah Asia Tengah. Di beberapa

wilayah kekuasaan itu merupakan pusat kebudayaan besar seperti Yunani, Suryani, Persia

                                                            3 Tulisan periodesasi pemikiran Islam yang didalamnya ditemukan corak pemikiran Islam ini, sebagian atau keseluruhan

dikutip dari http://www.rangkumanmakalah.com/ 4Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran dalam Islam, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 36.  5Yunasril Ali, Perkembangan...,hlm. 37.  

Page 124: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

5  

dan India. Karenanya beberapa khalifah pada masa Bani Abbasiyah lebih memusatkan

pada pengembangan pengetahuan.6

Semangat agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, terekspresi pada masa

kekuasaan Bani ‘Abbasiyah, khususnya pada waktu khalifah al-Ma’mun (berkuasa sejak

813-833 M). Penerjemahan buku-buku non-Arab ke dalam bahasa Arab terjadi secara

besar-besaran dari awal abad kedua hingga akhir abad keempat hijriyah. Perpustakaan

besar Bait al-Hikmah didirikan oleh khalifah al-Ma’mun (813-833) di Baghdad yang

kemudian menjadi pusat penerjemahan dan intelektual.7

Menurut Fazlur Rahman, yang disebut filsafat Islam dalam hubungannya dengan

filsafat Yunani harus dilihat dalam konteks hubungan “bentuk-materi.” Jadi filsafat Islam

sebenarnya adalah filsafat Yunani secara material namun diaktualkan dalam bentuk

sistem yang bermerk Islam. Sehingga dengan demikian tidaklah mungkin untuk

mengatakan bahwa filsafat Islam hanya merupakan carbon copy dari filsafat Yunani atau

Helenisme. Elaborasi karya klasik dengan dialektika dogma dan stigma masyarakat,

melahirkan karya mutakhir pada zamannya yang bercorak Islam.8

Gairah penggalian terhadap ilmu pengetahuan telah mendorong para ilmuan Islam

untuk dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru seperti; di bidang kedokteran

(Muhammad Ibn Zakariyyah Ar-Razi: Kitab Al-Judari wal Hashbah: buku tentang cacar

dan campak. Abu Ali Al-Husain Ubn Zina: Al-Qahun Fi-ith-Thiha : Pedoman ilmu

Kedokteran), Farmasi (Abdullah bin Ahmad Ibn Baytar: Jami’ Fi adwiyat al-Mufradah:

Bahn lengkap tentang ramuan obat sederhana) Astronomi ( Abu Rasyihan al-Biruni:

Maqolid Ilm Al-Hay’ah: Kunci ilmu bintang-bintang) Pertanian (Abi Zakariyya Ibn

Awwam: Kitab Al Filahah: Biku Ilmu pertanian) Ilmu Hewan (Syaraf Az-Zaman Al

Mawazi: Thabay Al Hayawan: Ilmu tentang tabiat binatang. Lahirnya cendekiawan dan

ilmuan muslim mencitrakan Islam menjadi referensi peradaban pada masanya.9

2. Corak Pemikiran Islam Abad Pertengahan

                                                            6Yunasril Ali, Perkembangan...., hlm. 38.  7Yunasril Ali, Perkembangan...., hlm. 38.  8Fazlur Rahman, Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Traditional, terj. Ahsin

Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 76.  9Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2002), hlm. 93.  

Page 125: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

5  

dan India. Karenanya beberapa khalifah pada masa Bani Abbasiyah lebih memusatkan

pada pengembangan pengetahuan.6

Semangat agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, terekspresi pada masa

kekuasaan Bani ‘Abbasiyah, khususnya pada waktu khalifah al-Ma’mun (berkuasa sejak

813-833 M). Penerjemahan buku-buku non-Arab ke dalam bahasa Arab terjadi secara

besar-besaran dari awal abad kedua hingga akhir abad keempat hijriyah. Perpustakaan

besar Bait al-Hikmah didirikan oleh khalifah al-Ma’mun (813-833) di Baghdad yang

kemudian menjadi pusat penerjemahan dan intelektual.7

Menurut Fazlur Rahman, yang disebut filsafat Islam dalam hubungannya dengan

filsafat Yunani harus dilihat dalam konteks hubungan “bentuk-materi.” Jadi filsafat Islam

sebenarnya adalah filsafat Yunani secara material namun diaktualkan dalam bentuk

sistem yang bermerk Islam. Sehingga dengan demikian tidaklah mungkin untuk

mengatakan bahwa filsafat Islam hanya merupakan carbon copy dari filsafat Yunani atau

Helenisme. Elaborasi karya klasik dengan dialektika dogma dan stigma masyarakat,

melahirkan karya mutakhir pada zamannya yang bercorak Islam.8

Gairah penggalian terhadap ilmu pengetahuan telah mendorong para ilmuan Islam

untuk dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru seperti; di bidang kedokteran

(Muhammad Ibn Zakariyyah Ar-Razi: Kitab Al-Judari wal Hashbah: buku tentang cacar

dan campak. Abu Ali Al-Husain Ubn Zina: Al-Qahun Fi-ith-Thiha : Pedoman ilmu

Kedokteran), Farmasi (Abdullah bin Ahmad Ibn Baytar: Jami’ Fi adwiyat al-Mufradah:

Bahn lengkap tentang ramuan obat sederhana) Astronomi ( Abu Rasyihan al-Biruni:

Maqolid Ilm Al-Hay’ah: Kunci ilmu bintang-bintang) Pertanian (Abi Zakariyya Ibn

Awwam: Kitab Al Filahah: Biku Ilmu pertanian) Ilmu Hewan (Syaraf Az-Zaman Al

Mawazi: Thabay Al Hayawan: Ilmu tentang tabiat binatang. Lahirnya cendekiawan dan

ilmuan muslim mencitrakan Islam menjadi referensi peradaban pada masanya.9

2. Corak Pemikiran Islam Abad Pertengahan

                                                            6Yunasril Ali, Perkembangan...., hlm. 38.  7Yunasril Ali, Perkembangan...., hlm. 38.  8Fazlur Rahman, Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Traditional, terj. Ahsin

Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 76.  9Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2002), hlm. 93.  

6  

Pada periode pertengahan juga di bagi dua.10 Periode pertengahan I (1250-1500)

adalah fase kemunduran. Pada fase ini ‘benih’ perpecahan dan disintegrasi antara umat

Islam mengalami eskalasi. Konflik antara Sunni dan Syai’ah semakin menajam. Di sisi

lain secara geografis dunia Islam mengalami perpecahan menjadi nation-state kecil akibat

kuatnya disintegrasi. Secara umum teritori Islam terbagi dua yaitu bagian Arab yang

terdiri dari Arabia, Suria, Iraq, Palestina, Mesir dan Afrika Utara dengan Mesir sebagai

pusatnya. Kedua yaitu bagian Persia yang terdiri dari atas Balkan, Asia Kecil, Persia dan

Asia Tengah dengan Iran sebagai pusat.11

Fase II adalah Fase tiga kerajaan besar (1500-1800) yang dimulai dengan zaman

kemajuan (1500-1700) dan zaman kemunduran (1700-1800). Tiga kerajaan besar itu

adalah kerajaan Turki Utsmani (Ottoman Empire) yang berpusat di Turki, kerajaan

Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Di masa kemajuan ini masing-masing

kerajaan mempunyai keunggulan masing-masing khususnya di bidang literatur dan seni

arsitektur. Namun, bila dibandingkan dengan kemajuan di era klasik, kemajuan di era ini

sungguh jauh. Karena pada era pertengahan ini perhatian umat Islam terhadap ilmu

pengetahuan masih merosot tajam atau masih sangat rendah.12

Periode ini biasanya dikenal dengan zaman kebekuan atau kejumudan. Kata jumud

mengandung arti keadaan membeku, statis, tiada perubahan. Keadaan seperti ini melanda

umat Islam sejak akhir abad 13 hingga memasuki abad 18 M. Pemikiran rasional yang

dulu mendapat tempat yang proporsional digantikan dengan pemikiran tradisional.

Adanya pengingkaran terhadap potensi manusia. Kemandekan dan kejumudan pemikiran

keagamaan terjadi, banyak mempersepsikan, sebagai akibat polemik akademik antara

ulama rasionalis dan ulama tradisionalis, yang tampaknya ‘dimenangkan’ oleh ulama

tradisionalis. Banyak referensi mencatat bahwa hal demikian terjadi setelah Al-Ghazali

(1058-1111 M) mengugat dan mempertanyakan kaum filosof dalam bukunya Tahafut al-

Falasifa (Kerancuan atas Para Filosof).13

Ibnu Rusyd membidas balik kritik Al-Ghazali, dan mencoba mensucikan filsafat.

Beliau diakui sebagai murid Aristoteles termurni di antara para filosof muslim.                                                             

10Tulisan periodesasi pemikiran Islam yang didalamnya ditemukan corak pemikiran Islam ini, sebagian atau keseluruhan dikutip dari http://www.rangkumanmakalah.com/

11Yunasril Ali, Perkembangan...., hlm. 43.  12Yunasril Ali, Perkembangan...., hlm. 44.  13Yunasril Ali, Perkembangan...., hlm. 45.  

Page 126: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

7  

Kontribusi utamanya Ibnu Rusyd terhadap filsafat Islam adalah, pertama, tesisnya tentang

ragam jalur untuk mencapai kebenaran yang sama. Semua jalur yang dipakai sama-sama

bisa diterima, dan didasarkan pada teori makna (the theory of meaning) yang sangat

rasional dan kaya pemikiran. Kedua, Ibnu Rusyd berusaha memadukan antara filsafat dan

agama setelah Al-Kindi , filosof pertama yang memadukan keduanya. Bahkan dia

berpendapat bahwa agama Islam secara inherent adalah agama yang filosofis karena

agama mewajibkan kita berfilsafat. Kedua filosof muslim di atas berserta filosof lainnya

membalikkan pandangan Al-Ghazali yang mengatakan bahwa agama dan filsafat

bertentangan.14

Hasan Hanafi menyatakan, sebagaimana yang dikutip A. Khudori Soleh, bahwa

penyebab kejumudan dan kebekuan pemikiran keagamaan adalah (1) Eksklusifisme.

Karena adanya pentokohan, bahkan pensakralan individu, sikap tradisionalistik

menggiring terbentuknya sikap-sikap eksklusif yang hanya menghargai dan mengakui

kebenaran kelompoknya sendiri dan menolak keberadaan fihak lain. (2) Subjektifisme.

Sebagai akibat lanjut dari eksklusifisme, orang-orang kelompok ini menjadi kehilangan

sikap objektifitas dalam menilai sebuah persoalan. Benar dan salah tidak lagi didasarkan

atas persoalannya melainkan lebih pada asalnya, dari dan oleh kelompok mana atau tokoh

siapa. (3) Determinisme. Sebagai akibat lebih lanjut dari dua konsekuensi diatas, dimana

masyarakat telah tersubordinasi dan terkurung dalam satu warna, mereka menjadi

terbiasa menerima “sabda” sang panutan dan menganggapnya sebagai sebuah

keniscayaan tanpa ada keinginan untuk merubah apalagi menolak.15

3. Corak Pemikiran Islam

Corak pemikiran Islam di dunia pada masa modern ini setidaknya dapat dilihat

dalam tiga bentuk, yaitu: Corak Pemikiran Islam dalam Bidang Teologi, Filsafat,dan

Politik, sebagaimana dalam penjelasan berikut:

a. Kajian Bidang Teologi Pemikiran teologi Muhammad Abduh mempunyai dimensi yang sangat luas apalagi

jika dikaji sampai detail-detail masalah dan dibahas dan argumen-argumen yang

                                                            14H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Pergerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 17.  15A. Khudori Soleh, Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003)

Page 127: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

7  

Kontribusi utamanya Ibnu Rusyd terhadap filsafat Islam adalah, pertama, tesisnya tentang

ragam jalur untuk mencapai kebenaran yang sama. Semua jalur yang dipakai sama-sama

bisa diterima, dan didasarkan pada teori makna (the theory of meaning) yang sangat

rasional dan kaya pemikiran. Kedua, Ibnu Rusyd berusaha memadukan antara filsafat dan

agama setelah Al-Kindi , filosof pertama yang memadukan keduanya. Bahkan dia

berpendapat bahwa agama Islam secara inherent adalah agama yang filosofis karena

agama mewajibkan kita berfilsafat. Kedua filosof muslim di atas berserta filosof lainnya

membalikkan pandangan Al-Ghazali yang mengatakan bahwa agama dan filsafat

bertentangan.14

Hasan Hanafi menyatakan, sebagaimana yang dikutip A. Khudori Soleh, bahwa

penyebab kejumudan dan kebekuan pemikiran keagamaan adalah (1) Eksklusifisme.

Karena adanya pentokohan, bahkan pensakralan individu, sikap tradisionalistik

menggiring terbentuknya sikap-sikap eksklusif yang hanya menghargai dan mengakui

kebenaran kelompoknya sendiri dan menolak keberadaan fihak lain. (2) Subjektifisme.

Sebagai akibat lanjut dari eksklusifisme, orang-orang kelompok ini menjadi kehilangan

sikap objektifitas dalam menilai sebuah persoalan. Benar dan salah tidak lagi didasarkan

atas persoalannya melainkan lebih pada asalnya, dari dan oleh kelompok mana atau tokoh

siapa. (3) Determinisme. Sebagai akibat lebih lanjut dari dua konsekuensi diatas, dimana

masyarakat telah tersubordinasi dan terkurung dalam satu warna, mereka menjadi

terbiasa menerima “sabda” sang panutan dan menganggapnya sebagai sebuah

keniscayaan tanpa ada keinginan untuk merubah apalagi menolak.15

3. Corak Pemikiran Islam

Corak pemikiran Islam di dunia pada masa modern ini setidaknya dapat dilihat

dalam tiga bentuk, yaitu: Corak Pemikiran Islam dalam Bidang Teologi, Filsafat,dan

Politik, sebagaimana dalam penjelasan berikut:

a. Kajian Bidang Teologi Pemikiran teologi Muhammad Abduh mempunyai dimensi yang sangat luas apalagi

jika dikaji sampai detail-detail masalah dan dibahas dan argumen-argumen yang

                                                            14H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Pergerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 17.  15A. Khudori Soleh, Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003)

8  

diajukan. Pemikiran Abduh sudah banyak yang ditulis ada yang sifanya pengenalan,

pembahasan secara sederhana dan ada pula yang cukup mendalam. Istilah yang

digunakan oleh Abduh dalam teoliginya adalah ilmu tauhid yang menurutnya adalah

suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-

sifat yang jaiz dan yang muhal. Disamping itu juga membahas para Rasul Allah,

bagaimana meyakinkan kerasulan, meyakinkan apa yang wajib bagi mereka apa yang

boleh dan apa yang terlarang menghubungkannya.

Kemunculan masalah teologis diangkat pertama kali oleh kaum khawarij. Semula

persoalan teologis ini dimaksudkan sebagai justifikasi terhadap sikap dan gerakan oposisi

mereka. Namun dalam perkembangnnya kemudian justru masalah-masalah yang

dibicarakan kaum khawarij ini mengkristal menjadi problema pemikiran keagaman.16

Masih dalam kaitan masalah yang dipersengketakan oleh dua kelompok di atas,

muncullah golongan Mu’tazilah yang dipelopori oleh Washil bin Atha. Mu’tazilah ini

menurut Abduh merupakan aliran yang terlalu mencampuradukkan agama dengan

pengetahuan luar, sehingga dalam sisi tertentu mereka telah keluar dari kelompok salaf.

Jadi kritik Aabduh kiranya tertuju pada pemikiran keagamaan Mu’tazilah yang terlalu

berkembang bebas.

Pokok yang mendasari pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh sangat berkaitan

dengan corak teologi yang dianutnya. Para penulis terdahulu berbeda pendapat dala

menlai corak teologi mana yang dianut oleh Muhammad Abduh. Penilitian terakhir yang

dilakukan oleh Harun Nasution, menunjukkan bahwa teologi Muhammad Abduh

bercorak rasional, dekat dengan teologi Mu’tazilah yang mempercayai hukum alam.

Kecenderungan Muhammad Abduh kepada teologi Mu’tazilah dapat dilihat dalam buku

karangannya yang berjudul Hasyiah ‘Ala Syarh al-Aqaid al-Dawani li al-Adudiyah yang

diterbitkan oleh Al-Matba’ah al-Khairiyah di Kairo tahun 1905.

Dengan teologi rasional itulah ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh mempunyai

ruang gerak yang lebih luas, dibawah sikap rasional dan paham kebebasan manusia ide

pembaharuannya bercorak dinamis, dan mempunyai arti penting bagi kemajuan umat

Islam pada zaman modern. Dengan kata lain, gagasan utama pembaharuannya berangkat

dari asumsi dasar bahwa semangat rasional harus mewarnahi sikap fikir mayarakat dalam

                                                            16Ahmad Amir Aziz, , Pembaharuan Teologi, (Yogjakarta: Teras, 2009), hlm. 30.   

Page 128: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

9  

memahami ajaran Islam. Jika semangat ini ditumbuhkan, kecenderngan taklid dan

menutup pintu ijtihad dapat dikikis.17

b. Kajian Bidang Filsafat Islam adalah pewaris warisan Filosofikal dari dunia Mediteranian dan anak benua

India. Ia mengalih bentuk warisan ini dalam pandangan dunia Islam dan sesuai dengan

semangat dan simbol tertulis Al-Qur’an, dan melahirkan serangkaian besar madzhab-

madzhab intelektual dan filosofikal. Tradisi ini melahirkan intelektual-intelektual besar

semisal, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, al-Ghazali dan sebagainya yang beberapa

diantaranya dikenal di barat dan beberapa yang lain baru sekarang dikenal di luar dunia

Islam.

Sewaktu dunia Islam untuk pertama kalinya bertemu Barat pada abad ke-19 M di

negeri-negrei seperti Mesir, Persia, Turki dan anak benua India, tradisi intelektual yang

ada di setiap kawasan menampakkan reaksi sesuai dengan kondisi-kondisi lokal tetapi

dalam konteks umum tradisi intelektual universal Islam. Pengaruh filsafat barat disetiap

kawasan dunia Islam bergantung pada bentuk kolonialisme yang kebetulan mondominasi

di suatu kawasan tertentu. Kalangan modernis di anak benua India misalnya terdominasi

oleh filsafat inggris periode Victorian. Sebaliknya kelompok-kelompok modernis di Iran

yang menaruh minat pada bahasa dan kebudayaan Perancis untuk dapat melepaskan

pengaruh-pengaruh Inggris dan Rusia dari Utara dan Selatan tergila-gila pada Descartes

dan selanjutnya filsafat Cartesian dan juga pada positivism comtian abad ke-19.18

Kebangkitan kembali pemikiran Islam cenderung bernada puritanical yang

mengikuti aliran Wahabi-Salafi periode awal atau dengan sufisme yang juga menjadi

sasaran penting kebangkitan kembali selama beberapa tahun di Mesir. Di Lebanon,

Fokus kegiatan filosofikal yang lebih modern daripada Syiria dan Mesir. Lebanon

berusaha memainkan jembatan antara Barat dan dunia Islam. Sepanjang dekade terakhir

ini ada cendekiawan-cendekiawan Lebanon baik muslim maupun Kristen seperti Umar

Farrukh, Hasan Sha’b, Kamal al-Yaziji, dan lain-lain, yang berkepedulian dengan

pengkajian atas filsafat Islam. Di Irak, Irak telah menghasilkan aneka sarjana terkenal

yang mengawinkan kedua jenis disiplin itu, yang Islami dan bercorak Eropa. Sarjana-

                                                            17Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 102-103.  18Seyyed Hossen Nasr, Islam Tradisi: Di Tengah Kancah Dunia Moderen (t.tp.: tp., tt.), hlm. 196-187.  

Page 129: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

9  

memahami ajaran Islam. Jika semangat ini ditumbuhkan, kecenderngan taklid dan

menutup pintu ijtihad dapat dikikis.17

b. Kajian Bidang Filsafat Islam adalah pewaris warisan Filosofikal dari dunia Mediteranian dan anak benua

India. Ia mengalih bentuk warisan ini dalam pandangan dunia Islam dan sesuai dengan

semangat dan simbol tertulis Al-Qur’an, dan melahirkan serangkaian besar madzhab-

madzhab intelektual dan filosofikal. Tradisi ini melahirkan intelektual-intelektual besar

semisal, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, al-Ghazali dan sebagainya yang beberapa

diantaranya dikenal di barat dan beberapa yang lain baru sekarang dikenal di luar dunia

Islam.

Sewaktu dunia Islam untuk pertama kalinya bertemu Barat pada abad ke-19 M di

negeri-negrei seperti Mesir, Persia, Turki dan anak benua India, tradisi intelektual yang

ada di setiap kawasan menampakkan reaksi sesuai dengan kondisi-kondisi lokal tetapi

dalam konteks umum tradisi intelektual universal Islam. Pengaruh filsafat barat disetiap

kawasan dunia Islam bergantung pada bentuk kolonialisme yang kebetulan mondominasi

di suatu kawasan tertentu. Kalangan modernis di anak benua India misalnya terdominasi

oleh filsafat inggris periode Victorian. Sebaliknya kelompok-kelompok modernis di Iran

yang menaruh minat pada bahasa dan kebudayaan Perancis untuk dapat melepaskan

pengaruh-pengaruh Inggris dan Rusia dari Utara dan Selatan tergila-gila pada Descartes

dan selanjutnya filsafat Cartesian dan juga pada positivism comtian abad ke-19.18

Kebangkitan kembali pemikiran Islam cenderung bernada puritanical yang

mengikuti aliran Wahabi-Salafi periode awal atau dengan sufisme yang juga menjadi

sasaran penting kebangkitan kembali selama beberapa tahun di Mesir. Di Lebanon,

Fokus kegiatan filosofikal yang lebih modern daripada Syiria dan Mesir. Lebanon

berusaha memainkan jembatan antara Barat dan dunia Islam. Sepanjang dekade terakhir

ini ada cendekiawan-cendekiawan Lebanon baik muslim maupun Kristen seperti Umar

Farrukh, Hasan Sha’b, Kamal al-Yaziji, dan lain-lain, yang berkepedulian dengan

pengkajian atas filsafat Islam. Di Irak, Irak telah menghasilkan aneka sarjana terkenal

yang mengawinkan kedua jenis disiplin itu, yang Islami dan bercorak Eropa. Sarjana-

                                                            17Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 102-103.  18Seyyed Hossen Nasr, Islam Tradisi: Di Tengah Kancah Dunia Moderen (t.tp.: tp., tt.), hlm. 196-187.  

10  

sarjana ini meliputi: Baqir al- Shadr, Kamil al-Syaybi, Husayn Ali Mahfuzh, dan

terutama Muhsin Mahdi yang telah memberikan konstribusi yang berharga pada kajian

atas al-Farabi dan Ibn Khaldun. Ada pula upaya-upaya untuk menelaah filsafat

pendidikan Islam terutama oleh Fadzil al-Jamali.

Di Iran, Filsafat Islam terus berkembang sebagai tradisi yang hidup sesudah apa

yang dikenal dengan Abad Tengah dan terus bertahan sampai dewasa ini. Semenjak akhir

perang Dunia ke-1 filsafat eropa terutama aliran Prancis yang diidentifikasi dengan

tokoh-tokoh seperti Descartes dan lebih belakangan Bergson, berpengaruh di kalangan

kelas-kelas akademis khusunya di universitas-universitas dan akademi-akademi modern.

Diantara tokoh-tokoh tradisional yang paling aktif dalam kebangkitan kembali filsafat

Islam di Iran, orang dapat menyebut Sayyid Abu al-Hassan Qazwini, Sayyid Muhammad

Khazim ‘Ashshar, dan lain-lain.19

c. Kajian Bidang Politik Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 memperlihatkan sosok buram wajah dunia

Islam. Hampir seluruh wilayah berada dalam genggaman penjajah Barat. Dalam internal

umat Islam sendiri, emahaman keagaman mereka yang tidak antisipatif terhadap berbagai

permasalahan membuat merka semakin jauh tertiggal menghadapi Hegemomi barat.

Umat Islam lebih mengandalkan pemahaman ulama-ulama masa lalu daripada

melakukan terobosan-terobosan baru untuk menjawab permaalahn-permasalahan yang

mereka hadapi.

Salah satu pemikir politik Islam masa modern yaitu Muhamma Abduh. Pada ,masa

Abduh dunia Islam menngalami penjajahan dan kolonialisme oleh negara-negara Barat.

Hampir tidak ada wilayah Islam yang terbebas dari penjajahan Barat. Meir ysng

merupakan negara Abduh juga mengalami penjajahn dari Perancis dan Inggris. Karena

itu, Abduh jaga merasa terpannggil untuk menentang kehadiran kolonialisme Barat di

negaranya dan dunia Islam umumnya.

Secara umum, orientasi pemikiran keagamaan pembaruan Islam ditandai oleh

wawasan keagamaan yang menyatakan bahwa Islam merupakan nilai risalah yang

universal yang pasti relevan bagi setiap perkembangan zaman dan tempat (shalih li-kulli

zaman wa makan), mondial (untuk seantero dunia) dan eternal (sampai akhir zaman) dan

                                                            19Seyyed Hossen Nasr, Islam Tradisi..., hlm. 196. 

Page 130: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

11  

karenanya harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mereka, pengamalan ini

tidak hanya terbatas pada persoalan ritual-ubudiyah, tetapi juga meliputi semua aspek

kehidupan social kemasyarakatan dan senantiasa akan berkembang seiring dengan

berjalan dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.20

C. CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO: SARANA DAN METODE TRANSFER PEMIKIRAN ISLAM DI KALIMANTAN BARAT

Apabila kita meneliti sejarah para Ulama Nusantara yang ada di Indonesia pada

umumnya dan khususnya yang ada di propinsi Kalimantan Barat, maka akan kita temukan

nama yang sampai saat ini masih harum jasanya, misalnya Haji Ismail Mundu, H.M.

Basyuni Imran, Ngah Dolah, KH. Fathul Bari, dan lain sebagainya. Penghormatan tersebut

diperoleh karena mereka memiliki kepribadian yang mulia dan keilmuan yang tinggi,

khususnya di bidang Agama Islam. Untuk mengenal corak pemikiran Islam di Kalimantan

Barat berdasarkan metode dan sarana dakwahnya, antara lain sebagaimana dalam penjelasan

di bawah ini:

1. Haji Ismail bin Abdul Karim: Tokoh Pemikir Islam di Kubu Raya Mufti Kerajaan Kubu Kalimantan Barat

Tidak dijumpai keterangan yang valid terkait tanggal dan tahun dari kelahiran Haji

Mundu―demikian nama sapaan yang lebih akrab dari nama Haji Ismail bin Abdul

Karim―namun yang sempat dilacak beliau wafat pada tahun 1377 H bertepatan dengan

1957. M di Teluk Pakedai. Beliau dimakamkan di sekitar Masjid Batu atau masjid besar

Nasrullah. Beliau dilahirkan dari kalangan keluarga yang soleh, terlihat dari ayahnya, Syekh

Abdul Karim, adalah keluarga yang sangat taat kepada ajaran Islam.

Boleh dikata, Haji. Ismail Mundu adalah ulama yang sangat berjasa besar dalam

menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat, utamanya di Kubu Raya dan Pontianak.

Sebab, banyak dari murid-murid beliau yang kemudian melanjutkan perjuangan beliau

dalam berdakwah. H. Ismail Mundu memang tidak memiliki Pesantren seperti kiayi-kiayi

yang ada di Jawa, beliau hanya memiliki lembaga pengajian saja. Muridnya tidak menginap

tetap seperti halnya pondok pesantren. Beliau adalah ulama yang berasal dari keturunan raja

Sawito di Sulawesi Selatan. Kerajaan pertama yang berdiri di Sulawesi Selatan pada awal

                                                            20Dikutip dari, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.  

Page 131: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

11  

karenanya harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mereka, pengamalan ini

tidak hanya terbatas pada persoalan ritual-ubudiyah, tetapi juga meliputi semua aspek

kehidupan social kemasyarakatan dan senantiasa akan berkembang seiring dengan

berjalan dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.20

C. CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO: SARANA DAN METODE TRANSFER PEMIKIRAN ISLAM DI KALIMANTAN BARAT

Apabila kita meneliti sejarah para Ulama Nusantara yang ada di Indonesia pada

umumnya dan khususnya yang ada di propinsi Kalimantan Barat, maka akan kita temukan

nama yang sampai saat ini masih harum jasanya, misalnya Haji Ismail Mundu, H.M.

Basyuni Imran, Ngah Dolah, KH. Fathul Bari, dan lain sebagainya. Penghormatan tersebut

diperoleh karena mereka memiliki kepribadian yang mulia dan keilmuan yang tinggi,

khususnya di bidang Agama Islam. Untuk mengenal corak pemikiran Islam di Kalimantan

Barat berdasarkan metode dan sarana dakwahnya, antara lain sebagaimana dalam penjelasan

di bawah ini:

1. Haji Ismail bin Abdul Karim: Tokoh Pemikir Islam di Kubu Raya Mufti Kerajaan Kubu Kalimantan Barat

Tidak dijumpai keterangan yang valid terkait tanggal dan tahun dari kelahiran Haji

Mundu―demikian nama sapaan yang lebih akrab dari nama Haji Ismail bin Abdul

Karim―namun yang sempat dilacak beliau wafat pada tahun 1377 H bertepatan dengan

1957. M di Teluk Pakedai. Beliau dimakamkan di sekitar Masjid Batu atau masjid besar

Nasrullah. Beliau dilahirkan dari kalangan keluarga yang soleh, terlihat dari ayahnya, Syekh

Abdul Karim, adalah keluarga yang sangat taat kepada ajaran Islam.

Boleh dikata, Haji. Ismail Mundu adalah ulama yang sangat berjasa besar dalam

menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat, utamanya di Kubu Raya dan Pontianak.

Sebab, banyak dari murid-murid beliau yang kemudian melanjutkan perjuangan beliau

dalam berdakwah. H. Ismail Mundu memang tidak memiliki Pesantren seperti kiayi-kiayi

yang ada di Jawa, beliau hanya memiliki lembaga pengajian saja. Muridnya tidak menginap

tetap seperti halnya pondok pesantren. Beliau adalah ulama yang berasal dari keturunan raja

Sawito di Sulawesi Selatan. Kerajaan pertama yang berdiri di Sulawesi Selatan pada awal

                                                            20Dikutip dari, Muhammad Ma'shum http://bit.ly/gadgets_cheap.  

12  

abat ke 14 adalah kerajaan “Luwu” yang mana sebelumnya bernama kerajaan “Ussu” yang

diperintah oleh Dinasti Tamanurung Simpuru Siang. pada abad ke XVI dapat dikatakan

sebagai abad penyebaran Agama Islam.

Haji Ismail mundu sebagai ulama yang tersohor dari keturunan raja Sawito di

Sulawesi Selatan. Beliau lahir pada tahun 1287 H yang bertepatan pada tahun 1870 M.

Ayahnya bernama Daeng Abdul Karim alias Daeng Talengka bin Daeng Palewo Arunge

Lamongkona bin Arunge Kaceneng Appalewo bin Arunge Betteng Wajo’ Sulawesi Selatan

dari keturunan Maduk Kalleng. Sementara Ibunya bernama Zahra (Wak Soro) berasal dari

daerah Kakap, Kalimantan barat.

Sebab pada saat itu terkenal salah seorang raja yang giat menyebarkan agama Islam,

beliau adalah Sultan Babullah dari Ternate. Tepatnya pada tahun 1580 beliau berkunjung ke

Makassar dan kemudian membuat suatu perjanjian persahabatan dengan Raja Gowa ke XII

yang bernama I Manggorai Daeng Mameto alias Karaeng Tunijalla. Dalam perjanjian

tersebut, Sultan Babullah menyerahkan pulau Selayar kepada kerajaan Gowa sebagai

imbalan adanya jaminan kebebasan dalam menyiarkan agama Islam.Di Kerajaan Gowa,

Islam menjadi agama resmi sejak masa pemerintahan I Mangarangi Daeng Manrabia, yang

kemudian bergelar Sultan Alauddin. Sebelumnya, Mangku Bumi Malingkang Daeng

Manyanri juga memeluk agama Islam dengan gelar Sultan Abdullah Awalul Islam, beliau

diangkat sebagai mangku bumi kerajaan Gowa, sebab ketika dinobatkan sebagai raja Gowa,

Sultan Alaudin masih berusia 7 (tujuh) tahun.

Dua metode dakwah Haji Ismail Mundu; (1) berdakwah melalui teks dan (2)

berdakwah melalui konteks. Dakwah teks berupa karya-karya produktifnya, semilanya (1)

Risalah Jadwal Nikah, (2) Kitab Mukhtasarul Manan, (3) Tafsir Terjemah Bugis, dan (4)

Majmu’ al-Mirats fi Hukmi al-Faraidh. Sedangkan dakwah konteks yang dimaksud adalah

berdakwah dengan menggunakan ornamen-ornamen simbol keagamaan. Dalam hal ini,

adalah masjid sebagai tempat untuk memuppuk keimanan. Dimana ada masjid disitu ada

orang muslim. Salah satu contohnya seperti pendirian Haji Ismail Mundu, yaitu masjid besar

Batu atau masjid besar Nasrullah.

2. H.M. Basyuni Imran: Tokoh Pemikir Islam dari Sambas Kalimantan Barat Warna Keislaman Kalimantan Barat, khususnya Sambas, lebih dikenal sebagai Islam

dalam warna tarekat di bawah pengaruh kharisma tokoh besar Ahmad Khatib As-Sambasi

Page 132: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

13  

(lahir, 1803), seorang pemimpin tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah yang pengaruhnya

banyak disebut-sebut meliputi Islam di wilayah Asean.21 Sebelumnya pengaruh tasawuf di

Kalimantan Barat telah disemaikan oleh Syaikh Abdul Jalil al-Fatani yang dimakamkan di

daerah Lumbang, Sambas.

Pengaruh kental tasawuf di Kalimantan Barat, di waktu berikutnya mulai tergeser

dengan paham pembaharuan Islam yang justru dipelopori dari tanah kelahiran Ahmad

Khattib, yaitu di Sambas. Gerakan itu diawali oleh sosok dari Maharaja Imam Masjid

Kraton Sambas, yaitu Muhammad Baisuni Imran. M. Baisuni Imran lahir pada tahun 1885

bertepatan dengan saat pembangunan Masjid Kraton Sambas yang dilakukan oleh Sultan

Shafiudin II. Baisuni Imran saat muda sempat belajar ke Timur Tengah (1901-1906) dan

berkenalan dengan pemikiran Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh dan Rashid Ridho.

Dia termasuk pengagum dari gagasan mereka. Pada tahun 1909, Baisuni Imran belajar ke

Al-Azhar mesir. Menurut Pijper, bahkan Baisuni Imran sempat diajar oleh Rashid Ridho.

Pada tahun 1913, Baisuni Imran dipanggil pulang ke Sambas, karena orang tuanya

sakit keras. Dalam waktu yang bersamaan, Baisuni Imran dipangil dan diangkat oleh Sultan

sebagai Maharaja Imam Masjid Kraton Sambas. Pada tanggal 9 Nopember 1913, sehabis

sholat Jum’at ia dilantik oleh Sultan untuk memegang amanah sebagai Maharaja Imam

tersebut.22

H.M. Basyuni tidak hanya berdakwah melalui pengajian di berbagai tempat, tetapi

juga dibantu dengan dakwa karya produktifnya, yaitu (1) Tarjamah Durus al-Tarikh

Syariat(Terjemah Pelajaran Sejarah Hukum Islam), (2) Bidayah al-Tawhid fi al-Tawhid

(Dasar-dasar ke-Esa-an Allah dalam ilmu Tawhid), (3) Risalah Cahaya Suluh, (4) Zikr al-

Maulid al-Nabawi (Mengingat Kelahiran Nabi), (5) Tazkir (Peringatan), (6) Khulashah

Sirah al-Muhammadiyyah (Ringkasan Sejarah Hidup Muhammad), (7) Nur al-Siraj fi Qissat

al-Isra’ wa al-Mi’raj (Cahaya Pelita Pada Ceritera Isra’ dan Mi’raj), (8) Al-Janaiz (Jenazah),

(9) Irsyad al-Gilman fi Adab Tilawat al-Quran (Petunjuk Praktis untuk Anak tentang Adab

Membaca al-Quran), (10) Durus al-Tawhid (Pelajaran-Pelajaran tentang Tawhid), (11) Daw’

al-Misbah fi Fakh al-Nikah (Cahaya Lampu Untuk Membatalkan Nikah), (12) Al-Nusus wa

                                                            21Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan,

1999), h. 123. Lihat juga dalam, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 12, No. 1, 2014: 207– 234.22Moh Haitami Salim dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat, (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah

Keagamaan RI, 2011), h. 109-132.

Page 133: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

13  

(lahir, 1803), seorang pemimpin tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah yang pengaruhnya

banyak disebut-sebut meliputi Islam di wilayah Asean.21 Sebelumnya pengaruh tasawuf di

Kalimantan Barat telah disemaikan oleh Syaikh Abdul Jalil al-Fatani yang dimakamkan di

daerah Lumbang, Sambas.

Pengaruh kental tasawuf di Kalimantan Barat, di waktu berikutnya mulai tergeser

dengan paham pembaharuan Islam yang justru dipelopori dari tanah kelahiran Ahmad

Khattib, yaitu di Sambas. Gerakan itu diawali oleh sosok dari Maharaja Imam Masjid

Kraton Sambas, yaitu Muhammad Baisuni Imran. M. Baisuni Imran lahir pada tahun 1885

bertepatan dengan saat pembangunan Masjid Kraton Sambas yang dilakukan oleh Sultan

Shafiudin II. Baisuni Imran saat muda sempat belajar ke Timur Tengah (1901-1906) dan

berkenalan dengan pemikiran Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh dan Rashid Ridho.

Dia termasuk pengagum dari gagasan mereka. Pada tahun 1909, Baisuni Imran belajar ke

Al-Azhar mesir. Menurut Pijper, bahkan Baisuni Imran sempat diajar oleh Rashid Ridho.

Pada tahun 1913, Baisuni Imran dipanggil pulang ke Sambas, karena orang tuanya

sakit keras. Dalam waktu yang bersamaan, Baisuni Imran dipangil dan diangkat oleh Sultan

sebagai Maharaja Imam Masjid Kraton Sambas. Pada tanggal 9 Nopember 1913, sehabis

sholat Jum’at ia dilantik oleh Sultan untuk memegang amanah sebagai Maharaja Imam

tersebut.22

H.M. Basyuni tidak hanya berdakwah melalui pengajian di berbagai tempat, tetapi

juga dibantu dengan dakwa karya produktifnya, yaitu (1) Tarjamah Durus al-Tarikh

Syariat(Terjemah Pelajaran Sejarah Hukum Islam), (2) Bidayah al-Tawhid fi al-Tawhid

(Dasar-dasar ke-Esa-an Allah dalam ilmu Tawhid), (3) Risalah Cahaya Suluh, (4) Zikr al-

Maulid al-Nabawi (Mengingat Kelahiran Nabi), (5) Tazkir (Peringatan), (6) Khulashah

Sirah al-Muhammadiyyah (Ringkasan Sejarah Hidup Muhammad), (7) Nur al-Siraj fi Qissat

al-Isra’ wa al-Mi’raj (Cahaya Pelita Pada Ceritera Isra’ dan Mi’raj), (8) Al-Janaiz (Jenazah),

(9) Irsyad al-Gilman fi Adab Tilawat al-Quran (Petunjuk Praktis untuk Anak tentang Adab

Membaca al-Quran), (10) Durus al-Tawhid (Pelajaran-Pelajaran tentang Tawhid), (11) Daw’

al-Misbah fi Fakh al-Nikah (Cahaya Lampu Untuk Membatalkan Nikah), (12) Al-Nusus wa

                                                            21Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan,

1999), h. 123. Lihat juga dalam, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 12, No. 1, 2014: 207– 234.22Moh Haitami Salim dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat, (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah

Keagamaan RI, 2011), h. 109-132.

14  

al-Barahin ‘ala Iqamat al-Jum’ah bimad al-Arba’in (beberapa Dalil dan Argumentasi dalam

Melaksanakan Shalat Jumat yang kurang dari Empat Puluh Orang), (13) Husn al-Jawab ‘an

Isbat al-Ahlillah bi al-Hisab (Molek jawaban tentang Menetapkan Awal Bulan Dengan

Hitungan), (14) Manhal al-Gharibin fi Iqamat al-Jumu’ah bi dun al-‘Arba’in (Pendapat

orang yang Asing Tentang Melaksanakan Shalat Jumat Kurang Dari Empat Puluh Orang),

dan yang terakhir karnya diberi judul (15) Al-Tazkirat Badi’ah fi Ahkam al-Jum’ah

(Peringatan Bagi yang Mengada-ada dalam Hukum Shalat Jumat).

3. Ngah Dolah: Tokoh Pemikir Islam dari Kota Singkawang Kalimantan Barat Datok Ngah Dullah atau Ngah Dolah asli keturunan melayu, beliau adalah salah satu

ulama yang berasal dari Singkawang, hanya saja beliau tidak terkenal, bahkan umat Islam

Kalimantan Barat pun banyak yang tidak mengenal beliau. Datok Ngah Dullah bernama asli

Abdullah. Beliau lahir di daerah Semelagi Kecil Singkawang pada tahun 1901 dan beliau

wafat pada tahun 1964, sehingga beliau wafat tepat pada usia 63 tahun sama seperti

umurnya Baginda Rasul SAW. Dalam tradisi melayu, anak pertama disebut Along, anak

kedua Angah, anak ketiga Ude, keempat Acik, dan kelima Aning. Datok Ngah Dolah

kebetulan adalah anak yang kedua, sehingga selalu dipanggil Ngah Dolah bhkan lebih

populer dengan sebutan ini.

Bagi masyarakat muslim Singkawang, terutama daerah Semelagi sudah tidak asing

lagi nama beliau. Beliau adalah guru agama bagi mereka. Ngah Dolah memiliki empat orang

anak, dua putra dan dua lainnya adalah putri. Tapi sangat disayangkan, saat Ngah Dolah

wafat, anak-anaknya ini masih kecil-kecil semua sehingga tidak ada yang bisa melanjutkan

perjuangan orang tuanya. Hal sebagaimana dijelaskan oleh cicitnya, Ustadz Ihsan, “Saat

Ngah Dolah wafat, anak-anaknya masih kecil-kecil semua, sehingga tiak dapat melanjutkan

perjuangan dakwah orang tuanya”.23 Bahkan, setelah wafat rumah yang biasa dijadikan

tempat belajar dan mengajar ditinggalkan oleh ahli warisnya. Sehigga kelanjutan dakwah

beliau benar-benar telah tiada. Menurut Ihsan,”Setelah wafatnya Ngah Dolah, keluarga

meninggalkan daerah tersebut, pindah ke lokasi yang strategis dan dekat dengan kota.

Sehingga rumah tempat Ngah Dolah dulu mengadakan proses belajar dan mengajar sekarang

sudah menjadi hutan”. Jelasnya.

                                                            23Wawancara degan cicit Ngah Dolah Ustadz Ihsan Nurmansyah. Pada tanggal 20-11-2017.

Page 134: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

15  

Ada dua karya beliau yang disimpan di rumah kediaman putrinya Hj. Mahpujah

Setapuk Besar Hulu, Singkawang Utara. Dalam perpustakaan pribadinya, ada satu karya

tulis Ngah Dolah, yang tertulis judul buku di kulitnya adalah “Catatan Pribadi Datok Ngah

Dolah”. Di rumah Anaknya ini masih ada tulisan tangan asli Datok Ngah Dolah dan ada juga

yang sudah dicetak.

4. KH. Fathul Bari al Maduri: Tokoh Pemikir Islam Mempawah Penyebar Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah Pertama di Kalimantan Barat

KH. Fathul Bari atau dikenal dengan “guruh tolang”24 dalam istilah orang Madura,

beliau bukanlah penduduk asli Kalimantan Barat. Beliau dilahirkan di Desa Ombul

Kabupaten Sampang Pulau Madura. Namuan tahun kelahiran beliau belum bisa dipastikan

tahun berapa. Beliau juga hidup semasa dengan salah satu santri KHR. Khalil Bangkalan,

yaitu KH. Samsuddin. Beliau juga salah satu tokoh Mursyid dimana keturunannya beliau

juga banyak berdakwah di Kalimantan Barat. KH. Fathul Bari adalah ipar beliau. Hanya

saja, KH. Samsuddin lebih banyak berdakwah di pulau Madura. Thariqat Naqsyabandiah

Mudzhariah diperoleh KH Fathul Bari dari gurunya yang bernama KH. Muhammad Khalil

bin KH Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin

Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman. Selai itu, beliau juga

mendapat bimbingan Thariqat langsung orang tuanya, yaitu KH. Ismail.

Tahriqat Naqsyabandiyah Muzhariyah sebagai sarana dakwah KH. Fathul Bari

untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat umum. Ada level perjalanan spiritual yang

dikenal dengan Syari’at,25 Thariqat,26 Hakikat27 yang dalam bahasa Inggris dikenal juga

dengan istilah The Law, The Way, and The truth.

                                                            24Guruh Tolang dalam istilah orang Madura adalah guru batin. Guru yang senantiasa mengajari muridnya dari

nol (awal) untuk menggapai Ridho Allah SWT. Disebut demikian karena memang beliau adalah ulama thariqat pertama yang masuk ke Kalimantan Barat untuk mengajarkan dan berdakwah melalui thariqat (jalan) sufi ini.

25Dalam dunia tasawuf syariat adalah syarat mutlak bagi salik (penempuh jalan ruhani) menuju Allah. Tanpa adanya syariat maka batallah apa yang diusahakannya. Berkaitan dengan ini pemakalah mengambil pandangan Sirhindi mengenai syariat sebagai landasan tasawuf yang diambil dari buku “Sufism and Shari‘ah” yang ditulis oleh Muhammad Abdul Haq Ansari. Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari‘ah: A Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort to Reform Sufism, (The Islamic Foundation:, 1990), hlm 75.  

26Kata thariqat diturunkan menjadi الطريقة yang bermakna jalan atau metode. Istilah thariqat ini menunjuk pada metode penyucian jiwa yang landasannya diambil dari hukum-hukum syariat. Semua muslim wajib menerapkan syariat, namun ada sebagian muslim yang hanya berfokus pada kewajiban-kewajiban ibadah dan ada sebagian lagi yang selain fokus pada kewajiban-kewajiban ibadah juga memperhatikan adab, akhlak, dan sisi batin dari syariat itu, yang sebetulnya semua itu sudah dijelaskan dalam syariat. Pengertian ini adalah thariqat dalam makna khusus.

Page 135: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

15  

Ada dua karya beliau yang disimpan di rumah kediaman putrinya Hj. Mahpujah

Setapuk Besar Hulu, Singkawang Utara. Dalam perpustakaan pribadinya, ada satu karya

tulis Ngah Dolah, yang tertulis judul buku di kulitnya adalah “Catatan Pribadi Datok Ngah

Dolah”. Di rumah Anaknya ini masih ada tulisan tangan asli Datok Ngah Dolah dan ada juga

yang sudah dicetak.

4. KH. Fathul Bari al Maduri: Tokoh Pemikir Islam Mempawah Penyebar Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah Pertama di Kalimantan Barat

KH. Fathul Bari atau dikenal dengan “guruh tolang”24 dalam istilah orang Madura,

beliau bukanlah penduduk asli Kalimantan Barat. Beliau dilahirkan di Desa Ombul

Kabupaten Sampang Pulau Madura. Namuan tahun kelahiran beliau belum bisa dipastikan

tahun berapa. Beliau juga hidup semasa dengan salah satu santri KHR. Khalil Bangkalan,

yaitu KH. Samsuddin. Beliau juga salah satu tokoh Mursyid dimana keturunannya beliau

juga banyak berdakwah di Kalimantan Barat. KH. Fathul Bari adalah ipar beliau. Hanya

saja, KH. Samsuddin lebih banyak berdakwah di pulau Madura. Thariqat Naqsyabandiah

Mudzhariah diperoleh KH Fathul Bari dari gurunya yang bernama KH. Muhammad Khalil

bin KH Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin

Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman. Selai itu, beliau juga

mendapat bimbingan Thariqat langsung orang tuanya, yaitu KH. Ismail.

Tahriqat Naqsyabandiyah Muzhariyah sebagai sarana dakwah KH. Fathul Bari

untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat umum. Ada level perjalanan spiritual yang

dikenal dengan Syari’at,25 Thariqat,26 Hakikat27 yang dalam bahasa Inggris dikenal juga

dengan istilah The Law, The Way, and The truth.

                                                            24Guruh Tolang dalam istilah orang Madura adalah guru batin. Guru yang senantiasa mengajari muridnya dari

nol (awal) untuk menggapai Ridho Allah SWT. Disebut demikian karena memang beliau adalah ulama thariqat pertama yang masuk ke Kalimantan Barat untuk mengajarkan dan berdakwah melalui thariqat (jalan) sufi ini.

25Dalam dunia tasawuf syariat adalah syarat mutlak bagi salik (penempuh jalan ruhani) menuju Allah. Tanpa adanya syariat maka batallah apa yang diusahakannya. Berkaitan dengan ini pemakalah mengambil pandangan Sirhindi mengenai syariat sebagai landasan tasawuf yang diambil dari buku “Sufism and Shari‘ah” yang ditulis oleh Muhammad Abdul Haq Ansari. Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari‘ah: A Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort to Reform Sufism, (The Islamic Foundation:, 1990), hlm 75.  

26Kata thariqat diturunkan menjadi الطريقة yang bermakna jalan atau metode. Istilah thariqat ini menunjuk pada metode penyucian jiwa yang landasannya diambil dari hukum-hukum syariat. Semua muslim wajib menerapkan syariat, namun ada sebagian muslim yang hanya berfokus pada kewajiban-kewajiban ibadah dan ada sebagian lagi yang selain fokus pada kewajiban-kewajiban ibadah juga memperhatikan adab, akhlak, dan sisi batin dari syariat itu, yang sebetulnya semua itu sudah dijelaskan dalam syariat. Pengertian ini adalah thariqat dalam makna khusus.

16  

5. Habib Muksin Alhinduan: Tokoh Pemikir Islam di Singkawang Habib Muksin Alhinduan merupakan murid dari KH. Fathul Bari yang

meneruskan dakwah-dakwah gurunya. Seorang Mursyid Tharekat Naksabandiyah wafat

di Pontianak dan dimakamkan di Sumenep Madura yang kini diteruskan oleh anaknya

yang bernama Habib Amin Alhinduan, pengasuh Pondok Pesantren Makarim al-Akhlaq

di Kota Singkawang, mempunyai ribuan murid yang tersebar di Kalimantan Barat.

Nama asli beliau Habib Muhsin bin Ali al-Hinduan dilahirkan pada tahun 1921

Masehi di Kabupaten Sumenep, pulau Madura provinsi Jawa Timur, dari pasangan

Habib Ali bin Salim al-Hinduan dan Syarifah Zainab binti Muhsin al-Baiti. Jika melihat

silsilah keturunannya, beliau sebenarnya bukanlah asli penduduk keturunan Indonesia,

tapi beliau berasal dari jazirah arab dan masih keturunan dari Baginda Rasul SAW yang

numpang lahir di pulau Madura, dimana sebagian orang meyakini bahwa beliau adalah

keturunan yang suci (silsilah muthahhirah). Tepat pada umur 59 tahun beliau wafat,

tepatnya pada tanggal 3 Mei 1980. Meninggalnya beliau pun pada saat beliau melakukan

dakwah religiusnya ke Kalimantan Barat.

Habib Muhsin al-Hinduan Belajar Thareqat Naqsyabandiyah dari beberapa guru

thariqat, yang paling banyakguru thariqat beliau dari Madura, diantaranya, KH.

Sirajuddin, kemudian KH. Fathul Bari yang makamnya berada di Desa Paniraman

Kabupaten Mempawah, dan akhirnya kepada KH. Syamsuddin yang masih keluarga KH.

Fathul Bari. Dua guru yang pertama meninggal dunia sebelum Habib Muhsin al-Hinduan

menerima ijazah(serah terima) sebagai khalifah, dan justru dari gurunya yang ketigalah

yang menunjuk Habib Muhsin al-Hinduan menjadi mursyid. Beliau juga pernah

meminta bimbingan ruhani kepada guru Naqsyabandiyah lain yang namanya sangat                                                                                                                                                                                                 

Dalam istilah ilmuan barat, thariqat adalah jalan khusus bagi salik (penempuh jalan ruhani) untuk mencapai kesempurnaan tauhid, yaitu ma’rifatullah. Jalan yang diambil oleh para sufi berasal dari jalan utama, syariat, dengan disiplin yang ketat sehingga terasa lebih sulit dibandingkan mereka yang tidak melakukan disiplin diri.  

27Secara etimologis, hakikat bermakna nyata, jelas dan transfaran. Ada juga yang memaknai kata hakikat (Haqiqah) seakar dengan kata al-Haqq, reality, absolute, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kebenaran atau kenyataan. Makna hakikat dalam konteks tasawuf menunjukkan kebenaran esoteris yang merupakan batas-batas dari transendensi manusia dan teologis. Secara terminologis, bahwa Hakikat adalah kemampuan seseorang dalam merasakan dan melihat kehadiran Allah di dalam syari’at itu, sehingga hakikat adalah aspek yang paling penting dalam setiap amal, inti, dan rahasia dari syari’at yang merupakan tujuan perjalanan salik.

Adapun dalam tingkatan perjalanan spiritual, Hakikat merupakan unsur ketiga setelah syari’at yang merupakan kenyataan eksoteris dan thariqat (jalan) sebagai tahapan esoterisme, sementara hakikat adalah tahapan ketiga yang merupakan kebenaran yang esensial. Hakikat juga disebut Lubb yang berarti dalam atau sari pati, mungkin juga dapat diartikan sebagai inti atau esensi. Baca dalam, Annemarie Schimmel, Mystical Dimensions Of Islam, (USA: The University of North Carolina Press, 1975), hlm. 98.  

Page 136: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

17  

terkenal di Madura yaitu KH. Ali Wafa dari Ambuten. Beliau juga sempat berguru

kepada KH Mahfudzh, salah satu mursyid dan guru thariqah yang berasal Madura

kabupaten Sampang.

Sebagaimana KH. Fathul Bari, Habib Muhsin al-Hinduan menyebarkan agama

Islam dengan sarana kajian Thariqat Naqsyabandiah Mudzhariyah dikenal dan salah satu

kajiann di dalamnya ada tentang asbal, dalam pelaksanaan asbal ini ada yang paling

menarik, yaitu pelaksanaannya diawali dengan lantunan sholawat Nabi Muhammad Saw,

kemudian pujian-pujian dengan diiringi tabuhan tar atau rebana. Para pengikut thariqat

ini diajak lelap dan tenggelam dalam cintanya terhadap Nabi Muhammad s.a.w. Dari

dulu hingga saat ini, metode dakwah cinta Rasul SAW dengan berbagai group shalawat

yang bermunculan. Tujuannya sama yaitu syiar agama Islam. Sehingga thariqat seperti

apapun yang sejalan dengan syari’at Islam sebenarnya tujannya sama, untuk menggapai

cinta Allah s.w.t., dan Nabi Muhammad s.a.w.

6. KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I: Tokoh Pemikir Islam dari Kubu Raya Muhammad Hasyim Dahlan adalah putra pertama dari pasangan H. Shodiqun dan

Hj. Kusminah. Hasyim Dahlan lahir diKota Demak pada tanggal 14 April tahun 1955.

Wafat pada tanggal 16 Januari 2017. Beliau adalah anak pertama dari tujuh bersaudara.

Saat usia perjalanan dakwahnya di Kalimantan Barat baru berumur satu tahun, oleh

Ustadz Habib Ridho dinikahkan dengan anak dari murid yang bernama H Yusuf Mannek

dengan putrinya yang cantik nan jelita Nor Azizah. Dari pernikahannya ini, beliau

memiliki lima anak,dua anak laki-laki dan tiga putri. Dan beliau memiliki lima orang

cucu.Semenjak masih anak-anak beliau hidup tumbuh besar bersama kedua orang

tuanya. Sedari kecil memang sudah hidup mandiri. Merantau ke Kalimantan Barat pun

sudah menjadi bagian dari hidup mandirinya yang jauh dari sanak saudara dan orang tua.

Semenjak beliau menginjakkan kakinya pertama kali di Kalimantan Barat pada

tahun 1982, saat itupula beliau mulai berdakwah. Saat beliau diajak ke pontanak oleh

Ustadz Habib Ridho, sebenarnya beliau masih mondok di Lirboyo.Memang fokusnya

adalah mengajar di Pondok Pesantren Assalam Pal 5, sebab memang pondok ini dari

awal yangmemita beliau untukmengabdi dan membagikan ilmunya.Namun, dakwah dan

ajaran beliau tidak hanya terfokus padaPonpes Assalam saja, tapi banyak lokasi dan

tempat yang beliau datangi untuk berdakwah.Dakwah beliau kadang dari mushalla

Page 137: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

17  

terkenal di Madura yaitu KH. Ali Wafa dari Ambuten. Beliau juga sempat berguru

kepada KH Mahfudzh, salah satu mursyid dan guru thariqah yang berasal Madura

kabupaten Sampang.

Sebagaimana KH. Fathul Bari, Habib Muhsin al-Hinduan menyebarkan agama

Islam dengan sarana kajian Thariqat Naqsyabandiah Mudzhariyah dikenal dan salah satu

kajiann di dalamnya ada tentang asbal, dalam pelaksanaan asbal ini ada yang paling

menarik, yaitu pelaksanaannya diawali dengan lantunan sholawat Nabi Muhammad Saw,

kemudian pujian-pujian dengan diiringi tabuhan tar atau rebana. Para pengikut thariqat

ini diajak lelap dan tenggelam dalam cintanya terhadap Nabi Muhammad s.a.w. Dari

dulu hingga saat ini, metode dakwah cinta Rasul SAW dengan berbagai group shalawat

yang bermunculan. Tujuannya sama yaitu syiar agama Islam. Sehingga thariqat seperti

apapun yang sejalan dengan syari’at Islam sebenarnya tujannya sama, untuk menggapai

cinta Allah s.w.t., dan Nabi Muhammad s.a.w.

6. KH. Muhammad Hasyim Dahlan, S.Pd.I: Tokoh Pemikir Islam dari Kubu Raya Muhammad Hasyim Dahlan adalah putra pertama dari pasangan H. Shodiqun dan

Hj. Kusminah. Hasyim Dahlan lahir diKota Demak pada tanggal 14 April tahun 1955.

Wafat pada tanggal 16 Januari 2017. Beliau adalah anak pertama dari tujuh bersaudara.

Saat usia perjalanan dakwahnya di Kalimantan Barat baru berumur satu tahun, oleh

Ustadz Habib Ridho dinikahkan dengan anak dari murid yang bernama H Yusuf Mannek

dengan putrinya yang cantik nan jelita Nor Azizah. Dari pernikahannya ini, beliau

memiliki lima anak,dua anak laki-laki dan tiga putri. Dan beliau memiliki lima orang

cucu.Semenjak masih anak-anak beliau hidup tumbuh besar bersama kedua orang

tuanya. Sedari kecil memang sudah hidup mandiri. Merantau ke Kalimantan Barat pun

sudah menjadi bagian dari hidup mandirinya yang jauh dari sanak saudara dan orang tua.

Semenjak beliau menginjakkan kakinya pertama kali di Kalimantan Barat pada

tahun 1982, saat itupula beliau mulai berdakwah. Saat beliau diajak ke pontanak oleh

Ustadz Habib Ridho, sebenarnya beliau masih mondok di Lirboyo.Memang fokusnya

adalah mengajar di Pondok Pesantren Assalam Pal 5, sebab memang pondok ini dari

awal yangmemita beliau untukmengabdi dan membagikan ilmunya.Namun, dakwah dan

ajaran beliau tidak hanya terfokus padaPonpes Assalam saja, tapi banyak lokasi dan

tempat yang beliau datangi untuk berdakwah.Dakwah beliau kadang dari mushalla

18  

kemusholla, dari masjid kemasjid bahkan dari satu rumah ke rumah yang lainnya.

Bahkan,perjuangan beliau saat awal sampai di Pontianak, beliau mengajar menggunakan

kendaraan sampan, melintasi sungai, sehingga saat itu beliau terkenal dengan sebutan

da’i seribu sungai, sebab saat itu tidak ada sepada motor seperti sekaran ini, sehingga

perjuangan dakwah pada saat itu sangat susah, sulit dan terjal. Hujan deras pun bukan

penghalang bagi beliau untuk berhenti atau sekedar libur ngaji/mengajar. Beliau adalah

orang yang paling disiplin dan tegas.Kedisiplinannya ini beliau peraktekkan, terbukti

walaupun cuaca buruk, hujan dan banjir dan becek saat itu,namun beliau dengan gigih

berdakwah.

Dakwah beliau tidak hanya di pesantren, musholla atau masjid-masjid saja,

melainkan sudah merambah ke rumah-rumah warga, bahkan perkantoran-perkantoranbaik

swasta maupun milik negara. Ini semakin menunjukkan bahwa dakwah beliau tidakhanya

dinikmati oleh kaum awam saja melainkan kaum politikuspun juga menggemari isi dakwah

beliau. Selain berdakwah di berbagai tempat dengan terjun langsung kepada masyarakat,

salah satu sarana dakwah yang digunakan KH. Muhammad Hasyim Dahlan yang lain

adalah menggunakan sebuah karya buku, yaitu (1) Fiqh Ibadah, (2) Kumpulan do’a, dan

(3) Terjemah al-Minhajul al-Qawim.

D. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan kepada tiga point dengan beberapa penjelasan butiran-butiran simpulannya, sebagaimana berikut::

1. Corak Pemikiran Tokoh Muslim Kalimantan Barat a. Corak pemikiran yang dipahami dan dianut oleh tokoh muslim di Kalimantan Barat ialah

mayoritas Sufistik-Falsafi. b. Corak pemikiran fiqih seperti pembaharuan Rasyidh Ridha yang dikembangkan oleh

Basuni Imran bersama murid-muridnya di Sambas dan Singkawang c. Corak pemikiran Sufistik-al-Maturidi, Ahli Sunnah; Abu al-Hasan al-Asy’ari, seperti

berasal dari Salafiyyah-Syafi’iyyah Pondok Pesantren Lirboyo, Jawa Timur, Pondok Pesantren Naqsabandiyyah Ombul, Kab. Sampang Madura, Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Malang, Rubath Naqsabandiyyah di Sumenep dan Darul Lughah wa al-Da’wah, Bangil Pasuruan.

2. Bentuk Pewaris Corak Pemikiran Ke-Islam-an Tokoh Muslim Kalimantan Barat

Page 138: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

19  

a. Buku Pedoman Hidup, memadukan tiga pilar agama, Iman, Islam dan Ihsan sehingga menjadi agama yang rahmatan lil alamin (selaras untuk seluruh alam semesta)

b. Fiqih Ibadah, Kumpulan Doa-doa Mu’tabarah, Terjemah al-Minhaj al-Qawim, Dala’il al-Khairat, Hizb-hizb.

c. Buku Pedoman Thariqah Naqsabandiyyah Mudzariyyah d. Kitab Mukhtashar al-Manan, Jadwal Nikah, Tafsir Terjemah Bugis, dan Majmu’ al-

Mirats fi Hukm al-Fara’idh e. Pedoman Thariqah Qadariyyah Naqsabandi f. Kitab Kumpulan Wirid dan Hizb Aslaf al-Sahlih

3. Gerakan atau Majlis yang Digunakan Oleh Tokoh Muslim Kalimantan Barat untuk

Mengamalkan Corak Pemikiran yang Dianut a. Majlis di rumah guru dan rumah ke rumah murid b. Pendekatang organisasi, mushalla ke mushalla, masjid dan pesantren binaan c. Gerakan dakwah secara teks dan konteks yang nampak dari bangunan masjid, mushalla

dan budaya masyarakat di sekitar. d. Thariqah Naqsabandiyyah Mudzariyah berasar dari Pondok Pesantren Naqsabandiyyah,

Ombul, Sampang, Madura, dan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum, Meranti, Rubath Naqsabandi di Sumenep yang dikembangkan oleh Habib Amin Alhinduan di Pondok Pesantren Makarim al-Ahklak, Singkawang, Kalimantan Barat.

e. Thariqah Alawiyyah dari Tarim Hadramaut, Yaman.

Page 139: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

19  

a. Buku Pedoman Hidup, memadukan tiga pilar agama, Iman, Islam dan Ihsan sehingga menjadi agama yang rahmatan lil alamin (selaras untuk seluruh alam semesta)

b. Fiqih Ibadah, Kumpulan Doa-doa Mu’tabarah, Terjemah al-Minhaj al-Qawim, Dala’il al-Khairat, Hizb-hizb.

c. Buku Pedoman Thariqah Naqsabandiyyah Mudzariyyah d. Kitab Mukhtashar al-Manan, Jadwal Nikah, Tafsir Terjemah Bugis, dan Majmu’ al-

Mirats fi Hukm al-Fara’idh e. Pedoman Thariqah Qadariyyah Naqsabandi f. Kitab Kumpulan Wirid dan Hizb Aslaf al-Sahlih

3. Gerakan atau Majlis yang Digunakan Oleh Tokoh Muslim Kalimantan Barat untuk

Mengamalkan Corak Pemikiran yang Dianut a. Majlis di rumah guru dan rumah ke rumah murid b. Pendekatang organisasi, mushalla ke mushalla, masjid dan pesantren binaan c. Gerakan dakwah secara teks dan konteks yang nampak dari bangunan masjid, mushalla

dan budaya masyarakat di sekitar. d. Thariqah Naqsabandiyyah Mudzariyah berasar dari Pondok Pesantren Naqsabandiyyah,

Ombul, Sampang, Madura, dan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum, Meranti, Rubath Naqsabandi di Sumenep yang dikembangkan oleh Habib Amin Alhinduan di Pondok Pesantren Makarim al-Ahklak, Singkawang, Kalimantan Barat.

e. Thariqah Alawiyyah dari Tarim Hadramaut, Yaman.

20  

DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, H.M. Yusran., Pengantar Studi Pemikiran dan Pergerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995.

Ali, Yunasril., Perkembangan Pemikiran dalam Islam, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Azra, Azyumardi., Jeringan Ualama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Bandung, Mizan, cet. IV, 1998.

Aziz, Ahmad Amir, Pembaharuan Teologi, Yogjakarta: Teras, 2009.

Bruinessen, Martin van., Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1999.

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 2002.

Nasr, Seyyed Hossen., Islam Tradisi: Di Tengah Kancah Dunia Moderen, t.tp.: tp., tt.

Rahman, Fazlur., Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Traditional, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1985.

Soleh, A. Khudori., Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003.

Salim, Moh Haitami., dkk., Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat, Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan RI, 2011.

Schimmel, Annemarie., Mystical Dimensions Of Islam, USA: The University of North Carolina Press, 1975.

Rusli, Ris’an., Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2013.

Page 140: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran : I

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA TUAN GURU ISMAIL MUNDU

Responden I : Ustadz H. Rifa’i (Keterangan ini dibantu anak beliau sebab beliau sedang sakit)

Tempat : Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal : Jam 20.00 tanggal 20 November 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1. DimanakahTuan guru Ismail Mundu

dilahirkandan tahu berapa?

2. Umurberapa beliaumulaibelajar

agama?

3. Kepadasiapabeliaupertama kali

belajarilmuagama ?

4. Dimanabeliausekolah ?

5. Siapasaja guru-guru beliau ?

6. Berapatahunbeliaubelajar ?

7. Diumurberapabeliaumulaiberdakwah?

8. Bagaimanapemikiranbeliau ?

9. Diumurberapabeliauwafat ?

10. Berapaanakbeliau ?

1. Diyakini bahwa beliau lahir di

TelukPakedai,Kalbar sebab ibunya berasal

dari daerah tersebut. Beliau lahir pada tahun

1287 H yang bertepatan pada tahun 1870 M

2. Beliau belajar agama sejak masih kecil dari

kedua orang tuanya. Ada yang mengatakan,

sekitar umur tujuh tahun

3. H. Muhammad bin H. Ali, Abahnya(H. Abdul

Karim)

4. Di Teluk Pakedai, Kalbar dan Makkah

5. H. Muhammad Ali, Abahnya, h. Abdul Karim,

H. Abdul Ibnu Salam, dan Sayyed Abdullah

Azzawawi

6. Semenjak kecil hingga dewasa, puluhan tahun

beliau belajar agama

7. Sekitar umur 25 ke atas

8. Pemikiran beliau luwes dan rendah hati,

tawadhu’ dan penyabar

9. 87 tahun(Jumadil Akhir 1376 H atau 16

Januari 1957M. (sekitar 87 tahun)

10. Ambo’ Saro alias Openg dan Ambo’ Sulo,

anak perempuan yang bernama Fatma. 

Page 141: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran : I

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA TUAN GURU ISMAIL MUNDU

Responden I : Ustadz H. Rifa’i (Keterangan ini dibantu anak beliau sebab beliau sedang sakit)

Tempat : Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal : Jam 20.00 tanggal 20 November 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1. DimanakahTuan guru Ismail Mundu

dilahirkandan tahu berapa?

2. Umurberapa beliaumulaibelajar

agama?

3. Kepadasiapabeliaupertama kali

belajarilmuagama ?

4. Dimanabeliausekolah ?

5. Siapasaja guru-guru beliau ?

6. Berapatahunbeliaubelajar ?

7. Diumurberapabeliaumulaiberdakwah?

8. Bagaimanapemikiranbeliau ?

9. Diumurberapabeliauwafat ?

10. Berapaanakbeliau ?

1. Diyakini bahwa beliau lahir di

TelukPakedai,Kalbar sebab ibunya berasal

dari daerah tersebut. Beliau lahir pada tahun

1287 H yang bertepatan pada tahun 1870 M

2. Beliau belajar agama sejak masih kecil dari

kedua orang tuanya. Ada yang mengatakan,

sekitar umur tujuh tahun

3. H. Muhammad bin H. Ali, Abahnya(H. Abdul

Karim)

4. Di Teluk Pakedai, Kalbar dan Makkah

5. H. Muhammad Ali, Abahnya, h. Abdul Karim,

H. Abdul Ibnu Salam, dan Sayyed Abdullah

Azzawawi

6. Semenjak kecil hingga dewasa, puluhan tahun

beliau belajar agama

7. Sekitar umur 25 ke atas

8. Pemikiran beliau luwes dan rendah hati,

tawadhu’ dan penyabar

9. 87 tahun(Jumadil Akhir 1376 H atau 16

Januari 1957M. (sekitar 87 tahun)

10. Ambo’ Saro alias Openg dan Ambo’ Sulo,

anak perempuan yang bernama Fatma. 

Responden II : Ustadz Ubaidillah Tempat : Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal : 21 November 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Apa Metode dakwah beliau?

2. Apasajakaryakaryabeliau ?

3. Apa yang menjadidasarpemikiranbeliau ?

4. Apakahadadarianakanaknya yang

menjadisepertibeliaudaribidangilmu?

1. Dakwah beliau secara teks yang

tertuang dalam khutbah dan karyanya,

serta konteks yang nampak dari

bangunan masjid dan budaya.

2. Kitab Mukhtasarul Manan, Jadwal

Nikah, Tafsir Terjemah Bugis, dan

Majmu’ al-Mirats fi Hukmi al-Faraidh.

3. Yang menjadi dasar pemikirannya

adalah Islam agama dakwah dengan

hikmah

4. Sayangnya, ketiga anak beliau ini

meninggal di waktu masih muda,

sehingga tidak ada yang melanjutkan

perjuangannya.

Page 142: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden III : Ustadz Udin Tempat : Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal : Habis Maghribtanggal 20 November 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Dimanabeliau di makamkan ?

2. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para muridnya untuk melanjutkan dakwah beliau?

5. Apakahbeliaumengikutitarekat ?

3. Tarekatapa yang beliauikuti?

1. Masjid Batu ata Masjid Nasrullah, letaknya di Teluk Pakedai, Kakap, Kab. Kubu Raya.

2. Kegiatan haul untuk mengenang napak tilals dakwah beliau. Juga acara maulid,Isra’ Mi’raj dan lainnya adalah bagian dari peninggalan dakwah tuan guru Haji Ismail Mundu yang sampai saat ini terus dilestarikan oleh para muridnya.

3. Jika dilihat dari salah satu Istrinya, dimana orang tuanya adalah Mursyi thariqah Naqsyabandiah,

4. Maka beliau adalah beraliran

Naqsyabandiah. H anya saja, beliau tidak

populer dengan thariqat mungkin lebih

disebabkankarena dakwah beliau tidak

mengunakan pendekatan thariqat akan

tetapi amaliah dalam beramal dengan

ihsan.

Page 143: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden III : Ustadz Udin Tempat : Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal : Habis Maghribtanggal 20 November 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Dimanabeliau di makamkan ?

2. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para muridnya untuk melanjutkan dakwah beliau?

5. Apakahbeliaumengikutitarekat ?

3. Tarekatapa yang beliauikuti?

1. Masjid Batu ata Masjid Nasrullah, letaknya di Teluk Pakedai, Kakap, Kab. Kubu Raya.

2. Kegiatan haul untuk mengenang napak tilals dakwah beliau. Juga acara maulid,Isra’ Mi’raj dan lainnya adalah bagian dari peninggalan dakwah tuan guru Haji Ismail Mundu yang sampai saat ini terus dilestarikan oleh para muridnya.

3. Jika dilihat dari salah satu Istrinya, dimana orang tuanya adalah Mursyi thariqah Naqsyabandiah,

4. Maka beliau adalah beraliran

Naqsyabandiah. H anya saja, beliau tidak

populer dengan thariqat mungkin lebih

disebabkankarena dakwah beliau tidak

mengunakan pendekatan thariqat akan

tetapi amaliah dalam beramal dengan

ihsan.

Lampiran: II HASIL WAWANCARA TRANSKIP WAWANCARA BASYUNI IMRAN Responden I : Iwan Arselan (Cucu dari Basyuni Imran) Tempat : Kediamannya Jl. Amat Bampe Desa Pemangkat Kota Waktu/Tgl : Jam 10.00 Tanggal 20 Oktober 2017 PERTANYAAN PENELITIANJAWABAN PENELITIAN

1. Dimanakah Basyuni Imran di

lahirkan ?

2. Tahun berapa beliau

dilahirkan?

3. Umur berapa beliau mulai

belajar agama?

4. Kepada siapa beliau pertama

kali belajar ilmu agama ?

5. Dimana beliau mendapat

pemikiran pembaruan yang

6. Siapa saja guru-guru beliau ? 7. Berapa tahun beliau belajar ? 8. Diumur berapa beliau mulai

berdakwah?

1. Beliau dilahirkan di daerah Sambas 2. Beliau dilahirkan pada tahun 1803 3. Beliau belajar agama dari sejak anak-anak

sempat belajar ke Mesir al Azhar

4. Beliau belajar kepada Rasyid Ridha, (dan

ulama Mesir)

5. Mesir al Azhar 6. Ulama-ulama al Azhar 7. Tidak bisa dipastikan berapa lama beliau

belajar tapi diyakini oleh keluarganya

8. Beliau mulai berdakwah sejak remaja,

umurnya belum bisa dipastikan saat itu Responden II : Ustadzah Syifa Ursula (Cicit dari basyuni Imran) Tempat : Kediamannya Waktu/Tgl : Jam 21 Oktober 2017 PERTANYAAN PENELITIANJAWABAN PENELITIAN

PHOTO H.M. BASYUNI IMRAN

Page 144: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: III

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA NGAH DULLAH

Responden I :Hj. Mahpujah(Cucu dari Ngah Dullah) Tempat : Kediamannya Waktu/Tanggal : Jam 10.00 tanggal 10 oktober 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1. Dimanakah Ngah Dullah

(Abdullah) di lahirkan ?

2. Tahun berapa beliau dilahirkan?

3. Umur berapa beliau mulai belajar

agama?

4. Kepada siapa beliau pertama kali

belajar ilmu agama ?

5. Dimana beliau belajar ?

6. Siapasaja guru-guru beliau ?

7. Berapa tahun beliau belajar ?

8. Diumur berapa beliau mulai

berdakwah?

1. Beliau dilahirkan di daerah Semelagi Kecil

Singkawang

2. Beliau dilahirkan pada tahun 1901

3. Beliau belajar agama dari sejak anak-anak.

4. Beliau belajar kepada Uray,(cuman

anaknya lupa siapa nama aslinya.

Kemudian dilanjutkan belajar kepada

anaknya Uray Bujang.

5. Beliau hanya belajar dirumah-rumah saja.

6. Beliau hanya belajar kepada Uray

(bangsawan) dari Sambas terus belajar

kepada anaknya

7. Tidakbisa dipastikan berapa lama beliau

belajar, tapi diyakini oleh keluarganya

beliau belajar puluhan tahun lamanya.

8. Beliau mulai berdakwah sejaka remaja,

umurnya belum bisa dipastikan saat itu.

Page 145: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: III

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA NGAH DULLAH

Responden I :Hj. Mahpujah(Cucu dari Ngah Dullah) Tempat : Kediamannya Waktu/Tanggal : Jam 10.00 tanggal 10 oktober 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1. Dimanakah Ngah Dullah

(Abdullah) di lahirkan ?

2. Tahun berapa beliau dilahirkan?

3. Umur berapa beliau mulai belajar

agama?

4. Kepada siapa beliau pertama kali

belajar ilmu agama ?

5. Dimana beliau belajar ?

6. Siapasaja guru-guru beliau ?

7. Berapa tahun beliau belajar ?

8. Diumur berapa beliau mulai

berdakwah?

1. Beliau dilahirkan di daerah Semelagi Kecil

Singkawang

2. Beliau dilahirkan pada tahun 1901

3. Beliau belajar agama dari sejak anak-anak.

4. Beliau belajar kepada Uray,(cuman

anaknya lupa siapa nama aslinya.

Kemudian dilanjutkan belajar kepada

anaknya Uray Bujang.

5. Beliau hanya belajar dirumah-rumah saja.

6. Beliau hanya belajar kepada Uray

(bangsawan) dari Sambas terus belajar

kepada anaknya

7. Tidakbisa dipastikan berapa lama beliau

belajar, tapi diyakini oleh keluarganya

beliau belajar puluhan tahun lamanya.

8. Beliau mulai berdakwah sejaka remaja,

umurnya belum bisa dipastikan saat itu.

Responden II : Ust. Ihsan Nurmansyah (Cicit dari Ngah Dullah) Tempat : Kediamannya Waktu/Tanggal : Jam 10.00 tanggal 11 oktober 2017

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Dimanakah lokasi dakwah beliau?

2. Bagaimana pemikiran beliau ?

3. Apa saja karya-karya beliau ?

4. Apa yang menjadi dasar

pemikiran beliau ?

5. Apakah beliau mengikuti tarekat ?

6. Tarekat apa yang beliau ikuti?

7. Diumur berapa beliau wafat ?

8. Berapa anak beliau ?

9. Apakah ada dari anak-anaknya

yang menjadi seperti beliau dari

bidang ilmu fiqh dan akhlak ?

10. Dimanabeliau di makamkan ?

1. Beliau hanya berdakwah melalu belajar

mengajar di kediamannya, Singkawang

2. Pemikiran beliau memadukan antara

Iman,Islam,dan Ihsan

3. Karya beliau adalah Buku Pedoman Hidup

berisi tentang fiqh, akhlak, dan tauhid.

4. Memadukan tiga pilar agama, Iman, Islam,

dan Ihsan sehingga menjadi agama yang

rahmatan lil’alamin.

5. Belum bisa dipastikan apa beliau pengikut

thariqat

6. Dari tulisannya tidak ada yang

menunjukkan kalau beliau pengikut thariqat

7. Beliau wafat saat umur 63 (lahir tahun 1901

dan beliau wafat pada tahun 1964)

8. Dua laki-laki dan dua perempuan(4 anak)

9. Perjuangan beliau tidak bisa dilanjutkan

oleh anak-anaknya sebab saat beliau wafat

anaknya masih kecil-kecil. Hanya

peninggalan tulisannya disimpan anaknya.

10. Beliau dimakamkan di Singkawang tempat kelahirannya.

Page 146: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: IV

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA KH. FATHUL BARI

Responden I : Muhammad Taufiq, M.H.I. Tempat : Di Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Dimanakah KH. Fathul Bari di

lahirkan ?

2. Umur berapa beliau mulai

belajar agama?

3. Kepada siapa beliau pertama

kali belajar ilmu agama ?

4. Dimana beliau sekolah ?

5. Siapa saja guru-guru beliau ?

6. Berapa tahun beliau belajar ?

7. Diumur berapa beliau mulai

berdakwah?

8. Bagaimana metode dakwah

beliau?

9. Bagaimana pemikiran beliau ?

1. Beliau dilahirkan di Desa Ombul

Kabupaten Sampang Pulau Madura

hanya saja tahun kelahirannya belum

ada yang pasti.

2. Dalam tradisi Madura, sejak mulai

belajar bicara sudah diajari mengaji oleh

orang tuanya. Pun dengan KH. Fatul

Bari. Sudah belajar semenjak masih

anak-anak kepada kedua orang tuanya.

3. Kepada kedua orang tuanya yang

memang telah memiiki pesantren.

4. Pondok Pesantren Naqsyabandiah

Ombul Kab. Sampang Madura.

5. KH. Ismail (abahnya, dan tenaga

pengajar yang ada di ponpes tersebut)

6. Dari anak-anak hingga dewasa karena

memang hidup di lokasi pendidikan

pesantren.

7. 20 tahun-an

8. Beliau berdakwah melalui thariqat

9. Lemah lembut. Ramah dan tawadhu’

Page 147: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: IV

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA KH. FATHUL BARI

Responden I : Muhammad Taufiq, M.H.I. Tempat : Di Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Dimanakah KH. Fathul Bari di

lahirkan ?

2. Umur berapa beliau mulai

belajar agama?

3. Kepada siapa beliau pertama

kali belajar ilmu agama ?

4. Dimana beliau sekolah ?

5. Siapa saja guru-guru beliau ?

6. Berapa tahun beliau belajar ?

7. Diumur berapa beliau mulai

berdakwah?

8. Bagaimana metode dakwah

beliau?

9. Bagaimana pemikiran beliau ?

1. Beliau dilahirkan di Desa Ombul

Kabupaten Sampang Pulau Madura

hanya saja tahun kelahirannya belum

ada yang pasti.

2. Dalam tradisi Madura, sejak mulai

belajar bicara sudah diajari mengaji oleh

orang tuanya. Pun dengan KH. Fatul

Bari. Sudah belajar semenjak masih

anak-anak kepada kedua orang tuanya.

3. Kepada kedua orang tuanya yang

memang telah memiiki pesantren.

4. Pondok Pesantren Naqsyabandiah

Ombul Kab. Sampang Madura.

5. KH. Ismail (abahnya, dan tenaga

pengajar yang ada di ponpes tersebut)

6. Dari anak-anak hingga dewasa karena

memang hidup di lokasi pendidikan

pesantren.

7. 20 tahun-an

8. Beliau berdakwah melalui thariqat

9. Lemah lembut. Ramah dan tawadhu’

Responden II :Ust. Husein, S.Pd.I Tempat : Di Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Apa saja karya karya beliau ?

2. Apa yang menjadi dasar

pemikiran beliau ?

3. Apakah beliau mengikuti tarekat

?

4. Thariqat apa yang beliau ikuti?

5. Diumur berapa beliau wafat ?

6. Berapa anak beliau ?

1. Sampai saat ini belum ditemukan

karyanya, hanya kumpulan bacaan2

thariqat Naqsyabandiah khusus

murid-muridnya.

2. Dasar pemikiran beliau adalah untuk

berdakwah,makaya dakwah beliau

kemana-mana, termasuk ke Kalbar

3. Iyya,beliau mengikuti thariqat,

bahkan mursyidnya.

4. Naqsyabandiah Ahmadiyah

Mudzhariyah

5. Beliau wafat tahun 1380 H/1960 M

6. Anak beliau banyak anak, 5 puteri

dan satu putra.

Page 148: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden III :Ust. Mat Thohir, S.H Tempat : Di Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Apakah ada dari anak anaknya

yang menjadi seperti beliau dari

bidang ilmu dan akhlak ?

2. Siapakah yang memimpin

Hayakanan atau tawajjuhan?

3. Dimana beliau di makamkan ?

1. Iya. Yang melanjutkan

thariqat beliau adalah

anaknya yang bernama KH.

Ismail Fathul Bari atau yang

lebih dienal dengan sebutan

KH. Darwis Fathul Bari.

2. Yang memimpin hayakanan

atau tawajuhan setiap selesai

shalat maghrib adalah ust.

Junaidi, Ust. Ridho’i dan

Ust. Hadro’i.

3. Beliau di Makamkan di

samping Masjid Babussalam

Paniraman Kab. Mempawah

Page 149: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden III :Ust. Mat Thohir, S.H Tempat : Di Kediaman Masing-masing Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Apakah ada dari anak anaknya

yang menjadi seperti beliau dari

bidang ilmu dan akhlak ?

2. Siapakah yang memimpin

Hayakanan atau tawajjuhan?

3. Dimana beliau di makamkan ?

1. Iya. Yang melanjutkan

thariqat beliau adalah

anaknya yang bernama KH.

Ismail Fathul Bari atau yang

lebih dienal dengan sebutan

KH. Darwis Fathul Bari.

2. Yang memimpin hayakanan

atau tawajuhan setiap selesai

shalat maghrib adalah ust.

Junaidi, Ust. Ridho’i dan

Ust. Hadro’i.

3. Beliau di Makamkan di

samping Masjid Babussalam

Paniraman Kab. Mempawah

FOTO BERSAMA KETURUNAN KH. FATHUL BARI

Page 150: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: V

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA HB. MUKHSIN AL HINDUAN

Responden I : Syarifah Sakinah al Hinduan Tempat : Rumah Kediamannya Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1. Dimanakah Hb. Mukhsin Al

Hinduan dilahirkan ?

2. Umur berapa beliau mulai

belajar agama?

3. Kepada siapa beliau pertama

kali belajar ilmu agama ?

4. Dimana beliau belajar?

5. Siapa saja guru-guru beliau ?

1. Beliau dilahirkan di Kota Sumenep Pulau

Madura tahun 1921.

2. Dalam tradisi Madura, sejak mulai belajar

bicara sudah diajari mengaji oleh orang

tuanya. begitupun dengan Hb. Mukhsin Al

Hinduan. Sudah belajar semenjak masih

anak-anak kepada kedua orang tuanya.

3. Kepada kedua orang tuanya.

4. Pondok Pesantren Naqsyabandiah Madura.

5. Habib Muhsin al-Hinduan Belajar Thareqat

Naqsyabandiyah dari beberapa guru

thariqat, yang paling banyakguru thariqat

beliau dari Madura, diantaranya, KH.

Sirajuddin, kemudian KH. Fathul Bari yang

makamnya berada di Desa Paniraman

Kabupaten Mempawah, dan akhirnya

kepada KH. Syamsuddin yang masih

keluarga KH. Fathul Bari. Dua guru yang

pertama meninggal dunia sebelum Habib

Muhsin al-Hinduan menerima ijazah(serah

Page 151: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: V

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA HB. MUKHSIN AL HINDUAN

Responden I : Syarifah Sakinah al Hinduan Tempat : Rumah Kediamannya Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1. Dimanakah Hb. Mukhsin Al

Hinduan dilahirkan ?

2. Umur berapa beliau mulai

belajar agama?

3. Kepada siapa beliau pertama

kali belajar ilmu agama ?

4. Dimana beliau belajar?

5. Siapa saja guru-guru beliau ?

1. Beliau dilahirkan di Kota Sumenep Pulau

Madura tahun 1921.

2. Dalam tradisi Madura, sejak mulai belajar

bicara sudah diajari mengaji oleh orang

tuanya. begitupun dengan Hb. Mukhsin Al

Hinduan. Sudah belajar semenjak masih

anak-anak kepada kedua orang tuanya.

3. Kepada kedua orang tuanya.

4. Pondok Pesantren Naqsyabandiah Madura.

5. Habib Muhsin al-Hinduan Belajar Thareqat

Naqsyabandiyah dari beberapa guru

thariqat, yang paling banyakguru thariqat

beliau dari Madura, diantaranya, KH.

Sirajuddin, kemudian KH. Fathul Bari yang

makamnya berada di Desa Paniraman

Kabupaten Mempawah, dan akhirnya

kepada KH. Syamsuddin yang masih

keluarga KH. Fathul Bari. Dua guru yang

pertama meninggal dunia sebelum Habib

Muhsin al-Hinduan menerima ijazah(serah

6. Berapa tahun beliau belajar ?

7. Diumur berapa beliau mulai

berdakwah?

8. Bagaimana metode dakwah

beliau?

9.

10. Bagaimana pemikiran beliau ?

terima) sebagai khalifah, dan justru dari

gurunya yang ketigalah yang menunjuk

Habib Muhsin al-Hinduan menjadi

mursyid. Beliau juga pernah meminta

bimbingan ruhani kepada guru

Naqsyabandiyah lain yang namanya sangat

terkenal di Madura yaitu KH. Ali Wafa

dari Ambuten. Beliau juga sempat berguru

kepada KH Mahfudzh, salah satu mursyid

dan guru thariqah yang berasal Madura

kabupaten Sampang.

Habib Muhsin al-Hinduan berkhalwat di

mana secara ruhaniah ia menembus

sedalam mungkin rahasia perjalanan

tasawuf di bawah bimbingan syaikh

Thareqat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang

sangat terkenal saat itu yakni Prof. Dr. Haji

Jalaluddin Dari Bukit tinggi pulau

Sumatera

6. Dari anak-anak hingga dewasa karena

memang hidup di lokasi pendidikan

pesantren.

7. 40 tahun-an

8. Beliau berdakwah melalui thariqat

9. Lemah lembut. Ramah dan tawadhu’

Page 152: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden II : Habib Helmi al Hinduan Tempat : Rimah Kediamannya Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Apa saja karya karya beliau ?

2. Apa yang menjadi dasar

pemikiran beliau ?

3. Apakah beliau mengikuti tarekat

?

4. Thariqat apa yang beliau ikuti?

5. Diumur berapa beliau wafat ?

1. Sampai saat ini belum ditemukan karyanya,

hanya kumpulan bacaan2 thariqat

Naqsyabandiah khusus murid-muridnya.

2. Dasar pemikiran beliau adalah untuk

berdakwah, makanya dakwah beliau

kemana-mana, termasuk ke Kalbar

3. Iyya,beliau mengikuti thariqat, bahkan

mursyid thariqat naqsabandi muzhariyah.

4. Naqsyabandiah Mudzhariyah pernah juga

thariqah khalidiyah

5. Beliau wafat tahun 1980 M

Page 153: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden II : Habib Helmi al Hinduan Tempat : Rimah Kediamannya Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Apa saja karya karya beliau ?

2. Apa yang menjadi dasar

pemikiran beliau ?

3. Apakah beliau mengikuti tarekat

?

4. Thariqat apa yang beliau ikuti?

5. Diumur berapa beliau wafat ?

1. Sampai saat ini belum ditemukan karyanya,

hanya kumpulan bacaan2 thariqat

Naqsyabandiah khusus murid-muridnya.

2. Dasar pemikiran beliau adalah untuk

berdakwah, makanya dakwah beliau

kemana-mana, termasuk ke Kalbar

3. Iyya,beliau mengikuti thariqat, bahkan

mursyid thariqat naqsabandi muzhariyah.

4. Naqsyabandiah Mudzhariyah pernah juga

thariqah khalidiyah

5. Beliau wafat tahun 1980 M

Responden III : Ust. Arie Tempat : Rumah Kediamannya Waktu/Tanggal :

PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN 1. Apakah ada dari anak anaknya

yang menjadi seperti beliau dari

bidang ilmu dan akhlak ?

2. Siapakah yang memimpin

Hayakanan atau tawajjuhan?

3. Dimana beliau di makamkan ?

1. Iya. Yang melanjutkan thariqat

beliau adalah anaknya yang

bernama Sayyid Amin Al

hinduan atau yang lebih dienal

dengan Habib Amin.

2. Yang memimpin hayakanan atau

tawajuhan setiap selesai shalat

maghrib adalah anaknya

3. Beliau di Makamkan di Astana

kota Sumenep

Page 154: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

WAWANCARA DENGAN SYARIFAH SAKINAH ALHINDUAN PUTRI

HABIB MUKSIN ALHINDUAN

Page 155: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

WAWANCARA DENGAN SYARIFAH SAKINAH ALHINDUAN PUTRI

HABIB MUKSIN ALHINDUAN

Lampiran: VI

HASIL WAWANCARA

TRANSKIP WAWANCARA KH. M. HASYIM DAHLAN

Responden I : Nyai Nur Azizah Tempat : Kediamannya Waktu/Tanggal : Jam 16 : tanggal 05 Desember 2017 No PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1

1. Dimanakah KH. M. Hasyim

Dahlan di lahirkan ?

2. Umur berapa beliau mulai

belajar agama?

3. Kepada siapa beliau pertama

kali belajar ilmu agama ?

4. Dimana beliau sekolah ?

5. Siapa saja guru-guru beliau

?

6. Berapa tahun beliau belajar

?

7. Diumur berapa beliau mulai

berdakwah?

8. Bagaimana metode dakwah

beliau?

9. Apa pendekatan dakwah

beliau?

10. Dimanakah Lokasi dakwah

beliau?

1. Beliau dilahirkan di Kota Demak 14 April

1955

2. Beliau sudah belajar agama sejak anak-

anak dari kepada orang tuanya

3. Kepada orang tuanya( H. Shodiqun), dan

guru ngaji disekitar rumahnya

4. Pon-Pes Lirboyo Jatim

5. Seluruh pengasuh pesantren Lirboyo

6. 12 tahun

7. 27 tahun

8. Metode dakwah beliau simpel. Mudah

diterima dan difahami

9. Pendekataan organisasi

10. Beliau berdakwah dari Mushola

kemusholla, masjid, dan rumah2,

terumata di pesantren binaannya.

Page 156: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden II : Anny Izzah al-Hafidzah Tempat : Kediamannya Waktu/Tanggal : Jam 16 : tanggal 06 Desember 2017 No PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1

1. Bagaimana pemikiran beliau

?

2. Apa saja karya karya beliau

?

3. Apa yang menjadi dasar

pemikiran beliau ?

4. Apakah beliau mengikuti

tarekat ?

5. Tarekat apa yang beliau

ikuti?

6. Diumur berapa beliau wafat

?

7. Berapa anak beliau ?

8. Apakah ada dari anak

anaknya yang menjadi

seperti beliau dari bidang

ilmu dan akhlak ?

9. Dimana beliau di makamkan

?

1. Pemikirannya tegas dalamhal pokok

dan lentur dalam furu’iyah(cabang)

2. Fiqh Ibadah, kumpulan do’a-do’a

mu’tabarah. Terjemah al-Minhajul

qawim,

3. Berdakwah dengan ikhlas dan sepenuh

hati

4. Iya. Beliau mengikuti thariqah.

5. Beliau pengikut thariqah Qadariah we

Naqsyabandiah, delail khairat, hizib2,

dll.

6. 15. 62 tahun ( 1955-2017)

7. lima anak. Dua laki-laki dan tiga

perempuan.

8. Untuk sampai saat ini belum ada

anaknya yang melanjutkan perjuangan

beliau. Yang diharapkan oleh almarum

hanya pada putrinya yang nomor tiga,

anny Izza. Putrinya ini yang menjadi

harapan bisa melanjutkan perjuangan

dakwahnya.

9. Beliau dimakamkan di Pal 5,

kompleks pemakaman Muslim

Assalam.

Page 157: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Responden II : Anny Izzah al-Hafidzah Tempat : Kediamannya Waktu/Tanggal : Jam 16 : tanggal 06 Desember 2017 No PERTANYAAN PENELITIAN JAWABAN PENELITIAN

1

1. Bagaimana pemikiran beliau

?

2. Apa saja karya karya beliau

?

3. Apa yang menjadi dasar

pemikiran beliau ?

4. Apakah beliau mengikuti

tarekat ?

5. Tarekat apa yang beliau

ikuti?

6. Diumur berapa beliau wafat

?

7. Berapa anak beliau ?

8. Apakah ada dari anak

anaknya yang menjadi

seperti beliau dari bidang

ilmu dan akhlak ?

9. Dimana beliau di makamkan

?

1. Pemikirannya tegas dalamhal pokok

dan lentur dalam furu’iyah(cabang)

2. Fiqh Ibadah, kumpulan do’a-do’a

mu’tabarah. Terjemah al-Minhajul

qawim,

3. Berdakwah dengan ikhlas dan sepenuh

hati

4. Iya. Beliau mengikuti thariqah.

5. Beliau pengikut thariqah Qadariah we

Naqsyabandiah, delail khairat, hizib2,

dll.

6. 15. 62 tahun ( 1955-2017)

7. lima anak. Dua laki-laki dan tiga

perempuan.

8. Untuk sampai saat ini belum ada

anaknya yang melanjutkan perjuangan

beliau. Yang diharapkan oleh almarum

hanya pada putrinya yang nomor tiga,

anny Izza. Putrinya ini yang menjadi

harapan bisa melanjutkan perjuangan

dakwahnya.

9. Beliau dimakamkan di Pal 5,

kompleks pemakaman Muslim

Assalam.

Sumber tambahan: Komentar tentang kepribadian al-Marhum KH. Hasyim Dahlan.

Bapak Mardi, A.Ag. Bapak Jipridin, M.Si Sumber dari beberapa photo-photo hasil peninggalannya dan media massa.

Page 158: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: VII: Jadwal Penelitian

Pontianak 1. Haji Ibrahim Basyir alias Wak Guru

Dikenal dengan sebutan Tok Guru, beliau banyak melahir ulama, murid dari Haji Ismail bin Abdul Karim alias Ismail Mundu.Terkenal mempunyai banyak kelebihan mempunyai pengaruh yang cukup luas dari kalangan masyarakat dikenal baik di dalam negeri Indonesia maupun diluar negeri, banyak mempunyai murid di Negara Brunai,dan Malaysia. Meninggal di Pontianak di makamkan di Sei Ambawang Kabupaten PontianakUlama-ulama yang berpengruh tersebut telah memberi warna keislaman melalui ajaran yang disampaikan menjadi pedoman bagi para murid-muridnya yangada, baik menjadi sebagai ulama maupun pendidik guna mengembangkan syiar Islam di Kalimantan Barat.1

2. Syech H.Abdurani Mahmud Al-Yamani (Ahli Hisab)

Ulama yang mempunyai banyak murid, cukup disegani dikalangan ulama yangada pada zamannya, mantan ketua Majelis Ulama Indonesia Kalimantan Barat meninggal di Pontianak

3. Habib Saleh Alhaddat

Ulama yang terkenal tegas dalam pendirian, hapal Alquran menjadi tempat bertanya dari kalangan ulama yang ada, meninggal di Pontianak

4. Haji Abdus Syukur Badri alias Haji Muklis

Ulama pejuang asal dari Kalimantan Selatan yang menetap di Pontianak mempunyai ribuan murid yang terkenal dengan salawat Dalail khairat. Meninggal di Pontianak

5. Habib Abdullah Ridho Bin Yahya Pejuang dari solo jawa tengah pernah mondok di Mranggeng Demak, pernah

mengajar dan jadi pengurus di pondok pesantren assalam pontianak Mursyid qadiriyah naksabandi, perintis pondok pesantren darun naim ampera pontianak meninggal di pontianak beliau meninggal tahun 2013

6. KH. Muntaha Ridho

Pejuang asli pontianak pernah belajar di Darul Lughah Waddahwah dan Darul Musthafa Tarim Hadramaut Yaman. perintis pondok pesantren darul musthafa sungai

                                                            1 Utusan Malaysia, 26 jun 2006, Oleh Wan Mohd Shaghir Abdullah

Page 159: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

Lampiran: VII: Jadwal Penelitian

Pontianak 1. Haji Ibrahim Basyir alias Wak Guru

Dikenal dengan sebutan Tok Guru, beliau banyak melahir ulama, murid dari Haji Ismail bin Abdul Karim alias Ismail Mundu.Terkenal mempunyai banyak kelebihan mempunyai pengaruh yang cukup luas dari kalangan masyarakat dikenal baik di dalam negeri Indonesia maupun diluar negeri, banyak mempunyai murid di Negara Brunai,dan Malaysia. Meninggal di Pontianak di makamkan di Sei Ambawang Kabupaten PontianakUlama-ulama yang berpengruh tersebut telah memberi warna keislaman melalui ajaran yang disampaikan menjadi pedoman bagi para murid-muridnya yangada, baik menjadi sebagai ulama maupun pendidik guna mengembangkan syiar Islam di Kalimantan Barat.1

2. Syech H.Abdurani Mahmud Al-Yamani (Ahli Hisab)

Ulama yang mempunyai banyak murid, cukup disegani dikalangan ulama yangada pada zamannya, mantan ketua Majelis Ulama Indonesia Kalimantan Barat meninggal di Pontianak

3. Habib Saleh Alhaddat

Ulama yang terkenal tegas dalam pendirian, hapal Alquran menjadi tempat bertanya dari kalangan ulama yang ada, meninggal di Pontianak

4. Haji Abdus Syukur Badri alias Haji Muklis

Ulama pejuang asal dari Kalimantan Selatan yang menetap di Pontianak mempunyai ribuan murid yang terkenal dengan salawat Dalail khairat. Meninggal di Pontianak

5. Habib Abdullah Ridho Bin Yahya Pejuang dari solo jawa tengah pernah mondok di Mranggeng Demak, pernah

mengajar dan jadi pengurus di pondok pesantren assalam pontianak Mursyid qadiriyah naksabandi, perintis pondok pesantren darun naim ampera pontianak meninggal di pontianak beliau meninggal tahun 2013

6. KH. Muntaha Ridho

Pejuang asli pontianak pernah belajar di Darul Lughah Waddahwah dan Darul Musthafa Tarim Hadramaut Yaman. perintis pondok pesantren darul musthafa sungai

                                                            1 Utusan Malaysia, 26 jun 2006, Oleh Wan Mohd Shaghir Abdullah

pinyuh meninggal dikelurahan sungai pinyuh kabupaten mempawah. Beliau yang masih meneruskan pemikiran dan amaliyah Habib Husein Al Qadri Jamalullail yaman yang dimakamkan di mempawah. Seperti pembacaan Ratib-ratib, Hizib-Hizib dan tradisi tarim hadramaut tariqah alawiyah. Beliau meninggal tahun 2015.

Page 160: CORAK PEMIKIRAN ISLAM BORNEO TAHUN 1990-2000)

TABEL JADWAL PENELITIAN

 

NO

Kegiatan Bulan

4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusuna Proposal

2 Seminar Proposal

3 Perbaikan seminar

4 Bab I

5 Bab II

6 Bab III

7 Penelitian dan pengumpulan

informasi

8 Tahap seleksi dan struktur

pertanyaan

9 Menetukan metode dan

penelitian dan analisis data

10 Uji keabsahan data

11 Membuat laporan hasil uji

12 Bab IV

13 Bab V

14 Penyempurnaan Laporan

15 Ujian Penelitian